identifikasi kesalahan menyelesaikan kalkulus lanjut mahasiswa
identifikasi kesalahan menyelesaikan kalkulus lanjut mahasiswa
identifikasi kesalahan menyelesaikan kalkulus lanjut mahasiswa
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
IDENTIFIKASI KESALAHAN MENYELESAIKAN KALKULUS LANJUT<br />
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA<br />
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO<br />
Erni Puji Astuti<br />
Program Studi Pendidikan Matematika<br />
Universitas Muhammadiyah Purworejo<br />
email: 3rniee.ast84@gmail.com<br />
Abstract<br />
This research purpose is to know kind of errors in solving the problems in<br />
advanced calculus related to: 1) pre-calculus; 2) the function of two<br />
variables, partial derivatives; 3) the integral function of two variables; 4)<br />
drawing D area, as the most error found in solving the problem; 5) precalculus;<br />
6) partial derivative of the function of two variables; 7) the integral<br />
function of two variables; and 8) criteria for mastery in problem-solving<br />
information calculus. This research was conducted in 2006 with the subject<br />
throughout the third semester students of Mathematics Education of<br />
Muhammadiyah University of Purworejo, Academic year 2005/2006 with<br />
78 students. The technique to collect the data was test method with<br />
descriptive persentative analysis. The results showed that the average errors<br />
in solving the problems in advanced calculus related to: 1) pre-calculus was<br />
10.21% which was completely done; 2) partial derivative of the function of<br />
two variables was 36.45% which was done ; 3) the integral function of two<br />
variables was 20.35% which was done; 4) drawing of D was 45.90% which<br />
was almost done; 5) completing system equation fy(x,y) = 0 was 34.62%; 6)<br />
partial derivative of error function of two variables in determining the results<br />
of the partial derivative of x with the chain rule in the standard form f(u) =<br />
ln n u was 90.74%; 7) determining the outcome of integration into the y was<br />
28.80%, and 8) the average error in the solution of problems of the advanced<br />
calculus middle exam and final exam was 28.23% which was completely<br />
done.<br />
Kata kunci : jenis <strong>kesalahan</strong>, <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong>, tuntas<br />
PENDAHULUAN<br />
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi dalam proses belajar<br />
mengajarnya dikenal dengan istilah perkuliahan. Dalam proses perkuliahan, dosen<br />
berperan menyampaikan dan menjelaskan materi, agar dapat dipahami dan<br />
dikuasai oleh <strong>mahasiswa</strong>. Namun perlu disadari bahwa kemampuan setiap<br />
<strong>mahasiswa</strong> itu berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> soal. Dari hasil penyelesaian soal tersebut dapat diketahui apakah<br />
<strong>mahasiswa</strong> itu mampu <strong>menyelesaikan</strong> soal dengan benar atau mereka melakukan<br />
<strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tersebut.<br />
Kesalahan-<strong>kesalahan</strong> yang dilakukan oleh <strong>mahasiswa</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong><br />
soal, bermula dari <strong>kesalahan</strong>-<strong>kesalahan</strong> ketika mereka duduk di bangku SMA.<br />
Kesalahan-<strong>kesalahan</strong> yang dilakukan oleh <strong>mahasiswa</strong> sudah selayaknya untuk<br />
di<strong>identifikasi</strong>, terutama pada soal yang persentase <strong>kesalahan</strong>nya paling banyak.<br />
1
Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut adalah soal yang sulit atau materi<br />
tersebut sulit dikuasai oleh <strong>mahasiswa</strong>. Dengan mengetahui jenis <strong>kesalahan</strong> yang<br />
dilakukan oleh <strong>mahasiswa</strong> maka dapat dicari alternatif pemecahannya agar<br />
<strong>mahasiswa</strong> tidak melakukan <strong>kesalahan</strong> apabila menjumpai soal yang sejenis,<br />
sehingga diharapkan materi tersebut dapat dikuasai oleh <strong>mahasiswa</strong>. Jika suatu<br />
<strong>kesalahan</strong> sudah diperbaiki maka <strong>kesalahan</strong> tersebut tidak akan ber<strong>lanjut</strong> ke materi<br />
berikutnya yang berhubungan dengan materi <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong>. Materi <strong>kalkulus</strong><br />
<strong>lanjut</strong> ini merupakan ke<strong>lanjut</strong>an dari materi pra <strong>kalkulus</strong>, <strong>kalkulus</strong> I dan <strong>kalkulus</strong><br />
II. Materi ini akan lebih diperdalam lagi pada mata kuliah dengan prasyarat<br />
<strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong>, misalnya statistik matematika.<br />
Penelitian ini membahas tentang <strong>identifikasi</strong> <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> soal ujian tengah semester dan ujian akhir semester matakuliah<br />
<strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong>. Berdasarkan latar belakang masalah di atas akan dirumuskan<br />
permasalahan penelitian, yaitu: 1) sejauh mana kemampuan dalam <strong>menyelesaikan</strong><br />
soal <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> pada <strong>mahasiswa</strong> semester III program studi Pendidikan<br />
Matematika; 2) apa saja kemungkinan <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> soal <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> pada <strong>mahasiswa</strong> semester III program studi<br />
Pendidikan Matematika; 3) apakah <strong>kesalahan</strong> tersebut disebabkan mereka kurang<br />
menguasai materi mata kuliah pra <strong>kalkulus</strong>, <strong>kalkulus</strong> I dan <strong>kalkulus</strong> II; 4) jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> apa yang paling banyak dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal <strong>kalkulus</strong><br />
