1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia
1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia
1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
1
Optimasi Keunggulan Komparatif Rumput<br />
Laut <strong>Indonesia</strong><br />
Rumput laut menjadi komoditas<br />
hasil perikanan yang semakin populer<br />
di dunia. Umur budidayanya yang<br />
relatif pendek menjadikan rumput<br />
laut sangat ideal sebagai bahan baku<br />
sebuah industri pengolahan. Pemanfaatan<br />
dari produk turunan rumput<br />
laut seperti agar, alginat dan karaginan<br />
mempunyai aplikasi sangat luas<br />
sehingga industri pengolahan sangat<br />
berkembang di sejumlah negara dan<br />
permintaan bahan baku juga meningkat<br />
pesat.<br />
Sebagai negara kepulauan di daerah<br />
tropis, <strong>Indonesia</strong> mempunyai keunggulan<br />
komparatif untuk menjadi<br />
produsen rumput laut tingkat dunia.<br />
Bersama dengan Philipina, saat ini<br />
<strong>Indonesia</strong> telah menguasai hampir<br />
sekitar 90% dari pasokan rumput<br />
laut dunia dari jenis Euchema cottonii<br />
sebagai bahan baku hidrokoloid<br />
penting karaginan. Selain itu, rumput<br />
laut juga dijadikan tumpuan pertumbuhan<br />
produksi budidaya nasional 5<br />
tahun kedepan sehingga road map<br />
pengembangannya perlu disusun dengan<br />
melibatkan semua pihak terkait.<br />
Hingga saat ini lebih dari 80%<br />
dari produksi laut kering masih diekspor<br />
ke berbagai negara. Puaskah<br />
<strong>Indonesia</strong> hanya sebagai pemasok<br />
bahan baku bagi industri pengolahan<br />
di negara lain? Ekspor rumput laut<br />
kering termasuk bisnis yang relatif<br />
mudah dan rendah risiko, namun<br />
relakah kita kalau sebagian besar nilai<br />
tambah akan dinikmati oleh negara<br />
lain? Saat ini dicari para industriawan<br />
dan wiraswastawan tangguh<br />
untuk mengusung kejayaan negeri ini<br />
dari rumput laut. Berkembangnya<br />
industri pengolahan di dalam negeri<br />
akan berdampak luas pada peningkatan<br />
penyerapan tenaga kerja dan<br />
aktivitas ekonomi lainnya.<br />
Untuk mewujudkan mimpi tersebut<br />
perlu meningkatkan daya saing<br />
dari keunggulan komparatif yang<br />
telah dimiliki <strong>Indonesia</strong>. Peningkatan<br />
efisiensi dan kualitas di semua lini<br />
produksi menjadi salah satu kunci.<br />
Perlu dukungan semua pihak untuk<br />
saling bekerja secara sinergis dari<br />
hulu hingga hilir. Untuk perbaikan<br />
mutu saja contohnya perlu segera<br />
adanya apresiasi harga yang lebih<br />
tinggi untuk mutu yang lebih baik.<br />
Cara pembelian borongan hanya<br />
dapat dilakukan untuk mutu yang<br />
seragam.<br />
Uji mutu rumput laut adalah<br />
melalui proses ekstraksi sehingga<br />
perlu ditunjang dari budidaya yang<br />
baik. Penerapan standar bahan baku<br />
cottonii harus dimulai dari umur<br />
panen yang seragam, yaitu 45 hari.<br />
Kajian yang dilakukan para peneliti<br />
menunjukkan bahwa kekuatan gel<br />
rumput laut tertinggi pada usia tersebut.<br />
Kemudian dari pengalaman para<br />
pelaku, penggunaan bibit tidak boleh<br />
lebih dari 5 kali masa tanam. Artinya<br />
untuk menunjang mutu rumput laut<br />
yang kompetitif, dukungan sertifikasi<br />
praktek budidaya yang baik juga menjadi<br />
sebuah kebutuhan.<br />
Begitu pula pada proses pengolahan.<br />
Selain faktor teknis, dukungan<br />
kemitraan yang saling menguntungkan<br />
juga sangat diperlukan dan<br />
penataan jaminan pasokan bagi<br />
industri pengolahan di dalam negeri<br />
perlu dilaksanakan secara konsisten.<br />
Dari segi branding, penyelenggaraan<br />
secara reguler dan konsisten forum<br />
rumput laut SEABFEX yang berskala<br />
internasional di <strong>Indonesia</strong> juga sangat<br />
baik untuk mengangkat citra rumput<br />
laut negeri ini dan menginisiasi<br />
kesiapan sebagai pemain kelas dunia<br />
yang mampu mendikte pasar. Mari<br />
kita dukung rumput laut sebagai<br />
“emas” hijau dari lautan <strong>Indonesia</strong><br />
untuk kejayaan negeri.<br />
3 Rumput Laut<br />
Sebagai Bahan Pangan Fungsional<br />
6 Quo Vadis Rumput Laut <strong>Indonesia</strong>?<br />
7 Karaginan<br />
Produk Unggulan Rumput Laut<br />
Philipina<br />
10 China :<br />
Ambisi Kuasai <strong>Pasar</strong> Karaginan<br />
Dunia<br />
12 Keamanan Pangan<br />
Hak dan Kewajiban Suatu Negara<br />
13 Permen KP 17/<strong>2010</strong> Lindungi<br />
Konsumen Atas Produk Perikanan<br />
Impor<br />
14 Di Hari Raya Idul Fitri<br />
Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubstitusi Daging<br />
15 Peluang <strong>Pasar</strong><br />
16 Kilas Berita<br />
17 Harga Komoditas Perikanan di <strong>Pasar</strong><br />
Internasional<br />
18 Harga Komoditas Perikanan di<br />
Beberapa TPI dan <strong>Pasar</strong> Grosir<br />
20 Bisnis Pemasaran<br />
Berbasis Nilai-Nilai Spiritual<br />
22 Pemasaran Produk Perikanan Berbasis<br />
“Connect”<br />
26 Teknologi Desalinasi, Menjawab<br />
Kebutuhan Air Bersih di Pesisir<br />
28 Menu <strong>Ikan</strong> Adalah Menu Terbaik<br />
30 Kailis Fish Market Cafe<br />
Menginspirasi Banyak Orang<br />
32 Resep Masakan<br />
Puding Agar Rumput Laut<br />
Pelindung: Dr. Martani Huseini; Penanggung jawab: Syafril Fauzi; Redaktur Kehormatan: Victor P.H Nikijuluw, Andin H. Taryoto; Editor/Redaktur<br />
Pelaksana: Artati Widiarti; Anggota Redaktur Pelaksana: Muawwanah, Uung Gantira, Wiji Lestari, Nova Firdaus; Penata Lay Out: Herman Priyono;<br />
Sekretariat: Sa’dilah Fauzi, Nia Nurfitriana, Dwi Hertanto; Penerbit: Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran<br />
Hasil Perikanan (P2HP)- Kementerian Kelautan dan Perikanan; Alamat: Gedung Mina Bahari III, Lt.12, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan<br />
Merdeka Timur 16, Jakarta Pusat - Telp (021) 3500 163; E-mail: warta_pasar_ikan@dkp.go.id
Rumput Laut<br />
Sebagai Bahan Pangan Fungsional<br />
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka<br />
tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak<br />
diminati bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang<br />
menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Efeknya, produk pangan eksklusif<br />
berlabel kesehatan pun kian membanjir dan telah merangsang masyarakat untuk mengkonsumsinya.<br />
Sebagai perkembangan lebih lanjut,<br />
kini muncul produk pangan<br />
yang secara nutrisi telah dimodifikasi,<br />
dan secara terbuka dalam<br />
labelnya diklaim memiliki khasiat<br />
kesehatan tertentu. Produk pangan<br />
jenis ini dikenal sebagai makanan<br />
fungsional (functional foods).<br />
Fungsi-fungsi fisiologis yang<br />
diberikan oleh makanan fungsional<br />
antara lain menurunkan tekanan<br />
darah, menurunkan kadar kolesterol,<br />
menurunkan kadar gula darah,<br />
meningkatkan penyerapan kalsium,<br />
meningkatkan daya tahan tubuh,<br />
memperlambat penuaan, dan lainlain.<br />
Definisi Pangan Fungsional<br />
Istilah pangan fungsional pertama<br />
kali dikenalkan di Jepang pada<br />
pertengahan 1980an dan merupakan<br />
satu-satunya negara yang mempunyai<br />
aturan khusus berkenaan<br />
pengolahan pangan fungsional yang<br />
diijinkan. Badan yang bertanggungung<br />
jawab terhadap pengaturan ini<br />
adalah FOSHU (Food for Specified<br />
Health Use) dibawah Kementerian<br />
Kesehatan dan Kesejahteraan<br />
Jepang.<br />
FOSHU mengistilahkan pangan<br />
fungsional sebagai bahan pangan<br />
yang berpengaruh positif terhadap<br />
kesehatan seseorang, baik jasmani<br />
maupun rohani selain kandungan gizi<br />
dan cita-rasa yang dimilikinya (Arai<br />
1996 dalam Hasler 1998). Sementara<br />
berdasarkan konsensus pada The<br />
First International Conference on<br />
East-West Perspective on Functional<br />
Foods tahun 1996, pangan fungsional<br />
adalah pangan yang karena<br />
kandungan komponen aktifnya dapat<br />
memberikan manfaat bagi kesehatan,<br />
di luar manfaat yang diberikan<br />
oleh zat-zat gizi yang terkandung di<br />
dalamnya.<br />
Dalam regulasi FDA (Food and<br />
Drug Administration) Amerika<br />
Serikat, makanan berdasarkan kategorinya<br />
terbagi dalam 2 kelompok<br />
yaitu makanan konvensional dan suplemen<br />
makanan. Makanan konven-<br />
sional yang mendukung kesehatan<br />
dan diakui sebagai makanan fungsional,<br />
produksinya diatur sangat<br />
ketat oleh FDA, terutama berkaitan<br />
dengan klaim yang dibuat. Klaim<br />
yang disetujui oleh FDA melalui Nutritional<br />
Labeling and Education Act<br />
of 1990 (NLEA) harus bisa dibuktikan<br />
secara ilmiah bahwa unsur yang<br />
dipakai benar-benar berpengaruh<br />
positif untuk kesehatan.<br />
Definisi pangan fungsional menurut<br />
Badan POM adalah pangan yang<br />
secara alamiah maupun telah melalui<br />
proses, mengandung satu atau lebih<br />
senyawa yang berdasarkan kajiankajian<br />
ilmiah dianggap mempunyai<br />
fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang<br />
bermanfaat bagi kesehatan. Produk<br />
tersebut dapat dikonsumsi sebagaimana<br />
layaknya makanan atau<br />
minuman, mempunyai karakteristik<br />
sensori berupa penampakan, warna,<br />
tekstur dan cita rasa yang dapat<br />
diterima oleh konsumen. Selain tidak<br />
memberikan kontraindikasi dan<br />
tidak memberi efek samping pada<br />
jumlah penggunaan yang dianjurkan<br />
terhadap metabolisme zat gizi lainnya.<br />
Berdasarkan atas beberapa<br />
definisi yang ada, keberadaan faktor<br />
“plus” bagi kesehatan yang diperoleh<br />
karena adanya komponen aktif pada<br />
bahan pangan tersebut merupakan<br />
“keharusan” (Wijaya, 2002). Adapun<br />
komponen aktif yang dianggap<br />
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis<br />
tertentu di dalam pangan fungsional<br />
adalah senyawa-senyawa alami di<br />
luar zat gizi dasar yang terkandung<br />
dalam pangan yang bersangkutan,<br />
yaitu: (1) serat pangan (dietar y<br />
fiber), (2) Oligosakarida, (3) gula<br />
alkohol (polyol), (4) asam lemak<br />
tidak jenuh jamak (polyunsaturated<br />
fatty acids = PUFA), (5) peptida dan<br />
protei tertentu, (6) glikosida dan<br />
isoprenoid, (7) polifenol dan isoflavon,<br />
(8) kolin dan lesitin, (9) bakteri
4<br />
asam laktat, (10) phytosterol, dan (11)<br />
vitamin dan mineral tertentu.<br />
Fungsi Fisiologis Rumput Laut<br />
Sebagai bahan pangan, rumput<br />
laut dikenal padat mineral. Kandungan<br />
mineral yang ada pada rumput<br />
laut meliputi mineral esensial (besi,<br />
iodin, aluminum, mangan, calsium,<br />
nitrogen dapat larut, phosphor,<br />
sulfur, chlor. silicon, rubidium,<br />
strontium, barium, titanium, cobalt,<br />
boron, copper, kalium, dan unsurunsur<br />
lainnya), asam nukleat, asam<br />
amino, protein, mineral, trace elements,<br />
tepung, gula dan vitamin A,<br />
B, C, D E, dan K. Namun tidak hanya<br />
padat mineral, keunggulan lain dari<br />
rumput laut adalah pada kandungan<br />
serat makanan.<br />
Selama ini masyarakat mengenal<br />
sumber utama serat makanan<br />
adalah buah-buahan, sayur-sayuran,<br />
kacang-kacangan, dan serealia.<br />
Dibandingkan dengan bahan pangan<br />
lain, maka keistimewaan dari serat<br />
makanan dalam rumput laut terletak<br />
pada kandungan asam alginat dan<br />
karaginannya. Tidak ada satupun<br />
bahan pangan lain, yang mengandung<br />
kedua macam zat tersebut dalam<br />
jumlah yang cukup berarti. Tingginya<br />
kandungan mineral, vitamin dan<br />
serat makanan pada rumput laut,<br />
menjadikan rumput laut mempunyai<br />
fungsi-fungsi fisiologis antara lain<br />
sebagai berikut :<br />
Menurunkan Kolesterol<br />
Para ahli gizi dan kesehatan akhir-akhir<br />
ini sepakat, bahwa beberapa<br />
penyakit dapat timbul akibat pola<br />
makan yang menjurus kepada konsumsi<br />
karbohidrat yang miskin serat<br />
makanan. Terlebih makanan siap saji<br />
(fast food) yang mengandung lemak<br />
jenuh, protein, dan garam tinggi<br />
namun rendah serat akan mampu<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
memicu perkembangan penyakit<br />
degeneratif seperti aneka kanker,<br />
osteoporosis, diabetes mellitus,<br />
aterosklerosis (penumpukan lemak),<br />
jantung koroner, dan hipertensi (tekanan<br />
darah tinggi).<br />
Serat termasuk bagian dari makanan<br />
yang tidak mudah diserap dan<br />
sumbangan gizinya dapat diabaikan,<br />
namun mempunyai fungsi penting<br />
yang tidak tergantikan oleh zat lainnya.<br />
Di dalam tubuh, serat berfungsi<br />
membersihkan sistem pencernaan,<br />
melindungi membran permukaan perut<br />
dan usus dari zat yang berpotensi<br />
karsinogen dan menyerap berbagai<br />
zat seperti kolesterol, yang semuanya<br />
akhirnya dieliminasi.<br />
Komponen serat makanan dalam<br />
rumput laut umumnya tergolong<br />
serat makanan yang bersifat larut<br />
dalam air yang dapat menurunkan<br />
kadar kolesterol darah. Hal ini<br />
disebabkan serat makanan mampu<br />
mengikat asam empedu, yaitu suatu<br />
produk akhir dari metabolisme kolesterol.<br />
Makin banyak asam empedu<br />
yang terbuang melalui tinja, maka<br />
makin banyak kolesterol yang dimetabolisasi<br />
menjadi asam empedu.<br />
Dengan demikian proses ini dapat<br />
mencegah penimbunan kolesterol di<br />
dalam tubuh.<br />
Kemampuan rumput laut dalam<br />
membantu menurunkan kolesterol<br />
juga tidak terlepas dari kandungan<br />
asam lemak omega-3. Hasil penelitian<br />
Nisizawa (2006) di Jepang<br />
mencatat bahwa rumput laut seperti<br />
wakame (U. pinnatifida), kombu<br />
(Laminaria sp.) dan nori (Porphyra<br />
sp.) mampu menurunkan kadar<br />
kolesterol LDL (Low density lipoprotein)<br />
dan meningkatkan kadar<br />
kolesterol HDL (High Density<br />
Lipoprotein) dalam darah hewan uji.<br />
Kemampuan menurunkan kolesterol<br />
tersebut juga dipengaruhi oleh kom-<br />
ponen serat larut air, polisakarida<br />
dan fucosterol dalam rumput laut.<br />
Antikanker<br />
Selain menurunkan kolesterol,<br />
serat makanan dapat mengurangi<br />
resiko penyakit kanker yang disebabkan<br />
oleh sistem pencernaan<br />
yang tidak sempurna. Rumput laut<br />
coklat yang kaya akan serat larut air<br />
(seperti Kombu dan Wakame), ketika<br />
direndam dalam air akan mengeluarkan<br />
lendir kental yang terdiri dari<br />
alginat, fukoidan dan protein. Serat<br />
dalam bentuk lendir ini yang akan<br />
melapisi saluran pencernaan dan<br />
melindungi dinding dari peradangan<br />
dan zat yang berpotensi karsinogen.<br />
Alginat dan fucoidan yang berasal<br />
dari rumput laut coklat, setara dengan<br />
pektin yang berasal dari buahbuahan<br />
seperti apel. Namun, apel<br />
hanya berisi sekitar 12% serat larut<br />
sedangkan rumput laut coklat berisi<br />
sampai dengan 45% serat larut (Nisizawa<br />
2006). Rumput laut lainnya<br />
yang mengandung serat larut adalah<br />
Gelidium sp., Gracilaria sp, Ulva<br />
sp., Enteromorpha sp., Laminaria,<br />
Undaria, dan Porphyra.<br />
Menurunkan Tekanan Darah<br />
Beberapa studi meyebutkan<br />
bahwa wakame mempunyai beberapa<br />
manfaat kesehatan, seperti mencegah<br />
hiperlipidemia (kelebihan lemak)<br />
dan mencegah terjadinya kanker<br />
(percobaan pada tikus), serta sebagai<br />
bahan yang dapat menurunkan tekanan<br />
darah pada manusia. Wakame<br />
merupakan salah satu rumput laut<br />
yang populer dikonsumsi masyarakat<br />
Jepang. Wakame (Undaria pinnatifida),<br />
sering disajikan sebagai salad,<br />
sup yang terkenal dengan nama miso<br />
shiru, dan sebagai penghias pada<br />
beberapa sajian makanan.<br />
Penelitian yang dilakukan oleh
Sato, dkk yang telah dipublikasikan<br />
di Journal of Agricultural and Food<br />
Chemistry (2002), berhasil mengisolasi<br />
dan mengidentifikasi 7 peptida<br />
yang dapat menghambat kerja enzim<br />
angitensin I-converting enzyme<br />
(ACE); suatu enzim yang bertanggung<br />
jawab terjadinya peningkatan<br />
tekanan darah. Ke-7 peptida<br />
tersebut mempunyai nilai IC50,<br />
suatu nilai nilai yang menunjukkan<br />
kemampuan peptida menghambat<br />
50 persen aktivitas ACE.<br />
Mencegah Diabetes<br />
Diabetes disebabkan oleh metabolisme<br />
tubuh yang tidak berfungsi<br />
dengan benar sehingga gula darah<br />
tinggi, baik karena rendahnya tingkat<br />
hormon insulin atau akibat efek<br />
resistensi yang abnormal terhadap<br />
tingkat insulin. Makanan tinggi serat,<br />
baik dari laut atau asal darat, efektif<br />
dalam menurunkan kadar glukosa<br />
dalam darah.<br />
Agar-agar dan pektin berkontribusi<br />
untuk menurunkan gula darah<br />
dan mengendalikan kadar insulin.<br />
Hasil penelitian di Jepang terhadap<br />
ganggang merah seperti bubuk<br />
‘funori’ (Gloiopeltis sp.) dan Porphyra<br />
sp. telah menunjukkan bahwa<br />
rumput laut mampu secara signifikan<br />
menurunkan kadar glukosa dalam<br />
darah hewan percobaannya.<br />
Antioksidan<br />
Kandungan vitamin dari rumput<br />
laut bervariasi antar spesies.<br />
Dibandingkan dengan kandungan<br />
vitamin pada tanaman lainnya, satu<br />
hal yang unik adalah bahwa rumput<br />
laut mengandung jumlah vitamin B<br />
dan C yang relatif tinggi. Dari semua<br />
rumput laut yang dapat dikonsumsi<br />
sebagai sayur, nori (Porphyra sp.)<br />
merupakan jenis rumput laut yang<br />
kandungan vitaminnya paling<br />
signifikan. Porphyra sp. terutama<br />
kaya akan vitamin A, B1, B2 dan B12.<br />
Vitamin B12 tidak ditemukan pada<br />
tanaman darat ataupun sayuran.<br />
Jenis rumput laut lainnya yang mengandung<br />
vitamin B12 dalam jumlah<br />
yang signifikan adalah Hizikia.sp.,<br />
Gracilaria sp., dan Enteromorpha sp.<br />
Dari berbagai kandungan vitamin<br />
yang terdapat pada rumput laut,<br />
yang memberi manfaat sebagai antioksidan<br />
terutama vitamin A. Hal ini<br />
Rekomendasi CODEX Tentang Klaim Gizi dan Kesehatan<br />
pada Pangan Fungsional<br />
Saat ini semakin banyak<br />
makanan dengan klaim gizi atau<br />
klaim kesehatan. Namun demikian,<br />
perlu diantisipasi keragu-raguan<br />
konsumen terhadap suatu pangan<br />
fungsional terutama dalam hal<br />
kebenaran isi klaim tersebut. Untuk<br />
itu, klaim gizi dan klaim kesehatan<br />
harus didukung oleh cukup bukti<br />
