01.12.2014 Views

Gubernur Jawa Barat - Bappeda

Gubernur Jawa Barat - Bappeda

Gubernur Jawa Barat - Bappeda

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Gubernur</strong> <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong><br />

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT<br />

NOMOR :<br />

TENTANG<br />

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT<br />

NOMOR 6TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH<br />

PROVINSI JAWA BARAT<br />

GUBERNUR JAWA BARAT<br />

Menimbang<br />

Mengingat<br />

: a. Bahwa dalam rangka perencanaan pembangunan daerah yang<br />

transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,<br />

terukur, berkeadilan dan berkelanjutan guna terselenggaranya tata<br />

kelola kepemrintahan yang baik, telah ditetapkan Peraturan daerah<br />

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>;<br />

b. Bahwa untuk pelaksanaan Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2009<br />

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong><br />

<strong>Barat</strong> sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, perlu<br />

ditetapkan Peraturan <strong>Gubernur</strong> <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> tentang Petunjuk<br />

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> Nomor 6<br />

Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah<br />

Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>;<br />

: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan<br />

Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4<br />

Juli Tahun 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950<br />

tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara<br />

Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah<br />

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun<br />

2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota<br />

Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia<br />

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93,<br />

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744)<br />

dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan<br />

Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun<br />

2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Nomor 4010);<br />

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara<br />

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan<br />

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999<br />

Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Nomor 3851);<br />

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara<br />

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,<br />

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);<br />

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan<br />

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor<br />

5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);<br />

1


5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan<br />

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran<br />

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan<br />

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);<br />

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem<br />

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara<br />

Republik Indonesia Nomor 4421);<br />

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan<br />

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor<br />

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor<br />

4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan<br />

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua<br />

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang<br />

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Nomor 4844);<br />

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang<br />

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,<br />

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);<br />

9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan<br />

Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun<br />

2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Nomor 4846);<br />

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan<br />

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun<br />

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Nomor 4570);<br />

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian<br />

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerinttah Daerah<br />

Provinsi dan Pemerrinttah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara<br />

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran<br />

Negara Republik Indonesia Nomor 4737);<br />

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi<br />

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun<br />

2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<br />

Nomor 4741);<br />

13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang<br />

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara<br />

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran<br />

Negara Republik Indonesia Nomor 4816);<br />

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,<br />

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan<br />

Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik<br />

Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara<br />

Republik Indonesia Nomor 4817);<br />

15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara<br />

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan<br />

<strong>Gubernur</strong> sebagai Wakil Pemerintah di Daerah Provinsi (Lembaran<br />

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan<br />

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107;<br />

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang<br />

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah<br />

diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun<br />

2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri<br />

2


Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan<br />

Daerah;<br />

17. Peraturan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> Nomor 10 Tahun 2008<br />

tentang Urusan Pemerintahan Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> (Lembaran<br />

Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah<br />

Nomor 46);<br />

18. Peraturan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> Nomor 12 Tahun 2008<br />

tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran<br />

Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri D, Tambahan Lembaran<br />

Daerah Nomor 47);<br />

19. Peraturan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> Nomor 6 Tahun 2009<br />

Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi<br />

<strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E,<br />

Tambahan Lembaran Daerah no. 64))<br />

M E M U T U S K A N :<br />

Menetapkan<br />

: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT TENTANG PETUNJUK<br />

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT<br />

NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN<br />

PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT<br />

BAB I<br />

KETENTUAN UMUM<br />

Pasal 1<br />

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan :<br />

1. Daerah adalah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

2. Pemerintah Daerah adalah <strong>Gubernur</strong> dan perangkat daerah<br />

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.<br />

3. <strong>Gubernur</strong> adalah <strong>Gubernur</strong> <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

5. Organisasi Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat<br />

Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah perangkat Daerah<br />

yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah.<br />

6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>,<br />

yang selanjutnya disebut <strong>Bappeda</strong> adalah OPD yang memiliki<br />

tugas pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan<br />

kebijakan teknis perencanaan pembangunan dan penyusunan,<br />

serta pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan Daerah.<br />

7. Kepala <strong>Bappeda</strong> adalah Kepala Badan Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

8. Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah yang<br />

selanjutnya disebut Biro Administrasi Pembangunan, adalah OPD<br />

yang memiliki tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan<br />

kebijakan umum dan koordinasi fasilitasi, pelaporan, evaluasi dan<br />

pengendalian administrasi pembangunan fisik, perekonomian,<br />

sosial budaya dan pemerintahan.<br />

3


9. Perencanaan pembangunan Daerah adalah suatu proses<br />

penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai<br />

unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan<br />

pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan<br />

kesejahteraan sosial dalam jangka waktu tertentu.<br />

10. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu<br />

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk<br />

menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka<br />

panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh<br />

unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan<br />

Daerah.<br />

11. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan<br />

tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan<br />

rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka<br />

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur<br />

penyelenggara pemerintah daerah dan masyarakat di tingkat<br />

Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan.<br />

12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang<br />

selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan<br />

Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi<br />

dan arah pembangunan Daerah dan mengacu kepada RPJP<br />

Nasional.<br />

13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang<br />

selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan<br />

Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran<br />

dari visi, misi dan program gubernur dan penyusunannya<br />

berpedoman pada RPJPD dengan memperhatikan RPJM<br />

Nasional.<br />

14. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut<br />

dengan RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah untuk<br />

periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJMD<br />

dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).<br />

15. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan<br />

ruang, baik yang direncanakan atau tidak.<br />

16. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang<br />

selanjutnya disebut RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah<br />

