Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Gerakan go green<br />
lahir dari keresahan<br />
masyarakat akan<br />
berkurangnya lahan<br />
hijau di bumi dan<br />
membludaknya jumlah<br />
sampah di dunia.<br />
Menurut Koordinator<br />
Kampanye dan<br />
Advokasi dari Wahana<br />
Lingkungan Hidup<br />
Indonesia (WALHI)<br />
Cut Nurhayati Ruang<br />
Terbuka Hijau (RTH)<br />
di sebagian kota,<br />
terutama kota-kota besar tanah air masih cukup<br />
minim (VOA/5/10).<br />
Dalam permasalahan produksi sampah<br />
Indonesia tak kalah parahnya, berdasarkan<br />
penelitian yang dulakukan oleh Jenna R. Jambeck<br />
dari University of Georgia pada tahun 2010<br />
Indonesia menghasilkan 3,22 juta ton sampah<br />
plastik yang tidak terkelola dengan baik, bahkan<br />
sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik<br />
tersebut diduga mencemari lautan (CNBC<br />
Indonesia/21/7/<strong>2019</strong>). Ini menjadikan Indonesia<br />
sebagai negara penghasil sampah terbesar kedua<br />
setelah Cina.<br />
Salah satu daerah yang telah melaksanakan<br />
upaya budidaya sampah adalah kota Surabaya<br />
dengan program 3R (reduce, reuse, recycle).<br />
Tidak hanya itu, program 3R dinilai telah<br />
menjadi landasan upaya pengelolaan sampah<br />
secara mandiri oleh masyarakat, dalam rangka<br />
mengurangi sampah dan mengambil nilai<br />
ekonomis dari sampah (Mongabay/27/2/2014).<br />
Pemerintah sendiri sudah berupaya memberikan<br />
solusi terkait pengelolaan sampah, melalui<br />
proyek pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga<br />
Sampah (PLTSa). Ada 4 kota yang diproyeksikan<br />
selesai pada tahun ini, keempat PLTSa itu berada<br />
di Surabaya, Jakarta, Bekasi, dan Solo. Presiden<br />
Republik Indonesia menyampaikan dalam rapat<br />
terbatas pada 16 Juli <strong>2019</strong> bahwa tujuan utama<br />
dari pengadaaan PLTSa ini bukan pada penyediaan<br />
listriknya, akan tetapi upaya untuk<br />
menyelesaikan permasalahan sampah yang ada<br />
di Indonesia yang sudah berada pada titik yang<br />
memprihatinkan.<br />
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah<br />
daerah adalah menerapkan undang-undang<br />
terkait dengan membuang sampah sembarangan,<br />
peraturan ini sudah diterapkan oleh pemerintah<br />
daerah DKI Jakarta yang tertuang dalam<br />
Perda Nomer 3 tahun 2013 pasal 130 ayat 1 yang<br />
berbunyi ”setiap orang dengan sengaja atau<br />
terbukti membuang sampah di luar jadwal yang<br />
ditentukan, dikenakan uang paksa paling banyak<br />
Rp 100 ribu. Upaya pemerintah tidak akan<br />
berjalan efektif jika kita sebagai masyarakat tidak<br />
berperan aktif dalam mewujudkan program<br />
tersebut. Warisan budaya gotong royong yang<br />
kita miliki harus kita lestarikan agar menjadi<br />
pembelajaran bagi generasi muda masa depan<br />
dalam mewujudkan lingkungan yang bersih,<br />
sehat, dan hijau.<br />
Di era digital saat ini media sosial mendominasi<br />
setiap sendi kehidupan dalam mencari informasi,<br />
atau hanya sekadar berbagi foto selfie,<br />
sudah saatnya kita berhenti sejenak memposting<br />
berbagai hal yang bersifat pribadi dengan<br />
menggantinya dengan video, poster, atau tagar<br />
yang berkaitan dengan kepedulian terhadap<br />
lingkungan. Hal ini akan berjalan dengan baik<br />
jika para publik figur seperti, pejabat publik,<br />
bahkan aktor dan artis yang banyak digandrungi<br />
oleh kaula muda ikut bergerak dalam mengkampanyekan<br />
kepedulian terhadap lingkungan.<br />
Lebih afdhol lagi jika media televisi menambah<br />
iklan layanan masyarakat tentang pemeliharaan<br />
lingkungan hidup.<br />
Bagian dari hukum islam yang mengatur<br />
hubungan antara manusia dengan alam yaitu<br />
muamalah ma’al bi’ah, dalam surat Al-Baqarah<br />
ayat 30 disebutkan bahwa ummat manusia diciptakan<br />
untuk menjadi khalifah atau wakil Allah di<br />
atas muka bumi untuk mengelola bumi dari<br />
terjadinya kerusakan. perbuatan ini jika kita<br />
amalkan dengan tujuan untuk beribadah maka<br />
insya Allah ketakwaan kita akan bertambah<br />
seiring berjalannya waktu.<br />
Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda<br />
bahwa membuang duri dari jalan merupakan<br />
sedekah yang amat besar pahalanya karena<br />
menghindarkan orang lain dari celaka. Sebaliknya<br />
jika kita membuang sampah sembarangan<br />
maka akan mendapatkan dosa karena berpotensi<br />
mencelakakan manusia dan makhluk<br />
hidup.<br />
Indonesia dengan penduduk muslim terbesar<br />
di dunia ternyata belum mampu membawa<br />
pengaruh yang signifikan terhadap dampak<br />
pencemaran lingkungan, padahal penulis yakin<br />
sebagian besar ummat islam yang ada di<br />
Indonesia mengetahui bahkan hafal di luar<br />
kepala hadits nabi yang berbunyi “kebersihan<br />
sebagian dari iman”. walaupun hadits ini<br />
sanadnya dhaif karena salah seorang periwayat<br />
hadits ini adalah Ibrahim bin Hayyan yang<br />
sebagian besar haditsnya palsu dan munkar,<br />
akan tetapi maknanya mengandung kebenaran<br />
serta membawa kepada mashlahat secara<br />
umum. Guru agama di sekolah dan guru ngaji di<br />
masjid hendaknya menyisipkan “agenda”<br />
tentang memungut dan membuang sampah<br />
pada tempatnya sebagai sarana untuk menambah<br />
amal shaleh yang berpotensi sebagai jalan<br />
menuju surga, karena telah melaksanakan fungsi<br />
diciptakannya manusia sebagai khalifah di<br />
muka bumi. pembelajaran sederhana semacam<br />
ini jika terus menerus diajarkan kepada anak<br />
akan menjadi suatu kebiasaan yang berkelanjutan<br />
sampai dewasa.<br />
Salah satu program yang dapat di terapkan di<br />
sekolah dalam membiasakan budaya membuang<br />
sampah pada tempatnya dan gerakan go<br />
green yaitu dengan cara mewajibkan siswa dan<br />
guru untuk membawa alat makan dan minum ke<br />
sekolah, dan pedagang dianjurkan untuk tidak<br />
menggunakan plastik dan styrofoam dalam<br />
menjajakkan dagangannya, sehingga produksi<br />
sampah bisa berkurang dan tentu bisa mendidik<br />
siswa agar lebih meminimalisir penggunaan<br />
barang yang berpotensi menjadi sampah. (*)<br />
PENDIDIKAN<br />
6<br />
Sekarang ini, banyak<br />
hal yang ramai<br />
diperbincangkan<br />
sehingga menjadi viral.<br />
Semenjak sosmed<br />
semakin meningkat<br />
penggunaannya di<br />
masyarakat, istilah<br />
viral pun semakin<br />
akrab di telinga kita.<br />
Dan akhir-akhir ini,<br />
yang lagi marak<br />
digandrungi anak<br />
muda di sosmed<br />
adalah permainan Seberapa Gregetnya Lo.<br />
Hal ini mengantarkan pikiran saya tentang<br />
seberapa gregetnyakah guru zaman now ini<br />
mengajar dengan melihat kondisi anak milenial<br />
yang tidak lepas dari gadget.<br />
Dalam buku Munif Chatib tentang “Sekolahnya<br />
Manusia” disebutkan bahwa gaya mengajar guru<br />
harus mengikuti gaya belajar siswa, dalam artian<br />
guru harus menyesuaikan metode pembelajarannya<br />
dengan kondisi peserta didiknya. Dengan<br />
begitu, pembelajaran akan berjalan dengan baik<br />
dan mudah dipahami peserta didik. Seorang guru<br />
itu harus mampu menyelami dunia mereka secara<br />
baik. Jadi, jelas kita sebagai guru harus mengikuti<br />
cara belajar mereka.<br />
Di zaman milenial ini satu hal yang tidak bisa kita<br />
fungkiri adalah kecanggihan teknologi. Anak<br />
berusia 2 tahun saja sudah bisa mengutak-atik<br />
gadget dengan mahirnya. Terlebih anak-anak seusia<br />
anak didik kita, mereka jauh melejit di bidang<br />
internet dan hal-hal berbau teknologi dibanding kita<br />
gurunya.<br />
Untuk itu, sebuah keharusan bagi kita untuk<br />
mengikuti cara mereka. Mau tidak mau kita harus<br />
mengaplikasikan kecanggihan teknologi ke dalam<br />
metode pembelajaran. Jangan melulu jadi guru<br />
jadul dan tidak mau move on , dengan dalih “ah,<br />
saya sudah tua.” Atau “Saya sudah tidak bisa fokus<br />
kalau disuruh belajar lagi, toh kita sudah dapat gaji<br />
tetap, untuk apa lagi” . Kita harus bisa mengubah<br />
sudut pandang dan cara berfikir sebagai guru<br />
milenial, kita harus bisa upgrade diri agar selalu<br />
bisa nyambung dengan anak didik kita, Sehingga<br />
kita menjadi guru yang greget di hadapan peserta<br />
didik.<br />
Teknologi pendidikan juga sudah banyak ditemukan<br />
oleh para ahli untuk menjawab tantangan<br />
zaman ini. Telah banyak aplikasi-aplikasi belajar<br />
yang sudah tersedia di dalam gadget, misalnya<br />
sekarang adanya bimbingan belajar online. Kita<br />
lihat, betapa besar animo anak muda dengan<br />
adanya aplikasi belajar online ini. Dalam waktu<br />
singkat pengguna aplikasi ini jutaan peminatnya,<br />
mampu mengalahkan bimbingan- bimbingan<br />
belajar yang ada di sekitar kita karena ini menawarkan<br />
sebuah konsep belajar yang berbeda, yaitu<br />
sebuah tawaran belajar jarak jauh dengan tetap stay<br />
di rumah. Tanpa perlu mengeluarkan waktu, tenaga,<br />
dan uang berlebih tentunya. Jadi, sungguh efisien<br />
tanpa mengurangi kualitasnya.<br />
Disini, guru semakin dituntut kreatifitasnya agar<br />
jangan sampai kalah pamor dengan aplikasi belajar.<br />
Kita harus bisa menaklukkan daya tarik aplikasiaplikasi<br />
itu agar peserta didik kita tetap nyaman<br />
belajar dengan kita, bertatap langsung, berinteraksi<br />
langsung, dan menjalin kedekatan. Ini tantangan<br />
bagi kita agar peserta didik tetap enjoy dengan<br />
gurunya di sekolah. Untuk itu, pendidkan 4.0 ini<br />
dirasa sangat perlu untuk membantu kita sebagai<br />
guru greget di zaman milenial ini.<br />
Pendidikan 4.0 adalah tantangan bagi guru agar<br />
bisa mengajar dengan greget kepada siswa. Guru<br />
dituntut harus bisa mengikuti kecanggihan zaman<br />
dengan mengaplikasikannya dalam metode<br />
pembelajaran.<br />
Dalam pendidikan, seorang 4.0, guru/dosen<br />
berfungsi sebagai pemimpin team (team leader)<br />
yang bekerjasama dengan siswa/mahasiswa untuk<br />
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />
dengan didukung banyak sumber pembelajaran<br />
berbasis internet (Artificial Intelligence Portals).<br />
So, dengan begitu gregetnya kita mengajar akan<br />
sampai kepada siswa.<br />
Dalam pendidkan 4.0 banyak perbedaan mendasar<br />
yang menjadikan kita sebagai guru greget di<br />
mata anak didik, diantaranya proses pembelajaran<br />
secara terbuka untuk meningkatkan kreativitas<br />
pembelajar, membangun jaringan sosial melewati<br />
ruang-ruang kelas dan disiplin ilmu, pembelajaran<br />
adaptif yang dikendalikan oleh banyak Artificial<br />
Intelligence Portals (berbasis internet).<br />
Terus juga, materi pembelajaran sesuai kebutuhan<br />
praktek yang bersumber dari berbagai portal<br />
internet (Artificial Intelligence Portals) tanpa perlu<br />
terikat secara kaku pada buku-buku teks. Juga,<br />
pembelajaran tidak lagi tergantung pada bangunan<br />
fisik karena aktivitas pembelajaran dilakukan secara<br />
terbuka dengan pertukaran guru/dosen melintasi<br />
daerah/wilayah/nasional seperti menawarkan<br />
gelar/ijazah ganda (double degree), dan akreditasi<br />
dari banyak institusi yang diakui secara internasional.<br />
Nah, bekal pendidikan 4.0 inilah modal dasar kita<br />
sebagai pendidik di era milenial ini. Guru tua, muda,<br />
senior, junior, atasan bawahan harus sama-sama<br />
bergandengan tangan, saling mendukung, dan<br />
memotivasi untuk mewujudkan pendidikan<br />
berbasis milenilal dengan pendidikan 4.0 ini.<br />
Ini merupakan salah satu ikhtiar kita, agar<br />
mengajar lebih greget dan mudah dipahami siswa<br />
sesuai dengan gaya belajar mereka yang senang<br />
dengan gadget.Dibutuhkan revoliusi mental untuk<br />
bisa mewujudkan ini. So, mari kita mulai dari diri<br />
kita sendiri, teman di lingkungan sekolah, dan<br />
menularkannya kepada teman-teman sejawat kita.<br />
Kita bisa jadi guru pembelajar, guru greget, guru<br />
yang disenangi oleh peserta didik kita, Aamiin. (*)<br />
PENDIDIKAN<br />
6<br />
Seberapa Gregetnya<br />
Kamu Mengajar<br />
PENDIDIKAN<br />
6 SENIN, 1 OKTOBER 2018<br />
Les atau Bimbingan<br />
Belajar, Perlukah ?<br />
“ANAK SD aja udah les<br />
private? Sesusah apa sih<br />
pelajarannya?” komentar<br />
seorang ibu muda.<br />
Pertanyaan yang wajar<br />
diajukan mengingat<br />
beliau belum memiliki<br />
putra atau putri yang<br />
duduk di sekolah dasar.<br />
Namun bagi orang tua<br />
atau ibu yang sudah<br />
merasakan anaknya duduk di sekolah dasar<br />
kelas tinggi, kelas 4 hingga kelas 6 misalnya.<br />
Kehadiran seorang guru les private kadang<br />
menjadi suatu kebutuhan tersendiri.<br />
Apalagi bila ananda termasuk tipe anak yang<br />
terlambat dalam memahami suatu materi<br />
pelajaran. Menyediakan guru les private atau<br />
mengikutkan anak dalam kelas bimbingan<br />
belajar, merupakan salah satu alternatif<br />
mengatasi kendala tersebut. Lantas, apakah les<br />
private atau bimbingan belajar menjadi<br />
satu-satunya alternatif bagi anak yang terlambat<br />
belajar ? Tentu tidak. Ini semua tergantung<br />
kemampuan orangtua dari anak tersebut.<br />
Mengapa tergantung kemampuan<br />
orangtuanya? Karena biasanya anak yang<br />
terlambat menguasai materi pelajaran, selain<br />
mendapat bimbingan dari guru di sekolah juga<br />
dianjurkan mendapat bimbingan dan latihan<br />
kembali di rumah bersama orangtuanya. Bila<br />
orangtua memiliki keluangan waktu dan<br />
kemampuan dalam membimbing ananda pada<br />
pelajaran yang belum dikuasainya, tentu les atau<br />
bimbingan belajar tidak perlu diikuti.<br />
Sementara, bagi orangtua yang tidak memiliki<br />
waktu luang dan pengetahuan untuk<br />
membimbing anaknya serta tidak terkendala<br />
biaya, maka les private atau bimbingan belajar<br />
menjadi jalan keluar yang terbaik.<br />
Disinilah pentingnya peranan orangtua. Ibu<br />
rumah tangga biasanya lebih memiliki waktu<br />
luang sehingga dapat membimbing ananda<br />
pada materi pelajaran yang belum<br />
dikuasainya. Selain menambah kedekatan<br />
emosional ibu dengan anaknya, belajar<br />
dengan bimbingan orangtua sendiri akan<br />
lebih ekonomis. Terkadang keterlibatan<br />
seorang ayah diperlukan. Terutama pada<br />
materi pelajaran yang kurang dikuasai sang<br />
ibu. Tak jarang, seorang ayah akan ditelpon<br />
anak atau istrinya untuk pulang kerja lebih<br />
awal, hanya untuk mengajari PR atau<br />
persiapan ulangan matematika sang anak.<br />
Kerjasama yang manis yaa.<br />
Hal tersebut di atas dapat berlangsung<br />
sementara, selama anak-anak masih di<br />
sekolah dasar. Terutama ketika ananda masih<br />
duduk di kelas satu hingga tiga. Jika sudah di<br />
kelas empat hingga enam, mulai muncul<br />
materi pelajaran yang sulit dan perlu<br />
dipahami ananda dengan berulang kali<br />
mempelajarinya. Fakta di lapangan<br />
berdasarkan pengamatan di sekitar tempat<br />
tinggal penulis, banyak lembaga bimbingan<br />
belajar yang ramai oleh anak-anak SD kelas 4<br />
hingga 6 yang menjadi siswanya. Hal ini<br />
sekaligus membuktikan, bahwa materi<br />
pelajaran di SD kelas tinggi tidak semuanya<br />
mudah. Apalagi materi pelajaran di jenjang<br />
SMP dan SMA yang pastinya lebih sulit.<br />
Saya akui, keuntungan anak mengikuti<br />
bimbingan belajar misalnya mendapatkan<br />
banyak latihan soal. Ini tentu saja semakin<br />
mengasah kemampuan anak. Selain itu,<br />
bimbingan belajar biasanya memberikan tips<br />
atau teknik penyelesaian soal yang mudah<br />
dan simple. Hal ini yang belum tentu<br />
diperolehnya dari bapak ibu guru di sekolah.<br />
Sebelum menentukan jenis les atau<br />
bimbingan belajar yang akan diikuti ananda,<br />
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh<br />
orangtua. Pertama, orangtua harus<br />
mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh<br />
ananda. Apakah ia membutuhkan les/<br />
bimbingan belajar atau tidak. Kedua,<br />
menanyakan kesiapan atau kemauan ananda.<br />
Kadang, anak yang sudah sekolah seharian<br />
tidak mau lagi mengikuti les/bimbingan<br />
belajar karena lelah. Perlu dikomunikasikan<br />
kepada ananda, jenis les private atau<br />
bimbingan belajar yang sesuai untuknya. Bila<br />
ia tidak mau, jangan dipaksakan. Orangtua<br />
berkewajiban menyediakan waktu luang<br />
untuk membimbingnya belajar di rumah.<br />
Ketiga, orangtua perlu mencari informasi<br />
terkait pada lembaga bimbingan belajar atau<br />
les private tentang metode belajar, kurikulum,<br />
waktu belajar dan biaya pendidikan yang<br />
sesuai kemampuan. Keempat, bila ananda<br />
sudah mengikuti les atau bimbingan belajar<br />
tertentu, orangtua perlu mengevaluasi hasil<br />
belajarnya. Ada peningkatan atau tidak dari<br />
sebelum les/bimbingan belajar. Bila tidak ada<br />
peningkatan hasil belajar, maka les/<br />
bimbingan tersebut tidak efektif untuk<br />
ananda. Berhenti saja. Lalu ubah dengan<br />
strategi lainnya agar peningkatan hasil<br />
belajarnya tercapai.<br />
Orangtua juga perlu memahami bahwa tipe<br />
belajar anak berbeda-beda. Ada anak yang<br />
lebih mudah memahami pelajaran dengan<br />
cara melihat. Ini dikenal dengan tipe visual.<br />
Anak dengan tipe seperti ini biasanya lebih<br />
senang belajar dengan membaca buku atau<br />
melihat gambar. Sementara ada juga anak<br />
yang lebih mudah memahami pelajaran<br />
dengan cara mendengarkan penjelasan guru/<br />
orang lain. Dikenal dengan tipe auditory.<br />
Biasanya anak bertipe auditory senang belajar<br />
sambil mendengarkan musik. (*)<br />
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan<br />
Dasar dan Menengah Kementerian<br />
Pendidikan dan Kebudayaan<br />
(Kemendikbud) Hamid Muhammad<br />
mengungkapkan, saat ini Indonesia<br />
dalam status darurat pendidikan.<br />
Kondisi ini dilihat dari jumlah guru<br />
yang tidak seimbang dengan pertumbuhan<br />
siswa. Kemudian masalah kualitas<br />
guru yang masih di bawah standar kompetensi.<br />
Ditambah lagi dengan fasilitas<br />
pendidikan seperti gedung sekolah dan<br />
ruang kelas yang tidak memadai.<br />
“Indonesia darurat kualitas pendidikan<br />
terutama daerah-daerah di perdesaan<br />
dan 3T (terdepan, terluar, terisolir),”<br />
kata Dirjen Hamid dalam sambutannya<br />
saat peluncuran PINTAR (Pengembangan<br />
Inovasi Kualitas Pembelajaran)<br />
di Kantor Kemendikbud.<br />
Perbaikan kualitas pendidikan menurut<br />
Hamid harus dimulai dari kelas. Banyak<br />
sekolah yang melakukan pembelajaran<br />
satu arah. Mestinya belajar yang berbasis<br />
kegiatan. Itu sebabnya rekrutmen guru<br />
harus diperketat. Pilih guru yang berkualitas<br />
sebab sekali salah merekrut, akan dirasakan<br />
dampaknya puluhan tahun.<br />
“Pemerintah perlu bersinergi dengan<br />
berbagai pihak untuk mempercepat<br />
peningkatan kualitas pendidikan. Terima<br />
kasih untuk Tanoto Foundation yang<br />
telah menunjukkan komitmennya dalam<br />
memajukan pendidikan di Indonesia.<br />
Saya percaya, program PINTAR akan<br />
membantu pengembangan kualitas<br />
para guru, kepala sekolah, juga para<br />
calon guru. Tentu saja, ini akan berdampak<br />
pada peningkatan hasil belajar<br />
siswa. Saya minta program ini disebarkan<br />
lebih luas lagi,” tutur Hamid.<br />
Dia berharap kabupaten/kota yang<br />
masuk dalam program PINTAR bisa<br />
menjadi contoh bagi daerah lain dalam<br />
