27.11.2012 Views

Mengenali Jurus Aksi Korporasi Emiten - Web Blog Agus Dwi Sasono

Mengenali Jurus Aksi Korporasi Emiten - Web Blog Agus Dwi Sasono

Mengenali Jurus Aksi Korporasi Emiten - Web Blog Agus Dwi Sasono

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

CASE 3<br />

<strong>Mengenali</strong> <strong>Jurus</strong> <strong>Aksi</strong> <strong>Korporasi</strong> <strong>Emiten</strong><br />

(STOCK SPLIT DAN REVERSE STOCK)<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>.,SE.,MSi.,Ak<br />

Secara teoritis motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan stock split<br />

serta dampak yang telah ditimbulkannya tertuang dalam beberapa teori antara lain<br />

Trading Range Theory dan Signalling Theory (Mason, 1998).<br />

Trading Range Theory menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan likuiditas<br />

perdagangan saham. Pihak yang mendukung split berkeyakinan bahwa harga saham<br />

yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjualbelikan<br />

setiap saat dan meningkatkan efisiensi pasar, akan menarik investor menengah dan kecil<br />

untuk melakukan investasi. Teori ini menyatakan bahwa pihak yang mendukung split<br />

berkeyakinan bahwa harga saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan<br />

saham tersebut untuk diperjualbelikan setiap saat dan meningkatkan efisiensi pasar,<br />

sehingga akan menarik investor menengah dan kecil untuk melakukan investasi.<br />

Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan jumlahnya<br />

pun akan lebih banyak. Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan saham pelaku<br />

stock split diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dana untuk<br />

perusahaan makin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut,<br />

kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi.<br />

Signalling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena<br />

manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang<br />

baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini<br />

didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split<br />

adalah perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Teori ini menyatakan bahwa<br />

stock split memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return masa<br />

depan yang substantial. Jadi jika pasar tereaksi terhadap pengumuman stock split,<br />

reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang tidak mempunyai nilai<br />

ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depan yang bersangkutan.<br />

Pengertian Stock Split<br />

Stock split merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan. Secara<br />

sederhana, stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham.<br />

Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa<br />

transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Stock split merupakan<br />

perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar<br />

sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Harga per lembar saham baru setelah<br />

stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split biasanya dilakukan<br />

pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 1


investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah<br />

nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis.<br />

Untuk melihat pengertian stock split ini, maka penulis mengemukakan<br />

pendapat dari beberapa ahli ekonomi yang memberikan defenisi dari stock split.<br />

Harrison dan Horngren (2004) menyatakan “A stock split is an increase in the number of<br />

authorized, issued, and outstanding shares of stock, coupled with a proportionate<br />

reduction in the stock’s par value” (p. 433). Sedangkan Edmons, McNair, Milam, dan<br />

Olds (2001) menyatakan sebagai berikut “A more dynamic way of lowering the market<br />

price of a corporation’s stock is trough a stock split. A stock split merely removes the old<br />

shares from the books and replaces them with new shares” (p. 534).<br />

Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split hanyalah<br />

mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham sedangkan<br />

saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Banyaknya peristiwa stock split<br />

di pasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting<br />

dalam praktik pasar modal karena stock split menjadi salah satu alat manajemen<br />

untuk membentuk harga pasar perusahaan, dan dalam praktik di pasar modal apabila<br />

perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus maka harga akan meningkat lebih<br />

cepat.<br />

Keputusan untuk melakukan stock split oleh suatu emiten atau perusahaan merupakan<br />

kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang<br />

Saham (RUPS). Umumnya pemegang saham mayoritas adalah pihak pengelola<br />

perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan keputusan ini cenderung<br />

menguntungkan pihak perusahaan, karena dengan melakukan stock split pihak<br />

perusahaan mengharapkan agar saham tersebut menjadi lebih likuid dipasaran. Stock<br />

split adalah langkah perseroan dalam meningkatkan jumlah saham tanpa mengubah<br />

modal pemegang saham dan nilai pasar secara agregat. Bagi para emiten, hal ini<br />

berhubungan dengan teori sinyal yang mengungkapkan keterpaduan kebijakan dividen<br />

dan stock split. Secara umum, stock split akan cenderung meningkatkan<br />

kinerja pasar.<br />

Pada hari pencatatatan terakhir, kecenderungan harga saham akan naik dibandingkan<br />

dengan harga sekarang. Seberapa besar kenaikannya tergantung target harga stock<br />

