28.11.2012 Views

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

1


Optimasi Keunggulan Komparatif Rumput<br />

Laut <strong>Indonesia</strong><br />

Rumput laut menjadi komoditas<br />

hasil perikanan yang semakin populer<br />

di dunia. Umur budidayanya yang<br />

relatif pendek menjadikan rumput<br />

laut sangat ideal sebagai bahan baku<br />

sebuah industri pengolahan. Pemanfaatan<br />

dari produk turunan rumput<br />

laut seperti agar, alginat dan karaginan<br />

mempunyai aplikasi sangat luas<br />

sehingga industri pengolahan sangat<br />

berkembang di sejumlah negara dan<br />

permintaan bahan baku juga meningkat<br />

pesat.<br />

Sebagai negara kepulauan di daerah<br />

tropis, <strong>Indonesia</strong> mempunyai keunggulan<br />

komparatif untuk menjadi<br />

produsen rumput laut tingkat dunia.<br />

Bersama dengan Philipina, saat ini<br />

<strong>Indonesia</strong> telah menguasai hampir<br />

sekitar 90% dari pasokan rumput<br />

laut dunia dari jenis Euchema cottonii<br />

sebagai bahan baku hidrokoloid<br />

penting karaginan. Selain itu, rumput<br />

laut juga dijadikan tumpuan pertumbuhan<br />

produksi budidaya nasional 5<br />

tahun kedepan sehingga road map<br />

pengembangannya perlu disusun dengan<br />

melibatkan semua pihak terkait.<br />

Hingga saat ini lebih dari 80%<br />

dari produksi laut kering masih diekspor<br />

ke berbagai negara. Puaskah<br />

<strong>Indonesia</strong> hanya sebagai pemasok<br />

bahan baku bagi industri pengolahan<br />

di negara lain? Ekspor rumput laut<br />

kering termasuk bisnis yang relatif<br />

mudah dan rendah risiko, namun<br />

relakah kita kalau sebagian besar nilai<br />

tambah akan dinikmati oleh negara<br />

lain? Saat ini dicari para industriawan<br />

dan wiraswastawan tangguh<br />

untuk mengusung kejayaan negeri ini<br />

dari rumput laut. Berkembangnya<br />

industri pengolahan di dalam negeri<br />

akan berdampak luas pada peningkatan<br />

penyerapan tenaga kerja dan<br />

aktivitas ekonomi lainnya.<br />

Untuk mewujudkan mimpi tersebut<br />

perlu meningkatkan daya saing<br />

dari keunggulan komparatif yang<br />

telah dimiliki <strong>Indonesia</strong>. Peningkatan<br />

efisiensi dan kualitas di semua lini<br />

produksi menjadi salah satu kunci.<br />

Perlu dukungan semua pihak untuk<br />

saling bekerja secara sinergis dari<br />

hulu hingga hilir. Untuk perbaikan<br />

mutu saja contohnya perlu segera<br />

adanya apresiasi harga yang lebih<br />

tinggi untuk mutu yang lebih baik.<br />

Cara pembelian borongan hanya<br />

dapat dilakukan untuk mutu yang<br />

seragam.<br />

Uji mutu rumput laut adalah<br />

melalui proses ekstraksi sehingga<br />

perlu ditunjang dari budidaya yang<br />

baik. Penerapan standar bahan baku<br />

cottonii harus dimulai dari umur<br />

panen yang seragam, yaitu 45 hari.<br />

Kajian yang dilakukan para peneliti<br />

menunjukkan bahwa kekuatan gel<br />

rumput laut tertinggi pada usia tersebut.<br />

Kemudian dari pengalaman para<br />

pelaku, penggunaan bibit tidak boleh<br />

lebih dari 5 kali masa tanam. Artinya<br />

untuk menunjang mutu rumput laut<br />

yang kompetitif, dukungan sertifikasi<br />

praktek budidaya yang baik juga menjadi<br />

sebuah kebutuhan.<br />

Begitu pula pada proses pengolahan.<br />

Selain faktor teknis, dukungan<br />

kemitraan yang saling menguntungkan<br />

juga sangat diperlukan dan<br />

penataan jaminan pasokan bagi<br />

industri pengolahan di dalam negeri<br />

perlu dilaksanakan secara konsisten.<br />

Dari segi branding, penyelenggaraan<br />

secara reguler dan konsisten forum<br />

rumput laut SEABFEX yang berskala<br />

internasional di <strong>Indonesia</strong> juga sangat<br />

baik untuk mengangkat citra rumput<br />

laut negeri ini dan menginisiasi<br />

kesiapan sebagai pemain kelas dunia<br />

yang mampu mendikte pasar. Mari<br />

kita dukung rumput laut sebagai<br />

“emas” hijau dari lautan <strong>Indonesia</strong><br />

untuk kejayaan negeri.<br />

3 Rumput Laut<br />

Sebagai Bahan Pangan Fungsional<br />

6 Quo Vadis Rumput Laut <strong>Indonesia</strong>?<br />

7 Karaginan<br />

Produk Unggulan Rumput Laut<br />

Philipina<br />

10 China :<br />

Ambisi Kuasai <strong>Pasar</strong> Karaginan<br />

Dunia<br />

12 Keamanan Pangan<br />

Hak dan Kewajiban Suatu Negara<br />

13 Permen KP 17/<strong>2010</strong> Lindungi<br />

Konsumen Atas Produk Perikanan<br />

Impor<br />

14 Di Hari Raya Idul Fitri<br />

Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubstitusi Daging<br />

15 Peluang <strong>Pasar</strong><br />

16 Kilas Berita<br />

17 Harga Komoditas Perikanan di <strong>Pasar</strong><br />

Internasional<br />

18 Harga Komoditas Perikanan di<br />

Beberapa TPI dan <strong>Pasar</strong> Grosir<br />

20 Bisnis Pemasaran<br />

Berbasis Nilai-Nilai Spiritual<br />

22 Pemasaran Produk Perikanan Berbasis<br />

“Connect”<br />

26 Teknologi Desalinasi, Menjawab<br />

Kebutuhan Air Bersih di Pesisir<br />

28 Menu <strong>Ikan</strong> Adalah Menu Terbaik<br />

30 Kailis Fish Market Cafe<br />

Menginspirasi Banyak Orang<br />

32 Resep Masakan<br />

Puding Agar Rumput Laut<br />

Pelindung: Dr. Martani Huseini; Penanggung jawab: Syafril Fauzi; Redaktur Kehormatan: Victor P.H Nikijuluw, Andin H. Taryoto; Editor/Redaktur<br />

Pelaksana: Artati Widiarti; Anggota Redaktur Pelaksana: Muawwanah, Uung Gantira, Wiji Lestari, Nova Firdaus; Penata Lay Out: Herman Priyono;<br />

Sekretariat: Sa’dilah Fauzi, Nia Nurfitriana, Dwi Hertanto; Penerbit: Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran<br />

Hasil Perikanan (P2HP)- Kementerian Kelautan dan Perikanan; Alamat: Gedung Mina Bahari III, Lt.12, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan<br />

Merdeka Timur 16, Jakarta Pusat - Telp (021) 3500 163; E-mail: warta_pasar_ikan@dkp.go.id


Rumput Laut<br />

Sebagai Bahan Pangan Fungsional<br />

Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka<br />

tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak<br />

diminati bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang<br />

menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Efeknya, produk pangan eksklusif<br />

berlabel kesehatan pun kian membanjir dan telah merangsang masyarakat untuk mengkonsumsinya.<br />

Sebagai perkembangan lebih lanjut,<br />

kini muncul produk pangan<br />

yang secara nutrisi telah dimodifikasi,<br />

dan secara terbuka dalam<br />

labelnya diklaim memiliki khasiat<br />

kesehatan tertentu. Produk pangan<br />

jenis ini dikenal sebagai makanan<br />

fungsional (functional foods).<br />

Fungsi-fungsi fisiologis yang<br />

diberikan oleh makanan fungsional<br />

antara lain menurunkan tekanan<br />

darah, menurunkan kadar kolesterol,<br />

menurunkan kadar gula darah,<br />

meningkatkan penyerapan kalsium,<br />

meningkatkan daya tahan tubuh,<br />

memperlambat penuaan, dan lainlain.<br />

Definisi Pangan Fungsional<br />

Istilah pangan fungsional pertama<br />

kali dikenalkan di Jepang pada<br />

pertengahan 1980an dan merupakan<br />

satu-satunya negara yang mempunyai<br />

aturan khusus berkenaan<br />

pengolahan pangan fungsional yang<br />

diijinkan. Badan yang bertanggungung<br />

jawab terhadap pengaturan ini<br />

adalah FOSHU (Food for Specified<br />

Health Use) dibawah Kementerian<br />

Kesehatan dan Kesejahteraan<br />

Jepang.<br />

FOSHU mengistilahkan pangan<br />

fungsional sebagai bahan pangan<br />

yang berpengaruh positif terhadap<br />

kesehatan seseorang, baik jasmani<br />

maupun rohani selain kandungan gizi<br />

dan cita-rasa yang dimilikinya (Arai<br />

1996 dalam Hasler 1998). Sementara<br />

berdasarkan konsensus pada The<br />

First International Conference on<br />

East-West Perspective on Functional<br />

Foods tahun 1996, pangan fungsional<br />

adalah pangan yang karena<br />

kandungan komponen aktifnya dapat<br />

memberikan manfaat bagi kesehatan,<br />

di luar manfaat yang diberikan<br />

oleh zat-zat gizi yang terkandung di<br />

dalamnya.<br />

Dalam regulasi FDA (Food and<br />

Drug Administration) Amerika<br />

Serikat, makanan berdasarkan kategorinya<br />

terbagi dalam 2 kelompok<br />

yaitu makanan konvensional dan suplemen<br />

makanan. Makanan konven-<br />

sional yang mendukung kesehatan<br />

dan diakui sebagai makanan fungsional,<br />

produksinya diatur sangat<br />

ketat oleh FDA, terutama berkaitan<br />

dengan klaim yang dibuat. Klaim<br />

yang disetujui oleh FDA melalui Nutritional<br />

Labeling and Education Act<br />

of 1990 (NLEA) harus bisa dibuktikan<br />

secara ilmiah bahwa unsur yang<br />

dipakai benar-benar berpengaruh<br />

positif untuk kesehatan.<br />

Definisi pangan fungsional menurut<br />

Badan POM adalah pangan yang<br />

secara alamiah maupun telah melalui<br />

proses, mengandung satu atau lebih<br />

senyawa yang berdasarkan kajiankajian<br />

ilmiah dianggap mempunyai<br />

fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang<br />

bermanfaat bagi kesehatan. Produk<br />

tersebut dapat dikonsumsi sebagaimana<br />

layaknya makanan atau<br />

minuman, mempunyai karakteristik<br />

sensori berupa penampakan, warna,<br />

tekstur dan cita rasa yang dapat<br />

diterima oleh konsumen. Selain tidak<br />

memberikan kontraindikasi dan<br />

tidak memberi efek samping pada<br />

jumlah penggunaan yang dianjurkan<br />

terhadap metabolisme zat gizi lainnya.<br />

Berdasarkan atas beberapa<br />

definisi yang ada, keberadaan faktor<br />

“plus” bagi kesehatan yang diperoleh<br />

karena adanya komponen aktif pada<br />

bahan pangan tersebut merupakan<br />

“keharusan” (Wijaya, 2002). Adapun<br />

komponen aktif yang dianggap<br />

mempunyai fungsi-fungsi fisiologis<br />

tertentu di dalam pangan fungsional<br />

adalah senyawa-senyawa alami di<br />

luar zat gizi dasar yang terkandung<br />

dalam pangan yang bersangkutan,<br />

yaitu: (1) serat pangan (dietar y<br />

fiber), (2) Oligosakarida, (3) gula<br />

alkohol (polyol), (4) asam lemak<br />

tidak jenuh jamak (polyunsaturated<br />

fatty acids = PUFA), (5) peptida dan<br />

protei tertentu, (6) glikosida dan<br />

isoprenoid, (7) polifenol dan isoflavon,<br />

(8) kolin dan lesitin, (9) bakteri


4<br />

asam laktat, (10) phytosterol, dan (11)<br />

vitamin dan mineral tertentu.<br />

Fungsi Fisiologis Rumput Laut<br />

Sebagai bahan pangan, rumput<br />

laut dikenal padat mineral. Kandungan<br />

mineral yang ada pada rumput<br />

laut meliputi mineral esensial (besi,<br />

iodin, aluminum, mangan, calsium,<br />

nitrogen dapat larut, phosphor,<br />

sulfur, chlor. silicon, rubidium,<br />

strontium, barium, titanium, cobalt,<br />

boron, copper, kalium, dan unsurunsur<br />

lainnya), asam nukleat, asam<br />

amino, protein, mineral, trace elements,<br />

tepung, gula dan vitamin A,<br />

B, C, D E, dan K. Namun tidak hanya<br />

padat mineral, keunggulan lain dari<br />

rumput laut adalah pada kandungan<br />

serat makanan.<br />

Selama ini masyarakat mengenal<br />

sumber utama serat makanan<br />

adalah buah-buahan, sayur-sayuran,<br />

kacang-kacangan, dan serealia.<br />

Dibandingkan dengan bahan pangan<br />

lain, maka keistimewaan dari serat<br />

makanan dalam rumput laut terletak<br />

pada kandungan asam alginat dan<br />

karaginannya. Tidak ada satupun<br />

bahan pangan lain, yang mengandung<br />

kedua macam zat tersebut dalam<br />

jumlah yang cukup berarti. Tingginya<br />

kandungan mineral, vitamin dan<br />

serat makanan pada rumput laut,<br />

menjadikan rumput laut mempunyai<br />

fungsi-fungsi fisiologis antara lain<br />

sebagai berikut :<br />

Menurunkan Kolesterol<br />

Para ahli gizi dan kesehatan akhir-akhir<br />

ini sepakat, bahwa beberapa<br />

penyakit dapat timbul akibat pola<br />

makan yang menjurus kepada konsumsi<br />

karbohidrat yang miskin serat<br />

makanan. Terlebih makanan siap saji<br />

(fast food) yang mengandung lemak<br />

jenuh, protein, dan garam tinggi<br />

namun rendah serat akan mampu<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

