05.03.2015 Views

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil ... - KKI Melbourne

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“ <strong>ia</strong> <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> <strong>besar</strong>, <strong>tetapi</strong> <strong>aku</strong> <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> <strong>kecil</strong>” (Yoh. 3 : 30) EDISI Oktober 2012<br />

Selamat bertemu lagi dalam Warta <strong>KKI</strong> Edisi Oktober ini. Kita baru saja selesai dari<br />

berbagai kesibukan pers<strong>ia</strong>pan dan perayaan HUT ke-25 <strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong> yang mencapai<br />

puncaknya pada tanggal 23 September yang lalu. Ada retret, pendalaman Kitab Suci,<br />

Konser Musik dan Malam Resepsi, untuk menyebut beberapa dari padanya. Dan sungguh<br />

tepat bahwa semuanya ini d<strong>ia</strong>khiri dengan Perayaan Ekaristi di Katedral St. Patrick’s yang<br />

dipimpin sendiri oleh Uskup Agung <strong>Melbourne</strong>, Most Rev Denis Hart DD.<br />

Semua keg<strong>ia</strong>tan dan acara ini telah memberikan banyak manfaat untuk kita. Kita belajar<br />

bekerja sama karena tanpa kerja sama acara-acara tersebut mungkin sekali tidak dapat<br />

terlaksana. Atau mungkin terlaksana <strong>tetapi</strong> dengan hasil yang minim. Dengan bekerja<br />

sama kita juga meningkatkan tali persaudaraan kita sebagai warga Katolik Indones<strong>ia</strong><br />

<strong>Melbourne</strong>. Kita yang tadinya kurang saling mengenal bisa menjadi lebih dekat dan akrab.<br />

Dan semoga kita lebih disadarkan bahwa semuanya ini kita l<strong>aku</strong>kan demi kemul<strong>ia</strong>an<br />

namaNya, sesuai dengan motto kita, “Ia <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> <strong>besar</strong>, <strong>tetapi</strong> <strong>aku</strong> <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> <strong>kecil</strong>”<br />

(Yohanes 3:30).<br />

Masih dalam kaitan dengan Perayaan HUT ke-25 <strong>KKI</strong>, dalam Warta <strong>KKI</strong> Edisi bulan ini<br />

Anda dapat mengikuti tulisan chaplain kita Romo Waris yang berjudul “Setelah Perayaan<br />

Usai”. Lewat tulisan ini kita d<strong>ia</strong>jak untuk melihat kembali berbagai peristiwa dan keg<strong>ia</strong>tan<br />

yang telah kita l<strong>aku</strong>kan dan lewati dalam rangka perayaan tersebut. Kita d<strong>ia</strong>jak untuk<br />

berefleksi dan bersyukur kepada Tuhan bahwa semua ini telah berlangsung baik, memang<br />

dengan segala kekurangan dan kelebihannya.<br />

Dalam edisi ini kita juga dapat mengikuti sharing Sr Rosie Joyce CSB mengenai Year<br />

of Grace yang dibawakannya dalam sebuah pertemuan di Paroki St Andrew’s, Clayton<br />

South. Year of Grace adalah suatu ajakan para Uskup se Austral<strong>ia</strong> kepada kita semua<br />

untuk merayakan dan membaharui iman dan hidup kita sebagai orang Katolik. Year of<br />

Grace dimulai pada pesta Pentekosta 2012 dan berakhir pada Pentekosta 2013.<br />

Dan akhirnya, saudara-saudari warga <strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong>, tidak lama lagi tepatnya di awal<br />

bulan depan (November) chaplain kita Romo Waris akan meninggalkan kita dan pulang<br />

ke Indones<strong>ia</strong> karena berakhir masa tugasnya di <strong>Melbourne</strong>. Selama tiga tahun Romo<br />

menjalankan pelayanannya di <strong>KKI</strong>, menyertai dan mendampingi kita, menjelajah kota<br />

<strong>Melbourne</strong> dari barat ke timur, dari utara ke selatan dalam doa kelompok atau misa<br />

bersama dan bimbingan rohani lainnya.<br />

Sebentar lagi Romo Waris akan pulang untuk memulai tugas baru yang ditentukan Ordo<br />

