anteseden berwirausaha pada - Universitas Gunadarma
anteseden berwirausaha pada - Universitas Gunadarma
anteseden berwirausaha pada - Universitas Gunadarma
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
ENTREPRENEURSHIP ANTECEDENT ON STUDENT<br />
(CASE : FEMALE STUDENTS FINAL YEAR ON GUNADARMA<br />
UNIVERSITY)<br />
Marliza Ganefi 1<br />
Sri Wulan Windu Ratih 2<br />
Ati Harmoni 3<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong><br />
Jl. Margonda Raya 100 Depok – 16424<br />
1<br />
marliza@staff.gunadarma.ac.id<br />
2<br />
sriwulanwr@staff.gunadarma.ac.id<br />
3<br />
ati@staff.gunadarma.ac.id<br />
Abstract<br />
The purpose of this study is to examine and identify antecedents of female student<br />
entrepreneurial intention. This research attempts to investigate whether self-efficacy,<br />
perceptions of opportunities, prior knowledge of other entrepreneurs, and fear of failure<br />
are predictors of female student intention to be entrepreneur. As much as 233 students<br />
in their final year, selected proportionally from 12 study programs in <strong>Gunadarma</strong><br />
University participated in the survey. Data was collected using questionnaire. The<br />
results suggest that self-efficacy and perceptions of opportunities were antecedent for<br />
entrepreneur intention, while prior knowledge of other entrepreneurs and the fear of<br />
failure were not a determining factor for female student entrepreneurial intention.<br />
Key Words : antecedent, self-efficacy, entrepreneur intention, female student<br />
ANTESEDEN BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWI<br />
(STUDI PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR UNIVERSITAS<br />
GUNADARMA)<br />
Abstrak<br />
Penelitian ini bertujuan untuk mencari <strong>anteseden</strong> menjadi wirausahawan <strong>pada</strong><br />
mahasiswa. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi apakah efikasi diri,<br />
persepsi akan adanya kesempatan, pengetahuan tentang wirausahawan lain, dan<br />
ketakutan terhadap kegagalan merupakan prediktor bagi keinginan <strong>berwirausaha</strong><br />
<strong>pada</strong> mahasiswi. Sebanyak 233 mahasiswi semester akhir <strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong><br />
dari 12 program studi yang dipilih secara proporsional, menjadi responden <strong>pada</strong><br />
penelitian ini. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Hasil penelitian<br />
menunjukkan bahwa faktor yang menjadi <strong>anteseden</strong> <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi<br />
semester akhir Unversitas <strong>Gunadarma</strong> adalah efikasi diri dan persepsi kesempatan<br />
<strong>berwirausaha</strong>, sedangkan pengetahuan terhadap wirausahawan lain dan ketakutan<br />
terhadap kegagalan, <strong>pada</strong> penelitian ini tidak menjadi faktor penentu mahasiswi<br />
untuk <strong>berwirausaha</strong>.<br />
Kata kunci: <strong>anteseden</strong> <strong>berwirausaha</strong>, efikasi diri, keinginan <strong>berwirausaha</strong>, mahasiswi<br />
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 17, No. 1, April 2012 51
PENDAHULUAN<br />
Di Indonesia, menurut Badan Pusat<br />
Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja<br />
yang menganggur <strong>pada</strong> 2007 adalah 10,01<br />
juta orang, sedangkan <strong>pada</strong> 2008 hingga<br />
Februari 2008, jumlah pengangguran<br />
sudah mencapai 9,39 juta orang (Tabel<br />
1). Jumlah ini diperkirakan akan<br />
meningkat jika tidak segera disediakan<br />
lapangan kerja baru. Angkatan kerja yang<br />
menganggur tersebut mempunyai latar<br />
belakang pendidikan yang berbeda-beda.<br />
Angkatan kerja adalah penduduk usia<br />
kerja yang bekerja atau punya pekerjaan<br />
namun sementara tidak bekerja, dan<br />
penganggur. Mereka umumnya adalah<br />
pemuda berusia produktif.<br />
Di Indonesia, upaya pemerintah<br />
mengurangi pengangguran dengan membuka<br />
lowongan sebagai calon Pegawai<br />
para lulusan lebih dipersiapkan menjadi<br />
pencari kerja dari<strong>pada</strong> menjadi pencipta<br />
lapangan kerja. Menurut data Dirjen<br />
Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah<br />
Departemen Pendidikan Nasional,<br />
dari 75,3 juta pemuda Indonesia, 6,6<br />
persen yang lulus sarjana. Dari jumlah<br />
tersebut 82 persen bekerja <strong>pada</strong> instansi<br />
pemerintah maupun swasta, sementara<br />
hanya 18 persen yang berusaha sendiri<br />
atau menjadi wirausahawan.<br />
Rendahnya minat menjadi wirausahawan<br />
tentu tidak menguntungkan<br />
bagi ekonomi Indonesia, mengingat<br />