ilmiah yang membuktikan kebenaran<br />
klaim tersebut. Informasi<br />
yang benar, akan dapat membantu<br />
konsumen dalam memilih produk<br />
pangan sesuai dengan keinginannya.<br />
Codex Alimentarius Commission<br />
(CAC), sebagai badan standardisasi<br />
internasional bidang<br />
pangan, menempatkan faktor<br />
keamanan pangan sebagai persyarat<br />
utama suatu makanan.<br />
Terkait dengan pangan fungsional,<br />
Codex telah mempertimbangkan<br />
dua jenis klaim gizi yang diperbolehkan<br />
dalam pelabelan makanan<br />
yaitu :<br />
1. Klaim kandungan gizi : menggambarkan<br />
tingkat kandungan<br />
nutrisi dalam suatu makanan misal<br />
: “sebagai sumber ...”, “tinggi akan<br />
kandungan ...”, “bebas dari ...” dsb<br />
2. Klaim perbandingan gizi :<br />
membandingkan nilai kandungan<br />
gizi dan atau nilai energi dari 2 atau<br />
lebih jenis makanan. misal : “lebih<br />
rendah dari...”, menurunkan...”,<br />
“lebih tinggi dari ...” dsb.<br />
Sedangkan terhadap klaim<br />
kesehatan, terdapat tiga jenis klaim<br />
kesehatan yang diperbolehkan<br />
dalam pelabelan makanan,<br />
yaitu :<br />
1. Klaim fungsi gizi : menggambarkan<br />
peran fungsiologis suatu<br />
gizi dalam pertumbuhan, perkembangan<br />
dan fungsi normal tubuh<br />
manusia. Misal : kalsium membantu<br />
dalam penguatan tulang dan gigi<br />
Klaim ini biasanya hanya untuk<br />
gizi yang mempunyai nilai referensi<br />
gizi atau yang telah disebutkan<br />
secara resmi dalam pedoman diet<br />
2. Klaim fungsi lainnya :<br />
Klaim ini menekankan pada<br />
manfaat spesifik dari mengkonsum-<br />
berkaitan dengan beta-karoten yang<br />
ada didalamnya. Jenis rumput laut<br />
yang banyak mengandung vitamin A<br />
adalah wakame (Undaria), Kombu<br />
(Laminaria), dan Dunaliella sp.<br />
Jenis yang terakhir yaitu Dunaliella<br />
sp merupakan salah satu jenis<br />
rumput laut hijau yang menghasilkan<br />
beta-carotene dalam jumlah<br />
yang luar biasa besar. Rumput laut<br />
jenis ini secara komersial telah<br />
dibudidayakan di beberapa negara<br />
termasuk Australia, Amerika Serikat<br />
dan Israel.<br />
Peranan rumput laut sebagai<br />
pangan fungsional kini semakin<br />
nyata, dengan semakin banyaknya<br />
pemanfaatan serat makanan sebagai<br />
pencampur berbagai jenis makanan,<br />
minuman, dan produk diet khusus<br />
pelangsing tubuh. Rumput laut<br />
cocok digunakan dalam makananmakanan<br />
cair, seperti sup, minuman<br />
dan puding. Bahkan di Jepang,<br />
penggunaan serat makanan dalam<br />
pangan fungsional akhir-akhir ini<br />
menjadi lebih populer dibandingkan<br />
oligosakarida, kalsium, vitamin C,<br />
vitamin E, beta-karoten, dll.�mw<br />
Dari berbagai sumber<br />
si makanan dan unsur pokok yang<br />
ada di dalamnya, baik dalam konteks<br />
diet total, pada fungsi normal<br />
tubuh atau aktivitas biologis tubuh.<br />
Misal : beberapa oligosakarida yang<br />
tidak dapat dicerna, dapat meningkatkan<br />
pertumbuhan flora bakteri<br />
tertentu dalam usus.<br />
3. Klaim mengurangi resiko<br />
suatu penyakit<br />
Klaim yang berkaitan dengan<br />
konsumsi dari makanan atau konstituen<br />
makanan, dalam konteks<br />
total diet, dengan mengurangi<br />
risiko mengembangkan penyakit<br />
atau kondisi kesehatan yang<br />
terkait. Misal : Diet sehat kaya zat<br />
besi dapat membantu mengurangi<br />
risiko anemia. Makanan<br />
“X”, kaya akan zat besi<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
5
6<br />
Quo Vadis Rumput Laut <strong>Indonesia</strong>?<br />
Potensi pasar rumput laut sampai<br />
saat ini masih terbuka lebar mengingat<br />
permintaan pasar dunia untuk<br />
hidrokoloid asal rumput laut sangat<br />
besar. Diantara jenis yang peluang<br />
permintaannya cukup tinggi adalah<br />
Eucheuma cottonii yang merupakan<br />
bahan baku salah satu jenis<br />
hidrokoloid yang mempunyai aplikasi<br />
luas yaitu karaginan. Pemanfaatan<br />
rumput laut terbesar adalah pada<br />
ekstraknya yang dari jenis E. Cottonii<br />
dapat diolah menjadi Alkali Treated<br />
Cottonii (ACT), Semi Refined Carrageenan<br />
(SRC), dan Refined Carrageenan<br />
(RC). Aplikasi pemanfaatan<br />
produk karaginan tidak terbatas<br />
pada industri makanan saja sebagai<br />
bahan penstabil larutan atau emulsifier<br />
tetapi juga pada industri farmasi,<br />
kosmetik atau personal care, bahkan<br />
hingga ke industri logam dan cat.<br />
Pengolahan menjadi karaginan, saat<br />
ini teknologinya sudah dikuasai oleh<br />
putra putri <strong>Indonesia</strong>. Perbedaan<br />
harga antara rumput laut kering<br />
sebagai komoditas dan produk turunannya<br />
sangat mencolok sehingga<br />
apabila <strong>Indonesia</strong> mampu menjadi<br />
produsen bahan baku, sebagai pengolah<br />
dan pemasar yang andal, maka<br />
niscaya rumput laut dapat menjadi<br />
sumber devisa baru.<br />
China, dengan targetnya untuk<br />
mendominasi produksi karaginan<br />
dunia, telah memberi peluang<br />
pasar bagi negara-negara produsen<br />
bahan baku rumput laut cottonii,<br />
termasuk <strong>Indonesia</strong>. Ini lantaran<br />
permintaan rumput laut dari negara<br />
tersebut terus meningkat. China siap<br />
menyerap berapapun produksi<br />
rumput laut <strong>Indonesia</strong> karena China<br />
masih membutuhkan lebih banyak<br />
rumput laut jenis cottonii.<br />
Peluang Indonsia mengekspor<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
rumput laut ke China pun semakin<br />
besar dengan adanya pemberlakuan<br />
perdagangan bebas antar kedua<br />
negara. Saat ini, ekspor rumput<br />
laut <strong>Indonesia</strong> tidak terkena tarif<br />
bea masuk di China. Sementara<br />
pesaing terberat cottonii <strong>Indonesia</strong><br />
yaitu Philipina, produksinya tidak<br />
stabil karena faktor cuaca. Namun<br />
demikian, puaskan <strong>Indonesia</strong> hanya<br />
sebagai pemasok bahan baku bagi<br />
negara lain?<br />
Gambaran Ekspor Rumput Laut <strong>Indonesia</strong><br />
Secara umum, ekspor rumput<br />
laut <strong>Indonesia</strong> dan produk turunannya<br />
tahun 2009 mengalami penurunan<br />
sebesar 23,15% dalam volume<br />
dan 24,5% dalam nilai dibandingkan<br />
dengan tahun sebelumnya. Tercatat<br />
total ekspor tahun 2009 mencapai<br />
96,8 ribu ton dengan nilai sebesar<br />
US$ 104,92 juta. Penurunan ini<br />
diperkirakan antara lain dipengaruhi<br />
oleh wacana pemerintah untuk<br />
membatasi ekspor komoditas rumput<br />
laut kering pada tahun 2012. Sebagai<br />
negara produsen utama rumput<br />
laut dunia, sampai saat ini ekspor<br />
<strong>Indonesia</strong> masih didominasi oleh<br />
komoditas rumput laut kering (lebih<br />
dari 80% dalam volume).<br />
Negara utama tujuan ekspor komoditas<br />
rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />
adalah China, Vietnam, Philipina<br />
dan Korea Selatan. Lebih dari 50%,<br />
ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />
tahun 2009 ditujukan ke China, atau<br />
mencapai 51 ribu ton senilai Rp 39<br />
juta. Sampai semester I tahun <strong>2010</strong>,<br />
ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />
tercatat sebesar 52 ribu ton dengan<br />
nilai US$ 65 juta. Sekitar 52 % nya<br />
diekspor ke China, yaitu 27 ribu ton<br />
dengan nilai US$ 27 juta.<br />
Keseragaman Mutu untuk Perkuat<br />
Posisi Tawar<br />
China membidik <strong>Indonesia</strong> sebagai<br />
pemasok kebutuhan bahan baku<br />
industri karaginannya. Melalui perusahaan-perusahaan<br />
ataupun pelaku<br />
pemasaran rumput laut China yang<br />
ada di <strong>Indonesia</strong>, China berupaya<br />
menjangkau langsung ke pembudidaya<br />
rumput laut lokal, termasuk<br />
diantaranya di Sulawesi Selatan.<br />
Bagi eksportir rumput laut kering<br />
di Sulawesi Selatan, China telah<br />
menjadi pasar terbesarnya. Hal ini<br />
dapat dilihat dari nilai ekspor yang<br />
meroket dari US$ 2.574 juta pada<br />
tahun 2008, menjadi US$ 10.603<br />
juta di tahun 2009, atau meningkat<br />
hampir 400%. Melambungnya nilai<br />
ekspor ke China ini setidaknya mulai<br />
terjadi sejak ekspor rumput laut<br />
<strong>Indonesia</strong> ke China dilakukan secara<br />
langsung. Sebelumnya, tujuan utama<br />
ekspor rumput laut <strong>Indonesia</strong> adalah<br />
ke Philipina. Kemudian, China<br />
mengimpor komoditas tersebut<br />
dari Philipina. Namun, sejak Forum<br />
Rumput Laut <strong>Indonesia</strong> (SEABFEX<br />
II) diselenggarakan di Makassar pada<br />
tahun 2008, <strong>Indonesia</strong> mulai ekspor<br />
langsung ke China.<br />
Hal yang perlu mendapat pencermatan<br />
atas peluang ekspor yang ada,<br />
adalah terkait dengan keseragaman<br />
mutu rumput laut yang dihasilkan.<br />
Tidak sekadar bahan baku banyak,<br />
tapi keseragaman kualitasnya juga<br />
perlu distandarkan. Pada tahap awal,<br />
mutu yang heterogen masih diterima<br />
oleh pabrik di China, namun cepat<br />
atau lambat faktor mutu akan<br />
menjadi kualifikasi yang menjadi<br />
persyaratan. Pada kondisi kering<br />
sebagai komoditas, faktor usia panen<br />
tidak ... (ke hal. 11)
Karaginan<br />
Produk Unggulan Rumput Laut Philipina<br />
Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya penting di Philipina. Lebih dari 1500<br />
jenis rumput laut ditemukan di negara tersebut tetapi hanya 500 jenis yang tercatat dapat dimakan. Beberapa<br />
diantaranya merupakan rumput laut komersial utama di Philipina, seperti Eucheuma, Kappaphycus,<br />
Gracilaria dan Caulerpa. Yang umum dibudidayakan adalah Eucheuma spinosum dan Kappaphycus<br />
alvarezi (Euchema cottonii).<br />
Industri rumput laut menjadi<br />
salah satu industri yang paling<br />
menjanjikan di Philipina.<br />
Rumput laut dan produk turunannya<br />
(seperti karaginan) adalah salah satu<br />
diantara 10 produk ekspor teratas<br />
Philipina (urutan kedua setelah tuna)<br />
dengan pasar yang terus berkembang.<br />
Industri ini memiliki potensi<br />
pertumbuhan yang tinggi dari hulu<br />
hingga hilir. Sisi hulu yang mencakup<br />
budidaya rumput laut, saat ini menjadi<br />
hal yang sangat penting karena<br />
total produksi yang ada masih belum<br />
mampu memenuhi kebutuhan pabrik<br />
pengolahan dalam negeri. Tercatat<br />
produksi rumput laut Philipina tahun<br />
2008 sebesar 1.666.556,26 ton. Di<br />
sisi hilir, fleksibilitas dari produk<br />
karaginan membuka banyak peluang<br />
untuk perluasan dan diversifikasi<br />
produk.<br />
Selama tujuh tahun terakhir,<br />
Philipina menjadi pemasok utama<br />
dunia untuk produk karaginan. Namun<br />
demikian, produksi rumput laut<br />
Philipina masih sedikit dibandingkan<br />
dengan meningkatnya permintaan di<br />
pasar global. Beberapa perusahaan<br />
pengolahan rumput laut setempat<br />
bahkan terpaksa mengimpor untuk<br />
memenuhi permintaan lokal.<br />
Dari total produksi tahun 2008<br />
yang hampir mencapai 1,67 juta ton,<br />
sekitar 55% merupakan produksi<br />
wilayah Mindanao. Cakupan wilayah<br />
Mindanao meliputi wilayah IX<br />
(222.161, 9 ton), wilayah X (35.818,16<br />
ton), wilayah XIII (338,59 ton) dan<br />
ARMM (657.159,47 ton). Sebagian<br />
besar pasokan rumput laut di Min-<br />
danao berasal dari wilayah ARMM<br />
dengan kontribusi lebih dari 71%<br />
sedangkan pemasok kedua adalah<br />
Wilayah Davao (IX) dengan kontribusi<br />
sekitar 24%.<br />
Sebagai komoditas ekspor unggulan<br />
ke-2, rumput laut dan produk<br />
turunannya memberi kontribusi<br />
sekitar 16% terhadap total ekspor<br />
hasil perikanan Philipina. Dari total<br />
ekspor hasil perikanan tahun 2008<br />
yang mencapai USD 205,27 juta, tercatat<br />
ekspor rumput laut dan produk<br />
turunannya mencapai USD 122,03<br />
juta sedangkan tahun 2009 mengalami<br />
penurunan 19,14% yaitu menjadi<br />
USD 98,68 juta.<br />
Dalam perdagangan dunia,<br />
rumput laut dan produk turunan-<br />
nya tercakup ke dalam kelompok<br />
rumput laut dan alga lainnya segar,<br />
dingin/kering/beku (HS 1212.20),<br />
agar-agar (HS 1320.31) dan alginat<br />
dan karaginan yang masuk dalam<br />
kelompok mucilagers and thickeners<br />
(HS 1302.39). Selama rentang tahun<br />
2005-2009, nilai ekspor rumput<br />
laut Philipina dan produk turunannya<br />
cenderung meningkat dengan<br />
rata-rata pertumbuhan mencapai<br />
10,14% per tahun. Peningkatan nilai<br />
ekspor ini terutama berasal dari<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
7
8<br />
ekspor produk turunan rumput laut<br />
yaitu kelompok alginat dan karaginan<br />
dengan rata-rata pertumbuhan<br />
selama periode tersebut mencapai<br />
21,2% per tahun.<br />
Hal yang sebaliknya terjadi untuk<br />
nilai ekspor rumput laut segar/<br />
kering yang menurun 14,69% per<br />
tahun. Tren penurunan nilai ekspor<br />
rumput laut segar/kering ini telah<br />
terjadi sejak periode tahun 2004-<br />
2007, sedangkan di tahun 2008<br />
mengalami perubahan yang positif<br />
dengan peningkatan mencapai<br />
17,2%. Namun, pada tahun 2009<br />
kembali lagi mengalami penurunan<br />
bahkan sangat drastis hingga 50%<br />
dibanding tahun sebelumnya.<br />
Menurut bentuk produknya,<br />
untuk tahun 2008 tercatat sekitar<br />
79,2% atau sebesar US$ 96,67 juta<br />
merupakan ekspor karaginan. Sementara<br />
ekspor rumput laut segar,<br />
dingin/beku memberi kontribusi<br />
sebesar 14,4% atau US$ 17,57 juta<br />
sedangkan produk chip dari eucheuma<br />
dan produk eucheuma selain<br />
chip masing-masing memberi kontribusi<br />
sebesar 3,7% dan 2,7%.<br />
Philipina merupakan salah satu<br />
pemain utama industri karaginan di<br />
pasar global, yaitu sebagai produsen<br />
karaginan terbesar ketiga setelah<br />
China dan Jepang. Karaginan<br />
memiliki banyak fungsi terutama<br />
digunakan sebagai pembentuk<br />
gel, dan penstabil pada industri<br />
makanan seperti es krim, yogurt<br />
dan produk susu dingin, pengolahan<br />
daging dan industri nonmakanan<br />
seperti industri farmasi<br />
dan kosmetik, cat dan pigmen, gel<br />
penyegar udara, pupuk, dan pasta<br />
gigi. Produksi karaginan Philipina<br />
tertinggi telah dicapai tahun 2004<br />
yaitu sebesar 103.000 ton namun<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
produksinya terus menurun hingga<br />
32% dari tahun 2005-2009. Tahun<br />
2009 produksi karaginan Philipina<br />
mencapai sekitar 80.000 ton.<br />
Tahun 2009, ekspor rumput<br />
laut dan produk turunannya juga<br />
mengalami penurunan. Tercatat<br />
nilai ekspornya mencapai US$<br />
98,68 juta atau menurun 19,14%<br />
dibanding tahun sebelumnya.<br />
Penurunan tertinggi terjadi pada<br />
ekspor rumput laut kering/segar<br />
yang hanya mencapai US$ 12,7 juta<br />
atau turun hampir mencapai 50%<br />
sedangkan ekspor produk alginat<br />
dan karaginan sebesar US$ 86 juta<br />
atau menurun 11%. Meskipun total<br />
nilai ekspor rumput laut dan produk<br />
turunannya menurun, namun<br />
karaginan tetap menjadi unggulan<br />
ekspor rumput laut Philipina. Hal<br />
ini terlihat dari kontribusi ekspor<br />
karaginan terhadap total ekspor<br />
rumput laut yang justru mengalami<br />
peningkatan menjadi 87,1%. Khusus<br />
untuk agar-agar, Philipina tercatat<br />
tidak melakukan ekspor.<br />
Dibandingkan dengan nilainya,<br />
volume ekspor rumput laut dan<br />
produk turunannya sepanjang<br />
tahun 2005-2009, secara terus<br />
menerus justru mengalami penurunan<br />
rata-rata sebesar -6,12% per<br />
tahun. Kondisi ini mengindikasikan<br />
bahwa harga rata-rata agregat untuk<br />
ekspor rumput laut dan produk<br />
turunannya Philipina cenderung<br />
mengalami peningkatan dari tahun<br />
ke tahun.<br />
Amerika Serikat (AS) merupakan<br />
pasar terbesar untuk total ekspor<br />
rumput laut Philipina dengan<br />
pangsa pasar mencapai 14,6% atau<br />
US$ 14,4 juta untuk tahun 2009.<br />
Khusus untuk produk alginat dan<br />
karaginan, AS dan beberapa negara<br />
Ekspor dan Impor Rumput Laut Philipina dan Produk Turunannya<br />
Tahun 2009<br />
Rumput Laut Agar-Agar Alginat &<br />
Karaginan<br />
TOTAL<br />
Ekspor TON 10.823,4 0 13.649,1 24.472,5<br />
US$ 1.000 12.710,7 0 85.967,4 98.678,0<br />
Harga Rata2 (US$/kg) 1,17 6,30 4,03<br />
Impor TON 7.849,5 19,8 1.257,8 9.127,2<br />
US$ 1.000 10.400,3 60,7 14.280,7 24.741,6<br />
Harga Rata2 (US$/kg) 1,32 3,06 11,35 2,71<br />
Keterangan : Rumput Laut HS 1212.20<br />
Agar-agar HS 1302.31<br />
Alginat & Karagenan HS 1302.39<br />
Sumber : UN_Comtrade, diolah Dit. PDN-KKP<br />
Uni Eropa seperti Jerman, Perancis,<br />
Belgia, Spanyol dan Inggris menjadi<br />
negara tujuan ekspor utama. Diantara<br />
beberapa negara tujuan utama<br />
tersebut, nilai ekspor 2009 ke Belgia<br />
mengalami peningkatan tertinggi<br />
yaitu mencapai US$ 8,3 juta atau<br />
meningkat 23,8% dibanding tahun<br />
sebelumnya.<br />
Sementara untuk ekspor rumput<br />
laut segar/kering, China dan Perancis<br />
adalah pasar terbesarnya dengan<br />
pangsa pasar masing-masing mencapai<br />
31,9% dan 31,4% atau sekitar<br />
USD 4 juta. <strong>Pasar</strong> lainnya adalah<br />
Korea Selatan dan Brasil, dengan<br />
pangsa pasar masing-masing 7,3%<br />
dan 6%. Diantara ke-4 negara<br />
tujuan utama tersebut, nilai ekspor<br />
2009 yang mengalami peningkatan<br />
tertinggi adalah ke China yaitu<br />
64,3% dibanding tahun sebelumnya.<br />
Strategi Peningkatan Industri Rumput<br />
Laut Philipina<br />
Departemen Pertanian Philipina<br />
menargetkan peningkatan produksi<br />
rumput laut tahun <strong>2010</strong> untuk memenuhi<br />
meningkatnya permintaan<br />
komoditas ini di dalam negeri dan<br />
luar negeri. Menurut Presiden SIAP<br />
(Seaweed Industry Association<br />
Philippines), dalam upaya meningkatkan<br />
industri rumput lautnya,<br />
setidaknya dibutuhkan lima strategi.<br />
Pertama, perluasan produksi rumput<br />
laut Euchema cottonii melalui<br />
program dukungan keuangan dan<br />
kemudahaan akses dalam pembiayaan.<br />
Kedua, penelitian teknis<br />
dan ilmiah yang komprehensif guna<br />
menghasilkan produk berkualitas<br />
dan tahan penyakit. Ketiga,<br />
pengembangan fasilitas dari hulu<br />
