Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2 SAMBUNGAN<br />
JUMAT, 21 JULI 2017<br />
..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................<br />
Diselingkuhi Istri, Bapak 3<br />
PERCUT-M24<br />
Karena stres diselingkuhi istrinya, Erwin Indra Nasution (40),<br />
menjadi perampok. Tercatat ia telah 13 kali sukses menjalankan<br />
aksinya. Tapi, sepak terjang Erwin akhirnya terhenti setelah<br />
kakinya ditembak polisi.<br />
Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Pardamean Hutahaean<br />
didampingi Wakapolsek AKP Junaidi dan Kanit Reskrim Iptu Philip<br />
Antonio Purba menjelaskan, Erwin diringkus dari rumahnya,<br />
Rabu (9/7). Namun, ketika akan ditangkap itulah, Erwin yang<br />
punya 3 anak ini coba kabur.<br />
"Petugas mengambil tindakan tegas menembak betis kirinya.<br />
Ia tersungkur. Dari rumahnya, petugas mengamankan dua unit<br />
kreta curian," bilang Pardamean, Kamis (20/7).<br />
Menurut pengakuan tersangka, kata Pardamean, 13 unit<br />
kreta yang dicurinya dijual kepada penadah bernama Toni,<br />
warga Marelan. "Penadahnya lagi dicari. Target tersangka<br />
adalah orang-orang yang ia kenal," urainya.<br />
Di hadapan petugas, tersangka yang tinggal d Jln Medan-<br />
Batangkuis, Bintang Meriah, Desa Sena, Batangkuis, Pasar I<br />
Garapan Ujung, Kel Terjun, mengaku, baru sebulan melakukan<br />
aksi pencurian di 13 lokasi.<br />
Adapun lokasi itu antara lain di Jln Pasar II Tambak Rejo, Jln<br />
Aksara, Jln Letda Sujono, Jln William Iskandar, Perumahan Citra<br />
Land, Jln Letda Sujono depan Gg Bantan, Jln Aksara tepatnya<br />
di Hotel Citra dan Jln Jamil Lubis, Gg Kelapa.<br />
Kemudian Jln Benteng Hilir, Gg Gurusman, Jln Letda Sujono di<br />
gudang beras, Jln Kolam depan UMA dan Jln Makmur Pasar VII,<br />
Jln Masjid belakang sekolah. (wandi)<br />
Mobil Box VS Verza<br />
TELUKMENGKUDU-M24<br />
Kecelakaan lalulintas (Lakalantas) terjadi di Jalan Lintas<br />
Sumatera (Jalinsum) Km 53-54 persisnya di depan pintu tol Desa<br />
Liberia, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai (Sergai).<br />
Akibatnya Suriadi (45) tewas di tempat.<br />
Informasi yang dihimpun, peristiwa itu berawal mobil box BK<br />
8419 AC yang dikemudikan Indra Ikhsan (36) bersama<br />
keneknya M Taufik (24) warga Medan datang dari Medan<br />
menuju Tebingtinggi. Mereka membawa muatan kerupuk ke<br />
Indrapura, Batubara.<br />
Di lokasi, mobil berusaha mendahului kendaraan di depannya.<br />
Bersamaan dari arah berlawanan datang Suriadi (45)<br />
boncengan naik kreta Honda Verza BL 5123 UO dengan Juliono<br />
(66) warga Desa Sidodadi, Kec Kejuruan Muda, Kab Aceh<br />
Tamiang. Tabrakan tak terelakkan.<br />
Kerasnya benturan mengakibatkan Suriadi mengalami luka<br />
serius di bagian kepala, kaki patah dan tewas di tempat.<br />
Sedangkan Juliono kritis dengan kondisi kaki kanan dan tangan<br />
patah. Kedua korban dilarikan ke RSUD Sultan Sulaiman Sergai.<br />
"Kasus kecelakaan tersebut telah ditangani. Korban<br />
pengendara kreta yang dibonceng Juliono masih dirawat,<br />
sedangkan pengendara yang tewas Suriadi masih di kamar<br />
jenazah RSUD Sultan Sulaiman menunggu pihak keluarganya,"<br />
jelas Kasat Lantas Polres Sergai melalui Kanit Laka, Ipda S<br />
Pangaribuan. (darmawan)<br />
Dituduh Curi Kreta<br />
SUNGGAL-M24<br />
Anisa (43) mendatangi Polsek Sunggal, Kamis (20/7) sekitar<br />
pukul 12:00 WIB. Warga Jln Sei Mencirim Desa Medan Krio, Kec<br />
Medan Sunggal ini mempertanyakan kelanjutan laporan<br />
penganiayaan yang dialami anaknya, Dedi Wijaya (15).<br />
Seperti dituturkan ibu tiga anak ini, peristiwa penganiayaan<br />
itu terungkap saat ia mendapat telpon dari perempuan<br />
mengaku sebagai orangtua Rendy Ardiasah yang merupakan<br />
teman anaknya, Senin (3/7) malam. Si penelpon menyebut Dedi<br />
Wijaya telah mencuri kretanya sehingga ditahan di Jln Setiabudi<br />
Gg Kerinci, Kel Tanjungsari, Kec Medan Selayang.<br />
Anisa pun mendatangi Polsek Sunggal guna melaporkan<br />
penyekapan terhadap anaknya itu. Namun petugas<br />
menyarankan Anisa untuk mendatangi lokasi bersama beberapa<br />
personel tugas luar.<br />
"Jadi malam itu juga aku buat laporan ke sini. Tapi kata polisi<br />
yang piket, cek TKP aja dulu," ungkap Anisa.<br />
Benar saja, Anisa dan petugas yang mendampingi ke lokasi<br />
