17.05.2019 Views

E - PAPER RADAR BEKASI EDISI 17 MEI 2019

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Belakangan ini, kami para<br />

guru mengalami dilema berat<br />

ketika harus memberi sanksi<br />

kepada siswa yang telah<br />

melewati batas. Tentunya<br />

setiap sekolah memiliki tata<br />

tertib, aturan, dan berbagai<br />

kegiatan yang mengacu ke<br />

arah yang lebih baik. Tak<br />

hanya itu, sepertinya tata<br />

tertib yang ada tak seharusnya<br />

dilanggar karena kenakalan<br />

remaja yang dewasa ini<br />

membuat resah pada setiap orang tua. Setidaknya<br />

sekolah mempunyai kebijakkan masing masing<br />

dalam menerapkan peraturannya. Karena semata<br />

untuk mendisiplinkan siswa sehingga menjadi<br />

manusia utuh yang bermoral dan beretika. Karena<br />

seperti pada zamannya dulu ada mata pelajaran<br />

PMP yang merupakan singkatan dari Pendidikan<br />

Moral Pancasila. Namun jangan sampai dengan<br />

ditiadakannya mata pelajaran PMP justru negara<br />

menjadi krisis moral. Ini bak virus yang menyebar<br />

begitu cepatnya, ketika siswa tidak ada lagi tata<br />

etikanya dengan guru. Semisal ketika bertemu guru<br />

di luar sekolah bahkan tidak menyapa ataupun<br />

memberi salam. Mungkin hal sekecil ini bermula<br />

karena semakin menipisnya rasa yang tertanam<br />

dalam diri siswa. Bukan hanya itu, ketika sang siswa<br />

menyalip Guru yang sedang berjalanpun merupakan<br />

sikap yang sudah pasti memberi kesan tidak<br />

sopan.<br />

Pernahkah kita fikirkan? Kalau bukan kita sebagai<br />

Guru yang meluruskan batang kayu siapa lagi?<br />

Karena siswa itu bagai kita menanam pohon, kita<br />

rawat dari kecil, kita luruskan batangnya maka<br />

ketika dia besar nanti tidak bengkok. Kalau kelak<br />

batang itu bengkok berarti kita gagal dalam<br />

menanam pohon itu. Nah, di situ terkadang guru<br />

merasa dilema ketika ingin memberi sanksi pada<br />

siswa yang sudah kelewat batas. Karena maraknya<br />

orang tua yang sedikit-sedikit protes bahkan ada<br />

juga yang sampai melaporkan sebagai kasus.<br />

Tapi apakan para orang tua berfikir? Apabila<br />

orang tua selalu menuruti kemauan putra putrinya<br />

meskipun itu salah, apalah jadinya jika yang<br />

menjadi penerus bangsa saja sudah dididik hal<br />

yang negatif meskipun menurutnya positif. Hal<br />

yang seperti ini harusnya sebagai orang tua yang<br />

sudah percaya menitipkan anaknya untuk bersekolah<br />

di suatu sekolah, maka hendaklah untuk<br />

percaya sepenuhnya dalam hal untuk kebaikan.<br />

Kebanyakan guru tentunya tak membuat<br />

siswanya menjadi yang lemah, justru yang di<br />

harapkan seorang guru adalah menginginkan<br />

seorang siswa yang lebih baik lagi. Seperti halnya<br />

yang selalu kita terapkan dari hal yang terkecil yaitu<br />

5S (sapa, senyum, salam, sopan dan santun). Maka<br />

dari itu orang tuapun saling memberi motivasi<br />

anaknya, ketika putra putrinya melakukan kesalahan<br />

tak segan untuk menegurnya bukan membiarkannya.<br />

Sehingga gurupun dengan mudah memberikan<br />

ilmunya dengan nyaman dan merasa aman.<br />

Karena guru adalah manusia, ingin mempunyai<br />

rasa nyaman dan aman dalam mengajar.<br />

Orang tua pada umumnya tahu seberapa<br />

dekatnya dengan anaknya, karena kedekatan bisa<br />

memberikan hal yang baik untuk putra putrinya<br />

dalam berbuat kebaikan. Karena berawal dari<br />

lingkungan sekolah anak menjadi tahu tentang<br />

pengetahuan moral dan etika, meski sejatinya itu<br />

harus di dapatkan terlebih dahulu di lingkungan<br />

keluarga.<br />

Mari para orang tua untuk saling bekerjasama<br />

dengan guru dalam mendidik putra putrinya<br />

supaya menjadi penerus bangsa yang bermoral<br />

dan beretika. (*)<br />

Sering Diskusi dengan Pelajar Asing Melalui Internet<br />

PENDIDIKAN<br />

6<br />

Guru Profiler,<br />

Memahami<br />

Kebutuhan Anak<br />

Oleh: Hatta Nur Yakina<br />

SMP Al Azhar Syifa Budi Legenda,<br />

Anggota KGPBR<br />

Guru dan siswa adalah<br />

dua komponen penting<br />

yang bersinergi dalam<br />

mengisi peran penting<br />

pendidikan di lingkungan<br />

sekolah. Guru merupakan<br />

pengendali dan motor<br />

penggerak dalam<br />

mengarahkan siswa agar<br />

memiliki keinginan dan<br />

hasrat besar dalam menuntut ilmu. Siswa<br />

adalah objek pendidikan yang dapat dijadikan<br />

sebagai tonggak atau indikator keberhasilan<br />

guru dalam mendidik dan membimbingnya<br />

agar mencapai hasil ketercapaian tujuan<br />

pendidikan yang sesungguhnya. Bukan hanya<br />

sekedar Nilai atau pengukuran angka yang<br />

dijadikan sebagai indikator keberhasilan,<br />

melainkan kebermaknaan pendidikan dalam<br />

membina karakter siswa sebagai pemimpin di<br />

masa yang akan datang.<br />

Mewujudkannya adalah bukan hal yang<br />

mudah, dibutuhkan sebuah ikatan emosional<br />

positif untuk membangun sebuah sinergi yang<br />

seiring sejalan. Guru diharapkan mampu<br />

memahami kebutuhan siswa dan siswa<br />

diharapkan agar memahami tentang tanggung<br />

jawab moral dalam menuntut ilmu dan<br />

mengembangkankan kelak menjadi bekal<br />

kesuksesannya.<br />

Bukan karena keahlian khusus, guru bisa<br />

memahami kebutuhan siswa dan<br />

memprofiling masalah yang dihadapi siswa<br />

bahkan membantunya menemukan solusi<br />

dengan sikap terbaik. Guru pun bukan<br />

cenayang yang pandai menebak, potensi baik<br />

siswa apa yang perlu terus dikembangkan<br />

sehingga membuahkan sesuatu tidak hanya<br />

kenyamanan dalam belajar melainkan<br />

mencipta sebuah karya nyata yang ia dapat<br />

banggakan kelak kemudian hari. Guru pun<br />

bukanlah penegak hukum atau reporter yang<br />

selalu bertanya kritis tentang keadaan<br />

siswa-siswanya. Guru dianugerahi Tuhan<br />

kelebihan untuk memahami apa yang tidak<br />

terucapkan dalam lisan dan apa yang tidak<br />

tergambar dalam perilaku. “Teacher teaches<br />

from the heart”. Kelebihan yang Tuhan<br />

berikan ternyata disebabkan karena Ia<br />

mengajar dengan hati. Kelebihan lainnya<br />

adalah karena guru dengan pengalamannya<br />

menjumpai dan menganalisis berbagai<br />

karakter anak, membuahkan keterampilan<br />

hidup khusus dalam menangani anak-anak<br />

bermasalah dan atau berkebutuhan khusus.<br />

“Pengalaman selalu lebih penting dibanding<br />

level pendidikan dan nilai akademis.”<br />

Setelah ikatan emosional positif guru dan<br />

siswa terjalin, Maka guru akan mudah<br />

memposisikan dirinya sebagi pendidik,<br />

penyampai risalah bahkan sebagai teman<br />

yang paling mengerti kebutuhan siswa,<br />

memahami potensinya atau lebih jauh lagi<br />

guru akan menjadi tempat siswa berbagi suka<br />

dan duka yang amanah dan dinilai paling<br />

aman dalam menjaga rahasia setiap siswanya.<br />

Setelah ikatan emosional positif guru dan<br />

siswa terjalin, guru dapat menjadi penyampai<br />

komunikasi antara siswa dan orang tua. Guru<br />

harus mengembalikan peran penting orang<br />

tua dalam mendidik dan mendampingi siswa<br />

dalam menuntut ilmu. Karena mendidik dan<br />

mengembangkan potensi anak adalah<br />

tanggung jawab bersama. Setelah semuanya<br />

menjadi harmoni, maka akan banyak generasi<br />

bangsa yang mampu menggores dan menoreh<br />

segudang prestasi akademik maupun non<br />

akademik. Serta, Utamanya adalah mampu<br />

menciptkan kembali generasi yang<br />

berkarakter, berprestasi dan berakhlakul<br />

karimah.(*)<br />

Serangkaian bencana<br />

terus saja menghantui<br />

negeri ini tanpa henti.<br />

Seolah bumi menampakkan<br />

kejengahan<br />

atas polah tingkah<br />

manusia penghamba<br />

materi. Jangankan<br />

tunduk pada aturan<br />

Ilahi, kehidupan<br />

sekuler-kapitalis sering<br />

membuat rasa<br />

manusiawi tak lagi<br />

dimiliki. Hingga beras<br />

untuk korban bencana<br />

saja dicuri.<br />

Seperti halnya kasus yang menyeret Kepala Badan<br />

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota<br />

Bekasi, HI dan dua orang pegawai BPBD AD dan FS.<br />

Ketiganya diduga melakukan tindak pidana korupsi<br />

(Tipikor) bantuan beras korban bencana yang<br />

digelontorkan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog)<br />

medio 2016 dan 20<strong>17</strong> lalu. Akibatnya negara<br />

mengalami kerugian sekitar Rp1,8 miliar. (radarbekasi.id)<br />

Sungguh tak berlebihan jika dikatakan bahwa<br />

negeri ini benar-benar mengalami krisis kepemimpinan<br />

hingga kronis. Para pejabat sama sekali tak<br />

memiliki jiwa mengayomi apatah lagi melayani.<br />

Mereka telah menjelma menjadi tikus-tikus berdasi<br />

penghisap negeri. Mencuri dan memanipulasi<br />

menjadi kegiatan utama setelah mahkota kekuasaan<br />

dalam genggaman.<br />

Lihat saja, betapa kasus korupsi hari ini telah<br />

menjadi budaya yang menjamur subur di setiap lini<br />

kehidupan demokerasi. Mahalnya biaya berpolitik<br />

dalam era ini menjadi alasan kuat para pejabat untuk<br />

merampok hak yang dimiliki rakyat.<br />

Belum lagi pendidikan sekuler yang dianut di negeri<br />

ini. Alih-alih mampu melahirkan generasi pemimpin<br />

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang<br />

Maha Esa sesuai tujuan pendidikan yang tertuang<br />

dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003<br />

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Para pemimpin<br />

negeri ini hanyalah manusia-manusia tak bermoral.<br />

Tak mengenal konsekuensi keimanan yang dimiliki<br />

sebagai seorang hamba di muka bumi. Meski KTP<br />

menunjukkan islam sebagai agama yang diyakini.<br />

Sekulerisme nampaknya telah betul-betul mengakar<br />

kuat di benak para pemimpin negeri. Menjauhkan<br />

agamanya dari kehidupan sehari-hari. Boleh saja<br />

rajin sholat, puasa dan bersedekah, tapi lupa<br />

bagaimana cara mencari penghidupan yang berkah.<br />

Meski sering berpakaian islami, juga telah bergelar<br />

haji tapi lalai akan balasan yang sejati. Bahwa setiap<br />

amalnya akan dipertanggungjawabkan kelak di hari<br />

berbangkit.<br />

Menuntut ilmu di bangku sekolah hari ini, hanya<br />

demi selembar ijazah yang menjadi syarat untuk<br />

menaiki tangga kekuasaan. Tak perduli kualitas diri,<br />

asal punya modal tinggi mereka bisa menduduki<br />

jabatan yang diingini. Inilah kapitalisasi.<br />

Sistem yang diadopsi negeri muslim terbesar ini,<br />

telah berjaya melahirkan generasi penghamba<br />

materi. Kerakusan menguasai diri hingga hidupnya<br />

tersibukkan sekedar urusan materi demi memuaskan<br />

nafsu duniawi.<br />

Apalagi berharap pada penegak hukum yang tak<br />

mampu berdiri di kaki sendiri? Berlutut pada<br />

kekuatan politik yang mendominasi. Akhirnya,<br />

hukum tebang pilih menjadi tontonan hampir saban<br />

hari. Kasus suap-menyuap pun tak pelak menjangkiti<br />

lembaga dimana rakyat mengais keadilan.<br />

Tak ada efek jera. Jeruji besi saja bisa jadi hotel<br />

bintang lima. Begitu kasus yang terjadi di Lapas<br />

Sukamiskin Bandung pada bulan Juli tahun lalu.<br />

Meski telah menjadi pesakitan, mereka bisa rasakan<br />

fasilitas mewah dengan biaya hingga ratusan juta.<br />

Lagi-lagi uang yang berbicara. Itulah sistem<br />

demokerasi besutan akal manusia. Tak ada keadilan,<br />

yang ada hanya akal-akalan. Jauh dari solusi, justru<br />

berbuntut kemaksiatan tak bertepi.<br />

Tak inginkah kita menilik islam yang lahir dari sang<br />

Pemilik Bumi? Islam adalah agama yang turun<br />

dengan kesempurnaannya. Tak hanya mengajarkan<br />

bagaimana cara menyembah yang benar kepada<br />

Allah sang Pencipta. Namun juga menjabarkan<br />

aturan dalam setiap lini kehidupan.<br />

Islam dengan sistem pendidikannya yang bertujuan<br />

utama melahirkan generasi berkepribadian islam<br />

mempunyai seperangkat konsep, metode dan<br />

berbagai teknis untuk mewujudkan misinya.<br />

Sedangkan konsep yang dibangun hanya berlandaskan<br />

pada akidah Islam, sehingga semua tujuan<br />

pembelajaran tidak menyimpang dari ajaran islam.<br />

Akhirnya wajar ketika di masa kejayaannya dulu,<br />

lahir banyak ilmuwan yang faqih fiddin. Terlahir pula<br />

sosok-sosok pemimpin mulia sekaliber Umar bin<br />

Abdul Aziz, Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad<br />

Al-fatih dan masih banyak lainnya.<br />

Sistem islam yang ditopang oleh ketaqwaan<br />

individu hasil dari pendidikan yang diterapkan, juga<br />

masyarakat yang mengontrol dengan saling menasehati<br />

dalam kebaikan.<br />

Allah SWT berfirman yang artinya:<br />

“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar<br />

dalam keadaan merugi, kecuai orangorang<br />

yang beriman dan beramal saleh serta<br />

mengingatkan (sesamaanya) dengan kebenaran<br />

dan saling mngingatkan dengan penuh kesabaran”<br />

(Q.s. al-Ashr: 1-3).<br />

Selain keduanya, di dalam Islam negara atau<br />

penguasa wajib mengemban hukum-hukum islam<br />

untuk diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Yang<br />

dengannya mampu menutup celah terjadinya tindak<br />

korupsi melalui enam langkah, yakni: (1)<br />

menguatkan iman para pejabat dan penegak<br />

hukum serta manyarakat akan balasan Allah<br />

di akhirat, (2) menguatkan ranah muraqabah, (3)<br />

memberi gaji/fasilitas yang tinggi,<br />

(4) membuka selebar-lebarnya ranah muhasabah,<br />

(5) penghitungan kekayaan para<br />

pejabat, baik sebelum maupun diangkat, (6)<br />

pemberian hukuman yang setimpal kepada para<br />

pelaku yang terbukti melakukan suap.<br />

Sudah saatnya kita mengalihkan pilihan pada Islam<br />

sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang<br />

membelit negeri. Memberantas praktik korupsi<br />

hingga tak kan hidup tikus-tikus penghisap negeri.<br />

Membuka lembaran baru dengan mewujudnya<br />

kehidupan islam dengan para pemimpin bertaqwa.<br />

Mengupayakan kesejahteraan umat di dunia hingga<br />

akhirat. (*)<br />

PENDIDIKAN<br />

6<br />

Tikus Berdasi<br />

Penghisap Negeri<br />

Oleh: Ummu Zhafira<br />

Akademi Menulis Kreatif<br />

Upaya Mendongkrak Kualitas SDM<br />

Meningkatkan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi<br />

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian<br />

Darmin Nasution mengatakan,<br />

pendidikan dan pelatihan vokasi dilakukan<br />

untuk mengejar kertertinggalan<br />

Indonesia dalam bidang pendidikan.<br />

“Karena kita nggak punya waktu lagi<br />

untuk membenahi (SDM) ini dari sistem<br />

pendidikan secara keseluruhan.<br />

Kita harus lebih sistematis dalam soal<br />

(vokasi) ini sehingga kita akan kembangkan<br />

sistemnya,” ujarna di Hotel Ritz<br />

Carlton, Jakarta.<br />

Bahkan, Mantan Gubernur Bank Indonesia<br />

ini menyebut masih rendahnya<br />

kualitas pendidikan di Tanah Air tercermin<br />

dari banyaknya jumlah pekerja<br />

lulusan SMP yang bekerja di Indonesia.<br />

Menurut data Kementerian<br />

Ketenagakerjaan, 58,76 persen dari<br />

total pekerja Indonesia lulusan SMP.<br />

Sisanya, sebanyak 29,07 persen merupakan<br />

lulusan SMK dan SMA.<br />

Secara lapangan pekerjaan, pada 2015,<br />

pemerintah mencatat jumlah lapangan<br />

pekerjaan baru yang berhasil tercipta<br />

sebanyak 2.886.288. Pada 2016, penciptaan<br />

lapangan kerja sebanyak<br />

2.448.916 dan 20<strong>17</strong> sebanyak 2.669.469<br />

dan pada November 2018 tercatat 1,9<br />

juta lapangan pekerjaan. Bila dijumlah<br />

sejak 2015, maka sudah ada 9.904.673<br />

lapangan pekerjaan baru hingga November<br />

tahun ini.<br />

“58 persen org yang bekerja di Indonesia<br />

pendidikannya paling tinggi SMP,<br />

Itu tidak memadai apalagi untuk daya<br />

saing. Oleh karena itu, kita harus ambil<br />

agak jalan pintas dengan kembangkan<br />

pendidikan dan pelatihan vokasi seperti<br />

apa strukturnya nanti,” tuturnya.<br />

Nantinya, lanjut Darmin, pemerintah<br />

akan fokus pada pendidikan dan pelatihan<br />

vokasi untuk Sekolah Menengah<br />

Kejuruan (SMK). Sejumlah reformasi<br />

akan dilakukan baik dari sisi kurikulum,<br />

tenaga pengajar, peralatan hingga<br />

kerja sama dengan industri untuk pelathian.<br />

“Selain SMK tentu akan ada perguruan<br />

tinggi atau politeknik tapi ada<br />

juga yang levelnya lebih bawah yaitu<br />

Balai Latihan Kerja (BLK) dan ini semua<br />

rancangannya boleh dikatakan sudah<br />

tuntas. Mudah-mudahan dalam satu<br />

atau dua minggu ini roadmap dari pelatihan<br />

dan pendidikan vokasi itu sudah<br />

akan dijelaskan diresmikan ke publik,”<br />

pungkasnya.(*)<br />

Pemerintah saat ini fokus dalam<br />

pengembangan sumber daya<br />

manusia (SDM) melalui<br />

pendidikan dan pelatihan<br />

vokasi. Hal itu dilakukan untuk<br />

mengimbangi pembangunan<br />

infrastruktur yang masif selama<br />

periode 2015-<strong>2019</strong>. Apa yang<br />

diupayakan?<br />

Laporan:<br />

JPNN<br />

Jakarta<br />

Sekarang ini, banyak<br />

hal yang ramai<br />

diperbincangkan<br />

sehingga menjadi viral.<br />

Semenjak sosmed<br />

semakin meningkat<br />

penggunaannya di<br />

masyarakat, istilah<br />

viral pun semakin<br />

akrab di telinga kita.<br />

Dan akhir-akhir ini,<br />

yang lagi marak<br />

digandrungi anak<br />

muda di sosmed<br />

adalah permainan Seberapa Gregetnya Lo.<br />

Hal ini mengantarkan pikiran saya tentang<br />

seberapa gregetnyakah guru zaman now ini<br />

mengajar dengan melihat kondisi anak milenial<br />

yang tidak lepas dari gadget.<br />

Dalam buku Munif Chatib tentang “Sekolahnya<br />

Manusia” disebutkan bahwa gaya mengajar guru<br />

harus mengikuti gaya belajar siswa, dalam artian<br />

guru harus menyesuaikan metode pembelajarannya<br />

dengan kondisi peserta didiknya. Dengan<br />

begitu, pembelajaran akan berjalan dengan baik<br />

dan mudah dipahami peserta didik. Seorang guru<br />

itu harus mampu menyelami dunia mereka secara<br />

baik. Jadi, jelas kita sebagai guru harus mengikuti<br />

cara belajar mereka.<br />

Di zaman milenial ini satu hal yang tidak bisa kita<br />

fungkiri adalah kecanggihan teknologi. Anak<br />

berusia 2 tahun saja sudah bisa mengutak-atik<br />

gadget dengan mahirnya. Terlebih anak-anak seusia<br />

anak didik kita, mereka jauh melejit di bidang<br />

internet dan hal-hal berbau teknologi dibanding kita<br />

gurunya.<br />

Untuk itu, sebuah keharusan bagi kita untuk<br />

mengikuti cara mereka. Mau tidak mau kita harus<br />

mengaplikasikan kecanggihan teknologi ke dalam<br />

metode pembelajaran. Jangan melulu jadi guru<br />

jadul dan tidak mau move on , dengan dalih “ah,<br />

saya sudah tua.” Atau “Saya sudah tidak bisa fokus<br />

kalau disuruh belajar lagi, toh kita sudah dapat gaji<br />

tetap, untuk apa lagi” . Kita harus bisa mengubah<br />

sudut pandang dan cara berfikir sebagai guru<br />

milenial, kita harus bisa upgrade diri agar selalu<br />

bisa nyambung dengan anak didik kita, Sehingga<br />

kita menjadi guru yang greget di hadapan peserta<br />

didik.<br />

Teknologi pendidikan juga sudah banyak ditemukan<br />

oleh para ahli untuk menjawab tantangan<br />

zaman ini. Telah banyak aplikasi-aplikasi belajar<br />

yang sudah tersedia di dalam gadget, misalnya<br />

sekarang adanya bimbingan belajar online. Kita<br />

lihat, betapa besar animo anak muda dengan<br />

adanya aplikasi belajar online ini. Dalam waktu<br />

singkat pengguna aplikasi ini jutaan peminatnya,<br />

mampu mengalahkan bimbingan- bimbingan<br />

belajar yang ada di sekitar kita karena ini menawarkan<br />

sebuah konsep belajar yang berbeda, yaitu<br />

sebuah tawaran belajar jarak jauh dengan tetap stay<br />

di rumah. Tanpa perlu mengeluarkan waktu, tenaga,<br />

dan uang berlebih tentunya. Jadi, sungguh efisien<br />

tanpa mengurangi kualitasnya.<br />

Disini, guru semakin dituntut kreatifitasnya agar<br />

jangan sampai kalah pamor dengan aplikasi belajar.<br />

Kita harus bisa menaklukkan daya tarik aplikasiaplikasi<br />

itu agar peserta didik kita tetap nyaman<br />

belajar dengan kita, bertatap langsung, berinteraksi<br />

langsung, dan menjalin kedekatan. Ini tantangan<br />

bagi kita agar peserta didik tetap enjoy dengan<br />

gurunya di sekolah. Untuk itu, pendidkan 4.0 ini<br />

dirasa sangat perlu untuk membantu kita sebagai<br />

guru greget di zaman milenial ini.<br />

Pendidikan 4.0 adalah tantangan bagi guru agar<br />

bisa mengajar dengan greget kepada siswa. Guru<br />

dituntut harus bisa mengikuti kecanggihan zaman<br />

dengan mengaplikasikannya dalam metode<br />

pembelajaran.<br />

Dalam pendidikan, seorang 4.0, guru/dosen<br />

berfungsi sebagai pemimpin team (team leader)<br />

yang bekerjasama dengan siswa/mahasiswa untuk<br />

menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />

dengan didukung banyak sumber pembelajaran<br />

berbasis internet (Artificial Intelligence Portals).<br />

So, dengan begitu gregetnya kita mengajar akan<br />

sampai kepada siswa.<br />

