teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah desa ...

TEKNOLOGI PEMUPUKAN
SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH
DESA CIBEUREUM WETAN KECAMATAN
CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN
2007

Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun : Nurjaya
Neneng L. Nurida
Achmad Rachman
Penyunting : Enggis Tuherkih
Gunawan Samsidi
Design Cover : Sukmara
Setting/Layout : Rahmah D. Yustika
Didi Supardi
Penerbit : Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor
16123, Telp. (0251) 336757, Fax.
(0251) 321608, 322933, E-mail:
soil-ri@indo.net.id
ISBN 978-979-9474-70-4
Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA
Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor
http://balittanah.litbang.deptan.go.id

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai
Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi
Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai
acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi
teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air
mendukung kegiatan Prima Tani.
Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-
lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan
yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan
dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini
menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik
konservasi tanah dan air.
Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan
spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana
dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan
Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium
Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.
Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung
program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.
Bogor, November 2007
Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman
NIP. 080.079.028
i

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................ 1
II. KEADAAN FISIK DAERAH .......................................... 3
2.1. Lokasi dan Perhubungan ................................ 3
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ................... 3
2.3. Satuan Lahan ................................................ 5
2.4. Iklim dan Hidrologi ........................................ 6
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ................ 7
3.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah ............................. 7
3.2. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah .............. 8
3.3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung .... 11
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ............... 13
4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat ini .......... 13
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air . 14
V. DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 18
ii

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan
Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang
Tahun 2005 ....................................................... 4
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah pada
satuan peta tanah (SPT) .................................... 9
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung di
Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang .... 12
Tabel 4. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di
Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab.
Sumedang, ........................................................ 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penggunaan lahan di lokasi Prima Tani Desa
Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang ............ 4
Gambar 2. Peta satuan lahan Desa Cibeureum Wetan,
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang ........
Gambar 3. Benih jagung yang ditanam dengan cara ditugal
5
(a) dan pembumbunan pada umur 30 HST (b) .... 11
Gambar 4. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan
tanaman penguat teras (kiri) dan penampang
samping teras bangku (kanan) ........................... 20
Gambar 5. Letak saluran pengelak, saluran teras, dan
saluran pembuangan air ..................................... 22
Gambar 6. Penampang saluran pengelak ............................. 22
Gambar 7. Diagram saluran pembuangan air ....................... 26
Gambar 8. Penampang terjunan air dari batu (A) dan dari
bambu (B) ......................................................... 28
iii

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Gambar 9. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria
javanica) di antara tanaman tahunan/buahbuahan
............................................................. 32
Gambar 10. Sketsa penampang samping teras gulud ............. 34
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penyempurnaan teras bangku (Sumber:
Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian
Tanah, 2007) .................................................... 20
Lampiran 2. Mulsa bahan hijauan (Sumber: Departemen
Pertanian, 2006) ................................................
Lampiran 3. Rehabilitasi lahan dengan tanaman Mucuna sp.
(Sumber: Sekretariat Tim Pengendali Bantuan
29
Penghijauan dan Reboisasi Pusat , 1999) ............
Lampiran 4. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat
30
Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan
Reboisasi Pusat, 1999) ....................................... 32
Lampiran 5. Teras gulud (Balai Penelitian Tanah, 2007;
Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan
dan Reboisasi Pusat, 1999) ................................ 33
iv

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
I. PENDAHULUAN
Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan
untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data
dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi
pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam
penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah
khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.
Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan
pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status
semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu
tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk
hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang
terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran
pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi
pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status
optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada
suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,
berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih
tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus
mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan
kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang
disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui
teknik uji tanah.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci
keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
1

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk
melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari
kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah
menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah
batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah
dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi
vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil
teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan
teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat
merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan
teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai
pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan
sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik
konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan
mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi,
dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-
masing lokasi.
2

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2.1. Lokasi dan Perhubungan
II. KEADAAN FISIK DAERAH
Desa Cibeureum Wetan secara administratif termasuk ke
dalam Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat. Secara geografis terletak antara 6 o 40’-7 o 83’ Lintang Selatan
(LS) dan 107 o 44’-108 o 21’ Bujur Timur (BT). Secara administrasi Desa
Cibeureum Wetan berbatasan dengan:
sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Buah Dua
sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Cimara
sebelah barat : berbatasan dengan Desa Cibeureum Kulon
sebelah timur : berbatasan dengan Desa Legok dan Desa Haur
Kuning
Desa Cibeureum Wetan berjarak + 3 km dari pusat
pemerintahan Kecamatan Cimalaka atau + 5 km ke Ibukota
Kabupaten Sumedang. Kondisi jalan desa cukup memadai dengan
jalan beton yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian
Satuan lahan merupakan satuan yang memiliki keseragaman/
kesamaan sifat dari beberapa komponen penyusunnya. Penggunaan
lahan saat ini (present landuse) merupakan cerminan tingkat
aktivitas/kegiatan masyarakat setempat terhadap lahan. Kegiatan
masyarakat terhadap lahan yang tidak memperhatikan daya dukung
lahannya akan mempercepat terjadinya penurunan tingkat
kesuburan tanah. Rincian penggunaan lahan disajikan pada Tabel 1.
3

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan
Cimalaka, Kabupaten Sumedang tahun 2005
Penggunaan lahan Luas
ha %
Sawah irigasi
100
17,79
Tegalan
52
9,27
Kebun campuran
112
20,07
Belukar
28
4,94
Hutan pinus
29
5,26
Hutan primer/Hutan alam
145
25,90
Tebing sungai
14
2,51
Pemukiman
34
6,05
Lahan rusak (bekas galian C)
44
7,91
Tempat Pembuangan Sampah
2
0,31
J u m l a h 560 100,00
Berdasarkan analisis citra landsat ETM 7 komposit band 543
yang ditunjang dengan pengecekan lapang, daerah Desa Cibeureum
Wetan dapat dikelompokkan menjadi sembilan satuan penggunaan
lahan, yaitu: sawah irigasi (Si), tegalan (Tg), kebun campuran (Kc),
belukar (Bl), hutan pinus (Hp), hutan primer/hutan alam (Ht),
pemukiman (X2), lahan rusak bekas galian (X5), dan tempat
pembuangan sampah (TPSA).
Gambar 1. Penggunaan lahan di lokasi Prima Tani Desa Cibeureum
Wetan Kabupaten Sumedang
4

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2.3. Satuan Lahan
Satuan lahan merupakan satuan yang memiliki keseragaman/
kesamaan sifat dari beberapa komponen penyusunnya. Penyusunan
satuan lahan dilakukan melalui analisis terrain dan telah dilakukan
verifikasi lapang. Komponen penyusun satuan lahan terdiri atas:
landform, bahan induk, lereng dan relief, ketinggian tempat dari
permukaan laut (elevasi), tanah (subgrup), dan penggunaan lahan
yang spesifik. Berdasarkan hasil pengelompokan kesamaan sifat dari
beberapa komponen penyusunnya dikelompokan menjadi 16 satuan
lahan. Penyebaran satuan lahan di Desa Cibeureum Wetan,
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta satuan lahan Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang
5

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2.4. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan hasil analisis data rata-rata curah hujan tahun
2005, Desa Cibeureum Wetan termasuk tipe iklim C (agak basah)
menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan suhu rata-rata
tertinggi 31 o C dan terendah 23 o C. Rata-rata curah hujan pada tahun
2005 berkisar 2.000-2.500 mm tahun -1 dengan hari hujan 131 hari
tahun -1 . Curah hujan tertinggi mencapai 447 mm jatuh pada bulan
Februari, dengan bulan basah selama 8 bulan dari November-April
serta bulan Juni dan Juli sedangkan bulan kering selama 4 bulan dari
bulan Mei dan Agustus-Oktober (Diperta Sumedang, 2006).
6

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
3.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah lokasi Prima Tani
Desa Cibeureum Wetan bertekstur pasir berlempung sampai dengan
liat dengan pH berkisar dari sangat masam sampai agak masam.
Kandungan C dan N-organik berkisar dari rendah sampai sedang
tetapi umumnya rendah. Kandungan P-total tinggi sedangkan P-
tersedia berkisar dari sangat rendah sampai tinggi. Kandungan Ca
dapat ditukar tergolong sangat rendah sampai sedang, sedangkan
kandungan Mg dan K-dapat ditukar berkisar sangat rendah sampai
tinggi dengan kapasitas tukar kation (KTK) berkisar rendah sampai
sedang dan kejenuhan basa (KB) berkisar dari sangat rendah sampai
sangat tinggi.
Berdasarkan data analisis sifat kimia tanah, secara umum
problem keharaan yang menonjol adalah kandungan C dan N-
organik serta K-dapat ditukar umumnya rendah. Rendahnya
kandungan nitrogen dalam tanah karena hara N mudah hilang
melalui pencucian dan volatilisasi. Selain itu, hara N dalam tanah
berasal dari dari bahan organik yang kandungannya dalam tanah di
lokasi Prima Tani Desa Cibeureum Wetan tergolong rendah. Oleh
karena itu upaya untuk memperbaiki tingkat ketersediaan hara N
dalam tanah dilakukan melalui pemupukan N baik dalam bentuk urea
atau ZA tergantung pH tanah dan komoditas yang ditanam serta
pemberian bahan organik baik dalam bentuk kompos atau pupuk
kandang.
7

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Kandungan C-organik umumnya rendah kecuali tanah-tanah
yang ditumbuhi vegetasi alami seperti hutan C-organiknya tinggi.
Selain pada lahan kering, umumnya tanah-tanah sawah di Indonesia
mempunyai kadar C-organik rendah di bawah < 2% (Kasno et al.,
2003). Hal ini terjadi karena C-organik terakumulasi pada lapisan
atas (top soil) di mana pada kondisi suhu dan curah hujan tinggi
mudah terdekomposisi dan hilang tererosi oleh aliran air pemukaan
terutama pada tanah-tanah yang berlereng tanpa ada upaya
konservasi. Selain itu pada daerah tropis seperti Indonesia proses
dekomposisi bahan organik terjadi sangat intensif karena didukung
oleh suhu dan kelembapan yang tinggi.
3.2. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah
Pupuk merupakan salah satu sarana yang penting untuk
meningkatkan produksi pertanian. Penggunaannya meningkat pesat
setelah pencanangan program intensifikasi yang dimulai 1969.
Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang bersifat
umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan
status hara tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara.
Sementara diketahui bahwa status hara P dan K lahan sawah sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi (Adiningsih et al., 1989;
Moersidi et al., 1990).
Saat ini rekomendasi pemupukan padi sawah dapat
ditetapkan berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah di
labaoratorium dan menggunakan alat bantu perangkat uji tanah
sawah (PUTS). Menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.40/Permentan/OT.140/1/2007 sebagai revisi dari Keputusan
8

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006 tentang pemupukan
spesifik lokasi padi sawah, penentuan takaran pupuk P dan K dapat
ditetapkan langsung di lapangan mengunakan perangkat uji tanah
sawah (PUTS). Dalam Kepmentan tersebut takaran rekomendasi
pemupukan dibagi menjadi tiga: (1) rekomendasi tanpa bahan
organik; (2) 5 t jerami; dan (3) dengan 2 t pupuk kandang ha -1 .
Rekomendasi pemupukan N, P, dan K tanpa pemberian
bahan organik: pupuk N (urea) diberikan dengan takaran 250 kg ha -1 ,
pupuk P (SP-36) pada tanah sawah dengan status P rendah, sedang
dan tinggi masing-masing dipupuk dengan takaran 100, 75, dan 50
kg SP-36 ha -1 . Sedangkan rekomendasi pupuk K (KCl) pada tanah
sawah berstatus K rendah dipupuk 100 kg KCl ha -1 dan tanah
berstatus K sedang dan tinggi dipupuk 50 kg KCl ha -1 . Apabila jerami
dikembalikan ke lahan sawah maka rekomendasi pemupukan KCl
untuk tanah sawah dengan status K rendah dapat dikurangi.
Takaran rekomendasi pemupukan padi sawah di Desa Cibeureum
Wetan berdasarkan hasil anasisis tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah pada satuan peta
tanah (SPT)
SPT
9.
11
12.
14.
15.
16.
Tanpa bahan Dengan 5 t jerami
organik
ha -1
Dengan 2 t ppk
kandang
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
300
300
300
300
300
300
50
75
50
75
50
50
50
50
50
50
50
50
230
230
230
230
230
230
kg ha -1
50
75
50
75
50
50
0
0
0
0
0
0
225
225
225
225
225
225
0
25
0
25
0
0
30
30
30
30
30
30
9

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Cara Pemupukan
Pemupukan urea menggunakan bagan warna daun (BWD)
pada awal tanam dipupuk dengan takaran 50-75 kg ha -1 , untuk
menentukan takaran pemupukan selanjutnya dengan melihat tingkat
kehijauan daun. Pengukuran menggunakan BWD dimulai pada umur
25-28 hari. Pengukuran selanjutnya setiap 7-10 hari sekali setelah
tanam sampai fase primordia. Khusus untuk padi varietas unggul
tipe baru (VUTB) dan padi hibrida pengukuran menggunakan BWD
sampai tanaman padi berbunga (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Jerami sisa panen serta pupuk kandang sebaiknya
dikembalikan ke lahan sawah sebagai sumber bahan organik dan
diberikan 2 minggu sebelum tanam atau bersamaan pengolahan
tanah pertama. Sebelum dikembalikan ke lahan sawah, jerami
sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu sehingga kandungan hara
yang terkandung didalamnya dapat langsung diserap tanaman.
Pemupukan urea, SP-36, dan KCl, diberikan saat tanaman
berumur 7 hari setelah tanam (HST), dengan cara disebar merata di
atas permukaan petakan kemudian diinjak-injak sehingga masuk ke
dalam tanah. Pupuk KCl diberikan dua kali masing-masing setengah
takaran, yaitu saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan pada
saat primordia.
Pemberian pupuk hara makro terus-menerus seperti urea,
amonium sulfat, TSP/SP-36, dan KCl pada lahan sawah intensifikasi
dapat mengakibatkan terkurasnya unsur hara mikro diantaranya
seng (Zn) (Agus Sofyan et al., 2004). Meskipun ketersediaan Zn
dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, berdasarkan hasil
penelitian Al-Jabri et al. (1995) pemberian 5 kg Zn ha -1 pada tanah
10

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
sawah atau perendaman bibit padi ke dalam larutan 0,05% ZnSO4
selama 5 menit dapat meningkatkan hasil padi pada sebagian besar
lahan sawah.
3.3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung
Pada lahan kering masam seperti tanah Ultisols (Podsolik)
biasanya tanah mempunyai pH < 5, pada kondisi tanah masam
umumnya tingkat kelarutan aluminium dalam tanah tinggi yang
dapat bersifat racun terhadap tanaman. Untuk meningkatkan pH
tanah dan mengurangi keracunan Al, sangat perlu dilakukan
ameliorasi dengan menggunakan kaptan atau dolomit dengan
takaran 1-3 t ha -1 yang diberikan 2-3 tahun sekali. Pemberian
kaptan/dolomit dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam dengan cara
disebar merata dipermukaan tanah kemudian diaduk.
(a) (b)
Gambar 3. Benih jagung yang ditanam dengan cara ditugal (a) dan
pembumbunan pada umur 30 HST (b)
Cara Pemupukan
Pemberian pupuk bisa dalam bentuk pupuk NPK majemuk
atau pupuk N, P, dan K tunggal tergantung ketersediaan di lapangan.
Sumber pupuk tunggal N, pada tanah masam digunakan pupuk urea
11

