10.08.2013 Views

adha siregar.pdf - Balai Penelitian Tanah

adha siregar.pdf - Balai Penelitian Tanah

adha siregar.pdf - Balai Penelitian Tanah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

APLIKASI PUPUK ORGANIK DALAM MENINGKATKAN<br />

EFISIENSI PUPUK ANORGANIK PADA LAHAN SAWAH<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

<strong>Balai</strong> Penellitian <strong>Tanah</strong><br />

ABSTRAK<br />

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting selain<br />

ketersedian bibit unggul, lahan serta tenaga kerja. Pemupukan yang terpadu<br />

(anorganik dan organik) memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan<br />

produksi padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari aplikasi pupuk<br />

organik dalam peningkatan efisiensi pupuk anorganik dan kontribusi sumbangan<br />

hara N, P dan K dari adanya perbaikan sifat kimia serta pengaruhnya terhadap<br />

pertumbuhan dan produksi tanaman padi di rumah kaca. Perlakuan yang<br />

dilaksanakan berupa aplikasi beberapa jenis pupuk organik yang dikombinasikan<br />

dengan beberapa takaran pupuk anorganik (NPK). Hasil penelitian menunjukkan<br />

bahwa dengan pemberian 75% NPK yang dikombinasikan dengan 2 ton/ha<br />

pupuk organik Petroganik berpengaruh dalam meningkatkan ketersedian P tanah.<br />

Dilihat dari pertumbuhan tanaman, perlakuan 75% NPK dengan penambahan 2<br />

ton/ha Petroganik jugan berpengaruh terhadap jumlah anakan, berat kering<br />

gabah dan jerami. Perlakuan ini juga memiliki nilai RAE yang cukup efektif,<br />

sehingga dapat dinyatakan bahwa dengan penambahan 2 ton/ha Petroganik<br />

dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik hingga 25%.<br />

PENDAHULUAN<br />

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan yang sebagian<br />

besar berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa<br />

untuk menyediakan hara terutama N dan C-organik, serta memperbaiki sifat fisik,<br />

kimia dan biologi tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan,<br />

antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut<br />

kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah<br />

tangga, dan pabrik, serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan<br />

pupuk organik sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat<br />

beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar. Pupuk organik dapat diaplikasikan<br />

dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan. Pemakaian pupuk<br />

organik segar memerlukan jumlah yang banyak, sulit penempatannya,<br />

memerlukan waktu dekomposisi lama. Namun demikian, hal ini justru bermanfaat<br />

untuk konservasi tanah dan air, karena dapat melindungi permukaan tanah dari<br />

percikan air hujan. Pengomposan bahan organik dari sisa tanaman dan kotoran<br />

23


24<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

ternak akan memperkecil volume bahan dasar dan mematangkan pupuk<br />

sehingga hara segera tersedia bagi tanaman (Setyorini et al., 2004)<br />

Pupuk organik bukan sabagai pengganti pupuk anorganik tetapi sebagai<br />

komplementer. Pupuk organik dapat mensuplai sebagian hara tanaman. Dengan<br />

demikian pupuk organik harus digunakan secara terpadu dengan pupuk<br />

anorganik untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman secara<br />

berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh karena itu penggunaan pupuk kimia<br />

buatan yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik dapat merusak<br />

struktur tanah dan mengurangi aktivitas biologi tanah.<br />

Fungsi kimia dari pupuk organik adalah sebagai penyediaan hara makro<br />

(N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe,<br />

meskipun secara kuantitatif pupuk organik sedikit mengandung unsur hara, tetapi<br />

pupuk organik mampu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta<br />

dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn<br />

sehingga logam-logam ini tidak meracuni. Fungsi fisika pupuk organik adalah<br />

memperbaiki struktur tanah karena bahan organik dapat “mengikat” partikel tanah<br />

menjadi agregat yang mantap; memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga<br />

daya pegang air (water holding capacity) tanah menjadi lebih baik dan<br />

pergerakkan udara (aerasi) di dalam tanah juga menjadi lebih baik, dan<br />

mengurangi energi dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Dengan<br />

cukupnya tersedia bahan organik maka aktivitas organisme tanah yang juga<br />

mempengaruhi ketersediaan hara, siklus hara.<br />

Penerapan pemupukan berimbang berdasarkan hasil uji tanah dipadukan<br />

dengan pupuk organik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan<br />

pupuk serta memperbaiki produktivitas tanah pertanian. Dimana jika pemupukan<br />

anorganik digunakan melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis akan<br />

berdampak terhadap pelandaian produksi (Adiningsih dan Soepartini, 1995).<br />

Berdasarkan data empiris hasil uji efektivitas pupuk organik menunjukkan bahwa<br />

pupuk organik dapat mengefisienkan pupuk anorganik (NPK) sekitar 25 sampai<br />

50%, walaupun sebenarnya sumbangan hara N, P, dan K dari pupuk organik<br />

relatif kecil sekitar 5-10%, tergantung dari tingkat mineralisasi dari pupuk organik<br />

tersebut. Hal ini berarti 20 sampai 40% penyediaan hara N, P dan K berasal dari<br />

perbaikan sifat fisik tanah dan biologi tanah.<br />

Aplikasi pupuk organik pada lahan sawah diharapkan dapat mengurangi<br />

dosis pupuk anorganik. Sumber pupuk organik yang dapat dimanfaatkan<br />

diantaranya jerami dan pupuk kandang. <strong>Penelitian</strong> ini memanfaatkan kedua<br />

sumber pupuk organik tersebut serta satu pupuk organik komersil. Dipilihnya


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

jerami salah satu sumber pupuk organik dalam penelitian ini dikarenakan<br />

berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengembalian jerami ke dalam lahan<br />

sawah sama artinya dengan memupuk kalium, karena 80% kandungan K pada<br />

tanaman padi terdapat dalam jerami. Oleh karena itu, jerami mempunyai nilai<br />

strategis yang tinggi untuk lahan sawah.<br />

Pemberian bahan organik ke dalam tanah selain ditujukan sebagai sumber<br />

hara makro, mikro dan asam-asam organik juga berperan sebagai bahan<br />

pembenah tanah untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah<br />

dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian diatas tujuan penelitian adalah untuk<br />

mempelajari aplikasi pupuk organik dalam peningkatan efisiensi pupuk anorganik<br />

dan kontribusi sumbangan hara N, P dan K dari adanya perbaikan sifat kimia<br />

serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi di rumah<br />

kaca.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

<strong>Penelitian</strong> dilaksanakan di rumah kaca pada bulan Juli-Oktober 2010<br />

dengan menggunakan bahan tanah Inceptisol. <strong>Penelitian</strong> ini menggunakan<br />

Rancangan Lengkap Faktorial dengan 11 perlakuan dengan tiga ulangan dengan<br />

perlakuan sebagai berikut :<br />

1. Kontrol<br />

2. Pupuk standar NPK<br />

3. Pupuk NPK + 2 t/ha kompos jerami<br />

4. Pupuk NPK + 2 t/ha pukan sapi<br />

5. Pupuk NPK + 2 t/ha petroganik<br />

6. 50% pupuk NPK + 2 t/ha kompos jerami<br />

7. 50% pupuk NPK + 2 t/ha pukan sapi<br />

8. 50% pupuk NPK + 2 t/ha petroganik<br />

9. 75% pupuk NPK + 2 t/ha kompos jerami<br />

10. 75% pupuk NPK + 2 t/ha pukan sapi<br />

11. 75% pupuk NPK + 2 t/ha petroganik<br />

Parameter sifat kimia tanah diamati pada 1 dan 2 bulan meliputi pH, N<br />

anorganik (N-NO3 dan N-NH4), P tersedia (ekstrak Olsen), dan K dapat ditukar<br />

(ekstrak Amonium asetat 1 M pH 7). Analisis tanah dilakukan terhadap perlakuan<br />

terpilih. Untuk mempelajari pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk organik<br />

terhadap pertumbuhan dan produksi padi dilakukan pengukuran tinggi tanaman<br />

dan jumlah anakan pada saat umur 2, 4, 6, dan 8 MST serta komponen panen<br />

yaitu berat basah dan kering jerami serta gabah.<br />

25


26<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan dilakukan analisis<br />

ragam (anova) dan analisis pengujian beda antar perlakuan diuji dengan uji beda<br />

nyata Duncan pada selang kepercayaan 5%. Efektivitas pupuk dihitung dengan<br />

menggunakan relative agronomic effectiveness (RAE). RAE adalah perbandingan<br />

antara kenaikan hasil karena penggunaan pupuk yang diuji dengan kenaikan<br />

hasil pada pupuk standar dikalikan 100 % (Machay et al., 1984).<br />

Hasil pada pupuk yang diuji – hasil pada kontrol<br />

RAE = x 100%<br />

Hasil pada pupuk standar – hasil pada kontrol<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Karakteristik pupuk organik<br />