split-nya.<br />

Bila target harga saham baru sesudah stock split Rp 4.000 maka harga saham sebelum<br />

stock split akan cenderung naik setara Rp 8.000. Namun demikian hari-hari menuju<br />

target tersebut akan terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan harga saham yang<br />

dipengaruhi oleh faktor lain baik peristiwa dalam negeri maupun global. Menuju hari<br />

pencatatan terakhir, harga saham yang terbentuk merupakan harga penyesuaian. Para<br />

investor yang sudah berpengalaman dalam membeli saham dengan tujuan<br />

mendapatkan dividen akan mencari waktu dan harga yang tepat pada kurun waktu<br />

tersebut.<br />

Sebagian besar perusahaan dapat mendistribusikan laba atau keuntungan mereka<br />

kepada pemegang saham dalam bentuk pemecahan saham, dimana pemegang saham<br />

tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan saham<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 2


tersebut.. pada niali saham per value tertentu, secara murni distribusi saham<br />

tersebut hanya mempengaruhi perusahaan saham secara “ kosmetik “. Hal ini berarti<br />

bahwa stock split merupakan upaya pemolesan oleh perusahaan agar terlihat lebih<br />

menarik dimata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran. Tindakan stock split<br />

akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seoleholah<br />

menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak.<br />

Dengan demikian, stock split sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak<br />

memiliki nilai ekonomis. Misalnya, jumlah saham yang beredar 1 juta lembar dengan<br />

nilai Rp.1000/lbr, maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta X Rp.1000 = 1<br />

M. Perusahaan memecah satu lembar saham menjadi 2 lembar saham , sehingga harga<br />

per lembar saham baru adalah Rp.500- dan jumlah saham yang beredar menjadi<br />

sebanyak 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2<br />

juta X Rp.500- = Rp. 1 M.<br />

Kombinasi antara peristiwa pembagian dividen dengan peristiwa stock split<br />

nampaknya merupakan upaya memberikan sinyal yang positif. Dengan pemilihan<br />

waktu dan harga yang tepat dalam kurun waktu tersebut, maka investor akan<br />

mendapat dividen tanpa atau dengan penurunan nilai pada harga sahamnya. Dapat<br />

dipastikan hal tersebut akan terwujud dengan prasyarat tidak terjadi peristiwa politik<br />

yang dapat mengejutkan pasar.<br />

Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan<br />

jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi deperti ini, maka perdagangan<br />

saham pelaku stock split diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang<br />

dana untuk perusahaan akan semakin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham<br />

tersebut, kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi.<br />

Jenis-Jenis Stock Split<br />

Menurut pendapat Erwijaya (1999), pada dasarnya ada dua jenis stock split yang<br />

dapat dilakukan yaitu stock split-up dan stock split-down.<br />

1. Stock split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang<br />

mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya stock split<br />

dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1. Stock split dengan faktor pemecahan 2:1<br />

maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar<br />

dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split<br />

dengan faktor pemecahan 3:1 maksudnya adalah tiga lembar saham baru (lembar setelah<br />

stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split)<br />

dan seterusnya.<br />

2. Stock split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan<br />

mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor<br />

pemecahan 1:2, 1:3, 1:4. Stock split dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya adalah satu<br />

lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan dua lembar saham<br />

lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor pemecahan 1:3 maksudnya<br />

adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan tiga<br />

lembar saham lama (lembar sebelum stock split) dan seterusnya. Para emiten sampai<br />

sampai saat ini hanya melakukan stock split naik (stock splits-up). Dan jarang terjadi<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 3


kasus reverse stock. (h. 56-57)<br />

New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai pemecahan<br />

saham. NYSE membedakan stock split menjadi dua, yaitu :<br />

1. Pemecahan saham sebagian (partial stock split) adalah adalah tambahan<br />

distribusi saham yang beredar sebesar 25 % atau lebih kurang dari 100% dari<br />

jumlah saham beredar yang lama.<br />

2. Pemecahan saham penuh (full stock split) adalah tambahan distribusi saham yang<br />

beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham yang beredar lama.<br />

Di Indonesia, para emiten sampai saat ini hanya melakukan stock split naik, dan belum<br />

pernah terjadi kasus stock split turun.<br />

Alasan Melakukan Stock Split<br />

Para ahli keuangan melakukan penelitian terhadap beberapa manajer perusahaan<br />

yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai<br />

alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split adalah sebagai berikut:<br />

1. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock<br />

split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal<br />

yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut<br />

sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan mengubah<br />

investor add lot menjadi round lot. Investor add lot adalah investor yang membeli<br />

saham kurang dari 500 lembar saham (< 1 lot). Sedangkan investor round lot<br />

adalah investor yang melakukan pembelian saham minimal 500 lembar atau<br />

minimal 1 lot.<br />

2. Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split<br />

serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa hipotesis yakni hipotesis<br />

signaling dan liquidity. Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa<br />

perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat<br />

semakin rendahnya harga saham. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari<br />

Sulistyastuti (2006) yang menyebutkan bahwa “Tujuan emiten melakukan<br />

pemecahan nilai nominal saham adalah untuk meningkatkan likuiditas saham. Saham<br />

yang berharga mahal tidak memiliki likuiditas yang tinggi. Untuk meningkatkan<br />

likuiditasnya, emiten melakukan pemecahan saham” (h. 27).<br />

3. Harga saham yang semakin rendah akan menambah kemampuan saham<br />

tersebut untuk diperjualbelikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi<br />

pasar.<br />

4. Pemecahan saham juga seringkali merupakan langkah menjelang merger atau<br />

akuisisi. Harga saham yang relatif sebanding akan memudahkan negoisasi<br />

merger dan akuisisi yang dilakukan dengan cara penukaran saham.<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 4


Kerugian Dilakukannya Stock Split<br />

Selain keuntungan yang diperoleh dari stock split, terdapat kerugian antara lain:<br />

1. Manfaat yang illusionistis dari stock split yang dilakukan bagi para pemodal adalah<br />

biaya surat saham akan naik karena kepemilikan yang tadinya cukup diwakili<br />

selembar saham kemudian menjadi 2 lembar saham, biaya back office di perusahaan<br />

efek, biaya klirring dan biaya kustodian dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham<br />

yang dikelola.<br />

2. Adanya biaya pemecahan, yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk<br />

proses sertifikat dan biaya lainnya dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.<br />

Sedangkan bagi pemegang saham tidak terdapat kerugian akibat dilakukan stock<br />

split.<br />

3. Menurut Darmadji (2004) dampak dari stock split terhadap pemegang saham<br />

adalah : Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah<br />

banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tapi bersamaan dengan itu<br />

pula harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proporsional. Dengan<br />

demikian, secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami<br />

perubahan (h. 132).<br />

Mekanisme Stock Split<br />

<strong>Aksi</strong> korporasi stock split dapat berperan sebagai salah satu upaya mencapai<br />

pemberdayaan. Stock split dapat menjadikan harga saham secara absolut lebih rendah.<br />

Investor yang semula tak dapat menjangkau harga saham, melalui stock split menjadi<br />

terjangkau, hal ini sesuai dengan pendapat Rose, Peter S (2007).<br />

Stock split merupakan perwujudan pemerataan untuk para investor untuk membeli dan<br />

memiliki saham. Melalui stock split frekuensi perdagangan saham cenderung meningkat<br />

atau lebih likuid. Perdagangan saham yang likuid akan cenderung meningkatkan harga<br />

sahamnya. Namun demikian tidak semua jenis saham menjadi lebih likuid sesudah<br />

pemecahan saham .<br />

Sesuai dengan pendapat Nasarudin (2004), mekanisme dan informasi mengenai<br />

kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi berdasarkan dengan hasil<br />

keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).<br />

Sebagai contoh nilai nominal saham yang semula sebesar Rp. 500,- (lima ratus<br />

Rupiah) menjadi sebesar Rp. 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) per saham. Jika<br />

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan adanya perubahan<br />

anggaran dasar, keputusan tersebut di buat dihadapan notaris yang ditunjuk oleh<br />

Dewan Direksi. Perubahan anggaran dasar tersebut harus diterima dan dicatat oleh<br />

Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum serta didaftarkan dalam daftar<br />

perusahaan pada kantor pendaftaran perusahaan daerah setempat.<br />

Sehubungan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai<br />

persetujuan untuk melakukan konversi sahamnya menjadi catatan elektronik (tanpa<br />

warkat) dalam rekening efek perusahaan efek atau bank custodian dimana pemegang<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 5


saham membuka rekening efeknya ("konversi saham") dan pemecahan nilai nominal<br />

saham dari Rp. 500,- (lima ratus Rupiah) per saham menjadi sebesar Rp. 250,- (dua ratus<br />

lima puluh Rupiah) per saham, Dewan Direksi akan memberitahukan tata cara konversi<br />

saham dan pemecahan nilai nominal saham.<br />

Reverse Stock Split<br />

Reverse Stock Split merupakan kebalikan dari stock split. Reverse stock split adalah<br />

salah satu aktivitas perusahaan emiten untuk menaikan harga sahamnya dan<br />

mengurangi jumlah saham yang beredar. (Martell dan <strong>Web</strong>b, 2005). Dalam beberapa<br />

kasus, reverse stock split adalah upaya untuk tetap dapat tercatat di bursa efek besar<br />

karena harga saham mungkin dapat saja jatuh terlalu rendah hingga akan dikeluarkan<br />

dari pencatatan.<br />

Reverse split bisa dilakukan untk memulihkan harga sahamnya pada tingkat yang<br />

optimal, yaitu pada tingkat optimal trading range atau kisaran harga yang dapat<br />

mempengaruhi preferensi investor, sehingga investor tertarik untuk melakukan<br />

perdagangan (majalah ekonomi)<br />

Reverse stock split merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan perusahaan<br />

emiten agar bisa memenuhi persyaratan marginability untuk tetap menjaga status listing<br />

di perdagangan pasar modal. Peraturan ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1991 di<br />

Nasdaq. Hal ini dilakukan dengan menetapkan harga jual saham minimum sebesar<br />

$1.00 pada pasar modal nasional maupun pasar Small Cap. (Terence F. Martell dan<br />

Gwendollyn P. <strong>Web</strong>b, 2005).<br />

Dibeberapa negara seperti india dan Amerika memiliki peraturan harga saham<br />

minimum, jika harga saham berada dibawah harga minimum yang ditetapkan maka ada<br />

kemungkinan saham tersebut untuk di delisting, sehingga perusahaan bisa melakukan<br />

reverse split untuk menaikan harga jual saham. Untuk Pasar modal Indonesia sendiri<br />

tidak terdapat harga jual saham minimum yang harus dipenuhi untuk menghindari<br />

delisting.<br />

Lihuang Jing (2002) dalam penelitiannya menyatakan tiga alasan utama perusahaan<br />

emiten melakukan reverse stock split adalah sebagai berikut:<br />

1. Reverse stock split akan mengurangi biaya transaksi, jumlah lembar saham<br />

yang berkurang akan menyebabkan biaya transaksi juga berkurang.<br />

2. Reverse stock split akan memperbaiki fleksibilitas harga saham baru (new issue)<br />

ketika dibutuhkan. Perusahaan emiten yang melakukan reverse stock split akan<br />

mengurangi nilai nominal sahamnya, sehingga ketika perusahaan tersebut akan<br />

menerbitkan saham baru perusahaan tersebut tidak perlu menetapkan nilai nominal<br />

dengan diskon untuk saham barunya.<br />

3. Reverse stock split akan meningkatkan investor institusional dan<br />

internasional. Perusahaan yakin bahwa dengan melakukan penggabungan saham<br />

akan meningkatkan profil perusahaan di mata investor institusional<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 6


PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).<br />

Dalam berinvestasi saham, anda juga perlu mengenal beberapa jurus yang dipakai<br />

dalam aksi ini tentu saja juga memiliki efek terhadap para investor pemegang<br />

sahamnya.<br />

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui investor. Pertama, Rights issue atau<br />

penerbitan saham baru, istilah ini mengacu pada penerbitan saham dengan opsi Hak<br />

Membeli Efek terlebih dahulu (HMETD). Artinya, pemegang saham lama mendapat<br />

kesempatan lebih dulu untuk membeli saham baru.<br />

Lain halnya jika saham baru yang diterbitkan emiten itu akan di jual kepada satu atau<br />

beberapa investor strategis. <strong>Aksi</strong> tersebut biasa disebut dengan private invesment.<br />

