28.11.2014 Views

43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang ...

43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang ...

43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>BAB</strong> <strong>III</strong><br />

<strong>METODE</strong> <strong>PENELITIAN</strong><br />

<strong>3.1.</strong> <strong>Objek</strong> <strong>Penelitian</strong><br />

<strong>Objek</strong> <strong>yang</strong> akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi<br />

panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas.<br />

<strong>Penelitian</strong> dikhususkan kepada aspek-aspek geokimia daerah penelitian,<br />

seperti analisis unsur-unsur kimia mataair panas dan gas <strong>yang</strong> dipakai untuk<br />

penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.<br />

Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan di tempat <strong>yang</strong> berbedabeda.<br />

Untuk pengambilan sampel dilakukan di lapangan, sedangkan analisis<br />

sampel airpanas dan air dingin dilakukan di laboratorium.<br />

3.2. Alat-Alat Yang Digunakan<br />

Dalam menunjang proses penelitian, alat-alat merupakan aspek <strong>yang</strong> sangat<br />

penting karena kehadirannya sangat dibutuhkan baik untuk pekerjaan lapangan<br />

maupun laboratorium. Berikut alat-alat <strong>yang</strong> digunakan dalam menunjang<br />

penelitian ini:<br />

1) Peta topografi daerah penelitian dengan skala 1:50.000<br />

2) GPS (Global Positioning System)<br />

3) Thermometer digital<br />

4) Thermometer maksimum<br />

5) pH meter digital<br />

<strong>43</strong>


44<br />

6) pH meter paper universal<br />

7) Syringe (Alat injeksi)<br />

8) Filter holder dan kertas filter 0.45 µm<br />

9) Pompa isap gas<br />

10) Tabung detektor gas<br />

11) Tabung vakum dan botol untuk samper air dan gas<br />

12) Corong poliethilen<br />

13) Selang karet silikon<br />

14) Larutan HNO 3 1: 1<br />

15) Larutan NaOH<br />

16) Kamera<br />

17) Alat tulis<br />

18) Peralatan penunjang lainnya untuk analisis kimia di laboratorium<br />

19) Alat keselamatan (sarung tangan, sepatu boots, masker gas, dll)<br />

3.3. Langkah-Langkah <strong>Penelitian</strong><br />

Berdasarkan jenis pekerjaannya, maka dapatlah dikatakan bahwa penelitian<br />

ini dilakukan melalui lima tahap yaitu tahap persiapan, tahap penelitian lapangan,<br />

tahap penelitian laboratorium, tahap pengolahan dan interpretasi data, dan tahap<br />

penyusunan laporan (Gambar 3.1)


45<br />

Gambar 3.1 Bagan Alir <strong>Penelitian</strong><br />

Tahap Persiapan<br />

Tahap ini merupakan tahapan <strong>yang</strong> dilakukan sebelum melakukan<br />

pekerjaan lapangan. Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan <strong>yang</strong><br />

menunjang kelancaran pada saat melakukan pekerjaan lapangan, meliputi<br />

hal-hal sebagai berikut :<br />

- Pembuatan peta dasar, peta dasar <strong>yang</strong> dibuat adalah peta topografi<br />

dan peta pola pengaliran sungai dengan skala 1 : 25.000, peta-peta<br />

tersebut dibuat dengan mengacu pada peta BAKOSURTANAL.<br />

- Studi kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh gambaran umum<br />

mengenai keadaan geologi secara regional.


