19.01.2013 Views

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

<strong>II</strong>.1. Deskripsi Umum Proyek<br />

BAB <strong>II</strong><br />

DESKRIPSI PROYEK<br />

Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah:<br />

1. Judul Proyek : Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

2. Tema Proyek : Arsitektur High Tech<br />

3. Lokasi Proyek : Jalan Jawa, Kecamatan Medan Perjuangan<br />

Batas Site:<br />

� Utara : Kawasan Perdagangan dan Jasa, serta Perkantoran<br />

� Selatan : Kawasan Perdagangan dan Jasa, serta Peribadatan<br />

� Timur : Kawasan Perdagangan dan Jasa<br />

� Barat : Stasiun Kereta Api Besar dan Kawasan Perkantoran<br />

4. Luas Site : 7,9 Ha<br />

5. Status Proyek : Fiktif<br />

6. Pemilik Proyek : PT. Kerata Api Medan / Pemerintah Kota Medan<br />

<strong>II</strong>.2. Lokasi Proyek<br />

Lokasi site berada di kota Medan, provinsi <strong>Sumatera</strong> Utara. Tepatnya di Kawasan Pusat Kota<br />

Medan (KPKM). (lihat pada Gambar 2.1-2.4).<br />

Gambar 2.1 Peta Kota Medan<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.2 Peta Sub Kawasan, Kawasan Pusat Kota Medan<br />

Sumber: Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum(2008) , (Dokumen 04) Data-data<br />

Pendukung Desain Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Medan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.3 Peta Tata Guna Lahan, Kawasan Pusat Kota Medan<br />

Gambar 2.4 Lokasi Site<br />

Sumber: Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum(2008) , (Dokumen 04) Data-data<br />

Pendukung <strong>II</strong>.3. Terminologi Desain Tata Ruang Judul Kawasan Pusat Kota Medan<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

U<br />

Lokasi berada di pusat kota dan termasuk dalam WPP C (Wilayah pembangunan untuk<br />

permukiman, perdagangan, dan rekreasi)<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

<strong>II</strong>.2.1 Terminologi Judul<br />

Medan.<br />

Pengertian tentang terminologi dari judul proyek Pengembangan Stasiun Kereta Api<br />

� Pengembangan : Pembangunan Kembali (Peremajaan Menyeluruh = Redevelopment)<br />

Upaya penataan kembali suatu bangunan dengan terlebih dahulu<br />

melakukan pembongkaran sebagian atau seluruh bangunan yang tidak<br />

dapat dipertahankan lagi.<br />

� Stasiun : Tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus<br />

bagasinya.<br />

� Kereta Api : Moda pengangkutan umum dengan menggunakan pelayanan rel yang<br />

melayani perpindahan dari pusat kota dengan daerah sub urban dan<br />

kota-kota komuter lainnya.<br />

� Medan : Ibukota propinsi <strong>Sumatera</strong> Utara<br />

Jadi Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan dapat diartikan sebagai pusat<br />

transportasi pada kawasan kota yang menunjang berbagai kegiatan pada daerah tersebut.<br />

Adapun fasilitas yang terdapat didalam bangunan ini adalah stasiun kereta api, dan Halte.<br />

<strong>II</strong>.3. Sejarah Kereta Api Indonesia<br />

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama<br />

pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur<br />

Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai<br />

oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM)<br />

yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan<br />

lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10<br />

Agustus 1867.<br />

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen-Tanggung,<br />

yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang -<br />

Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di<br />

daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 -<br />

1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun<br />

1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338<br />

km.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

<strong>II</strong>.3.1. Tinjauan Umum Mengenai Stasiun Kereta Api<br />

<strong>II</strong>.3.1.1 Pengertian Stasiun Kereta Api<br />

1) Kereta Api (Commuter Rail)<br />

Commuter rail atau kereta api berskala regional adalah moda pengangkutan umum<br />

dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat kota dengan<br />

daerah sub urban dan kota-kota komuter lainnya. Seperti namanya kereta ini<br />

dipergunakan untuk mengangkut para penglaju atau commuter dari daerah-daerah<br />

tersebut setiap harinya. Kereta ini beroperasi dengan jadwal yang sudah ditentukan,<br />

dengan laju rata-rata mulai dari 50 sampai 200 km/jam (35 – 125 mph).<br />

Perkembangan kereta api jenis ini tengah populer saat ini, seiring dengan terus<br />

meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan pemakaian bahan bakar, dan isu-isu<br />

permasalahan lingkungan lainnya, serta meningkatnya angka kepemilikan mobil yang<br />

akhirnya meningkatkan kebutuhkan area parkir.<br />

Dibandingkan dengan rapid transit (subway), kereta ini memiliki frekuensi yang lebih<br />

rendah, lebih kepada mengikuti jadwal dari pada interval. Kereta ini melayani area yang<br />

lebih berkepadatan rendah, dan sering berbagi jalur dengan kereta antarkota atau kereta<br />

barang. Terkadang dalam kondisi tertentu beberapa kereta melayani saat jam-jam sibuk.<br />

Kereta ini memiliki gerbong dengan satu level dan dua level, dan ditujukan agar semua<br />

penumpang mendapatkan tempat duduk. Biasanya kereta ini memiliki jangkauan antara<br />

15 sampai 200 km (10 sampai 125 mil) 1 . Dari tabel 2.1 dibawah ini dapat dilihat<br />

spesifikasi fisik commuter rail.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Tabel 2.1 Karakteristik Fisik Commuter Rail<br />

Infrastruktur Ukuran<br />

Panjang kereta 20 sampai 26 meter<br />

Lebar kereta 3,05 sampai 3,2 meter<br />

Tinggi kereta single-level 4 meter<br />

Tinggi kereta double-level 5 meter<br />

Jumlah penumpang single-level Lebih dari 128 kursi<br />

Jumlah penumpang double-level Lebih dari 175 kursi<br />

Kapasitas berdiri 360 orang<br />

Jumlah gerbong dalam kereta 1 sampai 12 gerbong<br />

Laju kecepatan maksimal 80 mph (130 km/jam)<br />

Kecepatan rata-rata 18-50 mph (30-75 km/jam)<br />

1 (Diunduh pada 28 Januari 2011) dari World Wide Website http//.wikipedia.org/wikiCommuter_rail<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Maksimum kurva rel :<br />

� Jalur utama<br />

� Jalur stasiun<br />

Maksimum Kenaikan Rel :<br />

� Jalur utama<br />

� Jalur utama tergabung<br />

� Jalur dengan kebutuhan maksimal<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Radius 174 meter<br />

Radius 91 meter<br />

Kenaikan 3%<br />

Kenaikan 1%<br />

Kenaikan 2%<br />

Jarak senggang sepur 1,435 meter<br />

Minimum lebar selubung 4 sampai 4,75 meter<br />

Minimum tinggi selubung 5,4 meter<br />

Minimum tinggi selubung kereta barang 6,7 sampai<br />

Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1). Penggerak<br />

dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan 2). Berpenggerak tenaga listrik. Sedangkan<br />

berdasarkan jumlah kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni: 1).<br />

