10.07.2015 Views

download file (1084k) - Conservation Gateway

download file (1084k) - Conservation Gateway

download file (1084k) - Conservation Gateway

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PENGELOLAANBERBASISEKOSISTEM DIBENTANG LAUTKEPALA BURUNGINDONESIAMenerjemahkan Hasil KajianIlmiah Ke Rancangan AksiPengelolaan Sumberdaya LautPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


Foto halaman depan: Latar belakang Terumbu Karang yang sehat: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea Visions; Urutan kiri ke kanan: Pulau Ayau: © Crissy Huffard/CI, Sedimentasi: © Burt Jones andMaurine Shimlock/Secret Sea Visions, Penyu: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea Visions,Penangkapan hiu dalam daerah Sasi: AnonymousPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


DAFTAR ISIPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM 1PERMASALAHAN UMUM DAN SOLUSI 1LATAR BELAKANG 2PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM 4BERBAGAI KAJIAN TENTANG PENGELOLAANBERBASIS EKOSISEM 41. SEJARAH EKOLOGIS BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 52. PENYEBARAN, STATUS DAN PENGELOLAAN LOKASI PEMIJAHANKERAPU DI RAJA AMPAT 53. ASPEK EKOLOGI PENYU LAUT; MIGRASI, HABITA PENELURAN DANHABITAT PAKAN PENYU LAUT 74. POLA SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI BENTANG LAUTKEPALA BURUNG 105. KONEKTIVITAS GENETIS DARI ORGANISME YANG BERASOSIASIDENGAN KARANG DI DAERAH BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 126. ASPEK EKONOMI DARI PERIKANAN BAGAN DI RAJA AMPAT 137. POLA PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT DI RAJA AMPAT 158. MEMAHAMI INTERAKSI YANG RUMIT ANTAR JENIS DAN STATUSPOPULASI DARI BERBAGAI JENIS KOMODITAS PERIKANAN 179. PENGEMBANGAN RENCANA ZONASI UNTUK JEJARING KKP DI RAJAAMPAT-MENYEIMBANGKAN PEMANFAATAN MASYARAKAT DANKONSERVASI 1910. VALUASI EKONOMI TERHADAP JASA EKOSISTEM DI BENTANG LAUTKEPALA BURUNG 2111. PENGEMBANGAN MEKANISME TATA KELOLA UNTUK JEJARING KKPRAJA AMPAT DAN PRIORITAS PENGELOLAAN 23PERMASALAHAN UMUM DAN SOLUSI 24REKOMENDASI UNTUK PENGELOLAAN BENTANG LAUT KEPALABURUNG 24TABEL 1 - PENGELOLAAN PERIKANAN 25TABEL 2 - RENCANA TATA RUANG 27TABEL 3 - PENGELOLAAN JEJARING KKP BLKB 29TABEL 4 - PENGELOLAAN SPESIS LAUT YANG TERANCAM 31KESIMPULAN 33REFERENSIDAFTAR AKRONIMPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


UCAPAN TERIMA KASIHDavid and Lucile Packard FoundationPemda Kabupaten Raja AmpatPemda Kabupaten KaimanaPemda Kabupaten Teluk WondamaPemda Kabupaten NabireDitjen PHKA- Kementerian KehutananBalai Taman Nasional Teluk Cendrawasih (BTNTC),Balai Konservasi Sumberdaya Alam II Papua, Kementerian KehutananKementerian Kelautan dan PerikananUniversitas Negeri Papua (UNIPA)Sekretariat BHSWalton Family FoundationGordon and Betty Moore FoundationEuropean Commission-BSSE ProgamNina NarvstenSecret Sea VisionsPENULISChristine Huffard 1 , Joanne Wilson 2 , Creusa Hitipeuw 3 , Chris Rotinsulu 1 , Sangeeta Mangubhai 2 ,Mark Erdmann 1 , Windia Adnyana 4 , Paul Barber 5 , Jan Manuputty 3 , Meity Mondong 1 , Gandi Purba 6 ,Kevin Rhodes 7 , Hamid Toha 61<strong>Conservation</strong> International Indonesia, 2 The Nature Conservancy, 3 WWF Indonesia,4Universitas Udayana, 5 University of California Los Angeles, 6 Universitas Negeri Papua,7University of Hawaii at HiloKUTIPAN PUBLIKASIC.L. Huffard, J. Wilson, C. Hitipeuw, C. Rotinsulu, S. Mangubhai, M.V. Erdmann,W. Adnyana, P. Barber, J. Manuputty, M. Mondong, G. Purba, K. Rhodes, H. Toha (2010)Pengelolaan berbasis ekosistem di Bentang Laut Kepala Burung Indonesia: Mengubah ilmupengetahuan menjadi tindakan. Ecosystem Based Management Program: <strong>Conservation</strong> International,The Nature Conservancy, and WWF Indonesia.


RINGKASAN EKSEKUTIFPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEMUntuk membantu pemerintah di daerah di wilayah BLKB dalam mengadopsi pendekatan PBEini, tiga organisasi konservasi (LSM) yaitu TNC, WWF dan CI telah bekerja dengan mitra lokalsejak tahun 2001 melakukan 18 jenis kajian ilmiah untuk membangun pemahaman secara menyeluruhtentang kondisi sosial ekonomi, ekologis, oseanografi dan tata kelola di BLKB. Sementarakajian lain hasilnya bersifat spesifik-lokasi, laporan-laporan kajian ini menghasilkan rekomendasiteknis yang implikasinya bisa diterapkan dalam lingkup BLKB secara luas. Informasi mengenaiancaman, temuan penting dan rekomendasi pengelolaan yang dihasilkan dari studi tersebut terbagike dalam beberapa tema yaitu biologi, sosial ekonomi dan tata kelola.1 SEJARAH EKOLOGIS BENTANG LAUT KEPALA BURUNG234567891011PENYEBARAN, STATUS DAN PENGELOLAAN LOKASIPEMIJAHAN KERAPU DI RAJA AMPATASPEK EKOLOGI PENYU LAUT; MIGRASI, HABITAPENELURAN DAN HABITAT PAKANPOLA SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI BENTANGLAUT KEPALA BURUNGKONEKTIVITAS GENETIS DARI ORGANISME YANGBERASOSIASI DENGAN KARANG DI DAERAH BENTANGLAUT KEPALA BURUNGASPEK EKONOMI DARI PERIKANAN BAGAN DI RAJAAMPATPOLA PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT DIRAJA AMPATMEMAHAMI INTERAKSI YANG RUMIT ANTAR JENIS DANSTATUS POPULASI DARI BERBAGAI JENIS KOMODITASPERIKANANPENGEMBANGAN RENCANA ZONASI UNTUK JEJARINGKKP DI RAJA AMPAT-MENYEIMBANGKANPEMANFAATAN MASYARAKAT DAN KONSERVASIVALUASI EKONOMI TERHADAP JASA EKOSISTEM DIBENTANG LAUT KEPALA BURUNGPENGEMBANGAN MEKANISME TATA KELOLA UNTUKJEJARING KKP RAJA AMPAT DAN PRIORITASPENGELOLAANPENGELOLAAN PERIKANAN,RENCANA TATA RUANGPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKPPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKP, RENCANA TATA RUANG,PENGELOLAAN JENISPENGELOLAAN KKPPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKP, RENCANA TATA RUANG,PENGELOLAAN JENISPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKPPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKP, PENGELOLAAN JENISPENGELOLAAN PERIKANANPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKP, RENCANA TATA RUANG,PENGELOLAAN JENISPENGELOLAAN PERIKANAN,PENGELOLAAN KKP, RENCANA TATA RUANG,PENGELOLAAN JENISPENGELOLAAN KKPPERMASALAHAN UMUM DAN SOLUSIBerbagai ancaman yang besar dan serius melanda semua KKP di wilayah Kepala Burung, dan berpotensimenghancurkan sumber penghidupan masyarakat. Kondisi tangkap-lebih, praktek perikananyang bersifat merusak dan pengembangan kawasan pesisir yang terjadi dalam kurun waktu 20-30tahun terakhir berkontribusi terhadap penurunan kualitas terumbu karang dan populasi ikandi wilayah ini. Populasi jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomis penting telah sangat berkurang dibeberapa lokasi, dan kerusakan habitat akibat penangkapan dengan menggunakan bahan peledakmenyebabkan pemulihan habitat sulit dilakukan. Kepadatan populasi manusia yang merupakantantangan utama dari pengelolaan diuraikan di bawah ini, dan secara keseluruhan pemerintah perlumengembangkan program untuk meminimalkan pertumbuhan penduduk yang hampir mencapai 6%per tahun. Penting bagi Pemerintah Daerah untuk meminimalkan konflik lokal dengan cara menyediakaninfrastruktur dan dukungan sumberdaya yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat, dantidak mendorong terlaksananya program transmigrasi.1PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


RINGKASAN EKSEKUTIFREKOMENDASI BAGI PENGELOLAAN BENTANG LAUT KEPALA BURUNGRekomendasi-rekomenasi penting untuk aksi pengelolaan di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB)telah diidentifikasi lewat studi ilmiah, dikelompokan berdasarkan tema berikut: Perikanan-Mengurangi tangkapanilegal, tidak terlaporkan dan tidak diatur untuk mencegah terjadinya kondisi tangkap-lebih; PerencanaanTata Ruang-melakukan praktek terbaik untuk pembangunan pesisir dalam rangka menjaga jasa ekosistemuntuk masyarakat Papua Barat; Pengelolaan KKP- Membangun infrastruktur dan zonasi untuk melindungiekosistem laut dan jasa ekosistem bagi masyarakat; dan Pengelolaan KKP/Pengelolaan spesis terancam punah-Mengantisipasi dampak akibat kegiatan survei seismik dari KKP dan menerapkan praktek terbaik untuksurvei di daerah lain (table 1-4).KESIMPULANSalah satu tema yang paling umum dicatat selama kajian ilmiah dilakukan adalah bahwa sumberdaya perikanansudah menurun dan penangkapan berlebih masih terus berlanjut. Hal ini dikenal dengan ‘shifting baselinesyndrome’ (Sindrom pergeseran data awal) dimana generasi muda menganggap ‘ rendahnya kelimpahan ikansebagai sesuatu yang normal dan tidak menyadari bahwa produksi perikanan mulai menurun dan kemungkinantelah terjadinya tangkap-lebih. Untuk mendukung upaya pengelolaan berbasis ekosistem dalam jangkapanjang, diperlukan pengukuran terhadap perubahan ekologi secara berkesinambungan dengan menggunakanmetode standar, dan mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut kepada pengguna dan pengelola sumberdaya alam.Untuk memaksimalkan kegiatan yang dilakukan di BLKB secara efektif, para ahli dan pengambil keputusanseyogyanya dapat bertemu secara berkala untuk berbagi informasi berdasarkan keilmuan dan hasil pemantauanstatus sumberdaya serta mengidentifikasi infromasi/data yang diperlukan untuk menetapkan dan mengimplementasikankebijakan pengelolaan sumberdaya alam.LATAR BELAKANGBentang Laut Kepala Burung (BLKB) terkenalakan keanekaragaman hayati, habitat-habitatterumbu karang dan populasi-populasi biota laut.Meskipun kaya akan sumberdaya alam, tetapi lebihdari 80% masyarakat yang tinggal di Papua Barat(saat ini berjumlah 761.000 orang IV ) berada dibawah garis kemiskinan V . Mata pencaharian dansumber pangan utama penduduk di BLKB berasaldari sektor perikanan VI,VII , termasuk masyarakat dipulau-pulau terpencil dan daerah padat pendudukdi Sorong dan Manokwari. Sementara ekosistemdi BLKB sudah tidak murni lagi dan stok perikanandi beberapa tempat mulai berkurang (padabeberapa kasus mencapai tingkat penurunan tajamsejak 1990 VIII ), rendahnya kepadatan populasi manusiadan faktor-faktor lingkungan menyebabkanekosistem laut tetap dalam kondisi yang tergolongsehat dibandingkan dengan banyak lokasi laindi wilayah Asia Tenggara. Walaupun demikian,eksploitasi terhadap sumberdaya alam secara tidakberkelanjutan - baik legal maupul ilegal -, kegiatanpembangunan yang tidak bertanggung jawab, danpertumbuhan penduduk yang sangat pesat di PapuaPenduduk Batanta mengeringkan campuran ikan pelagis dan karanguntuk dijual ke Sorong. Photo: ©Erdi Lazuardi/CIPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 2


Barat sebesar lebih dari 5,5% per tahun, mengancamkelangsungan hidup ekosistem-ekosistemitu beserta dengan masyarakat yang bergantungpadanya.Bentang Laut Kepala Burung adalah sebuahkawasan yang menjadi prioritas konservasi lauttidak hanya di tingkat regional, tetapi juga nasionaldan bahkan dunia IX . Daerah ini memiliki terumbukarang yang paling beragam di dunia dengan lebihdari 1.600 jenis ikan karang dan lebih dari 600 jeniskarang, dimana termasuk yang mungkin dapatbertahan dari dampak negatif perubahan iklim. TelukCendrawasih memiliki taman laut terluas yangada di Indonesia. Keunikan sejarah geologis danoseanografisnya yang menyebabkan Teluk Cendrawasihmengalami proses isolasi yang berulangulang,sehingga menjadikannya sebagai pusat bagiberagam spesies endemik. Abun merupakan lokasiterpenting di dunia sebagai tempat bertelurnyaPenyu Belimbing terbesar yang masih tersisa diwilayah Pasifik, sedangkan Kaimana dikenal denganhutan bakau dan keberadaan populasi kelompokmamalia laut yang terancam punah. Raja Ampat,adalah lokasi wisata yang terkenal di seanterodunia dengan keanekaragaman terumbu karangnyayang tiada bandingnya. Menjaga kesehatan perairanyang sangat produktif dan habitat-habitat yangberanekaragam ini sangat penting untuk sektorpembangunan yang memerlukan keberlanjutandari sumberdaya alam seperti perikanan, pariwisatadan budidaya air. Selain itu, perlindungan terumbukarang, padang lamun dan hutan bakau sangatpenting sebagai mekanisme penyimpanan karbonyang mungkin dapat memperlambat perubahaniklim, naiknya permukaan laut dan pemanasan suhusamudera.Pemerintah Indonesia baik di tingkat Kabupaten,Provinsi dan Pusat, saat ini sedang membuat berbagaikebijakan penting tentang bagaimana mempromosikanpertumbuhan ekonomi berkelanjutanuntuk masyarakat lokal, sementara juga melindungikarakteristik alami (termasuk keanekaragamanhayati yang tinggi) dan proses-proses alami yangmampu menjaga kelangsungan jasa ekosistemBLKB. Pemerintah daerah Papua Barat telahberkontribusi secara nyata dalam upaya pengelolaansumberdaya laut berkelanjutan dengan caramembentuk jejaring 12 Kawasan Konservasi Perairan(KKP) seluas lebih dari 3,6 juta hektar yangmeliputi wilayah perairan dan pulau-pulau kecil.KKP tersebut meliputi Taman Nasional Laut TelukCenderawasih, KKP Abun, 7 KKP di Raja Ampatdan sebuah KKP yang luas di Kaimana.Banyak kebijakan pengelolaan sumber daya alamyang dibuat di BLKB akan sangat bermanfaat bilamemperhatikan kaidah-kaidah Pengelolaan BerbasisEkosistem (PBE). Beberapa diantaranya adalah:• Pengelolaan KKP untuk jejaring KKP BentangLaut Kepala Burung,• Pengelolaan perikanan pada tingkat Kabupaten,Provinsi dan Nasional,• Rencana Tata Ruang untuk wilayah pesisir danlaut di tingkat pemerintah kabupaten, provinsidan nasional,• Pengelolaan jenis untuk jenis-jenis satwa terancampunah seperti penyu, duyung, cetacean(paus dan lumba-lumba) dan hiu paus.Jejaring Kawaasan Konservasi Laut diBentanglaut Kepala Burung3PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEMPengelolaan berbasis ekosistem bertujuan untukmempertahankan kesehatan, produktivitasdan ketahanan lingkungan yang memberikan jasaekosistem yang dibutuhkan oleh manusia, baik saatini maupun di masa mendatang. Di daerah KepalaBurung, pemerintah daerah telah berkomitmenuntuk mengembangkan inisiatif PBE yang dalamjangka panjang akan memberi kesejahteraan kepadamasyarakat dan ekosistem alami. Dalam rangkamencapai tujuan-tujuan tersebut, para penentu kebijakanmembutuhkan informasi-informasi tentanghubungan antar ekosistem laut dan darat, sosialekonomi dari karateristik pemangku kepentingandan pola pemanfaatan sumberdaya, khususnya perikanan.Bebagai mekanisme tata kelola mendasaripengelolaan sumberdaya yang efektif, dan memastikanbahwa kegiatan pengelolaan berbasis ekosistemini perlu disahkan secara hukum.Untuk membantu pemerintah Kepala Burungmengadopsi pendekatan PBE ini, tiga OrganisasiKonservasi (LSM) yaitu TNC, WWF dan CI telahbekerja dengan mitra lokal sehak tahun 2001. Padatahap awal, program konservasi difokuskan padapembentukan dan implementasi jejaring kawasankonservasi perairan. Dalam jangka beberapa tahunprogram kemitraan ini telah berkembang ke arahpengelolaan perikanan, perencanaan tata ruangpesisir dan pantai, dan pendidikan lingkungan.Penyu berperan penting dalam ekosistem terumbu karang.Photo: ©Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsBERBAGAI KAJIAN TENTANG PENGELOLAAN BERBASISEKOSISEMPengadopsian pendekatan PBE dalam rangka pengelolaansumberdaya alam di Bentang Kepala Burungtelah dilakukan melalui Program PengelolaanBerbasis-Ekosistem, dimana berbagai kajian ilmiahdilakukan dan sintesa hasil kajian dan rekomendasinyadikomunikasikan ke berbagai lembaga pemerintahsebagai pengelola. Mulai tahun 2005-2010para mitra dari LSM, perguruan tinggi dan pemerintahtelah melakukan 18 jenis kajian ilmiah untukmembangun pemahaman secara menyeluruh tentangkondisi sosial ekonomi, ekologis, oseanografisdan tata kelola di tiap wilayah kerja masing-masingpengelola di BLKB. Kajian-kajian tersebut bersamaandengan program pemantauan yang dilakukansaat ini dipakai dalam pengembangan dan reformasikebijakan mulai dari tingkat desa hingga nasional.Berbagai informasi berupa ancaman-ancamanutama dan rekomendasi pengelolaan yang dihasilkandari kajian tersebut terbagi ke dalam beberapatema yaitu biologi, sosial ekonomi dan tata kelola.Lembar fakta dan laporan dari masing-masingkajian tersedia sesuai kebutuhan. Berbagai rekomendasiyang dihasilkan dikelompokkan berdasarkankaidah-kaidah pengelolaan berbasis ekosistem,sedangkan rekomendasi dari studi yang bersifatspesifik-lokasi juga diterjemahkan implikasinyauntuk skala BLKB.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 4


STUDI-STUDI EKOLOGI1. SEJARAH EKOLOGIS BENTANG LAUT KEPALA BURUNGPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, RENCANA TATA RUANGLATAR BELAKANGSebuah studi dilakukan untuk merekonstruksi sejarahekologi dari wilayah Raja Ampat, dan menilaikondisi lingkungan wilayah ini pada jaman pra-kolonial,contohnya memperkirakan kelimpahan ikandan kondisi hutan sebelum munculnya kegiatanperikanan dan penebangan hutan berskala komersial.Rekonstruksi dilakukan berdasarkan analisisterperinci dari data sejarah ekologi di daerahKepala Burung yang umumnya berupa catatan hariandan laporan dari 13 ekspedisi utama dari tahun1820-2002, termasuk eksplorasi yang dilakukanoleh Inggris, Perancis dan Belanda. Studi di bawahprogram The Sea Around Us yang dilakukan olehthe Paris Natural History Museum dan The Universityof British Columbia’s dokumentasi The Sea AroundUs, menunjukkan perubahan yang signifikan yaitukegiatan subsisten di Raja Ampat pada lebih dari200 tahun yang lalu hingga meningkat pada perikanankomersial, khususnya dalam kurun waktu lebihdari 20 tahun.TEMUAN DAN MASUKAN PENTINGPerubahan-perubahan khusus pada anggapan tentangkondisi ekologi dari tahun 1820 – 2002 adalah:1. Adanya anggapan bahwa populasi penyu, ikandan invertebrata telah menurun sekitar 50%;2. Kegiatan ekstraksi komersial terhadap invertebrataterus berlanjut walaupun terdapat tandaadanya penangkapan berlebih;3. Adaya anggapan bahwa kepadatan pendudukdi daerah pantai telah mengalami peningkatantajam;4. Adanya anggapan bahwa sumberdaya lauthanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehariharitelah bergeser menjadi pemanfaatan sumberdayalaut secara intensif dan meluas.5. Adanya anggapan umun bahwa penyu, ikandan tumbuhan laut masih berlimpah;REKOMENDASI• Peningkatan kegiatan perikanan komersial diRaja Ampat yang terjadi belakangan ini telahmengurangi kelimpahan populasi dan potensireproduksi ikan, menunjukkan adanya kebutuhanmendesak akan sistem pengelolaan perikanan(khususnya peraturan tentang perikanan)sebelum terjadi penurunan terjadi lebih lanjut.REFERENSI- Palomares, M. D. L., Heymans, J. J. and Pauly,D. 2007 Historical Ecology of the Raja AmpatArchipelago,Papua Province, Indonesia. Historyand Philosophy of the Life Sciences 29: 33-56.2. DISTRIBUSI, STATUS DAN PENGELOLAAN LOKASIPEMIJAHAN KERAPU DI RAJA AMPATPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKPLATAR BELAKANGDi Raja Ampat, jenis-jenis ikan karang mempunyainilai budaya, ekologi dan ekonomi yang penting untukmasyarakat, dan menjadi sumber mata pencarianutama. Sayangnya banyak nelayan melakukankegiatan perikanan yang tidak berkelanjutan yangberdampak negatif pada populasi ikan karang danekosistem laut. Contoh kegiatan perikanan yangtidak berkelanjutan adalah penangkapan ikan dengancara merusak (bom ikan, sianida) menangkapanak-anak ikan-ikan atau ikan dewasa yang aktifbereproduksi.Beberapa jenis ikan karang biasanyan berkumpulpada waktu tertentu di lokasi tertentu untukbereproduksi, yang lebih dikenal dengan istilah“Lokasi Agregasi Pemijahan Ikan” atau singkatnyaLokasi Pemijahan. Menangkap di lokasi pemijahanberarti mengambil ikan-ikan dewasa dalam jumlahbesar hanya beberapa waktu sebelum merekaberkembang biak, sehingga akan terjadi penangkapanberlebih, terlebih jika kegiatan perikanandi lokasi pemijahan ini berskala komersial. Secaraglobal, perikanan agregasi (penangkapan di daerahpemijahan) menyebabkan hilangnya lokasi pemijahandan pengurangan kelimpahan stok ikan, reproduksi,rekruitmen dan ukuran rata-rata ikan. DiRaja Ampat semua lokasi pemijahan yang dikenalbernilai komersial tinggi sehingga menjadi target5PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


STUDI-STUDI EKOLOGIpenangkapan Ikan Karang Hidup Konsumsi yangdiperdagangkan, untuk memasok ikan dari Indonesiake pasar dan rumah makan di kawasan Asiasejak tahun 1980-an. Dengan terus melakukan kegiatanperikanan di lokasi pemijahan di Raja Ampatyang tidak berkelanjutan, LRFFT (Life Reef Fishfor Trade/ikan karang hidup) untuk diperdagangkan)telahberkontribusi terhadap adanya penangkapanberlebih, dan pada beberapa kasus, terjadinyakelangkaan stok di daerah tangkapan yang awalnyasangat produktif. Terlepas dari nilai ekonomi darijenis target pada LRFFT, hanya sedikit yang diketahuitentang status populasi, biologi reproduksi ataukebutuhan pengelolaan dari jenis-jenis komersialutama di Indonesia.Untuk mendukung keputusan kebijakan perikananyang di Raja Ampat, dilakukan survei nelayan, sensusvisual bawah air dan penandaan ikan di lokasilokasipemijahan di Ayau dan Misol Tenggarauntuk menentukan lokasi, waktu, komposisi jenisdan kelimpahan dari ikan yang memijah. PenghitunganTangkapan per Unit Usaha (CPUE) terhadapnelayan-nelayan juga dilakukan di Ayau untukmemperkirakan dampak dari perikanan LRFFTlokal terhadap kelayakan agregasi. Studi-studitersebut dilakukan oleh para ilmuwan dan anggotatim pemantau dari Universitas Hawaii-Hilo, TNCdan CI.ANCAMAN• Penangkapan berlebih terhadap populasi ikanKerapu dan perubahan-perubahan ekosistemmengarah kepada kehancuran usaha perikanan,melemahnya fungsi-fungsi ekosistem dan hilangnyamata pencarian akibat penargetan LokasiPemijahan untuk LRFFT.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Lokasi pemijahan Kerapu sudah sangat terkurasdi Kepulauan Misol bagian Tenggara danKKPdi Kofiau akibat penangkapan berlebihkarena tidak ditemukannya lokasi pemijahanfungsional. Bukti-bukti menunjukkan bahwasejumlah lokasi pemijahan Kerapu yang hilangmasih ada di Misol Selatan, tetapi tetap beradadi bawah tekanan kegiatan LRFFT. Upaya pemulihandi tempat-tempat lainnya memerlukanpelarangan tegas terhadap kegiatan LRFFT dankegiatan penangkapan lokal yang dilakukan dilokasi pemijahan.Tim Pemantauan dari CI mengukur seekor Kerapu Sunu sebelummelakukan operasi pemasangan alat pendeteksi akustik.Photo: ©Joanne Wilson/TNC2. Di Ayau masih terdapat lokasi pemijahan yangberukuran kecil namun masih berfungsi baik,di mana beberapa di antaranya dijadikan targetoleh nelayan lokal untuk kegiatan LRFFT, danyang lainnya ditutup dari kegiatan perikananmelalui deklarasi adat. Saat ini, perlindunganterhadap lokasi pemijahan telah mendapatpengaruh dari tekanan pembeli dan dukunganmasyarakat untuk KKP. Walaupun demikiankeputusan menteri akan segera memformalkanlokasi pemijahan yang saat ini dilindungi olehhukum adat.3. Mengingat penurunan populasi Kerapu yangsangat tajam, setiap upaya pemulihan yangterjadi pastilah sangat lambat dan bergantungpada tindakan melindungi jenis target dari penangkapanselama musim pemijahan di lokasipemijahan dan jalur-jalur migrasi.4. Para nelayan Ayau sangat ahli dalam menangkapKerapu Sunu (Plectropomus areolatus), dimana dalam satu agregasi mereka dapat menangkapsekitar 75% ikan yang memijah dalamwaktu 10 hari.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 6


STUDI-STUDI EKOLOGI5. Hasil studi dengan menggunakan penandaanakustik menunjukkan bahwa Kerapu Sunubergerak 4-5 km dari lokasi pemijahannyasetelah bereproduksi, dengan demikian dapatdikatakan mempunyai areal penangkapan yangsempit.6. Kesetiaan untuk tetap berada pada lokasi pemijahanjuga diamati, di mana jantan tinggal lebihlama dibanding betina dan dengan demikianmenciptakan potensi berkurangnya aktivitasreproduksi akibat penangkapan berlebih ikanjantan.REKOMENDASI1. Lokasi pemijahan dan koridor-koridor migrasi(lokasi reproduksi plus sedikitnya 4-5 km ditiap sisi, dengan total 10 km) harus ditutup darikegiatan penangkapan selama musim pemijahan.Zona larang tangkap skala kecil, atauyang ditutup hanya pada sebagian kecil padamusim pemijahan, tidak akan memberikanperlindungan penuh, , menghentikan terjadinyapenurunan kelimpahan, ataupun menghilangnyalokasi agregasi pememijahan. Jika lokasipemijahan ini dibiarkan tidak terlindung atautanpa perlindungan penuh, maka populasiKerapu dan kegiatan perikanannya berpotensiuntuk hancur.2. Memformalkan aturan sasi untuk lokasi pemijahan,dan memasukkan lokasi pemijahan kedalam Zona Larang Tangkap pada KKP.3. Mengurangi tangkapan keseluruhan Kerapuhingga mencapai tingkat berkelanjutan untukmemungkinkan populasi ikan untuk pulih.4. Secara berkala melakukan pemantauan terhadappopulasi Kerapu dan aktivitas pemijahandi lokasi pemijahan untuk mengetahui trenpopulasi dan dampak dari upaya pengelolaan.Menghentikan penangkapan ikan secarabersamaan jika terlihat indikasi penurunankelimpahan ikan atau penurunan rata-rata lamapemijahan tiap individu ikan yang memijah.Pertimbangkan untuk melanjutkan memancingdi luar lokasi pemijahan hanya ketika stoksudah mencapai tingkat yang diinginkan.REFERENSI- Rhodes, K. 2008. Packard EBM Bird’s Head SeascapeTag-Recapture Training Workshop and FishSpawning Aggregation Identification and Characterization,Raja Ampat, Indonesia. TNC IndonesiaMarine Program Technical Report.- Rhodes, K. 2010 Final Technical Report: Taggingand Monitoring of squaretail coralgrouper,Plectropomus areolatus, in Ayau, Raja Ampat, WestPapua, for <strong>Conservation</strong> Planning 8 October 2009to 20 April 2010. TNC Indonesia Marine ProgramTechnical Report.- Wilson, J.R, Rhodes, K. L., and Rotinsulu, C.2010 Aggregation fishing and local managementwithin a marine protected area in Indonesia. SPCLive Reef Fish Information Bulletin 19: 7-13.3. ASPEK EKOLOGI MIGRASI, HABITAT PENELURAN DANHABITAT PAKAN PENYU LAUTPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKP,PERENCANAAN TATA RUANG, PENGELOLAAN JENIS SATWA DILINDUNGILATAR BELAKANGBentang Laut Kepala Burung (BLKB) adalah tempatpenyebaran empat dari tujuh jenis penyu yangada di dunia untuk bertelur dan mencari makan.Satwa laut yang terancam ini tersebar di seluruhperairan BLKB dan bermigrasi menuju SamuderaPasifik dan Hindia. Selama daur hidupnya, penyumemegang peran penting dalam poses ekologisdan keberlanjutan lingkungan pesisir dan laut lepas.Para ilmuwan yakin bahwa Penyu Sisik berfungsidalam menunjang kerberlajutan ekosistem terumbukarang dengan cara memakan biota spons,yang jika dibiarkan tumbuh tak terkendali akanmembunuh karang. Karena hubungan ini, parapeneliti yakin bahwa penurunan jumlah Penyu Sisikmungkin akan mengakibatkan ketidakmampuanterumbu karang untuk bertahan dari tekanan polusilaut karena pertumbuhan berlebih dari ganggang,penangkapan berlebih dan perubahan iklim. Prosesmemakan secara tetap dari Penyu Hijau meningkatkankesehatan dan produktifitas padang lamun.Sebagai predator utama dari Ubur-Ubur, PenyuBelimbing secara tidak sengaja melindungi larvaikan dari pemangsaan. Selain itu, secara kultural7PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


