E - Buletin Gaharu Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
GG e r b a n g H a l u a n P e r u b a h a n
Vol.I, Nomor 1, Tahun 2016
Pentingnya Kecerdasan
Emosi di Organisasi
Orang yang mampu memahami
dirinya sendiri dan emosi
orang lain merupakan orang
yang memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi
Peranan Mentoring
bagi Organisasi
Mentoring membantu seseorang
menyadari potensi dirinya secara
utuh baik dikantor maupun
diluar kantor
Teknologi Informasi dan
Pemimpin Kelas dunia
Perkembangan teknologi informa
yang sangat pesat telah "memaks
manusia untuk menyesuaikan dirin
agar tetap dapat mempertahank
eksistensinya
DARI REDAKSI
Daftar Isi
Gaharu | 1
Pentingnya Kecerdasan
emosi di Organisasi |3
Peranan Mentoring bagi
Organisasi |7
Mendesai Lembaga Diklat
Unggulan |12
Teknologi Informasi dan
Pemimpin Kelas Dunia
|17
Arti Penting Risk
Management bagi
Kementerian/Lembaga
|21
Museum Balai Kirti Istana
Kepresidenan Bogor |26
The Roles of Training and
Development Center for
Civil Service | 32
Crossword Puzzle |34
Sahabat GAHARU,
Awal Tahun 2016 ini merupakan momen yang cukup menggembirakan,
karena untuk pertama kalinya Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Sekretariat Negara menerbitkan buletin dengan nama
‘GAHARU’. GAHARU akan menemani para pembaca tiap triwulanan
yang dimulai dengan edisi perdana di bulan Maret 2016 ini. Nama
GAHARU dipilih sebagai branding dari buletin ini bukan hanya
karena Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sekretariat
Negara terletak di Jalan Gaharu, namun juga mengandung filosofi
yang cukup mendalam. Sebuah harapan agar buletin ini dapat
menebar harum dari karya-karya yang dihasilkan dari sudut Jalan
Gaharu ini. GAHARU juga merupakan akronim dari ‘Gerbang
Haluan Perubahan’. Semoga GAHARU senantiasa menjadi pintu
gerbang informasi perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi
secara simultan di dunia luar. Kami berharap dengan lahirnya
GAHARU, arus informasi produktif terkait isu-isu terkini mengenai
pengembangan sumber daya manusia, maupun program-program
yang telah diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Sekretariat Negara terdiseminasikan secara baik kepada
keluarga besar Kementerian Sekretariat Negara.
Pada edisi perdana GAHARU akan menyajikan beberapa informasi
menarik yang layak untuk dibaca. Sahabat akan disuguhi selayang
pandang tentang filosofi Pohon Gaharu yang menjadi ‘ruh’ lahirnya
buletin ini. Selain itu, beberapa isu terkini terkait pengembangan
sumber daya manusia seperti tentang pentingnya kecerdasan emosi
dalam sebuah organisasi, dan bagaimana mendesain sebuah lembaga
pendidikan dan pelatihan yang unggul dan berdaya saing. Topik
tentang kepemimpinan seperti peran mentoring serta pengaruh
teknologi informasi dan komunikasi dalam membentuk pemimpin
kelas dunia juga akan disuguhkan dengan menarik pada edisi perdana
kali ini. Bagi mereka yang gemar traveling, Museum Balai Kirti Istana
Kepresidenan Bogor layak dan menarik untuk dikunjungi bersama
keluarga. Kami juga menyajikan program-program pengembangan
sumber daya manusia yang telah diselenggarakan dari Januari sampai
Maret 2016. Untuk melepas penat sejenak dari rutinitas, ada teka-teki
silang dalam Bahasa Inggris yang cukup seru dan menantang untuk
diisi. Bagi 5 orang pengirim jawaban benar dan tercepat, akan ada
souvenir unik dari Redaksi GAHARU.
GAHARU masih jauh dari sempurna. Belum pas rasanya jika
dipadankan dengan media-media sejenis yang sudah lama berkarya.
Saran konstruktif dari para Sahabat akan membuat GAHARU lebih
baik lagi di edisi-edisi selanjutnya. Semoga GAHARU dapat menjadi
teman ditengah rutinitas yang cukup padat.
Selamat datang di GAHARU! Selamat membaca!
Samidi Fahrudin
Redaktur Kepala
Penanggung Jawab: Cecep Sutiawan | Redaktur Kepala: Samidi Fahrudin |
Editor: Butet Tobing, Muhammad Farid Zeno, Shanti Mira Soraya | Desain Grafis:
Soehendra, Yudhi Ardinal | Fotografer: Syahrul Maliki | Sekretariat Redaksi:
Indah Yuliati, Lia Aprianti Wiratna, Irish Indiana, Fetty Hardiyanti, Henny Indriani.
GAHARU
M.E. Tyas wulan WD, S.H., M.Si.
Gaharu. Apa
yang ada
dibenak Anda
sekilas mendengar
kata “GAHARU”
ini? Mungkin hanya
sedikit yang tahu
jenis pohon langka
ini. Pohon Gaharu,
itulah panggilannya.
jenis pohon dari genus
Aquilaria berciri khas
berbatang lurus, tidak
berbanir, berkayu
keras, kulit pohon
halus dan berwarna
coklat keputihan.
Diameter batangnya mencapai 60
cm dan tingginya bisa mencapai
lebih dari 40 meter.
Ciri yang lain, tajuk tumbuhan gaharu
bulat, lebat, dengan percabangan yang
horisontal. Daun Gaharu tunggal,
berbentuk lonjong memanjang dengan
panjang 5–8 cm dan lebar 3–4 cm.
Ujung daun runcing, warna daun hijau
mengkilap. Sedangkan bunga Gaharu
berukuran kecil, berwarna hijau atau
kekuningan yang muncul ujung ranting
atau di atas dan bawah ketiak daun. Buah
polong berbentuk bulat telur berukuran
5 x 3 cm. Sedangkan bijinya berbentuk
bulat atau bulat telur dengan bulu-bulu
halus berwarna kemerahan.
Keelokan Pohon Gaharu telah
dikenal sejak 2000 tahun silam.
Kayu Gaharu menjadi komoditi
perdagangan dari Kepulauan
Nusantara ke India, Persia, Jazirah
Arab, serta Afrika Timur, yang sangat
mahal. Kemahalan ini dikarenakan
SELAYANG PANDANG
Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat
1
untuk mendapatkannya tidak mudah
dan tidak setiap pohon Gaharu yang
ditebang memiliki galih. Galih ini
adalah bagian tengah kayu yang sudah
berserat dan berwana kehitam-hitaman.
yang biasanya berbau sangat wangi. Ciri
khas keharuman Kayu Gaharu inilah
yang menjadikannya sangat mahal.
Kewangian Kayu Gaharu diajadikan
komodita bahan baku pembuatan
dupa, parfum, obat-obatan, kosmetik,
bahan pengawet serta difungsikan
untuk kegiatan religius.
Bahkan saat ini, kayu Gaharu banyak di
ekspor keberbagai negara di luar negeri
seperti Singapura, Cina, Korea, Jepang,
Saudi Arabia, Yaman, dan Oman.
Di beberapa negara maju seperti
Amerika dan Eropa, kayu gaharu
ini juga telah dimanfaatkan untuk
menghilangkan stres, sakit ginjal,
pembekakan kanker dan limfa, penyakit
asma serta hepatitis.
Kehebatan dan keharuman kayu
2
Gaharu yang berdiri tegak dan kokoh
menginspirasi Tim Redaksi Buletin
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara untuk selalu memberikan
yang terbaik dalam pelayanan,
informasi pendidikan dengan sarana
dan prasarana yang ada. Letak Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara yang
tidak terintegrasi di “Ring Satu” dan
terhalang oleh tingginya gedung, tidak
menjadikan kami tidak terlihat. Namun
sebaliknya, kami berdedikasi sekokoh
pohon gaharu untuk memberikan
informasi kediklatan yang lebih
humanis bak kilatan hijaunya daun
dan kuningnya bunga gaharu. Dengan
harapan memberikan keindahan
dan kesejukan tersendiri bagi yang
melihat dan membacanya.
Kami juga berkeinginan dan berharap,
keharuman kayu gaharu yang berasal
dari Galih Gaharu akan mengingatkan
pembaca apa yang pernah terjadi di
“kawah candaradimuka Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara”
berupa Skill, Knowledge dan Attitude.
Keharuman galih gaharu inilah yang
menjadi harapan kami selalu terpatri
dalam sanubari para pengajar,
narasumber, pejabat, pegawai, yang
pernah singgah dan bertandang di
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara di Jalan Gaharu I Nomor
1 Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Gaharu juga merupakan akronim dari
Gerbang Haluan Perubahan. Kami juga
berharap bahwa buletin ini sebagai
media yang senantiasa memberikan
informasi terkait perubahanperubahan
dan inovasi yang terjadi
secara cepat di dunia luar.
Keharuman Gaharu ini semoga
menambah kewangian yang telah
melekat dalam diri anda semua,
dalam rangkaian tulisan dan foto yang
terangkum dalam buletin Gaharu yang
akan menyapa anda tiap tiga bulan, yang
berisi kegiatan, profil, opini, tokoh,
artikel, pengetahuan, dan kreatifitas,
dan seputar kediklatan.
Semoga persembahan wewangian
ini, dapat memberikan semburat
aura positif bagi para pembacanya.
Terutama semangat kecintaan untuk
membaca, semangat untuk menulis,
semangat untuk selalu belajar dan
semangat-semangat yang lain yang
akan selalu tercium harum mewangi
bagi pencapain tujuan pribadi
maupun organisasi.
Layaknya seorang pujangga
yang memainkan pena, semoga
persembahan harum wewangian
ini menjadi inspirasi dan sumbang
saran yang akan mengingatkan karyakarya
indah, sebagaimana Sapardi
Djoko Damono, bersyair
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi…
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati…
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi…
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari…
Kami selalu berharap guratan tulisan
dan bidikan kamera yang kami
untai pada buletin ini memberikan
keharuman, semangat dan motivasi
ditengah rutinitas pekerjaan para
pembaca sekalian.
Selamat menikmati edisi perdana
buletin Gaharu, Salam hangat dan
semoga senantiasa mewangi,
PENGEMBANGAN SDM
PENTINGNYA KECERDASAN
EMOSI DI ORGANISASI
Suryaningsih Sapitri, S.E.
Pengelola Diklat Pada Pusdiklat Kemensetneg
3
Sumber daya manusia (SDM)
merupakan salah satu faktor
penggerak utama dalam
pencapaian tujuan organisasi. Selama
ini, indikator bagus atau buruknya
kinerja di organisasi hanya ditentukan
oleh kemampuan intelektual SDM itu
sendiri. Di sisi lain hubungan sosial
seperti kemampuan untuk mengelola
diri sendiri juga diperlukan
dalam memberikan
kontribusi positif
kepada organisasi
melalui interaksi atau
komunikasi yang
efektif.
Boyatzis and
Ron (2001)
b e r p e n d a p a t ,
dalam suatu
o r g a n i s a s i
menemukan orang
yang tepat sangatlah
sulit dan bukan
hanya orang yang
berpendidikan atau yang
berbakat saja, tetapi terdapat
faktor-faktor lain seperti aspek
psikologis juga memiliki pengaruh
terhadap kemampuan seseorang
dalam melakukan kontribusi kepada
organisasi. Faktor psikologis dimaksud
seperti kemampuan pengelolaan
diri sendiri, inisiatif, optimisme,
manajemen emosi dalam diri,
optimisme serta tidak terbawa emosi
dalam melakukan segala hal.
Selanjutnya, menurut Goleman (2000),
kecerdasan emosi berkontribusi
signifikan terhadap kesuksesan
seseorang yaitu 80%, sedangkan
sisanya ditentukan oleh Intelligence
Quotient (IQ). Sedangkan Thorndike
(1920) menyatakan kecerdasan
terbagi menjadi tiga yaitu kecerdasan
abstrak kemampuan memahami dan
Memanipulasi simbol verbal
dan matematika),
kecerdasan konkrit
( k e m a m p u a n
memahami dan
m a m a n i p u l a s i
objek) dan
kecerdasan sosial
( k e m a m p u a n
b e r i n t e r a k s i
dengan orang lain).
Dalam kecerdasan
sosial terbagi dua
menjadi kecerdasan
interpersonal
dan
intrapersonal yang memiliki
definisi berbeda.
Kecerdasan interpersonal adalah
kecerdasan untuk memahami orang
lain. Dengan memiliki kecerdasan
interpersonal setiap individu dapat
menjalin kerja sama dengan orang lain
dikarenakan kita memiliki kemampuan
untuk memahami maksud, motivasi,
perasaan serta sikap orang lain. Dalam
lingkup organisasi kemampuan ini
sangat diperlukan dalam menciptakan
komunikasi yang efektif.
4
Sedangkan kecerdasan intrapersonal
yaitu kecerdasan memahami diri
sendiri. Hal tersebut terkait
dengan mengenali dan paham
akan pribadi sendiri terutama
mengenali kekuatan dan kelemahan
diri sendiri. Pemahaman terhadap
kekuatan diri sendiri dapat memberikan
efek yang positif seperti meningkatnya
rasa percaya diri seseorang, sedangkan
untuk pemahaman atas kelemahan
diri sendiri berguna dalam melakukan
evaluasi dan perbaikan diri terkait
dengan sifat, sikap atau perilaku yang
dapat menghambat pencapaian kinerja
individu yang juga akan berdampak
kepada performa organisasi.
Goleman (2000) berpendapat orang
yang mampu memahami dirinya sendiri
dan emosi orang lain merupakan orang
yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
kolaborasi yang baik antara kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal
merupakan pencerminan seseorang
yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi.
Dalam beberapa penelitian
menyebutkan bahwa kecerdasan
emosi memberikan dampak positif
kepada kinerja organisasi. Trihandini
(2005) berpendapat bahwa kecerdasan
emosional memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Sedangkan Meyer (2000)
berpendapat bahwa kecerdasan
emosional memiliki pengaruh yang
sama pentingnya dengan kemampuan
teknis dan analisis dalam menghasilkan
kinerja yang optimal. Penelitian
tersebut memberikan bukti bahwa
kecerdasan emosional dan faktor
intelektual harus bersinergi sehingga
dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap kinerja seseorang yang
dapat berpengaruh kepada kinerja
SDM secara keseluruhan.
Pada umumnya, sebagian besar orang
lebih fokus terhadap kecerdasan
intelektual yang dapat membawa
seseorang ke gerbang kesuksesan
tanpa memperhatikan ada faktor
lain seperti kecerdasan emosi yang
memiliki pengaruh sangat besar
terhadap keberhasilan sesorang
dalam mencapai tujuan atau meraih
impian seseorang baik di lingkungan
pekerjaan yang ditandai dengan
peningkatan karier atau di lingkungan
masyarakat.
Rene et al. (2008) menyatakan bahwa
dalam meningkatkan kinerja, hal
yang harus diperhatikan oleh seorang
pegawai adalah kualitas emosional
yang meliputi:
1. Empati yaitu keinginan untuk
menolong sesama. Rasa empati
pada setiap orang memiliki kadar
yang berbeda-beda. Dengan
berkembangnya teknologi dan
informasi serta globalisasi yang
memberikan pengaruh terhadap
rasa empati seseorang yang
perlahan-lahan terkikis dan
bahkan bagi sebagian orang sudah
hilang dan digantikan dengan
sikap egois (mementingkan diri
sendiri).
2. Mengungkapkan dan memahami
perasaan. Sikap dimaksud
bertujuan untuk meciptakan sikap
saling hormat menghormati antara
sesama yang dapat menciptakan
suasana yang damai di dalam
organisasi
3. Mengendalikan amarah,
5
Courtesy of Google
kemandirian, yang berguna
dalam meminimalisir konflik
atau perselisihan yang sering
terjadi ketika kita memiliki
ketidaksepahaman dengan orang
lain atau rekan kerja.
4. Kemampuan menyesuaikan diri,
merupakan sikap yang diperlukan
bagi setiap pegawai dalam
menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam organisasi
seperti perubahan system,
struktur dan atasan di lingkup
organisasi
5. Kemampuan menyelesaikan
masalah antar pribadi. Hal tersebut
sangat diperlukan oleh setiap
orang atau pegawai dikarenakan
dapat mempengaruhi seseorang
berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain (rekan
kerja).
6. Ketekunan, kesetiakawanan,
keramahan serta sikap hormat
merupakan sikap yang harus
ditanamkan bagi setiap orang. Hal
tersebut juga dapat memberikan
pengaruh positif dalam mebangun
kerja tim yang efektif.
Kualitas emosional tersebut di
atas kiranya dapat dimiliki dan
dikembangkan oleh setiap individu
sehingga kecerdasan emosi seseorang
bertambah baik dan juga memberikan
dampak kepada organisasi dalam arti
luas. Seringkali konflik antar rekan
kerja timbul dikarenakan oleh berbagai
hal baik terkait dengan masalah
pekerjaan atau masalah pribadi yang
juga memberikan dampak negatif
kepada produktifitas organisasi.
Dalam keadaan seperti ini sangat
sulit melakukan kerja sama tim yang
solid dalam penyelesaian tugas atau
pekerjaan secara tepat waktu. Kendala
-kendala tersebut dapat dicegah ketika
setiap orang memiliki kecerdasan
emosi yang baik.
Selanjutnya, sikap profesionalisme
harus dibangun antara rekan kerja
6
seperti memisahkan masalah pribadi
dan masalah pekerjaan terkadang
sangat sulit dilakukan sehingga
dapat mempertajam atau
memperuncing masalah yang
ada. Seperti disebutkan di atas
bahwa kualitas emosional dapat
mempengaruhi kinerja seseorang
yang nyatanya sering terlupakan oleh
seseorang dan lebih mengedepankan
ego pribadi.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan
organisasi sangat ditentukan oleh
kualitas SDM dalam organisasi
dimaksud. SDM yang merupakan
sumber daya utama di organisasi
sudah sepatutnya memiliki kualitas
unggul baik dari sisi intelektual atau
sisi psikologis. Penelitian terdahulu
tentang pentingnya aspek psikologis
seperti kecerdasan emosi membuktikan
kesuksesan dapat diraih tidak sematamata
mengandalkan kecerdasan
intelektual (IQ) seseorang melainkan
kecerdasan emosi (EQ) juga memiliki
peran penting terhadap kesuksesan
seseorang baik di lingkungan keluarga,
kerja, dan masyarakat. Oleh sebab itu
kecerdasan sosial seperti kecerdasan
emosi sudah sepatutnya dimiliki
seorang pegawai professional dalam
upaya peningkatan kinerja yang juga
akan memberikan pengaruh positif
terhadap performa organisasi secara
keseluruhan.
Referensi
Boyatzis, R E & Ron. 2001. Unleashing
the Power of Self Directed Learning, Case
Western reserve University, USA: Cleveland,
Ohio
Golemen, D. 2000. Working With Emotional
Intellegent. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Meyer J. 2000. EQ dan Kesuksesan Kerja.
http://www.e-psikologi.com
Rene et al. 2008. Kecerdasan Emosi, Stres
Kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal Psikologi
Volume 2 No. 1
Trihandini, F. M. 2005. Analisis Pegaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi
dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja
Karyawan. Universitas Diponegoro Semarang.
http://undip.ac.id
Thorndike, E. L. 1920. A constant error in
psychological ratings. Journal of Applied
Psychology.4: 469-477
PERANAN MENTORING
BAGI ORGANISASI
M.E. Tyas wulan WD, S.H., M.Si.
Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Kemensetneg
Istilah mentoring sebenarnya sudah
lama dikenal. Namun di kalangan
Pegawai Negeri Sipil, istilah
tersebut terasa akrab ketika Peraturan
Kepala Lembaga Adminstrasi Negara
menerapkannya untuk Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) Kepemimpinan Pola
Baru. Pertanyaannya, mengapa harus
dilakukan mentoring dalam Diklat?
Apabila kita lihat sepintas, pelaksanaan
mentoring ini merupakan salah satu
sarana pembimbingan antara atasan
dan staf secara lebih dekat. Mentoring
merupakan upaya
mendukung individu
atau pegawai seseorang
sehingga mereka
dapat berkembang
lebih efektif. Itulah utuh baik
mengapa dalam
pelaksanaan Diklat
m e n y a r a n k a n
pentingnya keikutsertaan mentor.
Keberadaan mentor akan menjadi
sinergi antara peserta diklat dan atasan
untuk mencapai visi dan misi organisasi
terutama dalam pencapaian kinerjanya.
Perlu diingat bahwa proses mentoring
ini tidak hanya dilaksanakan pada saat
diklat saja, namun juga dilakukan di
luar pelaksanaan kediklatan.
Mentoring menurut Crawfard (2010)
adalah hubungan interpersonal dalam
bentuk kepedulian dan dukungan
antara seorang yang berpengalaman
dan berpengetahuan luas dengan
seseorang yang kurang berpengalaman
maupun yang pengetahuannya lebih
“Mentoring membantu
potensi dirinya secara
maupun di luar kantor”
OPINI
sedikit. Sedangkan Eurupe Region
(2006) mengutarakan, mentoring
adalah proses yang mendukung
individu sehingga mereka berkembang
efektif. Hal ini menunjukkan kemitraan
antara mentor (yang memberi
bimbingan) dan mentee (yang
menerima bimbingan). Dalam proses
mentoring ini dirancang motivasi
untuk membangun kepercayaan
diri mentee. Dimana dalam proses
mentoring ini terdapat pembelajaran,
eksperimentasi, dan pengembangan
keahlian. Hasil
akhir dari mentoring
menyadari ini dapat dilihat
dari keterampilan,
wawasan, sikap
di kantor maupun kompetensi
serta inovasi-inovasi
yang diperoleh
atau dilakukan
oleh mentee. Banyak manfaat yang
diberikan dalam proses mentoring.
Sebagaimana dikatakan oleh Noe
(1990), mentoring sebagai salah
satu sarana untuk mengembangkan
pegawai disamping pengembangan
melalui pendidikan formal, penilaian
pengalaman kerja, dan hubungan
interpersonal. Keuntungan yang
didapatkan dari program mentoring ini,
pertama, pada saat mentoring pegawai
tanpa disadari telah menambah dan
meningkatkan keterampilan dan
pengetahuannya tentang organisasi,
budaya kerja maupun berinteraksi
dengan para pelaku kebijakan, dengan
pegawai yang lebih berpengalaman.
7
8
Kedua, program mentoring akan
memperkuat hubungan yang baik
antara pegawai, terutama
‘pegawai junior’ dengan ‘pegawai
senior’. Hubungan baik yang
terjalin ini dapat berupa komunikasi
atau kerja sama tim yang baik.
Keuntungan ketiga, adalah tumbuhnya
hubungan saling mempercayai,
saling menghormati dan saling bebas
mengungkapkan pikiran dan isi hatinya
berkaitan dengan pencapaian karier
pribadi maupun pencapaian tujuan
organisasi.
Keuntungan-keuntungan yang
ditimbulkan secara tidak langsung
tersebut, akan memberikan motivasi
intrinsik yang bersifat menyenangkan
yang tumbuh dari dalam hati para
mentee maupun mentor. Hal ini akan
terlihat ketika pegawai melakukan
pekerjaan akan bersikap lebih keras
dan lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan ini dikarenakan mereka
menikmati dan menyukainya. Efek
bekerja keras ini timbul karena mereka
merasa diperlakukan sebagai manusia
dan mereka diberikan pekerjaan
yang menarik dan menantang. Hal
yang menarik dan menantang akan
memberikan ide kreatif, ide segar,
ide inovatif yang ujung-ujungnya
mengarah kepada efektif dan efisien
kinerja organisasi.
Ciri khas Mentoring
Mentoring dapat diidentifikasi
sebagai berikut, pertama mentoring
merupakan hubungan yang unik
terjalin antar individu, dimana akan
memberikan unsur keterbukaan,
saling memotivasi sehingga dapat
mengubah hidup. Kedua, hubungan
mentoring merupakan kemitraan
pembelajaran, dimana melibatkan
pengetahuan dan pengalaman baik
dari mentor maupun dari mentee.
Ketiga hubungan yang terjalin antara
mentor dan mentee ini bersifat timbal
balik, namun lebih mementingkan
pada keberhasilan mentee terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan
mentee dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaannya.
Selain itu proses monitoring lebih
bersifat informal dan pertemuan dapat
berlangsung seperti ketika mentee
membutuhkan nasihat, petunjuk
dan dukungan dari mentor. Mentor
biasa dilakukan oleh orang yang
lebih qualified dari pada mentee,
dan biasanya orang yang lebih senior
di organisasinya. Pertimbangan
lebih senior dipersyaratkan bagi
seorang mentor, disebabkan mereka
dapat memberikan pengetahuan,
pengalaman dan saran atau solusi
untuk mencapai peluang kepada
mentee dalam pengembangan pribadi
maupun kariernya di masa kini dan
masa yang akan datang.
Pentingnya Mentoring untuk
organisasi
Dengan mulai diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
sedikit banyak memberikan tekanan
pasar global di kawasan ASEAN
dan Cina. Konsekuensi dari
pemberlakukan MEA ini adalah
menuntut percepatan reformasi
birokrasi pemerintah. Salah satu
percepatan yang harus dilakukan
melalui pengembangan sumber daya
manusia (SDM).
Pengembangan SDM yang dapat
dilakukan secara murah dan mudah
adalah dengan memanfaatkan
lingkungan kerja sebagai tempat
“pembelajaran berkelanjutan”. Dimana
proses belajar mengajar berkelanjutan
ini dilaksanakan melalui progam
mentoring sebagai salah satu strategi
organisasi untuk mempromosikan
sejumlah tujuan, program dan
strategi organisasi ke depan ke para
pegawainya.
Program pembelajaran berkelanjutan
ini, memberikan keuntungan kepada
organisasi diantaranya mentor dalam
hal ini atasan yang bersangkutan
dapat mengikuti kemajuan karir dari
mentee karena adanya hubungan
komunikasi yang terjalin dengan baik,
akan memberikan komunikasi dua
arah terhadap perkembangan maupun
kemajuan karier mentee, yang nantinya
akan berujung pada pembinaan karier
mentee yang bersangkutan. Kedua
dengan adanya mentoring, pegawai
mempunyai kecenderungan belajar
dengan cepat dan menjadikan lebih
produktif dalam bekerja, pegawai akan
termotivasi dalam bekerja, karena ada
bimbingan dan arahan serta bebas
menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif
yang akan berguna bagi organisasi.
Keuntungan ketiga, mentoring akan
memberikan motivasi kepada pegawai,
karena mentor membantu mentee
9
10
memahami dan mengenali rencana
jangka panjang yang dikehendaki
organisasi dan membantu mentee
untuk memanfaatkan pengalaman
mentee selama mereka belajar di
pendidikan formal diaplikasikan dalam
pekerjaannya.
Selain keuntungan yang diperoleh
selama proses mentoring, keuntungan
bagi mentee, adalah mentee dapat
lebih cepat belajar, lebih cepat dewasa
dalam penguasaan pekerjaan. Hal ini
dikarenakan mentor memberikan
umpan balik secara rinci, praktik terbaik,
contoh dan model yang tidak diberikan
oleh buku maupun pembelajaran saat
di kelas. Kedua, mentoring sebagai
alat yang ampuh dalam memfasilitasi
penyebaran pengetahuan implisit (tacit
knowledge), yang akan membentuk
pada kepercayaan, nilai dan kearifan.
Dan keuntungan ketiga bagi mentee,
dengan proses mentoring, mentee akan
meningkatkan kompetensinya secara
substansial. Peningkatan ini tidak lepas
dari pengaruh mentor yang membantu
mereka untuk menguasai pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang terkait
langsung dengan pekerjaan yang akan
meningkatkan kinerja mereka terutama
kinerja tim.
Secara spesifik proses mentoring akan
memberikan manfaat yang sangat besar
bagi kemajuan organisasi terutama
akan meningkatkan efektifitas
organisasi. Efektivitas organisasi ini
tercermin pada peningkatan kinerja
individu maupun kinerja organisasi
dan motivasi yang meningkat dari para
mentee maupun mentor. Peningkatan
kinerja ini dipengaruhi oleh para
mentor yang secara tidak langsung
memberikan sharing pengalaman,
keterampilan dan keahlian baru
yang sebelumnya belum dimiliki
oleh para mentee. Dengan sharing
pengalaman dan diskusi para
mentor mengharapkan dapat
memacu semangat mentee
untuk meningkatkan
kompetensinya. Selain itu,
hubungan yang unik yang terjalin
antara mentor dan mentee
ini memberikan dukungan,
pertemanan dan bimbingan,
motivasi dan kepuasan tersendiri
bagi para mentee, yang acap kali
memberikan inspirasi menjadi
mentor sebagai sosok panutan
atau tokoh idola. Adanya
kesadaran bahwa organisasi
peduli dan melaksanakan
investasi terhadap mentee akan
menumbuhkan motivasi yang
besar dan keinginan para mentee
untuk memberikan yang terbaik
bagi organisasi terhadap apa yang
telah diperolehnya baik selama
mengikuti pelatihan ataupun
penugasan belajar.
11
Keuntungan-keuntungan yang
didapat dari mentor, mentee dan
organisasi kiranya perlu dipupuk
terus menurus dalam proses
pembelajaran yang berkelanjutan
sehingga pencapaian tujuan
organisasi untuk kemaslahatan seluruh
rakyat Indonesia segera terwujud.
Proses mentoring yang komunikatif,
pendekatan secara personal melalui
pembelajaran berkelanjutan akan
sangat membantu dalam kemajuan
individu maupun organisasi.
PENGEMBANGAN SDM
12
MENDESAIN LEMBAGA DIKLAT
UNGGULAN
Ahmad Taufik, S.IP., M.Si.
Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Kemensetneg
Sebagai organisasi pembelajar
(learning organization) dalam
memahami posisi strategisnya
sebagai jantungnya administrasi
negara, Kementerian Sekretariat
Negara c.q. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) harus mampu
menyediakan sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki kompetensi
dalam memberikan pelayanan prima
kepada Presiden dan Wakil Presiden.
Bahkan di masa yang akan datang,
para pejabat yang selama ini berada
di ring satu kepemimpinan nasional
atau yang biasa dinamakan think
thank, dukungan personilnya harus
bisa dipenuhi dari SDM Kementerian
Sekretariat Negara.
Lebih jauh lagi, sebagai bagian dari
instansi pemerintah pusat, Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara
berkomitmen untuk mengembangkan
diklat unggulan. Diharapkan, diklat
unggulan ini merupakan kontribusi
Pusdiklat untuk meningkatkan
kompetensi PNS Kementerian
Sekretariat Negara dan instansi lain
secara nasional sebagai sumbangsih
Pusdiklat kepada negara. Diklat
unggulan ini dapat dimanfaatkan atau
diikuti oleh peserta dari pemerintah
pusat maupun daerah bahkan
jika diperlukan terbuka pula bagi
swasta.
Untuk menciptakan pelatihan yang
berkualitas dan efektif diperlukan
SDM kediklatan yang kompeten.
Banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara menunjukkan
perlunya peningkatan SDM Kediklatan
seiring dengan pelayanan kebutuhan
diklat bagi SDM Kementerian Setneg
dan instansi lain secara nasional.
Hal ini mengandung makna bahwa
SDM kediklatan menghadapi
tuntutan agar dapat memberikan
pelayanan penyelenggaraan diklat
yang berkualitas dan profesional,
oleh karena itu secara terus menerus
SDM kediklatan juga ditingkatkan
kompetensinya baik melalui program
diklat maupun program non diklat
yang bersifat menambah wawasan/
pengetahuan dan keterampilan dalam
penyelenggaraan diklat.
Penulisan ini merupakan upaya yang
bersifat preskriptif terhadap usahausaha
untuk mendesain lembaga
diklat unggulan yang tidak hanya
menjamin adanya peningkatan
kompetensi SDM tetapi juga dapat
memperbesar bagi SDM Aparatur
tersebut meningkatkan kinerja dan
berkembang dalam organisasi. Lebih
jauh lagi dengan adanya program diklat
unggulan pada suatu lembaga diklat
secara nyata akan berdampak pada
peningkatan penerimaan negara bukan
pajak, terjaganya kualitas pelayanan
SDM kediklatan, dan peningkatan
penghasilan bagi SDM kediklatan.
Dengan terwujudnya program diklat
unggulan tersebut, maka pencapaian
sasaran reformasi birokrasi di
bidang SDM sudah semakin dekat
pencapaiannya, yaitu terwujudnya
sumber daya manusia yang
profesional, memiliki kompetensi,
integritas, dan produktivitas yang
tinggi.
Learning Organization dipilih sebagai
pendekatan dalam mendesain lembaga
diklat unggulan.Menurut Marquadt
(1996), kemampuan organisasi
beradaptasi terhadap lingkungannya
ditentukan oleh keberadaan
suprastruktur (sumber daya manusia)
dan infrastruktur (iklim organisasi).
Senada dengan pendapat tersebut
Taukechi dan Nonaka (1995) dalam
temuan penelitiannya menyatakan
bahwa organisasi akan mampu
mencapai kinerja puncak jika organisasi
tersebut mampu melakukan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran
yang terjadi di dalam organisasi tersebut
dimulai dari tingkat individu pegawai,
kemudian berkembang ke tingkat
kelompok, lalu ke tingkat organisasi
dan bahkan antar-organisasi. Menurut
Nonaka, kemampuan belajar dari
tingkat individu hingga organisasi ini
akan mendorong organisasi memiliki
kapabilitas serta daya saing.
Berdasarkan uraian pada gambaran
keadaan di atas, yang menjadi
pertanyaan dalam penulisan ini
adalah:
1. Bagaimanakah sistem organisasi
pembelajar (learning organization)
yang mampu mendesain lembaga
diklat unggulan pada Pusdiklat
Kementerian
Sekretariat
Negara?
2. Bagaimanakah keterkaitan
antar komponen pada sistem
learning organization pada
13
14
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Sekretariat Negara
?
3. S u b s i s t e m / k o m p o n e n
manakah yang paling sensitif dan
berfungsi sebagai leverage di
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara?
Kajian teori yang akan digunakan
dalam penulisan ini mencakup
dua hal, yaitu teori dan konsep
learning organization dan teori
dan konsep kinerja organisasi
khususnya Balance Score Card
(BSC). Untuk menghasilkan sistem
learning organization yang mampu
mendesain lembaga diklat unggulan
dilakukan dengan menemukan
hubungan antar komponen dari teori
learning organization dan teori
kinerja (balance score card). Dalam
kerangka teori ini, sebagaimana
pengetahuan yang penulis miliki
selama ini bahwa organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem,
dimana cara kerja sistem dan subsistem
itu sangat dinamis. Dalam
konteks organisasi, jika strategi
organisasi (sub-sistem) berubah,
dapat dipastikan akan berpengaruh
terhadap struktur organisasi (subsistem)
yang pada gilirannya
akan mempengaruhi keberadaan
organisasi (sistem).
Grecco dan Rigsby (2001) dalam
bukunya yang berjudul Mastering
strategy-insight from the worlds
greatest leaders and thinkers,
berpendapat bahwa sistem
organisasi yang dinamis merupakan
pendekatan strategi organisasi yang
paling tepat. Sistem ini melihat
organisasi secara integratif dan
holistic, mulai dari: strategi, disain,
dan budaya organisasi. Kontribusi
konsep organisasi pembelajaran pada
perumusan strategi organisasi dari
penggunaan pendekatan pembelajaran
akan menghasilkan learning strategy,
sedangkan beberapa faktor yang
harus ada dalam desain organisasi
menurut Grecco dan Rigsby
(2001) adalah struktur organisasi,
teknologi informasi, dan kompetensi
inti.