Single level cars, dan 2).Bi-level cars, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 dibawah ini:<br />

Single-Level Cars<br />

Bi-LevelCars<br />

Gambar 2.5 Single level cars dan Bi-level cars<br />

Sumber: Ansaldobreda dari McGraw-Hill (2004)<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

2) Stasiun Kereta Api (Commuter Rail Station)<br />

Stasiun merupakan bagian dari perkeretaapian yang memiliki peran penting dalam<br />

memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api. Beberapa pengertian<br />

mengenai stasiun:<br />

a. Stasiun adalah tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana<br />

penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus bagasinya. Di<br />

stasiun itu juga diadakan kesempatan untuk mengirim dan menerima barang kiriman,<br />

serta kesempatan untuk bersimpangan atau bersusulan dua kereta api atau lebih 2 .<br />

b. Stasiun adalah tempat akhir dan awal perjalanan kereta api, bukan merupakan tujuan<br />

atau awal perjalanan yang sebenarnya. Dari stasiun masih dibutuhkan moda angkutan<br />

lain untuk sampai ke tujuan akhir 3 .<br />

Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenisnya masing-masing,<br />

dengan rincian sebagai berikut:<br />

a. Menurut bentuknya<br />

1. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak sepur-sepur<br />

yang berakhiran di stasiun tersebut.<br />

2. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan stasiun<br />

pertemuan.<br />

3. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di tengah-<br />

tengah antara sepur.<br />

2 Subarkah, Imam, 1981<br />

3 Warpani, Suwandjoko, 1990<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.6 Stasiun siku-siku.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.7 Stasiun paralel.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.8 Stasiun pulau.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

4. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang<br />

bergandengan.<br />

b. Menurut jangkauan pelayanan<br />

1. Stasiun jarak dekat (Commuter Station).<br />

2. Stasiun jarak sedang (Medium Distance Station).<br />

3. Stasiun jarak Jauh (Long Distance Station).<br />

c. Menurut letak<br />

1. Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan.<br />

2. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan.<br />

3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan.<br />

4. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan.<br />

d. Menurut ukuran<br />

1. Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya ada dua<br />

atau tiga rel kereta api.<br />

2. Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang dan<br />

melayani penumpang jarak jauh.<br />

3. Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang banyak<br />

dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya lengkap dengan sistem pengaturan yang<br />

sangat kompleks.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.9 Stasiun semenanjung.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.10 Stasiun kecil.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.11 Stasiun sedang.<br />

Sumber : Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

e. Menurut posisi<br />

1. Ground level station, bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan platform/<br />

peron diatas tanah.<br />

2. Over track station, letak bangunan stasiunnya diatas platform/ peron.<br />

3. Under track station, letak bangunan stasiunnya di bawah peron.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.12 Stasiun besar.<br />

Sumber: Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.13 Ground Level Station.<br />

Sumber : Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.14 Over Track Station<br />

Sumber : Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

Gambar 2.15 Under Track Station<br />

Sumber : Jalan Kereta Api, Imam<br />

Subarkah, 1981.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Sedangkan menurut PT. Kereta Api, stasiun digolongkan/ diklasifikasikan dalam beberapa<br />

kelas yang diputuskan oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan mempertimbangkan nilai bobot<br />

stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus Point Method yang terdiri dari 10 faktor<br />

penilaian/ klasifikasi, yaitu :<br />

1. Jumlah Personel.<br />

2. Jumlah kereta api yang dilayani.<br />

3. Jumlah kereta api yang berhenti.<br />

4. Jumlah kereta api yang dilangsir.<br />

5. Daerah tingkat kedudukan stasiun.<br />

6. UPT lain disekitarnya.<br />

7. Potensi angkutan.<br />

8. Volume penumpang.<br />

9. Volume barang.<br />

10. Pendapatan stasiun.<br />

Dengan menggunakan Point Methode di atas, stasiun kereta api dikelompokkan<br />

menjadi 4 kelas stasiun, yaitu :<br />

1. Stasiun kelas besar.<br />

2. Stasiun kelas 1.<br />

3. Stasiun kelas 2.<br />

4. Stasiun kelas 3.<br />

Perubahan kelas suatu stasiun diputuskan oleh Dirut PT. Kereta Api Indonesia dengan<br />

memperhatikan penilaian di atas dan juga memperhatiakan usulan-usulan yang disampaikan<br />

oleh pengelola stasiun serta daop wilayah dimana stasiun itu berada.<br />

<strong>II</strong>.3.1.2 Sejarah Kereta Api Kota Medan<br />

Pada Tanggal 1 Februari 1858 Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Siak Sri<br />

Inderapura menandatangani sebuah perjanjian politik, dimana intinya Siak masuk menjadi<br />

jajahan Belanda. Secara historis akibatnya beberapa distrik Siak seperti Deli, Langkat,<br />

Serdang, berada dalam genggaman Belanda.<br />

Tanggal 21 Agustus 1862 Belanda masuki Deli melalui sungai Deli. Kemudian tahun<br />

1863 Jacob Neinhuys seorang pengusaha Belanda membuka perkebunan dengan nama<br />

Tembakau Deli di daerah Labuhan Deli, Martubung, Sunggal Sungai Beras dan Klumpang.<br />

Buruh-buruh didatangkan dari Tiongkok. Perusahaan itu bernama “Deli Mij” berkedudukan<br />

di Labuhan Deli. Perusahaan ini sangat berkembang sehingga administrasi dipindahkan ke<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

medan tahun 1974. Akibat perkembangan tersebut Deli Mij mendirikan berbagai fasilitas<br />

seperti lapangan (esplanade), hotel, rumah sakit, gereja, auditorium umum hingga pada tahun<br />

1883 Deli Mij mendirikan jawatan kereta api bernama Deli Spoorweg Maat Schappij (DSM).<br />

Dan pada tahun 1885 jalur kereta api Medan – Labuhan Delli diresmikan. Dan kemudian<br />

seiring dengan pembukaan lahan-lahan perkebunan baru, maka bertambahlah jalur-jalur ke<br />

berbagai daerah mengangkut hasil komoditi perkebunan. Berawal dari karakter angkutan<br />

barang kemudian lama-kelamaan dipadukan dengan mengangkat penumpang hingga<br />

sekarang.<br />

<strong>II</strong>.3.1.3 Struktur Organisasi Pengelola Stasiun Kereta Api<br />

Sedangkan secara organisasi PT. Kereta Api (Persero) sebagai perusahaan BUMN yang<br />

diberi tanggung jawab penuh terhadap manajemen perkereta apian di Indonesia, memiliki<br />

struktur organisasi perusahaan, seperti yang terihat pada Diagram 2.1 di bawah ini.<br />

