You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Karena Engkau Menyuruhnya
Menjalani kehidupan bergereja seharusnya menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Gereja seharusnya area kehidupan bersama yang penuh
dengan damai sejahtera. Akan tetapi pada realitanya kita semua bisa melihat
bagaimana di dalam gereja juga ada begitu banyak karakter kehidupan yang
berbeda, ada juga berbagai macam harapan dan keinginan yang begitu banyak
pula. Terkadang dalam kehidupan bersama seperti itu, menjadi hal yang
sulit untuk bisa memiliki kesamaan pandangan, kesamaan cara berpikir dan
sebagainya. Situasi seperti ini sering kali membuat saya kemudian menduga
menjadi alasan bagi banyak orang untuk bertanya alasan seseorang memasuki
sekolah teologi dengan bayangan menjadi seorang pendeta. Belum lagi kalau
dibayangkan tentang tanggung jawab pendeta yang begitu besar dengan hasil
yang akan diperolehnya. Lebih dari itu gambaran melayani ini ternyata tidak
sebatas hanya menjadi seorang pendeta, melainkan bisa juga merambah ke
pelayanan gereja yang lain seperti pengurus komisi maupun majelis. Terhadap
semuanya ini, sering sekali ditanyakan kepada para pelayan gereja atau bahkan
saya pun juga bisa bertanya kepada diri saya sendiri, kenapa kok mau menjadi
seorang pelayan di gereja?
Akhirnya saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan dan pergumulan saya
itu setelah menggali pengalaman-pengalaman yang terjadi dan menemukan
pencerahan setelah mencoba memahami apa yang ada di dalam pikiran Simon
Petrus ketika ia diperintahkan oleh Yesus untuk kembali berlayar dan menebar
jala.
Injil Lukas pasal 5 menjelaskan kepada kita bahwa Simon dan rombongannya
baru selesai berlabuh dan sedang membersihkan jala mereka ketika Yesus
datang. kedatangan Yesus yang hendak mengajar orang banyak disambut
oleh Simon di atas perahunya, bahkan ia menolakkan lagi perahunya sedikit
ke tengah sesuai dengan perintah Yesus. setelah mengajar, Yesus kembali
memberi perintah kepada Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam
lagi untuk menangkap ikan.
Ketika kita menempatkan diri sebagai Simon, kita tentu bisa memahami bahwa
di dalam dirinya Simon akan merasa enggan di dalam dirinya ketika Yesus
menyuruhnya kembali menebarkan jala. Sudah seharian ia menjala tetapi tidak
menghasilkan apapun. Ayat 5 menunjukkan kepada kita bagaimana perasaan
Simon ketika Yesus memerintahkan dia untuk kembali bertolak ke tempat yang
dalam. Simon sudah mengupayakan yang terbaik dalam usahanya seharian
tapi pun toh juga dia tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi dibalik rasa enggan
dan lelah yang ada di dalam diri Simon, ada sesuatu yang lebih besar untuk
mendorong dia melakukan perintah Yesus. Ketaatan dan kepercayaan Simon
15