Di era knowledge-based economy,
organisasi yang ingin bertahan,
harus menjadikan ilmu pengetahuan
sebagai aset utamanya. Sebagaimana
perkembangan alat ukur kinerja
organisasi bisnis semula hanya
menitikberatkan pada kondisi
keuangan (Motik, 2006), Norton dan
Kaplan (2001) memperkenalkan
Balance Score Card sebagai alat ukur
kinerja yang terpadu. Alat ukur kinerja
tidak hanya mengukur kemampuan
perusahaan dari kinerja keuangan,
namun juga mengukur kinerja dari
aspek lainnya, yaitu pembelajaran dan
pertumbuhan, proses bisnis internal,
pelanggan, dan keuangan. Uraian di
atas menunjukkan bahwa konseptual
model yang melandasi analisis
dalam penulisan ini adalah model
sistem organisasi dinamis dalam
organisasi pembelajar serta model
kinerja balance score card sehingga
dihasilkan beberapa komponen, yaitu:
Learning Stategy, Learning Structure,
Teknologi informasi, Kompetensi inti,
Learning Culture, Keuangan, Learning
and Growth, Internal Business Process
dan Pelanggan.
Metodologi yang digunakan dalam
penulisan ini yaitu:
1. Jenis Penelitian
Maani dan Cavana (2000) berusaha
memetakan model empiris dengan
menggunakan pendekatan berfikir
sistem beserta implementasi metode
sistem dinamis (system dynamics).
Metode pendekatan sistem dinamis
merujuk pada suatu rancangan metode
konsepsi dan analisis yang digunakan
untuk berfikir sistem serta pembuatan
model. Dalam dimensi metode di sini,
berfikir sistem menggunakan teknologi
pembelajaran dan pembuatan model,
sehingga permodelan dapat digunakan
untuk mengukur dan memperbaiki
tingkah laku sistem.
Research ini menggunakan studi
kasus di tempat bekerja penulis.
Tujuan studi kasus adalah untuk
memahami dinamika yang ada di
dalam single settings (Eisenhardt,
1989). Studi kasus menurut Robert E.
Stake dalam bukunya The Art of Case
Study Research, tidak harus seseorang
atau sebuah perusahaan, tetapi bisa
juga apapun sistem termasuk sebuah
institusi, program, tanggung jawab,
kumpulan atau populasi (Stake,
1995).
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis
Data
Pemilihan informan dilakukan
secara snowball sampling, yang
diawali dengan pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan peneliti.
Selanjutnya dipilih informan
berikutnya berdasarkan referensi
yang diberikan informan sebelumnya
dan seterusnya bagaikan bola salju
bergulir (Malhora, 1982). Secara
aplikatif penulis melakukan wawancara
mendalam terhadap informan yang ada
di Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara dan secara triangulasi menyebar
kepada unit kerja di luar Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara
serta mitra kerja dan lembaga
pembina (Lembaga Administrasi
Negara) dan pengendali diklat (Badan
Kepegawaian Negara). Penghentian
pengambilan informasi dilakukan
jika peneliti mempertimbangkan
bahwa sudah tidak ada lagi tambahan
informasi yang dibutuhkan atau
tidak muncul lagi informasi baru
dibandingkan dengan informasi yang
telah diperoleh sebelumnya (Spradley,
1976).
Teknik pengumpulan data yang
juga digunakan adalah Focus
Group Discussion (FGD). FGD
Pakar merupakan cara yang cukup
efisien, dimana didalamnya terdapat
komunikasi face to face sehingga
dapat menghasilkan respon yang
segera. Fontana (1994), FGD juga
dikategorisasikan sebagai group
interview yang secara esensial
merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif dengan tujuan anata lain
melakukan eksplorasi, sedangkan peran
pewawancara bersifat mengarahkan
dengan bentuk pertanyaan semi
terstruktur.
Analisis data menggunakan sistem
dinamis. Menurut Maani dan Cavana,
system dinamics adalah alat untuk
mengolah dan menganalisis data
penelitian yang digunakan dalam
berfikir sistem dan permodelan (Maani,
2000). Sistem dinamis itu sendiri,
menggunakan peralatan diagram
untuk memahami struktur sistem.
(Sterman, 1992).Peralatan dimaksud
adalah:
15
16
a. Causal Loop Diagram, bermanfaat
pada saat mempresentasikan
struktur feedback dari suatu
sistem.
b. Stock and Flow Diagram,
merupakan ciri mendasar dari
model sistem dinamis, yang
meliputi stock, flow, auxiliary
variable dan delay.
c. Behavior Over Time (BOT),
merupakan tingkah laku pada
periode perpanjangan waktu adalah
alat dari berfikir sistem.
d. Validitas Model, prinsipnya adalah
tidak ada stupun resep untuk
keberhasilan suatu permodelan
sistem dinamis.
e. Sensitivity Analysis, adalah
eksperimen simulasi untuk
mengidentifikasi parameter yang
peka atau sensitif.
f. Transformasi Model, tramsformasi
dari model konseptual yang
dibangun, diekspresikan kembali
dengan menggunakan bahasa
sistem dinamis, yaitu dalam
bentuk Causal Loop Diagram
(CLD) dan Stock Flow Diagram
(SFD).
Referensi
Atmoko, A. Wahyudi. 2011.Dinamika
Knowing Organization.Jakarta: Yayasan
RABI.
Bahar, Saafroedin. 2006. ‘Posisi Strategis
Sekretariat Negara’, Jurnal Sekretariat Negara:
Negarawan, nomor 1.
Choo, Chun Wei. 1998.The knowing
organization: How organization use
information to constuct meaning, create
knowledge, and make decision.New York:
Oxford University Press.
Creswell, John W. 1994.Research Design:
Qualitative & Quantitative Approach. London:
Sage Publication.
Eisenhardt, Kathleen M. 1989.‘Building theories
from case study research”,The Academy of
Management Review 14, 4.
Fontana, Andrea dan Frey James H.
1994.‘Interviewing: The art of science’ dalam
Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, ed,
Handbook of Qualitative Research. California:
Sage Publications.
Grecco, Guy, and Jeffrey A. Rigsby.
2001.‘Mastering Strategy-Insight from the
World, grates leaders and thinkers, New Yprk:
McGraw-Hill.
Irawan, Prasetya. 2007.Penelitian Kualitatif
&Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Departemen Ilmu Administrasi FISIP-UI,
Jakarta.
Maani, Cavana. 2000.‘System Thinking
and Modelling: Understanding Change and
Complexity, Prentice Hall.
Malhora. 1982.‘Marketing Research for
Consumers’, California: Wadsworth Publishing
Company.
Marquadt, Michael J. 1996.‘Building the
Learning Organization-A system Approach to
Quantum Improvement and Global Success,
New York: McGraw Hill.
Motik, Suryani S. 2006.‘Organisasi Pembelajar
Yang Dinamis Di PT. Astra Internasional’,
Disertasi, FISIP-UI.
Nonaka, Ikujiro., Hirotaka Tekeuchi. 1995.
‘The Knowledge Creating Company, How
Japanese Companies Create the Dynamics
of Innovation, New York: Oxford University
Press.
Norton, P. David., Robert S. Kaplan. 2001. ‘The
Strategy Focused’, Harvard Business School
Press.
Rajasa, Hatta, 2009, ‘Kata Sambutan Menteri
Sekretaris Negara’, Sekretariat Negara
Republik Indonesia: Dari Masa Pemerintahan
Presiden Soekarno sampai dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
Spradley, James F. 1976, ‘The Ethnographic
Interview.New York: Holt Reinhart and
Winson.
Stake Robert E. 1995.‘The art of case
study research‘.Thousand Oaks: Sage
Publications.
Sterman. 1992.‘System Dynamic Modelling
For Project Management’, (http//web.mit.
edu/isterman/www/SDG/Project.pdf:4-
5)
OPINI
Courtesy of Google
17
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
PEMIMPIN KELAS DUNIA
Oleh Dra.Ihsanira Devina, M.A., Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Kemensetneg
World class-leader (dapat
diartikan sebagai pemimpin
berkelas dunia) merupakan
istilah yang mulai bergema saat
kita memasuki abad 21 di tahap
awal millennium ke 3. Diawali
dengan pemikiran para ilmuwan
terkemuka yang menyatakan adanya
perubahan-perubahan dalam pola
kehidupan kemasyarakatan di muka
bumi ini. Perubahan menyolok
yang makin terasa adalah adanya
kemajuan teknologi yang sangat
cepat dan disertai oleh perubahan
sikap masyarakat yang semakin
memiliki tingkat ketergantungan
dengan teknologi, khususnya
teknologi Informasi.
Perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat telah ”memaksa”
manusia untuk menyesuaikan dirinya
agar tetap dapat mempertahankan
eksistensinya sebagai bagian dari
lingkungan tempatnya berada
dan mendedikasikan hidupnya.
Perkembangan teknologi informasi
yang demikian cepat dan berpengaruh
pada perilaku manusia sebagai
individu yang pada akhirnya mengubah
perilaku masyarakat.
Alvin Toffler dalam The Third Wave
(1980) pernah menyatakan bahwa
revolusi teknologi (technosphere)
seringkali diikuti oleh revolusi perilaku
sosial (sociosphere). Dengan kata lain,
perubahan gelombang peradaban
18
manusia yang terjadi sebagai akibat
dari adanya perubahan teknologi.
Dalam konteks ilmu komunikasi,
perkembangan teknologi
informasi (technosphere) kita
rasakan telah sangat mewarnai
an merubah kehidupan kita dan
dinamika kehidupan di masyarakat
(sociosphere). Contohnya adalah
berubahnya sikap individu saat ini di
kala telepon genggamnya tertinggal
–bandingkan dengan bertahun
sebelumnya; maraknya bisnis online
di masyarakat yang diikuti dengan
adanya perubahan perilaku berbelanja
di masyarakat. Kedua contoh tadi
menunjukkan semakin meningkatnya
ketergantungan individu terhadap
teknologi informasi.
Dalam kehidupan kita sebagai manusia
di abad modern ini, setiap hari terpaan
informasi (information exposure)
terus menerus kita alami, tiap saat
dan hadir di ruang pribadi. Hal ini
memungkinkan manusia saat ini dapat
mengetahui apapun yang terjadi di
seluruh tempat di belahan dunia.
Beragam kejadian, beragam peristiwa
baik di bidang sosial, ekonomi, politik
dan budaya telah mendorong manusia
saat ini untuk berfikir di tingkat
global dan menyesuaikan dirinya
dengan tuntutan global.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan
teknologi informasi telah membuat arus
informasi demikian mudah mengalir
dan bahkan menyebar dari satu
sumber ke segala arah dengan sangat
cepat dengan menembus batasan
ruang dan waktu, dan menjelma
menjadi suatu kebutuhan.
Perkembangan teknologi informasi yang
sangat cepat, tidak hanya membawa
pengaruh besar pada kehidupan
individu namun juga pada aktivitas
sosial kemasyarakatan, Beberapa
penelitian bahkan mengungkapkan
besarnya pengaruh teknologi informasi
terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Menarik untuk disimak, sebuah analisis
yang termuat dalam situs United
Nations Development Programme
(UNDP) yang menyebutkan adanya
proyeksi optimis akan terbentuknya
dunia yang terintegrasi dalam satu
sistem komputerisasi dan jaringan
(teknologi) yang membawa perubahan
pada segala aktivitas bekerja, perilaku
dan gaya hidup manusia. Perubahan
inipun membawa pengaruh bagi
meningkatnya pertumbuhan tenaga
kerja, produktivitas dan output
sehingga terjadilah peningkatan
pembangunan (sumber daya) manusia
(The Potential Developments in
information and communication
technologies...Optimistic projections
would have it that a computerized
and networked world would not only
change work practices, attitudes to
leisure and life styles, but also allow
for a more widespread and rapid
growth of employment, productivity
and output. That is, these technologies
are seen as having both the potential
to advance human development as
well as spread the capabilities to
benefit from that potential). 1
1 C.P. Chandrasekhar, ICT in a Developing
Country Context: An Indian Case Study,
Centre for Economic Studies & Planning
Jawaharlal Nehru University New Delhi, India
dimuat pada http://hdr.undp.org/sites/
default/files/chandrasekhar-1.pdf - akses 29
Februari 2016.
Dunia yang seakan dipersatukan oleh
informasi tentu menuntut adanya
kemampuan untuk menyesuaikan diri
tidak hanya di tingkat individu namun
juga dalam tata kelola kepemerintahan
yang memerlukan human capital
yang
mumpuni.
Kondisi dan tuntutan di tingkat global
itulah yang menyadarkan manusia
adanya tuntutan-tuntutan untuk
berkompetisi menghasilkan yang lebih
baik untuk menjadi yang terbaik.
Kompetisi yang mendunia namun tetap
berpijak pada nilai-nilai lokal sebagai
dasar kekuatan karakter yang akan
ditampilkan saat berlaga.
Situasi ini telah menjadi perhatian
Lembaga Administrasi Negara (LAN)
dalam pengembangan kapasitas
aparatur negara mempersiapkan
pemimpin-pemimpin negeri untuk
lebih memiliki kompetensi dan
siap menghadapi segala tuntutan
lokal maupun global.
Berbahagialah para Aparatur Sipil
Negara (ASN) karena sebagai bentuk
antisipasi, LAN telah mengambil
langkah konkrit dengan membuat
perubahan terhadap mekanisme
penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan bagi ASN, baik Struktural
maupun Prajabatan. Sistem diklat
yang dikenal dengan istilah Diklat
Pola Baru ini memiliki mekanisme
penyelenggaraan yang sama sekali
berbeda dengan sebelumnya.
Beberapa perbedaan menyolok
antara lain, adanya sistem on–off
class yang memberikan kesempatan
bagi peserta untuk secara langsung
mengaktualisasikan segala teori yang
diperolehnya di tempat kerja; sistem
coaching-mentoring memungkinkan
peserta dalam bimbingan dari fasilitator
dalam hal ini widyaiswara dan
atasan langsungnya; adanya
keharusan membuat suatu proyek
perubahan yang menstimulasi peserta
untuk dapat berfikir secara menyeluruh
dan memahami hakekat dari setiap
agenda (Self-Mastery, Diagnostic
Reading, Innovation, Effective Team,
dan Project of Change) yang dipelajari
yang kemudian diwujudkannya dalam
suatu proyek perubahan.
Prinsipnya, seluruh agenda
pembelajaran didesain untuk
membentuk pola pikir dan
perilaku ASN serta mendorong
pemanfaatan teknologi informasi
untuk siap berkompetensi menjadi
pemimpin masa depan.
Setiap agenda dalam Diklat Pola Baru
terdiri dari beberapa mata diklat
yang kesemuanya diberikan secara
berurutan dimulai dengan agenda
pertama (Self Mastery) termasuk
di dalamnya mata diklat Integritas,
Pilar Kebangsaan, SANKRI, Standar
Etika Publik - yang bertujuan bagi
penguatan rasa nasionalisme dan
semangat kebangsaan peserta; agenda
kedua (Diagnostic Reading) - yang
mengarahkan peserta pada kemampuan
peserta untuk mendiagnosa (kinerja
dan langkah intervensi bila diperlukan)
organisasi tempatnya bekerja;
agenda ke tiga (Innovation), terdiri
dari Berfikir Kreatif dan inovasi
dan Pengenalan Potensi Diri - yang
mendorong peserta memanfaatkan
potensinya untuk berpikir kreatif
untuk sesuatu yang inovatif; agenda
ke empat (Effective Team), terdiri
dari Kecerdasan Emosi, Jejaring
Kerja, Koordinasi dan Kolabarasi, dan
19
20
Membangun Tim Efektif – keempat
mata diklat ini dimaksudkan untuk
mengasah kemampuan peserta dalam
mengelola emosi dengan baik guna
menjalin kerja sama dan membentuk
tim dalam upayanya mencapai tujuan
(perubahan); agenda ke lima atau
terakhir (Project of Change) merupakan
tahap terakhir yang dilalui oleh
peserta dengan menghasilkan suatu
proyek perubahan yang bermanfaat
bagi organisasinya; merupakan hasil
dari berfikir kreatifnya; bersifat
inovatif serta memperoleh dukungan
pimpinan dan para stakeholder
untuk diimplementasikan.
Perubahan ini dimaksudkan guna
membekali dan mempersiapkan para
ASN sebagai World class-leader yang
mampu menghadapi tantangantantangan
Indonesia di masa depan.
Baik tantangan di dalam negeri
maupun tantangan terkait posisi
Indonesia di mata dunia.
Namun demikian, masih panjang
jalan yang harus dilalui oleh ASN
untuk menjelma sebagai pemimpin
berkelas dunia. Seperti apa pemimpin
kelas dunia? Kita tunggu tulisan
di edisi berikutnya.
ARTI PENTING RISK MANAGEMENT
BAGI KEMENTERIAN/LEMBAGA
Akhmad Firmannamal, S.Sos., M.Commun
Kasubbid Pengelolaan Media Publikasi Kehumasan
OPINI
21
Memprediksi suatu risiko
dan menyiapkan strategi
untuk mengatasinya adalah
hal yang tak lazim dalam budaya
masyarakat Indonesia. Tidak hanya
dalam keseharian aktifitasnya, namun
juga dalam menjalankan roda bisnis
perusahaan hingga pemerintahan
b e l u m
banyak yang
m e n e r a p k a n
r i s k
m a n a g e m e n t
( m a n a j e m e n
risiko). Sejak
d o k u m e n
p e r t a m a
t e n t a n g
m a n a j e m e n
risiko, AS/
NZS 4360,
diperkenalkan
kepada dunia
pada Tahun
1995 sebagai hasil kerjasama pihak
Australia dan New Zealand (Selandia
Baru), masih banyak pihak baik swasta
maupun pemerintah yang ragu untuk
menerapkan prinsip-prinsip risk
management dalam proses bisnisnya
dan belum mengetahui arti pentingnya
dari risk management itu sendiri.
Manajemen risiko itu sendiri dalam arti
sederhana adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman dimana di
dalamnya termasuk proses penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya, serta mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/
pengelolaan sumberdaya.
Dalam perkembangannya, AS/NZS
4360 telah secara pesat mengalami
perbaikan yang didasari oleh teoriteori
baru dan pengembangan hasil
implementasi di lapangan. Dalam
bidang risk
management,
kini dunia
internasional
telah mengakui
Committee of
S p o n s o r i n g
Organizations -
Enterprise Risk
M anagement
atau COSO
ERM (2004)
dan yang
terbaru adalah
ISO 31000
(2009). Menurut COSO ERM (2004),
risk management adalah “a process,
effected by an entity’s board of
directors, management and other
personnel, applied in strategy setting
and across the enterprise, designed
to identify potential events that may
effect the entity, manage risk to be
within its risk appetite, and provide
reasonable assurance regarding the
achievement of entity objectives.”
Dengan kata lain, manajemen risiko
sebagai sebuah proses berkelanjutan
yang disusun oleh pihak-pihak yang
berada di lingkungan organisasi dengan
22
merancang strategi yang mampu
diaplikasikan kesemua tingkatan unit
atau bagian organisasi ketika
menghadapi suatu kondisi
ketidakpastian (uncertainty).
Manajemen risiko dirancang untuk
mampu mengidentifikasi kejadian
atau keadaan yang secara potensial
menyebabkan
terganggunya
pencapaian tujuan organisasi dan
menyediakan jaminan bahwa kegiatan
dan pelayanan oleh organisasi dapat
berlangsung secara optimal guna
tercapainya tujuan organisasi.
Sementara itu ISO 31000 (2009)
memberikan batasan risiko sebagai
“the effect of uncertainty on
objectives” (Klausul 3), di mana
dampak dari ketidakpastian terhadap
(pencapaian) sasaran ini bisa bersifat
positif atau negatif. Dengan batasan
yang diberikan ISO tersebut maka
sewajarnya organisasi kita sekarang
memiliki paradigma baru yang sama
mengenai risiko; bahwa risiko adalah
efek dari ketidakpastian terhadap
pencapaian sasaran organisasi
dan bahwa risiko tidaklah selalu
bersifat negatif. Ketidakpastian
yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan
ketidak pastian yang menimbulkan
akibat yang merugikan dikenal dengan
istilah risiko (risk).
Dalam ISO 31000 (2009) terdapat
konsep baru yaitu kerangka kerja dan
proses manajemen risiko yang jika
diadopsi oleh berbagai organisasi akan
mendorong diterapkannya praktik
manajemen risiko yang relatif sama
di berbagai organisasi di seluruh
dunia. Kerangka kerja manajemen
risiko yang efektif sedikitnya harus
mencakup dua aspek yakni aspek
implementasi dan aspek perbaikan
berkelanjutan. Elemen-elemen pada
aspek implementasi mencakup: (1)
komitmen dan mandat (commitment
and mandate); (2) komunikasi dan
pelatihan (communicate and train); (3)
struktur dan tangung jawab (structure
and responsibilities). Sementara itu
elemen-elemen pada aspek perbaikan
berkelanjutan mencakup: (1) struktur
dan tanggung jawab; (2) reviu dan
perbaikan (review and improve);
(3) komitmen dan mandat. Dengan
demikian, framework ini bersifat
iteratif dari adanya komitmen dan
mandat dan kembali kepada perbaikan
komitmen dan mandat, dan seterusnya.
Selanjutnya, kerangka kerja di atas
didukung dengan proses manajemen
risiko (risk management process)
yang terdiri dari tujuh elemen yang
bersifat sekuensial yakni mencakup:
1) communication and consult; (2)
establish the context; risk assessment
(3) risk identification, (4) risk analysis,
(5) risk evaluation; (6) risk treatment
dan (7) monitoring and review.
Dengan mengadopsi ISO 31000 (2009),
suatu organisasi diharapkan dapat
menerapkan pendekatan enterprise
risk management, dengan komitmen
dan pemahaman yang memadai
dari pengurus organisasi (para
pengambil kebijakan di kementerian/
lembaga atau direksi/komisaris di
perusahaan) terhadap manajemen
risiko dan implementasinya. Dengan
mengintegrasikan manajemen risiko
ke dalam proses organisasi dan
pengambilan keputusan maka kualitas
keputusan diharapkan akan meningkat,
kecelakaan dan kejutan yang tidak
diinginkan (bad surprises) dari
kegiatan operasional organisasi akan
menurun, penanggung jawab proses
memiliki rasa tanggung jawab yang
sehat atas risiko dan pengendaliannya.
Jika ini terwujud, maka pengurus
organisasi memiliki “kepastian yang
wajar” (reasonable assurance) tentang
kemungkinan tercapainya sasaransasaran
organisasi, tanpa dibayangi
kekuatiran yang tidak perlu mengenai
potensi munculnya kejutan (bad
suprises) yang tidak menyenangkan di
kemudian hari. Penerapan manajemen
risiko berbasis ISO 31000 (2009) juga
menghendaki adanya dokumentasi
yang memadai untuk setiap prosesnya
sehingga meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas serta perlindungan
bagi penanggung jawab proses (baik
pejabat, petugas, maupun staf) di setiap
level. Dengan adanya perlindungan
dan akuntabilitas yang jelas, maka
penanggung jawab dan pelaksana
proses dapat bekerja dengan lebih
tenang sekalipun jika pendapat dan
rekomendasi mereka diabaikan pejabat
yang lebih tinggi. Sebuah manfaat yang
sangat layak untuk diwujudkan.
Indonesia sendiri sudah memiliki
dasar hukum yang mengatur tentang
risk management dan tertuang dalam
sebuah Peraturan Pemerintah (PP)
Republik IndonesiaNomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP).Hal yang
mendasari terbitnya PP ini adalah
ketentuan pada Pasal 58 ayat (2)
Undang-Undang (UU) Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Berdasarkan
PP tentang SPIP ini kita dapat melihat
bahwa penilaian risiko terdiri atas
identifikasi risiko dan analisis risiko.
Dalam melaksanakan identifikasi
risiko, PP ini mengatur beberapa
tahapan yaitu:
a. Menggunakan metodologi
yang sesuai untuk tujuan
Instansi Pemerintah dan
tujuan pada tingkatan kegiatan
secara komprehensif;
b. Menggunakan mekanisme yang
memadai untuk mengenali risiko
dari faktor eksternal dan faktor
internal; dan
c. Menilai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko.