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Stasiun PT. Kereta Api (Persero)<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Dari struktur organisasi di atas dapat diperkirakan jumlah personel pengelola stasiun<br />

kereta api Medan, yaitu :<br />

Tabel 2.2 Jumlah Personel Pengelola<br />

No Jabatan Jumlah<br />

1. Kepala Stasiun 1 orang<br />

2. Wakil Kepala Stasiun 1 orang<br />

3. Bendahara 1 orang<br />

4. Wakil Bendahara 1 orang<br />

5. Kepala Kascis 2 orang<br />

6. Staff Loket 14 orang<br />

7. Pimpinan Perjalanan KA 4 orang<br />

8. Kondektur 29 orang<br />

9. Staff Kondektur/ TU Kondektur 1 orang<br />

10. Pengawas Peron 4 orang<br />

11. Staff Kawat 1 orang<br />

12. Staff Langsir 8 orang<br />

13. Kepala Kantor Kawat 1 orang<br />

14. Staff Teleks -<br />

15. Kepala Administrasi 1 orang<br />

16. Staff Administrasi 2 orang<br />

17. Staff Statistik 1 orang<br />

18. Kepala Polsuska 1 orang<br />

19. Kepala Bagasi 1 orang<br />

20. Staff Polsuska 10 orang<br />

21. Staff Bagasi 3 orang<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

87 orang<br />

Sedangkan pengertian dan fungsi tugas para personel yang terdapat pada stasiun kereta api<br />

Medan adalah :<br />

a. Kepala Stasiun : orang yang bertanggung jawab atas urusan perjalanan kereta api,<br />

berkuasa atas aktivitas kereta api dan penanggung jawab keuangan.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

b. Wakil Kepala Stasiun : bertugas membantu tugas-tugas kepala stasiun, jabatan ini hanya<br />

ada pada stasiun besar.<br />

c. Bendahara : bertugas mengurusi masalah administrasi keuangan stasiun kereta api.<br />

d. Wakil Bendahara : membantu tugas-tugas bendahara.<br />

e. Pimpinan Perjalanan Kereta Api (PPKA) : mengatur operasional perjalanan kereta api.<br />

f. Kondektur : orang yang bertugas sebagai pemimpin dalam perjalanan kereta api dan<br />

bertanggung jawab penuh.<br />

g. Staff Kondektur/ TU Kondektur : orang yang mengatur jadwal dinas kondektur.<br />

h. Pengawas Peron : pembantu PPKA mengawasi segala kegiatan peron dan mengawasi<br />

emplasement.<br />

i. Emplasement : ruangan/ lapangan/ halaman tempat lintas keluar-masuknya kereta api<br />

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.<br />

j. Staff Langsir : juru langsir yang menyusun dan melepaskan satu ruangan kereta api atau<br />

memuntahkan materil dari satu spoor ke spoor lainnya.<br />

k. Kepala Kantor Kawat : kepala urusan telegram berita.<br />

l. Administrasi : mengurus surat menyurat kepala stasiun.<br />

m. Statistik : staff kepala stasiun besar dalam urusan pendataan berbagai hal secara statistik.<br />

n. Bagasi : staff kepala stasiun besar urusan kiriman barang bagasi dari dan keatas kereta<br />

api.<br />

<strong>II</strong>.3.1.4 Jaringan Eksisting Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.16 Peta Jaringan jalan Rel <strong>Sumatera</strong><br />

Sumber : PT. Kereta Api (persero),2005<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

R42<br />

R33<br />

R25<br />

Sumber: Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2008), (Dokumen 04)<br />

Data-data Pendukung Desain Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Medan<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Jenis Rel Panjang (km) Koridor<br />

R42 187<br />

Rantauprapat – Kisaran – Tebing<br />

Tinggi<br />

R33 101 Tebing Tinggi – Medan – Belawan<br />

R25 248<br />

Total 536<br />

Jumlah Stasiun :<br />

� Besar : 10 Stasiun<br />

� Kecil : 43 Stasiun<br />

Medan – Binjai<br />

Tanjung Pura-Pangkalan Susu<br />

Binjai – Kuala<br />

Medan – Batu<br />

Medan – Pancur Batu<br />

Lubuk Pakam – Pertumbukan<br />

Tebing Tinggi – Siantar<br />

Kisaran – Tanjung Balai<br />

Gambar 2.17 Jaringan Rel di Propinsi <strong>Sumatera</strong> Utara<br />

Sumber: Hasil Studi Kelayakan Kereta Api Komuter Medan dan<br />

sekitarnya,PT. Kereta Api (persero) Tahun 2005.<br />

Gambar 2.18 Peta Sistem Transportasi Eksisting Kawasan Pusat Kota Medan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

<strong>II</strong>.3.1.5 Aktivitas di Stasiun Kereta Api Medan<br />

Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam stasiun kereta api Medan adalah :<br />

a. Penumpang, melakukan aktivitas berangkat dan datang.<br />

b. Pengantar/ Penjemput, mengantar/ menjemput sanak saudara yang berangkat/ datang.<br />

c. Barang bagasi, mengirim dan menjemput barang kiriman.<br />

d. Pemberi jasa.<br />

<strong>II</strong>.3.1.6 Hal-hal yang dapat dipelajari<br />

o Menurut jangkauan pelayanannya merupakan stasiun jarak sedang.<br />

o Menurut letaknya merupakan stasiun antara.<br />

o Menurut ukurannya merupakan satsiun sedang.<br />

o Merupakan stasiun dengan jalur fly over.<br />

o Jumlah personel pengelola adalah 87 orang. (lihat tabel 2.2)<br />

<strong>II</strong>.4 Studi Banding Proyek Sejenis<br />

Berikut beberapa studi banding bangunan dengan fungsi sejenis. proyek-proyek sejenis ini<br />

dapat diambil sebagai bahan pembelajaran, baik itu typologi maupun penerapan konsep-<br />

konsep arsitekturnya. Studi banding tersebut antara lain:<br />

1) Kashiwanoha-Campus Station<br />

Terletak di kashiwashi, Jepang. Stasiun ini dirancang dengan sentuhan modern futuristik,<br />

dengan garis-garis horizontal yang mendominasi tampaknya (lihat Gambar 2.19). Dan berikut<br />

ini rincianya:<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.19 Kashiwanoha-Campus Station<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Data Proyek :<br />

Nama Proyek : Kashiwanoha-Campus Station<br />

Lokasi : Kashiwa-shi, Japan<br />

Status : Selesai, 2005<br />

Site area : 1.953 m 2<br />

Luas lantai (Gross floor area) : 3.748 m 2<br />

Ketinggian bangunan : 16,45 m<br />

Klien / Pemilik : Japan Railway Construction, Transport and Technology<br />

Agency<br />

Architecture Firm : Makoto Sei Watanabe / Architects‟ Office<br />

Principal Architects : Makoto Sei Watanabe<br />

Main Contractor : Kajima Corporation<br />

Foto : Makoto Sei Watanabe / Architects‟ Office<br />

Fasade Kaswhiwanoha-campus station yang horizontal dan berlipat di sepanjang jalur kereta<br />

komuter Tsukuba Express Tokyo menggambarkan interaksi pemodelan dengan komputer dan<br />

design arsitektural.<br />

Selimut bangunan stasiun ini memiliki penampilan seperti kain yang terlipat secara<br />

horozontal yang diiris dengan bukaan panjang dan sejajar dengan lipatan bangunan. Arsitek<br />