STUDI-STUDI EKOLOGIPenyu juga penting bagi para penduduk di seluruhwilayah Pasifik, di mana memainkan peran pentingdalam upacara adat.Walaupun Penyu di Indonesia telah dilindungioleh undang-udang, keberadaannya tetap terancamoleh pengambilan telur, perburuan hewan dewasadan terjerat jaring ikan yang masih berlangsung.Kenaikan muka air laut dan pembangunan pesisirmenempatkan mereka pada resiko yang lebih besarkarena mengurangi keberadaan habitat bertelur danmencari makan. Informasi lokasi-lokasi bertelurpenyu yang penting, tempat mencari makan danjalur migrasi sangat diperlukan untuk upaya pengelolaanjenis satwa laut ini mengelola , khususnyajika migrasi itu melalui wilayah-wilayah di manamereka terancam oleh aktivitas eksploitasi baiklangsung maupun tidak langsung. Dalam periode2005 dan 2009, kelompok masyarakat lokal di RajaAmpat, Abun dan Teluk Cenderawasih telah dilatihuntuk memantau populasi Penyu Belimbing danPenyu Hijau. Ilmuwan dari WWF Indonesia danmitranya mempelajari pola migrasi dan distribusidari lima ekor Penyu Lekang betina dan 11 PenyuHijau betina menggunakan alat pelacak satelit.ANCAMANPenyu yang hidup di Bentang Laut Kepala Burungmenghadapi ancaman dari:1. Pengambilan telur yang ilegal, dan perburuanpenyu dewasa untuk dijadikan makanan dandiambil cangkangnya;2. Perusakan sarang penyu dan pemangsaan teluroleh biawak, anjing dan babi;3. Hilangnya habitat tempat bertelur akibat pembangungandi daerah pesisir (pembuatan tanggulpantai, modifikasi pantai, serta abrasi akibathilangnya vegetasi), kenaikan muka air laut danbadai tropis;4. Hilangnya padang lamun yang menjadi tempatmencari makan dari penyu karena diselimutilumpur dan pasir dari kegiatan pembangunandi pesisir, reklamasi lahan, pembuatan jalan danproses “gleaning” (bameti);5. Menjadi tangkapan tidak sengaja (bycatch)karena terjerat jaring pukat udang dan pancingrawai maupun alat tangkap jaring, khususnyajaring insang, jaring pantai dan sero, khususnyapada musim bertelur;6. Perubahan dalam rasio jenis kelamin ketikamenetas yang disebabkan oleh meningkatnyasuhu pasir yang disebabkan oleh sedimentasiTukik yang sedang menuju ke laut.Photo: ©Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea Visionsdari aliran tambang, pembukaan lahan hutandi sekitar daerah aliran sungai dan hilangnyavegetasi mangrove, pandan-pandanan danpohon-pohon pantai lainnya;7. Penangkapan hiu dengan umpan di sekitarpantai peneluran sehingga menyebabkan resikotingginya pemangsaan tukik oleh hiu ;8. Tertelannya plastik yang menyebabkan kematianakibat tertutupnya saluran pencernaan.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Penyu akan kembali ke daerah peneluran yangsama setiap tiga hingga empat tahun sekali;2. Pantai yang bagus untuk bertelur adalah yangpantai pasir yang luas, struktur pasir/substratnyacocok, mempunyai vegetasi pantai yangbagus (khususnya pohon) dan tidak ada cahayadi pantai;3. Pantai-pantai tempat bertelur penyu yang pentingsecara regional, dan beberapa di antaranyasecara global, di wilayah Bentang Laut KepalaBurung adalah:• Penyu Hijau: Ayau-Asia, Piai-Sayang,Waigeo, Venu-Kaimana, Pisang-Tuturuga-FakFak, WairundiPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 8


STUDI-STUDI EKOLOGI• Penyu Sisik: Misool, Wayag-Sayang, Venu-Kaimana• Penyu Belimbing: Abun-Jamursba Medi,Warmon, Kaironi• Penyu Lekang: Abun-Jamursba Medi, Warmon,Kaironi4. Setelah tinggal selama beberapa bulan untukbertelur, semua jenis bermigrasi ke wilayahwilayahdi luar Kepala Burung, termasuk keLaut Arafura, Kalimantan Selatan, seluruh AsiaTenggara dan bahkan mencapai ke AustraliaUtara dan Selandia Baru, untuk mencari makandan tinggal di sana. Akan tetapi sejumlah PenyuHijau tetap tinggal dan mencari makan didaerah Kepala Burung.5. Meningkatnya sedimentasi ke daerah pantaidapat menaikkan suhu pasir dan berpotensimerubah keberhasilan penetasan telur dan rasiojenis kelamin.6. Penyu Lekang beresiko terkait oleh armadapancing rawai di daerah Pasifik Barat, LautBanda dan pukat udang di Laut Aru.REKOMENDASI1. Pantai-pantai tempat bertelur penyu yang pentinghendaknya dilindungi dengan menetapkanpatroli masyarakat, program pemantauan berbasismasyarakat dan kesepakatan masyarakatadat untuk menghentikan kegiatan pengambilantelur dan menangkap penyu dewasa. Jika dipandangperlu melakukan relokasi sarang telur,ikut protokol dan praktik terbaik untuk pengelolaanpantai tempat bertelur yang disusunoleh WWF dan dapat diakses lewat: www.wwf.or.id/about_wwf/whatwedo/marines_species/publication atau hubungi WWF and UniversitasPapua untuk panduan praktik terbaru.2. Penting untuk melindungi pantai tempatbertelur dan daerah pakan (padang lamun) daridampak pembangungan pesisir dengan cara: a)memastikan bahwa penambangan pasir, tanggul,jalan atau kegiatan konstruksi lain tidakdilakukan di sekitar daerah bertelurnya penyu,b) melindungi vegetasi pantai dan pasir khususnyapohon-pohon besar, c) melindungi tempatbertelur dan daerah makan dari sedimentasiyang diakibatkan kegiatan penambangan danpembangunan daerah pesisir, d) melaksanakanpraktek terbaik untuk relokasi sarang.3. Bekerja sama dengan otoritas perikanan baikdi tingkat provinsi maupun nasional untukmenetapkan penggunaan alat pelepasan penyu(TED) untuk operasi pukat di Laut Arafura,dan memperkenalkan peraturan tentang pemakaianpancing lingkar untuk pancing rawaidi wilayah Bentang Laut Kepala Burung danIndonesia Timur.4. Otoritas perikanan lokal hendaknya melarangpenggunaan alat tangkap pasif (jaring insang,sero atau jaring pantai) dalam wilayah kuranglebih 50 km dari pantai tempat bertelur dan dipadang lamun.5. Menetapkan sistem pembuangan sampah kotayang menghindarkan terbawanya sampah kedaerah pantai atau laut. Membuat kampanyepublik untuk pengelolaan sampah perkotaan,khususnya di Sorong, Manokwari, Kaimana,Waisai dan di atas kapal PELNI. .6. Mendorong penggunaan jalur-jalur pelayarandi daerah Kepala Burung untuk menghindaridaerah-daerah bertelur pada jarak 15 km daripantai untuk melindungi penyu selama puncakmusim bertelur (Penyu Belimbing dan Hijaupada bukan April dan September), Penyu Sisikpada bulan Juni/Juli dan Penyu Lekang padabulan Maret/April).REFERENSI- Adnyana I.B., Jayaratha I.M, 2009. Post-NestingMigrations of Olive Ridley Turtles (LepidochelysOlivacea) from The Bird’s Head Peninsula ofPapua, Indonesia. Udayana University, Bali. Indonesia.Brief Technical Report.- Adnyana I. B. and C. Hitipeuw, 2009. PanduanPemantauan Pantai Peneluran Penyu. PublikasiWWF dalam Bahasa Indonesia. . hhttp://www.wwf.or.id/berita_fakta/publications/?8900/Buku-Panduan-Pemantauan-Penyu- Hitipeuw, C., Dutton, P.H., Benson, S.R., Thebu,J., and Bakarbessy, J., 2007. Population status andinter-nesting movement of leatherback turtles,Dermochelys coriacea, nesting on the northwestcoast of Papua, Indonesia. Chelonian <strong>Conservation</strong>and Biology 6(1):28–369PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


STUDI-STUDI EKOLOGI4. POLA SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI BENTANGLAUT KEPALA BURUNGPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN KKPLATAR BELAKANGSuhu permukaan laut yang berada di luat batas toleransinormal organisme dapat menjadi penyebabstres yang cukup signifikan. Suhu permukaan lautyang tinggi dapat membahayakan terumbu karangbila Zooxanthellae dipaksa meninggalkan polipkarang yang ditempatinya selama ini. Zooxanthellaeadalah ganggang bersel tunggal yang memberikanwarna, makanan dan tenaga ekstra untukmembentuk terumbu. Tanpa adanya hubungantersebut, warna karang akan berubah menjadi putihdalam proses yang kemudian disebut pemutihankarang, dan umumnya mengalami kematian akibatkekurangan makanan, menyisakan ganggang lumutdi area tesebut yang kemudian berubah menjadihabitat yang sama sekali tidak cocok untuk ikanikan.Pemutihan dan stres pada karang lebih sedikitterjadi di daerah yang beberapa bagiannya terpapardengan perairan dingin, dan daerah di mana Zooxanthellaesebelumnya telah beradaptasi terhadapsuhu yang lebih tinggi.Sejak tahun 2005, para ilmuwan UNIPA dan CItelah memelihara 78 buah alat pendeteksi temperature(logger) yang dipasang di seluruh BentangLaut Kepala Burung yang mempunyai karanghidup di kedalaman 1-3 m dan 15-20 m. Loggerloggertersebut mencatat suhu tiap 15 menit. Tujuandari penempatan alat adalah untuk menggambarkantoleransi karang hidup terhadap suhu, danmengidentifikasi daerah yang mempunyai kondisisuhu yang bagus bagi karang untuk bertahan hidupdalam waktu lama, yaitu kondisi yang mampun beradaptasiterhadap suhu hangat, atau upwelling dan/atau sering munculnya suhu dingin namun singkat,yang membantu menghindari stres dan pemutihanpada karang. Daerah-daerah ini hendaknya dipertimbangkansebagai daerah prioritas mengungsibagi organisme yang mungkin selamat dari peristiwaoseanografi yang merusak.ANCAMAN1. Perubahan iklim menyebabkan peningkatansuhu permukaan air laut dan perubahan kondisioseanografi di seluruh dunia yang dapatmenyebabkan sering terjadinya pemutihankarang.2. Pemutihan karang dapat menyebabkan kematianterumbu karang, khususnya bila jugamengalami tekanan oleh sedimentasi, dan/ataupertumbuhan ganggang yang tidak terkendalikarena tidak cukup ikan, siput dan teripanguntuk menjaga keseimbangan ekosistem.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Banyak tempat di Bentang laut Kepala Burungmengalami upwelling dan pendinginan musiman,yang mungkin berhubungan de-ngan rendahnyakecenderungan terjadinya pemutihankarang akibat perubahan suhu. Lokasi-lokasiupwelling yang terkenal (de-ngan suhu palingrendah 19,3 o C) adalah Misol Tenggara (khususnyarantai Fiabacet, di sepanjang perhentianpaparan benua), Misol bagian barat laut, SelatSagewin, Selat Dampier (khususnya ujungtimur), Selat Bouganville di Waigeo bagianbarat daya, dan Tanjung Triton di Kaimana.Pendinginan yang terjadi secara musimanberhubungan dengan pengaruh angin musontenggara yang merupakan fenomena tahunandan dialami hampir semua daerah terumbu diKepala Burung dari April hingga Agustus, dengansuhu terdingin muncul pada Juli/Agustus.2. Banyak dari karang yang hidup di habitat tertutupmengalami suhu tinggi (mencapai 36 o C,yang secara umum tergolong mematikan untukkarang) yang akan berfluktuasi secara dramatisdengan perubahan pasang surut harian. Lokasilokasipenting dengan toleransi tinggi terhadapsuhu adalah daerah laguna di Walo-Kofiau danPulau Gebe, Laguna Wayag, kanal Mesemptadi Misol Tenggara, kanal “mangrove air jernih”di Nampale dan Gam, Teluk Mayalibit yanghampir tertutup, dan rataan terumbu karangintertidal di Pulau Kri, Raja Ampat.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 10


STUDI-STUDI EKOLOGI3. Banyak dari lokasi-lokasi yang dipantau mengalamivariasi suhu yang ekstrim dan berulangdengan kisaran 6-12 o C sepanjang tahunnya.Lokasi yang khususnya penting untuk suhuyang dramatis itu adalah Laguna Walo-Kofiau,rataan terumbu Kri, hutan bakau air jernih diNampale dan Gam, dan dua lokasi di TelukTriton (Pulau Saruenus dan Mauwara).4. Tingginya perbedaan variasi suhu dari sedanghingga ekstrim yang dialami oleh hampirsemua terumbu karang yang dipantau di RajaAmpat, Kaimana dan bagian utara daerahKepala Burung, terumbu di Teluk Cenderawasihternyata hidup dalam kondisi suhu yangsangat stabil dengan variasi harian, bulananatau musiman yang sangat kecil, suhu umumnyabertahan pada kisaran 28-30 o C.Pucuk karang yang memutih akibat matinya hewan Zooxanthelaeyang bersimbiosis dengan karang.Photo: ©Crissy Huffard/CIREKOMENDASI1. Mengingat periode masuknya aliran dingindapat menyebabkan karang terbebas dari stresdan mengurangi kemungkinan pemutihankarang, semua KKP di jejaring Bentang LautKepala Burung harus memilih kawasan larangtangkap di daerah dengan upwelling terkuat.2. Karena terumbu karang yang sering terkenasuhu hangat abnormal (31-36 o C) nampaknyalebih toleran terhadap kondisi-kondisi oseanografisyang akan terjadisehingga karangdi daerah ini harus diprioritaskan menjadibagian dari kawasan larang tangkap. Selain itu,terumbu rata intertidal yang sehat juga harusdimasukkan ke dalam kawasan larang tangkapdan dilindungi kegiatan penambangan karang.3. Mengingat keanekaragaman hayati (dan dengandemikian pemulihan terhadap gangguan) berhubunganerat dengan variasi habitat termasukkondisi suhu, KKP dan kawasan larang tangkapharus melindungi rezim variasi suhu danjenis-jenis habitat.4. Terumbu di Teluk Cenderawasih dengan polasuhu yang stabil, merupakan kawasan yangrentan terhadap variasi suhu akibat perubahaniklim. Untuk itu, terumbu ini memerlukanperhatian ekstra untuk meminimalkan sumbersumberstres lain yang menimpanya (termasukkegiatan perikanan merusak dan tangkap berlebih,dan sedimentasi dari pembukaan lahandi daerah aliran air sekitarnya) dalam rangkamemaksimalkan kemampuan adaptasi terhadapperubahan suhu di masa mendatang. Limbahtambang dan buangan industri lainnya tidakboleh disalurkan ke kawasan Teluk Cendrawasih.REFERENSI- Purba, G.Y.S., Bawole, R., Erdmann, M.V.,Rotinsulu, C., Lazuardi, M.E., Pattiasina, T. (2009)Ketahanan karang menghadapi kenaikan suhu permukaanlaut guna penentuan kawasan konservasilaut daerah di Teluk Cendrawasih. World OceansConference, Manado, Indonesia. 8 pages.11PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


STUDI-STUDI EKOLOGI5. KETERHUBUNGAN GENETIS DARI HEWAN-HEWAN YANGBERASOSIASI DENGAN KARANG DI DAERAH BENTANG LAUTKEPALA BURUNGPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKP,PERENCANAAN TATA RUANG, PENGELOLAAN JENISLATAR BELAKANGBanyak larva plantonik berpindah mengikutipergerakan arus samudera dari lokasi menetasnyake daerah yang akan menjadi tempat hidup danbertumbuh, dan perpindahan ini dapat berlangsungdalam jarak beberapa meter hingga ribuan kilometer.Jarak menentukan apakah satu larva akan atautidak akan berkembang biak dan kawin dengananggota jenisnya di daerah lain, dan menghubungkankedua populasi tersebut. Populasi yang terlalujauh satu dengan lainnya atau mempunyai halanganyang mencegah larva saling berpindah antarmereka menjadi terisolasi. Populasi yang terisolasiharus menggantungkan diri dengan stok merekasendiri untuk mempersiapkan rekrutmen larva bagigenerasi selanjutnya. Dengan mengetahui apakahpopulasi-populasi itu terhubung atau terisolasi satusama lain, para pengelola dapat menilai bagaimanamereka bergantung satu sama lain lewat proses“pengisian” larva dan stok. Contohnya, larva ikanTuna dari Biak dibawa oleh arus dan menetap didaerah terumbu di Yapen, Manokwari atau bahkandi Raja Ampat. Sangat jelas jika ikan Tuna dewasadi Manokwari semuanya berasal dari Biak, pentingbagi pemerintah Manokwari untuk bekerja samadengan pemerintah Biak untuk mengamankansuplai Tuna di masa depan untuk para nelayan diManokwari. Sama halnya jika populasi terisolasi,para pengelola lokal harus bekerja untuk memastikanstok-stok yang ada tidak hilang karenakemungkinan stok ini tidak dapat digantikan olehpopulasi dari daerah lain. Peneliti dari UniversitasPapua dan Universitas California di Los Angelesmempelajari keanekaragaman genetika untuk menentukanpola koneksivitas jenis-jenis yang berbedadi daerah Bentang Laut Kepala Burung. Semakinmirip genetika yang menyusun dua populasi,makin sering mereka bertukar larva dan populasinyamakin terhubung. Keanekaragaman genetikapada akhirnya bertanggung jawab pada seberapabaik sebuah organisme bertahan hidup di habitatalaminya dan kondisi lingkungan yang berubahmakin beragam populasi nampaknya lebih mampumengatasi situasi yang lebih beragam.ANCAMAN1. Jika sebuah populasi yang terisolasi mengalamitangkap lebih atau terancam (misalnyahilangnya habitat, kualitas air yang rendah ataumasalah reproduksi atau rekrutmen), makatidak ada sumber lain dari luar yang dapatmengganti stok yang hilang.2. Ketika organisme dari daerah lain dilepaskanke lokasi baru (biasanya dari kegiatan budidayaatau kapal), mereka dapat kawin dan mengganggukeragaman genetika populasi asli dankemampuan alami untuk bertahan hidup.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Bagi kebanyakan jenis, populasi organisme lautdi Teluk Cenderawasih terisolasi secara genetikdengan populasi di daerah lain di kawasanBentang Laut Kepala Burung, yang mana halini menunjukkan terbatasnya keterhubunganantara wilayah ini dan wilayah lain di KepalaBurung. Populasi di Teluk Cenderawasihharuslah bersifat swa-benih, karena tidak adalarva dari luar yang dapat tumbuh dan bertahanhidup di sana.2. Bagi kebanyakan jenis, Papua Barat danHalmahera terisolasi dari bagian-bagianIndonesia lainnya.3. Bagi kebanyakan jenis, populasi di BentangLaut Kepala Burung bagian selatan dan utarasangat berbeda satu sama lain, tetapi populasiFak-fak-Kaimana terhubung dengan yang adadi Sulawesi dan Indonesia Tengah.4. Secara keseluruhan keanekaragaman genetikdi BLKB sangat tinggi. Keanekaragaman iniharus dilindungi dari spesis invasif yang dapatmengambil alih dan/atau mengganti populasiasli.5. Teluk Cenderawasih adalah contoh utamadari endemisitas di BLKB. Wilayah ini jugamenjadi tempat hidup simbion-simbion satwaKima yang toleran-panas, yang memungkinkanhewan-hewan ini mentoleransi perubahan iklimyang kecil berhubungan dengan peningkatansuhu.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 12


PENGELOLAAN DAN EKONOMIREKOMENDASI1. Membuat peraturan yang mengatur penangkapanIkan Teri dan penggunaan Bagan diRaja Ampat dan seluruh Bentang Laut KepalaBurung untuk mencegah tangkap-lebih. Menetapkanbiaya perijinan dan pajak yang lebihadil untuk beberapa perahu bagan yang berukurankecil, dan menggunakan sebagian danaperijinan untuk membiayai kegiatan patroli/pengawasan, dan pemantauan perikanan. Mengeluarkansemua nelayan yang tidak memilikiijin (dan tentunya ilegal) dari wilayah ini.2. Kemeterian dan Dinas Perikanan hendaknyamelakukan pemantauan berkala terhadap stokdan hasil tangkapan Ikan Teri.3. Berdasarkan hasil kajian stok, pembatasan jumlahperahu, alat tangkap dan lakukan penutupansementara/musiman perlu dilakukan untukmemungkinkan regenerasi alami stok danmenghindari tangkap lebih dan hilangnya sumbermakanan dari ikan pelagis penting lainnya.4. Memantau ukuran ikan dewasa, dan metetapkandata ukuran dewasa untuk Ikan Teri diRaja Ampat, serta metetapkan ukuran matajaring minimum yang memungkinkan ikan-ikanmempunyai kesempatan bereproduksi sebelumditangkap sebesar 50%.REFERENSI- Bailey M, Rotinsulu C, Rashid UR (2007). Themigrant anchovy fishery in Kabui Bay, Raja Ampat,Indonesia: Catch, profitability, and income distribution.Marine Policy 32(3): 483-488- Varkey DA, et al. (2009) Illegal, unreported andunregulated fisheries catch in Raja Ampat Regency,Eastern Indonesia. Marine Policy, 34(2):228-2367. POLA PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT DI RAJA AMPATPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKP,PENGELOLAAN JENISLATAR BELAKANGPemahaman tentang pola-pola pemanfaatansumberdaya laut dan peraturan pengelolaan nyaadalah sebuah komponen penting dalam sistemperikanan berkelanjutan dan pengelolaan sumbermata pencarian di laut. Sementara perikanan ilegaldan tidak diatur diketahui mengancam sumberdayalaut, penelitian terbaru memperlihatkan bahkanperikanan artisanal berskala kecil pun dapatmenyebabkan tangkap-lebih jika tidak dikeloladengan baik. Jejaring KKP Raja Ampat yang luasadalah ideal untuk perlindungan dan pemulihanekosistem laut dan lokasi tangkap yang penting,akan tetapi justru keterpencilannya menyebabkankesulitan mendeteksi aktivitas illgal yang dilakukanoleh nelayan. CI dan TNC menggunakan kombinasisurvei kapal laut dan udara untuk memantaupemanfaatan sumberdaya laut di Raja Ampat, danmendokumentasikan jenis, ukuran, lokasi dankegiatan kapal-kapal (termasuk tetapi tidak terbataspada perahu), dan juga alat tangkap terpasangseperti sero. Survei dengan kapal laut mempunyaikeuntungan dalam mendokumentasikan asal paranelayan dan memperkirakan jumlah tangkapan,sedangkan survei udara dapat mencakup wilayahyang lebih luas dalam waktu singkat. Selama surveiudara juga dimungkinkan untuk mengidentifikasihewan laut berukuran besar, seperti Paus, Lumbalumba,Duyung, Pari Manta, Hiu dan Penyu, sertapola-pola pemanfaatan pesisir lainnya.ANCAMAN1. Kegiatan perikanan ilegal, tidak terlaporkandan tidak diatur, termasuk menangkap ikan didalam kawasan larang tangkap, melemahkanupaya perlindungan terhadap sumberdayauntuk masyarakat, dan dapat menyebabkanruntuhnya produksi perikanan, tingginyatangkapan sampingan, dan hilangnya sumbermakanan penting untuk hewan-hewan lainnya.2. Usaha perikanan yang intesif, atau penangkapandi daerah agregasi memijah, dapat menyebabkanproduksi perikanan runtuh.3. Ketidakseimbangan hasil perikanan dimanahasil yang tinggi lebih banyak dinikmati olehorang luar daripada nelayan lokal. Hal ini dapatberdampak negative pada manfaat ekonomidari KKP bagi nelayan lokal dan dapat menyebabkankonflik sosial.4. Kegiatan perikanan ilegal dan tidak terlaporkanmenurunkan pemasukan pendapatan pihakkabupaten dan lembaga-lembaga pemerintahlainnya.15PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN DAN EKONOMITEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Walaupun hampir semua nelayan yang dijumpaidi dalam KKP adalah anggota masyarakat lokaldengan perahu kecil, sebenarnya orang-orangyang tinggal di Selat Dampier, Misol Tenggaradan perbatasan KKP Kofiau mengambil sekitar5% dari total tangkapan di KKP-KKP tersebut,sedangkan nelayan dari Sorong, Sulawesidan tempat lain di Indonesia mengambil 95%lainnya. Nelayan dari Teluk Mayalibit dan Ayaubertanggung jawab pada hampir seluruh tangkapandari KKP-KKP tersebut. .2. Kegiatan perikanan yang ilegal (termasukpemboman) terus berlangsung di Raja Ampat,pada beberapa kasus ijin ilegal diberikan olehpimpinan masyarakat atau Kepala Kecamatan.Ditemukan fakta bahwa kegiatan pengambilansirip Hiu tidak mengalami penurunan sejak2006, walaupun ada larangan terhadap ijinpenangkapan hiu di wilayah Raja Ampat sertadiserahkannya para nelayan ilegal beserta alattangkapnya ke lembaga penegak hukum.3. Kegiatan penangkapan ikan karang (Kerapu,Teripang) dan ikan pelagis (Tuna, Makarel danIkan Teri) mewakili tangkapan jenis-jenis yangterbanyak ditangkap.4. Aktivitas perikanan saat ini berlangsung dilokasi yang sedang diusulkan menjadi kawasanlarang tangkap di Teluk Mayalibit dan KKPDampier di Raja Ampat. Adanya kawasanlarang tangkap mungkin sekali akan memindahkankegiatan perikanan tersebut ke tempatlain.5. Pemanfaatan sumberdaya alam di daratan dapatberdampak negatif pada keberlanjutan ekosistemlaut, dan berpotensi berdampak padamata pencarian maritim. Pembangunan pesisirseperti reklamasi pantai, pembuatan jalan danpembukaan lahan untuk pemukiman baru adalahpenyebab kerusakan serius dari ekosistempesisir penting seperti hutan bakau, padanglamun dan terumbu karang akibat penutupanlangsung atau lewat aliran sedimen. TelukMayalibit mendapat dampak terbesar karenabegitu banyaknya kegiatan pembangunan di pesisirdan sifat teluk yang dangkal dan tertutup.6. Banyak daerah-daerah migrasi dan pemijahanpenting untuk hewan-hewan besar telah diidentifikasilewat survei udara. Teluk Mayalibitadalah habitat penting untuk Lumba-lumbaPunggung Bungkuk Indo-Pasifik (Sousachinensis) dan Selat Dampier (khususnya Gamdan Batanta) adalah tempat berlindung dariDuyung. Sejumlah besar Cetacean (paus danlumba-lumba) berhasil didokumentasikan diRaja Ampat selama Oktober-Mei.Aspek perikanan yang disurvei (beratbersih dalam kg telah diestimasi), danasal nelayan (hitam=nelayan asli yangtinggal di dalam KKP; garis-garismerah= nelayan imigran di empat KKPyang dikelola oleh CI (juni 2009-May2010). Pola untuk dua KKP yangdikelola oleh TNC hasilnya sama denganyang dilakukan di Selat Dampier, dimana jumlah nelayan pendatang hampirmencapai 19 kali nelayan lokal).Perikanan Kerapu menjadi pemasukan utama bagi penduduk lokasl Raja Ampat. Populasi Kerapu telah berada dalam kondisi tangkap-lebihsehingga peraturan pengelolaan sangat diperlukan. Photo: ©Crissy Huffard/CIPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 16


