30.11.2014 Views

Daftar Isi - Departemen Pekerjaan Umum

Daftar Isi - Departemen Pekerjaan Umum

Daftar Isi - Departemen Pekerjaan Umum

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Daftar</strong> <strong>Isi</strong><br />

<strong>Daftar</strong> <strong>Isi</strong> .............................................................................................................................. i<br />

Prakata ................................................................................................................................. ii<br />

Pendahuluan ........................................................................................................................ iii<br />

1 Ruang Lingkup ............................................................................................................... 1 2<br />

Acuan Normatif ................................................................................................................... 1<br />

3 Istilah dan definisi .......................................................................................................... 1<br />

4 Pengertian dan penggunaan ............................................................................................ 2<br />

5 Persyaratan ..................................................................................................................... 2<br />

5.1 Persyaratan <strong>Umum</strong> ................................................................................................ 2<br />

5.2 Persyaratan teknis .................................................................................................. 2<br />

5.2.1 Mesin uji .................................................................................................................. 2<br />

5.2.2 Keakuratan ............................................................................................................... 3<br />

5.2.3 Benda uji ................................................................................................................... 3<br />

5.2.4 Pengkondisian .......................................................................................................... 3<br />

6 Pelaksanaan pengujian .................................................................................................... 3<br />

7 Pelaporan ........................................................................................................................ 5<br />

Lampiran A : <strong>Daftar</strong> Nama dan Lembaga ........................................................................... 8


Prakata<br />

Standar Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan struktur bangunan berbasis kayu ini<br />

dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Kontruksi dan Bangunan, melalui Gugus<br />

Kerja Bidang Bangunan Gedung pada Sub Panitia Teknik Badan Pemukiman. Standar ini<br />

diprakarsai oleh Badan Litbang Pemukiman, Badan Litbnag Kimpraswil, <strong>Departemen</strong><br />

Permukiman dan Prasarana Wilayah.<br />

Standar ini disusun sebagai acuan bagi pelaksana yang bekerja dalam bidang pengujian<br />

komponen kayu sebagai komponen struktur bangunan. Standar ini adopsi dari ASTM D 4761,<br />

Standar test method of mechanical properties of lumber and structural, dengan tingkat keselarasan<br />

adopsi modifikasi.<br />

Tata cara penulisan standar ini mengikuti Pedoman BSN No. 8 tahun 2000 – Penulisan Standar<br />

Nasional Indonesia, dan telah dibahas melalui forum consensus yang dilaksanakan si Bandung<br />

pada tanggal 23 Desember 2004 dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi terkait sesuai<br />

ketentuan Pedoman BSN No. 9 tahun 2000.<br />

Bandung, Desember 2004


Pendahuluan<br />

Sejumlah evalusi terhadap sikap mekanis kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu telah<br />

dilaksanakan dengan baik sejak akhir 1920-an menggunakan metode pungujian ASTM D 198-<br />

1999. Metode-metode tersebut sangat sesuai untuk kondisi di laboratorium dan dapat diadaptasi<br />

unutk bermacam-macam produk seperti kayu yang dipilih secara masinal, kayu gergajian, glulam,<br />

komposit kayu-kayu lapis kayu yang menggunakan tulangan dan prestresed. Prosedur-prosedur<br />

yang diuraikan Pada standar ini diambil dari prosedur yang ada pada ASTM D 198-1999 dan<br />

utamanya ditujukan untuk penerapan pada pemilihan kayu secara masinal, tetapi dapat pula unutk<br />

bahan bangunan berbahan kayu struktural lainnya. Prosedur yang ada pada standar ini lebih<br />

diterpkan pada kondisi tidak di labolatorium (lapangan). Oleh karena itu metode-metode<br />

pengujiannya dapat diterpakan di pabrik atau bagian produksi untuk uji lapangan atau<br />

pengendalian kualitas, juga dapat pula diterapkan di laboratorium untuk keperluan penelitian.<br />