Sumber pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos<br />

jerami, pupuk kandang (pukan) sapi serta pupuk organik granul komersil<br />

‘Petroganik”. Karakteristik sumber pupuk organik yang digunakan tersaji pada<br />

Tabel 1.<br />

Tabel 1. Karakteristik pupuk organik<br />

No. Parameter Kompos jerami Pukan sapi Petroganik<br />

1. pH H2O 7,6 8,1 4 – 8<br />

2. Kadar air (%) 6,29 16,24 4 – 12<br />

3. C-organik (%) 35,23 19,68 12,5<br />

4. N-organik (%) 1,19 1,25<br />

5. NH4 (%) 0,17 0,17<br />

6. NO3 (%) 0,07 0,03<br />

7. N-total (%) 1,43 1,45<br />

8. C/N 30 16 12,5<br />

9. P2O5 (%) 0,74 0,48<br />

10. K2O (%) 1,60 1,46<br />

11. CaO (%) 0,80 1,67<br />

12. MgO (%) 0,33 0,81<br />

13. S (%) 0,03 0,13<br />

Berdasarkan karakteristik yang ada, dapat diketahui bahwa ketiga sumber<br />

pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan C-organik<br />

dan hara yang cukup dan telah memenuhi persyaratan teknis yang berlaku untuk<br />

pupuk organik. Selanjutnya, untuk hasil analisis tanah awal diketahui bahwa


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

tanah Inceptisol yang digunakan ini memiliki kandungan C organik yang rendah<br />

1,20%, N organik 0,14% (rendah), P2O5 (ekstrak HCl 25%) tergolong sedang 32,7<br />

mg/100 g dan K2O (ekstrak HCl 25%) 15,7 mg/100 g tergolong rendah.<br />

Pengaruh perlakuan terhadap beberapa sifat kimia dan biologi tanah<br />

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan maka dilakukan analisis<br />

beberapa sifat kimia tanah. Kimia tanah sawah merupakan sifat tanah sawah<br />

yang sangat penting dalam hubungannya dengan teknologi pemupukan yang<br />

efisien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara pemupukan harus<br />

mempertimbangkan sifat kimia tersebut. Berdasarkan hasil analisa tanah<br />

terhadap parameter yang diamati pada 1 BST, 2 BST dan 3 BST (bulan setelah<br />

tanam) diketahui bahwa pH tanah pada perlakuan pupuk organik umumnya lebih<br />

tinggi dibandingkan kontrol pada setiap waktu pengamatan (Tabel 2). Kondisi ini<br />

menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan bahan organik, pH dapat<br />

meningkat dan akan berpengaruh terhadap ketersediaan hara nantinya.<br />

Tabel 2. Hasil analisis pH <strong>Tanah</strong> pada perlakuan terpilih umur 1, 2, dan 3 BST<br />

pH (1:5) pH (1:5)<br />

No. Perlakuan<br />

H2O KCl<br />

1 BST 2 BST 3 BST 1 BST 2 BST 3 BST<br />

1. Kontrol 6,28 6,05 6,22 5,11 5,04 5,23<br />

2. NPK standar 6,40 6,08 6,22 5,23 4,93 5,23<br />

3. 75% NPK + 2 t jerami 6,50 6,10 6,40 5,32 5,02 5,40<br />

4. 75% NPK + 2 t pukan sapi 6,49 5,80 6,38 5,10 5,05 5,28<br />

5. 75% NPK + 2 t petroganik 6,49 6,17 6,37 5,40 5,08 5,28<br />

Selanjutnya untuk parameter NO3 tanah, terlihat pada Gambar 1 bahwa<br />

pada 2 BST secara umum terjadi penurunan jika dibandingkan dengan 1 BST<br />

dan hal yang senada juga terjadi terhadap kandungan NH4. Hal ini dapat<br />

disebabkan oleh proses denitrifikasi, terbentuknya gas N2O atau N2 yang hilang ke<br />

udara serta kehilangan N juga terjadi pada lapisan air yang pH nya tinggi melalui<br />

+<br />

proses volatilisasi NH3 (Prasetyo et al., 2004).<br />

27


28<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Gambar 1. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan NO3 tanah<br />

Gambar 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan NH4 tanah


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan P2O5 tanah<br />

Berdasarkan hasil analisis tanah pada perlakuan terpilih, diketahui bahwa<br />

terjadi peningkatan kandungan P2O5 dalam tanah pada 2 BST (Gambar 3).<br />

Peningkatan fospor tersedia pada masing-masing perlakuan berkisar 0,61 –<br />

46,2%, dimana dari 2 ton/ha kompos jerami yang diaplikasikan menyumbangkan<br />

P2O5 sekitar 14,8 kg dan pukan sapi 9,6 kg P2O5. Menurut Prasetyo (2004),<br />

peningkatan ketersediaan P akibat penggenangan disebabkan oleh pelepasan P<br />

yang dihasilkan selama proses reduksi. Terkait dengan penambahan bahan<br />

organik yang berasal dari pupuk organik yang diberikan pada penelitian ini, maka<br />

dapat dinyatakan bahwa peningkatan P tanah dapat berasal dari proses pelepasan<br />

asam organik selama dekomposisi anaerob dari bahan organik pada kondisi<br />

tanah tergenang sehingga dapat meningkatkan kelarutan dari senyawa Ca-P<br />

maupun Fe-P dan Al-P melalui proses khelasi ketiga kation tersebut (Ca, Fe, Al).<br />

Dimana menurut Diamond (1985) menyatakan bahwa pada tanah Ultisol, Oxisol,<br />

Inceptisol tertentu dan sulfat masam, masalah kekahatan P pada tanah sawah<br />

merupakan masalah penting untuk tanaman padi. Peningkatan konsentrasi P<br />

dalam larutan tanah akan meningkat pada awal penggenangan dan kemudian<br />

menurun untuk semua jenis tanah, tetapi nilai tertinggi dan waktu terjadinya<br />

bervariasi tergantung sifat tanah (Yoshida, 1981)<br />

Selanjutnya, hasil analisis tanah terhadap parameter P inorganik, total<br />

labile P, total P, P organik dan residu P pada perlakuan terpilih tersaji pada<br />

Gambar 4,5,6,7 dan 8. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kandungan Pinorganik<br />

tertinggi terdapat pada perlakuan 75% NPK yang dikombinasikan<br />

29


30<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

dengan 2 t/ha Petroganik (Gambar 4) . Secara umum, terlihat bahwa kandungan<br />

P-inorganik terlihat meningkat pada pengamatan 2 BST, hal ini dapat diduga<br />

karena pada saat tersebut, bahan organik yang ditambahkan telah mengalami<br />

mineralisasi, sehingga kandungan P dalam bentuk inorganik pun meningkat.<br />

Gambar 4. Pengaruh perlakuan terhadap P-inorganik tanah<br />

Hasil analisis tanah terhadap parameter Total Labile P tanah, menunjukkan<br />

bahwa pada perlakuan 75% NPK yang dikombinasikan dengan 2 t/ha Petroganik<br />

(Gambar 5) terlihat mengalami peningkatan pada pengamatan 3 BST<br />

dibandingkan perlakuan terpilih lainnya. Kondisi ini menggambarkan bahwa<br />

dengan penambahan bahan organik dalam hal ini petroganik, dapat memberi<br />

pengaruh positif terhadap nilai Total Labile P tanah. Kondisi senada juga<br />

dinyatakan oleh Supriyadi (2003), bahwa dengan penambahan bahan organik<br />

dapat meningkatkan total labile P tanah. Selanjutnya, Selles et al. (2002)<br />

menyatakan bahwa P labil tanah adalah P tanah yang tersedia bagi tanaman dan<br />

mikroorganisme dalam rentang waktu beberapa hari hingga beberapa minggu,<br />

sedangkan Moderately Labile P tanah adalah P tanah yang tidak langsung<br />

tersedia bagi tanaman.