hingga hilir terutama di wilayah budidaya<br />
yang sangat luas. Keempat,<br />
Pangasinan<br />
L U Z O N<br />
Zambales<br />
Ta wi-Tawi<br />
Locos Cagayan<br />
Mindoro<br />
Coamian Group<br />
Palawan<br />
Jolo<br />
Catanduanes<br />
Sorsogon<br />
Masbate I<br />
V A S A Y A<br />
Cebu<br />
Zamboanga<br />
Bohol<br />
Leyte<br />
M I N D A N A O<br />
Basilan South Cotabato
keringanan pajak dan<br />
insentif, dan mengatur<br />
ekspor dengan tidak<br />
benar-benar melarang<br />
ekspor rumput laut<br />
mentah. Dan kelima,<br />
memberikan prioritas<br />
pada produk bernilai<br />
tambah tinggi seperti<br />
karaginan.<br />
Target Industri Rumput<br />
Laut Philipina 2012<br />
Asosiasi Industri<br />
Rumput Laut Philipina<br />
(SIAP) telah mentargetkan<br />
dapat mencapai<br />
pangsa pasar dunia<br />
sebesar 15% untuk rumput<br />
laut kering pada tahun 2012.<br />
Saat ini baru mencapai 2,55%. Guna<br />
mencapai target tersebut, SIAP<br />
akan bekerja untuk meningkatkan<br />
produksi bahan baku 10-15% per<br />
tahun. Hal yang sama juga dilakukan<br />
oleh Biro Perikanan dan Sumberdaya<br />
Perairan Philipina. Selain itu, untuk<br />
meningkatkan produksinya, SIAP<br />
akan mendorong semua pihak, dari<br />
petani ke pedagang dan pengolah,<br />
untuk menjadi anggota SIAP.<br />
Saat ini, pembudidaya rumput<br />
laut sangat diperlukan untuk meningkatkan<br />
produksi rumput lautnya.,<br />
mengingat masih belum terpenuhi-<br />
nya bahan baku untuk kebutuhan<br />
pabrik pengolahan rumput laut<br />
dalam negeri. Jika tidak, maka kebutuhan<br />
tersebut akan dipenuhinya<br />
melalui impor rumput laut mentah<br />
dari Vietnam. Produksi Filipina telah<br />
turun dari 100.000 ton per tahun<br />
pada tahun 2000-an, kini menjadi<br />
hanya 60.000 ton di tahun 2009<br />
akibat perubahan iklim.<br />
Selain SIAP, sektor yang bertujuan<br />
mengadopsi dan mendukung<br />
penegakan standar kualitas produk<br />
rumput laut kering mentah (RDS)<br />
dan karaginan (olahan rumput laut)<br />
di Philipina adalah SEMP, yang<br />
merupakan salah satu alat yang<br />
dikembangkan oleh<br />
eksportir Philipina untuk<br />
membantu anggota<br />
perusahaannya dalam<br />
menghadapi tren global<br />
produk ekspor yang<br />
berubah.<br />
Salah satu strategi<br />
dalam mengembangkan<br />
industri rumput lautnya,<br />
SEMP fokus memasuki<br />
pasar bahan makanan<br />
alami dan pengembangan<br />
penggunaan karaginan<br />
non-tradisional<br />
seperti untuk makanan<br />
segar atau kering, kosmetik<br />
dan farmasi. Saat<br />
ini industri ini sedang<br />
berkembang pesat di Eropa, selain<br />
pasar AS. Oleh Departemen Pertanian<br />
AS, baru-baru ini produk karaginan<br />
dimasukkan ke dalam daftar<br />
makanan organik. Target pasar lainnya<br />
untuk produk turunan rumput<br />
laut Philipina adalah Afrika Selatan<br />
dan Amerika Selatan.�mw<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
9
10<br />
China :<br />
Ambisi Kuasai <strong>Pasar</strong> Karaginan Dunia<br />
Saat ini industri pengolahan<br />
rumput laut China<br />
secara perlahan menggantikan<br />
posisi Amerika<br />
Serikat dan Eropa sebagai<br />
importir terbesar rumput<br />
laut kering Philipina. Sejak<br />
2009, pasokan bahan baku<br />
industri karaginan China<br />
berasal dari <strong>Indonesia</strong>,<br />
Philipina, Peru dan Cili.<br />
Statusnya sebagai importir<br />
terbesar untuk rumput laut<br />
kering khususnya cottonii<br />
semakin nyata dengan upayanya<br />
menjadi produsen karaginan<br />
terbesar dunia.<br />
Rumput laut kering cottonii<br />
dimanfaatkan sebagai bahan baku<br />
dalam pembuatan karaginan yang<br />
mempunyai aplikasi sangat luas.<br />
Sebagai penstabil, pengental, dan<br />
pembentuk gel untuk berbagai makanan,<br />
kosmetik, dan produk industri<br />
non pangan, karaginan banyak dicari<br />
di seluruh dunia. Akibatnya permintaan<br />
karaginan dunia cukup tinggi.<br />
Kondisi ini ditangkap oleh China sebagai<br />
peluang emas untuk menguasai<br />
pangsa pasar karaginan dunia.<br />
Ekspor Karaginan dan Alginat Terus<br />
Meningkat<br />
Total ekspor rumput laut China<br />
dan produk turunannya tahun 2009<br />
mencapai 57,7 juta ton dengan nilai<br />
US$ 292,2 juta. Angka ini meningkat<br />
2,12% dalam volume dan 8,69% dalam<br />
nilai dibandingkan dengan tahun<br />
sebelumnya. Dari total nilai ekspor<br />
tersebut, hampir 48%nya merupakan<br />
ekspor kelompok karaginan dan alginat,<br />
41% ekspor rumput laut segar/<br />
kering dan sisanya ekspor agar-agar.<br />
Dilihat dari perkembangan selama<br />
5 tahun terakhir, maka nilai ekspor<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
karaginan dan alginat mengalami<br />
peningkatan yang sangat signifikan.<br />
Jika selama periode 2005-2009<br />
proporsi nilai ekspor rumput laut<br />
segar/kering mengalami tren penurunan<br />
baik dalam volume maupun<br />
nilai, maka hal yang sebaliknya<br />
terjadi pada ekspor karaginan dan alginat.<br />
Tahun 2005, tercatat proporsi<br />
nilai ekspor rumput laut segar/kering<br />
mendominasi total ekspor rumput<br />
laut China yaitu lebih dari 66%. Urutan<br />
kedua adalah ekspor agar-agar<br />
dengan kisaran proporsi lebih dari<br />
17% dan sisanya adalah ekspor karaginan<br />
dan alginat. Dalam perkembangannya,<br />
proporsi nilai ekspor China<br />
ini mengalami pergeseran.<br />
Tahun 2008, ekspor karaginan<br />
dan alginat mengalami perkembangan<br />
yang signifikan, melejit hingga<br />
300% baik dalam volume maupun<br />
nilai, dan proporsi nilai ekspornya<br />
pun melaju pada urutan kedua<br />
sebesar 40%. Peningkatan ini masih<br />
berlanjut hingga tahun 2009, bahkan<br />
proporsi nilai ekspornya lebih besar<br />
dibanding rumput laut segar/kering.<br />
Dengan ambisi untuk mendominasi<br />
produksi karaginan dunia, diperkirakan<br />
nilai ekspor karaginan dan<br />
alginat ini akan terus meningkat di<br />
masa mendatang. Tercatat<br />
ekspor karaginan dan alginat<br />
tahun 2009 mencapai 23,9<br />
ribu ton dengan nilai US$ 140<br />
juta. Sebagian besar produk<br />
ini diekspor ke Korea Selatan,<br />
Amerika Serikat, Jepang,<br />
Pakistan dan <strong>Indonesia</strong>.<br />
Kerja keras China untuk<br />
menguasai pasar karaginan<br />
dunia semakin terlihat nyata.<br />
Setidaknya, dalam 2 tahun<br />
terakhir ini saja terlihat jelas<br />
peningkatan ekspor karaginan<br />
ke beberapa negara<br />
tujuan utama China. Jika pada tahun<br />
2005 ekspor produk ini ke Korea Selatan<br />
hanya sebesar 84 ton saja, maka<br />
pada tahun 2008 dan 2009 melonjak<br />
menjadi 1,6 ribu ton dan 2,4 ribu ton.<br />
Bahkan yang cukup fantastis adalah<br />
ekspor ke Pakistan, dimana pada tahun<br />
2005 hanya sebesar 3 ton, maka<br />
pada tahun 2008 dan 2009 masingmasing<br />
melejit menjadi 1,2 ribu ton<br />
dan 2,3 ribu ton. Suatu peningkatan<br />
yang sangat signifikan.<br />
Mengejar Rumput Laut Kering<br />
Demi mewujudkan impiannya,<br />
kebutuhan China akan rumput laut<br />
cottonii akan terus meningkat pesat.<br />
Lonjakan kebutuhan ini tidak bisa<br />
dipenuhi hanya dari hasil produksi<br />
di dalam negerinya, sebab dalam periode<br />
satu tahun suhu laut di Negeri<br />
Panda itu terlalu dingin dan hanya<br />
3 bulan diantaranya yang memungkinkan<br />
ditanami rumput laut. Kondisi<br />
ini memaksa China untuk impor rumput<br />
laut cottonii kering dalam jumlah<br />
besar. Alhasil, impor rumput laut<br />
kering pun sangat mendominasi total<br />
impor rumput laut China. Lebih dari<br />
82% merupakan impor rumput laut<br />
kering, 15% merupakan impor karaginan<br />
dan alginat dan sisanya<br />
merupakan impor agar-agar.<br />
Tahun 2009, impor rumput<br />
laut kering China telah mencapai<br />
101,3 ribu ton senilai US$<br />
97 juta atau jika dibandingkan<br />
dengan tahun sebelumnya<br />
meningkat 7,3% dalam volume<br />
dan 16% dalam nilai. Lebih dari<br />
50% impor rumput laut keringnya<br />
berasal dari <strong>Indonesia</strong>.<br />
Upaya China untuk men-
ingkatkan pasokan bahan baku kian<br />
gencar dilakukan. Pencarian rumput<br />
laut cottonii keringpun dilakukannya<br />
dengan mendatangi langsung<br />
ke negara-negara penghasil rumput<br />
laut segar/kering, termasuk ke<br />
negara-negara Asia seperti <strong>Indonesia</strong>,<br />
Malaysia, dan Philipina. Dengan<br />
memberi penawaran harga beli yang<br />
tinggi, China berusaha melahap<br />
produksi rumput laut di negaranegara<br />
tersebut. Banyak pemasok<br />
rumput laut tradisional di sejumlah<br />
daerah di Philipina menjual rumput<br />
laut keringnya langsung ke China.<br />
Demikian pula halnya yang terjadi<br />
di <strong>Indonesia</strong> khususnya Sulawesi<br />
Quo Vadis... (dari hal.6)<br />
begitu terlihat secara organoleptik.<br />
Namun mengingat rumput laut yang<br />
dimanfaatkan adalah ekstraknya, dan<br />
rumput laut cottonii mempunyai<br />
kandungan kekuatan gel paling tinggi<br />
pada usia panen 45 hari maka praktik<br />
budidaya rumput laut yang baik<br />
wajib mensyaratkan panen pada usia<br />
tersebut.<br />
Kualitas rumput laut <strong>Indonesia</strong><br />
acapkali dinilai tidak sesuai dengan<br />
standar teknis. Hal ini menjadi<br />
keluhan importir rumput laut kering<br />
<strong>Indonesia</strong>, termasuk China. Keluhan<br />
ini terjadi akibat belum adanya<br />
sinergi yang kuat antara pembudidaya<br />
dengan eksportir rumput laut. Seringkali<br />
karena mengejar permintaan<br />
yang tinggi, pedagang pengumpul<br />
kurang memperhatikan kualitas dan<br />
Selatan.<br />
Disatu sisi, tingginya kebutuhan<br />
rumput laut kering China memberi<br />
peluang yang cukup besar bagi negara<br />
produsen rumput laut, namun<br />
disisi lain berpeluang merugikan<br />
apabila pembelian dilakukan langsung<br />
ke lahan-lahan pembudidaya.<br />
Melalui perwakilan atau kaki-tangan<br />
perusahaan yang ditempatkan di<br />
negeri produsen hingga ke tingkat<br />
kecamatan menjadikan kedudukan<br />
mereka sebagai pembeli sangat kuat.<br />
Pola pembelianpun dapat menjadi<br />
buyer market, artinya pihak pembeli<br />
yang dapat mendikte pasar, akibatnya<br />
posisi tawar pembudidaya dalam<br />
umur panen rumput laut yang<br />
optimal. Masih banyak rumput<br />
laut yang dipanen terlalu<br />
muda dengan mutu yang tidak<br />
seragam. Akibat persoalan<br />
kualitas ini, daya tawar dalam<br />
penentuan harga pun menjadi<br />
lemah. Untuk itu, sertifikasi<br />
cara budidaya rumput laut<br />
yang baik di masa yang datang<br />
menjadi sebuah tuntutan.<br />
Tantangan <strong>Pasar</strong> Rumput Laut<br />
Selain masalah mutu, tantangan<br />
ke depan bagi industri rumput laut<br />
dalam negeri adalah pengembangan<br />
olahan rumput laut guna meningkatkan<br />
nilai tambah. Terlebih dengan dijadikannya<br />
rumput laut sebagai salah<br />
satu komoditas minapolitan. Dengan<br />
target peningkatan produksi rumput<br />
laut hingga tahun 2014 sebesar 10 juta<br />
ton rumput laut basah, maka perlu diantisipasi<br />
penyerapan besar-besaran<br />
bagi sekitar 3,5 juta ton komoditas<br />
rumput laut kering.<br />
Jika total produksi rumput laut<br />
Philipina, sekitar 70% nya digunakan<br />
untuk memenuhi kebutuhan bahan<br />
baku karaginan dunia, maka hal yang<br />
sebaliknya terjadi di <strong>Indonesia</strong> yaitu<br />
menentukan harga menjadi lemah.<br />
Dengan kebutuhan China yang<br />
sangat besar, saat ini para pengumpul<br />
di daerah produsen rumput laut<br />
seringkali membeli dengan sistem<br />
borongan tanpa membedakan mutu.<br />
Akibatnya menjadi disintensif terhadap<br />
perbaikan mutu bahan baku.<br />
Jadi dengan ambisi China tersebut<br />
berarti sebuah peluang besar ekspor<br />
bahan baku tetapi sekaligus tantangan<br />
bagi manajemen bagi produsen<br />
rumput laut kering dan rencana<br />
industrialisasi rumput laut di dalam<br />
negeri guna meraih nilai tambah<br />
yang sangat signifikan. �anna<br />
lebih banyak dijual dalam bentuk<br />
bahan baku, yaitu 80% ekspor dalam<br />
bentuk kering.<br />
Kemampuan industri olahan rumput<br />
laut dalam negeri sampai saat ini<br />
yang masih sangat rendah juga telah<br />
menyebabkan produk yang dihasilkan<br />
sebagian besar kurang bernilai<br />
tambah, sedangkan ekspor rumput<br />
laut Philipina kebanyakan merupakan<br />
produk nilai-tambah seperti<br />
karaginan. Kondisi inipun tercermin<br />
dari perkembangan impor yang ada,<br />
proporsi impor rumput laut <strong>Indonesia</strong><br />
didominasi oleh impor karaginan<br />
dan alginat. China merupakan negara<br />
pemasok utama produk karaginan<br />
dan alginat <strong>Indonesia</strong>. Ini menjadi<br />
tantangan nyata bagi pengembangan<br />
industri olahan rumput laut <strong>Indonesia</strong>.<br />
Terlebih, China menerapkan eskalasi<br />
tarif yaitu besaran tarif bea masuk<br />
yang lebih tinggi hingga 32% untuk<br />
produk olahan rumput laut. Dengan<br />
upaya pengembangan industri<br />
pengolahannya, di masa mendatang<br />
diharapkan <strong>Indonesia</strong> akan meraup<br />
nilai yang lebih tinggi dari rumput<br />
laut. �mw<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
11
12<br />
Keamanan Pangan<br />
Hak dan Kewajiban Suatu Negara<br />
Deklarasi Universal Hak Azasi<br />
Manusia Perserikatan bangsabangsa<br />
menyebutkan bahwa untuk<br />
mencapai standar kehidupan yang<br />
layak dengan tingkat kesehatan dan<br />
kesejahteraan yang memadai, setiap<br />
individu dan keluarganya berhak<br />
mendapatkan pangan yang cukup,<br />
aman, sehat dan thayyib. Oleh karenanya<br />
bahan pangan adalah hal yang<br />
vital dan sangat penting untuk diatur<br />
dalam perdagangan. Konsekuensinya,<br />
pemerintah wajib memprioritaskan<br />
masalah pangan dari aspek<br />
kecukupan maupun keamanannya<br />
beserta langkah kebijakan lainnya<br />
yang masih terkait erat. Sejumlah<br />
negara maju dan yang telah sadar<br />
untuk melindungi konsumennya<br />
dari kemungkinan adanya praktek<br />
perdagangan produk pangan yang<br />
tidak aman telah menerapkan aturan<br />
yang sangat ketat terkait dengan<br />
keamanan pangan.<br />
Codex Alimentarius Commission<br />
sebagai organisasi dibawah 2 badan<br />
PBB yaitu yang mengurusi bidang<br />
pangan dan pertanian (FAO) dan<br />
kesehatan masyarakat (WHO) telah<br />
mengeluarkan kode etik untuk perdagangan<br />
internasional bidang pangan<br />
yang tertuang dalam dokumen<br />
CAC/RCP 20-1979 (Rev. 1-1985)<br />
1. Intinya keamanan pangan harus<br />
menjadi faktor pertimbangan utama<br />
di dalam perdagangan internasional<br />
produk pangan. Sebagai “wasit”<br />
dalam perdagangan internasional<br />
tersebut adalah standar internasional<br />
atau ketentuan lainnya yang<br />
dikomunikasikan antara para pihak<br />
terlibat. FAO Code of Conduct for<br />
Responsible Fisheries telah me-<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
nyinggung pula perlunya menjaga<br />
keamanan produk perikanan.<br />
Dokumen World Trade Organization<br />
(WTO) pada Agreement on the<br />
Application of Sanitary and Phythosanitary<br />
Mesures (Perjanjian SPS)<br />
artikel 2 ayat 1, menyebutkan bahwa<br />
setiap negara berhak untuk menerapkan<br />
regulasi terkait sanitasi dan<br />
fitosanitasi yang diperlukan guna<br />
melindungi kehidupan dan kesehatan<br />
manusia, hewan dan tanamannya.<br />
Artinya bahwa suatu negara<br />
diperbolehkan mengatur perdagangan<br />
produk pangan demi perlindungan<br />
kesehatan dan kehidupan<br />
masyarakat dan lingkungannya.<br />
Mencermati dokumen Perjanjian<br />
SPS tersebut, suatu negara hanya<br />
mempunyai hak bukan kewajiban.<br />
Artinya bahwa dalam tataran implementasi,<br />
pengaturan keamanan<br />
pangan hanya menjadi sebuah<br />
pilihan alternatif kebijakan. Dalam<br />
prakteknya, negara maju umumnya<br />
sudah sangat sadar untuk menempatkan<br />
keamanan pangan sebagai<br />
prioritas dalam kebijakan nasionalnya<br />
termasuk pengaturan terhadap<br />
produk impor. Pangan impor tidak<br />
saja dikhawatirkan dapat sebagai<br />
sumber pembawa penyakit bagi<br />
manusia dan hewan serta kerusakan<br />
lingkungan, namun juga disinyalir<br />
dapat menjadi ajang penyusupan<br />
suatu ancaman keamanan nasional<br />
sehingga Amerika Serikat mulai<br />
menerapkan Bioterrorism Act di<br />
tahun 2004.<br />
Lebih lanjut, dalam Perjanjian<br />
SPS terkandung makna bahwa dalam<br />
rangka melindungi kepentingan<br />
SPSnya, suatu negara dapat mener-<br />
apkan “penyimpangan” dari standar<br />
internasional sepanjang didukung<br />
dengan bukti ilmiah. Celah tersebut<br />
lagi-lagi lebih banyak digunakan<br />
oleh negara maju yang umumnya<br />
mempunyai expertise di berbagai bidang<br />
serta dukungan riset yang maju<br />
serta dana yang cukup sehingga<br />
negara maju seringkali menerapkan<br />
aturan impor pangan dengan persyaratan<br />
yang jauh lebih tinggi dari<br />
standar internasional.<br />
Bagaimana di <strong>Indonesia</strong>?<br />
Terkait dengan perdagangan<br />
internasional, memahami substansi<br />
dalam aturan WTO harus secara<br />
utuh tidak hanya dari satu atau dua<br />
perjanjian di dalamnya saja sehingga<br />
secara nasional suatu negara dapat<br />
meraih manfaat yang optimal. Dengan<br />
adanya perjanjian-perjanjian<br />
dalam WTO tidak berarti bahwa<br />
semua produk lalulintas perdagangannya<br />
menjadi ikut bebas tiada<br />
aturan. Justru untuk keamanan dan<br />
perlindungan konsumen, perdagangan<br />
produk pangan sebaiknya<br />
yang paling diatur dengan ketentuan<br />
teknis terkait dengan SPS.<br />
Sejumlah produk hukum terkait<br />
keamanan pangan telah diterbitkan<br />
di <strong>Indonesia</strong> diantaranya: UU No.<br />
16/1992 tentang Karantina Hewan,<br />
<strong>Ikan</strong> & Tumbuhan; UU No. 23/1992<br />
tentang Kesehatan, Bagian IV -<br />
Pengamanan Makanan dan Minuman<br />
dan Bagian XII Pengamanan<br />
Zat Aditif; ; UU No 7/1996 tentang<br />
Pangan - Bab II Keamanan Pangan<br />
; UU No. 31/2004 dan telah diubah<br />
dengan UU no. 45/2009 – tentang<br />
Perikanan- pasal 21 & 22; PP No.
69/1999 tentang Label & Iklan Pangan;<br />
PP No. 15/2002 tentang Karantina<br />
<strong>Ikan</strong>; PP No. 28/2004 Keamanan<br />
Pangan, Mutu & Gizi Pangan.<br />
Regulasi lainnya yang terkait<br />
dengan pengaturan perdagangan<br />
yaitu antara lain: UU No.7/1994<br />
tentang Pengesahan Agreement Establishing<br />
the WTO; UU No.8/1999<br />
tentang Perlindungan Konsumen; PP<br />
No.102/2000 tentang Standardisasi<br />
Nasional;<br />
Untuk operasional di lapangan<br />
terkait keamanan pangan dari<br />
produk impor, terdapat peraturan<br />
dari Kepala Badan Pengawas Obat<br />
dan Makanan (BPOM) RI yaitu<br />
Nomor HK.00.06.1.52.4011 tanggal<br />
28 Oktober 2009 tentang Penetapan<br />
Batas Maksimum Cemaran Mikroba<br />
dan Kimia Dalam Makanan.<br />
Peraturan tersebut mencakup untuk<br />
produksi dalam negeri maupun yang<br />
berasal dari impor dan berlaku efektif<br />
pada bulan April <strong>2010</strong>.<br />
Peraturan khusus untuk persyara-<br />
Peraturan Menteri Kelautan dan<br />
Perikanan nomor 17 tahun <strong>2010</strong><br />
tentang Pengendalian Mutu dan<br />
Keamanan Hasil Perikanan Yang<br />
Masuk ke dalam Wilayah Republik<br />
<strong>Indonesia</strong> telah diterbitkan pada<br />
tanggal 31 Agustus <strong>2010</strong> dan efektif<br />
berlaku pada akhir tahun <strong>2010</strong>.<br />
Keberadaan PerMen ini diharapkan<br />
dapat menjadi payung hukum bagi<br />
perlindungan konsumen khususnya<br />
di dalam mengkonsumsi ikan impor.<br />
Ini diperlukan mengingat ikan impor<br />
berpeluang menjadi media pembawa<br />
bagi masuk dan tersebarnya hama<br />
serta penyakit ikan yang berbahaya,<br />
baik bagi kelestarian sumber daya<br />
ikan, lingkungan, maupun konsumen.<br />
Ruang lingkup yang diatur dalam<br />
Permen tersebut meliputi 6 hal yaitu<br />
persyaratan teknis untuk menjadi<br />
importir hasil perikanan, persyaratan<br />
dan tata cara melakukan impor,<br />
pemeriksaan terhadap ikan yang<br />
diimpor, ketentuan untuk impor hasil<br />
perikanan sebagai barang bawaan<br />
tan teknis importasi hasil perikanan<br />
telah diterbitkan PermenKP nomor<br />
17/<strong>2010</strong> tanggal <strong>2010</strong>. Keluarnya<br />
peraturan tersebut disambut gembira<br />
oleh berbagai kalangan yang peduli<br />
terhadap keamanan pangan dan<br />
kesetaraan perlakuan dengan negara<br />
lain. Sebagaimana kita ketahui<br />
bahwa mayoritas ekspor hasil perikanan<br />
<strong>Indonesia</strong> ditujukan ke negara<br />
maju yang menerapkan aturan sangat<br />
ketat terkait sanitasi dan fitosanitasi,<br />
namun sebaliknya <strong>Indonesia</strong> justru<br />
belum mempunyai instumen untuk<br />
melaksanakan hal serupa. Adalah<br />
ironis ketika sejumlah produk impor<br />
yang masuk ke <strong>Indonesia</strong> ternyata<br />
bermutu kurang baik, mengandung<br />
zat berbahaya serta tidak layak untuk<br />
dikonsumsi manusia.<br />
Sebagai negara dengan jumlah<br />
penduduk terbanyak ke-4 di dunia,<br />
<strong>Indonesia</strong> seringkali menjadi target<br />
pasar bagi negara lain. Instrumen<br />
perlindungan untuk keamanan pangan<br />
menjadi hal mutlak yang harus<br />
Permen KP 17/<strong>2010</strong> Lindungi Konsumen<br />
Atas Produk Perikanan Impor<br />
dan ketentuan untuk re-impor hasil<br />
perikanan.<br />
Berdasarkan PerMen tersebut,<br />
untuk dapat menjadi importir hasil<br />
perikanan, syarat awal yang harus<br />
dipenuhi adalah memiliki Angka<br />
Pengenal Importir Produsen (API-P)<br />
atau Angka Pengenal Importir<br />
Umum (API-U). Dan suatu produk<br />
perikanan baru dapat diimpor<br />
apabila dilengkapi dengan Sertifikat<br />
Kesehatan di Bidang Karantina <strong>Ikan</strong><br />
dan/atau Sertifikat Kesehatan di<br />
Bidang Mutu dari instansi yang berwenang<br />
di negara asal serta dilengkapi<br />
Surat Keterangan Asal/Certificate<br />
of Origin (CoO) yang diterbitkan oleh<br />
Otoritas Kompeten di negara asal.<br />
Sementara itu dalam rangka<br />
efisiensi pemeriksaan mutu dan<br />
keamanan hasil perikanan di pintupintu<br />
masuk yang diperbolehkan,<br />
negara asal impor dibedakan menjadi<br />
3 (tiga) kategori yaitu: negara asal<br />
yang telah mempunyai perjanjian<br />
kerja sama, negara asal yang belum<br />
mempunyai perjanjian kerja sama<br />
tersedia agar negara ini tidak menjadi<br />
buangan “limbah” dari negara<br />
lain dan konsumen di dalam negeri<br />
berhak untuk dilindungi dari produk<br />
perikanan yang tidak sesuai dengan<br />
kaidah keamanan pangan.<br />
Dalam perjalananannya nanti,<br />
mungkin saja Permen KP no 17/<strong>2010</strong><br />
masih membutuhkan penyempurnaan<br />
dan dukungan pelaksanaan di<br />
lapangan. Namun bagaimanapun,<br />
peraturan tersebut telah menjadi<br />
tonggak baru kepedulian pemerintah<br />
untuk memberikan perlindungan<br />
yang optimum bagi kesehatan dan<br />
kehidupan masyarakat, hewan dan<br />
tanaman dari kemungkinan hasil<br />
perikanan yang tidak bermutu dan<br />
tidak aman dari dari negara lain. �aw<br />
tetapi mempunyai sistem yang<br />
equivalen dan negara asal yang<br />
belum mempunyai perjanjian kerja<br />
sama dan belum mempunyai sistem<br />
yang equivalen. Untuk kondisi kategori<br />
ke-3, ikan yang diimpor perlu<br />
dilengkapi hasil uji laboratorian<br />
sesuai Standar Nasional <strong>Indonesia</strong><br />
(SNI) dan atau ketentuan dibidang<br />
mutu dan kemanan hasil perikanan.<br />
Atas peraturan baru tersebut, sosialisasi<br />
yang terus menerus kepada para<br />
stakeholders perikanan perlu dilakukan,<br />
sehingga akan memperlancar<br />
pada saatnya mulai berlaku efektif.<br />
(Liu Setyawan)<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
13
14<br />
Di Hari Raya Idul Fitri<br />
Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubstitusi Daging<br />
Bulan Ramadhan setiap tahunnya selalu dinantikan kedatangannya oleh setiap muslim. Pada bulan<br />
tersebut setiap muslim yang telah akil baligh (dewasa secara islam) diwajibkan melaksanakan ibadah<br />
puasa dengan cara menahan hawa nafsu dan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga tenggelamnya<br />
matahari secara rutin selama satu bulan penuh. Ramadhan dianggap bulan penuh berkah<br />
Bulan Ramadhan setiap tahunnya<br />
selalu dinantikan kedatangannya<br />
oleh setiap muslim.<br />
Pada bulan tersebut setiap muslim<br />
yang telah akil baligh (dewasa secara<br />
islam) diwajibkan melaksanakan<br />
ibadah puasa dengan cara menahan<br />
hawa nafsu dan tidak makan dan<br />
minum sejak terbit fajar hingga<br />
tenggelamnya matahari secara rutin<br />
selama satu bulan penuh. Ramadhan<br />
dianggap bulan penuh berkah<br />
dan ampunan, sehingga pada bulan<br />
ini umat muslim berlomba-lomba<br />
meningkatkan ibadahnya. Akhir<br />
Ramadhan adalah hari raya Idul Fitri<br />
atau biasa disebut dengan Lebaran<br />
atau hari kemenangan.<br />
Di <strong>Indonesia</strong>, menjelang Ramadhan<br />
karena adanya perubahan<br />
jam makan, secara tradisi belanja<br />
masyarakat melonjak terutama<br />
untuk kebutuhan sembilan bahan<br />
pokok (sembako). Imbasnya, harganya<br />
menjadi naik, begitu pula dengan<br />
produk lainnya. Kenaikan harga<br />
merupakan konsekuensi normal<br />
dari permintaan yang meningkat.<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
Untuk memberikan rasa aman bagi<br />
masyarakat, dan memastikan pasokan<br />
cukup serta distribusi lancar dan<br />
untuk menghindari kenaikan harga<br />
yang berlebihan maka pemerintah<br />
telah melakukan pemantauan yang<br />
serius.<br />
<strong>Ikan</strong> Sumber Protein Hewani Yang<br />
Prospektif<br />
Menjelang Ramadhan dan Idul<br />
Fitri tahun <strong>2010</strong>, kondisi ikan di<br />
pasar juga tidak luput dari pantauan.<br />
Pengamatan kondisi ikan khususnya<br />
dilakukan di daerah sentra<br />
konsumen terbesar yaitu di 6 kota<br />
besar yang menjadi ibukota provinsi<br />
di pulau Jawa: Jakarta, Bandung,<br />
Serang, Semarang, Yogyakarta dan<br />
Surabaya. Pengamatan tidak terbatas<br />
kepada harga ikan tetapi juga<br />
kesiapan pasokan, prediksi permintaan<br />
menjelang hari raya Idul Fitri<br />
dan perbandingan harga terhadap<br />
produk substitusinya.<br />
Secara garis besar, menu tradisional<br />
untuk hidangan hari raya<br />
Idul Fitri di sejumlah wilayah di<br />
<strong>Indonesia</strong> adalah opor ayam dan<br />
rendang daging. <strong>Ikan</strong> masih menjadi<br />
alternatif bahan pangan yang<br />
dipandang repot cara pengolahan,<br />
penyajian dan penyantapannya.<br />
Akibatnya harga ayam dan daging<br />
sapi melonjak tajam. Namun tidak<br />
demikian dengan sejumlah jenis ikan<br />
yang mempunyai harga relatif lebih<br />
murah.<br />
Dari segi pasokan, ikan umumnya<br />
mempunyai kesiapan lebih baik<br />
karena mengandung komponen lokal<br />
yang tinggi dan tersedia sepanjang<br />
tahun serta tersebar hampir di<br />
seluruh wilayah di <strong>Indonesia</strong>.<br />
... ke hal. 29<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> Agustus <strong>2010</strong> No.84<br />
14
Komoditi Spesifikasi Contact Person<br />
MENAWARKAN<br />
Tuna Shasimi Harga: Nego<br />
Pembayaran: Transfer Bank<br />
<strong>Ikan</strong> Asin Harga: Rp10.000 - 40.000,-/kg<br />
Jumlah: 3-5 ton per hari<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />
Jenis ikan asin: (Teri medan Rp 40.000,-/kg; Rebon Rp10.000,-/kg; Gabus<br />
Rp 40.000,-/kg; Peda Rp12.000,-/kg; Layang Rp10.000,-/kg; Teri tawar jengki<br />
Rp15.000,-/kg)<br />
<strong>Ikan</strong> Kerapu Super Harga: Nego<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank Keterangan: <strong>Ikan</strong> kerapu super dalam<br />
kondisi hidup/ mati dengan berat mulai 1 ons/ 1kg<br />
<strong>Ikan</strong> Pindang Harga: Rp11.000-12.500,-/kg<br />
Pembayaran: Tunai, Jumlah: 10-15 ton per hari<br />
Keterangan: jenis ikan yang dipindang antara lain: layang 4-5 ton, salem 3-4<br />
ton, tongkol 2-3 ton lemuru dan sero 1-2 ton<br />
<strong>Ikan</strong> Hias Air Tawar Harga: Nego<br />
Pembayaran: Transfer Bank (T/T), Tunai Keterangan: Asal ikan hias dari<br />
Pekanbaru-Riau, tersedia berbagai macam ikan hias air tawar / tropical fish:<br />
Neon tetra, cardinal tetra, red nose, manfish, discus, koky, koi<br />
KFC Soka (Kaltara<br />
Fried Crab)<br />
Kerajinan Olahan Kulit<br />
Buaya “RAFLO”<br />
Kerupuk Kulit Hiu dan<br />
Pari<br />
Pipefish (<strong>Ikan</strong> Pipa)<br />
Kering<br />
Harga: Nego<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank Keterangan: Menyediakan kepiting hidup<br />
dan cangkang kepiting<br />
Harga: variatif<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />
Jumlah: 1000-1500 buah per bulan Keterangan: hasil olahan kulit buaya antara<br />
lain tas, dompet, ikat pinggang dan tempat handphone<br />
Harga: RP7.000,-/kg untuk kulit pari dan Rp1.000,-/kg untuk kulit hiu<br />
Pembayaran: tunai<br />
Jumlah: 1 ton kulit basah (20kg kulit kering) per bulan<br />
Harga: Rp150.000,-/kg (pasar lokal) dan Rp280.000-300.000,-/kg (ekspor)<br />
Pembayaran: Tunai<br />
Jumlah: 500 kg per bulan<br />
Keterangan: 1 kg basah menghasilkan 0,5 ons kering (penyusutan 95%), manfaatnya<br />
antara lain sebagai bahan ramuan untuk pengobatan tradisional (ginjal,<br />
kulit, getah bening, asma dan peningkatan stamina)<br />
Teri Asin Harga: Rp 25.000-50.000,-/kg<br />
Pembayaran: Tunai, Tranfer Bank<br />
Jumlah: 700-900 kg per hari<br />
Keterangan: Jenis teri antara lain teri nasi (Rp 45.000-50.000,-/kg), nilon (Rp<br />
30.000-35.000,-/kg) dan jengki (Rp 25.000-30.000,-/kg)<br />
Bakso <strong>Ikan</strong> “Supra<br />
Dinasty”<br />
Peluang <strong>Pasar</strong><br />
Harga: Variatif<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />
Jumlah: 8-9 ton per bulan<br />
Keterangan: Bakso <strong>Ikan</strong> berbahan baku ikan (ikan hiu dan marlin) 80%, daging<br />
sapi dan ayam 20%<br />
Udang Kupas Harga: Nego<br />
Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />
Jumlah: 750 kg udang kupas per hari Keterangan: udang kupas untuk bahan<br />
baku olahan kerupuk<br />
MEMBUTUHKAN<br />
Benih <strong>Ikan</strong> Mas Harga: Nego<br />
Pembayaran: Tunai<br />
Jumlah: 200 kg / minggu<br />
Keterangan: Membutuhkan benih ikan mas dari subang atau bandung dengan<br />
ukuran100-120 ekor / kg<br />
<strong>Ikan</strong> Betutu Harga: Nego<br />
Pembayaran: Tunai Keterangan: Membutuhkan ikan betutu berbagai ukuran<br />
untuk memenuhi pasar resto <strong>Indonesia</strong><br />
Lele Konsumsi Harga: Standar Partai<br />
Pembayaran: Tunai<br />
Jumlah: 500 - 1000 kg per minggu, Kemasan: Kg / Drum<br />
Keterangan: Butuh <strong>Ikan</strong> Lele konsumsi 7-12 ekor/kg dalam kondisi hidup dan<br />
sehat<br />
Email: qimituna@gmail.com<br />
HP: 081360632499, Telp: 06169464612, Fax: 0618293001<br />
Alamat: Jl. Pahlawan No. A3 Dewantara Aceh Lhokseumawe<br />
24354, Nanggroe Aceh Darusallam”<br />
Ahok<br />
Alamat: Kawasan Pergudangan Kapuk Blok D Jakarta<br />
Utara<br />
Zusnia Efendi<br />
Email: cv_adinia@yahoo.com<br />
HP: 085-231602035,Telp: 0321-6818154, Fax: 0321-6818154<br />
Alamat: Jl. Jolotundo 11 Rt 1/1 Srigading-Ngoro-Mojokerto<br />
Sudarsih<br />
Alamat: Bajomulyo Pati, Jawa Tengah<br />
Budi Herianto<br />
Email: aquahobbybh@yahoo.com<br />
Hp: 081396518181 - Telp: 0761-7720010<br />
Alamat: Jl. Paus No.45 B Pekanbaru, Riau<br />
Mare<br />
HP: 081254889995, 081347017423<br />
Alamat: Jl. Mulawarman RT. 11 No. 19 Kelurahan<br />
Karanga Anyar Pantai Tarakan - Kalimantan Timur<br />
PT. Ekanindya Karsa (Rachmat dan Flora)<br />
Telp: 021 52897510 - 021 52897582, Fax : 021 52897582<br />
Alamat: Jl Jend Sudirman Kompl SCBD Bl Biru/4&15,<br />
Senayan,Kebayoran Baru, JAKARTA 12190<br />
KUD Pada Geger (Masroni)<br />
Alamat: Desa Rumbu, Kecamatan Sakra, Lombok Timur<br />
Alwi<br />
Telp: 081357672254<br />
Alamat: Kota Surabaya, Jawa Timur<br />
Toto<br />
HP: 081379905030<br />
Alamat: Pulau <strong>Pasar</strong>an Bandar Lampung<br />
Jauhari<br />
Telp: 0361-421684<br />
Alamat: Jl. Cargo Permai 1 Denpasar Bali<br />
Didi<br />
Telp: 085640036774<br />
Alamat: Kota Semarang Jawa Tengah<br />
Imbang permana<br />
Email: persadaputra@gmail.com<br />
HP: 062-818211115 - Telp: 062-263-323522<br />
Alamat: Babakan Garut-Ciranjang<br />
Cianjur 43282, Jawa Barat<br />
Aji Saputro<br />
Email: chaska_azzuri@yahoo.co.id<br />
HP: 085640615900, Telp: 085640615900<br />
Semarang 50175, Jawa Tengah<br />
Alamat: Jl Kalibaru Timur RT 03/X<br />
Ikmaluddin Aziz<br />
HP: 081901547978<br />
Telp: 081901547978<br />
Alamat: Perum. Bawen Bukit Permai B5 No. 39 Bawen,<br />
Jawa Tengah<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
15
16<br />
Korea Selatan Investasi<br />
pada Pabrik Pengolahan<br />
Surimi<br />
Korea Surimi Co. Ltd. rencananya<br />
akan melakukan investasi dengan<br />
mendirikan pabrik pengolahan ikan<br />
di daerah pesisir Kabupaten Kulon<br />
Progo, Jawa Tengah. Untuk menjamin<br />
ketersediaan pasokan bahan baku,<br />
perusahaan ini menjalin kerjasama<br />
dengan koperasi nelayan untuk<br />
mendapatkan ikan dari nelayan lokal<br />
dengan harga yang telah disepakati,<br />
sehingga dapat membantu menstabilkan<br />
pendapatan nelayan. Kabarnya,<br />
Korea Surimi Co. Ltd. membutuhkan<br />
bahan baku sekitar 30.000 ton pertahunnya.<br />
Reksadana Khusus Perikanan<br />
Pertama di Dunia<br />
Nomura Securities Co. akan<br />
membentuk perwalian investasi<br />
(investment trust) pertama di dunia<br />
yang khusus menargetkan bisnis yang<br />
berhubungan dengan perikanan di seluruh<br />
dunia ditengah permintaan ikan<br />
yang kian tumbuh di berbagai negara.<br />
Perusahaan tersebut meramalkan<br />
bahwa bisnis perikanan dalam jangka<br />
panjang akan semakin berkembang.<br />
Konsumen di AS dan Eropa menjadi<br />
lebih menyadari pentingnya kesehatan,<br />
sementara permintaan ikan juga<br />
meningkat di tengah pertumbuhan<br />
ekonomi yang dialami negara berkembang.<br />
Nomura berencana mengumpulkan<br />
dana hingga 140 miliar yen<br />
(US$1,64 miliar) selama periode<br />
9-19 Agustus dan Amundi Japan Ltd,<br />
sebuah unit perusahaan manajemen<br />
aset milik Perancis yang berlokasi di<br />
Jepang akan mengelola dana tersebut.<br />
Salah seorang pejabat Nomura<br />
mengatakan bahwa sekitar 30% dana<br />
yang terkumpul akan diinvestasikan<br />
di Jepang, sementara sekitar 40%<br />
lainnya akan dinvestasikan pada perusahaan<br />
di AS. Perusahaan ini juga berencana<br />
untuk berinvestasi di negara<br />
berkembang seperti Thailand dan Brazil.<br />
Dana tersebut akan diinvestasikan<br />
pada perusahaan yang tercatat terlibat<br />
dalam penangkapan dan pembudidayaan<br />
ikan, serta perusahaan yang<br />
memproduksi alat-alat perikanan<br />
seperti alat tangkap dan mesin kapal.<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
Kilas Berita<br />
Perusahaan dalam industri jasa makanan<br />
yang melayani seafood juga akan<br />
menjadi target investasi tersebut.<br />
China dan India Kuasai<br />
<strong>Pasar</strong> Uni Emirat Arab (UEA)<br />
China dan India menggantikan<br />
pemasok barang-barang dari Barat ke<br />
UEA yang sudah sejak lama menjadi<br />
ekportir dominan di negara-negara<br />
teluk. Emirate Business melaporkan<br />
nilai eksor kedua negara tersebut ke<br />
UEA hampir seperempat dari total<br />
impor tahun 2009. India mencatat<br />
rekor dengan nilai ekpornya ke UEA<br />
sebesar 61,5 milyar dirham (US$17<br />
milyar) pada tahun 2009 atau sekitar<br />
13,7% dari total impor UEA. Ekspor<br />
seafood India ke UEA mencapai<br />
US$54 juta. Pada periode yang sama,<br />
ekspor China ke UEA sebesar 47,8<br />
milyar dirham (US$13 milyar) atau<br />
sekitar 10,7% dari total impor UEA<br />
yang mencapai sebesar 447,3 milyar<br />
dirham (US$121,8 milyar). Ekspor<br />
produk perikanan China ke UEA pada<br />
tahun 2009 senilai US$16 juta.<br />
Ekspor Seafood<br />
Vietnam Naik Disaat Ekonomi<br />
Sulit<br />
Berdasarkan data dari Kementerian<br />
Pertanian dan Pembangunan<br />
Perdesaan, ekspor Vietnam pada Juli<br />
<strong>2010</strong> sebesar US$430 juta, sehingga<br />
selama 7 bulan pertama nilai ekspornya<br />
menjadi US$2,45 milyar, naik<br />
11,6% dibanding tahun 2009. Selama<br />
periode Jan-Juli <strong>2010</strong>, ekspor udang<br />
memimpin dengan pendapatan sebesar<br />
US$717 juta atau 35,45% dari total<br />
dengan kenaikan rata-rata per tahun<br />
sebesar 22%. Ditempat kedua adalah<br />
ikan patin (tra dan basa) dengan nilai<br />
ekspor sebesar US$650 juta (naik<br />
8,32%). UE merupakan pasar terbesar<br />
ekspor untuk seafood Vietnam dengan<br />
nilai mencapai US$512 juta, selanjutnya<br />
diikuti oleh Jepang sebesar<br />