Salah satu pembeda pokok dengan ATSM D 198-1990 adalah kecepatan pembebanan, prosedur<br />

pengukuran defleksi pada benda uji yang terbebani, dan detail laporan. Lebih jauh, metode<br />

pengujian tersebut tidak mengharuskan benda uji hingga rusak. Dengan adanya kebebasan<br />

prosedur pada metode-metode pengujian ini, prosedur pengujian harus dicatat sepenuhnya dan<br />

dituliskan pada laporan. Dapat pula dilakukan penguhubungan antara hasil pengujian yang<br />

dilakukan melalui metode-metode pengujian yang ada dengan metode pengujian yang diuraikan<br />

pada ATSM D 198-1990.<br />

Standar ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan bagi para pelaksana penguji lentur posisi<br />

tegak kayu yang dipilih secara masinal dan bahan struktur bangunan berbasis kayu yang digunkan<br />

secara struktural bagi para pelaksana pengujian di laboratorium, di bagian produksi atau di<br />

lapangan.


Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur bangunan<br />

1 Ruang lingkup<br />

berbasis kayu<br />

Metode pengujian ini menyediakan penurunan sifat lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur<br />

bangunan berbasis kayu yang dipilih secara masinal berdasarkan kekuatannya dengan<br />

pembebanan dua titik.<br />

2 Acuan normatif<br />

ASTM D 198-1990 Methods of Static Tests of Timber in Structural Sizes<br />

ASTM<br />

D 4761, Standard Test Method for mechanical properties of lumber and structural wood-based<br />

material<br />

SNI-<br />

03-6881-2002, Tatacara evaluasi besaran izin unutk kualifikasi mutu kayu struktural SNI-03-<br />

6850-2002, Metode pengukuran kadar air kayu dan bahan berkayu.<br />

3 Istilah dan definisi<br />

3.1<br />

juluran<br />

bagian benda uji yang menjulur melewati tumpuan<br />

3.2<br />

lebar<br />

dimensi benda uji pada arah tegak lurus terhadap tumpuan dan juga tegak lurus terhadap arah<br />

badan yang diberikan.<br />

3.3<br />

mesin uji<br />

suatu alat yang mengkombinasikan (1) reaksi anka untuk mampu benda uji, (2) mekanisme<br />

pembebanan untuk menerapkan beban pada kecepatan yang sitentukan, dan (3) suatu alat untuk<br />

mengukur gaya yang dapat dikalibrasi untuk memenuhi kebutuhan<br />

ketelitian yang disyaratkan.<br />

3.4<br />

panjang bentang<br />

jarak teoritis dari tumpuan ke tumpuan reaksi-reaksi perletakan akhir dimana benda uji didukung<br />

untuk menakomodir beban lentur pada arah melintang.<br />

3.5<br />

pembebanan dua titik<br />

suatu kondisi terlentur dimana dua titik beban berjarak sama dari tumpuan (lihat lampiran).<br />

3.6<br />

pembebanan titik ketiga<br />

suatu kondisi terlentur dimana dua titik terlentur terletak pada 1/3 panjang bentang (lihat<br />

lampiran).


3.7<br />

tinggi<br />

dimensi benda uji pada arah tegak lurus terhadap tumpuan dan sejajar dengan arah beban yang<br />

diberikan.<br />

4 Pengertian dan penggunaan<br />

4.1 Metode pengujian ini menyediakan prosedur yang dapat diterapkan pada kondisi lapangan<br />

yang sesungguhnya seperti di pabrik dimana benda uji tidak dalam kondisi kadar air<br />

keseimbangan.<br />

4.2 Data yang dihasilkan melalui metode ini dapat digunakan sebagai berikut :<br />

4.2.1 Menghasilakan sifat kekuatan dan kekuatan untuk populasi yang diwakili oleh bahan yang<br />

akan diuji (yaitu satu kelas, kombinasi dari beberapa kelas, jenis tertentu, kelompok jenis atau<br />

contoh uji yang teridentifikasi maupun tidak)<br />

4.2.2 Untuk menegaskan validitas sifat kekuatan dan kekuatan populasi yang diwakili oleh bahan<br />

yang akan diuji.<br />

4.2.3 Untuk mengetahui pengharuh parameter-parameter yang mempengaruhi sifat kekuatan dan<br />

kekuatan bahan seperti kedap air, temperatur, ukuran dan letak mata kayu atau miring serat.<br />

4.3 Prosedur-prosedur yang dipilih berkaitan dengan metode-metode pengujian ini harus<br />

didokumentasikan seluruhnya pada laporan untuk menginformasikan kolerasi dengan hasil-hasil<br />

pengujian yang diperoleh melalui penggunaan prosedur pengujian biasa sebagaimana yang<br />

tercantum dalam ASTM D 198-1999.<br />

5 Persyaratan<br />

5.1 Persyaratan umum<br />

Mesin uji yang harus digunakan dikalibrasi dan memenuhi ketentuan ketelitian yang<br />

dipersyaratkan.<br />

5.2 Persyaratan teknis<br />

5.2.1 Mesin uji<br />

a) Alat pembebanan dan tumpuan, termasuk plat beban yang paling sedikit memenuhi luas benda uji<br />

dan panjangnya tidak melebihi 200 mm.<br />

b) Panjang plat beban dan alat pembebanan tidak kurang dari satu setengah tinggi benda uji.<br />

c) Rol dan sumbu yang terdapat pada alat uji harus dipasang sedemikian rupa sehingga<br />

menjamin sekecil-kecilnya gaya aksial yang timbul pada benda uji.<br />

d) Benda uji harus mendapatkan beban terpusat yang terletak pada jarak yang sama dari penyangga.<br />

e) Untuk benda uji rasio tinggi dan lebar sebesar 3 atau lebih sebaiknya menggunakan penyangga<br />

lateral yang menjamin pergerakan benda uji sesuai beban yang diterapkan dan sekecil-kecilnya<br />

geseran yang menghambat.<br />

f) Defleksi dapat diukur sebagai pemindahan kepala beban.


5.2.2 Keakuratan<br />

a) Titik beban harus terletak dalam jarak maksimum 3 mm dari titik yang ditentukan.<br />

b) Alat pengukur gaya harus mengukur beban dengan ketelitian tidak lebih dari ± 1,0 % dari beban<br />

pada beban-beban sama atau di atas 4450 N. Sedangkan untuk beban di bawah 4450 N ketelitian<br />

tidak boleh lebih dari 45 N.<br />

c) Alat pengukur defleksi harus mengukur defleksi dengan ketelitian tidak lebih dari ± 2,0 % untuk<br />

defleksi dari defleksi-defleksi sama atau di atas 4 mm. Sedangkan untuk defleksi di bawah 4 mm<br />

ketelitian tidak boleh lebih dari 0.08 mm.<br />

5.2.3 Benda uji<br />

a) Bila evaluasi pengaruh perubahan muka melintang kayu dilakukan secara obyektif, dimensi<br />

benda uji adalah dimensi kayu di pasaran.<br />

b) Panjang benda uji minimum adalah panjang bentang sebesar 17-25 kali tinggi benda uji ditambah<br />

dengan panjang juluran yang dapat menjamin benda uji tidak selip pada saat pengujian.<br />

5.2.4 Pengkondisian<br />

a) Benda uji dapat diuji pada kondisi kadar air, temperatur atau perlakukan yang dikehendaki.<br />

b) Bila temperatur pengujian kurang dari 7 °C atau lebih dari 32 °C maka temperatur pengujian<br />

harus dilaporkan.<br />

6 Pelaksanaan pengujian<br />

a) Ukur dan catat dimensi penampang melintang dan kadar air benda uji pada bagian tengah atau<br />

bagian lain yang lebih mewakili dan lakukan untuk setiap benda uji.<br />

b) Ukur dimensi sampai nilai mendekati 1 mm<br />

c) Ukur kadar air sesuai SNI 03-6850-2002, metode pengukuran kadar air kayu dan bahan berkayu.<br />

d) Letakkan benda uji pada posisi ditengah penyangga kecuali bila ada cacat yang tiak<br />

memunkinkan hal tersebut.<br />

e) Pilih secara acak bagian benda uji yang akan mengalami beban tarik<br />

f) Bebani benda uji dengan kecepatan pembebanan yang menyebabkan benda uji rusak dalam waktu<br />

1 menit atau dengan defleksi benda uji 75 rnm/menit. Hasil pengujian tidak dapat diterima<br />

apabila kerusakan terjadi kurang dari 10 detik atau lebih dari 10 menit.<br />

g) Catat data beban dan defleksi<br />

h) Catat data beban maksimum yang terjadi<br />

i) Catat jenis dan bentuk kerusakan kayu.<br />

j) Hitung modulus elastisitas dan kuat ientur mutlak dengan rumus sebagai berikut:<br />