mendapati anaknya mengalami luka lebam di leher belakang dan<br />
pipi kiri. Anak kedua dari tiga bersaudara ini juga menderita luka<br />
sulutan api rokok di kedua kakinya.<br />
"Padahal sudah dilihat petugas itu anakku dianiaya di sana.<br />
Tapi kami cuma dibawa ke Polsek lalu disuruh pulang semua.<br />
Yang mukuli anakku nggak ada diperiksa," geram Anisa.<br />
Keesokan harinya, Anisa kembali mendatangi Mapolsek<br />
Sunggal guna melaporkan lima pelaku penyekapan anaknya.<br />
"Anakku dipukuli lima orang termasuk si Rendy Ardiasah itu. Tapi<br />
sampai sekarang nggak ditangkap juga mereka," tukasnya.<br />
Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu M Manik yang dikonfirmasi<br />
mengatakan sudah menerima laporan korban. "Akan kita<br />
selidiki," ungkap Martua Manik. (tiopan)<br />
Pilih Nikah Siri<br />
Galih Ginanjar dan Kumalasari telah meresmikan hubungan<br />
mereka dalam ikatan pernikahan. Keduanya sah berstatus<br />
sebagai suami istri setelah menjalani nikah siri.<br />
"Kalau menikah sih kita sudah nikah siri. Sudah setahun<br />
setengah yang lalu. Tapi kita kan memang tak mau publikasi,"<br />
ujar Kumalasari seperti dilansir showbiz, Kamis (20/7/2017).<br />
Meski sudah lama menikah siri, rupanya Galih Ginanjar dan<br />
Kumalasari belum terpikir untuk meresmikan pernikahan mereka<br />
secara hukum dan negara.<br />
"Secara hukum belum. Sementara belum yang penting kan<br />
keluarga dulu. Pernikahan itu intinya apa sih, yang penting kan<br />
sakral di mata Allah. Kalau dihukum kan,<br />
kalau memang diperlukan nanti bisa<br />
nyusul. Tapi selagi aku sama Galih<br />
fine-fine saja enggak masalah,"<br />
papar Kumalasari. (sbz)<br />
MENUNGGU<br />
Saat minggui ke 3 di bulan Ramadhan, Tungkot<br />
seorang anak tidak sabar menunggu adzan Maghrib<br />
dan mengeluh pada Wak Lokot bapaknya.<br />
Tungkot : “Bapak, maghribnya jam berapa sich?”<br />
Bapak : “Jam 6. 42 sabar ya…”<br />
Tungkot : “Kok dari tadi masih jam 3 terus<br />
Wak Lokot: “Emang kenapa ?”<br />
Tugkot : “Kan pengen cepet buka puasa pak…, apa<br />
kita putar aja jamnya biar jam 6 ?”<br />
Wak Lokot : “Ya udah…”<br />
Tungkot : “Asyikkk…” ( segera memutar jarum jam<br />
sampe ke angka 6)<br />
Tungkot : “Pak…udah jam 6.43 tuh, buka puasa<br />
yok…”<br />
Wak Lokot : “Bah… itukan baru jam di kamar. Di<br />
ruang tamu, di ruang tengah, di kamar bapak, dan di<br />
dapur belum. “<br />
Tungkot : “Oh…gitu ya pak, harus disesuaikan<br />
semuanya ?” (lalu berlari dan memutar semua jam di<br />
rumahnya)<br />
Wak Lokot : “ Lah ialah…!”<br />
Anak : “Bapak udah semua…” Teriaknya girang.<br />
Wak Lokot : “Jam tetangga-tetangga dan masjid<br />
udah?”<br />
Tugkot: “Lho…kok sampe jam tetangga dan masjid<br />
juga pak !?”<br />
Bapak : “Ya iyalah….kan harus jam 6.42 Wib<br />
semuanya, baru bisa buka puasa”<br />
Tungkot: “Ya….capek dhe, mending nunggu aja,<br />
ketimbang mesti capek-capek muter jarum jam<br />
sekecamatan.!”<br />
Wak Lokot :”He.. he… he…. Sabar yo.., dah dekat<br />
koq.!”<br />
Tabrak Paradep Tukang Peyek Meregang Nyawa<br />
M24-Simalungun<br />
Informasi yang berhasil dihimpun di<br />
lapangan, Yuliana (39) yang tinggal di Desa<br />
Karangrejo, Kec Gunung Maligas, Kab<br />
Simalungun ini merupakan pedagang peyek<br />
keliling. Setiap malam ia keliling mengutip uang<br />
dari warung.<br />
Seperti, Rabu (19/7) itu. Dengan<br />
mengendarai Suzuki Smash BK 3126 WI<br />
Yuliana meninggalkan rumah sekitar pukul<br />
19:00 WIB untuk mengutip uang peyek.<br />
Ketika itu ibu dua anak ini melintas di Jln Raya<br />
Asahan KM 6 simpang Perumnas Batu Enam<br />
menuju Perdagangan dengan kecepatan<br />
tinggi. (baca: Bagian Bawah Mata Kiri<br />
Berkedip)<br />
Setiba di depan Puskesmas Desa Lestari<br />
BELAWAN-M24<br />
Ditahan pasca Surat Penghentian<br />
Penyidikan Perkara (SP3) keluar, keluarga<br />
Suwandi alias Minyung alias Ayung (43) akan<br />
melapor ke Propam Polda Sumut. Pihak Polres<br />
Pelabuhan Belawan berkeras akan tetap<br />
memproses kasus tersebut. Pria keturunan<br />
Tionghoa yang menetap di Tandem Hulu, Kec<br />
Hamparanperak, Kab Deliserdang, ditahan<br />
terkait kasus penjualan inti sawit.<br />
"Kami kecewa, SP3 klien kami sudah<br />
dikeluarkan pada tahun 2015. Kenapa klien<br />
kami kembali ditahan, ada apa ini. Kami akan<br />