46<br />

- Penafsiran peta topografi, dengan menganalisis peta pola pengaliran<br />

sungai dan membuat rencana lintasan penelitian.<br />

- Perizinan, dilakukan dengan membuat surat perizinan mulai dari<br />

tingkat universitas sampai tingkat pemerintahan daerah setempat.<br />

- Menyusun program kerja.<br />

Tahap <strong>Penelitian</strong> Lapangan<br />

Tahapan ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan<br />

pengamatan, pengukuran, serta pengambilan contoh secara langsung<br />

terhadap objek-objek penelitian <strong>yang</strong> meliputi:<br />

- Mengamati dan mecatat manifestasi panasbumi <strong>yang</strong> ditemukan di<br />

daerah penelitian seperti airpanas, hembusan uap, tanah panas, lumpur<br />

panas, fumarola.<br />

- Mengukur sifat fisik dari manifestasi panasbumi <strong>yang</strong> berupa<br />

temperatur manifestasi, temperatur udara, pH manifestasi, debit air<br />

panas, daya hantar listrik.<br />

- Mengambil sample dari manifestasi panasbumi tersebut berupa air<br />

panas dan air dingin<br />

Tahap <strong>Penelitian</strong> Laboratorium<br />

Tahap ini merupakan tahap analisis data-data geokimia selama di<br />

lapangan <strong>yang</strong> dilakukan di laboratorium. Hal <strong>yang</strong> dilakukan antara lain<br />

sebagai berikut :<br />

- Analisis sampel air.


47<br />

Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data<br />

Tahap ini meliputi tahap pengolahan data berupa data geokimia<br />

secara kuantitatif, data survey manifestasi panasbumi secara kualitatif.<br />

Selanjutnya dilakukan pengevaluasi dan penginterpretasian data-data<br />

geokimia. Antara lainnya adalah sebagai berikut :<br />

- Menelaah dan mengelompokkan manifestasi permukaan <strong>yang</strong><br />

ditemukan.<br />

- Menentukan karakteristik umum air panas dan air dingin.<br />

- Menentukan tipe air panas.<br />

- Menginterpretasi kondisi reservoar di daerah penelitian.<br />

- Menginterpretasi penentuan asal air panas serta pola alirannya.<br />

- Menentukan geothermometer serta sistem panasbumi.<br />

- Menelaah komposisi isotop stabil air panas dan air dingin.<br />

- Menentukan asal air dan proses bawah permukaan.<br />

- Menelaah kondisi geologi terhadap geokimia air panas.<br />

- Menentukan model tentatif sistem panasbumi.<br />

Tahap Penyusunan Laporan<br />

Tahapan ini merupakan hasil akhir dari seluruh penelitian, dimana<br />

seluruh data dan hasil penelitian dipaparkan secara rinci dalam bentuk<br />

sebuah tulisan.<br />

3.4. Metode <strong>Penelitian</strong><br />

Metode penelitian ini lebih dititikberatkan pada metode geokimia <strong>yang</strong><br />

mana merupakan pengamatan kimiawi terhadap manifestasi panasbumi.


48<br />

<strong>Penelitian</strong> geokimia merupakan salah satu metode <strong>yang</strong> digunakan dalam<br />

melakukan eksplorasi panasbumi, berdasarkan karakteristik <strong>yang</strong> diperoleh pada<br />

jenis manifestasi, konsentrasi senyawa kimia terlarut dan terabsorpsi dalam fluida<br />

panas <strong>yang</strong> terkandung dalam sampel air dan sampel gas.<br />

Adapun parameter <strong>yang</strong> digunakan meliputi sifat kimia manifestasi serta<br />

data hasil analisis kimia air.<br />

Hasil analisis dari data kimia pada akhirnya akan dihubungkan dengan<br />

kondisi geologi daerah penelitian sehingga mendapat gambaran mengenai<br />

karakteristik dan model sistem panasbumi <strong>yang</strong> terdapat di daerah penelitian.<br />

3.4.1 Metode Geokimia<br />

<strong>Penelitian</strong> geokimia merupakan salah satu metode <strong>yang</strong> digunakan<br />

dalam melakukan eksplorasi panasbumi, berdasarkan karakteristik <strong>yang</strong><br />

diperoleh pada jenis manifestasi, konsentrasi senyawa kimia terlarut dan<br />

terabsorpsi dalam fluida panas <strong>yang</strong> terkandung dalam sampel air dan<br />

sampel gas.<br />

Adapun parameter <strong>yang</strong> digunakan meliputi sifat kimia manifestasi,<br />

data hasil analisis kimia air dan gas.<br />

Dalam penelitian dilakukan pengerjaan pengambilan sampel<br />

airpanas dan gas kemudian dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan<br />

ketentuan seperti penentuan pH, temperatur, konduktivitas dan penentuan<br />

kandungan. Hal <strong>yang</strong> dilakukan antara lain adalah :<br />

1. Penentuan lokasi titik amat pengambilan sampel di lapangan<br />

dilakukan dengan cara:


49<br />

a) Orientasi medan dari peta daerah penelitian<br />

b) Pemilihan pusat manifestasi tempat sampel <strong>yang</strong> akan diambil.<br />

Titik pusat <strong>yang</strong> paling bagus adalah <strong>yang</strong> paling sedikit<br />

tercampur dengan airtanah, dalam hal ini adalah air <strong>yang</strong><br />

paling panas, debit paling tinggi dan Cl paling tinggi.<br />

2. Pengambilan sampel airpanas/ air dingin :<br />

a) Airpanas diambil dengan menggunakan gelas beaker 1000 ml<br />

sedekat mungkin dengan pusat airpanas. Sebaiknya air tersebut<br />

berada dalam keadaan tidak tergenang.<br />

b) Bilas terlebih dahulu alat-alat <strong>yang</strong> akan dipakai (botol dan<br />

syringe).<br />

c) Pindahkan airpanas <strong>yang</strong> telah diambil dengan gelas beaker<br />

tadi dengan menggunakan syringe lalu saring dengan filter<br />

holder <strong>yang</strong> telah diisi kertas filter pada saat hendak<br />

memasukkan air ke dalam botol. Hal ini dilakukan supaya air<br />

terhindar dari kotoran dan mikroorganisme lainnya.<br />

d) Ukur dan catat; pH, suhu air, suhu udara, debit air, DHL,<br />

warna, rasa, kenampakan morfologi sekitar, elevasi, serta<br />

cuaca.<br />

Dalam pengambilan sampel mataair panas diusahakan di tempat<br />

<strong>yang</strong> mempunyai aliran besar dan diambil pada keadaan sedikit<br />

pengenceran, penguapan dan interaksi dengan batuan sekitar.<br />

Hendaknya sediakanlah 2 sampel botol dalam pengambilan sampel<br />

air, hal ini dilakukan untuk menentukan unsur kation dan anion di


50<br />

laboratorium nantinya. Berikan tanda “FA” (Filter Acidify) untuk kation dan<br />

“F” untuk anion pada botol sampel air. Khusus untuk sampel air kation<br />

dilakukan pengasaman terlebih dahulu dengan penambahan HNO 3 (asam<br />

nitrat) hingga pH = 2.<br />

3.5. Analisis Data<br />

Setelah dilakukan proses pengumpulan data, proses pengerjaan selanjutnya<br />

adalah analisis data untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian <strong>yang</strong> telah<br />

disampaikan sebelumnya. Analisis-analisis data <strong>yang</strong> dilakukan antara lain:<br />

3.5.1. Analisis Ion Balance<br />

Analisis mengenai ion balance dilakukan untuk mengetahahui valid<br />

tidaknya data kimia dari air panas <strong>yang</strong> telah dianalisis sebelumnya. Sebuah<br />

data <strong>yang</strong> valid dan layak untuk diteliti harus memiliki nilai ion balance <<br />

5%, hal ini merupakan ketentuan baku <strong>yang</strong> berlaku secara global.<br />

Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah<br />

konsentrasi molal ion positif (kation) dikalikan dengan masing-masing berat<br />

ekivalennya (Tabel 3.1) dengan jumlah konsentrasi molal ion negatif<br />

(anion) <strong>yang</strong> dikalikan dengan masing-masing berat ekivalennya (Tabel<br />

3.1).


