29.10.2013 Views

PUTRI NURAINI.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

PUTRI NURAINI.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

PUTRI NURAINI.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

FAKTOR RISIKO KANKER PARU<br />

DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010<br />

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar<br />

SARJANA KEDOKTERAN<br />

OLEH:<br />

<strong>PUTRI</strong> <strong>NURAINI</strong><br />

NIM 108103000003<br />

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH<br />

1432 H/2011 M


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA<br />

Dengan ini saya menyatakan bahwa:<br />

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk<br />

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif<br />

Hidayatullah Jakarta.<br />

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan<br />

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau<br />

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima<br />

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

Ciputat, 22 September 2011<br />

Putri Nuraini


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING<br />

FAKTOR RISIKO KANKER PARU<br />

DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010<br />

Laporan Penelitian<br />

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong><br />

<strong>Ilmu</strong> Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana<br />

Pembimbing I<br />

dr.Riva Auda, SpA, MKes<br />

<strong>Kedokteran</strong> (SKed)<br />

Oleh :<br />

<strong>PUTRI</strong> <strong>NURAINI</strong><br />

NIM: 108103000003<br />

Pembimbing II<br />

Minsarnawati, MKes<br />

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1432 H/ 2011 M


PENGESAHAN PANITIA UJIAN<br />

Laporan Penelitian berjudul “ Analisis Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP<br />

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010” yang diajukan oleh Putri Nuraini<br />

(NIM:108103000003), telah diujikan dalam si<strong>dan</strong>g di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong><br />

<strong>Ilmu</strong> Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22<br />

September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat<br />

memperoleh gelar Sarjana <strong>Kedokteran</strong> (SKed) pada Program Studi Pendidikan<br />

Dokter.<br />

2011<br />

Penguji I<br />

dr.Yanti Susianti, SpA<br />

DEWAN PENGUJI<br />

Penguji II<br />

dr.Witri Ardini, SpGK<br />

PIMPINAN FAKULTAS<br />

Ciputat, 22 September<br />

Penguji III<br />

Silvia F. Nasution, M. Biomed


KATA PENGANTAR<br />

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…<br />

Puji <strong>dan</strong> syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat <strong>dan</strong><br />

karunia yang telah diberikan sehingga penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor<br />

Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan tahun 2009-2010” dapat<br />

terselesaikan. Saya menyadari tanpa bantuan <strong>dan</strong> bimbingan dari berbagai pihak,<br />

sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya haturkan<br />

terima kasih kepada:<br />

1) Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, <strong>dan</strong><br />

Dra. Farida Hamid, MPd, selaku Dekan <strong>dan</strong> Pembantu Dekan FKIK UIN<br />

Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD <strong>dan</strong> untuk semua<br />

dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing <strong>dan</strong> memberikan<br />

kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di<br />

PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala<br />

yang telah mereka berikan.<br />

3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing I <strong>dan</strong> Minsarnawati,<br />

MKes sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga,<br />

<strong>dan</strong> pikiran untuk membimbing <strong>dan</strong> mengarahkan saya dalam penyusunan<br />

riset ini.<br />

4) Kedua orang tua saya Achmad Sutardi <strong>dan</strong> Nafsiah terima kasih karena telah<br />

begitu sabar mendidik saya menjadi seorang pribadi yang tangguh, serta<br />

kakak-kakak saya Wiwin Pudjawati, SE, MM <strong>dan</strong> Nur Inayati, SSi, <strong>dan</strong> adik<br />

saya Muhammad Rizqi Bahari yang telah memberi motivasi, doa, nasihat,<br />

serta menghibur dalam penyelesaian penelitian ini.<br />

5) Seluruh teman <strong>dan</strong> sahabat, baik di PSPD maupun bukan, yang telah<br />

memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.<br />

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh<br />

Jakarta, 22 September 2011<br />

Penulis


ABSTRAK<br />

Putri Nuraini. Program Studi Pendidikan Dokter. Analisis Faktor Risiko<br />

Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010.<br />

Kanker paru merupakan kanker yang sering terjadi di dunia dengan kejadian<br />

sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kebanyakan kasus sering terjadi di usia 40<br />

tahun ke atas, dengan perbandingan laki-laki:perempuan adalah 4:1, <strong>dan</strong> sering<br />

diakibatkan karena merokok. Untuk mengetahui faktor risiko usia, jenis kelamin,<br />

kebiasaan merokok dengan kanker paru, dilakukan penelitian kasus kontrol<br />

dengan sampel kasus sebanyak 100 orang <strong>dan</strong> kontrol 100 orang. Sampel pada<br />

penelitian ini diambil dari pasien RSUP Persahabatan Jakarta. Hasil analisa<br />

statistik uji odd ratio menunjukkan bahwa pada usia 40 tahun ke atas berisiko<br />

18,188 kali mengalami kanker paru dibandingkan dengan usia kurang dari 40<br />

tahun, laki-laki berisiko 4,636 kali mengalami kanker paru dibandingkan<br />

perempuan, merokok aktif berisiko 4,700 kali mengalami kanker paru<br />

dibandingkan tidak merokok. Oleh karena itu, sebelum usia 40 tahun lakukan<br />

tindakan preventif sedini mungkin dengan tidak merokok terutama pada laki-laki.<br />

Kata kunci : kanker paru, kasus kontrol, faktor risiko<br />

ABSTRACT<br />

Putri Nuraini. Study Program Medical Education. Risk Factors Analysis of<br />

Lung Cancer at RSUP Persahabatan Jakarta 2009-2010.<br />

Lung cancer is the most common cancer in the world with about 1,2 million new<br />

cases diagnosed per year. The majority of cases are most common at age 40 years<br />

and above, with male-female ratio of 4:1, and majority is due to smoking. To<br />

know the risk factors between age, gender, smoking habit with lung cancer, a case<br />

control study was held with 100 case of lung cancer and 100 case is not lung<br />

cancer. The sample of this study are patients of RSUP Persahabatan Jakarta. The<br />

statistical odd ratio results showed that the age 40 years and above have the risk<br />

of 18,188 times more to have lung cancer than those below 40 years old, and male<br />

have the risk 4,636 times more to have lung cancer than female, active smokers<br />

have the risk 4,700 times more likely than non-smokers. Therefore preventive<br />

action should be taken as early as possible, especially for thos under 40 years old,<br />

non-smokers, of the male.<br />

Keywords: lung cancer, case control, risk factors


DAFTAR ISI<br />

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii<br />

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii<br />

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv<br />

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v<br />

ABSTRAK/ABSTRACT ........................................................................................ vi<br />

DAFTAR ISI .........................................................................................................vii<br />

DAFTAR TABLE ............................................................................................... viii<br />

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x<br />

DAFTAR BAGAN .................................................................................................. x<br />

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x<br />

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1<br />

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1<br />

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3<br />

1.3. Hipotesis ............................................................................................................ 3<br />

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3<br />

1.4.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 3<br />

1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 3<br />

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3<br />

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5<br />

2.1. Landasan Teori .................................................................................................. 5<br />

2.1.1. Kanker Paru ............................................................................................. 5<br />

2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru........................................................................ 5<br />

2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru ............................................................................ 6<br />

2.1.4. Patologi Kanker Paru ................................................................................ 7<br />

2.1.5. Stadium Klinis .......................................................................................... 8<br />

2.1.6. Manifestasi Klinis .................................................................................... 9<br />

2.1.7. Faktor Risiko Kanker Paru ..................................................................... 11<br />

2.1.8. Diagnosis Kanker Paru ........................................................................... 14<br />

2.2. Kerangka Konsep ............................................................................................. 17<br />

2.3. Definisi Operasional......................................................................................... 17


BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 19<br />

3.1. Desain Penelitian ............................................................................................. 19<br />

3.2. Lokasi <strong>dan</strong> Waktu Penelitian ............................................................................ 19<br />

3.3. Populasi <strong>dan</strong> Sampel ........................................................................................ 19<br />

3.3.1. Populasi ................................................................................................... 19<br />

3.3.2. Sampel .................................................................................................... 19<br />

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ....................................................................... 20<br />

3.3.4. Kriteria Sampel ........................................................................................ 21<br />

3.4. Cara Kerja Penelitian ....................................................................................... 21<br />

3.5. Managemen Data ............................................................................................. 22<br />

3.5.1. Pengumpulan Data .................................................................................. 22<br />

3.5.2. Pengolahan Data ..................................................................................... 22<br />

3.5.3. Analisis Data .......................................................................................... 22<br />

3.5.4. Interpretasi Hasil .................................................................................... 23<br />

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 25<br />

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 25<br />

4.2. Karakteristik Subek Penelitian.......................................................................... 25<br />

4.3. Analisis Univariat ............................................................................................ 25<br />

