Banjarmasin Post Sabtu, 15 November 2014
NO. 151630 TH XLIII/ ISSN 0215-2987
NO. 151630 TH XLIII/ ISSN 0215-2987
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Banjarmasin</strong> <strong>Post</strong><br />
18 Inter-Nasional<br />
SABTU <strong>15</strong> NOVEMBER <strong>2014</strong><br />
Kapolri Langsung Minta Maaf<br />
MAKASSAR, BPOST - Sehari<br />
setelah penyerbuan dan perusakan<br />
yang dilakukan ratusan<br />
polisi, perkuliahan di<br />
kampus Universitas Negeri<br />
Makassar (UNM), Sulsel, diliburkan,<br />
Jumat (14/11).<br />
Berdasar pantauan, belasan<br />
pegawai kampus membersihkan<br />
kaca-kaca yang pecah,<br />
batu-batu dan potongan<br />
kayu yang bertebaran akibat<br />
aksi tersebut.<br />
“Tidak ada kebijakan resmi<br />
dari rektorat, tetapi perkuliahan<br />
memang ditiadakan<br />
untuk sementara. Selain untuk<br />
‘mendinginkan’ situasi<br />
juga dilakukan pembersihan<br />
akibat aksi polisi ke kampus<br />
ini,” kata salah seorang staf<br />
Fakultas Ilmu Sosial, Syamsul<br />
Bachri.<br />
Syamsul mengaku menjadi<br />
saksi mata saat penyerbuan<br />
terjadi. Dia melihat polisi<br />
menendangi pintu kaca dan<br />
memecahkan mobil milik salah<br />
satu dosen. “Saya didorong<br />
polisi sewaktu menghalangi<br />
mereka mau naik ke ruang<br />
akademik. Saya teriak-<br />
Aksi Terencana<br />
KETUA Poros Wartawan<br />
Jakarta (PWJ) Dodo B Ali<br />
Priambodo menduga<br />
tindakan kekerasan yang<br />
dilakukan personel<br />
Brimobda Sulsel terhadap<br />
jurnalis di Makassar, sudah<br />
terencana.<br />
Dia menengarai tindakan<br />
itu dilakukan untuk<br />
menutupi kesalahan polisi<br />
yang menyerbu masuk ke<br />
kampus Universitas Negeri<br />
Makassar (UNM).<br />
“Artinya, modus gerak<br />
kemarin yang dilakukan<br />
oleh polisi itu terancana,<br />
karena yang diincar wartawan,<br />
artinya takut kalau<br />
gambar membuktikan<br />
mereka bersalah ketika<br />
melakukan penyerangan ke<br />
dalam kampus. Logikanya,<br />
teriak bilang kalau tidak ada<br />
mahasiswa. Setelah saya larang<br />
polisi memecahkan pintu<br />
kaca ruang kuliah,” ujarnya.<br />
Polisi menyerbu masuk ke<br />
kampus UNM sesaat setelah<br />
Wakil Kapolrestabes Makassar,<br />
AKBP Totok Lisdiarto terkena<br />
panah saat bentrokan<br />
antara polisi dan mahasiswa<br />
yang berdemo menolak rencana<br />
kenaikan harga bahan<br />
bakar minyak (BBM).<br />
Tragisnya, selain terhadap<br />
mahasiswa, polisi juga bertindak<br />
anarkistis terhadap sejumlah<br />
jurnalis yang melakukan<br />
peliputan. Selain itu mereka<br />
juga melarang pengambilan<br />
gambar dan berusaha<br />
merebut kamera jurnalis.<br />
Akibatnya, lima jurnalis<br />
mengalami luka-luka sehingga<br />
harus dirawat di rumah sakit,<br />
yakni Waldy (Metro TV),<br />
Ikrar (Celebes TV), Iqbal Lubis<br />
(Koran Tempo), Ikhsan Arham<br />
(Rakyat Sulsel) Arham<br />
dan Aco (TVOne).<br />
“Saya terlambat datang,<br />
tapi saya heran karena saat<br />
itu polisi teriak-teriak, bunuh<br />
apa salah para jurnalis<br />
sehingga harus dipukuli<br />
karena ada polisi yang kena<br />
panah?” kata dia di Jakarta,<br />
Jumat (14/11).<br />
Dodo menegaskan, tidak<br />
seharusnya aparat penegak<br />
hukum menghalanghalangi<br />
kegiatan peliputan<br />
jurnalistik. Dalam kerjanya,<br />
jurnalis mendapat perlindungan<br />
hukum sebagaimana<br />
diatur dalam UU<br />
Nomor 40 Tahun 1999<br />
tentang Pers.<br />
“Jelas disebutkan tidak<br />
ada yang boleh menghalangi<br />