membangun praktik-praktik baik pembelajaran,<br />
manajemen dan kepe mimpinan<br />
sekolah, mendukung pemerintah<br />
menyebarluaskan praktik-praktik baik.<br />
Juga mendukung Lembaga Pendidikan<br />
Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam<br />
pendidikan calon guru.<br />
Anggota Dewan Pembina Tanoto<br />
Foundation Belinda Tanoto menambahkan,<br />
PINTAR dirancang untuk<br />
mendukung pemerintah dalam meningkatkan<br />
mutu pendidikan dasar<br />
melalui program penguatan kapasitas<br />
pengelolaan dan kepemimpinan sekolah,<br />
peningkatan kualitas guru, serta<br />
partisipasi orang tua dan masyarakat.<br />
Dia yakin pendidikan berkualitas akan<br />
mempercepat munculnya kesetaraan<br />
peluang. “Keyakinan kami turut diperkuat<br />
dengan hasil penelitian Mc Kinsey tahun<br />
2017 bahwa program peningkatan kualitas<br />
guru dan kepemimpinan sekolah berdampak<br />
besar bagi peningkatan mutu pendidikan<br />
di Indonesia,” tutupnya. (jpnn)<br />
DOK/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
ILUSTRASI: Salah seorang guru saat sedang mengajar di dalam kelas. Pemerintah bakal memperketat rekrutmen guru, hal ini dilakukan untuk menciptakan<br />
tenaga pendidik berkualitas.<br />
Rekrutmen Guru Bakal Diperketat<br />
<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Pemerintah<br />
Kota Bekasi terus mendorong minat<br />
baca buku bagi siswa. Berbagai upaya<br />
terus dilakukan, salah satunya yakni<br />
dengan program wajib membaca bagi<br />
siswa mulai pukul 19.00 WIB hingga<br />
pukul 21.00 WIB.<br />
Sekretaris Dinas Pendidikan, Inayatullah<br />
mengatakan, program ini<br />
dibentuk bertujuan agar siswa gemari<br />
membaca dan berwawasan luas.Guna<br />
memperkuat sistem wajib membaca,<br />
Inay, sapaannya, menginginkan pihak<br />
sekolah menambahkan ekstrakulikuler<br />
baru yaitu jurnalistik.<br />
Katanya, salah satu agenda jurnalistik<br />
adalah membaca, menganalisa dan<br />
dituang dengan tulisan.“Perencanaan<br />
yang dilakukan berdasar atas kerja sama<br />
pihak sekolah dengan orang tua siswa,”<br />
ucapnya, belum lama ini.<br />
Bukan hanya itu pihaknya juga<br />
mengawali dengan sosialisasikan<br />
kepada pihak sekolah yang nanti akan<br />
dilanjutkan ke pihak orang tua.<br />
“Jadi sistemnya adalah siswa wajib<br />
membaca apapun yang dibaca seperti<br />
sejarah, dan lainnya. Lalu dipantau orang<br />
tua dan nanti pihak sekolah meminta<br />
laporan ke orang tua siswa,” terangnya.<br />
Menurutnya, agenda yang akan di<br />
canangkan bertujuan untuk membentuk<br />
siswa yang cerdas, serta berkarakter,<br />
sehingga anak dapat berfikir dan<br />
melakukan hal yang positif.<br />
“Jadi ini kita ajak siswa mengeluarkan<br />
bakatnya, kita ajak siswa untuk bisa<br />
kritis dalam menanggapi suatu hal,<br />
kita bentuk siswa untuk menuangkannya<br />
di dalam tulisan. Kita bawa siswa<br />
untuk berwawasan luas,” tutupnya.<br />
(dyt/po1jokbekasi)<br />
<strong>BEKASI</strong> BARAT - Tahun Baru Islam<br />
dijadikan momentum pembel ajaran<br />
siswa-siswi untuk saling berbagi. Hal<br />
itu diungkapkan Kepala SD Negeri Bintara<br />
03, Saebah saat memperingati tahun<br />
baru Islam di lingkup UPTD Pen didikan<br />
Kecamatan Bekasi Barat, Kota bekasi.<br />
Peringatan tersebut diisi dengan<br />
santunan anak yatim dan pentas<br />
seni islami persembahan siswasiswi<br />
SD Negeri 01, 03, 08 . Hadir<br />
Lulu Susanti, wah siapa yang tidak<br />
kenal ustadzah muda ini. Orangnya<br />
sangat enerjik se perti biasa banyak<br />
mengeluarkan pantun dengan logat<br />
betawi dan boneka kesayangannya<br />
yang menjadi ciri khasnya berdakwah<br />
dengan mendongeng.<br />
“Ada 30 anak yatim di sekolah kami<br />
yang hari ini diberikan bantuan<br />
berupa tas, dan sejumlah uang. Selain<br />
santunan kita juga bikin acara<br />
pembacaan Alquran surat pendek,<br />
hadroh, sholawatan siswa-siswi SDN<br />
Bintara 01,03,08 ” ungkap Saebah ,<br />
disela acara peringatan tahun baru<br />
islam 1 Muharram 1440 Hijriyah,<br />
di halaman sekolahnya.<br />
Kegiatan tersebut, lanjut Saebah,<br />
ber tujuan agar siswa-siswi di sekolah<br />
terbiasa untuk saling berbagi<br />
terhadap sesama yang lebih membutuhkan.<br />
“Kami ingin menanamkan<br />
sejak dini ten tang kesadaran serta<br />
kepedulian siswa terhadap orangorang<br />
ataupun siswa lainnya yang<br />
kurang mampu,” ujarnya.<br />
Ia berharap dengan memperingati<br />
satu muharam dapat memperkuat<br />
iman islam seluruh warga di sekolah.<br />
Selain itu kata dia, kegiatan tersebut<br />
juga menjadi ajang perubahan umat<br />
islam pada umumnya untuk menjadi<br />
insan yang lebih baik. (Pay)<br />
Gebyar Himpunan Mahasiswa<br />
Pendidikan Guru Sekolah Dasar<br />
(Himasda) Universitas Islam<br />
45 (Unisma) Bekasi dimulai<br />
dengan menghelat seminar<br />
yang diikuti oleh ratusan<br />
mahasiswa dari berbagai<br />
perguruan tinggi di Kota Bekasi.<br />
Seperti apa?<br />
Laporan:<br />
SURYA BAGUS<br />
Bekasi Timur<br />
SEMINAR yang mengangkat tema<br />
pendidikan berkualitas untuk generasi<br />
emas tersebut dihadiri 200 mahasiswa<br />
dari berbagai perguruan tinggi di Kota<br />
Bekasi. Hadir dalam kesempatan<br />
tersebut Ketua Program Studi (KAP-<br />
RODI) PGSD Universitas Negeri Jakarta,<br />
Fahrurrozi sebagai narasumber.<br />
Tema tersebut di angkat oleh mahasiswa<br />
yang tergabung dalam Himasda<br />
Unisma Bekasi atas kegelisahan yang<br />
dirasakan sebagai calon pendidik.Berdasarkan<br />
pengamatan mahasiswa yang<br />
tergabung dalam Himasda Unisma Bekasi<br />
ini, pendidikan di Indonesia masih sangat<br />
jauh dari kata maksimal.<br />
Berbagai macam permasalahan<br />
masih menjadi pekerjaan rumah<br />
diantaranta adalah profesionalisme<br />
yang masih mereka nilai rendah,<br />
distribusi guru yang tidak merata serta<br />
mismatched antara latar belakang<br />
pendidikan dan tugas sebagai guru<br />
yang tidak jarang masih terjadi.<br />
“ Berbagai macam permasalahan<br />
yang ada seperti rendahnya profesionalisme<br />
guru, distribusi guru yang<br />
tidak merata dan Mismatched antara<br />
latar belakang pendidikan dan tugas<br />
sebagai guru menjadi bukti dari rendahnya<br />
kualitas pendidikan di negeri<br />
ini,”kata Ketua Panitia Gebyar Himasda<br />
Unisma Bekasi, Rengga Surya<br />
Seminar yang dihelat digedung I<br />
pasca sarjana Unisma Bekasi tersebut<br />
berlangsung hangat dalam mengupas<br />
berbagai permasalahan yang terjadi<br />
di dunia pendidikan. Fahrurrozi sebagai<br />
narasumber mengungkapkan bahwa<br />
tantangan guru masa depan di abad<br />
ke 21 ini adalah perkembangan<br />
tehnologi informasi dan komunikasi<br />
yang masif dan pesat berimbas pada<br />
peradaban manusia.<br />
Tantangan lainnya adalah masuknya<br />
Indonesia dalam masyarakat ekonomi<br />
ASEAN serta standarisasi pekerjaan dan<br />
kompetensi kerja. Fahrurrozi menilai<br />
bahwa standarisasi pekerjaan dan kompetensi<br />
kerja tidak lagi bersifat lokal atau<br />
nasional malainkan bersifat global.<br />
“Guru masa depan adalah guru yang<br />
menginspirasi, menggairahkan dan<br />
mencerdaskan peserta didik,“ ungkap<br />
pria yang juga sebagai ketua satu Himpunan<br />
Dosen PGSD se Indonesia tersebut<br />
dalam pemaparan yang dilakukan di<br />
hadapan ratusan mahasiswa.(*)<br />
Ratusan siswa SMAN 6 Tambun Selatan<br />
berkumlul di halaman sekolah.<br />
Mereka bukan melakukan upacara<br />
bendera, namun ingin mendengarkan<br />
pemaparan dan sosialisasi Undang-<br />
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik<br />
( ITE ).<br />
Menggandeng Bhabinkamtibmas kelurahan<br />
Jatimulya dan Polisi Sektor<br />
kecamatan tambun Selatan, sosialsiasi<br />
ini diharapkan mampu memberikan<br />
wawasan kepada siswa pentingnya informasi<br />
transaksi elektronik.<br />
Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan<br />
SMAN 6 Tambun Selatan Dede<br />
Ismail mengatakan, Penyuluhan Undang-<br />
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik<br />
( ITE ) dilakukan untuk mengurangi<br />
dampak penyalahgunaan media elektronik.<br />
“Kami memang bekerja sama dengan<br />
bhabinkamtibmas kelurahan Jatimulya<br />
yaitu bapak aiptu sohib untuk mensosialisasikan<br />
UU ITE . Menurut kami<br />
sosialisasi sangat penting agar siswa<br />
didik kami tidak ada yang terjerumus<br />
dengan berita hoax dan aksi pornografi<br />
, ” tegasnya.<br />
Sosialisasi yang dimulai 07.30 WIB ini<br />
disambut antusaiss siswa. Pasalnya,<br />
dengan sosialisasi ini siswa bisa mengetahui<br />
bahaya yang didapat jika menyalahgunakan<br />
media elektronik.”Siswa<br />
harus bijak menggunakan media<br />
sosial,”kata Bhabinkamtibmas kelurahan<br />
Jatimulya, Aiptu Sohib saat menasehati<br />
siswa.<br />
Dia mengakui, maraknya informasi di<br />
media sosial saat ini sangat berbahaya<br />
jika tidak disikapi dengan bijak. Terlebih<br />
para pelajar yang sangat aktif memanfaatkan<br />
media sosial untuk saling berkomunikasi<br />
dan bersosialisasi.<br />
“Kita bisa lihat sekarang ini, banyak<br />
aksi kekerasan yang dilakukan oleh remaja.<br />
Bahkan, tidak sedikit remaja terjerumus<br />
dalam pergaulan negatif karena<br />
salah memanfaatkan medsos.<br />
Untuk itu, siswa harus hati-hati dalam<br />
menggunakan medsos,”paparnya.<br />
Dia berharap, melalui sosialisasi ini<br />
siswa tidak mudah menerima informasi<br />
yang menyesatkan,”Harapanyah<br />
dengan adanya penyuluhan undangundang<br />
Informasi dan Transaksi Elektronik<br />
( ITE ) terhadap para siswa , akan<br />
menjadikan UU ITE sebagai pagar pembatas<br />
dalam melakaukan hal-hal yang<br />
tidak diinginkan serta meminimalisir<br />
penyebaran berita hoax di kalangan<br />
pelajar ,” tandas Aiptu sohib. (*)<br />
Pendidikan merupakan<br />
kebutuhan dasar<br />
masyarakat modern<br />
saat ini. Pemikiran yang<br />
semakin terbuka dari para<br />
orang tua, yang meyakini<br />
bahwa pendidikan<br />
itu sangat penting,<br />
menjadikan semangat<br />
baru menciptakan<br />
generasi bernas di era<br />
digital. Sejalan dengan itu,<br />
banyak impian anak muda<br />
melambung tinggi, dengan<br />
banyak sokongan dari<br />
berbagai pihak, terutama<br />
sekolah. Meski sistem<br />
pendidikan Indonesia jauh tertinggal dari dunia<br />
Eropa atau Amerika pun negara tetangga, semangat<br />
para remaja untuk bersekolah melambung<br />
tinggi seiring dengan perkembangan pendidikan<br />
saat ini. Kini, memilih sekolah unggul menjadi<br />
prioritas utama. Tidak hanya membekali anaknya<br />
pengetahuan dunia yang bersifat sementara, tapi<br />
kini orang tua lebih menyeimbangkan anaknya<br />
dengan kecerdasan yang bersifat agamis.<br />
Pendidikan karakter menjadi basic bagi sistem<br />
pendidikan kita dengan harapan kualitas meningkat<br />
diawali dari ‘akar’ segala problem. Hal ini<br />
tercantum dalam Undang-undang Republik<br />
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem<br />
Pendidikan Nasional; merumuskan dasar, fungsi,<br />
dan tujuan pendidikan Nasional. Pasal 3 Undangundang<br />
Sitem Pendidikan Nasional (UU SIKDIK-<br />
NAS) menyebutkan: “Pendidikan Nasional<br />
berfungsi mengembangkan dan membantu watak<br />
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam<br />
rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk<br />
berkembangnya potensi, peserta didik agar<br />
menjadi manusia yang beriman yang bertakwa<br />
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,<br />
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi<br />
warga negara yang demokratis serta bertanggung<br />
jawab.” Ketika anak memiliki karakter yang kuat<br />
dan baik, niscaya generasi masa depan memiliki<br />
bekal mempuni ke arah hidup lebih baik.<br />
Tak seperti masa lampau, pilihan utama bersekolah<br />
adalah menembus sekolah Negeri, yang<br />
notabene memang tak terpikir oleh masyarakat<br />
ada pilihan lain. Secara umum tak ada pembeda<br />
sekolah satu dengan sekolah lain. Pendidikan<br />
berkesinambungan dengan seseorang yang belajar.<br />
Belajar adalah nyawa bagi mereka yang berpikir,<br />
diturunkan dari sebuah generasi ke generasi lain<br />
dari tahapan pembelajaran, pelatihan, bahkan<br />
praktek di bawah pengawasan seorang pendidik.<br />
Sering kali masyarakat mengartikan bahwa<br />
pendidikan itu harus pergi ke sebuah sekolah, tentu<br />
saja itu pendapat yang tidak tepat, karena pada<br />
hakikatnya selama kita dalam kandungan Ibu pun,<br />
sudah dalam proses belajar karena diajarkan<br />
banyak hal. Ini adalah kenyataan yang kurang<br />
disadari. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa<br />
pendidikan pertama yang didapat seorang anak<br />
adalah dari keluarga.<br />
Banyak negara sudah menerapkan aturan wajib<br />
belajar, maka dari itu setiap orang dalam sebuah<br />
negara sudah memiliki hak atas pendidikan. Pun<br />
begitu dengan Indonesia. Sebagaimana tercantum di<br />
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20<br />
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;<br />
merumuskan hak dan kewajiban warga negara,<br />
orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Pasal 5 ayat<br />
1 menyebutkan: “Setiap warga negara mempunyai<br />
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang<br />
bermutu.” Pemerintah konsisten melaksanakan<br />
program wajib belajar dengan memperbaiki sistem<br />
pendidikan yang kian dinamis mengikuti zaman.<br />
Mutu pendidikan di setiap daerah kian meningkat<br />
walau belum secara menyeluruh. Salah satunya<br />
dengan menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis<br />
Komputer (UNBK), yang tahun ajaran 2017/2018<br />
sudah dipenuhi oleh setiap sekolah di penjuru<br />
Indonesia. Ini merupakan salah satu program<br />
pemerintah yang terlaksana sebagai bukti kekonsistenan<br />
dalam meningkatkan mutu pendidikan.<br />
Lalu, Negeri atau Luar Negeri (sekolah swasta)?<br />
Menjadi pertanyaan di setiap benak orang tua yang<br />
memiliki anak di tingkat akhir sebuah jenjang<br />
sekolah. Mereka sadar bahwa kini pendidikan<br />
menjadi kebutuhan primer. Keunggulan pun<br />
kelemahan masing-masing sekolah menjadi<br />
pertimbangan bagi orangtua yang sudah melek<br />
pendidikan. Berapa banyak biaya yang harus<br />
digelontorkan, mereka siap jika nanti output<br />
anaknya luar biasa. Kebanggan tersendiri dari<br />
orangtua jika anaknya berprestasi.<br />
Pemikiran dasar itu lah yang menjadikan sekolah<br />
swasta khususnya, berlomba-lomba meningkatkan<br />
kualitas, tidak hanya dari sarana prasarana, tapi<br />
menjanjikan program-program unggulan dalam<br />
berbagai bidang. Sekolah beda ‘alam’ ini berusaha<br />
mendapatkan kepercayaan masyarakat luas<br />
dengan meningkatkan brand dengan berbagai<br />
cara, salah satunya pilihan ekstrakulikuler yang<br />
amat beragam, di mulai dari seni dan budaya<br />
hingga sport. Tak ayal, dengan program yang<br />
menjanjikan pada masyarakat serta berbayar tinggi<br />
sekolah-sekolah ini akan mendapat cap bonefit.<br />
Namun kebanyakan dari mereka “Untouchable”<br />
bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke<br />
bawah.<br />
Pun zonasi membuat sekolah pemerintah yang tak<br />
berbayar sedikit ‘hilang akal’, namun masih banyak<br />
hal yang menjadikannya primadona. Misal, daya<br />
tampung murid pada tiap kelasnya lebih banyak dari<br />
pada sekolah swasta yang memungkinkan semua<br />
calon murid terbagi ‘kursi’, sehingga jarang sekali<br />
sekolah negeri yang jumlah siswanya sedikit.<br />
Sekolah yang disediakan pemerintah ini, dari sarana<br />
prasarana dan gaji pengajarnya ditanggung pemerintah<br />
(lain hal dengan para honorer). Jika<br />
bersekolah di sekolah negeri, biaya yang dikeluarkan<br />
orang tua akan lebih murah dibandingkan sekolah<br />
swasta, karena secara umum operasional sekolah<br />
sudah disubsidi oleh pemerintah.<br />
Well, Negeri atau Luar Negeri (sekolah swasta)?<br />
Keduanya memiliki visi dan misi dasar yang sama,<br />
ialah mencerdaskan anak bangsa, menanamkan<br />
nilai-nilai baik dalam kehidupan, membuat<br />
generasi baru yang berkarakter. Bijaklah dalam<br />
menentukan sekolah pilihan, tentunya disesuaikan<br />
kondisi pribadi para orang tua dan anak secara<br />
keseluruhan.(*)<br />
Oleh: Yulistika, S.pd.<br />
Guru Bahasa Indonesia<br />
SMP Al Azhar Syifa Budi<br />
Legenda, Anggota KGPBR<br />
PENDIDIKAN<br />
6<br />
Negeri atau Luar<br />
Negeri (swasta)?<br />
PENDIDIKAN<br />
6 KAMIS, 16 AGUSTUS 2018<br />
Guru Kaya<br />
Guru Berkarya<br />
Oleh : Endah Setiaharti, M.Pd.<br />
Guru SD Al Muslim<br />
SETIAP manusia memiliki<br />
kelebihan dan kekurangan.<br />
Dengan kelebihan yang<br />
dimiliki setiap orang dapat<br />
melakukan aktivitas yang<br />
dapat meningkatkan<br />
aktualisasi diri. Dengan<br />
kekurangannya, seseorang<br />
juga dapat belajar untuk<br />
menghadapi kesulitan,<br />
tantangan, dan berupaya<br />
menemukan solusi terbaik dari masalah yang<br />
dihadapinya. Tidak ada manusia yang<br />
sempurna di dunia ini. Allah<br />
menganugerahkan kelebihan dan kelemahan<br />
kepada setiap manusia tidak lain bertujuan<br />
agar manusia bisa saling bersinergi atas kedua<br />
hal tersebut.<br />
Bagaimanakah wujud rasa syukur kita atas<br />
anugerah yang telah Allah berikan ? Untuk<br />
menjawab pertanyaan tersebut kita dapat<br />
memulai dengan cara melihat kembali potensi<br />
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki.<br />
Sudahkah kita mengoptimalkan kelebihan<br />
yang kita miliki untuk menghasilkan sebuah<br />
karya, membuat kreativitas, menciptakan<br />
media, metode, atau strategi yang dapat<br />
dirasakan manfaatnya bagi orang banyak ?<br />
Apakah kita membiarkan potensi itu beku<br />
kemudian mati ? Sungguh ironis jika ini terjadi<br />
pada diri kita, terlebih lagi apabila kita adalah<br />
seorang guru. Bagaimana pula dengan<br />
kelemahan yang ada pada diri kita ? Apakah<br />
kita tetap menjadikannya sebagai sesuatu<br />
yang statis ? Tentu kita semua tidak ingin<br />
kondisi demikian terjadi pad diri kita.<br />
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut<br />
untuk memiliki pengetahuan, keterampilan,<br />
dan sikap yang sesuai dengan profesinya.<br />
Seorang guru harus professional dalam<br />
menyelesaikan tugas dan berbagai persoalan<br />
yang menyertai dunia kerjanya. Oleh karena<br />
itu, seorang guru hendaknya tidak pernah<br />
berhenti belajar. Belajar dari teman seprofesi,<br />
orang tua, buku, media, termasuk peserta<br />
didik. Dengan pengalaman belajar yang<br />
diperolehnya, seorang guru dapat<br />
mengembangkan berbagai ide dan kreativitas.<br />
Di samping itu juga akan mengantarkan guru<br />
pada mindset berpikir positif kritis. Untuk<br />
itulah seorang guru harus memiliki wadah<br />
dalam menuangkan ide dan kreativitasnya<br />
sehingga guru dapat menghasilkan suatu<br />
karya yang berguna bagi dunia pendidikan.<br />
Guru yang mempunyai banyak ide dan<br />
memiliki kreativitas tinggi akan memotivasi<br />
dirinya untuk berkarya melalui goresan pena,<br />
membuat buku, inovasi media belajar atau<br />
bahkan membuktikan sebuah teori melalui<br />
eksperimen. Dengan karya yang dihasilkannya,<br />
seorang guru dapat berbagi pengalaman dan<br />
keterampilan sehingga secara tidak langsung<br />
mutu tenaga pendidik juga meningkat.<br />
Untuk menghasilkan sebuah karya, guru<br />
dapat merintisnya dengan menuangkan<br />
permasalahan yang dihadapinya selama<br />
bekerja, baik di kelas maupun di luar kelas. Dari<br />
permasalahan tersebut, kemudian guru<br />
menuliskan tahapan-tahapan yang ia lakukan.<br />
Setelah melalui berbagai proses, guru mencatat<br />
setiap perkembangan atas permasalahan<br />
tersebut. Semua dituangkan dalam bentuk<br />
catatan singkat. Apabila masalah telah selesai<br />
guru dapat menuliskan kembali<br />
pengalamannya tersebut dalam bentuk puisi,<br />
cerpen, opini, PTK atau pun bentuk lainnya.<br />
Jika, hasil karya guru berupa media, metode,<br />
atau pun strategi, guru pun harus<br />
mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan.<br />
Mengapa guru harus berkarya ? Di tangan<br />
seorang guru akan menentaskan anak didik<br />
yang memiliki berbagai impian. Merekalah<br />
yang nantinya akan mengisi berbagai kursi<br />
kepemimpian suatu bangsa. Di tangan mereka<br />
pula perjuangan suatu bangsa akan<br />
diteruskan. Guru yang telah memiliki karya,<br />
berarti telah menunjukkan kemampuan<br />
dalam bidang tuasnya secara professional.<br />
Dengan karya yang dihasilkanya guru dapat<br />
bertutur atas apa yang didengar, dilihat dan<br />
dirasakannya. Dengan karyanya seorang guru<br />
selalu mengikuti kemajuan zaman, sehingga<br />
menjadikan guru semakin kaya. (*)<br />
BOJONGMANGU – Minat siswa di<br />
Kabupaten Bekasi untuk bergabung<br />
dengan gerakan Pramuka dinilai masih<br />
sangat minim. Padahal, kegiatan<br />
pramuka bisa dijadikan sarana untuk<br />
membentuk pribadi siswa agar berani,<br />
mandiri dan berkarakter.<br />
Selain itu, sesuai dengan kurikulum<br />
2013 (K13) menjadikan pendidikan<br />
kepramukaan sebagai ekstra kurikuler<br />
wajib, mulai jenjang SD/MI, SMP/<br />
MTs, SMA/MA dan SMK. Pewajiban<br />
pendidikan kepramukaan menjadi<br />
ekstra kurikuler wajib ini sebenarnya<br />
bukanlah merupakan hal yang baru,<br />
karena sudah sejak lama pendidikan<br />
kepramukaan dijadikan kegiatan ekstra<br />
kurikuler wajib di sekolah, terutama<br />
Sekolah Dasar.<br />
Hal ini diakui oleh Ketua Kwarcab<br />
Gerakan Pramuka Kabupaten Bekasi,<br />
Hudaya usai peringatan hari pramuka<br />
yang berlangsung di Bumi Perkemahan<br />
Karang Kitri Bojongmangu, Kecamatan<br />
Bojongmangu.<br />
Hudaya berharap gerakan pramuka<br />
yang diterapkan di sekolah ini mampu<br />
mendidik generasi penerus bangsa,<br />
melalui kelompok-kelompok pramuka<br />
disekolah. Menurutnya, minat siswasiswi<br />
untuk mengikuti gerakan pramuka<br />
sudah sangat minim. Oleh karena itu,<br />
pihaknya mendesak sekolah untuk<br />
mewajibkan siswanya mengikuti kegiatan<br />
pramuka.“Kami berharap, di setiap<br />
sekolah mewajibkan siswanya mengikuti<br />
ekskul pramuka,”katanya.<br />
Sementara itu, Hudaya mengatakan,<br />
dalam peringatan hari pramuka tingkat<br />
Kabupaten Bekasi, Ketua Mabicab<br />
gerakan pramuka Neneng Hassanah<br />
Yasin, mengambil komando sebagai<br />
ketua upacara serta Jambore.<br />
“Pesertanya berasal dari perwakilan<br />
masing-masing ranting di 23 kecamatan.<br />
Selain upacara dan jambore tingkat<br />
Kabupaten Bekasi, masing-masing<br />
ranting juga menggelar kegiatan serupa<br />
di tingkat kecamatan,” kata Hudaya<br />
disela-sela acara.<br />
Ditempat yang sama, perwakilan peserta<br />
pada Jambore pramuka, Ilham, mengaku<br />
bangga atas terselenggaranya jambore<br />
setiap tahunnya. Dirinya berharap agar<br />
kegiatan serupa terus diadakan setiap<br />
tahunnya. Bahkan, kata Ilham, kalau bisa<br />
rutin beberapa kali dalam setahun.<br />
“Senang banget kita sebagai anggota<br />
Pramuka dari SMPN 5 Tambun Selatan<br />
bisa ikut Jambore lagi. Setiap tahunnya<br />
memang trus aktif kegiatan ini. Harapamnya<br />
si ya ada trus setiap tahun. Kalau bisa ya<br />
dua (hingga) tiga kali setahun, nggak cuma<br />
sekali acara besar seperti ini,” ucap Ilham<br />
dengan nada semangat. (Cr37)<br />
JAKARTA - Menristekdikti Mohamad<br />
Nasir menyoroti turunnya peringkat<br />
atau ranking Perguruan Tinggi (PT)<br />
Indonesia di level dunia. Dia menilai<br />
penurunan ranking ini dipicu kurangnya<br />
kerja keras dari dari masing-masing<br />
pengelola kampus.<br />
Nasir menjelaskan di balik penurunan<br />
peringkat tersebut, skor atau nilai yang<br />
didapatkan kampus Indonesia sejatinya<br />
meningkat. ’’Tetapi ternyata nilai<br />
kampus luar negeri lebih banyak lagi<br />
kenaikannya. (Kampus lokal, Red)<br />
Kurang kerja kerasnya,’’ katanya.<br />
Merujuk pada hasil pemeringkatan<br />
QS (Quacquarelli Symnds) World<br />
University Ranking dua besar kampus<br />
di Indonesia adalah Universitas<br />
Indonesia (UI) dan Institut Teknologi<br />
Bandung (ITB). Tahun ini posisi UI<br />
berada di peringkat 292 dunia.<br />
Peringkat ini turun dibandingkan<br />
tahun lalu yang berada di urutan 277<br />
dunia. Penurunan juga dialami oleh<br />
ITB. Tahun ini posisi kampus ITB<br />
berada di urutan 359 dunia. Turun<br />
dibandingkan tahun lalu yang berada<br />
di urutan ke-331 dunia.<br />
Nasir menegaskan penurunan<br />
tersebut tidak bisa diartikan bahwa<br />
kinerja pengelola kampus turun. Dia<br />
menegaskan nilai yang diapatkan ada<br />
kenaikan, hanya saja kenaikan kampus<br />
luar negeri lebih tinggi angkanya.<br />
’’Kita ingin (ke depan, Red) kenaikan<br />
nilainya pakai deret ukur. Bukan deret<br />
hitung. Sehingga harus ada lompatanlompatan,’’<br />
tuturnya.<br />
Mantan rektor Universitas Diponegoro<br />
(Undip) Semarang itu menjelaskan<br />
ada sejumlah strategi untuk meningkatkan<br />
kinerja kampus dalam negeri<br />
di level internasional. Diantaranya<br />
adalah mempererat kolaborasi dengan<br />
dosen atau diaspora ilmuan Indonesia<br />
yang ada di luar negeri.<br />
Dengan segudang pengalaman dan<br />
jaringan yang luas, Nasir berharap<br />
keberadaan diaspora ilmuan tersebut<br />
bisa memberikan pengaruh positif<br />
kepada kampus dalam negeri. Baik<br />
itu PTN maupun PTS. (wan/jpnn)<br />
FOTO<br />
BERSAMA:<br />
Siswa yang<br />
tergabung<br />
dalam gerakan<br />
pramuka di<br />
kabupaten<br />
Bekasi, foto<br />
bersama usai<br />
mengikuti<br />
upacara hari<br />
pramuka,<br />
belum lama ini.<br />
Minat Siswa dengan<br />
Pramuka Minim<br />
Yahh…Ranking PT Indonesia Menurun<br />
<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Sebanyak 35<br />
siswa di Kota Bekasi, mendapat kepercayaan<br />
untuk menjadi Calon Pengibar<br />
Bendera Pusaka (Capaska)<br />
pada perayaan hari jadi ke 73 Republik<br />
Indonesia pada 17 Agustus nanti.<br />
Padahal, menjadi seorang pasukan<br />
pengibar bendera pusaka tidak semu dah<br />
dan segampang yang dibayangkan.<br />
Ratusan ribu pelajar SMA/SMK belum<br />
diberikan kesempatan untuk mengemban<br />
amanah luar biasa dipundaknya pada<br />
peringatan HUT RI ke-73 mendatang.<br />
Penjabat Wali Kota Bekasi Ruddy<br />
Gandakusumah, meminta kepada<br />
seluruh orangtua agar anaknya yang<br />
terpilih sebagai Calon Pengibar Bendera<br />
Pusaka (Capaska) 2018 harus<br />
men jadi kebanggaan bagi keluarga.<br />
“Saya mengapresiasi kepada seluruh<br />
Capaska dan orangtua yang mem berikan<br />
motivasi untuk ikut seleksi dan terpilih<br />
harus menjadi kebanggaan keluarga,”<br />
ucapnya, Rabu (15/8/2018).<br />
Diketahui, Proses seleksi Capaska<br />
Kota Bekasi 2018 diikuti kurang lebih<br />
879 orang pendaftar yang berasal dari<br />
60 SMA/SMK negeri dan swasta.Setelah<br />
melalui beberapa tahapan seleksi yang<br />
dimulai sejak bulan Februari lalu,<br />
akhirnya terpilih sebanyak 35 orang.<br />
Dua diantara 35 terpilih pelajar Kota<br />
Bekasi bahkan dipercaya untuk mengibarkan<br />
sang merah putih di Pemerintah<br />
Provinsi Jawa Barat.Ruddy mengaku bangga<br />
dengan terpilihnya 35 orang Capaska yang<br />
akan menjadi bagian dari sejarah Kota<br />
Bekasi, Jawa Barat dan Indonesia.<br />
“Ditengah situasi kondisi yang penuh<br />
tantangan, kita patut bangga kalau bukan<br />
anak-anak kita yang mewarisi nilai-nilai<br />
perjuangan untuk tetap menjaga NKRI<br />
dan tegaknya Indonesia kedepan siapa<br />
lagi,Dengan didukung doa semua pihak,<br />
saya berharap pada waktu pengibaran<br />
dan penurunan bendera akan<br />
berlangsung dengan mulus dan berhasil<br />
serta menjadi kebanggaan bagi keluarga<br />
serta Kota Bekasi,” tutupnya.(dyt/<br />
pojokbekasi)<br />
ISTIMEWA/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
BERI DUKUNGAN: Penjabat Wali Kota Bekasi Ruddy Gandakusumah (kiri), saat<br />
memberikan dukungan semangat kepada 35 pelajar Kota Bekasi yag masuk menjadi<br />
Calon Pengibar Bendera Pusaka pada perayaan HUT RI 17 Agustus nanti.<br />
Pelajar Bekasi Menjadi Capaska<br />
Ketiga, adalah faktor<br />
bacaan dan tontonan.<br />
Televisi dapat juga<br />
disebut sebagai sebuah<br />
keajaiban dalam dunia<br />
walaupun hanya<br />
berbentuk sebuah<br />
kotak elektronik yang<br />
sederhana yang<br />
mampu secara efektif<br />
berperan sebagai<br />
media massa dalam<br />
berbagai informasi<br />
dengan gambar hidup,<br />
berwarna-warni dan<br />
bergerak. Sehingga<br />
dapat memikat,<br />
membius dan menggiring<br />
seluruh perhatian<br />
para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian<br />
besar pemirsa menganggap bahwa informasi apa<br />
saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa<br />
saja yang disajikan oleh televisi adalah baik.<br />
Sehingga mereka memutuskan bahwa televisi<br />
merupakan satu-satunya sumber dan pusat<br />
informasi yang benar, baik dan akurat, bahkan<br />
televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut<br />
dan diikuti, alat yang paling efisien dan efektif<br />
untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan<br />
berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini<br />
ketimbang berbagai buku bacaan yang dianggap<br />
menyita waktu.<br />
Dari sekian banyak program acara yang<br />
disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi<br />
sikap penontonnya setelah atau pada waktu<br />
melihat tayangan televisi. Banyak fakta yang kita<br />
jumpai dari informasi yang disampaikan televisi,<br />
baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga<br />
hal ini baik secara langsung atau tidak langsung<br />
akan mempengaruhi akhlak penontonnya ke<br />
arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada<br />
dua pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak<br />
anak yaitu: 1). Pengaruh yang bersifat positif Televisi<br />
dapat memberikan pengaruh yang positif<br />
bagi para pemirsa yang menyaksikan program<br />
acara atau tayangan televisi. 2). Pengaruh yang<br />
bersifat negatif. Tayangan televisi tidak hanya<br />
memberikan pengaruh yang positif saja tetapi<br />
acara televisi lebih banyak memberikan pengaruh<br />
yang negatif kepada sikap para pemirsanya<br />
setelah atau pada waktu melihat tayangan<br />
televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak<br />
penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya<br />
tayangan televisi yang bersifat negatif sebagai<br />
berikut:<br />
Sering menonton televisi akan melalaikan tugas<br />
dan kewajiban bagi para pemirsa<br />
Sering menonton televisi akan mempengaruhi<br />
dan menurunkan prestasi belajar.<br />
Anak-anak cenderung lebih menyukai<br />
tayangan yang bernuansakan kekerasan dan<br />
roman.<br />
Setelah menonton tayangan televisi mereka<br />
suka meniru apa yang telah mereka tonton.<br />
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat<br />
bantu yang paling efisien dan efektif. Dimana<br />
kesemuanya ini dapat terwujud melalui berbagai<br />
program dan tayangan televisi yang dapat<br />
dipertangung jawabkan secara moral dan<br />
material.<br />
Kebanyakan kegiatan menonton televisi<br />
cenderung terencana dan bersifat tak sadar, tiap<br />
kali banyak orang mempunyai waktu luang,<br />
mereka tiba-tiba saja duduk dihadapan televisinya<br />
tanpa diundang banyak niat dan rencana<br />
yang tiba-tiba saja dibatalkan, lantaran tergoda,<br />
terpanggil, tergelitik untuk menikmati acara<br />
tertentu yang disiarkan oleh televisi.<br />
Televisi dengan mudah bisa melahap sebagian<br />
besar waktu anak waktu yang dilewatkan di<br />
depan layar televisi berarti waktu yang tidak di<br />
manfaatkan oleh anak untuk belajar membaca<br />
menggambar atau membantu pekerjaan rumah<br />
tangga. Apabila tayangan televisi menyajikan<br />
acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan<br />
maka itu anak – anak cenderung menyukai dan<br />
menggemari tayangan tersebut karena apa yang<br />
di lihat, di tonton di tayangan televisi biasanya<br />
anak – anak cenderung akan menirunya tanpa<br />
disaring, di filter dan tanpa dibarengi dengan<br />
sikap selektif dalam memilih acara yang di<br />
sajikan, sehingga takut akan merusak akhlak<br />
anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh<br />
televisi oleh karena itu peran pendamping dan<br />
bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang<br />
sedang menonton atau menikmati tayangan<br />
yang di sajikan oleh pesawat televisi di rumah<br />
karena setiap harinya banyak anak – anak<br />
menghabiskan waktu di depan pesawat televisi<br />
sehingga banyak tayangan atau program acara<br />
yang dinikmatinya tanpa banyak memikirkan<br />
apakah layak di tonton oleh anak – atau dapat<br />
merusak akhlak anaknya.<br />
Keempat, adalah faktor lingkungan/miliu.<br />
Faktor yang membentuk karakter seorang anak<br />
adalah miliu yang sangat mempengaruhi akhlak<br />
seseorang di samping faktor keturunan, dari<br />
faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah<br />
yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat<br />
dominan pengaruhnya dalam pembentukan<br />
karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu<br />
bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak<br />
wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang<br />
bergaul dengan tukang las maka akan terkena<br />
percikan apinya. Nabi Muhammad SAW<br />
menggambarkan bahwa teman itu bagaikan<br />
barang tambalan. “Teman itu bagaikan barang<br />
tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah<br />
dengan apa kamu menambalnya.” Maksud<br />
hadits di atas, seseorang harus mampu dengan<br />
mempergunakan akalnya di dalam mencari<br />
teman yang senantiasa memberikan suatu<br />
kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan.<br />
Menurut seorang penyair Islam yang bernama<br />
Syaufi dalam bait syairnya;<br />
“Siapa yang berteman dengan orang mulia<br />
dia akan ikut mulia, siapa yang berteman<br />
dengan orang hina tidak akan ikut mulia.<br />
Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit<br />
kambing yang hina dicium orang ketika<br />
kambing berteman dengan al-qur’an) jadi<br />
kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang<br />
berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap<br />
waktu sholat orang memukulnya.” (*)<br />
PENDIDIKAN<br />
10<br />
Empat Pola Pendidikan<br />
Dalam Islam (habis)<br />
Kirimkan artikel pendidikan Anda ke email:<br />
miftah.radar@gmail.com<br />
Oleh: IHYA<br />
ULUMUDDIN, S.Pd.I.,<br />
M.Pd<br />
Guru MTs. ATTAQWA<br />
16 Kota Bekasi & SMP.<br />
Attaqwa Pusat Babelan<br />
Seminar Komunitas Guru Menulis<br />
Dorong Literasi Sekolah, Ajak Guru Aktif Menulis<br />
RABU, 15 AGUSTUS 2018<br />
Komunitas Guru Penulis Bekasi<br />
Raya mengadakan seminar<br />
dengan tema “ Penulisan Puisi<br />
dan Artikel yang Menarik”,<br />
belum lama ini. Seperti apa<br />
kegiatannya?<br />
Laporan:<br />
Ajeng Dinar<br />
<strong>BEKASI</strong> SELATAN<br />
Menulis bukan perkra yang mudah,<br />
tapi tidak juga sulit asalkan sering dilatih<br />
dan memiliki kemauan yang kuat.<br />
Demikian ditegaskan ketua Komunitas<br />
Guru Penulis Bekasi Raya (KGPBR),<br />
Prawiro saat kegiatan seminar menulis<br />
yang diikuti sejumlah guru yang ada<br />
di Bekasi.<br />
Dalam seminar tersebut, menjelaskan<br />
tentang Seputar teknis kepenulisan<br />
puisi dan artikel. Tujuannya meningkatkan<br />
kompetensi menulis para guru<br />
penulis di Bekasi Raya. Disamping ajang<br />
silaturahmi anggota<br />
“Yang ikut seminar ini adalah guru<br />
guru SD hingga SMA dari Kabupaten<br />
dan Kota Bekasi. Materinya mengenai<br />
cara menulis puisi dan artikel yang<br />
menarik. Lalu praktek membacakan<br />
puisi. Dalam acara ini dihadiri dengan<br />
jumlah peserta 40 orang, “ ujarnya.<br />
Prawiro menambahkan, karena ini<br />
komunitas guru penulis seBekasi Raya<br />
bukan hanya guru saja yang hadir. Ada<br />
mahasiswa dan pelajar juga. Sehingga<br />
dalam acara ini diisi dengan dua pembicara<br />
diantaranya pak Endanv A Rustandi<br />
dan ibu Lily Priyani.<br />
“Dalam acara ini pak Endang A Rustandi<br />
berbicara mengenai bagaimana<br />
cara menulis puisi yang baik sesuai<br />
dengan aturan kebahasaan, KBBI dan<br />
nilai sastra. Bu Lili Priyani sebagai pegiat<br />
literasi Bekasi menjelaskan mengenai<br />
menulis artikel, kaidah dan judul<br />
yang menarik. Penggunaan tanda baca<br />
dan kata baku sesuai KBBI. Serta tips<br />
dalam menerbitkan buku sendiri. Juga<br />
motivasi untuk semangat menulis, “<br />
lanjutnya.<br />
Di dalam seminar ini, Endang selaku<br />
pembicara mengatakan menulis inspiratif<br />
harus banyak membaca, mendengar,<br />
kajian, wisata, browsing, dengar musik,<br />
berdiskusi dan punya KBBI tentunya.<br />
Dia juga memaparkan alasanny untuk<br />
menulis di antaranya banyak hal yang<br />
ditemukan dalam hal menulis, dan<br />
banyak wawasan.<br />
“Dalam menulis, editing merupakan<br />
tahap selanjutnya yg harus dilakukan,<br />
baik dari bahasa, kata, dan ejaan dan<br />
minta untuk orang terdekat menilainya.<br />
Tahapan selanjutnya lakukan publishing.<br />
Tips dalam menulis yang lainnya diantaranya<br />
luangkan waktu, fokus berburu<br />
data, buat judul yang menarik,<br />
dan brainstorming tentang judul, isi<br />
serta penutup, “ katanya.<br />
Penuturan serupa juga disampaikan<br />
oleh pebicara lainnya, Lily. Dia menekankan<br />
pentingnya ada literasi di<br />
sekolah. Untuk terealisasikan dengan<br />
baik butuh peran Kepala Sekolah. Langkah<br />
berikutnya buat program oleh tim<br />
literasi sekolah tentu dengan SK yang<br />
didapat lalu bergerak secara masif.<br />
Lalu menginfokan pada “dunia” tentang<br />
gerakan literasi tersebut.<br />
“Sekolah sebaiknya memiliki komitmen<br />
bersama antar warga sekolah<br />
dalam menjalankan program literasi.<br />
Kepala sekolah sebagai figur pimpinan<br />
hendaknya memiliki wawasan dan<br />
visi yang literat yang mampu memfasilitasi<br />
keberagaman pemahaman<br />
demi tercapainya keberhasilan bersama<br />
dalam mengupayakan sekolah<br />
sebagai lingkungan akademik yang<br />
literasi, “ terangnya.<br />
Sementara itu, sekertaris KGPBR<br />
Siti Mugi dalam sambutannya memberikan<br />
motivasi untuk literasi tiada<br />
henti. Menurutnya. media seperti Radar<br />
Bekasi yang telah memberikan<br />