Dalam pendidkan 4.0 banyak perbedaan mendasar<br />

yang menjadikan kita sebagai guru greget di<br />

mata anak didik, diantaranya proses pembelajaran<br />

secara terbuka untuk meningkatkan kreativitas<br />

pembelajar, membangun jaringan sosial melewati<br />

ruang-ruang kelas dan disiplin ilmu, pembelajaran<br />

adaptif yang dikendalikan oleh banyak Artificial<br />

Intelligence Portals (berbasis internet).<br />

Terus juga, materi pembelajaran sesuai kebutuhan<br />

praktek yang bersumber dari berbagai portal<br />

internet (Artificial Intelligence Portals) tanpa perlu<br />

terikat secara kaku pada buku-buku teks. Juga,<br />

pembelajaran tidak lagi tergantung pada bangunan<br />

fisik karena aktivitas pembelajaran dilakukan secara<br />

terbuka dengan pertukaran guru/dosen melintasi<br />

daerah/wilayah/nasional seperti menawarkan<br />

gelar/ijazah ganda (double degree), dan akreditasi<br />

dari banyak institusi yang diakui secara internasional.<br />

Nah, bekal pendidikan 4.0 inilah modal dasar kita<br />

sebagai pendidik di era milenial ini. Guru tua, muda,<br />

senior, junior, atasan bawahan harus sama-sama<br />

bergandengan tangan, saling mendukung, dan<br />

memotivasi untuk mewujudkan pendidikan<br />

berbasis milenilal dengan pendidikan 4.0 ini.<br />

Ini merupakan salah satu ikhtiar kita, agar<br />

mengajar lebih greget dan mudah dipahami siswa<br />

sesuai dengan gaya belajar mereka yang senang<br />

dengan gadget.Dibutuhkan revoliusi mental untuk<br />

bisa mewujudkan ini. So, mari kita mulai dari diri<br />

kita sendiri, teman di lingkungan sekolah, dan<br />

menularkannya kepada teman-teman sejawat kita.<br />

Kita bisa jadi guru pembelajar, guru greget, guru<br />

yang disenangi oleh peserta didik kita, Aamiin. (*)<br />

PENDIDIKAN<br />

6<br />

Seberapa Gregetnya<br />

Kamu Mengajar<br />

PENDIDIKAN<br />

6 SENIN, 1 OKTOBER 2018<br />

Les atau Bimbingan<br />

Belajar, Perlukah ?<br />

“ANAK SD aja udah les<br />

private? Sesusah apa sih<br />

pelajarannya?” komentar<br />

seorang ibu muda.<br />

Pertanyaan yang wajar<br />

diajukan mengingat<br />

beliau belum memiliki<br />

putra atau putri yang<br />

duduk di sekolah dasar.<br />

Namun bagi orang tua<br />

atau ibu yang sudah<br />

merasakan anaknya duduk di sekolah dasar<br />

kelas tinggi, kelas 4 hingga kelas 6 misalnya.<br />

Kehadiran seorang guru les private kadang<br />

menjadi suatu kebutuhan tersendiri.<br />

Apalagi bila ananda termasuk tipe anak yang<br />

terlambat dalam memahami suatu materi<br />

pelajaran. Menyediakan guru les private atau<br />

mengikutkan anak dalam kelas bimbingan<br />

belajar, merupakan salah satu alternatif<br />

mengatasi kendala tersebut. Lantas, apakah les<br />

private atau bimbingan belajar menjadi<br />

satu-satunya alternatif bagi anak yang terlambat<br />

belajar ? Tentu tidak. Ini semua tergantung<br />

kemampuan orangtua dari anak tersebut.<br />

Mengapa tergantung kemampuan<br />

orangtuanya? Karena biasanya anak yang<br />

terlambat menguasai materi pelajaran, selain<br />

mendapat bimbingan dari guru di sekolah juga<br />

dianjurkan mendapat bimbingan dan latihan<br />

kembali di rumah bersama orangtuanya. Bila<br />

orangtua memiliki keluangan waktu dan<br />

kemampuan dalam membimbing ananda pada<br />

pelajaran yang belum dikuasainya, tentu les atau<br />

bimbingan belajar tidak perlu diikuti.<br />

Sementara, bagi orangtua yang tidak memiliki<br />

waktu luang dan pengetahuan untuk<br />

membimbing anaknya serta tidak terkendala<br />

biaya, maka les private atau bimbingan belajar<br />

menjadi jalan keluar yang terbaik.<br />

Disinilah pentingnya peranan orangtua. Ibu<br />

rumah tangga biasanya lebih memiliki waktu<br />

luang sehingga dapat membimbing ananda<br />

pada materi pelajaran yang belum<br />

dikuasainya. Selain menambah kedekatan<br />

emosional ibu dengan anaknya, belajar<br />

dengan bimbingan orangtua sendiri akan<br />

lebih ekonomis. Terkadang keterlibatan<br />

seorang ayah diperlukan. Terutama pada<br />

materi pelajaran yang kurang dikuasai sang<br />

ibu. Tak jarang, seorang ayah akan ditelpon<br />

anak atau istrinya untuk pulang kerja lebih<br />

awal, hanya untuk mengajari PR atau<br />

persiapan ulangan matematika sang anak.<br />

Kerjasama yang manis yaa.<br />

Hal tersebut di atas dapat berlangsung<br />

sementara, selama anak-anak masih di<br />

sekolah dasar. Terutama ketika ananda masih<br />

duduk di kelas satu hingga tiga. Jika sudah di<br />

kelas empat hingga enam, mulai muncul<br />

materi pelajaran yang sulit dan perlu<br />

dipahami ananda dengan berulang kali<br />

mempelajarinya. Fakta di lapangan<br />

berdasarkan pengamatan di sekitar tempat<br />

tinggal penulis, banyak lembaga bimbingan<br />

belajar yang ramai oleh anak-anak SD kelas 4<br />

hingga 6 yang menjadi siswanya. Hal ini<br />

sekaligus membuktikan, bahwa materi<br />

pelajaran di SD kelas tinggi tidak semuanya<br />

mudah. Apalagi materi pelajaran di jenjang<br />

SMP dan SMA yang pastinya lebih sulit.<br />

Saya akui, keuntungan anak mengikuti<br />

bimbingan belajar misalnya mendapatkan<br />

banyak latihan soal. Ini tentu saja semakin<br />

mengasah kemampuan anak. Selain itu,<br />

bimbingan belajar biasanya memberikan tips<br />

atau teknik penyelesaian soal yang mudah<br />

dan simple. Hal ini yang belum tentu<br />

diperolehnya dari bapak ibu guru di sekolah.<br />

Sebelum menentukan jenis les atau<br />

bimbingan belajar yang akan diikuti ananda,<br />

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh<br />

orangtua. Pertama, orangtua harus<br />

mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh<br />

ananda. Apakah ia membutuhkan les/<br />

bimbingan belajar atau tidak. Kedua,<br />

menanyakan kesiapan atau kemauan ananda.<br />

Kadang, anak yang sudah sekolah seharian<br />

tidak mau lagi mengikuti les/bimbingan<br />

belajar karena lelah. Perlu dikomunikasikan<br />

kepada ananda, jenis les private atau<br />

bimbingan belajar yang sesuai untuknya. Bila<br />

ia tidak mau, jangan dipaksakan. Orangtua<br />

berkewajiban menyediakan waktu luang<br />

untuk membimbingnya belajar di rumah.<br />

Ketiga, orangtua perlu mencari informasi<br />

terkait pada lembaga bimbingan belajar atau<br />

les private tentang metode belajar, kurikulum,<br />

waktu belajar dan biaya pendidikan yang<br />

sesuai kemampuan. Keempat, bila ananda<br />

sudah mengikuti les atau bimbingan belajar<br />

tertentu, orangtua perlu mengevaluasi hasil<br />

belajarnya. Ada peningkatan atau tidak dari<br />

sebelum les/bimbingan belajar. Bila tidak ada<br />

peningkatan hasil belajar, maka les/<br />

bimbingan tersebut tidak efektif untuk<br />

ananda. Berhenti saja. Lalu ubah dengan<br />

strategi lainnya agar peningkatan hasil<br />

belajarnya tercapai.<br />

Orangtua juga perlu memahami bahwa tipe<br />

belajar anak berbeda-beda. Ada anak yang<br />

lebih mudah memahami pelajaran dengan<br />

cara melihat. Ini dikenal dengan tipe visual.<br />

Anak dengan tipe seperti ini biasanya lebih<br />

senang belajar dengan membaca buku atau<br />

melihat gambar. Sementara ada juga anak<br />

yang lebih mudah memahami pelajaran<br />

dengan cara mendengarkan penjelasan guru/<br />

orang lain. Dikenal dengan tipe auditory.<br />

Biasanya anak bertipe auditory senang belajar<br />

sambil mendengarkan musik. (*)<br />

JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan<br />

Dasar dan Menengah Kementerian<br />

Pendidikan dan Kebudayaan<br />

(Kemendikbud) Hamid Muhammad<br />

mengungkapkan, saat ini Indonesia<br />

dalam status darurat pendidikan.<br />

Kondisi ini dilihat dari jumlah guru<br />

yang tidak seimbang dengan pertumbuhan<br />

siswa. Kemudian masalah kualitas<br />

guru yang masih di bawah standar kompetensi.<br />

Ditambah lagi dengan fasilitas<br />

pendidikan seperti gedung sekolah dan<br />

ruang kelas yang tidak memadai.<br />

“Indonesia darurat kualitas pendidikan<br />

terutama daerah-daerah di perdesaan<br />

dan 3T (terdepan, terluar, terisolir),”<br />

kata Dirjen Hamid dalam sambutannya<br />

saat peluncuran PINTAR (Pengembangan<br />

Inovasi Kualitas Pembelajaran)<br />

di Kantor Kemendikbud.<br />

Perbaikan kualitas pendidikan menurut<br />

Hamid harus dimulai dari kelas. Banyak<br />

sekolah yang melakukan pembelajaran<br />

satu arah. Mestinya belajar yang berbasis<br />

kegiatan. Itu sebabnya rekrutmen guru<br />

harus diperketat. Pilih guru yang berkualitas<br />

sebab sekali salah merekrut, akan dirasakan<br />

dampaknya puluhan tahun.<br />

“Pemerintah perlu bersinergi dengan<br />

berbagai pihak untuk mempercepat<br />

peningkatan kualitas pendidikan. Terima<br />

kasih untuk Tanoto Foundation yang<br />

telah menunjukkan komitmennya dalam<br />

memajukan pendidikan di Indonesia.<br />

Saya percaya, program PINTAR akan<br />

membantu pengembangan kualitas<br />

para guru, kepala sekolah, juga para<br />

calon guru. Tentu saja, ini akan berdampak<br />

pada peningkatan hasil belajar<br />

siswa. Saya minta program ini disebarkan<br />

lebih luas lagi,” tutur Hamid.<br />

Dia berharap kabupaten/kota yang<br />

masuk dalam program PINTAR bisa<br />

menjadi contoh bagi daerah lain dalam<br />

membangun praktik-praktik baik pembelajaran,<br />

manajemen dan kepe mimpinan<br />

sekolah, mendukung pemerintah<br />

menyebarluaskan praktik-praktik baik.<br />

Juga mendukung Lembaga Pendidikan<br />

Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam<br />

pendidikan calon guru.<br />

Anggota Dewan Pembina Tanoto<br />

Foundation Belinda Tanoto menambahkan,<br />

PINTAR dirancang untuk<br />

mendukung pemerintah dalam meningkatkan<br />

mutu pendidikan dasar<br />

melalui program penguatan kapasitas<br />

pengelolaan dan kepemimpinan sekolah,<br />

peningkatan kualitas guru, serta<br />

partisipasi orang tua dan masyarakat.<br />

Dia yakin pendidikan berkualitas akan<br />

mempercepat munculnya kesetaraan<br />

peluang. “Keyakinan kami turut diperkuat<br />

dengan hasil penelitian Mc Kinsey tahun<br />

20<strong>17</strong> bahwa program peningkatan kualitas<br />

guru dan kepemimpinan sekolah berdampak<br />

besar bagi peningkatan mutu pendidikan<br />

di Indonesia,” tutupnya. (jpnn)<br />

DOK/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

ILUSTRASI: Salah seorang guru saat sedang mengajar di dalam kelas. Pemerintah bakal memperketat rekrutmen guru, hal ini dilakukan untuk menciptakan<br />

