13.09.2015 Views

PENANTANG RISMA DARI MIRA W KE ASMA NADIA

20150914_MajalahDetik_198

20150914_MajalahDetik_198

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong> <strong>DARI</strong> <strong>MIRA</strong> W. <strong>KE</strong> <strong>ASMA</strong> <strong>NADIA</strong><br />

EDISI 198 | 14 - 20 SEPTEMBER 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 198 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />

TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTI<strong>KE</strong>L<br />

FOKUS<br />

PERJAMUAN<br />

SETYA-TRUMP<br />

DEMI SIAPA<br />

SEMINGGU SETELAH SETYA NOVANTO<br />

BERTEMU DONALD TRUMP, TRUMP<br />

MENANDATANGANI <strong>KE</strong>RJA SAMA BISNIS<br />

DENGAN HARY TANOE DI LIDO, BOGOR.<br />

NASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n NING SURABAYA <strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong><br />

n MENUNDA PROYEK SERBA-10 RIBU<br />

INTERNASIONAL<br />

n GETOK TULAR JERAT MANGSA<br />

KRIMINAL<br />

n MISTERI JEJAK DI BALKON 1506<br />

EKONOMI<br />

n ADA DI MANA NEGARA ARAB<br />

n NOL SEMPURNA UNTUK MARIAM<br />

n YANG DICACI YANG DICARI<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n PENEBAR MIMPI DI TEPI KALI<br />

INTERVIEW<br />

n ZULKIFLI HASAN: <strong>KE</strong>NAPA <strong>RISMA</strong> HARUS DIBOIKOT?<br />

SELINGAN<br />

n <strong>KE</strong>RETA CEPAT TAK AKAN LEWAT<br />

n BEDA <strong>KE</strong>RETA, BEDA NASIB<br />

n CUMA 2 JAM <strong>KE</strong> SURABAYA<br />

n TAK ADA PELETAKAN BATU PERTAMA<br />

n MEMBUKA TRANS-YOGI DAN NAROGONG<br />

BISNIS<br />

n BEREBUT PENONTON BON JOVI<br />

KOLOM<br />

n MELINDUNGI GAMBUT-MENGATASI <strong>KE</strong>BAKARAN<br />

RUMAH<br />

n RUMAH BERFILOSOFI BAMBANG SUSANTONO<br />

n NOVELIS LEGEN<strong>DARI</strong>S<br />

LENSA<br />

MUSIK<br />

n DARURAT ASAP<br />

n BON JOVI, YOU ROCK!<br />

PEOPLE<br />

PAMERAN<br />

n EROS TJOKRO | INDAH NADA PUSPITA | THOMAS SUAREZ<br />

n ESTETIKA BARU NASKAH KUNO<br />

n KALI INI LEBIH FUN!<br />

GAYA HIDUP<br />

n KATALOG<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n <strong>KE</strong>NANGAN LEWAT FURNITUR VINTAGE<br />

n MENYEPI DI GILI AIR<br />

n LEZATNYA MASAKAN PERANAKAN<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />

Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry<br />

Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim<br />

Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari,<br />

Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja,<br />

Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Ilustrator: Kiagus Auliansyah, Edi<br />

Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

DARURATASAP<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Kebakaran hutan yang meluas hingga menjadi ratusan titik api di sebagian Sumatera menjadi persoalan serius. Presiden Joko Widodo langsung<br />

meninjau lokasi dan meminta kepolisian menindak tegas perusahaan yang melanggar peraturan.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


LENSA<br />

Anggota TNI mengenakan kacamata renang saat memadamkan kebakaran hutan di Kampar, Riau, Rabu (8/9). (Y.T. Haryono/REUTERS)


LENSA<br />

Presiden Jokowi saat meninjau salah satu titik api di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Minggu (6/9). (Bagus Prihantoro/DETIKCOM)


LENSA<br />

Kebakaran hutan di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (10/9). (Beawiharta/REUTERS)


LENSA<br />

Bom air dilepaskan dari helikopter Mi-17 milik TNI ke titik api di Sumatera Selatan, Kamis (10/9). (Beawiharta/REUTERS)


LENSA<br />

Mahasiswa di Riau memasangkan masker dan meletakkan replika kue tar "18 Tahun Asap Riau" dengan latar belakang pesawat Hercules yang<br />

tengah melintas di tengah kabut asap di Tugu Zapin, Pekanbaru, Riau, Senin (7/9). (Rony Muharrman/ANTARA FOTO)


LENSA<br />

Petugas Apron Movement Control Bandara Sultan Thaha, Jambi, mengecek kondisi pesawat Susi Air jenis Cessna 208-B Caravan yang diparkir di<br />

landas pacu yang diselimuti kabut asap di Jambi, Kamis (3/9). (Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO)


NASIONAL<br />

NING SURABAYA<br />

<strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong><br />

“POKO<strong>KE</strong> NOTO SUROBOYO LUWEH APIK,”<br />

BEGITU JANJI LUCY.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Pasangan Rasiyo dan<br />

Lucy Kurniasari (tengah)<br />

didampingi perwakilan<br />

partai pengusung saat<br />

mendaftar ke KPUD<br />

Surabaya, Jawa Timur,<br />

Selasa (8/9).<br />

TRI SP/ANTARA FOTO<br />

MENUMPANG mobil kelinci warnawarni,<br />

Rasiyo dan Lucy Kurniasari<br />

resmi mendaftar sebagai calon<br />

Wali Kota dan Wakil Wali Kota<br />

Surabaya ke Komisi Pemilihan Umum setempat<br />

pada Selasa, 8 September, siang. Pasangan<br />

yang berpakaian putih-putih itu beranjak dari<br />

Gedung Gelora Pancasila dengan dikawal ratusan<br />

pendukungnya.<br />

Sejumlah petinggi partai pengusung,<br />

Demokrat dan Partai Amanat Nasional, tak<br />

ketinggalan mengantar pasangan tersebut.<br />

Bahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan<br />

Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno serta<br />

Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan dan Ketua<br />

Badan Pembinaan Organisasi, Keanggotaan,<br />

dan Kaderisasi Partai Demokrat Pramono Edhie<br />

Wibowo.<br />

Kepala Badan Pemenangan Pemilu Demokrat,<br />

Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, sebelumnya<br />

dijadwalkan ikut mengantar. Namun<br />

putra bungsu Ketua Umum Demokrat Susilo<br />

Bambang Yudhoyono itu akhirnya tidak muncul<br />

lantaran ada tugas lain dari partai.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Rasiyo berpasangan<br />

dengan Dhimam Abror,<br />

tapi gagal. Rasiyo akhirnya<br />

berpasangan dengan Lucy<br />

Kurniasari.<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

“Ibas harus menyiapkan hari ulang tahun ke-<br />

14 Partai Demokrat di Jakarta,” kata Pramono,<br />

menjelaskan ketidakhadiran Ibas.<br />

Dengan majunya pasangan Rasiyo-Lucy,<br />

pemilihan kepala daerah di ibu kota Provinsi<br />

Jawa Timur itu berpeluang digelar bersamaan<br />

jadwal pilkada serentak, 9 Desember 2015.<br />

Sebab, sebelumnya, calon lawan pasangan Tri<br />

Rismaharini (Risma)-Wisnu Sakti Buana yang<br />

sudah mendaftar sejak awal selalu berguguran.<br />

Undang-Undang Pemilihan Gubernur, Bupati,<br />

dan Wali Kota mengatur pilkada harus<br />

diikuti sedikitnya dua pasang calon. KPU pun<br />

mengeluarkan Peraturan Nomor 12 Tahun<br />

2015 tentang Pencalonan dalam Pilkada untuk<br />

mengatur perpanjangan waktu pendaftaran<br />

bagi daerah yang pasangan calonnya kurang<br />

dari dua. Jika pasangan calon tetap satu atau<br />

tunggal, pilkada di daerah itu ditunda ke jadwal<br />

pilkada serentak berikutnya, Februari 2017.<br />

Alhasil, pasangan calon petahana (incumbent)<br />

di Surabaya itu pun terancam gagal ikut<br />

pilkada serentak tahun ini. Padahal sempat<br />

muncul Koalisi Majapahit untuk menantang<br />

Risma-Wisnu, yang diusung Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan. Koalisi ini beranggotakan<br />

Partai Demokrat, Gerindra, PAN, Partai<br />

Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera,<br />

dan Golkar. Tapi, sejak dibentuk hingga bubar,<br />

koalisi ini tidak memunculkan nama pasangan.<br />

Di masa perpanjangan waktu, 1-3 Agustus<br />

lalu, muncul pasangan Dhimam Abror Djuraid-<br />

Haries Purwoko, yang diusung Demokrat dan<br />

PAN. Keduanya pun sempat datang ke KPUD<br />

Surabaya untuk mendaftar. Sayang, setelah<br />

menyerahkan sejumlah persyaratan, Haries<br />

menghilang. Ia tak kunjung muncul dan menandatangani<br />

sejumlah dokumen, sehingga<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Pasangan Tri<br />

Rismaharini dan Wisnu<br />

Sakti Buana saat<br />

menjalani tes kesehatan<br />

di Surabaya, Minggu<br />

(26/7).<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

pasangan ini pun batal melawan Risma-Wisnu.<br />

Setelah ditinggal “minggat” pasangannya,<br />

Abror kemudian disandingkan dengan Rasiyo.<br />

Namun kali ini Rasiyo yang jadi calon wali kota,<br />

sementara Abror jadi wakilnya. Pasangan Rasiyo-Abror<br />

mendaftar pada Selasa, 11 Agustus<br />

2015, hanya 30 menit sebelum KPU menutup<br />

pendaftaran yang sudah diperpanjang kedua<br />

kalinya itu.<br />

Tapi pencalonan pasangan itu pun menemui<br />

batu sandungan. Panitia Pengawas Pemilu<br />

Kota Surabaya menemukan masalah pada berkas<br />

dokumen pendaftaran Rasiyo-Abror. Surat<br />

rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat PAN<br />

yang dikirim melalui surat elektronik, yang<br />

kemudian dipindai, dianggap tidak asli.<br />

KPUD Surabaya lalu membuka lagi perpanjangan<br />

waktu pendaftaran untuk ketiga<br />

kalinya, pada 8-10 September, sehingga koalisi<br />

Demokrat-PAN bisa mendaftarkan calon pengganti.<br />

Selain Rasiyo-Lucy, sebenarnya pasangan<br />

Syamsul Arifin-Warsito, yang diusung PKB,<br />

Partai Hanura, dan Golkar, sempat akan mendaftar.<br />

Namun gagal lantaran tidak mendapat<br />

surat rekomendasi dari Golkar kubu Aburizal<br />

Bakrie.<br />

Sebelum terpilih untuk mendampingi Rasiyo,<br />

nama Lucy sebenarnya belum pernah muncul.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Karena calon<br />

(lawan)-nya memang<br />

berat. Kalau ringan,<br />

tentu banyak yang mau<br />

(maju).<br />

Zulkifli Hasan<br />

Justru ada dua nama lain sebagai kandidat. “Hanya<br />

ada nama Esty Martiana Rachmie, mantan<br />

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dan<br />

mantan Rektor Universitas Muhammadiyah<br />

Surabaya saat rapat (koalisi),” ujar Pelaksana<br />

Tugas Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai<br />

Demokrat Surabaya, Hartoyo, Kamis pekan<br />

lalu.<br />

Dua nama itu lalu dibawa ke DPP partai.<br />

Namun yang muncul justru nama Lucy. Belakangan<br />

diketahui, dua nama yang diusulkan<br />

itu enggan maju. “Nama Bu Lucy<br />

muncul dari komunikasi-komunikasi di<br />

pusat. Kami tidak tahu, pusat sudah<br />

menentukan dan final. Saya jajaran<br />

di bawah melaksanakan saja,” tutur<br />

Hartoyo.<br />

Ketua DPC PAN Kota Surabaya,<br />

Surat, juga menyebut nama Lucy<br />

muncul dari instruksi DPP, yang<br />

kemudian dikonsolidasikan ke dewan<br />

pimpinan wilayah hingga pengurus tingkat<br />

bawah. Kendati nama Lucy sempat tidak<br />

diperhitungkan, Surat menilai Rasiyo-Lucy bukan<br />

pasangan “ecek-ecek”. Latar belakang Rasiyo<br />

sebagai birokrat juga mumpuni. Ia adalah<br />

mantan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi<br />

Jawa Timur terlama.<br />

“Tentu sangat memahami birokrasi dan tata<br />

kelola pemerintahan,” ucap Surat.<br />

Sedangkan Lucy dinilai memiliki pengalaman<br />

politik karena pernah menjadi anggota Fraksi<br />

Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat periode<br />

2009-2014. Lucy juga cukup dikenal warga<br />

Kota Pahlawan karena pernah menjadi Ning<br />

Surabaya di ajang pemilihan “Cak dan Ning<br />

Surabaya” pada 1986. Belum lagi peng alaman<br />

bisnisnya sebagai direktur utama sejumlah perusahaan,<br />

seperti PT Kurnia Mandiri Surabaya<br />

dan PT Exatama Surya Cipta Surabaya.<br />

Zulkifli Hasan mengakui, dalam menghadapi<br />

Risma-Wisnu, peluang Rasiyo-Lucy untuk<br />

menang lebih kecil ketimbang calon petahana.<br />

“Karena calon (lawan)-nya memang berat.<br />

Kalau ringan, tentu banyak yang mau (maju),”<br />

katanya. (baca: Interview Zulkifli Hasan)<br />

Adapun Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais<br />

menyebut majunya pasangan tersebut bukan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Pasangan Tri Rismaharini<br />

dan Wisnu Sakti Buana<br />

diantar kader PDI<br />

Perjuangan saat mendaftar<br />

ke KPUD Surabaya.<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

semata mencari kemenangan, melainkan ingin<br />

menyelamatkan proses demokrasi agar pilkada<br />

tidak perlu ditunda. “Menyelamatkan kebutuhan<br />

publik itu lebih utama daripada menangkalah,”<br />

ujar Hanafi saat ditemui di gedung DPR.<br />

Meski begitu, majunya Rasiyo-Lucy diapresiasi<br />

kubu Risma-Wisnu. Juru bicara tim<br />

kampanye Risma-Wisnu, Didik Prasetiyono,<br />

mengatakan, didaftarkannya pasangan Rasiyo-<br />

Lucy, bakal memastikan hak warga Surabaya<br />

bisa memilih pemimpinnya pada 9 Desember<br />

mendatang.<br />

“Rasiyo-Lucy merupakan lawan tanding yang<br />

tangguh untuk Risma-Wisnu, dan PDI Perjuangan<br />

berharap kontestasi di pilkada berlangsung<br />

menarik dan banyak memberi pendidikan politik<br />

kepada pemilih,” tutur Didik melalui siaran<br />

pers, Selasa pekan lalu.<br />

Munculnya pasangan penantang Risma itu<br />

memang memunculkan antusiasme warga<br />

Surabaya untuk memberikan suaranya. Adelina<br />

salah satunya. Ibu satu orang putra itu bertekad<br />

kembali memilih Risma meski ada calon<br />

lain yang menawarkan hal berbeda. “Aku pilih<br />

yang pasti-pasti aja deh,” ucap warga Benowo,<br />

Surabaya Barat, itu.<br />

Perempuan yang disapa Adek ini mengakui<br />

Lucy bakal menarik minat pemilih karena<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Arak-arakan pendukung<br />

pasangan Rasiyo-Lucy<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

kecantikannya. Namun ia tetap akan memilih<br />

yang sudah terbukti kinerjanya. “Risma sudah<br />

terbukti,” katanya.<br />

Saat diwawancarai majalah detik, Jumat, 11<br />

September lalu, Lucy emoh jika disebut hanya<br />

mengandalkan wajah cantiknya untuk menggaet<br />

pemilih. “Nek ayu tok njoboe ae, enggak<br />

ayu (kalau cantik luar saja, tidak cantik) dalam<br />

hatinya, kan enggak bagus. Jadi cantik itu harus<br />

luar-dalam,” ujar dia.<br />

Lucy pun berjanji akan lebih mempercantik<br />

Surabaya jika bisa menang dalam pilkada. Ia<br />

akan menata kota mulai dari kawasan pinggiran.<br />

“Pokoke noto Suroboyo luweh apik (pokoknya<br />

menata Surabaya lebih baik lagi),” begitu<br />

janji Lucy.<br />

Untuk menggaet pemilih, kubunya akan<br />

menganalisis permasalahan dan merumuskan<br />

penyelesaiannya melalui kampanye simpatik.<br />

Dan pilkada Surabaya memang selalu menarik<br />

untuk disimak. n<br />

DEDEN G., ROIS JAJELI (SURABAYA), JAFFRY PRABU, SUDRAJAT | DIM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

ZULKIFLI HASAN:<br />

<strong>KE</strong>NAPA<br />

<strong>RISMA</strong><br />

HARUS<br />

DIBOIKOT?<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

AGAR TRI <strong>RISMA</strong>HARINI TETAP BERPELUANG TERUS MEMIMPIN SURABAYA,<br />

PAN DAN DEMOKRAT MENGAJUKAN RASIYO-LUCY KURNIASARI. APA<br />

KOMPENSASINYA?<br />

SUKSES memimpin Surabaya tak membuat<br />

langkah Tri Rismaharini mencoba melanjutkan<br />

kepemimpinannya berlangsung mulus.<br />

Popularitas dan kinerjanya yang moncer<br />

nyaris tersandung hanya karena ketiadaan<br />

pasangan calon lain sebagai penantang. Menyadari<br />

ada upaya dari pihak-pihak tertentu<br />

untuk memboikot Risma kembali memimpin<br />

Surabaya, Zulkifli Hasan turun tangan langsung.<br />

Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu<br />

mengawal langsung proses pendaftaran duet<br />

Rasiyo-Lucy Kurniasari, yang diusungnya bersama<br />

Partai Demokrat, ke Komisi Pemilihan<br />

Umum Daerah Surabaya sebagai calon Wali<br />

Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya pada<br />

Selasa, 8 September 2015. Komitmen serupa<br />

diperlihatkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat<br />

Hinca Panjaitan, yang turut hadir di<br />

sana.<br />

“Kami tidak mau ini gagal. Kenapa? La,<br />

kalau itu sampai harus ditunda ke 2017, akan<br />

sangat merugikan rakyat Surabaya,” kata Zulkifli<br />

saat berbincang dengan majalah detik,<br />

sehari sebelum ia terbang ke Surabaya, di<br />

ruang kerjanya, lantai 13 gedung Nusantara<br />

III, kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta.<br />

Prestasi dan kinerja Risma selama lima<br />

tahun memimpin Surabaya, kata dia, perlu<br />

diapresiasi dengan memberi kesempatan<br />

melanjutkan kepemimpinannya untuk<br />

lima tahun ke depan. Karena itu, harus ada<br />

pasangan calon lain agar Risma bisa benarbenar<br />

mengikuti pemilihan wali kota secara<br />

demokratis.<br />

Pada bagian lain, Zulkifli kembali menjelaskan<br />

ihwal keputusan PAN menyokong<br />

sepenuhnya pemerintahan Jokowi. Menurut<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Video<br />

dia, sikap itu bukan berarti menjalankan<br />

politik dua kaki atau poligami seperti disebut<br />

para analis politik. Untuk mengetahui lebih<br />

terperinci argumentasinya, simak petikan<br />

perbincangannya berikut ini.<br />

Seberapa serius PAN dan Demokrat<br />

mengikuti pemilihan Wali Kota Surabaya<br />

menantang Risma?<br />

Besok saya akan ke Surabaya untuk mengawal<br />

langsung. Bahwa PAN sangat serius<br />

agar pilkada Surabaya bisa berjalan dengan<br />

baik. Saya akan datang bersama Sekjen PAN,<br />

bawa stempel, kertas dengan kop surat (partai).<br />

Kami tidak mau ini gagal. Kenapa? La,<br />

kalau itu sampai harus ditunda ke 2017, akan<br />

sangat merugikan rakyat Surabaya. Mbok<br />

ya politiknya politik kebangsaan, jangan<br />

pragmatis, jangka pendek. Kan Ibu Risma itu<br />

bagus, berhasil. Politiknya kebangsaan, tidak<br />

memilih kelompok atau golongan tertentu,<br />

siapa saja. Agar Surabaya maju, dibangun.<br />

Kalau bagus dan berprestasi seperti itu, kenapa<br />

harus diboikot?<br />

Seberapa optimistis calon Anda dan<br />

Demokrat bisa mengimbangi Risma?<br />

Ya, tentu tidak mudah, wong Ibu Risma<br />

top banget. Hasil surveinya, 80 persen (unggul),<br />

tapi kita kan harus coba, berusaha. Jadi<br />

peluang kami tidak besar karena lawannya<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Ya, tentu tidak<br />

mudah, wong Ibu<br />

Risma top banget.<br />

Hasil surveinya, 80<br />

persen (unggul), tapi<br />

kita kan harus coba,<br />

berusaha.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

memang berat. Kalau lawannya ringan, tentu<br />

banyak yang mau (maju menjadi penantang).<br />

Jadi kemungkinan menang kami lebih kecil,<br />

kemungkinan kalah lebih besar. Itu keniscayaan<br />

karena lawannya memang bagus.<br />

Kalau pasti kalah, kenapa harus maju?<br />

Kenapa syarat calon independen tidak<br />

dipermudah atau biarkan Risma melawan<br />

kotak kosong?<br />

Nah, penyempurnaan undang-undang semacam<br />

itu nanti, monggo didiskusikan DPR<br />

dengan pemerintah. Tapi sekarang jangan<br />

sampai ada penundaan, apalagi itu terkait<br />

calon yang bagus, berprestasi. (Penundaan)<br />

kan enggak bagus. Kalau calon petahana itu<br />

gagal (prestasinya tidak bagus), ya enggak<br />

apa-apa (pilkada) ditunda. Tapi ini (Ibu Risma)<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Terkait keputusan PAN mendukung<br />

pemerintah, Anda dinilai menerapkan<br />

politik dua kaki karena menyatakan tak<br />

berpisah dengan KMP....<br />

Ah, enggak ada itu politik dua kaki atau<br />

poligami segala, ada-ada saja. Apa yang dijalankan<br />

PAN itu adalah politik jalan tengah,<br />

karena kami menilai kubu-kubuan itu sudah<br />

tidak relevan lagi. Tak ada lagi itu Koalisi Merah<br />

Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat<br />

(KIH). Kelompok-kelompok itu, ah, saya kira…<br />

sudahlah, kita semua harus mengutamakan<br />

kepentingan negara.<br />

Zulkifli Hasan datang untuk<br />

memberikan keterangan<br />

kepada Koalisi Merah Putih.<br />

Pertemuan itu antara lain<br />

dihadiri Ketua Umum Partai<br />

Gerindra Prabowo Subianto<br />

dan Ketua Umum Golkar<br />

Aburizal Bakrie di Jakarta,<br />

Kamis (3/9).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

kan bagus, tapi enggak ada lawan, terus kok<br />

ditunda.<br />

Secara nasional, Anda menargetkan<br />

PAN menguasai berapa daerah?<br />

Kami mengalir saja. Tapi, dari 269 pilkada,<br />

PAN ikut di 240 pilkada. Koalisinya tentu<br />

bermacam-macam, kan di daerah enggak<br />

ada KMP-KIH….<br />

Anda tak khawatir suara PAN akan<br />

anjlok karena sikap yang oleh sebagian<br />

kalangan dinilai mencla-mencle itu?<br />

Sekali lagi saya katakan, bagi PAN itu tidak<br />

(ada) lagi KMP dan KIH, sudahlah. Itu sudah<br />

cukup, tidak tepat lagi. Kalau di Thailand ada<br />

Kaus Kuning, Kaus Merah, sudah… jangan<br />

begitulah, cukup. Bahwa nanti setelah Pemilu<br />

(2019) yang akan datang, bisa cair lagi kan.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Sekarang berhentilah (bikin) gaduh. Kita fokus dulu<br />

bekerja bersama-sama untuk pemulihan ekonomi.<br />

Masak mau meributkan MD3 lagi, nanti rakyat<br />

tambah antipati.<br />

Zulkifli Hasan<br />

FENY SELLY/ANTARA FOTO<br />

Apa sebetulnya momen yang membuat<br />

Anda sampai pada kesimpulan demikian?<br />

Ya, kondisi bangsa sekarang ini. Politik juga<br />

harus dirasakan kehadirannya di tengah-tengah<br />

rakyat. KMP kan selama ini mendukung<br />

terus semua kebijakan (pemerintah).<br />

Ya sudah, kalau mendukung terus, masuk<br />

saja ke pemerintah agar memberi sinyal kuat<br />

kepada publik bahwa pemerintahan ini kuat,<br />

mayoritas. Di parlemen juga didukung. Jadi<br />

kita bertanggung jawab, enggak hitam-putih<br />

kan karena langsung bersama pemerintah.<br />

Dengan itu, saya berharap memberikan sinyal<br />

positif terhadap pelaku pasar, para investor,<br />

negara-negara sahabat, dan segenap rakyat<br />

Indonesia tentunya bahwa pemerintah ini<br />

kuat, mayoritas, jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan.<br />

Ada partai lain yang akan menyusul<br />

mengikuti langkah Anda?<br />

Justru kami berharap semua yang bergabung<br />

di KMP itu bersama-sama menghadapi<br />

situasi seperti sekarang ini. Pilihannya kan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Zulkifli Hasan dan Ketua<br />

