13.04.2014 Views

VthCUJ

VthCUJ

VthCUJ

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BERJAYA MELAWAN AMERIKA<br />

KAPAL<br />

PERANG<br />

BIKIN<br />

TEGANG<br />

EDISI 116 | 17 - 23 FEBRUARI 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi 116 17 - 23 februari 2014<br />

Tap Pada konten untuk membaca artikel<br />

Nasional<br />

Hukum<br />

Fokus<br />

Kapal perang<br />

bikin tegang<br />

Nama Usman-Harun membuat<br />

Singapura merah kuping. Dua<br />

marinir pengebom MacDonald<br />

House itu diabadikan sebagai<br />

nama kapal perang Indonesia.<br />

Luka lama terkuak.<br />

n Ke Mana Dana Haji Mengalir<br />

n risma, di antara dua pilihan<br />

n saat kelud bikin kalut<br />

internasional<br />

n Pembebasan Corby dan Ironi WNI<br />

kriminal<br />

n teror gerombolan cepak bermotor<br />

ekonomi<br />

n dan terbitlah izin untuk eutanasia<br />

n kapitalis di jantung komunis<br />

interview<br />

n t.b. silalahi: peran saya cuma 0,001%<br />

untuk sby<br />

kolom<br />

n sarang penyamun di rumah tuhan<br />

selingan<br />

n solar kami dipanen di kebun sawit<br />

bisnis<br />

n persaingan ketat pabrik bus<br />

n dolar membubung, maskapai limbung<br />

n dari pengasong kacang jadi raja tekstil<br />

lensa<br />

n Berjaya Melawan Amerika<br />

sisi lain capres<br />

n hikmah tak menjadi pns<br />

n Abu Kelud di Tanah Jawa<br />

people<br />

sains<br />

n ada baterai di balik gula<br />

surat dari buncit<br />

n hidup baru bahtiar<br />

Seni hiburan<br />

n Nabilah | Armand Maulana | Jay Leno<br />

gaya hidup<br />

n Kisah Negeri di Ujung Afrika<br />

n maka terciptalah robocop<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

n ketika ‘harus’ kuliah lagi<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n sehari di kota seribu sungai<br />

n plan b tak selalu jadi cadangan<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Mulat Esti Utami, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif<br />

Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita,<br />

Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus<br />

Purnomo Product Management: Sena Achari, Eko Tri Hatmono Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus<br />

Aulianshah, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi<br />

Wahyono, Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


surat dari buncit<br />

Hidup Baru Bahtiar<br />

Apa itu bahagia? Bagi Bahtiar Rifai,<br />

bahagia adalah hidup bersama<br />

orang yang dicintainya. Karena<br />

itu, reporter majalah detik ini<br />

mantap mengajak nikah tambatan hatinya,<br />

Siti Juhaeriyah.<br />

Mereka pun melangsungkan akad nikah<br />

pada Minggu, 9 Februari 2014, di rumah<br />

mempelai perempuan, Kampung Pasepatan<br />

RT 01/02 Desa Kopo, Kecamatan Kopo,<br />

Kabupaten Serang, Banten.<br />

Setelah menikah, lulusan Universitas Islam<br />

Negeri Syarif Hidayatullah itu mengaku<br />

makin tertata hidupnya. “Makin semangat,”<br />

kata Bahtiar.<br />

Selamat berbahagia, Bahtiar. Selamat<br />

menempuh hidup baru. Semoga pernikahannya<br />

langgeng dan mendatangkan berkah<br />

dalam hidup. Amin.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


lensa<br />

Abu Kelud di Tanah Jawa<br />

Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />

Kamis (13/2) menjadi malam yang berdebu di hampir seluruh tanah Jawa. Sebab, Gunung Kelud di Jawa Timur meletus, memuntahkan<br />

abu vulkanik pekat yang menyebar merata. Ribuan warga pun mengungsi cepat-cepat.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


1<br />

lensa<br />

3<br />

2<br />

1. Deretan rumah di Yogyakarta tertutup abu Kelud (14/2). (Reuters/Dwi Oblo) 2. Aktivitas warga di jalanan Kasongan, Yogyakarta (14/2).<br />

(antarafoto/Sigid Kurniawan) 3. Material Gunung Kelud menutupi pedasaan di Blitar, Jawa Timur (14/2). (antarafoto/Risyal Hidayat)


4 5<br />

lensa<br />

4: Abu vulkanik membubung dari puncak Gunung Kelud (14/2). (Reuters/Sigit Pamungkas) 5. Gunung Kelud terekam aktif pada Kamis (13/2) sore atau<br />

beberapa jam sebelum meletus. (antarafoto/Rudi Mulya)


6<br />

6. Salah satu ikon Kota Yogyakarta, Perempatan Tugu, berselimut abu Kelud (14/2). Erupsi Gunung Kelud mengakibatkan berbagai aktivitas di<br />

kota yang berjarak sekitar 280 kilometer dari Kelud itu terhenti. (detikfoto/Grandyos Zafna)


7<br />

lensa<br />

8<br />

9<br />

7. Puluhan dari total ribuan warga di lokasi pengungsian Pare, Kediri (14/2). (antarafoto/Syaiful Arif) 8. Seorang lansia dibopong menuju tempat<br />

pengungsian di Kediri (13/2). (antarafoto/Rudi Mulya) 9. Polisi menghalau warga yang nekat akan kembali ke rumah meski abu vulkanik masih<br />

mengguyur (14/2). (antarafoto/Rudi Mulya)


10<br />

lensa<br />

11<br />

10: Candi Borobudur ditutup terpal untuk melindunginya dari abu Gunung Kelud (14/2). Sebanyak 73 stupa diselimuti kain dan kompleks Borobudur<br />

ditutup untuk umum. (antara foto/Anis Efizudin) 11. Jalan Simpang Gumul, Kediri, tertutup debu Kelud (14/2). Kediri merupakan salah satu<br />

kota terdekat dari Gunung Kelud. (antara foto/Syaiful Arif)


12<br />

lensa<br />

13<br />

12. Papan petunjuk di Bandara Adi Soemarmo, Solo, menunjukkan pembatalan jadwal penerbangan (14/2). (Antarafoto/Andika Betha) 13.<br />

Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, lumpuh tertutup debu vulkanik. (Antarafoto/Regina Safri). 14. Petugas membersihkan badan pesawat dari<br />

debu vulkanik di Bandara Adisutjipto. (Antarafoto/Regina Safri)


nasional<br />

Saat<br />

Kelud<br />

Bikin<br />

Kalut<br />

Gunung Kelud di perbatasan<br />

Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang,<br />

Jawa Timur, meletus. Letusannya<br />

di luar prediksi. Semburan abunya<br />

mencapai Bandung, Jawa Barat, yang<br />

berjarak lebih dari 500 kilometer.<br />

REUTERS | Dwi Oblo<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

REUTERS | Dwi Oblo<br />

Kesunyian malam di Kota<br />

Kediri, Jawa Timur, Kamis, 13<br />

Februari lalu, mendadak pecah<br />

seiring dengan suara gemuruh<br />

letusan Gunung Kelud. Kilatan<br />

cahaya berwarna merah, yang berasal dari<br />

semburan lava, bercampur cahaya putih menghiasi<br />

puncak gunung setinggi 1.731 meter di atas<br />

permukaan laut itu.<br />

Cahaya itu begitu benderang<br />

hingga mampu menerangi<br />

gelapnya malam di kota<br />

yang berjarak sekitar 30<br />

kilometer dari gunung tersebut. Bukan hanya di<br />

Kediri, terangnya cahaya yang dihasilkan akibat<br />

letusan itu juga terlihat hingga ke Kabupaten<br />

Blitar, yang juga berjarak sekitar 30 kilometer<br />

dari puncak gunung berapi aktif tersebut.<br />

Hanya sekitar tiga jam Kelud “batuk-batuk”<br />

malam itu. Namun, berdasarkan catatan Pusat<br />

Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi<br />

(PVMBG), dampak erupsi gunung ini tergolong<br />

dahsyat. Letusannya mencapai ketinggian 17<br />

kilometer, dengan material yang dimuntahkan<br />

sekitar 120 juta meter kubik.<br />

Kedahsyatan letusan Kelud juga dirasakan di<br />

banyak wilayah. Semburan abu vulkaniknya menyebar<br />

hampir ke seluruh Pulau Jawa. Sejumlah<br />

penerbangan terpaksa dihentikan akibat terbatasnya<br />

jarak pandang lantaran abu vulkanik<br />

Kelud menyelimuti beberapa bandara, seperti<br />

Juanda di Surabaya; Ahmad Yani di Semarang,<br />

Jawa Tengah; Adisutjipto di Yogyakarta, dan<br />

Bandara Tunggul Wulung, Cilacap.<br />

"Abunya ke mana-mana, sampai ke Bandung<br />

juga," kata Pelaksana Tugas Bidang Pengamatan<br />

dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG,<br />

Gede Suantika, saat dihubungi majalah detik,<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Abu vulkanik Gunung<br />

Kelud, Kediri, Jawa<br />

Timur, tersembur hingga<br />

Yogyakarta. Petugas<br />

Bandara Adisutjipto<br />

membersihkan pesawat<br />

dari debu, Jumat (14/2).<br />

ANTARA | Regina Safri<br />

Jumat, 14 Februari.<br />

Letusan Kelud kali ini, menurut Gede Suantika,<br />

di luar prediksi. Sebab, sebelumnya, PVMBG<br />

memprediksi letusan besar tidak akan terjadi<br />

lagi. Meski begitu, warga tetap diimbau tidak<br />

mendekati gunung tersebut dalam radius 10<br />

kilometer. Prediksi itu ternyata meleset karena<br />

yang terjadi adalah letusan yang cukup dahsyat.<br />

Letusannya juga menimbulkan banyak sekali<br />

gempa. Sayangnya, PVMBG tidak punya catatan<br />

karena alat-alat pemantau aktivitas kegempaan<br />

yang disebar di sekitar puncak Kelud hancur.<br />

“Kita punya 5 stasiun pemantau di sana, yang<br />

4 hancur. Kami tahu karena 4 stasiun ini sejak<br />

semalam enggak mengirim sinyal,” ujar Kepala<br />

PVMBG, Hendrasto, saat dimintai konfirmasi<br />

secara terpisah.<br />

Empat stasiun pemantau itu terletak di sekitar<br />

kawah, yang mengirim sinyal ke pos pengamatan<br />

gunung api di Dusun Margomulyo,<br />

Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri.<br />

Akibat hancurnya keempat stasiun itu, praktis<br />

saat ini PVMBG hanya memiliki satu alat yang<br />

tersisa. “Itu masih bunyi saja,” tuturnya.<br />

Berdasarkan pemantauan di lapangan, belum<br />

diketahui ke arah mana lahar Kelud mengalir.<br />

Meski begitu, arah semburan abu vulkanik, pasir,<br />

serta kerikil hampir merata ke utara, barat,<br />

barat daya, barat laut, dan timur.<br />

Salah satu kota yang paling parah terkena<br />

hujan abu vulkanik akibat letusan Kelud adalah<br />

Yogyakarta, yang berjarak 217 kilometer dari<br />

gunung itu. Abu menyelimuti hampir seluruh<br />

kota wisata ini dari Jumat pagi hingga sore hari.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Warga dievakuasi<br />

menggunakan truk menuju<br />

posko pengungsian di Desa<br />

Penataran, Kecamatan<br />

Nglegok, Blitar, Jawa Timur,<br />

Jumat (14/2).<br />

ANTARA | M Risyal Hidayat<br />

Erupsi Gunung<br />

Kelud mirip letusan<br />

pada 1990. Tapi<br />

abu vulkaniknya<br />

menyebar ke<br />

seluruh Jawa.<br />

Banyak warga di kota ini kalut dan kaget<br />

oleh hujan abu ini. Sebagian mengira abu<br />

tersebut berasal dari Gunung Merapi.<br />

“Hujan abunya tebal sekali, parah.<br />

Pagi semestinya sudah terang, tadi<br />

gelap-gulita,” ucap Usi, warga Condong<br />

Catur, Yogyakarta. “Di rumah<br />

saya ketebalan abunya sampai 5 sentimeter.<br />

Karyawan tidak ada yang masuk,<br />

semua izin,” kata pengusaha percetakan<br />

ini.<br />

Hujan abu bahkan sampai di sejumlah kota<br />

di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, dan<br />

Bandung, yang berjarak lebih dari 653 kilometer<br />

dari Gunung Kelud. Abu Kelud juga dikabarkan<br />

mencapai wilayah Cianjur hingga Sukabumi,<br />

meskipun tipis.<br />

Menurut Hendrasto, erupsi kali ini mirip<br />

letusan pada 1990, yang menimbulkan korban<br />

jiwa sampai 35 orang. “Ke-35 orang itu, setahu<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Abu vulkanik Gunung<br />

Kelud membubung tinggi.<br />

Masyarakat diimbau Pusat<br />

Vulkanologi, Mitigasi, dan<br />

Bencana Geologi untuk<br />

mengungsi sejauh 20<br />

kilometer.<br />

ANTARA | Rudi Mulya<br />

saya, jadi korban justru saat mengungsi di suatu<br />

bangunan. Atap bangunan roboh tidak mampu<br />

menahan debu,” ujar Hendrasto. Namun, pada<br />

saat itu, letusannya lebih terarah, yakni ke barat<br />

daya. Arah letusan kali ini menyebar.<br />

Adapun efek letusan Kelud yang banyak menelan<br />

korban jiwa terjadi pada 1919. Saat itu korban<br />

tewas mencapai 5.000 orang. Sedangkan<br />

jumlah korban letusan pada Februari ini, menurut<br />

siaran pers Kepala Pusat Data Informasi<br />

dan Humas Badan Nasional Penanggulangan<br />

Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, tercatat 3<br />

orang tewas dan 76.388 jiwa mengungsi.<br />

Tiga korban tewas adalah Mbok Nya, 60<br />

tahun, Sahiri (70), dan Sanusi (80). Mereka<br />

warga Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang,<br />

Malang, Jawa Timur, yang berjarak di radius 7<br />

kilometer dari puncak Kelud. Ketebalan abu di<br />

lokasi tersebut mencapai 20 cm.<br />

“Korban meninggal bukan akibat dampak<br />

langsung erupsi, melainkan lantaran kecelakaan<br />

atau dampak lain erupsi,” kata Sutopo.<br />

Misalnya sesak napas karena abu vulkanik<br />

dan tertimpa tembok.<br />

Menurut Sutopo, masyarakat di sekitar Gunung<br />

Kelud, yakni Blitar, Kediri, dan Malang,<br />

sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari,<br />

kecuali di radius 10 kilometer dari puncak<br />

gunung. Aktivitas vulkanik juga menunjukkan<br />

penurunan. Kendati begitu, status gunung ini<br />

belum diturunkan, yakni awas atau level IV.<br />

n Deden Gunawan, M. Rizal, Kustiah | Dimas<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

M Agung Rajasa /antARA foto<br />

Ke Mana Dana<br />

Haji Mengalir<br />

KPK menggelar penyelidikan terkait<br />

penyelenggaraan ibadah haji. Pengelolaan<br />

bunga dana haji juga rawan penyimpangan.<br />

Jumlahnya saat ini mencapai Rp 2,7 triliun,<br />

dan terus meningkat setiap tahunnya.<br />

Majalah detik 17 - 23 Februari 2014


nasional<br />

Jemaah haji dari seluruh<br />

dunia melakukan salat di<br />

hadapan Ka'bah.<br />

Getty Images<br />

Suara Sufiati terdengar lesu ketika<br />

menceritakan soal biaya pemberangkatan<br />

ibadah haji yang ia cicil sejak<br />

2012 lalu. Wanita berusia 58 tahun<br />

ini ingat, bagaimana ia dan suaminya berjuang<br />

keras melunasi biaya menjalankan rukun Islam<br />

kelima ini, tapi tidak tahu persis peruntukannya.<br />

Saat mendaftar, calon jemaah haji asal Blora,<br />

Jawa Tengah, itu datang ke bank yang ditunjuk<br />

pemerintah untuk membayar sebesar Rp 10<br />

juta. Selanjutnya, dalam lima bulan berturut-turut,<br />

ia mencicil setoran biaya haji hingga lunas,<br />

totalnya Rp 64 juta untuk dua orang.<br />

“Katanya, jika tidak setor Rp 25 juta (biaya<br />

awal), kita tidak dapat kursi. Jadi sekalian saya<br />

bayar tidak sampai setahun,” katanya saat dihubungi<br />

majalah detik, Kamis, 13 Februari lalu.<br />

Sufiati dan suami akhirnya dijadwalkan berangkat<br />

pada 2017 mendatang. Tapi, lagi-lagi ia<br />

harus menyiapkan dana. Saat melunasi biaya<br />

haji, petugas mengingatkan pasangan itu untuk<br />

menyiapkan duit masing-masing Rp 10 juta<br />

Majalah detik 17 - 23 Februari 2014


nasional<br />

Ada itu (transaksi<br />

mencurigakan).<br />

Cuma, berapa nominal<br />

dan ke mana, saya no<br />

comment.<br />

M Yusuf<br />

saat berangkat nanti. “Dibayar setelah manasik<br />

haji,” ujarnya.<br />

Sufiati tak tahu untuk apa saja uang Rp 25<br />

juta yang harus dibayarkan di awal, jauh hari<br />

sebelum ia berangkat haji itu. Begitu pun uang<br />

yang harus disetor menjelang keberangkatan.<br />

Yang ia tahu, duit Rp 10 juta itu untuk keperluan<br />

administrasi.<br />

Seiring dengan kebingungan Sufiati, dan<br />

mungkin banyak calon jemaah haji lain, Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tengah<br />

menggelar penyelidikan terkait penyelenggaraan<br />

ibadah haji. Lembaga antirasuah itu menduga<br />

ada penyelewengan dalam pengelolaan<br />

dana umat tersebut.<br />

Namun KPK belum menyentuh soal setoran<br />

dana haji, yang jumlahnya mencapai<br />

triliunan rupiah. Menurut juru bicara KPK<br />

Johan Budi, pihaknya masih berfokus<br />

menyelidiki dugaan korupsi pengadaan<br />

barang dan jasa dalam penyelenggaraan<br />

haji, yang nilainya lebih dari Rp 100 miliar.<br />

“Jadi yang diusut itu penyelenggaraan<br />

haji (periode) 2012-2013,” tutur Johan di<br />

kantornya, Senin, 10 Februari lalu. “Bukan dana<br />

setoran haji, tapi tidak berarti tidak bisa dikembangkan<br />

ke sana.”<br />

Itulah mengapa KPK mulai meminta keterangan<br />

beberapa pihak, seperti anggota Komisi<br />

VIII Dewan Perwakilan Rakyat, yang menangani<br />

masalah haji. Mereka antara lain Ketua Komisi<br />

VIII Jazuli Juwaini, dan anggota, Hasrul Azwar.<br />

Penyelidikan KPK juga didukung laporan<br />

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan<br />

(PPATK), yang menemukan adanya dugaan<br />

transaksi mencurigakan di rekening sejumlah<br />

pejabat, baik di Kementerian Agama maupun<br />

dewan.<br />

“Ada itu (transaksi mencurigakan). Cuma, berapa<br />

nominal dan ke mana, saya no comment,”<br />

ucap Ketua PPATK, M. Yusuf. Lembaganya sudah<br />

menyerahkan Laporan Hasil Analisis (LHA)<br />

kepada KPK.<br />

Inspektur Jenderal Kementerian Agama,<br />

Mochammad Jasin, mengatakan, berdasarkan<br />

laporan PPATK, ada sejumlah pejabat di antaranya<br />

berinisial AR, FR, dan HWN, yang diduga<br />

memiliki transaksi mencurigakan. Sejauh ini,<br />

inspektorat masih melakukan pengawasan internal<br />

sembari berkoordinasi dengan Direktur<br />

Majalah detik 17 - 23 Februari 2014


nasional<br />

Jemaah haji yang akan<br />

berangkat ke tanah suci<br />

Mekah.<br />

Hasan Alhabshy | Detik foto<br />

Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah<br />

(PHU).<br />

Jasin mengakui penyelenggaraan ibadah haji<br />

rawan penyelewengan. Termasuk setoran dana<br />

haji dari calon jemaah, yang disimpan di bank<br />

hingga berbunga. Jumlahnya mencapai triliunan<br />

rupiah. “Dugaan penyelewengannya, ada<br />

yang digunakan untuk beli mobil dan rumah<br />

mewah,” kata Jasin kepada majalah detik.<br />

Firdaus Ilyas, peneliti Divisi Monitoring dan<br />

Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch<br />

(ICW), mengatakan, pemerintah sering tidak<br />

transparan terkait dana haji. Mereka hanya<br />

mewajibkan membayar tanpa memberitahu<br />

apa saja hak jemaah.<br />

“Selama ini, jemaah hanya beranggapan bahwa<br />

yang harus dibayarkan merupakan kewajiban.<br />

Sementara, hak-hak dasar jemaah terabaikan<br />

karena tidak adanya transparansi keuangan<br />

dana haji,” ujarnya secara terpisah.<br />

Jika Kementerian Agama terbuka dan memisahkan<br />

komponen mana yang harus dibayar<br />

jemaah dan mana yang merupakan tanggung<br />

jawab pemerintah, Firdaus memperkirakan<br />

biaya haji tak sebesar sekarang, yang mencapai<br />

lebih dari Rp 30 juta per calon jemaah.<br />

Menurut dia, selama ini semua komponen<br />

penyelenggaraan haji, mulai dari biaya akomodasi,<br />

makan, seragam, honor untuk petugas,<br />

dan petugas musiman sebanyak 3.500-4.000<br />

orang, dibebankan kepada calon jemaah.<br />

“Nominalnya bisa Rp 180-200 miliar sekali<br />

berangkat haji.” Padahal, seharusnya instrumen<br />

penyelenggaraan haji ditanggung Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).<br />

Begitu juga soal penggunaan bunga bank<br />

Majalah detik 17 - 23 Februari 2014


nasional<br />

Pernah<br />

Rp 1,7 triliun,<br />

kemudian naik Rp<br />

2,3 triliun. Sekarang,<br />

kalau enggak salah<br />

Rp 2,7 triliun.<br />

Suryadharma Ali<br />

yang diperoleh dari simpanan dana yang disetorkan<br />

calon jemaah. Kementerian Agama<br />

menggunakannya untuk, semisal, membayar<br />

honor petugas musiman. Itu pun dengan<br />

standar mereka. Selama dua bulan di Mekah,<br />

petugas musiman yang datang lebih dulu dan<br />

pulang paling akhir bisa membawa pulang honor<br />

sebesar Rp 60-90 juta.<br />

“Jadi, selain berkeringat mendanai keberangkatannya<br />

sendiri, jemaah dibebani membayar<br />

honor petugas yang angkanya fantastis,” tutur<br />

Firdaus, seraya mengusulkan, bunga dari dana<br />

haji juga ditempatkan di APBN untuk mengeliminasi<br />

terjadinya penyimpangan.<br />

Menteri Agama Suryadharma Ali sendiri<br />

mengaku belum mengetahui arah penyelidikan<br />

KPK. Namun ia mengklaim<br />

penyelenggaraan haji maupun pengelolaan<br />

dananya berjalan baik. “Mudahmudahan<br />

ini tidak subjektif,” ucapnya<br />

saat ditemui majalah detik di kantornya,<br />

Selasa 11 Februari lalu.<br />

Misalnya, kata Ketua Umum Partai Persatuan<br />

Pembangunan ini, banyak komponen<br />

biaya yang tak lagi dibayar jemaah. Seperti biaya<br />

asuransi Rp 100 ribu, paspor Rp 255 ribu, biaya<br />

makan di asrama haji di Jeddah, Arafah, Mina,<br />

Madinah, hingga kembali ke Jeddah, kini gratis.<br />

Begitu pun dengan ongkos transportasi lokal<br />

dan pelayanan umum yang harus dibayarkan<br />

ke pemerintah Arab Saudi sebesar US$ 277.<br />

Tinggal dua komponen saja yang masih dibayar<br />

oleh jemaah, yakni tiket dan pemondokan.<br />

Menurut Surya, biaya pemondokan pun<br />

disubsidi. Pada 2012, besarnya subsidi sebesar<br />

650 riyal, dan pada 2013 mencapai 1.850 riyal.<br />

Subsidi itu bukan berasal dari APBN, melainkan<br />

dari bunga uang jemaah yang disimpan di bank<br />

selama bertahun-tahun.<br />

Bunga yang didapat ini terus meningkat setiap<br />

tahunnya, seiring semakin banyaknya pendaftar.<br />

“Pernah Rp 1,7 triliun, kemudian naik Rp<br />

2,3 triliun. Sekarang, kalau enggak salah Rp 2,7<br />

triliun,” kata pria yang diusung oleh partainya<br />

sebagai kandidat calon presiden ini. Namun<br />

Surya mempersilakan KPK menggelar penyelidikan<br />

agar semuanya terang-benderang.<br />

■ KUSTIAH, ARIF arianto | dimas<br />

Majalah detik 17 - 23 Februari 2014


Kolom<br />

Sarang Penyamun<br />

di Rumah Tuhan<br />

Oleh: Firdaus Ilyas<br />

Dalam lima tahun terakhir,<br />

komponen biaya mana yang menjadi<br />

tanggung jawab jemaah dan yang<br />

dibiayai APBN dan APBD tak jelas.<br />

Biodata<br />

Nama: Firdaus Ilyas<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Jakarta, 9 Februari 1974<br />

Agama: Islam<br />

Status: Menikah<br />

Ada dua celah besar dalam pengelolaan ibadah haji yang memungkinkan<br />

terjadinya praktek penyimpangan atau bahkan<br />

korupsi. Pertama, dalam pengelolaan dana setoran awal calon<br />

jemaah, baik untuk haji reguler (biasa) maupun haji khusus (ONH<br />

plus). Sejak 2004, Kementerian Agama membuka pendaftaran sepanjang<br />

tahun bagi calon jemaah reguler, dan sejak 2008 juga diberlakukan bagi<br />

jemaah khusus. Cukup menyetor Rp 20 juta dan kemudian naik menjadi Rp<br />

25 juta pada 2010, seseorang sudah mendapat nomor porsi sebagai calon<br />

jemaah haji reguler. Begitu juga dengan calon haji khusus mulai 2008,<br />

dengan menyetor sebesar US$ 3.000 kemudian naik menjadi US$ 4.000<br />

(2010), seseorang sudah mendapatkan nomor antrean ONH plus.<br />

Karena begitu besarnya animo masyarakat untuk berhaji, sedangkan jumlah


PENDIDIKAN:<br />

n Sekolah Dasar Negeri Gunung<br />

Sahari 01 Jakarta (1981-1987)<br />

n Sekolah Menengah Pertama<br />

Negeri 65 Jakarta (1987-1990)<br />

n Sekolah Menengah Atas Negeri<br />

1 Jakarta (1990-1993)<br />

n Jurusan Fisika Universitas<br />

Padjadjaran, Bandung (1993-<br />

1994)<br />

n Jurusan Teknik Geodesi Institut<br />

Teknologi Bandung (1994-<br />

1999)<br />

PENGALAMAN KERJA:<br />

n Surveyor untuk Program P3DT,<br />

LPPN Jakarta (1998)<br />

n Peneliti pada LPKS Bogor<br />

(1999-2000)<br />

n Studi mengenai CSOs tatar<br />

Bandung, Akatiga Bandung<br />

(2001)<br />

n Surveyor untuk evaluasi WFP<br />

(2001)<br />

n Sekretaris “Forum LSM dan<br />

Perguruan Tinggi” untuk<br />

Reformasi SDA, Jakarta (2002-<br />

2004)<br />

n Ass. Program Manager<br />

“Monitoring Aceh” ICW (2005-<br />

2007)<br />

n Koordinator Divisi Monitoring &<br />

Analisis Anggaran ICW (2008<br />

sampai sekarang)<br />

kuota yang bisa berangkat terbatas, akibatnya jumlah antrean calon jemaah<br />

pun menumpuk. Hingga akhir 2013, jumlah antrean mencapai lebih dari 2,3 juta<br />

orang dengan jumlah pokok setoran awal sudah lebih dari Rp 60 triliun.<br />

Pertanyaannya, berapa nilai jasa bunga setoran awal yang diterima? Apakah<br />

jasa bunganya sudah wajar berdasarkan BI Rate, misalnya? Apakah jasa<br />

bunga setoran awal yang tahun ini mencapai Rp 2,5 triliun diperuntukkan<br />

guna kepentingan jemaah haji atau malah digunakan untuk biaya honor<br />

petugas dan pejabat Kementerian?<br />

Berdasarkan kajian ICW, pada laporan keuangan haji 2006-2010, ternyata<br />

nilai jasa bunga yang diterima hanya sebesar 1,72 persen dari nilai pokok<br />

setoran. Artinya, secara rerata, jasa bunga yang diterima jauh lebih kecil<br />

dari BI Rate, padahal publik tahu bahwa sebagian besar dana setoran awal<br />

disimpan dalam bentuk deposito dengan jasa bunga di atas 6,5 persen per<br />

tahun. Hal ini sejalan dengan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan<br />

kajian haji Komisi Pemberantasan Korupsi, di mana ditemukan jasa bunga<br />

deposito lebih rendah 1-2 persen dari jasa bunga acuan Bank Indonesia.<br />

Celah kedua terletak pada penentuan berapa ongkos biaya penyelenggaraan<br />

ibadah haji (BPIH) yang disebut komponen biaya langsung dan juga<br />

peruntukan jasa bunga tabungan yang disebut biaya tidak langsung. Jika<br />

mengacu pada Undang-Undang Haji Nomor 13 Tahun 2008, dinyatakan<br />

penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas,<br />

dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba. Kemudian dijelaskan<br />

juga bahwa biaya operasional Penyelenggara Ibadah Haji, baik pusat dan<br />

daerah, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta<br />

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.<br />

Jadi, secara jelas dinyatakan bahwa jemaah haji hanya membayar untuk<br />

kegiatan yang terkait langsung dengan aktivitasnya, baik yang bersumber<br />

dari pelunasan BPIH atau jasa bunga tabungan setoran awalnya. Sedangkan<br />

biaya penyelenggaraan, baik operasional maupun petugas, menjadi<br />

tanggung jawab negara. Kenyataannya, terutama dalam lima tahun terakhir


PENGALAMAN ORGANISASI:<br />

n Anggota Ikatan Mahasiswa<br />

Geodesi ITB (1995-1999)<br />

n Anggota Perkumpulan Studi<br />

Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />

(1995-1997)<br />

n Panitia PPLK ITB (1995-1996)<br />

n Senator IMG pada Kongres<br />

Keluarga Mahasiswa ITB (1996-<br />

1997)<br />

n Wakil Presiden Perkumpulan<br />

Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />

(1996-1997)<br />

n Pjs. Presiden Perkumpulan<br />

Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB<br />

(1997)<br />

n Salah seorang pendiri Kajian<br />

Budaya “Kaboed” ITB (1997-<br />

1999)<br />

n Ko. Aksi Satgas KM ITB (1997-<br />

1999)<br />

n Anggota Lembaga Kajian dan<br />

Demokrasi “Veritas” ITB (1998-<br />

1999)<br />

n Pendiri dan anggota Lembaga<br />

Studi Demokrasi Bandung<br />

(1999 sampai sekarang)<br />

musim haji, tidak jelas komponen biaya mana<br />

yang menjadi tanggung jawab jemaah dan mana<br />

yang dibiayai APBN serta APBD.<br />

Dalam realisasinya, dengan makin<br />

besarnya jumlah jasa bunga tabungan,<br />

maka makin besar dan makin banyak pula komponen yang dibiayai dari<br />

uang bunga jemaah. Belum lagi indikasi duplikasi biaya yang dikeluarkan.<br />

Contohnya untuk jemaah haji Jakarta yang sudah melunasi biaya transportasi<br />

dan konsumsi, tetapi pemda juga mengeluarkan biaya untuk komponen<br />

yang sama. Belum lagi dugaan praktek markup biaya atau laporan kegiatan<br />

fiktif. Catatan ICW selama periode 2006-2012, diindikasikan jemaah membayar<br />

ongkos haji lebih mahal dari seharusnya sebesar US$ 511 juta, atau per<br />

jemaah membayar lebih mahal sekitar Rp 3,5 juta.


Perbaikan Pengelolaan<br />

Hal mencolok dari persoalan pengelolaan ibadah haji terlihat dari menumpuknya<br />

semua kewenangan pada lembaga yang sama, yaitu Kementerian<br />

Agama. Di satu sisi, Kementerian merumuskan kebijakan pengelolaan haji,<br />

tapi juga bertindak sebagai pelaksana, bahkan melakukan evaluasi serta<br />

memberi penilaian baik-buruknya penyelenggaraan haji. Tentunya masalah<br />

ini juga menjadi tanggung jawab Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat<br />

sebagai mitra pengawasan. Keinginan memperbaiki UU Haji, khususnya<br />

dalam hal perlunya pemisahan pengelolaan ibadah haji serta tabungan haji,<br />

belum menemukan titik terang.<br />

Hal mendasar berikutnya yang terkait dengan tata kelola adalah jaminan<br />

standar kualitas layanan terhadap jemaah, termasuk mekanisme penanganan<br />

aduan. Selama ini, posisi jemaah lebih sebagai penerima layanan, terlepas<br />

apakah itu baik atau buruk. Hal ini juga diperparah oleh budaya kepasrahan<br />

yang tinggi. Setiap protes atau keluhan bisa dianggap menodai kesakralan<br />

dan niat baik yang berujung tidak mabrurnya ibadah haji. Terlebih lagi<br />

masih kuatnya imbauan dari tokoh agama bahwa “semakin besar cobaan,<br />

maka makin mabrur ibadahnya”.<br />

Hal terakhir dan penting untuk dilaksanakan adalah mendorong dugaan<br />

penyimpangan atau korupsi haji untuk diselesaikan secara hukum. Tidak<br />

cukup temuan kerugian negara dianggap selesai dengan mengembalikan<br />

uang pada kas negara. Dibutuhkan terapi kejut yang dapat memberikan<br />

efek jera, tentunya masyarakat dan calon jemaah haji masih berharap banyak<br />

pada Komisi Pemberantasan Korupsi.<br />

Kini saatnya mengembalikan kehormatan penyelenggaraan ibadah haji<br />

sebagai misi nasional yang bisa dipertanggungjawabkan dunia-akhirat.<br />

Sudah bukan saatnya lagi mencari rente dari “bisnis bertemu Tuhan”. n<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Risma,<br />

di Antara<br />

Dua Pilihan<br />

M Agung Rajasa /antARA foto<br />

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat<br />

diisukan akan mundur dari jabatannya.<br />

Dilatarbelakangi pemilihan dan pelantikan wakil<br />

wali kota yang dinilai cacat prosedur.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Pelantikan Wakil Wali Kota<br />

Surabaya, Whisnu Sakti<br />

Buana, oleh Gubernur Jawa<br />

Timur Soekarwo.<br />

dari bagian Marketing Communication Awesometrics,<br />

melalui siaran persnya.<br />

Sumber majalah detik menyebutkan mencuatnya<br />

isu Risma akan mundur dilatarbelakangi<br />

pelantikan Whisnu Sakti Buana sebagai<br />

Wakil Wali Kota Surabaya beberapa waktu lalu.<br />

Penyebabnya, masih menurut sumber tersebut,<br />

proses pemilihan dan pelantikan wakil wali<br />

kota itu dinilai cacat prosedur.<br />

Masalah ini sebenarnya sudah sampai ke<br />

telinga Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.<br />

Tapi sang menteri malah meminta Risma berdamai<br />

dengan wakil barunya. “La, gimana, sudah<br />

telanjur dilantik,” ujar sumber itu menirukan<br />

ucapan Gamawan.<br />

Gamawan juga tak menggubris surat protes<br />

yang dilayangkan Panitia Pemilihan Wakil Wali<br />

Kota yang dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Daerah Kota Surabaya. Mereka antara lain<br />

Edi Budi Prabowo (Fraksi Partai Golkar), Fatkhurahman<br />

(Partai Keadilan Sejahtera), Sudirjo<br />

(Partai Amanat Nasional), dan Safi’i (Partai<br />

Kebangkitan Bangsa).<br />

Alasannya, menurut Gamawan secara terdok:<br />

humas pemprov jatim<br />

Sebuah kabar cukup mengejutkan<br />

merebak sejak dua pekan lalu. Wali<br />

Kota Surabaya Tri Rismaharini diisukan<br />

bakal mundur dari jabatannya.<br />

Isu ini semakin diramaikan oleh lebih dari seribu<br />

kicauan di Twitter yang mencantumkan hashtag<br />

#SaveRisma. Bahkan, sejak Senin, 10 Februari<br />

2014, isu soal mundurnya Risma menjadi<br />

trending topic di media sosial tersebut.<br />

Sejak sepekan sebelumnya hingga Kamis, 13<br />

Februari, Awesometrics menemukan ada saja<br />

obrolan tentang Risma setiap hari di linimasa<br />

Twitter. Lebih dari 11<br />

ribu kali Risma diperbincangkan<br />

di media<br />

sosial tersebut.<br />

“Dan lebih dari 229<br />

posting Facebooker<br />

membicarakan sosok<br />

perempuan yang<br />

membuat banyak gebrakan<br />

perubahan di<br />

Kota Pahlawan itu,”<br />

kata Yustina Tantri<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Menteri Dalam Negeri<br />

Gamawan Fauzi.<br />

rengga sancaya/detikfoto<br />

pisah, hal yang dipermasalahkan tak lebih dari<br />

sekadar isu. “Sewaktu diusulkan kepada kami,<br />

secara formal (pemilihan hingga pelantikan)<br />

sudah lengkap. Kalau ada ‘katanya-katanya’,<br />

‘begini-begana’, biarkan hukum berjalan,” dia<br />

menuturkan.<br />

Menurut bekas Gubernur Sumatera Barat<br />

itu, proses pemilihan hingga pelantikan Whisnu<br />

sesuai dengan prosedur. Kementeriannya<br />

juga sudah mengkonfirmasi hal ini kepada<br />

Gubernur Jawa Timur Soekarwo.<br />

“Kami pernah menyurati Gubernur untuk<br />

melengkapi persyaratan, jadi tidak<br />

langsung kami terima. Itu bukti bahwa<br />

secara formal lengkap, tapi substansinya<br />

seperti apa, kami belum tahu,” ucap<br />

Gamawan.<br />

Sikap ngotot Gamawan ini dipersoalkan<br />

oleh anggota Komisi II Dewan Perwakilan<br />

Rakyat, Abdul Malik Haramain. Gamawan dianggap<br />

cuek terhadap aspirasi dari daerah.<br />

Malik pun mendesak Kementerian Dalam<br />

Negeri segera meninjau ulang serta membuka<br />

peluang dilakukannya pemilihan ulang<br />

Wakil Wali Kota Surabaya.<br />

“Kalau cacat prosedur, ya mestinya diulang<br />

mekanismenya dari awal. Panitia pemilihannya<br />

harus clear dulu,” katanya. Malik menambahkan,<br />

Kementerian Dalam Negeri semestinya<br />

tak buru-buru menerbitkan surat keputusan<br />

penetapan Whisnu sebagai wakil wali kota,<br />

apalagi meminta Gubernur Jawa Timur melantik,<br />

jika masih ada protes dari DPRD.<br />

Sayangnya, meski dinilai banyak prosedur<br />

yang tidak dijalankan, kenyataannya, Whisnu,<br />

yang juga Ketua Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan Surabaya, mendapat surat keputusan<br />

dari Menteri Dalam Negeri dan dilantik sebagai<br />

Wakil Wali Kota Surabaya. Ia resmi menggantikan<br />

Bambang D.H., yang mengundurkan<br />

diri karena maju sebagai calon gubernur dalam<br />

pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013.<br />

Pemilihan wakil wali kota digelar pada 8<br />

November 2013. Panitia pemilihan pun dibentuk<br />

berdasarkan Surat Keputusan DPRD Kota<br />

Surabaya Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pembentukan<br />

Panitia Pemilihan Wakil Wali Kota<br />

Surabaya sisa masa bakti 2010-2015.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Gedung DPRD Kota<br />