PENGELOLAAN DAN EKONOMIREKOMENDASI1. Mendukung anggota masyarakat dalammelakukan pemantauan terhadap pemanfaatansumberdaya.2. Menetapkan peraturan dan menetapkan hukumanyang lebih berat untuk penangkapan yangilegal dan tidak berijin, khususnya pengambilansirip hiu, penangkapan dengan kompresor,penggunaan sianida dan penggunaan bom.3. Melarang penerbitan ijin kepada nelayan luaroleh kepala desa dan kepala kecamatan, karenaijin tersebut ilegal dan melemahkan tindakanpengelolaan perikanan.4. Memastikan para aparat penegak hukummendapat informasi yang benar mengenai akibatdari penangkapan ilegal dan merusak untukmemastikan bahwa tindak kejahatan ini mendapattuntutan hukum maksimal.5. Bila memungkinkan, tingkatkan efektivitaspatroli kapal untuk penangkapan ilegal danperaturan KKP dengan berkomunikasi lewatpemantauan udara secara simultan. Gunakanbukti-bukti dari survei udara, seperti foto danlokasi GPS untuk menuntut kapal-kapal yangmelakukan kegiatan ilegal.6. Memantau pemanfaatan sumberdaya laut untukmengidentifikasi para pemanfaat sumberdayadan lokasi penangkapan di dalam KKP. Berdasarkanhasil yang diperoleh dilakukan sosialisasitentang tata batas kawasan larang tangkapkepada para nelayan, dan menghentikan kegiatanpenangkapan di kawasan larang tangkap7. Mengidentifikasi jalur-jalur dan musim migrasidari Cetacean sebagai lokasi/waktu di manasurvei seismik harus dibatasi. Contohnya: tidakboleh melakukan uji seismik di Raja Ampatpada bulan Oktober-Mei.8. Karena pemanfaatan lahan di darat berdampaknegatif terhadap habitat laut, kerusakan habitatpantai dari kegiatan pembangunan yang buruk,reklamasi daratan dan pembuatan jalan perludiminimalisir. (baca bagian: Ancaman-ancamanUmum, Solusi potensial di bagian berikut).9. Tidak mengeluarkan ijin terhadap penggunaanjaring tetap di daerah yang sering dikunjungiDuyung, seperti Gam dan Batanta atau di koridormigrasi Cetacean (termasuk Selat Sagewindan Dampier).REFERENSI- Wilson, J., Rotinsulu, C., Muljadi, A., Barmawi,M., Wen Wen. 2010. Spatial and Temporal Patternsin Marine Resource Use within Raja Ampat Regionfrom Aerial Surveys 2006. TNC Indonesia MarineProgram Technical Report.8. PEMAHAMAN MENGENAI INTERAKSI YANG RUMIT ANTARJENIS DAN STATUS POPULASI DARI BERBAGAI-JENISKOMODITI PERIKANANPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANANLATAR BELAKANGNelayan yang beroperasi di daerah terumbu karangumumnya menangkap berbagai jenis ikan/organismekelompok-kelompok fungsional yang berbeda.Dengan mengambil ikan dan invertebrata,manusia merubah kepadatan predator alam yangberefek cepat kepada keberlangsungan habitat danhewan laut lainnya. Sehingga, para pengelola perikananharus mempertimbangkan status tidak hanyaberlaku untuk satu jenis melainkan jenis-jenis targetlain di seluruh ekosistem. Interaksi yang cukuprumit ini bisa menjadi sangat sulit untuk dipertimbangkansecara bersamaan, khususnya ketikamencoba mengelola baik pemulihan dan ekstraksi,berdasarkan informasi dari beberapa set data yangbesar. Kebanyakan pengelola menggunakan pro-gram komputer untuk menilai kondisi ekosistem,dan memahami dampak nyata dan potensial dariperikanan ketika menyusun strategi pengelolaanuntuk sebuah wilayah. Hal ini dapat membantu menilaispesis mana yang populasinya paling menurundan harus menjadi fokus dari pengelolaan, atau apayang akan terjadi terhadap sebuah ekosistem jikaperlindungan terhadap hiu menyebabkan meningkatnyapopulasi predator tingkat tinggi ini. Untukmembantu para pengelola di Raja Ampat, sebuahmodel ekosistem berbasis komputer dikembangkanoleh Universitas British Columbia untuk memperkirakanstatus terkini dan lampau dari kegiatanperikanan (termasuk kajian stok dan tangkapanilegal), interaksi rantai makanan, tangkapan per unitusaha dan secara umum memberi gambaran kepada17PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN DAN EKONOMILaju penurunan biomassa dari tingkatyang belum dieksploitasi (B 0 grey) keperkiraan populasi tahun 2005 (B 2005).Jumlah yang lebih besar menunjukkanlebih banyak biomassa yang berkurang.Diadaptasi dari Ainsworth et al. (2007)para pengelola nilai data penting yang diperlukanuntuk mengelola perikanan terumbu karang danpelagis. Upaya ini mengintegrasikan kumpulan datayang besar yang berasal dari wawancara nelayan,hasil penelitian isi perut ikan, survei terumbukarang, survei biomassa ikan dan data statistikperikanan.ANCAMAN1. Pendekatan pengelolaan satu jenis perikanantertentu sering menyebabkan perkiraas hasiltangkapan menjadi tidak akurat dan memperngaruhiketepatan penilaian kondisi perikananoleh pihak pengelola. Hali ini mengakibatkanjumlah tangkapan terlalu tinggi melampaui bataslestari. Tidak diberlakukannya pembatasanpenangkapan pada akhirnya menyebabkan terjadinyasituasi tangka-lebih untuk tiap spesiestarget.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Model ini menguji manfaat sebuah KKPyang luas, termasuk meningkatknya kelimpahanikan, ukuran rata-rata individu ikan, dankeanekargaman terumbu karang.2. Model ekosistem digunakan untuk menilaitingkat kemungkinan perikanan ilegal, tidakdiatur dan tidak dilaporkan (Illegal, Unregulatedand Unreported -IUU)) dengan membandingkanperkiraan hasil tangkapan daridata statistik perikanan dengan status dariekosistem. Penilaian ini menunjukkan bahwauntuk hampir semua kelompok perikanan, IUUsaat ini mengambil bagian penting dari kegiatanperikanan (seringkali lebih dari 50%) , khususnyauntuk ikan karang, Tuna, Hiu, Lobster danIkan Teri.3. Di Raja Ampat, stok ikan Napoleon, Hiu besar,Tuna (baik Cakalang maupun lainnya), ikanikanpelagis berukuran besar, dan ikan herbivorasaat ini sudah mengalami tangkap-lebih.4. Nelayan yang diwawancarai di Raja Ampatmengatakan berkesimpulan bahwa jenis-jenisyang ditargetkan oleh perikanan komersial danartisanal telah menurun. Nelayan yang lebih tualebih konsisten mengingat keberadaan ikanikanlebih berlimpah dibandingkan dengannelayan yang lebih muda. Hal ini membuktikanadanya “sindrompergesaran anggapan mengenaidata dasar (shifting baseline syndrome) dimana tiap generasi yang lebih muda akan menerimabahwa ikan yang kelimpahannya lebihsedikit adalah normal dan mereka tidak menyadaribahwa kegiatan perikanan sebenarnyasedang menurun dan mungkin sudah ditangkapberlebihan.5. Analisis statistik CPUE (Catch per unit effort)oleh pemerintah menunjukkan jenis ikan yangdieksploitasi mungkinREKOMENDASI1. Perlu dilakukan pengaturan aktivitas perikanandengan efektif dan mencegah tangkap-lebih,para pengambil keputusan harus memperhatikantingginya aktivtas perikanan yang illegal,tidak diatur dan tidak terlaporkan di wilayahRaja Ampat dan mungkin saja di seluruhBentang Laut Kepala Burung dengan cara,a) meningkatkan penegakan dan penuntutanterhadap penangkapan ilegal, b) memberi ijinatau melarang kegiatan perikanan tidak diaturyang ada saat ini, c) mengurangi penerbitanijin untuk perikanan legal, dan d) menghitungkegiatan perikanan lebih tinggi dari yang diperbolehkanoleh ijin saat ini.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 18


PENGELOLAAN DAN EKONOMI2. Jenis seperti Ikan Napoleon, jenis pelagis dandemersal berukuran besar, Hiu dan ikan herbivoraberukuran besar harus menjadi prioritasdari pengelolaan perikanan untuk mengurangitangkap-lebih dan kepunahan lokal dari jenisjenisini.REFERENSI- Ainsworth, C.A., Pitcher, T.J., Rotinsulu, C. 2008.Evidence of fishery depletions and shifting cognitivebaselines in Eastern Indonesia. Biological<strong>Conservation</strong> 141: 848-859.- Varkey, D.A., Ainsworth C.A., Pitcher, T.J.,Goram, Y., Sumaila, R. 2010. Illegal, unreportedand unregulated fisheries catch in Raja AmpatRegency, Eastern Indonesia. Marine Policy 34: 228-236.- Ainsworth, C.H., Varkey, D. and Pitcher, T.J.(2007) Ecosystem simulation models of RajaAmpat, Indonesia in support of ecosystem basedfisheries management. Final technical report forthe Birds Head Seascape Ecosystem Based ManagementProject. Fisheries and Ecosystems RestorationResearch Group. University of BritishColumbia Fisheries Centre. 111 pp.9. PENGEMBANGAN RENCANA ZONASI UNTUK JEJARINKKP DI RAJA AMPAT-MENYEIMBANGKAN PEMANFAATMASYARAKAT DAN KONSERVASIPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKP,PERENCANAAN TATA RUANG, PENGELOLAAN JENISLATAR BELAKANGPemerintah Raja Ampat saat ini bersama denganTNC, CI dan mitra lainnya sedang bekerja bersamadalam menyusun rencana pengelolaan danzonasi jejaring KKP Raja Ampat. Ketergantunganyang tinggi dari masyarakat lokal terhadapsumberdaya perikanan sebagai sumber pangandan penghasilan merupakan bahan pertimbanganserius dalam proses ini. Yang juga penting adalahkebutuhan untuk melindungi habitat-habitatpenting dan populasi ikan yang menggantikan stokperikanan, dan menjaga jasa-jasa ekosistem sepertiperlindungan daerah pesisir. Rencana zonasi akanmengidentifikasi daerah-daerah yang cocok untukpemanfaatan yang berbeda; zona larang tangkapdapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan konservasi,penelitian dan pendidikan, sedangkan zonapemanfaatan berkelanjutan dapat digunakan untukkegiatan perikanan berkelanjutan lokal, pariwisatadan budidaya.Tujuan dari kegiatan ini, yang dilakukan oleh TNCdan Universitas Queensland adalah menyediakaninformasi yang akan membantu para pengeloladalam memutuskan zonasi untuk jejaring KKPRaja Ampat. Ada dua tujuan utama, yaitu: 1)mewakili kebutuhan para nelayan artisanal yangmenggantungkan mata pencarian dari sumberdayalaut, dan juga, 2) memenuhi kriteria ‘mapan’untuk keberhasilan konservasi baik ekologi mau-pun keanekaragaman hayatinya. Semua informasitentang karakteristik habitat ekologi, distribusispesis langka, pola pemanfaatan sumberdaya danancaman-ancaman dikumpulkan dari penelitianpenelitiandan basis data yang ada, dan melaluilatihan pemetaan yang melibatkan masyarakat danpara pemangku kepentingan (stakeholder). Sebuahperangkat lunak untuk tata ruang (MARXAN)digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerahyang penting untuk konservasi dan perikanan, danmenyarankan rencana zonasi potensial yang mungkindapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yangkompleks dan sinergis. Zona larang tangkap yangdiusulkan oleh masyarakat lokal di masing-masingKKP dinilai bersama dengan tujuannya untukmewakili dan mereplikasi habitat-habitat kuncidan penting. Proyek ini mendukung penyatuan jejaringKKP Raja Ampat dengan memperhitungkanfitur-fitur unik dari individu KKP dan hubungandengan jejaring KKP yang lebih luas. Proyek inijuga memasukkan informasi tentang pemanfaatansumberdaya dan pilihan-pilihan masyarakat kedalam proses zonasi.ANCAMAN1. Rencana zonasi KKP tidak efektif jika tidakmewakili semua jenis habitat penting di zonalarang tangkap, jika ditempatkan di daerah yangtidak sehat atau berkonflik di daerah yang pentinguntuk pemanfaatan masyarakat lokal.19PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN DAN EKONOMI2. Penempatan zona larang tangkap mungkin berdampakpada masyarakat yang mencari ikan.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Informasi yang dikumpulkan lewat pemetaanpara ahli dengan pemangku kebijakan lokal danmasyarakat memerikan masukan pengetahuanlokal dalam sebuah proses zonasi, dan cukupspesifik untuk digunakan dalam analisis.2. Variasi habitat-habitat laut hendaknya terwakilidi zona larang tangkap dalam rangka menjagakeragaman jasa ekosistem (misalnya terumbukarang yang terlindungi yang penting untukanak-anak ikan, karang bagian depan beraruskencang yang penting untuk ikan pelagis besar,dan mangrove yang melindungi daerah pesisir).3. Informasi tentang distribusi dan jenis lamundan mangrove di Raja Ampat masih kuranguntuk perencanaan tata ruang dan disain danpengelolaan KKP.4. Daerah-daerah untuk zona larang tangkap yangdiidentifikasi oleh masyarakat lokal tidak selalumencakup wilayah yang mewakili semua tipehabitat, dan mempunyai dampak potensial yangtidak seimbang pada lokasi tangkap masyarakat.5. Di Raja Ampat adalah mungkin mendapatkansolusi untuk zonasi KKP yang mampu menampungwilayah perikanan masyarakat danwilayah konservasi mencakup keanekaragamanhayati.Penggunaan bahan peledak menyebabkan kerusakan jangka panjangterhadap terumbu karang. Kegiatan ilegal ini bertolak belakang dengankegiatan perikanan lainnya atau pariwisata.Photo: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsREKOMENDASI-REKOMENDASI KUNCI1. Penglibatan masyarakat dalam proses perencanaanzonasi dapat mengurangi konflikantara anggota masyarakat dengan parapemangku kepentingan. Lewat pelatihanpemetaan,masyarakat dapat berkontribusidalam merancang KKP, dan menambahkan informasilokal yang relevan untuk perencanaanzonasi.2. Hasil studi ini hendaknya dipertimbangkandalam proses formalisasi rencana zonasi untukKKP di Raja Ampat.3. Penetapan KKP baru yang mungkin ditambahkanke dalam jejaring yang ada saat ini di manamereka akan membentuk batu pijakan dalampenyebaran spesis-spesis terancam (misalnyaPaus, Hiu, Penyu) dan habitat-habiat penting(seperti terumbu, mangrove, padang lamun,pantai peneluran penyu).Padang lamun menyediakan makanan utama untuk spesis-spesis yangterancam punah, menjadi tempat bertelur untuk spesis-spesis target, danpenting dalam mekanisme penyimpanan karbon. Padang lamun sangatrentan terhadap pembangunan pesisir dan sedimentasiPhoto: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsREFERENSI- Grantham, H. and Possingham H. 2010. Zoningmarine protected areas for biodiversity conservationand community livelihoods: a case study fromRaja Ampat, West Papua. University of QueenslandReport to TNC Indonesia Marine Program.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 20


STUDI-STUDI EKOLOGI10. VALUASI EKONOMI TERHADAP JASA EKOSISTEM DIBENTANG LAUT KEPALA BURUNGPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN PERIKANAN, PENGELOLAAN KKP,PERENCANAAN TATA RUANG, PENGELOLAAN JENISLATAR BELAKANGEkosistem yang sehat adalah aset yang sangat berhargayang dapat menjadi sulit atau mustahil untukmenggantinya. Keputusan yang berdampak padaekstraksi sumberdaya alam harus dibuat dengankesadaran penuh akan potensi kehilangan jangkapanjang akibat keuntungan langsung. Juga denganpara praktisi konservasi harus memahami intensifdari pemangku kebijakan ketika mengusulkan skenariopengelolaan. Dalam rangka membantu memperolehinformasi yang diperlukan di Raja Ampat,pada tahun 2006, Profesor dari Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Papua (UNIPA) dan dua ahliekonomi sumbedaya alam melakukan: 1) estimasibiaya dan manfaat ekonomi langsung seperti kegiatanperikanan, pariwisata dan pertambangan; danmanfaat tidak langsung dari jasa ekosistem sepertiperlindungan pantai; 2) menganalisis dampak dankerusakan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomiatau pemanfaatan sumbedaya alam; 3) mengidentifikasipilihan-pilihan untuk pengambil kebijakanuntuk mengoptimalkan pembangunan ekonomiuntuk masyarakat di Raja Ampat, sekaligus meminimalkandampak negatifnya terhadap habitasn danekosistem penting. Data pariwisata terbaru jugadilaporkan dalam dokumen ini.Penelitian ini memberikan simulasi mendalamtentang kegiatan ekonomi yang saling berkonflik diKabupaten Teluk Mayalibit (Waigeo, Raja Ampat)untuk menggambarkan hubungan dari sektorsektoryang berbeda dan potensi kerusakan dariindustri ekstraktif seperti penebangan hutan danpenambangan dapat menutupi kegiatan ekonomilain dan ekosistem penting. Penebangan hutandan penambangan nikel adalah industri yang yangsangat menguntungkan akan tetapi dapat menghancurkanhutan tropis, hutan bakau dan terumbukarang lewat sedimentasi dan erosi.ANCAMANKegiatan bisnis atau perdagangan berskala besardengan sistem pembayaran langsung menjadi minatkebanyakan orang karena kadang-kadang manfaatekonominya jauh melebihi biaya yang dikeluar-kan. Estimasi nilai ekonomi menunjukkan kepadamasyarakat betapa keuntungan jangka pendekdapat mengakibatkan kehilangan jangka panjangyang lebih besar.TEMUAN DAN MASUKAN PENTING1. Sektor perikanan menyumbang 50% dariProduk Domestik Kotor Raja Ampat di tahun2006, dan 82% dari Pendapatan Asli Daerah(PAD). Selain itu hampir 80% populasi RajaAmpat bergantung pada pemanfaatan langsungsumberdaya laut (perikanan) sebagai matapencariannya.2. Nilai dari sektor pariwisata tumbuh dari Rp 14juta di tahun 2006 menjadi hampir Rp 2 milyardi tahun 2010. Secara keseluruhan sektor inimemberikan kontribusi terbesar kedua untukPAD Raja Ampat; 34% dari pendapatannya itudisalurkan langsung ke pendapatan masyarakat.3. Pemanfaatan sumberdaya laut (perikanantradisional dan komersial, budidaya mutiara,pengambilan karang dan budidaya rumput laut)di Raja Ampat memiliki nilai ekonomi yangdiperkirakan sebesar Rp 126 milyar di tahun2006 dan diprediksikan mempunyai Net PrecentValue (NPV) sebesar Rp 1,2 Triliun dalamwaktu 20 tahun.4. Penambangan nikel dan pengeboran minyakbernilai masing-masing Rp 1,3 triliun dan 113triliun, sedangkan sumberdaya hutan (kayu)bernilai Rp 12 milyar di tahun 2006 (NPV Rp115 milyar). Industri-industri tersebut tidakmemberikan kontribusi apapun kepada PADlokal dan sebaliknya membayar pemerintahlewat sistem bagi hasil yang menggiurkan.Kurang dari 10% pendapatan dari industritersebut yang mencapai masyarakat lokal.5. Nilai total pemanfaatan tidak langsung untukjasa ekosistem di Raja Ampat (termasuk jasadari hutan, mangrove, terumbu karang, lamundan ekosistem air tawar) yang dihitung adalahTp 1,7 Triliun/tahun (NPV Rp 16 Triliun),lebih dari lima kali lipat dari nilai total pemanfaatanlangsungya (NPV Rp 3 Triliun).21PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN DAN EKONOMI6. Hasil-hasil memperlihatkan bahwa nilai yangdirasakan dari jasa ekosistem di Raja Ampatlebih rendah dibanding nilai yang dihitung.Masyarakat memiliki pemahaman yang kurangterhadap betapa mahalnya nilai habitat yangmemburuk bagi jasa ekosistem yang diterimadan mata pencarian mereka.7. Hilangnya penghasilan (pariwisata dan perikanan),dan biaya gangguan terhadap ekosistem(pencegahan bencana, pengontrolan erosi,peraturan ketersediaan air tawar) setelahterjadinya kerusakan ekosistem oleh kegiatanpenebangan dan pertambangan diperkirakanmembebani Waigeo sebesar Tp 1,4 Triliunselama 20 tahun (berdasarkan tingkat diskonsebesar 10%).REKOMENDASI1. Kegiatan perikanan dan pariwisata laut yangberkelanjutan hendaknya dibangun untukmenyediakan stabilitas ekonomi jangka panjangbagi masyarakat dan pendapatan yang besaruntuk GDP dan PAD Raja Ampat.2. Semua keputusan tentang pemanfaatan lahandan pembangunan harus mempertimbangkannilai pemanfaatan tidak langsung (atau jasaekosistem) yang dihasilkan dari fungsi-fungsiekosistem Raja Ampat.3. Demi kebaikan penduduk kabupaten RajaAmpat, industri minyak, tambang dan kayutidak boleh dikembangkan di dalam KKP ataudaerah aliran sungainya, karena:• Kegagalan teknologi dalam proses ekstraksiminyak adalah sebuah potensi ancamanyang realistis terhadap ekosistem, perikanandan pariwisata (terutama sumur-sumur lautdalam, seperti yang ditunjukkan pada kasustumpahan minyak di Teluk Mexico, AStahun 2010);• Industri-industri ini secara signifikan memperlemahpotens ekonomi penting dalamjangka panjang melalui kerusakan langsungdan kadang kala permanen terhadap habitathabitatyang ada;• Industri-industri ini tidak menyediakan pemasukansubstansial baik untuk PAD RajaAmpat maupun kepada masyarakat.REFERENSI- Dohar A, Anggraeni D. (2006) Laporan akhirvaluasi ekonomi alam Kepulauan Raja Ampat (inIndonesian). <strong>Conservation</strong> International IndonesiaReport, 2006. 72ppHiu bintang adalah atraksi pariwisata yang sangat bernilai di BLKB. Satwa ini lebih bernilai tinggi sebagai aset pariwisata dibandingkan dengan biladitangkap untuk siripnya saja. Photo: ©Crissy Huffard/CIPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 22