mengklarifikasi kembali kasus ini dan akan<br />
melaporkan oknum di Polres Pelabuhan<br />
Belawan ke propam," tegas kuasa hukum<br />
Ayung, Bambang H Samosir didampingi istri<br />
tersangka, Leni di kantor polisi, Kamis (20/7).<br />
Dijelaskan Bambang, SP3 dikeluarkan oleh<br />
Polres Pelabuhan Belawan yang<br />
ditandatangani saat masa jabatan Kasat<br />
Indah, Kec Siantar Simalungun, Yuliana melihat<br />
Bus Paradep BK 7005 UW keluar dari simpang<br />
Perumnas Batu Enam. Ia pun mengambil<br />
jalan ke kanan. Karena lampu kretanya tak<br />
menyala, keberadaan Yuliana tak terlihat.<br />
Sopir bus, Anggiat Parlindungan Sitorus<br />
warga Jln Tusam Raya, Desa Lestari Indah<br />
itu pun berbelok ke kanan menuju arah<br />
Pematangsiantar.<br />
Brak! Yuliana menghantam bagian depan<br />
kiri bus dan tergeletak di jalan. "Kreta itu<br />
lampunya tidak hidup, sementara bus sudah<br />
belok ke arah Siantar. Tabrakan lah," ucap S<br />
Saragih yang ditemui di TKP, Kamis (20/7).<br />
Menurut Saragih, sadar mobilnya<br />
ditabrak, sopir bus langsung turun dan<br />
melarikan korban ke Puskesmas Desa Lestari<br />
Keluarga Ayung Ancam Lapor ke Propam<br />
Reskrim, AKP Bambang Gunanti Hutabarat.<br />
"Ini benar-benar aneh. Perkara yang sudah<br />
di SP3 kenapa ditahan, kami curigai ada<br />
keganjilan," ungkap Bambang.<br />
Dijelaskannya, kliennya ditahan karena<br />
sebelumnya dimintai untuk menjual inti sawit<br />
oleh pelapor Surya.Dengan jumlah 500 ton<br />
inti sawit. Tersangka menjual sawit itu kepada<br />
pembeli. Namun, uang itu tidak disetorkan<br />
kepada si pelapor. Lantas, pelapor mengadukan<br />
kasusnya ke Polres Pelabuhan Belawan.<br />
Terlapor, katanya, mencicil uang penjualan<br />
sawit itu melalui Ahok dan Alung yang<br />
merupakan teman dari si pelapor. Akan tetapi,<br />
pelapor kembali keberatan karena uang yang<br />
sudah diberikan tidak sesuai.<br />
Kliennya, sudah mencicil uang sawit itu<br />
sebesar Rp600 juta hasil penjualan dengan<br />
cara dicicil melalui transfer rekening. Anehnya,<br />
pelapor merasa keberatan dan meminta<br />
kerugian dengan harga sawit yang sekarang<br />
TSK Kasus Sabu Prapidkan Polrestabes<br />
Indah. Karena mengalmi pendarahan,<br />
korban dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU)<br />
Djasamen Saragih di Pematangsiantar<br />
dengan mobil Ambulance milik Puskesmas.<br />
Terlambat, setiba di rumah sakit, nyawa<br />
korban tak dapat ditolong. Pihak rumah sakit<br />
kemudian mengevakuasi korban ke ruang<br />
jenazah untuk dibersihkan sembari<br />
menunggu keluarga. Tampak luka wajah<br />
sebelah kiri korban hancur. Mulut serta gigi<br />
penuh dengan darah. Dokter jaga menyebut<br />
korban mengalami benturan keras. (baca:<br />
Ditinggal Suami dengan 2 Anak)<br />
Kapolres Simalungun, melalui Kanit Laka,<br />
Iptu J Silalahi yang dikonfirmasi menyebut,<br />
peristiwa itu murni kecelakaan. Korban<br />
meninggal akibat luka serius pada bagian<br />
dengan kekurangan uang Rp1 miliar. "Masa<br />
pelapor minta ganti rugi harga sawit yang<br />
sekarang. Padahal harga sawit pada tahun<br />
2014 lebih rendah. Jadi sudah jelas ini sudah<br />
selesai, kenapa klien kami kembali ditahan,"<br />
sebut Bambang.<br />
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan<br />
Belawan, AKP Yayang dikonfirmasi mengaku,<br />
sudah bekerja sesuai prosedur. Adanya<br />
pengeluaran SP3 tidak tutup kemungkinan<br />
kasus itu berhenti. "Kita proses kembali karena<br />
adanya bukti baru. Kita juga sudah melakukan<br />
gelar beberapa kali di Polda dan Polres. Jadi,<br />
sah-sah saja mereka keberatan," kata<br />
Yayang.<br />
Disinggung pihaknya akan dilaporkan ke<br />
Propam, Yayang tidak ambil pusing. Dia akan<br />
memproses kasus itu sesuai dengan prosedur.<br />
"Jadi, silahkan saja mereka melapor. Kita<br />
tetap proses kasus ini sampai ke pengadilan,"<br />
jelas Yayang. (sigit)<br />
Korban Tak Digaji dan Diperlakukan Tak Layak<br />
MEDAN-M24<br />
Subdit IV Renakta (Remaja, Anak-anak<br />
dan Wanita) Dirkrimum Poldasu<br />
membongkar sindikat penjualan manusia ke<br />
Malaysia. Dalam penyergapan di Pelabuhan<br />
Teluk Nibung, Tanjungbalai itu, petugas<br />
mengamankan B alias Iyem (41) warga<br />
Dusun VII Bukit Besilam, Kec Wampu, Kab<br />
Langkat.<br />
Kasubdit IV Renakta Dirkrimum Poldasu,<br />
AKBP Sandi Sinurat menuturkan,<br />
penangkapan tersangka berdasarkan<br />
laporan dengan nomor LP/451/IV/2017/<br />
SPKT I tanggal 12 April 2017 atas nama<br />
korban Nora Simanjuntak dan LP/1494/XI/<br />
2016/SPKT III tanggal15 November 2016<br />
atas nama Maharani Ilda Sahar Siregar.<br />
Dalam laporan itu disebut, tersangka<br />
sudah menjalankan aksinya sebagai agen<br />
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Malaysia sejak<br />
2013. Modusnya dengan mendatangi para<br />
korban dan dijanjikan bekerja di Malaysia<br />
18 Reklame di Jalan SM Raja Dibongkar<br />
MEDAN-M24<br />
Pembersihan reklame ynag menyalahi<br />
aturan pendirian, kembali dilakukan Tim<br />
Terpadu Penertiban Reklame, Selasa (18/<br />
7). Ada 18 tiang reklame yang dibersihkan di<br />
seputaran Jln SM Raja, Kec Medan Kota.<br />
Tim Terpadu ini terdiri dari Satpol PP Kota<br />
Medan, Dinas PU Kota Medan, Dinas<br />
Pertamanan Kota Medan, Dinas Perkim dan<br />
Tata Ruang Kota Medan. Kegiatan digelar<br />
hingga, Rabu (19/7) dini hari.<br />
Dipimpin Kasatpol PP Kota Medan M<br />
Sofyan, penyisiran reklame dimulai dari depan<br />
PDAM Tirtanadi hingga kawasan Simpang<br />
Limun Medan. Reklame di median jalan dan<br />
juga pinggir jalan yang tidak berizin dan<br />
menyalahi aturan, masih menjadi fokus<br />
utama.<br />
MEDAN-M24<br />
Indra Panggabean, tersangka kepemilikan<br />
narkoba jenis sabu, mempraperadilankan<br />
Satnarkoba Polrestabes Medan. Indra menilai<br />
penangkapan terhadapnya Jln Gajah Mada,<br />
Medan pada 30 Mei 2017 lalu, tidak sesuai<br />
dengan SOP (Standart Operational Prosedur).<br />
Dalam sidang yang digelar di ruang Cakra<br />
5, Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (20/<br />
7) siang, dua orang saksi yang dihadirkan<br />
Indra selaku pihak pemohon yakni masingmasing<br />
Suhardono dan Andre Syahputra.<br />
Saksi mengatakan penggrebekan itu tanpa<br />
ada ditemani oleh Kepala Lingkungan (Kepling).<br />
"Surat penggrebekan dan penggeledahan<br />
tidak ada dari kepolisian. Mereka main masuk<br />
dan geledah-geledah saja," ujar Suhardono<br />
yang merupakan pekerja di rumah Indra.<br />
Saat penggrebekan itu dilakukan yang<br />
berada di dalam rumah cuma mereka bertiga.<br />
Sedangkan keluarga Indra sedang pergi ke<br />
Jakarta.<br />
Medan bersama Ketua PW NU Sumut<br />
Affifudin Lubis dan Ketua PWI Sumut<br />
Hermansyah, Rabu (19/7).<br />
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol<br />
Rina Sari Ginting melalui keterangan<br />
persnya, Rabu (19/7) kepada wartawan,<br />
dialog itu mengambil topik, "Menjaga dan<br />
merawat Sumut yang aman dan damai."<br />
Ada dua hal materi menjadi pembahasan<br />
dalam upaya merawat Sumut yang<br />
majemuk.<br />
Di antaranya mengenai pandangan<br />
tentang kemajemukan Sumut berkaitan<br />
keamanan dan pengamanan, serta peran<br />
masing-masing stakeholder dalam<br />
menjaga dan merawat Sumut yang aman<br />
dan damai.<br />
"Menurut Kapolda Sumut, Negara<br />
Tumbuh di Atas Makam Bulang Gedang Janggut<br />
bernama Kampung Namolandur.<br />
Dimana disebutlah seorang pemuda<br />
bermarga Simanjaurang dari Desa<br />
Sikodonkodon, Simalungun merantau ke<br />
situ. Pemuda ini lalu membangun gubuk<br />
di pinggiran desa.<br />
Kedatangannya yang tak didahului<br />
dengan permintaan izin membuat tetua<br />
adat gerah. Setelah enam bulan tinggal<br />
di desa itu, Simanjaurang pun dicoba<br />
dengan ilmu santet yang dikirim dukun<br />
desa tersebut. Ternyata Simanjaurang<br />
yang juga memiliki kesaktian<br />
mengembalikan ilmu tadi. Akibatnya,<br />
dukun desa mengalami muntah darah<br />
sebagai cleaning service dengan gaji 1.000<br />
RM dan diberikan Mes (tempat tinggal).<br />
Tak hanya itu, tersangka juga berjanji<br />
menanggung biaya pemberangkatan<br />
korban dan memberi uang tinggal kepada<br />
pihak keluarga hingga jutaan rupiah.<br />
Berkat iming-iming tersebut, tersangka<br />
berhasil mengirimkan lima korbannya.<br />
Mereka adalah Nora Simanjuntak (48),<br />
Maharani Ilda Sahara Siregar (19), Ubay<br />
(42) ketiganya warga Langkat, Ana (52)<br />
warga Tanjung Brahe dan Ade Elvina Piliang<br />
(35) warga Binjai Utara.<br />
Mereka diberangkatkan ke Malaysia<br />
dengan visa wisata. Di malaysia para<br />
korban sudah ditunggu oleh jaringan<br />