Metode identifikasi risiko dapat
mencakup pemeringkatan (ranking
activities) secara kualitatif dan
kuantitatif, pembahasan pada tingkat
pimpinan, prakiraan dan perencanaan
strategis, serta pertimbangan terhadap
temuan audit dan evaluasi aparat
pengawasan intern pemerintah.
Risiko yang berasal dari faktor eksternal
misalnya peraturan perundangundangan
baru, perkembangan
teknologi, bencana alam, dan gangguan
keamanan. Risiko yang berasal dari
faktor internal misalnya keterbatasan
dana operasional, sumber daya manusia
yang tidak kompeten, peralatan yang
tidak memadai, kebijakan dan prosedur
yang tidak jelas, dan suasana kerja yang
tidak kondusif.
Dalam menilai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko, pimpinan Instansi
Pemerintah mempertimbangkan
seluruh risiko akibat kegagalan
pencapaian tujuan dan keterbatasan
anggaran yang pernah terjadi antara lain
disebabkan oleh pengeluaran program
yang tidak tepat, pelanggaran terhadap
pengendalian dana, dan ketidaktaatan
terhadap peraturan perundang-
23
24
undangan. Selain itu, pimpinan
Instansi Pemerintah mengidentifikasi
setiap risiko yang melekat pada sifat
misinya atau pada signifikansi dan
kompleksitas dari setiap program atau
kegiatan spesifik yang dilaksanakan.
Adapun analisis risiko dilaksanakan
untuk menentukan dampak dari risiko
yang telah diidentifikasi terhadap
pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Pimpinan Instansi Pemerintah dituntut
menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam menentukan tingkat risiko yang
dapat diterima.
Penerapan suatu inovasi dalam
sebuah sistem yang telah terbangun
lama dan sudah mapan, seringkali
menghadapi resistensi dan tantangan
yang tidak mudah untuk ditaklukan.
Masih rendahnya kesadaran dan
komitmen dalam mengaplikasikan
risk management dari pemangku
kepentingan (stakeholders) mulai dari
level terendah (staf) hingga ke level
pengambil kebijakan, hanyalah salah
satu contoh dari tantangan di lapangan.
Disamping itu, ada masalah klasik dan
mendasar yang menjadi tantangan
tersendiri yakni kurangnya kompetensi
dan keahlian pegawai yang menguasai
dan mahir dalam menyusun, menilai,
menganalisis, dan menjalankan
prinsip-prinsip manajemen risiko itu
sendiri.
Sebagai langkah terobosan untuk
mengatasi tantangan terkait dengan
sumber daya manusia seperti
diutarakan di atas, pada tahun 2016
ini Kemeterian Sekretariat Negara
bekerjasama dengan Australia Awards
Indonesia mengadakan pelatihan
singkat atau shortcourse “Better
Governance: Public Sector Risk
Management” yang terbagi 3 (tiga)
tahapan.
Tahap pertama adalah Pre-Course
Workshop yang telah berlangsung di
Hotel Padma, Bandung pada tanggal 29
Februari s.d. 2 Maret 2016. Kegiatan
ini bertujuan untuk perkenalan materi
dasar risk management, penyusunan
draft project yang akan dilaksanakan di
masing-masing unit kerja, pembekalan
tentang kegiatan yang akan dilakukan
di Australia, serta yang terpenting
adalah menjalin networking oleh
partisipan dari beragam K/L.
Tahap kedua adalah shortcourse
“Better Governance: Public Sector Risk
Management” yang akan berlangsung
di 3 (tiga) kota di Australia (Brisbane,
Sydney, dan Canberra) pada tanggal
18-30 April 2016. Kegiatan ini akan
meliputi pemberian materi atau teori
manajemen risiko secara menyeluruh
di dalam kelas (Queensland University
of Technology, Brisbane) dan akan
dilengkapi dengan kunjungan lapangan
ke beberapa institusi pemerintah dan
swasta di Australia guna mendapatkan
pemahaman yang komprehensif akan
risk management.
Tahap ketiga, merupakan bentuk
evaluasi program dan project yang
akan dilakukan di masing-masing unit
kerja K/L setelah pulang dari Australia.
Waktu pelaksanaan tahap ketiga
ini dijadwalkan akan berlangsung
pada bulan Juli atau Agustus 2016,
hal ini guna memberikan waktu
yang cukup bagi partisipan untuk
mengimplementasikan ilmu dan
pengalaman yang didapat kedalam
sebuah project yang aplikatif dan
implementatif bagi organisasi.
Selain peserta dari Kementerian
Sekretariat Negara, shortcourse ini akan
diikuti oleh 5 kementerian/lembaga lain
yang terdiri dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Kementerian
Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-
RB), Kementerian Keuangan, dan
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Risiko dalam suatu proses mencapai
tujuan, baik itu dalam institusi
pemerintah, organisasi, maupun
lembaga profit, tidak dapat kita hindari.
Namun dengan adanya manajemen
risiko yang dirancang untuk mampu
mengidentifikasi kejadian atau keadaan
yang secara potensial menyebabkan
terganggunya pencapaian tujuan
organisasi dan menyediakan jaminan
bahwa kegiatan dan pelayanan oleh
organisasi dapat berlangsung secara
optimal ditengah gangguan,maka
tercapainya tujuan organisasi bukanlah
suatu yang mustahil untuk diraih
bersama.
Referensi
Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP)
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara.
AS/NZS 4360 (1995)
COSO ERM (2004)
ISO 31000 (2009)
25
WAWASAN KEBANGSAAN
26
museum balai kirti ist
kepresidenan bogor
‘‘ Ruang Belajar Yang Tidak
Oleh DR. Kukuh Pamuji, S.Pd.M.Pd. M.Hum
Widyaiswara Madya Pada Pusdiklat Kemensetneg
“Setiap Presiden Ingin Berbuat Yang
Terbaik Bagi Bangsa dan Negaranya”.
Demikian bunyi sepenggal kata
yang sarat dengan makna yang
terpahat indah pada sebuah
prasasti batu yang berdiri kokoh di
depan Museum Balai Kirti, Istana
Kepresidenan Bogor. Kalimat tersebut
merupakan hasil pemikiran Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
Courtesy of Google
Presiden RI ke-6 yang juga merupakan
penggagas pembangunan museum ini.
Pendirian museum yang diresmikan
oleh Presiden SBY pada hari Sabtu,
18 Oktober 2015, bertepatan dengan
dua hari menjelang berakhirnya masa
jabatan beliau sebagai seorang Presiden
memiliki tujuan untuk memberikan
ana
Menggurui”
rinci ketiga lantai dimaksud dapat
dijelaskan sebagai berikut: Lantai
pertama merupakan ”Galeri
Kebangsaan”, lantai kedua
”Galeri Kepresidenan”, dan
lantai ketiga terdapat taman indah
yang disediakan secara terbuka.
Pada Galeri Kebangsaan kita dapat
menyaksikan Naskah Proklamasi yang
tertulis pada dinding, Lambang Negara,
Burung Garuda, Pancasila, Pembukaan
UUD 1945, Sumpah Pemuda, dan
27
Courtesy of Google
inspirasi bagi generasi sekarang dan
generasi yang akan datang dan dapat
dijadikan sebagai rujukan historis dalam
membangun bangsa Indonesia.
Museum Balai Kirti berdiri di kompleks
Istana Kepresidenan Bogor, memiliki
luas sekitar 3211,6 meter per segi
dengan ketinggian tiga lantai. Secara
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Di
samping itu, kita juga dapat menjumpai
peta digital yang menggambarkan
sejarah perkembangan wilayah NKRI,
enam patung Presiden RI, mulai dari
Presiden Soekarno (Presiden RI ke-1),
Presiden Soeharto (Presiden RI ke-2),
Presiden B.J. Habibie (Presiden RI
ke-3), Presiden Abdurrahman Wahid
28
(Presiden RI ke-4), Presiden Megawati
Sukarnoputri (Presiden RI ke-5), dan
Presiden SBY (Presiden RI ke-6),
yang digambarkan dengan sosok
setiap presiden dalam patung
berikut capaian prestasi, lukisan,
foto, dan kutipan pernyataan masingmasing
Presiden. Fasilitas lain yang
paling menyenangkan adalah ruang
audio visual yang menayangkan
film-film terkait dengan peristiwa
dan prestasi para Presiden.
Selanjutnya ruang Galeri
Kepresidenan yang terletak di
lantai kedua menggambarkan
peristiwa, prestasi, dan sosok
enam Presiden yang pernah
memimpin NKRI. Gambaran
tersebut dapat dilihat melalui
koleksi berupa memorabilia,
lukisan, album foto digital, dan
video dinding. Selain itu, untuk
memberikan kenang-kenangan
kepada pengunjung, pada lantai
ini juga terdapat fasilitas mesin
foto untuk mengabadikan diri.
Balai Kirti merupakan dua buah
kata yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Balai memiliki makna
gedung, rumah, atau kantor. Sedangkan
Kirti bermakna kemasyhuran. Balai
Kirti dapat disejajarkan dengan Hall of
Fame, yaitu sebuah aula yang disiapkan
untuk memberikan penghormatan dan
mengabadikan prestasi yang sangat
luar biasa yang membuat seseorang
menjadi termasyhur. Dengan demikian
Balai Kirti bermakna sebuah bangunan
yang di dalamnya menyimpan dan
memamerkan berbagai macam
benda peninggalan bersejarah yang
pernah membawa kemasyhuran.
Sejalan dengan tujuan pendiriannya,
Balai Kirti dapat dijadikan sebagai
sumber informasi, ilmu pengetahuan,
media pembelajaran, dan wahana
untuk menunjukkan karya dan prestasi
para presiden, serta sumber inspirasi
bagi para generasi muda.
Sebagai sebuah
m u s e u m ,
Balai Kirti sejatinya
dapat dijadikan sebagai agen
perubahan (agent of change) yang
dapat memberikan pencerahan
kepada masyarakat. Museum dapat
menjadi mitra masyarakat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan
dan pengalamannya. Konsep ini
sesuai dengan definisi museum
yang dikeluarkan oleh International
Council of Museum (ICOM) pada
konferensi umumnya yang ke-
11 di Kopenhagen pada tahun
1974 yang menyatakan bahwa:
“A Museum is a non profit making,
permanent institution in the service of
society and of its development and open
to the public, which acquires, conserves,
communicates and
exhibits for
p u r p o s e s
of study, education and
enjoyment, material evidence of man
and environment”. Museum adalah
lembaga permanen yang tidak mencari
keuntungan, didirikan untuk melayani
masyarakat dan perkembangannya,
terbuka untuk umum, yang bertugas
mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
mengomunikasikan, memamerkan
bukti-bukti bendawi manusia dan
lingkungannya untuk tujuan studi,
pendidikan, dan kesenangan.
Pernyataan tersebut dikuatkan dengan
definisi museum yang dikeluarkan
oleh Direktorat Museum yaitu:
museum adalah sebuah lembaga
yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat
dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan
untuk tujuan-tujuan studi,
pendidikan, dan kesenangan,
barang pembuktian manusia
dan lingkungannya (Direktorat
Museum, 2008:15).
Tidak hanya itu, Hooper-
Greenhill (1994:140)
menyatakan bahwa museum
harus memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk
menambah pengetahuan
dan pengalamannya. Untuk
memenuhi tanggungjawabnya
itu, museum harus
meningkatkan perannya
sebagai sumber pembelajaran
yang dapat digunakan oleh
seluruh komponen masyarakat
atau kelompok-kelompok
khusus yang harus dilayaninya
(Edson dan Dean, 1996:192).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut
di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
museum merupakan tempat preservasi
dan meneliti koleksi yang mereka
miliki untuk kemudian diinformasikan
kepada masyarakat. Dengan demikian,
dalam pengelolaan museum ada misi
edukasi yang mereka bawa, dan saat
ini pengelolaan museum tidak hanya
sebatas menjalani peran tersebut
tetapi penting juga museum menyadari
perannya di tengah masyarakat.
Belajar di museum merupakan salah
satu cara belajar yang memberikan
29
30
Courtesy of Google
pengalaman langsung kepada
pengunjung, karena di museum
pengunjung dapat belajar pada
obyek dan informasi yang ada.
Benda-benda yang ada di museum
merupakan benda yang dapat
dilihat dan sebagian diantaranya
mungkin dapat dipegang atau diraba.
