Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
BERJAYA MELAWAN AMERIKA<br />
KAPAL<br />
PERANG<br />
BIKIN<br />
TEGANG<br />
EDISI 116 | 17 - 23 FEBRUARI 2014
DAFTAR ISI<br />
Edisi 116 17 - 23 februari 2014<br />
Tap Pada konten untuk membaca artikel<br />
Nasional<br />
Hukum<br />
Fokus<br />
Kapal perang<br />
bikin tegang<br />
Nama Usman-Harun membuat<br />
Singapura merah kuping. Dua<br />
marinir pengebom MacDonald<br />
House itu diabadikan sebagai<br />
nama kapal perang Indonesia.<br />
Luka lama terkuak.<br />
n Ke Mana Dana Haji Mengalir<br />
n risma, di antara dua pilihan<br />
n saat kelud bikin kalut<br />
internasional<br />
n Pembebasan Corby dan Ironi WNI<br />
kriminal<br />
n teror gerombolan cepak bermotor<br />
ekonomi<br />
n dan terbitlah izin untuk eutanasia<br />
n kapitalis di jantung komunis<br />
interview<br />
n t.b. silalahi: peran saya cuma 0,001%<br />
untuk sby<br />
kolom<br />
n sarang penyamun di rumah tuhan<br />
selingan<br />
n solar kami dipanen di kebun sawit<br />
bisnis<br />
n persaingan ketat pabrik bus<br />
n dolar membubung, maskapai limbung<br />
n dari pengasong kacang jadi raja tekstil<br />
lensa<br />
n Berjaya Melawan Amerika<br />
sisi lain capres<br />
n hikmah tak menjadi pns<br />
n Abu Kelud di Tanah Jawa<br />
people<br />
sains<br />
n ada baterai di balik gula<br />
surat dari buncit<br />
n hidup baru bahtiar<br />
Seni hiburan<br />
n Nabilah | Armand Maulana | Jay Leno<br />
gaya hidup<br />
n Kisah Negeri di Ujung Afrika<br />
n maka terciptalah robocop<br />
n film pekan ini<br />
n agenda<br />
n ketika ‘harus’ kuliah lagi<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n sehari di kota seribu sungai<br />
n plan b tak selalu jadi cadangan<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Mulat Esti Utami, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif<br />
Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita,<br />
Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus<br />
Purnomo Product Management: Sena Achari, Eko Tri Hatmono Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus<br />
Aulianshah, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi<br />
Wahyono, Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
surat dari buncit<br />
Hidup Baru Bahtiar<br />
Apa itu bahagia? Bagi Bahtiar Rifai,<br />
bahagia adalah hidup bersama<br />
orang yang dicintainya. Karena<br />
itu, reporter majalah detik ini<br />
mantap mengajak nikah tambatan hatinya,<br />
Siti Juhaeriyah.<br />
Mereka pun melangsungkan akad nikah<br />
pada Minggu, 9 Februari 2014, di rumah<br />
mempelai perempuan, Kampung Pasepatan<br />
RT 01/02 Desa Kopo, Kecamatan Kopo,<br />
Kabupaten Serang, Banten.<br />
Setelah menikah, lulusan Universitas Islam<br />
Negeri Syarif Hidayatullah itu mengaku<br />
makin tertata hidupnya. “Makin semangat,”<br />
kata Bahtiar.<br />
Selamat berbahagia, Bahtiar. Selamat<br />
menempuh hidup baru. Semoga pernikahannya<br />
langgeng dan mendatangkan berkah<br />
dalam hidup. Amin.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
lensa<br />
Abu Kelud di Tanah Jawa<br />
Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />
Kamis (13/2) menjadi malam yang berdebu di hampir seluruh tanah Jawa. Sebab, Gunung Kelud di Jawa Timur meletus, memuntahkan<br />
abu vulkanik pekat yang menyebar merata. Ribuan warga pun mengungsi cepat-cepat.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
1<br />
lensa<br />
3<br />
2<br />
1. Deretan rumah di Yogyakarta tertutup abu Kelud (14/2). (Reuters/Dwi Oblo) 2. Aktivitas warga di jalanan Kasongan, Yogyakarta (14/2).<br />
(antarafoto/Sigid Kurniawan) 3. Material Gunung Kelud menutupi pedasaan di Blitar, Jawa Timur (14/2). (antarafoto/Risyal Hidayat)
4 5<br />
lensa<br />
4: Abu vulkanik membubung dari puncak Gunung Kelud (14/2). (Reuters/Sigit Pamungkas) 5. Gunung Kelud terekam aktif pada Kamis (13/2) sore atau<br />
beberapa jam sebelum meletus. (antarafoto/Rudi Mulya)
6<br />
6. Salah satu ikon Kota Yogyakarta, Perempatan Tugu, berselimut abu Kelud (14/2). Erupsi Gunung Kelud mengakibatkan berbagai aktivitas di<br />
kota yang berjarak sekitar 280 kilometer dari Kelud itu terhenti. (detikfoto/Grandyos Zafna)
7<br />
lensa<br />
8<br />
9<br />
7. Puluhan dari total ribuan warga di lokasi pengungsian Pare, Kediri (14/2). (antarafoto/Syaiful Arif) 8. Seorang lansia dibopong menuju tempat<br />
pengungsian di Kediri (13/2). (antarafoto/Rudi Mulya) 9. Polisi menghalau warga yang nekat akan kembali ke rumah meski abu vulkanik masih<br />
mengguyur (14/2). (antarafoto/Rudi Mulya)
10<br />
lensa<br />
11<br />
10: Candi Borobudur ditutup terpal untuk melindunginya dari abu Gunung Kelud (14/2). Sebanyak 73 stupa diselimuti kain dan kompleks Borobudur<br />
ditutup untuk umum. (antara foto/Anis Efizudin) 11. Jalan Simpang Gumul, Kediri, tertutup debu Kelud (14/2). Kediri merupakan salah satu<br />
kota terdekat dari Gunung Kelud. (antara foto/Syaiful Arif)
12<br />
lensa<br />
13<br />
12. Papan petunjuk di Bandara Adi Soemarmo, Solo, menunjukkan pembatalan jadwal penerbangan (14/2). (Antarafoto/Andika Betha) 13.<br />
Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, lumpuh tertutup debu vulkanik. (Antarafoto/Regina Safri). 14. Petugas membersihkan badan pesawat dari<br />
debu vulkanik di Bandara Adisutjipto. (Antarafoto/Regina Safri)
nasional<br />
Saat<br />
Kelud<br />
Bikin<br />
Kalut<br />
Gunung Kelud di perbatasan<br />
Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang,<br />
Jawa Timur, meletus. Letusannya<br />
di luar prediksi. Semburan abunya<br />
mencapai Bandung, Jawa Barat, yang<br />
berjarak lebih dari 500 kilometer.<br />
REUTERS | Dwi Oblo<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
REUTERS | Dwi Oblo<br />
Kesunyian malam di Kota<br />
Kediri, Jawa Timur, Kamis, 13<br />
Februari lalu, mendadak pecah<br />
seiring dengan suara gemuruh<br />
letusan Gunung Kelud. Kilatan<br />
cahaya berwarna merah, yang berasal dari<br />
semburan lava, bercampur cahaya putih menghiasi<br />
puncak gunung setinggi 1.731 meter di atas<br />
permukaan laut itu.<br />
Cahaya itu begitu benderang<br />
hingga mampu menerangi<br />
gelapnya malam di kota<br />
yang berjarak sekitar 30<br />
kilometer dari gunung tersebut. Bukan hanya di<br />
Kediri, terangnya cahaya yang dihasilkan akibat<br />
letusan itu juga terlihat hingga ke Kabupaten<br />
Blitar, yang juga berjarak sekitar 30 kilometer<br />
dari puncak gunung berapi aktif tersebut.<br />
Hanya sekitar tiga jam Kelud “batuk-batuk”<br />
malam itu. Namun, berdasarkan catatan Pusat<br />
Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi<br />
(PVMBG), dampak erupsi gunung ini tergolong<br />
dahsyat. Letusannya mencapai ketinggian 17<br />
kilometer, dengan material yang dimuntahkan<br />
sekitar 120 juta meter kubik.<br />
Kedahsyatan letusan Kelud juga dirasakan di<br />
banyak wilayah. Semburan abu vulkaniknya menyebar<br />
hampir ke seluruh Pulau Jawa. Sejumlah<br />
penerbangan terpaksa dihentikan akibat terbatasnya<br />
jarak pandang lantaran abu vulkanik<br />
Kelud menyelimuti beberapa bandara, seperti<br />
Juanda di Surabaya; Ahmad Yani di Semarang,<br />
Jawa Tengah; Adisutjipto di Yogyakarta, dan<br />
Bandara Tunggul Wulung, Cilacap.<br />
"Abunya ke mana-mana, sampai ke Bandung<br />
juga," kata Pelaksana Tugas Bidang Pengamatan<br />
dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG,<br />
Gede Suantika, saat dihubungi majalah detik,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Abu vulkanik Gunung<br />
Kelud, Kediri, Jawa<br />
Timur, tersembur hingga<br />
Yogyakarta. Petugas<br />
Bandara Adisutjipto<br />
membersihkan pesawat<br />
dari debu, Jumat (14/2).<br />
ANTARA | Regina Safri<br />
Jumat, 14 Februari.<br />
Letusan Kelud kali ini, menurut Gede Suantika,<br />
di luar prediksi. Sebab, sebelumnya, PVMBG<br />
memprediksi letusan besar tidak akan terjadi<br />
lagi. Meski begitu, warga tetap diimbau tidak<br />
mendekati gunung tersebut dalam radius 10<br />
kilometer. Prediksi itu ternyata meleset karena<br />
yang terjadi adalah letusan yang cukup dahsyat.<br />
Letusannya juga menimbulkan banyak sekali<br />
gempa. Sayangnya, PVMBG tidak punya catatan<br />
karena alat-alat pemantau aktivitas kegempaan<br />
yang disebar di sekitar puncak Kelud hancur.<br />
“Kita punya 5 stasiun pemantau di sana, yang<br />
4 hancur. Kami tahu karena 4 stasiun ini sejak<br />
semalam enggak mengirim sinyal,” ujar Kepala<br />
PVMBG, Hendrasto, saat dimintai konfirmasi<br />
secara terpisah.<br />
Empat stasiun pemantau itu terletak di sekitar<br />
kawah, yang mengirim sinyal ke pos pengamatan<br />
gunung api di Dusun Margomulyo,<br />
Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri.<br />
Akibat hancurnya keempat stasiun itu, praktis<br />
saat ini PVMBG hanya memiliki satu alat yang<br />
tersisa. “Itu masih bunyi saja,” tuturnya.<br />
Berdasarkan pemantauan di lapangan, belum<br />
diketahui ke arah mana lahar Kelud mengalir.<br />
Meski begitu, arah semburan abu vulkanik, pasir,<br />
serta kerikil hampir merata ke utara, barat,<br />
barat daya, barat laut, dan timur.<br />
Salah satu kota yang paling parah terkena<br />
hujan abu vulkanik akibat letusan Kelud adalah<br />
Yogyakarta, yang berjarak 217 kilometer dari<br />
gunung itu. Abu menyelimuti hampir seluruh<br />
kota wisata ini dari Jumat pagi hingga sore hari.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Warga dievakuasi<br />
menggunakan truk menuju<br />
posko pengungsian di Desa<br />
Penataran, Kecamatan<br />
Nglegok, Blitar, Jawa Timur,<br />
Jumat (14/2).<br />
ANTARA | M Risyal Hidayat<br />
Erupsi Gunung<br />
Kelud mirip letusan<br />
pada 1990. Tapi<br />
abu vulkaniknya<br />
menyebar ke<br />
seluruh Jawa.<br />
Banyak warga di kota ini kalut dan kaget<br />
oleh hujan abu ini. Sebagian mengira abu<br />
tersebut berasal dari Gunung Merapi.<br />
“Hujan abunya tebal sekali, parah.<br />
Pagi semestinya sudah terang, tadi<br />
gelap-gulita,” ucap Usi, warga Condong<br />
Catur, Yogyakarta. “Di rumah<br />
saya ketebalan abunya sampai 5 sentimeter.<br />
Karyawan tidak ada yang masuk,<br />
semua izin,” kata pengusaha percetakan<br />
ini.<br />
Hujan abu bahkan sampai di sejumlah kota<br />
di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, dan<br />
Bandung, yang berjarak lebih dari 653 kilometer<br />
dari Gunung Kelud. Abu Kelud juga dikabarkan<br />
mencapai wilayah Cianjur hingga Sukabumi,<br />
meskipun tipis.<br />
Menurut Hendrasto, erupsi kali ini mirip<br />
letusan pada 1990, yang menimbulkan korban<br />
jiwa sampai 35 orang. “Ke-35 orang itu, setahu<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Abu vulkanik Gunung<br />
Kelud membubung tinggi.<br />
Masyarakat diimbau Pusat<br />
Vulkanologi, Mitigasi, dan<br />
Bencana Geologi untuk<br />
mengungsi sejauh 20<br />
kilometer.<br />
ANTARA | Rudi Mulya<br />
saya, jadi korban justru saat mengungsi di suatu<br />
bangunan. Atap bangunan roboh tidak mampu<br />
menahan debu,” ujar Hendrasto. Namun, pada<br />
saat itu, letusannya lebih terarah, yakni ke barat<br />
daya. Arah letusan kali ini menyebar.<br />
Adapun efek letusan Kelud yang banyak menelan<br />
korban jiwa terjadi pada 1919. Saat itu korban<br />
tewas mencapai 5.000 orang. Sedangkan<br />
jumlah korban letusan pada Februari ini, menurut<br />
siaran pers Kepala Pusat Data Informasi<br />
dan Humas Badan Nasional Penanggulangan<br />
Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, tercatat 3<br />
orang tewas dan 76.388 jiwa mengungsi.<br />
Tiga korban tewas adalah Mbok Nya, 60<br />
tahun, Sahiri (70), dan Sanusi (80). Mereka<br />
warga Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang,<br />
Malang, Jawa Timur, yang berjarak di radius 7<br />
kilometer dari puncak Kelud. Ketebalan abu di<br />
lokasi tersebut mencapai 20 cm.<br />
“Korban meninggal bukan akibat dampak<br />
langsung erupsi, melainkan lantaran kecelakaan<br />
atau dampak lain erupsi,” kata Sutopo.<br />
Misalnya sesak napas karena abu vulkanik<br />
dan tertimpa tembok.<br />
Menurut Sutopo, masyarakat di sekitar Gunung<br />
Kelud, yakni Blitar, Kediri, dan Malang,<br />
sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari,<br />
kecuali di radius 10 kilometer dari puncak<br />
gunung. Aktivitas vulkanik juga menunjukkan<br />
penurunan. Kendati begitu, status gunung ini<br />
belum diturunkan, yakni awas atau level IV.<br />
n Deden Gunawan, M. Rizal, Kustiah | Dimas<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
M Agung Rajasa /antARA foto<br />
Ke Mana Dana<br />
Haji Mengalir<br />
KPK menggelar penyelidikan terkait<br />
penyelenggaraan ibadah haji. Pengelolaan<br />
bunga dana haji juga rawan penyimpangan.<br />
Jumlahnya saat ini mencapai Rp 2,7 triliun,<br />
dan terus meningkat setiap tahunnya.<br />
Majalah detik 17 - 23 Februari 2014
nasional<br />
Jemaah haji dari seluruh<br />
dunia melakukan salat di<br />
hadapan Ka'bah.<br />
Getty Images<br />
Suara Sufiati terdengar lesu ketika<br />
menceritakan soal biaya pemberangkatan<br />
ibadah haji yang ia cicil sejak<br />
2012 lalu. Wanita berusia 58 tahun<br />
ini ingat, bagaimana ia dan suaminya berjuang<br />
keras melunasi biaya menjalankan rukun Islam<br />
kelima ini, tapi tidak tahu persis peruntukannya.<br />
Saat mendaftar, calon jemaah haji asal Blora,<br />
Jawa Tengah, itu datang ke bank yang ditunjuk<br />
pemerintah untuk membayar sebesar Rp 10<br />
juta. Selanjutnya, dalam lima bulan berturut-turut,<br />
ia mencicil setoran biaya haji hingga lunas,<br />
totalnya Rp 64 juta untuk dua orang.<br />
“Katanya, jika tidak setor Rp 25 juta (biaya<br />
awal), kita tidak dapat kursi. Jadi sekalian saya<br />
bayar tidak sampai setahun,” katanya saat dihubungi<br />
majalah detik, Kamis, 13 Februari lalu.<br />
Sufiati dan suami akhirnya dijadwalkan berangkat<br />
pada 2017 mendatang. Tapi, lagi-lagi ia<br />
harus menyiapkan dana. Saat melunasi biaya<br />
haji, petugas mengingatkan pasangan itu untuk<br />
menyiapkan duit masing-masing Rp 10 juta<br />
Majalah detik 17 - 23 Februari 2014
nasional<br />
Ada itu (transaksi<br />
mencurigakan).<br />
Cuma, berapa nominal<br />
dan ke mana, saya no<br />
comment.<br />
M Yusuf<br />
saat berangkat nanti. “Dibayar setelah manasik<br />
haji,” ujarnya.<br />
Sufiati tak tahu untuk apa saja uang Rp 25<br />
juta yang harus dibayarkan di awal, jauh hari<br />
sebelum ia berangkat haji itu. Begitu pun uang<br />
yang harus disetor menjelang keberangkatan.<br />
Yang ia tahu, duit Rp 10 juta itu untuk keperluan<br />
administrasi.<br />
Seiring dengan kebingungan Sufiati, dan<br />
mungkin banyak calon jemaah haji lain, Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tengah<br />
menggelar penyelidikan terkait penyelenggaraan<br />
ibadah haji. Lembaga antirasuah itu menduga<br />
ada penyelewengan dalam pengelolaan<br />
dana umat tersebut.<br />
Namun KPK belum menyentuh soal setoran<br />
dana haji, yang jumlahnya mencapai<br />
triliunan rupiah. Menurut juru bicara KPK<br />
Johan Budi, pihaknya masih berfokus<br />
menyelidiki dugaan korupsi pengadaan<br />
barang dan jasa dalam penyelenggaraan<br />
haji, yang nilainya lebih dari Rp 100 miliar.<br />
“Jadi yang diusut itu penyelenggaraan<br />
haji (periode) 2012-2013,” tutur Johan di<br />
kantornya, Senin, 10 Februari lalu. “Bukan dana<br />
setoran haji, tapi tidak berarti tidak bisa dikembangkan<br />
ke sana.”<br />
Itulah mengapa KPK mulai meminta keterangan<br />
beberapa pihak, seperti anggota Komisi<br />
VIII Dewan Perwakilan Rakyat, yang menangani<br />
masalah haji. Mereka antara lain Ketua Komisi<br />
VIII Jazuli Juwaini, dan anggota, Hasrul Azwar.<br />
Penyelidikan KPK juga didukung laporan<br />
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan<br />
(PPATK), yang menemukan adanya dugaan<br />
transaksi mencurigakan di rekening sejumlah<br />
pejabat, baik di Kementerian Agama maupun<br />
dewan.<br />
“Ada itu (transaksi mencurigakan). Cuma, berapa<br />
nominal dan ke mana, saya no comment,”<br />
ucap Ketua PPATK, M. Yusuf. Lembaganya sudah<br />
menyerahkan Laporan Hasil Analisis (LHA)<br />
kepada KPK.<br />
Inspektur Jenderal Kementerian Agama,<br />
Mochammad Jasin, mengatakan, berdasarkan<br />
laporan PPATK, ada sejumlah pejabat di antaranya<br />
berinisial AR, FR, dan HWN, yang diduga<br />
memiliki transaksi mencurigakan. Sejauh ini,<br />
inspektorat masih melakukan pengawasan internal<br />
sembari berkoordinasi dengan Direktur<br />
Majalah detik 17 - 23 Februari 2014
nasional<br />
Jemaah haji yang akan<br />
berangkat ke tanah suci<br />
Mekah.<br />
Hasan Alhabshy | Detik foto<br />
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah<br />
(PHU).<br />
Jasin mengakui penyelenggaraan ibadah haji<br />
rawan penyelewengan. Termasuk setoran dana<br />
haji dari calon jemaah, yang disimpan di bank<br />
hingga berbunga. Jumlahnya mencapai triliunan<br />
rupiah. “Dugaan penyelewengannya, ada<br />
yang digunakan untuk beli mobil dan rumah<br />
mewah,” kata Jasin kepada majalah detik.<br />
Firdaus Ilyas, peneliti Divisi Monitoring dan<br />
Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch<br />
(ICW), mengatakan, pemerintah sering tidak<br />
transparan terkait dana haji. Mereka hanya<br />
mewajibkan membayar tanpa memberitahu<br />
apa saja hak jemaah.<br />
“Selama ini, jemaah hanya beranggapan bahwa<br />
yang harus dibayarkan merupakan kewajiban.<br />
Sementara, hak-hak dasar jemaah terabaikan<br />
karena tidak adanya transparansi keuangan<br />
dana haji,” ujarnya secara terpisah.<br />
Jika Kementerian Agama terbuka dan memisahkan<br />
komponen mana yang harus dibayar<br />
jemaah dan mana yang merupakan tanggung<br />
jawab pemerintah, Firdaus memperkirakan<br />
biaya haji tak sebesar sekarang, yang mencapai<br />
lebih dari Rp 30 juta per calon jemaah.<br />
Menurut dia, selama ini semua komponen<br />
penyelenggaraan haji, mulai dari biaya akomodasi,<br />
makan, seragam, honor untuk petugas,<br />
dan petugas musiman sebanyak 3.500-4.000<br />
orang, dibebankan kepada calon jemaah.<br />
“Nominalnya bisa Rp 180-200 miliar sekali<br />
berangkat haji.” Padahal, seharusnya instrumen<br />
penyelenggaraan haji ditanggung Anggaran<br />
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).<br />
Begitu juga soal penggunaan bunga bank<br />
Majalah detik 17 - 23 Februari 2014
nasional<br />
Pernah<br />
Rp 1,7 triliun,<br />
kemudian naik Rp<br />
2,3 triliun. Sekarang,<br />
kalau enggak salah<br />
Rp 2,7 triliun.<br />
Suryadharma Ali<br />
yang diperoleh dari simpanan dana yang disetorkan<br />
calon jemaah. Kementerian Agama<br />
menggunakannya untuk, semisal, membayar<br />
honor petugas musiman. Itu pun dengan<br />
standar mereka. Selama dua bulan di Mekah,<br />
petugas musiman yang datang lebih dulu dan<br />
pulang paling akhir bisa membawa pulang honor<br />
sebesar Rp 60-90 juta.<br />
“Jadi, selain berkeringat mendanai keberangkatannya<br />
sendiri, jemaah dibebani membayar<br />
honor petugas yang angkanya fantastis,” tutur<br />
Firdaus, seraya mengusulkan, bunga dari dana<br />
haji juga ditempatkan di APBN untuk mengeliminasi<br />
terjadinya penyimpangan.<br />
Menteri Agama Suryadharma Ali sendiri<br />
mengaku belum mengetahui arah penyelidikan<br />
KPK. Namun ia mengklaim<br />
penyelenggaraan haji maupun pengelolaan<br />
dananya berjalan baik. “Mudahmudahan<br />
ini tidak subjektif,” ucapnya<br />
saat ditemui majalah detik di kantornya,<br />
Selasa 11 Februari lalu.<br />
Misalnya, kata Ketua Umum Partai Persatuan<br />
Pembangunan ini, banyak komponen<br />
biaya yang tak lagi dibayar jemaah. Seperti biaya<br />
asuransi Rp 100 ribu, paspor Rp 255 ribu, biaya<br />
makan di asrama haji di Jeddah, Arafah, Mina,<br />
Madinah, hingga kembali ke Jeddah, kini gratis.<br />
Begitu pun dengan ongkos transportasi lokal<br />
dan pelayanan umum yang harus dibayarkan<br />
ke pemerintah Arab Saudi sebesar US$ 277.<br />
Tinggal dua komponen saja yang masih dibayar<br />
oleh jemaah, yakni tiket dan pemondokan.<br />
Menurut Surya, biaya pemondokan pun<br />
disubsidi. Pada 2012, besarnya subsidi sebesar<br />
650 riyal, dan pada 2013 mencapai 1.850 riyal.<br />
Subsidi itu bukan berasal dari APBN, melainkan<br />
dari bunga uang jemaah yang disimpan di bank<br />
selama bertahun-tahun.<br />
Bunga yang didapat ini terus meningkat setiap<br />
tahunnya, seiring semakin banyaknya pendaftar.<br />
“Pernah Rp 1,7 triliun, kemudian naik Rp<br />
2,3 triliun. Sekarang, kalau enggak salah Rp 2,7<br />
triliun,” kata pria yang diusung oleh partainya<br />
sebagai kandidat calon presiden ini. Namun<br />
Surya mempersilakan KPK menggelar penyelidikan<br />
agar semuanya terang-benderang.<br />
■ KUSTIAH, ARIF arianto | dimas<br />
Majalah detik 17 - 23 Februari 2014
Kolom<br />
Sarang Penyamun<br />
di Rumah Tuhan<br />
Oleh: Firdaus Ilyas<br />
Dalam lima tahun terakhir,<br />
komponen biaya mana yang menjadi<br />
tanggung jawab jemaah dan yang<br />
dibiayai APBN dan APBD tak jelas.<br />
Biodata<br />
Nama: Firdaus Ilyas<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Jakarta, 9 Februari 1974<br />
Agama: Islam<br />
Status: Menikah<br />
Ada dua celah besar dalam pengelolaan ibadah haji yang memungkinkan<br />
terjadinya praktek penyimpangan atau bahkan<br />
korupsi. Pertama, dalam pengelolaan dana setoran awal calon<br />
jemaah, baik untuk haji reguler (biasa) maupun haji khusus (ONH<br />
plus). Sejak 2004, Kementerian Agama membuka pendaftaran sepanjang<br />
tahun bagi calon jemaah reguler, dan sejak 2008 juga diberlakukan bagi<br />
jemaah khusus. Cukup menyetor Rp 20 juta dan kemudian naik menjadi Rp<br />
25 juta pada 2010, seseorang sudah mendapat nomor porsi sebagai calon<br />
jemaah haji reguler. Begitu juga dengan calon haji khusus mulai 2008,<br />
dengan menyetor sebesar US$ 3.000 kemudian naik menjadi US$ 4.000<br />
(2010), seseorang sudah mendapatkan nomor antrean ONH plus.<br />
Karena begitu besarnya animo masyarakat untuk berhaji, sedangkan jumlah
PENDIDIKAN:<br />
n Sekolah Dasar Negeri Gunung<br />
Sahari 01 Jakarta (1981-1987)<br />
n Sekolah Menengah Pertama<br />
Negeri 65 Jakarta (1987-1990)<br />
n Sekolah Menengah Atas Negeri<br />
1 Jakarta (1990-1993)<br />
n Jurusan Fisika Universitas<br />
Padjadjaran, Bandung (1993-<br />
1994)<br />
n Jurusan Teknik Geodesi Institut<br />
Teknologi Bandung (1994-<br />
1999)<br />
PENGALAMAN KERJA:<br />
n Surveyor untuk Program P3DT,<br />
LPPN Jakarta (1998)<br />
n Peneliti pada LPKS Bogor<br />
(1999-2000)<br />
n Studi mengenai CSOs tatar<br />
Bandung, Akatiga Bandung<br />
(2001)<br />
n Surveyor untuk evaluasi WFP<br />
(2001)<br />
n Sekretaris “Forum LSM dan<br />
Perguruan Tinggi” untuk<br />
Reformasi SDA, Jakarta (2002-<br />
2004)<br />
n Ass. Program Manager<br />
“Monitoring Aceh” ICW (2005-<br />
2007)<br />
n Koordinator Divisi Monitoring &<br />
Analisis Anggaran ICW (2008<br />
sampai sekarang)<br />
kuota yang bisa berangkat terbatas, akibatnya jumlah antrean calon jemaah<br />
pun menumpuk. Hingga akhir 2013, jumlah antrean mencapai lebih dari 2,3 juta<br />
orang dengan jumlah pokok setoran awal sudah lebih dari Rp 60 triliun.<br />
Pertanyaannya, berapa nilai jasa bunga setoran awal yang diterima? Apakah<br />
jasa bunganya sudah wajar berdasarkan BI Rate, misalnya? Apakah jasa<br />
bunga setoran awal yang tahun ini mencapai Rp 2,5 triliun diperuntukkan<br />
guna kepentingan jemaah haji atau malah digunakan untuk biaya honor<br />
petugas dan pejabat Kementerian?<br />
Berdasarkan kajian ICW, pada laporan keuangan haji 2006-2010, ternyata<br />
nilai jasa bunga yang diterima hanya sebesar 1,72 persen dari nilai pokok<br />
setoran. Artinya, secara rerata, jasa bunga yang diterima jauh lebih kecil<br />
dari BI Rate, padahal publik tahu bahwa sebagian besar dana setoran awal<br />
disimpan dalam bentuk deposito dengan jasa bunga di atas 6,5 persen per<br />
tahun. Hal ini sejalan dengan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan<br />
kajian haji Komisi Pemberantasan Korupsi, di mana ditemukan jasa bunga<br />
deposito lebih rendah 1-2 persen dari jasa bunga acuan Bank Indonesia.<br />
Celah kedua terletak pada penentuan berapa ongkos biaya penyelenggaraan<br />
ibadah haji (BPIH) yang disebut komponen biaya langsung dan juga<br />
peruntukan jasa bunga tabungan yang disebut biaya tidak langsung. Jika<br />
mengacu pada Undang-Undang Haji Nomor 13 Tahun 2008, dinyatakan<br />
penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas,<br />
dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba. Kemudian dijelaskan<br />
juga bahwa biaya operasional Penyelenggara Ibadah Haji, baik pusat dan<br />
daerah, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta<br />
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.<br />
Jadi, secara jelas dinyatakan bahwa jemaah haji hanya membayar untuk<br />
kegiatan yang terkait langsung dengan aktivitasnya, baik yang bersumber<br />
dari pelunasan BPIH atau jasa bunga tabungan setoran awalnya. Sedangkan<br />
biaya penyelenggaraan, baik operasional maupun petugas, menjadi<br />
tanggung jawab negara. Kenyataannya, terutama dalam lima tahun terakhir
PENGALAMAN ORGANISASI:<br />
n Anggota Ikatan Mahasiswa<br />
Geodesi ITB (1995-1999)<br />
n Anggota Perkumpulan Studi<br />
Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />
(1995-1997)<br />
n Panitia PPLK ITB (1995-1996)<br />
n Senator IMG pada Kongres<br />
Keluarga Mahasiswa ITB (1996-<br />
1997)<br />
n Wakil Presiden Perkumpulan<br />
Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />
(1996-1997)<br />
n Pjs. Presiden Perkumpulan<br />
Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />
(1997)<br />
n Salah seorang pendiri Kajian<br />
Budaya “Kaboed” ITB (1997-<br />
1999)<br />
n Ko. Aksi Satgas KM ITB (1997-<br />
1999)<br />
n Anggota Lembaga Kajian dan<br />
Demokrasi “Veritas” ITB (1998-<br />
1999)<br />
n Pendiri dan anggota Lembaga<br />
Studi Demokrasi Bandung<br />
(1999 sampai sekarang)<br />
musim haji, tidak jelas komponen biaya mana<br />
yang menjadi tanggung jawab jemaah dan mana<br />
yang dibiayai APBN serta APBD.<br />
Dalam realisasinya, dengan makin<br />
besarnya jumlah jasa bunga tabungan,<br />
maka makin besar dan makin banyak pula komponen yang dibiayai dari<br />
uang bunga jemaah. Belum lagi indikasi duplikasi biaya yang dikeluarkan.<br />
Contohnya untuk jemaah haji Jakarta yang sudah melunasi biaya transportasi<br />
dan konsumsi, tetapi pemda juga mengeluarkan biaya untuk komponen<br />
yang sama. Belum lagi dugaan praktek markup biaya atau laporan kegiatan<br />
fiktif. Catatan ICW selama periode 2006-2012, diindikasikan jemaah membayar<br />
ongkos haji lebih mahal dari seharusnya sebesar US$ 511 juta, atau per<br />
jemaah membayar lebih mahal sekitar Rp 3,5 juta.
