12.12.2012 Views

Download - Universitas Udayana

Download - Universitas Udayana

Download - Universitas Udayana

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1.1 Latar Belakang Masalah<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Daerah pantai Utara Amurang Kabupaten Minahasa Selatan memiliki luas<br />

perairan laut 314.981 km 2 . Areal usaha yang telah dijadikan daerah penangkapan<br />

ikan sekitar 247.000 km, termasuk Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Potensi<br />

ekonomi sumberdaya perikanan yang terkandung di dalamnya adalah 125.922<br />

ton/tahun terdiri dari jenis ikan demersal dan pelagis. Posisi geografis berada di<br />

Jasirah Utara Pulau Sulawesi pada 0º 25'–1º 58' Lintang Utara dan 124° 20' –<br />

125° 20' Bujur Timur (Pemerintah Daerah Kabupaten Minsel, 2005).<br />

Kehidupan masyarakat umumnya memiliki mata pencaharian sebagai<br />

nelayan penangkap ikan dan budidaya perikanan laut, karena Amurang<br />

Kabupaten Minahasa Selatan adalah basis perikanan di Sulawesi Utara.<br />

Pemerintah menaruh harapan besar pada sektor ini sebagai salah satu alternatif<br />

usaha untuk menambah penghasilan keluarga dan memberikan kontribusi pada<br />

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ketika menghadapi krisis ekonomi<br />

yang berkepanjangan (Sulut Dalam Angka, 2005).<br />

Dari hasil survei di lokasi penelitian ditemukan bahwa jenis-jenis ikan<br />

pelagis yang berpeluang ekspor yaitu: (1) cakalang yang berukuran berat 3 kg<br />

perekor melalui proses pembekuan; (2) malalugis harga pasaran ekspor komoditi<br />

yang didasarkan pada ukuran beratnya (kg) dengan klasifikasi sebagai berikut :<br />

(a) 44-60 ekor/10 kg dikategorikan sebagai ikan kelas I, harganya Rp.160.000,00<br />

atau Rp.16.000/kg; (b) bila jumlah ikan 61-80 ekor/10 kg dikategorikan sebagai<br />

kelas II, harganya Rp.140.000,00 atau Rp.14.000,00/kg; dan (c) yang berukuran<br />

1


81-100 ekor/10 kg dikategorikan sebagai ikan kelas III harganya Rp.120.000,00<br />

atau Rp.12.000,00/kg (Dinas Perikanan dan Kelautan Minsel, 2005).<br />

Dalam upaya mengurangi pengangguran dan memberikan kesempatan<br />

kerja bagi generasi muda maka sektor perikanan ini telah membuka lapangan<br />

kerja baru dan menyerap tenaga kerja sebesar 20%, sekaligus telah menurunkan<br />

angka kemiskinan 12% dari jumlah penduduk ± 19.000 jiwa (Pemerintah Daerah<br />

Kabupaten Minsel, 2005).<br />

Di Amurang Kabupaten Minahasa Selatan terdapat beberapa macam alat<br />

penangkapan ikan antara lain: payang, pukat pantai, pukat cincin, pukat insang<br />

hanyut/tetap, bagan perahu, serok, funai atau huhate pancing tonda atau noru,<br />

dan bubu. Dari deskripsi macam alat tangkap yang ada, maka pukat cincin atau<br />

purse seine ini yang oleh nelayan di Sulawesi Utara lebih dikenal dengan istilah<br />

soma pajeko sebagai salah satu alat penangkapan ikan-ikan sejenis pelagis.<br />

Pukat cincin adalah termasuk jenis jaring lingkar dimana jaring ditebarkan<br />

mengelilingi segerombalan ikan sehingga membentuk dinding penghalang untuk<br />

mencegah agar ikan yang tertangkap tidak keluar. Ikan-ikan yang ditangkap<br />

seperti: lajang, selar, kembung dan cakalang yang hidupnya membentuk kawanan<br />

besar dengan kepadatan yang tinggi.<br />

Operasi penangkapan dilakukan pada malam hari sampai subuh dini hari<br />

dengan menggunakan alat bantu lampu laguna dan rumpon. Rumpon berfungsi<br />

sebagai tempat hidup habitat plankton-plankton kecil untuk dijadikan umpan<br />

makanan bagi ikan-ikan sejenis pelagis, sedangkan lampu dimanfaatkan untuk<br />

merangsang plankton-plankton berkumpul di suatu tempat dengan demikian ikan<br />

2


akan bergerombol dengan kepadatan tinggi di tempat tersebut sehingga mudah<br />

dilakukan penangkapan (Nomura dan Yamazaki, 2003).<br />

Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan ditemukan bahwa<br />

proses penangkapan ikan di laut dilakukan dengan cara penawuran atau<br />

pelemparan jaring sampai pada penarikan tali pukat cincin. Pada waktu nelayan<br />

menarik pukat cincin dengan kedua tangan dalam waktu lama, duduk di lantai<br />

perahu, sikap kerja membungkuk ke depan, tungkai terjulur dan telapak kaki<br />

sebagai bantalan penahan tarikan berisiko memunculkan rasa lelah dan rasa sakit<br />

pada otot skeletal.<br />

Hasil pengamatan membuktikan bahwa selama proses penangkapan ikan<br />

berlangsung sikap kerja yang menyertai nelayan pada waktu penarikan pukat<br />

cincin didominasi oleh aktivitas fisik yang berat sehingga cepat menimbulkan<br />

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal bahkan terjadi kecelakaan kerja sampai<br />

jari kelingking tangan kanan putus pada waktu penawuran jaring dan sakit akibat<br />

kerja. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kinerja nelayan dan pada akhirnya<br />

akan menurunkan kesejahteraan kerja nelayan.<br />

Sikap kerja yang tidak fisiologis ini akan cepat menimbulkan kelelahan dan<br />

berbagai gangguan pada sistem otot skeletal serta memerlukan energi yang lebih<br />

besar dalam usaha yang sama seperti pada proses penangkapan ikan sehingga<br />

kelelahan lebih cepat muncul (Manuaba, 1990; Nala, 1990; Adiputra, 1998).<br />

Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit<br />

akibat kerja (Sutjana, 2003).<br />

Waktu kerja selama proses penangkapan ikan berlangsung 6 jam yaitu dari<br />

pukul 23.00-05.00. Selama penangkapan nelayan dalam posisi duduk lama<br />

3


sambil menarik tali pukat cicin secara berulang-ulang dengan tempo penarikan<br />

lamban karena dilakukan secara manual dengan sikap kerja yang tidak<br />

fisiologis. Kondisi kerja seperti ini dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan<br />

munculnya berbagai gangguan kumulatif pada otot-otot (Grandjean, 1993;<br />

Manuaba, 2003b).<br />

Penggunaan otot berlebihan terjadi pada saat nelayan menarik tali pukat<br />

cincin yang terkumpul di bagian tengah. Pemanfaatan otot yang cukup besar<br />

terjadi pula ketika mengangkut dan mengangkat hasil tangkapan dari dalam air<br />

dan dimasukkan ke dalam perahu atau ke kotak-kotak penampung ikan yang<br />

sudah disiapkan.<br />

Berdasarkan jawaban nelayan dari kuesioner Nordic Body Map pada<br />

penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di K.M.Tiberias Amurang ditemukan<br />

bahwa nelayan: a) mengeluh rasa sakit pada tangan kanan dan kiri (100%); b)<br />

sakit pada lengan bawah kanan dan kiri (100%); c) sakit pada punggung (80%);<br />

d) sakit pada pinggang (100%); e) sakit pada pantat (80%); f) sakit pada betis<br />

kanan dan kiri (60%); dan g) rasa sakit pada kaki kiri dan kanan (60 %). Artinya<br />

nelayan yang bekerja mengalami keluhan-keluhan otot sebagai akibat stasiun<br />

kerja yang belum ergonomis dan berpotensi terjadinya risiko kecelakaan kerja.<br />

Denyut nadi dihitung sebelum dan sesudah nelayan melakukan pekerjaan<br />

penangkapan ikan dengan menggunakan metode 10 denyut dengan teknik palpasi<br />

pada nadi radialis tangan kiri. Rerata denyut nadi kerja yang diperoleh adalah<br />

126,00 ± 1,87 denyut permenit. Temuan ini menunjukkan bahwa nelayan pada<br />

saat bekerja menarik pukat cincin berdasarkan hasil perhitungan termasuk<br />

kategori beban kerja sangat berat (125-150dpm). Untuk mengatasi kondisi kerja<br />

4


yang tidak ergonomis ini perlu dilakukan perbaikan dengan merancang alat kerja<br />

guna mengatasi sikap kerja yang tidak alamiah.<br />

Rerata skor kelelahan yang didata dengan 30 items of rating scale dengan<br />

skala Likert adalah: a) skor item 1 – 10, nilainya 43 ± 2,97; b) skor item 11 –<br />

20, nilainya 44 ± 3,29; c) skor item 21 – 30, nilainya 45 ± 1,82; dan total skor<br />

item 1 – 30, nilainya 132 ± 5,94. Ini berarti bahwa nelayan dalam keadaan lelah<br />

sehingga dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan kerja menurunkan<br />

kinerjanya. Dalam kondisi kerja yang tidak ergonomis ini kalau dibiarkan dan<br />

tidak ditangani secepatnya, maka akan menimbulkan masalah terhadap<br />

kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan kerja (Manuaba, 1998).<br />

Berdasarkan pada aspek-aspek ergonomi bahwa tuntutan tugas dan kondisi<br />

lingkungan organisasi kerja yang belum mengikuti kaidah-kaidah ergonomi pada<br />

perancangan alat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan, kelelahan,<br />

peningkatan kecelakaan kerja yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya<br />

penurunan efisiensi dan produktivitas kerja (Manuaba, 2000; Grandjean, 1993;<br />

Pulat, 1992; Sanders dan McCormick, 1987; Suma’mur, 1982).<br />

Dari hasil identifikasi masalah dan data penelitian pendahuluan yang telah<br />

dilaksanakan dapat dijadikan acuan untuk menyatakan bahwa perlu dilakukan<br />

perbaikan melalui intervensi ergonomi dengan pendekatan ergonomi total<br />

(Manuaba, 2004a). Pendekatan ergonomi yang terdiri dari pendekataan SHIP<br />

(Sistemik, Holistik, Interdisipliner dan Partisipatori) dan Teknologi Tepat Guna<br />

(Manuaba, 2005a).<br />

Intervensi ergonomi dilakukan untuk memperbaiki sikap kerja melalui<br />

perancangan alat kerja yang mengacu pada teknologi tepat guna yang dikaji<br />

5


secara komprehensif melalui enam kriteria yaitu: a) secara teknis bahwa sistem<br />

kerja dapat dikerjakan oleh pekerja nelayan; b) secara ekonomis harga<br />

pembuatan katrol dapat dijangkau dengan mudah dan biaya murah; c) secara<br />

ergonomis dapat menciptakan kondisi kerja dan lingkungan kerja sehat, aman<br />

dan nyaman; d) secara sosial budaya sistem kerja dapat diterima oleh pekerja dan<br />

pemilik bahkan masyarakat di sekitar; e) hemat dalam pemakaian energi karena<br />

dapat mengurangi beban kerja nelayan; dan f) penggunaan teknologi tersebut<br />

ramah terhadap lingkungan atau tidak merusak lingkungan karena tidak<br />

menggunakan bahan beracun atau bahan peledak.<br />

Perbaikan organisasi kerja meliputi pemanfaatan tenaga otot secara efisien<br />

dengan cara merancang alat katrol dan tempat duduk, pengaturan suplesi gizi<br />

kerja, pengaturan waktu istirahat, memperhatikan kondisi informasi, kondisi<br />

sosial budaya yang tetap mengikuti kaidah-kaidah ergonomi. Di samping itu<br />

berusaha untuk membudayakan ergonomi di lingkungan masyarakat nelayan,<br />

sehingga diharapkan nelayan berada dalam kondisi lebih sehat, aman, nyaman,<br />

efektif, dan efisien serta tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.<br />

Penilaian kinerja dilakukan dengan mengacu pada sistem kerja yang terkait<br />

dengan pekerjaan nelayan sebagai penangkap ikan di Laut. Kinerja yang dinilai<br />

yaitu dari indikator: beban kerja, kelelahan, dan keluhan muskuloskeletal.<br />

Melalui intervensi ergonomi diharapkan terjadi penurunan, sehingga hasil yang<br />

dicapai lebih manusiawi, kompetitif, dan lestari (Manuaba, 2004a; 2004b).<br />

Peningkataan kesejahteraan mengacu pada indikator pengukuran terhadap<br />

pendapatan nelayan melalui analisis keuntungan ekonomi perusahaan yaitu:<br />

Return of Investment (ROI), titik impas atau Break Event point (BEP), biaya dan<br />

6


manfaat atau Benefit Cost Ratio (BCR) dalam proses penangkapan ikan melalui<br />

sistem bagi hasil, sehingga tingkat kepuasan kerja yang dirasakan seseorang<br />

dapat tercapai.<br />

1.2 Perumusan Masalah<br />

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan<br />

masalah penelitian sebagai berikut.<br />

1) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin meningkatkan kinerja nelayan yang dinilai dari penurunan beban<br />

kerja nelayan ?<br />

2) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan kelelahan<br />

nelayan ?<br />

3) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin meningkatkan kinerja yang dinilai dari Penurunan Keluhan<br />

Muskuloskeletal nelayan ?<br />

4) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari kepuasan kerja<br />

nelayan ?<br />

5) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari produktivitas<br />

nelayan ?<br />

6) Apakah intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari keuntungan<br />

nelayan ?<br />

7


1.3 Tujuan Penelitian<br />

1.3.1 Tujuan Umum<br />

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh<br />

intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

terhadap kinerja dengan indikator: beban kerja, kelelahan, keluhan<br />

muskuloskeletal dan kesejahteraan nelayan di Amurang Kabupaten Minahasa<br />

Selatan Provinsi Sulawesi Utara.<br />

1.3.2 Tujuan Khusus<br />

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.<br />

1. Mengetahui besar penurunan beban kerja nelayan setelah melakukan<br />

intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin.<br />

2. Mengetahui besar penurunan kelelahan nelayan setelah melakukan intervensi<br />

ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin.<br />

3. Mengetahui besar penurunan keluhan muskuloskeletal nelayan setelah<br />

melakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin.<br />

4. Mengetahui besar peningkatan kesejahteraan nelayan melalui indikator<br />

kepuasan kerja pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin.<br />

5. Mengetahui besar peningkatan kesejahteraan nelayan melalui indikator<br />

produktivitas pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin.<br />

6. Mengetahui besar peningkatan kesejahteraan nelayan melalui indikator<br />

pendapatan ekonomi.<br />

8


1.4 Manfaat Penelitian<br />

1.4.1 Manfaat Akademik<br />

berikut.<br />

Manfaat akademik yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai<br />

1) Dapat digunakan sebagai acuan bagi kaum akademisi dalam menerapkan ilmu<br />

ergonomi-fisiologi kerja di Perguruan Tinggi masing-masing.<br />

2) Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan<br />

memecahkan masalah-masalah di lapangan yang berkaitan dengan ergonomi<br />

total khususnya kesehatan dan keselamatan kerja.<br />

3) Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk merancang alat bantu kerja ergonomi<br />

dengan mudah dan murah didapat serta sangat besar manfaatnya.<br />

4) Dapat dijadikan sarana informasi untuk penelitian dan pengembangan ilmu<br />

ergonomi lebih lanjut.<br />

1.4.2 Manfaat Praktis<br />

berikut.<br />

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai<br />

1) Dengan mengetahui permasalahan yang diteliti terkait dengan peningkatan<br />

kinerja yaitu beban kerja, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal nelayan<br />

dalam proses penangkapan ikan dengan pukat cincin dapat diatasi melalui<br />

penerapan prinsip-prinsip ergonomi.<br />

2) Intervensi ergonomi melalui pedekatan ergonomi total terbukti dapat<br />

memecahkan masalah-masalah pembangunana berkelanjutan secara umum dan<br />

mampu memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kehidupan sosial,<br />

9


ekonomi, kesehatan dan keselamatan kerja untuk peningkatan kesejahteraan<br />

dan kualitas hidup masyarakat quality of life.<br />

3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar acuan untuk menyusun rencana<br />

perbaikan sistem kerja secara bertahap dan berkesinambungan sebagai upaya<br />

untuk menyediakan sarana dan fasilitas kerja yang layak dalam mensosialisasi<br />

budaya kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif, efisien dan produktif.<br />

4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan proyek percontohan atau pilot project bagi<br />

stakeholder, investor, pengusaha dan masyarakat untuk peningkatan kontribusi<br />

pendapatan ekonomi nelayan khususnya di Bidang usaha penangkapan ikan<br />

menggunakan pukat cincin.<br />

10


2.1 Pengertian Ergonomi<br />

BAB II<br />

KAJIAN PUSTAKA<br />

Secara etimologi istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri<br />

dari dua kata, yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti aturan atau hukum.<br />

Secara morfologi ergonomi adalah aturan, norma atau hukum yang berlaku dalam<br />

suatu pekerjaan yang berhubungan dengan manusia. Jadi secara ringkas ergonomi<br />

adalah aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia menggunakan istilah<br />

ergonomi, tetapi di Beberapa negara seperti di Scandinavia menggunakan istilah<br />

Biotecnology, sedang di Amerika menggunakan istilah human engineering atau<br />

human factors engineering. Namun demikian kesemuanya membahas hal yang<br />

sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas kerja yang<br />

dilakukan.<br />

Beberapa ahli menampilkan definisi tentang ergonomi dari sudut pandang<br />

yang berbeda, tetapi secara umum definisi-definisi tersebut membicarakan hal<br />

yang sama, yaitu masalah hubungan antara manusia pekerja dengan tugas-tugas<br />

dan pekerjaannya serta desain dari objek yang digunakannya. Pada dasarnya kita<br />

boleh mengambil definisi ergonomi dari sudut pandang mana saja, tetapi perlu<br />

disesuaikan dengan apa yang sedang kita kaji secara mendalam.<br />

Berikut ini dikutip beberapa definisi ergonomi yang berhubungan dengan<br />

penulisan disertasi ini, yaitu :<br />

1. Ergonomi adalah ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi<br />

oleh manusia terkait dengan desain kerja (Phesant, 1988).<br />

11


2. Ergonomi adalah studi tentang kemampuan dan karakteristik manusia<br />

yang memberikan efek terhadap desain peralatan sistem dan pekerjaan<br />

(Corlett and Clark, 1995).<br />

3. Ergonomi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang<br />

karakter, kapasitas, dan keterbatasan manusia dalam merancang tuntutan<br />

tugas (task), sistem mesin, lingkungan, dan ruang gerak sehingga manusia<br />

dapat hidup, bekerja, dan bermain dengan aman, nyaman, dan efisien<br />

(Annis and McConville, 1996).<br />

4. Ergonomi adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berupaya<br />

untuk menyerasikan alat, metode, dan lingkungan kerja terhadap kapasitas,<br />

kemampuan dan keterbatasan manusia sehingga tercipta kondisi dan<br />

lingkungan kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien sehingga dapat<br />

dicapai produktivitas yang setinggih-tinggihnya (Manuaba, 1988).<br />

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, apabila dicermati lebih<br />

mendalam, maka ruang lingkup ergonomi sangat luas dan mencakup beberapa<br />

aspek yang dapat diterapkan pada sistuasi dan kondisi apa saja, kapan, dan dimana<br />

saja. Apabila definisi-definisi tersebut disatukan dalam satu persepsi tentang<br />

ergonomi, maka akan diperoleh definisi yang utuh yaitu : Ergonomi adalah<br />

ilmu, teknologi dan seni dalam penerapannya untuk menyerasikan dan<br />

menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas<br />

maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental<br />

sehingga kualitas hidup manusia secara keseluruhan menjadi lebih baik. Kualitas<br />

12


hidup yang dimaksud adalah yang ditetapkan oleh organisasi buruh internasional<br />

(ILO) secara umum yaitu sebagai berikut (Manuaba, 1994) :<br />

1. Pekerjaan harus mengutamakan aspek kehidupan dan kesehatan pekerja,<br />

2. Pekerjaan harus memberi kesempatan bagi pekerja untuk beristirahat dan<br />

bersantai,<br />

3. Pekerjaan harus memberikan peluang bagi pekerja untuk bersosialisasi dan<br />

memenuhi kebutuhannya melalui pengembangan kapasitas diri.<br />

Dari definisi di atas, maka pencapaian kualitas hidup secara optimal baik di<br />

tempat kerja, dilingkungan sosial masyarakat, maupun dalam lingkungan<br />

keluarga, menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi.<br />

2.2 Tujuan dan Manfaat Ergonomi<br />

Tujuan dan manfaat ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas<br />

kerja manusia untuk mencapai efisiensi dan kesejahteraan, seperti pada uraian<br />

berkut ini, (Manuaba, 2003) :<br />

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan<br />

cidera dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan<br />

mental, serta mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.<br />

2. Mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta<br />

meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh kesalahan<br />

manusia (human error) (Suma’mur, 1992., Wignyosoebroto, 2003).<br />

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu: teknis,<br />

ekonomis, biologis, dan budaya serta setiap sistem kerja yang dilakukan<br />

13


sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.<br />

Untuk mencapai tujuan dan manfaat tersebut, maka prinsip ergonomi<br />

fitting the task to the man yaitu setiap pekerjaan harus disesuaikan dengan<br />

kemampuan dan keterbatasan manusia sehingga hasil yang dicapai meningkat<br />

(Grandjean, 1993). Dan inilah yang menjadi peranan ergonomi adalah untuk<br />

melindungi tenaga kerja dari pengaruh negatif akibat pemakaian peralatan atau<br />

mesin yang tidak serasi dengan gerakan kerja manusia, dalam hal ini peralatan<br />

kerja yang dipakai oleh manusia harus sesuai, supaya tidak terjadi sikap kerja<br />

yang alamiah akibat dari kondisi yang tidak ergonomis sehingga menyebabkan<br />

perusahaan mengalami banyak kerugian produksi yang tidak seimbang dengan<br />

hasil yang diperoleh (Atmosoehardjo, 1994).<br />

Dari sudut pandang ergonomi antara manusia dan peralatan kerja harus<br />

sesuai dan seimbang sehingga tercapai kinerja yang tinggi dan tuntutan pekerjaan<br />

tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan<br />

(overload), karena keduanya akan menurunkan kinerja yang terekspresikan<br />

melalui indikator kualitas kerja seperti : kelelahan, ketidaknyamanan, cidera,<br />

strees kerja, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja. Seperti pada gambar 2.1<br />

(Manuaba, 2000).<br />

14


Karakteristik<br />

material<br />

Karakteristik<br />

organisasi<br />

Peralatan<br />

kerja/mesin<br />

Karakteristik<br />

stasiun kerja<br />

Karakteristik<br />

lingkungan<br />

Kualitas Kinerj<br />

Kelelahan<br />

Ketidaknyamanan<br />

Cidera<br />

Karakteristik<br />

pribadi<br />

Kapasitas<br />

psikologis<br />

Stress<br />

Kecelakaan<br />

Penyakit<br />

Produktivitas<br />

Manusia<br />

Gambar 2.1 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi<br />

(Sumber : Manuaba, 2000)<br />

Kapasitas<br />

fisiologik<br />

Kapasitas<br />

biomekanik<br />

Penerapan keseimbangan dalam ergonomi secara umum akan mampu<br />

memberikan manfaat terhadap peningkatan produktivitas dalam suatu proses<br />

produksi yang bermuara pada peningkatan kinerja yang berlangsung secara sehat,<br />

aman, nyaman, efektif, efisien dan produktif (Manuaba, 1999a, Manuaba,1999b).<br />

Bagi pekerja selain kondisi kerja yang aman dan nyaman juga terpeliharanya<br />

kondisi fisik yang sehat dan bugar dan kelelahan dapat diminimalisasikan.<br />

Dalam perkembangannya, sasaran ergonomi yang ingin dicapai adalah<br />

seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern maupun pada sektor tradisional dan<br />

informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan<br />

sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah efisiensi dan<br />

produktivitas yang tinggi. (Chaffin and Park, 1993). Menyatakan hasil<br />

penelitiannya dalam berbagai macam pekerjaan baik formal maupun nonformal<br />

telah terbukti dapat menyebabkan kenaikan produktivitas kerja mencapai 5 % -<br />

10 % dan tenaga kerja berada dalam kondisi nyaman dalam bekerja, namun yang<br />

15


perlu dikendalikan adalah lingkungan fisik yang mempengaruhi aktivitas kerja<br />

manusia. Kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia masih dipengaruhi<br />

oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor yang datang dari luar<br />

ialah kondisi lingkungan kerja di sekitar tempat kerja seperti : temparatur,<br />

sirkulasi udara, cahaya, kebisingan, dan kelembaban yang kesemuanya<br />

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia dan kondisi pekerjaan<br />

agar senantiasa memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehataan kerja (ILO,<br />

1998).<br />

Dengan terciptanya keadaan fisik dan psikis yang sehat, dan adanya jaminan<br />

sosial, maka produktivitas kerja akan dapat dicapai. Secara khusus ergonomi akan<br />

memberi beberapa manfaat antara lain (Manuaba, 2000b) : a) pemakaian otot dan<br />

energi lebih efisien, b) pemakaian waktu lebih efisien, c) kelelahan berkurang, d)<br />

kecelakaan kerja berkurang, e) penyakit akibat kerja berkurang, f) kenyamanan<br />

dan kepuasan kerja meningkat, g) efisiensi kerja meningkat, h) mutu produk dan<br />

produktivitas kerja meningkat, i) kesalahan kerja berkurang dan kerusakan dapat<br />

diminimalkan, dan j) pengeluaran atau biaya untuk mengatasi akibat kecelakaan<br />

dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi dan konsekuensinya biaya operasional<br />

dapat ditekan.<br />

Sutjana, (2000) menyatakan bahwa upaya pencapaian hasil kerja dapat<br />

dilakukan dengan proses efisiensi penggunaan alat, energi yang dikeluarkan dan<br />

beban kerja yang dialami oleh masing-masing pekerja, sehingga kinerja dapat<br />

dihitung dengan rerata jumlah produksi yang dihasilkan selama bekerja dengan<br />

peningkatan denyut nadi diatas nadi istirahat. Aktivitas rancang bangun (design)<br />

16


ataupun rancang ulang (redesign) dimana aspek manusia tidak lagi harus<br />

menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the<br />

design), melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang dengan terlebih dahulu<br />

mmperhatikan dimensi tubuh manusia (anthropometri) kelebihan dan keterbatasan<br />

manusia yang mengoperasikannya (the design fits to the man) hal ini meliputi<br />

perangkat keras dan perangkat lunak.<br />

Perangkat keras misalnya perkakas kerja, bangku kerja, kursi dan perangkat<br />

lunak misalnya desain pekerjaan dalam suatu organisasi seperti penentuan jumlah<br />

jam istirahat, pembagian waktu kerja dan variasi pekerjaan. Sedangkan dalam<br />

dunia kerja tidak hanya terbatas pada bidang tertentu, melainkan mencakup<br />

bidang-bidang yang sangat luas, antara lain : a) dalam perancangan alat kerja, b)<br />

evaluasi proses dan produk kerja, c) perancangan bangunan/arsitektur, dan d)<br />

dipergunakan oleh ahli anatomi, fisika, fisioterapi, psikologi dan kaum profesional<br />

lainnya.<br />

Hasil penelitian ( Chavalitsakulchai and Shanavaz, 1991) melaporkan<br />

bahwa hampir seluruh tenaga kerja yang bekerja dengan sikap kerja yang tidak<br />

fisiologis atau alamiah mengalami gangguan otot skeletal dan kelelahan otot<br />

berlebihan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh (Adiputra, et.al., 2001) bahwa<br />

perkembangan industri yang cukup pesat yang tidak diikuti oleh perhatian<br />

terhadap lingkungan kerja dan peralatan kerja dipastikan akan menimbulkan<br />

gangguan muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal merupakan fenomena<br />

fisiologis yang secara objektif dapat didata dengan kuesioner Nordic Body Map<br />

17


(NBM) yaitu suatu kuesioner berbentuk gambar tubuh manusia berdasarkan 28<br />

item pertanyaan kelelahan sistem otot dalam tubuh.<br />

Dengan ergonomi, dampak negatif dapat ditekan, karena berbagai penyakit<br />

akibat kerja, kecelakaan, pencemaran, keracunan, ketidak puasan kerja, kesalahan<br />

unsur manusia bisa dihindari. Dengan kata lain untuk mendapatkan hasil kerja<br />

yang optimal dengan produktivitas yang tinggi maka setiap aktivitas kerja harus<br />

berpedoman pada kaidah ergonomi.<br />

Penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja dapat menghindari keluhan<br />

muskuloskeletal yang bersifat sementara maupun menetap dapat<br />

diminimalisasikan, beban kerja dan kelelahan sebagai suatu keadaan yang<br />

tercermin dari gejala perubahan psikologis akibat aktivitas kerja yang berlebihan<br />

yang dalam jangka panjang terjadi tumpang tindih dan mengakibatkan inefisiensi<br />

atau ketidak mampuan fisik pekerja, sesuai tingkatan pekerjaan baik ringan<br />

sampai yang berat, baik dengan tenaga manual maupun mesin, hal ini terjadi<br />

karena perbaikan kondisi kerja bersifat sektoral dan belum dilakukan sinergitas<br />

antara sektor yang satu dengan sektor yang lain dalam satu kesatuan sistem. Atas<br />

dasar kesadaran akan kegagalan tersebut, maka pada era globalisasi yang sedang<br />

bergulir ini, mulailah dikembangkan dengan apa yang dinamakan dengan konsep<br />

pendekatan ergonomi total.<br />

2.3 Pendekatan Ergonomi Total<br />

Pendekatan ergonomi total adalah penerapan prinsip ergonomi melalui<br />

pendekatan Systemic, Holistic, Interdisiplinary & Participatory (SHIP Approach)<br />

yang dipadukan dengan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) (Manuaba,<br />

18


2003e; 2005a; 2006). Pendekatan ergonomi total adalah suatu pendekatan<br />

konseptual yang muncul dalam usaha pemecahan berbagai permasalahan yang<br />

timbul berkaitan dengan kerja atau aktivitas yang dilakukan manusia kapan dan<br />

dimana saja. Pendekatan ergonomi total muncul sebagai reaksi dari dampak<br />

pembangunan yang terjadi di tiga sektor di Propinsi Bali yaitu pariwisata,<br />

pertanian, dan industri kecil. Sebagai dampak dari pembangunan tersebut, maka<br />

muncul berbagai keluhan rasa sakit pada saat melakukan pekerjaan, keracunan,<br />

kecelakaan kerja, polusi udara, air, tanah, kerusakan lingkungan, adanya rasa tidak<br />

aman, nyaman masyarakat akibat proyek, penyakit akibat kerja. Upaya untuk<br />

mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pendekatan komprehensif yang<br />

lebih menekankan pada kajian dari berbagai disiplin ilmu dan melibatkan berbagai<br />

unsur terkait yang dalam pelaksanaannya membentuk satu kerja tim (team work)<br />

melalui sistem yang demokratis, mengedepankan kolaborasi potensi, membangun<br />

keterbukaan, kejujuran serta berpandangan jauh kedepan (Manuaba, 2003b).<br />

Pendekatan SHIP yang dimanfaatkan secara intensif oleh Bali oleh Bali-<br />

Human Ecology Study Group (Bali-HESG) yang memberikan kontribusi positif<br />

bagi pembangunan di Bali, sehingga makin banyak institusi pemerintah maupun<br />

swasta meminta untuk melaksanakan lokakarya berkaitan dengan pembangunan<br />

yang berkelanjutan. Pendekatan SHIP yang diawali dengan pendekatan :<br />

1) Sistemik<br />

Pendekatan sistemik diartikan bahwa kondisi kesehatan, kenyamanan dan<br />

keselamatan kerja yang dilihat dari aspek beban kerja, kelelahan dan<br />

gangguan muskuloskeletal serta produktivitas pekerja dalam melaksanakan<br />

19


aktivitas kerja beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dipandang<br />

sebagai suatu sistem yang terkait satu dengan yang lain.<br />

Melalui pendekatan sistem dimana semua faktor yang berada di dalam satu<br />

sistem dan diperkirakan dapat menimbulkan masalah harus ikut<br />

diperhitungkan sehingga tidak ada lagi masalah yang tertinggal atau<br />

munculnya masalah baru sebagai akibat dari keterkaitan sistem.<br />

2) Holistik<br />

Pendekatan holistik diartikan bahwa semua sistem yang terkait harus<br />

diperhitungkan. Subsistem yang terkait dengan masalah yang ada haruslah<br />

dipecahkan secara proaktif, profesional, dan menyeluruh. Secara holistik<br />

bahwa pemecahan masalah lebih menekankan pada faktor yang terkait<br />

dengan masalah kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan kerja.<br />

3) Interdisipliner<br />

Pendekatan interdisipliner diartikan semua disiplin ilmu yang terkait<br />

haruslah dimanfaatkan secara maksimal, karena makin tinggi kompleksitas<br />

masalah, maka makin dibutuhkan lintas disiplin ilmu yang terkait untuk<br />

dipecahkan. Karena masalah tidak akan terpecahkan secara maksimal, jika<br />

hanya satu disiplin ilmu saja yang ada di dalamnya.<br />

4) Partisipatori<br />

Pendekatan partisipatori adalah semua yang terlibat dalam pemecahan<br />

masalah tersebut harus dilibatkan seperti : Stakeholder, pimpinan<br />

perusahaan, karyawan, peneliti sejak awal dilibatkan agar dapat di<br />

20


wujudnyatakan suatu mekanisme kerja yang kondusif dan diperoleh produk<br />

yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman.<br />

Pendekatan SHIP memfokuskan pada semua masalah yang ada dalam<br />

sistem kerja harus dipecahkan melalui pendekatan sistem, dikaji secara holistik<br />

dan memanfaatkan lintas disiplin ilmu dengan maksud agar semua komponen<br />

dalam suatu sistem dapat terlibat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,<br />

monitoring sampai pada tahap evaluasi agar supaya mereka semua mengetahui<br />

suatu keberhasilan dan kegagalan dan secara bersama-sama mencari solusi<br />

pemecahannya. Dan sistem kerja akan memberikan hasil yang lebih baik, jika<br />

setiap pemecahan masalah dimanfaatkan secara baik sehingga tidak ada lagi<br />

masalah yang tertinggal atau muncul masalah baru dikemudian hari (Manuaba,<br />

2004c).<br />

Apabila dalam pelaksanaan perbaikan diperlukan teknologi, maka harus<br />

didahului dengan analisis teknologi tepat guna (TTG) yang dapat diterapkan<br />

dalam setiap perbaikan ergonomi (Manuaba, 2003,2004, 2005a) meliputi kajian<br />

dari aspek : a) teknis, b) ekonomi, c) ergonomi, d) sosial-budaya, e) hemat enerji,<br />

dan f) ramah lingkungan. Dalam setiap aktivitas kerja untuk dapat bersaing, maka<br />

dengan menggunakan pendekatan ergonomi total harus mampu mengubah tempat<br />

kerja, tenaga kerja, pasar kerja dan manajemen kerja lebih efektif dan efisien<br />

sehingga mendapatkan hasil yang positif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan<br />

ergonomi total yang diawali dengan mengindentifikasi 8 aspek masalah<br />

(Manuaba, 2006) yang terdiri dari :<br />

1) Nutrisi.<br />

21


Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat dan<br />

berpengaruh terhadap efisiensi dan produktivitas kerja. Agar nutrisi dapat<br />

diserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh, maka diperlukan tubuh yang<br />

sehat. Keadaan gizi sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara<br />

energi yang masuk dan keluar. Untuk menjaga keseimbangan tersebut, maka<br />

perlu pengaturan komposisi dan pola makan yang disesuaikan dengan<br />

karakteristik dan beban kerja.<br />

Untuk pekerjaan fisik seperti pemasangan dinding batu yang<br />

dilakukan di tempat panas, maka kebutuhan karbohidrat dan mineral lebih<br />

dominan (Grandjean, 1993; Dekker, dkk., 1996). Pemberian tambahan<br />

nutrisi pada saat istirahat sangat dianjurkan untuk mengembalikan kalori<br />

dan memulihkan tenaga yang terpakai.<br />

2) Penggunaan Tenaga Otot<br />

Proses kerja secara manual lebih memerlukan penggunaan tenaga otot.<br />

Kekuatan otot ditentukan oleh sifat dari sel otot itu sendiri. Kontraksi otot<br />

memerlukan energi dan menghasilkan zat sisa metabolisme (Cummings,<br />

2003). Ketersediaan energi tergantung pada ketersediaan oksigen dan zat<br />

makanan yang dihantarkan oleh sirkulasi intramuskular. Kontraksi kontinyu<br />

dan monoton akan menyebabkan oklusi intramuskular sehingga mengurangi<br />

produksi ATP menjadi dua mol dan terbentuk asam laktat akibat<br />

metabolisme dan anaerobik (Grandjean & Kroemer, 2000). Penurunan<br />

energi dan akumulasi asam laktat akan mempercepat timbulnya kelelahan<br />

dan keluhan otot yang apabila terakumulasi akan menimbulkan nyeri otot<br />

22


(Guyton & Hall, 2000). Oleh karena itu di dalam merancang kondisi kerja,<br />

perlu diperhatikan batas-batas kemampuan baik gerakan maupun kekuatan<br />

otot. Untuk setiap metode dan peralatan kerja harus dirancang sedemikian<br />

rupa sehingga gerakan otot tidak bertentangan dengan gerakan fisiologis<br />

atau gerakan alamiah dari otot bersangkutan.<br />

3) Sikap Kerja<br />

Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah sehingga<br />

tidak menimbulkan sikap paksa yang melampaui kemampuan fisiologis<br />

tubuh (Grandjean dan Kroemer, 2000; Manuaba, 1998). Sikap kerja paksa<br />

bisa terjadi pada saat memegang, mengangkat dan mengangkut, duduk atau<br />

berdiri terlalu lama dan lain sebagainya (Adnyana, 2001; Chung, dkk.,<br />

2003; Dempsey, 2003; Ferreira, 2005; Ferguson, dkk., 2005). Sikap tidak<br />

alamiah ini terjadi karena interaksi antara pekerja dan alat kerja yang kurang<br />

berimbang atau alat kerja yang digunakan kurang sesuai dengan<br />

antropometri pekerja.<br />

4) Lingkungan Kerja<br />

Kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja<br />

seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung (Rodahl, 1989;<br />

Manuaba, 2000). Kondisi mikroklimat, kebisingan, getaran, dan kualitas<br />

udara yang melebihi nilai ambang batas atau standar yang telah<br />

direkomendasikan, dapat memperlemah fungsi tubuh, menurunkan kinerja<br />

dan pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Dalam proses<br />

pemasangan dinding bata yang lebih banyak dilakukan di tempat terbuka,<br />

23


kondisi lingkungan yang perlu dicermati adalah paparan panas matahari,<br />

kebisingan, dan kadar debu yang tinggi.<br />

5) Waktu Kerja<br />

Sudah menjadi kesepakatan internasional bahwa waktu kerja optimal<br />

adalah 7 jam perhari atau 40 jam perminggu untuk enam hari kerja<br />

(Spurgeon, 2003). Dalam beberapa kasus, perpanjangan waktu kerja justru<br />

menurunkan hasil kerja dan mempunyai kecenderungan untuk timbulnya<br />

kelelahan, gangguan/penyakit dan kecelakaan. Waktu kerja maksimal di<br />

mana seseorang dapat bekerja dengan baik dengan kondisi lingkungan kerja<br />

yang normal adalah 8 jam per hari termasuk jam istirahat (Suma’mur, 1982;<br />

Grandjean, 1993; Decker dkk, 1996). Tentu saja untuk kondisi lingkungan<br />

yang tidak memenuhi standar/nilai yang disyaratkan, perlu dilakukan<br />

penyesuaian sehingga pekerja tidak terpapar oleh kondisi ekstrim dalam<br />

waktu yang lama.<br />

6) Sistem Informasi.<br />

Informasi bagi karyawan merupakan suatu hal yang penting dalam<br />

proses produksi. Penyampaian rincian tugas untuk masing-masing karyawan<br />

secara jelas dan terperinci dapat menekan timbulnya kesalahan. Dalam<br />

penyampaian informasi, ada beberapa sistem yang dapat digunakan, antara<br />

lain dengan komunikasi lisan, informasi tertulis baik yang disampaikan<br />

langsung kepada karyawan atau dipasang di papan pengumuman dan dapat<br />

pula berupa slogan-slogan kerja yang dipasang di tempat-tempat strategis<br />

24


yang dapat dilihat oleh karyawan setiap saat. (Grandjean & Kroemer, 2003;<br />

Manuaba, 1999).<br />

7) Kondisi Sosial Budaya<br />

Rasa nyaman di tempat kerja dipengaruhi pula oleh kondisi sosial<br />

budaya di lingkungan kerja, lingkungan keluarga maupun lingkungan<br />

masyarakat (Nala, 2002). Pekerja akan merasa nyaman bila keadaan<br />

keluarga, hubungan antar keluarga, antar pekerja dan antara atasan dan<br />

bawahan berlangsung harmonis. Harmonisasi lingkungan kerja akan<br />

menyebabkan pekerja akan lebih berkonsentrasi pada tugasnya masing-<br />

masing sehingga efisiensi tercapai dan akhirnya pencapaian produktivitas<br />

bisa optimal.<br />

8) Interaksi Manusia – mesin<br />

Budaya kerja yang ada hingga saat ini lebih mengkondisikan pekerja<br />

sebagai bagian dari mesin, sehingga manusialah yang diharapkan mampu<br />

menyesuaikan diri dengan cara kerja mesin. Hal ini sangat bertentangan<br />

dengan prinsip dasar ergonomi. Dalam konsep ergonomi, maka prioritas<br />

utama adalah menyesuaikan desain dan system kerja mesin dengan<br />

kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia (Fitting the job to the<br />

man) (Grandjean & Kroemr, 2000; Manuaba, 2005b). Oleh karena itu<br />

setiap interaksi alat dengan mesin harus dirancang sedemikian rupa<br />

sehingga terjadi keharmonisan antara daya kerja mesin dengan<br />

kemampuan, kebolehan dan keterbatasan pekerja. Desain alat dan<br />

perlengkapan kerja hendaknya benar-benar disesuaikan dengan ukuran<br />

25


tubuh pekerja sehingga pekerja dapat melakukan tugasnya dengan sikap<br />

yang alamiah.<br />

2.4 Penerapan Ergonomi Total Pada Proses Penangkapan Ikan<br />

Penerapan konsep ergonomi total pada proses penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin yang pertama di Indonesia ini, pada dasarnya berdasarkan pada 8<br />

aspek ergonomi, dan 6 kriteria dari teknologi tepat guna yang dimulai dari :<br />

1. Gizi dan Nutrisi<br />

Gizi dan nutrisi sangat mempengaruhi kondisi kerja nelayan pada waktu<br />

penangkapan ikan di Malam hari. Untuk menjaga keseimbangan antara energi<br />

yang masuk dan keluar. Energi yang masuk selalu terdapat zat dan mineral yang<br />

diperlukan untuk mempertahankan fungsi sel tubuh melalui pengaturan pola<br />

makan dan minum serta istirahat, dan energi yang keluar akibat adanya aktivitas<br />

kerja menangkap ikan.<br />

Berkaitan dengan gizi dan nutrisi yang adi kuat sebagai sumber energi,<br />

maka pola pengaturan makan, minum dan istirahat berlangsung sebagai berikut :<br />

1) snack dan minum pagi, pukul 07.00-08.00, 2) istirahat, pukul 09.00-13.00, 3)<br />

makan siang, pukul 13.00-14.00, 4) istirahat, pukul 14.00-18.00, 5) makan<br />

malam, pukul 18.00-19.00. Aktivitas penangkapan ikan mulai persiapan sampai<br />

pelaksanaan berlangsung dari pukul 20.00 sampai dengan pukul 06.00 pagi dan<br />

untuk rehat disediakan teh manis dan air putih. Kondisi kerja seperti ini terasa<br />

cukup dan berlangsung selama melakukan aktivitas penangkapan ikan.<br />

26


2) Penggunaan Tenaga Otot.<br />

Dalam proses penangkapann ikan dengan pukat cincin, maka penggunaan<br />

tenaga otot sangat berlebihan pada saat penawuran jaring sampai pada penarikan<br />

pukat cincin. Penurunan energi dan akumulasi asam laktat akan mempercepat<br />

timbulnya kelelahan fisik dan keluhan otot apabila terakumulasi, maka akan<br />

menimbulkan nyeri otot. Untuk itu, setiap metode dan peralatan kerja harus<br />

dirancang dengan berpedoman pada kaidah ergonomi sehingga gerakan otot tidak<br />

bertentantangan dengan gerakan fisiologis atau gerakan alamiah dari otot<br />

tersebut.<br />

3) Sikap Kerja.<br />

Sikap kerja nelayan pada waktu menarik pukat cincin, nampak jelas<br />

dilakukan nelayan dengan kedua tangan dalam waktu lama, badan membungkuk<br />

kedepan, dan kedua kaki terjulur menahan beban tarikan sehingga menimbulkan<br />

sikap kerja paksa. Sikap kerja seperti ini kurang nyaman, beban kerja sangat berat<br />

dan sering ada keluhan muskuloskeletal, apabila hal ini dilakukan berulang-<br />

ulang, maka akan menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk<br />

menghindari sikap kerja paksa ini, maka perlu dirancang alat bantu kerja berupa<br />

katrol untuk menarik pukat cincin dengan cepat dan mengurangi beban kerja,<br />

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal sehingga kecelakaan dan penyakit akibat<br />

kerja dapat diminimalisasikan.<br />

4) Kondisi Lingkungan.<br />

Kondisi lingkungan iklim mikro seperti kecepatan angin, suhu udara dan<br />

kelembaban sangat mempengaruhi kondisi lingkungan tempat bekerja. Di<br />

27


Perairan laut daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan dalam<br />

melakukan aktivitas sangat sangat membutuhkan cuaca yang tenang dan<br />

pengaturan tata letak perahu lampu agar tidak menyilaukan nelayan pada waktu<br />

penarikan pukat cincin.<br />

5) Kondisi Waktu<br />

Nelayan dalam tugas kerja menangkap ikan di laut pada malam hari<br />

memerlukan aktivitas fisik yang lebih berat karena banyak mengeluarkan energi.<br />

Untuk itu, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat menjadi prioritas utama<br />

dan bilamana terjadi perbaikan dengan adanya intervensi ergonomi dengan pola<br />

kebiasaan lama, hendaknya itu sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi sehingga<br />

aspek kesehatan, kenyamanan dan keselamatan kerja menjadi prioritas utama<br />

sehingga kesejahteraan nelayan meningkat.<br />

6) Kondisi Informasi dan Komunikasi<br />

Kondisi informasi dalam proses penangkapan ikan di laut sangat<br />

menentukan, sebab pemberian informasi dari pimpinan (tonaas) kepada nelayan<br />

harus jelas dan terperinci baik tertulis maupun secara lisan, agar supaya masing-<br />

masing nelayan mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diberikan seperti : 1)<br />

siapa yang bertugas menarik tali pelampung, 2) yang bertugas menarik isi perut<br />

jaring, 3) yang bertugas menarik tali cincin, dan 4) yang bertugas penawuran<br />

jaring. Peranan komunikasi sangat menentukan terhadap peningkatan produksi<br />

penangkapan serta dapat menekan timbulnaya kesalahan pada waktu aktivitas<br />

penangkapan berlangsung.<br />

28


Menciptakan komunikasi dua arah yang harmonis antara nelayan pemilik<br />

dan nelayan penangkap sangat didambahkan terutama dalam sistim bagi hasil dari<br />

usaha penangkapan ikan. Komunikasi yang terjalin penuh kemesraan, akan<br />

memberikan motivasi dan semangat etos kerja yang tinggi serta membangkitkan<br />

rasa percaya diri dan rasa memiliki terhadap keberlangsungan usaha, sebab<br />

nelayan penangkap ikan bukan salah satu faktor produksi perusahaan, tetapi<br />

sebagai bagian dari investasi perusahaan dalam meningkatkan produksi hasil<br />

penangkapan.<br />

7) Kondisi Sosial Budaya<br />

Kondisi sosial budaya bagi masyarakat nelayan, baik nelayan pemilik<br />

maupun nelayan penangkap bagaikan bapak-pengikut (patron-client). (Scott,<br />

1988) menyatakan bahwa pada satu pihak seorang individu nelayan pemilik<br />

dengan status sosial yang lebih tinggi disebut (patron), menggunakan<br />

pengaruhnya dengan sumber-sumber yang dimiliki untuk memberikan<br />

perlindungan bagi seorang yang status ekonominya lebih rendah yaitu nelayan<br />

penangkap (client), dan sebaliknya client membalas dengan memberikan<br />

dukungan dan bantuan pelayanan termasuk motivasi dan etos kerja yang tinggi.<br />

Hubungan sosial budaya yang terbentuk pada masyarakat nelayan terjadi<br />

pada saat pembagian hasil tangkapan atau yang biasa disebut sistim bagi hasil.<br />