rencana struktur tata ruang provinsi dan kabupaten/kota yang<br />

mengatur struktur dan pola tata ruang provinsi dan<br />

kabupaten/kota.<br />

17. Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya<br />

disebut Renstra OPD, adalah dokumen perencanaan Organisasi<br />

Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi,<br />

misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan<br />

pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi OPD<br />

serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.<br />

18. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya<br />

disebut Renja OPD, adalah dokumen perencanaan Organisasi<br />

Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat<br />

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang<br />

dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang<br />

ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.<br />

4


19. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan<br />

pada akhir periode perencanaan.<br />

20. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan<br />

dilaksanakan untuk mewujudkan visi.<br />

21. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program<br />

indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.<br />

22. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah<br />

Daerah dan atau Kabupaten/Kota untuk mencapai tujuan.<br />

23. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih<br />

kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk<br />

mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran,<br />

atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh perangkat<br />

daerah.<br />

24. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah, yang<br />

selanjutnya disebut Musrenbangda adalah forum antar pemangku<br />

kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan<br />

Daerah.<br />

25. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah<br />

yang selanjutnya disebut Musrenbang Jangka Panjang Daerah<br />

adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan dalam<br />

rangka menyusun RPJP Daerah.<br />

26. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah<br />

Daerah yang selanjutnya disebut Musrenbang Jangka Menengah<br />

Daerah adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan<br />

dalam rangka menyusun RPJM Daerah.<br />

27. Musyawarah Perencanaan Pembangunan RKPD yang selanjutnya<br />

disebut Musrenbang RKPD adalah forum antarpemangku<br />

kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun RKPD.<br />

28. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau<br />

tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari<br />

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.<br />

29. Forum Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut<br />

Forum OPD adalah wadah bersama antarpelaku pembangunan<br />

Daerah untuk menentukan prioritas program dan kegiatan<br />

pembangunan hasil Musrenbang Kabupaten/Kota dengan OPD<br />

atau gabungan OPD, serta menyusun dan menyempurnakan<br />

Renja OPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh<br />

OPD yang bersangkutan.<br />

5


BAB II<br />

MAKSUD DA TUJUAN<br />

Pasal 2<br />

(1) Peraturan <strong>Gubernur</strong> ini dimaksudkan sebagai petunjuk<br />

pelaksanaan dalam perencanaan pembangunan Daerah sesuai<br />

Peraturan daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong> Nomor 6 Tahun 2009<br />

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan daerah Provinsi <strong>Jawa</strong><br />

<strong>Barat</strong>.<br />

(2) Tujuan Peraturan <strong>Gubernur</strong> ini adalah untuk mewujudkan<br />

perencanaan pembangunan Daerah yang dilaksanakan secara :<br />

a. Terkoordinasi, terintegrasi, sinkron dan sinergi dalam<br />

perencanaan pembangunan, baik antarpemangku kepentingan<br />

pembangunan, antar daerah, antar ruang, antar waktu,<br />

antarfungsi pemerintah dan antar susunan pemerintahan;<br />

b. Memiliki keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,<br />

penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;<br />

dan<br />

c. Menjamin tercapainya pemanfaatan sumberdaya secara efisien,<br />

efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.<br />

BAB III<br />

PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH<br />

Bagian Kesatu<br />

Umum<br />

Pasal 3<br />

(1) Penyusunan perencanaan pembangunanDaerah meliputi :<br />

a. RPJP Daerah, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;<br />

b. RTRW Provinsi, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;<br />

c. RPJM Daerah, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;<br />

d. Renip Bidang/Sektoral, yang ditetapkan dengan Peraturan<br />

<strong>Gubernur</strong>;<br />

e. Renstra OPD, yang ditetapkan dengan Peraturan <strong>Gubernur</strong>;<br />

f. RKPD, yang ditetapkan dengan Peraturan <strong>Gubernur</strong>;<br />

g. Renja OPD, yang ditetapkan dengan Peraturan <strong>Gubernur</strong>;<br />

(2) <strong>Bappeda</strong> menyusun RPJP Daerah, RTRW Provinsi, RPJM Daerah,<br />

Renip dan RKPD, berkoordinasi dengan OPD sesuai ketentuan<br />

peraturan perundang-undangan;<br />

(3) OPD menyusun Renstra OPD dan Renja OPD, berkoordinasi<br />

dengan <strong>Bappeda</strong> sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.<br />

Pasal 4<br />

(1) Penyusunan perencanaan pembangunan Daerah sebagaimana<br />

dimaksud pada Pasal 3, dilaksanakan dengan tahapan :<br />

a. penyusunan rancangan awal;<br />

b. pembahasan atas rancangan awal; dan<br />

c. penyusunan rancangan akhir.<br />

(2) Pembahasan atas rancangan awal RPJP Daerah, RPJMD daerah<br />

dan RKPD dilaksanakan melalui :<br />

a. Pra Musrenbang dan Musrenbang RPJP Daerah, RPJM Daerah<br />

dan RKPD; dan<br />

b. Forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi<br />

pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.<br />

6


(3) Pembahasan atas rancangan awal RTRW Provinsi, renip, renstra<br />

OPD dan renja OPD dilaksanakan melalui Forum dengar pendapat<br />

publik dan penjaringan aspirasi pemangku kepentingan<br />

pembangunan di Daerah.<br />

BAB IV<br />

TATACARA PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL<br />

Bagian Kesatu<br />

RPJP Daerah<br />

Pasal 5<br />

<strong>Bappeda</strong> Menyusun Rancangan Awal RPJP Daerah dengan tahapan<br />

sebagai berikut :<br />

a. penyiapan Bahan Masukan bagi penyusun rancangan awal RPJP<br />

Daerah yang bersumber dari RPJP Nasional dan hasil kajian<br />

evaluasi pembangunan selama satu periode sebelumnya serta<br />

proyeksi pembangunan selama 20 (dua puluh) tahun;<br />

b. perumusan visi, misi, arah, tahapan dan prioritas RPJP Daerah;<br />

c. perumusan rancangan RPJP Daerah; dan<br />

d. penyempurnaan rancangan awal RPJP Daerah.<br />

Bagian Kedua<br />

RTRW Provinsi<br />

Pasal 6<br />

(1) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan awal RTRW Provinsi yang<br />

dilaksanakan berdasarkan masukan dari OPD dan pemangku<br />

kepentingan pembangunan di Daerah, dengan tahap kegiatan<br />

meliputi :<br />

a. persiapan; dan ;<br />

b. pelaksanaan<br />

(2) Kegiatan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf<br />

a, :<br />

a. penyusunan Kerangka Acuan Kerja atau Terms of Reference<br />

dan penyiapan Rencana Anggaran Biaya;<br />

b. pelaksanaan kajian awal atas data sekunder dan evaluasi<br />

RTRW Provinsi periode sebelumnya serta kajian kebijakan<br />

terkait lainnya ;<br />

c. persiapan ternis pelaksanaa, meliputi ;<br />

1. penyimpulan data awal;<br />

2. penyiapan metodelogi pendekatan pelaksanaan<br />

pekerjaan<br />

3. penyusunan rencana detail kerja; dan<br />

4. penyiapan perangkat survey, mobilisasi peralatan dan<br />

personil yang dibutuhkan<br />

d. penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai<br />

rencana penyusunan RTRW Provinsi.<br />

(3) Pelaksanaan penyusunan rancangan awal RTRW Provinsi<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi :<br />

a. pengumpulan data ;<br />

b. pengolahan dan analisis data<br />

c. penyususnan konsepsi RTRW Provinsi<br />

d. penyusunan arah pemanfaatan ruang; dan<br />

e. penyusunan arah pengendalian pemanfaatan ruang<br />

7


Pasal 7<br />

(1) Pengumpulan data untuk penyusunan rancangan awal RTRW<br />

Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) huruf a,<br />

dilaksanakan dengan memperhatikan tingkat keakuratan jenis<br />

data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi<br />

penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta<br />

variabel-variabel lainnya, meliputi :<br />

a. data primer; dan<br />

b. data sekunder<br />

(2) Pengumpulan data primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<br />

huruf a, dapat dilaksanakan melalui :<br />

a. penjaringan aspirasi masyarakat melalui penyebaran angket,<br />

temu wicara, dan wawancara; dan<br />

b. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara<br />

langsung melalui kunjungan ke seluruh wilayah di daerah<br />

(3) Pengumpulan data sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1) huruf b, paling sedikit meliputi :<br />

a. Peta yang terdiri dari :<br />

1. rupa bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 :<br />

250.000;<br />

2. citra satelit<br />

3. batas wilayah administrasi;<br />

4. batas kawasan hutan<br />

5. analisis kebencanaan; dan<br />

6. identifikasi potensi sumberdaya alam.<br />

b. Data dan informasi, yang terdiri dari :<br />

1. kependudukan<br />

2. sarana dan prasarana ;<br />

3. pertumbuhan ekonomi ;<br />

4. kemampuan keuangan dan kelembagaan Daerah ;<br />

5. kebijakan penataan ruang periode sebelumnya;<br />

6. kebijakan pembangunan sektoral; dan<br />

7. peraturan perundangn-undangan terkait.<br />

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan data<br />

primer dan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2)<br />

dan (3) ditetapkan oleh Kepala <strong>Bappeda</strong>.<br />

Pasal 8<br />

(1) Pengelolaan dan analisa sebagaimana dimaksud pada Pasal 6<br />

ayat (3) huruf b, meliputi :<br />

a. karakteristik tata ruang wilayah; dan<br />

b. rencana stuktur ruang dan bencana pola ruang wilayah<br />

(2) pengolahan dan analisis karakter tata ruang wilayah sebagaiman<br />

dimaksud pada ayat (1) a, paling sedikit meliputi :<br />

a. karekteristik umum fisik wilayah, meliputi<br />

1. karakteristik tata ruang wilayah; dan<br />

2. potensi rawan bencana alam ;<br />

3. potensi sumberdaya alam ; dan<br />

4. kesesuian lahan pertanian<br />

b. karakteristik soaial kependudukan, meliputi ;<br />

1. sebaran kepadatan penduduk saat ini dan 20 (dua puluh)<br />

tahun ke depan;<br />

2. proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan saat ini dan<br />

20 (dua puluh) tahun ke depan;<br />

3. kualitas sumberdaya manusia dalam mendapatkan<br />

kesempatan kerja.<br />

8


c. Karakteristik ekonomi wilayah, meliputi :<br />

1. basis ekonomi Daerah ;<br />

2. prospek pertumbuhan ekonomi Daerah<br />

3. prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan<br />

ekonomi.<br />

d. Kemampuan keuangan pembangunan Daerah, meliputi ;<br />

1. sumber penerimaan Daerah dan Alokasi pembiayaan<br />

pembangunan ; dan<br />

2. prediksi peningkatan kemampuan keuangan<br />

pembangunan daerah<br />

e. Kedudukan daerah, meliputi ;<br />

1. kedudukan daerah dalam kebijakan strategi struktur<br />

ruang nasional ;<br />

2. kedudukan Daerah di dalam sistem perekonomian<br />

regional; dan<br />

3. kedudukan Kabupaten/Kota dalam kebijakan trategis<br />

struktur ruang Daerah.<br />

(3) Pengolahan dan analisis rencana struktur ruang dan rencana<br />

pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf<br />

b, paling sedikit meliputi :<br />

a. identifikasi daerah fungsiaonal perkotaan (functional urban<br />

area) di Daerah ;<br />

b. analisis sistem pusat-pusat permukimana atau sistem<br />

perkotaan yang didasarkan pada sebaran daerag fungsional<br />

perkotaan yang ada di daerah; dan<br />

c. analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan wilayah<br />

serta optimasi pemanfaatan ruang.<br />

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengolahan dan<br />

analisa data sebgaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3),<br />

ditetapkan oleh Kepala <strong>Bappeda</strong>.<br />

Pasal 9<br />

(1) Penyusunan konsepsi RTRW Provinsi sebagaimana dimaksud<br />

pada pasal 6 ayat (3) huruf c, meliputi perumusan konsep<br />

pengembangan wilayah dan perumusan RTRW Provinsi.<br />

(2) Konsep pengembangan wilayah sebagaimana dimaksud pada<br />

ayat (1) didasarkan alternatif konsep pengembangan wilayah,<br />

yang memuat :<br />

a. rumusan tentang tujuan, kebijakan dan strategi<br />

pengembangan wilayah Daerah; dan<br />

b. konsep pengembangan wilayah daerah.<br />

(3) Perumusan RTRW Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1) dilakukan dengan pilihan alternatif sesuai konsep<br />

pembangunan wilayah.<br />

(4) Hasil kegiatan perumusan konsepsi RTRW, meliputi :<br />

a. tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah ;<br />

b. rencana pola ruang wilayah; dan<br />

c. penetapan kawasan-kawasan strategis.<br />

Pasal 10<br />

Penyusunan arah pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada<br />

pasal 6 ayat (3) huruf d didasarkan pada rencana struktur ruang<br />

rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis Daerah,<br />

kemampuan keuangan Daerah dan standar teknis perencanaan tata<br />

ruang, yang dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.<br />

9


Bagian Ketiga<br />

RPJM Daerah<br />

Pasal 11<br />

<strong>Bappeda</strong> menyusun Rancangan awal RPJM Daerah, dengan tahapan<br />

sebagai berikut :<br />

a. penyiapan bahan masukan bagi penyusunan rancangan awal<br />

RPJM Daerah yang bersumber dari RPJM Nasional dan hasil<br />

kajian evaluasi pemabngunan jangka menengah sebalumnya serta<br />

proyeksi pembangunan selama 5 (lima) tahun;<br />

b. penyusunan rancangan/sistematika RPJM Daerah; dan<br />

c. penyempurnaan rancangan awal RPJM Daerah.<br />

Bagian Keempat<br />

Renstra OPD<br />

Pasal 12<br />

OPD menyusun rancangan awal Renstra OPD, dengan tahapan<br />

sebagai berikut :<br />

a. perumusan rancangan awal Resntra OPD; dan<br />

b. penyiapan forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi<br />

Rentra OPD.<br />

Bagian Kelima<br />

Renip<br />

Pasal 13<br />

1) Renip di susun dalam kerangka kebijakan internal <strong>Bappeda</strong> untuk<br />