Perbaikan Pengelolaan<br />
Hal mencolok dari persoalan pengelolaan ibadah haji terlihat dari menumpuknya<br />
semua kewenangan pada lembaga yang sama, yaitu Kementerian<br />
Agama. Di satu sisi, Kementerian merumuskan kebijakan pengelolaan haji,<br />
tapi juga bertindak sebagai pelaksana, bahkan melakukan evaluasi serta<br />
memberi penilaian baik-buruknya penyelenggaraan haji. Tentunya masalah<br />
ini juga menjadi tanggung jawab Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat<br />
sebagai mitra pengawasan. Keinginan memperbaiki UU Haji, khususnya<br />
dalam hal perlunya pemisahan pengelolaan ibadah haji serta tabungan haji,<br />
belum menemukan titik terang.<br />
Hal mendasar berikutnya yang terkait dengan tata kelola adalah jaminan<br />
standar kualitas layanan terhadap jemaah, termasuk mekanisme penanganan<br />
aduan. Selama ini, posisi jemaah lebih sebagai penerima layanan, terlepas<br />
apakah itu baik atau buruk. Hal ini juga diperparah oleh budaya kepasrahan<br />
yang tinggi. Setiap protes atau keluhan bisa dianggap menodai kesakralan<br />
dan niat baik yang berujung tidak mabrurnya ibadah haji. Terlebih lagi<br />
masih kuatnya imbauan dari tokoh agama bahwa “semakin besar cobaan,<br />
maka makin mabrur ibadahnya”.<br />
Hal terakhir dan penting untuk dilaksanakan adalah mendorong dugaan<br />
penyimpangan atau korupsi haji untuk diselesaikan secara hukum. Tidak<br />
cukup temuan kerugian negara dianggap selesai dengan mengembalikan<br />
uang pada kas negara. Dibutuhkan terapi kejut yang dapat memberikan<br />
efek jera, tentunya masyarakat dan calon jemaah haji masih berharap banyak<br />
pada Komisi Pemberantasan Korupsi.<br />
Kini saatnya mengembalikan kehormatan penyelenggaraan ibadah haji<br />
sebagai misi nasional yang bisa dipertanggungjawabkan dunia-akhirat.<br />
Sudah bukan saatnya lagi mencari rente dari “bisnis bertemu Tuhan”. n<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Risma,<br />
di Antara<br />
Dua Pilihan<br />
M Agung Rajasa /antARA foto<br />
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat<br />
diisukan akan mundur dari jabatannya.<br />
Dilatarbelakangi pemilihan dan pelantikan wakil<br />
wali kota yang dinilai cacat prosedur.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Pelantikan Wakil Wali Kota<br />
Surabaya, Whisnu Sakti<br />
Buana, oleh Gubernur Jawa<br />
Timur Soekarwo.<br />
dari bagian Marketing Communication Awesometrics,<br />
melalui siaran persnya.<br />
Sumber majalah detik menyebutkan mencuatnya<br />
isu Risma akan mundur dilatarbelakangi<br />
pelantikan Whisnu Sakti Buana sebagai<br />
Wakil Wali Kota Surabaya beberapa waktu lalu.<br />
Penyebabnya, masih menurut sumber tersebut,<br />
proses pemilihan dan pelantikan wakil wali<br />
kota itu dinilai cacat prosedur.<br />
Masalah ini sebenarnya sudah sampai ke<br />
telinga Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.<br />
Tapi sang menteri malah meminta Risma berdamai<br />
dengan wakil barunya. “La, gimana, sudah<br />
telanjur dilantik,” ujar sumber itu menirukan<br />
ucapan Gamawan.<br />
Gamawan juga tak menggubris surat protes<br />
yang dilayangkan Panitia Pemilihan Wakil Wali<br />
Kota yang dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat<br />
Daerah Kota Surabaya. Mereka antara lain<br />
Edi Budi Prabowo (Fraksi Partai Golkar), Fatkhurahman<br />
(Partai Keadilan Sejahtera), Sudirjo<br />
(Partai Amanat Nasional), dan Safi’i (Partai<br />
Kebangkitan Bangsa).<br />
Alasannya, menurut Gamawan secara terdok:<br />
humas pemprov jatim<br />
Sebuah kabar cukup mengejutkan<br />
merebak sejak dua pekan lalu. Wali<br />
Kota Surabaya Tri Rismaharini diisukan<br />
bakal mundur dari jabatannya.<br />
Isu ini semakin diramaikan oleh lebih dari seribu<br />
kicauan di Twitter yang mencantumkan hashtag<br />
#SaveRisma. Bahkan, sejak Senin, 10 Februari<br />
2014, isu soal mundurnya Risma menjadi<br />
trending topic di media sosial tersebut.<br />
Sejak sepekan sebelumnya hingga Kamis, 13<br />
Februari, Awesometrics menemukan ada saja<br />
obrolan tentang Risma setiap hari di linimasa<br />
Twitter. Lebih dari 11<br />
ribu kali Risma diperbincangkan<br />
di media<br />
sosial tersebut.<br />
“Dan lebih dari 229<br />
posting Facebooker<br />
membicarakan sosok<br />
perempuan yang<br />
membuat banyak gebrakan<br />
perubahan di<br />
Kota Pahlawan itu,”<br />
kata Yustina Tantri<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Menteri Dalam Negeri<br />
Gamawan Fauzi.<br />
rengga sancaya/detikfoto<br />
pisah, hal yang dipermasalahkan tak lebih dari<br />
sekadar isu. “Sewaktu diusulkan kepada kami,<br />
secara formal (pemilihan hingga pelantikan)<br />
sudah lengkap. Kalau ada ‘katanya-katanya’,<br />
‘begini-begana’, biarkan hukum berjalan,” dia<br />
menuturkan.<br />
Menurut bekas Gubernur Sumatera Barat<br />
itu, proses pemilihan hingga pelantikan Whisnu<br />
sesuai dengan prosedur. Kementeriannya<br />
juga sudah mengkonfirmasi hal ini kepada<br />
Gubernur Jawa Timur Soekarwo.<br />
“Kami pernah menyurati Gubernur untuk<br />
melengkapi persyaratan, jadi tidak<br />
langsung kami terima. Itu bukti bahwa<br />
secara formal lengkap, tapi substansinya<br />
seperti apa, kami belum tahu,” ucap<br />
Gamawan.<br />
Sikap ngotot Gamawan ini dipersoalkan<br />
oleh anggota Komisi II Dewan Perwakilan<br />
Rakyat, Abdul Malik Haramain. Gamawan dianggap<br />
cuek terhadap aspirasi dari daerah.<br />
Malik pun mendesak Kementerian Dalam<br />
Negeri segera meninjau ulang serta membuka<br />
peluang dilakukannya pemilihan ulang<br />
Wakil Wali Kota Surabaya.<br />
“Kalau cacat prosedur, ya mestinya diulang<br />
mekanismenya dari awal. Panitia pemilihannya<br />
harus clear dulu,” katanya. Malik menambahkan,<br />
Kementerian Dalam Negeri semestinya<br />
tak buru-buru menerbitkan surat keputusan<br />
penetapan Whisnu sebagai wakil wali kota,<br />
apalagi meminta Gubernur Jawa Timur melantik,<br />
jika masih ada protes dari DPRD.<br />
Sayangnya, meski dinilai banyak prosedur<br />
yang tidak dijalankan, kenyataannya, Whisnu,<br />
yang juga Ketua Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan Surabaya, mendapat surat keputusan<br />
dari Menteri Dalam Negeri dan dilantik sebagai<br />
Wakil Wali Kota Surabaya. Ia resmi menggantikan<br />
Bambang D.H., yang mengundurkan<br />
diri karena maju sebagai calon gubernur dalam<br />
pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013.<br />
Pemilihan wakil wali kota digelar pada 8<br />
November 2013. Panitia pemilihan pun dibentuk<br />
berdasarkan Surat Keputusan DPRD Kota<br />
Surabaya Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pembentukan<br />
Panitia Pemilihan Wakil Wali Kota<br />
Surabaya sisa masa bakti 2010-2015.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Gedung DPRD Kota<br />
Surabaya.<br />
ANTARA FOTO<br />
Namun, dalam pelaksanaannya, yang kemudian<br />
dipermasalahkan, pemungutan suara<br />
tidak dihadiri sekurang-kurangnya tiga perempat<br />
anggota DPRD. Padahal itu merupakan<br />
syarat formal seperti diatur dalam Peraturan<br />
Tata Tertib Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil<br />
Kepala Daerah.<br />
Anehnya, kemudian datang surat dari Gubernur<br />
Jawa Timur pada 8 November 2013. Surat<br />
bernomor 181.4/2826/013/2013 itu menyatakan<br />
kuorum dalam pemilihan wakil wali kota adalah<br />
setengah dari anggota DPRD.<br />
Kejanggalan lain, berdasarkan Tata Tertib<br />
Pemilihan Pasal 8, rapat paripurna pemilihan<br />
dibuka oleh ketua dan salah satu wakil ketua<br />
DPRD. Sedangkan pelaksanaan pemilihannya<br />
ditugaskan kepada panitia pemilihan.<br />
Tapi, dalam prakteknya, pelaksanaan pemilihan,<br />
yang digelar pada 6 dan 8 November 2013,<br />
dipimpin oleh pimpinan sidang, yakni Whisnu<br />
Sakti Buana, yang juga calon Wakil Wali Kota<br />
Surabaya. Hal ini dinilai tak sesuai dengan asas<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
nasional<br />
Soal isu saya<br />
mundur, saya<br />
tidak bisa<br />
bercerita<br />
panjang-lebar.<br />
kepatutan dalam pemerintahan.<br />
Semestinya, seperti diatur dalam Pasal 8<br />
Ayat 2 Tata Tertib Pemilihan Wakil Wali Kota,<br />
yang melaksanakan pemilihan adalah panitia<br />
pemilihan. Namun, dalam hal ini, panitia hanya<br />
bertugas membacakan tata tertib pemilihan.<br />
Panitia lalu menyatakan pemilihan dan<br />
penetapan Whisnu sebagai Wakil Wali Kota<br />
Surabaya cacat prosedur dan harus diulang.<br />
Hal ini dituangkan dalam surat protes panitia<br />
pemilihan yang dilayangkan kepada Menteri<br />
Dalam Negeri pada 18 November 2013.<br />
Nyatanya, surat protes itu tidak direspons.<br />
Whisnu pun tetap dilantik sebagai<br />
Wakil Wali Kota Surabaya. Nah, hal<br />
inilah yang disebut-sebut membuat<br />
Risma gusar. Pasalnya, selama ini dia<br />
kerap berseteru dengan Whisnu, yang<br />
sebelumnya menjabat Ketua DPRD Kota<br />
Surabaya.<br />
Sementara itu, ditemui saat berkunjung ke<br />
kantor redaksi Trans Media di Jakarta, Selasa, 11<br />
Februari lalu, Risma enggan berbicara banyak<br />
mengenai pelantikan wakilnya itu. Demikian<br />
juga saat ditanya seputar isu pengunduran dirinya.<br />
“Soal isu saya mundur, saya tidak bisa bercerita<br />
panjang-lebar karena saya tidak ingin<br />
membuat orang lain tersinggung dengan pernyataan<br />
saya,” ujarnya kepada majalah detik.<br />
Wanita yang kerap disebut Super Wali karena<br />
prestasinya memimpin Surabaya itu tak ingin<br />
dikesankan ada permusuhan secara personal<br />
antara dirinya dan wakil wali kota. Namun soal<br />
mundur, menurut dia, bukan suatu hal yang<br />
mustahil.<br />
“Saya bekerja dengan prinsip. Jika selama<br />
saya bekerja prinsip itu dilanggar, pilihan mundur<br />
bukan suatu hal yang mustahil,” tuturnya.<br />
Risma juga enggan menyebutkan langkah yang<br />
akan dipilihnya, apakah bertahan atau mundur.<br />
“Nanti suatu saat akan saya ceritakan,” ucap<br />
Risma. n Deden Gunawan, Kustiah<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
T.B. Silalahi:<br />
Peran Saya<br />
Cuma 0,001%<br />
untuk SBY<br />
Yang membuat SBY jadi<br />
presiden, sesuai pendapat<br />
beliau, hanya 30 persen tim<br />
sukses dan kampanye.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
etjen (Purnawirawan) T.B. Silalahi<br />
boleh dibilang the king maker yang sukses dua<br />
kali mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono<br />
menjadi presiden. Namun ia pribadi merendah<br />
dengan mengatakan hanya berperan<br />
0,001 persen dalam pemenangan SBY sebagai<br />
presiden.<br />
Silalahi mengutip buku SBY, Selalu Ada Pilihan,<br />
yang menyebut, kemenangan calon presiden<br />
ditentukan oleh 60 persen dari dirinya<br />
sendiri, 10 persen infrastruktur yang dimiliki,<br />
termasuk logistik. Hanya 30 persen tim sukses.<br />
“Jumlah tim suksesnya puluhan ribu, berarti<br />
saya berperan hanya 0,001 persen,” kata<br />
Silalahi.<br />
Mengapa ia tidak menjadi tim sukses Pramono<br />
Edhie Wibowo, ipar SBY yang juga disebut-sebut<br />
sebagai anak emas dalam konvensi<br />
Demokrat? Bagaimana ceritanya T.B. Silalahi<br />
malah mendukung Dahlan Iskan sebagai calon<br />
presiden?<br />
Berikut ini wawancara Oktamandjaya Wiguna<br />
dan Irwan Nugroho dengan anggota<br />
Majelis Tinggi Partai Demokrat itu di sela-sela<br />
debat capres konvensi Demokrat di Bandung,<br />
Rabu, 5 Februari 2014.<br />
Mengapa sekarang Anda memutuskan<br />
mendukung Dahlan Iskan?<br />
Saya mengenal Dahlan Iskan karena saya<br />
pelajari riwayat hidupnya. Kalau SBY, dulu<br />
enggak usah saya pelajari, wong dia junior<br />
saya. Saya tahu betul waktu saya bintang dua,<br />
mayor jenderal, SBY masih letnan kolonel, 12<br />
tahun di bawah saya. Saya bicara dengan KSAD<br />
Edi Sudradjat. Itu tahun 1990. Jadi, 14 tahun<br />
sebelum dia (SBY) dicalonkan jadi presiden.<br />
Edi Sudradjat juga bilang, “Napoleon…” begitu<br />
Edi Sudradjat memanggil saya, “…SBY itu calon<br />
panglima TNI dan juga calon presiden.”<br />
Cuma, karena waktu itu Wiranto ajudan Pak<br />
Harto, biasanya ajudan Pak Harto itu calon<br />
pimpinan TNI. Pak Try Sutrisno jadi wapres. Diharapkan<br />
juga Wiranto sesudah Panglima TNI<br />
juga jadi wapres mengikuti Try Sutrisno. Tapi<br />
tiba-tiba berubah karena reformasi. Enggak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
T.B. Silalahi (bertopi) dan<br />
Dahlan Iskan memberikan<br />
pengarahan di kantor<br />
Padepokan Demi Indonesia<br />
Center<br />
Foto: dok Padepokan Demi Indonesia<br />
Centre<br />
mengikuti lagi pola lama. Di situlah kita lihat<br />
SBY dipilih dalam alam demokrasi.<br />
Kemudian, bukan membangga-banggakan<br />
diri, saya salah satu yang pertama diminta Pak<br />
SBY untuk mendukung beliau pada 2003. Kami<br />
prajurit TNI yang pernah mempertahankan<br />
negara ini, mulai menumpas pemberontakan<br />
dalam negeri, merebut Papua, Timor Timur,<br />
sampai konfrontasi dengan Malaysia, sedih<br />
melihat nasib negara ini. Jadi kami punya idealisme<br />
supaya presiden yang akan datang ini<br />
seseorang yang kami anggap baik dan tepat.<br />
Jadilah Pak SBY.<br />
Kita harus jujur, beliau itu sukses. Masih banyak<br />
kekurangan, la iya, mana ada presiden<br />
di dunia ini yang tidak ada kekurangan. Nah,<br />
saya sebagai salah satu yang paling senior di<br />
TNI sekarang ini, sesudah SBY dua kali, saya<br />
berpikir juga siapa sih penggantinya yang bisa<br />
meneruskan kepemimpinannya, tidak nyeleweng<br />
ke kiri ke kanan, tetapi menyempurnakan.<br />
Saya bukan asal lihat. Saya pelajari satu-satu.<br />
Pramono Edhie sebetulnya juga salah satu<br />
yang saya lihat. Tetapi, sejak beliau menjadi<br />
KSAD selalu tegas mengatakan, “Tidak, saya<br />
tidak akan mencalonkan diri jadi presiden.<br />
Saya ingin menjadi petani saja.” Sampai selesai<br />
KSAD, begitu terus. Sampai enam bulan yang<br />
lalu masuk Partai Demokrat, ya beliau pun sebagai<br />
prajurit memang begitu sikapnya. “Saya<br />
kalau terpanggil saja.” Saya kaget juga baru<br />
enam bulan lalu dia tegas ikut konvensi.<br />
Nah, dari dulu saya sudah lihat Dahlan Iskan<br />
ini. Bayangkan saja, seorang yang pendidikannya<br />
paling tinggi SMA. SMA-nya pun di<br />
madrasah, bukan di SMA yang top di Indone-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Pak Dahlan itu fokus bekerja, cerdas dan cepat<br />
bertindak. Penuh terobosan. Dalam waktu<br />
singkat dia mengambil keputusan untuk memanfaatkan<br />
Halim Perdanakusuma untuk penerbangan<br />
reguler. Sudah 15 tahun kereta api<br />
Sukabumi-Cianjur enggak jalan, dalam tempo<br />
dua minggu dia jalankan.<br />
PLN melakukan pemadaman bergilir di Sumatera<br />
Utara. Wah dihujat terus PLN. Apa yang<br />
dia lakukan? Begitu selesai negosiasi Inalum,<br />
langsung 120 megawatt dialihkan ke umum yang<br />
tadinya hanya untuk Inalum. Tapi dia juga hitung,<br />
dalam enam bulan masih oke. Tapi kebutuhan<br />
pasti naik. PLN sudah selesai bangun 2 x 200 megawatt,<br />
tapi enggak bisa disalurkan. Dibutuhkan<br />
enam tower yang gede-gede. Dia urus langsung<br />
ke pemda untuk pembebasan lahan. Dia bisa<br />
turun dari Menteri BUMN sampai kepala seksi<br />
PLN untuk atasi masalah.<br />
Kemudian, di Filipina, saya mengantar beliau<br />
mendapat doctor honoris causa di universitas<br />
yang sarat Katolik. Dia orang Indonesia pertama<br />
yang mendapatkan gelar doktor di universitas<br />
itu. Dunia internasional mengakui dia.<br />
Saya tanya dia, “Anda itu mau jadi presi-<br />
interview<br />
sia, seperti SMA Taruna Nusantara, kok bisa<br />
hebat? Bisa mempunyai perusahaan dalam<br />
bidang mass media. Dia menjadi 60 orang<br />
terkaya di Indonesia. Kalau orang ini enggak<br />
luar biasa otaknya, mana bisa? Bill Gates itu<br />
saja dropped out, tapi punya kreasi luar biasa,<br />
terkaya di dunia dan mengubah dunia. Dahlan<br />
ini juga mengikuti IAIN dropped out.<br />
Saya sudah dua tahun mengikuti itu. Dia<br />
Bayangkan saja, seorang yang pendidikannya<br />
paling tinggi SMA. SMA-nya pun di madrasah, bukan<br />
di SMA yang top di Indonesia, seperti SMA Taruna<br />
Nusantara, kok bisa hebat?<br />
Dirut PLN, kemudian Menteri BUMN. Nah, ini<br />
orangnya. Pak Dahlan orang yang sangat independen<br />
dan diterima seluruh rakyat Indonesia.<br />
Dia menyadari keragaman budaya dan agama<br />
di Indonesia. Saya tertarik karena dia pluralis<br />
dan negarawan. Sangat islami, tetapi berpikir<br />
nasionalis. Itulah yang saya lihat calon presiden<br />
di masa mendatang.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
saat itu bagaimana?<br />
Saya enggak mau lihat lagi ke belakang.<br />
Sekiranya Pak Dahlan gagal, ibaratnya siapa<br />
saja, entah Pramono Edhie nanti yang terpilih,<br />
ya kita dukung. Otomatis saya anggota Majelis<br />
Tinggi Partai Demokrat, pasti dukung dia. Begitu<br />
Pramono Edhie nomor satu, saya bilang,<br />
nomor satu kasih selamat adalah Dahlan. Nah,<br />
saya nomor dua akan mengatakan, “Selamat,<br />
dukung.” Soal sejauh mana saya aktif atau<br />
tidak, terserah dia (Pramono Edhie).<br />
Pramono Edhie<br />
Ari Saputra / detikfoto<br />
den?” “Sebenarnya enggak Opung.” Dia bilang<br />
enggak. Saya catat itu, Januari tanggal 31 tahun<br />
2012, persis dua tahun sebelum Imlek kemarin.<br />
“Ndak, saya lihat Pak Dahlan yang pantas.”<br />
“Menurut Opung begitu?” “Iya.” “Coba-cobalah.”<br />
“Eh, jangan pakai coba-coba. Jadi presiden<br />
enggak ada coba-coba. Kalau Opung bilang<br />
iya, iya. Siap, siap.” Itu sejarahnya.<br />
Kalau Pramono Edhie bilang “iya” pada<br />
Anda dua kali mendukung SBY, ketika<br />
sekarang mendukung Dahlan ada yang iri?<br />
Enggak ada. Wong mereka yang saya dengar,<br />
“Pak TB itu sudah opung-opung, sudah kakekkakek,<br />
sudah mbah, enggak usah diperhitungkan.”<br />
Saya happy-happy saja. Dan memang<br />
saya sudah tua. Lihat saja saya di belakangbelakang,<br />
kok.<br />
Apakah isu anak emas di konvensi PD ini<br />
benar?<br />
Begini, tentu banyak sekali penafsiran bahwa<br />
SBY akan memilih Pramono Edhie. Tafsiran<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
itu wajar-wajar saja karena dia kan adik iparnya.<br />
Tapi, kalau kita lihat track record Pak SBY,<br />
enggak pernah kita lihat presiden itu sampai<br />
habis-habisan mendukung keluarga. La, besannya<br />
dulu? Kan beliau enggak ikut campur<br />
Gita Wirjawan dulu beberapa kali saya minta waktu<br />
untuk bertemu. Karena saya sama Gita dulu dekat.<br />
Beliau enggak menanggapi. Saya kira kan hak dia.<br />
perkaranya. Dalam arti kata beliau obyektif<br />
sekali dan proporsional.<br />
Beliau tahu kapan sebagai presiden, kapan<br />
sebagai SBY pribadi, kapan beliau sebagai ketua<br />
umum. Sebagai ketua umum, di situlah SBY<br />
menetapkan konvensi. Oleh sebab itu, sebagai<br />
ketua umum, silakan, beliau tidak akan mengatur<br />
seseorang. Adapun dalam hati pribadinya,<br />
sebagai pribadi mengharapkan Pramono itu<br />
wajar. Tapi enggak pernah beliau memberikan<br />
pengarahan atau petunjuk atau body language<br />
untuk katakan “kalian pilih Pramono”,<br />
enggak. Buktinya, selama ini saya mendukung<br />
Dahlan, beliau enggak pernah mengatakan<br />
“jangan”. Padahal kan saya dekat dengan<br />
beliau. Kedekatan itu menurut saya. Ibu (Ani<br />
Yudhoyono) juga enggak pernah minta supaya<br />
Pramono didukung.<br />
Lagi pula Pramono Edhie enggak pernah minta<br />
saya mendukung dia. Sampai terakhir. Saya tiap<br />
kali juga tanya kepada beliau, jawabnya, “Wah,<br />
saya enggak berambisi jadi presiden.” Saya<br />
berpikir positif saja. Artinya betul saya itu sudah<br />
mbah-mbah, enggak punya kekuatan lagi. Saya<br />
hanya mendoakan saja.<br />
Apakah capres konvensi lainnya yang<br />
meminta saran kepada Anda?<br />
Enggak enak kalau saya bilang karena nanti<br />
saya dikira menolak. Tapi saya boleh bicara juga,<br />
Gita Wirjawan dulu beberapa kali saya minta<br />
waktu untuk bertemu. Karena saya sama Gita<br />
dulu dekat. Beliau enggak menanggapi. Saya<br />
kira kan hak dia. Dia punya strategi yang lain.<br />
Jadi, begini saja, ja ngan anggap saya seorang<br />
yang hebat yang bisa membikin seseorang jadi<br />
presiden.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
dan kampanye. Kalau kita hitung jumlah tim<br />
sukses SBY puluhan ribu, berarti saya berperan<br />
hanya 0,001 persen untuk SBY.<br />
Itu ada bukunya, Selalu Ada Pilihan, halaman<br />
372, jadi jangan ada salah persepsi. Beliau pun<br />
enggak enak dong dikatakan bahwa beliau<br />
jadi presiden karena T.B. Silalahi, karena juga<br />
melecehkan para relawan yang lain. Jadi itu<br />
nasihat beliau untuk capres yang akan datang.<br />
Bagus. Jadi jangan capres yang akan datang<br />
mengandalkan tim sukses. Enam puluh persen<br />
dia yang menjual dirinya, 10 persen prasarana<br />
yang dimiliki.<br />
T.B. Silalahi (tengah)<br />
Ari saputra / detikfoto<br />
Walaupun sudah membikin SBY dua kali<br />
menjadi presiden?<br />
Mana mungkin saya yang membikin SBY<br />
jadi presiden? Salah juga dong. Saya salah satu<br />
tim sukses SBY. Kalau baca buku SBY, tegas di<br />
situ ditulis, kemenangan calon presiden ditentukan<br />
oleh 60 persen dari calonnya sendiri, 10<br />
persen infrastruktur yang dimiliki, termasuk<br />
logistik. Hanya 30 persen tim sukses. Jadi yang<br />
membuat SBY itu menjadi presiden, sesuai<br />
pendapat beliau, hanya 30 persen tim sukses<br />
Seberapa besar sokongan dana yang<br />
dimiliki Dahlan Iskan?<br />
Dulu, pengalaman tahun 2003-2004, SBY<br />
juga enggak punya duit sama sekali. Beliau<br />
sebagai Menko Polkam, orang yang pernah<br />
mendapat “lulus terbaik” dalam bidang kepemimpinan<br />
karakter dari Akmil. Jadi, waktu<br />
Menko Polkam untuk ukuran menteri, dia<br />
orang miskin. Waktu beliau itu mencalonkan<br />
jadi presiden, langsung dia bilang, “Saya<br />
enggak punya duit.” Kemudian ratusan peng-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
Presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono menyalami Dahlan<br />
Iskan<br />
Andika Wahyu / ANTARA<br />
usaha mendukung beliau. Membantu apakah<br />
itu kaus, bendera, properti. Tentu disesuaikan<br />
dengan UU Pemilu. Kalau kampanye di Medan,<br />
para simpatisan di Medan, baik pengusaha,<br />
langsung mendukung, mempersiapkan segala<br />
sesuatu dengan harapan beliau dapat mengubah<br />
nasib bangsa. Dananya datang begitu<br />
saja. Karena partai baru berdiri, belum punya<br />
uang, belum bisa urunan.<br />
Pak Dahlan, selama ini, apabila dia diundang<br />
salah satu lembaga, umpamanya universitas,<br />
beliau hanya diminta bicara. Beliau tidak<br />
menggunakan dana. Jangan lupa beliau ini<br />
orang kaya. Gaji enggak terima, mobil enggak,<br />
rumah dinas enggak mau.<br />
Perusahaannya kan sudah gede. Koran saja<br />
lebih dari 100. Pemancar TV berapa? Malah,<br />
kalau ada yang mau membantu, beliau tanya<br />
dulu, “Dari mana itu?”<br />
Sampai sekarang tidak ada pengusaha bantu<br />
miliaran, enggak ada itu. Paling-paling seperti<br />
konvensi ini ada yang bantu bis, beri makan<br />
relawan, dan sebagainya. Enggak tahu nanti.<br />
Kebetulan para konglomerat masih mikir yang<br />
menang Jokowi. Saya dengar-dengar ini semua<br />
ke sana. Jadi para konglomerat masih melihat<br />
sebelah mata sama Dahlan.<br />
Anda sebentar lagi berulang tahun.<br />
Harapannya kemenangan Dahlan Iskan<br />
menjadi kado?<br />
Kepada mereka ini pendukung (tim sukses<br />
Dahlan) saya ngomong begini, sama dulu<br />
dengan kampanye 2004 SBY. SBY itu hebat.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
Para peserta Debat Bernegara,<br />
(dari kiri ke kanan) Hayono<br />
Isman, Pramono Edhie Wibowo,<br />
Dino Patti Djalal, Sinyo Harry<br />
Sarundajang, Irman Gusman,<br />
dan Dahlan Iskan, berfoto<br />
bersama dalam acara konvensi<br />
calon presiden Partai Demokrat<br />
2014 di Bandung, Rabu (5/2)<br />
malam.<br />
Fahrul Jayadiputra / antara<br />
Apakah seperti dikatakan SBY bahwa 30<br />
persen itu peranan tim sukses? Mungkin iya.<br />
Zaman SBY yang pertama tahun 2004 tidak<br />
kurang 70 pensiunan jenderal dan Pamen AD,<br />
AL, dan Polri pendukung SBY. Apa yang saya<br />
tekankan kepada mereka ada beberapa poin.<br />
Apa motivasi mereka mendukung SBY? Kalau<br />
ada yang minta bayar jasa daripada saudara<br />
kecewa nanti, lebih baik mundur saja. “Siapa<br />
yang mau mundur?” Enggak ada. Itu orangorang<br />
senior siapa? Jenderal Mangindaan<br />
ada, Jenderal Makruf (mantan Mendagri) ada,<br />
Freddy Numberi (mantan Menhub), Syamsir<br />
Siregar (mantan Kepala BIN) ada. Itu kan tim<br />
sukses. Enggak ada yang keluar.<br />
Yang paling penting adalah, “Kenapa saya<br />
dukung SBY, tahu enggak?” jawab mereka macam-macam.<br />
“Enggak. Karena saya yakin betul<br />
dialah yang ditunjuk Tuhan jadi presiden.” Sekarang<br />
sama mereka (tim sukses Dahlan) saya<br />
kira juga sama. “Kalau kalian enggak yakin<br />
Dahlan jadi presiden, mulai sekarang berhenti<br />
saja.” Itu modalnya.<br />
Makanya saya dukung Pak Dahlan. Kalau<br />
ternyata Tuhan mengatakan, “Bukan, kau salah<br />
menangkap. Bukan Dahlan,” Inilah terakhir<br />
bagi saya pulang kampung, bertapa di tepi Danau<br />
Toba. Akan tetapi, kalau Dahlan berhasil<br />
jadi Presiden RI, saya juga tetap pamit pulang<br />
kampung untuk mengurusi Museum Batak. n<br />
IRWAN NUGROHO, Okta Wiguna<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
interview<br />
BIODATA<br />
Nama: T.B. Silalahi<br />
Tempat/Tanggal Lahir: Pematangsiantar,<br />
Sumatera Utara, 17 April 1938<br />
Pangkat:<br />
Letnan jenderal (purnawirawan)<br />
Pendidikan:<br />
• Institut Teknologi Bandung,<br />
Propadeus, 1957<br />
• Sarjana Muda Lengkap Hukum<br />
Universitas Padjadjaran, 1966-<br />
1969<br />
• Executive Program, Stanford<br />
University-National University of<br />
Singapore, 1992<br />
• Sarjana Hukum Sekolah Tinggi<br />
Hukum Militer, Jakarta, 1996-1997<br />
• Doctor honoris causa bidang<br />
administrasi negara, Gregorio<br />
Araneta University, Manila, 1997<br />
Pendidikan Militer:<br />
• Akademi Militer Nasional, 1958-<br />
1961<br />
• Sekolah Staf dan Komando<br />
Angkatan Darat (lulusan terbaik<br />
peringkat 1), 1971-1972<br />
• Defence Management Course,<br />
Monterey, Amerika Serikat, 1976<br />
• Sekolah Staf dan Komando ABRI<br />
(lulusan terbaik peringkat 1) 1977<br />
• International Peace Keeping<br />
Training, Wina, Austria, 1979<br />
• Lembaga Ketahanan Nasional<br />
Kursus Reguler Angkatan XVI<br />
(lulusan terbaik, Bintang Seroja/<br />
Garuda), 1983<br />
Jabatan di Militer:<br />
• Camp Commandant United<br />
Nations Emergency Force/Headquarter,<br />
Kairo, Mesir, 1973-1974<br />
• Asisten Operasi Kodam XIV/<br />
Hasanuddin, 1977-1982<br />
• Kepala Staf Daerah Militer IV/<br />
Diponegoro, 1985-1986<br />
• Asisten Perencana Kepala Staf<br />
Angkatan Darat, 1986-1988<br />
Pemerintahan:<br />
• Sekretaris Jenderal Departemen<br />
Pertambangan dan Energi, 1988-<br />
1993<br />
• Menteri Pendayagunaan Aparatur<br />
Negara, 1993-1998<br />
• Penasihat Khusus Presiden RI dan<br />
Utusan Khusus Pemerintah untuk<br />
Timur Tengah, 2004-2006<br />
• Anggota Dewan Pertimbangan<br />
Presiden Bidang Pertahanan dan<br />
Keamanan, 2006-2009<br />
• Utusan Khusus Presiden RI untuk<br />
Kerja Sama Asia-Pasifik, 2010-sekarang<br />
Politik:<br />
• Anggota Majelis Permusyawaratan<br />
Rakyat Fraksi ABRI, 1987-1997<br />
• Anggota MPR Fraksi Karya<br />
Pembangunan, 1997-1999<br />
• Anggota Dewan Pembina Golkar,<br />
1993-1998<br />
• Anggota Dewan Pembina Partai<br />
Demokrat, 2010-2011<br />
• Ketua Komisi Pengawas Partai<br />
Demokrat, 2011-sekarang<br />
• Sekretaris Dewan Kehormatan<br />
Partai Demokrat, 2012-sekarang<br />
• Anggota Majelis Tinggi Partai<br />
Demokrat, 2012-sekarang<br />
Perusahaan dan Bisnis:<br />
• Komisaris Utama PT Tambang<br />
Timah, 1989-1993<br />
• Komisaris Utama PT International<br />
Timber Corp Indonesia,<br />
1987-1993<br />
• Komisaris Utama PT Danayasa<br />
Arthatama/SCBD, 1987-1993<br />
• Komisaris Utama Bank Artha<br />
Graha, 1989-1993<br />
• Direktur Jakarta International<br />
Hotel & Development (JIHD)/<br />
Hotel Borobudur, 1990-1993<br />
• Komisaris Utama JIHD/Hotel<br />
Borobudur, 2003-2005<br />
Tanda Jasa:<br />
• Satyalancana Satya Dharma<br />
(Trikora), 1962-1963<br />
• Satyalancana Penegak (Penumpasan<br />
G-30-S/PKI), 1965-1966<br />
• Satyalancana Seroja (Pembebasan<br />
Timor Timur), 1972-1973<br />
• Satyalancana Santi Dharma<br />
(Jabatan: Komandan Batalion<br />
Kavaleri 8/Kostrad), 1972<br />
Majalah detik 17 10 - 23 16 februari 2014
sisi lain capres<br />
Hikmah Tak Menjadi PNS<br />
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali pernah menolak tawaran menjadi Pegawai Negeri Sipil. Andaikata ia<br />
terima, mungkin tidak seperti sekarang ini. Bisa jadi menteri, bahkan kandidat capres.<br />
Bagi sebagian orang, menjadi<br />
pegawai negeri sipil adalah<br />
berkah yang luar biasa. Karena<br />
itu, banyak yang berharap dan<br />
melakukan upaya apa pun untuk bisa diangkat<br />
menjadi abdi negara itu. Namun<br />
tak demikian bagi Suryadharma Ali. Ketua<br />
Umum Partai Persatuan Pembangunan,<br />
yang belum lama ini diusung partainya<br />
menjadi salah satu kandidat calon presiden<br />
pada Pemilihan Umum 2014, ini justru<br />
mendapatkan hikmah tidak menjadi<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
sisi lain capres<br />
PNS.<br />
Suryadharma bercerita, sekitar tahun<br />
1980-an ia sempat mengajar agama di filial<br />
Sekolah Menengah Atas Negeri 60 di<br />
bilangan Jakarta Selatan. Mungkin karena<br />
jumlahnya masih sedikit, saat itu banyak<br />
orang ditawari menjadi pegawai negeri.<br />
Termasuk dirinya, yang kini menjabat<br />
Menteri Agama.<br />
Pria yang kini berusia 57 tahun itu ditawari<br />
menjadi PNS oleh sang kepala sekolah,<br />
yang masih ia ingat namanya. “Ibu Parwati<br />
(kepala sekolah) saat itu minta berkasberkas<br />
saya untuk diajukan jadi PNS,” kata<br />
Suryadharma saat ditemui tim majalah<br />
detik di kantornya, kompleks Kementerian<br />
Agama, Jakarta, Selasa, 11 Februari lalu.<br />
Saat itu, Surya sejatinya masih menimbang-nimbang<br />
profesi apa yang akan<br />
ditekuninya. Dan ia merasa belum sreg<br />
sebagai guru SMA. Tawaran menjadi<br />
PNS pun ia tolak. Surya memilih mundur<br />
dari sekolah tersebut meski baru mengajar<br />
selama enam bulan.<br />
Waktu berlalu. Suryadharma, pada<br />
1983-1984, kembali menjadi guru. Bedanya,<br />
ia mengajar mahasiswa di Institut<br />
Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah,<br />
Jakarta, almamaternya. Di kampus itu ia<br />
mengajar ilmu filsafat di Fakultas Tarbiyah.<br />
“Saya ingat saat itu digaji Rp 180 ribu<br />
per bulan. Itu pun masih ada potonganpotongan,”<br />
ujarnya.<br />
Nah, di kampus ini ia kembali mendapat<br />
tantangan. Kebetulan, ada program<br />
pembibitan calon doktor. Ia pun ikut<br />
mendaftar. Tapi kenyataan berkata lain.<br />
Suryadharma tidak diterima, kendati<br />
sejumlah rekannya sesama dosen lolos<br />
untuk melanjutkan pendidikan doktor.<br />
Dua peristiwa itu rupanya menjadi<br />
penentu jalan hidupnya saat ini. Setelah<br />
gagal mengikuti pendidikan calon doktor,<br />
Surya pun beralih profesi menjadi<br />
karyawan swasta di sebuah perusahaan<br />
retail hingga menjabat deputi direktur.<br />
Selain berkarier di perusahaan, dia juga<br />
aktif di dunia politik lewat PPP, hingga<br />
menjadi ketua umum partai itu sejak<br />
2007.<br />
Dari partainya pula Suryadharma dua<br />
kali didapuk menjadi menteri, yakni Menteri<br />
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah<br />
di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br />
Ia kembali menduduki jabatan<br />
menteri, yakni Menteri Agama, sampai<br />
saat ini, sejak periode kedua pemerintahan<br />
Yudhoyono.<br />
Menurut Suryadharma, andaikata ia<br />
lolos mengikuti pendidikan doktor di<br />
IAIN, mungkin saja ia terus berkarier<br />
sebagai dosen. Kariernya bakal mentok<br />
sebagai dekan fakultas. Seandainya<br />
pun ia menerima tawaran menjadi<br />
PNS, ia bakal terus mengajar sebagai<br />
guru SMA. “Paling banter saya jadi kepala<br />
sekolah,” ucapnya seraya terkekeh.<br />
Mungkin sulit untuk jadi menteri, apalagi<br />
capres, ya Pak? n DIMAS<br />
Majalah<br />
Majalah<br />
detik<br />
detik<br />
10<br />
17 -<br />
16<br />
23<br />
februari<br />
februari<br />
2014<br />
2014
hukum<br />
Pembebasan<br />
Corby<br />
dan Ironi<br />
WNI<br />
Sang “Ratu Mariyuana” Schapelle Leigh Corby<br />
bebas bersyarat. Di sisi lain, ratusan WNI<br />
yang terjerat kasus narkoba di Malaysia<br />
terancam hukuman mati. Perjuangan<br />
Australia yang membela warganya dinilai<br />
patut ditiru.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
hukum<br />
Corby saat menjalani<br />
sidang pada 2005.<br />
Bagus Othman/REUTERS<br />
Orang yang dinanti-nanti itu<br />
akhirnya muncul dari balik pintu<br />
gerbang Lembaga Pemasyarakatan<br />
Kerobokan, Denpasar, Bali,<br />
Senin, 10 Februari lalu, sekitar pukul 08.30<br />
Wita. Namun, tak seperti yang diharapkan<br />
para wartawan yang menantinya sejak pagi,<br />
tidak sepatah kata pun terucap dari wanita<br />