Makoto Sei Watanabe memasukann kesan “mengalir” ke dalam fasade bangunan dan<br />

menggabungkan sketsa yang ia buat sendiri dan algoritma komputer menjadi pola fasade<br />

tersebut. Ia membuat beberapa sketsa dan memasukkannya ke dalam program komputer yang<br />

kemudian menggambarkan maksud perancang dan menghasilkan gambar tambahan. Ia<br />

mengulangi proses tersebut sampai ia puas dengan hasilnya – sebuah fasade yang<br />

menggambarkan aliran yang berlapis dan bergelora secara bersamaan. Penggabungan alam<br />

dan ilmu pengetahuan ke dalam konsep design sesuai dengan lokasi stasiun ini karena stasiun<br />

ini melayani dua universitas yang terkenal dengan riset ilmu pengetahuan alam nya.<br />

Fasade sebelah barat stasiun ini terbuat dari panel glass-fibre reinforced concrete (GRC)<br />

(satu panel GRC berukuran1,8 meter kali 5 meter; fasade sebelah barat membutuhkan 182<br />

panel) sedangkan fasade sebelah timur ditutupi oleh extrusion-moulded cement panel (panel<br />

semen cetak), lihat pada Gambar 2.20. Untuk meminimalkan kebutuhan perawatan, kedua<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

fasade ini dilapis dengan lapisan yang dapat membersihkan sendiri. Panel-panel tersebut,<br />

yang melekat pada pilar-pilar, berfungsi sebagai dinding luar dan dalam.<br />

Gambar 2.20 Dinding Kashiwanoha-Campus Station<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Selimut bangunan stasiun ini adalah sebuah kesatuan yang terpisah dari struktur pendukung<br />

teknis nya – struktur utama peron stasiun dibangun di atas pendukung yang dinaikkan, baru<br />

kemudian ditutupi fasade. Hal ini membuat bentuk arsitektural bangunan ini bebas dari<br />

elemen teknis sehingga menjaga integrasi struktur peron nya dan mengurangi waktu dan<br />

biaya konstruksi serta memungkinkan adanya fleksibilitas design yang lebih banyak. Lihat<br />

pada Gambar 2.21.<br />

Eksterior dan aula stasiun ini berwarna putih untuk menggambarkan kesederhanaan dan<br />

ketenangan. stasiun yang berwarna merah dan biru ini merepresentasikan keamanan dan<br />

energi. Penanda pada stasiun dirancang dengan warna latar biru untuk keberangkatan dan<br />

warna latar kuning untuk ketibaan.<br />

Gambar 2.21 Interior Kashiwanoha-Campus Station<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Hukum di Jepang mewajibkan operator kereta api untuk memastikan bahwa jalur kereta api<br />

memperhatikan pengembangan jalan, taman, rumah dan fasilitas urban lainnya pada saat<br />

yang bersamaan. Oleh karena itu, pemerintah kota Kashiwa, penduduk lokal, arsitek dan<br />

pengembang bertemu berulang kali untuk membuat sebuah solusi yang sesuai dengan<br />

kebutuhan semua orang. Kesimpulannya adalah bahwa kota itu sendiri harus beroperasi<br />

seperti sebuah kampus universitas. Pada lingkungan ini, stasiun ini bukan hanya sebuah<br />

fasilitas transportasi tetapi sebuah ruang komunitas dengan café, galeri, dan fasilitas publik<br />

lainnya.<br />

Kesimpulan:<br />

Penggabungan metode perancangan arsitektur dengan komputerisasi dan sketsa menghasilkan<br />

rancangan yang sangat detail dan unik. Fasade bangunan yang memiliki kesan “mengalir”<br />

membuat bangunan ini menjadi salah satu ciri khas bangunan ini. Pemakaian material dan<br />

struktur selimut bangunan yang berbeda dengan struktur bangunan utama memudahkan<br />

dalam pembangunan dan maintenance. Walaupun fungsi utama stasiun ini melayani area<br />

kampus, pengaturan dan pengembangannya merupakan hasil kerja sama dari penduduk<br />

sekitarnya.<br />

2) Wuhan Train Station<br />

Wuhan Train Station merupakan sebuah stasiun yang berada di wilayah selatan china dan<br />

baru selesai pengerjaannya saat ini lihat Gambar 2.22. Berikut rincianya:<br />

Nama Proyek : Wuhan Train Station<br />

Lokasi : Wuhan, Hubei, China<br />

Status : Selesai, September 2008<br />

Site area : 30 hektar<br />

Luas lantai (Gross floor area) : 355.000 m 2<br />

Ketinggian bangunan : 58,5 m<br />

Klien / Pemilik : Wuhan-Guangzhou Passenger Special Line Co., Ltd<br />

Architecture Firm : The Fourth Survey & Design Institute of China<br />

Railways, AREP<br />

Principal Architects : Sheng Hui, Liu Yunqiang<br />

Main Contractor : China State Construction and Engineering Corp., China<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Railways 17 th Bureau (Group) Co., Ltd<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Mechanical & Electrical Engineers : Hu Shiqiang, Qin Ling<br />

Civil & Structural Engineer : Tao Yong, Shi Di<br />

Interior Designers : Zhang Yie, Gu Jianying, Ji Mian<br />

Foto : The Fourth Survey & Design Institute of China Railways<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Gambar 2.22 Wuhan Train Station Entrance<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Rancangan stasiun kereta api Wuhan mengikutsertakan budaya dan sejarah lokal serta<br />

mempertimbangkan kondisi iklim lokal, hal tersebut merepresentasikan trend di Cina yang<br />

melihat melihat lingkungan sekitarnya sebagai inspirasi untuk arsitektur bangunan publik<br />

yang berskala besar.<br />

Terletak pada lahan hijau, stasiun ini dikelilingi oleh desa-desa, kolam-kolam ikan dan<br />

beberapa pabrik. Dengan sungai Yang Chun dan Sungai Timur pada bagian utara dan selatan,<br />

keseluruhan lahan akan menjadi batu permata bagi pembangunan sebuah kota baru di Wuhan,<br />

stasiun ini berfungsi sebagai pusat transportasi dan pusat perhatian. Stasiun ini terletak<br />

dimana sumbu pembangunan Wuhan dan jalur kereta api menyatu, menghadap ke kota pada<br />

sebelah barat dan jalur ekspres pada sebelah timur. Dalam menghubungkan dua danau yang<br />

ada, stasiun ini mengintegrasi pemandangan danau dan penghijauan pada keseluruhan<br />

denahnya. Keterhubungan dengan transportasi merupakan fokus stasiun bagian timur :<br />

sebuah plaza akan dibangun untuk menciptakan sebuah zona buffer antara stasiun dan jalur<br />

ekspres dan taman industri pada bagian lainnya. Lihat pada Gambar 2.23<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.23 Site plan dan floor plan<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Dengan mengambil ide rancangan dari sejarah dan budaya Wuhan, atap berbentang lebar<br />

yang merupakan fitur visual yang paling kuat pada struktur yang besar ini memiliki banyak<br />

arti. Pertama, atap ini menggambarkan seekor bangau kuning : sebuah referensi untuk Yellow<br />

Crane Tower (menara bangau kuning), salah satu landmark Wuhan yang paling penting dan<br />

merupakan salah satu legenda lokal Wuhan serta sebuah puisi yang terkenal pada zaman<br />

dinasti Tang. Dari kejauhan, rancangan atap yang masif ini dirancang tampak seperti seekor<br />

burung yang membentangkan sayapnya, dengan atap transparan dan arch raksasa yang<br />

menyimbolkan bulu-bulu burung. Pada siang hari, cahaya matahari masuk ke bagian dalam<br />

bangunan melalui ruang-ruang antara arch, sedangkan pada malam hari bangunan ini bersinar<br />

seperti lampion kertas. Bentuk atap yang bergelombang ini juga merepresentasikan tujuan<br />

Wuhan sebagai ibukota dari “provinsi dengan seribu danau”. Terakhir, siluet atap bangunan<br />

ini mengingatkan kita pada struktur sebuah pagoda.<br />

Atap bangunan ini terdiri dari arch utama dengan ukuran lebar 116 meter, dan tinggi 49<br />

meter serta empat arch sekunder pada kedua sisi-nya. Kubah lobi utama dan kanopi atap<br />

peron terbuat dari piringan polycarbonate dan tabung-tabung perforated aluminium. Tabung-<br />

tabung tersebut menyediakan peneduh cahaya matahari, pada saat yang sama lubang-lubang<br />

yang ada pada tabung tersebut juga mendifusikan cahaya alami ke lobi utama, ruang-ruang<br />

tunggu, peron-peron, dan lantai dasar. Piringan-piringan poycarbonate memberikan<br />

penambahan jumlah peneduh ketika sinar sinar matahari bergerak dari bagian sayap<br />

bangunan ke arch utama yang menciptakan sebuah permainan cahaya dan bayangan sambil<br />

membatasi panas yang didapatkan ruang dalam bangunan. Keseluruhan arch bangunan ini<br />

menghalangi sinar matahari ke dinding pada bagian utara dan selatan stasiun. Lihat pada<br />

Gambar 2.24.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.24 Central Lobby<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Ventilasi pasif disediakan untuk kepentingan mekanis untuk menyediakan udara segar yang<br />

banyak pada bangunan ini. Sistem pengkondisian udara menyediakan udara segar ke bagian<br />

bangunan yang lebih rendah, dimana kerumunan berkumpul; kereta api yang bergerak<br />

melalui stasiun membantu untuk menyediakan pergerakan udara. Udara yang lebih hangat<br />

dan tercemar yang dihasilkan oleh lokomotif bertenaga diesel naik ke bagian atas bangunan<br />

untuk dibuang melalui sistem ventilasi.<br />

Stasiun Wuhan menginovasi sirkulasi penumpang dengan menggabungkan sistam “waiting<br />

and boarding” (tunggu dan berangkat) yang tradisional dengan sistem transit “pass-through”.<br />

Ketika memasuki lobi utama, penumpang dapat memilih untuk menunggu di ruang tunggu<br />

atau pergi langsung ke “green express line” (jalur ekspres hijau) yang langsung menuju<br />

peron. Untuk meningkatkan hubungan dengan daerah Wuhan lainnya, stasiun dan jalur kereta<br />

api dinaikkan. Ruang di bawahnya digunakan untuk parkir kendaraan publik dan<br />

menyediakan akses ke stasiun kereta api bawah tanah, taxi, bus kota dan bus jarak jauh tanpa<br />

meninggalkan stasiun. Kantor, penginapan dan fasilitas-fasilitas hiburan akan dibangun di<br />

sekitar stasiun kereta untuk menguatkan posisi bangunan ini sebagai pusat dari pembangunan<br />

kota baru Wuhan.<br />

Kesimpulan:<br />

Pembangunan sebuah proyek yang berada di pusat pengembangan kota, menghadirkan<br />

berbagai makna terhadap pengaplikasian desain arsitekturnya, menanggapi kondisi site yang<br />

diapit danau dan persawahan. Menanggapi budaya dan kearifan lokal sehingga tidak<br />

menghadirkan bangunan „alien‟ yang nyentrik.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Selain itu bangunan ini memanfaatkan struktur atap bentang lebarnya sebagai pembentuk<br />

bayangan dan ventilasi alami.<br />

3) Lyon-Satolas TGV Station, Perancis<br />

Lyon-Satolas station merupakan stasiun kereta super cepat TGV (Train a Grande Vitesse)<br />

sekaligus bandara internasional di kota Lyon, Perancis (Gambar 2.25). Salah satu karya<br />

arsitek kenamaan Santiago Calatrava, dengan luasan 495 x 60 m 2 .<br />

Gambar 2.25 TGV Station<br />

Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com<br />

Calatarava terinspirasi oleh sebuah model seperti burung, dengan kaca-kacanya yang<br />

menyerupai sayap burung dan baja, di hall utamanya penuh muatan ekspresi gaya-gaya tarik,<br />

dan tekan. Namun bentuk ini ditentang oleh ahli yang berpendapat perluanya ekonomisasi<br />

unsur struktur.<br />

Walaupun demikian kekuatan ekspresi kekuatan ekspresi Lyon membuat fasilitas ini menjadi<br />

atraksi pariwisata tersendiri. Calatarava memiliki karakter tersendiri menegenai desain yang<br />

ia buat, kemampuannya menyatukan seni mematung dengan prinsip-prinsip struktur fisika<br />

bangunan, membuat bangunan yang didesainnya memiliki karakter yang kuat, sehingga<br />

memiliki ekspresi tersendiri bagi orang yang melihat dan menggunakannya.<br />

Gambar 2.26 Fasade seperti sayap burung<br />

Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Kedalaman lipatan yang mirip kepak sayap (lihat Gambar 2.26) memperkokoh kehadiran<br />

empat busur pendukung yang terlihat amat ringan. Busur-busur itu mencembung tepat di<br />

pangkal “pinggang” beton tunggal (lihat Gambar 2.27-2.28), yang membentangi bantalan<br />

jalur KA di bawahnya. Sementara itu, rusuk-rusuk baja memperkuat dinding-dinding jendela<br />

yang dibuat vertical berukuran raksasa.<br />

Gambar 2.27 Interior dengan pencahayaan alami<br />

Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com<br />

Gambar 2.28 Akses dan interior<br />

Sumber: Dari world wide web http//.arcspace.com<br />

Arus sirkulasi pada bangunan ini sangat sederhana. Dari peron kedatangan kereta api,<br />

penumpang bergerak naik ke hall utama. Di sini kita bebas memilih keluar menuju tempat<br />

parker atau naik ke lantai mezanin dan berjalan menuju terminal bandara. Memasuki hall<br />

utama akan terlihat mezanin yang menghubungkan stasiun dengan bandara. Kesan kombinasi<br />

unsur yang berkesan ringan dan mengalir pada atap lengkung dilapisi beton tuang di tempat<br />

yang membentangi level jalur tiga trave. Dari hall utama penumpang bergerak tepat di bawah<br />

titik pusat atap lengkung lipat untuk mencapai escalator menuju peron. Pergantian dari beton<br />

pada bagian bawah ke baja pada bagian atas merupakan hal yang sangat kompleks hingga pas<br />

satu dengan yang lain.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Peran arsitektur yang logis dan lugas sangat tercermin dalam karaya Calatrava ini. Arsitektur<br />

yang dimengertinya bukan merupakan sekadar estetika tinggi, namun logika yang melekat<br />

pada tektonis konstruksinya, serta material yang mewujudkannya. Sikap arsitektur seperti ini<br />

sama tuanya dengan usia pyramid di Mesir; selalu memiliki prinsip dasar The Art of Building.<br />

