Stres akibat kerja dan penatalaksanaannya - Universa Medicina
Stres akibat kerja dan penatalaksanaannya - Universa Medicina
Stres akibat kerja dan penatalaksanaannya - Universa Medicina
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Universa</strong> <strong>Medicina</strong><br />
Vol.24 No.3<br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> <strong>penatalaksanaannya</strong><br />
Ridwan Harrianto<br />
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti<br />
Bagian Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti<br />
ABSTRAK<br />
Istilah “stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong>” menyatakan timbulnya sejumlah gejala-gejala mental <strong>dan</strong> fisik <strong>akibat</strong> a<strong>dan</strong>ya<br />
kondisi-kondisi yang mengancam di tempat <strong>kerja</strong>. Sesungguhnya gejala-gejala ini bukanlah respon yang<br />
patologis terhadap stres. Masalah baru terjadi bila pe<strong>kerja</strong> berupaya menanggulangi gejala-gejala tersebut<br />
dengan mekanisme penanggulangan yang salah <strong>dan</strong> tidak stabil. Tetapi biasanya para pe<strong>kerja</strong> cenderung<br />
memilih cara-cara yang dapat mengatasi masalah dalam jangka pendek, karena berupaya untuk melarikan<br />
diri dari situasi-situasi yang kurang menyenangkan. Sayangnya cara penanggulangan ini pada jangka panjang<br />
akan meng<strong>akibat</strong>kan menurunnya penampilan diri di tempat <strong>kerja</strong>, minum alkohol berlebihan <strong>dan</strong> seringkali<br />
tidak masuk <strong>kerja</strong> dengan alasan sakit. Dengan mencari akar masalah <strong>dan</strong> membantu pasien dengan cara<br />
penanggulangan stres yang benar merupakan kunci dari penatalaksanaan stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong>. Kegagalan<br />
dalam melaksanakan hal ini akan meng<strong>akibat</strong>kan timbulnya masalah sekunder, misalnya: penggunaan<br />
berulang obat-obatan untuk meredam gejala-gejala yang timbul, tetapi tak dapat mengatasi masalah untuk<br />
jangka panjang serta dapat meng<strong>akibat</strong>kan ketergantungan obat-obat tersebut.<br />
Kata kunci: <strong>Stres</strong>, <strong>kerja</strong>, mekanisme penanggulangan<br />
ABSTRACT<br />
Management of stress at work<br />
The term occupational stress implies a set of mental and physical response to threatening situations<br />
at work. It is essentially a physiological rather than a pathological response to threats. Problem may arise<br />
when a worker is trying to cope with turbulence and instability coping mechanism. Unfortunately people<br />
tend to prefer short-term relief solutions and try to escape uncomfortable situations with a quick remedy,<br />
but they usually lead to secondary problems such as long-term reduction in performance at work, drinking<br />
excessively, and absenteeism. Understanding the underlying causes and helping the patient cope are a key<br />
issues. Failure to do so, is often results in repeated resorts to medication of symptom control with little<br />
long-term relief and the risk of drug dependence for patient.<br />
Key words: Occupational, stress, coping mechanism<br />
145
Harrianto<br />
PENDAHULUAN<br />
Pe<strong>kerja</strong>an merupakan bagian yang<br />
memegang peranan penting bagi kehidupan<br />
manusia yang dapat memberikan kepuasan <strong>dan</strong><br />
tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan<br />
gangguan <strong>dan</strong> ancaman. Terjadinya gangguan<br />
kesehatan <strong>akibat</strong> lingkungan <strong>kerja</strong> fisik yang<br />
buruk telah lama diketahui, juga telah pula<br />
dipahami bahwa desain <strong>dan</strong> organisasi <strong>kerja</strong><br />
yang tidak memadai seperti kecepatan <strong>dan</strong><br />
beban <strong>kerja</strong> yang berlebihan merupakan faktorfaktor<br />
lain yang dapat menimbulkan gangguan<br />
kesehatan <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong>. Tetapi beberapa<br />
penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor<br />
penyebab gangguan kesehatan tersebut tidak<br />
murni faktor fisik tetapi disertai juga unsur<br />
psikologis. Hasil penelitian menunjukkan<br />
a<strong>dan</strong>ya perbedaan angka kejadian penyakit<br />
penyumbatan pembuluh darah jantung antara<br />
pe<strong>kerja</strong>-pe<strong>kerja</strong> “kerah biru” (blue collar) <strong>dan</strong><br />
“kerah putih” (white collar). Hal ini<br />
membuktikan bahwa jenis pe<strong>kerja</strong>an<br />
menimbulkan gangguan kesehatan yang<br />
berbeda. (1)<br />
Hasil penelitian Labour Force Survey<br />
pada tahun 1990 menunjukkan 182.700 kasus<br />
stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong> di Inggris. (2) Se<strong>dan</strong>gkan pada<br />
tahun 1995 Survey of self reported workrelated<br />
ill health (SWI) di Inggris (2)<br />
menyatakan 500.000 invidu yang percaya<br />
bahwa dirinya menderita gangguan kesehatan<br />
