06.02.2015 Views

kajian efektifitas perencanaan pembangunan melalui musbang dan ...

kajian efektifitas perencanaan pembangunan melalui musbang dan ...

kajian efektifitas perencanaan pembangunan melalui musbang dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

RINGKASAN EKSEKUTIF<br />

KAJIAN EFEKTIFITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN<br />

MELALUI MUSBANG DAN UDKP<br />

(Kantor Litbang dengan Pusat Kajian STPDN)<br />

Tahun 2002<br />

A. Latar Belakang Masalah<br />

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses<br />

penyelenggaran pemerintah baik di tingkat pusat mupun daerah adalah bagaimana<br />

membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban<br />

misinya untuk mewujudkan raison de’etre pemerintahan yaitu menyejahterakan<br />

masyarakat secara berkeadilan.<br />

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus<br />

melaksanakan <strong>pembangunan</strong>. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi),<br />

pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai<br />

dengan perkembangan jaman.<br />

Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, pertama :<br />

perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya,<br />

<strong>dan</strong> perku sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui<br />

apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya.<br />

Kedua : pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan <strong>dan</strong> kemampuan yang<br />

dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan <strong>pembangunan</strong>. Dengan kata lain<br />

pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek <strong>pembangunan</strong>, bukan hanya<br />

sebagai objek <strong>pembangunan</strong>.<br />

Keberhasilan pelaksanaan <strong>pembangunan</strong> masyarakat (Community<br />

development) sangat bergantung kepada peranan pemerintah <strong>dan</strong> masyarakatnya.<br />

Keduanya harus mampu menciptakan sinegri. Tanpa melibatkan masyarakat,<br />

pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil <strong>pembangunan</strong> secara optimal.<br />

Pembangunan hanya akan melahirka produk-produk baru yang kurang berarti bagi<br />

masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyaratnya. Demikian pula<br />

sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, <strong>pembangunan</strong> akan<br />

berjalan secara tidak teratur <strong>dan</strong> tidak terarah, yang pada akhirnya akan<br />

menimbulkan permasalahan baru.<br />

Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, <strong>pembangunan</strong> juga<br />

membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan<br />

<strong>dan</strong> efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi <strong>pembangunan</strong> ini penting karena<br />

akan menentukan dimana peran pemerintah <strong>dan</strong> dimana peran masyarakat,<br />

sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal <strong>dan</strong> sinergis.<br />

Selain dengan amanat yang diemban dalam UU No. 22 / 1999,<br />

<strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong> <strong>dan</strong> pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah <strong>dan</strong><br />

melibatkan masyarakat luas, <strong>melalui</strong> pemberian wewenang <strong>perencanaan</strong> <strong>dan</strong><br />

pelaksanaan <strong>pembangunan</strong> di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin<br />

mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga <strong>pembangunan</strong> yang<br />

dilaksanakan dapat memberdayakan <strong>dan</strong> memenuhi kebutuhan rakyat banyak.


Keinginan untuk mewujudkan konsep <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong> agar<br />

lebih memberdayakan masyarakat dalam <strong>pembangunan</strong> secara umum telah<br />

dirumuskan dalam GBHN, serta secara specifik diatur <strong>melalui</strong> Instruksi Menteri<br />

Dalam Negeri Nomor 4 ahun 1981 tentang Mekanisme Pengendalian Program<br />

Pembangunan Masuk Desa serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9<br />

Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan <strong>dan</strong> Pengendalian<br />

Pembangunan di Daerah (P5D). Menurut Peraturan tersebut penyusunan rencana<br />

<strong>pembangunan</strong> dilaksanakan secara bertahap yang pada prinsipnya mengacu pada<br />

sistem <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong> dari bawah (bottom up planning) <strong>melalui</strong><br />

sistem ini diharapkan terjadi peningkatan mutu <strong>perencanaan</strong> yang komprehensif<br />

