24.11.2022 Views

Buku Penahbisan Pdt GKJ Ungaran 2022 (Komplit)

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

masih mengandung aku menuju ke klinik bersalin untuk melahirkan aku. Ibu

naik bus umum dengan tetap menggandeng dua orang kakakku. Ketika mau

naik bus, kondekturnya nyelethuk: “wah ibu ini hebat, sudah menggandheng dua

anak, masih “nggembol” pula yang lain. Ibu hanya sedikit tersenyum kecut, tetapi

bagiku itulah perjuangan dan tanggung jawab seorang ibu yang tidak pernah

bisa diukur dengan ukuran material apa pun. Waktu tiba di klinik bersalin, dan ibu

harus masuk ke ruang bersalin, kedua kakakku terpaksa ditinggal sendirian di luar,

untuk bermain berdua tanpa orang lain, padahal ketika itu kedua kakakku belum

lancar berbahasa Indonesia, karena baru sekitar 1,5 bulan pulang dari Melbourne.

Untunglah tidak lama kemudian bulik Yuyun, adik ibu dari Jawa Timur, datang dan

bisa menemani kedua kakakku, dan sekaligus bisa berkomunikasi dengan mereka

secara lancar. Satu hari setelah aku dilahirkan, ada berita bahwa kakakku yang

sulung sakit demam di rumah Penjawi. Karena tidak ada orang lain, terpaksalah

aku ditinggalkan sendirian di klinik bersalin, dan hanya ditipkan kepada seorang

perawat yang merawat ibuku kala itu, untuk kemudian ibuku pulang ke rumah

Penjawi guna mengurus kakakku. Baru setelah diyakini segalanya baik-baik saja,

ibu kembali ke klinik bersalin guna merawat kembali diriku.

Menjelang pulang ke rumah di perumahan Universitas Krissten Satya Wacana,

yang beralamat di Jl. Penjawi 27 Salatiga, guna mendapatkan surat keterangan

kelahiran, ditanyakanlah namaku, yang saat itu belum bernama. Tanyalah ibuku

kepada ayah yang saat itu berada di Melbourne. Melalui email, kala itu whatsaap

belum menjamur, dikirimkanlah namaku: Lumadi Arsanta Tridarmanto, yang

secara maknawi berarti “berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan atas

apa pun yang akan terjadi, yang harus dijalani”. Mendengar sebutan namaku

itu, kedua kakakku protes, karena sejak aku di dalam kandungan, mereka telah

memanggilku dengan panggilan Duta (ada kisahnya tersendiri). Karena itulah

melalui email, ayah meminta menambahkan kata Duta, yang berarti utusan,

tersebut di depan, sekaligus menjadi nama panggilanku. Lengkaplah sudah

namaku menjadi Duta Lumadi Arsanta Tridarmanto. Demikianlah setelah namaku

diberitahukan kepada poliklinik, aku dibawa pulang ke rumah Penjawi, dengan

naik dokar (khas Salatiga) keluarga dari ayah.

Setelah aku berumur dua bulan setengah, yakni pada bulan Maret 1997, barulah

ayah Kembali ke Indonesia, dan saat itu pulalah ia pertama kali memberikan

sentuhan keayahan kepada diriku, walau pun tentu aku belum bisa memberi

respons apa pun kecuali mata yang melirik-lirik, mungkin juga bertanya-tanya,

siapa itu gerangan?

Aku bersama segenap keluarga tinggal di perumahaan Penjawi sampai akhir tahun

27

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!