29.03.2015 Views

Keppres No 37 Tahun 1991 tentang Pengangkatan Dokter Sebagai ...

Keppres No 37 Tahun 1991 tentang Pengangkatan Dokter Sebagai ...

Keppres No 37 Tahun 1991 tentang Pengangkatan Dokter Sebagai ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA<br />

NOMOR : <strong>37</strong> TAHUN <strong>1991</strong><br />

TENTANG<br />

PENGANGKATAN DOKTER SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP<br />

SELAMA MASA BAKTI<br />

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA<br />

Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang<br />

optimal bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia diperlukan<br />

langkah-langkah dan peningkatan pelayanan kesehatan, dengan<br />

menyebarluaskan dokter ke seluruh pelosok tanah air.<br />

b. bahwa dalam rangka penyebaran dan peningkatan pelayanan<br />

kesehatan secara lebih berdayaguna dan berhasil guna, dokter<br />

diwajibkan melaksanakan masa bakti;<br />

c. bahwa dalam melaksanakan masa bakti dokter dianggap<br />

sebagai pegawai tidak tetap.<br />

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;<br />

2. Undang-undang <strong>No</strong>mor 9 <strong>Tahun</strong> 1960 <strong>tentang</strong> Pokok-Pokok<br />

Kesehatan (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong> 1960 <strong>No</strong>mor 131,<br />

Tambahan Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 2068);<br />

3. Undang-undang <strong>No</strong>mor 8 <strong>Tahun</strong> 1961 <strong>tentang</strong> Wajib Kerja<br />

Sarjana (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong> 1961 <strong>No</strong>mor 207, Tambahan<br />

Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 2270);<br />

4. Undang-undang <strong>No</strong>mor 6 <strong>Tahun</strong> 1963 <strong>tentang</strong> Tenaga<br />

Kesehatan (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong> 1963 <strong>No</strong>mor 79,<br />

Tambahan Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 2576);<br />

5. Undang-undang <strong>No</strong>mor 5 <strong>Tahun</strong> 1974 <strong>tentang</strong> Pokok-Pokok<br />

Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong> 1974 <strong>No</strong>mor<br />

38, Tambahan Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 30<strong>37</strong>);<br />

6. Undang-undang <strong>No</strong>mor 8 <strong>Tahun</strong> 1974 <strong>tentang</strong> Pokok-Pokok<br />

Kepegawaian (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong> 1974 <strong>No</strong>mor 55,<br />

Tambahan Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 2068);<br />

7. Peraturan Pemerintah <strong>No</strong>mor 1 <strong>Tahun</strong> 1988 <strong>tentang</strong> Masa Bakti<br />

dan Praktek <strong>Dokter</strong> dan <strong>Dokter</strong> Gigi (Lembaran Negara <strong>Tahun</strong><br />

1988 <strong>No</strong>mor 1, Tambagan Lembaran Negara <strong>No</strong>mor 3366).


M E M U T U S K A N<br />

Menetapkan :<br />

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG<br />

PENGANGKATAN DOKTER SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP<br />

SELAMA MASA BAKTI.<br />

BAB I<br />

KETENTUAN UMUM<br />

Pasal 1<br />

Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan:<br />

1. <strong>Dokter</strong> adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kedokteran Strata I dari<br />

lembaga pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar<br />

negeri dan dokter spesialis lulusan lembaga pendidikan kedokteran luar negeri<br />

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan belum<br />

menjalani masa bakti.<br />

2. <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap adalah <strong>Dokter</strong> yang bukan Pegawai Negeri,<br />

diangkat oleh pejabat yang berwenang pada sarana pelayanan kesehatan, untuk<br />

selama masa bakti.<br />

3. Masa bakti adalah masa pengabdian profesi dokter dalam rangka menjalankan tugas<br />

yang diberikan pemerintah pada suatu sarana pelayanan kesehatan.<br />

4. Menteri adalah Menteri Kesehatan.<br />

BAB II<br />

K E D U D U K A N<br />

Pasal 2<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap adalah unsur aparatur Negara, abdi Negara, dan<br />

abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undangundang<br />

Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.<br />

Pasal 3<br />

(1) Jangka waktu pelaksanaan <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap adalah selama<br />

pelaksanaan masa bakti<br />

(2) Jangka waktu pelaksanaan <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap sebagaimana<br />

dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat diperpanjang.


(3) <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di sarana pelayanan<br />

kesehatan tertentu selama menjalankan masa bakti dapat diberikan delegasi<br />

wewenang untuk hal-hal tertentu oleh Menteri atau Pejabat lain yang ditunjuk.<br />

BAB III<br />

KEWAJIBAN DAN HAK<br />

Pasal 4<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap wajib:<br />

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara<br />

dan Pemerintah;<br />

b. Menyimpan rahasia Negara dan rahasia Jabatan;<br />

c. Menaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk<br />

ketentuan kedinasan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil;<br />

d. Melaksanakan masa bakti yang telah ditetapkan;<br />

e. Melaksanakan tugas profesi dokter sesuai dengan program Pemerintah di bidang<br />

kesehatan;<br />

f. Membayar iuran pemeliharaan kesehatan sebesar 2% dari gaji pokok.<br />

Pasal 5<br />

(1) <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap berhak:<br />

a. Memperoleh penghasilan berupa gaji pokok dan tunjangan lain;<br />

b. Memperoleh biaya perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan penugasan dan<br />

biaya perjalanan pulang, setelah mengakhiri masa bakti;<br />

c. Memperoleh pemeliharaan kesehatan dari Perum Husada Bakti;<br />

d. Memperoleh cuti tahunan;<br />

e. Menjalankan praktek perorangan di luar jam kerja sesuai dengan peraturan<br />

perundang-undangan yang berlaku.<br />

(2) <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di daerah terpencil,<br />

disamping menerima hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan pula:<br />

a. Tunjangan khusus;<br />

b. Prioritas pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.<br />

(3) Besarnya gaji pokok dan tunjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat<br />