<strong>akibat</strong> stres di tempat <strong>kerja</strong>nya, tetapi dari<br />
sejumlah ini hanya 216.000 yang sungguhsungguh<br />
sakit. Dengan mempertimbangkan<br />
perbedaan-perbedaan metode penelitian,<br />
diperkirakan dari tahun 1990 sampai tahun<br />
1995 terjadi peningkatan kasus stres <strong>akibat</strong><br />
<strong>kerja</strong> kira-kira sebesar 30%. (2) Penelitian lain<br />
pada tahun 1985 ditemukan kasus tuntutan hak<br />
asuransi gangguan kesehatan <strong>akibat</strong> stres di<br />
tempat <strong>kerja</strong> sebesar 15% dari seluruh kasus<br />
gangguan kesehatan <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong> dibandingkan<br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
hanya ditemukan 5% saja pada tahun 1979. (3)<br />
Lebih menakjubkan lagi dari hasil “Survei<br />
Statistik Kesehatan di Australia Barat” (4) yang<br />
menemukan peningkatan kasus stres <strong>akibat</strong><br />
<strong>kerja</strong> yang fantastis, yaitu dari ditemukannya<br />
sebanyak 380 kasus tuntutan hak asuransi<br />
gangguan kesehatan <strong>akibat</strong> stres di tempat <strong>kerja</strong><br />
pada kurun waktu 1994/95 dibandingkan<br />
dengan ditemukan hanya 205 kasus pada kurun<br />
waktu 1993/94. Pada survei ini juga diyatakan<br />
bahwa pe<strong>kerja</strong> laki-laki kehilangan kira-kira<br />
50,8 hari <strong>kerja</strong> setiap kasus tuntutan hak<br />
asuransi, se<strong>dan</strong>g pe<strong>kerja</strong> wanita kehilangan<br />
kira-kira 58,5 hari <strong>kerja</strong>. Dengan demikian<br />
harus diakui bahwa stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
merupakan masalah kesehatan <strong>kerja</strong> yang<br />
penting, yang secara bermakna akan<br />
menyebabkan penurunan produktivitas <strong>kerja</strong>.<br />
Patogenesis<br />
Setiap aktivitas normal akan menghasilkan<br />
stres, <strong>dan</strong> stres tak dapat dihindari. <strong>Stres</strong> dapat<br />
ditoleransi hanya dalam waktu yang terbatas.<br />
Tidak pernah ada dua orang yang identik, maka<br />
stres yang sama akan berpengaruh secara<br />
berbeda terhadap masing-masing individu,<br />
serta berat ringannya juga sangat bervariasi.<br />
Hubungan antara masing-masing<br />
perubahan patologis seorang individu tidak<br />
banyak diketahui secara detail, tetapi sebagian<br />
besar peneliti mengakui bahwa rangsangan<br />
psikologis dalam hal ini termasuk stres <strong>akibat</strong><br />
pe<strong>kerja</strong>an, atau yang disebut stresor penting<br />
sebagai faktor penyerta dari timbulnya suatu<br />
penyakit tertentu, seperti penyakit jantung<br />
iskemik, hipertensi esensial, gangguan saluran<br />
cerna serta beberapa penyakit neuropsikiatris. (5)<br />
Selanjutnya peranan faktor psikologis<br />
menjadi jelas setelah pada penelitian lain<br />
terbukti secara bermakna a<strong>dan</strong>ya beberapa<br />
stresor psikologis sebagai penyebab terjadinya<br />
penyakit penyumbatan pembuluh jantung, (1)<br />
seperti:<br />
146
<strong>Universa</strong> <strong>Medicina</strong><br />
Vol.24 No.3<br />
1. perubahan jenis pe<strong>kerja</strong>an<br />
2. perubahan besar-besaran pada jadwal <strong>kerja</strong><br />
3. perubahan dalam derajat tanggung jawab<br />
4. ketidak sesuaian dengan atasan<br />
5. ketidak sesuaian dengan teman-teman<br />
se<strong>kerja</strong><br />
Pe<strong>kerja</strong>an itu sendiri tidak selalu sebagai<br />
sumber penyebab satu-satunya gangguangangguan<br />
psikologis, tetapi dapat merupakan<br />
status dari kerentanan terhadap kegagalankegagalan<br />
tertentu di lingkungan pe<strong>kerja</strong>an<br />
yang penuh dengan stresor-stresor fisik,<br />
emosional <strong>dan</strong> mental.<br />
<strong>Stres</strong>or fisik di tempat <strong>kerja</strong> misalnya<br />
bising, penerangan yang kurang memadai,<br />
temperatur ruangan yang terlalu tinggi serta<br />
bahaya-bahaya <strong>kerja</strong> fisik lainnya, atau<br />
bahaya-bahaya <strong>kerja</strong> kimiawi, misalnya debu<br />
<strong>kerja</strong> yang berlebihan, bahaya <strong>kerja</strong> ergonomis,<br />
misalnya meja <strong>kerja</strong> yang terlalu tinggi/terlalu<br />
rendah, jangkauan yang jauh, be<strong>kerja</strong> dengan<br />
posisi sulit <strong>dan</strong> lain-lain. <strong>Stres</strong>or emosional<br />
atau mental, bisa merupakan kondisi yang tidak<br />
menyenangkan atau bahkan kondisi yang<br />
menyenangkan misalnya suatu promosi dapat<br />
meng<strong>akibat</strong>kan timbulnya stres <strong>akibat</strong><br />
kehilangan posisi.<br />
Masalah-masalah dalam pe<strong>kerja</strong>an lainnya<br />
seperti dipindahkan bagian, menganggur <strong>dan</strong><br />
pensiun seringkali juga menimbulkan<br />
kerentanan untuk timbulnya gangguan<br />
psikologis. Kondisi-kondisi lainnya seperti<br />
terlalu banyak tugas, atau sebaliknya tidak<br />
diberi tugas, tidak punya kekuasaan untuk<br />