wadah untuk tulisan harus dimanfaatkan<br />
sebaik mungkin dengan cara aktif<br />
mengirim tulisan ke radar.<br />
“Literasi itu tidak hanya membaca,<br />
tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan<br />
menulis dapat dimulai dengan<br />
buku harian. Pada era sekarang ini, dapat<br />
dimulai dengan menulis blog. Menulis<br />
didahului oleh kegiatan membaca<br />
karena keduanya merupakan keterampilan<br />
berbahasa yang berkesinambungan.<br />
Oleh karena itu, orang yang terampil<br />
menulis biasanya juga pembaca yang<br />
baik, “ tutupnya. (cr41)<br />
ISTIMEWA/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
SEMINAR: Komunitas Guru Penulis Bekasi Raya saat mengadakan seminar<br />
pentingnya menulis. kegiatan ini diikuti sejumlah guru yang ada di Bekasi.<br />
PONDOK GEDE – Sejumlah sekolah<br />
di Kota Bekasi saat ini memaksimalkan<br />
latihan pasukan pengibar bendera<br />
(Paskibra) menjelang peringatan kemerdekaan<br />
17 Agustus 1945. Bahkan<br />
latihan sudah dilakukan sejak awal<br />
Agustus lalu.<br />
Seperti yang dilakukan oleh SMK<br />
Bhakti Persada Jati Bening. Sekolah<br />
tersebut melakukan kegiatan rutin untuk<br />
melatih kekompakan anggota Paskibraka.<br />
Tiga hari dalam seminggu,<br />
anggota paskibra melakukan latihan<br />
dihalaman sekolah.<br />
Wakil kepala sekolah SMK Bhakti<br />
Persada, Indah mengaku baris berbaris<br />
memegang peranan penting dalam<br />
palaksanaan pengibaran Bendera Sang<br />
Merah Putih. Derap langkah yang tegas<br />
dan kompak akan sangat mempengaruhi<br />
jiwa dan semangat Paskibraka<br />
untuk melaksanakan tugas.<br />
Menurut dia, latihan yang dilakukan<br />
selama ini sekaligus membentuk jiwa<br />
dan semangat nasionalisme siswa, sehingga<br />
tidak sekedar mendapatkan<br />
keterampilan baris-berbaris saja.<br />
“Dalam Paskibraka kekompakan anggota<br />
menjadi hal terpenting karena<br />
tercermin dari sikap disiplin dalam<br />
melaksanakan baris berbaris dan membentuk<br />
formasi. Didalam perkembangannya<br />
pelatih disekolah banyak yang<br />
melibatkan para purna paskibraka untuk<br />
melatih baris berbaris, namun<br />
dari pembinaan dari senior atau alumni<br />
SMK Bhakti Persada juga ikut turun<br />
tangan dalam melatih juniornya untuk<br />
baris berbaris, “ terangnya.<br />
Wanita yang juga sebagai Pembina<br />
Paskobra SMK Bhakti Persada ini menambahkan,<br />
keberhasilan latihan baris<br />
berbaris sangat tergantung pada kualitas<br />
dan kesanggupan seorang pelatih.<br />
Pelatih yang melatih hanya karena<br />
tugas tidak akan bisa mencapai hasil<br />
yang sempurna.<br />
“Persiapan yang baik akan menentukan<br />
keberhasilan latihan. Pelatih harus<br />
mempersiapkan program apa yang<br />
akan dilatihkan, pembagian waktu, alat<br />
alat yang diperlukan, tempat dan lain<br />
sebagainya. Pelatih harus dapat memberikan<br />
keseimbangan saat latihan<br />
dalam segala hal dengan cara memberikan<br />
pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan<br />
satu dengan lainnya, “<br />
tambahnya.<br />
Gerakan baris berbaris yang dilakukan<br />
ditempat misalnya sikap siap, istirahat,<br />
hormat, lencang kanan, jalan ditempat<br />
dan lain sebagainya. Gerakan ditempat<br />
adalah kunci sukses dalam latihan baris<br />
berbaris. Dalam latihan ini ketegasan<br />
pelatih sangat diperlukan.<br />
“Jika anak didik sudah terbiasa dengan<br />
aba-aba dan gerakan yang tegas<br />
serta kompak maka dalam latihan pindah<br />
tempat dan berjalan akan menjadi<br />
mudah, karena secara emosi mereka<br />
sudah mulai terarah pada gerakan<br />
gerakan selanjutnya,“ ujarnya.<br />
Salah seorang anggota Paskibraka<br />
SMK Bhakti Persada Sekar mengaku,<br />
dirinya merasa antusias dalam mengikuti<br />
kegiatan pengibaran Bendera Merah<br />
Putih untuk Hari Kemerdekaan<br />
nanti.<br />
“Latihannya sebenarnya tidak terlalu<br />
berat. Tapi tantangannya itu bagaimana<br />
menyeimbangkan tempo antara<br />
kita dengan pasukan. Walaupun di jemur<br />
seharian aku ngga merasa berat<br />
karena ini yang aku mau,“ katanya.<br />
Memperingati hari Kemerdekaan RI<br />
ke 73, SMK Bhakti Persada akan melaksanakan<br />
upacara pada 17 Agustus 2018<br />
yang dimulai pukul 07.00 WIB. Selain<br />
itu sekolah tersebut akan mengadakan<br />
lomba lomba seperti estafet, tarik<br />
tambang, futsal dan lain lain pada tanggal<br />
18 Agustus 2018. (cr41)<br />
CR41/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
LATIHAN: Anggota Paskibra SMK Bhakti Persada saat melakukan latihan baris berbaris. Latihan tersebut untuk mempersiapkan upacara HUT RI ke 73 pada 17<br />
Agustus nanti.<br />
Perkuat Kekompakan Baris berbaris<br />
Persiapan Paskibra Sekolah Menjelang HUT RI<br />
JATISAMPURNA – Banyak<br />
manfaat yang didalam melalui<br />
kegiatan pramuka. Selain membentuk<br />
mental, kemandirian<br />
juga karakter siswa agar menjadi<br />
lebih kuat dan berani. Hal<br />
ini ditegaska oleh Pembina<br />
Pramuka SDN Jatiluhur II,<br />
Marta saat menjadi Pembina<br />
upacara dalam peringatan<br />
hari pramuka SDN Jatiluhur<br />
II bersama SDN Jatiluhur I dan<br />
III, kemarin.<br />
Ya, perayaan hari pramuka<br />
kemarin tampak meriah. Pasalnya,<br />
tiga sekolah tersebut<br />
merayakan hari pramuka secara<br />
bersamaan. Kegiata tidak<br />
hanya upacara saja, namun<br />
dimeriahkan dengan berbagai<br />
perlobaan seperti baris berbaris<br />
dan menyanyikan yel yel<br />
Pramuka untuk tingkat kelas<br />
4 hingga 6. Kemudian lomba<br />
mewarnai dan menggambar<br />
untuk kelas 1 hingga kelas 3.<br />
Menurutnya, Pramuka adalah<br />
alat bagi masyarakat untuk<br />
memenuhi kebutuhan masyarakat<br />
setempat, dan juga alat<br />
bagi organisasi untuk mencapai<br />
tujuan organisasinya.<br />
“Pendidikan kepramukaan<br />
yang berdasarkan pada satya<br />
dan darma pramuka harus<br />
benar-benar ditanamkan dalam<br />
hati setiap insan pramuka, sebagai<br />
pedoman bersikap dan<br />
berperilaku. Pramuka merupakan<br />
wadah pendidikan karakter<br />
bagi generasi calon<br />
pemimpin-pemimpin bangsa<br />
di masa yang akan datang,“<br />
katanya, (14/8).<br />
Selain itu Marta menambahkan,<br />
pramuka merupakan<br />
salah satu penggerak pemersatu<br />
bangsa dalam bingkai<br />
Negara Kesatuan Republik<br />
Indonesia (NKRI). Tanpa ada-<br />
CR41/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
LOMBA MEWARNAI: Sejumlah siswa SDN Jatiluhur II bersama SDN Jatiluhur I dan III saat<br />
mengikuti lomba mewarnai, kemarin. kegiatan ini untuk memeriahkan hari jadi pramuka.<br />
Melatih Kemandirian<br />
Siswa Lewat Pramuka<br />
nya persatuan dan kesatuan<br />
wujud sebuah NKRI mustahil<br />
akan tercipta.<br />
“Dalam HUT Pramuka ke - 57<br />
tahun 2018 ini, serentak kita<br />
cetuskan komitmen pramuka<br />
sebagai perajut dan pemersatu<br />
bangsa dalam wadah NKRI.<br />
Pramuka sebagai salah satu<br />
wadah untuk pemersatu bangsa.<br />
Menggenggam erat dan tidak<br />
melepaskan serta bersatu dalam<br />
terciptanya NKRI tanpa melihat<br />
perbedaan apapun,“ terusnya.<br />
Menurutnya, dengan pelatihan<br />
dan pemahaman yang<br />
tepat kepada generasi muda<br />
yang ada dalam Pramuka, akan<br />
lahir generus yang tetap dalam<br />
bingkai NKRI atau yang dikenal<br />
sekarang dengan Republik<br />
Indonesia.<br />
“Kedepannya saya berharap<br />
pramuka di jatiluhur khususnya<br />
di SDN Jatiluhur II ini lebih<br />
maju lagi. Diperdalam lagi<br />
pembelajaran mengenai pramuka.<br />
Seusai mid semester kami<br />
akan melakukan camping di<br />
Cibubur yang dikhususkan<br />
untuk kelas 4 hingga 6 yang<br />
telah berusia <strong>11</strong> tahun keatas,<br />
“ terangnya. (cr41)<br />
KAMIS, 13 <strong>SEPTEMBER</strong> 2018<br />
SMAN 6 Tambun Selatan<br />
mengadakan sosialisasi Undang-Undang<br />
Informasi dan<br />
Transaksi Elektronik ( ITE ),<br />
belum lama ini. Seperti apa<br />
kegiatannya?<br />
Laporan:<br />
Pingky Meilani<br />
Tambun Selatan<br />
MG5/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
SOSIALISASI: Siswa SMAN 6 Tamsel saat mengikuti sosialisasi UU ITE. Dengan<br />
sosialsiasi ini diharapkan siswa semakin bijak dalam memanfaatkan media<br />
sosial.<br />
Penyuluhan UU ITE Di SMAN 6 Tamsel<br />
Ajak Siswa Bijak Menggunakan Media Sosial<br />
MUSTIKA JAYA – Beragam cara dilakukan<br />
oleh sekolah demi tercapainya<br />
tujuan pendidikan. Seperti yang dilakukan<br />
oleh SDN Pedurenan 1. Sekolah yang<br />
berasa di kecamatan Bantargebang ini<br />
mengabangkan modelbudaya mutu.<br />
Wakill kepala sekolah bidang kesiswaan<br />
Zaenal Arifin mengaku, SDN<br />
Pedurenan 1 merupakan 1 dari 12 sekolah<br />
di Kota Bekasi yang ditunjuk oleh<br />
pemerintah Kota Bekasi menjadi sekolah<br />
model. Hal ini merujuk pada<br />
pengembangan sistem Penjaminan<br />
Mutu Pendidikan Internal (SPMI) dan<br />
tercapainya 8 Standar Nasional Pendidikan<br />
(SNP).<br />
Sekolah model katanya, harus mampu<br />
menciptakan ragam pendidikan<br />
yang daoat membentuk karakter siswa<br />
menjadi lebih baik. Selain itu, model<br />
program pendidikan berbeda dengan<br />
sekolah pada umumnya, ”Sekolah ini<br />
punya satu ciri khas khusus dari program<br />
sekolah model, yakni budaya mutu,”<br />
terangnya.<br />
Guru yang menetap di kelurahan Cimuning<br />
ini mengaku, ada lima model<br />
yang diterapkan di skeolah tersebut, yakni<br />
budaya salaman. Ketika bel sekolah<br />
berbunyi, sebelum masuk ke dalam kelas,<br />
siswa berbaris di depan pintu untuk<br />
bersamalam dengan guru sembari memberikan<br />
senyuman.<br />
