E - Buletin Gaharu Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
ISSN 2527-385X
Vol.I, Nomor 2, Tahun 2016
G erbang Haluan Perubahan
Bung Karno
Dengan dibumbui gaya oratornya yang
khas, Bung Karno mendramatisir
pelajaran sejarah seperti layaknya
sebuah adegan sandiwara.
Rumah Nyaman Bagi
Wong Cilik
Ide kreatif dan inovasi yang dilakukan
oleh TIM UPTPK secara ikhlas dan tulus
untuk membantu 'Wong Cilik" ternyata
tidak sia-sia
Rinjani: Petualangan
Menaklukkan Diri Sendiri
bukanlah gunung yang kita taklukan, tapi
batas diri yang kita taklukan
ISSN 2527-385X
DARI REDAKSI
Daftar Isi
Teknologi Informasi dan
Pemimpin Kelas Dunia
bagian 2 | 1
Bung Karno | 4
Ayo Baca | 10
Rumah Nyaman bagi Wong
Cilik | 11
Training in The 21 st Century
| 14
Rinjani: Petualangan
Menaklukkan Diri Sendiri
| 16
Who Am I | 19
Seputar Gaharu | 20
Sahabat GAHARU,
Suatu hal yang menggembirakan bagi kami, GAHARU dapat kembali
menemani Sahabat di edisi kedua ini. Tidak terasa sudah setengah
perjalanan kita di Tahun 2016. Banyak capaian yang sudah kita raih. Namun,
juga masih banyak tugas dan tanggung jawab yang harus kita emban di
tahun ini dengan segala tantangan dan peluangnya. Apapun itu, setiap
detik yang kita lewati hendaknya dihiasi rasa syukur yang tak terhingga atas
segala nikmat yang mengucur deras bagi para Sahabat GAHARU.
Pada Volume I Nomor 2 Tahun 2016, GAHARU mencoba menghadirkan
informasi yang ringan dan informatif untuk Sahabat nikmati. Masih ingat
artikel pada edisi sebelumnya tentang Teknologi Informasi dan Pemimpin
Kelas Dunia? Ya, pada rubrik SDM akan disajikan lebih mendalam dan
menarik tentang keterkaitan erat antara pemimpin dan perkembangan
teknologi informasi saat ini. Ada rubrik baru di edisi kali ini, Jejak Sejarah.
Jejak Sejarah pada penampilan perdananya akan bercerita tentang Sang
Proklamator kita, Bung Karno, seorang Insinyur yang ternyata memulai
pengalaman profesionalnya menjadi seorang guru. Selain itu, di rubrik
E-novation menceritakan tentang Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah yang melakukan inovasi dalam membenahi pelayanan publiknya,
dengan jargon ‘Rumah Nyaman bagi Wong Cilik’. Bagi Sahabat yang gemar
membaca, jangan lupa untuk melihat rubrik Ayo Baca! yang menghadirkan
resensi buku ‘Kepemimpinan dan Kerjasama Tim.
Tidak hanya itu, GAHARU juga menghadirkan sesuatu yang ‘segar’. Ransel
Gaharu, rubrik baru yang memotret pengalaman para Sahabat dalam
menikmati keindahan alam, kekayaan budaya, serta keunikan kuliner di
seluruh dunia. Ransel Gaharu menyajikan cerita pendakian Gunung Rinjani,
Nusa Tenggara Barat oleh salah satu anggota Tim Redaksi GAHARU. Seperti
biasa, untuk rehat dari rutinitas sejenak, kuis dalam Bahasa Inggris cukup
seru untuk diikuti. Bagi 5 orang pengirim jawaban benar dan tercepat, ada
souvenir unik dari Redaksi GAHARU. Juga artikel berbahasa Inggris tentang
Training in 21 st Century menarik untuk disimak dan menambah khasanah
kosakata bahasa Inggris. Tidak lupa, kami hadirkan pula dokumentasi
program-program pengembangan sumber daya manusia yang telah
diselenggarakan dari April sampai Juni 2016.
Kami selalu menunggu saran konstruktif dari Sahabat Gaharu untuk
menjadikan kami lebih baik lagi. Semoga GAHARU dapat senantiasa
menemahi Sahabat untuk berkarya.
Selamat menikmati GAHARU!
Samidi Fahrudin
Redaktur Kepala
Penanggung Jawab: Cecep Sutiawan | Redaktur Kepala: Samidi Fahrudin | Editor: Butet Tobing, Muhammad
Farid Zeno, Shanti Mira Soraya | Desain Grafis: Soehendra, Yudhi Ardinal | Fotografer: Syahrul Maliki |
Sekretariat Redaksi: Indah Yuliati, Lia Aprianti Wiratna, Irish Indiana, Fetty Hardiyanti, Henny Indriani.
SDM
Courtesy of Google
1
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
PEMIMPIN KELAS DUNIA bagian 2
Dra. Ihsanira Devina, M.A., Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Kemensetneg
Pada artikel sebelumnya, gambaran mengenai
kondisi dan tantangan di tingkat global telah
mengantarkan manusia pada kesadaran
adanya tuntutan berkompetisi menghasilkan yang
lebih baik untuk menjadi yang terbaik. Kompetisi
yang mendunia namun diharapkan tetap berpijak
pada nilai lokal sebagai dasar kekuatan karakter
pemimpin Indonesia di masa depan.
Perubahan pada pola pendidikan dan pelatihan
bagi para ASN Indonesia saat ini sangat
diprioritaskan pada upaya mempersiapkan para
ASN sebagai World class-leader yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan Indonesia di
masa depan, baik nasional maupun tantangan
global.
Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN menyebutkan fungsi utama para ASN, yang
diharapkan sebagai pengawal masa depan
Indonesia, adalah ASN yang memiliki kemampuan
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Ketiga fungsi tersebut secara jelas memposisikan
ASN untuk selalu berorientasi kepada kepentingan
publik – apapun tugas dan tanggung jawab yang
diembannya.
Jika seorang ASN mampu mengutamakan
kepentingkan publik dan bangsanya maka,
akan lebih mudah baginya saat merancang
suatu kebijakan ataupun saat mengambil suatu
keputusan. Bagaimana agar kepentingan publik
dan bangsa dapat selalu melekat pada hati dan
mewarnai pemikiran seorang ASN sejati? Hal ini
tentu tidak datang dengan sendirinya namun
memerlukan strategi.
Salah satu strategi yang dapat diandalkan adalah
dengan membuka jalur keterbukaan komunikasi
dengan publik. Pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang mengiringi
tumbuhnya sosok kepemimpinan di era ini adalah
yang mampu berkomunikasi dengan publik;
mendengarkan aspirasi publik serta bijaksana
dalam menindaklanjuti aspirasi yang diterima.
Dengan kata lain, kemampuan seseorang dalam
melakukan komunikasi dengan baik merupakan
hal penting bagi kepemimpinan (leadership), baik
sebagai penyampai informasi maupun sebagai
penerima.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai sarana komunikasi dapat sangat
2
membantu pemimpin dalam mendekatkan
dirinya dengan publik yang dipimpinnya. Selain
itu, komunikasi yang terjalin baik tentu
akan memberi kemudahan bagi pemimpin
dalam menentukan arah kebijakan bagi
kemashalatan publik.
Pemimpin masa depan dengan standar kelas
dunia siap memiliki karakter dan sudut pandang
untuk memahami apa dan bagaimana publik
yang dilayani dan selalu berupaya memberi yang
terbaik bagi publik dan tidak lagi berorientasi
pada lingkup sempit – diri atau kelompok. Inilah
hal-hal yang perlu menjadi perhatian para ASN
saat ini. Karakter pemimpin yang pantas disebut
sebagai pemimpin kelas dunia – apapun tingkat
kepemimpinan yang diamanahkan – adalah
pemimpin yang menomorsatukan kepentingan
publik.
sebab itu majalah Time edisi Mei 2013 menyebut
generasi ini sebagai ‘the me meme generation’
Pemimpin saat ini dan masa depan tentu
perlu memperhatikan karakter generasi yang
dipimpinnya, yaitu gen X, gen Y dan kelak gen
Z atau iGeneration, generasi net atau generasi
Pemimpin kelas dunia dapat dikatakan sebagai
tindakan memimpin dengan standar istimewa
(excellence) bagi orang-orang yang dipimpin atau
dilayaninya – dalam hal ini masyarakat atau publik
baik ditingkat lokal maupun nasional. Masyarakat
yang makin berkembang dan makin mengenal
hak, kewajiban, harapan dan apa yang menjadi
tujuannya. Tujuan utama seorang pemimpin kelas
dunia (World Class Leadership) adalah tercapainya
tingkat kepuasan yang dirasakan oleh publik
sebagaimana atau lebih dari yang diharapkan.
