14.08.2013 Views

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping dan ...

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping dan ...

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

110<br />

JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2013, Volume I (2), 101 - 113<br />

rampilan problem solving seperti misalnya<br />

<strong>ayah</strong> mengajarkan bagaimana berperilaku<br />

yang sesuai, menyelesaikan konflik <strong>dan</strong> ber<br />

interakasi dengan orang lain. Ayah berperan<br />

<strong>dan</strong> berkontribusi <strong>dalam</strong> perkembangan po<br />

tensi sosial dengan mengenalkan remaja pada<br />

berbagai hal positif yang dapat berguna bagi<br />

remaja. Amato & Rivera (1999) menyatakan<br />

bahwa keterlibatan <strong>ayah</strong> <strong>dalam</strong> <strong>pengasuhan</strong><br />

merupakan peran <strong>ayah</strong> yang terkategorisasi<br />

kan <strong>dalam</strong> beberapa cara <strong>pengasuhan</strong> meliputi<br />

penerapan <strong>dan</strong> tanggung jawab mendidik, du<br />

kungan terhadap sekolah, pemenuhan waktu<br />

<strong>dan</strong> berdialog bersama, pujian <strong>dan</strong> kasih sa<br />

yang, mengembangkan potensi atau bakat <strong>dan</strong><br />

memberikan perhatian.<br />

Kassotaki (2000) mengatakan bahwa pe<br />

ranan <strong>ayah</strong> memberikan dorongan pada rema<br />

ja untuk berprestasi. Hubungan yang hangat,<br />

penuh dengan kasih sayang <strong>dalam</strong> mendidik<br />

remaja, akan mendorong remaja agar mau<br />

berusaha keras untuk mencapai prestasi <strong>dan</strong><br />

akan mendorong remaja lebih berhasil, tetapi<br />

sebaliknya jika terlalu kaku atau otoriter jus<br />

tru akan mematikan semangat belajar remaja.<br />

Peran <strong>ayah</strong> <strong>dalam</strong> <strong>pengasuhan</strong> akan memben<br />

tuk jiwa remaja menjadi jiwa yang lebih man<br />

diri, <strong>dan</strong> mau berusaha keras untuk mencapai<br />

prestasi yang lebih baik, <strong>dan</strong> menjadikan rema<br />

ja yang berhasil, begitupun sebaliknya remaja<br />

yang <strong>dalam</strong> <strong>pengasuhan</strong>nya terlalu kaku akan<br />

mengakibatkan dampak yang tidak baik pula<br />

bagi remaja tersebut.<br />

Pengujian hipotesis ketiga membuktikan (r<br />

= 0,33, p = 0,003) berarti ada hubungan positif<br />

yang signifikan antara <strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> dengan<br />

resiliensi, sehingga semakin tinggi (posi<br />

tif) <strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> maka semakin tinggi<br />

resiliensi, demikian juga sebaliknya semakin<br />

rendah tingkat <strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> maka se<br />

makin rendah resiliensi. Remaja yang mem<br />

punyai <strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> yang baik, mereka<br />

akan berusaha menyelesaikan masalahnya de<br />

ngan baik, tidak mudah menyerah <strong>dan</strong> mampu<br />

menghadapi keadaan yang sangat sulit sekali<br />

pun. Davey, Eaker & Walters (2003); Mandleco<br />

& Peery (2000) menunjukkan bahwa dengan<br />

<strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> yang tinggi, maka indi<br />

vidu akan melakukan berbagai usaha <strong>dalam</strong><br />

menyelesaikan sebuah permasalahan. Keyaki<br />

nan akan <strong>kemampuan</strong> <strong>dalam</strong> menyelesaikan<br />

permasalahan, individu akan mampu mencari<br />

penyelesaian masalah dari permasalahan yang<br />

ada, tidak mudah menyerah terhadap berbagai<br />

kesulitan. Dengan <strong>kemampuan</strong> <strong>coping</strong> yang<br />

tinggi, maka individu akan melakukan ber<br />

bagai usaha <strong>dalam</strong> menyelesaikan sebuah per<br />

masalahan.<br />

Remaja yang resilien akan mampu bang<br />

kit kembali dari keadaan yang terpuruk seka<br />

lipun, setelah mampu menghadapi masalah<br />

tersebut, remaja akan lebih meningkatkan<br />

kualitas <strong>kemampuan</strong> dirinya, menjadi lebih<br />

baik lagi <strong>dan</strong> mampu mengembangkan potensi<br />

yang dimilikinya. Resnick (2000) menunjuk<br />

kan bahwa individu yang resilien dapat mampu<br />

pulih kembali (bounce back) setelah mengala<br />

mi kondisi yang sulit. Setelah mengalami <strong>dan</strong><br />

mampu untuk berhadapan kondisi yang sulit,<br />

individu akan mengalami peningkatan kuali<br />

tas <strong>dan</strong> <strong>kemampuan</strong> diri. Remaja yang resilien<br />

akan mampu beradaptasi secara positif dari<br />

tekanan yang dialaminya. Hal ini sama dengan<br />

pernyataan Rew & Horner (2003) menyatakan<br />

bahwa resiliensi yang dimiliki individu sangat<br />

menentukan apakah seseorang mampu ber<br />

adaptasi secara positif terhadap tekanan atau<br />

tidak. Dalam menghadapi berbagai perma<br />

salahan diperlukan <strong>kemampuan</strong> individu agar<br />

dapat beradaptasi terhadap kondisi tersebut di<br />

mana dapat meningkatkan potensi diri setelah<br />

menghadapi situasi yang penuh tekanan.<br />

Se<strong>dan</strong>gkan remaja yang tidak resilien me<br />

reka akan sulit <strong>dalam</strong> menghadapi masalah<br />

yang se<strong>dan</strong>g dihadapi, mereka cenderung<br />

mencari pelarian untuk sejenak melupakan<br />

<strong>dan</strong> tidak mau menghadapi masalah tersebut,<br />

seperti menggunakan obatobatan terlarang<br />

<strong>dan</strong> minumminuman keras, <strong>dan</strong> mengalami<br />

depresi yang berkepanjangan. Rouse (2001)<br />

menyatakan bahwa remaja yang tidak mampu<br />

menghadapi keadaan sulit atau masalah se<br />

cara efektif sehingga berdampak pada mental<br />

<strong>dan</strong> perilaku yang negatif seperti mengguna<br />

kan obatobatan <strong>dan</strong> alkohol sebagai pelarian,<br />

mengalami stres <strong>dan</strong> depresi.<br />

Akan tetapi remaja yang mampu meng<br />

hadapi segala permasalahan, remaja akan<br />

mampu beradaptasi secara positif terhadap<br />

berbagai masalah yang sangat sulit sekali<br />

pun, sehingga remaja dapat berprestasi <strong>dan</strong><br />

mempunyai hubungan sosial yang baik pula.<br />

Zdrojewski (2008) menunjukkan bahwa di sisi<br />

lain terdapat remaja yang mampu menghadapi<br />

berbagai permasalahan atau stresor yang ada,<br />

mereka mampu beradaptasi secara positif ter<br />

hadap berbagai kondisikondisi yang menekan,<br />

sehingga remaja tetap dapat berprestasi secara<br />

akademik, menyelesaikan studi tepat waktu,<br />

<strong>dan</strong> mempunyai hubungan sosial yang baik.<br />

Individu yang mengalami berbagai permasala<br />

han <strong>dan</strong> kekacauan karena stress kemudian

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!