4.3.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, <strong>dan</strong> Kebiasaan Merokok ........ 26<br />

4.4. Analisis Bivariat............................................................................................... 27<br />

4.4.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru ........................................... 27<br />

4.4.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru ............................ 28<br />

4.4.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker Paru ................... 29<br />

4.5. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 29<br />

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 30<br />

5.1. Simpulan .......................................................................................................... 30<br />

5.2. Saran ................................................................................................................ 31<br />

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32<br />

LAMPIRAN .......................................................................................................... 35


DAFTAR TABEL<br />

Tabel 2.1. Pembagian Stadium Kanker ...................................................................... 8<br />

Tabel 2.2. Definisi Operasional ............................................................................... 17<br />

Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio ................................................................... 24<br />

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi kejdian Kanker Paru berdasarkan Umur, jenis<br />

kelamin <strong>dan</strong> kebiasaan merokok .............................................................. 25<br />

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP<br />

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26<br />

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP<br />

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26<br />

Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP<br />

Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 27<br />

Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Kanker Paru di<br />

RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 ......................................... 28<br />

DAFTAR GRAFIK<br />

Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais Jakarta tahun<br />

2007 ....................................................................................................... 6<br />

DAFTAR BAGAN<br />

Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data......................................................................... 23<br />

Lampiran 1 Riwayat Hidup<br />

Lampiran 2 Hasil Output Uji Statistik<br />

DAFTAR LAMPIRAN<br />

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari RSUP Persahabatan


1.1. Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena penyakit<br />

paru setiap tahun <strong>dan</strong> hal tersebut menyebabkan 19% penyebab kematian di<br />

seluruh dunia <strong>dan</strong> 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup. Perlu perhatian pada<br />

5 besar penyakit paru saat ini yaitu kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik<br />

(PPOK), tuberkulosis, pneumonia <strong>dan</strong> asma. Dua diantaranya adalah terkait<br />

dengan merokok yaitu kanker paru <strong>dan</strong> PPOK. Menurut proyeksi WHO tahun<br />

2020 infeksi saluran napas bawah, tuberkulosis,TB-HIV termasuk 10 penyebab<br />

masalah kesehatan masyarakat di dunia. Di negara maju seperti Amerika Serikat<br />

<strong>dan</strong> Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit<br />

kardiovaskuler. 1,2<br />

Kematian global akibat kanker diproyeksikan meningkat di masa yang<br />

akan datang dari 7,4 juta tahun 2004 menjadi 12 juta pada tahun 2030 dengan<br />

kanker paru sebagai penyebab nomor satu <strong>dan</strong> diperkirakan peningkatan kanker<br />

paru lebih cepat dibanding kanker lainnya karena berhubungan langsung dengan<br />

asap rokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa 24,5%<br />

perempuan <strong>dan</strong> 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok. Angka ini tidak<br />

mengejutkan karena sesuai dengan laporan dari banyak negara. Di Indonesia<br />

penyakit pernapasan merupakan penyebab kesakitan <strong>dan</strong> kematian terbanyak,<br />

menduduki 10 besar peringkat utama dengan variasi penyakit dari infeksi<br />

pernapasan akut, bronkitis kronik, penyakit paru obstruksi kronik, asma,<br />

emfisema sampai kanker paru. 1<br />

Kanker paru merupakan kasus kanker yang sering terjadi di dunia dengan<br />

kejadian sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kasus kanker paru baik di Amerika<br />

ataupun negara-negara industri lainnya sekitar 90% berhubungan dengan<br />

merokok. Organisasi American Cancer Society mengemukakan pada tahun 2006<br />

bahwa kanker paru pada laki-laki terdapat 114.760 kasus baru, <strong>dan</strong> pada<br />

perempuan terdapat 98.620 kasus baru. Kanker paru merupakan penyebab


kematian terparah pada kedua jenis gender di Amerika pada tahun 2007, 70.880<br />

kematian pada perempuan, <strong>dan</strong> 89.510 kematian pada laki-laki. 2<br />

Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Kanker<br />

paru menduduki urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara <strong>dan</strong><br />

kanker serviks di RS kanker Dharmais Jakarta pada tahun 2007. Di Rumah Sakit<br />

Umum Pusat Persahabatan angka kejadian kanker paru terus meningkat,<br />

didapatkan pada tahun 2003 sebanyak 213 kasus, tahun 2004 sebanyak 220 kasus,<br />

tahun 2005 sebanyak 140 kasus, tahun 2006 sebanyak 218 kasus, tahun 2007<br />

sebanyak 282 kasus, tahun 2009 sebanyak 376 kasus, <strong>dan</strong> tahun 2010 sebanyak<br />

550 kasus. Kanker paru merupakan penyakit yang harus diwaspadai pada<br />

kelompok risiko usia lebih dari 40 tahun, laki-laki, terlebih lagi pada perokok<br />

aktif. Karakteristik pasien kanker paru di Indonesia tidak berbeda dengan negara-<br />

negara lain dengan perbandingan 4 : 1 (laki-laki : perempuan). 1,3<br />

Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, masalah lain dari kanker paru<br />

adalah banyak angka kejadian dari kanker paru terlambat terdiagnosis, dimana<br />

70% penderita terdiagnosis pada stadium IIIB <strong>dan</strong> IV, sehingga lebih dari 50%<br />

kanker telah menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) melalui aliran darah <strong>dan</strong><br />

getah bening, sel kanker dapat menyebar ke tulang, otak, hati <strong>dan</strong> kelenjar<br />

adrenal. Dari kasus tersebut yang diobati, hampir tidak ada satu persen di antara<br />

100 penderita yang sembuh. 4<br />

Secara statistik, sekitar 90% kanker paru terjadi pada perokok aktif atau<br />

mereka yang baru berhenti. Peningkatan risiko menjadi 60 kali lebih besar pada<br />

perokok berat (dua bungkus sehari selama 20 tahun) dibandingkan dengan bukan<br />

perokok. Perokok pasif (berada dekat dengan perokok) meningkatkan risiko<br />

menderita kanker paru hingga mendekati dua kali lipat. Rokok/tembakau dapat<br />

menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung, gangguan<br />

pembuluh darah, stroke, kanker paru, <strong>dan</strong> kanker mulut. Rokok juga<br />

menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil di luar<br />

kandungan, pertumbuhan janin (fisik <strong>dan</strong> IQ) yang melambat, kejang pada<br />

kehamilan, gangguan imunitas bayi <strong>dan</strong> peningkatan kematian perinatal. Dari<br />

seluruh pasien yang memderita kanker paru, 18% diantaranya gagal untuk<br />

menghentikan kebiasaan merokoknya. 5


Berdasarkan latar belakang di atas, dimana prevalensi kejadian kanker paru<br />

di dunia <strong>dan</strong> Indonesia terus meningkat, sering terlambat diagnosa, <strong>dan</strong> jumlah<br />

kematian yang tinggi pada penyakit ini. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti<br />

beberapa faktor risiko terjadinya kanker paru di RS Persahabatan pada tahun<br />

2009-2010.<br />

1.2. Rumusan Masalah<br />

Apakah faktor usia, jenis kelamin, <strong>dan</strong> kebiasaan merokok merupakan<br />

faktor risiko kanker paru?<br />

1.3. Hipotesis<br />

Usia 40 tahun ke atas, jenis kelamin laki-laki, <strong>dan</strong> kebiasaan merokok aktif<br />

merupakan faktor risiko kanker paru.<br />

1.4. Tujuan<br />

1.4.1. Tujuan Umum<br />

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko<br />

kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010.<br />

1.4.2. Tujuan Khusus<br />

a. Diketahuinya usia 40 tahun ke atas sebagai faktor risiko kanker paru<br />

b. Diketahuinya jenis kelamin laki-laki sebagai faktor risiko kanker paru<br />

c. Diketahuinya kebiasaan merokok aktif sebagai faktor risiko kanker paru<br />

1.5. Manfaat Penelitian<br />

1.5.1. Bagi Kalangan Medis<br />

1. Menambah pengetahuan di bi<strong>dan</strong>g kedokteran mengenai faktor risiko<br />

yang berhubungan dengan kejadian kanker paru<br />

2. Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya


1.5.2. Bagi Penulis<br />

1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah<br />

penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses penelitian, <strong>dan</strong><br />

pembuatan laporan penelitian.<br />

2. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan<br />

dengan kejadian kanker paru<br />

3. Memperoleh pengalaman belajar <strong>dan</strong> pengetahuan dalam mengelola<br />

penelitian.<br />

4. Mengembangkan daya nalar <strong>dan</strong> semangat keingintahuan.<br />

5. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian.<br />

1.5.3. Bagi Perguruan Tinggi<br />

1. Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga<br />

penyelenggara pendidikan, penelitian <strong>dan</strong> pengabdian bagi masyarakat.<br />

2. Meningkatkan hubungan kerjasama <strong>dan</strong> saling pengertian antara pendidik<br />

<strong>dan</strong> mahasiswa.<br />

1.5.4. Bagi RSUP Persahabatan<br />

1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memberikan<br />

informasi tentang kanker paru <strong>dan</strong> faktor-faktor risikonya.


2.1. Landasan Teori<br />

2.1.1. Kanker Paru<br />

BAB II<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,<br />

mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran<br />

(metastasis) tumor dari organ lain (sekunder). Definisi khusus untuk kanker paru<br />

primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau<br />

bronkus. 6<br />

Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa <strong>dan</strong> perokok.<br />

Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Tidak semua perokok<br />

akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan<br />

sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok<br />

lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang<br />

dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup. 7<br />

2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru<br />

Kanker paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering pada laki-laki di<br />

daerah industri di negara berkembang. Penelitian epidemiologi kejadian kanker<br />

paru menunjukkan bahwa insidens kanker paru berhubungan dengan faktor<br />

eksternal, lingkungan <strong>dan</strong> perilaku. Merokok merupakan faktor risiko utama<br />

kanker paru <strong>dan</strong> pajanan bahan karsinogen di tempat kerja juga mempunyai efek<br />

yang signifikan. 8<br />

Di dunia, insiden kanker paru lebih tinggi umumnya adalah negara maju, di<br />

antaranya Inggris, Finlandia <strong>dan</strong> kalangan Negro Amerika Serikat memiliki<br />

insiden tertinggi, dengan penyesuaian usia insidennya melebihi 100/100.000.<br />

Sejak dianjurkan pantang merokok tahun 1980an, insiden di Amerika Serikat,<br />

Kanada mulai turun. Dari data registrasi tumor di 5 benua yang diterbitkan pusat<br />

registrasi kanker dunia, insiden tertinggi kanker paru pada pria adalah di<br />

Liverpool, Inggris, terendah adalah Senegal <strong>dan</strong> Nigeria. 9


Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Secara<br />

statistik di Rumah Sakit Dharmais pusat kanker nasional, kanker paru menduduki<br />

urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara <strong>dan</strong> kanker serviks pada<br />

tahun 2007. 10<br />

Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais<br />

Jakarta tahun 2007<br />

Sumber: Statistik Kanker.Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional<br />

2007. (diakses 19 September 2011). Tersedia dari:<br />

http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html<br />

2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru<br />

Lebih dari 95% kanker paru primer berasal dari epitel bronkus (karsinoma<br />

bronkogenik), sisa 5% adalah kelompok lain yang mencakup karsinoid bronkus,<br />

tumor kelenjar bronkus, keganasan mesenkim, limfoma, <strong>dan</strong> beberapa lesi jinak. 7<br />

Kanker paru sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru, se<strong>dan</strong>gkan<br />

primernya berasal dari luar paru. Insiden kanker paru sekunder adalah 9,7% dari<br />

seluruh kanker paru. Diperkirakan 30% dari neoplasma akan bermetastasis ke<br />

paru. Insiden tumor yang banyak bermetastasis ke paru-paru adalah, Chorio<br />

Carcinoma (80%); Osteo sarcoma (75%); kanker ginjal (70%); kanker tiroid<br />

(65%); melanoma (60%); kanker payudara (55%); kanker prostat (45%); kanker<br />

nasofaring (20%); <strong>dan</strong> kanker lambung (20%). 3


2.1.4. Patologi Kanker Paru<br />

Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:<br />

1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)<br />

SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini cukup<br />

agresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis <strong>dan</strong> mempunyai<br />

prognosis yang buruk pada semua kanker paru primer. Gambaran<br />

histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya<br />

diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa<br />

nukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga<br />

gambaran nekrosis. 2,3<br />

2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)<br />

NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi lagi<br />

menjadi 3:<br />

a) Adenokarsinoma<br />

Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk formasi<br />

glandular <strong>dan</strong> kecenderungan ke arah pembentukan konfigurasi<br />

papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas<br />

kerusakan jaringan paru (scar). Dapat bertipe sentral ataupun tipe<br />

perifer. Adenokarsinoma sejauh ini juga merupakan tumor tersering<br />

yang timbul pada perempuan, bukan perokok, <strong>dan</strong> pasien berusia<br />

kurang dari 45 tahun. 2,3<br />

b) Karsinoma sel besar<br />

Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara eksklusi.<br />

Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa<br />

atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya<br />

disertai infiltrasi sel netrofil. 3<br />

c) Karsinoma sel skuamosa<br />

Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-35% dari semua kanker paru,<br />

berciri khas proses keratinisasi <strong>dan</strong> pembentukan bridge intraselular.<br />

Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea, bronkus paru tipe<br />

sentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih jarang. 3


2.1.5. Stadium Klinis<br />

Pembagian stadium kanker dibuat menggunakan sistem TNM oleh The<br />

International System for Staging Lung Cancer, serta diterima oleh The American<br />

Joint Committe on Cancer (AJCC) <strong>dan</strong> The Union Internationale Contrele Cancer<br />

(UICC) pada tahun 1973 <strong>dan</strong> kemudian direvisi 1986 <strong>dan</strong> terakhir pada tahun<br />

1997. 3<br />

2.1. Tabel Pembagian Stadium Kanker<br />

Stadium TNM<br />

Karsinoma in situ Tx, N0, M0<br />

Stadium 0 Tis, N0, M0<br />

Stadium IA T1, N0, M0<br />

Stadium IB T2, N0, M0<br />

Stadium IIA T1, N1, M0<br />

Stadium IIB T2, N1, M0<br />

Stadium IIIA T3, N1, M0<br />

T1-3, N2, M0<br />

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0<br />

T4, N berapa pun, M0<br />

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1<br />

Keterangan :<br />

Sumber: Amin Zulkifli. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW,<br />

Setiyohadi B, Alwi Idrus, K Marcellus Simadibrata, Setiati Siti,<br />

penyunting. Buku Ajar <strong>Ilmu</strong> Penyakit Dalam, edisi ke-5. Jakarta:<br />

FKUI; 2009. h. 2254-2260.<br />

Keterangan:<br />

Tx : tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi<br />

tidak terlihat secara bronkoskopis <strong>dan</strong> radiologis.<br />

Tis : karsinoma in situ<br />

T0 : tidak terbukti a<strong>dan</strong>ya tumor primer<br />

T1 : tumor, diameter 3cm<br />

T2 : tumor, diameter > 3cm


T3 : tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma,<br />

perikardium, < 2 cm dari karina, terdapat atelektasis total<br />

T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi<br />

pleura malignan<br />

N0 : tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat<br />

N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus<br />

N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub karina<br />

N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB<br />

skaleneus atau supraklavikular<br />

M0 : tidak ada metastasis jinak<br />

M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll)<br />

2.1.1. Manifestasi Klinis<br />

Menurut Amin Z, 2009 <strong>dan</strong> Fujin Chen, dkk 2008 pada fase awal<br />

kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah<br />

menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.<br />

Gejala-gejala dapat bersifat:<br />

1) Lokal (tumor tumbuh setempat):<br />

a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis: gejala paling sering<br />

pada kanker paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa sputum atau sedikit<br />

sputum mukoid putih. Batuk sering kali dikarenakan tumor mengenai<br />

berbagai percabangan bronkus.<br />

b) Hemoptisis (batuk berdarah): gejala paling khas kanker paru, umumnya<br />

sputum berserat darah atau bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker<br />

menginvasi kapiler mukosa bronkial, sering bercampur dengan sel ganas<br />

yang terlepas.<br />

c) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas.<br />

d) Ka<strong>dan</strong>g terdapat kavitas seperti abses paru.<br />

e) Atelektasis.


2) Invasi lokal:<br />

a) Nyeri dada, dada penuh: stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa<br />

penuh ringan, ketika kanker mengenai pleura parietal atau langsung<br />

menginvasi dinding torak, dapat timbul nyeri menetap di lokasi tersebut.<br />

b) Dispnea karena efusi pleura: tumor menyumbat bronkus menimbulkan<br />

pneumonia obstruktif atau atelektasis merupakan salah satu sebab terjadinya<br />

nafas pendek pasien kanker paru.<br />

c) Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)<br />

d) Sindrom vena-kava superior: akibat dari kanker paru langsung menginvasi<br />

atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak vena<br />

kava superior.<br />

e) Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis): disebabkan kanker paru<br />

atau metastasis kelenjar limfe mengenai saraf simpatis paravertebra servikal<br />

VII hingga torakal I.<br />

f) Suara serak: disebabkan invasi atau metastasisi kanker paru yang mengenai<br />

nervus rekuren laringeus.<br />

g) Sindrom pancoast (invasi pada pleksus brakhialis <strong>dan</strong> saraf simpatis<br />

servikalis): di atas dasar sindrom horner, tumor lebih lanjut mendekstruksi<br />

iga I, II <strong>dan</strong> saraf pleksus brakialis.<br />

3) Gejala penyakit metastasis:<br />

a) Pada otak (sefalgia, muntah, hemiplegia), tulang (nyeri menetap), hati,<br />

adrenal<br />

b) Limfadenopati servikal <strong>dan</strong> supraklavikula<br />

4) Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru):<br />

a) Sistemik: penurunan berat ba<strong>dan</strong>, anoreksia, demam (penyebab utama<br />

demam adalah pneumonia obstruktif, kekhasan demam ini adalah<br />

berkepanjangan intermiten, dapat juga disebabkan toksin kanker atau<br />

metastasis sumsum tulang)<br />

b) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi<br />

c) Hipertrofi osteoartropati


d) Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer<br />

e) Neuromiopati<br />

f) Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)<br />

g) Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh<br />

h) Renal: syndrome of inapropriate andiuretic hormone (SIADH)<br />

5) Asimtomatik dengan kelainan radiologis<br />

a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara<br />

radiologis<br />

b) Kelainan berupa nodul soliter. 3,9<br />

2.1.2. Faktor Risiko Kanker Paru<br />

1) Usia<br />

Usia merupakan faktor risiko penting terjadinya kanker. Insiden kanker<br />

semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal tersebut sangat<br />

mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan faktor risiko<br />

<strong>dan</strong> kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun.<br />

Insiden puncak kanker paru terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Pada<br />

penelitian S Christine ditemukan bahwa rata-rata umur pada kasus<br />

kanker paru adalah 51,73 ± 6,87 tahun dengan mayoritas berusia 40-50<br />

tahun sebanyak 50%, diikuti dengan usia antara 51-60 tahun sebanyak<br />

40% <strong>dan</strong> usia 61 70 tahun yaitu sebanyak 10%. Alasan lain mengapa<br />

suatu kanker baru muncul di usia tua adalah pertumbuhannya yang<br />

lambat. Perkembangan kanker ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g sangat lambat <strong>dan</strong> hanya<br />

dapat terdeteksi pada stadium lanjut. Kanker dapat berkembang<br />

bertahun-tahun tanpa disadari. 7<br />

2) Jenis Kelamin<br />

Sebagian besar kanker paru mengenai laki-laki (65%) dengan resiko<br />

1:13 <strong>dan</strong> pada perempuan 1:20. Perbandingan laki-laki terhadap<br />

perempuan adalah 4:1. Pada suatu penelitian yang dilakukan di RSUP<br />

H. Adam Malik Me<strong>dan</strong> diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin,<br />

pada kasus kanker paru ditemukan lebih banyak jenis kelamin laki-laki


sebanyak 73,3% daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak<br />

26,7%. 3,7<br />

3) Paparan Zat Karsinogen pada Pekerja<br />

a) Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma. Setelah suatu masa<br />

laten-jarang di bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih<br />

setelah pajanan pertama, dapat timbul mesotelioma, maligna pleura<br />

<strong>dan</strong> peritoneum. Pajanan asbes merupakan risiko akibat pekerjaan<br />

paling sering untuk kanker paru. 11<br />

b) Radiasi ion pada pekerja tambang uranium<br />

c) Pekerja yang terpajan debu yang mengandung arsen, krom, uranium,<br />

nikel, vinil klorida, <strong>dan</strong> gas mustard. Gas radon yang ditemukan<br />

secara alami dalam batu, tanah, <strong>dan</strong> air tanah, dapat juga<br />

meningkatkan risiko. 7,11<br />

The International Agency for Research on Cancer (IARC)<br />

menentukan bahwa cat juga dapat menyebabkan kanker terutama kanker<br />

paru di samping kanker esofagus, abdomen <strong>dan</strong> kandung kencing. Cat<br />

jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik.<br />

Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui<br />

kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan<br />

kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum, asbestos, arsenik,<br />

titanium <strong>dan</strong> mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon). 8<br />

4) Merokok<br />

Merokok adalah faktor risiko penyakit paling utama kanker paru.<br />

Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari<br />

dengan tingginya insiden kanker paru. Gangguan kesehatan yang dapat<br />

disebabkan oleh rokok berasal dari asap primer <strong>dan</strong> asap sekunder dari<br />

rokok yang dihisap oleh perokok. Dengan demikian penderita tidak<br />

hanya perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di<br />

lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut<br />

dengan perokok pasif. 12


Oleh karena itu, terdapat dua jenis perokok, yaitu:<br />

a) Perokok aktif, yaitu orang yang merokok <strong>dan</strong> menghisap asap rokok<br />

primer. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita<br />

kanker paru. 3<br />

b) Perokok pasif, yaitu orang yang berada di lingkungan asap rokok<br />

yang setidaknya 1 hari dalam seminggu menghirup asap yang<br />

dihembuskan perokok selama lebih dari 15 menit/hari. Belakangan,<br />

dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif<br />

pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar<br />

asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko<br />

kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar,<br />

<strong>dan</strong> perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga<br />

terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker<br />

paru berasal dari perokok pasif. 3<br />

Asap rokok sekunder mengandung nikotin lebih banyak dari pada<br />

dalam asap rokok primer. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang<br />

dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang dihisap<br />

oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap rokok sekunder<br />

lebih banyak 4-6 kali dari pada yang terdapat dalam asap rokok primer.<br />

Perbedaan ini selain dikarenakan perbedaan dalam pembentukannya,<br />

juga disebabkan karena asap rokok sekunder terus menerus dihasilkan<br />

selama rokok menyala walaupun tidak se<strong>dan</strong>g dihisap. Dengan<br />

demikian merokok tidak saja membahayakan bagi si perokok saja<br />

(perokok aktif), tetapi juga bagi orang di sekitarnya (perokok pasif). 12<br />

5) Polusi Udara<br />

Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi<br />

udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural. Termasuk polusi<br />

udara di luar maupun di dalam ruangan, gas buangan industri <strong>dan</strong> gas<br />

buangan kendaraan bermotor mengandung zat karsinogen, terutama<br />

karsinogen benzopiren paling menonjol. 3,9


2.1.3. Diagnosis Kanker Paru<br />

a. Deteksi Dini Kanker Paru<br />

Diagnosis klinis karsinoma paru harus berdasarkan analisis<br />

gabungan dari manifestasi klinis <strong>dan</strong> hasil berbagai teknik pencitraan,<br />

tapi diagnosis pasti final harus diambil dari bukti sitolgi atau<br />

histopatologi. Anamnesis <strong>dan</strong> pemeriksaan fisik harus dilakukan<br />

dengan lengkap, pada pasien kanker paru terdapat gejala-gejala klinis<br />

yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang perlu diperhatikan<br />

pada pasien tersangka kanker paru adalah: faktor umur, kebiasaan<br />

merokok, a<strong>dan</strong>ya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat<br />

karsinogen atau terpapar jamur, <strong>dan</strong> infeksi yang dapat menyebabkan<br />

nodul soliter paru. 3,9<br />

b. Prosedur Diagnostik<br />

1) Foto Rontgen Dada Secara Posterior-anterior (PA) <strong>dan</strong> Lateral<br />

Pemeriksaan sederhana yang dapat mendeteksi a<strong>dan</strong>ya kanker paru.<br />

Studi dari Mayo Clinic USA, menemukan 61% tumor paru<br />

terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan rontgen dada biasa.<br />

Foto rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma <strong>dan</strong><br />

karsinoma sel skuamosa. 3,9<br />

2) Pemeriksaan Computed Tomography <strong>dan</strong> Magnetic Resonance<br />

Imaging<br />

Pemeriksaan CT scan pada torak, lebih sensitif daripada<br />

pemeriksaan foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan<br />

atau nodul dengan diameter minimal 3 mm <strong>dan</strong> bila lesi di lokasi<br />

tumpang tindih struktur anatomi yang sulit ditemukan pada foto<br />

rontgen serta mudah menentukan karsinoma paru di antara jaringan<br />

sekitarnya. Pemeriksaan CT scan bisa sebagai pemeriksaan<br />

skrining kedua setelah foto dada biasa. 3,9<br />

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin<br />

dikerjakan, karena ia hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor<br />

yang menginvasi ke dalam vertebra, medula spinal, <strong>dan</strong><br />

mediastinum. Keunggulan MRI dibandingkan CT scan adalah lebih


mudah membedakan antara tumor padat <strong>dan</strong> pembuluh darah, <strong>dan</strong><br />

dapat menampilkan trakeobronkus serta pembuluh darah yang<br />

tertekan, bergeser <strong>dan</strong> terobstruksi, namun dalam memeriksa nodul<br />

kecil dalam paru tidak sebaik CT scan. 3,9<br />

3) Pemeriksaan Bone Scanning<br />

Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis<br />

ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung (NSLC) ke tulang<br />

dilaporkan sebesar 15%. 3<br />

c. Pemeriksaan Sitologi<br />

Pemeriksaan sitologi sputum dikerjakan terutama bila pasien ada<br />

keluhan seperti batuk. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode<br />

penting dalam diagnosis kanker paru, suatu metode diagnosis<br />

sederhana non invasif. Pada kanker paru yang letaknya sentral,<br />

pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai<br />

67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Untuk mendapatkan sel tumor<br />

in situ juga hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi sputum dengan<br />

bantuan bronkoskopi. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik<br />

kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar<br />

getah bening servikal, supraklavikula, bilasan <strong>dan</strong> sikatan bronkus<br />

pada bronkoskopi. 3,9<br />

d. Pemeriksaan Histopatologi<br />

Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker<br />

paru, untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi<br />

melalui:<br />

1) Bronkoskopi. Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat<br />

langsung melihat lesi di saluran trakeobronkial, juga dapat menjepit<br />

<strong>dan</strong> menyikat yang bertujuan mendapatkan jaringan untuk<br />

diagnosis histopatologi dengan pengamatan langsung, berupa: trans<br />

bronchial lung biopsy (TBLB), fluorescence bronchoscopy,<br />

ultrasound bronchoscopy, trans-bronchial needle-aspiration<br />

(TBNA). Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95%


untuk tumor yang letaknya sentral <strong>dan</strong> 70-80% untuk tumor yang<br />

letaknya perifer. 3,9<br />

2) Trans Torakal Biopsi (TTB)<br />

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer<br />

dengan ukuran >2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95%. 3<br />

3) Torakoskopi<br />

Indikasi utama melakukan torakoskopi adalah: kelainan pleura,<br />

efusi pleura malignan, lesi difus pleura, dll. Biopsi tumor di daerah<br />

pleura dengan cara Video Assisted Thorachoscopy memiliki<br />

sensitivitas <strong>dan</strong> spesifisitas hingga 100%. 3,9<br />

4) Mediastinoskopi<br />

Mediastinoskopi adalah suatu cara diagnosis melalui suatu lubang<br />

artifisial di celah depan trakea dimasukkan medistinoskop untuk<br />

melihat kelainan sekitar trakea, sekaligus melakukan biopsi.<br />

Pemeriksaan ini sangat berguna dalam memastikan ada tidaknya<br />

metastasis kelenjar limfe mediastinum pada kanker paru. Lebih dari<br />

20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small<br />

Cell Ca <strong>dan</strong> Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis<br />

atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat melakukan<br />

pemeriksaan mediastinoskopi dengan hasil nilai positif 40%. 3,9<br />

5) Torakotomi<br />

Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan jika berbagai<br />

prosedur non invasif <strong>dan</strong> invasif sebelumnya gagal mendapatkan<br />

sel tumor. 3<br />

e. Pemeriksaan Serologi/Tumor Marker<br />

Beberapa tes yang dipakai adalah: CEA (Carcinoma Embryonic<br />

Antigen),NSE (Neuron-spesific enolase),<strong>dan</strong> Cyfra 21-1 (Cytokeratin<br />

fragments 19). 3


2.2. Kerangka Konsep<br />

Agar tujuan penelitian ini dapat terlaksana, maka diperlukan kerangka<br />

konsep sebagai dasar untuk melakukan penelitian <strong>dan</strong> menjawab permasalahan<br />

yang ada. Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini<br />

adalah faktor risiko kanker paru di RS Persahabatan, Jakarta tahun 2009-2010.<br />

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut:<br />

Variabel Independen Variabel Dependen<br />

Usia<br />

Jenis kelamin<br />

Kebiasaan merokok<br />

kanker paru


No. Variabel<br />

penelitian<br />

2.3. Definisi Operasional<br />

Tabel 2.2. Definisi Operasional<br />

1. Kanker Paru Penyakit keganasan<br />

Definisi opersional Cara ukur Alat<br />

paru berdasarkan<br />

pemastian diagnosis<br />

dokter yang disertai<br />

pemeriksaan<br />

penunjang yang<br />

tercatat dalam rekam<br />

medik<br />

2. Usia Lama hidup<br />

seseorang mulai dari<br />

lahir sampai yang<br />

tercatat dalam rekam<br />

medik<br />

3. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien<br />

4. Kebiasaan<br />

merokok<br />

yang tercatat dalam<br />

rekam medik<br />

Kebiasaan<br />

menghisap tembakau<br />

yang dibakar ke<br />

dalam tubuh <strong>dan</strong><br />

menghembuskannya<br />

kembali keluar,<br />

dikatakan aktif jika<br />

merokok minimal 1-<br />

4 batang perhari<br />

Data<br />

sekunder<br />

Data<br />

sekunder<br />

Data<br />

sekunder<br />

Data<br />

sekunder<br />

ukur<br />

Rekam<br />

medik<br />

Rekam<br />

medik<br />

Rekam<br />

medik<br />

Rekam<br />

medik<br />

Skala Hasil ukur<br />

Nominal Ya (kanker paru)<br />

Tidak (bukan kanker<br />

paru)<br />

Ordinal Berisiko (40 tahun)<br />

Tidak berisiko (


3.1. Desain Penelitian<br />

BAB III<br />

METODE PENELITIAN<br />

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian yang<br />

menganalisis faktor risiko. Pengambilan subjek dimulai dari identifikasi<br />

kelompok kasus, lalu ditelusuri rekam medik subjek tersebut untuk mengetahui<br />

faktor resiko kanker paru yang dimilikinya. Variabel bebas dalam penelitian ini<br />

adalah usia, jenis kelamin, <strong>dan</strong> kebiasaan merokok. Se<strong>dan</strong>gkan variabel terikatnya<br />

adalah kejadian kanker paru pada pasien RSUP Persahabatan Jakarta.<br />

3.2. Lokasi <strong>dan</strong> Waktu Penelitian<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Sub Bagian Rekam Medis RSUP<br />

Persahabatan Jakarta. Waktu pengambilan data dimulai pada 10 Agustus 17<br />

September 2011.<br />

3.3. Populasi <strong>dan</strong> Sampel<br />

3.3.1. Populasi<br />

Populasi dari penelitian ini adalah pasien dengan penyakit kanker paru pada<br />

tahun 2009-2010 <strong>dan</strong> pasien bukan kanker paru yang tercatat dalam rekam medis.<br />

3.3.2. Sampel<br />

Sampel pada penelitian ini terdiri dari kasus yaitu pasien dengan diagnosis<br />

kanker paru <strong>dan</strong> kontrol yaitu pasien tanpa kanker paru. Besar sampel ditentukan<br />

melalui analitis kategorik tidak berpasangan. Untuk menentukan besar sampel<br />

digunakan rumus sebagai berikut: 13<br />

Sampel N1=N2= (Z 2PQ+ZP1Q1+P2Q2)²<br />

(P1-P2)²<br />

N1=N2= (1,642x0,58+0,840,66x0,34+0,5x0,5)²<br />

(0,16) ²<br />

N1=N2= 1,13+0,57<br />

0,02<br />

N1=N2= 85<br />

19


Z = deviat baku alfa 5%, hipotesis satu arah = 1,64<br />

Z = deviat baku beta 20% = 0,84<br />

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya<br />

(0,5)<br />

Q2 = 1-P2 = 1-0,5 = 0,5<br />

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan<br />

judgement peneliti<br />

OR = P1 (1-P2)<br />

P2 (1-P1)<br />

2 = P1 (1-0,5) = P1 x 0,5<br />

2 (1-P1) = P1<br />

0,5 (1-P1) 0,5 (1-P1)<br />

2-2P1 = P1<br />

3P1 = 2<br />

Q1 = 1-P1= 0,34<br />

P1 = 2/3 = 0,66<br />

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,16)<br />

P = proporsi total = (PI+P2)/2 = 0,58<br />

Q = 1-P = 0,42<br />

Dari perhitungan di atas didapatkan besar sampel minimal yang harus<br />

di ambil sebanyak 85 orang.<br />

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel<br />

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode non-<br />

probability sampling dengan tekhnik purposive sampling, yaitu pengambilan<br />

sampel non-random yang dilakukan atas dasar suatu pertimbangan tertentu yang<br />

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah<br />

diketahui sebelumnya. 14


3.3.4. Kriteria sampel<br />

Kasus<br />

Kasus adalah subjek yang didiagnosis menderita penyakit, adapun<br />

kriterianya sebagai berikut:<br />

Inklusi<br />

• Pasien RSUP Persahabatan dengan diagnosis kanker paru berdasarkan<br />

Eksklusi<br />

pemeriksaan sitologi sputum atau biopsi histopatologi yang tercatat<br />

dalam rekam medik pada tahun 2009-2010.<br />

• Pasien tanpa diagnosis kanker paru atau dengan diagnosis kanker paru<br />

sekunder.<br />

• Pasien kanker paru dengan hasil pemeriksaan yang tidak menunjang<br />

Kontrol<br />

penegakkan diagnosis kanker paru.<br />

Kontrol adalah subjek yang tidak menderita penyakit, adapun kriterianya<br />

sebagai berikut:<br />

Inklusi<br />

• Pasien RSUP Persahabatan yang menderita penyakit bukan kanker paru<br />

Eksklusi<br />

atau tidak terdiagnosis sebagai kanker paru yang tercatat dalam rekam<br />

medik pada tahun 2009-2010.<br />

• Pasien yang memiliki penyakit dengan gejala yang sama atau penyakit<br />

yang merupakan diagnosis banding dari kanker paru.


3.4. Cara Kerja Penelitian<br />

3.5. Managemen data<br />

3.5.1. Pengumpulan data<br />

Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari RSUP<br />

Persahabatan. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh<br />

melalui rekam medik. Data yang dikumpulkan adalah data kasus kanker paru <strong>dan</strong><br />

bukan kanker paru serta 3 variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, <strong>dan</strong><br />

kebiasaan merokok.<br />

Mengajukan perizinan pengambilan data<br />

rekam medik pasien kepada diklit RS<br />

Study pendahuluan<br />

Presentasi proposal<br />

Mengumpulkan data<br />

rekam medik pasien<br />

Menyeleksi data<br />

sesuai kriteria inklusi<br />

<strong>dan</strong> eksklusi<br />

kasus kontrol<br />

pengolahan data<br />

analisis<br />

Penyusunan laporan


3.5.2. Pengolahan data<br />

Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan <strong>dan</strong> kemudian<br />

diolah dengan menggunakan program SPSS for window. Setelah data terkumpul,<br />

tahap selanjutnya adalah melakukan proses editing yaitu memeriksa data hasil<br />

pengisian kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap<br />

selanjutnya adalah proses coding yaitu pemberian nilai kepada setiap jawaban dari<br />

responden <strong>dan</strong> tahap berikutnya adalah meng-entry data ke perangkat lunak<br />

komputer serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan<br />

data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa<br />

lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data.<br />

Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data :<br />

Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data<br />

Data Editing<br />

Data<br />

3.5.3. Analisis Data<br />

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat <strong>dan</strong><br />

analisis bivariat.<br />

• Analisis Univariat<br />

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi masing-<br />

masing-masing variabel independen.<br />

• Analisis bivariat<br />

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya<br />

kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian<br />

disajikan dalam bentuk tekstular <strong>dan</strong> tabular.<br />

3.5.4. Interpretasi Hasil<br />

Coding<br />

Data<br />

Ukuran faktor risiko bisa dilihat dengan odd ratio (OR), risiko relatif (RR),<br />

<strong>dan</strong> koefisien korelasi. OR digunakan pada desain kasus kontrol. Nilai OR bisa<br />

dihitung secara manual dengan rumus ad/bc. 15<br />

Entry Data ke<br />

Komputer<br />

Cleaning<br />

Data


Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio<br />

Kasus Kontrol<br />

Eksposur + A B a+b<br />

Eksposur - C D c+d<br />

a+c b+d<br />

Sumber: Dahlan MS. Statistik untuk <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> Kesehatan.<br />

OR = ad<br />

bc<br />

Interpretasi:<br />

Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 179-182.<br />

OR = 1 ; tidak ada hubungan<br />

OR < 1 ; faktor pelindung atau protektif<br />

OR 1 ; faktor risiko/penyebab penyakit<br />

Probabilitasnya dapat dihitung dengan rumus:<br />

P = OR/(1+OR)<br />

Kemaknaan nilai OR pada tingkat kepercayaan sebesar 95% CI<br />

(Confident Interval):<br />

a. Tidak bermakna, jika nilai antara lower limit <strong>dan</strong> upper limit<br />

mencakup nilai 1.<br />

b. Bermakna, jika nilai antara lower limit <strong>dan</strong> upper limit tidak<br />

mencakup nilai 1.


BAB IV<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian<br />

RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Persahabatan Jakarta terletak di Jl.<br />

Persahabatan Raya No. 1 Jakarta Timur 13230. Rumah sakit ini didirikan pada<br />

tahun 1961 atas bantuan Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia.<br />

Penyerahan secara resmi pada tanggal 7 November 1963 yang kemudian dikenal<br />

sebagai hari jadi RSUP Persahabatan. RSUP Persahabatan terus mengalami<br />

perkembangan yang salah satunya menjadi rumah sakit umum (RSU) kelas B-3<br />

wilayah Jakarta Timur, <strong>dan</strong> menjadi rujukan nasional untuk penyakit paru. 16<br />

4.2. Analisis Univariat<br />

Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 200 orang, 100 orang untuk<br />

kasus <strong>dan</strong> 100 orang untuk kontrol, dengan 3 variabel yang diteliti dalam bentuk<br />

distribusi frekuensi sebagai berikut:<br />

4.2.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, <strong>dan</strong> Kebiasaan Merokok<br />

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Kanker Paru Berdasarkan<br />

Umur, Jenis Kelamin <strong>dan</strong> Kebiasaan Merokok<br />

Kasus Kontrol<br />

Umur<br />

n<br />

(100)<br />

% n<br />

(100)<br />

40 tahun 97 97.0 64 64.0<br />


Berdasarkan tabel 4.1. diatas, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus,<br />

sebagian besar berusia 40 tahun ke atas yaitu sebanyak 97 orang (97%). Hasil ini<br />

sejalan dengan penelitian Situmeang B tahun 2010 ditemukan proporsi penderita<br />

kanker paru yang tertinggi adalah usia 40 tahun ke atas sebanyak 94,7% <strong>dan</strong> pada<br />

penelitian Taufik tahun 2005 juga ditemukan bahwa proporsi penderita kanker<br />

paru tertinggi adalah usia kurang dari 40 tahun sebanyak 84,6%. 17,18<br />

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian<br />

besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 85 orang (85%). Hasil ini sejalan<br />

dengan penelitian Widyastuti S ditemukan bahwa penderita kanker paru berjenis<br />

kelamin laki-laki sebanyak 81,5% <strong>dan</strong> pada penelitian S Christine tahun 2009 juga<br />

ditemukan bahwa proporsi penderita kanker paru berjenis kelamin laki-laki<br />

sebanyak 73,3%. 19,20<br />

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian<br />

besar memiliki kebiasaan merokok aktif yaitu sebanyak 78 orang (78%). Hasil ini<br />

sejalan dengan penelitian S Christine tahun 2009 ditemukan bahwa penderita<br />

kanker paru yang merokok aktif sebanyak 91,3%. 20<br />

4.3. Analisis Bivariat<br />

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya<br />

kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian disajikan<br />

dalam bentuk tekstular <strong>dan</strong> tabular. Selanjutnya hasil analisis bivariat dijelaskan<br />

sebagai berikut:<br />

4.3.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru<br />

Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di<br />

RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010<br />

Umur Kasus Kontrol Pvalue OR CI<br />

N % N %<br />

(95%)<br />

40 tahun 97 97.0 64 64.0 0,000 18,188 5,373-61,565<br />


Hasil analisis statistik usia terhadap kanker paru dengan uji odd ratio<br />

adalah didapatkan nilai OR sebesar 18,188 (CI 95% 5,373-61,565), hal ini berarti<br />

risiko orang yang berusia 40 tahun ke atas terkena kanker paru sebesar 18,188 kali<br />

dibandingkan dengan orang yang berusia kurang dari 40 tahun dengan<br />

probabilitas 95%.<br />

Saat ini, frekuensi kanker paru di seluruh dunia semakin meningkat. Hal<br />

ini berhubungan dengan semakin tingginya polusi udara <strong>dan</strong> penggunaan rokok.<br />

Orang yang rentan terkena kanker paru adalah orang dengan usia di atas 40 tahun,<br />

namun tidak lepas dari kebiasan merokok. Menurut Wijayakusuma H tahun 2008,<br />

perokok di atas 40 tahun rentan terkena kanker paru, jika mulai merokok kurang<br />

dari 15 tahun. Menurut Otto SE tahun 2005, periode laten antara permulaan<br />

merokok <strong>dan</strong> terjadinya kanker paru adalah sekitar 15 sampai 20 tahun. 21,22<br />