mengendalikan kebijakan pembangunan sektoral :<br />

2) Tata cara penyusunan rancangan awal Renip, meliputi :<br />

a. pelaksanaan kajian awal penyusunan Renip berdasarkan<br />

kondisi perkembangan pembangunan untuk setiap bidang atau<br />

sektor dengan memperhatikan dokumen perencanaan terkait<br />

b. penngumpulan data dan informasi terkait.<br />

Bagian Keenam<br />

RKPD<br />

Pasal 14<br />

1) RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah:<br />

2) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan awal RKPD dengan kegiatan ,<br />

meliputi :<br />

a. pembentukan Tim penyusunan RKPD;<br />

b. penjadualan atau pengagendaan kegiatan;<br />

c. penyusunan sistematika RKPD;<br />

d. perumusan capaian target kinerja program, isu dan amsalah<br />

yang dihadapai dan isndikasi prioritas program pada tahun<br />

rencana;<br />

e. penghimpunan atau kompilasi prakiraan penambahan alokasi<br />

anggaran; dan<br />

f. pembahasan rancangan awal RKPD<br />

10


Pasal 15<br />

(1) Kepala OPD menyusun rancangan renja OPD sesuai rancangan<br />

awal RKPD.<br />

(2) Rancangan Renja OPD disampaikan oleh Kepala OPD kepada<br />

<strong>Bappeda</strong><br />

(3) <strong>Bappeda</strong> menyempurnakan rancangan awal RKPD menjadi<br />

rancangan RKPD dengan menggunakan rancangan Renja OPD<br />

sebagai masukan.<br />

Pasal 16<br />

(1) Penyempurnaan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud<br />

pada pasal 15 ayat (3), dilaksanakan melalui tahaoan sebagai<br />

berikut :<br />

a. penilaian dan pembahasan atas konsistensi rancangan renja<br />

IPD terkait dengan tugas dan fungsi OPD dan lintas wilayah,<br />

khususnya yang terkait dengan penanganan isu strategis<br />

Daerah;<br />

b. pengidentifikasian program dan kegiatan lintas OPD dan lintas<br />

wilayah, khususnya yang terkait dengan penanganan isu<br />

strategis Daerah;<br />

c. pengevaluasian program, anggaran yang dibutuhkan, indikator<br />

kinerja, dan target kinerja yang hendak dicapai dari setiap<br />

program dan kegaitan<br />

d. pengintregasian rancangan Renja OPD ke dalam rancangan<br />

awal RKPD, dengan memeprhatikan prioritas daerah maupun<br />

nasional, prioritas program dan kegiatan OPD, serta<br />

ketersediaan dana pembangunan.<br />

e. pembahasan para pemangku kepentingan terkait dalam rangka<br />

memperoleh masukan dan pertimbangan terhadap naskah<br />

rancangan RKPD; dan<br />

f. Penyelesaian dokumen rancangan RKPD serta menyiapkan<br />

ringkasan (summary) atau pokok-pokok materi sebagai bahan<br />

pembahasan dalam kegiatan Musrenbang Tahunan Daerah.<br />

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penyusunan rancangan<br />

RKPD, ditetapkan oleh Kepala <strong>Bappeda</strong><br />

Bagian Ketujuh<br />

RENJA OPD<br />

Pasal 14<br />

OPD Menyusun rancangan awal Renja OPD dengan tahapan sebagai<br />

berikut :<br />

a. penyiapan bahan, materi, dan dokumen yang dibutuhkan dalam<br />

penyusunan rancangan awal renja OPD;<br />

b. evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode<br />

tahun sebelumnya;<br />

c. penyusunan rancangan awal renja OPD<br />

d. penyiapan forum OPD dan/atau forum gabungan OPD; dan<br />

e. penyampaian rancangan renja OPD kepada <strong>Bappeda</strong> sebagai<br />

bahan informasi pelaksanaan forum OPD dan/atau forum<br />

gabungan OPD<br />

11


BAB V<br />

TATA CARA PELAKSANAAN PRA MUSRENBANG DAN<br />

MUSRENBANG<br />

Bagian Kesatu<br />

Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah<br />

Pasal 18<br />

(1) Pra Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan untuk<br />

menbahas dan menyempurnakan rancangan awal RPJP daeah<br />

sbagaimana dimaksud pada pasal 5a, serta untuk menyerap<br />

aspirasi masyarakat di Daerah sesuai ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan.<br />

(2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanan untuk membahas<br />

rancangan awal RPJP Daerah, dengan memeprhatikan hasil Pra<br />

Musrenbang Jangka Pankang Daerah seabgaimana dimaksud<br />

pada ayat (1), berdasarkan ketentuan perundang-undangan.<br />

(3) Kegiatan Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Panjang<br />

Daerah dilaksanakan oleh <strong>Bappeda</strong> dalam bentuk rapat pleno<br />

dengan agenda penyampaian, pembahasan dan penyepakatan<br />

rancangan RPJP Daerah.<br />

(4) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJP<br />

Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan dengan<br />

ketentuan :<br />

a. penyampaian rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Pleno Awal;<br />

b. pembahasan rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Kelommpok; dan<br />

c. kesepakatan rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Peno Akhr, yang terdiri dari :<br />

1. Evaluasi dan proyeksi kondisi umum pembangunan<br />

2. Visi dan misi Daerah; dan<br />

3. Arah pembangunan Daerah.<br />

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyamapain<br />

pembahsan dan kesepakatan rancangan RPJP Daerah<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), ditetapkan oleh<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong>.<br />

Bagian Kedua<br />

Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Menengah Daerah<br />

Pasal 18<br />

(1) Pra Musrenbang Menengah Panjang Daerah dilaksanakan untuk<br />

menbahas dan menyempurnakan rancangan awal RPJM daeah<br />

sbagaimana dimaksud pada pasal 11, serta untuk menyerap<br />

aspirasi masyarakat di Daerah sesuai ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan.<br />