Surabaya.<br />

ANTARA FOTO<br />

Namun, dalam pelaksanaannya, yang kemudian<br />

dipermasalahkan, pemungutan suara<br />

tidak dihadiri sekurang-kurangnya tiga perempat<br />

anggota DPRD. Padahal itu merupakan<br />

syarat formal seperti diatur dalam Peraturan<br />

Tata Tertib Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil<br />

Kepala Daerah.<br />

Anehnya, kemudian datang surat dari Gubernur<br />

Jawa Timur pada 8 November 2013. Surat<br />

bernomor 181.4/2826/013/2013 itu menyatakan<br />

kuorum dalam pemilihan wakil wali kota adalah<br />

setengah dari anggota DPRD.<br />

Kejanggalan lain, berdasarkan Tata Tertib<br />

Pemilihan Pasal 8, rapat paripurna pemilihan<br />

dibuka oleh ketua dan salah satu wakil ketua<br />

DPRD. Sedangkan pelaksanaan pemilihannya<br />

ditugaskan kepada panitia pemilihan.<br />

Tapi, dalam prakteknya, pelaksanaan pemilihan,<br />

yang digelar pada 6 dan 8 November 2013,<br />

dipimpin oleh pimpinan sidang, yakni Whisnu<br />

Sakti Buana, yang juga calon Wakil Wali Kota<br />

Surabaya. Hal ini dinilai tak sesuai dengan asas<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


nasional<br />

Soal isu saya<br />

mundur, saya<br />

tidak bisa<br />

bercerita<br />

panjang-lebar.<br />

kepatutan dalam pemerintahan.<br />

Semestinya, seperti diatur dalam Pasal 8<br />

Ayat 2 Tata Tertib Pemilihan Wakil Wali Kota,<br />

yang melaksanakan pemilihan adalah panitia<br />

pemilihan. Namun, dalam hal ini, panitia hanya<br />

bertugas membacakan tata tertib pemilihan.<br />

Panitia lalu menyatakan pemilihan dan<br />

penetapan Whisnu sebagai Wakil Wali Kota<br />

Surabaya cacat prosedur dan harus diulang.<br />

Hal ini dituangkan dalam surat protes panitia<br />

pemilihan yang dilayangkan kepada Menteri<br />

Dalam Negeri pada 18 November 2013.<br />

Nyatanya, surat protes itu tidak direspons.<br />

Whisnu pun tetap dilantik sebagai<br />

Wakil Wali Kota Surabaya. Nah, hal<br />

inilah yang disebut-sebut membuat<br />

Risma gusar. Pasalnya, selama ini dia<br />

kerap berseteru dengan Whisnu, yang<br />

sebelumnya menjabat Ketua DPRD Kota<br />

Surabaya.<br />

Sementara itu, ditemui saat berkunjung ke<br />

kantor redaksi Trans Media di Jakarta, Selasa, 11<br />

Februari lalu, Risma enggan berbicara banyak<br />

mengenai pelantikan wakilnya itu. Demikian<br />

juga saat ditanya seputar isu pengunduran dirinya.<br />

“Soal isu saya mundur, saya tidak bisa bercerita<br />

panjang-lebar karena saya tidak ingin<br />

membuat orang lain tersinggung dengan pernyataan<br />

saya,” ujarnya kepada majalah detik.<br />

Wanita yang kerap disebut Super Wali karena<br />

prestasinya memimpin Surabaya itu tak ingin<br />

dikesankan ada permusuhan secara personal<br />

antara dirinya dan wakil wali kota. Namun soal<br />

mundur, menurut dia, bukan suatu hal yang<br />

mustahil.<br />

“Saya bekerja dengan prinsip. Jika selama<br />

saya bekerja prinsip itu dilanggar, pilihan mundur<br />

bukan suatu hal yang mustahil,” tuturnya.<br />

Risma juga enggan menyebutkan langkah yang<br />

akan dipilihnya, apakah bertahan atau mundur.<br />

“Nanti suatu saat akan saya ceritakan,” ucap<br />

Risma. n Deden Gunawan, Kustiah<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

T.B. Silalahi:<br />

Peran Saya<br />

Cuma 0,001%<br />

untuk SBY<br />

Yang membuat SBY jadi<br />

presiden, sesuai pendapat<br />

beliau, hanya 30 persen tim<br />

sukses dan kampanye.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

etjen (Purnawirawan) T.B. Silalahi<br />

boleh dibilang the king maker yang sukses dua<br />

kali mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono<br />

menjadi presiden. Namun ia pribadi merendah<br />

dengan mengatakan hanya berperan<br />

0,001 persen dalam pemenangan SBY sebagai<br />

presiden.<br />

Silalahi mengutip buku SBY, Selalu Ada Pilihan,<br />

yang menyebut, kemenangan calon presiden<br />

ditentukan oleh 60 persen dari dirinya<br />

sendiri, 10 persen infrastruktur yang dimiliki,<br />

termasuk logistik. Hanya 30 persen tim sukses.<br />

“Jumlah tim suksesnya puluhan ribu, berarti<br />

saya berperan hanya 0,001 persen,” kata<br />

Silalahi.<br />

Mengapa ia tidak menjadi tim sukses Pramono<br />

Edhie Wibowo, ipar SBY yang juga disebut-sebut<br />

sebagai anak emas dalam konvensi<br />

Demokrat? Bagaimana ceritanya T.B. Silalahi<br />

malah mendukung Dahlan Iskan sebagai calon<br />

presiden?<br />

Berikut ini wawancara Oktamandjaya Wiguna<br />

dan Irwan Nugroho dengan anggota<br />

Majelis Tinggi Partai Demokrat itu di sela-sela<br />

debat capres konvensi Demokrat di Bandung,<br />

Rabu, 5 Februari 2014.<br />

Mengapa sekarang Anda memutuskan<br />

mendukung Dahlan Iskan?<br />

Saya mengenal Dahlan Iskan karena saya<br />

pelajari riwayat hidupnya. Kalau SBY, dulu<br />

enggak usah saya pelajari, wong dia junior<br />

saya. Saya tahu betul waktu saya bintang dua,<br />

mayor jenderal, SBY masih letnan kolonel, 12<br />

tahun di bawah saya. Saya bicara dengan KSAD<br />

Edi Sudradjat. Itu tahun 1990. Jadi, 14 tahun<br />

sebelum dia (SBY) dicalonkan jadi presiden.<br />

Edi Sudradjat juga bilang, “Napoleon…” begitu<br />

Edi Sudradjat memanggil saya, “…SBY itu calon<br />

panglima TNI dan juga calon presiden.”<br />

Cuma, karena waktu itu Wiranto ajudan Pak<br />

Harto, biasanya ajudan Pak Harto itu calon<br />

pimpinan TNI. Pak Try Sutrisno jadi wapres. Diharapkan<br />

juga Wiranto sesudah Panglima TNI<br />

juga jadi wapres mengikuti Try Sutrisno. Tapi<br />

tiba-tiba berubah karena reformasi. Enggak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

T.B. Silalahi (bertopi) dan<br />

Dahlan Iskan memberikan<br />

pengarahan di kantor<br />

Padepokan Demi Indonesia<br />

Center<br />

Foto: dok Padepokan Demi Indonesia<br />

Centre<br />

mengikuti lagi pola lama. Di situlah kita lihat<br />

SBY dipilih dalam alam demokrasi.<br />

Kemudian, bukan membangga-banggakan<br />

diri, saya salah satu yang pertama diminta Pak<br />

SBY untuk mendukung beliau pada 2003. Kami<br />

prajurit TNI yang pernah mempertahankan<br />

negara ini, mulai menumpas pemberontakan<br />

dalam negeri, merebut Papua, Timor Timur,<br />

sampai konfrontasi dengan Malaysia, sedih<br />

melihat nasib negara ini. Jadi kami punya idealisme<br />

supaya presiden yang akan datang ini<br />

seseorang yang kami anggap baik dan tepat.<br />

Jadilah Pak SBY.<br />

Kita harus jujur, beliau itu sukses. Masih banyak<br />

kekurangan, la iya, mana ada presiden<br />

di dunia ini yang tidak ada kekurangan. Nah,<br />

saya sebagai salah satu yang paling senior di<br />

TNI sekarang ini, sesudah SBY dua kali, saya<br />

berpikir juga siapa sih penggantinya yang bisa<br />

meneruskan kepemimpinannya, tidak nyeleweng<br />

ke kiri ke kanan, tetapi menyempurnakan.<br />

Saya bukan asal lihat. Saya pelajari satu-satu.<br />

Pramono Edhie sebetulnya juga salah satu<br />

yang saya lihat. Tetapi, sejak beliau menjadi<br />

KSAD selalu tegas mengatakan, “Tidak, saya<br />

tidak akan mencalonkan diri jadi presiden.<br />

Saya ingin menjadi petani saja.” Sampai selesai<br />

KSAD, begitu terus. Sampai enam bulan yang<br />

lalu masuk Partai Demokrat, ya beliau pun sebagai<br />

prajurit memang begitu sikapnya. “Saya<br />

kalau terpanggil saja.” Saya kaget juga baru<br />

enam bulan lalu dia tegas ikut konvensi.<br />

Nah, dari dulu saya sudah lihat Dahlan Iskan<br />

ini. Bayangkan saja, seorang yang pendidikannya<br />

paling tinggi SMA. SMA-nya pun di<br />

madrasah, bukan di SMA yang top di Indone-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Pak Dahlan itu fokus bekerja, cerdas dan cepat<br />

bertindak. Penuh terobosan. Dalam waktu<br />

singkat dia mengambil keputusan untuk memanfaatkan<br />

Halim Perdanakusuma untuk penerbangan<br />

reguler. Sudah 15 tahun kereta api<br />

Sukabumi-Cianjur enggak jalan, dalam tempo<br />

dua minggu dia jalankan.<br />

PLN melakukan pemadaman bergilir di Sumatera<br />

Utara. Wah dihujat terus PLN. Apa yang<br />

dia lakukan? Begitu selesai negosiasi Inalum,<br />

langsung 120 megawatt dialihkan ke umum yang<br />

tadinya hanya untuk Inalum. Tapi dia juga hitung,<br />

dalam enam bulan masih oke. Tapi kebutuhan<br />

pasti naik. PLN sudah selesai bangun 2 x 200 megawatt,<br />

tapi enggak bisa disalurkan. Dibutuhkan<br />

enam tower yang gede-gede. Dia urus langsung<br />

ke pemda untuk pembebasan lahan. Dia bisa<br />

turun dari Menteri BUMN sampai kepala seksi<br />

PLN untuk atasi masalah.<br />

Kemudian, di Filipina, saya mengantar beliau<br />

mendapat doctor honoris causa di universitas<br />

yang sarat Katolik. Dia orang Indonesia pertama<br />

yang mendapatkan gelar doktor di universitas<br />

itu. Dunia internasional mengakui dia.<br />

Saya tanya dia, “Anda itu mau jadi presi-<br />

interview<br />

sia, seperti SMA Taruna Nusantara, kok bisa<br />

hebat? Bisa mempunyai perusahaan dalam<br />

bidang mass media. Dia menjadi 60 orang<br />

terkaya di Indonesia. Kalau orang ini enggak<br />

luar biasa otaknya, mana bisa? Bill Gates itu<br />

saja dropped out, tapi punya kreasi luar biasa,<br />

terkaya di dunia dan mengubah dunia. Dahlan<br />

ini juga mengikuti IAIN dropped out.<br />

Saya sudah dua tahun mengikuti itu. Dia<br />

Bayangkan saja, seorang yang pendidikannya<br />

paling tinggi SMA. SMA-nya pun di madrasah, bukan<br />

di SMA yang top di Indonesia, seperti SMA Taruna<br />

Nusantara, kok bisa hebat?<br />

Dirut PLN, kemudian Menteri BUMN. Nah, ini<br />

orangnya. Pak Dahlan orang yang sangat independen<br />

dan diterima seluruh rakyat Indonesia.<br />

Dia menyadari keragaman budaya dan agama<br />

di Indonesia. Saya tertarik karena dia pluralis<br />

dan negarawan. Sangat islami, tetapi berpikir<br />

nasionalis. Itulah yang saya lihat calon presiden<br />

di masa mendatang.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

saat itu bagaimana?<br />

Saya enggak mau lihat lagi ke belakang.<br />

Sekiranya Pak Dahlan gagal, ibaratnya siapa<br />

saja, entah Pramono Edhie nanti yang terpilih,<br />

ya kita dukung. Otomatis saya anggota Majelis<br />

Tinggi Partai Demokrat, pasti dukung dia. Begitu<br />

Pramono Edhie nomor satu, saya bilang,<br />

nomor satu kasih selamat adalah Dahlan. Nah,<br />

saya nomor dua akan mengatakan, “Selamat,<br />

dukung.” Soal sejauh mana saya aktif atau<br />

tidak, terserah dia (Pramono Edhie).<br />

Pramono Edhie<br />

Ari Saputra / detikfoto<br />

den?” “Sebenarnya enggak Opung.” Dia bilang<br />

enggak. Saya catat itu, Januari tanggal 31 tahun<br />

2012, persis dua tahun sebelum Imlek kemarin.<br />

“Ndak, saya lihat Pak Dahlan yang pantas.”<br />

“Menurut Opung begitu?” “Iya.” “Coba-cobalah.”<br />

“Eh, jangan pakai coba-coba. Jadi presiden<br />

enggak ada coba-coba. Kalau Opung bilang<br />

iya, iya. Siap, siap.” Itu sejarahnya.<br />

Kalau Pramono Edhie bilang “iya” pada<br />

Anda dua kali mendukung SBY, ketika<br />

sekarang mendukung Dahlan ada yang iri?<br />

Enggak ada. Wong mereka yang saya dengar,<br />

“Pak TB itu sudah opung-opung, sudah kakekkakek,<br />

sudah mbah, enggak usah diperhitungkan.”<br />

Saya happy-happy saja. Dan memang<br />

saya sudah tua. Lihat saja saya di belakangbelakang,<br />

kok.<br />

Apakah isu anak emas di konvensi PD ini<br />

benar?<br />

Begini, tentu banyak sekali penafsiran bahwa<br />

SBY akan memilih Pramono Edhie. Tafsiran<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

itu wajar-wajar saja karena dia kan adik iparnya.<br />

Tapi, kalau kita lihat track record Pak SBY,<br />

enggak pernah kita lihat presiden itu sampai<br />

habis-habisan mendukung keluarga. La, besannya<br />

dulu? Kan beliau enggak ikut campur<br />

Gita Wirjawan dulu beberapa kali saya minta waktu<br />

untuk bertemu. Karena saya sama Gita dulu dekat.<br />

Beliau enggak menanggapi. Saya kira kan hak dia.<br />

perkaranya. Dalam arti kata beliau obyektif<br />

sekali dan proporsional.<br />

Beliau tahu kapan sebagai presiden, kapan<br />

sebagai SBY pribadi, kapan beliau sebagai ketua<br />

umum. Sebagai ketua umum, di situlah SBY<br />

menetapkan konvensi. Oleh sebab itu, sebagai<br />

ketua umum, silakan, beliau tidak akan mengatur<br />

seseorang. Adapun dalam hati pribadinya,<br />

sebagai pribadi mengharapkan Pramono itu<br />

wajar. Tapi enggak pernah beliau memberikan<br />

pengarahan atau petunjuk atau body language<br />

untuk katakan “kalian pilih Pramono”,<br />

enggak. Buktinya, selama ini saya mendukung<br />

Dahlan, beliau enggak pernah mengatakan<br />

“jangan”. Padahal kan saya dekat dengan<br />

beliau. Kedekatan itu menurut saya. Ibu (Ani<br />

Yudhoyono) juga enggak pernah minta supaya<br />

Pramono didukung.<br />

Lagi pula Pramono Edhie enggak pernah minta<br />

saya mendukung dia. Sampai terakhir. Saya tiap<br />

kali juga tanya kepada beliau, jawabnya, “Wah,<br />

saya enggak berambisi jadi presiden.” Saya<br />

berpikir positif saja. Artinya betul saya itu sudah<br />

mbah-mbah, enggak punya kekuatan lagi. Saya<br />

hanya mendoakan saja.<br />

Apakah capres konvensi lainnya yang<br />

meminta saran kepada Anda?<br />

Enggak enak kalau saya bilang karena nanti<br />

saya dikira menolak. Tapi saya boleh bicara juga,<br />

Gita Wirjawan dulu beberapa kali saya minta<br />

waktu untuk bertemu. Karena saya sama Gita<br />

dulu dekat. Beliau enggak menanggapi. Saya<br />

kira kan hak dia. Dia punya strategi yang lain.<br />

Jadi, begini saja, ja ngan anggap saya seorang<br />

yang hebat yang bisa membikin seseorang jadi<br />

presiden.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

dan kampanye. Kalau kita hitung jumlah tim<br />

sukses SBY puluhan ribu, berarti saya berperan<br />

hanya 0,001 persen untuk SBY.<br />

Itu ada bukunya, Selalu Ada Pilihan, halaman<br />

372, jadi jangan ada salah persepsi. Beliau pun<br />

enggak enak dong dikatakan bahwa beliau<br />

jadi presiden karena T.B. Silalahi, karena juga<br />

melecehkan para relawan yang lain. Jadi itu<br />

nasihat beliau untuk capres yang akan datang.<br />

Bagus. Jadi jangan capres yang akan datang<br />

mengandalkan tim sukses. Enam puluh persen<br />

dia yang menjual dirinya, 10 persen prasarana<br />

yang dimiliki.<br />

T.B. Silalahi (tengah)<br />

Ari saputra / detikfoto<br />

Walaupun sudah membikin SBY dua kali<br />

menjadi presiden?<br />

Mana mungkin saya yang membikin SBY<br />

jadi presiden? Salah juga dong. Saya salah satu<br />

tim sukses SBY. Kalau baca buku SBY, tegas di<br />

situ ditulis, kemenangan calon presiden ditentukan<br />

oleh 60 persen dari calonnya sendiri, 10<br />

persen infrastruktur yang dimiliki, termasuk<br />

logistik. Hanya 30 persen tim sukses. Jadi yang<br />

membuat SBY itu menjadi presiden, sesuai<br />

pendapat beliau, hanya 30 persen tim sukses<br />

Seberapa besar sokongan dana yang<br />

dimiliki Dahlan Iskan?<br />

Dulu, pengalaman tahun 2003-2004, SBY<br />

juga enggak punya duit sama sekali. Beliau<br />

sebagai Menko Polkam, orang yang pernah<br />

mendapat “lulus terbaik” dalam bidang kepemimpinan<br />

karakter dari Akmil. Jadi, waktu<br />

Menko Polkam untuk ukuran menteri, dia<br />

orang miskin. Waktu beliau itu mencalonkan<br />

jadi presiden, langsung dia bilang, “Saya<br />

enggak punya duit.” Kemudian ratusan peng-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono menyalami Dahlan<br />

Iskan<br />

Andika Wahyu / ANTARA<br />

usaha mendukung beliau. Membantu apakah<br />

itu kaus, bendera, properti. Tentu disesuaikan<br />

dengan UU Pemilu. Kalau kampanye di Medan,<br />

para simpatisan di Medan, baik pengusaha,<br />

langsung mendukung, mempersiapkan segala<br />

sesuatu dengan harapan beliau dapat mengubah<br />

nasib bangsa. Dananya datang begitu<br />

saja. Karena partai baru berdiri, belum punya<br />

uang, belum bisa urunan.<br />

Pak Dahlan, selama ini, apabila dia diundang<br />

salah satu lembaga, umpamanya universitas,<br />

beliau hanya diminta bicara. Beliau tidak<br />

menggunakan dana. Jangan lupa beliau ini<br />

orang kaya. Gaji enggak terima, mobil enggak,<br />

rumah dinas enggak mau.<br />

Perusahaannya kan sudah gede. Koran saja<br />

lebih dari 100. Pemancar TV berapa? Malah,<br />

kalau ada yang mau membantu, beliau tanya<br />

dulu, “Dari mana itu?”<br />

Sampai sekarang tidak ada pengusaha bantu<br />

miliaran, enggak ada itu. Paling-paling seperti<br />

konvensi ini ada yang bantu bis, beri makan<br />

relawan, dan sebagainya. Enggak tahu nanti.<br />

Kebetulan para konglomerat masih mikir yang<br />

menang Jokowi. Saya dengar-dengar ini semua<br />

ke sana. Jadi para konglomerat masih melihat<br />

sebelah mata sama Dahlan.<br />

Anda sebentar lagi berulang tahun.<br />

Harapannya kemenangan Dahlan Iskan<br />

menjadi kado?<br />

Kepada mereka ini pendukung (tim sukses<br />

Dahlan) saya ngomong begini, sama dulu<br />

dengan kampanye 2004 SBY. SBY itu hebat.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

Para peserta Debat Bernegara,<br />

(dari kiri ke kanan) Hayono<br />

Isman, Pramono Edhie Wibowo,<br />

Dino Patti Djalal, Sinyo Harry<br />

Sarundajang, Irman Gusman,<br />

dan Dahlan Iskan, berfoto<br />

bersama dalam acara konvensi<br />

calon presiden Partai Demokrat<br />

2014 di Bandung, Rabu (5/2)<br />

malam.<br />

Fahrul Jayadiputra / antara<br />

Apakah seperti dikatakan SBY bahwa 30<br />

persen itu peranan tim sukses? Mungkin iya.<br />

Zaman SBY yang pertama tahun 2004 tidak<br />

kurang 70 pensiunan jenderal dan Pamen AD,<br />

AL, dan Polri pendukung SBY. Apa yang saya<br />

tekankan kepada mereka ada beberapa poin.<br />

Apa motivasi mereka mendukung SBY? Kalau<br />

ada yang minta bayar jasa daripada saudara<br />

kecewa nanti, lebih baik mundur saja. “Siapa<br />

yang mau mundur?” Enggak ada. Itu orangorang<br />

senior siapa? Jenderal Mangindaan<br />

ada, Jenderal Makruf (mantan Mendagri) ada,<br />

Freddy Numberi (mantan Menhub), Syamsir<br />

Siregar (mantan Kepala BIN) ada. Itu kan tim<br />

sukses. Enggak ada yang keluar.<br />

Yang paling penting adalah, “Kenapa saya<br />

dukung SBY, tahu enggak?” jawab mereka macam-macam.<br />

“Enggak. Karena saya yakin betul<br />

dialah yang ditunjuk Tuhan jadi presiden.” Sekarang<br />

sama mereka (tim sukses Dahlan) saya<br />

kira juga sama. “Kalau kalian enggak yakin<br />

Dahlan jadi presiden, mulai sekarang berhenti<br />

saja.” Itu modalnya.<br />

Makanya saya dukung Pak Dahlan. Kalau<br />

ternyata Tuhan mengatakan, “Bukan, kau salah<br />

menangkap. Bukan Dahlan,” Inilah terakhir<br />

bagi saya pulang kampung, bertapa di tepi Danau<br />

Toba. Akan tetapi, kalau Dahlan berhasil<br />

jadi Presiden RI, saya juga tetap pamit pulang<br />

kampung untuk mengurusi Museum Batak. n<br />

IRWAN NUGROHO, Okta Wiguna<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


interview<br />

BIODATA<br />

Nama: T.B. Silalahi<br />

Tempat/Tanggal Lahir: Pematangsiantar,<br />

Sumatera Utara, 17 April 1938<br />

Pangkat:<br />

Letnan jenderal (purnawirawan)<br />

Pendidikan:<br />

• Institut Teknologi Bandung,<br />

Propadeus, 1957<br />

• Sarjana Muda Lengkap Hukum<br />

Universitas Padjadjaran, 1966-<br />

1969<br />

• Executive Program, Stanford<br />

University-National University of<br />

Singapore, 1992<br />

• Sarjana Hukum Sekolah Tinggi<br />

Hukum Militer, Jakarta, 1996-1997<br />

• Doctor honoris causa bidang<br />

administrasi negara, Gregorio<br />

Araneta University, Manila, 1997<br />

Pendidikan Militer:<br />

• Akademi Militer Nasional, 1958-<br />

1961<br />

• Sekolah Staf dan Komando<br />

Angkatan Darat (lulusan terbaik<br />

peringkat 1), 1971-1972<br />

• Defence Management Course,<br />

Monterey, Amerika Serikat, 1976<br />

• Sekolah Staf dan Komando ABRI<br />

(lulusan terbaik peringkat 1) 1977<br />

• International Peace Keeping<br />

Training, Wina, Austria, 1979<br />

• Lembaga Ketahanan Nasional<br />

Kursus Reguler Angkatan XVI<br />

(lulusan terbaik, Bintang Seroja/<br />

Garuda), 1983<br />

Jabatan di Militer:<br />

• Camp Commandant United<br />

Nations Emergency Force/Headquarter,<br />

Kairo, Mesir, 1973-1974<br />

• Asisten Operasi Kodam XIV/<br />

Hasanuddin, 1977-1982<br />

• Kepala Staf Daerah Militer IV/<br />

Diponegoro, 1985-1986<br />

• Asisten Perencana Kepala Staf<br />

Angkatan Darat, 1986-1988<br />

Pemerintahan:<br />

• Sekretaris Jenderal Departemen<br />

Pertambangan dan Energi, 1988-<br />

1993<br />

• Menteri Pendayagunaan Aparatur<br />

Negara, 1993-1998<br />

• Penasihat Khusus Presiden RI dan<br />

Utusan Khusus Pemerintah untuk<br />

Timur Tengah, 2004-2006<br />

• Anggota Dewan Pertimbangan<br />

Presiden Bidang Pertahanan dan<br />

Keamanan, 2006-2009<br />

• Utusan Khusus Presiden RI untuk<br />

Kerja Sama Asia-Pasifik, 2010-sekarang<br />

Politik:<br />

• Anggota Majelis Permusyawaratan<br />

Rakyat Fraksi ABRI, 1987-1997<br />

• Anggota MPR Fraksi Karya<br />

Pembangunan, 1997-1999<br />

• Anggota Dewan Pembina Golkar,<br />

1993-1998<br />

• Anggota Dewan Pembina Partai<br />

Demokrat, 2010-2011<br />

• Ketua Komisi Pengawas Partai<br />

Demokrat, 2011-sekarang<br />

• Sekretaris Dewan Kehormatan<br />

Partai Demokrat, 2012-sekarang<br />

• Anggota Majelis Tinggi Partai<br />

Demokrat, 2012-sekarang<br />

Perusahaan dan Bisnis:<br />

• Komisaris Utama PT Tambang<br />

Timah, 1989-1993<br />

• Komisaris Utama PT International<br />

Timber Corp Indonesia,<br />

1987-1993<br />

• Komisaris Utama PT Danayasa<br />

Arthatama/SCBD, 1987-1993<br />

• Komisaris Utama Bank Artha<br />

Graha, 1989-1993<br />

• Direktur Jakarta International<br />

Hotel & Development (JIHD)/<br />

Hotel Borobudur, 1990-1993<br />

• Komisaris Utama JIHD/Hotel<br />

Borobudur, 2003-2005<br />

Tanda Jasa:<br />

• Satyalancana Satya Dharma<br />

(Trikora), 1962-1963<br />

• Satyalancana Penegak (Penumpasan<br />

G-30-S/PKI), 1965-1966<br />

• Satyalancana Seroja (Pembebasan<br />

Timor Timur), 1972-1973<br />

• Satyalancana Santi Dharma<br />

(Jabatan: Komandan Batalion<br />

Kavaleri 8/Kostrad), 1972<br />

Majalah detik 17 10 - 23 16 februari 2014


sisi lain capres<br />

Hikmah Tak Menjadi PNS<br />

Ketua Umum PPP Suryadharma Ali pernah menolak tawaran menjadi Pegawai Negeri Sipil. Andaikata ia<br />

terima, mungkin tidak seperti sekarang ini. Bisa jadi menteri, bahkan kandidat capres.<br />

Bagi sebagian orang, menjadi<br />

pegawai negeri sipil adalah<br />

berkah yang luar biasa. Karena<br />

itu, banyak yang berharap dan<br />

melakukan upaya apa pun untuk bisa diangkat<br />

menjadi abdi negara itu. Namun<br />

tak demikian bagi Suryadharma Ali. Ketua<br />

Umum Partai Persatuan Pembangunan,<br />

yang belum lama ini diusung partainya<br />

menjadi salah satu kandidat calon presiden<br />

pada Pemilihan Umum 2014, ini justru<br />

mendapatkan hikmah tidak menjadi<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


sisi lain capres<br />

PNS.<br />

Suryadharma bercerita, sekitar tahun<br />

1980-an ia sempat mengajar agama di filial<br />

Sekolah Menengah Atas Negeri 60 di<br />

bilangan Jakarta Selatan. Mungkin karena<br />

jumlahnya masih sedikit, saat itu banyak<br />

orang ditawari menjadi pegawai negeri.<br />

Termasuk dirinya, yang kini menjabat<br />

Menteri Agama.<br />

Pria yang kini berusia 57 tahun itu ditawari<br />

menjadi PNS oleh sang kepala sekolah,<br />

yang masih ia ingat namanya. “Ibu Parwati<br />

(kepala sekolah) saat itu minta berkasberkas<br />

saya untuk diajukan jadi PNS,” kata<br />

Suryadharma saat ditemui tim majalah<br />

detik di kantornya, kompleks Kementerian<br />

Agama, Jakarta, Selasa, 11 Februari lalu.<br />

Saat itu, Surya sejatinya masih menimbang-nimbang<br />

profesi apa yang akan<br />

ditekuninya. Dan ia merasa belum sreg<br />

sebagai guru SMA. Tawaran menjadi<br />

PNS pun ia tolak. Surya memilih mundur<br />

dari sekolah tersebut meski baru mengajar<br />

selama enam bulan.<br />

Waktu berlalu. Suryadharma, pada<br />

1983-1984, kembali menjadi guru. Bedanya,<br />

ia mengajar mahasiswa di Institut<br />

Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah,<br />

Jakarta, almamaternya. Di kampus itu ia<br />

mengajar ilmu filsafat di Fakultas Tarbiyah.<br />

“Saya ingat saat itu digaji Rp 180 ribu<br />

per bulan. Itu pun masih ada potonganpotongan,”<br />

ujarnya.<br />

Nah, di kampus ini ia kembali mendapat<br />

tantangan. Kebetulan, ada program<br />

pembibitan calon doktor. Ia pun ikut<br />

mendaftar. Tapi kenyataan berkata lain.<br />

Suryadharma tidak diterima, kendati<br />

sejumlah rekannya sesama dosen lolos<br />

untuk melanjutkan pendidikan doktor.<br />

Dua peristiwa itu rupanya menjadi<br />

penentu jalan hidupnya saat ini. Setelah<br />

gagal mengikuti pendidikan calon doktor,<br />

Surya pun beralih profesi menjadi<br />

karyawan swasta di sebuah perusahaan<br />

retail hingga menjabat deputi direktur.<br />

Selain berkarier di perusahaan, dia juga<br />

aktif di dunia politik lewat PPP, hingga<br />

menjadi ketua umum partai itu sejak<br />

2007.<br />

Dari partainya pula Suryadharma dua<br />

kali didapuk menjadi menteri, yakni Menteri<br />

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah<br />

di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br />

Ia kembali menduduki jabatan<br />

menteri, yakni Menteri Agama, sampai<br />

saat ini, sejak periode kedua pemerintahan<br />

Yudhoyono.<br />

Menurut Suryadharma, andaikata ia<br />

lolos mengikuti pendidikan doktor di<br />

IAIN, mungkin saja ia terus berkarier<br />

sebagai dosen. Kariernya bakal mentok<br />

sebagai dekan fakultas. Seandainya<br />

pun ia menerima tawaran menjadi<br />

PNS, ia bakal terus mengajar sebagai<br />

guru SMA. “Paling banter saya jadi kepala<br />

sekolah,” ucapnya seraya terkekeh.<br />

Mungkin sulit untuk jadi menteri, apalagi<br />

capres, ya Pak? n DIMAS<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

10<br />

17 -<br />

16<br />

23<br />

februari<br />

februari<br />

2014<br />

2014


hukum<br />

Pembebasan<br />

Corby<br />

dan Ironi<br />

WNI<br />

Sang “Ratu Mariyuana” Schapelle Leigh Corby<br />

bebas bersyarat. Di sisi lain, ratusan WNI<br />

yang terjerat kasus narkoba di Malaysia<br />

terancam hukuman mati. Perjuangan<br />

Australia yang membela warganya dinilai<br />

patut ditiru.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


hukum<br />

Corby saat menjalani<br />

sidang pada 2005.<br />

Bagus Othman/REUTERS<br />

Orang yang dinanti-nanti itu<br />

akhirnya muncul dari balik pintu<br />

gerbang Lembaga Pemasyarakatan<br />

Kerobokan, Denpasar, Bali,<br />

Senin, 10 Februari lalu, sekitar pukul 08.30<br />

Wita. Namun, tak seperti yang diharapkan<br />

para wartawan yang menantinya sejak pagi,<br />

tidak sepatah kata pun terucap dari wanita<br />

warga negara Australia itu.<br />

Jangankan mulutnya, wajahnya pun<br />

tak tampak. Terpidana kasus narkoba,<br />

Schapelle Leigh Corby, yang hari itu<br />

mendapatkan pembebasan bersyarat,<br />

membebat wajahnya dengan syal. Kain<br />

berwarna cokelat itu juga menutupi<br />

bagian rambutnya, selain topi bermotif<br />

kotak-kotak. Wanita berusia 36 tahun<br />

itu keluar dikawal ketat oleh sejumlah<br />

petugas lapas.<br />

Pembebasan bersyarat Corby, yang ditangkap<br />

di Bandara Ngurah Rai, Denpasar,<br />

karena membawa 4,2 kilogram ganja pada<br />

8 Oktober 2004, begitu menyita perhatian<br />

media. Corby bak selebritas ternama. Puluhan<br />

jurnalis dalam dan luar negeri, terutama<br />

dari Australia, meliput hari pertamanya<br />

menghirup udara bebas setelah menjalani<br />

hukuman penjara 9 tahun 4 bu lan itu.<br />

Corby bebas bersyarat setelah mendapatkan<br />

grasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono<br />

pada 2012, sehingga hukumannya didiskon<br />

5 tahun. Grasi tersebut diberikan dengan alas-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


hukum<br />

Berdasarkan<br />

data dari KBRI di<br />

Malaysia, TKI yang<br />

terancam hukuman<br />

mati karena perkara<br />

narkotik mencapai<br />

179 orang.<br />

an kemanusiaan. Ia sebelumnya diganjar<br />

hukuman 20 tahun penjara oleh Pengadilan<br />

Negeri Denpasar pada 2005.<br />

Corby sempat mengajukan permohonan<br />

banding dan hukumannya dikurangi<br />

menjadi 15 tahun penjara oleh Pengadilan<br />

Tinggi Denpasar. Putusan itu lalu dianulir<br />

oleh Mahkamah Agung sehingga<br />

hukumannya kembali seperti<br />

semula. Namun, dua tahun<br />

lalu, Presiden Yudhoyono<br />

memberikan grasi sehingga<br />

hukumannya kembali<br />

dipangkas menjadi 15<br />

tahun.<br />

Ditambah sejumlah<br />

remisi yang didapatnya<br />

selama hidup di bui, masa<br />

pidana Corby semakin<br />

berkurang. Walhasil, ia bisa<br />

menghirup udara bebas, meski<br />

bersyarat, setelah menjalani hukuman<br />

kurang dari separuh vonis yang<br />

diperolehnya, yakni 20 tahun.<br />

Pembebasan bersyarat bagi terpidana kasus<br />

narkotik asal negeri tetangga itu dinilai<br />

oleh Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis<br />

Hidayah, sebagai sebuah ironi. Sebab, di<br />

saat “hadiah” itu diberikan kepada Corby, di<br />

sisi lain, ratusan warga negara Indonesia di<br />

Malaysia terancam hukuman mati dengan<br />

dugaan kepemilikan narkoba. Kasus yang<br />

sama dengan Corby.<br />

Menurut Anis, berdasarkan data dari Kedutaan<br />

Besar RI di Malaysia, TKI yang terancam<br />

hukuman mati karena perkara narkotik hingga<br />

akhir Januari lalu mencapai 179 orang. Sebelumnya,<br />

pada 2010, dua WNI, Bustaman bin<br />

Bukhari dan Tarmizi bin Yakub, asal Aceh, diganjar<br />

hukuman mati oleh Mahkamah Agung<br />

Malaysia karena didakwa memiliki ganja dalam<br />

jumlah besar.<br />

“Saya tidak menyalahkan apakah putusan<br />

pembebasan Corby ini salah atau benar. Justru<br />

saya salut melihat pemerintah Australia yang<br />

gigih memperjuangkan Corby supaya bebas,”<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


hukum<br />

Corby melapor di<br />

Balai Pemasyarakatan<br />

Denpasar sebelum<br />

mendapat pembebasan<br />

bersyarat.<br />

Putu Sayoga/Getty Images<br />

kata Anis di Jakarta, Selasa, 11 Februari lalu.<br />

Anis melanjutkan, sudah sepatutnya pemerintah<br />

memperjuangkan warga negaranya<br />

yang sedang menghadapi kasus hukum di negara<br />

lain. Seperti yang dilakukan pemerintah<br />

Thailand.<br />

Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan<br />

Rakyat, Eva Kusuma Sundari, juga menilai<br />

pembebasan Corby merupakan hasil dari<br />

keseriusan Australia. Berbeda dengan Indonesia,<br />

yang menurut Eva tidak serius membela<br />

warga negaranya yang terjerat kasus hukum<br />

di luar negeri.<br />

“Jauh sekali perbedaan antara Indonesia<br />

dan Australia dalam memberikan perlindungan<br />

kepada warganya,” ujar politikus<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.<br />