TATA KELOLA11. PENGEMBANGAN STRUKTUR TATA KELOLA UNTUKJEJARING KKP RAJA AMPATPRIORITAS PENGELOLAAN: PENGELOLAAN KKPLATAR BELAKANGPemerintah Raja Ampat membentuk jejaring KKPRaja Ampat pada tahun 2006 lewat pendeklarasian6 buah KKP, sehingga total KKP di dalam jejaringmenjadi 7. Jejaring ini memerlukan struktur pengelolaanyang sejalan dengan peraturan pemerintahuntuk pengelolaan KKP, dan mengidentifikasicara-cara memasukkan kepemilikan tradisional dansistem sasi ke dalamnya. Lembaga pengelolaan danproses yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakansebagai model untuk jejaring KKP dan calonKKP yang dideklarasikan di bawah peraturan yangsama di seluruh Indonesia. Aspek-aspek pentingdari proses ini meliputi peran kepemimpinan yangkuat dari pemerintah dalam penyusunan strukturpengelolaan ini, dan kebutuhan untuk pengakuanformal dari peraturan KKP pada semua tingkatpemerintah di Indoensia.LANGKAH-LANGKAH1. Pada tahun 2007 perwakilan dari instansipemerintah sepakat untuk membentuk sebuahlembaga pengelolaan untuk (nantinya) mengelola6 buah KKP yang dinyatakan dalambentuk Peraturan Kabupaten.2. Mengikuti perkembangan panduan untukimplementasi struktur pengelolaan KKP olehKementerian Kelautan dan Perikanan, pemerintahRaja Ampat telah mengeluarkan PER-DA Kabupaten No 27, bulan Desember 2008.PERDA ini menjadi dukungan legal dalammembentuk struktur ketatalaksanaan untukmengelola jejaring KKP.3. Pada bulan Mei 2009 dibentuk sebuah TimPersiapan Pengembangan Institusi Unit PelaksanaTeknis Dinas (Keputusan Bupati No. 84Tahun 2009). Tugas utama tim ini adalah untukmenetapkan Unit Pelaksanan Teknis Dinas(UPTD) yang akan didukung oleh tim dariKKP, Depdagri, CI-Indonesia dan TNC.4. Pada bulan November 2009 pemerintah RajaAmpat berkomitmen untuk mengembangkanUnit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) sebagaiBadan Pengelola untuk mengelola jejaringKKP Raja Ampat. Pada 16 November 2009,pemerintah Raja Ampat mengeluarkan SuratKeputusan Bupati No.16 Tahun 2009 tentangPembentukan Unit Pelaksanan Teknis DinasKelautan dan Perikanan KKLD Raja Ampat.UPTD dan Dinas Kelautan dan Perikanan RajaAmpat diberikan tugas untuk mempersiapkansemua bahan-bahan yang berhubungan denganpenetapan Badan Layanan Umum Daerah(BLUD) termasuk di dalamnya struktur, tugas,fungsi dan sumberdaya manusia di BLUD-UPTD.REKOMENDASI1. Menetapkan sebuah UPTD yang akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan jejaring KKPRaja Ampat di bawah Dinas Kelautan dan PerikananRaja Ampat, dengan penugasan resmikepada BLUD-UPTD.2. Menggunakan sebuah kerangka kerja BLUD-UPTD untuk memungkinkan fleksibilitas dalampengelolaan keuangan, penggalangan danadan staf, dan pastikan bahwa kegiatan-kegiatanyang penting seperti penegakan hukum tidakterganggu karena keterlambatan dalam pencairandana dari pemerintah pusat.3. Melibatkan eksekutif tingkat tinggi di semuatingkat pemerintah kabupaten dan lembagalembagapemerintahan tingkat nasional, terutamayang menyangkut perikanan, pengelolaansumberdaya alam, rencana tata ruang, keuangan,penegakan hukum.23PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PERMASALAHAN UMUM DAN SOLUSIBerbagai ancaman yang cukup serius terhadap keberlangsungan sumberdaya laut terjadi di semuaKKP di wilayah Kepala Burung, dan berpotensi menghancurkan sumber mata pencarian sertapotensi perikanan dan pariwisata. Sayangnya,meningkatnya tangkap-lebih dan kegiatan perikanandestruktif yang terus terjadi selama lebih dari 20-30 tahun ini telah berkontribusi terhadappenurunan komunitas terumbu karang dan ikan di wilayah ini, di mana jenis-jenis yang bernilaikomersial telah sangat berkurang di beberapa lokasi, dan lokasi lainnya habis dibom tanpa adaharapan untuk pulih kembali.Baru-baru ini, pembangunan wilayah pesisir juga telah menggangguhabitat pembesaran dan perkembangbiakan akibat penebangan hutan bakau dan sedimentasi yangmenutupi daerah padang lamun dan terumbu karang. Beberapa ancaman dan potensi dampakyang ditimbulkan dijabarkan secara detail dalam tabel rekomedasi di bawah. Pada kebanyakankasus, upaya konservasi terhadap ekosistem yang masih baik jauh lebih murah dibandingkande-ngan upaya yang dilakukan untuk memulihkan dampak yang terjadi akibatrusaknya ekosistemlaut, hilangnya habitat penting serta sumber penghidupan masyarakat.Kepadatan penduduk yang merupakan tantangan utama dalam upaya pengelolaan diuraikan dibawah ini, karena itu program pemerintah untuk menaggulangi percepatan pertumbuhan pendudukperlu dilakukan X . Berbagai hasil riset menunjukan bahwa daerah dengan populasi pendudukyang tinggi memiliki kelimpahan ikan yang rendah akibat terjadinya situasi tangkap-lebih XI .Selain itu, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan menyebabkan 1) peningkatan permintaanakan sumberdaya alam, 2) masuknya bahan-bahan non alami ke dalam lingkungan, dan 3)perubahan terhadap habitat alami yang dapat merusak fungsi ekosistem XII .Berdasarkan hasil sensus 2010, populasi Papua Barat meningkat tajam hingga mencapai angkapertumbuhan hampir 6% per tahun, yang melebihi angka pertumbuhan penduduk negaramanapun di dunia XIII . Pertumbuhan ini akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan dan potensikonflik atas pemanfaatan sumberdaya perikanan, tanah dan infrastruktur, dan polusi seperti aliranlimbah, bahan buangan pertanian dan sampah. Untuk meminimalkan konflik sebaiknya pemerintahdaerah menyediakan infrastruktur dan dukungan sumberdaya yang berkelanjutan kepadamasyarakat setempat, daripada mendorong terjadinya program transmigrasi. Bersama denganrekomendasi-rekomendasi yang diberikan, setiap keputusan yang berkaitan dengan pengelolaansumberdaya alam harus mendapatkan persetujuan dari masyarakat lokal, khususnya penduduk asliyang sebagian besar memegang hak kepemilikan terhadap lahan, hutan, laut dan semua sumberdayaalam.REKOMENDASI UNTUK PENGELOLAAN BENTANGLAUT KEPALA BURUNGRekomendasi penting aksi pengelolaan wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) diidentifikasi,dan disusun berdasarkan topik berikut ini: Perikanan-Mengurangi tangkapan ilegal, tidakterlaporkan dan tidak diatur untuk mencegah tangkap-lebih; Perencanaan Tata Ruang-menegakkanpraktek terbaik untuk pembangunan pesisir dalam rangka menjaga jasa ekosistem untukmasyarakat Papua Barat; Pengelolaan KKP- Membangun infrastruktur dan zonasi untuk melindungiekosistem laut dan jasa ekosistem bagi masyarakat; dan Pengelolaan KKP/Pengelolaanspesies terancam punah-Meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh survei seismik di dalamKKP dan menerapkan praktek terbaik untuk survei seismic di daerah lain (Tabel 1-4). - Dalamsemua kasus, rekomendasi-rekomendasi ini adalah minimal mutlak diperlukan sebagai untuk dapatmenghindariancaman yang telah disebutkan, dan bukan merupakan pengganti untuk penilaianpengelolaan yang rinci. Pemerintah memerlukan berbagai ahli yang berkompeten di bidangnyauntuk mengevaluasi praktek terbaik terbaru, menyusun rencana pengelolaan, dan menerapkanimplementasi. Upaya-upaya ini memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah di berbagailevel-khususnya tingkat nasional-untuk mengevaluasi konflik kepentingan dan tumpang tindihproses perencanaan pembangunan.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 24


TABEL 1. PERIKANAN: -PENGURANGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN YANG ILLEGAL, TIDAKTERDATA DAN TIDAK DIATUR UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA KONDISI TANGKAP-LEBIHPENGELOLAAN PERIKANAN:Banyak penelitian tentang Ekosistem Berbasis Pengelolaan (EBP) menunjukkan dengan jelas bahwa banyak perikanan diBentanglaut Kepala Burung (invertebrata, ikan karang) sudah mengalami tangkap-lebih dan beberapa spesies perikanankunci (Hiu dan Kerapu) sangat terkuras. Hal ini disebabkan oleh penangkapan ilegal dan merusak, kegiatan perikananyang tidak dilaporkan dan diatur, serta tangkap-lebih, khususnya selama dalam kurun 20 tahun terakhir.Sebuah pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan akan mendukung perikanan yang berkelanjutan, memberikanmanfaat keuangan untuk penduduk lokal dan melindungi ekosistem laut dan spesies-spesies perikanan.ANCAMANPenangkapan ikan yang merusak dan ilegal• Penggunaan bom dan sianida akan terus merusak terumbu karang di Bentang Laut Kepala Burung.• Penggunaan alat kompresor untuk menangkap ikan akan terus mengurangi invertebrata dan ikan karang sehinggapopulasinya menjadi tidak lestari.• Masih terjadi ‘pencurian’ ikan secara illegal oleh nelayan dari dalam dan luar Bentang Laut Kepala Burung dalamjumlah besar.• Perikanan ilegal mengancam ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat lokal dan mengurangi peluang perolehanPAD oleh pemerintah daerah.• Penangkapan jenis satwa laut yang dilindungi dan terancam punah seperti penyu, masih terjadi.Kegiatan penangkapan ikan tanpa ijin• Beresiko tinggi terjadi tangkap-lebih mengingat tidak ada pencatatan jumlah hasil tangkapan atau jenis alat tangkapsehingga penilaian stok ikan yang dibutuhkan untuk pengelolaan perikanan berkelajutan tidak dapat dilakukan dengantepat.• Hilangnya peluang perolehan pendapatan daerah dari pajak perijinan.• Jenis perikanan beresiko tinggi di Bentang Laut Kepala Burung adalah:1. bagan (ikan Teri dan Cumi-cumi) penangkapan dalam dilakukan dalam jumlah besar, dan ikan Teri berperanpenting sebagai dasar dari rantai makanan bagi ekosistem laut termasuk Tuna.2. Kondisi tangkap-lebih terhadap ikan Hiu, karena laju pertumbuhan yang lambat dan mahalnya harga sirip hiudan bagian tubuh Hiu yang lain dibuang begitu saja• Alat tangkap yang tidak bergerak/ pasif seperti sero-menangkap semua jenis ikan (tidak selektif), termasuk juvenil/bibit ikan dan spesies terancam punah seperti Penyu dan Duyung.Tangkap Lebih Disebabkan oleh:• Terlalu banyak ijin penangkapan yang dikeluarkan dan penentuan kuota tangkap tidak berdasarkan pengkajian stokyang akurat.• Menangkap terlalu banyak juvenil- ikan, hiu dan jenis invertebrata.• Menjadikan lokasi pemijahan ikan sebagai target tangkapan.• Penangkapan populasi yang sudah kritis seperti Kerapu, Ikan Napoleon dan Hiu masih terus terjadi.• Perluasan kegiatan perikanan artisanal yang tidak terkendali akibat akibat meningkatnya jumlah penduduk yang menggantungkandiri pada ikan sebagai sumber protein utama.• Kurangnya penghargaan terhadap kearifan lokal dalam pengelolaan misalnya sasi.Dampak perikanan terhadap habitat dan spesies• Beberapa alat tangkap seperti pancing rawai dan bagan menyebabkan tangkapan-sampingan yang tinggi terhadapspesies yang terancam punah seperti Penyu, Duyung, Lumba-Lumba dan Paus.25PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


