Bangkit-Berdaya-edisi-1-versi-Mobile
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
KISAH<br />
KISAH<br />
Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam<br />
panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi<br />
anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai<br />
pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar<br />
dia bangun dan menangis minta makan,” tuturnya panjang<br />
lebar.<br />
“Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas<br />
jadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya,”<br />
lanjutnya.<br />
Wanita itu tidak tahu yang ada di hadapannya adalah Khalifah<br />
Umar bin Khattab. Aslam sempat hendak menegur wanita itu.<br />
Tetapi, Khalifah Umar mencegahnya. Khalifah lantas menitikkan<br />
air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya.<br />
Segeralah diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke<br />
Madinah. Sesampai di Madinah, Khalifah langsung pergi ke<br />
Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum.<br />
Tanpa mempedulikan rasa lelah, Khalifah Umar mengangkat<br />
sendiri karung gandum tersebut di punggungnya. Aslam<br />
segera mencegah.<br />
“Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku yang memikul karung<br />
itu,” kata Aslam.<br />
Kalimat Aslam tidak mampu membuat Umar tenang. Wajahnya<br />
merah padam mendengar perkataan Aslam.<br />
“Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau akan<br />
menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau mau memikul<br />
beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” kata Umar<br />
dengan nada tinggi.<br />
Aslam tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar. Sembari<br />
terseok-seok, Khalifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan<br />
ke tenda tempat tinggal wanita itu.<br />
Sesampai di sana, Khalifah Umar menyuruh Aslam membantunya<br />
menyiapkan makanan. Khalifah sendiri memasak makanan<br />
yang akan disantap oleh wanita itu dan anak-anaknya.<br />
Khalifah Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut<br />
makan setelah masakannya matang. Melihat mereka bisa<br />
makan, hati Khalifah Umar terasa tenang.<br />
Makanan habis dan Khalifah Umar berpamitan. Dia juga<br />
meminta wanita tersebut menemui Khalifah keesokan harinya.<br />
“Berkatalah yang baik-baik. Besok temuilah Amirul Mukminin<br />
dan kau bisa temui aku juga di sana. Insya Allah dia akan mencukupimu,”<br />
kata Khalifah Umar.<br />
Keesokan harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin.<br />
Betapa kagetnya si wanita itu melihat sosok Amirul Mukminin,<br />
yang tidak lain adalah orang yang telah memasakkan makanan<br />
untuk dia dan anaknya.<br />
“Aku mohon maaf. Aku telah menyumpahi dengan kata-kata<br />
zalim kepada engkau. Aku siap dihukum,” kata wanita itu.<br />
“Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan<br />
seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku.<br />
Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini di hadapan<br />
Allah? Maafkan aku, ibu,” kata Khalifah Umar. ▣<br />
Marhaban Yaa Ramadan<br />
MARI BERSIHKAN HATI dengan<br />
ikHlas memaafkan<br />
mARI BERSIHKAN HARTA dengaN<br />
menunaikan hak dhuafa<br />
BANGKIT BERDAYA! EDISI I/TAHUN I/ JAN-MARET 2017 11