Kepemimpinan yang terbuka dan berorientasi
kepada kepentingan publiklah yang sesuai
dengan era saat ini dan masa depan. Era dimana
komunikasi dan arus informasi seakan telah
membentuk struktur masyarakat dan peradaban
baru.
Struktur masyarakat yang melahirkan generasi
Y, generasi yang berbeda dengan generasi
sebelumnya yaitu generasi X yang lahir antara
tahun 1965 – 1980. Sebagai gambaran, ciri
tahun-tahun generasi X merupakan awal dari
penggunaan video games, tv kabel, internet, PC
(personal computer) dengan penyimpanan data
menggunakan floppy disk atau disket. Saat ini,
Generasi X telah menjelma sebagai pemimpin –
pemegang posisi-posisi strategis baik di birokrasi
maupun dunia usaha.
Adapun generasi Y adalah generasi yang lahir
antara tahun 1981 – 1994. Generasi ini dikenal
dengan sebutan generasi millennial atau
milenium. Generasi ini akrab dengan penggunaan
teknologi komunikasi instan seperti email, SMS,
Path, Line, WhatsApp dan media sosial seperti
Facebook dan Twitter. Di dunia kerja, generasi
Y terasa mulai mendominasi dengan karakter
yang mereka tampilkan umumnya lebih terbuka,
bersemangat pada hal-hal baru dan sering
mengeluarkan ide-ide cemerlang yang bersifat
inovatif serta menikmati eksistensi dirinya, oleh
internet. Setiap generasi tentu memiliki karakter
– karakter tersendiri yang semakin erat dengan
aktivitas komunikasi dan arus informasi berbasis
internet.
Pemahaman akan terhadap perbedaan pada gaya
berkomunikasi setiap generasi patut dimiliki oleh
seorang pemimpin. Sebagai gambaran, secara
kasat mata adalah perbedaan gaya komunikasi
antara gen X dan gen Y. Hal ini dikarenakan adanya
masa-masa perkembangan teknologi pada tahap
awal yang dialami gen X dan tahap perkembangan
teknologi secara pesat yang dialami gen Y. Jika gen
X masih merasa perlu berpikir berkali-kali sebelum
melontarkan pertanyaan maka gen Y justru lebih
sering bertanya mengapa dan kenapa terhadap
situasi yang dihadapinya. Hal ini tentu berkorelasi
dengan gaya berkomunikasi dengan generasi Y.
Oleh karena itu, pemimpin diharapkan dapat
menyampaikan informasi secara jelas, transparan
dan apa adanya serta senantiasa memberikan
kesempatan bagi gen Y untuk berpendapat
yang akan diambilnya. Inilah yang dikenal dengan
istilah Personal Knowledge Management – yaitu
seseorang yang dapat mengelola informasi
yang diterimanya sebagai pengetahuan
yang bermanfaat dalam menunjang
tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Secara singkat, tantangan pemimpin di
masa depan adalah yang berkarakter kelas dunia
sekaligus menguasai informasi dan komunikasi.
3
Kalangan akademisi, praktisi bisnis dan
management dunia seperti Stephen Covey,
Rosabeth Moss Kanter, dan Peter Senge, dalam
The Leader of the Future: New Visions, Strategies and
Practices for the Next Era mengungkapkan bahwa
pemimpin kelas dunia adalah pemimpin yang
memiliki pemikiran terbuka terhadap informasi,
gagasan serta hal-hal baru.
Pemimpin kelas dunia juga perlu memiliki
kemampuan melakukan negosiasi layaknya
seorang diplomat; mampu memecahkan
konflik secara menang-menang (win-win); dapat
mempengaruhi orang untuk bekerja sama,
memiliki kharisma, ketrampilan interpersonal
serta cerdas secara emosi – kesemuanya tentu
memerlukan ketrampilan dalam komunikasi
secara baik.
Selain itu, pemimpin kelas dunia selalu berusaha
menjadi atau memberikan yang terbaik bagi
diri maupun publik yang dilayani; senantiasa
memberi dukungan positif; berbagi dalam hal
kebaikan; menciptakan lingkungan kerja yang
sehat, menjunjung tinggi integritas; dan di atas
semua itu adalah tampilnya sebagai sosok yang
menginspirasi lingkungan dan orang-orang
yang dipimpinnya. Itulah sederet gambaran
ideal pemimpin masa depan, tidak mudah untuk
mencapainya namun dengan kemauan dan itikad
baik, hal tersebut tentu dapat dicapai. Selamat
menjadi pemimpin masa depan bagi indonesia
tercinta......
Referensi
dan bertanya mengenai semua hal. Jelaslah
bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam
upaya mewujudkan keterbukaan informasi dan
komunikasi kepada publik merupakan hal mutlak
yang perlu dilakukan oleh seorang ASN dan
pemimpin masa depan.
Derasnya arus informasi yang mengalir setiap
detiknya serta gejolak perubahan sosial perlu
disiasati oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang
bijak, mau tidak mau, perlu memiliki kepiawaian
dalam mengelola segala informasi yang
diterimanya. Bukan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya namun memilahnya secara
sistematis dan memperhatikan kemanfaatan
suatu informasi bagi kebijakan atau keputusan
Time Magazine 2013, http://content.time..com/
time/covers/asia/0,16641,20130520,00,html
http//ppm-manajemen.ac.id/gayakepemimpinan-fit-match-untuk-generasiy/#sthash.cYCxCaK8.dpuf,
akses 1 Juni 2016
Rachman, Eileen, Jadi Nomor Satu, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta: 2007
The Leader of The Future New Visions, Strategies and
Practices for the Next Era – The Drucker Foundation.
Edisi Indonesia: Elexmedia Komputindo, 1997
JEJAK SEJARAH
4
BUNG KARNO
Dr. Kukuh Pamuji, S.Pd., M.Pd., M.Hum. Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Kemensetneg
Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa
Soekarno, atau yang sering disapa Bung Karno,
sang Proklamator, pernah menjadi seorang guru.
Bagi Bung Karno, menjadi seorang guru mungkin
adalah di luar ekpektasinya. Bagaimana tidak? Ia
adalah seorang Ingenieur atau Insinyur.
Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dengan
nama Kousno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama
Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di
Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Ibunya
bernama Ida Ayu Nyoman Rai keturunan bangsawan
dari Buleleng, Bali.
Masa kecil Bung Karno dilaluinya bersama sang
kakek yang bernama Raden Hardjokromo di
Tulungagung, Jawa Timur. Di Tulungagung inilah
Bung Karno pertama kali mengenal bangku
sekolah. Saat orang tuanya pindah ke Mojokerto,
Bung Karno mengikuti orang tuanya dan masuk
ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ayahnya
bekerja.
Untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger
School (HBS), pada Juli 1911 Bung Karno dipindahkan
orang tuanya ke Europeesche Lagere School
(ELS). Saat berusia 14 tahun, Bung Karno menyelesaikan
pendidikannya di ELS dan melanjutkan ke
HBS di Surabaya, Jawa Timur, atas bantuan seorang
kawan ayahnya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto,
yang juga memberikannya tempat tinggal
selama Bung Karno menempuh pendidikan di
Surabaya.
Sambil mengaji di tempat H.O.S. Tjokroaminoto.
Bung Karno banyak bertemu dengan para pemimpin
Sarekat Islam, sebuah organisasi yang
diketuai oleh H.O.S. Tjokroaminoto saat itu. Bung
Karno kemudian bergabung dengan organisasi
Jong Java (Pemuda Jawa).
Pada tahun 1920, Bung Karno menamatkan pendidikannya
di HBS, kemudian melanjutkan ke
Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung,
program studi Teknik Sipil dengan spesialisasi pekerjaan
jalan raya dan pengairan.