Umum Partai Gerindra<br />

Prabowo Subianto tiba di<br />

Menara Epicentrum, Jakarta,<br />

Kamis (3/9).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

pemerintahan ini jatuh atau pemerintahan<br />

stabil. Itu saja! Kalau semua sepakat, kan<br />

katanya KMP juga mendukung pemerintah,<br />

ya ayo, jangan tanggung-tanggung masuk,<br />

brek. PAN enggak mau tanggung-tanggung.<br />

Jadi kami enggak separuh-separuh. Iya, kan?<br />

Jelas. Dan itu koalisi pemerintah sebutannya,<br />

enggak ada lagi sebutan koalisi-koalisi lain.<br />

Dalam pertemuan dengan pimpinan<br />

KMP pada Jumat (4 September 2015), bagaimana<br />

respons mereka atas penjelasan<br />

Anda?<br />

Alhamdulillah... teman-teman menghargai<br />

pendapat, sikap, dan keputusan PAN. Mereka<br />

menghormati, sudah matang, sudah dewasa<br />

tokoh-tokoh kita itu. Apalagi Pak Prabowo,<br />

Pak Aburizal, Pak Anis Matta matang sekali,<br />

sangat negarawan.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

meributkan MD3 (Undang-Undang Nomor<br />

17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan<br />

DPRD) lagi. Saya kira, itu nanti rakyat akan<br />

tambah antipati. Sekarang bagaimana supaya<br />

kehadiran partai politik itu terasa oleh rakyat<br />

di tengah harga-harga yang melambung.<br />

Siapa yang lebih aktif dalam proses<br />

bergabungnya PAN ke pemerintah?<br />

Ya, kami sama-samalah. Kami sama-sama<br />

melihatnya kepentingan NKRI.<br />

Presiden Joko Widodo bersama<br />

Zulkifli Hasan (kedua dari kiri),<br />

Ketua Majelis Pertimbangan<br />

PAN Soetrisno Bachir (kiri),<br />

serta Ketua Umum Partai<br />

Hanura Wiranto memberikan<br />

keterangan pers terkait<br />

bergabungnya PAN dengan<br />

koalisi partai pendukung<br />

pemerintah, Jakarta, Rabu<br />

(2/9).<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

Ada yang mempersoalkan posisi Anda<br />

sebagai Ketua MPR? Kan berkat KMP….<br />

Saya katakan tadi, mereka sangat negarawan,<br />

memahami posisi PAN.<br />

Perubahan peta koalisi ini juga akan<br />

mengarah pada perubahan UU MD3 terkait<br />

reposisi pimpinan DPR/MPR?<br />

Aduh... untuk sekarang ini berhentilah (bikin)<br />

gaduh. Kita fokus dulu bekerja bersamasama<br />

untuk pemulihan ekonomi. Masak mau<br />

Apa peran Pak Wiranto, kok ikut bersama<br />

Anda bertemu dengan Presiden<br />

Jokowi?<br />

Ya, beliau menemani saja.<br />

Tak ada kaitan dengan pergeseran kursi<br />

kabinet dari Hanura?<br />

Jangan suuzon, deh. Urusan menteri, itu<br />

kan Presiden. Kalau PAN suruh bantu, ya siap.<br />

Ada yang menyebut merapatnya PAN<br />

ke pemerintah antara lain untuk melin-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Zulkifli Hasan berjabat tangan<br />

dengan Ketua Umum Pengurus<br />

Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil<br />

Siradj didampingi Sekretaris<br />

Jenderal NU Helmy Faishal saat<br />

kunjungan silaturahmi di gedung<br />

PB NU, Jakarta, beberapa waktu<br />

lalu.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />

dungi Anda dari kasus hukum sewaktu<br />

jadi Menhut?<br />

Ya... kalau fitnah itu mbok jangan keterlaluan.<br />

Apalagi katanya disebut terkait Pertamina<br />

(Foundation). CSR Pertamina (penanaman<br />

100 juta pohon) itu kan kerja sendiri, dana<br />

sendiri, enggak ada urusannya dengan saya<br />

dan Dephut. Ada disebut katanya saya diperiksa<br />

Buwas (Komjen Budi Waseso, saat itu<br />

Kepala Bareskrim) terkait Pertamina menanam<br />

pohon, apa urusannya? Saya tidak kenal<br />

Buwas, enggak pernah diperiksa. Malah saya<br />

termasuk yang tidak setuju dia diganti untuk<br />

saat sekarang ini, ketika sedang emosional.<br />

Kalau mau mengganti, saran saya sih ya<br />

tunggu yang lebih pas, biar tidak terkesan dicopot,<br />

tapi memang benar-benar pergantian<br />

biasa.<br />

Orang yang bilang saya tersangkut hukum<br />

itu, kalau dia sakit hati sama Jokowi, ya jangan<br />

bawa-bawa nama sayalah. Komplain saja<br />

langsung. Saya kan bukan presiden, yang<br />

bisa mengangkat seseorang menjadi menteri<br />

atau tidak. Bisa saja saya adukan orang itu,<br />

tapi ya sudahlah, anggap saja orang sakit.<br />

Bagaimana kondisi riil ekonomi kita<br />

menurut pengamatan Anda?<br />

Berat ya, meski tak seberat 1997-1998.<br />

Saya ke Surabaya mendapat laporan pabrikpabrik<br />

yang sebelumnya memberlakukan<br />

operasi untuk tiga shift, sekarang cuma dua<br />

shift, misalnya. Yang sebelumnya dua shift<br />

tinggal satu shift. Dan yang satu shift sudah<br />

merumahkan sebagian pegawai, buruh, atau<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

pekerjanya. Jadi berat. Ibu-ibu yang biasanya<br />

sering beli baju atau bedak sekarang sudah<br />

enggak lagi karena harganya sudah melambung.<br />

Semua pengusaha, tanya deh, enggak<br />

ada yang enggak mengeluh dengan situasi<br />

dan kondisi sekarang ini. Karena itu, saatnya<br />

kita bersama-sama ikut memikirkan perbaikan<br />

ini.<br />

CSR Pertamina (penanaman 100 juta pohon) itu kan<br />

kerja sendiri, dana sendiri, enggak ada urusannya<br />

dengan saya dan Dephut.<br />

AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO<br />

Kehadiran Direktur Eksekutif IMF kemarin<br />

menjadi sinyal tertentu....<br />

Kondisi kita sekarang ini jauh lebih baik<br />

dari 1998. Kondisi politik pada 1998 itu kan<br />

juga tidak sebaik sekarang, kocar-kacir. Dari<br />

pengalaman itulah, ketika menghadapi situasi<br />

ekonomi yang bergejolak, kondisi politik harus<br />

dikuatkan. Kami masuk ke pemerintah itu<br />

antara lain untuk memberikan sinyal positif,<br />

bahwa pemerintahan ini kuat, kompak. Jadi<br />

jangan coba-coba mengganggu Indonesia. Sinyal<br />

itu penting.<br />

Pak Amien Rais mengajak perlunya Dialog<br />

Nasional, seberapa urgen menurut<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Zulkifli Hasan mengantar<br />

langsung pendaftaran pasangan<br />

calon Wali Kota-Wakil Wali Kota<br />

Surabaya Rasiyo-Lucy Kurniasari<br />

ke KPU Surabaya.<br />

DETIKCOM<br />

Anda?<br />

Saya kira penting, ya, karena ini kan negara<br />

kita. Saya baru terima perwakilan-perwakilan<br />

serikat buruh. Kadang teman-teman buruh<br />

punya persepsi beda, terjadi miskomunikasi.<br />

Misalnya, akan jatuhkan Jokowi karena dianggap<br />

akan memasukkan 10 juta pekerja<br />

asal Tiongkok. Saya sudah tanya Presiden<br />

Jokowi, enggak ada rencana itu. Yang ada<br />

itu MOU (nota kesepahaman) untuk menargetkan<br />

kunjungan wisatawan asal Tiongkok<br />

sebanyak 10 juta orang setiap tahun. Tapi kok<br />

yang berkembang 10 juta tenaga kerja?<br />

Jadi saya bertemu, berdiskusi, berkomunikasi<br />

dengan kelompok-kelompok masyarakat,<br />

seperti kalangan serikat buruh, antara<br />

lain agar tidak ada miskomunikasi. Seberat<br />

apa pun gejolak ekonomi, kalau politik kuat,<br />

kita enggak bisa dipecah-belah. Negara kalau<br />

sudah dipecah-belah, berbahaya sekali. Lihat<br />

Timur Tengah. Karena itu, keutuhan NKRI<br />

harus betul-betul dikawal, apalagi di tengah<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERVIEW<br />

Mantan Ketua Umum PAN<br />

Amien Rais memberikan<br />

pernyataan sikap kepada<br />

wartawan di kediamannya,<br />

Sleman, Yogyakarta Kamis<br />

(3/9).<br />

REGINA SAFRI/ANTARA FOTO<br />

gejolak ekonomi seperti sekarang ini.<br />

Anda akan ikut memprakarsai Dialog<br />

Nasional?<br />

Kami di MPR dalam rangka Hari Konstitusi,<br />

1 Oktober nanti, akan membuat Dialog Nasional<br />

yang akan diikuti oleh seluruh stakeholder.<br />

Kami akan mengupayakan agar para<br />

pemimpin nasional yang senior, mulai Pak<br />

B.J. Habibie, Ibu Megawati, sampai Pak SBY,<br />

menyampaikan gagasan dan pemikiran mereka.<br />

Para pimpinan partai-partai politik pun,<br />

seperti Pak Prabowo, akan turut berbicara.<br />

Juga wartawan-wartawan senior. ■ SUDRAJAT<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

MENUNDA PROYEK SERBA-10 RIBU<br />

“SAYA AKAN PERJELAS LAGI PADA RAPAT BURT. INI YANG MAU DIBANGUN RS ATAU<br />

KLINIK? KALAU KLINIK, ENGGAK 10 RIBU JUGA ATUH.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

KABAR yang ditunggu itu datang<br />

dari Menteri Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional/Kepala Bappenas<br />

Sofyan Djalil. Seusai rapat dengan<br />

Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat<br />

pada Rabu, 9 September lalu, Sofyan menyebut<br />

pemerintah tidak mengalokasikan anggaran<br />

untuk membangun kompleks gedung DPR,<br />

setidaknya untuk tahun ini.<br />

“Pemerintah sudah menyatakan tahun ini<br />

anggaran belum disediakan,” kata Sofyan saat<br />

ditemui di gedung parlemen.<br />

Adapun untuk tahun depan, Sofyan menyebut<br />

pemerintah masih akan mengkaji proyek<br />

yang bakal menelan anggaran negara total Rp<br />

2,7 triliun itu. Apalagi sampai saat ini belum ada<br />

pos untuk keperluan tersebut dalam Rancangan<br />

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

2016. Dengan demikian, hampir dipastikan proyek<br />

usulan Dewan itu tidak akan dilaksanakan<br />

dalam waktu dekat.<br />

Rencana pengembangan kompleks parlemen,<br />

yang disebut terbagi dalam tujuh proyek,<br />

beberapa waktu belakangan menuai polemik.<br />

Menteri Keuangan<br />

Bambang Brodjonegoro<br />

(ketiga dari kiri), Kepala<br />

Bappenas Sofyan Djalil<br />

(kanan), dan Gubernur<br />

BI Agus Martowardojo<br />

(kedua dari kiri)<br />

berbincang dengan Ketua<br />

Badan Anggaran DPR<br />

Ahmadi Noor Supit (ketiga<br />

dari kanan) sebelum<br />

rapat pembahasan RUU<br />

APBN 2016 di gedung<br />

DPR, Selasa (25/8).<br />

AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA<br />

FOTO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Maket kompleks gedung<br />

parlemen<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Meski angin penolakan sudah berembus dari<br />

pemerintah, bahkan dari kalangan Dewan sendiri,<br />

usul membangun berbagai fasilitas baru di<br />

gedung wakil rakyat terus saja digulirkan.<br />

Proyek pembangunan kompleks DPR juga<br />

tertuang dalam Rancangan Rencana Strategis<br />

(Renstra) DPR RI 2015-2019. Renstra dipaparkan<br />

dalam rapat paripurna, Selasa dua pekan lalu.<br />

Namun proyek-proyek itu tak disebut secara<br />

terperinci dalam laporan yang dibacakan Wakil<br />

Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR Dimyati<br />

Natakusumah.<br />

Tujuh proyek pengembangan kawasan DPR<br />

yang dimotori Tim Implementasi Reformasi,<br />

yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah,<br />

itu antara lain terdiri atas pembangunan alunalun<br />

demokrasi, museum dan perpustakaan,<br />

jalan akses, visitor center, pusat kajian, pembangunan<br />

ruang kerja anggota DPR, dan integrasi<br />

tempat tinggal anggota DPR.<br />

Namun, belakangan, seperti tertuang dalam<br />

renstra setebal 61 halaman itu, muncul lagi<br />

satu usulan baru, yakni pembangunan klinik<br />

modern DPR. Tidak tanggung-tanggung, klinik<br />

dirancang mampu menyediakan layanan kesehatan<br />

bagi anggota DPR, pegawai Sekretariat<br />

Jenderal DPR, para tenaga ahli, staf adminis-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Pakerja membersihkan<br />

kolam di sekitar gedung<br />

DPR.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

trasi, serta anggota keluarga mereka, yang<br />

jumlahnya sekitar 10 ribu orang.<br />

Di gedung DPR, sejatinya sudah ada unit<br />

pelayanan kesehatan bagi anggota serta karyawan<br />

setjen. Namun, di tengah penolakan<br />

atas rencana pembangunan kompleks DPR,<br />

justru muncul rencana membangun klinik<br />

modern dengan berbagai fasilitas, seperti instalasi<br />

gawat darurat (IGD), rehabilitasi medis,<br />

radiodiagnostik, laboratorium, instalasi farmasi,<br />

sampai dokter spesialis.<br />

Renstra DPR 2015-2019 juga menjelaskan<br />

alasan pembangunan sejumlah fasilitas lain<br />

yang diusulkan, seperti alun-alun demokrasi,<br />

yang disebut untuk memfasilitasi masyarakat<br />

yang akan menyampaikan aspirasi secara<br />

langsung tanpa menimbulkan dampak negatif,<br />

misalnya kemacetan lalu lintas atau kerusuhan.<br />

Alun-alun demokrasi yang dirancang terbuka<br />

kelak bisa menampung 10 ribu demonstran<br />

dan 100 bus. Alun-alun akan memanfaatkan<br />

lapangan futsal dan basket serta lahan kosong<br />

di kompleks parlemen. Panggung orasi disediakan,<br />

tapi tidak mengganggu kerja anggota<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Sejumlah menteri hadir<br />

dalam rapat dengan<br />

Badan Anggaran DPR<br />

beberapa waktu lalu,<br />

antara lain Menko<br />

Pemberdayaan Manusia<br />

dan Kebudayaan Puan<br />

Maharani serta Menteri<br />

Sosial Khofifah Indar<br />

Parawansa.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

DPR. Saat ini lahan untuk alun-alun itu belum<br />

bisa dipakai karena masih terdapat sekat-sekat,<br />

meski Mei 2015 sudah diresmikan pimpinan<br />

DPR.<br />

Adapun museum disebut dalam renstra<br />

bakal difungsikan sebagai pusat dokumentasi<br />

sejarah DPR. Sementara klinik dirancang<br />

mampu melayani 10 ribu pasien dan alun-alun<br />

demokrasi bisa menampung 10 ribu pengunjuk<br />

rasa, bangunan museum diproyeksikan bisa<br />

menyimpan minimal 10 ribu koleksi naskah,<br />

barang, dan foto.<br />

Seperti halnya klinik, DPR sudah memiliki<br />

museum di Gedung Nusantara. Museum<br />

itu memamerkan berbagai benda saksi bisu<br />

sejarah perjalanan DPR, seperti kursi anggota<br />

Dewan yang pernah dipakai puluhan tahun<br />

lalu, mesin tik kuno, sampai palu sidang.<br />

Presiden Joko Widodo sempat diajak berkeliling<br />

museum tersebut oleh pimpinan DPR<br />

setelah membacakan Nota Keuangan RAPBN<br />

2016 pada 14 Agustus lalu. Jokowi juga dijadwalkan<br />

menandatangani prasasti pencanangan<br />

penataan kawasan parlemen sebagai penanda<br />

dimulainya proyek-proyek “serba-10 ribu” tersebut.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Menteri Perencanaan<br />

Pembangunan Nasional/<br />

Kepala Bappenas Sofyan<br />

Djalil<br />

WAHYU PUTRO/ANTARA FOTO<br />

Namun acara itu urung digelar. Presiden<br />

Jokowi dikabarkan menolaknya karena proyek<br />

itu belum “clear”. Padahal, sehari sebelumnya,<br />

sebuah prasasti warna hitam disiapkan di depan<br />

museum. Tertulis tanggal penandatanganan,<br />

yaitu Jumat, 14 Agustus 2015, dengan nama<br />

Ketua DPR Setya Novanto dan Jokowi yang<br />

akan membubuhkan tanda tangan.<br />

“Ada permintaan dari Pak Jokowi karena, di<br />

mana-mana, beliau ingin bahwa satu proyek<br />

itu tampak ‘clear’ dulu, barulah kita bicarakan<br />

ke mana arahnya,” ujar Fahri Hamzah.<br />

Kepala Biro Humas dan Pemberitaan DPR<br />

Djaka Dwi Winarko mengatakan proyek itu<br />

diusulkan karena dibutuhkan, seperti pembangunan<br />

gedung untuk ruang kerja lantaran Gedung<br />

Nusantara tak lagi bisa menampung 560<br />

anggota DPR, yang masing-masing didampingi<br />

sejumlah tenaga ahli dan staf pribadi.<br />

Alhasil, gedung yang dibangun pada 1997<br />

dan hanya dirancang untuk 800 orang―450<br />

anggota DPR dan staf―itu kini penuh-sesak<br />

ditempati lebih dari 2.400 orang anggota,<br />

tenaga ahli, dan stafnya. “Artinya memang (sudah)<br />

overkapasitas. Mau tidak mau harus ada<br />

penambahan ruang,” tutur Djaka, Selasa pekan<br />

lalu.<br />

Mengenai kebutuhan ruang, bentuk, dan<br />

desain, saat ini masih disayembarakan. Adapun<br />

soal anggaran, akan ditentukan bersama oleh<br />

DPR dan pemerintah. Sementara Sofyan Djalil<br />

menyebut belum ada alokasinya, Djaka menyebut<br />

hal itu masih dalam pembahasan dan<br />

baru diputuskan 22 September mendatang.<br />

“Tentu ada pertimbangan-pertimbangan,<br />

kira-kira berapa angka yang dikeluarkan,” ucapnya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


NASIONAL<br />

Wakil Ketua DPR Fahri<br />

Hamzah<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Wakil Ketua Badan Anggaran Jazilul Fawaid<br />

mengatakan perencanaan pengembangan<br />

gedung DPR yang diusulkan melalui BURT itu<br />

bisa dilaksanakan, tapi bisa juga tidak. Seperti<br />

dari kementerian dan lembaga lain, usulan<br />

dari kalangan internal DPR itu juga akan disinkronisasi<br />

dalam pembahasan anggaran dengan<br />

pemerintah.<br />

“Kita lihat dari sisi anggarannya. Ada enggak<br />

uangnya? Cukup atau tidak ruang fiskalnya?”<br />

kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu.<br />

Sementara itu, anggota BURT DPR, Irma<br />

Suryani, mengakui proyek klinik yang tiba-tiba<br />

muncul dalam renstra belum masuk ke pembahasan<br />

anggaran. Ia beranggapan, jika dirancang<br />

bisa melayani hingga 10 ribu orang, bukan lagi<br />

klinik, melainkan rumah sakit.<br />

“Saya akan perjelas lagi pada rapat BURT. Ini<br />

yang mau dibangun RS atau klinik? Kalau klinik,<br />

enggak (berkapasitas) 10 ribu (orang) juga<br />

atuh,” ujar politikus Partai NasDem ini.<br />

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen<br />

Indonesia, Lucius Karus, menilai hampir semua<br />

rencana proyek pembangunan kawasan DPR<br />

tak bisa dijelaskan urgensinya. Jika dinyatakan<br />

belum ada dalam RAPBN 2016, kalau kenyataannya<br />

tetap muncul, Lucius menuturkan, patut<br />

diduga ada “main mata” antara pemerintah<br />

dan DPR.<br />

Sekalipun ditunda, Lucius menduga, usul<br />

megaproyek bernilai triliunan rupiah itu sangat<br />

mungkin muncul kembali tahun depan. “Sayembara<br />

kan masih berjalan. Usulan ini akan<br />

terus muncul sampai ada dari keinginan DPR<br />

itu terpenuhi,” ucapnya. n JAFFRY PRABU PRAKOSO, INDAH<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MISTERI JEJAK<br />

DI BALKON 1506<br />

PENYEBAB PENGUSAHA INNE SAAD<br />

TERJATUH <strong>DARI</strong> LANTAI 15 APARTEMEN<br />

ESSENCE MASIH MISTERIUS. SULIT<br />

DISIMPULKAN IA BUNUH DIRI.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

PULUHAN karangan bunga dukacita<br />

berjajar rapi di kedua sisi jalan menuju<br />

kediaman Meiyanne Saad Susanto<br />

di Jalan Cipaku V, Kebayoran Baru,<br />

Jakarta Selatan, Jumat, 4 September lalu. Dua<br />

hari setelah kematian wanita berusia 47 tahun<br />

yang masih menyisakan misteri itu, suasana<br />

duka masih kental terasa. Tenda putih untuk<br />

pelayat masih berdiri tegak di depan rumah.<br />

Tak banyak kalimat keluar dari mulut Hari Susanto,<br />

suami Inne Saad—panggilan akrab Meiyanne.<br />

Ia tampak sangat terpukul atas kepergian<br />

istrinya yang mendadak. Inne ditemukan<br />

tewas di pelataran parkir Apartemen Essence,<br />

Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,<br />

Rabu, 2 September, sekitar pukul 22.00<br />

Karangan bunga dukacita di<br />

rumah Inne Saad<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

Jejak kaki tak beraturan di<br />

balkon tempat korban jatuh<br />

MEI AMELIA/DETIKCOM<br />

WIB. Diduga ia terjatuh dari salah satu unit di<br />

lantai 15 apartemen tersebut.<br />

“Saya percayakan kepada kepolisian untuk<br />

mengungkapnya,” kata pria itu, yang wajahnya<br />

tampak lelah.<br />

Namun Hari menyayangkan pemberitaan<br />

soal kematian istrinya yang simpang-siur. Ada<br />

yang menyebut istrinya bunuh diri lantaran terlilit<br />

utang atau praduga lain yang terkesan menyudutkan<br />

Inne. Ia menyebut istrinya memiliki<br />

karakter yang kuat. Apalagi ia berpendidikan<br />

tinggi.<br />

“Dia (lulusan) S-3. Banyak berita itu spekulasi,<br />

saya tidak mau berkomentar. Saya percayakan<br />

kepada polisi,” ujar petinggi sebuah perusahaan<br />

swasta nasional itu.<br />

Hari kini justru merisaukan kedua anaknya<br />

akibat informasi simpang-siur mengenai kematian<br />

ibundanya tersebut. Apalagi saat ini berbagai<br />

informasi mudah diakses melalui gawai<br />

(gadget).<br />

“Kalaupun ada aib istri saya, biarlah saya<br />

tutup rapat karena itu juga tidak akan mengembalikan<br />

istri saya. Biarlah sekarang saya<br />

konsentrasi untuk anak-anak,” ujarnya.<br />

Hingga akhir pekan lalu, penyebab Inne<br />

Saad terjatuh dari lantai 15 apartemen masih<br />

misterius. Apakah ia meloncat, kecelakaan,<br />

atau sengaja didorong oleh seseorang. Sebuah<br />

pesan berantai yang beredar menyebut adanya<br />

dugaan bahwa alumnus Fakultas Ekonomi<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

Inne Saad<br />

YOUTUBE<br />

Universitas Indonesia itu tewas karena dibunuh<br />

dengan cara dijatuhkan.<br />

Namun polisi, yang dua kali melakukan olah<br />

data di tempat kejadian perkara, sampai saat ini<br />

belum mendapat petunjuk berarti, sekalipun<br />

sudah memeriksa empat saksi. Salah satunya<br />

pemilik unit apartemen nomor 1506 berinisial<br />

NN alias L, yang juga teman perempuan Inne.<br />

Kepada polisi, L sempat menjelaskan soal<br />

jejak kaki tak beraturan di balkon apartemen<br />

miliknya. Ia mengakui salah satu jejak di balkon<br />

berukuran 2 x 1 meter itu adalah jejak kakinya,<br />

yang berupaya menyelamatkan Inne saat hendak<br />

terjun ke bawah.<br />

“L menjelaskan soal jejak kaki tersebut. Ia<br />

mengaku sempat menahan korban (agar tidak)<br />

meloncat dari unit apartemen tersebut,” tutur<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal.<br />

Namun polisi tidak menerima mentah-mentah<br />

keterangan L. Iqbal menyebut pihaknya<br />

terus mendalami keterangan saksi dan buktibukti<br />

di lokasi. “Keterangan saksi L tetap kami<br />

tampung dan kami dalami. Penyidik memiliki<br />

strategi penyidikan untuk mengungkap secara<br />

utuh,” ucapnya.<br />

Iqbal sempat menyebut ada permasalahan<br />

pribadi antara Inne dan L. Tapi ia tak mengungkap<br />

apa masalah itu karena masih akan<br />

didalami oleh penyidik. Mengenai keberadaan<br />

Inne di apartemen milik L pada malam itu juga<br />

masih ditelusuri. Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />

Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Ajun<br />

Komisaris Besar Audie Latuheru mengatakan,<br />

berdasarkan keterangan pihak keluarga, Inne<br />

pergi ke luar rumah untuk berlatih yoga.<br />

“Mungkin setelah itu (berlatih yoga) mampir<br />

ke apartemen, kami enggak tahu,” katanya.<br />

Audie menjelaskan, saat Inne datang, di<br />

apartemen hanya ada L. Sedangkan saksi IRS<br />

baru datang setelah Inne terjatuh dari balkon.<br />

Kepada penyidik, L mengaku sempat mencegah<br />

Inne melompat dari balkon. Tapi, saat<br />

berupaya mencegah itu, ada telepon berdering<br />

sehingga L masuk untuk menjawab panggilan<br />

telepon tersebut.<br />

Nah, saat itulah, menurut kesaksian L, Inne<br />

melompat dari balkon apartemennya. Ia tewas<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

Menara Apartemen Essence,<br />

Jalan Brawijaya, Jakarta<br />

Selatan<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

bersimbah darah setelah tubuhnya menghantam<br />

kaca atap garasi, mesin penyejuk ruangan,<br />

kemudian jatuh di dekat salah satu mobil di<br />

pelataran parkir apartemen. IRS, yang datang<br />

setelah Inne terjatuh, langsung diajak L melapor<br />

ke polisi.<br />

“Keduanya datang ke kantor Polres Jakarta<br />

Selatan dalam keadaan panik dan shock,” ujar<br />

Audie.<br />

Inne Saad, dalam sebuah video yang diunggah<br />

di situs YouTube sejak November 2011,<br />

dikisahkan sebagai sosok yang sukses. Inne<br />

disebut sejak kecil disayang oleh orang tuanya<br />

karena merupakan satu-satunya anak perempuan<br />

dari tiga bersaudara. Kedua orang tuanya<br />

sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya,<br />

sehingga Inne pun sukses menempuh<br />

pendidikan tinggi.<br />

Dia disebut sebagai lulusan Universitas Indonesia<br />

dan mendapat gelar master of business<br />

administration dari sebuah kampus di Amerika<br />

Serikat. Dia juga pernah menjadi asisten dosen<br />

di UI serta menjadi peneliti di Center for Policy<br />

and Implementation Studies, senior manager<br />

di Bank BNI, dan pejabat di Sekretariat ASEAN<br />

hingga 2003. Setelah itu, ia beralih profesi<br />

menjadi pengusaha di bidang kecantikan.<br />

Kriminolog Universitas Indonesia, Ronny Nitibaskara,<br />

menilai sulit menyimpulkan wanita<br />

itu bunuh diri apabila latar belakangnya tidak<br />

mendukung. Alasan seseorang melakukan bunuh<br />

diri antara lain stres yang tak bisa dikendali­<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KRIMINAL<br />

Olah data TKP di unit<br />

apartemen milik L, teman Inne<br />

ADITYA FAJAR/DETIKCOM<br />

kan karena gagal beradaptasi<br />

di lingkungannya, kehilangan<br />

orang yang dicintai, atau perasaan<br />

marah yang tidak bisa<br />

diselesaikan.<br />

“Tapi, kalau kerjaan beres,<br />

keluarga beres (bahagia),<br />

kecil kemungkinan kalau dia<br />

bunuh diri,” tuturnya saat<br />

dihubungi secara terpisah.<br />

Menurut pria yang bergelar<br />

profesor ini, perempuan<br />

yang berniat bunuh diri sebagian<br />

besar juga masih menyisakan<br />

harapan untuk ditolong<br />

dan selamat. Berbeda<br />

dengan kaum pria yang ingin<br />

mengakhiri hidupnya, kebanyakan<br />

tidak mengharapkan<br />

kesempatan untuk bisa hidup lebih lama.<br />

“Istilahnya crying for help, dia (bunuh diri) minum<br />

racun, (tapi) masih menyisakan harapan<br />

diri untuk ditolong orang lain. Itu (kebiasaan)<br />

perempuan menurut penelitian di Amerika<br />

Serikat,” ucap Ronny.<br />

Olah data di TKP kasus kematian Inne Saad<br />

memang sudah digelar dua kali. Pertama pada<br />

Kamis, 3 September, dini hari, atau beberapa<br />

jam setelah Inne terjatuh. Jejak kaki tak beraturan<br />

di balkon unit apartemen 1506 langsung<br />

didalami saat itu.<br />

Saat melakukan olah data di TKP untuk yang<br />

kedua kalinya pada Kamis malam, petugas<br />

kembali mengidentifikasi sidik jari dan beberapa<br />

temuan baru di lokasi. Salah satunya sidik<br />

jari di bagian belakang pintu balkon. Sejumlah<br />

penyidik sempat mengambil gambar di bagian<br />

tersebut.<br />

Kini, sudah lebih dari sepekan setelah kematian<br />

Inne, tapi polisi belum bisa menyimpulkan<br />

apa penyebab sang pengusaha terjun bebas<br />

dari lantai 15. Seperti dituturkan Kepala Subunit<br />

Reserse Mobil Polres Jakarta Selatan Inspektur<br />

Dua Achmad Fajrul Choir di TKP, “Masih terlalu<br />

dini atau awam untuk menyimpulkan yang terjadi<br />

di lokasi.” ■ ADITYA MARDIASTUTI, ADITYA FAJAR | DEDEN G.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

BALADA MELATI DI KOTA TAHU-<br />

BAGIAN II (SELESAI)<br />

GETOK TULAR<br />

JERAT MANGSA<br />

KPAI IKUT MENGAWAL KASUS DUGAAN<br />

PENCABULAN ANAK DI <strong>KE</strong>DIRI. PROSES HUKUM<br />

DIPASTIKAN BERJALAN MESKI TERSANGKA<br />

SEORANG PENGGEDE.<br />

ILUSTRASI: KIAGUS AULIANSHAH & EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

SEJUMLAH anggota Kepolisian<br />

Resor Kediri Kota berjaga di ruang<br />

Kemuning, Rumah Sakit Bhayangkara<br />

Kediri, Jawa Timur, pertengahan<br />

Agustus lalu. Pada saat yang sama, seorang<br />

pria berusia 60 tahun tergolek lemah di pojok<br />

ruang perawatan itu. Kehadiran aparat memang<br />

untuk menjaga sang pasien, yang juga<br />

merupakan tahanan polisi.<br />

Ia adalah SS alias Koko, yang ditetapkan<br />

sebagai tersangka kasus dugaan pencabulan<br />

anak di bawah umur, yang berkasnya sudah<br />

dilimpahkan ke kejaksaan setempat. Sebelum<br />

ditahan, SS ternyata sudah dua kali menjalani<br />

operasi jantung. Ia terpaksa dirawat lantaran<br />

kondisi kesehatannya menurun sejak ditangkap<br />

di Bandara Juanda, Surabaya, ketika hendak<br />

bepergian ke Eropa pada 13 Juli 2015.<br />

Kondisinya yang tak berdaya itu tentu bertolak<br />

belakang dengan kelakuan yang dituduhkan<br />

kepadanya. Ia disangka telah menggagahi<br />

gadis-gadis di bawah umur. Bahkan, dari hasil<br />

investigasi tim Lembaga Bantuan Hukum Universitas<br />

Islam Kadiri (Uniska), diduga ada belasan<br />

anak lain menjadi korban, selain empat yang<br />

dilaporkan ke polisi.<br />

Modus pelaku menjaring korban mirip pola<br />

bisnis sistem multilevel marketing atau pola<br />

"getok tular". Korban yang sudah dicabuli<br />

diduga diminta pelaku mencarikan korban<br />

dari temannya yang lain. Begitu seterusnya.<br />

Pengakuan para korban, saat berkenalan, Koko<br />

mengaku sebagai bujangan asal Pare, Kabupaten<br />

Kediri, dan bekerja di Surabaya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

Rata-rata modus pelaku dalam<br />

menjerat korbannya sama, yaitu<br />

dibawa ke hotel yang sama untuk<br />

dilakukan pencabulan.<br />

Dari hasil investigasi tim LBH Uniska, pelaku<br />

terkadang mengajak satu, dua, atau tiga korban<br />

sekaligus yang berusia 12 hingga 17 tahun.<br />

Kebanyakan masih duduk di bangku sekolah<br />

menengah pertama. Bahkan ada yang masih<br />

berseragam putih-merah dan sebagian lain<br />

sudah putus sekolah.<br />

Korban biasanya dijemput di indekosnya, di<br />

rumah temannya, atau di tempat umum. Seperti<br />

Melati―bukan nama sebenarnya―yang<br />

mengaku dijemput pelaku<br />

di depan Rumah<br />

Sakit Gambiran, Kediri,<br />

pada suatu pagi, Maret<br />

2015.<br />

Melati dikenalkan<br />

kepada pelaku oleh temannya berinisial I, siswi<br />

kelas II sebuah SMP di Dhoho, Kota Kediri.<br />

Keduanya diajak ke sebuah hotel di daerah Kabupaten<br />

Kediri. Sebelum menyerahkan Melati<br />

untuk “dimangsa”, I diduga juga menjadi korban<br />

pencabulan pelaku.<br />

“Rata-rata modus pelaku dalam menjerat<br />

korbannya sama, yaitu dibawa ke hotel yang<br />

sama untuk dilakukan pencabulan,” kata Zaenal<br />

Arifin, kuasa hukum korban dari LBH Uniska.<br />

Nah, rata-rata korban juga mengalami hal<br />

yang sama sebelum dicabuli, yaitu diminta minum<br />

obat berbentuk pil. Seperti Melati, yang<br />

dicekoki pil sebanyak tiga kali, sejak berangkat<br />

dari tempat pertemuan, di tengah perjalanan,<br />

sampai di kamar hotel.<br />

Pil yang diminum berwarna putih atau pink.<br />

Pelaku juga ikut meminum pil itu, yang akan<br />

bereaksi saat mereka tiba di hotel. Menurut<br />

pengakuan korban kepada tim LBH, mereka<br />

mengalami pusing kepala setelah meminum<br />

obat itu. Badan lemas, wajah memerah, serta<br />

tangan dan kaki kram.<br />

Bahkan salah satu korban, AL, pernah pingsan<br />

setelah meminum obat yang tak jelas manfaatnya<br />

itu. Korban juga tidak boleh memuntahkannya.<br />

Kalaupun sampai muntah, pelaku akan<br />

menyuruh korban meminum pil itu kembali.<br />

Jika pelaku membawa dua atau tiga korban<br />

sekaligus, pencabulan diduga dilakukan secara<br />

bergilir di kamar yang sama. Menurut sejumlah<br />

korban, pelaku juga berganti-ganti mobil saat<br />

menjemput mereka. Terkadang memakai mobil<br />

sedan berwarna perak (silver) atau hitam.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

Saat mobil memasuki hotel yang letaknya<br />

agak jauh dari pusat Kota Kediri itu, di pintu<br />

gerbang biasanya korban disuruh menunduk<br />

agar tak terlihat petugas satpam hotel. Mobil<br />

lalu langsung masuk dan parkir di depan pintu<br />

kamar hotel, lalu pelaku baru berjalan ke resepsionis<br />

untuk memesan kamar.<br />

Masih berdasarkan investigasi tim LBH,<br />

yang kemudian bersama sejumlah korban melaporkan<br />

dugaan pidana pencabulan anak itu<br />

ke polisi, setelah menjalankan aksinya, pelaku<br />

memulangkan korban.<br />

Para korban lalu diberi uang yang jumlahnya<br />

bervariasi, mulai Rp 400 ribu. Jumlahnya lebih<br />

besar untuk korban yang sudah beberapa kali<br />

dicabuli. Seperti AL, yang diberi “sangu” Rp<br />

700 ribu setelah dicabuli keempat kalinya.<br />

Namun itu semua baru sebatas dugaan<br />

berdasarkan testimonium belasan korban yang<br />

direkam oleh tim LBH. Adapun polisi sampai<br />

saat ini hanya berpegang pada pengakuan empat<br />

korban gadis di bawah umur yang melapor<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

Klien saya itu<br />

orang sibuk,<br />

enggak mungkin<br />

dia melakukan<br />

seperti yang<br />

dituduhkan.<br />

ke polisi saja. Dua di antaranya didampingi oleh<br />

LBH Uniska.<br />

“Kalau (korban) lainnya kami tidak tahu,<br />

karena kami memeriksa berdasarkan bukti dan<br />

laporan korban,” ujar Kepala Satuan Reserse<br />

Kriminal Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Wisnu<br />

Prasetya beberapa waktu lalu.<br />

Entah mengapa tak semua korban atau<br />

keluarganya mau melaporkan kasus ini ke polisi.<br />

Bisa jadi karena malu atau takut lantaran<br />

pelaku merupakan penggede di Kediri. Ia juga<br />

dikenal di kalangan pengusaha dan pejabat. SS<br />

alias Koko merupakan pemilik perusahaan konstruksi<br />

yang kerap menggarap proyek-proyek<br />

besar di pemerintahan.<br />

Menurut seorang karyawan SS yang enggan<br />

disebut namanya, bosnya itu sangat berdisiplin<br />

dalam bekerja. Ia juga kerap datang ke kantor<br />

pagi hari dan pulang hingga larut malam. Bosnya<br />

tersebut, ujarnya, tak memiliki perilaku<br />

yang aneh-aneh.<br />

“Sehari-hari, kalau enggak ada tugas luar negeri<br />

atau luar kota, ya di kantor sampai malam,”<br />

tutur karyawan itu saat ditemui di kantor milik<br />

SS.<br />

Sementara itu, belum satu pun anggota keluarga<br />

SS yang bisa digali keterangannya. Saat<br />

majalah detik menyambangi kediamannya di<br />

kawasan Balowerti, Kediri, pertengahan bu lan<br />

lalu, tak satu pun yang bisa ditemui di rumah<br />

dua lantai tersebut.<br />

Kasus yang menjerat atlet sepak bola pada<br />

era 1970 itu kini juga menjadi perhatian Komisi<br />

Perlindungan Anak Indonesia. Komisioner KPAI,<br />

Rita Pranawati, mengakui pihaknya melakukan<br />

pendampingan kepada para korban melalui<br />

KPAI daerah. Pendampingan juga dilakukan<br />

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan<br />

dan Anak (P2TP2A) setempat.<br />

“Pak Ketua (KPAI) sempat visit (mengunjungi<br />

korban) dan bertemu kapolres,” ucap Rita saat<br />

dihubungi dua pekan lalu.<br />

Rita pun memastikan proses hukum terhadap<br />

pelaku terus berjalan. Pelaku juga telah<br />

dicegah ke luar negeri, selain telah ditangkap<br />

untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.<br />

“Kami juga mengadvokasi dan mengawal<br />

proses hukum yang dilakukan aparat penegak<br />

hukum,” katanya.<br />

Sejak kasus ini bergulir, pelaku terus mem-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


CRIME STORY<br />

bantah sangkaan tersebut. Pengacara SS, M.<br />

Arifin, malah balik menuding ada motif pemerasan<br />

dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat<br />

di balik kasus tersebut. Ia juga menampik<br />

kliennya mengenal para korban.<br />

“Klien saya itu orang sibuk, enggak mungkin<br />

dia melakukan seperti yang dituduhkan,” ujarnya<br />

saat dihubungi pertengahan Agustus lalu.<br />

Sebaliknya, polisi bergeming. Kasus itu tetap<br />

berlanjut dan dilimpahkan ke kejaksaan serta<br />

tinggal menunggu disidangkan. Sang pengusaha<br />

terancam dijerat pasal berlapis dalam<br />

Undang-Undang Perlindungan Anak. Apakah<br />

semua tuduhan itu bakal terbukti, dan korban<br />

memperoleh keadilan? Pengadilanlah yang<br />

akan menjawab. ■<br />

M. RIZAL, ANDHIKA DWI (<strong>KE</strong>DIRI) | DIM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KOLOM<br />

MELINDUNGI GAMBUT–<br />

MENGATASI <strong>KE</strong>BAKARAN<br />

MELINDUNGI GAMBUT KAYA KARBON ADALAH KUNCI UNTUK MENGURANGI <strong>KE</strong>RUGIAN<br />

<strong>KE</strong>BAKARAN HUTAN.<br />

OLEH: LONGGENA GINTING<br />

BIODATA<br />

NAMA:<br />

Longgena Ginting<br />

TANGGAL LAHIR:<br />

26 Juli 1968<br />

PENDIDIKAN:<br />

l Sarjana Kehutanan, Fakultas<br />

BAGI sebagian besar masyarakat di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, atau<br />

sebagian wilayah di Kalimantan, terkurung asap kebakaran hutan selama<br />

berhari-hari, bahkan sering kali hingga berminggu-minggu, menjadi<br />

realitas kehidupan mereka selama 18 tahun terakhir. Ironisnya, kita tidak<br />

pernah berhasil mengatasi masalah kebakaran hutan hingga tuntas ke akar masalahnya.<br />

Kenapa?<br />

Berdasarkan pemantauan titik api (fire hot spot) yang dilakukan Greenpeace<br />

melalui citra satelit pada tahun ini dan tahun lalu, titik-titik api terakumulasi (paling<br />

banyak ditemukan) di kawasan gambut. Hal ini konsisten dengan pemantauan titik<br />

api yang dilakukan 5-10 tahun terakhir ini. Secara nasional, akumulasi titik api ini<br />

juga konsisten terdapat di provinsi-provinsi dengan gambut terluas, seperti Riau,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KOLOM<br />

Kehutanan, Universitas<br />

Mulawarman, Samarinda<br />

l Magister Studi Pembangunan,<br />

Universitas Sumatera<br />

Utara, Medan<br />

PENGALAMAN<br />

PE<strong>KE</strong>RJAAN:<br />

l Desember 2012-sekarang:<br />

Kepala Greenpeace Indonesia<br />

l Februari 2010-November<br />

2012: Konsultan Regional<br />

(Asia) untuk Program Keadilan<br />

Iklim untuk Program<br />

UEM, Wuppertal, Jerman<br />

l Desember 2008-Januari<br />

2010: Koordinator Kegiatan<br />

Kampanye Internasional<br />

di Friends of the Earth<br />

International (FoEI), Amsterdam,<br />

Belanda. FoEI<br />

adalah organisasi federasi<br />

lingkungan hidup akar<br />

Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua. Dengan kata<br />

lain, kebakaran hutan itu sebenarnya merupakan kebakaran (lahan) gambut.<br />

Dalam kondisi alamiah, kebakaran hutan dan lahan gambut hampir mustahil<br />

terjadi, apalagi di kawasan hu tan hujan tropis yang lembap dan basah. Sayang,<br />

kerusakan hutan dan lahan gambut yang demikian parah telah membuat keseimbangan<br />

alamiah tersebut terganggu. Kawasan gambut menjadi kering dan sangat<br />

rentan terhadap kebakaran. Pembuatan kanal-kanal dalam kawasan gambut di area<br />

perkebunan kelapa sawit atau kebun kayu monokultur telah membuat gambut<br />

menjadi kering dan mudah dimakan api saat musim kemarau tiba.<br />

Kebakaran pada kawasan gambut mudah merambat ke bawah permukaan tanah<br />

dan sesekali membesar ke permukaan bila terdapat semak belukar atau bahan<br />

organik kering. Hal ini mengakibatkan pemadaman kebakaran di lahan gambut<br />

menjadi sangat sulit dilakukan. Sementara itu, lahan gambut menyimpan karbon,<br />

salah satu gas rumah kaca terpenting, dalam jumlah yang sangat besar. Bila lahan<br />

gambut terdegradasi dan terbakar, ia akan melepaskan emisi karbon yang telah<br />

tersimpan selama ribuan tahun ke atmosfer dengan cepat serta merusak kemampuan<br />

ekosistem untuk pulih kembali untuk menyerap karbon. Sekali lahan gambut<br />

rusak, ia nyaris tidak dapat dipulihkan kembali.<br />

Melindungi gambut kaya karbon Indonesia adalah kunci untuk mengurangi kerugian<br />

kebakaran hutan, tetapi masih belum ada perlindungan hukum yang cukup<br />

atas seluruh gambut dan hutan. Kanal-kanal yang dibangun perusahaan-perusahaan<br />

kebun sawit dan kebun kayu (hutan tanaman industri/HTI) monokultur skala<br />

besar di kawasan gambut yang bertujuan mengeringkan kawa san gambut untuk<br />

ditanami kelapa sawit atau akasia telah menghancurkan ekosistem gambut kita.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KOLOM<br />

Dampak pengeringan yang dilakukan dengan membangun kanal-kanal drainase<br />

ini berdampak sangat buruk. Lahan gambut yang dikeringkan akan menjadi sangat<br />

mudah terbakar dan, apabila terbakar pada musim kemarau, akan menjadi<br />

kebakaran hutan yang tidak terkendalikan.<br />

Karena itu, perlindungan kawasan gambut secara total adalah upaya kunci dalam<br />

mengatasi akar masalah kebakaran hutan. Hal ini sebenarnya mulai disadari pemerintah,<br />

tapi tampaknya perjalanan untuk mengimplementasikan solusi ini masih<br />

sangat panjang. Pada November tahun lalu, saya turut dalam rombongan Presiden<br />

Jokowi blusukan asap ke Riau. Presiden mengunjungi Desa Tohor dan, bersama<br />

warga desa, secara simbolis Presiden menutup sebuah kanal<br />

di lahan dengan membangun sekat (dam) serta<br />

memberi bantuan finansial untuk<br />

membangun 10 sekat untuk menutup<br />

kanal di desa tersebut. “Kita<br />

tutup kanal ini agar gambut tetap<br />

basah dan tidak mudah terbakar,”<br />

ujar Presiden Jokowi.<br />

Selain acara seremonial<br />

tersebut, pemerintah,<br />

masyarakat, dan beberapa<br />

pihak perlu melakukan<br />

hal-hal seperti<br />

berikut ini untuk mengrumput<br />

terbesar di dunia,<br />

berada di 77 negara di<br />

seluruh dunia<br />

l Oktober 2004-November<br />

2008: Koordinator Kampanye<br />

IFIs (International<br />

Financial Institutions)<br />

di Friends of the Earth<br />

International (FoEI), Amsterdam,<br />

Belanda<br />

l September 2002-Oktober<br />

2004: Anggota Executive<br />

Committee (ExCom) dari<br />

Friends of the Earth International<br />

(FoEI), mewakili<br />

wilayah Asia dan Pasifik<br />

l Juni 2002-Januari 2004:<br />

Direktur Eksekutif Nasional<br />

WALHI<br />

l Juli 1995-Desember 1997:<br />

Koordinator FASUMAD<br />

(Forum Solidaritas untuk<br />

Masyarakat Adat Dayak),<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KOLOM<br />

Samarinda<br />

l Juli 1993-Juni 1995: Direktur<br />

Eksekutif Yayasan PLAS-<br />

MA, Samarinda<br />

l Maret 1991-Juni 1993: Manajer<br />

Program di Yayasan<br />

PL<strong>ASMA</strong>, Samarinda<br />

l Desember 1990-Februari<br />

1991: Staf Informasi dan<br />

Dokumentasi di Yayasan<br />

PL<strong>ASMA</strong>, Samarinda<br />

akhiri bencana asap. Pertama, memastikan segenap pihak, khususnya perusahaan<br />

pemegang konsesi perkebunan dan HTI, bertanggung jawab dan tidak merusak<br />

ekosistem gambut. Sebagai tahap awal, pemerintah memperkuat moratorium yang<br />

sedang berjalan, dengan memasukkan seluruh hu tan primer dan lahan gambut,<br />

salah satunya yang ada dalam konsesi-konsesi perusahaan yang telanjur diberikan.<br />

Kedua, menindak tegas perusahaan atau pihak yang menggunakan api dalam<br />

pembukaan lahan. Ketiga, pemerintah perlu merevisi peraturan pemerintah tentang<br />

perlindungan gambut dan memastikan bahwa seluruh lahan gambut mendapat<br />

perlindungan penuh. Pemerintah harus mulai menerapkan peta tunggal<br />

untuk mengidentifikasi lanskap-lanskap gambut untuk dilindungi dan memastikan<br />

strategi mitigasi dijalankan di kebun yang berada di kawasan gambut.<br />

Kempat, pemerintah harus dapat mendorong perlindungan hutan dan lahan<br />

gambut di dalam konsesi yang berada di kawasan lanskap gambut yang lebih luas.<br />

Beberapa perusahaan saat ini telah mengambil langkah dan tanggung jawab untuk<br />

menghentikan deforestasi dan pembukaan lahan gambut di dalam rantai produksi<br />

mereka. Namun komitmen dan upaya ini menghadapi kendala dari peraturan dan<br />

hukum yang ada. Salah satu contoh adalah peraturan yang membuat perusahaan<br />

kesulitan untuk mempertahankan kawasan hutan di dalam konsesi hak guna usaha<br />

mereka. n<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

BON JOVI,<br />

YOU ROCK!<br />

NYIMAS LAULA/REUTERS<br />

SUARA BON JOVI MASIH STABIL. GEBUKAN DRUM TICO<br />

TORRES MASIH KUAT. DAVID BRYANT JUGA BELUM LELAH<br />

MENCABIK-CABIK TUTS <strong>KE</strong>YBOARD-NYA.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN MUSIK<br />

MATAHARI mulai<br />

beringsut ke barat.<br />

Saat itu pula Stadion<br />

Utama Gelora Bung<br />

Karno, Jakarta, semakin<br />

padat. Euforia<br />

puluhan ribu orang<br />

seakan-akan tak terbendung<br />

lagi.<br />

Meski berdesak-desakan, mata para pengunjung<br />

tetap berbinar. Setelah menunggu sekitar<br />

20 tahun, akhirnya mereka bakal menyaksikan<br />

lagi aksi panggung Bon Jovi.<br />

Band asal New Jersey, Amerika Serikat, itu<br />

hanya dua kali ke Indonesia. Penampilan pertama<br />

mereka yang spektakuler digelar pada 1995.<br />

Dan malam itu, seluruh pengunjung yang<br />

telah membeli tiket bersiap melepas rindu dan<br />

bernostalgia dengan lagu-lagu Bon Jovi yang<br />

melegenda.<br />

Tanpa basa-basi, Bon Jovi langsung mengguncang<br />

dengan That’s the Water Made Me<br />

ADHI WICAKSONO/CNN INDONESIA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

ADHI WICAKSONO/CNN INDONESIA<br />

dilanjutkan Who Says You Can’t Go Home. Dia<br />

baru menyapa penggemar setelah menyanyikan<br />

lagu ketiga, Lost Highway.<br />

“Halo, apa kabar? Senang sekali berada di<br />

Jakarta. Sudah sangat lama,” sapa sang vokalis,<br />

Jon, di depan sekitar 40 ribu orang penggemarnya.<br />

Teriakan gemuruh pun membahana.<br />

Bon Jovi melanjutkan penampilannya ke lagu<br />

Raise Your Hands, You Give Love a Bad Name,<br />

Born to be My Baby, We Don’t Run, dan tentu<br />

saja It’s My Life serta Because We Can.<br />

Kekuatan musikalitas mereka begitu menggelegar<br />

hingga membuat jantung berdetak<br />

lebih cepat. Kegaduhan senantiasa terjadi di<br />

barisan penonton yang sibuk bernyanyi dan<br />

melompat tiada henti.<br />

Tata suara dan lampu luar biasa melengkapi<br />

konser garapan Live Nation Indonesia tersebut.<br />

Seluruh perlengkapan teknis disiapkan<br />

langsung oleh vendor-vendor Indonesia.<br />

Sayang, sound system terasa kurang “nendang”<br />

untuk band sekaliber Bon Jovi. Namun<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