(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilaksanan untuk<br />

membahas rancangan awal RPJM Daerah, dengan<br />

memperhatikan hasil-hasil Pra Musrenbang Jangka Menengah<br />

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan<br />

ketentuan perundang-undangan.<br />

(3) Kegiatan Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Menengah<br />

Daerah dilaksanakan oleh <strong>Bappeda</strong> dalam bentuk rapat pleno<br />

dengan agenda penyampaian, pembahasan dan penyepakatan<br />

rancangan RPJM Daerah.<br />

12


(4) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJM<br />

Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan dengan<br />

ketentuan :<br />

a. penyampaian rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Pleno Awal;<br />

b. pembahasan rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Kelommpok; dan<br />

c. kesepakatan rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada<br />

Sidang Peno Akhr, yang terdiri dari :<br />

1. Evaluasi dan proyeksi kondisi umum pembangunan<br />

2. Visi dan misi Daerah; dan<br />

3. Arah pembangunan Daerah.<br />

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyampaian<br />

pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJM Daerah<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), ditetapkan oleh<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong>.<br />

Bagian Ketiga<br />

Pra Musrenbang dan Musrenbang RKPD<br />

Pasal 20<br />

(1) Pra Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk membahas rancangan<br />

awal RKPD sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dan pasal 16<br />

serta untuk menyerap aspirasi masyarakat di Daerah, sesuai<br />

ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />

(2) Musrenbang RKPD bertujuan untuk membahas rancangan awal<br />

RKPD, dengan memperhatikan hasil Pra Musrenbang RKPD<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan<br />

peraturan perundang-undangan.<br />

(3) Pelaksanaan Pra Musrenbang dan Murenbang RKPD<br />

dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dengan desa/kelurahan,<br />

Kecamatan, Kabupaten/Kota, Wilayah Badan Koordinasi<br />

Pemerintahan dan Pembangunan, Provinsi, Serta Forum OPD dan<br />

Forum Gabungan OPD.<br />

(4) Kegiatan Pra Musrenbang RKPD dilaksanakan <strong>Bappeda</strong> dalam<br />

bentuk rapat pleno dengan agenda meliputi penyampaian,<br />

pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD.<br />

(5) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD<br />

sebagai mana dimaksud ayat (4) dilaksanakan dengan ketentuan :<br />

a. penyampaian rancangan RKPD, dilaksanakan pada Sidang<br />

Pleno Awal ; dan<br />

b. pembahasan rancangan RKPD, dilaksanakan pada Sidang<br />

Kelompok.<br />

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyampaian<br />

pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD sebagaimana<br />

dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), ditetapkan oleh Kepala<br />

<strong>Bappeda</strong>.<br />

13


BAB VI<br />

TATA CARA PELAKSANAAN FORUM DENGAR PENDAPAT PUBLIK<br />

DAN PENJARINGAN ASPIRASI<br />

Pasal 21<br />

(1) Pelaksanaan Forum dengar pendapat publik rancangan awal<br />

RPJP Daerah, RTRW Provinsi, RPJM Daerah, Renstra OPD, renip<br />

dan Renja OPD, dilakukan dengan tahapan, meliputi :<br />

a. persiapan ;<br />

b. pelaksanaan ; dan<br />

c. pasca pelaksanaan.<br />

(2) Untuk mendukung pelaksanaan Forum Dengar Pendapat Publik<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk Tim<br />

penyelanggara Forum Dengar pendapat Publik RPJP Daerah,<br />

RTRW Provinsi, RPJM Daerah, renip dan RKPD, yang ditetapkan<br />

oleh Kepala <strong>Bappeda</strong> dan Tim Penyelenggara Forum Dengar<br />

Pendapat Publik Penyusunan Renstra OPD dan Renja OPD, yang<br />

ditetapkan oleh Kepala OPD.<br />

(3) Keluaran Forum Dengar Pendapat Publik sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1), meliputi :<br />

a. rangkuman pendapat umum;<br />

b. rekomdasi; dan<br />

c. Berita Acara Forum Dengar Pendapat Publik<br />

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan pelaksanaan Forum<br />

Dengar Pendapat Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<br />

Ditetapkan oleh Kepala <strong>Bappeda</strong> sesuai kewenangan berdasarkan<br />

ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />

BAB VII<br />

TATA CARA PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR<br />

Bagian Kesatu<br />

Rancangan Akhir RPJP Daerah<br />

Pasal 22<br />

(1) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan<br />

hasil Musrenbang Daerah.<br />

(2) Rancangan Akhir RPJP Daerah hasil Musrenbang Jangka Panjang<br />

Daerah sebagaimana kepada Publik untuk penyempurnaan akhir.<br />

(3) <strong>Bappeda</strong> menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir<br />

RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepada<br />

<strong>Gubernur</strong> disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP<br />

Daerah.<br />

Bagian kedua<br />

Rancangan Akhir RPJP Daerah<br />

Pasal 23<br />

(1) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan akhir RTRW Provinsi berdasarkan<br />

hasil forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi<br />

pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.<br />

(2) Rancangan RTRW provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<br />

disam-paikan kepada <strong>Gubernur</strong> disertai Rancangan Peraturan<br />

Daerah tentang RTRW Provinsi.<br />

14


Bagian ketiga<br />

Rancangan Akhir RPJM Daerah<br />

Pasal 24<br />

(1) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan ahir RPJM Daerah berdasarkan<br />

hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah.<br />

(2) Rancangan Akhir RPJM Daerah hasil Musrenbang Jangka<br />

Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<br />

disosialisasikan dan dikonsultasikan kepada publik untuk<br />

penyempurnaan akhir.<br />

(3) <strong>Bappeda</strong> menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir<br />

RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepada<br />

<strong>Gubernur</strong> disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP<br />

Daerah.<br />

Bagian keempat<br />

Rancangan Akhir Renip<br />

Pasal 25<br />

Rancangan Akhir Renip disusun berdasarkan hasil Forum Dengar<br />

Pencapat Publik dan penjaringan aspirasi Renip.<br />

Bagian kelima<br />

Rancangan Akhir Rentra OPD<br />

Pasal 26<br />

(1) OPD menyusun rancangan akhir Rentra OPD didasrkan hasil<br />

Forum dengar Pendapat Publik dan penjaringan aspirasi Renstra<br />

OPD.<br />

(2) Kepala OPD menyampaikan rancangan akhir Rentra OPD kepada<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong> sebagai bahan kajian untuk dilakukan<br />

penyempurnaan.<br />

(3) Penyempurnaan Renstra OPD sebagimana dimaksud pada ayat<br />

(2), dilaksanakan dengan memperhatikan :<br />

a. Penjabaran sasaran prioritas RPJM Daerah dalam sasaran<br />

strategis OPD;<br />

b. Konsistensi penjabaran kebijakan OPD dengan RPJM Daerah;<br />

c. Konsistensi program dan kegiatan OPD sebagai penjabaran<br />

operasional RPJM Daerah;<br />

d. Sinergi antara sasaran hasil program OPD dengan program<br />

prioritas <strong>Gubernur</strong>;<br />

e. Sinergi antara sasaran keluaran kegiatan OPD dengan sasaran<br />

hasil program OPD; dan<br />

f. Sumberdaya yang diperlukan.<br />

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyempurnaan Renstra<br />

OPD, ditetapkan oleh Kepala <strong>Bappeda</strong> sesuai ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan.<br />

