You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Institut Teknologi Bandung<br />
<strong>ITB</strong> | News<br />
Kaitan Sains dan Seni bersama Prof. Susanto Imam Rahayu<br />
nida<br />
Rabu, 3 - Juli - 2013, 20:21:14<br />
BANDUNG, itb.ac.id - Rabu, (26/06/13) bertempat di Ruang Serbaguna Perpustakan Pusat <strong>ITB</strong>, UPT<br />
Perpustakaan Pusat <strong>ITB</strong> bersama Moedome Learning Initiative (MLI) menyelenggarakan Diskusi Kaitan<br />
Sains dan Seni bersama Prof. Susanto Imam Rahayu. Dalam diskusi tersebut dijel<strong>as</strong>kan mengenai kaitan<br />
sains dan seni sebagai ilmu yang memiliki peran penting dalam membentuk peradaban dunia. Meskipun<br />
dalam kehidupan sehari-hari, keduanya sering dianggap dua kutub yang berbeda. Telah banyak kajian yang<br />
menerangkan bahwa sains dan seni bertolak dari titik yang sama, namun dalam perkembangannya<br />
mengalami percabangan yang antagonisma.Seperti yang diungkapkan Santo dalam diskusinya, banyak<br />
ilmuwan-ilmuwan dunia yang memiliki bakat artisitik, seperti W.K Heisenberg, seorang ahli teori sub-atom<br />
Jerman yang juga memiliki bakat musik dan puisi Jerman. Leonardo Da Vinci, pelukis Renaisans Italia yang<br />
turut memajukan ilmu anatomi dan <strong>as</strong>tronomi pada zamannya. Samuel Morse penemu telegraf lebih dikenal<br />
sebagai seniman lukis di waktu muda.<br />
Walau terdapat perbedaan yang esensial anatara sains dan seni, keduanya berland<strong>as</strong>kan proses yang<br />
sama, yaitu pengembangan daya, kreatifit<strong>as</strong>, imajin<strong>as</strong>i, dan kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang<br />
saintis dan seniman didorong untuk merepresent<strong>as</strong>ikan alam sesuai persepsinya. Seorang saintis berawal<br />
dari imajin<strong>as</strong>i dan keyakinan bahwa alam tidak serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal<br />
tersebut dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan az<strong>as</strong> estetika. Walaupun karya<br />
yang dih<strong>as</strong>ilkan berbeda, daya kreatif seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan<br />
seorang seniman yang mengh<strong>as</strong>ilkan lukisan, lagu, ataupun novel.<br />
Menurut Santo, dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa timbulnya aliran-aliran<br />
baru dalam sains dan seni bejalan hampir bersamaan. Seperti peralihan dari fisika kl<strong>as</strong>ik ke fisika modern,<br />
terjadi dalam kurun waktu bersamaan dengan timbulnya impressionalisme dalam lukisan, serta peralihan dari<br />
romatik ke post-romantik dan impresionisme dalam musik.<br />
Kenyataannya, cara pandang akan pendidikan di Indonesia hanya melihat sains sebagai ilmu eksak<br />
sedangkan yang lainnya tidak, bahkan cenderung dinomorduakan. Perkembangan pesat sains dan teknologi<br />
membuat ilmu tersebut semakin melu<strong>as</strong> dan terspesialis<strong>as</strong>i, serta terdapat kecenderungan antara satu sama<br />
lain yang tak mau saling tahu.<br />
Hal tersebut menurut Santo akan menimbulkan kekhawatiran berkurangnya orang-orang yang kreatif.<br />
Keadaan tersebut didukung oleh lingkungan yang membentuk pola pikir logis dan sistematis. Padahal dalam<br />
pengaplik<strong>as</strong>iannya, sains dan teknologi perlu sentuhan estetika yang ber<strong>as</strong>al dari pola pikir imajinatif dan<br />
kreatif. Berd<strong>as</strong>arkan hal itu, kehadiran Seni di Lingkungan Sains dan Teknologi seperti di <strong>ITB</strong>, bukanlah<br />
anomali tapi keniscayaan. "Perlu dikembangkan pemikiran bagaimana supaya kehadiran sains dan seni<br />
dapat bersinergi," ujar Santo.<br />
1/2
© Copyright 2008 Institut Teknologi Bandung<br />
2/2