melaksanakan tugas atau atasan yang tidak<br />
mendukung dalam melaksanakan tugas juga<br />
menjadi subjek konflik di tempat <strong>kerja</strong>.<br />
Sifat stresor adalah bertambah terus <strong>dan</strong><br />
bertumbuh. Respon individu dalam menghadapi<br />
stresor tergantung pada nilai-nilai, pengalaman<br />
<strong>dan</strong> daya penyesuaian dirinya. Suatu stresor<br />
tunggal dapat menjadi majemuk jika terjadi<br />
kegagalan elemen-elemen dari sistem pendukung<br />
emosi misalnya jika mobil mogok di jalan pada<br />
saat akan menghadiri rapat yang penting.<br />
Manusia dalam menghadapai stresor akan<br />
menampilkan tiga tahap reaksi tubuh: (5-7)<br />
(i) Reaksi alarm (tanda bahaya)<br />
Respon yang datangnya dengan cepat untuk<br />
menghadapai suatu tantangan atau ancaman.<br />
Pada tahap ini tubuh belum dapat beradaptasi<br />
terhadap paparan ancaman bahaya. Terjadi<br />
mobilisasi dari sistim saraf otonom yang<br />
mencetuskan respon stres dalam bentuk respon<br />
perlawanan (fight) atau respon menghindar<br />
(flight). Bermacam-macam sistem tubuh ikut<br />
mengkoordinasi kesiap-siagaan untuk bereaksi,<br />
mempengaruhi kejiwaan (sistem limbik),<br />
pengaturan sistem kardiovaskuler, pernafasan,<br />
ketegangan otot serta aktivitas-aktivitas motorik<br />
yang halus.<br />
(ii) Tahap kebal (resisten)<br />
Reaksi alarm tidak dapat dipelihara untuk<br />
jangka waktu yang tidak terbatas. Pemaparan<br />
yang berkepanjangan terhadap stresor-stresor<br />
menyebabkan individu menjadi kebal. Pada<br />
tahap ini sesungguhnya tubuh sudah dapat<br />
beradaptasi, di mana individu mengembangkan<br />
suatu strategi perjuangan untuk bertahan hidup<br />
<strong>dan</strong> membina daya perlawanan justru untuk<br />
meredam respon dari stresor yang telah dimulai<br />
pada tahap sebelumnya.<br />
Mekanisme penanggulangan ini bisa<br />
menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi<br />
perkembangan mental individu. Ternyata<br />
individu cenderung untuk lebih baik<br />
melaksanakan penanggulangan dengan cara<br />
yang cepat dari pada cara yang lebih lama<br />
dalam menangani masalah tersebut <strong>dan</strong><br />
mencoba melarikan diri dari kondisi yang<br />
kurang menyenangkan. Sayangnya cara<br />
penanggulangan yang cepat walaupun paling<br />
mudah biasanya tidak memadai, karena dengan<br />
cara ini biasanya pada jangka panjang akan<br />
timbul masalah-masalah sekunder dalam bentuk<br />
147
Harrianto<br />
menurunnya penampilan diri. Pada tahap ini<br />
individu sungguh-sungguh membutuhkan<br />
pertolongan untuk mengidentifikasi cara-cara<br />
penanggulangan yang dapat mendorong dirinya<br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
memahami keuntungan-keuntungan dari caracara<br />
penanggulangan yang lebih lama.<br />
Contoh-contoh mekanisme strategi<br />
penanggulangan: (6)<br />
<strong>Stres</strong>or psikologis : konflik dengan manajer<br />
<strong>Stres</strong>or fisik : pe<strong>kerja</strong>an angkat beban oleh perawat tua<br />
148
<strong>Universa</strong> <strong>Medicina</strong><br />
Vol.24 No.3<br />
(iii) Tahap kelelahan<br />
Respon terhadap stres pada dasarnya sehat<br />
<strong>dan</strong> penting untuk menimbulkan daya motivasi<br />
<strong>dan</strong> adaptasi seseorang. Bila beban mental<br />
terlalu berat atau tidak dapat menemukan solusi<br />
yang memadai maka individu tersebut akan<br />
menanggung banyak kesukaran. <strong>Stres</strong> yang<br />
lama <strong>dan</strong> berkelanjutan dapat menimbulkan<br />
masalah-masalah yang menahun yang pada<br />
akhirnya menyebabkan individu akan menderita<br />
suatu kelelahan yang berat seakan-akan semua<br />
ca<strong>dan</strong>gan energi menghilang, sehingga timbul<br />
depresi yang sungguh-sungguh. (5)<br />
Gejala-gejala fisik dari tahap awal<br />
kelelahan tampak sebagai perasaan lelah yang<br />
berlebihan, lemah <strong>dan</strong> tidak punya daya.<br />
Tanda-tanda non-spesifik lainnya biasanya<br />
dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa<br />
pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot,<br />
palpitasi, napas terasa berat, nyeri dada, sesak<br />
napas atau gangguan pernafasan yang lain,<br />
gejala-gejala gangguan saluran cerna seperti<br />
rasa kering di mulut, rasa leher tercekik, mualmual<br />
atau muntah, konstipasi yang menahun,<br />
diare atau sakit perut yang melilit. Berat ba<strong>dan</strong><br />
bertambah atau menjadi kurus, perubahan<br />
corak makan dalam bentuk berkurangnya nafsu<br />
makan atau nafsu makan menjadi lebih besar<br />
atau makan coklat secara berlebihan. Individu<br />
ini biasanya kalau di tempat <strong>kerja</strong> bisa<br />
menyembunyikan gejala-gejalanya kecuali<br />
kalau terasa sangat berat, pada keadaan ini<br />
cederung untuk bolos <strong>kerja</strong>. Tetapi sayangnya<br />
gejala-gejala ini tidak hanya timbul di tempat<br />
