Tebus Al pAcino MuHAMMAd yusuf - Stromotion.Net
Tebus Al pAcino MuHAMMAd yusuf - Stromotion.Net
Tebus Al pAcino MuHAMMAd yusuf - Stromotion.Net
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
look wHo’s talkinG<br />
Helfi Kardit<br />
Spesialis horor yang tidak mau terjebak<br />
awan mendung menghiasi sore di kawasan Blok S,<br />
Jakarta Selatan, pada Selasa, 16 November lalu. Saya<br />
memasuki rumah bercat merah yang telah dimodifikasi<br />
menjadi kantor. Di dalamnya, terpampang posterposter<br />
film, sebagian besar bergenre horor. Sebut saja: Sumpah<br />
‘Ini’ Pocong, Lantai 13, Terowongan rumah Sakit, hingga Suster<br />
Keramas. Ada poster film komedi atau drama yang ‘terselip’ di situ,<br />
Q: Sakit, Bang?<br />
a: Lagi flu. Pulang pagi melulu, sih. Hahaha.<br />
Q: Lagi ngerjain apa sekarang?<br />
a: Itu, film horor. Judulnya Goyang<br />
Karawang. Si Jupe sama si Depe (Julia<br />
Perez dan Dewi Persik).<br />
Q: Abang kan besar di Sumatra. Bisa<br />
ceritakan latar belakangnya?<br />
a: Gue besar di Padang dan terlahir di<br />
lingkungan yang suka film. Ibu gue<br />
suka bawa ke bioskop waktu masih<br />
SD. Akhirnya, gue keranjingan sendiri.<br />
Apalagi, om gue ada yang kerja di<br />
bioskop. Lalu, gue mulai tertarik<br />
dengan teater pas SMP. Gue sempat<br />
kabur ke Jakarta dua kali, karena gue<br />
gelisah ingin tinggal di Jakarta.<br />
Q: Abang tidak didukung orangtua?<br />
a: Mereka sebenarnya tahu keinginan gue,<br />
bahwa gue ingin hidup berkesenian.<br />
Tapi, pada awalnya mereka nggak<br />
mendukung. Mereka lihat prospek<br />
hidup seniman nggak jelas. Lalu, gue<br />
tetap nekad kabur.<br />
Q: Bagaimana Abang bertahan hidup?<br />
a: Gue luntanglantung di sini. Tapi, gue<br />
banyak bermain dengan anakanak<br />
teater, seperti anak Teater Populer atau<br />
Teater TIM. Gue sangat menikmati itu,<br />
walaupun hidup gue susah banget. Ya,<br />
namanya anak teater, nggak ada kerjaan.<br />
Dari mana mau dapat duit.<br />
Q: Abang meneruskan ke jenjang kuliah?<br />
a: Gue ambil kuliah di IKJ, tapi hanya<br />
satu semester. Gue nggak bisa bayar<br />
uang kuliah, karena buat bayar kost<br />
saja sulit. Tapi gue fight terus, magang<br />
ke manamana. Pada 1997, gue daftar<br />
lagi di IKJ, mau ambil fakultas TV.<br />
Gue diterima, tapi saat itu gue sudah<br />
ditawarkan untuk jadi asisten sutradara.<br />
Akhirnya, gue berpikir, “ngapain gue<br />
mesti kuliah?”<br />
Q: Kapan Abang akhirnya benarbenar<br />
jadi sutradara?<br />
a: Tahun 1999. StarVision nawarin<br />
gue jadi sutradara sinetron, judulnya<br />
Gerhana. Setelah itu, gue banyak bikin<br />
FTV. Lalu, pada 2006, gue bikin film<br />
pertama gue, Hantu Bangku Kosong.<br />
Itu berlanjut hingga sekarang.<br />
Q: Saya lihat, Abang banyak bikin film<br />
horor. Punya ketertarikan tersendiri<br />
dengan genre itu?<br />
a: Nggak ada. Gue bekerja dan berkarya.<br />
Dari awal, gue nggak mau mematok<br />
bahwa gue sutradara film horor. Buat<br />
gue, semua genre punya daya tarik,<br />
tingkat kecerdasan, dan imajinasi<br />
tersendiri. Tapi, memang gue lebih<br />
banyak di horor. Mungkin, produser<br />
lebih melihat gue expert di situ.<br />
Q: Bagaimana cara supaya membuat film<br />
Abang tidak membosankan?<br />
a: Gue berusaha tidak terjebak dalam<br />
stereotip film horor, yang hanya<br />
bermain di sekitar hutan dan kuburan.<br />
Gue bikin film horor yang moodnya<br />
beda, misalnya Lantai 13 yang<br />
settingnya di gedung. Film ini masuk<br />
nominasi MTV Movie Award, Bali<br />
International Film Festival, juga diputar<br />
di beberapa bioskop di Amerika.<br />
Q: Sepertinya Abang suka memadukan<br />
horor dengan unsur modern, seperti<br />
dalam Setan Facebook. Benarkah?<br />
seperti D’Love dan Arisan Brondong. Orang yang saya tunggu<br />
adalah Helfi Kardit, sutradara filmfilm itu.<br />
Ia datang sekitar jam 16.30. Bang Helfi, begitu saya<br />
memanggilnya, mengenakan celana pendek, sepatu keds, dan<br />
kemeja motif kotakkotak. Ia menenteng tas berlabel Zara. Setelah<br />
berkenalan, ia mengambil posisi duduk di seberang, sambil sesekali<br />
terbatuk dan mendengus.<br />
a: Ya, itu adalah salah satu usaha gue<br />
untuk mengubah tematema film<br />
horror murahan. Setan Facebook itu<br />
keluar dari stereotip filmfilm horor<br />
Indonesia. Film itu related sama tren<br />
yang ada sekarang.<br />
Q: Apakah benar film horor mudah dijual?<br />
a: Ah, ini kita masuk teori marketing film.<br />
Di belahan dunia mana pun, halhal<br />
berbau misteri dan cinta dekat dengan<br />
sifat manusia. Begitu juga dalam horor.<br />
rasa takut dan cemas dekat dengan<br />
manusia. Apalagi, sejarah budaya kita<br />
dekat dengan doktrin berbau mistis. Ini<br />
membuat orang ingin tahu.<br />
Q: Produser memanfaatkan hal ini?<br />
a: Industri film adalah produk seni dan<br />
produk bisnis. Investasinya besar.<br />
Semurahmurahnya film horror, dua<br />
milyar pasti habis. Karenanya, duaduanya<br />
mesti berjalan. Dan dalam<br />
industri, itu sahsah saja.<br />
Q: Apa Abang tidak bosan bikin horror?<br />
a: Oh, nggak lah. Ini kerja, dan kerja<br />
nggak ada bosannya. <strong>Al</strong>hamdulillah<br />
masih bisa kerja. Tapi, gue nggak akan<br />
bikin horor saja. Gue punya niat bikin<br />
film tentang Suharto. Tapi, dananya<br />
belum cukup. Kalau untuk film seperti<br />
ini, gue mesti mendanai sendiri.<br />
Q: Pertanyaan terakhir. Apa rencana<br />
Abang dalam lima tahun ke depan?<br />
a: Yang pasti, gue ingin bikin film Perang<br />
Padri. Gue sudah sounding ke sanasini<br />
soal itu. Lalu, gue juga ingin sekolah di<br />
Amerika. Gue sangat kagum dengan<br />
kejeniusan scriptwriter di sana, dan gue<br />
ingin mendalami itu. Tapi, gue bisa<br />
berencana, Tuhan yang menentukan.<br />
• Jan - Mar 2011<br />
43