10.08.2013 Views

efikasi formula pembenah tanah biochar dalam berbagai bentuk

efikasi formula pembenah tanah biochar dalam berbagai bentuk

efikasi formula pembenah tanah biochar dalam berbagai bentuk

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2<br />

N.L. Nurida et al.<br />

musim tanam mmampu meningkatkan kualitas sifat kimia (C-organik, Ptersedia,<br />

KTK) dan fisika <strong>tanah</strong> (BD dan PAT) pada <strong>tanah</strong> kering masam<br />

terdegradasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama satu musim<br />

tanam, perbedaan <strong>bentuk</strong> <strong>formula</strong> <strong>pembenah</strong> tanh belum mampu<br />

meningkatkan aktivitas mikroorganisme secara signifikan. Pertumbuhan<br />

tanaman (tinggi tanaman) dan berat biomas kering pada <strong>tanah</strong> yang diberi<br />

SP75 granul yang menunjukkan efektivitas yang rendah dan tidak berbeda<br />

nyata dengan kontrol. Peningkatan tinggi tanaman akibat pemberian<br />

<strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>biochar</strong> mencapai 39,7-69%, tertinggi diperoreh dari<br />

pemberian <strong>formula</strong> KS50 granul. Pemberian <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> mampu<br />

meningkatkan berat biomas kering sekitar 40-204,6%, dan tertinggi dicapai<br />

oleh SP50 serbuk. Efektivitas <strong>bentuk</strong> <strong>formula</strong> <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>biochar</strong><br />

limbah pertanian sangat berkaitan dengan kualitas <strong>formula</strong> tersebut.<br />

Pengemasan <strong>dalam</strong> <strong>bentuk</strong> granul dan pelet akan menyebabkan adanya<br />

perbedaan kualitas <strong>formula</strong> <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> karena pengemasan <strong>dalam</strong><br />

<strong>bentuk</strong> granul dan pelet memerlukan proses pemanasan secara tidak<br />

langsung.<br />

PENDAHULUAN<br />

Kebijakan pertanian lima tahun ke depan diarahkan untuk<br />

meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan produksi <strong>berbagai</strong><br />

komoditas unggulan. Salah satu kebijakan yang mendukung hal tersebut<br />

adalah pemanfaatan sumberdaya lahan yang diarahkan pada perluasan<br />

areal pertanian dengan memanfaatkan lahan sub optimal (lahan kering dan<br />

rawa). Luas lahan kering di Indonesia sekitar 140 juta ha. Lahan kering yang<br />

mempunyai relief datar sampai bergelombang sekitar 52 juta ha dan sekitar<br />

49 juta berada pada wilayah iklim basah, sedangkan sisanya 3 juta ha di<br />

wilayah beriklim kering (Mulyani dan Agus, 2006).<br />

Kondisi lahan kering terdegradasi termasuk lahan tidur (lahan alangalang)<br />

umumnya ditandai dengan struktur <strong>tanah</strong> yang jelek, kandungan Corganik<br />

sangat rendah, dan kemampuan meretensi air rendah. Agar lahan<br />

kering terdegradasi tersebut mampu berproduksi secara normal maka perlu<br />

diawali dengan upaya rehabilitasi lahan, misalnya dengan pemberian<br />

<strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong>. Berbagai <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> telah digunakan seperti emulsi<br />

aspal (Lenvain et al, 1973, Suwardjo et al., 1973), emulsi bitumen (Nugroho

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!