Lazimnya, seorang insinyur bekerja tidak jauh dari
bidang pembangunan dan konstruksi. Namun,
yang ia cari sendiri pasca menyelesaikan pen-
didikannya dari Technische Hooge School Bandung
pada 25 Mei 1926 adalah menjadi guru Sekolah
Dasar.
Memilih Profesi Sebagai Guru
Setelah lulus dari Technische Hoge School, ia
mendapatkan tiga tawaran pekerjaan. Tawaran
pertama datang dari almamaternya, yaitu menjadi
asisten dosen, tetapi Bung Karno menolak tawaran
itu. Kedua, Ia mendapat tawaran untuk bekerja di
pemerintah kota, dan ketiga, direkomendasikan
pada Direktur Pekerjaan Umum.
Adalah Profesor Ir. Wolf Schoemaker seorang
dosen yang paling dihormatinya, meminta Bung
karno terlibat dalam pembangunan perumahan
bupati di Bandung. Awalnya Bung Karno menolak
tawaran itu dan menyampaikan alasan penolakannya
kepada sang Profesor dengan halus:
“Saya tidak yakin akan menjadi pembangun
rumah. Tujuan saya adalah menjadi pembangun
dari suatu bangsa,” kata Bung Karno menjelaskan
idealismenya kepada profesor yang sangat dihormatinya
itu.
Bung Karno menjelaskan prinsip gerakan yang
dianutnya kepada sang guru, yaitu non-kooperasi,
karena kalau bekerjasama dengan pemerintah
berarti harus mengemis-ngemis. Cara yang dianggapnya
sudah usang dan hanya menghasilkan
janji-janji yang tidak akan pernah ditepati. Sang
profesor tetap merayu, berharap hati mantan muridnya
luluh. Akan tetapi, Bung Karno tetap menolaknya,
agar ia dapat bebas dalam berfikir dan
bertindak.
Sang profesor tidak berhenti membujuk. “Jangan
menerima pekerjaan dalam jangka lama,” katanya,
“tetapi buatlah satu rumah saja untuk bupati.” Untuk
permintaan yang terakhir ini Bung Karno tidak
dapat mengelak lagi permintaan gurunya, dan
proses pembangunan rumah untuk Bupati dapat
diselesaikannya dengan baik.
Semenjak menyelesaikan pendidikannya dari
Technische Hoge School, kiriman uang dari orang
tuanya tidak lagi ia dapatkan. Untuk bertahan
hidup dan menafkahi sang istri, Inggit Garnasih,
ia membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan
uang.
Pada saat Ksatrian Institut (KI) yang dipimpin oleh
salah seorang tokoh nasional yang bernama Dr.
Setiabudi (Dr. Ernest Francouis Eugene Douwes
Dekker), membuka lowongan pekerjaan untuk
menjadi guru, Bung Karno tidak memiliki pilihan
lain untuk mendaftar pekerjaan itu, dan jadilah
Bung Karno sebagai guru matematika dan sejarah.
Sebagai seorang yang banyak membaca bukubuku
sejarah peradaban manusia, Bung Karno memiliki
minat yang sangat besar terhadap bidang
sejarah. Ia sangat menaruh perhatian yang sangat
besar terhadap sejarah kejayaan Majapahit dan
Sriwijaya. Besarnya perhatian terhadap kedua hal
inilah yang kemudian memberikan inspirasi
terhadap pemikiran-pemikirannya.
Sebaliknya, matematika adalah satu-satu
nya mata pelajaran yang paling tidak disukai
Bung Karno. Namun demikian, karena terdesak
dengan kebutuhan hidup, ia tidak memiliki pilihan
lain dan pada akhirnya ia harus mendaftar pekerjaan
sebagai guru sejarah dan matematika.
Pada saat Bung Karno menjalani tes wawancara,
meskipun Ia berbohong, Bung Karno berhasil
meyakinkan pewawancara bahwa ia benar-benar
menguasai matematika, bahkan menyatakan
bahwa matematika adalah pelajaran yang paling
disukainya.
Hal sama dilakukan Bung Karno ketika Dr. Setiabudi
melontarkan pertanyaan seperti yang diberikan
sang pewawancara. Bung Karno kembali lagi
berbohong dan meyakinkan Dr. Setiabudi bahwa
ia dapat mengajar matematika. Ini semua dalam
rangka mendapatkan pekerjaan, dan saat itu Ia
benar-benar membutuhkan uang. Menurut cerita
yang beredar pada saat itu, Bung Karno tidak
mampu untuk menyuguhkan segelas teh manis
untuk tamu yang berkunjung ke rumahnya. Bung
Karno hanya mampu memberikan teh tawar en
cer, tanpa gula.
Singkat cerita, Bung Karno diterima mengajar. Kelas
yang dihadapi oleh Bung Karno seba nyak 30
(tiga puluh) murid, salah satu di antaranya adalah
Anwar Tjokroaminoto, putra H.O.S. Tjokroaminoto,
guru Bung Karno ketika di Surabaya dulu.
Setelah diterima menjadi guru di Ksatrian Institut,
Bung Karno dihadapkan pada satu masalah,
ia bingung bagaimana cara mengajarkan mata
pelajaran kepada para muridnya. Hal ini dapat
dipahami karena Bung Karno bukan berasal dari
lulusan Sekolah Guru (Kweekschool) dan tidak pernah
mendapatkan pendidikan tentang bagaimana
melaksanakan pengajaran. Mata pelajaran sejarah,
yang semula ia bayangkan mudah, ternyata
begitu susah.
Bung Karno bukanlah orang yang gampang menyerah,
dalam mengajar ia menggunakan metodenya
sendiri. Ia sama sekali tidak mengikuti teori
bahwa murid-muridnya harus diajarkan berdasarkan
kenyataan. Yang ada dalam pikirannya adalah
membangkitkan semangat kepada para muridmuridnya.
Demikian pola pikir Bung Karno dalam
menggunakan metode mengajarnya.
Saat mengajarkan Sejarah, ia menekankan kepada
para muridnya akan pengertian dan arti penting
sejarah itu sendiri daripada mengajarkan namanama,
tahun, dan tempat. Padahal dalam pelajaran
sejarah, periodisasi, nama, dan tempat juga
5
6
merupakan hal
yang penting
diketahui
dan
diajarkan.
Bung Karno
tidak mengajarkan
sejarah
dengan pola
penyampaian
yang kronologis.
Singkatnya,
Bung Karno tidak
ingin anak
didiknya hanya
mampu mengingat
fakta-fakta.
Sebaliknya
ia memberikan
latar belakang
bagaimana
peristiwa sejarah
tersebut
bisa terjadi.
D e n g a n
dibumbui gaya oratornya yang khas, Bung Karno
mendramatisir pelajaran sejarah seperti layaknya
sebuah adegan sandiwara. Menggerak-gerakkan
tangan, melotot, berteriak, memukul meja, dan
sebagainya untuk mendramatisir tokoh yang ia
kisahkan. Bung Karno memang minim metode
pengajaran sejarah, tapi ia guru sejarah yang
penuh percaya diri dan disukai oleh para muridnya.
Karirnya sebagai guru hanya berlangsung sangat
singkat, bahkan dalam hitungan beberapa ming
gu saja. Karir Bung Karno sebagai guru diprediksi
sekitar bulan Juni-Juli 1926. Karena pada 26
Juli 1926 bersama Ir. Anwari teman sekelasnya, ia
membuka biro teknik. Bung Karno dipecat karena
masalah yang sepele dan merupakan buah dari
ulah yang dilakukannya sendiri.
Metode Pembelajaran Soekarno
Pada saat ada kegiatan supervisi oleh Departemen
Pengajaran Hindia Belanda yang rutin melakukan
evaluasi terhadap para guru di sekolah, Bung Karno
tanpa ragu mengajarkan tentang kebusukan
imperialisme dengan mengutuk segala sistemnya.
Bahkan ia tanpa ragu menyebutkan “Negeri Belanda
Kolonialis Terkutuk” di hadapan pejabat Belanda
yang sedang melakukan evaluasi di kelasnya.