<strong>kerja</strong>, bisa juga di rumah atau di mana saja,<br />
sehingga individu menjadi sangat menderita.<br />
Gejala-gejala emosi dari stres pada tahap<br />
kelelahan berhubungan dengan sindrom depresi<br />
<strong>dan</strong> frustrasi, manifestasinya dalam bentuk<br />
tangisan yang tak terkontrol, perasaan takut<br />
mati, tidak berani bicara di depan publik,<br />
mudah terkejut, tidak suka berteman atau<br />
bertemu keluarga atau menyalurkan hobinya,<br />
kurang perhatian pada hal-hal personal seperti<br />
olah raga, pakaian <strong>dan</strong> makan. Pada kasuskasus<br />
yang ekstrem bisa merusak diri atau<br />
percobaan bunuh diri. Mudah marah, dingin<br />
<strong>dan</strong> kaku pada orang lain serta disertai<br />
perasaan bersalah yang berlebihan. Serangan<br />
panik <strong>dan</strong> gelisah dapat meng<strong>akibat</strong>kan<br />
kesulitan melaksanakan pe<strong>kerja</strong>an, yang akan<br />
menambah stres di tempat <strong>kerja</strong> karena gejalagejala<br />
tersebut terlihat oleh teman-teman<br />
<strong>kerja</strong>nya. (6)<br />
Disfungsi mental pada tahap kelelahan<br />
tampak sebagai gangguan tidur seperti sulit<br />
bangun dari tidur, bangun tidur terlalu dini<br />
yang disertai dengan mimpi-mimpi buruk,<br />
hilangnya daya konsentrasi <strong>dan</strong> koordinasi. Hal<br />
ini mendorong timbulnya gangguan penampilan<br />
di tempat <strong>kerja</strong> serta daya untuk<br />
mempertimbangkan suatu masalah, sehingga<br />
tidak jarang timbul perilaku negatif dalam<br />
melaksanakan pe<strong>kerja</strong>an atau seringkali timbul<br />
keragu-raguan dalam memutuskan suatu<br />
masalah. Di tempat <strong>kerja</strong> tanda-tanda disfungsi<br />
mental biasanya lebih mudah tampak daripada<br />
tanda-tanda gangguan fisik karena gejalagejala<br />
tersebut berhubungan langsung dengan<br />
penampilan <strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> jelas dapat dirasakan oleh<br />
teman se<strong>kerja</strong>. Hal ini meng<strong>akibat</strong>kan<br />
hilangnya rasa percaya diri <strong>dan</strong> gangguan<br />
kontrol individu, sehingga makin mendorong<br />
penurunan penampilan dirinya. (7)<br />
Penyalahgunaan alkohol <strong>dan</strong> obat-obat<br />
penenang serta obat-obatan yang lain, merokok<br />
berlebihan seringkali menjadi solusi yang<br />
diambil oleh individu ini.<br />
Jenis stresor <strong>dan</strong> hubungannya dengan<br />
spesifikasi jenis pe<strong>kerja</strong>an<br />
<strong>Stres</strong>or seringkali berhubungan langsung<br />
dengan sistem tugas, volume pe<strong>kerja</strong>an,<br />
lingkungan tempat <strong>kerja</strong> atau sebagai <strong>akibat</strong><br />
ketidak-keharmonisan hubungan dengan<br />
individu lain di tempat <strong>kerja</strong> serta faktor-faktor<br />
149
Harrianto<br />
budaya organisasi tempat <strong>kerja</strong>, beberapa<br />
stresor juga berhubungan pada identifikasi dari<br />
peranan seseorang di organisasi tempat <strong>kerja</strong>.<br />
Sistem tugas<br />
a. Kerja lembur<br />
Menurut beberapa penelitian, <strong>kerja</strong> lembur<br />
yang terlalu sering, apalagi kalau tanpa kontrol<br />
jumlah jam <strong>kerja</strong> yang berlebih-lebihan<br />
ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas <strong>dan</strong><br />
kualitas hasil <strong>kerja</strong>, juga seringkali<br />
meningkatkan kuantitas absen dengan alasan<br />
sakit atau kecelakaan <strong>kerja</strong>. (5-7) Misalnya:<br />
pe<strong>kerja</strong>-pe<strong>kerja</strong> di industri pengemasan buah<br />
kaleng yang biasanya banyak berhubungan<br />
dengan musim buah.<br />
b. Tugas <strong>kerja</strong> malam<br />
Kerja malam merupakan tugas yang berat<br />
bagi individu pe<strong>kerja</strong>, seringkali<br />
meng<strong>akibat</strong>kan timbulnya gangguan fisik<br />
<strong>akibat</strong> kurang tidur serta perubahan tingkah<br />
laku yang dapat mendorong individu untuk<br />
penyalahgunaan alkohol <strong>dan</strong> obat-obatan<br />
terlarang serta perubahan kebiasaan makan.<br />
Misalnya: polisi, perawat, satpam, anggota<br />
pemadam kebakaran, pe<strong>kerja</strong>-pe<strong>kerja</strong> di<br />
industri pelayanan (hotel, transportasi, <strong>dan</strong><br />
lain-lain), termasuk pe<strong>kerja</strong> dengan tugas<br />
malam lainnya. Penelitian yang dilaksanakan<br />
oleh Bilat dkk (8) pada tahun 2002 ditemukan<br />
bahwa cuti sakit perawat wanita <strong>dan</strong> pe<strong>kerja</strong><br />
rumah sakit lainnya mencapai lebih dari 13%<br />
dari seluruh jumlah hari <strong>kerja</strong> <strong>akibat</strong> jadwal<br />
<strong>kerja</strong> malam yang terlalu sering di rumah sakit.<br />
c. Kecepatan mesin<br />
Kecepatan <strong>kerja</strong> yang didasarkan sematamata<br />
pada kapasitas kecepatan mesin sangat<br />
menguras energi fisik <strong>dan</strong> psikologis individu<br />