Semestinya, Eva menuturkan, pemerintah<br />

RI meniru apa yang dilakukan Australia tersebut.<br />

Guru besar hukum internasional Universitas<br />

Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengakui,<br />

dalam kasus Corby, pemerintah Australia<br />

konsisten memperjuangkan hak warga<br />

negaranya. Diakui atau tidak, menurut Hikmah,<br />

bebasnya Corby merupakan kerja keras<br />

pejabat dan pemerintahan Negeri Kanguru.<br />

“Pejabat di Australia akan dipilih jika ia<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


hukum<br />

Menteri Hukum dan HAM<br />

Amir Syamsuddin (kanan),<br />

didampingi Wakil Menteri<br />

Denny Indrayana saat<br />

memberikan keterangan soal<br />

pembebasan bersyarat Corby.<br />

Reno Esnir/antarafoto<br />

bekerja sungguh-sungguh untuk rakyatnya.<br />

Dan isu di masyarakat Australia, Corby dianggap<br />

korban,” ucapnya saat dihubungi<br />

secara terpisah.<br />

Berbeda dengan Indonesia, Hikmah menilai,<br />

kinerja pemerintah dalam memperjuangkan<br />

warganya baru terlihat jika sudah diramaikan<br />

media dan dihujat banyak orang.<br />

Menurut dia, setiap negara memiliki payung<br />

hukum berbeda. Begitupun ketika memberlakukan<br />

hukuman mati kepada siapa pun yang<br />

diketahui memiliki narkoba. “Kalau pengedar<br />

narkoba yang kebetulan WNI ditangkap di<br />

Cina, ya kita berpasrah pada hukum di sana,”<br />

katanya.<br />

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />

Amir Syamsuddin sebelumnya menyebut<br />

Corby hanya satu dari 1.291 narapidana yang di<br />

saat bersamaan berhak memperoleh pembebasan<br />

bersyarat sesuai undang-undang. “Jadi,<br />

dasar pembebasan itu adalah hukum semata,”<br />

ujarnya.<br />

Amir juga membantah memberikan keistimewaan<br />

kepada Corby. Ia akan diperlakukan<br />

sama seperti narapidana lain yang mendapatkan<br />

pembebasan bersyarat. Wanita yang dijuluki<br />

Ratu Mariyuana itu masih dikenai wajib<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


hukum<br />

Hikmahanto Juwana<br />

FANNY OCTAVIANUS/antarafoto<br />

lapor setidaknya tiga kali sebulan.<br />

Tingkah laku Corby juga masih dalam<br />

pengawasan, hingga masa hukumannya benar-benar<br />

berakhir pada Juli 2017. Pada saat<br />

itu, ia baru diperbolehkan kembali ke negaranya.<br />

Status pembebasan bersyaratnya<br />

bisa dicabut jika Corby kembali melanggar<br />

pidana. “Itu berlaku untuk semua napi yang<br />

mendapat pembebasan bersyarat,” tuturnya.
Pengacara<br />

Corby, Iskandar Nawing,<br />

juga menyangkal kliennya memperoleh<br />

pembebasan bersyarat lantaran intervensi<br />

pemerintah Australia. “Tidak ada campur tangan<br />

dan deal antarnegara,” ucapnya secara<br />

terpisah.<br />

Sampai hari ketiganya menghirup udara<br />

bebas, Rabu, 12 Februari lalu, Corby masih<br />

menginap di Vila Sentosa, kawasan Seminyak,<br />

Bali. Setelah keluar dari penjara, ia langsung<br />

dibawa oleh keluarganya ke resor mewah<br />

tersebut. Dikabarkan, di sana Corby akan<br />

memberikan wawancara eksklusifnya kepada<br />

sebuah media Australia.<br />

Sempat disebut-sebut, ia memperoleh kompensasi<br />

hingga jutaan dolar untuk wawancara<br />

itu. Namun, belakangan, kabar itu dibantah.<br />

Setelah itu, Corby akan tinggal di rumah saudara<br />

perempuannya, Mercedes, yang menikah<br />

dengan warga Bali, Wayan Widyartha, di kawasan<br />

Kuta. n KUSTIAH | DIMAS<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kriminal<br />

Teror<br />

Gerombolan<br />

Cepak<br />

Bermotor<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Dua pos polisi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta<br />

Selatan, diserang 20 pria yang mengendarai sepeda motor.<br />

Mabes TNI meminta agar setiap aksi kriminal oleh pelaku<br />

bertubuh tegap dan berambut cepak tidak selalu dikaitkan<br />

dengan tentara.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kriminal<br />

Komisaris Besar<br />

Rikwanto.<br />

Reno Esnir/ANTARAFOTO<br />

Dua puluhan pria berbadan tegap<br />

dan berambut cepak tiba-tiba<br />

membuat gaduh perempatan CSW,<br />

di ujung Jalan Trunojoyo, Kebayoran<br />

Baru, Jakarta Selatan, Minggu dini hari,<br />

9 Februari lalu. Keheningan di kawasan itu<br />

mendadak pecah seiring dengan melesatnya<br />

batu-batu yang mereka lemparkan ke pos<br />

polisi di perempatan yang lalu lintas sehariharinya<br />

ramai tersebut.<br />

Kaca-kaca di pos polisi itu pun pecah berserakan.<br />

Entah kebetulan atau tidak, tidak<br />

ada satu pun polisi yang terlihat di kawasan<br />

yang hanya sepelemparan batu dari Markas<br />

Besar Kepolisian RI itu. Bahkan, setelah<br />

mengobrak-abrik pos polisi CSW, puluhan<br />

orang yang mengendarai sepeda motor itu<br />

kembali melanjutkan aksi anarkistisnya.<br />

“Teror” selanjutnya dilakukan di pos Tugu<br />

Pemuda Senayan, yang cuma berjarak sekitar<br />

1,5 kilometer dari CSW. Polisi baru berdatangan<br />

setengah jam kemudian. Dua pos<br />

yang diserbu gerombolan itu langsung dijaga<br />

pasukan Brigade Mobil Polri.<br />

Akibat aksi itu, sejumlah kaca pos di CSW<br />

dan Tugu Pemuda hancur. Empat pedagang<br />

asongan yang sedang beristirahat di tempat<br />

itu terluka terkena lemparan batu dan serpihan<br />

kaca dalam peristiwa yang berlangsung<br />

sekitar 10 menit tersebut.<br />

Meski sudah mengantongi ciri-ciri sejumlah<br />

sepeda motor kelompok itu, polisi belum dapat<br />

memastikan pelaku penyerangan tersebut.<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Rikwanto hanya me-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kriminal<br />

Aksi itu diduga merupakan<br />

buntut dari kejadian sebelumnya<br />

di perempatan Kuningan.<br />

nyebut para penyerang itu mengaku sebagai<br />

“pasukan”. “Bilangnya, ‘Saya pasukan. Akan<br />

kembali bawa pasukan,’” kata Rikwanto.<br />

Ia menduga perusakan tersebut merupakan<br />

aksi balas dendam. Aksi itu diduga merupakan<br />

buntut dari kejadian sebelumnya, saat seorang<br />

pengendara sepeda motor merasa tidak senang<br />

dihentikan Polisi Lalu Lintas di perempatan Kuningan,<br />

Jakarta Selatan, beberapa jam sebelum<br />

perusakan.<br />

Sabtu malam, 8 Februari,<br />

sekitar pukul 22.30<br />

WIB, anggota Satuan<br />

Lalu Lintas menghentikan<br />

arus kendaraan karena<br />

rombongan Wakil Presiden<br />

Boediono akan melintas. Nah, rupanya,<br />

ada pengendara motor yang membandel.<br />

Pengendara motor yang berboncengan itu<br />

keduanya berambut cepak. Petugas terpaksa<br />

menghentikannya.<br />

Saat diberi penjelasan, sang pengendara<br />

malah memarahi petugas. “Kemudian dijawab<br />

pembonceng, ‘Kamu enggak kenal saya?’”<br />

ujar Rikwanto menirukan ucapan pemotor<br />

tersebut. Bukan cuma marah-marah, pria<br />

yang duduk di belakang turun dan memukul<br />

anggota Polisi Lalu Lintas yang menegur<br />

mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah baku<br />

pukul antara pengendara sepeda motor berambut<br />

cepak itu dan polisi yang bertugas.<br />

Selang satu jam, tepatnya pukul 23.30 WIB,<br />

datang lagi sekitar 20 pria yang mengendarai<br />

sepeda motor di lokasi perkelahian itu. Mereka<br />

bahkan sempat terlibat keributan dengan<br />

pengendara mobil Toyota Avanza di depan<br />

Kedutaan Besar Malaysia, Setiabudi, Kuningan,<br />

Jakarta Selatan.<br />

Keributan itu terhenti ketika Patroli Lalu Lintas<br />

lewat. Polisi sempat menanyakan perihal yang<br />

terjadi. Bukan mendapatkan penjelasan, anggota<br />

patroli itu malah dilempari batu. Petugas<br />

terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan<br />

ke udara. Gerombolan ini pun langsung bubar<br />

dan melarikan diri ke arah selatan.<br />

Namun, beberapa jam setelah itu, Minggu<br />

sekitar pukul 01.20 WIB, Kepolisian Sektor<br />

Kebayoran Baru menerima laporan telah<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kriminal<br />

Kaca jendela pos polisi yang<br />

dipecahkan.<br />

detikcom<br />

terjadi perusakan dua pos polisi, yakni di<br />

CSW dan Tugu Pemuda. Keributan di kawasan<br />

Kuningan itu ditengarai sebagai pemicu<br />

perusakan tersebut.<br />

Para pelaku, menurut Rikwanto, terancam<br />

dijerat de ngan Pasal 170 Kitab Undang-Undang<br />

Hukum Pidana tentang perusakan. Sedangkan<br />

mengenai dugaan apakah pelakunya adalah<br />

oknum aparat, karena mereka menyebut diri<br />

sebagai “pasukan”, Rikwanto mengatakan pihaknya<br />

akan melakukan koordinasi.<br />

“Kalau sudah melibatkan oknum aparat,<br />

kita akan koordinasikan dengan instansi terkait,”<br />

tuturnya.<br />

Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI<br />

Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan<br />

Panglima TNI Jenderal Moeldoko sudah memerintahkan<br />

semua kepala kesatuan di TNI untuk me-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kriminal<br />

Neta S Pane.<br />

Tedy Kroen/Rakyat Merdeka<br />

nyelidiki dugaan keterlibatan personelnya<br />

masing-masing. Namun hingga<br />

saat ini belum ada laporan adanya<br />

keterlibatan, baik dari TNI Angkatan<br />

Darat, Laut, maupun Udara.<br />

Iskandar juga meminta agar<br />

tidak setiap aksi kriminal yang<br />

dilakukan orang bertubuh tegap<br />

dan berambut cepak langsung<br />

dikaitkan de ngan tentara. “Disayangkan<br />

kenapa semua yang berambut cepak dan<br />

berbadan tegap selalu disamakan dengan<br />

TNI,” ucapnya saat dihubungi.<br />

Senada, Kepala Penerangan Kodam Jaya,<br />

Kolonel Infanteri Mukhtar, juga menyebut<br />

indikasi pelaku berambut cepak<br />

tak selalu anggota TNI.<br />

Iskandar Sitompul<br />

Alasannya, sekarang ini banyak warga<br />

sipil yang berpotongan rambut cepak<br />

layaknya anggota militer.<br />

Sementara itu, Ketua Presidium<br />

Indonesia Police Watch, Neta S. Pane,<br />

setuju para pelaku perusakan pos<br />

polisi itu dijerat pidana. Apalagi, dalam<br />

5 tahun terakhir, kasus penyerangan<br />

terhadap polisi dan perusakan fasilitas<br />

milik korps berbaju cokelat itu kian meningkat.<br />

“Apalagi, kasus kemarin ini kan terkait dengan<br />

pengamanan VVIP, Presiden dan Wapres.<br />

Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi,” ucap Neta<br />

secara terpisah.<br />

Kalau polisi tidak berani dan tidak tegas,<br />

menurut Neta, peristiwa pelanggaran terhadap<br />

pengamanan VVIP bisa terulang<br />

kembali. Bisa saja petugas pengamanan<br />

VVIP akan diserang kelompokkelompok<br />

serupa. Di sisi lain, Neta<br />

mengkritik institusi Polri. Aksi tersebut<br />

bisa juga disebabkan oleh lunturnya wibawa<br />

Polri di mata masyarakat. “Ini harus segera<br />

disadari,” katanya. n M. Rizal | Deden Gunawan<br />

Majalah detik 1720 - 23 - 26 februari januari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Kapal perang<br />

bikin tegang<br />

Nama Usman-Harun membuat Singapura merah kuping.<br />

Dua marinir pengebom MacDonald House itu diabadikan<br />

sebagai nama kapal perang Indonesia. Luka lama terkuak.<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Penyelamatan korban ledakan<br />

bom di MacDonald House,<br />

Orchard Road oleh keamanan<br />

Singapura pada tahun 1965.<br />

STPhoto<br />

Menteri Luar Negeri Singapura<br />

K. Shanmugam langsung meraih<br />

telepon setelah mendengar kabar<br />

soal tiga kapal perang baru milik<br />

Indonesia. Yang segera dia telepon pada Rabu,<br />

5 Februari 2014, malam itu adalah Menteri Luar<br />

Negeri Marty Natalegawa.<br />

Dari seberang, Shanmugam mengeluhkan<br />

bakal melintasnya kapal perang itu di perairan<br />

Selat Malaka pada rentang Juni hingga Oktober<br />

2014 secara berurutan. Bukan perlintasan yang<br />

membuat menteri Singapura itu mengajukan<br />

protes, melainkan nama kapal Usman-Harun.<br />

Bagi Singapura, dua nama pahlawan Indonesia<br />

itu membuka luka yang sungguh menyakitkan.<br />

“Penamaan ini akan melukai perasaan rakyat<br />

Singapura, terutama keluarga korban,” kata<br />

Shanmugam seperti dilansir Channel News<br />

Asia.<br />

Sersan Dua (Anumerta) Usman Janatin bin<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Menteri Luar Negeri Singapura<br />

K. Shanmugam.<br />

ROSLAN RAHMAN / AFP PHOTO<br />

H Ali Hasan dan Kopral (Anumerta) Harun<br />

Said bin Muhammad Ali meledakkan gedung<br />

MacDonald House di Orchard Road, Singapura,<br />

pada 10 Maret 1965 sore. Di tengah hujan<br />

deras, pukul 15.03 waktu setempat, gedung 10<br />

lantai itu luluh-lantak karena bom.<br />

Harian The Straits Times edisi 11 Maret 1965<br />

mencatat bom itu diletakkan di dekat lift kantor<br />

The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation<br />

(HSBC). Radius kerusakan yang disebabkan<br />

bom cukup luas. Pertokoan di sekeliling Mac-<br />

Donald House rusak parah, sedangkan mobil<br />

yang diparkir di depan gedung terlempar hingga<br />

ke tengah jalan.<br />

Saat itu adalah waktu perjamuan teh. Bank<br />

HSBC tutup lebih awal. Tapi dua pegawai, Suzie<br />

Choo dan Julie Goh, masih berada di kantor.<br />

Dua orang itu langsung meninggal di tempat.<br />

Korban meninggal lainnya, Mohammad Yasin<br />

Kassim, tidak mampu bertahan selama perawatan.<br />

Selain itu, 33 orang mengalami luka-luka.<br />

Meski insiden itu sudah 48 tahun berlalu,<br />

Singapura masih merasakan pedih. “Hingga<br />

sekarang masih terasa menyakitkan,” ucap<br />

putri Suzie Choo, Janet Ng, dalam wawancara<br />

dengan stasiun televisi Singapura, MediaCorp<br />

TV HD5. Janet merasa kenangan mengenai<br />

ibunya masih terasa jika ia melintasi gedung<br />

MacDonald House.<br />

Kenny Yeoh, korban luka-luka dengan 366<br />

jahitan dan buta mata kanan, serta Menteri<br />

Tenaga Kerja Singapura Tan Chuan Jin, yang<br />

ayahnya mengalami trauma atas bom itu, juga<br />

menyuarakan keberatan. Mereka tidak ingin<br />

penamaan kapal justru mengungkit luka lama.<br />

Maka, begitu “Usman-Harun” jadi nama kapal<br />

perang Indonesia, Singapura tidak berhenti<br />

dengan hanya memberikan pernyataan keberatan.<br />

Saat protes itu tidak digubris, Singapura<br />

semakin reaktif. Sabtu, 8 Februari 2014, Kementerian<br />

Pertahanan Singapura membatalkan<br />

semua agenda pertemuan dengan Indonesia.<br />

Wakil Menteri Pertahanan Singapura Chan<br />

Chun Sing membatalkan pertemuan dengan<br />

Wakil Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie<br />

Sjamsoeddin.<br />

Undangan kepada Kepala Staf Angkatan<br />

Laut Laksamana Marsetio untuk menghadiri<br />

Singapore Air Show pada 11-16 Februari juga dibatalkan.<br />

Pembatalan undangan juga dilakukan<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Usman dan Harun (diborgol)<br />

ketika diajukan ke Pengadilan<br />

Tinggi Singapura pada 1965.<br />

STPhoto<br />

atas 100 perwira TNI. Padahal tim penerbang<br />

Indonesia, Tim Jupiter, akan menghibur dengan<br />

atraksi udara.<br />

Mendapat reaksi keras itu, Indonesia membalasnya<br />

dengan keras pula. Panglima TNI Jenderal<br />

Moeldoko balas membatalkan kedatangannya<br />

ke Singapura meskipun ia tidak masuk<br />

daftar yang undangannya dibatalkan Negeri<br />

Singa. Ia memastikan tidak akan mengubah<br />

nama KRI Usman-Harun. “Tetap, enggak ada<br />

yang berubah,” kata Moeldoko.<br />

Singapura boleh saja menganggap Usman<br />

dan Harun sebagai teroris. Tapi Indonesia telah<br />

menetapkan dua prajurit itu sebagai pah lawan.<br />

Mereka berbakti kepada nusa dan bangsa<br />

dengan menjalankan tugas pemerintah RI yang<br />

dipimpin Sukarno pada masa konfrontasi dengan<br />

Malaysia. Saat itu, tahun 1965, Singapura<br />

masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia.<br />

Usman dan Harun ditempatkan di Basis X<br />

Subbasis II di Pulau Sambu. Keduanya bertugas<br />

bersama relawan lain, Gani bin Arup, di bawah<br />

komando Kapten Paulus Subekti. Misinya<br />

adalah menyusup ke Singapura dan melakukan<br />

sabotase.<br />

Buku Usman dan Harun karya Lettu (Laut)<br />

Murgiyanto, yang diterbitkan Direktorat Perawatan<br />

Personel TNI AL, menyebutkan Usman,<br />

Harun, dan Gani menyeberang pada 8<br />

Maret 1965. Sasaran mereka sangat strategis,<br />

gedung MacDonald House di Orchard Road.<br />

MacDonald House merupakan salah satu<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

gedung peninggalan Inggris. Pada 1965, gedung<br />

ini dimanfaatkan sebagai perkantoran swasta<br />

sekaligus kantor perwakilan Komisi Tinggi Australia<br />

dan Konsulat Jepang. Mereka meletakkan<br />

bom di dekat lift lantai 10, kantor Bank HSBC.<br />

Sabotase itu dijalankan dengan baik. Namun<br />

Singapura bertindak cepat atas tragedi ini. Mereka<br />

melakukan penyisiran keamanan sehingga<br />

Usman, Harun, dan Gani kesulitan keluar dari<br />

Singapura. Ketiganya sepakat untuk berpisah<br />

agar tidak dicurigai.<br />

Nahas bagi Usman dan Harun. Upaya pelarian<br />

mereka gagal. Pertama, mereka menyusup<br />

sebagai anak buah dapur kapal dagang Begama<br />

tujuan Bangkok. Namun kapten kapal memergoki<br />

mereka dan memaksa turun dari kapal.<br />

Kedua, mereka merebut kapal milik seorang<br />

nelayan setempat. Tapi kapal itu mogok di tengah<br />

laut dan mereka ditangkap polisi Singapura.<br />

Pengadilan Singapura tidak memberlakukan<br />

keduanya sebagai tawanan perang. Pengadilan<br />

Tinggi Singapura menjatuhkan tiga tuduhan<br />

kepada Usman dan Harun, yakni pelanggaran<br />

controlled area dalam International Security<br />

Act, pembunuhan terhadap tiga orang, dan<br />

pasal pelanggaran mengenai bahan peledak.<br />

Keduanya divonis hukuman mati pada 10 Oktober<br />

1965.<br />

Upaya hukum melalui Pengadilan Federal<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

dan Privy Council mengalami jalan buntu. Usman-Harun<br />

harus menjalani hukuman mati<br />

pada 17 Oktober 1968.<br />

Mendekati hari eksekusi, Indonesia mengerahkan<br />

seluruh kekuatan diplomatiknya untuk<br />

meminta grasi bagi Usman dan Harun. Tanggal<br />

4 Juni 1968, Menteri Luar Negeri Adam Malik<br />

meminta pejabat Kementerian bertemu dengan<br />

Menteri Luar Negeri Singapura Rajaratnam<br />

guna menyampaikan surat permohonan pengampunan.<br />

Surat itu berbalas, permintaan pengampunan<br />

tidak dapat diterima.<br />

Presiden Soeharto tidak tinggal diam. Ia mengirimkan<br />

Abdul Rahman Ramly untuk mengupayakan<br />

pembebasan Usman dan Harun. Namun<br />

langkah Ramly juga menemui jalan buntu.<br />

Permohonan grasi jang diadjukan Oesman<br />

dan Harun dapat diberikan pertimbangan jang<br />

baik dan hukuman mereka dapat diringankan<br />

menjadi pendjara seumur hidup.<br />

Presiden Soeharto<br />

Larry Burrows/Getty Images<br />

Dalam buku Soeharto: The Untold Story, Ramly<br />

menulis, ia sudah bertemu dengan Presiden<br />

Singapura Yusuf Ishak untuk memintakan grasi<br />

atas Usman dan Harun.<br />

Namun Yusuf menyarankan Ramly menemui<br />

Perdana Menteri Lee Kuan Yew sebagai pemerintah<br />

karena jabatan presiden hanya simbol<br />

negara, bukan pelaksana kebijakan. Soeharto<br />

lantas menitipkan surat melalui Ramly agar Lee<br />

membantu Indonesia mendapatkan grasi bagi<br />

Usman dan Harun.<br />

“Permohonan grasi jang diadjukan Oesman<br />

dan Harun dapat diberikan pertimbangan jang<br />

baik dan hukuman mereka dapat diringankan<br />

menjadi pendjara seumur hidup,” demikian<br />

bunyi surat Soeharto seperti tercatat dalam<br />

harian Pikiran Rakjat edisi 17 Oktober 1968.<br />

Surat itu tak diterima Lee karena sedang cuti<br />

dan berada di Tokyo. Peran pemerintahan dijalankan<br />

oleh Wakil Perdana Menteri Goh Keng<br />

Swee. Sedangkan Lee, ketika akhirnya bisa<br />

ditemui di Tokyo, hanya berjanji akan mempertimbangkan<br />

permohonan ini.<br />

Jawaban pemerintah Singapura masih sama.<br />

Usman dan Harun tetap dieksekusi pada 10<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Menteri Luar Negeri Indonesia<br />

Marty Natalegawa.<br />

Widodo S. Jusuf / ANTARA<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

Oktober 1968 pukul 06.00 waktu setempat.<br />

Soeharto langsung meneken Keputusan Presiden<br />

Nomor 050/TK/Tahun 1968 tentang penganugerahan<br />

gelar pahlawan nasional untuk Usman<br />

dan Harun pada hari itu juga.<br />

Eksekusi itu membuat Jakarta marah. Pemulangan<br />

jenazah Usman dan Harun mendapat<br />

sambutan luar biasa sebagai pahlawan. Lepas<br />

itu, demonstrasi besar-besaran digelar di depan<br />

kantor Kedutaan Besar Singapura. Demonstrasi<br />

ini menjalar menjadi kerusuhan.<br />

Lima gedung milik Singapura dibakar, antara<br />

lain kantor Embassy Singapura, kantor perwakilan<br />

Singapura di Jalan Indramayu, kediaman<br />

Dubes Singapura P.R. Raman di Jalan Imam<br />

Bonjol, serta dua gedung staf perwakilan Singapura<br />

di Jalan Maluku dan Jalan Jambu.<br />

Hubungan Indonesia dengan Singapura pun<br />

menegang hingga 1973. Saat itu Lee Kuan Yew<br />

berniat melawat ke Indonesia. Soeharto memberikan<br />

syarat: Lee menabur bunga di atas nisan<br />

Usman dan Harun. Syarat ini dipenuhi, dan<br />

polemik Usman-Harun tuntas.<br />

Konfrontasi Malaysia atau sering disebut<br />

dengan Operasi Dwikora didukung oleh 21 juta<br />

sukarelawan sipil. Angkatan Laut telah mengirimkan<br />

300 personel pasukan KKO untuk<br />

mendukung operasi ini. Shanmugam mengaku<br />

mengembalikan 45 tawanan perang selama<br />

konfrontasi.<br />

Ia mengakui pemerintahnya memiliki pertimbangan<br />

sendiri untuk tidak membebaskan<br />

Usman dan Harun. Saat itu Singapura dalam<br />

kondisi lemah karena ditinggalkan Inggris. Ne-<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Galangan kapal Scotstoun, di<br />

Glasgow, Skotlandia, tempat<br />

tiga kapal perang Indonesia<br />

jenis Multi Role Light Frigate<br />

(MRLF) diproduksi.<br />

Jeff J Mitchell/Getty images<br />

garanya tidak memiliki kemampuan pertahanan<br />

yang meyakinkan.<br />

Tapi Singapura mengimbangi eksekusi itu<br />

dengan pengembalian tawanan. Dua tawanan<br />

perang yang dikembalikan oleh Singapura<br />

adalah Stanislaus Krofan dan Andres Andea.<br />

Keduanya menyusup ke Singapura melalui Tanjong<br />

Rhu pada 1945. Namun mereka ditangkap<br />

karena kedapatan membawa peledak seberat<br />

hampir 20 kilogram. “Kami membebaskan mereka,”<br />

ujarnya.<br />

Indonesia bergeming atas keberatan Singapura.<br />

Pemilihan nama Usman dan Harun adalah<br />

urusan dapur. Singapura tak perlu turut campur<br />

dalam persoalan ini. Menteri Koordinator<br />

Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto<br />

menganggap pertimbangan TNI memberi<br />

nama kapal sudah cukup mendalam. Keberatan<br />

ini tidak perlu dipikir berlarut-larut.<br />

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pun<br />

sekadar mencatat keberatan Shanmugam.<br />

Indonesia saat itu sedang mengalami masa<br />

kelam pergantian rezim saat pengeboman<br />

berlangsung. Kedua negeri sama-sama sedang<br />

terluka, tidak perlu masalah itu dikorek lagi. ■<br />

Isfari Hikmat, Pasti Liberty Mappapa, Bahtiar Rifai, Monique Shintami<br />

| Aryo Bhawono<br />

Majalah detik 10 17 - 16 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Hujan B<br />

m<br />

di Negeri Singa<br />

Meski Presiden Sukarno baru menyerukan Dwikora<br />

pada 3 Mei 1964, Singapura meyakini sabotase<br />

oleh pasukan “Ganyang Malaysia” sudah dimulai<br />

pada 1963. Awalnya, otoritas Singapura yang masih<br />

bagian dari Malaysia itu menganggap serangkaian ledakan bom<br />

yang terjadi di pengujung 1963 sebagai aksi kriminal murni.<br />

Kala itu, Singapura memang marak dengan kejahatan. Berita<br />

soal penembakan dan penculikan berkali-kali menghiasi halaman<br />

muka surat kabar lokal.<br />

Namun, menurut buku Chronicle of Singapore 1959-2009, setelah<br />

ledakan beruntun pada Desember 1963, otoritas Singapura<br />

mulai menuding Indonesia sebagai dalangnya. Mereka mencatat<br />

setidaknya ada 42 ledakan bom yang dituduhkan kepada Indonesia.<br />

Total korban tewas tujuh orang dan 51 terluka.<br />

Namun tak semua ledakan itu dicatat dengan detail, terutama<br />

yang lokasinya di kawasan permukiman atau tak ada korban<br />

jiwanya. Berikut ini beberapa bom yang menghajar Singapura<br />

pada 1963-1965 tersebut.<br />

24<br />

Sep<br />

1963<br />

6<br />

okt<br />

Bom meledak<br />

di Katong Park,<br />

menghancurkan<br />

mobil Triumph<br />

Mayflower milik<br />

penjaga pantai.<br />

Dua bom meledak di Katong<br />

Park, konon memecahkan<br />

kaca Hotel Ambassador (kini<br />

bernama Katong Park Hotel).<br />

9<br />

des<br />

Bom di dekat Kondominium<br />

Sennett Estate menewaskan dua<br />

orang yang sedang menuju kios<br />

rokok.<br />

Bom dilempar ke atap rumah<br />

di Vaughan Road, sekitar tiga<br />

kilometer dari Sennett Estate.<br />

10<br />

des<br />

1964<br />

Ledakan terjadi di luar Hotel Raffles pada pukul 23.40<br />

waktu setempat. Bom yang ditaruh di selokan merusak<br />

tembok, jendela, dan kompresor mesin pendingin udara.<br />

Tak ada korban jiwa, namun tamu hotel dikabarkan shock.<br />

8<br />

mar<br />

28<br />

mar<br />

Bom meledak di pagar Istana<br />

Negara Singapura.<br />

13<br />

apr<br />

Ledakan di Jalan Rebong menewaskan<br />

seorang perempuan dan putrinya,<br />

serta melukai enam orang.<br />

Lima orang terluka akibat<br />

bom di bilik telepon<br />

di daerah Eunos.<br />

16<br />

apr<br />

Merdeka Bridge terbakar akibat bom<br />

berbahan empat ons nitrogliserin yang<br />

ditanam dekat tiang kelima.<br />

23<br />

mei<br />

18<br />

apr<br />

Jembatan kecil di Tempenis Road di kilometer<br />

17 rusak cukup parah akibat dihajar bom.<br />

13<br />

jul<br />

Bom meledak sekitar 457 meter dari Royal Singapore<br />

Yacht Club di Trafalgar Street pada sore hari.<br />

28<br />

agu<br />

Terminal minyak Esso di Pulau Sebarok dilempari bom dari perahu,<br />

tetapi bom tak menyebabkan kerusakan berarti. The Strait Times mencatat,<br />

26 September 1964, ada kapal yang mencoba mendekat terminal<br />

minyak ini namun balik arah karena ditembaki tentara yang berjaga.<br />

1965<br />

Bom meledak di The MacDonald House,<br />

gedung tertinggi di Orchard Road ketika<br />

itu. Tiga orang tewas, 33 lainnya terluka.<br />

10<br />

mar<br />

17<br />

mar<br />

Bom dilempar ke terminal bus Hock Lee,<br />

tapi membentur tembok dan meledak di<br />

luar terminal.<br />

Bom meledak di bendung laut Meyer<br />

Road pada pukul 22.00 waktu setempat.<br />

25<br />

mar<br />

Kotak kayu berisi 54 kilogram<br />

TNT dan enam granat<br />

gagal meledak di apartemen<br />

di Meyer Road.<br />

2<br />

apr<br />

28 Bom merusak<br />

mar<br />

instalasi air<br />

di St. Francis<br />

Road dan menyebabkan<br />

kerugian<br />

kerusakan ribuan<br />

dolar Singapura.<br />

14<br />

apr<br />

Dua pakar penjinak bom Inggris dan dua polisi<br />

terluka saat mencoba menjinakkan bom<br />

berbahan 11 kilogram TNT di Katong.<br />

Seorang tentara Angkatan Udara menemukan<br />

bom di Pantai Changi dan segera dijinakkan.<br />

2<br />

mei<br />

21<br />

mei<br />

Tiga pelempar bom tewas saat mencoba<br />

melempar bom ke atas kapal barang dan<br />

berbalik ke perahu mereka sendiri.<br />

Penjaga Konsulat Amerika Serikat di Hill Street mencurigai sepeda yang<br />

disandarkan di dinding gedungnya. Ada bom waktu di dalam kotak perkakas<br />

sepeda itu dan dijinakkan ketika tinggal tersisa 20 menit.<br />

1<br />

agu<br />

Okta Wiguna | Sumber: The Strait Times | Buku Chronicle of<br />

Singapore, 1959-2009: Fifty Years of Headline News | AsiaOne<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Kapal Obralan<br />

Bernama Pahlawan<br />

Belum juga berlayar, KRI Usman-Harun sudah ditolak tiga kali. Brunei Darussalam, DPR RI, dan kini<br />

Singapura. Dinamai Usman-Harun karena TNI AL kehabisan stok nama pahlawan maritim.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Bertahun-tahun sebelum KRI<br />

Usman-Harun bikin panas hubungan<br />

Indonesia dengan Singapura, kapal<br />

perang ini membuat Inggris kesal<br />

terhadap Brunei Darussalam. Pemerintahan<br />

Sultan Hassanal Bolkiah menolak kapal jenis<br />

korvet ini.<br />

Semua bermula dari Angkatan Laut Brunei<br />

yang memesan tiga kapal patroli lepas pantai<br />

ke BAE Systems di Inggris pada 1995. Kapal perang<br />

ini dibuat berdasarkan cetak biru Korvet<br />

F2000 milik Malaysia, kelas Lekiu, namun lebih<br />

kecil.<br />

Sultan Bolkiah memang perlu meremajakan<br />

armada lautnya yang mulai menua. Apalagi<br />

ancaman terkait perebutan kepulauan di Laut<br />

Cina Selatan dengan Malaysia dan Cina kian<br />

sengit.<br />

Pada 13 Januari 2001, kapal pertama yang<br />

dinamai KDB Nakhoda Ragam, pelaut Melayu,<br />

Sebuah kapal perang memasuki<br />

tahap akhir pembuatan di<br />

galangan kapal di Glasgow,<br />

Skotlandia. Di tempat ini, KRI<br />

Usman-Harun dibuat.<br />

Jeff J Mitchell / Getty Images<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Sultan Hassanal Bolkiah (kiri)<br />

saat mengunjungi Singapore<br />

Airshow, (12/2). Sultan Brunei<br />

ini menolak memakai tiga<br />

kapal korvet buatan Inggris dan<br />

akhirnya dijual murah kepada<br />

Indonesia.<br />

Edgar Su / REUTERS<br />

kelar dirakit di Glasgow, Inggris. Enam bulan<br />

setelahnya, “adik” kapal itu, KDB Bendahara<br />

Sakam, rampung dan disusul KDB Jerambak<br />

pada 22 Juni 2002.<br />

Namun, saat kapal akan dikirim ke Bandar<br />

Seri Begawan pada 2004, Angkatan Laut Kesultanan<br />

Brunei menolaknya. Alasannya, kapal<br />

tak sesuai dengan spesifikasi.<br />

Kapal yang serba otomatis ini cukup dioperasikan<br />

oleh 79 awak kapal dan bisa menampung<br />

24 personel tambahan lagi jika dibutuhkan.<br />

Jumlah awaknya seolah sedikit, namun menurut<br />

seorang analis militer di Inggris, tiap kapal<br />

pada akhirnya membutuhkan anak buah kapal<br />

hingga 200 orang.<br />

Jika Brunei mengoperasikan tiga korvet ini,<br />

kata analis itu, total perlu 600 kelasi. Itu belum<br />

termasuk personel di darat, yang menyokong<br />

pergerakan kapal.<br />

Belum lagi ada isu biaya operasional kapal<br />

yang selangit. “Mengoperasikan kapal-kapal itu<br />

akan menyedot habis pasukan maritim Brunei,<br />

yang jumlahnya tidak banyak,” kata analis ini<br />

seperti dikutip Asia Sentinel.<br />

BAE Systems pun menggugat Brunei ke<br />

Arbitrase Internasional agar mereka membayar<br />

proyek senilai 600 juta pound sterling atau<br />

sekitar Rp 12 triliun tersebut. Brunei kalah di<br />

pengadilan dan membayar penuh, tapi tetap<br />

ogah memakai ketiga korvet itu.<br />

Sultan Bolkiah yang mutung memindahkan<br />

proyek kapal ke galangan kapal Lurssen Werft<br />

di Jerman pada 2010. Di sana dia memesan<br />

tiga korvet kelas Darussalam dan empat korvet<br />

kelas Ijtihad, yang jauh lebih kecil ketimbang<br />

korvet kelas Nakhoda Ragam.<br />

Ketiga korvet yang mangkrak di Glasgow itu<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Pusara Serda Usman dan Kopral<br />

Harun di TMP Kalibata, Jakarta<br />

(12/2). PM Singapura Lee Kuan<br />

Yew sempat menaburkan bunga<br />

di kedua makam pahlawan<br />

tersebut sehingga, menurut<br />

Indonesia, tidak ada alasan<br />

Singapura memprotes ada KRI<br />

memakai nama mereka.<br />

Hasan / detikcom<br />

juga diberikan kepada Lurssen sebagai bagian<br />

dari pembayaran. Brunei mengizinkan Lurssen<br />

menjajakannya kepada negara yang tertarik<br />

lewat anak perusahaan mereka,<br />

Global Naval Systems, yang<br />

berkantor di Singapura.<br />

Tak mudah menjual korvet<br />

yang dibuat khusus untuk ukuran<br />

badan orang Asia itu. Negara<br />

Eropa tidak tertarik karena tak<br />

adanya mesin pemanas udara<br />

buat mengarungi perairan dingin.<br />

Rencana penjualan itu bikin<br />

Inggris ketar-ketir karena cemas<br />

pembelinya negara seperti Korea Utara atau<br />

Myanmar. Dalam keadaan normal, negaranegara<br />

itu tidak akan pernah mampu membeli<br />

kapal perang supercanggih tersebut.<br />

Sempat diisukan dibeli Aljazair pada 2008,<br />

ketiga korvet itu akhirnya jatuh ke tangan<br />

Indonesia dengan harga obralan pada Januari<br />

2012. Brunei dan Inggris bahkan setuju Indonesia<br />

cukup membayar 20 persen dari ongkos<br />

produksi, yakni hanya 120 juta pound sterling<br />

atau sekitar Rp 2,3 triliun.<br />

Memang bukan pertama kalinya Brunei<br />

mengoper kapal perang ke Indonesia. Dua<br />

tahun lalu, Sultan Bolkiah menghibahkan dua<br />

kapal cepat buatan 1970-an, KDB Waspada<br />

dan KDB Pejuang, kepada Indonesia. TNI AL<br />

menjadikannya kapal latih KRI Salawaku dan<br />

KRI Badau.<br />

Dukungan Inggris terhadap pembelian itu<br />

dituangkan dalam nota kesepahaman antara<br />

Menteri Pertahanan Philip Hammond dan<br />

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.<br />

Perjanjian pada November 2012 itu disaksikan<br />

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang<br />

baru diberi gelar Knights Grand Cross of the<br />

Order of the Bath dari Ratu Inggris.<br />

Namun Dewan Perwakilan Rakyat sempat<br />

menolak korvet ini karena tidak stabil, sehingga<br />

mengganggu akurasi tembakan. Selain itu, kapal<br />

miring jika dipacu dalam kecepatan tinggi.<br />

Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus<br />

Hasanuddin membenarkan bahwa pihaknya<br />

sempat curiga dengan kualitas kapal karena<br />

Brunei langsung menjual lagi setelah membayarnya.<br />

“Informasi awalnya, kapal itu tidak ba-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Informasi<br />

awalnya, kapal<br />

itu tidak bagus<br />

mesinnya.<br />

Tubagus Hasanuddin<br />

ari saputra / detikfoto<br />

gus mesinnya,” kata politikus Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan ini.<br />