51<br />

Tabel 3.1 Berat ekivalen ion<br />

Perhitungan % ion balance dapat dilihat dari formula sebagai<br />

berikut:<br />

- Ekivalen per million kation : konsentrasi (mg/L) kation / berat<br />

ekivalen kation.<br />

- Ekivalen per million anion : konsentrasi (mg/L) anion / berat ekivalen<br />

anion.<br />

- % ion balance: [Ʃ kation – Ʃ anion] / [Ʃ kation + Ʃ anion] x 100%<br />

3.5.2. Penentuan Tipe Air Panas<br />

Tipe air panas ditentukan berdasarkan posisi kadungan relatif ion<br />

Cl, SO 4 , dan HCO 3 pada diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 (Gambar 3.2).<br />

Analisis ini dilakukan terhadap masing-masing air panas, selanjutnya<br />

berdasarkan posisi dari air panas akan ditentukan jenis serta penyebabnya.<br />

Perhitungan kandungan relatif ion dapat dilihat dalam formula<br />

sebagai berikut:


52<br />

Nilai relatif ion : [konsentrasi ion] / [total konsentrasi ketiga ion] x 100%<br />

Gambar 3.2 Diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 (Giggenbach, 1988 dalam<br />

Keith Nicholson, 1993)<br />

3.5.3. Penentuan Reservoar<br />

Interpretasi terhadap jenis batuan reservoar dapat dilakukan dengan<br />

melihat posisi kandungan relatif ion Cl/100, B/4, dan Li pada diagram<br />

segitiga Cl/100, B/4, Li (Gambar 3.3). Analisis ini dilakukan terhadap<br />

seluruh air panas <strong>yang</strong> ditemukan, dengan melihat posisi umum dari air<br />

panas kemudian analisis dilanjutkan dengan menginterpretasi jenis batuan<br />

reservoar.<br />

Penentuan jenis batuan reservoar harus didukung oleh analisis<br />

lainnya seperti konsentrasi masing-masing unsur kimia dalam air panas dan<br />

lain sebagainya.<br />

Perhitungan nilai relatif dari Cl/100, B/4, dan Li dilakukan dengan<br />

formula <strong>yang</strong> sama pada perhitungan penentuan tipe air panas, yaitu:


53<br />

Nilai relatif ion : [konsentrasi ion] / [total konsentrasi ketiga ion] x 100%<br />

Gambar 3.3 Diagram segitiga Cl/100-B/4-Li (Giggenbach, 1988 dalam<br />

Keith Nicholson, 1993)<br />

3.5.4. Penentuan Asal Air Panas<br />

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui asal dari air panas serta<br />

melihat hubungan antara air panas dari reservoar dengan air tanah atau<br />

permukaan.<br />

Analisis asal air panas ini dilakukan dengan melihat posisi<br />

kandungan relatif ion Na/1000, K/100, dan √Mg pada diagram segitiga<br />

Na/1000-K/100-√Mg (Gambar 3.4).<br />

Hasil interpretasi penentuan asal air panas dari metode ini harus<br />

ditunjang dengan analisis isotop dari masing-masing air. Hal ini dilakukan<br />

karena gabungan dari kedua metode tersebut akan menghasilkan data <strong>yang</strong><br />

lebih akurat.<br />

Perhitungan nilai relatif ion Na/1000, K/100, dan √Mg dapat<br />

dilakukan menggunakan formula sebagai berikut:


54<br />

Nilai relatif ion : [konsentrasi ion] / [total konsentrasi ketiga ion] x 100%<br />