Geram menahan amarah, sang penilik Belanda
itu harus menguasai diri hingga Bung Karno selesai
memberi pelajaran. Kemudian, ketika selesai
mengajar, sang penilik sekolah dengan wajah
merah, menghampiri “pak guru” dan berkata
marah, “Raden Soekarno, tuan bukan guru… tuan
adalah seorang pengkhotbah.”. Peristiwa ini menjadi
penyebab tamatnya karir Bung Karno sebagai
guru. Sekolah Ksatria Institut dengan sangat terpaksa
memecatnya daripada sekolah tersebut ditutup
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Menjadi Guru di Pengasingan
Pada tahun 1938-1942, Bung Karno diasingkan
ke Bengkulu, setelah sebelumnya diasingkan ke
Ende, Flores. Di Bengkulu, lagi-lagi Sang proklamator
menjadi guru, seperti yang dituturkan
oleh Bung Karno kepada Cindy Adam yang ditulis
dalam buku ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’
sebagai berikut: “Kemudian aku menjadi pendidik
anak-anak. Ketua Muhammadiyah setempat, Pak
Hasan Din, datang di suatu pagi tanpa memberi
tahu lebih dulu, suatu hal yang biasa di kalangan
kami. ‘Di sini,’ ia memulai, ‘Muhammadiyah menyelenggarakan
sekolah rendah agama dan kami
sedang kekurangan guru. Ketika di Ende, Bung
memiliki hubungan yang akrab dengan salah satu
organisasi Islam di Bandung, Persatuan Islam, dan
kami dengar Bung sepaham dengan pandangan
Ahmad Hassan, guru yang terpelajar itu. Apakah
Bung bersedia membantu kami menjadi guru?’
‘Kuanggap permintaan ini sebagai satu kehormatan,’
jawabku,” (detikcom, Jumat, 31/7/2015).
Di Bengkulu, Soekarno pertama kali resmi tercatat
sebagai guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Dalam salah satu kelas yang diajarnya ada seorang
murid bernama Fatmawati, anak Hasan Din (tokoh
Muhammadiyah yang kemudian menjadi mertuanya)
yang kelak dikemudian hari menjadi Ibu
7
Negara pertama mendampingi dirinya. Sebelum
mulai mengajar, Hasan Din juga berpesan kepada
Bung Karno untuk tidak memasukkan materi politik
dalam pelajaran.
Di Bengkulu, Bung Karno dengan cepat mendapatkan
banyak teman dari kalangan pergerakan,
terutama Muhammadiyah. Tawaran Hassan Din
untuk menduduki posisi ketua Majelis Pendidikan
dan Pengajaran diterimanya dengan senang hati.
Ia pun dengan senang hati menaiki sepeda onthelnya
memberikan pengajaran pada siswa/siswi
Madrasah Muhammadiyah di Kebun Roos.
Begitulah Bung Karno, seorang insinyur yang rela
memilih jalan perjuangan sebagai jalan hidupnya,
tak terpikirkan sedikitpun olehnya soal-soal duniawi.
Bung Karno memilih kemerdekaan sebagai
makanan hidupnya.
Referensi
Cindy Adams, 2014, Bung Karno: Penyambung Lidah
Rakyat, Yayasan Bung Karno, Jakarta.
https://rosodaras.wordpress.com/tag/bung-karno-sebagai-guru
http://www.berdikarionline.com/bungkarno-insinyur-yang-memilih-jalanpenderitaan/#ixzz46W10Ntlt
http://sunardian.blogspot.co.id/2012/05/sukarnomendisain-tata-wilayah.html
8
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
9
10
AYO BACA!
ditempa, caranya adalah dengan memberikan kesempatan
luas kepada yang bersangkutan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas
kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Pemimpin dibentuk atau dilahirkan?
Menurut penulis, kepemimpinan adalah sebuah
keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal
dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan
misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(inner peace) dan membentuk bangunan karakter
yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakan
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungan,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasi, pada saat itulah seseorang
lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari
luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir
dari proses internal (leadership from the inside
out). Jadi penulis buku ini merupakan penganut
teori pemimpin dilahirkan bukan dibentuk.
Dhian Deliani, S.Sos., M.H. Pustakawan Madya
pada Kemensetneg
Judul : Kepemimpinan dan Kerjasama Tim
Penulis: Amirullah
Penerbit : Mitra Wacana Media
Tahun : 2015.
Tebal Halaman : 242 halaman
ISBN : 978-602-318-043-1
Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini pada
dasarnya adalah pemimpin, setidaknya ia adalah
seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Kepemimpinan
merupakan faktor kunci dalam suksesnya
suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan
adalah entitas yang mengarahkan
kerja para anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini
mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar
dapat bersaing secara baik. Konsep kepemimpinan
telah banyak ditawarkan para penulis di bidang
organisasi dan manajemen. Sehingga muncul
pertanyaan yang telah menjadi perdebatan
mengenai kepemimpinan, apakah seorang pemimpin
dibentuk atau dilahirkan?Penganut teori
“pemimpin dilahirkan”, melihat bahwa seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena
dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
Sedangkan faham yang menyatakan “pemimpin
dibentuk” berpendapat bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan
Memahami Kepemimpinan
Dalam buku yang terdiri dari 11 bab ini, penulis
menguraikan segala hal tentang kepemimpinan
dimulai dari pengenalan definisi dan istilah,
fungsi dan karakter pemimpin, beda pemimpin
dengan manajer, membahas tentang teori-teori
kepemimpinan dan perkembangannya saat ini,
peran kepemimpinan dalam organisasi, bagaimana
mencapai kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan
strategis, manajemen kepemimpinan
serta contoh kepemimpinan di lembaga pendidikan.
Memahami Kerjasama Tim
Kelompok dan tim merupakan dua konsep yang
berbeda, hal ini yang harus dipahami sebelum
memasuki pembahasan berikutnya. Kelompok
atau group didefinisikan sebagai dua atau lebih individu
yang saling bergantung dan bekerjasama,
untuk mencapai tujuan, sedangkan kelompok kerja
(work group) adalah kelompok yang para anggotanya
saling berinteraksi untuk saling berbagi
informasi untuk membuat keputusan guna membantu
satu sama lain dalam wilayah kewenangan
masing-masing. Selanjutnya pembahasan mengenai
definisi, ciri prinsip, tujuan, dan manfaat
kerjasama tim, membangun kerjasama tim dan
semangat kerja serta memperkuat kerjasama tim
dan mengelola konflik.
Setiap bab dalam buku ini, dituliskan poin-poin
penting yang menjadi tujuan pembelajaran,
dilengkapi dengan gambar dan tabel yang dapat
membantu memberikan pemahaman sehingga
pembaca menjadi mudah untuk memahami topik
yang dibahas.
E-NOVATION
RUMAH NYAMAN BAGI
WONG CILIK
M.E. Tyas Wulan WD, S.H., M.Si. Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Kemensetneg
“Dunia berada
digenggaman
tangan”, adalah
kata yang pas
untuk jaman
yang serba digital.
Tak ada tempat
yang tidak
terjangkau oleh
digital, demikian
juga halnya karya
inovasi anak
bangsa Indonesia
yang telah
menjuarai lomba
inovasi kedua
tingkat dunia
di Perserikatan
Bangsa-bangsa
(PBB). Karya yang
mendunia telah
mengundang banyak negara dari belahan dunia
dan beberapa daerah di Indonesia untuk bertandang
ke kota kecil asri Sregen belajar mengenai
‘rumah nyaman bagi wong cilik”.
Kedatangan para tamu dari Eropa, ASEAN serta
beberapa daerah di Indonesia merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi kota kecil Sragen,
terutama Pak Yadi selaku Kepala Unit Pelayanan
Terpadu Penangulangan Kemiskinan Kabupaten
Sragen (UPTPK). Menurut Pak Yadi, rumah nyaman
wong cilik ini didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Berdasarkan
data jumlah penduduk pada tahun 2011 di
Sragen adalah 887.715 jiwa, terdiri dari 349.027
jiwa adalah orang miskin. Jumlah orang miskin
yang cukup banyak ini membuat Pak Yadi dan
teman-teman harus bekerja keras supaya permasalahan
kemiskinan yang cukup mendesak segera
teratasi. Beberapa ide-ide segar dan langkah-langkah
penanganan kemiskinan mulai digalakkan
oleh pak Yadi.
dan anggota Timnya.