US$371,6 juta. Meskipun pendapatan<br />
ekspor seafood Vietnam mengalami<br />
kenaikan, hampir semua bisnis ekspor<br />
mengalami kesulitan bahan baku dan<br />
berkurangnya lahan budidaya ikan<br />
patin (tra). Banyak perusahaan besar<br />
seperti Hung Vuong, Vinh Hoan, Nam<br />
Viet, Agrifish dan Minh Phu terpaksa<br />
menanamkan modalnya pada budidaya<br />
untuk mendapatkan tambahan<br />
pasokan ikan. Banyak perusahaan<br />
pengolahan seafood di Delta Sungai<br />
Mekong harus mengimpor bahan<br />
baku. Selain itu, industri pengolahan<br />
mengalami kesulitan akibat tingginya<br />
biaya input seperti tingkat bunga yang<br />
tinggi, listrik, air, gaji, transportasi<br />
dan kemasan. Meskipun baru-baru ini<br />
harga udang meningkat, harga produk<br />
lainnya mengalami penurunan.<br />
<strong>Pasar</strong> Seafood di<br />
Singapura Kembali Bergairah<br />
Setelah mengalami kelesuan pada<br />
tahun 2009, pasar seafood di Singapura<br />
menunjukkan tanda-tanda pemulihan<br />
di <strong>2010</strong>. Impor produk segar,<br />
beku dan olahan naik 28,9% dalam<br />
total impor perikanan selama bulan<br />
Januari sampai April <strong>2010</strong>. Sementara<br />
pasokan dari ASEAN mendominasi<br />
pasar, impor dari Norwegia, Australia,<br />
Perancis dan AS juga lebih tinggi<br />
dibanding tahun 2009. Seafood dari<br />
Scandinavia sekarang tersedia di Singapura<br />
melalui Fisk yang membawa<br />
ikan segar dan seafood dari Skandinavia.<br />
Ekonomi Singapura yang sempat<br />
turun 1,3% pada tahun 2009, bangkit<br />
kembali pada tahun <strong>2010</strong> dengan<br />
kenaikan PDB hampir 17,9% pada<br />
semester pertama tahun <strong>2010</strong>. Namun<br />
demikian, Kementerian Perdagangan<br />
Singapura mencatat pertumbuhan<br />
yang lebih lambat sebesar 13-15%<br />
selama sisa tahun <strong>2010</strong>, tetapi masih<br />
akan menjadi pertumbuhan ekonomi<br />
tercepat di dunia.�fadly<br />
Sumber : Infofish Trade News
Harga Komoditas Perikanan Di <strong>Pasar</strong> Internasional Bulan Agustus <strong>2010</strong><br />
Nama Produk Ukuran US$/KG Nama <strong>Pasar</strong><br />
Nobashi (PTO), raw frozen tray pack<br />
Black Tiger 21/25 0.27 Wholesale, Tokyo<br />
61/70 0.09<br />
Jepang<br />
Vannamei 21/25 0.25 Wholesale, Tokyo<br />
61/70 0.08<br />
Jepang<br />
Black Tiger 9,5-10 cm 0.27 Wholesale, Tokyo<br />
7,5-8,0 cm 0,12<br />
Jepang<br />
Vannamei 9,5-10 cm 0,20<br />
7,5-8,0 cm 0,11<br />
Vannamei, Cooked 21/25 5.10/lb Ex. Warehouse, New<br />
PTO<br />
51/60 3.15/lb<br />
York, USA<br />
Cooked and P & D 16/20 6.85/lb<br />
Black Tiger<br />
41/50 3.50/lb<br />
Cooked, PTO, Van- 31/40 5.10/lb Ex. Warehouse, New<br />
namei IQF<br />
61/70 3.15/lb<br />
York, USA<br />
Cooked, P&D, Van- 21/25 5.05/lb CFR New York, USA<br />
namei IQF<br />
61/70 2.90/lb<br />
Cooked, PTO, Black 8/12 8.70/lb<br />
Tiger<br />
31/40 3.30/lb<br />
Cooked, PTO white 31/40 4.60/lb Ex. Warehouse, New<br />
71/90 3.50/lb<br />
York, USA<br />
Grouper Epinephelus<br />
spp<br />
Whole, fresh/chilled<br />
US$ 3.68-6,62 Wholesale Singapura<br />
Brown Spotted Grouper<br />
E.coioides<br />
Large 5.29 Wholesale Kuala Lumpur,<br />
Malaysia<br />
Whole, fresh/chilled Medium 6.57<br />
Small 4.17<br />
Manggrove Snapper Large 5.61 Wholesale Kuala Lum-<br />
Whole, fresh/chilled Medium 6.73<br />
pur, Malaysia<br />
Small 5.61<br />
Red Snapper<br />
US$ 3.70 - 5.56 Wholesale Jurong,<br />
Lutjanus sp, Whole,<br />
fresh<br />
Singapura<br />
White Pomfret Large 8.49 Wholesale Kuala Lumpur,<br />
Malaysia<br />
Whole, Fresh/Chilled Medium 7.69<br />
Black Pomfret, Large 5.29 Wholesale Kuala Lum-<br />
Whole, Fresh Cilled<br />
Medium 5.77<br />
pur, Malaysia<br />
Spanish Mackerel Large 5.77 Wholesale Kuala Lumpur,<br />
Malaysia<br />
Scomberomous spp, Medium 5.13 Wholesale Jurong<br />
Whole, Fresh Chilled<br />
Spanish Mackerel<br />
Scomberomous spp<br />
Whole, fresh/chilled<br />
Singapura<br />
Indian Mackerel Medium 2.88 Wholesale Kuala Lum-<br />
Rastrelliger spp<br />
Whole fresh/child<br />
Small 2.24<br />
pur, Malaysia<br />
Indian Mackerel Rastrelliger<br />
spp Whole<br />
fresh/child<br />
Black Tiger Shrimp<br />
Penaeus monodon<br />
Head-on, fresh/<br />
chilled<br />
white Shrimp p.<br />
indicus<br />
Head-on, fresh/chilled<br />
Whole, Fresh 2.61- 3.73 Wholesale Jurong,<br />
Singapura<br />
5.97-23.88 Wholesale Singapura<br />
4.48-15.67 Wholesale Singapura<br />
Soft Shell turtle live 2 FOB Medan for Hong<br />
Kong<br />
Red Snapper Natural IQF Ex. Warehouse, NY,<br />
4-6 oz/pc 4.40-4.50/lb<br />
USA<br />
12- 14 oz/pc 3.95-4.10/lb<br />
Ribbon Fish Whole 100 - 700 gm<br />
/ pc<br />
1.20 CFR China<br />
Tilapia Fillet 6.20 FOB Medan, <strong>Indonesia</strong><br />
for USA<br />
Bigeye Thunus<br />
obesus<br />
Cuttlefish, sepia sp<br />
Whole, block<br />
50 - 150 gm<br />
/ pc<br />
11677 -<br />
29192/ton<br />
Auction Tsukiji Market,<br />
Tokyo, Jepang<br />
1.25 CFR Europe<br />
Baby Cuttlefish 10/20-60 pc/kg 2.40 CFR Rusia<br />
Whole, cleaned, 10%<br />
glazed, IQF<br />
Baby Cuttlefish<br />
20/40 pc/kg 2.80 CFR Taiwan and Korea<br />
Whole, cleaned (no 6/10 - 10/20<br />
4 CFR USA<br />
glazing<br />
Squid, Loligo sp<br />
Tube and Tentacles<br />
pc/kg<br />
Squid, Loligo sp medium/Large 2.50 FOB Medan for Busan,<br />
Korea<br />
Sliced, poulp squid 10/20 - 60<br />
2.55 CFR Rusia<br />
Octopus, Octopus<br />
vulgaris<br />
Whole, cleaned, 10%<br />
glazed, IQF<br />
pc/kg<br />
Octopus, Octopus 10/20 pc/kg<br />
2.50 CFR Taiwan and Korea<br />
vulgaris<br />
Whole, cleaned, no<br />
glazing<br />
and up<br />
Baby Octopus 20/30 -80/100 2.40 FOB Medan for Busan,<br />
Whole<br />
pc/kg<br />
Korea<br />
Hard Clams 10/20, 20/30,<br />
30/40, 40/50,<br />
50/80<br />
0.80<br />
Froglegs Classic 6/8 pc/kg 6.65 CFR Europe<br />
Brand<br />
31/40 pc/kg 3.10<br />
Froglegs Yoga Brand 16/20 pc/kg 5.90<br />
20/30 pc/kg 4.20<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
17
18<br />
Harga Komoditas Perikanan Di Beberapa TPI dan <strong>Pasar</strong> Grosir<br />
Komoditas/Lokasi Harga bulan Agustus <strong>2010</strong> (Rp/kg)<br />
Bandeng<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />
Bawal Hitam<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPS Belawan<br />
Bawal Putih<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Calang Aceh Jaya<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />
Cakalang<br />
<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPN Prigi<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
PPS Cilacap<br />
Cucut<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPS Cilacap<br />
Cumi-cumi<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
Gurame<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Ikan</strong> Asin<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
Kakap Merah<br />
<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
M-1 M-2 M-3 M-4<br />
-<br />
18,000<br />
16,250<br />
18,000<br />
16,250<br />
19,000<br />
18,000<br />
21,000<br />
21,000<br />
32,500<br />
17,500<br />
12,000<br />
-<br />
13,000<br />
15,000<br />
-<br />
34,000<br />
41,417<br />
26,134<br />
26,107<br />
-<br />
-<br />
-<br />
49,583<br />
74,000<br />
28,500<br />
-<br />
20,500<br />
21,000<br />
18,500<br />
24,500<br />
21,000<br />
22,000<br />
21,500<br />
13,000<br />
8,000<br />
22,000<br />
11,500<br />
14,565<br />
12,154<br />
8,000<br />
-<br />
19,029<br />
18,979<br />
-<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
24,000<br />
35,000<br />
45,000<br />
38,500<br />
-<br />
33,000<br />
38,250<br />
39,000<br />
-<br />
18,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
25,000<br />
17,250<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,500<br />
16,000<br />
13,000<br />
-<br />
-<br />
34,000<br />
41,600<br />
24,337<br />
23,534<br />
-<br />
-<br />
-<br />
49,550<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
8,000<br />
-<br />
12,000<br />
13,355<br />
10,049<br />
8,200<br />
38,000<br />
16,206<br />
16,206<br />
-<br />
35,000<br />
35,000<br />
-<br />
14,000<br />
35,000<br />
54,500<br />
-<br />
-<br />
32,000<br />
38,400<br />
-<br />
18,000<br />
18,000<br />
-<br />
19,000<br />
15,000<br />
18,750<br />
-<br />
55,000<br />
25,000<br />
27,500<br />
16,500<br />
-<br />
-<br />
13,000<br />
13,000<br />
18,000<br />
-<br />
41,625<br />
24,853<br />
23,973<br />
-<br />
50,000<br />
-<br />
49,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
23,000<br />
16,500<br />
21,500<br />
21,500<br />
21,000<br />
17,500<br />
15,000<br />
7,833<br />
27,000<br />
11,750<br />
14,343<br />
11,811<br />
8,000<br />
-<br />
22,581<br />
22,765<br />
-<br />
-<br />
-<br />
32,000<br />
25,000<br />
-<br />
45,000<br />
-<br />
34,000<br />
-<br />
38,500<br />
-<br />
19,000<br />
18,000<br />
17,500<br />
19,500<br />
19,750<br />
19,500<br />
21,000<br />
28,000<br />
21,000<br />
32,500<br />
16,500<br />
-<br />
-<br />
13,000<br />
-<br />
18,000<br />
-<br />
41,150<br />
24,867<br />
-<br />
30,000<br />
50,000<br />
31,500<br />
49,700<br />
-<br />
-<br />
85,000<br />
23,500<br />
20,500<br />
17,250<br />
19,000<br />
21,500<br />
15,000<br />
21,500<br />
15,000<br />
7,143<br />
23,000<br />
12,000<br />
12,710<br />
-<br />
8,000<br />
38,000<br />
17,914<br />
-<br />
30,000<br />
-<br />
35,000<br />
33,000<br />
25,000<br />
35,000<br />
44,000<br />
38,500<br />
34,000<br />
-<br />
38,500<br />
42,500<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
Kembung<br />
<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
Kepiting<br />
<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
TPI Tanjung Pandan<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
Kerapu<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
PPS Belawan<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
Kuwe<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />
38,000<br />
-<br />
31,500<br />
-<br />
35,000<br />
33,333<br />
40,000<br />
34,000<br />
13,221<br />
8,000<br />
28,500<br />
-<br />
20,000<br />
-<br />
-<br />
24,000<br />
21,000<br />
22,500<br />
-<br />
22,500<br />
-<br />
20,000<br />
-<br />
24,500<br />
15,000<br />
19,000<br />
31,333<br />
8,000<br />
10,563<br />
20,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
20,750<br />
-<br />
-<br />
-<br />
36,500<br />
37,500<br />
-<br />
37,500<br />
37,500<br />
-<br />
-<br />
37,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
37,250<br />
38,000<br />
-<br />
-<br />
17,000<br />
33,833<br />
25,000<br />
26,000<br />
32,000<br />
32,500<br />
25,000<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
,925<br />
10,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
35,000<br />
33,000<br />
-<br />
33,000<br />
15,886<br />
-<br />
-<br />
20,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
20,000<br />
-<br />
23,125<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
-<br />
35,000<br />
7,800<br />
8,470<br />
-<br />
-<br />
-<br />
18,000<br />
20,500<br />
16,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
36,833<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
27,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
28,000<br />
37,000<br />
36,500<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
34,000<br />
-<br />
27,875<br />
32,000<br />
31,750<br />
25,200<br />
-<br />
-<br />
-<br />
25,000<br />
9,750<br />
-<br />
37,500<br />
-<br />
31,500<br />
-<br />
35,000<br />
34,600<br />
50,000<br />
34,333<br />
19,850<br />
-<br />
21,000<br />
20,000<br />
24,000<br />
19,000<br />
23,500<br />
21,000<br />
-<br />
-<br />
30,000<br />
19,000<br />
-<br />
20,500<br />
-<br />
20,500<br />
35,000<br />
7,500<br />
9,446<br />
21,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
20,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
47,000<br />
-<br />
-<br />
47,500<br />
-<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
37,000<br />
37,000<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
34,000<br />
-<br />
20,000<br />
32,000<br />
37,500<br />
25,375<br />
40,000<br />
-<br />
34,000<br />
-<br />
9,750<br />
-<br />
40,000<br />
16,500<br />
33,500<br />
38,000<br />
35,000<br />
33,250<br />
35,000<br />
30,333<br />
-<br />
32,500<br />
22,000<br />
20,000<br />
19,500<br />
18,750<br />
24,000<br />
24,000<br />
23,833<br />
20,000<br />
32,700<br />
22,500<br />
-<br />
17,500<br />
24,500<br />
-<br />
20,500<br />
34,583<br />
7,286<br />
-<br />
25,000<br />
13,000<br />
25,000<br />
18,000<br />
20,800<br />
16,000<br />
-<br />
22,500<br />
47,000<br />
37,500<br />
27,500<br />
47,500<br />
36,500<br />
40,000<br />
31,500<br />
27,500<br />
37,500<br />
25,000<br />
55,000<br />
28,000<br />
37,500<br />
37,500<br />
12,000<br />
25,000<br />
15,000<br />
34,000<br />
26,500<br />
29,167<br />
32,000<br />
34,375<br />
20,857<br />
40,000<br />
38,000<br />
35,000<br />
25,000<br />
10,800<br />
9,750
PPN Pekalongan<br />
PPN Prigi<br />
9,925<br />
10,000<br />
18,685<br />
-<br />
17,125<br />
-<br />
Layur - - - -<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
Lele<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
Mas<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
Nila<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
Pari<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPS Belawan<br />
PPS Cilacap<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
Patin<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
Selar<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
Tenggiri<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
PPS Belawan<br />
PPS Cilacap<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
TPI Tanjung Pandan<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
15,000<br />
14,000<br />
18,000<br />
12,500<br />
20,000<br />
-<br />
-<br />
18,500<br />
15,000<br />
-<br />
31,000<br />
18,000<br />
-<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
25,000<br />
-<br />
4,000<br />
8,000<br />
13,208<br />
10,427<br />
11,014<br />
-<br />
4,000<br />
8,000<br />
-<br />
15,000<br />
-<br />
17,125<br />
15,000<br />
-<br />
-<br />
22,000<br />
-<br />
12,000<br />
14,000<br />
6,000<br />
9,221<br />
9,184<br />
-<br />
-<br />
35,000<br />
48,000<br />
35,000<br />
27,260<br />
24,901<br />
-<br />
-<br />
21,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
14,200<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
20,000<br />
18,500<br />
15,000<br />
16,000<br />
31,000<br />
18,000<br />
24,500<br />
40,000<br />
25,000<br />
22,000<br />
20,000<br />
25,000<br />
-<br />
13,250<br />
10,925<br />
11,657<br />
-<br />
4,000<br />
8,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
16,000<br />
17,000<br />
-<br />
12,000<br />
-<br />
18,000<br />
-<br />
12,000<br />
21,000<br />
6,000<br />
8,391<br />
8,391<br />
-<br />
-<br />
35,000<br />
45,000<br />
35,000<br />
27,155<br />
24,117<br />
-<br />
-<br />
21,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
40,000<br />
40,000<br />
15,000<br />
14,250<br />
16,500<br />
-<br />
-<br />
14,000<br />
-<br />
18,500<br />
-<br />
-<br />
31,000<br />
-<br />
-<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
25,000<br />
20,000<br />
13,250<br />
9,739<br />
9,298<br />
-<br />
4,000<br />
8,333<br />
-<br />
-<br />
12,000<br />
15,000<br />
-<br />
17,000<br />
-<br />
-<br />
25,000<br />
24,000<br />
-<br />
-<br />
21,000<br />
6,375<br />
8,019<br />
8,004<br />
-<br />
38,000<br />
35,000<br />
-<br />
35,000<br />
28,406<br />
23,650<br />
40,000<br />
-<br />
21,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
15,000<br />
14,150<br />
16,500<br />
-<br />
-<br />
14,000<br />
20,000<br />
18,500<br />
-<br />
16,000<br />
31,000<br />
-<br />
24,500<br />
40,000<br />
25,000<br />
22,000<br />
20,000<br />
25,000<br />
20,000<br />
13,250<br />
9,612<br />
-<br />
15,000<br />
4,000<br />
9,600<br />
7,000<br />
25,000<br />
12,000<br />
15,000<br />
16,000<br />
17,333<br />
-<br />
12,000<br />
25,500<br />
24,000<br />
20,000<br />
-<br />
18,000<br />
7,286<br />
8,311<br />
-<br />
9,000<br />
38,000<br />
35,000<br />
-<br />
35,000<br />
27,686<br />
-<br />
35,000<br />
27,000<br />
21,000<br />
22,500<br />
34,000<br />
37,500<br />
45,500<br />
40,000<br />
Tongkol<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPN Brondong Lamongan<br />
PPN Pekalongan<br />
PPN Prigi<br />
PPS Belawan<br />
TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />
TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />
TPI Tanjung Pandan<br />
<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
Teri<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
Teri Asin<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
Tuna<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
PPN Prigi<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
PPS Cilacap<br />
Udang Putih<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />
<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
Udang Windu<br />
<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />
<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />
<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />
<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />
<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />
<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />
<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />
PPP Lampulo Aceh<br />
-<br />
19,000<br />
16,000<br />
9,000<br />
12,243<br />
12,331<br />
5,833<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
43,656<br />
38,875<br />
21,000<br />
95,000<br />
20,000<br />
-<br />
17,500<br />
-<br />
31,000<br />
21,500<br />
11,125<br />
18,000<br />
30,000<br />
-<br />
15,500<br />
44,000<br />
50,500<br />
37,500<br />
44,000<br />
52,000<br />
35,000<br />
45,000<br />
-<br />
47,500<br />
52,000<br />
52,500<br />
-<br />
47,000<br />
40,000<br />
-<br />
-<br />
52,500<br />
60,000<br />
62,500<br />
52,500<br />
59,000<br />
57,000<br />
47,000<br />
37,500<br />
50,000<br />
62,000<br />
52,500<br />
80,000<br />
50,000<br />
-<br />
19,000<br />
16,000<br />
14,500<br />
12,470<br />
12,767<br />
6,833<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
16,000<br />
16,000<br />
-<br />
43,357<br />
38,500<br />
16,000<br />
95,000<br />
20,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
10,000<br />
-<br />
24,600<br />
-<br />
15,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
42,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
55,000<br />
-<br />
38,000<br />
-<br />
45,000<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
46,000<br />
52,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
80,000<br />
-<br />
18,000<br />
22,000<br />