warga negara Australia itu.<br />
Jangankan mulutnya, wajahnya pun<br />
tak tampak. Terpidana kasus narkoba,<br />
Schapelle Leigh Corby, yang hari itu<br />
mendapatkan pembebasan bersyarat,<br />
membebat wajahnya dengan syal. Kain<br />
berwarna cokelat itu juga menutupi<br />
bagian rambutnya, selain topi bermotif<br />
kotak-kotak. Wanita berusia 36 tahun<br />
itu keluar dikawal ketat oleh sejumlah<br />
petugas lapas.<br />
Pembebasan bersyarat Corby, yang ditangkap<br />
di Bandara Ngurah Rai, Denpasar,<br />
karena membawa 4,2 kilogram ganja pada<br />
8 Oktober 2004, begitu menyita perhatian<br />
media. Corby bak selebritas ternama. Puluhan<br />
jurnalis dalam dan luar negeri, terutama<br />
dari Australia, meliput hari pertamanya<br />
menghirup udara bebas setelah menjalani<br />
hukuman penjara 9 tahun 4 bu lan itu.<br />
Corby bebas bersyarat setelah mendapatkan<br />
grasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono<br />
pada 2012, sehingga hukumannya didiskon<br />
5 tahun. Grasi tersebut diberikan dengan alas-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
hukum<br />
Berdasarkan<br />
data dari KBRI di<br />
Malaysia, TKI yang<br />
terancam hukuman<br />
mati karena perkara<br />
narkotik mencapai<br />
179 orang.<br />
an kemanusiaan. Ia sebelumnya diganjar<br />
hukuman 20 tahun penjara oleh Pengadilan<br />
Negeri Denpasar pada 2005.<br />
Corby sempat mengajukan permohonan<br />
banding dan hukumannya dikurangi<br />
menjadi 15 tahun penjara oleh Pengadilan<br />
Tinggi Denpasar. Putusan itu lalu dianulir<br />
oleh Mahkamah Agung sehingga<br />
hukumannya kembali seperti<br />
semula. Namun, dua tahun<br />
lalu, Presiden Yudhoyono<br />
memberikan grasi sehingga<br />
hukumannya kembali<br />
dipangkas menjadi 15<br />
tahun.<br />
Ditambah sejumlah<br />
remisi yang didapatnya<br />
selama hidup di bui, masa<br />
pidana Corby semakin<br />
berkurang. Walhasil, ia bisa<br />
menghirup udara bebas, meski<br />
bersyarat, setelah menjalani hukuman<br />
kurang dari separuh vonis yang<br />
diperolehnya, yakni 20 tahun.<br />
Pembebasan bersyarat bagi terpidana kasus<br />
narkotik asal negeri tetangga itu dinilai<br />
oleh Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis<br />
Hidayah, sebagai sebuah ironi. Sebab, di<br />
saat “hadiah” itu diberikan kepada Corby, di<br />
sisi lain, ratusan warga negara Indonesia di<br />
Malaysia terancam hukuman mati dengan<br />
dugaan kepemilikan narkoba. Kasus yang<br />
sama dengan Corby.<br />
Menurut Anis, berdasarkan data dari Kedutaan<br />
Besar RI di Malaysia, TKI yang terancam<br />
hukuman mati karena perkara narkotik hingga<br />
akhir Januari lalu mencapai 179 orang. Sebelumnya,<br />
pada 2010, dua WNI, Bustaman bin<br />
Bukhari dan Tarmizi bin Yakub, asal Aceh, diganjar<br />
hukuman mati oleh Mahkamah Agung<br />
Malaysia karena didakwa memiliki ganja dalam<br />
jumlah besar.<br />
“Saya tidak menyalahkan apakah putusan<br />
pembebasan Corby ini salah atau benar. Justru<br />
saya salut melihat pemerintah Australia yang<br />
gigih memperjuangkan Corby supaya bebas,”<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
hukum<br />
Corby melapor di<br />
Balai Pemasyarakatan<br />
Denpasar sebelum<br />
mendapat pembebasan<br />
bersyarat.<br />
Putu Sayoga/Getty Images<br />
kata Anis di Jakarta, Selasa, 11 Februari lalu.<br />
Anis melanjutkan, sudah sepatutnya pemerintah<br />
memperjuangkan warga negaranya<br />
yang sedang menghadapi kasus hukum di negara<br />
lain. Seperti yang dilakukan pemerintah<br />
Thailand.<br />
Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan<br />
Rakyat, Eva Kusuma Sundari, juga menilai<br />
pembebasan Corby merupakan hasil dari<br />
keseriusan Australia. Berbeda dengan Indonesia,<br />
yang menurut Eva tidak serius membela<br />
warga negaranya yang terjerat kasus hukum<br />
di luar negeri.<br />
“Jauh sekali perbedaan antara Indonesia<br />
dan Australia dalam memberikan perlindungan<br />
kepada warganya,” ujar politikus<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.<br />
Semestinya, Eva menuturkan, pemerintah<br />
RI meniru apa yang dilakukan Australia tersebut.<br />
Guru besar hukum internasional Universitas<br />
Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengakui,<br />
dalam kasus Corby, pemerintah Australia<br />
konsisten memperjuangkan hak warga<br />
negaranya. Diakui atau tidak, menurut Hikmah,<br />
bebasnya Corby merupakan kerja keras<br />
pejabat dan pemerintahan Negeri Kanguru.<br />
“Pejabat di Australia akan dipilih jika ia<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
hukum<br />
Menteri Hukum dan HAM<br />
Amir Syamsuddin (kanan),<br />
didampingi Wakil Menteri<br />
Denny Indrayana saat<br />
memberikan keterangan soal<br />
pembebasan bersyarat Corby.<br />
Reno Esnir/antarafoto<br />
bekerja sungguh-sungguh untuk rakyatnya.<br />
Dan isu di masyarakat Australia, Corby dianggap<br />
korban,” ucapnya saat dihubungi<br />
secara terpisah.<br />
Berbeda dengan Indonesia, Hikmah menilai,<br />
kinerja pemerintah dalam memperjuangkan<br />
warganya baru terlihat jika sudah diramaikan<br />
media dan dihujat banyak orang.<br />
Menurut dia, setiap negara memiliki payung<br />
hukum berbeda. Begitupun ketika memberlakukan<br />
hukuman mati kepada siapa pun yang<br />
diketahui memiliki narkoba. “Kalau pengedar<br />
narkoba yang kebetulan WNI ditangkap di<br />
Cina, ya kita berpasrah pada hukum di sana,”<br />
katanya.<br />
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />
Amir Syamsuddin sebelumnya menyebut<br />
Corby hanya satu dari 1.291 narapidana yang di<br />
saat bersamaan berhak memperoleh pembebasan<br />
bersyarat sesuai undang-undang. “Jadi,<br />
dasar pembebasan itu adalah hukum semata,”<br />
ujarnya.<br />
Amir juga membantah memberikan keistimewaan<br />
kepada Corby. Ia akan diperlakukan<br />
sama seperti narapidana lain yang mendapatkan<br />
pembebasan bersyarat. Wanita yang dijuluki<br />
Ratu Mariyuana itu masih dikenai wajib<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
hukum<br />
Hikmahanto Juwana<br />
FANNY OCTAVIANUS/antarafoto<br />
lapor setidaknya tiga kali sebulan.<br />
Tingkah laku Corby juga masih dalam<br />
pengawasan, hingga masa hukumannya benar-benar<br />
berakhir pada Juli 2017. Pada saat<br />
itu, ia baru diperbolehkan kembali ke negaranya.<br />
Status pembebasan bersyaratnya<br />
bisa dicabut jika Corby kembali melanggar<br />
pidana. “Itu berlaku untuk semua napi yang<br />
mendapat pembebasan bersyarat,” tuturnya. Pengacara<br />
Corby, Iskandar Nawing,<br />
juga menyangkal kliennya memperoleh<br />
pembebasan bersyarat lantaran intervensi<br />
pemerintah Australia. “Tidak ada campur tangan<br />
dan deal antarnegara,” ucapnya secara<br />
terpisah.<br />
Sampai hari ketiganya menghirup udara<br />
bebas, Rabu, 12 Februari lalu, Corby masih<br />
menginap di Vila Sentosa, kawasan Seminyak,<br />
Bali. Setelah keluar dari penjara, ia langsung<br />
dibawa oleh keluarganya ke resor mewah<br />
tersebut. Dikabarkan, di sana Corby akan<br />
memberikan wawancara eksklusifnya kepada<br />
sebuah media Australia.<br />
Sempat disebut-sebut, ia memperoleh kompensasi<br />
hingga jutaan dolar untuk wawancara<br />
itu. Namun, belakangan, kabar itu dibantah.<br />
Setelah itu, Corby akan tinggal di rumah saudara<br />
perempuannya, Mercedes, yang menikah<br />
dengan warga Bali, Wayan Widyartha, di kawasan<br />
Kuta. n KUSTIAH | DIMAS<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kriminal<br />
Teror<br />
Gerombolan<br />
Cepak<br />
Bermotor<br />
ilustrasi: edi wahyono<br />
Dua pos polisi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta<br />
Selatan, diserang 20 pria yang mengendarai sepeda motor.<br />
Mabes TNI meminta agar setiap aksi kriminal oleh pelaku<br />
bertubuh tegap dan berambut cepak tidak selalu dikaitkan<br />
dengan tentara.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kriminal<br />
Komisaris Besar<br />
Rikwanto.<br />
Reno Esnir/ANTARAFOTO<br />
Dua puluhan pria berbadan tegap<br />
dan berambut cepak tiba-tiba<br />
membuat gaduh perempatan CSW,<br />
di ujung Jalan Trunojoyo, Kebayoran<br />
Baru, Jakarta Selatan, Minggu dini hari,<br />
9 Februari lalu. Keheningan di kawasan itu<br />
mendadak pecah seiring dengan melesatnya<br />
batu-batu yang mereka lemparkan ke pos<br />
polisi di perempatan yang lalu lintas sehariharinya<br />
ramai tersebut.<br />
Kaca-kaca di pos polisi itu pun pecah berserakan.<br />
Entah kebetulan atau tidak, tidak<br />
ada satu pun polisi yang terlihat di kawasan<br />
yang hanya sepelemparan batu dari Markas<br />
Besar Kepolisian RI itu. Bahkan, setelah<br />
mengobrak-abrik pos polisi CSW, puluhan<br />
orang yang mengendarai sepeda motor itu<br />
kembali melanjutkan aksi anarkistisnya.<br />
“Teror” selanjutnya dilakukan di pos Tugu<br />
Pemuda Senayan, yang cuma berjarak sekitar<br />
1,5 kilometer dari CSW. Polisi baru berdatangan<br />
setengah jam kemudian. Dua pos<br />
yang diserbu gerombolan itu langsung dijaga<br />
pasukan Brigade Mobil Polri.<br />
Akibat aksi itu, sejumlah kaca pos di CSW<br />
dan Tugu Pemuda hancur. Empat pedagang<br />
asongan yang sedang beristirahat di tempat<br />
itu terluka terkena lemparan batu dan serpihan<br />
kaca dalam peristiwa yang berlangsung<br />
sekitar 10 menit tersebut.<br />
Meski sudah mengantongi ciri-ciri sejumlah<br />
sepeda motor kelompok itu, polisi belum dapat<br />
memastikan pelaku penyerangan tersebut.<br />
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />
Jaya Komisaris Besar Rikwanto hanya me-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kriminal<br />
Aksi itu diduga merupakan<br />
buntut dari kejadian sebelumnya<br />
di perempatan Kuningan.<br />
nyebut para penyerang itu mengaku sebagai<br />
“pasukan”. “Bilangnya, ‘Saya pasukan. Akan<br />
kembali bawa pasukan,’” kata Rikwanto.<br />
Ia menduga perusakan tersebut merupakan<br />
aksi balas dendam. Aksi itu diduga merupakan<br />
buntut dari kejadian sebelumnya, saat seorang<br />
pengendara sepeda motor merasa tidak senang<br />
dihentikan Polisi Lalu Lintas di perempatan Kuningan,<br />
Jakarta Selatan, beberapa jam sebelum<br />
perusakan.<br />
Sabtu malam, 8 Februari,<br />
sekitar pukul 22.30<br />
WIB, anggota Satuan<br />
Lalu Lintas menghentikan<br />
arus kendaraan karena<br />
rombongan Wakil Presiden<br />
Boediono akan melintas. Nah, rupanya,<br />
ada pengendara motor yang membandel.<br />
Pengendara motor yang berboncengan itu<br />
keduanya berambut cepak. Petugas terpaksa<br />
menghentikannya.<br />
Saat diberi penjelasan, sang pengendara<br />
malah memarahi petugas. “Kemudian dijawab<br />
pembonceng, ‘Kamu enggak kenal saya?’”<br />
ujar Rikwanto menirukan ucapan pemotor<br />
tersebut. Bukan cuma marah-marah, pria<br />
yang duduk di belakang turun dan memukul<br />
anggota Polisi Lalu Lintas yang menegur<br />
mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah baku<br />
pukul antara pengendara sepeda motor berambut<br />
cepak itu dan polisi yang bertugas.<br />
Selang satu jam, tepatnya pukul 23.30 WIB,<br />
datang lagi sekitar 20 pria yang mengendarai<br />
sepeda motor di lokasi perkelahian itu. Mereka<br />
bahkan sempat terlibat keributan dengan<br />
pengendara mobil Toyota Avanza di depan<br />
Kedutaan Besar Malaysia, Setiabudi, Kuningan,<br />
Jakarta Selatan.<br />
Keributan itu terhenti ketika Patroli Lalu Lintas<br />
lewat. Polisi sempat menanyakan perihal yang<br />
terjadi. Bukan mendapatkan penjelasan, anggota<br />
patroli itu malah dilempari batu. Petugas<br />
terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan<br />
ke udara. Gerombolan ini pun langsung bubar<br />
dan melarikan diri ke arah selatan.<br />
Namun, beberapa jam setelah itu, Minggu<br />
sekitar pukul 01.20 WIB, Kepolisian Sektor<br />
Kebayoran Baru menerima laporan telah<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kriminal<br />
Kaca jendela pos polisi yang<br />
dipecahkan.<br />
detikcom<br />
terjadi perusakan dua pos polisi, yakni di<br />
CSW dan Tugu Pemuda. Keributan di kawasan<br />
Kuningan itu ditengarai sebagai pemicu<br />
perusakan tersebut.<br />
Para pelaku, menurut Rikwanto, terancam<br />
dijerat de ngan Pasal 170 Kitab Undang-Undang<br />
Hukum Pidana tentang perusakan. Sedangkan<br />
mengenai dugaan apakah pelakunya adalah<br />
oknum aparat, karena mereka menyebut diri<br />
sebagai “pasukan”, Rikwanto mengatakan pihaknya<br />
akan melakukan koordinasi.<br />
“Kalau sudah melibatkan oknum aparat,<br />
kita akan koordinasikan dengan instansi terkait,”<br />
tuturnya.<br />
Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI<br />
Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan<br />
Panglima TNI Jenderal Moeldoko sudah memerintahkan<br />
semua kepala kesatuan di TNI untuk me-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kriminal<br />
Neta S Pane.<br />
Tedy Kroen/Rakyat Merdeka<br />
nyelidiki dugaan keterlibatan personelnya<br />
masing-masing. Namun hingga<br />
saat ini belum ada laporan adanya<br />
keterlibatan, baik dari TNI Angkatan<br />
Darat, Laut, maupun Udara.<br />
Iskandar juga meminta agar<br />
tidak setiap aksi kriminal yang<br />
dilakukan orang bertubuh tegap<br />
dan berambut cepak langsung<br />
dikaitkan de ngan tentara. “Disayangkan<br />
kenapa semua yang berambut cepak dan<br />
berbadan tegap selalu disamakan dengan<br />
TNI,” ucapnya saat dihubungi.<br />
Senada, Kepala Penerangan Kodam Jaya,<br />
Kolonel Infanteri Mukhtar, juga menyebut<br />
indikasi pelaku berambut cepak<br />
tak selalu anggota TNI.<br />
Iskandar Sitompul<br />
Alasannya, sekarang ini banyak warga<br />
sipil yang berpotongan rambut cepak<br />
layaknya anggota militer.<br />
Sementara itu, Ketua Presidium<br />
Indonesia Police Watch, Neta S. Pane,<br />
setuju para pelaku perusakan pos<br />
polisi itu dijerat pidana. Apalagi, dalam<br />
5 tahun terakhir, kasus penyerangan<br />
terhadap polisi dan perusakan fasilitas<br />
milik korps berbaju cokelat itu kian meningkat.<br />
“Apalagi, kasus kemarin ini kan terkait dengan<br />
pengamanan VVIP, Presiden dan Wapres.<br />
Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi,” ucap Neta<br />
secara terpisah.<br />
Kalau polisi tidak berani dan tidak tegas,<br />
menurut Neta, peristiwa pelanggaran terhadap<br />
pengamanan VVIP bisa terulang<br />
kembali. Bisa saja petugas pengamanan<br />
VVIP akan diserang kelompokkelompok<br />
serupa. Di sisi lain, Neta<br />
mengkritik institusi Polri. Aksi tersebut<br />
bisa juga disebabkan oleh lunturnya wibawa<br />
Polri di mata masyarakat. “Ini harus segera<br />
disadari,” katanya. n M. Rizal | Deden Gunawan<br />
Majalah detik 1720 - 23 - 26 februari januari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Kapal perang<br />
bikin tegang<br />
Nama Usman-Harun membuat Singapura merah kuping.<br />
Dua marinir pengebom MacDonald House itu diabadikan<br />
sebagai nama kapal perang Indonesia. Luka lama terkuak.<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Penyelamatan korban ledakan<br />
bom di MacDonald House,<br />
Orchard Road oleh keamanan<br />
Singapura pada tahun 1965.<br />
STPhoto<br />
Menteri Luar Negeri Singapura<br />
K. Shanmugam langsung meraih<br />
telepon setelah mendengar kabar<br />
soal tiga kapal perang baru milik<br />
Indonesia. Yang segera dia telepon pada Rabu,<br />
5 Februari 2014, malam itu adalah Menteri Luar<br />
Negeri Marty Natalegawa.<br />
Dari seberang, Shanmugam mengeluhkan<br />
bakal melintasnya kapal perang itu di perairan<br />
Selat Malaka pada rentang Juni hingga Oktober<br />
2014 secara berurutan. Bukan perlintasan yang<br />
membuat menteri Singapura itu mengajukan<br />
protes, melainkan nama kapal Usman-Harun.<br />
Bagi Singapura, dua nama pahlawan Indonesia<br />
itu membuka luka yang sungguh menyakitkan.<br />
“Penamaan ini akan melukai perasaan rakyat<br />
Singapura, terutama keluarga korban,” kata<br />
Shanmugam seperti dilansir Channel News<br />
Asia.<br />
Sersan Dua (Anumerta) Usman Janatin bin<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Menteri Luar Negeri Singapura<br />
K. Shanmugam.<br />
ROSLAN RAHMAN / AFP PHOTO<br />
H Ali Hasan dan Kopral (Anumerta) Harun<br />
Said bin Muhammad Ali meledakkan gedung<br />
MacDonald House di Orchard Road, Singapura,<br />
pada 10 Maret 1965 sore. Di tengah hujan<br />
deras, pukul 15.03 waktu setempat, gedung 10<br />
lantai itu luluh-lantak karena bom.<br />
Harian The Straits Times edisi 11 Maret 1965<br />
mencatat bom itu diletakkan di dekat lift kantor<br />
The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation<br />
(HSBC). Radius kerusakan yang disebabkan<br />
bom cukup luas. Pertokoan di sekeliling Mac-<br />
Donald House rusak parah, sedangkan mobil<br />
yang diparkir di depan gedung terlempar hingga<br />
ke tengah jalan.<br />
Saat itu adalah waktu perjamuan teh. Bank<br />
HSBC tutup lebih awal. Tapi dua pegawai, Suzie<br />
Choo dan Julie Goh, masih berada di kantor.<br />
Dua orang itu langsung meninggal di tempat.<br />
Korban meninggal lainnya, Mohammad Yasin<br />
Kassim, tidak mampu bertahan selama perawatan.<br />
Selain itu, 33 orang mengalami luka-luka.<br />
Meski insiden itu sudah 48 tahun berlalu,<br />
Singapura masih merasakan pedih. “Hingga<br />
sekarang masih terasa menyakitkan,” ucap<br />
putri Suzie Choo, Janet Ng, dalam wawancara<br />
dengan stasiun televisi Singapura, MediaCorp<br />
TV HD5. Janet merasa kenangan mengenai<br />
ibunya masih terasa jika ia melintasi gedung<br />
MacDonald House.<br />
Kenny Yeoh, korban luka-luka dengan 366<br />
jahitan dan buta mata kanan, serta Menteri<br />
Tenaga Kerja Singapura Tan Chuan Jin, yang<br />
ayahnya mengalami trauma atas bom itu, juga<br />
menyuarakan keberatan. Mereka tidak ingin<br />
penamaan kapal justru mengungkit luka lama.<br />
Maka, begitu “Usman-Harun” jadi nama kapal<br />
perang Indonesia, Singapura tidak berhenti<br />
dengan hanya memberikan pernyataan keberatan.<br />
Saat protes itu tidak digubris, Singapura<br />
semakin reaktif. Sabtu, 8 Februari 2014, Kementerian<br />
Pertahanan Singapura membatalkan<br />
semua agenda pertemuan dengan Indonesia.<br />
Wakil Menteri Pertahanan Singapura Chan<br />
Chun Sing membatalkan pertemuan dengan<br />
Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie<br />
Sjamsoeddin.<br />
Undangan kepada Kepala Staf Angkatan<br />
Laut Laksamana Marsetio untuk menghadiri<br />
Singapore Air Show pada 11-16 Februari juga dibatalkan.<br />
Pembatalan undangan juga dilakukan<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Usman dan Harun (diborgol)<br />
ketika diajukan ke Pengadilan<br />
Tinggi Singapura pada 1965.<br />
STPhoto<br />
atas 100 perwira TNI. Padahal tim penerbang<br />
Indonesia, Tim Jupiter, akan menghibur dengan<br />
atraksi udara.<br />
Mendapat reaksi keras itu, Indonesia membalasnya<br />
dengan keras pula. Panglima TNI Jenderal<br />
Moeldoko balas membatalkan kedatangannya<br />
ke Singapura meskipun ia tidak masuk<br />
daftar yang undangannya dibatalkan Negeri<br />
Singa. Ia memastikan tidak akan mengubah<br />
nama KRI Usman-Harun. “Tetap, enggak ada<br />
yang berubah,” kata Moeldoko.<br />
Singapura boleh saja menganggap Usman<br />
dan Harun sebagai teroris. Tapi Indonesia telah<br />
menetapkan dua prajurit itu sebagai pah lawan.<br />
Mereka berbakti kepada nusa dan bangsa<br />
dengan menjalankan tugas pemerintah RI yang<br />
dipimpin Sukarno pada masa konfrontasi dengan<br />
Malaysia. Saat itu, tahun 1965, Singapura<br />
masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia.<br />
Usman dan Harun ditempatkan di Basis X<br />
Subbasis II di Pulau Sambu. Keduanya bertugas<br />
bersama relawan lain, Gani bin Arup, di bawah<br />
komando Kapten Paulus Subekti. Misinya<br />
adalah menyusup ke Singapura dan melakukan<br />
sabotase.<br />
Buku Usman dan Harun karya Lettu (Laut)<br />
Murgiyanto, yang diterbitkan Direktorat Perawatan<br />
Personel TNI AL, menyebutkan Usman,<br />
Harun, dan Gani menyeberang pada 8<br />
Maret 1965. Sasaran mereka sangat strategis,<br />
gedung MacDonald House di Orchard Road.<br />
MacDonald House merupakan salah satu<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
gedung peninggalan Inggris. Pada 1965, gedung<br />
ini dimanfaatkan sebagai perkantoran swasta<br />
sekaligus kantor perwakilan Komisi Tinggi Australia<br />
dan Konsulat Jepang. Mereka meletakkan<br />
bom di dekat lift lantai 10, kantor Bank HSBC.<br />
Sabotase itu dijalankan dengan baik. Namun<br />
Singapura bertindak cepat atas tragedi ini. Mereka<br />
melakukan penyisiran keamanan sehingga<br />
Usman, Harun, dan Gani kesulitan keluar dari<br />
Singapura. Ketiganya sepakat untuk berpisah<br />
agar tidak dicurigai.<br />
Nahas bagi Usman dan Harun. Upaya pelarian<br />
mereka gagal. Pertama, mereka menyusup<br />
sebagai anak buah dapur kapal dagang Begama<br />
tujuan Bangkok. Namun kapten kapal memergoki<br />
mereka dan memaksa turun dari kapal.<br />
Kedua, mereka merebut kapal milik seorang<br />
nelayan setempat. Tapi kapal itu mogok di tengah<br />
laut dan mereka ditangkap polisi Singapura.<br />
Pengadilan Singapura tidak memberlakukan<br />
keduanya sebagai tawanan perang. Pengadilan<br />
Tinggi Singapura menjatuhkan tiga tuduhan<br />
kepada Usman dan Harun, yakni pelanggaran<br />
controlled area dalam International Security<br />
Act, pembunuhan terhadap tiga orang, dan<br />
pasal pelanggaran mengenai bahan peledak.<br />
Keduanya divonis hukuman mati pada 10 Oktober<br />
1965.<br />
Upaya hukum melalui Pengadilan Federal<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
dan Privy Council mengalami jalan buntu. Usman-Harun<br />
harus menjalani hukuman mati<br />
pada 17 Oktober 1968.<br />
Mendekati hari eksekusi, Indonesia mengerahkan<br />
seluruh kekuatan diplomatiknya untuk<br />
meminta grasi bagi Usman dan Harun. Tanggal<br />
4 Juni 1968, Menteri Luar Negeri Adam Malik<br />
meminta pejabat Kementerian bertemu dengan<br />
Menteri Luar Negeri Singapura Rajaratnam<br />
guna menyampaikan surat permohonan pengampunan.<br />
Surat itu berbalas, permintaan pengampunan<br />
tidak dapat diterima.<br />
Presiden Soeharto tidak tinggal diam. Ia mengirimkan<br />
Abdul Rahman Ramly untuk mengupayakan<br />
pembebasan Usman dan Harun. Namun<br />
langkah Ramly juga menemui jalan buntu.<br />
Permohonan grasi jang diadjukan Oesman<br />
dan Harun dapat diberikan pertimbangan jang<br />
baik dan hukuman mereka dapat diringankan<br />
menjadi pendjara seumur hidup.<br />
Presiden Soeharto<br />
Larry Burrows/Getty Images<br />
Dalam buku Soeharto: The Untold Story, Ramly<br />
menulis, ia sudah bertemu dengan Presiden<br />
Singapura Yusuf Ishak untuk memintakan grasi<br />
atas Usman dan Harun.<br />
Namun Yusuf menyarankan Ramly menemui<br />
Perdana Menteri Lee Kuan Yew sebagai pemerintah<br />
karena jabatan presiden hanya simbol<br />
negara, bukan pelaksana kebijakan. Soeharto<br />
lantas menitipkan surat melalui Ramly agar Lee<br />
membantu Indonesia mendapatkan grasi bagi<br />
Usman dan Harun.<br />
“Permohonan grasi jang diadjukan Oesman<br />
dan Harun dapat diberikan pertimbangan jang<br />
baik dan hukuman mereka dapat diringankan<br />
menjadi pendjara seumur hidup,” demikian<br />
bunyi surat Soeharto seperti tercatat dalam<br />
harian Pikiran Rakjat edisi 17 Oktober 1968.<br />
Surat itu tak diterima Lee karena sedang cuti<br />
dan berada di Tokyo. Peran pemerintahan dijalankan<br />
oleh Wakil Perdana Menteri Goh Keng<br />
Swee. Sedangkan Lee, ketika akhirnya bisa<br />
ditemui di Tokyo, hanya berjanji akan mempertimbangkan<br />
permohonan ini.<br />
Jawaban pemerintah Singapura masih sama.<br />
Usman dan Harun tetap dieksekusi pada 10<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Menteri Luar Negeri Indonesia<br />
Marty Natalegawa.<br />
Widodo S. Jusuf / ANTARA<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
Oktober 1968 pukul 06.00 waktu setempat.<br />
Soeharto langsung meneken Keputusan Presiden<br />
Nomor 050/TK/Tahun 1968 tentang penganugerahan<br />
gelar pahlawan nasional untuk Usman<br />
dan Harun pada hari itu juga.<br />
Eksekusi itu membuat Jakarta marah. Pemulangan<br />
jenazah Usman dan Harun mendapat<br />
sambutan luar biasa sebagai pahlawan. Lepas<br />
itu, demonstrasi besar-besaran digelar di depan<br />
kantor Kedutaan Besar Singapura. Demonstrasi<br />
ini menjalar menjadi kerusuhan.<br />
Lima gedung milik Singapura dibakar, antara<br />
lain kantor Embassy Singapura, kantor perwakilan<br />
Singapura di Jalan Indramayu, kediaman<br />
Dubes Singapura P.R. Raman di Jalan Imam<br />
Bonjol, serta dua gedung staf perwakilan Singapura<br />
di Jalan Maluku dan Jalan Jambu.<br />
Hubungan Indonesia dengan Singapura pun<br />
menegang hingga 1973. Saat itu Lee Kuan Yew<br />
berniat melawat ke Indonesia. Soeharto memberikan<br />
syarat: Lee menabur bunga di atas nisan<br />
Usman dan Harun. Syarat ini dipenuhi, dan<br />
polemik Usman-Harun tuntas.<br />
Konfrontasi Malaysia atau sering disebut<br />
dengan Operasi Dwikora didukung oleh 21 juta<br />
sukarelawan sipil. Angkatan Laut telah mengirimkan<br />
300 personel pasukan KKO untuk<br />
mendukung operasi ini. Shanmugam mengaku<br />
mengembalikan 45 tawanan perang selama<br />
konfrontasi.<br />
Ia mengakui pemerintahnya memiliki pertimbangan<br />
sendiri untuk tidak membebaskan<br />
Usman dan Harun. Saat itu Singapura dalam<br />
kondisi lemah karena ditinggalkan Inggris. Ne-<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Galangan kapal Scotstoun, di<br />
Glasgow, Skotlandia, tempat<br />
tiga kapal perang Indonesia<br />
jenis Multi Role Light Frigate<br />
(MRLF) diproduksi.<br />
Jeff J Mitchell/Getty images<br />
garanya tidak memiliki kemampuan pertahanan<br />
yang meyakinkan.<br />
Tapi Singapura mengimbangi eksekusi itu<br />
dengan pengembalian tawanan. Dua tawanan<br />
perang yang dikembalikan oleh Singapura<br />
adalah Stanislaus Krofan dan Andres Andea.<br />
Keduanya menyusup ke Singapura melalui Tanjong<br />
Rhu pada 1945. Namun mereka ditangkap<br />
karena kedapatan membawa peledak seberat<br />
hampir 20 kilogram. “Kami membebaskan mereka,”<br />
ujarnya.<br />
Indonesia bergeming atas keberatan Singapura.<br />
Pemilihan nama Usman dan Harun adalah<br />
urusan dapur. Singapura tak perlu turut campur<br />
dalam persoalan ini. Menteri Koordinator<br />
Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto<br />
menganggap pertimbangan TNI memberi<br />
nama kapal sudah cukup mendalam. Keberatan<br />
ini tidak perlu dipikir berlarut-larut.<br />
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pun<br />
sekadar mencatat keberatan Shanmugam.<br />
Indonesia saat itu sedang mengalami masa<br />
kelam pergantian rezim saat pengeboman<br />
berlangsung. Kedua negeri sama-sama sedang<br />
terluka, tidak perlu masalah itu dikorek lagi. ■<br />
Isfari Hikmat, Pasti Liberty Mappapa, Bahtiar Rifai, Monique Shintami<br />
| Aryo Bhawono<br />
Majalah detik 10 17 - 16 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Hujan B<br />
m<br />
di Negeri Singa<br />
Meski Presiden Sukarno baru menyerukan Dwikora<br />
pada 3 Mei 1964, Singapura meyakini sabotase<br />
oleh pasukan “Ganyang Malaysia” sudah dimulai<br />
pada 1963. Awalnya, otoritas Singapura yang masih<br />
bagian dari Malaysia itu menganggap serangkaian ledakan bom<br />
yang terjadi di pengujung 1963 sebagai aksi kriminal murni.<br />
Kala itu, Singapura memang marak dengan kejahatan. Berita<br />
soal penembakan dan penculikan berkali-kali menghiasi halaman<br />
muka surat kabar lokal.<br />
Namun, menurut buku Chronicle of Singapore 1959-2009, setelah<br />
ledakan beruntun pada Desember 1963, otoritas Singapura<br />
mulai menuding Indonesia sebagai dalangnya. Mereka mencatat<br />
setidaknya ada 42 ledakan bom yang dituduhkan kepada Indonesia.<br />
Total korban tewas tujuh orang dan 51 terluka.<br />
Namun tak semua ledakan itu dicatat dengan detail, terutama<br />
yang lokasinya di kawasan permukiman atau tak ada korban<br />
jiwanya. Berikut ini beberapa bom yang menghajar Singapura<br />
pada 1963-1965 tersebut.<br />
24<br />
Sep<br />
1963<br />
6<br />
okt<br />
Bom meledak<br />
di Katong Park,<br />
menghancurkan<br />
mobil Triumph<br />
Mayflower milik<br />
penjaga pantai.<br />
Dua bom meledak di Katong<br />
Park, konon memecahkan<br />
kaca Hotel Ambassador (kini<br />
bernama Katong Park Hotel).<br />
9<br />
des<br />
Bom di dekat Kondominium<br />
Sennett Estate menewaskan dua<br />
orang yang sedang menuju kios<br />
rokok.<br />
Bom dilempar ke atap rumah<br />
di Vaughan Road, sekitar tiga<br />
kilometer dari Sennett Estate.<br />
10<br />
des<br />
1964<br />
Ledakan terjadi di luar Hotel Raffles pada pukul 23.40<br />
waktu setempat. Bom yang ditaruh di selokan merusak<br />
tembok, jendela, dan kompresor mesin pendingin udara.<br />
Tak ada korban jiwa, namun tamu hotel dikabarkan shock.<br />
8<br />
mar<br />
28<br />
mar<br />
Bom meledak di pagar Istana<br />
Negara Singapura.<br />
13<br />
apr<br />
Ledakan di Jalan Rebong menewaskan<br />
seorang perempuan dan putrinya,<br />
serta melukai enam orang.<br />
Lima orang terluka akibat<br />
bom di bilik telepon<br />
di daerah Eunos.<br />
16<br />
apr<br />
Merdeka Bridge terbakar akibat bom<br />
berbahan empat ons nitrogliserin yang<br />
ditanam dekat tiang kelima.<br />
23<br />
mei<br />
18<br />
apr<br />
Jembatan kecil di Tempenis Road di kilometer<br />
17 rusak cukup parah akibat dihajar bom.<br />
13<br />
jul<br />
Bom meledak sekitar 457 meter dari Royal Singapore<br />
Yacht Club di Trafalgar Street pada sore hari.<br />
28<br />
agu<br />
Terminal minyak Esso di Pulau Sebarok dilempari bom dari perahu,<br />
tetapi bom tak menyebabkan kerusakan berarti. The Strait Times mencatat,<br />
26 September 1964, ada kapal yang mencoba mendekat terminal<br />
minyak ini namun balik arah karena ditembaki tentara yang berjaga.<br />
1965<br />
Bom meledak di The MacDonald House,<br />
gedung tertinggi di Orchard Road ketika<br />
itu. Tiga orang tewas, 33 lainnya terluka.<br />
10<br />
mar<br />
17<br />
mar<br />
Bom dilempar ke terminal bus Hock Lee,<br />
tapi membentur tembok dan meledak di<br />
luar terminal.<br />
Bom meledak di bendung laut Meyer<br />
Road pada pukul 22.00 waktu setempat.<br />
25<br />
mar<br />
Kotak kayu berisi 54 kilogram<br />
TNT dan enam granat<br />
gagal meledak di apartemen<br />
di Meyer Road.<br />
2<br />
apr<br />
28 Bom merusak<br />
mar<br />
instalasi air<br />
di St. Francis<br />
Road dan menyebabkan<br />
kerugian<br />
kerusakan ribuan<br />
dolar Singapura.<br />
14<br />
apr<br />
Dua pakar penjinak bom Inggris dan dua polisi<br />
terluka saat mencoba menjinakkan bom<br />
berbahan 11 kilogram TNT di Katong.<br />
Seorang tentara Angkatan Udara menemukan<br />
bom di Pantai Changi dan segera dijinakkan.<br />
2<br />
mei<br />
21<br />
mei<br />
Tiga pelempar bom tewas saat mencoba<br />
melempar bom ke atas kapal barang dan<br />
berbalik ke perahu mereka sendiri.<br />
Penjaga Konsulat Amerika Serikat di Hill Street mencurigai sepeda yang<br />
disandarkan di dinding gedungnya. Ada bom waktu di dalam kotak perkakas<br />
sepeda itu dan dijinakkan ketika tinggal tersisa 20 menit.<br />
1<br />
agu<br />
Okta Wiguna | Sumber: The Strait Times | Buku Chronicle of<br />
Singapore, 1959-2009: Fifty Years of Headline News | AsiaOne<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Kapal Obralan<br />
Bernama Pahlawan<br />
Belum juga berlayar, KRI Usman-Harun sudah ditolak tiga kali. Brunei Darussalam, DPR RI, dan kini<br />
Singapura. Dinamai Usman-Harun karena TNI AL kehabisan stok nama pahlawan maritim.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Bertahun-tahun sebelum KRI<br />
Usman-Harun bikin panas hubungan<br />
Indonesia dengan Singapura, kapal<br />
perang ini membuat Inggris kesal<br />
terhadap Brunei Darussalam. Pemerintahan<br />
Sultan Hassanal Bolkiah menolak kapal jenis<br />
korvet ini.<br />
Semua bermula dari Angkatan Laut Brunei<br />
yang memesan tiga kapal patroli lepas pantai<br />
ke BAE Systems di Inggris pada 1995. Kapal perang<br />
ini dibuat berdasarkan cetak biru Korvet<br />
F2000 milik Malaysia, kelas Lekiu, namun lebih<br />
kecil.<br />
Sultan Bolkiah memang perlu meremajakan<br />
armada lautnya yang mulai menua. Apalagi<br />
ancaman terkait perebutan kepulauan di Laut<br />
Cina Selatan dengan Malaysia dan Cina kian<br />
sengit.<br />
Pada 13 Januari 2001, kapal pertama yang<br />
dinamai KDB Nakhoda Ragam, pelaut Melayu,<br />
Sebuah kapal perang memasuki<br />
tahap akhir pembuatan di<br />
galangan kapal di Glasgow,<br />
Skotlandia. Di tempat ini, KRI<br />
Usman-Harun dibuat.<br />
Jeff J Mitchell / Getty Images<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Sultan Hassanal Bolkiah (kiri)<br />
saat mengunjungi Singapore<br />
Airshow, (12/2). Sultan Brunei<br />
ini menolak memakai tiga<br />
kapal korvet buatan Inggris dan<br />
akhirnya dijual murah kepada<br />
Indonesia.<br />
Edgar Su / REUTERS<br />
kelar dirakit di Glasgow, Inggris. Enam bulan<br />
setelahnya, “adik” kapal itu, KDB Bendahara<br />
Sakam, rampung dan disusul KDB Jerambak<br />
pada 22 Juni 2002.<br />
Namun, saat kapal akan dikirim ke Bandar<br />
Seri Begawan pada 2004, Angkatan Laut Kesultanan<br />
Brunei menolaknya. Alasannya, kapal<br />