Jika anda sebagai pemegang saham X tidak membeli saham baru yang di keluarkan<br />

emiten yang bersangkutan, maka porsi kepemilikan saham anda di perusahaan itu akan<br />

terdilusi. Efek dilusi ini berpengaruh terhadap porsi dividen yang bakal diterima, Selain<br />

itu, bagi pemegang saham mayoritas yang tidak mengeksekusi haknya, maka bisa jadi<br />

pengendalian perusahaan berpindah ke pihak lain. Sementara dalam aksi private<br />

placement, pemegang saham yang sudah eksis tidak diberikan kesempatan untuk<br />

mengeksekusi haknya. Biasanya kasus ini terjadi pada emiten yang menerbitkan<br />

saham baru untuk membayar hutang kepada pihak kreditor.Mereka mempunyai dana<br />

tunai yang cukup untuk membayar hutangnya.<br />

Kedua, Stock split alias pemecahan jumlah saham dengan cara memecah nilai nominal<br />

saham tersebut. Contohnya, suatu saham Y dengan nilai nominal Rp. 1.000 dipecah<br />

dengan rasio 1: 10 menjadi Rp. 100 persaham. Otomatis, saham Y yang harga<br />

pasarnya, misalnya Rp. 100.000 persaham, akan dipecah menjadi Rp. 10.000<br />

persaham.<br />

Biasanya aksi stock split ini dilakukan karena harga pasar saham suatu emiten sudah<br />

terlalu tinggi, Sehingga investor kesulitan membeli saham emiten itu. Kondisi ini tentu<br />

berdampak kepada likuiditas saham itu. Stock split dilakukan agar saham suatu emiten<br />

menjadi lebih menarik bagi investor. Dengan cara ini, emiten bisa menjaring partisipasi<br />

investor ritel lebih banyak. Selain itu, dengan jumlah saham yang kian banyak, maka<br />

pasarnya akan semakin likuidilias marketable.<br />

Contoh kasus stock split yang terhadui tahun ini adalah saham PT Bank Rakyat<br />

Indonesia Tbk (BRI). Dengan rasio 1:2, manajemen Bank BRI memangkas nominal<br />

saham nya dari Rp. 500 persaham menjadi Rp. 250 persaham pada 11 januari lalu.<br />

Akibatnya, harga saham emiten yang sudah menanjak kelevel Rp. 10.000, dibagi dua<br />

menjadi Rp. 5.000 persaham.<br />

Namun aksi korporasi ini tidak membawa dampak negatif bagi investor. Dari sisi harga<br />

saham memang berkurang, tetapi disaat yang sama jumlah saham investor naik dua<br />

kali lipat. Malah, investor yang ingin membeli saham BRI menjadi semakinmudah<br />

karena harga persahamnya turun. Artinya modal yang harus dipersiapkan si investor<br />

untukmembeli saham BRI menjadi semakin kecil.<br />

Ketiga, Reverse nstock. Ini ada lah lawan dari aksi stock split. <strong>Aksi</strong> korporasi tersebut<br />

disebut oleh suatu emiten untuk melakukan penggabungan sahamnya. Biasanya, aksi<br />

ini dilakukan agar harga sahamnya bergerak semakin leluasa.<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 7


Contohnya, harga saham perusahaan Z bernilai Rp. 50 persaham, dengan harga<br />

saham yang pas-pasan itu, saham Z tidak begitu menarik bagi investor ritel. Maklum,<br />

para investor akan curiga dan mempertanyakan kinerja pihak manajemen dalam<br />

memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya.<br />

Nah, agar saham itu menarik dan ada pergerakan harga, maka si emiten melakukan<br />

penggabungan nominal saham yang berdampak pada kenaikan harga saham itu di<br />

pasar. Cara ini diharapkan menarik investor untuk mengisi keranjang investasinya<br />

dengan saham Z<br />

PT Astra International Tbk (ASII).<br />

VIVAnews - Usai memutuskan rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split),<br />

investor ritel bakal memburu saham perusahaan otomotif, PT Astra International Tbk<br />

(ASII).<br />

Manajemen Astra International kemarin mengusulkan stock split saham ASII dengan<br />

rasio 1:10 pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) mendatang. Pada<br />

penutupan perdagangan kemarin, saham Astra ditutup menguat pada level Rp68.700<br />

per unit. Sementara itu, hari ini, saham Astra juga melanjutkan penguatan hingga<br />

mampu menembus level tertinggi Rp69.950.<br />

"Kelihatannya respons dari masyarakat cukup bagus terkait masalah stock split ini.<br />

Terbukti, tadi pagi market kita sempat naik lumayan," kata Research Analyst PT<br />

Danpac Sekuritas, Teuku Hendry Andrean saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa, 28<br />

Februari 2012.<br />

Hendry meyakini, tingginya minat investor ritel mengoleksi saham Astra karena kinerja<br />

perusahaan secara fundamental cukup kuat. Selain itu, Astra memiliki manajemen<br />

perusahaan yang sangat profesional.<br />

Namun, faktor utama pembelian saham Astra adalah harganya yang akan jauh lebih<br />

murah dari saat ini. "Jadinya, akan menambah minat investor terutama ritel," kata dia.<br />