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi sistim bagi hasil yang disepakati<br />

bersama, maka akan menimbulkan konflik internal antara nelayan pemilik dan<br />

nelayan penangkap dan mengakibatkan nelayan tidak melaut, sehingga tidak<br />

terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari.<br />

29


8) Interaksi Manusia – Mesin<br />

Interaksi manusia mesin (man-machine interface) dapat berfungsi lebih<br />

efektif dan efisien, apabila manusia dan mesin terpadu dan disiplin dalam<br />

melakukan fungsi produksi. Manusia yang menggunakan peralatan kerja mampu<br />

beradaptasi, berinteraksi dengan mesin atau alat yang dirancang secara ergonomi<br />

dan hasil rancangan kerja harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan<br />

dengan kemampuan dan keterbatasan manusia (Manuaba, 2004, 2005a, 2005b).<br />

Interaksi manusia mesin pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin dilakukan secara serasi untuk menjamin bahwa proses kerja dapat<br />

mencapai hasil yang optimal. Dengan intervensi ergonomi yang diterapkan di<br />

lingkungan kerja nelayan adalah merupakan aktivitas rancang bangun yang<br />

disesuaikan dengan kemajuan teknologi, maka diperlukan pemahaman tentang<br />

antropometri melalaui data ukuran tubuh setiap nelayan dan dalam penerapannya<br />

selalu menghendaki adanya perbaikan pada setiap lingkungan kerja secara<br />

terpadu dan integrasi, sehingga dapat membangun suatu kondisi kerja yang<br />

kondusif, sehat, aman, nyaman, efektif, efisien dan produktif.<br />

Dalam penerapan konsep ergonomi total pada penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin, memiliki beberapa tahapan yang dimulai dari : a) indentifikasi<br />

masalah, b) penentuan prioritas terhadap masalah-masalah yang diindentifikasi<br />

termasuk kekuatan dan kelemahannya dengan menggunakan (SWOT analysis), c)<br />

disusun suatu rencana kerja aksi (action plan) yang bersumber pada teknologi<br />

tepat guna (TTG) dengan 6 kriteria utama (Adiputra, 2000 dan Manuaba, 2005a)<br />

yaitu :<br />

30


1) Secara teknik, pembuatan alat kerja katrol oleh nelayan sangat mudah<br />

dikerjakan dan tidak sulit dirawat, menggunakan bahan dan material sangat<br />

sederhana, aman, kuat dan memiliki daya tahan lama serta kualitas hasil lebih<br />

baik dan sangat praktis untuk dioperasikan.<br />

2) Secara ekonomi, lebih efisien dan harganya murah dan mudah untuk didapati<br />

serta dapat dijangkau oleh nelayan, sehingga memberikan keuntungan bagi<br />

setiap keluarga nelayan dan tidak menimbulkan pemutusan hubungan kerja<br />

(PHK) bagi nelayan, tetapi sebaliknya menciptakan lapangan kerja baru dan<br />

memberikan kesempatan kerja bagi generasi muda yang putus kuliah.<br />

3) Secara ergonomi, alat tersebut tidak menimbulkan kecelakaan kerja dan<br />

penyakit akibat kerja, tetapi sebaliknya menciptakan kondisi kerja yang sehat,<br />

aman, nyaman, efektif, efisien dan produktif.<br />

4) Hemat energi, alat kerja katrol yang dalam penggunaannya pada aktivitas<br />

penangkapan ikan dengan pukat cincin dapat menghemat dan mengurangi<br />

energi.<br />

5) Sosial budaya, alat kerja katrol dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat<br />

nelayan baik nelayan pemilik maupun nelayan penangkap dengan mengikuti<br />

tatanan, aturan, norma serta tradisi budaya masyarakat setempat baik tertulis<br />

maupun lisan, sehingga dapat merubah pola pikir masyarakat yang tradisional<br />

menjadi masyarakat modern (Nala, 2002).<br />

6) Ramah lingkungan, alat kerja katrol tidak merusak lingkungan, tetapi<br />

menciptakan keseimbangan ekosistem antara keragaman dan keseragaman<br />

biota laut, bahkan ikan-ikan yang tertangkap sejenis pelagis pilihan berukuran<br />

31


esar sesuai dengan mata jaring pukat cincin.<br />

2.5 Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai<br />

Kehidupan masyarakat nelayan yang mendiami daerah pesisir pantai<br />

dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan penangkap ikan yang hidupnya<br />

tergantung langsung pada hasil laut baik dengan cara melakukan penangkapan<br />

ataupun budi daya ikan. Dan dalam kelangsungan hidupnya sangat tergantung<br />

pada cuaca alam, apabila situasi alam terganggu laut bergelombang dan disertai<br />

angin kencang, maka nelayan tidak melaut, sehingga mengakibatkan tidak<br />

terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga nelayan.<br />

Dalam banyak hal masyarakat nelayan di Pesisir pantai mereka telah<br />

membentuk sebuah lingkungan permukiman sendiri dan memiliki sosio-budaya<br />

yang khas yaitu berburu dan menangkap ikan (hunting and fishing) dan memiliki<br />

daerah jelajah yang berpindah-pindah tempat sebagai proses adaptasi terhadap<br />

habitat yang dekat pantai dan sekaligus telah menyatu dengan laut, dalam<br />

kehidupannya mereka membentuk tradisi yang diwariskan secara turun-temurun<br />

dari generasi ke generasi.<br />

Proses adaptasi di kalangan masyarakat nelayan mereka memiliki ciri-<br />

ciri utama yaitu : a) kedua pihak menguasai sumber daya yang tidak<br />

seimbang, b) saling menguntungkan dan tidak ada unsur paksaan di antara<br />

kedua belah pihak, c) adanya hubungan mesra di antara kedua belah pihak<br />

(Imron, 2003).<br />

32


Dilihat dari kesejahteraan hidupnya nelayan di pesisir pantai tergolong<br />

masyarakat yang mempunyai pandapatan rendah bila dibandingkan dengan<br />

pendapatan masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan karena alat tangkap yang<br />

digunakan nelayan bersifat tradisional, mulai dari armada penangkapan perahu,<br />

alat tangkap, dan teknik menangkap ikan sampai tingkat pengetahuan dan<br />

keterampilan yang dimiliki masih rendah.<br />

Proses penangkapan ikan terjadi apabila adanya kesempatan melaut, musim<br />

ikan, dan keadaan laut angin yang tenang bertiup tidak merubah arah, arus yang<br />

teduh. Hasil tangkapan sangat tergantung pada faktor-faktor produksi seperti : a)<br />

adanya rumpon, b) biaya tetap sebagai modal investasi, c) biaya bahan-bahan<br />

seperti biaya perawatan, d) bahan bakar dan konsumsi nelayan selama di laut<br />

serta, e) jenis alat tangkap yang digunakan.<br />

Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di lokasi penangkapan<br />

ikan laut Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara didapati<br />

bahwa nelayan pada waktu proses penangkapan berlangsung mereka masih<br />

menggunakan sistem kerja lama menarik pukat cincin dengan kedua tangan<br />

dalam waktu lama dan fasilitas kerja yang ada masih tergolong tradisional.<br />

Sistem bagi hasil dikalangan masyarakat nelayan antara nelayan pemilik<br />

dan nelayan penangkap (buruh) masih mengikuti pola kelembagaan tradisi<br />

masyarakat pantai dengan kebiasaan sebagian besar masih menggunakan hukum<br />

adat tidak tertulis (konvensi), dimana hukum yang hidup sebagai peraturan<br />

kebiasaan yang dipertahankan dari masa ke masa.<br />

33


Dilihat dari segi individu nelayan dalam keberadaannya tidak dapat<br />

mempengaruhi harga ikan di pasar, sedangkan target produksi penangkapan harus<br />

mencapai 8000 kg perbulan. Dan untuk mencapai target penangkapan ini, maka<br />

disinilah terjadi gangguan kesehatan dan keselamatan kerja nelayan sehingga<br />

mengakibatkan terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.<br />

2.6 Peralatan Tangkap Pukat Cincin<br />

Pukat cincin atau purse seine yang oleh masyarakat nelayan di Sulawesi<br />

Utara lebih dikenal dengan nama soma pajeko adalah termasuk salah satu jenis<br />

jaring lingkar yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan-ikan sejenis<br />

pelagis yang membentuk gerombolan dengan kepadatan yang tinggi dimana<br />

jaring ditebarkan mengelilingi kelompok ikan sehingga akan menjadi dinding<br />

penghalang yang berfungsi untuk mencegah agar ikan yang tertangkap tidak<br />

keluar (Kanagaya, 2005).<br />

Jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya, maka alat tangkap pukat<br />

cincin ini dapat menangkap ikan hingga kedalaman 150 meter atau lebih<br />

tergantung ukuran dan konstruksi jaring. Pukat cincin terdiri dari beberapa bagian<br />

antara lain : bagian kantong, perut, bahu dan sayap (Nomura dan Yamazaki,<br />

2003). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2<br />

34


Keterangan dan Ukurannya :<br />

Kantong = 45 m 1. Tali pelampung = 310 m 6. Timah pemberat = 0,55 kg<br />

Perut = 30 m 2. Tali ris atas = 310 m 7. Tali ikatan cincin = 30<br />

cm<br />

Bahu = 20 m 3. Pelampung = 310 m 8. Tali cincin = 290 m<br />

Sayap = 10 m 4. Tali ris bawah = 310 m 9. Cincin timah = 0.10 kg<br />

5. Tali pemberat = 310 m<br />

Gambar 2.2 Model Pukat Cincin<br />

35


Dari hasil survei pada masing-masing bagian di atas, dapatlah dijelaskan<br />

bahwa: a) bagian kantong adalah tempat mengumpulkan ikan dari hasil<br />

tangkapan. Dalam proses penangkapan maka bagian kantong akan menjadi huruf<br />

“U” setelah penarikan tali cincin, b) perut jaring berfungsi mempercepat tarikan<br />

tali pukat cincin, c) bahu jaring adalah tempat menahan beban cincin, d) sayap<br />

jaring adalah tempat memagari dan mengurung ikan untuk tidak keluar dari<br />

tangkapan.<br />

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapatlah dikemukakan fungsi dari<br />

masing-masing bagian pukat cincin yaitu: 1) tali pelampung berfungsi sebagai<br />

pengikat pelampung, 2) tali ris atas berfungsi untuk menggantungkan jaring yang<br />

berpasangan dengan tali pelampung, 3) pelampung adalah tempat menahan jaring<br />

dan timah pemberat gaya apung yang berbentuk bola terbuat dari plastik di<br />

pasang pada bagian kantong dan bagian ujung tali tarik, 4) tali ris bawah berfungsi<br />

sebagai penahan jaring bagian bawah yang berpasangan dengan tali pemberat<br />

yang digunakan sebagai penghubung cincin dengan jaring, 5) tali pemberat<br />

berfungsi untuk mengikat pemberat timah yang bersama-sama dengan tali ris<br />

bawah dirangkai pada jaring bagian bawah, 6) timah adalah pemberat yang<br />

digunakan dari bahan timah hitam (Pb) berbentuk lonjong dengan berat di udara<br />

200 gr, 7) tali ikatan cincin dirangkai bersama dengan jaring bagian bawah<br />

berfungsi sebagai tempat menahan pemberat, 8) tali cincin dipasang pada cincin<br />

dan berfungsi untuk menarik agar cincin berkumpul sehingga jaring membentuk<br />

kantong, dan 9) cincin yang digunakan pada pukat adalah menggunakan bahan<br />

kuningan (Br) dengan masa jenis 7,82 kg/m3 berbentuk bulat dengan ukuran dan<br />

jumlahnya sesuai kebutuhan.<br />

36


Berdasarkan uraian di atas, maka konstruksi pembuatan pukat cincin yang<br />

terdiri dari dari beberapa bagian yaitu : jaring, tali-temali, pelampung, pemberat<br />

(timah), dan cincin yang di pasang pada bagian bawah dan pada sisi jaring. Maka<br />

pukat cincin dapat memberikan hasil yang sangat besar pada proses penangkapan<br />

ikan, karena panjang pukat cincin sesuai dengan panjang tali pelampung dan<br />

lebar pukat cincin sesuai dengan kedalaman jaring yang terentang sempurna<br />

didalam air dan penawuran jaring harus dilakukan dengan cepat sesuai dengan<br />

kecakapan dan keahlian pemimpin tonaas (Katiandagho, 2006).<br />

Operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin dilakukan pada malam hari,<br />

dengan menggunakan alat bantu rumpon (rakit) dan perahu lampu. Perahu lampu<br />

seperti tipe perahu pelang yang digunakan untuk meletakkan lampu laguna yang<br />

menyerupai lampu petromax berfungsi untuk memikat ikan supaya berkumpul<br />

dalam satu area penangkapan. Tipe perahu dapat diuraikan berikut ini.<br />

2.6.1 Perahu dan Lampu Laguna<br />

Hasil penelitian peandahuluan membuktikan bahwa proses penangkapan<br />

ikan dengan pukat cincin dilakukan pada malam hari dengan menggunakan alat<br />

bantu perahu dan lampu laguna yaitu : Perahu lampu tipe pelang ini mempunyai<br />

ukuran panjang (L) 8 m, Lebar (B) 1 m, di samping kiri dan kanan terdapat<br />

sema-sema dari bambu, sedangkan di depan dan belakang perahu terlihat 2 balok<br />

melintang yang terbuat dari batang kelapa sebagai tempat meletakkan lampu<br />

laguna dan sekaligus untuk menjaga keseimbangan perahu agar tidak goyah dan<br />

tengelam bila diterpa gelombang laut.<br />

37


Bentuk perahu type pelang Panjang 8 meter Lebar 0,8 meter yang<br />

digunakan untuk meletakkan lampu laguna seperti tampak pada Gambar 2.3<br />

Gambar 2.3 Perahu lampu tipe pelang<br />

1<br />

2<br />

3 Keterangan gambar :<br />

1 = Kepala lampu<br />

4<br />

2 = Kap lampu<br />

3 = Kaos lampu<br />

5<br />

4 = Tiang lampu<br />

Gambar 2.4 Lampu Laguna<br />

Lampu laguna adalah lampu yang menyerupai petromax, dimana lampu<br />

laguna dilengkapi dengan sebuah kap, kepala lampu, kaca, tiang besi dan kaos<br />

lampu serta tengki sebagai tempat penampung bahan bakar dari minyak tanah dan<br />

lampu laguna memiliki daya tahan 15 jam.<br />

2.6.2 Rumpon dan Rakit<br />

Rumpon adalah alat bantu untuk melakukan penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu<br />

area penangkapan fishing ground. Posisi rumpon berada pada kedalaman 1200<br />

meter dan konstruksi pelampung dari bambu, aktraktor atau gara-gara dari daun<br />

38


kelapa atau daun lontar, tali-temalinya menggunakan tali nilon (sintetic fibres)<br />

dan pemberat menggunakan drum yang sudah dilakukan pengecoran beton,<br />

seperti pada Gambar 2.5.<br />

Keterangan :<br />

a. Rakit (8 m x 2 m) terbuat dari bambu<br />

b. Tali Anak (diameter 8 mm)<br />

c. Tali jangkar (diameter 20 mm)<br />

d. Gara-gara (daun lontar / daun kelapa)<br />

e. Jangkar/ pemberat (drum) = 200 – 300 kg<br />

Gambar 2.5 Posisi Rakit di Laut<br />

Disekitar rakit dan rumpon terdapat tempat berkumpulnya banyak<br />

plankton-plankton dan spesis ikan-ikan kecil lainnya sehingga menarik ikan yang<br />

lebih besar untuk memakannya.<br />

A<br />

Bentuk rumpon seperti tampak pada Gambar 2.6.<br />

drum cor<br />

B C<br />

kumpulan<br />

kumpulan<br />

Gambar 2.6 Posisi Rumpon A, B dan C di Permukaan Laut<br />

39


Dapat pula dijelaskan bahwa pada gambar A bentuk rumpon dengan tiga<br />

buah sahu yang menahan tali induk dan dilengkapi dengan gara-gara daun kelapa,<br />

segi tiga di atas rakit memberikan tanda atau kode bagi kapal-kapal penumpang<br />

yang melewati supaya tidak ditabrak.<br />

Pada gambar B bentuk rumpon lengkap dengan gara-gara dan penahan<br />

tali induk terdiri dari sekumpulan batu-batu besar yang diikat menjadi satu.<br />

Sedangkan bentuk rumpon pada gambar C dimana posisi rumpon akan melepas<br />

dari ikatan tali induk sebab akan dilakukan penangkapan dengan pukat cincin.<br />

Tampak pada foto 2.1 ini sebuah rakit di atas permukaan laut.<br />

Foto 2.1 Rakit di atas permukaan laut<br />

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di Lokasi penelitian<br />

membuktikkann bahwa operasi penangkapan yang dilakukan dengan pukat cincin<br />

menggunakan alat bantu rakit dilakukan pada malam hari.<br />

40


Untuk melakukan operasi penangkapan di malam hari, rakit dan lampu<br />

menjadi satu untuk mengumpulkan dan menaikkan ikan ke permukaan. Jika ikan<br />

masih menyebar, maka posisi rakit bergerak perlahan untuk memisahkan dengan<br />

pelampung yang diikat dan gara-gara yang ada dibawah rakit dinaikkan dan<br />

nelayan perahu lampu menutup sebagian cahaya sehingga ruang gerak ikan<br />

dibatasi, setelah ikan bergerombol dengan kepadatan yang tinggi maka nelayan<br />

yang ada di perahu lampu memberikan isyarat pada kapal induk untuk bersiap<br />

melakukan penangkapan sehingga ikan dapat dijinakkan. Pada proses<br />

penangkapan melalui penawuran jaring dengan cepat, melingkari secara<br />

horizontal, memagari secara vertikal dari permukaan laut hingga suatu<br />

kedalaman tertentu, mengurung dengan menutup bagian bawah jaring dan<br />

penarikan tali cincin maka muncul masalah ergonomi.<br />

Pada penarikan pukat cincin nelayan menggunakan kedua tangan dalam<br />

waktu lama dan panjang, sikap kerja duduk menarik, postur tubuh membungkuk,<br />

tungkai terjulur dan telapak kaki sebagai bantalan penahan tarikan, dan sering<br />

memanfaatkan jangkauan tangan ke depan dari batas maksimal dan pada akhir<br />

penarikan muncul rasa lelah dan nelayan mengeluh rasa sakit. Selama proses<br />

penangkapan berlangsung nelayan menunjukkan sikap kerja paksa menyebabkan<br />

timbulnya kelelahan, beban kerja berat dan adanya keluhan muskuloskeletal<br />

sehingga akan mengakibatkan penyakit dan cidera akibat kerja.<br />

Posisi jaring, rumpon dan perahu lampu terentang sempurna seperti<br />

tampak pada Gambar 2.7.<br />

41


.<br />

Gambar 2.7 Operasi penangkapan menggunakan rumpon dan lampu<br />

Pada gambar di atas tampak jelas bahwa proses penangkapan dengan<br />

pukat cincin sedang melakukan operasi penangkapan di malam hari terlihat pukat<br />

masih melebar berbentuk bulat disaat penarikan tali cincin dan perahu lampu<br />

masih berada dalam jaring. Apabila pukat sudah mengecil, maka akan terlihat<br />

sejumlah ikan yang tertangkap, seperti pada Gambar 2.8.<br />

Gambar 2.8 Pukat cincin berbentuk kantong<br />

Dengan penarikan tali cincin dan pelampung dari permukaan hingga suatu<br />

kedalaman, maka pukat cincin menjadi mengecil berbentuk kantong sehingga ikan<br />

yang tertangkap tidak dapat keluar.<br />

42


2.6.3 Tali Penarikan Pukat Cincin<br />

Jenis tali pemberat sebagai tempat pemasangan cincin disebut brid<br />

berukuran polyethylene (PE) ∅ 18-22 mm yang dipasang dengan cara<br />

dimasukkan kedalam cincin dan berfungsi untuk menarik cincin agar cincin<br />

terkumpul sehingga jaring membentuk kantong.<br />

Dari<br />

hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di atas kapal KM. Tiberias<br />

didapatkan bahwa ada jenis tali-temali lainnya yang dipasang tersambung dengan<br />

tali ris atas pelampung dan tali ris bawah pemberat dan berfungsi untuk<br />

menggantungkan jaring, panjang kedua tali ini sesuai dengan panjang jaring<br />

soma pajeko dan tergantung sesuai dengan ukuran dan konstruksi pukat cincin<br />

(Nomura dan Yamazaki, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada foto 2.2.<br />

Foto : 2.2 Tali pukat cincin<br />

Semakin dalam tenggelamnya jaring maka semakin besar tali cincin yang<br />

dibutuhkan, hal ini berarti ikan yang tertangkap tidak ada yang keluar sehingga<br />

43


tempo penarikan semakin lama dan panjang dan waktu yang dibutuhkan akan<br />

cenderung bertambah.<br />

Dalam proses ini jaring harus tengelam mencapai kedalaman maksimum,<br />

sehingga ikan tidak dapat berenang lebih dalam lagi, oleh karenanya dibutuhkan<br />

kelajuan dari tali pemberat untuk mengimbangi kecepatan renang ikan<br />

(Kanagaya, 2005) menyatakan bahwa tegangan pada tali cincin mempunyai<br />

pengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan terutama kedalaman<br />

tenggelam tali pemberat dan perubahan kedalaman selama penarikan tali cincin.<br />

Jika selama penawuran jaring, tali cincin mendapat tegangan yang<br />

besar, maka jaring tidak dapat terbuka dengan kedalaman penuh oleh karena<br />

keberhasilan pengambilan hasil tangkapan tergantung pada beberapa faktor<br />

antara lain : penarikan tali cincin, penarikan jaring, kecepatan kapal, keadaan<br />

perairan, pendidikan dan keterampilan anak buah kapal, pengalaman<br />

menangkap ikan dan perlengkapan yang digunakan di atas kapal (Katiandagho<br />

and Fridman, 2006).<br />

2.6.4 Kapal Penangkapan Ikan<br />

Armada penangkapan yang mengoperasikan pukat cincin untuk<br />

penangkapan sejenis ikan pelagis adalah kapal yang mempunyai tipe lambut<br />

dengan bobot 40 – 80 GT sebagai kapal induk. Tenaga penggerak yang digunakan<br />

pada kapal induk berupa motor tempel merk Yamaha tipe enduro dengan<br />

kekuataan dorong 40 HP sebanyak 4-5 buah untuk setiap unit perahu penangkap<br />

dan ada sebagian aramada penangkap menggunakan mesin dalam. Untuk jelasnya<br />

dapat dilihat pada foto 2.3<br />

44


(a) Tampak Samping<br />

(b) Tampak Atas<br />

Foto 2.3 Tipe kapal penangkap ikan<br />

Gambar 2.9 Kapal Tipe Lambut Pukat Cincin<br />

45


Nama Perahu /<br />

Tipe<br />

A. KM. Tiberias<br />

“Lambut”<br />

B. KM. Masmur<br />

“Lambut”<br />

Tabel 2.1<br />

Keterangan kapal tipe Lambut Penangkap Ikan<br />

Ukuran Utama Kapal<br />

Tenaga<br />

Panjang (L) Lebar (B) Dalam (D) Penggerak<br />

(m) (m) (m) (HP)<br />

21,5 5,15 2,25 Mesin tempel<br />

40PK (5 buah)<br />

21,5 5,15 2,25 Mesin tempel<br />

40PK (5 buah)<br />

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dapat dijelaskan bahwa nelayan<br />

pukat cincin adalah pekerja yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi<br />

penangkapan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu rumpon dan<br />

lampu berdasarkan musim dan bagi sebagian besar anak buah kapal adalah laki-<br />

laki, sedangkan wanitanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan di tepi pantai saja<br />

termasuk usaha pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan dan dibantu oleh<br />

anak-anak.<br />

2.7 Penangkapan Ikan Jenis Pelagis<br />

Alat penangkapan ikan sangat menetukan jumlah ikan yang diperoleh,<br />

sebab operasi penangkapan harus dilakukan dengan cepat, kelajuan melingkar,<br />

kecepatan perahu dan kecakapan tonaas (pemimpin) mengelilingi besarnya<br />

kelompok ikan yang terkumpul.<br />

Begitu pula perahu yang digunakan pada umumnya menggunakan kapal<br />

motor dalam dan atau motor tempel sebanyak 5 motor 40 pk. Kebutuhan perahu<br />

disesuaikan dengan alat penangkap yang dipakai.<br />

46


Intensitas penangkapan ikan-ikan sejenis pelagis yang dilakukan oleh<br />

nelayan adalah angka yang menunjukkan seringnya penangkapan dilakukan pada<br />

malam hari. Intensitas tersebut dihitung dalam jumlah kali penangkapan yang<br />

untuk selanjutnya disebut trip dalam jangka waktu tertentu. Jenis ikan-ikan<br />

pelagis yang tertangkap di perairan laut Amurang Kabupaten Minahasa Selatan<br />

yang dikenal sebagai basis ikan pelagis seperti tampak pada Gambar 2.10.<br />

Gambar 2.10 Sejenis Ikan Pelagis (Malalugis)<br />

Untuk menangkap ikan pelagis ini yang hidup sampai kedalaman 150<br />

meter (Katiandagho, 2006) kelajuan tali pemberat sangat menentukan untuk<br />

mencegah agar ikan tidak cepat keluar melalui bagian bawah jaring setelah<br />

penawuran sampai pada penarikan tali cincin.<br />

2.8 Kerja Malam Menangkap Ikan<br />

Apabila manusia bekerja pada malam hari dan tidur siang, maka irama<br />

fisiologi kerja akan terganggu, karena fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat<br />

disesuaikan dengan irama kerja tersebut. Suhu badan, deyut nadi, tekanan darah<br />

yang bekerja pada malam hari sangat berbeda dengan yang bekerja pada pagi,<br />

siang dan sore (Grandjean, 1988). Oleh karena metabolisme tidak dapat<br />

sepenuhnya atau tidak dapat sama sekali diadaptasikan dengan kerja malam dan<br />

tidur siang.<br />

47


Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah<br />

dapat beradaptasi dengan keperluan kerja malam dan tidur siang, tetapi<br />

pertukaran zat-zat seperti : kalium, sulfur, fosformangan terikat pada sel-sel<br />

sehingga dengan pergantian waktu kerja siang menjadi malam tidak dapat<br />

dipengaruhinya. Metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan<br />

kebutuhan kerja pada malam hari, sehingga untuk kerja malam kelelahan relatif<br />

sangat besar disebabkan oleh faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat<br />

diserasikan serta sangat kuatnya kerja syaraf para simpatis dibanding simpatis<br />

pada malam hari (Suma’mur, 1991), sedangkan semestinya adalah simpatis harus<br />

melebihi kekuatan para simpatis.<br />

Banyaknya dan lamanya waktu tidur pada siang hari relatif lebih sedikit<br />

dibandingkan dengan tidur malam. Hal ini disebabkan oleh suasana lingkungan<br />

pada siang hari seperti : suhu, kebisingan, aktivitas manusia, binatang dan juga<br />

karena kebutuhan, misalnya terbangun karena lapar, buang air kecil atau besar<br />

dan sebagainya dan pada malam hari alat pecernaan tidak berfungsi secara<br />

normal, sebab jumlah makanan yang diambil lebih sedikit, sedangkan pencernaan<br />

kurang bekerja sebagaimana mestinya sehingga berakibat pada menurunnya berat<br />

badan.<br />

Selain masalah biologis dan faal, maka kerja malam disertai reaksi<br />

psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat<br />

ketidak serasian badani terhadap pekerjaan malam. Dengan demikian keluhan-<br />

keluhan relatif lebih banyak ditemukan pada kerja malam. Untuk itu perlu<br />

dipertimbangkan pemberian gizi dan makanan eksra dan aspek-aspek yang perlu<br />

48


juga diperhatikan pada kerja malam adalah : aspek kesehatan, sosial, budaya,<br />

biologi, dan ekonomi (Manuaba, 1998).<br />

Jadi makin panjang waktu kerja malam, maka makin besar pula efeknya<br />

terhadap kesehatan. Bagaimanapun juga kerja malam lebih banyak mempunyai<br />

dampak kurang baik bila dibandingkan dengan kerja siang. Sebaiknya kerja<br />

malam dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang memang benar-benar urgensi<br />

atau tidak boleh tidak dan harus dilakukan.<br />

Terkait dengan penjelasan di atas, maka nelayan dalam usaha<br />

penangkapan ikan dangan pukat cincin pada malam hari mempunyai dampak<br />

negatif yang kurang menguntungkan bagi kesehatan, keselamatan, kenyamanan<br />

dan keamanan kerja, dimana mereka melakukan penangkapan ikan di perairan<br />

laut tanpa dibekali dengan pengetahuan tentang prinsip dan kaidah ergonomi<br />

yang bermanfaat bagi kualitas hidup manusia tentang budaya sehat, aman,<br />

nyaman, dan efisien sehingga produktivitas meningkat. Tetapi untuk mengubah<br />

budaya kerja malam dengan berbagai risiko menjadi waktu kerja siang sangat<br />

dibutuhkan intervensi ergonomi dengan pendekatan ergonomi total sehingga<br />

diharapkan adanya peningkatan produktivitas, kinerja dan kesejahteraan bagi<br />

keluarga nelayan.<br />

49


2.9 Mengindentifikasi Masalah Ergonomi Total pada Penangkapan Ikan<br />

dengan Pukat Cincin<br />

Sikap kerja adalah sikap tubuh saat melakukan aktivitas kerja dan<br />

berinteraksi dengan alat kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah<br />

sehingga tidak menimbulkan sikap kerja paksa yang melampaui kemampuan<br />

fisiologis tubuh (Grandjean dan Kroemer, 2000; Manuaba, 1998). Sikap kerja<br />

yang tidak fisiologis dapat menimbulkan gangguan pada sistem muskuloskeletal<br />

dan dapat menyebabkan hilangnya stabilitas, mudah tergelincir dan rawan<br />

terhadap kecelakaan (Manuaba, 1998b dan Sariputra, 2003).<br />

Sikap kerja paksa bisa terjadi pada saat mengangkat, mengangkut,<br />

memegang, menarik, duduk, berdiri terlalu lama (Ferguson, 2001 et.al. Adnyana,<br />

2005). Sikap kerja yang dijumpai pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin yang oleh nelayan adalah sikap paksa. Sikap kerja paksa dimulai dari<br />

penawuran jaring, dimana jaring ditebarkan mengelilingi sekelompok ikan sejenis<br />

pelagis, melingkari secara horisontal, memagari secara vertikal dari permukaan<br />

laut hingga suatu kedalaman, mengurung dengan menutup bagian bawah jaring<br />

sampai pada penarikan tali pukat cincin.<br />

Pada penarikan pukat cincin, muncul permasalahan dimana mereka<br />

menarik dengan kedua tangan dalam waktu lama dan panjang serta dialksanakan<br />

berulang-ulang, sikap kerja duduk di lantai papan perahu dan berdiri menarik<br />

pukar postur tubuh membungkuk dan tungkai terjulur, telapak kaki sebagai<br />

bantalan penahan tarikan dan sering memanfaatkan jangkauan tangan kedepan dan<br />

pada akhir penarikan muncul rasa lelah dan nelayan mengeluh rasa sakit.<br />

50


2.9.1 Sikap Kerja Nelayan Menarik Pukat Cincin Duduk di Lantai Perahu<br />

Bekerja dengan sikap kerja duduk terlalu lama dan dilakukan dengan<br />

posisi yang tidak tepat maka akan menyebabkan beberapa masalah pada<br />

beberapa bagian tubuh terutama pada tulang belakang dan bagian posterior bawah<br />

tulang pinggul. Sikap duduk yang tegang akibat posisi yang tidak tepat akan<br />

memberi tekanan pada lekukan tulang belakang.<br />

Dinamika posisi duduk yang tidak alamiah atau dipaksakan sebaiknya<br />

diimbangi dengan perbaikan beberapa faktor (Bridger, 1995; Henning, 1997;<br />

Schlumberger, 1998) antara lain : 1) karakteristik pengguna (subject), umur,<br />

antropometri, berat badan, kesegaran jasmani, pergerakan sendi, masalah<br />

muskuloskeletal, penglihatan, kegemukan dan ketangkasan tangan, 2) tuntutan<br />

jenis tugas pekerjaan (task deman), posisi tubuh, siklus waktu kerja, periode<br />

istirahat, urut-urutan pekerjaan, 3) rancangan luasan kerja (workspace),<br />

ukuran kursi, ukuran bahan yang dikerjakan, rancangan kursi, ukuran luasan<br />

kerja ruang pergerakan kepala, lengan, kaki (privacy), dan 4) faktor<br />

lingkungan kerja (environment), kualitas intensitas penerangan, suhu<br />

lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kelicinan lantai, kebisingan,<br />

debu, vibrasi.<br />

Diusahakan suatu perbaikan kearah sikap kerja duduk yang sesuai dengan<br />

kenyamanan duduk saat bekerja sangat penting terhadap pergerakan tubuh<br />

(Helander dan Zhang, 1997). Kebutuhan pergerakan tubuh dalam sikap kerja<br />

duduk dipengaruhi oleh posisi pekerjaan (single position and group position)<br />

dalam mengerjakan bagian-bagian dari pekerjaan dan juga tipe kerja yang<br />

51


dilakukan seperti : kerja statis, kerja dinamis, kerja repetitif, gaya dan kekerapan<br />

kerja.<br />

Dari hasil penelitian pendahuluan didapati bahwa sikap kerja duduk<br />

terlalu lama menarik pukat cincin adalah lebih banyak melibatkan aktivitas fisik<br />

yang berpotensi menimbulkan beban kerja berat, kelelahan dan gangguan<br />

muskuloskeletal pada saat gerakan lengan tangan menarik tali cincin sehingga<br />

mengakibatkan keluhan-keluhan rasa sakit pada tangan kiri dan kanan, bagian<br />

punggung, pinggang, sakit pada pantat, sakit pada betis kiri dan kanan, kaki<br />

kanan dan kiri sebab dijadikan sebagai bantalan penahan untuk menarik pukat<br />

cincin hal ini berarti nelayan berada dalam sikap kerja paksa.<br />

Sikap kerja duduk terlalu lama seperti tampak pada foto 2.4<br />

Foto 2.4 Sikap kerja nelayan menarik pukat cincin<br />

Sikap tubuh manusia ketika melakukan pekerjaan diakibatkan oleh<br />

hubungan antara dimensi pekerja dengan dimensi variasi dari tempat kerjanya<br />

disebut sikap kerja (Phesant, 1991). Sikap kerja nelayan pada waktu melakukan<br />

aktivitas penangkapan ikan dengan menarik tali pukat cincin dilakukan dengan<br />

52


sikap kerja paksa. Sikap kerja paksa dapat menyebabkan timbulnya berbagai<br />

gangguan pada sistem otot skeletal (Manuaba, 1990; Adiputra, 1998). Kondisi<br />

tersebut tentunya akan dapat menyebabkan keluhan atau kenyerian pada bagian<br />

otot-otot skeletal, khususnya pinggang dan punggung serta otot-otot bagian bawah<br />

seperti : paha, lutut, betis, pantat dan kaki; dan bagian atas seperti : pergelangan<br />

tangan kanan dan kiri, bahu, leher dan sebagainya.<br />

Nala, (1990) mengemukakan bahwa dibandingkan dengan kontraksi otot<br />

yang dinamis, maka kerja statis mempunyai kekurangan, yaitu kerja otot statis<br />

menghasilkan energi yang lebih besar dan cepat melelahkan. Pada gambar di atas<br />

sikap kerja duduk menarik tali pukat cincin dapat dijelaskan sebagai berikut :<br />

1) Cara kerja pada posisi duduk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang<br />

akan menimbulkan kejenuhan dan kelelahan karena dipengaruhi oleh<br />

gravitasi bekerja pada garis lurus vertikal melalui pusat tubuh yang ditahan<br />

oleh tulang belakang, akibatnya terjadi momen gaya yang menyebabkan<br />

tubuh cenderung jatuh ke depan, jika posisi duduk yang salah<br />

mengakibatkan masalah pada tulang belakang bagian bawah dan kaki. Pada<br />

saat duduk tekanan tulang belakang bagian bawah lebih besar dibandingkan<br />

pada saat berdiri, sehingga dibutuhkan suatu tempat duduk yang ergonomis.<br />

2) Gerak badan atau tangan, kaki dan menarik beban yaitu memerlukan energi<br />

yang optimal apabila arah tarikan tersebut adalah 60 derajat maka benda<br />

yang diangkat atau ditarik harus sedekat mungkin ke badan dan masih<br />

dalam wilayah antara sendi lutut dan paha. Posisi badan harus diupayakan<br />

tetap tegak dan otot perut dan pantat harus dalam keadaan berkonsentrasi<br />

53


kuat. Tetapi yang terjadi pada nelayan saat menarik pukat tali cincin tidak<br />

ergonomis sehingga mereka selesai bekerja mengeluh rasa sakit.<br />

2.9.2 Sikap Kerja Nelayan Menarik Pukat Cincin Berdiri Terlalu Lama<br />

Sikap kerja berdiri, membungkuk dan menjongkok terlalu lama dan<br />

dilakukan secara berulang-ulang tidak teratur dan tidak alamiah dapat dijumpai<br />

pada nelayan pada saat menarik pukat cincin. Seperti yang terlihat pada foto 2.5<br />

Foto 2.5 Penarikan pukat dengan sikap kerja berdiri<br />

Phesant, (1991) menyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) prinsip dasar dalam<br />

mengatasi sikap tubuh selama bekerja antara lain adalah sebagai berikut.<br />

1) Hindari inklinasi ke depan dari kepala dan leher.<br />

2) Hindari inklinasi ke depan dari tubuh.<br />

3) Hindari penggunaan anggota gerak bagian atas dalam keadaan terangkat.<br />

4) Hindari pemutaran badan atau sikap asimetris (terpilin/twisty).<br />

5) Sendi hendaknya dalam rentang 1/3 dari gerakan maksimal.<br />

54


6) Sediakan sandaran punggung dan pinggang pada semua tempat duduk.<br />

7) Sikap menggunakan otot, hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan<br />

kekuatan maksimal.<br />

Dalam melaksanakan tugasnya nelayan/pekerja melakukan sikap kerja<br />

sebagai berikut (Phesant, 1991).<br />

a) Inklinasi ke depan pada leher dan kepala, karena medan kerja terlalu rendah<br />

atau obyek terlalu kecil.<br />

b) Sikap kerja posisi badan berdiri dan membungkuk kedepan, karena medan<br />

kerja terlalu rendah dan obyek di luar jangkauan.<br />

c) Sikap asimetris yang mengakibatkan terjadinya perbedaan beban pada kedua<br />

sisi tulang belakang.<br />

d) Sikap kerja yang salah dapat menyebabkan postural deformitas pada tubuh<br />

antara lain : lordosis, khiposis, dan skoliosis.<br />

Prinsip kerja secara ergonomis, agar terhindar dari resiko cidera antara lain<br />

adalah sbb. (Manuaba, (1990) ; Adiputra, (1998) ; Sutjana, (2000)).<br />

1) Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi<br />

atu dihilangkan, perhitungan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan<br />

bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.<br />

2) Sikap kerja duduk, berdiri dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan<br />

prinsip-prinsip ergonomi.<br />

3) Panca indra dapat digunakan sebagai kontrol, bila payah harus istirahat<br />

(jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan dan minum (jagan<br />

ditahan).<br />

55


4) Jantung digunakan sebagaai parameter yang diukur melalui denyut nadi<br />

permenit yaitu jangan lebih dari jumlah maksimum yang diperbolehkan.<br />

Dengan mengetahui kriteria sikap kerja yang ideal, maka prinsip dasar<br />

untuk mengatasi sikap tubuh yang salah selama bekerja dapat diatasi. Kasus<br />

penangkapan ikan yang sering terjadi pada nelayan pukat cincin berkaitan<br />

dengan sikap kerja yang tidak ergonomis, dapat dijadikan bahan evaluasi untuk<br />

diambil langkah-langkah pencegahan yang lebih spesifik di dalam melakukan<br />

perbaikan. Dalam melakukan perbaikan dari hasil penelitian pendahuluan yang<br />

telah dilakukan, maka setiap karakteristik data diindentifikasi dengan<br />

menggunakan pendekatan ergonomi total.<br />

2.10 Intervensi Ergonomi<br />

Intervensi ergonomi yang dilakukan dimulai dari indentifikasi setiap<br />

masalah yang berhubungan dengan proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin dengan harapan dapat memberikan manfaat dalam upaya-upaya<br />

membangun budaya kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien<br />

sehingga terjadi peningkatan kinerja dan kesejahteraan nelayan seperti pada :<br />

1) pemanfaatan tenaga otot, 2) sikap kerja, 3) kondisi kondisi waktu, 4)<br />

kondisi sosial budaya, 5) kondisi informasi dan komunikasi.<br />

Dari kelima permasalahan yang diindentifikasi, maka semua masalah<br />

yang ada pada nelayan pada waktu proses penangkapan ikan harus dipecahkan<br />

melalui pendekatan sistem, dikaji secara holistik dan melalui lintas disiplin<br />

ilmu dapat digunakan pendekatan partisipatori, dengan maksud agar semua<br />

56


komponen dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi<br />

dapat dipecahkan secara bersama-sama (Manuaba, 2005b).<br />

Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

mutlak diperlukan terutama pada saat melakukan penawuran jaring sampai pada<br />

penarikan tali pukat cincin sehingga akan dapat menurunkan kelelahan, beban<br />

kerja dan gangguan muskuloskeletal nelayan, sebab melalui intervensi ergonomi<br />

dapat memperbaiki kinerja nelayan dalam pencapaian hasil penangkapan ikan<br />

yang optimal dengan demikian kesejahteraan hidup keluarga nelayan dapat<br />

meningkat.<br />

Melalui intervensi ergonomi yang dilakukan terhadap kinerja nelayan<br />

pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin diharapkan dapat<br />

menurunkan beban kerja fisik terutama frekuensi denyut nadi kerja (Adiputra,<br />

2002). Kelelahan sebagai suatu keadaan yang tercermin dari gejala perubahan<br />

psikologis berupa aktivitas motoris adanya perasaan rasa sakit dan pelemahan<br />

motivasi dapat dihindari (Grandjean, 1993) dan keluhan muskuloskeletal yang<br />

bersifat sementara maupun menetap dapat diminimalisasikan bahkan dihindari<br />

agar supaya pekerjaan bisa lebih cepat selesai dan risiko kecelakaan lebih kecil<br />

(Manuaba, 2003a).<br />

Model intervensi ergonomi melalui pendekatan ergonomi total pada<br />

proses penangkapan ikan dengan pukat cincin menurunkan beban kerja,<br />

kelelahan, dan gangguan muskuloskeletal serta meningkatkan kinerja dan<br />

kesejahteraan nelayan penangkap ikan, dapat dilihat pada Gambar 2.11<br />

57


SHIP<br />

1. Gizi atau<br />

nutrisi<br />

2. Sikap kerja,<br />

3. Penggunaan<br />

otot,<br />

4. Kondisi<br />

lingkungan,<br />

5. Kondisi<br />

waktu,<br />

6. Kondisi<br />

TTG<br />

1.Teknis<br />

2. Ekonomi<br />

3. Ergonomi<br />

4. Sosial Budya<br />

5. Hemat Energi<br />

Tidak<br />

Intervensi<br />

Ergonomi<br />

Indikator<br />

5 masalah<br />

ergonomi total<br />

1. Gizi atau<br />

nutrisi<br />

2. Sikap kerja,<br />

3. Penggunaan<br />

Gambar 2.11 Model Intervensi dan Penerapan Ergonomi Total Pada<br />

Aktivitas Penangkapan ikan dengan Pukat Cincin<br />

2.11 Pertimbangan Antropometri dalam Desain Alat Kerja<br />

Antropometri adalah cabang dari ilmu ergonomi yang berkaitan dengan<br />

pengukuran dan karakteristik dari tubuh manusia. Pengukuran tubuh manusia<br />

dilakukan baik dalam keadaan diam statis dan bergerak dinamis untuk menerima<br />

beban dari luar termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang gerak dan lain-<br />

lain (Sanders dan McCormick, 1992., Bridger, 1995).<br />

Indikator<br />

Kinerja dapat<br />

menurunkan<br />

1. Beban kerja<br />

2. Kelelahan<br />

3. Gangguan<br />

muskuloskel<br />

etal<br />

Meningkatka<br />

n<br />

kesejahteraan<br />

Data antropometri sangat bermanfaat di dalam perencanaan dan<br />

perancangan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja.. Persyaratan ergonomi<br />

menyarankan agar supaya peralatan kerja dan fasilitas kerja sesuai dengan orang<br />

58


yang menggunakan khususnya menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam<br />

menentukan ukuran maksimum dan minimum biasanya digunakan data<br />

antropometri antara persentil 5 dan 95 dari populasi, dan rancangan untuk ukuran<br />

rerata dengan menggunakan persentil –50 (Phullat, 1992; Phesant, 1998).<br />

Pedoman pengukuran antropometri telah dikeluarkan oleh IAIFI<br />

Komisariat Denpasar (Sutjana IDP dkk, 2000) mengemukakan bahwa beberapa<br />

tahun terakhir ini banyak peralatan kerja maupun mesin yang ukurannya belum<br />

sesuai dengan ukuran tubuh orang (tenaga kerja) Indonesia sehingga<br />

menyebabkan cepat lelah, kurang efisien, produktivitas kerja rendah bahkan<br />

sering menimbulkan kecelakaan kerja kondisi demikian disebabkan kurangnya<br />

data antropometri orang Indonesia yang dipakai sebagai acuan pedoman untuk<br />

keperluan perancangan peralatan kerja.<br />

Cara perhitungan antropometri dalam distribusi normal adalah seperti<br />

pada Tabel 2.2.<br />

Tabel 2.2<br />

Macam persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal<br />

No. Persentil Perhitungan<br />

1 1 th<br />

Rata-rata – 2.325 α<br />

2 2.5 th<br />

Rata-rata – 1.96 α<br />

3 5 th<br />

Rata-rata – 1.645 α<br />

4 10 th<br />

Rata-rata – 1.28 α<br />

5 50 th<br />

Rata-rata – X<br />

6 90 th<br />

Rata-rata + 1.28 α<br />

7 95 th<br />

Rata-rata + 1.645 α<br />

8 97.5 th<br />

Rata-rata + 1.96 α<br />

9 99 th<br />

Rata-rata + 2.325 α<br />

Keterangan : α = Standar deviasi (Wignyosoebroto, 1995)<br />

59


Penerapan antropometri dalam perancangan alat kerja yang berkaitan<br />

dengan penelitian ini khususnya pembuatan alat kerja katrol pada nelayan pukat<br />

cincin dalam proses penangkapan ikan yang penting dan harus diperhatikan<br />

dalam memperbaiki sikap kerja duduk menurut (Grandjean, 1993., Phesant,<br />

1988., Sanders, and McCormick, 1987) adalah penerapan ukuran antropometri<br />

tubuh pemakai alat tersebut dan yang dibutuhkan sebagai berikut :<br />

1) Tinggi tubuh yaitu tinggi dari lantai sampai ke vertex. Sikap tubuh : berdiri<br />

tegak dengan sikap bersiap, pandangan lurus ke depan dengan tumit, pantat,<br />

punggung dan belakang kepala menyentuh tembok tanpa alas kaki;<br />

2) Jarak dari pantat ke popliteal adalah ukuran horisontal dari belakang pantat<br />

ke sudut popliteal dibelakang lutut yaitu pertemuan antara betis dengan sisi<br />

bawah paha diukur dalam posisi duduk;<br />

3) Jarak dari pantat ke lutut adalah ukuran horisontal dari belakang pantat ke<br />

puncak lutut diukur dalam posisi duduk;<br />

4) Tinggi popliteal adalah ukuran vertikal dari lantai ke sudut popliteal disisi<br />

bawah lutut, terletak pada betis femoris otot tendon di ujung dalam betis;<br />

5) Tinggi lutut adalah ukuran vertikal dari lantai ke atas luasan daerah lutut;<br />

6) Lebar pinggul adalah ukuran maksimum pinggul yang melintang horisontal<br />

dalam posisi duduk;<br />

7) Panjang jangkauan tangan lurus ke depan adalah ukuran dari akromion ke<br />

tengah objek sambil menggenggam alat, dalam posisi duduk dan lengan siku<br />

tangan lurus ke depan;<br />

60


8) Panjang jangkauan ke samping adalah ukuran dari akromion ke tengah<br />

objek tangan menggenggam alat dalam posisi duduk dan lengan siku tangan<br />

lurus ke samping;<br />

9) Antropometri tangan; bagian-bagian yang di ukur yaitu : a) 1, panjang<br />

tangan, b) 2, panjang telapak tangan, c) 3, lebar tangan sampai ibu jari, d) 4,<br />

lebar tangan sampai metakarpal, e) 5, ketebalan tangan pada metakarpal,<br />

f) 6, lingkar tangan sampai telunjuk, g) 7, lingkar tangan sampai ibu jari,<br />

h) 8, jarak pergelangan sampai ke ujung ibu jari.<br />

10) Antropometri kaki; bagian-bagian yang diukur : a) 9, panjang kaki, b) 10,<br />

lebar kaki, c) 11, jarak antara tumit dengan bagian telapak kaki, d) 12, lebar<br />

tumit, e) 13, lingkar telapak kaki (ukur yang paling lebar), f) 14, lingkar<br />

kaki membujur,g) 15, tinggi mata kaki bagian luar, h) 16, tinggi mata kaki<br />

bagian dalam, i) 17, lingkaran pergelangan kaki.<br />

Ukuran beberapa segmen dan dimensi tubuh yang diperlukan sebagai data<br />

dasar untukl desain alat katrol diukur dengan alat antropometer. Dapat dilihat<br />

pada Gambar 2.12<br />

61


Gambar 2.12 Pengukuran Antropometri<br />

62


17<br />

6<br />

7<br />

1 2<br />

14 15 16<br />

Gambar 2.13 Antropometri tangan dan kaki<br />

2.12 Prinsip ergonomi dalam perancangan alat kerja<br />

Aspek ergonomi yang perlu mendapat perhatian dalam perancangan alat<br />

kerja pada penelitian ini yaitu melakukan intervensi ergonomi dan penerapan<br />

ergonomi total. Penerapan ergonomi total merupakan salah satu bentuk<br />

intervensi ergonomi yang bertujuan untuk mendapatkan sistem kerja yang<br />

manusiawi, kompetitif dan lestari (Manuaba, 2004a).<br />

4<br />

Dalam merancang alat kerja yang akan digunakan oleh manusia selalu<br />

berusaha menserasikan alat kerja/mesin, cara kerja dan lingkungan terhadap<br />

kemampuan, kebolehan dan batasan manusia dengan sasaran tercapainya kondisi<br />

3<br />

8<br />

9<br />

11<br />

10<br />

13<br />

12<br />

5<br />

63


kerja dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien demi<br />

tercapainya produktivitas yang tinggih. Peningkatan produktivitas yang tinggih<br />

dapat tercapai, jika semua komponen dalam sistem kerja yaitu manusia,<br />

peralatan, material dan lingkungan kerja dirancang secara ergonomi (Manuaba,<br />

1992).<br />

Desain merupakan suatu kegiatan daya inovatif atau rekayasa rancang<br />

bangun yang dimulai dari ide-ide inovasi, atau kemampuan untuk menghasilkan<br />

karya dan cipta yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan permintaan<br />

manusia karena adanya penelitian dan pengembangan teknologi secara terus<br />

menerus dengan tujuan sebagai berikut :<br />

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, hal tersebut mencegah<br />

munculnya cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan<br />

mental serta mempromosikan kepuasan kerja.<br />

2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan memperbaiki kualitas hidup dan<br />

kinerja serta mengorganisasikan sistem kerja sebaik-baiknya.<br />

3) Meningkatkan interaksi manusia/mesin antara aspek teknis, ekonomi,<br />

antropologi dan budaya dari suatu sistem kerja.<br />

Untuk mencapai tujuan yang ergonomis dari suatu desain, maka perlu<br />

dijadikan suatu bahan pertimbangan dari beberapa problem ergonomi antara lain<br />

sebagai berikut :<br />

1) Aplikasi dari tenaga otot secara optimal dan efisien untuk menekan stres<br />

pekerjaan sampai batas minimum.<br />

2) Sikap tubuh yang diterapkan pada sikap kerja dengan memperhatikan situasi<br />