Ide-ide segar dari Tim mulai digalakkan. Ide kreatif
sebagai awal mula dalam membuat perubahan
mulai diterapkan. Ide kreatif sebgai proses
kreatif untuk melakukan suatu pekerjaan benar
benar telah mendarah daging. Sebagaimana diketahui
kreatif berasal dari bahasa Inggris to Create,
yang merupakan singkatan dari: Combine (menggabungkan)–penggabungan
suatu hal dengan
hal lain. Reverse (membalik)–Membalikan beberapa
bagian atau
proses. Eliminate
(menghilangkan)–menghilangkan
beberapa
bagian. Altiernate
(kemungkinan)–
Menggunakan
cara atau bahan
yang lain. Twist
(memutar) – memutarkan
sesuatu
dengan ikatan. Dan
Elaborate (memerinci)–memerinci
atau menambah
sesuatu, (Modul
Diklatpim 4) merupakan
suatu hal
yang dipegang teguh
oleh Pak Yadi
Proses untuk mencari suatu hal yang baru sebagai
bentuk hubungan baru dan menghasilkan
sesuatu yang baru tak menyurutkan langkah Pak
Yadi dan teman-temannya. Upaya awal mengumpulkan
data/ informasi, mempelajari pola berpikir
dari orang lain, bertanya kepada orang lain terhadap
permasalahan kemiskinan yang melanda daerahnya
adalah hal wajib yang dilakukan. Langkah
ini biasanya disebut dengan Preparation. Permasalahan
awal yang dikumpulkan oleh tim antara
lain, (1) Keluarga miskin yang membutuhkan bantuan,
sangat lelah dengan birokrasi yang terlalu
panjang (2) Keluarga miskin yang akan melakukan
pendaftaran/registrasi untuk mendapatkan bantuan
pelayanan harus melalui satuan kerja yang
panjang (3) mereka sangat minim dengan ketidaktahuan
prosedur dan keterbatasan informasi untuk
mendapatkan pelayanan(4) Kondisi pelayanan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen sangat
tidak efisien, boros waktu, boros uang dan membuang
banyak tenaga dan (5) Setiap unit kerja
mempunyai data yang berbeda dan kriteria yang
berbeda tentang kemiskinan.
Menyikapi permasalahan tersebut, langkah awal
yang dilakukan adalah mulai mendata jumlah
masyarakat miskin, kemudian mendatanya secara
elektronik dengan bekerja sama dengan bagian
IT. Data basis masyarakat miskin Kabupaten Sragen
tersebut disusun berdasarkan data basis terpadu
by name by address yang diperoleh dari Tim
11
12
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K).
Setelah data terpusat dan dapat diakses
secara elektonik, tim juga mengolah ideide
segar yang didapatkan dari masyarakat
maupun anggota tim termasuk membicarakan
hambatan dan strategi untuk menghadapi
program yang akan dilaksanakan. Seperti kebutuhan
yang dihadapi oleh masyarakat miskin
adalah kesehatan, yaitu bagaimana mereka dapat
ber obat secara gratis, apa saja syarat yang diperlukan,
manfaat apa saja yang didapat. Masalah
yang lain seperti sosial ekonomi, apa yang akan
diberikan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi,
wujud bantuan, dan program apa saja yang
akan dilaksanakan. Program yang tidak kalah
penting adalah program pendidikan, bagaimana
membantu masyarakat miskin yang pintar tetapi
tidak mempu nyai biaya. Semua permasalahan ditampung,
diolah dan dianalisis untuk nantinya digunakan
sebagai bahan pembuat kebijakan baru.
Setelah melaksanakan tahapan tersebut tahapan
yang dilakukan oleh Tim ini adalah inkubasi. Tahapan
ini merupakan tahapan untuk melepaskan
semua permasalahan yang terjadi. Dimana semua
pengumpulan informasi dihentikan, supaya ide
untuk mengentaskan kemiskinan secara akurat
tidak terkontaminasi dan dapat dilaksanakan
dengan baik. Tahap selanjutnya adalah tahap Iluminasi,
tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight”
atau “Aha Erlebnis”, dimana akan timbul inspirasi
atau gagasan baru. Gagasan baru ini dapat
kita lihat dengan munculnya ide segar dari Tim
yaitu untuk membentuk UPTPK. UPTPK ini merupakan
suatu unit pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten Sragen untuk membantu
masyarakat miskin, dengan cara, (1) Warga Miskin
hanya perlu ke UPTPK saja (2) Staf UPTPK kemudian
langsung menangani aduan dengan berkoordinasi
dengan Unit Kerja terkait, hal ini terlihat
jelas adanya pemangkasan jalur birokrasi yang cukup
panjang, (3) Unit Kerja mempunyai database
tunggal dan kriteria yg sama tentang kemiskinan,
dan (4) masyarakat dapat memperoleh fasilitas
pelayanan secara efisien, praktis, dan gratis. Pelayanan
yang diberikan oleh UPTPK ini bersifat one
stop service sehingga memudahkan “orang yang
berkekurangan” untuk mendapatkan pelayanan
dengan baik, tidak diskriminatif dan memotong
panjangnya birokrasi. Tahapan yang dilakukan
oleh UPTPK ini merupakan tahapan akhir yang
disebut dengan Verifikasi, sebagai tahapan pengujian
terhadap ide yang dilontarkan terhadap
realitas atau keadaan yang terjadi dimasyarakat.
Hasil akhir dari jerih payah kreativitas Tim dibawah
komando Pak Yadi ini, membawa berkah yang luar
biasa yaitu pembentukan UPTK, disambut dengan
baik oleh Bupati Sragen dan dikukuhkan dengan
Peraturan Bupati Sragen Nomor 2 Tahun 2012
, tanggal 2 Januari 2012 tentang Pembentukan
UPTPK Kabupaten Sragen. Disamping berkah
dikukuhkannya UPTPK, UPTPK pada tahun 2015
mendapat juara dua tingkat Dunia untuk kategori
inovasi, sebuah perjuangan yang tidak sia-sia dan
patut mendapatkan acungan jempol.
UPTPK ini memberikan pelayanan untuk mengurangi
dampak-dampak yang ditimbulkan dari
kemiskinan, antara lain adalah penerbitan kartu
Saraswati (Sarase Warga Sukowati), Rekomendasi
rujukan Jamkesda, Penerbitan Kartu Sintawati
(Siswa Pintar Sukowati), Pemberian Beasiswa Mahasiswa
Berprestasi dari Keluarga Miskin, Rekomendasi
PPA-PKH, Rekomendasi Biaya Pendidikan
Non Formal, Rekomendasi Biaya Pendidikan Siswa
Miskin, Sangduta (Santunan Uang Duka Cita),
RTLH (Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni), Pemberian
Bantuan Raskin, Pemberian Bantuan Kursi
Roda bagi Penyandang Cacat, Pemberian Bantuan
Sembako bagi Lansia Miskin, Rekomendasi Magang
Jepang, Klinik Saraswati dan Ambulance gratis
yang semua layanan tersebut bersifat one stop
service atau selesai dalam satu pintu yaitu UPTPK
Untuk mempermudah proses pelayanan, UPTPK
memberikan alur proses pelayanan sebagai berikut:
Proses di atas menunjukkan adanya transparansi
dalam pendataan dan proses pelayananannya.
Namun bagi masyarakat yang memenuhi kriteria
miskin namun belum terdaftar dalam data basis
terpadu TNP2K ini dapat segera mengajukan
permohonan ke Kantor UPTPK Kabupaten Sragen
untuk selanjutnya akan diverifikasi. Apabila
dinyatakan miskin maka berhak mendapatkan
kartu SARASWATI (Sarase Wargo Sukowati) yang
dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, pendidikan maupun sosial dan ekonomi.
Kriteria miskin menurut Standar yang telah
ditetapkan adalah (1) Lantai bangunan tempat
tinggal, kurang dari 8 m2 per orang,(2) Jenis lantai
bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan, (3) Jenis dinding tempat tinggal
terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa diplester, (4) Tidak memiliki
fasilitas buang air besar/ bersama-sama de ngan
rumah tangga
lain, (5) Sumber
penerangan
rumah tidak
menggunakan
listrik, (6) Hanya
mengkonsumsi
daging/susu/
ayam satu kali
dalam seminggu,
(7) Hanya hanya
membeli 1 stel
pakaian setahun,
(8) Hanya sanggup
makan sebanyak
satu/dua
kali dalam sehari,
(9) Tidak sanggup
membayar biaya
pengobatan di
Puskesmas/Poliklinik,
(10) Sumber
penghasilan kepala rumah tangga: Petani dengan
luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,
buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
perbulan, (11) Pendidikan tertinggi kepala rumah
tangga: Tidak Sekolah, tidak tamat SD/ hanya SD,
(12) Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah
dijual dengan nilai minimal Rp500.000,00.