(2) ditetapkan oleh Menteri Kesehatan bersama Menteri Keuangan.<br />

BAB IV<br />

WEWENANG PENGANGKATAN PENEMPATAN<br />

PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN


Pasal 6<br />

Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk berwenang mengangkat, menempatkan,<br />

memindahkan, dan memberhentikan dokter sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.<br />

BAB V<br />

PEMBERHENTIAN<br />

Pasal 7<br />

Kedudukan <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap berakhir apabila yang bersangkutan<br />

telah selesai melaksanakan masa bakti, meninggal dunia, diberhentikan atau pemutusan<br />

secara sepihak.<br />

Pasal 8<br />

(1) <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap apabila meninggal dunia pada waktu<br />

menjalankan masa bakti, kepada ahli warisnya diberikan tunjangan sebesar 6<br />

(enam) kali penghasilan terakhir.<br />

(2) <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap apabila meninggal dunia dalam melaksanakan<br />

tugas kewajibannya, kepada ahli warisnya diberikan tunjangan sebesar 12 (dua<br />

belas) kali penghasilan terakhir.<br />

(3) Pernyataan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)<br />

ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat lain yang ditunjuk.<br />

Pasal 9<br />

(1) Pemberhentian <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang dilakukan secara sepihak<br />

oleh Pemerintah dapat dilakukan apabila dokter yang bersangkutan melakukan<br />

pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya, atau tidak mampu lagi melaksanakan<br />

tugas profesinya.<br />

(2) Pemberhentian <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang dilakukan karena ada<br />

faktor kesengajaan dari dokter yang bersangkutan, maka kepada dokter yang<br />

bersangkutan dapat dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.<br />

Pasal 10<br />

Pemutusan sebagai Pegawai Tidak Tetap yang dilakukan secara sepihak dengan sengaja<br />

oleh <strong>Dokter</strong> yang bersangkutan, dikenakan sanksi berupa:<br />

a. Pencabutan izin prakteknya;


. Pengembalian semua penghasilan yang telah diterimanya sebesar 6 (enam) kali lipat<br />

dan biaya-biaya lainnya.<br />

BAB VI<br />

PENGEMBANGAN KARIR<br />

Pasal 11<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah melaksanakan masa bakti dapat<br />

menjadi Pegawai Negeri Sipil, Prajurit ABRI, Karyawan Swasta, praktek swasta<br />

perorangan atau melanjutkan pendidikan spesialisasi.<br />

Pasal 12<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah menyelesaikan masa bakti yang ingin<br />

menjadi Pegawai Negeri Sipil pengangkatannya dilaksanakan sesuai dengan peraturan<br />

perundang-undangan yang berlaku.<br />

Pasal 13<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah menyelesaikan masa bakti yang ingin<br />

menjadi dokter pada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pengangkatannya<br />

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br />

Pasal 14<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah menyelesaikan masa bakti yang ingin<br />

menjadi dokter pada instansi swasta pengangkatannya dilakukan sesuai dengan<br />

peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br />

Pasal 15<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ingin melaksanakan praktek perorangan<br />

harus memiliki surat izin praktek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang<br />

berlaku.<br />

Pasal 16<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah menyelesaikan masa bakti dapat<br />

mengikuti pendidikan lanjutan untuk spesialisasi sesuai dengan peraturan perundangundangan<br />

yang berlaku.


BAB VII<br />

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN<br />

Pasal 17<br />

(1) Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk melakukan pembinaan dan pengawasan<br />

terhadap <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap dalam masa bakti dan dalam<br />

menjalankan profesinya.<br />

(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap<br />

dilakukan dengan mengikutsertakan organisasi profesi.<br />

BAB VIII<br />

PEMBIAYAAN DAN PENGGAJIAN<br />

Pasal 18<br />

Segala pembiayaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengangkatan dan pemindahan<br />

<strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan<br />

Belanja Negara.<br />

Pasal 19<br />

(1) Segala pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan berdasarkan<br />

surat keputusan pengangkatan <strong>Dokter</strong> sebagai Pegawai Tidak Tetap.<br />

(2) Pembayaran gaji dan tunjangan dilakukan setiap akhir bulan melalui Bank atau<br />

Kantor Pos di tempat yang bersangkutan bertugas, setelah dikurangi kewajiban<br />

pembayaran pajak penghasilan dan iuran pemeliharaan kesehatan.<br />

BAB IX<br />

KETENTUAN PERALIHAN<br />

Pasal 20<br />

Ketentuan-ketentuan lain yang ber<strong>tentang</strong>an dengan Keputusan Presiden ini dinyatakan<br />

tidak berlaku.<br />

BAB X<br />

KETENTUAN PENUTUP


Pasal 21<br />

Ketentuan pelaksanaan Keputusan Presiden ini diatur lebih lanjut oleh Menteri.<br />

Pasal 22<br />

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.<br />

Ditetapkan di Jakarta<br />

Pada tanggal 13 Agustus <strong>1991</strong><br />

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA<br />

ttd<br />

SOEHARTO<br />

Salinan sesuai dengan aslinya<br />

SEKRETARIAT KABINET RI<br />

Kepala Biro Hukum<br />

dan Perundang-undangan<br />

ttd<br />

Bambang Kesowo, S.H., LL.M

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!