tak sesuai dengan spesifikasi.<br />
Kapal yang serba otomatis ini cukup dioperasikan<br />
oleh 79 awak kapal dan bisa menampung<br />
24 personel tambahan lagi jika dibutuhkan.<br />
Jumlah awaknya seolah sedikit, namun menurut<br />
seorang analis militer di Inggris, tiap kapal<br />
pada akhirnya membutuhkan anak buah kapal<br />
hingga 200 orang.<br />
Jika Brunei mengoperasikan tiga korvet ini,<br />
kata analis itu, total perlu 600 kelasi. Itu belum<br />
termasuk personel di darat, yang menyokong<br />
pergerakan kapal.<br />
Belum lagi ada isu biaya operasional kapal<br />
yang selangit. “Mengoperasikan kapal-kapal itu<br />
akan menyedot habis pasukan maritim Brunei,<br />
yang jumlahnya tidak banyak,” kata analis ini<br />
seperti dikutip Asia Sentinel.<br />
BAE Systems pun menggugat Brunei ke<br />
Arbitrase Internasional agar mereka membayar<br />
proyek senilai 600 juta pound sterling atau<br />
sekitar Rp 12 triliun tersebut. Brunei kalah di<br />
pengadilan dan membayar penuh, tapi tetap<br />
ogah memakai ketiga korvet itu.<br />
Sultan Bolkiah yang mutung memindahkan<br />
proyek kapal ke galangan kapal Lurssen Werft<br />
di Jerman pada 2010. Di sana dia memesan<br />
tiga korvet kelas Darussalam dan empat korvet<br />
kelas Ijtihad, yang jauh lebih kecil ketimbang<br />
korvet kelas Nakhoda Ragam.<br />
Ketiga korvet yang mangkrak di Glasgow itu<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Pusara Serda Usman dan Kopral<br />
Harun di TMP Kalibata, Jakarta<br />
(12/2). PM Singapura Lee Kuan<br />
Yew sempat menaburkan bunga<br />
di kedua makam pahlawan<br />
tersebut sehingga, menurut<br />
Indonesia, tidak ada alasan<br />
Singapura memprotes ada KRI<br />
memakai nama mereka.<br />
Hasan / detikcom<br />
juga diberikan kepada Lurssen sebagai bagian<br />
dari pembayaran. Brunei mengizinkan Lurssen<br />
menjajakannya kepada negara yang tertarik<br />
lewat anak perusahaan mereka,<br />
Global Naval Systems, yang<br />
berkantor di Singapura.<br />
Tak mudah menjual korvet<br />
yang dibuat khusus untuk ukuran<br />
badan orang Asia itu. Negara<br />
Eropa tidak tertarik karena tak<br />
adanya mesin pemanas udara<br />
buat mengarungi perairan dingin.<br />
Rencana penjualan itu bikin<br />
Inggris ketar-ketir karena cemas<br />
pembelinya negara seperti Korea Utara atau<br />
Myanmar. Dalam keadaan normal, negaranegara<br />
itu tidak akan pernah mampu membeli<br />
kapal perang supercanggih tersebut.<br />
Sempat diisukan dibeli Aljazair pada 2008,<br />
ketiga korvet itu akhirnya jatuh ke tangan<br />
Indonesia dengan harga obralan pada Januari<br />
2012. Brunei dan Inggris bahkan setuju Indonesia<br />
cukup membayar 20 persen dari ongkos<br />
produksi, yakni hanya 120 juta pound sterling<br />
atau sekitar Rp 2,3 triliun.<br />
Memang bukan pertama kalinya Brunei<br />
mengoper kapal perang ke Indonesia. Dua<br />
tahun lalu, Sultan Bolkiah menghibahkan dua<br />
kapal cepat buatan 1970-an, KDB Waspada<br />
dan KDB Pejuang, kepada Indonesia. TNI AL<br />
menjadikannya kapal latih KRI Salawaku dan<br />
KRI Badau.<br />
Dukungan Inggris terhadap pembelian itu<br />
dituangkan dalam nota kesepahaman antara<br />
Menteri Pertahanan Philip Hammond dan<br />
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.<br />
Perjanjian pada November 2012 itu disaksikan<br />
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang<br />
baru diberi gelar Knights Grand Cross of the<br />
Order of the Bath dari Ratu Inggris.<br />
Namun Dewan Perwakilan Rakyat sempat<br />
menolak korvet ini karena tidak stabil, sehingga<br />
mengganggu akurasi tembakan. Selain itu, kapal<br />
miring jika dipacu dalam kecepatan tinggi.<br />
Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus<br />
Hasanuddin membenarkan bahwa pihaknya<br />
sempat curiga dengan kualitas kapal karena<br />
Brunei langsung menjual lagi setelah membayarnya.<br />
“Informasi awalnya, kapal itu tidak ba-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Informasi<br />
awalnya, kapal<br />
itu tidak bagus<br />
mesinnya.<br />
Tubagus Hasanuddin<br />
ari saputra / detikfoto<br />
gus mesinnya,” kata politikus Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan ini.<br />
Purnawirawan mayor jenderal ini menjelaskan,<br />
DPR akhirnya setuju setelah mengecek<br />
langsung ke Inggris. Malah TNI untung karena,<br />
menurut Hasanuddin, kalau memesan baru,<br />
harganya bisa berkali lipat.<br />
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana<br />
Pertama Untung Surapati membantah<br />
anggapan bahwa kapal itu ditolak Brunei karena<br />
spesifikasinya buruk. “Ini bukan kapal jelek,<br />
ini sangat bagus,” ujarnya.<br />
Brunei, kata dia, menolak hanya karena korvet<br />
itu butuh banyak awak kapal, yang bukan<br />
masalah bagi TNI AL. Namun soal ongkos operasional<br />
yang mahal, Untung membenarkannya.<br />
“Woo, itu besar sekali, tapi saya kira publik<br />
enggak perlu tahu. Yang penting tahu informasi<br />
kehebatan kapal ini apa.”<br />
Korvet itu, kata dia, sangat cepat dan punya<br />
kemampuan antiserangan udara dan bawah<br />
laut. Untung yakin, kapal itu sangat hebat dan<br />
mematikan.<br />
Setelah TNI AL mengirimkan tentaranya ke<br />
Inggris buat dilatih menjadi awak di kapal itu, tugas<br />
yang tersisa hanya penamaan. Berdasarkan<br />
keputusan Markas Besar Angkatan Laut soal<br />
penamaan kapal perang yang diterbitkan pada<br />
21 Juni 2006, untuk korvet seperti lungsuran<br />
Brunei itu, sumber namanya adalah pahlawan<br />
nasional.<br />
Sumber majalah detik di Angkatan Laut<br />
membisikkan, dalam penamaan kali ini, mereka<br />
mengutamakan pahlawan dari Angkatan Laut.<br />
Namun, masalahnya, Indonesia hanya punya<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Menteri Pertahanan Purnomo<br />
Yusgiantoro (kanan) didampingi<br />
Kepala Staf TNI AL Laksamana<br />
Marsetio pada sebuah jumpa<br />
pers di Kementerian Pertahanan,<br />
Jakarta. Keduanya menyatakan<br />
nama KRI Usman-Harun tak akan<br />
diganti meski diprotes Singapura.<br />
Widodo S. Jusuf / antara<br />
lima pahlawan nasional dari Angkatan Laut.<br />
Yos Sudarso dan R.E. Martadinata sudah<br />
jadi nama KRI. Hanya tersisa tiga orang, yakni<br />
Laksamana Muda John Lie, Sersan Dua Janatin<br />
alias Usman, dan Kopral Harun.<br />
Maka diusulkanlah nama John Lie, sementara<br />
Usman dan Harun disatukan. Karena ada tiga<br />
kapal perang, satu lagi diusulkan bernama Bung<br />
Tomo. “Beda dengan Angkatan Darat, yang punya<br />
jenderal banyak banget, Indonesia negara<br />
maritim tapi miskin pahlawan laut,” ujarnya.<br />
Sebelum nama-nama itu diusulkan, Kepala<br />
Subdinas Sejarah TNI AL Kolonel Rony E. Turangan<br />
meneliti nama-nama itu. Menurut Untung<br />
Surapati, tugas Rony memastikan nama<br />
yang akan dipakai tidak menimbulkan masalah<br />
di kemudian hari.<br />
Setelah dilakukan riset sejarah, Asisten Operasi<br />
Kepala Staf Angkatan Laut mengusulkan<br />
nama kapal perang kepada Kepala Staf Angkatan<br />
Laut. Jika orang nomor satu di Angkatan Laut<br />
setuju, usulan diteruskan kepada Panglima TNI.<br />
“Oleh tim Panglima dipelajari. Begitu tidak<br />
ada masalah, keluarlah keputusan Panglima<br />
TNI,” kata Untung. Nama itu baru resmi setelah<br />
keputusan Panglima dituangkan Kepala Staf<br />
TNI AL dalam surat keputusan penamaan KRI.<br />
Maka KDB Nakhoda Ragam pun jadi KRI John<br />
Lie. Lalu KDB Bendahara Sakam jadi KRI Usman-<br />
Harun dan KDB Jerambak jadi KRI Bung Tomo.<br />
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana<br />
Muda Iskandar Sitompul mencatat,<br />
nama ketiga korvet sudah digodok sejak 2012.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Kapal perang sedang dirakit<br />
di galangan kapal di Glasgow,<br />
Skotlandia. Di tempat ini, KRI<br />
Usman-Harun dibuat. Kapal serba<br />
otomatis ini cukup dioperasikan<br />
oleh 79 personel.<br />
Jeff J Mitchell / Getty Images<br />
Namun nama-nama itu baru dibuka ke publik<br />
pada tahun ini karena akan ada penamaan kapal<br />
di Inggris pada pertengahan Maret depan.<br />
Munculnya nama KRI Usman-Harun di media<br />
langsung diprotes Menteri Luar Negeri Singapura<br />
K. Shanmugam. Dia menilai Indonesia tidak<br />
sensitif terhadap perasaan rakyat Singapura yang<br />
menjadi korban peledakan bom oleh Usman dan<br />
Harun di Gedung MacDonald pada 1965.<br />
Untung berpendapat, keberatan Singapura<br />
tidak beralasan. “Menurut kami, Usman-Harun<br />
ini sudah diselesaikan secara politik dan sudah<br />
tidak ada masalah,” ujarnya.<br />
Dengan kedatangan Lee Kuan Yew pada<br />
1978 ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan<br />
menaburkan bunga di atas pusara Usman<br />
dan Harun, masalah Singapura dan Indonesia<br />
terkait kedua marinir itu selesai. “Sudah clear,<br />
karena itulah kami berani mengatakan mereka<br />
pahlawan,” ujarnya.<br />
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro<br />
menegaskan, pemerintah tak akan meminta<br />
TNI AL mengganti nama KRI. “Enggak, pasti<br />
enggak. Enggak akan diganti,” kata Purnomo.<br />
TNI AL juga tetap pada rencana semula,<br />
yakni membawa ketiga korvet itu ke Tanah Air<br />
melewati Selat Malaka meski diprotes Singapura.<br />
“Dua kapal itu akan kami tunjukkan kepada<br />
rakyat dan bangsa kita pada hari ulang tahun<br />
TNI Oktober nanti,” kata Kepala Staf TNI AL<br />
Laksamana Marsetio. ■<br />
Monique Shintami Pasti Liberti, Isfari Hikmat | Okta Wiguna<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Spesifikasi<br />
359<br />
KRI Usman Harun<br />
Nama: KRI Usman Harun-359<br />
Jenis: Multi Role Light Frigate (MRLF)<br />
Sensor radar dan avionik sonar: FMS 21/3 hull<br />
mounted sonar buatan Thales, Prancis<br />
l eb a r<br />
12,7 meter<br />
Senjata<br />
1. Meriam utama Oto Melara 76 mm<br />
2. 2 meriam penangkis serangan udara DS 30B REMSIG kaliber 30 mm<br />
3. Torpedo antikapal selam Thales Sensors Cutlass 242<br />
4. Rudal permukaan ke udara Sea Wolf 16 peluncur, jangkauan 6 km<br />
5. Rudal Exocet MM40 Block II, jangkauan 180 km<br />
Panjang<br />
95 meter<br />
Mesin: MAN 20<br />
RK270 diesel<br />
sebanyak 4 buah<br />
Kecepatan: 30 knot<br />
berat: 2.300 ton<br />
Kru: 79-103 orang<br />
Helipad: luas 285 meter<br />
persegi untuk 1 helikopter<br />
Sumber: Dinas Penerangan TNI AL<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Jeritan Rindu<br />
dari Penjara Changi<br />
Usman dan Harun sadar<br />
keinginan untuk bisa bebas<br />
dan kembali ke Indonesia<br />
hanyalah mimpi. Keluarga<br />
diminta tenang.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Asiyah, adik Harun.<br />
Imam Wahyudiyanta/detikcom<br />
kasih tahu kepada<br />
utjuk Astiah serta Hasniti,<br />
apakah surat-surat adinda<br />
“Tolong<br />
yang dikirim kepadanya tiada<br />
yang sampai? Atau masih belum ada waktu<br />
untuk membalasnya kepada adinda? Dan, kalau<br />
utjuk Astiah dan Hasniti ada kelapangan,<br />
supaya sudilah kiranya mengirim sepatah kata<br />
khabar kepada adinda yang sedang merindui<br />
berita dari padanya.”<br />
Demikian penggalan bagian akhir surat yang<br />
dituliskan Harun Said bin Muhammad Ali dari<br />
balik penjara Changi, Singapura, kepada kakaknya,<br />
Samsuri Tohir, di Tanjung Priok, Jakarta.<br />
Surat dengan tulisan sambung itu dikirimkan<br />
pada 31 Agustus 1968, atau dua bulan sebelum<br />
Harun dan rekannya, Sersan Dua Usman bin<br />
Haji Ali, menjalani eksekusi di tiang gantung.<br />
Tiga tahun berpisah dari keluarga bukanlah<br />
perkara mudah bagi prajurit Korps Komando<br />
Operasi (KKO) berpangkat kopral itu. Rasa<br />
rindu dan keresahan menanti putusan pengampunan<br />
atas hukuman mati yang dijatuhkan<br />
Pengadilan Tinggi Singapura pada Oktober<br />
1965, berkelindan menjadi satu.<br />
Curahan kerinduan pun dituliskan Usman<br />
dalam surat-suratnya. Kerinduan itu ditimpali<br />
keresahan menanti surat-surat balasan dari<br />
anggota keluarganya yang tak kunjung datang.<br />
Lewat surat tertanggal 9 April 1968, kepada<br />
kakaknya, Chalimi, di Desa Tawangsari, Purbalingga,<br />
Usman menunjukkan rasa resahnya itu.<br />
“Dan dengan tibanya surat ini djuga tidak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Janatin, kakak Usman.<br />
detikfoto<br />
ada satu pun maksud hendak memaksa kanda<br />
mengirimkan balasan namun timbulnya suatu<br />
perasaan rindu yang tak dapat disangkal menjebabkan<br />
dinda sangat mengharapkan kebijaksanaan<br />
kanda. 3 th adalah tempo perpisahan<br />
yang pandjang sekali,”<br />
Surat sebelumnya kepada kakaknya, Chuneni,<br />
di Laren, Bumiayu, Brebes, pun berwarna<br />
serupa. “Kiranja kangen jang sedang mendjangkit<br />
akan segera sembuh. Dan kangen dengan<br />
kanda Agus, Kus + adiknja bahkan juga kangen<br />
pada tulisan kanda jang dinda rasa satu di antara<br />
obat kangen paling mujarab jang tentunja<br />
telah sembuh oleh perjumpaan beberapa kali<br />
seandainja tidak terjadi ujian atau tjobaan jang<br />
harus kita hadapi sekarang ini.”<br />
Usman mengaku hanya dengan kesabaran,<br />
dia mampu menyingkirkan rasa rindu itu.<br />
Selama dalam penjara, Usman mengirimkan 14<br />
pucuk surat kepada keluarganya. Lima surat dituliskan<br />
dalam bahasa Jawa. Sementara, Harun<br />
mengirimkan tujuh pucuk surat. Surat terakhir<br />
Harun dikirimkan pada 14 Oktober 1968, tepat<br />
tiga hari sebelum eksekusi.<br />
Surat-surat kedua prajurit KKO, yang sekarang<br />
berganti nama menjadi marinir, itu disimpan<br />
dalam Museum Korps Marinir, yang berada di<br />
kompleks Brigade Infanteri-2, Cilandak, Jakarta<br />
Selatan.<br />
Dalam suratnya, Harun juga meminta keluarganya<br />
agar tenang menghadapi hukuman atas<br />
dirinya. Jauh di lubuk hatinya, meski sangat<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Wahai ibundaku<br />
insya allah<br />
anaknda tiada<br />
berapa lama lagi<br />
akan kembali ke<br />
Indonesia, sekali<br />
lagi anaknda<br />
menyeru berita<br />
anaknda ini<br />
hanya sebagai<br />
mimpi saja.<br />
mengharap bisa kembali pulang ke Indonesia,<br />
Harun menyadari keinginan tersebut hanyalah<br />
mimpi.<br />
“Anaknda memohon kepangkuan ibuhanda<br />
dari hujung rambut sampai kehujung kaki<br />
wahai ibundaku yang dikasihani ampuni segala<br />
dosah2 anaknda yang sebegitu berat mahap<br />
dan ampun wahai ibundaku, wahai ibundaku<br />
insya allah anaknda tiada berapa lama lagi akan<br />
kembali ke Indonesia, sekali lagi anaknda menyeru<br />
berita anaknda ini hanya sebagai mimpi<br />
saja.”<br />
Usman dan Harun menjalani hukuman mati<br />
pada 17 Oktober 1968. Segala upaya yang<br />
dilakukan pemerintahan Soeharto untuk meringankan<br />
hukuman mereka membentur tembok.<br />
Indonesia bahkan berkompromi tidak meminta<br />
mereka dibebaskan, melainkan minta agar<br />
dari hukuman mati menjadi hukuman seumur<br />
hidup. Setelah permintaan itu ditolak, pemerintah<br />
meminta agar keduanya tidak digantung<br />
kalaupun memang dihukum mati. Indonesia<br />
memohon kepada Singapura agar dipakai cara<br />
yang tidak membuat mereka menderita. Itu pun<br />
ditolak. Lantas, untuk terakhir kali, Usman dan<br />
Harun meminta ketika digantung, tutup kepala<br />
mereka dilepas saja. Namun eksekutor tidak<br />
memperkenankan, hingga akhirnya ditutup.<br />
Saat menghadapi hukuman itu, mereka berjalan<br />
dengan penuh keyakinan menuju tiang<br />
gantung. “Tidak menunjukkan rasa takut atau<br />
ragu. Itu semua dilihat Pak Gani Djemat karena,<br />
setelah itu, langsung dibawa oleh Pak Gani<br />
ke Tanah Air,” cerita Humphrey Djemat, putra<br />
Gani.<br />
Letkol Gani Djemat S.H. adalah atase AL<br />
yang mendampingi Kuasa Usaha RI di Singapura,<br />
Kolonel A. Ramli, yang ditugasi membela<br />
Usman dan Harun. “Pak Gani itu merasakan<br />
sekali bagaimana arogansi Singapura ketika<br />
menjalani negosiasi,” tambah Humphrey.<br />
Gani berhasil menemukan keluarga korban<br />
pengeboman untuk mendapatkan keringanan<br />
hukuman. Mereka telah memaafkan Usman<br />
dan Harun. Tapi, ternyata itu tidak membuat<br />
pemerintah Singapura luluh.<br />
Masyarakat pun marah terhadap pemerintah Singapura.<br />
Bahkan mantan wakil presiden Mohammad<br />
Hatta, yang juga ikut berusaha mengupaya-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Surat Harun 12 Djuni 1967.<br />
detikcom<br />
kan pembebasan Usman dan Harun, bersumpah<br />
tidak sudi lagi menginjakkan kaki ke Negeri Singa<br />
itu. Hatta telah mengirim berlembar-lembar surat<br />
kepada Singapura agar meringankan hukuman<br />
dua pahlawan itu.<br />
“Ayah terhina dan merasa tidak dihargai sama<br />
sekali. Kelihatan Singapura ‘kacangin’ (disregard)<br />
integrity Bung Hatta,” kisah Halida Hatta, putri<br />
Bung Hatta.<br />
Setelah Usman dan Harun digantung, sepanjang<br />
hidupnya, Bung Hatta memang tidak<br />
pernah lagi mau datang ke Singapura meskipun<br />
acap kali mendapat undangan. n<br />
PASTI LIBERTY, moniQUE SHintami | IRWAN NUGROHO<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Berisik-berisik<br />
Negara Tetangga<br />
Singapura selalu ingin mengambil keuntungan yang lebih<br />
besar dari Indonesia. Negara tetangga yang tidak bisa<br />
menjadi sahabat baik.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Salah satu pulau terluar yang<br />
terdekat dengan Singapura<br />
dilihat dari udara, beberapa<br />
waktu lalu. Di atas pulau ini,<br />
pesawat tempur Singapura<br />
kerap melintas wilayah udara<br />
Indonesia.<br />
Ari Saputra/detikcom<br />
perlu, pulau terluar<br />
kita yang bisa dilihat Singapura<br />
kita namai Usman-<br />
“Kalau<br />
Harun.”<br />
Kalimat itu meluncur dari bibir Ketua Majelis<br />
Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto.<br />
Sedikit emosional, tapi begitulah reaksi sebagian<br />
besar tokoh dan masyarakat Indonesia<br />
terhadap Singapura sepekan belakangan ini.<br />
Singapura memprotes penamaan kapal<br />
perang RI dengan Usman-Harun. Usman dan<br />
Harun adalah dua pelaku pengeboman Mac-<br />
Donald House, Singapura, semasa konfrontasi<br />
dengan Malaysia pada 1965.<br />
Akibat menewaskan 3 orang dan melukai 33<br />
lainnya, Usman dan Harun dihukum gantung<br />
oleh Singapura tiga tahun kemudian. Namun,<br />
di Indonesia, keduanya diberi gelar pahlawan<br />
nasional, sehingga namanya hendak diabadikan<br />
pada lambung kapal.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Menurut Sidarto, penamaan kapal itu merupakan<br />
hak Indonesia sebagai sebuah bangsa<br />
yang berdaulat. Karena itu, protes Singapura<br />
tidak perlu digubris. “Cuekin saja,” kata mantan<br />
ajudan Bung Karno ini.<br />
Protes atas penamaan kapal itu justru berbalik<br />
serangan ke Singapura. Anggota Fraksi<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Tjahjo<br />
Kumolo, menyatakan Singapura sudah mulai<br />
tidak bersahabat dengan Indonesia. Begitu<br />
pula Australia dan Papua Nugini.<br />
Selain itu, isu-isu menyangkut egoisme Singapura<br />
dalam hubungan bilateral dengan<br />
Indonesia kembali terungkit. Salah satunya<br />
menyangkut perjanjian ekstradisi, yang dinilai<br />
Protes Singapura tidak perlu digubris.<br />
Cuekin saja.<br />
Sidarto Danusubroto<br />
berat sebelah karena menguntungkan pihak<br />
Singapura.<br />
Perjanjian ekstradisi yang merugikan RI itu<br />
pulalah yang membuat Dewan Perwakilan<br />
Rakyat sampai kini belum memberikan ratifikasi.<br />
Dalam catatan majalah detik, perjanjian<br />
ekstradisi itu ditandatangani di Istana Tampak<br />
Siring, Bali, pada 2007. Namun ekstradisi untuk<br />
memulangkan koruptor Indonesia di Singapura<br />
itu menjadi satu paket dengan perjanjian pertahanan<br />
di antara kedua belah pihak.<br />
Menurut anggota Komisi I DPR, Susaningtyas,<br />
perjanjian pertahanan atau defence cooperation<br />
agreement (DCA) RI dengan Singapura<br />
menodai rasa kebangsaan dan nasionalisme<br />
Indonesia.<br />
Perjanjian itu memuat ketentuan penyediaan<br />
akses ke wilayah udara dan laut Indonesia<br />
untuk latihan Singapore Armed Force. Di langit<br />
Indonesia itu, Singapura bahkan boleh menggelar<br />
latihan dengan negara lainnya, meski<br />
harus seizin Indonesia. “DCA membuka pintu<br />
bagi Singapura untuk menggunakan wilayah<br />
Indonesia empat kali dalam setahun untuk<br />
latihan militer,” kata anggota Partai Hanura<br />
tersebut kepada majalah detik.<br />
Sementara itu, Susaningtyas menambahkan,<br />
ekstradisi belum tentu dapat memuluskan<br />
upaya mengembalikan para koruptor dan asetasetnya<br />
dari Singapura. Sebab, pelaksanaan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Pesawat milik TNI AL berpatroli<br />
di kawasan perbatasan<br />
Indonesia-Malaysia, Rabu<br />
(15/1), untuk menjaga<br />
keamanan perbatasan<br />
perairan dari gangguan<br />
keamanan dan kegiatan ilegal.<br />
M Rusman/ANTARA FOTO<br />
ekstradisi itu masih bergantung pada hukum<br />
yang berlaku di Singapura.<br />
Soal keharusan berdasarkan hukum Singapura<br />
itu dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Singapura<br />
Masagos Zulkifli pada September 2013. Namun<br />
ia membantah anggapan bahwa Singapura ingin<br />
melindungi aset-aset milik koruptor Indonesia<br />
yang jumlahnya bejibun. “Keuangan negara kami<br />
sudah cukup,” ujar Masagos.<br />
Mengenai penggunaan wilayah udara untuk<br />
latihan militer Singapura itu, menurut mantan<br />
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal (Purnawirawan)<br />
Chappy Hakim, sesungguhnya<br />
sudah lama terjadi. Dalam bukunya, Quo Vadis<br />
Kedaulatan Udara Indonesia?, Chappy mengungkapkan,<br />
Satuan Radar 213 Tanjungpinang<br />
dan 212 Natuna sering menangkap pergerakan<br />
pesawat-pesawat tempur Singapura.<br />
Dijelaskan Chappy, manuver jet tempur itu<br />
dimungkinkan karena Singapura menguasai<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Latihan Pesawat Tempur F16<br />
milik TNI AU (ilustrasi).<br />
Getty Images<br />
flight information region (FIR) atas wilayah Batam,<br />
Tanjungpinang, hingga Kepulauan Natuna.<br />
Pengelolaan ruang udara di Provinsi Kepulauan<br />
Riau (Kepri) itu diperoleh Singapura sejak 1946<br />
dalam sebuah perundingan International Civil<br />
Aviation Organization (ICAO), yang tidak diikuti<br />
negara baru merdeka, Indonesia.<br />
Karena FIR dikuasai Singapura, pesawat<br />
komersial yang hendak mendarat atau lepas<br />
landas dari Bandara Hang Nadim, Batam, misalnya,<br />
harus seizin air traffic controller Bandara<br />
Changi. Ketentuan itu juga berlaku untuk pesawat<br />
tempur Indonesia.<br />
Menurut Chappy, selain melanggar kedaulatan<br />
negara, FIR merugikan Indonesia secara<br />
ekonomi. Biaya pesawat yang melintasi negara<br />
lain atau route air navigation services charges<br />
di atas Kepri mencapai US$ 15 juta pada 2009.<br />
Namun itu tidak pernah dinikmati Indonesia.<br />
Indonesia bukannya tidak berupaya mengembalikan<br />
kuasa atas kontrol udara itu.<br />
Namun, kata Chappy, pemerintah tidak pernah<br />
serius. Justru Undang-Undang Nomor 1 Tahun<br />
2009 menyebutkan FIR itu baru dapat diambil<br />
paling lambat 15 tahun sejak undang-undang<br />
tersebut diberlakukan.<br />
Tapi, di sisi lain, pemerintah Singapura selalu<br />
berupaya meningkatkan persyaratan dalam setiap<br />
perundingan ICAO. Persyaratan-persyaratan<br />
itu cukup mempersulit Indonesia untuk mengambil<br />
alih kontrol udara Kepri. “Itu tidak masuk<br />
akal,” kata Chappy kepada majalah detik.<br />
Masih ada sederet masalah menonjol me-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Hikmahanto Juwana dan<br />
Chappy Hakim<br />
ROSLAN RAHMAN/AFP/Getty Images<br />
nyangkut hubungan Indonesia dengan Singapura<br />
dewasa ini. Masalah itu antara lain pengambilan<br />
pasir laut Kepri untuk reklamasi pantai<br />
Singapura dan kabut asap. Penjualan pasir yang<br />
ramai pada 2004 itu sebagian besar diduga<br />
dilakukan secara ilegal.<br />
Adapun mengenai kabut asap Sumatera yang<br />
sampai ke Singapura, pemerintah RI menyatakan<br />
Singapura tidak bisa murni menyalahkan<br />
Indonesia. Sebab, pembakaran hutan yang<br />
memicu asap itu dilakukan oleh perusahaanperusahaan<br />
kertas skala besar yang kantor pusatnya<br />
berada di Singapura. “Saya minta tidak<br />
menyalahkan rakyat kecil (Indonesia),” kata<br />
Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan<br />
dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro<br />
Mangkusubroto pada Juni 2013.<br />
Guru besar hubungan internasional Universitas<br />
Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyarankan<br />
agar Singapura tidak terus-menerus memaksakan<br />
kehendak dalam hubungan negara<br />
bertetangga. Sebab, hal itu akan memicu makin<br />
runyamnya suasana menjelang pembentukan<br />
ASEAN Economic Community pada 2015.<br />
“Singapura harus belajar. Kalau ada eskalasi<br />
di tingkat warga Indonesia, bahaya. Bisa mendorong<br />
pemerintah bersikap keras dan terjadi<br />
keretakan hubungan kedua negara,” ujarnya<br />
kepada majalah detik. ■ BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHIN-<br />
TAMI, ARYO BHAWONO, PASTI liberty mappapa, muhammad IQBAL, ISFARI<br />
hikmat | IRWAN nugroho<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Hikayat<br />
Si Kota Laut<br />
Thomas<br />
Stamford Raffles<br />
Singapura pernah menjadi wilayah terluar Kerajaan<br />
Sriwijaya, yang dikenal dengan sebutan Temasek atau<br />
Kota Laut. Sempat pula masuk wilayah kekuasaan<br />
Sultan Johor pada abad ke-16 hingga ke-19, sebelum<br />
akhirnya dibumihanguskan Portugis.<br />
Dengan membawa bendera British East India Company,<br />
pada 1819 Thomas Stamford Raffles mendarat di<br />
sana. Ia membuat perjanjian dengan Sultan Johor kala<br />
itu, Sultan Hussein Shah. Awalnya Inggris hanya diberi<br />
izin pengelolaan atas wilayah selatan Singapura. Namun,<br />
lewat perjanjian lebih lanjut, Raffles bisa menguasai<br />
seluruh wilayah Singapura. Di bawah kekuasaan Inggris,<br />
Singapura menjadi ibu kota negeri-negeri selat.<br />
Inggris babak-belur setelah Jepang menginvasi wilayah<br />
di sekitar Selat Malaka pada 1942. Tak lama, Jepang<br />
terpaksa melepas wilayah tersebut setelah ditaklukkan<br />
dalam Perang Dunia II. Inggris lantas dituntut mewujudkan<br />
janji kemerdekaan kepada negeri jajahannya itu<br />
seusai Perang Dunia II pada 1945.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Fokus<br />
Polemik KRi Usman-harun<br />
Pasukan Jepang<br />
menawan<br />
tentara Inggris di<br />
Singapura pada<br />
Perang Dunia II.<br />
Popperfoto/<br />
Getty Images<br />
Namun janji itu baru terealisasi 18 tahun<br />
setelahnya. Singapura diberi kuasa<br />
untuk memerintah sendiri. Tapi Inggris<br />
masih punya hak tetap pangkalan militer<br />
di Singapura. Tahun 1963, Singapura bergabung<br />
dengan Federasi Malaysia yang<br />
dibentuk oleh Tunku Abdul Rahman.<br />
Federasi ini meliputi Malaya, Singapura,<br />
Sabah, Sarawak, dan Brunei.<br />
Keberadaan federasi ini bagi Indonesia<br />
dan Filipina berpotensi mengganggu kedamaian,<br />
dan kedua negara segera menentangnya.<br />
Filipina saat itu merasa berhak<br />
memiliki wilayah Sabah<br />
selepas dari penguasaan<br />
federasi. Sabah masih<br />
merupakan bagian dari<br />
wilayah Kesultanan Sulu.<br />
Bagi Presiden Sukarno,<br />
federasi itu dibentuk untuk<br />
melanggengkan kolonialisme Inggris.<br />
Karena itu, ia mengobarkan “Ganyang<br />
Malaysia” dengan melakukan konfrontasi<br />
fisik. Sukarelawan dan personel TNI dikirim<br />
ke perbatasan dengan tujuan melakukan<br />
sabotase. Pada 3 Mei 1964, Sukarno mengumumkan<br />
Dwi Komando Rakyat atau<br />
Dwikora.<br />
Di sisi lain, federasi ternyata keropos<br />
dari dalam. Akibat konflik ideologi antara<br />
UMNO dan PAP pimpinan Lee Kuan<br />
Yew, Tunku Abdul Rahman mendepak<br />
Singapura pada 7 Agustus 1965. Dua hari<br />
kemudian, Singapura memproklamasikan<br />
kemerdekaan. Lee Kuan Yew tampil<br />
sebagai perdana menteri pertama.<br />
■ Isfari Hikmat | Irwan Nugroho<br />
Perdana<br />
Menteri<br />
pertama<br />
Singapura<br />
Lee Kuan<br />
Yew<br />
Larry Burrows/<br />
Time Life<br />
Pictures/Getty<br />
Images<br />
Majalah detik 17 --23 februari 2014
gaya hidup<br />
Ketika<br />
‘Harus’<br />
Kuliah Lagi<br />
Keinginan berkuliah lagi terkadang muncul saat sudah<br />
berkeluarga. Bagaimana agar tak timbul masalah?<br />
foto-foto: thinkstock<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
gaya hidup<br />
Buat mereka yang masih sendiri, berkuliah<br />
lagi mungkin tak akan terlalu<br />
jadi masalah. Di mana pun kampus<br />
yang dipilih, selama ada biayanya, hayukk<br />
saja. Tapi tentu kondisi serupa tak berlaku<br />
untuk orang-orang yang “telanjur” berkeluarga.<br />
Berkuliah lagi tentu bukan perkara simpel.<br />
Masalah bisa dimulai dari persoalan keuangan<br />
keluarga. Sebab, bagaimanapun, berkuliah<br />
lagi memerlukan “tambahan” biaya. Kalaupun,<br />
misalnya, biaya kuliah didapat dari beasiswa,<br />
masih ada uang jalan selama berkuliah yang<br />
harus ditanggung.<br />
Masalah akan bertambah pelik<br />
ketika tempat kuliah<br />
yang dituju ternyata di<br />
luar negeri. Dari yang<br />
semula hanya soal keuangan,<br />
kini bertambah kompleks dengan<br />
persoalan “keutuhan” rumah tangga.<br />
Seperti yang dialami Fari, pria berusia 33<br />
tahun. Setahun lalu, lelaki yang memiliki<br />
dua anak itu mendapat beasiswa untuk<br />
melanjutkan kuliah S-2 di Jerman. Ini tentu<br />
kesempatan yang tak mungkin dilewatkannya.<br />
Dengan antusias, Fari pun menyampaikan<br />
kabar bahagia itu kepada Iren, istrinya. Iren<br />
sebenarnya ikut senang, tapi dia juga khawatir<br />
bagaimana mengatur manajemen rumah tangga<br />
nanti.<br />
Menurut Iren, hidup terpisah dari suami<br />
kurang-lebih dua tahun bukanlah perkara gampang.<br />
Anak-anaknya yang masih kecil belum<br />
tentu bisa mengerti kondisi itu. Fari kemudian<br />
mengajukan opsi untuk memboyong keluarganya<br />
ke luar negeri. Tujuannya agar anak-anak<br />
tetap memiliki keluarga yang utuh.<br />
Tapi, bagi Iren, itu bukan solusi terbaik. Ikut<br />
ke Jerman berarti dia harus berhenti dari pekerjaannya.<br />
Bagi Iren, berhenti bekerja bukan<br />
hanya persoalan eksistensi diri, tapi juga menyangkut<br />
pemasukan keluarga yang akan berkurang.<br />
Guncangan bisa saja terjadi kapan saja.<br />
Memang, selama tugas kuliah, Fari tetap<br />
mendapat gaji dari perusahaan tempatnya<br />
bekerja. Tapi, selama ini, gaji Fari tidak cukup<br />
untuk membiayai seluruh kebutuhan keuangan<br />
keluarga. “Selama ini, kami share pengeluaran,<br />
cicilan mobil, cicilan rumah, biaya anak sekolah,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
gaya hidup<br />
semua kami share. Lalu gimana nanti kalau saya<br />
tak ada pemasukan?” keluh Iren.<br />
Hasil mengobrol dengan beberapa teman,<br />
Iren bisa saja bekerja di kota tempat suaminya<br />
berkuliah. Tapi memang bukan pekerjaan<br />
yang bisa “diharapkan” untuk jangka panjang.<br />
Iren pun makin bingung membuat keputusan.<br />
Keributan selalu muncul setiap kali Fari dan<br />
Iren membahas soal kuliah itu. Namun akhirnya<br />
Iren legowo melepas Fari pergi berkuliah.<br />
Sedangkan dia tetap di Indonesia bersama<br />
anak-anak.<br />
“Ini solusi terbaik menurut kami, lagi pula<br />
saya dan anak-anak masih bisa berkunjung ke<br />
Jerman. Dan ini kan hanya sementara,” ujarnya.<br />
Lain lagi cerita Dedy, pria 32 tahun. Ruri, istrinya,<br />
mendapat beasiswa S-2 di Jepang. Awalnya,<br />
Dedy yakin istrinya mau berangkat ke<br />
Jepang sendiri untuk berkuliah, sementara dia<br />
tetap bekerja di Indonesia dan mengurus anak.<br />
Tapi lamunan Dedy langsung buyar sewaktu<br />
Ruri ngotot agar Dedy ikut ke Jepang. Ruri beralasan<br />
dirinya tak tahan harus hidup berjauhan<br />
dengan anak semata wayangnya.<br />
Dedy memahami kekhawatiran Ruri. Tapi ia<br />
memikirkan pekerjaannya di Indonesia. Apakah<br />
hanya gara-gara menemani istri berkuliah dia<br />
harus merelakan pekerjaannya? Dedy benarbenar<br />
pusing.<br />
Masalah makin rumit saat orang tua Dedy<br />
melarangnya keluar dari pekerjaannya untuk<br />
menemani sang istri. “Itu kuliah kan cuma<br />
sementara, masak iya kamu harus berhenti<br />
bekerja?” begitu kata ibunda Dedy.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
gaya hidup<br />
Menurutnya,<br />
keputusan<br />
berkuliah lagi di<br />
saat sudah berumah<br />
tangga sebaiknya<br />
diputuskan<br />
bersama.<br />
Sejak itu, rumah tangga Dedy dan Ruri seakan<br />
penuh “api”. Sedikit saja menyinggung soal<br />
kuliah, langsung terjadi percekcokan. Ruri sama<br />
sekali tak mau mendengar saran dan masukan<br />
dari Dedy. Dedy harus ikut ke Jepang.<br />
Akhirnya, mau tak mau, Dedy menuruti<br />
keinginan istrinya. “Saya tak mau rumah<br />
tangga saya hancur gara-gara ini, jadi<br />
saya memilih mengalah,” ujarnya.<br />
Dedy akhirnya keluar bekerja dan ikut<br />
boyongan ke Jepang bersama istri dan<br />
anaknya. Di sana, dia harus bekerja karena<br />
ternyata beasiswa yang didapat Ruri tidak<br />
mencakup tunjangan untuk keluarga.<br />
Butuh Pengertian<br />
Berkuliah lagi di luar negeri saat sudah berumah<br />
tangga memang sering menjadi masalah.<br />