apalagi melarang<br />
wartawan saat melakukan<br />
peliputan. Juga tidak boleh<br />
merampas alat kerja<br />
mereka,” tegas Dodo.<br />
(tribunnews)<br />
wartawan. Untung saya<br />
tidak kena pukulan,” tegas<br />
jurnalis RTV, Syamsul Time.<br />
Tindakan berlebihan<br />
polisi itu langsung mengundang<br />
reaksi. Aksi protes<br />
digelar para jurnalis di berbagai<br />
daerah. Mereka mengecam,<br />
masih dilakukan<br />
cara-cara kekerasan oleh<br />
polisi. Menyikapi itu<br />
Kapolri Jenderal Sutarman<br />
secara terbuka<br />
meminta<br />
maaf. “Pemukulan<br />
wartawan<br />
itu salah.<br />
Kami<br />
akan melakukan<br />
langkah<br />
hukum<br />
(terhadap<br />
mereka),”<br />
ujar<br />
dia di Jakarta.<br />
Akan tetapi, Sutarman<br />
menilai tindakan anak buahnya<br />
saat menangani demo<br />
mahasiswa, sudah sesuai<br />
prosedur.<br />
“Setiap orang boleh unjuk<br />
rasa. Tetapi, kalau sudah<br />
melakukan tindakan<br />
anarkistis maka kami a-<br />
kan melakukan tindakan<br />
hukum. Termasuk, lari ke<br />
kampus juga harus dikejar,”<br />
tegas dia.<br />
Sementara Rektor<br />
UNM, Arismunandar<br />
menilai polisi seharusnya<br />
tidak melakukan<br />
tindakan<br />
kekerasan seperti<br />
itu. “Informasi<br />
yang kami<br />
peroleh, mahasiswa<br />
lagi kuliah, dan polisi tembakkan<br />
gas air mata. Motor<br />
yang lagi parkir dirusak.<br />
Mahasiswa yang sedang<br />
ikut proses perkuliahan<br />
dan tidak terlibat aksi<br />
juga menjadi sasaran. Kami<br />
sangat menyesalkan terjadinya<br />
kejadian itu,” ucapnya.<br />
(tribuntimur/tribunnews/kps)<br />
ANARKISTIS<br />
- (Foto atas)<br />
Aksi para<br />
jurnalis saat<br />
demo mengecam<br />
aksi kekerasan<br />
polisi di Jakarta,<br />
Jumat (14/11).<br />
Sehari sebelumnya,<br />
polisi menyerbu<br />
kampus di<br />
Makassar, Sulsel,<br />
Mereka juga<br />
menganiaya<br />
mahasiswa dan<br />
jurnalis.<br />
FOTO-FOTO: KOMPAS/KRISTIANTO UTOMO/ANTARA/SAHRUL MANDA<br />
LONDON, BPOST - Foto Ernesto<br />
‘Che’ Guevara, sesaat<br />
setelah dibunuh tentara Bolivia<br />
pada 1967, akhirnya dipublikasikan<br />
kepada publik<br />
oleh keluarganya.<br />
Che merupakan pejuang<br />
lAmerika Latin yang hingga<br />
kini menjadi salah satu ikon<br />
perlawanan terhadap penindasan<br />
di seluruh dunia. Che,<br />
pada 1960-an, pernah ke Indonesia<br />
dan bertemu Presiden<br />
Soekarno.<br />
“Paman saya yang dulu menyelundupkan<br />
foto-foto itu<br />
kepada keluarga Che. Itu adalah<br />
tindakan penuh risiko, karena<br />
rezim otoriter Bolivia dulu<br />
tak bakal memaafkannya,”<br />
kata Imanol Arteaga, kemarin.<br />
Setelah diserahkan, keluarga<br />
Che yang sangat dihormati<br />
oleh rakyat Amerika Latin<br />
menyimpan foto-foto yang<br />
berisi kenangan pahit tersebut.<br />
Tetapi untuk alasan pelurusan<br />
sejarah, keluarga akhirnya<br />
mau memublikasikan<br />
foto-foto mendiang gerilyawan,<br />
intelektual, sekaligus sa-<br />
JAKARTA, BPOST - Tiga polisi<br />
dari satuan Sabhara Polda<br />
Metro Jaya serta berapa ajudan<br />
dan staf terus ‘menempel’<br />
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)<br />
saat mengikuti rapat paripurna<br />
istimewa DPRD DKI<br />
Jakarta dengan agenda pengangkatan<br />
dirinya sebagai gubernur,<br />
Jumat (14/11).<br />
Di tengah kencangnya penolakan<br />
dari beberapa kelompok<br />
masyarakat, Ahok ditetapkan<br />
sebagai gubernur<br />
menggantikan Joko Widodo<br />
(Jokowi) yang kini menjabat<br />
