Bisnis Jakarta 9 Agustus 2016

More documents

Recommendations

Info

Ek bis Bisnis Jakarta, Selasa 9 Agustus 2016 2 INDEKS HARGA SAHAM BURSA EFEK INDONESIA INFRASTRUKTUR PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI DASAR KONSUMEN PROPERTI 782.23 12.411 1.6122 2157.7771 -6.2588 -0.2892 3200.926 -9.8091 -0.3055 398.958 0.525 0.1318 0.525 0.1318 3.51 0.3169 200.397 -0.641 -0.3188 SAHAM KENAIKAN DAN PENURUNAN TERBESAR BEI SAHAM TERAKTIF BEI (REGULER) SAHAM KENAIKAN TERBESAR BEI 1.AKKU 235 180 332.500 55 30,56 2. ATPK 154 145 30.500 9 6,21 3.GTBO 129 122 625.500 7 5,74 4. TPIA 4.100 3.900 600.500 200 5,13 5.ASRM 2.625 2.500 13.000 125 5 6. BHIT 220 210 131.378.500 10 4,76 7.BACA-W 92 88 500 4 4,55 8.UNSP-W2 145 139 500 6 4,32 9. DLTA 125.000 120.000 1.500 5.000 4,17 10.JIHD 800 770 180.500 30 3,90 11.FPNI 135 130 46.000 5 3,85 12.INCI 270 260 880.500 10 3,85 13.ACES 3.000 2.900 473.000 100 3,45 14.SMCB 2.250 2.175 12.392.500 75 3,45 15.ENRG-W 67 65 384.066.000 2 3,08 16.ALMI 1.030 1.000 1.359.000 30 3 17.ENRG 194 189 637.859.000 5 2,65 18.BJBR 1.170 1.140 28.060.000 30 2,63 19.COWL 117 114 1.345.000 3 2,63 20.RALS 790 770 7.479.500 20 2,60 21.KIJA 126 123 15.264.500 3 2,44 22.BCIP 215 210 1.441.000 5 2,38 23.PICO 215 210 3.652.500 5 2,38 24.BTEK 880 860 524.500 20 2,33 25.HDFA 230 225 10.136.500 5 2,22 26.SMDM 139 136 56.000 3 2,21 27.SPMA 235 230 204.500 5 2,17 SAHAM BROKER BEI Code Name Value Volume Frequency YP eTrading Securities 350.264.445.612 696.603.000 22.937 PD Indo Premier Securities 238.014.919.500 371.099.500 11.704 CS Credit Suisse Securities Indonesia 476.413.987.500 181.804.500 8.011 YU CIMB-GK Securities Indonesia 576.502.496.000 350.511.500 7.970 DX Bahana Securities 645.096.367.000 357.902.000 7.522 AK UBS Securities Indonesia 253.303.627.500 71.423.500 7.229 ZP Kim Eng Securities 514.037.120.000 316.123.000 7.199 NI BNI Securities 129.588.278.500 195.144.000 6.618 KK Phillip Securities Indonesia 113.067.510.500 162.753.000 5.318 SAHAM PENURUNAN TERBESAR BEI 1.KBRI-W 1 2 62.241.500 -1 -50 2.EKAD 480 570 102.726.000 -90 -15,79 3. ARTI 445 485 1.734.000 -40 -8,25 4. IGAR 405 440 3.927.500 -35 -7,95 5.GSMF 70 76 500 -6 -7,89 6.RAJA 600 650 2.000 -50 -7,69 7.ADMG 455 490 10.867.000 -35 -7,14 8.GPRA 114 122 176.000 -8 -6,56 9.FREN-W 29 31 1.190.000 -2 -6,45 10.LPIN 3.300 3.525 1.491.000 -225 -6,38 11.PBRX-W 105 112 110.000 -7 -6,25 12.RUIS 225 240 619.500 -15 -6,25 13.CSAP 169 180 469.500 -11 -6,11 14.AMRT 3.100 3.300 17.000 -200 -6,06 15.LAMI 188 200 23.500 -12 -6 16.BSDE 820 870 26.897.500 -50 -5,75 17.CFIN 670 710 7.402.500 -40 -5,63 18.MLPL-W 67 71 529.500 -4 -5,63 19.ELSA 255 270 20.619.500 -15 -5,56 20.LPCK 530 560 150.000 -30 -5,36 21.BIPI-W 36 38 1.924.500 -2 -5,26 22.PBRX 450 475 6.152.500 -25 -5,26 23.BULL-W 37 39 10.668.500 -2 -5,13 24.FAST 10.000 10.500 38.500 -500 -4,76 25.BORN 1.410 1.480 94.955.500 -70 -4,73 26.PJAA 810 850 14.000 -40 -4,71 27.JPRS 620 650 3.149.500 -30 -4,62 REKAPITULASI BEI Papan Volume Value Regular 8.651.617.000 8.903.828.581.500 Perdagangan Rights 11,728,000.000 691.901.000 Perdagangan Warrants 994.535.500 48.421.308.500 Total 10.138.969.126 9.361.955.492.276 Asing Beli 559.014.172 1.587.001.849.250 Asing Jual 739.028.268 2.539.477.667.750 Transaksi Asing Netto -180.014.096 -952.475.818.500 1 BUMI 540.569,86 354.413 4.732 3.050 -100 2.528 3.025 3.050 7.633 2 ASII 242.914,93 8.377 1.703 58.300 150 11 58.300 58.400 23 3 BMRI 192.792,61 56.618 2.052 6.800 50 8.932 6.700 6.800 842 4 TLKM 175.562,01 50.638 2.072 6.850 -250 72 6.850 6.900 1.432 5 BBNI 157.735,10 87.560 1.802 3.625 -50 2.672 3.600 3.625 2.218 6 BBRI 156.574,53 50.704 1.917 6.200 50 439 6.150 6.200 122 7 BBCA 141.095,17 39.060 1.106 7.200 100 1.958 7.200 7.250 4.642 8 BORN 135.080,66 189.911 3.419 1.410 -70 9.901 1.400 1.410 5.508 9 ADRO 123.885,98 107.416 1.120 2.275 -75 1.533 2.275 2.300 563 10 ENRG 119.951,47 1.275.718 2.177 194 5 26.635 193 194 24.572 11 UNTR 108.644,48 9.535 834 22.900 250 188 22.800 22.900 287 12 PGAS 107.504,83 54.063 787 4.000 50 68 3.975 4.000 9.174 13 ITMG 92.612,35 4.143 1.267 44.450 -950 6 44.200 44.500 51 14 BRAU 85.767,82 316.836 301 550 10 7.897 540 550 19.423 15 SMGR 79.416,03 16.785 1.006 9.500 -100 661 9.400 9.500 432 16 TINS 70.631,97 59.409 1.625 2.375 -75 3.153 2.350 2.375 1.534 17 INTP 68.291,95 8.138 919 16.900 150 5 16.800 16.900 28 18 SIMP 68.090,14 116.603 979 1.160 -30 55.549 1.150 1.160 1.246 19 GGRM 67.208,52 3.004 651 44.300 -1.350 26 44.300 44.600 9 20 PTBA 66.860,49 6.460 536 20.800 -50 6 20.750 20.800 83 21 GIAA 65.426,84 239.626 156 520 -10 20.976 510 520 4.361 22 HRUM 63.532,79 14.124 822 9.050 -50 260 9.000 9.050 1.061 23 JSMR 63.115,51 36.762 349 3.425 0 615 3.400 3.425 231 24 EKAD 58.261,38 205.452 4.429 480 -90 1.032 475 480 217 25 IDKM 57.235,67 134.659 8 930 0 61.399 930 940 2.449 26 INDY 54.738,01 28.919 803 3.825 -50 470 3.800 3.825 746 27 INCO 54.490,33 24.598 942 4.525 50 224 4.475 4.525 3 28 BDMN 52.955,50 18.164 814 5.850 -50 8.304 5.800 5.850 45 29 ICBP 47.282,66 18.971 287 4.925 -75 626 4.925 4.975 1.019 INDEKS INTERNASIONAL BEI (ASIA PASIFIK) Nama Indeks Simbol Value +/- +/-% Updated Hang Seng Index HSI.X 19.330,6992 -1.159,8711 -5,6605 Juni 2016 Kuala Lumpur Composite Index KLCI 1.472,1400 24,8500 1,7170 Juni 2016 Seoul Composite Index KOSPI 1.801,3500 -68,1000 -3,6428 Juni 2016 Tokyo Nikkei 225 NI225 8.944,4805 -153,0791 -1,6826 Juni 2016 Manila Composite Index PHSC 4.157,0298 -174,2104 -4,0222 Juni 2016 Stock Exchange of Thai SET 1.042,5400 -35,6499 -3,3065 Juni 2016 Tokyo SE Index TOKS 1.725,2400 0,0000 0,0000 Juni 2016 Taipei Weighted Index TWI 7.493,1201 -59,6797 -0,7902 Juni 2016 Australia All Industrial Index XAI 1.226,4900 0,0000 0,0000 Juni 2016 Relaksasi Moneter Selanjutnya Tunggu Waktu Tepat Bisnis Jakarta/ist PELONGGARAN KEBIJAKAN MONETER - Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, berbagai indikator makro ekonomi saat ini sudah mendukung untuk dilakukannya kembali pelonggaran kebijakan moneter, namun relaksasi tersebut masih menunggu waktu yang tepat baik ditinjau dari psikologis pasar dan dinamika ekonomi domestik serta global. JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan data hasil perhitungan Sensus Ekonomi 2016 akan diumumkan menjalang akhir tahun ini. Ia berharap ada pertumbuhan yang signifikan pada lini usaha sektor non-pertanian dalam 10 tahun terakhir. “Sensus Ekonomi yang terakhir itu 10 tahun lalu, yaitu pada 2006 di mana ada 22,6 juta jumlah usaha di luar sektor pertanian. Saya yakin dalam sensus kali ini akan lebih banyak jumlah usaha, baik dari perusahaan besar, kecil hingga rumah tangga,” kata Suryamin usai penandatanganan nota kesepahaman dengan Badan Koordina- Hasil Sensus Ekonomi Diumumkan Akhir 2016 si Penanaman dianya didata M o d a l dalam (BKPM) di Sensus Pertanian. Jakarta, kemarin. Menurut “Jadi baik itu warung, dia, Sensus jual pulsa, Ekonomi akan mendata seluruh kegiatan atau semua usaha telah terdata, sehingga perekonomian im- rakyat se-Indonesia sehingga pemerintah plikasinya, pemerintah dapat meme- nantinya takan jumlah Suryamin dapat mengeluarkan usaha di luar kebijakan pendukung. Sensus Ekonomi hanya mendata kegiatan perekonomian warga negara Indonesia di luar sektor pertanian yang se- sektor pertanian dan punya strategi untuk bagaimana mengembangkan sektornya,” katanya. Menurut Suryamin, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang masih menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua sebesar 32,45 persen dengan laju pertumbuhan di atas 5 persen pada triwulan II 2016 dinilai akan menjadi salah satu pendorong tingginya pertumbuhan jumlah usaha dalam sensus ekonomi. “Kami duga jumlahnya akan naik karena tentu serap tenaga kerja juga,” katanya. BPS menggelontorkan anggaran Rp 2,4 triliun untuk melaksanakan Sensus Ekonomi 2016 dengan mengerahkan 340.000 petugas lapangan selama periode 1-31 Mei lalu. (ant) JAKARTA - Bank Indonesia mengamini bahwa berbagai indikator makro ekonomi saat ini sudah mendukung untuk dilakukannya kembali pelonggaran kebijakan moneter, namun relaksasi tersebut masih menunggu waktu yang tepat baik ditinjau dari psikologis pasar dan dinamika ekonomi domestik serta global. “Sangat ditentukan oleh halhal seperti timing, pertama apakah kondisi pasar tepat di Juni- Juli, Agustus-September, atau November-Desember, itu adalah bacaan ekonomi pasar, masingmasing dari Dewan Gubernur,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Senin (8/8). Perry menerangkan bahwa faktor waktu tersebut yang kini menjadi pertimbangan utama BI dalam memutuskan kebijakan moneter selanjutnya. Fak- JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, awal pecan ditutup menguat sebesar 38,73 poin atau 0,71 persen menjadi 5.458,97 masih didorong sentimen pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II tahun ini. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak menguat 8,58 poin (0,92 persen) menjadi 940,76. “Sentimen dari data pertumbuhan ekonomi nasional masih menjadi sentimen utama pada perdagangan awal pekan ini (8/ 8),” kata Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo di Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) tor lainnya dari indikator ekonomi makro seperti laju inflasi, neraca transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi, menurut Perry, sudah sesuai radar Bank Sentral. Untuk menilai waktu yang tepat, BI berpegangan pada dua hal yakni momentum psikologis pasar keuangan. Dengan waktu yang tepat, kebijakan pelonggaran moneter dapat bertransmisi dengan baik dan memberikan nilai tambah ke perekonomian. Kemudian, yang kedua adalah penilaian kondisi ekonomi yang disesuaikan dengan proyeksi Bank Indonesia sebelumnya. Penilaian kondisi ekonomi tersebut juga menimbang potensi risiko dari ekonomi global dan domestik. Potensi risiko tersebut seperti masih adanya ketidakpastian IHSG Awal Pekan Ditutup Menguat mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 tumbuh mencapai 5,18 persen, maka secara akumulatif pertumbuhan ekonomi pada semester I-2016 mencapai 5,04 persen. Bursa saham eksternal yang juga bergerak menguat turut mempengaruhi psikologis investor untuk kembali mengambil posisi beli. “Menguatnya bursa eksternal kembali mendorong tren naik IHSG BEI yang sedang berlangsung,” katanya. Di sisi lain, pelaku pasar asing yang masih akif melakukan aksi beli turut mendorong IHSG BEI kembali terapresiasi. Berdasarkan data BEI, pelaku pasar saham asing mencatatkan beli ekonomi global, dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, dan dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Selain itu, peningkatan harga komoditas juga akan menjadi pantauan BI. Dari sisi domestik, penilaian akan ditinjau dari realisasi penyerapan anggaran tahun ini dan efektivitas kebijakan moneter sebelumnya dalam mendorong pertumbuhan kredit. Hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan BI dalam RDG bulan ini yang hasilnya akan diumumkan pada 19 Agustus 2016, seiring pergantian instrumen bunga acuan dari Bank Indonesia Rate bertenor 12 bulan menjadi bunga acuan transaski SUN secara bersyarat antara BI dan perbankan bertenor 7 hari (7 Day Reverse Repo Rate). (ant) bersih atau “foreign net buy” sebesar Rp688,75 miliar pada awal pekan ini (Senin, 8/8). Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham di BEI mencapai 296.550 kali transaksi dengan total jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 8,62 miliar lembar saham senilai Rp8,13 triliun. Terdapat 189 saham naik, 152 saham turun, dan 96 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan. Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng naik 348,67 poin (1,57 persen) menjadi 22.494,76, indeks Nikkei naik 396,12 poin (2,44 persen) ke level 16.650,57, dan Straits Times menguat 42,61 poin (1,51 persen) ke posisi 2.870,78. (ant)
Ek bis Bisnis Jakarta, Selasa 9 Agustus 2016 3 Pemotongan Anggaran Gunakan Skala Prioritas KUPANG - Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Dr Thomas Langoday, SE,MSi mengatakan kebijakan pemangkasan anggaran 2016 yang sudah dua kali dilakukan harus menggunakan skala prioritas agar tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya pemotongan dengan tujuan adanya penghematan sekaligus mendorong percepatan penyerapan anggaran, tetapi juga harus mempertimbangkan dengan matang sehingga tidak menimbilkan keresahan terutama sektor-sektor prioritas dan strategi yang memacu pertumbuhan, katanya di Kupang, Senin. Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang mengatakan hal itu terkait rencana Pemerintah melakukan pemotongan APB- NP 2016 sebesar Rp50,02 triliun termasuk anggaran Kementerian Pekerjaan Umum, dan lembaga lainnya karena seretnya penerimaan negara tahun ini, khususnya dari perpajakan. “Penerimaan negara tahun ini akan mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun-tahun sebelumnya. Penerimaan dari sisi pajak akan kurang sekitar Rp219 triliun, sehinggga dalam waktu dekat pemerintah akan segera merevisi Undang- Undang APBNP 2016 tersebut,” ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sidang kabinet paripurna di Jakarta. Langoday mengatakan secara pribadi menolak rencana pemerintah memotong anggaran pendidikan dalam APBNP 2016, terutama sektor-sektor yang memegang kendali memicu pertumbuhan ekonomi dalam triwulan II atau Semeter I-2016. “Jujur