Kabar Itah 2013-35 (I).pdf
Kabar Itah 2013-35 (I).pdf
Kabar Itah 2013-35 (I).pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Debat Rencana Aksi Nasional pada Lokakarya tentang Polusi Air Raksa<br />
Pada awal Maret, YTS menjadi tuan rumah lokakarya<br />
bertajuk ‘Teknologi Alternatif untuk Pertambangan<br />
Skala Kecil’. Lokakarya nasional kedua ini<br />
diselenggarakan oleh Blacksmith Institute, mengundang<br />
sejumlah wakil pemerintah dari tingkat<br />
pusat, propinsi dan kabupaten. Selain itu, beberapa<br />
pemangku kepentingan juga hadir, termasuk tiga<br />
lembaga internasional UNEP, AusAid dan CIFOR.<br />
Terjadi banyak diskusi dan interaksi antar peserta<br />
dalam lokakarya yang bertujuan membahas strategi<br />
agar membantu Pemerintah Indonesia menyelesaikan<br />
masalah tentang air raksa. Presentasi<br />
pertama oleh Dinas Lingkungan Hidup menjelaskan<br />
proses INC segagai awal terbentuknya Minamata<br />
Convention yang segera ditandatangani Indonesia<br />
Oktober tahun ini di Jepang. Dinas Pertambangan<br />
kemudian memberikan presentasi tentang garis besar<br />
Draft Rencana Aksi Nasional tentang Air Raksa.<br />
YTS juga berkesempatan untuk mempresentasikan<br />
ringkasan hasil kegiatan proyek air raksa selama<br />
tujuh tahun terakhir. Selain itu, ada presentasi dari<br />
Blacksmith Institute tentang temuan mereka yang<br />
tersusun dalam National Inventory of Toxic Sites in<br />
Indonesia, serta presentasi dari UNEP tentang gambaran<br />
global yang menekankan perlunya formalisasi<br />
kegiatan tambang skala kecil oleh pemerintah.<br />
Sebelum lokakarya, peserta diajak mengunjungi<br />
lokasi emas di Kereng Pangi, untuk memperlihatkan<br />
dari dekat, dampak tambang skala kecil. Kami<br />
mengajak mereka melihat areal hutan curah hujan<br />
yang baru saja ditebas-tebang dan dibakar menjadi<br />
hunian penambang pendatang, dan bagaimana air<br />
raksa digunakan dalam proses amalgamasi.<br />
Peserta juga diajak melihat penggunaan kondensor<br />
oleh toko emas di kota. Harapan kami semua<br />
ini bisa mendorong dan membawa perubahan yang<br />
dibutuhkan sebagai awal untuk menghentikan air<br />
raksa mengalir ke tanah dan sungai kita.<br />
Atas: Peserta lokakarya mengunjungi lokasi emas di Kereng Pangi pada hari pertama, untuk melihat<br />
secara langsung kegiatan tambang tradisional dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar<br />
Bawah: Ratusan kasbok beroperasi di lokasi emas di Kerang Pangi, dan merubah area yang tadinya<br />
penuh hutan menjadi tanah tandus dan sungai yang tercemar<br />
Masyarakat Sediakan Sayur dan Ikan untuk Kamp Perusahaan<br />
Selain mempekerjakan warga setempat, strategi kebijakan<br />
lokal Kalimantan Gold lainnya adalah membeli<br />
bahan pangan hasil budidaya warga untuk memenuhi<br />
kebutuhan konsumsi di kamp. YTS sudah memulai program<br />
camp supply untuk membuka kesempatan bagi<br />
petani sayur di wilayah sekitar kamp perusahaan.<br />
Inisiatif baru ini akan meningkatkan dukungan kami<br />
bagi petani sayur dan ikan di desa Tumbang Mahuroi.<br />
Melalui pelatihan dan input material yang diberikan,<br />
petani lokal didampingi dalam kegiatan peningkatan<br />
budidaya sayur dan ikan. Selanjutnya, program ini juga<br />
mendampingi petani lokal untuk menjual hasil mereka<br />
ke kamp perusahaan yang ada di Marinyoi. Karena<br />
itu, sekarang adalah saat yang tepat bagi warga untuk<br />
mulai mengoptimalkan lahan mereka untuk bercocok<br />
tanam, terutama tanaman yang menghasilkan, sehingga<br />
kesempatan usaha ini tidak sia-sia.<br />
Bulan Januari, kami mulai mengidentifikasi jenisjenis<br />
sayur yang saat ini ada di kebun masyarakat.<br />
Ternyata jenis sayurnya masih terbatas, dan tingkat<br />
produksinya masih rendah. Bahkan, banyak dari sayur<br />
yang dimakan pada umumnya tidak ditanam di kebun<br />
mereka, justru dibeli dari para penjual sayur dari hilir<br />
dengan harga yang cukup mahal. Kemudian, kami juga<br />
mengidentifikasi jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh<br />
para petani sayur ini, serta jenis sayur apa saja yang<br />
bisa diperkenalkan dalam program baru ini.<br />
Kami langsung menyadari bahwa tidak hanya perlu<br />
menambah jenis sayuran yang ditanam masyarakat,<br />
tetapi juga menurunkan harga bahan makanan di desa.<br />
Kami juga menyadari bahwa harga yang dibayarkan<br />
perusahaan kepada para petani sayur di Mahuroi harus<br />
bersaing dengan harga bahan yang sama dengan yang<br />
ada di Palangkaraya jika ingin program ini berhasil.<br />
Dengan demikian, bisa dipastikan para petani akan<br />
bersambung ke halaman 5<br />
2<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong>