18.01.2017 Views

RAD API-PRB kota kupang

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK<br />

ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM<br />

DAN PENGURANGAN RISIKO<br />

BENCANA<br />

KOTA KUPANG<br />

AGUSTUS 2015


Halaman ini sengaja dikosongkan<br />

2 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH<br />

UNTUK ADAPTASI<br />

PERUBAHAN IKLIM DAN<br />

PENGURANGAN RISIKO<br />

BENCANA<br />

KOTA KUPANG<br />

Agustus 2015<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

3


DISCLAIMER<br />

Kupang, Indonesia: Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Daerah untuk Adaptasi Perubahan Iklim dan<br />

Pengurangan Risiko Bencana (<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong>).<br />

Excerpts may be reproduced without authorization, on condition that the source is indicated.<br />

Copyright © United Nations Development Programme (UNDP), 2015<br />

All rights reserved<br />

UNDP Indonesia Country Office<br />

Menara Thamrin 8-9th Floor<br />

Jl. MH Thamrin Kav. 3<br />

Jakarta 10250, INDONESIA<br />

Tel: (62-21) 314-1308<br />

Fax: (62-21) 3983-8941<br />

The designations employed and the presentation of the material in this publication do not imply the expression<br />

of any opinion whatsoever on the part of the Secretariat of the United Nations concerning the legal status<br />

of any country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or<br />

boundaries.<br />

The views expressed and the information and data given in this publication do not necessarily reflect those<br />

of the United Nations. Mention of firms’ names and commercial products does not imply the endorsement<br />

of UNDP. UNDP do not owe any responsibility for incorrect / inappropriate information collected from<br />

different sources, or in documents, maps, or quoted reports of Research, Consultancy, and the collaborating<br />

Organizations.<br />

ACKNOWLEDGEMENTS<br />

Principal Author:<br />

Contributors:<br />

Photography:<br />

Editor:<br />

Design and Layout:<br />

Ahmad Rifai<br />

Dati Fatimah, Rizqa Hidayani<br />

Bima Pratama Putra<br />

John Taylor, Olivia Werby<br />

Bima Pratama Putra, Rizqa Hidayani<br />

4 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


Daftar Isi<br />

1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 7<br />

1.1. Pengantar ................................................................................................................. 7<br />

1.2. Profil Kerentanan Kota Kupang ................................................................................. 9<br />

1.3. Tindak Lanjut: <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> ....................................................................................... 12<br />

2 VISI DAN STRATEGI ............................................................................................ 15<br />

2.1. Konservasi lingkungan dan membangun kesadaran publik akan lingkungan ................ 16<br />

2.2. Penyediaan infrastruktur dan layanan publik yang responsif pada kelompok rentan .... 18<br />

2.3. Penguatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat ................................................. 20<br />

2.4. Penguatan mekanisme komunikasi, koordinasi, dan sistem informasi ......................... 22<br />

2.5. Penegakan kebijakan dan regulasi melalui strategi insentif disinsentif ......................... 23<br />

3. KELEMBAGAAN DAN RENCANA PROGRAM ADAPTASI ........................................... 25<br />

3.1 Kelembagaan ........................................................................................................... 25<br />

3.2 Rencana Program Adaptasi Perubahan Iklim .............................................................. 26<br />

4. REKOMENDASI DAN PENUTUP ........................................................................... 41<br />

LAMPIRAN<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

5


Gambar 1:<br />

Kota Kupang terletak di pesisir pantai. Hal ini berarti bahwa<br />

Kota Kupang, penduduk dan sistem ekonominya terpapar<br />

terhadap perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut,<br />

perubahan musim tangkap ikan, dan abrasi.<br />

6 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


1. PENDAHULUAN<br />

1.1. Pengantar<br />

Kota Kupang merupakan salah satu <strong>kota</strong> di Indonesia<br />

yang mempunyai posisi strategis sebagai penghubung<br />

dengan <strong>kota</strong>-<strong>kota</strong> lain di kawasan timur Indonesia.<br />

Selain sebagai ibu<strong>kota</strong> Provinsi Nusa Tenggara Timur,<br />

Kupang juga menjadi jantung perkembangan di<br />

Pulau Timor. Dengan jumlah penduduk mencapai<br />

378.435 jiwa, dan diperkirakan akan terus naik<br />

seiring dengan laju urbanisasi yang terus meningkat.<br />

Diperkirakan hingga lima belas tahun ke depan,<br />

jumlah penduduk Kupang bertambah hingga dua kali<br />

lipat di atas 750,000 jiwa. Dengan demikian Kupang<br />

akan menjelma menjadi <strong>kota</strong> skala menengah dan<br />

berpotensi menjadi <strong>kota</strong> utama di kawasan timur.<br />

Namun tren urbanisasi dan pertumbuhan ini juga<br />

mempunyai risiko sebagai akibat adanya ancaman<br />

atau kerentanan karena adanya perubahan iklim.<br />

Pemahaman akan kondisi <strong>kota</strong> terutama masalah<br />

kerentanan baik kerentanan tempat, orang atau<br />

kelompok masyarakat, serta sistem per<strong>kota</strong>an amatlah<br />

penting sebagai acuan dalam mempersiapkan <strong>kota</strong><br />

yang tangguh dalam menghadapi ancaman bahaya<br />

perubahan iklim. Pertumbuhan <strong>kota</strong> yang tidak<br />

terencana justru meningkatkan risiko kegagalan<br />

sistemik dalam <strong>kota</strong> yang bisa berakibat lebih fatal.<br />

Pemerintah Kota Kupang dengan dukungan dari UNDP<br />

melalui program Urban Climate Risk Management Program<br />

- Safer Communities through Disaster Risk Reduction (UCLIM-<br />

SCDRR) telah melakukan proses pengumpulan<br />

data dan analisis kerentanan <strong>kota</strong> terkait dengan<br />

perubahan iklim. Proses kajian yang dkenal dengan<br />

Climate Change Vulnerability Assessement (CCVA) atau<br />

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim ini dilakukan<br />

pada periode bulan November 2014 – Juni 2015. Secara<br />

umum penyusunan CCVA ini melibatkan berbagai<br />

kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait<br />

langsung maupun tidak langsung dengan perubahan<br />

iklim. Analisis yang ditampilkan merupakan<br />

pengetahuan bersama yang dibangun atas prinsipprinsip<br />

partisipasi dan pengembangan kapasitas<br />

pemerintah dan masyarakat.<br />

Secara umum CCVA menampilkan profil<br />

kerentanan Kota Kupang terkait perubahan iklim,<br />

menitikberatkan pada 3 aspek penting dalam<br />

mengukur kerentanan <strong>kota</strong> yaitu aspek keterpararan<br />

(exposure), aspek sensitivitas (sensitivity) dan juga aspek<br />

kemampuan adaptasi (adaptive capacity). dan juga<br />

berbagai rekomendasi untuk bahan pertimbangan<br />

kebijakan daerah dalam Adaptasi Perubahan Iklim<br />

dan Ketangguhan (<strong>API</strong>K).<br />

Dengan melakukan berbagai pendalaman data<br />

per<strong>kota</strong>an yang dimiliki oleh Pemerintah Kota<br />

Makassar yang meliputi data statistik <strong>kota</strong> (Makassar<br />

Dalam Angka), peta GIS dan peta rencana tata ruang<br />

(RTRW), dokumen perencanaan dan visi <strong>kota</strong> (RPJMD,<br />

RPIJM, SSK, Status Lingkungan Hidup), tim kajian<br />

membuat analisa mendasar tentang kondisi <strong>kota</strong><br />

yang juga diperkuat dengan observasi langsung<br />

di lapangan dan interview dengan berbagai pihak<br />

seperti LSM, Pemerintah, dan masyarakat umum dan<br />

akademisi. Barbagai informasi yang dikumpulkan<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

7


PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN CCVA DAN <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> KOTA KUPANG<br />

PENGUMPULAN DATA<br />

WORKSHOP<br />

PENYUSUNAN<br />

DOKUMEN CCVA<br />

PARTISIPATORY<br />

WORKSHOP <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

PENYUSUNAN<br />

DOKUMEN <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

OBSERVASI LAPANGAN,<br />

INTERVIEW, DATA SEKUNDER<br />

DISSEMINASI, INPUT DARI<br />

PESERTA<br />

PEMETAAN, ANALISIS,<br />

PENILAIAN KERENTANAN<br />

REVIEW CCVA, PENYUSUNAN<br />

VISI, STRATEGI, DAN PROGRAM<br />

PENYUSUNAN DOKUMEN,<br />

LAUNCHING POKJA<br />

BAHASAN UTAMA CCVA:<br />

• ANALISIS KONDISI KOTA<br />

• ANALISIS ASPEK KERENTANAN (KETERPAPARAN, SENSITIVITAS, DAN KEMAMPUAN ADAPTASI)<br />

• ANALISIS LOKASI, MASYARAKAT, DAN SYSTEM YANG RENTAN / TERDAMPAK<br />

• ANALISIS DAN IDENTIFIKASI JENIS ADAPTASI (EKOSISTEM, KELEMBAGAAN DAN SOSIAL)<br />

BAHASAN UTAMA <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong>:<br />

• PENYUSUNAN VISI DAN STRATEGI KOTA TERKAIT ADAP-<br />

TASI DAN PENGURANGAN KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM<br />

• MENYUSUN MEKANISME KOORDINASI, SINERGI, DAN<br />

MONITORING (POKJA PERUBAHAN IKLIM KOTA)<br />

• IDENTIFIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN DI KOTA TERKAIT<br />

• MENYUSUN SKALA PRIORITAS PROGRAM / KEGIATAN.<br />

PHASE 1 - CCVA / KAJIAN KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM [2014-2015] PHASE 2 - UCRMP / <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> [2015]<br />

Gambar 2: Penyusunan CCVA telah dilaksanakan pada Bulan November 2014 - Mei 2015 ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan<br />

Dokumen Rencana Aksi Daerah untuk Adaptasi Perubahan Iklim (<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong>) sebagai kerangka aksi implementasi.<br />

dengan berbagai metodologi tersebut dianalisa<br />

secara komprehensif dengan berbagai pendekatan<br />

seperti institutional analysis, multi-hazard analysis,<br />

mapping vulnerability hotspots, dan analysis of<br />

ecosystem value.<br />

Sebagai tindak lanjut dari CCVA, perlu upaya untuk<br />

mendorong pengarusutamaan berbagai aspek<br />

adaptasi perubahan iklim dalam kebijakan dan<br />

rencana pembangunan daerah di Kota Kupang.<br />

Langkah yang ditempuh adalah dengan menyusun<br />

Rencana Aksi Daerah untuk Adaptasi Perubahan<br />

Iklim dan Perngurangan Risiko Bencana (<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<br />

<strong>PRB</strong>). Tujuan secara umum dari disusunnya dokumen<br />

ini adalah:<br />

1. Memberi arahan tentang Visi dan Strategi <strong>kota</strong><br />

terkait upaya adaptasi perubahan iklim dan<br />

pengurangan risiko bencana (<strong>API</strong>-<strong>PRB</strong>).<br />

2. Menselaraskan berbagai program dan agenda<br />

pemerintah dalam satu kerangka adaptasi<br />

perubahan iklim dan pengurangan risiko<br />

bencana.<br />

3. Menjadi acuan sinergitas antar dinas dan<br />

stakeholder lain di <strong>kota</strong> dalam upaya sinkronisasi<br />

dan koordinasi lintas program yang terkait<br />

perubahan iklim dan pengurangan risiko<br />

bencana.<br />

Penyusunan <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> Kota Kupang dilakukan<br />

dalam sebuah workshop partisipatif pada tanggal<br />

5-6 Mei 2015 di Hotel On-the Rock Kota Kupang<br />

dengan melibatkan pemerintah, akademisi, LSM<br />

dan juga media lokal. Workshop ini dilakukan<br />

untuk menganalisis berbagai temuan CCVA dan<br />

rekomendasinya, untuk selanjutkan melihat visi<br />

<strong>kota</strong> dan menyusun dan menselaraskan visi <strong>kota</strong><br />

ke dalam kerangka adaptasi perubahan iklim dan<br />

pengurangan risiko bencana. Visi <strong>kota</strong> yang disusun<br />

bukan merupakan visi baru, namun lebih merupakan<br />

pengejawantahan dari visi <strong>kota</strong> secara umum.<br />

Kemudian berbagai program di level pemerintah atau<br />

agenda <strong>kota</strong> disusun dan diselaraskan strategi <strong>API</strong>-<br />

<strong>PRB</strong>.<br />

8 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


1.2. Profil Kerentanan Kota<br />

Kupang<br />

Dalam lintasan sejarah Kota Kupang dan pengalaman<br />

masyarakat, ada empat kerentanan utama yang<br />

dianggap paling mengancam keberlangsungan<br />

masyarakat <strong>kota</strong> dan lingkungan yaitu:<br />

Kekeringan<br />

• Kupang dikenal dengan karakter tanah yang<br />

berbatu atau sering disebut dengan “batu<br />

bertanah”sehingga sangat kering di musim<br />

kemarau. Curah hujan yang rendah, ditambah<br />

kondisi wilayah yang berbatu karst yang tidak bisa<br />

menangkap dan menyimpan air hujan. Jika kemarau<br />

semakin panjang sebagai akibat dari perubahan<br />

iklim, Kota Kupang memiliki kerentanan cukup<br />

tinggi dalam hal kekeringan dan akses air bersih.<br />

Beberapa kelompok rentan yang teridentifikasi<br />

dalam kajian CCVA Kupang adalah; petani, nelayan,<br />

dan buruh informal yang akan mengalami<br />

kesulitan dalam memberi pasokan air bersih di<br />

<strong>kota</strong>. Saat ini, kekeringan sudah menimbulkan<br />

dampak di beberapa kelurahan seperti Alak,<br />

Naioni, Futukoa, Kolhua, Niamata, Lasiana<br />

dan Oelata Penkase.<br />

Abrasi di Wilayah Pesisir<br />

• Wilayah pesisir di kawasan Kota Kupang terancam<br />

oleh meningkatnya intensitas badai pesisir dan<br />

naiknya gelombang air laut. Hal ini diperparah oleh<br />

berkurangnya vegetasi tumbuhan mangroves di<br />

sepanjang pantai Kupang. Abrasi amat mengancam<br />

pemukiman penduduk dan merusak infrastruktur<br />

di sepanjang pantai. Sektor yang kemungkinan<br />

akan sangat terdampak adalah perikanan dan<br />

juga usaha yang ada di sepanjang pantai seperi<br />

perhotelan dan pasar-pasar tradisional.<br />

Tanah Longsor;<br />

• Kupang juga memiliki topografi yang berbukit<br />

dengan vegetasi tumbuhan yang tidak rapat.<br />

Di sepanjang bantaran sungai banyak pemukim<br />

informal yang berada pada lokasi yang amat<br />

rentan terhadap longsor. Struktur bangunan<br />

membebani tanah yang tidak begitu kuat, sehingga<br />

ketika hujan datang banyak yang terdampak. Hal<br />

ini dapat dilihat diberbagai kelurahan seperti<br />

Mantasi dan Bello.<br />

Angin Kencang / Badai<br />

• Badai pesisir yang cukup kencang seringkali<br />

KERENTANAN / BENCANA IKLIM UTAMA DI KOTA KUPANG<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

9


BEBERAPA HASIL KAJIAN CCVA: EXPOSURE, SESITIVITY, ADAPTIVE CAPACITY, VULNERABILITY<br />

EXPOSURE<br />

SENSITIVITY<br />

RENDAH<br />

SEDANG<br />

TINGGI<br />

SANGAT TINGGI<br />

RENDAH<br />

SEDANG<br />

TINGGI<br />

SANGAT TINGGI<br />

ADAPTIVE CAPACITY<br />

VULNERABILITY<br />

RENDAH<br />

SEDANG<br />

TINGGI<br />

SANGAT TINGGI<br />

RENDAH<br />

SEDANG<br />

TINGGI<br />

SANGAT TINGGI<br />

menimpa kawasan Oesapa, Oesapa Barat dan<br />

Fatubesi, sementara angin kencang seperti angin<br />

putting beliung sering mengancam wilayah<br />

berbukit seperti Bello, Futukoa and Nainoni.<br />

Berbagai kerusakan yang ditimbulkan adalah<br />

rusaknya rumah dan bangunan, perahu nelayan.<br />

Banyak nelayan yang tidak melaut selama musim<br />

badai (musim barat).<br />

Dari sisi kelompok rentan, terdapat beberapa<br />

kelompok masyarakat yang teridentifikasi memiliki<br />

kerentanan yang lebih dibanding dengan kelompok<br />

lain karena beberapa faktor terutama kemiskinan<br />

dan akses terhadap layanan publik per<strong>kota</strong>an.<br />

Kelompok tersebut adalah;<br />

a. Nelayan Tradisional<br />

Nelayan kecil atau traditional yang masih<br />

mengandalkan pada sistem tangkap traditional,<br />

atau nelayan yang bekerja pada kapal milik<br />

orang lain memiliki kerentanan yang lebih<br />

dibanding dengan nelayan besar atau pemilik<br />

10 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


kapal. Walaupun secara factual semua nelayan memiliki keterpaparan terhadap perubahan semisal naiknya<br />

permukaan air laut dan juga ancaman badai pesisir, namun melayan miskin bisa saja kehilangan kapal akibat<br />

rusak karena dihantam badai dan tidak bisa membeli lagi secara cepat dibanding dengan nelayan dengan<br />

modal besar.<br />

Jenis-jenis keterpaparan dan akibatnya pada kelompok nelayan bisa dilihat dalam tabel berikut:<br />

ASPEK<br />

PERUBAHAN IKLIM<br />

KETERPAPARAN<br />

DAMPAK BAGI NELAYAN<br />

b. Petani Kecil<br />

Petani di kawasan <strong>kota</strong> Kupang tidak terlalu banyak, namun banyak petani yang sangat bergantung pada<br />

musim hujan untuk bercocok tanam. Dengan kondisi perubahan iklim, cuaca yang tidak menentu sering<br />

membuat petani tidak bisa memprediksi musim tanam yang tepat. Nelayan juga dihadapkan kemungkinan<br />

kondisi kekeringan yang panjang dan lebih intens sehingga juga mengurangi durasi cocok tanam.<br />

ASPEK<br />

PERUBAHAN IKLIM<br />

KETERPAPARAN<br />

DAMPAK BAGI PETANI<br />

c. Pekerja Informal<br />

Pekerja informal merupakan dampak langsung<br />

dari urbanisasi; masyarakat dengan skill terbatas<br />

akan mengambil peran-peran di sektor yang kurang<br />

menguntungkan seperti pedagang informal di pasarpasar<br />

tradisional, buruh angkut, kuli bangunan,<br />

sopir ojek, sopir angkot, pemulung ataupun sektor<br />

informal lainnya. Hal ini juga berdampak langsung<br />

pada kemampuan mereka untuk mengakses layanan<br />

publik karena minimnya penghasilan. Dari aspek<br />

permukiman, mereka mencari lokasi murah, kadang<br />

ilegal (non sertifikat), dan berbahaya (rawan) semisal<br />

bantaran kali, dan pesisir pantai.<br />

d. Kelompok Perempuan (KK Perempuan,<br />

Janda), Diffable dan Anak-anak<br />

Penderita kecacatan sangat rentan karena<br />

keterbatasan mereka terhadap akses dan infrastruktur<br />

<strong>kota</strong>. Banyak fasilitas yang tidak ramah terhadap<br />

kelompok ini sehingga mengakibatkan mereka lebih<br />

rentan dibanding yang lain.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

11


ASPEK<br />

PERUBAHAN IKLIM<br />

KETERPAPARAN<br />

DAMPAK BAGI KELOMPOK PEKERJA INFORMAL<br />

Kelompok perempuan semisal janda juga memiliki<br />

kerentanan terutama dari aspek ekonomi yang<br />

seringkali kurang menguntungkan untuk bisa<br />

beradaptasi dengan ancaman perubahan iklim.<br />

Wanita hamil dan yang tua juga memiliki jenis – jenis<br />

kerawanan yang berbeda dan harus diperhatikan<br />

secara khusus.<br />

Anak-anak sering kali dianggap belum memiliki<br />

kapasitas yang sempurna untuk bisa beradaptasi.<br />

Mereka masih memerlukan bantuan dari orangtua<br />

maupun lingkungan untuk bertahan atau beradaptasi<br />

dengan ancaman / bencana.<br />

Berbagai macam kerentanan di atas menjadi acuan<br />

utama dalam penyusunan dokumen <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

ini, dengan juga mempertimbangkan berbagai isu<br />

atau permasalahan lain yang dianggap bisa membuat<br />

masalah menjadi sulit. Tren pembangunan di Kota<br />

Kupang seperti meningkatnya pembangunan hotel<br />

di kawasan pesisir misalnya bisa menimbulkan<br />

kemungkinan penggusuran yang semakin membuat<br />

rentan kelompok miskin. Pemerintah juga harus<br />

mempertimbangkan aspek migrasi penduduk desa<br />

ke <strong>kota</strong> sehingga harus menyiapkan infrastruktur<br />

yang memadai yang layanan publik yang mampu<br />

melindungi kelompok rentan. Lapangan pekerjaan<br />

menjadi isu krusial, karena semakin banyak orang<br />

masuk, semakin banyak lapangan pekerjaan yang<br />

dibutuhkan.<br />

1.3. Tindak Lanjut : <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<br />

<strong>PRB</strong><br />

<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> disusun dengan mengedepankan<br />

harmonisasi dengan rencana pembangunan yang ada<br />

terutama yang tertuang dalam Visi Kota yaitu RPJMD<br />

dan RTRW Kota Kupang. <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> bukanlah<br />

dokumen yang sama sekali terpisah, karena Visi yang<br />

dimuat di dalamnya merupakan mengejawantahan<br />

langsung dari Visi RPJMD yang disusun kepala daerah<br />

pada permulaan masa khidmat dan merupakan<br />

cerminan visi politik dan pembangunan daerah. <strong>RAD</strong><br />

<strong>API</strong> – <strong>PRB</strong> juga melihat pada dokumen perencanaan<br />

turunan semisal RKPD, Renstra dan juga APBD daerah.<br />

<strong>RAD</strong> <strong>API</strong> – <strong>PRB</strong> tidak membuat rumusan program baru<br />