-<br />
14,500<br />
12,463<br />
13,151<br />
7,500<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
-<br />
57,333<br />
38,500<br />
-<br />
95,000<br />
24,000<br />
26,000<br />
-<br />
-<br />
29,000<br />
15,500<br />
10,000<br />
20,000<br />
30,000<br />
50,000<br />
15,500<br />
-<br />
47,500<br />
-<br />
50,000<br />
48,750<br />
-<br />
25,000<br />
-<br />
53,000<br />
47,500<br />
52,500<br />
-<br />
50,000<br />
40,000<br />
57,000<br />
45,000<br />
-<br />
62,500<br />
-<br />
57,000<br />
-<br />
59,000<br />
-<br />
45,000<br />
57,000<br />
-<br />
52,500<br />
80,000<br />
60,000<br />
19,000<br />
22,000<br />
-<br />
13,000<br />
11,846<br />
-<br />
6,571<br />
14,000<br />
52,500<br />
18,500<br />
15,000<br />
16,000<br />
16,000<br />
4,000<br />
48,208<br />
38,850<br />
-<br />
95,000<br />
24,000<br />
-<br />
15,750<br />
35,000<br />
-<br />
17,500<br />
9,000<br />
18,000<br />
30,000<br />
50,000<br />
15,500<br />
57,500<br />
57,000<br />
42,500<br />
46,000<br />
48,500<br />
35,000<br />
45,000<br />
85,000<br />
57,500<br />
47,500<br />
52,500<br />
55,000<br />
50,000<br />
40,000<br />
57,000<br />
45,000<br />
-<br />
62,500<br />
62,500<br />
57,500<br />
-<br />
59,000<br />
43,333<br />
55,000<br />
57,500<br />
-<br />
52,500<br />
80,000<br />
65,000<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
19
20<br />
Bisnis Pemasaran<br />
Berbasis Nilai-Nilai Spiritual<br />
Dalam kurun<br />
waktu satu<br />
dekade terakhir,<br />
berbagai gejolak hebat<br />
yang terjadi di dalam<br />
lingkungan bisnis<br />
global telah dianggap<br />
sebagai suatu gejala<br />
yang normal, seperti<br />
krisis finansial yang<br />
disebabkan skandal<br />
korporasi di Amerika<br />
Serikat, krisis energi,<br />
perubahan iklim, harga<br />
minyak yang fluktuatif,<br />
krisis pangan, resesi<br />
ekonomi, dan sebagainya.<br />
Kondisi seperti itu disebut<br />
sebagai The Age of Turbulance.<br />
Menurut Phillip Kotler dan Caslione,<br />
ketika kekacauan (chaos) terjadi<br />
terus dalam lingkungan sehari-hari,<br />
maka turbulensi tersebut menjelma<br />
menjadi kenormalan baru.<br />
Dalam menghadapi the Age<br />
of Turbulance tersebut muncul<br />
kesadaran baru dari para CEO dan<br />
shareholders corporate untuk mentransformasi<br />
karakter bisnisnya dengan<br />
basis nilai–nilai spiritual seperti<br />
jujur (honest), integritas, welas kasih<br />
(compassion), pemaaf (forgiveness),<br />
syukur (grateful), saling menghargai<br />
(respect), dan tanggung jawab sosial<br />
(social responsibility). Hal ini dilakukan<br />
dengan tujuan agar mampu<br />
bertahan (survive), bersaing, dan<br />
terus tumbuh subur (strive) dalam<br />
kondisi apapun.<br />
Kesadaran (conciousness)<br />
merupakan jiwa dari setiap realitas,<br />
dimensi spirit di dalam diri manusia<br />
yang paling dalam (inner self) untuk<br />
menuju zona ikhlas. Seorang motivator<br />
menyebutkan bahwa kesadaran<br />
dan keikhlasan adalah pengetahuan<br />
ruh (“soul knowing”). Dalam wilayah<br />
sains, kesadaran merupakan isyarat<br />
yang muncul dari ruang kosong atau<br />
“Zero Point Field” yang berada di<br />
lautan energi kuantum.<br />
Menurut Erbe Sentanu (penulis<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
buku best seller Quantum Ikhlas),<br />
zona ikhlas merupakan wilayah<br />
yang bersifat kuantum, yang diyakini<br />
para ilmuwan sebagai sumber<br />
segala hal yang dibutuhkan umat<br />
manusia. Berbagai sebutan lain dari<br />
zona ikhlas adalah The Field, Divine<br />
Matrix (Matrix Ilahi), atau Unified<br />
Field.<br />
Lynne McTaggart, peneliti yang<br />
menulis buku The Field dan The<br />
Intention Experiment, menyebutkan<br />
adanya ruang kosong di alam kuantum<br />
di mana semua energi dilahirkan,<br />
yang disebutnya sebagai Zero<br />
Point Field. Gregg Braden dalam bukunya,<br />
Divine Matrix, menunjukkan<br />
bahwa di dalam Matrix Ilahi tersimpan<br />
blue print semua ciptaan dalam<br />
bentuk ‘benih’ segala kemungkinan<br />
yang belum mewujud, baik maupun<br />
COMPANY<br />
INDIVIDU<br />
MISSION<br />
VISION<br />
VALUES<br />
buruk,<br />
tergantung pikiran,<br />
perasaan, atau niat kita.<br />
Jadi, Erbe menegaskan,<br />
bahwa zona<br />
ikhlas inilah yang perlu<br />
diakses dan diolah<br />
dengan pikiran, perasaan,<br />
dan doa-doa yang<br />
positif untuk membuat<br />
perubahan di dalam<br />
kehidupan. Ternyata<br />
kesadaran dan iklhas<br />
itu ilmiah dan menurut<br />
ahli hikmah, ikhlas<br />
adalah ilmu yang paling<br />
tinggi di alam semesta,<br />
puncak kecerdasan spiritual, dan<br />
merupakan fitrah yang dikaruniakan<br />
oleh Allah yang Maha Pengasih<br />
dan Penyayang, untuk senantiasa di<br />
akses dalam kehidupan sehari-hari.<br />
Pergeseran Paradigma Berbisnis<br />
Menurut Phillip Kotler, Hermawan<br />
Kartajaya dan Tim Mark-<br />
Plus, bahwa praktik pemasaran saat<br />
ini telah mengalami transformasi<br />
dari level intelektual (marketing 1.0)<br />
menuju ke emosional (marketing<br />
2.0), dan akhirnya ke human spirit<br />
(marketing 3.0). Dalam Marketing<br />
3.0 – New Wave Marketing,<br />
Hermawan melihat bahwa menjalankan<br />
roda bisnis pada saat ini<br />
dan kedepan harus dilandasi nilainilai<br />
spiritualitas yang kokoh. Wujud<br />
Mind Heart Spirit<br />
Deliver Satisfactin Realize Aspiration Practice Commpassion<br />
Profitabelity Return Ability Sustaianbility<br />
Be BETTER DIFERENTIATE<br />
Diagram 1 : Models : Values-Based Marketing<br />
Make a<br />
DIFFERENCE
spiritualismenya adalah bagaimana<br />
mencintai jejaring stakeholders bisnis<br />
dengan modal dan menjunjung<br />
tinggi kejujuran.<br />
Saat ini bisnis pemasaran berbasis<br />
nilai sudah masuk pada era<br />
integrasi, 100% bisnis dan 100%<br />
spiritual. Nilai–nilai spiritual dan<br />
etika dalam pekerjaan diyakini dapat<br />
mengantarkan peningkatan produksi<br />
dan profit, keteguhan dan loyalitas<br />
karyawan, loyalitas pembeli dan<br />
konsumen, serta reputasi merk. Hal<br />
ini dapat dilakukan melalui 2 (dua)<br />
pendekatan yaitu 1) menyeimbangkan<br />
kepuasan, profit, empati atau<br />
tanggung jawab sosial, dan sustainability,<br />
dan 2) membina hubungan<br />
secara holistik dengan konsumen<br />
sehingga akan diterima konsumen<br />
lebih mendalam. Bisnis pemasaran<br />
berbasis nilai – nilai (values – based<br />
marketing) diilustrasikan pada<br />
Diagram 1.<br />
Membangun Budaya Kerja Perusahaan<br />
Sejak terkuaknya skandal<br />
dunia Enron, nilai – nilai spiritual<br />
di lingkungan bisnis dan dunia kerja<br />
semakin populer. Patricia Aburdene<br />
seorang futurist penulis buku best<br />
seller Megatrends <strong>2010</strong> mengidentifikasi<br />
bahwa spirituality in business<br />
sebagai salah satu dari 7 megatrends<br />
top dalam kurun waktu mendatang.<br />
Megatrends <strong>2010</strong> mengulas mengapa<br />
perusahaan seperti Timberland,<br />
Wainright Bank, 3M, Motorola,<br />
Intel, Body Shop, dan lain – lain<br />
mengambil posisi untuk menerapkan<br />
Corporate Social Responsibility.<br />
Begitu juga halnya di <strong>Indonesia</strong> seperti<br />
Sampoerna Foundation (Pendidikan),<br />
Unilever, Pertamina dan<br />
Danone (Aqua). Kunci nilai spiritual<br />
seperti diuraikan sebelumnya akan<br />
mengangkat merk produk menjadi<br />
berkharisma seiring dengan tuntutan<br />
konsumen.<br />
Terkait dengan dimensi nilai<br />
spiritual, buku Rethinking Marketing<br />
mengulas tentang bagaimana<br />
membangun budaya kerja di dalam<br />
suatu perusahaan sebagai salah<br />
satu elemen yang paling penting<br />
untuk meraih sukses. Budaya, akan<br />
menuntun perilaku karyawan dan<br />
konsensus diantara orang–orang<br />
di lingkungan perusahaannya di<br />
dalam menjalankan bisnis. Budaya<br />
memberikan keselarasan diantara<br />
karyawan, kekuatan dan konsolidasi<br />
antara perusahaan dan karyawannya.<br />
Budaya kerja terdiri dari dua<br />
elemen yaitu shared values dan<br />
common behaviour. Values adalah<br />
prinsip–prinsip inti organisasi<br />
seperti etika, kejujuran, dan lain–<br />
lain. Values cenderung lebih dalam<br />
dan sedikit tampak kepermukaan.<br />
Pimpinan dan para karyawan perusahaan<br />
berbagi values dari pengalaman<br />
menjalankan roda perusahaan.<br />
Sedangkan behaviour berhubungan<br />
dengan kebiasaan perilaku orang –<br />
orang di dalam perusahaan. Untuk<br />
mengembangkan budaya kerja yang<br />
kuat dalam rangka merealisasikan<br />
visi perusahaan, kedua elemen ini<br />
harus harmonis dan selaras seperti<br />
digambarkan dalam dimensi spirit<br />
di model Values – based Marketing<br />
sebagai simbol yin – yang.<br />
Selain kedua elemen tersebut,<br />
Goerge Day menawarkan dua model<br />
yaitu norms dan mental model,<br />
untuk memperkuat visi perusahaan.<br />
Jika diilustrasikan dengan gambar<br />
analogi gunung es (Iceberg Analogy),<br />
budaya kerja yang berasl<br />
dari tiga elemen paling besar yaitu<br />
mental models, norms, dan values<br />
tidak tampak atau masih tenggelam<br />
di samudera alam bawah sadar dan<br />
hanya satu elemen saja yang tampak<br />
di alam sadar yaitu perilaku.<br />
Untuk membangkitkan ke-3 elemen<br />
di alam bawah sadar agar muncul<br />
kepermukaan dan menjadi suatu<br />
kepribadian yang kokoh, maka perlu<br />
adanya suatu training motivasi/<br />
pencerahan/transformasi kesadaran,<br />
encouragement, dan reward,<br />
berbagi rasa love dan empati dengan<br />
para karyawan dan jejaring stake-<br />
holders.<br />
Filosofi Matsushita<br />
Salah satu contoh studi kasus<br />
terkait membangun budaya kerja di<br />
dalam perusahaan adalah Matsushita<br />
“The Noble Prize” Company.<br />
Perusahaan ini menjunjung tinggi<br />
visi dan misi melalui filosofi dasar<br />
yang dimilikinya, yaitu dengan menghubungkan<br />
secara tiga dimensional<br />
antara rasional, emosional, dan<br />
spiritual yang dimiliki oleh stakeholders,<br />
baik konsumen, karyawan,<br />
suppliers, maupun shareholders.<br />
Konosuke Matsushita mulai<br />
mendirikan perusahaan multi billion<br />
dollar dari uang 100 yen dan<br />
mimpi-mimpinya yang besar. Matsushita<br />
tumbuh besar di lingkungan<br />
kemiskinan, sedikit mengenyam<br />
pendidikan formal, dan menderita<br />
selama masa depresi dan kengerian<br />
perang dunia II di Jepang. Seluruh<br />
perjuangan hidupnya ini dijadikan<br />
sebagai landasan filosofi bisnis Panasonic<br />
sampai sekarang.<br />
Prinsip-prinsip kehidupan<br />
Konosuke Matshusita adalah<br />
meminta para pegawainya untuk<br />
selalu mempertimbangkan kemampuan<br />
setiap orang; tinggi – rendah,<br />
kaya – miskin, beruntung – cacat,<br />
dan lain-lain. CEO saat ini Don<br />
Iwatani mengatakan “Konosuke<br />
tidak memberikan spesifik arahan<br />
verbal terkait hal ini, namun dia<br />
peduli dan sayang kepada setiap<br />
orang. Konosuke menginvestasikan<br />
sejumlah besar uangnya untuk<br />
Human Resources Development<br />
Centre, sebuah lembaga pendidikan<br />
dan pelatihan modern untuk para<br />
stafnya, sebagai pendiri school government<br />
of Japan’s political system,<br />
serta mendanai Leadership Chair at<br />
Harvard, mendonasikan US$ 1 juta<br />
kepada Stanford University, dan<br />
mendirikan Institute of PHP (Peace<br />
through Happiness and Prosperity).<br />
Filosofi Konosuke banyak termanifestasikan<br />
bukan hanya pada<br />
produk–produknya yang unggul<br />
karena lebih kuat dan canggih dan<br />
cepat di bidang audio visual, tetapi<br />
juga berhubungan dengan Social<br />
Corporate Responsibility (CSR)<br />
... ke hal. 25<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
21
22<br />
Pemasaran Produk Perikanan<br />
Berbasis “Connect”<br />
Gejolak bisnis yang terjadi dalam satu dekade terakhir telah ikut mempengaruhi daya tahan bisnis<br />
perikanan, termasuk eksportir hasil perikanan di <strong>Indonesia</strong>. Sejumlah tantangan baru telah menghadang,<br />
antara lain seperti kebutuhan bahan bakar, nilai dolar yang melemah, kompetisi semakin ketat, harga<br />
produk di pasar internasional yang fluktuatif dan cenderung turun, kurangnya atau langkanya bahan baku,<br />
serangan penyakit pada budidaya udang yang tak kunjung hilang, praktik illegal fishing (memicu munculnya<br />
aturan catch certication oleh Uni Eropa), dan “Connect” adalah kata kunci untuk menghadapi gejolak<br />
Tulisan ini terinspirasi kata<br />
“Connect” dari sebuah buku<br />
berjudul “Connect” Surfing<br />
New Wave Marketing” karya Hermawan<br />
Kartajaya<br />
Hermawan, bersama Phillip<br />
Kotler dan tim MarkPlus&Co telah<br />
melakukan analisa yang mendalam<br />
tentang praktik bisnis pemasaran di<br />
arena global dengan mengeksplorasi<br />
strategi, taktik, dan nilai–nilai dalam<br />
praktik bisnisnya. Buku–buku seperti<br />
Compassionate Marketing, Marketing<br />
3.0: From Products to Customers<br />
to Human Spirit, Rethinking<br />
Marketing, dan Connect – Surfing<br />
New Wave Marketing, setidaknya<br />
telah menginspirasi pemikiran dan<br />
mentransformasi kesadaran para<br />
CEO/enterpreneur di dunia dengan<br />
nilai-nilai spiritual.<br />
Connect dalam terjemahan kamus<br />
bahasa adalah menghubungkan,<br />
menyambung, mengikat. Connect<br />
pada judul diatas adalah bukan<br />
hubungan biasa antar sesama secara<br />
on line dan off line (dunia nyata), na-<br />
Tabel 1 : Rilis Import Alert Produk Perikanan<br />
<strong>Indonesia</strong> oleh USFDA : 2008 – <strong>2010</strong><br />
ALASAN IMPORT<br />
ALERT<br />
Jumlah / tahun<br />
2008 2009 <strong>2010</strong>*<br />
Filthy 53 62<br />
Salmonella 41 22 31<br />
Histamine 4 - 1<br />
Antibiotik 4 - 2<br />
Poisonous 2 3<br />
Lain-lain (labelling) 3 1<br />
Total 107 88<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
mun hubungan antar sesama secara<br />
holistik, partnership, dan kolaboratif<br />
sampai menyentuh sisi paling dalam<br />
di diri manusia (inner self) – hati<br />
dan jiwa : heart to heart dan spirit to<br />
spirit (soul to soul).<br />
Dalam bukunya, Hermawan<br />
banyak menganalisa dan menjabarkan<br />
bagaimana para pelaku<br />
pemasaran mampu meraih sukses<br />
dengan merebut benak, hati dan jiwa<br />
konsumen melalui strategi connect<br />
secara “on line” (internet dan digital<br />
marketing) dan “off line”. Pada era<br />
digital, ”on line” secara internet<br />
bisa menimbulkan excitement dan<br />
engagement, tapi “off line” bisa lebih<br />
jauh ke intimacy (keakraban) dan<br />
enthusiasm (kegembiraan). Apabila<br />
keduanya digabungkan, maka akan<br />
terwujud suatu connection yang bersifat<br />
physical, intellectual, emotional,<br />
dan spiritual. Fakta membuktikan<br />
bahwa pelaku pemasaran termasuk<br />
eksportir yang cerdas, penuh<br />
inspirasi dan berpengalam dalam<br />
menjalankan roda bisnisnya, telah<br />
menggunakan perangkat manajemen<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Group<br />
Nelayan<br />
Supplier<br />
Utama<br />
Mini<br />
Plant<br />
Supplier<br />
Utama<br />
profesional, budaya korporasi, dan<br />
teknologi informasi, serta strategi<br />
connect.<br />
Hasil identifikasi di lapangan<br />
seperti Provinsi Sumatera Utara,<br />
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa<br />
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan<br />
Timur dan Sulawesi Selatan, menunjukkan<br />
bahwa rantai suplai bahan<br />
baku hasil perikanan tangkap dan<br />
budidaya sangatlah kompleks. Secara<br />
umum, rantai suplai bahan baku<br />
diilustrasikan dalam diagram 2.<br />
Untuk memenuhi kebutuhan<br />
udangnya, eksportir udang di Jawa<br />
Timur mendatangkan udang tidak<br />
hanya dari wilayah Jawa Timur saja,<br />
tetapi juga dari Jawa Tengah, Kalimantan<br />
Selatan, Kalimantan Timur,<br />
dan NTB. Demikian pula halnya<br />
dengan eksportir tuna atau ikan<br />
kakap di Makassar yang justru memperoleh<br />
bahan bakunya dari Maluku,<br />
Sulawesi Tenggara dan daerah<br />
lain. Contoh lain adalah eksportir<br />
rajungan (produk pasteurized crabmeat)<br />
di Medan yang memperoleh<br />
bahan bakunya selain dari perairan<br />
Visi<br />
Misi<br />
Komitmen<br />
Filosofi<br />
UPI/<br />
Eksportir<br />
Goals<br />
Values<br />
Brand<br />
Buyer<br />
di Luar<br />
Negeri<br />
Buyer &<br />
Konsumen<br />
Dalam<br />
Negeri
Sumatera Utara, juga dari Jawa.<br />
Untuk mendapatkan rantai<br />
suplai yang lebih pendek, eksportir<br />
dapat langsung terjun ke lapangan<br />
membeli bahan baku di kelompok<br />
nelayan dan atau kelompok pembudidaya<br />
udang/ikan. Perusahaan/eksportir<br />
yang mempunyai mini plant<br />
(handling site), dapat berperan<br />
sebagai supplier utama di lokasi budidaya<br />
atau dekat area pendaratan<br />
ikan (tuna loin, kakap, dan kepiting<br />
rajungan), akan mampu menjaga<br />
mutu bahan bakunya. Sementara<br />
untuk perusahaan fully integrated,<br />
skema Inti–Plasma akan lebih<br />
mudah dalam mengontrol mutu<br />
bahan baku agar tetap prima dan<br />
aman, serta memudahkan di dalam<br />
penerapan traceability.<br />
Diagram di atas juga menunjukkan<br />
adanya aktivasi “connect” yaitu<br />
sinergi dengan alam (menuju ramah<br />
lingkungan), kolaborasi secara holistik,<br />
mutual partnership, win-win<br />
solution, customer satisfaction,<br />
dan compassion yang dibutuhkan<br />
oleh para produsen/pelaku usaha di<br />
lingkungan perusahaan dan jejaring<br />
stakeholders. Sinergi ini sangat<br />
penting untuk menghindari praktik<br />
penangkapan atau budidaya yang<br />
tidak bertanggung jawab yang dapat<br />
merusak lingkungan.<br />
Misal, dalam rangka menjaga<br />
lingkungan sekitarnya, pembudidaya<br />
udang windu tidak akan<br />
menebang pohon bakau. Fenomena<br />
hubungan sikap manusia dengan<br />
alam sekitarnya ini tercermin dari<br />
karekteristik air yang dibuktikan<br />
melalui riset laboratorium oleh<br />
Prof Masaru Emoto dari Jepang.<br />
Ia berhasil membuktikan bahwa<br />
air bukan sekadar benda mati<br />
yang tidak bereaksi terhadap alam<br />
sekitarnya, tetapi sebaliknya, air<br />
adalah hidup dan bereaksi terhadap<br />
aksi yang terjadi kepadanya, bahkan<br />
air juga merespons sikap manusia<br />
terhadapnya.<br />
Apabila rantai suplai dari hulu<br />
sampai hilir tidak disinergikan<br />
secara holistik dan dikontrol dengan<br />
seksama dan konsisten, maka<br />
dikhawatirkan hal-hal yang tidak<br />
diinginkan akan terjadi, terutama<br />
berkaitan dengan kemunduran<br />
mutu bahan baku serta kontaminasi<br />
silang di unit distribusi. Akibatnya,<br />
visi untuk menghasilkan produk<br />
yang high/premium quality and<br />
safety untuk kepuasan hati konsumennya<br />