memicu perkembangan penyakit<br />

degeneratif seperti aneka kanker,<br />

osteoporosis, diabetes mellitus,<br />

aterosklerosis (penumpukan lemak),<br />

jantung koroner, dan hipertensi (tekanan<br />

darah tinggi).<br />

Serat termasuk bagian dari makanan<br />

yang tidak mudah diserap dan<br />

sumbangan gizinya dapat diabaikan,<br />

namun mempunyai fungsi penting<br />

yang tidak tergantikan oleh zat lainnya.<br />

Di dalam tubuh, serat berfungsi<br />

membersihkan sistem pencernaan,<br />

melindungi membran permukaan perut<br />

dan usus dari zat yang berpotensi<br />

karsinogen dan menyerap berbagai<br />

zat seperti kolesterol, yang semuanya<br />

akhirnya dieliminasi.<br />

Komponen serat makanan dalam<br />

rumput laut umumnya tergolong<br />

serat makanan yang bersifat larut<br />

dalam air yang dapat menurunkan<br />

kadar kolesterol darah. Hal ini<br />

disebabkan serat makanan mampu<br />

mengikat asam empedu, yaitu suatu<br />

produk akhir dari metabolisme kolesterol.<br />

Makin banyak asam empedu<br />

yang terbuang melalui tinja, maka<br />

makin banyak kolesterol yang dimetabolisasi<br />

menjadi asam empedu.<br />

Dengan demikian proses ini dapat<br />

mencegah penimbunan kolesterol di<br />

dalam tubuh.<br />

Kemampuan rumput laut dalam<br />

membantu menurunkan kolesterol<br />

juga tidak terlepas dari kandungan<br />

asam lemak omega-3. Hasil penelitian<br />

Nisizawa (2006) di Jepang<br />

mencatat bahwa rumput laut seperti<br />

wakame (U. pinnatifida), kombu<br />

(Laminaria sp.) dan nori (Porphyra<br />

sp.) mampu menurunkan kadar<br />

kolesterol LDL (Low density lipoprotein)<br />

dan meningkatkan kadar<br />

kolesterol HDL (High Density<br />

Lipoprotein) dalam darah hewan uji.<br />

Kemampuan menurunkan kolesterol<br />

tersebut juga dipengaruhi oleh kom-<br />

ponen serat larut air, polisakarida<br />

dan fucosterol dalam rumput laut.<br />

Antikanker<br />

Selain menurunkan kolesterol,<br />

serat makanan dapat mengurangi<br />

resiko penyakit kanker yang disebabkan<br />

oleh sistem pencernaan<br />

yang tidak sempurna. Rumput laut<br />

coklat yang kaya akan serat larut air<br />

(seperti Kombu dan Wakame), ketika<br />

direndam dalam air akan mengeluarkan<br />

lendir kental yang terdiri dari<br />

alginat, fukoidan dan protein. Serat<br />

dalam bentuk lendir ini yang akan<br />

melapisi saluran pencernaan dan<br />

melindungi dinding dari peradangan<br />

dan zat yang berpotensi karsinogen.<br />

Alginat dan fucoidan yang berasal<br />

dari rumput laut coklat, setara dengan<br />

pektin yang berasal dari buahbuahan<br />

seperti apel. Namun, apel<br />

hanya berisi sekitar 12% serat larut<br />

sedangkan rumput laut coklat berisi<br />

sampai dengan 45% serat larut (Nisizawa<br />

2006). Rumput laut lainnya<br />

yang mengandung serat larut adalah<br />

Gelidium sp., Gracilaria sp, Ulva<br />

sp., Enteromorpha sp., Laminaria,<br />

Undaria, dan Porphyra.<br />

Menurunkan Tekanan Darah<br />

Beberapa studi meyebutkan<br />

bahwa wakame mempunyai beberapa<br />

manfaat kesehatan, seperti mencegah<br />

hiperlipidemia (kelebihan lemak)<br />

dan mencegah terjadinya kanker<br />

(percobaan pada tikus), serta sebagai<br />

bahan yang dapat menurunkan tekanan<br />

darah pada manusia. Wakame<br />

merupakan salah satu rumput laut<br />

yang populer dikonsumsi masyarakat<br />

Jepang. Wakame (Undaria pinnatifida),<br />

sering disajikan sebagai salad,<br />

sup yang terkenal dengan nama miso<br />

shiru, dan sebagai penghias pada<br />

beberapa sajian makanan.<br />

Penelitian yang dilakukan oleh


Sato, dkk yang telah dipublikasikan<br />

di Journal of Agricultural and Food<br />

Chemistry (2002), berhasil mengisolasi<br />

dan mengidentifikasi 7 peptida<br />

yang dapat menghambat kerja enzim<br />

angitensin I-converting enzyme<br />

(ACE); suatu enzim yang bertanggung<br />

jawab terjadinya peningkatan<br />

tekanan darah. Ke-7 peptida<br />

tersebut mempunyai nilai IC50,<br />

suatu nilai nilai yang menunjukkan<br />

kemampuan peptida menghambat<br />

50 persen aktivitas ACE.<br />

Mencegah Diabetes<br />

Diabetes disebabkan oleh metabolisme<br />

tubuh yang tidak berfungsi<br />

dengan benar sehingga gula darah<br />

tinggi, baik karena rendahnya tingkat<br />

hormon insulin atau akibat efek<br />

resistensi yang abnormal terhadap<br />

tingkat insulin. Makanan tinggi serat,<br />

baik dari laut atau asal darat, efektif<br />

dalam menurunkan kadar glukosa<br />

dalam darah.<br />

Agar-agar dan pektin berkontribusi<br />

untuk menurunkan gula darah<br />

dan mengendalikan kadar insulin.<br />

Hasil penelitian di Jepang terhadap<br />

ganggang merah seperti bubuk<br />

‘funori’ (Gloiopeltis sp.) dan Porphyra<br />

sp. telah menunjukkan bahwa<br />

rumput laut mampu secara signifikan<br />

menurunkan kadar glukosa dalam<br />

darah hewan percobaannya.<br />

Antioksidan<br />

Kandungan vitamin dari rumput<br />

laut bervariasi antar spesies.<br />

Dibandingkan dengan kandungan<br />

vitamin pada tanaman lainnya, satu<br />

hal yang unik adalah bahwa rumput<br />

laut mengandung jumlah vitamin B<br />

dan C yang relatif tinggi. Dari semua<br />

rumput laut yang dapat dikonsumsi<br />

sebagai sayur, nori (Porphyra sp.)<br />

merupakan jenis rumput laut yang<br />

kandungan vitaminnya paling<br />

signifikan. Porphyra sp. terutama<br />

kaya akan vitamin A, B1, B2 dan B12.<br />

Vitamin B12 tidak ditemukan pada<br />

tanaman darat ataupun sayuran.<br />

Jenis rumput laut lainnya yang mengandung<br />

vitamin B12 dalam jumlah<br />

yang signifikan adalah Hizikia.sp.,<br />

Gracilaria sp., dan Enteromorpha sp.<br />

Dari berbagai kandungan vitamin<br />

yang terdapat pada rumput laut,<br />

yang memberi manfaat sebagai antioksidan<br />

terutama vitamin A. Hal ini<br />

Rekomendasi CODEX Tentang Klaim Gizi dan Kesehatan<br />

pada Pangan Fungsional<br />

Saat ini semakin banyak<br />

makanan dengan klaim gizi atau<br />

klaim kesehatan. Namun demikian,<br />

perlu diantisipasi keragu-raguan<br />

konsumen terhadap suatu pangan<br />

fungsional terutama dalam hal<br />

kebenaran isi klaim tersebut. Untuk<br />

itu, klaim gizi dan klaim kesehatan<br />

harus didukung oleh cukup bukti<br />

ilmiah yang membuktikan kebenaran<br />

klaim tersebut. Informasi<br />

yang benar, akan dapat membantu<br />

konsumen dalam memilih produk<br />

pangan sesuai dengan keinginannya.<br />

Codex Alimentarius Commission<br />

(CAC), sebagai badan standardisasi<br />

internasional bidang<br />

pangan, menempatkan faktor<br />

keamanan pangan sebagai persyarat<br />

utama suatu makanan.<br />

Terkait dengan pangan fungsional,<br />

Codex telah mempertimbangkan<br />

dua jenis klaim gizi yang diperbolehkan<br />

dalam pelabelan makanan<br />

yaitu :<br />

1. Klaim kandungan gizi : menggambarkan<br />

tingkat kandungan<br />

nutrisi dalam suatu makanan misal<br />

: “sebagai sumber ...”, “tinggi akan<br />

kandungan ...”, “bebas dari ...” dsb<br />

2. Klaim perbandingan gizi :<br />

membandingkan nilai kandungan<br />

gizi dan atau nilai energi dari 2 atau<br />

lebih jenis makanan. misal : “lebih<br />

rendah dari...”, menurunkan...”,<br />

“lebih tinggi dari ...” dsb.<br />

Sedangkan terhadap klaim<br />

kesehatan, terdapat tiga jenis klaim<br />

kesehatan yang diperbolehkan<br />

dalam pelabelan makanan,<br />

yaitu :<br />

1. Klaim fungsi gizi : menggambarkan<br />

peran fungsiologis suatu<br />

gizi dalam pertumbuhan, perkembangan<br />

dan fungsi normal tubuh<br />

manusia. Misal : kalsium membantu<br />

dalam penguatan tulang dan gigi<br />

Klaim ini biasanya hanya untuk<br />

gizi yang mempunyai nilai referensi<br />

gizi atau yang telah disebutkan<br />

secara resmi dalam pedoman diet<br />

2. Klaim fungsi lainnya :<br />

Klaim ini menekankan pada<br />

manfaat spesifik dari mengkonsum-<br />

berkaitan dengan beta-karoten yang<br />

ada didalamnya. Jenis rumput laut<br />

yang banyak mengandung vitamin A<br />

adalah wakame (Undaria), Kombu<br />

(Laminaria), dan Dunaliella sp.<br />

Jenis yang terakhir yaitu Dunaliella<br />

sp merupakan salah satu jenis<br />

rumput laut hijau yang menghasilkan<br />

beta-carotene dalam jumlah<br />

yang luar biasa besar. Rumput laut<br />

jenis ini secara komersial telah<br />

dibudidayakan di beberapa negara<br />

termasuk Australia, Amerika Serikat<br />

dan Israel.<br />

Peranan rumput laut sebagai<br />

pangan fungsional kini semakin<br />

nyata, dengan semakin banyaknya<br />

pemanfaatan serat makanan sebagai<br />

pencampur berbagai jenis makanan,<br />

minuman, dan produk diet khusus<br />

pelangsing tubuh. Rumput laut<br />

cocok digunakan dalam makananmakanan<br />

cair, seperti sup, minuman<br />

dan puding. Bahkan di Jepang,<br />

penggunaan serat makanan dalam<br />

pangan fungsional akhir-akhir ini<br />

menjadi lebih populer dibandingkan<br />

oligosakarida, kalsium, vitamin C,<br />

vitamin E, beta-karoten, dll.�mw<br />

Dari berbagai sumber<br />

si makanan dan unsur pokok yang<br />

ada di dalamnya, baik dalam konteks<br />

diet total, pada fungsi normal<br />

tubuh atau aktivitas biologis tubuh.<br />

Misal : beberapa oligosakarida yang<br />

tidak dapat dicerna, dapat meningkatkan<br />

pertumbuhan flora bakteri<br />

tertentu dalam usus.<br />

3. Klaim mengurangi resiko<br />

suatu penyakit<br />

Klaim yang berkaitan dengan<br />

konsumsi dari makanan atau konstituen<br />

makanan, dalam konteks<br />

total diet, dengan mengurangi<br />

risiko mengembangkan penyakit<br />

atau kondisi kesehatan yang<br />

terkait. Misal : Diet sehat kaya zat<br />

besi dapat membantu mengurangi<br />

risiko anemia. Makanan<br />

“X”, kaya akan zat besi<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

5


6<br />

Quo Vadis Rumput Laut <strong>Indonesia</strong>?<br />

Potensi pasar rumput laut sampai<br />

saat ini masih terbuka lebar mengingat<br />

permintaan pasar dunia untuk<br />

hidrokoloid asal rumput laut sangat<br />

besar. Diantara jenis yang peluang<br />

permintaannya cukup tinggi adalah<br />

Eucheuma cottonii yang merupakan<br />

bahan baku salah satu jenis<br />

hidrokoloid yang mempunyai aplikasi<br />

luas yaitu karaginan. Pemanfaatan<br />

rumput laut terbesar adalah pada<br />

ekstraknya yang dari jenis E. Cottonii<br />

dapat diolah menjadi Alkali Treated<br />

Cottonii (ACT), Semi Refined Carrageenan<br />

(SRC), dan Refined Carrageenan<br />

(RC). Aplikasi pemanfaatan<br />

produk karaginan tidak terbatas<br />

pada industri makanan saja sebagai<br />

bahan penstabil larutan atau emulsifier<br />

tetapi juga pada industri farmasi,<br />

kosmetik atau personal care, bahkan<br />

hingga ke industri logam dan cat.<br />

Pengolahan menjadi karaginan, saat<br />

ini teknologinya sudah dikuasai oleh<br />

putra putri <strong>Indonesia</strong>. Perbedaan<br />

harga antara rumput laut kering<br />

sebagai komoditas dan produk turunannya<br />

sangat mencolok sehingga<br />

apabila <strong>Indonesia</strong> mampu menjadi<br />

produsen bahan baku, sebagai pengolah<br />

dan pemasar yang andal, maka<br />

niscaya rumput laut dapat menjadi<br />

sumber devisa baru.<br />

China, dengan targetnya untuk<br />

mendominasi produksi karaginan<br />

dunia, telah memberi peluang<br />

pasar bagi negara-negara produsen<br />

bahan baku rumput laut cottonii,<br />

termasuk <strong>Indonesia</strong>. Ini lantaran<br />

permintaan rumput laut dari negara<br />

tersebut terus meningkat. China siap<br />

menyerap berapapun produksi<br />

rumput laut <strong>Indonesia</strong> karena China<br />

masih membutuhkan lebih banyak<br />

rumput laut jenis cottonii.<br />

Peluang Indonsia mengekspor<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

rumput laut ke China pun semakin<br />

besar dengan adanya pemberlakuan<br />

perdagangan bebas antar kedua<br />

negara. Saat ini, ekspor rumput<br />

laut <strong>Indonesia</strong> tidak terkena tarif<br />

bea masuk di China. Sementara<br />

pesaing terberat cottonii <strong>Indonesia</strong><br />

yaitu Philipina, produksinya tidak<br />

stabil karena faktor cuaca. Namun<br />

demikian, puaskan <strong>Indonesia</strong> hanya<br />

sebagai pemasok bahan baku bagi<br />

negara lain?<br />

Gambaran Ekspor Rumput Laut <strong>Indonesia</strong><br />

Secara umum, ekspor rumput<br />

laut <strong>Indonesia</strong> dan produk turunannya<br />

tahun 2009 mengalami penurunan<br />

sebesar 23,15% dalam volume<br />

dan 24,5% dalam nilai dibandingkan<br />

dengan tahun sebelumnya. Tercatat<br />

total ekspor tahun 2009 mencapai<br />

96,8 ribu ton dengan nilai sebesar<br />

US$ 104,92 juta. Penurunan ini<br />

diperkirakan antara lain dipengaruhi<br />

oleh wacana pemerintah untuk<br />

membatasi ekspor komoditas rumput<br />

laut kering pada tahun 2012. Sebagai<br />

negara produsen utama rumput<br />

laut dunia, sampai saat ini ekspor<br />

<strong>Indonesia</strong> masih didominasi oleh<br />

komoditas rumput laut kering (lebih<br />

dari 80% dalam volume).<br />

Negara utama tujuan ekspor komoditas<br />

rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

adalah China, Vietnam, Philipina<br />

dan Korea Selatan. Lebih dari 50%,<br />

ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

tahun 2009 ditujukan ke China, atau<br />

mencapai 51 ribu ton senilai Rp 39<br />

juta. Sampai semester I tahun <strong>2010</strong>,<br />

ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

tercatat sebesar 52 ribu ton dengan<br />

nilai US$ 65 juta. Sekitar 52 % nya<br />

diekspor ke China, yaitu 27 ribu ton<br />

dengan nilai US$ 27 juta.<br />

Keseragaman Mutu untuk Perkuat<br />

Posisi Tawar<br />

China membidik <strong>Indonesia</strong> sebagai<br />

pemasok kebutuhan bahan baku<br />

industri karaginannya. Melalui perusahaan-perusahaan<br />

ataupun pelaku<br />

pemasaran rumput laut China yang<br />

ada di <strong>Indonesia</strong>, China berupaya<br />

menjangkau langsung ke pembudidaya<br />

rumput laut lokal, termasuk<br />

diantaranya di Sulawesi Selatan.<br />

Bagi eksportir rumput laut kering<br />

di Sulawesi Selatan, China telah<br />

menjadi pasar terbesarnya. Hal ini<br />

dapat dilihat dari nilai ekspor yang<br />

meroket dari US$ 2.574 juta pada<br />

tahun 2008, menjadi US$ 10.603<br />

juta di tahun 2009, atau meningkat<br />

hampir 400%. Melambungnya nilai<br />

ekspor ke China ini setidaknya mulai<br />

terjadi sejak ekspor rumput laut<br />

<strong>Indonesia</strong> ke China dilakukan secara<br />

langsung. Sebelumnya, tujuan utama<br />

ekspor rumput laut <strong>Indonesia</strong> adalah<br />

ke Philipina. Kemudian, China<br />

mengimpor komoditas tersebut<br />

dari Philipina. Namun, sejak Forum<br />

Rumput Laut <strong>Indonesia</strong> (SEABFEX<br />

II) diselenggarakan di Makassar pada<br />

tahun 2008, <strong>Indonesia</strong> mulai ekspor<br />

langsung ke China.<br />

Hal yang perlu mendapat pencermatan<br />

atas peluang ekspor yang ada,<br />

adalah terkait dengan keseragaman<br />

mutu rumput laut yang dihasilkan.<br />

Tidak sekadar bahan baku banyak,<br />

tapi keseragaman kualitasnya juga<br />

perlu distandarkan. Pada tahap awal,<br />

mutu yang heterogen masih diterima<br />

oleh pabrik di China, namun cepat<br />

atau lambat faktor mutu akan<br />

menjadi kualifikasi yang menjadi<br />

persyaratan. Pada kondisi kering<br />

sebagai komoditas, faktor usia panen<br />

tidak ... (ke hal. 11)


Karaginan<br />

Produk Unggulan Rumput Laut Philipina<br />

Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya penting di Philipina. Lebih dari 1500<br />

jenis rumput laut ditemukan di negara tersebut tetapi hanya 500 jenis yang tercatat dapat dimakan. Beberapa<br />

diantaranya merupakan rumput laut komersial utama di Philipina, seperti Eucheuma, Kappaphycus,<br />

Gracilaria dan Caulerpa. Yang umum dibudidayakan adalah Eucheuma spinosum dan Kappaphycus<br />

alvarezi (Euchema cottonii).<br />

Industri rumput laut menjadi<br />

salah satu industri yang paling<br />

menjanjikan di Philipina.<br />

Rumput laut dan produk turunannya<br />

(seperti karaginan) adalah salah satu<br />

diantara 10 produk ekspor teratas<br />

Philipina (urutan kedua setelah tuna)<br />

dengan pasar yang terus berkembang.<br />

Industri ini memiliki potensi<br />

pertumbuhan yang tinggi dari hulu<br />

hingga hilir. Sisi hulu yang mencakup<br />

budidaya rumput laut, saat ini menjadi<br />

hal yang sangat penting karena<br />

total produksi yang ada masih belum<br />

mampu memenuhi kebutuhan pabrik<br />

pengolahan dalam negeri. Tercatat<br />

produksi rumput laut Philipina tahun<br />

2008 sebesar 1.666.556,26 ton. Di<br />

sisi hilir, fleksibilitas dari produk<br />

karaginan membuka banyak peluang<br />

untuk perluasan dan diversifikasi<br />

produk.<br />

Selama tujuh tahun terakhir,<br />

Philipina menjadi pemasok utama<br />

dunia untuk produk karaginan. Namun<br />

demikian, produksi rumput laut<br />

Philipina masih sedikit dibandingkan<br />

dengan meningkatnya permintaan di<br />

pasar global. Beberapa perusahaan<br />

pengolahan rumput laut setempat<br />

bahkan terpaksa mengimpor untuk<br />

memenuhi permintaan lokal.<br />

Dari total produksi tahun 2008<br />

yang hampir mencapai 1,67 juta ton,<br />

sekitar 55% merupakan produksi<br />

wilayah Mindanao. Cakupan wilayah<br />

Mindanao meliputi wilayah IX<br />

(222.161, 9 ton), wilayah X (35.818,16<br />

ton), wilayah XIII (338,59 ton) dan<br />

ARMM (657.159,47 ton). Sebagian<br />

besar pasokan rumput laut di Min-<br />

danao berasal dari wilayah ARMM<br />

dengan kontribusi lebih dari 71%<br />

sedangkan pemasok kedua adalah<br />

Wilayah Davao (IX) dengan kontribusi<br />

sekitar 24%.<br />

Sebagai komoditas ekspor unggulan<br />

ke-2, rumput laut dan produk<br />

turunannya memberi kontribusi<br />

sekitar 16% terhadap total ekspor<br />

hasil perikanan Philipina. Dari total<br />

ekspor hasil perikanan tahun 2008<br />

yang mencapai USD 205,27 juta, tercatat<br />

ekspor rumput laut dan produk<br />

turunannya mencapai USD 122,03<br />

juta sedangkan tahun 2009 mengalami<br />

penurunan 19,14% yaitu menjadi<br />

USD 98,68 juta.<br />

Dalam perdagangan dunia,<br />

rumput laut dan produk turunan-<br />

nya tercakup ke dalam kelompok<br />

rumput laut dan alga lainnya segar,<br />

dingin/kering/beku (HS 1212.20),<br />

agar-agar (HS 1320.31) dan alginat<br />

dan karaginan yang masuk dalam<br />

kelompok mucilagers and thickeners<br />

(HS 1302.39). Selama rentang tahun<br />

2005-2009, nilai ekspor rumput<br />

laut Philipina dan produk turunannya<br />

cenderung meningkat dengan<br />

rata-rata pertumbuhan mencapai<br />

10,14% per tahun. Peningkatan nilai<br />

ekspor ini terutama berasal dari<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

7


8<br />

ekspor produk turunan rumput laut<br />

yaitu kelompok alginat dan karaginan<br />

dengan rata-rata pertumbuhan<br />

selama periode tersebut mencapai<br />

21,2% per tahun.<br />

Hal yang sebaliknya terjadi untuk<br />

nilai ekspor rumput laut segar/<br />

kering yang menurun 14,69% per<br />

tahun. Tren penurunan nilai ekspor<br />

rumput laut segar/kering ini telah<br />

terjadi sejak periode tahun 2004-<br />

2007, sedangkan di tahun 2008<br />

mengalami perubahan yang positif<br />

dengan peningkatan mencapai<br />

17,2%. Namun, pada tahun 2009<br />

kembali lagi mengalami penurunan<br />

bahkan sangat drastis hingga 50%<br />

dibanding tahun sebelumnya.<br />

Menurut bentuk produknya,<br />

untuk tahun 2008 tercatat sekitar<br />

79,2% atau sebesar US$ 96,67 juta<br />

merupakan ekspor karaginan. Sementara<br />

ekspor rumput laut segar,<br />

dingin/beku memberi kontribusi<br />

sebesar 14,4% atau US$ 17,57 juta<br />

sedangkan produk chip dari eucheuma<br />

dan produk eucheuma selain<br />

chip masing-masing memberi kontribusi<br />

sebesar 3,7% dan 2,7%.<br />

Philipina merupakan salah satu<br />

pemain utama industri karaginan di<br />

pasar global, yaitu sebagai produsen<br />

karaginan terbesar ketiga setelah<br />

China dan Jepang. Karaginan<br />

memiliki banyak fungsi terutama<br />

digunakan sebagai pembentuk<br />

gel, dan penstabil pada industri<br />

makanan seperti es krim, yogurt<br />

dan produk susu dingin, pengolahan<br />

daging dan industri nonmakanan<br />

seperti industri farmasi<br />

dan kosmetik, cat dan pigmen, gel<br />

penyegar udara, pupuk, dan pasta<br />

gigi. Produksi karaginan Philipina<br />

tertinggi telah dicapai tahun 2004<br />

yaitu sebesar 103.000 ton namun<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

produksinya terus menurun hingga<br />

32% dari tahun 2005-2009. Tahun<br />

2009 produksi karaginan Philipina<br />

mencapai sekitar 80.000 ton.<br />

Tahun 2009, ekspor rumput<br />

laut dan produk turunannya juga<br />

mengalami penurunan. Tercatat<br />

nilai ekspornya mencapai US$<br />

98,68 juta atau menurun 19,14%<br />

dibanding tahun sebelumnya.<br />

Penurunan tertinggi terjadi pada<br />

ekspor rumput laut kering/segar<br />

yang hanya mencapai US$ 12,7 juta<br />

atau turun hampir mencapai 50%<br />

sedangkan ekspor produk alginat<br />

dan karaginan sebesar US$ 86 juta<br />

atau menurun 11%. Meskipun total<br />

nilai ekspor rumput laut dan produk<br />

turunannya menurun, namun<br />

karaginan tetap menjadi unggulan<br />

ekspor rumput laut Philipina. Hal<br />

ini terlihat dari kontribusi ekspor<br />

karaginan terhadap total ekspor<br />

rumput laut yang justru mengalami<br />

peningkatan menjadi 87,1%. Khusus<br />

untuk agar-agar, Philipina tercatat<br />

tidak melakukan ekspor.<br />

Dibandingkan dengan nilainya,<br />

volume ekspor rumput laut dan<br />

produk turunannya sepanjang<br />

tahun 2005-2009, secara terus<br />

menerus justru mengalami penurunan<br />

rata-rata sebesar -6,12% per<br />

tahun. Kondisi ini mengindikasikan<br />

bahwa harga rata-rata agregat untuk<br />

ekspor rumput laut dan produk<br />

turunannya Philipina cenderung<br />

mengalami peningkatan dari tahun<br />

ke tahun.<br />

Amerika Serikat (AS) merupakan<br />

pasar terbesar untuk total ekspor<br />

rumput laut Philipina dengan<br />

pangsa pasar mencapai 14,6% atau<br />

US$ 14,4 juta untuk tahun 2009.<br />

Khusus untuk produk alginat dan<br />

karaginan, AS dan beberapa negara<br />

Ekspor dan Impor Rumput Laut Philipina dan Produk Turunannya<br />

Tahun 2009<br />

Rumput Laut Agar-Agar Alginat &<br />

Karaginan<br />

TOTAL<br />

Ekspor TON 10.823,4 0 13.649,1 24.472,5<br />

US$ 1.000 12.710,7 0 85.967,4 98.678,0<br />

Harga Rata2 (US$/kg) 1,17 6,30 4,03<br />

Impor TON 7.849,5 19,8 1.257,8 9.127,2<br />

US$ 1.000 10.400,3 60,7 14.280,7 24.741,6<br />

Harga Rata2 (US$/kg) 1,32 3,06 11,35 2,71<br />

Keterangan : Rumput Laut HS 1212.20<br />

Agar-agar HS 1302.31<br />

Alginat & Karagenan HS 1302.39<br />

Sumber : UN_Comtrade, diolah Dit. PDN-KKP<br />

Uni Eropa seperti Jerman, Perancis,<br />

Belgia, Spanyol dan Inggris menjadi<br />

negara tujuan ekspor utama. Diantara<br />

beberapa negara tujuan utama<br />

tersebut, nilai ekspor 2009 ke Belgia<br />

mengalami peningkatan tertinggi<br />

yaitu mencapai US$ 8,3 juta atau<br />

meningkat 23,8% dibanding tahun<br />

sebelumnya.<br />

Sementara untuk ekspor rumput<br />

laut segar/kering, China dan Perancis<br />

adalah pasar terbesarnya dengan<br />

pangsa pasar masing-masing mencapai<br />

31,9% dan 31,4% atau sekitar<br />

USD 4 juta. <strong>Pasar</strong> lainnya adalah<br />

Korea Selatan dan Brasil, dengan<br />

pangsa pasar masing-masing 7,3%<br />

dan 6%. Diantara ke-4 negara<br />

tujuan utama tersebut, nilai ekspor<br />

2009 yang mengalami peningkatan<br />

tertinggi adalah ke China yaitu<br />

64,3% dibanding tahun sebelumnya.<br />

Strategi Peningkatan Industri Rumput<br />

Laut Philipina<br />

Departemen Pertanian Philipina<br />

menargetkan peningkatan produksi<br />

rumput laut tahun <strong>2010</strong> untuk memenuhi<br />

meningkatnya permintaan<br />

komoditas ini di dalam negeri dan<br />

luar negeri. Menurut Presiden SIAP<br />

(Seaweed Industry Association<br />

Philippines), dalam upaya meningkatkan<br />

industri rumput lautnya,<br />

setidaknya dibutuhkan lima strategi.<br />

Pertama, perluasan produksi rumput<br />

laut Euchema cottonii melalui<br />

program dukungan keuangan dan<br />

kemudahaan akses dalam pembiayaan.<br />

Kedua, penelitian teknis<br />

dan ilmiah yang komprehensif guna<br />

menghasilkan produk berkualitas<br />

dan tahan penyakit. Ketiga,<br />

pengembangan fasilitas dari hulu<br />

hingga hilir terutama di wilayah budidaya<br />

yang sangat luas. Keempat,<br />

Pangasinan<br />

L U Z O N<br />

Zambales<br />

Ta wi-Tawi<br />

Locos Cagayan<br />

Mindoro<br />

Coamian Group<br />

Palawan<br />

Jolo<br />

Catanduanes<br />

Sorsogon<br />

Masbate I<br />

V A S A Y A<br />

Cebu<br />

Zamboanga<br />

Bohol<br />

Leyte<br />

M I N D A N A O<br />

Basilan South Cotabato


keringanan pajak dan<br />

insentif, dan mengatur<br />

ekspor dengan tidak<br />

benar-benar melarang<br />

ekspor rumput laut<br />

mentah. Dan kelima,<br />

memberikan prioritas<br />

pada produk bernilai<br />

tambah tinggi seperti<br />

karaginan.<br />

Target Industri Rumput<br />

Laut Philipina 2012<br />

Asosiasi Industri<br />

Rumput Laut Philipina<br />

(SIAP) telah mentargetkan<br />

dapat mencapai<br />

pangsa pasar dunia<br />

sebesar 15% untuk rumput<br />

laut kering pada tahun 2012.<br />

Saat ini baru mencapai 2,55%. Guna<br />

mencapai target tersebut, SIAP<br />

akan bekerja untuk meningkatkan<br />

produksi bahan baku 10-15% per<br />

tahun. Hal yang sama juga dilakukan<br />

oleh Biro Perikanan dan Sumberdaya<br />

Perairan Philipina. Selain itu, untuk<br />

meningkatkan produksinya, SIAP<br />

akan mendorong semua pihak, dari<br />

petani ke pedagang dan pengolah,<br />

untuk menjadi anggota SIAP.<br />

Saat ini, pembudidaya rumput<br />

laut sangat diperlukan untuk meningkatkan<br />

produksi rumput lautnya.,<br />

mengingat masih belum terpenuhi-<br />

nya bahan baku untuk kebutuhan<br />

pabrik pengolahan rumput laut<br />

dalam negeri. Jika tidak, maka kebutuhan<br />

tersebut akan dipenuhinya<br />

melalui impor rumput laut mentah<br />

dari Vietnam. Produksi Filipina telah<br />

turun dari 100.000 ton per tahun<br />

pada tahun 2000-an, kini menjadi<br />

hanya 60.000 ton di tahun 2009<br />

akibat perubahan iklim.<br />

Selain SIAP, sektor yang bertujuan<br />

mengadopsi dan mendukung<br />

penegakan standar kualitas produk<br />

rumput laut kering mentah (RDS)<br />

dan karaginan (olahan rumput laut)<br />

di Philipina adalah SEMP, yang<br />

merupakan salah satu alat yang<br />

dikembangkan oleh<br />

eksportir Philipina untuk<br />

membantu anggota<br />

perusahaannya dalam<br />

menghadapi tren global<br />

produk ekspor yang<br />

berubah.<br />

Salah satu strategi<br />

dalam mengembangkan<br />

industri rumput lautnya,<br />

SEMP fokus memasuki<br />

pasar bahan makanan<br />

alami dan pengembangan<br />

penggunaan karaginan<br />

non-tradisional<br />

seperti untuk makanan<br />

segar atau kering, kosmetik<br />

dan farmasi. Saat<br />

ini industri ini sedang<br />

berkembang pesat di Eropa, selain<br />

pasar AS. Oleh Departemen Pertanian<br />

AS, baru-baru ini produk karaginan<br />

dimasukkan ke dalam daftar<br />

makanan organik. Target pasar lainnya<br />

untuk produk turunan rumput<br />

laut Philipina adalah Afrika Selatan<br />

dan Amerika Selatan.�mw<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

9


10<br />

China :<br />

Ambisi Kuasai <strong>Pasar</strong> Karaginan Dunia<br />

Saat ini industri pengolahan<br />

rumput laut China<br />

secara perlahan menggantikan<br />

posisi Amerika<br />

Serikat dan Eropa sebagai<br />

importir terbesar rumput<br />

laut kering Philipina. Sejak<br />

2009, pasokan bahan baku<br />

industri karaginan China<br />

berasal dari <strong>Indonesia</strong>,<br />

Philipina, Peru dan Cili.<br />

Statusnya sebagai importir<br />

terbesar untuk rumput laut<br />

kering khususnya cottonii<br />

semakin nyata dengan upayanya<br />

menjadi produsen karaginan<br />

terbesar dunia.<br />

Rumput laut kering cottonii<br />

dimanfaatkan sebagai bahan baku<br />

dalam pembuatan karaginan yang<br />

mempunyai aplikasi sangat luas.<br />

Sebagai penstabil, pengental, dan<br />

pembentuk gel untuk berbagai makanan,<br />

kosmetik, dan produk industri<br />

non pangan, karaginan banyak dicari<br />

di seluruh dunia. Akibatnya permintaan<br />

karaginan dunia cukup tinggi.<br />

Kondisi ini ditangkap oleh China sebagai<br />

peluang emas untuk menguasai<br />

pangsa pasar karaginan dunia.<br />

Ekspor Karaginan dan Alginat Terus<br />

Meningkat<br />

Total ekspor rumput laut China<br />

dan produk turunannya tahun 2009<br />

mencapai 57,7 juta ton dengan nilai<br />

US$ 292,2 juta. Angka ini meningkat<br />

2,12% dalam volume dan 8,69% dalam<br />

nilai dibandingkan dengan tahun<br />

sebelumnya. Dari total nilai ekspor<br />

tersebut, hampir 48%nya merupakan<br />

ekspor kelompok karaginan dan alginat,<br />

41% ekspor rumput laut segar/<br />

kering dan sisanya ekspor agar-agar.<br />

Dilihat dari perkembangan selama<br />

5 tahun terakhir, maka nilai ekspor<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

karaginan dan alginat mengalami<br />

peningkatan yang sangat signifikan.<br />

Jika selama periode 2005-2009<br />

proporsi nilai ekspor rumput laut<br />

segar/kering mengalami tren penurunan<br />

baik dalam volume maupun<br />

nilai, maka hal yang sebaliknya<br />

terjadi pada ekspor karaginan dan alginat.<br />

Tahun 2005, tercatat proporsi<br />

nilai ekspor rumput laut segar/kering<br />

mendominasi total ekspor rumput<br />

laut China yaitu lebih dari 66%. Urutan<br />

kedua adalah ekspor agar-agar<br />

dengan kisaran proporsi lebih dari<br />

17% dan sisanya adalah ekspor karaginan<br />

dan alginat. Dalam perkembangannya,<br />

proporsi nilai ekspor China<br />

ini mengalami pergeseran.<br />

Tahun 2008, ekspor karaginan<br />

dan alginat mengalami perkembangan<br />

yang signifikan, melejit hingga<br />

300% baik dalam volume maupun<br />

nilai, dan proporsi nilai ekspornya<br />

pun melaju pada urutan kedua<br />

sebesar 40%. Peningkatan ini masih<br />

berlanjut hingga tahun 2009, bahkan<br />

proporsi nilai ekspornya lebih besar<br />

dibanding rumput laut segar/kering.<br />

Dengan ambisi untuk mendominasi<br />

produksi karaginan dunia, diperkirakan<br />

nilai ekspor karaginan dan<br />

alginat ini akan terus meningkat di<br />

masa mendatang. Tercatat<br />

ekspor karaginan dan alginat<br />

tahun 2009 mencapai 23,9<br />

ribu ton dengan nilai US$ 140<br />

juta. Sebagian besar produk<br />

ini diekspor ke Korea Selatan,<br />

Amerika Serikat, Jepang,<br />

Pakistan dan <strong>Indonesia</strong>.<br />

Kerja keras China untuk<br />

menguasai pasar karaginan<br />

dunia semakin terlihat nyata.<br />

Setidaknya, dalam 2 tahun<br />

terakhir ini saja terlihat jelas<br />

peningkatan ekspor karaginan<br />

ke beberapa negara<br />

tujuan utama China. Jika pada tahun<br />

2005 ekspor produk ini ke Korea Selatan<br />

hanya sebesar 84 ton saja, maka<br />

pada tahun 2008 dan 2009 melonjak<br />

menjadi 1,6 ribu ton dan 2,4 ribu ton.<br />

Bahkan yang cukup fantastis adalah<br />

ekspor ke Pakistan, dimana pada tahun<br />

2005 hanya sebesar 3 ton, maka<br />

pada tahun 2008 dan 2009 masingmasing<br />

melejit menjadi 1,2 ribu ton<br />

dan 2,3 ribu ton. Suatu peningkatan<br />

yang sangat signifikan.<br />

Mengejar Rumput Laut Kering<br />

Demi mewujudkan impiannya,<br />

kebutuhan China akan rumput laut<br />

cottonii akan terus meningkat pesat.<br />

Lonjakan kebutuhan ini tidak bisa<br />

dipenuhi hanya dari hasil produksi<br />

di dalam negerinya, sebab dalam periode<br />

satu tahun suhu laut di Negeri<br />

Panda itu terlalu dingin dan hanya<br />

3 bulan diantaranya yang memungkinkan<br />

ditanami rumput laut. Kondisi<br />

ini memaksa China untuk impor rumput<br />

laut cottonii kering dalam jumlah<br />

besar. Alhasil, impor rumput laut<br />

kering pun sangat mendominasi total<br />

impor rumput laut China. Lebih dari<br />

82% merupakan impor rumput laut<br />

kering, 15% merupakan impor karaginan<br />

dan alginat dan sisanya<br />

merupakan impor agar-agar.<br />

Tahun 2009, impor rumput<br />

laut kering China telah mencapai<br />

101,3 ribu ton senilai US$<br />

97 juta atau jika dibandingkan<br />

dengan tahun sebelumnya<br />

meningkat 7,3% dalam volume<br />

dan 16% dalam nilai. Lebih dari<br />

50% impor rumput laut keringnya<br />

berasal dari <strong>Indonesia</strong>.<br />

Upaya China untuk men-


ingkatkan pasokan bahan baku kian<br />

gencar dilakukan. Pencarian rumput<br />

laut cottonii keringpun dilakukannya<br />

dengan mendatangi langsung<br />

ke negara-negara penghasil rumput<br />

laut segar/kering, termasuk ke<br />

negara-negara Asia seperti <strong>Indonesia</strong>,<br />

Malaysia, dan Philipina. Dengan<br />

memberi penawaran harga beli yang<br />

tinggi, China berusaha melahap<br />

produksi rumput laut di negaranegara<br />

tersebut. Banyak pemasok<br />

rumput laut tradisional di sejumlah<br />

daerah di Philipina menjual rumput<br />

laut keringnya langsung ke China.<br />

Demikian pula halnya yang terjadi<br />

di <strong>Indonesia</strong> khususnya Sulawesi<br />

Quo Vadis... (dari hal.6)<br />

begitu terlihat secara organoleptik.<br />

Namun mengingat rumput laut yang<br />

dimanfaatkan adalah ekstraknya, dan<br />

rumput laut cottonii mempunyai<br />

kandungan kekuatan gel paling tinggi<br />

pada usia panen 45 hari maka praktik<br />

budidaya rumput laut yang baik<br />

wajib mensyaratkan panen pada usia<br />

tersebut.<br />

Kualitas rumput laut <strong>Indonesia</strong><br />

acapkali dinilai tidak sesuai dengan<br />

standar teknis. Hal ini menjadi<br />

keluhan importir rumput laut kering<br />

<strong>Indonesia</strong>, termasuk China. Keluhan<br />

ini terjadi akibat belum adanya<br />

sinergi yang kuat antara pembudidaya<br />

dengan eksportir rumput laut. Seringkali<br />

karena mengejar permintaan<br />

yang tinggi, pedagang pengumpul<br />

kurang memperhatikan kualitas dan<br />

Selatan.<br />

Disatu sisi, tingginya kebutuhan<br />

rumput laut kering China memberi<br />

peluang yang cukup besar bagi negara<br />

produsen rumput laut, namun<br />

disisi lain berpeluang merugikan<br />

apabila pembelian dilakukan langsung<br />

ke lahan-lahan pembudidaya.<br />

Melalui perwakilan atau kaki-tangan<br />

perusahaan yang ditempatkan di<br />

negeri produsen hingga ke tingkat<br />

kecamatan menjadikan kedudukan<br />

mereka sebagai pembeli sangat kuat.<br />

Pola pembelianpun dapat menjadi<br />

buyer market, artinya pihak pembeli<br />

yang dapat mendikte pasar, akibatnya<br />

posisi tawar pembudidaya dalam<br />

umur panen rumput laut yang<br />

optimal. Masih banyak rumput<br />

laut yang dipanen terlalu<br />

muda dengan mutu yang tidak<br />

seragam. Akibat persoalan<br />

kualitas ini, daya tawar dalam<br />

penentuan harga pun menjadi<br />

lemah. Untuk itu, sertifikasi<br />

cara budidaya rumput laut<br />

yang baik di masa yang datang<br />

menjadi sebuah tuntutan.<br />

Tantangan <strong>Pasar</strong> Rumput Laut<br />

Selain masalah mutu, tantangan<br />

ke depan bagi industri rumput laut<br />

dalam negeri adalah pengembangan<br />

olahan rumput laut guna meningkatkan<br />

nilai tambah. Terlebih dengan dijadikannya<br />

rumput laut sebagai salah<br />

satu komoditas minapolitan. Dengan<br />

target peningkatan produksi rumput<br />

laut hingga tahun 2014 sebesar 10 juta<br />

ton rumput laut basah, maka perlu diantisipasi<br />

penyerapan besar-besaran<br />

bagi sekitar 3,5 juta ton komoditas<br />

rumput laut kering.<br />

Jika total produksi rumput laut<br />

Philipina, sekitar 70% nya digunakan<br />

untuk memenuhi kebutuhan bahan<br />

baku karaginan dunia, maka hal yang<br />

sebaliknya terjadi di <strong>Indonesia</strong> yaitu<br />

menentukan harga menjadi lemah.<br />

Dengan kebutuhan China yang<br />

sangat besar, saat ini para pengumpul<br />

di daerah produsen rumput laut<br />

seringkali membeli dengan sistem<br />

borongan tanpa membedakan mutu.<br />

Akibatnya menjadi disintensif terhadap<br />

perbaikan mutu bahan baku.<br />

Jadi dengan ambisi China tersebut<br />

berarti sebuah peluang besar ekspor<br />

bahan baku tetapi sekaligus tantangan<br />

bagi manajemen bagi produsen<br />

rumput laut kering dan rencana<br />

industrialisasi rumput laut di dalam<br />

negeri guna meraih nilai tambah<br />

yang sangat signifikan. �anna<br />

lebih banyak dijual dalam bentuk<br />

bahan baku, yaitu 80% ekspor dalam<br />

bentuk kering.<br />

Kemampuan industri olahan rumput<br />

laut dalam negeri sampai saat ini<br />

yang masih sangat rendah juga telah<br />

menyebabkan produk yang dihasilkan<br />

sebagian besar kurang bernilai<br />

tambah, sedangkan ekspor rumput<br />

laut Philipina kebanyakan merupakan<br />

produk nilai-tambah seperti<br />

karaginan. Kondisi inipun tercermin<br />

dari perkembangan impor yang ada,<br />

proporsi impor rumput laut <strong>Indonesia</strong><br />

didominasi oleh impor karaginan<br />

dan alginat. China merupakan negara<br />

pemasok utama produk karaginan<br />

dan alginat <strong>Indonesia</strong>. Ini menjadi<br />

tantangan nyata bagi pengembangan<br />

industri olahan rumput laut <strong>Indonesia</strong>.<br />

Terlebih, China menerapkan eskalasi<br />

tarif yaitu besaran tarif bea masuk<br />

yang lebih tinggi hingga 32% untuk<br />

produk olahan rumput laut. Dengan<br />

upaya pengembangan industri<br />

pengolahannya, di masa mendatang<br />

diharapkan <strong>Indonesia</strong> akan meraup<br />

nilai yang lebih tinggi dari rumput<br />

laut. �mw<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

11


12<br />

Keamanan Pangan<br />

Hak dan Kewajiban Suatu Negara<br />

Deklarasi Universal Hak Azasi<br />

Manusia Perserikatan bangsabangsa<br />

menyebutkan bahwa untuk<br />

mencapai standar kehidupan yang<br />

layak dengan tingkat kesehatan dan<br />

kesejahteraan yang memadai, setiap<br />

individu dan keluarganya berhak<br />

mendapatkan pangan yang cukup,<br />

aman, sehat dan thayyib. Oleh karenanya<br />

bahan pangan adalah hal yang<br />

vital dan sangat penting untuk diatur<br />

dalam perdagangan. Konsekuensinya,<br />

pemerintah wajib memprioritaskan<br />

masalah pangan dari aspek<br />

kecukupan maupun keamanannya<br />

beserta langkah kebijakan lainnya<br />

yang masih terkait erat. Sejumlah<br />

negara maju dan yang telah sadar<br />

untuk melindungi konsumennya<br />

dari kemungkinan adanya praktek<br />

perdagangan produk pangan yang<br />

tidak aman telah menerapkan aturan<br />

yang sangat ketat terkait dengan<br />

keamanan pangan.<br />

Codex Alimentarius Commission<br />

sebagai organisasi dibawah 2 badan<br />

PBB yaitu yang mengurusi bidang<br />

pangan dan pertanian (FAO) dan<br />

kesehatan masyarakat (WHO) telah<br />

mengeluarkan kode etik untuk perdagangan<br />

internasional bidang pangan<br />

yang tertuang dalam dokumen<br />

CAC/RCP 20-1979 (Rev. 1-1985)<br />

1. Intinya keamanan pangan harus<br />

menjadi faktor pertimbangan utama<br />

di dalam perdagangan internasional<br />

produk pangan. Sebagai “wasit”<br />

dalam perdagangan internasional<br />

tersebut adalah standar internasional<br />

atau ketentuan lainnya yang<br />

dikomunikasikan antara para pihak<br />

terlibat. FAO Code of Conduct for<br />

Responsible Fisheries telah me-<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

nyinggung pula perlunya menjaga<br />

keamanan produk perikanan.<br />

Dokumen World Trade Organization<br />

(WTO) pada Agreement on the<br />

Application of Sanitary and Phythosanitary<br />

Mesures (Perjanjian SPS)<br />

artikel 2 ayat 1, menyebutkan bahwa<br />

setiap negara berhak untuk menerapkan<br />

regulasi terkait sanitasi dan<br />

fitosanitasi yang diperlukan guna<br />

melindungi kehidupan dan kesehatan<br />

manusia, hewan dan tanamannya.<br />

Artinya bahwa suatu negara<br />

diperbolehkan mengatur perdagangan<br />

produk pangan demi perlindungan<br />

kesehatan dan kehidupan<br />

masyarakat dan lingkungannya.<br />

Mencermati dokumen Perjanjian<br />

SPS tersebut, suatu negara hanya<br />

mempunyai hak bukan kewajiban.<br />

Artinya bahwa dalam tataran implementasi,<br />

pengaturan keamanan<br />

pangan hanya menjadi sebuah<br />

pilihan alternatif kebijakan. Dalam<br />

prakteknya, negara maju umumnya<br />

sudah sangat sadar untuk menempatkan<br />

keamanan pangan sebagai<br />

prioritas dalam kebijakan nasionalnya<br />

termasuk pengaturan terhadap<br />

produk impor. Pangan impor tidak<br />

saja dikhawatirkan dapat sebagai<br />

sumber pembawa penyakit bagi<br />

manusia dan hewan serta kerusakan<br />

lingkungan, namun juga disinyalir<br />

dapat menjadi ajang penyusupan<br />

suatu ancaman keamanan nasional<br />

sehingga Amerika Serikat mulai<br />

menerapkan Bioterrorism Act di<br />

tahun 2004.<br />

Lebih lanjut, dalam Perjanjian<br />

SPS terkandung makna bahwa dalam<br />

rangka melindungi kepentingan<br />

SPSnya, suatu negara dapat mener-<br />

apkan “penyimpangan” dari standar<br />

internasional sepanjang didukung<br />

dengan bukti ilmiah. Celah tersebut<br />

lagi-lagi lebih banyak digunakan<br />

oleh negara maju yang umumnya<br />

mempunyai expertise di berbagai bidang<br />

serta dukungan riset yang maju<br />

serta dana yang cukup sehingga<br />

negara maju seringkali menerapkan<br />

aturan impor pangan dengan persyaratan<br />

yang jauh lebih tinggi dari<br />

standar internasional.<br />

Bagaimana di <strong>Indonesia</strong>?<br />

Terkait dengan perdagangan<br />

internasional, memahami substansi<br />

dalam aturan WTO harus secara<br />

utuh tidak hanya dari satu atau dua<br />

perjanjian di dalamnya saja sehingga<br />

secara nasional suatu negara dapat<br />

meraih manfaat yang optimal. Dengan<br />

adanya perjanjian-perjanjian<br />

dalam WTO tidak berarti bahwa<br />

semua produk lalulintas perdagangannya<br />

menjadi ikut bebas tiada<br />

aturan. Justru untuk keamanan dan<br />

perlindungan konsumen, perdagangan<br />

produk pangan sebaiknya<br />

yang paling diatur dengan ketentuan<br />

teknis terkait dengan SPS.<br />

Sejumlah produk hukum terkait<br />

keamanan pangan telah diterbitkan<br />

di <strong>Indonesia</strong> diantaranya: UU No.<br />

16/1992 tentang Karantina Hewan,<br />

<strong>Ikan</strong> & Tumbuhan; UU No. 23/1992<br />

tentang Kesehatan, Bagian IV -<br />

Pengamanan Makanan dan Minuman<br />

dan Bagian XII Pengamanan<br />

Zat Aditif; ; UU No 7/1996 tentang<br />

Pangan - Bab II Keamanan Pangan<br />

; UU No. 31/2004 dan telah diubah<br />

dengan UU no. 45/2009 – tentang<br />

Perikanan- pasal 21 & 22; PP No.


69/1999 tentang Label & Iklan Pangan;<br />

PP No. 15/2002 tentang Karantina<br />

<strong>Ikan</strong>; PP No. 28/2004 Keamanan<br />

Pangan, Mutu & Gizi Pangan.<br />

Regulasi lainnya yang terkait<br />

dengan pengaturan perdagangan<br />

yaitu antara lain: UU No.7/1994<br />

tentang Pengesahan Agreement Establishing<br />

the WTO; UU No.8/1999<br />

tentang Perlindungan Konsumen; PP<br />

No.102/2000 tentang Standardisasi<br />

Nasional;<br />

Untuk operasional di lapangan<br />

terkait keamanan pangan dari<br />

produk impor, terdapat peraturan<br />

dari Kepala Badan Pengawas Obat<br />

dan Makanan (BPOM) RI yaitu<br />

Nomor HK.00.06.1.52.4011 tanggal<br />

28 Oktober 2009 tentang Penetapan<br />

Batas Maksimum Cemaran Mikroba<br />

dan Kimia Dalam Makanan.<br />

Peraturan tersebut mencakup untuk<br />

produksi dalam negeri maupun yang<br />

berasal dari impor dan berlaku efektif<br />

pada bulan April <strong>2010</strong>.<br />

Peraturan khusus untuk persyara-<br />

Peraturan Menteri Kelautan dan<br />

Perikanan nomor 17 tahun <strong>2010</strong><br />

tentang Pengendalian Mutu dan<br />

Keamanan Hasil Perikanan Yang<br />

Masuk ke dalam Wilayah Republik<br />

<strong>Indonesia</strong> telah diterbitkan pada<br />

tanggal 31 Agustus <strong>2010</strong> dan efektif<br />

berlaku pada akhir tahun <strong>2010</strong>.<br />

Keberadaan PerMen ini diharapkan<br />

dapat menjadi payung hukum bagi<br />

perlindungan konsumen khususnya<br />

di dalam mengkonsumsi ikan impor.<br />

Ini diperlukan mengingat ikan impor<br />

berpeluang menjadi media pembawa<br />

bagi masuk dan tersebarnya hama<br />

serta penyakit ikan yang berbahaya,<br />

baik bagi kelestarian sumber daya<br />

ikan, lingkungan, maupun konsumen.<br />

Ruang lingkup yang diatur dalam<br />

Permen tersebut meliputi 6 hal yaitu<br />

persyaratan teknis untuk menjadi<br />

importir hasil perikanan, persyaratan<br />

dan tata cara melakukan impor,<br />

pemeriksaan terhadap ikan yang<br />

diimpor, ketentuan untuk impor hasil<br />

perikanan sebagai barang bawaan<br />

tan teknis importasi hasil perikanan<br />

telah diterbitkan PermenKP nomor<br />

17/<strong>2010</strong> tanggal <strong>2010</strong>. Keluarnya<br />

peraturan tersebut disambut gembira<br />

oleh berbagai kalangan yang peduli<br />

terhadap keamanan pangan dan<br />

kesetaraan perlakuan dengan negara<br />

lain. Sebagaimana kita ketahui<br />

bahwa mayoritas ekspor hasil perikanan<br />

<strong>Indonesia</strong> ditujukan ke negara<br />

maju yang menerapkan aturan sangat<br />

ketat terkait sanitasi dan fitosanitasi,<br />

namun sebaliknya <strong>Indonesia</strong> justru<br />

belum mempunyai instumen untuk<br />

melaksanakan hal serupa. Adalah<br />

ironis ketika sejumlah produk impor<br />

yang masuk ke <strong>Indonesia</strong> ternyata<br />

bermutu kurang baik, mengandung<br />

zat berbahaya serta tidak layak untuk<br />

dikonsumsi manusia.<br />

Sebagai negara dengan jumlah<br />

penduduk terbanyak ke-4 di dunia,<br />

<strong>Indonesia</strong> seringkali menjadi target<br />

pasar bagi negara lain. Instrumen<br />

perlindungan untuk keamanan pangan<br />

menjadi hal mutlak yang harus<br />

Permen KP 17/<strong>2010</strong> Lindungi Konsumen<br />

Atas Produk Perikanan Impor<br />

dan ketentuan untuk re-impor hasil<br />

perikanan.<br />

Berdasarkan PerMen tersebut,<br />

untuk dapat menjadi importir hasil<br />

perikanan, syarat awal yang harus<br />

dipenuhi adalah memiliki Angka<br />

Pengenal Importir Produsen (API-P)<br />

atau Angka Pengenal Importir<br />

Umum (API-U). Dan suatu produk<br />

perikanan baru dapat diimpor<br />

apabila dilengkapi dengan Sertifikat<br />

Kesehatan di Bidang Karantina <strong>Ikan</strong><br />

dan/atau Sertifikat Kesehatan di<br />

Bidang Mutu dari instansi yang berwenang<br />

di negara asal serta dilengkapi<br />

Surat Keterangan Asal/Certificate<br />

of Origin (CoO) yang diterbitkan oleh<br />

Otoritas Kompeten di negara asal.<br />

Sementara itu dalam rangka<br />

efisiensi pemeriksaan mutu dan<br />

keamanan hasil perikanan di pintupintu<br />

masuk yang diperbolehkan,<br />

negara asal impor dibedakan menjadi<br />

3 (tiga) kategori yaitu: negara asal<br />

yang telah mempunyai perjanjian<br />

kerja sama, negara asal yang belum<br />

mempunyai perjanjian kerja sama<br />

tersedia agar negara ini tidak menjadi<br />

buangan “limbah” dari negara<br />

lain dan konsumen di dalam negeri<br />

berhak untuk dilindungi dari produk<br />

perikanan yang tidak sesuai dengan<br />

kaidah keamanan pangan.<br />

Dalam perjalananannya nanti,<br />

mungkin saja Permen KP no 17/<strong>2010</strong><br />

masih membutuhkan penyempurnaan<br />

dan dukungan pelaksanaan di<br />

lapangan. Namun bagaimanapun,<br />

peraturan tersebut telah menjadi<br />

tonggak baru kepedulian pemerintah<br />

untuk memberikan perlindungan<br />

yang optimum bagi kesehatan dan<br />

kehidupan masyarakat, hewan dan<br />

tanaman dari kemungkinan hasil<br />

perikanan yang tidak bermutu dan<br />

tidak aman dari dari negara lain. �aw<br />

tetapi mempunyai sistem yang<br />

equivalen dan negara asal yang<br />

belum mempunyai perjanjian kerja<br />

sama dan belum mempunyai sistem<br />

yang equivalen. Untuk kondisi kategori<br />

ke-3, ikan yang diimpor perlu<br />

dilengkapi hasil uji laboratorian<br />

sesuai Standar Nasional <strong>Indonesia</strong><br />

(SNI) dan atau ketentuan dibidang<br />

mutu dan kemanan hasil perikanan.<br />

Atas peraturan baru tersebut, sosialisasi<br />

yang terus menerus kepada para<br />

stakeholders perikanan perlu dilakukan,<br />

sehingga akan memperlancar<br />

pada saatnya mulai berlaku efektif.<br />

(Liu Setyawan)<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

13


14<br />

Di Hari Raya Idul Fitri<br />

Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubstitusi Daging<br />

Bulan Ramadhan setiap tahunnya selalu dinantikan kedatangannya oleh setiap muslim. Pada bulan<br />

tersebut setiap muslim yang telah akil baligh (dewasa secara islam) diwajibkan melaksanakan ibadah<br />

puasa dengan cara menahan hawa nafsu dan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga tenggelamnya<br />

matahari secara rutin selama satu bulan penuh. Ramadhan dianggap bulan penuh berkah<br />

Bulan Ramadhan setiap tahunnya<br />

selalu dinantikan kedatangannya<br />

oleh setiap muslim.<br />

Pada bulan tersebut setiap muslim<br />

yang telah akil baligh (dewasa secara<br />

islam) diwajibkan melaksanakan<br />

ibadah puasa dengan cara menahan<br />

hawa nafsu dan tidak makan dan<br />

minum sejak terbit fajar hingga<br />

tenggelamnya matahari secara rutin<br />

selama satu bulan penuh. Ramadhan<br />

dianggap bulan penuh berkah<br />

dan ampunan, sehingga pada bulan<br />

ini umat muslim berlomba-lomba<br />

meningkatkan ibadahnya. Akhir<br />

Ramadhan adalah hari raya Idul Fitri<br />

atau biasa disebut dengan Lebaran<br />

atau hari kemenangan.<br />

Di <strong>Indonesia</strong>, menjelang Ramadhan<br />

karena adanya perubahan<br />

jam makan, secara tradisi belanja<br />

masyarakat melonjak terutama<br />

untuk kebutuhan sembilan bahan<br />

pokok (sembako). Imbasnya, harganya<br />

menjadi naik, begitu pula dengan<br />

produk lainnya. Kenaikan harga<br />

merupakan konsekuensi normal<br />

dari permintaan yang meningkat.<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

Untuk memberikan rasa aman bagi<br />

masyarakat, dan memastikan pasokan<br />

cukup serta distribusi lancar dan<br />

untuk menghindari kenaikan harga<br />

yang berlebihan maka pemerintah<br />

telah melakukan pemantauan yang<br />

serius.<br />

<strong>Ikan</strong> Sumber Protein Hewani Yang<br />

Prospektif<br />

Menjelang Ramadhan dan Idul<br />

Fitri tahun <strong>2010</strong>, kondisi ikan di<br />

pasar juga tidak luput dari pantauan.<br />

Pengamatan kondisi ikan khususnya<br />

dilakukan di daerah sentra<br />

konsumen terbesar yaitu di 6 kota<br />

besar yang menjadi ibukota provinsi<br />

di pulau Jawa: Jakarta, Bandung,<br />

Serang, Semarang, Yogyakarta dan<br />

Surabaya. Pengamatan tidak terbatas<br />

kepada harga ikan tetapi juga<br />

kesiapan pasokan, prediksi permintaan<br />

menjelang hari raya Idul Fitri<br />

dan perbandingan harga terhadap<br />

produk substitusinya.<br />

Secara garis besar, menu tradisional<br />

untuk hidangan hari raya<br />

Idul Fitri di sejumlah wilayah di<br />

<strong>Indonesia</strong> adalah opor ayam dan<br />

rendang daging. <strong>Ikan</strong> masih menjadi<br />

alternatif bahan pangan yang<br />

dipandang repot cara pengolahan,<br />

penyajian dan penyantapannya.<br />

Akibatnya harga ayam dan daging<br />

sapi melonjak tajam. Namun tidak<br />

demikian dengan sejumlah jenis ikan<br />

yang mempunyai harga relatif lebih<br />

murah.<br />

Dari segi pasokan, ikan umumnya<br />

mempunyai kesiapan lebih baik<br />

karena mengandung komponen lokal<br />

yang tinggi dan tersedia sepanjang<br />

tahun serta tersebar hampir di<br />

seluruh wilayah di <strong>Indonesia</strong>.<br />

... ke hal. 29<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> Agustus <strong>2010</strong> No.84<br />

14


Komoditi Spesifikasi Contact Person<br />

MENAWARKAN<br />

Tuna Shasimi Harga: Nego<br />

Pembayaran: Transfer Bank<br />

<strong>Ikan</strong> Asin Harga: Rp10.000 - 40.000,-/kg<br />

Jumlah: 3-5 ton per hari<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />

Jenis ikan asin: (Teri medan Rp 40.000,-/kg; Rebon Rp10.000,-/kg; Gabus<br />

Rp 40.000,-/kg; Peda Rp12.000,-/kg; Layang Rp10.000,-/kg; Teri tawar jengki<br />

Rp15.000,-/kg)<br />

<strong>Ikan</strong> Kerapu Super Harga: Nego<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank Keterangan: <strong>Ikan</strong> kerapu super dalam<br />

kondisi hidup/ mati dengan berat mulai 1 ons/ 1kg<br />

<strong>Ikan</strong> Pindang Harga: Rp11.000-12.500,-/kg<br />

Pembayaran: Tunai, Jumlah: 10-15 ton per hari<br />

Keterangan: jenis ikan yang dipindang antara lain: layang 4-5 ton, salem 3-4<br />

ton, tongkol 2-3 ton lemuru dan sero 1-2 ton<br />

<strong>Ikan</strong> Hias Air Tawar Harga: Nego<br />

Pembayaran: Transfer Bank (T/T), Tunai Keterangan: Asal ikan hias dari<br />

Pekanbaru-Riau, tersedia berbagai macam ikan hias air tawar / tropical fish:<br />

Neon tetra, cardinal tetra, red nose, manfish, discus, koky, koi<br />

KFC Soka (Kaltara<br />

Fried Crab)<br />

Kerajinan Olahan Kulit<br />

Buaya “RAFLO”<br />

Kerupuk Kulit Hiu dan<br />

Pari<br />

Pipefish (<strong>Ikan</strong> Pipa)<br />

Kering<br />

Harga: Nego<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank Keterangan: Menyediakan kepiting hidup<br />

dan cangkang kepiting<br />

Harga: variatif<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />

Jumlah: 1000-1500 buah per bulan Keterangan: hasil olahan kulit buaya antara<br />

lain tas, dompet, ikat pinggang dan tempat handphone<br />

Harga: RP7.000,-/kg untuk kulit pari dan Rp1.000,-/kg untuk kulit hiu<br />

Pembayaran: tunai<br />

Jumlah: 1 ton kulit basah (20kg kulit kering) per bulan<br />

Harga: Rp150.000,-/kg (pasar lokal) dan Rp280.000-300.000,-/kg (ekspor)<br />

Pembayaran: Tunai<br />

Jumlah: 500 kg per bulan<br />

Keterangan: 1 kg basah menghasilkan 0,5 ons kering (penyusutan 95%), manfaatnya<br />

antara lain sebagai bahan ramuan untuk pengobatan tradisional (ginjal,<br />

kulit, getah bening, asma dan peningkatan stamina)<br />

Teri Asin Harga: Rp 25.000-50.000,-/kg<br />

Pembayaran: Tunai, Tranfer Bank<br />

Jumlah: 700-900 kg per hari<br />

Keterangan: Jenis teri antara lain teri nasi (Rp 45.000-50.000,-/kg), nilon (Rp<br />

30.000-35.000,-/kg) dan jengki (Rp 25.000-30.000,-/kg)<br />

Bakso <strong>Ikan</strong> “Supra<br />

Dinasty”<br />

Peluang <strong>Pasar</strong><br />

Harga: Variatif<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />

Jumlah: 8-9 ton per bulan<br />

Keterangan: Bakso <strong>Ikan</strong> berbahan baku ikan (ikan hiu dan marlin) 80%, daging<br />

sapi dan ayam 20%<br />

Udang Kupas Harga: Nego<br />

Pembayaran: Tunai, Transfer Bank<br />

Jumlah: 750 kg udang kupas per hari Keterangan: udang kupas untuk bahan<br />

baku olahan kerupuk<br />

MEMBUTUHKAN<br />

Benih <strong>Ikan</strong> Mas Harga: Nego<br />

Pembayaran: Tunai<br />

Jumlah: 200 kg / minggu<br />

Keterangan: Membutuhkan benih ikan mas dari subang atau bandung dengan<br />

ukuran100-120 ekor / kg<br />

<strong>Ikan</strong> Betutu Harga: Nego<br />

Pembayaran: Tunai Keterangan: Membutuhkan ikan betutu berbagai ukuran<br />

untuk memenuhi pasar resto <strong>Indonesia</strong><br />

Lele Konsumsi Harga: Standar Partai<br />

Pembayaran: Tunai<br />

Jumlah: 500 - 1000 kg per minggu, Kemasan: Kg / Drum<br />

Keterangan: Butuh <strong>Ikan</strong> Lele konsumsi 7-12 ekor/kg dalam kondisi hidup dan<br />

sehat<br />

Email: qimituna@gmail.com<br />

HP: 081360632499, Telp: 06169464612, Fax: 0618293001<br />

Alamat: Jl. Pahlawan No. A3 Dewantara Aceh Lhokseumawe<br />

24354, Nanggroe Aceh Darusallam”<br />

Ahok<br />

Alamat: Kawasan Pergudangan Kapuk Blok D Jakarta<br />

Utara<br />

Zusnia Efendi<br />

Email: cv_adinia@yahoo.com<br />

HP: 085-231602035,Telp: 0321-6818154, Fax: 0321-6818154<br />

Alamat: Jl. Jolotundo 11 Rt 1/1 Srigading-Ngoro-Mojokerto<br />

Sudarsih<br />

Alamat: Bajomulyo Pati, Jawa Tengah<br />

Budi Herianto<br />

Email: aquahobbybh@yahoo.com<br />

Hp: 081396518181 - Telp: 0761-7720010<br />

Alamat: Jl. Paus No.45 B Pekanbaru, Riau<br />

Mare<br />

HP: 081254889995, 081347017423<br />

Alamat: Jl. Mulawarman RT. 11 No. 19 Kelurahan<br />

Karanga Anyar Pantai Tarakan - Kalimantan Timur<br />

PT. Ekanindya Karsa (Rachmat dan Flora)<br />

Telp: 021 52897510 - 021 52897582, Fax : 021 52897582<br />

Alamat: Jl Jend Sudirman Kompl SCBD Bl Biru/4&15,<br />

Senayan,Kebayoran Baru, JAKARTA 12190<br />

KUD Pada Geger (Masroni)<br />

Alamat: Desa Rumbu, Kecamatan Sakra, Lombok Timur<br />

Alwi<br />

Telp: 081357672254<br />

Alamat: Kota Surabaya, Jawa Timur<br />

Toto<br />

HP: 081379905030<br />

Alamat: Pulau <strong>Pasar</strong>an Bandar Lampung<br />

Jauhari<br />

Telp: 0361-421684<br />

Alamat: Jl. Cargo Permai 1 Denpasar Bali<br />

Didi<br />

Telp: 085640036774<br />

Alamat: Kota Semarang Jawa Tengah<br />

Imbang permana<br />

Email: persadaputra@gmail.com<br />

HP: 062-818211115 - Telp: 062-263-323522<br />

Alamat: Babakan Garut-Ciranjang<br />

Cianjur 43282, Jawa Barat<br />

Aji Saputro<br />

Email: chaska_azzuri@yahoo.co.id<br />

HP: 085640615900, Telp: 085640615900<br />

Semarang 50175, Jawa Tengah<br />

Alamat: Jl Kalibaru Timur RT 03/X<br />

Ikmaluddin Aziz<br />

HP: 081901547978<br />

Telp: 081901547978<br />

Alamat: Perum. Bawen Bukit Permai B5 No. 39 Bawen,<br />

Jawa Tengah<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

15


16<br />

Korea Selatan Investasi<br />

pada Pabrik Pengolahan<br />

Surimi<br />

Korea Surimi Co. Ltd. rencananya<br />

akan melakukan investasi dengan<br />

mendirikan pabrik pengolahan ikan<br />

di daerah pesisir Kabupaten Kulon<br />

Progo, Jawa Tengah. Untuk menjamin<br />

ketersediaan pasokan bahan baku,<br />

perusahaan ini menjalin kerjasama<br />

dengan koperasi nelayan untuk<br />

mendapatkan ikan dari nelayan lokal<br />

dengan harga yang telah disepakati,<br />

sehingga dapat membantu menstabilkan<br />

pendapatan nelayan. Kabarnya,<br />

Korea Surimi Co. Ltd. membutuhkan<br />

bahan baku sekitar 30.000 ton pertahunnya.<br />

Reksadana Khusus Perikanan<br />

Pertama di Dunia<br />

Nomura Securities Co. akan<br />

membentuk perwalian investasi<br />

(investment trust) pertama di dunia<br />

yang khusus menargetkan bisnis yang<br />

berhubungan dengan perikanan di seluruh<br />

dunia ditengah permintaan ikan<br />

yang kian tumbuh di berbagai negara.<br />

Perusahaan tersebut meramalkan<br />

bahwa bisnis perikanan dalam jangka<br />

panjang akan semakin berkembang.<br />

Konsumen di AS dan Eropa menjadi<br />

lebih menyadari pentingnya kesehatan,<br />

sementara permintaan ikan juga<br />

meningkat di tengah pertumbuhan<br />

ekonomi yang dialami negara berkembang.<br />

Nomura berencana mengumpulkan<br />

dana hingga 140 miliar yen<br />

(US$1,64 miliar) selama periode<br />

9-19 Agustus dan Amundi Japan Ltd,<br />

sebuah unit perusahaan manajemen<br />

aset milik Perancis yang berlokasi di<br />

Jepang akan mengelola dana tersebut.<br />

Salah seorang pejabat Nomura<br />

mengatakan bahwa sekitar 30% dana<br />

yang terkumpul akan diinvestasikan<br />

di Jepang, sementara sekitar 40%<br />

lainnya akan dinvestasikan pada perusahaan<br />

di AS. Perusahaan ini juga berencana<br />

untuk berinvestasi di negara<br />

berkembang seperti Thailand dan Brazil.<br />

Dana tersebut akan diinvestasikan<br />

pada perusahaan yang tercatat terlibat<br />

dalam penangkapan dan pembudidayaan<br />

ikan, serta perusahaan yang<br />

memproduksi alat-alat perikanan<br />

seperti alat tangkap dan mesin kapal.<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

Kilas Berita<br />

Perusahaan dalam industri jasa makanan<br />

yang melayani seafood juga akan<br />

menjadi target investasi tersebut.<br />

China dan India Kuasai<br />

<strong>Pasar</strong> Uni Emirat Arab (UEA)<br />

China dan India menggantikan<br />

pemasok barang-barang dari Barat ke<br />

UEA yang sudah sejak lama menjadi<br />

ekportir dominan di negara-negara<br />

teluk. Emirate Business melaporkan<br />

nilai eksor kedua negara tersebut ke<br />

UEA hampir seperempat dari total<br />

impor tahun 2009. India mencatat<br />

rekor dengan nilai ekpornya ke UEA<br />

sebesar 61,5 milyar dirham (US$17<br />

milyar) pada tahun 2009 atau sekitar<br />

13,7% dari total impor UEA. Ekspor<br />

seafood India ke UEA mencapai<br />

US$54 juta. Pada periode yang sama,<br />

ekspor China ke UEA sebesar 47,8<br />

milyar dirham (US$13 milyar) atau<br />

sekitar 10,7% dari total impor UEA<br />

yang mencapai sebesar 447,3 milyar<br />

dirham (US$121,8 milyar). Ekspor<br />

produk perikanan China ke UEA pada<br />

tahun 2009 senilai US$16 juta.<br />

Ekspor Seafood<br />

Vietnam Naik Disaat Ekonomi<br />

Sulit<br />

Berdasarkan data dari Kementerian<br />

Pertanian dan Pembangunan<br />

Perdesaan, ekspor Vietnam pada Juli<br />

<strong>2010</strong> sebesar US$430 juta, sehingga<br />

selama 7 bulan pertama nilai ekspornya<br />

menjadi US$2,45 milyar, naik<br />

11,6% dibanding tahun 2009. Selama<br />

periode Jan-Juli <strong>2010</strong>, ekspor udang<br />

memimpin dengan pendapatan sebesar<br />

US$717 juta atau 35,45% dari total<br />

dengan kenaikan rata-rata per tahun<br />

sebesar 22%. Ditempat kedua adalah<br />

ikan patin (tra dan basa) dengan nilai<br />

ekspor sebesar US$650 juta (naik<br />

8,32%). UE merupakan pasar terbesar<br />

ekspor untuk seafood Vietnam dengan<br />

nilai mencapai US$512 juta, selanjutnya<br />

diikuti oleh Jepang sebesar<br />

US$371,6 juta. Meskipun pendapatan<br />

ekspor seafood Vietnam mengalami<br />

kenaikan, hampir semua bisnis ekspor<br />

mengalami kesulitan bahan baku dan<br />

berkurangnya lahan budidaya ikan<br />

patin (tra). Banyak perusahaan besar<br />

seperti Hung Vuong, Vinh Hoan, Nam<br />

Viet, Agrifish dan Minh Phu terpaksa<br />

menanamkan modalnya pada budidaya<br />

untuk mendapatkan tambahan<br />

pasokan ikan. Banyak perusahaan<br />

pengolahan seafood di Delta Sungai<br />

Mekong harus mengimpor bahan<br />

baku. Selain itu, industri pengolahan<br />

mengalami kesulitan akibat tingginya<br />

biaya input seperti tingkat bunga yang<br />

tinggi, listrik, air, gaji, transportasi<br />

dan kemasan. Meskipun baru-baru ini<br />

harga udang meningkat, harga produk<br />

lainnya mengalami penurunan.<br />

<strong>Pasar</strong> Seafood di<br />

Singapura Kembali Bergairah<br />

Setelah mengalami kelesuan pada<br />

tahun 2009, pasar seafood di Singapura<br />

menunjukkan tanda-tanda pemulihan<br />

di <strong>2010</strong>. Impor produk segar,<br />

beku dan olahan naik 28,9% dalam<br />

total impor perikanan selama bulan<br />

Januari sampai April <strong>2010</strong>. Sementara<br />

pasokan dari ASEAN mendominasi<br />

pasar, impor dari Norwegia, Australia,<br />

Perancis dan AS juga lebih tinggi<br />

dibanding tahun 2009. Seafood dari<br />

Scandinavia sekarang tersedia di Singapura<br />

melalui Fisk yang membawa<br />

ikan segar dan seafood dari Skandinavia.<br />

Ekonomi Singapura yang sempat<br />

turun 1,3% pada tahun 2009, bangkit<br />

kembali pada tahun <strong>2010</strong> dengan<br />

kenaikan PDB hampir 17,9% pada<br />

semester pertama tahun <strong>2010</strong>. Namun<br />

demikian, Kementerian Perdagangan<br />

Singapura mencatat pertumbuhan<br />

yang lebih lambat sebesar 13-15%<br />

selama sisa tahun <strong>2010</strong>, tetapi masih<br />

akan menjadi pertumbuhan ekonomi<br />

tercepat di dunia.�fadly<br />

Sumber : Infofish Trade News


Harga Komoditas Perikanan Di <strong>Pasar</strong> Internasional Bulan Agustus <strong>2010</strong><br />

Nama Produk Ukuran US$/KG Nama <strong>Pasar</strong><br />

Nobashi (PTO), raw frozen tray pack<br />

Black Tiger 21/25 0.27 Wholesale, Tokyo<br />

61/70 0.09<br />

Jepang<br />

Vannamei 21/25 0.25 Wholesale, Tokyo<br />

61/70 0.08<br />

Jepang<br />

Black Tiger 9,5-10 cm 0.27 Wholesale, Tokyo<br />

7,5-8,0 cm 0,12<br />

Jepang<br />

Vannamei 9,5-10 cm 0,20<br />

7,5-8,0 cm 0,11<br />

Vannamei, Cooked 21/25 5.10/lb Ex. Warehouse, New<br />

PTO<br />

51/60 3.15/lb<br />

York, USA<br />

Cooked and P & D 16/20 6.85/lb<br />

Black Tiger<br />

41/50 3.50/lb<br />

Cooked, PTO, Van- 31/40 5.10/lb Ex. Warehouse, New<br />

namei IQF<br />

61/70 3.15/lb<br />

York, USA<br />

Cooked, P&D, Van- 21/25 5.05/lb CFR New York, USA<br />

namei IQF<br />

61/70 2.90/lb<br />

Cooked, PTO, Black 8/12 8.70/lb<br />

Tiger<br />

31/40 3.30/lb<br />

Cooked, PTO white 31/40 4.60/lb Ex. Warehouse, New<br />

71/90 3.50/lb<br />

York, USA<br />

Grouper Epinephelus<br />

spp<br />

Whole, fresh/chilled<br />

US$ 3.68-6,62 Wholesale Singapura<br />

Brown Spotted Grouper<br />

E.coioides<br />

Large 5.29 Wholesale Kuala Lumpur,<br />

Malaysia<br />

Whole, fresh/chilled Medium 6.57<br />

Small 4.17<br />

Manggrove Snapper Large 5.61 Wholesale Kuala Lum-<br />

Whole, fresh/chilled Medium 6.73<br />

pur, Malaysia<br />

Small 5.61<br />

Red Snapper<br />

US$ 3.70 - 5.56 Wholesale Jurong,<br />

Lutjanus sp, Whole,<br />

fresh<br />

Singapura<br />

White Pomfret Large 8.49 Wholesale Kuala Lumpur,<br />

Malaysia<br />

Whole, Fresh/Chilled Medium 7.69<br />

Black Pomfret, Large 5.29 Wholesale Kuala Lum-<br />

Whole, Fresh Cilled<br />

Medium 5.77<br />

pur, Malaysia<br />

Spanish Mackerel Large 5.77 Wholesale Kuala Lumpur,<br />

Malaysia<br />

Scomberomous spp, Medium 5.13 Wholesale Jurong<br />

Whole, Fresh Chilled<br />

Spanish Mackerel<br />

Scomberomous spp<br />

Whole, fresh/chilled<br />

Singapura<br />

Indian Mackerel Medium 2.88 Wholesale Kuala Lum-<br />

Rastrelliger spp<br />

Whole fresh/child<br />

Small 2.24<br />

pur, Malaysia<br />

Indian Mackerel Rastrelliger<br />

spp Whole<br />

fresh/child<br />

Black Tiger Shrimp<br />

Penaeus monodon<br />

Head-on, fresh/<br />

chilled<br />

white Shrimp p.<br />

indicus<br />

Head-on, fresh/chilled<br />

Whole, Fresh 2.61- 3.73 Wholesale Jurong,<br />

Singapura<br />

5.97-23.88 Wholesale Singapura<br />

4.48-15.67 Wholesale Singapura<br />

Soft Shell turtle live 2 FOB Medan for Hong<br />

Kong<br />

Red Snapper Natural IQF Ex. Warehouse, NY,<br />

4-6 oz/pc 4.40-4.50/lb<br />

USA<br />

12- 14 oz/pc 3.95-4.10/lb<br />

Ribbon Fish Whole 100 - 700 gm<br />

/ pc<br />

1.20 CFR China<br />

Tilapia Fillet 6.20 FOB Medan, <strong>Indonesia</strong><br />

for USA<br />

Bigeye Thunus<br />

obesus<br />

Cuttlefish, sepia sp<br />

Whole, block<br />

50 - 150 gm<br />

/ pc<br />

11677 -<br />

29192/ton<br />

Auction Tsukiji Market,<br />

Tokyo, Jepang<br />

1.25 CFR Europe<br />

Baby Cuttlefish 10/20-60 pc/kg 2.40 CFR Rusia<br />

Whole, cleaned, 10%<br />

glazed, IQF<br />

Baby Cuttlefish<br />

20/40 pc/kg 2.80 CFR Taiwan and Korea<br />

Whole, cleaned (no 6/10 - 10/20<br />

4 CFR USA<br />

glazing<br />

Squid, Loligo sp<br />

Tube and Tentacles<br />

pc/kg<br />

Squid, Loligo sp medium/Large 2.50 FOB Medan for Busan,<br />

Korea<br />

Sliced, poulp squid 10/20 - 60<br />

2.55 CFR Rusia<br />

Octopus, Octopus<br />

vulgaris<br />

Whole, cleaned, 10%<br />

glazed, IQF<br />

pc/kg<br />

Octopus, Octopus 10/20 pc/kg<br />

2.50 CFR Taiwan and Korea<br />

vulgaris<br />

Whole, cleaned, no<br />

glazing<br />

and up<br />

Baby Octopus 20/30 -80/100 2.40 FOB Medan for Busan,<br />

Whole<br />

pc/kg<br />

Korea<br />

Hard Clams 10/20, 20/30,<br />

30/40, 40/50,<br />

50/80<br />

0.80<br />

Froglegs Classic 6/8 pc/kg 6.65 CFR Europe<br />

Brand<br />

31/40 pc/kg 3.10<br />

Froglegs Yoga Brand 16/20 pc/kg 5.90<br />

20/30 pc/kg 4.20<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

17


18<br />

Harga Komoditas Perikanan Di Beberapa TPI dan <strong>Pasar</strong> Grosir<br />

Komoditas/Lokasi Harga bulan Agustus <strong>2010</strong> (Rp/kg)<br />

Bandeng<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />

Bawal Hitam<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPS Belawan<br />

Bawal Putih<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Calang Aceh Jaya<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />

Cakalang<br />

<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPN Prigi<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

PPS Cilacap<br />

Cucut<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPS Cilacap<br />

Cumi-cumi<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

Gurame<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Ikan</strong> Asin<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

Kakap Merah<br />

<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

M-1 M-2 M-3 M-4<br />

-<br />

18,000<br />

16,250<br />

18,000<br />

16,250<br />

19,000<br />

18,000<br />

21,000<br />

21,000<br />

32,500<br />

17,500<br />

12,000<br />

-<br />

13,000<br />

15,000<br />

-<br />

34,000<br />

41,417<br />

26,134<br />

26,107<br />

-<br />

-<br />

-<br />

49,583<br />

74,000<br />

28,500<br />

-<br />

20,500<br />

21,000<br />

18,500<br />

24,500<br />

21,000<br />

22,000<br />

21,500<br />

13,000<br />

8,000<br />

22,000<br />

11,500<br />

14,565<br />

12,154<br />

8,000<br />

-<br />

19,029<br />

18,979<br />

-<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

24,000<br />

35,000<br />

45,000<br />

38,500<br />

-<br />

33,000<br />

38,250<br />

39,000<br />

-<br />

18,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

25,000<br />

17,250<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,500<br />

16,000<br />

13,000<br />

-<br />

-<br />

34,000<br />

41,600<br />

24,337<br />

23,534<br />

-<br />

-<br />

-<br />

49,550<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

8,000<br />

-<br />

12,000<br />

13,355<br />

10,049<br />

8,200<br />

38,000<br />

16,206<br />

16,206<br />

-<br />

35,000<br />

35,000<br />

-<br />

14,000<br />

35,000<br />

54,500<br />

-<br />

-<br />

32,000<br />

38,400<br />

-<br />

18,000<br />

18,000<br />

-<br />

19,000<br />

15,000<br />

18,750<br />

-<br />

55,000<br />

25,000<br />

27,500<br />

16,500<br />

-<br />

-<br />

13,000<br />

13,000<br />

18,000<br />

-<br />

41,625<br />

24,853<br />

23,973<br />

-<br />

50,000<br />

-<br />

49,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

23,000<br />

16,500<br />

21,500<br />

21,500<br />

21,000<br />

17,500<br />

15,000<br />

7,833<br />

27,000<br />

11,750<br />

14,343<br />

11,811<br />

8,000<br />

-<br />

22,581<br />

22,765<br />

-<br />

-<br />

-<br />

32,000<br />

25,000<br />

-<br />

45,000<br />

-<br />

34,000<br />

-<br />

38,500<br />

-<br />

19,000<br />

18,000<br />

17,500<br />

19,500<br />

19,750<br />

19,500<br />

21,000<br />

28,000<br />

21,000<br />

32,500<br />

16,500<br />

-<br />

-<br />

13,000<br />

-<br />

18,000<br />

-<br />

41,150<br />

24,867<br />

-<br />

30,000<br />

50,000<br />

31,500<br />

49,700<br />

-<br />

-<br />

85,000<br />

23,500<br />

20,500<br />

17,250<br />

19,000<br />

21,500<br />

15,000<br />

21,500<br />

15,000<br />

7,143<br />

23,000<br />

12,000<br />

12,710<br />

-<br />

8,000<br />

38,000<br />

17,914<br />

-<br />

30,000<br />

-<br />

35,000<br />

33,000<br />

25,000<br />

35,000<br />

44,000<br />

38,500<br />

34,000<br />

-<br />

38,500<br />

42,500<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

Kembung<br />

<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Lhok Bengkuang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

Kepiting<br />

<strong>Pasar</strong> Abdya Aceh Barat Daya<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Tamiang Aceh<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

TPI Tanjung Pandan<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

Kerapu<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

PPS Belawan<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

Kuwe<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

<strong>Pasar</strong> Tua Palu<br />

38,000<br />

-<br />

31,500<br />

-<br />

35,000<br />

33,333<br />

40,000<br />

34,000<br />

13,221<br />

8,000<br />

28,500<br />

-<br />

20,000<br />

-<br />

-<br />

24,000<br />

21,000<br />

22,500<br />

-<br />

22,500<br />

-<br />

20,000<br />

-<br />

24,500<br />

15,000<br />

19,000<br />

31,333<br />

8,000<br />

10,563<br />

20,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

20,750<br />

-<br />

-<br />

-<br />

36,500<br />

37,500<br />

-<br />

37,500<br />

37,500<br />

-<br />

-<br />

37,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

37,250<br />

38,000<br />

-<br />

-<br />

17,000<br />

33,833<br />

25,000<br />

26,000<br />

32,000<br />

32,500<br />

25,000<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

,925<br />

10,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

35,000<br />

33,000<br />

-<br />

33,000<br />

15,886<br />

-<br />

-<br />

20,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

20,000<br />

-<br />

23,125<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

-<br />

35,000<br />

7,800<br />

8,470<br />

-<br />

-<br />

-<br />

18,000<br />

20,500<br />

16,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

36,833<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

27,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

28,000<br />

37,000<br />

36,500<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

34,000<br />

-<br />

27,875<br />

32,000<br />

31,750<br />

25,200<br />

-<br />

-<br />

-<br />

25,000<br />

9,750<br />

-<br />

37,500<br />

-<br />

31,500<br />

-<br />

35,000<br />

34,600<br />

50,000<br />

34,333<br />

19,850<br />

-<br />

21,000<br />

20,000<br />

24,000<br />

19,000<br />

23,500<br />

21,000<br />

-<br />

-<br />

30,000<br />

19,000<br />

-<br />

20,500<br />

-<br />

20,500<br />

35,000<br />

7,500<br />

9,446<br />

21,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

20,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

47,000<br />

-<br />

-<br />

47,500<br />

-<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

37,000<br />

37,000<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

34,000<br />

-<br />

20,000<br />

32,000<br />

37,500<br />

25,375<br />

40,000<br />

-<br />

34,000<br />

-<br />

9,750<br />

-<br />

40,000<br />

16,500<br />

33,500<br />

38,000<br />

35,000<br />

33,250<br />

35,000<br />

30,333<br />

-<br />

32,500<br />

22,000<br />

20,000<br />

19,500<br />

18,750<br />

24,000<br />

24,000<br />

23,833<br />

20,000<br />

32,700<br />

22,500<br />

-<br />

17,500<br />

24,500<br />

-<br />

20,500<br />

34,583<br />

7,286<br />

-<br />

25,000<br />

13,000<br />

25,000<br />

18,000<br />

20,800<br />

16,000<br />

-<br />

22,500<br />

47,000<br />

37,500<br />

27,500<br />

47,500<br />

36,500<br />

40,000<br />

31,500<br />

27,500<br />

37,500<br />

25,000<br />

55,000<br />

28,000<br />

37,500<br />

37,500<br />

12,000<br />

25,000<br />

15,000<br />

34,000<br />

26,500<br />

29,167<br />

32,000<br />

34,375<br />

20,857<br />

40,000<br />

38,000<br />

35,000<br />

25,000<br />

10,800<br />

9,750


PPN Pekalongan<br />

PPN Prigi<br />

9,925<br />

10,000<br />

18,685<br />

-<br />

17,125<br />

-<br />

Layur - - - -<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

Lele<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

Mas<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

Nila<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

Pari<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPS Belawan<br />

PPS Cilacap<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

Patin<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

Selar<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

Tenggiri<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

PPS Belawan<br />

PPS Cilacap<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

TPI Tanjung Pandan<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

15,000<br />

14,000<br />

18,000<br />

12,500<br />

20,000<br />

-<br />

-<br />

18,500<br />

15,000<br />

-<br />

31,000<br />

18,000<br />

-<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

25,000<br />

-<br />

4,000<br />

8,000<br />

13,208<br />

10,427<br />

11,014<br />

-<br />

4,000<br />

8,000<br />

-<br />

15,000<br />

-<br />

17,125<br />

15,000<br />

-<br />

-<br />

22,000<br />

-<br />

12,000<br />

14,000<br />

6,000<br />

9,221<br />

9,184<br />

-<br />

-<br />

35,000<br />

48,000<br />

35,000<br />

27,260<br />

24,901<br />

-<br />

-<br />

21,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

14,200<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

20,000<br />

18,500<br />

15,000<br />

16,000<br />

31,000<br />

18,000<br />

24,500<br />

40,000<br />

25,000<br />

22,000<br />

20,000<br />

25,000<br />

-<br />

13,250<br />

10,925<br />

11,657<br />

-<br />

4,000<br />

8,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

16,000<br />

17,000<br />

-<br />

12,000<br />

-<br />

18,000<br />

-<br />

12,000<br />

21,000<br />

6,000<br />

8,391<br />

8,391<br />

-<br />

-<br />

35,000<br />

45,000<br />

35,000<br />

27,155<br />

24,117<br />

-<br />

-<br />

21,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

40,000<br />

40,000<br />

15,000<br />

14,250<br />

16,500<br />

-<br />

-<br />

14,000<br />

-<br />

18,500<br />

-<br />

-<br />

31,000<br />

-<br />

-<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

25,000<br />

20,000<br />

13,250<br />

9,739<br />

9,298<br />

-<br />

4,000<br />

8,333<br />

-<br />

-<br />

12,000<br />

15,000<br />

-<br />

17,000<br />

-<br />

-<br />

25,000<br />

24,000<br />

-<br />

-<br />

21,000<br />

6,375<br />

8,019<br />

8,004<br />

-<br />

38,000<br />

35,000<br />

-<br />

35,000<br />

28,406<br />

23,650<br />

40,000<br />

-<br />

21,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

15,000<br />

14,150<br />

16,500<br />

-<br />

-<br />

14,000<br />

20,000<br />

18,500<br />

-<br />

16,000<br />

31,000<br />

-<br />

24,500<br />

40,000<br />

25,000<br />

22,000<br />

20,000<br />

25,000<br />

20,000<br />

13,250<br />

9,612<br />

-<br />

15,000<br />

4,000<br />

9,600<br />

7,000<br />

25,000<br />

12,000<br />

15,000<br />

16,000<br />

17,333<br />

-<br />

12,000<br />

25,500<br />

24,000<br />

20,000<br />

-<br />

18,000<br />

7,286<br />

8,311<br />

-<br />

9,000<br />

38,000<br />

35,000<br />

-<br />

35,000<br />

27,686<br />

-<br />

35,000<br />

27,000<br />

21,000<br />

22,500<br />

34,000<br />

37,500<br />

45,500<br />

40,000<br />

Tongkol<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPN Brondong Lamongan<br />

PPN Pekalongan<br />

PPN Prigi<br />

PPS Belawan<br />

TPI Muara Batu Rusa Pangkalpinang<br />

TPI Pasir Putih Pangkalpinang<br />

TPI Tanjung Pandan<br />

<strong>Pasar</strong> Cinde Palembang<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

Teri<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

Teri Asin<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Rangkasbitung Banten<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

Tuna<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Mardika Ambon<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

PPN Prigi<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

PPS Cilacap<br />

Udang Putih<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Flamboyan Pontianak<br />

<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Nagan Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Ritel Jakabaring Palembang<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

Udang Windu<br />

<strong>Pasar</strong> Angso Duo Jambi<br />

<strong>Pasar</strong> Bringharjo Yogyakarta<br />

<strong>Pasar</strong> Idi Aceh Timur<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Baro Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Cangkoi Aceh Utara<br />

<strong>Pasar</strong> Kuala Raja Bireun Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Langsa Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Layeun Aceh Besar<br />

<strong>Pasar</strong> Manonda Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Masomba Palu<br />

<strong>Pasar</strong> Pante Raja Pidie Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pasiran Sabang Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Pusong Lhoksemawe Aceh<br />

<strong>Pasar</strong> Sentral Gorontalo<br />

PPP Lampulo Aceh<br />

-<br />

19,000<br />

16,000<br />

9,000<br />

12,243<br />

12,331<br />

5,833<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

43,656<br />

38,875<br />

21,000<br />

95,000<br />

20,000<br />

-<br />

17,500<br />

-<br />

31,000<br />

21,500<br />

11,125<br />

18,000<br />

30,000<br />

-<br />

15,500<br />

44,000<br />

50,500<br />

37,500<br />

44,000<br />

52,000<br />

35,000<br />

45,000<br />

-<br />

47,500<br />

52,000<br />

52,500<br />

-<br />

47,000<br />

40,000<br />

-<br />

-<br />

52,500<br />

60,000<br />

62,500<br />

52,500<br />

59,000<br />

57,000<br />

47,000<br />

37,500<br />

50,000<br />

62,000<br />

52,500<br />

80,000<br />

50,000<br />

-<br />

19,000<br />

16,000<br />

14,500<br />

12,470<br />

12,767<br />

6,833<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

16,000<br />

16,000<br />

-<br />

43,357<br />

38,500<br />

16,000<br />

95,000<br />

20,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

10,000<br />

-<br />

24,600<br />

-<br />

15,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

42,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

55,000<br />

-<br />

38,000<br />

-<br />

45,000<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

46,000<br />

52,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

80,000<br />

-<br />

18,000<br />

22,000<br />

-<br />

14,500<br />

12,463<br />

13,151<br />

7,500<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

57,333<br />

38,500<br />

-<br />

95,000<br />

24,000<br />

26,000<br />

-<br />

-<br />

29,000<br />

15,500<br />

10,000<br />

20,000<br />

30,000<br />

50,000<br />

15,500<br />

-<br />

47,500<br />

-<br />

50,000<br />

48,750<br />

-<br />

25,000<br />

-<br />

53,000<br />

47,500<br />

52,500<br />

-<br />

50,000<br />

40,000<br />

57,000<br />

45,000<br />

-<br />

62,500<br />

-<br />

57,000<br />

-<br />

59,000<br />

-<br />

45,000<br />

57,000<br />

-<br />

52,500<br />

80,000<br />

60,000<br />

19,000<br />

22,000<br />

-<br />

13,000<br />

11,846<br />

-<br />

6,571<br />

14,000<br />

52,500<br />

18,500<br />

15,000<br />

16,000<br />

16,000<br />

4,000<br />

48,208<br />

38,850<br />

-<br />

95,000<br />

24,000<br />

-<br />

15,750<br />

35,000<br />

-<br />

17,500<br />

9,000<br />

18,000<br />

30,000<br />

50,000<br />

15,500<br />

57,500<br />

57,000<br />

42,500<br />

46,000<br />

48,500<br />

35,000<br />

45,000<br />

85,000<br />

57,500<br />

47,500<br />

52,500<br />

55,000<br />

50,000<br />

40,000<br />

57,000<br />

45,000<br />

-<br />

62,500<br />

62,500<br />

57,500<br />

-<br />

59,000<br />

43,333<br />

55,000<br />

57,500<br />

-<br />

52,500<br />

80,000<br />

65,000<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

19


20<br />

Bisnis Pemasaran<br />

Berbasis Nilai-Nilai Spiritual<br />

Dalam kurun<br />

waktu satu<br />

dekade terakhir,<br />

berbagai gejolak hebat<br />

yang terjadi di dalam<br />

lingkungan bisnis<br />

global telah dianggap<br />

sebagai suatu gejala<br />

yang normal, seperti<br />

krisis finansial yang<br />

disebabkan skandal<br />

korporasi di Amerika<br />

Serikat, krisis energi,<br />

perubahan iklim, harga<br />

minyak yang fluktuatif,<br />

krisis pangan, resesi<br />

ekonomi, dan sebagainya.<br />

Kondisi seperti itu disebut<br />

sebagai The Age of Turbulance.<br />

Menurut Phillip Kotler dan Caslione,<br />

ketika kekacauan (chaos) terjadi<br />

terus dalam lingkungan sehari-hari,<br />

maka turbulensi tersebut menjelma<br />

menjadi kenormalan baru.<br />

Dalam menghadapi the Age<br />

of Turbulance tersebut muncul<br />

kesadaran baru dari para CEO dan<br />

shareholders corporate untuk mentransformasi<br />

karakter bisnisnya dengan<br />

basis nilai–nilai spiritual seperti<br />

jujur (honest), integritas, welas kasih<br />

(compassion), pemaaf (forgiveness),<br />

syukur (grateful), saling menghargai<br />

(respect), dan tanggung jawab sosial<br />

(social responsibility). Hal ini dilakukan<br />

dengan tujuan agar mampu<br />

bertahan (survive), bersaing, dan<br />

terus tumbuh subur (strive) dalam<br />

kondisi apapun.<br />

Kesadaran (conciousness)<br />

merupakan jiwa dari setiap realitas,<br />

dimensi spirit di dalam diri manusia<br />

yang paling dalam (inner self) untuk<br />

menuju zona ikhlas. Seorang motivator<br />

menyebutkan bahwa kesadaran<br />

dan keikhlasan adalah pengetahuan<br />

ruh (“soul knowing”). Dalam wilayah<br />

sains, kesadaran merupakan isyarat<br />

yang muncul dari ruang kosong atau<br />

“Zero Point Field” yang berada di<br />

lautan energi kuantum.<br />

Menurut Erbe Sentanu (penulis<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

buku best seller Quantum Ikhlas),<br />

zona ikhlas merupakan wilayah<br />

yang bersifat kuantum, yang diyakini<br />

para ilmuwan sebagai sumber<br />

segala hal yang dibutuhkan umat<br />

manusia. Berbagai sebutan lain dari<br />

zona ikhlas adalah The Field, Divine<br />

Matrix (Matrix Ilahi), atau Unified<br />

Field.<br />

Lynne McTaggart, peneliti yang<br />

menulis buku The Field dan The<br />

Intention Experiment, menyebutkan<br />

adanya ruang kosong di alam kuantum<br />

di mana semua energi dilahirkan,<br />

yang disebutnya sebagai Zero<br />

Point Field. Gregg Braden dalam bukunya,<br />

Divine Matrix, menunjukkan<br />

bahwa di dalam Matrix Ilahi tersimpan<br />

blue print semua ciptaan dalam<br />

bentuk ‘benih’ segala kemungkinan<br />

yang belum mewujud, baik maupun<br />

COMPANY<br />

INDIVIDU<br />

MISSION<br />

VISION<br />

VALUES<br />

buruk,<br />

tergantung pikiran,<br />

perasaan, atau niat kita.<br />

Jadi, Erbe menegaskan,<br />

bahwa zona<br />

ikhlas inilah yang perlu<br />

diakses dan diolah<br />

dengan pikiran, perasaan,<br />

dan doa-doa yang<br />

positif untuk membuat<br />

perubahan di dalam<br />

kehidupan. Ternyata<br />

kesadaran dan iklhas<br />

itu ilmiah dan menurut<br />

ahli hikmah, ikhlas<br />

adalah ilmu yang paling<br />

tinggi di alam semesta,<br />

puncak kecerdasan spiritual, dan<br />

merupakan fitrah yang dikaruniakan<br />

oleh Allah yang Maha Pengasih<br />

dan Penyayang, untuk senantiasa di<br />

akses dalam kehidupan sehari-hari.<br />

Pergeseran Paradigma Berbisnis<br />

Menurut Phillip Kotler, Hermawan<br />

Kartajaya dan Tim Mark-<br />

Plus, bahwa praktik pemasaran saat<br />

ini telah mengalami transformasi<br />

dari level intelektual (marketing 1.0)<br />

menuju ke emosional (marketing<br />

2.0), dan akhirnya ke human spirit<br />

(marketing 3.0). Dalam Marketing<br />

3.0 – New Wave Marketing,<br />

Hermawan melihat bahwa menjalankan<br />

roda bisnis pada saat ini<br />

dan kedepan harus dilandasi nilainilai<br />

spiritualitas yang kokoh. Wujud<br />

Mind Heart Spirit<br />

Deliver Satisfactin Realize Aspiration Practice Commpassion<br />

Profitabelity Return Ability Sustaianbility<br />

Be BETTER DIFERENTIATE<br />

Diagram 1 : Models : Values-Based Marketing<br />

Make a<br />

DIFFERENCE


spiritualismenya adalah bagaimana<br />

mencintai jejaring stakeholders bisnis<br />

dengan modal dan menjunjung<br />

tinggi kejujuran.<br />

Saat ini bisnis pemasaran berbasis<br />

nilai sudah masuk pada era<br />

integrasi, 100% bisnis dan 100%<br />

spiritual. Nilai–nilai spiritual dan<br />

etika dalam pekerjaan diyakini dapat<br />

mengantarkan peningkatan produksi<br />

dan profit, keteguhan dan loyalitas<br />

karyawan, loyalitas pembeli dan<br />

konsumen, serta reputasi merk. Hal<br />

ini dapat dilakukan melalui 2 (dua)<br />

pendekatan yaitu 1) menyeimbangkan<br />

kepuasan, profit, empati atau<br />

tanggung jawab sosial, dan sustainability,<br />

dan 2) membina hubungan<br />

secara holistik dengan konsumen<br />

sehingga akan diterima konsumen<br />

lebih mendalam. Bisnis pemasaran<br />

berbasis nilai – nilai (values – based<br />

marketing) diilustrasikan pada<br />

Diagram 1.<br />

Membangun Budaya Kerja Perusahaan<br />

Sejak terkuaknya skandal<br />

dunia Enron, nilai – nilai spiritual<br />

di lingkungan bisnis dan dunia kerja<br />

semakin populer. Patricia Aburdene<br />

seorang futurist penulis buku best<br />

seller Megatrends <strong>2010</strong> mengidentifikasi<br />

bahwa spirituality in business<br />

sebagai salah satu dari 7 megatrends<br />

top dalam kurun waktu mendatang.<br />

Megatrends <strong>2010</strong> mengulas mengapa<br />

perusahaan seperti Timberland,<br />

Wainright Bank, 3M, Motorola,<br />

Intel, Body Shop, dan lain – lain<br />

mengambil posisi untuk menerapkan<br />

Corporate Social Responsibility.<br />

Begitu juga halnya di <strong>Indonesia</strong> seperti<br />

Sampoerna Foundation (Pendidikan),<br />

Unilever, Pertamina dan<br />

Danone (Aqua). Kunci nilai spiritual<br />

seperti diuraikan sebelumnya akan<br />

mengangkat merk produk menjadi<br />

berkharisma seiring dengan tuntutan<br />

konsumen.<br />

Terkait dengan dimensi nilai<br />

spiritual, buku Rethinking Marketing<br />

mengulas tentang bagaimana<br />

membangun budaya kerja di dalam<br />

suatu perusahaan sebagai salah<br />

satu elemen yang paling penting<br />

untuk meraih sukses. Budaya, akan<br />

menuntun perilaku karyawan dan<br />

konsensus diantara orang–orang<br />

di lingkungan perusahaannya di<br />

dalam menjalankan bisnis. Budaya<br />

memberikan keselarasan diantara<br />

karyawan, kekuatan dan konsolidasi<br />

antara perusahaan dan karyawannya.<br />

Budaya kerja terdiri dari dua<br />

elemen yaitu shared values dan<br />

common behaviour. Values adalah<br />

prinsip–prinsip inti organisasi<br />

seperti etika, kejujuran, dan lain–<br />

lain. Values cenderung lebih dalam<br />

dan sedikit tampak kepermukaan.<br />

Pimpinan dan para karyawan perusahaan<br />

berbagi values dari pengalaman<br />

menjalankan roda perusahaan.<br />

Sedangkan behaviour berhubungan<br />

dengan kebiasaan perilaku orang –<br />

orang di dalam perusahaan. Untuk<br />

mengembangkan budaya kerja yang<br />

kuat dalam rangka merealisasikan<br />

visi perusahaan, kedua elemen ini<br />

harus harmonis dan selaras seperti<br />

digambarkan dalam dimensi spirit<br />

di model Values – based Marketing<br />

sebagai simbol yin – yang.<br />

Selain kedua elemen tersebut,<br />

Goerge Day menawarkan dua model<br />

yaitu norms dan mental model,<br />

untuk memperkuat visi perusahaan.<br />

Jika diilustrasikan dengan gambar<br />

analogi gunung es (Iceberg Analogy),<br />

budaya kerja yang berasl<br />

dari tiga elemen paling besar yaitu<br />

mental models, norms, dan values<br />

tidak tampak atau masih tenggelam<br />

di samudera alam bawah sadar dan<br />

hanya satu elemen saja yang tampak<br />

di alam sadar yaitu perilaku.<br />

Untuk membangkitkan ke-3 elemen<br />

di alam bawah sadar agar muncul<br />

kepermukaan dan menjadi suatu<br />

kepribadian yang kokoh, maka perlu<br />

adanya suatu training motivasi/<br />

pencerahan/transformasi kesadaran,<br />

encouragement, dan reward,<br />

berbagi rasa love dan empati dengan<br />

para karyawan dan jejaring stake-<br />

holders.<br />

Filosofi Matsushita<br />

Salah satu contoh studi kasus<br />

terkait membangun budaya kerja di<br />

dalam perusahaan adalah Matsushita<br />

“The Noble Prize” Company.<br />

Perusahaan ini menjunjung tinggi<br />

visi dan misi melalui filosofi dasar<br />

yang dimilikinya, yaitu dengan menghubungkan<br />

secara tiga dimensional<br />

antara rasional, emosional, dan<br />

spiritual yang dimiliki oleh stakeholders,<br />

baik konsumen, karyawan,<br />

suppliers, maupun shareholders.<br />

Konosuke Matsushita mulai<br />

mendirikan perusahaan multi billion<br />

dollar dari uang 100 yen dan<br />

mimpi-mimpinya yang besar. Matsushita<br />

tumbuh besar di lingkungan<br />

kemiskinan, sedikit mengenyam<br />

pendidikan formal, dan menderita<br />

selama masa depresi dan kengerian<br />

perang dunia II di Jepang. Seluruh<br />

perjuangan hidupnya ini dijadikan<br />

sebagai landasan filosofi bisnis Panasonic<br />

sampai sekarang.<br />

Prinsip-prinsip kehidupan<br />

Konosuke Matshusita adalah<br />

meminta para pegawainya untuk<br />

selalu mempertimbangkan kemampuan<br />

setiap orang; tinggi – rendah,<br />

kaya – miskin, beruntung – cacat,<br />

dan lain-lain. CEO saat ini Don<br />

Iwatani mengatakan “Konosuke<br />

tidak memberikan spesifik arahan<br />

verbal terkait hal ini, namun dia<br />

peduli dan sayang kepada setiap<br />

orang. Konosuke menginvestasikan<br />

sejumlah besar uangnya untuk<br />

Human Resources Development<br />

Centre, sebuah lembaga pendidikan<br />

dan pelatihan modern untuk para<br />

stafnya, sebagai pendiri school government<br />

of Japan’s political system,<br />

serta mendanai Leadership Chair at<br />

Harvard, mendonasikan US$ 1 juta<br />

kepada Stanford University, dan<br />

mendirikan Institute of PHP (Peace<br />

through Happiness and Prosperity).<br />

Filosofi Konosuke banyak termanifestasikan<br />

bukan hanya pada<br />

produk–produknya yang unggul<br />

karena lebih kuat dan canggih dan<br />

cepat di bidang audio visual, tetapi<br />

juga berhubungan dengan Social<br />

Corporate Responsibility (CSR)<br />

... ke hal. 25<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

21


22<br />

Pemasaran Produk Perikanan<br />

Berbasis “Connect”<br />

Gejolak bisnis yang terjadi dalam satu dekade terakhir telah ikut mempengaruhi daya tahan bisnis<br />

perikanan, termasuk eksportir hasil perikanan di <strong>Indonesia</strong>. Sejumlah tantangan baru telah menghadang,<br />

antara lain seperti kebutuhan bahan bakar, nilai dolar yang melemah, kompetisi semakin ketat, harga<br />

produk di pasar internasional yang fluktuatif dan cenderung turun, kurangnya atau langkanya bahan baku,<br />

serangan penyakit pada budidaya udang yang tak kunjung hilang, praktik illegal fishing (memicu munculnya<br />

aturan catch certication oleh Uni Eropa), dan “Connect” adalah kata kunci untuk menghadapi gejolak<br />

Tulisan ini terinspirasi kata<br />

“Connect” dari sebuah buku<br />

berjudul “Connect” Surfing<br />

New Wave Marketing” karya Hermawan<br />

Kartajaya<br />

Hermawan, bersama Phillip<br />

Kotler dan tim MarkPlus&Co telah<br />

melakukan analisa yang mendalam<br />

tentang praktik bisnis pemasaran di<br />

arena global dengan mengeksplorasi<br />

strategi, taktik, dan nilai–nilai dalam<br />

praktik bisnisnya. Buku–buku seperti<br />

Compassionate Marketing, Marketing<br />

3.0: From Products to Customers<br />

to Human Spirit, Rethinking<br />

Marketing, dan Connect – Surfing<br />

New Wave Marketing, setidaknya<br />

telah menginspirasi pemikiran dan<br />

mentransformasi kesadaran para<br />

CEO/enterpreneur di dunia dengan<br />

nilai-nilai spiritual.<br />

Connect dalam terjemahan kamus<br />

bahasa adalah menghubungkan,<br />

menyambung, mengikat. Connect<br />

pada judul diatas adalah bukan<br />

hubungan biasa antar sesama secara<br />

on line dan off line (dunia nyata), na-<br />

Tabel 1 : Rilis Import Alert Produk Perikanan<br />

<strong>Indonesia</strong> oleh USFDA : 2008 – <strong>2010</strong><br />

ALASAN IMPORT<br />

ALERT<br />

Jumlah / tahun<br />

2008 2009 <strong>2010</strong>*<br />

Filthy 53 62<br />

Salmonella 41 22 31<br />

Histamine 4 - 1<br />

Antibiotik 4 - 2<br />

Poisonous 2 3<br />

Lain-lain (labelling) 3 1<br />

Total 107 88<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

mun hubungan antar sesama secara<br />

holistik, partnership, dan kolaboratif<br />

sampai menyentuh sisi paling dalam<br />

di diri manusia (inner self) – hati<br />

dan jiwa : heart to heart dan spirit to<br />

spirit (soul to soul).<br />

Dalam bukunya, Hermawan<br />

banyak menganalisa dan menjabarkan<br />

bagaimana para pelaku<br />

pemasaran mampu meraih sukses<br />

dengan merebut benak, hati dan jiwa<br />

konsumen melalui strategi connect<br />

secara “on line” (internet dan digital<br />

marketing) dan “off line”. Pada era<br />

digital, ”on line” secara internet<br />

bisa menimbulkan excitement dan<br />

engagement, tapi “off line” bisa lebih<br />

jauh ke intimacy (keakraban) dan<br />

enthusiasm (kegembiraan). Apabila<br />

keduanya digabungkan, maka akan<br />

terwujud suatu connection yang bersifat<br />

physical, intellectual, emotional,<br />

dan spiritual. Fakta membuktikan<br />

bahwa pelaku pemasaran termasuk<br />

eksportir yang cerdas, penuh<br />

inspirasi dan berpengalam dalam<br />

menjalankan roda bisnisnya, telah<br />

menggunakan perangkat manajemen<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Group<br />

Nelayan<br />

Supplier<br />

Utama<br />

Mini<br />

Plant<br />

Supplier<br />

Utama<br />

profesional, budaya korporasi, dan<br />

teknologi informasi, serta strategi<br />

connect.<br />

Hasil identifikasi di lapangan<br />

seperti Provinsi Sumatera Utara,<br />

Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa<br />

Tengah, Jawa Timur, Kalimantan<br />

Timur dan Sulawesi Selatan, menunjukkan<br />

bahwa rantai suplai bahan<br />

baku hasil perikanan tangkap dan<br />

budidaya sangatlah kompleks. Secara<br />

umum, rantai suplai bahan baku<br />

diilustrasikan dalam diagram 2.<br />

Untuk memenuhi kebutuhan<br />

udangnya, eksportir udang di Jawa<br />

Timur mendatangkan udang tidak<br />

hanya dari wilayah Jawa Timur saja,<br />

tetapi juga dari Jawa Tengah, Kalimantan<br />

Selatan, Kalimantan Timur,<br />

dan NTB. Demikian pula halnya<br />

dengan eksportir tuna atau ikan<br />

kakap di Makassar yang justru memperoleh<br />

bahan bakunya dari Maluku,<br />

Sulawesi Tenggara dan daerah<br />

lain. Contoh lain adalah eksportir<br />

rajungan (produk pasteurized crabmeat)<br />

di Medan yang memperoleh<br />

bahan bakunya selain dari perairan<br />

Visi<br />

Misi<br />

Komitmen<br />

Filosofi<br />

UPI/<br />

Eksportir<br />

Goals<br />

Values<br />

Brand<br />

Buyer<br />

di Luar<br />

Negeri<br />

Buyer &<br />

Konsumen<br />

Dalam<br />

Negeri


Sumatera Utara, juga dari Jawa.<br />

Untuk mendapatkan rantai<br />

suplai yang lebih pendek, eksportir<br />

dapat langsung terjun ke lapangan<br />

membeli bahan baku di kelompok<br />

nelayan dan atau kelompok pembudidaya<br />

udang/ikan. Perusahaan/eksportir<br />

yang mempunyai mini plant<br />

(handling site), dapat berperan<br />

sebagai supplier utama di lokasi budidaya<br />

atau dekat area pendaratan<br />

ikan (tuna loin, kakap, dan kepiting<br />

rajungan), akan mampu menjaga<br />

mutu bahan bakunya. Sementara<br />

untuk perusahaan fully integrated,<br />

skema Inti–Plasma akan lebih<br />

mudah dalam mengontrol mutu<br />

bahan baku agar tetap prima dan<br />

aman, serta memudahkan di dalam<br />

penerapan traceability.<br />

Diagram di atas juga menunjukkan<br />

adanya aktivasi “connect” yaitu<br />

sinergi dengan alam (menuju ramah<br />

lingkungan), kolaborasi secara holistik,<br />

mutual partnership, win-win<br />

solution, customer satisfaction,<br />

dan compassion yang dibutuhkan<br />

oleh para produsen/pelaku usaha di<br />

lingkungan perusahaan dan jejaring<br />

stakeholders. Sinergi ini sangat<br />

penting untuk menghindari praktik<br />

penangkapan atau budidaya yang<br />

tidak bertanggung jawab yang dapat<br />

merusak lingkungan.<br />

Misal, dalam rangka menjaga<br />

lingkungan sekitarnya, pembudidaya<br />

udang windu tidak akan<br />

menebang pohon bakau. Fenomena<br />

hubungan sikap manusia dengan<br />

alam sekitarnya ini tercermin dari<br />

karekteristik air yang dibuktikan<br />

melalui riset laboratorium oleh<br />

Prof Masaru Emoto dari Jepang.<br />

Ia berhasil membuktikan bahwa<br />

air bukan sekadar benda mati<br />

yang tidak bereaksi terhadap alam<br />

sekitarnya, tetapi sebaliknya, air<br />

adalah hidup dan bereaksi terhadap<br />

aksi yang terjadi kepadanya, bahkan<br />

air juga merespons sikap manusia<br />

terhadapnya.<br />

Apabila rantai suplai dari hulu<br />

sampai hilir tidak disinergikan<br />

secara holistik dan dikontrol dengan<br />

seksama dan konsisten, maka<br />

dikhawatirkan hal-hal yang tidak<br />

diinginkan akan terjadi, terutama<br />

berkaitan dengan kemunduran<br />

mutu bahan baku serta kontaminasi<br />

silang di unit distribusi. Akibatnya,<br />

visi untuk menghasilkan produk<br />

yang high/premium quality and<br />

safety untuk kepuasan hati konsumennya<br />

tidak dapat tercapai.<br />

Data USFDA menunjukkan<br />

bahwa beberapa produk ekspor<br />

perikanan <strong>Indonesia</strong> di Amerika<br />

Serikat masih terkena alert. Sampai<br />

dengan kuartal ke-2 tahun <strong>2010</strong>,<br />

pencemaran produk karena Salmonela<br />

cukup mendominasi. Kasus<br />

RASFF produk perikanan <strong>Indonesia</strong><br />

di Uni Eropa juga telah menembus<br />

angka dua dijit. Kondisi ini menunjukkan<br />

bahwa masih lemahnya kontrol<br />

bahan baku dari hulu ke hilir.<br />

Tentunya kasus ini akan merugikan<br />

perusahaan dan menurunkan<br />

citra produk <strong>Indonesia</strong>. Yang lebih<br />

mengkhawatirkan lagi apabila ada<br />

kemungkinan pelarangan ekspor<br />

produk <strong>Indonesia</strong> ke negara-negara<br />

yang bersangkutan.<br />

Melalui identifikasi lapangan<br />

di unit pembudidaya, perusahaan<br />

pengolah ikan/udang serta searching<br />

di internet terhadap beberapa<br />

perusahaan secara acak, maka<br />

setidaknya terdapat 4 (empat)<br />

perusahaan pengolahan/eksportir<br />

hasil perikanan yang telah menerapkan<br />

nilai-nilai spiritualnya dalam<br />

berbisnis. Melalui basis “connect”<br />

dengan jejaring stakeholdernya,<br />

goal akhir yaitu tetap terjaganya<br />

reputasi produknya di pasar luar<br />

negeri dapat terwujud. Adapun<br />

perusahaan yang dimaksud adalah :<br />

1. PT. SK Foods <strong>Indonesia</strong>,<br />

Sidoardjo<br />

PT. SK Food <strong>Indonesia</strong> merupakan<br />

perusahaan PMA integrated,<br />

mulai dari pembenihan, budidaya<br />

(tambak intensif, semi intensif, dan<br />

extensif/tradisional) hingga pengolahan<br />

udang beku (spesial breaded<br />

dan tempura) khususnya untuk<br />

pasar utama Jepang. Motto perusahaan<br />

ini adalah: “A customer’s smile<br />

is the source of our happiness.”–<br />

Eco friendly, Healthy and Nutrious,<br />

Good Times and Food that warms<br />

the soul, always in your side.<br />

Motto yang sangat mengesankan;<br />

rantai kebahagiaan (chain<br />

of hapiness), mulai produsen<br />

hingga konsumen, serta “pangan<br />

yang menghangatkan jiwa/ruh<br />

konsumen”. Hal ini menjawab tren<br />

permintaan konsumen yang menekankan<br />

pada produk yang aman<br />

(safety), bernilai natural (authentic<br />

value) dengan cita rasa asli (sweetness<br />

taste), sehat (healthy), dan<br />

dapat dipercaya (reliable).<br />

Atas dasar landasan motto<br />

inilah perusahaan berkomitmen<br />

penuh dalam menjaga kesegaran<br />

dan keamanan bahan baku, yaitu<br />

dengan mengembangkan budidaya<br />

ekstensif/tradisonal ramah lingkungan<br />

selama 10 tahun. Kesegaran<br />

maksimum dan rasa udang yang<br />

alami dapat dipertahankan hanya<br />

melalui budidaya tambak udang<br />

tradisional ramah lingkungan, dengan<br />

menggunakan pakan alami dan<br />

bebas antibiotik.<br />

Untuk merealisasikan motto dan<br />

komitmennya menghasilkan udang<br />

dengan kualitas tinggi, perusahaan<br />

melakukan Strong–Connectivity<br />

dengan supplier utamanya – Ali<br />

Ridho Group dan para anggota<br />

pembudidaya udang tambak tradisional<br />

yang berjumlah 315 orang<br />

(di Sidoardjo), dan di Makassar.<br />

Kerjasama yang saling menguntungkan<br />

dan menjaga hubungan<br />

baik dan kokoh dilakukannya demi<br />

menjaga kelanggengan dan berkesinambungan.<br />

Untuk menjaga kharisma merk<br />

produknya yaitu “taste, safety, reliability<br />

and healthy”, perusahaan<br />

telah memiliki Sertifikat HACCP,<br />

Sertifikat ISO 14001 dan Sertifikat<br />

E.O. dari International Standard<br />

for Environmental Management<br />

Systems. Terkait dengan rasa, hasil<br />

analisa asam amino oleh Japan<br />

Frozen Foods Inspection Corporation<br />

menunjukkan bahwa kandungan<br />

asam amino udang E.O.adalah<br />

1,6 sampai 2 kali lipat dari udang<br />

hasil budidaya intensif.<br />

2. PT. Bumi Menara Internusa<br />

(BMI) Surabaya<br />

BMI adalah salah satu perusahaan<br />

pengolahan/eksportir produk<br />

perikanan terbesar di <strong>Indonesia</strong>,<br />

yang mengolah frozen shrimps,<br />

pasteurized crab meat, dan berbagai<br />

jenis ikan. Perusahaan ini<br />

telah berpengalaman hampir 20<br />

tahun dalam memenuhi kebutuhan<br />

produk perikanan Amerika Serikat,<br />

Jepang, Uni Eropa, Asia, Australia,<br />

dan Afrika.<br />

BMI memiliki komitmen kuat<br />

terhadap kepuasan konsumen<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

23


24<br />

yaitu dengan memberi standar<br />

tertinggi dalam mutu dan keamanan<br />

produknya sebagaimana terurai<br />

dalam visinya : “Exceeds the Highest<br />

Standards in Food Safety,<br />

Sustainability and Quality. Untuk<br />

mempertahankan komitmennya,<br />

BMI terus melakukan upaya updating<br />

food safety system secara terus<br />

menerus dengan didukung penuh<br />

oleh teknologi pengolahan makanan<br />

yang modern dan komprehensif.<br />

Hal ini diwujudkan melalui realisasi<br />

Sertifikasi yang diakui internasional<br />

antara lain : HACCP, British Retail<br />

Consortium (BRC) Global Standard<br />

(– Food, Grade A) dan Best Practices<br />

for Responsible Aquaculture<br />

dari the Accreditation Committee<br />

of Aquaculture Certification Council)<br />

Inc. certified, dan juga CT-PAT<br />

audited.<br />

Dalam rangka menjalankan roda<br />

bisnis berbasis Marketing 3.0 atau<br />

spiritual values, BMI mempekerjakan<br />

komunitas lokal. Selain itu,<br />

perusahaan juga mengimplementasikan<br />

Social Connect atau program Social<br />

Corporate Responsibility (CSR)<br />

dengan berbagai fasilitas, baik di<br />

dalam perusahaan (waste treatment<br />

untuk sustainability ekosistem)<br />

maupun di luar perusahaan seperti<br />

aktifitas donor darah dan charity<br />

events bagi korban tsunami.<br />

3. PT. Kelola Mina Laut (KML),<br />

Gresik<br />

KML adalah perusahaan pengolahan<br />

hasil perikanan integrated<br />

yang mengekspor produk Frozen<br />

Shrimps, Frozen Fish and Cephalopods,<br />

Crab Meat, Dried Seafood,<br />

dan Value Added. Tujuan pasarnya<br />

adalah Jepang, Amerika Serikat,<br />

Uni Eropa, dan negara lainnya.<br />

KML memiliki komitmen untuk<br />

memuaskan kebutuhan konsumen<br />

di luar negeri secara penuh melalui<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

merk “Prima Star” dengan pelayanan<br />

terbaik dan prima.<br />

Untuk mewujudkannya, KML<br />

memiliki visi : becomes the best and<br />

the most competitive integrated<br />

Seafood Company in <strong>Indonesia</strong>.<br />

Adapun misinya antara lain : A<br />

professional management team and<br />

corporation, Efficiency, effective<br />

works and productivity oriented,<br />

Establishing mutual partnership<br />

with the stakeholders, A high quality<br />

standard for commodities produced.<br />

Untuk merespon tren konsumen<br />

terhadap food safety dan meningkatkan<br />

reputasi perusahaan di mata<br />

buyernya, KML memiliki berbagai<br />

Sertifikat: HACCP, ISO 22000, British<br />

Retail Consortium (BRC), ACC<br />

Certified.<br />

Salah satu misi yang mengesankan<br />

adalah KML telah melakukan<br />

Deep Connection – mutual partnership<br />

dengan stakeholders – suplayer<br />

utama di hulu melalui pembinaan,<br />

motivasi dan encouragement. Identifikasi<br />

lapangan menunjukkan bagaimana<br />

KML mendorong supplier<br />

utamanya untuk memiliki tempat<br />

penanganan bahan baku udang atau<br />

mini plant yang memenuhi persyaratan<br />

internasional. Gambar 2<br />

menunjukkan salah satu mini plant<br />

udang segar milik suplayer utama<br />

KML di Lamongan, Jawa Timur.<br />

4. PT. Chen Woo Fishery,<br />

Makassar<br />

Perusahaan ini merupakan salah<br />

satu contoh unit pengolah ikan/eksportir<br />

hasil perikanan yang sukses<br />

dengan memperkokoh mutual partnership<br />

ke jejaring stakeholder-nya<br />

(supplier dan nelayan), Perusahaan<br />

ini memulai usaha proses tuna dan<br />

ikan lainnya pada tahun 2001. Agar<br />

perusahaan tetap tumbuh, mampu<br />

bersaing, dan senantiasa kokoh bertahan,<br />

pemilik perusahaan menum-<br />

buhkan inner valuenya dengan<br />

melakukan :<br />

1. Selancar Deep Connection :<br />

terjun langsung ke lapangan guna<br />

menjalin hubungan baik dengan<br />

pemasok bahan baku, untuk mendapatkan<br />

ikan dengan kualitas terbaik<br />

melalui antara lain :<br />

• Transfer pengetahuan tentang<br />

standar mutu ikan pasar luar<br />

negeri,<br />

• Memberikan bantuan pembiayaan<br />

bagi pemasok dalam<br />

melakukan pembaruan alat<br />

produksi dan alat transportasi.<br />

• Memberikan marjin yang wajar<br />

kepada supplier yang memasok<br />

ikan berkualitas terbaik, disesuaikan<br />

dengan fluktuasi harga<br />

komoditas di pasar internasional,<br />

• Memberikan bantuan sosial berupa<br />

sembako secara rutin kepada<br />

keluarga nelayan /pembudidaya.<br />

2. Membangun budaya kerja<br />

(corporate culture) di internal perusahaan,<br />

antara lain dengan membina<br />

hubungan baik dengan para<br />

karyawan (225 orang) agar loyal dan<br />

mampu berkomitmen bersama demi<br />

kemajuan perusahaan.<br />

Gambaran dan hasil analisa<br />

ke-4 perusahaan pengolahan/dan<br />

eksportir hasil perikanan diatas<br />

menunjukkan adanya kesadaran<br />

untuk memenuhi tren permintaan<br />

terkini di dalam bisnis pangan di<br />

dunia yang mengedepankan unsur<br />

kualitas tinggi, aman, keaslian<br />

rasa, peduli lingkungan dan sosial.<br />

Artinya, prinsip–prinsip Marketing<br />

3.0 atau bisnis berbasis nilai–nilai<br />

spiritual telah dilaksanakannya.<br />

Dengan demikian, semua strategi<br />

dan taktik connect dalam bisnis<br />

sangat penting untuk menjamin<br />

mutu dan keamanan bahan baku<br />

serta memperkuat loyalitas para<br />

produsen dalam menjaga kontinyuitas<br />

pasokan bahan baku. Akhirnya<br />

tujuan utama untuk memuaskan dan<br />

membahagiakan konsumen dapat<br />

tercapai.�Wahyu Widayat, M.Sc.<br />

Dari berbagai sumber


seperti peduli lingkungan hidup<br />

melalui konsep “3–R” (reducing,<br />

reusing,and recycling).<br />

Slogan terbaru Panasonic, idea’s<br />

for life, menggambarkan bukan<br />

hanya produknya saja tetapi juga<br />

ide–ide lain yang memperkaya<br />

kehidupan.<br />

Selain Megatrends <strong>2010</strong>, banyak<br />

buku tentang bisnis berbasis<br />

nilai spiritual yang telah merubah<br />

paradigma perusahaan. Sebenarnya<br />

spiritual intellegence dalam praktik<br />

bisnis telah diwariskan oleh kehidupan<br />

Rasul Muhammad dan para<br />

sahabat–sahabat beliau, serta leluhur<br />

bangsa-bangsa di dunia. Para<br />

maestro transformasi kesadaran<br />

dunia seperti Deepak Chopra (guru<br />

mind, body and soul), Ramachandran<br />

(neurologist), Brian Tracy (Self<br />

Help), Bob Proctor (secret teacher<br />

and reowned business mentor),<br />

James Redfield (therapist dan<br />

penulis trilogi The Celestine Prophecy),<br />

Gregg Braden (Devine Matrix),<br />

Lynne McTaggart (The Field), Erbe<br />

Sentanu (Quantum Ikhlas), Ari<br />

Ginanjar Agustian (ESQ), Mario<br />

Teguh (The Golden Ways), dan<br />

lain-lain, telah menginspirasi dan<br />

mentransformasi kesadaran para<br />

CEO/Marketer di dunia, termasuk<br />

<strong>Indonesia</strong>.<br />

Beberapa contoh yang dikutip<br />

dari tulisan Patricia Aburden, motivator<br />

kesadaran, tentang perusa-<br />

haan di dunia yang memiliki visi<br />

atau corporate motto terkait dengan<br />

praktik spirituality diilustrasikan<br />

sebagai berikut :<br />

1. Kyocera - Japanese Co. (cell<br />

phone) : “Respect the Divine and<br />

Love People. “Preserve the spirit<br />

to work fairly & honorably,<br />

respecting people, our work, our<br />

company and our global community.<br />

Senior Vice-President :<br />

You must connect with a person<br />

soul, at the deepest core.<br />

2. Perusahaan air mineral Evian :<br />

sukses dengan pesan spiritual<br />

dalam iklan “Your body is the<br />

temple of your spirit”<br />

3. Industri Baja POSCO, Korea :<br />

Resources are limited, Creativity<br />

is unlimited, The source of<br />

this power is mind, and positive<br />

thinking is the key to creating<br />

miracles.<br />

4. AT&T, Boeing, Xerox, and Lotus<br />

menggabungkan program untuk<br />

menguji dan membuktikan nilainilai<br />

korporasi yang disebut “The<br />

Soul Committee”<br />

5. Laurence Perlman, CEO Ceridian<br />

Corporation : “Ultimately<br />

combination head and heart will<br />

be competitive advantage”.<br />

Saat ini seminar tentang Spirituality<br />

in Business pun sering<br />

diselenggarakan dan dihadiri oleh<br />

para CEO dari berbagai belahan<br />

dunia. Bahkan perlombaan untuk<br />

penerimaan Award Honour pun<br />

seringkali diadakan. Beberapa perusahaan<br />

yang telah mendapatkan<br />

penghargaan tersebut, memiliki<br />

motto sebagai berikut :<br />

• Excel Industries Ltd, Mumbai,<br />

India ; Self improvement &<br />

world service” with the Devine<br />

lighting the way.<br />

• Planter Development Bank, Philiphines<br />

(Serve financial needs<br />

for SME) ; The Role of Devine<br />

Providance in the organization’s<br />

success, and the employees are<br />

committed to serving their customers<br />

with their “whole heart<br />

and mind”<br />

• SREI International Financial<br />

Ltd, Calcutta, India ; Everything<br />

they have is derived from the<br />

blessings of God<br />

Rangkuman dan kesimpulan<br />

dari visi dan corporate motto dari<br />

beberapa contoh perusahaan diatas<br />

jelas terlihat bahwa semua hal atau<br />

materi seperti : sumber daya alam,<br />

ilmu pengetahuan, filosofi, inspirasi,<br />

finansial, penghargaan, perilaku,<br />

pikiran dan perasaan di hati (spirit)<br />

yang membangkitkan kesadaran<br />

merupakan berkah dan karunia dari<br />

samudera Cinta dan Kasih Sayang<br />

serta Keilkhlasan tak terbatas Zat<br />

Sang Maha Segala pemilik 99 Nama<br />

(Asmahulhusna).�Wahyu Widayat, M.Sc.<br />

Dari berbagai sumber<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

25


26<br />

Teknologi Desalinasi, Menjawab<br />

Kebutuhan Air Bersih di Pesisir<br />

Keterbatasan Jakarta mendapatkan air baku untuk diolah menjadi air bersih sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan<br />

air laut yang melimpah. PT Pembangunan Jaya Ancol bukan cuma mengolah air laut menjadi air tawar,<br />

melainkan juga mengolahnya menjadi kolam apung berkadar garam tinggi.<br />

Inovasi yang dilakukan, antara<br />

lain, 7.000 meter kubik air laut<br />

diubah menjadi 5.000 meter<br />

kubik air tawar per hari. Sisanya,<br />

sekitar 2.000 meter kubik, menjadi<br />

air berkadar garam tinggi yang digunakan<br />

untuk kolam apung, salah<br />

satu wahana wisata di Ancol Taman<br />

Impian.<br />

”Teknologi desalinasi ini menjadi<br />

inovasi untuk tidak semata-mata<br />

meraih hasil air minum dari sumber<br />

air laut tak terbatas,” kata Direktur<br />

Utama PT Pembangunan Jaya Ancol<br />

Budi Karya. Kolam apung merupakan<br />

manfaat wisata edukatif lain, di<br />

samping perolehan air tawar dari<br />

proyek Ancol Newater-Sea Water<br />

Desalination Plant. Bambang Tutuko<br />

selaku Wakil Direktur Arkonin<br />

yang menjadi konsultan proyek<br />

ini menguraikan desain rancang<br />

bangunnya bisa untuk memproduksi<br />

sampai kapasitas 15.000 meter<br />

kubik per hari.<br />

”Desainnya sudah selesai dirancang<br />

dan konstruksinya sekarang<br />

masih dikerjakan. Akhir tahun ini<br />

bisa selesai,” kata Bambang.<br />

Osmosis terbalik<br />

Reverse osmosis atau osmosis<br />

terbalik merupakan proses yang<br />

ditempuh secara umum untuk mengubah<br />

air laut menjadi air tawar.<br />

Caranya dengan mendesakkan air<br />

laut melewati membran-membran<br />

semipermeable untuk menyaring<br />

kandungan garamnya. Kandungan<br />

garam yang tersaring disisihkan.<br />

Sebagian air laut digunakan untuk<br />

melarutkannya.<br />

Larutan itulah yang kemudian<br />

menjadi bagian dari 2.000 meter<br />

kubik per hari yang kemudian<br />

disalurkan ke Kolam Apung Wahana<br />

Atlantis Ancol.<br />

Dalam kandungan garam<br />

tinggi, air kolam itu mampu mengapungkan<br />

manusia. Namun, untuk<br />

menikmati kolam apung ini, ada<br />

beberapa ketentuan yang diberlaku-<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