<strong>dan</strong> terapdu serta dapat menjaring aspirasi <strong>dan</strong> kebutuhan masyarakat dalam<br />

koridor <strong>pembangunan</strong> nasional. Rakyat harus menjadi pelaku dalam<br />

<strong>pembangunan</strong>, masyarakat perlu dibina <strong>dan</strong> dipersiapkan untuk dapat<br />

merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah<br />

yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati<br />

produk yang dihasilkan <strong>dan</strong> melestarikan program yang telah dirumuskan <strong>dan</strong><br />

dilaksanakan.<br />

B. Tujuan Penelitian<br />

• Memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan MUSBANG <strong>dan</strong> Diskusi<br />

UDKP.<br />

• Memperoleh gambaran <strong>dan</strong> sekaligus menjelaskan keterkaitan mekanisme<br />

perancanaan <strong>pembangunan</strong> : MUSBANG – Diskusi UDKP di Kota Bandung.<br />

• Menjajaki kemungkinan a<strong>dan</strong>ya paradigma baru (model) <strong>perencanaan</strong><br />

<strong>pembangunan</strong> yang efektif dalam konteks otonomi daerah.<br />

C. Kegunaan Penelitian<br />

Dari segi praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan untuk meningkatkan<br />

efektivitas penyusunan rencana <strong>pembangunan</strong> di tingkat Kelurahan (MUSBANG)<br />

<strong>dan</strong> tingkat Kecamatan (Diskusi UDKP). Se<strong>dan</strong>gkan dari sisi akademis adalah<br />

untuk mengkaji efektivitas suatu model <strong>perencanaan</strong>, sehingga dapat dijadikan<br />

sebagai referensi bagi pengembangan aspek akademis.


D. Kerangka Pikir<br />

Efektivitas Perencanaan Pembangunan<br />

Metode Penjaringan<br />

Aspirasi Masyarakat<br />

Arah <strong>dan</strong> Kajian<br />

Penyusunan Renbang<br />

(Visi, Misi, Sasaran,<br />

Tujuan)<br />

Strategi <strong>dan</strong> Skala<br />

Prioritas<br />

(Efektivitas <strong>dan</strong><br />

Efisiensi)<br />

Tuntutan / Aspirasi<br />

<strong>dan</strong> Kebutuhan<br />

Masyarakat<br />

Forum Perencanaan<br />

Pembngunan<br />

(Musbang, UDKP,<br />

Rakorbang)<br />

Efektivitas<br />

Perencanaan<br />

Pembangunan<br />

Kesejahte<br />

raan<br />

Masyarak<br />

at<br />

Dana APBD Kota<br />

Penyediaan Sarana<br />

<strong>dan</strong> Prasarana


E. KESIMPULAN<br />

Secara konseptual, proses <strong>perencanaan</strong> partisipatif yang dimulai dari<br />

Musbangkel sampai dengan Rakorbang Kota ini mudah untuk dituliskan, namun<br />

kenyataan di tingkat praktek masih menyisakan banyak masalah. Proses<br />

penjaringan aspirasi <strong>dan</strong> kebutuhan masyarakat tidak selalu berjalan mulus, <strong>dan</strong><br />

tidak setiap kebutuhan masyarakat dapat terakomodasikan dengan baik.<br />

Kalaupun aspirasi <strong>dan</strong> kebutuhan masyarakat dapat ditampung dengan baik,<br />

namun belum tentu dapat direalisasikan dalam kegiatan <strong>pembangunan</strong>.<br />

Disamping itu masih banyak lagi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan<br />

Musbangkel <strong>dan</strong> Diskusi UDKP ini, baik menyangkut waktu pelaksanaan, produk<br />

yang dihasilkan, kualitas kerja maupun kepuasan masyarakat terhadap<br />

pelaksanaan Musbangkel <strong>dan</strong> Diskusi UDKP ini. Artinya bahwa efektif atau<br />

tidaknya pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP sangat bergantung pada ketersediaan<br />

factor-faktor diatas.<br />

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bandung,<br />

pelaksanaan Musbangkel <strong>dan</strong> Diskusi UDKP sebagai forum penyusunan<br />