Hal itu diakui psikolog Kasandra A. Putranto.<br />
Bahkan masalah ini banyak membuat retak<br />
hubungan suami-istri.<br />
Menurutnya, keputusan berkuliah lagi di saat<br />
sudah berumah tangga sebaiknya diputuskan<br />
bersama. Masing-masing pihak sebaiknya<br />
menerima dan memahami segala konsekuensi<br />
dari keputusan bersama itu. Dan sebaiknya<br />
tidak ada pemaksaan. “Jadi, kalau salah satu<br />
pihak tidak setuju, sebaiknya jangan dilakukan,”<br />
ujarnya.<br />
Tapi ketidaksetujuan itu juga harus dilandasi<br />
alasan kuat. Jangan sampai ketidaksetujuan hanya<br />
karena tidak mau melepas atau keegoisan<br />
semata.<br />
Menurut Kasandra, idealnya sebuah keluarga<br />
memang tinggal bersama. Namun ada kalanya<br />
sebuah keluarga harus hidup terpisah. “Ini yang<br />
harus dibicarakan dan diharapkan pengertian<br />
dari masing-masing pihak,” ujarnya. Bagaimana<br />
menurut Anda? n KEN YUNITA<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
gaya hidup<br />
Tip Kuliah di<br />
Luar Negeri<br />
Beberapa orang memilih membawa keluarganya<br />
saat berkuliah di luar negeri. Berikut ini tip yang bisa<br />
diikuti sebelum berangkat.<br />
01<br />
02<br />
03<br />
04<br />
05<br />
Teliti Beasiswa<br />
Ada beasiswa yang menyertakan tunjangan untuk keluarga, tapi banyak juga<br />
yang tidak. Pahami hal itu dan hitung-hitung biaya hidup di negara tujuan.<br />
Sekolah Anak<br />
Jika memiliki anak usia sekolah, sebelum berangkat Anda harus memastikan<br />
informasi sekolah bagi buah hati Anda. Anak memang bisa menikmati sistem<br />
pendidikan di luar negeri selama beberapa tahun. Ini tentu menjadi pengalaman<br />
berharga, tetapi untuk itu perlu penyesuaian.<br />
Kerja Paruh Waktu<br />
Jika beasiswa tak mencakup tunjangan untuk keluarga, mungkin Anda harus<br />
bekerja. Tapi, di beberapa negara seperti Belgia, pasangan (yang tidak berkuliah)<br />
tidak mendapat izin bekerja. Ini harus jadi bahan pertimbangan.<br />
Bagi Waktu<br />
Membawa keluarga saat berkuliah di luar negeri tentu akan lebih repot karena<br />
Anda harus berperan sebagai mahasiswa, suami/istri, dan orang tua. Anda harus<br />
pintar-pintar membagi waktu.<br />
Pengalaman<br />
Tinggal di luar negeri memang tidak mudah, tapi pasti akan ada pengalaman<br />
baru yang bisa didapatkan selama tinggal beberapa tahun di luar negeri. Ini pasti<br />
bermanfaat bagi hidup Anda ke depan.<br />
Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2014 2013
wisata<br />
Sehari di Kota<br />
Seribu Sungai<br />
Jika Berkunjung ke Banjarmasin, datanglah ke Pasar Terapung.<br />
Anda akan disuguhi uniknya kehidupan warga di sana.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
wisata<br />
epuluh menit sebelum<br />
mendarat di Bandar<br />
Udara Syamsudin<br />
Noor, Banjarmasin, Kalimantan<br />
Selatan, saya<br />
disuguhi pemandangan<br />
unik. Dari ketinggian, tampak<br />
sungai meliuk-liuk indah.<br />
Dari situ, saya baru tahu mengapa<br />
Banjarmasin dijuluki Kota Seribu<br />
Sungai. Dari udara, ibu kota<br />
Kalimantan Selatan itu memang<br />
tampak dipenuhi oleh sungai.<br />
Sungai-sungai itu tak cuma<br />
menjadi hiasan kota, tapi juga<br />
menjadi denyut nadi kehidupan warga Banjarmasin.<br />
Boleh dibilang, orang-orang di sana tak<br />
bisa lepas dari sungai-sungai itu.<br />
Dari atas, Banjarmasin juga tampak sangat<br />
hijau. Memang, daerah ini juga terkenal de ngan<br />
hutan tropisnya yang rimbun, lengkap dengan<br />
satwa khasnya, seperti bekantan.<br />
Saking asyiknya melamun tentang Banjarmasin,<br />
saya sampai tak sadar kalau pesawat sudah<br />
mendarat. Begitu turun dari pesawat, saya<br />
sudah tak sabar untuk segera menjelajahi kota<br />
yang baru pertama kali saya kunjungi ini. Pasti<br />
bakal menyenangkan. Tapi saya harus bersabar<br />
karena hari mulai gelap.<br />
Saya pun memutuskan menuju rumah salah<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
wisata<br />
satu kerabat saya untuk menginap semalam. Saya baru akan<br />
memulai petualangan esok pagi-pagi buta.<br />
Esoknya, alarm di telepon seluler saya berbunyi tepat pukul<br />
03.00 Wita. Setelah bersiap-siap sebentar, saya pun berangkat<br />
ke Banjarmasin Utara. Tujuan utama saya adalah Pasar Terapung,<br />
ikon Kota Banjarmasin.<br />
Kebetulan, kerabat saya mau mengantar dengan mobil. Jalanan<br />
kota masih sepi saat itu. Perjalanan menuju Kuin Utara,<br />
titik awal menuju Pasar Terapung, membutuhkan waktu kirakira<br />
30 menit.<br />
Saat tiba di Kuin, ternyata suasana sudah ramai. Di sana sudah<br />
banyak orang berkumpul. Tampak juga beberapa wisatawan<br />
seperti saya.<br />
Saya diantar ke dermaga kapal. Di sana sudah menunggu<br />
perahu-perahu kayu yang bisa disewa wisatawan. Ongkosnya<br />
bervariasi, Rp 100-200 ribu, tergantung ukuran perahu.<br />
Karena hanya berdua, saya akhirnya memutuskan bergabung<br />
dengan beberapa wisatawan yang juga datang dalam rombongan<br />
kecil. Kami berpatungan untuk menyewa perahu.<br />
Jumlah rombongan saya sekarang enam orang. Kami akhirnya<br />
menyewa kapal kecil dan, setelah tawar-menawar, kami mendapat<br />
harga sewa Rp 100 ribu. Tak terlalu mahal, bukan?<br />
Tak lama menunggu, kami sudah mulai menyusuri anak Sungai<br />
Barito. Pemandangan pertama yang terlihat adalah rumahrumah<br />
penduduk yang berjajar rapat di pinggir sungai. Sungai<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
wisata<br />
itu seperti “jalan” menuju Pasar Terapung.<br />
Saya agak terkantuk-kantuk saat sebuah perahu<br />
berukuran besar membalap perahu kecil<br />
yang kami tumpangi. Di atas kapal itu terdapat<br />
tulisan “Soto Banjar”. Ah, itu adalah perahu restoran<br />
yang terkenal.<br />
Saya pun bertekad makan di restoran perahu<br />
itu. Tapi tentu tak sekarang karena “restoran<br />
terapung” itu sudah melaju kencang meninggalkan<br />
perahu kayu kecil kami.<br />
“Perahu itu nanti ada di Pasar Terapung,” ujar<br />
tukang perahu yang kami sewa. Itu melegakan<br />
karena saya benar-benar ingin mencoba soto<br />
Banjar yang terkenal itu.<br />
Tak sampai 10 menit, kami tiba di Sungai<br />
Barito yang penuh dengan perahu. Banyak<br />
sekali perahu dalam berbagai ukuran. Inilah<br />
Pasar Terapung yang saya bayangkan setiba di<br />
Banjarmasin.<br />
Sebagian besar perahu itu adalah “kios” milik<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
wisata<br />
pedagang. Barang yang dijual beragam, mulai<br />
buah-buahan, sayuran, hingga bumbu dapur.<br />
Beberapa perahu mengangkut penumpang.<br />
Saya menduga mereka adalah orang yang akan<br />
berbelanja.<br />
Saat sedang asyik melihat-lihat, mendadak<br />
perahu saya “menabrak” sebuah perahu kayu<br />
kecil. Rupanya seorang pedagang buah sedang<br />
mencoba menawarkan dagangannya. “Ini pisang<br />
dua sisir Rp 15 ribu, jeruknya juga manis,<br />
satu keranjang Rp 35 ribu,” ujar ibu itu.<br />
Salah satu teman baru saya ternyata berminat<br />
membeli pisang itu. Setelah tawar-menawar,<br />
akhirnya pisang itu dilepas seharga Rp 10 ribu.<br />
Tak terasa matahari mulai tinggi dan tak lagi<br />
malu-malu menampakkan senyumnya. Perut<br />
saya pun mulai keroncongan minta diisi. Ah,<br />
ternyata jam sarapan saya mulai berdetak.<br />
Saya pun meminta tukang perahu mencari<br />
restoran perahu yang tadi menyalip kami. Saat<br />
kami menemukan restoran terapung itu, sudah<br />
banyak orang yang duduk di atasnya. Mereka<br />
tampak lahap menyantap soto Banjar. Sedangkan<br />
perahu-perahu kayu yang mereka naiki<br />
“diparkir” di sekitar restoran terapung itu.<br />
Saya dan rombongan pun segera melompat<br />
ke resto ran itu. Beberapa tempat duduk masih<br />
kosong. Goyangan perahu membuat saya agak<br />
pusing. Saya pun buru-buru duduk.<br />
Ternyata restoran ini tak hanya menawarkan<br />
menu soto Banjar, tapi juga sate, sup, rawon,<br />
dan masak habang. Tapi saya tak tergoda untuk<br />
mencoba menu “tambahan” itu. Saya sudah<br />
“ngidam” soto Banjar.<br />
Setelah 15 menit menunggu, semangkuk<br />
soto Banjar hadir di depan kami. Suwiran ayam<br />
dan telur rebus beserta kuahnya yang masih<br />
mengepul benar-benar terlihat menggiurkan.<br />
Saya pun tak sabar mencicipinya.<br />
Selain suwiran ayam dan telur rebus, tampak<br />
juga taoge dan sohun. Sebagai pengganti nasi,<br />
ditambahkan ketupat yang dipotong kecil-kecil.<br />
Rasanya asam-asam segar!<br />
Kami tak harus merogoh kocek dalam-dalam<br />
untuk sarapan lezat dalam suasana unik ini.<br />
Untuk semangkuk soto Banjar dan teh manis<br />
hangat, kami hanya perlu membayar Rp 15 ribu.<br />
Puas! n PUTRI RIZKI | KEN yunita<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Seafood<br />
Paella<br />
Jika Anda sedang<br />
memburu rasa<br />
Mediterania ala<br />
restoran Spanyol<br />
di Jakarta, Anda<br />
dapat memasukkan<br />
Plan B ke prioritas<br />
Anda.<br />
foto-foto : grandyos zafna | detik foto<br />
Plan B<br />
Tak Selalu<br />
Jadi<br />
Cadangan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Menemukan<br />
restoran Spanyol di<br />
Jakarta bukanlah hal<br />
mudah karena jumlahnya<br />
yang sangat sedikit. Dari yang sedikit<br />
itu, ada Plan B yang hadir “malu-malu” di antara<br />
ruko-ruko di kawasan Senayan. Letaknya tak<br />
jauh dari jalur kereta Tanah Abang-Serpong.<br />
Dari luar, Plan B, yang kabarnya memiliki<br />
pengunjung setia, tidak tampak seperti sebuah<br />
restoran dengan seorang koki berpengalaman<br />
sekelas restoran berbintang Michelin. Tapi<br />
begitulah kesederhanaan yang disuguhkan<br />
Plan B.<br />
Saat saya tiba di sana, tidak lebih dari empat<br />
pengunjung bersantai sambil menikmati<br />
hidangan. Sedangkan meja lainnya sudah<br />
dipesan oleh pelanggan lain yang akan datang<br />
untuk makan malam.<br />
Tapi masih ada beberapa meja yang kosong.<br />
Begitu duduk, mata saya langsung menangkap<br />
alas piring yang dibuat dari lembar koran lokal<br />
dan asing yang dilaminasi. Potongan-potongan<br />
koran berbahasa Indonesia, Inggris, Korea,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Mushrooms<br />
in Bilbao<br />
Style Sauce<br />
Seafood paella tampak<br />
seperti risotto, makanan<br />
Italia, dan dimasak dengan<br />
udang, irisan cumi, dan<br />
irisan ikan.<br />
Jerman, dan Jepang juga menjadi bagian dari<br />
dekorasi restoran tersebut.<br />
Saat membuka daftar menu, saya melihat<br />
seafood dan sayur-sayuran mendominasi.<br />
Minyak zaitun menjadi salah satu komponen<br />
utamanya. Harga makanan di Plan B berada di<br />
kisaran Rp 30.000, sedangkan menu utamanya<br />
bisa mencapai Rp 175 ribu.<br />
Untuk minuman, tersedia beragam jus,<br />
smoothies, soda dengan potongan buah, dan<br />
teh, dengan harga Rp 30.000-an juga. Saya<br />
memesan strawberry smoothies dan kiwi<br />
smoothies.<br />
Saya kurang familiar dengan masakan<br />
Spanyol, tapi, dari hasil tanya-tanya kepada<br />
pelayan, saya mendapat beberapa rekomendasi.<br />
Dan saya percaya, si pelayan memberi menu<br />
yang memang lezat. Saya memesan prawns<br />
sauteed with garlic and parsley. Menu berbahan<br />
udang yang ditumis dengan bawang putih dan<br />
parsley ini masuk daftar menu tapas (makanan<br />
pembuka). Harganya Rp 45 ribu.<br />
Saya juga memesan mushrooms in Bilbao<br />
style sauce, jamur yang dimasak dengan saus<br />
ala Bilbao. Yang ini harga nya Rp 35 ribu. Saya<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
agak cemas dan khawatir masakan Spanyol<br />
kurang cocok di lidah saya.<br />
Prawns sauteed with garlic and parsley datang<br />
pertama. Porsinya mini dan disajikan dalam<br />
piring kecil. Jumlah udangnya pun tak sampai 10<br />
ekor. Tapi, saat mencicipi kuahnya, wah… enak!<br />
Rasa gurih kuahnya sangat pas. Rasa udang<br />
dan bawang putihnya yang nikmat membuat<br />
saya tak ingin cepat-cepat menghabiskannya.<br />
Rasanya sayang.<br />
Mushrooms in Bilbao style sauce, yang<br />
menyusul belakang an, juga tak kalah menggoda<br />
dengan aroma alami dari jamur segar yang<br />
sangat terasa. Suapan pertama membuat<br />
lidah saya langsung menari oleh rasanya yang<br />
lembut dan menyenangkan. Yang ini porsinya<br />
agak banyak, bisa untuk berdua atau bertiga.<br />
Teman saya, yang sedang tak enak badan,<br />
ingin sesuatu yang hangat-hangat dan<br />
menyegarkan. Dia memesan satu sup labu<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Strawberry<br />
Smoothies<br />
yang dibanderol Rp 25 ribu.<br />
Dalam bayangan saya, sup ini mungkin<br />
sedikit manis. Ternyata dugaan saya salah.<br />
Setelah mencoba satu suap, saya langsung<br />
merasakan rasa sedikit “aneh”. Seperti nya labu<br />
yang digunakan kurang segar. Jadi menu yang<br />
ini tidak saya rekomendasikan.<br />
Lupakan sup labu, kini saatnya mencicipi<br />
makanan utama, seafood paella. Saya menebaknebak,<br />
bagaimana ya rasanya nasi tradisional<br />
ala Spanyol yang diceritakan pelayan tadi?<br />
Harganya lumayan, Rp 175 ribu. Tapi, menurut<br />
pelayan, porsinya cukup besar dan bisa di-share<br />
untuk empat orang. Dan, ketika pesanan itu<br />
terhidang di atas meja, saya sempat terdiam.<br />
Porsinya benar-benar jumbo.<br />
Dihidangkan dalam semacam wajan<br />
Lemon Tart<br />
berdiameter 20 sentimeter. Masih baru turun<br />
dari panggangan. Kalau datang bersama anak<br />
kecil, hati-hati ya.<br />
Dari tampilannya, seafood paella tampak<br />
seperti risotto, makanan Italia, dan dimasak<br />
dengan udang, irisan cumi, dan irisan ikan.<br />
Dua irisan lemon serta semangkuk kecil<br />
mayonnaise dengan campura bawang putih<br />
mendampingi paella. Kalau suka, silakan peras<br />
lemon dan bubuhkan saus berwarna putih tadi.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Seafood<br />
Pudding<br />
Tapi ini akan memberi rasa asam, ya.<br />
“Jika Anda suka, Anda bisa mencampur<br />
(paella) dengan saus bawang ini,” kata koki<br />
Plan B, Oskar Urzelai, ketika menghampiri<br />
meja saya dan menanyakan rasa masakannya.<br />
Kehadiran Oskar menjadi sentuhan khusus<br />
Plan B. Dengan baju kokinya yang berwarna<br />
putih, Oskar menghampiri tamu-tamunya satu<br />
demi satu untuk menanyakan hasil kreasinya.<br />
“Ini beras Spanyol. Tidak seperti nasi putih<br />
di sini, beras Spanyol menyerap lebih banyak<br />
air,” katanya, dalam bahasa Inggris bercampur<br />
bahasa Indonesia.<br />
Rasanya saya sudah memesan banyak. Tapi<br />
saya belum mencicipi hidangan penutup ala<br />
Spanyol.<br />
Melihat nama seafood pudding di menu, saya<br />
pun berpikir untuk mencoba. Mungkinkah<br />
puding yang identik dengan hidangan penutup<br />
dibuat dengan seafood? Tak ada salahnya<br />
mencoba, bukan?<br />
Ternyata dugaan saya salah. Seafood pudding<br />
masuk dalam kategori hidangan pembuka,<br />
ha-ha-ha…. Tapi rasa kepiting dan udang dari<br />
seafood pudding ini tetap menggoda lidah saya.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
kuliner<br />
Seafood pudding disajikan dalam dua piring,<br />
satu untuk pudingnya yang dihiasi cipratan<br />
minyak zaitun di sekelilingnya, satu lagi untuk<br />
delapan potong roti panggang ukuran kecil<br />
berbentuk segitiga. Harganya Rp 39 ribu.<br />
Oke, sekarang saatnya hidangan penutup<br />
yang “sesungguhnya”. Saya memesan panna<br />
cotta bersaus mint dan lemon tart dengan<br />
meringue dan saus toffee untuk meng akhiri<br />
petualangan di Plan B. Masing-masing seharga<br />
Rp 29 ribu.<br />
Tidak seperti umumnya hidangan penutup<br />
yang biasanya sangat manis, menurut saya,<br />
panna cotta ini pas. Saya dan teman-teman<br />
menyukainya. Teksturnya sangat lembut, pas<br />
bercampur dengan lapisan cokelat di atasnya.<br />
Sedangkan lemon tart-nya membuat<br />
mata saya seketika terpejam karena rasa<br />
asamnya. Buat yang tidak suka asam, jangan<br />
memesan. Tapi, sebenarnya rasa asam itu<br />
dapat dinetralkan dengan saus toffee yang<br />
disajikan bersamanya. Dan saya pun puas<br />
bersantap siang di Plan B! n KEN YUNITA<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
people<br />
detik hot | getty images<br />
Jay Leno<br />
Armand Maulana<br />
Nabilah ‘JKT 48’<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
people<br />
Armand Maulana<br />
Armand Maulana dan rekannya<br />
di grup band GIGI<br />
menepati janji. Menandai<br />
20 tahun kiprah mereka<br />
di dunia musik, grup band yang digawangi<br />
Armand, Dewa Budjana, Hendi,<br />
dan Thomas ini membuat terobosan<br />
baru. Grup musik yang eksis sejak 1992<br />
ini meluncurkan single anyar mereka<br />
dengan konsep live streaming. Tujuh<br />
jam dihabiskan GIGI untuk merilis single<br />
berjudul Tak Lagi Percaya itu.<br />
Lagu itu direkam secara live di studio<br />
Abbey Road, London. Apa saja sih isi<br />
rangkaian live streaming itu? “Acaranya<br />
banyak. Kita menampilkan wawancara<br />
dengan teman-teman musikus, temanteman<br />
manajemen, tim kreatif, video<br />
dokumentasi selama rekaman di Abbey<br />
(Road),” ujar Armand di kantor dan studio<br />
GIGI, Kamis, 6 Februari lalu.<br />
Satu hal lagi. Tak Lagi Percaya adalah<br />
satu-satunya lagu GIGI yang diciptakan<br />
orang lain, yaitu Bemby Noor. Lagu ini<br />
berkisah tentang cinta dalam makna<br />
luas sehingga, menurut Armand, cocok<br />
untuk tahun 2014. “Lagunya tentang<br />
cinta, buat siapa saja yang merasa<br />
dibohongi. Cocok jugalah buat tahun<br />
pemilu ini, siapa tahu ada yang sudah<br />
tak lagi percaya pada presidennya,”<br />
suami Dewi Gita itu berseloroh.<br />
n M. Iqbal F. Harahap<br />
detik hot<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
people<br />
Nabilah ‘JKT 48’<br />
Paras cantik, semua anggota<br />
JKT 48 mungkin memilikinya.<br />
Tapi, dari yang cantik<br />
itu, ternyata ada yang paling<br />
manis. Dan gelar itu dimiliki Nabilah<br />
Ratna Ayu Azalia.<br />
Wajah manis khas dengan gigi gingsul<br />
membuat Nabilah memiliki penggemar<br />
paling banyak dibanding anggota<br />
JKT 48 lainnya. Rekan Nabilah, seperti<br />
Shania, Melody, Kinal, Veranda, Dhike,<br />
Frieska, dan Haruka, tak membantah.<br />
Mereka sepakat mengakui.<br />
Nabilah pun tak menutupi rasa<br />
bungahnya atas kondisi ini. “Senang<br />
sih, alhamdulillah. Macam-macam<br />
fans-nya. Ada yang anak kecil, SMP,<br />
SMA, kuliah, kerja. Banyakan cowok,”<br />
ujarnya saat mengisi sebuah acara di<br />
studio Trans TV, Jalan Tendean, Jakarta<br />
Selatan, beberapa waktu lalu. Tapi<br />
semua itu tak membuat gadis kelahiran<br />
11 November 1999 ini besar kepala.<br />
Baginya, kekompakan tim adalah segalanya.<br />
Jadi, demi kekompakan tim, gadis<br />
berbintang Scorpio yang memiliki<br />
sapaan khas “Hai, aku Nabilah, si cerewet.<br />
Let’s have fun together” ini tak<br />
mengumbar egonya. n Asep<br />
detik hot<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
people<br />
Jay Leno<br />
Setelah 22 tahun, setelah<br />
ribuan episode, Jay Leno<br />
akhirnya harus meninggalkan<br />
Tonight Show, yang<br />
diputar setiap malam di NBC. Posisi<br />
Leno selanjutnya akan diisi Jimmy<br />
Fallon, yang jauh lebih muda. Leno,<br />
yang terkenal dengan guyonan cerdas,<br />
mewarisi kursi host dari Johnny<br />
Carson pada 1992.<br />
Episode terakhir Leno di Tonight<br />
Show pada Kamis, 6 Februari lalu,<br />
bertabur bintang. Tapi juga berlangsung<br />
emosional. Pria 63 tahun ini<br />
mengakui tidak suka mengucapkan<br />
selamat tinggal. “Baik, malam ini akan<br />
menjadi show terakhir. Saya tidak<br />
perlu dipecat hingga tiga kali. Saya<br />
telah membaca pertanda itu,” ujarnya<br />
getir.<br />
Selain komedian Billy Crystal, malam<br />
itu hadir sejumlah bintang lain,<br />
seperti Oprah Winfrey, Jack Black,<br />
dan Carol Burnett. Kim Kardashian<br />
ikut meramaikan episode terakhir itu.<br />
Seperti pada 2009, saat Leno sempat<br />
break dari salah satu talk show<br />
paling populer ini, kabar mundurnya<br />
Leno juga mendongkrak rating<br />
Tonight Show. Sepekan terakhir ini,<br />
jumlah penonton acara ini mendekati<br />
5 juta orang, melampaui angka ratarata<br />
3,9 juta penonton per episode.<br />
Sejumlah bintang dihadirkan pada<br />
episode terakhir Leno, seperti Sandra<br />
Bullock, Matthew McConaughey,<br />
komedian Jimmy Fallon, serta eks<br />
pemain NBA Charles Barkley. Pertunjukan<br />
musik oleh penyanyi country<br />
Blake Shelton and Lyle Lovett menghiasi<br />
hari-hari terakhir Leno di Tonight<br />
Show. n nydailynews.com | Reuters | Esti Utami<br />
getty images<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
Dan Terbitlah Izin<br />
untuk Eutanasia<br />
Belgia mengizinkan eutanasia pada anak-anak.<br />
REUTERS/Laurent Dubrule<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
Marc dan Eddy Verbessem.<br />
Kedua saudara kembar ini<br />
memutuskan mengakhiri<br />
hidupnya lewat eutanasia pada<br />
Desember 2013.<br />
YLE.FI<br />
Marc dan Eddy Verbessem, 45 tahun,<br />
terlahir tuli. Dua bersaudara<br />
kembar dari Putte, kota kecil di<br />
Mechelen, Belgia, ini berkomunikasi<br />
dengan bahasa isyarat. Keduanya tak<br />
pernah terpisahkan sejak bayi. Setelah dewasa,<br />
mereka pindah dari rumah orang tua dan<br />
tinggal bersama dalam satu rumah. Mereka<br />
berbagi rumah, berbagi makanan, dan berbagi<br />
pekerjaan.<br />
Bagi Verbessem bersaudara, mata mereka<br />
adalah jendela dunia. Tapi glaukoma merampas<br />
satu-satunya jendela dunia mereka itu.<br />
Penyakit itu membuat mereka buta. Kelainan<br />
genetis yang mereka bawa sejak lahir juga terus<br />
menggerogoti kesehatan Marc dan Eddy. Tanpa<br />
pendengaran, tanpa penglihatan, dengan<br />
kondisi badan semakin ringkih, dunia mereka<br />
benar-benar gelap dan sunyi. Tak terbayangkan.<br />
Seluruh hidup Marc dan Eddy bergantung<br />
pada bantuan orang lain. “Semua penderitaan<br />
itu membuat kedua saudara saya itu tak tahan<br />
lagi,” kata Dirk Verbessem, kakak kandung Marc<br />
dan Eddy, bulan lalu. Marc dan Eddy akhirnya<br />
memutuskan mengakhiri hidup mereka lewat<br />
eutanasia.<br />
Di Belgia, mengakhiri hidup sendiri lewat eutanasia<br />
diperkenankan undang-undang sejak 2002.<br />
Belgia menjadi negara kedua di dunia, setelah<br />
Belanda, yang mengizinkan eutanasia. Syaratnya,<br />
mereka sudah berumur lebih dari 18 tahun dan<br />
menderita masalah medis yang tak tertolong<br />
lagi. Sejak 2002, sudah lebih dari 1.300 pasien di<br />
rumah sakit Belgia menjalani eutanasia.<br />
Kedua orang tua Marc dan Eddy, Remy dan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
“Itu sama saja dengan<br />
membunuh pasien.<br />
Apa yang sebenarnya<br />
terjadi di Belgia?”<br />
Mary Verbessem, sempat menentang rencana<br />
“bunuh diri” kedua anak kembarnya tersebut.<br />
Tapi, setelah berulang kali diyakinkan anaknya<br />
dan menyaksikan penderitaan Marc serta Eddy,<br />
walaupun sangat perih, mereka mengabulkan<br />
niat Marc dan Eddy.<br />
Namun, walaupun telah mengantongi restu<br />
dari orang tua dan rekomendasi medis dari<br />
Dokter David Dufour dan Dokter Wim Distelmans,<br />
butuh dua tahun<br />
untuk mencari rumah sakit<br />
yang bersedia melaksanakan<br />
eutanasia. Dua bulan lalu,<br />
pada 14 Desember, Marc<br />
dan Eddy menjalani hari terakhirnya<br />
di dunia ditemani<br />
kedua orang tuanya dan<br />
sang kakak, Dirk Verbessem,<br />
di Rumah Sakit Universitas<br />
Brussels.<br />
Mengenakan jas dan sepatu baru, mereka<br />
menyesap kopi terakhirnya pelan-pelan. “Aku<br />
dan orang tuaku mengucapkan, ‘Selamat<br />
tinggal.’ Mereka membalas, ‘Di langit.’ Ya, aku<br />
bilang… di langit,” Dirk menceritakan perpisahan<br />
dengan kedua adiknya. Marc dan Eddy melambaikan<br />
tangan, kemudian masuk ke ruangan.<br />
Satu suntikan dan berakhirlah penderitaan<br />
Marc dan Eddy.<br />
“Aku sangat menghormati kedua orang tua<br />
dan saudaranya.... Mereka telah memberikan<br />
hadiah terbaik, tapi juga paling sulit,” kata Dokter<br />
Dufour.<br />
l l l<br />
“Bunuh diri”, walaupun dilakukan dengan penuh<br />
kesadaran oleh pelaku maupun keluarganya<br />
dan dilandasi pertimbangan medis, selalu<br />
menjadi kontroversi. Sekarang, parlemen Belgia<br />
melangkah lebih jauh lagi. Lewat perdebatan<br />
alot dan pemungutan suara yang ketat, parlemen<br />
Belgia meloloskan amendemen undangundang<br />
yang memperkenankan eutanasia pada<br />
anak-anak.<br />
Dari 142 anggota parlemen Belgia yang hadir<br />
pekan lalu, 86 orang merestui eutanasia pada<br />
anak-anak, 44 suara menolak, dan 12 orang<br />
abstain. Undang-undang itu tinggal menunggu<br />
diteken oleh Raja Philippe. Hasil pemungutan<br />
suara parlemen tersebut memperkuat kepu-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
Seorang laki-laki memegang<br />
poster menentang amendemen<br />
undang-undang yang<br />
memperkenankan eutanasia<br />
pada anak-anak.<br />
LAURENT DUBRULE I REUTERS<br />
tusan Senat Belgia dua bulan lalu. Sidang Senat<br />
Belgia juga meloloskan amendemen undangundang<br />
tahun 2002 dan memberi kesempatan<br />
bagi anak-anak untuk menjalani eutanasia.<br />
“Kami tidak bicara soal kematian, tapi bagaimana<br />
cara untuk mati,” kata Philippe Mahoux,<br />
anggota parlemen dari Partai Sosialis dan<br />
penyokong utama undang-undang tersebut.<br />
“Yang kami berikan kepada mereka adalah kematian<br />
bermartabat, tanpa penderitaan, tanpa<br />
sakit tak tertahankan.”<br />
Menurut amendemen undang-undang eutanasia<br />
tersebut, anak-anak yang menderita sakit<br />
tak tertolong menurut pertimbangan medis<br />
berhak mengajukan permohonan eutanasia<br />
setelah mendapatkan persetujuan orang tuanya.<br />
Psikiater juga akan menilai apakah secara<br />
mental anak itu benar-benar mampu mengambil<br />
keputusan “mematikan” tersebut.<br />
Penentang eutanasia pada anak-anak berpen-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
“Itu bukan sebuah<br />
perpisahan yang kami<br />
inginkan untuk putri kami.”<br />
dapat, anak-anak itu belum mampu mengambil<br />
keputusan seberat itu. “Keputusan anak-anak<br />
sering sangat impulsif, dan mereka tak mempunyai<br />
perspektif jangka panjang,” ujar Els van<br />
Hoof, anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat.<br />
Menurut Van Hoof, kemampuan otak<br />
anak-anak belum berkembang sempurna dan<br />
mereka masih sangat bergantung pada otoritas<br />
lain, yakni orang tua dan dokter. “Risikonya sangat<br />
tinggi menyerahkan keputusan eutanasia<br />
di tangan anak-anak.”<br />
Jajak pendapat menunjukkan,<br />
rata-rata penduduk<br />
Belgia menyetujui eutanasia<br />
pada anak-anak. Dengar apa<br />
kata Linda van Roy dari Kota<br />
Schilde kepada situs berita<br />
Deredactie.be. Putrinya, Ella<br />
Louise, menderita kelainan<br />
genetik langka, sindrom<br />
Krabbe, yang mempengaruhi saraf motoriknya.<br />
Ella meninggal dua tahun lalu. “Itu bukan<br />
sebuah perpisahan yang kami inginkan untuk<br />
putri kami,” kata Linda.<br />
Para pemimpin agama Islam, Kristen, dan<br />
Yahudi, berkumpul dan mengecam keputusan<br />
parlemen Belgia meloloskan undang-undang<br />
tersebut. “Kita sudah membuka pintu yang<br />
tak seorang pun bisa menutupnya kembali,”<br />
ujar Uskup Andre Leonard dari Mechelen. Tom<br />
Mortier, seorang ahli kimia, juga mengkritik<br />
habis keputusan parlemen Belgia. Dia punya<br />
pengalaman buruk dengan hukum eutanasia.<br />
Pada 20 April 2012, dia menerima pesan<br />
untuk menelepon Rumah Sakit Brussels. Ternyata,<br />
sang ibu, Godelieva de Troyer, 64 tahun,<br />
sudah berpulang. Dia mengalami depresi berat<br />
dan memutuskan menjalani eutanasia. Tom<br />
sebenarnya pernah diberi tahu ibunya soal<br />
rencana “maut” itu. Tapi dia berpikir dokter tak<br />
akan mengabulkannya.<br />
Dia marah besar kepada dokter yang mengabulkan<br />
niat ibunya. Dia tak bisa menerima penjelasan<br />
dokter soal hak ibunya untuk memilih<br />
kematiannya sendiri. “Eutanasia sama sekali<br />
tidak etis. Itu sama saja dengan membunuh<br />
pasien. Apa yang sebenarnya terjadi di Belgia?”<br />
katanya, frustrasi. Dan kini dia mendengar kabar<br />
soal eutanasia pada anak-anak. “Ini benar-benar<br />
sinting.” n SAPTO PRADITYO | telegRAPH | MIRROR | USA TODAY | BBC<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
internasional<br />
Kapitalis<br />
di Jantung<br />
Komunis<br />
“Aku punya kredit<br />
tak terbatas di surga.”<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
INDEPENDENT<br />
Tak terhitung kabar buruk dan cerita<br />
sinting yang berembus dari Korea<br />
Utara. Beberapa bulan lalu, pemimpin<br />
muda Kim Jong-un dengan dingin<br />
meng eksekusi mati pamannya, Jang Sung-taek,<br />
dan menyikat habis pengikutnya karena curiga<br />
mereka berusaha mendongkel kekuasaannya.<br />
Konon, sifat Jong-un ini nyaris serupa dengan<br />
ayahnya, Kim Jong-il, yang berpulang dua tahun<br />
lalu. Jong-il punya berderet cerita ganjil, juga<br />
kisah horor. Supaya mirip dengan sang ayah<br />
dan sekaligus pemimpin besar Kim Il-sung, Kim<br />
Jong-il, yang berpulang dua tahun lalu, mengoperasi<br />
wajahnya. Dia juga mati-matian meniru<br />
gaya bicara sang ayah.<br />
Kenji Fujimoto, mantan juru masak pribadi<br />
Jong-il, berkisah, pemimpin negara komunis ini<br />
juga sangat menggemari makanan-makanan<br />
mahal. Tak jarang, demi memuaskan nafsu<br />
makan bos besarnya itu, Fujimoto terbang ke<br />
Uzbekistan dengan pesawat kenegaraan untuk<br />
memborong kaviar atau melancong ke Jepang<br />
hanya untuk membeli toro sushi, potongan ikan<br />
tuna yang paling mahal.<br />
Sekali waktu, dia pergi ke Prancis untuk<br />
membeli beberapa botol anggur langka. Koleksi<br />
botol anggur Kim Jong-il tak kalah dengan<br />
kolektor anggur di mana pun. Konon, entah<br />
benar atau hanya kabar burung, supaya tetap<br />
kelihatan bugar dan muda, sesekali Jong-il menyuntikkan<br />
darah gadis yang masih perawan ke<br />
dalam tubuhnya.<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
Tak jarang pula pemimpin tertinggi Korea<br />
Utara itu bersama para petinggi lainnya menikmati<br />
jamuan malam sembari memelototi lenggak-lenggok<br />
penari-penari telanjang, bahkan<br />
menari bersama mereka. Tapi ada satu aturan.<br />
“Menari oke, tapi tidak boleh menyentuhnya.<br />
Jika kalian sampai menyentuhnya, itu sebuah<br />
Mereka tahu aku bukan orang yang<br />
akan memata-matai mereka.<br />
pencurian,” Jong-il memperingatkan. Dia juga<br />
melarang anak buahnya “tidur” bersama penari-penari<br />
penghibur tersebut.<br />
Tapi semua cerita-cerita “ajaib” itu tak<br />
membuat nyali James Kim Chin Kyung mengkerut.<br />
Padahal dia pernah merasakan sendiri<br />
“keramahan” intel-intel Pyongyang. Pada<br />
1998, polisi rahasia Korea Utara menyergapnya<br />
di sebuah hotel di Pyongyang. Padahal,<br />
sebenarnya bukan kali itu saja James pergi<br />
ke Pyongyang. Dia sudah berulang kali berkunjung<br />
ke Korea Utara guna mengantarkan<br />
bantuan kemanusiaan untuk rakyat negeri<br />
itu, yang berulang kali didera kelaparan.<br />
Intel-intel Pyongyang menuduhnya sebagai<br />
agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA).<br />
Selama enam minggu dia terus diinterogasi.<br />
James nyaris menyerah. “Aku sudah siap mati<br />
saat itu,” James Kim menuturkan. James lahir di<br />
Seoul, Korea Selatan, tetapi, sejak pertengahan<br />
1970-an, ia tinggal dan berbisnis di Pensacola,<br />
Florida, Amerika Serikat.<br />
Bahkan dia sudah menulis wasiat, jika dia<br />
mati dalam penjara, organ-organ tubuhnya<br />
akan didonorkan kepada lembaga riset medis di<br />
Korea Utara. Rupanya penguasa di Pyongyang<br />
tersentuh oleh tulisan James Kim. Dia pun melenggang<br />
dari penjara. “Mereka tahu aku bukan<br />
orang yang akan memata-matai mereka.”<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
PRI<br />
Pada akhir 1980-an, James menjual tiga perusahaannya<br />
di Amerika dan bersama istrinya<br />
mencurahkan waktu untuk misi pendidikan<br />
dan kemanusiaan di Cina serta Korea Utara.<br />
Mendirikan sekolah di Cina dan Korea Utara<br />
merupakan cita-citanya sejak masih muda.<br />
Pada 1992, dia mendirikan Universitas Sains<br />
dan Teknologi Yanbian di Kota Yanji, Provinsi<br />
Jilin, Cina. Di Yanji, hampir separuh penduduknya<br />
berasal dari etnis Korea.<br />
Penjara rupanya tak membuat James Kim kapok<br />
berurusan dengan penguasa Pyongyang.<br />
Mungkin tersentuh oleh ketulusan James, pada<br />
November 2000, dua tahun setelah James<br />
keluar dari bui, seorang perwira intelijen Korea<br />
Utara datang mengunjungi kantor James di<br />
kampus Yanbian. Dialah perwira yang memerintahkan<br />
penangkapan James. Tapi, kali ini, dia<br />
datang dengan damai.<br />
Dia menyampaikan permintaan pengu-<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
asa di Pyongyang untuk “mengklon” kampus<br />
Yanbian di ibu kota negara komunis tersebut.<br />
Walaupun namanya permintaan, jangan dikira<br />
semua modal untuk sekolah itu sudah ada di<br />
tangan. Negara komunis yang hidupnya sangat<br />
bergantung pada kemurahan hati negara<br />
tetangga, Cina, itu tak punya duit untuk membuat<br />
kampus modern.<br />
Walhasil, James harus jungkir balik mengumpulkan<br />
duit. Dengan bantuan jaringan gereja<br />
Our supreme commander Kim Jong-un,<br />
we will defend him with our lives.<br />
