25.08.2015 Views

HIGHLIGHTS!

Club SPEAK newsletter I 2011 - Transparency International Indonesia

Club SPEAK newsletter I 2011 - Transparency International Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Cuplikan Forum SPEAKGerakan Mahasiswa :kelas menengah HARUS lebih kompakDelicious and insightfulBetapa nikmatnya zaman sekarang.Media sosial dan pers dapat berkembang luastanpa ada pengekangan. Anak muda dapatsecara bebas mengekspresikan aspirasinyakepada pemerintahan yang berkuasa. Hal inikontras dengan apa yang terjadi dua puluhtahun yang silam saat rezim Soeharto masihmeraja. Bagaimana kita mendapatkankebebasan seperti sekarangini? Masa kunci itu terletakpada tahun 1998! Ketikaanak muda turun ke jalandan menggulingkankekuasaan.Bangsa yang besaradalah bangsa yangmengingat pahlawannya.Oleh karena itu, pada hariSabtu yang cerah di tanggal28 Mei 2011, SPEAKmengadakan YouthMovement Discussion denganhighlight “Tragedi Mei ‘98”. Tak disangka,banyak anak muda menyambut denganantusias untuk menghadiri diskusi yangdiadakan di kantor Transparency InternationalIndonesia ini. Terbukti dari jumlah peserta yanghadir berjumlah sekitar 40 orang. Danhebatnya, mereka yang datang tak hanya darianggota SPEAK, namun ada dari SolarGeneration, Indonesian Youth Act, JurnalPerempuan, mahasiswa, siswa SMA, bahkansampai orangtua dari salah satu anggotaSPEAK pun turut meramaikan forum diskusiini.Media audiovisual memang dahsyatpengaruhnya. Oleh karena itu, diskusi dimulaidengan pemutaran film Tragedi Jakarta 1998(Student Movement in Indonesia)”, sebuah filmdokumenter yang bercerita tentang perjuanganmahasiswa untuk menjatuhkan kekuasaanSoeharto. Cerita bermula dari perjuangan anakmuda beralmamater ini, sukses mendudukiDPR pada Mei 1998 sampai naiknya Habibiesebagai pengganti Soeharto. Cerita berlanjutdengan usaha-usaha mahasiswa yang gigihmeminta Revolusi pada negara. Filmdokumentar yang sudah beredar dalamlingkaran internasional ini dapat dengan jelasmemberikan gambaran singkat mengenai apayang terjadi pada tahun ‘98, khususnyakepada para peserta yang dominan masihberusia dibawah 9 tahun pada saat trageditragediitu bergulir.Kata-kata seperti amazing, breathtaking,ironis, berani, sadis, sedih, mengharukan punbermunculan saat film usai. Para pesertadiskusi kaget bahwa apa yang mereka tontonbukanlah fiksi. Bahkan salah satu pembicara didiskusi ini, Alex Sihar, yang bergerak di bidangperfilman menyatakan bahwa film tersebutsudah mengalami banyak proses editing. Versiyang lebih frontal sebenarnya ada, namun takdisebar secara massal.Setelah memanasi emosi peserta, diskusiyang sesungguhnya pun digelar. SPEAKmenghadirkan tiga pembicara yang merupakanorang-orang yang pernah turun saat tragedi 98berlangsung. Dimoderatori oleh AquinoHayunta, hadir Alex Sihar yang pada masa 98merupakan aktivis di Universitas Indonesia,Wandy ‘Binyo’ Tuturoong yang adalah salahsatu pendiri dari FAMI (Front Aksi MahasiswaIndonesia) bahkan beliau sempat beberapa kalidipenjara karena dituduh menghina Soeharto,juga untuk melengkapi perspektif, hadirlahSyaldi Sahude atau yang akrab dipanggilBotak, yang merupakan aktivis anak mudadalam pendampingan korban tragedi ‘98.Diskusi dimulai dengan cerita narasi yangsangat halus mengalir oleh Mas Binyo tentangkronologis mengapa mahasiswa meledakkanaksinya di tahun 1998. Ternyata mulai daritahun 1977, mahasiswa sudah merencanakanaksi ini, namun karena ketatnya pengawasanpemerintah, aspirasi dan pergerakanmahasiswa pun berjalan tersendat. Ceritaberlanjut sampai berbagai peristiwa berdarahterjadi di tahun 1998. Cerita versi Alex Siharlebih terpusatkan pada aktivitas di UniversitasIndonesia (UI) sebagai salah satu basispergerakan mahasiswa pada saat itu. Beliaumenceritakan bagaimana beraninyamahasiswa jaket kuning ini melakukan diskusidan rapat dibawah pengawasan intel negarayang beredar di kampus. Untuk memperkayaperspektif, Botak pun angkat bicara tentangbetapa besarnya jumlah korban yang jatuhsaat tragedi ‘98 itu berlangsung.Sebuah tantanganPergerakan mahasiswauntuk menggulingkan rezimSoeharto pada tahun 1998,tak sepenuhnya berhasil.Para pembicara punmengakui demikian, karenamahasiswa pada saat itu takmemberikan suatu tatanannegara yang lebih stabil.Mereka yang turun ke jalanmenuntut revolusi, yangartinya merubah susunanbobrok negara secara total.Tapi yang pemerintah lakukan, adalahreformasi, yang berarti hanya menata ulangsusunan negara tapi dengan aktor yang sama.Seperti dikatakan Mas Binyo, “Setiapzaman memiliki tantangan sendiri. Bila kitaingin berarti, rumuskanlah tantangan itu.Pelajari pengalaman pada masa lalu”. Nah, inipas banget sama kutipan Soekarno yangterkenal dengan sebutan JAS MERAH : JanganSekali Sekali Melupakan Sejarah. Karenadengan mengenal pengalaman masa lalu, kitamakin memahami karakter para pejabat negarayang sedang duduk di pemerintahan sekarang.Jadi untuk Pemilu tahun 2014 nanti, kita tahumana yang perlu dibuang dan mana yangharus dipertahankan.[10]

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!