NYIMAS LAULA/REUTERS<br />

hal itu seperti tak menjadi persoalan untuk<br />

para penonton, yang sudah kepalang rindu<br />

pada Bon Jovi.<br />

Gelegar yang tak ada habisnya disusul perasaan<br />

puas. Puluhan ribu penonton yang hafal<br />

bait demi bait lagu seakan rela menjadi paduan<br />

suara Jon Bon Jovi dkk.<br />

Sebut saja lagu Wanted Dead or Alive, I’ll<br />

Sleep When I’m Dead, Keep the Faith, hingga hit<br />

lawas Bad Medicine. Semua orang bernyanyi,<br />

meski kadang terdengar sumbang.<br />

Sebagian penonton malam itu mungkin tak<br />

sempat menonton konser pada 1995. Tak aneh<br />

jika raut-raut kepuasan terlukis di wajah mereka,<br />

meski tanpa gitaris Richie Sambora.<br />

Mereka yang sempat menonton konser Bon<br />

Jovi di Ancol menjadikan malam itu sebagai<br />

ajang reuni. Penonton muda menjadikan malam<br />

itu sebagai kesempatan emas untuk menyaksikan<br />

salah satu band legendaris di muka<br />

bumi.<br />

Meski usia sudah kepala 5, mereka masih<br />

sangat bersemangat. Suara Jon tetap stabil,<br />

gebukan drum Tico Torres juga masih kuat.<br />

David Bryant juga belum terlihat lelah mencabik-cabik<br />

tuts keyboard-nya.<br />

Di tengah keseruan yang meluap-luap, ada<br />

sedikit perasaan antiklimaks. Babak encore,<br />

yang dimulai dengan Runaway, Have a Nice<br />

Day dan Livin’ on a Prayer, diakhiri tanpa lagu<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

NYIMAS LAULA/REUTERS<br />

andalan.<br />

Malam itu Bon Jovi Live Jakarta tak menghadirkan<br />

Bed of Roses, Thank You for Loving Me,<br />

Never Say Goodbye dan tentu saja Always, yang<br />

begitu akrab di telinga. Sayang!<br />

Walaupun begitu, raut wajah puas tidak bisa<br />

dibohongi. Sepanjang jalan keluar dari stadion,<br />

penonton masih saja memperbincangkan penampilan<br />

Bon Jovi selama satu setengah jam<br />

tersebut.<br />

Puluhan lagu dibawakan dari album Self-Titled<br />

(1984) hingga paling baru, Burning Bridges<br />

(2015), kepada Indonesia untuk kedua kalinya.<br />

■ M. IQBAL FAZARULLAH | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

PERJAMUAN<br />

SETYA-TRUMP<br />

DEMI SIAPA<br />

SEMINGGU SETELAH SETYA NOVANTO BERTEMU DONALD<br />

TRUMP, TRUMP MENANDATANGANI <strong>KE</strong>RJA SAMA BISNIS<br />

DENGAN HARY TANOE DI LIDO, BOGOR.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Video<br />

Tap untuk melihat video<br />

pendapat masyarakat<br />

soal pertemuan Setya<br />

Novanto-Donald Trump.<br />

PERJAMUAN di lantai 26 Trump Tower<br />

berlangsung santai. Tuan rumah,<br />

Donald J. Trump, dan putranya, Donal<br />

Trump Jr., bergantian melempar pujian<br />

dengan tamu pentingnya dari Indonesia.<br />

Gurauan pun ikut memeriahkan perjamuan itu.<br />

Tamu penting yang menemui Trump di tower<br />

megah yang berdiri di 725 Fifth Avenue, New<br />

York, Amerika Serikat, pada Kamis, 3 September<br />

2015, itu adalah sejumlah pimpinan DPR. Ada<br />

Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua DPR<br />

dari Fraksi Gerindra Fadli Zon, serta anggota<br />

DPR Tantowi Yahya.<br />

“Kami selama 30 menit bersama anak Donald<br />

Trump. Kami bergurau,” kata Setya, saat ditemui<br />

majalah detik, di Kedutaan Besar Indonesia di<br />

Washington, DC.<br />

Putra Trump, kata Setya, memuji Indonesia<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Gedung Trump Tower di 725<br />

Fifth Avenue, New York<br />

DOK. IPU<br />

sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar<br />

di dunia. Indonesia juga dianggap penting oleh<br />

Trump Jr. karena merupakan negara terbesar di<br />

Asia Tenggara.<br />

Setya juga tidak kalah menyanjung Trump.<br />

Politikus dari Partai Golkar itu sudah tahu<br />

Trump menjalin kongsi bisnis dengan Media<br />

Nusantara Citra (MNC) Group milik Hary Tanoesoedibjo.<br />

“Kami tahu Trump akan berinvestasi di Indonesia,<br />

yang hotel bintang enam dan residence,<br />

juga golf yang ada di Bogor dan Bali. Tentu kita<br />

memberi apresiasi,” kata Setya.<br />

Setya berharap Trump tidak berhenti berinvestasi<br />

di Indonesia. Rombongan Setya<br />

ke Amerika sejatinya dengan agenda utama<br />

menghadiri perhelatan World Conference of<br />

Speakers of Parliament dalam Forum International<br />

Parliamentary Union (IPU). Usai acara<br />

itu, ternyata terselip undangan untuk bertemu<br />

Trump, sebelum rombongan bertolak ke<br />

Washington.<br />

Hary Tanoe menjadi inisiator pertemuan itu.<br />

Ia menelepon Trump mengabarkan bila Ketua<br />

DPR Indonesia ingin bertemu. Tantowi Yahya<br />

mengakui Hary-lah yang menjadi fasilitator<br />

pertemuan dengan Trump.<br />

Trump pun gembira bertemu Setya. Ia menyebut<br />

Setya sebagai orang hebat dan sangat<br />

berpengaruh di Indonesia. Lantas Setya pun<br />

diajak hadir dalam konferensi pers terkait pencalonannya<br />

sebagai kandidat calon presiden<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Sekjen PBB Ban Ki-moon<br />

membuka konferensi IPU yang<br />

diikuti Setya Novanto<br />

DOK. IPU<br />

Amerika Serikat dari Partai Republik.<br />

Setya mendapat tempat istimewa. Ia berdiri<br />

di barisan paling depan di jajaran pendukung<br />

Trump. Setya sempat keluar dari barisan itu.<br />

Namun kemudian, di akhir acara jumpa pers,<br />

setelah turun panggung, pemilik Trump Organization<br />

itu kembali ke panggung untuk memperkenalkan<br />

Setya.<br />

“Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar<br />

biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto,”<br />

kata Trump, sambil membaca sebuah kartu<br />

nama.<br />

“(Dia) salah satu orang yang paling berpengaruh<br />

dan dia ke sini untuk bertemu dengan<br />

saya. Kita akan melakukan hal yang luar biasa<br />

untuk AS, benar, kan?” kata Trump kepada<br />

Setya.<br />

Setya, yang diperkenalkan, tersenyum bangga<br />

dan segera merespons dengan menjawab<br />

“Yes”.<br />

“Apakah warga Indonesia menyukai saya?”<br />

lanjut kandidat capres yang sering mengkritik<br />

keras Barack Obama itu. Setya kembali menjawab,<br />

“Ya, sangat. Terima kasih.” Setya dan<br />

Trump kemudian berjabat tangan.<br />

● ● ●<br />

Hary Tanoe sibuk mondar-mandir ke New<br />

York sejak pertengahan Agustus lalu. Ia tengah<br />

serius memuluskan kerja sama bisnis dengan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto berdiri dalam<br />

barisan pendukung Trump<br />

GETTYIMAGES<br />

Trump. Penjajakan sudah dilakukan sejak setahun<br />

lalu.<br />

Corporate Secretary MNC Group Syafril<br />

Nasution mengaku pihak Trump sudah melakukan<br />

survei beberapa kali untuk menelusuri<br />

perusahaannya. Mereka ingin memastikan<br />

bahwa perusahaannya tidak bermasalah.<br />

“Pernah, setahu saya, ada dua-tiga kali jauh<br />

sebelum HT ke Amerika, tahun lalu. Dia mau<br />

lihat kemari, benar enggak, nih. Dia lihat fakta,<br />

laporan keuangannya. Donald Trump ini bukan<br />

pengusaha kecil, dia punya intelijen,” jelas Syafril.<br />

Hasilnya, pada 19 Agustus 2015, Trump<br />

meneken kerja sama dengan Hary untuk<br />

pembangunan hotel di Bali. Kedua nya menandatangani<br />

proyek pembangunan Trump Hotel<br />

Collection di kawasan Tanah Lot, Bali.<br />

Direktur MNC Land Tbk, Michael Dharmajaya,<br />

mengungkapkan hotel ini akan dibangun di<br />

atas lahan seluas 100 hektare. Pengembangan<br />

resor ini meliputi branded villa, kondominium,<br />

hotel bintang enam, dan international beach<br />

club.<br />

Selain di Bali, kerja sama bisnis Trump dan<br />

Hary juga membidik Bogor. Mereka akan membangun<br />

resor rekreasi terpadu (theme park) di<br />

kawasan Lido di perbatasan Bogor-Sukabumi,<br />

Jawa Barat. Lahan di Lido ini merupakan hasil<br />

akuisisi aset milik Bakrie Group, yang dulunya<br />

dikelola PT Nirwana Parahyangan. MNC Group<br />

melakukan akuisisi pada akhir 2012 lalu. Luas<br />

aset tanah mencapai 3.100 hektare, di antaranya<br />

1.100 hektare di wilayah Bogor dan 2.000<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Penandatanganan dokumen<br />

antara Hary Tanoe dan Trump<br />

di New York<br />

DOK. MNC GROUP<br />

hektare di wilayah Sukabumi.<br />

“Rencana 2017 international golf sudah selesai,<br />

2018 theme park entertainment area, dan hotel<br />

resor Trump juga sudah selesai. Pada 2017 pun<br />

jalan tol juga sudah selesai, diharapkan,” jelasnya.<br />

MNC tidak hanya menyediakan lahan. Mereka<br />

juga tengah terlibat pembangunan jalan<br />

tol Ciawi-Lido sepanjang 54 kilometer sebagai<br />

akses menuju resor mereka di Lido. MNC Group<br />

merupakan pemegang saham terbesar PT<br />

Trans Jabar Tol (TJT), pemegang konsesi proyek<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Kenapa kami bertemu dengan Donald<br />

Trump? Karena, simpel, dia baru<br />

menandatangani kerja sama di Bogor<br />

dan Bali. Kita mesti mengapresiasi.<br />

Setya Novanto<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Proyek tol<br />

ini sudah dicanangkan sejak akhir 2011 lalu.<br />

Namun proyek ini tersendat soal pembebasan<br />

lahan di kawasan Desa Watesjaya, Cigombong,<br />

Kabupaten Bogor. Hingga awal 2015,<br />

lahan milik PT Lido Nirwana yang akan dilintasi<br />

tol itu belum juga dibebaskan. Padahal target<br />

penyelesaian jalan tol ini jatuh pada 2017 kelak.<br />

Kemungkinan masalah semacam inilah yang<br />

meresahkan kerja sama antara MNC Group<br />

dan Trump. Tidak aneh jika Trump, meski sudah<br />

meneken kerja sama untuk<br />

berbisnis dengan Hary di<br />

Bali, ternyata untuk Lido<br />

masih ogah-ogahan.<br />

Hary sendiri pernah<br />

mengakui upaya meraih<br />

kepercayaan Trump tidak<br />

mudah. Pengusaha besar asal AS itu menginginkan<br />

pembangunan proyeknya di Indonesia<br />

tidak mendapat gangguan hukum, termasuk<br />

pembebasan lahan.<br />

Namun, seminggu setelah perjamuan Trump<br />

dengan Setya dan Fadli, akhirnya kerja sama<br />

disepakati. Kerja sama itu diteken pada 10 September<br />

2015.<br />

Bila Setya disebut sebagai orang hebat,<br />

Fadli pun tidak bisa dianggap remeh oleh<br />

Trump. Ia adalah Wakil Ketua DPR. Ia lolos<br />

menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan<br />

(Dapil) Jawa Barat V. Dapil tersebut meliputi<br />

Kabupaten Bogor, termasuk sebagian kawasan<br />

Lido yang masih bermasalah soal pembebasan<br />

lahan itu.<br />

Namun Setya membantah jika tujuan pertemuannya<br />

dengan Trump untuk melicinkan jalan<br />

Hary meraih investor. Ia menyebutkan kesepakatan<br />

antara Hary dan Trump sudah dilakukan<br />

sejak 19 Agustus 2015, yakni kerja sama pembangunan<br />

Trump Hotel Collection.<br />

Kehadirannya sekadar memberikan apresiasi<br />

kepada Trump karena masih mau berinvestasi<br />

di Indonesia. Apalagi kondisi perekonomian<br />

sedang tidak menentu karena nilai tukar dolar<br />

yang melangit.<br />

“Kenapa kami bertemu dengan Donald<br />

Trump? Karena, simpel, dia baru menandatangani<br />

kerja sama di Bogor dan Bali. Kita mesti<br />

mengapresiasi,” akunya dalam tatap muka rombongan<br />

DPR dengan board director Indonesian<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Fadli Zon selfie dengan<br />

pendukung Trump. Tampak<br />

Aziz Syamsudin dan Setya<br />

Novanto di kanan<br />

REUTERS<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

American Business Council (IABC).<br />

Pengakuan Setya ini diunggah oleh pemilik<br />

akun bernama “bruce lee” melalui situs YouTube<br />

pada 5 September 2015. Setya masih melanjutkan<br />

lawatan ke Amerika Serikat setelah IPU dan<br />

pertemuan dengan Trump.<br />

Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Adian<br />

Napitupulu menganggap alasan Setya terlalu<br />

dibuat-buat. Inisiator pertemuan di Trump<br />

Tower itu adalah Hary Tanoe, pengusaha yang<br />

memiliki kepentingan bisnis. Setya justru menunjukkan<br />

diri menjadi beking pengusaha.<br />

“Enggak boleh, dong, bukan tugas DPR begitu,”<br />

tegasnya.<br />

Syafril Nasution meminta agar urusan bisnis<br />

tidak diseret ke politik. Ia mengaku tidak<br />

tahu apakah ada hubungan antara pertemuan<br />

Trump-Setya dan bisnis Hary Tanoe. “Jadi, saya<br />

kira, kalau ditanya apakah itu ada hubungannya,<br />

saya tidak tahu,” kata Corporate Secretary<br />

MNC Group itu. ■<br />

ISFARI HIKMAT, IBAD DURAHMAN, BAHTIAR RIFAI, ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK DETIK 147 - - 20 13 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

JEJAK TRUMP<br />

DI INDONESIA<br />

<strong>KE</strong>TUA DPR Setya Novanto menjawab “Yes, highly,” ketika<br />

ditanya Donald Trump apakah rakyat Indonesia menyukai dia.<br />

Tapi benarkah Trump dikenal dan disukai di Indonesia? Seperti<br />

apa sejarah hubungan konglomerat Amerika Serikat itu dengan<br />

Indonesia?<br />

Berikut ini jejak Trump dan bisnisnya di Indonesia.<br />

1. BISNIS PROPERTI<br />

a. Executive Vice President The Trump<br />

Organization, Donald J. Trump Jr., pada Juni<br />

2011 meninjau proyek properti The St. Moritz<br />

Penthouses & Residences milik Grup Lippo di<br />

Jakarta Barat. Trump Jr. didampingi Lawrence<br />

Glick, Executive Vice President Strategic<br />

Development The Trump Organization.<br />

Sebelum saya ke Indonesia,<br />

saya tak tahu sama sekali<br />

soal tingkat bakat,<br />

antusiasme, dan keputusan<br />

bisnis di sini.<br />

b. Trump Hotel Collection meneken kontrak<br />

pembangunan resor di Bali dengan MNC Group<br />

pada 14 Agustus 2015. Proyek ini akan jadi resor<br />

pertama Trump di Asia. “Bali secara konsisten selalu<br />

terpilih sebagai pulau (wisata) terbaik di dunia dan<br />

salah satu lokasi resor dan hunian terbaik di dunia,”<br />

kata Donald Trump Jr.<br />

c. Trump dan MNC juga mengembangkan<br />

megaproyek di lahan seluas 2.000 hektare<br />

di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Nilai<br />

investasi proyek di lahan seluas 2.000<br />

hektare ini totalnya US$ 2-3 miliar untuk<br />

pembangunan resor, lapangan golf kelas<br />

internasional, dan taman bermain ala<br />

Disneyland. Rencananya, tahap pertama<br />

dengan nilai proyek US$ 400 juta akan<br />

beroperasi dan dikelola oleh Trump pada<br />

2018.<br />

2. MISS UNIVERSE<br />

a. Donald Trump adalah<br />

pemilik kontes kecantikan<br />

Miss Universe sejak 1996.<br />

Kontes Puteri Indonesia<br />

berafiliasi dengan Miss<br />

Universe ini. Mulai<br />

1995, pemenang ajang<br />

Puteri Indonesia menjadi<br />

perwakilan RI di kontes<br />

Miss Universe.<br />

b. Trump menyindir kontes<br />

rivalnya, Miss World, karena<br />

penyelenggaraan di Bali tak akan<br />

menampilkan sesi bikini. Trump<br />

menyatakan itu menguntungkan<br />

dia karena rating Miss<br />

World akan jeblok. Ia juga<br />

mengatakan tak akan pernah<br />

mengadakan kontes di negara<br />

yang “membenci” bikini seperti<br />

Indonesia.<br />

3. HAK CIPTA MEREK TRUMP & DONALD TRUMP<br />

a. Pendaftaran Merek<br />

• Trump mendaftarkan merek Trump dan<br />

Donald Trump di Direktorat Jenderal Hak<br />

Kekayaan Intelektual pada 2010 dan 2012<br />

untuk kelas 43, yakni berbagai<br />

bisnis terkait tempat kuliner,<br />

hotel, dan penginapan.<br />

T M<br />

• Trump pada 2010 juga mendaftarkan merek<br />

Trump untuk kelas 35, yakni untuk jasa<br />

terkait periklanan, konsultan bisnis dan<br />

keuangan, agen tenaga kerja, agensi<br />

model, pertokoan dan pusat belanja,<br />

penerbitan, serta perdagangan ekspor<br />

dan impor.<br />

b. Penolakan Merek<br />

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual<br />

menolak permohonan pendaftaran<br />

merek D TRUMP pada 28 Juni 2013 karena<br />

kemiripan dengan nama Donald Trump.<br />

Donald Trump<br />

D TRUMP<br />

Donald Trump<br />

D TRUMP<br />

Donald Trump<br />

D TRUMP<br />

Donald Trump<br />

D TRUMP<br />

Donald Trump<br />

D TRUMP<br />

c. Gugatan Hukum<br />

• Pengadilan Niaga pada Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Pusat pada 2014<br />

memenangkan gugatan Trump atas<br />

merek TRUMPS yang didaftarkan<br />

oleh pengusaha Indonesia, Robin<br />

Wibowo. Robin mendaftarkan<br />

merek itu untuk kelas 35 dan 43.<br />

Juga untuk barang kelas 25, yakni<br />

dasi dan sarung tangan.<br />

• Robin beralasan “trump” adalah<br />

kata umum dalam bahasa Inggis,<br />

yang berarti kartu andalan dalam<br />

permainan bridge. Namun hakim<br />

membatalkan merek itu karena<br />

melanggar Pasal 6 Ayat 3 huruf a<br />

Undang-Undang Nomor 15 Tahun<br />

2001 tentang Merek, yang melarang<br />

kemiripan antara lain dengan nama<br />

orang terkenal.<br />

4. BUKU<br />

Buku karya Donald Trump diterjemahkan dan diterbitkan<br />

di Indonesia. Buku itu antara lain Think Like a<br />

Champion!, yang terbit pada 2010, dan Why We Want<br />

You to be Rich, yang ditulisnya bersama Robert T. Kiyosaki,<br />

yang terbit pada 2007.<br />

Selain buku ini, ada buku lain tentang Trump yang terbit<br />

di Indonesia, yakni The Trump Way: 33 Rahasia Sukses<br />

Donald Trump dan Belajar Bisnis dari Donald Trump.<br />

OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

<strong>KE</strong> AMERIKA, HADUH…<br />

GILALAH GILA<br />

DIPERKIRAKAN BIAYA YANG DIHABISKAN<br />

ROMBONGAN SETYA NOVANTO <strong>KE</strong><br />

AMERIKA LEBIH <strong>DARI</strong> RP 10 MILIAR.<br />

BAGAIMANA KISAH PRABOWO<br />

URING-URINGAN <strong>KE</strong>PADA FADLI ZON?<br />

MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Prabowo dalam acara<br />

pengukuhan pengurus DPP<br />

Partai Gerindra, 2015.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

PRABOWO Subianto uring-uringan.<br />

Kepada sejawat dekatnya, Ketua<br />

Umum Partai Gerakan Indonesia<br />

Raya itu mengeluhkan wakil ketuanya,<br />

Fadli Zon. Prabowo tidak sreg Fadli tetap<br />

berangkat ke Amerika Serikat untuk melakukan<br />

kunjungan kerja.<br />

Gerindra melarang anggotanya yang duduk<br />

di Dewan Perwakilan Rakyat mengikuti kunjungan<br />

ke luar negeri. Ketentuan itu berlaku<br />

lima tahun belakangan ini. “Pak Prabowo ngomong<br />

ke orang-orang tertentu, ‘Gimana sih<br />

Fadli ini. Dia ngerti enggak sih kekuatan partai<br />

kita.’ Jadi Pak Prabowo agak sambat (mengeluh),<br />

agak nesu. Setengah enggak mengizinkan<br />

Fadli ke AS,” cerita sumber majalah detik di<br />

Gerindra.<br />

Si sumber membeberkan, Fadli Zon minta<br />

izin kepada Prabowo hanya melalui pesan pendek<br />

telepon seluler sehari sebelum berangkat.<br />

Ndilalah, kunjungan kerja yang diikuti Fadli itu<br />

dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan.<br />

“Nah, kan sudah saya bilang (jangan ikut),” kata<br />

Prabowo seperti ditirukan sumber majalah<br />

detik di Gerindra.<br />

Prabowo semakin marah, tapi ia memilih<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Fadli Zon di antara barisan perempuan<br />

pendukung Donald<br />

Trump.<br />

DUNCAN CHARD/BLOOMBERG VIA GETTY<br />

IMAGES<br />

diam. Sejumlah politikus Gerindra menyatakan<br />

partai akan memanggil Fadli untuk memberi<br />

penjelasan.<br />

Namun anggota DPR Fraksi Gerindra, Ahmad<br />

Riza Patria, mengatakan situasi di Gerindra<br />

tidak sedramatis itu. Menurut dia, meskipun<br />

Gerindra melarang anggota DPR ke luar<br />

negeri, pada akhirnya kepergian Fadli bersama<br />

pemimpin DPR ke Amerika bisa sedikit dimaklumi.<br />

Sebab, forumnya adalah sidang parlemen<br />

internasional.<br />

Fadli pun membantah bila dikatakan Prabowo<br />

marah. Juga menyangkal kabar bahwa ia<br />

minta izin hanya melalui SMS kepada Prabowo.<br />

“Izinnya secara langsung, kok,” kata Wakil<br />

Ketua DPR itu kepada majalah detik.<br />

Fadli merupakan salah satu anggota DPR<br />

yang ikut rombongan ke Amerika selama dua<br />

minggu. Agenda utama kunjungan itu adalah<br />

memenuhi undangan acara Forum Ketua<br />

Parlemen Sedunia yang digelar Inter-Parliamentary<br />

Union (IPU) pada 31 Agustus hingga<br />

2 September di gedung Perserikatan Bangsa-<br />

Bangsa, New York.<br />

Fadli mendampingi Ketua DPR Setya Novanto,<br />

yang menyampaikan pidato dalam acara<br />

itu. Selain Fadli, ikut sejumlah anggota komisi,<br />

Badan Urusan Rumah Tangga DPR, dan Badan<br />

Kerja Sama Antarparlemen.<br />

Rombongan anggota DPR berjumlah 12<br />

orang. Selain mereka, ikut diajak pula 15 orang<br />

lainnya, yakni anggota keluarga, tenaga ahli,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Ahmad Riza Patria<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

ajudan, dan pegawai Sekretariat Jenderal DPR.<br />

Anggota Dewan yang mengajak serta istri<br />

antara lain Setya, Ketua Badan Urusan Rumah<br />

Tangga Roem Kono, dan anggota Komisi Pertanian<br />

Robert Joppy Kardinal (Golkar). Sementara<br />

itu, Nurhayati Assegaf (Partai Demokrat)<br />

mengajak putranya.<br />

Setya dalam forum IPU menyampaikan<br />

koreksi kepada PBB bahwa perdamaian dunia<br />

masih menyisakan masalah, masih ada konflik<br />

di berbagai negara. Ia juga mengusulkan agar<br />

IPU melakukan standardisasi demokrasi karena<br />

selama ini ada ketimpangan demokrasi antara<br />

negara maju dan berkembang. “Kami berharap,<br />

dalam IPU itu, betul-betul dicapai standardisasi<br />

(demokrasi),” kata Setya kepada majalah detik.<br />

Setelah acara IPU selesai, hanya lima anggota<br />

DPR yang pulang. Sedangkan Setya, Fadli,<br />

dan beberapa anggota DPR lainnya meneruskan<br />

kunjungan kerja mereka di Amerika hingga<br />

12 September 2015. Mereka mengunjungi dua<br />

negara bagian Amerika Serikat, yakni San Francisco<br />

dan Washington, DC.<br />

Sebelum berangkat ke San Francisco, Setya<br />

dkk menemui bakal calon Presiden Amerika<br />

dari Partai Republik, Donald Trump. Alih-alih<br />

menjalin hubungan baik, akibat pertemuan di<br />

Trump Tower itu, kunjungan pemimpin DPR<br />

malah mendapat sorotan negatif, baik dari<br />

dalam maupun luar negeri. Setya dan Fadli<br />

diadukan ke Mahkamah Kehormatan Dewan<br />

karena diduga melanggar kode etik.<br />

Bukan hanya itu, akhirnya perjalanan dinas<br />

Setya dkk selama dua minggu di Amerika juga<br />

banyak dipersoalkan. Forum Indonesia untuk<br />

Transparansi Anggaran (Fitra) menuntut adanya<br />

transparansi anggaran. Fitra menghitung,<br />

berdasarkan besaran anggaran dinas pejabat<br />

ke luar negeri, kunjungan itu menelan biaya Rp<br />

4,6 miliar. Namun Fitra memperkirakan biaya<br />

yang digunakan mencapai Rp 10 miliar.<br />

Angka Rp 4,6 miliar merupakan asumsi untuk<br />

sembilan anggota DPR. Dalam mata anggaran,<br />

biaya pesawat ke Amerika US$ 14.428 satu<br />

perjalanan per orang, uang harian US$ 527 per<br />

anggota DPR, dan hotel masing-masing US$<br />

1.312,02 per malam.<br />

Sebagai gambaran, selama di Washington,<br />

Setya dan rombongan menginap di hotel bin-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto bersalaman<br />