Terobosan yang telah dilakukan UPTPK seperti
di atas merupakan langkah untuk mempermudah
proses pelayanan secara efektif, efisien dan
transparan. Salah satu bukti keberhasilan UPTPK
dalam memberikan pelayanan adalah tingginya
minat masyarakat dalam pelayanan kesehatan,
dengan menggunakan kartu SARASWATI (Sarase
Wargo Sukowati). Kartu Saraswati ini mempunyai
jangka waktu berlakunya yaitu selama 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang kembali sesuai data
mutakhir, dan bagi masyarakat miskin non Database
yang telah lolos verifikasi UPTPK, diberikan
Surat Rekomendasi, dan berlaku selama 1 (satu)
bulan.
Kartu Saraswati ini terdiri dari tiga tingkatan yaitu
Kartu Melati, diperuntukkan untuk warga miskin
yang terdaftar dalam Database TNP2K, yang Identik
dengan Peserta Jamkesmas, Kartu Menur, diperuntukkan
untuk warga miskin yang tidak terdaftar
dalam Database TNP2K, tetapi terdaftar dalam
Data PPLS BPS, atau di luar dua database di atas,
tetapi yang bersangkutan terbukti miskin dari
hasil Survey UPTPK , yang diidentikkan dengan
Peserta Jamkesda, dan kartu Kenanga, diperuntukkan
untuk semua warga Sragen yang mampu,
memakai dana Jamkesda dengan pembatasanpembatasan.
jemput pasien
warga miskin dari
tempat tinggal
ke Puskesmas
masing-masing
dan atau ke
RSUD dr. Suehadi
Priyonagoro Sragen
tanpa dipungut
biaya, asalkan
yang bersangkutan
memenuhi syarat
memiliki kartu
Saraswati Melati/
Menur, berdomisili
di Kecamatan Sragen,
Karangmalang,
Ngrampal
dan Sidoharjo.
Selain itu untuk
mempermudah
pelayanan UPTPK memberikan kontak person
Bapak Supadha 08156758374 atau nomor kantor
(0271) 8823700 pada hari kerja (Senin s.d. Jumat,
pukul 07.00 s.d. 16.00 WIB).
Dengan ide yang luar biasa dan komitmen “Mbelo
wong cilik” (membela orang kecil) dan prestasi
yang telah diukir ditingkat dunia, menjadikan
Sistem pelayanan terpadu dalam penanggulangan
kemiskinan dan permasalahan sosial yang
telah diterapkan UPTPK Sragen dijadikan dasar
penyusunan RPJMN III Bappenas, dan akan diterapkan
diseluruh Indonesia.
Sebagai pembuktian tidak hanya dilirik oleh Bappenas,
tetapi ide dan inovasi yang dilakukan ini harus
dijaga keberlangsungnya dan dapat ditiru oleh
siapa saja. Keberlanjutan progam ini per tanggal
15 Agustus 2015, uji coba SLRT telah dilaksanakan
di 5 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bantaeng,
Kabupaten Belitung Timur, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Sragen, dan Kabupaten Sukabumi.
Ide kreatif dan inovasi yang dilakukan oleh TIM
UPTPK secara ikhlas dan tulus untuk membantu
‘Wong Cilik” ternyata tidak sia-sia. Ide kreatif
yang dimulai dari permasalahan mengentaskan
kemiskinan tanpa embel-embel untuk juara dan
segudang prestasi yang ingin diraih, telah membuktikan
bahwa proses ide kreatif dimulai dari
hal yang sederhana, mudah diterapkan, mempunyai
komitmen dan dapat dilakukan secara terus
menerus secara berkesinambungan serta mudah
ditiru. Selamat untuk UPTPK Sragen yang telah
mendunia dan tetap berjuang untuk “Mbelo Wong
Cilik”. Selalu menjadi rumah nyaman bagi wong
cilik.
13
Selain melayani kesehatan kepada masyarakat
yang kekurangan, juga memberikan pelayanan
ambulance gratis, yang digunakan untuk men-
14
ENGLISH CORNER
TRAINING IN THE
21 ST CENTURY
Aji Prasetio Putranto, S.Pd., M.A. Widyaiswara Pertama pada Pusdiklat Kemensetneg
The notion of the 21 st century
learning as the replacement
of the traditional learning
has been an interesting
topic to discuss forthese
past few years. Despite
the popularity of
the term “21 st century
learning”, some trainers
in training and development
centers have not
applied the method because
of some reasons,
and one of them is lack of
knowledge in Information
and Communication Technology
(ICT) skills. Indeed, it is
undeniable that the correlation
between the term of 21 st century
and technology cannot be separated.
What are the characteristics of the 21 st century
learning? Does it only deal with the technology?
In the case of the development of civil servants,
Training and Development Centers are responsible
to become initiators in promoting the 21 st century
learning. Training and Development Centers
should create a curriculum which blends thinking
and innovation skills, modern learning technologies,
and life skills (Sternberg and Subotnik, 2006).
Trainees are expected to be innovative in the classroom,
and they can use multiple sources, including
technology to find and gather the information
they need. Text books or modules are no longer
the major source of information. The focus is no
longer on learning by memorizing and recalling
information, but on learning how to learn.
In order to meet the needs of the 21st century
learner,the curricula for the trainings should adopt
a 21 st century curriculum that contains thinking
and innovation skills, modern learning technologies,
and life skills. Wagner and Keegan (2006) recommends
a curriculum built on a different set of
“3 R’s” that is Rigor, Relevance and Respect. Rigor
does not mean content that is difficult for trainees
to master, rather it concerns what trainees are able
to do as a result of their learning. Relevance means
helping students understand how their learning
connects to their work settings.
Respect means promoting
respectful relationships
among trainers
and trainees.
When we talk about
the design of curriculum
in the government’s
Training and
Development Centers
in Indonesia, we have
to refer to The Institution
of State’s Administration
(LAN). Normally,
they have their own standard
to design the curricula
of the Civil Servant’s trainings,
especially the compulsory trainings
for the civil servants in Indonesia,
for example the Leadership Trainings for the
echelons. Training and Development Centers in
Indonesia have to obey their curricula and even
the way the trainers deliver the lesson are already
set in the curricula. The government have to make
sure that the curricula are designed to meet the
21 st century’s criteria as mentioned previously.
If they did not make the curricula based on the
frameworks of 21 st century learning, obviously the
trainers and the trainees will not make the best result
on learning and facilitating.
According to Shear (2014) interacting with digital
learning environment that support the development
of deeper learning skills such as problem
solving, critical thinking, and inquiry is very crucial.
Trainers are expected to ask questions about
the effectiveness of technology-based learning
system to promote 21 st century training. Furthermore,
trainers should be one step ahead from
their trainees in term of mastering the technology
as learning tools. In my training session in
Malaysia a month ago, the trainees were trained
to use google docs to teach writing courses, so
everyone (including the trainer) could monitor the
development of the collaborative learning in writing
course. The use of google docs are very handy
both for the trainers and the trainees per se, so
in this case the use of technology is quite effec-
15
tive. Nowadays, there are a lot of applications in
smartphones that can be used for learning tools,
and trainers are expected to be the leading figures
in promoting those technologies as learning tools.
In many ways, all learning is social, in that it is
based on the accumulated knowledge gained by
scores of others down through the ages (Trilling
and Fadel, 2009). A wide variety of online communication
tools and environments that support
social, collaborative, and community approaches
to learning have shown to increase learning motivation,
create better and more innovative results,
and develop social and cross-cultural skills.