tenaga pendidik berkualitas.<br />

Rekrutmen Guru Bakal Diperketat<br />

<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Pemerintah<br />

Kota Bekasi terus mendorong minat<br />

baca buku bagi siswa. Berbagai upaya<br />

terus dilakukan, salah satunya yakni<br />

dengan program wajib membaca bagi<br />

siswa mulai pukul 19.00 WIB hingga<br />

pukul 21.00 WIB.<br />

Sekretaris Dinas Pendidikan, Inayatullah<br />

mengatakan, program ini<br />

dibentuk bertujuan agar siswa gemari<br />

membaca dan berwawasan luas.Guna<br />

memperkuat sistem wajib membaca,<br />

Inay, sapaannya, menginginkan pihak<br />

sekolah menambahkan ekstrakulikuler<br />

baru yaitu jurnalistik.<br />

Katanya, salah satu agenda jurnalistik<br />

adalah membaca, menganalisa dan<br />

dituang dengan tulisan.“Perencanaan<br />

yang dilakukan berdasar atas kerja sama<br />

pihak sekolah dengan orang tua siswa,”<br />

ucapnya, belum lama ini.<br />

Bukan hanya itu pihaknya juga<br />

mengawali dengan sosialisasikan<br />

kepada pihak sekolah yang nanti akan<br />

dilanjutkan ke pihak orang tua.<br />

“Jadi sistemnya adalah siswa wajib<br />

membaca apapun yang dibaca seperti<br />

sejarah, dan lainnya. Lalu dipantau orang<br />

tua dan nanti pihak sekolah meminta<br />

laporan ke orang tua siswa,” terangnya.<br />

Menurutnya, agenda yang akan di<br />

canangkan bertujuan untuk membentuk<br />

siswa yang cerdas, serta berkarakter,<br />

sehingga anak dapat berfikir dan<br />

melakukan hal yang positif.<br />

“Jadi ini kita ajak siswa mengeluarkan<br />

bakatnya, kita ajak siswa untuk bisa<br />

kritis dalam menanggapi suatu hal,<br />

kita bentuk siswa untuk menuangkannya<br />

di dalam tulisan. Kita bawa siswa<br />

untuk berwawasan luas,” tutupnya.<br />

(dyt/po1jokbekasi)<br />

<strong>BEKASI</strong> BARAT - Tahun Baru Islam<br />

dijadikan momentum pembel ajaran<br />

siswa-siswi untuk saling berbagi. Hal<br />

itu diungkapkan Kepala SD Negeri Bintara<br />

03, Saebah saat memperingati tahun<br />

baru Islam di lingkup UPTD Pen didikan<br />

Kecamatan Bekasi Barat, Kota bekasi.<br />

Peringatan tersebut diisi dengan<br />

santunan anak yatim dan pentas<br />

seni islami persembahan siswasiswi<br />

SD Negeri 01, 03, 08 . Hadir<br />

Lulu Susanti, wah siapa yang tidak<br />

kenal ustadzah muda ini. Orangnya<br />

sangat enerjik se perti biasa banyak<br />

mengeluarkan pantun dengan logat<br />

betawi dan boneka kesayangannya<br />

yang menjadi ciri khasnya berdakwah<br />

dengan mendongeng.<br />

“Ada 30 anak yatim di sekolah kami<br />

yang hari ini diberikan bantuan<br />

berupa tas, dan sejumlah uang. Selain<br />

santunan kita juga bikin acara<br />

pembacaan Alquran surat pendek,<br />

hadroh, sholawatan siswa-siswi SDN<br />

Bintara 01,03,08 ” ungkap Saebah ,<br />

disela acara peringatan tahun baru<br />

islam 1 Muharram 1440 Hijriyah,<br />

di halaman sekolahnya.<br />

Kegiatan tersebut, lanjut Saebah,<br />

ber tujuan agar siswa-siswi di sekolah<br />

terbiasa untuk saling berbagi<br />

terhadap sesama yang lebih membutuhkan.<br />

“Kami ingin menanamkan<br />

sejak dini ten tang kesadaran serta<br />

kepedulian siswa terhadap orangorang<br />

ataupun siswa lainnya yang<br />

kurang mampu,” ujarnya.<br />

Ia berharap dengan memperingati<br />

satu muharam dapat memperkuat<br />

iman islam seluruh warga di sekolah.<br />

Selain itu kata dia, kegiatan tersebut<br />

juga menjadi ajang perubahan umat<br />

islam pada umumnya untuk menjadi<br />

insan yang lebih baik. (Pay)<br />

Gebyar Himpunan Mahasiswa<br />

Pendidikan Guru Sekolah Dasar<br />

(Himasda) Universitas Islam<br />

45 (Unisma) Bekasi dimulai<br />

dengan menghelat seminar<br />

yang diikuti oleh ratusan<br />

mahasiswa dari berbagai<br />

perguruan tinggi di Kota Bekasi.<br />

Seperti apa?<br />

Laporan:<br />

SURYA BAGUS<br />

Bekasi Timur<br />

SEMINAR yang mengangkat tema<br />

pendidikan berkualitas untuk generasi<br />

emas tersebut dihadiri 200 mahasiswa<br />

dari berbagai perguruan tinggi di Kota<br />

Bekasi. Hadir dalam kesempatan<br />

tersebut Ketua Program Studi (KAP-<br />

RODI) PGSD Universitas Negeri Jakarta,<br />

Fahrurrozi sebagai narasumber.<br />

Tema tersebut di angkat oleh mahasiswa<br />

yang tergabung dalam Himasda<br />

Unisma Bekasi atas kegelisahan yang<br />

dirasakan sebagai calon pendidik.Berdasarkan<br />

pengamatan mahasiswa yang<br />

tergabung dalam Himasda Unisma Bekasi<br />

ini, pendidikan di Indonesia masih sangat<br />

jauh dari kata maksimal.<br />

Berbagai macam permasalahan<br />

masih menjadi pekerjaan rumah<br />

diantaranta adalah profesionalisme<br />

yang masih mereka nilai rendah,<br />

distribusi guru yang tidak merata serta<br />

mismatched antara latar belakang<br />

pendidikan dan tugas sebagai guru<br />

yang tidak jarang masih terjadi.<br />

“ Berbagai macam permasalahan<br />

yang ada seperti rendahnya profesionalisme<br />

guru, distribusi guru yang<br />

tidak merata dan Mismatched antara<br />

latar belakang pendidikan dan tugas<br />

sebagai guru menjadi bukti dari rendahnya<br />

kualitas pendidikan di negeri<br />

ini,”kata Ketua Panitia Gebyar Himasda<br />

Unisma Bekasi, Rengga Surya<br />

Seminar yang dihelat digedung I<br />

pasca sarjana Unisma Bekasi tersebut<br />

berlangsung hangat dalam mengupas<br />

berbagai permasalahan yang terjadi<br />

di dunia pendidikan. Fahrurrozi sebagai<br />

narasumber mengungkapkan bahwa<br />

tantangan guru masa depan di abad<br />

ke 21 ini adalah perkembangan<br />

tehnologi informasi dan komunikasi<br />

yang masif dan pesat berimbas pada<br />

peradaban manusia.<br />

Tantangan lainnya adalah masuknya<br />

Indonesia dalam masyarakat ekonomi<br />

ASEAN serta standarisasi pekerjaan dan<br />

kompetensi kerja. Fahrurrozi menilai<br />

bahwa standarisasi pekerjaan dan kompetensi<br />

kerja tidak lagi bersifat lokal atau<br />

nasional malainkan bersifat global.<br />

“Guru masa depan adalah guru yang<br />

menginspirasi, menggairahkan dan<br />

mencerdaskan peserta didik,“ ungkap<br />

pria yang juga sebagai ketua satu Himpunan<br />

Dosen PGSD se Indonesia tersebut<br />

dalam pemaparan yang dilakukan di<br />

hadapan ratusan mahasiswa.(*)<br />

Ratusan siswa SMAN 6 Tambun Selatan<br />

berkumlul di halaman sekolah.<br />

Mereka bukan melakukan upacara<br />

bendera, namun ingin mendengarkan<br />

pemaparan dan sosialisasi Undang-<br />

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik<br />

( ITE ).<br />

Menggandeng Bhabinkamtibmas kelurahan<br />

Jatimulya dan Polisi Sektor<br />

kecamatan tambun Selatan, sosialsiasi<br />

ini diharapkan mampu memberikan<br />

wawasan kepada siswa pentingnya informasi<br />

transaksi elektronik.<br />

Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan<br />

SMAN 6 Tambun Selatan Dede<br />

Ismail mengatakan, Penyuluhan Undang-<br />

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik<br />

( ITE ) dilakukan untuk mengurangi<br />

dampak penyalahgunaan media elektronik.<br />

“Kami memang bekerja sama dengan<br />

bhabinkamtibmas kelurahan Jatimulya<br />

yaitu bapak aiptu sohib untuk mensosialisasikan<br />

UU ITE . Menurut kami<br />

sosialisasi sangat penting agar siswa<br />

didik kami tidak ada yang terjerumus<br />

dengan berita hoax dan aksi pornografi<br />

, ” tegasnya.<br />

Sosialisasi yang dimulai 07.30 WIB ini<br />

disambut antusaiss siswa. Pasalnya,<br />

dengan sosialisasi ini siswa bisa mengetahui<br />

bahaya yang didapat jika menyalahgunakan<br />

media elektronik.”Siswa<br />

harus bijak menggunakan media<br />

sosial,”kata Bhabinkamtibmas kelurahan<br />

Jatimulya, Aiptu Sohib saat menasehati<br />

siswa.<br />

Dia mengakui, maraknya informasi di<br />

media sosial saat ini sangat berbahaya<br />

jika tidak disikapi dengan bijak. Terlebih<br />

para pelajar yang sangat aktif memanfaatkan<br />

media sosial untuk saling berkomunikasi<br />

dan bersosialisasi.<br />

“Kita bisa lihat sekarang ini, banyak<br />

aksi kekerasan yang dilakukan oleh remaja.<br />

Bahkan, tidak sedikit remaja terjerumus<br />

dalam pergaulan negatif karena<br />

salah memanfaatkan medsos.<br />

Untuk itu, siswa harus hati-hati dalam<br />

menggunakan medsos,”paparnya.<br />

Dia berharap, melalui sosialisasi ini<br />

siswa tidak mudah menerima informasi<br />

yang menyesatkan,”Harapanyah<br />

dengan adanya penyuluhan undangundang<br />

Informasi dan Transaksi Elektronik<br />

( ITE ) terhadap para siswa , akan<br />

menjadikan UU ITE sebagai pagar pembatas<br />

dalam melakaukan hal-hal yang<br />

tidak diinginkan serta meminimalisir<br />

penyebaran berita hoax di kalangan<br />

pelajar ,” tandas Aiptu sohib. (*)<br />

Pendidikan merupakan<br />

kebutuhan dasar<br />

masyarakat modern<br />

saat ini. Pemikiran yang<br />

semakin terbuka dari para<br />

orang tua, yang meyakini<br />

bahwa pendidikan<br />

itu sangat penting,<br />

menjadikan semangat<br />

baru menciptakan<br />

generasi bernas di era<br />

digital. Sejalan dengan itu,<br />

banyak impian anak muda<br />

melambung tinggi, dengan<br />

banyak sokongan dari<br />

berbagai pihak, terutama<br />

sekolah. Meski sistem<br />

pendidikan Indonesia jauh tertinggal dari dunia<br />

Eropa atau Amerika pun negara tetangga, semangat<br />

para remaja untuk bersekolah melambung<br />

tinggi seiring dengan perkembangan pendidikan<br />

saat ini. Kini, memilih sekolah unggul menjadi<br />

prioritas utama. Tidak hanya membekali anaknya<br />

pengetahuan dunia yang bersifat sementara, tapi<br />

kini orang tua lebih menyeimbangkan anaknya<br />

dengan kecerdasan yang bersifat agamis.<br />

Pendidikan karakter menjadi basic bagi sistem<br />

pendidikan kita dengan harapan kualitas meningkat<br />

diawali dari ‘akar’ segala problem. Hal ini<br />

tercantum dalam Undang-undang Republik<br />

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem<br />

Pendidikan Nasional; merumuskan dasar, fungsi,<br />

dan tujuan pendidikan Nasional. Pasal 3 Undangundang<br />

Sitem Pendidikan Nasional (UU SIKDIK-<br />

NAS) menyebutkan: “Pendidikan Nasional<br />

berfungsi mengembangkan dan membantu watak<br />

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam<br />

rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk<br />

berkembangnya potensi, peserta didik agar<br />

menjadi manusia yang beriman yang bertakwa<br />

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,<br />

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi<br />

warga negara yang demokratis serta bertanggung<br />

jawab.” Ketika anak memiliki karakter yang kuat<br />

dan baik, niscaya generasi masa depan memiliki<br />

bekal mempuni ke arah hidup lebih baik.<br />

Tak seperti masa lampau, pilihan utama bersekolah<br />

adalah menembus sekolah Negeri, yang<br />

notabene memang tak terpikir oleh masyarakat<br />

ada pilihan lain. Secara umum tak ada pembeda<br />

sekolah satu dengan sekolah lain. Pendidikan<br />

berkesinambungan dengan seseorang yang belajar.<br />

Belajar adalah nyawa bagi mereka yang berpikir,<br />

diturunkan dari sebuah generasi ke generasi lain<br />

dari tahapan pembelajaran, pelatihan, bahkan<br />

praktek di bawah pengawasan seorang pendidik.<br />

Sering kali masyarakat mengartikan bahwa<br />

pendidikan itu harus pergi ke sebuah sekolah, tentu<br />

saja itu pendapat yang tidak tepat, karena pada<br />

hakikatnya selama kita dalam kandungan Ibu pun,<br />

sudah dalam proses belajar karena diajarkan<br />

banyak hal. Ini adalah kenyataan yang kurang<br />

disadari. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa<br />

pendidikan pertama yang didapat seorang anak<br />

adalah dari keluarga.<br />

Banyak negara sudah menerapkan aturan wajib<br />

belajar, maka dari itu setiap orang dalam sebuah<br />

negara sudah memiliki hak atas pendidikan. Pun<br />

begitu dengan Indonesia. Sebagaimana tercantum di<br />

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20<br />

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;<br />

merumuskan hak dan kewajiban warga negara,<br />

orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Pasal 5 ayat<br />

1 menyebutkan: “Setiap warga negara mempunyai<br />

hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang<br />

bermutu.” Pemerintah konsisten melaksanakan<br />

program wajib belajar dengan memperbaiki sistem<br />

pendidikan yang kian dinamis mengikuti zaman.<br />

Mutu pendidikan di setiap daerah kian meningkat<br />

walau belum secara menyeluruh. Salah satunya<br />

dengan menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis<br />

Komputer (UNBK), yang tahun ajaran 20<strong>17</strong>/2018<br />

sudah dipenuhi oleh setiap sekolah di penjuru<br />

Indonesia. Ini merupakan salah satu program<br />

pemerintah yang terlaksana sebagai bukti kekonsistenan<br />

dalam meningkatkan mutu pendidikan.<br />

Lalu, Negeri atau Luar Negeri (sekolah swasta)?<br />

Menjadi pertanyaan di setiap benak orang tua yang<br />

memiliki anak di tingkat akhir sebuah jenjang<br />

sekolah. Mereka sadar bahwa kini pendidikan<br />

menjadi kebutuhan primer. Keunggulan pun<br />

kelemahan masing-masing sekolah menjadi<br />

pertimbangan bagi orangtua yang sudah melek<br />

pendidikan. Berapa banyak biaya yang harus<br />

digelontorkan, mereka siap jika nanti output<br />

anaknya luar biasa. Kebanggan tersendiri dari<br />

orangtua jika anaknya berprestasi.<br />

Pemikiran dasar itu lah yang menjadikan sekolah<br />

swasta khususnya, berlomba-lomba meningkatkan<br />

kualitas, tidak hanya dari sarana prasarana, tapi<br />

menjanjikan program-program unggulan dalam<br />

berbagai bidang. Sekolah beda ‘alam’ ini berusaha<br />

mendapatkan kepercayaan masyarakat luas<br />

dengan meningkatkan brand dengan berbagai<br />

cara, salah satunya pilihan ekstrakulikuler yang<br />

amat beragam, di mulai dari seni dan budaya<br />

hingga sport. Tak ayal, dengan program yang<br />

menjanjikan pada masyarakat serta berbayar tinggi<br />

sekolah-sekolah ini akan mendapat cap bonefit.<br />

Namun kebanyakan dari mereka “Untouchable”<br />

bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke<br />

bawah.<br />

Pun zonasi membuat sekolah pemerintah yang tak<br />

berbayar sedikit ‘hilang akal’, namun masih banyak<br />

hal yang menjadikannya primadona. Misal, daya<br />

tampung murid pada tiap kelasnya lebih banyak dari<br />

pada sekolah swasta yang memungkinkan semua<br />

calon murid terbagi ‘kursi’, sehingga jarang sekali<br />

sekolah negeri yang jumlah siswanya sedikit.<br />

Sekolah yang disediakan pemerintah ini, dari sarana<br />

prasarana dan gaji pengajarnya ditanggung pemerintah<br />

(lain hal dengan para honorer). Jika<br />

bersekolah di sekolah negeri, biaya yang dikeluarkan<br />

orang tua akan lebih murah dibandingkan sekolah<br />

swasta, karena secara umum operasional sekolah<br />

sudah disubsidi oleh pemerintah.<br />

Well, Negeri atau Luar Negeri (sekolah swasta)?<br />

Keduanya memiliki visi dan misi dasar yang sama,<br />

ialah mencerdaskan anak bangsa, menanamkan<br />

nilai-nilai baik dalam kehidupan, membuat<br />

generasi baru yang berkarakter. Bijaklah dalam<br />

menentukan sekolah pilihan, tentunya disesuaikan<br />

kondisi pribadi para orang tua dan anak secara<br />

keseluruhan.(*)<br />

Oleh: Yulistika, S.pd.<br />

Guru Bahasa Indonesia<br />

SMP Al Azhar Syifa Budi<br />

Legenda, Anggota KGPBR<br />

PENDIDIKAN<br />

6<br />

Negeri atau Luar<br />

Negeri (swasta)?<br />

PENDIDIKAN<br />

6 KAMIS, 16 AGUSTUS 2018<br />

Guru Kaya<br />

Guru Berkarya<br />

Oleh : Endah Setiaharti, M.Pd.<br />

Guru SD Al Muslim<br />

SETIAP manusia memiliki<br />

kelebihan dan kekurangan.<br />

Dengan kelebihan yang<br />

dimiliki setiap orang dapat<br />

melakukan aktivitas yang<br />

dapat meningkatkan<br />

aktualisasi diri. Dengan<br />

kekurangannya, seseorang<br />

juga dapat belajar untuk<br />

menghadapi kesulitan,<br />

tantangan, dan berupaya<br />

menemukan solusi terbaik dari masalah yang<br />

dihadapinya. Tidak ada manusia yang<br />

sempurna di dunia ini. Allah<br />

menganugerahkan kelebihan dan kelemahan<br />

kepada setiap manusia tidak lain bertujuan<br />

agar manusia bisa saling bersinergi atas kedua<br />

hal tersebut.<br />

Bagaimanakah wujud rasa syukur kita atas<br />

anugerah yang telah Allah berikan ? Untuk<br />

menjawab pertanyaan tersebut kita dapat<br />

memulai dengan cara melihat kembali potensi<br />

kelebihan dan kelemahan yang dimiliki.<br />

Sudahkah kita mengoptimalkan kelebihan<br />

yang kita miliki untuk menghasilkan sebuah<br />

karya, membuat kreativitas, menciptakan<br />

media, metode, atau strategi yang dapat<br />

dirasakan manfaatnya bagi orang banyak ?<br />

Apakah kita membiarkan potensi itu beku<br />

kemudian mati ? Sungguh ironis jika ini terjadi<br />

pada diri kita, terlebih lagi apabila kita adalah<br />

seorang guru. Bagaimana pula dengan<br />

kelemahan yang ada pada diri kita ? Apakah<br />

kita tetap menjadikannya sebagai sesuatu<br />

yang statis ? Tentu kita semua tidak ingin<br />

kondisi demikian terjadi pad diri kita.<br />

Sebagai seorang pendidik, guru dituntut<br />

untuk memiliki pengetahuan, keterampilan,<br />

dan sikap yang sesuai dengan profesinya.<br />

Seorang guru harus professional dalam<br />

menyelesaikan tugas dan berbagai persoalan<br />

yang menyertai dunia kerjanya. Oleh karena<br />

itu, seorang guru hendaknya tidak pernah<br />

berhenti belajar. Belajar dari teman seprofesi,<br />

orang tua, buku, media, termasuk peserta<br />

didik. Dengan pengalaman belajar yang<br />

diperolehnya, seorang guru dapat<br />

mengembangkan berbagai ide dan kreativitas.<br />

Di samping itu juga akan mengantarkan guru<br />

pada mindset berpikir positif kritis. Untuk<br />

itulah seorang guru harus memiliki wadah<br />

dalam menuangkan ide dan kreativitasnya<br />

sehingga guru dapat menghasilkan suatu<br />

karya yang berguna bagi dunia pendidikan.<br />

Guru yang mempunyai banyak ide dan<br />

memiliki kreativitas tinggi akan memotivasi<br />

dirinya untuk berkarya melalui goresan pena,<br />