tersangka untuk dibawa ke penampungan<br />
sebelum dipekerjakan.<br />
Ternyata janji tinggal janji. "Para korban<br />
ini sudah sempat dipekerjakan di Malaysia<br />
selama 1-2 tahun tapi tidak mendapat gaji<br />
dan diperlakukan tidak layak oleh<br />
Sejumlah reklame di median jalan<br />
ditertibkan oleh tim. Demikian juga reklame<br />
yang ditemukan tidak berizin dan berdiri<br />
melewati batas trotoar jalan yang sudah<br />
ditentukan. Pemotongan tiang reklame<br />
dilakukan secara masif hingga kandas<br />
dengan median jalan sehingga tidak dapat<br />
lagi dipergunakan oleh pemilik reklame. Hal<br />
ini diharapkan mampu memberikan efek jera<br />
kepada pelaku reklame nakal di Kota Medan.<br />
Kasatpol PP Kota Medan, M Sofyan<br />
menyebutkan sebelumnya sudah menyurati<br />
pemilik reklame yang menyalah untuk segera<br />
membongkar sendiri reklamenya. “Jika<br />
memang sampai penertiban ini berlangsung,<br />
pemilik reklame tidak juga membongkarnya,<br />
kita tidak akan ragu untuk langsung<br />
membongkarnya. Tidak pandang bulu,”<br />
"Awalnya cuma tiga polisi yang datang.<br />
Habis itu baru disusul sama Kanitnya. Tidak<br />
lama setelah itu, polisi mengatakan ada barang<br />
bukti paket kecil sabu ditemukan di dalam<br />
kamar," kata Suhardono diamini Andre.<br />
Selanjutnya petugas kepolisian menyuruh<br />
Indra untuk mengambil sabu tersebut. Namun<br />
karena merasa bukan miliknya, Indra tak mau.<br />
"Polisi itu kesal. Akhirnya mereka sendiri<br />
yang mengambil dan menyimpannya," bilang<br />
keduanya lagi.<br />
Sebelum diboyong ke Mapolrestabes<br />
Medan, ketiganya sempat dibawa keliling.<br />
"Kami pertama dibawa dulu ke asrama Brimob.<br />
Beberapa jam di situ baru dibawa ke kantor<br />
polisi," imbuh keduanya.<br />
Keanehan lain, sambung keduanya, status<br />
mereka tidak jelas sampai 5 hari<br />
penangkapan. "Kami bertiga dimasukkan ke<br />
dalam sel. Tidak ada pemeriksaan dan<br />
lainnya," tukas keduanya.<br />
Menanggapi keterangan kedua saksi,<br />
Masyarakat Jangan Sungkan Beri Masukan Kepada Polda<br />
Kesatuan RI merupakan sesuatu yang<br />
sangat penting untuk dijaga bersama<br />
dengan heterogenitas yang kita punya.<br />
Kapolda juga berpesan agar masyarakat<br />
Sumut tak sungkan memberi masukan<br />
terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan<br />
Polri maupun perilaku anggota,"<br />
bilangnya.<br />
Berkaitan dengan merawat Sumut<br />
yang aman dan damai, Rina<br />
menyampaikan Kapolda Sumut<br />
menyampaikan beberapa poin. Di<br />
antaranya pelayanan masyarakat yang<br />
lebih mengedepankan hati, menjunjung<br />
tinggi nilai-nilai hak azasi manusia,<br />
menghormati siapa saja sebagai sesama<br />
masyarakat dan selalu berbagi senyum<br />
sapa serta salam dalam bertugas.<br />
selama empat hari dan akhirnya tewas.<br />
Mengetahui dukunnya tewas, warga<br />
desa langsung mendatangi gubuk<br />
Simanjaurang dan meminta maaf.<br />
Karena yang datang warga setempat,<br />
Simanjaurang pun turut meminta maaf<br />
karena membangun gubuk tanpa<br />
terlebih dahulu meminta izin.<br />
"Setelah itu warga Kampung<br />
Namolandur mengangkat Simanjaurang<br />
tersebut menjadi marga Keliat dan<br />
dipercaya untuk melindungi daerah itu<br />
dari penyakit kiriman," ucapnya.<br />
Sinukaban yang merupakan putra<br />
dari tetua desa kala itu menambahkan,<br />
majikanya," jelas AKBP Sandi Sinurat.<br />
Akhirnya para korban menghubungi<br />
keluarga dan meminta dipulangkan dari Malaysia.<br />
Namun, tersangka justru meminta<br />
uang kepada keluarga bila ingin<br />
memulangkan korban. Tak sedikit, antara<br />
Rp10-Rp15 juta perorang. Biaya itu untuk<br />
pengganti pemberangkatan korban ke<br />
Malaysia dan uang tinggal.<br />
"Berdasarkan laporan itu, polisi melakukan<br />
penyelidikan dengan melakukan<br />
pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Setelah<br />
itu mencoba menangkap tersangka tapi<br />
sudah berangkat ke Tanjungbalai," jelas<br />
Sandi. Personil Renakta Poldasu pun<br />
mengejar ke Tanjungbalai. Akhirnya<br />
tersangka ditangkap di Pelabuhan Teluk<br />
Nibung saat akan berangkat ke Malaysia.<br />
Tersangka dijerat Pasal 4, dan 10 UU 21/<br />
2007 Tindak Pidana Penjualan Orang<br />
(TPPO) dengan ancaman hukuman 15<br />
tahun penjara. (ahmad)<br />
