daerah aliran sungai mahakam - Blog Staff UI - Universitas Indonesia
daerah aliran sungai mahakam - Blog Staff UI - Universitas Indonesia
daerah aliran sungai mahakam - Blog Staff UI - Universitas Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
DAERAH ALIRAN SUNGAI<br />
MAHAKAM<br />
RIA WATININGSIH<br />
0606071720<br />
GEOGRAFI<br />
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU<br />
PENGETAHUAN ALAM<br />
UNIVERSITAS INDONESIA<br />
2009
Abstrak<br />
DAS didefinisikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi sebagai bentang<br />
lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah <strong>aliran</strong> (topographic divide), yaitu punggung<br />
bukit/gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya<br />
melalui saluran-sal;uran peng<strong>aliran</strong> ke satu titik (outlet), yang umumnya berada di muara<br />
<strong>sungai</strong> atau danau (Manan, 1976). Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu<br />
kawasan di Kalimantan Timur meliputi wilayah kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau,<br />
Kutai Kertanegara dan kota Samarinda. Sungai Mahakam adalah <strong>sungai</strong> utama yang<br />
membelah Kota Samarinda, <strong>sungai</strong>-<strong>sungai</strong> lainnya adalah anak2 <strong>sungai</strong> yang bermuara di<br />
sunagai Mahakam yang meliputi Sungai Karang Mumus, Sungai Palaran, dan anak <strong>sungai</strong> lainnya<br />
antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais,<br />
Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang,<br />
Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas. Batuan tertua yang tersingkap<br />
adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik yang berumur Trias, keduanya<br />
saling berkontak struktur. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam Daerah memiliki<br />
dengan kemiringan datar sampai landai. DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak<br />
pihak, mulai dari sektor industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi<br />
masyarakat.<br />
Pendahuluan<br />
DAS didefinisikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi sebagai bentang<br />
lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah <strong>aliran</strong> (topographic divide), yaitu punggung<br />
bukit/gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui<br />
saluran-sal;uran peng<strong>aliran</strong> ke satu titik (outlet), yang umumnya berada di muara <strong>sungai</strong> atau<br />
danau (Manan, 1976). Das merupakan satu kesatuan unit sistem hidrologi, yaitu bahwa<br />
kuantitas dan kualitas air di outlet merupakan satu titik kajian hasil air (water yield). Water yield<br />
ini merupakan akumulasi <strong>aliran</strong> permukaan tanah (surface flow), <strong>aliran</strong> bawah permukaan<br />
(subsurface flow) dan <strong>aliran</strong> bumi (ground water flow). Berdasarkan prinsip kesatuan hidrologi<br />
ini maka sebernarnya batas DAS tidak hanya ditentukan oleh topografi, akan tetapi juga oleh
struktur batuan yang menentukan pola <strong>aliran</strong> ground water flow. Delineasi pola <strong>aliran</strong> ground<br />
water sulit ditetapkan dan cenderung bersifat dinaamis, sehingga dengan pertimbangan praktis<br />
batas DAS hanya ditentukan berdasarkan <strong>aliran</strong> permukaan. Mengacu pada system hidrologi,<br />
maka ada keterkaitan yang jelas antara DAS bagian hulu dan hilir. Aktivitas yang mempengaruhi<br />
komponen DAS di bagian hulu akan mempengaruhi kondisi bagian tengah dan hilir.<br />
Gambaran Umum Wilayah<br />
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan<br />
Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan<br />
Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dangan luas : 77.095.460 ha meliputi wilayah<br />
kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai Kertanegara dan kota Samarinda. Bahkan<br />
<strong>daerah</strong> tangkapan airnya tidak hanya di propinsi Kalimantan Timur, namun juga di propinsi<br />
Kalimantan Tengah dan diduga sebagian kecil di Serawak yang merupakan Negara Bagian<br />
Malaysia. (Mislan dan Naniek, 2005). Sungai Mahakam ini terletak di <strong>daerah</strong> Samarinda<br />
Kalimantan timur . Sungai Mahakam terletak pada garis lintang 0 o 35’0”S 117 o 17’0”E dan<br />
panjang <strong>sungai</strong> ini mencapai 920 km dengan luasnya 149.227 km 2 serta memiliki lebar antara<br />
300-500 meter Sungai ini melewati wilayah kabupaten Kutai Barat bagian hulu hingga<br />
kabupaten Kutai Kertanegara dan Samarinda dibagian hilirnya. Sungai Mahakam adalah <strong>sungai</strong><br />
utama yang membelah Kota Samarinda, <strong>sungai</strong>-<strong>sungai</strong> lainnya adalah anak2 <strong>sungai</strong> yang<br />
bermuara di sunagai Mahakam yang meliputi:<br />
<br />
<br />
<br />
Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km<br />
Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km<br />
Anak <strong>sungai</strong> lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang,<br />
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,<br />
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur,<br />
Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
Geomorfologi<br />
Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan<br />
landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat dibeberapa<br />
bagian, yaitu berupa kawasan pantai dan sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam.<br />
Berdasarkan ketinggian dan bentuk roman muka buminya, <strong>daerah</strong> penyelidikan dapat<br />
dibedakan menjadi empat satuan gomorfologi, yakni : Pedataran Aluvium, Perbukitan Karst<br />
dan Pegunungan.<br />
Pedataran Aluvium<br />
Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium menempati 30% dari luas <strong>daerah</strong> penyelidikan,<br />
memanjang di bagian tengah, baratlaut, barat dan baratdaya, dengan kemiringan lereng 2 O<br />
hingga 8 O . Ketinggiannya bervariasi dari sekitar 20 meter (Pedataran Aluvial Sungai Mahakam,<br />
Sungai Belayan, Sungai Kedang Kepala dan Sungai Kedangran) hingga 40 meter (Pedataran<br />
Aluvial Kahala, Muara Muntai, Muara Lasan, Muara Ancalong, Loa Kulu, Sebulu dan Muara<br />
Kaman) di atas permukaan air laut.<br />
Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium berkembang membentuk pedataran dan<br />
landaian dengan arah relatif timurlaut-baratdaya, baratlaut-tenggara yang terdapat di<br />
sepanjang <strong>daerah</strong> peng<strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong>, rawa serta pedataran Aluvial Sungai Mahakam, Belayan,<br />
Kedang Kepala dan Kedangran, beserta segenap anak-anak <strong>sungai</strong>nya yang cukup besar. Pola
peng<strong>aliran</strong>nya anastomatik dan banyak membentuk meander. Sebagian besar <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong><br />
bermuara ke Sungai Mahakam yang mengalir dengan arah relatif baratlaut-tenggara. Stadium<br />
erosi menunjuk-kan tahap dewasa hingga lanjut, dicerminkan oleh kenampakan bentuk lembah<br />
serta alur-alur <strong>sungai</strong> yang menyerupai huruf "U" yang semakin melebar di bagian dasarnya.<br />
Litologinya terdiri dari endapan lempung, lumpur, lanau, Kutai Kartanegara and East Kutai dan<br />
kerikil, bersifat lepas belum terkonsolidasi serta proses pengendapannya masih berlangsung<br />
hingga kini.<br />
Perbukitan Karst<br />
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst, menempati sekitar 15% dari luas <strong>daerah</strong><br />
penyelidikan, memanjang di bagian timur laut, timur dan barat laut <strong>daerah</strong> penyelidikan.<br />
Satuan geomorfologi ini membentuk bentang-alam perbukitan yang sangat berbeda<br />