ketersediaan lapangan kerja yang<br />
terbatas. Di lain pihak peran Usaha Kecil<br />
dan Menengah (UKM) yang dikelola<br />
para wirausahawan dalam menciptakan<br />
nilai tambah nasional sangatlah besar.<br />
Berdasarkan pengalaman negara<br />
lain, kewirausahaan sangat berpengaruh<br />
Tabel Tabel 1. 1.<br />
Jumlah Jumlah Pengangguran Pengangguran Berdasarkan Berdasarkan Tingkat Tingkat Pendidikan<br />
No Tingkat Pendidikan 2004 2005 (Nop) 2006<br />
(Agust)<br />
2007<br />
(Agust)<br />
2008<br />
(Feb)<br />
1 Tidak sekolah 1.004.296 937.985 781.920 532.820 528.195<br />
2 Sekolah Dasar 2.275.281 2.729.915 2.589.699 2.179.792 2.179.792<br />
3 Sekolah Menengah 2.690.912 3.151.231 2.730.045 2.264.198 2.166.619<br />
Pertama<br />
4 Sekolah Menengah Atas 3.695.504 5.106.915 4.156.708 4.070.553 3.369.959<br />
5 Diploma/Akademi 237.251 308.522 278.074 397.191 519.867<br />
6 <strong>Universitas</strong> 348.107 395.538 395.554 566.588 626.202<br />
Total 10.251.351 12.630.106 10.932.000 10.011.242 9.390.634<br />
Sumber: BPS, 2008<br />
Negeri Sipil (PNS) tentu tidak cukup,<br />
sedangkan yang dapat diserap perusahaan<br />
swasta pun jauh lebih kecil dari<strong>pada</strong><br />
angka lulusan sekolah menengah maupun<br />
perguruan tinggi setiap tahunnya.<br />
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi<br />
jumlah pengangguran adalah<br />
dengan membangun usaha sendiri atau<br />
<strong>berwirausaha</strong>.<br />
Permasalahan yang ada terletak<br />
<strong>pada</strong> minat untuk <strong>berwirausaha</strong> yang<br />
masih sangat rendah, termasuk <strong>pada</strong><br />
lulusan perguruan tinggi. Umumnya<br />
terhadap kemajuan ekonomi bangsa.<br />
Singapura misalnya, menjadi negara yang<br />
maju karena prinsip. Menyadari akan<br />
minimnya sumber daya alam, pemerintah<br />
Singapura bersama dunia usaha sangat<br />
bergantung <strong>pada</strong> kemampuan berkreasi<br />
dan berinovasi dalam menghasilkan<br />
produk dan jasa yang berkualitas.<br />
Pemerintah negara tersebut mendorong<br />
lulusan perguruan tinggi menjadi<br />
wirausahawan yang kreatif dengan<br />
mengembangkan UKM yang tangguh.<br />
Hasilnya adalah perusahaan Teknik<br />
52<br />
Farida Sinaga, The Role of Local ...
Informasi (TI) kelas dunia yang awalnya<br />
dirintis oleh wirausahawan muda. Hal<br />
yang sama dilakukan negara-negara<br />
Amerika Serikat, Taiwan, dan Korea yang<br />
peka terhadap pembentukan wirausaha.<br />
Dari latar belakang yang telah<br />
dipaparkan, menarik untuk diteliti faktor<br />
(– faktor) yang menjadi <strong>anteseden</strong><br />
menjadi wirausahawan <strong>pada</strong> mahasiswi.<br />
Mahasiswi yang akan menjadi subyek<br />
penelitian adalah mahasiswi yang telah<br />
menginjak semester akhir <strong>pada</strong> semua<br />
program studi S1 dan <strong>pada</strong> program studi<br />
D3 di <strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong>. Mahasiswi<br />
semester akhir dipilih menjadi responden<br />
karena mereka sudah mendekati masa<br />
akhir studi dan segera memasuki angkatan<br />
kerja. Menjelang berakhirnya masa studi,<br />
mahasiswi umumnya mulai memikirkan<br />
pekerjaan yang akan ditekuni setelah<br />
lulus.<br />
Selama ini, banyak anggapan<br />
yang menyatakan bahwa perempuan<br />
<strong>berwirausaha</strong> karena terpaksa. Mereka<br />
tidak punya pilihan lain karena harus<br />
menjadi penopang keluarga atau<br />
membantu ekonomi keluarga karena<br />
penghasilan suami tidak mencukupi atau<br />
karena menjadi orang tua tunggal dan harus<br />
menghidupi keluarga. Dengan penelitian<br />
ini diharapkan terbuka gambaran yang<br />
lebih jelas tentang <strong>anteseden</strong> menjadi<br />
wirausaha yang meliputi efikasi<br />
diri, persepsi terhadap kesempatan,<br />
pengetahuan tentang wirausaha, dan<br />
ketakutan akan kegagalan <strong>berwirausaha</strong><br />
<strong>pada</strong> perempuan, khususnya yang saat ini<br />
masih menjadi mahasiswi di <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gunadarma</strong>.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Responden<br />
Responden penelitian ini adalah<br />
mahasiswi S1 dan D3 semester akhir<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong> dari 12<br />
program studi yang ada, yaitu Program<br />
Studi Manajemen, Akuntansi, Teknik<br />
Informatika, Teknik Elektro, Teknik<br />
Industri, Sistem Informasi, Sistem<br />
Komputer, Sastra Inggris, Psikologi,<br />
Teknik Arsitektur, Teknik Komputer, dan<br />
Manajemen Informatika.<br />
Ukuran sampel sebanyak 250 orang<br />