Purnawirawan mayor jenderal ini menjelaskan,<br />

DPR akhirnya setuju setelah mengecek<br />

langsung ke Inggris. Malah TNI untung karena,<br />

menurut Hasanuddin, kalau memesan baru,<br />

harganya bisa berkali lipat.<br />

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana<br />

Pertama Untung Surapati membantah<br />

anggapan bahwa kapal itu ditolak Brunei karena<br />

spesifikasinya buruk. “Ini bukan kapal jelek,<br />

ini sangat bagus,” ujarnya.<br />

Brunei, kata dia, menolak hanya karena korvet<br />

itu butuh banyak awak kapal, yang bukan<br />

masalah bagi TNI AL. Namun soal ongkos operasional<br />

yang mahal, Untung membenarkannya.<br />

“Woo, itu besar sekali, tapi saya kira publik<br />

enggak perlu tahu. Yang penting tahu informasi<br />

kehebatan kapal ini apa.”<br />

Korvet itu, kata dia, sangat cepat dan punya<br />

kemampuan antiserangan udara dan bawah<br />

laut. Untung yakin, kapal itu sangat hebat dan<br />

mematikan.<br />

Setelah TNI AL mengirimkan tentaranya ke<br />

Inggris buat dilatih menjadi awak di kapal itu, tugas<br />

yang tersisa hanya penamaan. Berdasarkan<br />

keputusan Markas Besar Angkatan Laut soal<br />

penamaan kapal perang yang diterbitkan pada<br />

21 Juni 2006, untuk korvet seperti lungsuran<br />

Brunei itu, sumber namanya adalah pahlawan<br />

nasional.<br />

Sumber majalah detik di Angkatan Laut<br />

membisikkan, dalam penamaan kali ini, mereka<br />

mengutamakan pahlawan dari Angkatan Laut.<br />

Namun, masalahnya, Indonesia hanya punya<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Menteri Pertahanan Purnomo<br />

Yusgiantoro (kanan) didampingi<br />

Kepala Staf TNI AL Laksamana<br />

Marsetio pada sebuah jumpa<br />

pers di Kementerian Pertahanan,<br />

Jakarta. Keduanya menyatakan<br />

nama KRI Usman-Harun tak akan<br />

diganti meski diprotes Singapura.<br />

Widodo S. Jusuf / antara<br />

lima pahlawan nasional dari Angkatan Laut.<br />

Yos Sudarso dan R.E. Martadinata sudah<br />

jadi nama KRI. Hanya tersisa tiga orang, yakni<br />

Laksamana Muda John Lie, Sersan Dua Janatin<br />

alias Usman, dan Kopral Harun.<br />

Maka diusulkanlah nama John Lie, sementara<br />

Usman dan Harun disatukan. Karena ada tiga<br />

kapal perang, satu lagi diusulkan bernama Bung<br />

Tomo. “Beda dengan Angkatan Darat, yang punya<br />

jenderal banyak banget, Indonesia negara<br />

maritim tapi miskin pahlawan laut,” ujarnya.<br />

Sebelum nama-nama itu diusulkan, Kepala<br />

Subdinas Sejarah TNI AL Kolonel Rony E. Turangan<br />

meneliti nama-nama itu. Menurut Untung<br />

Surapati, tugas Rony memastikan nama<br />

yang akan dipakai tidak menimbulkan masalah<br />

di kemudian hari.<br />

Setelah dilakukan riset sejarah, Asisten Operasi<br />

Kepala Staf Angkatan Laut mengusulkan<br />

nama kapal perang kepada Kepala Staf Angkatan<br />

Laut. Jika orang nomor satu di Angkatan Laut<br />

setuju, usulan diteruskan kepada Panglima TNI.<br />

“Oleh tim Panglima dipelajari. Begitu tidak<br />

ada masalah, keluarlah keputusan Panglima<br />

TNI,” kata Untung. Nama itu baru resmi setelah<br />

keputusan Panglima dituangkan Kepala Staf<br />

TNI AL dalam surat keputusan penamaan KRI.<br />

Maka KDB Nakhoda Ragam pun jadi KRI John<br />

Lie. Lalu KDB Bendahara Sakam jadi KRI Usman-<br />

Harun dan KDB Jerambak jadi KRI Bung Tomo.<br />

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana<br />

Muda Iskandar Sitompul mencatat,<br />

nama ketiga korvet sudah digodok sejak 2012.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Kapal perang sedang dirakit<br />

di galangan kapal di Glasgow,<br />

Skotlandia. Di tempat ini, KRI<br />

Usman-Harun dibuat. Kapal serba<br />

otomatis ini cukup dioperasikan<br />

oleh 79 personel.<br />

Jeff J Mitchell / Getty Images<br />

Namun nama-nama itu baru dibuka ke publik<br />

pada tahun ini karena akan ada penamaan kapal<br />

di Inggris pada pertengahan Maret depan.<br />

Munculnya nama KRI Usman-Harun di media<br />

langsung diprotes Menteri Luar Negeri Singapura<br />

K. Shanmugam. Dia menilai Indonesia tidak<br />

sensitif terhadap perasaan rakyat Singapura yang<br />

menjadi korban peledakan bom oleh Usman dan<br />

Harun di Gedung MacDonald pada 1965.<br />

Untung berpendapat, keberatan Singapura<br />

tidak beralasan. “Menurut kami, Usman-Harun<br />

ini sudah diselesaikan secara politik dan sudah<br />

tidak ada masalah,” ujarnya.<br />

Dengan kedatangan Lee Kuan Yew pada<br />

1978 ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan<br />

menaburkan bunga di atas pusara Usman<br />

dan Harun, masalah Singapura dan Indonesia<br />

terkait kedua marinir itu selesai. “Sudah clear,<br />

karena itulah kami berani mengatakan mereka<br />

pahlawan,” ujarnya.<br />

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro<br />

menegaskan, pemerintah tak akan meminta<br />

TNI AL mengganti nama KRI. “Enggak, pasti<br />

enggak. Enggak akan diganti,” kata Purnomo.<br />

TNI AL juga tetap pada rencana semula,<br />

yakni membawa ketiga korvet itu ke Tanah Air<br />

melewati Selat Malaka meski diprotes Singapura.<br />

“Dua kapal itu akan kami tunjukkan kepada<br />

rakyat dan bangsa kita pada hari ulang tahun<br />

TNI Oktober nanti,” kata Kepala Staf TNI AL<br />

Laksamana Marsetio. ■<br />

Monique Shintami Pasti Liberti, Isfari Hikmat | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Spesifikasi<br />

359<br />

KRI Usman Harun<br />

Nama: KRI Usman Harun-359<br />

Jenis: Multi Role Light Frigate (MRLF)<br />

Sensor radar dan avionik sonar: FMS 21/3 hull<br />

mounted sonar buatan Thales, Prancis<br />

l eb a r<br />

12,7 meter<br />

Senjata<br />

1. Meriam utama Oto Melara 76 mm<br />

2. 2 meriam penangkis serangan udara DS 30B REMSIG kaliber 30 mm<br />

3. Torpedo antikapal selam Thales Sensors Cutlass 242<br />

4. Rudal permukaan ke udara Sea Wolf 16 peluncur, jangkauan 6 km<br />

5. Rudal Exocet MM40 Block II, jangkauan 180 km<br />

Panjang<br />

95 meter<br />

Mesin: MAN 20<br />

RK270 diesel<br />

sebanyak 4 buah<br />

Kecepatan: 30 knot<br />

berat: 2.300 ton<br />

Kru: 79-103 orang<br />

Helipad: luas 285 meter<br />

persegi untuk 1 helikopter<br />

Sumber: Dinas Penerangan TNI AL<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Jeritan Rindu<br />

dari Penjara Changi<br />

Usman dan Harun sadar<br />

keinginan untuk bisa bebas<br />

dan kembali ke Indonesia<br />

hanyalah mimpi. Keluarga<br />

diminta tenang.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Asiyah, adik Harun.<br />

Imam Wahyudiyanta/detikcom<br />

kasih tahu kepada<br />

utjuk Astiah serta Hasniti,<br />

apakah surat-surat adinda<br />

“Tolong<br />

yang dikirim kepadanya tiada<br />

yang sampai? Atau masih belum ada waktu<br />

untuk membalasnya kepada adinda? Dan, kalau<br />

utjuk Astiah dan Hasniti ada kelapangan,<br />

supaya sudilah kiranya mengirim sepatah kata<br />

khabar kepada adinda yang sedang merindui<br />

berita dari padanya.”<br />

Demikian penggalan bagian akhir surat yang<br />

dituliskan Harun Said bin Muhammad Ali dari<br />

balik penjara Changi, Singapura, kepada kakaknya,<br />

Samsuri Tohir, di Tanjung Priok, Jakarta.<br />

Surat dengan tulisan sambung itu dikirimkan<br />

pada 31 Agustus 1968, atau dua bulan sebelum<br />

Harun dan rekannya, Sersan Dua Usman bin<br />

Haji Ali, menjalani eksekusi di tiang gantung.<br />

Tiga tahun berpisah dari keluarga bukanlah<br />

perkara mudah bagi prajurit Korps Komando<br />

Operasi (KKO) berpangkat kopral itu. Rasa<br />

rindu dan keresahan menanti putusan pengampunan<br />

atas hukuman mati yang dijatuhkan<br />

Pengadilan Tinggi Singapura pada Oktober<br />

1965, berkelindan menjadi satu.<br />

Curahan kerinduan pun dituliskan Usman<br />

dalam surat-suratnya. Kerinduan itu ditimpali<br />

keresahan menanti surat-surat balasan dari<br />

anggota keluarganya yang tak kunjung datang.<br />

Lewat surat tertanggal 9 April 1968, kepada<br />

kakaknya, Chalimi, di Desa Tawangsari, Purbalingga,<br />

Usman menunjukkan rasa resahnya itu.<br />

“Dan dengan tibanya surat ini djuga tidak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Janatin, kakak Usman.<br />

detikfoto<br />

ada satu pun maksud hendak memaksa kanda<br />

mengirimkan balasan namun timbulnya suatu<br />

perasaan rindu yang tak dapat disangkal menjebabkan<br />

dinda sangat mengharapkan kebijaksanaan<br />

kanda. 3 th adalah tempo perpisahan<br />

yang pandjang sekali,”<br />

Surat sebelumnya kepada kakaknya, Chuneni,<br />

di Laren, Bumiayu, Brebes, pun berwarna<br />

serupa. “Kiranja kangen jang sedang mendjangkit<br />

akan segera sembuh. Dan kangen dengan<br />

kanda Agus, Kus + adiknja bahkan juga kangen<br />

pada tulisan kanda jang dinda rasa satu di antara<br />

obat kangen paling mujarab jang tentunja<br />

telah sembuh oleh perjumpaan beberapa kali<br />

seandainja tidak terjadi ujian atau tjobaan jang<br />

harus kita hadapi sekarang ini.”<br />

Usman mengaku hanya dengan kesabaran,<br />

dia mampu menyingkirkan rasa rindu itu.<br />

Selama dalam penjara, Usman mengirimkan 14<br />

pucuk surat kepada keluarganya. Lima surat dituliskan<br />

dalam bahasa Jawa. Sementara, Harun<br />

mengirimkan tujuh pucuk surat. Surat terakhir<br />

Harun dikirimkan pada 14 Oktober 1968, tepat<br />

tiga hari sebelum eksekusi.<br />

Surat-surat kedua prajurit KKO, yang sekarang<br />

berganti nama menjadi marinir, itu disimpan<br />

dalam Museum Korps Marinir, yang berada di<br />

kompleks Brigade Infanteri-2, Cilandak, Jakarta<br />

Selatan.<br />

Dalam suratnya, Harun juga meminta keluarganya<br />

agar tenang menghadapi hukuman atas<br />

dirinya. Jauh di lubuk hatinya, meski sangat<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Wahai ibundaku<br />

insya allah<br />

anaknda tiada<br />

berapa lama lagi<br />

akan kembali ke<br />

Indonesia, sekali<br />

lagi anaknda<br />

menyeru berita<br />

anaknda ini<br />

hanya sebagai<br />

mimpi saja.<br />

mengharap bisa kembali pulang ke Indonesia,<br />

Harun menyadari keinginan tersebut hanyalah<br />

mimpi.<br />

“Anaknda memohon kepangkuan ibuhanda<br />

dari hujung rambut sampai kehujung kaki<br />

wahai ibundaku yang dikasihani ampuni segala<br />

dosah2 anaknda yang sebegitu berat mahap<br />

dan ampun wahai ibundaku, wahai ibundaku<br />

insya allah anaknda tiada berapa lama lagi akan<br />

kembali ke Indonesia, sekali lagi anaknda menyeru<br />

berita anaknda ini hanya sebagai mimpi<br />

saja.”<br />

Usman dan Harun menjalani hukuman mati<br />

pada 17 Oktober 1968. Segala upaya yang<br />

dilakukan pemerintahan Soeharto untuk meringankan<br />

hukuman mereka membentur tembok.<br />

Indonesia bahkan berkompromi tidak meminta<br />

mereka dibebaskan, melainkan minta agar<br />

dari hukuman mati menjadi hukuman seumur<br />

hidup. Setelah permintaan itu ditolak, pemerintah<br />

meminta agar keduanya tidak digantung<br />

kalaupun memang dihukum mati. Indonesia<br />

memohon kepada Singapura agar dipakai cara<br />

yang tidak membuat mereka menderita. Itu pun<br />

ditolak. Lantas, untuk terakhir kali, Usman dan<br />

Harun meminta ketika digantung, tutup kepala<br />

mereka dilepas saja. Namun eksekutor tidak<br />

memperkenankan, hingga akhirnya ditutup.<br />

Saat menghadapi hukuman itu, mereka berjalan<br />

dengan penuh keyakinan menuju tiang<br />

gantung. “Tidak menunjukkan rasa takut atau<br />

ragu. Itu semua dilihat Pak Gani Djemat karena,<br />

setelah itu, langsung dibawa oleh Pak Gani<br />

ke Tanah Air,” cerita Humphrey Djemat, putra<br />

Gani.<br />

Letkol Gani Djemat S.H. adalah atase AL<br />

yang mendampingi Kuasa Usaha RI di Singapura,<br />

Kolonel A. Ramli, yang ditugasi membela<br />

Usman dan Harun. “Pak Gani itu merasakan<br />

sekali bagaimana arogansi Singapura ketika<br />

menjalani negosiasi,” tambah Humphrey.<br />

Gani berhasil menemukan keluarga korban<br />

pengeboman untuk mendapatkan keringanan<br />

hukuman. Mereka telah memaafkan Usman<br />

dan Harun. Tapi, ternyata itu tidak membuat<br />

pemerintah Singapura luluh.<br />

Masyarakat pun marah terhadap pemerintah Singapura.<br />

Bahkan mantan wakil presiden Mohammad<br />

Hatta, yang juga ikut berusaha mengupaya-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Surat Harun 12 Djuni 1967.<br />

detikcom<br />

kan pembebasan Usman dan Harun, bersumpah<br />

tidak sudi lagi menginjakkan kaki ke Negeri Singa<br />

itu. Hatta telah mengirim berlembar-lembar surat<br />

kepada Singapura agar meringankan hukuman<br />

dua pahlawan itu.<br />

“Ayah terhina dan merasa tidak dihargai sama<br />

sekali. Kelihatan Singapura ‘kacangin’ (disregard)<br />

integrity Bung Hatta,” kisah Halida Hatta, putri<br />

Bung Hatta.<br />

Setelah Usman dan Harun digantung, sepanjang<br />

hidupnya, Bung Hatta memang tidak<br />

pernah lagi mau datang ke Singapura meskipun<br />

acap kali mendapat undangan. n<br />

PASTI LIBERTY, moniQUE SHintami | IRWAN NUGROHO<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Berisik-berisik<br />

Negara Tetangga<br />

Singapura selalu ingin mengambil keuntungan yang lebih<br />

besar dari Indonesia. Negara tetangga yang tidak bisa<br />

menjadi sahabat baik.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Salah satu pulau terluar yang<br />

terdekat dengan Singapura<br />

dilihat dari udara, beberapa<br />

waktu lalu. Di atas pulau ini,<br />

pesawat tempur Singapura<br />

kerap melintas wilayah udara<br />

Indonesia.<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

perlu, pulau terluar<br />

kita yang bisa dilihat Singapura<br />

kita namai Usman-<br />

“Kalau<br />

Harun.”<br />

Kalimat itu meluncur dari bibir Ketua Majelis<br />

Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto.<br />

Sedikit emosional, tapi begitulah reaksi sebagian<br />

besar tokoh dan masyarakat Indonesia<br />

terhadap Singapura sepekan belakangan ini.<br />

Singapura memprotes penamaan kapal<br />

perang RI dengan Usman-Harun. Usman dan<br />

Harun adalah dua pelaku pengeboman Mac-<br />

Donald House, Singapura, semasa konfrontasi<br />

dengan Malaysia pada 1965.<br />

Akibat menewaskan 3 orang dan melukai 33<br />

lainnya, Usman dan Harun dihukum gantung<br />

oleh Singapura tiga tahun kemudian. Namun,<br />

di Indonesia, keduanya diberi gelar pahlawan<br />

nasional, sehingga namanya hendak diabadikan<br />

pada lambung kapal.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Menurut Sidarto, penamaan kapal itu merupakan<br />

hak Indonesia sebagai sebuah bangsa<br />

yang berdaulat. Karena itu, protes Singapura<br />

tidak perlu digubris. “Cuekin saja,” kata mantan<br />

ajudan Bung Karno ini.<br />

Protes atas penamaan kapal itu justru berbalik<br />

serangan ke Singapura. Anggota Fraksi<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Tjahjo<br />

Kumolo, menyatakan Singapura sudah mulai<br />

tidak bersahabat dengan Indonesia. Begitu<br />

pula Australia dan Papua Nugini.<br />

Selain itu, isu-isu menyangkut egoisme Singapura<br />

dalam hubungan bilateral dengan<br />

Indonesia kembali terungkit. Salah satunya<br />

menyangkut perjanjian ekstradisi, yang dinilai<br />

Protes Singapura tidak perlu digubris.<br />

Cuekin saja.<br />

Sidarto Danusubroto<br />

berat sebelah karena menguntungkan pihak<br />

Singapura.<br />

Perjanjian ekstradisi yang merugikan RI itu<br />

pulalah yang membuat Dewan Perwakilan<br />

Rakyat sampai kini belum memberikan ratifikasi.<br />

Dalam catatan majalah detik, perjanjian<br />

ekstradisi itu ditandatangani di Istana Tampak<br />

Siring, Bali, pada 2007. Namun ekstradisi untuk<br />

memulangkan koruptor Indonesia di Singapura<br />

itu menjadi satu paket dengan perjanjian pertahanan<br />

di antara kedua belah pihak.<br />

Menurut anggota Komisi I DPR, Susaningtyas,<br />

perjanjian pertahanan atau defence cooperation<br />

agreement (DCA) RI dengan Singapura<br />

menodai rasa kebangsaan dan nasionalisme<br />

Indonesia.<br />

Perjanjian itu memuat ketentuan penyediaan<br />

akses ke wilayah udara dan laut Indonesia<br />

untuk latihan Singapore Armed Force. Di langit<br />

Indonesia itu, Singapura bahkan boleh menggelar<br />

latihan dengan negara lainnya, meski<br />

harus seizin Indonesia. “DCA membuka pintu<br />

bagi Singapura untuk menggunakan wilayah<br />

Indonesia empat kali dalam setahun untuk<br />

latihan militer,” kata anggota Partai Hanura<br />

tersebut kepada majalah detik.<br />

Sementara itu, Susaningtyas menambahkan,<br />

ekstradisi belum tentu dapat memuluskan<br />

upaya mengembalikan para koruptor dan asetasetnya<br />

dari Singapura. Sebab, pelaksanaan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Pesawat milik TNI AL berpatroli<br />

di kawasan perbatasan<br />

Indonesia-Malaysia, Rabu<br />

(15/1), untuk menjaga<br />

keamanan perbatasan<br />

perairan dari gangguan<br />

keamanan dan kegiatan ilegal.<br />

M Rusman/ANTARA FOTO<br />

ekstradisi itu masih bergantung pada hukum<br />

yang berlaku di Singapura.<br />

Soal keharusan berdasarkan hukum Singapura<br />

itu dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Singapura<br />

Masagos Zulkifli pada September 2013. Namun<br />

ia membantah anggapan bahwa Singapura ingin<br />

melindungi aset-aset milik koruptor Indonesia<br />

yang jumlahnya bejibun. “Keuangan negara kami<br />

sudah cukup,” ujar Masagos.<br />

Mengenai penggunaan wilayah udara untuk<br />

latihan militer Singapura itu, menurut mantan<br />

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal (Purnawirawan)<br />

Chappy Hakim, sesungguhnya<br />

sudah lama terjadi. Dalam bukunya, Quo Vadis<br />

Kedaulatan Udara Indonesia?, Chappy mengungkapkan,<br />

Satuan Radar 213 Tanjungpinang<br />

dan 212 Natuna sering menangkap pergerakan<br />

pesawat-pesawat tempur Singapura.<br />

Dijelaskan Chappy, manuver jet tempur itu<br />

dimungkinkan karena Singapura menguasai<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Latihan Pesawat Tempur F16<br />

milik TNI AU (ilustrasi).<br />

Getty Images<br />

flight information region (FIR) atas wilayah Batam,<br />

Tanjungpinang, hingga Kepulauan Natuna.<br />

Pengelolaan ruang udara di Provinsi Kepulauan<br />

Riau (Kepri) itu diperoleh Singapura sejak 1946<br />

dalam sebuah perundingan International Civil<br />

Aviation Organization (ICAO), yang tidak diikuti<br />

negara baru merdeka, Indonesia.<br />

Karena FIR dikuasai Singapura, pesawat<br />

komersial yang hendak mendarat atau lepas<br />

landas dari Bandara Hang Nadim, Batam, misalnya,<br />

harus seizin air traffic controller Bandara<br />

Changi. Ketentuan itu juga berlaku untuk pesawat<br />

tempur Indonesia.<br />

Menurut Chappy, selain melanggar kedaulatan<br />

negara, FIR merugikan Indonesia secara<br />

ekonomi. Biaya pesawat yang melintasi negara<br />

lain atau route air navigation services charges<br />

di atas Kepri mencapai US$ 15 juta pada 2009.<br />

Namun itu tidak pernah dinikmati Indonesia.<br />

Indonesia bukannya tidak berupaya mengembalikan<br />

kuasa atas kontrol udara itu.<br />

Namun, kata Chappy, pemerintah tidak pernah<br />

serius. Justru Undang-Undang Nomor 1 Tahun<br />

2009 menyebutkan FIR itu baru dapat diambil<br />

paling lambat 15 tahun sejak undang-undang<br />

tersebut diberlakukan.<br />

Tapi, di sisi lain, pemerintah Singapura selalu<br />

berupaya meningkatkan persyaratan dalam setiap<br />

perundingan ICAO. Persyaratan-persyaratan<br />

itu cukup mempersulit Indonesia untuk mengambil<br />

alih kontrol udara Kepri. “Itu tidak masuk<br />

akal,” kata Chappy kepada majalah detik.<br />

Masih ada sederet masalah menonjol me-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Hikmahanto Juwana dan<br />

Chappy Hakim<br />

ROSLAN RAHMAN/AFP/Getty Images<br />

nyangkut hubungan Indonesia dengan Singapura<br />

dewasa ini. Masalah itu antara lain pengambilan<br />

pasir laut Kepri untuk reklamasi pantai<br />

Singapura dan kabut asap. Penjualan pasir yang<br />

ramai pada 2004 itu sebagian besar diduga<br />

dilakukan secara ilegal.<br />

Adapun mengenai kabut asap Sumatera yang<br />

sampai ke Singapura, pemerintah RI menyatakan<br />

Singapura tidak bisa murni menyalahkan<br />

Indonesia. Sebab, pembakaran hutan yang<br />

memicu asap itu dilakukan oleh perusahaanperusahaan<br />

kertas skala besar yang kantor pusatnya<br />

berada di Singapura. “Saya minta tidak<br />

menyalahkan rakyat kecil (Indonesia),” kata<br />

Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan<br />

dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro<br />

Mangkusubroto pada Juni 2013.<br />

Guru besar hubungan internasional Universitas<br />

Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyarankan<br />

agar Singapura tidak terus-menerus memaksakan<br />

kehendak dalam hubungan negara<br />

bertetangga. Sebab, hal itu akan memicu makin<br />

runyamnya suasana menjelang pembentukan<br />

ASEAN Economic Community pada 2015.<br />

“Singapura harus belajar. Kalau ada eskalasi<br />

di tingkat warga Indonesia, bahaya. Bisa mendorong<br />

pemerintah bersikap keras dan terjadi<br />

keretakan hubungan kedua negara,” ujarnya<br />

kepada majalah detik. ■ BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHIN-<br />

TAMI, ARYO BHAWONO, PASTI liberty mappapa, muhammad IQBAL, ISFARI<br />

hikmat | IRWAN nugroho<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Hikayat<br />

Si Kota Laut<br />

Thomas<br />

Stamford Raffles<br />

Singapura pernah menjadi wilayah terluar Kerajaan<br />

Sriwijaya, yang dikenal dengan sebutan Temasek atau<br />

Kota Laut. Sempat pula masuk wilayah kekuasaan<br />

Sultan Johor pada abad ke-16 hingga ke-19, sebelum<br />

akhirnya dibumihanguskan Portugis.<br />

Dengan membawa bendera British East India Company,<br />

pada 1819 Thomas Stamford Raffles mendarat di<br />

sana. Ia membuat perjanjian dengan Sultan Johor kala<br />

itu, Sultan Hussein Shah. Awalnya Inggris hanya diberi<br />

izin pengelolaan atas wilayah selatan Singapura. Namun,<br />

lewat perjanjian lebih lanjut, Raffles bisa menguasai<br />

seluruh wilayah Singapura. Di bawah kekuasaan Inggris,<br />

Singapura menjadi ibu kota negeri-negeri selat.<br />

Inggris babak-belur setelah Jepang menginvasi wilayah<br />

di sekitar Selat Malaka pada 1942. Tak lama, Jepang<br />

terpaksa melepas wilayah tersebut setelah ditaklukkan<br />

dalam Perang Dunia II. Inggris lantas dituntut mewujudkan<br />

janji kemerdekaan kepada negeri jajahannya itu<br />

seusai Perang Dunia II pada 1945.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Fokus<br />

Polemik KRi Usman-harun<br />

Pasukan Jepang<br />

menawan<br />

tentara Inggris di<br />

Singapura pada<br />

Perang Dunia II.<br />

Popperfoto/<br />

Getty Images<br />

Namun janji itu baru terealisasi 18 tahun<br />

setelahnya. Singapura diberi kuasa<br />

untuk memerintah sendiri. Tapi Inggris<br />

masih punya hak tetap pangkalan militer<br />

di Singapura. Tahun 1963, Singapura bergabung<br />

dengan Federasi Malaysia yang<br />

dibentuk oleh Tunku Abdul Rahman.<br />

Federasi ini meliputi Malaya, Singapura,<br />

Sabah, Sarawak, dan Brunei.<br />

Keberadaan federasi ini bagi Indonesia<br />

dan Filipina berpotensi mengganggu kedamaian,<br />

dan kedua negara segera menentangnya.<br />

Filipina saat itu merasa berhak<br />

memiliki wilayah Sabah<br />

selepas dari penguasaan<br />

federasi. Sabah masih<br />

merupakan bagian dari<br />

wilayah Kesultanan Sulu.<br />

Bagi Presiden Sukarno,<br />

federasi itu dibentuk untuk<br />

melanggengkan kolonialisme Inggris.<br />

Karena itu, ia mengobarkan “Ganyang<br />

Malaysia” dengan melakukan konfrontasi<br />

fisik. Sukarelawan dan personel TNI dikirim<br />

ke perbatasan dengan tujuan melakukan<br />

sabotase. Pada 3 Mei 1964, Sukarno mengumumkan<br />

Dwi Komando Rakyat atau<br />

Dwikora.<br />

Di sisi lain, federasi ternyata keropos<br />

dari dalam. Akibat konflik ideologi antara<br />

UMNO dan PAP pimpinan Lee Kuan<br />

Yew, Tunku Abdul Rahman mendepak<br />

Singapura pada 7 Agustus 1965. Dua hari<br />

kemudian, Singapura memproklamasikan<br />

kemerdekaan. Lee Kuan Yew tampil<br />

sebagai perdana menteri pertama.<br />

■ Isfari Hikmat | Irwan Nugroho<br />

Perdana<br />

Menteri<br />

pertama<br />

Singapura<br />

Lee Kuan<br />

Yew<br />

Larry Burrows/<br />

Time Life<br />

Pictures/Getty<br />

Images<br />

Majalah detik 17 --23 februari 2014


gaya hidup<br />

Ketika<br />

‘Harus’<br />

Kuliah Lagi<br />

Keinginan berkuliah lagi terkadang muncul saat sudah<br />

berkeluarga. Bagaimana agar tak timbul masalah?<br />

foto-foto: thinkstock<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


gaya hidup<br />

Buat mereka yang masih sendiri, berkuliah<br />

lagi mungkin tak akan terlalu<br />

jadi masalah. Di mana pun kampus<br />

yang dipilih, selama ada biayanya, hayukk<br />

saja. Tapi tentu kondisi serupa tak berlaku<br />

untuk orang-orang yang “telanjur” berkeluarga.<br />

Berkuliah lagi tentu bukan perkara simpel.<br />

Masalah bisa dimulai dari persoalan keuangan<br />

keluarga. Sebab, bagaimanapun, berkuliah<br />

lagi memerlukan “tambahan” biaya. Kalaupun,<br />

misalnya, biaya kuliah didapat dari beasiswa,<br />

masih ada uang jalan selama berkuliah yang<br />

harus ditanggung.<br />

Masalah akan bertambah pelik<br />

ketika tempat kuliah<br />

yang dituju ternyata di<br />

luar negeri. Dari yang<br />

semula hanya soal keuangan,<br />

kini bertambah kompleks dengan<br />

persoalan “keutuhan” rumah tangga.<br />

Seperti yang dialami Fari, pria berusia 33<br />

tahun. Setahun lalu, lelaki yang memiliki<br />

dua anak itu mendapat beasiswa untuk<br />

melanjutkan kuliah S-2 di Jerman. Ini tentu<br />

kesempatan yang tak mungkin dilewatkannya.<br />

Dengan antusias, Fari pun menyampaikan<br />

kabar bahagia itu kepada Iren, istrinya. Iren<br />

sebenarnya ikut senang, tapi dia juga khawatir<br />

bagaimana mengatur manajemen rumah tangga<br />

nanti.<br />

Menurut Iren, hidup terpisah dari suami<br />

kurang-lebih dua tahun bukanlah perkara gampang.<br />

Anak-anaknya yang masih kecil belum<br />

tentu bisa mengerti kondisi itu. Fari kemudian<br />

mengajukan opsi untuk memboyong keluarganya<br />

ke luar negeri. Tujuannya agar anak-anak<br />

tetap memiliki keluarga yang utuh.<br />

Tapi, bagi Iren, itu bukan solusi terbaik. Ikut<br />

ke Jerman berarti dia harus berhenti dari pekerjaannya.<br />

Bagi Iren, berhenti bekerja bukan<br />

hanya persoalan eksistensi diri, tapi juga menyangkut<br />

pemasukan keluarga yang akan berkurang.<br />

Guncangan bisa saja terjadi kapan saja.<br />

Memang, selama tugas kuliah, Fari tetap<br />

mendapat gaji dari perusahaan tempatnya<br />

bekerja. Tapi, selama ini, gaji Fari tidak cukup<br />

untuk membiayai seluruh kebutuhan keuangan<br />

keluarga. “Selama ini, kami share pengeluaran,<br />

cicilan mobil, cicilan rumah, biaya anak sekolah,<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


gaya hidup<br />

semua kami share. Lalu gimana nanti kalau saya<br />

tak ada pemasukan?” keluh Iren.<br />

Hasil mengobrol dengan beberapa teman,<br />

Iren bisa saja bekerja di kota tempat suaminya<br />

berkuliah. Tapi memang bukan pekerjaan<br />

yang bisa “diharapkan” untuk jangka panjang.<br />

Iren pun makin bingung membuat keputusan.<br />

Keributan selalu muncul setiap kali Fari dan<br />

Iren membahas soal kuliah itu. Namun akhirnya<br />

Iren legowo melepas Fari pergi berkuliah.<br />

Sedangkan dia tetap di Indonesia bersama<br />

anak-anak.<br />

“Ini solusi terbaik menurut kami, lagi pula<br />

saya dan anak-anak masih bisa berkunjung ke<br />

Jerman. Dan ini kan hanya sementara,” ujarnya.<br />

Lain lagi cerita Dedy, pria 32 tahun. Ruri, istrinya,<br />

mendapat beasiswa S-2 di Jepang. Awalnya,<br />

Dedy yakin istrinya mau berangkat ke<br />

Jepang sendiri untuk berkuliah, sementara dia<br />

tetap bekerja di Indonesia dan mengurus anak.<br />

Tapi lamunan Dedy langsung buyar sewaktu<br />

Ruri ngotot agar Dedy ikut ke Jepang. Ruri beralasan<br />

dirinya tak tahan harus hidup berjauhan<br />

dengan anak semata wayangnya.<br />

Dedy memahami kekhawatiran Ruri. Tapi ia<br />

memikirkan pekerjaannya di Indonesia. Apakah<br />

hanya gara-gara menemani istri berkuliah dia<br />

harus merelakan pekerjaannya? Dedy benarbenar<br />

pusing.<br />

Masalah makin rumit saat orang tua Dedy<br />

melarangnya keluar dari pekerjaannya untuk<br />

menemani sang istri. “Itu kuliah kan cuma<br />

sementara, masak iya kamu harus berhenti<br />

bekerja?” begitu kata ibunda Dedy.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


gaya hidup<br />

Menurutnya,<br />

keputusan<br />

berkuliah lagi di<br />

saat sudah berumah<br />

tangga sebaiknya<br />

diputuskan<br />

bersama.<br />

Sejak itu, rumah tangga Dedy dan Ruri seakan<br />

penuh “api”. Sedikit saja menyinggung soal<br />

kuliah, langsung terjadi percekcokan. Ruri sama<br />

sekali tak mau mendengar saran dan masukan<br />

dari Dedy. Dedy harus ikut ke Jepang.<br />

Akhirnya, mau tak mau, Dedy menuruti<br />

keinginan istrinya. “Saya tak mau rumah<br />

tangga saya hancur gara-gara ini, jadi<br />

saya memilih mengalah,” ujarnya.<br />

Dedy akhirnya keluar bekerja dan ikut<br />

boyongan ke Jepang bersama istri dan<br />

anaknya. Di sana, dia harus bekerja karena<br />

ternyata beasiswa yang didapat Ruri tidak<br />

mencakup tunjangan untuk keluarga.<br />

Butuh Pengertian<br />

Berkuliah lagi di luar negeri saat sudah berumah<br />

tangga memang sering menjadi masalah.<br />

Hal itu diakui psikolog Kasandra A. Putranto.<br />

Bahkan masalah ini banyak membuat retak<br />

hubungan suami-istri.<br />

Menurutnya, keputusan berkuliah lagi di saat<br />

sudah berumah tangga sebaiknya diputuskan<br />

bersama. Masing-masing pihak sebaiknya<br />

menerima dan memahami segala konsekuensi<br />

dari keputusan bersama itu. Dan sebaiknya<br />

tidak ada pemaksaan. “Jadi, kalau salah satu<br />

pihak tidak setuju, sebaiknya jangan dilakukan,”<br />

ujarnya.<br />

Tapi ketidaksetujuan itu juga harus dilandasi<br />

alasan kuat. Jangan sampai ketidaksetujuan hanya<br />

karena tidak mau melepas atau keegoisan<br />

semata.<br />

Menurut Kasandra, idealnya sebuah keluarga<br />

memang tinggal bersama. Namun ada kalanya<br />

sebuah keluarga harus hidup terpisah. “Ini yang<br />

harus dibicarakan dan diharapkan pengertian<br />

dari masing-masing pihak,” ujarnya. Bagaimana<br />

menurut Anda? n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


gaya hidup<br />

Tip Kuliah di<br />

Luar Negeri<br />

Beberapa orang memilih membawa keluarganya<br />

saat berkuliah di luar negeri. Berikut ini tip yang bisa<br />

diikuti sebelum berangkat.<br />

01<br />

02<br />

03<br />

04<br />

05<br />

Teliti Beasiswa<br />

Ada beasiswa yang menyertakan tunjangan untuk keluarga, tapi banyak juga<br />

yang tidak. Pahami hal itu dan hitung-hitung biaya hidup di negara tujuan.<br />

Sekolah Anak<br />

Jika memiliki anak usia sekolah, sebelum berangkat Anda harus memastikan<br />

informasi sekolah bagi buah hati Anda. Anak memang bisa menikmati sistem<br />

pendidikan di luar negeri selama beberapa tahun. Ini tentu menjadi pengalaman<br />

berharga, tetapi untuk itu perlu penyesuaian.<br />

Kerja Paruh Waktu<br />

Jika beasiswa tak mencakup tunjangan untuk keluarga, mungkin Anda harus<br />

bekerja. Tapi, di beberapa negara seperti Belgia, pasangan (yang tidak berkuliah)<br />

tidak mendapat izin bekerja. Ini harus jadi bahan pertimbangan.<br />

Bagi Waktu<br />

Membawa keluarga saat berkuliah di luar negeri tentu akan lebih repot karena<br />