Saya tidak setuju dengan rencana pemotongan anggaran pada Kementerian dan Lembaga yang dipandang memiliki andil untuk memacu pertumbuan ekonomi dalam sisa waktu tahun anggaran berjalan ini. Namun apabila harus dilakukan maka perlu kehati-hatian dan memegang teguh prinsip skala prioritas,” katanya. Mekipun dia mengakui penerimaan negara tahun ini akan mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun-tahun sebelumnya. Penerimaan dari sisi pajak akan kurang sekitar Rp219 triliun. Karena itu menurut Langoday, solusi Bank Indonesia meminta pemerintah meningkatkan penyerapan anggaran dan membalikkan tren penurunan yang terjadi pada beberapa tahun sebelumnya, agar kebijakan pemangkasan anggaran 2016 yang sudah dua kali dilakukan tidak berdampak signifikan kepada pertumbuhan ekonomi. (ant) Bisnis Jakarta/ist SKALA PRIORITAS - Kebijakan pemangkasan anggaran 2016 yang sudah dua kali dilakukan harus menggunakan skala prioritas agar tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Seluruh Produksi Petani akan Diserap Bulog Bisnis Jakarta/ist JAGA KETERSEDIAAN PANGAN - Mendag Enggartiasto Lukita mengaku telah sepakat bersama Kementan menyerap seluruh hasil produksi dari petani dan peternak melalui Badan Umum Logistik (Bulog) guna menjaga ketersediaan pangan. JAKARTA - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pihaknya sepakat bersama Kementerian Pertanian akan menyerap seluruh hasil produksi dari petani dan peternak melalui Badan Umum Logistik (Bulog) guna menjaga ketersediaan pangan. “Kami berdua (bersama Menteri Pertanian) menyepakati bahwa seluruh produksi yang dihasilkan para petani dan peternak berapapun jumlah hasil produksinya akan diserap,” kata Menteri Enggartiasto usai menyambangi Kantor Kementerian Pertanian di Jakarta, kemarin. Setelah melakukan rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, kedua menteri tersebut sepakat menugaskan Perum Bulog yang melakukan intervensi pasar dalam mengambil dan membeli beberapa komoditas utama pangan. Ia pun memastikan Bulog menyerap hasil produksi tersebut tanpa mengkhawatirkan kecukupan aliran dana. “Tidak ada alasan (Bulog) tidak ada uang karena berapa pun yang kita siapkan dan dari ‘cash flow’, arus uangnya harus mencukupi,” ujar Enggar. Kebijakan ini untuk merealisasikan tiga kesamaan visi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, yakni jaminan ketersediaan bahan pokok, stabilitas harga dan seluruh hasil produksi dalam negeri menjadi prioritas. Selain itu, adanya jaminan penyerapan produksi petani dan peternak menghilangkan kekhawatiran ketersediaan stok pangan serta petani semangat untuk meningkatkan produktivitas di masa panen berikutnya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, komitmen bersama ini untuk memberi keuntungan pada petani. “Kita ingin menjaga agar petani bisa berproduksi dengan baik dan mendapatkan harga yang layak serta wajar,” ujar Amran. (ant) Konsumen Belum Paham Kebijakan Amnesti Pajak SEMARANG - Pengembang perumahan mewah Graha Candi Golf Semarang menyatakan sebagian konsumen belum memahami sepenuhnya kebijakan tentang amnesti pajak. “Dalam hal ini, kami peduli terhadap program Pemerintah yang sedang menggiatkan kebijakan amnesti pajak. Hal ini berawal dari kondisi masih banyaknya warga yang bingung mengenai kebijakan ini, termasuk apa keuntungan yang mereka