Pearl37

http://hooptap.com/wp-content/uploads/2015/12/working_motivation_games.jpg 

from the desk of: 

Web 

Coordinator 

www.majalahpearl.com

Hai Perlians 

Segenap team redaksi majalah Pearl 

ingin mengucapkan selamat Natal dan 

tahun baru untuk teman-teman 

semuanya!! Tanpa terasa kita sudah 

berada di penghujung tahun 2016. 

Ada banyak suka duka yang kita 

alami tahun ini, dan kita harus 

jadikan semua itu sebagai batu 

loncatan untuk menjadi pribadi yang 

lebih baik lagi di tahun depan ya 

Dengan berakhirnya tahun ini, itu 

berarti kita sudah belajar tentang 

kasih lebih dalam lagi, dan bagaimana 

kita mengaplikasikannya dalam 

kehidupan sehari-hari. Dikatakan 

dalam buku Wahyu bahwa menjelang 

kedatangan Kristus yang kedua, kasih 

akan menjadi dingin; dan itu benar 

terbukti. Semakin hari, kita semakin 

melihat bahwa kasih di dunia ini 

menjadi tawar. Makna kasih sudah 

diputar balikkan dengan yang 

seharusnya. Tapiii, sebagai anak-anak 

terang, yuk kita sama-sama menjadi 

teladan! Janganlah kita menjadi 

serupa dengan dunia ini, tapi teruslah 

memancarkan kasih Kristus yang 

sejati melalui semua tindakan dan 

tutur kata kita setiap hari. 

Oh ya, Karena kami rindu 

teman-teman sekalian bisa mengakses 

majalah Pearl dengan lebih mudah, 

kami memutuskan untuk mengganti 

platform majalah Pearl seperti yang 

sudah teman-teman vote beberapa 

waktu lalu. Tahun depan majalah 

Pearl akan tampil dalam bentuk blog. 

Semoga dengan bergantinya platform 

majalah Pearl, bacaan ini bisa 

menjangkau lebih banyak wanita 

Indonesia dimanapun mereka berada 

 

Terima kasih untuk kesetiaan 

teman-teman sekalian membaca dan 

membagikan majalah Pearl kepada 

teman-teman yang lain. Biar nama 

Tuhan saja yang dipermuliakan 

sampai selama-lamanya! Amen! 

Warm hug, 

Febe 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 

TEMA: Love always protects,

www.majalahpearl.com 

https://unsplash.com/photos/nvzvOPQW0gc

02 

04 

06 

FROM THE DESK 

TABLE OF CONTENT 

MASTHEAD 

08 

16 

24 

30 

DIG DEEPER 

KASIH MENUTUPI SEGALA SESUATU 

THE LOVE THAT TRUSTS 

LOVE ALWAYS HOPE 

LOVE PERSEVERES 

40 

48 

A CLOSER WALK 

THE CHRISTIAN SUFFERING 

BELAJAR DARI MARIA, YUSUF & ORANG MAJUS 

52 

SINGLE 

WHEN I AM TRUSTED 

59 

MARRIAGE 

CINTA BERSYARAT 

66 

BREAKING NEWS 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 

TEMA: Love always protects, 

trusts, hopes, perseveres.

Foto: kaboompics.com

Vision 

Membangun 

generasi wanita 

yang menjalankan 

fungsinya sebagai 

wanita sejati, 

berkarakter 

Kristus dan mau 

dibentuk menjadi 

indah di mata Bapa 

dan sesama. 

Mission 

Menyediakan 

bacaan rohani yang 

biblical, practical 

dan sesuai dengan 

pergumulan 

generasi wanita 

Indonesia. 

Editor in Chief 

Viryani Kho 

Executive Assitant 

Mekar A. Pradipta, Felisia Devi 

Public Relations 

Mega Rambang 

Features Editor 

Sarah Eliana 

Creative Director 

Eunike Santosa 

Web Director 

Febe Soehardjo 

Writers 

Yunie Sutanto, Poppy Noviana, 

Leticia Seviraneta, Glory Ekasari 

Graphic Designer 

Melissa Halim, Michelle 

Herman, Veri Eden, Widia Teja, 

Editor Contributor 

Megawati Wijaya 

Writer Contributors 

Azaria Amelia, Tabita Davinia 

Utomo, Wellney Yarra 

-------------------------------------- 

All rights reserved by 

Majalah Pearl 

No Material from this magazine may 

be copied or reproduce without written 

permission from Pearl Magazine.

DIGDEEPER 

Kasih 

menutupi 

segala sesuatu 

TEXT GLORY EKASARI 

DESIGN VERI EDEN 

Beberapa waktu yang lalu ketika 

ngobrol dengan Mama, saya iseng 

tanya, “Ma, aku waktu kecil nakal 

ya?” Tanpa diduga, Mama menjawab, 

“Enggak.” Saya masih tidak percaya 

karena saya merasa saya lumayan 

nakal waktu kecil: berani jawab 

ketika dimarahi orang tua, sering 

nakalin adik, dsb. Intinya saya 

merasa nakal, deh. “Masa sih, Ma?” 

desak saya, “Kayaknya aku nakal 

kok.” “Enggak. Kamu anak baik kok.” 

Wah, saya dibilang anak baik. 

Padahal, saya yakin bahwa saya 

sering menimbulkan sakit kepala buat 

orang tua ketika saya masih kecil. 

Tidurnya tendang-tendang lah, 

pernah ambrukkin wastafel orang lah 

(kisah nyata), manjat pohon lah. 

Tapi orang tua saya tidak pernah 

mengungkit-ungkit betapa 

merepotkannya saya, betapa 

nakalnya saya, dan sebagainya. 

Kata Mama lagi, “Glory itu waktu 

kecil ora wedinan (tidak penakut) 

dibanding anak-anak lain. Terus ga 

pernah nakal yang aneh-aneh.” 

Saya jadi agak terharu, ternyata 

memori Mama tentang masa kecil 

saya positif, lho. Dan saya berpikir, 

“Kenapa Mama bisa melihat anaknya 

ini secara positif ya?” Padahal saya 

sendiri merasa saya nakal. Dan 

kemudian saya sadar, itu karena... 

Mama mengasihi saya. 

Topik artikel ini adalah hal yang 

sangat sederhana. Ketika kita 

mengasihi orang, kita maklum 

terhadap kekurangannya, tidak 

menyebarluaskan kelemahannya, dan 

tetap percaya bahwa dia berpotensi 

menjadi orang yang lebih baik. Bila 

seorang isteri menceritakan 

kelemahan suaminya pada orangorang, 

itu jelas bukan tindakan kasih. 

Bila orang tua mempermalukan 


anaknya di depan umum, itu jelas 

bukan kasih. Bila kita memanfaatkan 

kekurangan orang lain untuk 

menjatuhkan dia, itu jelas bukan 

kasih. Karena kasih menutupi 

kelemahan orang yang dikasihi. 

https://www.pexels.com/photo/hands-carrying-child-father-27118/ 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

“Kasih menutupi segala sesuatu” ini 

tidak berdiri sendiri. Dalam ayat 

sebelumnya - yang dalam bahasa 

Yunani masih satu kalimat dengan 

ayat ini - dikatakan “Kasih tidak 

bersukacita karena ketidakadilan,” 

yang berarti ia tidak senang dengan 

kejahatan atau dosa. Kasih sejati 

tidak mengabaikan dosa. Menutupi 

kesalahan orang lain tidak berarti 

membiarkan dia berbuat dosa, karena, 

“Kasih bersukacita karena 

kebenaran.” Ketika orang yang kita 

kasihi hidup dalam dosa, kita tidak 

lantas bersikap, “Yah, yang penting 

dia bahagia,” tetapi justru terus 

mendorong dia agar meninggalkan 

dosanya itu dan diselamatkan. Tetapi 

sementara menunggu Tuhan 

mengubah orang yang kita kasihi itu, 

kita tetap mengasihi dia. 

Tidak mudah? Coba kita pikirkan 

kebalikannya. 

Seperti cerita saya di awal tadi, 

saya sendiri merasa bahwa saya 

termasuk nakal ketika kecil. Saya 

berharap orang tua saya maklum, 

karena saya masih kecil dan belum 

bisa berpikir dewasa. Saya berharap 

mereka tetap baik terhadap saya dan 

sabar terhadap saya, sekalipun saya 

banyak berbuat salah. Saya berharap 

mereka tidak mengingat kata-kata 

saya yang menyakitkan dan tingkah 

laku saya yang menyusahkan, dan 

bergembira untuk kemajuan yang saya 

capai, sekalipun sedikit. Saya 

berharap mereka menutupi kesalahan 

saya, karena saya memiliki banyak 

kesalahan. 

Kata “menutupi” dalam ayat ini 

(στέγω dalam bahasa Yunani) berasal 

dari kata kuno στέγη yang berarti 

“atap”. Kasih memberi ruang untuk 

kelemahan orang lain, seperti payung 

yang menutupi mereka dari 

pandangan yang menghakimi. Di 

dalam kasih ini ada belas kasihan. 

Benar, orang yang kita kasihi 

memiliki kelemahan; benar, dia 

menyakiti kita; benar, kita harus 

menunggu sampai dia berubah; tetapi 

kita tidak berhenti mengasihi dan 

menanggung kelemahannya. 


https://unsplash.com/search/rain?photo=gXF45F46kJU 

https://unsplash.com/search/offering-help?photo=tnxRFtX 

Dalam Lukas 15:11-32, Tuhan 

Yesus menceritakan sebuah 

perumpamaan yang terkenal hingga 

saat ini. Seorang anak menyakiti hati 

ayahnya dengan bertindak kurang 

ajar: dia meminta warisannya pada 

saat ayahnya masih hidup dan 

meninggalkan keluarganya untuk 

pergi ke negeri asing dan 

menghabiskan kekayaannya. Bagi 

seorang ayah dalam konteks budaya 

Yahudi dan Romawi waktu itu, 

adalah sah bila ayah itu 

memutuskan hubungan kekeluargaan 

dengan anak yang durhaka itu, atau 

bahkan menuntut agar dia dihukum 

mati. Kita bisa bayangkan betapa 

hancurnya hati orang tua ketika 

anak berbuat demikian! 

Dan terjadilah, ketika seluruh 

harta anak itu sudah habis, dia 

terpuruk demikian dalam hingga 

nilai dirinya lebih rendah dari babi 

ternak (sekadar catatan, babi adalah 

binatang najis bagi orang Yahudi). 

Direndahkan sejauh itu, dalam 

keputusasaannya, sang anak hanya 

bisa memikirkan ayahnya, yang telah 

dia sakiti. Dengan sisa tenaga dan 

keberaniannya, dia memutuskan 

datang kepada ayahnya dan minta 

belas kasihan agar diizinkan menjadi 

budak sang ayah. 

Ketika anak itu mendekati rumah 

ayahnya, dia melihat sang ayah. Kita 

bisa bayangkan betapa takut anak 

itu untuk berkata-kata pada 

ayahnya. Tapi firman Tuhan berkata 

bahwa ayahnya itu “berlari 

mendapatkan dia lalu merangkul dan 

mencium dia” anak yang kurang 

ajar, yang durhaka, dan sekarang 

bahkan berbau babi! Anak itu 

pulang, tetapi bukannya mendapati 

tangan besi yang menghajar dia 

karena kesalahannya, dia malah 

menemui tangan ayahnya yang 

terbuka lebar menyambut dia. Kasih 

sang ayah menutupi segala kesalahan 

anak itu. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Seandainya kita di posisi anak itu, kita pasti sadar bahwa 

kita telah berbuat kesalahan yang sangat besar, dan 

sekarang keadaan kita mengenaskan. Satu-satunya orang 

yang bisa menolong kita adalah dia yang telah sangat 

kita rugikan. Apa yang ada di pikiran kita? 

Tentunya kita berharap bahwa sekalipun kita telah menyakiti 

dia begitu rupa, dia akan mengampuni kita; kita berharap 

dia maklum akan kebodohan kita, dan menerima kita kembali; 

kita berharap dia memberi kita kesempatan untuk – 

setidaknya mendapatkan sedikit pertolongan. Apa yang kita 

rasakan seandainya kita datang pada orang itu, dan mendapati 

bahwa dia tidak marah, melainkan menerima kita dengan 

sukacita? 

