Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
1.1 Latar Belakang Masalah<br />
BAB 1<br />
PENDAHULUAN<br />
Candida albicans adalah flora normal pada membran mukosa rongga mulut, saluran<br />
pernafasan, saluran percernaan dan organ genitalia perempuan. Candida albicans dikenal sebagai<br />
mikroorganisme oportunistik pada tubuh manusia, pada keadaan tertentu jamur ini mampu<br />
menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan. 1<br />
Infeksi Candida albicans dapat terjadi pada pemakai protesa yang tidak melepaskan pada<br />
malam hari saat tidur dan tidak dibersihkan sehingga memudahkan pertumbuhan Candida<br />
albicans. Infeksi Candida albicans dapat menyebabkan terjadinya suatu gambaran lesi berwarna<br />
merah, bengkak dan menyakitkan pada permukaan mukosa rongga mulut yang dikenal dengan<br />
denture stomatitis. 2<br />
Candida albicans bukan mikroorganisme tunggal yang dapat menyebabkan denture<br />
stomatitis tetapi merupakan mikroorganisme dominan yang dapat dijumpai pada denture<br />
stomatitis dan perawatannya adalah dengan memberikan antijamur secara oral dan aplikasi<br />
topikal. Candida albicans dapat diisolasi sebanyak 86% dari penderita denture stomatitis, bila<br />
dibandingkan dengan Staphylococcus aureus 84%, dan Streptococcus mutans sebanyak 16%. 3<br />
Penelitian Lisna tahun 2009, menunjukkan persentase denture stomatitis yang disebabkan<br />
Candida albicans pada mukosa palatum adalah sebanyak 54,54% (18 pasien) dan persentase<br />
yang sama untuk denture stomatitis yang disebabkan Staphylococcus aureus sebanyak 54,54%. 4<br />
Perawatan lokal denture stomatitis biasanya cukup efektif dengan merendam protesa<br />
dalam larutan antiseptik dan pemberian tablet hisap Nistatin 500.000 unit 3 kali perhari,<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
pengambilan Ketokonazol 200 mg peroral sekali sehari pada waktu makan sehingga 7 hari<br />
setelah gejala hilang atau Flukonazol 100 mg per oral sekali sehari selama 2 minggu. 5 Akhir-<br />
akhir ini semakin banyak alternatif pengobatan menggunakan bahan alami sebagai antimikroba<br />
karena bahan alami ini mempunyai efek samping yang rendah, kurang toksis dan mempunyai<br />
sifat biodegrabilitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat-obatan konvensional. 6<br />
World Health Organization (WHO) telah menyarankan negara-negara membangun untuk<br />
memanfaatkan penggunaan pengobatan tradisional dalam bidang kesehatan 7 . Selain itu<br />
pemerintah Indonesia juga mendukung tanaman obat tradisional sebagai alternatif pengobatan<br />
karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan tradisional. 8 Salah satu<br />
tumbuhan tradisional tersebut adalah daun sirih.<br />
Daun sirih atau Piper betle L. merupakan salah satu tanaman obat yang banyak tumbuh<br />
di Indonesia. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terkandung fenol yang<br />
berfungsi sebagai antiseptik yang sangat kuat (bakterisida dan fungisida) tetapi tidak mampu<br />
mematikan spora (sporosid). 9 Masyarakat Indonesia sendiri telah menggunakan daun sirih dalam<br />
pengobatan tradisional untuk menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut,<br />
menghilangkan bau badan, menghentikan perdarahan gusi dan sebagai obat kumur. 10<br />
Sifat bakterisida dan fungisida daun sirih sangat bermanfaat jika digunakan untuk pengobatan<br />
terhadap infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia, misalnya menghambat<br />
pertumbuhan mikroorganisme penyebab denture stomatitis seperti Candida albicans.<br />
Henny (2008) telah melakukan penelitian mengenai efek antibakteri sediaan daun sirih,<br />
obat kumur minyak essensial dan povidone iodine 1% terhadap Streptoccus mutans. Hasil<br />
penelitian ini menunjukkan perebusan daun sirih tanpa diblender tidak menunjukkan daya<br />
hambat terhadap Streptococcus mutans. Sediaan daun sirih 5% belum menunjukkan daya hambat<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
terhadap Streptococcus mutans namun sediaan daun sirih 25% dan 50% menunjukkan terjadi<br />
hambatan pertumbuhan Streptococcus mutans dengan daerah zona hambat sebesar 7,21 mm dan<br />
8,442 mm pada masing-masing konsentrasi. Obat kumur yang mengandung minyak essensial<br />
tidak memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans sedangkan obat kumur povidone<br />
iodine 1% memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans. 11<br />
Muhammad Naim (2009) telah melakukan penelitian tentang efek daya hambat infusum<br />
daun sirih terhadap Staphylococcus aureus dan mendapati bahwa infusum daun sirih 20%<br />
mempunyai zona hambat paling besar (19,7 ± 0,051) mm berikutnya infusum daun sirih 10%<br />
(16,6 ± 0,046) mm zona hambatnya lebih rendah bila dibandingkan dengan infusum daun sirih<br />
20%, sedangkan infusum daun sirih 5% (13,3 ± 0,053) mm lebih rendah dari zona hambat<br />
infusum daun sirih 10%. Perbandingan antara infusum daun sirih dengan etanol 96% sebagai<br />
kontrol terlihat bahwa etanol 96% mempunyai zona hambat lebih rendah (8,4 ± 0,218) mm bila<br />
dibandingkan dengan infusum daun sirih yang telah dibuat. 12<br />
Penggunaan tanaman untuk pengobatan telah lama dikenal oleh masyarakat. Usaha<br />
pengembangan tanaman untuk pengobatan perlu dilakukan karena tanaman lebih mudah<br />
diperoleh dan murah dibandingkan obat-obat konvensional. Tetapi penggunaan tanaman untuk<br />
pengobatan perlu didasari oleh data-data penelitian dari tanaman tersebut sehingga<br />
khasiatnya secara ilmiah tidak diragukan lagi dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini<br />
tentu akan lebih mendorong penggunaan tanaman sebagai obat secara luas oleh masyarakat.<br />
Sehubungan dengan ini, penulis tertarik untuk mengetahui daya hambat daun sirih terhadap<br />
Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis dengan mengunakan metode perebusan<br />
untuk mendapatkan infusum daun sirih. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan dengan cara yang<br />
umum dilakukan masyarakat dalam pengobatan tradisional.<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
1.2 Rumusan Masalah<br />
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:<br />
1. Apakah sediaan infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan memiliki efek<br />
antijamur terhadap Candida albicans ?<br />
2. Apakah terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih dalam beberapa konsentrasi<br />
terhadap Candida albicans ?<br />
1.3 Tujuan Penelitian<br />
1. Untuk mengetahui efek antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans.<br />
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat dari beberapa konsentrasi infusum daun<br />
sirih terhadap Candida albicans.<br />
1.4 Manfaat Penelitian<br />
1. Untuk mendapatkan sediaan obat kumur yang efektif dalam menjaga kesehatan gigi dan<br />
mulut.<br />
2. Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang pembuatan obat kumur dari bahan<br />
daun sirih.<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara