27.12.2013 Views

Tanya-jawab herpes - Yayasan Spiritia

Tanya-jawab herpes - Yayasan Spiritia

Tanya-jawab herpes - Yayasan Spiritia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Tanya</strong>-<strong>jawab</strong> <strong>herpes</strong><br />

Apa <strong>herpes</strong> itu?<br />

• Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan<br />

tidak didiagnosis<br />

• Herpes disebabkan oleh virus: virus <strong>herpes</strong> simpleks (HSV)<br />

• HSV termasuk keluarga virus yang disebut <strong>herpes</strong>virus. Keluarga ini termasuk virus Epstein-Barr<br />

(EBV) dan virus varisela zoster (penyebab cacar air)<br />

• Walau ada beberapa jenis virus di keluarga <strong>herpes</strong>virus, masing-masing merupakan virus yang<br />

terpisah dan berbeda. Bila kita terinfeksi oleh satu jenis virus ini, tidak berarti kita terinfeksi oleh yang<br />

lain<br />

• HSV dapat menyebabkan <strong>herpes</strong> oral (luka di daerah mulut dan muka) serta juga <strong>herpes</strong> kelamin<br />

(gejala serupa di daerah kelamin)<br />

• Ada dua jenis virus <strong>herpes</strong> simpleks: virus <strong>herpes</strong> simpleks tipe 1 (HSV-1) dan <strong>herpes</strong> simpleks virus<br />

tipe 2 (HSV-2)<br />

• Kebanyakan kasus <strong>herpes</strong> mulut disebabkan oleh HSV-1 dan sebagian besar kasus <strong>herpes</strong> kelamin<br />

disebabkan oleh HSV-2; namun keduanya HSV-1 atau HSV-2 dapat terjadi di daerah kelamin atau<br />

daerah mulut<br />

Seberapa umum kejadian <strong>herpes</strong>?<br />

• Kurang lebih 50-80% warga AS mempunyai <strong>herpes</strong> mulut, sampai 90% pada usia 50 tahun. Tidak<br />

diketahui statistik untuk Indonesia<br />

• Kebanyakan orang tertular oleh <strong>herpes</strong> mulut pada masa kanak-kanak, karena dicium oleh teman atau<br />

sanak saudara<br />

• Kurang lebih satu dari lima orang di AS mempunyai <strong>herpes</strong> kelamin; namun sampai 90% tidak sadar<br />

bahwa dirinya terinfeksi atau mereka mempunyai virus tersebut. Ada banyak alasan orang tidak<br />

mengetahui dirinya mempunyai <strong>herpes</strong> (lihat di bawah)<br />

• Siapa pun yang aktif secara seksual dapat tertular <strong>herpes</strong> kelamin<br />

Bagaimana <strong>herpes</strong> menular?<br />

• Siapa pun yang aktif secara seksual dapat tertular <strong>herpes</strong> kelamin<br />

• Herpes menular melalui hubungan kulit dengan kulit. Hal ini terjadi saat daerah kulit yang menular<br />

berhubungan dengan luka kecil pada kulit atau selaput mukosa, terutama pada mulut dan kelamin<br />

• Kebanyakan kulit pada tubuh terlalu tebal untuk ditembus oleh virus itu<br />

• Bila seseorang dengan <strong>herpes</strong> mulut berhubungan seks oral, mungkin pasangannya akan tertular<br />

<strong>herpes</strong> kelamin<br />

• Bila seseorang dengan <strong>herpes</strong> kelamin berhubungan seks, mungkin pasangannya akan tertular <strong>herpes</strong><br />

kelamin<br />

• Herpes kelamin dapat tertular melalui hubungan seks pada waktu ada gejala dan kadang kala bila tidak<br />

ada gejala<br />

• Ada beberapa hari dalam setahun waktu virus mungkin berada di permukaan kulit, tetapi tidak ada<br />

gejala – kejadian ini disebut reaktivasi tanpa gejala. Herpes dapat menular melalui hubungan seks<br />

pada masa ini<br />

• Belum ditemukan kasus seseorang tertular <strong>herpes</strong> kelamin dari objek lain misalnya WC, tempat<br />

mandi, atau handuk. Herpes adalah virus yang sangat rentan, yang tidak tahan hidup lama pada<br />

permukaan<br />

Apa yang terjadi saat <strong>herpes</strong> masuk tubuh?<br />

Satu hal yang membedakan virus anggota keluarga <strong>herpes</strong>virus dari virus tipe lain adalah yang disebut<br />

‘latensi’. Herpes simpleks dan <strong>herpes</strong>virus yang lain mempunyai cara untuk membentuk koloni bibit virus<br />

yang kecil tetapi permanen di dalam tubuh. Koloni ini sering tidak aktif sama sekali – tidur – tetapi tetap<br />

ada untuk seumur hidup.<br />

Dokumen ini diunduh dari situs web <strong>Yayasan</strong> <strong>Spiritia</strong> http://spiritia.or.id/


<strong>Tanya</strong>-<strong>jawab</strong> <strong>herpes</strong><br />

Cara kerjanya: setelah HSV mendapat kedudukan, virus tersebut mulai menggandakan diri dan menyebar.<br />

Hal ini dapat mengakibatkan serangkaian tanda dan gejala, dari gejala hampir tidak kentara yang tidak<br />

diketahui sampai penyakit berat. Sebagai tanggapan, sistem kekebalan tubuh mulai giat dan membatasi<br />

penyebaran HSV.<br />

Walau ada atau tiada gejala, virus tetap ada di tubuh. Untuk menghindari sistem kekebalan tubuh, HSV<br />

akan mundur melalui jalur saraf, mencari tempat pelindungan di akar saraf yang disebut ‘ganglion.’<br />

Dalam kasus <strong>herpes</strong> kelamin, HSV mundur pada ganglion sakral, yang diletak di bawah tulang belakang.<br />

Pada <strong>herpes</strong> oral, HSV berjalan ke ganglion trigeminal di bagian atas tulang belakang. Di ganglion, virus<br />

tetap tidak aktif (“laten”) selama waktu yang tidak tentu.<br />

Fenomena latensi serupa dengan siklus tidur. Pada intinya, virus kembali ke tempat pelindungan dan<br />

tidur, kadang kala untuk jangka waktu yang sangat lama. Sayangnya, selama HSV laten, beberapa<br />

peristiwa biologis dapat mengakibatkannya menjadi aktif dan mulai berjalan melalui jalur saraf kembali<br />

ke kulit. Di situ, virus tersebut dapat menyebabkan tanda dan gejala lagi, walau tidak selalu.<br />

Berapa sering virus ‘bangkit’ adalah masalah yang rumit. Dulu diperkirakan bahwa semua ‘masa bangun’<br />

HSV ditandai oleh jangkitan – kelainan pada kulit (didefinisi sebagai ‘lesi’) misalnya bintil-bintil, atau<br />

gejala macam lain misalnya gatal. Kemudian para peneliti mengetahui bahwa virus itu dapat bangun dan<br />

menjadi aktif tanpa menimbulkan tanda atau gejala yang diperhatikan: tiada gatal, tiada bintil, tiada lepuh.<br />

Fenomena ini diberi beberapa nama, termasuk “pengeluaran tanpa gejala (asymptomatic shedding),”<br />

reaktivasi tanpa gejala (asymptomatic reactivation),” dan “pengeluaran subklinis (subclinical shedding).”<br />

Pengeluaran tanpa gejala dipakai untuk keadaan berikut: 1) beberapa lesi tidak diperhatikan karena<br />

mereka terjadi di tempat yang tidak pernah atau tidak dapat diamati; 2) ada lesi yang dianggap secara<br />

salah sesuatu yang lain – bulu yang tumbuh ke dalam, misalnya; dan 3) beberapa lesi tidak dapat dilihat<br />

sama sekali kasatmata.<br />

Yang penting adalah bahwa saat <strong>herpes</strong> “bangun” dan berjalan ke permukaan kulit atau selaput mukosa,<br />

sering kali akibatnya tidak kentara dan sulit dikenal, bahkan untuk dokter, dan kadang kala mustahil<br />

dilihat. Lagi pula, bahkan kita mempunyai tanda dan gejala yang berulang, yang kita umumnya dapat<br />

mengetahui sebagai <strong>herpes</strong>, hampir pasti ada hari waktu kita tidak sadar bahwa virus sudah reaktivasi dan<br />

berjalan ke kulit atau selaput mukosa.<br />

Tanda dan gejala<br />

Walau beberapa orang sadar mereka memiliki <strong>herpes</strong> kelamin, banyak yang tidak. Diperkirakan bahwa<br />

satu dari lima orang di AS memiliki <strong>herpes</strong> kelamin; namun sampai 90% tidak sadar bahwa mereka<br />

memilikinya. Hal ini terjadi karena banyak orang mengalami gejala sangat ringan yang tidak diketahui<br />

penyebab atau disalahtafsirkan sebagai masalah lain atau pun tidak mengalami gejala sama sekali. Karena<br />

tanda dapat sangat beraneka ragam, kita diusulkan melakukan tes bila kita mempunyai lesi macam apa.<br />

Lesi itu dapat diseka untuk tes biakan atau tes peka yang lain.<br />

Kita dapat menunjukkan gejala beberapa hari setelah terinfeksi <strong>herpes</strong> kelamin, atau mungkin gejala baru<br />

muncul setelah beberapa minggu, bulan bahkan tahun. Oleh karena itu, kita menghadapi kesulitan untuk<br />

mengetahui kapan dan dari mana kita terinfeksi.<br />

Gejala ‘klasik’ yang biasa dikaitkan dengan <strong>herpes</strong> kelamin adalah luka-luka, vesikal, atau tukak –<br />

semuanya juga dapat disebut ‘lesi.’ (Kepustakaan ilmiah mengenai <strong>herpes</strong> memakai istilah ‘lesi’ untuk<br />

menggambarkan luka atau kelainan apa pun pada kulit.) Lesi <strong>herpes</strong> kelamin yang klasik ini sering<br />

menyerupai bintil kecil atau lepuh yang kemudian menjadi lapisan keras dan akhirnya menjadi keropeng<br />

seperti luka kecil yang lain. Lesi ini dapat membutuhkan dari dua sampai empat minggu untuk menjadi<br />

pulih. Selama waktu itu, beberapa orang mengalami kumpulan lesi kedua, dan beberapa juga akan<br />

mengalami gejala mirip flu, termasuk demam dan pembengkakan kelenjar getah bening, terutama dekat<br />

pangkal paha. Kadang kala juga gejala peristiwa pertama ini diikuti oleh sakit kepala dan nyeri waktu<br />

kencing<br />

Tetapi untuk banyak orang lain, lesi <strong>herpes</strong> dapat begitu ringan sehingga salah mengira lesi sebagai:<br />

• gigitan serangga<br />

– 2 –


<strong>Tanya</strong>-<strong>jawab</strong> <strong>herpes</strong><br />

• luka lecet<br />

• infeksi jamur<br />

• dan kondisi lain.<br />

Dengan kata lain, tanda tidak diketahui sebagai akibat <strong>herpes</strong> kelamin. Juga, tanda dan gejala dapat<br />

ditemukan pada penis dan vulva; dekat dubur; di paha; pada bokong – hampir seluruh daerah kelamin.<br />

Pengobatan dengan obat antiviral adalah baku selama peristiwa pertama dan dapat mempercepat<br />

pemulihan secara bermakna.<br />

Tetapi bagaimana bila kita tidak mengamati lesi dan tidak ada gejala lain? Pada beberapa penelitian,<br />

orang dengan <strong>herpes</strong> tidak sama sekali menyadari mengenai lesinya sepertiga dari waktu virus ditemukan<br />

di daerah kelamin. Walau mengetahui lesi dan gejala lain adalah penting, hal ini tidak selalu memberi<br />

tahu kita bila virus tersebut aktif.<br />

Frekuensi peristiwa tergantung pada orang. Rata-rata, jumlah peristiwa yang dialami oleh seseorang<br />

dengan HSV-2 kelamin adalah empat atau lima per tahun. Untuk HSV-1 kelamin, jumlah kurang dari satu<br />

per tahun. Umumnya lebih banyak pada tahun pertama, dan banyak orang menemukan bahwa peristiwa<br />

tersebut cenderung berkurang dalam tingkat keparahan dan seringnya.<br />

Pada awal fase reaktivasi, banyak orang mengalami rasa gatal, kesemutan, atau rasa nyeri di daerah<br />

terjadinya lesi kambuhan. Peringatan macam ini – disebut prodrom – sering mendahului lesi dengan satu<br />

atau dua hari. Agar aman, sebaiknya kita beranggapan bahwa virus sudah aktif (dan oleh karena itu, dapat<br />

menular melalui kontak kulit-ke-kulit) selama masa itu.<br />

Pemicu <strong>herpes</strong> (apa yang menyebabkan peristiwa) sangat tergantung pada individu, tetapi setelah<br />

beberapa kali, kita belajar mengenal, dan kadang menghindari, faktor yang tampaknya memicu HSV<br />

dalam tubuh kita. Penyakit, makanan yang tidak bergizi, stres emosional atau fisik, pergesekan pada<br />

daerah kelamin, terpajan lama pada cahaya ultraviolet (umumnya untuk <strong>herpes</strong> oral), trauma bedah, dan<br />

pengobatan dengan steroid (misalnya pengobatan untuk asma) dapat memicu peristiwa <strong>herpes</strong>. Frekuensi<br />

peristiwa sering dapat ditangani melalui penanganan stres, serta cukup istirahat, gizi dan olahraga.<br />

Tes<br />

Ada beberapa tes yang berbeda untuk <strong>herpes</strong>. Satu tes, yaitu biakan virus, dapat dilakukan bila kita<br />

mengalami gejala. Tes darah tersedia untuk orang yang tidak bergejala. Tidak semua tes dapat dipercaya.<br />

Mengurangi risiko<br />

Setiap orang yang aktif secara seksual dapat tertular <strong>herpes</strong> kelamin, Kecuali puasa seks atau saling setia<br />

dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi, ada banyak pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk<br />

mengurangi risiko penularan.<br />

Karena satu dari lima orang diperkirakan terinfeksi <strong>herpes</strong>, dan kebanyakan tidak mengetahuinya, bila<br />

pasangan kita pernah aktif secara seksual, bukan tidak mungkin dia terinfeksi. Tes darah yang baik<br />

tersedia untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai antibodi terhadap HSV. Mengetahui status<br />

pasangan kita dapat membantu dalam pengambilan keputusan bersama mengenai apakah kita harus<br />

melakukan sesuatu untuk mengurangi risiko penularan HSV.<br />

Bila satu atau kedua pasangan terinfeksi, penting belajar mengenai <strong>herpes</strong>, agar paham dasar pencegahan<br />

<strong>herpes</strong>, dan untuk mengambil keputusan bersama mengenai kewaspadaan apa yang cocok buat kita.<br />

Bila kita mempunyai tanda atau gejala di sekitar kelamin atau dubur (<strong>herpes</strong> kelamin), kita sebaiknya<br />

menghindari kegiatan seksual sampai semua tanda sudah pulih.<br />

Bila tidak ada gejala, masih ada kemungkinan reaktivasi tanpa gejala. Memakai kondom lateks antara<br />

peristiwa untuk hubungan kelamin-ke-kelamin dapat mengurangi risiko penularan. Walau kondom tidak<br />

selalu menutup daerah yang mungkin mengeluarkan virus, kondom menawarkan pelindungan yang<br />

berguna terhadap virus dengan melindungi atau menutupi selaput mukosa yang adalah daerah penularan<br />

yang paling dimungkinkan. Lagi pula, ingat bahwa kondom juga dapat membantu mengurangi risiko<br />

tertular infeksi menular seksual (IMS) lain.<br />

– 3 –


<strong>Tanya</strong>-<strong>jawab</strong> <strong>herpes</strong><br />

Satu obat antiviral untuk <strong>herpes</strong>, yaitu valasiklovir, ditunjukkan mengurangi risiko penularan <strong>herpes</strong>. Bila<br />

seseorang dengan riwayat <strong>herpes</strong> kelamin yang kambuh memakai 500mg valasiklovir setiap hari, hal ini<br />

dapat mengurangi risiko penularan pada pasangan yang tidak terinfeksi sebanyak 50%. Ada kemungkinan<br />

bahwa kombinasi penekan dengan valasiklovir serta penggunaan kondom memberi pelindungan yang<br />

lebih tinggi daripada hanya salah satu cara saja.<br />

Penggunaan spermatisida nonoxynol-9 (“N-9”) tidak diusulkan karena produk ini dapat menyebabkan<br />

lecet di daerah kelamin, dengan demikian memudahkan penularan IMS. Bila memakai spermatisida,<br />

seharusnya dipakai bersama dengan kondom, bukan sebagai pengganti.<br />

Bila kita memakai alat seks bersamaan dengan pasangan, sebaiknya kita memasang kondom pada alat<br />

tersebut, mencabutnya setelah dipakai oleh satu pasangan, dan membersihkan alat secara seksama<br />

sebelum memakainya dengan orang atau di tempat lain (misalnya dalam mulut setelah dalam vagina).<br />

Bila kita mempunyai gejala <strong>herpes</strong> di sekitar mulut (<strong>herpes</strong> oral), sebaiknya kita tidak melakukan<br />

hubungan seks oral sampai semua tanda pulih. Bila tidak ada gejala di sekitar mulut, memakai pelindung<br />

(‘dental dam’) atau kondom saat melakukan seks oral dapat mengurangi risiko tertular <strong>herpes</strong> kelamin.<br />

Dengan melakukan seks oral pada seseorang yang terinfeksi <strong>herpes</strong> kelamin, mungkin kita akan tertular<br />