tidak dapat tercapai.<br />
Data USFDA menunjukkan<br />
bahwa beberapa produk ekspor<br />
perikanan <strong>Indonesia</strong> di Amerika<br />
Serikat masih terkena alert. Sampai<br />
dengan kuartal ke-2 tahun <strong>2010</strong>,<br />
pencemaran produk karena Salmonela<br />
cukup mendominasi. Kasus<br />
RASFF produk perikanan <strong>Indonesia</strong><br />
di Uni Eropa juga telah menembus<br />
angka dua dijit. Kondisi ini menunjukkan<br />
bahwa masih lemahnya kontrol<br />
bahan baku dari hulu ke hilir.<br />
Tentunya kasus ini akan merugikan<br />
perusahaan dan menurunkan<br />
citra produk <strong>Indonesia</strong>. Yang lebih<br />
mengkhawatirkan lagi apabila ada<br />
kemungkinan pelarangan ekspor<br />
produk <strong>Indonesia</strong> ke negara-negara<br />
yang bersangkutan.<br />
Melalui identifikasi lapangan<br />
di unit pembudidaya, perusahaan<br />
pengolah ikan/udang serta searching<br />
di internet terhadap beberapa<br />
perusahaan secara acak, maka<br />
setidaknya terdapat 4 (empat)<br />
perusahaan pengolahan/eksportir<br />
hasil perikanan yang telah menerapkan<br />
nilai-nilai spiritualnya dalam<br />
berbisnis. Melalui basis “connect”<br />
dengan jejaring stakeholdernya,<br />
goal akhir yaitu tetap terjaganya<br />
reputasi produknya di pasar luar<br />
negeri dapat terwujud. Adapun<br />
perusahaan yang dimaksud adalah :<br />
1. PT. SK Foods <strong>Indonesia</strong>,<br />
Sidoardjo<br />
PT. SK Food <strong>Indonesia</strong> merupakan<br />
perusahaan PMA integrated,<br />
mulai dari pembenihan, budidaya<br />
(tambak intensif, semi intensif, dan<br />
extensif/tradisional) hingga pengolahan<br />
udang beku (spesial breaded<br />
dan tempura) khususnya untuk<br />
pasar utama Jepang. Motto perusahaan<br />
ini adalah: “A customer’s smile<br />
is the source of our happiness.”–<br />
Eco friendly, Healthy and Nutrious,<br />
Good Times and Food that warms<br />
the soul, always in your side.<br />
Motto yang sangat mengesankan;<br />
rantai kebahagiaan (chain<br />
of hapiness), mulai produsen<br />
hingga konsumen, serta “pangan<br />
yang menghangatkan jiwa/ruh<br />
konsumen”. Hal ini menjawab tren<br />
permintaan konsumen yang menekankan<br />
pada produk yang aman<br />
(safety), bernilai natural (authentic<br />
value) dengan cita rasa asli (sweetness<br />
taste), sehat (healthy), dan<br />
dapat dipercaya (reliable).<br />
Atas dasar landasan motto<br />
inilah perusahaan berkomitmen<br />
penuh dalam menjaga kesegaran<br />
dan keamanan bahan baku, yaitu<br />
dengan mengembangkan budidaya<br />
ekstensif/tradisonal ramah lingkungan<br />
selama 10 tahun. Kesegaran<br />
maksimum dan rasa udang yang<br />
alami dapat dipertahankan hanya<br />
melalui budidaya tambak udang<br />
tradisional ramah lingkungan, dengan<br />
menggunakan pakan alami dan<br />
bebas antibiotik.<br />
Untuk merealisasikan motto dan<br />
komitmennya menghasilkan udang<br />
dengan kualitas tinggi, perusahaan<br />
melakukan Strong–Connectivity<br />
dengan supplier utamanya – Ali<br />
Ridho Group dan para anggota<br />
pembudidaya udang tambak tradisional<br />
yang berjumlah 315 orang<br />
(di Sidoardjo), dan di Makassar.<br />
Kerjasama yang saling menguntungkan<br />
dan menjaga hubungan<br />
baik dan kokoh dilakukannya demi<br />
menjaga kelanggengan dan berkesinambungan.<br />
Untuk menjaga kharisma merk<br />
produknya yaitu “taste, safety, reliability<br />
and healthy”, perusahaan<br />
telah memiliki Sertifikat HACCP,<br />
Sertifikat ISO 14001 dan Sertifikat<br />
E.O. dari International Standard<br />
for Environmental Management<br />
Systems. Terkait dengan rasa, hasil<br />
analisa asam amino oleh Japan<br />
Frozen Foods Inspection Corporation<br />
menunjukkan bahwa kandungan<br />
asam amino udang E.O.adalah<br />
1,6 sampai 2 kali lipat dari udang<br />
hasil budidaya intensif.<br />
2. PT. Bumi Menara Internusa<br />
(BMI) Surabaya<br />
BMI adalah salah satu perusahaan<br />
pengolahan/eksportir produk<br />
perikanan terbesar di <strong>Indonesia</strong>,<br />
yang mengolah frozen shrimps,<br />
pasteurized crab meat, dan berbagai<br />
jenis ikan. Perusahaan ini<br />
telah berpengalaman hampir 20<br />
tahun dalam memenuhi kebutuhan<br />
produk perikanan Amerika Serikat,<br />
Jepang, Uni Eropa, Asia, Australia,<br />
dan Afrika.<br />
BMI memiliki komitmen kuat<br />
terhadap kepuasan konsumen<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
23
24<br />
yaitu dengan memberi standar<br />
tertinggi dalam mutu dan keamanan<br />
produknya sebagaimana terurai<br />
dalam visinya : “Exceeds the Highest<br />
Standards in Food Safety,<br />
Sustainability and Quality. Untuk<br />
mempertahankan komitmennya,<br />
BMI terus melakukan upaya updating<br />
food safety system secara terus<br />
menerus dengan didukung penuh<br />
oleh teknologi pengolahan makanan<br />
yang modern dan komprehensif.<br />
Hal ini diwujudkan melalui realisasi<br />
Sertifikasi yang diakui internasional<br />
antara lain : HACCP, British Retail<br />
Consortium (BRC) Global Standard<br />
(– Food, Grade A) dan Best Practices<br />
for Responsible Aquaculture<br />
dari the Accreditation Committee<br />
of Aquaculture Certification Council)<br />
Inc. certified, dan juga CT-PAT<br />
audited.<br />
Dalam rangka menjalankan roda<br />
bisnis berbasis Marketing 3.0 atau<br />
spiritual values, BMI mempekerjakan<br />
komunitas lokal. Selain itu,<br />
perusahaan juga mengimplementasikan<br />
Social Connect atau program Social<br />
Corporate Responsibility (CSR)<br />
dengan berbagai fasilitas, baik di<br />
dalam perusahaan (waste treatment<br />
untuk sustainability ekosistem)<br />
maupun di luar perusahaan seperti<br />
aktifitas donor darah dan charity<br />
events bagi korban tsunami.<br />
3. PT. Kelola Mina Laut (KML),<br />
Gresik<br />
KML adalah perusahaan pengolahan<br />
hasil perikanan integrated<br />
yang mengekspor produk Frozen<br />
Shrimps, Frozen Fish and Cephalopods,<br />
Crab Meat, Dried Seafood,<br />
dan Value Added. Tujuan pasarnya<br />
adalah Jepang, Amerika Serikat,<br />
Uni Eropa, dan negara lainnya.<br />
KML memiliki komitmen untuk<br />
memuaskan kebutuhan konsumen<br />
di luar negeri secara penuh melalui<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
merk “Prima Star” dengan pelayanan<br />
terbaik dan prima.<br />
Untuk mewujudkannya, KML<br />
memiliki visi : becomes the best and<br />
the most competitive integrated<br />
Seafood Company in <strong>Indonesia</strong>.<br />
Adapun misinya antara lain : A<br />
professional management team and<br />
corporation, Efficiency, effective<br />
works and productivity oriented,<br />
Establishing mutual partnership<br />
with the stakeholders, A high quality<br />
standard for commodities produced.<br />
Untuk merespon tren konsumen<br />
terhadap food safety dan meningkatkan<br />
reputasi perusahaan di mata<br />
buyernya, KML memiliki berbagai<br />
Sertifikat: HACCP, ISO 22000, British<br />
Retail Consortium (BRC), ACC<br />
Certified.<br />
Salah satu misi yang mengesankan<br />
adalah KML telah melakukan<br />
Deep Connection – mutual partnership<br />
dengan stakeholders – suplayer<br />
utama di hulu melalui pembinaan,<br />
motivasi dan encouragement. Identifikasi<br />
lapangan menunjukkan bagaimana<br />
KML mendorong supplier<br />
utamanya untuk memiliki tempat<br />
penanganan bahan baku udang atau<br />
mini plant yang memenuhi persyaratan<br />
internasional. Gambar 2<br />
menunjukkan salah satu mini plant<br />
udang segar milik suplayer utama<br />
KML di Lamongan, Jawa Timur.<br />
4. PT. Chen Woo Fishery,<br />
Makassar<br />
Perusahaan ini merupakan salah<br />
satu contoh unit pengolah ikan/eksportir<br />
hasil perikanan yang sukses<br />
dengan memperkokoh mutual partnership<br />
ke jejaring stakeholder-nya<br />
(supplier dan nelayan), Perusahaan<br />
ini memulai usaha proses tuna dan<br />
ikan lainnya pada tahun 2001. Agar<br />
perusahaan tetap tumbuh, mampu<br />
bersaing, dan senantiasa kokoh bertahan,<br />
pemilik perusahaan menum-<br />
buhkan inner valuenya dengan<br />
melakukan :<br />
1. Selancar Deep Connection :<br />
terjun langsung ke lapangan guna<br />
menjalin hubungan baik dengan<br />
pemasok bahan baku, untuk mendapatkan<br />
ikan dengan kualitas terbaik<br />
melalui antara lain :<br />
• Transfer pengetahuan tentang<br />
standar mutu ikan pasar luar<br />
negeri,<br />
• Memberikan bantuan pembiayaan<br />
bagi pemasok dalam<br />
melakukan pembaruan alat<br />
produksi dan alat transportasi.<br />
• Memberikan marjin yang wajar<br />
kepada supplier yang memasok<br />
ikan berkualitas terbaik, disesuaikan<br />
dengan fluktuasi harga<br />
komoditas di pasar internasional,<br />
• Memberikan bantuan sosial berupa<br />
sembako secara rutin kepada<br />
keluarga nelayan /pembudidaya.<br />
2. Membangun budaya kerja<br />
(corporate culture) di internal perusahaan,<br />
antara lain dengan membina<br />
hubungan baik dengan para<br />
karyawan (225 orang) agar loyal dan<br />
mampu berkomitmen bersama demi<br />
kemajuan perusahaan.<br />
Gambaran dan hasil analisa<br />
ke-4 perusahaan pengolahan/dan<br />
eksportir hasil perikanan diatas<br />
menunjukkan adanya kesadaran<br />
untuk memenuhi tren permintaan<br />
terkini di dalam bisnis pangan di<br />
dunia yang mengedepankan unsur<br />
kualitas tinggi, aman, keaslian<br />
rasa, peduli lingkungan dan sosial.<br />
Artinya, prinsip–prinsip Marketing<br />
3.0 atau bisnis berbasis nilai–nilai<br />
spiritual telah dilaksanakannya.<br />
Dengan demikian, semua strategi<br />
dan taktik connect dalam bisnis<br />
sangat penting untuk menjamin<br />
mutu dan keamanan bahan baku<br />
serta memperkuat loyalitas para<br />
produsen dalam menjaga kontinyuitas<br />
pasokan bahan baku. Akhirnya<br />
tujuan utama untuk memuaskan dan<br />
membahagiakan konsumen dapat<br />
tercapai.�Wahyu Widayat, M.Sc.<br />
Dari berbagai sumber
seperti peduli lingkungan hidup<br />
melalui konsep “3–R” (reducing,<br />
reusing,and recycling).<br />
Slogan terbaru Panasonic, idea’s<br />
for life, menggambarkan bukan<br />
hanya produknya saja tetapi juga<br />
ide–ide lain yang memperkaya<br />
kehidupan.<br />
Selain Megatrends <strong>2010</strong>, banyak<br />
buku tentang bisnis berbasis<br />
nilai spiritual yang telah merubah<br />
paradigma perusahaan. Sebenarnya<br />
spiritual intellegence dalam praktik<br />
bisnis telah diwariskan oleh kehidupan<br />
Rasul Muhammad dan para<br />
sahabat–sahabat beliau, serta leluhur<br />
bangsa-bangsa di dunia. Para<br />
maestro transformasi kesadaran<br />
dunia seperti Deepak Chopra (guru<br />
mind, body and soul), Ramachandran<br />
(neurologist), Brian Tracy (Self<br />
Help), Bob Proctor (secret teacher<br />
and reowned business mentor),<br />
James Redfield (therapist dan<br />
penulis trilogi The Celestine Prophecy),<br />
Gregg Braden (Devine Matrix),<br />
Lynne McTaggart (The Field), Erbe<br />
Sentanu (Quantum Ikhlas), Ari<br />
Ginanjar Agustian (ESQ), Mario<br />
Teguh (The Golden Ways), dan<br />
lain-lain, telah menginspirasi dan<br />
mentransformasi kesadaran para<br />
CEO/Marketer di dunia, termasuk<br />
<strong>Indonesia</strong>.<br />
Beberapa contoh yang dikutip<br />
dari tulisan Patricia Aburden, motivator<br />
kesadaran, tentang perusa-<br />
haan di dunia yang memiliki visi<br />
atau corporate motto terkait dengan<br />
praktik spirituality diilustrasikan<br />
sebagai berikut :<br />
1. Kyocera - Japanese Co. (cell<br />
phone) : “Respect the Divine and<br />
Love People. “Preserve the spirit<br />
to work fairly & honorably,<br />
respecting people, our work, our<br />
company and our global community.<br />
Senior Vice-President :<br />
You must connect with a person<br />
soul, at the deepest core.<br />
2. Perusahaan air mineral Evian :<br />
sukses dengan pesan spiritual<br />
dalam iklan “Your body is the<br />
temple of your spirit”<br />
3. Industri Baja POSCO, Korea :<br />
Resources are limited, Creativity<br />
is unlimited, The source of<br />
this power is mind, and positive<br />
thinking is the key to creating<br />
miracles.<br />
4. AT&T, Boeing, Xerox, and Lotus<br />
menggabungkan program untuk<br />
menguji dan membuktikan nilainilai<br />
korporasi yang disebut “The<br />
Soul Committee”<br />
5. Laurence Perlman, CEO Ceridian<br />
Corporation : “Ultimately<br />
combination head and heart will<br />
be competitive advantage”.<br />
Saat ini seminar tentang Spirituality<br />
in Business pun sering<br />
diselenggarakan dan dihadiri oleh<br />
para CEO dari berbagai belahan<br />
dunia. Bahkan perlombaan untuk<br />
penerimaan Award Honour pun<br />
seringkali diadakan. Beberapa perusahaan<br />
yang telah mendapatkan<br />
penghargaan tersebut, memiliki<br />
motto sebagai berikut :<br />
• Excel Industries Ltd, Mumbai,<br />
India ; Self improvement &<br />
world service” with the Devine<br />
lighting the way.<br />
• Planter Development Bank, Philiphines<br />
(Serve financial needs<br />
for SME) ; The Role of Devine<br />
Providance in the organization’s<br />
success, and the employees are<br />
committed to serving their customers<br />
with their “whole heart<br />
and mind”<br />
• SREI International Financial<br />
Ltd, Calcutta, India ; Everything<br />
they have is derived from the<br />
blessings of God<br />
Rangkuman dan kesimpulan<br />
dari visi dan corporate motto dari<br />
beberapa contoh perusahaan diatas<br />
jelas terlihat bahwa semua hal atau<br />
materi seperti : sumber daya alam,<br />
ilmu pengetahuan, filosofi, inspirasi,<br />
finansial, penghargaan, perilaku,<br />
pikiran dan perasaan di hati (spirit)<br />
yang membangkitkan kesadaran<br />
merupakan berkah dan karunia dari<br />
samudera Cinta dan Kasih Sayang<br />
serta Keilkhlasan tak terbatas Zat<br />
Sang Maha Segala pemilik 99 Nama<br />
(Asmahulhusna).�Wahyu Widayat, M.Sc.<br />
Dari berbagai sumber<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
25
26<br />
Teknologi Desalinasi, Menjawab<br />
Kebutuhan Air Bersih di Pesisir<br />
Keterbatasan Jakarta mendapatkan air baku untuk diolah menjadi air bersih sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan<br />
air laut yang melimpah. PT Pembangunan Jaya Ancol bukan cuma mengolah air laut menjadi air tawar,<br />
melainkan juga mengolahnya menjadi kolam apung berkadar garam tinggi.<br />
Inovasi yang dilakukan, antara<br />
lain, 7.000 meter kubik air laut<br />
diubah menjadi 5.000 meter<br />
kubik air tawar per hari. Sisanya,<br />
sekitar 2.000 meter kubik, menjadi<br />
air berkadar garam tinggi yang digunakan<br />
untuk kolam apung, salah<br />
satu wahana wisata di Ancol Taman<br />
Impian.<br />
”Teknologi desalinasi ini menjadi<br />
inovasi untuk tidak semata-mata<br />
meraih hasil air minum dari sumber<br />
air laut tak terbatas,” kata Direktur<br />
Utama PT Pembangunan Jaya Ancol<br />
Budi Karya. Kolam apung merupakan<br />
manfaat wisata edukatif lain, di<br />
samping perolehan air tawar dari<br />
proyek Ancol Newater-Sea Water<br />
Desalination Plant. Bambang Tutuko<br />
selaku Wakil Direktur Arkonin<br />
yang menjadi konsultan proyek<br />
ini menguraikan desain rancang<br />
bangunnya bisa untuk memproduksi<br />
sampai kapasitas 15.000 meter<br />
kubik per hari.<br />
”Desainnya sudah selesai dirancang<br />
dan konstruksinya sekarang<br />
masih dikerjakan. Akhir tahun ini<br />
bisa selesai,” kata Bambang.<br />
Osmosis terbalik<br />
Reverse osmosis atau osmosis<br />
terbalik merupakan proses yang<br />
ditempuh secara umum untuk mengubah<br />
air laut menjadi air tawar.<br />
Caranya dengan mendesakkan air<br />
laut melewati membran-membran<br />
semipermeable untuk menyaring<br />
kandungan garamnya. Kandungan<br />
garam yang tersaring disisihkan.<br />
Sebagian air laut digunakan untuk<br />
melarutkannya.<br />
Larutan itulah yang kemudian<br />
menjadi bagian dari 2.000 meter<br />
kubik per hari yang kemudian<br />
disalurkan ke Kolam Apung Wahana<br />
Atlantis Ancol.<br />
Dalam kandungan garam<br />
tinggi, air kolam itu mampu mengapungkan<br />
manusia. Namun, untuk<br />
menikmati kolam apung ini, ada<br />
beberapa ketentuan yang diberlaku-<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
Info Teknologi<br />
kan untuk menunjang keselamatan<br />
dan kesehatan.<br />
”Reverse osmosis atau RO ini<br />
ditempuh setelah ada berbagai perlakuan<br />
terhadap sumber air bakunya,”<br />
kata Bambang.<br />
Menurut Bambang, air baku itu<br />
diambil dari Danau Ancol. Danau<br />
Ancol dirancang untuk menampung<br />
pula air hujan ataupun limbah pemanfaatan<br />
air bersih yang digunakan<br />
berbagai fasilitas publik di kawasan<br />
wisata tersebut. Pemasukan<br />
air hujan ataupun limbah pemanfaatan<br />
air bersih merupakan upaya untuk<br />
menurunkan kadar garam danau<br />
payau tersebut. Dengan demikian,<br />
diharapkan proses osmosis terbalik<br />
menjadi lebih ringan dengan air<br />
baku yang rendah kadar garamnya.<br />
”Ini ada kaitannya dengan usia<br />
produktif dari teknologi desalinasi<br />
ini,” ujarnya.<br />
Untuk menghasilkan air bersih<br />
dari air laut ini dibutuhkan energi<br />
listrik sebesar 4,72 kilowatt jam per<br />
meter kubik. ”Sekarang ini rata-rata<br />
listrik per kilowatt jam mencapai<br />
harga Rp 1.000,” ujar Bambang.<br />
General Manager Perencanaan<br />
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk<br />
Sandy Rudiana mengatakan, perusahaannya<br />
memiliki kebutuhan air<br />
tawar sebanyak 15.000 meter kubik<br />
per hari. Saat ini belum bisa terpenuhi<br />
seluruh kebutuhannya.<br />
”Dari perusahaan air minum<br />
daerah hanya diperoleh 9.000<br />
meter kubik per hari sehingga masih<br />
kekurangan 6.000 meter kubik per<br />
hari,” kata Sandy.<br />
Selain faktor kekurangan suplai<br />
air bersih, menurut Sandy, juga<br />
ditemui kendala harga yang terlampau<br />
tinggi. Produksi air bersih<br />
dari proses desalinasi bisa bersaing<br />
dengan tarif air bersih kelas komersial<br />
yang mencapai Rp 12.500 per<br />
meter kubik. Bahkan, tarif air bersih<br />
industri mencapai Rp 15.000 per<br />
meter kubik. Nilai produksi air bersih<br />
dengan teknologi desalinasi yang<br />
dikembangkan sekarang mampu<br />
menekan harga hingga Rp 9.000 per<br />
meter kubik.<br />
Pengembangan model<br />
YJ Harwanto, selaku General<br />
Manager Ancol Taman Impian PT<br />
Pembangunan Jaya Ancol Tbk,<br />
mengatakan, proyek desalinasi<br />
ini sebagai pengembangan model<br />
tatkala ada tuntutan penghentian<br />
pengambilan air tanah di Jakarta,<br />
terutama di kawasan pesisir Jakarta<br />
Utara.<br />
”Model seperti ini harus dikembangkan<br />
oleh pihak-pihak lainnya,”<br />
kata Harwanto.<br />