<strong>lanjut</strong> pada <strong>mahasiswa</strong> semester III program studi Pendidikan Matematika.<br />
KAJIAN LITERATUR<br />
Kesalahan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal matematika bersumber dari masalah<br />
kesulitan belajar matematika. Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh<br />
para peserta didik merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian<br />
yang serius. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para<br />
peserta didik akan membawa dampak negatif.<br />
Terdapat tiga jenis kesulitan belajar akademik, diantaranya kesulitan<br />
belajar matematika, Sedangkan beberapa ciri tingkah laku yang merupakan<br />
manifestasi dari gejala kesulitan belajar adalah: 1) menunjukkan hasil belajar<br />
yang rendah atau di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas; 2)<br />
hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; 3) lambat dalam<br />
melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya<br />
dalam <strong>menyelesaikan</strong> tugas sesuai dengan waktu yang tersedia; 4) menunjukkan<br />
sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,<br />
dusta; 5) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti datang terlambat,<br />
tidak mengerjakan tugas, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerjasama; 6)<br />
menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah<br />
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi<br />
tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau<br />
menyesal, dan sebagainya. (Hallen, 2005)<br />
Menurut Munawir (2003) matematika perlu dipelajari berdasarkan<br />
berbagai alasan antara lain sebagai berikut: 1) penalaran dari tata urutan materi<br />
ilmunya dapat berfungsi sebagai sarana berpikir yang jelas dan logis; 2)<br />
pengetahuan dan ketermpilan ilmunya dapat berfungsi sebagai sarana untuk<br />
mempelajari berbagai bidang studi atau mata pelajaran lain; 3) pengetahuan dan<br />
2
keterampilan ilmunya dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang kuat,<br />
ringkas dan jelas; 4) Penalaran yang terkandung di dalamnya mampu berfungsi<br />
sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; 5) pengetahuan<br />
dan keterampilan ilmunya memungkinkan anak untuk mengembangkan<br />
kreativitas; 6) memberikan kepuasan terhadap usaha pemecahan masalah yang<br />
menantang; 7) <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal matematika bermacammacam.<br />
Sedangkan menurut Polya dalam (Herman, 2005) pemecahan masalah<br />
didefinisikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai<br />
suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan<br />
masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini<br />
merupakan suatu proses psikologis yang tidak hanya sekedar melibatkan aplikasi<br />
dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari.<br />
Dalam <strong>menyelesaikan</strong> masalah terdapat empat langkah yang dapat<br />
dilakukan, yaitu: 1) memahami permasalahan yang akan diselesaikan; 2) membuat<br />
perencanaan berkaitan dengan penyelesaian masalah; 3) melakukan penyelesaian<br />
masalah dan 4) melihat kembali penyelesaian yang sudah dikerjakan Polya dalam<br />
(Herman, 2005)<br />
Beberapa penelitian yang mendukung perlunya diadakan penelitian ini<br />
adalah penelitian tentang analisis <strong>kesalahan</strong> penyelesaian soal persamaan<br />
differensial biasa orde satu pada <strong>mahasiswa</strong> semester V Universitas<br />
Muhammadiyah Purworejo yang hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan<br />
<strong>mahasiswa</strong> tidak menguasai konsep-konsep yang merupakan prasyarat bagi materi<br />
persamaan differensial, seperti turunan dan integral, dengan jumlah lebih dari<br />
40% (Siti, 2002)<br />
Penelitian yang senada dengan <strong>kesalahan</strong> adalah penelitian tentang jenisjenis<br />
kesulitan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal cerita yang berkaitan dengan pokok<br />
bahasan peluang pada siswa kelas II semester I SMU Pancasila Purworejo tahun<br />
pelajaran 2002/2003. Dari hasil penelitian ini ditemukan jenis-jenis kesulitan yang<br />
dialami siswa dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal cerita yang berkaitan dengan pokok<br />
bahasan peluang adalah: 1) kesulitan mengingat rumus sebanyak 46,3%; 2)<br />
kesulitan menggunakan rumus sebanyak 22,5%; 3) kesulitan <strong>menyelesaikan</strong><br />
operasi hitung sebanyak 33,4%; 4) <strong>kesalahan</strong> menentukan ruang sampel sebanyak<br />
56,7%; e) <strong>kesalahan</strong> menentukan suatu kejadian sebanyak 53,6%; dan 5)<br />
<strong>kesalahan</strong> mengubah soal cerita ke dalam model matematika yang menggunakan<br />
rumus kombinasi teknik hitung dan peluang sebanyak 90,0%. Sedangkan rata-rata<br />
jenis <strong>kesalahan</strong> sebanyak 50,4% (Atika, 2003).<br />
METODE PENELITIAN<br />
Penelitian tentang <strong>identifikasi</strong> <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal Kalkulus<br />
Lanjut <strong>mahasiswa</strong> semester III Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas<br />
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo ini<br />
dilaksanakan selama 11 bulan dari bulan November 2005 sampai dengan bulan<br />
Agustus 2006. Kesalahan-<strong>kesalahan</strong> yang dimaksud dalam <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> berasal<br />
dari materi pra <strong>kalkulus</strong>, turunan fungsi dua peubah di <strong>kalkulus</strong> I, integral fungsi<br />
dua peubah di <strong>kalkulus</strong> II dan di <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> serta gambar daerah D di <strong>kalkulus</strong><br />
