i
Siteplan Pengembangan Wista Kab. Ngawi - Pemerintah Kabupaten ...
Siteplan Pengembangan Wista Kab. Ngawi - Pemerintah Kabupaten ...
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KATA PENGANTAR<br />
Terselesaikannya penulisan Laporan Pendahuluan “Penyusunan Rencana<br />
Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” merupakan<br />
kebahagiaan tersendiri bagi Tim Penyusun. Oleh sebab itu sudah<br />
sepantasnya apabila pada kesempatan ini, Tim Penyusun memanjatkan puji<br />
syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan<br />
hidayahnya berupa pengetahuan dan kesempatan, sehingga Laporan<br />
Pendahuluan ini dapat diselesaikan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung<br />
Lawu dapat dipandang sebagai bagian dari implementasi Undang-undang<br />
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana setiap daerah<br />
dituntut untuk memajukan semua sektor yang dapat menjadi roda penggerak<br />
perekonomian daerah. Inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Ngawi, dalam hal<br />
ini Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk melakukan<br />
penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung<br />
Lawu merupakan bagian dari usaha untuk menggerakkan roda perekonomian<br />
daerah melalui pembangunan pariwisata. Terkait dengan tujuan tersebut,<br />
maka hasil penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu diharapkan dapat menjadi panduan penataan ruang kawasan<br />
yang sesuai dengan karakteristik kawasan berdasarkan prinsip pembangunan<br />
pariwisata berkelanjutan dengan mengutamakan manfaat bagi masyarakat<br />
setempat dan berbagai sumber daya yang terdapat di kawasan lereng<br />
Gunung Lawu.<br />
Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini Tim Penyusun telah memperoleh<br />
dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari berbagai pihak. Oleh<br />
karena itu Tim Penyusun mengucapkan terimakasih kepada badan/dinas dan<br />
kantor/instansi terkait di Kabupaten Ngawi, Pemerintah Desa Hargomulyo<br />
serta masyarakat Desa Hargomulyo dan sekitarnya yang telah bersedia<br />
memberikan data, informasi, masukan dan layanan kepada Tim Penyusun.<br />
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah<br />
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan<br />
Laporan Pendahuluan ini.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
i
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Laporan Pendahuluan ini<br />
belum dapat dianggap sempurna. Oleh sebab itu saran, masukan dan kritik<br />
yang bersifat konstruktif sangat diharapkan oleh Tim Penyusun. Semoga<br />
Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait,<br />
khususnya bagi tim pengembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu.<br />
Ngawi, Juni 2011<br />
Tim Penyusun<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
ii
DAFTAR ISI<br />
HALAMAN JUDUL<br />
KATA PENGANTAR<br />
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
BAB I PENDAHULUAN I.1<br />
A Latar Belakang Masalah I.1<br />
B Maksud dan Tujuan I.3<br />
C Lingkup Kawasan Perencanaan I.4<br />
D TargetlKeluaran I.5<br />
E Manfaat I.6<br />
F Dasar Hukum I.9<br />
G Sistematika Penyajian I.10<br />
BAB II METODE DAN PENDEKATAN II.1<br />
A Metode II.1<br />
B Pendekatan Perencanaan II.12<br />
C Alur Pikir II.17<br />
BAB III RONA KAWASAN PERENCANAAN III.1<br />
A Gambaran Umum Kabupaten Ngawi III.1<br />
B Gambaran Umum Kepariwisataan di Kabupaten III.4<br />
Ngawi<br />
C Gambaran Umum Kawasan Perencanaan III.8<br />
D Kondisi Sosial Ekonomi III.11<br />
E Profil Pasar Wisata Kawasan III.13<br />
F Permasalahan Pengembangan Pariwisata di<br />
Kawasan Lereng Gunung Lawu<br />
III.14<br />
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN IV.1<br />
A Rencana Kerja IV.1<br />
B Struktur Organisasi Pelaksana IV.2<br />
C Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan IV.4<br />
D Tahapan Pelaporan dan Pembahasan IV.5<br />
i<br />
ii<br />
iii<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
iii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM<br />
Halaman<br />
Tabel 3.1<br />
Tabel 3.2<br />
Tabel 3.3<br />
Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten<br />
Ngawi Th 2009.<br />
Perkembangan Kepadatan Jumlah Penduduk di<br />
Kabupaten Ngawi Tahun 2005 – 2009<br />
Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi,<br />
tenaga kerja, kamar, tarip, dan jumlah tamu tahun<br />
2009<br />
III.2<br />
II.3<br />
III.7<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
iv
BAB<br />
1<br />
PENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANG<br />
Peningkatan kesejahteraan masyarakat telah diupayakan melalui<br />
berbagai program antara lain melalui program pembangunan pariwisata.<br />
Pariwisata telah diyakini dapat memberikan manfaat dalam rangka<br />
peningkatan kesejahteraan masyarakat pada khususnya dan pengembangan<br />
ekonomi kawasan pada umumnya. Dalam berbagai konteks pariwisata dilihat<br />
sebagai industri yang dapat memberikan banyak keuntungan yang terlihat<br />
nyata seperti dalam bentuk tersedianya lapangan kerja, meningkatnya<br />
pendapatan tambahan (additional income) penduduk di sekitar lokasi daya<br />
tarik wisata serta berkembangnya seni budaya lokal. Namun demikian di sisi<br />
lain pariwisata telah menyebabkan dampak negatif di banyak sisi kehidupan.<br />
Selain dapat menimbulkan dampak positif, jumlah wisatawan yang secara<br />
umum selalu bertambah dari waktu ke waktu tersebut memiliki potensi untuk<br />
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut<br />
dapat mengubah karakteristik dan fungsi lingkungan alam maupun sosial<br />
budaya dalam berbagai bentuk. Untuk menghindari terjadinya dampak negatif<br />
pembangunan pariwisata, maka di dalam mengembangkan pariwisata daerah<br />
diperlukan adanya keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara<br />
berbagai fungsi pariwisata, termasuk fungsi ekonomi, lingkungan hidup, dan<br />
pendidikan.<br />
Di satu sisi sektor pariwisata sebagai salah satu aset pembangunan<br />
ekonomi wilayah Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kegiatan industri<br />
yang memiliki prospek menjanjikan dan dapat memberikan kontribusi kepada<br />
peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan demikian sektor pariwisata<br />
diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi lokal sehingga mampu<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.1
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Namun demikian di sisi<br />
lain pembangunan pariwisata di Kabupaten Ngawi harus memperhatikan<br />
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan agar terjadi keseimbangan antara<br />
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan pelestarian fungsi ekologi.<br />
Upaya membangun perekonomian masyarakat Kabupaten Ngawi serta<br />
upaya memeratakan hasil-hasil pembangunan yang diharapkan dapat<br />
mengurangi kesenjangan pertumbuhan masing-masing sektor dan kawasan<br />
yang terdapat di wilayah tersebut menuntut adanya sinergi setiap komponen<br />
stakeholder pembangunan serta peran aktif dan kontribusi yang efektif dari<br />
seluruh elemen yang ada. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan upaya<br />
pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Kabupaten<br />
Ngawi sehingga mampu menjadi aset yang produktif yang dapat<br />
menggerakkan perekonomian di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi secara<br />
merata dan berimbang.<br />
Kunjungan wisatawan ke wilayah Kabupaten Ngawi pada umumnya<br />
didominasi oleh kunjungan ke daya tarik wisata yang sudah dikembangkan<br />
seperti Pemandian Tawun dan Waduk Pondok. Namun demikian, Kabupaten<br />
Ngawi tidak hanya memiliki dua daya tarik wisata tersebut. Di Kabupaten<br />
Ngawi juga terdapat berbagai daya tarik wisata lainnya yang dapat dikunjungi<br />
wisatawan termasuk Air Terjun Srambang, Perkebunan Teh Jamus, Monumen<br />
Suryo, dan Monumen/Situs Manusia Purba di Trinil. Meskipun belum tercatat<br />
dalam Buku Statistik Pariwisata beberapa daya tarik wisata seperti Monumen<br />
Suryo yang telah berkembang sebagai kawasan wisata yang memiliki daya<br />
tarik tersendiri sehingga dapat mendukung terciptanya diversifikasi daya tarik<br />
wisata di wilayah tersebut.<br />
Selain memberikan perhatian kepada upaya untuk mendiversifikasi<br />
daya tarik wisata, pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi juga perlu<br />
mempertimbangkan keseimbangan antara pemanfaatan aset termasuk alam<br />
dan budaya sebagai daya tarik wisata dengan pemeliharaan aset agar<br />
berkelanjutan sehingga dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun<br />
generasi yang akan datang.<br />
Di samping itu perencanaan pengembangan kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.2
mengantisipasi berbagai perkembangan lingkungan internal maupun eksternal<br />
termasuk kecenderungan perkembangan pariwisata dalam konteks nasional<br />
dan global. Oleh karena itu dalam upaya mengembangkan pariwisata di<br />
Kabupaten Ngawi, khususnya kawasan lereng Gunung Lawu, diperlukan<br />
adanya studi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah rencana tapak atau<br />
site plan kawasan tersebut.<br />
B. MAKSUD DAN TUJUAN<br />
Kegiatan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu Kabupaten Ngawi dimaksudkan agar dapat berfungsi sebagai<br />
dasar-dasar untuk:<br />
1. melaksanakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan ruang-ruang<br />
kawasan wisata secara efektif dan terencana;<br />
2. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan wisata;<br />
3. menetapkan instrumen/alat untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan<br />
serta mensinergikan penyusunan dan pelaksanaan program<br />
pemanfaatan ruang kawasan wisata;<br />
4. menetapkan investasi yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah<br />
Kabupaten Ngawi, swasta maupun masyarakat;<br />
5. menetapkan ijin pemanfaatan ruang kawasan wisata;<br />
6. menjadi acuan penyusunan rencana teknik.<br />
Kegiatan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu ditujukan untuk mengidentifikasikan kegiatan dan fasilitas yang<br />
sesuai untuk pengembangan kawasan wisata sehingga dapat berkembang<br />
sesuai fungsinya sebagai kawasan wisata. Secara garis besar sasaran<br />
perencanaan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.<br />
a. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan yang pada<br />
prinsipnya merupakan upaya dalam menciptakan fungsi dan intensitas<br />
penggunaan tanah di kawasan wisata.<br />
b. Menciptakan keserasian lingkungan, terutama permukiman dan kegiatan<br />
kawasan wisata, yang merupakan usaha menciptakan hubungan yang<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.3
serasi antara manusia dan lingkungannya yang tercermin dari pola<br />
intensitas penggunaan ruang kawasan wisata.<br />
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan<br />
upaya pemanfaatan ruang yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi<br />
pelayanan kegiatan-kegiatan di kawasan wisata.<br />
d. Mengarahkan pembangunan kawasan wisata yang lebih jelas dalam<br />
rangka upaya pengendalian, pengawasan, dan pelaksanaan<br />
pembangunan fisik untuk kawasan wisata, baik dari segi kuantitas<br />
maupun kualitas.<br />
Penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu<br />
diarahkan untuk:<br />
1. mengoptimalkan fungsi kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai<br />
kawasan wisata minat khusus berbasis alam pedesaan di daerah<br />
pegunungan.<br />
2. meningkatkan peran kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai<br />
kawasan wisata minat khusus yang menawarkan kegiatan rekreasi dan<br />
berbagai ragam kegiatan wisata lainnya.<br />
3. meningkatkan peran kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai area<br />
publik yang menekankan harmoni antara lingkungan, pendidikan dan<br />
ekonomi.<br />
C. LINGKUP KAWASAN PERENCANAAN<br />
Kawasan perencanaan yang disebut sebagai kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu meliputi daerah yang sangat luas yang secara administratif<br />
terdiri atas 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Kendal, Kecamatan<br />
Jogorogo, Kecamatan Ngrambe, dan Kecamatan Sine. Namun, dalam<br />
penyusunan rencana tapak kawasan dibatasi pada lingkup daerah yang<br />
akan diberi fokus pengembangan, yakni Desa Hargomulyo Kecamatan<br />
Ngrambe. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan<br />
stakeholder terkait, kawasan tersebut memiliki sumber daya alam dan<br />
budaya yang potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.4
Kawasan perencanaan tersebut merupakan kawasan perdesaan, yakni<br />
sebuah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk<br />
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai<br />
tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan<br />
sosial dan kegiatan ekonomi (RTRW Kabupaten Ngawi 2010-2030).<br />
D. TARGET/KELUARAN<br />
Hasil/keluaran yang diharapkan dari pekerjaan Penyusunan Site Plan<br />
Kawasan Wisata lereng Gunung Lawu adalah sebagai berikut:<br />
1. Tersusunnya site plan kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang dapat<br />
menjadi acuan bagi penataan fisik kawasan wisata dan lingkungan yang<br />
dapat mendukung pengembangan pariwisata di kawasan wisata tersebut<br />
serta dapat menjadi dasar pengembangan untuk menjadikan kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu utara sebagai kawasan wisata berbasis<br />
kegiatan wisata alam dan budaya masyarakat setempat.<br />
2. Tersusunnya arahan pengembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu<br />
yang akan menjadi pedoman operasional bagi pengembangan program<br />
yang berkaitan dengan kepariwisataan yang meliputi produk, pemasaran,<br />
sumber daya manusia, kelembagaan dan jejaring pengembangan;<br />
3. Terciptanya wajah kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang mampu<br />
menampilkan keharmonisan antara lingkungan alam dan budaya,<br />
pendidikan dan pengembangan perekonomian masyarakat setempat.<br />
4. Tersusunnya rekomendasi pengembangan kawasan wisata lereng Gunung<br />
Lawu.<br />
5. Tersusunnya peta rencana tapak (site plan) pengembangan kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.5
E. MANFAAT<br />
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak<br />
terkait termasuk:<br />
1. Pemerintah, dalam hal mendayagunakan sumber daya wilayah, khususnya<br />
untuk mengembangkan kawasan wisata lereng Gunung Lawu di<br />
Kabupaten Ngawi, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,<br />
meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Ngawi, menjaga<br />
kelestarian ekosistem kawasan wisata pedesaan dan pegunungan<br />
terutama dalam melestarikan sumber daya alam dan budaya yang sangat<br />
bermanfaat untuk berbagai keperluan;<br />
2. Swasta, dalam rangka membuka usaha baru yang berkaitan dengan<br />
pengembangan usaha jasa kepariwisataan, terutama wisata pedesaan di<br />
daerah pegunungan;<br />
3. Masyarakat, dalam memanfaatkan sumber daya alam khususnya sumber<br />
daya alam pedesaan di daerah pegunungan di sekitar mereka untuk<br />
membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan penghasilan tambahan<br />
(additional income).<br />
Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pariwisata di kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu, secara umum diperlukan langkah-langkah<br />
sebagai berikut:<br />
1. Meningkatkan pengelolaan daya tarik wisata secara profesional yang<br />
berwawasan lingkungan;<br />
2. Menjadikan industri pariwisata sebagai andalan untuk menciptakan<br />
kesempatan kerja dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan<br />
pendapatan daerah;<br />
3. Meningkatkan manajemen promosi pariwisata;<br />
4. Meningkatkan pelayanan jasa pariwisata;<br />
5. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam usaha jasa<br />
pariwisata;<br />
6. Meningkatkan manajemen pariwisata dalam rangka persaingan global;<br />
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam dan<br />
sumber daya buatan;<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.6
8. Mendorong tumbuhnya pangsa pasar pariwisata berdasarkan potensi<br />
yang dimiliki;<br />
9. Meningkatkan kerjasama dengan daerah lain yang saling menguntungkan;<br />
10. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata;<br />
11. Mengembangkan agrowisata, wisata alam dan wisata budaya di kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu.<br />
Dalam skala terbatas, kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang<br />
memiliki beraneka potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata<br />
termasuk daya tarik wisata agro, wisata alam, dan wisata budaya, diharapkan<br />
menjadi salah satu pendukung perekonomian masyarakat setempat di<br />
kawasan tersebut. Dalam skala yang lebih luas pengembangan pariwisata di<br />
kawasan wisata tersebut dalam jangka panjang juga diharapkan menjadi<br />
salah satu penggerak motor perekonomian wilayah Kabupaten Ngawi pada<br />
umumnya. Untuk itu di dalam mengelola dan mengembangkan kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu tersebut perlu diperhatikan beberapa hal sebagai<br />
berikut:<br />
1. dalam rangka mempertahankan kawasan pariwisata diperlukan<br />
pengawasan dan pengendalian daya tampung kegiatan pariwisata agar<br />
tetap terjamin kenyamanan alam lingkungan;<br />
2. dalam rangka menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata agar<br />
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur di kawasan tersebut<br />
diperlukan pengelolaan secara terintegrasi dengan sektor terkait.<br />
3. dalam rangka menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata yang<br />
dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan alam dan sosial budaya<br />
diperlukan pengelolaan yang koordinatif.<br />
Apabila tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik, berbagai kegiatan<br />
pembangunan yang dilakukan manusia serta perubahan alam lainnya yang<br />
terjadi di kawasan ini dapat menimbulkan masalah-masalah seperti kerusakan<br />
lingkungan akibat tumpang-tindih antar kegiatan yang dilakukan di kawasan<br />
tersebut yang lebih jauh berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan dan<br />
kualitas kehidupan. Hal yang dapat menjadi penyebab antara lain adalah<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.7
elum adanya program penataan aktivitas di kawasan wisata yang didasarkan<br />
pada konsep yang jelas.<br />
Berdasarkan kondisi di atas maka perlu dilakukan penataan konseptual<br />
tata ruang kawasan wisata untuk mengatasi problematika yang dapat timbul di<br />
kawasan wisata. Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam penataan<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang dalam hal ini cakupan wilayahnya<br />
lebih terfokus di Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe, antara lain adalah:<br />
a. Sektor pariwisata yang dikembangkan di kawasan lereng Gunung Lawu<br />
harus mampu menjadi salah satu prime mover pembangunan ekonomi<br />
lokal;<br />
b. Sektor pariwisata harus dapat memberikan kesempatan berusaha dan<br />
dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi perorangan<br />
ataupun kelompok masyarakat khususnya di sekitar kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi pada umumnya;<br />
c. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu dalam<br />
jangka panjang dapat dilaksanakan secara bertahap dengan<br />
mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan pariwisata keberlanjutan;<br />
d. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu harus<br />
melibatkan secara aktif berbagai komponen stakeholder termasuk sektor<br />
pemerintah, swasta, dan masyarakat;<br />
e. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu harus<br />
disertai dengan langkah-langkah proaktif dalam usaha pencegahan<br />
dampak negatif yang mungkin timbul.<br />
Selain untuk menjawab problematika pengembangan kepatriwisataan<br />
daerah, penataan kawasan wisata lereng Gunung Lawu dalam bentuk<br />
penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan juga diharapkan menjadi<br />
langkah untuk menggerakkan sektor pembangunan lainnya sehingga dalam<br />
hal ini dituntut adanya sinergi antara pihak pemerintah daerah beserta<br />
stakeholder terkait untuk lebih kreatif dan proaktif dalam usaha penggendalian<br />
pendapan asli daerah (PAD) untuk pembiayaan pembangunan. Penataan<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu melalui penyusunan rencana tapak (site<br />
plan) diharapkan dapat menciptakan kawasan wisata yang dapat diandalkan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.8
untuk mendorong peningkatan pendapatan asli daerah dan membangun<br />
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam<br />
penataan kawasan wisata lereng Gunung Lawu perlu dilakukan perumusan<br />
konsep pengembangan yang jelas.<br />
F. DASAR HUKUM<br />
Dasar hUkum untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan Rencana Tapak<br />
(Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu adalah sebagai berikut:<br />
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.<br />
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah<br />
yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.<br />
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.<br />
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.<br />
5. cUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan<br />
. Pengelolaan Lingkungan Hidup.<br />
6. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi<br />
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.<br />
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang<br />
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.<br />
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang<br />
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur.<br />
9. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi No. 10 Tahun 2011 tentang<br />
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.9
G. SISTEMATIKA PENYAJIAN<br />
Sistematika penyajian penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan<br />
wisata Lereng Gunung Lawu terdiri atas:<br />
BAB I PENDAHULUAN<br />
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,<br />
lingkup kawasan perencanaan, target keluaran, manfaat,<br />
dasar pelaksanaan hukum, dan sistematika penyajian<br />
laporan.<br />
BAB II METODE DAN PENDEKATAN<br />
Bab ini berisi tentang metode dan pendekatan yang<br />
digunakan untuk menyusun rencana tapak (site plan)<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu.<br />