Tetapi dalam menginterpretasikannya Calatrava bekerja dengan beton, baja dan kaca, namun<br />

seperti kata orang Mesir, kita tidak mempunyai komponen-komponen itu dan membiarkan<br />

cahaya menyinarinya.<br />

Dalam mendesain stasiun-bandara ini, Calatrava mempercayai pemahaman berarsitektur yang<br />

serupa dengan Frank Lloyd Wright dan Mies Van de Rohe. Ketepatan dalam menggunakan<br />

material dan kekagumannya terhadap teknologi kunci puitisasi pada karyanya. Teknik dan<br />

arsitektur yang menyuguhkan The Art of Construction. Lihat pada Gambar 2.29<br />

.<br />

Gambar 2.29 Logika Tektonika Konstruksi<br />

Sumber: Dari world wide web http.arcspace.com<br />

Pendekatan yang dilakukannya merupakan sintesa artistic dan pragmatic, sehingga ia<br />

mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan atau patung. Transformasi dari sesuatu yang<br />

Nampak dangkal dipermukaan menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi. Filosofi ini<br />

mendasari upaya memasukkan karya arsitektur kedalam warisan budaya.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Kalau manusia menghargai sebuah lukisan sebagai penyangga dan penerus pesan budaya dari<br />

waktu ke waktu, demikian halnya pada staiun-bandara ini. Bahkan jika manusia tidak peduli<br />

terhadap lingkungannya, infrastruktur itu kelak mempengaruhi dan membentuk mereka.<br />

Kesimpulan:<br />

Penerapan desain yang ekspresionis dan fungsional, menjadi karakter bagi bangunan yang<br />

diarsiteki oleh Santiago Calatrava. Bentuk-bentuk yang diinspirasi oleh alam, membuat<br />

bangunan ini tampil monumental, dan tak hanya bentuk, penggunaan elemen-elemen estetis<br />

yang ikut menambahkan keberlanjutan dalam desainnya. Bentukan yang ekpressionis bersatu<br />

dengan logika tektonik menciptakan ruang yang monumental.<br />

4) Stasiun KL Sentral, Kuala Lumpur, Malaysia<br />

Stasiun Sentral Kuala Lumpur, atau biasa dikenal dengan Kl Sentral adalah stasiun kereta api<br />

terbesar di Kuala Lumpur, yang didisain sebagai pusat transportasi. Dibangun untuk dapat<br />

mengakomodasi perpindahan antara bus dengan KA. Ditandai sebagai pusat utama basis<br />

transportasi bermoda rel Kuala Lumpur, dan juga sebagai titik transisi kereta api antar lintas<br />

wilayah yang melayani sepenanjung Malaysia dan Singapura.<br />

Gambar 2.30 KL Sentral Station<br />

Sumber: Dari world wide web http//.lcct.com.my<br />

Di dalamnya terdapat retail-retail dan outlet makanan atau food court, didisain untuk dapat<br />

mengakomodasi 50 juta penumpang dalam setahun dan akan meningkat 100 juta penumpang<br />

di tahun 2020 mendatang.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.31 Floor Plan KL Sentral Station<br />

Sumber: Dari world wide web http//.lcct.com.my<br />

KL Sentral juga melayani Skybus yang melayani penumpang yang akan langsung dari dan<br />

menuju bandara Low Cost Carrier Terminal (LCCT) KLIA.<br />

KL Sentral dibangun dengan mengakomodasi enam jaringan rel yang selesai Desember tahun<br />

2000 lalu sedangkan kereta, retail serta food court nya mulai beroperasi pada April 2001.<br />

Terbentang diatas lahan seluas 9,5 are, bangunan utamanya memiliki luas 500 ribu m 2 dan<br />

spesifikasinya berdasarkan pada proyeksi penumpang di masa mendatang hingga 2020, yang<br />

mana Malysia dicita-citakan menjadi Negara yang sepenuhnya berkembang.<br />

Bangunan ini juga berusaha menerapkan konsep keberlanjutan dalam desainnya dengan tetap<br />

mengupayakan pencahayaan dan penghawaan alami. Karena bangunan ini menaungi ratusan<br />

ribu orang setiap harinya, sehingga harus dapat menciptakan kenyamanan tanpa harus<br />

menghabiskan energi.<br />

KL Sentral dibagi menjadi beberapa seksi dengan pelayanan jalur rel yang berebeda-beda:<br />

� Lantai 1 Transit Concourse (Hall utama umum) yang ditujukan sebagai tempat bagi<br />

para penumpang dan calon penumpang yang akan menggunakan KTM Komuter,<br />

KLIA Transit dan Kelana Jaya Line yang dikenal juga sebagai kereta ringan cepat<br />

(LRT).<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

� Lantai 2 Transit Concourse yang ditujukan sebagai tempat bagi para penumpang dan<br />

calon penumpang yang akan menggunakan layanan kereta antar lintas semenanjung<br />

KTM Intercity Train.<br />

� KL City Air Terminal (KL CAT) pada lantai satu yang melayani KLIA Ekspres,<br />

jereta berkecepatan tinggi yang langsung menuju Kuala Lumpur International Airport<br />

(KLIA).<br />

Tersembunyi dari jangkauan umum KL Sentral juga memiliki fasilitas sebagai depot<br />

perawatan KTM (Kereta Tanah Melayu) dibagian bawahnya. KL Sentral sudah memfasilitasi<br />

kelengkapan stasiunnya dengan menggunakan Touch „n Go Card atau tiket sekali pakai dibeli<br />

dan kemudian dikembalikan lagi setelah sampai tujuan.<br />

Kesimpulan:<br />

KL Sentral dibangun untuk dapat mengakomodasi perpindahan antara bus dengan KA,<br />

melayani puluhan ribu orang setiap harinya, namun tetap menghadirkan kenyamanan<br />

ditengah cepatnya aktivitas manusia. Tersembunyi dari jangkauan umum KL Sentral juga<br />

memiliki fasilitas sebagai depot perawatan KTM (Kereta Tanah Melayu) dibagian bawahnya.<br />

KL Sentral sudah memfasilitasi kelengkapan stasiunnya dengan menggunakan Touch „n Go<br />

Card atau tiket sekali pakai dibeli dan kemudian dikembalikan lagi setelah sampai tujuan.<br />

5) Fujian Transportation Hub<br />

Fujian Transportation Hub bertujuan untuk menjadi sebuah ruang transportasi yang mudah<br />

digunakan, efisen, dapat diakses serta menggunakan metode design sustainable. Secara visual<br />

struktur stasiun ini terlihat seperti tiga buah kereta cepat yang berhenti secara bersamaan,<br />

yang menyimbolkan transisi dari sebuah keadaan yang dinamis ke statis. Lihat pada Gambar<br />