Anda harus berperan sebagai mahasiswa, suami/istri, dan orang tua. Anda harus<br />

pintar-pintar membagi waktu.<br />

Pengalaman<br />

Tinggal di luar negeri memang tidak mudah, tapi pasti akan ada pengalaman<br />

baru yang bisa didapatkan selama tinggal beberapa tahun di luar negeri. Ini pasti<br />

bermanfaat bagi hidup Anda ke depan.<br />

Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2014 2013


wisata<br />

Sehari di Kota<br />

Seribu Sungai<br />

Jika Berkunjung ke Banjarmasin, datanglah ke Pasar Terapung.<br />

Anda akan disuguhi uniknya kehidupan warga di sana.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


wisata<br />

epuluh menit sebelum<br />

mendarat di Bandar<br />

Udara Syamsudin<br />

Noor, Banjarmasin, Kalimantan<br />

Selatan, saya<br />

disuguhi pemandangan<br />

unik. Dari ketinggian, tampak<br />

sungai meliuk-liuk indah.<br />

Dari situ, saya baru tahu mengapa<br />

Banjarmasin dijuluki Kota Seribu<br />

Sungai. Dari udara, ibu kota<br />

Kalimantan Selatan itu memang<br />

tampak dipenuhi oleh sungai.<br />

Sungai-sungai itu tak cuma<br />

menjadi hiasan kota, tapi juga<br />

menjadi denyut nadi kehidupan warga Banjarmasin.<br />

Boleh dibilang, orang-orang di sana tak<br />

bisa lepas dari sungai-sungai itu.<br />

Dari atas, Banjarmasin juga tampak sangat<br />

hijau. Memang, daerah ini juga terkenal de ngan<br />

hutan tropisnya yang rimbun, lengkap dengan<br />

satwa khasnya, seperti bekantan.<br />

Saking asyiknya melamun tentang Banjarmasin,<br />

saya sampai tak sadar kalau pesawat sudah<br />

mendarat. Begitu turun dari pesawat, saya<br />

sudah tak sabar untuk segera menjelajahi kota<br />

yang baru pertama kali saya kunjungi ini. Pasti<br />

bakal menyenangkan. Tapi saya harus bersabar<br />

karena hari mulai gelap.<br />

Saya pun memutuskan menuju rumah salah<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


wisata<br />

satu kerabat saya untuk menginap semalam. Saya baru akan<br />

memulai petualangan esok pagi-pagi buta.<br />

Esoknya, alarm di telepon seluler saya berbunyi tepat pukul<br />

03.00 Wita. Setelah bersiap-siap sebentar, saya pun berangkat<br />

ke Banjarmasin Utara. Tujuan utama saya adalah Pasar Terapung,<br />

ikon Kota Banjarmasin.<br />

Kebetulan, kerabat saya mau mengantar dengan mobil. Jalanan<br />

kota masih sepi saat itu. Perjalanan menuju Kuin Utara,<br />

titik awal menuju Pasar Terapung, membutuhkan waktu kirakira<br />

30 menit.<br />

Saat tiba di Kuin, ternyata suasana sudah ramai. Di sana sudah<br />

banyak orang berkumpul. Tampak juga beberapa wisatawan<br />

seperti saya.<br />

Saya diantar ke dermaga kapal. Di sana sudah menunggu<br />

perahu-perahu kayu yang bisa disewa wisatawan. Ongkosnya<br />

bervariasi, Rp 100-200 ribu, tergantung ukuran perahu.<br />

Karena hanya berdua, saya akhirnya memutuskan bergabung<br />

dengan beberapa wisatawan yang juga datang dalam rombongan<br />

kecil. Kami berpatungan untuk menyewa perahu.<br />

Jumlah rombongan saya sekarang enam orang. Kami akhirnya<br />

menyewa kapal kecil dan, setelah tawar-menawar, kami mendapat<br />

harga sewa Rp 100 ribu. Tak terlalu mahal, bukan?<br />

Tak lama menunggu, kami sudah mulai menyusuri anak Sungai<br />

Barito. Pemandangan pertama yang terlihat adalah rumahrumah<br />

penduduk yang berjajar rapat di pinggir sungai. Sungai<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


wisata<br />

itu seperti “jalan” menuju Pasar Terapung.<br />

Saya agak terkantuk-kantuk saat sebuah perahu<br />

berukuran besar membalap perahu kecil<br />

yang kami tumpangi. Di atas kapal itu terdapat<br />

tulisan “Soto Banjar”. Ah, itu adalah perahu restoran<br />

yang terkenal.<br />

Saya pun bertekad makan di restoran perahu<br />

itu. Tapi tentu tak sekarang karena “restoran<br />

terapung” itu sudah melaju kencang meninggalkan<br />

perahu kayu kecil kami.<br />

“Perahu itu nanti ada di Pasar Terapung,” ujar<br />

tukang perahu yang kami sewa. Itu melegakan<br />

karena saya benar-benar ingin mencoba soto<br />

Banjar yang terkenal itu.<br />

Tak sampai 10 menit, kami tiba di Sungai<br />

Barito yang penuh dengan perahu. Banyak<br />

sekali perahu dalam berbagai ukuran. Inilah<br />

Pasar Terapung yang saya bayangkan setiba di<br />

Banjarmasin.<br />

Sebagian besar perahu itu adalah “kios” milik<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


wisata<br />

pedagang. Barang yang dijual beragam, mulai<br />

buah-buahan, sayuran, hingga bumbu dapur.<br />

Beberapa perahu mengangkut penumpang.<br />

Saya menduga mereka adalah orang yang akan<br />

berbelanja.<br />

Saat sedang asyik melihat-lihat, mendadak<br />

perahu saya “menabrak” sebuah perahu kayu<br />

kecil. Rupanya seorang pedagang buah sedang<br />

mencoba menawarkan dagangannya. “Ini pisang<br />

dua sisir Rp 15 ribu, jeruknya juga manis,<br />

satu keranjang Rp 35 ribu,” ujar ibu itu.<br />

Salah satu teman baru saya ternyata berminat<br />

membeli pisang itu. Setelah tawar-menawar,<br />

akhirnya pisang itu dilepas seharga Rp 10 ribu.<br />

Tak terasa matahari mulai tinggi dan tak lagi<br />

malu-malu menampakkan senyumnya. Perut<br />

saya pun mulai keroncongan minta diisi. Ah,<br />

ternyata jam sarapan saya mulai berdetak.<br />

Saya pun meminta tukang perahu mencari<br />

restoran perahu yang tadi menyalip kami. Saat<br />

kami menemukan restoran terapung itu, sudah<br />

banyak orang yang duduk di atasnya. Mereka<br />

tampak lahap menyantap soto Banjar. Sedangkan<br />

perahu-perahu kayu yang mereka naiki<br />

“diparkir” di sekitar restoran terapung itu.<br />

Saya dan rombongan pun segera melompat<br />

ke resto ran itu. Beberapa tempat duduk masih<br />

kosong. Goyangan perahu membuat saya agak<br />

pusing. Saya pun buru-buru duduk.<br />

Ternyata restoran ini tak hanya menawarkan<br />

menu soto Banjar, tapi juga sate, sup, rawon,<br />

dan masak habang. Tapi saya tak tergoda untuk<br />

mencoba menu “tambahan” itu. Saya sudah<br />

“ngidam” soto Banjar.<br />

Setelah 15 menit menunggu, semangkuk<br />

soto Banjar hadir di depan kami. Suwiran ayam<br />

dan telur rebus beserta kuahnya yang masih<br />

mengepul benar-benar terlihat menggiurkan.<br />

Saya pun tak sabar mencicipinya.<br />

Selain suwiran ayam dan telur rebus, tampak<br />

juga taoge dan sohun. Sebagai pengganti nasi,<br />

ditambahkan ketupat yang dipotong kecil-kecil.<br />

Rasanya asam-asam segar!<br />

Kami tak harus merogoh kocek dalam-dalam<br />

untuk sarapan lezat dalam suasana unik ini.<br />

Untuk semangkuk soto Banjar dan teh manis<br />

hangat, kami hanya perlu membayar Rp 15 ribu.<br />

Puas! n PUTRI RIZKI | KEN yunita<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Seafood<br />

Paella<br />

Jika Anda sedang<br />

memburu rasa<br />

Mediterania ala<br />

restoran Spanyol<br />

di Jakarta, Anda<br />

dapat memasukkan<br />

Plan B ke prioritas<br />

Anda.<br />

foto-foto : grandyos zafna | detik foto<br />

Plan B<br />

Tak Selalu<br />

Jadi<br />

Cadangan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Menemukan<br />

restoran Spanyol di<br />

Jakarta bukanlah hal<br />

mudah karena jumlahnya<br />

yang sangat sedikit. Dari yang sedikit<br />

itu, ada Plan B yang hadir “malu-malu” di antara<br />

ruko-ruko di kawasan Senayan. Letaknya tak<br />

jauh dari jalur kereta Tanah Abang-Serpong.<br />

Dari luar, Plan B, yang kabarnya memiliki<br />

pengunjung setia, tidak tampak seperti sebuah<br />

restoran dengan seorang koki berpengalaman<br />

sekelas restoran berbintang Michelin. Tapi<br />

begitulah kesederhanaan yang disuguhkan<br />

Plan B.<br />

Saat saya tiba di sana, tidak lebih dari empat<br />

pengunjung bersantai sambil menikmati<br />

hidangan. Sedangkan meja lainnya sudah<br />

dipesan oleh pelanggan lain yang akan datang<br />

untuk makan malam.<br />

Tapi masih ada beberapa meja yang kosong.<br />

Begitu duduk, mata saya langsung menangkap<br />

alas piring yang dibuat dari lembar koran lokal<br />

dan asing yang dilaminasi. Potongan-potongan<br />

koran berbahasa Indonesia, Inggris, Korea,<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Mushrooms<br />

in Bilbao<br />

Style Sauce<br />

Seafood paella tampak<br />

seperti risotto, makanan<br />

Italia, dan dimasak dengan<br />

udang, irisan cumi, dan<br />

irisan ikan.<br />

Jerman, dan Jepang juga menjadi bagian dari<br />

dekorasi restoran tersebut.<br />

Saat membuka daftar menu, saya melihat<br />

seafood dan sayur-sayuran mendominasi.<br />

Minyak zaitun menjadi salah satu komponen<br />

utamanya. Harga makanan di Plan B berada di<br />

kisaran Rp 30.000, sedangkan menu utamanya<br />

bisa mencapai Rp 175 ribu.<br />

Untuk minuman, tersedia beragam jus,<br />

smoothies, soda dengan potongan buah, dan<br />

teh, dengan harga Rp 30.000-an juga. Saya<br />

memesan strawberry smoothies dan kiwi<br />

smoothies.<br />

Saya kurang familiar dengan masakan<br />

Spanyol, tapi, dari hasil tanya-tanya kepada<br />

pelayan, saya mendapat beberapa rekomendasi.<br />

Dan saya percaya, si pelayan memberi menu<br />

yang memang lezat. Saya memesan prawns<br />

sauteed with garlic and parsley. Menu berbahan<br />

udang yang ditumis dengan bawang putih dan<br />

parsley ini masuk daftar menu tapas (makanan<br />

pembuka). Harganya Rp 45 ribu.<br />

Saya juga memesan mushrooms in Bilbao<br />

style sauce, jamur yang dimasak dengan saus<br />

ala Bilbao. Yang ini harga nya Rp 35 ribu. Saya<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

agak cemas dan khawatir masakan Spanyol<br />

kurang cocok di lidah saya.<br />

Prawns sauteed with garlic and parsley datang<br />

pertama. Porsinya mini dan disajikan dalam<br />

piring kecil. Jumlah udangnya pun tak sampai 10<br />

ekor. Tapi, saat mencicipi kuahnya, wah… enak!<br />

Rasa gurih kuahnya sangat pas. Rasa udang<br />

dan bawang putihnya yang nikmat membuat<br />

saya tak ingin cepat-cepat menghabiskannya.<br />

Rasanya sayang.<br />

Mushrooms in Bilbao style sauce, yang<br />

menyusul belakang an, juga tak kalah menggoda<br />

dengan aroma alami dari jamur segar yang<br />

sangat terasa. Suapan pertama membuat<br />

lidah saya langsung menari oleh rasanya yang<br />

lembut dan menyenangkan. Yang ini porsinya<br />

agak banyak, bisa untuk berdua atau bertiga.<br />

Teman saya, yang sedang tak enak badan,<br />

ingin sesuatu yang hangat-hangat dan<br />

menyegarkan. Dia memesan satu sup labu<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Strawberry<br />

Smoothies<br />

yang dibanderol Rp 25 ribu.<br />

Dalam bayangan saya, sup ini mungkin<br />

sedikit manis. Ternyata dugaan saya salah.<br />

Setelah mencoba satu suap, saya langsung<br />

merasakan rasa sedikit “aneh”. Seperti nya labu<br />

yang digunakan kurang segar. Jadi menu yang<br />

ini tidak saya rekomendasikan.<br />

Lupakan sup labu, kini saatnya mencicipi<br />

makanan utama, seafood paella. Saya menebaknebak,<br />

bagaimana ya rasanya nasi tradisional<br />

ala Spanyol yang diceritakan pelayan tadi?<br />

Harganya lumayan, Rp 175 ribu. Tapi, menurut<br />

pelayan, porsinya cukup besar dan bisa di-share<br />

untuk empat orang. Dan, ketika pesanan itu<br />

terhidang di atas meja, saya sempat terdiam.<br />

Porsinya benar-benar jumbo.<br />

Dihidangkan dalam semacam wajan<br />

Lemon Tart<br />

berdiameter 20 sentimeter. Masih baru turun<br />

dari panggangan. Kalau datang bersama anak<br />

kecil, hati-hati ya.<br />

Dari tampilannya, seafood paella tampak<br />

seperti risotto, makanan Italia, dan dimasak<br />

dengan udang, irisan cumi, dan irisan ikan.<br />

Dua irisan lemon serta semangkuk kecil<br />

mayonnaise dengan campura bawang putih<br />

mendampingi paella. Kalau suka, silakan peras<br />

lemon dan bubuhkan saus berwarna putih tadi.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Seafood<br />

Pudding<br />

Tapi ini akan memberi rasa asam, ya.<br />

“Jika Anda suka, Anda bisa mencampur<br />

(paella) dengan saus bawang ini,” kata koki<br />

Plan B, Oskar Urzelai, ketika menghampiri<br />

meja saya dan menanyakan rasa masakannya.<br />

Kehadiran Oskar menjadi sentuhan khusus<br />

Plan B. Dengan baju kokinya yang berwarna<br />

putih, Oskar menghampiri tamu-tamunya satu<br />

demi satu untuk menanyakan hasil kreasinya.<br />

“Ini beras Spanyol. Tidak seperti nasi putih<br />

di sini, beras Spanyol menyerap lebih banyak<br />

air,” katanya, dalam bahasa Inggris bercampur<br />

bahasa Indonesia.<br />

Rasanya saya sudah memesan banyak. Tapi<br />

saya belum mencicipi hidangan penutup ala<br />

Spanyol.<br />

Melihat nama seafood pudding di menu, saya<br />

pun berpikir untuk mencoba. Mungkinkah<br />

puding yang identik dengan hidangan penutup<br />

dibuat dengan seafood? Tak ada salahnya<br />

mencoba, bukan?<br />

Ternyata dugaan saya salah. Seafood pudding<br />

masuk dalam kategori hidangan pembuka,<br />

ha-ha-ha…. Tapi rasa kepiting dan udang dari<br />

seafood pudding ini tetap menggoda lidah saya.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


kuliner<br />

Seafood pudding disajikan dalam dua piring,<br />

satu untuk pudingnya yang dihiasi cipratan<br />

minyak zaitun di sekelilingnya, satu lagi untuk<br />

delapan potong roti panggang ukuran kecil<br />

berbentuk segitiga. Harganya Rp 39 ribu.<br />

Oke, sekarang saatnya hidangan penutup<br />

yang “sesungguhnya”. Saya memesan panna<br />

cotta bersaus mint dan lemon tart dengan<br />

meringue dan saus toffee untuk meng akhiri<br />

petualangan di Plan B. Masing-masing seharga<br />

Rp 29 ribu.<br />

Tidak seperti umumnya hidangan penutup<br />

yang biasanya sangat manis, menurut saya,<br />

panna cotta ini pas. Saya dan teman-teman<br />

menyukainya. Teksturnya sangat lembut, pas<br />

bercampur dengan lapisan cokelat di atasnya.<br />

Sedangkan lemon tart-nya membuat<br />

mata saya seketika terpejam karena rasa<br />

asamnya. Buat yang tidak suka asam, jangan<br />

memesan. Tapi, sebenarnya rasa asam itu<br />

dapat dinetralkan dengan saus toffee yang<br />

disajikan bersamanya. Dan saya pun puas<br />

bersantap siang di Plan B! n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


people<br />

detik hot | getty images<br />

Jay Leno<br />

Armand Maulana<br />

Nabilah ‘JKT 48’<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


people<br />

Armand Maulana<br />

Armand Maulana dan rekannya<br />

di grup band GIGI<br />

menepati janji. Menandai<br />

20 tahun kiprah mereka<br />

di dunia musik, grup band yang digawangi<br />

Armand, Dewa Budjana, Hendi,<br />

dan Thomas ini membuat terobosan<br />

baru. Grup musik yang eksis sejak 1992<br />

ini meluncurkan single anyar mereka<br />

dengan konsep live streaming. Tujuh<br />

jam dihabiskan GIGI untuk merilis single<br />

berjudul Tak Lagi Percaya itu.<br />

Lagu itu direkam secara live di studio<br />

Abbey Road, London. Apa saja sih isi<br />

rangkaian live streaming itu? “Acaranya<br />

banyak. Kita menampilkan wawancara<br />

dengan teman-teman musikus, temanteman<br />

manajemen, tim kreatif, video<br />

dokumentasi selama rekaman di Abbey<br />

(Road),” ujar Armand di kantor dan studio<br />

GIGI, Kamis, 6 Februari lalu.<br />

Satu hal lagi. Tak Lagi Percaya adalah<br />

satu-satunya lagu GIGI yang diciptakan<br />

orang lain, yaitu Bemby Noor. Lagu ini<br />

berkisah tentang cinta dalam makna<br />

luas sehingga, menurut Armand, cocok<br />

untuk tahun 2014. “Lagunya tentang<br />

cinta, buat siapa saja yang merasa<br />

dibohongi. Cocok jugalah buat tahun<br />

pemilu ini, siapa tahu ada yang sudah<br />

tak lagi percaya pada presidennya,”<br />

suami Dewi Gita itu berseloroh.<br />

n M. Iqbal F. Harahap<br />

detik hot<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


people<br />

Nabilah ‘JKT 48’<br />

Paras cantik, semua anggota<br />

JKT 48 mungkin memilikinya.<br />

Tapi, dari yang cantik<br />

itu, ternyata ada yang paling<br />

manis. Dan gelar itu dimiliki Nabilah<br />

Ratna Ayu Azalia.<br />

Wajah manis khas dengan gigi gingsul<br />

membuat Nabilah memiliki penggemar<br />

paling banyak dibanding anggota<br />

JKT 48 lainnya. Rekan Nabilah, seperti<br />

Shania, Melody, Kinal, Veranda, Dhike,<br />

Frieska, dan Haruka, tak membantah.<br />

Mereka sepakat mengakui.<br />

Nabilah pun tak menutupi rasa<br />

bungahnya atas kondisi ini. “Senang<br />

sih, alhamdulillah. Macam-macam<br />

fans-nya. Ada yang anak kecil, SMP,<br />

SMA, kuliah, kerja. Banyakan cowok,”<br />

ujarnya saat mengisi sebuah acara di<br />

studio Trans TV, Jalan Tendean, Jakarta<br />

Selatan, beberapa waktu lalu. Tapi<br />

semua itu tak membuat gadis kelahiran<br />

11 November 1999 ini besar kepala.<br />

Baginya, kekompakan tim adalah segalanya.<br />

Jadi, demi kekompakan tim, gadis<br />

berbintang Scorpio yang memiliki<br />

sapaan khas “Hai, aku Nabilah, si cerewet.<br />

Let’s have fun together” ini tak<br />

mengumbar egonya. n Asep<br />

detik hot<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


people<br />

Jay Leno<br />

Setelah 22 tahun, setelah<br />

ribuan episode, Jay Leno<br />

akhirnya harus meninggalkan<br />

Tonight Show, yang<br />

diputar setiap malam di NBC. Posisi<br />

Leno selanjutnya akan diisi Jimmy<br />

Fallon, yang jauh lebih muda. Leno,<br />

yang terkenal dengan guyonan cerdas,<br />

mewarisi kursi host dari Johnny<br />

Carson pada 1992.<br />

Episode terakhir Leno di Tonight<br />

Show pada Kamis, 6 Februari lalu,<br />

bertabur bintang. Tapi juga berlangsung<br />

emosional. Pria 63 tahun ini<br />

mengakui tidak suka mengucapkan<br />

selamat tinggal. “Baik, malam ini akan<br />

menjadi show terakhir. Saya tidak<br />

perlu dipecat hingga tiga kali. Saya<br />

telah membaca pertanda itu,” ujarnya<br />

getir.<br />

Selain komedian Billy Crystal, malam<br />

itu hadir sejumlah bintang lain,<br />

seperti Oprah Winfrey, Jack Black,<br />

dan Carol Burnett. Kim Kardashian<br />

ikut meramaikan episode terakhir itu.<br />

Seperti pada 2009, saat Leno sempat<br />

break dari salah satu talk show<br />

paling populer ini, kabar mundurnya<br />

Leno juga mendongkrak rating<br />

Tonight Show. Sepekan terakhir ini,<br />

jumlah penonton acara ini mendekati<br />

5 juta orang, melampaui angka ratarata<br />

3,9 juta penonton per episode.<br />

Sejumlah bintang dihadirkan pada<br />

episode terakhir Leno, seperti Sandra<br />

Bullock, Matthew McConaughey,<br />

komedian Jimmy Fallon, serta eks<br />

pemain NBA Charles Barkley. Pertunjukan<br />

musik oleh penyanyi country<br />

Blake Shelton and Lyle Lovett menghiasi<br />

hari-hari terakhir Leno di Tonight<br />

Show. n nydailynews.com | Reuters | Esti Utami<br />

getty images<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

Dan Terbitlah Izin<br />

untuk Eutanasia<br />

Belgia mengizinkan eutanasia pada anak-anak.<br />

REUTERS/Laurent Dubrule<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

Marc dan Eddy Verbessem.<br />

Kedua saudara kembar ini<br />

memutuskan mengakhiri<br />

hidupnya lewat eutanasia pada<br />

Desember 2013.<br />

YLE.FI<br />

Marc dan Eddy Verbessem, 45 tahun,<br />

terlahir tuli. Dua bersaudara<br />

kembar dari Putte, kota kecil di<br />

Mechelen, Belgia, ini berkomunikasi<br />

dengan bahasa isyarat. Keduanya tak<br />

pernah terpisahkan sejak bayi. Setelah dewasa,<br />

mereka pindah dari rumah orang tua dan<br />

tinggal bersama dalam satu rumah. Mereka<br />

berbagi rumah, berbagi makanan, dan berbagi<br />

pekerjaan.<br />

Bagi Verbessem bersaudara, mata mereka<br />

adalah jendela dunia. Tapi glaukoma merampas<br />

satu-satunya jendela dunia mereka itu.<br />

Penyakit itu membuat mereka buta. Kelainan<br />

genetis yang mereka bawa sejak lahir juga terus<br />

menggerogoti kesehatan Marc dan Eddy. Tanpa<br />

pendengaran, tanpa penglihatan, dengan<br />

kondisi badan semakin ringkih, dunia mereka<br />

benar-benar gelap dan sunyi. Tak terbayangkan.<br />

Seluruh hidup Marc dan Eddy bergantung<br />

pada bantuan orang lain. “Semua penderitaan<br />

itu membuat kedua saudara saya itu tak tahan<br />

lagi,” kata Dirk Verbessem, kakak kandung Marc<br />

dan Eddy, bulan lalu. Marc dan Eddy akhirnya<br />

memutuskan mengakhiri hidup mereka lewat<br />

eutanasia.<br />

Di Belgia, mengakhiri hidup sendiri lewat eutanasia<br />

diperkenankan undang-undang sejak 2002.<br />

Belgia menjadi negara kedua di dunia, setelah<br />

Belanda, yang mengizinkan eutanasia. Syaratnya,<br />

mereka sudah berumur lebih dari 18 tahun dan<br />

menderita masalah medis yang tak tertolong<br />

lagi. Sejak 2002, sudah lebih dari 1.300 pasien di<br />

rumah sakit Belgia menjalani eutanasia.<br />

Kedua orang tua Marc dan Eddy, Remy dan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

“Itu sama saja dengan<br />

membunuh pasien.<br />

Apa yang sebenarnya<br />

terjadi di Belgia?”<br />

Mary Verbessem, sempat menentang rencana<br />

“bunuh diri” kedua anak kembarnya tersebut.<br />

Tapi, setelah berulang kali diyakinkan anaknya<br />

dan menyaksikan penderitaan Marc serta Eddy,<br />

walaupun sangat perih, mereka mengabulkan<br />

niat Marc dan Eddy.<br />

Namun, walaupun telah mengantongi restu<br />

dari orang tua dan rekomendasi medis dari<br />

Dokter David Dufour dan Dokter Wim Distelmans,<br />

butuh dua tahun<br />

untuk mencari rumah sakit<br />

yang bersedia melaksanakan<br />

eutanasia. Dua bulan lalu,<br />

pada 14 Desember, Marc<br />

dan Eddy menjalani hari terakhirnya<br />

di dunia ditemani<br />

kedua orang tuanya dan<br />

sang kakak, Dirk Verbessem,<br />

di Rumah Sakit Universitas<br />

Brussels.<br />

Mengenakan jas dan sepatu baru, mereka<br />

menyesap kopi terakhirnya pelan-pelan. “Aku<br />

dan orang tuaku mengucapkan, ‘Selamat<br />

tinggal.’ Mereka membalas, ‘Di langit.’ Ya, aku<br />

bilang… di langit,” Dirk menceritakan perpisahan<br />

dengan kedua adiknya. Marc dan Eddy melambaikan<br />

tangan, kemudian masuk ke ruangan.<br />

Satu suntikan dan berakhirlah penderitaan<br />

Marc dan Eddy.<br />

“Aku sangat menghormati kedua orang tua<br />

dan saudaranya.... Mereka telah memberikan<br />

hadiah terbaik, tapi juga paling sulit,” kata Dokter<br />

Dufour.<br />

l l l<br />

“Bunuh diri”, walaupun dilakukan dengan penuh<br />

kesadaran oleh pelaku maupun keluarganya<br />

dan dilandasi pertimbangan medis, selalu<br />

menjadi kontroversi. Sekarang, parlemen Belgia<br />

melangkah lebih jauh lagi. Lewat perdebatan<br />

alot dan pemungutan suara yang ketat, parlemen<br />

Belgia meloloskan amendemen undangundang<br />

yang memperkenankan eutanasia pada<br />

anak-anak.<br />

Dari 142 anggota parlemen Belgia yang hadir<br />

pekan lalu, 86 orang merestui eutanasia pada<br />

anak-anak, 44 suara menolak, dan 12 orang<br />

abstain. Undang-undang itu tinggal menunggu<br />

diteken oleh Raja Philippe. Hasil pemungutan<br />

suara parlemen tersebut memperkuat kepu-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

Seorang laki-laki memegang<br />

poster menentang amendemen<br />

undang-undang yang<br />

memperkenankan eutanasia<br />

pada anak-anak.<br />

LAURENT DUBRULE I REUTERS<br />

tusan Senat Belgia dua bulan lalu. Sidang Senat<br />

Belgia juga meloloskan amendemen undangundang<br />

tahun 2002 dan memberi kesempatan<br />

bagi anak-anak untuk menjalani eutanasia.<br />

“Kami tidak bicara soal kematian, tapi bagaimana<br />

cara untuk mati,” kata Philippe Mahoux,<br />

anggota parlemen dari Partai Sosialis dan<br />

penyokong utama undang-undang tersebut.<br />

“Yang kami berikan kepada mereka adalah kematian<br />

bermartabat, tanpa penderitaan, tanpa<br />

sakit tak tertahankan.”<br />

Menurut amendemen undang-undang eutanasia<br />

tersebut, anak-anak yang menderita sakit<br />

tak tertolong menurut pertimbangan medis<br />

berhak mengajukan permohonan eutanasia<br />

setelah mendapatkan persetujuan orang tuanya.<br />

Psikiater juga akan menilai apakah secara<br />

mental anak itu benar-benar mampu mengambil<br />

keputusan “mematikan” tersebut.<br />

Penentang eutanasia pada anak-anak berpen-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

“Itu bukan sebuah<br />

perpisahan yang kami<br />

inginkan untuk putri kami.”<br />

dapat, anak-anak itu belum mampu mengambil<br />

keputusan seberat itu. “Keputusan anak-anak<br />

sering sangat impulsif, dan mereka tak mempunyai<br />

perspektif jangka panjang,” ujar Els van<br />

Hoof, anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat.<br />

Menurut Van Hoof, kemampuan otak<br />

anak-anak belum berkembang sempurna dan<br />

mereka masih sangat bergantung pada otoritas<br />

lain, yakni orang tua dan dokter. “Risikonya sangat<br />

tinggi menyerahkan keputusan eutanasia<br />

di tangan anak-anak.”<br />

Jajak pendapat menunjukkan,<br />

rata-rata penduduk<br />

Belgia menyetujui eutanasia<br />

pada anak-anak. Dengar apa<br />

kata Linda van Roy dari Kota<br />

Schilde kepada situs berita<br />

Deredactie.be. Putrinya, Ella<br />

Louise, menderita kelainan<br />

genetik langka, sindrom<br />

Krabbe, yang mempengaruhi saraf motoriknya.<br />

Ella meninggal dua tahun lalu. “Itu bukan<br />

sebuah perpisahan yang kami inginkan untuk<br />

putri kami,” kata Linda.<br />

Para pemimpin agama Islam, Kristen, dan<br />

Yahudi, berkumpul dan mengecam keputusan<br />

parlemen Belgia meloloskan undang-undang<br />

tersebut. “Kita sudah membuka pintu yang<br />

tak seorang pun bisa menutupnya kembali,”<br />

ujar Uskup Andre Leonard dari Mechelen. Tom<br />

Mortier, seorang ahli kimia, juga mengkritik<br />

habis keputusan parlemen Belgia. Dia punya<br />

pengalaman buruk dengan hukum eutanasia.<br />

Pada 20 April 2012, dia menerima pesan<br />

untuk menelepon Rumah Sakit Brussels. Ternyata,<br />

sang ibu, Godelieva de Troyer, 64 tahun,<br />

sudah berpulang. Dia mengalami depresi berat<br />

dan memutuskan menjalani eutanasia. Tom<br />

sebenarnya pernah diberi tahu ibunya soal<br />

rencana “maut” itu. Tapi dia berpikir dokter tak<br />

akan mengabulkannya.<br />

Dia marah besar kepada dokter yang mengabulkan<br />

niat ibunya. Dia tak bisa menerima penjelasan<br />

dokter soal hak ibunya untuk memilih<br />

kematiannya sendiri. “Eutanasia sama sekali<br />

tidak etis. Itu sama saja dengan membunuh<br />

pasien. Apa yang sebenarnya terjadi di Belgia?”<br />

katanya, frustrasi. Dan kini dia mendengar kabar<br />

soal eutanasia pada anak-anak. “Ini benar-benar<br />

sinting.” n SAPTO PRADITYO | telegRAPH | MIRROR | USA TODAY | BBC<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


internasional<br />

Kapitalis<br />

di Jantung<br />

Komunis<br />

“Aku punya kredit<br />

tak terbatas di surga.”<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

INDEPENDENT<br />

Tak terhitung kabar buruk dan cerita<br />

sinting yang berembus dari Korea<br />

Utara. Beberapa bulan lalu, pemimpin<br />

muda Kim Jong-un dengan dingin<br />

meng eksekusi mati pamannya, Jang Sung-taek,<br />

dan menyikat habis pengikutnya karena curiga<br />

mereka berusaha mendongkel kekuasaannya.<br />

Konon, sifat Jong-un ini nyaris serupa dengan<br />

ayahnya, Kim Jong-il, yang berpulang dua tahun<br />

lalu. Jong-il punya berderet cerita ganjil, juga<br />

kisah horor. Supaya mirip dengan sang ayah<br />

dan sekaligus pemimpin besar Kim Il-sung, Kim<br />

Jong-il, yang berpulang dua tahun lalu, mengoperasi<br />

wajahnya. Dia juga mati-matian meniru<br />

gaya bicara sang ayah.<br />

Kenji Fujimoto, mantan juru masak pribadi<br />

Jong-il, berkisah, pemimpin negara komunis ini<br />

juga sangat menggemari makanan-makanan<br />

mahal. Tak jarang, demi memuaskan nafsu<br />

makan bos besarnya itu, Fujimoto terbang ke<br />

Uzbekistan dengan pesawat kenegaraan untuk<br />

memborong kaviar atau melancong ke Jepang<br />

hanya untuk membeli toro sushi, potongan ikan<br />

tuna yang paling mahal.<br />

Sekali waktu, dia pergi ke Prancis untuk<br />

membeli beberapa botol anggur langka. Koleksi<br />

botol anggur Kim Jong-il tak kalah dengan<br />

kolektor anggur di mana pun. Konon, entah<br />

benar atau hanya kabar burung, supaya tetap<br />

kelihatan bugar dan muda, sesekali Jong-il menyuntikkan<br />

darah gadis yang masih perawan ke<br />

dalam tubuhnya.<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

Tak jarang pula pemimpin tertinggi Korea<br />

Utara itu bersama para petinggi lainnya menikmati<br />

jamuan malam sembari memelototi lenggak-lenggok<br />

penari-penari telanjang, bahkan<br />

menari bersama mereka. Tapi ada satu aturan.<br />

“Menari oke, tapi tidak boleh menyentuhnya.<br />

Jika kalian sampai menyentuhnya, itu sebuah<br />

Mereka tahu aku bukan orang yang<br />

akan memata-matai mereka.<br />

pencurian,” Jong-il memperingatkan. Dia juga<br />

melarang anak buahnya “tidur” bersama penari-penari<br />

penghibur tersebut.<br />

Tapi semua cerita-cerita “ajaib” itu tak<br />

membuat nyali James Kim Chin Kyung mengkerut.<br />

Padahal dia pernah merasakan sendiri<br />

“keramahan” intel-intel Pyongyang. Pada<br />

1998, polisi rahasia Korea Utara menyergapnya<br />

di sebuah hotel di Pyongyang. Padahal,<br />

sebenarnya bukan kali itu saja James pergi<br />

ke Pyongyang. Dia sudah berulang kali berkunjung<br />

ke Korea Utara guna mengantarkan<br />

bantuan kemanusiaan untuk rakyat negeri<br />

itu, yang berulang kali didera kelaparan.<br />

Intel-intel Pyongyang menuduhnya sebagai<br />

agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA).<br />

Selama enam minggu dia terus diinterogasi.<br />

James nyaris menyerah. “Aku sudah siap mati<br />

saat itu,” James Kim menuturkan. James lahir di<br />

Seoul, Korea Selatan, tetapi, sejak pertengahan<br />

1970-an, ia tinggal dan berbisnis di Pensacola,<br />

Florida, Amerika Serikat.<br />

Bahkan dia sudah menulis wasiat, jika dia<br />

mati dalam penjara, organ-organ tubuhnya<br />

akan didonorkan kepada lembaga riset medis di<br />

Korea Utara. Rupanya penguasa di Pyongyang<br />

tersentuh oleh tulisan James Kim. Dia pun melenggang<br />

dari penjara. “Mereka tahu aku bukan<br />

orang yang akan memata-matai mereka.”<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

PRI<br />

Pada akhir 1980-an, James menjual tiga perusahaannya<br />

di Amerika dan bersama istrinya<br />

mencurahkan waktu untuk misi pendidikan<br />

dan kemanusiaan di Cina serta Korea Utara.<br />

Mendirikan sekolah di Cina dan Korea Utara<br />

merupakan cita-citanya sejak masih muda.<br />

Pada 1992, dia mendirikan Universitas Sains<br />

dan Teknologi Yanbian di Kota Yanji, Provinsi<br />

Jilin, Cina. Di Yanji, hampir separuh penduduknya<br />

berasal dari etnis Korea.<br />

Penjara rupanya tak membuat James Kim kapok<br />

berurusan dengan penguasa Pyongyang.<br />

Mungkin tersentuh oleh ketulusan James, pada<br />

November 2000, dua tahun setelah James<br />

keluar dari bui, seorang perwira intelijen Korea<br />

Utara datang mengunjungi kantor James di<br />

kampus Yanbian. Dialah perwira yang memerintahkan<br />

penangkapan James. Tapi, kali ini, dia<br />

datang dengan damai.<br />

Dia menyampaikan permintaan pengu-<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

asa di Pyongyang untuk “mengklon” kampus<br />

Yanbian di ibu kota negara komunis tersebut.<br />

Walaupun namanya permintaan, jangan dikira<br />

semua modal untuk sekolah itu sudah ada di<br />

tangan. Negara komunis yang hidupnya sangat<br />

bergantung pada kemurahan hati negara<br />

tetangga, Cina, itu tak punya duit untuk membuat<br />

kampus modern.<br />

Walhasil, James harus jungkir balik mengumpulkan<br />

duit. Dengan bantuan jaringan gereja<br />

Our supreme commander Kim Jong-un,<br />

we will defend him with our lives.<br />

Kristen, James berkeliling ke pelbagai kota mengumpulkan<br />

dana lebih dari US$ 35 juta atau<br />

sekitar Rp 423 miliar. Pemerintah Korea Sela tan<br />

menyumbang US$ 1 juta. “Aku punya kredit tak<br />

terbatas di surga,” James Kim berseloroh.<br />

Dengan modal itulah dia mendirikan kampus<br />

Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang di<br />

atas tanah seluas 100,4 hektare. Kampus itu<br />

resmi dibuka pada Oktober 2010. “Pada mulanya,<br />

ada banyak kecurigaan dari pemerintah<br />

Korea Utara. Tapi, setelah sekolah ini berjalan,<br />

kami menunjukkan kepada mereka bahwa kami<br />

bukan ancaman.”<br />

●●●<br />

Semua mahasiswa di kelas itu mengenakan<br />

baju seragam: jas dan celana biru gelap licin<br />

dengan dasi merah kencang mencekik leher.<br />

Di atas pa pan tulis tergantung foto besar Kim<br />

Jong-un.<br />

“Our supreme commander Kim Jong-un, we<br />

will defend him with our lives,” mereka menyanyikan<br />

lagu dalam bahasa Inggris sembari berbaris<br />

menuju ruang makan untuk bersa ra pan.<br />

Tak ada satu pun perempuan di antara mereka.<br />

Mereka inilah mahasiswa-mahasiswa Universitas<br />

Sains dan Teknologi Pyongyang. Ada 500<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