Gambar 3.4 Diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg (Giggenbach, 1988<br />

dalam Keith Nicholson, 1993)<br />

3.5.5. Geothermometer<br />

Analisis mengenai temperatur reservoar dalam penelitian ini<br />

dilakukan berdasarkan data kimia air panas (solute geothermometer).<br />

Analisis ini terdiri dari berbagai macam metode, yaitu:<br />

<br />

Silika Geothermometer<br />

Metode ini dilakukan apabila air permukaan di sekitar lokasi air<br />

panas jenuh dengan kuarsa. Metode ini memiliki dua formula berbeda<br />

disesuaikan dengan kondisi panasbuminya.<br />

- Proses pendinginan secara adiabatik<br />

t ( 0 C) : [(1533,5) / (5,768-logSiO 2 )] – 273<br />

- Proses pendinginan secara konduktif<br />

t ( 0 C) : [(1315) / (5,205-logSiO 2 )] – 273


55<br />

<br />

Sodium, Potassium Geothermometer<br />

Metode ini dilakukan terhadap air berjenis alkali-klorida dengan<br />

pH netral serta di permukaan tidak terdapat endapan travertine.<br />

Metode ini diyakini merupakan metode dengan tingkat kebenaran<br />

paling tinggi, akan tetapi dalam penentuan temperatur reservoar halhal<br />

lain juga harus diperhatikan. Penentuan geothermometer ini<br />

memiliki banyak formula berdasarkan hasil penelitian banyak ilmuan,<br />

namun <strong>yang</strong> biasa digunakan ada dua yaitu:<br />

- Persamaan Fournier (1979)<br />

t ( 0 C) : [(1217) / (1,483+log(Na/K))] – 273<br />

- Persamaan Giggenbach (1988)<br />

t ( 0 C) : [(1390) / (1,75+log(Na/K))] – 273<br />

<br />

Sodium,Calsium, Potassium Geothermometer<br />

Metode geothermometer ini dilakukan terhadap air panas <strong>yang</strong><br />

banyak mengandung Ca dan di permukaan terdapat banyak endapan<br />

travertine. Kebenaran nilai temperatur dari metode ini adalah apabila<br />

nilai akhir dari perhitungannya > 70 0 C.<br />

Perhitungan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan<br />

formula:<br />

t ( 0 C) : [(855,6) / (log (Na/k) + β log (√Ca/Na) + 2,24)] – 273<br />

dimana, β = 4/3 apabila T 0 C 100 0 C


56<br />

Penggunaan seluruh metode diatas disesuaikan dengan ketentuan<br />

dari masing-masing metode, sehingga dalam penggunaannya tidak seluruh<br />

metode cocok untuk digunakan.<br />

Perhitungan-perhitungan diatas tidak sepenuhnya merupakan hasil<br />

mutlak dari temperatur reservoar. Gabungan dari perhitungan<br />

geothermometer, kondisi geologi, tipe air panas, serta diagram segitiga<br />

Na/1000-K/100-√Mg dapat memberikan nilai temperatur reservoar <strong>yang</strong><br />

lebih mendekati kebenaran.<br />

3.5.6. Analisis Kandungan Isotop Stabil<br />

Analisis ini dilakukan dengan cara melihat kandungan isotop stabil<br />

Oksigen-18 (δ 18 O) dan Hidrogen-2 (δD/Deuterium) dalam air baik air panas<br />

maupun air dingin. Kandungan isotop stabil <strong>yang</strong> telah diketahui kemudian<br />

di masukkan ke dalam grafik hubungan isotop stabil δ 18 O dan δD (Gambar<br />

3.5).<br />

Gambar 3.5 Grafik hubungan isotop stabil δ 18 O dan δD (Keith Nicholson,<br />

1993)


57<br />

Kandungan isotop stabil Oksigen-18 (δ 18 O) dan Hidrogen-2<br />

(δD/Deuterim) dalam air panas dapat digunakan untuk mengetahui asal air<br />

panas dan proses <strong>yang</strong> berlangsung di bawah permukaan. Kandungan δD<br />

dalam air panas umumnya sama dengan dalam air meteorik lokal,<br />

sedangkan δ 18 O dalam air panas umumnya lebih positif dibandingkan<br />

dengan air meteorik lokal (Keith Nicholson, 1993).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!