pe<strong>kerja</strong> karena harus terpaku untuk<br />
menyesuaikan kecepatan mesin, ban berjalan<br />
atau proses produksi, sehingga sedetik pun tak<br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
memungkinkan pe<strong>kerja</strong> untuk meninggalkan<br />
tempat <strong>kerja</strong>nya tanpa digantikan atau ditolong<br />
temannya. Misalnya produk-produk kontrol<br />
kualitas yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang<br />
berkecepatan tinggi <strong>dan</strong> produk-produk yang<br />
harus berdasarkan jadwal yang ketat.<br />
d. Gerakan yang berulang secara monoton<br />
Pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>an yang harus<br />
dilaksanakan dengan gerakan anggauta ba<strong>dan</strong><br />
yang berulang secara monoton, yang ka<strong>dan</strong>gka<strong>dan</strong>g<br />
pula disertai posisi <strong>kerja</strong> yang sulit, atau<br />
sambil membawa beban atau menahan beban<br />
seringkali sangat memberatkan individu pe<strong>kerja</strong>.<br />
Misalnya pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>an di industri<br />
penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan <strong>dan</strong><br />
asembling pada ban berjalan. Walsh dkk (9)<br />
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa<br />
pe<strong>kerja</strong>an yang banyak menggerakkan tangan<br />
berulang <strong>dan</strong> membosankan seperti pada para<br />
pe<strong>kerja</strong> penggergajian kayu lebih banyak<br />
menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik<br />
<strong>dan</strong> gejala-gejala stres mental lainnya sehingga<br />
meningkatkan frekuensi cuti sakit. (9)<br />
e. Kekangan-kekangan<br />
Tidak a<strong>dan</strong>ya kebebasan be<strong>kerja</strong>, misalnya<br />
tahapan-tahapan pe<strong>kerja</strong>an yang mempunyai<br />
jadwal tugas yang ketat <strong>dan</strong> detail. Misalnya<br />
pemeliharaan/perawatan/pengujian mesin kapal<br />
terbang yang harus mengikuti/berdasarkan<br />
“checklist” yang ketat, pe<strong>kerja</strong>an mencocokkan/<br />
memasang/merakit elemen-elemen jadi bangunan<br />
rumah/mesin-mesin, pe<strong>kerja</strong>n akunting.<br />
f. Komunikasi yang menjemukan/<br />
membebankan<br />
Pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>an yang memerlukan<br />
kontak yang memberatkan karena memerlukan<br />
negosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau<br />
tidak selaras dengan kehendak lawan bicara.<br />
Misalnya manajer pemasaran, personil promosi<br />
obat-obatan.<br />
150
<strong>Universa</strong> <strong>Medicina</strong><br />
Vol.24 No.3<br />
Volume pe<strong>kerja</strong>an<br />
a. Volume pe<strong>kerja</strong>an yang berlebihan<br />
Volume pe<strong>kerja</strong>an yang terlalu banyak,<br />
yang dibatasi oleh waktu. Misalnya :<br />
i. Tergesa-gesa karena dibatasi oleh waktu,<br />
misalnya petugas pelayanan pelanggan<br />
yang harus melayani pelanggan dengan<br />
antrian yang panjang untuk menunggu<br />
pelayanan, sekretaris dengan tugas yang<br />
bertumpuk.<br />
ii. Permintaan-permintaan untuk pengambilan<br />
keputusan yang rumit, misalnya petugas<br />
kontrol kualitas, pe<strong>kerja</strong>an yang harus<br />
membutuhkan masukan informasi yang<br />
banyak.<br />
b. Volume pe<strong>kerja</strong>an yang sangat kurang<br />
Kurang rangsangan untuk be<strong>kerja</strong>, kurang<br />
variasi, tidak ada kreativitas atau tuntutan<br />
untuk mengatasi masalah. Misalnya:<br />
i. Tuntutan pe<strong>kerja</strong>an yang memerlukan<br />
perhatian penuh tetapi kurang rangsangan<br />
untuk be<strong>kerja</strong>. Pe<strong>kerja</strong> harus tetap<br />
waspada <strong>dan</strong> harus selalu siap untuk<br />
bereaksi bila terjadi sesuatu yang tidak<br />
diinginkan. Walaupun keadaan tersebut<br />
jarang sekali terjadi, seperti tugas<br />
pengawasan mesin <strong>dan</strong> peralatan pada<br />
penggunaan reguler, tugas menjaga pintu<br />
kereta api.<br />
ii. Tuntutan untuk membeda-bedakan secara<br />
tepat biasanya membutuhkan konsentrasi,<br />
perasaan <strong>dan</strong> konsentrasi penglihatan yang<br />
intens.<br />
iii. Tidak diberi tugas karena atasan pilih<br />
kasih, atau kemampuan kalah bersaing<br />
dengan yang lain.<br />
c. Tanggung jawab untuk keselamatan <strong>dan</strong><br />
kesejahteraan diri sendiri, organisasi tempat<br />
<strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> masyarakat umum. Misalnya:<br />
i. Tanggung jawab untuk be<strong>kerja</strong> dengan<br />
aman merupakan faktor stres psikis dari<br />
ii.<br />
iii.<br />
pe<strong>kerja</strong> karena harus be<strong>kerja</strong> selalu dengan<br />
hati-hati agar tidak membahayakan orang<br />
di sekitarnya atau pun membahayakan diri<br />
sendiri, seperti: operator mesin derek,<br />
pe<strong>kerja</strong> yang menangani bahan-bahan<br />
kimia yang berbahaya atau yang mudah<br />
meledak, pilot.<br />