PRI<br />

mahasiswa di kampus tersebut.<br />

Mereka, menurut seorang perwira militer,<br />

merupakan anak-anak para pejabat tinggi pemerintahan<br />

dan militer Korea Utara. Sebagian<br />

besar di antaranya bahkan ditunjuk langsung<br />

oleh Kim Jong-un, Sang Pemimpin Tertinggi.<br />

“Patriotisme merupakan tradisi<br />

bagi kami,” ujar seorang<br />

mahasiswa. “Lagu-lagu yang<br />

kami nyanyikan saat berbaris<br />

merupakan bentuk terima kasih kami kepada<br />

Pemimpin Tertinggi.”<br />

Walaupun ada di jantung ibu kota negara komunis,<br />

bahasa pengantar di kampus itu adalah<br />

bahasa Inggris. Sebagian besar dosennya diterbangkan<br />

dari kampus-kampus Amerika Serikat.<br />

Mata pelajaran di kampus itu tak terbayangkan<br />

bakal ada di sebuah negara komunis.<br />

Lihat saja bagaimana Colin McCulloch,<br />

dosen dari Yorkshire, Inggris, mengajar mata<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


internasional<br />

INDEPENDENT<br />

pelajaran bisnis. Dia membagi kelas menjadi<br />

dua grup dan meminta mereka berpikir seperti<br />

dua perusahaan yang bersaing di pasar bebas<br />

memburu keuntungan. Satu pelajaran yang<br />

jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip<br />

negara komunis.<br />

“Aku sangat berterima kasih kepada pemerintah<br />

Korea Utara.... Mereka menerimaku,<br />

mempercayaiku, dan memberikan otoritas<br />

sepenuhnya untuk mengoperasikan kampus<br />

ini. Percayakah kamu?” kata James Kim Chin-<br />

Kyung, kini 78 tahun. Walaupun diberi keleluasaan<br />

mengelola kampusnya, James juga<br />

tahu diri. Dia sangat berhati-hati supaya tak<br />

mengusik Sang Pemimpin Tertinggi. “Kami<br />

tak berniat mengubah Korea Utara. Kami hanya<br />

membantu.”<br />

Penguasa di Pyongyang juga tak lantas lepas<br />

tangan. Mereka memantau betul akses informasi<br />

dari kampus itu, juga kampus-kampus<br />

top lain di Pyongyang. Informasi dan beritaberita<br />

yang berbau kapitalis, jangan harap bisa<br />

lolos. Ketika wartawan BBC bertanya kepada<br />

mahasiswa Universitas Sains Pyongyang ini<br />

apakah ada di antara mereka yang kenal Raja<br />

Pop Michael Jackson, tak ada satu pun telunjuk<br />

teracung. Mereka hanya menatap dengan pandangan<br />

kosong. Akses Internet ada di kampus<br />

itu, tapi semuanya disaring sangat ketat. Tak<br />

ada Facebook. No YouTube. No Twitter, apalagi<br />

situs porno. ■ SAPTO PRADITYO | BBC | FOrtune | nytiMES |<br />

WASHINGTON POST | GUARDIAN<br />

Majalah detik 17 - 23 FEBRUARI 2014


sains<br />

Ada Baterai<br />

di Balik Gula<br />

Teknologi baterai lithium sudah kelewat uzur. Apa calon penggantinya?<br />

Majalah detik 10 17 - 16 23 februari 2014


sains<br />

Kita harus bergeser dari<br />

teknologi baterai lithium.<br />

Seperti kita, George Crabtree punya<br />

masalah yang sama setiap hari.<br />

Setiap pagi, dia mengisi daya baterai<br />

di ponsel dan perangkat elektroniknya.<br />

Tapi, kurang dari 24 jam, isi baterai itu<br />

sudah tersedot habis.<br />

Jika sedang sial, masalah baterai ini tak<br />

pandang waktu dan tempat. Banyak urusan<br />

terbengkalai hanya gara-gara baterai di ponsel<br />

tersedot habis. Tak mengherankan jika baterai<br />

tambahan atau power bank laris-manis karena<br />

urusan baterai memang kadang bisa bikin senewen<br />

berat saat berada dalam kondisi gawat<br />

atau darurat.<br />

Hari ini, ketika hidup kita semakin bergantung<br />

pada ponsel, tablet, laptop,<br />

bahkan kendaraan—jika menggunakan<br />

mobil hybrid—dan<br />

pesawat terbang, maka semakin<br />

bergantung pula kita pada daya tahan baterai.<br />

Bagaimana kita menyimpan setrum sama pentingnya<br />

dengan bagaimana kita membangkitkan<br />

listrik.<br />

Paling tidak, ada empat syarat baterai yang<br />

ideal: murah, tahan lama, aman, dan bisa diisi<br />

lagi berulang kali dalam jangka panjang.<br />

Bersama ribuan insinyur lain di seluruh dunia,<br />

George Crabtree, yang bekerja sebagai peneliti<br />

senior di Laboratorium Nasional Argonne,<br />

Amerika Serikat, berpacu membuat baterai<br />

yang memenuhi semua syarat itu.<br />

Untuk perangkat portabel seperti ponsel,<br />

menurut Donald R. Sadoway, profesor kimia di<br />

Massachusetts Institute of Technology, teknologi<br />

sel litium masih yang paling ideal. Selain<br />

harganya semakin murah, kerapatan energi<br />

yang tersimpan dalam lapisan sel litium masih<br />

lebih tinggi ketimbang rata-rata material lain.<br />

“Masih ada harapan, baterai sel litium bisa<br />

tiga-empat kali lipat lebih baik dari hari ini,” kata<br />

Jeffrey Chamberlain, peneliti Joint Center for<br />

Energy Storage Research, Argonne. Di kampus<br />

Universitas Harvard, Jennifer A. Lewis berhasil<br />

membuat baterai litium hampir sekecil butiran<br />

garam, sehingga bisa dipasang dalam rupa-rupa<br />

perangkat medis yang ditanam dalam tubuh.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


sains<br />

phys<br />

Tapi baterai sel litium juga punya banyak kekurangan.<br />

Dalam beberapa kasus, baterai litium<br />

mudah panas dan rentan terbakar. Selama satu<br />

dekade terakhir, kemampuan sel litium menyimpan<br />

setrum juga hanya bertambah sangat<br />

tipis, sekitar 5 persen.<br />

Walhasil, baterai litium masih jauh dari ideal<br />

untuk menggerakkan mobil listrik. Menurut<br />

Sadoway, rata-rata baterai dalam mobil listrik<br />

atau hybrid saat ini hanya mampu menyimpan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


sains<br />

Karbohidrat merupakan salah satu<br />

senyawa penyimpan energi terbaik.<br />

150 watt-hour per kilogram, padahal idealnya<br />

500 watt-hour per kilogram, sehingga bisa dipakai<br />

menempuh jarak sekitar 800 kilometer.<br />

Masalah baterai inilah salah satu penghalang<br />

utama perkembangan mobil listrik.<br />

Usia teknologi baterai litium ini memang<br />

sudah lumayan uzur, sekitar 20 tahun. “Kita<br />

harus bergeser dari<br />

teknologi baterai litium,”<br />

kata Sadoway.<br />

Masalahnya, apa calon penggantinya?<br />

●●●<br />

Prinsip dasar baterai sebenarnya relatif sederhana:<br />

dua elektroda (katoda dan anoda) di<br />

kedua kutub dengan elektrolit sebagai medium<br />

pergerakan muatan listrik di antara dua elektroda.<br />

Chengdu Liang, peneliti di Laboratorium<br />

Nasional Oak Ridge, Tennessee, memanfaatkan<br />

elektrolit dari lithium-sulfur padat.<br />

Menurut Liang, larutan sulfur (asam sulfat)<br />

sudah lama sekali dipakai sebagai elektrolit pada<br />

baterai atau aki. Liang dan timnya mengganti<br />

larutan elektrolit itu menjadi lithium-sulfur padat.<br />

Hasilnya, baterai dengan elektrolit lithiumsulfur<br />

ini mempunyai efisiensi empat kali lipat<br />

lebih tinggi dari baterai sel lithium.<br />

Keunggulan lainnya, sulfur ini bisa diperoleh<br />

dengan gampang dan sangat murah. “Bahkan<br />

nyaris gratis karena sulfur ini diambil dari limbah<br />

industri,” kata Liang. Dia yakin teknologi<br />

baterai lithium-sulfur ini merupakan salah satu<br />

kandidat teknologi baterai masa depan.<br />

Percival Zhang, profesor kimia di Virginia Polytechnic<br />

Institute and State University, dan mahasiswanya,<br />

Zhiguang Zhu, punya pendekatan<br />

lain. Keduanya membuat prototipe baterai dari<br />

gula maltodekstrin atau karbohidrat. “Menurutku,<br />

karbohidrat merupakan salah satu senyawa<br />

penyimpan energi terbaik,” kata Percival, bulan<br />

lalu. Ketika manusia butuh energi, tubuh akan<br />

memecah molekul karbohidrat dan mengkonversinya<br />

menjadi energi.<br />

Cara kerja baterai karbohidrat buatan<br />

Percival ini meniru cara kerja tubuh makhluk<br />

hidup. Dengan menggunakan enzim khusus,<br />

dia mengkonversi karbohidrat menjadi listrik.<br />

Dengan menggunakan enzim alami, dia berhasil<br />

mengekstrak 24 elektron per molekul gula.<br />

Dia yakin efisiensi baterainya bisa didongkrak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


sains<br />

newgrandfuel<br />

dengan merekayasa enzim tersebut.<br />

Kedua teknologi tersebut, baik baterai gula<br />

maupun baterai lithium-sulfur, masih jauh<br />

dari tahap komersialisasi. Paling tidak, butuh<br />

beberapa tahun lagi hingga prototipe itu siap<br />

masuk ke pasar. Jadi, kapan kira-kira baterai<br />

litium bisa dipensiunkan? Para peneliti di<br />

Laboratorium Argonne tak ada yang bisa<br />

memastikan. “Ada hambatan yang besar<br />

sekali di depan kita,” ujar Michael Thackeray,<br />

peneliti senior di Argonne. ■<br />

SAPTO PRADITYO | popsci | gigaom | WSJ | CBS | MIT TECH REVIEW<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


sains<br />

2<br />

Imprint Energy<br />

mengganti<br />

litium di baterai<br />

dengan seng.<br />

4<br />

1<br />

Ambri membuat<br />

baterai likuid<br />

metal dengan menggunakan<br />

larutan garam<br />

padat dan dua lapis<br />

likuid metal.<br />

Sila Nanotechnologies<br />

membuat<br />

baterai litium yang jauh<br />

lebih enteng dengan<br />

kapasitas dua kali lipat<br />

dari baterai litium<br />

biasa.<br />

3<br />

Envio menggabungkan<br />

anoda<br />

silikon karbon dengan<br />

elektrolit tegangan<br />

tinggi.<br />

Merekakah<br />

Calon<br />

Pengganti<br />

Lithium?<br />

5<br />

Pellion mengganti<br />

litium dengan<br />

magnesium. Mereka mengklaim<br />

kapasitas baterainya<br />

jauh lebih besar ketimbang<br />

baterai litium.<br />

Majalah detik 10 - 16 februari 2014<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


ekonomi<br />

Solar Kami Dipanen<br />

di Kebun Sawit<br />

Pemerintah memasang target produksi bahan bakar minyak<br />

nabati naik empat kali lipat tahun ini. Minyak sawit jadi andalan.<br />

REUTERS/Tarmizy Harva/Files<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


ekonomi<br />

Biosolar, yang mengandung<br />

bahan bakar minyak nabati,<br />

dijual di salah satu pompa<br />

bensin Pertamina.<br />

ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf<br />

KASNO Adi Widiyanto baru saja selesai<br />

mengisi 20 liter solar untuk truk<br />

Mitsubishi Colt Diesel 120 Ps. Truk ini<br />

akan dipakai untuk mengangkut sekitar<br />

100 karung beras ukuran 25 kilogram dari<br />

Pasar Induk Cipinang, Jakarta, ke Tangerang.<br />

Kasno mengatakan truk yang garasinya di<br />

Cikampek, Karawang, Jawa Barat, itu sudah<br />

beberapa waktu tidak lagi mengkonsumsi solar<br />

biasa. “Setiap kami mengisi di SPBU Pertamina,<br />

pasti tulisannya Biosolar,” kata Kasno.<br />

Biosolar adalah merek bahan bakar mesin<br />

diesel yang dijual Pertamina, yang sebagian<br />

bahannya bukan dari minyak bumi, melainkan<br />

dari tumbuhan, seperti sawit. Program bahan<br />

bakar minyak nabati—baik Biosolar maupun<br />

Biopertamax—sudah dimulai beberapa tahun<br />

lalu.<br />

Tapi program semakin kencang setelah<br />

September tahun lalu Kementerian Energi dan<br />

Sumber Daya Mineral mewajibkan setiap bahan<br />

bakar diesel, seperti solar, mesti mengandung<br />

BBM nabati 10 persen.<br />

Tujuan kebijakan ini jelas: mengurangi impor<br />

BBM dan menggantinya dengan BBM nabati<br />

hasil tanaman dalam negeri, seperti sawit. Jika<br />

impor berkurang, defisit transaksi berjalan,<br />

yang menjatuhkan rupiah tahun lalu, bisa dikurangi.<br />

Tahun lalu penggunaan biodiesel lebih<br />

dari 1 juta kiloliter. Dengan angka ini, berarti<br />

Indonesia tidak perlu mengirim uang US$ 763<br />

juta ke luar negeri untuk membeli solar. Setelah<br />

ada kebijakan baru Kementerian Energi, pemerintah<br />

memasang target penggunaan biodiesel<br />

bisa empat kali lipat tahun ini.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


ekonomi<br />

Bambang Soemantri<br />

Brodjonegoro<br />

ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo<br />

“Dampak positifnya, bisa menghemat US$ 3<br />

miliar dari impor bahan bakar minyak sekaligus<br />

mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 5 juta<br />

ton karbon dioksida,” ujar Direktur Jenderal<br />

Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi,<br />

Rida Mulyana.<br />

Rida menambahkan, penghematan devisa<br />

akan semakin besar jika program biodiesel<br />

dibarengi dengan bioetanol alias BBM nabati<br />

pengganti bensin. Sebab, pemakaian bioetanol<br />

bisa mengurangi 60 persen kandungan BBM<br />

dalam Premium, yang selama ini masih diimpor.<br />

Biodiesel—atau yang diberi cap Biosolar—<br />

dihasilkan dari tumbuhan yang menghasilkan<br />

minyak, seperti sawit, jarak, atau yang sekarang<br />

sedang dikembangkan, yakni kemiri sunan.<br />

Sedangkan bioetanol dihasilkan dari tanaman<br />

yang mengandung banyak gula atau karbohidrat,<br />

seperti singkong dan tebu.<br />

Sayangnya, pengembangan bioetanol di Indonesia<br />

belum sebanding dengan biodiesel. Hal<br />

ini berbeda dengan Brasil, yang sukses mengolah<br />

bioetanol dari tebu, ataupun Thailand,<br />

yang telah mengolah bioetanol dari singkong.<br />

Direktur Jenderal Perkebunan Gamal Nasir<br />

menuturkan, pengembangan bioetanol terbentur<br />

pada urusan bahan pangan. Pemerintah masih<br />

memprioritaskan tebu untuk memproduksi<br />

gula karena sekarang produksinya hanya 2,6<br />

juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 5,7<br />

juta ton. Lahan tebu juga masih kurang sekitar<br />

300 ribu hektare dari target 750 ribu hektare.<br />

Sebaliknya, produksi sawit sudah berlebih.<br />

Dari total produksi sawit sekitar 24 juta ton, 16<br />

juta ton di antaranya diekspor. Karena itu, kata<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


ekonomi<br />

Pelanggan mengisi bahan<br />

bakar minyak (BBM) di SPBU<br />

Pertamina, Kuningan, Jakarta.<br />

ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf<br />

Gamal, “Kelapa sawit masih bisa dimanfaatkan<br />

untuk biodiesel.” Selain itu, permintaan minyak<br />

sawit dari Indonesia melemah di Eropa terkait<br />

dengan kampanye lingkungan.<br />

Sisa inilah yang bisa dimanfaatkan untuk<br />

biodiesel, dan pemerintah tampak yakin bisa<br />

mengejar target sampai 4 juta kiloliter dari sini.<br />

Kalaupun sawit yang dibutuhkan itu tersedia,<br />

urusan belum sepenuhnya selesai. Masih ada<br />

urusan subsidi. Saat ini pemerintah menjual<br />

solar dengan harga Rp 5.500, sedangkan biodiesel<br />

per liter mencapai Rp 8.500 sehingga<br />

ada subsidi Rp 3.000 per liter.<br />

Pemerintah sedang berembuk dengan sejumlah<br />

pengusaha sawit agar mereka bersedia<br />

mengolah minyak sawit menjadi bahan bakar<br />

minyak tapi tanpa tambahan subsidi. “Akan<br />

kami finalisasi dengan produsen agar sampai<br />

pada harga yang mereka setujui untuk kontrak<br />

jangka panjang, tapi tidak akan menambah subsidi,”<br />

kata Wakil Menteri Keuangan Bambang<br />

Brodjonegoro. n Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

dari pengasong Kacang<br />

jadi raja tekstil<br />

Pendiri Sritex, Lukminto, meninggal. Setiap pagi dia<br />

menelepon para manajer. Saat bersekolah nyambi<br />

mengasong kacang di kereta api.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Pabrik pakaian jadi Sritex.<br />

Pabrik ini menghasilkan<br />

seragam tempur untuk tentara<br />

NATO.<br />

SUDIARNO/AFP/Getty Images<br />

JIKA Anda masih sempat naik kereta<br />

api rute Kediri-Kertosono pada akhir<br />

1950-an atau awal 1960-an, mungkin<br />

bakal melihat seorang remaja pengasong<br />

kacang. Ia bukan pengasong kacang<br />

profesional, yang seharian di dalam kereta api.<br />

Ia hanya berjualan di pagi hari, ketika kereta<br />

bergerak ke arah Kediri, dan siang, saat kereta<br />

menuju Kertosono, yang berjarak sekitar 25<br />

kilometer.<br />

Pengasong itu, bernama Lukminto, pada<br />

Rabu, 5 Februari 2014, meninggal. Siapa sangka<br />

bocah pengasong itu wafat di Singapura dengan<br />

meninggalkan bisnis tekstil raksasa di sekitar<br />

Solo, Jawa Tengah, dengan nama PT Sri Rejeki<br />

Isman Tbk. Sritex—demikian perusahaan itu<br />

lazim disebut—memiliki pabrik tekstil lengkap,<br />

dari pemintalan sampai produksi pakaian jadi<br />

bagi militer, seperti seragam tentara Pakta<br />

Pertahanan Atlantik Utara (NATO), ataupun<br />

untuk lebih dari 30 negara lain. Karyawannya<br />

pun mencapai 16 ribu orang.<br />

Lukminto, yang lahir di Kertosono, Jawa Timur,<br />

memang terlihat punya naluri bisnis sejak masih<br />

belasan tahun usianya. Ia juga tipe pekerja<br />

keras. Ia tidak mau bengong di kereta api dalam<br />

perjalanan berangkat dan pulang sekolah. “Perjalanan<br />

naik kereta api Kertosono-Kediri, dan<br />

sebaliknya, beliau manfaatkan dengan menjadi<br />

pengasong kacang di dalam kereta,” kata putra<br />

keempat Lukminto, Iwan Kurniawan Lukminto.<br />

Pengusaha yang lahir pada 1946 itu memulai<br />

usaha tekstil pada usia 20 tahun dengan membuka<br />

toko kain di pusat tekstil Jawa Tengah,<br />

yakni Pasar Klewer, Solo, yang berjarak sekitar<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Beliau hafal di luar<br />

kepala lebih dari<br />

100 nomor HP.<br />

150 kilometer dari kampung kelahirannya di<br />

Kertosono.<br />

Tapi, karena memang pekerja keras dan naluri<br />

bisnisnya tinggi, ia tidak puas hanya membuka<br />

toko. Ia juga menjadi pedagang kain keliling.<br />

Dagangan itu ia bawa dengan bus sampai ke<br />

Bandung atau Surabaya. “Sesampai di kota tujuan,<br />

dia lalu keliling naik (sepeda) motor,” kata<br />

Kurniawan, yang biasa dipanggil Wawan.<br />

Hanya dalam dua tahun,<br />

usaha tekstilnya berkembang<br />

dengan membuat pabrik yang<br />

memberi corak warna kain<br />

di Baturono, Solo. Bisnis ini<br />

memiliki karyawan 100-200<br />

orang. “Bapak dan Ibu turun<br />

tangan langsung, dalam artian<br />

benar-benar ikut dalam produksi,” katanya.<br />

Belakangan, Sritex mengoperasikan pabrik<br />

membuat kain dan kemudian pabrik pemintalan<br />

benang. Bukan hanya itu, saat ini Sritex<br />

sedang mendirikan pabrik rayon—bahan baku<br />

tekstil—dan bakal menjadi pabrik rayon ketiga<br />

di Indonesia.<br />

Bisnis ini berkembang karena ia sangat disiplin<br />

dan mengendalikan perusahaan sampai urusan<br />

kecil. Setiap hari ia bangun dini hari. “Paling<br />

lambat pukul 05.00 WIB,” kata Kurniawan,<br />

yang sekarang menjadi Wakil Presiden Direktur<br />

PT Sritex.<br />

Kegiatan pertamanya adalah menelepon<br />

para penanggung jawab masing-masing bagian.<br />

Tujuannya, agar dari awal ketahuan jika ada<br />

masalah.<br />

“Sudah diketahui bersama oleh para kepala<br />

bagian, manajer, hingga direktur, bahwa HP<br />

harus selalu dalam keadaan on,” kata Wawan.<br />

“Sebab, setiap saat Bapak bisa saja menelepon<br />

untuk mengetahui semua persiapan.”<br />

Para manajer sudah hafal dengan kebiasaan<br />

pemilik perusahaan ini. “Biasanya yang paling<br />

awal ditelepon adalah bagian produksi,” kata A.<br />

Wayan Kartana, Manajer Pemintalan. “(Kami)<br />

ditanya dengan sangat detail hari ini akan mengerjakan<br />

apa, pekerjaan apa yang belum terselesaikan,<br />

pengiriman-pengiriman bagaimana,<br />

dan seterusnya.”<br />

Yang membuat Wayan terkesan, bosnya itu<br />

hafal nama-nama karyawan dan perintahnya<br />

kepada tiap karyawan. Ia selalu ingat jika ada<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Pekerja Sritex sedang<br />

mengecek kualitas produk.<br />

Getty Images<br />

perintah yang belum dibereskan. “Padahal beliau<br />

tidak mencatatnya,” kata Wayan.<br />

Daya ingat Lukminto memang sangat mengagumkan,<br />

bukan hanya soal nama dan tugasnya.<br />

“Beliau hafal di luar kepala lebih dari 100 nomor<br />

HP,” kata B. Kristanto, Manajer Keuangan.<br />

Sekretaris pribadinya, C. Evi Febria Rukmi,<br />

juga masih ingat hal ini. Kadang Lukminto<br />

memintanya menghubungi seseorang lewat<br />

telepon. “(Saat) saya masih mencari-cari nomor<br />

kontaknya, beliau biasanya langsung memotong<br />

cepat sembari menyebut nomor telepon<br />

orang yang dimaksud dari hafalannya,” katanya.<br />

Urusan detail di perusahaannya bukan hanya<br />

soal produksi. “Bahkan, ketika ada pohon<br />

mati di taman sebuah kompleks gedung, Pak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Sejak usia 5 tahun,<br />

anak-anak selalu<br />

dibawa ke pabrik.<br />

Luk akan langsung bereaksi. Beliau akan segera<br />

meminta penanggung jawab gedung itu segera<br />

mengurusnya,” kata Wayan.<br />

Lukminto juga yakin, jika dikerjakan dengan<br />

baik, semua bakal terlaksana. Saat pertama kali<br />

mendapat order seragam untuk tentara NATO,<br />

mereka belum memiliki mesinnya dan bahan<br />

baku mesti diimpor dari Jerman. Wayan masih<br />

ingat benar, Lukminto saat itu<br />

mengatakan, “Tak ada yang<br />

tak bisa selama mau melakukannya.”<br />

Order itu pun diterima. Mereka<br />

membeli mesin bekas dari<br />

perusahaan lain dan kemudian<br />

memodifikasinya di bengkel Sritex. Akhirnya<br />

Sritex bahkan bisa menghasilkan kain militer<br />

dengan berbagai spesifikasi, termasuk memiliki<br />

kain anti-inframerah.<br />

Kristanto juga menyebut Lukminto tidak birokratis,<br />

yang penting bekerja cepat dan kerjaan<br />

selesai. “Di tengah meeting atau dalam situasi<br />

ada tamu penting sekalipun, beliau bersedia<br />

ditemui untuk meminta persetujuan atau tanda<br />

tangan jika memang itu urusan pekerjaan,”<br />

katanya.<br />

Sejak awal, Lukminto memutuskan anakanaknya<br />

akan diwarisi bisnis. Jadi, sejak usia 5<br />

tahun, anak-anak selalu dibawa ke pabrik dan<br />

diperkenalkan dengan pekerjaan. Saat berkuliah<br />

di Boston, Amerika Serikat, Kurniawan selalu<br />

diminta pulang saat libur biarpun kuliahnya hanya<br />

kosong satu atau dua pekan.<br />

“Sampai di rumah juga hanya disuruh datang<br />

ke pabrik nunggui orang bekerja atau kadangkadang<br />

hanya disuruh duduk di pojok ruangan<br />

tanpa diberi hak ngomong, menyaksikan Bapak<br />

memimpin rapat perusahaan,” katanya.<br />

Saat itu Wawan tentu dongkol karena tidak<br />

bisa piknik ke tempat-tempat liburan seperti teman-teman<br />

kuliahnya. “Setelah tongkat estafet<br />

perusahaan diserahkan kepada kami, baru saya<br />

merasakan bahwa Bapak benar,” kata Kurniawan.<br />

“Dalam waktu tak begitu lama, saya sudah<br />

bisa beradaptasi dengan pekerjaan karena memang<br />

sudah akrab, sedangkan kawan-kawan<br />

seumuran saya baru akan memulai tahap awal.”<br />

n Muchus Budi Rahayu<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Sahabat Harmoko<br />

SALAH satu isu yang sering menerpa<br />

Sritex adalah perusahaan<br />

itu dimodali Harmoko, menteri<br />

di era Orde Baru. Tapi Sritex membantahnya.<br />

“Kebetulan nama Bu Harmoko juga<br />

pakai Sri, sehingga publik semakin menduga-duga<br />

kebenarannya,” kata putra<br />

keempat Lukminto, Iwan Kurniawan<br />

Lukminto, yang menjadi wakil direktur.<br />

“Padahal nama Sritex itu dari Sri Rejeki<br />

Isman Tekstil. Sri Rejeki adalah nama<br />

kios Bapak ketika buka usaha di Klewer.”<br />

Lukminto memang dekat dengan<br />

Harmoko, tapi hal itu lantaran mereka<br />

berasal dari satu kota kecil yang sama,<br />

Kertosono, Jawa Timur. “Kakek saya<br />

(ayah Lukminto) dan ayah Pak Harmoko<br />

itu sahabat karib,” katanya. “Istilahnya<br />

sudah teman di warung siang-malam.”<br />

Setelah Harmoko berhasil di bidang<br />

politik dan Lukminto sukses sebagai<br />

usahawan, orang mengira mereka baru<br />

dekat. “Padahal itu berlangsung sejak<br />

kecil,” katanya.<br />

Setelah Orde Baru runtuh dan<br />

Harmoko tidak lagi menjadi menteri,<br />

hubungan ini tetap terjalin baik. Kurniawan<br />

mencatat, ayahnya memang<br />

memiliki hubungan baik dengan para<br />

pejabat, termasuk pejabat militer. Saat<br />

pejabat itu pensiun, hubungannya tidak<br />

berubah. Ini yang agaknya terjadi dalam<br />

hubungan dengan Harmoko.<br />

Bahkan, tiga tahun silam, keduanya<br />

melakukan safari ziarah ke makam-makam<br />

Walisongo. Lukminto, yang bersama<br />

istrinya masuk Islam pada 1995 dan<br />

berhaji tahun berikutnya, berdoa agar<br />

Kurniawan, yang sudah empat tahun<br />

menikah, segera diberi momongan.<br />

“Syukur, setelah itu memang kami segera<br />

dikaruniai anak,” katanya.<br />

Bukan hanya terhadap pejabat, Lukminto<br />

juga biasa ramah kepada siapa pun.<br />

“Pak Luk biasanya menyapa siapa saja,<br />

tanpa terkecuali, dengan kehangatannya,<br />

baik itu kepada pejabat, tamu, maupun<br />

tukang sapu,” kata sekretaris pribadinya,<br />

C. Evi Febria Rukmi. “Siapa pun disapa<br />

lengkap dengan namanya.” n Muchus Budi<br />

Rahayu<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Persaingan Ketat<br />

Pabrik Bus<br />

Ratusan perusahaan karoseri<br />

berebut pasar yang sangat sempit.<br />

Pasar ekspor dihantam bus murah<br />

dari Cina.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Pekerja menyelesaikan<br />

pembuatan bus sedang di<br />

karoseri PT Anugerah Sukses<br />

Bersama di kawasan Legok,<br />

Tangerang.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

KEBISINGAN itu memenuhi pabrik<br />

karoseri yang terletak di kawasan Legok,<br />

Tangerang Selatan, pekan lalu.<br />

Sejumlah pekerja sibuk membuat<br />

dan merakit kerangka bus ke sasis mobil yang<br />

masih “telanjang”. Sebagian lagi mengecat<br />

bus yang badannya sudah jadi dengan warna<br />

lapisan dasar abu-abu. Di deretan lain, berjajar<br />

bus yang tinggal dipasangi kaca dan pintu, tapi<br />

sudah dicat hijau dengan tulisan “Kopaja”.<br />

“Kami memang mendapat order membuat<br />

bus Kopaja sebanyak 100 unit (untuk setahun),”<br />

kata Untung Raharjo Gunawan, presiden<br />

komisaris perusahaan karoseri itu, PT Sukses<br />

Tunggal Mandiri. Gubernur Joko Widodo memang<br />

sedang menggalakkan angkutan umum<br />

sehingga mereka membutuhkan ratusan bus<br />

Kopaja berpenyejuk udara dan dilengkapi Wi-Fi<br />

untuk melayani warga Jakarta.<br />

Meski demikian, pesanan ratusan bus<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

PT Anugerah Sukses Bersama<br />

mendapat order 100 bus<br />

medium dari pemerintah<br />

daerah Jakarta.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

medium dari Jokowi itu belum bisa menempatkan<br />

Sukses Tunggal Mandiri sebagai perusahaan<br />

karoseri bus terbesar Indonesia.<br />

Salah satu perusahaan karoseri bus terbesar<br />

Indonesia, New Armada, yang bermarkas<br />

di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, bisa<br />

membuat 150 bus besar per bulan dan ia<br />

bukan satu-satunya pemain besar untuk<br />

karoseri bus.<br />

Harris Imam Suntoko, General Sales Manager<br />

New Armada, menyebut pesaing utama<br />

perusahaan dengan 2.000 karyawan lebih itu<br />

adalah Adi Putro, Laksana, Morodadi Prima,<br />

serta Rahayu Sentosa. “Persaingan bisnis karoseri<br />

cukup ketat,” kata Harris.<br />

Total di seluruh Indonesia, menurut Asosiasi<br />

Karoseri Indonesia (Askarindo), ada 500 perusahaan<br />

karoseri. Tidak semuanya karoseri besar<br />

dan tidak semuanya mengerjakan bus. “Belum<br />

semuanya menjadi anggota,” kata Sekretaris<br />

Askarindo, T.Y. Subagio. Yang menjadi anggota<br />

sekitar 200 perusahaan.<br />

Tidak ada angka jelas berapa besar omzet<br />

nasional industri karoseri bus ini. “Anggota tak<br />

membukukan nilai total transaksi mereka per<br />

tahun kemudian melaporkannya ke kami,” ucap<br />

Subagio.<br />

Tapi data dari Gabungan Industri Kendaraan<br />

Bermotor (Gaikindo) bisa memberi sedikit<br />

gambaran. Tahun lalu, penjualan sasis dan mesin<br />

bus besar—tidak termasuk ukuran medium,<br />

seperti Metro Mini atau Kopaja—lebih dari<br />

2.400. Dengan pemain ratusan buah dan hanya<br />

ribuan bus yang diperebutkan, persaingan<br />

memang sangat ketat.<br />

Meski begitu, pemain tetap bertahan karena<br />

pendapatan sangat bagus. New Armada, misal-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Bus tingkat yang diimpor dari<br />

Cina diturunkan di Pelabuhan<br />

Tanjung Priok. Harga miring<br />

bus Cina menekan ekspor<br />

bus Indonesia.<br />

Agung Pambudhy/detikcom<br />

nya, membanderol harga badan busnya Rp 400<br />

juta. Ini harga dasar, tidak termasuk penyejuk<br />

udara dan tempat duduk. Konfigurasi tempat<br />

duduk bus memang berbeda-beda meski badan<br />

bus sama, bisa dari hanya 18 sampai 50 kursi.<br />

Harga ini juga tidak termasuk mesin dan sasis<br />

bus yang menjadi “bahan dasar”-nya. Banyak<br />

perusahaan bus memang membeli bus seperti<br />

menjahit baju: membeli kain dan dibawa ke<br />

penjahit. Sedangkan operator bus membeli<br />

mesin dan dibawa ke perusahaan karoseri.<br />

Dengan perhitungan kasar satu bus Rp 400<br />

juta, omzet 2.400 bus se-Indonesia mencapai<br />

Rp 480 miliar per tahun. Itu baru untuk mesin<br />

baru, belum dihitung yang peremajaan.<br />

New Armada sendiri membagi tenaga pemasaran<br />

menjadi dua: sebagian untuk pelanggan<br />

retail atau operator bus, lainnya untuk pesanan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Deretan bus Transjakarta.<br />

Sebagian bus ini diimpor,<br />

bukan produksi karoseri<br />

lokal.<br />

Dhoni Setiawan/ANTARA FOTO<br />

pemerintah daerah, seperti Transjakarta atau<br />

Transsemarang. Pesanan dari pemerintah daerah<br />

ini nilainya lumayan.<br />

Sukses Tunggal Mandiri, misalnya, mendapat<br />

Rp 450 juta untuk satu bus Kopaja pesanan<br />

Gubernur Joko Widodo. Karena setahun mereka<br />

mendapat pesanan 100 buah, pendapatan<br />

Rp 45 miliar sudah di depan mata.<br />

Sampai satu dekade silam, pemasukan karoseri<br />

ini juga datang dari pasar internasional.<br />

Sejak awal 1990-an, misalnya, New Armada<br />

mengirim bus-bus mereka ke sejumlah negara,<br />

mulai Hong Kong, Vietnam, Singapura, Arab<br />

Saudi, sampai Afrika Selatan. Di awal 2000, misalnya,<br />

bus yang digunakan wisatawan di pulau<br />

tempat Nelson Mandela di penjara dibuat di<br />

Magelang.<br />

Tapi, sudah satu dekade ini, perusahaan<br />

bus Cina mulai masuk pasar dunia, termasuk<br />

Indonesia. Andalan pabrik Cina itu hanya satu:<br />

harga. “Cina lebih murah,” kata Harris. “Plus<br />

krisis moneter, ekspor kami pun berhenti.”<br />

Untung saja, bus bukan satu-satunya bisnis<br />

mereka. New Armada, misalnya, memiliki divisi<br />

perakitan mobil di Tambun, Bekasi. Mereka<br />

melayani perakitan mobil kecil dari agen tunggal<br />

pemegang merek di sini. Sedangkan Sukses<br />

Tunggal Mandiri malah pada dasarnya bukan<br />

karoseri bus, melainkan alat berat. Mereka<br />

biasa membuat truk molen sampai ambulans.<br />

Mereka baru masuk ke karoseri bus sekitar tiga<br />

tahun silam, saat dunia pertambangan Indonesia<br />

mulai lesu. ■ BUDI ALIMUDDIN<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Butuh Sertifikat<br />

SEPERTI sarjana yang membutuhkan<br />

ijazah untuk menunjukkan kualitas<br />

saat melamar pekerjaan, perusahaan<br />

karoseri biasa membanggakan sertifikat<br />

dari pabrik untuk memperlihatkan<br />

standar karya mereka.<br />

Sertifikat dari karoseri itu diterbitkan<br />

para pemegang merek mesin dan sasis.<br />

“Ini agar pelanggan sasis dan mesin bus<br />

Mercedes mendapat jaminan kualitas,”<br />

kata Wakil Direktur Penjualan dan Pemasaran<br />

Mercedes-Benz Indonesia, Vera<br />

Makki. “Kami memberikan sertifikasi itu<br />

untuk perlindungan konsumen kami.”<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Presiden<br />