Bagian keenam<br />

Rancangan Akhir Rentra OPD<br />

Pasal 27<br />

(1) <strong>Bappeda</strong> menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil<br />

Musrenbang RKPD.<br />

(2) Rancangan akhir RKPD hasil Musrenbang sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1) dikunsultasikan kepada Publik untuk<br />

penyempurnaan akhir.<br />

15


(3) <strong>Bappeda</strong> menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir<br />

RKPD sebagaimana disertai rancangan Peraturan <strong>Gubernur</strong><br />

tentang RKPD.<br />

Bagian ketujuh<br />

Rancangan Akhir Rentra OPD<br />

Pasal 28<br />

(1) OPD Menyusun rancangan akhir Renja OPD dengan<br />

memperhatikan hasil dari Forum OPD dan/atau Forum Gabungan<br />

OPD.<br />

(2) Penyusunan rancangan akhir Renca OPD sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1) dikonsultasikan kepada <strong>Bappeda</strong>.<br />

BAB VIII<br />

SISTEMATIKA<br />

Bagian Kesatu<br />

Umum<br />

Pasal 29<br />

Sistematika dokumen perencanaan pembangunan Daerah<br />

sebagaimana dimaksud pada pasal 3, meliputi :<br />

a. Rancangan awal dan Rancangan akhir RPJP Daerah;<br />

b. Rancangan awal dan Rancangan akhir RTRW Provinsi;<br />

c. Rancangan awal dan Rancangan akhir RPJM Daerah;<br />

d. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renip;<br />

e. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renstra OPD;<br />

f. Rancangan awal dan Rancangan akhir RKPD; dan<br />

g. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renja OPD.<br />

Bagian Kedua<br />

Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RPJP Daerah<br />

Pasal 30<br />

Sistematikan rancangan awal dan rancangan akhir RPJP Daerah,<br />

meliputi :<br />

BAB I. PENDAHULUAN, memuat latar belakang, Dasar Hukum<br />

Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan<br />

Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya,<br />

Sistematika Penulisan serta Maksud dan Tujuan<br />

BABII GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, memuat<br />

gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek<br />

geografi dan demografi serta indikator kinerja<br />

penyelenggaraan pemerintah daerah.<br />

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS, memuat permasalahan<br />