mahasiswa dengan pemilihan secara acak<br />
yang ditentukan secara proposional <strong>pada</strong><br />
tiap program studi dari sampel berstrata.<br />
Variabel penelitian terdiri dari<br />
Variabel terikat dan bebas. Variabel terikat<br />
yaitu Keinginan Berwirausaha (KB)<br />
merupakan gabungan dari Kecenderungan<br />
Keseluruhan (KWK), Kecenderungan<br />
Kesempatan Berwirausaha (KKB), dan<br />
Kecenderungan Pentingnya Berwirausaha<br />
(KPW).<br />
KWK ditentukan berdasarkan<br />
jawaban responden yang diteliti, yaitu<br />
jumlah dari (1) individu yang terlibat<br />
dalam proses awal dan (2) individu yang<br />
aktif sebagai pemilik dari perusahaan<br />
kurang dari 42 bulan (manajer-pemilik<br />
perusahaan baru).<br />
Kategori (1) adalah mereka yang<br />
memenuhi kriteria (i) responden sedang<br />
berusaha, sendiri atau bersama orang lain,<br />
memulai bisnis baru, (ii) sudah lebih dari<br />
12 bulan responden melakukan kegiatan<br />
yang nyata untuk mencoba memulai<br />
usaha baru seperti, mencari peralatan atau<br />
lokasi, mengorganisir tim untuk memulai<br />
usaha, membuat rencana bisnis, mulai<br />
menabung, atau melakukan aktivitas lain<br />
yang dapat membantu memulai suatu<br />
usaha, (iii) responden memiliki bisnis<br />
baru secara sendiri atau bersama orang<br />
lain, dan (iv) bisnis belum membayar<br />
penuh gaji selama lebih dari tiga bulan.<br />
Kategori (2) adalah responden<br />
yang memenuhi kriteria (i) responden<br />
sedang mengelola bisnis baru, (ii)<br />
responden memiliki bisnis baru (berumur<br />
paling lama 42 bulan) secara sendiri atau<br />
pun bersama-sama orang lain. Mereka<br />
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 17, No. 1, April 2012 53
yang tergolong (1) atau (2) dihitung<br />
sekali. Jadi KWK diukur sebagai variabel<br />
dikotomis, diberi nilai 1 jika KWK<br />
memenuhi kriteria (1) atau (2), dan 0 jika<br />
tidak memenuhi salah satu dari kriteria di<br />
atas.<br />
KKB adalah variabel dikotomis,<br />
diberi nilai 1 jika responden punya<br />
indikasi berpartisipasi dalam aktivitas<br />
wirausaha, dan 0 jika tidak.<br />
KPW juga variabel yang bersifat<br />
dikotomis, diberi nilai 1 jika responden<br />
mengindikasikan bahwa dia akan berpartisipasi<br />
dalam kegiatan wirausaha<br />
apabila tidak ada pilihan pekerjaan lain di<br />
perusahaan atau pilihan pekerjaan lainnya<br />
tidak menyenangkan. Nilai 0 diberikan<br />
jika tidak memenuhi kriteria tersebut.<br />
Variabel bebas (prediktor) <strong>pada</strong><br />
penelitian ini adalah efikasi diri (SE),<br />
persepsi terhadap adanya kesempatan<br />
(PK), pengetahuan tentang wirausaha<br />
(PW), dan ketakutan terhadap kegagalan<br />
(KK). Semua variabel prediktor<br />
ditanyakan dengan menggunakan<br />
pernyataan ”Ya-Tidak”, dan diberi kode 1<br />
jika responden menjawab ”Ya” dan 0 jika<br />
responden menjawab ”Tidak”. Pernyataan<br />
yang digunakan dalam kuesioner adalah<br />
untuk melihat posisi responden terhadap<br />
prediktor. Pernyataan untuk efikasi<br />
diri adalah ”Anda punya pengetahuan,<br />
keterampilan, dan pengalaman yang<br />
dibutuhkan untuk memulai bisnis baru”;<br />
persepsi terhadap adanya kesempatan:<br />
”Dalam 6 bulan ke depan akan ada<br />
kesempatan bagus untuk memulai suatu<br />
bisnis di wilayah tempat anda tinggal”;<br />
pengetahuan tentang wirausaha: ”Anda<br />
mengenal seseorang secara personal<br />
yang memulai bisnisnya dalam dua tahun<br />
terakhir ini”; sedangkan pernyataan<br />
untuk ketakutan terhadap kegagalan:<br />
”Ketakutan terhadap kegagalan mencegah<br />
anda untuk memulai suatu bisnis”.<br />
Model Penelitian dirancang seperti<br />
<strong>pada</strong> Gambar 1. Metode analisis yang<br />
digunakan dalam penelitian ini adalah<br />
analisis regresi logistik hirarkikal untuk<br />
menguji akibat dan signifikansi dari<br />
variabel ini terhadap variance berbagai<br />
kecenderungan <strong>berwirausaha</strong>. Model<br />
Y<br />
<br />
1 1 2 2 3 3<br />
β4<br />
4<br />
α β X β X β X X e<br />
(1)<br />
Di mana: Y adalah keinginan <strong>berwirausaha</strong><br />
X1 adalah efikasi diri<br />
X2 adalah persepsi adanya kesempatan<br />
X3 adalah pengetahuan tentang wirausahawan lain<br />
X4 adalah ketakutan terhadap kegagalan.<br />
Efikasi diri<br />
H1<br />
1 2 3<br />
Persepsi<br />
Kesempatan<br />
H2<br />
Keinginan<br />
Berwirausaha<br />
Pengetahuan<br />
Wirausaha<br />
H3<br />
H4<br />
Ketakutan<br />
Kegagalan<br />
Gambar 1. Model Penelitian<br />
Gambar 1. Model Penelitian<br />
54<br />
Eti et all, Entereneurship Antecedent ...
