11.07.2015 Views

Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe - UNS

Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe - UNS

Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe - UNS

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SEPTIANI dkk. – <strong>Kadar</strong> nutrisi kecap tempe 49protein 420 mg/g, lemak 224 mg/g, karbohidrat340 mg/g, kalsium 6 mg/g, fosfor 5 mg/g, <strong>dan</strong>besi 0,1 mg/g (Slamet, 1978).Proses fermentasi kecap terdiri <strong>dari</strong> duatahap, yaitu fermentasi kapang (solid stagefermentation) <strong>dan</strong> fermentasi moromi dalamlarutan garam (brine fermentation) (Koswara,1997). Kapang yang berperan dalam fermentasikecap, antara lain Aspergillus oryzae, A. niger <strong>dan</strong>Rhizopus sp. Beberapa jenis khamir <strong>dan</strong> bakteriyang berperan selama fermentasi moromi, antaralain Zygosaccharomyces sp., Hansenula sp. <strong>dan</strong>Lactobacillus sp. (Astawan <strong>dan</strong> Astawan, 1991).Fermentasi kapang sangat berpengaruh terhadapkualitas kecap karena kapang akan mengeluarkanenzim yang memecah substrat menjadisenyawa-senyawa terlarut (Kumalaningsih<strong>dan</strong> Hidayat, 1995). Enzim-enzim yang terdapat<strong>pada</strong> kapang antara lain, amilase, invertase,protease (protease netral, protease asam, <strong>dan</strong>protease alkali), aminopeptidase, karboksipeptidase <strong>dan</strong> glutaminase (Isnariani, 1993).Enzim protease menghidrolisis protein kompleksyang tidak larut menjadi polipeptida <strong>dan</strong>oligopeptida, kemudian dapat menghidrolisispolipeptida <strong>dan</strong> oligopeptida menjadi asamasamamino. Pati dihidrolisis menjadi disakarida<strong>dan</strong> monosakarida oleh amilase <strong>dan</strong> invertase.Selama proses fermentasi terjadi kenaikannitrogen terlarut, asam amino, ammonia, nilaipH, <strong>dan</strong> suhu (Rahayu dkk., 1993).Fermentasi moromi dalam larutan garammerupakan langkah selanjutnya setelahfermentasi kapang. Pada fermentasi moromiterdapat beberapa jenis bakteri <strong>dan</strong> khamir yangterlibat didalamnya, antara lain Lactobacillusdelbrueckii, Hansenula sp. (Astawan <strong>dan</strong> Astawan,1991), Pseudomonas soyae (Kasmidjo, 1990),Zygosaccharomyces soyae, Z. major, <strong>dan</strong>Saccharomyces rouxii (Koswara, 1997). Jenis-jenisbakteri <strong>dan</strong> khamir tersebut toleran terhadapkonsentrasi garam tinggi. Larutan garamberfungsi sebagai bahan pengawet <strong>dan</strong>penyeleksi kegiatan mikrobia (Astawan <strong>dan</strong>Astawan, 1991). Selain itu, garam berfungsiuntuk mengekstrak senyawa-senyawa nitrogenterlarut yang ada dalam kedelai terfermentasikapang ke dalam larutan garam. Dengandemikian kecap yang dihasilkan mempunyairasa <strong>dan</strong> aroma yang baik. Pada umumnya,fermentasi moromi dilakukan <strong>pada</strong> larutangaram 20%. Secara tradisional, fermentasimoromi berlangsung selama 2-4 minggu. Selamafermentasi moromi, warna larutan kecap akanberubah yang disebabkan oleh warna yangterbentuk sebagai hasil reaksi browning antaragula reduksi dengan gugus amino <strong>dari</strong> protein(Astawan <strong>dan</strong> Astawan, 1991).