13.07.2015 Views

Aktivitas Gempabumi Tektonik di Yogyakarta Menjelang ... - BMKG

Aktivitas Gempabumi Tektonik di Yogyakarta Menjelang ... - BMKG

Aktivitas Gempabumi Tektonik di Yogyakarta Menjelang ... - BMKG

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Aktivitas</strong> <strong>Gempabumi</strong> <strong>Tektonik</strong> <strong>di</strong> <strong>Yogyakarta</strong> <strong>Menjelang</strong> Erupsi Merapi 2010Daryono, S.Si.,M.Si.Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (<strong>BMKG</strong>)E-mail: daryonobmg@gmail.comAbstrakTulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan aktivitas gempabumitektonik <strong>di</strong> Daerah<strong>Yogyakarta</strong> dengan erupsi Merapi 2010. Data yang <strong>di</strong>gunakan dalam penelitianini adalah parameter gempabumi <strong>di</strong> Dareah <strong>Yogyakarta</strong> dan sekitarnya selama periode Januarisampai November 2010 hasil pemantauan jejaring gempabumi Badan Meteorologi Klimatologidan Geofisika (<strong>BMKG</strong>). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sembilan bulan sebelum letusanGunung Merapi 2010 terja<strong>di</strong> peningkatan aktivitas seismik yang sangat signifikan <strong>di</strong> Daerah<strong>Yogyakarta</strong>. Ada sekitar 23 keja<strong>di</strong>an gempabumi terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> zona sesar aktif yang berarahBaratdaya-Timurlaut <strong>di</strong> sebelah timur Graben Bantul, lima <strong>di</strong> antaranya merupakan gempabumi<strong>di</strong>rasakan (felt earthquake) hingga menimbulkan kerusakan ringan. <strong>Aktivitas</strong> kegempaan regionalyang sangat aktif ini serta kon<strong>di</strong>si tektonik yang aktif dan kompleks menja<strong>di</strong>kan Merapi sebagaisalah satu gunungapi paling aktif <strong>di</strong> dunia.Kata kunci: <strong>Gempabumi</strong> tektonik, <strong>Yogyakarta</strong>, erupsi Merapi1. PendahuluanDaerah <strong>Yogyakarta</strong> merupakan bagian dari jalur gempabumi yang terbentang dari PulauSumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Sebagai wilayah yang terletak <strong>di</strong> jalur gempabumi,kon<strong>di</strong>si fisiografi Daerah <strong>Yogyakarta</strong> sangat <strong>di</strong>pengaruni oleh aktivitas tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Kon<strong>di</strong>si ini menja<strong>di</strong>kan Daerah <strong>Yogyakarta</strong> sebagai salah satukawasan dengan tingkat aktivitas seismik yang tinggi <strong>di</strong> Indonesia.Jika kegiatan gunungapi merupakan rangkaian kegiatan tektonik, maka tingginya aktivitas Merapitidak lepas dari tingginya aktivitas seismik dan kon<strong>di</strong>si tektonik regional. Hingga tahun 2010Merapi <strong>di</strong>perkirakan sudah mengalami erupsi besar yang tercatat sebanyak 84 kali. Rata-rataselang waktu erupsi periode pendek terja<strong>di</strong> antara 2 hingga 5 tahun, sedangkan selang waktuerupsi periode menengah terja<strong>di</strong> setiap 5 hingga 7 tahun. Namun demikian, Merapi juga pernahmengalami masa istirahat panjang selama lebih dari 30 tahun terutama pada masa awalpembentukannya.Berdasarkan catatan sejarah kegempaan, Daerah <strong>Yogyakarta</strong> sering mengalami gempabumimerusak. Dari seluruh gempabumi ini, seluruhnya memiliki episentrum yang relatif dekat denganMerapi. Jika menilik waktu terja<strong>di</strong>nya gempabumi, <strong>di</strong>antaranya bersamaan dengan saat erupsiMerapi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan aktivitasgempabumi <strong>di</strong> Daerah <strong>Yogyakarta</strong> dengan aktivitas Merapi.2. Tataan tektonikDaerah <strong>Yogyakarta</strong> berdekatan dengan zona subduksi lempeng Indo-Australia terhadap lempengEurasia (Hamilton, 1979). Pergerakan lempeng ini menimbulkan terbentuknya unsur-unsurtektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, seperti Zona Benioff, palung laut, sebaransesar aktif dan gunungapi (Gambar 1) (Wagner et al., 2007). Selain rawan gempabumi akibataktivitas tumbukan lempeng, Daerah <strong>Yogyakarta</strong> rawan gempabumi akibat aktivitas beberapasesar lokal <strong>di</strong> daratan (Daryono, 2009). Struktur sesar terbentuk sebagai dampak desakanlempeng Indo-Australia pada bagian daratan Pulau Jawa. Beberapa sistem sesar yang <strong>di</strong>dugamasih aktif adalah Sesar Opak, Sesar Oya, Sesar Dengkeng, Sesar Progo, serta sesar mikrolainnya yang belum teridentifikasi. Aktifnya <strong>di</strong>namika penyusupan lempeng yang <strong>di</strong>dukung olehPage 1 of 8