hubungan antara variabel bergantung dan<br />
variabel bebas dapat dinyatakan dalam<br />
Persamaan (1).<br />
Berdasarkan telaah pustaka<br />
yang telah dilakukan dan sesuai tujuan<br />
penelitian maka dapat dikemukakan<br />
hipotesis yang diuji dalam penelitian ini<br />
adalah:<br />
H1: ada hubungan positif antara efikasi<br />
diri dengan keinginan <strong>berwirausaha</strong><br />
<strong>pada</strong> mahasiswi<br />
H2: ada hubungan positif antara persepsi<br />
terhadap adanya kesempatan dengan<br />
keinginan <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong><br />
mahasiswi<br />
H3: ada hubungan positif antara<br />
semester 7 untuk mahasiswa S1 dan<br />
semester 5 untuk mahasiswa D3 <strong>pada</strong><br />
program studi yang ada di <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gunadarma</strong>. Gambar 2 menunjukkan<br />
proporsi responden berdasarkan program<br />
studinya.<br />
Berdasarkan jenjang studi responden,<br />
sebagian besar responden adalah<br />
mahasiswi S1 (88.4%) dan sisanya<br />
adalah D3 (11.6%). Berdasarkan tempat<br />
tinggal, profil responden adalah tinggal<br />
bersama orang tuanya (76.40%), sisanya<br />
adalah adalah kost, tinggal di apartemen,<br />
menyewa rumah, atau tinggal di rumah<br />
saudara.<br />
Keterangan:<br />
60<br />
50<br />
40<br />
30<br />
20<br />
10<br />
Jumlah<br />
0<br />
1<br />
2<br />
Jurusan<br />
3<br />
4<br />
5<br />
6<br />
7<br />
8<br />
9<br />
10<br />
11<br />
12<br />
Jurusan/Program Studi:<br />
1. Akuntansi<br />
2. Man. Informatika<br />
3. Tek. Informatika<br />
4. Manajemen<br />
5. Sistem Informasi<br />
6. Sistem Komputer<br />
7. Psikologi<br />
8. Tek. Elektro<br />
9. Tek. Sipil<br />
10. Tek. Arsitektur<br />
11. Tek. Komputer<br />
12. Sastra Inggris<br />
Gambar 2. Responden Berdasarkan Program Studi<br />
Gambar 2. Responden Berdasarkan Program Studi<br />
pengetahuan tentang wirausahawan<br />
lain dengan adanya keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi<br />
H4: ada hubungan negatif antara ketakutan<br />
akan kegagalan dengan keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Demografi Responden<br />
Responden yang menjadi penelitian ini<br />
adalah mahasiswa semester akhir, yaitu<br />
Pengujian Model<br />
Penilaian kelayakan model regresi dilihat<br />
dari output dari Hosmer and Lemeshow<br />
kebaikan suai. Hipotesis awal (H0) tidak<br />
ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi<br />
yang diprediksi dengan klasifikasi yang<br />
diamati dan H1 ada perbedaan yang<br />
nyata antara klasifikasi yang diprediksi<br />
dengan klasifikasi yang diamati, maka<br />
KB = 1.968 + 0.889 SE + 0.145 PK (2)<br />
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 17, No. 1, April 2012<br />
Step SELF_EFF .889 .94155<br />
26.984<br />
1 a PERSEP_K .145 1.271 6.125<br />
B S.E. Wald df<br />
PENGET_W 12.607 52.064 .059<br />
KETAKUTA 12.702 86.388 .022
KB = 1.968 + 0.889 SE + 0.145 PK (2)<br />
Step SELF_EFF .889 .941 26.984 1 .000 132.880<br />
1 a PERSEP_K .145 1.271 6.125 1 .013 23.229<br />
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)<br />
PENGET_W 12.607 52.064 .059 1 .809 298727.1<br />
KETAKUTA 12.702 86.388 .022 1 .883 328370.3<br />
Constant 1.968 .616 10.201 1 .001 .140<br />
a. Variable(s) entered on step 1: SELF_EFF, PERSEP_K, PENGET_W, KETAKUTA.<br />
berdasarkan hasil pengujian signifikansi<br />
<strong>pada</strong> Uji Hosmer & Lemeshow yang<br />
memberikan angka 0.09 (> 0.05), H0<br />
diterima. Nilai ini menunjukkan bahwa<br />
model regresi binary layak dipakai untuk<br />
analisis selanjutnya, karena tidak ada<br />
perbedaan yang nyata antara klasifikasi<br />
yang diprediksi dengan klasifikasi yang<br />
diamati.<br />
Keseluruhan model yang digunakan<br />
adalah baik, ditunjukkan dengan angka -2<br />
Log Likelihood <strong>pada</strong> Block number = 1<br />
adalah 38, 379. Nilai -2 Log Likelihood<br />
tersebut menunjukkan model regresi<br />
yang baik.<br />
Anteseden Berwirausaha<br />