pembangunan daerah dan isu-isu strategis<br />

BAB IV VISI DAN MISI, memuat visi dan misi pembangunan Daerah<br />

serta indikator perwujudan visi dan misi.<br />

BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG<br />

DAERAH.<br />

BAB IV. KAIDAH PELAKSANAAN<br />

BAB V. PENUTUP<br />

16


Bagian Ketiga<br />

Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RTRW Provinsi<br />

Pasal 31<br />

Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RTRW Provinsi,<br />

meliputi :<br />

BAB I : PENDAHULUAN, memuat uraian mengenai :<br />

A Dasar Hukum penyusunan RTRW Provinsi;<br />

B Profil Daerah, mencakup<br />

1. Gambaran Umum daerah yang dilengkapi :<br />

a. Peta orientasi;<br />

b. Peta tutupan lahan;<br />

c. Peta rawan bencana;<br />

d. Peta kepadatan penduduk eksisting;<br />

e. Peta lainnya; dan<br />

f. Pembangian Wilayah administrasi<br />

2. Kependudukan dan sumberdaya manusia;<br />

3. Potensi bencana alam;<br />

4. Potensi sumberdaya alam; dan<br />

5. Potensi ekonomi wilayah;<br />

C Isu Strategis<br />

BAB II : TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI, memuat<br />

uraian mengenai<br />

A. Tujuan penataan runagn wilayah daerah; dan<br />

B. Rencana sistem jaringan prasarana daerah,<br />

mencakup:<br />

1. Rencana pengembangan sistem prasarana<br />

Transportasi, meliputi :<br />

a. Rencana jaringan ajalan;<br />

b. Terminal tipe A dan B;<br />

c. Jringan rel KA, stasiun antarkota;<br />

d. Pelabuhan dalam fungsi dan cakupan<br />

layanan pusat penyebaran dan bukan pusat<br />

penyebaran;dan<br />

e. Bandara dalam fungsi dan cakupan<br />

wilayah.<br />

2. Rencana pengembangan sistem Prasarana<br />

Energi, Meliputi :<br />

a. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ultra<br />

Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra<br />

Tinggi, Saluran Udara Tegangan Tinggi,<br />

Dan Saluran Udara Tegangan Menengah.<br />

b. Pusat-Pusat Pembangkit Listrik;Dan<br />

c. Pusat-Pusat Distribusi Tegangan<br />

Menengah Ke Atas.<br />

3. Rencana pengembangan prasarana<br />

sumberdaya air, meliputi;<br />

a. Sumber-sumber air baku untuk kegiatan<br />

permukiman perkotaan; dan<br />

b. Jaringan air baku wilayah.<br />

4. Rencana Pengembangan Prasaran<br />

Telekomunikasi , meliputi ;<br />

a. Jaringan terestrial skala wilayah dan<br />

nasional yang ada di Daerah, seperti mikro<br />

digital, serat optik, mikro analog, dan kabel<br />

laut;<br />

b. Jaringan internasional; dan<br />

c. Jaringan satelit atau stasiun bumi.<br />

5. Rencana Pengembangan Prasarana lainnya,<br />

meliputi;<br />

17


a. Prasarana ekonomi seperti pasar induk<br />

wilayah;<br />

b. Pusat perbelanjaan modern-tradisional;<br />

c. Prasarana kesehatan seperti Rumah Sakit<br />

Umum tipe A dan Rumah Sakit Umum tipe<br />

B<br />

d. Prasarana pendidikan seperti perguran<br />

tinggi skala wilayah;<br />

e. Prasarana pengelolaan lingkungan seperti<br />

TPA regional;<br />

f. Prasarana sosial budaya seperti rekreasi<br />

dan pusat kesenian-kebudayaan Daerah;<br />

g. Prasarana olahraga seperti stadion dan<br />

pusat olahraga Daerah; dan<br />

h. Pusat kegiatan keagamaan Daerah.<br />

C Peta Rencana Struktur Ruang, yang<br />

menggambarkan sistem perkotaan dan jaringan<br />

prasarana Daerah.<br />

BAB III : RENCANA POLA TATARUANG, memuat uraian<br />

meliputi :<br />

A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung, meliputi :<br />

1. Kawasan hutan lindung;<br />

2. Kawasan yang memebrikan perlindungan<br />

terhadap kawasan bawahanya;<br />

3. Kawasan perlindungan setempat;<br />

4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan<br />

cagar budaya;<br />

5. Kawasan rawan bencana alam;<br />

B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya, meliputi<br />

:<br />

1. Kawasan peruntukan hutan produksi;<br />

2. Kawasan peruntukan hutan Rakyat;<br />

3. Kawasan peruntukan hutan Pertanian;<br />

4. Kawasan peruntukan hutan Perkebunan;<br />

5. Kawasan peruntukan hutan Perikanan;<br />

6. Kawasan peruntukan hutan Pertambangan;<br />

7. Kawasan peruntukan hutan Industri;<br />

8. Kawasan peruntukan hutan Pariwisata;<br />

9. Kawasan peruntukan hutan Permukiman;<br />

dan<br />

10. Kawasan peruntukan lainnya.<br />

C Peta Rencana Pola Ruang, yang menggambarkan<br />

semua delineasi peruntukan ruang kawasan<br />

lindung dan kawasan budidaya di Daerah.<br />

BAB V : PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI,<br />

memuat uraian mengenai :<br />

A. Lokasi dan jenis kawasan strategis Daerah<br />

B. Peta kawasan strategis Daerah, yang menunjukan<br />

delineasi kawasan strategis Daerah dan kawasan<br />

strategis nasional yanga da di daerah.<br />

BAB VI : ARAHAN PEMANFAATAN RUANG, memuat tabel<br />

indikasi program utam jangka panjang yang dirinci pada<br />

program jangka menengah lima tahunan Daerah, yang<br />

mencakup indikasi program utama, lokasi, besaran,<br />

waktu pelaksanaan, perkiraan pembiayaan,<br />

sumberdana, kelembagaan, dan OPD pelaksana yang<br />

distrukturkan dalam :<br />

18


a. Indikasi program perwujudan rencana struktur<br />

wilayah Daerah, meliputi indikasi program utama<br />

perwujudan pusat-pusat kegiatan, dan program<br />

utama perwujudan sistem prasarana Daerah.<br />

b. Indikasi program perwujudan pola ruang wilayah<br />

Daerah, meliputi indikasi program perwujudan<br />

kawasan lindung dan indikasi program perwujudan<br />

kawasan budaya; dan<br />

c. Indikasi program perwujudan kawasan strategis<br />

Daerah.<br />

BAB VII : ARAHAN PENGENDALIAN PEMNAFAATAN RUANG,<br />

memuat uraian meliputi :<br />

A. Indikasi Arahan Parturan Zonasi, meliputi :<br />

1. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola<br />

ruang wilayah Daerah;<br />

2. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk ruang<br />

disektar sistem jaringan prasaran wilayah<br />

Daerah.<br />

B. Arahan Perizinan, meliputi:<br />

1. Bentuk-bentuk izin pemanfaatan ruang di daerah<br />

baik eksisting maupun rencana;<br />

2. Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang<br />

yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah;<br />

3. Arahan pengambilan keputusan terkait dengan<br />

perizinan yang diterbitkan.<br />

C. Arahan Intensif dan desinfensif, meliputi:<br />

1. Intensif-disintensif kepada provinsi lainnya;<br />

2. Intensif-disintensif kepada Kabupaten/Kota;<br />

3. Intensif-disintensif dari Pemerintah Daerah<br />

kepada masyarakat.<br />

D. Arahan Pengenaan Sanksi administratif:<br />

Bagian Keempat<br />

Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RPJM Daerah<br />

Pasal 32<br />

Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RPJM Daerah,<br />

meliputi :<br />

Bab I.<br />

Bab II.<br />

Bab III.<br />

Bab IV.<br />

PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang, Dasar Hukum<br />

Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika<br />

Penulisan serta Maksud dan Tujuan<br />

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH, memuat<br />

evaluasi pembangunan daerah dan kondisi eksisting<br />

sampai dengan awal penyusunan RPJMD yang diuraikan<br />

menurut sektor atau bidang pembangunan di daerah.<br />

Disamping itu juga diuraikan tentang aspek-aspek<br />

pembangunan daerah.<br />

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH,<br />

memuat kinerja keuangan masa lalu sebagai gambaran<br />

pelaksanaan kinerja keuangan daerah dan neraca daerah<br />

serta kerangka pendanaan daerah.<br />

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS, memuat permasalahan<br />

pembangunan dan isu-isu strategis pembangunan<br />

daerah.<br />

19


Bab V.<br />

Bab VI.<br />

Bab VII.<br />

Bab VIII.<br />

Bab IX.<br />

Bab X.<br />

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, memuat visi dan<br />

misi Pemerintah Daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun<br />

ke depan, tujuan dan sasaran serta indikator kinerja<br />

setiap misi pembangunan.<br />

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, memuat dan<br />

menjelaskan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan<br />

dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi yang<br />

dipilih.<br />

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN<br />

DAERAH, memuat arah kebijakan pembangunan<br />

berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian<br />

indikator kinerja.<br />

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH, memuat<br />

hubungan urusan pemerintah dengan OPD terkait<br />

beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD.<br />

Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target<br />

indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang<br />

dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada<br />

awal periode perencanaan.<br />

PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN,<br />

memuat indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk<br />

memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan<br />

pencapaian visi dan misi <strong>Gubernur</strong> dan Wakil <strong>Gubernur</strong><br />

pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditujukan dari<br />

akumulasi pencapaian indikator outcome program<br />

pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian<br />

yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi<br />

kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat<br />

dicapai.<br />

PENUTUP, memuat hal-hal pokok yang termuat dalam<br />

keseluruhan dokumen RPJMD, sebagai pedoman bagi<br />

semua pihak dalam memfungsikan RPJMD sesuai<br />

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.<br />

Lampiran-Lampiran<br />

Bagian Kelima<br />

Rancangan Awal dan Rancangan Akhir Renip<br />

Pasal 33<br />

Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir Renip, meliputi :<br />

BAB I : PENDAHULUAN, memuat uraian meliputi :<br />

A. Latar belakang, meliputi :<br />

1. visi dan Misi jangka menengah Daerah; dan<br />

2. kondisi umum pembangunan sektoral daerah.<br />

B. Tugas pokok, fungsi dan kewenangan <strong>Bappeda</strong>.<br />

C. Sistematika Penyusunan Renip.<br />

BAB II : EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN<br />

SEKTORAL, memuat uraian meliputi :<br />

BAB III<br />

A.<br />

B.<br />

C<br />

Evaluasi Pembangunan sektoral;<br />

Pendekatan pembangunan sektoral; dan<br />

Arah kebijakan pembangunan sektoral.<br />

: KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN RENCANA,<br />

20


memuat uraian meliputi :<br />

A. Program/kegiatan sektoral lima tahunan;<br />

B. Capaian kinerja pada periode sebelumnya dan<br />

target 5 tahun ke depan;<br />

C. Permasalahan yang dihadapi dan upaya<br />

penanganannya; dan<br />

D. Kebijakan sektoral tahun rencana.<br />

BAB IV : PRIORITAS PEMBANGUANN TAHUN RENCANA,<br />

memuat uraian meliputi :<br />

A. Prioritas Progran dan kegiatabn Pembangunan<br />

Tahun Rencana (Road Map);<br />

B. Rencana Kegiatan Tahun Rencana; dan<br />

C. Rencana Kegiatan Lintas OPD, Lintas Pelaku dan<br />

Lintas Wilayah Tahun Rencana.<br />

BAB VI : PENUTUP, menjelaskan kaidah pelaksanaan Renip,<br />

penegasan komitmen terhadap pencapaian target<br />

implementasi program dan kegiatan sektoral pada<br />

tahun rencana, serta penegasan Renip sebagai acuan<br />

pelaksanaan kebijakan program dan kegiatan bagi<br />

lintas OPD pada rumpun sektoral.<br />

LAMPIRAN - LAMPIRAN<br />

Bagian Keenam<br />

Rancangan Awal dan Rancangan akhir Renstra OPD<br />

Pasal 34<br />

Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir Renstra OPD,<br />

meliputi :<br />

BAB I<br />

BAB II<br />

BAB III<br />

BAB IV<br />

BAB V<br />

BAB VI<br />

PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang, Landasan<br />

Hukum, Maksud dan Tujuan serta Sistematika<br />

Penulisan<br />

GAMBARAN PELAYANAN OPD, memuat Tugas,<br />

Fungsi, dan Struktur Organisasi OPD, Sumber Daya<br />

OPD, Kinerja Pelayanan OPD serta Tantangan dan<br />

Peluang Pengembangan Pelayanan OPD<br />

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN<br />

FUNGSI, memuat Identifikasi Permasalahan<br />

Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD,<br />

Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan<br />

wakil kepala daerah Terpilih, Telaahan Renstra K/L dan<br />

Renstra,Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan<br />

Kajian Lingkungan Hidup Strategis serta Penentuan<br />

Isu-isu Strategis<br />

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI<br />

DAN KEBIJAKAN, memuat Visi Dan Misi Jangka<br />

Menengah OPD, Tujuan dan Sasaran Jangka<br />

Menengah OPD serta Strategi dan Kebijakan OPD<br />

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR<br />

KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN<br />

INDIKATIF, memuat rencana program dan kegiatan,<br />

indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan<br />

indikatif, sebagaimana tabel Rencana Program,<br />

Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan<br />

Pendanaan Indikatif OPD<br />

INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA<br />

21


BAB VII<br />

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD, memuat indikator<br />

kinerja OPD yang secara langsung menunjukkan<br />

kinerja yang akan dicapai OPD dalam lima tahun<br />

mendatang sebagai komitmen untuk mendukung<br />

pencapaian tujuan dan sasaran RPJM, dengan<br />

dilengkapi tabel Indikator Kinerja OPD yang Mengacu<br />

pada Tujuan dan Sasaran RPJMD<br />

PENUTUP, memuat kaidah pelaksanaan kegiatan<br />

serta penegasan komitmen OPD terhadap<br />

pelaksanaan Renstra maupun RPJMD<br />

LAMPIRAN-LAMPIRAN<br />

Bagian Ketujuh<br />

Rancangan Awal dan Rancangan RKPD<br />

Pasal 35<br />

Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RKPD, meliputi :<br />

BAB I.<br />

BAB II.<br />

BAB III.<br />

PENDAHULUAN, memuat Latar belakang, dasar Hukum<br />

Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika<br />

Dokumen RKPD, maksud dan Tujuan.<br />

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU<br />

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN<br />

PEMERINTAHAN, MEMUAT evaluasi pelaksanaan<br />

RKPD tahun lalu, menguraikan tentang hasil evaluasi<br />

RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan<br />

dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan<br />

sebagai bahan acuan.<br />

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN<br />

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH, memuat kondisi<br />

ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang<br />

mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah,<br />

sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah<br />

daerah yang diperlukan dalam pembangunan<br />

perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah,<br />

belanja daerah dan pembiayaan daerah.<br />

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN<br />

DAERAH, memuat prioritas dan sasaran pembangunan<br />

daerah yang disusun berdasarkan evaluasi kinerja<br />

pembangunan tahunan daerah dengan target capaian<br />

kinerja tahunan RPJMD, serta hasil Musrenbang<br />

Tahunan Daerah.<br />

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS<br />

DAERAH, memuat rincian program dan kegiatan<br />

prioritas daerah berdasarkan hasil evaluasi<br />

pembangunan, isu strategis, rumusan arah kebijakan,<br />

program, sasaran program, indikasi kegiatan, sumber<br />

dana dan penanggung jawabnya sesuai dengan capaian<br />

indikator kinerja program tahunan RPJMD.<br />

BAB VI PENUTUP, memuat kaidah pelaksanaan dan<br />

penegasan dalam menerapkan RKPD serta tindak lanjut<br />

22


yang perlu dilaksanakan oleh OPD dan pelaku<br />

pembangunan lainnya.<br />

LAMPIRAN - LAMPIRAN<br />

BAB IX<br />

KETENTUAN PENUTUP<br />

Pasal 37<br />

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan <strong>Gubernur</strong> ini<br />

sepanjang mengenai teknis penyelenggaraannya, ditetapkan oleh<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong><br />

Pasal 38<br />

Peraturan <strong>Gubernur</strong> ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.<br />

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan<br />

pengundangan Peraturan <strong>Gubernur</strong> ini dengan penempatannya dalam<br />

Berita Daerah Provinsi <strong>Jawa</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Ditetapkan : di Bandung<br />

pada tangga l: 2010<br />

GUBERNUR JAWA BARAT,<br />

AHMAD HERYAWAN.<br />

Diundangkan di Bandung<br />

pada tanggal 2010<br />

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT,<br />

LEX LAKSAMANA<br />

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 NOMOR<br />

SERI<br />

23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!