yang sama sekali berbeda dari perencanaan daerah,<br />

namun lebih merupakan penggabungan program<br />

pemerintah di tambah unsur lain seperti LSM dan<br />

Swasta yang memiliki program adaptasi perubahan<br />

iklim dan pengurangan risiko bencana.<br />

Dokumen ini harus diperbarui secara berkala (satu<br />

tahunan) untuk melihat perubahan berdasar progress<br />

implementasi program setiap tahunnya. Hal ini di<br />

maksudkan untuk melihat lebih jauh aspek pencapaian<br />

setiap strategi, untuk selanjutnya menyusun skala<br />

prioritas tahun berikutnya berdasarkan hasil evaluasi<br />

tahunan. Perbaharuan terhadap <strong>RAD</strong> <strong>API</strong> – <strong>PRB</strong><br />

juga harus melihat pada proses perbarahuan data di<br />

CCVA. Berbagai informasi iklim dan jenis kerentanan<br />

menjadi pokok acuan dalam menentukan prioritas<br />

kegiatan di dalam rencana aksi ini.<br />

12 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


Halaman ini sengaja dikosongkan<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

13


Gambar 5:<br />

Akses terhadap air bersih merupakan salah satu permasalahan<br />

utama di Kota Kupang. Pelayanan air bersih yang belum merata<br />

ke seluruh wilayah, menjadikan masyarakat di beberapa lokasi<br />

masih sulit mengakses air bersih. Permasalahan ini pada umumnya<br />

semakin memburuk pada musim kering, dimana sumber air<br />

mengering dan harga air tanki juga meningkat.<br />

14 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


2 VISI DAN STRATEGI<br />

VISI:<br />

“Kupang Kota yang Sejahtera,<br />

Nyaman, dan Berkeadilan Melalui<br />

Upaya Penataan Ruang Kota, dan<br />

Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang<br />

Lestari dan Adaptif terhadap Perubahan<br />

Iklim”<br />

Visi yang dicantumkan dalam dokumen ini adalah<br />

hasil dari diskusi partisipatif dalam Workshop <strong>RAD</strong><br />

<strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> yang dilaksanakan tanggal 5-6 Mei 2015<br />

di Kota Kupang. Pendekatan penting yang dipakai<br />

dalam penyusunan visi ini adalah dengan melihat<br />

keserasian dengan Visi RPJMD Kota Kupang. Visi<br />

Kota Kupang sendiri adalah “Mewujudkan Kota Kupang<br />

sebagai Kota Berbudaya, Modern, Produktif dan Nyaman yang<br />

Berkelanjutan” dengan menampilkan lima prioritas yaitu<br />

pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas SDM,<br />

peningkatan mutu layanan publik, pengendalian tata<br />

ruang yang berkelanjutan dan keserjahteraan sosial.<br />

Dalam Workshop peserta merumuskan Visi<br />

ketangguhan perubahan iklim menjadi: “Kupang<br />

Kota yang Sejahtera, Nyaman, dan Berkeadilan Melalui Upaya<br />

Penataan Ruang Kota, dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang<br />

Lestari dan Adaptif terhadap Perubahan Iklim”.<br />

• Konsep sejahtera dalam visi tersebut mewakili<br />

harapan untuk menjadi <strong>kota</strong> yang bisa memberikan<br />

kondisi berkecukupan secara ekonomi, sosial dan<br />

berkebudayaan. Sejahtera dimaknai secara luas,<br />

tidak hanya melihat aspek pertumbuhan ekonomi<br />

namun juga keseimbangan dengan penyediaan<br />

ruang-ruang sosial dan berkebudayaan. Layanan<br />

publik yang berfungsi secara baik dan merata<br />

juga menjadi aspek penting, dimana warga bisa<br />

memperoleh pendidikan secara layak, akses<br />

kepada pusat pusat kesehatan dan juga layanan air<br />

bersih.<br />

• Nyaman diartikan sebagai kondisi dimana<br />

masyarakat bisa hidup tanpa rasa takut dan<br />

mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk<br />

menjalankan aktivitas keagamaan, sosial dan<br />

politik. Kota ingin agar masyarakat dilindungi<br />

secara hukum dari berbagai ancaman, juga<br />

telindungi dari berbagai kerentanan di dalam<br />

<strong>kota</strong>. Kota mampu membuat lingkungan bersih,<br />

sehingga masyarakat tidak perlu takut akan resiko<br />

kesehatan, <strong>kota</strong> mampu menyediakan aparatus<br />

hukum yang berdedikasi sehingga warga merasa<br />

aman dari kriminalitas dan sebagainya.<br />

• Sementara, semua cita-cita <strong>kota</strong> haruslah<br />

disemangati oleh prinsip berkeadilan tanpa<br />

membedakan suku, ras dan agama. Adil adalah<br />

bagaimana akses dibuka seluas-luasnya tanpa<br />

batasan primordial, tidak ada tekanan atau<br />

ancaman dalam menjalankan tugas dan fungsi<br />

bermasyarakat. Pemerintah menjalankan mandat<br />

layanan publik secara benar, mendorong<br />

transparansi, partisipasi dan akuntabilitas kepada<br />

publik secara umum.<br />

• Visi ketangguhan Kupang ini menitikberatkan<br />

pada aspek-aspek krusial dalam menangani <strong>kota</strong>.<br />

Aspek aspek yang dimasukkan dalam visi meliputi<br />

penataan ruang per<strong>kota</strong>an, pemanfatan sumber<br />

daya alam dengan mengedepankan prinsip<br />

adaptasi dan keberlangsungan yang lestari<br />

(sustainability).<br />

Visi tersebut diterjemahkan dalam 5 strategi utama<br />

yaitu: (1) Konservasi lingkungan, (2) Penyediaan<br />

infrastruktur dan layanan publik yang responsif pada<br />

kelompok rentan, (3) Penguatan dan pemberdayaan<br />

ekonomi masyarakat, (4) Penguatan mekanisme<br />

komunikasi dan koordinasi (5) Penegakan kebijakan<br />

dan regulasi melalui strategi insentif disinsentif.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

15


2.1.Konservasi Lingkungan<br />

dan Pembangunan Kesadaran<br />

Publik akan Pentingnya<br />

Penjagaan Lingkungan<br />

Mengingat Kota Kupang mempunyai kerentanan yang<br />

sangat dipengaruhi aspek lingkungan, pemerintah<br />

bersama stakeholder <strong>kota</strong> merasa perlu bahkan penting<br />

untuk melindungi lingkungan terutama kawasan<br />

konservasi seperti hutan lindung, hutan bakau dan daerah<br />

aliran sungai (DAS). Jenis ekosistem ini merupakan jenis<br />

ekosistem yang memiliki peran sangat penting dalam<br />

membentuk ketahanan <strong>kota</strong>.<br />

• Hutan dan kawasan lindung memiliki peran<br />

penting dalam menyediakan perlindungan,<br />

menyediakan air minum serta sebagai paru-paru<br />

<strong>kota</strong>.<br />

• Bakau, melindungi dari angin besar dan ombak<br />

serta abrasi, serta menjadi tempat tinggal bagi<br />

binatang liar dan memberikan pekerjaan bagi<br />

masyarakat pesisir.<br />

• Sungai sangat penting karena ekologi <strong>kupang</strong><br />

membuat air tanah sulit diakses, sehingga banyak<br />

orang yang bergantung pada sungai sebagai<br />

sumber air minum mereka.<br />

Strategi konservasi lingkungan menitikberatkan pada<br />

dua aspek penting yaitu:<br />

• Mendorong upaya konservasi lingkungan untuk<br />

melindungi ekosistem penting di Kota Kupang.<br />

• Melakukan gerakan pendidikan di masyarakat<br />

tentang pentingnya lingkungan hidup.<br />

PETA EKOSISTEM UTAMA KOTA KUPANG<br />

Program-program konservasi lingkungan difokuskan<br />

pada ekosistem utama <strong>kota</strong> yang memiliki peran penting<br />

dalam meningkatkan ketahanan <strong>kota</strong>:<br />

• Hutan dan kawasan lindung<br />

• Hutan bakau<br />

• Sungai dan DAS<br />

Gambar 6: Ekosistem penting Kota Kupang meliputi Ruang terbuka hijau, mangrove, bendungan, hutan lindung, lahan persawahan dan daerah<br />

aliran sungai (DAS).<br />

16 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


STRATEGI KONSERVASI LINGKUNGAN<br />

Aspek pertama meliputi upaya di level regulasi untuk<br />

memberi kepastian hukum dan upaya perlindungan<br />

bagi wilayah-wilayah yang sekarang ditetapkan<br />

sebagai area konservasi (hutan lindung, hutan bakau<br />

dan daerah aliran sungai). Di samping itu pemerintah<br />

juga mendorong gerakan penanaman wilayah kosong<br />

dengan pepohonan yang bisa memperbaiki kualitas<br />

lingkungan <strong>kota</strong>.<br />

Aspek pendidikan publik sudah dikerjakan pemerintah<br />

dengan melibatkan media yaitu melalui gerakan<br />

“Kupang Green and Clean”. Kampanye di masyarakat<br />

ini diharapkan mampu mendorong keikutsertaan<br />

publik dalam melindungi ekosistem dan lingkungan<br />

per<strong>kota</strong>an dari dampak buruk limbah sampah nonorganik.<br />

Gambar 5: Penanaman mangrove merupakan bagian dari strategi penambahan ruang terbuka hijau dan konservasi lingkungan dimana<br />

kawasan ini memiliki peran strategis dalam menjaga kawasan pesisir dari bahaya abrasi dan kenaikan muka air laut.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

17


2.2.Penyediaan Infrastruktur<br />

dan Layanan Publik yang lebih<br />

Responsif pada Kelompok<br />

Rentan<br />

Infrastruktur dan sistem layanan publik merupakan<br />

sistem <strong>kota</strong> yang amat penting dalam menjamin<br />

keberhasilan suatu strategi adaptasi perubahan iklim.<br />

Kegagalan satu sistem bisa menyebabkan kelumpuhan<br />

secara menyeluruh dari <strong>kota</strong> itu sendiri. Sistem<br />

diartikan sebagai komponen <strong>kota</strong> yang mempunyai<br />

keterkaitan dengan komponen-komponen lain<br />

sehingga berjalan sebagai pola terhubung yang<br />

tunggal. Untuk itu pemerintah seperti yang tertuang<br />

dalam RPJMD 2013-2017 mengamanatkan pentingnya<br />

membangun struktur jaringan jalan yang sistematis,<br />

pembangunan sistem drainase guna menanggulangi<br />

genangan air, pengembangan sarana penyediaan air<br />

baku, perumahan dan energi.<br />

Buruknya sistem drainase di Kota Kupang dinilai<br />

mengancam kelangsungan <strong>kota</strong> karena turut<br />

berkonstribusi pada masalah banjir genangan, dan<br />

pencemaran limbah rumah tangga pada sumbersumber<br />

air masyarakat. Salah satu dampak dari<br />

ancaman kekeringan adalah persediaan air bersih<br />

yang berkurang, dan sangat mungkin menimbulkan<br />

dampak turunan pada kesehatan masyarakat.<br />

PETA PELAYANAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA KUPANG<br />

Gambar 6: Suplai air bersih di <strong>kota</strong> yang didistribusikan oleh PDAM Kabupaten Kupang atau PDAM Kota Kupang; dua otoritas<br />

pemerintahan ini selayaknya bekerjasama untuk penyediaan air bersih yang labih baik dan dapat diandalkan, terutama untuk menjangkau<br />

kawasan-kawasan yang jauh dari pusat <strong>kota</strong>.<br />

18 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


STRATEGI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DAN LAYANAN PUBLIK<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Gambar 6: (Kiri) Kerusakan dinding laut menunjukkan bagaimana dinding tersebut memiliki keterbatasan dalam menghadang kekuatan destruktif dari laut, sehingga<br />

diperlukan solusi lainnya. Penanaman kembali mangrove adalah solusi yang mungkin dapat diimplementasikan dengan bantuan masyarakat pesisir. (Kanan) Dinding<br />

penahan longsor adalah salah satu langkah efektif dalam mengatasi permasalahan longosr di kawasan memiliki topografi tajam.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

19


2.3. Penguatan dan<br />

Pemberdayaan Ekonomi<br />

Masyarakat yang<br />

Berperspektif Lingkungan<br />

Kelompok miskin terutama nelayan di kawawan<br />

pesisir, kelompok pedagang informal dan juga nelayan<br />

menjadi kelompok yang rentan terhadap perubahan<br />

iklim. Mereka terpapar secara langsung maupun<br />

tidak langsung. Dampak yang paling siginifikan akan<br />

menimpa aspek pekerjaan (livelihood) dari kelompok<br />

rentan ini, misalnya menurunnya jumlah tangkapan<br />

ikan akibat cuaca yang susah diprediksi. Demikian<br />

pula dengan petani yang terganggu siklus tanam<br />

dan panennya. Kelompok informal per<strong>kota</strong>an juga<br />

mengalami kerentanan, karena mereka cenderung<br />

menempati lokasi yang rentan semisal bantaran<br />

sungai dan kawasan pesisir pantai.<br />

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat,<br />

merupakan strategi pengurangan kerentanan dengan<br />

meningkatkan kapasitas ekonomi melalui agenda<br />

penguatan kapasitas masyarakat yang berwawasan<br />

lingkungan. Selaras dengan arah kebijakan dalam<br />

RPJMD 2013-2017, strategi ini menyasar programprogram<br />

terkait pengembangan ekonomi namun<br />

tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.<br />

Hal ini penting karena pemberdayaan ekonomi saja<br />

tidak akan bermakna ketika dilakukan tanpa menjaga<br />

kelestarian ekosistem yang ada.<br />

Fokus utama strategi ini diantaranya yaitu:<br />

• Menyediakan akses permodalan bagi kelompok<br />

rentan.<br />

• Mendorong pembentukan Koperasi dan<br />

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN<br />

Dalam pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi<br />

masyarakat miskin, peta persentase penduduk miskin<br />

per kelurahan ini dapat digunakan untuk membantu<br />

dalam pemilihan lokasi implementasi program. Warna<br />

kuning tua menunjukkan persentase kemiskinan<br />

tertinggi.<br />

Gambar 8: Tingkat kemiskinan <strong>kota</strong> Kupang adalah 21,17%, dimana kelurahan dengan angka kemiskinan lebih tinggi<br />

dibandingkan dengan angka kemiskinan rata-rata <strong>kota</strong> terdapat di bagian barat. Terdapat beberapa kelurahan dengan<br />

42% masyarakatnya hidup dalam kemiskinan, dengan daerahnya sangat rentan terhadap perubahan iklim.<br />