Karmel buat d<strong>ia</strong>. <strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong> tentu saja merasa kehilangan dan dengan berat hati<br />

melepaskan keperg<strong>ia</strong>n Romo Waris. Misa Minggu Pertama bulan November (04/11/2012)<br />

di Port <strong>Melbourne</strong> akan merupakan acara perpisahan kita dengan Romo Waris. Semua<br />

warga <strong>KKI</strong> diharapkan kehadirannya agar kita dapat bersama mengucapkan terima kasih<br />

dan selamat jalan kepada Romo Waris.<br />

MISA <strong>KKI</strong><br />

Minggu, 4 Nov 2012<br />

St. Joseph Church<br />

95 Stokes Street<br />

Port <strong>Melbourne</strong> VIC<br />

Pukul: 11.00<br />

Minggu, 11 Nov 2012<br />

St. Joseph Church<br />

95 Stokes Street<br />

Port <strong>Melbourne</strong> VIC<br />

Pukul: 11.30<br />

Minggu, 18 Nov 2012<br />

St Francis’ Church<br />

326 Lonsdale St<br />

<strong>Melbourne</strong> VIC<br />

Pukul: 14:45<br />

Minggu, 25 Nov 2012<br />

St. Paschal<br />

98-100 Albion Rd<br />

Box Hill VIC<br />

Pukul: 11.30<br />

MISA MUDIKA<br />

Sabtu pertama<br />

Monastry Hall<br />

St. Francis Church<br />

326 Lonsdale Street<br />

<strong>Melbourne</strong> VIC<br />

Pukul: 12.00<br />

PD<strong>KKI</strong><br />

Set<strong>ia</strong>p Sabtu<br />

St. Augustine’s City Church<br />

631 Bourke Street<br />

<strong>Melbourne</strong> VIC<br />

Pukul: 18.00<br />

1


Tahun Rahmat – Memulai Kembali dari Kristus<br />

(Year of Grace – Starting afresh from Christ)<br />

Sejak Pentekosta 2012 para Uskup se-Austral<strong>ia</strong> mengajak kita untuk menjalani Year of Grace atau Tahun Rahmat. Untuk<br />

memahami dengan baik makna Year of Grace, marilah kita mengikuti sharing yang dibawakan oleh Sr Rosie Joyce dengan<br />

umat paroki St Andrew’s, Clayton South. Berikut ini adalah saduran dari sharing tersebut.<br />

Grace atau rahmat adalah suatu yang diberikan sebagai had<strong>ia</strong>h kepada kita. Kelahiran, keluarga dan kesadaran kita<br />

mengenai kehadiran Tuhan adalah beberapa contoh Grace. Dalam Year of Grace yang dimulai pada Pentekosta 2012<br />

sampai dengan Pentekosta 2013 kita d<strong>ia</strong>jak oleh para uskup se-Austral<strong>ia</strong> untuk memulai suatu perjalanan rohani selama<br />

setahun untuk membaharui dan mefokuskan kembali hidup kita dalam Kristus.<br />

Kita d<strong>ia</strong>jak untuk merenungkan dan menemukan kembali Kristus lewat doa, renungan Kitab Suci dan perayaan-perayaan<br />

liturgi, yang merupakan unsur-unsur utama Year of Grace. Selain itu kita juga didorong untuk menyesali kekurangankekurangan<br />

dan bertobat atas kesalahan kita. Sama halnya seperti Gereja Katolik Austral<strong>ia</strong> yang sekarang menghadapi<br />

Parl<strong>ia</strong>mentary Inquiry sehubungan dengan pelecehan seksual yang dil<strong>aku</strong>kan oleh imam-imam dan rohaniwan. Kita diingatkan<br />

bahwa Gereja <strong>harus</strong> menghadapi kenyataan ini, facing the truth. Dengan meng<strong>aku</strong>i kesalahannya, Gereja akan<br />

dibaharui dan difokuskan kembali dalam Kristus.<br />

Ada beberapa lambang yang ditampilkan dalam Year of Grace. Salib, matahari, hosti dan monstrans melambangkan infinity<br />

of God, sedangkan kehidupan nyata di bumi dilambangkan oleh warna kuning tua dan cahaya yang mengingatkan kita<br />

pada tradisi artistik penduduk asli Austral<strong>ia</strong>. Kita menghargai keragaman ini dan bersyukur kepada Tuhan bahwa negeri<br />

kita diberkati dengan kehadiran penduduk dari berbagai latar belakang dan budaya yang membentuk satu komunitas.<br />