Tabel 2 memperlihatkan pengaruh<br />
variabel efikasi diri, persepsi terhadap<br />
adanya kesempatan, pengetahuan terhadap<br />
wirausahawan lain, dan ketakutan<br />
akan kegagalan terhadap keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong>. Tabel 2 menunjukkan bahwa<br />
variabel yang signifikan berpengaruh<br />
terhadap keinginan <strong>berwirausaha</strong> adalah<br />
efikasi diri dan persepsi adanya<br />
kesempatan <strong>berwirausaha</strong>. Hal ini<br />
ditunjukkan dengan angka signifikansi<br />
< 0.05, sedangkan variabel pengetahuan<br />
tentang wirausahawan lain dan ketakutan<br />
terhadap kegagalan tidak signifikan<br />
(angka siginifikansi > 0.05). Dengan<br />
demikian diperoleh Persamaan 2.<br />
Efikasi diri adalah penilaian<br />
seseorang atas kemampuan untuk melaksanakan<br />
suatu tindakan. Konstruk<br />
ini kemudian dianggap meyakinkan<br />
Tabel 2.<br />
Variabel <strong>pada</strong> Persamaan Regresi<br />
sebagai suatu prediktor yang reliabel<br />
untuk perilaku yang mengarah <strong>pada</strong><br />
tujuan tertentu. Dalam konteks kewirausahaan,<br />
Chen, Greene, dan Crick<br />
(1998) mendefinisikan efikasi diri<br />
sebagai kekuatan kepercayaan/keyakinan<br />
seseorang bahwa dia mampu<br />
menunjukkan performa dalam berbagai<br />
peran dan tugas dalam kewirausahaan.<br />
Efikasi diri diukur dalam berbagai<br />
dimensi seperti pemasaran, inovasi,<br />
manajemen, pengambilan risiko, dan<br />
pengelolaan keuangan. Chen, dkk. (1998)<br />
kemudian melaporkan bahwa efikasi diri<br />
berhubungan positif dengan keinginan<br />
seseorang untuk memulai suatu bisnis.<br />
Hasil penelitian, sebagaimana terlihat<br />
<strong>pada</strong> Tabel 2, mendukung hipotesis<br />
yang menyatakan bahwa efikasi diri adalah<br />
faktor yang ikut mendorong keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi. Hal ini<br />
ditunjukkan dengan angka signifikansi<br />
esar dalam tugas-tugas kewirausahaan,<br />
dan lebih ingin menunjukkan usaha<br />
dan memperlihatkan ketahanan ketika<br />
menghadapi rintangan atau kebuntuan.<br />
Mereka yang memilih wirausaha<br />
sebagai pilihan karir memiliki persepsi<br />
tertentu mengenai tingkat daya tarik<br />
karir <strong>berwirausaha</strong>, tingkat kelayakan<br />
<strong>berwirausaha</strong> dan keyakinan atas efikasi<br />
diri untuk memulai usaha (Farzier dan<br />
Niehm, 2008).<br />
Dengan demikian penelitian ini<br />
mendukung pernyataan bahwa efikasi<br />
diri adalah <strong>anteseden</strong> penting bagi<br />
keinginan untuk <strong>berwirausaha</strong>. Dari<br />
hasil penelitian ini pula dapat dikatakan<br />
bahwa mahasiswi <strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong><br />
mempunyai efikasi diri yang tinggi dan<br />
mempunyai ketertarikan yang besar <strong>pada</strong><br />
kewirausahaan. Mahasiswi menganggap<br />
bahwa mereka mempunyai keterampilan<br />
dan pengetahuan yang cukup untuk<br />
memulai suatu usaha sendiri. Hal ini<br />
sejalan dengan kenyataan bahwa <strong>pada</strong><br />
program studi di <strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong><br />
diberikan mata kuliah kewirausahaan<br />
yang memberikan pengetahuan dan<br />
keterampilan wirausaha. Mata kuliah<br />
lain yang menunjang keterampilan<br />
<strong>berwirausaha</strong> juga diberikan ke<strong>pada</strong><br />
sebagian program studi, misalnya<br />
studi kelayakan bisnis dan manajemen<br />
operasional. Dengan bekal semacam itu<br />
dapat dipahami jika mahasiswi memiliki<br />
efikasi diri yang tinggi.<br />
Persepsi terhadap Kesempatan<br />
Persepsi atas kesempatan <strong>berwirausaha</strong><br />
didefinisikan sebagai ”mengenali kesempatan<br />
bisnis untuk menciptakan<br />
usaha baru.” Kesempatan <strong>berwirausaha</strong><br />
termasuk di dalamnya adalah kesempatan<br />
untuk menghasilkan bahan baku, barang<br />
baru, dan jasa yang dapat dijual untuk<br />
mendapatkan keuntungan. Wirausahawan<br />
yang prospektif seringkali menerima<br />
kesempatan <strong>pada</strong> tahap awal siklus hidup<br />
bisnis, <strong>pada</strong> saat pembentukan usaha baru.<br />
Individu dengan pengetahuan<br />
tentang pasar, cara melayani pasar,<br />
dan mengetahui masalah pelanggan<br />
mempunyai keuntungan lebih besar <strong>pada</strong><br />
saat memulai bisnis baru dibandingkan<br />
dengan mereka yang tidak mempunyai<br />
pengetahuan tentang hal tersebut. Karena<br />
itu kemampuan melihat kesempatan<br />
bisnis adalah prekursor penting <strong>pada</strong><br />
kewirausahaan. Hal ini juga diperkuat<br />
oleh hasil penelitian Lee, Kam-Wong,<br />
Chen, dan Chua (2005) yang menyatakan<br />
bahwa persepsi terhadap kesempatan<br />
berpengaruh positif terhadap keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> masyarakat Taiwan<br />
dan Hongkong, walaupun tidak demikian<br />
dengan masyarakat Singapura.<br />
Pada penelitian ini hipotesis<br />
kedua yang menyatakan bahwa persepsi<br />
terhadap adanya kesempatan mempunyai<br />
pengaruh positif terhadap keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswa terbukti<br />
secara statistik dengan angka signifikansi<br />
yang mendukung persepsi mahasiswi<br />
tentang kesempatan berusaha. Pada ajang<br />
bursa dan pameran, mahasiswa diberi<br />
kesempatan untuk ikut membuka stand<br />
atau setidaknya mahasiswa dapat melihat<br />
kemungkinan membuka usaha sejenis atau<br />
yang belum ada <strong>pada</strong> kesempatan lain dan<br />
atau di tempat lain.<br />
Pengetahuan tentang Wirausahawan<br />
Lain<br />
Pengetahuan tentang wirausahawan<br />
lain memberikan pengaruh terhadap<br />
pembentukan wirausahawan lainnya.<br />
Hal ini berlaku sebagai bentuk koneksi<br />
personal, sebagai referensi, dan sebagai<br />
sumber model panutan bagi wirausahawan<br />
(Venkataraman, 2004). Koneksi personal<br />
yang ada dapat memfasilitasi eksploitasi<br />
adanya kesempatan bisnis (Davidson<br />
dan Honig, 2003) dan membantu<br />
menyediakan dana yang diperlukan untuk<br />
membentuk usaha baru (Shane, 2002).<br />
Studi terdahulu juga menunjukkan<br />
bahwa para pendiri perusahaan dipengaruhi<br />
oleh model panutan <strong>pada</strong> saat<br />
memutuskan untuk menjadi wirausahawan.<br />
Mempunyai model panutan <strong>berwirausaha</strong>,<br />
tidak hanya penting sebagai motivator,<br />
tetapi juga sebagai fitur struktural yang<br />
tidak berwujud. Hal ini dikemukakan oleh<br />
Venkataraman (2004) yang menyatakan<br />
bahwa model panutan adalah salah satu<br />
kondisi intangible yang mengakibatkan<br />
tumbuhnya wirausahawan. Kantis,<br />
Ishida, and Komori (2002) melaporkan<br />
bahwa adanya contoh model panutan<br />
wirausahawan menciptakan iklim yang<br />
kondusif bagi pilihan karir <strong>berwirausaha</strong>.<br />
Ahmed, Nawaz, Ahmad, Shaukat,<br />
Usman, Wasim-ul-Rehman, dkk. (2010)<br />
yang meneliti intensi <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong><br />
mahasiswa di Pakistan juga menemukan<br />
bahwa pengalaman <strong>berwirausaha</strong> sebelumnya<br />
dan adanya keluarga yang<br />
sudah terjun terlebih dahulu sebagai<br />
wirausahawan merupakan faktor yang<br />
penting dalam meningkatkan keinginan<br />
mahasiswa untuk <strong>berwirausaha</strong>. Sarwoko<br />
(2011) yang meneliti intensi <strong>berwirausaha</strong><br />
<strong>pada</strong> mahasiswa <strong>Universitas</strong> Kanjuruhan<br />
Malang, menemukan bahwa mahasiswa<br />
dengan latar belakang orang tua atau<br />
saudara yang memiliki usaha mempunyai<br />
keinginan lebih besar untuk <strong>berwirausaha</strong><br />
dibandingkan dengan mahasiswa yang<br />
tidak mempunyai orang tua atau saudara<br />
yang memiliki usaha.<br />
Berbeda dengan berbagai studi<br />
terdahulu tersebut, hipotesis ketiga <strong>pada</strong><br />
penelitian ini, berdasarkan uji statistik<br />
yang dilakukan, tidak memberikan hasil<br />
yang signifikan. Hal ini berarti bahwa<br />