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

Gambar 5. Pengaruh perlakuan terhadap Total Labile P tanah<br />

Gambar 6. Pengaruh perlakuan terhadap Moderately Labile P tanah<br />

31


32<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Hasil analisis tanah terhadap nilai total P tanah seperti yang tersaji pada<br />

Gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan total P tanah pada<br />

awal pengamatan (1 BST) dibandingkan pada akhir pengamatan (3 BST). Kondisi<br />

ini dapat diduga akibat, ketersediaan P dalam tanah telah diserap oleh tanaman<br />

dalam pertumbuhannya serta digunakan oleh mikroorganisme.<br />

Gambar 7. Pengaruh perlakuan terhadap total P tanah<br />

Gambar 8. Pengaruh perlakuan terhadap P organik tanah


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

Hasil analisis tanah pada perlakuan terpilih terhadap kandungan K2O tanah<br />

dengan ekstrak Amonium asetat 1 M pH 7 menunjukkan hasil bahwa kandungan<br />

K2O tanah pada perlakuan pupuk organik jika dibandingkan kontrol lebih tinggi.<br />

Kandungan K2O tertinggi terlihat pada perlakuan dengan pemberian pupuk<br />

organik asal jerami (Gambar 9). Hal ini dikarenakan pupuk organik asal jerami<br />

memiliki kandungan kalium yang lebih besar dibandingkan pupuk organik lainnya.<br />

Penggunaan jerami sebagai bahan organik dapat meningkatkan efisiensi<br />

penggunaan pupuk N, memperbaiki kesuburan tanah dengan menyediakan unsur<br />

hara terutama K, selain itu dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Adiningsih et al.<br />

1999). Rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0,4% N, 0,02% P, 1,4% K dan<br />

5,0% Si.<br />

Gambar 9. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan K2O <strong>Tanah</strong><br />

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman<br />

Peningkatan pertumbuhan tanaman padi varietas IR-64 yang ditanam<br />

dalam pot pada umur 2 MST hingga 4 MST terlihat mengalami peningkatan tinggi<br />

tanaman rata-rata sebesar 65,76-90,89% dan peningkatan tinggi tanaman padi<br />

pada umur 6 MST hingga 8 MST rata-rata mencapai 2,80-8,97% (Tabel 3). Hal<br />

yang senada juga terjadi pada pertumbuhan anakan padi, tetapi pada saat<br />

tanaman memasuki umur 6 MST pertambahan jumlah anakan sudah tidak terjadi<br />

lagi (Tabel 4).<br />

33


34<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman padi varietas IR-64 di<br />

rumah kaca<br />

No. Perlakuan<br />

Tinggi tanaman<br />

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST<br />

………………………. cm ……………………….<br />

1. Kontrol 34,93 a 57,90 e 80,20 c 86,37 d<br />

2. NPK standar 36,37 a 61,83 cd 90,50 ab 96,53 ab<br />

3. NPK + 2 t jerami 36,30 a 63,17 bcd 89,07 ab 95,60 abc<br />

4. NPK + 2 t pukan sapi 34,93 a 64,77 bc 90,00 ab 98,07 a<br />

5. NPK + 2 t petroganik 35,90 a 68,53 a 92,17 a 96,10 abc<br />

6. 50% NPK + 2 t jerami 34,23 a 61,17 d 86,47 b 90,77 cd<br />

7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 34,20 a 60,87 d 87,90 ab 92,13 bc<br />

8. 50% NPK + 2 t petroganik 36,67 a 65,33 b 89,60 ab 94,70 abc<br />

9. 75% NPK + 2 t jerami 35,40 a 61,43 d 88,17 ab 94,03 abc<br />

10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 35,33 a 62,17 cd 87,60 ab 92,23 bc<br />

11. 75% NPK + 2 t petroganik 35,40 a 63,40 bcd 89,20 ab 91,70 bc<br />

Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf sama dan pada lajur yang sama tidak<br />

berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.<br />

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan tanaman padi varietas IR-<br />

64 di rumah kaca<br />

No. Perlakuan<br />

Anakan padi<br />

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST<br />

………. ………….. rumpun ………. …………..<br />

1. Kontrol 3,00 a 9,67 c 16,67 bc 16,00 de<br />

2. NPK standar 3,00 a 11,33 bc 17,00 bc 18,67 bcd<br />

3. NPK + 2 t jerami 3,00 a 13,00 ab 21,33 ab 19,00 bcd<br />

4. NPK + 2 t pukan sapi 3,00 a 11,33 bc 19,33 abc 19,33 abc<br />

5. NPK + 2 t petroganik 3,00 a 14,33 a 24,33 a 22,00 a<br />

6. 50% NPK + 2 t jerami 3,00 a 10,33 bc 15,33 c 15,33 e<br />

7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 3,00 a 9,33 c 17,00 bc 17,00 cde<br />