Kendati nilai saham Astra bakal murah usai stock split, Hendry optimistis saham grup<br />

perusahaan yang memiliki anak usaha di bidang perkebunan, tambang, dan alat berat<br />

ini akan kembali melesat.<br />

Keyakinan itu berkaca dari kenaikan harga saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)<br />

yang menanjak usai stock split. Kasus serupa juga pernah dialami saham PT<br />

Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) ketika tengah berada di puncak<br />

PT Semen Gresik Tbk (SG)<br />

JAKARTA (Bisnis): Opsi pemecahan nilai nominal saham (stock split) PT Semen Gresik<br />

Tbk (SG) sebagai salah satu skema penyelesaian masalah dengan Cemex Asia dinilai<br />

lebih menarik bagi dana pensiun.<br />

Alfiansyah, analis saham dari PT Sinas Mas Sekuritas, mengatakan setelah<br />

pemecahan nilai nominal saham, harga saham SG menjadi lebih kompetitif. “Saya<br />

melihat opsi stock split saham SG dapat mempermudah bagi pemerintah untuk<br />

menggalang dana pensiun guna membeli kembali saham BUMN semen tersebut,”<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 8


ujarnya kemarin. Dia menanggapi dampak pelaksanaan opsi stock split seperti yang<br />

disampaikan ketua tim kecil penyelesaian masalah dengan Cemex Jumat pekan lalu.<br />

Roes Aryawijaya, ketua tim kecil penyelesaian kasus Cemex, mengatakan opsi<br />

stock split tersebut masih dibahas terutama terkait rasio pemecahan saham itu.<br />

Menurut dia, pemerintah juga sedang melihat kembali tiga opsi yang lama guna<br />

menyelesaikan masalah di luar pengadilan.<br />

Alfian menambahkan setelah saham SG dipecah, harga saham BUMN semen menjadi<br />

lebih murah sehingga dana pensiun dapat mengumpulkan uang untuk membeli kembali<br />

25,5% saham SG yang dimiliki Cemex Asia. “Asumsikan rasio pemecahan nilai nominal<br />

saham itu 1:2, opsi ini akan berdampak positif bagi pemerintah dan investor. Likuiditas<br />

perdagangan saham BUMN itu juga akan lebih aktif karena harga saham SMGR di<br />

pasar menjadi sekitar Rp7.000,” paparnya.<br />

Satino, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, mengatakan dengan stock split,<br />

saham SG akan lebih dijangkau oleh investor kecil di pasar. “Bila ini memang menjadi<br />

opsi dari pemerintah, rasionya yang lebih menarik mungkin 1:5, sehingga investor kecil<br />

dapat membeli saham SG,” katanya.<br />

Namun, tuturnya, perlu dilihat mekanisme penjualan saham SG milik Cemex. Bila<br />

saham itu dilepas secara besar-besaran, maka berpotensi menurunkan harga saham di<br />

pasar. Dengan pecahan saham SG lebih kecil, ujarnya, maka bertambahnya investor<br />

yang masuk juga berpotensi menaikkan harga saham SG. Di tempat terpisah, Anggota<br />

Komisi VI DPR Didiek J. Rachbini, mengatakan Komisi VI dan pemerintah mempunyai<br />

kesepakatan mempertahankan kepemilikan sahamnya di SG lebih dari 51%. (wiw)<br />

Materi Pembahasan :<br />

1. Bagaimana dan mengapa secara teoritis stock split dan reverse stock split<br />

dilakukan perusahaan ?<br />

2. Bagaimana dan mengapa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). PT Astra<br />

International Tbk (ASII). PT Semen Gresik Tbk (SG) melakukan stock split?<br />

3. Bagaimana dampak terhadap perusahaan tersebut ?<br />

Sumber bacaan :<br />

http://www.bumn.go.id/20093/publikasi/berita/stock-split-sg-jadi-daya-tarik-dana-pensiun/<br />

http://ekonomi.kabo.biz/2012/01/reverse-stock-split.html<br />

http://www.main-saham.com/tag/mengenali-jurus-aksi-korporasi-emiten<br />

http://bisnis.vivanews.com/news/read/291862-stock-split--saham-astra-bakal-jadi-buruan<br />

Dr. <strong>Agus</strong> <strong>Dwi</strong> <strong>Sasono</strong>., SE., MSi.,Ak Page 9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!