20 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


kelembagan usaha bersama lainnya seperti<br />

Village Working Group.<br />

• Pemberian bantuan sarana dan prasarana untuk<br />

Kelompok rnetan seperti nelayan, dan petani.<br />

• peningkatan penerapan teknologi tepat guna<br />

bagi petani untuk menghadapi cuaca yang ekstrim<br />

dan nelayan untuk proses pengolahan.<br />

• revitalisasi pasar tradisional, untuk menjamin<br />

akses penjualan bagi kelompok rentan.<br />

STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT<br />

<br />

<br />

:<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Gambar 9: Program pemberdayaan ekonomi diperlukan oleh kelompok rentan di Kota Kupang. Program-program seperti bantuan sarana dan<br />

prasarana perikanan untuk nelayan, pembentukan kelompok usaha untuk menajemen usaha bersama, dan bantuan modal bagi industri kecil<br />

sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi kelompok ini.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

21


2.4.Penguatan Mekanisme<br />

Komunikasi, Koordinasi, dan<br />

Sistem Informasi Terkait<br />

Perubahan Iklim<br />

Salah satu aspek penting dalam mendorong<br />

kapasitas adaptasi adalah informasi yang up-to-date<br />

terkait dengan perubahan iklim dan kebencanaan.<br />

Informasi iklim yang reguler akan dapat membantu<br />

<strong>kota</strong> melakukan proyeksi terhadap perubahan iklim<br />

secara berkala serta menyusun antisipasi dan kesiapsiagaan.<br />

Dua pokok penting dalam strategi ini adalah<br />

adanya sistem informasi terkait perubahan iklim<br />

dan bencana, serta adanya sinergitas (koordinasi)<br />

antara pemerintah dan masyarakat dalam adaptasi<br />

perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.<br />

Dalam kaitannya dengan penguatan mekanisme<br />

komunikasi dan koordinasi lintas sektoral and<br />

institusi, workshop <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> mengamanatkan<br />

pembentukan POKJA <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> yang salah satu<br />

fungsinya adalah konsolidasi data dan informasi<br />

tentang perubahan iklim.<br />

STRATEGI PENGUATAN MEKANISME KOMUNIKASI, KOORDINASI DAN SISTEM INFORMASI<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

pelaksanaan program<br />

terkait perubahan iklim<br />

<br />

<br />

Gambar 10: Komunikasi<br />

dan diskusi antar-dinas<br />

dan instansi diperlukan<br />

untuk mengkoordinasikan<br />

dan mengsingkronisasikan<br />

program dan kegiatan<br />

terkait dengan perubahan<br />

iklim. Peran POKJA<br />

diperlukan sebagai<br />

media komunikasi lintas<br />

stakeholder.<br />

22 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


2.5. Penegakan Kebijakan<br />

dan Regulasi Melalui Strategi<br />

Insentif dan Dis-insentif<br />

Stategi insentif dan dis-insentif diharapkan mampu<br />

memberi efek positif dalam penegakan regulasi.<br />

Individu, kelompok masyarakat atau kelompok usaha<br />

yang menjalankan regulasi secara benar berhak<br />

mendapatkan insentif yang disepakati melalui proses<br />

kebijakan. Insentif dapat berupa reward langsung,<br />

atau berupa pemotongan pajak dan lain sebagainya.<br />

Sedangkan yang melanggar mendapatkan dis-insentif<br />

berupa penambahan denda atau juga memperoleh<br />

hukuman yang lain.<br />

STRATEGI PENEGAKAN KEBIJAKAN DAN REGULASI<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Gambar 11: Pemerintah selayaknya memiliki aturan pembangunan yang jelas untuk kawasan kawasan rentan seperti aturan sempadan pantai dan<br />

aturan pembangunan di kawasan terjal, serta melakukan pengawasan dan penegakan terhadap regulasi tersebut. Regulasi lain seperti aturan pemakaian<br />

air tanah untuk kepentingan komersial juga diperlukan untuk menjaga ketersediaan air tanah bagi kelompok rentan di di Kota Kupang.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

23


Gambar 12:<br />

Pembangunan kawasan pesisir perlu dilakukan secara terintegrasi dan<br />

tersinkronisasi diantara berbagai dinas dan instansi, terutama untuk<br />

menciptakan program yang selaras diantara pembangunan fisik kawasan<br />

dan pengembangan ekonomi masyarakatnya.<br />

24 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


3 Kelembagaan dan Rencana<br />

Program Adaptasi<br />

3.1. Struktur Pokja<br />

Untuk memastikan berjalannya agenda adaptasi<br />

perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana,<br />

diperlukan kelembagaan yang bersifat multistakeholder<br />

untuk mengawal dan menjalankan<br />

fungsi koordinasi dan sinergitas program. Bentuk<br />

kelembagaan yang disepakati dalam Workshop Multistakeholder<br />

adalah pembentukan POKJA <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

yang berisikan perwakilan pemerintah (dinas terkait)<br />

dan juga LSM, Media dan Akademisi.<br />

Fungsi POKJA <strong>API</strong> – <strong>PRB</strong> meliputi 3 aspek penting<br />

yaitu:<br />

STRUKTUR POKJA <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong><br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Gambar 13: Rancangan struktur POKJA terdiri dari Tim Penasehat dan Tim Pelaksana Teknis, dimana tim pelaksana teknis ini dibagi ke dalam tiga<br />

kelompok kerja yakni Kelompok Program Mitigasi, Emergency dan Pasca Bencana, serta Kelompok Program Data dan Monitoring.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

25


a. Koordinasi<br />

Pokja berfungsi mengawal proses koordinasi<br />

antar dinas-dinas pemerintah dan mendorong<br />

keikutsertaan stakeholder lain yaitu masyarakat,<br />

LSM, Akademisi, sektor swasta dan universitas.<br />

Pokja secara rutin melakukan pertemuan secara<br />

berkala. Pertemuan dalam masing-masing<br />

kelompok program dilakukan minimal 4 kali<br />

dalam setahun (setiap 4 bulan sekali), sedangkan<br />

koordinasi besar dilakukan minimal 2 kali setahun<br />

(per semester) untuk mereview capaian program<br />

dan pengurangan kerentanan<br />

b. Sinergi<br />

Sinergitas yang dimaksud adalah menyatukan<br />

langkah dan atau menselaraskan berbagai<br />

jenis kegiatan antar lembaga. Pokja bukanlah<br />

pelaksana program, namun berperan bagaimana<br />

meramu dan mengarahkan program pengurangan<br />

kerentanan atau adaptasi perubahan iklim<br />

menjadi lebih sinergis dan memperoleh hasil yang<br />

lebih baik (aggregated impacts). Dalam konsep<br />

sederhana model sinergi ini sering diterapkan<br />

dengan menyatukan berbagai jenis program<br />

kedinasan dalam bundel strategi dan visi.<br />

c. Monitoring dan Evaluasi<br />

Pokja berperan melakukan monitoring dan<br />

evaluasi, yaitu dengan mengelola data terkait<br />

capaian dan dampak program secara terukur dan<br />

terstruktur.<br />

dilakukan hanya untuk mempermudah mekanisme<br />

kerja antar lembaga.<br />

Adapun program-program yang diidentifikasi pada<br />

<strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> ini mempertimbangkan tiga aspek<br />

utama yaitu:<br />

• Orang / masyarakat: Apakah program atau<br />

intervensi memberi dampak pada penguatan<br />

kapasitas individu atau kelompok masyarakat,<br />

atau sejauh mana bisa mengurangi kerentanan<br />

pada individu atau kelompok masyarakat terkait<br />

perubahan iklim? Kelompok masyarakat yang<br />

rentan meliputi kelompok miskin, komunitas<br />

nelayanm wanita kepala keluarga, anak-anak,<br />

pengangguran dan penyandang disabilitas.<br />

• Lokasi / wilayah : Apakah program berlokasi<br />

atau bertujuan untuk mengurangi kerentanan<br />

pada lokasi-lokasi tertentu yang teridentifikasi<br />

rentan atau terpapar terhadap ancaman<br />

perubahan iklim? Lokasi rentan meliputi daerah<br />

daerah yang sering terkena banjir, daerah<br />

terdampak kenaikan air laut, kawasan dengan<br />

tingkat kemiskinan yang tinggi, kawasan kumuh<br />

ataupun wilayah padat per<strong>kota</strong>an.<br />

• Sistem <strong>kota</strong>: Apakah program mempunyai dampak<br />

meningkatkan ketangguhan satau sistem /<br />

ekosistem di <strong>kota</strong> terhadap perubahan iklim,<br />

atau apakah program mampu mengurangi risiko<br />

kegagalan sistem <strong>kota</strong> ketika berhadapan dengan<br />

perubahan iklim? Contoh yang sederhana adalah<br />

sistem jalan, sampai sejauh mana intervensi mampu<br />

menambah kemampuan ketangguhan sistem jalan<br />

terhadap ancaman perubahan iklim.<br />

Program dari masing-masing dinas telah disusun<br />

dalam kerangka program adaptasi berdasarkan 3<br />

kelompok program yang telah disebutkan, secara<br />

detail dijabarkan dalam rumusan rencana aksi sebagai<br />

berikut:<br />

3.2. Kelompok Program<br />

Untuk mempermudah mekanisme kerja dan<br />

koordinasi antar dinas dan institusi, POKJA dibagi<br />

ke dalam tiga Kelompok Program utama, yakni (1)<br />

Kelompok Program Mitigasi, (2) Kelompok Program<br />

Emergency dan Pasca Bencana, dan (3) Kelompok<br />

Program Data dan Monitoring. Pengelompokan ini<br />

A. Kelompok Program Mitigasi Bencana<br />

dan Adaptasi Perubahan Iklim<br />

Strategi yang dikedepankan adalah penyiapan<br />

dan antisipasi terhadap dampak, yang dalam arti<br />

luas adalah menselaraskan semua jenis program<br />

di dinas-dinas pemerintah yang terkait dengan<br />

mengantisipasi, atau menyiapkan masyarakat<br />

<strong>kota</strong> untuk mampu beradaptasi atau mengurangi<br />

26 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


kerentanan terhadap bahaya perubahan iklim.<br />

Program - program yang masuk dalam strategi<br />

ini adalah berbagai jenis program penguatan<br />

kapasitas, kampanye, penataan lingkungan,<br />

perbaikan infrastruktur, dan upaya konversasi<br />

dan proteksi.<br />

Program dan Kegiatan di Kelompok Program ini<br />

akan dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan<br />

Bencana Daerah (BPBD Kota Kupang), dimana di<br />

dalamnya juga terdapat program dan kegiatan<br />

dari dinas lain seperti Badan Lingkungan Hidup<br />

Daerah (BLHD), DInas Pekerjaan Umum (DPU),<br />

DInas Perumahan Rakyat dan Tata Ruang (DPRTR),<br />

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas<br />

Kebersihan dan Pertamanan.<br />

B. Kelompok Program Emergency dan<br />

Pasca Bencana<br />

Kelompok program ini meliputi kerangka strategi<br />

intervensi yang terkait dengan kegiatan-kegiatan<br />

reaksi atau respon langsung terhadap bancana<br />

dan pasca bencana. Program atau kegiatan yang<br />

masuk dalam strategi ini meliputi; pelayanan<br />

kesehatan untuk korban bencana, dapur umum<br />

dan bantuan langsung kepada korban bencana,<br />

perbaikan fasilitas umum yang terdampak<br />

bencana, perbaikan perrmukiman pasca bencana,<br />

dan lain-lain.<br />

C. Kelompok Program Data dan<br />

Monitoring<br />

Kelompok program ini merangkai berbagai<br />

program yang terkait dengan data dan dokumen<br />

informasi yang menjadi bahan dan acuan<br />

penyusunan program-program pengurangan<br />

kerentanan perubahan iklim. Sebagai contoh<br />

adalah penyusunan dokumen kajian kerentanan<br />

atau pemetaan dan penyebaran informasi terkait<br />

kerentanan iklim. Selain itu kegiatan yang<br />

meliputi pengumpulan data program mulai dari<br />

perencanaan dan informasi dampak program<br />

merupakan bagian dari strategi ini.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

27


A. Kelompok Program Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim<br />

28 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

29


30 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

31


32 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

33


B. Kelompok Program Emergency dan Pasca Bencana<br />

34 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

35


C. Kelompok Program Data dan Monitoring<br />

36 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

37


38 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

39


Gambar 12:<br />

Program adaptasi perubahan iklim yang direncanakan selayaknya<br />

mempertimbangkan kelompok-kelompok masyarakat rentan seperti<br />

nelayan, petani, lansia, wanita, anak-anak, dan penyandang disabilitas.<br />

40 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


4 Rekomendasi dan Penutup<br />

Sebagai penutup dari dokumen <strong>RAD</strong> <strong>API</strong> – <strong>PRB</strong> ini,<br />

berikut tercantum beberapa rekomendasi program<br />

yang bisa menjadi masukan untuk penyusunan<br />

program tahun berikutnya. Dalam hal ini POKJA<br />

<strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> yang terbentuk mempunyai peran<br />

untuk mendorong rekomendasi menjadi bahan<br />

pertimbangan penyusunan program masing-masing<br />

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), atau menjadi<br />

bahan penajaman RPJMD. Setiap tahunnya POKJA<br />

<strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> melakukan koordinasi program, terutama<br />

untuk mengevaluasi capaian apa saja masalah yang<br />

perlu diperbaiki dan menarik pelajaran yang baik<br />

(lesson learned).<br />

Berikut ini daftar rekomendasi yang dihasilkan oleh<br />

Workshop 5-6 Mei 2015:<br />

Aspek Regulasi<br />

1. Perlu adanya regulasi (Peraturan Wali<strong>kota</strong>)<br />

tentang penetapan lokasi dan jenis kerentanan di<br />

Kota Kupang. Regulasi ditetapkan setiap tahun<br />

mengingat adanya perbaruan informasi, dan<br />

dalam kurun waktu dua tahun dilakukan review<br />

tentang pengurangan kerentanan.<br />

2. Perlu adanya regulasi tentang sumber data.<br />

Hal ini diperlukan untuk mempermudah<br />

proses update dan monitoring tentang kajian<br />

kerentanan. Jenis data dan sumber data meliputi:<br />

• Data demografi (Jumlah penduduk, kepadatan<br />

penduduk, Jumlah KK, Jumlah Anak usia<br />

sekolah, dan lain – lain). Sumber : Badan Pusat<br />

Statistik (BPS)<br />

• Data Iklim (suhu rata-rata, curah hujan,<br />

informasi badai, dan lain-lain).<br />

Sumber : Badan Metereologi, Klimatologi dan<br />

Geofisika (BMKG)<br />

• Data kebencanaan (jumlah kejadian angin<br />

putting beliung, banjir, longsor) Sumber :<br />

Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD)<br />

Perlu adanya Standard Operating Procedure<br />

(SOP) untuk penanganan bencana.<br />

3. Kebijakan terkait Ruang Terbuka Hijau:<br />

• Perlu adanya penegakan RTH yang fokus pada<br />

fungsi.<br />

• Perlunya regulasi tentang Ruang Terbuka<br />

Hijau, dengan memperhatikan aspek insentif<br />

dan dis-insentif untuk penegakan fungsi RTH.<br />

4. Perlu adanya program sosialisasi tentang<br />

wilayah-wilayah rentan bencana.<br />

5. Perlu segera dibuat Surat Keputusan POKJA<br />

Adapatasi Perubahan Iklim dan Pengurangan<br />

Risiko Bencana.<br />

Aspek Penguatan Kapasitas (Capacity<br />

Building)<br />

1. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat<br />

yang sudah ada di Kota untuk mendorong<br />

sosialisasi mengenai adaptasi perubahan iklim.<br />

Beberapa kelompok yang dapat diberdayakan<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