Info Teknologi<br />

kan untuk menunjang keselamatan<br />

dan kesehatan.<br />

”Reverse osmosis atau RO ini<br />

ditempuh setelah ada berbagai perlakuan<br />

terhadap sumber air bakunya,”<br />

kata Bambang.<br />

Menurut Bambang, air baku itu<br />

diambil dari Danau Ancol. Danau<br />

Ancol dirancang untuk menampung<br />

pula air hujan ataupun limbah pemanfaatan<br />

air bersih yang digunakan<br />

berbagai fasilitas publik di kawasan<br />

wisata tersebut. Pemasukan<br />

air hujan ataupun limbah pemanfaatan<br />

air bersih merupakan upaya untuk<br />

menurunkan kadar garam danau<br />

payau tersebut. Dengan demikian,<br />

diharapkan proses osmosis terbalik<br />

menjadi lebih ringan dengan air<br />

baku yang rendah kadar garamnya.<br />

”Ini ada kaitannya dengan usia<br />

produktif dari teknologi desalinasi<br />

ini,” ujarnya.<br />

Untuk menghasilkan air bersih<br />

dari air laut ini dibutuhkan energi<br />

listrik sebesar 4,72 kilowatt jam per<br />

meter kubik. ”Sekarang ini rata-rata<br />

listrik per kilowatt jam mencapai<br />

harga Rp 1.000,” ujar Bambang.<br />

General Manager Perencanaan<br />

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk<br />

Sandy Rudiana mengatakan, perusahaannya<br />

memiliki kebutuhan air<br />

tawar sebanyak 15.000 meter kubik<br />

per hari. Saat ini belum bisa terpenuhi<br />

seluruh kebutuhannya.<br />

”Dari perusahaan air minum<br />

daerah hanya diperoleh 9.000<br />

meter kubik per hari sehingga masih<br />

kekurangan 6.000 meter kubik per<br />

hari,” kata Sandy.<br />

Selain faktor kekurangan suplai<br />

air bersih, menurut Sandy, juga<br />

ditemui kendala harga yang terlampau<br />

tinggi. Produksi air bersih<br />

dari proses desalinasi bisa bersaing<br />

dengan tarif air bersih kelas komersial<br />

yang mencapai Rp 12.500 per<br />

meter kubik. Bahkan, tarif air bersih<br />

industri mencapai Rp 15.000 per<br />

meter kubik. Nilai produksi air bersih<br />

dengan teknologi desalinasi yang<br />

dikembangkan sekarang mampu<br />

menekan harga hingga Rp 9.000 per<br />

meter kubik.<br />

Pengembangan model<br />

YJ Harwanto, selaku General<br />

Manager Ancol Taman Impian PT<br />

Pembangunan Jaya Ancol Tbk,<br />

mengatakan, proyek desalinasi<br />

ini sebagai pengembangan model<br />

tatkala ada tuntutan penghentian<br />

pengambilan air tanah di Jakarta,<br />

terutama di kawasan pesisir Jakarta<br />

Utara.<br />

”Model seperti ini harus dikembangkan<br />

oleh pihak-pihak lainnya,”<br />

kata Harwanto.<br />

Dia mengatakan, perusahaannya<br />

tidak pernah mengambil air<br />

tanah untuk mencukupi kebutuhan.<br />

Namun, mereka menerima imbas<br />

paling parah berupa penurunan tanah<br />

paling cepat di Jakarta. Saat ini<br />

diperkirakan kawasan Ancol mengalami<br />

penurunan tanah 26 sentimeter<br />

per tahun.<br />

Seperti lokasi kuburan yang<br />

dipelihara Pemerintah Belanda di<br />

dalam kawasan wisata Ancol, sejak<br />

belasan tahun yang lalu masih 1 meter<br />

sampai 2 meter di atas permukaan<br />

laut. Namun, sekarang sudah<br />

berada di bawah permukaan air laut<br />

sehingga diperlukan pemompaan air<br />

ketika tergenang air laut. Pengurukan,<br />

menurut Harwanto, dilakukan<br />

setiap tahun. Lokasi-lokasi yang<br />

tidak diuruk pada akhirnya mudah<br />

tergenang air hujan atau luapan air<br />

laut pasang.<br />

Desalinasi sebagai jawaban<br />

teknologi atas tuntutan penghentian<br />

pengambilan air tanah di Jakarta.<br />

Pengelola kawasan wisata Ancol<br />

sudah memulainya. Ditunggu yang<br />

lainnya.�her<br />

Sumber : www.menujuhijau.blogspot.com


Air tawar dari tadahan<br />

hujan dan limbah<br />

pemanfaatan air<br />

bersih<br />

Air Laut<br />

Air laut yang memiliki<br />

kadar garam<br />

Distribusi<br />

Air Daur<br />

Ulang<br />

Kapasitas:<br />

Mengolah air laut sebesar<br />

7.000 m3/hari menjadi air bersih<br />

sebesar 5.000 m3/hari.<br />

Sdangkan sisanya, yaitu<br />

2.000 m3/hari, merupakan<br />

air dengan kadar garam<br />

yang tinggi yang akan<br />

digunakan untuk pasokan air<br />

di kolam apung.<br />

PENGOLAHAN AWAL<br />

- Penyaringan (Screen)<br />

- Tangki pengendapan (settling<br />

tank)<br />

RESERVOIR<br />

PDAM<br />

Desalinasi<br />

Perangkat Ultrafiltrasi<br />

Perangkat Osmosis Terbalik<br />

PENGOLAHAN<br />

- Filter mikro<br />

- Ultrafiltrasi<br />

OSMOSIS<br />

Terbalik<br />

Air Kadar<br />

Garam Tinggi<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

27


28<br />

Olga Schiepers, Pimpinan<br />

Pusat Studi di Universitas<br />

Maastricht, Nederland<br />

mengungkapkan bahwa mengkonsumsi<br />

ikan secara teratur memiliki<br />

efek yang menguntungkan terhadap<br />

kesehatan fisik seseorang karena<br />

kandungan asam lemaknya.<br />

Dalam sebuah studi, ahli syaraf<br />

dan psikolog menggunakan sampel<br />

sebanyak 1.800 orang berjenis<br />

kelamin laki-laki dan perempuan<br />

yang berusia antara 21 - 81 tahun<br />

dan diteliti selama 12 tahun. Uji coba<br />

termasuk juga analisis darah yang<br />

dilakukan terhadap 300 sampel.<br />

Mereka diminta untuk mengisi kuesioner<br />

secara lengkap terkait dengan<br />

mental dan fisik mereka, penyakit<br />

yang diderita, kesehatan umum,<br />

kehidupan sosial dan masalah emosional.<br />

Usia, pendidikan dan konsumsi<br />

alkohol dicatat juga.<br />

<strong>Ikan</strong> yang dikonsumsi juga dihitung<br />

kadar asam lemaknya. Berdasarkan<br />

kadar asam lemaknya, ikan<br />

dikelompokkan menjadi asam lemak<br />

kadar rendah (terdapat pada fish fingers,<br />

udang dan tuna), sedang (trout<br />

dan salmon asap), tinggi (makarel<br />

dan sarden). Jenis ikan yang sering<br />

dimakan juga dilakukan pencatatan.<br />

Sampel darah dianalisis kandungan<br />

asam lemaknya, kemudian<br />

dicocokkan terhadap catatan konsumsi<br />

ikan baik untuk laki-laki dan<br />

perempuan.<br />

Hasil menunjukkan bahwa<br />

terdapat hubungan nyata antara<br />

ikan yang dikonsumsi dan kesehatan<br />

yang baik. Seseorang yang lebih banyak<br />

makan ikan, mereka bisa lebih<br />

merasakan manfaatnya. Kenyataannya,<br />

para peneliti memperhitungkan<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

Serial Manfaat <strong>Ikan</strong><br />

Menu <strong>Ikan</strong><br />

Adalah Menu Terbaik<br />

Penelitian baru menunjukkan bahwa mengkonsumsi berbagai jenis ikan memiliki efek yang menguntungkan<br />

terhadap kualitas hidup dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh vitamin dan antioksidan<br />

yang terdapat pada ikan atau karena seseorang yang mengkonsumsi ikan cenderung memiliki pola hidup<br />

yang lebih sehat.<br />

bahwa seseorang yang konsumsi<br />

ikannya paling tinggi tampak 11<br />

tahun lebih muda dari umurnya.<br />

“Hubungan antara konsumsi ikan<br />

dan kualitas hidup tampak sekali<br />

terhadap kondisi fisik seseorang”,<br />

Shiepers menambahkan.<br />

“konsumsi ikan berhubungan<br />

juga dengan kesehatan secara tidak<br />

langsung karena kemungkinan<br />

lainnya dinyatakan bahwa dengan<br />

asupan ikan yang tinggi dapat dijadikan<br />

sebagai sebuah tanda pola hidup<br />

yang sehat”.�enovea<br />

Sumber: www.lexisnexis.com


Saatnya <strong>Ikan</strong> Mensubtitusi ... (dari hal 14)<br />

Budidaya ikan dapat diupayakan<br />

pada lahan yang relatif kecil tetapi<br />

dengan pasokan air cukup. Sementara,<br />

ayam yang banyak diternakkan<br />

kebanyakan berasal dari jenis ras<br />

yang induknya serta beberapa komponen<br />

produksi masih berasal dari<br />

impor. Begitu pula dengan daging<br />

sapi, secara nasional masih jauh dari<br />

tingkat swasembada 100%. Daging<br />

sapi 30% dari kebutuhan domestik<br />

masih harus dipasok dari impor,<br />

sementara induk sapi yang digunakan<br />

dalam usaha penggemukan juga<br />

masih berasal dari impor. Saat ini<br />

<strong>Indonesia</strong> tercatat sebagai importir<br />

sapi hidup (bakalan) terbesar dari<br />

Australia karena menyerap sekitar<br />

75% ekspor sapi hidup Australia. Setiap<br />

peningkatan ternak sapi membutuhkan<br />

dukungan sejumlah luasan<br />

lahan hijauan pakan ternak.<br />

Dari sisi ini, ikan mempunyai<br />

tingkat swasembada yang lebih<br />

tinggi, mempunyai kandungan lokal<br />

yang tinggi artinya menghemat<br />

devisa serta dapat dikembangkan<br />

secara massal. Tantangannya<br />

adalah bagaimana menjadikan ikan<br />

sebagai substitusi daging. Gegar<br />

budaya nasional untuk mengubah<br />

pola konsumsi perlu segera digelar,<br />

dukungan pengolahan antara agar<br />

ikan dapat menjadi bahan pangan<br />

pangan hewani praktis dan mudah<br />

penanganan, pengolahan serta cara<br />

penyantapannya perlu segera disiapkan<br />

serta jaringan distribusi yang<br />

kuat hingga ke wilayah pelosok.<br />

Selain itu, ikan mempunyai<br />

keunggulan nutrisi dibandingkan<br />

dengan pangan hewani lainnya,<br />

mudah dicerna dan diserap tubuh<br />

sehingga cocok untuk balita hingga<br />

manula. Namun, ikan akan memberi<br />

manfaat oiptimal hanya jika dalam<br />

kondisi yang baik dan thayyib. Oleh<br />

karenanya penanganan ikan perlu<br />

mendapatkan perhatian yang serius.<br />

<strong>Ikan</strong> mempunyai keragaman jenis<br />

yang sangat tinggi sehingga dapat<br />

memenuhi semua kelas konsumen<br />

yang ada. Beberapa jenis mempunyai<br />

harga yang mahal, namun jenisjenis<br />

lainnya mempunyai harga yang<br />

lebih murah dibandingkan dengan<br />

sumber protein hewani lainnya.<br />

Hasil pantauan perbandingan harga<br />

pangan hewani di sejumlah pasar di<br />

Jabodetabek pada saat bulan puasa<br />

<strong>2010</strong> terlihat seperti pada grafik.<br />

... ke hal. 29<br />

Permintaan Meningkat<br />

Di 6 kota besar di pulau Jawa<br />

yang diamati, permintaan ikan segar<br />

menjelang Ramadhan dan Idul Fitri<br />

jenisnya beragam. <strong>Ikan</strong> yang permitaannya<br />

meningkat pesat adalah<br />

udang dan cumi-cumi. Di Jakarta,<br />

kenaikan permintaannya menjelang<br />

Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan<br />

hingga 50%. Adapun untuk<br />

ikan lainnya, kenaikan permintaan<br />

ikan hingga menjelang Lebaran<br />

untuk wilayah Jakarta, Bandung dan<br />

Yogyakarta diperkirakan sebesar 10-<br />

30%. Permintaan ikan di Serang dan<br />

Surabaya relatif stabil, sementara di<br />

Semarang minat mengkonsumsi ikan<br />

pada saat Ramadhan mengalami<br />

penurunan. Khusus untuk jenis bandeng,<br />

permintaan di Surabaya dan<br />

Semarang meningkat tajam menjelang<br />

hari raya Idul Fitri. Kenaikan<br />

permintaan ikan pada hari raya Idul<br />

Fitri ini, berdasarkan pengalaman<br />

sebelumnya, tidak paling tinggi, karena<br />

permintaan ikan tertinggi justru<br />

terjadi pada saat menjelang tahun<br />

baru, atau masa liburan akhir tahun.<br />

Terhadap ikan olahan, selama<br />

Ramadhan, di kota-kota besar<br />

khususnya pasar swalayan permintaan<br />

produk seperti nugget, sardine<br />

kaleng, bandeng presto, ikan asin<br />

dan produk olahan ikan lainnya<br />

sedikit mengalami kenaikan. Permintaan<br />

ikan asin di Jakarta pada<br />

Ramadhan kali ini diperkirakan<br />

meningkat hingga 50%.<br />

Ramadhan tahun <strong>2010</strong> yang jatuh<br />

pada Agustus – <strong>September</strong> diwarnai<br />

dengan penurunan pasokan ikan<br />

laut. Hal ini terjadi karena cuaca buruk<br />

yang acap kali datang, sehingga<br />

nelayan enggan melaut. Pasokan<br />

ikan di Muara Angke yang pada<br />

situasi normal mencapai 400-450<br />

ton per hari turun sekitar 20%, sementara<br />

di Muara Baru pasokannya<br />

turun 30-40% dari situasi normal<br />

yang mencapai 500 ton per hari. Hal<br />

yang sama juga dirasakan di Kota<br />

Besar lainnya semisal Bandung dan<br />

Semarang pasokan ikan laut turun<br />

masing-masing 20-30% dan 50%, sedangkan<br />

untuk kota lainnya pasokan<br />

ikan cenderung stabil.<br />

Situasi penurunan pasokan umumnya<br />

terjadi pada saat H-1 hingga<br />

H+1 Ramadhan dan menjelang Idul<br />

Fitri karena baik nelayan dan pedagang<br />

ikan banyak yang libur untuk<br />

merasakan awal Ramadhan bersama<br />

keluarga. Meskipun terjadi penurunan,<br />

jumlah pasokan ikan tersebut<br />

masih mencukupi permintaan ikan<br />

yang ada. Selain itu, pasokan ikan<br />

tawar yang relatif stabil juga turut<br />

menjaga gejolak harga ikan.<br />

<strong>Ikan</strong> merupakan pangan hewani<br />

sumber omega 3 tertinggi yang berfungsi<br />

untuk meningkatkan kecerdasan<br />

janin, mencegah kepikunan<br />

manula serta sangat baik untuk menjaga<br />

kelenturan pembuluh darah.<br />

Manfaat lainnya dari mengkonsumsi<br />

ikan yang bermutu baik dan diolah<br />

dengan benar antara lain meningkatkan<br />

daya tahan tubuh, anti<br />

stress dan depresi serta peningkatan<br />

kesehatan secara umum. Namun<br />

demikian, agar ikan dapat menjadi<br />

menu nasional di saat lebaran perlu<br />

kerja keroyokan dari semua komponen<br />

masyarakat. Mari kita mulai<br />

dari lingkungan kita sendiri, jadikan<br />

ikan sebagai menu utama di hari<br />

yang fitri. �fadly<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

29


30<br />

Kailis Fish Market Cafe<br />

Menginspirasi Banyak Orang<br />

Jika anda berkesempatan mengunjungi Kota Perth di bagian barat Australia, jangan lewatkan peluang<br />

untuk singgah di <strong>Pasar</strong> <strong>Ikan</strong> dan Cafe Kailis. Tempatnya sangat menarik dan termasuk kedalam agenda<br />

tujuan wisata yang direkomendasikan oleh dinas pariwisata setempat.<br />

Sejak tahun 1926, George P<br />

Kailis, keturunan Yunani sukses<br />

mengembangkan bisnis perikanan<br />

di Australia yang berbasis di<br />

Perth. Kini bisnisnya telah dikendalikan<br />

oleh generasi kedua dan dengan<br />

bendera Kailis Bros terdapat 8 bidang<br />

usaha yaitu: penangkapan, pengadaan,<br />

pengolahan, dan pemasaran;<br />

penangkapan dan ekspor lobster; perdagangan<br />

dan impor pangan; pasar<br />

ikan dan kafe; jasaboga dan logistik,<br />

lelang ikan; pemasok perlengkapan<br />

penangkapan ikan; serta mutiara<br />

south sea pearls.<br />

<strong>Pasar</strong> ikan dan kafe ini berdiri<br />

sejak tahun 1928, dikembangkan<br />

untuk mengantisipasi pasar dengan<br />

menghormati tradisi dan pengalaman<br />

para pendiri usaha di bidang industri<br />

perikanan. Unit pasar ikan dan<br />

cafe ini bergerak di bidang eceran,<br />

rumah makan dan jasa pemasok<br />

supermarket. Kailis menjadi terkenal<br />

karena pencapaian standar produk<br />

dan pelayanan primanya sehingga<br />

mendapatkan sejumlah penghargaan.<br />

Pengelolaan Kailis ini telah men-<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

jadi inspirasi bagi masyarakat luas<br />

khususnya di bidang perikanan.<br />

Buka 7 hari dalam seminggu mulai<br />

pukul 8 pagi hingga larut, pasar ikan<br />

dan kafe Kailis terletak di pinggiran<br />

Fremantle Fishing Boat Harbour di<br />

Perth Australia Barat. Kailis menyediakan<br />

produk perikanan terbaik<br />

dan layanan prima dalam suasana<br />

kerja lingkungan pasar ikan sehingga<br />

menghantarkan sebuah pengalaman<br />

menikmati seafood yang paling unik<br />

dan tak ada tandingannya di dunia.<br />

Pengunjung akan dimanjakan<br />

dengan ikan dan chip nikmat dari<br />

bahan yang baru saja didaratkan di<br />

pelabuhan terkenal Fremantle dalam<br />

atmosfir kehidupan sesungguhnya<br />

dari sebuah pasar ikan dan lobster.<br />

Menu ikan disajikan dari bahan yang<br />

paling segar diolah dengan resep<br />

tradisional yang paling lezat.<br />

Kini unit usaha pasar ikan dan<br />

cafe ini dikomandani oleh Victor,<br />

anak bungsu dari Kailis senior<br />

pendiri grup bisnis perikanan dengan<br />

meneruskan tradisi yang ada di<br />

pelabuhan perikanan Fremantle.<br />

Sebelum mengelola pasar ikan dan<br />

cafe, Victor telah malang melintang<br />

bekerja dalam bidang industri perikanan,<br />

baik yang terkait dengan kapal,<br />

penangkapan maupun industri pengolahan<br />

dan meraih sukses. Tahun<br />

1982 Victor mendapat tantangan lain<br />

dalam tugas barunya sebagai Group<br />

Marketing Director dengan target<br />

penjualam melebihi A$ 100 juta per<br />

tahun. Produknya meliputi lobster,<br />

udang dan produk olahan ikan.<br />

Namun baru pada tahun 1989, Victor<br />

mengambil alih operasional perusahaan<br />

ritel pasar ikan tersebut.<br />

Debut pertamanya adalah membuat<br />

citra baru dengan rebranding<br />

menjadi Kailis Fish Market Cafe.<br />

Logo perusahaan tetap mempertahankan<br />

peninggalan ayahnya, namun<br />

fokusnya diarahkan ke industri pari-


wisata. Naluri bisnisnya sangat baik,<br />

dengan cepat Victor dapat membaca<br />

keinginan masyarakat antara lain<br />

mendapatkan “suasana lain”. Interior<br />

dan eksterior bangunan pasar<br />

ikan diperbaiki, jalan setapak di sekitarnya<br />

diperlebar, dan beragam menu<br />

yang menarik ditawarkan. Layanan<br />

seperti cafe mulai diperkenalkan, dan<br />

bagi yang akan meminum alkohol<br />

juga telah tersedia.<br />

Kualitas bahan baku, kecepatan<br />

layanan dan rasa yang menggugah<br />

minat selalu dikontrol dengan<br />

ketat. Kerjasama dengan agen<br />

pariwisata segera dirintis sehingga<br />

menjadikan pasar ikan dan kafe ini<br />

sebagai restoran dan tujuan wisata<br />

kuliner yang sangat populer bagi<br />

turis. Hasilnya penghargaan Western<br />

Australia’s Tourism Hall of Fame<br />

pun telah diraih. Penghargaan dari<br />

Western Australian Fishing Industry<br />

untuk the Best Fish & Chips di daerah<br />

metropolitan, dan Victor juga pernah<br />

mendapatkan penghargaan sebagai<br />

Employer of the Year dari asosiasi<br />

restoran dan jasaboga di Australia<br />

Barat.<br />

Kunci suksesnya adalah adalah<br />

totalitas dalam pekerjaan, menguasai<br />

pengetahuan seluruh rantai<br />

pekerjaan, terlibat langsung dalam<br />

pengembangan pengelolaan harian<br />

bisnis dan berdedikasi untuk menge-<br />

jar kesempurnaan. Saat ini, untuk<br />

kegiatan keseharian Victor telah<br />

dibantu putranya George.<br />

Selain menerima kunjungan<br />

langsung para pengunjung dengan<br />

menu yang sudah tersedia, calon<br />

pengunjung juga dapat membuat<br />

reservasi untuk group minimal 10<br />

orang dengan menu khusus yang<br />

dapat dipesan tersendiri. Kailis Fish<br />

Market Cafe menyediakan petunjuk<br />

untuk memilih bahan baku ikan yang<br />

berkualitas. Foto menu dipajang<br />

dengan cara yang sangat menggugah<br />

selera sehingga airliur pengunjungpun<br />

dipacu mengalir deras untuk<br />

segera membuktikan kelezatan<br />

manakan yang ditawarkan. Secara<br />

berkala, Kailis juga memperkenalkan<br />

menu baru untuk meningkatkan<br />

antusiasme pengunjung.<br />

Yang menarik, informasi keberadaan<br />

tentang Kailis ini tersebar<br />

di sejumlah titik yang berkaitan<br />

dengan turis atau wisata yaitu antara<br />

lain:<br />

- Esplanade Hotels Group<br />

- Escapade Cruises<br />

- Perth Convention Bureau<br />

- Western Australian Tourism Commission<br />

- Hospitality Australia<br />

- Perth Tourism & Tourist Information<br />

- Fremantle Trails<br />

Tips memilih seafood yang baik menurut Kailis<br />

<strong>Ikan</strong> utuh :<br />

insang berwarna merah cerah;<br />

daging tidak lembek dan segera<br />

kembali ketika ditekan; mata cerah,<br />

cembung dan tidak tenggelam; kulit<br />

cerah dan mengkilat.<br />

Fillet dan potongan ikan:<br />

daging ikan harus mengkilat, tidak<br />

suram, liat tapi lembut , dan<br />

daging ikan tidak banyak mengandung<br />

air<br />

Krustasea<br />

Lobster dan Kepiting sebaiknya<br />

tidak ada perubahan warna pada<br />

sendi<br />

Udang sebaiknya tidak ada perubahan<br />

warna pada ujung segmen atau<br />

kaki<br />

- Kastellorizo Hotels, Megisti Hotel,<br />

Greece<br />

- Kailis Pearls<br />

- Quest Harbour Village<br />

Reputasi Kailis adalah pada<br />

kualitas bahan baku dan pelayanan<br />

yang sangat baik. Untuk mempertahankan<br />

dan meningkatkan citra<br />

tersebut, Kailis Fish Market Cafe<br />

sangat menghargai semua umpan<br />

balik yang diberikan oleh pengunjung.<br />

Tak segan, Victor dan putranya<br />

menyapa dengan ramah kepada para<br />

pengunjung untuk mengetahui kesannya<br />

terhadap Kailis. Kalupun tidak<br />

sempat, form isian umpan balik dan<br />

komentar telah disediakan.<br />

Acara lain yang diselenggarakan<br />

Kailis adalah kegiatan amal untuk<br />

menggalang dana bagi sekolah keperawatan<br />

di Princess Margareth Hospital<br />

dan telah mencapai A$ 10.000.<br />

Kepopuleran yang telah diraih<br />

Kailis Fish Market Cafe, tak lepas dari<br />

kuatnya jejaring yang dikembangkan;<br />

tinggi standar mutu bahan baku dan<br />

layanan; inovasi baru dari “suasana”<br />

di lokasi dan menu ataupun programprogram<br />

yang ditawarkan. Kailis<br />

telah menginsipirasi sejumlah wiraswasta,<br />

bagaimana dengan anda?�art<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

31


32<br />

BAHAN:<br />

• 1 bungkus agar-agar<br />

• 2 gelas air<br />

• 5 sendok makan susu kental manis<br />

• 1 ons rumput laut<br />

• 1 lembar daun pandan<br />

• 1 ons pepaya<br />

CARA MEMBUAT:<br />

1. Masukkan semua bahan masak hingga<br />

mendidih, tuang dalam cetakan.<br />

2. Siap disajikan bersama saos markisa.<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

Puding Agar<br />

Rumput Laut

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!