II. Kesalahan-<strong>kesalahan</strong> yang berasal dari pra <strong>kalkulus</strong> berkaitan dengan<br />
matematika SMA program IPA.<br />
3
Subjek dalam penelitian ini adalah semua <strong>mahasiswa</strong> semester III Program<br />
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />
Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2005/2006. Data<br />
diperoleh melalui tes yang mengacu pada latihan-latihan Kalkulus Lanjut di buku<br />
Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2 oleh Edwin J. Purcell Dale Varberg yaitu<br />
pada soal-soal 15.2 nomor 3,7, 8, 10, 11, 12, 14, dan 15; soal-soal 15.8 nomor 2;<br />
soal-soal 16.2 nomor 3; dan soal-soal 16.3 nomor 13, 14, 21, 26, dan 35. Selain itu<br />
juga mengacu pada latihan-latihan Kalkulus Lanjut di buku Kalkulus dan Ilmu<br />
Ukur Analitik jilid 3 oleh Louis Leithold yaitu pada latihan 15.4 nomor 3, 6, 15,<br />
18, dan 26; latihan 16.3 nomor 14, 16, dan 22; dan latihan 17.2 nomor 9, 25, dan<br />
26.<br />
Soal–soal yang menjadi instrument dalam penelitian ini dinyatakan dalam<br />
bentuk tes uraian, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang<br />
langkah-langkah dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal. Dari jawaban tes tersebut dilakukan<br />
analisis untuk mengetahui jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong><br />
soal <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> tentang turunan parsial fungsi dua peubah, penggunaan<br />
turunan fungsi dua peubah dan integral fungsi dua peubah. Sedangkan analisis<br />
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif persentase karena<br />
peneliti ingin mengetahui persentase jenis <strong>kesalahan</strong> tanpa merumuskan hipotesis<br />
PEMBAHASAN<br />
Dari hasil pengolahan data diperoleh jenis <strong>kesalahan</strong> dari masing-masing sub<br />
pokok bahasan. Terdapat tiga sub pokok bahasan yang penulis teliti yaitu turunan<br />
parsial fungsi dua peubah, penggunaan turunan fungsi dua peubah dan integral<br />
fungsi dua peubah. Jenis <strong>kesalahan</strong> tersebut diperoleh dengan cara<br />
menggabungkan <strong>kesalahan</strong>-<strong>kesalahan</strong> yang sejenis dari setiap soal.<br />
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan <strong>mahasiswa</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal,<br />
perlu dicari persentasenya. Persentase dari jenis <strong>kesalahan</strong> dapat dilihat pada<br />
pengolahan data di atas. Dari setiap jenis <strong>kesalahan</strong> yang ada pada pengolahan<br />
data mempunyai persentase yang berbeda-beda. Jenis <strong>kesalahan</strong> yang paling<br />
banyak dilakukan oleh <strong>mahasiswa</strong> adalah <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil<br />
turunan parsial ke-x dengan aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = ln n u.<br />
Persentase dari <strong>kesalahan</strong> itu sebesar 90,74%. Sedangkan jenis <strong>kesalahan</strong> yang<br />
jarang dilakukan adalah <strong>kesalahan</strong> dalam penulisan simbol turunan parsial ke-dua<br />
ke-x, <strong>kesalahan</strong> dalam penulisan simbol turunan parsial kedua ke-y, dan <strong>kesalahan</strong><br />
dalam penulisan simbol turunan parsial kedua ke-x kemudian ke-y. Ketiga jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> tersebut mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 1,28%.<br />
Pada jenis <strong>kesalahan</strong> yang persentasenya > 20% terdapat 45 jenis <strong>kesalahan</strong>,<br />
sedangkan untuk jenis <strong>kesalahan</strong> yang persentasenya ≤ 20% terdapat 40 jenis<br />
<strong>kesalahan</strong>. Pada pembahasan data berikut ini akan dibahas jenis <strong>kesalahan</strong> yang<br />
persentasenya >20%. Dari 45 jenis <strong>kesalahan</strong> tersebut akan dibahas mulai dari<br />
<strong>kesalahan</strong> yang persentasenya paling besar sampai dengan <strong>kesalahan</strong> yang<br />
persentasenya paling rendah.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan rantai<br />
dalam bentuk baku f(u) = ln n u diperoleh persentase sebesar 90,74%. Berikut ini<br />
contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
4
Soal<br />
3<br />
2<br />
: f x, y<br />
ln 2x 3y<br />
<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
3 2 2x 3y<br />
<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2<br />
2<br />
x 3y<br />
x<br />
2<br />
2<br />
3 ln 2x 3y<br />
<br />
2<br />
ln2 x 3y<br />
<br />
1<br />
=<br />
2<br />
2x<br />
3y<br />
x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai<br />
dengan benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari ln n u dengan u<br />
sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = ln n u diperoleh persentase sebesar 90,57%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
3<br />
2<br />
Soal : f x, y<br />
ln 2x 3y<br />
<br />
3 2<br />
Responden kebanyakan menjawab : ln2 x 3y<br />
<br />
2<br />
2x<br />
3y<br />
y<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
x<br />
2<br />
2<br />
3 ln 2x 3y<br />
<br />
2<br />
2<br />
3 ln 2x 3y<br />
<br />
2<br />
2<br />
3 ln 2 3y<br />
<br />
2<br />
ln2 x 3y<br />
<br />
y<br />
5<br />
2 2x 3y<br />
<br />
2 2x 3y<br />
<br />
1<br />
: x 2<br />
2x<br />
3y<br />
y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari ln n u dengan u sebagai<br />
fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = tan u diperoleh persentase sebesar 78,95%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 3<br />
f x,<br />
y 2 tan 2x<br />
xy<br />
Soal : <br />
Responden kebanyakan menjawab<br />
2 3 2 3<br />
: 2 arc tan 2x xy 2x xy <br />
2 2 3 <br />
Seharusnya sebagai berikut : 2sec 2x xy <br />
2 3<br />
2x xy<br />