karakteristiknya dengan <strong>daerah</strong> di sekitarnya, yakni berupa bukit karst yang umumnya<br />
mempunyai gua-gua kapur dengan stalagtit atau stalagmit-nya, <strong>sungai</strong>-<strong>sungai</strong> bawah tanah,<br />
atau bukit batu kapur dengan lubang-lubang dolina, yang dibangun dari sisa-sisa cangkang,<br />
koral, batuan karbonat dan kalsit.<br />
Kemiringan lereng bervariasi dari 35 O hingga 85 O , dengan ketinggian dari sekitar 50<br />
meter (Perbukitan Lubuktutung, Bukit Separi dan Bukit Biru) hingga 380 meter (Gunung<br />
Sekerat, Gunung Sandaran, Gunung Kaliorang, Gunung Tendehhantu dan Gunung Mangkaliat)<br />
di atas permukaan air laut .<br />
Perbukitan Karst berkembang membentuk rangkaian punggungan yang saling bertautan,<br />
ataupun perbukitan yang menyendiri (soliter). Pelamparannya relatif timurlaut-baratdaya dan<br />
secara setempat melengkung ke arah baratlaut-tenggara, searah dengan pola jurus perlapisan<br />
satuan batugamping dari Formasi Tendeh-hantu, Formasi Beluluh dan Formasi Berai. Pola<br />
peng<strong>aliran</strong> dendrito-rektangular dan bermuara ke <strong>sungai</strong> utama yaitu Sungai Mahakam, atau<br />
langsung ke laut. Sungai bawah tanah yang mengalir dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan<br />
Karst belum diketahui polanya. Secara setempat dijumpai gua kapur yang salah satu ujung<br />
lorongnya bermuara di tepi <strong>sungai</strong> bawah tanah. Sebagian lorong gua yang lain menjadi tempat
timbulnya air <strong>sungai</strong> bawah tanah (rise hole) dan lorong gua di tempat lainnya menjadi<br />
tempat masuknya air <strong>sungai</strong> bawah tanah yang lain (singk hole).<br />
Stadium erosi pada <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> di permukaan menunjukkan tahap muda, hal ini<br />
dicerminkan oleh kenampakan bentuk lembah serta alur-alur <strong>sungai</strong> menyerupai huruf "V"<br />
yang sebagian agak meruncing di bagian dasarnya. Litologi yang menyusun Satuan<br />
Geomorfologi Perbukitan Karst, terdiri dari perselingan lapisan batugamping masif,<br />
batugamping klastik dan terumbu serta napal.<br />
Satuan Geomorfologi Pegunungan<br />
Menempati sekitar 25% dari luas <strong>daerah</strong> penyelidikan, memanjang di bagian baratlaut,<br />
barat dan baratdaya, dengan kemiringan lereng dari sekitar 45 O hingga 85 O . Ketinggiannya<br />
bervariasi dari sekitar 650 meter (Gunung Menyapa, Gunung Batumesangat dan Gunung<br />
Tabang) hingga 1.507 meter (Gunung Bengen, Belayan, Gunung Telensah dan Gunung<br />
Kongmemol) di atas permukaan air laut rata-rata. Satuan Geomorfologi Pegunungan berkembang<br />
mem-bentuk rangkaian punggungan memanjang berarah timurlaut – baratdaya, searah<br />
dengan pola sebaran batuan bancuh dan ultra basa, batuan malihan, batuan volkanik dan<br />
intrusi, yang merupakan anggota dari Komplek Batuan Ultra Basa, Komplek Bancuh Telen<br />
Kelinjau, Bancuh Tabang, Formasi Telen, Formasi Domaring, Intrusi Granit Sintang, Granodiorit<br />
Antan, Komplek Embaluh, Gunungapi Mentulang dan Gunungapi Jelai.<br />
Pola peng<strong>aliran</strong> rektangular dan bermuara ke <strong>sungai</strong> utama yaitu Sungai Belayan, Telen,<br />
Kedang Kepala dan Kedangran yang mengalir dengan arah relatif beratlaut-tenggara dan<br />
timurlaut-baratdaya. Stadium erosi menunjuk-kan tahap sangat muda diperlihatkan oleh<br />
bentuk lembah yang menyerupai huruf "V" dan semakin meruncing di bagian dasarnya.<br />
Litologinya terdiri dari batuan ultra basa, malihan, serpentinit, harsburgit, peridotit,<br />
dunit, gabro, basal, piroksenit, granit, diorit, granodiorit, andesit, basal dan perselingan lapisan<br />
batuan sedimen tersilisifikasi, malihan, beku, volkanik terubah, batuKutai Kartanegara and East<br />
Kutai, batulumpur, grewak dan serpih termalihkan.