8. 50% NPK + 2 t petroganik 3,00 a 12,33 abc 20,33 abc 19,00 bcd<br />

9. 75% NPK + 2 t jerami 3,00 a 9,67 c 17,00 bc 16,67 cde<br />

10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 3,00 a 10,00 c 16,33 bc 16,67 cde<br />

11. 75% NPK + 2 t petroganik 3,00 a 11,33 bc 20,67 abc 20,67 ab<br />

Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf sama dan pada lajur yang sama tidak<br />

berbeda nyata pada Uji DMRT taraf 5%.<br />

Berdasarkan hasil analisis statistik, diketahui bahwa dengan pemberian<br />

75% NPK yang dikombinasikan dengan petroganik dapat memberikan<br />

peningkatan jumlah anakan yang tertinggi (Tabel 4), sedangkan untuk<br />

pertambahan tinggi tanaman pada dosis 50% NPK yang dikombinasikan dengan


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

petroganik 2 t/ha memberikan peningkatan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan<br />

perlakuan yang lain (Tabel 3). Kondisi ini menunujukkan bahwa pemberian<br />

petroganik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi serta<br />

mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik. Dimana dibandingkan dengan<br />

pupuk organik yang lainnya, petroganik memiliki C/N rasio lebih kecil sehingga<br />

proses pelapukan bahan organiknya lebih cepat dan jumlah hara yang<br />

disumbangkan ke tanaman juga semakin baik dan dapat dimanfaatkan untuk<br />

pertumbuhan tanaman.<br />

Perlakuan 75% NPK yang dikombinasikan dengan 2 ton/ha Petroganik<br />

tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK standar terhadap parameter jumlah<br />

dan berat malai, berat basah dan kering gabah serta berat basah dan kering<br />

jerami (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan pemberian<br />

Petroganik sebanyak 2 ton/ha dapat mengefisiensikan pemakaian pupuk<br />

anorganik NPK sebesar 25%. Selain hal tersebut, dengan hasil yang diperoleh<br />

juga menggambarkan bahwa dengan pengelolaan hara yang baik<br />

(mengkombinasikan pupuk anorganik dan organik) berpengaruh terhadap hasil<br />

panen yang diperoleh. Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000) , pengelolaan<br />

hara yang tidak berimbang akan menurunkan hasil padi hingga 40%, dan apabila<br />

disertai dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik maka kehilangan hasil padi<br />

dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya. Oleh karena itu, faktor pengelolaan<br />

hara dan tanaman harus mendapat perhatian yang seimbang.<br />

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap berat kering dan basah gabah serta<br />

jerami tanaman padi varietas IR-64 di rumah kaca<br />

No. Perlakuan<br />

Gabah Jerami<br />

Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering<br />

………………………… gram …………………………<br />

1. Kontrol 15,227 f 12,263 f 30,903 de 13,787 g<br />

2. NPK standar 25,277 a 19,967 ab 49,010 abc 20,137 abc<br />

3. NPK + 2 t jerami 26,283 a 21,223 a 46,523 a-d 20,940 ab<br />

4. NPK + 2 t pukan sapi 21,453 bc 16,313 cde 39,113 b-e 18,213 cde<br />

5. NPK + 2 t petroganik 24,603 a 19,513 ab 55,307 a 21,577 a<br />

6. 50% NPK + 2 t jerami 17,723 ef 14,747 def 31,587 de 15,273 fg<br />

7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 17,673 ef 14,457 ef 32,330 de 16,567 ef<br />

8. 50% NPK + 2 t petroganik 19,577 cde 17,630 bcd 35,343 cde 18,883 bcd<br />

9. 75% NPK + 2 t jerami 21,173 bcd 17,160 b-e 29,620 e 17,717 de<br />

10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 18,360 de 14,897 def 29,790 e 16,503 ef<br />

11. 75% NPK + 2 t petroganik 24,093 ab 19,207 abc 51,673 ab 19,590 a-d<br />

Keterangan : *Angka yang diikuti oleh huruf sama dan pada lajur yang sama tidak berbeda<br />

nyata pada Uji DMRT taraf 5%<br />

35


36<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Selanjutnya hasil analisis jaringan tanaman dan serapan hara tanaman<br />

disajikan pada Tabel 5 dan 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan hara<br />

pada jaringan tanaman pada masing-masing perlakuan relatif tidak jauh berbeda.<br />