peroleh,” kata Perwakilan Pengembang Graha Candi Golf Wibowo Tedjosukmono di sela kegiatan sosialisasi amnesti pajak di Semarang, kemarin. Saat ini, perumahan tersebut dihuni oleh 1.100 kepala keluarga. Menurut dia, hampir seluruhnya adalah konsumen potensial untuk pasar properti di Kota Semarang. “Mereka khawatir kalau investasi akan dikejar membayar pajak, padahal dilihat dari surat pemberitahuan (SPT) belum memenuhi. Jadi, mau beli ragu-ragu,” katanya. Karena itu, pihaknya menyikapi kondisi tersebut dengan mengadakan sosialisasi amnesti pajak sehingga para calon konsumen tidak ragu untuk menyukseskan program tersebut. “Dengan begitu, sektor DNI perlu Dikaji Ulang properti dapat segera menggeliat. Harapannya para investor yang memasukkan dana ke Indonesia bisa menginvestasikan sebagian uangnya ke sektor properti,” katanya. Dengan menggeliatnya sektor properti, menurut dia, akan ikut menggerakkan sektor ekonomi yang lain, di antaranya produksi genting, kaca, dan industri semen. “Kalau loko ini lambat, usaha lain juga lambat. Pemerintah menggalakkan ini agar ekonomi Indonesia maju,” katanya. Pada kegiatan sosialisasi tersebut, pihaknya mengundang para pakar perpajakan dan konsumen maupun calon konsumen. “Dengan begitu, konsumen maupun calon konsumen tahu secara langsung dari pakar apa saja keuntungan mengikuti amnesti pajak ini,” katanya. (ant) Kepercayaan Asing Terhadap Pasar Modal Meningkat JAKARTA - Analis pasar modal William Surya Wijaya menilai tingkat kepercayaan investor asing terhadap pasar modal Indonesia cenderung meningkat setelah data ekonomi nasional pada triwulan kedua mengalami pertumbuhan di atas harapan. “Aliran dana investor asing ke pasar saham domestik terus masuk, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor masih cukup besar terhadap pertumbuhan perekonomian kita,” kata William Surya Wijaya yang juga analis dari Asjaya Indosurya Securities di Jakarta, kemarin. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat aliran dana investor asing sejak awal 2016 hingga awal pekan ini (Senin, 8/ 8) membukukan beli bersih di pasar modal Indonesia senilai Rp33,190 triliun. Sementara itu, pada hari Jumat (5/8), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada Triwulan II 2016 tumbuh mencapai 5,18 persen maka secara akumulatif pertumbuhan ekonomi pada Semester I 2016 mencapai 5,04 persen. Menurut dia, data perekonomian itu akan menjaga pola pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI ke depan untuk tetap berada dalam tren penguatan. Berdasarkan data BEI, IHSG BEI telah menguat 18,85 persen atau 865,97 poin ke level 5.458,98 poin di sepanjang tahun ini. Persentase penguatan IHSG secara “year to date” itu lebih tinggi daripada bursa saham dunia, seperti Filipina sebesar 14,98 persen, Inggris Raya (8,99 persen), India (7,91 persen), dan Australia (5,26 persen). Selainn itu, indeks Dow Jones Amerika Serikat (5,34 persen), indeks KOSPI Korea Selatan (3,56 persen), dan indeks Hang Seng Hong Kong (2,65 persen). IHSG hanya sedikit lebih rendah dibandingkan bursa Thailand yang mengalami penguatan 19,74 persen. Performa positif IHSG BEI itu juga turut mengerek nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia ke posisi Rp5.879,82 triliun per 8 Agustus 2016. Sebelumnya, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan bahwa pihaknya optimistis