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikadar karbohidrat, lemak, <strong>dan</strong> protein kecap <strong>dari</strong>tempe hasil fermentasi Rhizopus oligosporus <strong>dan</strong>R. oryzae tanpa fermentasi moromi denganfermentasi moromi; serta membandingkan rasa,aroma, <strong>dan</strong> warna kecap tersebut dengan kecapdi pasaran, yaitu Bango <strong>dan</strong> Lombok Gan<strong>dari</strong>a.BAHAN DAN METODEPenelitian dilaksanakan selama empat bulan<strong>pada</strong> bulan November 2003-Februari 2004, diLaboratorium Pusat MIPA Sub Lab BiologiFMIPA <strong>UNS</strong> Surakarta.Pembuatan inokulum bubukBeras (15 g) ditambah dengan 15 mL akuades,kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri.Substrat beras dalam cawan petri tersebutdisterilisasi dengan autoklaf <strong>pada</strong> suhu 121°Cselama 15 menit, sehingga menjadi nasi steril.Nasi steril diinokulasi suspensi spora R. oryzae<strong>dan</strong> R. oligosporus kemudian diinkubasi selama 3-5 hari. Setelah itu nasi terfermentasi dikeringkan<strong>pada</strong> suhu 40°C selama 3 hari, kemudian diblendersehingga menjadi bubuk inokulum.Pembuatan kecapKedelai sebanyak 600 g direndam dalam 2,4 Lair <strong>pada</strong> suhu 50°C selama 6 jam. Setelah dikuliti,kedelai (1,2 kg) diletakkan dalam loyangaluminium. Setelah ditutup dengan 2 lapisaluminium foil berperforasi, kedelai disterilisasidengan autoklaf (121°C, 15 menit). Kedelai sterildiinokulasi dengan R. oryzae <strong>dan</strong> R. oligosporus (±2x10³ cfu/g kedelai) <strong>dan</strong> diinkubasi sampaibersporulasi (± 4 hari) <strong>pada</strong> suhu kamar. Kedelaiterfermentasi kemudian dikeringkan <strong>pada</strong> suhu40°C selama 3 hari. Kedelai terfermentasi keringdibedakan menjadi dua perlakuan, yaitu denganfermentasi moromi tanpa fermentasi moromi.Pada perlakuan dengan fermentasi moromi,kedelai terfermentasi (100 g) direndam dalamlarutan NaCl 20% selama 4 minggu. Setelahfermentasi moromi selama 4 minggu, dilakukanpenyaringan <strong>dan</strong> residu (kedelai) dibuang. Padaperlakuan tanpa fermentasi moromi, kedelaiterfermentasi (100 g) diblender dengan 500 mLakuades <strong>dan</strong> diekstrak dengan akuades <strong>pada</strong>suhu 60°C selama 24 jam. Setelah 24 jam,dilakukan penyaringan sehingga diperoleh


50Bioteknologi 1 (2): 48-53, Nopember 2004filtrat. Filtrat <strong>dari</strong> kecap hasil fermentasi moromi<strong>dan</strong> filtrat <strong>dari</strong> penyaringan kecap tanpafermentasi moromi dikumpulkan, kemudiandianalisis karbohidrat, lemak, <strong>dan</strong> protein. Untukuji organoleptik, filtrat kecap fermentasi moromitanpa fermentasi moromi ditambah denganbumbu-bumbu.Kandungan karbohidrat dalam kecap tanpabumbu dianalisis untuk menentukan kadar gulareduksi <strong>dan</strong> kadar pati. <strong>Kadar</strong> gula reduksi <strong>dan</strong>pati ditentukan dengan metode Nelson-Somogyisecara spektrofotometri (Sudarmadji dkk., 1984).<strong>Kadar</strong> gula reduksi yang diperoleh merupakankadar gula reduksi tanpa enzim amilase. <strong>Kadar</strong>pati diperoleh <strong>dari</strong>: (<strong>Kadar</strong> gula reduksi setelahdiberi enzim amilase – <strong>Kadar</strong> gula reduksi tanpaenzim amilase) x 0,9. Kandungan lemak dalamkecap tanpa bumbu ditentukan dengan metodeFolch et al. (dalam Sudarmadji dkk., 1984). <strong>Kadar</strong>protein kecap tanpa bumbu ditentukan denganmetode Lowry-Folin secara spektrofotometri(Sudarmadji dkk., 1984).Uji organoleptikUji organoleptik meliputi rasa, aroma, <strong>dan</strong>warna dilakukan <strong>pada</strong> empat kecap (dua kecaphasil fermentasi moromi <strong>dan</strong> dua kecap tanpafermentasi moromi) yang telah diberi bumbu,dibandingkan dengan dua kecap komersial(Lombok Gan<strong>dari</strong>a <strong>dan</strong> Bango). Uji organoleptikdilakukan <strong>pada</strong> 20 orang panelis, kecap yangpaling disukai panelis diberi skor 6, <strong>dan</strong> yangtidak disukai diberi skor 1 (Kartika dkk., 1988).Analisis dataData pengukuran karbohidrat, lemak <strong>dan</strong>protein kecap hasil fermentasi moromi