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
sedangkan pada tanah alkalis (pH > 7) digunakan pupuk ZA, SP-
36/TSP sebagai sumber P, dan KCl sebagai sumber K. Takaran
pupuk urea, SP-36, dan KCl disajikan pada Tabel 3. Pupuk SP-36
dan KCl diberikan sekaligus pada umur 7-10 hari setelah tanam.
Pupuk urea diberikan dua masing-masing setengah takaran, yaitu
setengah takaran bersama-sama dengan pupuk SP-36 dan KCl, dan
sisanya pada umur 30-35 hari setelah tanam. Pupuk diberikan
dengan cara tugal atau dilarik + 10 cm selain tanaman dan ditutup
dengan tanah bersamaan dengan pembumbunan tanaman.
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung di Desa
Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang
Waktu
pemupukan
Rekomendasi pemupukan (kg ha -1 )
Urea SP-36 KCl
15 HBT - - -
Kapur
1.000 -
3.000
Bahan
organik
2.000
Saat
Tanam
150 250 100 - -
30 HST 150 - - - -
Keterangan: HBT =hari sebelum tanaman, HST = hari setelah tanam
Hasil analisis tanah lokasi Prima Tani Desa Cibeureum Wetan
kandungan bahan organiknya rendah sehingga pemberian bahan
organik sangat dianjurkan. Bahan organik bisa dalam bentuk kompos
atau pupuk kandang dengan takaran 2 t ha -1 . Pemberiannya dengan
cara disebar secara merata pada permukaan tanah bersamaan
dengan pengolahan tanah awal. Bahan organik diinkubasi selama 2
minggu dan baru dilakukan penanaman.
12

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat ini
Hasil survei identifikasi dan karakterisasi sumber daya lahan
menunjukkan bahwa kawasan pertanian berupa lahan kering di Desa
Cibeureum Wetan terhampar pada topografi agak datar (4%) sampai
bergunung (> 30%). Erosi aktual yang terjadi sangat bervariasi dari
erosi lembar sampai erosi parit, sedangkan erosi tebing atau longsor
terjadi pada lahan-lahan yang masih terbuka atau belum digarap.
Teknik konservasi tanah dan air saat ini yang banyak ditemui di
lahan kering baik di tegalan maupun kebun campuran adalah teras
bangku datar yang secara umum sudah cukup baik dan stabil (Tabel
1).
Teras bangku datar
Secara umum teknik konservasi tanah dan air existing yang
diterapkan petani di lahan kering (kebun campuran dan tegalan)
berupa teras bangku datar atau teras batu. Teras bangku/batu
sudah dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) meskipun
belum menampung seluruh lahan, bangunan terjunan air (BTA)
terletak di beberapa tempat yang curam/terjal. Pada bibir dan
tampingan teras sebagian kecil ditumbuhi rumput liar, namun secara
umum tidak ditanami apa-apa. Selain itu, teras bangku tanpa
dilengkapi SPA dan BTA sehingga akan mengakibatkan aliran air
tidak terarah dan dapat merusak lahan dan tanaman.
13

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air
Perbaikan pengelolaan lahan di Desa Cibeureum Wetan
didasarkan pada kemiringan lahan, tipe penggunaan lahan, vegetasi
dominan, serta teknik konservasi tanah dan air existing. Teknik
konservasi tanah dan air yang direkomendasikan dapat berupa
teknik konservasi vegetatif dan atau mekanik tergantung kebutuhan
diantaranya adalah:
Penyempurnaan teras bangku datar
Penyempurnaan teras bangku datar dapat dilakukan dengan
perbaikan teras agar memotong lereng atau mengikuti kontur. Bibir
teras diperkuat dengan tanaman penguat teras berupa rumput
Setaria, atau kombinasi rumput dengan tanaman legum seperti
gamal (Glyricideae sepium). Untuk tujuan konservasi, lebih baik
gamal ditanam dari biji sehingga dapat membentuk sistem
perakaran yang lebih kuat.
Tampingan teras harus ditanam rumput/tanaman yang
sifatnya menjalar seperti rumput bahia (Paspalum notatum), atau
tanaman legum seperti Arachis pintoii. Manfaat tanaman penguat
teras adalah: (1) membuat teras menjadi lebih stabil; (2) berfungsi
sebagai filter sedimen; (3) mendukung penyediaan pakan ternak;
dan (4) dengan berjalannya waktu dapat memperbaiki kondisi
bidang olah yang semula miring keluar menjadi relatif lebih datar.
Teras bangku datar perlu dilengkapi dengan saluran teras
(channel ditch), sehingga air yang tidak meresap ke dalam tanah
dapat mengalir secara lebih terkendali yang selanjutnya dialirkan ke
saluran pembuangan air (SPA). Secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran 1.
14

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Reklamasi lahan
Pada lahan-lahan bekas penggalian batu (galian C) perlu
dilakukan reklamasi lahan agar produktivitasnya dapat pulih kembali.
Lahan tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya dengan cara reklamasi
melalui penanaman tanaman benguk (Mucuna sp.). Agar terbentuk
sistem pertanaman lorong (Alley cropping), lahan ditanami gamal
(Glyricideae sepium) atau dapat juga gamal berselang-seling dengan
tanaman strip akar wangi (Vetiveria zizanioides) mengikuti garis
kontur, yang ditanam memotong lereng dan mengikuti kontur
(Lampiran 3).
Penanaman tanaman tahunan dan penanaman LCC
Pada lahan kering kebun campuran, penerapan mulsa oleh
petani berupa daun kering yang dibiarkan terhampar di permukaan
tanah di antara tanaman buah-buahan/tahunan sudah cukup baik
karena dapat terbebas dari bahaya erosi percik. Selain itu, di antara
baris tanaman buah-buah/tahunan disarankan untuk ditanami
tanaman penutup tanah legume cover crop (LCC) jenis Arachis
pintoii, Centrosema pubecens, atau Pueraria javanica (Lampiran 4).
Potensi kotoran ternak yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk kandang untuk tanaman buah-buahan/tahunan.
Selain untuk dapat menyuburkan tanah juga dapat memperbaiki sifat
fisik maupun biologi tanah, dan dampaknya akan terasa untuk waktu
yang cukup panjang.
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masing-
masing satuan peta tanah di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan
Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dapat dilihat pada
Tabel 4.
15