dengan Donald Trump.<br />

REUTERS<br />

tang lima, Capella, di Georgetown. Dalam situs<br />

pemesanan hotel online, booking.com, Hotel<br />

Capella bertarif Rp 7 juta untuk tipe kamar terendah<br />

(superior king room) hingga Rp 100 juta<br />

untuk presidential suites. “Sepulang (mereka)<br />

dari AS, kami akan menagih akuntabilitas anggaran<br />

itu,” kata Koordinator Bidang Advokasi<br />

Fitra Apung Widadi.<br />

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar,<br />

Tantowi Yahya, menyangkal keras jumlah<br />

yang disebutkan Fitra itu untuk biaya kunjungan<br />

kerja Setya dkk ke Amerika. “Enggak sampai<br />

Rp 4 miliar. Haduh... gilalah gila. Hitungan itu<br />

dari mana?” ujarnya di gedung DPR.<br />

Kepala Bagian Humas DPR Djaka Dwi Winarko<br />

memastikan anggaran negara hanya<br />

dikeluarkan untuk anggota DPR. Biaya anggota<br />

keluarga yang dibawa para anggota DPR tidak<br />

ditanggung. “Yang ditanggung di luar istri-istri<br />

dan anak itu,” katanya kepada majalah detik.<br />

Di antara rombongan itu, terdapat utusan<br />

khusus Presiden, Eddy Pratomo. Keberadaan<br />

Eddy dalam rombongan disebut-sebut untuk<br />

membantu Setya. Eddy merupakan staf ahli<br />

Setya di DPR pada periode yang lalu. Dalam<br />

susunan kegiatan yang didapat majalah detik,<br />

Eddy berperan sebagai penasihat delegasi.<br />

Eddy sempat mengajukan anggaran ke negara,<br />

tapi ditolak. Yang pasti, saat itu ia berangkat<br />

tidak menggunakan anggaran negara. “Pakai<br />

anggaran siapa, saya enggak tahu,” ujar Sekretaris<br />

Kabinet Pramono Anung.<br />

Meski mendapat sorotan tajam di dalam<br />

negeri, Setya melanjutkan acaranya di Amerika.<br />

Di Washington, DC, Setya mengikuti lima<br />

agenda. Mengawali hari, Kamis, 10 September<br />

2015, pagi, mereka berdiskusi dengan bos-bos<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto dan Fadli Zon<br />

mengikuti sebuah pertemuan<br />

di Amerika.<br />

DOK. DPR RI<br />

perusahaan raksasa Amerika, seperti Coca-<br />

Cola, Philip Morris, dan Freeport, dalam forum<br />

US-ASEAN Business Council.<br />

Kemudian rombongan bertemu dengan<br />

Presiden Tempore Senat Amerika Serikat Orrin<br />

Hatch di Capitol. Lanjut, Setyo memenuhi undangan<br />

Presiden US-Indonesia Society (USIN-<br />

DO) David Merrill. Pertemuan di Cosmos Club<br />

itu dihadiri 120 orang, yang terdiri atas tokoh<br />

bisnis, diplomat, dan masyarakat Amerika.<br />

Selesai berdiskusi dengan USINDO, mereka<br />

meluncur ke gedung Kongres Amerika. Rombongan<br />

itu menemui Ketua DPR Amerika John<br />

Boehner. Salah satu yang dibicarakan adalah<br />

proposal pelatihan tenaga perpustakaan untuk<br />

DPR Indonesia. DPR ingin meniru Library of<br />

Congress dan Congressional Research Service.<br />

Dua lembaga ini merupakan think thank DPR<br />

Amerika.<br />

Setya, yang didampingi Wakil Ketua DPR Fadli<br />

Zon, melihat langsung perpustakaan Kongres<br />

Amerika, yang punya 160 juta koleksi, 40 juta<br />

di antaranya judul buku. Pegawainya 3.200<br />

orang. “Library of Congress siap memfasilitasi<br />

staf, pustakawan, untuk magang,” ujar Setya.<br />

Masih ada satu agenda lagi yang diikuti rombongan<br />

itu, yakni peringatan Hari Kemerdekaan<br />

RI ke-70 di kantor Kedutaan Besar Indonesia<br />

untuk Amerika. Hadir pula Wakil Menteri Luar<br />

Negeri Amerika dalam acara tersebut.<br />

Agenda maraton di Washington tersebut<br />

menjadi penutup kunjungan Setya dkk ke<br />

Amerika. Para anggota DPR ini sudah ditunggu<br />

di Tanah Air untuk memberi penjelasan kepada<br />

Mahkamah Kehormatan Dewan. ■ BAHTIAR RIFAI,<br />

ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, SHOHIB MASYKUR | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

KOALISI MENDONG<strong>KE</strong>L<br />

SETYA NOVANTO<br />

KADER PDIP MEMOTORI PENGADUAN SKANDAL JUMPA PERS DONALD TRUMP <strong>KE</strong> MAJELIS <strong>KE</strong>HORMATAN<br />

DEWAN. PELUANG MELENGSERKAN <strong>KE</strong>TUA DAN WAKIL <strong>KE</strong>TUA DPR BAKAL MEMBUKA PERTARUNGAN<br />

BABAK <strong>KE</strong>DUA ANTARA KIH DAN KMP.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Anggota DPR melaporkan<br />

Ketua DPR Setya Novanto<br />

dan Wakil Ketua Fadli Zon ke<br />

Majelis Kehormatan Dewan,<br />

Senin (7/9).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

<strong>KE</strong>MUNCULAN Ketua Dewan<br />

Perwakilan Rakyat Setya Novanto<br />

dalam jumpa pers politik Donald<br />

Trump menjadi obrolan panas di<br />

ruang kerja anggota Fraksi Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko.<br />

Budiman, Adian Napitupulu, Rieke Diah Pitaloka,<br />

dan Charles Honoris awalnya menggelar<br />

rapat di ruangan di lantai delapan Gedung<br />

Nusantara I kompleks DPR, Senayan, Jakarta,<br />

untuk membahas rencana peringatan Hari Tani<br />

oleh PDIP.<br />

Adalah Adian yang mengajak rekan- rekan<br />

separtainya itu membahas “insiden” yang<br />

sejak pagi pada Jumat, 4 September 2015, itu<br />

menimbulkan kehebohan di media massa dan<br />

media sosial. “Ini ada masalah, ayo kita sikapi,<br />

ini sudah ramai,” kata Adian.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

KAMI INGIN INI DITANGANI<br />

SECARA SERIUS.<br />

Anggota DPR Fraksi PKB,<br />

Maman Imanulhaq<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

Keempatnya berencana membawa skandal<br />

itu ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) karena<br />

meyakini ada pelanggaran etika oleh Setya<br />

dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. “Ini jangan<br />

sampai PDIP saja, ini kan persoalan Dewan,”<br />

kata Budiman kepada para koleganya.<br />

Akhirnya disepakati pembagian tugas menggalang<br />

dukungan, terutama dari partai koalisi<br />

pendukung pemerintah. Beberapa kolega<br />

di parlemen pun ditelepon dan dikontak via<br />

WhatsApp.<br />

Budiman mengaku kebagian menggandeng<br />

Maman Imanulhaq dari Fraksi<br />

Partai Kebangkitan Bangsa. Gayung<br />

bersambut, Maman sependapat dengan Budiman.<br />

Setelah minta restu kepada fraksi, Maman<br />

menyatakan siap mendukung pengaduan<br />

ke MKD.<br />

Bagi Maman, jumpa pers Trump punya muatan<br />

politik sehingga tidak etis Setya dan Fadli<br />

berada di sana. Apalagi, kata dia, Trump gemar<br />

melontarkan pernyataan bermuatan rasisme<br />

dan berkomentar negatif tentang Islam.<br />

“Kami ingin ini ditangani secara serius,” kata<br />

Maman kepada majalah detik. “Kami ingin<br />

jadikan ini sebagai momentum untuk menumbuhkan<br />

integritas MKD dan mempertanyakan<br />

integritas pemimpin DPR.”<br />

Setelah dukungan terjalin, Budiman dan<br />

kawan-kawan menggelar jumpa pers di Bakoel<br />

Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 5<br />

September. Mereka membedah aturan-aturan<br />

yang diduga telah dilanggar oleh Setya dan<br />

rombongannya.<br />

Keesokan harinya, mereka menyusun bahan<br />

video, foto, dan kliping berita untuk bahan<br />

laporan. Sebelumnya, mereka juga mencari<br />

informasi dari Kementerian Luar Negeri, yang<br />

mengurus protokoler aktivitas Setya dan Fadli<br />

di Amerika Serikat.<br />

Informasi dari Kementerian, kata Adian, acara<br />

dengan Trump itu di luar jadwal resmi. “Kemenlu<br />

sudah menyarankan untuk tidak datang,<br />

kok. Mereka sudah menyatakan itu kampanye,”<br />

ujarnya. “Sebagian (anggota rombongan Setya)<br />

yang memiliki kesadaran politik yang lebih baik<br />

dibanding pemimpin kita itu memilih tidak<br />

datang.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Charles Honoris (kiri),<br />

Budiman Sudjatmiko,<br />

Diah Pitaloka, dan Adian<br />

Napitupulu (kanan)dalam<br />

acara jumpa pers di Bakoel<br />

Koffie, Sabtu (5/9). Budiman<br />

menilai Ketua DPR Setya<br />

Novanto melanggar etika<br />

karena menghadiri jumpa pers<br />

politik Donald Trump.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Kelompok Budiman cs memang sengaja<br />

“lembur” pada akhir pekan karena ingin melaporkan<br />

kasus ini ketika masih jadi perhatian<br />

publik. Hasilnya, pada Senin, 7 September,<br />

mereka mendatangi MKD.<br />

Saat itu laporan didukung oleh perwakilan<br />

semua partai Koalisi Indonesia Hebat. Selain<br />

Budiman dan Maman, ada Akbar Faizal dari<br />

Partai Nasional Demokrat dan Inas Nasrullah<br />

Zubir dari Partai Hati Nurani Rakyat. Ditambah<br />

lagi Amir Uskara dari Partai Persatuan Pembangunan.<br />

Ketua Fraksi Hanura Nurdin Tampubolon<br />

menyatakan partainya merasa keberatan jika<br />

benar pertemuan Setya terkait dengan kepentingan<br />

bisnis Hary Tanoesoedibjo. Hary Tanoe,<br />

menurut Tantowi Yahya, adalah orang yang<br />

memfasilitasi pertemuan Setya cs dengan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Adian Napitupulu, Charles<br />

Honoris, dan Akbar Faizal<br />

menunjukkan bukti-bukti yang<br />

dilampirkan saat melaporkan<br />

Setya Novanto dan Fadli Zon<br />

ke Majelis Kehormatan Dewan,<br />

Senin (7/9).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Trump. “Kalau agendanya hanya untuk ketemu<br />

seperti itu, apa manfaatnya buat kita?” ujar<br />

Nurdin.<br />

PPP kubu Romahurmuziy juga menyatakan<br />

Setya dan Fadli melanggar kode etik. Ketua<br />

Dewan Pimpinan Pusat PPP Bidang Luar Negeri<br />

Usman M. Tokan menyatakan keduanya<br />

harus dihadapkan ke MKD.<br />

Bagi Usman, peristiwa di New York itu adalah<br />

puncak dari permasalahan yang membelit<br />

paket pemimpin DPR dari Koalisi Merah Putih.<br />

“Seperti pernyataan-pernyataan (mereka yang<br />

menyebutkan anggota DPR) bloon, sinting, menyindir<br />

buruh, maupun keinginan melanjutkan<br />

tujuh proyek pembangunan DPR,” ujarnya.<br />

Usman mengatakan pihaknya menilai pemimpin<br />

parlemen juga tidak sukses dalam hal<br />

legislasi. Sebelas bulan DPR di bawah Setya,<br />

Dewan hanya mampu menghasilkan empat<br />

undang-undang dari target 37 legislasi.<br />

Setya dan empat wakilnya juga dikritik karena<br />

pemasangan karpet merah khusus pemimpin<br />

DPR dan tamu. Karpet ini diberi pembatas dan<br />

dijaga petugas keamanan.<br />

MKD pun menerima laporan Budiman dkk<br />

hanya sebagai bukti tambahan, dan nantinya<br />

menjadikan mereka saksi. Pasalnya, pada<br />

Senin, 7 September, MKD memutuskan kasus<br />

Setya akan ditelisik tanpa perlu adanya pengaduan.<br />

“Karena telah diberitakan secara luas,<br />

kami putuskan memproses kasus tersebut,”<br />

kata Ketua MKD Surahman Hidayat.<br />

Jika terbukti melanggar etika Dewan, ada tiga<br />

macam sanksi yang bisa dijatuhkan. Bila kasus<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

<strong>KE</strong>BERADAAN KAMI JANGAN<br />

MEMBAWA ATRIBUT KIH DAN<br />

KMP, TAPI MENEGAKKAN ETIKA<br />

DI PARLEMEN.<br />

Anggota MKD<br />

Sarifuddin Sudding<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

itu merupakan pelanggaran ringan, mereka<br />

akan dijatuhi sanksi teguran. Sanksi pelanggaran<br />

sedang adalah pencopotan dari jabatan<br />

pemimpin DPR.<br />

Sedangkan hukuman buat pelanggaran berat<br />

adalah pemecatan sebagai anggota DPR. “Tergantung<br />

keputusan MKD nanti, apakah ringan,<br />

sedang, berat, atau tidak terbukti sama sekali,”<br />

kata anggota Majelis Kehormatan, Sarifuddin<br />

Sudding.<br />

Meski pencopotan dari jabatan pemimpin<br />

DPR dimungkinkan, mayoritas pelapor menyerahkan<br />

bentuk sanksi kepada MKD.<br />

Adian mengatakan motivasinya<br />

bukan menggusur Setya. Meski<br />

demikian, Adian melihat arahnya<br />

mestinya memang lengsernya<br />

sang ketua.<br />

“Saya tidak sudi dipimpin orang<br />

yang membawa institusi besar ini<br />

berdiri di belakang calon presiden negara lain,”<br />

kata Adian. “Ampun… malu saya, ada seorang<br />

calon presiden negara lain pidato dan kita berjejer<br />

di belakangnya, idih….”<br />

Adian menilai Setya melakukan pelanggaran<br />

serius karena menjanjikan kepada Trump akan<br />

membuat hal-hal yang hebat untuk Amerika.<br />

Anggota DPR hanya boleh punya satu loyalitas,<br />

yakni kepada negaranya, Indonesia.<br />

“Setya melakukan loyalitas ganda. Dalam<br />

negara, itu salah. Banyak orang yang menganggap<br />

itu persoalan sepele, kata siapa sepele?<br />

Ini persoalan ideologi, ini persoalan nasionalisme.<br />

Tidak ada yang sepele dengan ideologi dan<br />

nasionalisme.”<br />

Pakar hukum tata negara Refly Harun menilai<br />

alasan membahas investasi dengan Trump<br />

tidak bisa diterima karena DPR tidak mengurusi<br />

pembicaraan bisnis dan bertemu dengan<br />

pengusahanya. Bagi Refly, pemberhentian<br />

Setya dan Fadli dari posisi pemimpin DPR<br />

bukan sesuatu hal yang mustahil.<br />

Sepanjang sejarah, memang belum pernah<br />

ada pemimpin DPR yang dicopot akibat skandal.<br />

Melihat komposisi MKD, Setya dan Fadli<br />

bisa dibilang dalam posisi diuntungkan karena<br />

partai Koalisi Merah Putih memiliki 10 wakil<br />

dari 17 anggota Majelis Kehormatan.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Diskusi publik "Kasus<br />

Trumpgate" di Cikini, Jakarta<br />

Pusat, Jumat (11/9). Pakar<br />

hukum tata negara Refly Harun<br />

(kedua dari kiri) menyatakan<br />

Setya Novanto dan Fadli<br />

Zon bisa dicopot dari posisi<br />

pemimpin DPR karena hadir<br />

dalam jumpa pers politik<br />

Donald Trump.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />

Namun angin politik memang sedikit berubah<br />

sejak Koalisi Merah Putih mengegolkan<br />

paket pimpinan DPR yang diketuai Setya. Kala<br />

itu Koalisi Indonesia Hebat dengan PDIP sebagai<br />

partai pemenang pemilu gagal menjadi<br />

pemimpin di DPR.<br />

Namun saat itu belum ada PPP kubu Romahurmuziy,<br />

yang condong ke partai pendukung<br />

Jokowi-JK. Kini Partai Amanat Nasional juga<br />

menyatakan mendukung pemerintah, meski<br />

tidak keluar dari Koalisi Merah Putih.<br />

Jika terjadi pertarungan di MKD, kedua kubu<br />

akan memperebutkan dua suara anggota dari<br />

PAN, dua dari Demokrat, dan satu dari PPP.<br />

Berbeda dengan PPP kubu Romahurmuziy,<br />

yang sudah menyatakan sikap, PAN memilih<br />

menahan diri hingga pemeriksaan di MKD<br />

berjalan.<br />

“Nanti datang, dengarkan dulu penjelasan<br />

mereka,” kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.<br />

“Orangnya belum datang kok sudah diserang.<br />

Orangnya belum balik kok berprasangka dulu.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto (berdasi ungu)<br />

dalam jumpa pers bakal calon<br />

Presiden Amerika dari Partai<br />

Republik, Donald Trump, di New<br />

York, Kamis (3/9).<br />

SPENCER PLATT/GETTY IMAGES<br />

Seorang sumber di Gerindra menyatakan<br />

Ketua Umum Prabowo Subianto tidak merestui<br />

kepergian Fadli Zon ke Amerika Serikat. Gerindra<br />

memang sebelumnya mengharamkan<br />

kadernya ikut kunjungan ke mancanegara.<br />

Namun Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy<br />

Prabowo membantahnya. Menurut dia, upaya<br />

mengganti Setya dan Fadli tidak akan didukung<br />

Gerindra. “Tidak ada itu. Kami tidak ada sedikit<br />

pun ke arah sana,” ujarnya.<br />

Golkar pun tidak satu suara membela Setya.<br />

Bambang Soesatyo menyatakan rekannya itu<br />

harus sportif menyatakan ada kekeliruan. Bambang<br />

minta maaf atas ulah rekan separtainya<br />

itu.<br />

Sementara itu, Sarifuddin Sudding menegaskan<br />

MKD tidak akan memihak salah satu kubu<br />

koalisi partai. “Keberadaan kami jangan membawa<br />

atribut KIH dan KMP, tapi menegakkan<br />

etika di parlemen,” ucapnya. “Integritas teman<br />

di Mahkamah Kehormatan dipertaruhkan,<br />

jangan membela habis-habisan karena KIH dan<br />

KMP.”<br />

Setya menyatakan siap memberi penjelasan<br />

kepada MKD karena ia menganggap tidak ada<br />

yang salah dengan hadir dalam jumpa pers<br />

Trump. “Tidak ada masalah karena itu tak ada<br />

kaitannya dengan kita mendukung Donald<br />

Trump,” ujarnya saat ditemui majalah detik di<br />

Kedutaan Besar Indonesia di Washington.<br />

Sementara itu, Fadli Zon tidak keberatan<br />

dilaporkan ke MKD. “Silakan saja. Namun perlu<br />

dicatat, jika mereka melaporkan atas dasar<br />

informasi yang salah atau tidak utuh, akan saya<br />

laporkan balik,” kata Fadli. ■ IBAD DUROHMAN, BAHTIAR<br />

RIFAI, SHOHIB MASYKUR, RAY JORDAN | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

SETYA NOVANTO:<br />

KAMI TAK ADA MASALAH<br />

DIMINTAI<br />

TANGGUNG<br />

JAWAB<br />

“MEMANG KAMI DIUNDANG OLEH<br />

TRUMP. NAH, DALAM UNDANGAN<br />

ITU, KAMI MEMANG TAHU<br />

TRUMP AKAN BERINVESTASI DI<br />

INDONESIA.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Ketua DPR Setya Novanto<br />

saat ikut konferensi pers<br />

bakal calon presiden Amerika<br />

dari Partai Republik, Donald<br />

Trump.<br />

LUCAS JACKSON/REUTERS<br />

<strong>KE</strong>TUA Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Setya Novanto siap dimintai pertanggungjawaban<br />

oleh Mahkamah<br />

Kehormatan Dewan (MKD) terkait<br />

pertemuannya dengan miliarder yang juga<br />

salah satu kandidat calon Presiden Amerika<br />

Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.<br />

Setya berharap MKD melakukan pemeriksaan<br />

secara profesional.<br />

“Melalui prosedur yang betul dan kami berharap<br />

secara profesional, sehingga bisa dipertanggungjawabkan,”<br />

kata Setya kepada majalah<br />

detik, yang menemuinya di kantor Kedutaan<br />

Besar Indonesia di Washington, Jumat, 11 September<br />

2015.<br />

Bagi Setya, pertemuan dengan Trump, yang<br />

kini menjadi heboh di Tanah Air, bukan sebuah<br />

masalah yang perlu dipersoalkan. “Itu tidak<br />

ada kaitannya dengan kita mendukung Donald<br />

Trump,” kata Setya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto bertemu dengan<br />

Ketua DPR Amerika John<br />

Boehner (kedua dari kanan)<br />

SHOHIB MASYKUR/DETIKCOM<br />

Setya memberi penjelasan panjang-lebar<br />

mengenai kegiatannya di Negeri Abang Sam.<br />

Di Amerika, dia tidak hanya bertemu dengan<br />

Trump, tapi juga banyak pihak lainnya.<br />

Berikut ini wawancara majalah detik dengan<br />

Setya.<br />

Kunjungan rombongan Anda ke Amerika<br />

Serikat dalam rangka apa?<br />

Pertama, kami (melakukan) kunjungan ke<br />

IPU (Inter-Parliamentary Union), di mana saya<br />

pidato menyampaikan koreksi kepada PBB.<br />

Karena, meski disampaikan telah terjadi perdamaian,<br />

ternyata masih ada konflik etnik, konflik<br />

agama, kekerasan. Juga perang di Palestina, Israel,<br />

Yaman, dan Suriah.<br />

Waktu itu kami menyampaikan juga soal<br />

demokrasi di Asia Tenggara. Setelah Amerika,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Indonesia di Asia Tenggara<br />

(merupakan yang) terbesar, juga<br />

Cina, sedangkan Amerika adalah<br />

negara adikuasa, superpower, dan<br />

ini perlu adanya tindak lanjut.<br />

Setya Novanto<br />

MEGA/DETIKCOM<br />

India, (negara demokrasi) itu adalah Indonesia.<br />

Tapi demokrasi kita ini adalah kelanjutan. Kita<br />

tetap ada evaluasi secara sistemik. Karena,<br />

dari para peserta IPU itu, ada (negara) yang<br />

memang demokrasinya sudah maju, ada juga<br />

yang belum maju. Ini harus ada standardisasi<br />

internasional (tentang demokrasi). Ini yang<br />

belum ada, sehingga kami berharap, dalam<br />

IPU itu, betul-betul dicapai standardisasi (demokrasi).<br />

Nah yang kedua, memang kami diundang<br />

oleh Trump. Dalam<br />

undangan itu, kami<br />

tahu Trump akan berinvestasi<br />

di Indonesia,<br />

yang hotel bintang<br />

enam dan residence,<br />

juga golf yang ada di<br />

Bogor dan Bali. Tentu<br />

kita memberi apresiasi.<br />

Nah, kami selama 30 menit bersama anak<br />

Donald Trump. Kami bergurau. Gurauannya itu<br />

dia sangat memuji Indonesia, yang penduduk<br />

muslimnya terbesar, mempunyai arti dalam<br />

kepentingan (hubungan) Indonesia dengan<br />

Amerika ke depan. Karena Indonesia di Asia<br />

Tenggara (merupakan yang) terbesar, juga<br />

Cina, sedangkan Amerika adalah negara adikuasa,<br />

superpower. Ini perlu adanya tindak lanjut<br />

mengingat perkembangan-perkembangan ke<br />

depan. Jadi, menurut saya, itu menarik.<br />

Bagaimana Anda bisa ikut jumpa pers<br />

Donald Trump?<br />

Setelah saya pamit pulang, ternyata ini di<br />

bawah ada konferensi pers. Dan saat saya mau<br />

pulang, rupanya dia (Trump) lihat saya lagi.<br />

(Konferensi pers itu) sudah mau selesai. Kemudian<br />

saya ditarik (oleh Trump, lalu Trump) hanya<br />

mengenalkan. Ini tentu, menurut pendapat<br />

saya, kami mengapresiasi karena Trump bisa<br />

menarik investor-investor yang lain.<br />

Apakah Anda juga bertemu dengan investor<br />

lain?<br />

Ya, saya datang ke diaspora. Bertemu dengan<br />

para pengusaha Indonesia yang ada di sini. Ini<br />

sangat menarik karena banyak kemajuan. Tapi<br />

perlu pihak diaspora dari pengusaha itu (diberi)<br />

suatu kemudahan-kemudahan. Kemudahan<br />

mengenai masalah visa, kemudahan karena dia<br />

sudah investasi di sini, dan mengekspor di sana.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Sejumlah anggota DPR<br />

melaporkan Setya Novanto ke<br />

Majelis Kehormatan Dewan<br />

terkait kehadiran Setya dan<br />

Fadli Zon dalam konferensi<br />

pers Donald Trump di Amerika<br />

Serikat.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Dan para diaspora ini kita harapkan menjadi<br />

tulang punggung untuk bisa menaikkan ekspor<br />

kita. Karena, dalam situasi (perekonomian) dunia<br />

sekarang ini yang sedang turun, kita harus<br />

tingkatkan ekspor. Nah inilah, orang diaspora<br />

ini yang kita harapkan.<br />

Dari sana kami kembali ke Washington,<br />

DC. Di sana kami ketemu dengan pengusahapengusaha<br />

yang ada di sini. Baik dari Freeport<br />

maupun yang lain-lain ingin sekali bahwa<br />

regulasi yang baru, tentu sangat apresiasi pada<br />

Presiden Jokowi, bisa memberikan kemudahan-kemudahan<br />

kepada investor-investor yang<br />

akan ke Indonesia.<br />

Apa lagi kegiatan Anda di Amerika?<br />

Jam 11.30 ini, saya akan diterima oleh senat<br />

(Amerika). Ini kami mengingatkan bahwa<br />

Indonesia menolak ISIS meskipun kita negara<br />

(dengan jumlah penduduk) Islam yang terbesar.<br />

Ini diapresiasi betul-betul oleh senat.<br />

Dan terakhir (diterima) oleh USINDO<br />

(United States-Indonesia Society), (kami) menyampaikan<br />

beberapa hal mengenai masalah<br />

aturan yang ada di DPR. Tentu kami sampaikan<br />

juga, DPR yang modern itu akan memberikan<br />

akses yang mudah, memberikan transparansi,<br />

dan teknologi informasi, sehingga sekarang<br />

ini benar-benar terbuka, tetapi penting untuk<br />

bangsa, kesejahteraan rakyat. USINDO juga<br />

ingin bagaimana (agar) ada peraturan-peraturan<br />

yang memudahkan untuk investasi di<br />

Indonesia.<br />

Terakhir kami bertemu dengan John Boehner<br />

(Ketua Parlemen Amerika). Ini sangat menarik<br />

karena, dalam parlemen Amerika ini, ada perbedaan.<br />

Di Indonesia, (perbedaan terjadi) antara<br />

DPR dan pemerintah, kami (DPR) memiliki<br />

kontrol kepada pemerintah, tetapi hubungan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Demonstrasi menyindir Ketua<br />