64


pembebanan terhadap tubuh dan kesehatan dan jenis lingkup pekerjaan.<br />

3) Kondisi lingkungan kerja untuk mencegah beban kerja yang berlebihan<br />

terhadap fisik dan mental.<br />

4) Kondisi yang terkait dengan pola kerja, waktu kerja. Waktu istirahat dan<br />

hari-hari libur.<br />

5) Kondisi sosial untuk meningkatkan interaksi antara manusia, lingkungan<br />

kerja, teknologi dan seni dapat memeberikan penghargaan reward terhadap<br />

harga diri dan kepuasan kerja.<br />

Desain juga dapat diartikan sebagai salah satu aktifitas luas dari inovasi<br />

yang berhubungan dengan pegembangan bentuk, pengembangan teknik, proses<br />

produksi dan peningkatan pasar. Ruang lingkup kegiatannya menyangkut<br />

masalah yang berhubungan dengan sarana kebutuhan manusia melalui proses<br />

industri. Untuk menilai suatu hasil akhir sebagai kategori nilai desain yang baik<br />

biasanya ada tiga unsur yang mendasarinya yaitu: fungsional, estetika, dan<br />

ekonomi yang disebut sebagai (fit-form-function).<br />

Salah satu unsur penilaian yang efektif dari sebuah desain adalah untuk<br />

meningkatkan daya cipta, karsa dan rasa dari hasil produk yang bernilai positif<br />

sesuai tujuannya yaitu dapat dipergunakan dengan tingkat kenyamanan yang<br />

tinggi, mempunyai nilai tambah dan dengan mudah pengoperasian dan<br />

pemeliharaan secara fleksibel sehingga mempunyai masa pakai yang cukup<br />

panjang (Prasetyowibowo, 2000). Kesesuaian, keselamatan, keamanan, dan<br />

kenyamanan manusia adalah merupakan prasyarat untuk menggunakan suatu<br />

hasil desain alat tersebut. Aktifitas atau kegiatan manusia berupa sikap dan<br />

65


gerakan tubuh yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan suatu desain alat akan<br />

berakibat pada ketidaknyamanan, dan bahkan menimbulkan rasa sakit pada<br />

tubuh.<br />

Disisi lain desain alat merupakan suatu langkah strategis untuk bisa<br />

menghasilkan produk-produk yang secara komersial harus mampu dicapai guna<br />

menghasilkan laju pengembalian modal (rate of return investment). Disini<br />

diperlukan penyusunan konsep desain baru maupun desain lama yang sudah<br />

dimodifikasi menjadi sebuah produk baru dalam bentuk rancangan teknik<br />

(engeenering design) dan juga rancangan industri (industrial design) untuk<br />

memenuhi kebutuhan pasar (demand pull), atau dilatar belakangi oleh adanya<br />

dorongan memanfaatkan inovasi teknologi.<br />

Desain dari sebuah alat akan terkait dengan semua analisis perhitungnan<br />

yang menyangkut pemilihan dan perhitungan kekuatan material, dimensi<br />

geometris, toleransi dan standar kualitas yang hendak dicapai yang kesemuanya<br />

akan sangat menentukan derajat kualitas dan reliabilitas untuk memenuhi<br />

tuntutan fungsi serta spesifikasi teknis yang diharapkan (Prihartono, 2000).<br />

Rancangan alat sangat berpengaruh signifikan terutama didalam memberikan<br />

estetika keindahan dan sentuhan kenyamanan sebagai kelayakan operasional<br />

yang dalam hal ini diperlukan berbagai macam evaluasi dan pengujian dengan<br />

menggunakan tolok ukur ergonomi sebagai salah satu langkah pengujian agar<br />

supaya pengujian alat pada saat dioperasikan tidak hanya memberikan fungsi<br />

yang direncanakan, tetapi juga mampu memberikan suatu keselamatan,<br />

kesehatan, kenyamanan pada saat dioperasikan (Wignjosoebroto, 2000).<br />

66


Proses sebuah desain alat yang baik terutama bertujuan menganalisa,<br />

menilai dan menyusun suatu sistem fisik/non fisik yang optimum diwaktu<br />

mendatang dengan memanfaatkan informasi (Adiputra, 2003). Pertama-tama<br />

desainer menentukan produk yang akan dirancang need, yang dilanjutkan dengan<br />

pengembangan ide-ide untuk memenuhi kebutuhan tersebut idea, setelah<br />

diperoleh ide-ide, dilakukan penilaian dan pemilihan alternatif sehingga<br />

didapatkan suatu keputusan yang menghasilkan rencana desain yang optimal<br />

decision. Langkah terakhir adalah penanganan action yang dapat diklasifikasikan<br />

menjadi dua kategori yaitu: 1) produk yang sama sekali baru, dan 2) produk yang<br />

dikembangkan dari produk lama yang sudah ada tetapi memiliki fungsi,<br />

penampilan dan karakteristik lain yang diharapkan dapat lebih menguntungkan<br />

konsumen.<br />

Proses pengembangan desain sebuah alat mempunyai urutan langkah-<br />

langkah atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah konsep desain<br />

suatu produk adalah sebagai berikut :<br />

1) Pengembangan konsep<br />

Mengindentifikasi kebutuhan target konsumen, mengevaluasi alternatif<br />

konsep dan menentukan konsep tunggal untuk pengembangan lebih lanjut.<br />

2) Desain tahapan sistem<br />

Membuat rancangan produk, geometri produk, pembagian produk menjadi<br />

subsistem dan komponen beserta spesifikasinya dan diagram alir proses<br />

perakitan produk.<br />

67


3) Desain detail<br />

Dokumentasi kontrol untuk produk file yang berisi ukuran setiap komponen,<br />

spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, peralatan produksi, dan<br />

perencanaan untuk pabrikasi dan perakitan produk.<br />

4) Pengujian dan perbaikan<br />

Pembuatan prototype misalnya A yang merupakan prototype yang dibuat<br />

dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis<br />

material pada produksi sesungguhnya, namun tidak membutuhkan proses<br />

pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi<br />

yang sesungguhnya; dan (prototype) misalnya B yang dibuat dengan<br />

komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun dirakit dengan<br />

menggunakan proses perakitan akhir seperti pada proses perakitan<br />

sesungguhnya. Kedua (prototype) tersebut diuji dengan ketat baik secara<br />

internal maupun diuji oleh konsumen dalam lingkungan pengguna.<br />

5) Produksi Ramp up<br />

Dalam tahap ini produk dibuat dengan sistem produksi yang sebenarnya,<br />

dengan tujuan untuk melatih tenaga kerja dan untuk menyelesaikan<br />

permasalahan yang masih terdapat dalam proses produksi. Dalam fase ini<br />

terdapat launch produc (Ulrich, Karl and Steven, 2001). Lebih jelas tahap-<br />

tahap pengembangan desain alat kerja dapat ditunjukkan pada Gambar 2.14<br />

68


Mission<br />

Statement<br />

Identifikasi<br />

Kebutuhan<br />

Pemakai<br />

Spesifikasi<br />

Target<br />

Analisa<br />

Produk<br />

Pesaing<br />

Menurunkan<br />

Beberapa<br />

Konsep Produk<br />

Gambar 2.14 Tahap-tahap Pengembangan Desain<br />

Analisa<br />

Ekonomi<br />

PENGEMBANGAN KONSEP<br />

Memilih<br />

Konsep<br />

(Sumber : Ulrich; Karl and Steven, 2001).<br />

69<br />

Memperbaiki<br />

Spesifikasi<br />

Merencanakan<br />

Kegiatan dan<br />

Pengembangan<br />

Rencana<br />

Pengembangan


2.12.1 Prinsip ergonomi dalam perancangan alat kerja katrol<br />

Dalam melakukan perancangan alat kerja katrol pada penelitian ini maka<br />

sangatlah penting untuk memperhatikan faktor manusia sebagai faktor utama<br />

didalam perancangan kerja (Wignjosoebroto, 1989) menyatakan bahwa suatu<br />

sistem kerja dimana komponen kerja seperti manusia (operator), mesin dan atau<br />

fasilitas kerja lainnya, material serta lingkungan kerjafisik akan berinteraksi<br />

bersama-sama dalam memberikan hasil kerja.<br />

Komponen tersebut dianalisis guna memperoleh kerja yang sebaik-<br />

baiknya dengan mekanisme sebagai berikut :<br />

a) Komponen manusia yang dianalisis adalah posisi orang pada saat<br />

melaksanakan kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan kerja<br />

yang efektif dan efisien (baik posisi duduk, berdiri, jongkok, membungkuk<br />

dan sebagainya).<br />

b) Komponen material yang dianalisis adalah cara penempatan material, tata<br />

letak dan pemilihan jenis material yang mudah diproses.<br />

c) Komponen mesin yang dianalisis adalah rancangan mesin dan atau peralatan<br />

kerja lainnya, apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.<br />

d) Komponen lingkungan kerja yang dianalaisis adalah kondisi kenyamanan<br />

dan keamanan lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja tersebut<br />

dilaksanakan.<br />

e) Sosial-budaya yang dianalisis ialah sikap dan interaksi pekerja dalam<br />

menerima perubahan sistem kerja terutama dalam penggunaan teknologi<br />

baru (Purnomo, 2007).<br />

Dalam perancangan alat katrol peran ergonomi sangat penting untuk<br />

mendapatkan sistem kerja yang ergonomis. Perancangan disebut ergonomis,<br />

70


apabila alat tersebut secara antropometri, faal, biomekanika dan psikologi<br />

berkompatibel dengan manusia sebagai pemakainya. Untuk itu pengetahuan<br />

tentang anatomi manusia, fisiologi dan psikologi sangat dibutuhlan (Bridger,<br />

1995). Selain itu perancangan harus berorientasi pada produksi, distribusi,<br />

instalasioperasi dan pemeliharaan yang mudah dan murah.<br />

Pukat cincin merupakan alat penangkapan ikan dengan sistem kerja yang<br />

sangat mengandalkan keberadaan dan kekuatan fisik manusia sebab pada saat<br />

menarik, cincin dan jaring bertumpuh pada tali sehingga beban tarikan menjadi<br />

semakin berat, cepat lelah dan adanya keluhan muskuloskeletal. Hal ini kalau<br />

dibiarkan maka akan menimbulkan kecelakaan dan cidera akibat kerja.<br />

Upaya pencegahan kecelakaan dan cidera pada proses penangkapan ikan<br />

dengan pukat cincin, maka perlu merancang alat bantu kerja yang ergonomis<br />

dengan tujuan terciptanya keadaan fisik dan psikis nelayan yang sehat dengan<br />

mengupayakan rancangan peralatan, fasilitas dan kondisi kerja yang dapat<br />

menjamin para nelayan terbebas dari kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan<br />

penyakit akibat kerja.<br />

Perancangan alat yang ergonomis akan memberikan manfaat (Manuaba,<br />

2000b; 2003a) antara lain : a) pemakaian otot dan energi lebih efisien,<br />

b) pemakaian waktu lebih efisien, c) kelelahan berkurang, d) kecelakaan kerja<br />

berkurang, e) penyakit akibat kerja berkurang, f) kenyamanan dan kepuasan kerja<br />

meningkat, g) efisiensi kerja meningkat, h) mutu produk dan produktivitas kerja<br />

meningkat, i) kesalahan kerja berkurang dan kerusakan kerja dapat<br />

diminimalisasikan, dan j) pengeluaran biaya pengobatan untuk mengatasi<br />

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi dan konsekwensi biaya<br />

operasional dapat ditekan.<br />

71


Dalam penerapan ergonomi beberapa prinsip yang perlu diingat untuk<br />

merancang suatu alat kerja (Adiputra, 2000) mengemukakan sebagai berikut :<br />

a) memaksimalkan teknologi tepat guna, b) menerapkan asaz manajemen<br />

partisipasi; (c) bertahap namun tetap holistik, d) selalu berorientasi pada masalah,<br />

e) biaya murah dan mudah didapat, dan f) tetap menggunakan pendekatan<br />

ergonomi total.<br />

Dari kajian ilmiah ini diharapkan semaksimal mungkin sistem kerja yang<br />

dihasilkan akan mampu menjamin kesehatan, kenyamanan dan keselamatan kerja.<br />

(Adiputra, 2003). Menyatakan pertama-tama desainer menentukan produk alat<br />

yang akan dirancang (need), dilanjutkan dengan pengembangan ide (idea), setelah<br />

diperoleh ide dilakukan penilaian dan pemilihan alternatif, sehingga didapatkan<br />

keputusan yang menghasilkan rencana desain yang optimal (decision), langkah<br />

terakhir adalah penanganan (action).<br />

Tahapan pembuatan desain alat kerja katrol sebagai berikut :<br />

1) Pembuatan desain, termasuk juga komponen-komponen pendukungnya<br />

terdiri dari tahapan berikut.<br />

a) Desain bentuk keseluruhan alat yang ergonomi<br />

b) Spesifikasi fungsionalnya dari alat katrol ini memiliki 3 bagian penting<br />

yaitu : penahan atau pengalas kaki, penggulungan penarikan, setting<br />

bagian rangka. Seperti tampak pada Gambar 2.15., 2.16., dan 2.17.<br />

Gambar 2.15 Tampak samping kanan alat katrol pukat cincin<br />

72


2) Pengujian prototype, dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang<br />

dirancang sesuai dengan antropometri nelayan pukat cincin yang akan<br />

menggunakan alat tersebut. Data pengukuran antropometri tubuh (cm) yang<br />

akan diukur dalam penelitian ini adalah tinggi badan, tinggi siku, jangkauan<br />

tangan, keliling lingkaran genggam tangan, tinggi bahu, lebar bahu dan<br />

jarak genggam tangan kedepan dalam posisi duduk. Data antropometri<br />

tersebut dihitung berdasarkan persentil 5, 50 dan 95. Sedangkan data<br />

pengukuran bentuk dan ukura alat katrol adalah sebagai berikut.<br />

a) Bentuk dan ukuran alat, apakah telah sesuai<br />

b) Pengujian alat ini, apakah dapat berfungsi seperti keinginan nelayan<br />

pemakai<br />

c) Pengukuran kecepatan waktu yang dibutuhkan pada saat penggunaan<br />

alat tersebut.<br />

Gambar 2.16 Tampak belakang alat katrol pukat cincin<br />

73


Gambar 2.17 Tampak depan alat katrol pukat cincin<br />

3) Kebutuhan bahan dan estimasi biaya<br />

Kebutuhan dan jenis bahan kayu dan perhitungan biaya yang diperlukan<br />

untuk pembuatan alat kerja katrol ini sebagai berikut :<br />

Tabel 2.3<br />

Kebutuhan Bahan dan Estimasi Biaya<br />

No. Jenis Bahan Kuantitas Harga<br />

01 Besi bulat berdiameter 80 2 unit Rp. 500.000,-<br />

02 Besi bulat berukuran 5,8 cm<br />

- Tinggi 48 cm<br />

- Lebar 45 cm<br />

- Tebal 50 cm<br />

- Panjang 60 cm<br />

8 saf/ujung Rp. 400.000,-<br />

03 Mur (disesuaikan dengan ukuran baut) 16 buah Rp. 120.000,-<br />

04 Gigi engsel 50 buah Rp. 100.000,-<br />

05 Paku 10 cm, 5 cm, 3 cm 5 kg Rp. 80.000,-<br />

06 Cat besi berwarna 5 kg Rp. 100.000,-<br />

07 Tenaga kerja dll 3 orang Rp. 500.000,-<br />

Total Rp.1.800.000,-<br />

2.12.2 Prinsip ergonomi dalam perancangan tempat duduk<br />

Posisi duduk membutuhkan energi yang lebih kecil bila dibandingkan<br />

dengan posisi berdiri, tetapi posisi duduk tidak fisiologis menyebabkan gangguan<br />

74


pada (diskus intervertebralis). Pada posisi duduk tekanan pada (diskus<br />

intervertebralis) lebih besar dibandingkan dengan posisi berdiri. Posisi duduk<br />

yang benar mempunyai keuntungan antara lain : mengurangi pengeluaran energi,<br />

melancarkan aliran darah, dan mengurangi tekanan antara ruas tulang punggung.<br />

Sikap duduk tang salah dapat menyebabkan keluhan pada kepala, leher, bahu,<br />

pinggang, panatat, lengan atas, paha, lutut dan kaki (Grandjean, 2000)<br />

Pada posisi duduk otot mengalami pembebanan secara statis. Beban otot<br />

statis terjadi ketika otot dalam keadaan tegang (tension) tanpa menghasilkan<br />

gerakan tangan atau kaki sekalipun. Tegangnya otot sebenarnya terjadi pada<br />

kondisi menahan beban tubuh. Pada sikap duduk yang tidak fisiologis otot-otot<br />

tertentu akan terus bekerja dalam upaya memberi reaksi pada gaya-gaya gravitasi.<br />

Jadi terdapat hubungan antara tingkat usaha (level effort) yang diberikan dengan<br />

lamanya usaha (effort duration) (Pulat, 1992). Sebuah konsep ergonomi adalah<br />

duduk yang lebih baik akan memberikan manfaat antara lain : sikap duduk tegak<br />

dengan sandaran belakang dan lengan bawah, sudut yang dibentuk oleh abdomen<br />

dan paha diperbesar sehingga tulang belakang menjadi tegak.<br />

Perancangan tempat duduk memerlukan beberapa data antropometri untuk<br />

menentukan dimensi bagian-bagian tempat duduk. Beberapa dimensi tempat<br />

duduk yang harus diperhatikan dalam proses perancangan yang ergonomis yaitu :<br />

(a) tinggi tempat duduk; (b) kedalaman/panjang tempat duduk; (c) lebar tempat<br />

duduk; (d) sudut alas duduk. Bila tempat duduk tidak dirancang secara ergonomis,<br />

maka akan menyebabkan pekerja membungkukkan badan sehingga tulang<br />

belakang akan menekuk ke depan yang akan berakibat terjadinya sakit pada otot,<br />

leher dan bahui serta pinggang atau punggung (Sanders & McCormic, 1987).<br />

75


2.12.3 Prinsip ergonomi dalam kondisi sosial budaya<br />

Kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir pantai dalam banyak hal,<br />

mereka telah membentuk sebuah lingkungan permukiman sendiri dan memeliki<br />

sosio-budaya yang khas yaitu berburu dan menangkap ikan (hunting and fisihing)<br />

sebagai proses adaptasi terhadap habitat dekat pantai dan sekaligus menyatu<br />

dengan laut dan dalam kehidupannya mereka membentuk tradisi yang diwariskan<br />

secara terus menerus dari generasi ke generasi.<br />

Dari hasil pengamatan didapati bahwa kehidupan nelayan pukat cincin<br />

dalam sistem pembagian hasil tangkapan sering terjadi hubungan tidak harmonis<br />

oleh karena masih mengikuti pola kelembagaan tradisi masyarakat pantai dengan<br />

kebiasaan menggunakan hukum adat tidak tertulis (konvensi) yaitu: (a) isteri dan<br />

anak tidak dilibatkan dalam proses penangkapan ikan; (b) hubungan antar<br />

keluarga sering terjadi mis komunikasi; (c) secara individu tidak dapat<br />

mempengaruhi harga ikan di pasar.<br />

Prinsip ergonomi dalam kehidupan sosial budaya di tempat kerja<br />

menambahkan terciptanya suasana damai, senang, tenang, rasa aman dan nyaman<br />

dalam bekerja. Rasa nyaman di lingkungan kerja, dipengaruhi oleh faktor<br />

lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pekerja akan merasa<br />

nyaman bila lingkungan kerja, hubungan antar keluarga (suami, istri dan anak),<br />

hubungan antar pekerja, hubungan antar atasan dan bawahan berlangsung<br />

harmonis. Harmonisasi lingkungan dapat menyebabkan pekerja lebih<br />

berkonsentrasi pada tugasnya masing-masing sehingga efisiensi tercapai dan<br />

akhirnya pencapaian produktivitas bisa optimal (Manuaba, 2006; Manuaba, 2003).<br />

76


2.12.4 Prinsip ergonomi dalam manusia-mesin<br />

Keserasian antar manusia dan mesin sangat dibutuhkan untuk menjamin<br />

bahwa proses kerja dapat mencapai hasil yang optimal. Penerapan ergonomi<br />

dalam hal perancangan alat kerja yang merupakan aktivitas rancang bangun<br />

(desain) dan atau rancang ulang (redesain) yang disesuaikan dengan kemajuan<br />

teknologi dengan tanpa melupakan unsur anatomi, psikologi, lingkungan dan<br />

kesehatan kerja (Adiputra, 2003). Untuk memudahkan proses perancangan atau<br />

perbaikan suatu produk atau alat bantu kerja, maka diperlukan pemahaman<br />

tentang antropometri, yaitu : Ilmu yang mempelajari proporsi ukuran dari setiap<br />

bagian tubuh manusia (Pulat, 1992). Data ukuran tubuh ini digunakan untuk<br />

menentukan dimensi atau ukuran alat dan perlengkapan kerja sehingga tercipta<br />

keserasian antar alat dengan pemakainya (Manuaba, 2003; Sutjana, 2005;<br />

Grandjean, 2003).<br />

Menurut Phesant (1988), ada 3 informasi penting yang diperlukan untuk<br />

dapat memilih ukuran terbaik yang menciptakan keserasian antara pekerja dengan<br />

mesin yaitu : 1) karakteristik ukuran tubuh dari populasi pengguna/pekerja,<br />

2) bagaimana karakteristik ukuran tubuh tersebut memberikan rasa nyaman dalam<br />

bekerja, 3) kriteria tentang keserasian yang efektif antara hasil rancangan dengan<br />

pengguna. Atas dasar teori tersebut, maka interaksi manusia mesin<br />

memperhatikan kesesuaian alat ataufasilitas kerja dengan pekerja, interaksi antar<br />

pekerja dengan fasilitas kerja yang digunakan untuk bekerja, agar pekerja lebih<br />

mudah dan aman untuk mengoperasikan alat-alat yang digunakan.<br />

77


2.13 Tujuan dan Manfaat Kinerja<br />

Performance sering diartikan sebagai suatu kinerja, hasil kerja atau<br />

prestasi kerja seseorang yang mempunyai hubungan dengan pencapaian tujuan<br />

organisasi dan kepuasan konsumen yang memberikan kontribusi positif terhadap<br />

peningkatan kerja. Kinerja berhubungan pula dengan apa yang dikerjakan dan<br />

bagaimana mengerjakannya (Amstrong and Baron, 1998). Faktor yang<br />

berpengaruh terhadap kinerja adalah kualitas sumber daya manusia sebagai<br />

tuntutan yang digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan dalam<br />

melaksanakan tugas dan pekerjaan, prilaku pekerja dan hasil capaian kerja (Rivai,<br />

2005).<br />

Pandangan ergonomi terhadap kinerja sumber daya manausia adalah<br />

tuntutan tugas, motivasi kerja dan kemampuan menghadapi (complexity,<br />

competition and chage – 3C) (Manuaba, 2004a) menyatakan bahwa hal yang<br />

sangat mendasar yang harus dihadapi manusia adalah kopleksitas tugas<br />

pekerjaan, memenangkan kompetisi dan sikap manusia menerima perubahan,<br />

hasil dari perubahan dapat terjadi secara outomatisasi, informasi, transformasi<br />

dan substitusi sebagai salah satu jawaban keinginan untuk memperbaiki diri.<br />

Tujuan dan manfaat dari kinerja yaitu untuk melakukan penilaian<br />

terhadap capaian hasil kerja berdasarkan tuntutan tugas yang dipengaruhi oleh<br />

karakteristik pekerjaan task, lingkungan, (environment), dan organisasi<br />

(organization) dimana pekerjaan itu dilakukan sehingga tercapai kondisi kerja<br />

yang sehat, aman, nyaman, efisien, efektif dan produktif yang pada akhirnya<br />

78


ermuara pada peningkatan kualitas penampilan kinerja dan keuntungkan<br />

perusahaan (Manuaba, 2000., Grandjean 1993).<br />

2.14 Indikator Penilaian Kinerja<br />

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional<br />

suatu organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang<br />

telah diterapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001) lebih lanjut pengukuran penilaian<br />

kinerja merupakan proses dan mengukur pencapaian dan pelaksanaan kegiatan<br />

dalam arah pencapian misi (mission accoplishment) melalui hasil-hasil yang<br />

ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.<br />

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara :<br />

1) memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi,<br />

2) mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan,<br />

3) mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja,<br />

4) menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu<br />

prioritas perhatian, 5) menghindari konsekuensi dan rendahnya kualitas,<br />

6) mempertimbangkan penggunaan sumber daya; dan (7) mengusahakan umpan<br />

balik untuk mendorong perbaikan.<br />

Indikator pengukuran kinerja adalah merupakan penilaian secara kualitatif<br />

maupun secara kuantitatif yang dapat memberikan gambaran-gambaran baik-<br />

buruk apakah segala komponen organisasi telah berjalan sesuai dengan yang<br />

digariskan dan penilaian kinerja adalah untuk mencapai tujuan organisasi,<br />

sehingga karyawan termotivasi dalam mematuhi standar prilaku yang telah<br />

ditetapkan sebelumnya (berupa kebijakan manajemen/rencana formal yang<br />

79


dituangkan dalam anggaran) agar membutuhkan tindakan dan hasil yang<br />

diinginkan (Setyawan, 2001).<br />

Ukuran kinerja merupakan alat ukur yang harus bersifat obyektif sehingga<br />

diperlukan adanya kriteria yang sama. Dengan kriteria yang sama diharapkan<br />

memberikan hasil yang dapat diperbandingkan secara obyektif dan adil. Kriteria<br />

suatu ukuran kinerja menurut (Amstrong dan Baron, 1998) seharusnya yaitu : a)<br />

dikaitkan dengan tujuan strategis dan mengukur apa yang secara organisasional<br />

penting dan mendorong kinerja bisnis, b) relevan dengan sasaran dan<br />

akuntabilitas tim dan individu yang berkepentingan, c) memfokuskan pada<br />

output yang terukur dan penyelesaian tugas dan bagaimana orang bertindak dan<br />

bagaimana tingkalaku mereka, d) mengindikasi data yang akurat dan terukur<br />

sebagai dasar pengukuran, e) dapat didiverifikasi, dengan mengusahakan<br />

informasi yang akan mengonfirmasi tingkat seberapa jauh harapan yangdapat<br />

dipenuhi.<br />

Indikator penilaian kinerja yaitu : 1) beban kerja, 2) kelelahan, dan<br />

3) keluhan muskuloskeletal yang dapat diuraikan sebagai berikut.<br />

2.15 Beban Kerja (Workload)<br />

Beban kerja pada operasi penangkapan ikan sangatlah berat oleh karena<br />

aktivitas tubuh pada saat menarik pukat cincin semakin tinggi menyebabkan<br />

metabolisame tubuh semakin meningkat sehingga kebutuhan oksigen semakin<br />

besar dan frekuensi denyut nadi semakin besar pula (Adiputra, 2002). Dari<br />

pendekatan ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus<br />

sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif<br />

maupun keterbatasan manusia yang menerima beban kerja tersebut. Oleh karena<br />

80


setiap orang kemampuan dan kebolehan kerja berbeda-beda satu dengan yang<br />

lain. Menurut (Suma’mur, 1982) kemampuan tenaga kerja seseorang berbeda<br />

dan sangat tergantung pada tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan<br />

gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran postur tubuh dari pekerja yang bersangkutan.<br />

(Rodahl, 1989) mengemukakan bahwa hubungan antara beban kerja dan<br />

kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik<br />

eksternal maupun internal.<br />

1) Beban kerja eksternal (external load) mencakup :<br />

a) tugas task, yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti : sarana kerja,<br />

kondisi kerja, sikap kerja maupun yang bersifat mental yaitu kopleksitas<br />

pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi kerja.<br />

b) organisasi sistem kerja meliputi : jam kerja, waktu istirahat, upah, kerja<br />

tim, jadwal kerja.<br />

c) lingkungan kerja meliputi: suhu, kebisingan, getaran, kelembaban,<br />

kecepatan udara, intensitas cahaya dan polusi.<br />

2) Beban kerja internal (Internal load) mencakup:<br />

a) faktor somatis meliputi: jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi<br />

kesehatan, status gizi; serta<br />

b) faktor psikis motivasi, persepi, kepercayaan, keinginan, harapan, norma<br />

adat dan budaya, tabu, ketegangan akibat manajemen.<br />

2.15.1 Penilaian Beban Kerja<br />

Rodahl, (1989) mengemukakan penilaian beban kerja fisik dapat<br />

dilakukan dengan dua metode yang secara obyektif yaitu metode penilaian<br />

langsung maupun metode penilaian tidak langsung. Metode penilaian langsung<br />

yaitu dengan mengukur energi ying dikeluarkan (energy expenditure) melalui<br />

81


asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak<br />

energy yang dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen<br />

lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan<br />

diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode penilaian tidak<br />

langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. (Christensen,<br />

1991 and Grandjean, 1993) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk<br />

mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja,<br />

konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu<br />

ventilasi paru, denyut jantung dan suhu mempunyai hubungan yang linier dengan<br />

konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan.<br />

Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme,<br />

respirasi, temperatur dan denyut jantung (Christensen, 1991). Seperti pada<br />

Tabel 2.4<br />

Tabel 2.4<br />

Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,<br />

Kategori beban kerja<br />

Temperatur dan Denyut Jantung.<br />

Konsumsi<br />

Oksigen<br />

1/min<br />

Ventilasi<br />

paru<br />

1/min<br />

Suhu<br />

Rektal<br />

(°C)<br />

82<br />

Denyut<br />

jantung<br />

(Denyut/Min)<br />

Sangat ringan 0,25 – 0,3 06 – 07 37,5 60 - 70<br />

Ringan 0,50 – 1,0 11 – 20 37,5 75 - 100<br />

Sedang 1,0 – 1,5 20 – 31 37,5 - 38,0 100 - 125<br />

Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 - 38,5 125 - 150<br />

Sangat berat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5 - 39,0 150 - 175<br />

Sangat berat sekali 2,5 – 4,0 60 - 100 > 39,0 > 175


2.15.2 Denyut Nadi sebagai Alat Ukur Beban Kerja<br />

Pengukuran denyut nadi selama nelayan melaksanakan kegiatan<br />

penangkapan ikan merupakan metode untuk menilai cardiovascular. Salah satu<br />

cara yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi dengan menggunakan<br />

metode 10 denyut meraba denyut nadi pada arteri radialis tangan kiri dan dicatat<br />

secara manual memakai stop watch (Kilbon, 1992). Pengunaan nadi kerja untuk<br />

menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain<br />

mudah, cepat dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal, hasilnya<br />

cukup reliabel. Di samping itu tidak terlalu menganggu proses kerja dan tidak<br />

menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi akan segera berubah seirama<br />

dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik,<br />

fisika maupun kimiawi (Grandjean, 1993) mengemukakan denyut nadi yang<br />

perlu dihitung untuk mengestimasi indek beban kerja fisik adalah sebagai<br />

berikut.<br />

1) Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai<br />

2) Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja<br />

3) Nadi kerja adalah perbedaan antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi<br />

kerja<br />

4) Total denyut nadi pemulihan adalah jumlah denyutan nadi dari pekerjaan<br />

dihentikan sampai denyutan kembali ke level istirahat.<br />

5) Total nadi kerja adalah jumlah denyutan nadi dari mulai kerja sampai<br />

istirahat.<br />

Selanjutnya, (Grandjean, 1998) menggolongkan beban kerja berdasarkan<br />

denyut nadi seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.5<br />

83


Tabel 2.5<br />

Menggolongkan Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi<br />

No. Kategori Beban Kerja Rentangan denyut nadi/menit<br />

1 Sangat rendah = istirahat 60 – 70<br />

2 Ringan 75 – 100<br />

3 Sedang 100 – 125<br />

4 Berat 125 – 150<br />

5 Sangat Berat 150 – 175<br />

6 Luar Biasa Beratnya > 175<br />

2.15.3 Faktor Penilaian Beban Kerja<br />

Faktor penilaian untuk menurunkan beban kerja, ada dua kriteria yang<br />

dapat dipakai (Rodahl, 1989) antara lain adalah sebagai berikut.<br />

1) Kriteria objektif; yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihaklain yang<br />

meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan tindak tanduk<br />

2) Kriteria subjektif; yang dilakukan orang yang bersangkutan sebagai<br />

pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan<br />

yang menggangu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan.<br />

Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah,<br />

secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut<br />

nadi. Frekuensi denyut nadi dari keseluruhan jam kerja, selanjutnya dipakai dasar<br />

penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan<br />

liner dengan pengambilan oksigen. Hal ini merupakan refleksi dari proses reaksi<br />

(strain) terhadap (stressor) yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar<br />

(strain) berbanding lurus dengan (stress).<br />

84


Penilaian beban kerja secara subjektif dapat dilakukan dengan<br />

menggunakan kuesioner, dimana dengan kuesioner tersebut akan terlihat tanda-<br />

tanda yang menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban<br />

kerja yang membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan,<br />

tempat kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya (Bridger,<br />

1995). Penilaian beban kerja pada proses penangkapan ikan dapat dilihat pada<br />

beberapa variabel seperti pemakaian O2, penggunaan kalori dan denyut nadi.<br />

Salah satu cara dalam menentukan konsumsi kalori atau pengarahan tenaga kerja<br />

untuk amengetahui derajat beban kerja adalah perhitungan denyut nadi kerja, yaitu<br />

rerata denyut nadi selama bekerja. Berdasarkan pemakaian O2, konsumsi kalori,<br />

denyut nadi dan tingkat beban kerja dibedakan untuk kondisi istirahat, beban kerja<br />

sangat ringan, ringan, agak berat, berat, sangat berat dan luar biasa berat (Sanders<br />

and McCormick, 1987). Cara lain untuk menentukan penilaian klasifikasi beban<br />

kerja fisik pada proses kerja penangkapan ikan adalah klasifikasi yaitu klasifikasi<br />

beban kerja fisik berdasarkan beban (cardiovascular) yang dihitung berdasarkan<br />

data denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan nadi kerja maksimum 8 jam kerja<br />

(Intaranot and Vanwonterghem, 1993., Suyasning, 1998).<br />

2.16 Kelelahan Kerja<br />

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh<br />

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.<br />

Istilah kelelahan biasanya menunjukkan pada kondisi yang berbeda-beda pada<br />

setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan<br />

85


penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Grandjean, 1993). Kelelahan<br />

diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.<br />

Kelelahan otot merupakan remor pada otot atau perasaan nyerih pada otot.<br />

Sedangkan kelalahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemampuan<br />

untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya<br />

kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status, kesehatan dan<br />

keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan<br />

sampai perasaan yang sangat melelahkan. (Pulat, 1992) menyatakan secara umum<br />

gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang<br />

sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja,<br />

apabila rata-rata beban kerja melebihi 30% - 40% dari tenaga aerobik maksimal.<br />

2.16.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja bervariasi,<br />

untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, maka proses<br />

penyegaran harus dilakukan diluar tekanan cancel out the stress (Grandjean,<br />

1993). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode<br />

istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja dapat memberikan penyegaran.<br />

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengabn kerja<br />

dinamis. Pada kerja otot statis dengan pengarahan tenaga 50 % dari kekuatan<br />

maksimum otot hanya dapat bekerja selama satu menit, sedangkan pada<br />

penyegaran tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama, tetapi<br />

penyegaran otot statis sebesar 15 – 20 % akan menyebabkan kelelahan dan nyeri<br />

jika perbedaan langsung sepanjang hari. Astrand and Rodahl (1977)<br />

86


mengemukakan bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam perhari tanpa<br />

gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 80 % dari maksimum<br />

tenaga otot. Lebih lanjut (Grandjean, 1993); juga menyatakan bahwa kerja otot<br />

statis merupakan kerja berat strenous, kemudian mereka membandingkan antara<br />

kerja otot statis dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis<br />

mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan<br />

waktu istirahat yang lebih lama.<br />

2.16.2 Pengukuran Kelelahan<br />

Mengukur kelelahan menurut Grandjean (1993) dapat dilakukan dengan<br />

metode sebagai berikut.<br />

1) Pengukuran kuantitas dan kualitas kerja.<br />

2) Keluhan subjektif.<br />

3) Electroensefalograph (EEG).<br />

4) Tremor detector; sebagai tes psikomotorik.<br />

5) Flicker fusion.<br />

6) Tes mental<br />

Salah satu cara untuk mengukur keluhan subjektif menurut Adiputra<br />

(1998) dapat digunakan kuesioner 30 item (self rating test), skala empat yang<br />

dikeluarkan oleh (Japan Association Industrial Health) (JAIH) yang berisi daftar<br />

gejala-gejala yang berhubungan dengan kelelahan yang ditanyakan kepada subjek<br />

dan diisi secara subjektif sesuai dengan apa yang dirasakannya dan dilakakuan<br />

setelah selesai bekerja. Substansi dimensionalnya meliputi : a) adanya pelemahan<br />

aktivitas item 1-10, b) adanya pelemahan motivasi item 11-20, c) adanya<br />

87


kelelahan fisik akibat kelelahan secara umum item 21-30. Dan disamping juga<br />

disebabkan oleh karena jenis pekerjaan, kelelahan juga terjadi karena keadaan<br />

lingkungan kerja yang tidak nyaman, aman dan sehat.<br />

2.17 Gangguan Muskuloskeletal<br />

Keluhan kerja akibat gangguan sistem muskuloskeletal nelayan pada saat<br />

proses penangkapan ikan adalah lebih banyak melibatkan bagian-bagian otot<br />

skeletal mulai dari penawuran jaring sampai pada penarikan tali pukat cincin.<br />

Keluhan yang sering dirasakan setelah selesai kerja khususnya sakit pada<br />

pergelangan tangan kanan dan kiri, sakit pada punggung, sakit pada pinggang,<br />

sakit pada pantat, lutut dan sakit pada kaki kiri dan kanan. Metode subjektif untuk<br />

menilai keluhan otot skeletal adalah dengan menggunakan (Nordic Body Map)<br />

baik (rating) maupun (ranking). Prosedur menggunakan mapping untuk menilai<br />

keluhan otot skeletal tersebut dapat dilakukan pada interval selama keseluruhan<br />

jam akerja dan istirahat. Subjek ditanya pada bagian-bagian anggota tubuh yang<br />

mengalami sakit atau ketidak nyamanan melalui kuesioner pada 4 skala likert<br />

(Corlett, 1992).<br />

Secara garis besar keluhan muskuloskeletal dapat dikelompokkan menjadi<br />

dua bagian besar yaitu keluhan sementara dan keluhan menetap. Keluhan otot<br />

sementara adalah keluhan yang terjadi pada saat otot menerima beban statis dan<br />

segera hilang apabila pemberian beban dihentikan. Sedangkan keluhan otot<br />

menetap adalah keluhan yang bersifat lebih permanen dan rasa sakit pada otot<br />

tidak hilang meskipun pemberian beban dihentikan (Grandjean, 1993). Keluhan<br />

88


subjektif akibat kerja berhubungan erat dengan reaksi perasaan individu terhadap<br />

pengalaman kerjanya (Adiputra, 1998b)<br />

Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan<br />

keluhan muskuloskeletal atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean,<br />

1993). Keluhan pada sistem muskuloskeletal disebabkan karena , 1) memaksakan<br />

beban yang terlalu berat, 2) gerakan tertentu yang berulang, 3) sikap tubuh ketika<br />

duduk, berdiri dan melakukan aktivitas, 4) menggunakan teknik pengangkatan<br />

yang salah, dan 5) tekanan kerja (Cani-news, 2006; HSE, 2006). Beberapa alat<br />

ukur ergonomi yang sering digunakan antara lain adalah sebagai berikut:<br />

1) Model biomekanik adalah model yang menerapkan konsep mekanika teknik<br />

pada fungsi tubuh untuk mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan<br />

beban kerja (Chaffin and Andersons, 1991).<br />

2) Tabel psikofisik merupakan penilaian berdasarkan pada ilmu psikologi yang<br />

digunakan untuk mengevaluasi pemindahan material secara manual tentang<br />

berapa banyak kapasitas pekerja dalam mengangkat, menurunkan,<br />

mendorong, menarik dan membawa beban (Snook, 2005).<br />

3) Model flsik merupakan suatu metode untuk mengetahui sumber keluhan<br />

otot dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur tingkat beban<br />

kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator denyut nadi,<br />

konsumsi oksigen dan kapasitas paru. Melalui indikator tingkat beban kerja<br />

dapat diketahui tingkat risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal<br />

(Christensen, 1991).<br />

4) Pengukuran dengan (videotape) adalah analisis (videotape) yang dilakukan<br />

89


dengan menggunakan (video camera). Melalui video camera dapat direkam<br />

setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya hasil rekaman ini digunakan<br />

sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap sumber terjadinya keluhan<br />

otot (Rodgers, 2005).<br />

5) Pengukuran melalui monitor merupakan pengukuran berbagai aspek dari<br />

aktivitas fisik yang meliputi posisi, kecepatan dan percepatan gerakan.<br />

Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh<br />

pekerja. Melalui monitor dapat dilihat secara langsung karakteristik dari<br />

perabahan gerak yang dapat digunakan untuk mengestimasi risiko keluhan<br />

otot yang akan terjadi sekaligus dapat dianalisis solusi ergonomi yang tepat<br />

untuk mencegah terjadinya keluhan tersebut (Waters and Putz-Anderson,<br />

1996a).<br />

6) Metode analitik merupakan metode analitik yang direkomendasikan oleh<br />

NIOSH untuk pekerjaan mengangkat. (NIOSH) memberikan cara sederhana<br />

untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang<br />

berlebihan (over exertiori) atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan<br />

menghitung (Recommended Weight Limit. RWL) dan (Lifting Index. LI).<br />

RWL adalah berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja<br />

dalam waktu tertentu tanpa meningkatkan risiko gangguan sakit pinggang<br />

(Waters and Putz-Anderson, 1996b).<br />

7) (Nordic Body Map) (NBM) adalah penilaian subjektif dengan menggunakan<br />

peta tubuh untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan<br />

dengan tingkat keluhan mulai dari rasa agak sakit sampai sakit. Dengan<br />

90


melihat dan menganalisis peta tubuh maka dapat diestimasi jenis dan tingkat<br />

keluhan otot yang dirasakan oleh pekerja (Corlett, 1992).<br />

8) (Quick Exposure Checklist. QEC) adalah penilaian objektif terhadap risiko<br />

cedera di tempat kerja terhadap keluhan muskuloskeletal. QEC didasarkan<br />

pada kebutuhan praktis dan riset terhadap faktor risiko. Prosedur dalam<br />

penggunaan QEC adalah : a) pengguna harus paham tentang kategori<br />

penilaian yang digunakan dalam checklist, b) penilaian peneliti berdasarkan<br />

pada checklist, c) penilaian pekerja yang didasarkan pada checklist, d)<br />

menghitung skor, e) mempertimbangkan tindakan (Li and Buckle, 2005).<br />

Keluhan otot skeletal dapat terjadi karena adanya sikap kerja yang tidak<br />

alamiah oleh karena ketidakserasian hubungan antara alat kerja dengan ukuran<br />

tubuh pemakainya (Phesant, 1988 and Manuaba, 2000). Keluhan muskuloskeletal<br />

berhubungan erat dengan pekerjaan tangan secara berulang-ulang dan merupakan<br />

penyebab utama terjadinya gangguan kesehatan dan ketidak mampuan kerja<br />

(worker impairment and disability) (Armstrong, 2003). Penilaian keluhan<br />

subjektif individu merupakan hal yang tidak dapat diabaikan untuk memahami<br />

beban kerja secara menyeluruh. Di samping itu pengetahuan tentang penilaian<br />

subjektif sangat berguna untuk mendeteksi masalah-masalah yang timbul sebagai<br />

akibat kondisi kerja (Vanwonterghem, 1995).<br />

Dalam melakukan pekerjaan, otot memegang peranan utama diantara<br />

sekian banyak otot-otot skeletal yang paling banyak berperan dalam setiap<br />

pergerakan aktivitas. Keluhan Muskuloskeletal terjadi dalam tiga tahap yaitu : a)<br />

tahap pertama biasanya terasa sakit ringan atau terasa lelah, b) tahap kedua terasa<br />

91


sakit agak berat khususnya pada malam hari, c) tahap ketiga terasa sakit yang<br />

cukup berat (Annim, 2006). Keluhan pada sistem muskuloskeletal dipengaruhi<br />

oleh adanya kerja otot yang bekerja tidak secara normal akibat dari sikap kerja<br />

yang tidak alamiah. Dampaknya dapat menimbulkan kenyerian otot dan rasa tidak<br />

nyaman (Chaffin, 2003). Sikap kerja membungkuk dan pembebanan yang tidak<br />

simetris dapat menyebabkan cidera dan kenyerian pada otot bagian belakang<br />

(Bridger, 1995). Menyatakan bahwa rasa tidak nyaman bisa terjadi karena adanya<br />

tekanan pada jaringan yang lembut yang dapat menyebabkan terhambatnya aliran<br />

darah ke jaringan, sehingga menyebabkan berkurangnya suplai oksigen dan<br />

menumpuknya karbon dioksida dan terjadinya penimbunan asam laktat.<br />

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan<br />

muskuloskeletal antara lain (MacLeod, 1995; Tayyari and Smith, 1997)<br />

mengemukakan sebagai berikut :<br />

1) Peregangan otot yang berlebihan (over exertion)<br />

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan<br />

pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar<br />

seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang<br />

berat.<br />

2) Aktivitas berulang<br />

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus<br />

menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, mengangkat<br />

dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat<br />

beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.<br />

92


3) Sikap kerja tidak fisiologis atau alamiah<br />

Sikap kerja tidak fisiologis atau alamiah adalah sikap kerja yang<br />

menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,<br />

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,<br />

kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari<br />

pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan<br />

otot skeletal.<br />

4) Faktor penyebab sekunder<br />

Faktor penyebab sekunder seperti adanya tekanan langsung pada<br />

jaringan otot lunak, getaran dengan frekuensi tinggi, mikroklimat baik<br />

dalam suhu yang dingin maupun panas.<br />

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa berat ringannya beban kerja<br />

dan keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja selain dipengaruhi oleh<br />

faktor internal, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu task, organisasi kerja<br />

dan lingkungan kerja.<br />

2.18 Peningkatan Kesejahteraan<br />

Pada masyarakat nelayan pola adaptasinya dengan ekosistem lingkungan<br />

fisik laut dan lingkungan sosial di sekitarnya adalah tergantung pada perubahan-<br />

perubahan yang salah satunya adalah perubahan strategi mata pencaharian. Bagi<br />

masyarakat nelayan, lingkungan fisik laut sangatlah mengandung banyak bahaya<br />

dan dalam banyak hal mengandung risiko kecelakaan karena pekerjaan nelayan<br />

adalah memburuh dan menangkap ikan, hasilnya tidak dapat ditentukkan dan<br />

93


penuh dengan ketidakpastian, semuanya hampir serba spekulatif karena laut<br />

adalah wilayah yang dianggap bebas untuk dieksploitasi common property milik<br />

bersama.<br />

Pemahaman tingkat kesejahteraan bagi masyarakat nelayan bervariasi.<br />

Dilihat dari segi pendapatan usaha nelayan, bahwa kesejahteraan adalah besarnya<br />

hasil atau keuntungan yang diperoleh nelayan dari satu trip penangkapan. Bentuk<br />

dan jumlah pendapatan dalam usaha perikanan mempunyai fungsi yang sama<br />

yaitu terpenuhinya kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan bagi nelayan<br />

agar dapat melanjutkan kegiatannya (Mulyadi, 2005) menyatakan kesejahteraan<br />

merupakan adaptasi tingkalaku dalam upaya memaksimalkan kesempatan untuk<br />

bertahan hidup. Suatu usaha penangkapan dikatakan sukses kalau situasi<br />

pendapatannya memenuhi syarat sebagai berikut :<br />

1) Cukup untuk membayar semua sarana produksi.<br />

2) Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan.<br />

3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja.<br />

Biaya dan pendapatan usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu ongkos<br />

berupa pengeluaran nyata dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata.<br />

Dalam hal ini, pengeluaran-pengeluaran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak<br />

kontan. Pengeluaran-pengeluaran kontan adalah (1) bahan bakar dan oli; (2) bahan<br />

pengawet (es dan garam); (3) pengeluaran untuk makanan konsumsi awak; (4)<br />

pengeluaran untuk raparasi; (5) pengeluaran untuk retribusi dan pajak.<br />

Pendapatan nelayan sangat ditentukan oleh sistim bagi hasil dan jarang<br />

diterima upah tetap. Tujuan dilakukannya peningkatan kesejahteraan bagi nelayan<br />

94


adalah untuk mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi keuntungan dan<br />

kerugian bagi perusahaan jika berinvestasi baik dalam jangka waktu panjang<br />

maupun pendek.<br />

Modal usaha pukat cincin terdiri dari alat-alat penangkapan jaring, motor,<br />

perahu, pengawetan di dalam kapal, makanan dan minuman dapat dilakukan<br />

penilain dengan melalui 3 cara yaitu: (1) penilaian didasarkan kepada nilai alat<br />

yang baru yaitu, berupa ongkos memperoleh alat tersebut menurut harga yang<br />

berlaku sekarang dan dapat dihitung dengan besarnya modal sekarang, (2)<br />

berdasarkan pada harga pembelian atau pembuatan alat tangkap, jadi berapa<br />

investasi awal yang telah dilaksanakan nelayan dan nelayan mengingat harga<br />

pembeliannya, (3) dengan menaksir nilai alat tangkap pada waktu sekarang yakni<br />

harga yang akan diperoleh apabila alat tersebut akan dijual. Oleh karenanya<br />

analisis ekonomi pendapatan nelayan adalah sebagai berikut.<br />

2.18.1 Kepuasan Kerja<br />

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan<br />

kinerja hasil yang dirasakannya dengan harapan yang diinginkan. Pengukuran<br />

tingkat kepuasan menggunakan pendekatan kualitas yang meliputi 5 dimensi<br />

yaitu: 1) hal-hal yang tampak konkrit (tangibles), meliputi infrastruktur,<br />

telekomunikasi, proses administrasi pendaftaran, penampilan situs, gedung,<br />

penampilan karyawan dan desain brosur yang ditampilkan, 2) dapat dipercaya<br />

(reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan,<br />

penyelesaian penanganan pengaduan, dan konsisten pelayanan sebagaimana yang<br />

dinjanjikan, 3) daya tanggap responsiveness yaitu kesiaptanggapan dalam<br />

95


melayani permintaan, kemauan untuk membantu dan sikap karyawan dalam<br />

menerima pengaduan, 4) jaminan (assurance) mencakup kemampuan karyawan<br />

dalam menanamkan kepercayaan, keterampilan dalam memberikan pelayanan dan<br />

prilaku karyawan dalam memberikan pelayanan, 5) empati (empathy) meliputi<br />

kemauan karyawan dalam membantu permasalahan pelanggan, kemampuan<br />

perusahaan dalam memahami dan memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan<br />

dan kemampuan perusahaan dalam menjaga hubungan dengan pelanggan.<br />

Perasaan puas atau tidaknya seseorang tergantung dari tingkat harapan dan<br />

tingkat persepsi jasa yang diterima, kalau terjadinya gap negatif dalam arti tingkat<br />

persepsi lebih rendah dari tingkat harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa<br />

