13.03.2015 Views

Edisi 1 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 1 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

Edisi 1 - Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“IBTIGHA’ FADHLILLAH”<br />

PEMBANGKIT ETOS KERJA MENURUT AL-QUR’AN<br />

Disusun oleh : MUHAMMAD RAFI’I, S.AG<br />

Pekerjaan : Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Simpur Kantor <strong>Kemenag</strong><br />

Kab. Hulu Sungai <strong>Selatan</strong><br />

N I P. : 19770425 200003 1 003<br />

Alamat Rumah : Batang Kulur Kanan No.3 Rt.01/I Kec. Sungai Raya HSS<br />

Prestasi Terakhir : Penyuluh Agama Islam Fungsional Teladan Tk. Prov. Kal-Sel Tahun<br />

2005<br />

Contact Perssons : 0852 48757368<br />

A. PENDAHULUAN<br />

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang telah mendapat jaminan dari Allah akan<br />

terpeliharanya dari perubahan. Hal ini pantas sekali dalam kedudukannya sebagai<br />

sumber hokum Islam di sepanjang zaman. Begitu juga dalam kedudukannya sebagai<br />

salah satu sumber materi dalam menyampaikan dakwah Islamiyah dan merupakan<br />

tempat kembali bagi para juru dakwah dalam mengambil rujukan dalam melaksanakan<br />

dakwah Islamiyah.<br />

Sebagaimana dimaklumi bahwa kandungan Al-Qur’an bersifat universal, karena memang telah diformulasikan sedemikian<br />

rupa adalah untuk seluruh umat manusia sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai akhir zaman. Maka konsekuensinya<br />

adalah Al-Qur’an harus dapat dipahami dan ditransformasikan oleh umat manusia ke dalam kehidupan sehari-harinya demi<br />

tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Atau dalam istilah M. Quraisy Shihab adalah bagaimana<br />

membumikan Al-Qur’an.<br />

Kalau dilihat dari kerangka dakwah Islamiyah, yang pertama-tama bersentuhan dan berkompeten untuk<br />

memberikan penafsiran Al-Qur’an agar dapat dipahami oleh manusia adalah para juru dakwah. Kemampuan juru dakwah<br />

dalam menyampaikan semangat Al-Qur’an yang tepat dan kontekstual adalah sangat penting, karena jika terjadi kesalahan<br />

pemahaman terhadap pesan Al Qur’an akibatnya sangat fatal, umat akan statis atau mereka akan lari dari Islam karena<br />

ketidak mengertian mereka terhadap fungsi Al-Qur’an tersebut. Sehingga tidaklah berlebihan jika ada yang berkesimpulan<br />

bahwa maju mundurnya umat Islam ini ditentukan oleh juru dakwahnya.<br />

B. Etos Kerja Menurut Al-Qur’an<br />

Musa Asy’arie memberikan penjelasan tentang Etos Kerja sebagai berikut :<br />

Etos Kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar dalam menghadapi kerja. Sebagai sikap hidup yang mendasar,<br />

maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang<br />

berdimensi transenden. 1 Salah satu hal yang ingin dicari sebagai sumber untuk menemukan etos kerja adalah dari agama 2 .<br />

Salah satu fungsi dari agama karena ia mampu membangun dan membangkitkan kekuatan serta motivasi menuju pada<br />

kenyataan yang riil. 3 Al-Qur’an mendorong manusia agar melakukan pekerjaan yang bisa memakmurkan dunia, dan<br />

mempunyai usaha sebagai azas pencapaian rezeki dan penghidupan. 4<br />

Al Qur’an menggunakan terminology dan untuk<br />

mengungkapkan “mencari rezeki”, penggunaannya di dalam Al-Qur’an merupakan motivasi bagi manusia untuk bekerja<br />

mencari rezeki (karunia Allah) dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang telah disediakan oleh Allah SWT.<br />

Ada 12 ayat yang menggunakan terminology<br />

di dalam Al-Qur’an, yaitu : surah Al Baqarah<br />

ayat 198, Al-Maidah ayat 2. An-Nahl ayat 14, Al-Isra’ ayat 12 dan 66, Al-Qashash ayat 73, Ar-ruum ayat 23 dan 64, Fathir<br />

ayat 12, Al-Jatsiah ayat 12, Al-Jumu’ah ayat 10 dan Al-Muzzammil ayat 20.<br />

Dua ayat pertama (surah Al-Baqarah ayat 198 dan Al-Maidah ayat 2) dan ayat 10 surah Al-Jumu’ah adalah termasuk dalam<br />

surah-surah Madaniyyah, selainnya termasuk surah-surah Makkiyyah.<br />

Dua ayat pertama tersebut berkenaan dengan perdagangan di musim haji. Permasalahn ini timbul bukan saja<br />

dikarenakan adanya jamaah haji yang datang ke Mekkah sambil melakukan perdagangan, tetapi juga banyaknya pedagang<br />

non muslim yang datang karena ramainya perdagangan di musim haji tersebut.<br />

Surah Al-Baqarah ayat 198 menjelaskan tentang pembolehan melakukan kegiatan perdagangan di musim haji, ayat<br />

ini turun adalah untuk menjawab permasalahan yang ditanyakan kepada Nabi Muhammad SAW tentang melakukan<br />

perdagangan di musim haji yang mereka merasa berdosa melakukannya. Sebagaimana di riwayatkan oleh Imam Bukhari dari<br />

Abdullah Ibnu Anas :<br />

5<br />

8<br />

1<br />

Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta, LESFI, 1997), h.34<br />

2<br />

I b I d, 35<br />

3<br />

Clifford Geerts, The Interpretation of Culture, (New York: 1974), h.90.<br />

4<br />

Wahbah Az-zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Penerjemah : M. Tohir dan Team Tititan Ilahi, (Yoyakarta : Dinamika, 1996),<br />

h.212.<br />

5<br />

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia : Maktabah Dahlan, t.th.), h.677.<br />

Jurnal Penyuluh Bidang Penamas <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. Kalsel

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!