According to Trilling and Fadel (2009) learning in
a community of learners who share knowledge,
questions, skills, progress, and passion for a subject
is exactly how adults learn when they participate
in their communities of work. Since the Internet
is global, trainees can now be global learners,
connecting and learning with others around the
planet. Trainers, therefore, should emphasize the
importance of values on learning, such as respecting
the others, and the other social values. We
should remember, with all the technology and 21 st
century learning methods, everything will be useless
if there are no social values in them. Thus, the
life skills are unseparated part of the 21 st century
learning that the trainees need to obtain during
the training sessions.
The trainers also should establish a safe, supportive,
and positive learning environment for all trainees.
They must be skilled in managing multiple
learning experiences to create a positive and productive
learning environment for all the trainees
in the classroom. Moreover, the trainers should
encourage students’ curiosity and intrinsic motivation
to learn. The trainer helps trainees become
independent, creative, and critical thinkers by
providing experiences that develop the trainees’
independent, critical and creative thinking and
problem solving skills. It can be done by providing
enough time for trainees to complete tasks, and
trainees are actively involved in their own learning
within a climate thatrespects their unique developmental
needs and fosters positive expectations
and mutualrespect.
As a matter of fact, traditional teaching strategies
are no longer effective to be done by trainers.
Trainers no longer function as lecturers but
as facilitator of learning. The trainees are learning
by doing, and the trainer acts as a coach, helping
trainees to guide them. The new role of trainer in
the 21st Century classroom requires changes in
trainers’ knowledge and classroom behaviors. The
trainers must know how to act as a classroom facilitator.
They should use appropriate resources
and opportunities to create a learning environment
that allows trainees to construct their own
knowledge.
References
Shear, Linda. (2014). Learning Technology Effectiveness.
US Department of Education. Office of Education
Technology.
Sternberg, R. and Subotnik, R. (2006). Optimizing
Student Success with the Other Three Rs. Greenwich:
Information Age Publishing.
Trilling, B. and Fadel, C. (2009). 21 st Century Skills:
Learning for Life in Our Times. New York: New York
Press.
Wagner, T. and Kegan, R. (2006). Change Leadership:
A Practical Guide to Transforming Our
Schools. San Francisco: Jossey Bass.
RANSEL GAHARU
16
Syahrul Maliki, A.Md. Staf pada Pusdiklat Kemensetneg
Pantai, pasir putih, snorkling, maupun diving,
itulah kata yang sering digambarkan orang
jika mendengar Pulau Lombok. Namun jika
ditanyakan kepada para penggiat alam bebas,
maka mereka pasti akan serentak menyebutkan
satu kata “Rinjani”.
Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi
ke-2 di Indonesia yang berada di ketinggian
3.726 mdpl (meter di atas permukaan laut).
Gunung Rinjani memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya
di indonesia, banyak yang bilang Gunung Rinjani
adalah gunung tercantik di Indonesia. Selain
pemandangan yang sangat indah di sepanjang
perjalanan, hamparan perbukitan atau savana
yang luas, kaldera, dan juga jurang jurang yang
berada di kiri dan kanan jalur pendakian yang
menjadikan gunung rinjani salah satu tujuan
favorit para pendaki.
Itulah alasan mengapa saya berada di basecamp
Sembalun—salah satu basecamp dimana awal
pendakian dimulai. Melalui jalur Sembalun ini
perjalanan akan melewati 4 pos sebelum puncak
dengan total waktu pendakian kurang lebih 16
sampai dengan 20 jam untuk sampai ke puncak.
Kali ini saya ditemani beberapa orang teman yang
sama-sama mempunyai impian untuk menggapai
puncak Rinjani.
Di basecamp Sembalun, kami mengecek segala
sesuatu yang diperlukan untuk memulai
pendakian, mulai dari perlengkapan pribadi,
sampai dengan perlengkapan tim. Tak lupa
kami juga memesan jasa porter yang sudah
berpengalaman berkali kali mendaki gunung.
Porter bertugas ganda yaitu sebagai petunjuk
jalan (guide) dan pembawa logistik tim, sehingga
kami tak perlu membawa beban yang banyak
pada saat pendakian, mengingat cerita yang
kami dengar bahwa trek di rinjani sangatlah
menguras tenaga. Waktu menunjukan pukul 8
pagi ketika kami siap untuk memulai pendakian,
tak lupa kami berdoa agar diberikan keselamatan
selama perjalanan menuju puncak Rinjani. Kami
sadar sebenarnya puncak bukanlah tujuan akhir,
yang utama adalah menikmati perjalanan mulai
dari naik hingga turun dan kembali ke rumah
dengan selamat.
Pendakian diawali dengan melapor pada
pos registrasi bahwa kami akan melakukan
pendakian, setelah membayar registrasi dan
diberi tahu aturan aturan yang harus di patuhi
saat pendakian. Dari Sembalun menuju pos 1
dimulai dengan melewati area persawahan dan
ladang penduduk, kemudian masuk ke jalur hutan
dan setelah beberapa saat terlihat jelas didepan
kami hamparan perbukitan atau sering sering
disebut padang savana. Mirip sekali dengan bukit
Teletubbies yang sering kita lihat di TV. Sejauh mata
memandang hanya ada padang rumput yang di
kelilingi perbukitan, jarang sekali pohon tumbuh
disini yang berarti tidak ada tempat berteduh
dari sengatan terik matahari. Bisa dibayangkan
berjalan di hamparan savana yang luas, cuaca
yang sangat terik, ditambah lagi tak ada tempat
untuk berteduh menjadikan perjalan ke pos 1 ini
bermandikan keringat. Namun itu semua terbayar
dengan keindahan yang kami lihat sepanjang
perjalanan menuju pos 1. Dari basecam ke pos 1
butuh waktu 4 jam dengan berjalan santai. Kami
berjalan pelan, tidak terburu buru, sering kami
istirahat untuk sekedar mengambil nafas dan
membasahi kerongkongan.
Pos 1 berupa bangunan tanpa dinding yang
berukuran kurang lebih 3x3 meter, cukuplah untuk
sekedar istirahat dan berteduh sejenak sambil lihat
para pendaki lain yang lewat. Tak jarang juga ada
bule yang lewat. Memang pesona Gunung Rinjani
sudah terkenal hingga ke seluruh dunia sehingga
banyak pendaki dari seluruh penjuru dunia rela
datang jauh dari tempat asalnya untuk menikmati
keindahannya.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati padang
savana nan indah dan panas untuk menuju pos
2. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam kami tiba
di pos 2 yang tempatnya lebih teduh dari pos 1.
Di pos 2 ini kami manfaatkan untuk makan siang
sekaligus istirahat dan sholat.
Dirasa cukup untuk memulihkan tenaga, kami
pun melanjutkan perjalanan menuju pos 3.
Rencana nya hari ini kami akan menginap di pos
3. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 kami tempuh
selama satu jam setengah. Tepat pukul 4 sore kami
tiba di pos 3 dan mulai mencari lahan yang kosong
untuk mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri
kami pun membersihkan diri dan bersiap untuk
istirahat panjang demi memulihkan tenaga untuk
pendakian keesokan harinya.
Hari kedua mendaki kami mulai pukul 9 pagi. Trek
kali ini akan lebih menanjak dari kemaren, trek
yang sudah terkenal di kalangan pendaki yang
bernama Bukit Penyesalan. Trek yang ditakuti
namun di tunggu. Kurang lebih 7 bukit yang harus
kami lewati. Dinamakan Bukit Penyesalan karena
terdapat puncak bukit semu yang kami kira sudah
sampai di atas bukit pertama ternyata ada bukit
lagi yang harus di daki, begitu seterusnya hingga
bukit berikutnya bahkan katanya sampai kita
menyesal mendakinya, itulah kenapa disebut Bukit
Penyesalan. Untuk meredakan sedikit penyesalan
itu ketika mendaki kami sering membalikkan
badan, karena di balik kejamnya Bukit Penyesalan
terhamparlah pemandangan indah yang tak
terbatas, mulai dari daratan hingga lautan di
sekitar pulau lombok tampak di depan mata
kami. Butuh waktu hampir 4 jam untuk mendaki
Bukit Penyesalan, dan rasa lelah tersebut terbayar
lunas ketika kami sampai di Plawangan Sembalun
yang merupakan pos terakhir sebelum puncak. Di
Plawangan Sembalun kami meyaksikan indahnya
matahari terbenam di atas Danau Segara Anakan.
Barisan awan seperti sejajar dengan kaki kami,
seperti sedang berada di negeri atas awan.
Akhirnya kami dapat beristirahat setelah melewati
perjalanan yang sangat terjal namun menantang.
Kami akan mengumpulkan tenaga untuk summit
attack—istilah para pendaki untuk mencapai
puncak gunung—yang direncakan mulai pukul
01.00 karena kami ingin mengejar sunrise di
puncak Gunung Rinjani. Pukul 12.00 kami sudah
terbangun untuk mempersiapkan hal-hal yang
perlu di bawa. Tidak perlu membawa semua
bawaan ketika summit attack, yang pentingpenting
saja seperti jaket tebal karena suhu
di puncak gunung bisa mencapai 4 derajat
celcius, sepatu treking, headlamp, P3K, logistik
secukupnya, dan yang terpenting adalah kamera,
untuk mengabadikan setiap moment yang akan
kami dapatkan di atas sana.
Jalur menuju puncak Rinjani merupakan trek
pasir yang lumayan licin dan dalam, juga jurang
di kiri kanan nya membuat summit attack pada
malam hari adalah ‘pilihan yang tepat’ untuk
mempertahankan mental agar tidak down ketika
melihat jurang yang menganga lebar di pinggir
kami.
Setelah berjuang melawan dingin, kantuk, lelah,
pasir dan debu, serta jalur pendakian yang
mengerikan, akhirnya tepat sebelum matahari
terbit kami berhasil menginjakkan kaki di tanah
tertinggi kepulauan Lombok. Sujud syukur adalah
hal yang pertama kami lakukan, suasana haru
menyelimuti kami, terbayang perjalanan yang
kami lalui untuk mencapai titik ini. Kami saling
memberikan selamat, baik kepada tim kami sendiri
maupun kepada sesama pendaki yang berhasil
mencapai puncak Rinjani. Kebersamaan sangat
terlihat di sini, ketika ada pendaki yang mulai
kelelahan saat hampir sampai di puncak, semua
orang otomatis memberikan dukungan semangat
dan teriakan teriakan yang dapat memberikan
tambahan energi.
Perlahan cahaya keemasan mulai mengganti
17
18
gelapnya malam, pertanda matahari akan
segera menampakkan diri. Kami bersiap untuk
mengabadikan momen yang jarang kami temui.
Suasana riuh terjadi saat matahari telah sempurna
bentuknya. Momen demi momen kami abadikan
menggunakan kamera maupun smartphone
yang menjadi bukti bahwa kami telah berhasil
menggapai puncak Gunung Rinjani. Dari atas sini
terlihat jelas jalur berpasir yang kami lalui, terlihat
pula kaldera dan Danau Segara Anakan dan Anak
Gunung Baru Jari. Di kejauhan tampak Gunung
Agung, gunung tertinggi di pulau Bali di balik
barisan awan.
Teringat kutipan seorang pendaki gunung
terkenal berkebangsaan New Zealand, Sir Edmund
Hillary yang mengatakan “It is not the mountain we
conquer but ourselves”, bukanlah gunung yang kita
taklukan, tapi batas diri yang kita taklukan. Rasa
sombong karena berhasil menggapai puncak,
rasa bangga karena berhasil melalui jalur yang
berbahaya di gunung, saat merasa menjadi yang
paling kuat dan paling cepat, semua rasa itu harus
segera kita hilangkan, segera introspeksi diri kita,
bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk
dapat melihat ciptaan sang maha kuasa.
Pendakian ini membuat lebih mengenal
keterbatasan diri, lebih introspeksi terhadap
kekurangan diri, dimana saat di gunung merasa
sangat kecil dihadapan ciptaan-Nya. Akhirnya,
kesuksesan pada saat pendakian adalah kembali
pulang kerumah, kepada orang orang yang
mencintai dan menunggu kita dengan selamat,
karena puncak hanyalah bonus.
“Sebuah negara tidak akan pernah kehilangan
pemimpinya yg berwibawa jika pemudanya
masih suka menjelajahi hutan dan mendaki
gunung” (Anonymous)
Mari mendaki gunung!!!
ENGLISH QUIZ
?
19
I was one of America’s most influential civil rights activists. I was born in Atlanta on 15 January
1929. I was against inequality and injustice faced by African Americans. Between 1957 and
1958, I led a massive protest in Birmingham, Alabama, that caught the attention of the entire
world, and inspiring my “Letter from a Birmingham Jail”, a manifesto of the Negro revolution.
I planned the drives in Alabama for the registration of Negroes as voters, and I directed the
peaceful march on Washington, D.C., of 250,000 people to whom I delivered my address, “l
Have a Dream”.
Please send your answer to pusdiklat@setneg.go.id with the subject “English quiz”. The first 5
people who answer correctly will get souvenirs from Pusdiklat Setneg.
SEPUTAR GAHARU
20
PELATIHAN STRUKTURAL
Diklat Kepemimpinan Tk.IV Angkatan IX Kemensetneg Tahun 2016
Diklat diselenggarakan pada tanggal 1 Maret s.d. 24 Juni 2016, bertempat
di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 30 peserta yang merupakan
Pejabat Eselon IV dilingkungan Kemensetneg
Diklat Kepemimpinan Tk.IV Angkatan X Kemensetneg Tahun 2016
Diklat diselenggarakan pada tanggal 25 April s.d. 24 Agustus 2016, bertempat
di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 20 peserta yang merupakan
Pejabat Eselon IV yang berasal dari Sekretariat Kabinet, Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban, Sekretariat Jenderal DPR, dan Komisi Yudisial.
PELATIHAN TEKNIS
Pelatihan Bahasa Inggris Program IELTS atau IELTS Preparation Course Angkatan I
21
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja samaa dengan Yayasan Indonesia
‐Australia Language Foundation (IALF). pada tanggal 4 s.d. 15 April 2016, bertempat di IALF, Jakarta
Selatan dan diikuti oleh 15 peserta.
Pelatihan Bahasa Inggris Program Intermediate Conversation
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemenseneg bekerja sama dengan Berlitz Indonesia pada
tanggal 5 s.d. 18 April 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 15 peserta.
Pelatihan Komputer Program Desain Grafis Tingkat Dasar
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan Gopher Indonesia pada
tanggal 11 s.d. 15 April 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 15 peserta.
Pelatihan Leadership Program Problem Solving and Decision Making
22
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja samaa dengan MarkPlus Institute pada
tanggal 19 s.d. 21 April 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 15 peserta.
International Training on English for Protocol Officers
Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 18 s.d. 22 April 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg
dan diikuti oleh 15 peserta.
Sertifikasi Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Sertifikasi diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan International Test Center
(ITC Indonesia) pada tanggal 25 April 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh
30 peserta.
Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
23
Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 26 April s.d. 3 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg
dan diikuti oleh 20 peserta.
Pelatihan Tata Naskah Dinas II Tingkat Dasar Angkatan III
Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 9 s.d. 13 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan
diikuti oleh 20 peserta.
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Purnakarya
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan PT Solusi Insani Mandiri
pada tanggal 16 s.d. 20 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan SMK Negeri 1 Pacet, Cianjur,
Jawa Barat dan diikuti oleh 25 peserta.
Workshop on Conflict Resolution and Mediation Skills
24
Workshop diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan VU University Amsterdam–Center
for Conflict Resolution dalam kerangka StuNed Tailor Made Training Scholarship pada
tanggal 23 s.d. 25 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 20 peserta.
Pelatihan Komputer Program Design InfoGrafis Angkatan II
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan Gopher Indonesia pada
tanggal 23 s.d. 27 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 15 peserta.
Workshop on Conflict Resolution and Mediation Skills
24
Workshop diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan VU University Amsterdam–Center
for Conflict Resolution dalam kerangka StuNed Tailor Made Training Scholarship pada
tanggal 23 s.d. 25 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 20 peserta.
Pelatihan Komputer Program Design InfoGrafis Angkatan II
Pelatihan diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemensetneg bekerja sama dengan Gopher Indonesia pada
tanggal 23 s.d. 27 Mei 2016, bertempat di Pusdiklat Kemensetneg dan diikuti oleh 15 peserta.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Jalan Gaharu I Nomor 1, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430
Telepon (021) 7664009, Faksimili (021) 7664044
http://www.pusdiklat.setneg.go.id
email: pusdiklat@setneg.go.id