Demikian pula sebaliknya, jika terjadi gap positif dalam arti tingkat persepsi lebih<br />

tinggi dari tingkat harapan, maka seseorang akan merasa puas.<br />

2.18.2 Produktivitas Kerja<br />

Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara luaran<br />

(output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan<br />

meningkat apabila jumlah luaran meningkat dengan masukan yang sama (Chew,<br />

1991., Pheasant, 1991). Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat<br />

dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam<br />

memanfaatkan sumber daya manusia dan peningkatan luaran sebesar-besarnya.<br />

Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua<br />

macam yaitu : (1) Produktivitas total, adalah perbandingan antara total luaran<br />

dengan total masukan per satuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total,<br />

semua faktor masukan terhadap total luaran diperhitungkan. (2) Produktivitas<br />

96


parsial, adalah perbandingan dari luaran dengan satu jenis masukan seperti upah<br />

tenaga kerja, bahan daya, beban daya, skor keluhan subjektif dan lain-lain :<br />

Produktivitas tenaga kerja =<br />

Luaran<br />

Masukan xWaktu<br />

Luaran merupakan hasil kerja dalam proses penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin, maka luaran dapat diproyeksikan dengan berat tarikan pukat cincin<br />

yang ditarik nelayan. Sedangkan masukan dapat diproyeksikan sebagai rerata<br />

beban kerja, keluhan otot skeletal, kelelahan. Beberapa hasil penelitian telah<br />

berhasil menunjukkan bahwa pendekatn ergonomi dalam perbaikan kondisi kerja<br />

telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dan menekan biaya<br />

produksi.<br />

2.18.3 Analisis Keuntungan Ekonomi<br />

Analisis pendapatan ekonomi dalam ergonomi bertujuan untuk<br />

menganalisis berbagai unsur yang mempengaruhi produktivitas. Pendekatan<br />

holistik menempatkan analisis ekonomi secara sistemik, holistik, interdisipliner<br />

dan partisipasi antara pemilik perusahaan dan karyawannya (Manuaba, 2001;<br />

2003b; 2005). Analisis yang dilakukan hendaknya melihat secara keseluruhan<br />

semua unsur yang mempengaruhi produktivitas kerja.<br />

Produktivitas secara ekonomis berupaya meningkatkan efisiensi dan<br />

efektivitas, sehingga biaya produksi perusahaan dapat ditekan dan penerimaan<br />

neraca keuangan perusahaan meningkat akibat adanya intervensi ergonomi<br />

(Hendricks, 2002) sebagai berikut :<br />

1) Peningkatan jumlah produk, dimana terjadi peningkatan secara kuantitas<br />

97


maupun kualitas produk.<br />

2) Peningkatan nilai jual produk, yaitu terjadi peningkatan harga jual produk.<br />

3) Penurunan biaya kerja tiap unit, yaitu terjadi efisiensi tiap unit kerja.<br />

4) Penurunan biaya karyawan, akibat berkurangnya karyawan yang sakit atau<br />

cedera akibat kerja.<br />

Bila mengacu pada indeks produktivitas, maka secara ekonomis<br />

peningkatan keuangan perusahaan dapat terjadi akibat efisiensi sumber daya<br />

maupun akibat peningkatan hasil produksi sebagai berikut.<br />

1) Efisiensi sumber daya–hasil produksi sama.<br />

2) Efisiensi sumber daya–hasil produksi meningkat.<br />

3) Sumber daya sama–hasil produksi meningkat.<br />

4) Sumber daya meningkat–hasil produksi meningkat.<br />

Dalam keadaan kondisi kerja tidak ergonomis maka akan mempengaruhi<br />

kapasitas sumber daya yang ada sehingga akan mempengaruhi kualitas dan<br />

kuantitas produksi. Artinya efisiensi sumber daya dalam proses produksi akan<br />

berubah menjadi in-efisiensi sehingga mempengaruhi produktivitas secara<br />

keseluruhan. Dalam hal ini diperlukan adanya suatu asuransi kesehatan, yang<br />

diharapkan akan mampu mengefisienkan biaya pemeliharaan kesehatan karyawan<br />

(Cubed, 2000).<br />

Terdapat 3 kunci pokok analisis ekonomi dalam ergonomi menurut<br />

(Bridger, 2003) yaitu : 1) efikasi, apakah pelaksanaan pekerjaan berada di bawah<br />

kondisi yang ideal, 2) efektif, apakah pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam<br />

kondisi yang normal, 3) efisien, apakah pelaksanaan pekerjaan dapat menghemat<br />

biaya bahan baku dan dan biaya produksi.<br />

98


Efisiensi peningkatan produktivitas menurut (The US Sub Committee on<br />

Benefits and Cost, 1988) dapat diukur dengan menggunakan indikator ekonomi<br />

yaitu menentukkan tingkat keuntungan profitability dan efisiensi sistem untuk<br />

mengevaluasi kelayakan dari sebuah investasi yang diperoleh dari adanya biaya<br />

yang dikeluarkan dan manfaat yang dihasilkan.<br />

2.18.3.1 Break Event Point (BEP)<br />

BEP adalah adalah salah satu perhitungan ekonomi mikro untuk<br />

mengetahui suatu titik atau keadaan dimana perusahaan atau investor di dalam<br />

menginvestasikan modal usahanya tidak memperoleh keuntungan dan tidak<br />

menderita kerugian, dengan kata lain pulang pokok dimana pendapatan yang<br />

diperoleh perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha dengan pengeluaran yang<br />

dibiayai pada dasarnya sama atau perusahaan mengalami titik impas dalam jangka<br />

waktu tertentu.<br />

Untuk menentukan BEP dapat dilihat melalui rumus bangun di bawah ini :<br />

BEP =<br />

BEP =<br />

BiayaTetap<br />

Harga Jualperunit<br />

−BiayaVariabel<br />

=......unit.<br />

Biaya Tetap<br />

= ......Rupiah<br />

I - Biaya variabel / Penjualan bersih<br />

Asumsi yang digunakan dalam menghitung BEP adalah sebagai berikut.<br />

1) Biaya tetap harus konstan selama periode tertentu<br />

2) Biaya variabel dalam hubungannya dengan penjualan harus konstan; dan<br />

3) Harga jual perunit tidak berubah dalam periode waktu tertentu.<br />

Berdasarkan batasan tertentu, maka BEP akan berubah apabila :<br />

1) Terdapat perubahan dalam biaya tetap;<br />

99


2) Terdapat perubahan dalam harga jual perunit; dan<br />

3) Terdapat perubahan pada ratio biaya variabel perunit.<br />

2.18.3.2 Benefit Cost Ratio (BCR)<br />

100<br />

Dalam menginvestasi salah satu usaha di bidang penangkapan ikan, maka<br />

diperlukan suatu analisis terhadap biaya dan manfaat dari suatu usaha di<br />

bidangnya Sedangkan BCR dalam menginvestasi modal usaha mempunyai tiga<br />

kriteria penilaian yaitu :<br />

1) ‘B-C’ = Manfaat kurang Biaya<br />

2) B-C/I = Manfaat kurang biaya / Investasi<br />

3) ∆B/∆C = Perubahan manfaat dibagi perubahan biaya<br />

Dari kriteria di atas, yang paling baik dan handal adalah B/C; dimana<br />

dalam kriteria ini rasio biaya dan manfaat merupakan ukuran bagi evaluasi<br />

suatu pembuatan alat, jika B/C = 1, maka alat tersebut bersifat marjinal, dan<br />

jika B/C>1, maka manfaat yang diperoleh lebih besar, dari pada biaya yang<br />

dikeluarkan, sehingga alat itu layak untuk dilaksanakan. Sedangkan B/C 1. Perhitungan<br />

analisis biaya dan manfaat antara lain adalah sebagai berikut.<br />

1) Dari segi waktu; horison waktu sangat penting untuk diperhatikan, sebab<br />

manfaat yang diperoleh di masa depan tidak sama dengan biaya dan hasil<br />

saat ini. Oleh karenanya aturan penilaian mengharuskan adanya


101<br />

pendiskontoan manfaat yang dirasakan oleh seseorang setelah beroperasinya<br />

kegiatan tersebut dan kriteria ini disebut (net present value) (NPV) menurut<br />

Sartono, (1994).<br />

Kriteria keputusannya yaitu : 1) apabila jumlah dari keseluruhan proceed<br />

yang diharapkan lebih besar PV dari investasinya, maka usulan investasi<br />

tersebut dapat diterima, 2) apabila jumlah PV dari keseluruhan proceed yang<br />

diharapkan PV dari investasinya (PV negatif), maka usulan investasi<br />

ditolak.<br />

Kelebihan dari NPV adalah : 1) memperhitungkan nilai waktu dan uang,<br />

2) memperhitungkan aliran kas selama<br />

2) Dari segi pendapatan; hasil yang diperoleh seseorang setelah megerjakan<br />

suatu pekerjaan disebut kriteria tingkat hasil (internal rate of return). IRR<br />

Kriteria ini mengacu pada tingkat penghasilan yang secara implisit<br />

terkandung didalam arus hasil dan biaya. IRR adalah tingkat hasil internal<br />

sebagai tingkat penghasilan berupa upah yang diperoleh pekerja, dikurangi<br />

biaya. Jadi dengan IRR dapat mengetahui apakah tingkat bunga yang<br />

menghasilkan benefit terdiskonto sama dengan biaya terdiskonto.<br />

2.18.3.3 Return Of Investment (ROI)<br />

Return of invesment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh<br />

pengusaha (pemilik pukat cincin) dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan<br />

dalam periode waktu tertentu. Perusahaan perlu membuat perhitungan ROI karena<br />

manfaatnya sangat besar, yaitu perusahaan dapat mengukur tingkat kemampuan<br />

usaha dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian


102<br />

analisis ROI dapat digunakan untuk mengkukur efisiensi penggunaan modal<br />

dalam perusahaan tersebut.


3.1 Kerangka Konsep Penelitian<br />

BAB III<br />

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS<br />

Setelah memperhatikan rumusan masalah dan kajian pustaka, maka<br />

dapatlah disusun kerangka konsep sebagaimana berikut ini.<br />

1) Berdasarkan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin terungkap bahwa kinerja yang dinilai dari indikator beban<br />

kerja, kelelahan, dan keluhan muskuloskeletal akan dapat diatasi sehingga<br />

terjadi peningkatan kinerja nelayan.<br />

2) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

akan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dilihat dari ROI, BEP dan<br />

BCR.<br />

3) Penerapan ergonomi total dilakukan melalui intervensi ergonomi pada<br />

beberapa aspek yaitu: 1) suplesi gizi, 2) perbaikan sikap kerja,<br />

3) penggunaan perlengkapan pelindung diri, 4) waktu istirahat, 5) motivasi<br />

dalam bekerja seperti: perbaikan komunikasi, perbaikan informasi dan<br />

penggunaan alat bantu kerja katrol.<br />

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan nelayan<br />

penangkap ikan dengan pukat cincin adalah faktor internal dan faktor<br />

eksternal.<br />

5) Faktor internal yang turut mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan nelayan<br />

penangkap ikan dengan pukat cincin adalah: umur, jenis kelamin, berat<br />

badan, pengalaman kerja, pendidikan, dan status kesehatan.<br />

103


104<br />

6) Faktor eksternal yang turut mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan<br />

nelayan penangkap ikan dengan pukat cincin adalah: musim, suhu udara,<br />

kelembaban, kecepatan angin, hasil tangkapan, arus, ombak dan tipe kapal.<br />

Untuk lebih jelas, secara skematis, kerangkan konsep dapat disajikan<br />

pada Gambar 3.1.<br />

MASUKAN<br />

Faktor Intervensi ergonomi<br />

1) Suplesi gizi,<br />

2) Perbaikan sikap kerja,<br />

3) Penggunaan Perlengkapan<br />

pelindung diri,<br />

4) Pemberian waktu istirahat,<br />

5) Memberikan dorongan<br />

(motivasi),<br />

6) Perbaikan komunikasi,<br />

7) Perbaikan informasi, dan<br />

8) Penggunaan katrol untuk<br />

menarik pukat cincin<br />

Faktor internal<br />

1) umur<br />

2) jenis kelamin<br />

3) berat badan<br />

4) pengalaman kerja<br />

5) pendidikan<br />

6) kondisi kesehatan<br />

Faktor eksternal<br />

1) musim<br />

2) suhu udara<br />

3) kelembaban<br />

4) kecepatan angin<br />

5) arus<br />

6) ombak<br />

7) tipe kapal<br />

8) ukuran kapal<br />

PROSES<br />

Proses kerja<br />

penangkapan ikan<br />

dengan pukat cincin<br />

yang dirancang<br />

melalui pendekatan<br />

ergonomi total dengan<br />

perbaikan sbb:<br />

1. perbaikan sikap<br />

kerja nelayan<br />

menarik pukat<br />

cincin dengan<br />

menggunakan<br />

katrol.<br />

2. perbaikan alas<br />

duduk dan<br />

pemakaian sarung<br />

tangan pada saat<br />

menarik pukat<br />

cincin.<br />

3. pemberian teh<br />

manis.<br />

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian<br />

Keterangan:<br />

LUARAN<br />

Kinerja (Beban Kerja,<br />

Kelelahan, keluhan<br />

muskuloskeletal) dan<br />

Kesejahteraan<br />

nelayan (kepuasan<br />

kerja, produktivitas<br />

dan keuntungan<br />

ekonomi nelayan<br />

Diintervensi<br />

Dikontrol<br />

Proses Kerja dan<br />

gejala yang diamati


3.2 Hipotesis<br />

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konsep penelitian yang telah<br />

dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.<br />

105<br />

1) lntervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan beban kerja nelayan.<br />

2) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan kelelahan nelayan.<br />

3) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan keluhan<br />

muskuloskeletal nelayan.<br />

4) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari kepuasan kerja.<br />

5) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kesejahteraan yang nilai dari produktivitas.<br />

6) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari keuntungan nelayan.


4.1 Tempat dan Waktu Penelitian<br />

BAB IV<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini dilakukan di perairan laut Amurang Kabupaten Minahasa<br />

Selatan Propinsi Sulawesi Utara sepanjang 30 mil laut dan ditempuh dalam waktu<br />

5 jam perjalanan.<br />

Waktu penelitian dilaksanakan selama 8 minggu yaitu dari bulan Agustus<br />

2009 s/d bulan Oktober 2009 berdasarkan kalender yang disesuaikan dengan<br />

musim ikan.<br />

4.2 Rancangan Penelitian<br />

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan<br />

rancangan sama subjek (treatment by subject design) (Colton, 1985., Dimitrov &<br />

Rumrill., Hudock, 2005). Rancangan penelitian ini dipilih karena sesuai dengan<br />

tujuan penelitian yang ingin mengetahui adanya peningkatan kinerja; serta<br />

peningkatan kesejahteraan nelayan setelah intervensi ergonomi dengan<br />

pendekatan ergonomi total dilakukan terhadap proses penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin oleh nelayan penangkap ikan di Amurang Kabupaten Minahasa<br />

Selatan Provinsi Sulawesi Utara.<br />

Skema rancangan sama subjek (treatment by subject design) diberikan<br />

dalam Gambar 4.1.<br />

106


Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian sama subyek<br />

4.3 Populasi dan Sampel<br />

4.3.1 Populasi<br />

107<br />

Keterangan :<br />

P : populasi untuk penelitian;<br />

R : pengambilan secara acak;<br />

S : sampel dipilih secara random dari populasi.;<br />

O1 : observasi awal tanpa intervensi<br />

,O2 : observasi akhir tanpa intervensi;<br />

P0 : aktivitas penangkapan ikan sebelum intervensi;<br />

WO : washing out (waktu untuk menghilangkan efek aktivitas sebelum<br />

intervensi) selama 3 hari;<br />

P1 : aktivitas penangkapan ikan dengan intervensi;<br />

O3 : observasi awal dengan intervensi;<br />

: observasi akhir dengan intervensi.<br />

O4<br />

P<br />

R<br />

Populasi adalah 250 orang nelayan pukat cincin, sedangkan populasi<br />

terjangkau adalah 90 nelayan pukat cincin dan besar sampel yang benar-benar<br />

diteliti 18 orang nelayan pukat cincin di Amurang di Kabupaten Minahasa Selatan<br />

Provinsi Sulawesi Utara.<br />

4.3.2 Kriteria Sampel<br />

Sampel diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi,<br />

ekklusi dan (drop out).<br />

S<br />

O1<br />

P0<br />

O2 WO<br />

O3<br />

P1<br />

O4


a. Kriteria inklusi<br />

berikut.<br />

108<br />

Kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai<br />

1) Nelayan pukat cincin berumur 40 – 60 tahun.<br />

2) Berat badan berkisar antarar 57 – 70 kg<br />

3) Berjenis kelamin laki-laki.<br />

4) Pendidikan minimal tamat SD.<br />

5) Pengalaman kerja sebagai nelayan pukat cincin minimal 1 tahun.<br />

6) Sehat jasmani dan rohani dan tidak cacat yang dibuktikan dengan surat<br />

keterangan dokter.<br />

7) Bersedia menjadi subjek penelitian sampai selesai dan dibuktikan dengan<br />

adanya (inform consent).<br />

b. Kriteria eksklusi<br />

Kriteria eksklusi yang dipertimbangkan dalam pemilihan sampel adalah<br />

sebagai berikut.<br />

1) Pekerjaan sebagai nelayan pukat cincin dalam operasi penangkapan ikan<br />

tidak dilakukan setiap malam.<br />

2) Nelayan yang terlibat kegiatan sosial kemasyarakatan di Desa selama<br />

periode penelitian.<br />

3) Memanfaatkan alat bantu yang terkait dengan proses penangkapan ikan<br />

sesuai dengan yang ditetapkan dalam penelitian.<br />

4) Tidak kecanduan alkohol<br />

5) Tidak kecanduan game<br />

6) Sulit berkomunikasi (tuli)


c. Kriteria drop out (gugur) :<br />

109<br />

1) Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel pada waktu<br />

penelitian;<br />

2) Tidak mengikuti kegiatan penelitian sampai selesai;<br />

3) Menderita sakit pada waktu penelitian dilaksanakan.<br />

4.3.3 Besar Sampel<br />

Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan<br />

hasil penelitian pendahuluan (Josephus, 2006). Berdasarkan data pada Tabel 4.1<br />

dengan harapan akan terjadi perubahan 15% pada beban kerja (denyut nadi),<br />

kelelahan, keluhan muskuloskeletal dan kesejahteraan, maka besar sampel<br />

dihitung dengan menggunakan rumus Colton (Colton, 1985) sebagai berikut :<br />

di mana<br />

n = besar sampel;<br />

Zα = 1,64;<br />

Zβ = -2,33;<br />

σ (z α − z β)<br />

n =<br />

2<br />

(µ − µ )<br />

2 2<br />

1 2<br />

=<br />

2<br />

σ<br />

(µ − µ )<br />

1 2<br />

2<br />

x f( α,β)<br />

µ1 = rata-rata secara tersendiri hasil pengamatan dari kinerja dengan<br />

indikator: beban kerja (denyut nadi), kelelahan; keluhan<br />

muskuloskeletal; serta kesejahteraan;<br />

µ2 = rata-rata secara tersendiri hasil pengamatan dari kinerja dengan<br />

indikator: beban kerja (denyut nadi), kelelahan; keluhan<br />

muskuloskeletal; serta kesejahteraan yang dianggap akan teramati bila<br />

intervensi dilakukan dan biasanya diasumsikan µ2 = µ1 ± 0,15 µ1;<br />

σ 2 = varians; dan


110<br />

f (α,β) = f (α, β) = 10,82 (dihitung dengan menggunakan fungsi = NORMSINV<br />

(peluang) dalam program Excel, 2003).<br />

Tabel 4.1<br />

Data yang Digunakan Sebagai Informasi untuk Pendugaan Ukuran Sampel<br />

Subyek Denyut Nadi Keluhan<br />

Item Kelelahan<br />

1-10 11-20 21-30 1-30<br />

Kesejahteraan<br />

Rata-rata 126,00 94,80 43 44 45 132 9<br />

Standar Deviasi 1,8708 8,58 2,97 3,29 1,82 5,94 1,63<br />

Variance<br />

Besar Sampel<br />

(n), Asumsi<br />

Perubahan<br />

3,50 73,70 8,80 10,80 3,30 35,30 2,67<br />

15%: 0,21 7,89 4,49 5,47 1,54 1,94 15,83<br />

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh n terbesar adalah 15,83.<br />

Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out dan berbagai variasi populasi maka<br />

jumlah sampel ditambah 10% menjadi 17,42 dan dibulatkan menjadi 18 orang.<br />

Dengan demikian besar sampel secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah<br />

18 orang.


4.4 Variabel Penelitian<br />

4.4.1 Identifikasi dan Klasifikasi Variabel<br />

Variabel penelitian yang ada, diklasifikasikan menjadi :<br />

111<br />

1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intervensi ergonomi pada proses<br />

penangkapan ikan dengan pukat cincin.<br />

2) Variabel tergantung : kinerja (indikator: beban kerja, kelelahan, dan keluhan<br />

muskuloskeletal) dan kesejahteraan (indikator: usaha pengembalian<br />

investasi, titik impas dan pendapatan nelayan).<br />

3) Variabel kontrol yaitu : umur, jenis kelamin, berat badan, pengalaman<br />

kerja, pendidikan, dan status kesehatan, musim, suhu udara, kelembaban,<br />

kecepatan angin, tipe kapal, dan peran dari pemimpin (tonaas).<br />

4) Variabel rambang yaitu : arus laut dan gelombang<br />

Hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar 4.2


Variabel Bebas :<br />

Proses penangkapan ikan dengan<br />

intervensi melalui pendekatan<br />

ergonomi total<br />

Variabel Kontrol<br />

a) Faktor internal: umur, jenis<br />

kelamin, berat badan, pengalaman<br />

kerja, nelayan, pendidikan, dan<br />

status kesehatan.<br />

b) Faktor eksternal; musim,<br />

kelembaban udara,kecepatan angin,<br />

tipe kapal, perlengkapan nelayan<br />

dan peran tonaas/pemimpin.<br />

- Arus Laut<br />

- Gelombang<br />

Variabel Rambang<br />

Gambar 4.2 Diagram Hubungan Antar Variabel<br />

4.4.2 Definisi Operasional Variabel<br />

112<br />

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, maka<br />

berdasarkan indentifikasi setiap variabel dibuat definisi operasional dari masing-<br />

masing variabel sebagai berikut.<br />

4.4.2.1 Variabel bebas<br />

Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dilakukan berdasarkan pendekatan ergonomi total yaitu:<br />

Variabel Tergantung<br />

a) Kinerja (beban kerja,<br />

kelelahan, keluhan<br />

muskuloskeletal)<br />

b) Kesejahteraan<br />

nelayan : kepuasan<br />

kerja, produktivitas,<br />

dan pendapatan<br />

keuntungan nelayan.<br />

1) Pemakaian katrol oleh nelayan waktu penarikan tali pukat cincin.


113<br />

2) Pemakaian sarung tangan oleh nelayan pada waktu penarikan tali,<br />

pelampung, penggalian isi perut jaring, dan penarikan tali pukat cincin.<br />

3) Pengaturan waktu jadwal kerja yang dimulai pukul 23.00 – 05.00 dan<br />

istirahat 5 menit untuk minum.<br />

4) Perbaikan tempat duduk berupa penambahan alas duduk (spon) nelayan<br />

pada waktu penarikan pukat cincin.<br />

5) Memberikan informasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada<br />

nelayan dengan menggunakan alat pelindung diri berupa pemakaian jaket<br />

hujan, topi dan sarung tangan pada saat melakukan penangkapan ikan<br />

sehingga kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat diminimalisasikan.<br />

6) Proses penangkapan ikan yang dimaksud yaitu di mulai dari penawuran<br />

jaring atau melempar jaring dari dalam perahu ke permukaan laut sampai<br />

pada penarikan pukat cincin.<br />

7) Pukat cincin atau (purse seine) dikenal dengan nama (soma pajeko) adalah<br />

jenis jaring lingkar untuk menangkap sejenis ikan pelagis yang membentuk<br />

gerombolan dengan kepadatan yang tinggi.<br />

8) Nelayan diberikan kesempatan untuk minum teh manis sebanyak 250cc.<br />

Adapun kondisi kerja sebelum melakukan intervensi yaitu :<br />

a) melakukan pekerjaan menarik pukat cincin dengan kedua tangan tidak<br />

memakai sarung tangan dengan sikap paksa dalam waktu 6 jam;<br />

b) sikap kerja menarik tali cincin yaitu duduk di lantai kayu perahu terlalu<br />

lama tanpa alas duduk, sikap tubuh membungkuk ke depan, tungkai<br />

terjulur dan kedua telapak kaki sebagai bantalan penahan tarikan;


114<br />

c) sikap kerja nelayan yang bertugas untuk menarik pelampung dilakukan<br />

dengan posisi berdiri tidak teratur;<br />

d) waktu kerja selama proses penangkapan berlangsung 6 jam yaitu: pukul<br />

23.00 – 05.00 WITA tidak ada kesempatan minum;<br />

9) Sistem kerja pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin setelah<br />

dilakukan intervensi ergonomi, maka terjadi perbaikan sebagai berikut.<br />

a) Setelah selesai penawuran jaring, maka nelayan menggunakan katrol<br />

menarik pukat cincin, dimana katrol diletakkan disamping kanan perahu.<br />

b) untuk menghindari sikap paksa dalam melakukan pekerjaan dan gerakan<br />

otot tidak bertentangan dengan gerakan fisiologis, maka alat katrol<br />

dirancang sesuai data antropometri nelayan.<br />

c) katrol adalah sebuah alat yang berbentuk lingkaran sebagai tempat<br />

lilitan tali yang dapat berputar pada saat melakukan penarikan pukat<br />

cincin;<br />

d) katrol dapat berfungsi ganda yaitu pada satu pihak sebagai alat bantu<br />

untuk mengurangi berat penarikan, dan di pihak lain mengunci cincin<br />

lebih cepat sehingga ikan tidak sempat keluar dari tangkapan. Seperti<br />

tampak pada Gambar 4.3.


Gambar 4.3 Katrol Pukat Cincin<br />

115<br />

e) kedua tangan pada saat menarik pukat cincin menggunakan sarung<br />

tangan sejenis karet agar supaya tidak menimbulkan rasa sakit;<br />

f) menggunakan alas duduk disesuaikan dengan situasi dan kondisi kerja di<br />

atas perahu penangkap;<br />

g) waktu kerja selama proses penangkapan ikan berlangsung 6 jam yaitu:<br />

pukul 23.00-05.00 dengan istirahat pendek 5 menit.<br />

h) nelayan diberikan kesempatan untuk minum teh manis sebanyak 250cc.<br />

i) pada waktu istirahat diberikan musik pengiring musik rock.<br />

j) mengatur kondisi informasi dengan melakukan komunikasi dua arah.<br />

k) mengatur kondisi sosial ekonomi terutama sistem pembagian hasil<br />

tangkapan.<br />

l) mengawasi secara langsung melihat penggunaan alat katrol agar supaya<br />

interaksi penggunaan alat katrol dengan nelayan serasi.<br />

4.4.2.2 Variabel Tergantung<br />

Tali Cincin<br />

Tali Cincin<br />

Katrol untuk<br />

menggulung tali cincin<br />

Sumbu<br />

pemutar katrol<br />

1) Kinerja adalah tampilan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan<br />

penangkapan ikan dengan pukat cincin. Penilaian baik dan buruknya kinerja<br />

seseorang dapat dilihat dari capaian kerja yang dihasilkan. Kemampuan


116<br />

nelayan didalam melaksanakan tugasnya akan dipengaruhi oleh karakteristik<br />

pekerjaan, kondisi lingkungan dan organisasi kerja. Tingkat kinerja nelayan<br />

diukur dengan menggunakan indikator yaitu: beban kerja, kelelahan,<br />

keluhan muskuloskeletal dan kesejahteraan. Indikator Pengukuran Kinerja<br />

nelayan pada penelitian ini yaitu :<br />

a. Beban kerja adalah beban yang diterima oleh tenaga kerja (nelayan)<br />

selama melakukan pekerjaan (beban kerja utama + beban kerja<br />

tambahan). Kategori berat ringannya beban kerja ditentukan berdasarkan<br />

perhitungan yaitu : Denyut Nadi Kerja (DNK), dikurangi Denyut Nadi<br />

Istirahat (DNI) sama dengan Nadi Kerja (NK) yang diukur setiap<br />

30 menit selama jam kerja. Pengukuran dilakukan secara palpasi pada<br />

arteri radialis tangan kiri dengan metode 10 denyut dengan<br />

menggunakan stop. watch.<br />

b. Kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif disertai adanya<br />

penurunan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motoris yang<br />

dirasakan oleh subjek selama melakukan pekerjaan. Kelelahan diukur<br />

sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan 30 item of rating<br />

scale dalam kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan (lampiran 7a,b<br />

dan 8a,b) Untuk aktivitas melemah (item 1-10), penurunan motivasi<br />

(item11-20) dan (item 21-30) kelelahan fisik.<br />

c. Keluhan otot skeletal adalah keluhan otot yang dirasakan oleh subjek<br />

pada bagian-bagian tubuh mulai dari rasa tidak enak sapai sangat sakit.<br />

Keluhan otot skeletal didata sebelum dan sesudah bekerja dengan


117<br />

menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang dimodifikasi<br />

dengan 4 skala Likert (lampiran 8a dan 8b).<br />

2) Tingkat kesejahteraan dapat diukur dengan menggunakan kuesioner<br />

kesejahteraan dilihat dari aspek kepuasan kerja, produktivitas dan<br />

keuntungan pandapatan nelayan.<br />

4.4.2.3 Variabel Kontrol<br />

Faktor Internal<br />

1) Umur adalah jangka waktu dalam tahun yang dihitung mulai subjek<br />

dilahirkan sampai dengan saat terpilih sebagai sampel penelitian dengan<br />

melihat KTP. Umur anggota sampel ditentukan dengan pembulatan ke<br />

bawah.<br />

2) Jenis kelamin adalah ciri fenotip subjek adalah laki-laki yang ditunjukkan<br />

oleh ciri kelamin sekunder dan didukung oleh keterangan yang ada pada<br />

kartu tanda penduduk KTP.<br />

3) Pendidikan adalah surat tanda tamat belajar (STTB) yang diperoleh melalui<br />

di lingkungan sekolah formal. Dalam penelitian ini subjek minimal<br />

berpendidikan tamat SD.<br />

4) Berat badan adalah bobot tubuh subjek yang diukur dengan timbangan<br />

badan merk (Camry).<br />

5) Kesehatan adalah kondisi kesehatan subjek yang ditunjukkan dengan surat<br />

keterangan dokter.<br />

6) Pengalaman kerja adalah lama waktu subjek melakukan pekerjaan<br />

penangkapan ikan dengan batas minimal 2 tahun yang ditunjukkan dengan<br />

sertifikat sebagai nelayan penangkap.


118<br />

7) Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung<br />

langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun<br />

budi daya.<br />

Faktor Eksternal<br />

1) Musim yang dimaksud adalah periode waktu musiman. Dalam penelitian ini<br />

aktivitas penangkapan ikan disesuaikan dengan musim ikan menurut<br />

perhitungan kalender Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa<br />

Selatan, kalender Bali dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) selama<br />

bulan agustus sampai dengan desember 2009.<br />

2) Kelembaban udara dinilai dari jumlah relatif uap air yang ada di udara pada<br />

suatu suhu tertentu. Kelembaban diukur dengan menggunakan higrometer<br />

dan dikonversikan kedalam psikrometer chart dan dinyatakan dengan<br />

satuan %. Pengukuran kelembaban udara dilakukan sepanjang aktivitas<br />

penangkapan ikan setiap interval 5 atau 10 menit.<br />

3) Kecepatan angin adalah laju rata-rata hembusan angin pada lokasi<br />

penangkapan ikan. Variabel ini diukur dengan menggunakan anemometer<br />

dan dinyatakan dengan satuan menit/jam. Pengukuran dilakukan setiap<br />

interval waktu 5-10 menit.<br />

4) Tipe kapal (perahu) adalah tipe lambut dengan bobot 40-80 GT. Tenaga<br />

penggerak yang digunakan berupa motor tempel merk Yamaha tipe enduro<br />

dengan kekuatan dorong 40 HP.<br />

5) Perlengkapan nelayan adalah jas hujan, makanan, minuman dan bahan bakar<br />

minyak (BBM).


119<br />

6) Tonaas adalah pimpinan nelayan berfungsi memberikan komando dan<br />

petunjuk tentang cara dan teknik penangkapan.<br />

4.4.2.4 Variabel Rambang<br />

1) Arus laut adalah pergerakan massa air laut dengan panas matahari<br />

kepermukaan bumi dan pemanasan ini tidak merata sehingga menimbulkan<br />

perbedaan tekanan atmosfir dan perbedaan densitas air laut sehingga<br />

menyebabkan terjadinya arus. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya<br />

arus yaitu : angin, pasang surut dan gelombang.<br />

2) Gelombang laut terjadi akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa yang<br />

menimbulkan terjadinya air pasang-surut di laut.<br />

4.5 Bahan Pengumpul Data<br />

Bahan pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb.<br />

1) Bahan baku atau material yang digunakan dalam pembuatan katrol adalah<br />

besi siku, plat dan bulat, baut atau mur, paku, martil, gergaji, ring, gerigi<br />

engsel, meter dan besi plat.<br />

2) Kuesioner Nordic Body Map untuk mendata keluhan muskuloskeletal.<br />

3) 30 items of rating scale yang dimodifikasi dengan 4 skala likert untuk<br />

mendata kelelahan.<br />

4) Kuesioner kesejahteraan dan didukung dengan data analaisis ekonomi (BEP,<br />

BCR dan ROI)


4.6 Alat Pengumpul Data<br />

1) Perahu/kapal penangkap ikan dan perangkat kelengkapannya.<br />

2) Pukat cincin atau soma pajeko dan perangkat kelengkapannya.<br />

3) Stopwatch digital merk Casio HS-3 digunakan untuk menentukan waktu kerja.<br />

120<br />

4) Kamera digital merk Sony DSC-P41 digunakan untuk mengambil gambar<br />

dokumen penelitian.<br />

5) Timbangan barang merk super arjuna dengan ketelitian 0,05 kg untuk<br />

mengukur berat hasil tangkapan<br />

6) Timbangan badan merk Elephant buatan Jepang dengan ketelitian 0,2 kg<br />

untuk mengukur berat badan nelayan penangkap ikan.<br />

7) Ecosonder buatan Jepang untuk mengukur kecepatan arus dan ombak.<br />

8) Higrometer merk Luxtrom LM 800 buatan Jepang, digunakan untuk<br />

mengukur kelembaban udara.<br />

9) Meteran logam merk Helsen dengan ketelitian 1mm untuk mengukur alat-<br />

alat kerja dan jarak antara alat dan tempat kerja.<br />

10) Anemometer merk Luxtron AM-4201 buatan Taiwan untuk mengukur<br />

kecepatan angin.<br />

11) Alimeter analog untuk mengukur tinggi rendahnya di atas permukaan laut.<br />

4.7 Prosedur Penelitian<br />

Untuk menghindari adanya kesalahan-kesalahan dalam penelitian, maka<br />

dalam pengambilan data digunakan tata aturan sebagai berikut.


4.7.1 Tahap Persiapan<br />

121<br />

Sebelum proses penangkapan ikan baik untuk periode tanpa intervensi (TI)<br />

maupun periode dengan intervensi (DI), maka dilakukan kegiatan persiapan<br />

seperti uraian berikut ini.<br />

1) Mempersiapkan kuesioner NBM sebelum intervensi dan kuesioner NBM<br />

dengan intervensi ergonomi dan kusesioner 30 items of rating scale dengan<br />

skala likert untuk pengukuran kelelahan secara umum sebelum dan sesudah<br />

intervensi.<br />

2) Kuesioner kesejahteraan yang diisi oleh nelayan dalam proses penangkapan<br />

ikan dengan pukat cincin.<br />

3) Data pengukuran denyut nadi dan alat tulis menulis.<br />

4) Menyusun jadwal pemberian perlakuan untuk masing-masing kelompok<br />

subjek. Secara keseluruhan, penelitian dilakukan selama 8 minggu. Data<br />

beban kerja, kelelahan, keluhan muskuloskeletal, ROI, BEP dan pendapatan<br />

nelayan dilakukan pada proses penangkapan ikan, yaitu pada setiap minggu<br />

setiap periode sesuai jadwal seperti dalam Tabel 4.2.


Tabel 4.2<br />

Jadwal pengambilan data untuk masing-masing periode<br />

No. Uraian M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8<br />

1 Periode TI (Po)<br />

01 Observasi Awal →02<br />

Observasi Akhir<br />

01 Observasi Awal →02<br />

Observasi Akhir<br />

01 Observasi Awal →02<br />

Observasi Akhir<br />

122<br />

01 Observasi Awal →02<br />

Observasi Akhir<br />

WOP (washing out period) Selama 3 hari untuk menghilangkan carry<br />

over effect<br />

2 Periode DI (P1)<br />

03 Observasi Awal →04<br />

Observasi Akhir<br />

03 Observasi Awal →04<br />

Observasi Akhir<br />

03 Observasi Awal →04<br />

Observasi Akhir<br />

03 Observasi Awal →04<br />

Observasi Akhir<br />

5) Mempersiapkan petugas pengumpul data dan alat-alat yang akan digunakan.<br />

6) Memberikan pengarahan dan pemahaman tentang tujuan, jadwal kerja, dan<br />

prosedur pelaksanaan pengukuran dan penggunaan alat ukur kepada petugas<br />

pengumpul data.<br />

7) Memberikan pengarahan kepada subjek penelitian tentang tujuan, jadwal<br />

kerja, dan prosedur pelaksanaan pengukuran yang harus diikuti dan ditaati<br />

selama proses penelitian.


123<br />

8) Mempersiapkan area kerja sesuai dengan rancangan dan jadwal yang telah<br />

ditentukan.<br />

4.7.2 Protokol Penelitian<br />

Tahap persiapan dan perbaikan sistem kerja nelayan dengan mengikuti<br />

proses tahapan uraian seperti ini :<br />

1) Mempersiapkan kelengkapan administrasi yang diperlukan meliputi<br />

pengurusan surat ijin tempat penelitian pada sahbandar Amurang, surat<br />

pemeberitahuan kepada Badan Meterologi dan Geofisika (BMG)<br />

Kabupaten Minahasa Selatan dan kwitansi pembayaran kapal motor<br />

penelitian khususnya pukat cincin.<br />

2) Penetapan sampel peneltian sesuai random sampling rancangan sama<br />

subyek sebanyak 18 0rang nelayan pukat cincin berdasarkan inform<br />

concent surat persetujuan dari subyek sebagai responden.<br />

3) Mengukur antropometri (ukuran tubuh) subyek penelitian khususnya<br />

ukuran bagian-bagian tubuh seperti: tinggi tubuh, berat, jangkauan<br />

lengan, tinggi badan duduk, tinggi mata duduk, tinggi popliteal,<br />

panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tinggi siku dalam<br />

piosisi duduk khususnya pada saat menarik pukat cincin dengan<br />

intervensi ergonomi menggunakan alat kerja katrol.<br />

4) Indentifikasi setiap permasalahan ergonomi dengan melakukan studi<br />

pendahuluan dengan fokus pada 8 aspek permasalahan ergonomi yang<br />

meliputi : (1) gizi/nutri kerja; (2) penggunaan tenaga otot; (3) sikap


124<br />

kerja; (4) lingkungan kerja; (5) waktu kerja; (6) sistem informasi; (7)<br />

kondisi sosial budaya; (8) interaksi manusia mesin.<br />

5) Mensosialisasikan hasil pengukuran kepada masing-masing subyek<br />

penelitian untuk diketahui guna memperkuat analisis data penelitian.<br />

6) Menyusun anggaran dan belanja untuk pembelian bahan peralataan<br />

katrol meliputi : pipa besi berdiameter 80 dan panjang 40 cm sebanyak<br />

2 unit; besi ukuran 5,8 cm sebanyak 2 saf; besi poros panjang 60 cm,<br />

mur, bout, gerigi, cat warna dan papan cempaka serta biaya<br />

pembayaran teknisi pengelasan untuk pembuatan alat kerja katrol.<br />

7) Mengangkat dan meletakkan alat kerja katrol di atas perahu untuk<br />

digunakan pada waktu melakukan perbaikan kondisi kerja melalui<br />

intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin<br />

8) Pembelian alat pelindung diri nelayan seperti : jaket hujan , topi dan<br />

sarung tangan digunakan pada waktu melakukan perbaikan sistem<br />

kerja penangkapan ikan dengan pukat cincin dengan intervensi<br />

ergonomi.<br />

9) Mempersiapkan makanan dan air minum (Aqua gelas) untuk<br />

digunakan pada saat melakukan penangkapan ikan dengan intervensi<br />

ergonomi.<br />

10) Untuk mengubah sikap kerja berdiri menjadi sikap kerja duduk, maka<br />

diperlukan penambahan alas duduk papan khusus untuk penarikan tali<br />

pukat cincin berdasarkan hasil antropometri yang diukur.


125<br />

11) Mempersiapkan alat tulis menulis dan peralatan kerja lainnya yang<br />

berhubungan dengan penelitian di Lokasi penelitian daerah<br />

penangkapan ikan perairan laut Amurang Kabupaten Minahasa Selatan<br />

Provinsi Sulawesi Utara.<br />

4.7.3 Tahap Pelaksanaan<br />

4.7.3.1 Periode Sebelum Intervensi (selama 4 hari)<br />

1) Peneliti dan 2 orang asisten peneliti berada dalam persiapan 1 jam sebelum<br />

pergi melaut berkumpul bersama-sama di tepi pantai dan mengadakan<br />

pengecekan satu persatu.<br />

2) Peneliti dan 2 orang asisten peneliti, dan bersama subjek 18 orang nelayan<br />

naik ke perahu menuju lokasi penelitian di areal penangkapan ikan dengan<br />

menempuh jarak 20 mil laut (36 Km) atau 5 jam perjalanan mulai pukul<br />

11.00-16.00 WITA.<br />

3) Setibanya di lokasi penelitian pukul 17.00 WITA diberikan penyampaian<br />

arahan tentang cara-cara yang akan dilakukan subyek selama proses<br />

penangkapan ikan.<br />

4) Pimpinan yang disebut tonaas mengadakan pengecekan pada masing-<br />

masing anggota yaitu: (1) nelayan yang bertugas menarik tali cincin<br />

8 orang (2) yang bertugas menarik pelampung 4 orang dan (3) nelayan yang<br />

bertugas menarik isi perut jaring 6 orang.<br />

5) Sebelum melakukan aktivitas penangkapan ikan, maka dilakukan<br />

pengukuran denyut nadi istirahat sebagai data awal: subyek dalam posisi<br />

duduk santai, tangan kanan/kiri diletakkan di atas paha dan peneliti mulai


126<br />

bertugas mengambil data (a) denyut nadi istirahat secara palpasi pada<br />

masing-masing nelayan pada arteri radialis kiri selama 15 detik; (b) mengisi<br />

kuesioner Nordic Body Map (NBM) sebelum intervensi: subyek melihat<br />

peta tubuh dan menandai kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat<br />

keluhan yang dirasakan pada setiap bagian otot tubuh: (c) mengisi kuesioner<br />

kelelahan 30 items of Rating Scales dengan skala likert sebelum intervensi:<br />

(d) mengisi kuesioner kesejahteraan yang dipersiapkan peneliti sebelum<br />

intervensi.<br />

6) Tepat pukul 23.00 Wita yang ditandai dengan bunyi suling, maka operasi<br />

penangkapan dimulai dan masing-masing subjek melakukan tugasnya sesuai<br />

dengan tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan yang disebut tonaas.<br />

7) Penawuran atau melepas jaring 6 orang dan pelampung 4 orang serta tali<br />

cincin 8 orang.<br />

8) Penawuran jaring 10 menit, melingkar secara horisontal 10 menit, memagari<br />

jaring secara vertikal dari permukaan sampai suatu kedalaman 10 menit,<br />

mengurung dengan menutup bagian bawah jaring 10 menit. Sehingga total<br />

waktu penawuran jaring 40 menit.<br />

9) Selama melakukan aktivitas kerja penangkapan ikan menarik pukat cincin,<br />

maka pengambilan data denyut nadi kerja, dilakukan setiap 30 menit selama<br />

kerja dengan menggunakan metode 10 denyut, subyek dalam posisi berdiri,<br />

dan dilakukan tanpa menghentikan aktivitas kerja<br />

10) Proses penangkapan ikan sebelum intervensi dari nomor 1 sampai 9 diatas<br />

diulang selama 4 kali selama proses penangkapan.


127<br />

Washing Out Period (WOP) 3 hari (istirahat) tidak boleh melaut dan<br />

melaksanakan pekerjaan yang lain seperti membuat ikan garam.<br />

4.7.3.2 Periode Dengan Intervensi (selama 4 hari)<br />

1) Peneliti dan 2 orang asisten peneliti berada dalam persiapan 1 jam sebelum<br />

pergi melaut berkumpul bersama-sama di tepi pantai dan mengadakan<br />

pengecekan satu persatu.<br />

2) Peneliti dan 2 orang asisten peneliti, dan bersama subjek 18 orang nelayan<br />

naik ke perahu menuju lokasi penelitian di areal penangkapan ikan dengan<br />

menempuh jarak 20 mil laut (36 Km) atau 5 jam perjalanan mulai pukul<br />

11.00-16.00 WITA.<br />

3) Setibanya di lokasi penelitian pukul 17.00 WITA diberikan penyampaian<br />

arahan tentang cara-cara yang akan dilakukan subyek selama proses<br />

penangkapan ikan.<br />

4) Pimpinan yang disebut tonaas mengadakan pengecekan pada masing-<br />

masing anggota yaitu: (1) nelayan yang bertugas menarik tali cincin<br />

8 orang (2) yang bertugas menarik pelampung 4 orang dan (3) nelayan yang<br />

bertugas menarik isi perut jaring 6 orang.<br />

5) Sebelum melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan intervensi, maka<br />

dilakukan pengukuran denyut nadi istirahat sebagai data awal: subyek dalam<br />

posisi duduk santai, tangan kanan/kiri diletakkan di atas paha dan peneliti<br />

mulai bertugas mengambil data (a) denyut nadi istirahat secara palpasi pada<br />

masing-masing nelayan pada arteri radialis kiri selama 15 detik; (b) mengisi<br />

kuesioner Nordic Body Map (NBM): subyek melihat peta tubuh dan


128<br />

menandai kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat keluhan yang<br />

dirasakan pada setiap bagian otot tubuh: (c) mengisi kuesioner kelelahan 30<br />

items of Rating Scales dengan skala likert: (d) mengisi kuesioner<br />

kesejahteraan yang dipersiapkan peneliti.<br />

6) Tepat pukul 23.00 Wita yang ditandai dengan bunyi suling, maka operasi<br />

penangkapan dimulai dan masing-masing subjek melakukan tugasnya sesuai<br />

dengan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan yang disebut tonaas.<br />

7) Penawuran atau melepas jaring 6 orang dan pelampung 4 orang serta tali<br />

cincin 8 orang.<br />

8) Penawuran jaring 10 menit, melingkar secara horisontal 10 menit, memagari<br />

jaring secara vertikal dari permukaan sampai suatu kedalaman 10 menit,<br />

mengurung dengan menutup bagian bawah jaring 10 menit. Sehingga total<br />

waktu penawuran 40 menit.<br />

9) Pengambilan data denyut nadi kepada masing-masing dilakukan pada saat<br />

penarikan pukat cincin setiap 30 menit. Mulai pukul 23.00 sampai pukul<br />

04.30 wita, waktu penarikan tali cincin lebih cepat 30 menit karena<br />

menggunakan alat katrol, subjek dalam posisi duduk dan mengambil waktu<br />

istirahat 5 menit untuk minum teh setelah jaring terkunci.<br />

10) Proses penangkapan ikan dengan intervensi dari nomor 1 sampai 9 diatas<br />

diulang subjek selama 4 x selama proses penangkapan.<br />

Washing Out Period (WOP) 3 hari (istirahat) tidak boleh melaut dan<br />

melaksanakan pekerjaan yang lain seperti membuat ikan garam.


4.8 Teknik Analisis Data<br />

129<br />

Data yang akan diperoleh dan teknik analisis yang digunakan adalah<br />

sebagai berikut.<br />

1) Data kondisi subjek dianalisis dengan cara (a) umur, tinggi badan, dan berat<br />

badan dicari rata-rata dan simpangan bakunya dan (b) antropometrik<br />

nelayan dicari persentil 5, 50 dan 95.<br />

2) Pengaruh variabel bebas yaitu proses melakukan penangkapan ikan dengan<br />

pukat cincin melalui pendekatan ergonomi total terhadap variabel<br />

tergantung yaitu kinerja (indikator: beban kerja, kelelahan dan keluhan<br />

muskuloskeletal) dan kesejahteraan (indikator: pengembalian investasi, titik<br />

impas dan pendapatan nelayan) diuji dengan menggunakan uji t paired pada<br />

taraf signifikansi 5%, bila data berdistribusi normal, dan akan menggunakan<br />

uji wilcoxon bila data tidak berdistribusi normal. Untuk pengujian<br />

normalitas data akan digunakan uji Shapiro-Wilk. Analisis akan dilakukan<br />

dengan SPSS release 13.0. Hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai<br />

berikut.<br />

1.1 Ho: µ1 = µ2 (rerata frekuensi denyut nadi kerja nelayan penangkap<br />

ikan dengan pukat cincin pada periode TI sama dengan rerata<br />

frekuensi denyut nadi pada periode DI).<br />

Ha: µ1 > µ2 (rerata frekuensi denyut nadi nelayan penangkap ikan<br />

dengan pukat cincin pada periode TI lebih tinggi daripada rerata<br />

frekuensi denyut nadi pada periode DI).<br />

Aturan keputusan:<br />

Tolak Ho (terima Ha) bila p-value dari statistik uji < 0,05 (taraf<br />

signifikansi), dan terima Ho bila p-value dari statistik uji > 0,05.


130<br />

1.2 Ho: µ1 = µ2 (rerata skor kelelahan nelayan penangkap ikan dengan<br />

pukat cincin pada periode TI sama dengan rerata skor kelelahan<br />

pada periode DI).<br />

Ha: µ1 > µ2 (rerata skor kelelahan nelayan penangkap ikan dengan<br />

pukat cincin pada periode TI lebih tinggi dari pada rerata skor<br />

kelelahan pada periode DI).<br />

Aturan keputusan:<br />

Tolak Ho (terima Ha) bila p-value dari statistik uji < 0,05 (taraf<br />

signifikansi), dan terima Ho bila p-value dari statistik uji > 0,05.<br />

1.3 Ho: µ1 = µ2 (rerata skor keluhan muskuloskeletal nelayan penangkap<br />

ikan dengan pukat cincin pada periode TI sama dengan rerata<br />

skor keluhan muskuloskeletal pada periode DI).<br />

Ha: µ1 > µ2 (rerata skor keluhan muskuloskeletal nelayan pada periode<br />

TI lebih tinggi dibandingkan dengan rerata skor keluhan<br />

muskuloskeletal pada periode DI).<br />

Aturan keputusan:<br />

Tolak Ho (terima Ha) bila p-value dari statistik uji < 0,05 (taraf<br />

signifikansi), dan terima Ho bila p-value dari statistik uji > 0,05.<br />

1.4 Ho: µ1 = µ2 (rerata skor kesejahteraan nelayan penangkap ikan<br />

dengan pukat cincin pada periode TI sama dengan rerata skor<br />

kesejahteraan periode DI).<br />

Ha: µ1 > µ2 (rerata skor kesejahteraan nelayan penangkap ikan dengan<br />

pukat cincin pada periode TI sama lebih tinggi dengan rerata skor<br />

kesejahteraan periode DI).


131<br />

3) Data iklim mikro yang terdiri dari kecepatan angin, suhu udara, dan<br />

kelembaban udara angin yang diambil rata-rata setiap interval 10 menit<br />

dijadikan data pendukung. Analisis untuk komparabilitas iklim mikro pada<br />

kedua periode menggunakan uji t independen pada taraf signifikansi 5%.<br />

Terlebih dahulu diadakan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk test.<br />

Bila data tidak normal akan digunakan uji Mann-Whitney pada taraf<br />

signifikan 5 %.<br />

4.9 Antropometri Subjek<br />

Pengukuran antropometri dalam penelitian ini adalah antropometri duduk,<br />

dimana data antropometri pada saat diukur subyek dalam posisi duduk tegak di<br />

atas buritan kapal/perahu penangkap ikan dalam posisi menarik tali pukat cincin<br />

pada waktu proses penangkapan ikan.<br />

Tabel 4.3<br />

Nilai Persentil, Simpang Baku dan Rentangan Antropometri Subjek<br />

Nelayan Pukat Cincin<br />

Antropometri Tubuh Persentil 5<br />

(cm)<br />

(5 th Persentil 95<br />

) (95 th SB Rentangan<br />

)<br />

(cm)<br />

Jangkauan lengan 65,61 73,43 2,64 65 – 76<br />

Tinggi badan duduk 113,53 123,97 3,36 115 – 126<br />

Tinggi mata duduk 102,80 115,07 3,74 103 – 117<br />

Tinggi popliteal 37,58 48,17 2,63 37 – 49<br />

Panjang lengan atas 27,03 31,87 1,73 26 – 35<br />

Panjang lengan bawah 22,37 27,98 1,41 22 – 30<br />

Tinggi siku dalam posisi<br />

duduk<br />

53,93 64,04 3,04 53 – 65


4.10 Tahap-tahap Pengembangan Desain Katrol<br />

132<br />

Proses pengembangan desain sebuah alat mempunyai urutan langkah-<br />

langkah atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah konsep desain<br />

dan mengkomersilkan suatu produk adalah sebagai berikut.<br />

1. Pengembangan konsep<br />

Mengidentifikasi kebutuhan target konsumen, mengevaluasi alternatif<br />

konsep dan menentukan konsep tunggal untuk pengembangan lebih lanjut.<br />

2. Desain tahapan sistem<br />

Membuat rancangan produk, geometri produk, pembagian produk menjadi<br />

subsistem dan komponen beserta spesifikasinya dan diagram alir proses<br />

perakitan produk.<br />

3. Desain detail<br />

Dokumentasi kontrol untuk produk file yang berisi ukuran setiap komponen,<br />

spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, peralatan produksi, dan<br />

perencanaan untuk pabrikasi dan perakitan produk.<br />

4. Pengujian dan perbaikan<br />

Pembuatan prototype misalnya A yang merupakan prototype yang<br />

dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan<br />

jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak membutuhkan<br />

proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada<br />

produksi yang sesungguhnya; dan prototype misalnya B yang dibuat<br />

dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun<br />

dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada proses


133<br />

perakitan sesungguhnya. kedua prototype tersebut diuji dengan ketat<br />

baik secara internal maupun diuji oleh konsumen dalam lingkungan<br />

pengguna.<br />

5. Produksi Ramp up<br />

dalam tahap ini produk dibuat dengan sistem produksi yang sebenarnya,<br />

dengan tujuan untuk melatih tenaga kerja dan untuk menyelesaikan<br />

permasalahan yang masih terdapat dalam proses produksi. dalam fase ini<br />

terdapat launch produc. Lebih jelas tahap-tahap pengembangan desain alat<br />

kerja dapat ditunjukkan di bawah ini :<br />

4.10.1 Spesifikasi Alat Katrol untuk Pukat Cincin<br />

Gambar 4.4. Alat Katrol Pukat Cincin


Tabel 4.4<br />

Spesifikasi Alat Katrol Penarik Pukat Cincin<br />

Jenis Peralatan Ukuran Bahan Keterangan<br />

Perahu pukat<br />

cincin<br />

Panjang : 21,5 m<br />

Lebar : 5,15 m<br />

Dalam : 2,25 m<br />

Tempat duduk Panjang : 36 cm<br />

Lebar : 25 cm<br />

Tinggi dari<br />

Tempat bahan<br />

baku<br />

lantai : 20 – 40 cm<br />

Panjang : 60 cm<br />

Lebar : 60 cm<br />

Tinggi dari<br />

lantai : 20 – 40 cm<br />

Alat katrol Panjang : 135 cm<br />

Lebar : 120 cm<br />

Tinggi dari<br />

lantai : 120 cm<br />

Alat ukur katrol Ukuran disesuaikan<br />

dengan ukuran produk.<br />

Kayu dan<br />

besi<br />

Kayu papan,<br />

spon gabus<br />

dan karet<br />

Besi, papan,<br />

mur, baut,<br />

bendrat dan<br />

karet.<br />

Balok papan,<br />

mur, baut,<br />

bendrat.<br />

Menggunakan<br />

mesin tempel<br />

40PK (5 buah)<br />

134<br />

Ketinggian dapat<br />

disesuaikan<br />

Ketinggian dapat<br />

disesuaikan<br />

Sistem kerja<br />

ditarik generator.<br />

Besi dan cat Sudah standar<br />

Data pembuatan alat katrol sebagai ditunjukkan pada Gambar 4.5.<br />

Gambar 4.5. Alat Katrol Pukat Cincin


4.10.2 Penggunaan Alat Kerja Katrol<br />

135<br />

Berdasarkan data hasil pengukuran antropometri para nelayan pukat<br />

cincin, maka dalam pembuatan desain alat kerja katrol yang ergonomi<br />

menggunakan pendekatan ergonomi total yang terdiri dari pendekatan SHIP<br />

(Sistemik, Holistik, Interdisipliner, Partisipatori) dan Penerapan Teknologi Tepat<br />

Guna (Manuaba, 2003e;2005a). Pendekatan ergonomi total merupakan salah satu<br />

bentuk intervensi ergonomi yang bertujuan untuk mendapatkan sistem kerja yang<br />

manusiawi, kompetititf dan lestari.<br />

Sikap kerja dengan menggunakan alat kerja katrol yang ergonomis seperti<br />

tampak pada Gambar 4.6.<br />

Gambar 4.6. Sikap kerja nelayan menggunakan alat kerja katrol<br />

Sikap tubuh manusia ketika melakukan pekerjaan diakibatkan oleh<br />

hubungan antara dimensi pekerja dengan dimensi variasi dari tempat kerjanya<br />

disebut sikap kerja (Phesant, 1991). Sikap kerja nelayan pada waktu melakukan


136<br />

aktivitas penangkapan ikan dengan menarik tali pukat cincin dilakukan dengan<br />

sikap kerja paksa. Sikap kerja paksa dapat menyebabkan timbulnya berbagai<br />

gangguan pada sistem otot skeletal (Manuaba, 1990; Adiputra, 1998). Kondisi<br />

tersebut tentunya akan dapat menyebabkan keluhan atau kenyerian pada bagian<br />

otot-otot skeletal, khususnya pinggang dan punggung serta otot-otot<br />

bagianbawah seperti : paha, lutut, betis, pantat dan kaki; dan bagian atas seperti :<br />

pergelangan tangan kanan dan kiri, bahu, leher dan sebagainya.


4.11 Alur Penelitian<br />

SAMPEL<br />

18 orang<br />

Periode TI<br />

Tahap Persiapan<br />

Penetapan tempat penelitian<br />

Meminta persetujuan (subjek)<br />

Data antropometri<br />

Membuat desain<br />

Mempersiapan alat dan petugas<br />

Tray out tempat dan uji coba<br />

Tahap Pelaksanaan<br />

Aktivitas penangkapan Tanpa Intervensi<br />

Pengukuran / Pengambilan Data<br />

Kinerja:<br />

1) beban kerja,<br />

2) kelelahan,<br />

3) keluhan muskuloskeletal<br />

4) kesejahteraan<br />

Washing Out<br />

3 hari<br />

Periode DI<br />

Tahap Persiapan<br />

Penetapan tempat penelitian<br />

Meminta persetujuan (subjek)<br />

Data antropometri<br />

Membuat desain<br />

Mempersiapan alat dan petugas<br />

Tray out tempat dan uji coba<br />

Tahap Pelaksanaan<br />

Aktivitas penangkapan dengan Intervensi<br />

Pengukuran / Pengambilan Data<br />

Kinerja:<br />

1) beban kerja,<br />

2) kelelahan,<br />

3) keluhan muskuloskeletal<br />

4) kesejahteraan<br />

Gambar 4.7. Alur Penelitian<br />

Treatment by subject<br />

Analisisnya uji t-paired<br />

137


5.1 Subjek Penelitian<br />

BAB V<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Data karakteristik subjek nelayan pukat cincin meliputi : umur, berat<br />

badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh (IMT), disajikan pada Tabel 5.1.<br />

Tabel 5.1<br />

Data Karakteristik Subjek Penelitian<br />

Karakteristik Subjek Rerata SD Rentangan<br />

Berat badan (kg) 63,06 3,15 57 – 70<br />

Umur (thn) 51,28 3,34 45 – 57<br />

Tinggi badan (cm) 160,94 4,09 153 – 168<br />

Indeks masa tubuh (IMT, kg/m 2 ) 24,35 0,97 22,04 – 25,48<br />

Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa berat badan subjek berkisar dari 57 kg<br />

sampai 70 kg dengan rerata 63,06 ± 3,15 kg. Umur subjek berkisat dari 45 tahun<br />

sampai 57 tahun dengan rerata 51,28 ± 3,34 tahun. Tinggi badan subjek berkisar<br />

dari 153 cm sampai 168 cm dengan rerata 160,94 ± 4,09 cm. Berdasarkan data<br />

berat badan dan tinggi badan maka diperoleh IMT subjek berkisar dari 22,04<br />

sampai 25,48 kg/m 2 .<br />

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan umur subjek menjadi unsur karakteristik<br />

utama dalam menentukan sampel yang terlibat dalam penelitian, terutama<br />

berkaitan dengan kriteria inklusi sebagaimana dinyatakan dalam Bab III.<br />

138


5.2 Antropometri Subjek<br />

139<br />

Data Pengukuran antropometri subjek dalam penelitian ini adalah<br />

Antropometri duduk, dimana pada saat dukur subjek dalam posisi duduk tegak di<br />

atas buritan perahu pada proses penangkapan ikan di saat menarik pukat cincin.<br />

Penerapan data antropometri memerlukan nilai rerata dan simpang baku dari data<br />

pengamatan yang berdistribusi normal dan nilai persentil, sebagaimana tabel 5.2<br />

di bawah ini.<br />

Tabel 5.2<br />

Nilai Persentil, Simpang Baku dan Rentangan Antropometri Subjek<br />

Nelayan Pukat Cincin<br />

Antropometri Tubuh<br />

(cm)<br />

Jangkauan Lengan<br />

Tinggi Badan Duduk<br />

Tinggi Mata Duduk<br />

Tinggi Popliteal<br />

Panjang Lengan Atas<br />

Panjang Lengan Bawah<br />

Tinggi Siku dalam Posisi<br />

Duduk<br />

5.3 Kondisi Lingkungan Kerja<br />

Persentil 5<br />

(5 th )<br />

65,61<br />

113,53<br />

102,80<br />

37,58<br />

27,03<br />

22,37<br />

53,93<br />

Persentil 95<br />

(95 th )<br />

73,43<br />

123,97<br />

115,07<br />

48,17<br />

31,87<br />

27,98<br />

64,04<br />

Simpang<br />

Baku (SB)<br />

2,64<br />

3,36<br />

3,74<br />

2,63<br />

1,73<br />

1,41<br />

3,04<br />

Rentangan<br />

(cm)<br />

65 –76<br />

115 – 12<br />

103 – 117<br />

37 – 49<br />

26 – 35<br />

22 – 30<br />

53 - 65<br />

Kondisi lingkungan kerja yang dimaksud adalah mengenai kondisi iklim<br />

mikro tempat kerja nelayan pukat cincin melakukan proses penangkapan ikan di<br />

perairan laut Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.<br />

Dalam penelitian ini iklim mikro yang didata meliputi kecepatan angin, suhu<br />

udara, dan kelembaban relatif (relative humidity). Data hasil pengukuran disajikan<br />

pada Lampiran 8. Hasil uji normalitas data iklim mikro disajikan pada Lampiran


140<br />

12. Hasil pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa data iklim mikro pada periode I<br />

sampai periode IV tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan<br />

p


141<br />

Berdasarkan uji beda iklim mikro dengan menggunakan uji Mann-Whitney<br />

diperoleh bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p>0,05), berarti tidak ada<br />

perubahan yang bermakna antara periode tanpa intervensi dan periode dengan<br />

intervensi.<br />

5.4 Beban Kerja<br />

Beban kerja dinilai dari perubahan denyut nadi nelayan pada saat<br />

melakukan penarikan pukat cincin, yang dihitung dengan metode sepuluh denyut<br />

(ten pulse method) pada nadi radialis tangan kiri dalam posisi berdiri sebelum<br />

intervensi dan dalam posisi duduk setelah melakukan intervensi. Denyut nadi<br />

yang dihitung adalah : a) denyut nadi istirahat (rest pulse rate) yang dihitung<br />

adalah sebelum nelayan melakukan penangkapan ikan, b) denyut nadi kerja (work<br />

pulse rate) yang dihitung adalah setiap kali melakukan penangkapan pada saat<br />

menarik tali pukat cincin dan diukur dengan cepat sehingga nelayan belum sempat<br />

istirahat, dan c) nadi kerja (working pulse rate), yang dihitung adalah denyut nadi<br />

kerja (DNK) dikurangi denyut nadi istirahat (DNI) sama dengan nadi kerja (NK)<br />

sesudah nelayan selesai menarik pukat cincin.<br />

Hasil pengamatan beban kerja yang diukur dari denyut nadi kerja sesuai<br />

prosedur metodologis yang telah ditetapkan, disajikan pada Lampiran 11. Hasil uji<br />

normalitas data untuk rata-rata denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan nadi<br />

kerja disajikan pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil tersebut maka terlihat bahwa<br />

data denyut nadi istirahat tampa intervensi dan dengan intervensi hanya dua


142<br />

semua berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan p > 0,05, yang<br />

lainnya tidak dengan p


Tabel 5.5<br />

Hasil Uji Beda Rerata Denyut Nadi Istirahat, Denyut Nadi Kerja Dan Nadi<br />

Kerja Sebelum Intervensi dan Dengan Intervensi<br />

Parameter<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD z p<br />

DNI 75,33 1,14 71,33 1,24 -3,748 0,000<br />

DNK 142,44 6,34 102,61 1,58 -3,733 0,000<br />

NK 67,11 6,75 31,17 2,04 -3,729 0,000<br />

143<br />

Oleh karena denyut nadi istirahat berbeda secara signifikan (p


144<br />

kategori. Sebagaimana yang diuraikan dalam Bab IV, pengamatan skor kelelahan<br />

juga dilakukan dua kali setiap periode aktivitas penangkapan ikan, yaitu sebelum<br />

subjek melakukan aktivitas dan sesudah melakukan aktivitas.<br />

Hasil pengamatan skor kelelahan subjek berdasarkan prosedur<br />

metodologis yang telah ditetapkan disajikan pada Lampiran 17 a s/d (d). Hasil Uji<br />

Normalitas data skor kelelahan tiap kategori disajikan pada Lampiran 18, yang<br />

dapat riringkas dalam Tabel 5.6.<br />

Tabel 5.6<br />

Hasil Uji Normalitas Data Skor Kelelahan Sebelum Aktivitas KerjaTanpa<br />

Intervensi dan Dengan Intervensi.<br />

No Parameter<br />

N<br />

Orang<br />

Rerata SD p<br />

a. Periode Tanpa Intervensi<br />

1. Kategori Aktivitas Melemah 18 21,583 0,888 0,140<br />

2. Kategori Motivasi Melemah 18 21,403 0,777 0,236<br />

3. Kategori Kelelahan Fisik 18 18,875 1,976 0,968<br />

Total Kategori 18 61,861 3,641 0,220<br />

b. Periode dengan Intervensi<br />

1. Kategori Aktivitas Melemah 18 18,653 0,675 0,027<br />

2. Kategori Motivasi Melemah 18 19,347 0,687 0,668<br />

3. Kategori Kelelahan Fisik 18 18,819 0,939 0,220<br />

Total Kategori 18 56,819 2,301 0,006<br />

Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Data yang tidak berasal dari<br />

populasi yang berdistribusi normal dengan nilai p


145<br />

Hasil uji beda rerata skor kelelahan sebelum aktivitas penangkapan ikan<br />

dengan uji Wilcoxon dan uji-t disajikan pada Lampiran 19. Ringkasan hasil<br />

tersebut disajikan pada Tabel 5.7.<br />

Tabel 5.7<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Kelelahan Sebelum Aktivitas Kerja Periode<br />

Tanpa Intervensi dan Periode Dengan Intervensi.<br />

Skor Kelelahan<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD z/t p<br />

Kategori Aktivitas<br />

Melemah<br />

21,583 0,888 18,653 0,675 -3,730 0,000<br />

Kategori Motivasi<br />

Melemah<br />

21,403 0,777 19,347 0,687 9,629 0,000<br />

Kategori<br />

Kelelahan Fisik<br />

18,875 1,976 18,819 0,939 -123,973 0,000<br />

Total Ketegori 61,861 3,641 56,819 2,301 -1,785 0,074<br />

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.7 dapat dikemukakan bahwa pada taraf<br />

signifikan 5% rerata skor kelelahan semua kategori sebelum melakukan aktivitas<br />

pada periode tanpa intervensi (TI) dan periode dengan intervensi (DI) berbeda<br />

secara signifikan dengan nilai p0,05 yaitu p=0,074. Perbedaan rerata skor<br />

kelelahan semua kategori periode tanpa intervensi dan periode dengan intervensi<br />

diuji dari selisih rerata sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja proses<br />

penagkapan ikan, sedangkan untuk perbedaan skor total, didapati dari rerata<br />

sesudah aktivitas penangkapan ikan.<br />

Hasil Uji Normalitas data rerata selisih skor kelelahan tiap kategori<br />

disajikan pada Lampiran 20, yang diringkaskan pada Tabel 5.8.


Tabel 5.8<br />

Hasil Uji Normalitas Data Rerata Selisih Skor Kelelahan Setelah dan<br />

Sebelum Aktivitas Kerja Tanpa Intervensi dan Dengan Intervensi.<br />

No Parameter<br />

N<br />

Orang<br />

Rerata SD p<br />

a. Periode Tanpa Intervensi<br />

1. Kategori Aktivitas Melemah 18 22,75 1,10 0,231<br />

2. Kategori Motivasi Melemah 18 15,56 1,15 0,946<br />

3. Kategori Kelelahan Fisik 18 20,32 1,41 0,518<br />

Total Kategori 18 58,62 2,73 0,974<br />

b. Periode dengan Intervensi<br />

1. Kategori Aktivitas Melemah 18 18,21 2,07 0,361<br />

2. Kategori Motivasi Melemah 18 13,74 1,49 0,623<br />

3. Kategori Kelelahan Fisik 18 17,21 1,43 0,405<br />

Total Kategori 18 49,15 3,12 0,365<br />

146<br />

Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Semua data berasal dari<br />

populasi yang berdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Perbedaan selisih skor<br />

kelelahan semua kategori dilakukan dengan uji t-t.<br />

5.5.1 Kategori aktivitas melemah (item 1-10)<br />

Hasil uji beda rerata selisih skor kelelahan setelah dan sebelum aktivitas<br />

penangkapan ikan dengan uji-t disajikan pada Lampiran 21. Ringkasan hasil uji<br />

beda untuk kategori aktivitas melemah disajikan pada Tabel 5.9.


Tabel 5.9<br />

Hasil Uji Beda Rerata Selisih Skor Kelelahan Semua Kategori dan Total<br />

Kategori Tanpa Intervensi dan Dengan Intervensi.<br />

Periode<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD t p<br />

Kategori Aktivitas<br />

Melemah<br />

22,75 1,10 18,21 2,07 3,187 0,000<br />

Kategori Motivasi<br />

Melemah<br />

15,56 1,15 13,74 1,49 3,353 0,000<br />

Kategori Kelelahan<br />

Fisik<br />

20,32 1,41 17,21 1,43 -57,500 0,000<br />

Total Kategori 58,62 2,73 49,15 3,12 -57,500 0,000<br />

147<br />

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.9 dapat dikemukakan bahwa pada taraf<br />

signifikansi 5% rerata selisih skor kelelahan kategori aktivitas melemah pada<br />

periode tanpa intervensi (TI) dan periode dengan intervensi (DI) berbeda secara<br />

signifikan dengan nilai p


148<br />

Hasil pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%<br />

terdapat perbedaan yang signifikan (p


149<br />

ergonomi pada aktivitas penangkapan ikan telah menurunkan skor kelelahan<br />

subjek secara signifikan (p


150<br />

Hasil uji beda rerata skor keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah<br />

aktivitas kerja proses penangkapan ikan, dengan uji wilcoxom disajikan pada<br />

Lampiran 23. Ringkasan hasil tersebut disajikan pada Tabel 5.12.<br />

Tabel 5.12.<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah<br />

Aktivitas Kerja pada Tanpa Intervensi dan Dengan Intervensi.<br />

Periode<br />

Skor Sebelum<br />

Aktivitas<br />

Skor Sesudah<br />

Aktivitas<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD Z p<br />

42,47 0,99 42,14 3,79 -0,240 0,810<br />

88,75 7,89 76,53 9,32 -3,724 0,000<br />

Berdasarkan hasil pada tabel 5.12 dapat dikemukakan bahwa pada taraf<br />

signifikansi 5% rerata skor keluhan muskuloskeletal sebelum melakukan aktivitas<br />

penangkapan ikan pada periode tanpa intervensi (TI) dan periode dengan<br />

intervensi (DI) tidak berbeda secara signifikan dengan nilai p>0,05. Perbedaan<br />

rerata skor keluhan muskuloskeletal periode sebelum intervensi dan periode<br />

dengan intervensi diuji dari rerata skor sesudak aktivitas penangkapan ikan.<br />

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.12 dapat dikemukakan bahwa pada taraf<br />

signifikansi 5% terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor keluhan<br />

muskuloskeletal subjek sebelum intervensi dan dengan intervensi dalam proses<br />

penangkapan ikan. Hal tersebut terlihat dari nilai p < 0,05.<br />

Hasil-hasil yang diperoleh mengenai beban kerja, (denyut nadi), kelelahan,<br />

dan keluhan muskuloskeletal sebagai indikator kinerja diringkaskan pada<br />

Tabel 5.13.


Tabel 5.13.<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Kinerja Subjek pada Tanpa Intervensi<br />

dan Dengan Intervensi.<br />

151<br />

Indikator<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Perubahan Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD Nilai/Skor % t/z P<br />

Nadi Kerja 67,111 6,747 31,167 2,036 -35,94 -53,56 -3,748 0,000<br />

Kelelahan 142,44 6,34 102,61 1,58 -39,83 -27,96 -3,733 0,000<br />

Kel.Mus. 67,11 6,75 31,17 2,04 -35,94 -53,55 -3,729 0,000<br />

Hasil pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa rangkaian intervensi pada<br />

aktivitas penangkapan ikan telah meningkatkan kinerja subjek secara signifikan<br />

(p


Tabel 5.14<br />

Hasil Uji Normalitas Data Rerata Skor Kesejahteraan Kepuasan Kerja<br />

Subjek Tanpa Intervensi dan Dengan Intervensi<br />

No Parameter<br />

N<br />

Orang<br />

Rerata SD p<br />

1. Periode TIN 18 47,64 3,97 0,006<br />

2. Periode DIN 18 51,49 1,48 0,359<br />

152<br />

Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Salah satu data yaitu skor<br />

sebeum intervensi tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan<br />

p=0,006. Perbedaan rerata skor kesejahteraan pada periode tanpa intervensi dan<br />

periode dengan intervensi diuji dengan uji-Wilcoxon.<br />

Tabel 5.15<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Kesejahteraan Kepuasan Kerja Subjek<br />

Tanpa Intervensi dan Dengan Intervensi.<br />

Indikator<br />

Periode Tanpa<br />

Intervensi<br />

Periode Dengan<br />

Intervensi<br />

Perubahan Statistik<br />

Rerata SD Rerata SD Nilai/Skor % t/z p<br />

Kesejahteraan 47,64 3,97 51,49 1,48 3,85 8,08 -3,580 0,000<br />

Hasil uji beda rerata skor kesejahteraan subjek tanpa intervensi dan dengan<br />

intervensi berdasarkan Tabel 5.15 menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 5%<br />

terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor kesejahteraan subjek periode<br />

tanpa intervensi dan dengan intervensi. Hal tersebut terlihat dari nilai p < 0,05.<br />

Perbedaan yang signifikan rerata skor kesejaheraan menunjukkan dengan jelas<br />

terdapat adanya bahwa rangkaian intervensi ergonomi pada aktivitas penangkapan<br />

ikan telah meningkatkan kesejahteraan secara signifikan (p < 0,05).


5.7.2 Produktivitas<br />

153<br />

Produktivitas ditentukan berdasarkan perbandingan antara output (O)<br />

dengan input (I) dan time (T), produktivitas yang dihitung dalam penelitian ini<br />

berdasarkan perhitungan produktivitas parsial, dimana output adalah rerata berat<br />

tarikan pukat cincin yang ditarik nelayan pada waktu proses penangkapan ikan.<br />

sedangkan input adalah rerata beban kerja yang diterima oleh 18 orang nelayan<br />

selama 6 jam kerja, dalam hal ini beban kerja adalah hasil perhitungan nadi kerja<br />

dalam satuan denyut per menit.<br />

Hasil perhitungan produktivitas sebelum intervensi bahwa berat tarikan<br />

pukat cincin yang terdiri dari : a) berat tali dan pelampung = 128 kg, b) berat<br />

jaring = 325 kg, c) berat pemberat (timah), tali dan cincin = 500 kg. Total berat<br />

tarikan = 953 kg yang ditarik oleh 18 orang nelayan selama 6 jam kerja, yang<br />

dimulai dengan ; (a) penawuran jaring = 10 menit; (b) melingkar secara horisontal<br />

= 10 menit; (c) memagari jaring secara vertikal dari permukaan sampai suatu<br />

kedalaman = 10 menit ; (d) mengurung dengan menutup bagian bawah jaring = 10<br />

menit; dan (e) menarik tali pukat cincin = 300 menit. Jadi total waktu penarikan =<br />

340 menit atau 6 jam x 18 orang nelayan = 108 jam kerja.<br />

Setelah dengan intervensi bahwa total berat tarikan pukat cincin dari<br />

masing-masing bagian yaitu : (a) tali dan pelampung turun menjadi = 100 kg;<br />

(b) berat tarikan jaring turun menjadi = 200 kg; dan (c) berat tarikan tali cincin<br />

turun menjadi = 300 kg, sehingga total tarikan pukat cincin setelah dilakukan<br />

intervensi menjadi 600 kg atau turun sebesar 353 kg atau 3,53%.


154<br />

Setelah dilakukan intervensi ergonomi dari hasil analisis produktivitas<br />

kerja periode sebelum intervensi dan periode dengan intervensi pada 6 jam kerja<br />

yang sama dapat ditujukan pada Gambar 5.1.<br />

DK<br />

23.30 24.00 24.30 01.00 01.30 02.00 02.30 03.00 03.30 04.00 04.30 05.00<br />

Gambar 5.1<br />

Grafik rerata skor produktivitas subjek pada periode sebelum intervensi dan<br />

periode dengan intervensi pada 6 jam kerja diantara waktu 30 menit.<br />

Dari grafik diatas dapat dinyatakan bahwa dengan intervensi ergonomi<br />

maka terjadi peningkatan produktivitas kerja diantara 18 orang nelayan dimana<br />

subjek merasakan tarikan pukat cincin pada saat proses penangkapan semakin<br />

panjang, maka semakin ringan selama 6 jam kerja.<br />

Kelebihan perhitungan produktivitas dalam penelitian ini adalah<br />

menghitung produksi hasil penangkapan ikan sebelum intervensi dan dengan<br />

intervensi, dimana terdapat perbedaan bermakna produksi penangkapan sebelum<br />

intervensi 5.000 kg per bulan. Sedangkan setelah dilakukan intervensi terjadi<br />

SI<br />

DI<br />

W


155<br />

peningkatan produksi hasil tangkapan sebanyak 8,166 kg per bulan atau terjadi<br />

peningkatan produksi penangkapan sebesar 8,08%.<br />

Dengan demikian dilihat dari segi investasi bahwa perusahaan dalam hal ini<br />

pemilik pukat cincin mengalami keuntungan setiap bulan 3.166 kg per bulan dan<br />

nelayan penangkap mendapatkan keuntungan sebesar 91.700.000,- per tahun.<br />

Sehingga dengan intervensi ergonomi baik perusahaan pemilik pukat cincin<br />

maupun nelayan bersama-sama mendapatkan keuntungan.<br />

5.7.3 Keuntungan Nelayan<br />

Data hasil penelitian keuntungan nelayan diperoleh berdasarkan<br />

perhitungan produksi penangkapan ikan yang sudah di pasarkan, sehingga dalam<br />

pembagian melalui sistim bagi hasil nelayan mendapatkan keuntungan dalam<br />

bentuk uang. Analisis perhitungan ekonomi dilakukan sebelum dan dengan<br />

intervensi ergonomi. Hasil analisis ekonomi yang dimaksud diuraikan berikut ini.<br />

1) Capital Investment peralatan penangkapan ikan pukat cincin berubah<br />

dari sebelum intervensi, Total Investmen Rp. 785.000.000,- menjadi<br />

Rp. 800.000.000,-.<br />

2) Working Capital yang terdiri dari Variabel Cost dan Fixed Cost tidak<br />

mengalami perubahan sebelum dan sesudah intervensi sehingga Total<br />

Investment menjadi Rp. 2.801.000.000,-.<br />

3) Total investment yang terdiri dari capital investment dan working capital<br />

berubah dari Rp. 900.000.000,- sebelum intervensi menjadi Rp. 917.000.000,-<br />

setelah dilakukan intervensi.


156<br />

4) Bunga modal juga turut mengalami perubahan dari Rp. 144.000.000,-<br />

sebelum intervensi menjadi Rp. 146.720.000,- setelah dilakukan intervensi.<br />

5) Total Variable Cost mengalami perubahan dari Rp. 2.457.800.000,- menjadi<br />

Rp. 3.406.200.000,- setelah dilakukan intervensi.<br />

6) Total Fixed Cost tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah intervensi,<br />

tetap Rp. 434.475.000,-.<br />

7) a. Sebelum intervensi Perhitungan Profit, Break Event Point (BEP) dan<br />

Procentage Return on Investment (ROI) :<br />

Variable cost = V = Rp. 2.457.800.000,-/Thn Rp. 204.816.000,-/Bln<br />

Fixed cost = F = Rp. 343.475.000,-/Thn Rp. 28.622.916,-/Bln<br />

TOTAL COST Rp. 2.801.275.000,-/Thn Rp. 233.438.916,-/Bln<br />

Hasil Tangkapan/Penjualan = S<br />

600 Ton ikan-ikan pelagis.<br />

Dasar @ Rp.5.500 Rp.3.500.000.000,-/Thn Rp. 291.666.000,-/Bln<br />

Gross Profit :<br />

S - ( V + F ) Rp.698.725.000,-/Thn Rp. 58.227.084,-/Bln<br />

S - V Rp.1.042.200.000,-/Thn Rp. 113.600.000,-/Bln<br />

Break Event Point (BEP) :<br />

Coorporation Tax =<br />

10 % x Gross Profit = Rp.69.872.500,-/Thn Rp. 5.822.708,-/Bln<br />

Net Profit = Gross Profit -<br />

Coorporation Tax Rp. 628.852.500./Thn Rp. 5.822.708,-/Bln.


Procentage Return On Fixed Investment (ROI) =<br />

157<br />

b. Dengan Intervensi. Perhitungan Ptrofit, Break Event Point (BEP) Dan<br />

Procentage Return On Investment (ROI) :<br />

Variable cost = V Rp.3.406.200.000,-/Thn Rp. 283.850.000,-/Bln<br />

Fixed cost = F Rp. 343.475.000,-/Thn Rp. 28.622.916,-/Bln<br />

––––––––––––––––––– ––––––––––––––––––––<br />

TOTAL COST Rp. 3.749.675.000,-/Thn Rp. 312.472.916,-/Bln<br />

Hasil Tangkapan/Penjualan = S<br />

980 Ton sejenis ikan-ikan pelagis.<br />

Dasar @ Rp.5.500 Rp.5.390.000.000,-/Thn Rp. 449.666.666,-/Bln<br />

Gross Profit :<br />

S - ( V + F ) Rp.2.021.079.825./Thn Rp. 1.684.233.181/Bln<br />

S - V Rp.1.983.800.000,-/Thn Rp. 165.316.666,-/Bln<br />

Break Event Point (BEP) :<br />

Coorporation Tax =<br />

10 % x Gross Profit = Rp.2.021.079.825-Thn Rp. 1.684.233.181/ Bln<br />

Net Profit = Gross Profit - Coorporation Tax<br />

Rp.202.107.982,-/Thn Rp. 168.423.319,-/Bln.<br />

.


Procentage Return On Fixed Investment (ROI) =<br />

= 63,82%<br />

158<br />

8) Production capacity sebelum intervensi pinjaman yang harus dikembalikan<br />

kepada Bank = Nihil. Sedangkan dengan intervensi pinjaman yang harus<br />

dikembalikan pada tahun ke IX antara pemilik pukat cincin dan nelayan<br />

penangkap ikan sama-sama mendapatkan keuntungan/profit.


6.1 Karakteristik Subjek<br />

BAB VI<br />

PEMBAHASAN<br />

159<br />

Subjek penelitian ini semuanya berjenis kelamin laki-laki, dan<br />

karakteristik subjek yang dilihat adalah: berat badan, tinggi badan (atau indeks<br />

massa tubuh) dan usia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IMT subjek<br />

berkisar dari minimum 22,04 sampai maksimum 25,48 dengan rerata 24,35<br />

± 0,97 kg/m 2 . Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa subjek memiliki IMT<br />

yang berada dalam kisaran normal, dan nilai ini sesuai dengan kriteria IMT<br />

normal yang dikemukakan oleh Sandowsky (2000) yaitu 18 s/d 25 kg/m 2 .<br />

Dengan kisaran IMT yang lebih sempit sesuai kriteria, berarti variabilitas<br />

subjek dalam penelitan ini lebih kecil, dan hal ini menguntungkan karena menurut<br />

Avellini et al. (1980) subjek dengan IMT yang lebih besar, luas permukaan<br />

tubuhnya juga lebih besar dan dapat kehilangan panas dengan laju lebih cepat<br />

dibandingkan dengan subjek dengan luas permukaan tubuh lebih kecil. Selain itu<br />

kisaran IMT yang lebih sempit juga memperkecil berbagai risiko penyakit dan<br />

keluhan otot di tempat kerja (Schulte, et al., 2007) karena subjek dengan<br />

IMT>25,00 berisiko terhadap penyakit dan keluhan otot di tempat kerja.<br />

Bila dibandingkan dengan subjek yang bukan nelayan dengan jenis<br />

pekerjaan yang berbeda ternyata diperoleh rerata IMT yang tidak jauh berbeda,<br />

seperti yang diperoleh Artayasa (2007), IMT 23,68 kg/m 2 dan Sajiyo (2008), IMT<br />

22,21 kg/m 2 .


160<br />

Umur subjek berkisar dari minimum 45 tahun sampai maksimum 57 tahun<br />

dengan rerata 51,28 ± 3,34 tahun. Rerata umur subjek ini jauh berbeda bila<br />

dibandingkan dengan umur subjek pada penelitian Adiatmika (2007) dan Sajiyo<br />

(2008) yang memperoleh masing-masing 17 s/d 50 tahun dan 30,78±4,63 tahun.<br />

Dengan demikian dilihat dari umur, kisaran umur subjek tergolong sempit<br />

dibanding subjek pada penelitian Adiatmika (2007) dan Sajiyo (2008). Dilihat<br />

dari kriteria umur subjek, semua subjek berada pada kisaran yang ditetapkan yaitu<br />

40 s/d 60 tahun. (Dengan kisaran umur yang sempit seperti yang telah<br />

dikemukakan maka berarti bahwa variabilitas umur antar subjek di dalam<br />

kelompok diperkecil). Hal ini penting karena menurut Rodahl (2003) usia subjek<br />

mempengaruhi respon termal. Subjek dengan umur yang lebih muda kehilangan<br />

panas evaporatif lebih rendah dan suhu kulit lebih tinggi pada kondisi lingkungan<br />

yang sama dibandingkan dengan subjek yang lebih dewasa. Dalam konteks<br />

penelitian ini, variabilitas umur yang sempit turut memperkecil variabilitas<br />

berkaitan dengan respon termal dalam bentuk kehilangan panas tubuh seperti yang<br />

dikemukakan oleh Rodahl (2003).<br />

6.2 Kondisi Lingkungan Kerja<br />

Kondisi lingkungan kerja yang diukur pada penelitian ini adalah suhu<br />

udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin. Dicatat setiap interval 10 menit<br />

sepanjang malam selama penelitian berlangsung dari pukul 18.00 s/d 06.00<br />

WITA. Pengukuran variabel lingkungan kerja ditujukan untuk mengetahui kondisi


161<br />

lingkungan kerja dan kondisi yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kualitas<br />

kerja.<br />

Ditemukan bahwa sepanjang periode penelitian, rerata suhu udara pada<br />

periode aktivitas tanpa intervensi adalah terrendah 24,36 ± 1,53 o C dan tertinggi<br />

27,97 ± 0,30 o C. Sedangkan untuk periode dengan intervensi terrendah 24,30<br />

± 1,06 o C dan tertinggi 27,74 ± 1,42 o C.<br />

Dilihat dari nilai rerata suhu udara, dapat dikemukakan bahwa kondisi<br />

suhu lingkungan kerja pada periode tanpa intervensi dan periode dengan<br />

intervensi termasuk di bawah kisaran nyaman untuk daerah tropis yaitu 26 – 28 o C<br />

(Manuaba, 1998d), di bawah kisaran nyaman menurut kriteria Grandjean (1998),<br />

dan jauh di bawah kisaran nyaman untuk pekerja Indonesia yaitu 29-30 o C<br />

(Suma'mur, 1982).<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata suhu udara<br />

pada periode dengan intervensi tidak berbeda secara signifikan dengan rerata pada<br />

periode tanpa intervensi (p>0,05), berarti paparan suhu udara tidak berpengaruh<br />

yaitu sama.<br />

Untuk kelembaban relatif (KR) ditemukan bahwa rerata kelembaban pada<br />

periode aktivitas tanpa intervensi terrendah adalah 74,91 ± 11,09 % dan tertinggi<br />

88,82 ± 4,73%, sedangkan untuk periode dengan intervensi, terrendah 74,83<br />

± 11,64 % dan tertinggi 89,60 ± 4,76%. Harga kelembaban relatif ternyata<br />

termasuk di atas kriteria nyaman untuk orang Indonesia menurut kriteria Manuaba<br />

(1998) yaitu 70-80%, dan jauh di atas kriteria nyaman menurut ASHRAE<br />

(Whytmyre, 2002; Princton Analytical Laboratory, 2004) yaitu 30 − 60%. Kondisi


162<br />

kelembaban relatif yang tidak nyaman ini dapat diatasi dengan serangkaian<br />

intervensi ergonomi sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata<br />

kelembaban relatif udara pada periode dengan intervensi tidak berbeda secara<br />

signifikan dengan rerata pada periode tanpa intervensi (p>0,05). Hal ini berarti<br />

bahwa pada periode tanpa intervensi dan periode dengan intervensi subjek<br />

melakukan aktivitas kerja dengan pengaruh paparan kelembaban relatif udara<br />

yang sama.<br />

Untuk kecepatan angin ditemukan bahwa pada periode tanpa intervensi<br />

rerata kecepatan angin terrendah 0,28 ± 0,28 m/detik dan tertinggi 3,90 ± 0,28<br />

m/det, sedangkan untuk periode dengan intervensi terrendah 0,27 ± 0,38 m/det<br />

dan tertinggi 3,72 ± 1,17 m/det.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata kecepatan<br />

angin pada periode dengan intervensi tidak berbeda secara signifikan dengan<br />

rerata pada periode tanpa intervensi (p>0,05). Hal ini berarti bahwa pada periode<br />

tanpa intervensi dan periode dengan intervensi subjek melakukan aktivitas kerja<br />

dengan pengaruh paparan kecepatan angin yang sama.<br />

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis mengenai lingkungan kerja<br />

yang terdiri dari suhu udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin, dapat<br />

dikatakan bahwa ternyata kondisi lingkungan kerja pada periode aktivitas tanpa<br />

intervensi dan periode aktivitas dengan intervensi sama saja. Oleh karena itu dapat<br />

dikemukakan bahwa lingkungan kerja memberikan pengaruh yang sama terhadap


163<br />

subjek baik pada periode aktivitas tanpa intervensi maupun periode aktivitas<br />

dengan intervensi<br />

Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa perbedaan kinerja (beban kerja,<br />

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal) dan kesejahteraan yang diuraikan pada<br />

bagian-bagian berikut bukanlah akibat dari lingkungan kerja pada waktu aktivitas<br />

kerja dilakukan melainkan akibat perlakuan yang diberikan yaitu serangkaian<br />

intervensi ergonomi.<br />

6.3 Beban Kerja<br />

Sesuai metodologi, pengukuran denyut nadi sebagai indikator beban kerja<br />

dilakukan sebelum bekerja, sedang bekerja dan setelah bekerja dalam empat<br />

periode pengamatan. Satu periode pengamatan terdiri dari satu kali melaut untuk<br />

aktivitas tanpa intervensi dan, setelah periode washing out, satu kali melaut untuk<br />

aktivitas dengan intervensi ergonomi.<br />

Pada periode tanpa intervensi dan periode dengan intervensi, ditemukan<br />

bahwa rerata denyut nadi istirahat adalah: 75,33 ± 1,14 dan 71,33 ± 1,24<br />

denyut/menit. Ternyata denyut nadi istirahat nelayan pukat cincin pada periode<br />

tanpa dan dengan intervensi lebih kecil dari 90 denyut/menit sesuai pendapat Fox,<br />

Bowers and Foss (1988). Nilai-nilai ini: sedikit lebih rendah dari denyut nadi<br />

istirahat pekerja pemangkas pohon (sejenis pohon cemara) yang bervariasi dari<br />

72 s/d 85 denyut/menit dengan rerata 77,8 denyut/menit (Kirk and Parker, 1994);<br />

rendah rendah dari denyut nadi istirahat pekerja pemanen tanaman pertanian lahan<br />

kering dengan denyut nadi istirahat 80,21 denyut/menit (Hasalkar, et.al., 2004);


164<br />

dan hampir sama dengan denyut nadi istirahat pekerja pengangkut kelapa di<br />

Tabanan Bali seperti yang diperoleh Artayasa (2007) sebesar 74,65 denyut/menit.<br />

Meskipun lebih kecil dari 90 denyut/menit, akan tetapi hasil uji-beda<br />

menunjukkan bahwa denyut nadi istirahat pada periode tanpa dan dengan<br />

intervensi ergonomi berbeda secara signifikan (p


165<br />

125−150 denyut/menit. Menurut Christensen (1991) frekuensi denyut nadi kerja<br />

antara 75 sampai 100 denyut/menit masuk dalam kategori beban kerja ringan,<br />

antara 100 sampai 125 denyut/menit masuk dalam kategori sedang, antara 125<br />

sampai 150 denyut/menit masuk dalam kategori berat dan antara 150 sampai 175<br />

denyut/menit masuk dalam kategori sangat berat.<br />

Denyut nadi kerja pada periode dengan intervensi ergonomi sebesar<br />

102,61 ± 1,58 denyut/menit. Nilai ini, sekalipun mengalami menurunan, masih<br />

lebih besar dari nilai kritis (a warning value) yaitu 90 denyut/menit (Blazejczyk<br />

and Blazejczyk, 2007); lebih kecil dari denyut nadi kerja pekerja pemangkas<br />

pohon sejenis cemara dengan denyut nadi 112 denyut/menit (Kirk and Parker,<br />

1994); lebih tinggi dari denyut nadi kerja pekerja pemanen tanaman pertanian<br />

lahan kering dengan denyut nadi kerja sebesar 94,36 denyut/menit (Hasalkar,<br />

et.al., 2004); lebih rendah dari denyut nadi kerja pekerja pemanen padi dengan<br />

menggunakan arit ergonomis dengan denyut nadi kerja berkisar 103 s/d 136<br />

denyut/menit dengan rerata 115,5 ± 11,76 denyut/menit (Sutjana, dkk, 1999). Bila<br />

dilihat hubungan dengan beban kerja, menurut Christensen (dalam Nurmianto,<br />

2004), maka beban kerja aktivitas penangkapan ikan dengan intervensi ergonomi<br />

ketika sedang bekerja, turun menjadi beban kerja sedang yang terletak dalam<br />

kisaran 100−125 denyut/menit.<br />

Sekalipun pada periode dengan intervensi ergonomi, terlihat bahwa denyut<br />

nadi kerja mengalami penurunan dan beban kerja mengalami perubahan dari<br />

beban kerja berat menjadi beban kerja ringan sampai sedang, akan tetapi untuk<br />

melihat beda rerata secara statistk harus dilihat dari nadi kerja ketika sedang


166<br />

melakukan aktivitas kerja dan nadi kerja tepat setelah selesai melakukan aktivitas<br />

kerja. Hal ini disebabkan denyut nadi istirahat periode tanpa dan dengan<br />

intervensi ergonomi sudah berbeda secara signifikan (p


167<br />

dehidrasi dapat terjadi, apalagi di alam terbuka seperti aktivitas penangkapan ikan di<br />

laut lepas dimana rerata kecepatan angin dapat mencapai jauh melebihi 0,2 m/det.<br />

Lebih lanjut menurut Fox, Bowers and Foss (1988) dan juga Derchak, Ostertag,<br />

and Coyle (2004) dehidrasi pada mulanya muncul karena suatu kenaikan dalam<br />

denyut nadi pada suatu beban kerja tertentu. Peningkatan denyut nadi ini pada suatu<br />

beban kerja yang tetap dinamakan "cardiac drift." Dalam hal ini, berkeringat<br />

mengurangi volume darah dimana ada suatu reduksi dalam kembalinya darah ke<br />

jantung melalui venous system. Untuk dapat mempertahankan Q dan tekanan darah,<br />

denyut nadi (HR) meningkat. Bila dehidrasi berlanjut, venous kembali dan stroke<br />

volume terus berkurang dan denyut nadi (HR) terus meningkat. Proses dehidrasi<br />

menjadi suatu siklus yang berbahaya yang dapat secara cepat menyebabkan seseorang<br />

mengalami bahaya/kerusakan yang berarti (significant harm) ketika Q tidak lagi dapat<br />

dipertahankan meskipun denyut nadi (HR) meningkat.<br />

Dengan demikian, dibandingkan dengan aktivitas tanpa intervensi, maka<br />

intervensi ergonomi telah menghasilkan sistem regulasi yang lebih efisien yang<br />

terlihat dari denyut nadi yang menurun secara signifikan sepanjang aktivitas dan<br />

dipertahankannya stroke volume karena adanya suplesi gizi dalam bentuk segelas<br />

aqua (240 ml) serta satu gelas teh manis (suhu 29−30 o C) setelah 2 x 40 menit<br />

(menit ke 80) yang menghindari kemungkinan terjadinya dehidrasi.<br />

Bila dihubungkan dengan peningkatan denyut nadi yang direkomendasikan<br />

oleh Grandjean (1988), yaitu sebesar 30 denyut/menit, maka peningkatan denyut<br />

nadi nelayan pukat cincin di Amurang, sudah melampaui batas karena secara<br />

rerata terjadi kenaikan 67,11 denyut/menit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam


168<br />

kondisi ini, para nelayan tidak direkomendasikan bekerja selama delapan jam<br />

secara terus-menerus, apalagi pekerjaan ini dilakukan pada malam hari. Menurut<br />

Grandjean (1988), bila bekerja pada malam hari, maka irama faal sedikit<br />

banyaknya pasti terganggu, karena fungsi fisiologis pekerja tidak dapat<br />

disesuaikan dengan irama kerja tersebut. Suhu badan, denyut nadi, tekanan darah<br />

yang bekerja pada malam hari berbeda dengan yang bekerja pada pagi, siang dan<br />

sore (Grandjean, 1988). Metabolisme tidak dapat sepenuhnya atau tidak dapat<br />

sama sekali diadaptasikan dengan kerja malam dan tidur siang. Keseimbangan<br />

elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah dapat beradaptasi dengan<br />

keperluan kerja malam dan tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium,<br />

sulfur, fosfor, mangan terikat pada sel-sel sehingga dengan pergantian waktu kerja<br />

siang menjadi malam tidak dapat dipengaruhinya. Dari penjelasan tersebut, maka<br />

pada penelitian ini dilakukan tindakan dengan menerapkan pendekatan ergonomi,<br />

sehingga para nelayan tetap dapat bekerja secara terus-menerus dalam kondisi<br />

yang sehat dan nyaman. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah<br />

penerapan pendekatan ergonomi, yakni: diadakan waktu istirahat, pemberikan teh<br />

manis, perbaikan sikap kerja, pengurangan beban angkat melalui desain alat<br />

(katrol ergonomis).<br />

Ketika intervensi ergonomi dilakukan, ternyata peningkatan peningkatan<br />

denyut nadi kerja, hampir sama dengan nilai yang direkomendasikan oleh<br />

Grandjean (1988), yaitu 31,17 denyut/menit. Dengan demikian pekerjaan<br />

penangkapan ikan dapat direkomendasikan untuk dilakukan oleh nelayan pukat


169<br />

cincin, asalkan elemen-elemen intervensi ergonomi yang telah diterapkan dalam<br />

penelitian ini, sebagaimana yang telah dikemukakan, benar-benar dilakukan.<br />

6.4 Kelelahan<br />

6.4.1 Kelelahan Kategori Aktivitas Melemah (item 1-10)<br />

Ditemukan bahwa rerata selisih skor kelelahan kategori aktivitas melemah<br />

(item 1-10) sebelum melakukan aktivitas panangkapan ikan pada periode aktivitas<br />

tanpa dan dengan intervensi ergonomi adalah: 22,75 ± 1,10 dan 18,21 ± 2,07.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata selisih skor<br />

kelelahan subjek untuk kategori aktivitas melemah (item 1-10) pada periode<br />

dengan intervensi berbeda secara signifikan dengan rerata pada periode tanpa<br />

intervensi (p>0,05), dengan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa pada periode<br />

tanpa intervensi dan periode dengan intervensi kondisi kelelahan subjek kategori<br />

aktivitas melemah tidak sama.<br />

Adanya perbedaan ini merupakan indikasi bahwa intervensi ergonomi<br />

yang dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan telah berhasil menurunkan<br />

kelelahan kategori aktivitas melemah yang dialami subjek dibandingkan dengan<br />

kondisi tanpa intervensi. Persentase penurunan skor kelelahan subjek untuk<br />

kategori aktivitas melemah (item 1-10) akibat intervensi ergonomi yang dilakukan<br />

pada aktivitas penangkapan ikan dibandingkan dengan aktivitas tanpa intervensi<br />

adalah sebesar 19,96%.