Dia mengatakan, perusahaannya<br />
tidak pernah mengambil air<br />
tanah untuk mencukupi kebutuhan.<br />
Namun, mereka menerima imbas<br />
paling parah berupa penurunan tanah<br />
paling cepat di Jakarta. Saat ini<br />
diperkirakan kawasan Ancol mengalami<br />
penurunan tanah 26 sentimeter<br />
per tahun.<br />
Seperti lokasi kuburan yang<br />
dipelihara Pemerintah Belanda di<br />
dalam kawasan wisata Ancol, sejak<br />
belasan tahun yang lalu masih 1 meter<br />
sampai 2 meter di atas permukaan<br />
laut. Namun, sekarang sudah<br />
berada di bawah permukaan air laut<br />
sehingga diperlukan pemompaan air<br />
ketika tergenang air laut. Pengurukan,<br />
menurut Harwanto, dilakukan<br />
setiap tahun. Lokasi-lokasi yang<br />
tidak diuruk pada akhirnya mudah<br />
tergenang air hujan atau luapan air<br />
laut pasang.<br />
Desalinasi sebagai jawaban<br />
teknologi atas tuntutan penghentian<br />
pengambilan air tanah di Jakarta.<br />
Pengelola kawasan wisata Ancol<br />
sudah memulainya. Ditunggu yang<br />
lainnya.�her<br />
Sumber : www.menujuhijau.blogspot.com
Air tawar dari tadahan<br />
hujan dan limbah<br />
pemanfaatan air<br />
bersih<br />
Air Laut<br />
Air laut yang memiliki<br />
kadar garam<br />
Distribusi<br />
Air Daur<br />
Ulang<br />
Kapasitas:<br />
Mengolah air laut sebesar<br />
7.000 m3/hari menjadi air bersih<br />
sebesar 5.000 m3/hari.<br />
Sdangkan sisanya, yaitu<br />
2.000 m3/hari, merupakan<br />
air dengan kadar garam<br />
yang tinggi yang akan<br />
digunakan untuk pasokan air<br />
di kolam apung.<br />
PENGOLAHAN AWAL<br />
- Penyaringan (Screen)<br />
- Tangki pengendapan (settling<br />
tank)<br />
RESERVOIR<br />
PDAM<br />
Desalinasi<br />
Perangkat Ultrafiltrasi<br />
Perangkat Osmosis Terbalik<br />
PENGOLAHAN<br />
- Filter mikro<br />
- Ultrafiltrasi<br />
OSMOSIS<br />
Terbalik<br />
Air Kadar<br />
Garam Tinggi<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
27
28<br />
Olga Schiepers, Pimpinan<br />
Pusat Studi di Universitas<br />
Maastricht, Nederland<br />
mengungkapkan bahwa mengkonsumsi<br />
ikan secara teratur memiliki<br />
efek yang menguntungkan terhadap<br />
kesehatan fisik seseorang karena<br />
kandungan asam lemaknya.<br />
Dalam sebuah studi, ahli syaraf<br />
dan psikolog menggunakan sampel<br />
sebanyak 1.800 orang berjenis<br />
kelamin laki-laki dan perempuan<br />
yang berusia antara 21 - 81 tahun<br />
dan diteliti selama 12 tahun. Uji coba<br />
termasuk juga analisis darah yang<br />
dilakukan terhadap 300 sampel.<br />
Mereka diminta untuk mengisi kuesioner<br />
secara lengkap terkait dengan<br />
mental dan fisik mereka, penyakit<br />
yang diderita, kesehatan umum,<br />
kehidupan sosial dan masalah emosional.<br />
Usia, pendidikan dan konsumsi<br />
alkohol dicatat juga.<br />
<strong>Ikan</strong> yang dikonsumsi juga dihitung<br />
kadar asam lemaknya. Berdasarkan<br />
kadar asam lemaknya, ikan<br />
dikelompokkan menjadi asam lemak<br />
kadar rendah (terdapat pada fish fingers,<br />
udang dan tuna), sedang (trout<br />
dan salmon asap), tinggi (makarel<br />
dan sarden). Jenis ikan yang sering<br />
dimakan juga dilakukan pencatatan.<br />
Sampel darah dianalisis kandungan<br />
asam lemaknya, kemudian<br />
dicocokkan terhadap catatan konsumsi<br />
ikan baik untuk laki-laki dan<br />
perempuan.<br />
Hasil menunjukkan bahwa<br />
terdapat hubungan nyata antara<br />
ikan yang dikonsumsi dan kesehatan<br />
yang baik. Seseorang yang lebih banyak<br />
makan ikan, mereka bisa lebih<br />
merasakan manfaatnya. Kenyataannya,<br />
para peneliti memperhitungkan<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
Serial Manfaat <strong>Ikan</strong><br />
Menu <strong>Ikan</strong><br />
Adalah Menu Terbaik<br />
Penelitian baru menunjukkan bahwa mengkonsumsi berbagai jenis ikan memiliki efek yang menguntungkan<br />
terhadap kualitas hidup dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh vitamin dan antioksidan<br />
yang terdapat pada ikan atau karena seseorang yang mengkonsumsi ikan cenderung memiliki pola hidup<br />
yang lebih sehat.<br />
bahwa seseorang yang konsumsi<br />
ikannya paling tinggi tampak 11<br />
tahun lebih muda dari umurnya.<br />
“Hubungan antara konsumsi ikan<br />
dan kualitas hidup tampak sekali<br />
terhadap kondisi fisik seseorang”,<br />
Shiepers menambahkan.<br />
“konsumsi ikan berhubungan<br />
juga dengan kesehatan secara tidak<br />
langsung karena kemungkinan<br />
lainnya dinyatakan bahwa dengan<br />
asupan ikan yang tinggi dapat dijadikan<br />
sebagai sebuah tanda pola hidup<br />
yang sehat”.�enovea<br />
Sumber: www.lexisnexis.com
Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubtitusi ... (dari hal 14)<br />
Budidaya ikan dapat diupayakan<br />
pada lahan yang relatif kecil tetapi<br />
dengan pasokan air cukup. Sementara,<br />
ayam yang banyak diternakkan<br />
kebanyakan berasal dari jenis ras<br />
yang induknya serta beberapa komponen<br />
produksi masih berasal dari<br />
impor. Begitu pula dengan daging<br />
sapi, secara nasional masih jauh dari<br />
tingkat swasembada 100%. Daging<br />
sapi 30% dari kebutuhan domestik<br />
masih harus dipasok dari impor,<br />
sementara induk sapi yang digunakan<br />
dalam usaha penggemukan juga<br />
masih berasal dari impor. Saat ini<br />
<strong>Indonesia</strong> tercatat sebagai importir<br />
sapi hidup (bakalan) terbesar dari<br />
Australia karena menyerap sekitar<br />
75% ekspor sapi hidup Australia. Setiap<br />
peningkatan ternak sapi membutuhkan<br />
dukungan sejumlah luasan<br />
lahan hijauan pakan ternak.<br />
Dari sisi ini, ikan mempunyai<br />
tingkat swasembada yang lebih<br />
tinggi, mempunyai kandungan lokal<br />
yang tinggi artinya menghemat<br />
devisa serta dapat dikembangkan<br />
secara massal. Tantangannya<br />
adalah bagaimana menjadikan ikan<br />
sebagai substitusi daging. Gegar<br />
budaya nasional untuk mengubah<br />
pola konsumsi perlu segera digelar,<br />
dukungan pengolahan antara agar<br />
ikan dapat menjadi bahan pangan<br />
pangan hewani praktis dan mudah<br />
penanganan, pengolahan serta cara<br />
penyantapannya perlu segera disiapkan<br />
serta jaringan distribusi yang<br />
kuat hingga ke wilayah pelosok.<br />
Selain itu, ikan mempunyai<br />
keunggulan nutrisi dibandingkan<br />
dengan pangan hewani lainnya,<br />
mudah dicerna dan diserap tubuh<br />
sehingga cocok untuk balita hingga<br />
manula. Namun, ikan akan memberi<br />
manfaat oiptimal hanya jika dalam<br />
kondisi yang baik dan thayyib. Oleh<br />
karenanya penanganan ikan perlu<br />
mendapatkan perhatian yang serius.<br />
<strong>Ikan</strong> mempunyai keragaman jenis<br />
yang sangat tinggi sehingga dapat<br />
memenuhi semua kelas konsumen<br />
yang ada. Beberapa jenis mempunyai<br />
harga yang mahal, namun jenisjenis<br />
lainnya mempunyai harga yang<br />
lebih murah dibandingkan dengan<br />
sumber protein hewani lainnya.<br />
Hasil pantauan perbandingan harga<br />
pangan hewani di sejumlah pasar di<br />
Jabodetabek pada saat bulan puasa<br />
<strong>2010</strong> terlihat seperti pada grafik.<br />
... ke hal. 29<br />
Permintaan Meningkat<br />
Di 6 kota besar di pulau Jawa<br />
yang diamati, permintaan ikan segar<br />
menjelang Ramadhan dan Idul Fitri<br />
jenisnya beragam. <strong>Ikan</strong> yang permitaannya<br />
meningkat pesat adalah<br />
udang dan cumi-cumi. Di Jakarta,<br />
kenaikan permintaannya menjelang<br />
Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan<br />
hingga 50%. Adapun untuk<br />
ikan lainnya, kenaikan permintaan<br />
ikan hingga menjelang Lebaran<br />
untuk wilayah Jakarta, Bandung dan<br />
Yogyakarta diperkirakan sebesar 10-<br />
30%. Permintaan ikan di Serang dan<br />
Surabaya relatif stabil, sementara di<br />
Semarang minat mengkonsumsi ikan<br />
pada saat Ramadhan mengalami<br />
penurunan. Khusus untuk jenis bandeng,<br />
permintaan di Surabaya dan<br />
Semarang meningkat tajam menjelang<br />
hari raya Idul Fitri. Kenaikan<br />
permintaan ikan pada hari raya Idul<br />
Fitri ini, berdasarkan pengalaman<br />
sebelumnya, tidak paling tinggi, karena<br />
permintaan ikan tertinggi justru<br />
terjadi pada saat menjelang tahun<br />
baru, atau masa liburan akhir tahun.<br />
Terhadap ikan olahan, selama<br />
Ramadhan, di kota-kota besar<br />
khususnya pasar swalayan permintaan<br />
produk seperti nugget, sardine<br />
kaleng, bandeng presto, ikan asin<br />
dan produk olahan ikan lainnya<br />
sedikit mengalami kenaikan. Permintaan<br />
ikan asin di Jakarta pada<br />
Ramadhan kali ini diperkirakan<br />
meningkat hingga 50%.<br />
Ramadhan tahun <strong>2010</strong> yang jatuh<br />
pada Agustus – <strong>September</strong> diwarnai<br />
dengan penurunan pasokan ikan<br />
laut. Hal ini terjadi karena cuaca buruk<br />
yang acap kali datang, sehingga<br />
nelayan enggan melaut. Pasokan<br />
ikan di Muara Angke yang pada<br />
situasi normal mencapai 400-450<br />
ton per hari turun sekitar 20%, sementara<br />
di Muara Baru pasokannya<br />
turun 30-40% dari situasi normal<br />
yang mencapai 500 ton per hari. Hal<br />
yang sama juga dirasakan di Kota<br />
Besar lainnya semisal Bandung dan<br />
Semarang pasokan ikan laut turun<br />
masing-masing 20-30% dan 50%, sedangkan<br />
untuk kota lainnya pasokan<br />
ikan cenderung stabil.<br />
Situasi penurunan pasokan umumnya<br />
terjadi pada saat H-1 hingga<br />
H+1 Ramadhan dan menjelang Idul<br />
Fitri karena baik nelayan dan pedagang<br />
ikan banyak yang libur untuk<br />
merasakan awal Ramadhan bersama<br />
keluarga. Meskipun terjadi penurunan,<br />
jumlah pasokan ikan tersebut<br />
masih mencukupi permintaan ikan<br />
yang ada. Selain itu, pasokan ikan<br />
tawar yang relatif stabil juga turut<br />
menjaga gejolak harga ikan.<br />
<strong>Ikan</strong> merupakan pangan hewani<br />
sumber omega 3 tertinggi yang berfungsi<br />
untuk meningkatkan kecerdasan<br />
janin, mencegah kepikunan<br />
manula serta sangat baik untuk menjaga<br />
kelenturan pembuluh darah.<br />
Manfaat lainnya dari mengkonsumsi<br />
ikan yang bermutu baik dan diolah<br />
dengan benar antara lain meningkatkan<br />
daya tahan tubuh, anti<br />
stress dan depresi serta peningkatan<br />
kesehatan secara umum. Namun<br />
demikian, agar ikan dapat menjadi<br />
menu nasional di saat lebaran perlu<br />
kerja keroyokan dari semua komponen<br />
masyarakat. Mari kita mulai<br />
dari lingkungan kita sendiri, jadikan<br />
ikan sebagai menu utama di hari<br />
yang fitri. �fadly<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
29
30<br />
Kailis Fish Market Cafe<br />
Menginspirasi Banyak Orang<br />
Jika anda berkesempatan mengunjungi Kota Perth di bagian barat Australia, jangan lewatkan peluang<br />
untuk singgah di <strong>Pasar</strong> <strong>Ikan</strong> dan Cafe Kailis. Tempatnya sangat menarik dan termasuk kedalam agenda<br />
tujuan wisata yang direkomendasikan oleh dinas pariwisata setempat.<br />
Sejak tahun 1926, George P<br />
Kailis, keturunan Yunani sukses<br />
mengembangkan bisnis perikanan<br />
di Australia yang berbasis di<br />
Perth. Kini bisnisnya telah dikendalikan<br />
oleh generasi kedua dan dengan<br />
bendera Kailis Bros terdapat 8 bidang<br />
usaha yaitu: penangkapan, pengadaan,<br />
pengolahan, dan pemasaran;<br />
penangkapan dan ekspor lobster; perdagangan<br />
dan impor pangan; pasar<br />
ikan dan kafe; jasaboga dan logistik,<br />
lelang ikan; pemasok perlengkapan<br />
penangkapan ikan; serta mutiara<br />
south sea pearls.<br />
<strong>Pasar</strong> ikan dan kafe ini berdiri<br />
sejak tahun 1928, dikembangkan<br />
untuk mengantisipasi pasar dengan<br />
menghormati tradisi dan pengalaman<br />
para pendiri usaha di bidang industri<br />
perikanan. Unit pasar ikan dan<br />
cafe ini bergerak di bidang eceran,<br />
rumah makan dan jasa pemasok<br />
supermarket. Kailis menjadi terkenal<br />
karena pencapaian standar produk<br />
dan pelayanan primanya sehingga<br />
mendapatkan sejumlah penghargaan.<br />
Pengelolaan Kailis ini telah men-<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
jadi inspirasi bagi masyarakat luas<br />
khususnya di bidang perikanan.<br />
Buka 7 hari dalam seminggu mulai<br />
pukul 8 pagi hingga larut, pasar ikan<br />
dan kafe Kailis terletak di pinggiran<br />
Fremantle Fishing Boat Harbour di<br />
Perth Australia Barat. Kailis menyediakan<br />
produk perikanan terbaik<br />
dan layanan prima dalam suasana<br />
kerja lingkungan pasar ikan sehingga<br />
menghantarkan sebuah pengalaman<br />
menikmati seafood yang paling unik<br />
dan tak ada tandingannya di dunia.<br />
Pengunjung akan dimanjakan<br />
dengan ikan dan chip nikmat dari<br />
bahan yang baru saja didaratkan di<br />
pelabuhan terkenal Fremantle dalam<br />
atmosfir kehidupan sesungguhnya<br />
dari sebuah pasar ikan dan lobster.<br />
Menu ikan disajikan dari bahan yang<br />
paling segar diolah dengan resep<br />
tradisional yang paling lezat.<br />
Kini unit usaha pasar ikan dan<br />
cafe ini dikomandani oleh Victor,<br />
anak bungsu dari Kailis senior<br />
pendiri grup bisnis perikanan dengan<br />
meneruskan tradisi yang ada di<br />
pelabuhan perikanan Fremantle.<br />
Sebelum mengelola pasar ikan dan<br />
cafe, Victor telah malang melintang<br />
bekerja dalam bidang industri perikanan,<br />
baik yang terkait dengan kapal,<br />
penangkapan maupun industri pengolahan<br />
dan meraih sukses. Tahun<br />
1982 Victor mendapat tantangan lain<br />
dalam tugas barunya sebagai Group<br />
Marketing Director dengan target<br />
penjualam melebihi A$ 100 juta per<br />
tahun. Produknya meliputi lobster,<br />
udang dan produk olahan ikan.<br />
Namun baru pada tahun 1989, Victor<br />
mengambil alih operasional perusahaan<br />
ritel pasar ikan tersebut.<br />
Debut pertamanya adalah membuat<br />
citra baru dengan rebranding<br />
menjadi Kailis Fish Market Cafe.<br />
Logo perusahaan tetap mempertahankan<br />
peninggalan ayahnya, namun<br />
fokusnya diarahkan ke industri pari-
wisata. Naluri bisnisnya sangat baik,<br />
dengan cepat Victor dapat membaca<br />
keinginan masyarakat antara lain<br />
mendapatkan “suasana lain”. Interior<br />
dan eksterior bangunan pasar<br />
ikan diperbaiki, jalan setapak di sekitarnya<br />
diperlebar, dan beragam menu<br />
yang menarik ditawarkan. Layanan<br />
seperti cafe mulai diperkenalkan, dan<br />
bagi yang akan meminum alkohol<br />
juga telah tersedia.<br />
Kualitas bahan baku, kecepatan<br />
layanan dan rasa yang menggugah<br />
minat selalu dikontrol dengan<br />
ketat. Kerjasama dengan agen<br />
pariwisata segera dirintis sehingga<br />
menjadikan pasar ikan dan kafe ini<br />
sebagai restoran dan tujuan wisata<br />
kuliner yang sangat populer bagi<br />
turis. Hasilnya penghargaan Western<br />
Australia’s Tourism Hall of Fame<br />
pun telah diraih. Penghargaan dari<br />
Western Australian Fishing Industry<br />
untuk the Best Fish & Chips di daerah<br />
metropolitan, dan Victor juga pernah<br />
mendapatkan penghargaan sebagai<br />
Employer of the Year dari asosiasi<br />
restoran dan jasaboga di Australia<br />
Barat.<br />
Kunci suksesnya adalah adalah<br />
totalitas dalam pekerjaan, menguasai<br />
pengetahuan seluruh rantai<br />
pekerjaan, terlibat langsung dalam<br />
pengembangan pengelolaan harian<br />
bisnis dan berdedikasi untuk menge-<br />
jar kesempurnaan. Saat ini, untuk<br />
kegiatan keseharian Victor telah<br />
dibantu putranya George.<br />
Selain menerima kunjungan<br />
langsung para pengunjung dengan<br />
menu yang sudah tersedia, calon<br />
pengunjung juga dapat membuat<br />
reservasi untuk group minimal 10<br />
orang dengan menu khusus yang<br />
dapat dipesan tersendiri. Kailis Fish<br />
Market Cafe menyediakan petunjuk<br />
untuk memilih bahan baku ikan yang<br />
berkualitas. Foto menu dipajang<br />
dengan cara yang sangat menggugah<br />
selera sehingga airliur pengunjungpun<br />
dipacu mengalir deras untuk<br />
segera membuktikan kelezatan<br />
manakan yang ditawarkan. Secara<br />
berkala, Kailis juga memperkenalkan<br />
menu baru untuk meningkatkan<br />
antusiasme pengunjung.<br />
Yang menarik, informasi keberadaan<br />
tentang Kailis ini tersebar<br />
di sejumlah titik yang berkaitan<br />
dengan turis atau wisata yaitu antara<br />
lain:<br />
- Esplanade Hotels Group<br />
- Escapade Cruises<br />
- Perth Convention Bureau<br />
- Western Australian Tourism Commission<br />
- Hospitality Australia<br />
- Perth Tourism & Tourist Information<br />
- Fremantle Trails<br />
Tips memilih seafood yang baik menurut Kailis<br />
<strong>Ikan</strong> utuh :<br />
insang berwarna merah cerah;<br />
daging tidak lembek dan segera<br />
kembali ketika ditekan; mata cerah,<br />
cembung dan tidak tenggelam; kulit<br />
cerah dan mengkilat.<br />
Fillet dan potongan ikan:<br />
daging ikan harus mengkilat, tidak<br />
suram, liat tapi lembut , dan<br />
daging ikan tidak banyak mengandung<br />
air<br />
Krustasea<br />
Lobster dan Kepiting sebaiknya<br />
tidak ada perubahan warna pada<br />
sendi<br />
Udang sebaiknya tidak ada perubahan<br />
warna pada ujung segmen atau<br />
kaki<br />
- Kastellorizo Hotels, Megisti Hotel,<br />
Greece<br />
- Kailis Pearls<br />
- Quest Harbour Village<br />
Reputasi Kailis adalah pada<br />
kualitas bahan baku dan pelayanan<br />
yang sangat baik. Untuk mempertahankan<br />
dan meningkatkan citra<br />
tersebut, Kailis Fish Market Cafe<br />
sangat menghargai semua umpan<br />
balik yang diberikan oleh pengunjung.<br />
Tak segan, Victor dan putranya<br />
menyapa dengan ramah kepada para<br />
pengunjung untuk mengetahui kesannya<br />
terhadap Kailis. Kalupun tidak<br />
sempat, form isian umpan balik dan<br />
komentar telah disediakan.<br />
Acara lain yang diselenggarakan<br />
Kailis adalah kegiatan amal untuk<br />
menggalang dana bagi sekolah keperawatan<br />
di Princess Margareth Hospital<br />
dan telah mencapai A$ 10.000.<br />
Kepopuleran yang telah diraih<br />
Kailis Fish Market Cafe, tak lepas dari<br />
kuatnya jejaring yang dikembangkan;<br />
tinggi standar mutu bahan baku dan<br />
layanan; inovasi baru dari “suasana”<br />
di lokasi dan menu ataupun programprogram<br />
yang ditawarkan. Kailis<br />
telah menginsipirasi sejumlah wiraswasta,<br />
bagaimana dengan anda?�art<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
31
32<br />
BAHAN:<br />
• 1 bungkus agar-agar<br />
• 2 gelas air<br />
• 5 sendok makan susu kental manis<br />
• 1 ons rumput laut<br />
• 1 lembar daun pandan<br />
• 1 ons pepaya<br />
CARA MEMBUAT:<br />
1. Masukkan semua bahan masak hingga<br />
mendidih, tuang dalam cetakan.<br />
2. Siap disajikan bersama saos markisa.<br />
<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />
Puding Agar<br />
Rumput Laut