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa dalam Year of Grace kita mengucap syukur kepada Tuhan atas semua<br />

rahmat yang telah kita terima sebbagai had<strong>ia</strong>h. Kita meng<strong>aku</strong>i kekurangan dan kelemahan kita dan bersama-sama kita<br />

membaharui Gereja kita.<br />

Doa Year of Grace<br />

Allah yang Maharahim, Engkau telah memberkati tanah kami dengan banyak had<strong>ia</strong>h, khususnya para penduduknya<br />

Kami bersyukur atas Year of Grace, saatnya memulai kembali dari Kristus.<br />

Engkau mengajak kami untuk merenungkan wajah Yesus, PutraMu,<br />

Agar kami dapat mengalami gelombang baru rahmat,<br />

Dan agar cahaya Kristus lebih terang membakar dalam hidup kami.<br />

Sesuaikan hati dan jiwa kami dengan kehadiran Roh KudusMu,<br />

Agar Gereja kami dapat diubah<br />

hubungan kami disembuhkan dan bangsa kami bertumbuh dalam belas kasihan dan keadilan.<br />

Dengan perantaraan St. Mary MacKillop yang telah menunjukkan kepada kami cara baru dalam menghayati Injil, kami<br />

menyampaikan doa kami lewat Kristus Tuhan kami. Amin.<br />

Mar<strong>ia</strong>, Penolong Orang Kristen, doakanlah kami.<br />

2


Setelah Perayaan Usai<br />

Brothers and sisters, do not be weary in doing what is right. (2 Thes 3:13)<br />

Sahabat terkasih, perayaan puncak perayaan ulang tahun <strong>KKI</strong><br />

ke-25 telah usai. Tentu saja saya ingin menyampaikan ungkapan<br />

terimakasih kepada s<strong>ia</strong>pa saja yang terlibat di dalam seluruh rangka<strong>ia</strong>n<br />

acara sepanjang tahun ini. Namun sebelumnya, ijinkan saya<br />

berbagi beberapa kisah <strong>kecil</strong> yang saya temui.<br />

Hal-hal <strong>kecil</strong> bersama Bapa Uskup…<br />

Sahabat, saya pastikan bahwa Anda semua jarang berkomunikasi<br />

dan berkontak dengan bel<strong>ia</strong>u. Demik<strong>ia</strong>n pula dengan saya.<br />

Berkontak secara personal, entah itu melalui surat atau berbicara<br />

secara langsung sungguh bisa dihitung dengan jari. Itu mengandaikan<br />

saya memiliki 20 jari. Tapi baiklah saya bagikan sedikit<br />

cerita bersama bel<strong>ia</strong>u dalam perayaan kemarin.<br />

Pertama adalah penghargaan bel<strong>ia</strong>u terhadap Bahasa Indones<strong>ia</strong>.<br />

Sebelum upacara berlangsung, kami semua berada di sakristi.<br />

Semua romo sudah s<strong>ia</strong>p ketika bel<strong>ia</strong>u memanggil saya. Wah,<br />

dag-dig-dug juga dipanggil sebelum perayaan. Karena b<strong>ia</strong>sanya<br />

semua d<strong>ia</strong>tur oleh MC. Ternyata bel<strong>ia</strong>u memberikan pilihan untuk<br />

Credo/Aku Percaya. Boleh menggunakan Bahasa Indones<strong>ia</strong>. Saya<br />

mengangguk saja.<br />

Kedua adalah permohonan maaf yang langsung. Iya, sebuah kerendahat<strong>ia</strong>n dari seorang Uskup Agung. Dalam pembukaan,<br />

setelah semua imam mencium altar, dil<strong>aku</strong>kanlah upacara pendupaan. Ada hal <strong>kecil</strong> yang tidak sesuai dengan<br />

gladi bersih. Setelah kembali ke tempat duduk bel<strong>ia</strong>u mengatakan, “Sorry, that is my personal fault”. Saya d<strong>ia</strong>m<br />

terhenyak. Bagaimana mungkin bel<strong>ia</strong>u langsung berkata demik<strong>ia</strong>n. Saya bandingkan dengan diri saya sendiri, kerap<br />

mencari alasan untuk menyalahkan orang lain dalam berbagai kesempatan. Hmmm, terimakasih Bapa Uskup telah<br />

mengajari saya sikap rendah hati untuk meng<strong>aku</strong>i kekeliruan dan kesalahan.<br />

Ketiga adalah ketinggalan kalung salib. Ini sedikit lucu. Setelah upacara selesai dan semua imam kembali ke sakristi,<br />

Prabudi sebagai ketua <strong>KKI</strong> menemui bel<strong>ia</strong>u di sana untuk berterimakasih dan mengajak untuk berfoto bersama. Bel<strong>ia</strong>u<br />

setuju, <strong>tetapi</strong> ada sikap k<strong>aku</strong> dan malu-malu, yaitu saat mengutarakan bahwa salibnya ketinggalan di mobil. Saya terjemahkan<br />

saja ungkapannya, “Aduh, bagaimana ya, saya tidak memakai kalung salib, sebab kalung salib saya ketinggalan<br />

di mobil”. Kemud<strong>ia</strong>n saya menjawab, “tidak apa-apa Bapa Uskup.” Kalimat saya berhenti di sana, dalam hati saya<br />

lanjutkan, “toh semua orang sudah mengetahui bahwa Anda adalah uskup.” Namun kegugupan dan sikap keterbukaannya<br />

itu sungguh meruntuhkan anggapan saya bahwa bel<strong>ia</strong>u itu k<strong>aku</strong>.<br />

Aneka Perayaan…<br />

Set<strong>ia</strong>p perayaan akan berakhir. Di tengah kelegaan senant<strong>ia</strong>sa menyisipkan sedikit sedih, bahwa semuanya berakhir begitu<br />

saja. Tentu saja kegembiraan mengembang lebar kalau perayaan berlangsung seperti yang diinginkan, atau bahkan<br />

melebihi harapan. Mari kita lihat sejenak rangka<strong>ia</strong>n keg<strong>ia</strong>tan dalam rangka ulang tahun <strong>KKI</strong>.<br />

Jalan salib dan pemberkatan tanah. Keg<strong>ia</strong>tan ini menjadi awal dari rangka<strong>ia</strong>n keg<strong>ia</strong>tan ulang tahun. Berlangsung pada<br />

bulan Maret, bersamaan dengan masa prapaskah, di mana kita mengenangkan kisah sengsara Tuhan. Dalam keg<strong>ia</strong>tan<br />

ini tidak ada panit<strong>ia</strong> khusus. Pelaksanaan diserahkan kepada masing-masing wilayah. Ada yang datang cukup banyak,<br />

ada yang sedikit saja, namun semua bergabung dalam satu kesatuan iman. Keg<strong>ia</strong>tan jalan salib dilanjutkan dengan<br />

Ekaristi kudus dan ditutup dengan pemberkatan tanah yang akan di atasnya akan dibangun kapel. Kapel tersebut akan<br />

dipersembahakan kepada Bunda Mar<strong>ia</strong>. Pembangunan kapelnya sendiri belum dimulai.<br />

3


Rangka<strong>ia</strong>n keg<strong>ia</strong>tan Paskah. Merayakan rangka<strong>ia</strong>n Paskah selama seminggu penuh adalah hal b<strong>ia</strong>sa. Dan menjadi puncak<br />

dari penghayatan iman Krist<strong>ia</strong>ni. Meskipun sudah b<strong>ia</strong>sa, dan set<strong>ia</strong>p tahun mel<strong>aku</strong>kan, toh set<strong>ia</strong>p perayaan membawa<br />

kesan yang berbeda. Tidak ada yang benar-benar sama. Khusus dalam perayaan Paskah kali ini, sangat terasa berbeda.<br />