tanpafermentasi moromi dianalisis dengan AnalisisVariansi (Anava) untuk mengetahui pengaruhperlakuan terhadap semua variabel pengamatankemudian dilanjutkan dengan Duncan’s MultipleRange Test (DMRT) <strong>pada</strong> taraf signifikansi 1%(Sugandi <strong>dan</strong> Sugiarto, 1994). Data hasil ujiorganoleptik dianalisis dengan statistik nonparametrik dengan Friedman Test. Jika terdapatperbedaan dilanjutkan dengan Wilcoxon SignedRank Test (WSRT) <strong>pada</strong> taraf signifikansi 5%.HASIL DAN PEMBAHASAN<strong>Karbohidrat</strong><strong>Karbohidrat</strong> merupakan senyawa hasil fiksasiCO2 oleh tanaman <strong>dan</strong> tersimpan dalam berbagaibentuk yaitu monosakarida, disakarida <strong>dan</strong>polisakarida. Pada kedelai, karbohidrat terdiri<strong>dari</strong> gula terlarut <strong>dan</strong> polisakarida tak larut (Liu,1997). <strong>Karbohidrat</strong> yang dikelompokkan dalamgula adalah monosakarida <strong>dan</strong> disakarida,se<strong>dan</strong>gkan polisakarida adalah karbohidrat nongula (Gaman <strong>dan</strong> Sherrington, 1992). Dalampenelitian ini, kandungan karbohidrat yangdiukur adalah karbohidrat dalam bentuk gulareduksi <strong>dan</strong> pati.Gula reduksi merupakan karbohidrat yangmampu mereduksi semua senyawa penerimaelektron, karena a<strong>dan</strong>ya gugus hemiketal dalamstrukturnya. Termasuk di dalam gula reduksiadalah monosakarida <strong>dan</strong> disakarida, kecualisukrosa. Se<strong>dan</strong>gkan pati merupakan ca<strong>dan</strong>gankarbohidrat <strong>pada</strong> tanaman berbentuk granulagranulatak larut yang tersusun <strong>dari</strong> dua macammolekul polisakarida yaitu amilosa <strong>dan</strong>amilopektin, umumnya ditemukan <strong>pada</strong> umbi,akar <strong>dan</strong> biji (Whistler et al., 1984 dalam Haryadi,1993). Gula reduksi terutama dalam bentukglukosa diperoleh <strong>dari</strong> hidrolisis pati oleh enzimamilase yang terdapat <strong>pada</strong> kapang Rhizopus.Selain <strong>dari</strong> pati, glukosa dapat diperoleh <strong>dari</strong>hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapangRhizopus (Purwoko, 2001).<strong>Kadar</strong> gula reduksi <strong>pada</strong> kecap <strong>dari</strong> tempehasil fermentasi R. oryzae dengan fermentasimoromi lebih tinggi dibandingkan <strong>pada</strong> kecap<strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R. oligosporus denganfermentasi moromi (Tabel 1). Karena perlakuanfermentasi moromi sama, maka perbedaan kadargula reduksi tersebut lebih mencerminkanperbedaan aktivitas hidrolisis pati oleh Rhizopusselama fermentasi tempe, bukan selamafermentasi moromi. Hal tersebut juga terlihat<strong>pada</strong> kenaikan kadar gula reduksi selamafermentasi moromi tidak berbeda nyata, yaitu26,2433 mg/g <strong>dan</strong> 28,4476 mg/g masing-masinguntuk perlakuan fermentasi oleh R. oryzae <strong>dan</strong> R.oligosporus.<strong>Kadar</strong> gula reduksi <strong>pada</strong> kecap <strong>dari</strong> tempehasil fermentasi R. oryzae baik dengan tanpafermentasi moromi lebih tinggi dibandingkan<strong>pada</strong> kecap <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R.oligosporus. Hal itu menguntungkan bagipembuatan kecap manis, karena gula reduksikhususnya fruktosa <strong>dan</strong> glukosa merupakanmonosakarida dapat menghasilkan rasa manis.Dengan demikian <strong>pada</strong> pembuatan kecap manis<strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R. oryzaememerlukan tambahan gula merah lebih sedikitdibandingkan kecap manis <strong>dari</strong> tempe hasilfermentasi R. oligosporus untuk menghasilkanrasa manis yang relatif sama.