Bukankah ini yang dilakukan Tuhan 

Yesus bagi kita? Ketika kita masih 

lemah dan berdosa dan memusuhi 

Allah, Dia tidak bertindak keras 

terhadap kita. Dia justru 

mengorbankan diri-Nya bagi kita, 

supaya darah-Nya membasuh kita dan 

menutupi segala dosa dan pelanggaran 

kita. Ini bukan hanya untuk hidup di 

dunia ini saja, tetapi sampai 

kekekalan: Kita dapat menghadap 

Allah dan tinggal di sana, karena 

Yesus menutupi segala kelemahan kita. 

Berapa lama kasih yang menanggung 

segala kelemahan kita ini akan kita 

nikmati? Selama Tuhan Yesus hidup; 

yaitu, selama-lamanya. 

Kita memiliki dua alasan untuk 

sungguh-sungguh mengasihi orang lain 

dengan menutupi kelemahan mereka. 

01 Tuhan lebih dahulu 

melakukannya bagi kita. 

Alasan pertama adalah Tuhan 

lebih dahulu melakukannya bagi 

kita. Kita tidak hanya diberi 

perintah atau pedoman; kita 

diberi teladan oleh Tuhan, dan 

kesempatan untuk mengalami 

sendiri kasih yang sejati dari 

Dia. Seandainya kita merasa 

tidak sanggup untuk mengasihi 

seperti Dia mengasihi, kita bisa 

menghadap Tuhan dan meminta 

pertolongan. “Dan pengharapan 

tidak mengecewakan, karena 

kasih Allah telah dicurahkan di 

dalam hati kita oleh Roh Kudus 

yang telah dikaruniakan kepada 


kita” (Roma 5:5). Kasih Tuhan yang ajaib itu 

akan melembutkan hati kita, dan Roh-Nya 

menolong kita untuk melakukan firman-Nya. 

02 Kita sendiri memiliki kelemahan 

yang harus ditanggung orang lain. 

Alasan kedua adalah kita sendiri 

memiliki kelemahan yang harus 

ditanggung orang lain. Seringkali 

orang merasa entitled; merasa 

dirinya layak mendapatkan yang 

terbaik dari orang lain. “Saya 

bisa mengasihi dia, kalau dia 

berubah dan tidak lagi bersikap 

buruk.” Dengan kata lain, kasih 

kita bersyarat. Dunia memiliki 

jargon demikian: “My attitude 

depends on how you treat me.” 

Bisa kita bayangkan apa jadinya 

keluarga dan masyarakat bila 

semua orang berbuat demikian! 

Kita pun pernah berbuat salah, 

kita pun punya kelemahan, 

bahkan kita pun pernah 

memperlakukan orang lain 

dengan buruk. Menolak 

menanggung kelemahan orang 

lain dan menuntut mereka untuk 

sempurna - padahal kita sendiri 

tidak sempurna - adalah 

kesombongan yang luar biasa. 

Paulus menegur orang-orang 

yang tidak mau saling 

menanggung kelemahan saudara 

mereka: 

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu 

memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, 

bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, 

ia menipu dirinya sendiri.” 

- Galatia 6:2-3 

“Kalau seorang menyangka, 

bahwa ia berarti, padahal ia 

sama sekali tidak berarti, ia 

menipu dirinya sendiri.” Ini 

pernyataan yang keras. Siapa di 

antara kita yang tidak menerima 

belas kasihan dari Tuhan? Dan 

bila kita semua telah dikasihani 

oleh Tuhan, mengapa kita tidak 

berbelas kasihan terhadap saudara 

kita yang memiliki kelemahan? 

Tentunya kita tidak lebih 

dari Tuhan, kan? 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Orang-orang dunia sudah tawar hati. “Kasih kebanyakan orang akan 

menjadi dingin.” Di sinilah kita, sebagai umat Tuhan, harus 

menunjukkan kepada mereka seperti apa kasih yang sejati. Akan 

selalu ada gesekan antara sesama anggota tubuh Kristus; akan selalu 

timbul ketidakcocokan; kita bisa berbeda pendapat; bahkan dalam 

kelemahan kita, kita bisa saling menyakiti dan merugikan. Tetapi 

gereja bukan organisasi biasa yang keanggotaannya didasari oleh 

minat yang sama; gereja adalah tubuh Kristus, orang-orang yang 

mengasihi Yesus dan saling mengasihi satu sama lain. Petrus 

menasehati orang-orang Kristen: 

“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah 

dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi 

yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang 

lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” 

- 1 Petrus 4:7-8 

Di akhir zaman ini, ketika kasih sejati semakin jarang, ketika janji 

pernikahan bisa diingkari, ketika manusia terlalu sombong untuk 

saling mengampuni, marilah kita menjadi orang-orang yang 

mencontohkan kasih Tuhan. Seperti Tuhan Yesus yang telah 

menanggung kelemahan kita, menutupinya dengan darah-Nya, dan 

tidak mengungkit-ungkit kesalahan kita, marilah kita juga maklum 

terhadap kekurangan saudara-saudara kita, mengampuni kesalahan 

mereka, dan tetap percaya akan karya Allah di dalam hidup mereka. 

Kasih menutupi segala sesuatu; tidak ada batas untuk kasih. 


Menolak menanggung kelemahan orang lain dan 

menuntut mereka untuk sempurna - padahal kita sendiri 

tidak sempurna - adalah kesombongan yang luar biasa. 

https://unsplash.com/search/offering-help?photo=tnxRFtXI9dI 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Written by Leticia Seviraneta 

Designed by Michelle Mielru 


“Ia (kasih) tahan menghadapi segala sesuatu dan 

mau percaya akan yang terbaik pada setiap 

orang; dalam keadaan yang bagaimanapun juga 

orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang 

harapannya dan sabar menanggung segala sesuatu.” 

– 1 Korintus 13:7 [BIS] 

Saat kita masih kecil, kita 

mudah sekali percaya pada 

segala sesuatu. Ketika orang 

tua menceritakan kenapa langit 

biru, kita langsung percaya. 

Ketika kita mendengar permen 

itu manis dan enak, tanpa 

berpikir panjang kita segera 

mencobanya. Namun seiring 

dengan berjalannya waktu, kita 

diajar untuk lebih kritis dan 

banyak bertanya sebelum 

mempercayai sesuatu yang 

baru. Kita telah bergeser dari 

sikap “mudah percaya” di masa 

kecil menjadi “sulit percaya” 

ketika kita sudah dewasa. Hal 

ini menyebabkan sebagian dari 

kita mungkin terheran-heran 

dengan ayat di 1 Korintus 13:7 

yang berbunyi, “… (kasih) 

percaya segala sesuatu.” Apa 

maksudnya kita mempercayai 

segala sesuatu? Nanti gampang 

dibohongin orang dong? Yuk 

mari kita telaah lebih dalam 

lagi maksud dari deskripsi kasih 

bagian ini. 

Salah satu tips dari menggali 

Alkitab adalah dengan 

membandingkan berbagai versi 

terjemahan mengenai ayat yang kita ingin 

gali lebih dalam lagi. Bila kita terpaku 

hanya membaca Alkitab versi Terjemahan 

Baru (TB) kita akan mentok di kalimat 

“…(kasih) percaya segala sesuatu.” Kalau 

kita mencoba mengerti secara literal 

telak-telak kita akan lebih condong ke 

pengertian seperti menjadi orang naif 

yang percaya apa saja. Tentu ini akan 

berbahaya bukan? Coba kita bandingkan 

dengan beberapa terjemahan berikut: 

“… (love) believes all things …” [NKJV] 

“… (love) always trusts …” [NIV] 

“… (love) never stops believing …” [GW] 

“… (love) never stops trusting …” [ERV] 

“… (love) never loses faith …” [NLT] 

“… (kasih) percaya segala sesuatu …” [TB] 

“… (kasih) mau percaya akan yang terbaik 

pada setiap orang …” [BIS] 

Nah dari berbagai terjemahan yang 

ada, kita bisa bandingkan perbedaan 

yang cukup menonjol dari setiap versi 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

yang ada. Ada beberapa versi 

menggunakan “believe”, ada yang 

menggunakan “trust”, dan ada yang lebih 

berbeda lagi nuansanya menggunakan 

“faith”. Manakah yang benar? Kita 

tengok sejenak ke bahasa asli “percaya” 

di ayat ini menggunakan bahasa Yunani 

“pisteuo” yang merupakan kata kerja dari 

“pistis” yang berarti iman. Jadi pisteuo 

memiliki arti “to believe, have faith in, 

trust.” 

Salah satu karakteristik kasih adalah 

mau mempercayai dan tidak berhenti 

mempercayai keberadaan sisi terbaik dari 

setiap orang. Tentu ini sulit sekali 

diterapkan untuk orang-orang yang di 

mata kita ‘ngga banget’ orangnya. 

Kepada orang yang sudah pernah 

menyakiti kita, tentu sulit bagi kita 

untuk dapat percaya ada sisi baik dalam 

dirinya. Oleh karena itu, percaya di ayat 

ini bukan sekedar kata percaya namun 

lebih dalam lagi yakni memiliki dan 

melihat dengan mata iman. Iman percaya 

akan sesuatu yang belum kita lihat. 

Kasih yang memiliki iman terhadap 

sesama kita adalah keputusan untuk 

melihat setiap jiwa di sekeliling kita 

dengan mata Tuhan memandang mereka. 

Kita hanya dapat melihat keburukan 

yang nampak, namun Tuhan melihat dan 

mengetahui banyak potensi kebaikan 

yang masih terkubur di dalam diri 

mereka. 

Di dalam kisah terkenal Les 

Miserables, diceritakan seorang tokoh 

bernama Jean Valjean. Ia adalah mantan 

narapidana yang dihukum selama 19 

tahun karena mencuri roti untuk 

memberi makan keluarganya yang 

kelaparan. Ketika akhirnya ia dibebaskan 

dari penjara, ia sulit diterima oleh 

masyarakat karena label ex-narapidana 

SALAH SATU 

KARAKTERISTIK 

KASIH ADALAH 

MAU MEMPERCAYAI 

DAN TIDAK 

BERHENTI 

MEMPERCAYAI 

KEBERADAAN 

SISI TERBAIK DARI 

SETIAP ORANG. 

Photo by Alessio Lin (https://unsplash.com/) 


sangat buruk di masa itu. Semua 

orang tetap memandangnya 

sebagai seorang kriminal yang 

harus dikucilkan. Ia akhirnya 

tidak dapat memperoleh 

penginapan, terlebih lagi 

pekerjaan. Ia tidur di jalan lalu 

di hatinya pun ia menjadi marah 

dan pahit. 

Seorang Romo Katolik yang 

bernama Bishop Myriel dengan 

murah hati mau memberikan 

tumpangan bagi Valjean untuk 

menginap di dalam gerejanya. 

Namun di malam itu juga, 

Valjean mencuri perangkat 

gereja yang terbuat dari perak 

dan kabur dari gereja itu. Ketika 

polisi menangkap Valjean dan 

membawanya ke hadapan Bishop 

Myriel, Romo ini berpura-pura 

bahwa dia memberikan 

perangkat gereja tersebut 

kepada Valjean sebagai hadiah. 

Bahkan ia berkata bahwa 

Valjean lupa membawa dua 

tempat lilin lagi yang ia juga 

berikan sebagai hadiah. Seusai 

polisi menerima penjelasan 

Romo tersebut dan pergi, Bishop 

Myriel memberikan teguran 

kepada Valjean bahwa hidupnya 

sudah diselamatkan oleh Tuhan 

dan ia harus menggunakan uang 

dari penjualan perangkat gereja 

tersebut untuk menjadi orang 

yang jujur dan baik. Kata-kata 

dan kebaikan Bishop Myriel 

membekas dalam benak Valjean 

dan hidupnya akhirnya berubah. 

Ia menjadi gubernur di kota itu 

yang sangat bijaksana kepada 

warganya. 

Apa yang dilakukan oleh Bishop Myriel 

merupakan contoh nyata tentang kasih 

yang mempercayai bagian terbaik yang 

belum terlihat dalam diri. Kasih seperti 

itu dapat mengubahkan orang tersebut 

180 derajat. Bukan berarti setiap orang 

yang kita jamah dengan kasih yang 

sedemikian pasti akan berubah instan 

seperti Valjean. Akan selalu ada risiko 

kita akan dikecewakan dan disakiti 

kembali. Banyak dari kita sadar bahwa 

mengasihi dengan kasih yang selalu 

percaya sangat berisiko dan kita tidak 

suka mengambil risiko. Namun pada 

kenyataannya, kasih itu selalu berisiko. 

Love always take risks. 

Love is costly. 

Love is tough. 

Apa yang dilakukan oleh Bishop Myriel 

merupakan contoh nyata tentang kasih 

yang mempercayai bagian terbaik yang 

belum terlihat dalam diri. Kasih seperti 

itu dapat mengubahkan orang tersebut 

180 derajat. Bukan berarti setiap orang 

yang kita jamah dengan kasih yang 

sedemikian pasti akan berubah instan 

seperti Valjean. Akan selalu ada risiko 

kita akan dikecewakan dan disakiti 

kembali. Banyak dari kita sadar bahwa 

mengasihi dengan kasih yang selalu 

percaya sangat berisiko dan kita tidak 

suka mengambil risiko. Namun pada 

kenyataannya, kasih itu selalu berisiko. 

Ketika kita memberi kasih, selalu ada 

kemungkinan kasih kita akan ditolak. 

Kasih yang dideskripsikan Paulus bukan 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

sekedar kasih 10% namun selalu kasih 

yang maksimal 100%. Kasih 10% adalah 

kasih yang akan sedikit-sedikit, ketika kita 

mendapat balasan yang tidak 

menyenangkan kita mundur (pull back) 

dan menyerah (give up). Kasih yang 

diajarkan Paulus adalah kasih yang 

pantang mundur dan pantang menyerah; 

yang terus memberi meski tidak 

mendapatkan balasan yang nyata. Kita 

mengasihi dengan kasih seperti itu karena 

Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi 

kita. 

“Ketika kita dalam keadaan tidak 

berdaya, Kristus mati untuk kita pada 

waku yang tepat yang ditentukan oleh 

Allah; padahal kita orang-orang yang jauh 

dari Allah. Untuk seseorang yang adil pun 

sukar orang mau mati. Barangkali untuk 

seseorang yang baik, ada juga orang yang 

berani mati. Tetapi Allah menyatakan 

kasih-Nya kepada kita ketika Kristus mati 

untuk kita pada waktu kita masih orang 

berdosa.” (Roma 5:6-8, BIS) Tuhan sendiri 

tidak mengasihi kita ketika kita baik. Ia 

mengasihi kita di keadaan kita yang 

berdosa dan paling buruk, lalu kasih-Nya 

lah yang akan menguduskan dan 

memurnikan kita untuk bertumbuh 

semakin serupa dengan-Nya. “Kita 

mengasihi, sebab Allah sudah terlebih 

dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19, 

BIS). Kasih di 1 Korintus 13 menjadi hal 

yang mustahil bila kita mengandalkan 

nature dan kekuatan kita sebagai manusia 

biasa. Kita perlu re-charge kasih yang 

sedemikian besar kembali dari Tuhan yang 

telah mengasihi kita terlebih dulu. 

Percaya bahwa kasih-Nya sanggup 

memampukan kita untuk mengasihi orang 

lain juga. 

Kasih dan iman tidak dapat 

dipisahkan. Love and faith walk hand in 

hand. Kita tidak dapat berkata 

kita mengasihi seseorang, namun 

kita tidak mempercayainya. 

Pernahkah teman-teman berada 

di dalam hubungan di mana kita 

tidak dapat mempercayai orang 

tersebut? Tentu karena kita tidak 

percaya kepadanya, tidak ada 

kedamaian di dalam hubungan 

tersebut. Setiap perkataan dan 

kelakuannya akan membuar kita 

ragu dan curiga. Di mana ada 

rasa tidak percaya, sulit bagi 

kasih untuk bertumbuh. Kita 

tidak dapat mengasihi orang yang 

tidak kita percayai. 

Lalu bagaimana dengan orang 

yang memang tukang bohong dan 

tidak layak dipercayai? Tentu 

kita perlu bijak. Yang dimaksud 


KITA TIDAK DAPAT 

BERKATA KITA 

MENGASIHI 

SESEORANG, 

NAMUN KITA TIDAK 

MEMPERCAYAINYA. 

Photo by Heidi Sandstrom (https://unsplash.com/) 

di ayat 1 Korintus 13:7 seperti 

yang sudah kita bedah dari 

berbagai versi terjemahan tidak 

bermaksud menjadikan kita 

orang naif yang harus percaya 

semua orang. Ayat tersebut 

memiliki arti untuk percaya 

dengan iman akan potensi yang 

Tuhan taruh dalam diri mereka, 

bukan memberikan kepercayaan 

100% ke keadaan mereka saat 

ini. Contohnya, untuk orang 

yang memang suka mencuri 

uang, tentu kita tidak 

memberikan pengelolaan 

keuangan kepadanya. Kita tetap 

mengasihi dengan mata iman 

sama dengan acuan Tuhan 

memandang mereka sampai ke 

potensi tersembunyi di 

dalamnya. Namun kita 

memberikan batasan dalam hal-hal vital 

sesuai dengan kelayakan karakter mereka. 

We give more trust to the trustworthy 

ones. Kita berikan kepercayaan lebih 

kepada yang sudah teruji layak dipercaya. 

Kita membatasi kepercayaan dengan 

orang-orang yang karakternya belum 

teruji untuk mengemban kepercayaan kita. 

Love that trusts … memberikan nuansa 

kontinuitas atau kelanjutan. Di beberapa 

terjemahan ada kata “always” yang 

berarti kita selalu mempercayai secara 

berkelanjutan. Hal ini membantu 

mengingatkan kita ketika kita ingin 

menyerah dalam mengasihi orang-orang. 

Saya pun secara pribadi mengalami 

saat-saat di mana saya ingin menyerah. 

Saya ingin berhenti mengasihi orang-orang 

tertentu. Kenapa? Karena semakin saya 

mengasihinya, semakin saya sakit hati. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Pernahkah teman-teman mengalaminya 

juga? Di dalam kasus orang-orang yang 

sulit dikasihi atau bahkan tidak layak 

mendapat kasih kita, kita sering menjadi 

pihak yang sakit dalam upaya mengasihi 

orang tersebut. Sebagai manusia, kita 

secara natural ingin mendapat balasan 

dari upaya kasih kita. Ketika balasan 

tersebut tidak ada atau bahkan dibalas 

dengan sesuatu yang tidak baik, hal itu 

seperti memberikan alasan yang sangat 

logis untuk berhenti mengasihi. Namun 

kembali lagi, kasih Tuhan tidak seperti 

itu. Di dalam perjalanan kita setelah 

menjadi anak Tuhan pun kita mengalami 

banyak jatuh bangun. But God did 

not give up on us. He keeps 

believing on us. Di saat kita tidak 

layak mendapatkan kepercayaan 

dari Tuhan mengelola 

pelayanan-Nya, menjalani hidup 

untuk memuliakan-Nya, Tuhan 

tetap mempercayai kita. Oleh 

karena itu, janganlah kita berhenti 

dan menyerah dalam mengasihi 

orang-orang yang sulit di dalam 

hidup kita. Orang-orang tersebut 

ditempatkan Tuhan untuk semakin 

memurnikan kita, untuk 

menjadikan kasih kita sempurna. 

“Kalau kalian mengasihi orang-orang yang mengasihi kalian saja, 

apa jasamu? Orang berdosa pun mengasihi orang-orang yang 

mengasihi mereka! Dan kalau kalian berbuat baik kepada 

orang-orang yang berbuat baik kepadamu saja, apa jasamu? Orang 

berdosa pun berbuat begitu! Dan kalau kalian meminjamkan uang 

hanya kepada orang-orang yang dapat mengembalikannya, apa 

jasamu? Orang berdosa pun meminjamkan uang kepada orang 

berdosa, lalu memintanya kembali! Seharisnya bukan begitu! 

Kalian sebaliknya harus mengasihi musuhmu dan berbuat baik 

kepada mereka. Kalian harus memberi pinjam, dan jangan 

mengharap mendapat kembali. Bila demikian, upahmu akan besar 

dan kalian akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi. 

Sebab Allah baik hati terhadap orang yang tidak tahu terima 

kasih, dan terhadap yang jahat juga. Hendaklah kalian 

berbelaskasihan seperti Bapamu juga berbelaskasihan!” 

-Lukas 6:32-36 [BIS] 


Bila kita sudah sekian lama 

menjadi anak Tuhan, ada baiknya 

kita mengukur pertumbuhan kita 

selama ini. Untuk mengetahui kita 

bertumbuh atau tidak, diperlukan 

beberapa indikator yang nyata 

misalnya: Apakah kita sudah dapat 

mengampuni? Apakah kebiasan 

buruk yang selama ini kita punya 

sudah diperbaiki? Apakah kita 

sudah mengasihi seperti Bapa 

mengasihi kita? Kita semua pasti 

masih dalam proses. Tidak ada yang 

sempurna, namun ketaatan kita hari 

demi hari akan terus memurnikan 

kita. Ketika Tuhan memberikan kita 

firman untuk mengasihi, firman 

tersebut berbentuk perintah. Tuhan 

tidak memerintahkan kita mengasihi 

berdasarkan perasaan kita, namun 

mengasihi merupakan bentuk 

ketaatan kita terhadap 

perintah-Nya. Perasaan akan 

mengikuti bila kita konsisten 

menjalankan perintah-Nya. Kita 

tidak mungkin semakin benci 

dengan orang yang terus kita 

doakan dan kasihi bukan? Bila 

teman-teman ada yang bergumul 

karena sudah terbiasa sulit 

mempercayai orang dan punya 

pengalaman yang buruk yang 

menyebabkan teman-teman 

demikian, mulailah dengan berdoa 

untuk dapat melihat seperti Tuhan 

melihat orang-orang tersebut. 

Kembali lagi, kasih yang sempurna 

ini semuanya bersumber dari Tuhan 

sendiri karena Allah adalah kasih. 

Mintalah dan berjalanlah dengan 

ketaatan, maka kasih kita akan 

semakin disempurnakan dan 

orang-orang di sekeliling kita akan 

merasakan kasih Tuhan 

melalui kita. 

Photo by Silvestri Matteo (https://unsplash.com/) 

BELIEVE THE 

BEST IN OTHERS 

JUST AS JESUS 

BELIEVES THE BEST 

IN YOU. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

https://unsplash.com/photos/gaGHZPrgA-I 

Love 

written by 

Azaria Amelia Adam 

designed by 

Widia Teja 

always 

Hope 


Sewaktu masih menjadi 

siswa SMP, saya ingat 

betapa saya dan beberapa 

teman dekat merasa 

terpanggil untuk mendoakan 

teman-teman di sekolah. Saat itu, 

kami yang duduk di kelas 3 SMP 

melihat beberapa teman mulai 

terjerumus ke dalam pergaulan 

bebas. Beberapa yang lain bolos 

pelajaran untuk main playstation 

sambil minum minuman keras, 

bahkan mengadakan pesta 

‘ajeb-ajeb’ sampai tengah malam. 

Sebagai remaja yang sudah Kristen 

sejak lahir, mereka tidak merasa 

canggung. Semua itu mereka anggap 

sebagai kebiasaan ‘anak gaul’. 

Saya masih ingat ketika kami sangat 

bersemangat untuk berdoa bagi 

teman-teman. Kami minta Tuhan 

memberikan kami hati yang 

mengasihi jiwa-jiwa, yang mampu 

mengasihi seperti Tuhan mengasihi 

mereka. Kami berdoa agar mereka 

bisa bertobat, berbalik dari 

kebiasaan mereka yang tidak benar, 

lalu bertumbuh dalam pengenalan 

akan Tuhan. Sepulang sekolah, atau 

saat ada jam pelajaran yang kosong, 

kami selalu berkumpul untuk berdoa 

atau sekedar sharing. Tidak hanya 

berdoa, kami juga bersemangat 

untuk berbicara dengan mereka. Ya, 

kami hanya mengingatkan tentang 

apa yang mereka lakukan bisa 

mendukakan hati Tuhan. Tidak bisa 

dikatakan sebagai menginjili, karena 

mereka sebenarnya sudah menerima 

Yesus sebagai juru selamat. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

“apakah ada gunanya 

kita berdoa untuk 

keselamatan generasi?” 

Kami berdoa agar Tuhan 

menambahkan kasih di dalam hati 

kami untuk mereka. Tetapi, setelah 

beberapa bulan, kami belum melihat 

hasil dari doa-doa kami. Kami yang 

awalnya berapi-api saat berdoa dan 

membicarakan Firman dengan mereka, 

menjadi kecewa dan sedih. Harapan 

kami tentang pertobatan teman-teman 

di sekolah sepertinya mustahil. 

Mereka bukannya menjadi sadar dan 

bertobat, malah semakin terjerumus di 

dalam pergaulan bebas. Kalau boleh, 

saya ceritakan di sini, ada beberapa 

teman yang hamil di luar nikah, ada 

yang intoksikasi alkohol sampai masuk 

rumah sakit dan meninggal. Kami 

bersekolah di yayasan Kristen, tetapi 

siswa-siswanya tidak hidup dalam 

kebenaran Firman Tuhan. Semangat 

kami yang dulunya berkobar, sekarang 

memudar. Kami kecewa karena kami 

tidak melihat hasil dari apa yang kita 

harapkan. 

Pernahkah kita berpikir, apakah ada 

gunanya kita berdoa untuk 

keselamatan generasi? Melalui 

pengalaman tersebut, Tuhan 

mengajarkan kami tentang bagaimana 

kami bisa mengasihi seperti Yesus 

mengasihi. Sekalipun semua doa yang 

kami naikkan dan pemberitaan 

Firman Tuhan yang kami lakukan 

nampaknya sia-sia, saat itu kami 

mendapatkan pelajaran yang penting: 

kami tidak boleh kehilangan kasih 

untuk jiwa-jiwa yang Tuhan 

percayakan. Semuanya, boleh terlihat 

tidak berguna, tetapi kasih tidak boleh 

hilang. 

S 

Dalam 1 Korintus 13:7, Paulus 

menjelaskan bahwa kasih itu selalu 

berharap (terjemahan dari New 

International Version). Dari satu 

perikop tentang kasih, salah satu 

cirinya adalah selalu berharap. Hal ini 

berarti, kalau kita mau belajar 

mengasihi seperti Yesus mengasihi, 

kita perlu berharap seperti Yesus 

berharap. 


Berharap, dalam bahasa Yunani, 

elpidzo, yang artinya berharap atau 

menunggu keselamatan dengan 

sukacita dan keyakinan penuh. 

Orang yang berharap bukan sekedar 

memiliki keinginan, tetapi keyakinan 

yang pasti tentang hal yang tidak 

kita lihat. Harapan yang pasti ini 

memiliki dasar iman. Ibrani 11:1 

menjelaskan bahwa Iman adalah 

dasar dari segala sesuatu yang kita 

harapkan dan bukti dari segala 

sesuatu yang tidak kita lihat. 

Jadi, apakah arti dari kasih selalu 

berharap? Kasih memiliki dasar iman 

yaitu pengharapan di dalam Tuhan. 

Sekalipun apa yang kita harapkan 

sepertinya tampak mustahil, harapan 

di dalam kasih tidak bersifat 

irasional. Saat kita benar-benar 

memiliki kasih untuk jiwa-jiwa, kita 

secara otomatis memiliki harapan 

bahwa selalu ada pengampunan 

untuk orang berdosa dan akan ada 

waktunya mereka bertobat. Kasih 

tidak pernah berhenti berharap akan 

kebaikan dan kuasa Tuhan. Kasih 

tidak akan mampu berhenti 

berharap, kasih tidak akan putus asa. 

Kasih selalu berharap, seperti Yesus 

yang mendoakan kesatuan hati 

jemaat (Yohanes 17). Meskipun yang 

kita lihat sekarang, banyak 

perdebatan antar denominasi gereja. 

Seperti para rasul, tidak akan pernah 

berhenti menyebarkan injil kerajaan 

sorga, sekalipun banyak yang 

menolak. Karena mereka yakin, tetap 

akan ada orang yang menerima injil. 

Kita bisa berharap selalu ada 

pengampuan buat dosa kita, karena 

kita tahu bagaimana besarnya kasih 

Tuhan terhadap kita. Di dalam 

kasih, tidak ada hal yang mustahil, 

sia-sia atau tidak ada harapan. 

https://unsplash.com/photos/wCcsNfWRKZ0 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Kasih tidak pesimis, kasih tidak 

menerima kegagalan sebagai hasil 

akhir. Kasih berharap akan 

keberhasilan. Kasih memiliki 

optimisme ilahi yang berkata, kita 

pasti bisa terus mengasihi, karena 

Tuhan memampukan kita. 

Pengharapan di dalam kasih bukan 

berarti mengabaikan realitas dan 

menutup mata dari masalah. Tetapi, 

S 

berpegang pada janji Tuhan, dan di 

dalam segalanya, Tuhan turut 

bekerja untuk mendatangkan 

kebaikan untuk mereka yang 

mengasihi Dia, yang dipanggil 

menurut rencana-Nya. Atas dasar 

yang teguh ini, kasih selalu 

berharap. 


https://unsplash.com/photos/gaGHZPrgA-I 

Kasih yang berharap 

adalah suatu tindakan. 

Di hari-hari terakhir ini, kasih semakin 

memudar. Kita sering mendapat 

nasihat agar jangan terlalu berharap. 

Ada yang mengatakan, apabila 

mendoakan satu kelompok jiwa 

terlihat sia-sia, lebih baik kerjakan 

pelayanan di tempat lain. Tidak perlu 

menyibukkan diri di dalam pelayanan 

yang seakan tidak ada harapan. 

Namun, kasih yang selalu berharap 

bukan sekedar gagasan di dalam 

pikiran. Kasih yang berharap adalah 

suatu tindakan. Mengasihi artinya 

secara aktif berharap. Saat saya 

merasa putus asa, kehilangan harapan 

untuk berdoa bagi generasi. Saat itu 

pula saya menyadari, kasih saya masih 

belum sempurna. Saat kita putus 

harapan, artinya saat itu juga kita 

sudah gagal dalam mengasihi. Kasih 

yang sesungguhnya akan selalu 

berharap yang terbaik untuk generasi 

ini diselamatkan. Apakah dasarnya? 

Karena sesungguhnya, Tuhan tidak 

lalai menepati janji-Nya, dan Dia tidak 

ingin satu orang pun binasa (2 Petrus 

3:9). Apabila kita memiliki kasih yang 

berharap di dalam Yesus, tidak ada 

harapan yang sia-sia. 

Mengasihi artinya 

secara aktif berharap. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Written by Poppy Noviana 

Designed by Melissa Halim 

https://unsplash.com/photos/3reWf5Rp4jo 


Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan 

Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, 

kawinilah seorang perempuan sundal dan 

peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini 

bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN." 

(Hosea 1 : 2) 

Menjadi seorang pengikut 

Kristus bukan hanya memikul salib 

tetapi juga menyangkal diri sendiri. 

Ayat di atas berkisah tentang Hosea, 

seorang nabi yang setia dan taat 

pada Tuhan, namun kontroversial 

karena kisah kasihnya. Ia bertahan 

dalam menjalankan perintah Tuhan 

untuk menikahi seorang wanita 

sundal, yang tentunya jauh dari 

harapan kecenderungan seorang pria 

saleh yang hidup di dalam 

pengenalan akan Allah. Menikahi 

seorang sundal, berumah tangga 

dengan orang yang jelas-jelas 

melanggar perintah Tuhan, bahkan 

setia untuk hidup bersama dengan 

wanita sundal tersebut dengan 

membeli dan menjaganya sampai 

Tuhan menggenapi rencana-Nya 

adalah sebuah pengkhianatan untuk 

rencana dan kepentingan-Nya. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Ia menutupi segala sesuatu, 

percaya segala sesuatu, 

mengharapkan segala sesuatu, 

sabar menanggung segala sesuatu 

( 1 Korintus 1 3 : 7 ) 

The Missionarie of Charity, yaitu 

Bunda Teresa, yang mendengarkan 

panggilannya untuk menggunakan 

masa mudanya pada usia 18 tahun 

dalam pekerjaan melayani sesama 

manusia yang terbuang bahkan tidak 

mampu merawat dirinya sendiri di 

Negara India dan beberapa bagian 

lainnya. Ia telah memilih untuk 

bertahan dengan meninggalkan 

kehidupannya yang baik untuk 

kepentingan orang lain. 

https://unsplash.com/photos/tb5A-QTI6xg 


Bayangkan seseorang yang 

menghabiskan sisa hidupnya tanpa 

kaki dan lengan, gambaran hidup 

seperti apa yang mungkin tercermin 

tanpa bisa berjalan, mengatasi 

kebutuhan dasar diri sendiri, atau 

bahkan menjadi kebanggaan untuk 

orang yang paling dikasihi? Nicholas 

Vujichic, lahir di Melbourne, 

Australia, adalah seorang pria yang 

mengalami disabilitas fisik. Walaupun 

demikian, dia mau bertahan saat 

dibully atas kondisi fisiknya tersebut. 

Dalam buku Stand Strong, Nick sadar 

atas identitas dirinya di hadapan 

Tuhan dan setia menghidupi iman ini 

dalam dirinya. Hal ini karena peranan 

keluarga, teman dan beberapa orang 

terdekat yang terus bertahan 

menyemangatinya dengan kasih yang 

terus percaya bahwa Nick tetap 

memiliki masa depan. Sampai akirnya 

Nick berani untuk bertanya apa 

tujuan hidupnya? Wow, bahkan 

seorang Nick yang tidak sempurna 

secara fisik ini tetap memiliki tujuan 

hidupnya dan mengasihi panggilannya 

sampai hari ini! 

Kisahku sendiri. Di saat 

keluargaku mengalami ujian berat 

untuk menerima kondisi Papah yang 

sudah tidak bisa mandiri lagi karena 

terserang stroke, perjalanan sulit 

Mamah sebagai seorang istri yang 

merawat Papah dengan sabar, 

frustasi, dan lelah. Wah... segala 

sesuatunya terlihat ngga baik saat 

itu. Mamah yang cukup kuat untuk 

berharap sebuah perubahan dalam 

kehidupan cuman berkata hal yang 

sederhana kepadaku namun tidak 

terlupakan sampai hari ini. Beliau 

mengatakan bahwa, “Hanya ada 

satu hal yang membuat Mamah 

bertahan sampai hari ini dengan 

Papahmu, yaitu janji yang 

pernah Mamah ucapkan saat 

pemberkatan di depan 

jemaat-Nya untuk setia sampai 

maut memisahkan.” 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, 

ambillah cawan ini dari pada-Ku; 

tetapi bukanlah kehendak-Ku, 

melainkan kehendak-Mulah yang 

terjadi. 

( Lukas 22 : 42 ) 

Lebih dari semua itu, Yesus pun telah 

menunjukkan kasih yang tahan uji. 

Pribadi yang selalu menjadi teladan 

dalam setiap perilaku-Nya ini mau 

bertahan dalam kapabilitas-Nya yang 

Maha Kuasa, namun meredam 

kebisaan-Nya untuk menutupi 

kelemahan kita, mengharapkan 

diri-Nya dapat menghindari 

penderitaan salib, bahkan pada 

akhirnya sabar menanggung segala 

sesuatu untuk kehendak Bapa di 

surga. And we know the rest: Yesus 

berhasil bertahan untuk mengasihi 

Bapa dan kehendak-Nya. 

Beberapa kisah di atas memiliki 

suatu pola yang cukup mengusik 

pikiran saya secara pribadi, apakah 

kalian juga merasakan hal yang 

sama? 

1. 

Apakah kamu menemukan 

pertanyaan besar, kenapa 

mau-maunya mereka menderita? 

2. 

Apakah benakmu bertanya apa 

untungnya bertahan dalam situasi 

tersebut? 

3. 

Bagaimana mereka mampu 

melakukannya? 

4. 

Apakah kamu melihat arti sebuah 

kekuatan untuk bertahan dalam 

kesukaran? 

5. 

Apakah kamu sendiri pernah 

melakukannya? 

6. 

Pertanyaan saya selanjutnya adalah, 

apakah ceritamu saat ini pernah 

menggetarkan hati orang lain bahkan 

menuliskan sejarah di keluarga atau 

bahkan di dunia? 


Hosea dalam kesetiannya turut 

merasakan pedihnya dikhianati 

seperti Allah yang dikhianati bangsa 

Israel dengan menyembah Allah lain. 

Kesabarannya dalam menanggung 

kelemahan Gomer yang suka berzinah 

dengan lelaki lain akhirnya berhasil 

mencatatkan namanya dalam buku 

terlaris sepanjang sejarah 

dunia—yaitu Alkitab—dan 

mengubahkan Gomer secara pribadi. 

Bunda Teresa dengan perbuatannya 

yang terlihat sederhana—bertahan 

untuk menderita dengan sengaja 

memeluk kemiskinan—akhirnya 

memperoleh Nobel Perdamaian di 

tingkat internasional dan menjadi 

tokoh teladan yang masih diingat 

dalam sejarah penyelamatan orang 

miskin di dunia. 

My mom yang bertahan mengasihi 

Papah akhirnya benar-benar 

mengajarkan kepada saya betapa 

berartinya sebuah komitmen dalam 

berpasangan, buah setia menemani 

almarhum Papah ini menorehkan 

sejarah yang sangat indah dalam hati 

kecil saya and I will do it again! 

Dan Yesus yang akhirnya mati 

bersama para penjahat dengan cara 

yang paling hina di zaman itu, 

berhasil mencatatkan sejarah yang 

sampai hari ini kisahnya sangat 

berkuasa untuk menyelamatkan 

banyak jiwa, termasuk saya untuk 

tetap percaya atas pengajaran dalam 

tekun mengasihi orang lain karena 

saya lebih dulu menerima Kasih 

Karunia itu. 

Nick Vujichic yang bertahan dalam 

setia pada iman untuk mengasihi 

perkataan Allah dalam hidupnya 

sampai hari ini berhasil membuktikan 

dirinya memiliki masa depan dan 

hidup bahagia dengan keluarga kecil 

dan pelayanannya di seluruh dunia. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

“Hendaklah kamu dalam hidupmu 

bersama, menaruh pikiran dan 

perasaan yang terdapat juga 

dalam Kristus Yesus yang walaupun 

dalam rupa Allah tidak 

menganggap kesetaraan dengan 

Allah itu sebagai milik yang harus 

dipertahankan, melainkan telah 

mengosongkan diri-Nya sendiri dan 

mengambil rupa seorang hamba, 

dan menjadi sama dengan 

manusia. Dan dalam keadaan 

sebagai manusia, Ia telah 

merendahkan diri-Nya dan taat 

sampai mati, bahkan sampai mati 

di kayu salib. Itulah sebabnya Allah 

sangat meninggikan Dia dan 

mengaruniakan kepada-Nya nama 

di atas segala nama, supaya dalam 

nama Yesus bertekuk lutut segala 

yang ada di langit dan yang ada di 

atas bumi dan yang ada di bawah 

bumi, dan segala lidah mengaku: 

"Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi 

kemuliaan Allah, Bapa!” 

Love perseveres! Kasih yang bertahan 

dan bertekun, tidak goyah seperti 

yang Allah lakukan dengan selalu 

mengasihi bangsa Israel yang 

cenderungberkhianat untuk 

menyembah allah-allah lain, 

bersungut-sungut, dan memberontak 

sepanjang tuntunan Allah. Begitu juga 

aku dan kamu, sama seperti Dia yang 

terus bertahan dan tidak pernah 

menyerah untuk mengasihi kita, saat 

kita berdosa. Demikianlah kita yang 

hidup berdasarkan kasih karunia 

tersebut juga meneruskannya. 

Hal yang tidak pernah bisa ditentang 

dan dapat diterima oleh semua orang 

secara universal yaitu kasih, ya... 

kasih... bertahanlah dalam kasih! 

Mengasihi itu memang tidak mudah, 

apalagi terhadap orang yang tidak 

dapat kita terima dengan mudah atau 

tidak berhubungan langsung dengan 

kepentingan kita secara pribadi, tapi 

bertahanlah! 

( Filipi 2 : 5 - 11 ) 


Beberapa contoh praktik yang dapat mulai kita kembangkan: 

A. 

Mulai bertahan dengan setia pada 

panggilan kita sebagai seorang pribadi 

yang dikasihi oleh Allah sebagai 

seorang pria atau wanita. Tidak ada 

hal yang salah Tuhan ciptakan yang 

ada adalah kesalahan pada cara 

pandangmu atas anugerah Tuhan 

tersebut. (Yesaya 55:8) 

B. 

Mulai berdoa bagi orang lain, 

berkorban materi maupun waktu dan 

tenaga bagi orang yang tidak mampu 

menanggung dirinya sendiri. 

(Matius 25:40) 

C. 

Mulai belajar bertahan dalam 

menanggung beban kita saat ini dan 

bersyukur untuk sebuah keinginan 

bagi kepentingan Allah. 

(Lukas 9:23-24) 

D. 

Mulai untuk terlibat dalam gerakan 

sosial, seperti menjadi donatur atau 

pendukung untuk badan sosial yang 

mengembangakan pekerjaan Allah di 

bumi seperti panti asuhan, PMI, atau 

pelayan dalam gereja lokal kita 

berada. 

E. 

Mulai memberikan waktu kita untuk 

bertahan saat pagi hari atau malam 

hari, ketika menemui Tuhan dalam 

doa kita setiap hari. 

Bertahanlah dalam kasihmu, 

berdasarkan kasih karunia yang 

sudah kita terima itu. Jika kita belum 

menyadarinya, pandanglah salib itu! 

Apakah kita masih belum 

menemukannya? Bertanyalah dalam 

doa, apa kasih karunia itu dan lihat 

apa yang terjadi. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Berikut beberapa perenungan untuk 

membantu kita: 

A. 

Pernahkah kita memperoleh 

pengampunan saat kita tidak layak 

untuk memperolehnya? 

Allah telah melakukan semua itu 

bagimu dan bagiku. Jika Ia tidak 

bertahan sampai saat kita membaca 

artikel ini, tentu tidak mungkin Ia 

mengizinkan keberadaan kita sekarang 

dalam keadaan baik dan hidup. 

(Yohanes 3:16) 

B. 

Pernahkan kita memperoleh apa yang 

ada pada kita saat ini, padahal kita 

tidak mampu membelinya? 

C. 

Pernahkah kita memperoleh sesuatu 

dari orang yang tidak pernah 

menerima pemberian dari kita 

sebelumnya? 

D. 

Pernahkah kita menerima 

pengorbanan dari orang lain untuk 

kepentingan kita? 


“Sebab beginilah firman 

Tuhan semesta alam, yang 

dalam kemuliaan-Nya telah 

mengutus aku, mengenai 

bangsa-bangsa yang telah 

menjarah kamu--sebab siapa 

yang menjamah kamu, berarti 

menjamah biji mata-Nya” 

https://static.pexels.com/photos/66758/pexels-photo-66758.jpeg 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

Image by Jcomp at Freepik.com 


“Kasihan yah… Padahal dia kan orangnya baik, 

selalu ke gereja, rajin pelayanan… Kok bisa 

ketimpa musibah kayak gitu ya?” 

“Sejak ikut Tuhan kok perasaan masalah gue 

makin banyak ya?” 

“Kalau Tuhan ada dan Dia baik, kenapa dia 

mengizinkan masalah terjadi di dunia ini?” 

The 

Sering banget nggak sih dengar pertanyaanpertanyaan 

seperti itu? Atau bahkan sempat 

mempunyai pertanyaan-pertanyaan seperti itu? 

Tenang saja, aku juga. Pada kenyataannya memang 

pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaanpertanyaan 

yang wajar dan logis dari sudut pandang 

kita sebagai manusia. Di dunia ini, sepertinya sering 

sekali kita melihat orang-orang, bahkan orang- 

Christian 

Suffering 

Written by Wellney Yarra | Designed by Febe Soehardjo 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

orang percaya, yang mengalami hal-hal yang tidak 

menyenangkan. Terkadang, kita bahkan melihat 

bahwa orang-orang yang tidak percaya hidupnya 

terlihat “baik-baik saja”, sedangkan hidup orangorang 

percaya yang ikut Tuhan dan mencintai 

Tuhan malah menghadapi masalah demi masalah. 

Mengapa Tuhan mengizinkan semua masalah ini 

terjadi? Ketika keadaan yang kita hadapi seperti 

tidak ada jalan keluarnya dan membuat kita merasa 

seolah-olah tidak ada harapan lagi, apa yang harus 

kita lakukan? Apa kata firman Tuhan tentang 

masalah-masalah dan penderitaan yang kita alami? 

1 

Penderitaan menguji dan 

membuktikan kemurnian iman kita 

Hidup 

bersama 

Tuhan 

memang 

indah, tetapi 

tidak 100% 

mulus dan 

lancar. 

Banyak orang Kristen suka berpikir 

bahwa hidup bersama Tuhan itu 

indah, mulus, dan lancar. Hidup 

bersama Tuhan memang indah, tetapi 

tidak 100% mulus dan lancar. Tuhan 

tidak pernah menjanjikan bahwa 

hidup bersama Dia berarti hidup 

yang bebas dari masalah, namun Dia 

berjanji, “Ketahuilah, Aku menyertai 

kamu senantiasa sampai kepada akhir 

zaman” (Matius 28:20). 

Oleh karena itu, anak-anak Tuhan 

seharusnya tidak bingung apabila 

masalah tetap datang padahal mereka 

sudah setia mengikuti Tuhan, taat 

pada perintah-Nya, dan mempunyai 

hubungan yang intim dengan Tuhan. 

Karena terkadang masalah-masalah 

itu Tuhan izinkan terjadi untuk 

menguji dan menyempurnakan iman 

kita. Sebagaimana kita tidak bisa naik 

kelas di sekolah tanpa mengikuti ujian, 

begitu juga halnya dengan kehidupan 

kekristenan kita. Bila hidup kita amanaman 

saja dan tidak ada ujiannya, 

bagaimana iman kita dapat naik ke 

level yang lebih tinggi? 

Petrus, di dalam suratnya, menuliskan 

demikian: “Bergembiralah akan hal itu, 

sekalipun sekarang ini kamu seketika 

harus berdukacita oleh berbagai-bagai 

pencobaan. Maksud semuanya itu 

ialah untuk membuktikan kemurnian 

imanmu--yang jauh lebih tinggi 

nilainya dari pada emas yang fana, 

yang diuji kemurniannya dengan api-- 

sehingga kamu memperoleh puji-pujian 

dan kemuliaan dan kehormatan pada 

hari Yesus Kristus menyatakan diri- 

Nya” (1 Petrus 1:6-7). 


2 

Penderitaan membentuk 

karakter kita 

Setelah kita diselamatkan, hal 

yang seharusnya menjadi kehendak 

kita sebagai orang-orang percaya 

adalah “mengenal Dia dan kuasa 

kebangkitan-Nya dan persekutuan 

dalam penderitaan-Nya, di mana aku 

menjadi serupa dengan Dia dalam 

kematian-Nya” (Filipi 3:10). Namun 

untuk menjadi serupa dengan Kristus 

bukanlah hal yang mudah. Sebagai 

manusia yang berdosa, banyak sekali 

kelemahan-kelemahan dan sifat-sifat 

buruk kita yang harus dipangkas 

untuk pembentukan karakter kita 

sebagai anak-anak Tuhan yang lahir 

baru. Namun, untuk membentuk 

sesuatu yang baru, sesuatu yang lama 

harus dihancurkan terlebih dahulu. 

Seperti hati kita. Banyak orang takut 

mendengar kata “hancur”, tetapi 

sebenarnya kata “hancur” tidak 

semenakutkan itu. 

Tuhan tidak ingin menghancurkan 

kita, namun Ia ingin “menghancurkan” 

kedagingan yang membungkus hati 

kita, kedagingan yang menghalangi 

kita untuk menjadi serupa seperti 

Kristus. Kedagingan dan manusia lama 

kita yang sombong dan merasa bahwa 

kita bisa hidup tanpa Tuhan. Dan 

terkadang, pembentukan karakter hanya 

dapat terjadi melalui masalah-masalah 

yang kita alami, yang membuat 

kita semakin menyadari siapa Dia dan 

bahwa kita hanya dapat mengandalkan- 

Nya. Masalah-masalah kitalah yang 

membuat kita semakin taat kepada 

Tuhan. Pemazmur berkata, “Sebelum 

aku tertindas, aku menyimpang, tetapi 

sekarang aku berpegang pada janji- 

Mu” (Mazmur 119:67). 

Dengan kata lain, masalah-masalah 

yang kita hadapi dapat menjadi 

suatu proses untuk membentuk 

kita untuk semakin mengandalkan 

Tuhan, semakin dekat dengan-Nya, 

dan semakin menjadi serupa dengan- 

Nya. Tuhan Yesus juga berkata 

dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok 

anggur yang benar dan Bapa-Kulah 

pengusahanya. Setiap ranting pada- 

Ku yang tidak berbuah, dipotong- 

Nya dan setiap ranting yang berbuah, 

dibersihkan-Nya, supaya ia lebih 

banyak berbuah”. Dalam terjemahan 

bahasa Inggris, kata yang dipakai 

untuk “dibersihkan” adalah “prune”, 

yang berarti “memangkas”. Artinya, 

untuk menjadi berbuah di dalam 

Kristus, kita harus terlebih dahulu 

dipangkas dari sifat-sifat kita yang 

lama, sesuai yang kita bahas di 

paragraf sebelumnya. 