Perbedaan itu bisa dirasakan oleh mereka yang terlibat dalam kelompok koor. Semua wilayah dan kelompok terlibat<br />

dalam perayaan. Tidak ada yang tidak kebag<strong>ia</strong>n. Semua mengambil peran. Ada yang <strong>besar</strong> ada yang <strong>kecil</strong>. Satu kalimat<br />

yang sering saya dengar, “duh banyak banget keg<strong>ia</strong>tan Paskah ini.”<br />

Keg<strong>ia</strong>tan Paskah memang banyak. Itu jika kita mau merayakan secara utuh. Kerap kita tidak rela merayakannya secara<br />

utuh. Silahkan bertanya kepada diri sendiri. Dalam misa Paskah, kalau sudah misa Sabtu banyak yang enggan untuk<br />

misa Minggu. Padahal, yang dirayakan berbeda, bacaan yang dibawakan juga berbeda. Tetapi karena kelemahan manus<strong>ia</strong>wi<br />

kita, kita kerap mencari alasan untuk tidak ikut serta. Maka, merayakan Paskah secara utuh adalah bag<strong>ia</strong>n dari<br />

penghayatan iman. Tahun ini, perayaan Paskah masih disambung dengan Novena Kerahiman Ilahi. Di sana juga berlangsung<br />

retret mudika. Seluruh rangka<strong>ia</strong>n Paskah ini berlangsung pada bulan April.<br />

Retret doa bersama Rm. Verbeek, O.Carm. Mengisi libur karena ulang tahunnya ratu Inggris pada minggu kedua bulan<br />

Juni, kita mengadakan retret mengenai doa yang dibawakan oleh Romo Verbeek, seorang karmelit yang sejak tahun 70-<br />

an telah menenggelamkan dirinya ke dalam hidup doa yang serius. Mengawali hidup eremit atau hidup sebagai pertapa<br />

bersama Romo Yohanes Indr<strong>aku</strong>suma, kemud<strong>ia</strong>n melanjutkan pertapaan di beberapa tempat. Di antaranya di Amerika<br />

Serikat, Jepang, Prancis dan beberapa tempat di Indones<strong>ia</strong>. Bel<strong>ia</strong>u memaparkan apa hakikat doa, bagaimana berdoa,<br />

bagaimana mengatasi berbagai kesulitan dalam doa.<br />

Umat bertanya Romo Pid menjawab. Pada bulan Agustus (9-15 Agustus) <strong>KKI</strong> berkesempatan untuk mendapatkan pengajaran<br />

dari Romo Henricus Pidyarto, O.Carm, atau b<strong>ia</strong>sa dikenal dengan Romo Pid. Bel<strong>ia</strong>u cukup dikenal masyarakat<br />

karena cukup lama menjadi pengasuh dalam rubrik Umat Bertanya Romo Pid Menjawab di Majalah Hidup. Yang menjadi<br />

puncak acara ini adalah penyelenggaraan Kebangunan Rohani Katolik.<br />

Konser Mozart. Tentu Anda semua masih ingat pagelaran konser pada tanggal 1 September. Bertempat di Gereja Our<br />

Ladu of Mount Carmel Middle Park, konser ini begitu heboh. Boleh dikatakan, seluruh perhat<strong>ia</strong>n dan tenaga tercurah<br />

untuk meny<strong>ia</strong>pkannya. Latihan yang lama diiringi berbagai drama di tengahnya mewarnai proses perjalanannya. Saya<br />

tidak ingin mengulang catatan mengenai konser ini karena pada catatan saya mengenai “Rahas<strong>ia</strong> had<strong>ia</strong>h Terindah” saya<br />

sudah menyinggung dengan cukup mendalam, juga refleksi dari Maggy Mihardja berkaitan dengan konser tersebut.<br />

Malam resepsi ulang tahun <strong>KKI</strong>. Bertempat di Gereja St. Francis Asisi Mill Park. Awalnya menuai banyak keluhan bahwa<br />

tempatnya sangat jauh. Maka bisa dipastikan akan<br />

banyak yang tidak mau datang. Selin jauh, juga<br />

dikeluhkan bahwa misanya terlalu sore. Dan banyak<br />

keluhan yang lain. Nyatanya semua berjalan<br />

dengan baik. Umat yang ikut perayaan Ekaristi<br />

sungguh di luar dugaan. Apalagi yang ikut dalam<br />

resepsi, sehingga bangku-bangku yang dis<strong>ia</strong>pkan<br />

tidak sanggup menampung mereka. Bisa dipahami<br />

kalau sebag<strong>ia</strong>n umat memutuskan pulang. Kekhawatiran<br />

bahwa konsumsi akan kurang juga tidak<br />

terjadi. Memang tidak berkelebihan, namun juga<br />

tidak berkekurangan. Memang tidak sempurna,<br />

namun juga tidak sangat buruk. Itu semua hanya<br />

bag<strong>ia</strong>n agar kita tidak tinggi hati. Agar kita tetap rendah<br />

hati dan berpegang teguh kepada kuasa Allah.<br />

Jika semua diberi sempurna, maka kita akan khilap<br />

mata.<br />

Pembuatan buku kenangan. Perjalanan dua puluh lima tahun <strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong>, mestilah melalui lika dan liku jalan yang<br />

tidak datar. Ada banyak jejak yang telah terlewat, ada banyak tangan yang telah berperan, ada banyak keringat dan air<br />

mata yang sudah tercurah. Maka, tidak menuliskan hal tersebut rasanya kurang menghargai sejarah tersebut. Menulis<br />

4


Misa Syukur di Katedral <strong>Melbourne</strong>. Seluruh rangka<strong>ia</strong>n keg<strong>ia</strong>tan dalam rangka ulang tahun <strong>KKI</strong> mencapai puncaknya<br />

dalam perayaan Ekaristi mer<strong>ia</strong>h pada hari Minggu 23 September yang lalu. Berkenan memimpin upacara, Uskup Agung<br />

Dennis Hart. Juga berkenan hadir Uskup Hilton Deakin dan sejumlah imam. Ada berbagai kekhawatiran yang merebak di<br />

kalangan umat beberapa hari menjelang acara. Adalah rencana pihak-pihak tertentu yang merencanakan demonstrasi di<br />

seputaran CBD. Dan beberapa alasan lain yang mengecilkan semangat umat. Toh sekali lagi, Allah begitu hebat. Semua<br />

berjalan dengan baik, upacara berlangsung sangat hikmat. Bahkan seusai upacara, umat berkumpul di samping Katedral,<br />

menikmati saj<strong>ia</strong>n ala kadarnya dan bercengkerama bersama. Di sana juga dil<strong>aku</strong>kan penjualan buku kenangan, dan<br />

tanpa dinyana dilanjutkan dengan acara meminta tanda tangan dari beberapa orang yang ada di dalam buku kenangan<br />

tersebut.<br />

Demik<strong>ia</strong>n beberapa acara yang dihelat sepanjang tahun<br />

oleh <strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong>. Di antara berbagai keg<strong>ia</strong>tan tersebut<br />

juga terlaksana pemilihan ketua dan pengurus baru<br />

<strong>KKI</strong> <strong>Melbourne</strong>. Sungguh sebuah pekerjaan yang <strong>besar</strong><br />

kalau kita lihat dari sudut pandang manus<strong>ia</strong>. Namun,<br />

kalau kita berani sungguh bergantung kepada Allah,<br />

sungguh t<strong>ia</strong>da yang mustahil baginya.<br />

mesti berakhir, serasa ada sesuatu yang hilang.<br />

Setelah perayaan…<br />

Akhirnya semua rangka<strong>ia</strong>n acara telah usai. Seperti<br />

saya singgung di atas, di atas segala kelegaan bahwa<br />

semuanya usai, ada terselip sedikit sedih. Bahwa<br />

semuanya berakhir. Mengapa ada sedih ini, mengapa<br />

<strong>harus</strong> berakhir. Aneka kebersamaan dalam berlatih set<strong>ia</strong>p<br />

minggu, telah mendekatkan banyak hati. Dan ketika<br />

Kehidupan bukanlah perayaan. Hidup yang sesungguhnya bukanlah sebuah panggung drama di mana kita mengambil<br />