Lalu budaya bercermin. Siswa diminta<br />
untuk selalu merubah sikapnya menjadi<br />
lebih baik dari kemarin, ”Bercermin<br />
disini tidak melulu mengenai fisik. Tetapi<br />
bercermin disini diimplikasikan<br />
mengenai diri siswa baik watak maupun<br />
tingkah laku, apakah sudah lebih baik<br />
lagi dari hari kemarin.” tuturnya.<br />
Sementar itu, budaya sigembrot. Menurutnya,<br />
istilah gembrot ini bukan di<br />
indentifikasikan dengan bobot tubuh<br />
yang berlebih tetapi lebih ke pada guru<br />
membudayakan sistem pembelajaran<br />
berbobot. “Budaya mutu gembrot<br />
(gembira dan berbobot) ini diterapkan<br />
oleh semua guru kepada siswa agar<br />
guru mengajar dalam keadaan gembira<br />
dan menghasilkan belajar berbobot.”<br />
paparnya.<br />
Dia mencotontihkan tentang pelajaran<br />
menghitung. Menurutnya, setiap sekolah<br />
memberikan teori bagaimana caranya<br />
mengitung dan berapa yang dihasilkan.<br />
Namun, di SDN padurenan 1 tidak lakukan<br />
seperti itu, tetapi guru mengaajak<br />
siswa dengan cara nyata yang biasa dilakukan<br />
sehari-harinya.<br />
“Kita tidak mengajarkan siswa hanya<br />
sebatas teori. Teorinya seperti ini dan<br />
hasilnya segini dari cara itu, kita ajak<br />
anak keluar, ajarkan bagaimana caranya<br />
mengitung dengan jual beli yang biasa<br />
dilakukan setiap harinya dengan nominal-nominal<br />
yang sudah disediakan<br />
pakai uang palsu sebagai alat hitung,”<br />
tegasnya.<br />
Guru yang juga sebagai operator sekolah<br />
ini menambahkan, SDN Pedurenan<br />
1 juga menerapkan budaya literasi.<br />
Setiap hari senin siswa dimita<br />
membaca buku meski tidak terlalu banyak.<br />
Budaya ini dilakukan setelah<br />
upacara, siswa diarahkan ke lapangan<br />
diperintahkan untuk membaca dan<br />
diadakan kompetisi bercerita dari hasil<br />
apa yang dibaca oleh siswa perkelasnya.”Tujuan<br />
dari budaya literasi<br />
ini agar siswa gemar membaca sekaligus<br />
menguatkan mental anak agar dapat<br />
berbicara didepan umum.” tegasnya.<br />
Sementara yang terakhir lanjutnya<br />
yakni budaya mutu yang berkaitan<br />
dengan ibadah. Setiap hari jumat siswa<br />
arahkan menuju ke mushola yang berada<br />
diperantara sekolah untuk lakukan<br />
solat duha berjamaah dan diteruskan<br />
membaca alquran sebelum kegiatan<br />
belajar mengajar di mulai.<br />
“Program sekolah model merupakan<br />
hajat bersama antara sekolah dengan<br />
pemerintahan kota bekasi dalam hal<br />
pendidikan. Dimana pendidikan yang<br />
baik harus ditopang dengan sarana yang<br />
baik, dan juga pendidik yang berkualitas<br />
semua harus tertunjang, kedepan saya<br />
harapkan support kota be kasi kepada<br />
sekolah model,” tandasnya. (cr42)<br />
ISTIMEWA/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />
Pilih Model Budaya Mutu<br />
Program Pendidikan SDN Pedurenan 1<br />
JAKARTA - Kemendikbud<br />
sedang gencar melakukan<br />
perombakan terhadap merombak<br />
SMK (Sekolah Menengah<br />
Kejuruan). Ada empat bidang<br />
SMK yang menjadi prioritas<br />
pengembangan, yakni pariwisata,<br />
industri kreatif, ketahanan<br />
pangan, dan kemaritiman. Selain<br />
itu tak luput juga dengan<br />
kemampuan mengelola energi<br />
terbarukan.<br />
”Salah satu poin program<br />
revitalisasi SMK adalah memperkuat<br />
kemampuan manajerial<br />
kepala SMK dan keterampilan<br />
guru-gurunya baik secara<br />
pedagogis maupun subtansi<br />
materi pelajaran keterampilan,”<br />
kata Menteri Pendidikan<br />
dan Kebudayaan Muhadjir<br />
Effendy.<br />
Salah satu yang dilakukan<br />
adalah Kemdikbud segera merealiasikan<br />
kerjasama dengan<br />
Hessische Landesstelle für<br />
Technologiefortbildung, Jerman.<br />
Muhadjir tertarik untuk melakukan<br />
pelatihan guru-guru agar<br />
dapat mengajarkan kepada<br />
siswa merakit dan menginstal<br />
teknologi energi.<br />
Mendikbud mengatakan, Hessische<br />
Landesstelle dapat menjadi<br />
partner Kemdikbud dalam<br />
menyiapkan guru dan trainer<br />
untuk SMK. Saat ini keterampilan<br />
dan kompetensi guruguru<br />
maupun kepala SMK dituntut<br />
untuk lebih terampil dan<br />
adaptif dengan teknologi.<br />
Indonesia merupakan satu<br />
dari 100 negara partner Hessische<br />
Landesstelle. Dibandingkan<br />
dengan Vietnam yang<br />
gencar mengirim gurunya berlatih<br />
di Jerman, memang belum<br />
banyak guru Indonesia yang<br />
mengikuti pelatihan di Jerman.<br />
Muhadjir berjanji segera merancang<br />
peta jalan untuk kerjasama<br />
dengan Hessische<br />
Landesstelle dalam rangka<br />
memperkuat kompetensi guruguru<br />
dan kepala SMK. Untuk<br />
itu, tahun ini rancangan tersebut<br />
ditargetkan sudah selesai.<br />
Sehingga tahun depan pengiriman<br />
guru ke Jerman segera<br />
dapat direalisasikan sesuai<br />
dengan jadwal akademik di<br />
Jerman.<br />
”Kita tertarik untuk mengirim<br />
guru untuk mempelajari renewable<br />
energy, sistem teknologi<br />
informasi, mekatronika,<br />
dan manajemen pendidikan,”<br />
kata guru besar Universitan<br />
Muhammadiyah Malang itu.<br />
Perhatian tak hanya untuk<br />
guru. Direktorat Pembinaan<br />
SMK Kemendikbud tengah<br />
berupaya mengembangkan<br />
kewirausahaan di kalangan<br />
siswa SMK. Sebelumnya <strong>11</strong>7<br />
SMK yang menerima program<br />
Bantuan Pengembangan Pembelajaran<br />
Kewirausahaan SMK<br />
tahap I. Kali ini sebanyak 67<br />
kepala sekolah ditantang untuk<br />
melahirkan lebih banyak wirausaha<br />
muda dari SMK.<br />
Direktur Jenderal Pendidikan<br />
Dasar dan Menengah (Dirjen<br />
Dikdasmen), Kemendikbud,<br />
Hamid Muhammad, mengatakan<br />
saat ini wirausaha merupakan<br />
salah satu solusi yang<br />
memiliki peluang terbesar<br />
untuk mengatasi pengangguran.<br />
”Program kewirausahaan<br />
diberikan kepada sekolah yang<br />
kreatif dan memiliki inovasi.<br />
Pendaftaran, pengajuan dan<br />
presentasi proposal dilakukan<br />
secara online,” kata Hamid.<br />
Pada tahap II ini, sebanyak<br />
425 SMK mendaftar secara<br />
online untuk menerima program<br />
pengembangan pembelajaran<br />
kewirausahaan SMK. Dari 425<br />
pendaftar tersebut, dipilih 67<br />
sekolah yang memenuhi syarat<br />
berdasarkan hasil seleksi secara<br />
online.<br />
Ke-67 peserta yang hadir saat<br />
ini akan menerima bantuan<br />
untuk memotivasi siswa SMK<br />
yang telah memiliki inovasi<br />
untuk berwirausaha dari The<br />
Southeast Asian Ministers of<br />
Education Organization (SEA-<br />
MEO). (jpnn)<br />
Kemendikbud Bakal Revitalisasi SMK<br />
ATARKSI<br />
TARI:<br />
Siswa SDN<br />
Pedurenan<br />
1 saat<br />
menunjukan<br />
atraksi tarian<br />
daerah.<br />
Sekolah<br />
tersebut<br />
menerapkan<br />
model budaya<br />
mutu untuk<br />
meningkatkan<br />
kualitas<br />
pendidikan.<br />
<strong>BEKASI</strong> SELATAN –Selain<br />
pemanfaatan teknologi dalam<br />
pembelajaran, pendidikan<br />
pada abad 21 tidak lepas<br />
dari kemampuan berbahasa.<br />
Kompetensi tersebut menjadi<br />
modal agar lebih komunikatif.<br />
Keterampilan berbahasa<br />
inggris sangat penting<br />
diera globalisasi seperti sekarang<br />
ini.<br />
Untuk mendukung kemampuan<br />
mahasiswa dalam berbahasa<br />
Inggris, Retna Pratiwi<br />
selaku Direktur Polteknaker<br />
mendukung Unit Kegiatan<br />
Mahasiswa (UKM) English<br />
Speaking Club (ESC).<br />
“Dalam mendorong kemampuan<br />
berbahasa inggris khususnya<br />
“speaking” dibutuhkan<br />
hal menunjang untuk perkembangan<br />
anak. Seperti<br />
didirikannya UKM dan kunjungan<br />
kunjungan tertentu, “<br />
katanya kepada Radar Bekasi.<br />
Menurutnya, tingkat<br />
kemahiran masyarakat Indonesia<br />
dalam berbahasa Inggris<br />
masih rendah. Maka<br />
dari itu, lanjutnya, menjadi<br />
pekerjaan Rumah (PR) lembaga<br />
pendidikan untuk meningkatkan<br />
kompetensi dalam<br />
berbahasa Inggris.<br />
“Padahal sejak akhir 2015<br />
kita sudah mulai memasuki<br />
era “ASEAN Community”<br />
khu susnya “Economic Community”<br />
atau yang kita sebut<br />
dengan Masyarakat Ekonomi<br />
ASEAN (MEA). Sementara<br />
hasil penelitian EF (Education<br />
First) tahun 2015<br />
ten tang tes Bahasa Inggris<br />
pada 910.000 orang dewasa<br />
di 70 negara menunjukkan<br />
Indonesia berada di urutan<br />
ke 32 di bawah Malaysia dan<br />
India, “ terusnya.<br />
Retna berharap, dengan<br />
adanya UKM Bahasa Inggris<br />
di perguruan tinggi dapat<br />
diikuti oleh seluruh mahasiswanya.<br />
Terlebih lagi mahasiswa<br />
tersebut harus aktif dan<br />
bersemangat karena keberhasilan<br />
itu tidak hanya dari<br />
tutor.<br />
“Keberhasilan itu datang<br />
dari diri sendiri, sejauh mana<br />
motivasi dan mahasiswa untuk<br />
menjadi yang terbaik.<br />
Terlebih lagi salah satu alasan<br />
paling penting dalam mempelajari<br />
bahasa Inggris salah<br />
satunya adalah kesempatan<br />
untuk mendapat pekerjaan<br />
yang lebih layak terbuka lebar,<br />
“ tutupnya (cr41)<br />
Perkuat Pendidikan<br />
Bahasa Inggris<br />
Oleh: Dwi Safitri Mujiani, S.Pd., M.Pd.<br />
Dosen Tidak Tetap Unisma Bekasi,<br />
tutor UT Jakarta Pokjar Bekasi<br />
Disdik Tetapkan<br />
Jam Baca Buku<br />
Didik Siswa Saling Berbagi<br />
Seminar Pendidikan Himasda Unisma Bekasi<br />
Dorong Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Emas<br />
Oleh: Masraya Hutabarat,<br />
S.S.<br />
Alat Deteksi Ngantuk Karya Elis<br />
Solusi untuk Siswa Ngantuk di Kelas<br />
Ngantuk di kelas bisa membuat kegiatan<br />
belajar-mengajar kurang optimal.<br />
Karena itu, Elis Fitrianingsih membuat<br />
alat pendeteksi kantuk.<br />
E