membuat buku, inovasi media belajar atau<br />

bahkan membuktikan sebuah teori melalui<br />

eksperimen. Dengan karya yang dihasilkannya,<br />

seorang guru dapat berbagi pengalaman dan<br />

keterampilan sehingga secara tidak langsung<br />

mutu tenaga pendidik juga meningkat.<br />

Untuk menghasilkan sebuah karya, guru<br />

dapat merintisnya dengan menuangkan<br />

permasalahan yang dihadapinya selama<br />

bekerja, baik di kelas maupun di luar kelas. Dari<br />

permasalahan tersebut, kemudian guru<br />

menuliskan tahapan-tahapan yang ia lakukan.<br />

Setelah melalui berbagai proses, guru mencatat<br />

setiap perkembangan atas permasalahan<br />

tersebut. Semua dituangkan dalam bentuk<br />

catatan singkat. Apabila masalah telah selesai<br />

guru dapat menuliskan kembali<br />

pengalamannya tersebut dalam bentuk puisi,<br />

cerpen, opini, PTK atau pun bentuk lainnya.<br />

Jika, hasil karya guru berupa media, metode,<br />

atau pun strategi, guru pun harus<br />

mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan.<br />

Mengapa guru harus berkarya ? Di tangan<br />

seorang guru akan menentaskan anak didik<br />

yang memiliki berbagai impian. Merekalah<br />

yang nantinya akan mengisi berbagai kursi<br />

kepemimpian suatu bangsa. Di tangan mereka<br />

pula perjuangan suatu bangsa akan<br />

diteruskan. Guru yang telah memiliki karya,<br />

berarti telah menunjukkan kemampuan<br />

dalam bidang tuasnya secara professional.<br />

Dengan karya yang dihasilkanya guru dapat<br />

bertutur atas apa yang didengar, dilihat dan<br />

dirasakannya. Dengan karyanya seorang guru<br />

selalu mengikuti kemajuan zaman, sehingga<br />

menjadikan guru semakin kaya. (*)<br />

BOJONGMANGU – Minat siswa di<br />

Kabupaten Bekasi untuk bergabung<br />

dengan gerakan Pramuka dinilai masih<br />

sangat minim. Padahal, kegiatan<br />

pramuka bisa dijadikan sarana untuk<br />

membentuk pribadi siswa agar berani,<br />

mandiri dan berkarakter.<br />

Selain itu, sesuai dengan kurikulum<br />

2013 (K13) menjadikan pendidikan<br />

kepramukaan sebagai ekstra kurikuler<br />

wajib, mulai jenjang SD/MI, SMP/<br />

MTs, SMA/MA dan SMK. Pewajiban<br />

pendidikan kepramukaan menjadi<br />

ekstra kurikuler wajib ini sebenarnya<br />

bukanlah merupakan hal yang baru,<br />

karena sudah sejak lama pendidikan<br />

kepramukaan dijadikan kegiatan ekstra<br />

kurikuler wajib di sekolah, terutama<br />

Sekolah Dasar.<br />

Hal ini diakui oleh Ketua Kwarcab<br />

Gerakan Pramuka Kabupaten Bekasi,<br />

Hudaya usai peringatan hari pramuka<br />

yang berlangsung di Bumi Perkemahan<br />

Karang Kitri Bojongmangu, Kecamatan<br />

Bojongmangu.<br />

Hudaya berharap gerakan pramuka<br />

yang diterapkan di sekolah ini mampu<br />

mendidik generasi penerus bangsa,<br />

melalui kelompok-kelompok pramuka<br />

disekolah. Menurutnya, minat siswasiswi<br />

untuk mengikuti gerakan pramuka<br />

sudah sangat minim. Oleh karena itu,<br />

pihaknya mendesak sekolah untuk<br />

mewajibkan siswanya mengikuti kegiatan<br />

pramuka.“Kami berharap, di setiap<br />

sekolah mewajibkan siswanya mengikuti<br />

ekskul pramuka,”katanya.<br />

Sementara itu, Hudaya mengatakan,<br />

dalam peringatan hari pramuka tingkat<br />

Kabupaten Bekasi, Ketua Mabicab<br />

gerakan pramuka Neneng Hassanah<br />

Yasin, mengambil komando sebagai<br />

ketua upacara serta Jambore.<br />

“Pesertanya berasal dari perwakilan<br />

masing-masing ranting di 23 kecamatan.<br />

Selain upacara dan jambore tingkat<br />

Kabupaten Bekasi, masing-masing<br />

ranting juga menggelar kegiatan serupa<br />

di tingkat kecamatan,” kata Hudaya<br />

disela-sela acara.<br />

Ditempat yang sama, perwakilan peserta<br />

pada Jambore pramuka, Ilham, mengaku<br />

bangga atas terselenggaranya jambore<br />

setiap tahunnya. Dirinya berharap agar<br />

kegiatan serupa terus diadakan setiap<br />

tahunnya. Bahkan, kata Ilham, kalau bisa<br />

rutin beberapa kali dalam setahun.<br />

“Senang banget kita sebagai anggota<br />

Pramuka dari SMPN 5 Tambun Selatan<br />

bisa ikut Jambore lagi. Setiap tahunnya<br />

memang trus aktif kegiatan ini. Harapamnya<br />

si ya ada trus setiap tahun. Kalau bisa ya<br />

dua (hingga) tiga kali setahun, nggak cuma<br />

sekali acara besar seperti ini,” ucap Ilham<br />

dengan nada semangat. (Cr37)<br />

JAKARTA - Menristekdikti Mohamad<br />

Nasir menyoroti turunnya peringkat<br />

atau ranking Perguruan Tinggi (PT)<br />

Indonesia di level dunia. Dia menilai<br />

penurunan ranking ini dipicu kurangnya<br />

kerja keras dari dari masing-masing<br />

pengelola kampus.<br />

Nasir menjelaskan di balik penurunan<br />

peringkat tersebut, skor atau nilai yang<br />

didapatkan kampus Indonesia sejatinya<br />

meningkat. ’’Tetapi ternyata nilai<br />

kampus luar negeri lebih banyak lagi<br />

kenaikannya. (Kampus lokal, Red)<br />

Kurang kerja kerasnya,’’ katanya.<br />

Merujuk pada hasil pemeringkatan<br />

QS (Quacquarelli Symnds) World<br />

University Ranking dua besar kampus<br />

di Indonesia adalah Universitas<br />

Indonesia (UI) dan Institut Teknologi<br />

Bandung (ITB). Tahun ini posisi UI<br />

berada di peringkat 292 dunia.<br />

Peringkat ini turun dibandingkan<br />

tahun lalu yang berada di urutan 277<br />

dunia. Penurunan juga dialami oleh<br />

ITB. Tahun ini posisi kampus ITB<br />

berada di urutan 359 dunia. Turun<br />

dibandingkan tahun lalu yang berada<br />

di urutan ke-331 dunia.<br />

Nasir menegaskan penurunan<br />

tersebut tidak bisa diartikan bahwa<br />

kinerja pengelola kampus turun. Dia<br />

menegaskan nilai yang diapatkan ada<br />

kenaikan, hanya saja kenaikan kampus<br />

luar negeri lebih tinggi angkanya.<br />

’’Kita ingin (ke depan, Red) kenaikan<br />

nilainya pakai deret ukur. Bukan deret<br />

hitung. Sehingga harus ada lompatanlompatan,’’<br />

tuturnya.<br />

Mantan rektor Universitas Diponegoro<br />

(Undip) Semarang itu menjelaskan<br />

ada sejumlah strategi untuk meningkatkan<br />

kinerja kampus dalam negeri<br />

di level internasional. Diantaranya<br />

adalah mempererat kolaborasi dengan<br />

dosen atau diaspora ilmuan Indonesia<br />

yang ada di luar negeri.<br />

Dengan segudang pengalaman dan<br />

jaringan yang luas, Nasir berharap<br />

keberadaan diaspora ilmuan tersebut<br />

bisa memberikan pengaruh positif<br />

kepada kampus dalam negeri. Baik<br />

itu PTN maupun PTS. (wan/jpnn)<br />

FOTO<br />

BERSAMA:<br />

Siswa yang<br />

tergabung<br />

dalam gerakan<br />

pramuka di<br />

kabupaten<br />

Bekasi, foto<br />

bersama usai<br />

mengikuti<br />

upacara hari<br />

pramuka,<br />

belum lama ini.<br />

Minat Siswa dengan<br />

Pramuka Minim<br />

Yahh…Ranking PT Indonesia Menurun<br />

<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Sebanyak 35<br />

siswa di Kota Bekasi, mendapat kepercayaan<br />

untuk menjadi Calon Pengibar<br />

Bendera Pusaka (Capaska)<br />

pada perayaan hari jadi ke 73 Republik<br />

Indonesia pada <strong>17</strong> Agustus nanti.<br />

Padahal, menjadi seorang pasukan<br />

pengibar bendera pusaka tidak semu dah<br />

dan segampang yang dibayangkan.<br />

Ratusan ribu pelajar SMA/SMK belum<br />

diberikan kesempatan untuk mengemban<br />

amanah luar biasa dipundaknya pada<br />

peringatan HUT RI ke-73 mendatang.<br />

Penjabat Wali Kota Bekasi Ruddy<br />

Gandakusumah, meminta kepada<br />

seluruh orangtua agar anaknya yang<br />

terpilih sebagai Calon Pengibar Bendera<br />

Pusaka (Capaska) 2018 harus<br />

men jadi kebanggaan bagi keluarga.<br />

“Saya mengapresiasi kepada seluruh<br />

Capaska dan orangtua yang mem berikan<br />

motivasi untuk ikut seleksi dan terpilih<br />

harus menjadi kebanggaan keluarga,”<br />

ucapnya, Rabu (15/8/2018).<br />

Diketahui, Proses seleksi Capaska<br />

Kota Bekasi 2018 diikuti kurang lebih<br />

879 orang pendaftar yang berasal dari<br />

60 SMA/SMK negeri dan swasta.Setelah<br />

melalui beberapa tahapan seleksi yang<br />

dimulai sejak bulan Februari lalu,<br />

akhirnya terpilih sebanyak 35 orang.<br />

Dua diantara 35 terpilih pelajar Kota<br />

Bekasi bahkan dipercaya untuk mengibarkan<br />

sang merah putih di Pemerintah<br />

Provinsi Jawa Barat.Ruddy mengaku bangga<br />

dengan terpilihnya 35 orang Capaska yang<br />

akan menjadi bagian dari sejarah Kota<br />

Bekasi, Jawa Barat dan Indonesia.<br />

“Ditengah situasi kondisi yang penuh<br />

tantangan, kita patut bangga kalau bukan<br />

anak-anak kita yang mewarisi nilai-nilai<br />

perjuangan untuk tetap menjaga NKRI<br />

dan tegaknya Indonesia kedepan siapa<br />

lagi,Dengan didukung doa semua pihak,<br />

saya berharap pada waktu pengibaran<br />

dan penurunan bendera akan<br />

berlangsung dengan mulus dan berhasil<br />

serta menjadi kebanggaan bagi keluarga<br />

serta Kota Bekasi,” tutupnya.(dyt/<br />

pojokbekasi)<br />

ISTIMEWA/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

BERI DUKUNGAN: Penjabat Wali Kota Bekasi Ruddy Gandakusumah (kiri), saat<br />

memberikan dukungan semangat kepada 35 pelajar Kota Bekasi yag masuk menjadi<br />