6.4.2 Kelelahan Kategori Motivasi Melemah (item 11-20)<br />

170<br />

Ditemukan bahwa rerata selisih skor kelelahan kategori motivasi melemah<br />

(item 11-21) pada periode aktivitas tanpa dan dengan intervensi ergonomi adalah:<br />

15,56 ± 1,15 dan 13,74 ± 1,49.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata selisih skor<br />

kelelahan subjek untuk kategori motivasi melemah (item 11-21) pada periode<br />

dengan intervensi berbeda secara signifikan dengan rerata pada periode tanpa<br />

intervensi (p>0,05), dengan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa pada periode<br />

tanpa intervensi dan periode dengan intervensi kondisi kelelahan subjek kategori<br />

motivasi melemah tidak sama.<br />

Adanya perbedaan ini merupakan indikasi bahwa intervensi ergonomi<br />

yang dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan telah berhasil menurunkan<br />

kelelahan kategori motivasi melemah yang dialami subjek dibandingkan dengan<br />

kondisi tanpa intervensi. Persentase penurunan skor kelelahan subjek untuk<br />

kategori motivasi melemah (item 11-21) akibat intervensi ergonomi yang<br />

dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan dibandingkan dengan aktivitas tanpa<br />

intervensi adalah sebesar: 11,70%.<br />

6.4.3 Kelelahan Kategori Kelelahan Fisik (item 21-30)<br />

Ditemukan bahwa rerata selisih skor kelelahan kategori kelelahan fisik<br />

(item 21-30) pada periode aktivitas tanpa dan dengan intervensi ergonomi adalah:<br />

20,32 ± 1,41 dan 17,21 ± 1,43.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata selisih skor<br />

kelelahan subjek untuk kategori kelelahan fisik (item 21-30) pada periode dengan


171<br />

intervensi berbeda secara signifikan dengan rerata pada periode tanpa intervensi<br />

(p>0,05), dengan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa pada periode tanpa<br />

intervensi dan periode dengan intervensi kondisi kelelahan subjek kategori<br />

kelelahan fisik tidak sama. Hal ini berarti bahwa pada periode tanpa intervensi dan<br />

periode dengan intervensi secara rerata kondisi kelelahan subjek kategori<br />

kelelahan fisik tidak sama.<br />

Adanya perbedaan ini merupakan indikasi bahwa intervensi ergonomi<br />

yang dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan telah berhasil menurunkan<br />

kelelahan kategori kelelahan fisik yang dialami subjek dibandingkan dengan<br />

kondisi tanpa intervensi. Persentase penurunan skor kelelahan subjek untuk<br />

kategori kelelahan fisik (item 21-30) akibat intervensi ergonomi yang dilakukan<br />

pada aktivitas penangkapan ikan dibandingkan dengan aktivitas tanpa intervensi<br />

adalah sebesar: 15,31%.<br />

6.4.4 Kelelahan Secara Umum (total ketiga kategori)<br />

Ditemukan bahwa rerata selisih skor kelelahan total kategori (item 1-30)<br />

pada periode aktivitas tanpa dan dengan intervensi ergonomi adalah: 58,62 ± 2,73<br />

dan 49,156 ± 3,12.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata selisih skor<br />

kelelahan subjek untuk total kategori (item 1-30) pada periode tanpa dan dengan<br />

intervensi ergonomi terdapat perbedaan yang signifikan (p


172<br />

Adanya perbedaan ini merupakan indikasi bahwa intervensi ergonomi<br />

yang dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan telah berhasil menurunkan<br />

kelelahan yang dialami subjek dibandingkan dengan kondisi tanpa intervensi.<br />

Persentase penurunan skor kelelahan subjek (item 1-30) akibat intervensi<br />

ergonomi yang dilakukan pada aktivitas penangkapan ikan dibandingkan dengan<br />

aktivitas tanpa intervensi adalah sebesar: 16,15%.<br />

Dapat dikatakan bahwa dengan intervensi ergonomi pada penangkapan<br />

ikan, telah terjadi penurunan skor kelelahan subjek nelayan baik pada masing-<br />

masing kategori maupun secara keseluruhan. Dibandingkan dengan kondisi tanpa<br />

intervensi, skor kelelahan kategori aktivitas melemah turun 19,96%, skor<br />

kelelahan kategori motivasi melemah turun 11,70%, skor kelelahan kategori<br />

kelelahan fisik turun 15,31%, dan skor total semua kategori turun 16,15%.<br />

Persentase penurunan skor kelelahan ini lebih rendah dibandingkan dengan yang<br />

diperoleh Sutajaya (2006) yang mendapatkan skor kategori aktivitas melemah<br />

turun 64,0%, kategori motivasi melemah turun 45,8%, kategori kelelahan fisik<br />

turun 39,9% dan secara keseluruhan turun 47,4%. Persentase penurunan skor<br />

kelelahan umum ini lebih rendah dengan yang diperoleh Palilingan (2008) yang<br />

mendapatkan bahwa dengan intervensi ergonomi terjadi penurunan skor kelelahan<br />

umum: skor kategori aktivitas melemah turun 30,65%, skor kategori motivasi<br />

melemah turun 41,66%, skor kategori kelelahan fisik turun 31,58%, dan skor<br />

gabungan ketiga ketegori turun 34,01% pada subjek mahasiswa yang melakukan<br />

aktivitas praktikum lapangan di daerah dingin Rurukan Kecamatan Tomohon.<br />

Persentase penurunan ini juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang


173<br />

diperoleh Wijana (2008) yang mendapatkan skor kategori aktivitas melemah turun<br />

78,466%, kategori motivasi melemah turun 67,89%, kategori kelelahan fisik turun<br />

77,19% dan secara keseluruhan turun 73,76%.<br />

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya penurunan skor<br />

kelelahan secara signifikan (p


174<br />

pada pendapat Manuaba (1983; 1992) dapat dikemukakan bahwa memang benar<br />

aktivitas penangkapan ikan tanpa intervensi ergonomi: (a) bersifat monoton<br />

karena subjek melakukan aktivitas kerja dalam sikap duduk selama aktivitas berl<br />

angsung; (b) berlangsung cukup lama dimana subjek terpapar pada iklim mikro<br />

setempat sekitar enam jam dengan kondisi yang buruk; (c) adanya iklim mikro<br />

yang buruk (dingin) yang berada di luar kategori nyaman; dan (d) adanya<br />

keluhan-keluhan fisik karena sikap-sikap yang tidak ergonomis sewaktu<br />

melakukan aktivitas penangkapan ikan.<br />

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya penurunan skor<br />

kelelahan umum secara signifikan (p0,05) dengan nilai p sebesar 0,810. Hal ini berarti bahwa pada<br />

periode tanpa intervensi dan periode dengan intervensi kondisi subjek dilihat dari<br />

skor keluhan muskuloskeletal sebelum melakukan aktivitas penangkapan ikan


175<br />

tidak berbeda. Perbedaan rerata skor keluhan muskuloskeletal subjek oleh karena<br />

perlakuan yang diberikan dapat dilihat dari rerata skor keluhan muskuloskeletal<br />

setelah melakukan aktivitas penangkapan ikan.<br />

Ditemukan bahwa rerata skor keluhan muskuloskeletal setelah melakukan<br />

aktivitas penangkapan ikan pada periode tanpa dan dengan intervensi ergonomi<br />

adalah 88,75 ± 7,89 dan 76,53 ± 9,32.<br />

Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata skor<br />

keluhan muskuloskeletal subjek setelah melakukan aktivitas penangkapan ikan<br />

pada periode dengan intervensi berbeda secara signifikan dengan rerata skor<br />

keluhan muskuloskeletal subjek setelah melakukan aktivitas pada periode tanpa<br />

intervensi (p


176<br />

Persentase penurunan skor keluhan muskuloskeletal subjek dilihat dari<br />

skor setelah kerja adalah adalah 13,77%. Persentase penurunan ini, terutama<br />

dilihat dari rerata persentasi penurunan, jauh lebih kecil dibandingkan dengan<br />

yang diperoleh oleh: Purnomo (2007) yang mendapatkan bahwa dengan intervensi<br />

ergonomi terjadi penurunan skor keluhan muskuloskeletal sebesar 87,8% pada<br />

pekerja industri Gerabah di Kasongan Bantul, Sajiyo (2008) yang mendapatkan<br />

bahwa dengan intervensi ergonomi terjadi penurunan 66,94% keluhan bagian<br />

kepala, 61,52% keluhan bagian bahu, dan 81,75% keluhan anggota gerak atas<br />

pada pekerja tukang giling sigaret kretek tangan pada industri rokok “X” di kediri<br />

Jawa Timur.<br />

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya penurunan skor<br />

keluhan muskuloskeletal secara signifikan (p


177<br />

motivasi melemah, kelelahan fisik, maupun kelelahan secara umum; dan<br />

menurunkan keluhan muskuloskelatal subjek. Dengan demikian dapat dikatakan<br />

bahwa, dibandingkan dengan aktivitas kerja tanpa intervensi, aktivitas dengan<br />

intervensi ergonomi ternyata dapat meningkatkan kinerja subjek di dalam<br />

melakukan aktivitas penangkapan ikan, yang ditandai dengan penurunan beban<br />

kerja, penurunan tingkat kelelahan, dan penurunan keluhan muskuloskeletal.<br />

6.6 Kesejahteraan<br />

6.6.1 Kepuasan Kerja<br />

Ditemukan bahwa rerata skor kesejahteraan dilihat dari aspek kepuasan<br />

kerja bahwa periode tanpa dan dengan intervensi ergonomi adalah 47,64 ± 3,97<br />

dan 51,49 ± 1,48. Dengan uji beda rerata, ditemukan bahwa secara statistik rerata<br />

skor kesejahteraan kepuasan kerja subjek dalam melakukan aktivitas pada periode<br />

dengan intervensi berbeda secara signifikan dengan rerata pada periode tanpa<br />

intervensi (p


178<br />

tampak konkrit (tangibles) yang meliputi profesi nelayan sebagai penangkap ikan<br />

dan penampilan menggunakan katrol sebagai alat bantu kerja, jaket, topi dan<br />

sarung tangan serta alas duduk pada waktu melaksanakan proses penarikan pukat<br />

cincin dari masing-masing nelayan sesuai tugas dan tanggung jawab yang<br />

diberikan pimpinan atau tonaas, 2) dapat dipercaya (reliability) yang meliputi<br />

kemampuan nelayan dalam memberikan hasil tangkapan dan menerapkan sistim<br />

bagi hasil yang disepakati bersama antara nelayan pemilik pukat cincin dan<br />

nelayan penangkap sehingga kedua-duanya dapat memberikan hasil pelayanan<br />

yang lebih baik, 3) daya tangkap (responsiveness) yang meliputi kesiaptanggapan<br />

nelayan mengikuti permintaan peningkatan produksi penangkapan dan harga ikan<br />

baik harga di pasar lokal maupun internasional, 4) jaminan (assurance), yang<br />

meliputi kepercayaan antara nelayan pemilik pukat cincin dan nelayan penangkap<br />

terhadap pemberian asuransi di hari tua dan keikutsertaan nelayan terhadap<br />

kegiatan sosial kemasyarakatan berdasarkan hak dan kewajiban dari kedua belah<br />

pihak, dan 5) empati (empathy) meliputi kemampuan nelayan dalam menjaga<br />

hubungan yang baik, sehingga tercipta komunikasi dua arah yang harmonis antara<br />

nelayan pemilik pukat cincin dan nelayan penangkap dan kemampuan nelayan<br />

dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi selama proses<br />

penangkapan ikan sehingga nelayan merasa puas terhadap hasil yang dicapai.<br />

6.6.2 Produktivitas<br />

Dalam penelitian ini, hanya dikaji produktivitas parsial yang dihitung<br />

berdasarkan perbandingan antara luaran adalah rerata berat tarikan pukat cincin


179<br />

yang ditarik nelayan pada saat proses penangkapan ikan. Sedangkan masukan<br />

adalah rerata beban kerja yang diterima oleh 18 orang nelayan (subjek) selama<br />

6 jam kerja yang dalam hal ini beban kerja dari hasil perhitungan nadi kerja<br />

dalam satuan denyut per menit.<br />

Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata produktivitas antara nelayan<br />

sebelum intervensi dan dengan intervensi ergonomi berbeda bermakna dari 953 kg<br />

turun menjadi 600 kg atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar 3,53%.<br />

Selanjutnya hasil analisis juga menunjukkan adanya peningkatan<br />

produktivitas secara bermakna pada proses penangkapan ikan dimana nelayan<br />

merasakan bahwa semakin cepat penarikan, maka semakin ringan pukat cincing<br />

yang ditarik. Hal ini disebabkan karena adanya intervensi ergonomi dengan<br />

menggunakan alat kerja katrol sehingga produksi penangkapan meningkat. Hal ini<br />

diperkuat dengan hasil penelitian Artayasa menunjukkan bahwa dengan intervensi<br />

ergonomi melalui perbaikan alat kerja, pemberian tambahan asupan energi dan<br />

istirahat pendek dapat meningkatkan produktivitas. Sebesar 48,84 %. Sedangkan<br />

penelitian Oesman tentang intervensi ergonomi pada proses stamping part body<br />

component disebuah perusahaan otomotif menunjukkan bahwa intervensi<br />

ergonomi dalam bentuk redesain alat kerja, pergantian posisi kerja dan pemberian<br />

tambahan asupan energi telah mampu meningkatkan produktivitas kerja secara<br />

bermakna sebesar 32,65%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bridger (2003)<br />

bahwa kondisi fisik yang lebih sehat, dapat meningkatkan kemampuan, kecepatan<br />

dan ketepatan kerja dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.


180<br />

Dalam penelitian ini, peningkatan produktivitas terjadi karena intervensi<br />

argonomi pada sistem kerja proses penangkapan ikan dengan pukat cincin dan<br />

telah memperbaiki kondisi kerja sehingga terjadi penurunan beban kerja. Dimana<br />

pukat cincin yang ditarik menjadi ringan dan cepat serta mengurangi keluhan otot<br />

skeletal. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka perbaikan kondisi kerja yang<br />

dilakukan dengan menerapkan ergonomi total pada proses penangkapan ikan yang<br />

telah dilakukan, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja nelayan dalam<br />

aktivitas penangkapan ikan.<br />

6.6.3 Keuntungan Nelayan<br />

Dalam penelitian ini, keuntungan nelayan yang dihitung secara ekonomi<br />

adalah merupakan hasil perhitungan dari masing-masing aspek ekonomi setelah<br />

dilakukan intervensi ergonomi yaitu : return of investment (ROI), break event<br />

point (BEP) dan cost and benefit (B&C).<br />

6.6.3.1 Return of Investment (ROI)<br />

ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh nelayan pemilik pukat<br />

cincin dan nelayan penangkap yang secara bersama-sama dapat mengukur tingkat<br />

kemampuan usaha secara efisien dalam mengembalikan modal yang<br />

ditanamkannya, yaitu :<br />

1. Capital Investment<br />

Peralatan penangkapan ikan dengan intervensi ergonomi meningkat<br />

sebesar Rp. 15.000.000,-. Hal ini disebabkan karena adanya pengadaan


181<br />

alat katrol, pengadaan pakaian pelindung diri (PPD) jacket, sarung tangan<br />

dan penambahan spons alas duduk nelayan pada saat menarik pukat cincin<br />

sebesar Rp. 15.000.000,-.<br />

2. Working Capital<br />

Working capital yang terdiri dari variabel cost dan fixed cost sebesar<br />

Rp. 2.801.275.000,-. Variabel cost meliputi : komisi bagi hasil 30% =<br />

Rp. 1.000.000.000,-., Bahan Penolong seperti bahan bakar minyak (BBM)<br />

dan bahan pengawet ikan (es balok) sebesar Rp. 1.035.000.000,-. Biaya<br />

konsumsi nelayan selama melaut Rp. 180.000.0000,-, biaya pemasaran<br />

ikan Rp. 16.200.000,- dan retribusi perikanan 5% = Rp. 175.000.000,-.<br />

Total Variabel Cost Rp. 2.457.800.000,- per tahun. Sedangkan Fixed Cost<br />

meliputi : biaya pemeliharaan (kapal/perahu, mesin motor, jaring/pukat<br />

cincin, tali temali, asuransi). Total Fixed Cost Rp. 343.475.000.<br />

3. Total Investment yang terdiri dari capital investment dan working capital<br />

meningkat sebesar Rp. 17.000.000,-.<br />

4. Bunga modal 16% menjadi Rp. 2.720.000,-<br />

Dengan intervensi ergonomi yang dilakukan pada nelayan pukat cincin,<br />

maka telah berhasil meningkatkan pendapatan keuntungan nelayan melalui<br />

peningkatan produksi penangkapan ikan dari 600 ton Rp. 291.666.000,-/bulan<br />

menjadi 980 ton Rp. 449.000.000,-/bulan atau meningkat sebesar<br />

Rp. 157.334.000,- dan nelayan memperoleh saldo sebesar Rp.99.000.000,-


6.6.3.2 Break Event Point (BEP)<br />

182<br />

Dalam penelitian ini, BEP dapat dihitung dengan mengetahui suatu titik<br />

atau keadaan dimana nelayan pemilik pukat cincin dan nelayan penangkap ikan<br />

didalam menginvestasikan modal usahanya, maka kedua-duanya tidak<br />

mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan intervensi<br />

ergonomi yang dilakukan hal ini dapat dilihat bahwa pada waktu yang ditentukan<br />

pada tahun ke-X atau (120 bulan) nelayan dapat mengembalikan pinjaman ke<br />

Bank sebesar Rp. 171.500.000,- dimana pendapatan yang diterima nelayan sama<br />

dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan<br />

ikan dengan pukat cincin, maka biaya yang dikeluarkan pada dasarnya sama<br />

dengan pendapatan yang diterima atau mengalami titik impas dalam jangka waktu<br />

tertentu dengan kata lain pulang pokok.<br />

6.6.3.3 Cost and Benefit (B&C)<br />

Dalam penelitian ini, biaya dan manfaat atau cost and benefit dalam usaha<br />

penangkapan ikan dengan pukat cincin diperlukan suatu analisis ekonomi dan<br />

salah satu kriteria yang layak digunakan adalah : benefit – cost = >1 (B - C = >1)<br />

berarti manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang didapati.<br />

Dari segi waktu, usaha ini sangat penting untuk dianalisis sebab waktu di<br />

masa yang akan datang tidak sama dengan biaya dan hasil saat ini. Oleh<br />

karenanya aturan penilaian mengharuskan adanya pendiskontroan manfaat yang<br />

dirasakan oleh seorang nelayan setelah beroperasinya alat tersebut, kritria ini<br />

disebut Net Present Value (NPV) .


183<br />

Dari segi pendapatan, hasil yang diperoleh nelayan setelah melakukan<br />

penangkapan ikan harus mendapatkan upah yang layak. Hal ini dihitung<br />

berdasarkan kriteria internal rate of return (IRR) sebagai tingkat penghasilan<br />

berupa upah yang diterima nelayan.<br />

Dengan intervensi ergonomi yang dilakukan melalui penerapan ergonomi<br />

total pada proses penangkapan ikan oleh nelayan pukat cincin di Amurang,<br />

Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara, ternyata nelayan<br />

mendapatkan manfaat yang besar bila dibandingkan dengan biaya yang<br />

dikeluarkan. Manfaat yang diperoleh nelayan yaitu :<br />

a. Dapat meningkatkan kinerja dengan menurunkan beban kerja, yang ditandai<br />

oleh penurunan nadi kerja.<br />

b. Meningkatkan kualitas hidup nelayan melalui penurunan tingkat kelelahan<br />

dan keluhan otot skeletal.<br />

c. Meningkatkan kehidupan ekonomi nelayan dengan berkurangnya biaya<br />

pengobatan dan meningkatkan penghasilan, sehingga nelayan merasa sehat,<br />

aman, nyaman, produktif dan efisien dalam melakukan pekerjaan<br />

penangkapan ikan.<br />

6.7 Temuan Baru Hasil Penelitian (Novelty)<br />

Temuan baru yang telah dibuktikan dari hasil penelitian ini menunjukkan<br />

bahwa intervensi ergonomi melalui penerapan ergonomi total pada proses<br />

penangkapan ikan dengan pukat cincin dapat meningkatkan kinerja dan<br />

kesejahteraan nelayan. Alat kerja katrol dapat memberikan manfaat secara


184<br />

signifikan pada penggunaan tenaga otot dan energi lebih efisien, pemakaian waktu<br />

lebih efisien, kelelahan kerja, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja<br />

berkurang oleh karena alat kerja katrol dapat mengubah sikap kerja lama yang<br />

tidak fisiologis ke sikap kerja baru yang fisiologis lebih sehat, aman, nyaman,<br />

efisien dan produktif.<br />

6.8 Kelemahan Penelitian<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini, dibuktikan bahwa desain alat katrol pukat<br />

cincin secara ergonomis dapat meningkatkan kinerja para nelayan pukat cincin di<br />

Amurang Kabupaten Minahasa Selatan yang diamati dari beberapa indikator<br />

seperti: terjadi penurunan keluhan kerja dan peningkatan produktivitas kerja.<br />

Kendatipun demikian, namun kelemahannya adalah mengenai kesinambungan<br />

dari penerapan hasil redesain peralatan kerja di masa yang akan datang. Hal<br />

tersebut mengingat: (1) para nelayan di Amurang Kabupaten Minahasa Selatan<br />

dalam menjalankan usahanya, mereka telah terbiasa menggunakan peralatan<br />

dengan cara lama sekalipun tidak ergonomis dan berpotensi menimbulkan risiko<br />

bagi keselamatan kerja. (2) Kurang yakin akan keberhasilan yang akan diperoleh<br />

dari investasi yang dilakukan terhadap desain peralatan kerja secara ergonomis.<br />

Oleh sebab itu, maka perlu diberi pengarahan tentang keuntungan yang diperoleh<br />

dari aplikasi ergonomi dalam kegiatan penangkapan ikan. Perlu ditanamkan<br />

kewirausahaan berbasis ergonomi.


7.1 Simpulan<br />

BAB VII<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat<br />

dikemukakan simpulan sebagai berikut:<br />

1) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan beban kerja nelayan<br />

sebesar 53,56%.<br />

2) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan tingkat kelelahan<br />

16,15% dan dalam kategori aktivitas melemah, turun 19,96%, kategori<br />

motivasi melemah, turun 11,70% dan kategori kelelahan fisik, turun<br />

14,53%.<br />

3) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kinerja yang dinilai dari penurunan keluhan<br />

muskuloskeletal sebesar 53,55%.<br />

4) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari peningkatan kepuasan<br />

kerja nelayan sebesar 8.08%.<br />

5) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari peningkatan<br />

produktivitas nelayan sebesar 3,53%.<br />

185


186<br />

6) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

dapat meningkatkan kesejahteraan yang dinilai dari peningkatan keuntungan<br />

nelayan sebesar Rp. 157.334.000,-.<br />

7.2 Saran<br />

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat<br />

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :<br />

1) Intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

terbukti dapat meningkatkan kinerja nelayan berdasarkan hasil penelitian<br />

dimana dapat menurunkan beban kerja, kelelahan dan keluhan<br />

muskuloskeletal nelayan pada waktu melakukan penangkapan ikan di laut.<br />

Oleh karena itu disarankan agar pengusaha penangkapan ikan dan pemilik<br />

pukat cincin di Amurang dapat menerapkan pokok-pokok intervensi<br />

ergonomi dalam usaha mereka.<br />

2) Untuk keberlanjutan hasil penelitian ini, maka diharapkan agar penerapan<br />

prinsip-prinsip dasar ergonomi dimasukan kedalam suatu model dan<br />

hendaknya menjadi pilihan dalam merancang alat penangkap ikan karena<br />

mudah dilakukan dan fleksibel.<br />

3) Penelitian ini perlu ditindaklanjuti oleh peneliti yang lain tetapi dengan<br />

subyek yang sama yaitu nelayan penangkap ikan sehingga dapat diketahui<br />

secara fisibel dan reliabel efek intervensi ergonomi dan profit ekonomi pada<br />

proses penangkapan ikan baik bagi stekholder, perusahaan dan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA<br />

Adiatmika, I P. 2007. Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan Total<br />

Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan<br />

Produktivitas Pengerajin Pengecatan Kerajinan Logam di Kediri Tabanan.<br />

Disertasi UNUD.<br />

Adiputra, N.,Sutjana, D.P.,Widana, K., Manuaba, A.,O’Neill.1997. Participatory<br />

Ergonomics in Agriculture, Case study. In Bali Village. Indonesia editors.<br />

Proceeding of 5th SEAES Conference, 6-7 Nov. Kuala lumpur : IEA Press<br />

P.464.467.<br />

Adiputra, N. 2000, Ergonomi kuratif. Jurnal Ergonomi Indonesia. 1 (1,6) : 2-5.<br />

Adiputra, N., Sutjana, D.P., Suyasning, Tirtayasa, K. 2001. Gangguan<br />

muskuloskeletal karyawan beberapa perusahaan kecil di Bali. Jurnal<br />

ergonomi Indonesia.2 (1,6) : 6-9.<br />

Adiputra, N.; Sutjana, D.P. & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in<br />

Small Scale Industry in Bali. Dalam : Lim, K.Y. ed. Proceendings of the<br />

joint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics. Singapore<br />

Adiputra, N. 2003. Materi Kuliah Design and Redesign. Program Studi<br />

Ergonomi-Fisiologi Kerja. Ilmu Kedokteran <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong><br />

Denpasar.<br />

Adnyana, W. B. 2001. Perbaikan Pegangan dan Perbaikan Bantal pada Proses<br />

Penggilingan Kopi Darat Menurunkan Keluhan Subjektif System<br />

Muskuloskeletal Pekerja Penggilingan Kopi Tradisional. Proseding<br />

Seminar Nasional XX1. Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia. Malang, 27-28<br />

Oktober.<br />

Annim, S. 2006. Industri Kecil Pengolahan Hasil Perikanan Laut. Fakultas<br />

Perikanan dan Kelautan. <strong>Universitas</strong> Sam Ratulangi Manado.<br />

Annis, J.F. and McConville, J.T.n 1996 Anthropometry. In Bharattacharya, A and<br />

McGlothlin, J.D. editors. Occupational Ergonomics Theory and<br />

Application New York : Marcell Dekker Inc.P. 1-46.<br />

Anonim, 2006. Prevent Musculoskeletal Injury in Your Health Care Facility.<br />

[cited 2006 Okt.7]. Available from: URL:http:/www.ergosafeproduct.com/musculoskeletal-injury/htm.<br />

Anonim, 2007b. Applying Principles of Adult Learning, [cited 2007 Feb 17].<br />

Available at: URL: http://www.luc.edu/schools/nursing/preceptor/2B.pdf.<br />

187


188<br />

Anonim, 2003. Papuaweb, the Celebes Group, [cited 2006 Mar. 20]. Available at:<br />

URL :http://www.papuaweb.erg/dlib/bk/wallace/celebes.html.<br />

Artayasa, N. 2007. Pendekatan Ergonomi Total Meningkatkan Kualitas Hidup<br />

Pekerja Wanita Pengangkut Kelapa di Banjar Semaja Desa Antosasi<br />

Tabanan Bali. Disertasi UNUD.<br />

Atmosoehardjo, 1994. Penerapan ergonomi dalam rekayasa manusia<br />

mesin/peralatan: (Man-Machine design). Forum ilmu kesehatan<br />

masyarakat XII No. 1-2 : 133-122 Surabaya.<br />

Armstrong, T. 2003. Handwork and Musculoskeletal Disorder.<br />

www.ergoweb.com. <strong>Download</strong> Tanggal 3 February 2003.<br />

Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1986 Texbook of Work Physiology. 2nd Edition<br />

Philadelpia: WB Saunders Co.<br />

Avellini, B. A., Kamon, E., & Krajewski, J. T. (1980). Physiological responses of<br />

physically fit men and women to acclimation to humid heat. Noll<br />

Laboratory for Human Performance Research, The Pennsylvania State<br />

University, University Park, Pennsylvania, [cited Oct. 13, 2006]. Available<br />

from, URL:<br />

http://jap.physiology.org/cgi/reprint/49/2/254?ijkey=04e37563a3a2d3b495e269b1a<br />

6bab6e386056c48&keytype2=tf_ipsecsha.<br />

Beaulieu, M. B., 2005. Pree-Cooling for Performance in the Tropics. National<br />

Healt Training and Acclimatisation Centre. Northerm Territory Institute<br />

of Sport and Faculty of Education. Charles Darwin University. Darwin<br />

[eited.2008 Jun 10]. Available from<br />

URL.http:www.Sportsct.org/jour.03/mbb.doc<br />

Blazejczyk, K and Blazejczyk, M. 2007. BioKlima (Man-Environment heat<br />

Exchange, MENEX 2007). New Tool For Bioclimatic and<br />

Thermophysiological Studies, [cited 2007 Nov. 7]. Available from: URL:<br />

http://www.igipz.pan.pl/geoekoklimat/blaz/bioklima.htm.<br />

Bridger, R.S. 1995. Inroduction to Ergonomi. Singapore : Mc. Graw - Hill<br />

International.<br />

Cani-news, 2006. Cedera Punggung : Hindari dan Kurangi Tekanan. [cited 2006<br />

Okt.7].Available.from:URL.http:/www.caninews.com/men_health/article.<br />

php/htm.<br />

Chaffin, D.B. and Park, K.S. 1993 A Longitudinal Study of Low Back Pain<br />

Occupational Weight Lifting Factors. American Industrial Hygiene<br />

Association Journal. 34 : 513-525.


189<br />

Chaffin, D.B. and Anderson, G.B. 1991. Occupational Biomechanics. New York :<br />

John Wiley.<br />

Chavalitsakulchai, P. & Shahnavaz, H. 1991. Musculoskeletal Discomfort and<br />

Feeling of Fatique Among Female Professiona! Workers : The Need for<br />

Ergonomics Consideration. Journal of Human Ergology. 20 : 257-264.<br />

Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work.. Encyclopedia of Occupational<br />

Health and Safety, 3nd. Ed. Geneva : ILO.p.1698-1700.<br />

Chung, M. K., Lee. ID., and Kee. 2003. Asessment of Postural Load For Lower<br />

Limb Postures Based On Perceived Discomford. International Journal Of<br />

Industrial Ergonomics. January: 31 (1): 17-32<br />

Corlett, E.N. 1992. Static Muscle Loading and Evaluation of Poslure. in: Wilson<br />

J.R. Evaluation of Human Work, a Practisel Ergonomics Methodology.<br />

London. Taylor & Fraricis.p. 542-570.<br />

Colton, T. 1985. Statiscs in Medicine. Diterjemahkanoleh Sanusi, R : Statistika<br />

Kedokteran Univ. Gadjah Mada. Yogyakarta Gadjah Mada University<br />

Press.<br />

Coyle, P. 2004., Method for Assesing Exposure To Musculceletal Disordes Risk<br />

Factors [cited 2007 May 21]. Available from:<br />

URL:http:/www.suderland.ac.uk/QEC/htm.<br />

Cummings, B. 2003. Interactive Physiology. Pearson Education. Inc<br />

Derchak, P. A.; Ostertag, K. L.; and Coyle, M. A. 2004. LifeShirt System as a<br />

Monitor of Heat Stress and Dehydration. VivoMetrics, Inc., [cited 2008<br />

Jun. 10]. Available from: URL:<br />

http://www.vivometrics.com/docs/Ab%20and%20posters/2004%20White%20Paper%20Life<br />

Shirt%20System%20as%20a%20Monitor%20of%20Heat%20Stress%20and%20Dehydration<br />

%20Derchak%20Ostertag%20Coyle.pdf<br />

Dinas Perikanan dan Kelautan, 2005. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan<br />

Propinsi Sulawesi Utara.<br />

Dinas Perikanan dan Kelautan, 2003. Data Laporan Hasil Perikanan Laut dan<br />

Darat. Kabupaten Minahasa Selatan. Provinsi Sulawesi Utara.<br />

Dekkers, D. K., 1996. The HumanFactorAspect of Shifwork In: Bhattacharya, A<br />

& McGlothin. J. D. Occupational Ergonomics Theory and Application.<br />

New York : Marcell Dekker. Inc. P.403-416.<br />

Dempsey, P.G., 2003. A Survey of Lifting and Lowering Tasks. International<br />

Journal On Industry Ergonomics. January 31(1):11-16.


190<br />

Fox, E. L, Bowers, R. W, and Foss, M. L. 1988. The Physiological Basis of<br />

Physical Education and Athletics, 4 th eds. New York: W.B.Saunders<br />

Company.<br />

Grandjean, E. 1993 Fitting the Task to The Man. 4 th edition. London : Taylor &<br />

Francis.<br />

Grandjean, E. and Kroemer. 2000. Fitting The Task To The Human. A Texbook<br />

Of Occupational Ergonomics 5 th. Edition Philadelphie: Taylor and Francis.<br />

Guyton, A. C. And Hall. 2000. Fisiologi Olahraga Kedokteran. Irawati Setiawan<br />

(editor) Edisi 9 Jakarta., Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 93-95.<br />

Hasalkar, S., Budihal, R., Shivalli, R and Biradar, N. 2004. Assesment of<br />

Workload of Weeding Activity in crop Production Through Heart Rate. J.<br />

Hum. Ecol, 14(3):165-167.<br />

Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing. London: Taylor<br />

& Francis<br />

http://www.saioh.org/ioha2005/Proceedings/Papers/SSK/PaperK1_1web.pdf<br />

Hendrick, H. W. and Kleiner, B. M., Macro Ergonomics. 2002. Human Factors<br />

and Ergonomics Society, Santa Monica.<br />

ILO, 1998. Encyclopedia of Occupational Healt and Safety. In : Stellman. Editor.<br />

Geneva. International Labour Organization.<br />

Imron dan Masyuri, 2001. Pemberdayaan Masyaraakat Nelayan : Yogyakarta<br />

Media Pressindo.<br />

Intaranont, K. and Vanwonterghem, K. 2001. Sutdy of Exposure Limit in<br />

Contraining Climatic Condition for Sterenous Task : An Ergonomics<br />

Approach Final Report. Bangkok: Chulangkom University Departement<br />

of industrial Engineering.<br />

Josephus, J. 1996. Studi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan Hasil<br />

Perikanan Laut di Propinsi Sulawesi Utara (Tesis) Program Pascasarjana<br />

S2 Institut Pertanian Bogor IPB.<br />

Josephus, J. 1999. Usaha Penangkapan di Bidang Perikanan Laut. Fakultas<br />

Ekonomi <strong>Universitas</strong> Sam Ratulangi Manado.<br />

Josephus, J. 2004. Perancangan Aalat Takal Pukat Cincin Meningkatkan<br />

Produktivitas Kerja dan Menggurangi Gangguan Muskuloskeletal, Beban<br />

Kerja Kelompok Nelayan di Sulawesi Utara. Seminar Nasional. Aplikasi<br />

Ergonomi Dalam Industri. Prosiding. Forum Komunikasi Teknik Industri<br />

Yogyakarta P. 63.


191<br />

Kanagaya, T. 2001. Purse Seine fishing gear Method. Japan International<br />

Cooperation Agency. P.183-190 Tokyo.<br />

Katiandgho, E. & Fridman, 2005. Fiching boat and Fiching Managemet. Fakultas<br />

Perikanan. <strong>Universitas</strong> Sam Ratulangi. Manado<br />

Kilbon, A. 1992. Measurement and Assessment of Dynamic Work. Dalam Wilson,<br />

J.R. & Corlett, E.N. eds. Evaluation of Human Work, A Practical<br />

Ergonomics Metodology. Taylor and Francis Great Britain.<br />

Kirk, P.M. Parker, R.J. An Ergonomic Evaluation og Douglas Fir Manual<br />

Pruning in New Zealand. Journal of Forest Engineering. Vol 7(2):43-<br />

50.[cited 2006 Oct. 13]. Available from: URL:<br />

http://www.lib.unb.ca/Texts/JFE/backissues/pdf/vol7-2/kirk.pdf.<br />

Kroemer, K. & Kroemer, H and Kroemer-Elbert, K. 1994. Ergonomics How To<br />

Design for Ease & Efficiensy. New Yersey : Prentice Hall. Englewoodds<br />

Clifts.<br />

Manuaba, A. 2006a. A Total Approach In Ergonomics Is A Must To Attain<br />

Humane, Competitive And Sustainable Work System And Products. In :<br />

Adiatmika and Putra, D.W. editors. Proceeding Ergo Future 2006 :<br />

International Symposium On Past, Present And Future Ergonomics,<br />

Occupational Safety and Health. 28 - 30 th August. Denpasar : Department<br />

of Physiology <strong>Udayana</strong> University- School of Medicine. p. 1-6.<br />

Manuaba, A. 2006b. Macro Ergonomics Approach On Work Organization, With<br />

Special Reference To Utilization Of Total Ergonomic SHIP Approach To<br />

Obtain Humane, Competitive And Sustainable Work System and product.<br />

Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2006. Pendekatan Ergonomi<br />

Makro Untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi. Jakarta : Jurusan Teknik<br />

Industri <strong>Universitas</strong> Trisakti. Jurusan Teknik Industri.<br />

Manuaba, A. 2005a. Total Ergonomic Enhancing Productivity, Product Quality<br />

and Customer Satisfaction. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional<br />

II Peningkatan Kualitas Sistem Manufaktur dan Jasa, Forum Komunikasi<br />

Teknik Industri, Yogyakarta.<br />

Manuaba, A. 2005b. To Achieve A Better Life Throught Total Ergonomic SHIP<br />

Approach Technology. Presented at the 2 nd National Technology Seminar :<br />

“The Aplication of Technology toward a Better Life”. University of<br />

Technology Yogyakarta. Yogyakarta 1 O th December.


192<br />

Manuaba, A. 2005c. Accelerating OHS-Ergonomics Program by Integrating<br />

“Built-In” with in The Industry's Economic Development Scheme is a<br />

must-with Special Attention to Small and Medium Enterprisses (SMEs).<br />

Presented at the 21st Annual Conference of The Asia Pasific Occupational<br />

Safety & Health Organization. Denpasar 5-8 th September.<br />

Manuaba, A. 2005d. In Designing Task, Organization and Environment, Human<br />

Capability and Limitattion Must Be Highly Considered To Attain<br />

Humane, Competitive And Sustainable Work System And Product.<br />

Presented at DIMNAS RAPIIV. UMS. Surakarta 2 th December.<br />

Manuaba, A. 2004a. Pendekatan Ergonomi Holistik Satu Keharusan Dalam<br />

Otomasi Untuk Mencapai Proses Kerja Dan Produk Yang Manusiawi,<br />

Kompetitif Dan Lestari. Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional<br />

Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam Industri, Forum Komunikasi Teknik<br />

Industri Yogyakarta dan Perhimpunan Ergonomi Indonesia. Yogyakarta<br />

27 Maret.<br />

Manuaba, A. 2004b. Pendekatan Total Perlu Untuk Adanya Proses Produksi dan<br />

Produk Yang Manusiawi, Kompatibel dan Lestari. Makalah.<br />

Dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknik Industri Atma Jaya.<br />

Yogyakarta.<br />

Manuaba, A. 2003 a. Aplikasi Ergonomi Dengan Pendekatan Holistik Perlu, Demi<br />

Hasil Yang lebih Lestari Dan Mampu Bersaing. Makalah. Temu Ilmiah<br />

dan Musyawarah Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ergonomi.<br />

Hotel Sahid Jakarta.<br />

Manuaba, A. 2003d. Penerapan Ergonomi Meningkatkan Produktivitas. Makalah.<br />

Denpasar : Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>.<br />

Manuaba, A. 2003e. Total Ergonomic Approach to Enhance and Harmonize The<br />

Development of Agriculture, Tourism and Small Scale Industry, with<br />

Special Reference to Bali. Dalam : Purwanto, W., Sugema, L.I. dan<br />

Ushada, M. editors. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Yogyakarta :<br />

Perhimpunan Ergonomi Indonesia dan Fakultas Teknologi Pertanian<br />

<strong>Universitas</strong> Gadjah Mada.h. 16-21.<br />

Manuaba, A. 2003f. Holistic Design Is Must To Attain Sustainable Product.<br />

Presented at The National Seminar on Product Design and Development,<br />

Industrial Engineering UK Maranatha. Bandung 4-5 th Juli.<br />

Manuaba, A. 2000a. Ergonomi, kesehatan, dan keselamatan kerja. Dalam :<br />

Sritomo Wignyosoebroto dan Stefanus Eko Wiranto. editor. Prosiding<br />

Seminar Nasional Ergonomi 2000. Surabaya : Guna Widya. h. 1-4.


193<br />

Manuaba, A. 2000b. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan<br />

Perusahaan. Dalam : Hermansyah. editor. Prosiding Simposium dan<br />

Pameran Ergonomi Indonesia 2000. Bandung : ITB Press. h. 11-19.<br />

Manuaba, A. 1999a. Penerapan Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan<br />

Kinerja Industri. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional<br />

Ergonomi, Reevaluasi Penerapan Ergonomi dalam Meningkatkan Kinerja<br />

Industri. Surabaya 23 Nopember.<br />

Manuaba, A. 1998a. Penerapan Ergonomi Kesehatan Kerja di Rumah Tangga.<br />

Bunga Rampai Ergonomi. Denpasar : Program Studi Ergonomi-Fisiologi<br />

Kerja <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>. 1 : 38-48.<br />

Manuaba, A. 1998d. Pengaturan Suhu dan Water Intake. Bunga Rampai<br />

Ergonomi. Denpasar : Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>. 1:165-175.<br />

Manuaba, A. 1992. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber<br />

Daya Manusia dan Produktivitas. Makalah. Seminar Kesehatan dan<br />

Keselamatan Kerja (K3) IPTN. Bandung.<br />

Mulyadi, 2005. Penerapan Teknologi Tepat Guna dan Kebudayaan. Gramedia<br />

Pustaka Utama. Jakarta.<br />

Macleod, Tayyari. F. and Smith. J. L. 1997. Occupational Ergonomics Principles<br />

and Aplication. New York. Chapment dan Hal-hal.<br />

Nala, N. 1994. Penerapan Teknologi Tepat Guna di Pedesaan. Denpasar :<br />

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>.<br />

Nala, N. 2002. Ballinese Traditional Culture in Changing World. Dalam Susila,<br />

I.G.N. editor. Procceeding National – International Seminar Traditional<br />

Culture in Changing World, March, Denpasar. Bali HESG.<br />

Nomura, M. and T. Yamazaki. 2003. Fishing Techniques. Fish. News Books.<br />

Japan International Cooperation Agenzy. Tokyo p. 200-210.<br />

Nurmianto, E. 2004. Ergonomi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi<br />

kedua.Surabaya: Guna Widya.<br />

Palilingan, R. N. 2008. Penerapan Pendekatan Ergonomi Total pada Aktifitas<br />

Praktikum Lapangan Memperbaiki Respons Fisiologis Tubuh Menurunkan<br />

Kelelahan dan Meningkatkan Kinerja Mahasiswa FMIPA UNIMA.<br />

Disertasi UNUD.<br />

Pangkahila, J.A. 2003. Teknik Pembuatan Proposal Tesis dan Disertasi. Materi<br />

Kuliah Mahasiswa 83. Fakultas Kedokteran <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>,<br />

Denpasar.


194<br />

Pangkahila, W.I. 2003. Etika Penelitian. Materi Kuliah Mahasiswa S3. Fakultas<br />

Kedokteran <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>, Denpasar.<br />

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan. Propinsi Sulawesi Utara. 2005<br />

Kota Amurang.<br />

Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Heatlh. London: Macmillan Press.<br />

Scientific & Medical.<br />

Prasetyowibowo, 2000. Manajemen Kerja. Raja Wali. Grafindo Persada. Jakarta<br />

Prihartono, M. 2000. Metodologin Penelitian. Surabaya. Program Pascasarjana<br />

<strong>Universitas</strong> Airlangga.<br />

Princton Analytical Laboratory. (2004), [cited April 11, 2004]. Available at,<br />

URL: http://yeeha.org/enterrhtml/live/lab/quality.html.<br />

Pulat, B.M. 1992 Fundamentals of Industrial Ergonomic. New Yersey : Prentice<br />

Hall. Englewood Cliffs.<br />

Purnomo, H. 2007. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Mengurangi<br />

Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan dan Beban Kerja Serta<br />

Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Gerabah di Kasongan, Bantul<br />

(disertasi). Denpasar: Program Doktor, Program Studi Ilmu Kedokteran,<br />

Program Pascasarjana, <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>.<br />

Rivai, V. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. PT.<br />

Rajagrafindo. Persada Jakarta.<br />

Rodahl, K. 1989. The Physiology of Work. London : Taylor & Francis Ltd.<br />

Rodahl, K. (2003). Occupational Health Conditions in Extreme Environments.<br />

Ann. occup. Hyg., 47(3): 241–252. , 47 (3), 241–252.<br />

Rodgers, S.H. 2005. Ergonomics Desain for People at Work New York : Van<br />

Nostrand Reinhold Company.<br />

Sajiyo, 2008. Redesign Tempat dan Sistem Kerja dengan Intervensi Ergonomi<br />

Meningkatkan Kinerja Tukang Giling Sigaret Kretek Tangan Pada Industri<br />

Rokok “X” di Kediri Jawa Timur. Disertasi UNUD.<br />

Sanders, M.S. and McCormic, E.J. 1987. Human Factors in Engineering and<br />

Design. USA : McGraw Hill-Book Company<br />

Sandowsky, S. A. 2000. What is The Ideal Body Weight. Oxford University.<br />

Press Family Practice. 17.(4):384-351.<br />

Sartono, S. W. 2001. Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Cetakan ke-4 Jakarta


195<br />

Setyawan, 2001. Relation Between Feelings of Fatique ReactionTime and Work<br />

Productivity. Journal of human ergology. 25(1):129-134.<br />

Schulte, P. A., Wagner, G., Ostry, A., Blanciforti, L. A., Cutlip, R. G., Luster, M.,<br />

et al. (2007). Work, Obesity, and Occupational Safety and Health.<br />

American Journal of Bublic, 97(3), 428-436<br />

Scott, L. S. 1993. Fundamental On The Fishing Efficiency Gearnet Design.<br />

United Nation. Fish New Book. London. P. 160-167.<br />

Snook, L. 2005. Human Physiology : From Cells to Systems. West Virginia. West<br />

Adivision of International. Thomson Publishing. Inc.<br />

Spurgeon, M. M. 2003. Effect Of A Participatory Computer Workshop For<br />

University Student. A. Pilot Intervention to Present Disability in<br />

Tomorrow’s Workers. Scan j. Work Environ Health. USA. IOS.<br />

Press.p.305-314.<br />

Sulawesi Utara Dalam Angka. 2005. Badan Perencanaan Daerah Propinsi<br />

Sulawesi Utara.<br />

Suma’mur, P.K. 1982. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan<br />

Swabhawa Karya.<br />

Sutajaya, I.M. 2006. Pembelajaran Melalui Pendekatan SHIP Mengurangi<br />

Kelelahan, Keluhan Muskuloskeletal dan Kebosanan serta Meningkatkan<br />

Luaran Proses Belajar Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja. Disertasi<br />

UNUD Denpasar.<br />

Sutjana, D. P. Adiputra, N. Manuaba, A. Tirtayasa, K. 1996.Improvement of<br />

working posture increase productivity of Roof Tile Home Industry Workes<br />

at Darmasaba Village, Badung Regency. J. Human Ergol, 25 (1,6) 62-65.<br />

Sutjana, D. P. 2003. Peningkatan Produktivitas Kerja Penyabit Padi Menggunakan<br />

Sabit Bergerigi Dibandingkan dengan Sabit Biasa (Tesis) Denpasar.<br />

Program Pascasarjana <strong>Universitas</strong> <strong>Udayana</strong>.<br />

Sutjana, D. P. dan Sutajaya, I.M. 2005. Penuntun Tugas Lapangan Program Studi<br />

Ergonomi-Fisiologi Kerja. Program Pascasarjana Unud Denpasar.<br />

Sutjipta, N. 2004. Modifikasi Meja Pengumpan dan Penambahan Peredam<br />

Kebisingan Mesin Perontok Padi Meningkatkan Produktifitas. Disertasi<br />

UNUD Denpasar.<br />

The US Sub Committe on Benefits and Cost, 1988. The Economic Developmen<br />

Planning. Vicas Publishing House Ltd.