x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari tan u<br />
dengan u sebagai fungsi. Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y<br />
dengan aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = tan u diperoleh persentase sebesar<br />
77,19%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 3<br />
f x,<br />
y 2 tan 2x<br />
xy<br />
Soal : <br />
Responden kebanyakan menjawab<br />
2 3<br />
: 2 arc tan 2x xy <br />
2 3 2x xy <br />
2 2 3 <br />
Seharusnya sebagai berikut : 2sec 2x xy <br />
2 3<br />
2x xy<br />
y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari tan u<br />
dengan u sebagai fungsi. Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x<br />
x<br />
y
dengan aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = ln u diperoleh persentase sebesar<br />
59,70%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
4 4<br />
Soal : <br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
f x,<br />
y ln x y<br />
1<br />
4 4<br />
x y<br />
1<br />
x<br />
4<br />
x y<br />
2<br />
1<br />
2 1<br />
4 4<br />
x y<br />
4 <br />
1<br />
4 4 2 x<br />
x y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari ln u dengan u sebagai<br />
fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan rantai<br />
u<br />
dalam bentuk baku y = dengan u sebagai fungsi sinus diperoleh persentase<br />
v<br />
sebesar 59,70%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan :<br />
sin xy<br />
Soal : f x. y<br />
<br />
xy<br />
cos y. xy sin xy.<br />
y<br />
Responden kebanyakan menjawab : 2 2<br />
x y<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2 <br />
xy cos xy xy sin xy.<br />
y<br />
x<br />
xy<br />
=<br />
2 xy cos xy.<br />
y y sin xy<br />
xy<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari sin xy. Kesalahan dalam<br />
menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan rantai dalam bentuk baku y =<br />
u<br />
dengan u sebagai fungsi cosinus diperoleh persentase sebesar 59,32%. Berikut<br />
v<br />
ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2<br />
cos xy<br />
Soal : f x, y<br />
2 3<br />
x y<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2 2<br />
3<br />
2 3<br />
3<br />
sin y . x y 2 cos xy . x y<br />
<br />
2 3 2 2<br />
x y sin xy y <br />
2 2 3<br />
x y<br />
2xy<br />
3<br />
cos xy<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka salah dalam menggunakan rumus turunan<br />
u<br />
untuk y . Selain itu mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan benar<br />
v<br />
dan tidak mengetahui turunan dari<br />
2<br />
cos xy .<br />
2<br />
6
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan rantai<br />
dalam bentuk baku f(u) = ln u diperoleh persentase sebesar 57,81%. Berikut ini<br />
contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
4 4<br />
Soal : <br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
f x,<br />
y ln x y<br />
2 1<br />
1<br />
4 4<br />
x y<br />
4 4 x y <br />
y<br />
2 1<br />
1<br />
4 4<br />
x y<br />
1<br />
4 4 x y 2 y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai yang<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari ln u dengan u sebagai<br />
fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
u<br />
dengan u sebagai fungsi sinus diperoleh<br />
rantai dalam bentuk baku y = v<br />
persentase sebesar 56,25 %.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku y = u.v dengan u sebagai fungsi sinus dan v sebagai<br />
fungsi cosinus diperoleh persentase sebesar 54,79%. Berikut ini contoh jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Soal : f x, y<br />
sin xy.<br />
cos y<br />
Responden kebanyakan menjawab : y cos xy.<br />
cos y sin xy.<br />
sin y<br />
Seharusnya sebagai berikut : y cos xy.<br />
cos y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak bisa membedakan antara konstanta dengan variabel<br />
dan mereka tidak mengetahui turunan dari sin xy.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku y = u.v dengan u sebagai fungsi sinus dan v sebagai<br />
fungsi cosinus diperoleh persentase sebesar 53,25%. Berikut ini contoh jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Soal : f x, y<br />
sin xy.<br />
cos y<br />
Responden kebanyakan menjawab : cosx. cos y sin xy<br />
sin y<br />
Seharusnya sebagai berikut : x cos xy.<br />
cos y sin xy.<br />
sin y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak bisa membedakan antara konstanta dengan variabel.<br />
Jika diturunkan ke-x maka cos y dianggap sebagai konstan dan mereka tidak<br />
mengetahui turunan dari sin xy.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku y = u.v dengan v sebagai fungsi sinus diperoleh<br />
persentase sebesar 52,63%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Soal : f x, y<br />
2xsin<br />
xy<br />
Responden kebanyakan menjawab : 2 sin xy 2x<br />
cos xy.<br />
x<br />
Seharusnya sebagai berikut : 2<br />
x cos xy.<br />
x<br />
7
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak bisa membedakan antara konstanta dengan variabel.<br />
Jika diturunkan ke-y maka 2x dianggap sebagai konstanta.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
u<br />
rantai dalam bentuk baku y = dengan u sebagai fungsi cosinus diperoleh<br />
v<br />
persentase sebesar 51,72%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
cos xy<br />
Soal : f x, y<br />
2 3<br />
x y<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2<br />
3<br />
2 2<br />
4<br />
2sin<br />
xy . x y 3cos<br />
xy . x y<br />
<br />
2 3 2<br />
x y sin xy . 2xy<br />
<br />
2 2 3<br />
x y<br />
2<br />
3x<br />
y<br />
2<br />
cos xy<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak bisa membedakan antara konstan dengan variabel.<br />
Jika diturunkan ke-y maka 2x dianggap sebagai konstanta.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku y = u.v dengan v sebagai fungsi cosinus diperoleh<br />