Stratigrafi<br />
Batuan tertua yang tersingkap adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan<br />
Ultramafik yang berumur Trias, keduanya saling berkontak struktur. Tidak selaras di atasnya<br />
terdapat Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, keduanya juga saling berkontak<br />
struktur. Tidak selaras di atasnya terdapat Bancuh Tabang dan Komplek Embaluh yang berumur<br />
Kapur, masing-masing juga saling berkontak struktur. Tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier<br />
terdapat seri batuan sedimen yang berumur dari Paleosen hingga Plistosen antara lain Formasi-<br />
Formasi Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau Balang, Balikpapan, Marah,<br />
Mangkupa, Tabalar, Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu Kelau, Haloq, Batu Ayau,<br />
Sembakung, Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping Ritan, Bebuluh, Berai, Latih,<br />
Birang, Maau, Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara and East Kutai Kayan Niut,<br />
Dahor dan Kampung Baru. Kemudian diikuti oleh Batuan-Batuan Gunungapi Komplek Embaluh,<br />
Mentulang, Jelai dan Nyaan yang berumur dari Eosen hingga Pliosen. Pada beberapa tempat<br />
tertentu batuan-batuan tersebut di atas diterobos oleh batuan intrusi Granit Kelay, Diorit Ritan,<br />
Granit-Granodiorit Sintang dan Diorit Antan yang berumur dari Oligosen hingga Plistosen.<br />
Sekuen batuan tersebut ditutupi oleh Batugamping Terumbu Koral, Aluvium Sungai dan Danau,<br />
serta Aluvium Rawa dan Pantai, sebagai batuan termuda di <strong>daerah</strong> penyelidikan yang mana<br />
proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Struktur geologi yang berkembang<br />
berupa perlipatan, pensesaran dan kelurusan yang terjadi pada Kala Intra Miosen hingga<br />
Plistosen. Perlipatan membentuk antiklin dan sinklin asimetris dengan sumbu berarah umum<br />
timurlaut-baratdaya, pada beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar berarah baratlauttenggara<br />
dan utara-selatan. Sesar naik dan sesar normal umumnya berarah timurlautbaratdaya,<br />
serta kelurusan berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Terutama pada<br />
batuan gunungapi atau batuan lainnya yang relatif keras terdapat penkekaran baik kekar<br />
lempeng ataupun kekar meniang dengan arah tertentu, serta rekahan dan retakan yang<br />
arahnya saling berpotongan tidak beraturan.
Geologi<br />
Berdasarkan kondisi geologinya <strong>daerah</strong> penyelidikan mempunyai variasi litologi yang<br />
cukup menarik dan beragam dalam berbagai jenjang umur serta variasi aktivitas tektoniknya,<br />
disertai dengan adanya batuan intrusi sehingga terbentuk zona mineralisasi yang besar<br />
kemungkinannya membentuk bahan galian mineral yang mempunyai nilai ekonomi di masa<br />
mendatang.<br />
Stratigrafi diawali oleh batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik berumur<br />
Trias, diikuti Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, serta Bancuh Tabang dan<br />
Komplek Embaluh yang berumur Kapur. Batuan Tersier yang tersingkap berumur dari Eosen<br />
hingga Plistosen antara lain Formasi-Formasi Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau<br />
Balang, Balikpapan, Marah, Mangkupa, Tabalar, Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu<br />
Kelau, Haloq, Batu Ayau, Sembakung, Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping<br />
Ritan, Bebuluh, Berai, Latih, Birang, Maau, Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara<br />
and East Kutai Kayan Niut, Dahor dan Kampung Baru, serta Batuan-Batuan Gunungapi<br />
Mentulang, Jelai dan Nyaan, diikuti oleh batuan intrusi Granit Kelay, Diorit Ritan, Granit-<br />
Granodiorit Sintang dan Diorit Antan berumur Eosen hingga Plistosen. Seluruh sekuen batuan<br />
tersebut ditutupi oleh Batugamping Terumbu dan Aluvium. Struktur geologi yang berkembang<br />
berupa perlipatan, pensesaran dan kelurusan yang terjadi pada Kala Intra Miosen hingga<br />
Plistosen. Perlipatan membentuk antiklin dan sinklin asimetris dengan sumbu berarah umum<br />
timurlaut-baratdaya, pada beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar berarah baratlauttenggara<br />
dan utara-selatan. Sesar naik dan sesar normal umumnya berarah timurlautbaratdaya,<br />