Rencana Pembangunan, belum efektif. Belum efketif nya pelaksanaan<br />

Musbang <strong>dan</strong> UDKP ini dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu :<br />

1. Satuan Waktu<br />

Pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP belum terjadwal dengan baik,<br />

ketidak tepatan penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP ini sebagian besar<br />

disebabkan oleh faktor antara lain tidak a<strong>dan</strong>ya informasi dari penyelenggara.<br />

Penyelenggaran Musbang <strong>dan</strong> UDKP dilaksanakan dalam durasi 1 – 2<br />

jam, hal ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki keterbatasan waktu<br />

untuk mengingatnya.<br />

2. Satuan Hasil<br />

Dari segi hasil, pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP sebenarnya dirasakan<br />

oleh masyarakat masih mampu menampung aspirasi masyarakat. Hal ini<br />

dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa<br />

penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP dapat memberikan kesempatan yang<br />

sama kepada semua peserta untuk menyampaikan aspirasinya.<br />

3. Kualitas Kerja<br />

Penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP belum didukung oleh sarana<br />

<strong>dan</strong> prasarana yang representative. Akibatnya penyelenggaraan Musbang<br />

belum berjalan secara optimal <strong>dan</strong> menghasilkan RTP Kelurahan / Kecamatan<br />

yang sesuai dengan harapan. Sarana <strong>dan</strong> prasarana yang dibutuhkan dalam<br />

penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP bersifat fisik <strong>dan</strong> non fisik. Kebutuhan<br />

akan tempat, alat tulis (meja, papan tulis) adalah kebutuhan yang masih<br />

dikeluhkan oleh peserta Musbang, sementara pada pelaksanaan UDKP<br />

kebutuhan sudah lebih terfokus kepada kebutuhan yang bersifat non fisik,<br />

seperti informasi mengenai kegiatan penyelenggaraan <strong>pembangunan</strong> di Kota<br />

Bandung, yang meliputi; Alokasi Dana, Peruntukan Dana, Arah <strong>dan</strong><br />

Kebijakan Pembangunan Kota Bandung, Penyusunan Kepanitiaan<br />

Penyelenggara UDKP, hal tersebut menjadi factor yang dianggap penting<br />

oleh responden sehingga UDKP dapat terseelnggara dengan baik. Baik


peserta Musbang <strong>dan</strong> UDKP memerlukan a<strong>dan</strong>ya formulir / Daftar Isian yang<br />

dapat menjaring usulan / aspirasi masyarakat secara keseluruhan.<br />

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong><br />

UDKP adalah kemampuan peserta, hasil penelitian menunjukan bahwa belum<br />

memiliki pengetahuan yang memadai, sehingga masih awam dengan<br />

mekanisme <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong>.<br />

4. Kepuasan Masyarakat<br />

Karena berbagai kendala sebagaimana disebutkan diatas, maka<br />

penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP masih banyak dirasakan belum<br />

memberikan kepuasan kepada masyarakat. Selama ini forum Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP, yang merupakan forum formula yang ditentukan <strong>dan</strong> telah<br />

dijadwalkan oleh Pemerintah sebagai forum <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong> di<br />

tingkat Kelurahan <strong>dan</strong> Kecamatan lebih berperan sebagai forum penampung<br />

aspirasi masyarakat <strong>dan</strong> tidak memiliki bargaining position yang kuat<br />

sebagai forum yang dijadikan sebagai dasar bagi Pemerintah Kota<br />

dalam melaksanakan Pembangunan.<br />

Akibatnya, penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP menjadi forum yang<br />

belum diminati oleh masyarakat. Masyarakat umum kurang antusias<br />

dengan penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP itu sendiri. Rendahnya<br />

persentase masyarakat yang mengharapkan penyelenggaraan Musbang<br />

menjadi indikator bahwa penyelenggaraan Musbang belum cukup manfaat<br />

bagi masyarakat.<br />

Harapan masyarakat terhadap hasil dari Musbang <strong>dan</strong> UDKP bahwa hal<br />

yang disepakati dalam pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP hendaknya<br />

dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan <strong>pembangunan</strong> di Daerah.<br />