presiden. Penolakan juga dilakukan<br />
anggota DPR dari fraksi-fraksi<br />
yang tergabung dalam<br />
Koalisi Merah Putih (K-<br />
MP). Penolakan dari para politisi<br />
itu berupa ketidakikutsertaan<br />
dalam rapat paripurna.<br />
Dari kantornya, Ahok menuju<br />
Gedung DPRD dengan<br />
berjalan kaki. Begitu sampai,<br />
dia langsung menuju ruang<br />
tamu VVIP DPRD. Selang tiga<br />
menit kemudian, Ahok memasuki<br />
ruang paripurna dan<br />
langsung mendapatkan sambutan<br />
tepuk tangan dari anggota<br />
DPRD yang hadir.<br />
Melihat itu, Ahok yang mengenakan<br />
jas hitam berdasi<br />
biru serta peci tersenyum dan<br />
menyalami anggota DPRD<br />
sebelum rapat dibuka sang ketua,<br />
Edi Prasetyo Marsudi.<br />
Sesaat setelah Edi membacakan<br />
Surat Keputusan (SK)<br />
Kemendagri Nomor 121.32/<br />
4438/OTDA perihal mekanisme<br />
pengangkatan Ahok sebagai<br />
gubernur hingga 2017,<br />
FOTO DAILY MAIL<br />
BEGINILAH wajah Che Guevara sesaat setelah dibunuh<br />
Beredar Foto Che<br />
Usai Dieksekusi<br />
strawan tersebut.<br />
Che dibunuh pada 9 Oktober<br />
1967 atau sehari setelah<br />
ditangkap tentara Bolivia.<br />
Pria kelahiran Argentina ini<br />
‘tersadar’ setelah melakukan<br />
perjalanan keliling Amerika<br />
latin menggunakan sepeda<br />
motor.<br />
Dia lantas mendedikasikan<br />
diri untuk memperjuangkan<br />
kemerdekaan rakyat.<br />
Ketika berkunjung ke Kuba,<br />
ia bertemu Fidel Castro<br />
yang lantas mengajak membangun<br />
grup gerilya untuk menumbangkan<br />
kediktatoran<br />
Batista di negra tersebut.<br />
Setelah sukses menggelar<br />
revolusi di Kuba, Che diresmikan<br />
sebagai warga negara kehormatan<br />
Kuba dan diangkat<br />
sebagai menteri pendidikan.<br />
Selanjutnya, Che meletakkan<br />
jabatannya di Kuba dan<br />
berinisiatif membangun kekuatan<br />
gerilya untuk meruntuhkan<br />
kekuasaan otoriter di<br />
Bolivia. Di sana, hidup sang legenda<br />
itu berakhir. (dlm/tribunnews)<br />
3 Polisi Terus ‘Tempel’ Ahok<br />
KMP Boikot Pengangkatan Gubernur DKI<br />
tepuk tangan 44 anggota DP-<br />
RD –dari 106 anggota– yang<br />
datang, kembali menggema.<br />
Bahkan, sebagian di antara<br />
mereka memekikkan kata,”<br />
merdeka.”<br />
Rapat yang berlangsung<br />
hanya sekitar 10 menit itu tidak<br />
diwarnai interupsi atau<br />
protes dari anggota. Di kursi<br />
pimpinan pun hanya ada Edi,<br />
sementara keempat wakilnya<br />
yang kesemua dari KMP yakni<br />
Mohamad Taufik, Triwisaksana,<br />
Ferrial Sofyan, dan Abraham<br />
Lunggana, absen.<br />
Tidak utuhnya anggota DP-<br />
RD, tidak membuat Ahok<br />
bingung. Dia menegaskan, aksi<br />
pemboikotan itu tidak berpengaruh.<br />
Datang-tidaknya<br />
mereka, tidak mempengaruhi<br />
pengangkatan Ahok sebagai<br />
gubernur. “Saya mengucapkan<br />
terima kasih kepada DP-<br />
RD yang telah melaksanakan<br />
perintah konstitusi, termasuk<br />
melaksanakan surat dari Kemendagri,”<br />
kata dia.<br />
Ahok pun mengatakan, sebetulnya<br />
tanpa rapat paripurna<br />
DPRD pun presiden tetap<br />
sah melantik dirinya sebagai<br />
gubernur. “Semua kan berdasar<br />
undang undang. Soal pelantikan<br />
tergantung presiden.<br />
Presiden tanda tangan, terus<br />
dilantik. Kalau (presiden) tidak<br />
sempat dilakukan wapres. Jika<br />
wapres tidak sempat, bisa<br />
mendagri,” tegas Ahok,<br />
Sementara Edi menegaskan,<br />
dirinya hanya melaksanakan<br />
‘perintah’ Kemendagri.<br />
(kps/dtn/tribunnews)<br />
<strong>15</strong>11/B18