pengetahuan tentang wirausahawan lain<br />
bukan faktor pendorong yang signifikan<br />
untuk menjadi wirausahawan <strong>pada</strong><br />
mahasiswi di <strong>Universitas</strong> <strong>Gunadarma</strong>.<br />
Pengetahuan tentang wirausahawan<br />
lainnya ternyata tidak terbukti sebagai<br />
faktor penentu keinginan <strong>berwirausaha</strong><br />
<strong>pada</strong> mahasiswa. Hal ini menunjukkan<br />
bahwa tidak banyak mahasiswa yang<br />
mengenal secara pribadi wirausahawan<br />
lainnya, baik di lingkungan keluarga<br />
maupun di lingkungan pergaulan sosial<br />
lainnya. Hal ini sejalan dengan kenyataan<br />
bahwa wirausaha memang belum menjadi<br />
pilihan bagi sebagian besar masyarakat di<br />
Indonesia. Di lain pihak, mudahnya orang<br />
membuka usaha di rumah atau di sekitar<br />
rumahnya menyebabkan orang tidak<br />
merasa perlu punya kenalan lebih dulu<br />
untuk mulai <strong>berwirausaha</strong>.<br />
Ketakutan akan Kegagalan<br />
Ada kecenderungan semakin tinggi<br />
tingkat pendidikan semakin besar keinginan<br />
mendapat pekerjaan yang aman.<br />
Mereka tidak berani mengambil pekerjaan<br />
berisiko seperti <strong>berwirausaha</strong>. Pada<br />
sisi lain, Kavitha, Anantharaman, and<br />
Jayasingam (2008) menyatakan bahwa<br />
memang untuk menjadi wirausahawan<br />
diperlukan motivasi yang kuat dan<br />
58<br />
Eti et all, Entereneurship Antecedent ...
pengaruh lingkungan yang mendukung.<br />
Aktivitas wirausaha memang<br />
penuh dengan risiko dan ketidakpastian.<br />
Meskipun kegagalan bisnis adalah hal<br />
biasa terjadi <strong>pada</strong> wirausahawan, tetapi<br />
ada orang yang sama sekali tidak<br />
bisa mentoleransi hal tersebut. Selain<br />
kemampuan menghadapi risiko,<br />
karakteristik yang juga harus dimiliki seorang<br />
wirausahawan adalah keinginan<br />
untuk berprestasi yang dicetuskan<br />
McClelland. Sarwoko (2011) dalam<br />
penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan<br />
berprestasi ternyata tidak berpengaruh<br />
signifikan terhadap niat berwirau saha. Hal<br />
ini kemungkinan disebabkan apabila tingkat<br />
kebutuhan berprestasi seseorang tinggi,<br />
maka ada ke cenderungan seseorang<br />
kurang dapat menerima kega galan<br />
(risiko) dibandingkan seseorang dengan<br />
tingkat kebutuhan berprestasi rendah,<br />
<strong>pada</strong>hal <strong>berwirausaha</strong> berarti harus berani<br />
menanggung risiko.<br />
Pada penelitian ini ketakutan akan<br />
kegagalan tidak terbukti sebagai faktor<br />
yang negatif berpengaruh terhadap keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi.<br />
“Timbul tenggelamnya” usaha kecil<br />
menengah tidak menyurutkan keinginan<br />
untuk <strong>berwirausaha</strong>. Bahwa ada orang<br />
yang berulang kali beralih usaha dapat<br />
membuat orang tidak takut menghadapi<br />
risiko kegagalan. Situasi dimana seseorang<br />
“mau tak mau” harus bekerja<br />
(harus menghidupi keluarga, misalnya)<br />
juga menyebabkan orang tidak takut <strong>pada</strong><br />
kegagalan karena <strong>berwirausaha</strong> adalah<br />
alternatif terbaik dari<strong>pada</strong> menganggur.<br />
Lee, dkk. (2004) menyatakan bahwa<br />
ketakutan akan kegagalan hanya<br />
berdampak <strong>pada</strong> kesempatan <strong>berwirausaha</strong><br />
tetapi tidak <strong>pada</strong> kebutuhan<br />
atau keinginan <strong>berwirausaha</strong>. Dari hasil<br />
penelitian ini dapat dikatakan bahwa<br />
ketakutan akan kegagalan tidak menjadi<br />
faktor penghalang terhadap keinginan<br />
<strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong> mahasiswi <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gunadarma</strong>.<br />
SIMPULAN<br />
Efikasi diri dan persepsi terhadap adanya<br />
kesempatan terbukti menjadi faktor<br />
pendorong keinginan <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong><br />
mahasiswi, sedangkan pengetahuan tentang<br />
wirausahawan lain dan ketakutan<br />