persentase sebesar 51,35%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 3<br />
Soal : f x, y<br />
2xy<br />
. cos x y<br />
2 3<br />
2<br />
Responden kebanyakan menjawab : 2y<br />
cos x y 2xy<br />
sin 3xy<br />
2 3 3 3 3<br />
Seharusnya sebagai berikut : 2y . cos x y 6x<br />
y . sinx<br />
y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari cos x 3 y.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = ln u n diperoleh persentase sebesar 47,62%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2<br />
f x,<br />
y ln x 2y<br />
Soal : 5<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
2 x 2y<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2 x 2y<br />
=<br />
<br />
x<br />
2 5 <br />
x 2y<br />
x 2y<br />
1 2<br />
1<br />
5<br />
5<br />
<br />
y<br />
2 x 2y<br />
5<br />
2<br />
x 2y<br />
. 5<br />
y<br />
2 4 <br />
x 2y<br />
x 2y<br />
1 2<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar.<br />
Kesalahan dalam menurunkan menganggap sin x sebagai variabel diperoleh<br />
presentase sebesar 46,33%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2<br />
Soal : f x, y<br />
sin 4x<br />
. cos y<br />
2<br />
2<br />
Responden kebanyakan menjawab : cos 4x<br />
. 8x<br />
cos y sin 4x<br />
. sin y<br />
2<br />
Seharusnya sebagai berikut : cos 4x<br />
. 8x<br />
cos y<br />
5<br />
y<br />
2<br />
8
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak dapat membedakan penerapan rumus<br />
y = u.v<br />
Kesalahan dalam menggambar daerah D yang dibatasi oleh dua buah kurva<br />
atau lebih diperoleh presentase sebesar 45,90%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong><br />
yang dilakukan:<br />
Soal : y = x 3 dan x = y 2<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
0<br />
0<br />
y<br />
y<br />
y = x 3<br />
x<br />
x = y 2<br />
y = x 3<br />
x<br />
x = y 2<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak bisa menggambar grafik fungsi y<br />
= x 3 .<br />
Kesalahan dalam menurunkan menganggap sin x sebagai variabel diperoleh<br />
presentase sebesar 45,20%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2<br />
Soal : f x, y<br />
sin 4x<br />
. cos y<br />
2<br />
2<br />
Responden kebanyakan menjawab : 4cos<br />
4x<br />
. cos y 4sin<br />
4x<br />
. sin y<br />
2<br />
Seharusnya sebagai berikut : sin 4x<br />
. sin y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak dapat membedakan penerapan rumus<br />
y = u.v<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku y = u.v dengan v = e a diperoleh persentase sebesar<br />
44,59%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
xy<br />
Soal : f x, y<br />
xe<br />
Responden kebanyakan menjawab : xe xy<br />
x<br />
xy <br />
<br />
xy xy <br />
Seharusnya sebagai berikut : e xe xy<br />
x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar serta tidak bisa membedakan penerapan rumus y = u.v. Selain itu mereka<br />
tidak mengetahui turunan dari e xy .<br />
9
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = sin -1 u diperoleh persentase sebesar 42,42%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
1<br />
3<br />
4<br />
f x,<br />
y sin 2x<br />
y 3xy<br />
Soal : <br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
1<br />
3<br />
4<br />
2x y 3xy<br />
<br />
<br />
3<br />
4<br />
1<br />
( 2x<br />
y 3xy<br />
) x<br />
1 3<br />
4<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2x y 3xy<br />
<br />
3<br />
4 2<br />
1<br />
( 2x<br />
y 3xy<br />
) x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari sin -1 u dengan u sebagai<br />
fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = sin -1 u diperoleh persentase sebesar 40,63%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
1<br />
3<br />
4<br />
Soal : f x, y<br />
sin 2x y 3xy<br />
<br />
1 3<br />
4<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
2x y 3xy<br />
<br />
3<br />
4<br />
1<br />
( 2x<br />
y 3xy<br />
) y<br />
1 3<br />
4<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
2x y 3xy<br />
<br />
3<br />
4 2<br />
1<br />
( 2x<br />
y 3xy<br />
) y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep dalil rantai dengan<br />
benar. Selain itu mereka tidak mengetahui turunan dari sin -1 u dengan u sebagai<br />
fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai diperoleh persentase sebesar 40,12%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong><br />
yang dilakukan:<br />
3 2<br />
Soal : f x, y<br />
5xy<br />
6x<br />
y 7xy<br />
8y<br />
5x<br />
2<br />
Responden kebanyakan menjawab : 5 12 7 8 5<br />
3<br />
y xy y y <br />
Seharusnya sebagai berikut : 5 12 7 5<br />
3<br />
y xy y <br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep turunan pertama<br />
variabel dengan benar. Jika diturunkan ke-x maka 8y dianggap konstanta.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = arc tan u diperoleh persentase sebesar 38,60%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
3x<br />
Soal : f(x,y) = arc tan 3<br />
y<br />
1<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
3x<br />
1<br />
3<br />
y<br />
1<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
3x<br />
<br />
1<br />
<br />
<br />
3 <br />
<br />
y <br />
<br />
x<br />
2<br />
3x<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
3<br />
y <br />
<br />
x<br />
1 <br />
<br />
3x<br />
<br />
3<br />
y <br />
10
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep turunan dari<br />
arc tan u dengan u sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai diperoleh persentase sebesar 20,11%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong><br />
yang dilakukan:<br />
3 2<br />
Soal : f x, y<br />
5xy<br />
6x<br />
y 7xy<br />
8y<br />
5x<br />
2<br />
2<br />
Responden kebanyakan menjawab : 5xy<br />
y 7xy<br />
5x<br />
2 2<br />
Seharusnya sebagai berikut : 15xy<br />
6x<br />
7x<br />
8<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep turunan pertama<br />
variabel dengan benar. Jika diturunkan ke-y maka 5x dianggap konstanta.<br />
Kesalahan dalam <strong>menyelesaikan</strong> persamaan sistem fy(x,y) = 0 diperoleh<br />
persentase sebesar 34,62%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Responden kebanyakan menjawab : 3 6 24 0<br />
2<br />
x x <br />
x 0 x 3 x 2 <br />
0<br />
Seharusnya sebagai berikut : 3 6 24 0<br />
2<br />
x x <br />
3x 4x<br />
2<br />
0<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai penyelesaian persamaan<br />
baik yang linier maupun yang bukan linier.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = ln u diperoleh persentase sebesar 33,80 %.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 3<br />
Soal : f x, y<br />
lnx<br />
y <br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
2<br />
1 2 3 x y <br />
2 3<br />
x y x<br />
1 2 3<br />
Seharusnya sebagai berikut : x y <br />
2 3 x y x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari ln u dengan<br />
u sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = arc sin u diperoleh persentase sebesar 32,00%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 2<br />
Soal : f(x,y) = arc sin 4 x y x<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
2<br />
1 2 2<br />
(4x y + x)<br />
2 2<br />
1<br />
4x<br />
y x x<br />
1 2 2<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
(4x y + x)<br />
2 2<br />
1<br />
4x<br />
y x<br />
x<br />
2<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari arc sin u<br />
dengan u sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil pengintegralan ke-y diperoleh<br />
persentase sebesar 28,80%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan<br />
3<br />
<br />
1<br />
2<br />
Bentuk : 2 2y<br />
<br />
y dy<br />
11
Responden kebanyakan dijawab<br />
1 2 1 3 3<br />
: y + y 1 3 3<br />
2 2<br />
3<br />
3 <br />
Seharusnya sebagai berikut : y y<br />
3 <br />
1<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep pengintegralan<br />
dengan benar.<br />
Kesalahan dalam menuliskan interval yang merupakan proyeksi daerah D ke<br />
sumbu-y atau batas-batas pengitegralan integral lipat dua dari daerah D yang<br />
diproyeksikan ke sumbu-y diperoleh persentase sebesar 28,68%. Berikut ini<br />
contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Bentuk : D = , y<br />
1<br />
Responden kebanyakan menulis : <br />
0<br />
3<br />
x / 0 x 1,<br />
x y x<br />
x<br />
<br />
x 3<br />
dx dy<br />
Seharusnya sebagai berikut : D = , y<br />
1<br />
<br />
0<br />
3<br />
x / 0 x 1,<br />
x y x<br />
x<br />
<br />
x 3<br />
dy dx<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka salah dalam menuliskan batas-batas<br />
integral lipat dua jika daerahnya di proyeksikan ke sumbu-y.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = arc sin u diperoleh persentase sebesar 28,57%.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 2<br />
Soal : f(x,y) = arc sin 4 x y x<br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
1<br />
Seharusnya sebagai berikut :<br />
1<br />
1<br />
2<br />
2 2<br />
4x<br />
y x<br />
1<br />
2 2 2<br />
4x<br />
y x<br />
2 2<br />
(4x y + x)<br />
y<br />
2 2<br />
(4x y + x)<br />
y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari arc sin u<br />
dengan u sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menuliskan interval yang merupakan proyeksi daerah D ke<br />
sumbu-x atau batas-batas pengitegralan integral lipat dua dari daerah D yang<br />
diproyeksikan ke sumbu-x diperoleh persentase sebesar 28,33%. Berikut ini<br />
contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
x , y / 1<br />
x 0,<br />
1 y 5<br />
Bentuk : D = <br />
<br />
1<br />
Responden kebanyakan menulis : <br />
0<br />
5<br />
1<br />
dx dy<br />
Seharusnya sebagai berikut : D = x , y/<br />
1<br />
x 0,<br />
1 y 5<br />
5<br />
1<br />
1<br />
<br />
0<br />
dx dy<br />
12
Kesalahan tersebut disebabkan mereka salah dalam menuliskan batas-batas<br />
integral lipat dua jika daerahnya di proyeksikan ke sumbu-x.<br />
Kesalahan dalam mengubah kebentuk baku rumus turunan f(y) = y m<br />
diperoleh persentase sebesar 22,58%. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang<br />
dilakukan:<br />
2<br />
x y<br />
Bentuk : f x, y<br />
2<br />
y x<br />
2 1 2<br />
Responden kebanyakan menulis : x y yx<br />
1 2 2<br />
Seharusnya sebagai berikut : x yx<br />
y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka salah dalam mengubah variabel yang akan<br />
dicari turunannya dan mereka tidak menguasai rumus pangkat tak sebenarnya<br />
1 p<br />
yang dikaitkan dengan fungsi a .<br />
p<br />
a<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = ln u diperoleh persentase sebesar 22,22 %.<br />
Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
2 3<br />
Soal : f x, y<br />
lnx<br />
y <br />
Responden kebanyakan menjawab :<br />
2<br />
1 2 3 x y <br />
2 3<br />
x y y<br />
1 2 3<br />
Seharusnya sebagai berikut : x y <br />
2 3 x y y<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak mengetahui turunan dari ln u dengan<br />
u sebagai fungsi.<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil pengintegralan ke-x diperoleh<br />
persentase sebesar 21,05 %. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
3<br />
<br />
1<br />
1 2 2<br />
x y0<br />
2<br />
Bentuk : y <br />
Responden kebanyakan menjawab : 2<br />
xy dx<br />
1 2 2<br />
Seharusnya sebagai berikut : x y + xy <br />
2<br />
2<br />
0<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep pengintegralan<br />
dengan benar. Selain itu mereka juga tidak mengetahui jika y 2 diintegralkan ke-x<br />