Calon Pengibar Bendera Pusaka pada perayaan HUT RI <strong>17</strong> Agustus nanti.<br />

Pelajar Bekasi Menjadi Capaska<br />

Ketiga, adalah faktor<br />

bacaan dan tontonan.<br />

Televisi dapat juga<br />

disebut sebagai sebuah<br />

keajaiban dalam dunia<br />

walaupun hanya<br />

berbentuk sebuah<br />

kotak elektronik yang<br />

sederhana yang<br />

mampu secara efektif<br />

berperan sebagai<br />

media massa dalam<br />

berbagai informasi<br />

dengan gambar hidup,<br />

berwarna-warni dan<br />

bergerak. Sehingga<br />

dapat memikat,<br />

membius dan menggiring<br />

seluruh perhatian<br />

para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian<br />

besar pemirsa menganggap bahwa informasi apa<br />

saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa<br />

saja yang disajikan oleh televisi adalah baik.<br />

Sehingga mereka memutuskan bahwa televisi<br />

merupakan satu-satunya sumber dan pusat<br />

informasi yang benar, baik dan akurat, bahkan<br />

televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut<br />

dan diikuti, alat yang paling efisien dan efektif<br />

untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan<br />

berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini<br />

ketimbang berbagai buku bacaan yang dianggap<br />

menyita waktu.<br />

Dari sekian banyak program acara yang<br />

disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi<br />

sikap penontonnya setelah atau pada waktu<br />

melihat tayangan televisi. Banyak fakta yang kita<br />

jumpai dari informasi yang disampaikan televisi,<br />

baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga<br />

hal ini baik secara langsung atau tidak langsung<br />

akan mempengaruhi akhlak penontonnya ke<br />

arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada<br />

dua pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak<br />

anak yaitu: 1). Pengaruh yang bersifat positif Televisi<br />

dapat memberikan pengaruh yang positif<br />

bagi para pemirsa yang menyaksikan program<br />

acara atau tayangan televisi. 2). Pengaruh yang<br />

bersifat negatif. Tayangan televisi tidak hanya<br />

memberikan pengaruh yang positif saja tetapi<br />

acara televisi lebih banyak memberikan pengaruh<br />

yang negatif kepada sikap para pemirsanya<br />

setelah atau pada waktu melihat tayangan<br />

televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak<br />

penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya<br />

tayangan televisi yang bersifat negatif sebagai<br />

berikut:<br />

Sering menonton televisi akan melalaikan tugas<br />

dan kewajiban bagi para pemirsa<br />

Sering menonton televisi akan mempengaruhi<br />

dan menurunkan prestasi belajar.<br />

Anak-anak cenderung lebih menyukai<br />

tayangan yang bernuansakan kekerasan dan<br />

roman.<br />

Setelah menonton tayangan televisi mereka<br />

suka meniru apa yang telah mereka tonton.<br />

Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat<br />

bantu yang paling efisien dan efektif. Dimana<br />

kesemuanya ini dapat terwujud melalui berbagai<br />

program dan tayangan televisi yang dapat<br />

dipertangung jawabkan secara moral dan<br />

material.<br />

Kebanyakan kegiatan menonton televisi<br />

cenderung terencana dan bersifat tak sadar, tiap<br />

kali banyak orang mempunyai waktu luang,<br />

mereka tiba-tiba saja duduk dihadapan televisinya<br />

tanpa diundang banyak niat dan rencana<br />

yang tiba-tiba saja dibatalkan, lantaran tergoda,<br />

terpanggil, tergelitik untuk menikmati acara<br />

tertentu yang disiarkan oleh televisi.<br />

Televisi dengan mudah bisa melahap sebagian<br />

besar waktu anak waktu yang dilewatkan di<br />

depan layar televisi berarti waktu yang tidak di<br />

manfaatkan oleh anak untuk belajar membaca<br />

menggambar atau membantu pekerjaan rumah<br />

tangga. Apabila tayangan televisi menyajikan<br />

acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan<br />

maka itu anak – anak cenderung menyukai dan<br />

menggemari tayangan tersebut karena apa yang<br />

di lihat, di tonton di tayangan televisi biasanya<br />

anak – anak cenderung akan menirunya tanpa<br />

disaring, di filter dan tanpa dibarengi dengan<br />

sikap selektif dalam memilih acara yang di<br />

sajikan, sehingga takut akan merusak akhlak<br />

anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh<br />

televisi oleh karena itu peran pendamping dan<br />

bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang<br />

sedang menonton atau menikmati tayangan<br />

yang di sajikan oleh pesawat televisi di rumah<br />

karena setiap harinya banyak anak – anak<br />

menghabiskan waktu di depan pesawat televisi<br />

sehingga banyak tayangan atau program acara<br />

yang dinikmatinya tanpa banyak memikirkan<br />

apakah layak di tonton oleh anak – atau dapat<br />

merusak akhlak anaknya.<br />

Keempat, adalah faktor lingkungan/miliu.<br />

Faktor yang membentuk karakter seorang anak<br />

adalah miliu yang sangat mempengaruhi akhlak<br />

seseorang di samping faktor keturunan, dari<br />

faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah<br />

yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat<br />

dominan pengaruhnya dalam pembentukan<br />

karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu<br />

bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak<br />

wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang<br />

bergaul dengan tukang las maka akan terkena<br />

percikan apinya. Nabi Muhammad SAW<br />

menggambarkan bahwa teman itu bagaikan<br />

barang tambalan. “Teman itu bagaikan barang<br />

tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah<br />

dengan apa kamu menambalnya.” Maksud<br />

hadits di atas, seseorang harus mampu dengan<br />

mempergunakan akalnya di dalam mencari<br />

teman yang senantiasa memberikan suatu<br />

kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan.<br />

Menurut seorang penyair Islam yang bernama<br />

Syaufi dalam bait syairnya;<br />

“Siapa yang berteman dengan orang mulia<br />

dia akan ikut mulia, siapa yang berteman<br />

dengan orang hina tidak akan ikut mulia.<br />

Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit<br />

kambing yang hina dicium orang ketika<br />

kambing berteman dengan al-qur’an) jadi<br />

kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang<br />

berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap<br />

waktu sholat orang memukulnya.” (*)<br />

PENDIDIKAN<br />

10<br />

Empat Pola Pendidikan<br />

Dalam Islam (habis)<br />

Kirimkan artikel pendidikan Anda ke email:<br />

miftah.radar@gmail.com<br />

Oleh: IHYA<br />

ULUMUDDIN, S.Pd.I.,<br />

M.Pd<br />

Guru MTs. ATTAQWA<br />

16 Kota Bekasi & SMP.<br />

Attaqwa Pusat Babelan<br />

Seminar Komunitas Guru Menulis<br />

Dorong Literasi Sekolah, Ajak Guru Aktif Menulis<br />

RABU, 15 AGUSTUS 2018<br />

Komunitas Guru Penulis Bekasi<br />

Raya mengadakan seminar<br />

dengan tema “ Penulisan Puisi<br />

dan Artikel yang Menarik”,<br />

belum lama ini. Seperti apa<br />

kegiatannya?<br />

Laporan:<br />

Ajeng Dinar<br />

<strong>BEKASI</strong> SELATAN<br />

Menulis bukan perkra yang mudah,<br />

tapi tidak juga sulit asalkan sering dilatih<br />

dan memiliki kemauan yang kuat.<br />

Demikian ditegaskan ketua Komunitas<br />

Guru Penulis Bekasi Raya (KGPBR),<br />

Prawiro saat kegiatan seminar menulis<br />

yang diikuti sejumlah guru yang ada<br />

di Bekasi.<br />

Dalam seminar tersebut, menjelaskan<br />

tentang Seputar teknis kepenulisan<br />

puisi dan artikel. Tujuannya meningkatkan<br />

kompetensi menulis para guru<br />

penulis di Bekasi Raya. Disamping ajang<br />

silaturahmi anggota<br />

“Yang ikut seminar ini adalah guru<br />

guru SD hingga SMA dari Kabupaten<br />

dan Kota Bekasi. Materinya mengenai<br />

cara menulis puisi dan artikel yang<br />

menarik. Lalu praktek membacakan<br />

puisi. Dalam acara ini dihadiri dengan<br />

jumlah peserta 40 orang, “ ujarnya.<br />

Prawiro menambahkan, karena ini<br />

komunitas guru penulis seBekasi Raya<br />

bukan hanya guru saja yang hadir. Ada<br />

mahasiswa dan pelajar juga. Sehingga<br />

dalam acara ini diisi dengan dua pembicara<br />

diantaranya pak Endanv A Rustandi<br />

dan ibu Lily Priyani.<br />

“Dalam acara ini pak Endang A Rustandi<br />

berbicara mengenai bagaimana<br />

cara menulis puisi yang baik sesuai<br />

dengan aturan kebahasaan, KBBI dan<br />

nilai sastra. Bu Lili Priyani sebagai pegiat<br />

literasi Bekasi menjelaskan mengenai<br />

menulis artikel, kaidah dan judul<br />

yang menarik. Penggunaan tanda baca<br />

dan kata baku sesuai KBBI. Serta tips<br />

dalam menerbitkan buku sendiri. Juga<br />

motivasi untuk semangat menulis, “<br />

lanjutnya.<br />

Di dalam seminar ini, Endang selaku<br />

pembicara mengatakan menulis inspiratif<br />

harus banyak membaca, mendengar,<br />

kajian, wisata, browsing, dengar musik,<br />

berdiskusi dan punya KBBI tentunya.<br />

Dia juga memaparkan alasanny untuk<br />

menulis di antaranya banyak hal yang<br />

ditemukan dalam hal menulis, dan<br />

banyak wawasan.<br />

“Dalam menulis, editing merupakan<br />

tahap selanjutnya yg harus dilakukan,<br />

baik dari bahasa, kata, dan ejaan dan<br />

minta untuk orang terdekat menilainya.<br />

Tahapan selanjutnya lakukan publishing.<br />

Tips dalam menulis yang lainnya diantaranya<br />

luangkan waktu, fokus berburu<br />

data, buat judul yang menarik,<br />

dan brainstorming tentang judul, isi<br />

serta penutup, “ katanya.<br />

Penuturan serupa juga disampaikan<br />