DPR Setya Novanto dan Wakil<br />

Ketua DPR Fadli Zon di Tugu<br />

Soekarno-Hatta, kawasan<br />

Bandara Soekarno-Hatta,<br />

Tangerang, Banten, Rabu<br />

(9/9).<br />

LUCKY R./ANTARA FOTO<br />

dengan pemerintah begitu kuat, kita begitu<br />

harmonis untuk menaikkan perekonomian kita.<br />

Sedangkan di Amerika, mereka mengontrol<br />

pemerintah, tetapi kontrolnya itu suatu hal<br />

yang sangat jauh, sehingga ini shutdown karena<br />

memang di dalam (parlemen Amerika) semua<br />

dikuasai Partai Republik (oposisi). Kita harapkan<br />

ini semua bisa berjalan.<br />

Dan kedua, kami meminta adanya kerja samakerja<br />

sama bilateral, juga investasi yang berkaitan<br />

dengan maritim. Kami juga inginkan (kerja sama)<br />

dalam pertahanan, kita bukan hanya menyuplai<br />

atau membeli (alutsista) dari Amerika, tapi juga<br />

tingkatkan bagaimana kerja sama dalam proses<br />

produksi dan pengembangan alutsista.<br />

Bagaimana respons John Boehner ?<br />

Ada hal yang menarik. John Boehner ingin<br />

tahu sekali bagaimana pertumbuhan ekonomi.<br />

Saya sampaikan pertumbuhan ekonomi kita<br />

sekarang bisa sampai 4,7 persen. Tetapi defisit<br />

anggaran sudah kita tentukan 3 persen.<br />

Tidak boleh melebihi 3 persen dan kita bisa 2,5<br />

persen. Ini diperkuat dengan (pembangunan)<br />

infrastruktur. Penguatan infrastruktur ini bisa<br />

menaikkan (perekonomian), dan keamanan<br />

kita jamin agar para turis-turis bisa datang.<br />

Tapi ini juga salah satu yang bisa memperkuat<br />

adanya fundamental ekonomi kita. Ini menarik<br />

sekali karena John sangat memuji Indonesia,<br />

bahwa hubungan ini harus dilanjutkan karena<br />

hubungan ini sangat menarik bagi John.<br />

Apakah Anda juga bertemu dengan kalangan<br />

bisnis?<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


FOKUS<br />

Setya Novanto dan Fadli Zon<br />

di sela-sela pertemuan dengan<br />

USINDO.<br />

SHOHIB MASYKUR/DETIKCOM<br />

Ya, saya ketemu dengan kalangan bisnis.<br />

Apa respons mereka terhadap ekonomi<br />

Indonesia?<br />

Memang yang penting adalah yang berkaitan<br />

dengan kepastian hukum. Kepastian<br />

hukum, juga mengenai jaminan kerja, karena<br />

para pengusaha itu melihat Indonesia sangat<br />

menjanjikan, dengan sumber daya alam yang<br />

sangat tinggi, adanya migas, adanya hal-hal<br />

yang sangat menarik, yaitu investasi-investasi<br />

lain. Namun mereka sangat ingin adanya<br />

kemudahan masalah pajak.<br />

Pertemuan Anda dengan Donald Trump<br />

dilaporkan ke MKD. Bagaimana tanggapan<br />

Anda?<br />

Ya, saya mengapresiasi pihak-pihak yang memasukkan<br />

(pertemuan saya dengan Trump) ke<br />

MKD karena itu merupakan suatu pe nguatan<br />

daripada MKD yang sudah dilakukan selama ini,<br />

dan ini (merupakan) penguatan DPR Indonesia.<br />

Jadi apa pun yang dilakukan, tentu melalui<br />

prosedur yang betul dan kami berharap secara<br />

profesional, sehingga bisa dipertanggungjawabkan.<br />

Apakah Anda siap dimintai pertanggungjawaban?<br />

Ya, itu buat kami tidak ada masalah karena<br />

hal itu tidak ada kaitannya dengan kita mendukung<br />

Donald Trump. Kami tidak ada kaitannya<br />

dengan politik yang ada di Amerika Serikat. ■<br />

SHOHIB MASYKUR (WASHINGTON)<br />

MAJALAH DETIK 14 - - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Penebar<br />

Mimpi<br />

di Tepi<br />

Kali<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

“KALAU ADA YANG NGOMONG,<br />

‘SAYA MAU JADI POLISI, KAK’,<br />

PASTI ANAK-ANAK YANG LAIN AKAN<br />

NGETAWAIN. ‘MANA BISA JADI POLISI,<br />

BAPAK LU CUMA TUKANG OJEK.’”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Sejumlah anak dan orang<br />

tua mandi di Kali Ciliwung<br />

di Depok, Jawa Barat, Sabtu<br />

(13/9). Warga bantaran Kali<br />

Ciliwung memanfaatkan kali<br />

yang sedang surut untuk mandi<br />

guna mengusir hawa panas saat<br />

musim kemarau.<br />

INDRIANTO EKO SUWARSO/ANTARA FOTO<br />

ALIA Noor Anoviar, 24 tahun, mengibaratkan<br />

komunitas Dreamdelion<br />

bak bunga rumput liar dandelion,<br />

ada pula yang menyebutnya bunga<br />

randa tapak. Angin berembus dan bunga-bunga<br />

kecil dandelion beterbangan ke mana-mana.<br />

Ibarat bunga dandelion, Dreamdelion menerbangkan<br />

mimpi-mimpi tentang masa depan<br />

yang lebih baik. Masa depan, seperti kata Ibu<br />

Negara Amerika Serikat Eleanor Roosevelt,<br />

adalah milik mereka yang percaya pada keindahan<br />

mimpi mereka. Bagi sebagian orang,<br />

seperti anak-anak di kampung di bantaran Kali<br />

Ciliwung, tak jauh dari Stasiun Manggarai,<br />

Jakarta, bermimpi pun merupakan sebuah<br />

kemewahan.<br />

Alia pernah bertanya kepada anak-anak itu,<br />

apa mimpi mereka jika sudah besar nanti. “Kalau<br />

anak-anak, umumnya pasti jawab dokter, polisi,<br />

astronaut, dan lain-lain. Kalau mereka, enggak....<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

DOK. PRIBADI<br />

Mereka jawab, ‘Saya mau jadi tukang sapu, mau<br />

jadi tukang sampah,’” kata Alia. Lantaran hidup<br />

miskin, anak-anak itu tak berani punya mimpi<br />

kelewat tinggi. Bagi mereka, hanya anak orang<br />

kaya yang berhak punya mimpi dan cita-cita<br />

setinggi-tingginya. “Kalau ada yang ngomong,<br />

‘Saya mau jadi polisi, Kak’, pasti anak-anak yang<br />

lain akan ngetawain. ‘Mana bisa jadi polisi, bapak<br />

lu cuma tukang ojek.’”<br />

Alia kenal dengan anak-anak Manggarai<br />

lewat tugas penelitian dari kuliahnya di Jurusan<br />

Ekonomi Universitas Indonesia empat<br />

tahun lalu. Tema utama penelitiannya adalah<br />

pembentukan karakter anak-anak di lingkungan<br />

marginal. Tuntas tugas kuliah tak lantas<br />

putus pula hubungan Alia dengan anak-anak<br />

Manggarai. Dia merasa punya “utang” kepada<br />

kampung di pinggir Sungai Ciliwung itu.<br />

Alia mulai mencicil “utang”-nya itu dengan<br />

mendirikan sanggar belajar untuk anak-anak<br />

Manggarai. Dia membayar sendiri dengan<br />

menyisihkan sebagian uang beasiswanya dan<br />

mengajar sendiri anak-anak itu. Alia mendorong<br />

anak-anak itu punya keberanian untuk<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Mereka jawab, ‘Saya<br />

mau jadi tukang<br />

sapu, mau jadi<br />

tukang sampah.’<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

bermimpi, memelihara cita-cita setinggi-tingginya.<br />

“Murid saya waktu itu cuma 15 anak.... Sampai<br />

akhirnya uang habis tidak bisa membiayai<br />

sanggar belajar. Saya memutuskan untuk tutup<br />

karena sudah enggak sanggup karena menjalankan<br />

program juga sendirian. Saya merasa,<br />

‘Aduh, ini mau bantu orang aja kok rasanya<br />

susah banget,’” katanya. Saat Alia hampir<br />

mengibarkan bendera putih, justru muridnya<br />

yang memberi semangat. Mereka mengatakan<br />

menikmati betul belajar bersama Alia. “Enak<br />

belajar sama Kakak,” Alia menirukan salah seorang<br />

muridnya.<br />

Kata-kata muridnya itu seperti jadi cambuk<br />

bagi Alia untuk mengumpulkan uang. Tapi dia<br />

juga tak mau “mengemis” dana untuk mengongkosi<br />

kegiatannya. “Kalau masalahnya cuma<br />

uang, masak sih enggak bisa mengatasi,” kata<br />

Alia. Bermodal uang beasiswa dan hadiah dari<br />

sejumlah lomba, Alia belanja rupa-rupa barang<br />

dari Yogyakarta dan menjualnya lewat Internet.<br />

Dari satu barang, dia bisa dapat untung sekitar<br />

Rp 5.000.<br />

Namun lama-kelamaan dia kelelahan juga<br />

lantaran harus mengambil barang sendiri ke<br />

Yogyakarta. Ia lantas terpikir, mengapa tak<br />

membuat sendiri barang-barang itu. Dengan<br />

semangat tinggi, Alia belajar membuat boneka<br />

flanel dari seorang teman. “Niatnya, saya ingin<br />

mentransfer keterampilan itu kepada ibu-ibu di<br />

Manggarai,” kata Alia.<br />

Walaupun mulainya agak sulit, setiap Sabtu,<br />

Alia dan teman-temannya yang tergabung<br />

dalam komunitas Dreamdelion mengajarkan<br />

rupa-rupa keterampilan membuat pelbagai<br />

barang kepada warga kampung di Manggarai.<br />

Hasil penjualan tas, sepatu, scarf, bando, suvenir<br />

pernikahan, dan sebagainya itulah yang dipakai<br />

untuk mendanai sanggar belajar, perpustakaan,<br />

dan kegiatan-kegiatan lain Dreamdelion.<br />

Selain membantu mendanai kegiatan anakanaknya,<br />

warga Kampung Manggarai juga<br />

mendapat tambahan keterampilan dan penghasilan.<br />

Dari harga satu barang, mereka mendapat<br />

jatah 40 persen. Sisanya untuk membeli<br />

bahan baku dan dana kegiatan Dreamdelion.<br />

Dalam satu bulan, Dreamdelion bisa menjual<br />

barang-barang hasil kreasi warga Kampung<br />

Manggarai hingga puluhan juta rupiah.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

DOK. PRIBADI<br />

Kepada ibu-ibu dan bapak-bapak di Manggarai<br />

yang ikut usaha sosial Dreamdelion, walaupun<br />

tak gampang, Alia selalu menekankan<br />

soal kualitas barang-barang hasil karya mereka.<br />

“Dreamdelion tak mau asal jual barang saja. Karena<br />

apa? Karena, kalau asal jual barang, orang<br />

membeli produk kami hanya lantaran kasihan,”<br />

kata Alia.<br />

Sekarang ada sekitar 30 sukarelawan Dreamdelion.<br />

Di Manggarai, mereka punya sekitar<br />

60 murid. Untuk usaha sosial Dreamdelion,<br />

ada puluhan warga Kampung Manggarai yang<br />

terlibat proses produksi. Mereka membuat<br />

pelbagai kerajinan tangan, juga budi daya lele<br />

dalam tong alias buletong.<br />

“Sekarang hubungan kami dengan warga<br />

Manggarai sudah kayak teman, bukan pemberi<br />

kerja,” kata Alia. Dreamdelion juga mengembangkan<br />

jaringan ke kota-kota lain, seperti<br />

Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Bekerja<br />

sama dengan beberapa desainer, Alia juga<br />

berencana mengembangkan Dreamdelion Fashion<br />

untuk produk busana mereka. ■<br />

MELISA MAILOA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

NAMA:<br />

Alia Noor Anoviar<br />

LAHIR:<br />

Surabaya, 13 Agustus 1991<br />

PENDIDIKAN<br />

● S-1 Ekonomi, Manajemen Sumber Daya<br />

Manusia, Universitas Indonesia<br />

PE<strong>KE</strong>RJAAN<br />

● Trainer & Performance Monitoring Manager<br />

Bank CIMB Niaga Tbk<br />

● Pendiri Yayasan Dreamdelion Indonesia<br />

PENGHARGAAN<br />

● Young Change Maker, Yayasan Ashoka, 2012<br />

● Danamon Social Entrepreneur Awards, Bank<br />

Danamon, 2014<br />

● Kartini Next Generation, Kementerian<br />

Komunikasi dan Informatika, 2015<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />

MAJALAH DETIK DETIK 14 - 19 20 - SEPTEMBER 25 JANUARI 2015


RUMAH<br />

RUMAH BERFILOSOFI<br />

BAMBANG SUSANTONO<br />

BAGI BAMBANG SUSANTONO, RUMAH TAK CUMA HARUS<br />

NYAMAN, TAPI JUGA BISA MENYESUAIKAN <strong>KE</strong>BUTUHAN PARA<br />

PENGHUNINYA.<br />

FOTO-FOTO: RENGGA SANCAYA & RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

SEJAK awal menjadi pegawai negeri<br />

sipil di Kementerian Pekerjaan<br />

Umum, Bambang Susantono bercita-cita<br />

memiliki rumah sendiri. Kecil<br />

sekalipun.<br />

Keinginan itu terwujud pada 1989. Akhirnya<br />

dia mampu membeli sebuah lahan kosong di<br />

Bintaro, Jakarta Selatan. Namun baru pada<br />

1996 sebuah rumah berdiri di lahan itu.<br />

Bambang dan keluarganya sempat menempati<br />

rumah baru itu, tapi tidak lama karena<br />

Bambang harus pindah ke Amerika Serikat<br />

untuk menyelesaikan studi.<br />

Bambang dan keluarganya baru benar-benar<br />

menempati rumah tersebut empat tahun<br />

kemudian, saat Bambang dan keluarganya<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

kembali ke Indonesia.<br />

Sejak dibangun, rumah pria yang pernah<br />

menjadi Wakil Menteri Perhubungan<br />

ini pernah mengalami beberapa kali<br />

renovasi. Renovasi cukup besar terjadi<br />

pada 2005.<br />

Saat itu Bambang membeli rumah<br />

tetangga tepat di sebelah rumahnya<br />

dengan cara mengangsur. Bambang<br />

mengaku sebenarnya tak memiliki cukup<br />

dana.<br />

Ia akhirnya mengajukan permohonan<br />

kredit ke bank. “Sampai sekarang masih<br />

mencicil, baru lunas beberapa tahun<br />

lagi,” ujar salah satu petinggi di Asian<br />

Development Bank ini.<br />

Dengan tambahan rumah itu, luas lahan<br />

milik Bambang bertambah menjadi<br />

460 meter persegi, dengan bangunan<br />

dua lantai seluas 518 meter persegi.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

Cerita selanjutnya adalah menyatukan dua<br />

rumah dengan gaya yang sangat berbeda. Dibantu<br />

seorang kerabat yang kebetulan berlatar<br />

belakang pendidikan arsitektur, pasangan<br />

ini mulai menata rumah.<br />

Meski mengikuti fungsi, Bambang tetap<br />

ingin rumahnya punya filosofi.<br />

“Jembatan” kaca yang berakhir pada undakan<br />

dengan beberapa anak tangga menandai<br />

area transisi rumah lama dengan rumah baru.<br />

Di area ini, Bambang juga menempatkan<br />

musala kecil lengkap dengan tempat wudu.<br />

Juga beberapa lukisan kaligrafi sebagai hiasan<br />

atau pajangan.<br />

“Ini melambangkan perubahan yang terus<br />

meningkat. Dan peningkatan itu dicapai<br />

dengan terus beribadah kepada Tuhan,” ujar<br />

Bambang.<br />

Area transisi ini juga menjadi penghubung<br />

area publik dengan area yang lebih privat.<br />

Rumah baru dijadikan area publik. Tiga kamar<br />

di rumah baru itu dibongkar.<br />

Tapi tempat duduk lesehan yang memanjang<br />

di sisi lainnya dipertahankan. Ia hanya<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

menambahkan sebuah slide projector<br />

dan rak pajangan.<br />

Hasilnya, sebuah ruang tamu<br />

yang cukup besar dengan tempat<br />

duduk lesehan di salah satu sisinya.<br />

“Ruangan ini dipakai kalau sedang<br />

ada acara dan banyak tamu,” ujar<br />

Bambang.<br />

Ruang bawah tangga, yang semula<br />

kosong, dimanfaatkan sebagai kamar<br />

mandi tamu. Namun, dari luar, ruangan<br />

ini sama sekali tak tampak sebagai<br />

peturasan.<br />

Ia terlihat sebagai lemari besar yang<br />

terletak tak jauh dari ruang makan.<br />

Sebab, toilet kecil itu dilapisi kayu yang<br />

motifnya sama persis dengan dinding<br />

tangga.<br />

Untuk berkumpul, pasangan yang<br />

dikaruniai dua putri ini lebih memilih<br />

ruang keluarga di rumah lama. Ruangan<br />

itu ditata dengan gaya minimalis<br />

menyatu dengan perpustakaan kecil<br />

di sudutnya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


RUMAH<br />

Terdapat sofa bundar untuk sekadar merebahkan<br />

tubuh sembari menonton televisi.<br />

Perjalanan ke luar negeri keluarga Bambang<br />

diabadikan dengan suvenir magnet pada dinding.<br />

Sambil bersantai, tak jarang mereka bermain<br />

musik bersama diiringi kecapi atau gitar. “Kalau<br />

kumpul ya di ruangan ini,” ujar Bambang.<br />

Ada kamar anak dan studio musik di lantai<br />

dua rumah lama ini, tempat anak sulung Bambang<br />

berkarya. Maklum, sang anak memang<br />

berkecimpung di dunia seni.<br />

Ada pula rak tinggi yang disulap menjadi<br />

perpustakaan pribadi. Jika sedang melakukan<br />

riset, Bambang kerap membaca buku sembari<br />

lesehan beralas karpet di tengah ruangan.<br />

Bambang dan istri sudah merasa rumah<br />

yang kini mereka tempati adalah istana. Mereka<br />

merasa nyaman dan tak pernah berpikir<br />

untuk pindah.<br />

Bahkan kini, saat lebih banyak menghabiskan<br />

hari-harinya di Manila, Bambang tempat<br />

saja selalu ingin pulang ke rumahnya di Jakarta.<br />

n MELISA MAILOA | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


GAYA HIDUP<br />

<strong>KE</strong>NANGAN LEWAT<br />

Furnitur<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM & KAYYON.CO<br />

Vintage<br />

BARANG-BARANG JADUL SEMAKIN DIBURU, TERMASUK<br />

FURNITUR VINTAGE. KONON, PUNYA DESAIN LEBIH<br />

ERGONOMIS DIBANDING FURNITUR BARU SAAT INI.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


GAYA HIDUP<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

BANYAK orang berpikir, cara mengganti<br />

barang-barang lawas adalah<br />

menyingkirkan dan menggantinya<br />

dengan yang baru. Padahal, dengan<br />

sedikit sentuhan kreatif, barang lawas bisa<br />

disulap menjadi “baru”.<br />

Teknik DIY atau do it yourself sedang menjadi<br />

tren, bahkan gaya hidup, masyarakat<br />

modern. Selain mengasah kreativitas, teknik<br />

ini membantu melestarikan lingkungan.<br />

Salah satu benda daur ulang yang saat ini<br />

digilai adalah furnitur. Di tangan-tangan kreatif,<br />

meja atau kursi bekas bisa disulap menjadi<br />

lebih cantik. Dan tentu saja dihargai lebih<br />

tinggi.<br />

Luthfi Hasan adalah salah satu orang yang<br />

gemar mengutak-atik furnitur lawas. Selain<br />

lebih murah karena tak perlu membeli yang<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


GAYA HIDUP<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

baru, furnitur di rumahnya tampak lebih unik.<br />

Bagi Luthfi, barang-barang vintage bisa membawa kembali<br />

ke suatu masa yang damai, indah, dan bahagia. Lewat barang<br />

vintage, kenangan-kenangan masa kecilnya yang bahagia dan<br />

damai seakan hadir kembali.<br />

“Ya, vintage itu memberi suatu karakter dalam sebuah<br />

interior yang berbeda menurut saya. Memberikan karakter,<br />

personality, dan unik,” ujar pemilik Jakarta Vintage ini di kediamannya,<br />

Villa Cinere Mas, Depok, Jawa Barat.<br />

Penulis buku Happy Vintage ini tidak setuju jika vintage diidentikkan<br />

dengan kekelaman. Sebab, lewat furnitur vintage,<br />

dia justru berhasil menghadirkan sesuatu yang segar, beda,<br />

dan tentu saja kekinian.<br />

Dari sekadar hobi, Luthfi mengembangkannya menjadi bisnis.<br />

Lantaran saat ini jumlah peminat furnitur vintage semakin<br />

besar, dia pun membuka toko di kawasan Dharmawangsa,<br />

Jakarta Selatan.<br />

Pria yang tidak punya latar belakang desain interior ini<br />

mengaku senang dengan tren penggunaan furnitur jadul<br />

yang terus berkembang. “Karena pakai barang tua, berarti<br />

tidak ada sampah,” ujarnya.<br />

Hal senada diungkapkan Yuli Arifianto, seorang interior<br />

designer. Menurut Arif, tren furnitur lawas ini muncul karena<br />

masyarakat mempunyai kerinduan dan keinginan kembali<br />

lagi ke masa kecilnya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


GAYA HIDUP<br />

KAYYON.CO<br />

“Juga jenuh dengan tren minimalis yang<br />

plain (polos) dan itu enggak cuma terjadi di<br />

dunia interior, di bidang yang lain juga. Musik<br />

misalnya, orang sekarang kembali membeli<br />

vinil musik 1990-an,” ujarnya.<br />

Pemilik Kayyon Company (kayyon.co) ini<br />

mengatakan, furnitur dengan model oldies<br />

lebih memiliki karakter dan nilai sejarah sehingga,<br />

saat kita menduduki sofa retro, saat<br />

itu pula akan terkenang memori masa kecil<br />

kita.<br />

Lulusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada<br />

(UGM) ini mengatakan, dari segi desain interior,<br />

daya tarik furnitur vintage terletak pada<br />

standar ergonomis yang bagus, di samping<br />

keindahan detail-detailnya yang klasik.<br />

Menurut dia, saat ini banyak furnitur model<br />

baru terlihat bagus tapi kurang nyaman saat<br />

dipakai. Ini juga menjadi alasan mengapa tren<br />

vintage digilai.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


GAYA HIDUP<br />

Meski usahanya tak berfokus<br />

pada interior vintage,<br />

Arif mengaku pernah beberapa<br />

kali menerima pesanan meja dan kursi<br />

jadul dari sejumlah kafe dan rumah pribadi.<br />

“Pernah dapat orderan sofa pipa dari kafe<br />

di Bandung, pernah juga kursi sedan, dan<br />

barstool (kursi bar) pipa. Kita daur ulang dari<br />

kursi yang sudah tua,” ujar pria yang memulai<br />

usaha sejak 2012 ini.<br />

Untuk memenuhi pesanan-pesanan tersebut,<br />

Arif kerap berburu ke banyak tempat<br />

untuk mencari kursi lawas yang sudah tidak<br />

terpakai atau dibiarkan oleh pemiliknya.<br />

Kursi-kursi itu dia poles menjadi “baru” dan<br />

trendi. “Jadi kadang ada yang rusak kita benerin<br />

dulu, baru kemudian didaur ulang menjadi<br />

seakan baru,” ujarnya.<br />

Saat ini tidak semua orang menikmati desain<br />

bergaya vintage. Namun, karena model<br />

furnitur yang klasik, pria yang membuka usahanya<br />

di Yogyakarta ini yakin tren furnitur<br />

vintage akan bertahan lama. n<br />

ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

KAYYON.CO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

MENYEPI DI<br />

GILI AIR<br />

ADA TIGA GILI DI LOMBOK. GILI<br />

TRAWANGAN, GILI MENO, DAN YANG BARU<br />

SAJA SAYA KUNJUNGI ADALAH GILI AIR.<br />

ADELINE WAHYU<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

SIANG itu akhirnya keinginan saya<br />

terwujud. Sudah lama saya memimpikan<br />

berlibur di Pulau Gili Air,<br />

Lombok. Akhirnya, tak lama lagi,<br />

saya bisa menyaksikan keindahan pulau kecil<br />

itu secara langsung.<br />

Selama ini, saya hanya bisa menyaksikan<br />

Gili Air dari foto-foto di Internet. Juga dari<br />

cerita teman-teman yang pernah ke pulau ini.<br />

Jika dibanding dua gili lainnya, Gili Air me-<br />

ANTARAFOTO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

mang belum begitu populer. Padahal lokasinya<br />

sama sekali tidak jauh dari Gili Trawangan<br />

dan Gili Meno.<br />

Dari Kota Lombok, kami menumpang mobil<br />

menuju Pelabuhan Bangsal di daerah Pasar<br />

Pemenang. Perjalanan selama 1,5 jam tak<br />

terlalu berasa karena mata dimanjakan oleh<br />

panorama Pantai Senggigi.<br />

Dari pelabuhan, barulah kami menyeberang<br />

menuju Gili Air. Moda transportasi yang sering<br />

dipilih traveler seperti saya adalah fast<br />

boat dengan lama perjalanan 15-20 menit.<br />

Tarif boat sekali jalan adalah Rp 10-12 ribu<br />

per penumpang. Jadwal boat hanya dua kali,<br />

yakni pukul 08.00 Wita untuk menuju Gili Air<br />

dan pukul 15.00 Wita untuk rute sebaliknya.<br />

Jika ketinggalan boat, jangan terlalu khawatir.<br />

Ada boat yang bisa disewa perorangan<br />

ADELINE WAHYU<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

ADELINE WAHYU<br />

maupun rombongan. Tentu saja harganya<br />

agak sedikit lebih mahal.<br />

Sebelum mendekati bibir pulau, saya melihat<br />

beberapa kapal lain, beberapa bergerak<br />

menuju pelabuhan, ada juga kapal yang<br />

sedang berhenti menunggu penumpangnya<br />

ber-snorkeling.<br />

Air di sekitar Pulau Gili begitu jernih. Bahkan,<br />

dari atas perahu, saya bisa melihat te rumbu<br />

karang dan ikan-ikan kecil berenang ke sanakemari.<br />

Benar-benar pemandangan langka.<br />

Seorang pegawai hotel menyambut kami<br />

dengan welcome drink. Dan setelah membereskan<br />

urusan check-in dan koper, kami langsung<br />

menghambur ke luar hotel.<br />

Kami tak ingin membuang waktu untuk segera<br />

menikmati pemandangan di Gili Air. Untuk<br />

kegiatan awal, kami memutuskan bersan-<br />

THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

ADELINE WAHYU<br />

DETIKTRAVEL<br />

tai sambil menikmati<br />

birunya laut ditemani<br />

angin sepoi-sepoi.<br />

Beberapa wisatawan<br />

tampak berjemur<br />

di pantai. Rupanya<br />

masih sedikit wisatawan<br />

lokal yang<br />

berlibur ke sini. Sejauh<br />

mata memandang,<br />

saya hanya<br />

bisa melihat bule yang sedang melakukan<br />

tanning alami.<br />

Selain duduk-duduk di pantai, menyewa<br />

sepeda untuk berkeliling pulau terlihat mengasyikkan.<br />

Cukup membayar Rp 80 ribu, kita<br />

bisa menyewa sebuah sepeda sehari penuh.<br />

Beberapa wisatawan lebih suka berkeliling<br />

pulau dengan berjalan kaki. Menurut beberapa<br />

orang yang berbincang dengan saya,<br />

paling hanya butuh 90 menit untuk mengelilingi<br />

pulau dengan luas 170 hektare ini.<br />

Dan setelah puas menjelajahi darat, kurang<br />

afdol jika saya tak mencoba ber-snorkeling di<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK THINKSTOCK<br />