(1) Pembebanan titik ketiga<br />

P`L 3<br />

E= (1)<br />

4.7 bh 3 ∆


di mana:<br />

E = modulus elastisitas (MPa)<br />

P = beban pada baiok pada batas proporsional (N)<br />

L = panjang bentang (mm)<br />

b = lebar benda uji (mm)<br />

h = tinggi benda uji (mm)<br />

∆ = defleksi pada sumbu netral reaksi dan tengah bafok pada batas proporsional<br />

(mm)<br />

PL<br />

ơ lt =<br />

………………..(2)<br />

bh 2<br />

di mana:<br />

ơ lt = kuat lentur mutlak (MPa)<br />

P = beban maksimum (N)<br />

(2) Pembebanan dua titik :<br />

- modulus elastisitas<br />

P'y<br />

E = (3L 2 -4y 2 )<br />

4bh 3 ∆<br />

dimana:<br />

E = modulus elastisitas (MPa)<br />

P' = beban pada balok pada batas proporsional (N)<br />

L = panjang bentang (mm)<br />

b = lebar benda uji (mm)<br />

h = tinggi benda uji (mm)<br />

A = defleksi pada sumbu netral reaksi dan tengah balok pada<br />

batas proporsional (mm) y = jarak dari titik tumpuan ke titik beban<br />

terdekat (1/2 bentang geser) (mm)<br />

Kuat lentur mutlak<br />

3Py<br />

ơ lt =<br />

…………..(2)<br />

bh 2<br />

di mana<br />

ơ lt = kuat lentur mutlak (MPa)<br />

P = beban maksimum (N)<br />

y = jarak dari titik tumpuan ke titik beban terdekat (1/2 bentang geser)<br />

(mm)


7 Pelaporan<br />

Laporan pengujian sekurang-kurangnya mencantumkan:<br />

a. Deskripsi tentang alat uji termasuk gambar detail, jarak tumpuan, dan alat pengukur<br />

defleksi,<br />

b. Deskripsi prosedur kalibrasi, frekwensi dan catatannya<br />

c. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar air<br />

d. Kecepatan pengujian dan pengaturan kecepatan yang dilakukan<br />

e. Posisi benda uji pada arah memanjang dan pemilihan muka tarik.<br />

f. Data pengukuran beban-defleksi untuk perhitungan modulus elastisitas.<br />

g. Deskripsi tentang populasi yang diambil contohnya, termasuk letak geografis, jenis atau<br />

kelompok jenis, geometri benda uji, kelas atau kombinsi kelas, perlakukari terhadap<br />

benda uji.<br />

h. Deskripsi contoh uji termasuk banyaknya contoh uji, pengkondisian, temperatur benda<br />

uji pada saat pengujian dan benda uji yang gagal pada waktu pengujian.<br />

i. Data benda uji termasuk kelas mutu, dimensi penampang irisan yang sesungguhnya,<br />

kadar air, data beban-defleksi, beban maksimum, jangka waktu benda uji rusak, lokasi<br />

dan uraian kerusakan.<br />

j. Detail penyimpangan yang terjadi.


Gambar 1 Pengujian lentur muka lebar dengan pembebanan titik ke tiga<br />

Gambar 2 Pengujian lentur muka lebar dengan pembebanan dua titik


Bibliografi<br />

ASTM D 9, Terminology Relating to Wood<br />

ASTM D 4442, Test Methods for Direct Moisture Content Measurement of Wood and Wood<br />

Base Materials<br />

ASTM E 4, Practices for Force Verification of Testing Machines"<br />

ASTM E 6, Terminology Relating to Methods of Mechanical Testing<br />

ASTM E 177, Practice for Use of the Terms Precision and Bias in ASTM Test Methods


Lampiran A<br />

(Informatif)<br />

<strong>Daftar</strong> nama dan lembaga<br />

1 Pemrakarsa<br />

Puslibang Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, <strong>Departemen</strong><br />

<strong>Pekerjaan</strong> <strong>Umum</strong><br />

2 Penyusun<br />

No Nama Lembaga<br />

1. DR. Ir. Anita Firmanti, MT Puslitbang Pemukiman<br />

2. Prof. Surjono Surjokusumo, MSF Institut Pertanian Bogor

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!