03.09.2014 Views

Banjarmasin Post Rabu, 3 September 2014

NO. 151559 TH XLIII/ ISSN 0215-2987

NO. 151559 TH XLIII/ ISSN 0215-2987

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

18 Inter-Nasional<br />

<strong>Banjarmasin</strong> <strong>Post</strong><br />

RABU 3 SEPTEMBER <strong>2014</strong><br />

KOMPAS.COM/ WIJAYA KUSUMA<br />

FLORENCE Sihombing saat keluar dari kantor ditreskrimsus Polda DIY didampingi<br />

Dosen Fakultas Hukum Internasional UGM sekaligus Sekretaris Komite Etik Fakultas<br />

Hukum, Heribertus Jaka Triyana.<br />

Usai Disidang Etik Florence Menangis<br />

YOGYAKARTA, BPOST - Dalam jumpa pers,<br />

seusai menjalani sidang etik di Fakultas<br />

Hukum Universitas Gadjah Mada, Selasa (2/<br />

9), Florence Sihombing kembali menyatakan<br />

permintaan maafnya kepada semua pihak<br />

yang tersinggung oleh tulisannya di media<br />

sosial Path.<br />

Dalam kesempatan itu, Florence meminta<br />

maaf kepada Sultan, masyarakat Yogyakarta,<br />

dan orang-orang yang merasa dirugikan.<br />

Dalam menyampaikan permintaan maafnya,<br />

Florence meneteskan air mata dan ucapannya<br />

terbata-bata, sesekali terdiam untuk menyeka<br />

air matanya.<br />

“Saya meminta maaf sebesar-besarnya<br />

dan setulus-tulusnya kepada Sultan, warga<br />

Yogya, dan orang-orang yang sakit hati<br />

akibat ulah saya. Saya harap permintaan<br />

maaf saya bisa diterima,” ujar Florence,<br />

Selasa (2/9).<br />

Ia pun kembali menegaskan rasa penyesalannya<br />

yang mendalam atas apa yang diperbuat<br />

hingga menyakitkan hati warga Yogyakarta<br />

dan berjanji tidak akan mengulanginya<br />

lagi.<br />

“Saya jera dan menyesal, sungguh menyesal.<br />

Saya berjanji tidak akan mengulanginya<br />

kembali. Saya memohon permintaan maaf<br />

saya ini diterima oleh Sultan dan warga<br />

Yogya,” ucap mahasiswi Pasca Sarjana Kenotariatan<br />

UGM ini.<br />

Sementara itu, berbagai elemen masyarakat<br />

dan lembaga di Yogyakarta menyatakan<br />

menolak melanjutkan kasus Florence Sihombing.<br />

Sebab, Undang-undang Nomor 11 Tahun<br />

2008 tentang Informasi dan Transaksi<br />

Elektronik (UU ITE) yang dikenakan kepada<br />

salah satu mahasiswa pasca Sarjana Kenotariatan<br />

UGM itu dirasa bertentangan dengan<br />

nilai demokrasi.<br />

“Pasal-pasal yang dikenakan dalam kasus Florence<br />

bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi<br />

yang ada di Indonesia,” tegas Staf LBH Pers Masjidi,<br />

Selasa (2/9).<br />

Masjidi menjelaskan, Pasal 27 ayat 3 dan<br />

Pasal 28 ayat 2 UU ITE bertentangan dengan<br />

hak asasi manusia yaitu kebebasan berpendapat<br />

dan dilindungi dalam Pasal 28 dan Pasal<br />

28 E ayat 2 dan 3 UUD 1945, UU Nomor 9 Tahun<br />

1998 tentang Tata cara menyampaikan<br />

pendapat di muka umum, UU Nomor 39<br />

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan<br />

UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi<br />

hak sipil politik.<br />

“Jika diteruskan, kasus Florence menjadi<br />

pasal karet dan dikhawatirkan dapat menjerat<br />

siapa pun. Karenanya, kami menyatakan<br />

sikap meminta mencabut pasal-pasal itu,”<br />

tegas Masjidi.<br />

Melihat hal tersebut, dia meminta Polda<br />

DIY mengutamakan proses mediasi dengan<br />

pelapor serta memberikan sepenuh hak kepada<br />

UGM sebagai lembaga pendidikan untuk<br />

menentukan sanksi terhadap mahasiswanya<br />

itu.<br />

Dengan demikian, hal itu bakal mempermudah<br />

penyelesaian kasus Florence yang saat<br />

ini penangguhan penahanannya sudah dikabulkan.<br />

“Selain mediasi. Perlu diterapkan<br />

sanksi pidana sebagai ultimum remedium,”<br />

tegas dia.<br />

Penolakan atas dilanjutkanya kasus Florence<br />

ini juga disuarakan AJI Yogyakarta, LBH<br />

Pers, LBH Yogyakarta dan KMIP (Komisi<br />

Mayarakat Informasi Publik). (tribunnews/kps)<br />

Wanita Misterius<br />

Pengaruhi AKBP Idha<br />

JAKARTA, BPOST - Kapolri<br />

Jenderal Sutarman menyebut<br />

ada seorang wanita yang<br />

mempengaruhi AKBP Idha<br />

Endri Prastiono hingga terjerumus<br />

urusan narkoba. Kabarnya<br />

wanita itu tak lain orang<br />

dekat AKBP Idha.<br />

Siapa dia? Sutarman tidak<br />

mau menyebutkannya. “Nanti,<br />

nanti. Saya ada janji,” kata<br />

Sutarman sambil berjalan di<br />

Gedung DPR, Senayan, Jakarta,<br />

Selasa (2/9).<br />

Mantan Direktur Tindak<br />

Pidana Narkoba, yang saat ini<br />

menjabat Kapolda Kepulauan<br />

Riau (Kepri), juga menutup<br />

rapat siapa perempuan yang<br />

dimaksud Jenderal Sutarman.<br />

Dia beralasan sudah bukan<br />

wewenang dirinya lagi untuk<br />

bicara soal pidana narkotika.<br />

“Kalaupun saya tahu saya<br />

tidak akan beritahu, karena<br />

itu bukan otoritas saya lagi,”<br />

ujar Arman di Bareskrim Polri,<br />

Jakarta.<br />

Begitu pula dengan Direktur<br />

Tindak Pidana Narkotika<br />

yang baru Brigjen Anjan Pramuka<br />

Putra, menolak menjawab<br />

pertanyaan wartawan<br />

mengenai siapa sosok misterius<br />

yang disebut Kapolri.<br />

Alasannya, dia merasa bukan<br />

kewenangan untuk bicara hal<br />

tersebut, mengingat dirinya<br />

masih menjabat sebagai Kepala<br />

Biro Pengawas Penyidikan<br />

(Karo Wasidik).<br />

Wakil Direktur Tindak Pidana<br />

Narkotika Kombes Nugroho<br />

Adji juga menolak menjelaskan<br />

siapa sosok A yang<br />

dimaksud. “Saya tahu, tapi<br />

silakan ke Pak Anjan (Dir Tipid<br />

Narkotika),” elak Nugroho.<br />

Informasi yang didapatkan,<br />

perempuan yang mempengaruhi<br />

AKBP Idha ini adalah<br />

orang dekat perwira menengah<br />

itu. Sang perempuan digadang-gadang<br />

pernah memiliki<br />

hubungan dengan bandar<br />

kakap narkotika. Sang<br />

bandar juga dikenal piawai<br />

memasok narkotika dari lapas<br />

ke lapas. Maklum saja,<br />

hampir seluruh lapas di Jakarta<br />

dan Bandung pernah ditempatinya.<br />

Termasuk Nusa<br />

Kambangan.<br />

Perempuan ini juga diketahui<br />

pernah memiliki hubungan<br />

dengan perwira menengah<br />

kepolisian yang bertugas<br />

di lembaga antinarkotika.<br />

Namun, karena hubungan<br />

tersebut, terlebih perempuan<br />

AKBP Idha Endri Prastiono<br />

itu pernah berhubungan dengan<br />

bandar besar, sang perwira<br />

diberi sanksi tegas pimpinan.<br />

Catatan Hitam<br />

Sebelum ditangkap di Malaysia,<br />

AKBP Idha lumayan<br />

banyak melakukan pelanggaran.<br />

Berdasarkan data di Propam,<br />

catatan hitam AKBP Idha<br />

mulai perselingkuhan, narkoba,<br />

pergi ke luar kota tanpa<br />

izin atasan hingga bermasalah<br />

terkait pelaporan hilangnya<br />

perhiasan sang istri.<br />

“Nah, yang bersangkutan<br />

sudah beberapa bulan itu tidak<br />

diberikan jabatan, sejak<br />

ada beberapa kasus yang pernah<br />

terjadi dan melibatkan<br />

yang bersangkutan, terutama<br />

ada barang bukti narkoba<br />

yang diungkap di Polda Kalbar<br />

yang ada keterkaitan<br />

dia,” kata Kepala Divisi Humas<br />

Polri, Inspektur Jenderal<br />

(Irjen) Ronny F Sompie.<br />

Sebelum bertugas di Polda<br />

Kalbar, AKBP Idha bertugas<br />

di Polda Sumtera Utara. Saat<br />

bertugas di Polda Sumut, AK-<br />

BP Idha pernah menikah dengan<br />

perempuan bernama<br />

Sandi Wahyu Rifani dengan<br />

berakhir perceraian karena<br />

melakukan perselingkuhan<br />

dengan perempuan lain, Farid<br />

Yamin hingga memiliki seorang<br />

anak. Atas perbuatannya,<br />

dia diberi sanksi berupa<br />

‘dikurung’ di tempat khusus<br />

selama 21 hari.<br />

Pada 2002, AKBP Idha pernah<br />

melakukan hubungan<br />

layaknya suami-istri dengan<br />

pembantunya hingga memiliki<br />

seorang anak. Namun, masalah<br />

rumah tangga AKBP kali<br />

itu telah diselesaikan secara<br />

kekeluargaan.<br />

Lagi, AKBP Idha menjalin<br />

hubungan dengan janda beranak<br />

empat, Martawati alias<br />

TitiYusnwati. Namun, hubungannya<br />

dengan pengusaha<br />

tersebut pada saat itu bermasalah<br />

hingga kembali diselesaikan<br />

dengan cara kekeluargaan,<br />

yakni pernikahan.<br />

AKBP Idha dimutasi dari<br />

Polda Sumut ke Polda Kalbar<br />

pada 19 Februari 2013. Dia<br />

diangkat menjadi Kepala Subdit<br />

III Direktorat Reserse Narkoba<br />

Polda Kalbar mulai 7 Juni<br />

2013 dan dipindahkan menjadi<br />

Analis Muda Kebijakan Bidbin<br />

Biro Rena Polda Kalbar<br />

pada 18 Desember 2013.<br />

Perwira menengah tersebut<br />

dimutasi karena berkaitan<br />

dengan pelanggaran Kode<br />

Etik Profesi Polri yang dilakukan<br />

oleh AKP Sunardi dkk<br />

atas perkara pengurangan barang<br />

bukti shabu. Dan saat ini<br />

dugaan pelanggaran kode etik<br />

profesi AKBP Idha tersebut<br />

tengah diproses pihak Bidang<br />

Propam Polda Kalbar.<br />

AKBP Idha juga telah divonis<br />

melakukan pelanggaran<br />

Kode Etik Profesi Polri lantaran<br />

pergi ke Jakarta pada 3<br />

Januari <strong>2014</strong> tanpa seizin atasan<br />

untuk menghadiri acara<br />

pernikahan keluarga.<br />

Ulah sang pamen tersebut<br />

tak berhenti di situ. Sebab, saat<br />

berada di Bandara Soekarno<br />

Hatta Jakarta pada hari itu, dia<br />

melaporkan kehilangan beberapa<br />

perhiasan milik istri senilai<br />

Rp 19 miliar di bagasi<br />

pesawat. Usut punya usut pihak<br />

kepolisian, ternyata barang<br />

bukti perhiasan istri<br />

AKBP Idha hanya sekitar senilai<br />

Rp 180 juta.<br />

Gara-gara ulahnya itu, Propam<br />

Polda Kalbar menghukum<br />

AKBP Idha dengan<br />

sanksi teguran tertulis dan<br />

dibebastugaskan atau tidak<br />

diberi jabatan (nonjob) terhitung<br />

19 Juni <strong>2014</strong>.<br />

“Jadi, ketika yang bersangkutan<br />

ditangkap pihak<br />

Polis Diraja Malaysia, memang<br />

yang bersangkutan sudah<br />

beberapa bulan sebelumnya<br />

tidak punya jabatan, tidak<br />

sedang melaksanakan tugas<br />

di sana, tidak ada perintah, itu<br />

hanya pribadi,” tegas Ronny.<br />

(tribunnews/dtk)<br />

Polisi Filipina Gagalkan<br />

Serangan ke Bandara<br />

MANILA, BPOST - Kepolisian<br />

Filipina menahan tiga<br />

orang yang diduga akan meledakkan<br />

bandara internasional<br />

Manila, kedutaan besar Cina,<br />

dan salah satu pusat perbelanjaan<br />

terbesar di Manila.<br />

Pemerintah Filipina, Selasa<br />

(2/9), menjelaskan ketiga<br />

orang itu ditahan pada Senin<br />

(1/9) di bandara, di dalam sebuah<br />

minibus yang mengangkut<br />

banyak bom molotov dan<br />

kembang api.<br />

Menteri Kehakiman Leila<br />

de Lima mengatakan, ketiga<br />

tersangka merencanakan serangkaian<br />

serangan untuk<br />

menunjukkan posisi anti-Cina.<br />

“Mereka mengklaim sebagai<br />

pembela rakyat Filipina<br />

dan menganggap Cina serta<br />

praktik para konglomerat<br />

dan pertambangan ilegal adalah<br />

musuh,” kata De Lima.<br />

De Lima menambahkan,<br />

ketiga pria itu tampaknya marah<br />

terhadap sikap Pemerintah<br />

Filipina yang dianggap<br />

NET<br />

NET<br />

TIGA orang yang diduga akan melakukan peledakan bandara<br />

diamankan polisi.<br />

lemah menghadapi sengketa<br />

wilayah di Laut Cina Selatan.<br />

Lebih jauh, De Lima menambahkan,<br />

kelompok yang<br />

diduga melibatkan lebih banyak<br />

orang lainnya itu merencanakan<br />

serangkaian serangan<br />

ke berbagai bangunan<br />

yang memiliki kaitan dengan<br />

China atau ke komunitas bisnis<br />

warga Cina-Filipina.<br />

“Mereka juga merencanakan<br />

untuk menyerang SM<br />

Mall of Asia di Pasai City dan<br />

kedutaan besar China di Gedung<br />

DMCI,” ujar De Lima.<br />

SM Mall of Asia adalah milik<br />

Henry Sy, orang terkaya<br />

Filipina yang lahir di Cina.<br />

Sementara DMCI adalah perusahaan<br />

konstruksi milik<br />

David Consunji, warga Filipina<br />

keturunan Cina, yang menurut<br />

majalah Forbes adalah<br />

orang terkaya keenam Filipina.<br />

(kps)<br />

ANTARA /MOHAMAD HAMZAH<br />

MAHASISWA membentangkan spanduk pada aksi unjuk rasa dihalaman Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/9). Dalam aksi<br />

unjuk rasa yang diikuti ratusan mahasiswa itu menyatakan menolak kebijakan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)<br />

Nomor 49 tahun <strong>2014</strong> tentang kuliah program Sarjana (S1) maksimal hanya lima tahun sebab dianggap merugikan mahasiswa.<br />

Samad Kecewa Atut<br />

Divonis 4 Tahun<br />

■ KPK Akan Lakukan Upaya Banding<br />

BAGHDAD, BPOST - Amnesti<br />

Internasional, Selasa (2/<br />

9), mengatakan telah memiliki<br />

bukti baru bahwa Negara<br />

Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah<br />

melakukan pembersihan<br />

terhadap etnis minoritas di<br />

Irak utara.<br />

Kelompok hak asasi manusia<br />

itu mengatakan ISIS telah<br />

mengubah kawasan Irak utara<br />

itu menjadi ladang pembantaian<br />

yang berlumuran darah.<br />

“Kami telah mengumpulkan<br />

bukti pembantaian massal<br />

yang terjadi wilayah utara kota<br />

Sinjar pada bulan Agustus,”<br />

kata Amnesti Internasional.<br />

JAKARTA, BPOST - Ketua<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

(KPK) Abraham Samad<br />

mengaku kecewa dengan putusan<br />

vonis majelis hakim tindak<br />

pidana korupsi yang<br />

menvonis Ratu Atut Chosiyah<br />

4 tahun penjara dan<br />

denda Rp 200 juta subsider 5<br />

bulan kurungan.<br />

“Ya pasti ada kekecewaan<br />

pada keputusan itu. Kekecewaan<br />

itu kami tuangkan dalam<br />

bentuk hukum,” kata Abraham,<br />

di gedung Badan Pemeriksaan<br />

Keuangan dan<br />

Pembangunan (BPKP), Jakarta<br />

Timur, Selasa (2/9).<br />

Bentuk hukum yang dimaksud,<br />

kata Abraham, yakni<br />

melakukan upaya banding<br />

atas putusan majelis hakim<br />

tindak pidana korupsi.<br />

Samad menegaskan , kasus<br />

Gubernur Banten nonaktif<br />

yang disidangkan kemarin,<br />

baru satu perkara dan masih<br />

ada kasus yang perlu disidangkan<br />

kembali.<br />

“Masih ada dua kasus lagi,<br />

jadi akan menyusul lagi, ini baru<br />

satu kasus, dan akan menjurus<br />

ke sana (tindak pidana<br />

pencucian uang/TPPU) dan<br />

pemerasan tindak pidana alkes,<br />

pencucian uangnya akan<br />

menyusul oleh karena itu kemarin<br />

baru satu kasus dan jangan<br />

khawatir,” tutur Abraham.<br />

Himpunan Mahasiswa<br />

Banten sangat mendukung<br />

upaya banding yang dilakukan<br />

KPK.”Seluruh Mahasiswa<br />

Banten siap menyeret hakim<br />

Alexander Marwata ke Komisi<br />

Yudisial. Alexander telah<br />

memberikan pendapat sangat<br />

mengecewakan rakyat Banten.<br />

Kami mencurigai dia main<br />

mata dengan Atut dan kronikroninya,”<br />

ujar Sekjen HMB<br />

Sadam Husen Falahuddin<br />

dalam rilisnya, Selasa (2/9).<br />

HMB mencatat hakim Alexander<br />

kerap memutus bebas<br />

terdakwa koruptor. Misalnya<br />

vonis terhadap Hotasi Nababan,<br />

mantan Dirut Merpati,<br />

juga pernah melakukan dissenting<br />

opinion dan menyatakan<br />

bebas terdakwa korupsi<br />

dan pencucian uang, Dhana<br />

Widyatmika.<br />

“Komitmen kami menyeret<br />

hakim-hakim nakal ini<br />

penting, agar dapat memberikan<br />

peringatan bagi proses<br />

peradilan di Indonesia yang<br />

masih jauh dari visi supremasi<br />

hukum dan memberikan<br />

efek jera terhadap hakim yang<br />

coba-coba main mata dengan<br />

koruptor,” imbuhnya.<br />

Sadam menegaskan akan<br />

mengkonsolidasikan kekuatan<br />

untuk membuat pengadilan<br />

rakyat demi keadilan<br />

yang seadil-adilnya bagi rakyat<br />

Banten. “Apabila Pengadilan<br />

Tipikor tidak mampu<br />

memberikan rasa adil bagi<br />

rakyat Banten,” tuturnya.<br />

Siap Ladeni<br />

Penasihat Hukum Gubernur<br />

Banten Ratu Atut Chosiyah,<br />

TB Sukatma, siap meladeni<br />

KPK jika melakukan<br />

banding atas perkara kliennya.<br />

“Kami dalam posisi mengikuti<br />

proses,” kata Sukatma<br />

dalam pesan singkatnya.<br />

Menurut Sukatma, jika Jaksa<br />

KPK melakukan banding,<br />

pihaknya akan menunaikan<br />

hal serupa. Dia mengaku memiliki<br />

bukti-bukti kuat terkait<br />

perkara Atut.<br />

“Jikapun jaksa penuntut<br />

umum banding, kami akan<br />

lakukan upaya yang sama<br />

karena kami punya fakta hukum<br />

yang kuat untuk membebaskan<br />

terdakwa selain adanya dissenting<br />

opinion dari salah satu<br />

majelis,” kata Sukatma.<br />

Sebelumnya, Jaksa KPK<br />

menuntut Ratu Atut dengan<br />

pidana 10 tahun penjara dan<br />

denda Rp250 juta subsidair 5<br />

bulan kurungan. Jaksa menilai<br />

Atut terbukti menyuap<br />

Akil Mochtar saat menjabat<br />

Ketua Mahkamah Konstitusi<br />

(MK) dalam penanganan<br />

sengketa hasil Pilkada Lebak.<br />

Atut dinilai terbukti melanggar<br />

Pasal 6 ayat 1 huruf<br />

a Undang-Undang Nomor<br />

31/1999 jo UU Nomor 20/<br />

2001 tentang Pemberantasan<br />

Tindak Pidana Korupsi juncto<br />

Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.<br />

(tribunnews/kps)<br />

ISIS Lakukan Pembersihan Etnis<br />

Dua kejadian terparah terjadi<br />

ketika kombatan ISIS merazia<br />

desa-desa dan membunuh<br />

ratusan orang penduduk<br />

pada tanggal 3 dan 15 Agustus.<br />

“Kelompok-kelompok<br />

yang terdiri dari lelaki dan<br />

anak-anak lelaki dengan usia<br />

paling muda 12 tahun dari<br />

kedua desa dibawa militan<br />

ISIS dan ditembak,” kata Amnesti<br />

Internasional.<br />

“ISIS melakukan kejahatan<br />

yang tidak terperikan dan<br />

telah mengubah wilayah terpencil<br />

Sinjar menjadi ladang<br />

pembantaian berlumuran darah<br />

dalam kampanye brutal mereka<br />

“<br />

Kekecewaan<br />

itu<br />

kami tuangkan<br />

dalam bentuk<br />

hukum<br />

“<br />

ABRAHAM SAMAD<br />

Ketua Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi<br />

FOTO BBC<br />

TENTARA Suriah digiring pasukan Negara Islam di gurun pasir.<br />

untuk menghapuskan semua<br />

jejak Muslim non Arab dan non<br />

Sunni,” lanjut Amnesti.<br />

Catatan terbaru PBB menyebutkan<br />

bahwa sedikitnya<br />

1.420 orang tewas akibat kekerasan<br />

ISIS di Irak. Jumlah<br />

tersebut hanya tercatat untuk<br />

bulan Agustus saja. Dalam<br />

statemen PBB disebutkan, setidaknya<br />

1.370 orang juga terluka<br />

akibat berbagai kekerasan<br />

di Irak selama periode<br />

yang sama. (kps/afp)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!