Komisaris Sukses<br />

Tunggal Mandiri,<br />

Untung Raharjo.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

Langkah yang sama<br />

dilakukan importir<br />

merek mesin bus<br />

terkenal Scania, PT<br />

United Tractors.<br />

Manajer Penjualan<br />

United Tractors, Andreas,<br />

mengatakan<br />

sertifikasi ini mereka<br />

berikan karena setiap<br />

mesin memiliki<br />

karakteristik sendirisendiri.<br />

Untuk mendapat<br />

sertifikat itu,<br />

mereka akan memberi<br />

pelatihan soal sasis<br />

dan mesin mereka. “Jadi, setiap karoseri<br />

harus mendapat training mengenai seluk-beluk<br />

sasis kami,” ucapnya.<br />

Di Indonesia, dari ratusan karoseri,<br />

tidak semua memegang sertifikat ini.<br />

Menurut Harris Imam Suntoko, General<br />

Sales Manager New Armada, hanya<br />

sekitar 150 perusahaan yang sudah<br />

memegang sertifikat. “PO bus tentunya<br />

mencari yang memiliki sertifikat untuk<br />

kenyamanan dan keamanan bus yang<br />

mereka pesan,” kata Harris.<br />

Tapi bukan berarti perusahaan karoseri<br />

tanpa sertifikat kehilangan pasar<br />

sama sekali. Pemilik karoseri Sukses<br />

Tunggal Mandiri, Untung Raharjo Gunawan,<br />

mengatakan ada operator bus yang<br />

lebih suka perusahaan tanpa sertifikat.<br />

“(Mereka) yang tak mau membayar lebih<br />

mahal,” katanya.<br />

Selain urusan dengan pabrik mesin,<br />

karoseri juga mesti mendapat sertifikasi<br />

kelayakan dari dinas perhubungan setempat.<br />

Setiap bus yang dibangun harus melewati<br />

uji tipe, kelengkapan, dan konsep<br />

rancang bangun. “Kalau tidak ada rancang<br />

bangun, setiap bus tidak akan mendapat<br />

kir,” ucapnya. ■ BUDI ALIMUDDIN<br />

Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2013<br />

2014


isnis<br />

Dolar Membubung,<br />

Maskapai Limbung<br />

Ambruknya nilai rupiah menghajar industri penerbangan Indonesia.<br />

Pendapatan dalam rupiah, sedangkan pengeluaran dalam dolar.<br />

Sejumlah strategi dijalankan untuk mengatasinya.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Para penumpang turun<br />

dari pesawat di Bandara<br />

Internasional Adisutjipto,<br />

Yogyakarta.<br />

Eric Ireng/ANTARA FOTO<br />

TARIF penerbangan yang dipasang<br />

pada situs tiket pesawat itu sangat<br />

murah. Kurang dari Rp 700 ribu untuk<br />

penerbangan rute Surabaya-Bangkok<br />

pada Senin, 17 Februari 2014. Tarif ini cuma sepertiga<br />

dari harga yang ditawarkan oleh maskapai<br />

penerbangan lain. Selain itu, ini satu-satunya<br />

penerbangan dari Jawa Timur ke Thailand<br />

yang tidak perlu transit. Yang lain mesti ganti<br />

pesawat di Jakarta, Bandar Seri Begawan, atau<br />

Singapura.<br />

Tapi tarif murah meriah ini bakal berakhir<br />

pada pertengahan bulan depan. PT Mandala<br />

Airlines bakal mundur dari posisinya sebagai<br />

satu-satunya maskapai penerbangan murah<br />

yang melayani rute Surabaya-Bangkok. Warga<br />

Surabaya yang hendak ke Bangkok mesti<br />

menggunakan penerbangan full service, yang<br />

penerbangannya lebih lama karena transit dan<br />

bayarnya lebih mahal.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Baliho di tempat penukaran<br />

uang di Jakarta. Pelemahan<br />

rupiah terhadap dolar<br />

turut mempengaruhi bisnis<br />

maskapai penerbangan.<br />

Rachman Haryanto/detikcom<br />

Maskapai anak perusahaan Tiger Air dari Singapura<br />

itu terpaksa menutup sejumlah rute,<br />

termasuk Surabaya-Bangkok, akibat tekanan<br />

jatuhnya nilai tukar rupiah. “Dalam low season<br />

ini, kami memutuskan mengubah atau menutup<br />

sementara rute yang membutuhkan lebih<br />

banyak investasi,” kata Paul Rombeek, Presiden<br />

Direktur PT Mandala Airlines.<br />

Melorotnya nilai tukar rupiah memang membuat<br />

maskapai penerbangan menjerit. Pasalnya,<br />

biaya operasional sewa pesawat dan suku<br />

cadang melonjak karena harus dibayar dengan<br />

mata uang dolar Amerika. Belum lagi harga avtur,<br />

bahan bakar jet produksi Pertamina, yang<br />

juga melonjak hingga menjadi Rp 12 ribu per<br />

liter.<br />

Kenaikan ini membuat Menteri Perhubungan<br />

merestui permintaan asosiasi perusahaan<br />

penerbangan untuk menaikkan surcharge alias<br />

biaya tambahan untuk menutup biaya operasional<br />

penerbangan.<br />

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry<br />

Bakti mengatakan kebijakan ini diambil karena<br />

harga avtur dalam tiga bulan terakhir melampaui<br />

Rp 10 ribu per liter. Kebijakan ini mulai<br />

efektif tahun depan dan akan dievaluasi tiga<br />

bulan sekali. “Kalau sudah normal, akan kami<br />

cabut aturan ini,” tutur Herry.<br />

Sedangkan di pihak maskapai penerbangan,<br />

mereka melakukan sejumlah langkah untuk<br />

mengatasi masalah ini.<br />

Mandala Airlines menghentikan sembilan<br />

rute penerbangan sebagai antisipasi kenaikan<br />

nilai dolar. Perusahaan ini juga mengurangi<br />

frekuensi sejumlah penerbangan, seperti Jakarta-Singapura,<br />

dari lima kali menjadi empat kali<br />

sehari.<br />

“Kami beradaptasi terhadap kondisi ekonomi,<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Lucas Suryanata<br />

yang mana dolar naik signifikan, sehingga biaya<br />

operasional kami naik,” kata Lucas Suryanata,<br />

juru bicara Mandala Airlines.<br />

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar<br />

dan kenaikan harga avtur mendongkrak beban<br />

biaya operasional Mandala. Sebagai contoh,<br />

50-60 persen biaya operasional Mandala dipakai<br />

untuk membeli avtur.<br />

Sementara itu, perusahaan harus membayar<br />

dalam bentuk dolar untuk pengadaan suku<br />

cadang pesawat maupun sewa pesawat. “Sedangkan<br />

kami menerima revenue dalam rupiah,<br />

sehingga pasti ada ketimpangan,” ujar pria yang<br />

biasa dipanggil Surya ini.<br />

Kami menerima revenue dalam rupiah, sehingga<br />

pasti ada ketimpangan.<br />

Jadi mereka menutup sejumlah rute. “Benar<br />

kami menutup rute. Maskapai lain juga menutup<br />

banyak rute tapi tidak mereka umumkan,”<br />

kata Rombeek.<br />

Hingga kini Mandala belum memastikan<br />

sampai kapan penutupan sementara itu akan<br />

berlangsung. Cuma, menurut Surya, pada April<br />

nanti, direksi perusahaan yang mayoritas sahamnya<br />

dikuasai Saratoga—perusahaan milik<br />

Sandiaga Uno—itu akan mengevaluasi perlutidaknya<br />

keputusan itu dihapus.<br />

Selain Mandala, Lion Air melakukan efisiensi<br />

untuk meredam bertambahnya biaya operasional<br />

akibat pelemahan nilai tukar rupiah maupun<br />

lonjakan harga avtur. Sayangnya, berbeda<br />

dengan Mandala, Lion Air enggan mengungkap<br />

bentuk efisiensi yang dilakukan untuk mengerem<br />

peningkatan beban biaya operasional. “Ya,<br />

rahasialah, masak strategi saya buka ke publik,<br />

yang benar saja,” kata Direktur Umum Lion Air,<br />

Edward Sirait.<br />

Efisiensi, menurut dia, merupakan langkah<br />

wajar yang diambil maskapai penerbangan sebagai<br />

akibat kenaikan beban biaya operasional.<br />

Bentuknya pun bermacam-macam, salah satunya<br />

pengurangan frekuensi penerbangan ataupun<br />

penghentian sementara rute penerbangan<br />

tertentu. ■ Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 17 2 - 8 23 Desember februari 2013<br />

2014


isnis<br />

Naik<br />

Harga<br />

dan Ubah<br />

Rute<br />

PAUL Rombeek, Presiden Direktur PT Mandala Airlines, mengungkapkan<br />

bahwa melemahnya nilai rupiah menghantam bisnis mereka. Strategi<br />

untuk mengatasinya, secara umum, adalah menaikkan tarif dan menutup<br />

sementara rute yang kurang ramai. Berikut ini ringkasan wawancara majalah<br />

detik dengan Rombeek pekan lalu.<br />

Apa strategi Anda akibat jatuhnya<br />

nilai tukar rupiah?<br />

Jelas bagi semua orang bahwa isu<br />

besarnya adalah, untuk mengkompensasi<br />

melemahnya rupiah, tarif harus<br />

naik. Tarif harus naik karena biaya naik<br />

sekitar 30 persen. Melemahnya rupiah<br />

berdampak langsung pada kenaikan<br />

biaya maskapai penerbangan karena<br />

pengeluaran semuanya dalam bentuk<br />

dolar.<br />

Pada saat yang sama, kami akan<br />

memusatkan perhatian pada rute-rute<br />

yang kami pandang terbaik bagi kami.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Itu sebabnya, dalam low season ini, kami<br />

memutuskan mengubah atau menutup<br />

sementara rute yang membutuhkan<br />

lebih banyak investasi.<br />

Apakah penutupan hanya sementara<br />

saat low season?<br />

Rencananya, kami akan kembali<br />

sesegera mungkin, hanya sementara.<br />

(Misalnya rute) Surabaya-Hong Kong,<br />

kami berencana buka kembali, tapi<br />

belum dipastikan tanggalnya. Kami<br />

akan melihat bagaimana (keadaan)... ada<br />

volatilitas dan ketidakpastian di pasar<br />

sekarang. Rute-rute itu kami percaya<br />

(bagus), tapi sekarang membutuhkan<br />

investasi.<br />

Benar kami menutup rute. Maskapai<br />

lain juga menutup banyak rute tapi<br />

tidak mereka umumkan.<br />

Bagaimana load factor (tingkat<br />

jumlah penumpang) Surabaya-<br />

Bangkok?<br />

Kami tidak buka angka load factor,<br />

tapi rute Surabaya-Bangkok itu rute<br />

bagus. Persaingan ke sana, kami terbang<br />

ke bandara yang di kotanya, Suvarnabhumi,<br />

yang memiliki akses internasional<br />

lebih bagus dan bagi sejumlah<br />

penumpang memiliki daya tarik lebih<br />

bagus. Saat memulainya, kami cukup<br />

gembira, sehingga terbang tiap hari.<br />

Tapi, akibat situasi di bangkok, kami<br />

memutuskan menghentikan rutenya.<br />

Bagaimana rute lain?<br />

Jika Anda melihat rute Jakarta-Hong<br />

Kong, itu adalah keberhasilan besar<br />

bagi kami. Kami diuntungkan merek<br />

grup kami, Tiger Air, sudah dikenal baik<br />

di Hong Kong. Di rute itu, 90 persen<br />

penumpang kami berasal dari Hong<br />

Kong atau Cina daratan. Hanya sedikit<br />

yang datang dari Bali. Load factor di rute<br />

itu juga sangat tinggi.<br />

Juga Jakarta-Singapura, kami terbang<br />

lima kali sehari. Tiger Air Singapura<br />

terbang empat kali sehari, jadi ada<br />

sembilan penerbangan dalam total grup.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


isnis<br />

Bagaimana bersaing di pasar low<br />

cost dengan AirAsia dan Citilink?<br />

Saya ingin membedakan antara<br />

Citilink dan AirAsia. Citilink hanya<br />

terbang domestik, jadi mereka hanya<br />

berfokus pada penerbangan domestik.<br />

Sedangkan kami 80 persen penerbangan<br />

internasional. Juga karena mereka<br />

100 persen dimiliki Garuda Indonesia,<br />

mereka mendapat penumpang dari<br />

induk perusahaan.<br />

AirAsia lebih mirip kami. Mereka<br />

lebih lama dan lebih besar armadanya,<br />

tapi mirip kami, penumpangnya sama,<br />

rutenya juga sama. Jadi bagaimana kami<br />

bersikap? Kami berfokus pada on time<br />

performance (ketepatan waktu), pada<br />

keselamatan, pada reliabilitas.<br />

Pertumbuhan pasar sangat cepat,<br />

pertumbuhan penumpang bakal naik<br />

15 persen tahun ini. Memang kapasitas<br />

(jumlah pesawat termasuk dari pesaing)<br />

bertambah, tapi pasar masih tetap tumbuh.<br />

Masalahnya bukan soal kapasitas<br />

berlebih, tapi kombinasi antara kapasitas<br />

bertambah dan biaya melonjak.<br />

Saya tidak percaya, kami tidak percaya,<br />

ini adalah saatnya untuk tumbuh.<br />

Jadi kami memutuskan saat ini untuk<br />

mengurangi (ekspansi) dan bertahan.<br />

Apa rencana Mandala dalam 5-10<br />

tahun mendatang, apalagi pesaingnya<br />

menambah ratusan pesawat?<br />

Banyak pesawat yang sudah dipesan<br />

grup-grup lain. Tapi pertanyaannya bagi<br />

kami, di mana mereka akan menaruh<br />

pesawatnya?<br />

Mungkin kami sedikit berhati-hati<br />

dalam order pesawat dan artinya juga<br />

dalam ambisi masa depan. Tapi, pada<br />

akhirnya, ini adalah soal keuntungan<br />

bagi bisnis dan pertumbuhan yang<br />

aman. Jadi kami tetap akan tumbuh,<br />

tapi tumbuh dengan cara bertanggung<br />

jawab dan aman. ■ Nur Khoiri<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Hassan Rouhani Imam Khomeini Ali Khattami<br />

Berjaya<br />

Melawan<br />

Amerika<br />

Sejak mengubah diri sebagai Republik Islam pada 1 Februari 1979, Imam Khomeini<br />

selalu menekankan kepada rakyat Iran untuk hidup mandiri. Namun Amerika dan<br />

sekutunya tak rela dengan sikap negeri kaya minyak itu. Beraneka muslihat diterapkan<br />

untuk membenamkan Iran menjadi negeri yang papa. Tapi para pemimpin<br />

Iran tak goyah. Di tengah segala keterbatasan, rakyat Iran menciptakan aneka kreasi<br />

dan inovasi mencengangkan. Tak keliru bila kita pun belajar dari mereka tentang<br />

kebulatan hati untuk mandiri.<br />

Mandiri<br />

Meski<br />

diisolasi<br />

perempuan<br />

modis<br />

perempuan<br />

berprestasi<br />

produk<br />

setan<br />

susupi<br />

iran<br />

revolusi<br />

iran,<br />

syiah,<br />

dah<br />

soeharto<br />

Majalah detik 17 -23 Februari 2014


selingan<br />

Mandiri Meski<br />

Diisolasi<br />

Dahlan Iskan tercengang<br />

menyaksikan para insinyur<br />

Iran bisa membuat<br />

bagian yang paling sulit<br />

di pembangkit listrik:<br />

turbin.<br />

Getty Images<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Perdana Menteri Jepang Shinzo<br />

Abe dan Hassan Rouhani<br />

Jason Alden/Bloomberg via Getty<br />

Bagi sebagian rakyat Iran, Amerika<br />

Serikat masih dianggap sebagai<br />

negeri imperialis yang menyulitkan<br />

kehidupan mereka. Tak aneh bila, di<br />

antara ratusan ribu orang yang turun ke jalanjalan<br />

merayakan 35 tahun Revolusi Iran, di sanasini<br />

terselip gambar montase Presiden Barack<br />

Obama mengenakan rompi oranye layaknya<br />

seragam tahanan di Guantanamo. Ada juga<br />

gambar Obama layaknya badut dengan hidung<br />

merah.<br />

Poster-poster yang diusung sebagian pemuda-pemudi<br />

Iran tak kalah keras. “Kami siap<br />

menghadapi segala opsi,” begitu bunyinya. Kalimat<br />

itu merujuk pada pernyataan Menteri Luar<br />

Negeri Amerika John F. Kerry bahwa Amerika<br />

masih membuka opsi tindakan militer terhadap<br />

Iran. Hal itu terkait dengan negosiasi penghentian<br />

program nuklir Iran yang ditandatangani di<br />

Jenewa, November tahun lalu.<br />

Dalam perundingan yang dikenal dengan istilah<br />

P5+1 (Amerika, Inggris, Prancis, Cina, dan<br />

Jerman) itu, di bawah kepemimpinan Presiden<br />

Hassan Rouhani yang moderat, Iran setuju<br />

untuk tidak akan pernah mencari atau membuat<br />

senjata nuklir dan menunda pengayaan<br />

uranium di atas 5 persen dalam enam bulan ke<br />

depan, mulai Januari tahun ini.<br />

Sebaliknya, negara-negara yang tergabung<br />

dalam P5 setuju untuk tidak menjatuhkan sanksi<br />

baru, baik dari Uni Eropa maupun Amerika,<br />

atas ekspor petrokimia, emas, dan bahan metal<br />

berharga dari Iran. Pada 1 Februari lalu, Iran<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Tap untuk<br />

melihat video<br />

menerima pencairan dana US$ 500 juta dari<br />

total komitmen US$ 7 miliar. Sebanyak US$ 4,2<br />

miliar akan dicairkan dalam waktu 6 bulan.<br />

Rouhani dalam pidato perayaan 35 tahun<br />

Revolusi Iran menyerukan agar perundingan<br />

tentang program nuklir berlangsung secara<br />

adil dan konstruktif. Ia juga memperingatkan,<br />

negara-negara Barat seharusnya tidak memiliki<br />

delusi untuk mengambil opsi tindakan militer.<br />

Sebab, dia sejak awal bertekad mencari solusi<br />

diplomatik dalam menyelesaikan kebuntuan<br />

satu dekade perundingan mengenai program<br />

nuklir.<br />

“Ini adalah uji sejarah bagi Eropa dan Amerika.<br />

Andai dalam negosiasi lanjutan mereka<br />

menghormati hak-hak bangsa Iran, merujuk<br />

pada hukum internasional, dan saling menghormati,<br />

tentunya Iran pun akan memberikan<br />

respons yang positif kepada mereka,” ujarnya<br />

disambut gemuruh tepuk tangan massa yang<br />

tumpah ruah di Taman Azadi.<br />

Rouhani juga mengajak generasi muda Iran<br />

bersama-sama pemerintah berjuang menekan<br />

laju inflasi. Dalam enam bulan pertama pemerintahannya,<br />

ia mengklaim berhasil menekan<br />

angka inflasi dari 43 menjadi 35 persen. “Dengan<br />

kehendak Allah, pemerintah bertekad menekan<br />

inflasi hingga menjadi 25 persen pada<br />

tahun depan,” ujarnya.<br />

l l l<br />

Setelah lebih dari 14 tahun hidup di pengasingan,<br />

pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini<br />

kembali ke Iran, yang selama beberapa<br />

dekade menjadi boneka Amerika. Lebih dari<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Mereka bahkan bisa<br />

membuat bagian yang<br />

paling sulit pada<br />

pembangkit listrik: turbin.<br />

5 juta warga berbaris di jalanan Teheran menyambut<br />

Ayatullah, yang baru tiba dari Prancis.<br />

Ia diasingkan ke Irak pada 1964, setahun setelah<br />

dipenjarakan oleh penguasa Iran, Shah Reza<br />

Pahlavi. Pada 1978, Khomeini pindah ke Paris<br />

dan mulai menyusun gerakan Revolusi Islam<br />

guna menggulingkan rezim<br />

Pahlavi yang korup.<br />

Pada April 1979, Khomeini<br />

mengumumkan berdirinya<br />

Republik Islam Iran, menggantikan<br />

monarki Pahlavi.<br />

Di bawah Khomeini, yang<br />

berperan sebagai pemimpin tertinggi sekaligus<br />

pemimpin spiritual Iran, negeri itu dibuat mandiri.<br />

Revolusi Islam Iran itu disebut sebagai salah<br />

satu revolusi terbesar di dunia selain Revolusi<br />

Prancis dan Revolusi Bolshevik.<br />

Tapi Amerika bersama negara-negara Barat<br />

yang menjadi sekutu Iran tak terima negeri kaya<br />

minyak itu hidup tegak di atas kakinya sendiri.<br />

Dengan beragam cara, berjuta alasan mengada-ada,<br />

mereka mencoba membenamkan<br />

Iran menjadi negeri yang papa. Boikot minyak,<br />

blokade ekonomi, dan segala cara yang bisa<br />

menjembatani ambisi mereka menghancurkan<br />

negeri itu pun dilakukan.<br />

Berbagai upaya mengisolasi Iran dari pergaulan<br />

internasional kian menguat dalam 10 tahun<br />

terakhir. Dalihnya, Negeri Mullah tengah mengembangkan<br />

persenjataan nuklir, yang mengancam<br />

keamanan kawasan Timur Tengah.<br />

Embargo terhadap Iran melalui Perserikatan<br />

Bangsa-Bangsa antara lain dilakukan berdasarkan<br />

Resolusi Dewan Keamanan No. 1737<br />

pada 2006, No. 1747 (2007), No. 1835 (2008),<br />

dan Resolusi No. 1929 (2010). Inti dari semua<br />

resolusi itu antara lain membekukan semua<br />

aset Iran di luar negeri, melarang para pejabat<br />

Iran memasuki negara-negara tertentu, dan<br />

mengembargo penjualan senjata.<br />

Di luar sanksi PBB, secara sepihak Amerika<br />

Serikat menerapkan sanksi terhadap Iran di bidang<br />

kerja sama investasi pada 2010. Amerika<br />

akan memberikan sanksi berat kepada perusahaan<br />

atau entitas bisnis yang berhubungan<br />

dengan Iran. Amerika juga mencegah investasi<br />

di sektor minyak dan gas Iran.<br />

Pada 2012, Amerika kembali mengeluarkan<br />

aturan yang menjatuhkan sanksi bagi perban-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Shah Mohammad Reza Pahlavi<br />

dan istrinya Farah Diba Pahlavi<br />

Getty Images<br />

kan swasta yang melakukan/memfasilitasi<br />

transaksi keuangan bagi perdagangan nonpetroleum<br />

(kecuali makanan, obat-obatan, atau<br />

peralatan medis). Juga sanksi terhadap bank<br />

sentral dan institusi keuangan negara lainnya<br />

yang melakukan/memfasilitasi perdagangan<br />

petroleum dan produk turunannya. Bila ada negara<br />

yang melanggar, akses transaksi keuangan<br />

negara tersebut ke Amerika bakal dibekukan.<br />

Pembelian gas Indonesia (Pertamina) ke Iran<br />

pun akhirnya terganggu dan harus melalui<br />

pihak ketiga akibat ketentuan tersebut.<br />

Beruntung, para pemimpin pemerintahan<br />

Iran selepas wafatnya Khomeini pada Juni 1989<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Pemerintah Iran<br />

amat memperhatikan<br />

pengembangan<br />

pendidikan.<br />

tak mudah goyah menghadapi aneka tekanan<br />

dan isolasi. Rakyat Iran pun tak menyikapi<br />

berbagai kesulitan dengan merengek dan mengemis.<br />

Semua derita dan kondisi terpepet itu<br />

justru membuat Iran bangkit.<br />

Dahlan Iskan, saat menjadi Direktur Utama<br />

PLN, menyaksikan kemajuan yang dicapai Iran<br />

di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia<br />

melihat kilang minyak, petrokimia, etanol sudah<br />

beroperasi dalam skala<br />

raksasa. “Mereka bahkan<br />

bisa membuat bagian yang<br />

paling sulit pada pembangkit<br />

listrik: turbin,” tulisnya<br />

dalam situs PLN yang bertajuk<br />

“Ke Iran Setelah 20<br />

Tahun Diembargo Amerika”.<br />

Menurut informasi yang didapat Dahlan, kala<br />

itu Iran sudah memproduksi 225 buah turbin<br />

dari berbagai ukuran dan mulai mengekspor<br />

turbin ke Libanon, Suriah, Irak, dan India. Lebih<br />

jauh, Iran dipercaya Siemens untuk memasok<br />

turbin ke perusahaan Jerman itu.<br />

Dina Y. Sulaeman, yang pernah berkuliah dan<br />

bekerja di Iran selama delapan tahun, memberikan<br />

kesaksian lain. Menurut dia, pemerintah<br />

Iran amat memperhatikan pengembangan pendidikan.<br />

Banyak doktor yang menampilkan hasil<br />

riset mereka di jurnal-jurnal ilmiah kelas dunia.<br />

“Hal itu dimungkinkan karena pemerintah mau<br />

membiayainya. Untuk bisa menerbitkan tulisan<br />

di jurnal internasional itu mahal lo, harus bayar<br />

ribuan dolar AS,” kata Dina.<br />

Indikasi lain dari komitmen pemerintah terhadap<br />

kemajuan iptek, kandidat doktor hubungan<br />

internasional dari Universitas Padjadjaran,<br />

Bandung, itu menambahkan, beberapa saluran<br />

televisi di Iran kerap menayangkan inovasiinovasi<br />

karya para pelajar dan peneliti. “Dari<br />

yang canggih sampai yang mungkin dianggap<br />

sepele disiarkan di televisi. Jadi para pelajar dan<br />

ilmuwan berlomba berinovasi karena memang<br />

dihargai betul,” tutur perempuan yang pernah<br />

mengambil kuliah strata-2 di Fakultas Teologi<br />

Universitas Teheran itu.<br />

Tak mengherankan bila Iran saat ini memiliki<br />

banyak ilmuwan muda, termasuk dari kalangan<br />

perempuan yang menggeluti bidang nanoteknologi.<br />

Dr Marziyeh Shekarriz adalah satu dari<br />

sekian ilmuwan yang memukau. Shekarriz,<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Dahlan Iskan<br />

ANTARA/Rosa Panggabean<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

menurut Islamic Republic of Iran Broadcasting,<br />

melakukan berbagai penelitian untuk industri<br />

perminyakan. Selama 12 tahun, dia memimpin<br />

19 proyek penelitian bahan campuran oli kendaraan<br />

dan bahan bakar minyak. Selain itu, dia<br />

bekerja sama dalam 25 proyek penelitian lainnya.<br />

Sebagian dari riset itu untuk skala semiindustri.<br />

Bila Indonesia hendak belajar kebulatan hati,<br />

tentu tak keliru bila dengan rendah hati menengok<br />

negeri di Teluk Parsi itu. n<br />

LA Times | AFP | Arif Arianto | Sudrajat<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Perempuan modis<br />

perempuan Berprestasi<br />

Semua perempuan di atas 9 tahun, apa pun<br />

agama atau kewarganegaraannya, harus<br />

mengenakan jilbab bila keluar dari rumah.<br />

the tehran times<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Banyak gadis di Iran yang<br />

tampil modis layaknya kaum<br />

perempuan di Jakarta.<br />

Getty Images/Kaveh Kazemi<br />

Semula Magdalena Krisnawati mengira<br />

penampilan kaum perempuan<br />

di Iran bakal serba tertutup pakaian<br />

hitam layaknya di negara-negara Timur<br />

Tengah. Maklum, sejak 35 tahun lalu, Iran<br />

menahbiskan diri sebagai negara republik Islam.<br />

Nyatanya, begitu pegawai sebuah perusahaan<br />

swasta di Jakarta itu menjejakkan kaki di<br />

Bandar Udara Mehrabad, Teheran, suasananya<br />

ternyata tak jauh berbeda dengan Jakarta.<br />

Lelaki bergamis dengan jenggot panjang<br />

jarang terlihat di tempat-tempat umum. Kaum<br />

lelaki di sana ternyata lebih banyak yang mengenakan<br />

celana panjang dan kemeja atau mengenakan<br />

jas. Kaum perempuannya pun lebih<br />

banyak mengenakan kerudung modern, dengan<br />

celana jins dan baju panjang seperti lazimnya<br />

perempuan di Jakarta. Bahkan beberapa<br />

perempuan Iran yang menyambutnya justru<br />

terheran-heran oleh kesederhanaan penampilan<br />

rombongan perempuan Indonesia, yang<br />

rata-rata tak ber-makeup.<br />

“Tak semua mengenakan burqo atau chadur.<br />

Banyak juga yang tampil modis dengan kerudung<br />

tapi rambutnya masih terlihat, dan dengan<br />

makeup yang mencolok,” Lena menuturkan<br />

kembali pengalamannya 10 hari mengunjungi<br />

Negeri Mullah. “Tak terlihat polisi syariah<br />

yang secara mencolok menegur mereka agar<br />

membenarkan posisi kerudung, apalagi sampai<br />

merazia,” ujarnya.<br />

Walau tempat hiburan malam tak sebanyak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Majid/Getty Images<br />

di Jakarta, tak ada pembatasan jam malam.<br />

Bukan cuma itu. Ia juga menilai tak ada pembedaan<br />

berarti antara kaum perempuan dan<br />

lelaki dalam aktivitas keseharian. “Pokoknya<br />

saya merasa lebih nyaman dan aman di Iran<br />

dibanding di Jeddah (Arab Saudi) atau Qatar,<br />

misalnya,” ujar Lena.<br />

Dina Y. Sulaeman, yang pernah 8 tahun<br />

tinggal di Iran, membenarkan kesaksian Lena.<br />

Pemerintah Iran, kata dia, sebenarnya mewajibkan<br />

semua perempuan di atas 9 tahun, apa<br />

pun agama atau kewarganegaraannya, saat<br />

berada di Iran mengenakan jilbab bila keluar<br />

dari rumah. Namun, sejak pemerintahan Presiden<br />

Muhammad Khatami (1997-2005) berkuasa,<br />

aturan itu sedikit longgar. Ketika Mahmud<br />

Ahmadinejad ingin kembali mengetatkan aturan<br />

itu, tak sepenuhnya masyarakat di kota-kota<br />

besar setuju.<br />

“Apalagi menyangkut kehidupan yang termasuk<br />

wilayah pribadi, pemerintah tak akan terlalu<br />

jauh ikut campur. Jadi, kalau ada foto perempuan<br />

Iran mengenakan pakaian “you can see”<br />

di dalam rumah, ya tak ada masalah karena itu<br />

wilayah privat,” kata Dina, yang menerbitkan<br />

buku Journey to Iran pada 2011.<br />

Dalam hubungan perkawinan, ia melanjutkan,<br />

perempuan mempunyai posisi tawar<br />

cukup baik karena dapat meminta mahar yang<br />

nilainya cukup tinggi. Hal ini lebih dimaksudkan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Maryam Islami<br />

Getty Images<br />

Revolusi Islam Iran, yang<br />

lahir dari rahim Islam,<br />

memandang kaum perempuan<br />

dengan penuh hormat.<br />

sebagai jaminan bila dalam perjalanan rumah<br />

tangga si suami berselingkuh atau terjadi perceraian.<br />

“Memang bisa<br />

dicicil. Tapi, bila terjadi<br />

sesuatu, si perempuan<br />

bisa melapor ke pengadilan<br />

dan si pria bisa<br />

dipenjara bila tidak<br />

memenuhi kewajibannya,”<br />

kata perempuan yang tengah mengambil<br />

program doktor hubungan internasional<br />

di Universitas Padjadjaran, Bandung, ini.<br />

Iran pasca-Revolusi Islam juga memungkinkan<br />

kaum perempuan<br />

berkarya dan berprestasi<br />

di berbagai sektor.<br />

Pasal 21 Undang-Undang<br />

Dasar Iran menyatakan<br />

pemerintah<br />

menjamin hak-hak<br />

kaum perempuan<br />

dalam semua hal, yang<br />

meliputi materi, spiritual,<br />

budaya, sosial,<br />

dan hukum, sesuai dengan ajaran Islam.<br />

Revolusi Islam Iran, yang lahir dari rahim Islam,<br />

memandang kaum perempuan dengan<br />

penuh hormat. Dalam hal ini, peran Imam Khomeini<br />

dalam menghidupkan peran muslimah<br />

di tengah masyarakat sangat menonjol. UUD<br />

Republik Islam Iran, yang dilandasi oleh hukum<br />

dan ajaran Islam, memberi kesempatan yang<br />

besar kepada perempuan untuk berperan aktif<br />

di segala bidang.<br />

Badan statistik pusat Iran, seperti ditulis Islamic<br />

Republic of Iran Broadcasting, melaporkan,<br />

tingkat melek huruf Iran pada 2011 mencapai<br />

93,2 persen. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya<br />

adalah perempuan.<br />

Tak mengherankan jika semakin hari jumlah<br />

perempuan Iran yang mengukir prestasi di bidang<br />

ilmu pengetahuan dan teknologi semakin<br />

tinggi.<br />

Banyak perempuan Iran yang berhasil<br />

mematenkan penemuan mereka di berbagai<br />

bidang keilmuan, seperti matematika, kimia,<br />

fisika, dan lingkungan. Sebut saja Maryam Islami.<br />

Karya ilmiah dokter perempuan kelahiran<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Afsaneh Safavi<br />

Getty Images<br />

Shiraz ini berhasil menembus berbagai forum<br />

internasional di Jepang, Rusia, Mesir, dan negara<br />

lainnya. Pada 2008, ia meraih medali emas,<br />

piagam penghargaan, serta uang tunai sebagai<br />

pemilik karya ilmiah terbaik dalam kejuaraan<br />

internasional penemuan, inovasi, dan teknologi<br />

baru ke-32 di Jenewa, Swiss. Ia juga memperoleh<br />

penghargaan dari federasi penemuan<br />

internasional di Moldova.<br />

Maryam Islami berhasil menemukan cara memulihkan<br />

keretakan tulang tanpa pembedahan<br />

kulit dengan risiko infeksi sangat minim. Ia<br />

menuangkan temuannya dalam buku Beragam<br />

Keajaiban dalam Perbaikan dan Pengembangan<br />

Tulang. Buku ini menjadi salah satu buku rujukan<br />

standar dalam ilmu ortopedi.<br />

Ada juga Afsaneh Safavi, yang menjadi<br />

perempuan pertama Iran sebagai guru besar<br />

ilmu kimia. Ia meraih gelar doktor ilmu kimia<br />

dari Universitas Birmingham, Inggris. Pada<br />

1981, ia mempublikasikan 155 paper di berbagai<br />

jurnal internasional dan mempresentasikan 130<br />

makalah di berbagai konferensi dalam dan luar<br />

negeri. Safavi menerima hadiah dalam Abdussalam<br />

Prize untuk Ilmuwan Muda bidang kimia<br />

di Italia. Di Iran, Safavi mendapatkan penghargaan<br />

kedua untuk riset kimia pada Festival<br />

Sains Kharazmi IV. n<br />

AP | Esti Utami | Sudrajat<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

getty images<br />

Produk<br />

‘negara<br />

Setan’<br />

Selusupi<br />

Iran<br />

Tren dan potensi<br />

perdagangan Indonesia<br />

dengan Iran sangat<br />

besar. Pengusaha harus<br />

sigap memanfaatkan<br />

peluang.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Managing Director Nakhle<br />

Barani Pardis, Hassan<br />

Khosrow Jerdi, dan Presiden<br />

Direktur PT Kreasindo<br />

Resources Indonesia, Rudy<br />

Radjab, menandatangani<br />

nota kesepahaman<br />

pembangunan kilang<br />

minyak di Indonesia.<br />

dok. kadin<br />

Sambil menanti jam kuliah dimulai,<br />

Kamyar Niaki, 19 tahun, bermain<br />

Angry Birds di iPhone 4S seharga<br />

US$ 800. Mahasiswa Universitas<br />

Azad, Teheran, itu mengaku tak alergi terhadap<br />

produk-produk Amerika Serikat, yang oleh para<br />

pemimpinnya disebut sebagai Setan Besar.<br />

“Saya selalu mencari produk-produk terbaru<br />

Apple lewat Windows," kata Niaki.<br />

Sedangkan Reza Kazemi, pegawai rumah<br />

sakit pemerintah di Teheran, biasa membeli<br />

Coca-Cola ukuran 1,5 liter untuk istri dan ketiga<br />

anaknya. “Mereka menyukainya karena rasanya<br />

enak,” kata Kazemi.<br />

Selain barang elektronik canggih, seperti<br />

iPhone dan MacBook keluaran Apple, produk<br />

busana dari merek terkemuka, seperti Levi's<br />

dan Tommy Hilfiger, sepatu Nike, hingga pisau<br />

cukur Gillette buatan Procter & Gamble memasuki<br />

Iran lewat jaringan di Dubai atau distributor<br />

Asia.<br />

Masoud Mohajer, kolumnis bidang ekonomi<br />

di sejumlah surat kabar terkemuka di Iran, mengungkapkan,<br />

sebelum menjadi musuh, Amerika<br />

Serikat adalah penopang utama rezim Iran di<br />

bawah Shah Reza Pahlavi. Karena itu, tak aneh<br />

bila masyarakat kadung gandrung terhadap<br />

aneka produk Negeri Abang Sam. "Masyarakat<br />

Iran mafhum bahwa produk Amerika adalah<br />

yang terbaik dibandingkan dengan produk<br />

sejenis dari negara maju lainnya,” kata Mohajer.<br />

Bila kemudian pemerintah melarangnya, ia<br />

melanjutkan, produk-produk tersebut akan menyusup<br />

melalui para penyelundup. Pasar gelap<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

GETTY IMAGES<br />

selalu akan terbuka karena reputasi produkproduk<br />

tersebut.<br />

Selain produk konsumsi, aneka merek<br />

peralat an berat dari perusahaan-perusahaan<br />

raksasa Amerika, seperti Caterpillar, dan<br />

produk elektronik dari General Electric serta<br />

Hewlett-Packard hadir di pasar-pasar di Iran.<br />

"Dubai seperti hipermarket bagi Iran," kata Ahmed<br />

Butti Ahmed, pejabat bea-cukai di Dubai.<br />

Pada 2011, perusahaan-perusahaan Amerika<br />

diketahui mengekspor produk mereka senilai<br />

US$ 229 juta ke Iran.<br />

Jumlah itu dipastikan bakal meningkat drastis<br />

seiring dengan perubahan sikap politik Iran di<br />

bawah Presiden Hassan Rouhani, yang dikenal<br />

moderat. Dalam pidato pelantikannya sebagai<br />

presiden pada 3 Agustus 2013, ia menyatakan<br />

keinginannya membangun hubungan lebih<br />

baik dengan dunia internasional dan berusaha<br />

menghapus sanksi berkaitan dengan program<br />

nuklir. Hal itu antara lain diwujudkan dengan<br />

kesediaannya berunding dengan Amerika, Inggris,<br />

Rusia, Cina, Prancis, dan Jerman mengenai<br />

masalah program nuklir di Jenewa, Swiss, 24<br />

November tahun lalu.<br />

Dalam perundingan yang populer dengan<br />

sebutan P5+1 itu, Iran setuju untuk tidak akan<br />

pernah mencari atau membuat senjata nuklir<br />

dan menunda pengayaan uranium di atas 5<br />

persen dalam enam bulan ke depan, mulai<br />

Januari tahun ini. Sebaliknya, negara-negara<br />

yang tergabung dalam P5 setuju untuk tidak<br />

menjatuhkan sanksi baru atas ekspor petro-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

GETTY IMAGES<br />

kimia, emas, dan bahan metal berharga dari<br />

Iran. Negara-negara itu juga sepakat menunda<br />

pembatasan ekspor minyak mentah Iran dan<br />

membuat financial channel untuk memfasilitasi<br />

kebutuhan domestik Iran dengan menggunakan<br />

dana pendapatan minyak Iran yang ada<br />

di luar negeri (diperkirakan oleh banyak pihak<br />

nilainya mencapai US$ 4,2 miliar).<br />

Menurut Andy Rachmianto, Direktur Keamanan<br />

Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian<br />

Luar Negeri, respons terhadap kesepakatan<br />

itu cukup mencengangkan. Ia mencatat, Prancis<br />

mengirim delegasi bisnis ke Iran yang terdiri atas<br />

116 pengusaha. Mereka mewakili perusahaan be-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Mohamad Hery Saripudin<br />

BILLY / MYTRANS<br />

sar, seperti Total, Peugeot, Citroen, Lafarge, GDF<br />

Suez, dan Alstom. Menteri Keuangan Pierre Moscovici<br />

juga mengunjungi Teheran.<br />

Begitu juga dengan pemerintah Rusia, yang<br />

langsung mengirimkan S-300 misil antipesawat<br />

tempur dan menyatakan akan ikut membangun<br />

reaktor baru di Bashehr. Sedangkan Jerman bulan<br />

ini berencana mengirim delegasi bisnisnya<br />

ke Teheran setelah Januari lalu menerima kunjungan<br />

Menteri Pertanian Iran di Berlin. Pertemuan<br />

itu menyepakati pembentukan kelompok<br />

kerja pengembangan kerja sama pertanian.<br />

“Menteri Luar Negeri Italia Emma Bonino<br />

pun Desember tahun lalu datang ke Teheran.<br />

Masyarakat Iran mafhum bahwa produk<br />

Amerika adalah yang terbaik dibandingkan<br />

dengan produk sejenis dari negara maju<br />

lainnya.<br />

Itu pertama kali dilakukan Italia dalam 10 tahun<br />

terakhir,” tulis Andi dalam paper yang disampaikan<br />

dalam seminar Forum Kajian Kebijakan<br />

Luar Negeri Indonesia-Iran di Bandung, Sabtu,<br />

8 Februari 2014.<br />

Bagaimana dengan Indonesia? Sejak Selasa, 11<br />

Februari lalu, sebanyak 50 pengusaha Iran yang<br />

bergerak di bidang minyak dan gas, perkapalan,<br />

makanan, transportasi, karpet, perbankan,<br />

penerbangan, pariwisata, farmasi, otomotif,<br />

serta tekstil berkunjung ke Indonesia. Mereka<br />

tertarik berinvestasi karena Indonesia memiliki<br />

hasil tambang, perkebunan kelapa sawit, dan<br />

produk industri lain yang dibutuhkan masyarakat<br />

maupun industri Iran.<br />

“Tren nilai perdagangan Indonesia dengan<br />

Iran terus meningkat, meskipun sempat menurun<br />

akibat adanya sanksi ekonomi internasional<br />

terhadap Iran,” ujar Ketua Kamar Dagang dan<br />

Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto saat<br />

dihubungi majalah detik. Merujuk data dari<br />

Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan<br />

pebisnis Indonesia dengan mitranya di Iran<br />

pada 2012 mencapai US$ 1,26 miliar.<br />

Pernyataan senada diungkapkan Ketua Komite<br />

Iran Kadin Indonesia, Fadel Muhammad.<br />

Menurut Fadel, hubungan dagang pengusaha<br />

Indonesia dengan mitranya di Iran sudah lama<br />

terjalin. Hanya, ketika negara-negara Barat<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