52Bioteknologi 1 (2): 48-53, Nopember 2004peptida-peptida oleh peptidase menjadi asamasamamino.Metode yang digunakan untuk pengukuranprotein terlarut adalah metode Lowry-Folin. MetodeLowry-Folin dapat juga menentukanprotein rantai pendek (oligopeptida) <strong>dan</strong> asamamino. Prinsip kerja metode Lowry adalahreduksi Cu 2+ <strong>dari</strong> CuSO 4 (Reagen Lowry B)menjadi Cu + oleh tirosin, triptofan <strong>dan</strong> sisteinyang terdapat dalam protein. Ion Cu + bersamadengan fosfomolibdat <strong>dan</strong> fosfotungstat yangterkandung dalam reagen Folin membentukwarna biru yang dapat ditera olehspektrofotometer.<strong>Kadar</strong> protein <strong>pada</strong> kecap <strong>dari</strong> tempe hasilfermentasi R. oligosporus tanpa fermentasimoromi lebih tinggi dibandingkan dengan kadarprotein tempe hasil fermentasi R. oryzae tanpafermentasi moromi (Tabel 3). Hal tersebut karenaR. oligosporus mempunyai aktivitas proteolitiklebih besar dibandingkan dengan R. oryzaesehingga proses hidrolisis protein menjadipeptida <strong>dan</strong> asam amino oleh R. oligosporus lebihtinggi dibandingkan R. oryzae. Fermentasimoromi mampu menurunkan kadar protein.Dengan demikian selama fermentasi moromiterjadi konsumsi protein oleh bakteri <strong>dan</strong>khamir, serta a<strong>dan</strong>ya hirolisis protein <strong>dan</strong>peptida menjadi asam-asam amino pembentukrasa kecap. Analisis statistik menunjukkan kadarprotein kecap <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R.oligosporus <strong>dan</strong> R. oryzae dengan fermentasimoromi maupun tanpa fermentasi moromiberbeda nyata.Tabel 3. <strong>Kadar</strong> protein <strong>pada</strong> kecap <strong>dari</strong> tempe hasilfermentasi R. oligosporus <strong>dan</strong> R. oryzae denganfermentasi moromi tanpa fermentasi moromi (mg/g).MikrobiaFermentasi Tanpa fermentasimoromimoromiR. oligosporus 271,6267 c 344,2800 dR. oryzae 79,9633 a 201,0033 bKeterangan: angka yang diikuti huruf berbedamenunjukkan beda nyata berdasar DMRT 1%.Menurut SII kadar protein <strong>pada</strong> kecapbermutu baik minimal sebesar 6%. Jika inginmembuat kecap <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R.oligosporus tanpa fermentasi moromi, makadiperlukan sedikitnya 20 g tempe kering yangdiekstrak, <strong>dan</strong> kemudian ditambah bumbubumbuuntuk dijadikan 100 mL kecap. <strong>Kecap</strong>yang dihasilkan <strong>dari</strong> tempe oleh fermentasi R.oligosporus tanpa fermentasi moromimengandung protein sekitar 6,8%. <strong>Kadar</strong> proteinkecap kering menurut Direktorat GiziDepartemen Kesehatan (1996) sebesar 283 mg/g.Jika dibandingkan dengan kadar protein kecap<strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R. oligosporus <strong>dan</strong> R.oryzae dengan fermentasi moromi, masingmasingsebesar 271,6267 mg/g <strong>dan</strong> 79,9633mg/g, maka kadar protein kecap <strong>dari</strong> tempehasil fermentasi R. oryzae dengan fermentasimoromi lebih rendah. <strong>Kadar</strong> protein <strong>pada</strong> kecap<strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R. oligosporus <strong>dan</strong> R.oryzae tanpa fermentasi moromi, masing-masingsebesar 344,28 mg/g <strong>dan</strong> 201,0033 mg/g. Jikadibandingkan dengan kadar protein tempemenurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan(1996) sebesar 508 mg/g, maka kadar proteinkecap <strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasi moromi lebihrendah.Uji organoleptik kecapUji organoleptik dilakukan untuk membandingkanrasa, aroma, warna kecap <strong>dari</strong> tempetanpa fermentasi moromi dengan fermentasimoromi dengan kecap komersial merek Bango<strong>dan</strong> Lombok Gan<strong>dari</strong>a. <strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong> tempe tanpafermentasi moromi dengan fermentasi moromidiolah dengan pemasakan <strong>dan</strong> penambahanbumbu, karena kecap komersial merupakankecap yang berbumbu.Selama fermentasi moromi Pediococcus halophillus<strong>dan</strong> Lactobacillus delbrueckii memfermentasi gulasederhana <strong>dan</strong> asam amino menjadi asam laktat,asam asetat, <strong>dan</strong> asam suksinat. Asam laktat <strong>dan</strong>asam suksinat merupakan komponen yangmenyebabkan rasa sedap <strong>pada</strong> kecap (Sokhib,1986). Terlihat <strong>pada</strong> Tabel 4 bahwa kecap <strong>dari</strong>tempe tanpa fermentasi moromi lebih disukaidibandingkan kecap <strong>dari</strong> tempe denganfermentasi moromi. Hal itu menunjukkan bahwarasa kecap lebih dipengaruhi oleh protein <strong>dan</strong>lemak. Asam glutamat merupakan protein yangmemberi kontribusi utama dalam pembentukanrasa <strong>pada</strong> kecap (Kasmidjo, 1990). Rasa kecap<strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasi moromi tidakberbeda nyata dengan kecap <strong>dari</strong> tempe denganfermentasi moromi.Aroma kecap dipengaruhi oleh senyawaalkohol <strong>dan</strong> senyawa aromatik yang dihasilkanoleh khamir selama fermentasi moromi(Kasmidjo, 1990). Hasil penelitian menunjukkanbahwa aroma kecap <strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasimoromi lebih disukai dibandingkan kecap <strong>dari</strong>tempe dengan fermentasi moromi (Tabel 4).Aroma kecap <strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasimoromi tidak berbeda nyata dengan aromakecap Bango, bahkan memiliki skor yang lebih


SEPTIANI dkk. – <strong>Kadar</strong> nutrisi kecap tempe 53tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa panelismenyukai aroma khas kedelai <strong>pada</strong> kecap.Aroma khas kedelai masih tajam tercium <strong>pada</strong>kecap <strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasi moromi.Tabel 4. Skor uji organoleptik rasa, aroma <strong>dan</strong> warnakecap <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi moromi tanpafermentasi moromi oleh R. oligosporus <strong>dan</strong> R. oryzae.<strong>Kecap</strong> Rasa Aroma WarnaLombok 3,20 ±1,44 bc 3,25 ±1,12 ab 4,25 ±1,25 aGan<strong>dari</strong>aBango 4,55 ±1,61 a 3,75 ±1,74 a 4,35 ±1,09 aRol- 4,20 ±1,85 ab 4,10 ±1,92 a 3,95 ±1,57 aRol+ 2,95 ±1,39 c 3,30 ±1,53 a 1,25 ±0,44 bRoz- 3,20 ±2,14 ab 4,20 ±1,77 a 3,20 ±1,85 aRoz+ 2,90 ±1,12 c 2,40 ±1,64 b 4,00 ±1,52 aKeterangan: Rol-: <strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R.oligosporus tanpa fermentasi moromi. Rol+: <strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong>tempe hasil fermentasi R. oligosporus denganfermentasi moromi. Roz-: <strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong> tempe hasilfermentasi R. oryzae tanpa fermentasi moromi. Roz+:<strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong> tempe hasil fermentasi R. oryzae denganfermentasi moromi. Angka yang diikuti huruf berbeda<strong>pada</strong> kolom yang sama menunjukkan beda nyataberdasar WSRT 5%.Warna kecap dipengaruhi oleh lamafermentasi. <strong>Tempe</strong> mempunyai warna lebihcoklat dibandingkan dengan kedelai. Semakinlama fermentasi tempe, maka warna kedelaiterfermentasi semakin coklat. Selain <strong>dari</strong> kedelai,warna juga dapat ditentukan oleh warna gulamerah. Warna coklat merupakan warna yangdihasilkan oleh reaksi antara asam amino <strong>dan</strong>gula reduksi (Astawan <strong>dan</strong> Astawan, 1991).KESIMPULAN<strong>Kecap</strong> dapat dibuat <strong>dari</strong> tempe tanpafermentasi moromi. <strong>Kadar</strong> protein kecap tanpafermentasi moromi lebih tinggi dibandingkankecap dengan fermentasi moromi. <strong>Kadar</strong> lemakkecap tanpa fermentasi moromi tidak berbe<strong>dan</strong>yata dengan kecap yang difermentasi denganmoromi. <strong>Kadar</strong> karbohidrat <strong>pada</strong> kecap tanpafermentasi moromi lebih rendah dibandingkankecap dengan fermentasi moromi.