05.03.2015 Views

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

semangat. Bahkan rasa senang juga akan dituang.<br />

Mungkin Anda bertanya soal rasa senang yang dituang. Itu saya alami tatkala mempersembahkan Ekaristi. Dulu, ketika<br />

motivasi dan arah hati dari set<strong>ia</strong>p tindakan saya belum mengarah kepada yang ilahi; rasa kurang senang kerap datang.<br />

Apalagi jika umat yang datang dalam perayaan ekaristi sangatlah sedikit. Namun sekarang semuanya berbeda. Entah<br />

yang datang 7 atau 70 orang, bahkan 200 orang, semuanya mendatangkan kegirangan yang sama. Di sini benar-benar<br />

saya rasakan, sukacita itu bukan berasal dari jumlah umat yang datang, <strong>tetapi</strong> karena boleh merayakan Ekaristi. Kegembiraan<br />

itu dituang oleh Allah, sehingga hati ini penuh dengan sukacita, karena memang hati hanya terarah kepadaNya.<br />

D<strong>ia</strong> Hidup...<br />

Sahabat, pada akhirnya saya <strong>harus</strong> mengatakan bahwa Tuhan itu benar-benar hidup. D<strong>ia</strong> sungguh hidup bukan karena<br />

saya mengatakannya, atau karena dalam perdebatan ditemukan bahwa Allah itu hidup. D<strong>ia</strong> hidup hanya karena D<strong>ia</strong><br />

hidup. Seperti kata teman-teman kita, just because!<br />

Apakah kemud<strong>ia</strong>n kita akan berhenti mencari dan menelaah karena mendapatkan jawaban itu? Mungkin tidak, mungkin<br />

kita akan terus mencari. Tetapi bukan mencari untuk kemud<strong>ia</strong>n menyerah dan berhenti mengimani, <strong>tetapi</strong> mencari dan<br />

menelaah untuk menebalkan iman dan cinta kita kepadaNya. Baiklah saya ambilkan satu dua contoh yang bisa membantu.<br />

Santo Thomas Aquinas, salah satu orang yang paling pandai dalam sejarah Gereja Katolik. Ketika masih <strong>kecil</strong>, masih<br />

kanak-kanak d<strong>ia</strong> memiliki keinginan untuk mengerti Allah. S<strong>ia</strong>pakah Allah itu? Apakah Allah itu? itulah pertanyaan yang<br />

selalu hinggap di kepalanya. Kemud<strong>ia</strong>n seluruh hidupnya dihabiskan untuk mencari. Maka lahirlah berbagai buku teologi<br />

yang sangat berguna bagi Gereja.<br />

Apakah kemud<strong>ia</strong>n d<strong>ia</strong> bisa menjelaskan Allah itu s<strong>ia</strong>pa dengans angat gamblang? Ternyata tidak. Pada akhirnya d<strong>ia</strong> berkata,<br />

“indera tidak mampu, hanya iman saja yang dapat.” Pada akhirnya, kemampuan manus<strong>ia</strong> yang terbatas ini memang<br />

tidak akan mampu menjelaskan berbagai misteri Allah yang memang sungguh tak terbatas. Maka, keterbatasan manus<strong>ia</strong><br />

ini tidak bisa membuat keberadaan Allah menjadi t<strong>ia</strong>da. D<strong>ia</strong> tetap ada dan hidup, kendati kita tidak mampu memahaminya.<br />

Contoh kedua adalah apa yang terjadi dengan para murid. Jika Anda mengikuti bacaan-bacaan Kitab Suci selama masa<br />

oktaf Paskah, Anda akan menjumpai kenyataan yang cukup menyedikan dari para Murid. Baiklah kita pakai gambaran<br />

lelaki dan perempuan. Bukan bermaksud b<strong>ia</strong>s gender, <strong>tetapi</strong> ada hal yang menarik dari refleksi perempuan dan laki-laki<br />

dalam hal beriman. Ini semua adalah apa yang saya baca dan refleksikan dari teks Kitab Suci.<br />

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada Mar<strong>ia</strong> Magdalena, dan kepada para murid yang lain. Mar<strong>ia</strong><br />

Magdalena mendapatkan penampakan satu kali saja, <strong>tetapi</strong> itu sudah cukup. Ia langsung percaya bahwa Yesus benarbenar<br />

sudah bangkit.<br />

Berbeda dengan para murid yang lain, yang adalah laki-laki. Mereka tidak langsung percaya bahwa Yesus sudah bangkit,<br />

meskipun mereka sudah mendapatkan penampakan. Mereka masih dikungkung rasa t<strong>aku</strong>t dan ketidakpercayaan. Bahkan,<br />

dalam diri Thomas kita mendapatkan gambaran mengenai keangkuhan laki-laki, yang tidak gampang percaya, yang<br />

selalu membutuhkan bukti. Yah, karena kedegilan kitalah pada akhirnya kita diberi bukti. Maka benarlah yang dikatakan<br />

Yesus, “berbahag<strong>ia</strong>lah yang tidak melihat namun percaya”.<br />

Ya, Allah itu sungguh ada dan hidup, meski kita tidak melihatnya. Allah sungguh ada dan hidup, Ia menyertai hidup<br />

kita, set<strong>ia</strong>p hari, dari hal yang <strong>kecil</strong> hingga yang <strong>besar</strong>. Kerap kita tidak merasakan kehadiranNya, karena hati kitalah<br />

yang degil. Kita mengacuhkan kehadiranNya, kita meng-ignore D<strong>ia</strong>. Maka, meski D<strong>ia</strong> hadir dan mendampingi, kita tidak<br />

merasakan-Nya.<br />

Sahabat, Umat Allah yang dikasihi Allah yang sangat saya kasihi juga, sekali lagi selamat menikmati kasih Allah. D<strong>ia</strong><br />

sungguh hidup, bukan hanya dalam perayaan-erayaan, <strong>tetapi</strong> sungguh hidup dalam kesehar<strong>ia</strong>n Anda.<br />

4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!