tegas M Sofyan didampingi Kasi Operasional<br />
Pol PP, D Damanik. Penertiban ini, sambung<br />
Sofyan akan terus berlangsung sampai<br />
waktu yang belum ditentukan. Sepanjang<br />
berjalan atas perintah dan mengedepankan<br />
asas penegakan Perda, tim tidak akan raguragu<br />
untuk bertindak.<br />
“Pemko Medan serius dan tetap komitmen<br />
dalam penegakan aturan pendirian reklame.<br />
Selain untuk penataan estetika kota yang<br />
lebih baik, juga untuk meningkatkan PAD<br />
dari sektor Pajak Reklame," tuturnya.<br />
Sebab, tidak dipungkiri, masih banyak<br />
pelaku reklame yang mendirikan reklamenya<br />
namun tidak membayar pajak reklame<br />
mengakibatkan kerugian derah. "Inilah yang<br />
perlu ditegaskan kepada mereka,”<br />
imbuhnya. (adlan)<br />
Penasehat Hukum (PH) pemohon, Rahmad<br />
Sidik langsung bertanya. "Kemudian untuk<br />
barang-barang kalian juga tidak dikembalikan<br />
ya seperti 2 unit laptop, beberapa unit Hp,<br />
uang tunai jutaan rupiah serta emas 80 gram,"<br />
tanya Rahmad.<br />
Dengan lantang keduanya mengaku<br />
seperti di bola-bola jika mempertanyakan hal<br />
tersebut. Karena setelah 5 hari penahanan<br />
itu, mereka berdua dibebaskan karena<br />
dikatakan mereka tidak terlibat. "Bang Indra<br />
terus diproses. Tapi asal kami tanya sama<br />
penyidiknya dimana barang-barang kami<br />
katanya sama tugas luar yang nangkap. Kami<br />
tanya sama tugas luar katanya sama<br />
penyidiknya. Makanya kami menduga<br />
penangkapan ini cacat hukum," tandas<br />
keduanya.<br />
Usai mendengarkan keterangan kedua<br />
saksi, Hakim Tunggal, Bagariang menunda<br />
sidang hingga besok dengan agenda<br />
kesimpulan. (ansah)<br />
Lebih lanjut dikatakan Rina, strategi<br />
itu akan diimplementasikan melalui tiga hal<br />
pada pelaksanaannya dalam tugas<br />
sekaligus melanjutkan ritme kinerja<br />
Kapolda Sumut sebelumnya. Di<br />
antaranya, meningkatkan kualitas<br />
pelayanan publik, meningkatkan<br />
profesionalitas dalam penegakan hukum<br />
dan pengelolaan pemberitaan melalui<br />
media.<br />
"Kapolda menegaskan pada intinya Polri<br />
hadir dalam pelaksanaan tugas kerja<br />
untuk memenuhi harapan masyarakat<br />
dan harapan pemerintah. Dalam<br />
pelaksanakan tugas, Polri juga<br />
berpedoman program Promoter yang<br />
sudah dicanangkan Kapolri," tandasnya.<br />
(ahmad)<br />
sejak saat itu, Kampung Namolandur<br />
menjadi terkenal. Apalagi Keliat sering<br />
mengobati orang sakit dari desa ke<br />
desa. Hampir semua orang yang diobati<br />
sembuh total.<br />
"Pernah orang yang sudah mau<br />
dikubur karena penyakitnya yang<br />
parah. Keliat melarangnya dikubur dan<br />
mengobatinya selama empat hari. Ajaib,<br />
orang tersebut sembuh dan bangkit<br />
layaknya tak pernah sakit," kenangnya.<br />
Di desa itu juga Keliat bertemu<br />
dengan belahan jiwanya. Ia menikah<br />
dengan Boru Sinukaban. Dari<br />
pernikahan itu mereka dikaruniai satu<br />
kepala. "Jenazah korban sudah diambil<br />
oleh pihak keluarga, Kamis (20/7) sekitar<br />
Glugur, Kec Medan Barat.<br />
Peristiwa itu pertama sekali diketahui<br />
Putra (28), warga sekitar yang ditemui<br />
M24. "Aku lagi duduk-duduk sama kawan<br />
di kedai. Kulihat bapak itu tiba-tiba<br />
berhenti sambil megang dada. Pas mau<br />
mau cagakkan ketanya, tiba-tiba jatuh,"<br />
bebernya.<br />
Melihat itu, Putra dan warga lain<br />
langsung membawa Hermansyah ke pos<br />
perlintasan kreta api. Sayang, setiba<br />
Hermansyah sudah menghembuskan<br />
nafas terakhirnya.<br />
Truck BK 3983 BO Terjun<br />
ke Sungai Bingei. Menurut Deni (35)<br />
warga sekitar, awalnya dirinya melihat<br />
truk colt diesel BK 3983 BO yang<br />
dikemudikan Depari (38) warga Namu<br />
Ukur, Kec Sei Bingei mengangkut sirtu<br />
(pasir-batu), untuk menimbun jalan<br />
berlobang, melintas pelan, Kamis (20/7)<br />
sekitar pukul 16:00 WIB.<br />
Saat di jalan menurun, tepatnya<br />
depan titi gantung, truk tiba-tiba<br />
anak laki-laki bernama Toba Keliat.<br />
Ternyata kabar kesaktiannya<br />
didengar penjajah Belanda. Ia pun<br />
dijemput dan dibawa ke lokasi yang tak<br />
diketahui hingga saat ini. Empat bulan<br />
kemudian Keliat kembali muncul di<br />
Namolandur. Ternyata selama<br />
menghilang ia ditahan oleh Belanda.<br />
"Diceritakan pemuda bermarga Keliat<br />