2.39. Berikut ini data dan rincianya :<br />

Nama Proyek : Fujian Transportation Hub<br />

Lokasi : Fujian District, Shenzen, China<br />

Status : Selesai, Juli 2007<br />

Site area : 26.000 m 2<br />

Luas lantai (Gross floor area) : 137.000 m 2<br />

Ketinggian bangunan : 27 m<br />

Jumlah lantai : 4 (di atas tanah) dan 1 (bawah tanah)<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Klien / Pemilik : Shenzhen Transportation Bureau<br />

Architecture Firm : Shenzhen Municipal Engineering Design Institute<br />

(Zhanglei Studio)<br />

Principal Architects : Zhang Lei<br />

Arsitek : Cai Xuixing, Chen Huifen<br />

Main Contractor : CSCEC-Paul. Y Construction Co., Ltd<br />

Civil & Structural Engineer : Li Chenjun, Su Jing<br />

Gambar 2.32 Fujian Transportation Hub<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Pusat transportasi yang menampung kereta bawah tanah, bus, dan taksi ini terletak di bagian<br />

barat kawasan Futian, Shenzhen. Pusat transportasi ini terhubung dengan baik ke jalur<br />

ekspres dan jalan-jalan utama. Dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan pada stasiun<br />

penumpang yang telah ada, pusat transportasi ini akan memiliki 52 titik keberangkatan bus<br />

jarak jauh dan 500 buah tempat parkir. Lalu lintas yang diantisipasi pusat transportasi ini<br />

adalah 10.000 penumpang kereta bawah tanah per jam dan 4600 bus kota serta 2000 bus jarak<br />

jauh setiap harinya.<br />

Dalam mengembangkan proyek ini, tim design berhadapan dengan beberapa tantangan yang<br />

berhubungan dengan lingkungan. Sebelumnya, cagar alam Hongshulin menempati area<br />

sebelah selatan pusat transportasi ini; cagar alam ini hilang karena pembangunan urban.<br />

Akantetapi nama stasiun bawah tanah – Zhuzilin, atau hutan bambu – memberikan gambaran<br />

taman alami kepada penduduk lokal. Perancang telah bekerja untuk memperbaharui<br />

lingkungan ekologis dengan membatasi ketinggian bangunan menjadi 24 meter dan<br />

menggunakan bambu untuk lansekap.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Gambar 2.33 Site Plan dan Floor Plan Level 1<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Dengan sebuah jejak kaki yang berbentuk permata, pusat transportasi ini dibagi menjadi tiga<br />

bagian, yaitu Ruang tunggu yang terletak di ujung selatan; ruang transfer dan kantor yang<br />

terletak di ujung utara; serta area transisi yang terletak diantaranya.<br />

Karena Shenzhen memiliki sinar matahari dan curah hujan yang banyak, fasade utama<br />

bangunan ini menggunakan kaca besar yang beremisi rendah untuk memaksimalkan<br />

pencahayaan alami serta mengurangi panas yang didapatkan. Ruang tunggu dibuat terbuka<br />

untuk penghawaan alami. Sebuah teras dengan panjang 200 meter dan lebar 15 meter pada<br />

area transisi memberikan udara ke ruang peron dan mengeluarkan udara kotor dari stasiun.<br />

Gambar 2.34 Interior Fujian Transportation Hub<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Fasade ruang tunggu terbuat dari beton tak bertulang dengan finishing self-cleaning urethane<br />

coating; fasade ruang transfer merupakan sebuah kombinasi kaca beremisi rendah dan<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

polyvinylidene (PVDF) dan solar panel; fasade bagian timur dan barat memiliki panel<br />

perforated untuk menimbulkan kesan elegan dan menyaring sinar langsung matahari. Solar<br />

panel pada fasade akan memberikan daya pada lampu LED untuk penerangan malam hari.<br />

Pelindung sinar matahari secara otomatis akan bereaksi terhadap jalur matahari untuk<br />

mengurangi panas yang diterima. Metode dan teknologi design sustainable lainnya yang<br />

digunakan adalah jendela aluminium yang terinsulasi, pelindung matahari internal pada<br />

bagian atas ruang tunggu, lansekap pada atap, dan sistem pergantian air bersih.<br />

Kesimpulan:<br />

Penggunaan metode disain sustainable pada bangunan sebagai tanggapan terhadap tujuan<br />

bangunan ini menjadi bangunan yang efisien dan membangkitkan kenangan masyarakat<br />

sekitar terhadap cagar alam yang musnah dalam proses pengembangan urban sangat tepat.<br />

Bangunan sustainable yang ramah lingkungan akan mengurangi kerusakan lingkungan<br />

sebelumnya. Stasiun yang menampung fasilitas kereta bawh tanah, bus, dan taksi ini<br />

memiliki fitur-fitur rancangan sustainable di hampir keseluruhan bagian bangunan seperti<br />

solar panel, roof garden, sistem pergantian air bersih dan lain sebagainya. Penempatan fitur-<br />

fitur rancangan sustainable tersebut tidak mengganggu bentukan bangunan yang<br />

merepresentasikan tiga kereta yang berhenti secara bersamaan.<br />

6) Bayfront and Landmark Stations<br />

Mengingat ketrampilan negara Singapura akan pembangunan jaringan transportasi untuk<br />

mendukung pengembangan urban-nya, tidak mengherankan bahwa pengembangan Marina<br />

Bay, sebuah area luas berupa lahan reklamasi yang melingkar di sekeliling bagian dalam<br />

teluk dari pusat kota sekarang ini, yang masih dalam proses pengembangan sampai saat ini<br />

telah dihubungkan dengan sistem transportasi kota Singapura.<br />

Gambar 2.35 Landmark Station Entrance<br />

Sumber: FUTURARC,November 2007<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Berikut data dan rincianya :<br />

Nama Proyek : Bayfront and Landmark Stations, Downtown Line<br />

Lokasi : Singapore<br />

Status : Pengembangan design, diharapkan selesai 2012<br />

Klien / Pemilik : Land Transport Authority<br />

Architecture Firm : Aedas Pte Ltd<br />

Principal Architects : Jeremy Aloysius<br />

Engineering Firm : Maunsell Consultants (Singapore) Pte Ltd<br />

Foto : Aedas Pte Ltd<br />

Fase pertama dari Downtown Line yang akan datang ini adalah sebuah koneksi antara<br />

Circular Line (dalam proses pembangunan) dan North-East Line sepanjang 3-4 kilometer<br />

dengan empat pemberhentian. Jalur ini akan melewati daerah pengembangan Marina Bay,<br />

yang meliputi sebuah kawasan bisnis dan keuangan yang baru, retail, ruang komersil dan<br />

hiburan, serta resor Marina Bay yang berintegrasi pasir atau MBSIR (Marina Bay Sands<br />

Integrated Resort).<br />

Pada saat ini dua dari stasiun-stasiun tersebut – sementara disebut dengan Bayfront dan<br />