maka hasilnya xy 2 karena y 2 dianggap sebagai konstanta.<br />
Kesalahan dalam membuat bentuk eksplisit dari persamaan permukaan pada<br />
fungsi dua peubah diperoleh persentase sebesar 20,83%. Berikut ini contoh jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
Bentuk<br />
2<br />
: y xz 4<br />
2<br />
4 y<br />
Oleh responden kebanyakan dibuat bentuk: z <br />
x<br />
2<br />
y 4<br />
Seharusnya sebagai berikut : z <br />
x<br />
13
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai dalam mengubah ke<br />
dalam bentuk eksplisit.<br />
Kesalahan dalam mengubah kebentuk baku rumus turunan f(x) = x n<br />
diperoleh persentase sebesar 20,13 %. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang<br />
dilakukan:<br />
2<br />
x y<br />
Bentuk : f x, y<br />
2<br />
y x<br />
Responden kebanyakan menulis<br />
2 1 2<br />
: x y yx<br />
Seharusnya sebagai berikut : x 2 y -1 1<br />
y 2<br />
x<br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka salah dalam mengubah variabel yang akan<br />
dicari turunannya dan mereka tidak menguasai rumus tak sebenarnya yang<br />
1<br />
dikaitkan dengan fungsi p<br />
a<br />
p<br />
a .<br />
Kesalahan dalam menentukan hasil turunan parsial pertama ke-y diperoleh<br />
persentase sebesar 20,11 %. Berikut ini contoh jenis <strong>kesalahan</strong> yang dilakukan:<br />
f x,<br />
y<br />
3 3 2<br />
x y 3x<br />
24x<br />
12<br />
y Oleh responden<br />
Soal : 5<br />
kebanyakan dijawab: 3y 12y<br />
2<br />
Seharusnya sebagai berikut : 3 12<br />
2 y <br />
Kesalahan tersebut disebabkan mereka tidak menguasai konsep turunan pertama<br />
dari bermacam-macam variabel dengan benar. Berikut ini dipaparkan kriteria<br />
ketuntasan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> dengan kriteria dilihat dari<br />
pengelompokan persentase jenis <strong>kesalahan</strong>nya. Kesalahan yang persentasenya ≤<br />
20% diperoleh 40 jenis <strong>kesalahan</strong>. Kesalahan tersebut oleh penulis dimasukkan<br />
dalam kriteria sangat tuntas. Belajar dianggap sangat tuntas jika dapat menguasai<br />
80% dari tujuan instruksional yang hendak dicapai.<br />
Kesalahan yang persentasenya > 20% diperoleh 45 jenis <strong>kesalahan</strong>.<br />
Kesalahan tersebut penulis kelompokkan lagi menjadi empat kelompok pada<br />
interval 20% < K ≤ 40%, 40% < K ≤ 60%, 60% < K ≤ 80% dan 80% < K ≤ 100%.<br />
Pada interval 20% < K ≤ 40% penulis masukkan dalam kriteria tuntas sedangkan<br />
pada interval 40% < K ≤ 60% penulis masukkan dalam kriteria agak tuntas.<br />
Belajar dianggap tuntas jika dapat menguasai minimal 75% dari tujuan<br />
instruksional yang hendak dicapai (Ischak S.W, 1982). Pada interval 60% < K ≤<br />
80% penulis masukkan dalam kriteria tidak tuntas sedangkan pada interval 80% <<br />
K ≤ 100% penulis masukkan dalam kriteria tidak tuntas sama sekali. Belajar<br />
dianggap tidak tuntas jika hanya dapat menguasai kurang dari 75% dari tujuan<br />
instruksional yang hendak dicapai.<br />
Kesalahan dalam pra <strong>kalkulus</strong> sebanyak 28 jenis <strong>kesalahan</strong> dengan rata-rata<br />
10,21%. Jenis <strong>kesalahan</strong> yang banyak dilakukan diantaranya adalah <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> persamaan sistem fy(x,y) = 0 sebanyak 34,62%, <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
mengubah kebentuk baku rumus turunan f(y) = y m sebanyak 22,58%, <strong>kesalahan</strong><br />
dalam <strong>menyelesaikan</strong> persamaan sistem fx(x,y)=0 sebanyak 21,79%, <strong>kesalahan</strong><br />
dalam membuat bentuk eksplisit dari persamaan permukaan pada fungsi dua peubah<br />
sebanyak 20,83% dan <strong>kesalahan</strong> dalam mengubah kebentuk baku rumus turunan<br />
f(x) = x n sebanyak 20,13%.<br />
14
Kesalahan dalam turunan fungsi dua peubah sebanyak 50 jenis <strong>kesalahan</strong><br />
dengan rata-rata 36,45%. Jenis <strong>kesalahan</strong> yang banyak dilakukan diantaranya<br />
adalah <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan<br />
rantai dalam bentuk baku f(u) = ln n u sebanyak 90,74%, <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan hasil turunan parsial ke-y dengan aturan rantai dalam bentuk baku<br />
f(u) = ln n u sebanyak 90,57%, <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil turunan parsial<br />
ke-x dengan aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = tan u sebanyak 78,95%,<br />
<strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil turunan parsial ke- y dengan aturan rantai<br />
dalam bentuk baku f(u) = tan u sebanyak 77,19% dan <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan aturan rantai dalam bentuk baku<br />
f(u) = ln u sebanyak 59,70%.<br />
Kesalahan dalam integral fungsi dua peubah sebanyak 6 jenis <strong>kesalahan</strong><br />
dengan rata-rata 20,35%. Jenis <strong>kesalahan</strong> tersebut yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan hasil pengintegralan ke-y sebanyak 28,80%, <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menuliskan interval yang merupakan proyeksi daerah D ke sumbu-y atau batasbatas<br />
pengintegralan integral lipat dua dari daerah D yang diproyeksikan ke<br />
sumbu-y sebanyak 28,68%, <strong>kesalahan</strong> dalam menuliskan interval yang merupakan<br />
proyeksi daerah D ke sumbu-x atau batas-batas pengintegralan integral lipat dua<br />
dari daerah D yang diproyeksikan ke sumbu-x sebanyak 28,33%, <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan hasil pengintegralan ke-x sebanyak 21,05%, <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan nilai pengintegralan lipat dua sebanyak 9,98% dan <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menuliskan integral lipat dua dengan mengambil proyeksi ke sumbu-x atau ke<br />