BAB III RONA KAWASAN PERENCANAAN<br />
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kabupaten Ngawi,<br />
gambaran umum kepariwisataan di Kabupaten Ngawi,<br />
gambaran umum kawasan perencanaan (kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu), dan permasalahan pengembangan<br />
pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu.<br />
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN KAWASAN<br />
Bab ini berisi tentang analisis kebijakan dan rencana<br />
pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi, analisis fisik<br />
daya tarik wisata di kawasan lereng Gunung Lawu, analisis<br />
non fisik daya tarik wisata di kawasan lereng Gunung<br />
Lawu.<br />
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN<br />
Bab ini berisi tentang konsep yang digunakan sebagai<br />
pedoman untuk merencanakan pengembangan kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu yang terdiri atas konsep<br />
pembangunan pariwisata berkelanjutan, konsep<br />
pengembangan pariwisata berbasisi masyarakat dan<br />
konsep pengembangan pariwisata terpadu.<br />
BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.10
BAB VII<br />
Bab ini berisi tentang rencana pengembangan kawasan,<br />
rencana pengembangan pemasaran, rencana<br />
pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan<br />
kelembagaan, rencana pengembangan jejaring, dan<br />
rencana tapak kawasan<br />
PENUTUP<br />
Bab ini berisi kesimpulan dari perencanaan pengembangan<br />
kawasan wisata lereng gunung Lawu serta rekomendasi<br />
yang dapat dijadikan acuan pengembangan kawasan di<br />
masa yang akan datang.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
I.11
BAB<br />
2<br />
METODE DAN PENDEKATAN<br />
A. METODE<br />
Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan “Penyusunan<br />
Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu<br />
Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2011” ini meliputi beberapa tahap<br />
pendekatan teknis, yaitu:<br />
▪ Penentuan batas wilayah meliputi batas administratif kawasan lereng<br />
Gunung Lawu Kabupaten Ngawi.<br />
▪ Pengamatan dinamika perkembangan kawasan lereng Gunung Lawu<br />
Kabupaten Ngawi dan sekitarnya serta sumber daya yang dimilikinya.<br />
▪ Pengamatan lapangan (site observation) terutama dilakukan pada<br />
peninjauan ke lokasi-lokasi di kawasan lereng Gunung Lawu yang<br />
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata.<br />
▪ Pengidentifikasian hasil inventarisasi kawasan lereng Gunung Lawu<br />
dilengkapi dengan peta kawasan.<br />
▪ Penyusunan laporan kegiatan Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan)<br />
Wisata Lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2011.<br />
1. Data<br />
Kegiatan Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, Tahun Anggaran 2011 mengacu pada<br />
data dasar untuk menunjang kedalaman rancangan yang disusun<br />
sebagai berikut:<br />
a. Data fisik kondisi yang sudah ada;<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.1
. Data lingkungan;<br />
c. Data jaringan instalasi yang ada;<br />
d. Data ketersediaan lahan;<br />
e. Data berupa dokumen eksisting, termasuk dokumen perencanaan<br />
pembangunan daerah seperti Rencana Tata Ruang Wilayah<br />
(RTRW) Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030, Rencana<br />
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJPD) Kabupaten<br />
Ngawi Tahun 2010-2015;<br />
f. Data non fisik, berupa kondisi sosial budaya masyarakat,<br />
kependudukan, ekonomi kawasan, fungsi bangunan dan aktivitas<br />
kawasan.<br />
2. Pengumpulan Data<br />
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.<br />
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan beberapa<br />
metode termasuk pengamatan lapangan (site observation), wawancara<br />
dan diskusi. Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk data-data<br />
yang bersifat primer, yakni data yang dicatat atau dipotret langsung dari<br />
lapangan atau kawasan perencanaan. Pengumpulan data ini ditujukan<br />
untuk memperoleh gambaran keadaan yang spesifik di kawasan<br />
perencanaan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan metode<br />
simak, yakni menyimak data dan berbagai peta yang sudah dimiliki oleh<br />
lembaga/dinas terkait. Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk<br />
memperoleh fakta dan gambaran mengenai kawasan perencanaan<br />
yang tidak dapat diperoleh pada saat ini, namun fakta tersebut telah<br />
terdokumentasikan pada waktu yang lalu.<br />
3. Analisis Data<br />
a. Tahap Analisis<br />
Tujuan dari tahap analisis adalah menemukenali dan mengkaji<br />
secara tepat potensi dan permasalahan di kawasan perencanaan<br />
guna mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan muncul. Hal<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.2
ini dilakukan secara multidisiplin untuk memberikan dukungan bagi<br />
perumusan arahan pengembangan kepariwisataan di kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi. Secara lebih rinci tahap<br />
analisis ini dapat diuraikan sebagai berikut:<br />
1) Analisis Produk<br />
Secara umum analisis produk ditujukan untuk menghasilkan<br />
arahan pengembangan produk wisata kawasan wisata Lereng<br />
Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, yang meliputi pengembangan:<br />
daya tarik wisata (attractions), sistem aksesibilitas dan<br />
pencapaian (accessibility), fasilitas penunjang pariwisata<br />
(amenities) serta kegiatan (activities) wisata yang dapat<br />
dilakukan wisatawan dan masyarakat setempat dalam suatu<br />
konsep dan rencana pengembangan yang terpadu dan saling<br />
mendukung.<br />
Oleh karena itu di dalam proses analisis dan perencanaan<br />
keempat komponen produk tersebut dilakukan inventarisasi dan<br />
identifikasi karakteristik dan kondisi awal untuk menemukenali<br />
permasalahan serta kendala yang ada sebagai dasar untuk<br />
merumuskan konsep dan langkah-langkah pengembangan.<br />
• Komponen daya tarik wisata (attractions), dikaji melalui<br />
identifikasi untuk memetakan potensi wisata yang ada di<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu dan sekitarnya, baik<br />
potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata<br />
alam, wisata agro maupun wisata budaya. Potensi-potensi<br />
tersebut dianalisis untuk menentukan mana yang dapat<br />
dikembangkan sebagai daya tarik utama dan mana yang dapat<br />
dikembangkan sebagai daya tarik pendukung. Di samping itu<br />
juga dikaji potensi-potensi apa yang dapat dikembangkan<br />
sebagai daya tarik atau produk baru untuk mengembangkan<br />
diversifikasi produk di kawasan wisata Lereng Gunung Lawu.<br />
Hasil analisis terhadap potensi-potensi tersebut selanjutnya<br />
disusun dalam suatu konsep manajemen atraksi untuk<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.3
memberikan kualitas pengalaman yang lebih kaya dan<br />
beragam kepada wisatawan.<br />
• Analisis terhadap komponen aksesibilitas dan pencapaian,<br />
dititikberatkan pada evaluasi terhadap kemudahan pencapaian<br />
wisatawan dalam melakukan kunjungan ke kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu. Analisis tersebut selanjutnya dijadikan<br />
dasar bagi pengembangan sistem aksesibilitas dan pencapaian<br />
untuk meningkatkan kualitas dukungan pencapaian yang ada<br />
maupun dalam kerangka mengantisipasi pengembangan daya<br />
tarik wisata dan kegiatan-kegiatan atau aktivitas wisata baru<br />
dalam konteks diversifikasi produk di kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu.<br />
• Analisis terhadap komponen amenitas difokuskan untuk<br />
memetakan dan mengevaluasi kondisi ketersediaan<br />
fasilitas/sarana penunjang dan pelayanan wisata yang ada di<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu dan sekitarnya, guna<br />
menyusun arahan pengembangan, baik dari sisi kuantitas<br />
maupun kualitas serta peletakannya, untuk menyesuaikan<br />
permintaan pasar dan kecenderungan sikap yang makin kritis<br />
terhadap kualitas pelayanan wisata.<br />
• Analisis pada komponen aktivitas atau kegiatan wisata<br />
difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah<br />
dilakukan oleh wisatawan pada saat mengunjungi lokasi-lokasi<br />
di kawasan wisata lereng Gunung Lawu, khususnya Desa<br />
Hargomulyo Kecamatan Ngrambe, yang memiliki potensi<br />
untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Di samping itu<br />
kegiatan wisata juga dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan<br />
oleh masyarakat setempat selaku tuan rumah untuk<br />
menyediakan layanan/jasa sehingga berdampak pada<br />
pendapatan ekonomi keluarga. Dengan demikian kegiatan<br />
wisatawan dapat memberikan keuntungan dan manfaat<br />
kepada masyarakat setempat di kawasan perencanaan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.4
2) Analisis Fisik Tata Ruang<br />
Analisis tata ruang kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara<br />
umum memiliki sasaran untuk menghasilkan arahan rencana<br />
kegiatan dan tata ruang kawasan yang optimal, dengan skala<br />
prioritas dan pentahapan. Atas dasar gambaran tersebut,<br />
didukung oleh kajian pengembangan wilayah pembangunan yang<br />
ada, serta kajian bidang kepariwisataan, dapat dikembangkan<br />
perencanaan untuk pengembangan tata ruang kawasan<br />
pariwisata. Hal yang dijadikan pertimbangan dalam analisis tata<br />
ruang kawasan ini adalahketentuan tentang satuan wilayah<br />
pembangunan yang telah ditetapkan di kawasan wisata Lereng<br />
Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, yang merupakan kebijakan<br />
pemerintah daerah dalam pengembangan perwilayahan yang<br />
tercermin dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)<br />
Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030.<br />
3) Analisis Fisik Sarana pariwisata<br />
Dalam kaitannya dengan penyusunan rencana tapak (site plan)<br />
kawasan wisata Lereng Gunung Lawu, analisis sarana pariwisata<br />
(sarana yang mendukung pengembangan kawasan wisata),<br />
bertujuan untuk mengidentifikasi kelengkapan, kualitas dan<br />
kesesuaian sarana guna mendukung pengembangan<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu, dengan memberi<br />
rekomendasi bagi kebutuhan dalam upaya mengantisipasi<br />
pertumbuhan dan perkembangan permintaan pasar.<br />
Tujuan dari analisis fisik sarana pariwisata ini secara khusus<br />
adalah:<br />
• Memberikan gambaran mengenai potensi dan permasalahan<br />
dari kondisi sarana pendukung di kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu;<br />
• Memberikan gambaran tentang kebutuhan dan pola<br />
pengembangan sarana pendukung kegiatan di kawasan<br />
perencanaan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.5
Metode yang digunakan dalam analisis sarana pariwisata ini antara<br />
lain adalah dengan menggunakan data primer dan sekunder, yaitu<br />
data teknis sarana yang ada pada saat ini dan prediksinya untuk<br />
saat yang akan datang.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.6
Adanya Potensi<br />
Kawasan<br />
Adanya Permasalahan<br />
Kawasan<br />
Potensi wisata alam yang<br />
beragam seperti air terjun,<br />
keindahan alam<br />
pegunungan,keunikan sungai<br />
Belum adanya pengelolaan<br />
potensi kawasan secara optimal<br />
sehingga belum dapat<br />