Dengan demikian pengunjung dapat
mengerti secara tepat tentang apa
yang dipelajarinya, tidak hanya
membayangkan bagaimana wujud dan
karakteristik benda dimaksud.
Berdasarkan gambaran tersebut di
atas, museum seharusnya mampu
menjadi sarana pengembangan
media dan sumber belajar.
Dengan kekayaan dan variasi yang
dimilikinya, museum mampu
menyajikan media belajar dalam
bentuk pengalaman langsung.
kontribusi unik yang diberikan
oleh museum dalam fungsi edukasi
adalah menyediakan kesempatan
bagi pengunjung untuk belajar
langsung dari obyek, menstimulasi
rasa keingintahuan dan ketertarikan
mereka, mengenalkan cara belajar
dengan menggunakan indera dan
persepsi melalui pengalaman handson,
serta mendukung belajar secara
independen (Beer, 1994:2).
Sebagai lembaga pendidikan informal,
museum dapat berperan menjadi
sumber belajar bagi pendidikan
sejarah dan kebudayaan. Museum
Balai Kirti dalam tataran ini dapat
berperan sebagai ruang pembelajaran
yang tidak menggurui, memberikan
kesempatan kepada para pelajar
dan masyarakat untuk mengetahui,
memahami, dan berinteraksi langsung
dengan media yang disajikan. Ruang
inspiratif yang mentransformasikan
nilai-nilai kehidupan yang luhur
bahwa dibalik kemasyhuran dan
31
prestasi para presiden, terdapat
nilai-nilai kerja keras, kerjasama,
kesabaran, ketekunan, ketegasan,
dan toleransi yang tinggi.
Setelah berkunjung ke museum Balai
Kirti yang diwarnai berbagai lukisan
dan art work yang melahirkan suasana
dekat dan akrab, masyarakat tidak
hanya akan mendapatkan informasi
yang sangat penting, tetapi juga
mendapatkan pengalaman yang sangat
menyenangkan (entertainment). Hal
ini menunjukkan bahwa Pemimpin
dan Rakyat adalah satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Sebuah karya yang besar tidak
lahir seketika, tetapi di sana ada
proses panjang yang membutuhkan
perjuangan, strategi, dan waktu yang
tepat. Museum Balai Kirti menjadi
agen internalisasi nilai-nilai positif
yang akan membangkitkan energi
bagi generasi muda untuk berkarya
Referensi
Beer, Valorie. (1994). “The Problem and
Promise of Museum Goals”, dalam K.Moore
(ed), Museum Management, Routledge.
Direktorat Museum. (2008). Pedoman
Museum Indonesia, Jakarta.
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman. (2015). Museografia, Jakarta.
Edson,Gary and Dean, David. (1996). Museum
Education. The Handbook For Museum,
London and New York: Routledge.
Hooper-Greenhill, Eilean. (1994). The
Educational Role of The Museum.2 nd edition.
London: Routledge.
ICOM. (2006). Icom Code of Ethics for
Museum, Perancis.
Pamuji, Kukuh. (2010). Komunikasi dan
Edukasi di Museum Istana Kepresidenan
Jakarta. Tesis Program Magister Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
32
ENGLISH CORNER
The Roles of Training and
Development Center for
Civil Service
Oleh Aji Prasetyo Putranto, S.Pd., M.A.
Widyaiswara Pertama Pada Pusdiklat Kemensetneg
In order to be able to compete with
the other nations in the globalization
era, the Indonesian Government
needs to encourage its civil
servants to improve
their skills and their
performances. The
new civil service
law clearly states
that Indonesian civil
servants have right
to be trained to achieve
skills needed in doing their
jobs. As a matter of fact, training and
development center plays important
roles for improving the competence
of civil servants. By giving training for
civil servants to achieve skills, I believe
that the Indonesian civil service will be
able to become the role model of civil
service in the world.
Basically, the main role of the training
and development department is to
provide trainings that are needed by civil
servants to improve their competence.
Burke (2005) suggests that competence
should be described in general terms
as being able to perform whole work
roles in real working environments.
He, furthermore, argues that the
training and development departments
are responsible to provide appropriate
training and improve the training
system. However, the homework for
the most training and development
departments is how to make the training
programs become interesting and
effective for the training participants.
It is, obviously, not only
about the number of
tend
participants who
attend the trainings
or the number of
trainings that have
routine
been successfully
executed as planned.
The old paradigm
suggested that training
is boring and unimportant. The
government is challenged to change
the paradigm, if they want the civil
servants to be able to compete in this
globalization era.
Some
people
to attend training
as the escape from
daily
activities in the
o f f i c e
For some people, indeed, training
is not considered necessary. Some
people tend to attend training as the
escape from daily routine activities
in the office. Several months ago I
had this conversation with one of the
training participants, and I asked
him the reason why he attended the
training courses held by the Training
and Education Center of the Ministry
of State Secretariat. The answer really
surprised me, because I found that
the reason was the boredom of the
office duties. He even mentioned that
the training courses were not really
interesting, so he often got sleepy in
the class room hearing the training
facilitators demonstrated their abilities
in transferring the knowledge to the
training participants.
On the other hand, a colleague of mine
from the different bureau said that he
needed particular trainings to improve
his skills in doing office jobs. However,
he almost never had the chance to
participate in the training programs. He
explained that he had so much work to
do that his manager/supervisor rarely
gave him permission to participate in
training programs held by the training
and development center. When I
mentioned about the new civil service
law, that civil servants have right to
attend trainings for improving their
skills, he simply said that it was nothing
except only the written civil service law.
In fact, the reality was different from
what the civil service law has obligated
to the civil servants.
These issues suggest that training
and development programs need
special attention from the Indonesian
Government, if the government want
to be serious in doing the civil service
reform. Moreover, Purcell (2000)
argues that training is important in
making better human resource in the
civil service. He, furthermore, states that
training and development departments
tend not to review the performance of
trainers or facilitators, whether they
are civil servants or contracted from the
private sector.
Purcell’s argument is not wrong
when we talk about the most training
and development departments in
Indonesia. However, not all training
and development departments
consider that the need to review the
performance of trainers is unimportant.
For example, in the Training and
Development Center of The Ministry of
State Secretariat, lots of improvements
have been made in order to make the
training programs get better and
better. The working staffs and
the people in charge of training
programs are now implementing the
e-form survey in order to replace the old
paper- based survey form system,
which take much time to process. By
applying this new system, they can
evaluate the training programs as soon
as the training is finished, including
the performance of the trainers or
facilitators, without wasting much
time like they did in the old time. They
even replace the trainers or facilitators
if the survey says they are not capable
in transferring their knowledge to the
training participants.
We should appreciate this innovative
steps that have been done by the
government people who work in the
training and development center.
Obviously, their efforts will take so
much effects on the training programs
to be better and change the old paradigm
that training and development
departments tend not to review the
performance of trainers or facilitators
and the training programs themselves.
Hopefully, by applying the innovative
methods on the training programs, the
training and development center will
be able to put professional training into
the spotlight instead of the mandatory
and administrative training courses.
Moreover, the training participants will
be able to emphasize practical skills to
complete theoretical knowledge.
References
Burke, John W. (2005). Competency Based
Education and Training. New York: The Falmer
Press.
Purcell, John. (2000). Training and
Development in the Civil Service. Ireland:
Department of Finance.
33
34
ENGLISH QUIZ
Crosswords Puzzle
Fill in the correct answers, one letter per square, both across and down, from the
given clues. Ps:: If you arrange the first letters from each answer, you will get the
word “PUSDIKLAT”
Send your answer to pusdiklat@setneg.go.id with email subject: EQ_GAHARU_1-2016
The first 5 people who answer correctly will get souvenirs from Pusdiklat
SEPUTAR GAHARU
1 s.d. 15 Februari 2016
(Pelatihan Bahasa
Inggris Program Basic
Conversation)
35
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara bekerjasama dengan Berlitz
Indonesia menyelenggarakan
Pelatihan Bahasa Inggris Program
Basic Conversation bagi 15 orang
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di Ruang Kelas Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara.
Pelatihan yang berlangsung selama
10 kerja ini sebagian besar difasilitasi oleh native speaker instruktur dengan tujuan
untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan peserta dalam berbahasa Inggris lisan.
Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan lebih mampu dan berani untuk
berkomunikasi lisan dalam bahasa Inggris yang niscaya akan memberi manfaat jika
suatu saat nanti yang bersangkutan mendapatkan penugasan dinas ataupun penugasan
belajar ke luar negeri.
17 s.d. 19 Februari 2016
(Pelatihan Leadership Program
Effective Communication
Skills)
Pusdiklat
Kementerian
Sekretariat Negara bekerjasama
dengan MarkPlus Institute
menyelenggarakan Pelatihan
Leadership Program Effective
Communication Skills bagi 15 orang
pejabat Eselon III di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di Ruang Kelas Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara.
Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari kerja ini bertujuan untuk meningkatkan soft
skills peserta dalam mambangun komunikasi sehingga terwujud pola komunikasi efektif
dalam lingkungan kerja yang bersangkutan. Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta
diharapkan mempunyai keterampilan yang lebih mumpuni dalam berkomunikasi dengan
atasan, bawahan, serta rekan sejawat sehingga tercipta kondisi kerja yang kondusif dan
dapat meningkatkan kinerja.
17 s.d. 23 Februari 2016
36
(Pelatihan Tata Naskah
Dinas II Tingkat Dasar)
Pusdiklat Kementerian
Sekretariat
Negara
menyelenggarakan Pelatihan Tata
Naskah Dinas II Tingkat Dasar bagi
20 orang Calon Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Kementerian
Sekretariat Negara bertempat
di Ruang Kelas Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara.
Pelatihan yang berlangsung selama
lima hari kerja ini menghadirkan
berbagai narasumber dari lingkungan Kementerian Sekretariat Negara serta Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta dalam membuat naskah dinas yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia serta ketentuan perundangan yang berlaku. Setelah menyelesaikan
pelatihan ini peserta diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni dalam membuat naskah dinas serta dapat menularkan pengetahuan dan
keterampilan dimaksud di unit kerja masing-masing.
22 s.d. 26 Februari 2016
(Pelatihan Komputer Program
Presentation Tools)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negarabe kerjasama dengan Totem
design School menyelenggarakan
Pelatihan Komputer Program
Presentation Tools bagi 15 orang
pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di ruang laboratorium
komputer Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara Pelatihan yang
berlangsung selama 5 hari kerja ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peserta dalam membuat presentasi yang
efektif dan menarik dengan menggunakan berbagai fitur yang ada dalam presentation
tools. Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan mempunyai keterampilan
yang lebih mumpuni dalam menyampaikan informasi melalui presentasi yang lebih
efektif dan menarik dengan menggunakan berbagai varian presentation tools.
22 Februari 2016
(Ujian TOEFL ITP
Certification Batch I)
Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara bekerjasama
dengan UniSadhuGuna Testing
Center (UTC) menyelenggarakan
Ujian TOEFL ITP Certification untuk
30 orang pejabat dan pegawai di
lingkungan Kementerian Sekretariat
Negara bertempat di ruang seminar
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara Ujian yang berlangsung
selama kurang lebih 3 jam ini
bertujuan untuk mengetahui skor TOEFL peserta yang selanjutnya sertifikat TOEFL
dimaksud dapat dipergunakan sebagai salah satu kelengkapan dokumen peserta dalam
melanjutkan studi ataupun dinas ke luar negeri.
37
18 Januari s.d. 19 Februari
2016
(TOEFL Preparation Course
bagi peserta Program
Percepatan Pengembangan
Rintisan Pendidikan Gelar
Magister dan Doktor Luar
Negeri/P4G Luar Negeri)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negaramenyelenggarakan TOEFL
Preparation Course untuk peserta
Program Percepatan Pengembangan
Rintisan Pendidikan Gelar
Magister dan Doktor Luar Negeri (P4G Luar Negeri) bagi 18 pejabat dan pegawai di
lingkungan Kementerian Sekretariat Negara yang terdaftar dalam Program Percepatan
Pengembangan Rintisan Pendidikan Gelar Magister dan Doktor Luar Negeri/P4G Luar
Negeri Tahun 2016. Pelatihan dimaksud berlangsung selama 20 kali pertemuan di
mana satu kali pertemuan berdurasi 180 menit atau tiga jam dan bertempat di Ruang
Kelas Perpustakaan, Gedung I Lantai 3 Kementerian Sekretariat Negara. Pelatihan yang
difasilitasi oleh Aji Prasetyo Putranto, S.Pd., M.A., Widyaiswara Pertama Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negaraini bertujuan untuk mempersiapkan dan meningkatkan
kemampuan peserta sebelum mereka mengikuti Ujian TOEFL ITP Certification.