Tanggung jawab pe<strong>kerja</strong>n terhadap<br />
kesejahteraan masyarakat misalnya<br />
pe<strong>kerja</strong>-pe<strong>kerja</strong> di sektor kesehatan,<br />
pendidikan <strong>dan</strong> kesejahteraan lainnya.<br />
Tanggung jawab terhadap peralatan <strong>dan</strong><br />
bahan-bahan <strong>kerja</strong> yang bernilai tinggi.<br />
d. Kondisi fisik/lingkungan tempat <strong>kerja</strong><br />
A<strong>dan</strong>ya ancaman terpapar kondisi fisik<br />
tempat <strong>kerja</strong> yang kurang menyenangkan atau<br />
kontak dengan bahan-bahan beracun.<br />
Misalnya:<br />
i. Tempat <strong>kerja</strong> yang sunyi/terpencil, seperti<br />
pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>n menyendiri yang tak<br />
mempunyai kesempatan berkomunikasi<br />
dengan orang lain atau pe<strong>kerja</strong>n-pe<strong>kerja</strong>n<br />
yang pada situasi sulit atau terancam<br />
bahaya tak memungkinkan untuk mencari<br />
pertolongan dari teman <strong>kerja</strong> atau<br />
siapapun. Misalnya: tugas-tugas<br />
pengawasan/penjagaan yaitu penjaga<br />
mercu suar, tugas jaga malam, operator<br />
telegraf, pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>an yang tidak<br />
kontak langsung dengan langganan.<br />
ii. Tempat <strong>kerja</strong> yang jauh atau sulit<br />
dijangkau<br />
iii. Pemaparan di tempat <strong>kerja</strong><br />
Pemaparan di tempat <strong>kerja</strong> umumnya<br />
pemaparan fisik <strong>dan</strong> pemaparan kimiawi,<br />
seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu<br />
rendah, tempat <strong>kerja</strong> yang sempit<br />
berdesakan, ventilasi buruk, penerangan<br />
yang kurang baik, vibrasi, masalahmasalah<br />
ergonomi, tempat <strong>kerja</strong> yang<br />
bising, bau-bau yang tidak enak, debu-debu<br />
<strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> substansi kimia yang berbahaya.<br />
151
Harrianto<br />
Organisasi tempat <strong>kerja</strong><br />
i. Perubahan-perubahan<br />
Perubahan-perubahan yang terjadi di<br />
tempat <strong>kerja</strong> merupakan salah satu<br />
penyebab utama dari stres. Perubahan<br />
seringkali berarti terjadi suatu kehilangan,<br />
seperti diberlakukan teknik yang baru di<br />
tempat <strong>kerja</strong>, ganti supervisor,<br />
restrukturisasi organisasi, diberi tugas<br />
baru yang sukar dilaksanakan, pindah<br />
bagian, <strong>dan</strong> dibebas tugaskan sebagai<br />
pimpinan.<br />
ii.<br />
iii.<br />
Manajemen yang otokratis<br />
Pada perusahaan dengan manajemen yang<br />
otokratis, biasanya komunikasi atasan <strong>dan</strong><br />
bawahan tidak berjalan dengan baik.<br />
Seringkali para pe<strong>kerja</strong> dibebani oleh dua<br />
perasaan yang berlawanan, yang<br />
mendorong timbulnya stres. Perasaan<br />
tersebut biasanya timbul bila para pe<strong>kerja</strong><br />
mengerti apa yang mereka harus perbuat<br />
tetapi pada kenyataannya hal itu tak dapat<br />
dilaksanakan. Komunikasi yang buruk<br />
juga biasanya mencetuskan timbulnya<br />
perasaan ketidak puasan, kurangnya<br />
penghargaan, konflik pada rantai komando<br />
atau konflik perbedaan tuntutan para<br />
pe<strong>kerja</strong> pada manajemen bisa<br />
menimbulkan konflik dengan teman<br />
se<strong>kerja</strong>. Juga bila pe<strong>kerja</strong> harus<br />
mengerjakan perintah yang tak disukainya<br />
atau bila perintah tidak tercantum dalam<br />
deskripsi pe<strong>kerja</strong>an, kurangnya dukungan<br />
<strong>dan</strong>a atau fasilitas lainnya dari manajemen<br />
guna menyelesaikan tugas atau tidak<br />
diberinya kekuasaan untuk memutuskan<br />
masalah dalam menyelesaikan tugas<br />
merupakan stresor psikologis yang<br />
penting.<br />
Pengembangan karir.<br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
Ancaman dipecat, diturunkan pangkat,<br />
dipensiunkan lebih dini karena sakit, ada<br />
hambatan untuk promosi atau mendapat<br />
promosi untuk pe<strong>kerja</strong>an yang kurang<br />
dikuasai, dapat menimbulkan kecemasan<br />
yang hebat.<br />
PENATALAKSANAAN STRES<br />
Dokter perusahaan seringkali sukar<br />
mendiagnosis atau menggambarkan dengan<br />
jelas berkembangnya stres seorang individu di<br />
tempat <strong>kerja</strong>, karena gejala-gejala yang timbul<br />
terutama mempengaruhi kondisi fisik, sehingga<br />
pada awalnya seringkali dipikirkan penyakitpenyakit<br />
organis sebagai penyebabnya.<br />
Misalnya gejala sakit kepala biasanya<br />
dipikirkan sebagai <strong>akibat</strong> penyakit tekanan<br />
darah tinggi, napsu makan berlebihan <strong>akibat</strong><br />
riwayat obesitas dalam keluarga <strong>dan</strong> sakit<br />
pinggang <strong>akibat</strong> perkapuran tulang belakang<br />
atau <strong>akibat</strong> skoliosis. Yang lebih menyulitkan,<br />
para pasien itu sendiri menolak untuk<br />
menghubungkan gejala-gejala yang timbul<br />
