10.07.2015 Views

ANTARA VALENTINE DAY DAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

ANTARA VALENTINE DAY DAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

ANTARA VALENTINE DAY DAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongankulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita mudaakan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikaruniakesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.<strong>VALENTINE</strong> ADALAH HARI RAYA GEREJAMenurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisamerujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda : seorang pastur di Romaseorang uskup Interamna (modern Terni) seorang martir di provinsi Romawi EropaKoneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan PausGelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenaimartir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santoValentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untukmengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma,diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emasdan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telahdiberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarangyang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuahprosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakandan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungancinta.Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usahayang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan danhanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.SEJARAH PERAYAAN <strong>MAULID</strong> <strong>NABI</strong>Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa yang pertama kali menggelar perayaan maulidadalah para Khalifah dinasti Fathimiyah di Kairo pada abad ke 4 hijiriyah, mereka mengadakanenam perayaan maulid (ulang tahun), yaitu Maulid Nabi, Maulid Imam Ali, Maulid Siti Fathimah,Mulid Hasan dan Husen dan Maulid Khalifah yang sedang berkuasa. Perayaan tersebut terusberlanjut pada tahun tahun berikutnya hingga dibubarkan oleh Al-Afdhal bin Amir Al-Juyusy.Kemudian setelah terlupakan dari ingatan masyarakat, perayaan tersebut kembalidiselenggarakan pada kepemimpinan Khalifah Al-Hakim pada tahun 524 H.Dan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang pertama kali menyelenggarakanperayaan Maulid Nabi adalah Al-Malik Al-Mudzaffar Abu Sa'id pada abad ke 7 hijiriyah di kota


Irbil, Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayubi (1138-1193). Adapula yangberpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalahuntuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Shallallâh 'alaihi wa sallam, sertameningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam PerangSalib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dansekitarnya.Dari kedua sisi historis tadi, kiranya sudah cukup mampu membuka mata dan fikiran kita dalammembedakan mana yang lebih faktual asal usulnya dan mana yang lebih benar tujuannya,siapa yang mereka peringati dalam perayaan Valentine dan siapa yang kita teladani dalamperayaan Maulid Nabi?POLEMIK POLEMIK YANG DISELUNDUPKAN MELALUI <strong>VALENTINE</strong> <strong>DAY</strong>'SMereka menyebutnya dengan nama Hari Kasih Sayang dan mereka berusaha menjustifikasikanistilah tersebut dengan menyebarkannya melalui media media yang mereka punya. Terutamakepada para pemuda dan pemudi yang sedang dilanda asmara, dan meyakinkan merekabahwa hari tersebut adalah momen yang paling tepat untuk mengekspresikan asmara tersebutdengan semau hati mereka. Dalam kontek ini perzinahan pun—yang menurut Islam adalahtermasuk fawâhisy atau dosa besar yang sangsinya sangat berat—mereka mencoba untukmelegalkannya atas dasar kasih sayang tersebut. Astaghfirullâhal 'adzîm, kalau begitubukankah hari tersebut—jika dirayakan¬—adalah hari kedurhakaan dan hari dekadensi moral?.Di hari tersebut banyak sekali orang-orang yang menyatakan cintanya, baik kepada lawan jenisatau sesama jenis. Bukankah itu hal yang bagus?. Ungkapan tersebut ingin mengelabuhi kitaagar kita tidak tahu bahwa hal tersebut juga diajarkan oleh agama Islam. Dalam hal ini nabi punpernah bersabda " Jika salah satu dari kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah iamemberitahukan hal tersebut kepadanya ". HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad. dan hal tersebutlangsung dipraktekkan oleh Beliau sendiri ketika hendak berwasiat kepada Shahabat Mu'ad,Beliau berkata " Wahai Mu'ad, demi Allah, sungguh aku mencintai kamu. Demi Allah, sungguhaku mencintai kamu… ". ungkapan kata cinta tersebut tidak sembaramgan diucapkan kepadasiapa saja, tetapi ia mempunayai syarat syarat dan ketentuan, diantaranya adalah objek dariungkapan tersebut adalah orang Islam, sesama jenis baik secara khusus atau umum, lain jenissecara umum atau yang mempunyai ikatan kerabat dan secara khusus jika berniat menjalinikatan keluarga dengannya saat Khitbah (lamaran), sebelum atau sesudahnya.Pada hari tersebut banyak sekali hadiah hadiah yang dibingkiskan, yang mendapatkannya pastimerasa bahagia. Bukankah membuat orang bahagia itu adalah sebuah kebaikan? Jawabannya" ya, betul ", tapi bukankah Islam juga mengajarkan hal demikian?, bahkan Islam tidak pernahmembatasinya pada hari tertentu dan terhadap orang tertentu. Nabi bersabda : ” Salingmemberi hadiahlah di antara kalian, maka kalian akan saling mencintai ", dan " Salingberhadiahlah di antara kalian; karena sesungguhnya hadiah itu dapat menghilangkan rasadendam dalam hati…". HR. Abu Hurairah ra.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!