Realitas dari belum efektifnya penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP pada<br />

dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : faktor penjaringan<br />

aspirasi, dinamika pelaksanaan, penentuan arah <strong>dan</strong> kebijakan serta<br />

strategi <strong>dan</strong> prioritas yang diambil. Keempat faktor tersebut secara<br />

sistematik saling berpengaruh, walaupun tingkat korelasinya menunjukan<br />

perbedaan.<br />

1) . Penjaringan Aspirasi<br />

efektivitas pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP dipengaruhi oleh sejauh<br />

mana proses penjaringan Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar<br />

responden (87%) yang menyatakan bahwa penyelenggaraan Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP tidak menggunakan metode apapun. Oleh karena itu<br />

apabila selama ini hasil Musbang dikatakan sebagai daftar keinginan<br />

saja, hal itu dapat dipahami karena memang pelaksanaan Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP tidak dilaksanakan dalam prosedur yang seharusnya<br />

dilakukan dalam sebuah forum <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong>.<br />

2) . Dinamika Pelaksanan<br />

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata menunjukan bahwa<br />

sebagian peserta Musbang <strong>dan</strong> UDKP belum mengetahui tujuan<br />

penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP. Oelh karena itu tidak<br />

mengherankan apabila selama ini masih ada anggapan bahwa


penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP masih belum memenuhi harapan<br />

masyarakat maupun user dari Dinas / Instansi terkait.<br />

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemandu Musbang <strong>dan</strong><br />

UDKP belum memiliki kemampuan yang memadai.<br />

3). Penentuan Arah <strong>dan</strong> Kebijakan<br />

Dilihat dari cakupan komponen pelayanan, berdasarkan penelitian dari<br />

Rencana Pemabngunan Tahunan Kelurahan <strong>dan</strong> Kecamatan, diketahui<br />

bahwa mayoritas usulan masyarakat berupa <strong>pembangunan</strong> fisik,<br />

sementara untuk dua bi<strong>dan</strong>g yang lain mempunyai presentase yang sangat<br />

kecil.<br />

Faktor lain yang dikaji, adalah pencapaian kinerja/ukuran keberhasilan<br />

dari pelaksanaan Musbang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan<br />

diketahui bahwa mayoritas masyarakat berpendapat bahwa ukuran<br />

keberhasilan Musbang <strong>dan</strong> UDKP terletak pada tataran pelaksanaan<br />

<strong>pembangunan</strong> secara nyata.<br />

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong><br />

UDKP belum terintegrasi dengan <strong>kajian</strong> <strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong><br />

secara umum.<br />

4). Strategi <strong>dan</strong> Prioritas<br />

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebutuhan masyarakat<br />

yang sudah disampaikan <strong>melalui</strong> Musbang <strong>dan</strong> UDKP masih belum<br />

sepenuhnya dijadikan sebagai dasar dalam penentuan prioritas<br />

kegiatan <strong>pembangunan</strong><br />

Indikator yang lain adalah tingkat kerjasama antara masyarakat –<br />

pemerintah, hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada kerjasama<br />

yang optimal diantara masyarakat – pemerintah dalam<br />

penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP.<br />

Faktor lain yang dikaji adalah pengaruh perubahan system<br />

penyelenggaraan Pemerintah <strong>melalui</strong> pelaksanaan UU No. 22 / 1999<br />

terhadap partisipasi masyarakat <strong>pembangunan</strong>. Hasil penelitian<br />

menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat, sebanyak 61 orang (63,5<br />