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 4. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang,
Provinsi Jawa Barat
SPT
Kemiringan
lahan
Penggunaan
lahan
Konservasi
tanah dan air
saat ini
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air
Maksimum
proporsi tan. Teknik konservasi tanah dan air
semusim*)
Keterangan
1 3
%
2 5 6 7
• Pertahankan pinus/albizia/tembakau
8
1 18-20
Hutan pinus/
hutan campuran
Teras bangku
datar/teras batu
10 %
• Rorak/saluran teras dilengkapi
dengan rumput
• Penyempurnaan saluran
pembuangan air
Jika memungkinkan
pertahankan status
hutan
6 14 Hutan Pinus
Mulsa serasah
pinus
0 % • Pertahankan hutan pinus
• Perbaikan teras bangku mengikuti
kontur
• Penanaman rumput Setaria di bibir
Kawasan Perum
Perhutani Jawa Barat
7 dan
15
17 Tegalan
Teras bangku
miring keluar
50 %
teras
• Penanaman tampingan dengan
Paspalum notatum
• Penyempurnaan/perbaikan SPA
• Pembuatan bangunan terjunan air
• Sisa tanaman dijadikan mulsa
Lihat Lampiran 1 dan
2
13
dan
14
4 Kebun campuran Mulsa daun
kering
75 % • Penanaman Glyricideae searah
kontur
• Reklamasi lahan dengan Mucuna
munane dan Glyricideae atau selangseling
dengan Vetiver sp. yg ditanam
rapat mengikuti kontur
• Sisa tanaman dijadikan mulsa
Lihat Lampiran 2 dan
3
16

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 4. Lanjutan
SPT
Kemiringan
lahan
Penggunaan
lahan
Konservasi
tanah dan air
saat ini
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air
Maksimum
proporsi tan. Teknik konservasi tanah dan air
semusim*)
Keterangan
1 3
%
2 5 6 7 8
10
27 Kebun campuran Teras gulud 50 % • Penanaman tanaman tahunan arah
timur-barat
• Penanaman tanaman penutup
tanah/LCC
• Perbaikan teras gulud mengikuti
kontur dan ditanami dengan
Paspalum notatum
• Pembuatan bangunan terjunan air
Lihat Lampiran 4 dan
5
11 20 Kebun campuran Tanpa tindakan 75 % • Penanaman tanaman tahunan Lihat Lampiran 4 dan
KTA
mengikuti kontur
• Penanaman tanaman penutup
tanah/LCC
• Perbaikan teras gulud mengikuti
kontur dan ditanami dengan Setaria
• Pembuatan bangunan terjunan air
5
Catatan : Kedalaman solum > 100 cm,
*) persen areal lainnya digunakan untuk tanaman tahunan, proporsi tanaman tahunan tidak dibatasi
17

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
V. DAFTAR PUSTAKA
Agus Sofyan, Nurjaya, dan A. Kasno. 2004. Status Hara Tanah Sawah
untuk Rekomendasi Pemupukan dalam Tanah sawah dan
Teknologi Pengelolaannya. Hal. 83-114. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Adiningsih, J.S., Moersidi S., M.Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1989. Evaluasi
Keperluan Fosfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Hlm.
63-89 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi
Penggunaan Pupuk. Cipayung , 25 Nopember 1988.
Al-Jabri, M. Dan M. Soepartini. 1995. Teknik Pemupukan hara Zn pada
tanah Sawah. Hlm 1-6 dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian
Tanah dan Agriklimat. No.2. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Keputusam Menteri Pertanian No.
01/Kpts /SR.130/1/2006. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K
pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.
Badan Litbang Petanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No.
40/Permentan /OT.149/1/2007. Rekomendasi Pemupukan N,
P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen
Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian.
Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai
Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI No:
47/Permentan /OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Umum
Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Diperta Sumedang. 2006. Program Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Cimalaka.
18

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Kasno,A., Nurjaya, dan Diah Setyorini. 2003. Status C-Organik Lahan
Sawah di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia. Padang, 21-23 Juli 2003. Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia
Moersidi, S., J. Prawira Sumantri, W. Hartatik, A. Pramudia, dan M.
Sudjadi. 1990. Evaluasi Kedua Keperluan Fosfat pada Lahan
Sawah Intensifikasi di Jawa. Hlm 209-221 dalam Prosiding
Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua,
12-13 Nopember 1990. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi
Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok
Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-
NWMCP.
19