oleh pebicara lainnya, Lily. Dia menekankan<br />

pentingnya ada literasi di<br />

sekolah. Untuk terealisasikan dengan<br />

baik butuh peran Kepala Sekolah. Langkah<br />

berikutnya buat program oleh tim<br />

literasi sekolah tentu dengan SK yang<br />

didapat lalu bergerak secara masif.<br />

Lalu menginfokan pada “dunia” tentang<br />

gerakan literasi tersebut.<br />

“Sekolah sebaiknya memiliki komitmen<br />

bersama antar warga sekolah<br />

dalam menjalankan program literasi.<br />

Kepala sekolah sebagai figur pimpinan<br />

hendaknya memiliki wawasan dan<br />

visi yang literat yang mampu memfasilitasi<br />

keberagaman pemahaman<br />

demi tercapainya keberhasilan bersama<br />

dalam mengupayakan sekolah<br />

sebagai lingkungan akademik yang<br />

literasi, “ terangnya.<br />

Sementara itu, sekertaris KGPBR<br />

Siti Mugi dalam sambutannya memberikan<br />

motivasi untuk literasi tiada<br />

henti. Menurutnya. media seperti Radar<br />

Bekasi yang telah memberikan<br />

wadah untuk tulisan harus dimanfaatkan<br />

sebaik mungkin dengan cara aktif<br />

mengirim tulisan ke radar.<br />

“Literasi itu tidak hanya membaca,<br />

tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan<br />

menulis dapat dimulai dengan<br />

buku harian. Pada era sekarang ini, dapat<br />

dimulai dengan menulis blog. Menulis<br />

didahului oleh kegiatan membaca<br />

karena keduanya merupakan keterampilan<br />

berbahasa yang berkesinambungan.<br />

Oleh karena itu, orang yang terampil<br />

menulis biasanya juga pembaca yang<br />

baik, “ tutupnya. (cr41)<br />

ISTIMEWA/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

SEMINAR: Komunitas Guru Penulis Bekasi Raya saat mengadakan seminar<br />

pentingnya menulis. kegiatan ini diikuti sejumlah guru yang ada di Bekasi.<br />

PONDOK GEDE – Sejumlah sekolah<br />

di Kota Bekasi saat ini memaksimalkan<br />

latihan pasukan pengibar bendera<br />

(Paskibra) menjelang peringatan kemerdekaan<br />

<strong>17</strong> Agustus 1945. Bahkan<br />

latihan sudah dilakukan sejak awal<br />

Agustus lalu.<br />

Seperti yang dilakukan oleh SMK<br />

Bhakti Persada Jati Bening. Sekolah<br />

tersebut melakukan kegiatan rutin untuk<br />

melatih kekompakan anggota Paskibraka.<br />

Tiga hari dalam seminggu,<br />

anggota paskibra melakukan latihan<br />

dihalaman sekolah.<br />

Wakil kepala sekolah SMK Bhakti<br />

Persada, Indah mengaku baris berbaris<br />

memegang peranan penting dalam<br />

palaksanaan pengibaran Bendera Sang<br />

Merah Putih. Derap langkah yang tegas<br />

dan kompak akan sangat mempengaruhi<br />

jiwa dan semangat Paskibraka<br />

untuk melaksanakan tugas.<br />

Menurut dia, latihan yang dilakukan<br />

selama ini sekaligus membentuk jiwa<br />

dan semangat nasionalisme siswa, sehingga<br />

tidak sekedar mendapatkan<br />

keterampilan baris-berbaris saja.<br />

“Dalam Paskibraka kekompakan anggota<br />

menjadi hal terpenting karena<br />

tercermin dari sikap disiplin dalam<br />

melaksanakan baris berbaris dan membentuk<br />

formasi. Didalam perkembangannya<br />

pelatih disekolah banyak yang<br />

melibatkan para purna paskibraka untuk<br />

melatih baris berbaris, namun<br />

dari pembinaan dari senior atau alumni<br />

SMK Bhakti Persada juga ikut turun<br />

tangan dalam melatih juniornya untuk<br />

baris berbaris, “ terangnya.<br />

Wanita yang juga sebagai Pembina<br />

Paskobra SMK Bhakti Persada ini menambahkan,<br />

keberhasilan latihan baris<br />

berbaris sangat tergantung pada kualitas<br />

dan kesanggupan seorang pelatih.<br />

Pelatih yang melatih hanya karena<br />

tugas tidak akan bisa mencapai hasil<br />

yang sempurna.<br />

“Persiapan yang baik akan menentukan<br />

keberhasilan latihan. Pelatih harus<br />

mempersiapkan program apa yang<br />

akan dilatihkan, pembagian waktu, alat<br />

alat yang diperlukan, tempat dan lain<br />

sebagainya. Pelatih harus dapat memberikan<br />

keseimbangan saat latihan<br />

dalam segala hal dengan cara memberikan<br />

pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan<br />

satu dengan lainnya, “<br />

tambahnya.<br />

Gerakan baris berbaris yang dilakukan<br />

ditempat misalnya sikap siap, istirahat,<br />

hormat, lencang kanan, jalan ditempat<br />

dan lain sebagainya. Gerakan ditempat<br />

adalah kunci sukses dalam latihan baris<br />

berbaris. Dalam latihan ini ketegasan<br />

pelatih sangat diperlukan.<br />

“Jika anak didik sudah terbiasa dengan<br />

aba-aba dan gerakan yang tegas<br />

serta kompak maka dalam latihan pindah<br />

tempat dan berjalan akan menjadi<br />

mudah, karena secara emosi mereka<br />

sudah mulai terarah pada gerakan<br />

gerakan selanjutnya,“ ujarnya.<br />

Salah seorang anggota Paskibraka<br />

SMK Bhakti Persada Sekar mengaku,<br />

dirinya merasa antusias dalam mengikuti<br />

kegiatan pengibaran Bendera Merah<br />

Putih untuk Hari Kemerdekaan<br />

nanti.<br />

“Latihannya sebenarnya tidak terlalu<br />

berat. Tapi tantangannya itu bagaimana<br />

menyeimbangkan tempo antara<br />

kita dengan pasukan. Walaupun di jemur<br />

seharian aku ngga merasa berat<br />

karena ini yang aku mau,“ katanya.<br />

Memperingati hari Kemerdekaan RI<br />

ke 73, SMK Bhakti Persada akan melaksanakan<br />

upacara pada <strong>17</strong> Agustus 2018<br />

yang dimulai pukul 07.00 WIB. Selain<br />

itu sekolah tersebut akan mengadakan<br />

lomba lomba seperti estafet, tarik<br />

tambang, futsal dan lain lain pada tanggal<br />

18 Agustus 2018. (cr41)<br />

CR41/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

LATIHAN: Anggota Paskibra SMK Bhakti Persada saat melakukan latihan baris berbaris. Latihan tersebut untuk mempersiapkan upacara HUT RI ke 73 pada <strong>17</strong><br />

Agustus nanti.<br />

Perkuat Kekompakan Baris berbaris<br />

Persiapan Paskibra Sekolah Menjelang HUT RI<br />

JATISAMPURNA – Banyak<br />

manfaat yang didalam melalui<br />

kegiatan pramuka. Selain membentuk<br />

mental, kemandirian<br />

juga karakter siswa agar menjadi<br />

lebih kuat dan berani. Hal<br />

ini ditegaska oleh Pembina<br />

Pramuka SDN Jatiluhur II,<br />

Marta saat menjadi Pembina<br />

upacara dalam peringatan<br />

hari pramuka SDN Jatiluhur<br />

II bersama SDN Jatiluhur I dan<br />

III, kemarin.<br />

Ya, perayaan hari pramuka<br />

kemarin tampak meriah. Pasalnya,<br />

tiga sekolah tersebut<br />

merayakan hari pramuka secara<br />

bersamaan. Kegiata tidak<br />

hanya upacara saja, namun<br />

dimeriahkan dengan berbagai<br />

perlobaan seperti baris berbaris<br />

dan menyanyikan yel yel<br />

Pramuka untuk tingkat kelas<br />

4 hingga 6. Kemudian lomba<br />

mewarnai dan menggambar<br />

untuk kelas 1 hingga kelas 3.<br />

Menurutnya, Pramuka adalah<br />

alat bagi masyarakat untuk<br />

memenuhi kebutuhan masyarakat<br />

setempat, dan juga alat<br />

bagi organisasi untuk mencapai<br />

tujuan organisasinya.<br />

“Pendidikan kepramukaan<br />

yang berdasarkan pada satya<br />

dan darma pramuka harus<br />

benar-benar ditanamkan dalam<br />

hati setiap insan pramuka, sebagai<br />

pedoman bersikap dan<br />

berperilaku. Pramuka merupakan<br />

wadah pendidikan karakter<br />

bagi generasi calon<br />

pemimpin-pemimpin bangsa<br />

di masa yang akan datang,“<br />

katanya, (14/8).<br />

Selain itu Marta menambahkan,<br />

pramuka merupakan<br />

salah satu penggerak pemersatu<br />

bangsa dalam bingkai<br />

Negara Kesatuan Republik<br />

Indonesia (NKRI). Tanpa ada-<br />

CR41/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

LOMBA MEWARNAI: Sejumlah siswa SDN Jatiluhur II bersama SDN Jatiluhur I dan III saat<br />

mengikuti lomba mewarnai, kemarin. kegiatan ini untuk memeriahkan hari jadi pramuka.<br />

Melatih Kemandirian<br />

Siswa Lewat Pramuka<br />

nya persatuan dan kesatuan<br />

wujud sebuah NKRI mustahil<br />

akan tercipta.<br />

“Dalam HUT Pramuka ke - 57<br />

tahun 2018 ini, serentak kita<br />

cetuskan komitmen pramuka<br />

sebagai perajut dan pemersatu<br />

bangsa dalam wadah NKRI.<br />

Pramuka sebagai salah satu<br />

wadah untuk pemersatu bangsa.<br />

Menggenggam erat dan tidak<br />

melepaskan serta bersatu dalam<br />

terciptanya NKRI tanpa melihat<br />

perbedaan apapun,“ terusnya.<br />

Menurutnya, dengan pelatihan<br />

dan pemahaman yang<br />

tepat kepada generasi muda<br />

yang ada dalam Pramuka, akan<br />

lahir generus yang tetap dalam<br />

bingkai NKRI atau yang dikenal<br />

sekarang dengan Republik<br />

Indonesia.<br />

“Kedepannya saya berharap<br />

pramuka di jatiluhur khususnya<br />

di SDN Jatiluhur II ini lebih<br />

maju lagi. Diperdalam lagi<br />

pembelajaran mengenai pramuka.<br />

Seusai mid semester kami<br />

akan melakukan camping di<br />

Cibubur yang dikhususkan<br />

untuk kelas 4 hingga 6 yang<br />

telah berusia 11 tahun keatas,<br />

“ terangnya. (cr41)<br />

KAMIS, 13 SEPTEMBER 2018<br />

SMAN 6 Tambun Selatan<br />

mengadakan sosialisasi Undang-Undang<br />

Informasi dan<br />

Transaksi Elektronik ( ITE ),<br />

belum lama ini. Seperti apa<br />

kegiatannya?<br />

Laporan:<br />

Pingky Meilani<br />

Tambun Selatan<br />

MG5/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

SOSIALISASI: Siswa SMAN 6 Tamsel saat mengikuti sosialisasi UU ITE. Dengan<br />

sosialsiasi ini diharapkan siswa semakin bijak dalam memanfaatkan media<br />

sosial.<br />

Penyuluhan UU ITE Di SMAN 6 Tamsel<br />

Ajak Siswa Bijak Menggunakan Media Sosial<br />

MUSTIKA JAYA – Beragam cara dilakukan<br />

oleh sekolah demi tercapainya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!