Namun, untuk membentuk sesuatu yang baru, sesuatu 

yang lama harus dihancurkan terlebih dahulu. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

3 

Penderitaan memperlengkapi 

kita untuk melayani 

Nah, setelah kita dipangkas dan lebih 

banyak berbuah, maka buah-buah dari 

kehidupan kita di dalam Kristus pun 

dapat dinikmati oleh orang lain. Hidup 

kita pun dapat menjadi berkat untuk 

orang-orang di sekitar kita. 

Paulus, di dalam suratnya kepada 

jemaat di Korintus menuliskan 

demikian: “Terpujilah Allah, Bapa 

Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang 

penuh belas kasihan dan Allah sumber 

segala penghiburan, yang menghibur 

kami dalam segala penderitaan kami, 

sehingga kami sanggup menghibur 

mereka, yang berada dalam 

bermacam-macam penderitaan dengan 

penghiburan yang kami terima sendiri 

dari Allah” (2 Korintus 1:3). 

Seringkali Tuhan menggunakan cerita 

kita untuk memberkati orang lain. 

Mungkin itu masa sulit yang pernah 

kita lalui, yang dapat kita bagikan 

kepada saudara kita yang mengalami 

kesulitan yang serupa. Mungkin itu 

kesalahan yang pernah kita perbuat, 

yang dapat kita bagikan agar saudara 

kita tidak jatuh ke dalam dosa yang 

sama. Apapun itu, Tuhan dapat 

menggunakan masalah-masalah yang 

kita punya atau pernah punya untuk 

memberkati orang lain. 

Sebagai contoh sederhana, ada 

seseorang yang aku tahu, sebut 

saja namanya Bunga (klasik banget 

ya?). Nah, si Bunga ini mempunyai 

latar belakang keluarga yang broken 

family. Seringkali ketika Bunga 

sedang menghadapi masalah, dia 

mendapatkan saran dari saudarasaudara 

seiman tentang apa yang 

harus dia lakukan. Bunga sangat 

berterimakasih untuk kepedulian 

mereka, namun seringkali dia berpikir, 

“Mereka mah ngomongnya gampang, 

kan keluarga mereka harmonis. Coba 

aja mereka di posisi aku”. Alhasil, 

saran-saran dari mereka sekedar Bunga 

hargai, namun tidak dianggap serius. 

Sampai akhirnya, salah satu dari 

teman Bunga, sebut saja namanya 

Desa, membagikan, bahwa sebenarnya 

dia juga berasal dari keluarga yang 

tidak harmonis, namun ia membagikan 

kepada Bunga bagaimana Tuhan 

membantunya melewati masa-masa 

itu. Sejak saat itu, Bunga tidak hanya 

sekedar mendengar nasehat Desa, 

namun ia mendengarkan nasehat 

Desa. Lewat pengalaman Desa, Bunga 

banyak diberkati dan belajar cara-cara 

ia dapat menghadapi masalah yang 

serupa. Persahabatan Bunga-Desa pun 

menjadi semakin erat. 

Hal ini bukan berarti saudarasaudara 

seiman dari latar belakang 

yang berbeda-beda tidak dapat saling 


memberkati. Namun, terkadang 

saudara kita yang menghadapi 

sebuah masalah tertentu merasa 

lebih dimengerti posisinya dan akan 

lebih mendengarkan, jika mereka 

berbagi dengan orang yang pernah 

menghadapi masalah yang serupa, 

dan melihat bagaimana Tuhan bekerja 

melalui masalah itu. Maka dari itu, 

jika kita mengalami sebuah masalah, 

ingatlah bahwa seringkali Tuhan ingin 

menggunakan pengalaman itu agar 

kita dapat membagikan penghiburan 

dan penyertaan Tuhan yang telah 

kita rasakan kepada orang-orang yang 

menghadapi masalah yang sama. 

Apapun itu, Tuhan 

dapat menggunakan 

masalah-masalah 

yang kita punya 

atau pernah punya 

untuk memberkati 

orang lain. 


#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

Mata iman kita dapat 

memandang kepada 

Tuhan, karena Ia telah 

mengalahkan dunia 

beserta masalahmasalah 

yang ada di 

dalamnya, termasuk 

masalah kita. 



4 

Penderitaan adalah tanda 

bah wa kita masih hidup di dunia 

dan mempersiapkan kita untuk 

kemuliaan kekal 

Kedengarannya sangat berlawanan, 

namun masalah ataupun penderitaan 

yang kita alami saat ini adalah tanda 

bahwa kita masih hidup di dunia yang 

sudah penuh dengan dosa. Namun 

Tuhan Yesus berjanji, “Semuanya 

itu Kukatakan kepadamu, supaya 

kamu beroleh damai sejahtera dalam 

Aku. Dalam dunia kamu menderita 

penganiayaan, tetapi kuatkanlah 

hatimu, Aku telah mengalahkan 

dunia.” Dan itulah janji manis yang 

dapat kita pegang. Mata iman kita 

dapat memandang kepada Tuhan, 

karena Ia telah mengalahkan dunia 

beserta masalah-masalah yang ada 

di dalamnya, termasuk masalah kita. 

Penderitaan juga mempersiapkan 

kita untuk kemuliaan kekal. Dalam 

suratnya kepada jemaat di Korintus, 

Paulus juga menuliskan, “Penderitaan 

ringan yang sekarang ini, mengerjakan 

bagi kami kemuliaan kekal yang 

melebihi segala-galanya, jauh lebih 

besar dari pada penderitaan kami. 

Sebab kami tidak memperhatikan 

yang kelihatan, melainkan yang tak 

kelihatan, karena yang kelihatan 

adalah sementara, sedangkan yang 

tak kelihatan adalah kekal” (2 

Korintus 4:17). 

Menghadapi masalah-masalah 

memang sama sekali tidak mudah 

ataupun menyenangkan. Namun 

kita dapat memegang janji Tuhan 

Yesus, Juruselamat kita. Ketika 

kita mengerti alasan mengapa kita 

harus menderita atau menghadapi 

masalah dan mempunyai keyakinan 

bahwa kita akan turut serta dalam 

kemuliaan-Nya yang kekal di Surga 

nanti, saat kita berjumpa dengan 

Tuhan, masalah-masalah kita memang 

tidak langsung pergi begitu saja, 

namun kita mendapatkan kekuatan 

untuk menghadapi masalah-masalah 

yang kita punyai saat ini. Dan kita 

tahu bahwa, “Jika kita adalah anak, 

maka kita juga adalah ahli waris, 

maksudnya orang-orang yang berhak 

menerima janji-janji Allah, yang akan 

menerimanya bersama-sama dengan 

Kristus, yaitu jika kita menderita 

bersama-sama dengan Dia, supaya 

kita juga dipermuliakan bersamasama 

dengan Dia” (Roma 8:17). 

Immanuel! 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

Belajar dari 

Maria, Yusuf 

dan 

Orang Majus 

Written by Poppy Noviana | Designed by Febe Soehardjo 



Bersabar menanggung segala 

sesuatu. Menyesuaikan diri dalam 

ketidaknyamanan. Hal-hal seperti itu 

tampaknya ideal, tetapi menjalaninya 

tidaklah sesederhana itu. Kasih adalah 

materi yang esensial agar kita dapat 

melakukan itu semua. Kisah Natal 

mengandung pelajaran yang berharga 

tentang orang-orang yang bersedia 

menanggung kesukaran dan berkorban 

demi terwujudnya rencana Allah melalui 

hidup mereka. Inilah yang akan kita 

pelajari bersama-sama kali ini. 

Maria (Ibu Yesus) 

Maria adalah seorang wanita muda yang 

tinggal di kota Nazaret, daerah Galilea. 

Ia juga merupakan kerabat dari Elisabet, 

istri dari seorang imam pada zaman 

itu. Pertemuan Maria dengan malaikat 

Gabriel yang membawa kabar bahwa 

ia akan mengandung dari Roh Kudus 

adalah peristiwa penting yang dapat 

menjadi pelajaran bagi kita. Dari situ 

kita melihat bagaimana Maria merespon 

beban pelayanan yang ditanggungkan 

kepadanya. 

Ketika Gabriel menemuinya dengan 

berita kelahiran Juruselamat, Maria 

adalah seorang perawan yang belum 

bersuami. Bagi dia, menaati firman 

Tuhan merupakan keputusan yang 

besar, yang akan mempengaruhi 

kehidupan dan masa depannya, bahkan 

bisa-bisa membahayakan nyawanya. 

Dalam dunia saat ini pun, hamil di 

luar nikah merupakan aib, apalagi pada 

masa itu! Kita bisa bayangkan apa 

yang berkecamuk dalam pikiran Maria… 

Apa kata dunia? 

Apa kata masyarakat? 

Apa kata calon suamiku? 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



ACLOSERWALK 

Kisah kelahiran Yesus adalah 

sebagaimana adanya kisah itu 

sekarang, karena kesediaan Maria untuk 

tunduk pada perintah Allah. Dia dengan 

tulus berkata, “Sesungguhnya aku ini 

adalah hamba Tuhan; jadilah padaku 

menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). 

Kasihnya kepada Tuhan membuat Maria 

bersedia memberikan dirinya untuk 

melayani Tuhan, sesuai cara yang Tuhan 

kehendaki, sekalipun itu bisa saja berarti 

kerugian baginya. 

Kasihnya kepada 

Tuhan membuat 

Maria bersedia 

memberikan dirinya 

untuk melayani 

Tuhan, sesuai 

cara yang Tuhan 

kehendaki, sekalipun 

itu bisa saja berarti 

kerugian baginya. 

Yusuf ( Ayah Yesus) 

Yusuf, anak Yakub, adalah seorang pria 

yang tulus hati dan menjaga nama 

baik orang lain. Sekalipun sudah 

bertunangan dengan Maria, ia sempat 

ragu untuk menikahinya karena Maria 

diberitakan sudah mengandung. Namun 

keraguannya dijawab oleh malaikat 

Tuhan melalui sebuah mimpi. Malaikat 

itu menjelaskan bahwa anak dalam 

kandungan Maria adalah dari Roh 

Kudus. Dengan iman, Yusuf bertahan 

untuk melakukan sesuai dengan apa 

yang diperintahkan malaikat dalam 

mimpinya mengenai Maria. 

Apa yang dilakukan Yusuf adalah 

langkah iman. Keadaan seolah-olah 

tidak menguntungkan bagi dia, dan 

Maria juga tidak mungkin memberi 

penjelasan yang masuk akal tentang 

kehamilannya. Yusuf percaya pada apa 

yang dikatakan malaikat Gabriel, dan 

mengambil keputusan yang mungkin 

tidak akan diambil pria lain pada 

masanya. Karena ketaatannya inilah, 

dia menjadi instrumen dalam karya 

keselamatan Allah bagi umat manusia. 

Pasangan ini menghadapi suatu 

kondisi yang tidak mudah dan masa 

depan yang tidak menentu. Mereka 

memilih untuk percaya dan taat 

pada Allah, sekalipun ketaatan itu 

beresiko. Akhirnya keduanya dipakai 

Allah bagi kepentingan-Nya untuk 

misi penyelamatan jiwa manusia 

yang berdosa sampai hari ini. 


Orang Majus 

Orang majus adalah golongan terpelajar dan ahli astronomi yang 

berasal dari wilayah Persia. Mereka melihat tanda di langit yang 

meyakinkan mereka bahwa seorang raja telah lahir di tanah 

Palestina. Mereka menempuh perjalanan panjang sejauh ribuan 

kilometer untuk bertemu dengan Raja yang baru lahir itu. Dan 

mereka bukan hanya akan melihat Dia; mereka membawa hadiahhadiah 

berharga. Niat hati mereka sejak awal adalah untuk datang 

menyembah dan menunjukkan penghormatan kepada Sang Raja. 

Sikap hati seperti inilah yang menjadi teladan 

bagi kita. Sebagaimana Maria menyediakan 

dirinya untuk dipakai Tuhan sebagai perantara 

kelahiran Yesus di dunia, sebagaimana Yusuf 

menaati perintah Tuhan sekalipun itu tidak 

sesuai dengan adat budaya, demikian pula 

orang majus secara proaktif datang kepada 

Sang Raja yang baru lahir untuk menunjukkan 

penghormatan mereka. Dari ketiga tokoh ini 

kita belajar bagaimana menyatakan kasih 

kita kepada Tuhan. Apakah kita bersedia 

dipakai Tuhan sekalipun itu berarti kita 

harus menanggung beban, seperti Maria 

yang bersedia menyerahkan masa depannya 

kepada Tuhan? Apakah kita seperti Yusuf, 

yang taat kepada Tuhan, against all odds? 

Apakah kita seperti orang majus, yang mau 

berkorban tenaga, waktu, dan harta untuk 

menunjukkan penghormatan mereka kepada 

Sang Raja? Pearlians, mari kita lebih lagi 

mengasihi, sebagaimana yang telah diteladankan 

oleh tokoh-tokoh tersebut. 

*** 

Image by valeria_aksakova at Freepik.com 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



SINGLE 

WRITTEN BY TABITA DAVINIA UTOMO 

DESIGNED BY MICHELLE MIELRU 

WHEN 

I (AM) 

TRUST(ED) 

- Special Edition For Christmas - 

H 

ave a blessed (early) Christmas, 

everybody!! :D Wah, nggak terasa 

sebentar lagi kita akan 

merayakan Natal! Eh, tapi... bicara 

tentang Natal, baru-baru ini saya 

menemukan sebuah insight. Insight-nya 

adalah kenyataan bahwa Natal bukan 

hanya bicara tentang kelahiran Kristus, 

tapi juga tentang kepercayaan dalam diri 

orang-orang yang berada di balik 

peristiwa Natal! 

WHAT? Natal juga membahas tentang 

kepercayaan? 

Yap. Jujur, saya sempat bingung apa 

sangkut pautnya tema artikel ini dengan 

Natal. Tapi, cling! Tuhan memberikan 

saya pencerahan, dan itu yang ingin saya 

bagikan kepada kalian sekarang. 


1 

Vector Art by Freepik (http://www.freepik.com/) 

MARIA LUKAS 1:26—38 

Kedatangan malaikat 

Gabriel tentu membawa 

kesan tersendiri bagi Maria. 

Belum lagi dengan kabar 

bahwa dirinya akan jadi ibu 

dari Sang Imanuel, Juruselamat dunia 

itu. Whoa! Kalau peristiwa itu terjadi 

di zaman sekarang, saya yakin Maria 

akan sibuk posting kabar dari Gabriel 

itu di semua media sosialnya—dan 

Maria pun akan jadi seleb dunia. Tapi 

ups, kenyataannya tidak semudah itu, 

ladies! 

Di zaman itu, terdapat hukum yang 

menyatakan bahwa wanita yang 

mengandung sebelum menikah harus 

dirajam batu sampai mati. Ini 

disebabkan adanya anggapan bahwa 

wanita yang mengandung dari seorang 

pria selain dari suaminya berarti telah 

berzinah. Dan hukuman dari perzinahan 

adalah dirajam batu sampai mati (Coba 

lihat Yohanes 8:1—11). Artinya, kalau 

sampai orang lain tahu Maria 

mengandung sebelum dia menikah 

dengan tunangannya (Yusuf), dia 

akan... mati. 

Saya yakin Maria ketakutan setengah 

mati saat mendapat mandat besar dari 

Allah itu. Belum lagi ketika dia harus 

memberitahu Yusuf tentang hal itu. Dia 

bahkan bertanya kepada Gabriel, 

“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, 

karena aku belum bersuami?” (ayat 34). 

Kemudian Gabriel berkata, “Roh Kudus 

akan turun atasmu dan kuasa Allah 

Yang Mahatinggi akan menaungi 

engkau; sebab itu anak yang 

akan kaulahirkan itu akan 

disebut kudus, Anak Allah. ... 

Sebab bagi Allah tidak ada 

yang mustahil” (ayat 35 dan 

37). Setelah mendengar 

perkataan Gabriel itu, Maria 

membalasnya, 

“SESUNGGUHNYA 

AKU INI ADALAH 

HAMBA TUHAN; 

JADILAH PADAKU 

MENURUT 

PERKATAANMU ITU.” 

(LUKAS 1:38) 

Balasan Maria di atas 

menandakan bahwa dia 

percaya Tuhan akan 

melindunginya—bahkan 

seandainya dia sampai 

dicemooh banyak orang dan 

harus berpisah dengan Yusuf. 

But she kept trusting God. 

Maria percaya bahwa Tuhan 

pasti menyertai dia, termasuk 

saat menghadapi 

kemungkinan pembatalan 

pertunangannya dengan 

Yusuf. Dan seperti yang kita 

tahu, Tuhan menggenapi 

janji-Nya, sampai Maria 

melahirkan Yesus Kristus 

bersama Yusuf, laki-laki yang 

akhirnya menjadi suaminya. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



SINGLE 

2 

YUSUF MATIUS 1:18—25 

“AH, GIMANA 

MUNGKIN MARIA 

BISA HAMIL? 

HAMIL DARI ROH KUDUS...? 

PASTI DIA BOHONG! NGGAK 

MUNGKIN DIA SELINGKUH! 

TAPI... KALO MEMANG BENER 

DIA HAMIL, APA AKU HARUS 

TETEP MENIKAHINYA? 

TERUS, GIMANA DENGAN 

BAPAK ANAK ITU?” 

Mungkin pikiran di atas sempat 

berkelebat di benak Yusuf saat 

mengetahui Maria mengandung 

Yesus. Karena Yusuf adalah pria 

yang tulus dan tidak mau 

mencemarkan nama Maria pada 

orang lain, dia berpikir untuk 

membatalkan pertunangan mereka 

(ayat 19). Tapi Tuhan mengetahui 

pikiran Yusuf, sehingga Dia 

mengutus malaikat untuk 

menghentikan niatnya itu. Malaikat 

itu berkata kepada Yusuf lewat 

mimpinya, “...janganlah engkau takut 

mengambil Maria sebagai isterimu, 

sebab anak yang di dalam 

kandungannya adalah dari Roh 

Kudus. Ia akan melahirkan anak 

laki-laki dan engkau akan 

menamakan Dia Yesus, karena 

Dialah yang akan menyelamatkan 

umat-Nya dari dosa mereka” 

(ayat 20). 

Yusuf tahu bahwa Mesias akan 

datang, tapi (mungkin) dia tidak 

menyangka bahwa dia akan diberi 

kesempatan oleh Tuhan untuk 

menjadi salah satu bagian dari karya 

agung-Nya bagi dunia—menjadi ayah 

Sang Juruselamat di dunia! Dan 

setelah mendengar perkataan 

malaikat itu, Yusuf mau taat. Dia 

menikahi Maria, sesuai dengan 

rencana Tuhan (ayat 24). Dan 

setelah Yesus lahir, malaikat Tuhan 

mendatangi Yusuf beberapa kali 

dalam mimpi, salah satunya untuk 

mengungsikan Yesus ke Mesir saat 

Herodes berencana membunuh semua 

bayi laki-laki di Betlehem. 

Seandainya Yusuf tidak percaya 

kepada perkataan Tuhan lewat 

malaikat-Nya, mungkin karya 

keselamatan Yesus akan memiliki 

alur cerita yang berbeda. But Joseph 

trusted Him. Tidak mudah rasanya 

bagi Yusuf untuk menikahi Maria 

yang sedang mengandung, 

menghadapi cemoohan banyak orang, 

dan ketika mereka harus menempuh 

perjalanan yang jauh dari Nazaret ke 

Betlehem untuk sensus 

penduduk—apalagi Maria sedang 

hamil tua. Tapi Yusuf tetap taat. 

Yusuf percaya bahwa Tuhan yang 

mempercayakan tanggung jawab 

kepadanya akan menguatkan dia 

dalam menjalani tanggung jawab itu. 


3 

GEMBALA-GEMBALA 

LUKAS 2:8—20 

Orang-orang yang pertama kali mendengar 

berita kelahiran Yesus adalah para gembala, bukan 

para raja maupun penguasa saat itu. Kenapa 

gembala? Ada beberapa dugaan alasan mengenai 

hal itu: 

a. 

b. 

Yesus datang dengan 

kesederhanaan, bukan dengan 

penuh kemewahan seperti kelahiran 

anak-anak raja pada umumnya, dan 

gembala adalah orang-orang yang 

hidup dalam kesederhanaan, bahkan 

kemiskinan. 

Gembala-gembala itu berada di 

lokasi yang paling dekat dengan 

tempat kelahiran Yesus, sehingga 

merekalah yang didatangi malaikat. 

Apapun alasannya, karena merekalah, kita bisa 

mendengar berita kelahiran Yesus. Bayangkan jika 

para gembala itu hanya menyimpan berita sukacita 

yang disampaikan malaikat hanya untuk konsumsi 

pribadi; saya tidak yakin bahwa kelahiran Yesus 

akan diketahui sampai sekarang. Di situ saya 

diingatkan, bahwa Tuhan tidak melihat bagaimana 

status sosial manusia untuk menjadi alat 

kemuliaan-Nya. Bukan karena kemampuan 

maupun bagaimanapun kondisi kita, sehingga kita 

layak untuk menjadi saluran berkat-Nya, but it’s 

only by His grace. Anugerah yang Tuhan berikan 

kepada para gembala di atas juga sama seperti 

anugerah yang Dia berikan kepada kita untuk 

mewartakan berita sukacita itu. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



SINGLE 

4 

ORANG 

MAJUS 

MATIUS 2:1—12 

Saya pernah mendengar sebuah 

penjelasan mengapa anak di bawah dua 

tahunlah yang harus dibunuh, sesuai 

dengan perintah Raja Herodes. 

Alasannya adalah karena orang Majus 

menemukan bintang di Timur dua bulan 

sebelum mereka tiba di istana Herodes, 

dan mereka “menghindar” dari Herodes 

sampai dua tahun kemudian. Kenapa 

mereka sampai getol mencari asal dan 

arti bintang itu? Karena mereka tahu 

bahwa makna dari keberadaan bintang 

itu adalah pertanda lahirnya seorang 

raja besar. Mereka melihatnya dua 

bulan yang lalu. Itulah penjelasan yang 

mereka sampaikan kepada Herodes. 

Herodespun bingung, karena di 

istananya tidak ada bayi yang lahir. 

Begitu tahu bahwa bayi yang dimaksud 

adalah bayi Yesus, Herodes ingin 

membunuh-Nya. Tapi sebelumnya, dia 

menyampaikan kepada orang Majus itu 

untuk memberitahunya tentang 

keberadaan Yesus (dengan kedok ingin 

menyembah-Nya), setelah mereka 

datang dan menyembah-Nya. 

Setelah datang dan menyembah 

Yesus dan memberikan emas, kemenyan, 

dan mur orang-orang Majus 

diperingatkan dalam mimpi agar tidak 

kembali kepada Herodes 

(ayat 12). Mereka pun 

menaati mimpi itu. 

Orang-orang Majus itu 

memutuskan untuk 

mengambil jalan lain untuk 

pulang ke tempat asal 

mereka. Herodes, yang masih 

menunggu kabar dari 

mereka, akhirnya sadar 

bahwa orang-orang Majus itu 

memperdayanya. Perjalanan 

dari tempat tinggal Yesus 

menuju Yerusalem, tempat 

tinggal Herodes, tidak 

sampai menghabiskan satu 

bulan. Tapi karena 

orang-orang Majus itu tidak 

mengunjungi Herodes lagi 

setelah dua tahun kemudian, 

akhirnya Herodes 

mengeluarkan perintah 

mengerikan itu: membunuh 

semua bayi di bawah dua 

tahun. 

Seandainya orang-orang 

Majus itu tidak percaya 

terhadap mimpi yang 

diberikan Tuhan, mungkin 

karya keselamatan akan 

berbeda ceritanya. 


Mari kita sama-sama belajar dari 

tokoh-tokoh yang terlibat dalam 

peristiwa Natal ini. Mereka mendapatkan 

kepercayaan dari Tuhan, dan mereka 

memberikan respon yang tepat atas 

kepercayaan itu. Sekali lagi, Tuhan tidak 

melihat seperti apa penampilan dan 

apapun yang sedang kita alami saat ini. 