196<br />

Ulrich, Karl T. and Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan<br />

Produk. Salemba. Teknika Jakarta.<br />

Vanwonterghem, K.J. Verboven, De Beeck, F. Willems. 2000. Subjective<br />

Workload Index. Disampaikan pada Seminar Ergonomi yang<br />

Diselenggarakan Laboratonum Fisiologi Fakultas Kedokteran <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Udayana</strong> di Denpasar.<br />

Waters, T.S. and Putz-Anderson, V. 1996. Revise NIOSH Lifting Equation. Inc<br />

New York.<br />

Wignyosoebroto, S. 1989. Teknik Tata Cara Kerja. Surabaya : Lab. Ergonomi dan<br />

Teknik Tata Cara , Program Studi Teknik Industri. Fak. Teknik Industri,<br />

ITS. Surabaya<br />

Wignyosoebroto dan Stefanus, Eko Wiranto. Preceeding Seminar Nasional<br />

Ergonomi 2000. Guna Wijaya Surabaya.<br />

Whytmyre, G. K.-F. (2002, December 31`). Impacts Of Vent-Free Gas Heating<br />

roducts On Indoor Relative Humidity. Executive Summary, [cited March<br />

11, 2005]. Available from, URL:<br />

http://www.ventfreealliance.org/Final_ex_summary.pdf.


197


Lampiran 1<br />

“ Inform Concent ”<br />

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN<br />

DAN<br />

PERSETUJUAN DARI SUBYEK / RESPONDEN<br />

Oleh :<br />

Johan Josephus<br />

NIM. 0390271001<br />

PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN<br />

UNIVERSITAS UDAYANA<br />

2009<br />

198


KATA PENGANTAR<br />

199<br />

Saudara diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ergonomi di<br />

Bidang Perikanan dan Kelautan dengan judul : Intervensi Ergonomi Pada Proses<br />

Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Meningkatkan Kinerja Dan<br />

Kesejahteraan Nelayan Di Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi<br />

Sulawesi Utara.<br />

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan<br />

rancangan pre and post test design dalam bentuk cross over design dalam<br />

pelaksanaan di lokasi penelitian pada waktu operasi penangkapan ikan di laut<br />

menggunakan dua kapal secara bersama-sama dilakukan pendataan terhadap dua<br />

kelompok nelayan dalam kondisi kerja yang berbeda yaitu : (1) kelompok nelayan<br />

yang melakukan penangkapan ikan dengan pukat cincin dalam kondisi kerja yang<br />

terjadi seperti saat ini (sebelum intervensi) dan (2) kelompok nelayan yang<br />

melakukan penangkapan ikan dengan pukat cincin dalam kondisi kerja telah<br />

dilakukan intervensi ergonomi (sesudah intervensi).<br />

Intervensi ergonomi yang dilakukan melalui pendekatan ergonomi total<br />

pada penelitian ini mempunyai tujuan adalah untuk menilai penurunan beban<br />

kerja fisik dan keluhan subyektif (keluhan otot dan kelelahan) nelayan sehingga<br />

tercapainya budaya kerja sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif serta dapat<br />

meningkatkan kinerja dan kesejahteraan nelayan pada umumnya dan khususnya<br />

terkait dengan lamanya waktu pengembalian modal, titik impas dan besarnya<br />

pendapatan yang diperoleh nelayan dalam usaha penangkapan ikan dengan pukat<br />

cincin pada kondisi kerja yang berbeda.<br />

Apa yang harus saudara lakukan ?<br />

Yang harus saudara lakukan dalam penelitian ini adalah selama periode<br />

waktu 2 bulan (60 hari) pelaksanaan penelitian ini, masing-masing kelompok<br />

subyek diminta sebagai berikut : (1) Tahap persiapan, setelah saudara beradaptasi<br />

dengan hasil desain alat katrol pukat cincin, maka saudara dapat memberikan<br />

keterangan indentitas diri (nama, umur/tempat tanggal lahir, status keluarga


200<br />

kawin/belum, gizi sehari-hari dan bersedia diukur dimensi setiap bagian tubuh,<br />

tinggi dan berat badan); (2) Tahap pelaksanaan kelompok I (sebelum intervensi),<br />

pada waktu melakukan operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin<br />

sebagaimana yang lazimnya dilakukan, saudara didata dengan menghitung denyut<br />

nadi, mengisi kuesioner kelelahan dan Nordic Body Map (NBM) dan pada tahap<br />

pelaksanaan kelompok II, saudara akan melakukan operasi penangkapan ikan<br />

dengan pukat cincin pada kondisi kerja baru (dengan intervensi) menggunakan<br />

katrol, menggunakan alas duduk, menggunakan sarung tangan, pemberian air teh,<br />

pengaturan waktu istirahat, perbaikan kondisi informasi dan sosial budaya dan<br />

saudara didata dengan menghitung denyut nadi mengisi kuesioner kelelahan dan<br />

kuesioner Nordic Body Map (NBM).<br />

Apa ada resikonya ?<br />

Selama penelitian ini berlangsung, tidak akan memberikan dampak negatif<br />

baik fisik maupun psikis kepada saudara, justru sebaliknya saudara diberikan<br />

perlakuan khusus pada saat melakukan operasi penangkapan ikan menggunakan<br />

sarung tangan, pemberian alas duduk, menggunakan katrol dan perbaikan gizi<br />

saudara sesuai dengan yang telah dirancang berdasarkan standar kesehatan dan<br />

keselamatan kerja sehingga diharapkan kondisi saudara akan lebih sehat, aman,<br />

nyaman, efektif dan efisien.<br />

Berapa biaya yang harus dikeluarkan dari penelitian ini ?<br />

Selama menjadi subyek, saudara tidak dipungut biaya sama sekali, bahkan<br />

saudara akan mendapat biaya kompensasi sebagai uang lelah, termasuk pada saat<br />

saudara diliburkan sesuai dengan prosedur penelitian.<br />

Kapan selesai atau saudara berhenti berpartisipasi sebagai subyek<br />

disebabkan oleh satu dan lain hal?<br />

Perlu diketahui bahwa partisipasi saudara bersifat sukarela, kapan saudara<br />

berhenti dan kapan saja saudara mau. Sebab keputusan saudara untuk berhenti<br />

dari penelitian ini tidak mempengaruhi proses penangkapan ikan dengan pukat


201<br />

cincin. Jika saudara memutuskan untuk berhenti sebelum penelitian berakhir,<br />

maka saudara diminta untuk menyampaikan hal tersebut secepatnya kepada<br />

peneliti. Mengingat bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan<br />

manfaat jangka panjang baik kepada saudara sebagai subyek, pemerintah setempat<br />

masyarakat dan peneliti sendiri, sehingga keikutsertaan saudara sampai selesai<br />

sangat diharapkan.<br />

Apakah indentitas dan informasi saudara dirahasiakan ?<br />

Hanya tim peneliti dan petugas pengambil data yang tahu indentitas dan<br />

data diri saudara. Indentitas saudara tetap dirahasiakan.<br />

Apakah yang terjadi apabila saudara memutuskan untuk ikut dalam<br />

penelitian ini ?<br />

Yang terjadi adalah saudara diminta menanda tangani formulir surat<br />

persetujuan yang menyatakan bahwa saudara atau yang mewakili telah mendapat<br />

penjelasan tentang pelaksanaan penelitian ini dan secara sukarela bersedia untuk<br />

ikut ambil bagian dalam penelitian ini.<br />

Jadi bagaimana, apakah saudara masih ada pertanyaan atau ada sesuatu yang<br />

belum jelas ?<br />

Peneliti akan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh saudara<br />

atau keluarga saudara tentang penelitian ini. Jika ada yang ingin saudara tanyakan<br />

selama penelitian berlangsung dapat menghubungi peneliti.<br />

Nama Peneliti Utama : Drs. Johan Josephus, M.Si<br />

Alamat : Fakultas Ekonomi UNSRAT Manado<br />

Telepon/Hp : 0431-855942 Rmh/HP. 081356005460.


Pengesahan Oleh Peneliti<br />

Bersama ini saya menyatakan bahwa saya telah memberikan penjelasan<br />

tentang semua resiko yang akan terjadi selama penelitian ini dan telah dimengerti<br />

oleh nelayan sebagai calon subyek penelitian.<br />

Peneliti :<br />

Nama :<br />

Ditetapkan pada tanggal:<br />

202


Lampiran 2<br />

KUESIONER KESEJAHTERAAN DALAM PROSES PENANGKAPAN IKAN<br />

DENGAN PUKAT CINCIN<br />

Berilah tanda √ di depan jawaban yang tersedia yaitu:<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

pada setiap pernyataan di bawah ini.<br />

203<br />

1. Profesi yang saya tekuni sekarang ini sebagai nelayan telah membuat saya<br />

merasa sejahtera.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

2. Kondisi ruangan di kapal pada waktu proses penangkapan ikan yang dimulai<br />

dari penawuran sampai penarikan pukat cincin terasa leluasa sehingga<br />

membuat saya nyaman dalam bekerja.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

3. Dalam satu trip penangkapan ikan (pergi pulang melaut) jumlah tangkapan<br />

yang diperoleh telah mencukupi.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju


204<br />

4. Pemilik pukat cincin menerapkan sistem bagi hasil pada setiap trip<br />

penangkapan ikan. Hasil yang saya peroleh telah memuaskan.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

5. Pada waktu-waktu tertentu sistem bagi hasil bukan dalam bentuk hasil<br />

tangkapan, melainkan oleh pemilik pukat cincin diberikan dalam bentuk<br />

uang. Pembagian yang saya peroleh terasa memuaskan.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

6. Penyediaan kebutuhan air minum dan tambahan kalori lainnya (teh manis)<br />

sudah teratur dan memuaskan<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

7. Perlengkapan pelindung diri untuk keamanan pekerja sangat dibutuhkan<br />

(seperti sarung tangan, jacket dll.). Selama ini perlengkapan tersebut sudah<br />

memadai.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

8. Masalah kebutuhan makan dan minum amat penting untuk pekerja. Selama<br />

ini pengaturan dan pembagian makanan dan minum selama proses<br />

penangkapan ikan sudah memuaskan.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju


� Kurang Setuju<br />

205<br />

� Tidak setuju<br />

9. Kotak P3K amat penting, selama ini penyediaan kotak tersebut sudah<br />

memuaskan sehingga setiap kali dibutuhkan komponen-komponen di<br />

dalamnya tersedia dan terkontrol.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

10. Istirahat sepanjang proses pangkapan ikan sangat diperlukan, dan selama ini<br />

pengaturan waktu istirahat sudah dilakukan dengan baik.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

11. Bila tidak pergi melaut kegiatan yang dilakukan diarahkan pada kegiatankegiatan<br />

sosial kemasyarakatan di desa. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut<br />

dengan profesi sebagai nelayan saya merasa percaya diri karena dapat<br />

memenuhi kewajiban-kewajiban organisasi sosial kemasyarakatan.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

12. Di dalam kapal tersedia ruang istirahat, dan selama ini ruang tersebut sudah<br />

termanfaatkan dengan baik.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju


206<br />

13. Komunikasi antara pimpinan (tonaas) dengan para pekerja (nelayan) sebelum<br />

melaut amat penting. Selama ini komunikasi tersebut sudah berjalan dengan<br />

baik.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

14. Selama proses penangkapan ikan komunikasi antar pekerja dan antar<br />

pimpinan (tonaas) dengan pekerja sudah berjalan dengan baik.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju<br />

15. Proses penangkapan ikan yang dilakukan selama ini meskipun terasa amat<br />

memeras tenaga, tetapi tidak diperlukan cara alternatif karena sebagai pekerja<br />

sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut.<br />

� Sangat setuju<br />

� Setuju<br />

� Kurang Setuju<br />

� Tidak setuju


Lampiran 3<br />

Form Data Karakteristik Subyek<br />

NO.<br />

1<br />

NAMA BERAT<br />

BADAN<br />

(KG)<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

10<br />

11<br />

12<br />

13<br />

14<br />

15<br />

16<br />

17<br />

18<br />

UMUR<br />

(TH)<br />

TINGGI<br />

BADAN<br />

(CM)<br />

207<br />

INDEKS<br />

MASSA TUBUH


208<br />

Lampiran 4.a<br />

Kuesioner Nordic Body Map (sebelum intervensi)<br />

Berilah tanda (x) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan keluhan<br />

sakit/kaku pada otot yang saudara rasakan saat ini.<br />

No JENIS KELUHAN<br />

0 Sakit/kaku di leher bagian atas<br />

1 Sakit/kaku di leher bagian bawah<br />

2 Sakit di bahu kiri<br />

3 Sakit di bahu kanan<br />

4 Sakit pada lengan kiri atas<br />

5 Sakit di punggung<br />

6 Sakit pada lengan kanan atas<br />

7 Sakit pada pinggang<br />

8 Sakit pada bokong<br />

9 Sakit pada pantat<br />

10 Sakit pada siku kiri<br />

11 Sakit pada siku kanan<br />

12 Sakit pada lengan bawah kiri<br />

13 Sakit pada lengan bawah kanan<br />

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri<br />

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan<br />

16 Sakit pada tangan kiri<br />

17 Sakit pada tangan kanan<br />

18 Sakit pada paha kiri<br />

19 Sakit pada paha kanan<br />

20 Sakit pada lutut kiri<br />

21 Sakit pada lutut kanan<br />

22 Sakit betis kiri<br />

23 Sakit pada betis kanan<br />

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri<br />

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan<br />

26 Sakit pada kaki kiri<br />

27 Sakit pada kaki kanan<br />

Catatan : TS = Tidak sakit S = Sakit<br />

AS = Agak sakit SS = Sangat sakit<br />

JAWABAN<br />

TS AS S SS


209<br />

Lampiran 4.b<br />

Kuesioner Nordic Body Map (sesudah intervensi)<br />

Berilah tanda (x) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan keluhan<br />

sakit/kaku pada otot yang saudara rasakan saat ini.<br />

No JENIS KELUHAN<br />

0 Sakit/kaku di leher bagian atas<br />

1 Sakit/kaku di leher bagian bawah<br />

2 Sakit di bahu kiri<br />

3 Sakit di bahu kanan<br />

4 Sakit pada lengan kiri atas<br />

5 Sakit di punggung<br />

6 Sakit pada lengan kanan atas<br />

7 Sakit pada pinggang<br />

8 Sakit pada bokong<br />

9 Sakit pada pantat<br />

10 Sakit pada siku kiri<br />

11 Sakit pada siku kanan<br />

12 Sakit pada lengan bawah kiri<br />

13 Sakit pada lengan bawah kanan<br />

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri<br />

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan<br />

16 Sakit pada tangan kiri<br />

17 Sakit pada tangan kanan<br />

18 Sakit pada paha kiri<br />

19 Sakit pada paha kanan<br />

20 Sakit pada lutut kiri<br />

21 Sakit pada lutut kanan<br />

22 Sakit betis kiri<br />

23 Sakit pada betis kanan<br />

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri<br />

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan<br />

26 Sakit pada kaki kiri<br />

27 Sakit pada kaki kanan<br />

Catatan : TS = Tidak sakit S = Sakit<br />

AS = Agak sakit SS = Sangat sakit<br />

JAWABAN<br />

TS AS S SS


Lampiran 5.a<br />

Kusioner 30 Items of Rating Scales dengan Skala Likert<br />

untuk Pengukuran Kelelahan Secara Umum (sebelum intervensi)<br />

Berilah tanda cek (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan<br />

kondisi saudara saat ini!<br />

STT ttid kt TT tid k t AT kt<br />

JAWABAN<br />

No. PERTANYAAN<br />

STT TT AT T ST<br />

1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ?<br />

2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ?<br />

3 Apakah kaki saudara terasa berat ?<br />

4 Apakah saudara merasa sering menguap ?<br />

5 Apakah pikiran saudara terasa kacau ?<br />

6 Apakah saudara merasa mengantuk ?<br />

7 Apakah saudara merasakan ada beban pada mata ?<br />

8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam<br />

bergerak ?<br />

9 Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ?<br />

10 Apakah ada perasaan angin berbaring ?<br />

11 Apakah saudara merasa susah berpikir ?<br />

12 Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ?<br />

13 Apakah sudara merasa gugup ?<br />

14 Apakah saudara merasa tidak bisa berkonsentrasi ?<br />

15 Apakah saudara merasa tidak dapat memusatkan<br />

perhatian terhadap sesuatu ?<br />

210


Lampiran 5.b<br />

Kusioner 30 Items of Rating Scales dengan Skala Likert<br />

untuk Pengukuran Kelelahan Secara Umum (sesudah intervensi)<br />

Berilah tanda cek (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan<br />

kondisi saudara saat ini!<br />

STT ttid kt TT tid k t AT kt<br />

JAWABAN<br />

No. PERTANYAAN<br />

STT TT AT T ST<br />

1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ?<br />

2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ?<br />

3 Apakah kaki saudara terasa berat ?<br />

4 Apakah saudara merasa sering menguap ?<br />

5 Apakah pikiran saudara terasa kacau ?<br />

6 Apakah saudara merasa mengantuk ?<br />

7 Apakah saudara merasakan ada beban pada mata ?<br />

8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam<br />

bergerak ?<br />

9 Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ?<br />

10 Apakah ada perasaan angin berbaring ?<br />

11 Apakah saudara merasa susah berpikir ?<br />

12 Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ?<br />

13 Apakah sudara merasa gugup ?<br />

14 Apakah saudara merasa tidak bisa berkonsentrasi ?<br />

15 Apakah saudara merasa tidak dapat memusatkan<br />

perhatian terhadap sesuatu ?<br />

211


Lampiran 6<br />

STUDI GERAK DAN WAKTU (TIME MOTION STUDY)<br />

PROSES PENANGKAPAN IKAN DENGAN PUKAT CINCIN<br />

Prinsip Penangkapan<br />

Pukat Cincin<br />

Penawuran jaring<br />

Melingkari secara<br />

horizontal<br />

Memagari secara<br />

vertikal<br />

Mengurung dengan<br />

menutup bagian<br />

bawah jaring<br />

Menarik tali pukat<br />

cincin<br />

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi<br />

Studi Gerak dan<br />

Waktu<br />

Nelayan<br />

melempar<br />

pelampung, jaring<br />

dan tali cincin<br />

sikap kerja<br />

berdiri,<br />

membungkuk<br />

selama 30 menit<br />

10 menit<br />

10 menit<br />

10 menit<br />

Nelayan belum<br />

memakai katrol<br />

dan alas duduk<br />

waktu penarikan<br />

120 menit<br />

1.Total Waktu = 180 menit<br />

2.Gerakan/Aktivitas penangkapan<br />

sebanyak 5 tahap.<br />

Prinsip<br />

Penangkapan<br />

Pukat Cincin<br />

Penawuran<br />

jaring<br />

Menarik tali<br />

pukat cincin<br />

Studi Gerak dan<br />

Waktu<br />

Nelayan<br />

melempar<br />

pelampung,<br />

jaring dan tali<br />

cincin sikap<br />

kerja duduk<br />

menggunakan<br />

alas duduk<br />

selama 30 menit<br />

Nelayan<br />

Menggunakan<br />

Katrol dan alas<br />

duduk waktu<br />

penarikan ??<br />

1.Total Waktu =........? menit<br />

2.Gerakan/Aktivitas penangkapan<br />

menjadi 2 tahap.<br />

212


Lampiran 7<br />

213<br />

Data Karakteristik Subjek, yang terdiri dari: Berat badan (BB), Umur, Tinggi<br />

badan (TB) dan Indeks massa tubuh (IMT).<br />

No. Nama Subjek BB Umur TB IMT<br />

1 Hans Gonta 60 55 155 24.97<br />

2 Nyong Pangkey 62 52 156 25.48<br />

3 Johny Matheos 62 51 160 24.22<br />

4 Alex Heydemans 65 57 162 24.77<br />

5 Hendrik Josephus 64 57 160 25.00<br />

6 Abraham Mononimbar 66 50 163 24.84<br />

7 Arnol Piters 60 48 165 22.04<br />

8 Christian Assa 62 49 160 24.22<br />

9 Rein Sinubu 57 51 158 22.83<br />

10 Albert Johanis 65 52 160 25.39<br />

11 Joppy Anes 58 49 153 24.78<br />

12 Gaspar Tumbuan 65 45 162 24.77<br />

13 Ungke Ottay 65 50 160 25.39<br />

14 Elis Sariowan 63 49 160 24.61<br />

15 Cornelis Weydekam 61 50 161 23.53<br />

16 Maxi Kindangen 65 52 168 23.03<br />

17 Lexi Josephus 65 57 166 23.59<br />

18 Raul Sariowan 70 49 168 24.80<br />

Rerata 63.06 51.28 160.94 24.35<br />

Minimum 57.00 45.00 153.00 22.04<br />

Maximum 70.00 57.00 168.00 25.48<br />

SD 3.15 3.34 4.09 0.97


Lampiran 8<br />

214<br />

Data Iklim Mikro Lingkungan Kerja Nelayan Pukat Cincin, Terdiri Dari:<br />

Kecepatan Angin (u), Suhu Udara (T), dan Kelembanan Relatif (KR).<br />

(a) Hari I dan Hari II<br />

Periode Seb Int. Periode dgn Int.<br />

Waktu<br />

U<br />

(Hari I)<br />

T<br />

(Hari II)<br />

(m/det) ( 0 KR U T<br />

C) (%) (m/det) ( 0 KR<br />

C) (%)<br />

2009-08-03 10:00 4.9 28.2 65.0 4.0 28.3 65.5<br />

2009-08-03 10:10 5.6 28.1 70.6 5.2 28.2 70.9<br />

2009-08-03 10:20 5.7 28.1 72.6 4.4 28.0 72.8<br />

2009-08-03 10:30 5.3 28.0 73.0 5.3 28.0 73.6<br />

2009-08-03 10:40 4.9 28.0 73.0 5.1 28.2 73.2<br />

2009-08-03 10:50 4.5 28.0 73.4 4.6 28.3 73.5<br />

2009-08-03 11:00 5.5 28.1 73.9 5.4 28.2 74.5<br />

2009-08-03 11:10 5.2 28.1 75.7 5.0 28.0 76.4<br />

2009-08-03 11:20 4.5 28.1 76.9 4.2 28.4 77.6<br />

2009-08-03 11:30 5.1 28.1 78.5 5.0 28.0 78.8<br />

2009-08-03 11:40 4.8 28.1 80.0 4.7 28.6 79.3<br />

2009-08-03 11:50 5.2 28.1 80.4 5.0 28.4 80.2<br />

2009-08-03 12:00 4.4 28.0 82.0 4.3 28.0 81.1<br />

2009-08-03 12:10 4.0 28.0 83.0 4.0 28.0 82.1<br />

2009-08-03 12:20 4.7 28.0 81.0 4.4 27.9 82.2<br />

2009-08-03 12:30 4.6 28.1 80.0 4.2 28.1 82.3<br />

2009-08-03 12:40 4.8 28.1 82.0 4.2 28.2 83.2<br />

2009-08-03 12:50 4.5 28.2 81.9 3.9 28.6 82.8<br />

2009-08-03 13:00 4.6 28.3 83.0 4.0 28.5 82.8<br />

2009-08-03 13:10 4.3 28.2 82.2 4.2 28.0 83.1<br />

2009-08-03 13:20 4.7 28.2 83.9 4.4 28.0 84.0<br />

2009-08-03 13:30 5.0 28.2 84.6 4.8 28.1 84.4<br />

2009-08-03 13:40 4.1 28.1 84.6 4.2 28.0 85.0<br />

2009-08-03 13:50 4.3 28.1 85.4 4.0 28.2 85.6<br />

2009-08-03 14:00 4.3 28.1 85.5 3.9 28.2 86.4<br />

2009-08-03 14:10 4.5 28.1 85.8 4.1 28.0 86.4<br />

2009-08-03 14:20 3.8 28.0 86.3 3.7 28.1 86.5<br />

2009-08-03 14:30 4.0 27.9 86.9 3.5 28.0 87.8<br />

2009-08-03 14:40 3.5 27.8 87.9 3.0 27.7 88.1<br />

2009-08-03 14:50 3.8 27.8 87.8 3.9 28.0 88.3<br />

2009-08-03 15:00 4.2 27.8 88.2 4.0 27.9 88.7<br />

2009-08-03 15:10 4.6 27.8 88.9 4.4 27.9 89.3<br />

2009-08-03 15:20 4.3 27.8 88.8 4.0 27.9 89.2<br />

2009-08-03 15:30 4.2 27.8 89.0 4.0 27.7 89.0<br />

2009-08-03 15:40 4.2 27.9 88.6 3.8 28.0 88.5<br />

2009-08-03 15:50 3.9 27.9 88.4 4.0 28.0 88.1


2009-08-03 16:00 3.7 28.0 87.9 4.2 28.1 88.5<br />

2009-08-03 16:10 4.0 28.0 89.0 4.1 28.0 89.1<br />

2009-08-03 16:20 2.9 27.9 89.2 3.0 28.0 89.8<br />

2009-08-03 16:30 1.9 27.9 90.0 2.0 27.9 90.2<br />

2009-08-03 16:40 1.9 27.9 90.3 2.2 27.8 90.4<br />

2009-08-03 16:50 2.4 28.1 90.2 2.5 28.2 90.3<br />

2009-08-03 17:00 1.7 27.9 90.1 2.0 28.0 90.2<br />

2009-08-03 17:10 1.2 27.3 90.0 1.5 27.6 90.1<br />

2009-08-03 17:20 1.3 27.0 89.0 1.0 26.5 90.1<br />

2009-08-03 17:30 1.3 27.5 90.0 1.1 28.0 90.0<br />

2009-08-03 17:40 1.3 27.5 88.0 1.1 28.0 89.4<br />

2009-08-03 17:50 1.5 27.0 88.2 1.2 28.0 89.2<br />

2009-08-03 18:00 1.5 27.4 88.8 1.4 28.1 89.2<br />

2009-08-03 18:10 2.2 27.7 87.9 2.3 28.5 89.6<br />

2009-08-03 18:20 1.5 27.9 89.0 1.6 26.8 90.2<br />

2009-08-03 18:30 1.6 27.8 87.0 1.8 28.6 90.4<br />

2009-08-03 18:40 2.1 27.9 89.0 2.4 28.0 90.5<br />

2009-08-03 18:50 2.0 28.0 90.4 2.5 29.0 90.7<br />

2009-08-03 19:00 2.6 28.0 90.0 2.7 29.6 90.4<br />

2009-08-03 19:10 2.8 28.1 90.0 3.0 29.0 90.6<br />

2009-08-03 19:20 3.5 28.1 90.2 3.6 29.0 90.7<br />

2009-08-03 19:30 3.5 28.2 90.0 3.7 29.4 90.3<br />

2009-08-03 19:40 3.2 28.1 90.4 3.0 28.9 90.5<br />

2009-08-03 19:50 2.8 28.0 90.2 2.5 30.0 90.9<br />

2009-08-03 20:00 3.3 28.1 90.5 3.0 28.5 91.6<br />

2009-08-03 20:10 4.2 28.0 90.7 4.0 28.6 91.7<br />

2009-08-03 20:20 3.4 28.0 90.6 3.2 28.5 91.1<br />

2009-08-03 20:30 3.8 28.0 90.4 3.1 28.6 90.7<br />

2009-08-03 20:40 4.8 28.0 90.6 4.5 28.4 90.8<br />

2009-08-03 20:50 6.2 28.0 90.0 6.0 27.9 91.3<br />

2009-08-03 21:00 5.7 27.9 90.5 5.0 26.0 90.9<br />

2009-08-03 21:10 6.3 27.9 90.0 6.0 24.0 90.5<br />

2009-08-03 21:20 5.6 27.9 90.1 5.2 23.0 90.4<br />

2009-08-03 21:30 4.9 27.8 90.2 5.0 26.0 89.8<br />

2009-08-03 21:40 5.4 27.7 89.0 5.1 22.2 88.6<br />

2009-08-03 21:50 4.9 27.7 88.0 4.7 22.5 87.1<br />

2009-08-03 22:00 4.0 27.7 84.0 3.9 23.5 83.1<br />

2009-08-03 22:10 4.8 27.7 77.0 4.2 25.0 76.3<br />

2009-08-03 22:20 4.8 27.7 74.0 4.1 26.1 72.1<br />

2009-08-03 22:30 4.5 27.8 68.0 4.4 27.2 66.2<br />

2009-08-03 22:40 4.8 28.2 58.2 4.2 27.5 63.8<br />

2009-08-03 22:50 4.2 28.5 57.7 4.0 28.3 62.0<br />

2009-08-03 23:00 4.3 28.7 57.8 4.1 28.4 61.7<br />

2009-08-03 23:10 3.8 28.9 57.6 3.6 28.4 60.3<br />

2009-08-03 23:20 3.7 29.1 56.8 3.4 28.5 60.0<br />

215


(b) Hari III dan Hari IV<br />

Periode Seb Int. Periode dgn Int.<br />

Waktu<br />

U<br />

(Hari III)<br />

T<br />

(Hari IV)<br />

(m/det) ( 0 KR T<br />

C) (%) ( 0 U KR<br />

C) (m/det) (%)<br />

2009-09-28 10:00 1.8 29.4 57.0 1.6 29.8 45.9<br />

2009-09-28 10:10 1.7 29.4 58.4 1.5 29.4 47.6<br />

2009-09-28 10:20 2.1 29.3 57.1 2.0 28.9 49.8<br />

2009-09-28 10:30 1.4 29.3 57.3 1.2 28.8 51.5<br />

2009-09-28 10:40 1.6 29.1 56.9 0.7 28.7 52.1<br />

2009-09-28 10:50 1.6 28.9 57.1 0.9 28.2 54.1<br />

2009-09-28 11:00 1.5 29.0 57.2 0.5 28.8 54.5<br />

2009-09-28 11:10 1.6 28.9 57.7 0.0 28.8 55.4<br />

2009-09-28 11:20 1.2 28.8 57.9 0.1 28.3 57.2<br />

2009-09-28 11:30 1.3 28.8 58.5 0.2 28.2 59.0<br />

2009-09-28 11:40 1.4 28.6 59.4 0.2 28.6 59.2<br />

2009-09-28 11:50 1.1 28.5 59.8 0.0 29.0 60.9<br />

2009-09-28 12:00 0.7 28.3 60.8 0.0 28.5 61.1<br />

2009-09-28 12:10 0.8 28.3 61.1 0.0 28.6 61.4<br />

2009-09-28 12:20 0.8 28.2 61.0 0.1 28.0 63.4<br />

2009-09-28 12:30 0.4 28.1 60.9 0.5 27.9 64.5<br />

2009-09-28 12:40 1.4 28.0 61.6 0.7 27.8 65.4<br />

2009-09-28 12:50 0.7 27.8 63.0 0.4 27.2 65.7<br />

2009-09-28 13:00 0.7 27.5 64.1 0.0 27.0 65.9<br />

2009-09-28 13:10 0.5 27.5 64.0 0.4 27.0 66.9<br />

2009-09-28 13:20 0.8 27.2 67.2 0.3 26.0 67.9<br />

2009-09-28 13:30 0.2 27.1 66.3 0.0 26.5 68.3<br />

2009-09-28 13:40 0.0 27.1 66.8 0.1 26.9 68.6<br />

2009-09-28 13:50 0.0 26.8 68.6 0.1 26.5 70.2<br />

2009-09-28 14:00 0.0 26.7 69.2 0.2 26.0 70.3<br />

2009-09-28 14:10 0.6 26.6 70.4 0.2 26.2 70.8<br />

2009-09-28 14:20 0.0 26.4 71.4 0.4 26.1 71.7<br />

2009-09-28 14:30 0.0 26.3 72.3 0.2 25.9 72.5<br />

2009-09-28 14:40 0.0 26.1 73.5 0.3 25.8 73.2<br />

2009-09-28 14:50 0.0 25.8 75.4 0.2 26.0 73.9<br />

2009-09-28 15:00 0.0 25.5 76.6 0.0 26.1 74.1<br />

2009-09-28 15:10 0.0 25.5 77.0 0.0 25.6 74.3<br />

2009-09-28 15:20 0.0 25.3 78.5 0.2 25.8 75.5<br />

2009-09-28 15:30 0.0 25.3 78.7 0.5 24.5 76.5<br />

2009-09-28 15:40 0.0 25.3 78.2 0.4 24.9 77.7<br />

2009-09-28 15:50 0.0 25.4 78.0 0.4 24.0 79.2<br />

2009-09-28 16:00 0.0 25.3 78.7 0.1 25.0 80.5<br />

2009-09-28 16:10 0.0 25.1 79.9 0.0 24.9 80.4<br />

216


2009-09-28 16:20 0.0 25.1 80.1 0.1 25.3 81.3<br />

2009-09-28 16:30 0.0 25.1 80.8 0.5 25.0 80.5<br />

2009-09-28 16:40 0.0 25.1 80.7 0.8 25.2 80.5<br />

2009-09-28 16:50 0.0 25.0 81.0 0.3 25.5 80.8<br />

2009-09-28 17:00 0.0 24.9 81.5 0.6 25.0 80.0<br />

2009-09-28 17:10 0.0 24.6 82.6 0.5 25.0 80.4<br />

2009-09-28 17:20 0.0 24.5 83.0 0.6 25.2 80.8<br />

2009-09-28 17:30 0.0 24.3 84.1 0.6 25.0 80.6<br />

2009-09-28 17:40 0.0 24.2 84.3 0.3 24.9 80.6<br />

2009-09-28 17:50 0.1 24.1 85.1 0.3 24.6 81.1<br />

2009-09-28 18:00 0.1 24.0 84.9 0.6 24.4 81.9<br />

2009-09-28 18:10 0.1 23.9 85.5 0.2 24.0 83.7<br />

2009-09-28 18:20 0.0 23.8 85.6 0.0 24.2 84.0<br />

2009-09-28 18:30 0.0 23.7 85.8 0.0 24.0 83.6<br />

2009-09-28 18:40 0.0 23.5 86.5 0.0 24.2 83.8<br />

2009-09-28 18:50 0.0 23.3 87.6 0.1 22.2 83.8<br />

2009-09-28 19:00 0.0 23.3 87.4 0.0 24.0 84.7<br />

2009-09-28 19:10 0.0 23.4 86.8 0.0 23.8 84.6<br />

2009-09-28 19:20 0.0 23.3 86.9 0.0 23.0 85.0<br />

2009-09-28 19:30 0.0 23.3 86.8 0.0 21.9 85.2<br />

2009-09-28 19:40 0.1 23.1 87.1 0.0 21.8 85.7<br />

2009-09-28 19:50 0.3 23.0 85.8 0.0 21.6 86.8<br />

2009-09-28 20:00 0.0 22.9 85.8 0.0 21.6 87.1<br />

2009-09-28 20:10 0.0 22.7 86.8 0.0 21.5 87.3<br />

2009-09-28 20:20 0.1 22.5 86.3 0.0 21.6 87.8<br />

2009-09-28 20:30 0.0 22.4 86.3 0.0 21.6 87.5<br />

2009-09-28 20:40 0.0 22.4 85.9 0.0 21.5 87.8<br />

2009-09-28 20:50 0.3 22.3 85.8 0.0 21.5 87.9<br />

2009-09-28 21:00 0.0 22.1 86.5 0.0 21.3 87.9<br />

2009-09-28 21:10 0.0 21.9 87.2 0.0 21.3 88.5<br />

2009-09-28 21:20 0.0 21.8 87.4 0.0 21.3 88.4<br />

2009-09-28 21:30 0.0 22.3 86.4 0.0 21.4 88.4<br />

2009-09-28 21:40 0.0 21.9 86.6 0.0 21.6 87.6<br />

2009-09-28 21:50 0.0 22.7 83.2 0.0 21.6 87.5<br />

2009-09-28 22:00 0.0 23.4 80.5 0.3 22.0 86.7<br />

2009-09-28 22:10 0.0 25.8 70.5 0.1 22.7 83.9<br />

2009-09-28 22:20 0.0 21.9 87.1 0.1 23.6 80.2<br />

2009-09-28 22:30 1.1 27.3 63.8 0.2 24.6 76.6<br />

2009-09-28 22:40 1.8 27.8 63.1 0.2 24.9 75.9<br />

2009-09-07 23:50 2.0 27.4 66.9 0.3 25.4 73.9<br />

217


(c) Hari V dan Hari VI<br />

Periode Seb Int. Periode dgn Int.<br />

Waktu<br />

U<br />

(Hari V)<br />

T<br />

(Hari VI)<br />

(m/det) ( 0 KR U T<br />

C) (%) (m/det) ( 0 KR<br />

C) (%)<br />

2009-09-28 10:00 3.5 29.3 89.0 4.1 25.0 90.5<br />

2009-09-28 10:10 2.0 29.2 88.9 1.5 24.8 90.9<br />

2009-09-28 10:20 2.6 29.2 88.0 2.5 24.6 91.6<br />

2009-09-28 10:30 2.1 29.2 90.0 2.3 24.7 92.2<br />

2009-09-28 10:40 1.5 29.3 89.0 1.9 24.8 92.8<br />

2009-09-28 10:50 2.2 29.3 90.0 1.6 24.8 92.4<br />

2009-09-28 11:00 2.6 29.4 89.9 2.2 24.8 91.8<br />

2009-09-28 11:10 1.7 29.5 90.0 1.2 25.0 91.8<br />

2009-09-28 11:20 1.5 29.3 89.9 1.2 25.1 91.6<br />

2009-09-28 11:30 0.8 29.2 88.9 0.6 25.1 91.9<br />

2009-09-28 11:40 0.1 28.7 90.0 0.1 25.0 92.8<br />

2009-09-28 11:50 0.6 28.2 91.0 0.4 24.9 94.5<br />

2009-09-28 12:00 0.6 27.8 90.8 0.5 24.7 91.9<br />

2009-09-28 12:10 0.1 27.5 88.0 0.1 24.7 88.7<br />

2009-09-28 12:20 0.4 27.2 87.9 0.4 24.8 89.0<br />

2009-09-28 12:30 0.1 27.1 86.0 0.2 25.0 86.8<br />

2009-09-28 12:40 0.3 26.9 86.2 0.2 25.1 86.7<br />

2009-09-28 12:50 0.1 26.5 86.1 0.2 25.0 86.8<br />

2009-09-28 13:00 0.4 26.1 85.0 0.5 25.0 86.0<br />

2009-09-28 13:10 0.1 25.9 85.6 0.1 24.9 85.9<br />

2009-09-28 13:20 0.1 25.8 85.8 0.3 25.0 86.6<br />

2009-09-28 13:30 0.1 25.6 87.9 0.2 24.9 88.1<br />

2009-09-28 13:40 0.1 25.4 88.3 0.2 24.7 88.9<br />

2009-09-28 13:50 0.2 25.3 88.1 0.3 24.7 88.6<br />

2009-09-28 14:00 0.1 25.2 85.9 0.2 24.7 86.1<br />

2009-09-28 14:10 0.2 25.1 84.0 0.1 24.8 85.8<br />

2009-09-28 14:20 0.2 25.1 86.0 0.2 24.6 87.6<br />

2009-09-28 14:30 0.8 25.0 87.0 0.6 24.4 88.2<br />

2009-09-28 14:40 0.5 24.7 87.2 0.6 24.4 87.6<br />

2009-09-28 14:50 0.8 24.6 87.1 0.7 24.3 87.5<br />

2009-09-28 15:00 0.2 24.3 86.8 0.1 24.4 87.1<br />

2009-09-28 15:10 0.4 24.1 86.2 0.5 24.4 86.7<br />

2009-09-28 15:20 0.1 23.7 88.8 0.2 24.1 89.1<br />

2009-09-28 15:30 0.2 23.7 88.9 0.1 24.0 89.7<br />

2009-09-28 15:40 0.1 23.7 89.8 0.4 23.9 90.1<br />

2009-09-28 15:50 0.2 23.7 90.0 0.3 23.8 90.7<br />

2009-09-28 16:00 0.2 23.5 90.4 0.4 23.8 91.0<br />

2009-09-28 16:10 0.1 23.5 90.1 0.3 23.8 90.6<br />

2009-09-28 16:20 0.1 23.4 89.8 0.1 23.8 90.2<br />

2009-09-28 16:30 0.2 23.3 89.9 0.1 23.7 90.8<br />

2009-09-28 16:40 0.1 23.3 90.9 0.1 23.7 91.6<br />

2009-09-28 16:50 0.1 23.4 90.8 0.1 23.6 92.0<br />

2009-09-28 17:00 0.1 23.3 91.7 0.3 23.6 92.5<br />

218


2009-09-28 17:10 0.5 23.2 91.0 0.4 23.6 92.3<br />

2009-09-28 17:20 0.2 23.2 89.8 0.3 23.7 90.9<br />

2009-09-28 17:30 0.2 23.2 89.2 0.1 23.9 89.6<br />

2009-09-28 17:40 0.2 23.1 90.1 0.1 23.7 90.5<br />

2009-09-28 17:50 0.1 23.1 90.0 0.2 23.6 91.3<br />

2009-09-28 18:00 0.1 22.7 90.1 0.1 23.5 91.3<br />

2009-09-28 18:10 0.2 22.6 91.0 0.1 23.3 92.0<br />

2009-09-28 18:20 0.3 22.5 91.9 0.2 23.2 92.6<br />

2009-09-28 18:30 0.3 22.5 92.0 0.5 23.1 93.3<br />

2009-09-28 18:40 0.9 22.5 93.0 0.2 23.1 94.0<br />

2009-09-28 18:50 0.5 22.7 94.5 0.7 23.1 94.4<br />

2009-09-28 19:00 0.3 22.6 94.2 0.2 23.1 94.1<br />

2009-09-28 19:10 0.4 22.5 93.4 0.5 23.1 92.9<br />

2009-09-28 19:20 0.1 22.4 94.0 0.2 23.1 92.4<br />

2009-09-28 19:30 0.0 22.3 93.1 0.3 23.1 92.5<br />

2009-09-28 19:40 0.3 22.2 92.0 0.2 23.1 93.0<br />

2009-09-28 19:50 0.9 22.4 94.0 0.6 23.1 93.3<br />

2009-09-28 20:00 1.0 22.5 90.2 0.8 23.1 93.3<br />

2009-09-28 20:10 0.9 22.6 92.5 0.7 23.1 93.5<br />

2009-09-28 20:20 0.5 22.4 95.0 0.4 23.1 94.5<br />

2009-09-28 20:30 0.1 22.1 95.5 0.2 23.1 95.0<br />

2009-09-28 20:40 0.1 21.8 95.0 0.2 23.2 94.8<br />

2009-09-28 20:50 0.0 21.8 94.0 0.2 23.4 93.1<br />

2009-09-28 21:00 0.0 21.7 90.0 0.1 23.7 91.1<br />

2009-09-28 21:10 0.8 21.5 92.0 0.7 23.6 91.8<br />

2009-09-28 21:20 0.1 21.5 94.0 0.2 23.7 92.1<br />

2009-09-28 21:30 0.1 21.6 93.0 0.3 24.1 91.0<br />

2009-09-28 21:40 0.1 21.5 88.0 0.2 24.8 87.3<br />

2009-09-28 21:50 0.0 21.7 79.0 0.1 25.9 79.8<br />

2009-09-28 22:00 0.0 22.0 83.0 0.1 25.4 83.1<br />

2009-09-28 22:10 0.0 22.1 76.3 0.2 26.9 75.8<br />

2009-09-28 22:20 0.3 23.5 72.0 0.2 28.3 70.2<br />

2009-09-28 22:30 0.0 24.0 71.0 0.1 28.3 70.8<br />

2009-09-28 22:40 0.1 24.8 74.0 0.2 26.5 78.3<br />

219


(d) Hari VII dan Hari VIII<br />

Periode Seb Int. Periode dgn Int.<br />

Waktu<br />

(Hari VII)<br />

U T<br />

(Hari VIII)<br />

(m/det) ( 0 KR U T<br />

C) (%) (m/det) ( 0 KR<br />

C) (%)<br />

2009-10-19 10:20 0.2 26.6 76.0 0.2 26.8 80.0<br />

2009-10-19 10:30 0.2 26.4 77.8 0.1 26.2 80.1<br />

2009-10-19 10:40 0.7 26.2 78.3 0.5 25.9 80.2<br />

2009-10-19 10:50 0.2 26.2 78.8 0.3 26.0 80.0<br />

2009-10-19 11:00 0.0 25.9 80.3 0.2 25.7 80.9<br />

2009-10-19 11:10 0.2 25.8 81.0 0.4 25.6 82.0<br />

2009-10-19 11:20 0.2 25.6 82.3 0.3 25.2 82.8<br />

2009-10-19 11:30 0.5 25.4 83.3 0.7 24.7 83.6<br />

2009-10-19 11:40 0.1 25.3 84.0 0.2 24.5 84.5<br />

2009-10-19 11:50 0.0 25.3 84.1 s0.1 24.4 84.8<br />

2009-10-19 12:00 0.1 25.3 84.1 0.1 24.5 85.0<br />

2009-10-19 12:10 0.0 25.3 84.5 0.0 24.4 85.2<br />

2009-10-19 12:20 0.0 25.1 85.1 0.0 24.4 85.6<br />

2009-10-19 12:30 0.1 25.2 84.3 0.0 25.0 85.0<br />

2009-10-19 12:40 0.3 25.4 83.2 0.0 25.1 84.0<br />

2009-10-19 12:50 0.1 25.4 83.0 0.1 25.3 83.5<br />

2009-10-19 13:00 0.0 25.5 81.5 0.0 25.2 82.0<br />

2009-10-19 13:10 0.5 25.5 81.9 0.6 25.4 82.2<br />

2009-10-19 13:20 0.4 25.4 82.2 0.5 25.3 82.8<br />

2009-10-19 13:30 0.5 25.3 82.9 0.4 25.1 83.0<br />

2009-10-19 13:40 0.1 25.2 82.8 0.0 25.1 83.2<br />

2009-10-19 13:50 0.0 25.2 83.2 0.2 25.0 83.6<br />

2009-10-19 14:00 0.6 25.0 84.2 0.7 24.9 84.8<br />

2009-10-19 14:10 0.5 24.8 84.8 0.5 24.6 85.2<br />

2009-10-19 14:20 0.0 24.8 84.0 0.1 24.6 85.0<br />

2009-10-19 14:30 0.1 24.7 84.4 0.2 24.3 85.3<br />

2009-10-19 14:40 0.2 24.7 84.3 0.6 24.5 85.1<br />

2009-10-19 14:50 0.2 24.7 84.1 0.1 24.3 85.5<br />

2009-10-19 15:00 0.2 24.6 85.0 0.4 24.4 85.4<br />

2009-10-19 15:10 0.6 24.5 85.8 0.5 24.5 86.0<br />

2009-10-19 15:20 0.7 24.4 85.8 0.5 24.5 86.2<br />

2009-10-19 15:30 0.2 24.3 86.1 0.4 24.5 86.5<br />

2009-10-19 15:40 0.0 24.1 87.2 0.1 24.5 87.8<br />

2009-10-19 15:50 0.3 24.0 87.2 0.4 24.1 87.9<br />

2009-10-19 16:00 0.2 23.9 87.3 0.3 24.0 87.9<br />

220


2009-10-19 16:10 0.1 23.8 87.6 0.2 24.1 88.0<br />

2009-10-19 16:20 0.1 23.7 88.0 0.2 23.9 88.2<br />

2009-10-19 16:30 0.2 23.6 88.4 0.0 23.7 88.6<br />

2009-10-19 16:40 0.0 23.7 87.8 0.1 23.9 88.0<br />

2009-10-19 16:50 0.4 23.7 87.6 0.3 23.9 88.2<br />

2009-10-19 17:00 0.6 23.8 86.7 0.5 23.9 88.4<br />

2009-10-19 17:10 0.4 23.8 86.6 0.2 23.9 87.2<br />

2009-10-19 17:20 0.0 23.6 87.9 0.1 23.7 88.3<br />

2009-10-19 17:30 0.5 23.5 88.5 0.6 23.5 88.9<br />

2009-10-19 17:40 0.7 23.4 89.0 0.6 23.6 90.0<br />

2009-10-19 17:50 0.0 23.3 89.0 0.2 23.6 90.1<br />

2009-10-19 18:00 0.0 23.1 89.4 0.1 23.3 90.0<br />

2009-10-19 18:10 0.0 23.0 89.7 0.0 23.2 90.2<br />

2009-10-19 18:20 0.0 22.9 90.2 0.2 23.0 90.0<br />

2009-10-19 18:30 0.5 22.9 90.1 0.6 23.1 90.6<br />

2009-10-19 18:40 0.3 22.9 90.0 0.4 22.8 90.2<br />

2009-10-19 18:50 0.7 22.9 89.9 0.6 23.1 90.4<br />

2009-10-19 19:00 0.0 22.9 89.2 0.2 23.1 90.6<br />

2009-10-19 19:10 0.0 22.9 89.4 0.0 23.4 90.4<br />

2009-10-19 19:20 0.3 22.9 89.5 0.4 23.2 90.0<br />

2009-10-19 19:30 0.5 23.0 89.0 0.6 23.2 90.0<br />

2009-10-19 19:40 0.4 22.9 89.2 0.3 23.1 90.2<br />

2009-10-19 19:50 0.2 22.8 89.7 0.2 22.9 90.6<br />

2009-10-19 20:00 0.2 22.8 89.7 0.2 23.0 90.5<br />

2009-10-19 20:10 0.4 22.8 89.4 0.5 23.1 90.4<br />

2009-10-19 20:20 0.3 22.7 89.9 0.2 22.9 90.2<br />

2009-10-19 20:30 0.6 22.5 90.6 0.5 22.8 90.9<br />

2009-10-19 20:40 0.0 22.3 91.5 0.0 22.6 91.8<br />

2009-10-19 20:50 0.0 22.2 92.0 0.1 22.5 92.6<br />

2009-10-19 21:00 0.2 22.1 92.4 0.3 22.4 93.0<br />

2009-10-19 21:10 0.2 22.1 92.3 0.2 22.3 93.1<br />

2009-10-19 21:20 0.0 22.2 92.2 0.4 22.5 92.8<br />

2009-10-19 21:30 0.1 22.3 91.8 0.2 22.5 92.0<br />

2009-10-19 21:40 0.0 22.4 91.3 0.0 22.6 92.1<br />

2009-10-19 21:50 0.0 22.5 90.8 0.0 22.7 90.2<br />

2009-10-19 22:00 0.0 22.8 90.2 0.1 22.9 90.7<br />

2009-10-19 22:10 0.4 23.4 87.5 0.2 23.5 89.8<br />

2009-10-19 22:20 0.8 24.4 82.7 0.7 24.7 83.0<br />

2009-10-19 22:30 0.2 24.9 80.2 0.3 25.0 81.1<br />

221


Lampiran 9<br />

2009-10-19 22:40 0.5 25.3 78.9 0.4 25.2 80.7<br />

2009-10-19 22:50 1.3 25.6 77.7 1.5 25.9 80.9<br />

2009-10-19 23:00 0.9 26.5 74.3 1.0 27.4 80.6<br />

2009-10-19 23:10 0.5 27.1 72.0 0.6 27.5 79.9<br />

2009-10-19 23:20 0.3 27.9 68.3 0.4 27.7 78.4<br />

2009-10-19 23:30 0.3 28.2 67.6 0.3 27.8 77.1<br />

2009-10-19 23:40 1.0 28.2 69.0 0.9 28.0 77.2<br />

2009-10-19 23:50 1.0 28.4 68.8 1.2 28.0 77.3<br />

Hasil Uji Normalitas Data Iklim Mikro.<br />

(a) Hari I dan II<br />

Tests of Normality<br />

222<br />

Klp Statistic df Sig. Statistic<br />

Shapiro-Wilk<br />

df Sig.<br />

u 1.00 .134 81 .001 .932 81 .000<br />

2.00 .176 81 .000 .942 81 .001<br />

T 1.00 .191 81 .000 .875 81 .000<br />

2.00 .332 81 .000 .674 81 .000<br />

KR 1.00 .218 81 .000 .760 81 .000<br />

2.00 .215 81 .000 .787 81 .000<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