sumbu-y sebanyak 5,25%.<br />
Kesalahan dalam menggambar daerah D sebanyak 1 jenis <strong>kesalahan</strong> dengan<br />
rata-rata 45,90%. Jenis <strong>kesalahan</strong> tersebut adalah <strong>kesalahan</strong> dalam menggambar<br />
daerah D yang dibatasi oleh dua buah kurva atau lebih sebanyak45,90%. Jenis<br />
<strong>kesalahan</strong> yang paling banyak dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang pra<br />
<strong>kalkulus</strong> yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> persamaan sistem fy(x,y) = 0<br />
sebanyak 34,62%.<br />
Jenis <strong>kesalahan</strong> yang paling banyak dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal<br />
tentang turunan parsial fungsi dua peubah yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan<br />
hasil turunan parsial ke-x dengan aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = ln n u<br />
sebanyak 90,74%. Jenis <strong>kesalahan</strong> yang paling banyak dilakukan dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> soal tentang integral fungsi dua peubah yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam<br />
menentukan hasil pengintegralan ke-y sebanyak 28,80%.<br />
PENUTUP<br />
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan<br />
bahwa: 1) rata-rata jenis <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang <strong>kalkulus</strong><br />
<strong>lanjut</strong> yang berkaitan dengan materi pra <strong>kalkulus</strong> sebesar 10,21% termasuk dalam<br />
kriteria sangat tuntas; 2) rata-rata jenis <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal<br />
tentang <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> yang berkaitan dengan materi turunan parsial fungsi dua<br />
peubah sebesar 36,45% termasuk dalam kriteria tuntas; 3) rata-rata jenis <strong>kesalahan</strong><br />
dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> yang berkaitan dengan materi<br />
integral fungsi dua peubah sebesar 20,35% termasuk dalam kriteria tuntas; 4) ratarata<br />
jenis <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong> yang<br />
15
erkaitan dengan menggambar daerah D sebesar 45,90% termasuk dalam kriteria<br />
agak tuntas; 5) jenis <strong>kesalahan</strong> yang paling banyak dilakukan dalam<br />
<strong>menyelesaikan</strong> soal tentang pra <strong>kalkulus</strong> yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong><br />
persamaan sistem fy(x,y) = 0 sebanyak 34,62%; 6) jenis <strong>kesalahan</strong> yang paling<br />
banyak dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang turunan parsial fungsi dua<br />
peubah yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil turunan parsial ke-x dengan<br />
aturan rantai dalam bentuk baku f(u) = ln n u sebanyak 90,74%; 7) jenis <strong>kesalahan</strong><br />
yang paling banyak dilakukan dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal tentang integral fungsi<br />
dua peubah yaitu <strong>kesalahan</strong> dalam menentukan hasil pengintegralan ke-y<br />
sebanyak 28,80%; 8) rata-rata jenis <strong>kesalahan</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> <strong>kalkulus</strong><br />
<strong>lanjut</strong> sebesar 28,23% termasuk dalam kriteria tuntas.<br />
Dari simpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka untuk<br />
meningkatkan kemampuan <strong>mahasiswa</strong> dalam <strong>menyelesaikan</strong> soal matematika,<br />
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1) <strong>mahasiswa</strong> hendaknya<br />
memperbanyak latihan-latihan soal khususnya pada materi <strong>kalkulus</strong> <strong>lanjut</strong>; 2)<br />
setelah mengetahui jenis-jenis <strong>kesalahan</strong> yang sering dilakukan diharapkan<br />
<strong>mahasiswa</strong> dapat mencari alternatif pemecahannya sendiri; 3) untuk penelitipeneliti<br />
se<strong>lanjut</strong>nya, penulis mengharapkan agar menindak<strong>lanjut</strong>i penelitian ini<br />
untuk dikembangkan lebih luas ruang lingkupnya.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
A Hallen. (2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.<br />
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.<br />
Atika Nugraheni. (2003). Jenis-jenis Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal Cerita<br />
yang Berkaitan dengan Pokok Bahasan Peluang pada Siswa Kelas II<br />
Semester I SMU Pancasila Purworejo Tahun Pelajaran 2002/2003.<br />
Skripsi: UMP.<br />
Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi.<br />
Hudojo, Heman. (1997). Pengembangan Kurikulum Matematika dan<br />
Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.<br />
Leithold, Louis. (1991). Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik Jilid 3. Jakarta:<br />
Erlangga.<br />
Maier, Herman. (1985). Kompedium Didaktik Matematika. Bandung: Remadja<br />
Karya.<br />
Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi<br />
Mahasatya.<br />
Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah.<br />
Siti Sufiyah. (2002). Analisis Kesalahan Penyelesaian Soal Persamaan<br />
Differensial Biasa Orde Satu pada Mahasiswa Semester V Universitas<br />
Muhammadiyah Purworejo. Skripsi: UMP.<br />
Sudjana, Nana. (2002). Pengantar Metode Penelitian. Bandung: CV. Sinar Baru.<br />
16
Sugiyono. (2002). Statistik Untuk Matemetika. Jakarta: Rineka Cipta.<br />
Sumarsono, Sony. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:<br />
Graha Ilmu.<br />
Varberg, Dale dan Edwin J. Purcell. (1994). Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid<br />
2. Jakarta: Erlangga.<br />
. (1999). Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1. Jakarta:<br />
Erlangga.<br />
Yusuf, Munawir dkk. (2003). Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar.<br />
Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.<br />
17