<strong>herpes</strong> oral – tetapi jarang. Kebanyakan kasus <strong>herpes</strong> kelamin disebabkan oleh HSV-2, yang jarang<br />

mempengaruhi mulut atau muka. Juga, dan lebih penting lagi, kebanyakan orang dewasa sudah terinfeksi<br />

HSV-1 oral, pada masa kanak-kanak karena dicium oleh sanak saudara atau teman.<br />

Peninjauan pengobatan<br />

• Saat ini, belum ada pengobatan untuk menyembuhkan <strong>herpes</strong>; namun ada obat untuk mengobati gejala<br />

dan menanganinya.<br />

• Tiga macam obat antiviral dalam bentuk pil disetujui untuk mengobati <strong>herpes</strong>: asiklovir, famsiklovir,<br />

dan valasiklovir. Semua obat ini, dipakai melalui mulut, bekerja melawan virus <strong>herpes</strong> dan<br />

menghambat kemampuannya untuk menggandakan diri.<br />

• Masing-masing obat ini dapat dipakai waktu peristiwa (kekambuhan) untuk membantu mempercepat<br />

proses pemulihan.<br />

• Ketiga obat ini disetujui untuk terapi penekanan harian untuk membantu mengurangi frekuensi<br />

peristiwa.<br />

• Asiklovir tersedia sebagai krim, tetapi obat ini terbukti jauh lebih efektif untuk <strong>herpes</strong> kelamin bila<br />

dipakai sebagai pil.<br />

• Valasiklovir, bila dipakai setiap hari (terapi penekanan) oleh seseorang dengan <strong>herpes</strong> kelamin yang<br />

kambuh, dapat mengurangi risiko penularan pada pasangan.<br />

• Menurut produsen, efek samping jangka pendek yang paling umum yang dilaporkan adalah mual dan<br />

sakit kepala. Sejumlah penelitian yang sangat luas memberi kesan bahwa semua obat ini aman dan<br />

mempunyai sedikit efek samping, bila ada. Obat ini belum pernah dicatat menyebabkan efek samping<br />

jangka panjang.<br />

• Memakai obat untuk mengobati <strong>herpes</strong> kelamin tidak dibutuhkan. Namun, bila kita ingin memakai<br />

obat antiviral, bahas dengan dokter dapat membantu menentukan obat mana adalah cocok buat kita.<br />

• Krim dan olesan yang dijual tanpa resep tidak diusulkan untuk <strong>herpes</strong> kelamin, karena dapat<br />

mengganggu proses pemulihan dalam beberapa cara, menyebabkan peristiwa bertahan lebih lama.<br />

Menjaga daerah luka tetap bersih dan sekering mungkin dan memungkinkan daerah mendapatkan<br />

udara dapat membantu mempercepat proses pemulihan.<br />

Herpes dan kehamilan<br />

Tahukah Anda:<br />

• Bayi jarang tertular <strong>herpes</strong><br />

• 20-25% ibu hamil mempunyai <strong>herpes</strong> kelamin<br />

• Kurang dari 0,1% bayi tertular dengan <strong>herpes</strong> kelamin<br />

• Seorang ibu membantu bayinya dengan mewarisi antibodinya kepada bayi selama kehamilan<br />

– 4 –


<strong>Tanya</strong>-<strong>jawab</strong> <strong>herpes</strong><br />

• Perempuan yang tertular <strong>herpes</strong> kelamin sebelum menjadi hamil mempunyai risiko rendah menulari<br />

bayinya<br />

• Seorang ibu yang terinfeksi <strong>herpes</strong> kelamin selama triwulan ketiga kehamilan mempunyai risiko lebih<br />

tinggi untuk menulari bayi karena dia belum membentuk antibodi terhadap virus itu<br />

• Kebanyakan ibu dengan <strong>herpes</strong> kelamin melahirkan secara normal melalui vagina<br />

• Seorang ibu sebaiknya diperiksa secara visual pada awal persalinan<br />

• Bila ibu mempunyai gejala pada waktu persalinan, diusulkan melahirkan melalui bedah sesar<br />

• Bila bayi terinfeksi <strong>herpes</strong> waktu persalinan, gejala cenderung terlihat dalam 2-3 minggu setelah lahir<br />

• Herpes dapat mengancam jiwa bayi, tetapi obat dapat membantu mencegah atau mengurangi<br />

kerusakan jangka panjang, bila diberi cukup dini<br />

• Setelah lahir, <strong>herpes</strong> dapat ditularkan pada bayi melalui ciuman dari seseorang dengan luka <strong>herpes</strong> oral<br />

Artikel asli: Learn about Herpes – Questions & Answers<br />

– 5 –

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!