perairan Gili Air. Ada beberapa spot favorit, di<br />

antaranya Air Wall, Air Slope, Frogfish Point,<br />

Segaluh, dan Malang Reef.<br />

Di Air Wall, saya menikmati deretan terumbu<br />

karang yang indah. Jangan lewatkan<br />

kehadiran kuda laut dan kura-kura yang sangat<br />

menarik. Mau lebih menantang? Silakan<br />

surfing, tapi tunggu waktu yang tepat.<br />

Untuk yang gemar memancing, sewalah<br />

fast boat. Namun aktivitas ini cukup menguras<br />

kocek lebih dalam karena, untuk menyewa<br />

kapal kayu, harga yang dipatok lumayan<br />

mahal, yakni Rp 600-800 ribu.<br />

Kelebihan lain yang ditawarkan Gili Air adalah<br />

tempatnya yang sepi dan tidak terlalu ramai<br />

oleh pelancong. Tidak hiruk-pikuk seperti<br />

Gili Trawangan. Jadi cocok untuk penyuka<br />

ketenangan.<br />

Saya menghabiskan sore dengan berjalanjalan<br />

di bibir pantai sambil menikmati ombakombak<br />

landai menyapu kaki. Suasana makin<br />

lengkap dengan laut yang biru jernih dan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


WISATA<br />

ADELINE WAHYU<br />

merdunya suara burung camar.<br />

Saat sunset tiba, duduklah di<br />

bibir pantai Gili Air. Sunset di<br />

sini tak kalah dengan sunset di<br />

Pantai Senggigi. Benar-benar<br />

kenikmatan yang tiada duanya.<br />

Dan saya menutup hari itu dengan memanjakan<br />

perut di kafe-kafe di pinggir pantai.<br />

Ditemani deburan ombak dan kerlap-kerlip<br />

lampu dari seberang pulau. Benar-benar menyenangkan.<br />

n ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 14 20 SEPTEMBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

LEZATNYA<br />

MASAKAN PERANAKAN<br />

RESTORAN INI MENGAJAK<br />

PENGUNJUNGNYA MENYUSURI CITA RASA<br />

HIDANGAN PERANAKAN. LEZAT DAN TENTU<br />

SAJA MEMBUAT LIDAH BERGOYANG.<br />

FOTO-FOTO: HASAN/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

JAM menunjukkan waktu<br />

makan siang saat<br />

saya menginjakkan kaki<br />

di Mal Kota Kasablanka.<br />

Jadi, sebelum beraktivitas, saya<br />

memutuskan mengisi perut yang<br />

sudah mulai keroncongan.<br />

Saya memilih menyusuri Food<br />

Society, yang memang gudangnya<br />

makanan. Begitu banyak<br />

pilihan sampai-sampai saya bingung<br />

hendak memilih restoran<br />

yang mana. Semuanya tampak<br />

menggiurkan.<br />

Sorot mata saya berhenti di<br />

sebuah papan nama restoran:<br />

Katjapiring. Sebuah nama baru di<br />

kepala saya. Tanpa pikir panjang,<br />

saya pun langsung memutuskan<br />

menjajalnya.<br />

Di Bandung, restoran ini ternyata<br />

sudah cukup terkenal. Baik<br />

cabang di Bandung maupun di<br />

Jakarta sama-sama menawarkan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

masakan peranakan. Merupakan penggabungan<br />

antara pengaruh Tionghoa dan Melayu.<br />

Dengan hiasan pola batik Mega Mendung<br />

khas Cirebon, penampilan restoran ini cukup<br />

mencolok. Apalagi ditambah cat hijau terang,<br />

yang hampir memenuhi seluruh ruangan.<br />

Beberapa dekorasi dengan aksen peranakan<br />

sengaja dipasang di tengah ruangan. Ada<br />

ukiran jendela bergaya oriental hingga lampion-lampion<br />

di atap restoran. Warnanya hijau,<br />

kuning, dan merah. Semarak.<br />

Saya sengaja memilih kursi kayu hitam di<br />

tengah-tengah restoran karena tak ingin ber-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

lama-lama. Jika ingin lebih santai sambil nyamil<br />

aneka kudapan, ada area sofa untuk empat orang.<br />

Dari daftar menu, saya bisa melihat aneka<br />

menu di restoran ini tidak hanya dipengaruhi<br />

oleh Tionghoa dan Melayu.<br />

Ada juga pengaruh India, misalnya di<br />

menu roti Canai and Beef Curry (Rp<br />

43 ribu) yang saya pesan.<br />

Tampilan menu ini begitu<br />

menggoda lidah. Roti pipih<br />

berwarna kekuningan<br />

disajikan di atas piring<br />

bersama kuah kari. Saya<br />

semula mengira roti<br />

canai ini bakal bertekstur<br />

sedikit renyah<br />

tapi tetap lembut.<br />

Tekstur roti canai<br />

agak renyah, sayangnya<br />

sedikit alot sehingga<br />

agak sulit disobek.<br />

Namun, di luar itu, rasanya<br />

enak. Apalagi saat dicocol<br />

ke dalam kuah kari gurih dan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

disantap bersama kentang dan daging sapi.<br />

Nendang di lidah.<br />

Saya juga memesan Mango Chicken (Rp 62<br />

ribu), yang pas dinikmati bersama nasi hangat.<br />

Disajikan di atas piring berbentuk persegi panjang,<br />

potongan ayam goreng tepung disiram<br />

dengan irisan<br />

mangga<br />

muda segar, cabai, dan bunga kecombrang.<br />

Ditambah saus merah kecokelatan serta<br />

taburan potongan cabai dan bawang merah.<br />

Daging ayamnya terasa garing bagian luarnya<br />

tapi lembut di dalam. Nikmati bersama mangga<br />

muda, cita rasanya menggetarkan lidah.<br />

Tak ketinggalan Nasi Lemak Katjapiring (Rp<br />

48 ribu). Nasi bulat disajikan bersama kulit<br />

pangsit goreng. Tak ketinggalan komponen<br />

pendamping, seperti gulai sapi, teri jengki,<br />

setengah potong telur balado, kacang<br />

goreng, mentimun, dan acar kuning.<br />

Saat dikunyah, semburat gurih<br />

santan dari nasi terasa di lidah.<br />

Rasa gulai sapi ini mirip dengan<br />

kuah kari pada roti canai,<br />

hanya saja lebih berempah.<br />

Teri jengki dan kacang gorengnya<br />

membangkitkan<br />

selera makan. Wajar jadi<br />

favorit.<br />

Tom Yum Soup racikan<br />

Katjapiring (Rp 59.500) memiliki<br />

cita rasa pedas, asam,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


KULINER<br />

sekaligus segar. Isinya udang, potongan ikan,<br />

jamur, dan bakso ikan. Nikmati selagi panas<br />

karena itulah cara paling lezat menyantap sup<br />

ini.<br />

Katjapiring juga terkenal dengan menu-menu<br />

dessert yang variatif dan tentu saja mengundang<br />

selera. Misalnya Es Kacang<br />

ABC dan Es Bengawan Solo.<br />

Masing-masing dihargai Rp 28.500 saja.<br />

Es Kacang ABC merupakan kepanjangan<br />

dari “air batu campur”. Terdiri atas cincau,<br />

azuki beans, jagung manis, lo ngan, kolang<br />

kaling, dan tiga sirop dengan warna yang berbeda-beda.<br />

Penampilannya berwarna-warni,<br />

sungguh menarik.<br />

Sedangkan untuk cita rasa asam menyegarkan,<br />

Es Bengawan Solo jagoannya. Orange<br />

pudding dengan aneka ragam buah segar<br />

disiram dengan selasih. Rasa asam berasal<br />

dari sirop buah markisa di dasar<br />

mangkuk. Aduklah sebelum<br />

disantap.<br />

Saya juga mencoba<br />

minuman bernama Coco<br />

Fantasy (Rp 27 ribu).<br />

Terbuat dari soda, sirop<br />

berwarna merah, selasih,<br />

dan potongan nata de coco.<br />

Tampilannya saja membuat<br />

saya tak sabar untuk mencicipinya.<br />

Puas! n MELISA MAILOA | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

<strong>KE</strong>RETA<br />

CEPAT<br />

TAK AKAN<br />

LEWAT<br />

“KALAU BANGKRUT, URUSAN<br />

SENDIRI.”<br />

HAFIDZ MUBARAK A/ANTARAFOTO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Penumpang Shinkansen<br />

duduk nyaman di kursi.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

JADWAL keberangkatan kereta itu<br />

terpampang di peron Stasiun Shinagawa,<br />

Tokyo. Sekitar 10 menit sekali,<br />

berhenti satu rangkaian kereta dengan<br />

warna-warna cerah mengkilap. Mereka<br />

datang tepat 1 menit 30 detik sebelum jam<br />

keberangkatan yang dipasang di peron. Lokomotif<br />

itu bentuknya berbeda-beda, tapi garis<br />

dasarnya sama: lancip.<br />

Tak henti-henti petugas stasiun memberitahukan<br />

kedatangan kereta api dengan gerakan-gerakan<br />

yang seperti tarian. Lantai peron<br />

stasiun ditandai kotak-kotak yang menunjukkan<br />

di mana antrean untuk tiap gerbong berada.<br />

Begitu kereta Shinkansen yang ditunggu<br />

datang, majalah detik masuk dan merasakan<br />

kereta terkenal ini.<br />

Pemandangan di dalamnya tidak berbeda<br />

jauh dengan kereta kelas Argo di Indonesia.<br />

Tempat duduk sama-sama lega dan nyaman.<br />

Tapi, begitu bergerak, terasa bedanya. Nyaris<br />

tidak ada guncangan dalam kereta Shinkansen.<br />

Air di gelas pun tidak banyak bergerak-gerak<br />

seperti saat di kereta kelas Argo sekalipun. Dan<br />

yang kedua adalah kecepatannya: Kota Nagoya,<br />

yang berjarak hampir 350 kilometer, dilalap<br />

cuma sekitar 1,5 jam. Dengan bus malam, jarak<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Maket kereta cepat Tiongkok<br />

saat dipamerkan di Jakarta.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

kedua kota ini biasa ditempuh sekitar 4,5 jam.<br />

Kereta cepat dan nyaman Shinkansen sempat<br />

direncanakan akan digelar untuk rute Jakarta-Bandung.<br />

Diperkirakan jarak hampir 150<br />

kilometer itu akan ditempuh dalam 37 menit,<br />

ini setidaknya empat kali lipat waktu perjalanan<br />

dengan mobil atau 5-6 kali lebih cepat dari<br />

kereta saat ini.<br />

Tapi mimpi kereta cepat di Jakarta-Bandung<br />

ini tak akan terlaksana. Pemerintah memutuskan<br />

membatalkan rencana kereta cepat dua<br />

kota utama Indonesia ini, yang ditimbangtimbang<br />

sejak dua tahun silam. Pemerintahan<br />

Presiden Joko Widodo tidak mau ada uang<br />

APBN ditanam dalam proyek ini.<br />

Kalaupun ada yang berniat membangun,<br />

silakan. Tapi ja ngan harap pemerintah bersedia<br />

menanamkan modal atau memberi jaminan.<br />

“Pokoknya tidak ada unsur APBN sama sekali,<br />

tidak ada jaminan pemerintah. Kalau bangkrut,<br />

ya urusan sendiri,” tutur Direktur Jenderal<br />

Perkeretaapian Kementerian Perhubungan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan bersama Direktur<br />

Jenderal Perkeretaapian<br />

Kementerian Perhubungan<br />

Hermanto Dwiatmoko<br />

meresmikan Stasiun Palmerah,<br />

Jakarta.<br />

HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />

Hermanto Dwiatmoko.<br />

● ● ●<br />

Jepang sudah dua tahun mengincar proyek<br />

kereta cepat Jakarta-Bandung. Seperti banyak<br />

diberitakan awal tahun lalu, pemerintah Jepang<br />

malah sudah menghibahkan dana US$ 15 juta<br />

(Rp 212 miliar) untuk studi kelayakan kereta cepat<br />

Jakarta-Bandung. Saat itu Jepang menjadi<br />

satu-satunya pilihan untuk menggarap. Alasan<br />

ini masuk akal karena negara ini adalah pelopor<br />

kereta cepat dunia dan, selama 50 tahun<br />

beroperasi, dibilang tidak pernah ada masalah<br />

serius, termasuk kecelakaan.<br />

Jalur kereta itu rencananya terentang dari<br />

Dukuh Atas—yang berada tepat di jantung<br />

Jakarta—sampai ke kawasan Gedebage,<br />

Bandung. Dengan jarak sekitar 133 kilometer,<br />

kereta ini diperkirakan bisa menyingkat perjalanan<br />

dari 2-3 jam menjadi hanya 37 menit saja.<br />

Ditargetkan, kereta bisa beroperasi pada 2020.<br />

Saat itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />

Ignasius Jonan sudah menentang proyek<br />

ini. Alasannya sederhana: dana APBN sebaiknya<br />

digunakan untuk membangun jaringan kereta<br />

api di luar Jawa. Kereta cepat di Jawa bukan<br />

prioritas. Lain cerita jika dana tidak mengambil<br />

dari APBN.<br />

Setelah pemerintahan berganti, Jonan, yang<br />

naik jabatan menjadi Menteri Perhubungan,<br />

kembali mengungkap hal ini. Ia lebih mempri-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Kereta api melintas di<br />

kawasan Padalarang,<br />

Bandung Barat, Jawa Barat,<br />

beberapa waktu lalu.<br />

DARREN WHITESIDE/REUTERS<br />

oritaskan membangun jalur kereta api di luar<br />

Jawa daripada menggelar kereta cepat di Jawa<br />

yang mahal.<br />

Proyek yang bakal didanai Jepang pun seperti<br />

menggantung. Tiongkok pada Maret silam<br />

mengambil kesempatan dan menawarkan proposal<br />

yang mirip: membangun kereta cepat.<br />

Negara itu memang memiliki jaringan kereta<br />

cepat terpanjang di dunia meski teknologinya<br />

pada dasarnya impor, dari Jerman, Prancis,<br />

sampai Jepang sendiri.<br />

Jepang dan Tiongkok pun bersaing mengajukan<br />

proposal kereta cepat. Proposal kedua<br />

negara memang berselisih soal jumlah dana<br />

yang dibutuhkan. Hermanto mengatakan proposal<br />

Japan International Cooperation Agency<br />

(JICA) menyebut biaya Rp 60 triliun, sedangkan<br />

versi Tiongkok sebesar Rp 71 triliun. “Proposal<br />

Tiongkok masuk sekitar Maret atau April 2015,”<br />

kata Hermanto.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Shinkansen "Dr Yellow"<br />

menjalani pemeriksaan<br />

berkala di pabriknya di<br />

Shizuoka, Jepang. Kereta ini<br />

bertugas mengecek kondisi rel<br />

kereta cepat.<br />

ASAHI SHIMBUN/GETTY IMAGES<br />

Utusan dua negara dikirim ke Indonesia agar<br />

menang dalam beauty contest proyek kereta<br />

cepat. Tapi Presiden Joko Widodo pada awal<br />

bulan ini memutuskan lain: kedua proposal<br />

ditolak. Penolakan bukan karena urusan besarnya<br />

biaya ini, melainkan karena ada uang APBN<br />

di dalamnya. Proposal Jepang meminta jaminan<br />

pemerintah, sedangkan proposal Tiongkok<br />

meminta ada dana pemerintah yang ditanam<br />

dalam proyeknya.<br />

Dalam pembiayaan proyek kereta cepat ini,<br />

Tiongkok mengusulkan konsep perusahaan patungan.<br />

Dalam perusahaan itu, porsi 60 persen<br />

Indonesia dan 40 persen Tiongkok. Nah, perusahaan<br />

patungan itu menyediakan 25 persen<br />

modal. Sisa kebutuhan yang 75 persen?<br />

“Untuk 75 persen sisa tambahan modalnya<br />

bisa mengajukan pinjaman ke China Development<br />

Bank,” kata Deputi Menteri Koordinator<br />

Perekonomian Bidang Koordinasi Percepatan<br />

Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Luky<br />

Eko Wuryanto.<br />

Padahal, seperti muncul saat evaluasi di<br />

kantor Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Darmin Nasution, diperkirakan proyek ini bakal<br />

membebani APBN untuk membayar cicilan. Di<br />

sisi lain, pemerintah sedang berfokus mengucurkan<br />

dana untuk proyek jalur kereta api di<br />

luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi.<br />

Selain itu, jarak Jakarta-Bandung dipandang<br />

terlalu pendek untuk kereta dengan kecepatan<br />

320-350 kilometer per jam. Hasil rapat tingkat<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Duta Besar Jepang Yasuaki<br />

Tanizaki<br />

DOK. <strong>KE</strong>MENTRIAN MARITIM&SDA<br />

menteri merekomendasikan sebaiknya rute<br />

Jakarta-Bandung ditempuh kereta dengan<br />

kecepatan menengah. Sebab, biayanya hanya<br />

Rp 20-30 triliun, termasuk merentangkan rel<br />

baru. Dengan kecepatan menengah, Bandung<br />

bisa ditempuh dalam 1 jam. Sudah memotong<br />

waktu cukup signifi kan dari kereta saat ini, tapi<br />

hanya berselisih sekitar setengah jam dibanding<br />

kereta cepat.<br />

Penolakan ini membuat Darmin kedatangan<br />

dua tamu penting pada Jumat pertama September.<br />

Pertama, Duta Besar Jepang Yasuaki<br />

Tanizaki datang dan bertemu dengan Darmin.<br />

Selang beberapa waktu, gantian Duta Besar<br />

Tiongkok Xie Feng yang menyambanginya.<br />

Kedua diplomat itu tak bisa menyembunyikan<br />

kekecewaan akibat batalnya proyek kereta<br />

cepat. Seusai pertemuan 1,5 jam, Xie Feng enggan<br />

mengomentari batalnya kereta cepat ini.<br />

“No more comment, thank you,” katanya. Tapi<br />

Tanizaki, yang sebelumnya bertemu, berterus<br />

terang mengungkapkan kekecewaan pemerintah<br />

Jepang, terutama karena sudah mengeluarkan<br />

uang banyak untuk studi kelayakan. “Tapi<br />

ini tentu terserah pemerintah Indonesia,” katanya.<br />

n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

THINKSTOCKPHOTOS<br />

BEDA <strong>KE</strong>RETA, BEDA NASIB<br />

PEMERINTAH ENGGAN MENDANAI <strong>KE</strong>RETA CEPAT, TAPI<br />

MENGUCURKAN DUIT DAN MENGAMBIL ALIH PROYEK LRT<br />

CIBUBUR-DUKUH ATAS.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Peletakan batu pertama<br />

proyek LRT<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

SATU demi satu paku bumi bertulisan<br />

“Adhi Beton” diturunkan dari<br />

empat truk besar di pinggir jalan tol<br />

Jagorawi, persis di depan kantor PT<br />

Jasa Marga di kawasan Taman Mini, Jakarta<br />

Timur. Paku beton itu kemudian dipancangkan<br />

dengan empat mesin ke tanah. Paku-paku itu<br />

ditancapkan untuk fondasi tiang bagi kereta<br />

ringan yang bakal menghubungkan Cibubur<br />

dengan pusat Kota Jakarta, Dukuh Atas.<br />

Pengerjaan proyek kereta itu mulai berjalan<br />

pekan lalu setelah Presiden Joko Widodo<br />

melakukan peletakan batu pertama. Proyek itu<br />

sempat tertunda-tunda beberapa tahun dan<br />

teknologinya juga berubah dari rencana semula<br />

berbentuk monorel menjadi kereta konvensional<br />

tapi lebih ringan alias light rail transit (LRT).<br />

Pengerjaan pun langsung dikebut. Mesin tiang<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Gambaran LRT dan<br />

stasiunnya yang dipajang<br />

di tempat peletakan batu<br />

pertama<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

pancang tak cuma empat biji. “Totalnya ada 10<br />

unit yang dipakai,” kata N. Sianturi, salah satu<br />

pekerja lapangan PT Adhi Karya yang menggarap.<br />

Mesin-mesin pancang itu bekerja karena<br />

nasib proyek LRT ini bisa dibilang berkebalikan<br />

dengan kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara<br />

Presiden menolak kereta ala Shinkansen<br />

melaju ke Bandung dengan alasan tidak mau<br />

duit negara dilibatkan, di LRT malah 180 derajat<br />

berbeda. Sebelumnya pemerintah tak banyak<br />

terlibat, sekarang proyek itu malah benar-benar<br />

diduiti pemerintah.<br />

Alasannya sederhana: untuk memotong tarif<br />

perjalanan. Tanpa suntikan pemerintah, tarif<br />

LRT itu mencapai Rp 37.500 sekali jalan alias<br />

Rp 75 ribu bolak balik. Jika ini terjadi, bisa-bisa<br />

LRT tak akan mengurangi jumlah mobil dari<br />

Cibubur yang setiap hari bergerak ke arah<br />

Jakarta. Padahal mengurangi kemacetan Ibu<br />

Kota menjadi salah satu prioritas.<br />

“Untuk mengurangi tarif itu, pemerintah<br />

membiayai pembangunan prasarana LRT,” ujar<br />

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian<br />

Perhubungan Hermanto Dwiatmoko. Dengan<br />

cara ini, tarif pun bisa ditekan tinggal Rp 10-15<br />

ribu sekali jalan.<br />

Proyek kereta Cibubur-Cawang-Dukuh Atas<br />

dan Bekasi-Cawang-Dukuh Atas digagas pada<br />

era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.<br />

Proyek ini rencananya dibangun dan dioperasikan<br />

konsorsium BUMN dengan motor Adhi<br />

Karya. Presiden sekarang, Joko Widodo, yang<br />

saat itu menjadi Gubernur Jakarta, sudah ikut<br />

membahasnya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Direktur Jenderal<br />

