Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sebuah Pengantar<br />
Peringatan Hari <strong>Transgender</strong> Tahun 2014 yang diorganisir oleh Suara Kita melibatkan 11 organisasi<br />
di 8 propinsi di Indonesia. Kegiatan dilaksanakan mulai 19 November sampai dengan 27 November<br />
2014, meliputi diskusi publik, diskusi komunitas, nonton film, pameran foto, launching buku,<br />
kampanye media sosial dan aksi damai turun ke jalan.<br />
Hari <strong>Transgender</strong> diperingati setiap tanggal 20 November, biasanya disebut dengan International<br />
<strong>Transgender</strong> <strong>Day</strong> of Remembrance (TDOR). Sejarah peringatan Hari <strong>Transgender</strong> berawal dari<br />
mengenang kematian Rita Hester. Dia adalah seorang aktivis transgender dari San Francisco,<br />
Amerika Serikat yang dibunuh orang tak dikenal pada 20 November 1998. Kematian Rita<br />
bukanlah kasus pembunuhan pertama terhadap transgender yang dilakukan kelompok nontranseksual.<br />
Maka moment ini dijadikan kampanye dan advokasi bersama untuk hak-hak warga<br />
negara khususnya kelompok transgender.<br />
<strong>Transgender</strong> di Indonesia biasanya ditujukan pada kelompok Waria (laki-laki yang berpenampilan<br />
perempuan). Pada perkembangannya ada kelompok lain yang biasa disebut transgender female<br />
to male, yang sebagian pihak menyebutnya sebagai Priawan (perempuan yang berpenampilan<br />
laki-laki).<br />
Berangkat dari sejarah kebudayaan nusantara, keberagaman identitas dan ekspresi gender<br />
sudah ada di negeri ini sebelum ada yang namanya Indonesia dan agama yang “diakui” di<br />
Indonesia. Masyarakat Bone, Sulawesi Selatan mengakui berbagai gender, bukan hanya lakilaki<br />
dan perempuan. Ada yang dinamakan Calalai maupun Bissu untuk mengakui identitas<br />
gender selain laki-laki dan perempuan. Begitu juga di kebudayaan Jawa, beberapa kesenian<br />
dapat mengekspresikan sosok laki-laki yang berpenampilan layaknya perempuan, begitu juga<br />
sebaliknya, perempuan berpenampilan layaknya laki-laki, contohnya dalam Kesenian Ludruk,<br />
Ketoprak dan Tarian Lengger. Tapi sayangnya generasi muda sekarang sering “lupa” akan akar<br />
budayanya sendiri.<br />
Peringatan Hari <strong>Transgender</strong> tahun ini bukan hanya simbol semata. Kegiatan-kegiatan yang<br />
dilaksanakan merupakan salah satu cara untuk mengingatkan publik khususnya generasi muda,<br />
bahwa Indonesia mempunyai akar budaya yang sangat menghargai perbedaan identitas gender,<br />
selain untuk mengingatkan negara bahwa masih ada warga negara yang mengalami diskriminasi<br />
dan kekerasan hanya karena identitas gendernya.<br />
Semoga melalui dokumentasi ini, setiap orang secara terus menerus menghentikan segala bentuk<br />
stigma, diskriminasi dan kekerasan atas dasar identitas-ekspresi gender maupun alasan apapun di<br />
negeri ini. Karena tindakan memanusiakan manusia berarti secara langsung telah memanusiakan<br />
diri sendiri dan orang lain. Sehingga Indonesia akan menjadi Indonesia yang beradab.<br />
Selamat Hari <strong>Transgender</strong> 2014.<br />
1