SOLUSI YANG MUNGKIN DILAKUKAN:Menghilangkan penangkapan ikan yang merusak dan ilegal• Pemerintah kabupaten dan propinsi perlu mengalokasikan dana untuk kegiatan patroli laut termasuk pengadaan fasilitasmutakhir untuk pemantauan seperti radar dan/atau survei udara• Melakukan kegiatan pengawasan dan mendukung kegiatan patroli oleh masyarakat lokal yang menargetkan penangkapanikan ilegal khususnya di wilayah KKP• Menegakkan peraturan perikanan dan melakukan pencerahan kepada aparat peradilan tentang pentingnya penuntutanterhadap kasus penangkapan ikan ilegal dan kejahatan-kejahatan lingkungan lainnya.Pengaturan kegiatan perikanan penting dan alat tangkap• Memakai sistem Sasi dan pemberian ijin untuk mengatur kegiatan perikanan komersial penting, termasuk bagan (Teridan Cumi-cumi), dan jenis invertebrata (seperti teripang dan lola)• Memakai sistem Sasi dan pemerian ijin untuk mengatur penggunaan alat tangkap yang tidak bergerak/pasif sepertikeramba, sero, bubu dan lainnya, dimulai dari KKP.• Melarang pengambilan sirip hiu di seluruh Bentang Laut Kepala Burung.Mengurangi tangkap-lebih• Mengkaji kuota untuk perijinan untuk jenis ikan yang sudah mengalami tangkap-lebih termasuk ikan karang, Kerapu,Teri, Tuna, dan lain-lain.• Memantau hasil tangkapan per-unit usaha (TPUU) dan mengurangi jumlah perijinan, untuk menentukan status stokdan tangkapan.• Mendisain KKP dan jejaring KKP yang berperan sebagai “daerah tabungan ikan” untuk melindungi bibit ikan, habitatdan memastikan daerah pembesaran terjaga.• Melindungi semua lokasi pemijahan ikan Kerapu dan Napoleon di kawasan larang-tangkap dengan radius 5 km melaluisistem larang-tangkap secara musiman seperti Sasi.• Menegakan peraturan pelarangan pengambilan sirip Hiu di dalam BLKB.• Mempertimbangkan sistem menutup siklus budidaya laut tertutup yang bertujuan untuk menyediakan ikan untuk kegiatanperdagangan.Mengurangi dampak perikanan terhadap habitat dan spesies• Mengurangi tangkapan-sampingan dengan menerapkan penggunaan mata kail-C (Kait lingkar) pada kapal-kapalrawai, pelarangan jaring insang hingga jarak 50 km dari pantai peneluran penyu.• Pelarangan menangkap jenis-jenis satwa dilindungi dan terancam punah.Perahu sampan digunakan oleh nelayan RajaAmpat untuk memancing. Photo: © Burt Jonesand Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 26


TABEL 2. PERENCANAAN TATA RUANG-MENERAPKAN PRAKTIK TERBAIK DALAM PEMBANGUNANKAWASAN PESISIR UNTUK MELINDUNGI JASA-JASA EKOSISTEM BAGI MASYARAKAT PAPUA BARATRENCANA TATA RUANG:Di wilayah BLKB, pembuatan jalan, pembangungan di daerah pesisir, pembalakan dan pertambangan menyebabkan adanyaaliran sedimen ke laut dan pembukaan lahan yang berdampak pada kerusakan habitat laut penting termasuk terumbukrang, mangrove, padang lamun dan ekosistem pantai peneluran penyu.ANCAMANPembukaan lahan pada lereng gunung yang curam dan dampaknya terhadap penyumbatan di daerah aliransungai oleh kegiatan pembalakan, penambangan, perkebunan skala besar (kelapa sawit) dan pembuatan jalan.• Penebangan hutan, pembangungan di daerah lereng terjal dan hilangnya vegetasi penyangga, dan tertutupnya aliranalami sungai dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor, buruknya kualitas air yang buruk, limpasan sedimen daridaratan ke sungai, DAS, teluk dan laut.• Limpasan sedimen menyebabkan rusaknya terumbu karang dan padang lamun, hilangnya tempat bagi larva karanguntuk menempel dan bertumbuh, dan timbulnya penyakit bagi hewan karang. Tertutupnya padang lamun oleh sedimenmenyebabkan hilangnya lokasi pembesaran ikan, perlindungan pantai dan penyimpanan karbon.• Masuknya bahan kimia beracun (termasuk pestisida dan limbah tambang) ke lingkungan beresiko mengkontaminasisungai, menyebabkan masalah pada kesehatan reproduksi dan pertumbuhan manusia dan mengancam keberlanjutansumberdaya hayati laut.• Tertutupnya aliran alami sungai menyebabkan terbentuknya kolam atau air tergenang akan menjadi tempat bersarangnyanyamuk;Pembangunan infrastruktur di daerah pesisir• Penebangan pohon-pohon penyangga (khususnya mangrove) di sekitar daerah aliran sungai, penambangan pasir dipantai, pembuatan tanggul, reklamasi, dan pembangunan dermaga yang menutup aliran air dan mengganggu keutuhanekosistem pantai dan meningkatkan peluang terjadinya erosi.• Meningkatkan tingkat kerentanan masyarakat pesisir terhadap bencana badai, banjir bandang, tsunami dan kenaikanpermukaan air laut;Pembukaan lahan di daerah lereng untuk kegiatan penambangan diRaja Ampat (2007). Photo: © IndrahSampah dari kampung memasuki laut.Photo: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea Visions27PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


SOLUSI YANG MUNGKIN DILAKUKANMemastikan dengan ketat pemenuhan praktek terbaik untuk pembangunan pesisir:• Proses perencanaan dan pengambilan keputusan untuk program pembanguan yang menyebabkan terjadinya pembukaanlahan dan konstruksi di daerah aliran sungai dan pesisir harus mempertimbangkan dampak terhadap ekosistempesisir dan kualitas perairan.• Mematikan tersedianya sumberdaya manusia yang tepat, misalnya ahli tata ruang dan pembangunan wilayah pesisiruntuk melakukan analisa AMDAL dan rekomendasi teknis lainnya dan memantau upaya tindak lanjut oleh perusahankontraktor.• Menegakkan praktik pembangunan terbaik di tingkat kabupaten, dan tidak mentolerir kegiatan pembangunan fisikyang buruk. Pemberlakuan denda yang besar terhadap para pelanggar peraturan termasuk keharusan melakukanrehabilitasi sesuai praktek terbaik perlu dilakukan.• Menetapkan kawasan khusus untuk pengembangan ekonomi; bisnis/industri dan memastikan ekosistem alamtidak terganggu. Pembangunan sarana jalan sebaiknya hanya dilakukan bila transportasi darat memang penting bagimasyarakat. Bila tidak, sebaiknya sarana perhubungan laut seperti kapal cepat atau feri dikembangkan.• Kegiatan pembangunan termasuk pembalakan dan pembukaan lahan tidak dilakukan di daerah lereng gunung yangcuram.• Sedapat mungkin mempertahankan (atau jika perlu menanam kembali vegetasi asli) vegetasi penyangga selebar 30meter antara bangunan dengan jalan air• Melarang kegiatan penebangan bakau dan vegetasi pantai.• Pembangunan dermaga dan jembatan harus memastikan terjaganya aliran air dengan baik, dengan cara membangunjembatan di atas sungai atau kali, dan dermaga yang bukan beton yang memungkinkan air mengalir di bawahnya.• Upaya penanggulangan erosi pantai sebaiknya dilakukan dengan melindungi keutuhan pantai dan melindungi danmenanam pepohonan pantai seperti mangrove, kelompok Pandanus dan/atau pohon almond india, daripada membanguntanggul.• Penambangan pasir untuk pembangunan fisik sebaiknya tidak dilakukan di daerah pantai; jika diperlukan sebaiknya didaerah yang jauh dari pantai dan daerah aliran air lainnya.• Memastikan kegiatan reklamasi di habitat pesisir dan daerah pasang surut untuk lokasi pembangunan sarana fisiktidak dilakukan.• Kebijakan nasional yang berhubungan dengan zonasi (UU No 27, 2007) perlu diintegrasikan dalam proses perencanaandan pelaksanaan pembangunan di tingkat kabupaten.• Mematikan adanya kejelasan secara legal mengenai tata batas wilayah dan kewenangan kampung, kabupaten, provinsi,kotamadya dan pusat) hendaknya dinyatakan dengan jelas dan disetujui.Memastikan tidak dilakukannya kegiatan penambangan emas, nikel dan logam lainnya di kawasan yang sensitifsecara ekologis termasuk daerah aliran sungai di sekitar KKP. Untuk kawasan lain dimana pertambanganmasih diperbolehkan, analisa dampak lingkungan (AMDAL) perlu dilakukan secara lengkap dan transparan,dan bila ijin operasi pertambangan dikeluarkan, praktek-praktek terbaik untuk mengontrol pengelolaan limbah,erosi dan sedimentasi perlu dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya.Di Indonesia cukup umum dijumpai daerah karang yang tidaksehat seperti di daerah ini, menunjukkan dampak kumulatif darilimpasan air, tangkap lebih, polusi dan kegiatan perikanan yangmerusak. Semuanya tidak mempunyai nilai pariwisata.Photo: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsAliran sedimen yang berasal dari pembangungan pesisir, penebanganhutan dan penghancuran daerah aliran sungai.Photo: © Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea VisionsPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 28


TABEL 3. PENGELOLAAN KKP-MEMBANGUN INFRASTRUKTUR DAN SISTEM ZONASI UNTUK ME-LINDUNGI EKOSISTEM LAUT DAN JASA-JASA EKOSISTEM BAGI MASYARAKATPENGELOLAAN JEJARING KKP DI BLKB:Bentang Laut Kepala Burung memiliki sebuah jejaring KKP yang terdiri dari 12 kawasan konservasi perairan denganluas mencapai 3,5 juta hektar dan bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati laut dan mendukung perikananberkelanjutan khususnya dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Upaya pengelolaan efektif di jejaring KKP inisangat penting dalam mencapai hasil-hasil berikut ini:ISUTata Kelola:• Panduan mengenai struktur tata kelola KKP dan jejaring KKP sudah ditetapkan berdasarkan UU 31/2004 dan/ataudiperbaharui dalam UU 27/2005, namun sampai saat ini belum ditetapkan di Indonesia.Rencana Zonasi:• Hampir semua KKP di BLKB belum mempunyai rencana zonasi yang sudah disahkan.• Belum adanya rencana zonasi menyebabkan upaya perlindungan yang berarti tidak cukup perlindungan habitathabitatpenting, spesies yang terancam, area-area penting seperti lokasi pemijahan dan bank ikan belum optimaldilakukan.• Informasi dan data spasial (peta) tentang keanekaragaman hayati, perikanan dan pemanfaatan sumberdaya untuksemua KKP belum memadai.• Kawasan larang-tangkap yang sudah ditetapkan luasannya terlalu kecil dan tidak berada di daerah yang tepat sehinggatidak cukup untuk melindungi populasi ikan sesuai dengan pola daur hidupnya; Populasi ikan dan satwa lautdilindungi dapat bergerak ke luar kawasan larang-tangkap dan tertangkap oleh nelayan/pelaku perikanan, selain ituikan yang lebih muda tidak kembali ke kawasan larang-tangkap untuk berkembang biak.Dukungan dari masyarakat lokal dan para pemangku kepentingan:• KKP-KKP yang tidak mempertimbangakan kepentingan para stakeholdernya dan pola pemanfaatan sumberdaya lautyang ada akan sulit diterima oleh anggota masyarakat, atau pola pemanfaatan menjadi tumpang tindih baik di dalamatau diluar KKP.Pengelolaan Efektif:• Tersedianya sumber daya yang memadai (SDM, fasilitas dan dana) untuk memastikan upaya pengelolaan berjalanefektif belum diprioritaskan dalam perencanaan program dan anggaran pemerintah.• Kurangnya sumberdaya manusia yang terlatih untuk terlibat dalam pengelolaan KKP.• Kurangnya koordinasi yang sinergis antara instansi terkait dalam lingkup Kementrian Kelautan dan Perikanan; perikanantangkap, konservasi laut dan ikan serta perikanan budidaya dapat menyebabkan terjadinya kegiatan perikananyang tidak sesuai dan tumpang tindih di KKP misalnya kegiatan penangkapan Ikan Karang Hidup Konsumsi UntukDiperdagangkan.• Buruknya perencanaan pembangungan di wilayah pesisir dan pembukaan lahan di darat berdampak sedimentasi yangdapat merusakan terumbu karang, padang lamun dan mangrove di KKP.Survei seismik dapat melukai atau menewaskan penyalam,snorkeler, mamalia laut, ikan dan penyu. Lokasi dan tanggalseluruh survei seismik harus disosialisasikan kepada masyarakatdi BLKB. Selama survei dilakukan patroli dalam radius 20 kmsekeliling peralatan suara untuk memastkan tidak ada orangatau mamalia laut yang berada di daerah ini. Photo Anak: ©Burt Jones and Maurine Shimlock/Secret Sea Visions ; PhotoLumba lumba© Crissy Huffard29PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


SOLUSI POTENSIALTata Kelola:• Adanya dukungan pemerintah Kabupaten Raja Ampat dalam mengimplementasi UPTD BLUD yang merupakanstruktur tata kelola yang kembangkan untuk jejaring KKP di Raja Ampat.• Menjadikan UPTD BLUD sebagai model untuk pengembangan struktur tata kelola bagi KKP lain dan jejaring KKPdi BLKB.Rencana Zonasi:• Menggunakan sistem informasi geografis dan altas untuk mengidentifikasi penyebaran habitat penting, yang diperlukandalam mendisain KKP.• Menyusun rencana zonasi dan pengelolaan untuk semua KKP di dalam BLKB untuk melindungi. keanekaragamanhayati, habitat dan memungkinkan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan.• Melindungi lokasi pemijahan kerapu di kawasan larang-tangkap dengan menetapkan jarak sedikitnya 5 km di keduasisi dari pusat agregasi, untuk melindungi koridor migrasi penting.• Melarang kegiatan seperti eksplorasi minyak yang mengancam KKP.Dukungan untuk masyarakat lokal dan para pemangku kepentingan:• Kenali dan dukung sistem kepemilikan tradisional dan sistem Sasi perlu dikaji dan diintegrasikan ke dalam sistempengelolaan KKP dengan cara menyelaraskan rencana zonasi dan pengelolaan dengan kepentingan dan aspirasimasyarakat lokal.• Penetapan kawasan larang-tangkap sebaiknya tidak di daerah pemanfaatan tradisional, namun bila erat kaitannya dengantujuan penetapan KKP yakni keberlangsungan sumberdaya perikanan, maka pemanfaatan tradisional juga tidakdiperbolehkan; misalnya, lokasi pemijahan harus dimasukkan ke dalam kawasan larang-tangkap).• Pemetaan partisipatif merupakan metode yang efisien dan efektif untuk mengumpulkan data dan informasi mengenailokasi dan pola pemanfaatan sumberdaya laut.Pengelolaan Efektif:• Sumberdaya yang memadai(SDM, fasilitas dan dana) untuk pengelolaan KKP yang efektif perlu disediakan secararutinlewat pengalokasi dana tahunan dalam APBD maupun APBN.• Peningkatan kapasitas badan pengelola KKP lokal lewat pelatihan pengelolan KKP, mekanisme mentoring/ pendampingan,dan lain-lain.• Mendukung upaya advokasi di Kabupaten, Provinsi dan Nasional untuk kejelasan peraturan dan kebijakan yang berhubungandengan kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya di KKP• Melakukan pelatihan bagi hakim dan aparat untuk membangun dukungan dan pemahaman tentang pentingnyamenuntut kasus pelanggaran peraturan perikanan dan KKP.• Berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Kabupaten dan Nasional perencanaan tata ruang Kabupaten dan Nasionaluntuk pengembangan tata ruang yang mengatur pembangunan pesisir / pembangunan sarana jalan/ pembukaanlahan di daerah DAS untuk mencegah sedimentasi dan pengrusakan habitat pesisir.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 30


TABLE 4. PENGELOLAAN SPESIES DILINDUNGI DAN TERANCAM PUNAH-MENGHILANGKANANCAMAN TERHADAP SPESIES YANG BERSTATUS TERANCAM DARI KEGIATAN PERIKANAN DANKERUSAKAN HABITAT. KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GASPENGELOLAAN SPESIS LAUT YANG TERANCAM:BLKB merupakan tempat hidup bagi banyak spesies laut yang berstatus terancam dan dilindungi yang memegang perananpenting dalam kesehatan ekosistem laut. Pengelolaan berbasis ekosistem melindungi Penyu, Buaya , Hiu dan Mamalialaut dari kepunahan akibat tangkap-lebih, tangkapan sampingan, perubahan iklim, survei seismik, tumpahan minyak dandegradasi habitat pesisir.ANCAMANEksploitasi-berlebih terhadap Penyu (telur dan daging), Duyung, Hiu bintang, Buaya dan Lumba-lumbaBungkuk Indo-Pasifik• Perburuan telur penyu dan buaya serta individu dewasanya, juga duyung dewasa untuk tujuan komersial dan subsisten.• Penangkapan Hiu yang yang populasinya telah menurun drastis, termasuk Hiu bintang/hiu paus.• Pemberian ijin terhadap penangkapan anakan buaya dari alam, tanpa adanya pemantauan populasi.Degradasi Habitat Penting:• Hilangnya habitat bertelur Penyu dan Buaya akibat pembangunan wilayah pesisir (pembuatan tanggul, modifikasipantai, dan erosi akibat hilangnya vegetasi pantai), kenaikan muka air laut dan badai.• Hilangnya padang lamun dan hutan bakau yang digunakan biota laut seperti Penyu Hijau dan Mangrove akibat tertutupioleh sedimen dan pasir akibat pembangunan di pesisir, reklamasi dan pembuatan jalan, selain kerusakan karangakibat bameti.• Sedimentasi dari daratan akibat pembukaan lahan untuk pembuatan jalan dan pembalakan di sekitar lereng gunungyang curam dan daerah aliran sungai, dan kegiatan penambangan dapat menyebabkan mungkin meningkatkan suhudan perubahan tekstur pasir pantai sehingga menyebabkan rendahnya tingkat penetasan tukik dan peneluran penyuterganggu.• Pemangsaan telur penyu oleh biawak, anjing dan babi hutan.Tangkapan sampingan (by catch) oleh kegiatan perikanan, terjerat jaring hanyut di laut dan tertabrak kapal• Penyu, duyung sering terjerat jaring hanyut, ikut tertangkap secara tidak sengaja oleh perikanan rawai dan pukat, atauhasil jaring yang terbuang percuma, khususnya jaring insang, pukat pantai dan bubu sero, khususnya selama musimbertelur.• Memancing hiu (untuk mencari siripnya) di sekitar pantai peneluran penyu hanya akan menarik Hiu untuk menyerangtukik-tukik sehingga menyebabkan tingginya laju pemangsaan tukikSurvei Seismik untuk Eksplorasi minyak dan gas di dasar laut dapat menyebabkan:• Terlukanya mamalia laut (Paus dan Lumba-lumba) yang dapat merusak kemampuan navigasi mereka untuk bermigrasi,melacak mangsa, menghindari predator dan berkomunikasi satu sama lain dalam jarak jauh, selain mereka bisaterdampat hingga mati. Jangkauan dampak kegiatan survei dapat terjadi hingga 3000 km.• Berbahaya bagi penyelam dalam radius 18 km dari aktivitas survey seismik. Jika berada dalam radius ini dapat beresikopada hilangnya kemampuan pendengaran secara permanen bahkan menyebabkan kematian bila berada terlaludekat. Dengan intensitas suara yang kekuatannya setengah saja (misalnya 125 desibel), gendang telinga menjadi pecahdan menyebabkan ketulian permanen.Resiko tumpahan minyak di BLKB, khususnya dari sumur laut dalam yang sangat sulit untuk diperbaiki, jauhmelebihi ancaman akibat survei seismik. Proses pemulihan dapat berlangsung puluhan tahun.• Minyak yang tertumpah meracuni dan mematikan bagi ikan, invertebrata, terumbu karang, bakau, lamun dan spesiesterancam punah.• Tumpahan minyak merusak industri perikanan dan pariwisata secara langsung dan jangka panjang, bahkan terkadangmematikan kegiatan industry tersebut.• Keberadaan minyak secara terus menerus di laut dan kolom air mengganggu proses perkembangbiakan karang danberbagai jenis ikan dan satwa laut.31PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


SOLUSI YANG MUNGKIN DILAKUKAN:Menghentikan perburuan ilegal dari hewan-hewan laut:• Melarang penangkapan spesies yang terancam dan memperdagangkan bagian-bagiannya.• Mengembangkan dan mendukung mendukung program pemantauan berbasis masyarakat dan kesepakatan lokaluntuk penghentian pengambilan penyu (telur dan penuyu dewasa).• Melakukan patroli berkala ke pasar-pasar lokal• Melalui program Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK) menetapkan program pendidikan dan penyadartahuandan pengembangan mata pencarian alternatif.• Memantau populasi yang terancam untuk memastikan kestabilan populasi.Melindungi habitat-habitat melalui Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu:• Melindungi pantai peneluran penyu dari kepentingan komersial seperti pembangunan fisik di pantai, pembalakan danpertambangan. .• Memasukkan habitat kritis dari spesies laut yang terancam (padang lamun, terumbu karang, koridor-koridor migrasi)ke dalam sistem zonasi KKP dan pengembangan KKP baru.Mengurangi penangkapan secara tidak sengaja oleh berbagai kegiatan perikanan pelagis dan pesisir• Pelarangan penggunaan alat tangkap pasif dalam jarak 50 km dari arah pantai peneluran, dan padang lamun.• Menegakan peraturan penggunaan perangkat pemisah-penyu (TED) untuk armada pukat di Laut Arafura, dan menetapkanperaturan yang mengharuskan penggunaan kait-lingkar di seluruh BLKB dan kawasan laut Indonesia Timur.• Bekerjasama dengan departemen perhubungan laut untuk pengaturan jalur pelayaran di BLKB untuk menghindaridaerah peneluran pada jarak hingga 15 km dari pantai peneluran untuk melindungi penyu khususnya selama puncakmasa bertelur.• Melarang penangkapan ikan Hiu.Menegakkan kepatuhan dari perusahaan-perusahaan gas dan minyak, dan para kontraktornya dengan mengikutipanduan peraturan yang berlaku di seluruh dunia dalam rangka mengurangi dampak kebisingan dari survei seismikterhadap manusia dan hidupan laut XIV :• Survei seismik sebaiknya tidak dilakukan di daerah yang mempunyai spesies sensitive; Data penyebaran temporalspecies harus tersedia sebelum melakukan survei seismik. Di Raja Ampat, survei seismik sebaiknya tidak dilakukanantara bulan Oktober-Mei.• Melakukan Observasi: Patroli pengamanan perlu dilakukan pada jarak 20 km dari zona aman di sekitar survey selama30 menit sebelum peluncuran dan berlanjut terus. Bila terlihat ada nelayan, penyelam, mamalia laut dan penyu didalam zona aman, maka aktivitas seismik harus segera dihentikan.• Fase peningkatan: setidaknya 30 menit setelah semua orang dan mamalia laut meninggalkan zona aman, perlahanlahannaikkan suara senapan angin (6 desibel per menit) untuk memastikan mamalia laut meninggalkan wilayah inisebelum polusi suara mencapai tingkat tertinggi• Minimalkan penyebaran suara airgun dan lakukan ‘sweeping’: Gunakan volume yang paling kecil selama survei danmatikan semua rangkaian airgun ketika melewati kanal perairan dalam.Minimalkan peluang tumpahan minyak yang merusak KKP-KKP• Pengeboran minyak/gas alam sebaiknya tidak dilakukan di dalam KKP atau daerah hulu di sekitar KKP,• Sumur minyak di laut yang sangat dalam (>2000m) sebaiknya tidak diperbolehkan karena jika terjadi kerusakan akanmemerlukan waktu berbulan-bulan untuk perbaikan dan selama itu pula akan tumpahan minyak yang banyak tetapberlangsung. .• Membuat dan melaksanakan rencana Tanggap Darurat bila terjadi tumpahan minyak dan kebocoran sumur minyaksesuai dengan praktek terbaik yang dipakai oleh industri perminyakan, untuk meminimalkan penyebaran minyak dankerusakan yang diakibatkannya. Pemeriksaan berkala perlu dilakukan terhadap semua peralatan pembersih tumpahan(sepeti boom, fire boom dan skimmer).• Kerusakan habitat pesisir harus dihindari selama pembersihan pembersihan dan penyelamatan. Boom atau skimmerseharusnya tidak dipasang di daerah terumbu karang yang dangkal atau padang lamun.PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG 32


KESIMPULANMenjembatani ilmu pengetahuan dan pengelolaan dalam mendukung PengelolaanBerbasis EkosistemSalah satu tema yang paling umum dibahas dalam k ini adalah bahwa kegiatanperikanan saat ini sudah sangat terkuras sumberdayanya, pada beberapa kasusmenurun hingga 10% dari jumlah aslinya, sayangnya kondisi tangkap-lebih masihterus berlangsung. Munculnya “sindroma pergeseran dari awal” di BLKB menunjukkanpentingnya pemahaman ilmu konservasi dalam memberikan informasi-informasiuntuk pengelolaan berbasis ekosistem. Ada sebuah femonena yang sangat umum,bahwa manusia tidak dapat mengandalkan ingatannya untuk menilai adanyapenurunan kualitas lingkungan secara ekologis, lalu merubah perilaku untukmemulihkan populasi dan habitat yang sudah menurun itu. Untuk memerangigejala ini dan memungkinkan upaya pengelolaan dilakukan secara bijaksana dalamwaktu yang lama, maka pengukuran perubahan alam secara ekologis secara berkalaperlu dilakukan dengan menggunakan sebuah metode yang terstandarisasi. Hasilpengukuran dan pemantauan ini perlu dikomunikasikan kepada para pemanfaatdan pengelola sumberdaya. Pemantauan harus dilakukan dilakukan terus-menerus–selama kegiatan perikanan masih berlangsung—karena generasi selanjutnya akanterus mengalami penurunan persepsi tentang suatu ekosistem yang sehat.Laporan ini menguraikan bagaimana berbagai kajian ilmiah mampu menghitungaspek-aspek ekosistem dan sosial ekonomi untuk digunakan dalam pengelolaanKKP, Pengelolaan Perikanan, Perencanaan Tata Ruang dan Pengelolaan Spesies.Program Pengelolaan berbasis ekosistem di BLKB sejauh ini telah berhasil karena1) Adanya komunikasi antara para pengelola dan para ilmuwan tentang informasiinformasiapa yang mereka perlukan, 2) Hasil temuan disintesiskan ke dalamrekomendasi praktis sesuai dengan kebutuhan pengelolaan dan 3) baik ilmuwandan para pengelola bekerja sama dalam berbagi saran dan informasi untul pengembanganstrategi komunikasi hasil kajian ilmiah dan penjangkauan ke publik yanglebih luas. Untuk memaksimalkan capaian pekerjaan konservasi dan pembangunanberkelanjutan di BLKB, para ilmuwan dan pengambil keputusan harus mengadakanpertemuan berkala untuk mengkaji berbagai pengetahuan konservasi yang tepatdan hasil monitoring serta mengidentifikasi kebutuhan informasi yang dibutuhkanuntuk pengelolaan sumberdaya alam. Dasar dari semua proses pembelajaran iniadalah bahwa kapasitas ilmuan konservasi harus lebih dari sekedar mendokumentasikankondisi-kondisi yang ada, tetapi juga melakukan analisis data, mengidentifikasidan menyoroti gejala yang penting, dan menyampaikan rekomendasi kepada parapengambil keputusan sesuai kajian temuan ilmiah selama pengkajian serta berbagaimasukan dari para ilmuan lainnya.33PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


REFERENSII Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR Ri ke Provinsi Papua Barat Reses Masa Sidang IITahun Sidang 2009-2010, Tanggal 11-14 Maret 2010. 60 pp.II Papua Barat Dalam Angka 2010 (ed) Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, published byBadan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 568 pp.III Ainsworth, C.H., Varkey, D. Pitcher, T.J. (2007) Ecosystem Simulation Models of Raja Ampat,Indonesia in Support of Ecosystem Based Fisheries Management. Final technical report for theBirds Head Seascape Ecosystem Based Management Project. Fisheries and EcosystemsRestoration Research Group. University of British Columbia Fisheries Centre. 111 pp.IV Sensus tahun 2010, Biro Pusat Statistik (BPS) Rodin, S., Suryana, M., Widaryatmo, M. ProfilKemiskinan di Propinsi Papua Barat Maret 2010; 5 pp.V Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI ke Provinsi Papua Barat Reses Masa Sidang IITahun Sidang 2009-2010, Tanggal 11-14 Maret 2010. 60 pp.VI Papua Barat Dalam Angka 2010 (ed) Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, publishedby Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 568 pp.VII Ainsworth, C.H., Varkey, D. Pitcher, T.J. (2007) Ecosystem Simulation Models of Raja Ampat,Indonesia in Support of Ecosystem Based Fisheries Management. Final technical report for theBirds Head Seascape Ecosystem Based Management Project. Fisheries and EcosystemsRestoration Research Group. University of British Columbia Fisheries Centre. 111 pp.VIII Huffard, C.L., M.V. Erdmann and T. Gunawan (2009) Defining Geographic Priorities ForMarine Biodiversity <strong>Conservation</strong> in Indonesia. Based on data inputs from G. Allen, P. Barber,S. Campbell, L.Devantier, M.V. Erdmann, M. Halim, T. Hitipeuw, Guswindia, B. Hoeksema, M. Hutomo,B. Kahn, Y. Noor, M.K. Moosa, K. S. Putra, Suharsono, E. Turak, J. Randall, R. Salm, C. Veron,C. Wallace, 103 pp.IX United Nations (2010) Department of Economic and Social Affairs, Population Division.Population Facts. 4pp.X Stallings CD (2009) Fishery-Independent Data Reveal Negative Effect of Human PopulationDensity on Caribbean Predatory Fish Communities. PLoS ONE 4(5): e5333.XI Commission on sustainable development (1996) progress in the implementation of theprogramme of action for the sustainable development of small island developing states report ofthe Secretary-General, AddendumXII Central Intelligence Agency The World Factbook, Regional Maps:www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2002rank.htmlXIII Herata. 2007. Proceedings of the International Workshop Impacts of seismic surveyactivities on whales and other marine biota. Dessau, September 6-7, 2006. Federal EnvironmentAgency (Umweltbundesamt). 90 pages.AKRONIMBLKBBLUDTPUUCIPBEFSAPDKIUULRFFTKKPNBSLSMKLTPADTNCUPTDUSDWWFBentang Laut Kepala BurungBadan pelayanan Unit DaerahTangkapan per unit Usaha<strong>Conservation</strong> InternationalPengelolaan Berbasis EkosistemFish spawning aggregation (lokasi pemijahan/lokasi agregasi memijah)Pendapatan Domestik KotorIllegal, unregulated, and underreported (ilegal, tidak diatur, tidak dilaporkan)Life Reef Food Fish Trade (Ikan Karang Hidup Konsumsi untuk perdagangan)Kawasan Konservasi PerairanNilai Bersih SekarangLSM=lembawa swadaya pemerintahKawasan Larang TangkapPendapatan Asli DaerahThe Nature ConservancyUnit Pelaksana Teknis Daerah Technical Management UnitUnited States DollarWorld Wildlife FundPENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG


PENGELOLAAN BERBASIS EKOSISTEM DI BENTANG LAUT KEPALA BURUNG

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!