10.07.2015 Views

Evaluasi Kondisi HAM di Sulawesi Tengah 2004 “ TEROR ... - KontraS

Evaluasi Kondisi HAM di Sulawesi Tengah 2004 “ TEROR ... - KontraS

Evaluasi Kondisi HAM di Sulawesi Tengah 2004 “ TEROR ... - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> <strong>2004</strong>Pengantar(Ringkasan Laporan)Dalam Rangka Peringatan Hari <strong>HAM</strong> Sedunia 10 Desember <strong>2004</strong>LEMBAGA PENGEMBANGAN STUDI HUKUM DANADVOKASI HAK ASASI MANUSIA (LPS<strong>HAM</strong>) <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>“ <strong>TEROR</strong> DAN KEKERASAN DIBAWAHPEMERINTAHAN YANG KORUP “Laporan ini merupakan catatan tahunan khusus mengenai evaluasi terhadap situasidan perlindungan Hak Asasi Manusia yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> pada tahun<strong>2004</strong>. Selain itu, laporan ini juga akan mencoba memberikan gambaran tentangevalusi pelaksanan pemerintahan yang bersih, a<strong>di</strong>l dan demokratis termasukperihal upaya pemerintah Indonesia dalam melakukan pencegahan danpenghukuman serta santunan terhadap para korban Pelanggaran <strong>HAM</strong>.Meningkatnya intentisitas pelanggaran <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> telah <strong>di</strong>perparaholeh lemahnya pengungkapan kasus-kasus dan penegakan hukum yang padaakhirnya mengusik rasa kea<strong>di</strong>lan bagi korban dan kelurga korban serta masyarakat<strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>.Semua manusia <strong>di</strong>lahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka<strong>di</strong>karuniai akal bu<strong>di</strong> dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain dalamsemangat persaudaraan (DU<strong>HAM</strong> Pasal 1)GRAFIK KEKERASANSULAWESI TENGAH <strong>2004</strong>KEJADIANJUMLAHPenembakan 11Peledakan 8Pembunuhan 2Orang Hilang 1Penganiayaan 5Teror BOM 5Konflik Antar Kampung 3Amuk Massa 2Penyerangan 1Jumlah 38LPS - <strong>HAM</strong> : Diolah dari Berbagai Sumber, Tahun <strong>2004</strong>DIAGRAM KEKERASAN DI SULAWESI TENGAH<strong>2004</strong>Penembakan9% 6%Peledakan3%15%Pembunuhan31%Orang Hilang15%Penganiyaan3% 6% 12%Teror BOMKonflik Antar KampungAmuk MassaPenyeranganLPS-<strong>HAM</strong> : Diolah Dari berbagai sumber, <strong>2004</strong><strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong>


Amuk Massa dan Bentrok Antar WargaPertikaian antar warga yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> wilayah <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> sepanjang tahun <strong>2004</strong>telah terja<strong>di</strong> 3 kali. Peristiwa ini juga telah menimbulkan perilaku agresif danpenyelesaian masalah-masalah masyarakat dengan kekerasan.Pada tanggal 24 Januari <strong>2004</strong>, <strong>di</strong> kabupaten Banggai, telah terja<strong>di</strong> pertikaian antarwarga yang awalnya <strong>di</strong>picu oleh pertikaian antar anggota warga Desa Lamo denganwarga Desa Uso Kecamatan Batui. Peristiwa ini mengakibatkan 2 orang warga Lamomeninggal. Jatuhnya korban jiwa memicu emosi warga Desa Lamo, akibatnya terja<strong>di</strong>penyerbuan terhadap warga Desa Uso, 39 rumah milik warga desa Uso habis <strong>di</strong>bakarmassa.Kasus yang sama juga terja<strong>di</strong> Di kabupaten Parigi-Moutong, pada tanggal 21 Oktober<strong>2004</strong>, puluhan massa dari Desa Parigimpu menyerang ke Desa Dolago. Pemicukekerasan ini adalah tewasnya dua orang warga Desa Parigimpu (ibu dan anak) yang<strong>di</strong>duga <strong>di</strong>lakukan oleh salah seorang warga desa Dolago.Di Sidondo kecamatan Biromaru kabupaten Donggala terja<strong>di</strong> bentrok antar wargadusun I dan II pada Rabu, 3 November <strong>2004</strong> yang <strong>di</strong>picu karena hilangnya salahseorang warga dusun I bernama Sabri sejak Sabtu, 30 Oktober <strong>2004</strong> yang menimbulkankecurigaan warga dusun I bahwa pelaku <strong>di</strong>balik hilangnya Sabri adalah beberapawarga dusun II. Keluarga dan beberapa warga dusun I sudah berupaya mencari Sabritapi usaha tersebut tidak mendapatkan jejak keberadaan Sabri. Sehingga selangbeberapa hari sejak hilangnya Sabri warga situasi desa Sidondo semakin mencekamkarena tersebar informasi akan ada penyerangan oleh warga dusun I pada wargadusun II, maka klimaksnya pada Rabu pagi, 3 November <strong>2004</strong> terja<strong>di</strong> konsentrasimassa <strong>di</strong> dua dusun tersebut dengan <strong>di</strong>lengkapi senjata busur, parang dan dum-dumserta beberapa senjata rakitan (sumber Radar Sulteng dan Nuansa Pos). Pertikaianmeletus <strong>di</strong>mana sebelumnya datang 3 orang anggota polisi dari Resort Donggala yangmenimbulkan ketidak senangan kedua kelompok warga tersebut dan terja<strong>di</strong> aksipelemparan terhadap 3 anggota polisi tersebut. Ketiga anggota polisi tersebut berhasilmelarikan <strong>di</strong>ri tapi mengalami luka-luka, setelah itu antar kedua warga tersebutlangsung saling menyerang satu dengan lainnya. Selang waktu kemu<strong>di</strong>an datang satupeleton perintis dari Polda Sulteng langsung melakukan aksi untuk melerai pertikaiantersebut dengan mengejar warga yang sedang bertikai bahkan sempat melepastembakan. Pada pertikaian tersebut mengakibatkan 2 orang warga dusun I tewaskarena <strong>di</strong>terjang peluru tajam dan beberapa warga sempat <strong>di</strong>tangkap dan <strong>di</strong>tahanpihak kepolisian.Kekerasan AparatHarapan besar masyarakat terhadap perubahan dan kembalinya POLRI menjalankan fungsidan perannya secara proporsional yakni pelindung dan pengayom masyarakat sekaliguspenegak hukum yang berpihak pada kea<strong>di</strong>lan. POLRI juga bertekad untuk melakukan<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 4


perbaikan yang menyeluruh termasuk pembenahan struktur kelembagaan maupun perbaikandan peningkatan kualitas SDM sehingga memperbaiki citra buruk kepolisian <strong>di</strong> masyarakat.Dalam realitasnya, ternyata komitmen tersebut tidak menghasilkan perubahan yangsignifikan, bahkan kasus-kasus pelanggaran <strong>HAM</strong> yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>belakangan ini justru banyak <strong>di</strong>lakukan oleh POLRI, baik yang <strong>di</strong>lakukan secara langsungmaupun tidak langsung (pembiaran terhadap kasus-kasus yang terja<strong>di</strong>). Pengayom kepolisian<strong>di</strong>pertanyakan, bahkan <strong>di</strong>gugat. Juga keseriusan untuk merubah watak militeristiknya, setelahsecara resmi <strong>di</strong>nyatakan terpisah dari TNI pada tanggal 1 Januari 2001.Di Tahun <strong>2004</strong> pihak Kepolisian Daerah Sulteng banyak mencatat tindak kriminal yang terja<strong>di</strong><strong>di</strong> wilayah konflik Poso meski demikian penyelesaiannya pun masih menja<strong>di</strong> pertanyaan bagimasyarakat. Pada pertengahan Februari <strong>2004</strong> <strong>di</strong> Petasia, Morowali seorang masyarakat sipil<strong>di</strong>aniaya oleh sekelompok anggota kepolisian dari satuan Brimob Resimen III yang lagimabuk, Korban mengalami cacat fisik setelah mendapatkan pukulan popor senjata dansabetan parang <strong>di</strong>leher. Tindakan kejam lainnya <strong>di</strong> Kecamatan Lore Selatan, Poso, seorangpejabat kepolisian (Kapolsek Lore Selatan) dengan arogan menembak seorang masyarakatyang tidak berdosa. Penangkapan yang <strong>di</strong>sertai dengan kekerasan juga terja<strong>di</strong> pada seorangwarga Poso, Bambang yang <strong>di</strong>tembak oleh Polisi pada tanggal 29 Juli <strong>2004</strong> <strong>di</strong> Desa Betue, LoreUtara, Poso. Lelaki itu <strong>di</strong> duga sebagai pelaku penembakan Jaksa Fery Silalahi, tapi ternyatakemu<strong>di</strong>an tidak terbukti dan <strong>di</strong>lepaskan.Catatan-catatan ini – yang meskipun belum merangkum data tindak kekerasan oleh aparatkepolisian secara menyeluruh, sudah cukup kiranya untuk menunjukkan bahwa perilakuaparat kepolisian sebagai pelanggar <strong>HAM</strong> tetap tidak berubah sebagaimana saat kepolisianberada <strong>di</strong> bawah ABRI. Dari uraian ini, LPS<strong>HAM</strong> Sulteng menilai bahwa:1. Kekerasan ternyata masih merupakan perioritas aparat kepolisian dalam menciptakankeamanan dan ketertiban;2. Pola penanganan dalam merespon persoalan dalam masyarakat belakangan inimenunjukkan belum berubahnya perilaku, watak dan karakter kepolisian yangmiliteristik ala orde baru.Menindas Kebebasan, Meminggirkan Kaum BawahDengan dalih bahwa pemulihan ekonomi membutuhkan stabilisasi politik dankeamanan, otoritas politik sipil telah melakukan pengekangan-pengekangan terhadapkebebasan sipil secara serius. Operasi pemulihan keamanan <strong>di</strong> Poso danperpanjangannya, serta legislasi anti terorisme adalah contoh nyata darikecenderungan politik yang konservatif dan cenderung draconian dalam menyikapipersoalan-persoalan keamanan kita.Pemerintahan ini telah secara oportunistik memanfaatkan keterbatasan cakrawalapikir masyarakat kita, khususnya kelas menengah, demi keuntungan politik sesaat.Proses depolitisasi sepanjang Orde Baru telah menghasilkan sebuah kelas menengahyang gagap demokrasi dan tidak sadar akan pentingnya perlindungan danpemenuhan hak asasi manusia. Preferensi politik sebagian besar kelas menengah kita<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 5


akan keamanan, kestabilan dan investasi, termasuk <strong>di</strong>akomodasinya kembali peranTNI dalam penanganan keamanan dalam negeri, telah <strong>di</strong>manfaatkan secara sempitoleh pemerintahan ini dengan memformulasi kebijakan-kebijakan keamanan yangcenderung menafikan opsi-opsi demokratis.Di sisi lain, juga dengan alasan pemulihan ekonomi, khususnya untuk menarikkembali investor, pemerintahan ini sangat sibuk memarjinalkan dan melanggar hakhakkaum miskin.Kembali, tuntutan-tuntutan kaum pengusaha dan kelas menengah akan keamanan,kerapihan kota, kepastian hukum, dan jaminan terhadap property rights, telah <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kanlegitimasi atas produksi kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek pemerintahan yangotoriter dan secara ekstrim sangat represif terhadap kaum bawah.Kebijakan dan praktek pemerintahan yang cenderung menindas kebebasan sipil danmeminggirkan kaum bawah ini akan sangat membahayakan proses transisi demokrasikita. Dalam kerangka jangka panjang kedua elemen represif ini akan menyebabkandemokrasi yang kita bangun hanya akan menja<strong>di</strong> demokrasi prosedural, tanpasubstansi utamanya yaitu partisipasi politik yang luas. Demokrasi prosedural tidakakan mampu menjawab permasalahan mendasar proses pembangunan, yaitukemiskinan dan <strong>di</strong>sparitas sosial.Pemihakan Pada Modal dan Elite KekuasaanPraktek pelanggaran <strong>HAM</strong> yang terja<strong>di</strong> ber<strong>di</strong>ri <strong>di</strong> atas sebuah konstruksi ekonomipolitik yang memihak pemilik modal dan kalangan elite kekuasaan.Sepanjang tahun <strong>2004</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> masyarakat tani dalam kehidupannyapenuh dengan kecemasan dan ancaman akan keberlangsungan hidup. Untukmemperoleh dan mempertahankan akses sumber daya alam, petani harus<strong>di</strong>perhadapkan dengan tindakan kekerasan, pemindahpaksaan, penangkapan petani(kriminalisasi) yang selama ini menja<strong>di</strong> tumpuan hidup kaum tani. Hal ini terja<strong>di</strong> padamasyarakat Seseba yang hingga kini masih mengalami ancaman dan kekerasan dariaparat keamanan atas permintaan PT. Delta Subur Permai yang secara sepihak telahmencaplok wilayah kelolah Masyarakat Seseba <strong>di</strong>mana kon<strong>di</strong>si ini juga <strong>di</strong>alami olehMasyarakat Lalundu, Donggala <strong>di</strong>mana lahan perkebunan <strong>di</strong>caplok oleh PT.Mamuang, perusahaan sawit PT. Astra Group.Praktek-praktek peminggiran hak-hak kelolah masyarakat juga <strong>di</strong> alami olehmasyarakat nelayan <strong>di</strong>mana pengusaha perikanan yang <strong>di</strong>lengkapi dengan fasilitasalat tangkap modern <strong>di</strong> wilayah tangkapan perairan tra<strong>di</strong>sional. Masyarakat DesaMonsongan kecamatan Banggai kabupaten Banggai Kepulauan, kawasan tangkap danjalur lalu lintas bagi nelayan lokal telah <strong>di</strong>kavling oleh perusahaan bu<strong>di</strong>daya mutiarayang <strong>di</strong> dukung oleh pemerintah setempat karena pengoperasian perusahaan tersebutmendapat izin dari instansi terkait pemerintah daerah Kabupaten Banggai Kepulauan.<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 6


Pada kasus perburuhan, pemutusan hubungan kerja yang <strong>di</strong>lakukan sepihak olehpihak perusahaan seperti yang <strong>di</strong>alami para karyawan PT Hasrat Aba<strong>di</strong> cabang Paluyang <strong>di</strong> PHK secara sepihak dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini menunjukkanbegitu rendahnya posisi tawar kaum buruh dengan pihak perusahaan.Ancaman Terhadap Human Rights DefendersDalam berbagai bentuknya, sepanjang tahun <strong>2004</strong> terdapat fenomena ancaman yangserius terhadap keselamatan para aktivis hak asasi manusia dan keberlanjutan kerjahak asasi manusia.Wafatnya Munir karena <strong>di</strong> racun dan pelakunya sampai sekarangmasih misterius merupakan peringatan bagi para pejuang demokrasi dan penegakan<strong>HAM</strong>, bahwa negara tidak secara serius memberikan perlindungan bagi para pembelaHak Asasi Manusia (Human Rights Defender).Berbagai kasus teror dan intimidasi terhadap orang maupun lembaga yang berjuanguntuk penegakan Demokrasi dan <strong>HAM</strong> sering terja<strong>di</strong>, seperti penyerangan danpengrusakan terhadap kantor <strong>KontraS</strong> <strong>di</strong> jalan Cisadane Jakarta oleh OKP PPM(Pemuda Panca Marga).Di <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> hal sama juga terja<strong>di</strong>, <strong>di</strong>mana kantor Yayasan Dopalak Indonesia(YDI) <strong>di</strong> Toli-Toli <strong>di</strong>lempar dan <strong>di</strong>rusak oleh sekelompok orang (preman bayaran). DiPalu, pada tanggal 30 November <strong>2004</strong>, kantor LPS-<strong>HAM</strong> <strong>di</strong>kepung oleh para premanyang <strong>di</strong>organisir oleh salah seorang anggota DPRD Donggala yang terlibat dalamkasus dugaan korupsi dana APBD Donggala. Keja<strong>di</strong>an ini merupakan buntut daripelaporan dugaan korupsi dana APBD tahun 2000-<strong>2004</strong> Kabupaten Donggala.Pada tanggal 26 Desember <strong>2004</strong>, <strong>di</strong> Luwuk-Banggai, Hidayat Monoarfa, saksi sekaligusPelapor dugaan korupsi APBD Banggai dan Banggai Kepulauan <strong>di</strong> pukul denganbenda tumpul sehingga harus <strong>di</strong> opname <strong>di</strong> RSU Banggai.Selain hal tersebut <strong>di</strong> atas, juga ada upaya untuk mengkriminalisasikan para penegak<strong>HAM</strong> dengan sangkaan melakukan perbuatan pencemaran nama baik terhadapseseorang maupun terhadap sebuah organisasi. Kekerasan yang terja<strong>di</strong> terhadapaktivis pembela <strong>HAM</strong> <strong>di</strong>khawatirkan berpengaruh dengan munculnya ketakutanmasyarakat untuk melaporkan terhadap berbagai kasus yang merugikan masyarakatseperti pelanggaran <strong>HAM</strong> dan kasus dugaan korupsi dana pembangunan.Buruk Rupa ; Pemerintahan Korup dan PemberantasannyaYang Setengah HatiTindak Pidana Korupsi (Tipikor) <strong>di</strong> Indonesia khususnya <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> sudahmeluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun,baik dari jumlah kasus yang terja<strong>di</strong>, pola/modus operan<strong>di</strong>nya serta semakin<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 7


meningkatnya jumlah kerugian keuangan negara dan masyarakat yang <strong>di</strong>lakukansecara sistematis dan telah memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.Dengan peningkatan tindak pidana korupsi yang tidak terkendali telah membawabencana tidak hanya pada kerugian negara tetapi lebih jauh lagi telah turutmemperpanjang penderitaan rakyat yang <strong>di</strong>tandai dengan raibnya anggaranpembangunan masyarakat. Dengan Dampak yang meluas dan sitematis, maka tindakpidana korupsi ini juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomimasyarakat, dan karena dapat <strong>di</strong>golongkan sebagai kejahatan luar biasa. Olehnya itu,pemberantasannya tidak dapat lagi <strong>di</strong>lakukan dengan cara-cara biasa, tetapi <strong>di</strong>tuntutcara-cara luar biasa.Perkembangan Penanganan Kasus Korupsi-Kolusi danNepotisme Dalam Wilayah Hukum <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> PeriodeTahun 2001-2003Dihentikan24%Macet20%Selesai56%Selesai Dihentikan MacetDi <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>misalnya, bahwa dalamkurung waktu tahun 2001hingga 2003 telah tercatatse<strong>di</strong>kitnya 27 kasuskorupsi yang telahhentikan penyeli<strong>di</strong>kannya(SP3) yang sedang<strong>di</strong>tangani oleh pihakkejaksaan. Kasus-kasusyang <strong>di</strong>hentikan ini adalah mayoritas kasus-kasus penyimpangan proyek pada<strong>di</strong>nas/instansi pemerintah. Tidak hanya itu, pihak kejaksaan pun masih menyisahkan(tunggakan) sejumlah 22 kasus. Ini merupakan bukti nyata bahwa komitmen kejaksaandalam pemberantasan korupsi <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> pada saat itu sungguh kecil danterkesan melidungi para pelaku koruptor yang mempunyai akses kekuasaan baikpolitik maupun ekonomi. <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> ini semakin <strong>di</strong>perparah oleh tidak adanya komitmenpemerintah untuk memberantas korupsi meski pemerintah telah membentuk suatulembaga khusus seperti KPK yang memiliki kewenangan luas, independen serta bebasdari kekuasaan manapun yang <strong>di</strong>tambah dengan produk perundang-undangan relatifbaik <strong>di</strong>terapkan untuk mengawali pemberantasan korupsi.BEBERAPA KASUS YANG PERNAH DIHENTIKAN (SP3)OLEH PIHAK KEJAKSAAN DI SULAWESI TENGAHPERIODE 2001 S/D 2003No Kasus-Kasus Jaksa Penyi<strong>di</strong>k Keterangan1. Dugaan Penyelewengan <strong>di</strong> Balai RehabilitasiLahan dan Konservasi Tanah Palu-Poso padaPelaksanaan Lelang Proyek Kehutanan- H. Asmal Melayu,SH- Bennu Djamalud<strong>di</strong>nDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukup buktiDalam Hutan Kemasyarakatan OECF TA.1998/1999 dan TA. 2000/2001.- Paradjai Pulung- Firdaus Jahja, SH2. Dugaan terja<strong>di</strong>nya kebocoran dana bantuan - H. A. M. Sabri B, SH Dihentikan<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 8


angkutan beras <strong>di</strong> Dep. Sosial PropinsiSulteng TA. 1998/1999.3. Dugaan tindak pidana korupsi dana bantuankecamatan yang <strong>di</strong>lakukan oleh Ka<strong>di</strong>s PMDDati II Donggala.4. Dugaan Penyimpangan <strong>di</strong> Dinas PU BinaMarga Dati II Donggala pada PelaksanaanProyek Bantuan Peningkatan JalanKabupaten TA. 1997/1998.5. Dugaan penyimpangan pelaksanaan Proyekpeningkatan jalan poros tawaeli-toboli TA.1999/2000 yang <strong>di</strong>kerjakan oleh PT. TujuWali-wali dan PT. Kurnia <strong>Sulawesi</strong> Tama.6. Dugaan KKN dan Manipulasi Proyek TA.2000 oleh Kakanwil Kehakiman dan <strong>HAM</strong>Sulteng pada Kantor Wil. Kehakiman dan<strong>HAM</strong> Sulteng7. Dugaan Korupsi pada Proyek PelaksanaanProyek Pemeliharaan Jalan Rutin danBerkala TA. 2000 Di Kota Palu8. Dugaan Kolusi Korupsi dan Nepotisme padaPelelangan Proyek Pengadaan Rice Miling(RMU) Pada Kantor Dinas Pertanian danTanaman Pangan Sulteng TA. 20009 Dugaan Tindak pidana korupsi Pada KantorDinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan dan Kebudayaan (DiknasProvinsi Sulteng) pada Proyek PengadaanPeralatan Bengkel Mesin SMK 3 Poso TA.1998/199910. Dugaan Korupsi Proyek Pengadaan AlatPen<strong>di</strong>ngin Ikan (Cold Storage) pada KantorSekertariat Daerah Provinsi <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>Sumber : Diolah dari berbagai sumber, <strong>2004</strong>- Ismail M. Tahir- I Ketut Suarta- Manna Sihombing,SH- S. Duryat, SH- Thomas Sinay- A.M. Ukkas, SH- Andrianis, SH- Marwan Wahab, SH- Ismail M. Tahir- I Ketut Suarta- A.R. Pasanrangi- Paradjai Pulung- As’Ad Lawali, SH- La Anatara, SH- Firdaus Jahja, SH- H.A.M. Sabri, SH- Ismail M. Tahir, SH- Thomas Sinay- I Sukirman, SH- La Anatara, SH- Edy Dikdaya, SH- H.A. Sabri B, SH- Ismail M. Tahir- Suherlan, SH- Tatang Agus V, SH- La Anatara, SH- As’ad Lawali, SH- I Sukirman, SH- Suherlan, SH- Tatang Agus V, SH- B.D. Nainggolan,SH- As’ad Lawali, SH- Tatang Agus V, SH- T.M. Aritonang, SH- Sofyan L, SH- Bambang, SH- Agustiawan, SH- Ashari S, SHkarena <strong>di</strong>anggaptidak cukup buktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbuktiDihentikankarena <strong>di</strong>anggaptidak cukupbukti<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 9


Akses informasi tentang proses hukum pemberantasan praktek korupsi <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong><strong>Tengah</strong> yang sedang <strong>di</strong>tangani oleh aparat penegak hukum hampir menja<strong>di</strong> mimpiusang <strong>di</strong>setiap kepala masyarakat yang mempunyai harapan tentangpemberantasan korupsi “tanpa pandang bulu”, bagaimana tidak untuk mengetahuikasus-kasus korupsi yang sedang <strong>di</strong>usut pihak penegak hukum, masyarakat masih<strong>di</strong>perhadapkan dengan alasan-alasan tidak subtansi yang akhirnya menggiringpada lemahnya kontrol masyarakat terhadap kasus-kasus korupsi yang sedang<strong>di</strong>tangani oleh aparat penegak hukum. Sungguh ironis, karna yang nampak luarbiasa dari kasus korupsi <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> bukan pada penyelesaiannya tetapipada alasan-alasan penhentiannya penyeli<strong>di</strong>kan/penyi<strong>di</strong>kan perkara “Tidak CukupBukti” karena : personil dan biaya kurang, wilayah jauh sehingga menyulitkanpulbaket atau karena jaksa yang menanganinya telah <strong>di</strong>mutasi/pensiun.Namun ada hal yang menarik patut <strong>di</strong>catat dalam pertengahan tahun <strong>2004</strong>, adalahterkikisnya sikap tabu masyarakat untuk membahas, mencari informasi danmelaporkan dugaan terja<strong>di</strong>nya kasus korupsi. Yang secara sadar atau tidak,masyarakat telah mempergunakan hak-haknya sebagaimana yang <strong>di</strong>amanatkandalam UU No. 20/2001 Tentang Perubahan UU. No. 31/1999 PemberantasanTindak Pidana Korupsi pada Pasal 41 Ayat (1) dan (2) yang berbunyi :“(1). Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan danpemberantasan tindak pidana korupsi.(2). Peran serta masyarakat sebagaimana <strong>di</strong>maksud dalam ayat (1) <strong>di</strong>wujudkan<strong>di</strong>wujudkan dalam bentuk :a. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telahterja<strong>di</strong> tindak pidana korupsi;b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh danmemberikan informasi adanya dugaan telah terja<strong>di</strong> tindak pidana korupsikepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepadapenegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang<strong>di</strong>berikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)hari.e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.Peningkatan partisipasi masyarakat <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> <strong>di</strong>tandai denganmeningkatnya frekwensi laporan dugaan terja<strong>di</strong>nya tindak pidana korupsi yang<strong>di</strong>sampaikan oleh CWC-LPS<strong>HAM</strong> baik secara langsung maupun melalui via telpononline sejak bulan oktober <strong>2004</strong> pada tabel grafik berikut ini :<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 10


876543210Catatan Penerimaan Laporan Masyarakat TentangDugaan Terja<strong>di</strong>nya Tindak Pidana Korupsi PadaCorruption Watch Commission LPS<strong>HAM</strong><strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>1 1 1 10 0 0 0 02 2Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop DesPengaduan Langsung56Telpon Online73Bahwa dari berbagai laporan yang telah <strong>di</strong>sampaikan dan temuan-temuan pihaklainnya, oleh CWC-LPS<strong>HAM</strong> bersama dengan masyarakat dan Lembaga MitraLainnya (SKAK Banggai, Gempur Banggai, Hipmit Tolitoli, LeSPek Buol dan KoalisiRakyat Menggugat Sulteng) telah berupaya menindaklanjuti dugaan kasus denganmelakukan pengumpulan data lapangan dan stu<strong>di</strong> dokumen melalui investigasiyang pada tahap selanjutnya akan <strong>di</strong>lanjutkan dengan mengadvokasi kasus korupsiyang telah <strong>di</strong>laporkan dan tetap melakukan monitoring kasus baik itu pada tingkatpenyeli<strong>di</strong>kan/penyi<strong>di</strong>kan ataupun pada tingkat penuntutan (penga<strong>di</strong>lan).4Perkembangan Penanganan Kasus Korupsi Di <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>CWC-LPS<strong>HAM</strong> kerjasama dengan SKAK Banggai, Gempur Banggai,Hipmit Tolitoli, LeSPek Buol dan Koalisi Rakyat Menggugat<strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>3210PropinsiKota PaluDonggalaBanggaiTolitoliBangkepBuolPosoTounaMorowaliParimoInvestigasi Analisis/Pelaporan Lik/Dik dan Penga<strong>di</strong>lanUntuk memperkuat kontrol masyarakat terhadap seluruh rangkaian prosespera<strong>di</strong>lan kasus tindak pidana korupsi maka langkah eksaminasi publik sangatpenting <strong>di</strong>lakukan untuk menilai dan menguji putusan hakim dalam memutuskanperkara tindak pidana korupsi sebagai bentuk kontrol masyarakat dalampemberantasan korupsi.<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 11


PENANGANAN PERKARA TINDAK KORUPSI DALAM WILAYAH HUKUMKEJAKSAAN TINGGI SULAWESI TENGAHJANUARI S/D DESEMBER <strong>2004</strong>KEJAKSAAN /TAHAPANPERKARALIKDIKPENUNTUTAN(SIDANG)INCKRAHTKASASI /BANDINGDIHENTIKAN(SP3)Kejati Sulteng 0 4 7 2 7 1Kejari Palu 0 0 2 0 0 0Kejari Donggala 0 0 4 0 0 0Kejari Luwuk 0 1 2 0 0 0Kejari Poso 0 0 6 2 3 0Kejari Tolitoli 0 0 1 0 0 3Kejari Buol 0 1 0 0 0 0Kejari Bangkep 0 1 0 0 0 0Sumber : CWC LPS<strong>HAM</strong> Sulteng yang <strong>di</strong>olah dari berbagai sumber, <strong>2004</strong>Yang menarik dari perkara tindak pidana korupsi yang <strong>di</strong>tangani oleh KejaksaanTinggi <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> dan jajarannya adalah <strong>di</strong>terbitkan SP3 (Surat PenghentianPenyeli<strong>di</strong>kan Perkara) kasus dugaan tindak pidana korupsi pada Proyek BantuanKemanusiaan Konflik Poso pada Pekerjaan Pemulangan Pengungsi ke Poso yang<strong>di</strong>duga melibatkan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial, Pimbagpro, PerusahaanPelaksana Proyek. Bahwa dengan <strong>di</strong>terbitkannya SP3 tersebut, maka laporan au<strong>di</strong>tBPKP <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> yang bernomor : LAP-214/PW10/5/2003 Tgl. 21-11-2003tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi pada Proyek Pemulangan PengungsiKorban Konflik Sosial Poso, akhir kandas <strong>di</strong> tangan kejaksaan tinggi sulawesitengah <strong>di</strong>mana proses penyeli<strong>di</strong>kan dan penerbitan SP3 tidak transparan sehinggaoleh masyarakat korban konflik poso telah menja<strong>di</strong> bukti bahwa penegakan hukumtidak berpihak kepada mereka. Apakah pengungsi tidak mengetahui adanyapemotongan biaya pemulangan mereka ? atau Apakah laporan yang <strong>di</strong>berikan olehBPKP kepada kejaksaan tinggi adalah sebuah laporan “akal-akalan” ? Untukmenjawab hal itu, itu sudah seharusnya pihak kejaksaan tinggi menyampaikanhasil-hasil penyeli<strong>di</strong>kan sehingga <strong>di</strong>terbitkannya SP3 kepada publik apabilakejaksaan punya komitment dan loyalitas terhadap penuntasan kasus korupsi <strong>di</strong><strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong>.Sementara, dalam rentang waktu tahun 2001 hingga pertengahan tahun <strong>2004</strong> jajaranKejari Tolitoli hampir tidak pernah menyentuh penyelesaian kasus dugaan tindakpidana korupsi meski sekian telah banyak pihak yang melaporkan dugaanterja<strong>di</strong>nya tindak pidana korupsi dalam wilayah itu. Bukankah kasus yang saat ini<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 12


lagi memasuki tahap penuntutan (persidangan) kasus korupsi APBD Tolitoli telah<strong>di</strong>laporkan ke Kejari Tolitoli pada tahun 2001. Apakah ini mengin<strong>di</strong>kasikan bahwaJajaran Kejari Tolitoli pada masa itu telah memelihara kasus-kasus korupsi ?Apabila ini terbukti, maka dapat <strong>di</strong>simpulkan bahwa korupsi yang terja<strong>di</strong> telahmemasuki tahap kedua yaitu praktek korupsi <strong>di</strong> tingkat aparat penegak hukum(ju<strong>di</strong>cial corruption).BEBERAPA KASUS KORUPSI DALAM PROSES PENYELIDIKAN/ PENYIDIKANDAN PENUNTUTAN DALAM WILAYAH HUKUM SULAWESI TENGAHPERIODE JANUARI – OKTOBER <strong>2004</strong>No. Kasus Pihak Yg Terlibat Taksiran Kerugian1. Dugaan Korupsi APBDKab. Donggala dalampenggunaan belanja DPRDdan Sekretariat DPRDKab. Donggala periodetahun 2000-<strong>2004</strong>.2. Dugaan PenyimpanganDana Hutan TanamanUnggulan (HTU) LokalSeluas 800 Ha pada proyekrehabilitasi3. Dugaan PenyimpanganDana KUT periode tahun1998-1999.4. Dugaan PenyalagunaanDana APBD T.A. 2000-<strong>2004</strong>5. Dugaan PenyimpanganDana Pelaksanaan ProyekPra Instalasi danPenyiapan Ruang RSUAnutapura Palu- Sutomo Borman- Drs. Ridwan Yalidjama- A. Rangan, BBA- Ventje PJ. Sumakul- H.M. Anwar Muthaher,S.Sos- Awalud<strong>di</strong>n Husen Arep- Ir. Jufri Ka<strong>di</strong><strong>di</strong>- Ir. Ketut Mar<strong>di</strong>ka- Burhan Lamangkona- H. An<strong>di</strong> Malik Mappiase- Tri Murti SuaibIr. Ilham, MM(PNS, Starata Dua)(Displit dari perkara tersangkaan. Gunawan Purwanto yangtelah <strong>di</strong> sidangkan PN Paluyang telah <strong>di</strong>vonis bersalahmelakukan tindak pidanakorupsi dengan hukum penjara…………………………)Rustam Husain(Manager KUD Karia ParigiKab. Parigi)Rp. 5,293,350,000Rp. 1,682,859,358,-Rp. 674,183,929,-Instansi YgMenanganiKejatiSulteng <strong>di</strong>bantu olehKejariDonggalaKejatiSultengKejatiSulteng(Belum <strong>di</strong>taksir) (Belum <strong>di</strong>taksir) Kejari PaluKet : ProsesLik/DikTerkesanLambanDR. Heru Bu<strong>di</strong>anto, SH Rp. 135,000,000,- Kejari Palu(Direktur RS. AnutapuraPalu)<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 13


6. Dugaan Penyimpangandana Proyek Pra Instalasidan penyiapan Ruang RSUAnutapura PaluAnggun Lie Putra BinAtjong Lie Putra, Dkk.(Direktur CV. Putra JayaPerkasa)Rp. 135,000,00,-Kejari Palu7. Dugaan PenyimpanganDana pengadaan danpengirim Alat-alat mobilerSLTP 4 Kec. Kulawi PadaKantor Dikjar Kab.Donggala8. Dugaan PenyimpanganPengadaan danPengiriman Alat – AlatMobiler SLTP 4 Kec.Kulawi Pada Kantor DikjarKab. Donggala.9. Dugaan PenyimpanganDana pada ProyekPerluasan danPeningkatan Mutu SLTPKab. Donggala TA. 2001.(Pembangunan Unit-unitSekolah Baru SLTP 4Kulawi Kab. Donggala)10. Dugaan PenyimpanganDana Pengadaan TanahSeluas 9.000 M 2 TA. 2002pada STAINDATOKRAMA Palu11. Dugaan PenyimpanganDana Khusus MuridSD/Madrasah IbtidaiyahTahun 2003.12. Dugaan PenyimpanganDana OPK <strong>di</strong> Kec. WaleaKepulauan Pada DinasPemerintahan Desa Kab.Donggala13. Dugaan PenyelewenganDana BantuanPembangunan DesaKegiatan Usaha EkonomiProduktif Simpan PinjamDi Desa Malei Kec. BalaesaKab. Donggala14. Dugaan PenyelewenganDana Bantuan(Displit dari perkara atasnama Dr. Heru Bu<strong>di</strong>yanto)Drs. Dewa Tarante(Jabatan Pimbagpro)Bustamin, BE(Kontraktor Pengawas)(Displit dari perkara atasnama Drs. Dewa Tarante)Ir. Ali Safri(Displit dari perkara atasnama Drs. Dewa Tarante)H. Nirma DjanggolaRp. 62,000,000,-Rp. 62,000,000,-Rp. 62,000,000,-Rp. 450,000,000,-Kejari PaluKejari PaluKejari PaluKejari Palu(Displit dari perkara H. AzwarSyamsud<strong>di</strong>n, SH untukpengadaan tanah seluas 9.000M 2 )Drs. Aswad K. Tangge Rp. 6,000,000,- Kejari PaluDrs. Arsyad Hi. Dg.RahmatuRp. 327,009,000,-KejariDonggalaMoh. Amin Rp. 65,135,300,- KejariDonggalaAbd. Rauf Mutaher Rp. 4,500,000,- KejariDonggala<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 14


