28.11.2012 Views

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

1 WPI Edisi September 2010 No.85 - Warta Pasar Ikan - Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

6<br />

Quo Vadis Rumput Laut <strong>Indonesia</strong>?<br />

Potensi pasar rumput laut sampai<br />

saat ini masih terbuka lebar mengingat<br />

permintaan pasar dunia untuk<br />

hidrokoloid asal rumput laut sangat<br />

besar. Diantara jenis yang peluang<br />

permintaannya cukup tinggi adalah<br />

Eucheuma cottonii yang merupakan<br />

bahan baku salah satu jenis<br />

hidrokoloid yang mempunyai aplikasi<br />

luas yaitu karaginan. Pemanfaatan<br />

rumput laut terbesar adalah pada<br />

ekstraknya yang dari jenis E. Cottonii<br />

dapat diolah menjadi Alkali Treated<br />

Cottonii (ACT), Semi Refined Carrageenan<br />

(SRC), dan Refined Carrageenan<br />

(RC). Aplikasi pemanfaatan<br />

produk karaginan tidak terbatas<br />

pada industri makanan saja sebagai<br />

bahan penstabil larutan atau emulsifier<br />

tetapi juga pada industri farmasi,<br />

kosmetik atau personal care, bahkan<br />

hingga ke industri logam dan cat.<br />

Pengolahan menjadi karaginan, saat<br />

ini teknologinya sudah dikuasai oleh<br />

putra putri <strong>Indonesia</strong>. Perbedaan<br />

harga antara rumput laut kering<br />

sebagai komoditas dan produk turunannya<br />

sangat mencolok sehingga<br />

apabila <strong>Indonesia</strong> mampu menjadi<br />

produsen bahan baku, sebagai pengolah<br />

dan pemasar yang andal, maka<br />

niscaya rumput laut dapat menjadi<br />

sumber devisa baru.<br />

China, dengan targetnya untuk<br />

mendominasi produksi karaginan<br />

dunia, telah memberi peluang<br />

pasar bagi negara-negara produsen<br />

bahan baku rumput laut cottonii,<br />

termasuk <strong>Indonesia</strong>. Ini lantaran<br />

permintaan rumput laut dari negara<br />

tersebut terus meningkat. China siap<br />

menyerap berapapun produksi<br />

rumput laut <strong>Indonesia</strong> karena China<br />

masih membutuhkan lebih banyak<br />

rumput laut jenis cottonii.<br />

Peluang Indonsia mengekspor<br />

<strong>WPI</strong> <strong>Edisi</strong> <strong>September</strong> <strong>2010</strong> <strong>No.85</strong><br />

rumput laut ke China pun semakin<br />

besar dengan adanya pemberlakuan<br />

perdagangan bebas antar kedua<br />

negara. Saat ini, ekspor rumput<br />

laut <strong>Indonesia</strong> tidak terkena tarif<br />

bea masuk di China. Sementara<br />

pesaing terberat cottonii <strong>Indonesia</strong><br />

yaitu Philipina, produksinya tidak<br />

stabil karena faktor cuaca. Namun<br />

demikian, puaskan <strong>Indonesia</strong> hanya<br />

sebagai pemasok bahan baku bagi<br />

negara lain?<br />

Gambaran Ekspor Rumput Laut <strong>Indonesia</strong><br />

Secara umum, ekspor rumput<br />

laut <strong>Indonesia</strong> dan produk turunannya<br />

tahun 2009 mengalami penurunan<br />

sebesar 23,15% dalam volume<br />

dan 24,5% dalam nilai dibandingkan<br />

dengan tahun sebelumnya. Tercatat<br />

total ekspor tahun 2009 mencapai<br />

96,8 ribu ton dengan nilai sebesar<br />

US$ 104,92 juta. Penurunan ini<br />

diperkirakan antara lain dipengaruhi<br />

oleh wacana pemerintah untuk<br />

membatasi ekspor komoditas rumput<br />

laut kering pada tahun 2012. Sebagai<br />

negara produsen utama rumput<br />

laut dunia, sampai saat ini ekspor<br />

<strong>Indonesia</strong> masih didominasi oleh<br />

komoditas rumput laut kering (lebih<br />

dari 80% dalam volume).<br />

Negara utama tujuan ekspor komoditas<br />

rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

adalah China, Vietnam, Philipina<br />

dan Korea Selatan. Lebih dari 50%,<br />

ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

tahun 2009 ditujukan ke China, atau<br />

mencapai 51 ribu ton senilai Rp 39<br />

juta. Sampai semester I tahun <strong>2010</strong>,<br />

ekspor rumput laut kering <strong>Indonesia</strong><br />

tercatat sebesar 52 ribu ton dengan<br />

nilai US$ 65 juta. Sekitar 52 % nya<br />

diekspor ke China, yaitu 27 ribu ton<br />

dengan nilai US$ 27 juta.<br />

Keseragaman Mutu untuk Perkuat<br />

Posisi Tawar<br />

China membidik <strong>Indonesia</strong> sebagai<br />

pemasok kebutuhan bahan baku<br />

industri karaginannya. Melalui perusahaan-perusahaan<br />

ataupun pelaku<br />

pemasaran rumput laut China yang<br />

ada di <strong>Indonesia</strong>, China berupaya<br />

menjangkau langsung ke pembudidaya<br />

rumput laut lokal, termasuk<br />

diantaranya di Sulawesi Selatan.<br />

Bagi eksportir rumput laut kering<br />

di Sulawesi Selatan, China telah<br />

menjadi pasar terbesarnya. Hal ini<br />

dapat dilihat dari nilai ekspor yang<br />

meroket dari US$ 2.574 juta pada<br />

tahun 2008, menjadi US$ 10.603<br />

juta di tahun 2009, atau meningkat<br />

hampir 400%. Melambungnya nilai<br />

ekspor ke China ini setidaknya mulai<br />

terjadi sejak ekspor rumput laut<br />

<strong>Indonesia</strong> ke China dilakukan secara<br />

langsung. Sebelumnya, tujuan utama<br />

ekspor rumput laut <strong>Indonesia</strong> adalah<br />

ke Philipina. Kemudian, China<br />

mengimpor komoditas tersebut<br />

dari Philipina. Namun, sejak Forum<br />

Rumput Laut <strong>Indonesia</strong> (SEABFEX<br />

II) diselenggarakan di Makassar pada<br />

tahun 2008, <strong>Indonesia</strong> mulai ekspor<br />

langsung ke China.<br />

Hal yang perlu mendapat pencermatan<br />

atas peluang ekspor yang ada,<br />

adalah terkait dengan keseragaman<br />

mutu rumput laut yang dihasilkan.<br />

Tidak sekadar bahan baku banyak,<br />

tapi keseragaman kualitasnya juga<br />

perlu distandarkan. Pada tahap awal,<br />

mutu yang heterogen masih diterima<br />

oleh pabrik di China, namun cepat<br />

atau lambat faktor mutu akan<br />

menjadi kualifikasi yang menjadi<br />

persyaratan. Pada kondisi kering<br />

sebagai komoditas, faktor usia panen<br />

tidak ... (ke hal. 11)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!