sebagai <strong>akibat</strong> stres di tempat <strong>kerja</strong>. Perubahan<br />
perilaku di tempat <strong>kerja</strong> sehingga seringkali<br />
orang-orang di sekitarnya mencemoohkan,<br />
biasanya tidak diceritakan oleh pasien.<br />
Biasanya pasien menolak bila dikatakan<br />
perubahan perilakunya adalah kontraproduktif.<br />
Pasien biasanya menuntut cepat sembuh<br />
sehingga seringkali mencari pengobatan yang<br />
mudah dari gangguan yang dirasakannya <strong>dan</strong><br />
mengharapkan dokternya membuat keajaiban<br />
untuk menghilangkan gejala yang dideritanya.<br />
Selain itu karena stres dapat juga merupakan<br />
bagian dari masalah di luar lingkungan<br />
pe<strong>kerja</strong>an, jadi masalah di belakang layar<br />
dalam keluarga atau lingkungan sosial dapat<br />
bermanifest sebagai gejala-gejala stres di<br />
tempat <strong>kerja</strong>, sehingga lebih mempersulit<br />
pengungkapan gejala-gejala penyakit ini.<br />
152
<strong>Universa</strong> <strong>Medicina</strong><br />
Vol.24 No.3<br />
Jika seseorang mempunyai gejala-gejala<br />
stres yang berkepanjangan sukar untuk dicari<br />
akar masalahnya atau pencetus timbulnya<br />
gejala-gejala tersebut. Tetapi pertanyaanpertanyaan<br />
yang berhubungan dengan gejalagejala<br />
dini (reaksi alarm) dapat menolong<br />
untuk mengidentifikasi akar masalah tersebut.<br />
Misalnya; restrukturisasi yang baru terjadi di<br />
lingkungan tempat <strong>kerja</strong>, kesulitan-kesulitan<br />
khusus terutama dalam hubungan<br />
interpersonal, saat timbulnya gejala dalam<br />
hubungan terhadap stresor, deskripsi<br />
menyeluruh tentang tempat <strong>kerja</strong> serta<br />
penyalahgunaan alkohol <strong>dan</strong> obat-obat<br />
terlarang.<br />
Bila pasien menemui dokter pada saat<br />
gejala-gejala stres baru timbul, beberapa<br />
pertanyaan langsung pada akar masalah<br />
tersebut dapat menolong untuk<br />
mengidentifikasi situasi-situasi pencetus stres.<br />
Pada saat ini nasehat medis yang memadai<br />
dapat mengatasi masalah-masalah jangka<br />
pendek atau jangka panjang. Untuk selajutnya<br />
pasien ini membutuhkan perhatian yang lebih<br />
besar <strong>dan</strong> membutuhkan pemeriksaan<br />
selanjutnya, guna mencegah berkembangnya<br />
penyakit ini.<br />
Anxiolitika, antidepresan <strong>dan</strong> ß-blocker<br />
dapat mengatasi gejala-gejala stres untuk<br />
jangka pendek, tetapi tidak dapat dipakai untuk<br />
jangka panjang karena pasien tidak diobati<br />
pada akar masalahnya, juga bahaya<br />
ketergantungan obat-obat tersebut serta depresi<br />
miokard <strong>akibat</strong> ß-blocker perlu mendapat<br />
perhatian.<br />
Guna mendorong terjadinya perubahan<br />
perilaku <strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> persepsi terhadap responrespon<br />
biologis, pasien dinasehatkan untuk<br />
datang diam-diam secara reguler biasanya 1<br />
jam dalam seminggu, untuk bimbingan <strong>dan</strong><br />
konseling oleh dokter perusahaan, terutama<br />
untuk kasus-kasus dengan akar masalah<br />
psikologis seperti kesulitan-kesulitan<br />
interpersonal atau perilaku ketergantungan<br />
alkohol/obat-obat terlarang. (6)<br />
Istilah “konseling” harus dibedakan<br />
dengan “memberi nasehat”. Suatu nasehat<br />
terbatas pada satu paket solusi yang diberikan<br />
pada pasien untuk mengatasi masalah, se<strong>dan</strong>g<br />
seorang konselor membantu pasien dengan<br />
memberikan sejumlah pilihan solusi untuk<br />
mengatasi masalahnya. Konselor akan<br />
membantu menyeleksi solusi-solusi tersebut<br />
sampai pasien memperoleh pilihan terbaik <strong>dan</strong><br />
selanjutnya melaksanakannya dengan usahausaha<br />
pasien itu sendiri. (7) Penelitian oleh<br />
Walsh dkk (9) pada tahun 2005 melaporkan<br />
bahwa bimbingan <strong>dan</strong> konseling yang dilakukan<br />
dokter perusahaan pada karyawan kantor pos<br />
di Ingris berhasil mengurangi cuti sakit <strong>dan</strong><br />
secara bermakna dapat mengatasi gejala-gejala<br />
kecemasan, depresi <strong>dan</strong> dapat meningkatkan<br />
harga diri. (10)<br />
Pelatihan Manajemen <strong>Stres</strong> dapat<br />
dilaksanakan secara berkelompok 6 sampai 12<br />
pe<strong>kerja</strong> yang ada indikasi mempunyai gejalagejala<br />
stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong>. Materi-materi<br />
pelatihan yang perlu diajarkan seperti: teknik<br />
fisiologis untuk mengurangi serangan stres<br />
misalnya teknik relaksasi, biofeedback,<br />
meditasi atau latihan pernafasan, teknik<br />
psikologis <strong>dan</strong> kognitif pembentukan diri<br />
kembali, macam-macam keterampilan <strong>kerja</strong><br />
misalnya manajemen waktu, skala prioritas,<br />
keterampilan interpersonal misalnya pelatihan<br />
berpidato, presentasi, tatacara mengikuti rapat,<br />
<strong>dan</strong> lain-lain. (6,10)<br />
Pasien perlu dianjurkan untuk<br />
menciptakan keseimbangan stres di tempat<br />