dimanfaatkan dengan baik oleh<br />
Potensi wisata agro yang<br />
beragam seperti kebun teh,<br />
kebun kopi, pertanian<br />
terasering, budidaya tanaman<br />
sayuran dan buah,<br />
Belum adanya aksesibilitas untuk<br />
menuju potensi obyek wisata<br />
sehingga sulit untuk<br />
dikembangkan<br />
Potensi wisata spiritual yang<br />
beragam seperti makam<br />
keramat, mata air keramat,<br />
legenda situs, keunikan rumah<br />
batu<br />
Belum adanya sarana pendukung<br />
untuk mengembangan kawasan<br />
wisata lereng gunung lawu yang<br />
memadai<br />
Belum ada upaya pengelolaan<br />
dan pengembangan kawasan<br />
yang berbasis pada<br />
peningkatan potensi kawasan<br />
untuk mengatasi<br />
permasalahan<br />
Diagram 2.1: Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Wisata<br />
Lereng Gunung Lawu.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.7
. Metode Analisis<br />
Teknik pengolahan data secara umum didasarkan pada jenis dan<br />
sifat data, yakni:<br />
1. Data yang bersifat kuantitatif diolah dan disusun dengan tabulasi<br />
dalam bentuk tabel dan grafik.<br />
2. Data yang bersifat kualitatif diolah dan disusun secara deskriptif<br />
dalam bentuk narasi atau uraian yang berisi penjelasan mengenai<br />
data.<br />
3. Data yang menunjukkan letak atau posisi (misalnya lokasi suatu<br />
daya tarik wisata atau sarana penunjang kegiatan wisata) diolah<br />
dan disusun dalam bentuk peta.<br />
4. Data yang berkaitan dengan suasana atau situasi diolah dan<br />
disusun dengan menggunakan foto dan uraian atau deskripsi yang<br />
menjelaskan suasana atau situasi tersebut.<br />
Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu digunakan beberapa metode analisis termasuk<br />
analisis 4A, analisis SWOT dan analisis interaktif.<br />
1) Analisis 4A<br />
Analisis 4A merupakan analisis yang mendasarkan pada kajian<br />
terhadap komponen-komponen produk wisata yang terdiri atas<br />
atraksi, aksesibilitas, amenitas dan aktivitas. Untuk mengkaji<br />
produk wisata yang ada guna menyusun perencanaan<br />
pengembangan di masa mendatang analisis 4A merupakan<br />
analisis yang sesuai karena dapat membantu melihat secara<br />
keseluruhan komponen yang diperlukan sebagai landasan<br />
pembangunan pariwisata. Seluruh komponen yang dianalisis<br />
memiliki keterkaitan atau hubungan timbal balik yang saling<br />
mendukung sehingga dapat dikatakan apabila satu komponen<br />
tidak tersedia maka akan menghambat keberhasilan<br />
pembangunan pariwisata. Namun demikian komponen yang<br />
paling utama adalah daya tarik wisata mengingat semua kegiatan<br />
wisata dapat terjadi apabila terdapat daya tarik wisata.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.8
2) Analisis SWOT<br />
Analisis SWOT merupakan cara menganalisis dengan melihat<br />
secara cermat komponen-komponen yang terdiri atas strengths<br />
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang)<br />
dan threats (ancaman) dari suatu kegiatan pengembangan.<br />
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk<br />
menggambarkan kondisi atau situasi yang terjadi dan<br />
mengevaluasi suatu masalah atau proyek yang berdasarkan<br />
faktor internal (Strengths, Weaknesess) dan faktor eksternal<br />
(Opportunities dan Threats). Metode ini paling sering digunakan<br />
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan<br />
dilakukan.<br />
• Strengths atau kekuatan merupakan kondisi kekuatan yang<br />
terdapat dalam suatu kegiatan pengembangan, proyek atau<br />
konsep bisnis. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor<br />
yang terdapat dalam kegiatan pengembangan, proyek atau<br />
bisnis itu sendiri.<br />
• Weaknesses atau kelemahan merupakan kondisi kelemahan<br />
yang terdapat dalam suatu kegiatan pengembangan, proyek<br />
atau konsep bisnis. Kelemahan yang dianalisis merupakan<br />
faktor yang terdapat dalam kegiatan pengembangan, proyek<br />
atau bisnis itu sendiri.<br />
• Opportunities atau peluang merupakan kondisi peluang<br />
perkembangan yang akan terjadi di masa yang akan datang.<br />
Kondisi yang terjadi merupakan unsur di luar suatu kegiatan<br />
pengembangan, proyek atau konsep bisnis, misalnya<br />
kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar,<br />
keamanan internasional, dan iklim global.<br />
• Threaths atau ancaman merupakan kondisi yang mengancam<br />
dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu suatu kegiatan<br />
pengembangan, proyek atau bisnis.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.9
Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu analisis SWOT digunakan untuk<br />
memudahkan dalam mengkaji potensi dan permasalahan yang<br />
dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana pengembangan<br />
dalam bentuk rencana tapak (site plan). Kekuatan dan kelemahan<br />
merupakan faktor internal yang harus diberdayakan untuk<br />
mengantisipasi faktor eksternal, yakni peluang yang harus<br />
dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari.<br />
3) Analisis Interaktif<br />
Metode analisis interaktif memiliki beberapa elemen penting,<br />
yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan<br />
(verifikasi). Elemen-elemen analisis interaktif dalam kontek<br />
penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu ini dapat dijelaskan seperti berikut ini:<br />
• Reduksi data, yakni sebuah proses untuk melakukan<br />
penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan<br />
pengabstraksian data dari catatan lapangan yang berkaitan<br />
dengan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu. Data dari lapangan kemudian<br />
ditranskripsikan dalam bentuk laporan untuk kemudian<br />
direduksi dan dipilih hal yang penting untuk mendukung<br />
penyusunan rencana tapak.<br />
• Penyajian data, yakni suatu rakitan organisasi informasi dalam<br />
bentuk klasifikasi atau kategorisasi yang memungkinkan<br />
penarikan kesimpulan yang berkaitan penyusunan rencana<br />
tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu dapat<br />
dilakukan. Dalam hal ini display meliputi berbagai jenis<br />
matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, tabel, dan peta<br />
yang terkait dengan penyusunan rencana tapak (site plan)<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu.<br />
• Penarikan Kesimpulan, yakni suatu pengorganisasian data<br />
yang telah terkumpul sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.10
akhir mengenai penyusunan rencana tapak (site plan)<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu. Dalam awal<br />
pengumpulan data, tim penyusun berusaha memahami<br />
keteraturan, pola, pernyataan, konfigurasi, arahan sebab<br />
akibat dan proposisi-proposisi dengan bersikap terbuka.<br />
Sebagai bentuk analisis kualitatif analisis interaktif dilakukan<br />
secara terus menerus dari awal proses pengumpulan data<br />
sampai dengan proses verifikasi atau penarikan kesimpulan.<br />
Dengan demikian, proses analisis terjadi secara interaktif<br />
yang diikuti dengan pengujian antar komponen.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.11
B. PENDEKATAN PERENCANAAN<br />
Pendekatan untuk mengembangkan kawasan wisata Lereng Gunung<br />
Lawu diarahkan untuk menjadi dasar utama dalam perumusan rencana<br />
pengembangan. Pendekatan yang diaplikasikan adalah pendekatan 4-A<br />
(Attractions, Accessibility, Amenities, Activities) dan pendekatan 3-E<br />
(Ecology, Economy, Education).<br />
1. Pendekatan 4-A<br />
Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu digunakan pendekatan 4-A, yakni sebuah pendekatan<br />
yang digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis sebuah<br />
kawasan sehingga dapat membantu di dalam menyusun perencanaan<br />
pengembangan kawasan tersebut. Pendekatan 4-A terdiri atas 4<br />
(empat) komponen yang saling terkait, yakni Atraksi, Aksesibilitas,<br />
Amenitas, dan Aktivitas. Pada dasarnya produk pariwisata juga terdiri<br />
atas komponen-komponen yang dapat digolongkan menjadi atraksi,<br />
aksesibilitas, amenitas, dan aktivitas yang lebih dikenal dengan<br />
komponen 4A. Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi<br />
yang saling mendukung dalam mewujudkan produk pariwisata yang<br />
siap untuk disajikan kepada wisatawan guna memberikan pengalaman<br />
perjalanan dan kepuasan kunjungan yang maksimal.<br />
a. Atraksi<br />
Yang dimaksud dengan atraksi atau daya tarik wisata adalah “ …<br />
the features that attract a tourist to a particular destination … they<br />
constitute the main reason for travel to the destination. They are<br />
the pull factors of touriam” (Soekadijo, 1996; French (1996: 124).<br />
Atraksi wisata dapat berupa atraksi alam (natural attractions), seni<br />
budaya (cultural attractions), dan buatan (built attractions). Atraksi<br />
atau daya tarik alam adalah “ … attractions that occur naturally<br />
and are neither created by human beings nor exist for the purpose<br />
of tourism. Daya tarik budaya adalah daya tarik yang berupa hasil<br />
olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukan dan seni<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.12
kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau special<br />
events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata<br />
kehidupan sehari-hari), museum, dll. Sedangkan daya tarik buatan<br />
adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia.<br />
b. Aksesibilitas<br />
Sedangkan yang dimaksud dengan aksesibilitas adalah sarana<br />
yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai<br />
daerah tujuan wisata. Menurut French (1996: 204) faktor-faktor<br />
yang penting di dalam aksesibilitas meliputi “… road signage,<br />
access to tourist attractions, regional airports, and ground<br />
transport, … time taken to reach the destination, the cost of<br />
travelling to the destination, and the frequency of transport to the<br />
destination.” Aksesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan<br />
transportasi bagi wisatawan untuk mencapai sebuah tempat<br />
wisata tetapi juga waktu yang dibutuhkan, dan tanda penunjuk<br />
arah menuju lokasi wisata dan tanda lainnya (signage) seperti<br />
billboard sehingga pencapaian lokasi daya tarik wisata menjadi<br />
lebih mudah, cepat, dan nyaman.<br />
c. Amenitas<br />
Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan<br />
pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan<br />
kepada wisatawan sehingga merasa betah berada di daerah<br />
tujuan atau destinasi pariwisata. French (1996: 15) menyebutkan<br />
bahwa amenitas adalah “… basic facilities required by tour ists. …<br />
Amenities do not usually in themselves generate or attract tourists,<br />
but the lack of amenities might cause tourists to avoid a particular<br />
destination.” Fasilitas tersebut terdiri dari akomodasi, rumah<br />
makan, pusat informasi pariwisata, pusat perbelanjaan termasuk<br />
pasar dan toko, kios/toko cenderamata, kios oleh-oleh khas, pusat<br />
layanan kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan<br />
masyarakat (PUSKESMAS), took obat-obatan, pusat layanan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.13
perbankan, sarana komunikasi, pos keamanan, biro perjalanan<br />
wisata (BPW), ketersediaan air bersih dan listrik.<br />
d. Aktivitas<br />
French (1996: 124) menyebutkan bahwa aktivitas adalah “…what<br />
the tourist does at the destination area.” Aktivitas yang beraneka<br />
ragam bagi wisatawan dapat menyebabkan lama tinggal<br />
wisatawan yang lebih panjang yang dapat meningkatkan<br />
pengeluaran wisatawan. Selanjutnya, aktivitas yang dilakukan<br />
oleh wisatawan dapat menimbulkan aktivitas usaha yang dapat<br />
dikerjakan oleh penduduk setempat. Aktivitas usaha tersebut<br />
dapat berupa penjualan jasa maupun barang kepada wisatawan.<br />
Menurut Murphy (1995: 46) aktivitas dapat digolongkan menjadi:<br />
(1) appreciative, seperti sightseeing, hiking, photography, enjoying<br />
the outdoors; (2) extractive-symbolic, seperti fishing, picking<br />
berries, collecting rocks, bird hunting; (3) passive-free play, seperti<br />
resting and relaxing, getting away from the city, camping, cooking,<br />
reading, enjoying camp-fires, playing cards; (4) sociable-learning,<br />
seperti visiting friends and relatives, shopping, meeting people,<br />
drinking, partying, nature study; dan (5) active-expressive, seperti<br />
swimming, canoeing, beach activities, children’s play, boating.<br />
Selain kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan pada saat<br />
mengunjungi daya tarik wisata, aktivitas juga mengacu pada<br />
kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat selaku<br />
“tuan rumah” untuk menyediakan layanan atau jasa kepada<br />
wisatawan sehingga kegiatan ini menimbulkan dampak berupa<br />
keuntungan ekonomi bagi peningkatan pendapatan serta manfaat<br />
sosial budaya bagi kawasan. Banyaknya atau beragamnya<br />
aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan akan berpengaruh<br />
pada banyaknya aktivitas ekonomi atau kegiatan usaha yang<br />
dapat dilakukan oleh masyarakat setempat.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.14
2. Pendekatan 3E<br />
Di samping menggunakan pendekatan 4A, pengembangan kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu di Kabupaten Ngawi perlu juga<br />
direncanakan dengan menggunakan pendekatan 3E (Ekologi,<br />
Ekonomi, dan Edukasi). Dalam kontek perencanaan pengembangan<br />
kawasan wisata, pendekatan 3E digunakan sebagai pijakan untuk<br />
menjaga keseimbangan antara pola pengembangan pariwisata<br />
dengan karakteristik ekologi atau lingkungan alam dan budaya yang<br />
dimiliki, mengutamakan aspek pendidikan dalam rangka mengelola<br />
lingkungan secara bertanggung jawab dan berkesinambungan serta<br />
menekankan pada upaya mengembangkan perekonomian daerah<br />
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengingat<br />
lokasi kawasan yang berada di daerah pegunungan yang memiliki<br />
lingkungan rentan untuk menciptakan dampak bagi kawasan itu<br />
sendiri maupun bagi kawasan di sekitarnya.<br />
Berkaitan dengan ekologi atau lingkungan, dalam banyak hal<br />
pariwisata mengandalkan modal utamanya pada lingkungan, baik<br />
lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Dengan kata lain tanpa<br />
keberadaan unsur-unsur lingkungan tersebut pariwisata akan<br />
kehilangan aset atau modal dasar. Oleh karena itu unsur-unsur<br />
ekologi yang menjadi modal utama pariwisata harus dipelihara dan<br />
dijaga kelestariaanya agar dapat berfungsi secara berkelanjutan. Baik<br />
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang diharapkan<br />
dapat menikmati aset tersebut dengan kualitas yang sama atau tidak<br />
terdegradasi.<br />
Unsur edukasi merupakan elemen penting untuk mendukung<br />
pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau destinasi. Adanya<br />
upaya untuk memberikan informasi dan edukasi atau ‘pendidikan’,<br />
baik kepada wisatawan maupun kepada masyarakat setempat, dapat<br />
membantu menjaga kelestarian ekologi yang menjadi aset<br />
pembangunan pariwisata. Oleh karena edukasi atau pendidikan<br />
sangat diperlukan agar wisatawan maupun masyarakat setempat<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.15
memahami pentingnya menjaga lingkungan daerah tujuan wisata yang<br />
menjadi modal utama pariwisata.<br />
Komponen ekonomi memegang peran penting dalam pembangunan<br />
pariwisata mengingat tanpa adanya keuntungan atau manfaat<br />
ekonomi sama sekali para pelaku usaha pariwisata termasuk<br />
masyarakat di daerah tujuan wisata tidak akan termotivasi untuk<br />
berperan serta dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan<br />
pariwisata. Selanjutnya agar semua tujuan tersebut dapat dicapai<br />
diperlukan upaya dari berbagai pihak terkait untuk membuktikan<br />
bahwa pembangunan pariwisata benar-benar dapat memberikan<br />
manfaat ekonomi atau kontribusi finansial kepada masyarakat<br />
setempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan, perekonomian<br />
keluarga dan kesejahteraan mereka. Di sisi lain, dengan mengetahui<br />
dan mempercayai bahwa lingkungan yang menjadi modal utama<br />
pariwisata dapat memberikan manfaat kepada mereka, tentu mereka<br />
lebih termotivasi dan tergerak untuk ikut menjaga kelestariannya.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.16
C. ALUR PIKIR<br />
Diagram II.2: Alur Pikir Perencanaan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.17
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
II.18
BAB<br />
3<br />
RONA<br />
KAWASAN PERENCANAAN<br />
A. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi<br />
Kabupaten Ngawi, yang berada di kaki Gunung Lawu bagian utara,<br />
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Wilayah ini terletak<br />
di ujung bagian barat propinsi tersebut berbatasan langsung dengan Propinsi<br />
Jawa Tengah (Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karangnyar). Secara<br />
administratif batas-batas Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:<br />
Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora (Propinsi<br />
Jawa Tengah) serta Kabupaten Bojonegoro<br />
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun<br />
Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan<br />
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen<br />
(Propinsi Jawa Tengah)<br />
Ditinjau dari posisi geografis, wilayah Kabupaten Ngawi terletak pada<br />
posisi 7°21’ 7°31’ Lintang Selatan dan 111°10’ – 111°40’Bujur Timur. Secara<br />
administratif Kabupaten Ngawi yang memiliki luas wilayah sebesar 1.295,985<br />
km2 terbagi menjadi 19 (sembilan belas) kecamatan yang terdiri atas 213 (dua<br />
ratus tiga belas) desa dan 4 (empat) kelurahan. Ibu kota Kabupaten Ngawi<br />
terletak di Kota Ngawi.<br />
Kabupaten Ngawi yang memiliki luas wilayah keseluruhan 1.295,98 ha<br />
didominasi oleh tanah jenis Grumosol dengan warna kelabu dan hitam dengan<br />
luas sekitar 55.749 ha, tanah Mediteran dengan warna merah coklat seluas<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.1
25.612 ha, tanah Mediteran dan Litosol seluas 21.487 ha, tanah Aluvial<br />
dengan warna coklat hitam seluas 12.025, tanah Litosol seluas 6.000 ha,<br />
tanah Andosol dan Litosol seluas 3.025 ha, tanah Latosol dan Litosol seluas<br />
810 ha, tanah Mediteran dan Grumusol seluas 2.94 ha, tanah Mediteran dan<br />
Regosol seluas 1.95 ha serta jenis tanah lainnya seluas 4.885,62 ha.<br />
Gambaran mengenai sumber daya manusia yang dimiliki oleh<br />
Kabupaten Ngawi antara lain dapat dilihat dari jumlah penduduk dan tingkat<br />
pendidikan penduduk. Dalam hal jumlah penduduk pada tahun 2009<br />
Kabupaten Ngawi memiliki sebanyak 892.051 jiwa yang terdiri atas 438.223<br />
laki-laki dan 453.828 perempuan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi,<br />
2010). Apabila dibandingkan dengan keadaan penduduk pada tahun 2008<br />
maka jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 2.827 jiwa.<br />
Pada tahun 2009 rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah sebesar 96,56 yang<br />
berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk<br />
laki-laki. Deskripsi secara lengkap disajikan pada Tabel 3.1.<br />
Tabel 3.1: Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi Th 2009.<br />
NO KODE KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH<br />
1. 010 Sine 22.601 25.580 48.181<br />
2. 020 Ngrambe 21.163 21.412 42.575<br />
3. 030 Jogorogo 20.176 21.183 41.359<br />
4. 040 Kendal 24.413 26.419 50.832<br />
5. 050 Geneng 27.717 28.118 55.835<br />
6. 051 Gerih 18.184 19.289 37.473<br />
7. 060 Kwadungan 14.199 14.483 28.682<br />
8. 070 Pangkur 13.996 14.631 28.627<br />
9. 080 Karangjati 23.211 24.825 48.036<br />
10. 090 Bringin 15.890 16.344 32.234<br />
11. 100 Padas 16.911 16.949 33.860<br />
12. 101 Kasreman 12.013 12.006 24.019<br />
13. 110 Ngawi 41.930 42.432 84.362<br />
14. 120 Paron 44.066 45.300 89.366<br />
15. 130 Kedunggalar 36.901 37.212 74.113<br />
16. 140 Pitu 14.060 14.180 28.240<br />
17. 150 Widodaren 35.095 35.788 70.883<br />
18. 160 Mantingan 19.855 22.023 41.878<br />
19. 170 Karanganyar 15.842 15.654 31.496<br />
JUMLAH 438.223 453.828 892.051<br />
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi (2010).<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.2
Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi mencapai 688<br />
jiwa/km2, yang berarti bahwa setiap 1 km2 dihuni oleh sekitar 688 jiwa.<br />
Apabila dibandingkan dengan kondisi kepadatan penduduk pada tahun 2008<br />
terdapat kenaikan sebesar 2 jiwa/km2. Daerah-daerah yang memiliki<br />
kepadatan penduduk cukup besar (lebih dari 1000 jiwa/km2) meliputi<br />
Kecamatan Ngawi, Kecamatan Geneng dan Kecamatan Gerih. Daerah<br />
dengan kepadatan penduduk sedang (antara 500 – 1000 jiwa/km2) adalah<br />
kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Kwadungan, Pangkur,<br />
Karangjati, Padas, Bringin, Kasreman, Paron, Kedunggalar, Pitu, Widodaren<br />
dan Mantingan. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk paling<br />
rendah (kurang dari 500 jiwa/km2) adalah Kecamatan Karanganyar.<br />
Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi pada lima tahun<br />
terakhir terus mengalami kenaikan. Jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi<br />
pada tahun 2006 lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk pada<br />
tahun 2005. Jumlah penduduk pada tahun 2007 lebih besar atau mengalami<br />
kenaikan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006. Demikian<br />
pula pada tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi mengalami<br />
kenaikan atau lebih besar dari jumlah penduduk pada tahun 2007. Deskripsi<br />
selengkapnya mengenai perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Ngawi<br />
dari tahun 2005 sampai tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.2.<br />
Tabel 3.2: Perkembangan Kepadatan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ngawi<br />
Tahun 2005 – 2009.<br />
TAHUN JUMLAH KEPADATAN<br />
2005 876.154 676<br />
2006 879.193 678<br />
2007 882.221 681<br />
2008 889.224 686<br />
2009 892.051 688<br />
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi (2010).<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.3
B. GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN NGAWI<br />
Sebagai salah satu sektor andalan pembangunan Kabupaten Ngawi,<br />
pariwisata diharapkan mampu menjadi generator pembangunan serta dapat<br />
memberikan kontribusi kepada upaya peningkatan hasil-hasil pembangunan di<br />
wilayah tersebut. Letak Kabupaten Ngawi yang strategis di antara jalur<br />
pantura (pantai utara) yang menghubungkan berbagai daya tarik wisata yang<br />
terdapat di Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Blora, Cepu menuju Ngawi<br />
serta jalur tengah yang menghubungkan berbagai daya tarik wisata yang<br />
terdapat di Jogja (Yogyakarta) dan Solo (Surakarta) memiliki kekuatan untuk<br />
menarik wisatawan dari dua kawasan tersebut untuk mengunjungi berbagai<br />
daya tarik wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Ngawi.<br />
Untuk mengetahui gambaran mengenai perkembangan pariwisata di<br />
Kabupaten Ngawi berikut disajikan analisis data berdasarkan pendekatan 4A,<br />
yang terdiri atas: 1) Attractions, yakni daya tarik wisata yang dikunjungi<br />
wisatawan, 2) Accessibility, yakni kemudahan untuk menjangkau lokasi daya<br />
tarik wisata, utamanya dalam hal pencapaian lokasi daya tarik wisata secara<br />
fisik, 3) Amenities, yaitu sarana penunjang kegiatan pariwisata, serta 4)<br />
Activities, yakni kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat<br />
berkunjung ke destinasi wisata atau daya tarik wisata serta kegiatan yang<br />
dapat dilakukan oleh penduduk setempat untuk melayani wisatawan yang<br />
mengunjungi daya tarik wisata. Hal ini menunjukkan kondisi empirik atau<br />
existing situation mengenai berbagai komponen pariwisata di Kabupaten<br />
Ngawi.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.4
1. Atraksi (Daya Tarik Wisata) di Kabupaten Ngawi<br />
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pariwisata, sampai<br />
saat ini Pemerintah Kabupaten Ngawi belum memiliki Rencana Induk<br />
Pembangunan Kepariwisataan (RIPKA) yang dapat dijadikan acuan<br />
pengembangan pariwisata daerah baik dalam jangka pendek, menengah<br />
maupun jangka panjang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian terkait yang<br />
dilaksanakan oleh berbagai pihak termasuk pihak perguruan tinggi dapat<br />
menjadi kontribusi bagi penyusunan Rencana Induk Pembangunan<br />
Kepariwisataan tersebut pada khususnya serta dalam rangka<br />
mengembangkan pariwisata di Kabupaten Ngawi pada umumnya sehingga<br />
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan sumber daya<br />
alam dan budaya serta meningkatkan perekonomian wilayah melalui<br />
pengembangan daya tarik wisata.<br />
Atraksi atau daya tarik wisata di Kabupaten Ngawi dapat dibagi ke<br />
dalam beberapa komponen yaitu; (a) daya tarik wisata alam; (b) daya tarik<br />
wisata buatan; dan (c) daya tarik wisata budaya yang terdiri atas atraksi seni<br />
pertunjukan, seni kerajinan, bangunan bersejarah dan upacara adat. Daya<br />
tarik tersebut antara lain adalah Waduk Pondok, Taman dan Pemandian<br />
Tawun, Monumen Soerjo, Pesanggrahan Srigati, Museum Trinil, Benteng Van<br />
den Bosch, Perkebunan Teh Jamus, dan Air Terjun Srambang. Di samping itu<br />
juga terdapat daya tarik wisata yang berupa upacara tradisional atau kegiatan<br />
budaya, seperti upacara tradisional Dhuk Beji di Tawun, upacara Tironan,<br />
upacara Ruwatan, upacara Bersih Desa di beberapa daerah pedesaan,<br />
upacara Slametan, upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara<br />
perkawinan, upacara kematian dan sebagainya.<br />
2. Aksesibilitas Daya Tarik Wisata di Kabupaten Ngawi<br />
Dalam pembangunan pariwisata, aksesibilitas memiliki peran yang<br />
sangat penting karena aksesibilitas merupakan sarana yang memberikan<br />
kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai lokasi daya tarik wisata.<br />
Peningkatan aksesibilitas dari tahun ke tahun telah diupayakan oleh<br />
Pemerintah Kabupaten Ngawi agar semakin nyaman bagi wisatawan. Jalan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.5
menuju ke masing-masing lokasi daya tarik wisata sudah dapat dilalui dengan<br />
kendaraan roda empat. Sebagai contoh, kualitas jalan menuju ke lokasi<br />
Waduk Pondok sebagai daya tarik wisata air di daerah pedesaan sudah<br />
berupa jalan aspal. Begitu pula jalan menuju ke Taman dan Pemandian<br />
Tawun sudah cukup baik karena dari pusat kota ke Kecamatan Padas sudah<br />
dapat dilalui kendaraan roda empat.<br />
3. Amenitas Wisata di Kabupaten Ngawi<br />
Dalam dunia pariwisata, amenitas merupakan sarana pariwisata, yakni<br />
sarana yang mendukung kelancaran penyelenggaraan kegiatan wisata seperti<br />
akomodasi (penginapan), rumah makan, pusat informasi wisata, toko cendera<br />
mata, tempat belanja (pasar khas/tradisional, pusat layanan kesehatan, pos<br />
keamanan, pusat layanan perbankan, pusat layanan komunikasi, air bersih,<br />
listrik, jasa pemanduan, promosi wisata, dan kebersihan. Sebagian sarana<br />
pariwisata yang terdapat di Kabupaten Ngawi sudah memenuhi kelayakan,<br />
meskipun sebagian lainnya masih jauh dari kelayakan untuk memberi layanan<br />
prima kepada pengunjung/wisatawan. Di Kabupaten Ngawi, khususnya di<br />
Kota Ngawi, terdapat beberapa hotel dengan beberapa tipe (Lihat Tabel 3.3).<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.6
Tabel 3.3: Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi, tenaga kerja, kamar,<br />
tarip, dan jumlah tamu tahun 2009.<br />
No Nama Hotel Klasifikasi Jumlah<br />
Tenaga<br />
Kerja<br />
1. Hotel<br />
Sukowati<br />
Jumlah Kamar Tarip Jumlah<br />
Tamu<br />
Standar Suite Minimal Maksimal<br />
Bintang 1 29 52 3 75.000 370. 000 2.100<br />
2. Hotel Maksum Melati 2 3 22 - 40.000 170. 000 720<br />
3. Hotel SAA<br />
Nuansa<br />
Melati 1 18 30 - 45.000 143. 000 5.400<br />
4. Hotel Asri Melati 1 2 8 2 25.000 65. 000 1.080<br />
5. Hotel Wahyu I Melati 1 10 25 5 25.000 120.000 4.000<br />
6. Penginapan<br />
Rukun SH<br />
7. Losmen<br />
Menanti<br />
8. Penginapan<br />
Mina<br />
9. Penginapan<br />
Wajar<br />
10. Losmen Adi<br />
Ratna<br />
Melati 3 3 4 - 25.000 30. 000 1.260<br />
Melati 1 3 15 - 20.000 30.000 2.880<br />
Melati 3 3 10 - 25.000 25.000 240<br />
Melati 3 3 12 - 30.000 30.000 1.529<br />
Melati 1 8 13 - 40.000 50.000 720<br />
11. Losmen Melati 1 9 12 - 30.000 130.000 1.475<br />
Wahyu II<br />
Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten Ngawi (2010).<br />
4. Aktivitas (Kegiatan) Wisata di Kabupaten Ngawi<br />
Beberapa daya tarik wisata di Kabupaten Ngawi menawarkan beragam<br />
kegiatan kepada wisatawan. Dengan ragam daya tarik wisata seperti waduk,<br />
taman, kolam renang, bumi perkemahan, museum, hutan, air terjun,<br />
pemandangan alam pegunungan dan sebagainya wisatawan dapat<br />
melakukan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan karakteristik daya tarik<br />
yang dikunjungi.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.7
C. GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN<br />
Kawasan wisata lereng Gunung Lawu merupakan wilayah yang cukup<br />
luas dan secara administratif meliputi beberapa kecamatan, termasuk<br />
Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan<br />
Kecamatan Sine. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi<br />
Tahun 2010 – 2030 kawasan tersebut berpusat di Ngrambe dan ditetapkan<br />
sebagai salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi<br />
sebagai kawasan agropolitan. Kawasan tersebut memiliki berbagai potensi,<br />
termasuk potensi pertanian dengan tanaman seperti ubi jalar dan sayursayuran,<br />
potensi perkebunan seperti tanaman coklat, jahe, teh, cengkeh dan<br />
jambu mete, potensi perindustrian seperti anyaman bambu, genteng dan kripik<br />
tempe, serta potensi pariwisata seperti wisata Perkebunan Teh Jamus,<br />
Gunung Liliran, Air Terjun Srambang dan Bumi Perkemahan Selondo.<br />
Kawasan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang<br />
karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani,<br />
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis)<br />
di wilayah sekitarnya. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang<br />
dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi<br />
juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian),<br />
agribisnis hilir (processing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa-jasa<br />
pendukunganya. rencana kawasan Agropolitan yaitu pengembangan suatu<br />
kawasan dengan basis utamanya dalam sektor pertanian dan holtikultura.<br />
Tujuan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Ngawi adalah<br />
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui<br />
percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan<br />
kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang<br />
berdaya saing berbasis kerakyatan, keberlanjutan (tidak merusak lingkungan)<br />
dan terdesentralisasi (wewenang berada di pemerintah daerah dan<br />
masyarakat) di kawasan agropolitan.<br />
Penyusunan rencana tapak ini difokuskan pada kawasan inti yang akan<br />
dikembangkan di waktu mendatang, yakni Desa Hargomulyo dan sekitarnya.<br />
Sebagai sebuah kawasan pedesaan di daerah pegunungan Desa Hargomulyo<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.8
dan sekitarnya merupakan desa-desa yang memiliki beragam potensi,<br />
termasuk potensi pertanian, perkebunan, perindustrian dan pariwisata.<br />
Seluruh potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut dapat dikembangkan<br />
sebagai daya tarik wisata yang diharapkan mampu menciptakan alternative<br />
economic income dan manfaat lainnya kepada masyarakat.<br />
Untuk mendeskripsikan rona awal kawasan wisata lereng Gunung<br />
Lawu secara lebih lengkap, khususnya dalam kontek pengembangan<br />
pariwisata, digunakan pendekatan 4A (The Four-A Approach) agar dapat<br />
memudahkan analisis mengenai kawasan tersebut. Pendekatan 4A terdiri atas<br />
4 komponen, yakni Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas dan Aktivitas.<br />
1. Atraksi<br />
Atraksi adalah daya tarik yang dapat mengundang wisatawan untuk<br />
mengunjungi sebuah destinasi atau daya tarik wisata. Daya tarik wisata di<br />
kawasan wisata Lereng Gunung Lawu terdiri atas berbagai potensi alam<br />
dan budaya yang memiliki keunikan. Pada saat ini masih banyak potensi<br />
sumber daya alam maupun budaya yang terdapat di kawasan lereng<br />
Gunung Lawu yang belum dikembangkan dan dikelola secara profesional<br />
sebagai daya tarik wisata. Secara khusus Desa Hargomulyo yang terletak<br />
di kawasan lereng Gunung Lawu pada saat ini juga belum dikembangkan<br />
secara optimal sebagai desa wisata. Desa tersebut pada dasarnya<br />
memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat<br />
dikembangkan sebagai daya tarik wisata minat khusus, termasuk wisata<br />
agro, wisata alam, dan wisata budaya. Saat ini beberapa daya tarik utama<br />
di desa tersebut yang potensial untuk dikembangkan seperti Air Terjun<br />
Jumog (Dung Ji), Air Terjun Suwono belum memiliki aksesibilitas yang<br />
baik. Jalan menuju lokasi air terjun masih cukup sulit untuk dijangkau<br />
wisatawan, utamanya pada saat musim penghujan karena kondisi jalan<br />
tanah yang becek dan licin.<br />
2. Aksesibilitas<br />
Aksesibilitas adalah keterjangkauan suatu daerah tujuan wisata atau<br />
sebuah lokasi daya tarik wisata baik secara fisik maupun sosial.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.9
Aksesibilitas fisik pada umumnya terdiri atas jalan, jembatan dan signage<br />
yang berupa tanda penunjuk arah (sign board) atau RPPJ (Rambu<br />
Pendahulu Pengarah Jurusan) dan RPJ (Rambu Petunjuk Jurusan).<br />
Aksesibilitas sosial adalah penerimaan masyarakat setempat (local<br />
community acceptance) terhadap pembangunan pariwisata di daerah<br />
mereka. Aksesibilitas fisik, khususnya jalan, menuju ke kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu secara umum dapat dikatakan sudah cukup baik.<br />
Kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal meskipun jalan menuju ke<br />
beberapa lokasi belum diaspal dengan baik.<br />
Komponen aksesibilitas fisik lainnya di kawasan wisata lereng Gunung<br />
Lawu seperti papan penunjuk (sign board), baik yang menuju ke lokasi air<br />
terjun Dung Ji (Jumog, air terjun Suwono, maupun makam tokoh yang<br />
terdapat di kawasan tersebut belum ditemukan. Hal ini mengingat<br />
kawasan tersebut pada saat ini baru direncanakan untuk dikembangkan.<br />
Sedangkan aksesibilitas sosial yang berupa penerimaan masyarakat<br />
terhadap rencana pengembangan pariwisata di wilayah mereka sudah<br />
cukup baik. Komponen aksesibilitas berupa moda transportasi lokal pada<br />
saat ini banyak didominasi oleh ojek.<br />
3. Amenitas<br />
Amenitas merupakan segala sarana pendukung yang dapat<br />
memperlancar kegiatan pariwisata. Amenitas terdiri atas sarana<br />
akomodasi, boga (makanan dan minuman), telekomunikasi, perbankan,<br />
kesehatan, pusat informasi pariwisata, pemanduan (guiding and<br />
interpretation). Amenitas lain dapat berupa gardu pandang (lookout point),<br />
tempat makan, fasilitas rekreasi dan olah raga, tempat pertunjukan, pasar<br />
dan pertokoan, fasilitas parkir, serta fasilitas pertemuan. Pada saat ini<br />
sebagian besar komponen amenitas tersebut belum tersedia di kawasan<br />
wisata lereng Gunung Lawu terutama di kawasan perencanaan yang akan<br />
dikembangkan. Amenitas juga berupa jaringan air bersih dan jaringan<br />
listrik. Jaringan air bersih di kawasan perencanaan cukup memadai<br />
karena ketersediaan sumber air melimpah dan dapat disalurkan dengan<br />
mudah melalui pipa maupun selang air ke rumah-rumah warga,<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.10
perkantoran, pasar dan fasilitas umum lainnya. Demikian pula jaringan<br />
listrik di kawasan perencanaan sudah terdistribusi dengan baik untuk<br />
rumah-rumah warga perkantoran dan fasilitas umum lainnya. Keseluruhan<br />
warga masyarakat di kawasan perencanaan sudah dapat menikmati aliran<br />
listrik untuk berbagai keperluan mereka.<br />
4. Aktivitas<br />
Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat<br />
berkunjung ke daerah tujuan wisata. Kegiatan wisata di kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu masih bersifat insidental, yang hanya dilakukan pada<br />
waktu-waktu tertentu saja seperti pada hari Minggu atau hari libur<br />
nasional. Kegiatan wisata utama adalah wisata alam untuk menikmati<br />
suasana alam pegunungan, baik yang berkaitan dengan keindahan<br />
panorama alam pegunungan (sight seeing), udara yang sejuk segar,<br />
maupun tantangan untuk menjelajah. Namun demikian di beberapa lokasi<br />
kegiatan tersebut belum dikembangkan secara optimal sehingga<br />
diperlukan pendampingan untuk memberdayakan masyarakat setempat<br />
dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata tersebut.<br />
Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan di kawasan wisata lereng Gunung<br />
Lawu antara lain adalah melakukan olah raga dan rekreasi,<br />
menginap/bermalam di homestay untuk mengetahui adar istiadat<br />
masyarakat, dan melakukan pengamatan flora/fauna di kawasan<br />
pegunungan, menjelajah (trekking), berkemah (camping), berkeliling naik<br />
kuda (horse riding), bersepeda (cycling) dan sebagainya. Namun pada<br />
saat ini beragam kegiatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di<br />
kawasan tersebut belum dikembangkan dan dikelola.<br />
D. KONDISI SOSIAL EKONOMI<br />
Kondisi sosial ekonomi di kawasan wisata lereng Gunung Lawu,<br />
khususnya di kawasan inti Desa Hargomulyo, didominasi oleh sektor<br />
pertanian, dengan produksi utamanya berupa tanaman hortikultura<br />
termasuk sayuran dan buah. Tanaman sayuran yang dikembangkan<br />
warga antara lain adalah kobis, buncis, sawi, seledri, jepan (labu siyam),<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.11
kacang panjang, pete, lombok, kol, bawang merah dan loncang.<br />
Sedangkan tanaman buah yang ditanam oleh warga antara lain adalah<br />
apukat, pisang, pepaya, durian, manggis, kokosan, langsep, dan pundung.<br />
Disamping tanaman sayuran dan buah warga masyarakat juga menanam<br />
tanaman lain seperti tembakau dan cengkeh. Selain merupakan sumber<br />
utama pendapatan warga, semua jenis tanaman tersebut memiliki potensi<br />
untuk menjadi daya tarik wisata agro. Pengembangan potensi pertanian<br />
menjadi daya tarik wisata agro dapat membantu menyajikan pendapatan<br />
alternatif (alternatif income) untuk masyarakat setempat. Kegiatan yang<br />
dapat dilakukan oleh wisatawan untuk memanfaatkan potensi pertanian<br />
menjadi daya tarik wisata antara lain adalah memetik sayuran dan buah<br />
secara langsung di kebun warga dan menikmati hasil olahan dari sayuran<br />
maupun buah di rumah warga.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.12
E. PROFIL PASAR WISATA KAWASAN<br />
Pada saat ini pengunjung yang datang ke kawasan wisata lereng Gunung<br />
Lawu sebagian besar adalah wisatawan lokal yang berasal dari daerah<br />
sekitarnya. Hal ini mengingat kawasan tersebut belum dipromosikan.<br />
Untuk mempromosikan suatu daya tarik wistaa diperlukan beberapa<br />
kriteria, antara lain kesiapan lokasi dan kesiapan masyarakat. Pada saat<br />
ini selain lokasi daya tarik wisata yang belum siap, masyarakat setempat<br />
juga belum disiapkan secara baik untuk menerima kedatangan wisatawan<br />
dan untuk menjadi “tuan rumah” yang baik. Pada saat ini kunjungan<br />
wisatawan ke kawasan inti di Desa Hargomulyo baru terkonsentrasi untuk<br />
wisata ziarah, utamanya ke makam Patih Ronggolono. Kunjungan itu pun<br />
masih terbatas pada saat-saat tertentu, khususnya pada saat menjelang<br />
hari jadi Kabupaten Ngawi. Daya tarik wisata di sekitarnya, seperti<br />
Perkebunan Teh Jamus memang sudah mendapatkan kunjungan<br />
wisatawan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada hari-hari libur<br />
untuk kepentingan rekreasi. Dalam kontek pengembangan kawasan<br />
wisata daya tarik wisata seperti perkebunan teh Jamus dapat berfungsi<br />
sebagai poros yang dapat mendorong perkembangan daya tarik “jeruji”<br />
seperti desa wisata Hargomulyo. Dengan kata lain kunjungan ke kawasan<br />
perkebunan teh Jamus dapat menjadi gerbang promosi untuk menarik<br />
wisatawan agar mengunjungi berbagai daya tarik wisata lainnya di<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu termasuk Desa Hargomulyo dan<br />
sekitarnya. Berbagai daya tarik wisata dan kegiatan wisata yang dapat<br />
dilakukan oleh wisatawan bisa diperkenalkan dan dipromosikan kepada<br />
calon pengunjung melalui berbagai media.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.13
F. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN<br />
LERENG GUNUNG LAWU<br />
Beberapa permasalahan dalam mengembangkan kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu, utamanya yang berada di Desa Hargomulyo Kecamatan<br />
Ngrambe antara lain terkait dengan aksesibilitas, sarana prasarana,<br />
sumber daya manusia, kelembagaan, jejaring dan pemasaran. Pada titik<br />
atau lokasi tertentu di kawasan wisata lereng Gunung Lawu kondisi jalan<br />
masih kurang memadai, misalnya jalan kurang lebar dan tidak rata.<br />
Demikian pula pada saat ini belum terdapat tanda penunjuk/RPPJ<br />
maupun sign board yang menunjukkan masuk kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu. Sebagai sebuah kawasan yang memiliki potensi untuk<br />
dikembangkan menjadi daya tarik wisata minat khusus, akses menuju<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu dapat dikatakan masih kurang<br />
memadai. Beberapa pintu masuk ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu<br />
dari arah belum ditata dan difungsikan dengan baik. Di samping itu kondisi<br />
jalan menuju kawasan wisata lereng Gunung Lawu masih harus<br />
ditingkatkan khususnya dalam kaitannya dengan lebar jalan. Pada saat ini<br />
lebar jalan masih berkisar maksimal 4 (empat) meter, sedangkan menurut<br />
kondisi ideal seharusnya jalan diperlebar menjadi sedikitnya 6 (enam)<br />
meter). Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi bis pariwisata yang di<br />
masa depan sesuai dengan perkembangan kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu sebagai kawasan wisata akan banyak masuk ke kawasan<br />
tersebut. Selain jalan, elemen aksesibilitas lainnya yang masih amat<br />
terbatas adalah tanda penunjuk arah menuju kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu. Hal ini menyebabkan promosi kawasan wisata lereng<br />
Gunung Lawu menjadi kurang optimal. Demikian pula papan informasi<br />
mengenai keberadaan kawasan wisata lereng Gunung Lawu (billboard)<br />
yang cukup jelas di jalur highway Solo-Surabaya belum terpasang.<br />
Dalam hal produk selama ini produk yang dijual baru berupa<br />
pemandangan dan suasana alam pegunungan. Kegiatan yang dapat<br />
dilakukan oleh pengunjung adalah menikmati pemandangan alam<br />
pegunungan, berbelanja sayur mayor dan buah-buahan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.14
Selain itu juga terdapat kegiatan menikmati wisata pedesaan berbasis<br />
agrowisata serta paket wisata minat khusus lain seperti mengunjungi<br />
rumah batu maupun berziarah ke makam Patih Ronggolono. Namun, saat<br />
ini juga belum muncul gagasan dari masyarakat maupun swasta untuk<br />
memanfaatkan sumber daya yang ada guna dikembangkan sebagai<br />
produk wisata yang dapat dipromosikan dan dijual sebagai paket one day<br />
tour maupun stay overnight.<br />
Demikian pula penggunaan sumber daya air yang dimiliki oleh kawasan<br />
untuk kepentingan rekreasi yang belum optimal. Pada saat ini air yang<br />
melimpah di kawasan wisata lereng Gunung Lawu baru dimanfaatkan<br />
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan untuk air<br />
minum, mencuci dan mandi. Upaya-upaya pengembangan dengan<br />
memanfaatkan sumber air yang melimpah bagi kepentingan pariwisata<br />
dan rekreasi belum banyak dilakukan. Melimpahnya sumber daya air yang<br />
terdapat di kawasan wisata lereng Gunung Lawu perlu dikelola secara<br />
bijaksana namun juga memberikan peluang untuk mendiversifikasi produk<br />
wisata berbasis air (wisata tirta) di kawasan wisata tersebut. Di samping<br />
itu air yang melimpah di pegunungan dapat juga digunakan untuk usaha<br />
pemancingan dan pembibitan dan pembesaran ikan dan untuk<br />
kepentingan rekreasi air dan bahkan juga dapat dimanfaatkan dalam<br />
kaitannya dengan pendidikan.<br />
Sarana wisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu pada saat ini<br />
masih terbatas. Pengembangan sarana rekreasi untuk mendukung laju<br />
perkembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan<br />
wisata yang dapat diandalkan untuk meningkatkan perekonomian daerah<br />
dan kesejahteraan masyarakat yang dapat mengakomodasi lebih banyak<br />
pengunjung belum dilakukan. Demikian juga sarana wisata yang dimiliki<br />
oleh kawasan dan dikelola secara bersama secara sharing antara<br />
pemerintah daerah (Pemerintah Kabupaten Ngawi) dan pemerintah desa<br />
serta masyarakat setempat, seperti pusat cendera mata khas yang dimiliki<br />
oleh kawasan wisata lereng Gunung Lawu seperti kerajinan bambu, pusat<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.15
jajan dan oleh-oleh, pusat informasi pariwisata, dan sarana terkait lainnya<br />
belum ada.<br />
Di samping itu pada saat ini juga belum terdapat kerja sama dan jejaring<br />
atau networking di bidang pemasaran, pengembangan dan pengelolaan<br />
kawasan wisata lereng Gunung Lawu. Padahal dalam mengembangkan<br />
dan mengelola suatu kawasan wisata diperlukan adanya kerja sama<br />
antara semua elemen pelaku atau stakeholder dan penguatan jejaring.<br />
Pada saat ini kerja sama pengembangan dan pengelolaan produk masih<br />
sangat terbatas dan belum melibatkan berbagai unsur pemangku<br />
kepentingan (stakeholder) termasuk pemerintah dan swasta belum<br />
menjalin kerja sama secara intensif dalam bidang promosi dan<br />
pemasaran, misalnya dengan pihak Biro Perjalanan Wisata (BPW) baik<br />
yang berada di kota sekitarnya seperti Solo maupun Jogja selaku ujung<br />
tombak yang berhubungan secara langsung dengan wisatawan atau<br />
pasar yang lebih luas. Di sisi lain juga terlihat bahwa masyarakat belum<br />
memiliki inisiatif untuk menjalin kerja sama secara proaktif dan intensif<br />
dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam mengembangkan dan<br />
mengelola kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan wisata<br />
di mana pihak pemerintah dalam hal ini dapat berperan sebagai fasilitator<br />
yang akan memberi kemudahan untuk pengembangan kawasan wisata<br />
lereng Gunung Lawu, misalnya dengan membantu mempromosikan dan<br />
memasarkan kawasan wisata wisata lereng Gunung Lawu, antara lain<br />
melalui pemasaran terpadu (integrated marketing).<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
III.16
BAB<br />
4<br />
PELAKSANAAN<br />
PEKERJAAN<br />
A. RENCANA KERJA<br />
Pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan<br />
Wisata Lereng Gunung Lawu” akan terdiri atas beberapa kegiatan sebagai<br />
berikut:<br />
1. Persiapan<br />
Dalam tahap persiapan ini langkah-langkah yang akan<br />
dilaksanakan antara lain meliputi:<br />
a. menyusun organisasi kerja.<br />
b. mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam<br />
survey.<br />
c. mempersiapkan buku-buku referensi yang akan digunakan.<br />
d. membuat kerangka kerja beserta jadwal pelaksanaannya.<br />
e. menyiapkan dokumen-dokumen administrasi yang<br />
diperlukan.<br />
2. Pelaksanaan Kegiatan<br />
Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa hal yang perlu<br />
mendapatkan perhatian, yakni:<br />
a. Pengumpulan data<br />
b. Analisis data<br />
c. Penulisan laporan<br />
d. Pembahasan laporan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.1
e. Revisi laporan<br />
f. Pengumpulan laporan kegiatan.<br />
3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan<br />
Rencana pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak<br />
(Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” akan<br />
berlangsung selama tiga bulan. Jadwal selengkapnya dapat dilihat<br />
pada Tabel 4.1.<br />
B. STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA<br />
Agar pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan)<br />
Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” dapat berjalan dengan baik dan<br />
lancar maka disusun organisasi pelaksanaan pekerjaan berupa<br />
mekanisme kerja intern dan ekstern.<br />
1. Mekanisme Kerja Internal<br />
Struktur organisasi internal menggambarkan hubungan/mekanisme<br />
kerja Tim Peneliti dengan Team Leader, Tenaga Ahli, asisten maupun<br />
Tenaga Pendukung.<br />
2. Mekanisme Kerja Eksternal<br />
Struktur organisasi eksternal menggambarkan hubungan/mekanisme<br />
kerja Tim dengan pihak luar, yaitu:<br />
a. Hubungan kontraktual, antara Tim Peneliti dengan Tim Teknis<br />
“Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata<br />
Lereng Gunung Lawu”.<br />
b. Hubungan koordinatif dan konsultatif, dilakukan oleh Team<br />
Leader (bersama-sama dengan anggota tim) kepada pemimpin<br />
proyek, Tim Teknis, dan atau Dinas/Instansi terkait pada saat<br />
mencari informasi/data primer dan data sekunder, saat<br />
konsultasi/asistensi dan di forum diskusi/presentasi hasil<br />
pekerjaan.<br />
c. Hubungan koordinatif, antara Tim Teknis dengan Dinas/Instansi<br />
terkait, misalnya dalam hal memutuskan sesuatu yang bersifat<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.2
teknis maupun non-teknis yang memerlukan koordinasi antara<br />
Tim Teknis dan pihak-pihak lain yang terkait.<br />
Berdasarkan arahan dalam kerangka acuan kerja yang diberikan, untuk<br />
menangani pekerjaan yang ditawarkan diperlukan tenaga ahli dari<br />
beberapa bidang keahlian sesuai dengan karakteristik pekerjaan<br />
“Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu”.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.3
C. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN<br />
Tahapan pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan)<br />
Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu”, mulai dari persiapan,<br />
pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan yang disertai dengan<br />
pembuatan peta-peta sampai dengan pembahasan dan pengumpulan<br />
laporan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.<br />
Tabel 4.1: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.<br />
No URAIAN KEGIATAN BULAN KE<br />
1 2 3<br />
1 Perijinan lokasi studi<br />
2 Persiapan observasi awal<br />
3 Penyusunan instrumen<br />
4 Pengumpulan data<br />
5 Diskusi dan evaluasi<br />
6 Penyusunan laporan<br />
7 Seminar hasil kegiatan<br />
8 Perbaikan laporan<br />
9 Pengumpulan laporan<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.4
D. TAHAPAN PELAPORAN DAN PEMBAHASAN<br />
Laporan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu” disajikan dalam tiga tahap, yakni:<br />
Laporan Pendahuluan<br />
Laporan Antara<br />
Laporan Akhir<br />
Secara terperinci materi dari sistem pelaporan yang dilakukan di dalam<br />
kegiatan ini adalah sebagai berikut:<br />
a. Laporan Pendahuluan<br />
Laporan pendahuluan merupakan pengembangan dari Kerangka<br />
Acuan Kerja (KAK) yang memuat gambaran umum kawasan<br />
perencanaan berdasarkan pengamatan awal dari produk tata ruang<br />
yang ada. Laporan ini akan disajikan sebanyak 3 (tiga) eksemplar<br />
dengan ukuran kertas A4. Laporan pendahuluan antara lain memuat:<br />
Latar belakang<br />
Persepsi/pemahaman terhadap lingkup pekerjaan<br />
Rona awal kawasan<br />
Gambaran rencana pengembangan<br />
Metode pelaksanaan pekerjaan (dilengkapi dengan bagan alir atau<br />
kerangka pemikiran)<br />
Rencana kerja (jadwal kegiatan).<br />
b. Laporan Antara<br />
Laporan Antara diserahkan setelah pelaksanaan survey dan<br />
pengolahan data. Laporan Antara didiskusikan dengan Tim Teknis<br />
“Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu” Kabupaten Ngawi dan instansi-instansi terkait di daerah.<br />
Laporan ini akan disajikan sebanyak 3 (tiga) eksemplar dengan ukuran<br />
kertas A4. Laporan Antara akan berisi tentang:<br />
Pengembangan dari substansi materi pada laporan pendahuluan<br />
Arahan kebijaksanaan pembangunan<br />
Tinjauan umum Kabupaten Ngawi<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.5
Tinjauan khusus kawasan wisata<br />
Analisa kawasan perencanaan<br />
Identifikasi potensi dan permasalahan kawasan<br />
Strategi dan konsep pengembangan kawasan.<br />
c. Laporan Akhir<br />
Penyusunan laporan akhir merupakan kelanjutan dari draf laporan akhir<br />
“Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng<br />
Gunung Lawu” yang telah direvisi setelah mendapatkan berbagai<br />
masukan dari pembahas dan tim teknis. Laporan akhir akan<br />
didiskusikan dengan tim teknis terutama tim inti.<br />
Laporan akhir ini masih bersifat sementara karena masih memerlukan<br />
perbaikan tahap paling akhir dan akan disajikan sebanyak 10 (sepuluh)<br />
eksemplar sesuai dengan jumlah Tim teknis inti dengan ukuran kertas<br />
A4. Laporan akhir antara lain berisi tentang:<br />
Rencana pendekatan pelaku dan aktivitas<br />
Konsep dan Strategi pengembangan kawasan<br />
Rencana pengembangan kawasan<br />
Rencana alokasi pemanfaatan ruang zoning dan blok peruntukan<br />
Rencana sistem prasarana dan sarana<br />
Rekomendasi pengembangan.<br />
Setelah Laporan Antara direvisi sesuai kesepakatan dengan tim teknis<br />
maka disusunlah laporan akhir. Laporan akhir merupakan<br />
penyempuraan Laporan Antara yang telah memuat masukan masukan<br />
pada diskusi Draf Laporan Akhir. Laporan ini akan disajikan sebanyak<br />
10 (sepuluh) eksemplar dengan ukuran kertas A4.<br />
Buku Laporan Akhir juga memuat peta yang merupakan unsur atau<br />
kelengkapan yang tidak dapat dipisahkan. Peta antara lain terdiri atas:<br />
peta orientasi studi (peta administrasi)<br />
peta penggunaan tanah<br />
peta rencana zoning makro<br />
peta rencana zoning mikro<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.6
peta pengembangan Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu.<br />
Dalam setiap tahapan pekerjaan dan untuk merumuskan buku selanjutnya<br />
serta dalam setiap penyelesaian buku laporan diadakan diskusi dengan<br />
melibatkan pihak-pihak terkait. Laporan-laporan dalam pekerjaan<br />
“Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung<br />
Lawu” meliputi 3 (tiga) tahap diskusi yaitu:<br />
Laporan Pendahuluan<br />
Laporan Antara<br />
Laporan Akhir<br />
Secara terperinci materi yang terangkum di dalam kegiatan diskusi ini<br />
adalah sebagai berikut:<br />
a. Pembahasan Laporan Pendahuluan<br />
Pembahasan Laporan Pendahuluan ini diselenggarakan di Kantor<br />
BAPPEDA Kabupaten Ngawi yang dipimpin oleh Kepala BAPPEDA<br />
Kabupaten Ngawi, dengan peserta antara lain:<br />
Tim Koordinasi Pemerintah Kabupaten Ngawi<br />
Dinas/Instansi teknis dari kawasan yang direncanakan.<br />
b. Pembahasan Laporan Antara<br />
Pembahasan Laporan Antara akan dilaksanakan di Kantor BAPPEDA<br />
Kabupaten Ngawi dengan dipimpin oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten<br />
Ngawi dengan peserta antara lain dari Dinas/Instansi teknis terkait<br />
dengan kawasan yang direncanakan.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.7
c. Pembahasan Laporan Akhir<br />
Pembahasan laporan akhir akan dilaksanakan di Kantor BAPPEDA<br />
Kabupaten Ngawi dengan dipimpin oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten<br />
Ngawi dan peserta pembahasan yang terdiri atas:<br />
Tim koordinasi Kantor BAPPEDA Kabupaten Ngawi<br />
Dinas/Instansi teknis terkait dengan wilayah studi.<br />
Atas dasar pembahasan laporan akhir yang akan memberikan masukan<br />
dan tanggapan untuk menyempurnakan hasil pekerjaan “Penyusunan<br />
Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” maka<br />
akan disusun penyempurnaan laporan akhir. Sebelum laporan akhir ini<br />
akan diserahkan dan diterima, Tim Koordinasi Kantor BAPPEDA<br />
Kabupaten Ngawi harus memeriksa kembali konsep tersebut untuk<br />
dikonsultasikan kepada Tim teknis “Penyusunan Rencana Tapak (Site<br />
Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu”.<br />
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011<br />
IV.8