serta kelurusan berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya.<br />
Aktifitas Manusia<br />
DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor industri,<br />
pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Selain itu,<br />
<strong>sungai</strong> Mahakam yang menjadi titik tengah DAS Mahakam merupakan urat nadi kehidupan<br />
sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur, terutama masyarakat yang beraktivitas dan
hidup di dalam kawasan DAS Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki<br />
peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi<br />
perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.<br />
Disamping itu, indahnya <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> Mahakam ini dapat dinikmati sejumlah obyek<br />
wisata dimana kita dapat melihat ikan pesut, lumba-lumba air tawar selain itu kita juga dapat<br />
melihat burung enggang, bangau, tong-tong, lutung, bekantan, berang-berang dan raja udang.<br />
Ditengah-tengah <strong>sungai</strong> Mahakam ini terdapat sebuah pulau yaitu pulau Kumala yang luasnya<br />
75 hektar. Sungai ini telah menjadi urat nadi kehidupan bagi desa-desa kecil yang di hulu, hilir<br />
dan anak <strong>sungai</strong> lainnya.<br />
Kegiatan tambang emas dan batu bara dapat dijumpai di bagian hulu Sungai Mahakam.<br />
Kegiatan ini membuat kerusakan pada DAS Mahakam. Sejumlah perusahaan tambang batu bara<br />
diketahui membuang limbahnya langsung ke Sungai Mahakam sehingga terjadi pencemaran<br />
dengan bahan partikel terlarut (suspended particulate matter/SPM) yang tinggi dengan<br />
konsentrasi 80 miligram/liter. Tingkat sedimentasi lumpur di sepanjang Sungai Mahakam sudah<br />
sangat tinggi, mencapai 60 sentimeter per bulan. Ini disebabkan tingginya erosi akibat rusaknya<br />
hutan pada <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> sepanjang 900 kilometer itu.<br />
Kondisi kritis seperti itu masih ditambah dengan adanya pendangkalan Sungai Mahakam<br />
yang disebabkan banyaknya pembukaan lahan yang digunakan untuk lahan tambang dan<br />
perkebunan. Serta perubahan penggunaan lahan yang seharusnya menjadi <strong>daerah</strong> resapan di<br />
sepanjang Sungai Mahakam berubah menjadi pemukiman. Saat ini di kawasan DAS Mahakam<br />
terdapat areal lahan kritis seluas 1,52 juta hektar atau sekitar 55% dari total area yang perlu<br />
direhabilitasi di Kalimantan Timur.
Samarinda Di DAS Mahakam<br />
Kota Samarinda merupakan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung<br />
dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda secara astronomis terletak pada posisi antara<br />
116°15'36"-117°24'16" Bujur Timur dan 0°21'18" - 1°09'16" Lintang Selatan, dengan ketinggian 10.200<br />
cm diatas permukaan laut dan suhu udara kota antara 22 - 32° C dengan curah hujan mencapai 2.345<br />
mm pertahun dengan kelembaban udara rata-rata 81,4 %.<br />
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 <strong>daerah</strong><br />
<strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> ( DAS) . Sungai Mahakam adalah <strong>sungai</strong> utama yang menmbelah Kota Samarinda<br />
dengan lebar antara 300-500 meter, <strong>sungai</strong>-<strong>sungai</strong> lainnya adalah anak2 <strong>sungai</strong> yang bermuara<br />
di sunagai Mahakam yang meliputi:<br />
<br />
<br />
<br />
Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km<br />
Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km<br />
Anak <strong>sungai</strong> lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang,<br />
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,<br />
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur,<br />
Sakatiga, dan Sungai Bantuas.<br />
No Penggunaan Tanah Luas Wilayah (Ha) %<br />
Jumlah 71.800 100<br />
1 Perkarangan Bangunan dan Halaman 26.666 39,92<br />
2 Tegal/Kebun/Ladang 8.877 12,36<br />
3 Sawah 1.043 14,53<br />
4 Rawa/Kolam 362 0,50<br />
5 Lahan Kering 12.909 17,98<br />
6 Hutan Rakyat 2.683 3,74<br />
7 Hutan Berat 0 0<br />
8 Perkebunan Rakyat 4.486 6,25<br />
9 Lain-Lain 3.387 4,72
Daftar Pustaka<br />
http://samarindakota.go.id/index.phppage=39<br />
http: //library.diptero.or.id/index.phpresultXML=true&search<br />
http://www.pmd<strong>mahakam</strong>.org/index.phpoption=com_content&task=view&id=39&Itemid=33<br />
&lang=in