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Lampiran 1. Penyempurnaan teras bangku (Sumber: Departemen
Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007)
Penyempurnaan teras yang perlu dilakukan adalah: (1)
penanaman rumput di bibir teras dan tampingan teras dan (2) sistem
drainase (saluran pengelak, saluran teras, SPA, dan BTA).
Penanaman rumput di bibir dan tampingan teras
Gambar 4. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman
penguat teras (kiri) dan penampang samping teras
bangku (kanan)
Sistem Drainase (Sumber: Departemen Pertanian, 2006 dan Balai
Penelitian Tanah, 2007)
Di Desa Cibeureum Wetan, kelengkapan (komponen) teras
bangku seperti saluran drainase masih perlu dibangun atau
diperbaiki. Tujuan utama pembuatan sistem drainase adalah untuk
mengendalikan aliran permukaan baik volume maupun
kecepatannya sehingga air mengalir dalam keadaan tidak merusak
tanah. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan
yang baik dari sistem drainase yang akan dibuat menyangkut letak,
dimensi, dan arah alirannya. Sistem drainase dalam satu
landscape terdiri atas beberapa bentuk saluran (Gambar 5),
yaitu:
Saluran
bibir teras ditanami
setaria setiap 5 m
diselingi gamal
Tampingan
ditanami
bahia dan
Arachis pintoii
20

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
(1) Saluran pengelak
Saluran pengelak berfungsi untuk mencegah masuknya aliran
permukaan dari daerah diatasnya ke lahan pertanian dimana aliran
tersebut dapat menyebabkan erosi. Selain itu saluran pengelak perlu
juga ditempatkan pada lereng bagian atas dari jurang (gully) yang
aktif dan pemukiman/bangunan.
a. Persyaratan
Ditempatkan pada lereng dengan aliran permukaan yang
b. Pembuatan
deras, sebelah atas dari lahan usaha tani.
Dimensi/ukuran saluran tergantung pada jumlah air aliran
permukaan yang akan ditampung. Untuk areal yang landai
dan tidak terlalu luas (0,1-0,15 ha) ukuran saluran 20 cm
dalam x 30 cm lebar biasanya sudah cukup namun untuk
daerah yang lebih luas dan semakin curam memerlukan
saluran yang berukuran lebih besar.
Tanah hasil galian (urugan) digunakan untuk pembuatan
guludan atau tanggul pada bagian bawah saluran
(Gambar 5).
Panjang saluran maksimum biasanya 250-400 m atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Dibuat memotong lereng dengan sedikit (0,1-0,5%)
membentuk sudut dengan garis kontur untuk mengalirkan
air.
21

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi mengeluarkan/mengangkut sedimen,
batuan, dan memangkas rumput, dan atau semak yang
tumbuh pada saluran serta pemeliharaan guludan.
Gambar 5. Letak saluran pengelak, saluran teras, dan saluran
pembuangan air
d. Manfaat
Gambar 6. Penampang saluran pengelak
Mengurangi/memperkecil erosi pada lahan pertanian.
Berfungsi untuk mencegah mengalirnya air aliran
permukaan dari puncak bukit ke lahan usaha tani.
Ditempatkan di atas pemukiman untuk melindungi
pemukiman.
22

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Ditempatkan di atas jalur jalan untuk melindungi jalan
dari kerusakan akibat penggenangan.
e. Kendala pembuatan
Memerlukan tenaga kerja yang cukup tinggi untuk
pembuatan dan pemeliharaan.
(2) Saluran teras
Saluran teras (pada teras bangku) merupakan saluran
yang terletak dekat perpotongan antara bidang olah dengan
tampingan teras.
a. Persyaratan
Kedalaman tanah cukup untuk pembuatan saluran (> 20
cm).
Saluran pembuangan air yang akan menampung air dari
saluran ini tidak mudah tererosi. Untuk itu saluran
pembuangan air perlu diamankan dengan menanami
rumput.
b. Pembuatan
Dimensi/ukuran saluran teras tergantung pada jumlah air
aliran permukaan yang akan ditampung. Biasanya saluran
teras berukuran 20 cm x 20 cm.
Panjang saluran biasanya 50-100 m (membentang dari
satu SPA ke SPA lainnya).
Dibuat memotong lereng dengan sedikit membentuk sudut
untuk mengalirkan air. Kemiringan saluran 0,1-0,5% dari
garis kontur.
23

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Ujung saluran sebaiknya ditanami dengan beberapa baris
rumput yang berfungsi untuk mengurangi penghanyutan
tanah ke SPA.
Sebaiknya dilengkapi dengan kantong (rorak) penjebak
sedimen.
c. Pemeliharaan
Keluarkan sedimen dari saluran apabila saluran mengalami
pendangkalan.
Pangkas rumput yang tumbuh pada saluran secara
berkala.
d. Keuntungan
Dapat mengalirkan kelebihan air aliran permukaan dari
bidang olah teras ke SPA dan BTA yang mempunyai
rumput pengaman pada ujung saluran saluran ini, akan
meningkatkan efektivitas teras bangku dalam mengurangi
erosi.
Dapat mengurangi kerusakan tanaman oleh kelebihan
air.
e. Kerugian
Mengurangi luas areal pertanaman pada bidang olah teras.
(3) Saluran Pembuangan Air (SPA)
Saluran pembuangan air dibuat searah lereng atau
sesuai dengan cekungan alami. Saluran pembuangan air
berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran pengelak dan atau
saluran teras ke sungai atau tempat penampungan/pembuangan air
lainnya tanpa menyebabkan erosi pada SPA.
24