itu, dia disekap Belanda dan tidak diberi<br />
makan selama empat bulan. Dengan<br />
kesaktiannya, ia meminta umang (jin)<br />
mengantarkan makanan. Karenanya,<br />
Keliat berhasil bertahan.<br />
Putus asa, Belanda akhirnya<br />
pukul 03:00 WIB dinihari," terang Iptu J<br />
Silalahi. (mag6)<br />
Ditinggal Suami dengan 2 Anak<br />
Kedatangan jenazah di rumah<br />
duka, Kamis (20/7) sekitar pukul 03:00<br />
WIB disambut jeritan anak sulung<br />
korban. Setelah disemayamkan,<br />
jenazah dimakamkan sekitar pukul<br />
11:00 WIB.<br />
"Sedih kali kami rasa, Bang.<br />
Siapalah yang mau membantu anak<br />
korban bersekolah, apalagi saya dan<br />
ibu sudah tua," ucap orangtua<br />
korban, Tukiman (67) dan Rukiah (67)<br />
kepada M24.<br />
Menurut Tukiman, korban<br />
merupakan anak ketiga dari empat<br />
bersaudara. Sejak ditinggal suami,<br />
Sebelum kejadian, Rukiah (67) ibu<br />
korban mengaku mendapat firasat<br />
buruk. Ia bagian bawah mata sebelah<br />
kirinya berkedip-kedip.<br />
"Seperti hendak menangis perasaan<br />
saya," kenang Rukiah yang ditemui<br />
M24 di rumah duka, Kamis (20/7). Ia<br />
pun tak menyangka kematian anaknya<br />
DELITUA-M24<br />
Merengut kesucian pacar yang di<br />
bawah umur, Aris Berasa (22) menjadi<br />
penghuni tahanan Polsek Delitua, Kamis<br />
(20/7). Ceritanya, Aris warga Jln Kapten<br />
Purba Gg Budimurni, Simpang Perumnas<br />
Simalingkar ini berpacaran dengan sebut<br />
saja Melati (16) warga Medan Tuntungan<br />
sejak sebulan lalu. Minggu (16/7), pelaku<br />
pun mengajak korban bertemu.<br />
Sebagai remaja yang baru mengenal<br />
cinta, korban pun berbunga-bunga saat<br />
dijemput pelaku dengan angkot yang<br />
disopirinya. Setelah mutar-mutar, pelaku<br />
membawa korban ke tempat kosnya.<br />
Saat di dalam kamar, pelaku mulai<br />
membujuk korban untuk melakukan<br />
hubungan suami istri. Dengan sedikit<br />
paksaan, pelaku pun berhasil<br />
memerawani korban.<br />
"Selesai berhubungan, korban saya<br />
antar pulang ke rumahnya dan di angkot<br />
CV Lima Ribu Santuni<br />
LABUHAN-M24<br />
Sehari jenazah Vita Puspita (24)<br />
dimakamkan, pihak CV Lima Ribu<br />
mendatangi keluarga korban di Pasar IV<br />
Gg Indah, Kel Mabar, Kec Medan Deli,<br />
Kamis (20/7). Humas CV Lima Ribu, Imam<br />
menjelaskan, dirinya mewakili pihak<br />
perusahaan menyampaikan rasa bela<br />
sungkawa yang sebesar-besarnya atas<br />
peristiwa yang menimpa korban. Pada<br />
kesempatan itu, Imam menyerahkan<br />
dana santunan kepada keluarga korban.<br />
Kedua orangtua korban, Rusli (72)<br />
dan Atun (65) pun menerima dana<br />
santunan itu dengan berlinang airmata.<br />
"Kami bersyukur, pihak perusahaan<br />
bertanggungjawab meskipun anak kami<br />
(korban) baru sebulan bekerja di<br />
korban berdagang peyek untuk<br />
menghidupi keluarga dan kedua<br />
anaknya yang duduk di kelas 2 SMP<br />
kelas 2 SD.<br />
"Saya berharap kiranya pihak<br />
Paradep dan Jasa Raharja mau<br />
membantu. Karena dana tersebut<br />
untuk cucu saya ini bersekolah," harap<br />
Rukiah.<br />
"Yuliana itu orangnya baik sekali,<br />
Bang, suka menolong. Kasihan sekali<br />
anaknya, apalagi yang berusia dua<br />
tahun itu, masih perlu kasih sayang<br />
ibu," tutur tetanga korban, Santi (34).<br />
(mag6)<br />
Bagian Bawah Mata Kiri Berkedip<br />
terjadi dengan tragis. Pasalnya,<br />
sebelum berangkat menagih uang<br />
peyek, keduanya masih berbincang.<br />
"Soal dagangannya. Dia (korban)<br />
memang bertekad menyekolahkan<br />
kedua anaknya biar jadi orang<br />
sukses," pungkasnya sembari<br />
menyeka air mata. (mag6)<br />
Sekali Jual Minyak Mentah<br />
BINJAI-M24<br />
Penyelundupan minyak mentah<br />
atau kondensat, diungkap oleh Unit<br />
Ekonomi Satreskrim Polres Binjai,<br />
Kamis (20/7) sekitar pukul 02.00 WIB.<br />
Untung penjualan minyak ini bisa<br />
capai Rp400 ribu, untuk sekali jual.<br />
Dalam penangkapan ini, polisi<br />
mengamankan 2 ton minyak<br />
kondensat. Minyak itu dibawa<br />
menggunakan mobil jenis pick up<br />
Grand Max BK 9344 CU beserta supir<br />
mobil, Edison Silalahi (45) warga<br />
Dusun 9, Desa Bukit Selamat, Kec<br />
Besitang, Langkat.<br />
Polisi juga menangkap Sunardi (18)<br />
warga Ling 1, Kampung Lalang, Kel<br />
Pekan Besitang, Langkat, selaku<br />
pemilik dapur pengolahan minyak.<br />