nilai kapitalisasi pasar modal domestik pada tahun 2016 dapat menembus Rp6.000 triliun yang juga akan didukung dari bertambahnya jumlah perusahaan tercatat atau emiten melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (IPO). “Sebanyak tujuh perusahaan sedang proses IPO. Jika prosesnya lancar, semoga kapitalisasi pasar modal kita bisa di atas Rp6.000 triliun,” ujarnya. Kapitalisasi pasar, menunjukkan nilai efek yang tercatat di bursa saham atau secara definisi diartikan sebagai total nilai surat berharga yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar. (ant) JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebut Daftar Negatif Investasi perlu dikaji ulang guna membuka peluang yang lebih besar kepada para investor. “DNI menurut saya perlu kita review kembali. Ketika diluncurkan paket kebijakan untuk membuka DNI pada Februari lalu, Presiden Jokowi mengungkapkan kepada media bahwa akan ada langkah-langkah membuka lebih jauh. Jadi akan semakin membuka semua sektor kepada investor,” katanya seusai penandatanganan nota kesepahaman dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, kemarin. Kendati tak menjelaskan secara gamblang mengenai wacana tersebut, mantan Menteri Perdagangan yang kerap disapa Tom itu mengaku belum ada pembicaraan khusus di rapat koordinasi tingkat menteri atau rapat terbatas dengan Presiden. “Kita lihat tahun ini,” katanya. Tom juga menanggapi pertanyaan awak media terkait usulan kemungkinan dibukanya bidang usaha perikanan tangkap di Natuna bagi investor asing, seperti yang disampaikan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. “Kami masih menunggu arahan dari para Menko, Pak Presiden dan Pak Wapres,” tuturnya. Pengkajian ulang DNI nantinya bisa digunakan untuk mengatasi kebijakan industri dalam mendorong dan mengurangi investasi di sektor tersebut. Ia mengatakan ada sejumlah sektor industri yang kelebihan kapasitas dan pasokan sehingga harus ditekan investasinya. Sebaliknya, investasi akan didorong untuk sektor atau bidang yang masih kekurangan kapasitas seperti pariwisata. “Semen misalnya, atau sektor pengolahan karet, mungkin harus dipertimbangkan himbauan untuk tidak lagi tambah ke sektor yang sudah ‘over capacity’ itu. Tapi untuk sektor yang masih kekurangan, kami akan arahkan investasi ke sana,” ujarnya. Pemerintah telah merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Beberapa sektor yang dibuka adalah sektor perfilman di bidang produksi, distribusi dan eksibisi (bioskop). Demikian halnya dengan jasa manajemen rumah sakit di mana bidang Usaha Rumah Sakit masih dipersyaratkan konten lokal. Persyaratan dokter yang praktik juga mengikuti UU Rumah Sakit, sehingga melindungi profesi dokter yang ada di Tanah Air. Kemudian juga untuk bidang usaha “coldstorage” yang tergolong penunjang juga terbuka untuk asing, sementara dari sisi hulunya bidang usaha perikanan tangkap masih dibatasi PMDN 100 persen. (ant) Bisnis Jakarta/ist BUKA PELUANG LEBIH BESAR - Kepala BKPM Thomas Lembong menyebut Daftar Negatif Investasi (DNI) perlu dikaji ulang guna membuka peluang yang lebih besar kepada para investor.
Page 1: No. 142 tahun X Selasa, 9 Agustus 2
Page 5 and 6: Bisnis Jakarta, Selasa 9 Agustus 20
Page 7 and 8: Cerem nial Industri Gula Rafinasi C

Bisnis Jakarta 9 Agustus 2016

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?