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
a. Persyaratan
Diperlukan kalau ada saluran pengelak, saluran teras, atau
pematang kontur.
Pada tanah dengan erodibilitas tinggi atau peka erosi.
Daerah yang peka terhadap erosi jurang sebaiknya tidak
dibuat SPA.
b. Pembuatan dan pemeliharaan
Saluran pembuangan air dibangun pada setiap 10-15 cm,
biasanya berukuran 30-50 cm (lebar) dan 50-70 cm
(dalam). Untuk mengendalikan erosi pada dasar dan
dinding SPA, maka dapat dilakukan penanaman rumput atau
susunan batuan. Rumput dapat ditanami di seluruh dasar
dan dinding SPA atau sekurang-kurangnya pada jarak 2-5
m menyerupai strip di dalam SPA. Jenis rumput yang cocok
adalah rumput yang mudah beradaptasi dan tidak disukai
ternak, misalnya rumput vetiver.
Pada lahan yang kemiringannya > 8%, SPA perlu dilengkapi
dengan beberapa terjunan air untuk mengurangi kecepatan
aliran air.
Pada lahan yang terjal (> 30%) jika batu tersedia,
c. Keuntungan
dianjurkan menggunakan susunan batu pada dasar saluran,
terutama pada bagian dasar terjunan.
Bisa digunakan sebagai jalan kebun pada batas
kepemilikan lahan.
25

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
d. Kerugian
Pembangunan SPA memerlukan banyak tenaga kerja.
Semakin curam SPA semakin banyak tenaga kerja
diperlukan.
Apabila pemeliharaan SPA kurang memadai maka
akan dengan mudah terjadi erosi jurang.
Gambar 7. Diagram saluran pembuangan air
(4) Bangunan terjunan air
Terjunan air (Gambar 8) adalah bangunan yang terbuat dari
susunan batu atau bambu atau bahan lainnya. Terjunan berfungsi
untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga air
mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak.
a. Persyaratan
Kemiringan lahan > 8% atau tanah peka terhadap erosi
jurang.
26

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Terjunan ditempatkan pada tempat-tempat tertentu
sepanjang SPA terutama pada bagian SPA yang berlereng
amat curam. Semakin curam lereng, semakin banyak
terjunan yang diperlukan.
b. Pembuatan dan pemeliharaan
Pada titik jatuhan air, permukaan tanah perlu dilindungi
dengan susunan batu atau bambu. Apabila batu mudah
didapat, terjunan dari batu akan lebih baik dibandingkan
dengan terjunan dari bambu atau kayu karena bambu
hanya bertahan 1-2 tahun sehingga biaya pemeliharaannya
mahal.
Menggunakan bahan yang mudah diperoleh di lokasi. Kalau
tidak ada bahan di lokasi, bisa didatangkan dari tempat lain
atau digunakan bahan lain seperti kantong tanah, pasir,
semen, dan batu bata.
Pada bagian bawah terjunan perlu dilengkapi dengan
c. Pemeliharaan
penahan sedimen. Lebih mudah apabila digunakan
beberapa baris (rumput) penguat melintang/memotong
SPA. Pada daerah yang curam, tinggi bangunan terjunan >
75 cm. Untuk tanah peka erosi penahan sedimen tersebut
terbuat dari batu-batu besar. Pada daerah dimana ternak
ruminansia tidak dilepas di ladang, penahan sedimen dapat
berupa beberapa barisan rumput pakan ternak.
Pemeliharaan bangunan terjunan perlu segera dilakukan
apabila nampak adanya kerusakan.
27

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
d. Keuntungan
Apabila bangunan terjunan tidak terlalu tinggi (< 50 cm),
bisa digunakan sebagai tangga.
Bangunan terjunan yang terbuat dari batu, batunya bisa
e. Kerugian
digunakan lagi kalau bangunannya mengalami kerusakan.
Bangunan terjunan dari bambu atau kantong berisi tanah
harus diganti sesudah dua tahun atau kalau telah melapuk,
jadi perlu biaya yang tinggi.
Gambar 8. Penampang terjunan air dari batu (A) dan dari bambu (B)
28

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Lampiran 2. Mulsa bahan hijauan (Sumber: Departemen Pertanian,
2006)
Mulsa dapat berasal dari hijauan hasil pangkasan tanaman
pagar, tanaman strip rumput, dan sisa tanaman. Bahan tersebut
disebarkan di atas permukaan tanah secara rapat untuk menghindari
kerusakan permukaan tanah dari terpaan hujan. Bahan hijauan atau
sisa tanaman juga dapat ditumpuk memanjang searah kontur,
terutama bagi bahan hijauan yang mempunyai struktur memanjang
seperti batang dan daun jagung atau jerami padi dengan maksud
menghambat laju aliran permukaan.
Mulsa biasanya merupakan kombinasi antara sisa tanaman
yang cepat melapuk dan lambat melapuk. Bahan hijauan atau
biomassa yang cepat melapuk (seperti sisa tanaman kacang-kacangan)
berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan hara
secara cepat, sedangkan biomassa yang relatif lambat melapuk
(seperti jerami padi, batang jagung) berguna untuk menghambat laju
aliran permukaan.
29