aktivitas sesar <strong>di</strong> daratan menyebabkan Daerah <strong>Yogyakarta</strong> menja<strong>di</strong> salah satu daerah dengantingkat aktivitas kegempaan yang tinggi <strong>di</strong> Indonesia.Gambar 1. Penampang lintang seting tektonik zona subduksi Jawa (Wagner et al., 2007)3. <strong>Aktivitas</strong> Kegempaan (Seismisitas)Untuk mengungkap tingginya aktivitas gempabumi <strong>di</strong> Daerah <strong>Yogyakarta</strong>, perlu kajian aspekseismisitasnya (Gambar 2). <strong>Aktivitas</strong> seismisitas Daerah <strong>Yogyakarta</strong> tampak <strong>di</strong>dominasi olehgempabumi dangkal (kedalaman kurang dari 60 kilometer) dan gempabumi menengah(kedalaman antara 60 - 300 kilometer). <strong>Gempabumi</strong> kategori ini <strong>di</strong>sebabkan oleh aktivitassubduksi dangkal dan menengah serta aktivitas sesar <strong>di</strong> daratan Pulau Jawa. <strong>Aktivitas</strong> gempabumidangkal jika magnitudonya besar (M>6.0) <strong>di</strong>nilai berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan.Sebaran gempabumi dengan kedalaman menengah tampak terkonsentrasi <strong>di</strong> Samudera Indonesiadan daerah pesisir selatan <strong>Yogyakarta</strong>. Sebaran gempabumi kedalaman menengah ini <strong>di</strong>nilaikurang berbahaya, karena hiposenternya yang relatif dalam dan pengaruhnya terhadap permukaantidak terlalu signifikan. <strong>Gempabumi</strong> dalam dengan kedalaman <strong>di</strong> atas 300 kilometer <strong>di</strong>nilai tidakmembahayakan mengingat aktivitasnya yang sangat dalam (Daryono et al., 2009). Berdasarkankon<strong>di</strong>si seismisitas tersebut <strong>di</strong> atas, tampak bahwa zona selatan Pulau Jawa memang memilikitingkat aktivitas kegempaan yang cukup tinggi (Husein et al, 2008).Gambar 2. Peta seismisitas Pulau Jawa (Sumber: http://www.usgs.gov)Page 2 of 8