Pada perlakuan pemberin 75% pupuk NPK yang dikombinasikan dengan<br />

berbagai pupuk organik, terlihat bahwa pada penambahan Petroganik sebesar 2<br />

ton /ha,memiliki kandungan hara yang lebih tinggi pada jaringan tanaman<br />

dibandingkan pemberian pupuk organik lainnya. Selanjutnya untuk serapan hara,<br />

terlihat juga bahwa pada pelakuan 75% NPK dikombinasikan dengan 2 ton/ha<br />

Petroganik,mampu mnyerap hara lebih baik.<br />

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan hara pada tanaman padi<br />

No. Perlakuan N P K<br />

………………. g/100 g ……………….<br />

1. Kontrol 0,86 0,04 2,34<br />

2. NPK standar 0,74 0,05 2,50<br />

3. NPK + 2 t jerami 0,55 0,12 2,57<br />

4. NPK + 2 t pukan sapi 0,46 0,05 2,64<br />

5. NPK + 2 t petroganik 0,62 0,05 2,55<br />

6. 50% NPK + 2 t jerami 0,77 0,05 2,44<br />

7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 0,55 0,05 2,32<br />

8. 50% NPK + 2 t petroganik 0,67 0,05 2,22<br />

9. 75% NPK + 2 t jerami 0,61 0,05 2,74<br />

10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 0,76 0,05 2,43<br />

11. 75% NPK + 2 t petroganik 0,65 0,06 3,01<br />

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara pada tanaman padi<br />

No. Perlakuan N P K<br />

…………………. g/pot ………………….<br />

1. Kontrol 11,86 0,55 32,62<br />

2. NPK standar 14,90 1,01 50,34<br />

3. NPK + 2 t jerami 11,52 2,51 53,82<br />

4. NPK + 2 t pukan sapi 8,38 0,91 48,08<br />

5. NPK + 2 t petroganik 13,38 1,08 55,02<br />

6. 50% NPK + 2 t jerami 11,76 0,76 37,27<br />

7. 50% NPK + 2 t pukan sapi 9,11 0,83 38,44<br />

8. 50% NPK + 2 t petroganik 12,65 0,94 41,92<br />

9. 75% NPK + 2 t jerami 10,81 0,89 48,54<br />

10. 75% NPK + 2 t pukan sapi 12,54 0,83 40,10<br />

11. 75% NPK + 2 t petroganik 12,73 1,18 58,97


Aplikasi Pupuk Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik<br />

Analisis RAE<br />

Berdasarkan dari hasil perhitungan RAE (Relative Agronomic<br />

Effectiveness) diketahui bahwa perlakuan 75% NPK yang dikombinasikan<br />

dengan 2 t/ha petroganik memiliki nilai RAE yang cukup efektif (Tabel 8). Kondisi<br />

ini menunjukkan bahwa dengan penambahan 2 t/ha pupuk organik dalam hal ini<br />

petroganik mampu mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik sebesar 25%.<br />

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap berat kering gabah padi dan RAE<br />

No Perlakuan Berat kering gabah RAE<br />

gram %<br />

1 Kontrol 12,263 f -<br />

2 NPK standar 19,967 ab 100<br />

3 NPK + 2 t jerami 21,223 a 116,3<br />

4 NPK + 2 t pukan sapi 16,313 cde 52,6<br />

5 NPK + 2 t petroganik 19,513 ab 94,1<br />

6 50% NPK + 2 t jerami 14,747 def 32,2<br />

7 50% NPK + 2 t pukan sapi 14,457 ef 28,5<br />

8 50% NPK + 2 t petroganik 17,630 bcd 69,7<br />

9 75% NPK + 2 t jerami 17,160 b-e 63,6<br />

10 75% NPK + 2 t pukan sapi 14,897 def 34,2<br />

11 75% NPK + 2 t petroganik 19,207 abc 90,1<br />

KESIMPULAN<br />

Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik<br />

dapat meningkatkan ketersediaan kandungan P tanah. Terjadi efisiensi<br />

penggunaan pupuk anorganik sebesar 25% pada perlakuan 75% NPK yang<br />

dikombinasikan dengan 2 t/ha petroganik meskipun nilai RAE yang diperoleh<br />

tidak terlampau besar tetapi jika dilihat dari berat kering gabah,diketahui bahwa<br />

antara perlakuan 75%NPK yang dikombinasikan dengan 2 t/ha Petroganik tidak<br />

berbeda nyata dengan perlakuan NPK standar. Dari segi biologi tanah dari<br />

semua perlakuan terpilih, belum terlihat dapat meningkatkan populasi aktinomiset<br />

tetapi populasi bakteri dan jamur mengalami peningkatan dan peningkatan<br />

respirasi tanah terlihat pada perlakuan pukan sapi dan Petroganik.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Adiningsih, J.S dan M. Soepartini. 1995. Pengelolaan Pupa pada Sistem<br />

Usahatani Lahan Sawah. Makalah Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem<br />

Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor 7-9<br />

September 1995. Pusat Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.<br />

37


38<br />

A. Fatmah Siregar dan W. Hartatik<br />

Diamond. 1985. Availability and, management of phosphorus in wetland soils in<br />

relation to soil characteristic. p. 269-283. In Wetland Soil: Characterization,<br />

Classification and Utilizatio. IRRI, Los Banos, Philippines.<br />

Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient<br />

Management. International Rice Research Institute – Potash & Phosphate<br />

Institute (PPI) - Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).<br />

Hanum, H. 2004. Peningkatan Produktivitas <strong>Tanah</strong> Mineral Masam yang Baru<br />

Disawahkan Berkaitan dengan P Tersedia melalui Pemberian Bahan<br />

Organic, Fosfat Alam dan Pencucian Besi. Tesis Program Pascasarjana<br />

Institut Pertanian Bogor. Bogor.<br />

Prasetyo, B. H. 1995. Mineral pada tanah sulfat masam di Pulau Petak,<br />

Kalimantan Selatan. hlm. 85-91 Dalam Risalah Seminar Hasil <strong>Penelitian</strong><br />

<strong>Tanah</strong> dan Agroklimat No.2. Pusat <strong>Penelitian</strong> <strong>Tanah</strong> dan Agroklimat,<br />

Bogor.<br />

Prasetyo, B.H., J.S. Adiningsih, K. Subagyono dan R.D.M. Simanungkalit. 2004.<br />

Mineralogi, Kimia, Fisika dan Biologi <strong>Tanah</strong> Sawah Dalam <strong>Tanah</strong> Sawah<br />

dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat <strong>Penelitian</strong> dan Pengembangan<br />

<strong>Tanah</strong> dan Agroklimat. Bogor.<br />

Selles, F., C.A. Grant and A.M. Johnston. 2002. Conservation Tillage Effects on<br />

Soil Phosphorus Distribution. Better Crops. Vol. 86 N0.3.<br />

Setyorini, D., L.R. Widowati dan S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara<br />

Lahan Sawah Intensifikasi. Dalam <strong>Tanah</strong> Sawah dan Teknologi<br />

Pengelolaannya. Pusat <strong>Penelitian</strong> dan Pengembangan <strong>Tanah</strong> dan<br />

Agroklimat. Bogor.<br />

Setyorini, D., D.A. Suriadikarta dan Nurjaya. 2007. Rekomendasi Pemupukan<br />

Padi di Lahan Sawah Bukaan Baru. Dalam <strong>Tanah</strong> Sawah Bukaan Baru.<br />

<strong>Balai</strong> <strong>Penelitian</strong> <strong>Tanah</strong>. <strong>Balai</strong> Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.<br />

Badan <strong>Penelitian</strong> dan Pengembangan Pertanian. Bogor.<br />

Tisdale, S. L., W. L. Nelson, and J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.<br />

Macmillan Publishing Company, New York, Collier Macmillan, Publishers,<br />

London. 754 p.<br />

Yoshida, S. 1981. Foundamentals of rice crop sciebce. The International Rice<br />

Research Institute, Manila, Philippines.<br />

Wetselaar, R., N. Sri Mulyani, Hadiwahjono, J. Prawirasumantri and A.M.<br />

Damdam. 1984. Deep Point-Placed Urea in a Flooded Soils. Research<br />

Result in West Java. Proceedings of Wokshop on Urea Deep-Placement<br />

Technology. AARD - IFDC.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!