Pembangunan DesaKegiatan Usaha EkonomiProduktif Simpan PinjamDi Desa Malei Kec. BalaesaKab. Donggala15. Dugaan PenyimpanganDana Proyek DPKP (DanaPembangunan Desa dankelurahan) Pada DinasPemerintahan Desa (PMD)Kab. Donggala TA. 200116. Dugaan PenyimpanganDana pada ProyekPembangunan Perluasandan Peningkatan MutuSLTP (ADB) Sulteng <strong>di</strong>Palu17. Dugaan PenyimpanganDana ProyekPembangunan/RevitalisasiSDN Behoa Rekoreko Kab.Poso. TA. 200318. Dugaan PenyimpanganDana ProyekPembangunan/RevitalisasiSDN Behoa Rekoreko Kab.Poso. TA. 200319. Dugaan PenyimpanganDana ProyekPembangunan/RevitalisasiSDN Behoa Rekoreko Kab.Poso. TA. 200320. Dugaan PenyimpanganProyek Pengadaan BibitSapi pada Kec. Lage danKec. Tojo Kab. Poso21. Dugaan PenyimpanganProyek Pengadaan BerasMiskin Pada Kantor Kec.Pamona Selatan Kab. Poso.22. Dugaan PenyimpanganProyek Pengadaan BerasMiskin Pada Kantor Kec.Pamona Selatan Kab. Poso.23. Dugaan penyalahgunaanDana Jaminan Hidup(Jadup) dan Bekal Hidup(Bedup) Pengungsi KorbanKemanusiaan Konflik Posopada Kantor DinasKesejahteraan Sosial Kab.Zainud<strong>di</strong>n Mills Rp. 733,000,000,- KejariDonggalaJefri Motto (belum <strong>di</strong>taksir) Kejari PosoDrs. Syarifah Ridha (belum <strong>di</strong>taksir) Kejari Poso1. Dra. Mirawan2. Syarief Abas(belum <strong>di</strong>taksir)Kejari PosoBambang S. Razak, Dkk (belum <strong>di</strong>taksir) Kejari PosoAhmad Hi. Ali, SE Rp. 196,096,075 Kejari PosoArnold Tadjedje Rp. 511,704,600 Kejari PosoErens Ruutuna, SE(belum <strong>di</strong>taksir)Kejari Poso(<strong>di</strong>split dari perakara an.Arnold tadjedje)Drs. Anwar Ali Rp. 153,000,000,- Kejari Poso<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 15


Poso Tahun 2003.24. Dugaan penyalahgunaanDana Jaminan Hidup(Jadup) dan Bekal Hidup(Bedup) Pengungsi KorbanKemanusiaan Konflik Posopada Kantor DinasKesejahteraan Sosial Kab.Poso Tahun 2003.25. Dugaan penyalahgunaanDana Jaminan Hidup(Jadup) dan Bekal Hidup(Bedup) Pengungsi KorbanKemanusiaan Konflik Posopada Kantor DinasKesejahteraan Sosial Kab.Poso Tahun 2003.26. Dugaan penyalahgunaanDana Lauk-PaukPengungsi Di KelurahanKayamanya KorbanKemanusiaan Konflik Posopada Kantor DinasKesejahteraan Sosial Kab.Poso Tahun 2003.27. Dugaan PenyimpanganDana KegiatanPembangunan HutanTanaman Unggulan Lokal(HTU) seluas 800 Ha DiDesa Taopa dan DesaPalapi Kec. Moutong Kab.Parimout.28. Dugaan PenyalahgunaanAPBD Kab. Tolitoli TA.2000-2003 pada AnggaranPenunjang Kegiatan29. Dugaan PenyimpanganDana APBD Tahun 2000-<strong>2004</strong> Kab. Banggai30. Dugaan PenyimpanganDana APBD Tahun 2000-<strong>2004</strong> pada DPRD Kab.Banggai31. Dugaan PenyimpanganProyek Pembebasan tanahuntuk Areal PerkantoranPemerintah daerahKabupaten Buol.32. Dugaan penyimpangandana APBD padaIdrus Tadji(<strong>di</strong>split dari perkara an. Drs.Anwar Ali)Rustam(<strong>di</strong>split dari perkara an. Drs.Anwar Ali)Yanis Totombu(<strong>di</strong>split dari perkara an. Drs.Anwar Ali)(belum <strong>di</strong>taksir)(belum <strong>di</strong>taksir)(belum <strong>di</strong>taksir)Kejari PosoKejari PosoKejari PosoGunawan Purwanto Rp. 1,682,589,000,- KejariParigiUmar Alatas, Dkk.(Ketua DPRD Periode 99/04)Djarun Sibay, Basri Sonodan Irvan Hinelo, DkkHusain Mahdali, Dkk(Displit dari perkara an.Burhanud<strong>di</strong>n Matorang)Tim Sembilan yang ter<strong>di</strong>ridari pejabat eksekutif yangsaat ini dalam prosespeyeli<strong>di</strong>kan.Rp. 3,427,586,433,-Rp. 3,427,586,433,-Rp. 3,754,000,000,-(belum dpt <strong>di</strong>taksir)(kasus initelah <strong>di</strong><strong>di</strong>putuskanoleh PN)KejariTolitoliKejariLuwukKejariLuwukKejari BuolDjafar Moida<strong>di</strong>, Dkk Rp. 1,600,000,000,- KejariBangkep<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 16