%) masih ragu-ragu dengan implementasi otonomi daerah di Kota<br />

Bandung. Dengan demikian sebenarnya masih terlihat bahwa otonomi<br />

daerah belum sepenuhnya memberi perubahan yang berdasar dalam<br />

penyelenggaraan otonomi daerah. Semangat otonomi dari yang lebih<br />

menekankan pada factor keterbukaan, transparansi <strong>dan</strong> akuntabilitas<br />

belum sepenuhnya dapat dipraktekan dalam penyelenggaraan Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP.


F. Saran<br />

Berangkat dari berbagai kendala yang masih dihadapi dalam pelaksanaan<br />

Musbang <strong>dan</strong> UDKP sebagaimana dijelaskan pada baian sebelumnya, maka<br />

Pemerintah Daerah mulai dari Kelurahan, Kecamatan hingga Pemerintah Kota<br />

perlu mengupayakan langkah-langkah yang strategis guna meningkatkan<br />

efektivitas Musbang <strong>dan</strong> UDKP tersebut. Langkah-langkah yang disarankan<br />

antara lain sebagai berikut :<br />

a. Meningkatkan waktu pelaksanaan Musbang <strong>dan</strong> UDKP masih menjadi<br />

masalah yang cukup menghambat, maka perlu a<strong>dan</strong>ya sosialisasi Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP <strong>melalui</strong> penyebaran informasi secara intensif <strong>dan</strong> terbuka<br />

kepada masyarakat sebelum penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP.<br />

Membuat Un<strong>dan</strong>gan terbuka kepada stake holders <strong>melalui</strong> berbagai media<br />

massa sehingga Musbang <strong>dan</strong> UDKP melibatkan seluruh unsur masyarakat<br />

pemerhati <strong>pembangunan</strong> meliputi : Tokoh Masyarakat, LSM, Ormas,<br />

Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi <strong>dan</strong> yang lainnya.<br />

b. Mekanisme Musbang <strong>dan</strong> UDKP masih diperlukan <strong>dan</strong> dianggap penting<br />

sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat, oleh karena itu yang<br />

diperlukan adalah bukan pengganti mekanisme tersebut, namun yang lebih<br />

penting adalah perlunya konsistensi Pemerintah Daerah dalam<br />

pelaksanaan Kebijaksanaan Pembangunan Di Daerah. Apabila<br />

Pemerintah Daerah mempunyai komitment yang utuh terhadap kesejahteraan<br />

masyarakat, meka perhatian terhadap kebutuhan <strong>dan</strong> aspirasi masyarakat<br />

seyogyanya mendapatkan tempat yang cukup dalam penyusunan<br />

rencana <strong>pembangunan</strong>.<br />

c. Kunci dari keberhasilan penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP sebenarnya<br />

adalah RTP yang tersusun. Oleh karena itu Musbang <strong>dan</strong> UDKp hendaknya<br />

dapat menghasilkan sebuah daftar skala prioritas kebutuhan<br />

masyarakat, bukan sekedar keinginan masyarakat. Dengan demikian<br />

Musbang <strong>dan</strong> UDKP harus benar-benar mampu menyeleksi berbagai<br />

kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan ketersedian <strong>dan</strong>a. Apabila<br />

RTP sudah disusun, maka aparat kelurahan <strong>dan</strong> kecamatan harus konsisten<br />

memperjuangkan DSP tersebut untuk direalisasikan, bukan sekedar menerima<br />

daftar isian <strong>pembangunan</strong> yang dibuat oleh Pemerintah Kota.<br />

d. Sebagai mekanisme yang bersifat rutin, maka Musbang <strong>dan</strong> UDKP<br />

selayaknya didukung sarana <strong>dan</strong> sarana yang representative <strong>dan</strong> bersifat<br />

permanent.<br />

e. Secara bertahap Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi mekanisme<br />

<strong>perencanaan</strong> <strong>pembangunan</strong> kepada masyarakat, khususnya yang akan<br />

mengikuti Musbang <strong>dan</strong> UDKP. Kegiatan ini bisa berupa pelatihan, simulasi<br />

di tingkat RT <strong>dan</strong> RW, mendatangkan ahli dsb.<br />

f. Sebagai wadah penjaringan aspirasi masyarakat, penyelenggaraan Musbang<br />

<strong>dan</strong> UDKP sering dihadapkan pada ketidaktepatan penggunaan metode <strong>dan</strong><br />

media penyampai aspirasi masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah Daerah<br />

seyogyanya mengkaji metode mana yang efektif (mudah, tepat <strong>dan</strong> dapat<br />

dilaksanakan dalam waktu relative singkat). Untuk kemudian<br />

disosialisasikan <strong>dan</strong> diterapkan dalam penyelenggaraan Musbang <strong>dan</strong> UDKP.


Hal lain yang penting adalah ketersediaan Media, berupa kotak saran di tiap<br />

RT/RW, kelurahan <strong>dan</strong> kecamatan, dialog opini <strong>pembangunan</strong> <strong>melalui</strong> media<br />

cetak maupun radio daerah, secara rutin menyebarkan daftar isian kebutuhan<br />

<strong>pembangunan</strong> dsb. Hal ini penting agar setiap permasalahan social yang<br />

muncul dapat secara ditangkap <strong>dan</strong> dicarikan jalan keluar oleh Pemerintah<br />

Daerah, tanpa menunggu permasalahan menjadi besar.<br />

g. Sering kali Musbang <strong>dan</strong> UDKP berjalan tanpa menghasilkan rumusan yang<br />

berkualitas, karena ketidakmampuan pemandu untuk menghadirkan ide-ide<br />

<strong>dan</strong> menggali aspirasi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah seyogyanya<br />

meningkatkan pengetahuan, keterampilan pemandu Musbang <strong>dan</strong><br />

UDKP.<br />

h. Pemerintah Daerah perlu menyusun Renstar Daerah yang betul<br />

mencerminkan realisasi kebutuhan masyarakat, realisasi untuk dicapai <strong>dan</strong><br />

secara proaktif disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat<br />

mengetahui program strategis <strong>dan</strong> arah kebijakan <strong>pembangunan</strong> Daerah.<br />

Dengan langkah semacam ini maka kesenjangan visi <strong>dan</strong> persepsi antara<br />

masyarakat <strong>dan</strong> pemerintah dalam pelaksanaan <strong>pembangunan</strong> dapat dikurangi.<br />

i. Agar mampu menggali setiap permasalahan secara lintas sektoral, seyogyanya<br />

Musbang <strong>dan</strong> UDKP melibatkan semua komponen masyarakat <strong>dan</strong> dinas<br />

instansi pemerintah secara lengkap.<br />

j. Perlu melibatkan legislative, dalam kaitan ini kompetensi legislative sangat<br />

berperan dalam menentukan prioritas <strong>pembangunan</strong>. Legislative daerah<br />

selama ini terlibat dalam penyusun program <strong>pembangunan</strong> daerah hanya pada<br />

saat penetapan Anggaran Penerimaan <strong>dan</strong> Belanja Daerah (APBD). Sementara<br />

pada tahap penyerapan aspirasi <strong>dan</strong> kebutuhan masyarakat, mereka tidak<br />

terlihat. Dalam kondisi semacam ini, kebijakan penetapan anggaran<br />

<strong>pembangunan</strong> oleh legislative sering bersifat subyektif, terlalu berfokus pada<br />

jumlah nominal mata anggaran.<br />

Langkah yang perlu dilakukan adalah menyusun formulasi keikutsertaan<br />

pihak legislative dalam kegiatan Musbang <strong>dan</strong> UDKP.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!