38
25 Februari 2016
(Serial Lecture: Keuangan
Sehat, Pegawai Sejahtera)
Untuk ketiga kalinya Pusdiklat
Kementerian
Sekretariat
Negaramenyelenggarakan program
serial lecture yang kali ini mengambil
tema wealth management. Dalam
serial lecture pertama di tahun 2016
ini Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara bekerjasama dengan QM
Financial menyelenggarakan serial
lecture dengan tema ‘Keuangan
Sehat, Pegawai Sejahtera’ dengan menghadirkan perencana keuangan Ligwina Hananto
sebagai pembicara tunggal. Kegiatan dwi bulanan ini dilaksanakan di Aula Serba Guna
Lantai 1 Gedung III Kementerian Sekretariat Negara, dan dihadiri oleh tidak kurang
130 pejabat dan pegawai di ligkungan Kementerian Sekretariat Negara. Kegiatan yang
berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan peserta dalam hal mengelola keuangan pribadi agar menjadi orang
yang lebih bijak dalam menata keuangan.
26 Februari 2016
(Seleksi Pelatihan Bahasa
Inggris Program IELTS)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara bekerjasama dengan IALF
Jakarta menyelenggarakan Seleksi
Pelatihan Bahasa Inggris Program
IELTS untuk empat puluh orang
pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di Auditorium Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara
Seleksi yang berlangsung selama
kurang lebih 1 jam ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris peserta yang selanjutnya sebagai
dasar penentuan keikutsertaan mereka pada Pelatihan
Bahasa Inggris Program IELTS.
29 Februari s.d. 1 Maret 2016
(Workshop ‘How to Fill
Application Form and
Write Research Proposal’)
39
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan
Workshop ‘How to Fill Application
Form and Write Research Proposal’
yang bertujuan untuk membekali
pengetahuan bagi para pejabat/
pegawai Kementerian Sekretariat
Negara yang ingin melanjutkan
studi jenjang pendidikan Magister
dan Doktoral di Luar Negeri.
Workshop diikuti oleh peserta Program Percepatan Pengembangan Pendidikan dengan
Gelar (P4G) Luar Negeri yang terdiri dari 17 orang kandidat program Magister dan 6
orang kandidat program Doktoral.
1 Maret 2016
(Pembukaan Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat IV Angkatan IX)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan
Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan (Diklatpim)
Tingkat IV Angkatan IX. Diklatpim
yang dibuka secara resmi oleh
Deputi Administrasi Aparatur ini
dijadwalkan akan berakhir pada 24
Juni 2016 ini diikuti oleh 30 orang
peserta. Peserta akan menempuh
893 jam pelajaran yang terdiri dari 290 jam pelajaran klasikal (on-class) dan 603 jam
pelajaran di tempat kerja (off-class).
2 Maret 2016
40
(Sosialisasi Beasiswa
Luar Negeri/Scholarship
Hunting Day)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan
Sosialisasi Beasiswa Luar Negeri/
Scholarship Hunting Day yang
bertempat di Aula Serba Guna
Lantai 1 Gedung III Kementerian
Sekretariat Negara. Kegiatan
ini ditujukan bagi para pejabat/
pegawai Kemensetneg yang ingin
memperoleh informasi terkait studi dan beasiswa program Magister/Doktoral di Luar
Negeri. Beberapa scholarship providers ternama memberikan paparan dan membuka
information booths, seperti Aminef, Australia Awards, Neso Indonesia, Chevening,
JICA, dan KOICA. Kegiatan ini menyita perhatian yang cukup positif dari Pejabat/
Pegawai Kementerian Sekretariat Negara yang terlihat dari jumlah peserta yang hadir
mencapai 155 orang.
14 s.d. 18 Maret 2016
(Pelatihan Komputer
Program Design Infografis)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara bekerjasama dengan Totem
Design School menyelenggarakan
Pelatihan Komputer Program
Design Infografis untuk 15 orang
pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di ruang laboratorium
komputer Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara Pelatihan yang
berlangsung selama 5 hari kerja
ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peserta dalam membuat presentasi
yang efektif dan komunikatif dengan menggunakan berbagai fitur infografis. Setelah
menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan mempunyai keterampilan yang lebih
mumpuni dalam menyampaikan informasi melalui presentasi yang lebih efektif dan
menarik dengan menggunakan berbagai varian infografis.
15 Maret 2016
(Ujian TOEFL ITP
Certification-Batch II)
Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara bekerjasama
dengan UniSadhuGuna Testing
Center (UTC) menyelenggarakan
Ujian TOEFL ITP Certification
Angkatan II untuk 30 orang
pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di ruang seminar
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara Ujian yang berlangsung
selama kurang lebih tiga jam ini bertujuan untuk mengetahui skor TOEFL peserta
yang selanjutnya sertifikat TOEFL dimaksud dapat dipergunakan sebagai salah satu
kelengkapan dokumen peserta dalam melanjutkan studi ataupun dinas ke luar negeri.
Bagi sebagian besar peserta, Ujian TOEFL ITP Certification Angkatan II ini juga menjadi
salah satu proses seleksi untuk dapat mengikuti pelatihan International Training on
English for Protocol Officer yang akan diselenggarakan pada pertengahan bulan April
2016.
41
23 Maret 2016
(Ujian Kemahiran Bahasa
Indonesia/UKBI)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negarabekerjasama dengan Badan
Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyelenggarakan
Ujian Kemahiran Bahasa Indonesia
bagi 50 orang pejabat dan pegawai di
lingkungan Kementerian Sekretariat
Negara bertempat di Auditorium
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara Ujian yang berlangsung
selama kurang lebih 3 jam ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemahiran bahasa
Indonesia peserta yang selanjutnya akan menentukan program lanjutan apa yang
diperlukan oleh masing-masing peserta sesuai dengan tingkat kemahirannya.
22 s.d. 24 Maret 2016
42
(Pelatihan Leadership
Program Coaching and
Mentoring)
Pusdiklat
Kementerian
Sekretariat Negarabekerjasama
dengan MarkPlus Institute
menyelenggarakan Pelatihan
Leadership Program Coaching
and Mentoring bagi 15 orang
pejabat Eselon IV di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di Ruang Kelas
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari kerja ini bertujuan untuk meningkatkan
soft skills peserta dalam mambangun tim kerja yang solid melalui tindakan coaching and
mentoring yang tepat dan efektif. Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan
mempunyai keterampilan yang lebih mumpuni dalam membangun tim kerja yang
lebih solid dan produktif melalui keterampilan coaching and
mentoring.
22 s.d. 24 Maret 2016
(Pelatihan Personal
Development Training)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negarabekerjasama dengan John
Robert Powers menyelenggarakan
Pelatihan Personal Development
Training bagi 15 orang pejabat
Eselon III di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di Ruang Kelas Pusdiklat
Kementerian Sekretariat Negara
Pelatihan yang berlangsung selama
3 hari kerja ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi diri peserta
melalui pemberian materi yang terkait dengan pengembangan diri dan well groomed.
Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan dapat lebih mengenali dan
mengoptimalkan semua potensi yang ada pada dirinya sehingga memberi
manfaat pada pribadi peserta dan juga lingkungan
sekitarnya.
24 Maret 2016
(Sosialisasi Beasiswa
Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP))
43
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan
Sosialisasi Beasiswa LPDP yang
bertempat di Ruang Rapat Gedung
3 Kementerian Sekretariat Negara
yang bertujuan untuk memberikan
informasi yang komprehensif
tentang prosedur memperoleh
beasiswa LPDP baik di dalam
maupun di luar negeri. Kegiatan
tersebut dihadiri narasumber dari pihak LPDP yaitu Ibu Rumtini Suwarno, Kepala Divisi
Penyaluran Dana Pendidikan. Sekitar 85 orang peserta menghadiri kegiatan ini.
28 Maret s.d. 1 April 2016
(Ujian Dinas Tingkat I)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan Ujian
Dinas Tingkat I yang merupakan
salahsatu persyaratan bagi Pegawai
Negeri Sipil yang akan dinaikan
golongan kepangkatannya setingkat
lebih tinggi dari Pengatur Tingkat
I (II/d) menjadi Penata Muda
(III/a). Kegiatan yang diikuti 38
orang peserta ini juga bertujuan
guna meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sehingga mempunyai kompetensi yang sesuai dengan golonga
kepangkatan yang akan disandangnya nanti. Ujian Dinas Tingkat I ini bertempat di
Ruang Seminar Pusdiklat Kementerian Sekretariat Negara.
28 Maret s.d. 1 April 2016
44
(Pelatihan Tata Naskah
Dinas II Tingkat Dasar
Angkatan II)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara menyelenggarakan
Pelatihan Tata Naskah Dinas
II Tingkat Dasar Angkatan II
bagi 20 orang Calon Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Sekretariat
Negara bertempat di Ruang
Kelas Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari kerja ini menghadirkan
berbagai narasumber dari lingkungan Kementerian Sekretariat Negara serta Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta dalam membuat naskah dinas yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia serta ketentuan perundangan yang berlaku. Setelah menyelesaikan
pelatihan ini peserta diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni dalam membuat naskah dinas serta dapat menularkan pengetahuan dan
keterampilan dimaksud di unit kerja masing-masing.
28 Maret s.d. 1 April 2016
(Pelatihan Komputer Program
Pengolahan Kertas Kerja/
Worksheet)
Pusdiklat Kementerian Sekretariat
Negara bekerjasama dengan
Global Edukasi Infotama Solusi
menyelenggarakan Pelatihan
Komputer Program Pengolahan
Kertas Kerja/Worksheet untuk
15 orang pegawai di lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara
bertempat di ruang laboratorium
komputer Pusdiklat Kementerian
Sekretariat Negara Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari kerja ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan peserta dalam mengolah dan menyajikan data dengan
program Excel/Worksheet. Setelah menyelesaikan pelatihan ini peserta diharapkan
mempunyai keterampilan yang lebih mumpuni dalam mengolah dan menyajikan
informasi melalui program Excel/Worksheet.
AGENDA KEGIATAN BERIKUTNYA
1. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan X-PNBP [25 April s.d. 25 Agustus 2016]
2. Pelatihan Bahasa Inggris Program IELTS Batch I [4 s.d 15 April 2016]
3. Ujian IELTS Certification Batch I [16 April 2016]
4. Pelatihan Bahasa Inggris Program IELTS Batch II [18 s.d 29 April 2016]
5. Ujian IELTS Certification Batch II [30 April 2016]
6. Pelatihan Leadership (Problem Solving and Decision Making [19 s.d 21 April 2016]
7. Pelatihan Komputer Design Infografis Batch II [23 s.d 27 Mei 2016]
8. Sertifikasi Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi [30 Mei 2016]
9. Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Tingkat Dasar [26 April s.d 3 Mei 2016]
10. Ujian Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa [4 Mei 2016]
11. Pelatihan Leadership (Planning and Organizing) [30 Mei s.d 1 Juni 2016]
12. Pelatihan Peningkatan Kompetensi (Purnakarya) [16 s.d 20 Mei 2016]
13. Pelatihan Tata Naskah Tingkat Dasar Batch III [9 s.d 13 Mei 2016]
14. Seminar Action Plan of Conflict Resolution and Mediation Skills [ 23 s.d 25 Mei 2016]
15. Diklat Pengelolaan Arsip Dinamis [25 s.d 29 April 2016]
16. Diklat Pengenalan Perpustakaan [11 s.d 15 April 2016]
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Jalan Gaharu I Nomor 1, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430
Telepon (021) 7664009, Faksimili (021) 7664044
http://www.pusdiklat.setneg.go.id
email: pusdiklat@setneg.go.id