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Lampiran 3. Rehabilitasi lahan dengan tanaman Mucuna sp.
(Sumber: Sekretariat Tim Pengendali Bantuan
Penghijauan dan Reboisasi Pusat , 1999)
Mucuna sp. atau tanaman koro benguk (Jawa) dapat
digunakan sebagai tanaman rehabilitasi yang dapat menghasilkan
biji berprotein tinggi dan dapat dimakan asal diproses khusus. Biji
Mucuna dapat dibuat tempe, atau setelah direbus kemudian
direndam selama 24 jam dan dapat pula dicampur dengan ubi kayu
untuk meningkatkan mutu gizi ubi kayu.
Ada beberapa macam Mucuna yang umurnya bervariasi dari
4, 8, dan 12 bulan. Untuk upaya rehabilitasi lahan sebaiknya
digunakan Mucuna yang berumur 8 bulan atau lebih karena dapat
menghasilkan bahan hijauan yang lebih banyak.
Keuntungan
Selain menghasilkan biji, daun tanaman Mucuna
mengandung kadar racun HCN yang cukup tinggi sehingga
tidak disukai ternak. Oleh karena itu gangguan pencurian
oleh pencari rumput dapat diatasi dan pemberian bahan
organik dengan tanaman ini lebih terjamin.
Mucuna juga sangat cepat pertumbuhannya, dan dapat
beradaptasi pada berbagai jenis tanah, seperti Mediteran
berkapur (Alfisol), tanah Grumosol atau pada tanah masam
Pertumbuhan Mucuna pada tanah tandus jauh lebih baik
dibandingkan leguminosa lain seperti komak (Dolichus
lablab) dan kacang tunggak (Vigna sinensis)
30

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Pelaksanaan rehabilitasi lahan dengan Mucuna
Persiapkan biji/bibit Mucuna yang daya tumbuhnya baik
Pada tanah yang akan direhabilitasi, lakukan pengolahan
tanah dua kali yang dilaksanakan pada permulaan musim
hujan; bila hujan telah cukup melembapkan tanah,
penanaman dilakukan dengan cara ditugal.
Gunakan jarak tanam 15 cm x 15 cm, tiap lubang tanam
diberi dua biji
Lakukan pemupukan awal dengan SP-36 sebanyak 25 kg
ha -1
Agar membentuk sistem pertanaman lorong (Alley
cropping), penanaman Mucuna dapat diselingi dengan
dengan gamal (Glyricideae sepium) yang berasal dari biji
ditanam rapat mengikuti garis kontur. Jarak antar baris
gamal sekitar 3-5 m.
Penanaman gamal dapat juga berselang-seling dengan
tanaman strip akar wangi (Vetiveria zizanioides) yang
ditanam memotong lereng dan mengikuti kontur pula,
ditanam dalam baris-baris dimana setiap lorong terdiri atas
dua baris.
Setelah berumur dua bulan, biasanya Mucuna sudah
menutup tanah. Tanaman tersebut perlu dibiarkan selama
6-8 bulan, sementara biji yang sudah tua dapat dipanen.
Pada umur 6-8 bulan, tanaman Mucuna dibabat, dan bahan
hijauannya dikembalikan sebagai mulsa atau dibenamkan ke
dalam tanah sewaktu pengolahan tanah.
Tanaman gamal dan vetiver dibiarkan tumbuh sebagai
tanaman pagar.
31

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Lampiran 4. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat Tim
Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat,
1999)
Tanaman penutup tanah pada umumnya adalah jenis legum
menjalar yang ditanam di antara tanaman tahunan/buah-buahan,
secara bergilir dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan
dan sebagai tanaman pemula (pioneer) untuk rehabilitasi lahan
kritis (Gambar 9). Fungsi tanaman penutup adalah untuk
menutupi tanah dari terpaan langsung air hujan, rehabilitasi
lahan kritis, menjaga kesuburan tanah, dan menyediakan bahan
organik. Berbagai tanaman penutup tanah rendah berupa
tanaman legum adalah stilo (Stylosanthes sp.), sentro (Centrosema
sp.), kalopo (Calopogonium sp.), puero atau kudzu (Pueraria sp.),
dan Arachis sp., sedangkan jenis rumput yang dapat ditanam adalah
Brachiaria decumbens (bede).
Tanaman penutup/
Tanah/LCC
Tanaman tahunan/
buah-buahan
Gambar 9. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria javanica)
diantara tanaman tahunan/buah-buahan
32

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Lampiran 5. Teras gulud (Balai Penelitian Tanah, 2007; Sekretariat
Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi
Pusat, 1999)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
rumput penguat gulud dan saluran air pada bagian lereng atasnya.
Saluran air ini berfungsi untuk mengalirkan air aliran permukaan
dari bidang olah ke SPA (Gambar 10).
a. Persyaratan
Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%,
tetapi juga bisa digunakan pada kemiringan 40-60%,
namun kurang efektif.
Teras gulud dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal
(> 20 cm).
Tanah mempunyai kecepatan infiltrasi/permeabilitas
tinggi
b. Pembuatan dan pemeliharaan
Buat garis kontur sesuai dengan interval vertikal (IV) yang
diinginkan. Interval Vertikal yang umum adalah 1-2 m
Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut
ke bagian bawahnya.
Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut
0,1-0,5 % dengan garis kontur menuju ke arah saluran
pembuangan air.
Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian
bawah lereng dan dijadikan guludan.
33

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum
notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau
Vetiveria zizanioides agar guludan tidak mudah rusak.
Diperlukan SPA yang aman (berumput).
c. Keuntungan
Gambar 10. Sketsa penampang samping teras gulud
Biaya dan tenaga kerja pembuatan teras gulud relatif lebih
rendah dibandingkan dengan teras bangku.
Dapat dilakukan pada tanah-tanah bersolum agak dangkal.
d. Kerugian
Apabila rumput penutup/penguat guludan belum tumbuh
sempurna, guludan tidak stabil sehingga mudah
dihanyutkan oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan
lebat.
Bidang olah
Saluran air
Guludan
diperkuat
rumput/legume
Pembentukan teras terjadi secara perlahan
34