akan kegagalan tidak terbukti berpengaruh<br />
terhadap keinginan <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong><br />
mahasiswi.<br />
Implikasi penelitian ini adalah<br />
efikasi diri merupakan faktor terbesar<br />
yang secara signifikan terbukti menjadi<br />
pendorong keinginan <strong>berwirausaha</strong> <strong>pada</strong><br />
mahasiswi perlu dielaborasi lebih lanjut.<br />
Bagi program studi atau universitas, perlu<br />
dibuat rancangan model pembelajaran<br />
kewirausahaan yang memperkuat<br />
efikasi diri mahasiswi, misalnya dengan<br />
memberikan pokok bahasan yang lebih<br />
praktis tentang bisnis dan kewirausahaan<br />
dan memberi kesempatan ke<strong>pada</strong> mahasiswi<br />
untuk memraktekkannya dalam<br />
skala kecil. Ketakutan terhadap kegagalan<br />
tidak terbukti menjadi penghalang bagi<br />
keinginan mahasiswi untuk <strong>berwirausaha</strong>.<br />
Ini juga dapat dipandang sebagai temuan<br />
yang menarik. Hal ini dapat dicermati<br />
sebagai mulai berkurangnya anggapan<br />
bahwa menjadi pegawai adalah satusatunya<br />
pekerjaan bagi lulusan. Mereka<br />
yang berani mengambil risiko membuka<br />
usaha sendiri perlu diberi kesempatan<br />
untuk memperoleh akses pendanaan<br />
dan pendampingan agar dapat menjadi<br />
wirausahawan yang tangguh.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Ahmed, I., Nawaz, M.M., Ahmad, Z.,<br />
Shaukat, M.Z., Usman, A., Wasimul-Rehman.,<br />
and Ahmad, N.<br />
2010 “Determinants of students’<br />
enrepreneuial career intentions.<br />
evidance from business graduates”<br />
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 17, No. 1, April 2012 59
European Journal of Social Sciences<br />
15(2).<br />
Chen, C.C., Greene, P.G., and Crick, A. 1998<br />
“Does entrepreneurial self-efficacy<br />
distinguish entrepreneurs from<br />
managers” Journal of Business<br />
Venturing 13(4) 295-316.<br />
Davidson, P., and Honig, B. 2003 “The role<br />
of social and human capital among<br />
nascent entrepreneurs” Journal of<br />
Business Venturing 18(3) 301-331<br />
Farzier, B. and Linda, S.N. 2008 “FCS<br />
students’ attitudes and intentions<br />
toward entrepreneurial careers”<br />
Journal of Family and Consumer<br />
Sciences 100(2).<br />
Indarti, N. 2004 “Factors affecting<br />
entrepreneurial intention among<br />
indonesian Student” Jurnal Ekonomi<br />
dan Bisnis Indonesia 19(1) 57-70.<br />
Kantis, I. and Komori 2002 Entrepreneurship<br />
in Emerging Economies: The<br />
Creation and Development of New<br />
Firms in Latin Americe and East<br />
Asia, Inter-American Development<br />
Bank Washington.<br />
Kavita, R., Anantharaman, R.N., and<br />
Jayasingam, S. 2008 “Motivational<br />
factors affecting entrepreneurial<br />
decision: A comparison between<br />
Malaysian women entrepreneurs<br />
and women non entrepreneurs” J.<br />
Communications of the IBIMA 2(12)<br />
85-88.<br />
Krueger, N.F., Reilly, M.D., and Carsrud,<br />
A.L. 2000 “Competing models of<br />
entrepreneurial intensions” Journal<br />
of Business Venturing 15(5/6) 411-<br />
432.<br />
Lee, L., Kam-Wong, P., Chen, J., and<br />
Chua, B. L. 2005 Antecedents for<br />
entrepreneurial propensity: Findings<br />
from Singapore, Hong Kong and<br />
Taiwan. NUS Entrepreneurship<br />
Centre, NUS, Singapore<br />
Lee, L., Ho, Y.P., and Wong, P.K. 2004<br />
“Entrepreunerial propensities: The<br />
influence of self-efficacy, opportunity<br />
perception, and social network”<br />
Working paper NUS Entrepreunership<br />
Center <br />
Tanggal akses 5 Februari 2010.<br />
Shane, S. 2002 “Network ties, repution,<br />
and the financing of new ventures”<br />
Management Science 48(3)364-81.<br />
Sarwoko, E. 2011 “Kajian empiris<br />
entrepreneur intention mahasiswa”<br />
Jurnal Ekonomi Bisnis 16(2).<br />
Venkataraman, S. 2004 “Regional<br />
transformation trough technological<br />
entrepreneurship” Journal of<br />
Business Venturing 19(1) 153-167.<br />
60<br />
Eti et all, Entereneurship Antecedent ...