<strong>kerja</strong>, dengan demikian gaya hidup yang sehat<br />
<strong>dan</strong> aktivitas relaksasi di tempat <strong>kerja</strong> sangat<br />
dibutuhkan. Beberapa teknik relaksasi di<br />
tempat <strong>kerja</strong> dapat dianjurkan, seperti istirahat<br />
pendek tapi sering misalnya 5 menit setiap jam<br />
<strong>kerja</strong> lebih berguna daripada istirahat panjang<br />
tapi jarang, sedikit latihan fisik secara reguler<br />
153
Harrianto<br />
sangat berguna pada pe<strong>kerja</strong> komputer, olah<br />
pernafasan yang rutin bermanfaat untuk<br />
mencegah serangan stres yang datangnya<br />
mendadak atau serangan panik.<br />
Gaya hidup yang sehat di luar tempat <strong>kerja</strong><br />
harus dianjurkan seperti: olah raga rutin,<br />
makanan sehat, berhenti merokok <strong>dan</strong> minum<br />
alkohol, penyaluran hobi serta pasien<br />
dianjurkan memperbanyak berkomunikasi<br />
dengan keluarga <strong>dan</strong> teman-temannya.<br />
Penatalaksanaan stres di tempat <strong>kerja</strong><br />
secara menyeluruh tidak hanya membutuhkan<br />
kooperasi <strong>dan</strong> partisipasi pasien tapi juga<br />
partisipasi aktif organisasi tempat <strong>kerja</strong>,<br />
seperti: melaksanakan perbaikan tempat <strong>kerja</strong><br />
seoptimal mungkin, menciptakan manajemen<br />
yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua<br />
arah antara pe<strong>kerja</strong> <strong>dan</strong> pimpinan, memberikan<br />
tugas-tugas <strong>dan</strong> otoritas tugas yang jelas,<br />
memberikan target-target yang menantang tapi<br />
mampu dicapai, jadwal <strong>kerja</strong> yang fleksibel tapi<br />
terencana, memberikan teguran pada pe<strong>kerja</strong><br />
yang salah secara wajar, adil tanpa<br />
kekerasan. (4)<br />
KESIMPULAN<br />
Semua pe<strong>kerja</strong>an menanggung beban<br />
tanggung jawab, masalah-masalah, tuntutantuntutan,<br />
kesulitan-kesulitan <strong>dan</strong> tekanantekanan<br />
yang mencetuskan timbulnya stres<br />
psikologis pada individu pe<strong>kerja</strong>. Pada akhirnya<br />
bila stres berkepanjangan akan menghasilkan<br />
respon tubuh dalam bentuk gangguan faal tubuh,<br />
gangguan emosional <strong>dan</strong> perubahan tingkah laku<br />
serta menurunnya produktivitas <strong>kerja</strong>.<br />
Dengan mencari akar masalah <strong>dan</strong><br />
membimbing pasien dengan solusi-solusi cara<br />
penanggulangan stres yang benar, besar<br />
kemungkinan kasus-kasus ini dapat diatasi <strong>dan</strong><br />
<strong>akibat</strong> buruknya pada organisasi tempat <strong>kerja</strong><br />
<strong>Stres</strong> <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong><br />
dapat dikurangi. Biasanya pasien menolak bila<br />
gejala-gejala penyakitnya dihubungkan dengan<br />
stres psikologis maka tidak banyak dokter yang<br />
dapat mendiagnosis gangguan kesehatan ini.<br />
Karena dokter perusahaan yang paling<br />
tahu tentang lingkungan tempat <strong>kerja</strong>, dengan<br />
demikian untuk kasus-kasus ini peranan<br />
seorang dokter perusahaan menjadi sangat<br />
penting. Kalau dulu tanggung jawabnya<br />
semata-mata terbatas pada gangguan kesehatan<br />
yang dihasilkan <strong>akibat</strong> proses-proses industri,<br />
tetapi sekarang mencakup segala sesuatu yang<br />
berhubungan dengan pe<strong>kerja</strong>an termasuk juga<br />
stres <strong>akibat</strong> <strong>kerja</strong>.<br />
Daftar Pustaka<br />
1. Fingret A. Occupational mental health: a brief<br />
history. Occup Med Journal 2000; 50: 289-93.<br />
2. Smith A. The scale of perceived occupational<br />
stress. Occup Med J 2000; 50:294-8.<br />
3. Marchand A, Demers A, Durand F. Do<br />
occupation and work conditions really matter<br />
A longitudinal analysis of psychological<br />
distress experiences among canadian workers.<br />
Sociol Health Illn 2005; 27: 602-27.<br />
4. Work Safe Western Australia and Work Cover<br />
WA. Increase in stress. A guide to work –<br />
related stress. Safeline 1996; 32:10.<br />
5. Elo AI, Leppanen A, Jahkola A. Validity of a<br />
single-item measure of stress symptoms. Scand<br />
J Work Environ Health 2003; 29: 444-51.<br />
6. Oncul J. <strong>Stres</strong>s at work. BMJ 1996; 313: 745-8.<br />
7. Deva MP. Presentation and management of<br />
anxiety disorders in family practice. Med<br />
Progress 2001; 28:15-20.<br />
8. Bilat C, Michelsen H. Gender differences in<br />
the effects from working conditions on mental<br />
health: a 4 years follow-up. Int Arch Occup<br />
Environ Health 2002; 75: 252-8.<br />
9. Walsh L, Turner S, Lines S, Hussey L, Chen Y,<br />
Agius R. The incidence of work-related illness<br />
in the UK health and social work sector: The<br />
Health Occupation Reporting network 2002-<br />
2003. Occup Med J 2005; 55: 262-7.<br />
10. Reynolds S. Intervention: what work, what<br />
doesn’t. Occup Med J 2000; 50: 315-9.<br />
154