peran. Karena drama yang sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri. Dan perayaan yang sesungguhnya adalah<br />

kehidupan itu sendiri. Maka usainya pagelaran berarti mulainya adegan nyata dalam kehidupan. Apa yang boleh kita<br />

bekalkan? Iman.<br />

Ya, imanlah bekal kita dalam melakoni adegan-adegan nyata dalam kehidupan. Berbagai pengalaman penyertaan Tuhan<br />

dalam set<strong>ia</strong>p keg<strong>ia</strong>tan <strong>harus</strong>lah menjadi modal yang sangat kuat dalam mengarungi hiruk pikuk kehidupan. Jika berbagai<br />

tanda yang telah dibuat Tuhan dalam aneka pagelaran tidak juga membukakan mata kita, hmmm amat beballah kita.<br />

Maka secara personal kita <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> mencintai Tuhan. Pengalaman dikasihi <strong>harus</strong>lah memberi tenaga untuk mengasihi.<br />

Mendapati kenyataan bahwa kuasa Tuhan itu begitu hebat maka <strong>harus</strong> menambah kadar iman kita kepada-Nya. Di<br />

mana kita b<strong>ia</strong>sa khawatir. Di mana b<strong>ia</strong>sa kita cemas. Di mana b<strong>ia</strong>sa kita t<strong>aku</strong>t. Semuanya telah lenyap. D<strong>ia</strong> sungguh ada.<br />

D<strong>ia</strong> sungguh berkuasa. Aneka peristiwa acara <strong>KKI</strong> adalah gambaran yang nyata.<br />

Secara komunal, sikap yang sama <strong>harus</strong> juga ditingkatkan. Cinta kepada Allah <strong>harus</strong> <strong>makin</strong> kuat dalam hidup berkomunitas.<br />

Aneka keg<strong>ia</strong>tan yang diusung <strong>harus</strong>lah mengarah kepada pembangunan relasi kasih dengan Allah. Komunitas <strong>harus</strong><br />

menjadi wadah terjalinnya hubungan kasih mesra manus<strong>ia</strong> dan Allah.<br />

Maka ketika banyak yang bertanya kepada saya, “Lega dong Romo…”. Saya tidak bisa menjawab. Saya sulit mengukur<br />

kelegaan itu dari mana. Namun yang saya rasakan adalah syukur bahwa saya boleh melihat kasih-Nya yang begitu<br />

<strong>besar</strong>. Dalam set<strong>ia</strong>p peristiwa D<strong>ia</strong> tidak d<strong>ia</strong>m saja. D<strong>ia</strong> selalu ada dan ikut serta. D<strong>ia</strong> sungguh kawan yang baik dalam<br />

bekerja. D<strong>ia</strong> sungguh motivator ulung tatkala kita sedang terpuruk. D<strong>ia</strong> sungguh pegangan yang kuat tatkala kita lemah.<br />

Saya sangat bersyukur boleh melihat itu semua. Di sanalah kelegaan itu berada. Lega boleh melihat kuasa Allah bekerja.<br />

Jangan lelah berbuat baik…<br />

Sahabat, sebagai penutup saya kutip nasihat Santo Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Janganlah kita ini lelah berbuat<br />

5


Maka, kepada set<strong>ia</strong>p s<strong>ia</strong>pa saja yang terlibat dalam berbagai perayaan yang telah diselenggarakan, saya mengucapkan<br />

terimakasih yang tulus. Anda semua telah mel<strong>aku</strong>kan banyak pekerjaan luar b<strong>ia</strong>sa. Saya sungguh beruntung boleh<br />

berada di tengah-tengah kal<strong>ia</strong>n semua yang tidak henti menunjukkan bukti. Bukti iman dan kasih yang <strong>besar</strong>. Saya tidak<br />

memiliki apa-apa untuk saya berikan sebagai tanda terimakasih itu. Sebuah doa yang saya panjatkan agar Tuhan memberkati<br />

keluarga kal<strong>ia</strong>n, itu yang bisa saya l<strong>aku</strong>kan.<br />