4. Sejarah gempabumiBerdasarkan catatan sejarah kegempaan Jawa antara tahun 1840 hingga 2010, Daerah <strong>Yogyakarta</strong>mengalami gempabumi merusak lebih dari 13 kali (Gambar 3). <strong>Gempabumi</strong> yang pertamakalitercatat adalah <strong>Gempabumi</strong> Purworejo (1840). Menurut Newcomb & McCann (1987) gempabumiini terja<strong>di</strong> pada tanggal 4 Januari 1840. Daerah yang mengalami kerusakan meliputi Kebumen,Purworejo, Bantul, Salatiga, Demak, Semarang, Kendal, dan Banjarnegara.Selanjutnya adalah gempabumi besar pada tanggal 10 Juni 1867 menyebabkan 372 rumah robohdan 5 orang meninggal (Newcomb & McCann, 1987). Getaran gempabumi ini terasa hinggaKlaten, Salatiga, Surakarta, dan Sragen. <strong>Gempabumi</strong> besar juga terja<strong>di</strong> pada tanggal 23 Juli 1943.Kota-kota yang mengalami kerusakan adalah Cilacap, Tegal, Purwokerto, Kebumen, Purworejo,Bantul, dan Pacitan. Korban meninggal sebanyak 213 orang, sedangkan korban luka mencapai2.096 jiwa (Bemmelen, 1949). Terakhir adalah <strong>Gempabumi</strong> pada tanggal 27 Mei 2006. Meskipunkekuatan gempabumi ini relatif kecil (M=6.4), namun mengakibatkan lebih dari 6000 korbanmeninggal (Walter et al., 2008).Gambar 3. Distribusi episenter gempabumi kuat periode 1840 – 2006 (Husein et al, 2008)5. Hubungan <strong>Gempabumi</strong>-VulkanismeJika mengamati peta vulkanisme global, tampak bahwa jalur sabuk gunungapi duniaberdampingan dengan jalur gempabumi. Pada beberapa kasus keja<strong>di</strong>an erupsi gunungapi <strong>di</strong> dunia,tampak setelah terja<strong>di</strong> gempabumi kuat banyak terja<strong>di</strong> erupsi gunungapi yang loksinyaberdekatan dekat dengan episenter gempabumi.Adanya kaitan antara aktivitas gunungapi dengan aktivitas gempabumi tektonik telah <strong>di</strong>laporkanterja<strong>di</strong> <strong>di</strong> berbagai kawasan seismik aktif. <strong>Gempabumi</strong> Liwa 1932 dan 1994 <strong>di</strong>laporkan telahmeningkatkan kegiatan vulkanik <strong>di</strong> Suoh, Lampung Barat, sementara <strong>Gempabumi</strong> Nias 2005 jugatelah memicu aktifnya Gunung Talang. Di luar negeri juga <strong>di</strong>laporkan beberapa kasus serupa.<strong>Gempabumi</strong> Landers 1992 juga <strong>di</strong>laporkan memicu kegiatan vulkanisme <strong>di</strong> beberapa tempat <strong>di</strong>California. Di Filipina Gunung Pinatubo yang sudah tidak aktif selama hampir 500 tahun, meletusdahsyat setelah <strong>di</strong>picu <strong>Gempabumi</strong> Luzon 1990. Keja<strong>di</strong>an serupa juga terja<strong>di</strong> pada kasus<strong>Gempabumi</strong> Kamchatka 1923, <strong>Gempabumi</strong> Chili 1960, dan <strong>Gempabumi</strong> Guatemala 1902(Gambar 4).Page 3 of 8


Gambar 4. Beberapa kasus gempabumi <strong>di</strong>ikuti erupsi gunungapi (Eggert & Walter, 2009)Eggert & Walter (2009) dalam penelitiannya mengenai aktivitas erupsi gunungapi sebelum dansesudah gempabumi tektonik kuat menggunakan ribuan data global gempabumi yang memicuaktivitas erupsi gunungapi. Hasil penelitian <strong>di</strong>peroleh kesimpulan bahwa aktivitas erupsigunungapi lebih sering terja<strong>di</strong> pada gunungapi yang lokasinya berdekatan dengan zona seismikaktif (Gambar 5)Gambar 5. <strong>Aktivitas</strong> erupsi gunungapi lebih sering terja<strong>di</strong> pada gunungapi yang lokasinyaberdekatan dengan zona seismik aktif (Eggert & Walter, 2009)6. <strong>Aktivitas</strong> MerapiJika aktivitas vulkanisme merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tektonik, maka tingginyaaktivitas Merapi tidak lepas dari pengaruh tingginya aktivitas seismik <strong>di</strong> <strong>Yogyakarta</strong> dansekitarnya. Keberadaan dapur magma Merapi yang berdekatan dengan zona seismik aktif,menyebabkan fluida <strong>di</strong> dapur magma menja<strong>di</strong> labil karena terus menerus mendapat pukulan dantekanan dari getaran gempabumi yang seringkali terja<strong>di</strong>.Penelitian yang <strong>di</strong>lakukan oleh Walter et al. (2007) menunjukkan adanya sebuah hubungan antaraerupsi Merapi 2001 dan 2006 dengan peristiwa gempabumi tektonik yang terja<strong>di</strong> sebelumnya.Dalam penelitian ini Walter et al. (2007) membangun sebuah model untuk melihat besarnyaperpindahan tegangan antara peristiwa gempabumi tektonik yang terja<strong>di</strong> dan kegiatan Merapi.Page 4 of 8


Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Merapi sangat <strong>di</strong>pengaruhi oleh adanya perubahantegangan kerak bumi terkait dengan aktivitas gempabumi tektonik yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> dekatnya.Terja<strong>di</strong>nya gempabumi tektonik <strong>di</strong> sekitar Merapi terbukti telah meningkatkan ekstrusi magmadan guguran material piroklastik Merapi (Gambar 6).Gambar 6. (A) <strong>Gempabumi</strong> <strong>Yogyakarta</strong> 2001 (M=6.3) memicu peningkatan panas solfataraMerapi, (B) <strong>Gempabumi</strong> <strong>Yogyakarta</strong> 2006 (M=6.3) memicu guguran piroklastik (Walter et al.,2007)Magma yang terus menerus mendapat tekanan ini menyebabkan dapur magma penuh danbergerak naik. Magma baru yang naik ke permukaan ini akan memicu lebih banyak lagi magmayang naik ke atas sehingga Merapi menja<strong>di</strong> kian aktif. Inilah salah satu faktor yang menyebabkanGunung Merapi menja<strong>di</strong> salah satu gunungapi paling aktif karena segmen busur Jawa <strong>di</strong> bawahMerapi lebih aktif <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ng segmen <strong>di</strong> busur Jawa lainnya.Jika kegiatan gunungapi merupakan rangkaian kegiatan tektonik, maka tingginya aktivitas Merapitidak lepas dari tingginya tingkat aktivitas kegempaan tektonik <strong>di</strong> zona ini. Sembilan bulanmenjelang terja<strong>di</strong>nya letusan dahsyat Merapi, Daerah <strong>Yogyakarta</strong> telah mengalami peningkatankegiatan seismik yang yang luar biasa pesat. Ada sekitar 23 gempabumi terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> zona sesarberarah Baratdaya-Timurlaut <strong>di</strong> sebelah timur Graben Bantul, lima <strong>di</strong> antaranya merupakangempabumi <strong>di</strong>rasakan hingga menimbulkan kerusakan ringan (Gambar 7).Gambar 7. Kon<strong>di</strong>si seismisitas Daerah <strong>Yogyakarta</strong> periode Januari-November 2010Page 5 of 8


Dalam rentang waktu hanya tiga bulan sejak Agustus 2010, Daerah <strong>Yogyakarta</strong> sudah <strong>di</strong>guncangenam kali gempabumi tektonik. <strong>Gempabumi</strong> yang mengguncang Daerah <strong>Yogyakarta</strong> dansekitarnya pada akhir-akhir ini adalah gempabumi tanggal 21 Agustus 2010 (magnitudo 5.0 SkalaRichter), 3 September 2010 (magnitudo 5.0 Skala Richter), 11Oktober 2010 (magnitudo 3.9Skala Richter), 28 Oktober 2010 (magnitudo 4.0 Skala Richter), dan 28 Oktober 2010 (magnitudo3.2 Skala Richter).Gambar 8. Erupsi Merapi 2010 <strong>di</strong>awali dengan peningkatan signifikan jumlah komulatif keja<strong>di</strong>an<strong>Gempabumi</strong> tektonik <strong>di</strong> <strong>Yogyakarta</strong>Seluruh peristiwa gempabumi ini memiliki episetrum <strong>di</strong> selatan Gunung Merapi tepatnya <strong>di</strong>sebelah timur Sesar Opak. Selain gempabumi yang bersumber <strong>di</strong> selatan Merapi, juga terdapatperistiwa gempabumi <strong>di</strong> utara Merapi, yaitu <strong>Gempabumi</strong> Magelang tanggal 2 September(magnitudo 3.1 Skala Richter). <strong>Gempabumi</strong> ini <strong>di</strong>rasakan hingga Salatiga, Ambarawa, Banyubirudan Ungaran. Seluruh data keja<strong>di</strong>an gempabumi tertonik <strong>di</strong> <strong>Yogyakarta</strong> dan sekitarnyamenunjukkan sebuah tren jumlah komulatif keja<strong>di</strong>an gempabumi tektonik yang semakinmeningkat sejak Januari 2010 (Gambar 8).Fenomena meningkatnya erupsi Merapi yang <strong>di</strong>dahului aktivitas komulatif gempabumi tektonikini sangat mirip dengan apa yang terja<strong>di</strong> pada erupsi serempak Gunungapi Karimsky danAkademia Nauk (1996) <strong>di</strong> Semenanjung Kamchatka, Rusia (Gambar 9). Sebuah gempabumi kuatterja<strong>di</strong> <strong>di</strong> Kamchatka <strong>di</strong> awal Januari 1996 yang lokasinya <strong>di</strong> jalur zona sesar aktif berarahBaratdaya-Timurlaut. Hanya dalam tempo dua hari pasca <strong>Gempabumi</strong> Kamchatka (Mw 7.1),dalam jarak sekitar 10-20 kilometer dari pusat gempabumi sebuah letusan serempak menyusulterja<strong>di</strong> pada kedua gunungapi ini (Walter 2007).Gambar 9. Gunungapi Karimsky dan Akademia Nauk <strong>di</strong> Kamchatka, Rusia mengalami erupsiserempak setelah terja<strong>di</strong> peningkatan aktivitas seismik <strong>di</strong> sekitarnya (Walter, 2007).Page 6 of 8


Tingginya aktivitas Merapi selain <strong>di</strong>sebabkan oleh aktivitas seismik, tampaknya juga <strong>di</strong>pengaruhilokasinya yang terletak pada perpotongan dua sistem sesar lokal. Kedua sesar yang salingberpotongan menurut Bemmelen (1970) ini adalah sistem sesar yang membujur dalam arah utaraselatan(transverse fault) yang membentuk kompleks jalur Gunung Merapi, Gunung Merbabu,dan Gunung Ungaran, dengan sistem sesar berarah barat-timur yang sebut sebagai ”Sesar Simo”.Karena lokasi Merapi yang terletak <strong>di</strong> zona perpotongan sesar inilah <strong>di</strong>duga jalan keluar bagimagma menja<strong>di</strong> lebih mudah. Keberadaan interseksi sesar tepat pada kerucut merapi ini sangatunik dan menja<strong>di</strong> salahsatu faktor pembeda tingkat aktivitas antara Gunung Merapi dan tetanggasebelahnya, yaitu Gunung Merbabu.7. Teka-Teki <strong>Gempabumi</strong>Timbul banyak tanda tanya <strong>di</strong>benak warga terkait meningkatnya aktivitas gempabumi <strong>di</strong><strong>Yogyakarta</strong> akhir-akhir ini. Fenomena apakah yang sedang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong>balik sangat aktifnya kon<strong>di</strong>sitektonik <strong>Yogyakarta</strong> ini? Yang pasti peristiwa gempabumi <strong>di</strong> <strong>Yogyakarta</strong> selama ini <strong>di</strong>akibatkanoleh aktivitas sesar aktif. Ini <strong>di</strong> dasarkan kepada data kedalaman hiposenternya yang kurang dari15 kilometer. Jika <strong>di</strong>tinjau dari pola sebaran seismisitasnya yang membentuk sebuah klastermemanjang mencerminkan adanya sebuah aktivitas sesar.Jika <strong>di</strong>kaitkan dengan aftershocks menurut Walter et al., (2007) dan Tsuji et al. (2009), tampakada korelasi spasial antara data aftershocks 2006 dengan seismisitas saat ini. Klaster aftershocksmenurut kedua peneliti ini sama-sama memiliki pola kelurusan berarah baratdaya-timurlaut <strong>di</strong>sebelah timur depresi Bantul. Kelurusan ini merupakan in<strong>di</strong>kasi kuat adanya fenomena sesar aktif<strong>di</strong> “segmen utara”. Sedangkan aktivitas kegempaan akhir-akhir ini cenderung terletak <strong>di</strong> “segmenselatan” (Gambar 10).Gabungan antara data aftershocks 2006 dengan data gempabumi terakhir semakin mengokohkandugaan eksistensi sesar aktif <strong>di</strong> sebelah timur Sesar Opak. Jika melihat data sebaran episenterterbaru yang terkonsentrasi <strong>di</strong> sebelah selatan aftershocks 2006, bisa ja<strong>di</strong> gempabumi kecil yangsering mengguncang <strong>Yogyakarta</strong> akhir-akhir ini merupakan manifestasi pelepasan teganganlitosfir <strong>di</strong> “segmen selatan” yang belum seluruhnya terlepas saat gempabumi 2006.Sepatutnya kita tidak boleh memandang remeh rentetan aktivitas gempabumi dengan magnitudokecil semacam ini. Belajar dari ilmuwan Cina yang melakukan pemantauan urutan gempabumikecil, akhirnya mereka dapat menyelamatkan sekitar 100.000 jiwa penduduk Haicheng padaperistiwa <strong>Gempabumi</strong> Haicheng 1975.Gambar 10. Korelasi spasial aftershocks dan aktivitas seismik daerah <strong>Yogyakarta</strong> terkiniPage 7 of 8