anggaran asuransiperkumpulan (ASKUM)untuk anggota DPRD Kab.Bangkep.33. Dugaan Kasus KorupsiJadup dan Bedup padaProyek BantuanKemanusiaan KorbanKonflik Poso34. Kasus Dugaan KorupsiAPBD Kab. Buol T.A. 2000-2001 & 2003-<strong>2004</strong>Anwar Ali, Dkk (belum dpt <strong>di</strong>taksir) PoldaSultengAmran Batalipu, Dkk(Pimpinan dan AnggotaDPRD Kab. Periode 1999-<strong>2004</strong>)Sumber : CWC LPS<strong>HAM</strong> Sulteng yang <strong>di</strong>olah dari berbagai sumber, <strong>2004</strong>Rp. 5,992,290,700,-PoldaSultengPenutupKesimpulan dan RekomendasiRangkaian keja<strong>di</strong>an <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> pada tahun <strong>2004</strong> seperti yang telah <strong>di</strong> uraikan<strong>di</strong>atas, dapat <strong>di</strong>simpulkan bahwa:• Perluasan kekerasan <strong>di</strong>daerah konflik sosial seperti <strong>di</strong> Sulteng jelasmemperlihatkan kerangka ketidak mampuan Pemerintah untuk menyelesaikankonflik dan melakukan pemulihan masyarakat. Padahal sudah ribuan aparatkeamanan <strong>di</strong>terjunkan <strong>di</strong> Poso dan Provinsi <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> pada umumnya.Khusus Poso aparat gabungan mencapai 3.900 personil dan pembentukan batalyon714 <strong>di</strong> Kabupaten Poso. SBY, saat menja<strong>di</strong> MenkoPolkam telah memberlakukanoperasi Intelijen pada Oktober 2003 juga telah <strong>di</strong>kucurkan 54 milyar Rupiah danakemanusiaan, tetapi masih saja problem-problem konflik dan ekses negatif muncul.Dari sisi lain bisa <strong>di</strong>katakan semua problem dan ekses tersebut justru menja<strong>di</strong>peluang sebagian pihak mengambil keuntungan; korupsi dana bantuankemanusiaan dan bisnis keamanan oleh aparat.• Pemerintahan SBY-Kalla telah gagal mewujudkan keamanan dan kebabasanmasyarakat <strong>di</strong> Poso dan Sulteng secara umum. Hal ini <strong>di</strong>karenakan ketiadaanitikad politik dan agenda utama untuk penyelesaian konflik <strong>di</strong> Poso dan Sulteng.Peristiwa pengeboman dan penembakan kembali terja<strong>di</strong> dan meluas ke Palu, halini menja<strong>di</strong> bukti bahwa pemerintah hanya melakukan tindakan-tindakan responsifdan sepora<strong>di</strong>s atas kekerasan-kekerasan sebelumnya.• Terungkap kasus-kasus korupsi <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> telah menunjukkan bahwaselama pejabat eksekutif dan legilslatif telah berupaya memperkaya <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ridengan menyalahgunakan anggaran pembangunan.<strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 17


Kesimpulan <strong>di</strong> atas kami merekomendasikan:Pertama : Di tahun 2005 pemerintahan SBY-Kalla harus berani mengambilkebijakan yang bersifat reformatif dalam hal penanganan danpenyelesaian kekerasan dan pertikaian antar masyarakat sebagaibagian dari imbas konflik Poso yang cenderung meluas <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong><strong>Tengah</strong> pada tahun <strong>2004</strong> yang menimbulkasn rasa kecemasan danketakutan warga, dengan memprioritaskan agenda penyelesaianterhadap konflik Poso secara baik dan menyeluruh. Tapi dalam konteksbukan kebijakan atau keputusan penerapan darurat sipil lebih-lebihdarurat Militer. Sehingga jaminan rasa aman bagi warga dalammenjalankan segala aktivitas hidupnya terpenuhi;Kedua: Pendekatan reperesif sebagai satu-satunya cara yang sering <strong>di</strong>lakukanoleh Negara dalam hal ini POLRI dan TNI dalam upaya membungkamtuntutan hak yang <strong>di</strong>suarakan dan <strong>di</strong>perjuangkan oleh masyarakatharus <strong>di</strong>buang jauh-jauh terutama khususnya POLRI sebagai institusipengayom masyarakat (penegak hukum dan keamanan) yang telahpisah dari TNI justru cenderung sering melakukan tindak kekerasansepanjang tahun <strong>2004</strong> dengan masih menggunakan cara-cara militerdalam menghadapi tuntutan masyarakat.;Ketiga : Pemerintahan SBY-Kalla harus memprioritaskan penegakan hukumdan <strong>HAM</strong> dalam upaya pemulihan kon<strong>di</strong>si sosial-ekonomi bangsa ini,hancurnya struktur sosial-ekonomi bangsa ini pada era orde barukarena maraknya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;Keempat : Adanya jaminan dan perlindungan terhadap Penegak <strong>HAM</strong> (HumanRights Defender) sebagai upaya nyata dan serius pemerintah dalampenegakan <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> Indonesia.;Kelima : Dalam hal untuk jaminan pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial danbudaya pemerintah Indonesia harus sesegera mungkin untukmerativikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, karena selamaini hak-hak tersebut terabaikan, hal ini <strong>di</strong>karenakan banyak kebijakanyang tidak menjamin hak-hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakatyang <strong>di</strong>tandai maraknya kasus-kasus korupsi anggaran publik.Palu, 31 Desember <strong>2004</strong>LEMBAGA PENGEMBANGAN STUDI HUKUM danADVOKASI HAK ASASI MANUSIA <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong><strong>Evaluasi</strong> <strong>Kon<strong>di</strong>si</strong> <strong>HAM</strong> <strong>di</strong> <strong>Sulawesi</strong> <strong>Tengah</strong> Tahun <strong>2004</strong> 18

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!