Pembeli minyak yakni Parlin Galingging<br />
(47) warga Dusun 10, Desa Bukit<br />
Selamat, Kec Besitang, Langkat, turut<br />
ditangkap.<br />
Menurut Parlin, dia membeli dan<br />
menjual kondensat untuk mencari<br />
uang demi kebutuhan hidup<br />
keluarganya. Ia menjual kondensat<br />
karena tingginya peminat minyak<br />
tanah di Medan dan Tanah Karo. Dia<br />
mengatakan membeli minyak dengan<br />
harga Rp5.500 per liter dan<br />
menjualnya dengan harga Rp6.800.<br />
Bisnis ini dilakuannya satu bulan sekali.<br />
"Baru jualan tiga bulan ini. Sekali jualan<br />
mendapatkan untung bersih Rp400<br />
ribu," ujar Parlin. Kasat Reskrim Polres<br />
Binjai AKP Ismawansa melalui Kanit<br />
Ekonomi Ipda Dedi Subiantoro<br />
mengatakan, penangkapan berawal<br />
dari kecurigaan melihat pick up yang<br />
ditutup terpal ketika melewati Jln<br />
Megawati menuju Medan.<br />
"Saat dihentikan oleh petugas.<br />
Ternyata minyak mentah yang tidak<br />
memiliki dokumen lengkap," kata Dedi.<br />
Dijelaskan Dedi, polisi<br />
memprasangkakan para pelaku<br />
melanggar pasal 54 dan pasal 53<br />
huruf a,b dan UU RI No. 22 tahun<br />
2001 tentang migas. (sopian)<br />
2x Gagahi Pacar Sopir Angkot<br />
kami masih bercerita minta<br />
ditanggungjawabi. Karena saya bilang<br />
saya tanggungjawab, korban ketawa,"<br />
beber pelaku kepada petugas.<br />
Ketagihan, keesokan harinya,<br />
keduanya kembali bertemu dan<br />
mengulangi hubungan terlarang itu.<br />
Orangtua korban yang melihat korban<br />
diantar pulang malam curiga. Setelah<br />
diinterogasi, korban pun mengaku telah<br />
diperawani pelaku.<br />
Tak terima, peristiwa itu dilaporkan ke<br />
Polsek Delitua. Oleh petugas, pelaku<br />
langsung diciduk dari dalam kamar<br />
kosnya. "Pelaku sudah mengakui<br />
perbuatanya dan kita jerat dengan Pasal<br />
81 Ayat 1,2 UU RI No 35 Tahun 2014<br />
tentang perubahan atas UU RI No 23<br />
tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak<br />
dengan ancaman hukuman 15 tahun<br />
penjara," tegas Kapolsek Delitua, Kompol<br />
Wira Prayatna. (mehuli)<br />
perusahaan itu," ucap Rusli.<br />
Meski masih sulit menerima kenyataan<br />
pahit itu, Rusli dan keluarga akan<br />
mengikhlaskan kepergian anak kedua<br />
dari empat bersaudara tersebu.<br />
"Kami ikhlas, mungkin ini cobaan bagi<br />
kami. Kami hanya bisa berdoa untuk<br />
almarhum," tukasnya.<br />
Seperti diberitakan sebelumnya, Vita<br />
Puspita tewas dalam kecelakaan kerja<br />
di CV Lima Ribu KIM II, Komplek Serba<br />
Guna, Kec Medan Deli, Selasa (18/7)<br />
sekitar pukul 19:00 WIB. Ketika itu korban<br />
hendak mengambil bola yang jatuh ke<br />
bawah mesin cetakan. Naas, kepala<br />
gadis pemalu itu terjepit di mesin. Korban<br />
pun tewas di tempat dengan kondisi<br />
kepala pecah hingga gepeng. (sigit)<br />
Jantung Kumat Hermansyah<br />
Petugas Polsekta Medan Barat yang<br />
mendapat informasi langsung turun ke<br />
lokasi dan membawa jenazah<br />
Hermansyah ke RS Bhayangkara guna<br />
dilakukan otopsi sembaru menunggu<br />
pihak keluarga. "Keterangan dari lokasi,<br />
korban terjatuh dari atas kreta. Diduga<br />
memiliki riwayat penyakit. Karena pihak<br />
keluarga enggan dilakukan otopsi,<br />
keluarga langsung membawa jenazah<br />
untuk disemayamkan," jelas Kanit<br />
Reskrim Polsekta Medan Barat Iptu Said<br />
Husein. (ardi)<br />
meluncur dan terjun ke Sungai Bingei<br />
dan terguling. Bagian kepala truk dan<br />
tangki mengalami kerusakan cukup<br />
parah. "Sepertinya putus rem. Karena<br />
kami lihat seperti kehilangan kendali dan<br />
langsung meluncur masuk sungai.<br />
Sopirnya luka ringan aja," kata Deni.<br />
Peristiwa itu menjadi tontonan warga<br />
dan pengendara sehingga menimbulkan<br />
kemacetan. (sopian)<br />
melepaskan Keliat yang langsung kembali<br />
ke Kampung Namolandur dan<br />
melanjutkan pekerjaannya mengobati<br />
orang yang sakit hingga sembuh.<br />
Selama disekap, Keliat membiarkan<br />
jenggotnya tumbuh.<br />
Karena penampilannya yang<br />
demikian, Keliat kemudian dijuluki oleh<br />
warga sekitar dengan memanggilnya<br />
Bulang Gedang Janggut (kakek jenggot<br />
panjang). Ia pun meninggal karena usia<br />
tua. Seiring berjalannya waktu, di atas<br />
lokasi makam Bulang Gedang Janggut<br />
inilah tumbuh pohon kayu besar<br />
tersebut. (***)