Maaf yang <strong>besar</strong> juga saya haturkan. Saya menyadari, bahwa ada banyak hati yang saya sakiti. Entah dengan kata-kata<br />

saya atau karena melihat tindakan saya. Semoga kal<strong>ia</strong>n semua mengampuni saya. Di antara kal<strong>ia</strong>n semua, sungguh<br />

saya tidak ada apa-apanya. Masih tetap anak muda yang <strong>harus</strong> banyak belajar. Ampunilah saya, agar saya bisa belajar<br />

lebih baik lagi.<br />

Ada kekurangan itu sudah jamak. Ada keberhasilan itu juga penting. Namun yang lebih penting dari itu semua adalah<br />

untuk terus berjalan. Terus bekerja dan melayani Tuhan. Berbagai keg<strong>ia</strong>tan yang sudah dihelat hanyalah batu uji dan<br />

tumpuan untuk melompat lebih tinggi. Melompat menggapai tangannya, agar kita bisa berpegangan lebih erat dan tidak<br />

tersesat jalan. Untuk itu, jangan pernah lelah berbuat baik.<br />

Tuhan memberkati<br />

Port <strong>Melbourne</strong>, 25 September 2012<br />

Romo Paulus Waris Santoso, O.Carm<br />

Chaplain<br />

(terimakasih kepada Dwi Sutanto untuk foto-foto yang dahsyat)<br />

SUSUNAN PENGURUS <strong>KKI</strong> 2012-2015<br />

Website: www.kki-mel.org<br />

Moderator/Pembimbing Rohani:<br />

Romo Paulus Waris Santoso O.Carm<br />

Ketua: Prabudi Darmawan<br />

Wakil ketua: Robin Surjadi<br />

Bendahara: Matheus Huang, Eko Ariyanto, Linda<br />

Munanto<br />

Sekretaris: Yudo Baskoro, Natal<strong>ia</strong> Teguhputri<br />

Keg<strong>ia</strong>tan Reguler Port <strong>Melbourne</strong>: Arman Sukiri,<br />

Yovinus, Linda Munanto, Frank Halim, Swan Halim<br />

Keg<strong>ia</strong>tan Reguler Boxhill: Heru Prasetyo, Ida Pangestu,<br />

Aline Salim, Yoseph Pegu, Ling Ling, Bertha<br />

Lim, Yovita Un Br<strong>ia</strong>, Berta Ngadha, Yoseph Keli Odji,<br />

Anton Salim, Dwi Sutanto, Danny Renato<br />

Retret & Rekoleksi: Stefano Wahono, Bradley Riyanto,<br />

Siska Setjadiningrat<br />

InfoComm: Hanny Santoso, Eric Kuncoro, Angelina<br />

Ng, Adr<strong>ia</strong>n Poermandya, Kevin Widodo, Yoga Adipraja,<br />

Angela Satyawan, Anthony Glenn Hidayat, Rufin<br />

Kedang, Ben Sugiya, Edy L<strong>ia</strong>nto, Istas Hidayat, Dina<br />

Bud<strong>ia</strong>rto, Anton Salim, Dwi Sutanto, Fernanda Sidarta<br />

Sie Liturgie: Andi Mihardja, Ray Christ<strong>ia</strong>n, Linda<br />

Munanto, Anton Lukmanjaya, Rudy Pangestu, Adolfus<br />

Sekawago, Herru Sugihardjo, Adrieza Martiono, Simon<br />

Santoso, David Sunario, Mel<strong>ia</strong> Sunario, Sur<strong>ia</strong> Winarni,<br />

Aureine Wibrata, Wenda Gumul<strong>ia</strong>, Agus Wijaya<br />

Komisi Keluarga: Richard & Lee L<strong>ia</strong>n Oei, Roy &<br />

Angela Nuryati<br />

Sos<strong>ia</strong>l: Paulus Ang, Chandra Goenawan, Poppy<br />

Set<strong>ia</strong>wan, Claresta Belinda, Janto Djunaedi, L<strong>ia</strong> Tanamas,<br />

Inge Salindeho, Bernadette Sidharta, Yenny Lim<br />

Natal, Paskah & HUT <strong>KKI</strong>: Jimmy Tjahya, Mel<strong>ia</strong> Sunario,<br />

Teresa Claydius<br />

6

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!