Landmark – sedang dirancang oleh Aedas perwakilan Singapura, sebuah peusahaan design<br />

internasional yang terkenal dengan kepiawaiannya dalam arsitektur rel.<br />

Stasiun Bayfront akan terletak di bawah Bayfront Avenue untuk kemudahan akses ke resor<br />

yang terintegrasi; stasiun Landmark akan terletak di bawah Central Boulevard untuk orang<br />

yang akan bepergian ke kawasan bisnis dan keuangan yang baru.<br />

Oleh karena infrastruktur juga dikembangkan secara bersamaan dengan keseluruhan<br />

pembangunan ini, kedua stasiun tesebut akan terintegrasi secara penuh dengan pabrik urban<br />

dan jalur penghubung ke pembangunan-pembangunan yang telah direncanakan pada area<br />

sekitar. Kedua stasiun tersebut juga akan menjadi bagian dari jaringan pedestrian bawah<br />

tanah kota Singapura yang merupakan sebuah rangkaian jalur lintas bawah tanah yang<br />

menghubungkan bangunan-bangunan dan jaringan transportasi.<br />

Selagi memastikan kenyamanan pengguna, tingkatan integrasi yang dibutuhkan kedua stasiun<br />

tersebut mengurangi kesempatan untuk menggunakan entrance sebagai idenditas arsitektur.<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

Akan tetapi, Aedas menanggapinya dengan membuat sebuah idenditas dan menciptakan<br />

perasaan kedatangan melalui ruang-ruang interior bawah tanah. Salah satu caranya adalah<br />

dengan menggunakan pencahayaan alami untuk menerangi stasiun bawah tanah yang<br />

biasanya berkesan gelap.<br />

Pada stasiun Landmark, salah satu akses masuk utama akan melewati sebuah foyer yang luas<br />

yang terletak antara stasiun landmark sendiri dan retail bawah tanah pusat keuangan Marina<br />

Bay atau MBFC (Marina Bay Financial Centre). Dua struktur kaca di atas tanah yang<br />

terdapat pada MBFC akan berfungsi sebagai untuk membawa penumpang dan pencahayaan<br />

alami ke foyer. Skylight yang diletakkan secara strategis pada trotoar di atas juga menambah<br />

cahaya ke dalam stasiun.<br />

Fitur design lainnya yang menarik dari Stasiun Landmark adalah elemen kereta/transportasi.<br />

Pengguna stasiun dapat melihat kereta mendekat dari hampir semua sudut stasiun yang<br />

menambahkan pergerakan dan animasi pada ruang. Orientasi linear stasiun Bayfront<br />

menimbulkan dua node yang berbeda pada kedua ujung aula. Pada ujung utara-barat, sebuah<br />

ruang bulat yang besar, yang memiliki skylight yang besar dan berada di luar ambang tiket,<br />

menandakan pemusatan berbagai jalur ke stasiun dan menciptakan sebuak titik pertemuan<br />

untuk stasiun dan resor yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengaburkan batas antara<br />

stasiun ini dengan MBSIR. Foyer pada ujung selatan-barat akan mendapatkan arti pentingnya<br />

ketika hubungan dengan area-area yang berdekatan dibangun.<br />

Untuk kedua stasiun ini, Aedas telah merancang aula terbuka untuk memfasilitasi pencarian<br />

arah; void-void antara lantai-lantai stasiun memaksimalkan keterbukaan untuk mencari arah<br />

dengan insting dan meminimalkan ketergantungan kepada signage. Kedua stasiun ini masih<br />

berada dalam tahap pengembangan perancangan dan diharapkan dapat selesai pada tahun<br />

2012.<br />

Kesimpulan:<br />

Pembangunan yang sangat maju pada negeri Singapura tidak pernah terlepas dari dukungan<br />

pembangunan transportasi yang sangat maju juga. Selagi memastikan kenyamanan pengguna,<br />

tingkatan integrasi yang dibutuhkan kedua stasiun tersebut mengurangi kesempatan untuk<br />

menggunakan entrance sebagai idenditas arsitektur. Akantetapi, Aedas menanggapinya<br />

dengan membuat sebuah idenditas dan menciptakan perasaan kedatangan melalui ruang-<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Arsitektur High-Tech Pengembangan Stasiun Kereta Api Medan<br />

ruang interior bawah tanah. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pencahayaan<br />

alami untuk menerangi stasiun bawah tanah yang biasanya berkesan gelap.<br />

Berikut ini kesimpulan secara keseluruhan:<br />

Tabel 2.3 Kesimpulan studi banding Proyek Sejenis<br />

No. Studi Banding Pendekatan Struktur lingkungan<br />

1. Wuhan Train Alam sebagai Bentang lebar lahan hijau,<br />

Station<br />

inspirasi untuk<br />

dikelilingi oleh<br />

arsitektur<br />

desa-desa, kolam-<br />

bangunan publik<br />

kolam ikan dan<br />

yang berskala<br />

beberapa pabrik.<br />

besar.<br />

Serta dibatasi oleh<br />

dua buah sungai<br />

2. Stesen KL Sentral Sustainable Bentang lebar -<br />

3. Lyon-Satolas TGV<br />

Station<br />

4. Kuningan Central<br />

Station<br />

5. Kashiwanoha-<br />

Campus Station<br />

6. Fujian<br />

Transportation Hub<br />

7. Bayfront and<br />

Landmark Stations<br />

Sintesa artistik dan<br />

pragmatis<br />

Bambang Herawan ( 070406005 )<br />

Menggunakan<br />

beton, baja dan<br />

kaca.<br />

Tropis Beton dan Baja<br />

ringan<br />

Gabungan<br />

komputerisasi dan<br />

sketsa<br />

Adanya pemisahan<br />

struktur utama<br />

bangunan dan<br />

selimut bangunan<br />

-<br />

Pusat keramaian<br />

kota, dikelilingi<br />

bangunan-bangunan<br />

tinggi<br />

Berada di wilayah<br />

kampus<br />

Sustainable Bentang lebar Berada di wilayah<br />

bekas cagar alam,<br />

banyak terdapat<br />

tanaman bambu di<br />

sekitarnya<br />

TOD grid Berada di pusat<br />

pengembangan<br />

daerah baru,<br />

dikelilingi oleh<br />

fasilitas-fasilitas<br />

penginapan dan<br />

bisnis<br />

Kesimpulan akhir:<br />

Perancangan bangunan stasiun biasanya ditempatkan pada daerah pusat kota dan pusat<br />

pengembangan. Pendekatan yang dilakukan dalam merancang bangunan stasiun biasanya<br />

disesuaikan dengan lingkungan tempat stasiun tersebut dibangun dengan menggunakan<br />

teknologi canggih. bangunan stasiun pada umumnya berbentang lebar untuk menutupi peronperon<br />

dan concourse yang berukuran besar. Bangunan stasiun dewasa ini juga tidak hanya<br />

menunjang satu moda transportasi saja melainkan menunjang beberapa moda transportasi<br />

lainnya yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tempat tujuan.<br />

Sumber: Hasil olah data primer, 2011<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!