Kristen, James berkeliling ke pelbagai kota mengumpulkan<br />
dana lebih dari US$ 35 juta atau<br />
sekitar Rp 423 miliar. Pemerintah Korea Sela tan<br />
menyumbang US$ 1 juta. “Aku punya kredit tak<br />
terbatas di surga,” James Kim berseloroh.<br />
Dengan modal itulah dia mendirikan kampus<br />
Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang di<br />
atas tanah seluas 100,4 hektare. Kampus itu<br />
resmi dibuka pada Oktober 2010. “Pada mulanya,<br />
ada banyak kecurigaan dari pemerintah<br />
Korea Utara. Tapi, setelah sekolah ini berjalan,<br />
kami menunjukkan kepada mereka bahwa kami<br />
bukan ancaman.”<br />
●●●<br />
Semua mahasiswa di kelas itu mengenakan<br />
baju seragam: jas dan celana biru gelap licin<br />
dengan dasi merah kencang mencekik leher.<br />
Di atas pa pan tulis tergantung foto besar Kim<br />
Jong-un.<br />
“Our supreme commander Kim Jong-un, we<br />
will defend him with our lives,” mereka menyanyikan<br />
lagu dalam bahasa Inggris sembari berbaris<br />
menuju ruang makan untuk bersa ra pan.<br />
Tak ada satu pun perempuan di antara mereka.<br />
Mereka inilah mahasiswa-mahasiswa Universitas<br />
Sains dan Teknologi Pyongyang. Ada 500<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
PRI<br />
mahasiswa di kampus tersebut.<br />
Mereka, menurut seorang perwira militer,<br />
merupakan anak-anak para pejabat tinggi pemerintahan<br />
dan militer Korea Utara. Sebagian<br />
besar di antaranya bahkan ditunjuk langsung<br />
oleh Kim Jong-un, Sang Pemimpin Tertinggi.<br />
“Patriotisme merupakan tradisi<br />
bagi kami,” ujar seorang<br />
mahasiswa. “Lagu-lagu yang<br />
kami nyanyikan saat berbaris<br />
merupakan bentuk terima kasih kami kepada<br />
Pemimpin Tertinggi.”<br />
Walaupun ada di jantung ibu kota negara komunis,<br />
bahasa pengantar di kampus itu adalah<br />
bahasa Inggris. Sebagian besar dosennya diterbangkan<br />
dari kampus-kampus Amerika Serikat.<br />
Mata pelajaran di kampus itu tak terbayangkan<br />
bakal ada di sebuah negara komunis.<br />
Lihat saja bagaimana Colin McCulloch,<br />
dosen dari Yorkshire, Inggris, mengajar mata<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
internasional<br />
INDEPENDENT<br />
pelajaran bisnis. Dia membagi kelas menjadi<br />
dua grup dan meminta mereka berpikir seperti<br />
dua perusahaan yang bersaing di pasar bebas<br />
memburu keuntungan. Satu pelajaran yang<br />
jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip<br />
negara komunis.<br />
“Aku sangat berterima kasih kepada pemerintah<br />
Korea Utara.... Mereka menerimaku,<br />
mempercayaiku, dan memberikan otoritas<br />
sepenuhnya untuk mengoperasikan kampus<br />
ini. Percayakah kamu?” kata James Kim Chin-<br />
Kyung, kini 78 tahun. Walaupun diberi keleluasaan<br />
mengelola kampusnya, James juga<br />
tahu diri. Dia sangat berhati-hati supaya tak<br />
mengusik Sang Pemimpin Tertinggi. “Kami<br />
tak berniat mengubah Korea Utara. Kami hanya<br />
membantu.”<br />
Penguasa di Pyongyang juga tak lantas lepas<br />
tangan. Mereka memantau betul akses informasi<br />
dari kampus itu, juga kampus-kampus<br />
top lain di Pyongyang. Informasi dan beritaberita<br />
yang berbau kapitalis, jangan harap bisa<br />
lolos. Ketika wartawan BBC bertanya kepada<br />
mahasiswa Universitas Sains Pyongyang ini<br />
apakah ada di antara mereka yang kenal Raja<br />
Pop Michael Jackson, tak ada satu pun telunjuk<br />
teracung. Mereka hanya menatap dengan pandangan<br />
kosong. Akses Internet ada di kampus<br />
itu, tapi semuanya disaring sangat ketat. Tak<br />
ada Facebook. No YouTube. No Twitter, apalagi<br />
situs porno. ■ SAPTO PRADITYO | BBC | FOrtune | nytiMES |<br />
WASHINGTON POST | GUARDIAN<br />
Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014
sains<br />
Ada Baterai<br />
di Balik Gula<br />
Teknologi baterai lithium sudah kelewat uzur. Apa calon penggantinya?<br />
Majalah detik 10 17 - 16 23 februari 2014
sains<br />
Kita harus bergeser dari<br />
teknologi baterai lithium.<br />
Seperti kita, George Crabtree punya<br />
masalah yang sama setiap hari.<br />
Setiap pagi, dia mengisi daya baterai<br />
di ponsel dan perangkat elektroniknya.<br />
Tapi, kurang dari 24 jam, isi baterai itu<br />
sudah tersedot habis.<br />
Jika sedang sial, masalah baterai ini tak<br />
pandang waktu dan tempat. Banyak urusan<br />
terbengkalai hanya gara-gara baterai di ponsel<br />
tersedot habis. Tak mengherankan jika baterai<br />
tambahan atau power bank laris-manis karena<br />
urusan baterai memang kadang bisa bikin senewen<br />
berat saat berada dalam kondisi gawat<br />
atau darurat.<br />
Hari ini, ketika hidup kita semakin bergantung<br />
pada ponsel, tablet, laptop,<br />
bahkan kendaraan—jika menggunakan<br />
mobil hybrid—dan<br />
pesawat terbang, maka semakin<br />
bergantung pula kita pada daya tahan baterai.<br />
Bagaimana kita menyimpan setrum sama pentingnya<br />
dengan bagaimana kita membangkitkan<br />
listrik.<br />
Paling tidak, ada empat syarat baterai yang<br />
ideal: murah, tahan lama, aman, dan bisa diisi<br />
lagi berulang kali dalam jangka panjang.<br />
Bersama ribuan insinyur lain di seluruh dunia,<br />
George Crabtree, yang bekerja sebagai peneliti<br />
senior di Laboratorium Nasional Argonne,<br />
Amerika Serikat, berpacu membuat baterai<br />
yang memenuhi semua syarat itu.<br />
Untuk perangkat portabel seperti ponsel,<br />
menurut Donald R. Sadoway, profesor kimia di<br />
Massachusetts Institute of Technology, teknologi<br />
sel litium masih yang paling ideal. Selain<br />
harganya semakin murah, kerapatan energi<br />
yang tersimpan dalam lapisan sel litium masih<br />
lebih tinggi ketimbang rata-rata material lain.<br />
“Masih ada harapan, baterai sel litium bisa<br />
tiga-empat kali lipat lebih baik dari hari ini,” kata<br />
Jeffrey Chamberlain, peneliti Joint Center for<br />
Energy Storage Research, Argonne. Di kampus<br />
Universitas Harvard, Jennifer A. Lewis berhasil<br />
membuat baterai litium hampir sekecil butiran<br />
garam, sehingga bisa dipasang dalam rupa-rupa<br />
perangkat medis yang ditanam dalam tubuh.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
sains<br />
phys<br />
Tapi baterai sel litium juga punya banyak kekurangan.<br />
Dalam beberapa kasus, baterai litium<br />
mudah panas dan rentan terbakar. Selama satu<br />
dekade terakhir, kemampuan sel litium menyimpan<br />
setrum juga hanya bertambah sangat<br />
tipis, sekitar 5 persen.<br />
Walhasil, baterai litium masih jauh dari ideal<br />
untuk menggerakkan mobil listrik. Menurut<br />
Sadoway, rata-rata baterai dalam mobil listrik<br />
atau hybrid saat ini hanya mampu menyimpan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
sains<br />
Karbohidrat merupakan salah satu<br />
senyawa penyimpan energi terbaik.<br />
150 watt-hour per kilogram, padahal idealnya<br />
500 watt-hour per kilogram, sehingga bisa dipakai<br />
menempuh jarak sekitar 800 kilometer.<br />
Masalah baterai inilah salah satu penghalang<br />
utama perkembangan mobil listrik.<br />
Usia teknologi baterai litium ini memang<br />
sudah lumayan uzur, sekitar 20 tahun. “Kita<br />
harus bergeser dari<br />
teknologi baterai litium,”<br />
kata Sadoway.<br />
Masalahnya, apa calon penggantinya?<br />
●●●<br />
Prinsip dasar baterai sebenarnya relatif sederhana:<br />
dua elektroda (katoda dan anoda) di<br />
kedua kutub dengan elektrolit sebagai medium<br />
pergerakan muatan listrik di antara dua elektroda.<br />
Chengdu Liang, peneliti di Laboratorium<br />
Nasional Oak Ridge, Tennessee, memanfaatkan<br />
elektrolit dari lithium-sulfur padat.<br />
Menurut Liang, larutan sulfur (asam sulfat)<br />
sudah lama sekali dipakai sebagai elektrolit pada<br />
baterai atau aki. Liang dan timnya mengganti<br />
larutan elektrolit itu menjadi lithium-sulfur padat.<br />
Hasilnya, baterai dengan elektrolit lithiumsulfur<br />
ini mempunyai efisiensi empat kali lipat<br />
lebih tinggi dari baterai sel lithium.<br />
Keunggulan lainnya, sulfur ini bisa diperoleh<br />
dengan gampang dan sangat murah. “Bahkan<br />
nyaris gratis karena sulfur ini diambil dari limbah<br />
industri,” kata Liang. Dia yakin teknologi<br />
baterai lithium-sulfur ini merupakan salah satu<br />
kandidat teknologi baterai masa depan.<br />
Percival Zhang, profesor kimia di Virginia Polytechnic<br />
Institute and State University, dan mahasiswanya,<br />
Zhiguang Zhu, punya pendekatan<br />
lain. Keduanya membuat prototipe baterai dari<br />
gula maltodekstrin atau karbohidrat. “Menurutku,<br />
karbohidrat merupakan salah satu senyawa<br />
penyimpan energi terbaik,” kata Percival, bulan<br />
lalu. Ketika manusia butuh energi, tubuh akan<br />
memecah molekul karbohidrat dan mengkonversinya<br />
menjadi energi.<br />
Cara kerja baterai karbohidrat buatan<br />
Percival ini meniru cara kerja tubuh makhluk<br />
hidup. Dengan menggunakan enzim khusus,<br />
dia mengkonversi karbohidrat menjadi listrik.<br />
Dengan menggunakan enzim alami, dia berhasil<br />
mengekstrak 24 elektron per molekul gula.<br />
Dia yakin efisiensi baterainya bisa didongkrak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
sains<br />
newgrandfuel<br />
dengan merekayasa enzim tersebut.<br />
Kedua teknologi tersebut, baik baterai gula<br />
maupun baterai lithium-sulfur, masih jauh<br />
dari tahap komersialisasi. Paling tidak, butuh<br />
beberapa tahun lagi hingga prototipe itu siap<br />
masuk ke pasar. Jadi, kapan kira-kira baterai<br />
litium bisa dipensiunkan? Para peneliti di<br />
Laboratorium Argonne tak ada yang bisa<br />
memastikan. “Ada hambatan yang besar<br />
sekali di depan kita,” ujar Michael Thackeray,<br />
peneliti senior di Argonne. ■<br />
SAPTO PRADITYO | popsci | gigaom | WSJ | CBS | MIT TECH REVIEW<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
sains<br />
2<br />
Imprint Energy<br />
mengganti<br />
litium di baterai<br />
dengan seng.<br />
4<br />
1<br />
Ambri membuat<br />
baterai likuid<br />
metal dengan menggunakan<br />
larutan garam<br />
padat dan dua lapis<br />
likuid metal.<br />
Sila Nanotechnologies<br />
membuat<br />
baterai litium yang jauh<br />
lebih enteng dengan<br />
kapasitas dua kali lipat<br />
dari baterai litium<br />
biasa.<br />
3<br />
Envio menggabungkan<br />
anoda<br />
silikon karbon dengan<br />
elektrolit tegangan<br />
tinggi.<br />
Merekakah<br />
Calon<br />
Pengganti<br />
Lithium?<br />
5<br />
Pellion mengganti<br />
litium dengan<br />
magnesium. Mereka mengklaim<br />
kapasitas baterainya<br />
jauh lebih besar ketimbang<br />
baterai litium.<br />
Majalah detik 10 - 16 februari 2014<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
ekonomi<br />
Solar Kami Dipanen<br />
di Kebun Sawit<br />
Pemerintah memasang target produksi bahan bakar minyak<br />
nabati naik empat kali lipat tahun ini. Minyak sawit jadi andalan.<br />
REUTERS/Tarmizy Harva/Files<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
ekonomi<br />
Biosolar, yang mengandung<br />
bahan bakar minyak nabati,<br />
dijual di salah satu pompa<br />
bensin Pertamina.<br />
ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf<br />
KASNO Adi Widiyanto baru saja selesai<br />
mengisi 20 liter solar untuk truk<br />
Mitsubishi Colt Diesel 120 Ps. Truk ini<br />
akan dipakai untuk mengangkut sekitar<br />
100 karung beras ukuran 25 kilogram dari<br />
Pasar Induk Cipinang, Jakarta, ke Tangerang.<br />
Kasno mengatakan truk yang garasinya di<br />
Cikampek, Karawang, Jawa Barat, itu sudah<br />
beberapa waktu tidak lagi mengkonsumsi solar<br />
biasa. “Setiap kami mengisi di SPBU Pertamina,<br />
pasti tulisannya Biosolar,” kata Kasno.<br />
Biosolar adalah merek bahan bakar mesin<br />
diesel yang dijual Pertamina, yang sebagian<br />
bahannya bukan dari minyak bumi, melainkan<br />
dari tumbuhan, seperti sawit. Program bahan<br />
bakar minyak nabati—baik Biosolar maupun<br />
Biopertamax—sudah dimulai beberapa tahun<br />
lalu.<br />
Tapi program semakin kencang setelah<br />
September tahun lalu Kementerian Energi dan<br />
Sumber Daya Mineral mewajibkan setiap bahan<br />
bakar diesel, seperti solar, mesti mengandung<br />
BBM nabati 10 persen.<br />
Tujuan kebijakan ini jelas: mengurangi impor<br />
BBM dan menggantinya dengan BBM nabati<br />
hasil tanaman dalam negeri, seperti sawit. Jika<br />
impor berkurang, defisit transaksi berjalan,<br />
yang menjatuhkan rupiah tahun lalu, bisa dikurangi.<br />
Tahun lalu penggunaan biodiesel lebih<br />
dari 1 juta kiloliter. Dengan angka ini, berarti<br />
Indonesia tidak perlu mengirim uang US$ 763<br />
juta ke luar negeri untuk membeli solar. Setelah<br />
ada kebijakan baru Kementerian Energi, pemerintah<br />
memasang target penggunaan biodiesel<br />
bisa empat kali lipat tahun ini.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
ekonomi<br />
Bambang Soemantri<br />
Brodjonegoro<br />
ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo<br />
“Dampak positifnya, bisa menghemat US$ 3<br />
miliar dari impor bahan bakar minyak sekaligus<br />
mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 5 juta<br />
ton karbon dioksida,” ujar Direktur Jenderal<br />
Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi,<br />
Rida Mulyana.<br />
Rida menambahkan, penghematan devisa<br />
akan semakin besar jika program biodiesel<br />
dibarengi dengan bioetanol alias BBM nabati<br />
pengganti bensin. Sebab, pemakaian bioetanol<br />
bisa mengurangi 60 persen kandungan BBM<br />
dalam Premium, yang selama ini masih diimpor.<br />
Biodiesel—atau yang diberi cap Biosolar—<br />
dihasilkan dari tumbuhan yang menghasilkan<br />
minyak, seperti sawit, jarak, atau yang sekarang<br />
sedang dikembangkan, yakni kemiri sunan.<br />
Sedangkan bioetanol dihasilkan dari tanaman<br />
yang mengandung banyak gula atau karbohidrat,<br />
seperti singkong dan tebu.<br />
Sayangnya, pengembangan bioetanol di Indonesia<br />
belum sebanding dengan biodiesel. Hal<br />
ini berbeda dengan Brasil, yang sukses mengolah<br />
bioetanol dari tebu, ataupun Thailand,<br />
yang telah mengolah bioetanol dari singkong.<br />
Direktur Jenderal Perkebunan Gamal Nasir<br />
menuturkan, pengembangan bioetanol terbentur<br />
pada urusan bahan pangan. Pemerintah masih<br />
memprioritaskan tebu untuk memproduksi<br />
gula karena sekarang produksinya hanya 2,6<br />
juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 5,7<br />
juta ton. Lahan tebu juga masih kurang sekitar<br />
300 ribu hektare dari target 750 ribu hektare.<br />
Sebaliknya, produksi sawit sudah berlebih.<br />
Dari total produksi sawit sekitar 24 juta ton, 16<br />
juta ton di antaranya diekspor. Karena itu, kata<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
ekonomi<br />
Pelanggan mengisi bahan<br />
bakar minyak (BBM) di SPBU<br />
Pertamina, Kuningan, Jakarta.<br />
ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf<br />
Gamal, “Kelapa sawit masih bisa dimanfaatkan<br />
untuk biodiesel.” Selain itu, permintaan minyak<br />
sawit dari Indonesia melemah di Eropa terkait<br />
dengan kampanye lingkungan.<br />
Sisa inilah yang bisa dimanfaatkan untuk<br />
biodiesel, dan pemerintah tampak yakin bisa<br />
mengejar target sampai 4 juta kiloliter dari sini.<br />
Kalaupun sawit yang dibutuhkan itu tersedia,<br />
urusan belum sepenuhnya selesai. Masih ada<br />
urusan subsidi. Saat ini pemerintah menjual<br />
solar dengan harga Rp 5.500, sedangkan biodiesel<br />
per liter mencapai Rp 8.500 sehingga<br />
ada subsidi Rp 3.000 per liter.<br />
Pemerintah sedang berembuk dengan sejumlah<br />
pengusaha sawit agar mereka bersedia<br />
mengolah minyak sawit menjadi bahan bakar<br />
minyak tapi tanpa tambahan subsidi. “Akan<br />
kami finalisasi dengan produsen agar sampai<br />
pada harga yang mereka setujui untuk kontrak<br />
jangka panjang, tapi tidak akan menambah subsidi,”<br />
kata Wakil Menteri Keuangan Bambang<br />
Brodjonegoro. n Hans Henricus B.S. Aron<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
dari pengasong Kacang<br />
jadi raja tekstil<br />
Pendiri Sritex, Lukminto, meninggal. Setiap pagi dia<br />
menelepon para manajer. Saat bersekolah nyambi<br />
mengasong kacang di kereta api.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Pabrik pakaian jadi Sritex.<br />
Pabrik ini menghasilkan<br />
seragam tempur untuk tentara<br />
NATO.<br />
SUDIARNO/AFP/Getty Images<br />
JIKA Anda masih sempat naik kereta<br />
api rute Kediri-Kertosono pada akhir<br />
1950-an atau awal 1960-an, mungkin<br />
bakal melihat seorang remaja pengasong<br />
kacang. Ia bukan pengasong kacang<br />
profesional, yang seharian di dalam kereta api.<br />
Ia hanya berjualan di pagi hari, ketika kereta<br />
bergerak ke arah Kediri, dan siang, saat kereta<br />
menuju Kertosono, yang berjarak sekitar 25<br />
kilometer.<br />
Pengasong itu, bernama Lukminto, pada<br />
Rabu, 5 Februari 2014, meninggal. Siapa sangka<br />
bocah pengasong itu wafat di Singapura dengan<br />
meninggalkan bisnis tekstil raksasa di sekitar<br />
Solo, Jawa Tengah, dengan nama PT Sri Rejeki<br />
Isman Tbk. Sritex—demikian perusahaan itu<br />
lazim disebut—memiliki pabrik tekstil lengkap,<br />
dari pemintalan sampai produksi pakaian jadi<br />
bagi militer, seperti seragam tentara Pakta<br />
Pertahanan Atlantik Utara (NATO), ataupun<br />
untuk lebih dari 30 negara lain. Karyawannya<br />
pun mencapai 16 ribu orang.<br />
Lukminto, yang lahir di Kertosono, Jawa Timur,<br />
memang terlihat punya naluri bisnis sejak masih<br />
belasan tahun usianya. Ia juga tipe pekerja<br />
keras. Ia tidak mau bengong di kereta api dalam<br />
perjalanan berangkat dan pulang sekolah. “Perjalanan<br />
naik kereta api Kertosono-Kediri, dan<br />
sebaliknya, beliau manfaatkan dengan menjadi<br />
pengasong kacang di dalam kereta,” kata putra<br />
keempat Lukminto, Iwan Kurniawan Lukminto.<br />
Pengusaha yang lahir pada 1946 itu memulai<br />
usaha tekstil pada usia 20 tahun dengan membuka<br />
toko kain di pusat tekstil Jawa Tengah,<br />
yakni Pasar Klewer, Solo, yang berjarak sekitar<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Beliau hafal di luar<br />
kepala lebih dari<br />
100 nomor HP.<br />
150 kilometer dari kampung kelahirannya di<br />
Kertosono.<br />
Tapi, karena memang pekerja keras dan naluri<br />
bisnisnya tinggi, ia tidak puas hanya membuka<br />
toko. Ia juga menjadi pedagang kain keliling.<br />
Dagangan itu ia bawa dengan bus sampai ke<br />
Bandung atau Surabaya. “Sesampai di kota tujuan,<br />
dia lalu keliling naik (sepeda) motor,” kata<br />
Kurniawan, yang biasa dipanggil Wawan.<br />
Hanya dalam dua tahun,<br />
usaha tekstilnya berkembang<br />
dengan membuat pabrik yang<br />
memberi corak warna kain<br />
di Baturono, Solo. Bisnis ini<br />
memiliki karyawan 100-200<br />
orang. “Bapak dan Ibu turun<br />
tangan langsung, dalam artian<br />
benar-benar ikut dalam produksi,” katanya.<br />
Belakangan, Sritex mengoperasikan pabrik<br />
membuat kain dan kemudian pabrik pemintalan<br />
benang. Bukan hanya itu, saat ini Sritex<br />
sedang mendirikan pabrik rayon—bahan baku<br />
tekstil—dan bakal menjadi pabrik rayon ketiga<br />
di Indonesia.<br />
Bisnis ini berkembang karena ia sangat disiplin<br />
dan mengendalikan perusahaan sampai urusan<br />
kecil. Setiap hari ia bangun dini hari. “Paling<br />
lambat pukul 05.00 WIB,” kata Kurniawan,<br />
yang sekarang menjadi Wakil Presiden Direktur<br />
PT Sritex.<br />
Kegiatan pertamanya adalah menelepon<br />
para penanggung jawab masing-masing bagian.<br />
Tujuannya, agar dari awal ketahuan jika ada<br />
masalah.<br />
“Sudah diketahui bersama oleh para kepala<br />
bagian, manajer, hingga direktur, bahwa HP<br />
harus selalu dalam keadaan on,” kata Wawan.<br />
“Sebab, setiap saat Bapak bisa saja menelepon<br />
untuk mengetahui semua persiapan.”<br />
Para manajer sudah hafal dengan kebiasaan<br />
pemilik perusahaan ini. “Biasanya yang paling<br />
awal ditelepon adalah bagian produksi,” kata A.<br />
Wayan Kartana, Manajer Pemintalan. “(Kami)<br />
ditanya dengan sangat detail hari ini akan mengerjakan<br />
apa, pekerjaan apa yang belum terselesaikan,<br />
pengiriman-pengiriman bagaimana,<br />
dan seterusnya.”<br />
Yang membuat Wayan terkesan, bosnya itu<br />
hafal nama-nama karyawan dan perintahnya<br />
kepada tiap karyawan. Ia selalu ingat jika ada<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Pekerja Sritex sedang<br />
mengecek kualitas produk.<br />
Getty Images<br />
perintah yang belum dibereskan. “Padahal beliau<br />
tidak mencatatnya,” kata Wayan.<br />
Daya ingat Lukminto memang sangat mengagumkan,<br />
bukan hanya soal nama dan tugasnya.<br />
“Beliau hafal di luar kepala lebih dari 100 nomor<br />
HP,” kata B. Kristanto, Manajer Keuangan.<br />
Sekretaris pribadinya, C. Evi Febria Rukmi,<br />
juga masih ingat hal ini. Kadang Lukminto<br />
memintanya menghubungi seseorang lewat<br />
telepon. “(Saat) saya masih mencari-cari nomor<br />
kontaknya, beliau biasanya langsung memotong<br />
cepat sembari menyebut nomor telepon<br />
orang yang dimaksud dari hafalannya,” katanya.<br />
Urusan detail di perusahaannya bukan hanya<br />
soal produksi. “Bahkan, ketika ada pohon<br />
mati di taman sebuah kompleks gedung, Pak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Sejak usia 5 tahun,<br />
anak-anak selalu<br />
dibawa ke pabrik.<br />
Luk akan langsung bereaksi. Beliau akan segera<br />
meminta penanggung jawab gedung itu segera<br />
mengurusnya,” kata Wayan.<br />
Lukminto juga yakin, jika dikerjakan dengan<br />
baik, semua bakal terlaksana. Saat pertama kali<br />
mendapat order seragam untuk tentara NATO,<br />
mereka belum memiliki mesinnya dan bahan<br />
baku mesti diimpor dari Jerman. Wayan masih<br />
ingat benar, Lukminto saat itu<br />
mengatakan, “Tak ada yang<br />
tak bisa selama mau melakukannya.”<br />
Order itu pun diterima. Mereka<br />
membeli mesin bekas dari<br />
perusahaan lain dan kemudian<br />
memodifikasinya di bengkel Sritex. Akhirnya<br />
Sritex bahkan bisa menghasilkan kain militer<br />
dengan berbagai spesifikasi, termasuk memiliki<br />
kain anti-inframerah.<br />
Kristanto juga menyebut Lukminto tidak birokratis,<br />
yang penting bekerja cepat dan kerjaan<br />
selesai. “Di tengah meeting atau dalam situasi<br />
ada tamu penting sekalipun, beliau bersedia<br />
ditemui untuk meminta persetujuan atau tanda<br />
tangan jika memang itu urusan pekerjaan,”<br />
katanya.<br />
Sejak awal, Lukminto memutuskan anakanaknya<br />
akan diwarisi bisnis. Jadi, sejak usia 5<br />
tahun, anak-anak selalu dibawa ke pabrik dan<br />
diperkenalkan dengan pekerjaan. Saat berkuliah<br />
di Boston, Amerika Serikat, Kurniawan selalu<br />
diminta pulang saat libur biarpun kuliahnya hanya<br />
kosong satu atau dua pekan.<br />
“Sampai di rumah juga hanya disuruh datang<br />
ke pabrik nunggui orang bekerja atau kadangkadang<br />
hanya disuruh duduk di pojok ruangan<br />
tanpa diberi hak ngomong, menyaksikan Bapak<br />
memimpin rapat perusahaan,” katanya.<br />
Saat itu Wawan tentu dongkol karena tidak<br />
bisa piknik ke tempat-tempat liburan seperti teman-teman<br />
kuliahnya. “Setelah tongkat estafet<br />
perusahaan diserahkan kepada kami, baru saya<br />
merasakan bahwa Bapak benar,” kata Kurniawan.<br />
“Dalam waktu tak begitu lama, saya sudah<br />
bisa beradaptasi dengan pekerjaan karena memang<br />
sudah akrab, sedangkan kawan-kawan<br />
seumuran saya baru akan memulai tahap awal.”<br />
n Muchus Budi Rahayu<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Sahabat Harmoko<br />
SALAH satu isu yang sering menerpa<br />
Sritex adalah perusahaan<br />
itu dimodali Harmoko, menteri<br />
di era Orde Baru. Tapi Sritex membantahnya.<br />
“Kebetulan nama Bu Harmoko juga<br />
pakai Sri, sehingga publik semakin menduga-duga<br />
kebenarannya,” kata putra<br />
keempat Lukminto, Iwan Kurniawan<br />
Lukminto, yang menjadi wakil direktur.<br />
“Padahal nama Sritex itu dari Sri Rejeki<br />
Isman Tekstil. Sri Rejeki adalah nama<br />
kios Bapak ketika buka usaha di Klewer.”<br />
Lukminto memang dekat dengan<br />
Harmoko, tapi hal itu lantaran mereka<br />
berasal dari satu kota kecil yang sama,<br />
Kertosono, Jawa Timur. “Kakek saya<br />
(ayah Lukminto) dan ayah Pak Harmoko<br />
itu sahabat karib,” katanya. “Istilahnya<br />
sudah teman di warung siang-malam.”<br />
Setelah Harmoko berhasil di bidang<br />
politik dan Lukminto sukses sebagai<br />
usahawan, orang mengira mereka baru<br />
dekat. “Padahal itu berlangsung sejak<br />
kecil,” katanya.<br />
Setelah Orde Baru runtuh dan<br />
Harmoko tidak lagi menjadi menteri,<br />
hubungan ini tetap terjalin baik. Kurniawan<br />
mencatat, ayahnya memang<br />
memiliki hubungan baik dengan para<br />
pejabat, termasuk pejabat militer. Saat<br />
pejabat itu pensiun, hubungannya tidak<br />
berubah. Ini yang agaknya terjadi dalam<br />
hubungan dengan Harmoko.<br />
Bahkan, tiga tahun silam, keduanya<br />
melakukan safari ziarah ke makam-makam<br />
Walisongo. Lukminto, yang bersama<br />
istrinya masuk Islam pada 1995 dan<br />
berhaji tahun berikutnya, berdoa agar<br />
Kurniawan, yang sudah empat tahun<br />
menikah, segera diberi momongan.<br />
“Syukur, setelah itu memang kami segera<br />
dikaruniai anak,” katanya.<br />
Bukan hanya terhadap pejabat, Lukminto<br />
juga biasa ramah kepada siapa pun.<br />
“Pak Luk biasanya menyapa siapa saja,<br />
tanpa terkecuali, dengan kehangatannya,<br />
baik itu kepada pejabat, tamu, maupun<br />
tukang sapu,” kata sekretaris pribadinya,<br />
C. Evi Febria Rukmi. “Siapa pun disapa<br />
lengkap dengan namanya.” n Muchus Budi<br />
Rahayu<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Persaingan Ketat<br />
Pabrik Bus<br />
Ratusan perusahaan karoseri<br />
berebut pasar yang sangat sempit.<br />
Pasar ekspor dihantam bus murah<br />
dari Cina.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Pekerja menyelesaikan<br />
pembuatan bus sedang di<br />
karoseri PT Anugerah Sukses<br />
Bersama di kawasan Legok,<br />
Tangerang.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
KEBISINGAN itu memenuhi pabrik<br />
karoseri yang terletak di kawasan Legok,<br />
Tangerang Selatan, pekan lalu.<br />
Sejumlah pekerja sibuk membuat<br />
dan merakit kerangka bus ke sasis mobil yang<br />
masih “telanjang”. Sebagian lagi mengecat<br />
bus yang badannya sudah jadi dengan warna<br />
lapisan dasar abu-abu. Di deretan lain, berjajar<br />
bus yang tinggal dipasangi kaca dan pintu, tapi<br />
sudah dicat hijau dengan tulisan “Kopaja”.<br />
“Kami memang mendapat order membuat<br />
bus Kopaja sebanyak 100 unit (untuk setahun),”<br />
kata Untung Raharjo Gunawan, presiden<br />
komisaris perusahaan karoseri itu, PT Sukses<br />
Tunggal Mandiri. Gubernur Joko Widodo memang<br />
sedang menggalakkan angkutan umum<br />
sehingga mereka membutuhkan ratusan bus<br />
Kopaja berpenyejuk udara dan dilengkapi Wi-Fi<br />
untuk melayani warga Jakarta.<br />
Meski demikian, pesanan ratusan bus<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
PT Anugerah Sukses Bersama<br />
mendapat order 100 bus<br />
medium dari pemerintah<br />
daerah Jakarta.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
medium dari Jokowi itu belum bisa menempatkan<br />
Sukses Tunggal Mandiri sebagai perusahaan<br />
karoseri bus terbesar Indonesia.<br />
Salah satu perusahaan karoseri bus terbesar<br />
Indonesia, New Armada, yang bermarkas<br />
di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, bisa<br />
membuat 150 bus besar per bulan dan ia<br />
bukan satu-satunya pemain besar untuk<br />
karoseri bus.<br />
Harris Imam Suntoko, General Sales Manager<br />
New Armada, menyebut pesaing utama<br />
perusahaan dengan 2.000 karyawan lebih itu<br />
adalah Adi Putro, Laksana, Morodadi Prima,<br />
serta Rahayu Sentosa. “Persaingan bisnis karoseri<br />
cukup ketat,” kata Harris.<br />
Total di seluruh Indonesia, menurut Asosiasi<br />
Karoseri Indonesia (Askarindo), ada 500 perusahaan<br />
karoseri. Tidak semuanya karoseri besar<br />
dan tidak semuanya mengerjakan bus. “Belum<br />
semuanya menjadi anggota,” kata Sekretaris<br />
Askarindo, T.Y. Subagio. Yang menjadi anggota<br />
sekitar 200 perusahaan.<br />
Tidak ada angka jelas berapa besar omzet<br />
nasional industri karoseri bus ini. “Anggota tak<br />
membukukan nilai total transaksi mereka per<br />
tahun kemudian melaporkannya ke kami,” ucap<br />
Subagio.<br />
Tapi data dari Gabungan Industri Kendaraan<br />
Bermotor (Gaikindo) bisa memberi sedikit<br />
gambaran. Tahun lalu, penjualan sasis dan mesin<br />
bus besar—tidak termasuk ukuran medium,<br />
seperti Metro Mini atau Kopaja—lebih dari<br />
2.400. Dengan pemain ratusan buah dan hanya<br />
ribuan bus yang diperebutkan, persaingan<br />
memang sangat ketat.<br />
Meski begitu, pemain tetap bertahan karena<br />
pendapatan sangat bagus. New Armada, misal-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Bus tingkat yang diimpor dari<br />
Cina diturunkan di Pelabuhan<br />
Tanjung Priok. Harga miring<br />
bus Cina menekan ekspor<br />
bus Indonesia.<br />
Agung Pambudhy/detikcom<br />
nya, membanderol harga badan busnya Rp 400<br />
juta. Ini harga dasar, tidak termasuk penyejuk<br />
udara dan tempat duduk. Konfigurasi tempat<br />
duduk bus memang berbeda-beda meski badan<br />
bus sama, bisa dari hanya 18 sampai 50 kursi.<br />
Harga ini juga tidak termasuk mesin dan sasis<br />
bus yang menjadi “bahan dasar”-nya. Banyak<br />
perusahaan bus memang membeli bus seperti<br />
menjahit baju: membeli kain dan dibawa ke<br />
penjahit. Sedangkan operator bus membeli<br />
mesin dan dibawa ke perusahaan karoseri.<br />
Dengan perhitungan kasar satu bus Rp 400<br />
juta, omzet 2.400 bus se-Indonesia mencapai<br />
Rp 480 miliar per tahun. Itu baru untuk mesin<br />
baru, belum dihitung yang peremajaan.<br />
New Armada sendiri membagi tenaga pemasaran<br />
menjadi dua: sebagian untuk pelanggan<br />
retail atau operator bus, lainnya untuk pesanan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Deretan bus Transjakarta.<br />
Sebagian bus ini diimpor,<br />
bukan produksi karoseri<br />
lokal.<br />
Dhoni Setiawan/ANTARA FOTO<br />
pemerintah daerah, seperti Transjakarta atau<br />
Transsemarang. Pesanan dari pemerintah daerah<br />
ini nilainya lumayan.<br />
Sukses Tunggal Mandiri, misalnya, mendapat<br />
Rp 450 juta untuk satu bus Kopaja pesanan<br />
Gubernur Joko Widodo. Karena setahun mereka<br />
mendapat pesanan 100 buah, pendapatan<br />
Rp 45 miliar sudah di depan mata.<br />
Sampai satu dekade silam, pemasukan karoseri<br />
ini juga datang dari pasar internasional.<br />
Sejak awal 1990-an, misalnya, New Armada<br />
mengirim bus-bus mereka ke sejumlah negara,<br />
mulai Hong Kong, Vietnam, Singapura, Arab<br />
Saudi, sampai Afrika Selatan. Di awal 2000, misalnya,<br />
bus yang digunakan wisatawan di pulau<br />
tempat Nelson Mandela di penjara dibuat di<br />
Magelang.<br />
Tapi, sudah satu dekade ini, perusahaan<br />
bus Cina mulai masuk pasar dunia, termasuk<br />
Indonesia. Andalan pabrik Cina itu hanya satu:<br />
harga. “Cina lebih murah,” kata Harris. “Plus<br />
krisis moneter, ekspor kami pun berhenti.”<br />
Untung saja, bus bukan satu-satunya bisnis<br />
mereka. New Armada, misalnya, memiliki divisi<br />
perakitan mobil di Tambun, Bekasi. Mereka<br />
melayani perakitan mobil kecil dari agen tunggal<br />
pemegang merek di sini. Sedangkan Sukses<br />
Tunggal Mandiri malah pada dasarnya bukan<br />
karoseri bus, melainkan alat berat. Mereka<br />
biasa membuat truk molen sampai ambulans.<br />
Mereka baru masuk ke karoseri bus sekitar tiga<br />
tahun silam, saat dunia pertambangan Indonesia<br />
mulai lesu. ■ BUDI ALIMUDDIN<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Butuh Sertifikat<br />
SEPERTI sarjana yang membutuhkan<br />
ijazah untuk menunjukkan kualitas<br />
saat melamar pekerjaan, perusahaan<br />
karoseri biasa membanggakan sertifikat<br />
dari pabrik untuk memperlihatkan<br />
standar karya mereka.<br />
Sertifikat dari karoseri itu diterbitkan<br />
para pemegang merek mesin dan sasis.<br />
“Ini agar pelanggan sasis dan mesin bus<br />
Mercedes mendapat jaminan kualitas,”<br />
kata Wakil Direktur Penjualan dan Pemasaran<br />
Mercedes-Benz Indonesia, Vera<br />
Makki. “Kami memberikan sertifikasi itu<br />
untuk perlindungan konsumen kami.”<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Presiden<br />
Komisaris Sukses<br />
Tunggal Mandiri,<br />
Untung Raharjo.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
Langkah yang sama<br />
dilakukan importir<br />
merek mesin bus<br />
terkenal Scania, PT<br />
United Tractors.<br />
Manajer Penjualan<br />
United Tractors, Andreas,<br />
mengatakan<br />
sertifikasi ini mereka<br />
berikan karena setiap<br />
mesin memiliki<br />
karakteristik sendirisendiri.<br />
Untuk mendapat<br />
sertifikat itu,<br />
mereka akan memberi<br />
pelatihan soal sasis<br />
dan mesin mereka. “Jadi, setiap karoseri<br />
harus mendapat training mengenai seluk-beluk<br />
sasis kami,” ucapnya.<br />
Di Indonesia, dari ratusan karoseri,<br />
tidak semua memegang sertifikat ini.<br />
Menurut Harris Imam Suntoko, General<br />
Sales Manager New Armada, hanya<br />
sekitar 150 perusahaan yang sudah<br />
memegang sertifikat. “PO bus tentunya<br />
mencari yang memiliki sertifikat untuk<br />
kenyamanan dan keamanan bus yang<br />
mereka pesan,” kata Harris.<br />
Tapi bukan berarti perusahaan karoseri<br />
tanpa sertifikat kehilangan pasar<br />
sama sekali. Pemilik karoseri Sukses<br />
Tunggal Mandiri, Untung Raharjo Gunawan,<br />
mengatakan ada operator bus yang<br />
lebih suka perusahaan tanpa sertifikat.<br />
“(Mereka) yang tak mau membayar lebih<br />
mahal,” katanya.<br />
Selain urusan dengan pabrik mesin,<br />
karoseri juga mesti mendapat sertifikasi<br />
kelayakan dari dinas perhubungan setempat.<br />
Setiap bus yang dibangun harus melewati<br />
uji tipe, kelengkapan, dan konsep<br />
rancang bangun. “Kalau tidak ada rancang<br />
bangun, setiap bus tidak akan mendapat<br />
kir,” ucapnya. ■ BUDI ALIMUDDIN<br />
Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2013<br />
2014
isnis<br />
Dolar Membubung,<br />
Maskapai Limbung<br />
Ambruknya nilai rupiah menghajar industri penerbangan Indonesia.<br />
Pendapatan dalam rupiah, sedangkan pengeluaran dalam dolar.<br />
Sejumlah strategi dijalankan untuk mengatasinya.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Para penumpang turun<br />
dari pesawat di Bandara<br />
Internasional Adisutjipto,<br />
Yogyakarta.<br />
Eric Ireng/ANTARA FOTO<br />
TARIF penerbangan yang dipasang<br />
pada situs tiket pesawat itu sangat<br />
murah. Kurang dari Rp 700 ribu untuk<br />
penerbangan rute Surabaya-Bangkok<br />
pada Senin, 17 Februari 2014. Tarif ini cuma sepertiga<br />
dari harga yang ditawarkan oleh maskapai<br />
penerbangan lain. Selain itu, ini satu-satunya<br />
penerbangan dari Jawa Timur ke Thailand<br />
yang tidak perlu transit. Yang lain mesti ganti<br />
pesawat di Jakarta, Bandar Seri Begawan, atau<br />
Singapura.<br />
Tapi tarif murah meriah ini bakal berakhir<br />
pada pertengahan bulan depan. PT Mandala<br />
Airlines bakal mundur dari posisinya sebagai<br />
satu-satunya maskapai penerbangan murah<br />
yang melayani rute Surabaya-Bangkok. Warga<br />
Surabaya yang hendak ke Bangkok mesti<br />
menggunakan penerbangan full service, yang<br />
penerbangannya lebih lama karena transit dan<br />
bayarnya lebih mahal.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Baliho di tempat penukaran<br />
uang di Jakarta. Pelemahan<br />
rupiah terhadap dolar<br />
turut mempengaruhi bisnis<br />
maskapai penerbangan.<br />
Rachman Haryanto/detikcom<br />
Maskapai anak perusahaan Tiger Air dari Singapura<br />
itu terpaksa menutup sejumlah rute,<br />
termasuk Surabaya-Bangkok, akibat tekanan<br />
jatuhnya nilai tukar rupiah. “Dalam low season<br />
ini, kami memutuskan mengubah atau menutup<br />
sementara rute yang membutuhkan lebih<br />
banyak investasi,” kata Paul Rombeek, Presiden<br />
Direktur PT Mandala Airlines.<br />
Melorotnya nilai tukar rupiah memang membuat<br />
maskapai penerbangan menjerit. Pasalnya,<br />
biaya operasional sewa pesawat dan suku<br />
cadang melonjak karena harus dibayar dengan<br />
mata uang dolar Amerika. Belum lagi harga avtur,<br />
bahan bakar jet produksi Pertamina, yang<br />
juga melonjak hingga menjadi Rp 12 ribu per<br />
liter.<br />
Kenaikan ini membuat Menteri Perhubungan<br />
merestui permintaan asosiasi perusahaan<br />
penerbangan untuk menaikkan surcharge alias<br />
biaya tambahan untuk menutup biaya operasional<br />
penerbangan.<br />
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry<br />
Bakti mengatakan kebijakan ini diambil karena<br />
harga avtur dalam tiga bulan terakhir melampaui<br />
Rp 10 ribu per liter. Kebijakan ini mulai<br />
efektif tahun depan dan akan dievaluasi tiga<br />
bulan sekali. “Kalau sudah normal, akan kami<br />
cabut aturan ini,” tutur Herry.<br />
Sedangkan di pihak maskapai penerbangan,<br />
mereka melakukan sejumlah langkah untuk<br />
mengatasi masalah ini.<br />
Mandala Airlines menghentikan sembilan<br />
rute penerbangan sebagai antisipasi kenaikan<br />
nilai dolar. Perusahaan ini juga mengurangi<br />
frekuensi sejumlah penerbangan, seperti Jakarta-Singapura,<br />
dari lima kali menjadi empat kali<br />
sehari.<br />
“Kami beradaptasi terhadap kondisi ekonomi,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Lucas Suryanata<br />
yang mana dolar naik signifikan, sehingga biaya<br />
operasional kami naik,” kata Lucas Suryanata,<br />
juru bicara Mandala Airlines.<br />
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar<br />
dan kenaikan harga avtur mendongkrak beban<br />
biaya operasional Mandala. Sebagai contoh,<br />
50-60 persen biaya operasional Mandala dipakai<br />
untuk membeli avtur.<br />
Sementara itu, perusahaan harus membayar<br />
dalam bentuk dolar untuk pengadaan suku<br />
cadang pesawat maupun sewa pesawat. “Sedangkan<br />
kami menerima revenue dalam rupiah,<br />
sehingga pasti ada ketimpangan,” ujar pria yang<br />
biasa dipanggil Surya ini.<br />
Kami menerima revenue dalam rupiah, sehingga<br />
pasti ada ketimpangan.<br />
Jadi mereka menutup sejumlah rute. “Benar<br />
kami menutup rute. Maskapai lain juga menutup<br />
banyak rute tapi tidak mereka umumkan,”<br />
kata Rombeek.<br />
Hingga kini Mandala belum memastikan<br />
sampai kapan penutupan sementara itu akan<br />
berlangsung. Cuma, menurut Surya, pada April<br />
nanti, direksi perusahaan yang mayoritas sahamnya<br />
dikuasai Saratoga—perusahaan milik<br />
Sandiaga Uno—itu akan mengevaluasi perlutidaknya<br />
keputusan itu dihapus.<br />
Selain Mandala, Lion Air melakukan efisiensi<br />
untuk meredam bertambahnya biaya operasional<br />
akibat pelemahan nilai tukar rupiah maupun<br />
lonjakan harga avtur. Sayangnya, berbeda<br />
dengan Mandala, Lion Air enggan mengungkap<br />
bentuk efisiensi yang dilakukan untuk mengerem<br />
peningkatan beban biaya operasional. “Ya,<br />
rahasialah, masak strategi saya buka ke publik,<br />
yang benar saja,” kata Direktur Umum Lion Air,<br />
Edward Sirait.<br />
Efisiensi, menurut dia, merupakan langkah<br />
wajar yang diambil maskapai penerbangan sebagai<br />
akibat kenaikan beban biaya operasional.<br />
Bentuknya pun bermacam-macam, salah satunya<br />
pengurangan frekuensi penerbangan ataupun<br />
penghentian sementara rute penerbangan<br />
tertentu. ■ Hans Henricus B.S. Aron<br />
Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2013<br />
2014
isnis<br />
Naik<br />
Harga<br />
dan Ubah<br />
Rute<br />
PAUL Rombeek, Presiden Direktur PT Mandala Airlines, mengungkapkan<br />
bahwa melemahnya nilai rupiah menghantam bisnis mereka. Strategi<br />
untuk mengatasinya, secara umum, adalah menaikkan tarif dan menutup<br />
sementara rute yang kurang ramai. Berikut ini ringkasan wawancara majalah<br />
detik dengan Rombeek pekan lalu.<br />
Apa strategi Anda akibat jatuhnya<br />
nilai tukar rupiah?<br />
Jelas bagi semua orang bahwa isu<br />
besarnya adalah, untuk mengkompensasi<br />
melemahnya rupiah, tarif harus<br />
naik. Tarif harus naik karena biaya naik<br />
sekitar 30 persen. Melemahnya rupiah<br />
berdampak langsung pada kenaikan<br />
biaya maskapai penerbangan karena<br />
pengeluaran semuanya dalam bentuk<br />
dolar.<br />
Pada saat yang sama, kami akan<br />
memusatkan perhatian pada rute-rute<br />
yang kami pandang terbaik bagi kami.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Itu sebabnya, dalam low season ini, kami<br />
memutuskan mengubah atau menutup<br />
sementara rute yang membutuhkan<br />
lebih banyak investasi.<br />
Apakah penutupan hanya sementara<br />
saat low season?<br />
Rencananya, kami akan kembali<br />
sesegera mungkin, hanya sementara.<br />
(Misalnya rute) Surabaya-Hong Kong,<br />
kami berencana buka kembali, tapi<br />
belum dipastikan tanggalnya. Kami<br />
akan melihat bagaimana (keadaan)... ada<br />
volatilitas dan ketidakpastian di pasar<br />
sekarang. Rute-rute itu kami percaya<br />
(bagus), tapi sekarang membutuhkan<br />
investasi.<br />
Benar kami menutup rute. Maskapai<br />
lain juga menutup banyak rute tapi<br />
tidak mereka umumkan.<br />
Bagaimana load factor (tingkat<br />
jumlah penumpang) Surabaya-<br />
Bangkok?<br />
Kami tidak buka angka load factor,<br />
tapi rute Surabaya-Bangkok itu rute<br />
bagus. Persaingan ke sana, kami terbang<br />
ke bandara yang di kotanya, Suvarnabhumi,<br />
yang memiliki akses internasional<br />
lebih bagus dan bagi sejumlah<br />
penumpang memiliki daya tarik lebih<br />
bagus. Saat memulainya, kami cukup<br />
gembira, sehingga terbang tiap hari.<br />
Tapi, akibat situasi di bangkok, kami<br />
memutuskan menghentikan rutenya.<br />
Bagaimana rute lain?<br />
Jika Anda melihat rute Jakarta-Hong<br />
Kong, itu adalah keberhasilan besar<br />
bagi kami. Kami diuntungkan merek<br />
grup kami, Tiger Air, sudah dikenal baik<br />
di Hong Kong. Di rute itu, 90 persen<br />
penumpang kami berasal dari Hong<br />
Kong atau Cina daratan. Hanya sedikit<br />
yang datang dari Bali. Load factor di rute<br />
itu juga sangat tinggi.<br />
Juga Jakarta-Singapura, kami terbang<br />
lima kali sehari. Tiger Air Singapura<br />
terbang empat kali sehari, jadi ada<br />
sembilan penerbangan dalam total grup.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
isnis<br />
Bagaimana bersaing di pasar low<br />
cost dengan AirAsia dan Citilink?<br />
Saya ingin membedakan antara<br />
Citilink dan AirAsia. Citilink hanya<br />
terbang domestik, jadi mereka hanya<br />
berfokus pada penerbangan domestik.<br />
Sedangkan kami 80 persen penerbangan<br />
internasional. Juga karena mereka<br />
100 persen dimiliki Garuda Indonesia,<br />
mereka mendapat penumpang dari<br />
induk perusahaan.<br />
AirAsia lebih mirip kami. Mereka<br />
lebih lama dan lebih besar armadanya,<br />
tapi mirip kami, penumpangnya sama,<br />
rutenya juga sama. Jadi bagaimana kami<br />
bersikap? Kami berfokus pada on time<br />
performance (ketepatan waktu), pada<br />
keselamatan, pada reliabilitas.<br />
Pertumbuhan pasar sangat cepat,<br />
pertumbuhan penumpang bakal naik<br />
15 persen tahun ini. Memang kapasitas<br />
(jumlah pesawat termasuk dari pesaing)<br />
bertambah, tapi pasar masih tetap tumbuh.<br />
Masalahnya bukan soal kapasitas<br />
berlebih, tapi kombinasi antara kapasitas<br />
bertambah dan biaya melonjak.<br />
Saya tidak percaya, kami tidak percaya,<br />
ini adalah saatnya untuk tumbuh.<br />
Jadi kami memutuskan saat ini untuk<br />
mengurangi (ekspansi) dan bertahan.<br />
Apa rencana Mandala dalam 5-10<br />
tahun mendatang, apalagi pesaingnya<br />
menambah ratusan pesawat?<br />
Banyak pesawat yang sudah dipesan<br />
grup-grup lain. Tapi pertanyaannya bagi<br />
kami, di mana mereka akan menaruh<br />
pesawatnya?<br />
Mungkin kami sedikit berhati-hati<br />
dalam order pesawat dan artinya juga<br />
dalam ambisi masa depan. Tapi, pada<br />
akhirnya, ini adalah soal keuntungan<br />
bagi bisnis dan pertumbuhan yang<br />
aman. Jadi kami tetap akan tumbuh,<br />
tapi tumbuh dengan cara bertanggung<br />
jawab dan aman. ■ Nur Khoiri<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Hassan Rouhani Imam Khomeini Ali Khattami<br />
Berjaya<br />
Melawan<br />
Amerika<br />
Sejak mengubah diri sebagai Republik Islam pada 1 Februari 1979, Imam Khomeini<br />
selalu menekankan kepada rakyat Iran untuk hidup mandiri. Namun Amerika dan<br />
sekutunya tak rela dengan sikap negeri kaya minyak itu. Beraneka muslihat diterapkan<br />
untuk membenamkan Iran menjadi negeri yang papa. Tapi para pemimpin<br />
Iran tak goyah. Di tengah segala keterbatasan, rakyat Iran menciptakan aneka kreasi<br />
dan inovasi mencengangkan. Tak keliru bila kita pun belajar dari mereka tentang<br />
kebulatan hati untuk mandiri.<br />
Mandiri<br />
Meski<br />
diisolasi<br />
perempuan<br />
modis<br />
perempuan<br />
berprestasi<br />
produk<br />
setan<br />
susupi<br />
iran<br />
revolusi<br />
iran,<br />
syiah,<br />
dah<br />
soeharto<br />
Majalah detik 17 -23 Februari 2014
selingan<br />
Mandiri Meski<br />
Diisolasi<br />
Dahlan Iskan tercengang<br />
menyaksikan para insinyur<br />
Iran bisa membuat<br />
bagian yang paling sulit<br />
di pembangkit listrik:<br />
turbin.<br />
Getty Images<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Perdana Menteri Jepang Shinzo<br />
Abe dan Hassan Rouhani<br />
Jason Alden/Bloomberg via Getty<br />
Bagi sebagian rakyat Iran, Amerika<br />
Serikat masih dianggap sebagai<br />
negeri imperialis yang menyulitkan<br />
kehidupan mereka. Tak aneh bila, di<br />
antara ratusan ribu orang yang turun ke jalanjalan<br />
merayakan 35 tahun Revolusi Iran, di sanasini<br />
terselip gambar montase Presiden Barack<br />
Obama mengenakan rompi oranye layaknya<br />
seragam tahanan di Guantanamo. Ada juga<br />
gambar Obama layaknya badut dengan hidung<br />
merah.<br />
Poster-poster yang diusung sebagian pemuda-pemudi<br />
Iran tak kalah keras. “Kami siap<br />
menghadapi segala opsi,” begitu bunyinya. Kalimat<br />
itu merujuk pada pernyataan Menteri Luar<br />
Negeri Amerika John F. Kerry bahwa Amerika<br />
masih membuka opsi tindakan militer terhadap<br />
Iran. Hal itu terkait dengan negosiasi penghentian<br />
program nuklir Iran yang ditandatangani di<br />
Jenewa, November tahun lalu.<br />
Dalam perundingan yang dikenal dengan istilah<br />
P5+1 (Amerika, Inggris, Prancis, Cina, dan<br />
Jerman) itu, di bawah kepemimpinan Presiden<br />
Hassan Rouhani yang moderat, Iran setuju<br />
untuk tidak akan pernah mencari atau membuat<br />
senjata nuklir dan menunda pengayaan<br />
uranium di atas 5 persen dalam enam bulan ke<br />
depan, mulai Januari tahun ini.<br />
Sebaliknya, negara-negara yang tergabung<br />
dalam P5 setuju untuk tidak menjatuhkan sanksi<br />
baru, baik dari Uni Eropa maupun Amerika,<br />
atas ekspor petrokimia, emas, dan bahan metal<br />
berharga dari Iran. Pada 1 Februari lalu, Iran<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Tap untuk<br />
melihat video<br />
menerima pencairan dana US$ 500 juta dari<br />
total komitmen US$ 7 miliar. Sebanyak US$ 4,2<br />
miliar akan dicairkan dalam waktu 6 bulan.<br />
Rouhani dalam pidato perayaan 35 tahun<br />
Revolusi Iran menyerukan agar perundingan<br />
tentang program nuklir berlangsung secara<br />
adil dan konstruktif. Ia juga memperingatkan,<br />
negara-negara Barat seharusnya tidak memiliki<br />
delusi untuk mengambil opsi tindakan militer.<br />
Sebab, dia sejak awal bertekad mencari solusi<br />
diplomatik dalam menyelesaikan kebuntuan<br />
satu dekade perundingan mengenai program<br />
nuklir.<br />
“Ini adalah uji sejarah bagi Eropa dan Amerika.<br />
Andai dalam negosiasi lanjutan mereka<br />
menghormati hak-hak bangsa Iran, merujuk<br />
pada hukum internasional, dan saling menghormati,<br />
tentunya Iran pun akan memberikan<br />
respons yang positif kepada mereka,” ujarnya<br />
disambut gemuruh tepuk tangan massa yang<br />
tumpah ruah di Taman Azadi.<br />
Rouhani juga mengajak generasi muda Iran<br />
bersama-sama pemerintah berjuang menekan<br />
laju inflasi. Dalam enam bulan pertama pemerintahannya,<br />
ia mengklaim berhasil menekan<br />
angka inflasi dari 43 menjadi 35 persen. “Dengan<br />
kehendak Allah, pemerintah bertekad menekan<br />
inflasi hingga menjadi 25 persen pada<br />
tahun depan,” ujarnya.<br />
l l l<br />
Setelah lebih dari 14 tahun hidup di pengasingan,<br />
pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini<br />
kembali ke Iran, yang selama beberapa<br />
dekade menjadi boneka Amerika. Lebih dari<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Mereka bahkan bisa<br />
membuat bagian yang<br />
paling sulit pada<br />
pembangkit listrik: turbin.<br />
5 juta warga berbaris di jalanan Teheran menyambut<br />
Ayatullah, yang baru tiba dari Prancis.<br />
Ia diasingkan ke Irak pada 1964, setahun setelah<br />
dipenjarakan oleh penguasa Iran, Shah Reza<br />
Pahlavi. Pada 1978, Khomeini pindah ke Paris<br />
dan mulai menyusun gerakan Revolusi Islam<br />
guna menggulingkan rezim<br />
Pahlavi yang korup.<br />
Pada April 1979, Khomeini<br />
mengumumkan berdirinya<br />
Republik Islam Iran, menggantikan<br />
monarki Pahlavi.<br />
Di bawah Khomeini, yang<br />
berperan sebagai pemimpin tertinggi sekaligus<br />
pemimpin spiritual Iran, negeri itu dibuat mandiri.<br />
Revolusi Islam Iran itu disebut sebagai salah<br />
satu revolusi terbesar di dunia selain Revolusi<br />
Prancis dan Revolusi Bolshevik.<br />
Tapi Amerika bersama negara-negara Barat<br />
yang menjadi sekutu Iran tak terima negeri kaya<br />
minyak itu hidup tegak di atas kakinya sendiri.<br />
Dengan beragam cara, berjuta alasan mengada-ada,<br />
mereka mencoba membenamkan<br />
Iran menjadi negeri yang papa. Boikot minyak,<br />
blokade ekonomi, dan segala cara yang bisa<br />
menjembatani ambisi mereka menghancurkan<br />
negeri itu pun dilakukan.<br />
Berbagai upaya mengisolasi Iran dari pergaulan<br />
internasional kian menguat dalam 10 tahun<br />
terakhir. Dalihnya, Negeri Mullah tengah mengembangkan<br />
persenjataan nuklir, yang mengancam<br />
keamanan kawasan Timur Tengah.<br />
Embargo terhadap Iran melalui Perserikatan<br />
Bangsa-Bangsa antara lain dilakukan berdasarkan<br />
Resolusi Dewan Keamanan No. 1737<br />
pada 2006, No. 1747 (2007), No. 1835 (2008),<br />
dan Resolusi No. 1929 (2010). Inti dari semua<br />
resolusi itu antara lain membekukan semua<br />
aset Iran di luar negeri, melarang para pejabat<br />
Iran memasuki negara-negara tertentu, dan<br />
mengembargo penjualan senjata.<br />
Di luar sanksi PBB, secara sepihak Amerika<br />
Serikat menerapkan sanksi terhadap Iran di bidang<br />
kerja sama investasi pada 2010. Amerika<br />
akan memberikan sanksi berat kepada perusahaan<br />
atau entitas bisnis yang berhubungan<br />
dengan Iran. Amerika juga mencegah investasi<br />
di sektor minyak dan gas Iran.<br />
Pada 2012, Amerika kembali mengeluarkan<br />
aturan yang menjatuhkan sanksi bagi perban-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Shah Mohammad Reza Pahlavi<br />
dan istrinya Farah Diba Pahlavi<br />
Getty Images<br />
kan swasta yang melakukan/memfasilitasi<br />
transaksi keuangan bagi perdagangan nonpetroleum<br />
(kecuali makanan, obat-obatan, atau<br />
peralatan medis). Juga sanksi terhadap bank<br />
sentral dan institusi keuangan negara lainnya<br />
yang melakukan/memfasilitasi perdagangan<br />
petroleum dan produk turunannya. Bila ada negara<br />
yang melanggar, akses transaksi keuangan<br />
negara tersebut ke Amerika bakal dibekukan.<br />
Pembelian gas Indonesia (Pertamina) ke Iran<br />
pun akhirnya terganggu dan harus melalui<br />
pihak ketiga akibat ketentuan tersebut.<br />
Beruntung, para pemimpin pemerintahan<br />
Iran selepas wafatnya Khomeini pada Juni 1989<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Pemerintah Iran<br />
amat memperhatikan<br />
pengembangan<br />
pendidikan.<br />
tak mudah goyah menghadapi aneka tekanan<br />
dan isolasi. Rakyat Iran pun tak menyikapi<br />
berbagai kesulitan dengan merengek dan mengemis.<br />
Semua derita dan kondisi terpepet itu<br />
justru membuat Iran bangkit.<br />
Dahlan Iskan, saat menjadi Direktur Utama<br />
PLN, menyaksikan kemajuan yang dicapai Iran<br />
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia<br />
melihat kilang minyak, petrokimia, etanol sudah<br />
beroperasi dalam skala<br />
raksasa. “Mereka bahkan<br />
bisa membuat bagian yang<br />
paling sulit pada pembangkit<br />
listrik: turbin,” tulisnya<br />
dalam situs PLN yang bertajuk<br />
“Ke Iran Setelah 20<br />
Tahun Diembargo Amerika”.<br />
Menurut informasi yang didapat Dahlan, kala<br />
itu Iran sudah memproduksi 225 buah turbin<br />
dari berbagai ukuran dan mulai mengekspor<br />
turbin ke Libanon, Suriah, Irak, dan India. Lebih<br />
jauh, Iran dipercaya Siemens untuk memasok<br />
turbin ke perusahaan Jerman itu.<br />
Dina Y. Sulaeman, yang pernah berkuliah dan<br />
bekerja di Iran selama delapan tahun, memberikan<br />
kesaksian lain. Menurut dia, pemerintah<br />
Iran amat memperhatikan pengembangan pendidikan.<br />
Banyak doktor yang menampilkan hasil<br />
riset mereka di jurnal-jurnal ilmiah kelas dunia.<br />
“Hal itu dimungkinkan karena pemerintah mau<br />
membiayainya. Untuk bisa menerbitkan tulisan<br />
di jurnal internasional itu mahal lo, harus bayar<br />
ribuan dolar AS,” kata Dina.<br />
Indikasi lain dari komitmen pemerintah terhadap<br />
kemajuan iptek, kandidat doktor hubungan<br />
internasional dari Universitas Padjadjaran,<br />
Bandung, itu menambahkan, beberapa saluran<br />
televisi di Iran kerap menayangkan inovasiinovasi<br />
karya para pelajar dan peneliti. “Dari<br />
yang canggih sampai yang mungkin dianggap<br />
sepele disiarkan di televisi. Jadi para pelajar dan<br />
ilmuwan berlomba berinovasi karena memang<br />
dihargai betul,” tutur perempuan yang pernah<br />
mengambil kuliah strata-2 di Fakultas Teologi<br />
Universitas Teheran itu.<br />
Tak mengherankan bila Iran saat ini memiliki<br />
banyak ilmuwan muda, termasuk dari kalangan<br />
perempuan yang menggeluti bidang nanoteknologi.<br />
Dr Marziyeh Shekarriz adalah satu dari<br />
sekian ilmuwan yang memukau. Shekarriz,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Dahlan Iskan<br />
ANTARA/Rosa Panggabean<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
menurut Islamic Republic of Iran Broadcasting,<br />
melakukan berbagai penelitian untuk industri<br />
perminyakan. Selama 12 tahun, dia memimpin<br />
19 proyek penelitian bahan campuran oli kendaraan<br />
dan bahan bakar minyak. Selain itu, dia<br />
bekerja sama dalam 25 proyek penelitian lainnya.<br />
Sebagian dari riset itu untuk skala semiindustri.<br />
Bila Indonesia hendak belajar kebulatan hati,<br />
tentu tak keliru bila dengan rendah hati menengok<br />
negeri di Teluk Parsi itu. n<br />
LA Times | AFP | Arif Arianto | Sudrajat<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Perempuan modis<br />
perempuan Berprestasi<br />
Semua perempuan di atas 9 tahun, apa pun<br />
agama atau kewarganegaraannya, harus<br />
mengenakan jilbab bila keluar dari rumah.<br />
the tehran times<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Banyak gadis di Iran yang<br />
tampil modis layaknya kaum<br />
perempuan di Jakarta.<br />
Getty Images/Kaveh Kazemi<br />
Semula Magdalena Krisnawati mengira<br />
penampilan kaum perempuan<br />
di Iran bakal serba tertutup pakaian<br />
hitam layaknya di negara-negara Timur<br />
Tengah. Maklum, sejak 35 tahun lalu, Iran<br />
menahbiskan diri sebagai negara republik Islam.<br />
Nyatanya, begitu pegawai sebuah perusahaan<br />
swasta di Jakarta itu menjejakkan kaki di<br />
Bandar Udara Mehrabad, Teheran, suasananya<br />
ternyata tak jauh berbeda dengan Jakarta.<br />
Lelaki bergamis dengan jenggot panjang<br />
jarang terlihat di tempat-tempat umum. Kaum<br />
lelaki di sana ternyata lebih banyak yang mengenakan<br />
celana panjang dan kemeja atau mengenakan<br />
jas. Kaum perempuannya pun lebih<br />
banyak mengenakan kerudung modern, dengan<br />
celana jins dan baju panjang seperti lazimnya<br />
perempuan di Jakarta. Bahkan beberapa<br />
perempuan Iran yang menyambutnya justru<br />
terheran-heran oleh kesederhanaan penampilan<br />
rombongan perempuan Indonesia, yang<br />
rata-rata tak ber-makeup.<br />
“Tak semua mengenakan burqo atau chadur.<br />
Banyak juga yang tampil modis dengan kerudung<br />
tapi rambutnya masih terlihat, dan dengan<br />
makeup yang mencolok,” Lena menuturkan<br />
kembali pengalamannya 10 hari mengunjungi<br />
Negeri Mullah. “Tak terlihat polisi syariah<br />
yang secara mencolok menegur mereka agar<br />
membenarkan posisi kerudung, apalagi sampai<br />
merazia,” ujarnya.<br />
Walau tempat hiburan malam tak sebanyak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Majid/Getty Images<br />
di Jakarta, tak ada pembatasan jam malam.<br />
Bukan cuma itu. Ia juga menilai tak ada pembedaan<br />
berarti antara kaum perempuan dan<br />
lelaki dalam aktivitas keseharian. “Pokoknya<br />
saya merasa lebih nyaman dan aman di Iran<br />
dibanding di Jeddah (Arab Saudi) atau Qatar,<br />
misalnya,” ujar Lena.<br />
Dina Y. Sulaeman, yang pernah 8 tahun<br />
tinggal di Iran, membenarkan kesaksian Lena.<br />
Pemerintah Iran, kata dia, sebenarnya mewajibkan<br />
semua perempuan di atas 9 tahun, apa<br />
pun agama atau kewarganegaraannya, saat<br />
berada di Iran mengenakan jilbab bila keluar<br />
dari rumah. Namun, sejak pemerintahan Presiden<br />
Muhammad Khatami (1997-2005) berkuasa,<br />
aturan itu sedikit longgar. Ketika Mahmud<br />
Ahmadinejad ingin kembali mengetatkan aturan<br />
itu, tak sepenuhnya masyarakat di kota-kota<br />
besar setuju.<br />
“Apalagi menyangkut kehidupan yang termasuk<br />
wilayah pribadi, pemerintah tak akan terlalu<br />
jauh ikut campur. Jadi, kalau ada foto perempuan<br />
Iran mengenakan pakaian “you can see”<br />
di dalam rumah, ya tak ada masalah karena itu<br />
wilayah privat,” kata Dina, yang menerbitkan<br />
buku Journey to Iran pada 2011.<br />
Dalam hubungan perkawinan, ia melanjutkan,<br />
perempuan mempunyai posisi tawar<br />
cukup baik karena dapat meminta mahar yang<br />
nilainya cukup tinggi. Hal ini lebih dimaksudkan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Maryam Islami<br />
Getty Images<br />
Revolusi Islam Iran, yang<br />
lahir dari rahim Islam,<br />
memandang kaum perempuan<br />
dengan penuh hormat.<br />
sebagai jaminan bila dalam perjalanan rumah<br />
tangga si suami berselingkuh atau terjadi perceraian.<br />
“Memang bisa<br />
dicicil. Tapi, bila terjadi<br />
sesuatu, si perempuan<br />
bisa melapor ke pengadilan<br />
dan si pria bisa<br />
dipenjara bila tidak<br />
memenuhi kewajibannya,”<br />
kata perempuan yang tengah mengambil<br />
program doktor hubungan internasional<br />
di Universitas Padjadjaran, Bandung, ini.<br />
Iran pasca-Revolusi Islam juga memungkinkan<br />
kaum perempuan<br />
berkarya dan berprestasi<br />
di berbagai sektor.<br />
Pasal 21 Undang-Undang<br />
Dasar Iran menyatakan<br />
pemerintah<br />
menjamin hak-hak<br />
kaum perempuan<br />
dalam semua hal, yang<br />
meliputi materi, spiritual,<br />
budaya, sosial,<br />
dan hukum, sesuai dengan ajaran Islam.<br />
Revolusi Islam Iran, yang lahir dari rahim Islam,<br />
memandang kaum perempuan dengan<br />
penuh hormat. Dalam hal ini, peran Imam Khomeini<br />
dalam menghidupkan peran muslimah<br />
di tengah masyarakat sangat menonjol. UUD<br />
Republik Islam Iran, yang dilandasi oleh hukum<br />
dan ajaran Islam, memberi kesempatan yang<br />
besar kepada perempuan untuk berperan aktif<br />
di segala bidang.<br />
Badan statistik pusat Iran, seperti ditulis Islamic<br />
Republic of Iran Broadcasting, melaporkan,<br />
tingkat melek huruf Iran pada 2011 mencapai<br />
93,2 persen. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya<br />
adalah perempuan.<br />
Tak mengherankan jika semakin hari jumlah<br />
perempuan Iran yang mengukir prestasi di bidang<br />
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin<br />
tinggi.<br />
Banyak perempuan Iran yang berhasil<br />
mematenkan penemuan mereka di berbagai<br />
bidang keilmuan, seperti matematika, kimia,<br />
fisika, dan lingkungan. Sebut saja Maryam Islami.<br />
Karya ilmiah dokter perempuan kelahiran<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Afsaneh Safavi<br />
Getty Images<br />
Shiraz ini berhasil menembus berbagai forum<br />
internasional di Jepang, Rusia, Mesir, dan negara<br />
lainnya. Pada 2008, ia meraih medali emas,<br />
piagam penghargaan, serta uang tunai sebagai<br />
pemilik karya ilmiah terbaik dalam kejuaraan<br />
internasional penemuan, inovasi, dan teknologi<br />
baru ke-32 di Jenewa, Swiss. Ia juga memperoleh<br />
penghargaan dari federasi penemuan<br />
internasional di Moldova.<br />
Maryam Islami berhasil menemukan cara memulihkan<br />
keretakan tulang tanpa pembedahan<br />
kulit dengan risiko infeksi sangat minim. Ia<br />
menuangkan temuannya dalam buku Beragam<br />
Keajaiban dalam Perbaikan dan Pengembangan<br />
Tulang. Buku ini menjadi salah satu buku rujukan<br />
standar dalam ilmu ortopedi.<br />
Ada juga Afsaneh Safavi, yang menjadi<br />
perempuan pertama Iran sebagai guru besar<br />
ilmu kimia. Ia meraih gelar doktor ilmu kimia<br />
dari Universitas Birmingham, Inggris. Pada<br />
1981, ia mempublikasikan 155 paper di berbagai<br />
jurnal internasional dan mempresentasikan 130<br />
makalah di berbagai konferensi dalam dan luar<br />
negeri. Safavi menerima hadiah dalam Abdussalam<br />
Prize untuk Ilmuwan Muda bidang kimia<br />
di Italia. Di Iran, Safavi mendapatkan penghargaan<br />
kedua untuk riset kimia pada Festival<br />
Sains Kharazmi IV. n<br />
AP | Esti Utami | Sudrajat<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
getty images<br />
Produk<br />
‘negara<br />
Setan’<br />
Selusupi<br />
Iran<br />
Tren dan potensi<br />
perdagangan Indonesia<br />
dengan Iran sangat<br />
besar. Pengusaha harus<br />
sigap memanfaatkan<br />
peluang.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Managing Director Nakhle<br />
Barani Pardis, Hassan<br />
Khosrow Jerdi, dan Presiden<br />
Direktur PT Kreasindo<br />
Resources Indonesia, Rudy<br />
Radjab, menandatangani<br />
nota kesepahaman<br />
pembangunan kilang<br />
minyak di Indonesia.<br />
dok. kadin<br />
Sambil menanti jam kuliah dimulai,<br />
Kamyar Niaki, 19 tahun, bermain<br />
Angry Birds di iPhone 4S seharga<br />
US$ 800. Mahasiswa Universitas<br />
Azad, Teheran, itu mengaku tak alergi terhadap<br />
produk-produk Amerika Serikat, yang oleh para<br />
pemimpinnya disebut sebagai Setan Besar.<br />
“Saya selalu mencari produk-produk terbaru<br />
Apple lewat Windows," kata Niaki.<br />
Sedangkan Reza Kazemi, pegawai rumah<br />
sakit pemerintah di Teheran, biasa membeli<br />
Coca-Cola ukuran 1,5 liter untuk istri dan ketiga<br />
anaknya. “Mereka menyukainya karena rasanya<br />
enak,” kata Kazemi.<br />
Selain barang elektronik canggih, seperti<br />
iPhone dan MacBook keluaran Apple, produk<br />
busana dari merek terkemuka, seperti Levi's<br />
dan Tommy Hilfiger, sepatu Nike, hingga pisau<br />
cukur Gillette buatan Procter & Gamble memasuki<br />
Iran lewat jaringan di Dubai atau distributor<br />
Asia.<br />
Masoud Mohajer, kolumnis bidang ekonomi<br />
di sejumlah surat kabar terkemuka di Iran, mengungkapkan,<br />
sebelum menjadi musuh, Amerika<br />
Serikat adalah penopang utama rezim Iran di<br />
bawah Shah Reza Pahlavi. Karena itu, tak aneh<br />
bila masyarakat kadung gandrung terhadap<br />
aneka produk Negeri Abang Sam. "Masyarakat<br />
Iran mafhum bahwa produk Amerika adalah<br />
yang terbaik dibandingkan dengan produk<br />
sejenis dari negara maju lainnya,” kata Mohajer.<br />
Bila kemudian pemerintah melarangnya, ia<br />
melanjutkan, produk-produk tersebut akan menyusup<br />
melalui para penyelundup. Pasar gelap<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
GETTY IMAGES<br />
selalu akan terbuka karena reputasi produkproduk<br />
tersebut.<br />
Selain produk konsumsi, aneka merek<br />
peralat an berat dari perusahaan-perusahaan<br />
raksasa Amerika, seperti Caterpillar, dan<br />
produk elektronik dari General Electric serta<br />
Hewlett-Packard hadir di pasar-pasar di Iran.<br />
"Dubai seperti hipermarket bagi Iran," kata Ahmed<br />
Butti Ahmed, pejabat bea-cukai di Dubai.<br />
Pada 2011, perusahaan-perusahaan Amerika<br />
diketahui mengekspor produk mereka senilai<br />
US$ 229 juta ke Iran.<br />
Jumlah itu dipastikan bakal meningkat drastis<br />
seiring dengan perubahan sikap politik Iran di<br />
bawah Presiden Hassan Rouhani, yang dikenal<br />
moderat. Dalam pidato pelantikannya sebagai<br />
presiden pada 3 Agustus 2013, ia menyatakan<br />
keinginannya membangun hubungan lebih<br />
baik dengan dunia internasional dan berusaha<br />
menghapus sanksi berkaitan dengan program<br />
nuklir. Hal itu antara lain diwujudkan dengan<br />
kesediaannya berunding dengan Amerika, Inggris,<br />
Rusia, Cina, Prancis, dan Jerman mengenai<br />
masalah program nuklir di Jenewa, Swiss, 24<br />
November tahun lalu.<br />
Dalam perundingan yang populer dengan<br />
sebutan P5+1 itu, Iran setuju untuk tidak akan<br />
pernah mencari atau membuat senjata nuklir<br />
dan menunda pengayaan uranium di atas 5<br />
persen dalam enam bulan ke depan, mulai<br />
Januari tahun ini. Sebaliknya, negara-negara<br />
yang tergabung dalam P5 setuju untuk tidak<br />
menjatuhkan sanksi baru atas ekspor petro-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
GETTY IMAGES<br />
kimia, emas, dan bahan metal berharga dari<br />
Iran. Negara-negara itu juga sepakat menunda<br />
pembatasan ekspor minyak mentah Iran dan<br />
membuat financial channel untuk memfasilitasi<br />
kebutuhan domestik Iran dengan menggunakan<br />
dana pendapatan minyak Iran yang ada<br />
di luar negeri (diperkirakan oleh banyak pihak<br />
nilainya mencapai US$ 4,2 miliar).<br />
Menurut Andy Rachmianto, Direktur Keamanan<br />
Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian<br />
Luar Negeri, respons terhadap kesepakatan<br />
itu cukup mencengangkan. Ia mencatat, Prancis<br />
mengirim delegasi bisnis ke Iran yang terdiri atas<br />
116 pengusaha. Mereka mewakili perusahaan be-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Mohamad Hery Saripudin<br />
BILLY / MYTRANS<br />
sar, seperti Total, Peugeot, Citroen, Lafarge, GDF<br />
Suez, dan Alstom. Menteri Keuangan Pierre Moscovici<br />
juga mengunjungi Teheran.<br />
Begitu juga dengan pemerintah Rusia, yang<br />
langsung mengirimkan S-300 misil antipesawat<br />
tempur dan menyatakan akan ikut membangun<br />
reaktor baru di Bashehr. Sedangkan Jerman bulan<br />
ini berencana mengirim delegasi bisnisnya<br />
ke Teheran setelah Januari lalu menerima kunjungan<br />
Menteri Pertanian Iran di Berlin. Pertemuan<br />
itu menyepakati pembentukan kelompok<br />
kerja pengembangan kerja sama pertanian.<br />
“Menteri Luar Negeri Italia Emma Bonino<br />
pun Desember tahun lalu datang ke Teheran.<br />
Masyarakat Iran mafhum bahwa produk<br />
Amerika adalah yang terbaik dibandingkan<br />
dengan produk sejenis dari negara maju<br />
lainnya.<br />
Itu pertama kali dilakukan Italia dalam 10 tahun<br />
terakhir,” tulis Andi dalam paper yang disampaikan<br />
dalam seminar Forum Kajian Kebijakan<br />
Luar Negeri Indonesia-Iran di Bandung, Sabtu,<br />
8 Februari 2014.<br />
Bagaimana dengan Indonesia? Sejak Selasa, 11<br />
Februari lalu, sebanyak 50 pengusaha Iran yang<br />
bergerak di bidang minyak dan gas, perkapalan,<br />
makanan, transportasi, karpet, perbankan,<br />
penerbangan, pariwisata, farmasi, otomotif,<br />
serta tekstil berkunjung ke Indonesia. Mereka<br />
tertarik berinvestasi karena Indonesia memiliki<br />
hasil tambang, perkebunan kelapa sawit, dan<br />
produk industri lain yang dibutuhkan masyarakat<br />
maupun industri Iran.<br />
“Tren nilai perdagangan Indonesia dengan<br />
Iran terus meningkat, meskipun sempat menurun<br />
akibat adanya sanksi ekonomi internasional<br />
terhadap Iran,” ujar Ketua Kamar Dagang dan<br />
Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto saat<br />
dihubungi majalah detik. Merujuk data dari<br />
Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan<br />
pebisnis Indonesia dengan mitranya di Iran<br />
pada 2012 mencapai US$ 1,26 miliar.<br />
Pernyataan senada diungkapkan Ketua Komite<br />
Iran Kadin Indonesia, Fadel Muhammad.<br />
Menurut Fadel, hubungan dagang pengusaha<br />
Indonesia dengan mitranya di Iran sudah lama<br />
terjalin. Hanya, ketika negara-negara Barat<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
GETTY IMAGES<br />
menjatuhkan sanksi embargo ekonomi kepada<br />
Iran pada 2008, Indonesia terkena imbasnya.<br />
Agar hal semacam itu tak terulang, Kepala Pusat<br />
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan<br />
Asia-Pasifik dan Afrika, Mohamad Hery Saripudin,<br />
menyarankan para pengusaha Indonesia<br />
lebih kreatif mencari alternatif lembaga keuangan<br />
yang menyediakan jasa untuk bertransaksi maupun<br />
mata uang yang digunakan. Dengan langkah<br />
itu, ketika terjadi masalah dalam hubungan negara-negara<br />
Barat dengan Iran, kegiatan transaksi<br />
pengusaha Indonesia tidak terpengaruh. Terlebih,<br />
tren dan potensi perdagangan Indonesia dengan<br />
Iran sangat besar.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Bila berpadu,<br />
Indonesia-Iran<br />
akan menjadi<br />
kekuatan yang<br />
dahsyat di<br />
dunia.<br />
Selain Indonesia saban tahun mengimpor<br />
minyak dari Iran untuk memenuhi kebutuhan<br />
dalam negeri, kalangan industri dan masyarakat<br />
Iran sangat membutuhkan komoditas asal Indonesia.<br />
“Misalnya saja, meski diembargo oleh<br />
sejumlah negara, industri otomotif Iran masih<br />
mampu memproduksi 1,6 juta unit mobil. Nah,<br />
ini kan membutuhkan karet untuk ban dan lainlain,”<br />
ucap Hery kepada majalah detik Kamis,<br />
13 Februari.<br />
Kedatangan pengusaha Iran yang tergabung<br />
dalam asosiasi dagang negara itu ke Indonesia,<br />
ia melanjutkan, merupakan sinyal bahwa pengusaha<br />
dan industri Iran sangat membutuhkan<br />
komoditas Indonesia. “Ini harus dimanfaatkan<br />
benar oleh pengusaha kita. Apalagi ada suspend<br />
sanksi embargo ekonomi setelah Presiden<br />
Rouhani memimpin Iran,” kata Hery.<br />
Bila tidak sigap memanfaatkan peluang<br />
tersebut, Indonesia akan tergeser oleh pengusaha-pengusaha<br />
dari kawasan Asia Tenggara<br />
lainnya. Padahal, selain memiliki komoditas<br />
yang dibutuhkan oleh industri Iran, Indonesia<br />
punya sifat pelengkap bagi Iran. “Indonesia<br />
penganut Sunni terbesar, sedangkan Iran penganut<br />
Syiah terbesar. Kalau itu dipadukan dan<br />
bisa diwujudkan dalam berbagai dimensi, baik<br />
politik maupun ekonomi, akan menjadi kekuatan<br />
yang dahsyat di dunia,” Hery memaparkan.<br />
■ AP | ARIF ARIANTO | Sudrajat<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Revolusi Iran,<br />
Syiah, dan<br />
Soeharto<br />
Karena dihalangi, orang Indonesia pergi ke Iran<br />
melalui Kuala Lumpur.<br />
Oleh: Azyumardi Azra, CBE<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Keterkaitan Indonesia dengan Iran<br />
bukan hanya hubungan di kancah diplomatik,<br />
tapi juga mencakup dimensi<br />
dan nuansa keagamaan serta politik<br />
dengan rentang masa yang jauh lebih panjang,<br />
bahkan sejak Iran masih bernama Persia. Iran termasuk<br />
negara pertama yang mengakui kemerdekaan<br />
Indonesia, bersama Mesir, Suriah, Irak, Arab<br />
Saudi, Yaman, Afganistan, dan Turki.<br />
Pengakuan yang begitu cepat itu dilandasi kenyataan<br />
bahwa mayoritas penduduk Indonesia<br />
beragama Islam. Indonesia membuka kantor<br />
perwakilan di Teheran pada 1950, dan menjadi<br />
kedutaan besar pada 1960. Hubungan itu terus<br />
meningkat dengan kunjungan Shah Iran, Presiden<br />
Ali Akbar Hashemi Rafsanjani (Oktober<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Biodata<br />
Nama:<br />
Azyumardi Azra, CBE<br />
Tanggal lahir:<br />
4 Maret 1955<br />
Pendidikan:<br />
n M.A. mengenai Kajian<br />
Timur Tengah<br />
n Ph.D. mengenai Sejarah/<br />
Comparative History of<br />
Muslim Societies dari<br />
Columbia University, New<br />
York (1992)<br />
n Doctor honoris causa<br />
dalam humane letters dari<br />
Carroll College, Montana,<br />
Amerika Serikat (Mei<br />
2005)<br />
Karier:<br />
n Direktur Sekolah<br />
Pascasarjana Universitas<br />
Islam Negeri Syarif<br />
Hidayatullah, Jakarta,<br />
(Januari 2007 sampai<br />
sekarang)<br />
n Deputi Kesra pada<br />
1994), Presiden Ahmadinejad (Mei 2006), dan<br />
pemimpin spiritual puncak Iran, Ayatullah Ali<br />
Khamenei (Maret 2008).<br />
Sementara itu, presiden-presiden Indonesia<br />
juga mengunjungi Iran, yakni Presiden Soeharto<br />
(Juli 1993), Abdurrahman Wahid (Juni 2000),<br />
Megawati (Februari 2004), dan Susilo Bambang<br />
Yudhoyono (Maret 2008).<br />
Keberhasilan Revolusi Islam Iran 1979 jelas<br />
mendatangkan euforia di kalangan masyarakat<br />
muslim Indonesia, meski mayoritas umat<br />
Islam Indonesia adalah penganut Sunni,<br />
bukan Syiah. Tidak banyak negara seperti<br />
Iran yang berhasil mempermalukan Amerika<br />
Serikat, yang bagi banyak kaum muslimin<br />
sering berlaku tidak adil, khususnya terhadap<br />
bangsa Palestina.<br />
Di pihak lain, pemerintahan Orde Baru sangat<br />
khawatir tentang kemungkinan adanya aktivis<br />
muslim Indonesia yang berusaha “mengimpor”<br />
atau menjadikan revolusi semacam itu sebagai<br />
ilham guna menumbangkan pemerintahan<br />
Presiden Soeharto. Sebab itulah pemerintah<br />
Indonesia pada dasarnya menghalangi orangorang<br />
Indonesia pergi ke Iran (juga Libya). Karena<br />
itu, orang-orang Indonesia yang hendak ke<br />
Iran biasanya pergi secara diam-diam via Kuala<br />
Lumpur. Pada saat yang sama, aparat keamanan<br />
Indonesia mengawasi mereka yang pernah<br />
ke Iran dan telah kembali ke Tanah Air.<br />
Di tengah kekhawatiran tersebut, keberhasilan<br />
Revolusi Islam Iran tetap tidak bisa mencegah<br />
terjadinya peningkatan upaya penyebaran<br />
Syiah di Indonesia. Berbagai yayasan dan<br />
lembaga muncul dan berkembang sejak awal<br />
1980-an dalam usaha memperkenalkan Syiah.<br />
Pemerintah sendiri tidak mengambil kebijakan<br />
melarang penyebaran Syiah di Indonesia,<br />
karena mayoritas umat Islam, yang terwakili<br />
dalam Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan<br />
banyak organisasi arus utama lainnya, tidak<br />
memandang Syiah sebagai aliran atau mazhab<br />
sempalan. Bahkan banyak muslim Indonesia,<br />
khususnya NU kaum “tradisionalis” lainnya,<br />
yang memiliki kecenderungan “tasyayyu” (ke-<br />
Syiah-syiah-an), seperti penghormatan kepada<br />
Ahl al-Bayt, khususnya Sayidina Ali bin Abi<br />
Talib, Fatimah Zahra, serta Sayidina Hasan dan<br />
Husain.<br />
Kekhawatiran pemerintah Indonesia ter-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
selingan<br />
Sekretariat Wakil Presiden<br />
RI (April 2007 hingga 20<br />
Oktober 2009)<br />
n Rektor UIN Syarif<br />
Hidayatullah (1998-2002<br />
dan 2002-2006)<br />
n Guru Besar Kehormatan<br />
Universitas Melbourne<br />
(2006-2009)<br />
n Anggota Dewan<br />
Penyantun International<br />
Islamic University,<br />
Islamabad, Pakistan<br />
(2005-sekarang)<br />
n Komite Akademis The<br />
Institute for Muslim<br />
Society and Culture,<br />
International Aga Khan<br />
University, London (2005-<br />
2010)<br />
Penghargaan:<br />
n The Asia Foundation<br />
Award (2005)<br />
n Bintang Mahaputra Utama<br />
RI (15 Agustus 2005)<br />
n Gelar Commander of the<br />
Order of British Empire/<br />
CBE dari Ratu Elizabeth<br />
(September 2010)<br />
hadap “koneksi Iran” dan Syiah berkurang<br />
secara signifikan menjelang akhir 1980-an.<br />
Gejala ini terlihat dari sambutan hangat<br />
Presiden Soeharto atas kunjungan Presiden<br />
Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani ke Jakarta<br />
pada pertengahan Oktober 1994. Rafsanjani<br />
pun mendapatkan sambutan hangat kaum<br />
muslimin Indonesia. Seusai Rafsanjani menunaikan<br />
salat Jumat di Masjid Istiqlal, jemaah<br />
Jumat tidak urung lagi “mengerubuti”-nya.<br />
Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid,<br />
hubungan lebih terbuka dan hangat karena<br />
Gus Dur sudah lama bersikap simpati dan<br />
empati kepada Syiah.<br />
Ketika pemerintah Indonesia mendukung<br />
Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan<br />
Bangsa-Bangsa No. 1747 pada 24 Maret<br />
2007, yang memutuskan pemberlakuan<br />
sanksi terhadap Iran terkait program nuklir,<br />
muncul gejolak demonstrasi dan protes di<br />
Dewan Perwakilan Rakyat. Pada 3 Maret<br />
2008, sikap Indonesia pun berubah menjadi<br />
“abstain” saat Resolusi Dewan Keamanan<br />
PBB 1803 menjatuhkan sanksi tambahan<br />
kepada Iran. Sepekan setelah itu, Presiden<br />
Yudhoyono berkunjung ke Iran, membuat<br />
hubungan yang sempat canggung menjadi<br />
“hangat” kembali. Melihat berbagai kecenderungan<br />
yang ada, hampir bisa dipastikan<br />
hubungan Indonesia-Iran kian harmonis di<br />
hari-hari depan.<br />
Terpilihnya Hassan Rouhani (kelahiran 12<br />
November 1948) dalam pemilu 14 Juni 2013<br />
sebagai presiden baru Republik Islam Iran<br />
menggantikan Ahmadinejad memberi harapan<br />
baru bagi Indonesia. Dalam pidato pelantikannya<br />
sebagai presiden pada 3 Agustus 2013,<br />
ia menjanjikan untuk memimpin pemerintahan<br />
yang baik, jujur, dan tepercaya. Figur konservatif-moderat<br />
itu juga menyatakan keinginannya<br />
membangun hubungan yang lebih baik dengan<br />
dunia internasional dan berusaha menghapus<br />
sanksi terkait dengan program nuklir. Sikap<br />
ini memberi ruang gerak lebih kondusif bagi<br />
Indonesia dalam berhubungan dan menyikapi<br />
kebijakan serta langkah pemerintah Iran. n<br />
*Disarikan dari makalah dalam seminar untuk Forum Kajian<br />
Kebijakan Luar Negeri, di Hotel Aston Tropicana, Bandung, 8<br />
Februari 2014.<br />
Majalah detik detik 17 173 - 23 23 - 9 Februari februari 2014
seni hiburan<br />
Kisah<br />
Negeri<br />
di Ujung<br />
Afrika<br />
Tunisia bukan hanya punya<br />
peradaban tua, kota-kota cantik,<br />
dan makanan enak. Negara mungil<br />
ini juga punya segudang perempuan<br />
pintar pejuang negeri.<br />
foto-foto: Silvia galikano<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
j<br />
ejak sebagai pelabuhan<br />
angkatan laut<br />
masih ada walau tidak<br />
ada lagi kapal besar<br />
yang merapat. Perahu<br />
kecil saja yang kini<br />
bersandar. Penanda<br />
kejayaan di masa<br />
lalu adalah bangunan<br />
cantik bergaya<br />
Mediterania yang berjajar rapat memagari kanal,<br />
mengingatkan pernah ada keriuhan di sana.<br />
Hanen Mokhtar menangkap keindahan pelabuhan<br />
kuno Tunisia itu dalam lukisan berjudul<br />
Old Port of Bizerte, yang dipamerkan bersama<br />
lukisan karya seniman Tunisia lainnya. Tersebutlah<br />
antara lain M’naouar Asma, Thabouti<br />
Abdelhamid, Hajjeri Ahmed, Ben Yahya Basma,<br />
Zouari Mohamed, Thabti Neji, Hejjeri Ahmed,<br />
dan Bouderbala Meriem.<br />
Mereka seniman muda dengan aliran kontemporer,<br />
seperti kubisme, surealisme, dan impresionisme.<br />
Meski demikian, tradisi lukis lokal<br />
tetap dipertahankan, seperti dapat dilihat dari<br />
Hanen Mokhtar<br />
Old Port of Bizerte<br />
Bouderbala Meriem<br />
Hammam<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Thabti Neji<br />
Time<br />
karya-karya kaligrafi Nja Mahdaoui.<br />
Para seniman ini adalah generasi ke-4 (1987-<br />
1997) seniman modern Tunisia. Generasi pertama,<br />
yakni pada era 1920-an, adalah Ammar<br />
Farhat, Yahia Turki, Jelel Ben Abdallah, Abdelaziz<br />
Gorgi, dan Ali Bellagha. Mereka sejak awal<br />
memilih pendekatan luwes untuk mengedepankan<br />
nilai-nilai tradisional. Jejak pendahulu<br />
ini yang diteruskan oleh seniman muda.<br />
Pameran lukisan tersebut adalah bagian dari<br />
Tunisian Cultural Days in Jakarta, yang digelar<br />
di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM),<br />
10-12 Februari 2014. Tujuannya untuk mengikat<br />
persahabatan Tunisia dan Indonesia, serta<br />
memperkenalkan budaya Tunisia yang beragam-ragam<br />
dan sudah berusia 3.000 tahun.<br />
Selain pameran lukisan, acara yang diadakan<br />
Kedutaan Besar Tunisa untuk Indonesia itu juga<br />
memutar film cerita pendek dan dokumenter,<br />
diskusi tentang peran perempuan di Tunisia,<br />
serta penyajian makanan khas Tunisia.<br />
“Kami menyadari tidak ada pertunjukan tari<br />
dan musik Tunisia dalam acara ini. Tapi itu akan<br />
kami perhatikan betul untuk acara-acara kebudayaan<br />
berikutnya,” kata Duta Besar Tunisia<br />
untuk Indonesia Mourad Belhassen.<br />
Kembali ke Bizerte yang jadi objek lukis<br />
Hanen Mokhtar. Kota ini (disebut juga Binzart)<br />
berada di Tunisia bagian utara, di mulut kanal<br />
yang menghubungkan Danau Bizerte dengan<br />
Laut Mediterania, terkenal sebagai kota tertua<br />
dan paling Eropa di Tunisia. Didirikan pada<br />
1000 SM oleh peradaban Semitik kuno Finiqyah<br />
(Phoenicia) dari Tyrus (sekarang Lebanon)<br />
dan jadi pos terdepannya.<br />
Nama “Binzart” didapat ketika kota ini dikuasai<br />
Spanyol (1535-1572). Saat itu, ada kolonel<br />
Spanyol bernama Ozard yang punya putri cantik<br />
dan jadi buah bibir. Masyarakat menyebut<br />
putri kolonel itu “bin Ozard”, yang berarti putri<br />
Ozard. Dari sana, lama-kelamaan orang menyebut<br />
tempat ini “Binzart”.<br />
Ketika Prancis menguasai Tunisia pada 1881,<br />
negara itu membangun pelabuhan angkatan<br />
laut besar. Dan, ketika kekuasaan Prancis di Tunisia<br />
berakhir (1956), Bizerte jadi kota terakhir<br />
yang lepas. Bizerte sekarang jadi kota wisata<br />
yang menawarkan suasana masa lalu.<br />
Selain Bizerte, Tunisia punya sederet lagi kota<br />
tua, seperti Tunis, Monastir, dan Kairouan. Yang<br />
disebut terakhir, Kairouan, adalah kota yang<br />
didirikan bangsa Arab pada 670 M dan meru-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Thabouti Abdelhamid<br />
Character<br />
Ben Yahya Basma<br />
Symphony<br />
Belkhodja Nejib<br />
Composition<br />
pakan bekas ibu kota keemiran Aghlabid (abad<br />
ke-9, bagian kekhalifahan Abbasiah). Selama dua<br />
abad, Kairouan merupakan salah satu metropolis<br />
terbesar di Mediterania dalam hal kekayaan dan<br />
pengaruh. Pengaruhnya menyebar hingga ke<br />
masyarakat muslim Sisillia dan sejumlah daerah<br />
di Afrika Utara. Kairouan menyimpan bukti Abad<br />
Keemasan Islam.<br />
Galibnya kota tua di Mediterania, kota cantik<br />
Kairouan berisi pasar yang riuh, jalanan sempit,<br />
anak-anak menjerit-jerit bermain, gang-gang berdinding<br />
putih diselingi pintu biru pucat, gapura,<br />
kubah-kubah putih, serta menara dan benteng.<br />
Tak jarang siluet perempuan melintas cepat berbungkus<br />
kerudung panjang di bawah keteduhan<br />
bayang-bayang Masjid Raya, masjid paling cantik<br />
di kawasan Afrika Utara dan jadi simbol Kairouan.<br />
Dan di setiap penjuru kawasan turistik, mergoums,<br />
karpet dengan motif geometris aneka<br />
warna, terjuntai indah dari jendela-jendela lantai<br />
atas toko karpet. Sandal dan baju tradisional<br />
bersulam sutra tetap dengan keindahan yang<br />
tak berkurang selama berabad-abad.<br />
Dunia mengenal kuliner Tunisia yang pedas<br />
dan kaya bumbu. Yang klasik adalah couscous,<br />
macam-macam tajine, serta daging kambing<br />
masak manis. Couscous adalah hidangan sepinggan<br />
yang berisi semolina kukus (berfungsi<br />
seperti nasi), daging, dan sayuran. Sedangkan<br />
tajine adalah campuran daging, keju, dan telur<br />
yang dibungkus berlapis-lapis kulit lumpia, lalu<br />
dipanggang.<br />
Tak ketinggalan kuih-muih tradisionalnya<br />
sebagai selingan, seperti donat madu, kurma isi<br />
almon, dan makroudhs (biskuit goreng berlapis<br />
kurma), yang semua supermanis.<br />
Yang belum banyak diketahui adalah gerakan<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
feminis di Tunisia ternyata sudah berumur lebih<br />
tua dari negaranya. Spesialis Kajian Perempuan<br />
dari Kedubes Tunisia di Jakarta, Houda Zaibi<br />
Belhassen, dalam diskusi Sejarah Hak-hak Perempuan<br />
di Tunisia, menyampaikan, dua orang<br />
pertama yang mendorong kesetaraan perempuan<br />
adalah duo reformis abad ke-19, Ahmed<br />
bin Dhiaf (1804-1874) dan Kheireddine Pacha<br />
(1820-1890). Mereka menyerukan pentingnya<br />
perempuan bersekolah dan mendapat pendidikan.<br />
Reformis Tunisia lainnya, Tahar Haddad (1899-<br />
1935), kemudian dengan lantang menyangkal<br />
Islam sebagai penghambat kemajuan. Yang<br />
merendahkan perempuan bukanlah Islam, kata<br />
Haddad, melainkan umat Islamnya.<br />
Dalam bukunya, Our Women in the Shari’a and<br />
Society (1930), Haddad menyerukan perlindungan<br />
perempuan muda dari teror kawin paksa dan<br />
kawin muda. Di tengah masyarakat yang masih<br />
konservatif, dia mengkritisi ulama yang menurutnya<br />
berskandal dan cabul, menjabarkan adanya<br />
M'naouar Asma<br />
Dead Nature<br />
Thabouti Abdelhamid<br />
Untitled<br />
Hejjeri Ahmed<br />
She's Surprising Me<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Zouari Mohamed<br />
Parchment<br />
salah paham dalam menafsirkan Alquran, serta<br />
bias dalam pengajaran Islam.<br />
“Pendeknya, Haddad adalah akar dari seluruh<br />
program bagi perempuan yang kemudian<br />
menginspirasi undang-undang Tunisia. Dia<br />
membawa Tunisia pada lahirnya gerakan<br />
perempuan yang jadi fase pertama gerakan<br />
feminis,” ujar Belhassen.<br />
Bouderbala Meriem<br />
Meduse<br />
Sesudah Haddad, baru kemudian muncul<br />
feminis perempuan. Bchira ben Mrad, Manoubia<br />
Ouertani, dan Habiba Menchari pada<br />
1920-an mengecam status yang merendahkan<br />
perempuan dan meminta perempuan<br />
tidak dibungkus sefsari (kerudung dari kain<br />
lebar yang menutupi tubuh perempuan).<br />
Banyak orang konservatif mengecam dan<br />
menganggap ide mereka merendahkan moral<br />
muslimat.<br />
Generasi-generasi gerakan perempuan kemudian<br />
terus lahir. Tunisia mencapai langkah<br />
besar dalam keikutsertaan perempuan di politik.<br />
Dalam gelombang revolusi 2011, perempuan<br />
berperan dalam protes menuntut diakhirinya<br />
rezim korup yang lama bercokol. Pada pemilu<br />
parlemen 23 Oktober 2011, perempuan menduduki<br />
49 kursi dari 217 kursi parlemen.<br />
Dan kini bukan berarti gerakan perempuan<br />
sudah selesai. Perempuan dan laki-laki Tunisia<br />
menghadapi masalah lama yang datang lagi:<br />
kelompok konservatif penafsir kaku Islam yang<br />
ingin mengganti dasar kehidupan masyarakat<br />
Tunisia. Perjuangan belum selesai. n<br />
SILVIA GALIKANO<br />
Majalah detik detik 176 - 23 - 9 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Amerika sedang hangat dengan perdebatan perlunya RoboCop diterjunkan di kota-kota.<br />
Bukan robot yang tak berjiwa, melainkan robot separuh manusia yang punya nurani.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Judul: RoboCop<br />
Genre:<br />
Action | Crime | Sci-Fi<br />
Sutradara: José Padilha<br />
Skenario:<br />
Joshua Zetumer, David Self<br />
Produksi: Sony Pictures<br />
Pemain: Joel Kinnaman,<br />
Douglas Urbanski, Abbie<br />
Cornish<br />
Durasi: 1 jam 58 menit<br />
Tahun 2028 adalah tahunnya konglomerat<br />
multinasional OmniCorp,<br />
yang bergerak di bidang teknologi<br />
pengembangan robot. Robot dan unit<br />
artileri berat perusahaan ini sudah bertahuntahun<br />
digunakan militer Amerika di Timur Tengah<br />
dalam upaya “menciptakan perdamaian”<br />
dan, pastinya, kebijakan ini memberi keuntungan<br />
triliunan dolar AS bagi OmniCorp.<br />
Perusahaan milik Raymond Sellars (Michael<br />
Keaton) yang berbasis di Cina itu kini sedang<br />
menyiapkan teknologi kontroversial, yakni satu<br />
RoboCop (polisi robot) di tiap kota di Amerika.<br />
Pasalnya, rakyat Amerika selama ini tidak mau<br />
menerima pasukan polisi yang terbuat dari robot-robot<br />
tak berjiwa. Maka Sellars merancang<br />
Majalah detik 2317 - 29 - 23 desember februari 2014<br />
2013
seni hiburan<br />
FILM<br />
sebuah solusi berani menggabungkan polisi<br />
dengan robot.<br />
Veteran perang yang jadi staf ahli OmniCorp,<br />
Rick Mattox (Jackie Earle Halley), mendukung<br />
polisi dari robot sepenuhnya. Sedangkan staf<br />
ahli satu lagi, Dr Dennett Norton (Gary Oldman),<br />
mendukung RoboCop adalah separuh<br />
manusia separuh robot.<br />
Untuk menentukan teknologi mana yang<br />
akan dipakai, kedua cara harus diuji coba dan<br />
diadu. Prototipe RoboCop yang sepenuhnya<br />
robot sudah selesai diproduksi dan sudah lolos<br />
tes kualitas Mattox. Sedangkan Dr Norton masih<br />
kesulitan mencari orang yang akan “dijadikan”<br />
robot. Syaratnya, harus polisi berfisik tidak<br />
lengkap tapi kondisi jiwanya sehat dan stabil.<br />
Sementara itu, Alex Murphy (Joel Kinnaman)<br />
adalah polisi idealis yang sedang menangani<br />
kasus kejahatan dan korupsi di Detroit. Sepak<br />
terjangnya yang kerap di luar koridor membuat<br />
Murphy sering ditegur atasannya, Chief Karen<br />
Dean (Marianne Jean-Baptiste).<br />
Murphy adalah suami yang setia bagi Clara<br />
(Abbie Cornish) dan ayah penyayang bagi<br />
putra mereka. Sudah berkali-kali Clara mengungkapkan<br />
kekhawatirannya akan keselamatan<br />
suaminya setelah belakangan ini dia pulang<br />
dengan luka-luka kecil di badan.<br />
Suatu malam setelah mengantar putranya<br />
tidur, Murphy turun ke halaman untuk mengecek<br />
alarm mobil yang tiba-tiba saja menyala.<br />
Pintu mobil ternyata dalam keadaan terbuka.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Murphy orang yang<br />
paling memenuhi<br />
syarat untuk<br />
dijadikan RoboCop.<br />
Namun, baru saja dia menyentuh pintu, seketika<br />
mobilnya meledak. Murphy terlempar ke<br />
teras rumah dan tak sadarkan diri.<br />
Dia tersadar sudah berada dalam laboratorium<br />
Dr Norton di Cina. Menurut Dr Norton,<br />
Murphy orang yang paling memenuhi syarat<br />
untuk dijadikan RoboCop. Fisik Murphy tinggal<br />
kepala, organ dalam, dan tangan kanan. Tanpa<br />
robot yang jadi bajunya, Murphy sudah tinggal<br />
nama.<br />
Murphy tidak serta-merta menerima. Dia<br />
berkonflik dengan dirinya sendiri sebagai manusia<br />
yang tidak utuh serta bagaimana anak<br />
dan istrinya bakal menerimanya nanti. Di sisi<br />
lain, kalau Murphy menolak jadi RoboCop,<br />
artinya mati, dia meninggalkan misi yang lebih<br />
besar, yakni mencari siapa sebenarnya yang<br />
dulu ingin membunuhnya.<br />
RoboCop ini adalah reboot dari RoboCop<br />
(1987) klasik, sebuah sci-fi satire garapan Paul<br />
Verhoeven. Ketika pertama kali Hollywood<br />
mengumumkan bakal ada reboot RoboCop,<br />
penggemar RoboCop beramai-ramai menyua-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
rakan ketidaksetujuan mereka lewat Internet.<br />
Protes terus berlanjut di sepanjang produksi<br />
yang tertunda. Skenario bahkan sempat bocor.<br />
Dari sana penggemar memberi masukan agar<br />
ceritanya lebih serius menyinggung sosio-kultural,<br />
bukan hanya menjual action.<br />
Dan sepertinya José Padilha tidak menganggap<br />
sepi pendapat mereka yang menggemari<br />
RoboCop selama hampir tiga dekade. Kostum<br />
robot didesain ulang yang lebih masuk akal,<br />
kali ini tanpa masker, yang membuat wajah<br />
Kinnaman terekspos. Film ini juga punya rating<br />
12A, yang di Hollywood artinya jauh dari kekerasan<br />
besar-besaran seperti di versi orisinal.<br />
Padilha menurunkan sedikit tone RoboCop<br />
dengan menghadirkan action yang lebih mengingatkan<br />
kita pada Elite Squad (2007) garapannya.<br />
Namun dia mengambil jalur yang sama<br />
dengan Verhoeven untuk klimaks RoboCop,<br />
yakni saat Murphy mengabaikan program-program<br />
dari Dr Norton dan mengejar dua pembunuhnya.<br />
Sama “nendang”-nya.<br />
Ada satu adegan khas RoboCop yang membuat<br />
karya Padilha ini lebih manusiawi, yakni<br />
ketika RoboCop telanjang di depan cermin.<br />
Pakaian robotnya dilucuti hingga tampaklah<br />
otak yang tak ditutupi tengkorak, paru-paru<br />
yang berdenyut dalam tabung, dan telapak<br />
tangan tanpa lengan. Sudah, itu saja yang tersisa.<br />
Bagaimana Murphy memandang jijik pada<br />
bayangannya sendiri hingga dia bilang tidak<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
akan mau lagi melihat itu dan minta segera<br />
dipasangkan pakaian robotnya.<br />
Oldman mendapat peran matang sebagai<br />
ilmuwan saraf Dr Norton. Karakternyalah yang<br />
membawa film ini ke wilayah moral, konseptual,<br />
dan filosofis. Kita bisa rasakan hubungan<br />
ayah dan anak ketika Dr Norton berhadapan<br />
de ngan Murphy. Ayah yang bijaksana menghadapi<br />
anak yang sedang emosional. Dan ini didukung<br />
dengan tereksposnya wajah Kinnaman,<br />
sehingga emosinya terpampang jelas. Action<br />
Kinnaman keren dan dengan cerdas menyampaikan<br />
pesan bahwa Murphy bisa lebih kejam<br />
dan lebih mematikan dibanding robot.<br />
Penampilan paling “menggemaskan” dan menyegarkan<br />
adalah dari Samuel L. Jackson sebagai<br />
Pat Novak, host sebuah acara televisi yang<br />
mendorong pemerintah segera mengerahkan<br />
RoboCop di penjuru Amerika. Propaganda<br />
besar itu disampaikannya dengan penuh semangat<br />
dan dalam kalimat-kalimat tegas yang<br />
muncul di sela-sela film. “Apa yang lebih penting<br />
dibanding keselamatan rakyat Amerika?”<br />
katanya berapi-api.<br />
RoboCop adalah drama sci-fi cerdas yang<br />
sejauh ini merupakan salah satu reboot Hollywood<br />
paling berani. Tidak hanya memainkan<br />
ulang karakter RoboCop yang sudah terkenal<br />
dan mengulang judul yang sama, tapi juga<br />
sekaligus membawanya ke tempat yang berbeda,<br />
yang lebih baik. Ide, skenario, dan aktor-<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
aktornya membuat film ini tampil percaya diri<br />
seakan-akan inilah franchise pertama RoboCop.<br />
Apakah akan ada RoboCop 2 dari Padilha, sudah<br />
tidak penting lagi itu. Reboot-nya sudah<br />
memberi pijakan yang jernih. ■<br />
Silvia Galikano<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
7 MISI<br />
RAHASIA<br />
SOPHIE<br />
S ophie (Alisia Rininta)<br />
kerap mengunggah “Tips of The<br />
Day” ke YouTube. Sophie punya<br />
sahabat, Marko (Stefan William), yang<br />
dingin dan tertutup. Sedangkan Sophie<br />
adalah pribadi yang hangat dan suka<br />
mengamati penghuni di apartemennya.<br />
Marko suka meledek Sophie serta<br />
orang-orang yang eksis di dunia maya<br />
sebagai orang yang egois dan narsis.<br />
Karena, apa pun yang mereka lakukan,<br />
pada dasarnya: it’s all about me. Hal ini<br />
membuat Sophie gusar.<br />
Hingga suatu hari, Sophie mengajak<br />
Marko melakukan suatu misi. Lewat<br />
misi itu, Sophie ingin membantah kalau<br />
orang yang meng unggah video mereka<br />
ke YouTube adalah orang yang egois atau<br />
narsis. Dan Sophie menamainya 7 Misi<br />
Rahasia Sophie, yang isinya membantu<br />
dan peduli dengan orang di sekitar mereka.<br />
Video itu kemudian diunggah ke YouTube.<br />
Makin lama, Marko merasa ada sesuatu<br />
di balik itu semua. Tapi Sophie tak pernah<br />
mau menjawab pertanyaan Marko. Pun<br />
saat Marko bertanya, mengapa tujuh misi?<br />
Mengapa bukan delapan?<br />
Selalu ada alasan tersembunyi bagi<br />
setiap perempuan sehubungan dengan<br />
angka. Begitu juga dengan Sophie dan<br />
detail 7 Misi Rahasia Sophie yang ia pilih.<br />
Jenis Film: Drama<br />
Produser: Chand Parwez Servia,<br />
Fiaz Servia<br />
Produksi: Starvision<br />
Sutradara: Billy Christian<br />
Durasi: 97 menit<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
THE<br />
MONKEY<br />
KING<br />
S<br />
un<br />
Wukong (The Monkey King) adalah monyet yang lahir dari batu<br />
surgawi dan memiliki kekuatan supranatural yang hebat. Setelah memberontak<br />
melawan surga dan dipenjarakan di bawah gunung selama 500 tahun, ia kemudian<br />
menyertai biksu Xuanzang dalam perjalanan ke India.<br />
Film ini akan berkisah dimulai dengan kelahiran Sun Wukong dan berakhir dengan<br />
hukuman penjara atas kejahatan di bawah lima puncak gunung. Sepanjang jalan, ia<br />
memperoleh kekuatan luar biasa, berjuang melawan tentara para dewa dan tentara setan.<br />
Jenis Film: Action<br />
Produser: Michael<br />
Wehrhahn, Robert Harris<br />
Produksi: Flimko<br />
Entertainment Limited<br />
Sutradara: Poi Soi Cheang<br />
Durasi: 119 menit<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
CINTA<br />
PERTAMAKU<br />
E lang, seorang siswa SMU kelas 2, terdeteksi menderita lymphoblastic<br />
leukemia. Untuk menyenangkan Elang di akhir hidupnya, Luna dan Trian,<br />
sahabat Elang, selalu berusaha mengikuti semua keinginan Elang. Sampai Elang<br />
mengungkapkan keinginannya untuk mendapat ciuman pertama dari cinta pertamanya.<br />
Luna dan Trian kebingungan, apalagi target yang diincar Elang adalah Maura, kakak<br />
kelas mereka yang sudah punya pacar. Tapi, saat melihat Elang yang sekarat, Luna dan<br />
Trian pun bersedia mengejar cinta Maura.<br />
Jenis Film: Drama<br />
Produser: Sagar Mahtani<br />
Produksi: MY DREAM Pictures,<br />
BIC Production<br />
Sutradara: Ian Nguyen Lampa<br />
Durasi: 75 menit<br />
Majalah detik 417 - 10 - 23 november februari 2014<br />
2013
seni hiburan<br />
agenda<br />
februari<br />
feb<br />
17<br />
feb<br />
18<br />
PAMERAN BUDAYA DILUKIS V<br />
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki<br />
Senin-Sabtu, 17-22 Februari 2014,<br />
Pukul 10.00 WIB s.d. 21.00 WIB, Gratis<br />
dan Terbuka Untuk Umum<br />
10 Tahun<br />
Seri Puisi Jerman<br />
18 Februari s.d. 4 Maret 2014,<br />
pembukaan pukul 19.00 WIB, Goethe<br />
Haus Jakarta, Pembacaan: Bandung<br />
(19/2), Surabaya (21/2), Madura (22/2),<br />
Malang (25/2), Denpasar (28/2), Jakarta<br />
(4/3).<br />
Romantic Valentine<br />
Concert with MLTR<br />
19 Februari 2014<br />
pukul 19.00 WIB<br />
Skenoo Hall, Gandaria City,<br />
Jakarta, Promotor:<br />
Full Color<br />
Entertainment<br />
feb<br />
19<br />
Ari Lasso,<br />
Sparkling Night<br />
19 Februari 2014 di Rolling<br />
Stone Headquarters. Jl. Ampera<br />
Raya, Jakarta,<br />
Diana 0877 80000 951<br />
Glamour Look<br />
Fashion Week 2014<br />
21 Februari 2014 s.d. Minggu 23 Februari<br />
2014, Royal Plaza, Surabaya<br />
Dongeng Kebangsaan: Dari<br />
Jakarta untuk Indonesia<br />
Garin Nugroho, 22 Februari 2014<br />
Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia<br />
West Mall lt. 8, Jakarta<br />
Art House Cinema:<br />
Gerhard Richter Painting<br />
feb<br />
22<br />
feb<br />
23<br />
22 Februari 2013 pukul 19.00 WIB<br />
Goethe Haus, Jakarta, Gratis<br />
feb<br />
22<br />
feb<br />
19<br />
Art House Cinema: Kebab<br />
Connection<br />
19 Februari 2013 pukul 19.00 WIB<br />
Goethe Haus, Jakarta Gratis<br />
feb<br />
19<br />
KONSER Colorful<br />
Night with DANIEL<br />
SAHULEKA<br />
19 Februari 2014, pukul<br />
20.00 WIB<br />
Gedung Kesenian Jakarta<br />
Tiket: Rp 250.000<br />
& Rp 150.000<br />
Informasi tiket: 021-3441892,<br />
085715911169 (sms only)<br />
feb<br />
22<br />
Diskusi Budaya & Bincangbincang:<br />
Jelajah Shima<br />
Kalingga, Interpretasi dan<br />
Relevansinya untuk Masa<br />
Kini<br />
Pembicara: Profesor Edi Sedyawati<br />
Dr Inda C. Noerhadi, SS, MA<br />
Moderator: Dr Iwan Gunawan<br />
Tempat: Museum Tekstil Jakarta<br />
Waktu: 22 Februari 2014 pukul<br />
10.00-12.00 WIB<br />
Konfirmasi keikutsertaan: Citra<br />
(08121008210), Lila (081297960895)<br />
feb<br />
19<br />
feb<br />
19<br />
Batavia Mood<br />
23 Februari 2014, Galeri<br />
Indonesia Kaya, Grand Indonesia<br />
West Mall lt. 8, Jakarta<br />
feb<br />
23<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
Tap untuk<br />
kembali ke cover