GETTY IMAGES<br />

menjatuhkan sanksi embargo ekonomi kepada<br />

Iran pada 2008, Indonesia terkena imbasnya.<br />

Agar hal semacam itu tak terulang, Kepala Pusat<br />

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan<br />

Asia-Pasifik dan Afrika, Mohamad Hery Saripudin,<br />

menyarankan para pengusaha Indonesia<br />

lebih kreatif mencari alternatif lembaga keuangan<br />

yang menyediakan jasa untuk bertransaksi maupun<br />

mata uang yang digunakan. Dengan langkah<br />

itu, ketika terjadi masalah dalam hubungan negara-negara<br />

Barat dengan Iran, kegiatan transaksi<br />

pengusaha Indonesia tidak terpengaruh. Terlebih,<br />

tren dan potensi perdagangan Indonesia dengan<br />

Iran sangat besar.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Bila berpadu,<br />

Indonesia-Iran<br />

akan menjadi<br />

kekuatan yang<br />

dahsyat di<br />

dunia.<br />

Selain Indonesia saban tahun mengimpor<br />

minyak dari Iran untuk memenuhi kebutuhan<br />

dalam negeri, kalangan industri dan masyarakat<br />

Iran sangat membutuhkan komoditas asal Indonesia.<br />

“Misalnya saja, meski diembargo oleh<br />

sejumlah negara, industri otomotif Iran masih<br />

mampu memproduksi 1,6 juta unit mobil. Nah,<br />

ini kan membutuhkan karet untuk ban dan lainlain,”<br />

ucap Hery kepada majalah detik Kamis,<br />

13 Februari.<br />

Kedatangan pengusaha Iran yang tergabung<br />

dalam asosiasi dagang negara itu ke Indonesia,<br />

ia melanjutkan, merupakan sinyal bahwa pengusaha<br />

dan industri Iran sangat membutuhkan<br />

komoditas Indonesia. “Ini harus dimanfaatkan<br />

benar oleh pengusaha kita. Apalagi ada suspend<br />

sanksi embargo ekonomi setelah Presiden<br />

Rouhani memimpin Iran,” kata Hery.<br />

Bila tidak sigap memanfaatkan peluang<br />

tersebut, Indonesia akan tergeser oleh pengusaha-pengusaha<br />

dari kawasan Asia Tenggara<br />

lainnya. Padahal, selain memiliki komoditas<br />

yang dibutuhkan oleh industri Iran, Indonesia<br />

punya sifat pelengkap bagi Iran. “Indonesia<br />

penganut Sunni terbesar, sedangkan Iran penganut<br />

Syiah terbesar. Kalau itu dipadukan dan<br />

bisa diwujudkan dalam berbagai dimensi, baik<br />

politik maupun ekonomi, akan menjadi kekuatan<br />

yang dahsyat di dunia,” Hery memaparkan.<br />

■ AP | ARIF ARIANTO | Sudrajat<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Revolusi Iran,<br />

Syiah, dan<br />

Soeharto<br />

Karena dihalangi, orang Indonesia pergi ke Iran<br />

melalui Kuala Lumpur.<br />

Oleh: Azyumardi Azra, CBE<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Keterkaitan Indonesia dengan Iran<br />

bukan hanya hubungan di kancah diplomatik,<br />

tapi juga mencakup dimensi<br />

dan nuansa keagamaan serta politik<br />

dengan rentang masa yang jauh lebih panjang,<br />

bahkan sejak Iran masih bernama Persia. Iran termasuk<br />

negara pertama yang mengakui kemerdekaan<br />

Indonesia, bersama Mesir, Suriah, Irak, Arab<br />

Saudi, Yaman, Afganistan, dan Turki.<br />

Pengakuan yang begitu cepat itu dilandasi kenyataan<br />

bahwa mayoritas penduduk Indonesia<br />

beragama Islam. Indonesia membuka kantor<br />

perwakilan di Teheran pada 1950, dan menjadi<br />

kedutaan besar pada 1960. Hubungan itu terus<br />

meningkat dengan kunjungan Shah Iran, Presiden<br />

Ali Akbar Hashemi Rafsanjani (Oktober<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Biodata<br />

Nama:<br />

Azyumardi Azra, CBE<br />

Tanggal lahir:<br />

4 Maret 1955<br />

Pendidikan:<br />

n M.A. mengenai Kajian<br />

Timur Tengah<br />

n Ph.D. mengenai Sejarah/<br />

Comparative History of<br />

Muslim Societies dari<br />

Columbia University, New<br />

York (1992)<br />

n Doctor honoris causa<br />

dalam humane letters dari<br />

Carroll College, Montana,<br />

Amerika Serikat (Mei<br />

2005)<br />

Karier:<br />

n Direktur Sekolah<br />

Pascasarjana Universitas<br />

Islam Negeri Syarif<br />

Hidayatullah, Jakarta,<br />

(Januari 2007 sampai<br />

sekarang)<br />

n Deputi Kesra pada<br />

1994), Presiden Ahmadinejad (Mei 2006), dan<br />

pemimpin spiritual puncak Iran, Ayatullah Ali<br />

Khamenei (Maret 2008).<br />

Sementara itu, presiden-presiden Indonesia<br />

juga mengunjungi Iran, yakni Presiden Soeharto<br />

(Juli 1993), Abdurrahman Wahid (Juni 2000),<br />

Megawati (Februari 2004), dan Susilo Bambang<br />

Yudhoyono (Maret 2008).<br />

Keberhasilan Revolusi Islam Iran 1979 jelas<br />

mendatangkan euforia di kalangan masyarakat<br />

muslim Indonesia, meski mayoritas umat<br />

Islam Indonesia adalah penganut Sunni,<br />

bukan Syiah. Tidak banyak negara seperti<br />

Iran yang berhasil mempermalukan Amerika<br />

Serikat, yang bagi banyak kaum muslimin<br />

sering berlaku tidak adil, khususnya terhadap<br />

bangsa Palestina.<br />

Di pihak lain, pemerintahan Orde Baru sangat<br />

khawatir tentang kemungkinan adanya aktivis<br />

muslim Indonesia yang berusaha “mengimpor”<br />

atau menjadikan revolusi semacam itu sebagai<br />

ilham guna menumbangkan pemerintahan<br />

Presiden Soeharto. Sebab itulah pemerintah<br />

Indonesia pada dasarnya menghalangi orangorang<br />

Indonesia pergi ke Iran (juga Libya). Karena<br />

itu, orang-orang Indonesia yang hendak ke<br />

Iran biasanya pergi secara diam-diam via Kuala<br />

Lumpur. Pada saat yang sama, aparat keamanan<br />

Indonesia mengawasi mereka yang pernah<br />

ke Iran dan telah kembali ke Tanah Air.<br />

Di tengah kekhawatiran tersebut, keberhasilan<br />

Revolusi Islam Iran tetap tidak bisa mencegah<br />

terjadinya peningkatan upaya penyebaran<br />

Syiah di Indonesia. Berbagai yayasan dan<br />

lembaga muncul dan berkembang sejak awal<br />

1980-an dalam usaha memperkenalkan Syiah.<br />

Pemerintah sendiri tidak mengambil kebijakan<br />

melarang penyebaran Syiah di Indonesia,<br />

karena mayoritas umat Islam, yang terwakili<br />

dalam Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan<br />

banyak organisasi arus utama lainnya, tidak<br />

memandang Syiah sebagai aliran atau mazhab<br />

sempalan. Bahkan banyak muslim Indonesia,<br />

khususnya NU kaum “tradisionalis” lainnya,<br />

yang memiliki kecenderungan “tasyayyu” (ke-<br />

Syiah-syiah-an), seperti penghormatan kepada<br />

Ahl al-Bayt, khususnya Sayidina Ali bin Abi<br />

Talib, Fatimah Zahra, serta Sayidina Hasan dan<br />

Husain.<br />

Kekhawatiran pemerintah Indonesia ter-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


selingan<br />

Sekretariat Wakil Presiden<br />

RI (April 2007 hingga 20<br />

Oktober 2009)<br />

n Rektor UIN Syarif<br />

Hidayatullah (1998-2002<br />

dan 2002-2006)<br />

n Guru Besar Kehormatan<br />

Universitas Melbourne<br />

(2006-2009)<br />

n Anggota Dewan<br />

Penyantun International<br />

Islamic University,<br />

Islamabad, Pakistan<br />

(2005-sekarang)<br />

n Komite Akademis The<br />

Institute for Muslim<br />

Society and Culture,<br />

International Aga Khan<br />

University, London (2005-<br />

2010)<br />

Penghargaan:<br />

n The Asia Foundation<br />

Award (2005)<br />

n Bintang Mahaputra Utama<br />

RI (15 Agustus 2005)<br />

n Gelar Commander of the<br />

Order of British Empire/<br />

CBE dari Ratu Elizabeth<br />

(September 2010)<br />

hadap “koneksi Iran” dan Syiah berkurang<br />

secara signifikan menjelang akhir 1980-an.<br />

Gejala ini terlihat dari sambutan hangat<br />

Presiden Soeharto atas kunjungan Presiden<br />

Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani ke Jakarta<br />

pada pertengahan Oktober 1994. Rafsanjani<br />

pun mendapatkan sambutan hangat kaum<br />

muslimin Indonesia. Seusai Rafsanjani menunaikan<br />

salat Jumat di Masjid Istiqlal, jemaah<br />

Jumat tidak urung lagi “mengerubuti”-nya.<br />

Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid,<br />

hubungan lebih terbuka dan hangat karena<br />

Gus Dur sudah lama bersikap simpati dan<br />

empati kepada Syiah.<br />

Ketika pemerintah Indonesia mendukung<br />

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan<br />

Bangsa-Bangsa No. 1747 pada 24 Maret<br />

2007, yang memutuskan pemberlakuan<br />

sanksi terhadap Iran terkait program nuklir,<br />

muncul gejolak demonstrasi dan protes di<br />

Dewan Perwakilan Rakyat. Pada 3 Maret<br />

2008, sikap Indonesia pun berubah menjadi<br />

“abstain” saat Resolusi Dewan Keamanan<br />

PBB 1803 menjatuhkan sanksi tambahan<br />

kepada Iran. Sepekan setelah itu, Presiden<br />

Yudhoyono berkunjung ke Iran, membuat<br />

hubungan yang sempat canggung menjadi<br />

“hangat” kembali. Melihat berbagai kecenderungan<br />

yang ada, hampir bisa dipastikan<br />

hubungan Indonesia-Iran kian harmonis di<br />

hari-hari depan.<br />

Terpilihnya Hassan Rouhani (kelahiran 12<br />

November 1948) dalam pemilu 14 Juni 2013<br />

sebagai presiden baru Republik Islam Iran<br />

menggantikan Ahmadinejad memberi harapan<br />

baru bagi Indonesia. Dalam pidato pelantikannya<br />

sebagai presiden pada 3 Agustus 2013,<br />

ia menjanjikan untuk memimpin pemerintahan<br />

yang baik, jujur, dan tepercaya. Figur konservatif-moderat<br />

itu juga menyatakan keinginannya<br />

membangun hubungan yang lebih baik dengan<br />

dunia internasional dan berusaha menghapus<br />

sanksi terkait dengan program nuklir. Sikap<br />

ini memberi ruang gerak lebih kondusif bagi<br />

Indonesia dalam berhubungan dan menyikapi<br />

kebijakan serta langkah pemerintah Iran. n<br />

*Disarikan dari makalah dalam seminar untuk Forum Kajian<br />

Kebijakan Luar Negeri, di Hotel Aston Tropicana, Bandung, 8<br />

Februari 2014.<br />

Majalah detik detik 17 173 - 23 23 - 9 Februari februari 2014


seni hiburan<br />

Kisah<br />

Negeri<br />

di Ujung<br />

Afrika<br />

Tunisia bukan hanya punya<br />

peradaban tua, kota-kota cantik,<br />

dan makanan enak. Negara mungil<br />

ini juga punya segudang perempuan<br />

pintar pejuang negeri.<br />

foto-foto: Silvia galikano<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

j<br />

ejak sebagai pelabuhan<br />

angkatan laut<br />

masih ada walau tidak<br />

ada lagi kapal besar<br />

yang merapat. Perahu<br />

kecil saja yang kini<br />

bersandar. Penanda<br />

kejayaan di masa<br />

lalu adalah bangunan<br />

cantik bergaya<br />

Mediterania yang berjajar rapat memagari kanal,<br />

mengingatkan pernah ada keriuhan di sana.<br />

Hanen Mokhtar menangkap keindahan pelabuhan<br />

kuno Tunisia itu dalam lukisan berjudul<br />

Old Port of Bizerte, yang dipamerkan bersama<br />

lukisan karya seniman Tunisia lainnya. Tersebutlah<br />

antara lain M’naouar Asma, Thabouti<br />

Abdelhamid, Hajjeri Ahmed, Ben Yahya Basma,<br />

Zouari Mohamed, Thabti Neji, Hejjeri Ahmed,<br />

dan Bouderbala Meriem.<br />

Mereka seniman muda dengan aliran kontemporer,<br />

seperti kubisme, surealisme, dan impresionisme.<br />

Meski demikian, tradisi lukis lokal<br />

tetap dipertahankan, seperti dapat dilihat dari<br />

Hanen Mokhtar<br />

Old Port of Bizerte<br />

Bouderbala Meriem<br />

Hammam<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Thabti Neji<br />

Time<br />

karya-karya kaligrafi Nja Mahdaoui.<br />

Para seniman ini adalah generasi ke-4 (1987-<br />

1997) seniman modern Tunisia. Generasi pertama,<br />

yakni pada era 1920-an, adalah Ammar<br />

Farhat, Yahia Turki, Jelel Ben Abdallah, Abdelaziz<br />

Gorgi, dan Ali Bellagha. Mereka sejak awal<br />

memilih pendekatan luwes untuk mengedepankan<br />

nilai-nilai tradisional. Jejak pendahulu<br />

ini yang diteruskan oleh seniman muda.<br />

Pameran lukisan tersebut adalah bagian dari<br />

Tunisian Cultural Days in Jakarta, yang digelar<br />

di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM),<br />

10-12 Februari 2014. Tujuannya untuk mengikat<br />

persahabatan Tunisia dan Indonesia, serta<br />

memperkenalkan budaya Tunisia yang beragam-ragam<br />

dan sudah berusia 3.000 tahun.<br />

Selain pameran lukisan, acara yang diadakan<br />

Kedutaan Besar Tunisa untuk Indonesia itu juga<br />

memutar film cerita pendek dan dokumenter,<br />

diskusi tentang peran perempuan di Tunisia,<br />

serta penyajian makanan khas Tunisia.<br />

“Kami menyadari tidak ada pertunjukan tari<br />

dan musik Tunisia dalam acara ini. Tapi itu akan<br />

kami perhatikan betul untuk acara-acara kebudayaan<br />

berikutnya,” kata Duta Besar Tunisia<br />

untuk Indonesia Mourad Belhassen.<br />

Kembali ke Bizerte yang jadi objek lukis<br />

Hanen Mokhtar. Kota ini (disebut juga Binzart)<br />

berada di Tunisia bagian utara, di mulut kanal<br />

yang menghubungkan Danau Bizerte dengan<br />

Laut Mediterania, terkenal sebagai kota tertua<br />

dan paling Eropa di Tunisia. Didirikan pada<br />

1000 SM oleh peradaban Semitik kuno Finiqyah<br />

(Phoenicia) dari Tyrus (sekarang Lebanon)<br />

dan jadi pos terdepannya.<br />

Nama “Binzart” didapat ketika kota ini dikuasai<br />

Spanyol (1535-1572). Saat itu, ada kolonel<br />

Spanyol bernama Ozard yang punya putri cantik<br />

dan jadi buah bibir. Masyarakat menyebut<br />

putri kolonel itu “bin Ozard”, yang berarti putri<br />

Ozard. Dari sana, lama-kelamaan orang menyebut<br />

tempat ini “Binzart”.<br />

Ketika Prancis menguasai Tunisia pada 1881,<br />

negara itu membangun pelabuhan angkatan<br />

laut besar. Dan, ketika kekuasaan Prancis di Tunisia<br />

berakhir (1956), Bizerte jadi kota terakhir<br />

yang lepas. Bizerte sekarang jadi kota wisata<br />

yang menawarkan suasana masa lalu.<br />

Selain Bizerte, Tunisia punya sederet lagi kota<br />

tua, seperti Tunis, Monastir, dan Kairouan. Yang<br />

disebut terakhir, Kairouan, adalah kota yang<br />

didirikan bangsa Arab pada 670 M dan meru-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Thabouti Abdelhamid<br />

Character<br />

Ben Yahya Basma<br />

Symphony<br />

Belkhodja Nejib<br />

Composition<br />

pakan bekas ibu kota keemiran Aghlabid (abad<br />

ke-9, bagian kekhalifahan Abbasiah). Selama dua<br />

abad, Kairouan merupakan salah satu metropolis<br />

terbesar di Mediterania dalam hal kekayaan dan<br />

pengaruh. Pengaruhnya menyebar hingga ke<br />

masyarakat muslim Sisillia dan sejumlah daerah<br />

di Afrika Utara. Kairouan menyimpan bukti Abad<br />

Keemasan Islam.<br />

Galibnya kota tua di Mediterania, kota cantik<br />

Kairouan berisi pasar yang riuh, jalanan sempit,<br />

anak-anak menjerit-jerit bermain, gang-gang berdinding<br />

putih diselingi pintu biru pucat, gapura,<br />

kubah-kubah putih, serta menara dan benteng.<br />

Tak jarang siluet perempuan melintas cepat berbungkus<br />

kerudung panjang di bawah keteduhan<br />

bayang-bayang Masjid Raya, masjid paling cantik<br />

di kawasan Afrika Utara dan jadi simbol Kairouan.<br />

Dan di setiap penjuru kawasan turistik, mergoums,<br />

karpet dengan motif geometris aneka<br />

warna, terjuntai indah dari jendela-jendela lantai<br />

atas toko karpet. Sandal dan baju tradisional<br />

bersulam sutra tetap dengan keindahan yang<br />

tak berkurang selama berabad-abad.<br />

Dunia mengenal kuliner Tunisia yang pedas<br />

dan kaya bumbu. Yang klasik adalah couscous,<br />

macam-macam tajine, serta daging kambing<br />

masak manis. Couscous adalah hidangan sepinggan<br />

yang berisi semolina kukus (berfungsi<br />

seperti nasi), daging, dan sayuran. Sedangkan<br />

tajine adalah campuran daging, keju, dan telur<br />

yang dibungkus berlapis-lapis kulit lumpia, lalu<br />

dipanggang.<br />

Tak ketinggalan kuih-muih tradisionalnya<br />

sebagai selingan, seperti donat madu, kurma isi<br />

almon, dan makroudhs (biskuit goreng berlapis<br />

kurma), yang semua supermanis.<br />

Yang belum banyak diketahui adalah gerakan<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

feminis di Tunisia ternyata sudah berumur lebih<br />

tua dari negaranya. Spesialis Kajian Perempuan<br />

dari Kedubes Tunisia di Jakarta, Houda Zaibi<br />

Belhassen, dalam diskusi Sejarah Hak-hak Perempuan<br />

di Tunisia, menyampaikan, dua orang<br />

pertama yang mendorong kesetaraan perempuan<br />

adalah duo reformis abad ke-19, Ahmed<br />

bin Dhiaf (1804-1874) dan Kheireddine Pacha<br />

(1820-1890). Mereka menyerukan pentingnya<br />

perempuan bersekolah dan mendapat pendidikan.<br />

Reformis Tunisia lainnya, Tahar Haddad (1899-<br />

1935), kemudian dengan lantang menyangkal<br />

Islam sebagai penghambat kemajuan. Yang<br />

merendahkan perempuan bukanlah Islam, kata<br />

Haddad, melainkan umat Islamnya.<br />

Dalam bukunya, Our Women in the Shari’a and<br />

Society (1930), Haddad menyerukan perlindungan<br />

perempuan muda dari teror kawin paksa dan<br />

kawin muda. Di tengah masyarakat yang masih<br />

konservatif, dia mengkritisi ulama yang menurutnya<br />

berskandal dan cabul, menjabarkan adanya<br />

M'naouar Asma<br />

Dead Nature<br />

Thabouti Abdelhamid<br />

Untitled<br />

Hejjeri Ahmed<br />

She's Surprising Me<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Zouari Mohamed<br />

Parchment<br />

salah paham dalam menafsirkan Alquran, serta<br />

bias dalam pengajaran Islam.<br />

“Pendeknya, Haddad adalah akar dari seluruh<br />

program bagi perempuan yang kemudian<br />

menginspirasi undang-undang Tunisia. Dia<br />

membawa Tunisia pada lahirnya gerakan<br />

perempuan yang jadi fase pertama gerakan<br />

feminis,” ujar Belhassen.<br />

Bouderbala Meriem<br />

Meduse<br />

Sesudah Haddad, baru kemudian muncul<br />

feminis perempuan. Bchira ben Mrad, Manoubia<br />

Ouertani, dan Habiba Menchari pada<br />

1920-an mengecam status yang merendahkan<br />

perempuan dan meminta perempuan<br />

tidak dibungkus sefsari (kerudung dari kain<br />

lebar yang menutupi tubuh perempuan).<br />

Banyak orang konservatif mengecam dan<br />

menganggap ide mereka merendahkan moral<br />

muslimat.<br />

Generasi-generasi gerakan perempuan kemudian<br />

terus lahir. Tunisia mencapai langkah<br />

besar dalam keikutsertaan perempuan di politik.<br />

Dalam gelombang revolusi 2011, perempuan<br />

berperan dalam protes menuntut diakhirinya<br />

rezim korup yang lama bercokol. Pada pemilu<br />

parlemen 23 Oktober 2011, perempuan menduduki<br />

49 kursi dari 217 kursi parlemen.<br />

Dan kini bukan berarti gerakan perempuan<br />

sudah selesai. Perempuan dan laki-laki Tunisia<br />

menghadapi masalah lama yang datang lagi:<br />

kelompok konservatif penafsir kaku Islam yang<br />

ingin mengganti dasar kehidupan masyarakat<br />

Tunisia. Perjuangan belum selesai. n<br />

SILVIA GALIKANO<br />

Majalah detik detik 176 - 23 - 9 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Amerika sedang hangat dengan perdebatan perlunya RoboCop diterjunkan di kota-kota.<br />

Bukan robot yang tak berjiwa, melainkan robot separuh manusia yang punya nurani.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Judul: RoboCop<br />

Genre:<br />

Action | Crime | Sci-Fi<br />

Sutradara: José Padilha<br />

Skenario:<br />

Joshua Zetumer, David Self<br />

Produksi: Sony Pictures<br />

Pemain: Joel Kinnaman,<br />

Douglas Urbanski, Abbie<br />

Cornish<br />

Durasi: 1 jam 58 menit<br />

Tahun 2028 adalah tahunnya konglomerat<br />

multinasional OmniCorp,<br />

yang bergerak di bidang teknologi<br />

pengembangan robot. Robot dan unit<br />

artileri berat perusahaan ini sudah bertahuntahun<br />

digunakan militer Amerika di Timur Tengah<br />

dalam upaya “menciptakan perdamaian”<br />

dan, pastinya, kebijakan ini memberi keuntungan<br />

triliunan dolar AS bagi OmniCorp.<br />

Perusahaan milik Raymond Sellars (Michael<br />

Keaton) yang berbasis di Cina itu kini sedang<br />

menyiapkan teknologi kontroversial, yakni satu<br />

RoboCop (polisi robot) di tiap kota di Amerika.<br />

Pasalnya, rakyat Amerika selama ini tidak mau<br />

menerima pasukan polisi yang terbuat dari robot-robot<br />

tak berjiwa. Maka Sellars merancang<br />

Majalah detik 2317 - 29 - 23 desember februari 2014<br />

2013


seni hiburan<br />

FILM<br />

sebuah solusi berani menggabungkan polisi<br />

dengan robot.<br />

Veteran perang yang jadi staf ahli OmniCorp,<br />

Rick Mattox (Jackie Earle Halley), mendukung<br />

polisi dari robot sepenuhnya. Sedangkan staf<br />

ahli satu lagi, Dr Dennett Norton (Gary Oldman),<br />

mendukung RoboCop adalah separuh<br />

manusia separuh robot.<br />

Untuk menentukan teknologi mana yang<br />

akan dipakai, kedua cara harus diuji coba dan<br />

diadu. Prototipe RoboCop yang sepenuhnya<br />

robot sudah selesai diproduksi dan sudah lolos<br />

tes kualitas Mattox. Sedangkan Dr Norton masih<br />

kesulitan mencari orang yang akan “dijadikan”<br />

robot. Syaratnya, harus polisi berfisik tidak<br />

lengkap tapi kondisi jiwanya sehat dan stabil.<br />

Sementara itu, Alex Murphy (Joel Kinnaman)<br />

adalah polisi idealis yang sedang menangani<br />

kasus kejahatan dan korupsi di Detroit. Sepak<br />

terjangnya yang kerap di luar koridor membuat<br />

Murphy sering ditegur atasannya, Chief Karen<br />

Dean (Marianne Jean-Baptiste).<br />

Murphy adalah suami yang setia bagi Clara<br />

(Abbie Cornish) dan ayah penyayang bagi<br />

putra mereka. Sudah berkali-kali Clara mengungkapkan<br />

kekhawatirannya akan keselamatan<br />

suaminya setelah belakangan ini dia pulang<br />

dengan luka-luka kecil di badan.<br />

Suatu malam setelah mengantar putranya<br />

tidur, Murphy turun ke halaman untuk mengecek<br />

alarm mobil yang tiba-tiba saja menyala.<br />

Pintu mobil ternyata dalam keadaan terbuka.<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Murphy orang yang<br />

paling memenuhi<br />

syarat untuk<br />

dijadikan RoboCop.<br />

Namun, baru saja dia menyentuh pintu, seketika<br />

mobilnya meledak. Murphy terlempar ke<br />

teras rumah dan tak sadarkan diri.<br />

Dia tersadar sudah berada dalam laboratorium<br />

Dr Norton di Cina. Menurut Dr Norton,<br />

Murphy orang yang paling memenuhi syarat<br />

untuk dijadikan RoboCop. Fisik Murphy tinggal<br />

kepala, organ dalam, dan tangan kanan. Tanpa<br />

robot yang jadi bajunya, Murphy sudah tinggal<br />

nama.<br />

Murphy tidak serta-merta menerima. Dia<br />

berkonflik dengan dirinya sendiri sebagai manusia<br />

yang tidak utuh serta bagaimana anak<br />

dan istrinya bakal menerimanya nanti. Di sisi<br />

lain, kalau Murphy menolak jadi RoboCop,<br />

artinya mati, dia meninggalkan misi yang lebih<br />

besar, yakni mencari siapa sebenarnya yang<br />

dulu ingin membunuhnya.<br />

RoboCop ini adalah reboot dari RoboCop<br />

(1987) klasik, sebuah sci-fi satire garapan Paul<br />

Verhoeven. Ketika pertama kali Hollywood<br />

mengumumkan bakal ada reboot RoboCop,<br />

penggemar RoboCop beramai-ramai menyua-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

rakan ketidaksetujuan mereka lewat Internet.<br />

Protes terus berlanjut di sepanjang produksi<br />

yang tertunda. Skenario bahkan sempat bocor.<br />

Dari sana penggemar memberi masukan agar<br />

ceritanya lebih serius menyinggung sosio-kultural,<br />

bukan hanya menjual action.<br />

Dan sepertinya José Padilha tidak menganggap<br />

sepi pendapat mereka yang menggemari<br />

RoboCop selama hampir tiga dekade. Kostum<br />

robot didesain ulang yang lebih masuk akal,<br />

kali ini tanpa masker, yang membuat wajah<br />

Kinnaman terekspos. Film ini juga punya rating<br />

12A, yang di Hollywood artinya jauh dari kekerasan<br />

besar-besaran seperti di versi orisinal.<br />

Padilha menurunkan sedikit tone RoboCop<br />

dengan menghadirkan action yang lebih mengingatkan<br />

kita pada Elite Squad (2007) garapannya.<br />

Namun dia mengambil jalur yang sama<br />

dengan Verhoeven untuk klimaks RoboCop,<br />

yakni saat Murphy mengabaikan program-program<br />

dari Dr Norton dan mengejar dua pembunuhnya.<br />

Sama “nendang”-nya.<br />

Ada satu adegan khas RoboCop yang membuat<br />

karya Padilha ini lebih manusiawi, yakni<br />

ketika RoboCop telanjang di depan cermin.<br />

Pakaian robotnya dilucuti hingga tampaklah<br />

otak yang tak ditutupi tengkorak, paru-paru<br />

yang berdenyut dalam tabung, dan telapak<br />

tangan tanpa lengan. Sudah, itu saja yang tersisa.<br />

Bagaimana Murphy memandang jijik pada<br />

bayangannya sendiri hingga dia bilang tidak<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

akan mau lagi melihat itu dan minta segera<br />

dipasangkan pakaian robotnya.<br />

Oldman mendapat peran matang sebagai<br />

ilmuwan saraf Dr Norton. Karakternyalah yang<br />

membawa film ini ke wilayah moral, konseptual,<br />

dan filosofis. Kita bisa rasakan hubungan<br />

ayah dan anak ketika Dr Norton berhadapan<br />

de ngan Murphy. Ayah yang bijaksana menghadapi<br />

anak yang sedang emosional. Dan ini didukung<br />

dengan tereksposnya wajah Kinnaman,<br />

sehingga emosinya terpampang jelas. Action<br />

Kinnaman keren dan dengan cerdas menyampaikan<br />

pesan bahwa Murphy bisa lebih kejam<br />

dan lebih mematikan dibanding robot.<br />

Penampilan paling “menggemaskan” dan menyegarkan<br />

adalah dari Samuel L. Jackson sebagai<br />

Pat Novak, host sebuah acara televisi yang<br />

mendorong pemerintah segera mengerahkan<br />

RoboCop di penjuru Amerika. Propaganda<br />

besar itu disampaikannya dengan penuh semangat<br />

dan dalam kalimat-kalimat tegas yang<br />

muncul di sela-sela film. “Apa yang lebih penting<br />

dibanding keselamatan rakyat Amerika?”<br />

katanya berapi-api.<br />

RoboCop adalah drama sci-fi cerdas yang<br />

sejauh ini merupakan salah satu reboot Hollywood<br />

paling berani. Tidak hanya memainkan<br />

ulang karakter RoboCop yang sudah terkenal<br />

dan mengulang judul yang sama, tapi juga<br />

sekaligus membawanya ke tempat yang berbeda,<br />

yang lebih baik. Ide, skenario, dan aktor-<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

aktornya membuat film ini tampil percaya diri<br />

seakan-akan inilah franchise pertama RoboCop.<br />

Apakah akan ada RoboCop 2 dari Padilha, sudah<br />

tidak penting lagi itu. Reboot-nya sudah<br />

memberi pijakan yang jernih. ■<br />

Silvia Galikano<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

7 MISI<br />

RAHASIA<br />

SOPHIE<br />

S ophie (Alisia Rininta)<br />

kerap mengunggah “Tips of The<br />

Day” ke YouTube. Sophie punya<br />

sahabat, Marko (Stefan William), yang<br />

dingin dan tertutup. Sedangkan Sophie<br />

adalah pribadi yang hangat dan suka<br />

mengamati penghuni di apartemennya.<br />

Marko suka meledek Sophie serta<br />

orang-orang yang eksis di dunia maya<br />

sebagai orang yang egois dan narsis.<br />

Karena, apa pun yang mereka lakukan,<br />

pada dasarnya: it’s all about me. Hal ini<br />

membuat Sophie gusar.<br />

Hingga suatu hari, Sophie mengajak<br />

Marko melakukan suatu misi. Lewat<br />

misi itu, Sophie ingin membantah kalau<br />

orang yang meng unggah video mereka<br />

ke YouTube adalah orang yang egois atau<br />

narsis. Dan Sophie menamainya 7 Misi<br />

Rahasia Sophie, yang isinya membantu<br />

dan peduli dengan orang di sekitar mereka.<br />

Video itu kemudian diunggah ke YouTube.<br />

Makin lama, Marko merasa ada sesuatu<br />

di balik itu semua. Tapi Sophie tak pernah<br />

mau menjawab pertanyaan Marko. Pun<br />

saat Marko bertanya, mengapa tujuh misi?<br />

Mengapa bukan delapan?<br />

Selalu ada alasan tersembunyi bagi<br />

setiap perempuan sehubungan dengan<br />

angka. Begitu juga dengan Sophie dan<br />

detail 7 Misi Rahasia Sophie yang ia pilih.<br />

Jenis Film: Drama<br />

Produser: Chand Parwez Servia,<br />

Fiaz Servia<br />

Produksi: Starvision<br />

Sutradara: Billy Christian<br />

Durasi: 97 menit<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

THE<br />

MONKEY<br />

KING<br />

S<br />

un<br />

Wukong (The Monkey King) adalah monyet yang lahir dari batu<br />

surgawi dan memiliki kekuatan supranatural yang hebat. Setelah memberontak<br />

melawan surga dan dipenjarakan di bawah gunung selama 500 tahun, ia kemudian<br />

menyertai biksu Xuanzang dalam perjalanan ke India.<br />

Film ini akan berkisah dimulai dengan kelahiran Sun Wukong dan berakhir dengan<br />

hukuman penjara atas kejahatan di bawah lima puncak gunung. Sepanjang jalan, ia<br />

memperoleh kekuatan luar biasa, berjuang melawan tentara para dewa dan tentara setan.<br />

Jenis Film: Action<br />

Produser: Michael<br />

Wehrhahn, Robert Harris<br />

Produksi: Flimko<br />

Entertainment Limited<br />

Sutradara: Poi Soi Cheang<br />

Durasi: 119 menit<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

CINTA<br />

PERTAMAKU<br />

E lang, seorang siswa SMU kelas 2, terdeteksi menderita lymphoblastic<br />

leukemia. Untuk menyenangkan Elang di akhir hidupnya, Luna dan Trian,<br />

sahabat Elang, selalu berusaha mengikuti semua keinginan Elang. Sampai Elang<br />

mengungkapkan keinginannya untuk mendapat ciuman pertama dari cinta pertamanya.<br />

Luna dan Trian kebingungan, apalagi target yang diincar Elang adalah Maura, kakak<br />

kelas mereka yang sudah punya pacar. Tapi, saat melihat Elang yang sekarat, Luna dan<br />

Trian pun bersedia mengejar cinta Maura.<br />

Jenis Film: Drama<br />

Produser: Sagar Mahtani<br />

Produksi: MY DREAM Pictures,<br />

BIC Production<br />

Sutradara: Ian Nguyen Lampa<br />

Durasi: 75 menit<br />

Majalah detik 417 - 10 - 23 november februari 2014<br />

2013


seni hiburan<br />

agenda<br />

februari<br />

feb<br />

17<br />

feb<br />

18<br />

PAMERAN BUDAYA DILUKIS V<br />

Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki<br />

Senin-Sabtu, 17-22 Februari 2014,<br />

Pukul 10.00 WIB s.d. 21.00 WIB, Gratis<br />

dan Terbuka Untuk Umum<br />

10 Tahun<br />

Seri Puisi Jerman<br />

18 Februari s.d. 4 Maret 2014,<br />

pembukaan pukul 19.00 WIB, Goethe<br />

Haus Jakarta, Pembacaan: Bandung<br />

(19/2), Surabaya (21/2), Madura (22/2),<br />

Malang (25/2), Denpasar (28/2), Jakarta<br />

(4/3).<br />

Romantic Valentine<br />

Concert with MLTR<br />

19 Februari 2014<br />

pukul 19.00 WIB<br />

Skenoo Hall, Gandaria City,<br />

Jakarta, Promotor:<br />

Full Color<br />

Entertainment<br />

feb<br />

19<br />

Ari Lasso,<br />

Sparkling Night<br />

19 Februari 2014 di Rolling<br />

Stone Headquarters. Jl. Ampera<br />

Raya, Jakarta,<br />

Diana 0877 80000 951<br />

Glamour Look<br />

Fashion Week 2014<br />

21 Februari 2014 s.d. Minggu 23 Februari<br />

2014, Royal Plaza, Surabaya<br />

Dongeng Kebangsaan: Dari<br />

Jakarta untuk Indonesia<br />

Garin Nugroho, 22 Februari 2014<br />

Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia<br />

West Mall lt. 8, Jakarta<br />

Art House Cinema:<br />

Gerhard Richter Painting<br />

feb<br />

22<br />

feb<br />

23<br />

22 Februari 2013 pukul 19.00 WIB<br />

Goethe Haus, Jakarta, Gratis<br />

feb<br />

22<br />

feb<br />

19<br />

Art House Cinema: Kebab<br />

Connection<br />

19 Februari 2013 pukul 19.00 WIB<br />

Goethe Haus, Jakarta Gratis<br />

feb<br />

19<br />

KONSER Colorful<br />

Night with DANIEL<br />

SAHULEKA<br />

19 Februari 2014, pukul<br />

20.00 WIB<br />

Gedung Kesenian Jakarta<br />

Tiket: Rp 250.000<br />

& Rp 150.000<br />

Informasi tiket: 021-3441892,<br />

085715911169 (sms only)<br />

feb<br />

22<br />

Diskusi Budaya & Bincangbincang:<br />

Jelajah Shima<br />

Kalingga, Interpretasi dan<br />

Relevansinya untuk Masa<br />

Kini<br />

Pembicara: Profesor Edi Sedyawati<br />

Dr Inda C. Noerhadi, SS, MA<br />

Moderator: Dr Iwan Gunawan<br />

Tempat: Museum Tekstil Jakarta<br />

Waktu: 22 Februari 2014 pukul<br />

10.00-12.00 WIB<br />

Konfirmasi keikutsertaan: Citra<br />

(08121008210), Lila (081297960895)<br />

feb<br />

19<br />

feb<br />

19<br />

Batavia Mood<br />

23 Februari 2014, Galeri<br />

Indonesia Kaya, Grand Indonesia<br />

West Mall lt. 8, Jakarta<br />

feb<br />

23<br />

Majalah detik 17 - 23 februari 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

Tap untuk<br />

kembali ke cover

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!