(b) Hari III dan IV<br />

u<br />

T<br />

KR<br />

Klp<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Tests of Normality<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Shapiro-Wilk<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

.329 78 .000 .691 78 .000<br />

.240 78 .000 .715 78 .000<br />

.088 78 .200* .942 78 .002<br />

.103 78 .039 .943 78 .002<br />

.148 78 .000 .861 78 .000<br />

.171 78 .000 .905 78 .000<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

a.<br />

Lilliefors Significance Correction


(c) Hari V dan VI<br />

u<br />

T<br />

KR<br />

Klp<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

Tests of Normality<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Shapiro-Wilk<br />

223<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

.259 77 .000 .665 77 .000<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

(d) Hari VII dan VIII<br />

u<br />

T<br />

KR<br />

Klp<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

1.00<br />

2.00<br />

.277 77 .000 .591 77 .000<br />

.187 77 .000 .873 77 .000<br />

.150 77 .000 .852 77 .000<br />

.163 77 .000 .824 77 .000<br />

.172 77 .000 .773 77 .000<br />

Tests of Normality<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Shapiro-Wilk<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

.190 82 .000 .873 82 .000<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 10<br />

.169 82 .000 .875 82 .000<br />

.105 82 .027 .945 82 .001<br />

.093 82 .078 .930 82 .000<br />

.116 82 .009 .886 82 .000<br />

.138 82 .001 .951 82 .003<br />

Uji Beda non parametric dengan Mann-Whitney data iklim mikro<br />

(a) Hari I dan II.<br />

Test Statistics a<br />

u T KR<br />

Mann-Whitney U 2879.500 2720.500 2938.000<br />

Wilcoxon W<br />

6200.500 6041.500 6259.000<br />

Z<br />

-1.344 -1.894 -1.148<br />

Asymp. Sig. (2-tailed) .179 .058 .251<br />

a.<br />

Grouping Variable: Klp


(b) Hari III dan IV.<br />

Mann-Whitney U<br />

Wilcoxon W<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

a. Grouping Variable: Klp<br />

(c) Hari V dan VI.<br />

Test Statistics a<br />

u T KR<br />

2831.000 2760.500 3014.500<br />

5912.000 5841.500 6095.500<br />

-.794 -.998 -.097<br />

.427 .318 .922<br />

Test Statistics a<br />

u T KR<br />

Mann-Whitney U 2591.500 2625.000 2459.500<br />

Wilcoxon W<br />

5594.500 5628.000 5462.500<br />

Z<br />

-1.371 -1.228 -1.825<br />

Asymp. Sig. (2-tailed) .170 .219 .068<br />

a. Grouping Variable: Klp<br />

(d) Hari VII dan VIII.<br />

Mann-Whitney U<br />

Wilcoxon W<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

a.<br />

Grouping Variable: Klp<br />

Test Statistics a<br />

u T KR<br />

3006.500 3341.500 2981.000<br />

6409.500 6744.500 6384.000<br />

-1.182 -.067 -1.253<br />

.237 .946 .210<br />

224


Lampiran 11<br />

Data Hasil Pengamatan Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Kerja Nelayan Pukat Cincin di Perairan Amurang Kecamatan<br />

Minahasa Selatan.<br />

(a) Periode Tanpa Intervensi<br />

Nama<br />

Sebelum Kerja: Sedang Kerja: Setelah Kerja:<br />

Periode Periode Periode<br />

I II III IV I II III IV I II III IV<br />

Hans Gonta 76 74 74 75 149 148 140 149 119 144 145 146<br />

Nyong Pangkey 77 75 73 77 152 157 151 158 128 140 143 140<br />

Johny Matheos 75 75 75 78 152 157 153 156 127 144 144 139<br />

Alex Heydemans 75 74 72 76 151 140 126 156 129 135 131 140<br />

Hendrik Josephus 74 75 74 75 152 156 154 157 128 137 146 144<br />

Abraham Mononimbar 72 74 75 76 153 157 153 158 129 140 142 135<br />

Arnol Piters 72 73 72 76 155 151 157 153 128 144 142 137<br />

Christian Assa 73 75 70 77 154 158 155 155 128 140 140 139<br />

Rein Sinobo 74 76 71 78 156 122 131 100 128 126 135 98<br />

Albert Johanis 73 76 75 76 144 157 156 158 123 140 144 143<br />

Joppy Anes 72 75 72 75 158 155 153 157 136 135 144 135<br />

Gaspar Tumbuan 75 76 73 75 155 155 155 153 137 144 146 140<br />

Ungke Ottay 75 76 75 77 135 126 144 154 138 135 148 135<br />

Elis Sariowan 77 76 76 78 158 158 157 113 135 144 149 111<br />

Cornelis Weydekam 75 76 74 75 155 158 158 153 136 143 148 144<br />

Maxi Kindangen 76 78 76 75 135 157 158 155 122 144 147 144<br />

Lexi Josephus 77 77 75 78 157 158 157 113 136 142 146 108<br />

Raul Sariowan 78 78 74 78 157 126 122 101 136 142 128 144<br />

225


(b) Periode dengan Intervensi<br />

Nama<br />

Sebelum Kerja: Sedang Kerja: Setelah Kerja:<br />

Periode Periode Periode<br />

I II III IV I II III IV I II III IV<br />

Hans Gonta 75 72 68 73 101 105 92 104 102 105 104 94<br />

Nyong Pangkey 72 71 66 74 107 109 106 107 102 104 102 85<br />

Johny Matheos 68 72 65 72 107 108 106 106 104 102 102 98<br />

Alex Heydemans 69 73 60 70 107 106 101 106 102 106 103 98<br />

Hendrik Josephus 72 75 62 73 106 98 106 106 99 99 103 99<br />

Abraham Mononimbar 71 74 64 72 106 108 97 109 99 104 104 98<br />

Arnol Piters 70 75 65 75 107 106 97 107 100 104 105 94<br />

Christian Assa 73 75 66 74 108 107 101 109 99 102 102 98<br />

Rein Sinobo 70 70 68 75 108 107 106 114 98 103 103 106<br />

Albert Johanis 70 74 70 70 96 108 98 110 95 102 101 94<br />

Joppy Anes 72 74 71 72 109 108 110 108 99 102 102 85<br />

Gaspar Tumbuan 71 73 71 71 106 98 114 106 98 99 102 85<br />

Ungke Ottay 70 75 73 70 107 109 99 106 99 106 102 98<br />

Elis Sariowan 70 71 72 75 95 108 112 114 98 102 105 105<br />

Cornelis Weydekam 70 72 70 72 107 108 110 109 97 106 102 85<br />

Maxi Kindangen 70 72 69 75 108 107 106 108 95 105 105 85<br />

Lexi Josephus 71 74 69 74 106 99 106 107 96 104 106 94<br />

Raul Sariowan 72 73 71 75 107 109 92 101 94 105 102 94<br />

226


Lampiran 12<br />

Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi Istirahat pada Periode Tanpa Intervensi<br />

dan Periode dengan Intervensi.<br />

Tests of Normality<br />

Statistic df Sig. Statistic<br />

Shapiro-Wilk<br />

df Sig.<br />

I_TI ,159 18 ,200* ,937 18 ,260<br />

II_TI ,188 18 ,093 ,936 18 ,248<br />

III_TI ,188 18 ,092 ,929 18 ,187<br />

IV_TI ,201 18 ,052 ,828 18 ,004<br />

I_DI ,210 18 ,035 ,920 18 ,127<br />

II_DI ,173 18 ,162 ,923 18 ,144<br />

III_DI ,136 18 ,200* ,952 18 ,452<br />

IV_DI ,171 18 ,174 ,882 18 ,028<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 13<br />

Hasil Uji Beda Rerata Denyut Nadi Istirahat Periode Tanpa Intervensi dan Periode<br />

Dengan Intervensi.<br />

(a) Uji-t<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

227<br />

Pair 1 Pair 2 Pair 3<br />

I_TI - I_DI II_TI - II_DI III_TI - III_DI<br />

3,889 2,444 5,889<br />

2,374 2,281 3,462<br />

,559 ,538 ,816<br />

2,709 1,310 4,167<br />

5,069 3,579 7,611<br />

6,951 4,547 7,216<br />

17 17 17<br />

,000 ,000 ,000


(b) Uji-Wilcoxon<br />

Z<br />

Test Statistics b<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

IV_DI - IV_TI<br />

a. Based on positive ranks.<br />

-3,655 a<br />

,000<br />

b.<br />

Wilcoxon Signed Ranks Test<br />

228


Lampiran 14<br />

Data Selisih Denyut Nadi Kerja dan Denyut Nadi Istirahat Untuk 4 Empat Kali Ulangan pada Periode Tanpa Intervensi dan Periode<br />

Dengan Intervensi.<br />

(a) Selisih Periode Tanpa Intervensi<br />

Periode Tanpa Intervensi:<br />

No. Nama<br />

I II III IV<br />

DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI<br />

1 Hans Gonta 72 43 73 70 65 71 74 71<br />

2 Nyong Pangkey 75 50 81 64 79 71 80 62<br />

3 Johny Matheos 77 51 82 69 78 69 78 61<br />

4 Alex Heydemans 76 54 65 61 54 58 80 63<br />

5 Hendrik Josephus 78 53 81 62 80 72 81 69<br />

6 Abraham Mononimbar 81 57 83 65 78 67 81 59<br />

7 Arnol Piters 82 56 78 71 84 70 77 60<br />

8 Christian Assa 81 55 82 64 85 69 78 61<br />

9 Rein Sinobo 81 53 45 50 59 64 22 20<br />

10 Albert Johanis 71 50 80 63 81 69 81 67<br />

11 Joppy Anes 85 64 80 60 81 72 81 60<br />

12 Gaspar Tumbuan 80 62 78 68 82 73 78 64<br />

13 Ungke Ottay 60 63 50 59 69 72 77 58<br />

14 Elis Sariowan 80 58 81 68 80 72 34 33<br />

15 Cornelis Weydekam 80 61 81 67 83 73 78 69<br />

16 Maxi Kindangen 59 45 78 66 81 70 80 69<br />

17 Lexi Josephus 80 59 80 65 81 71 34 30<br />

18 Raul Sariowan 78 58 48 64 47 54 23 66<br />

229


(b) Selisih Periode dengan Intervensi<br />

Periode Dengan Intervensi:<br />

No. Nama<br />

I II III IV<br />

DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI DNSdK‐DNI DNK‐DNI<br />

1 Hans Gonta 26 27 32 32 24 35 31 20<br />

2 Nyong Pangkey 34 30 37 32 39 36 33 11<br />

3 Johny Matheos 38 35 36 30 41 37 34 26<br />

4 Alex Heydemans 38 33 33 33 41 43 35 28<br />

5 Hendrik Josephus 34 27 22 24 43 41 33 26<br />

6 Abraham Mononimbar 35 27 33 29 33 39 37 25<br />

7 Arnol Piters 37 30 31 29 31 40 32 18<br />

8 Christian Assa 36 26 32 27 35 36 35 24<br />

9 Rein Sinobo 37 27 37 33 37 34 39 31<br />

10 Albert Johanis 26 25 33 28 27 31 40 23<br />

11 Joppy Anes 36 27 33 28 39 31 36 13<br />

12 Gaspar Tumbuan 35 26 24 25 43 31 34 14<br />

13 Ungke Ottay 36 28 33 31 26 29 35 27<br />

14 Elis Sariowan 25 28 37 31 39 33 39 30<br />

15 Cornelis Weydekam 37 27 35 34 40 32 37 13<br />

16 Maxi Kindangen 38 25 34 33 36 35 33 10<br />

17 Lexi Josephus 34 25 24 29 36 37 33 19<br />

18 Raul Sariowan 35 21 35 32 21 31 26 18<br />

230


Lampiran 15<br />

Hasil Uji Normalitas Data Selisih Denyut Nadi pada Periode Tanpa Intervensi dan<br />

Periode dengan Intervensi.<br />

Tests of Normality<br />

Statistic df Sig. Statistic<br />

Shapiro-Wilk<br />

df Sig.<br />

ISdTI ,198 18 ,060 ,800 18 ,002<br />

ISsTI ,082 18 ,200* ,969 18 ,772<br />

IISdTI ,356 18 ,000 ,677 18 ,000<br />

IISsTI ,149 18 ,200* ,907 18 ,077<br />

IIISdTI ,333 18 ,000 ,767 18 ,001<br />

IIISsTI ,299 18 ,000 ,734 18 ,000<br />

IVSdTI ,393 18 ,000 ,614 18 ,000<br />

IVSsTI ,336 18 ,000 ,729 18 ,000<br />

ISdDI ,307 18 ,000 ,747 18 ,000<br />

ISsDI ,223 18 ,018 ,907 18 ,077<br />

IISdDI ,253 18 ,003 ,817 18 ,003<br />

IISsDI ,148 18 ,200* ,941 18 ,299<br />

IIISdDI ,167 18 ,198 ,905 18 ,070<br />

IIISsDI ,126 18 ,200* ,956 18 ,520<br />

IVSdDI ,153 18 ,200* ,944 18 ,339<br />

IVSsDI ,125 18 ,200* ,942 18 ,309<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 16.<br />

Hasil Uji Beda Rerata Selisiah Denyut Nadi Periode Tanpa Intervensi dan Periode<br />

Dengan Intervensi.<br />

(a) Uji-t<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Pair 1<br />

ISsTI - ISsDI<br />

231<br />

Pair 2<br />

IISsTI - IISsDI<br />

27,667 34,222<br />

7,029 5,956<br />

1,657 1,404<br />

24,171 31,260<br />

31,162 37,184<br />

16,699 24,376<br />

17 17<br />

,000 ,000


(b) Uji-Wilcoxon<br />

Test Statistics b<br />

232<br />

-3,731a -3,728a -3,727a -3,725a -3,336a -3,616a IIISdDI - IIISsDI - IVSdDI - IVSsDI -<br />

ISdDI - ISdTI IISdDI - IISdTI IIISdTI IIISsTI IVSdTI IVSsTI<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000<br />

a. Based on positive ranks.<br />

Z<br />

b. Wilcoxon Signed Ranks Test<br />

(c) Uji Normalitas Rerata Selisih Empat Periode<br />

SdTI<br />

SsTI<br />

SdDI<br />

SsDi<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Tests of Normality<br />

Shapiro-Wilk<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

,256 18 ,003 ,796 18 ,001<br />

,263 18 ,002 ,808 18 ,002<br />

,113 18 ,200* ,938 18 ,272<br />

,064 18 ,200* ,984 18 ,981<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

(d) Uji Beda Rerata Selisih Empat Periode<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

Test Statistics b<br />

a. Based on positive ranks.<br />

b.<br />

Wilcoxon Signed Ranks Test<br />

-3,724a -3,724a SdDI - SdTI SsDi - SsTI<br />

,000 ,000


Lampiran 17<br />

Data Hasil Pengamatan Skor Kelelahan Nelayan Pukat Cincin di Perairan Amurang Kecamatan Minahasa Selatan.<br />

(a) Sebelum Aktivitas Kerja.<br />

Hari I: Hari II: Hari III: Hari IV:<br />

TIN DIN Total TIN DIN Total TIN DIN Total TIN DIN Total<br />

I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN<br />

14 15 14 15 15 14 43 44 21 24 22 24 25 21 67 70 14 23 13 15 24 15 50 54 27 24 24 25 24 25 75 74<br />

13 15 12 13 15 14 40 42 23 23 22 23 22 23 68 68 15 24 12 13 25 14 51 52 27 25 22 27 23 25 74 75<br />

15 17 14 16 15 15 46 46 23 25 24 22 24 21 72 67 15 25 17 13 23 16 57 52 24 24 24 25 23 25 72 73<br />

14 15 16 16 16 16 45 48 22 26 23 23 23 22 71 68 15 24 15 15 20 15 54 50 21 25 23 23 26 25 69 74<br />

14 16 17 15 17 16 47 48 24 25 25 23 25 25 74 73 16 25 14 15 23 16 55 54 22 24 27 23 23 22 73 68<br />

17 14 14 14 18 15 45 47 22 24 23 23 24 23 69 70 16 24 17 15 23 15 57 53 22 24 26 26 24 23 72 73<br />

16 16 17 16 16 15 49 47 24 25 24 21 22 25 73 68 18 25 13 15 26 14 56 55 22 23 25 26 26 26 70 78<br />

14 15 14 15 13 14 43 42 23 25 23 23 21 26 71 70 17 22 17 16 29 15 56 60 24 24 23 24 26 22 71 72<br />

16 15 15 14 16 17 46 47 20 22 23 22 22 24 65 68 14 24 15 15 22 16 53 53 22 24 23 26 25 24 69 75<br />

10 12 11 15 15 15 33 45 20 22 23 23 27 23 65 73 15 22 15 16 22 15 52 53 27 25 22 23 25 26 74 74<br />

10 11 11 14 13 20 32 47 21 23 23 22 22 23 67 67 14 25 16 17 24 15 55 56 24 26 22 25 27 24 72 76<br />

15 14 11 17 11 18 40 46 20 23 24 22 24 21 67 67 14 24 15 18 24 15 53 57 23 26 22 24 25 26 71 75<br />

12 15 11 10 15 15 38 40 23 20 23 23 24 21 66 68 17 25 16 14 23 15 58 52 21 24 24 26 24 26 69 76<br />

10 12 13 10 10 10 35 30 23 23 22 22 21 24 68 67 16 24 16 15 25 15 56 55 22 26 25 29 30 30 73 89<br />

14 12 11 10 15 10 37 35 24 26 23 21 22 23 73 66 18 24 16 14 24 14 58 52 25 23 26 26 24 24 74 74<br />

13 15 17 13 15 16 45 44 21 23 23 22 21 21 67 64 13 22 14 14 24 16 49 54 24 22 23 28 25 23 69 76<br />

14 16 12 14 15 15 42 44 21 20 22 20 23 23 63 66 15 23 11 16 20 15 49 51 27 22 26 21 21 20 75 62<br />

10 13 11 14 12 13 34 39 21 21 25 23 25 23 67 71 16 22 14 15 27 15 52 57 24 25 24 24 26 26 73 76<br />

Keterangan: TIN atau TI = Tanpa intervensi; DIN atau DI = Dengan Intervensi.<br />

233


(b) Total Sebelum Aktivitas Kerja.<br />

Rerata<br />

TIN DIN<br />

I II III Total I II III Total<br />

19,00 21,50 18,25 58,75 22,00 18,75 58,75 60,50<br />

19,50 21,75 17,00 58,25 21,25 19,00 58,25 59,25<br />

19,25 22,75 19,75 61,75 21,25 19,25 61,75 59,50<br />

18,00 22,50 19,25 59,75 21,25 19,50 59,75 60,00<br />

19,00 22,50 20,75 62,25 22,00 19,75 62,25 60,75<br />

19,25 21,50 20,00 60,75 22,25 19,00 60,75 60,75<br />

20,00 22,25 19,75 62,00 22,50 20,00 62,00 62,00<br />

19,50 21,50 19,25 60,25 22,25 19,25 60,25 61,00<br />

18,00 21,25 19,00 58,25 21,25 20,25 58,25 60,75<br />

18,00 20,25 17,75 56,00 22,25 19,75 56,00 61,25<br />

17,25 21,25 18,00 56,50 21,50 20,50 56,50 61,50<br />

18,00 21,75 18,00 57,75 21,00 20,00 57,75 61,25<br />

18,25 21,00 18,50 57,75 21,50 19,25 57,75 59,00<br />

17,75 21,25 19,00 58,00 21,50 19,75 58,00 60,25<br />

20,25 21,25 19,00 60,50 21,25 17,75 60,50 56,75<br />

17,75 20,50 19,25 57,50 21,25 19,00 57,50 59,50<br />

19,25 20,25 17,75 57,25 19,75 18,25 57,25 55,75<br />

17,75 20,25 18,50 56,50 22,50 19,25 56,50 60,75<br />

Keterangan: TIN atau TI = Tanpa intervensi; DIN atau DI = Dengan Intervensi.<br />

234


(c) Setelah Aktivitas Kerja.<br />

Hari I: Hari II: Hari III: Hari IV:<br />

TIN DIN Total TIN DIN Total TIN DIN Total TIN DIN Total<br />

I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN I II III I II III TIN DIN<br />

41 35 39 31 32 32 115 95 40 31 34 27 32 33 105 92 41 42 43 37 41 35 126 113 47 42 43 48 42 36 132 126<br />

40 41 39 36 37 37 120 110 38 31 34 37 31 32 103 100 39 38 38 36 37 39 115 112 43 42 44 44 42 38 129 124<br />

41 37 40 38 39 38 118 115 39 31 36 37 32 33 106 102 41 42 43 39 30 38 126 107 44 42 45 43 39 39 131 121<br />

41 36 38 31 32 31 115 94 40 31 34 35 35 31 105 101 41 38 40 40 40 39 119 119 44 42 46 33 42 43 132 118<br />

39 36 40 37 38 35 115 110 38 31 34 36 31 33 103 100 38 45 40 41 35 39 123 115 43 40 46 40 39 45 129 124<br />

45 44 46 42 41 42 135 125 39 31 34 27 30 32 104 89 42 37 41 40 40 32 120 112 44 43 45 41 36 44 132 121<br />

45 42 45 41 41 42 132 124 40 31 34 40 31 35 105 106 40 42 41 40 35 36 123 111 46 38 48 41 36 46 132 123<br />

40 31 35 36 36 27 106 99 40 31 35 41 32 34 106 107 41 35 40 35 42 37 116 114 45 46 44 42 34 43 135 119<br />

42 40 43 36 38 41 125 115 38 31 34 35 31 35 103 101 40 44 41 35 39 35 125 109 44 38 48 38 40 48 130 126<br />

39 31 33 32 33 33 103 98 39 31 33 35 33 32 103 100 39 37 34 33 40 37 110 110 44 44 42 40 36 43 130 119<br />

39 31 33 34 33 33 103 100 37 31 33 37 31 33 101 101 41 40 42 38 37 36 123 111 44 43 43 39 34 40 130 113<br />

43 37 40 35 34 31 120 100 39 31 34 34 33 32 104 99 40 38 36 36 32 39 114 107 46 41 43 40 37 41 130 118<br />

45 45 45 33 31 32 135 96 39 31 34 38 32 35 104 105 40 38 40 43 25 36 118 104 44 42 43 44 43 40 129 127<br />

40 31 36 37 34 35 107 106 40 31 36 35 33 34 107 102 42 40 40 29 36 34 122 99 48 43 45 36 40 44 136 120<br />

40 31 34 38 32 33 105 103 40 31 34 37 33 34 105 104 41 37 39 30 37 30 117 97 47 39 43 43 38 42 129 123<br />

39 31 34 35 33 36 104 104 39 31 34 34 31 29 104 94 40 41 44 38 33 33 125 104 45 43 44 42 37 43 132 122<br />

40 31 34 35 34 37 105 106 40 31 34 35 31 28 105 94 43 39 37 40 38 35 119 113 46 43 40 48 38 42 129 128<br />

40 31 34 33 30 35 105 98 40 31 34 28 33 34 105 95 40 40 41 41 29 43 121 113 44 38 43 45 41 43 125 129<br />

235


(d) Total Setelah Aktivitas Kerja<br />

Rerata<br />

TIN DIN<br />

I II III Total I II III Total<br />

42,25 37,50 39,75 119,50 36,75 34,00 119,50 106,50<br />

40,00 38,00 38,75 116,75 36,75 36,50 116,75 111,50<br />

41,25 38,00 41,00 120,25 35,00 37,00 120,25 111,25<br />

41,50 36,75 39,50 117,75 37,25 36,00 117,75 108,00<br />

39,50 38,00 40,00 117,50 35,75 38,00 117,50 112,25<br />

42,50 38,75 41,50 122,75 36,75 37,50 122,75 111,75<br />

42,75 38,25 42,00 123,00 35,75 39,75 123,00 116,00<br />

41,50 35,75 38,50 115,75 36,00 35,25 115,75 109,75<br />

41,00 38,25 41,50 120,75 37,00 39,75 120,75 112,75<br />

40,25 35,75 35,50 111,50 35,50 36,25 111,50 106,75<br />

40,25 36,25 37,75 114,25 33,75 35,50 114,25 106,25<br />

42,00 36,75 38,25 117,00 34,00 35,75 117,00 106,00<br />

42,00 39,00 40,50 121,50 32,75 35,75 121,50 108,00<br />

42,50 36,25 39,25 118,00 35,75 36,75 118,00 106,75<br />

42,00 34,50 37,50 114,00 35,00 34,75 114,00 106,75<br />

40,75 36,50 39,00 116,25 33,50 35,25 116,25 106,00<br />

42,25 36,00 36,25 114,50 35,25 35,50 114,50 110,25<br />

41,00 35,00 38,00 114,00 33,25 38,75 114,00 108,75<br />

236


Lampiran 18<br />

Hasil Uji Normalitas Data Skor Kelelahan Sebelum Aktivitas Kerja pada Periode<br />

Tanpa Intervensi dan Periode dengan Intervensi.<br />

Tests of Normality<br />

Kolmogorov-Smirnov<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

I_TIN<br />

,213 18 ,030 ,922 18 ,140<br />

II_TIN<br />

,144 18 ,200* ,935 18 ,236<br />

III_TIN<br />

,132 18 ,200* ,982 18 ,968<br />

TOT_TIN ,180 18 ,129 ,933 18 ,220<br />

I_DIN<br />

,200 18 ,056 ,881 18 ,027<br />

II_DIN<br />

,140 18 ,200* ,963 18 ,668<br />

III_DIN<br />

,180 18 ,129 ,933 18 ,220<br />

TOT_DIN ,174 18 ,156 ,842 18 ,006<br />

a<br />

Shapiro-Wilk<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 19<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Kelelahan Kategori Aktivitas Melemah dan Skor<br />

Total Sebelum Aktivitas Kerja Periode Tanpa Intervensi dan Periode Dengan<br />

Intervensi.<br />

(a) Uji-t<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

(b) Uji-Wilcoxon<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Test Statistics b<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

-3,730a -1,785a I_DIN - I_TIN<br />

TOT_DIN -<br />

TOT_TIN<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

,000 ,074<br />

a. Based on negative ranks.<br />

b.<br />

Wilcoxon Signed Ranks Test<br />

237<br />

Pair 1 Pair 2<br />

III_TIN -<br />

II_TIN - II_DIN III_DIN<br />

2,05556 -40,05556<br />

,90568 1,37080<br />

,21347 ,32310<br />

1,60517 -40,73724<br />

2,50594 -39,37387<br />

9,629 -123,973<br />

17 17<br />

,000 ,000


Lampiran 20<br />

Hasil Uji Normalitas Data Selisih Skor Kelelahan Setelah dan Sebelum Aktivitas<br />

Kerja pada Periode Tanpa Intervensi dan Periode dengan Intervensi.<br />

I_I_TI<br />

I_II_TI<br />

I_III_TI<br />

I_I_DI<br />

I_II_DI<br />

I_III_DI<br />

I_T_TI<br />

I_T_DI<br />

II_I_TI<br />

II_IITI<br />

II_III_TI<br />

II_I_DI<br />

II_II_DI<br />

II_III_DI<br />

II_T_TI<br />

II_T_DI<br />

III_I_TI<br />

III_II_TI<br />

III_III_TI<br />

III_I_DI<br />

III_II_DI<br />

III_III_DI<br />

III_T_TI<br />

III_T_DI<br />

IV_I_TI<br />

IV_IITI<br />

IV_III_TI<br />

IV_I_DI<br />

IV_II_DI<br />

IV_III_DI<br />

IV_T_TI<br />

IV_T_DI<br />

R_I_TI<br />

R_II_TI<br />

R_III_TI<br />

R_I_DI<br />

R_II_DI<br />

R_III_DI<br />

R_T_TI<br />

R_T_DI<br />

Tests of Normality<br />

Kolmogorov-Smirnov<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

,184 18 ,108 ,889 18 ,038<br />

,223 18 ,018 ,912 18 ,095<br />

,224 18 ,017 ,938 18 ,268<br />

,135 18 ,200* ,957 18 ,545<br />

,170 18 ,183 ,919 18 ,123<br />

,158 18 ,200* ,934 18 ,227<br />

,240 18 ,007 ,929 18 ,184<br />

,125 18 ,200* ,954 18 ,491<br />

,164 18 ,200* ,904 18 ,068<br />

,151 18 ,200* ,934 18 ,232<br />

,167 18 ,200* ,920 18 ,131<br />

,283 18 ,000 ,861 18 ,013<br />

,176 18 ,147 ,930 18 ,197<br />

,125 18 ,200* ,958 18 ,562<br />

,147 18 ,200* ,957 18 ,537<br />

a<br />

Shapiro-Wilk<br />

,170 18 ,181 ,930 18 ,197<br />

,253 18 ,004 ,914 18 ,100<br />

,164 18 ,200* ,900 18 ,057<br />

,167 18 ,197 ,951 18 ,434<br />

,167 18 ,198 ,948 18 ,400<br />

,156 18 ,200* ,939 18 ,280<br />

,121 18 ,200* ,974 18 ,873<br />

,107 18 ,200* ,955 18 ,504<br />

,130 18 ,200* ,968 18 ,758<br />

,155 18 ,200* ,967 18 ,747<br />

,123 18 ,200* ,970 18 ,805<br />

,197 18 ,063 ,939 18 ,283<br />

,199 18 ,057 ,958 18 ,557<br />

,137 18 ,200* ,955 18 ,501<br />

,122 18 ,200* ,968 18 ,753<br />

,111 18 ,200* ,956 18 ,521<br />

,145 18 ,200* ,942 18 ,313<br />

,201 18 ,053 ,934 18 ,231<br />

,127 18 ,200* ,980 18 ,946<br />

,134 18 ,200* ,956 18 ,518<br />

,096 18 ,200* ,983 18 ,974<br />

,134 18 ,200* ,946 18 ,361<br />

,115 18 ,200* ,961 18 ,623<br />

,134 18 ,200* ,949 18 ,405<br />

,136 18 ,200* ,946 18 ,365<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

a.<br />

Lilliefors Significance Correction<br />

238


Lampiran 21<br />

Hasil Uji Beda Rerata Selisih Skor Kelelahan Semua Kategori Periode Tanpa<br />

Intervensi dan Periode Dengan Intervensi.<br />

(a) Periode I<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

(b) Periode II<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Pair 1<br />

I_I_TI - I_<br />

I_DI<br />

Pair 2<br />

I_II_TI - I_<br />

II_DI<br />

239<br />

Pair 3<br />

I_III_TI - I_<br />

III_DI<br />

Pair 4<br />

I_T_TI - I_<br />

T_DI<br />

6,056 ,944 4,722 11,722<br />

4,221 4,881 5,421 11,380<br />

,995 1,150 1,278 2,682<br />

3,956 -1,483 2,026 6,063<br />

8,155 3,372 7,418 17,381<br />

6,086 ,821 3,696 4,370<br />

17 17 17 17<br />

,000 ,423 ,002 ,000<br />

Pair 1<br />

II_I_TI - II_<br />

I_DI<br />

Pair 2<br />

II_IITI - II_<br />

II_DI<br />

Pair 3<br />

II_III_TI - II_<br />

III_DI<br />

Pair 4<br />

II_T_TI - II_<br />

T_DI<br />

4,611 -1,111 1,167 4,667<br />

5,315 3,027 2,407 7,029<br />

1,253 ,713 ,567 1,657<br />

1,968 -2,616 -,030 1,171<br />

7,254 ,394 2,364 8,162<br />

3,681 -1,557 2,056 2,817<br />

17 17 17 17<br />

,002 ,138 ,055 ,012


(c) Periode III<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

(d) Periode IV<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Pair 1<br />

III_I_TI - III_<br />

I_DI<br />

Pair 2<br />

III_II_TI - III_<br />

II_DI<br />

240<br />

Pair 3<br />

III_III_TI -<br />

III_III_DI<br />

Pair 4<br />

III_T_TI -<br />

III_T_DI<br />

2,833 3,778 4,000 10,611<br />

4,706 5,917 4,243 7,326<br />

1,109 1,395 1,000 1,727<br />

,493 ,836 1,890 6,968<br />

5,174 6,720 6,110 14,254<br />

2,554 2,709 4,000 6,146<br />

17 17 17 17<br />

,021 ,015 ,001 ,000<br />

Pair 1<br />

IV_I_TI - IV_<br />

I_DI<br />

Pair 2<br />

IV_IITI - IV_<br />

II_DI<br />

Pair 3<br />

IV_III_TI -<br />

IV_III_DI<br />

Pair 4<br />

IV_T_TI -<br />

IV_T_DI<br />

4,667 3,667 2,556 10,889<br />

6,212 4,640 4,422 9,773<br />

1,464 1,094 1,042 2,304<br />

1,578 1,359 ,356 6,029<br />

7,756 5,974 4,755 15,749<br />

3,187 3,353 2,452 4,727<br />

17 17 17 17<br />

,005 ,004 ,025 ,000


(e) Rerata empat periode<br />

Paired DifferencesMean<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interva<br />

of the Difference<br />

Paired Samples Test<br />

Lower<br />

Upper<br />

Pair 1<br />

R_I_TI - R_<br />

I_DI<br />

Pair 2<br />

R_II_TI - R_<br />

II_DI<br />

Pair 3<br />

R_III_TI -<br />

R_III_DI<br />

241<br />

Pair 4<br />

R_T_TI -<br />

R_T_DI<br />

-35,87500 -2,65278 6,58333 -31,94444<br />

2,32197 2,11462 1,87671 2,35702<br />

,54729 ,49842 ,44235 ,55556<br />

-37,02969 -3,70435 5,65006 -33,11656<br />

-34,72031 -1,60120 7,51660 -30,77232<br />

-65,550 -5,322 14,883 -57,500<br />

17 17 17 17<br />

,000 ,000 ,000 ,000


Lampiran 22<br />

Data Hasil Pengamatan Skor Keluhan Muskuloskeletal Nelayan Pukat Cincin di Perairan Amurang Kecamatan Minahasa Selatan<br />

Periode Tanpa Intervensi (TI) Periode Dengan Intervensi (DI)<br />

I II III IV I II III IV<br />

Rerata Seb Rerata Ses<br />

Seb Ses Seb Ses Seb Ses Seb Ses<br />

Seb Ses Seb Ses Seb Ses Seb Ses<br />

242<br />

Rerata Seb Rerata Ses<br />

43 63 49 83 42 84 45 88 44,75 79,50 28 68 44 66 28 68 28 75 32,00 69,25<br />

45 87 42 87 41 87 45 87 43,25 87,00 56 85 45 89 56 92 43 92 50,00 89,50<br />

41 84 42 90 43 93 47 92 43,25 89,75 40 80 40 84 42 85 40 87 40,50 84,00<br />

42 98 41 98 41 98 42 102 41,50 99,00 40 45 41 100 40 94 40 101 40,25 85,00<br />

45 63 43 86 42 85 42 84 43,00 79,50 42 73 46 80 41 87 42 43 42,75 70,75<br />

39 69 41 85 41 85 39 82 40,00 80,25 43 71 41 82 41 91 45 42 42,50 71,50<br />

45 79 42 93 43 92 42 94 43,00 89,50 42 71 41 86 42 70 41 41 41,50 67,00<br />

44 80 41 94 39 93 42 90 41,50 89,25 42 42 42 79 42 91 42 42 42,00 63,50<br />

42 79 43 103 42 91 42 95 42,25 92,00 43 73 44 101 41 73 43 43 42,75 72,50<br />

43 104 43 96 42 96 43 100 42,75 99,00 42 98 44 98 42 100 42 88 42,50 96,00<br />

41 51 41 87 41 92 44 94 41,75 81,00 43 54 42 60 42 96 44 89 42,75 74,75<br />

42 82 42 81 42 82 43 82 42,25 81,75 42 73 45 80 44 92 42 88 43,25 83,25<br />

42 82 45 93 41 97 43 92 42,75 91,00 38 80 43 95 45 80 43 93 42,25 87,00<br />

45 84 42 84 42 86 43 84 43,00 84,50 35 35 42 77 43 58 42 90 40,50 65,00<br />

42 105 42 101 41 98 42 105 41,75 102,25 56 56 45 90 48 49 45 94 48,50 72,25<br />

44 97 42 97 42 98 43 97 42,75 97,25 42 42 42 77 41 64 42 91 41,75 68,50<br />

44 98 41 98 42 96 42 98 42,25 97,50 51 51 44 74 44 72 41 103 45,00 75,00<br />

42 39 42 96 44 86 43 89 42,75 77,50 28 56 42 95 42 87 39 93 37,75 82,75


Lampiran 23<br />

Hasil Uji Normalitas Data Skor Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Aktivitas<br />

Kerja pada Periode Tanpa Intervensi dan Periode dengan Intervensi.<br />

I_TIN<br />

III_TIN<br />

V_TIN<br />

VII_TIN<br />

IX_TIN<br />

I_DIN<br />

III_DIN<br />

V_DIN<br />

VII_DIN<br />

IX_DIN<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

Tests of Normality<br />

Statistic df Sig. Statistic df Sig.<br />

,189 18 ,088 ,912 18 ,094<br />

,314 18 ,000 ,665 18 ,000<br />

,231 18 ,012 ,886 18 ,033<br />

,251 18 ,004 ,875 18 ,022<br />

,166 18 ,200* ,930 18 ,192<br />

,271 18 ,001 ,877 18 ,023<br />

,207 18 ,040 ,936 18 ,243<br />

,278 18 ,001 ,770 18 ,001<br />

,248 18 ,005 ,667 18 ,000<br />

,218 18 ,023 ,881 18 ,027<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 24<br />

243<br />

Shapiro-Wilk<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Aktivitas Kerja<br />

Periode Tanpa Intervensi dan Periode Dengan Intervensi.<br />

Test Statistics c<br />

-,807a -1,168b -,840b -1,687a -,240a III_DIN -<br />

VII_DIN - IX_DIN -<br />

I_DIN - I_TIN III_TIN V_DIN - V_TIN VII_TIN IX_TIN<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed) ,420 ,243 ,401 ,092 ,810<br />

a. Based on positive ranks.<br />

b. Based on negative ranks.<br />

c.<br />

Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 25<br />

Hasil Uji Normalitas Data Skor Keluhan Muskuloskeletal Setelah Aktivitas Kerja<br />

pada Periode Tanpa Intervensi dan Periode dengan Intervensi.<br />

Tests of Normality<br />

Statistic df Sig. Statistic<br />

Shapiro-Wilk<br />

df Sig.<br />

II_TIN ,195 18 ,069 ,939 18 ,279<br />

IV_TIN ,154 18 ,200* ,954 18 ,490<br />

VI_TIN ,159 18 ,200* ,905 18 ,071<br />

VIII_TIN ,100 18 ,200* ,968 18 ,761<br />

X_TIN ,146 18 ,200* ,931 18 ,203<br />

II_DIN ,157 18 ,200* ,961 18 ,618<br />

IV_DIN ,109 18 ,200* ,964 18 ,681<br />

VI_DIN ,178 18 ,138 ,928 18 ,177<br />

VIII_DIN ,325 18 ,000 ,755 18 ,000<br />

X_DIN ,176 18 ,145 ,939 18 ,276<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 26<br />

244<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Keluhan Muskuloskeletal Setelah Aktivitas Kerja<br />

pada Periode Tanpa Intervensi dan Periode Dengan Intervensi.<br />

(a) Dengan uji-t<br />

Paired DifferencMean<br />

Std. Deviation<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence InteLower<br />

of the Difference Upper<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Paired Samples Test<br />

Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4<br />

IV_TIN - VI_TIN -<br />

I_TIN - II_DINIV_DIN<br />

VI_DINX_TIN<br />

- X_DIN<br />

16,167 7,722 10,556 12,222<br />

24,558 9,291 16,354 11,011<br />

5,788 2,190 3,855 2,595<br />

3,954 3,102 2,423 6,747<br />

28,379 12,343 18,688 17,698<br />

2,793 3,526 2,738 4,709<br />

17 17 17 17<br />

,012 ,003 ,014 ,000


Z<br />

(b) Dengan uji-Wilcoxon<br />

Test Statistics b<br />

VIII_DIN -<br />

VIII_TIN<br />

-2,269 a<br />

Asymp. Sig. (2-tailed) ,023<br />

a. Based on positive ranks.<br />

b. Wilcoxon Signed Ranks Test<br />

Lampiran 27<br />

Data Hasil Pengamatan Skor Kesejahteraan Nelayan Pukat Cincin di Perairan<br />

Amurang Kecamatan Minahasa Selatan<br />

245<br />

Periode Pengamatan<br />

I II III IV V<br />

TI DI TI DI TI DI TI DI TI DI<br />

56 54 48 47 48 54 45 52 49,25 51,75<br />

56 55 49 51 50 52 47 52 50,50 52,50<br />

54 54 52 50 47 49 47 51 50,00 51,00<br />

56 55 48 52 52 50 53 52 52,25 52,25<br />

52 54 49 50 49 52 44 48 48,50 51,00<br />

52 56 48 51 51 52 47 49 49,50 52,00<br />

42 49 46 49 53 51 45 48 46,50 49,25<br />

47 51 46 48 49 50 50 48 48,00 49,25<br />

53 50 47 48 52 51 52 53 51,00 50,50<br />

58 55 46 50 48 51 53 54 51,25 52,50<br />

46 55 51 52 53 52 51 52 50,25 52,75<br />

45 48 47 51 50 53 49 48 47,75 50,00<br />

47 50 48 51 38 51 49 47 45,50 49,75<br />

51 52 49 51 42 51 45 46 46,75 50,00<br />

50 56 46 52 45 50 27 49 42,00 51,75<br />

55 54 52 51 50 53 36 52 48,25 52,50<br />

49 55 32 52 36 55 25 54 35,50 54,00<br />

46 56 51 53 56 55 26 52 44,75 54,00


Lampiran 28<br />

Hasil Uji Normalitas Data Skor Kesejahteraan pada Periode Tanpa Intervensi dan<br />

Periode dengan Intervensi.<br />

Tests of Normality<br />

Statistic df Sig. Statistic<br />

Shapiro-Wilk<br />

df Sig.<br />

I_TIN<br />

,310 18 ,000 ,688 18 ,000<br />

I_DIN<br />

,232 18 ,011 ,915 18 ,106<br />

II_TIN ,201 18 ,053 ,897 18 ,051<br />

II_DIN ,176 18 ,144 ,934 18 ,230<br />

III_TIN ,280 18 ,001 ,797 18 ,001<br />

III_DIN ,240 18 ,007 ,904 18 ,068<br />

IV_TIN ,131 18 ,200* ,958 18 ,564<br />

IV_DIN ,277 18 ,001 ,855 18 ,010<br />

I_IV_TIN ,178 18 ,137 ,840 18 ,006<br />

I_IV_DIN ,126 18 ,200* ,946 18 ,359<br />

*. This is a lower bound of the true significance.<br />

Kolmogorov-Smirnov a<br />

a. Lilliefors Significance Correction<br />

Lampiran 29<br />

246<br />

Hasil Uji Beda Rerata Skor Kesejahteraan Periode Tanpa Intervensi dan Periode<br />

Dengan Intervensi.<br />

(a) Uji-Wilcoxon<br />

Test Statistics b<br />

-3,132a -2,735a -2,208a -3,580a III_DIN - IV_DIN - I_IV_DIN -<br />

I_DIN - I_TIN III_TIN IV_TIN I_IV_TIN<br />

Z<br />

Asymp. Sig. (2-tailed)<br />

,002 ,006 ,027 ,000<br />

a. Based on negative ranks.<br />

b.<br />

Wilcoxon Signed Ranks Test


(b) Uji-t<br />

Paired Differences<br />

t<br />

df<br />

Sig. (2-tailed)<br />

Mean<br />

Std. Deviation<br />

Paired Samples Test<br />

Std. Error Mean<br />

95% Confidence Interval<br />

of the Difference<br />

Lower<br />

Upper<br />

Pair 1<br />

II_TIN - II_DIN<br />

-3,500<br />

5,469<br />

1,289<br />

-6,220<br />

-,780<br />

-2,715<br />

17<br />

,015<br />

247


Lampiran 30<br />

ALAT-ALAT UKUR PENELITIAN DAN<br />

Gambar 1<br />

Sound Level Meter<br />

Gambar 4<br />

Stop Watch<br />

Gambar 7<br />

Jacket<br />

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)<br />

Gambar 2<br />

Alat ukur mikroklimat<br />

Gambar 5<br />

Anthropometer<br />

Gambar 8<br />

Sarung tangan<br />

Gambar 10<br />

Papan<br />

248<br />

Gambar 3<br />

Timbangan badan<br />

Gambar 6<br />

Digital Camera<br />

Gambar 9<br />

Topi


Lampiran 31<br />

FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN SEBELUM DAN<br />

SESUDAH INTERVENSI ERGONOMI<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

KM Cristos sebagai kapal penangkap<br />

pukat cincin untuk penelitian<br />

Setelah tiba di lokasi penelitian tim<br />

peneliti memberikan arahan dan<br />

penjelasan<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Subjek sedang memikul es balok ke<br />

bawa ke KM Cristos<br />

249<br />

Subjek sedang mendengar arahan dan<br />

penjelasan dari tim peneliti<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Es balok akan diisi kedalam bak<br />

penampung KM Cristos<br />

Subjek menerima dan mengisi<br />

kuesioner NBM, 30 items of rating<br />

scales


Sebelum Intervensi Dengan Intervansi<br />

Perjalanan menuju ke lokasi<br />

penelitian dengan menggunakan<br />

4 motor temple Yamaha<br />

250<br />

Subjek menerima dan mengisi<br />

kuesioner kesejahteraan nelayan oleh<br />

peneliti<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Salah satu rumpon milik KM Cristos Subjek menerima penjelasan tentang<br />

cara-cara memasukan tali cincin ke<br />

katrol<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Tiba di lokasi penelitian seorang<br />

subjek sedang mengikat tali kapal di<br />

rumpon<br />

Subjek menerima penjelasan tentang<br />

cara-cara penarikan tali pelampung


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Tim peneliti sedang mengatur pola<br />

makan dan minum subjek<br />

Aktifitas penangkapan penawuran<br />

jaring oleh subjek<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Pengaturan pembagian makanan dan<br />

minuman<br />

Aktifitas penangkapan penawuran<br />

tali cincin<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Nelayan sedang menikmati makanan<br />

dan minuman<br />

Proses penawuran isi perut jaring<br />

251


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

2 orang subjek sedang menikmati<br />

makanan dan minuman yang diatur<br />

oleh tim peneliti<br />

Aktifitas penangkapan penawuran<br />

tali cincin<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Subjek yang lain sedang menjurai<br />

jaring yang lobang<br />

Aktifitas penangkapan penawuran<br />

tali pelampung oleh subjek<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Subjek yang lain sedang asik<br />

mengkail ikan tenggiri<br />

di dekat rumpon<br />

Proses penangkapan kapal<br />

mengelilingi rumpon<br />

252


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Peneliti sedang memeriksa<br />

persediaan air dan alat tangkap pukat<br />

cincin<br />

Posisi rumpon di tengah-tengah<br />

lingkaran pukat cincin<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Persiapan penangkapan dengan alat<br />

pukat cincin<br />

Penarikan tali pelampung dengan<br />

sikap kerja duduk<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Proses penangkapan penawuran<br />

jaring<br />

Penarikan tali cincin dengan<br />

menggunakan katrol<br />

253


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Proses penangkapan penawuran tali<br />

timah dan cincin<br />

Penggunaan alat kerja katrol<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Proses penangkapan penawuran tali<br />

pelampung<br />

Posisi penariksn pukat cincin sedang<br />

merapat<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Proses penarikan isi perut jaring Hasil penangkapan pukat cincin<br />

dengan intervensi ergonomi<br />

254


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Proses penarikan tali pelampung Subjek sedang mengangkat hasil<br />

tangkapan<br />

Sebelum Intervensi Sebelum Intervensi<br />

Proses penarikan tali cincin dengan<br />

sikap kerja berdiri kaki sebagai<br />

bantalan penahan<br />

Penarikan pukat cincin sudah dekat<br />

Sebelum Intervensi Sebelum Intervensi<br />

Penarikan pukat cincin sudah dekat<br />

dan hasil tangkapan sudah kelihatan<br />

Subjek sedang mengangkat hasil<br />

tanggapan dari jaring<br />

255


Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Hasil tangkapan akan dimasukan<br />

kedalam bak penampung<br />

Mengangkat hasil tangkapan<br />

dari jaring<br />

Sebelum Intervensi Sebelum Intervensi<br />

Tiba di pelabuhan pendaratan ikan<br />

nelayan sedang mengangkat hasil<br />

tangkapan dari dalam bak<br />

Selesai penangkapan nelayan<br />

mengangkat daun lontar sebagai<br />

tempat berkumpulnya ikan<br />

Sebelum Intervensi Dengan Intervensi<br />

Kapal penangkap kembali pulang<br />

menggunakan 4 motor pendorong<br />

Kapal penangkap kembali pulang<br />

menuju pelabuhan<br />

pendaratan ikan<br />

256

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!