Menurut Kumar tahun 2007, usia merupakan faktor risiko penting<br />

terjadinya kanker. Insiden kanker semakin meningkat seiring bertambahnya usia.<br />

Hal tersebut sangat mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan<br />

faktor risiko <strong>dan</strong> kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun. 7<br />

Dengan masa laten yang lama sejak dimulai merokok sampai terjadinya<br />

kanker paru maka menemukan kanker paru pada usia remaja atau dewasa muda<br />

sangat kecil kemungkinannya.<br />

4.3.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru<br />

Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker<br />

Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010<br />

Jenis Kelamin Kasus Kontrol pvalue OR CI<br />

n % N %<br />

(95%)<br />

Laki-laki 85 85.0 55 55.0 0,000 4,636 2,359-9,112<br />

Perempuan<br />

Total<br />

Sumber:DataPrimer<br />

15<br />

100<br />

15.0<br />

100.0<br />

45<br />

100<br />

45.0<br />

100.0<br />

Hasil analisis statistik jenis kelamin terhadap kanker paru dengan uji odd<br />

ratio adalah didapatkan nilai OR 4,636 (CI 95% 2,359-9,112), hal ini berarti


isiko laki-laki terkena kanker paru sebesar 4,636 kali lebih besar dibandingkan<br />

dengan perempuan dengan probabilitas 82%.<br />

Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kanker paru lebih banyak ditemukan<br />

pada laki-laki dibandingkan perempuan. Di Indonesia, menurut WHO pada laki-<br />

laki kejadian kanker tersering adalah kanker paru, kanker kolon, <strong>dan</strong> kanker<br />

prostat. Se<strong>dan</strong>gkan, pada perempuan kejadian kanker tersering adalah kanker<br />

payudara, kanker serviks, kanker lambung, kanker kolon, kanker paru, <strong>dan</strong> kanker<br />

laring. 23<br />

Kanker paru lebih banyak ditemukan pada laki-laki akibat dari kebiasaan<br />

merokok, sehingga pada perempuan insidensinya lebih rendah. Menurut Davey P<br />

tahun 2005, kanker paru adalah keganasan yang paling sering dijumpai pada laki-<br />

laki sebesar (65-70%) sebagai akibat dari merokok. Pada saat ini jumlah<br />

perempuan perokok semakin banyak sehingga insidensi kanker paru pada<br />

perempuan semakin meningkat. 24<br />

4.3.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker<br />

Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian<br />

Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010<br />

Merokok Kasus Kontrol pvalue OR CI<br />

n % N %<br />

(95%)<br />

Ya 78 78.0 43 43.0 0,000 4,700 2,536-8,710<br />

Tidak<br />

Total<br />

Sumber:DataPrimer<br />

22<br />

100<br />

22.0<br />

100.0<br />

57<br />

100<br />

57.0<br />

100.0<br />

Hasil analisis statistik faktor risiko kebiasaan merokok terhadap kanker<br />

paru dengan uji odd ratio adalah didapatkan nilai OR 4,700 (CI 95% 2,536-<br />

8,710), hal ini berarti risiko orang yang merokok aktif terkena kanker paru sebesar<br />

4,700 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dengan<br />

probabilitas 82%.<br />

Rokok merupakan faktor risiko utama dalam menyebabkan kanker paru.<br />

Menurut Sumartono WR tahun 2008, rokok mengandung berbagai bahan zat


kimia. Salah satunya merupakan bahan karsinogenik yaitu tar. Tar terbentuk dari<br />

gabungan banyak zat kimia, termasuk gas-gas <strong>dan</strong> zat-zat yang menyebabkan<br />

kanker, zat ini melapisi paru-paru seperti jelaga di cerobong asap. Tar<br />

berkondensasi menjadi substansi lengket berwarna coklat yang akan menempel<br />

pada paru-paru sekaligus menyalurkan banyak bahan kimia berbahaya lainnya<br />

dari asap rokok. 25<br />

Menurut Suryo J tahun 2010, kanker paru yang disebabkan oleh merokok<br />

aktif ditemukan sebanyak 9 dari 10 kasus. Tingkat risiko dipengaruhi oleh<br />

lamanya seseorang merokok. Pada seseorang yang merokok 20 batang setiap hari<br />

selama 40 tahun memiliki risiko 8 kali untuk menderita kanker paru dibandingkan<br />

dengan seseorang yang merokok 40 batang setiap hari selama 20 tahun. Pada<br />

perokok pasif ditemukan peningkatan risiko kanker paru sebesar 25% jika<br />

pasangannya merokok, sementara orang yang terekspos asap rokok di lingkungan<br />

kerja risikonya meningkat sebesar 17%. 26<br />

Menurut penelitian sebelumnya oleh S Christine tahun 2009, didapatkan<br />

hubungan kebiasaan merokok dengan kanker paru dengan nilai OR yang didapat<br />

penelitian tersebut adalah 4,929. 20<br />

4.4. Keterbatasan Penelitian<br />

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi<br />

hasil penelitian, yaitu:<br />

• Penelitian ini sangat bergantung pada data sekunder.<br />

• Pada status rekam medik menyatakan bahwa pasien tidak merokok,<br />

namun tidak ada penjelasan mengenai riwayat kebiasaan merokok<br />

pada keluarga yang merupakan salah satu faktor risiko pasien<br />

sebagai perokok pasif.<br />

Untuk mengatasi kelemahan pada hal di atas dilakukan langkah-langkah<br />

sebagai berikut:<br />

• Menyarankan bagi para dokter yang melakukan anamnesis pada<br />

pasien penyakit paru untuk menanyakan riwayat kebiasaan merokok<br />

pada keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien.


5.2. SIMPULAN<br />

BAB V<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Persahabatan diperoleh<br />

bahwa:<br />

1. Proporsi penderita kanker paru yang tertinggi diperoleh pada kelompok<br />

usia 40 tahun ke atas sebanyak 97%, laki-laki sebanyak 85%, <strong>dan</strong><br />

kebiasaan merokok aktif sebanyak 78% .<br />

2. Orang yang berusia 40 tahun ke atas mempunyai kemungkinan 18,188 kali<br />

mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang berusia kurang<br />

dari 40 tahun dengan probabilitas 95%.<br />

3. Jenis kelamin laki-laki mempunyai kemungkinan 4,636 kali mengalami<br />

kanker paru dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan dengan<br />

probabilitas 82%.<br />

4. Orang yang merokok aktif mempunyai kemungkinan 4,700 kali<br />

5.3. SARAN<br />

mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok<br />

dengan probabilitas 82%.<br />

5.3.1. Kepada Instansi Kesehatan<br />

1. Tenaga kesehatan perlu lebih aktif untuk menginformasikan tentang<br />

faktor-faktor risiko kanker paru kepada masyarakat. Sosialisasi dapat<br />

juga dilakukan melalui media cetak ataupun elektronik.<br />

2. Pencatatan rekam medis mengenai riwayat penyakit pasien<br />

sebaiknya ditulis secara lengkap <strong>dan</strong> juga lebih ditanyakan lagi<br />

faktor-faktor risiko lain yang mungkin menyebabkan kanker paru.<br />

Hal ini untuk membantu para peneliti yang menggunakan rekam<br />

medik sebagai data penelitiannya.


5.3.2. Kepada Peneliti<br />

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain<br />

(perokok pasif, pajanan polusi, genetik, makanan, dll) yang<br />

berhubungan dengan kanker paru.<br />

5.3.3. Kepada Masyarakat<br />

Pada saat usia kurang dari 40 tahun lakukan tindakan preventif sedini<br />

mungkin dengan tidak merokok terlebih lagi kepada jenis laki-laki.


DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen<br />

Pulmonolgi <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong> <strong>Kedokteran</strong> Respirasi <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> Indonesia-<br />

RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. (diakses 28 September 2011). Tersedia<br />

dari: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year-<br />

2.<strong>pdf</strong><br />

2. Salgia R, Blanco R, Skarin AT, Lathan CS. Lung Cancer: aetiology,<br />

histopathology, and clinical manifestations. Dalam: Lorigan Paul, Skarin<br />

AT. Lung Cancer. China: Mosby Elsevier; 2007. h. 23-28.<br />

3. Amin Z. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K<br />

Marcellus S, Setiati S, penyunting. Buku Ajar <strong>Ilmu</strong> Penyakit Dalam, edisi<br />

ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. h. 2254-2260.<br />

4. Ismail D. Harapan Baru untuk Penderita Kanker Paru. Dalam: Purwanto TP,<br />

penyunting. Harian Joglo Semar. 2011. (diakses 28 September 11). Tersedia<br />

dari: http://harianjoglosemar.com/berita/harapan-baru-untuk-penderita-kanker-<br />

paru-49728.html<br />

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia<br />

2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.<br />

6. Kanker Paru. Divisi Onkologi Toraks Departemen Pulmonologi <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong><br />

<strong>Kedokteran</strong> Respirasi. (diakses 25 Februari 2011). Tersedia dari:<br />

http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17&<br />

Itemid=31<br />

7. Kumar V, Maitra A. Paru <strong>dan</strong> Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V,<br />

Cotran RS, Robbins SL, penyunting. Buku Ajar Patologi, edisi ke-7. Jakarta<br />

: EGC; 2007. h. 559-565.<br />

8. Wahyuningsih, Yunus F, Ikhsan M, Wiyono WH. Dampak Inhalasi Cat<br />

Semprot. Cermin Dunia <strong>Kedokteran</strong> no. 138. Jakarta: Kalbe; 2003. h. 23-28.<br />

9. Fujin Chen, Wei Fan, Jinhua Huang, Wei Li, Donggen Liu, Guoyi Luo, dkk.<br />

Karsinoma Paru. Dalam: Desen Wan, Tiehua Rong, Yixin Zen, Zongyuan<br />

Zen, Jingqing Li, Yilong Wu, dkk. Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi ke-2.<br />

Jakarta: FKUI; 2008. h. 337-342.


10. Statistik Kanker. Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional 2007.<br />

(diakses 19 September 2011). Tersedia dari:<br />

http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html<br />

11. Ward J PT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi<br />

edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 84-85.<br />

12. D Susanna. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. 2003. (diakses 27<br />

Januari 2010). Tersedia dari: http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/03-<br />

Penentuan%20Kadar%20Nikotin_Susanna.D.PDF<br />

13. Dahlan MS. Besar Sampel <strong>dan</strong> Cara Pengambilan Sampel edisi ke-2.<br />

Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 43-47.<br />

14. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;<br />

2010. h. 124-125.<br />

15. Dahlan MS. Statistik untuk <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> Kesehatan. Jakarta: Salemba<br />

Medika; 2009. h. 179-182.<br />

16. Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. (diakses 10 September 2011).<br />

Tersedia dari: http://rsuppersahabatan.com/index.php<br />

17. Situmeang B. Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di<br />

Rumah Sakit St. Elisabeth Me<strong>dan</strong> Tahun 2004-2007. 2010. (diakses 15<br />

Agustus 2011). Tersedia dari:<br />

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16406<br />

18. Taufik, Syahruddin E, Mulyani S, Chan Y, Y Zairilin. Faktor Risiko, Gejala<br />

Klinis, <strong>dan</strong> Diagnosis Kanker Paru di Bagian Pulmonologi <strong>Fakultas</strong><br />

<strong>Kedokteran</strong> Universitas Andalas-Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Pa<strong>dan</strong>g. 2005.<br />

(diakses 05 Februari 2011). Tersedia dari:<br />

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/26406175179.<strong>pdf</strong><br />

19. Widyastuti S. Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap Di Rumah<br />

Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Me<strong>dan</strong> Tahun 2000-2002. 2009.<br />

(diakses 5 September 2011). Tersedia dari:<br />

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14575<br />

20. S Christine. Hubungan Merokok dengan Kanker Paru di RSUP H. Adam<br />

Malik Me<strong>dan</strong> tahun 2009. 2011. (diakses 23 April 2011). Tersedia dari :<br />

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21470


21. Bustan, MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta;<br />

2007. H. 124-153.<br />

22. Wijayakusuma H. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa<br />

Swara; 2008. h. 10-11.<br />

23. Otto SE. Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC; 2005. h. 235-236.<br />

24. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. h. 202-203.<br />

25. Sumartono RW. Stop Merokok. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 4.<br />

26. Suryo J. Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First.;<br />

2010. h. 27-30.


PERSONAL DATA<br />

DAFTAR RIWAYAT HIDUP<br />

Nama : Putri Nuraini<br />

Jenis Kelamin : Perempuan<br />

Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 02 Oktober 1989<br />

Status : Belum Menikah<br />

Agama : Islam<br />

Alamat : Cimahpar Endah 2, jln. Pipit no. 5 k, Jawa Barat-<br />

Sukabumi 43192<br />

Nomor Telepon/HP : 081563233393<br />

Email : green_tee2@yahoo.com<br />

RIWAYAT PENDIDIKAN<br />

1995-1996 : TK Dharma Ayah, Sukabumi<br />

1996-2002 : SDN Pasirhalang 1, Sukabumi<br />

2002-2005 : SMP Islam Asy-Syafiiyah Pulo Air, Sukabumi<br />

2005-2008 : SMA Islam Asy-Syafiiyah Pulo Air, Sukabumi<br />

2008-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta<br />

PENGALAMAN ORGANISASI<br />

2010-2012 : Pengurus Ba<strong>dan</strong> Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ)<br />

Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

2009-2011 : Pengurus UIN Syahid Medical Rescue (USMR) Jurusan<br />

Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

Lampiran 1


Value df<br />

Chi-Square Tests<br />

Asymp. Sig. (2-<br />

sided)<br />

Pearson Chi-Square 34.687 a 1 .000<br />

Continuity Correction b 32.617 1 .000<br />

Likelihood Ratio 39.725 1 .000<br />

Exact Sig. (2-<br />

sided)<br />

Exact Sig. (1-<br />

sided)<br />

Fisher's Exact Test .000 .000<br />

N of Valid Cases b 200<br />

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,50.<br />

b. Computed only for a 2x2 table<br />

Odds Ratio for klasifikasi<br />

umur (0 / 1)<br />

Risk Estimate<br />

Value<br />

95% Confidence Interval<br />

Lower Upper<br />

18.188 5.373 61.565<br />

For cohort kanker paru = ya 7.832 2.622 23.398<br />

For cohort kanker paru =<br />

tidak<br />

N of Valid Cases 200<br />

Crosstab<br />

kanker paru<br />

ya tidak<br />

.431 .349 .532<br />

Total<br />

klasifikasi umur 0 Count 97 64 161<br />

% within kanker paru 97.0% 64.0% 80.5%<br />

1 Count 3 36 39<br />

% within kanker paru 3.0% 36.0% 19.5%<br />

Total Count 100 100 200<br />

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%<br />

Lampiran 2


Crosstab<br />

kanker paru<br />

ya tidak<br />

Total<br />

jenis kelamin laki-laki Count 85 55 140<br />

% within kanker paru 85.0% 55.0% 70.0%<br />

perempuan Count 15 45 60<br />

% within kanker paru 15.0% 45.0% 30.0%<br />

Total Count 100 100 200<br />

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%<br />

Value df<br />

Chi-Square Tests<br />

Asymp. Sig. (2-<br />

sided)<br />

Pearson Chi-Square 21.429 a 1 .000<br />

Continuity Correction b 20.024 1 .000<br />

Likelihood Ratio 22.176 1 .000<br />

Exact Sig. (2-<br />

sided)<br />

Exact Sig. (1-<br />

sided)<br />

Fisher's Exact Test .000 .000<br />

N of Valid Cases b 200<br />

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30,00.<br />

b. Computed only for a 2x2 table<br />

Odds Ratio for jenis kelamin<br />

(laki-laki / perempuan)<br />

Risk Estimate<br />

Value<br />

95% Confidence Interval<br />

Lower Upper<br />

4.636 2.359 9.112<br />

For cohort kanker paru = ya 2.429 1.536 3.840<br />

For cohort kanker paru =<br />

tidak<br />

N of Valid Cases 200<br />

.524 .407 .674


Crosstab<br />

kanker paru<br />

ya tidak<br />

Total<br />

merokok ya Count 78 43 121<br />

% within kanker paru 78.0% 43.0% 60.5%<br />

tidak Count 22 57 79<br />

% within kanker paru 22.0% 57.0% 39.5%<br />

Total Count 100 100 200<br />

% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%<br />

Value df<br />

Chi-Square Tests<br />

Asymp. Sig. (2-<br />

sided)<br />

Pearson Chi-Square 25.630 a 1 .000<br />

Continuity Correction b 24.187 1 .000<br />

Likelihood Ratio 26.328 1 .000<br />

Exact Sig. (2-<br />

sided)<br />

Exact Sig. (1-<br />

sided)<br />

Fisher's Exact Test .000 .000<br />

N of Valid Cases b 200<br />

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.<br />

b. Computed only for a 2x2 table<br />

Odds Ratio for merokok (ya /<br />

tidak)<br />

Risk Estimate<br />

Value<br />

95% Confidence Interval<br />

Lower Upper<br />

4.700 2.536 8.710<br />

For cohort kanker paru = ya 2.315 1.585 3.381<br />

For cohort kanker paru =<br />

tidak<br />

N of Valid Cases 200<br />

.493 .374 .649

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!