41


diantaranya yaitu:<br />

• RT, RW, LPM, Karang Taruna, Faskel, Tagana.<br />

• Village Working Group yang merupakan<br />

kelompok kerja di desa pesisir binaan DInas<br />

Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kupang.<br />

Mereka melakukan monitoring terhadap<br />

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh<br />

Kelompok Usaha dan Kelompok Pengelola<br />

Sumber Daya.<br />

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan:<br />

• Identifikasi lembaga / badan potensial yang<br />

dapat diberdayakan untuk public education (RT,<br />

RW, LPM, Karang Taruna, Faskel, Tagana, Village<br />

Working Group, etc).<br />

• Memasukkan isu-isu terkait perubahan iklim<br />

dan bencana ke dalam kegiatan lembaga / badan<br />

di atas.<br />

• Melakukan sosialisasi kerentanan iklim dan<br />

adaptasi perubahan iklim per kecamatan.<br />

• Melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah<br />

untuk membentuk pemahaman sejak dini.<br />

2. Capacity building kepada SKPD mengenai<br />

kerentanan perubahan iklim dan adaptasi<br />

perubahan iklim.<br />

• Agar SKPD dapat memberikan info yang tepat<br />

dan benar kepada masyarakat.<br />

• Agar SKPD dapat mengintervensi program di<br />

dalam internal SKPD.<br />

3. Optimalisasi peran BMKG dalam penyebaran<br />

informasi iklim kepada masyarakat. BMKG<br />

Merupakan satu-satunya badan yang memiliki<br />

informasi dan kewenangan terkait dengan<br />

iklim. Akan sangat baik jika bisa membangun<br />

ketersediaan dan keterbukaan informasi terkait<br />

iklim baik dari BMKG maupun BPBD.<br />

4. Pelatihan kepada kelompok masyarakat rentan<br />

tentang ekonomi alternatif. Misalnya:<br />

• Pelatihan ekonomi alternatif bagi nelayan <br />

Alternatif pekerjaan pada saat Musim Barat<br />

bagi nelayan, sehingga mereka masih memiliki<br />

penghasilan alternatif pada musim yang sulit.<br />

• Pelatihan ekonomi alternatif bagi petani <br />

diversifikasi tanaman, atau alternatif pekerjaan<br />

lainnya.<br />

5. Pemberdayaan peran koperasi untuk penguatan<br />

ekonomi masyarakat rentan.<br />

• Peran koperasi diperlukan untuk penguatan<br />

ekonomi masyarakat khususnya dalam<br />

pengelolaan finansial pada musim angina barat.<br />

Aspek Program dan Proyek Pembangunan<br />

Kota<br />

1. Perlu adanya pengkajian ulang sistem<br />

infrastruktur dan konstruksi untuk segmen<br />

<strong>kota</strong> yang berbeda-beda. Sebagai contoh sistem<br />

pemecah gelombang di Kota Kupang yaitu di<br />

wilayah Oesapa dan Lasiana yang disinyalir<br />

menimbulkan kerusakan ekosistem mangroves.<br />

Konstruksi Bangunan / RTBL di kawasan<br />

Siliwangi yang juga memerlukan kajian lebih<br />

mendalam.<br />

2. Pemberdayaan masyarakat pesisir :<br />

• Pemberdayaan ekonomi dan konservasi secara<br />

simultan<br />

• Penegakan RTRW terutama tentang penegakan<br />

aturan sempadan pantai.<br />

• Mempertahankan fungsi kawasan lindung tanpa<br />

penggusuran.<br />

• Proyek penataan kawasan pesisir harus<br />

mempertimbangkan beberapa aspek penting<br />

yaitu:<br />

(i) Dilakukan dengan proses diskusi dan<br />

konsultasi dengan kelompok masyarakat<br />

yang berkepentingan.<br />

(ii). Mempertimbangkan akses pasar bagi<br />

masyarakat<br />

(iii). Kelestarian kawasan konservasi pesisir :<br />

terumbu karang, zona ikan, mangrove.<br />

3. Pemanfaatan sumber daya air : Program-program<br />

terkait bisa meliputi<br />

• Pengendalian air tanah dalam<br />

• Pengendalian pemakaian air tanah oleh pihak<br />

swasta.<br />

• Diperlukan sistem perizinan, perpajakan, dan<br />

pendataan yang jelas tentang penggunaan<br />

air tanah. Sejauh ini tidak ada data tentang<br />

42 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


jumlah sumur bor yang bukan milik<br />

instansi atau pemerintah. Perizinan<br />

penggunaan air tanah dalam juga tidak<br />

ada, dan jika tidak segera diatur maka<br />

permasalahan kekurangan air bisa<br />

benar-benar terjadi.<br />

• Pemerintah juga perlu segera<br />

mendorong penyusunan master plan<br />

sistem drainase.<br />

4. Perlindungan kelompok yang paling<br />

rentan :<br />

• Program sosialisasi dan penegakan<br />

hukum Perda perlindungan pekerja<br />

anak.<br />

• Pemberdayaan ekonomi bagi<br />

perempuan kepala keluarga.<br />

• Program perlindungan sosial.<br />

• Program permodalan dan akses pasar,<br />

dengan perbaikan di level mekanisme.<br />

5. Mengatasi problem perpindahan penduduk<br />

melalui:<br />

• Perlu adanya kerjasama antar daerah untuk<br />

mendorong peran provinsi.<br />

• Konsistensi dan koordinasi untuk penegakan<br />

aturan kependudukan.<br />

Untuk selanjutnya, dokumen <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> ini perlu<br />

diperbaharui secara berkala, terutama dalam tabel<br />

program manakala ada perubahan dan tambahan dari<br />

dinas-dinas terkait, maupun stakeholder lain yang<br />

masuk dalam program adaptasi perubahan iklim dan<br />

pengurangan risiko bencana.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

43


Lampiran<br />

Workshop <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> Kota Kupang diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 5-6 Mei 2015, di Hotel On<br />

The Rock, Kota Kupang. Workshop ini dihadiri oleh 38 peserta yang mewakili berbagai dinas dan instansi,<br />

meliputi 11 instansi pemerintah (Bappeda, BPBD, Dinas Kebersihan, BPS, DPU BPMK, DPRTR, Dinas PPO, dan<br />

Bagian Pemberdayaan Perempuan Setda), 7 LSM / organisasi kemasyarakatan, 2 akademisi, dan 1 orang dari<br />

media.<br />

Berikut Daftar Nama peserta Workshop <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong>:<br />

44 RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG


Dokumentasi Kegiatan<br />

Gambar 15: Dokumentasi Workshop <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> yang dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015. (Atas) Sesi foto bersama setelah pelaksanaan workshop.<br />

(Bawah) Sesi diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok mengenai visi dan strategi <strong>RAD</strong> <strong>API</strong>-<strong>PRB</strong> Kota Kupang.<br />

RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA KOTA KUPANG<br />

45


RENCANA AKSI DAERAH UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA<br />

AGUSTUS 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!