<strong>Kecap</strong> <strong>dari</strong> tempe tanpa fermentasi moromimempunyai rasa <strong>dan</strong> aroma yang lebih disukaidibandingkan kecap <strong>dari</strong> tempe denganfermentasi moromi. Jika dibandingkan dengankecap komersial, kecap <strong>dari</strong> tempe tanpafermentasi moromi mempunyai rasa <strong>dan</strong> aromayang sama.DAFTAR PUSTAKAAstawan, M. <strong>dan</strong> M.W. Astawan. 1991. Teknologi PengolahanPangan Nabati Tepat Guna. Edisi I. Jakarta: AkademikaPressindo.Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1996. Daftar KomposisiBahan Makanan. Jakarta: Penerbit Bharata.Fessenden, J.R. and S. Fessenden. 1999. Kimia Organik. Jilid II.Edisi ketiga. Penerjemah: Hadyana, A.. Jakarta: PenerbitErlangga.Gaman, P.M. and K.B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan:Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi <strong>dan</strong> MikrobiologiPenerjemah: Murdijati G., S. Naruki, Agnes M. <strong>dan</strong>Sarjono. Yogyakarta: UGM Press.Haryadi. 1993. Dasar-dasar <strong>dan</strong> pemanfaatan ilmu <strong>dan</strong>teknologi pati. Agritech 13 (3): 37-42.Isnariani, A.J. 1993. Mikroflora <strong>dan</strong> Aflatoxin <strong>pada</strong> Kedelai Hitam<strong>dan</strong> Koji dalam Proses Pembuatan <strong>Kecap</strong>. [Skripsi].Yogyakarta: FTP UGM.Kartika, B., P. Hastuti, <strong>dan</strong> W. Supartono 1988. Pedoman UjiInderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: FTP UGM.Kasmidjo, R.B. 1990. <strong>Tempe</strong>: Mikrobiologi <strong>dan</strong> BiokimiaPengolahan serta Pemanfaatannya. Yogyakarta: PAUPangan <strong>dan</strong> Gizi.Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak <strong>dan</strong> <strong>Lemak</strong>Pangan. Jakarta: UI Press.Koswara, S. 1997. Mengenal makanan tradisional hasil olahankedelai. Buletin Teknologi <strong>dan</strong> Industri Pangan 8 (2): 75-76.Kumalaningsih, S. <strong>dan</strong> N. Hidayat, 1995. Mikrobilogi HasilPertanian. Malang: Penerbit IKIP Malang.Liu, K.S. 1997. Soybean: Chemistry, Technologi and Utilization.New York: Chapman and Hall.Purwoko, T. 2001. Biotransformasi Isoflavon oleh Rhizopusoryzae UICC524 <strong>dan</strong> R. microsporus var chinensis UICC521<strong>pada</strong> Fermentasi <strong>Tempe</strong> <strong>dan</strong> Aktivitas Antioksi<strong>dan</strong>Isoflavon Aglikon Terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Tesis].Jakarta: Program Pasca Sarjana Program UI.Putranto, P.S. 1992. Pola Gel Elektroforesis <strong>Protein</strong> <strong>Tempe</strong>Kedelai. [Skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Pengolahan HasilPertanian FTP UGM.Rahayu, E.S., R. Indrati, T. Utami, E. Harmayani, <strong>dan</strong> M.N.Cahyanto, 1993. Bahan Pangan Hasil Fermentasi.Yogyakarta: PAU Pangan <strong>dan</strong> Gizi UGM.Slamet, D.S. 1978. The nutrients and amino acids contents ofkecap. Dalam Basuki, T., E. Sukara, <strong>dan</strong> S. Bojonegoro(ed.). 1981. Kumpulan Makalah Seminar Mikrobiologi II.Jakarta: Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia.Sokhib, A. 1986. Fortifikasi Zat Besi <strong>pada</strong> <strong>Kecap</strong> Kedelai.[Skripsi]. Yogyakarta: FTP UGM.Sudarmadji, S., B. Haryono, <strong>dan</strong> Suhandi. 1984. Analisis untukBahan Makanan <strong>dan</strong> Pertanian. Edisi II. Bandung: PenerbitAlumni.Sugandi <strong>dan</strong> Sugiarto. 1994. Rancangan Percobaan Teori <strong>dan</strong>Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.Sumarno <strong>dan</strong> Harnoto. 1983. Kedelai <strong>dan</strong> Cara BercocokTanamnya. Bogor: Pusat Penelitian <strong>dan</strong> PengembanganTanaman Pangan.Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan. Jakarta: PT Gramedia.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!