Yang Dia lihat adalah hati kita. Ketika 

Dia melihat hati yang mau dibentuk, di 

situlah tangan-Nya akan bekerja 

menuntun kita untuk memenuhi 

rencana-Nya. Will you trust God? And 

are you ready to be trusted to fulfill His 

desire? Pilihan ada di tangan kita. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



MARRIAGE 

hanya pembelian hari ini saja: 

all items 70% off* 

Beli baju gratis sepatu* 

http://trainingtokoonline.com/membuat-toko-baju-online-untuk-menambah-penghasilan/ 


Cinta 

bersya rat 

TEXT YUNIE SUTANTO 

DESIGN VERI EDEN 

Demikian tertulis penawaran iklan 

sebuah toko busana yang cukup 

menarik hati orang-orang yang 

berseliweran di depannya. Banyak 

pengunjung mal—yang tadinya tidak 

berniat belanja busana—pun jadi 

tertarik memanfaatkan kesempatan 

promo ini. Namun hanya pengunjung 

yang jeli yang memperhatikan ada 

tanda * (bintang) di sampingnya, 

tanda * (bintang) yang artinya ada 

syarat dan ketentuan yang berlaku. 

Promo yang ditulis ternyata hanya 

berlaku untuk syarat dan ketentuan 

tertentu. 

Ya, syaratnya adalah “jika Anda 

bersedia mendaftarkan diri menjadi 

member toko ini selama setahun”. 

Lebih mengagetkannya lagi, 

biaya tahunan membership toko 

tersebut ternyata senilai sebulan gaji 

Anda! Biaya tersebut cukup 

signifikan yang sepertinya tidak 

sebanding jika dikeluarkan hanya 

untuk memanfaatkan diskon sesaat! 

Merasa terjebak alias tertipu bahasa 

iklan? 

Merasa kurang teliti? 

Namun itulah yang sering terjadi. 

Kita merasa mendapatkan suatu 

kesempatan bagus, ternyata tawaran 

tersebut memiliki persyaratan yang 

harus dipenuhi. Dunia bisnis memang 

penuh tawaran yang bersyarat. 

Transaksi bisnis adalah transaksi 

yang syarat-syaratnya disepakati 

kedua belah pihak. 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



MARRIAGE 

https://unsplash.com/search/marriage?photo=llWjwo200fo 

Namun 

bagaimana 

dengan 

pernikahan? 

Apakah 

pernikahan juga 

bersyarat? Bagaimana 

dengan kehidupan cinta kita? 

Bagaimana dengan gaya kita dalam 

berelasi dengan pasangan kita? 

Apakah ada tanda bintangnya juga? 

Seringkali demikian! Seberapa sering 

kita merasa hal ini juga terjadi dalam 

pola kita berelasi juga? Sadarkah kita 

bahwa dalam menjalin hubungan 

dengan orang lain, kita pun penuh 

syarat! 

Kejadian 2:18a berkata tidak baik 

kalau manusia itu seorang diri saja. 

Manusia membutuhkan teman, rekan 

sekerja, dan orang lain yang mengisi 

hidupnya,; demikian pula sebaliknya. 

Tuhan mendesain manusia untuk 

saling 

melengkapi 

satu sama 

lain. Itulah 

sebabnya 

pernikahan dirancang 

Tuhan! 

Siapa yang bisa hidup tanpa orang 

lain? Kita membutuhkan orang lain 

untuk mempraktekkan kasih, untuk 

saling memperhatikan satu sama 

lainnya. 

Menurut C.S Lewis, dalam bukunya 

The Four Loves, ada empat jenis 

kasih berdasarkan empat kata dalam 

bahasa Yunani untuk kasih: Storge, 

Phileo, Eros dan Agape. Storge, 

Phileo dan Eros adalah kasih yang 

bersyarat, yang manusia jadikan 

landasan dalam berelasi satu sama 

lainnya. 


01 

storge 

Storge adalah kasih berdasarkan rasa ketergantungan, seperti kasih 

orang tua untuk anaknya. Storge terjadi secara alamiah, karena 

ikatan darah dan hubungan kekeluargaan. Kasih ini juga bersyarat, 

bukankah demikian? Kita mengasihi bayi yang kita lahirkan melebihi 

bayi lainnya di ruangan bayi. Mengapa? Karena bayi tersebut anak 

kita sendiri, darah daging kita! Orang tua membesarkan 

anak-anaknya dengan harapan nanti di masa tua, anak-anak juga 

akan merawat mereka. Bukankah inipun suatu syarat? 

02 

phileo 

Phileo adalah kasih persahabatan, di mana rasa cocok satu sama lain 

menjadi dasarnya. Kita memilih teman berdasarkan kecocokan, rasa 

diterima, rasa saling memiliki, rasa senang saat berada dekatnya dan 

sebagainya. Tentu inipun syarat untuk menjadi sahabat kita, bukan? 

03 

eros 

Eros adalah kasih antara suami dan isteri, yang melibatkan hawa 

nafsu dan sifatnya sangat eksklusif. Mungkinkah kita menikahi 

seseorang yang kita tidak cintai secara eros? Sepertinya pernikahan 

yang terjadi akan sangat menyedihkan! Kita punya syarat tertulis 

maupun tak tertulis untuk jodoh kita. Ada beberapa orang yang 

mempraktekkan membuat daftar syarat jodohnya dan mendoakannya 

rutin. Jika mulai menjalin hubungan dengan seseorang, maka ia akan 

melihat daftar tersebut. Sesuaikah calon ini dengan semua yang ia 

inginkan untuk seorang pasangan hidup? Ini pun contoh nyata betapa 

kita sangat ber-“syarat” saat memilih pasangan hidup! 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Bagaimana dengan realita 

pernikahan? Saat akhirnya menikah 

dan menyadari bahwa banyak sekali 

kekurangan yang selama ini kita 

belum tahu dan ternyata dimiliki oleh 

pasangan kita apakah kasih eros ini 

bertahan? Saat beberapa syarat kita 

ternyata tak dipenuhi pasangan kita, 

apakah kita bisa menerimanya? 

Banyak pernikahan yang kehilangan 

kasih eros dan mulai menjadi hambar. 

Tak heran jika tanpa memiliki Yesus, 

pernikahan macam ini akan berakhir 

dengan perceraian! Mengapa 

demikian? Karena cinta eros itu 

sangat bersyarat! Itulah sebabnya 

pernikahan di dalam Tuhan sangat 

beruntung. Beruntung? Ya! Sebab 

bukan dua orang yang berjanji di 

altar, namun tiga pribadi yang 

sebetulnya berjanji! Tuhan, suami 

dan istri! Saat suami mulai kurang 

memegang komitmen janji nikah, 

Tuhan yang menariknya kembali ke 

kasih mula-mula. Saat istri pun mulai 

kompromi dan melalaikan menjaga 

pernikahannya (biasanya saat 

anak-anak mulai hadir), maka Tuhan 

pun yang menariknya kembali kepada 

kasih mula-mula. 

Kristuslah yang memungkinkan 

sebuah pernikahan di dalam Tuhan 

untuk tetap bertahan! Kristus, yang 

membuat dua pribadi yang penuh 

kelemahan dan penuh dosa, menjadi 

layak untuk dipersatukan dalam 

suatu pernikahan yang kudus. Kristus 

juga yang menjadi landasan 

pernikahan, yang memungkinkan janji 

nikah itu dipegang teguh hingga akhir 

hayat! 

sebab bukan dua orang 

yang berjanji di altar, 

namun tiga pribadi yang 

sebetulnya berjanji! 

Tuhan, suami dan istri! 

Masih ingat mujizat pertama Yesus? 

Mengubah air menjadi anggur? Ya! 

Itu dalam sebuah pernikahan! 

Seberapa tawar pernikahan kita? 

Tuhan Yesus sanggup mengubahkan 

air menjadi anggur yang 

memabukkan! Memiliki Yesus dalam 

pernikahan kita, itu yang 

memungkinkan hal-hal luar biasa 

seperti ini terjadi. Suami dan istri 

yang memiliki Yesus di hati dan 

hidup mereka, pernikahannya menjadi 

sarana Tuhan Yesus bekerja. Ada 

berkat illahi yang menyertai sebab 

Tuhan mengasihi kita dengan kasih 

tanpa syarat, yaitu kasih agape! 

Itulah jenis kasih yang keempat yang 

akan kita bahas: 


04 

agape 

Agape adalah kasih seperti kasih Tuhan kepada manusia, kasih yang 

tidak bersyarat. Hanya Tuhan yang bisa memberikan kasih seperti ini. 

Bukti nyatanya adalah saat Yesus mati di kayu salib demi menebus 

dosa kita, bahkan saat kita masih berdosa! Bukti lainnya adalah: 

a 

b 

c 

Saat Tuhan Yesus tetap mengasihi Petrus meskipun tahu bahwa 

nantinya Dia akan disangkalnya tiga kali! 

Saat Tuhan Yesus tetap mengasihi Yudas padahal Dia tahu 

bahwa nanti Yudas akan menyerahkan-Nya! 

Saat Tuhan Yesus tahu bahwa Tomas akan meragukan-Nya, 

Dia pun tetap mengasihi Tomas. 

Bisakah manusia mengasihi seperti ini? Bisakah kasih kita tak 

bersyarat? Tentu sulit jika mengandalkan kekuatan manusiawi untuk 

mengasihi sedemikian tulusnya! Namun, jika ada Yesus “Sang Sumber 

Kasih” di dalam diri kita, maka kita dimampukan untuk mengasihi 

pasangan kita dengan kasih Tuhan! Kasih tanpa syarat itu bisa kita 

berikan, karena kita terlebih dahulu sudah menerimaNya dari Yesus. 

Bagaimana kasih agape itu? 

Ia (Kasih) menutupi segala 

sesuatu, percaya segala 

sesuatu, mengharapkan 

segala sesuatu,sabar 

menanggung segala 

sesuatu. 

- 1 Kor 13:7 (ITB) 

Beareth all things, believeth 

all things, hopeth all things, 

endureth all things. 

- 1 Cor 13:7 (KJV) 

http://www.freebibleimages.org/photos/jesus-crucified/ 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



DIGDEEPER 

Dalam kehidupan pernikahan, biarlah kasih agape yang terus mengikat 

kita dengan pasangan. Jika kita mengandalkan kasih eros semata, tak 

akan bertahan lama. Ada masanya gairah seksual akan turun, ada 

masanya ketertarikan fisik akan pudar. Namun saat kita mempraktekkan 

kasih agape, pernikahan kita akan semakin diperkaya oleh Tuhan! Saat 

keadaan susah, maupun senang. Saat keadaan kaya, maupun miskin. 

Saat keadaan sehat maupun sakit. 

Lantas bagaimana cara mempraktekkan mengasihi pasangan kita dengan 

tanpa syarat? Bagaimana kita menutupi segala sesuatu, tetap percaya 

segala sesuatu, mengharap segala sesuatu dan sabar menanggung segala 

sesuatunya? Tidak ada cara lain selain mendoakan pasangan kita. Sebab 

tidak ada yang dapat merubah pasangan kita selain Tuhan sendiri! 

Sering berdoa syafaat bagi pasangan kita dan doakan secara spesifik 

kelemahan dan kekurangan pasangan. Omelan tidak akan mengubah 

atau membuat pasangan sadar. Hinaan, kritik dan sindiran pun tidak 

akan mengubah pasangan, malah memicu konflik. Mari belajar untuk 

mendoakan pasangan kita. Tidak ada cara mengasihi yang lebih nyata 

dari selalu mendoakannya. 

Daripada meributkan dengan pasangan mengenai kelemahan dan 

kekurangannya, lebih baik meributkan dengan Tuhan lewat doa. Tentu 

Tuhan mendengar dan Ia yang membuat segala sesuatu bekerja untuk 

mendatangkan kebaikan bagi pernikahan kita. 


https://unsplash.com/search/family?photo=xpxKHXmxwOM 

#037 (Des 2016-Jan 2017) | 



BREAKIING 

NEWS 

Hi Pearlians, 

Menyesuaikan dengan 

keperluan pembaca yang 

berubah seiring dengan 

perkembangan teknologi, 

mulai tahun 2017 nanti, Pearl 

akan hadir dalam bentuk blog. 

Perubahan ini diambil tentu 

saja bukan tanpa alasan, 

tapi untuk lebih memudahkan 

pembaca mengakses Pearl. 

Melalui blog, teman-teman 

bisa membaca setiap 

artikel dimana saja dan 

kapan saja dengan lebih 

nyaman. Tentunya, kita juga 

akan lebih sering bertemu 

karena blog Pearl ini akan diupdate 

seminggu tiga kali. Itu 

berarti Pearl akan menyapa 

pembaca dengan lebih sering. 

Yey!

Pearl37

Create successful ePaper yourself

Delete template?

Save as template?