KesimpulanGunung Merapi mengalami erupsi dahsyat setelah terja<strong>di</strong> peningkatan aktivitas gempabumi yangluar biasa pesat pada zona sesar aktif yang berjarak sekitar 40-50 kilometer. Tingginya tingkatseismisitas regional, kon<strong>di</strong>si tektonik yang aktif dan kompleks serta lokasi Merapi yang terletakpada zona interseksi sesar akan menja<strong>di</strong>kan Merapi sebagai salah satu gunungapi paling aktif <strong>di</strong>dunia. Tingginya aktivitas seismik <strong>di</strong> Daerah <strong>Yogyakarta</strong> akhir-akhir ini merupakan cerminandari masih tingginya tegangan kerak bumi yang masih tersimpan pada “segmen selatan” dari zonasesar aktif <strong>di</strong> sebelah timur Graben Bantul.Daftar PustakaBemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of Indonesia. Government Printing Office, The Hague,p.732.Daryono, 2009, Local Site effect of Graben Bantul Using Microtremor Measurement,Procee<strong>di</strong>ngs of International Conference Earth Science and Technology, Department ofGeological Engineering, Gadjah Mada University.Eggert, S.,T. R. Walter, 2009,Volcanic activity before and after large tectonic earthquakes:Observations and statistical significance, Tectonophysics xxx (2009) xxx–xxx.Hamilton, W., 1988. Plate tectonics and island arcs, Geol. Soc. Am. Bull.,100, 1503–1527.Husein, S., Subagyo P., Myo T., Tun N., and Jaya M.,2008, A Short Note on the Seismic Historyof <strong>Yogyakarta</strong> Prior to the May 27, 2006 Earthquake. The <strong>Yogyakarta</strong> Earthquake of May27, 2006. Star Publishing Company Inc.Newcomb, K.R. and McCann, W.R., Seismic History and Seismotectonic of the Sunda Arc.Journal of Geophysical Research, Vol. 92, no. B1 pp 421-439. American GeophysicalUnion.Walter, T.R., 2007, How a tectonic earthquake may wake up volcanoes: Stress transfer during the1996 earthquake–eruption sequence at the Karymsky Volcanic Group, Kamchatka, Earth andPlanetary Science Letters 264 (2007) 347–359.Wagner, D., I. Koulakov,W. Rabbel, B.G. Luehr, A. Wittwer, H. Kopp, M. Bohm, G. Asch andthe MERAMEX Scientists, 2007, Joint inversion of active and passive seismic data inCentral Java, Geophys. J. Int. (2007) 170, 923–932.Walter, T.R., Wang, M. Zimmer, H. Grosser, B. Luehr, and A. Ratdomopurbo, 2007, Volcanicactivity influenced by tectonic earthquakes: Static and dynamic stress triggering at Mt.Merapi, Geoph. Research Leters, Vol. 34, L05304.Walter, T.R., B.G. Luehr, R. Wang, M. Sobiesiak, H. Grosser, H.U. Wetzel, C. Milkereit, J.Zschau, J. Wassermann, P.J. Prih Harja<strong>di</strong> and Kirbani S. B., 2008, The 26 May 2006 6.4<strong>Yogyakarta</strong> Earthquake South of Mt. Merapi Volcano: Did Lahar Deposits Amplify GroundShaking and thus Lead to Disaster?, Geochemistry, Geophysics, Geosystems, An ElectronicJournal of the Earth System.Page 8 of 8

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!