Perkeretaapian Hermanto<br />

Dwiatmoko<br />

DETIKCOM<br />

Sebagian besar monorel<br />

di dunia sudah dikurangi<br />

sebagai angkutan massal<br />

dan diganti LRT karena<br />

tidak efisien dari sisi teknis<br />

maupun biaya.<br />

Setelah pemerintahan berganti, rencana ini<br />

dilanjutkan kembali. Tapi sejumlah perubahan<br />

dilakukan. Pertama, teknologinya tidak lagi<br />

monorel. “Sebagian besar monorel di dunia<br />

sudah dikurangi sebagai angkutan massal dan<br />

diganti LRT karena tidak efisien dari sisi teknis<br />

maupun biaya,” tutur Hermanto.<br />

Yang kedua adalah “kepemilikan” proyek.<br />

Semula, Adhi Karya dan rekan-rekannya itu<br />

akan membangun dan mengoperasikan kereta.<br />

Bisa dibilang tidak ada uang APBN di sana. Tapi<br />

Joko Widodo memutuskan lewat Peraturan<br />

Presiden Nomor 98 Tahun 2015 bahwa proyek<br />

ini menjadi milik pemerintah.<br />

Pemerintah akan membiayai kereta yang bisa<br />

mengurangi kemacetan Jakarta ini. Dana Rp<br />

23,8 triliun disiapkan. Untung saja, lahan yang<br />

digunakan gratis karena memanfaatkan trase<br />

PT Jasa Marga, yang secara teknis lahannya<br />

milik Kementerian Pekerjaan Umum. “Kebetulan<br />

lahan milik Direktorat Jenderal Bina Marga,<br />

lahan milik negara, jadi silakan saja asalkan<br />

jangan mengganggu lalu lintas jalan tol,” kata<br />

Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman.<br />

Sedangkan Adhi Karya, yang semula menjadi<br />

motor konsorsium untuk membangun, “turun<br />

pangkat” hanya menjadi kontraktor untuk<br />

membangun infrastruktur LRT, mulai rel layang,<br />

stasiun, sampai fasilitas operasi.<br />

Pengambilalihan proyek dari konsorsium<br />

yang dimotori Adhi Karya ini juga membawa<br />

konsekuensi lain: operator dan kereta yang<br />

akan digunakan masih akan ditenderkan lagi.<br />

Perusahaan yang lolos sebagai operator mesti<br />

menyediakan gerbong-gerbong kereta dan<br />

merawatnya.<br />

Hermanto mengatakan kriteria calon operator<br />

LRT sedang disusun dan terbuka untuk<br />

swasta maupun BUMN, termasuk apabila Adhi<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Presiden Joko Widodo dan<br />

sejumlah pejabat saat<br />

peletakan batu pertama LRT<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Karya berminat ikut. Yang jelas, pemerintah<br />

ingin kereta yang digunakan juga otomatis,<br />

tanpa masinis. Listrik untuk kereta akan disalurkan<br />

lewat bawah. Rencananya, lelang akan<br />

dibuka akhir tahun ini atau paling lambat awal<br />

tahun depan.<br />

Adhi Karya memang masih bersemangat<br />

menjadi operator. Direktur Utama Adhi Karya,<br />

Kiswodarmawan, mengatakan mereka ingin<br />

ikut dalam lelang karena ingin terlibat menyeluruh<br />

sebagai kontraktor maupun operator.<br />

“Prinsip Adhi Karya karena tanggung jawab<br />

antara lain untuk membuat prasarana, sistem,<br />

dan ticketing, makanya kami ikut lelang,” kata<br />

Kiswodarmawan.<br />

Pemerintah, yang sudah mengambil alih proyek<br />

ini, memasang target kereta bisa beroperasi<br />

sebelum Asian Games dibuka 18 Agustus<br />

2018. Kereta ini akan beroperasi dengan selisih<br />

2-3 menit antara satu rangkaian dan rangkaian<br />

berikutnya. ■<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

CUMA 2 JAM <strong>KE</strong> SURABAYA<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT JAKARTA-SURABAYA SUDAH DIRENCANAKAN. DIBANGUNNYA<br />

NANTI, MENUNGGU DAYA BELI TERCAPAI AGAR BISA BALIK MODAL.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Kereta-kereta cepat CRH<br />

yang dioperasikan Tiongkok<br />

sedang dirawat di stasiun di<br />

Kota Xi'an.<br />

REUTERS<br />

WARGA Spanyol bisa menempuh<br />

perjalanan Madrid-Barcelona<br />

lebih dari 600 kilometer<br />

kurang dari tiga jam dengan<br />

kereta AVE. Penduduk Jepang bisa menikmati<br />

perjalanan lebih dari 800 kilometer dari Tokyo<br />

ke Hiroshima dalam waktu kurang dari empat<br />

jam dengan kereta Shinkansen. Orang Tiongkok<br />

malah bisa menempuh Beijing-Shanghai<br />

sejauh lebih dari 1.300 kilometer kurang dari<br />

empat jam dengan kereta cepat CRH.<br />

Tapi itu di luar negeri. Di Indonesia? Perjalanan<br />

Jakarta-Surabaya, yang jaraknya sekitar<br />

750 kilometer, mesti ditempuh dengan kereta<br />

sekitar 13 jam. Rama Dhany, yang rajin mudik<br />

ke Surabaya dari Jakarta, mesti berangkat dari<br />

Gambir sekitar pukul 17.00 WIB dan baru tiba<br />

di Gubeng, Surabaya, pukul 06.00 WIB hari<br />

berikutnya.<br />

Tak aneh bila ia sekarang lebih suka menumpang<br />

pesawat terbang, yang waktu tempuhnya<br />

hanya sekitar 1 jam. Ditambah perjalanan ke<br />

bandara, tetap saja jauh lebih cepat. “Sekarang<br />

saya lebih banyak memakai pesawat dibanding<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Kereta reguler melintasi<br />

jalan raya tanpa palang<br />

pintu di Semarang.<br />

R. REKOTOMO/ANTARA FOTO<br />

kereta api,” kata Rama.<br />

Pemerintah bukan tidak ingin memangkas<br />

waktu perjalanan kereta api dari Jakarta ke<br />

Surabaya dengan menggelar kereta cepat seperti<br />

di Jepang. Kereta cepat Jakarta-Bandung<br />

memang tidak masuk prioritas, tapi Rencana<br />

Induk Perkeretaapian Nasional memasukkan<br />

rute Jakarta-Surabaya.<br />

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian<br />

Perhubungan Hermanto Dwiatmoko menuturkan,<br />

dengan kereta berkecepatan 300-<br />

350 kilometer per jam, Surabaya bisa dicapai<br />

dari Jakarta selama 2-2,5 jam. “Waktu tempuh<br />

seperti itu kan lumayan juga,” kata Hermanto.<br />

Namun pembahasan tentang kereta cepat<br />

Jakarta-Surabaya ini belum terjadi. Menurut<br />

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/<br />

Kepala Bappenas Sofyan Djalil, kereta cepat Jakarta-Surabaya<br />

masih terlalu dini untuk dibahas<br />

karena belum ada studi kelayakan kereta cepat<br />

untuk jarak jauh.<br />

Selain itu, menurut Sofyan, kereta cepat untuk<br />

rute jarak jauh butuh pembahasan mendalam<br />

dari sisi kelayakan komersial. “Kereta cepat<br />

yang jarak jauh di mana-mana itu agak berat<br />

dari segi komersial. Kita tunggu dulu, deh,” ujar<br />

Sofyan sambil berlalu tanpa menjelaskan detail<br />

perihal persoalan komersial itu.<br />

Pengamat perkeretaapian dari Masyarakat<br />

Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno,<br />

menilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan<br />

sebelum pemerintah memutuskan membangun<br />

kereta cepat Jakarta-Surabaya. Djoko<br />

mengatakan proyek tersebut sebaiknya tidak<br />

memakai uang maupun jaminan negara karena<br />

saat ini pemerintah sedang menggarap proyek<br />

kereta reguler di luar Jawa, seperti Kalimantan,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />

Penjualan tiket<br />

Shinkansen di Jepang<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Sulawesi, dan Papua.<br />

Selain itu, jika proyek ini terwujud, tentu<br />

akan menarik penumpang pesawat beralih<br />

ke kereta cepat karena stasiunnya berada di<br />

Kota Surabaya. Kondisi ini berbeda jika naik<br />

pesawat, penumpang harus turun di Bandara<br />

Juanda, yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari<br />

Surabaya.<br />

Menimbang adanya peluang menarik penumpang<br />

pesawat, pemerintah pusat harus<br />

berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar<br />

bisa menjamin kondisi lalu lintas transportasi<br />

di Kota Surabaya menuju kota-kota di sekitarnya<br />

tidak macet. “Meski (kereta cepat) tarifnya<br />

sama atau lebih mahal sedikit dari pesawat,<br />

orang akan pilih kereta cepat asalkan transportasi<br />

di dalam kota bagus, tidak macet,” kata<br />

Djoko.<br />

Niat memiliki kereta cepat kelihatannya masih<br />

perlu kajian mendalam. Menurut Hermanto,<br />

berdasarkan kajian Kementerian Perhubungan,<br />

kereta cepat Jakarta-Surabaya diperkirakan<br />

baru bisa beroperasi pada 2030.<br />

Salah satu alasannya, tingkat pertumbuhan<br />

dan pendapatan per kapita penduduk sudah<br />

tinggi dan siap naik kereta dengan tarif komersial<br />

tanpa subsidi seperti kereta cepat. “Jika<br />

nanti terwujud, pembangunannya sekitar 5<br />

tahun dan diperkirakan mulai beroperasi pada<br />

2025,” tutur Hermanto. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

TAK ADA<br />

PELETAKAN<br />

BATU PERTAMA<br />

MESKI LAHAN MASIH MINIM, WASKITA<br />

KARYA SUDAH BERSEMANGAT MENGGELAR<br />

ACARA PELETAKAN BATU PERTAMA.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

Pekerja menyelesaikan<br />

pembangunan jalan tol<br />

Cibitung-Cilincing, Jakarta.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

UMBUL-UMBUL putih sudah dipasang<br />

berderet di samping jalur jalan<br />

tol Jagorawi yang hendak masuk ke<br />

ruas tol arah Cisalak atau Depok.<br />

Tulisan di umbul-umbul itu menyebut “PT Waskita<br />

Karya”, perusahaan yang baru dua bulan<br />

mengambil alih konsesi jalan tol Cimanggis-<br />

Cibitung dari tangan Grup Bakrie. Sejumlah<br />

tenda putih juga didirikan di tanah kemerahan<br />

yang berada di bagian belakang Perumahan<br />

Raffles Hills itu.<br />

Semaraknya tenda dan umbul-umbul tidak<br />

segendang seirama dengan suasana di sana<br />

yang sepi, tidak banyak orang. Padahal lokasi<br />

itu mestinya menjadi tempat Presiden Joko<br />

Widodo menggelar upacara peletakan batu<br />

pertama pembangunan ruas tol Cimanggis-<br />

Cibitung.<br />

“Harusnya kemarin sih peletakan batu pertama<br />

oleh Presiden,” ucap Sekretaris Perusahaan<br />

Waskita Karya, Anton Y. Nugroho, sehari kemudian.<br />

Tidak ada penjelasan mengapa Presiden<br />

tidak melakukan upacara peletakan batu<br />

pertama proyek ruas tol ini.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

Presiden Joko Widodo<br />

saat meninjau<br />

pembangunan jalan tol<br />

Trans-Sumatera.<br />

BAGUS PRIHANTORO/DETIKCOM<br />

Mungkin ini ada hubungannya dengan ucapan<br />

Joko Widodo pada Mei silam bahwa ia enggan<br />

melakukan peletakan batu pertama yang<br />

hanya seremonial. Saat itu ia menginginkan<br />

sebuah proyek dikerjakan dulu baru dilakukan<br />

groundbreaking. “Jalan selesai 2-3 kilometer,<br />

baru saya datang. Pelabuhan juga begitu, alat<br />

berat datang, sudah kerja 1-2 bulan, baru saya<br />

datang,” tuturnya.<br />

Dan jalan tol Cimanggis-Cibitung—yang bakal<br />

terentang dari jalan tol Jagorawi, membelah<br />

Trans-Yogi di kawasan Cibubur yang ramai,<br />

sebelum menyatu dengan jalan tol Jakarta-<br />

Cikampek di dekat gerbang tol Cikarang—memang<br />

belum apa-apa. Pembebasan lahan pun<br />

masih minim. “Pembebasannya baru sedikit,<br />

baru 3 persen,” ucap Anton.<br />

Anton mengatakan Waskita Karya ingin ada<br />

acara peletakan batu pertama untuk menunjukkan<br />

keseriusan menggarap. Peletakan batu<br />

pertama juga bisa mendorong pemerintah<br />

membebaskan lahan. “Mudah-mudahan, dengan<br />

groundbreaking ini, pembebasan lahannya<br />

juga cepat. Masyarakat juga yang terkena<br />

(pembebasan lahan) juga ikut mendukung<br />

pemerintah dengan mau melepas tanahnya,”<br />

ucapnya.<br />

Ruas tol ini awalnya dimiliki Grup Bakrie.<br />

Saat mereka melego sejumlah ruas tol kepada<br />

Grup MNC, jalan tol ini sempat dikabarkan ikut<br />

diambil alih, tapi ternyata tidak. Pemerintah<br />

kemudian meminta Waskita Karya mengambil<br />

alih jalan tol yang bisa membuat ruas Trans-<br />

Yogi dan Jalan Siliwangi di Bekasi berkurang<br />

bebannya itu. “Targetnya, sekitar 2018 sudah<br />

bisa beroperasi,” ucap Anton.<br />

Untuk mengejar target ini, pembebasan lahan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

Kepadatan di salah satu<br />

ruas tol di Jakarta<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

menggunakan peraturan baru, yakni Undang-<br />

Undang Nomor 2 Tahun 2012. “Kalau misalnya<br />

sulit, kami pakai model konsinyasi, karena itu<br />

kan sudah diamanatkan undang-undang,” kata<br />

Anton.<br />

Dalam peraturan baru ini, jika pemilik lahan<br />

tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan<br />

pemerintah, uang akan dititipkan ke pengadilan,<br />

sedangkan lahan langsung diambil. Pemilik<br />

lahan bisa menggugat harganya, tapi lahannya<br />

sudah diambil, sehingga proyek bisa berjalan.<br />

Peraturan baru ini juga meminta pemerintah<br />

yang mengeluarkan uang untuk pembebasan<br />

lahan. Dalam peraturan sebelumnya, pemegang<br />

konsesi menalangi dulu dana untuk<br />

pembebasan lahan. Seperti diungkapkan Kepala<br />

Subdirektorat Bidang Pengadaan Lahan<br />

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan<br />

Rakyat Herry Marzuki, peraturan lama<br />

membuat banyak proyek jalan tol tersendat<br />

karena pembebasannya tidak juga beres. “Nah,<br />

dengan banyaknya (proyek) yang stagnan,<br />

muncullah Undang-Undang Nomor 2 Tahun<br />

2012,” katanya.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

Petugas Badan Pertanahan<br />

Nasional Depok serta Tim<br />

Pembebasan Tanah Ditjen<br />

Bina Marga Kementerian<br />

Pekerjaan Umum dan<br />

Perumahan Rakyat sedang<br />

memverifikasi data warga<br />

Harjamukti, Cimanggis,<br />

Depok, yang lahannya<br />

terkena proyek jalan tol<br />

Cimanggis-Cibitung tahun<br />

lalu.<br />

AUDY ALWI/ANTARA FOTO<br />

Dalam peraturan itu, pemerintah mesti menyediakan<br />

dana pembebasan lahan. Sedangkan<br />

dalam peraturan lama, pemegang konsesi ruas<br />

tol menanggung pembebasan lahan terlebih<br />

dulu sebelum nantinya diganti pemerintah.<br />

Tanpa pembebasan lahan, pengerjaan fisik<br />

sulit dimulai karena bank enggan mengucurkan<br />

kredit terlebih dulu. Kepala Badan Pengelola<br />

Jalan Tol Herry T.Z. juga mengatakan ada klausul<br />

bahwa pekerjaan fisik harus dimulai setelah<br />

tanah selesai dibebaskan 75 persen.<br />

Jika yang dibebaskan masih minim, pemegang<br />

konsesi belum diharuskan memulai<br />

pekerjaan fisik. Selain itu, bank enggan memberikan<br />

pinjaman kepada pemegang konsesi<br />

jalan tol. Malah, jika perusahaan pemegang<br />

konsesi “meragukan”, bank bisa minta persentase<br />

pembebasan lebih banyak lagi baru mau<br />

mengucurkan dana.<br />

Herry Marzuki berharap pembebasan lahan<br />

seluruh ruas tol Cimanggis-Cibitung bakal<br />

selesai akhir tahun depan. Tapi seksi pertama,<br />

sepanjang 3,5 kilometer dari Cimanggis sampai<br />

Trans-Yogi, akan didahulukan. “Sekarang ini,<br />

dalam sisa anggaran tahun ini, mungkin daerah<br />

Tapos atau Depok, itu 3,5 kilometer kami<br />

prioritaskan selesai,” ucapnya.<br />

Jika ruas ini selesai pembebasannya, Waskita<br />

Karya bisa langsung bekerja. Pada saat seksi<br />

I itu digarap, pembebasan lahan seksi-seksi<br />

berikutnya dilanjutkan pemerintah. Dan jika<br />

selesai semua, pada 2018 warga Cibubur dan<br />

sekitarnya mendapat dua hadiah infrastruktur<br />

sekaligus: kereta LRT dan jalan tol baru. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EKONOMI<br />

Membuka<br />

Trans-Yogi dan<br />

Narogong<br />

JALAN tol Cimanggis-Cibitung bakal meringankan beban sejumlah jalan yang saat<br />

ini terlalu padat. Jalan itu adalah Alternatif Cibubur (Trans-Yogi), yang setiap hari<br />

macet oleh kendaraan pribadi, serta jalan di daerah industri Narogong (Siliwangi),<br />

yang setiap hari dipadati truk-truk besar.<br />

Saat ini truk besar di kawasan Narogong mengandalkan jalur dari Gunung Putri di dekat<br />

Bogor atau pintu tol Bekasi Barat. Dengan adanya tol ini, lalu lintas ke kawasan industri Narogong<br />

akan semakin lancar.<br />

Jalur tol ini mengikuti pipa gas Pertamina dan tidak terlalu lurus, agak melengkung di beberapa<br />

tempat, terutama di sekitar perumahan besar, seperti Raffles Hills dan Citra Gran. Masih<br />

belum jelas apakah akan ada rumah-rumah di kawasan-kawasan perumahan elite ini yang<br />

bakal menjadi korban.<br />

Halim<br />

Tol Jakarta-Cikampek<br />

Kampung Rambutan<br />

Cikunir<br />

JORR<br />

Rencana Tol Cimanggis-Cibitung<br />

Cibitung<br />

Jagorawi<br />

Cibubur<br />

1<br />

Cimanggis<br />

2 3<br />

Narogong<br />

Setu<br />

Trans-Yogi<br />

Cileungsi<br />

Perumahan Puri Sriwedari<br />

1<br />

Jagorawi<br />

Perumahan Raffles Hills<br />

Pringgodani<br />

Tumaritis<br />

Cijago<br />

Jalan Tol Cimanggis-Cibitung<br />

Perumahan Raffles Hills<br />

RAFFLES HILLS<br />

Jalur tol memotong Boulevard Raffles Hills. Meski begitu, jalurnya sedikit<br />

berkelok sehingga posisinya dijepit Raffles Hills dan perumahan tetangganya,<br />

Puri Sriwedari.<br />

2<br />

Kali Manggis<br />

Trans-Yogi<br />

Tol Cimanggis-Cibitung<br />

Hotel/Mal Ciputra<br />

Mitra 10<br />

Aversa<br />

Gerbang<br />

Citra Gran<br />

Springlake<br />

CITRA GRAN<br />

Jalur tol memutari sisi barat dan utara perumahan. Selewat Citra Gran,<br />

jalan tol akan menyeberang Trans-Yogi di sekitar jembatan Cikeas. Tidak<br />

jelas bagaimana nasib lahan di sekitar Mal dan Hotel Ciputra yang, berdasarkan<br />

peta dari Badan Pengatur Jalan Tol, bersisian de ngan jalur ini.<br />

3<br />

Boulevard Kota Wisata<br />

Pesona Montreal<br />

Pesona America<br />

Kantor Pemasaran<br />

Pesona Den Haag<br />

Pesona Toronto<br />

Pesona Madrid<br />

Tol Cimanggis-Cibitung<br />

Jalan Narogong<br />

KOTA WISATA<br />

Mengikuti jalur pipa gas, jalan tol ini akan terentang di tengah antara Cluster<br />

Pesona Den Haag dan Pesona Madrid. Menurut peta di situs Badan<br />

Pengatur Jalan Tol, pinggir Cluster Pesona Toronto juga tersenggol jalan ini.<br />

SUMBER: SITUS BADAN PENGATUR JALAN TOL (BPJT) | INFOGRAFIS : ZAKI ALFARABI<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BISNIS<br />

BEREBUT<br />

PENONTON<br />

BON JOVI<br />

BISNIS TI<strong>KE</strong>T PERTUNJUKAN<br />

DAN OLAHRAGA TETAP<br />

BERTAHAN. KOMISI 10<br />

PERSEN <strong>DARI</strong> HARGA TI<strong>KE</strong>T.<br />

TI<strong>KE</strong>T<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BISNIS<br />

Mesin Sevelin di 7-Eleven<br />

BUDI ALIMUDIN/DETIKCOM<br />

TERIKNYA sinar matahari siang itu<br />

tak menyurutkan langkah Fellish<br />

Felicia masuk gerai 7-Eleven di<br />

perempatan Matraman, Jakarta<br />

Timur. Perempuan yang menikmati masa<br />

remaja pada 1990-an itu tidak membeli<br />

makanan atau minuman di lokasi yang<br />

populer untuk nongkrong tersebut. Ia malah<br />

menghampiri sebuah kotak berwarna kuning<br />

pucat setinggi pinggang orang dewasa<br />

bertulisan “Sevelin”, yang terletak di depan<br />

kasir.<br />

Beberapa kali ia memencet layar monitor<br />

mesin komputer langsing itu. Sejurus<br />

kemudian, ia menarik secarik kertas hasil<br />

cetak mesin tersebut. “Beli tiket Bon Jovi sama<br />

beli pulsa,” ucapnya saat dihampiri majalah<br />

detik. Ia memilih membeli tiket di 7-Eleven<br />

karena praktis. “Kalau ticket box yang lain<br />

kadang mesti antre.”<br />

Gerai 7-Eleven memang menjadi salah satu<br />

pemain dalam perang bisnis penjualan tiket<br />

olahraga atau acara hiburan. Pemain lain di<br />

antaranya Tiket.com dan pelopor bisnis tiket,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BISNIS<br />

Ruko tempat penjualan tiket<br />

Ibu DIbjo di Cikini, Jakarta<br />

BUDI ALIMUDIN/DETIKCOM<br />

yakni Ibu Dibjo, yang sudah lebih setengah<br />

abad bergelut di bidang ini.<br />

Ibu Dibjo memulai usaha pada 1963, saat<br />

Sukarno masih berkuasa dan kemudian<br />

budaya Barat—termasuk film dan musik—<br />

dibatasi. Joko Kinanto, Manajer Operasional<br />

Ibu Dibjo Ticket Box, menuturkan saat itu<br />

ayahnya ingin mendirikan sekolah di sekitar<br />

Jakarta Pusat. “Masalahnya, dananya tidak<br />

ada,” ucapnya.<br />

Untuk mengumpulkan dana, mereka<br />

menggelar pemutaran film Hollywood di<br />

Hotel Indonesia, hotel paling elite saat itu.<br />

Acara ini sangat sukses. Buntutnya, banyak<br />

kalangan yang kemudian mengikuti jejaknya,<br />

memutar film Hollywood. Nah, para pengekor<br />

ini banyak yang menitipkan penjualan tiket<br />

kepada mereka.<br />

Usaha penjualan tiket inilah yang akhirnya<br />

malah diseriusi keluarga itu. Saat sang ayah<br />

meninggal, ibu Joko—bernama Ida Kurani<br />

Soedibjo atau Ibu Dibjo—meneruskan<br />

bisnisnya. “Hingga saat ini (bisnis) di tangan<br />

kami setelah ibu kami wafat,” ucapnya.<br />

Segala jenis tiket mereka jual, dari pentas<br />

musik sampai pertandingan sepak bola.<br />

“Zaman dulu, saat Ketua PSSI Bardosono,<br />

sering juga PSSI mendatangkan tim-tim luar<br />

negeri ke Indonesia, itu luar biasa ramainya,”<br />

katanya. Jika ada artis asing datang—sampai<br />

1990-an, hal ini sangat jarang terjadi—antrean<br />

akan mengular di depan kantor mereka di<br />

Cikini Raya, Jakarta Pusat.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BISNIS<br />

Operator Tiket.com di<br />

kantornya<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Tapi sial pernah juga menerpa mereka.<br />

Saat itu grup disko paling top pada 1970-an<br />

dan 1980-an, Boney M, hendak menggelar<br />

pentas di Indonesia. Ibu Dibjo sudah melayani<br />

penjualan tiket grup asal Jerman ini. Seperti<br />

biasa, sebelum pentas, mereka menyetor<br />

dana hasil penjualan tiket kepada panitia.<br />

Malang tak dapat ditolak, pentas batal. Ibu<br />

Dibjo mesti mengganti uang tiket yang telanjur<br />

dibeli penonton dan mesti menalanginya<br />

lebih dulu. Sejak itu, mereka hanya bersedia<br />

menyetor hasil penjualan tiket jika pentas<br />

sudah berlangsung. “Itu jadi pelajaran kami,<br />

penyerahan uang harus H+1 konser,” ucapnya.<br />

Selama sekitar 30 tahun, mereka bisa<br />

dibilang minim pesaing. Pada 1970-an, sempat<br />

muncul beberapa pesaing di daerah Kota,<br />

Jakarta Pusat, tapi sekarang sudah tutup. Baru<br />

pada 1990-an muncul beberapa perusahaan<br />

pesaing, seperti Raja Karcis dan kemudian<br />

perusahaan penjualan tiket online.<br />

Hadirnya pesaing ini mengharuskan<br />

mereka bekerja lebih keras. Mereka mencari<br />

tahu acara-acara yang akan hadir di Jakarta,<br />

bahkan di Asia Tenggara, seperti balapan<br />

Formula 1 di Singapura. “Dari situ kami cari<br />

tahu siapa promotornya dan menawarkan diri<br />

untuk menjualkan tiketnya dengan jaminan<br />

pengalaman kami selama 5 dekade terakhir,”<br />

ucapnya.<br />

Dengan kerja lebih keras, pesaing-pesaing<br />

baru, termasuk 7-Eleven, memang bisa<br />

digencet. Juru bicara 7-Eleven, Neneng Sri<br />

Mulyati, mengatakan penjualan tiket pentas<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BISNIS<br />

Ratusan penggemar band<br />

Metallica antre menukar<br />

tiket konser di Stadion<br />

Utama Gelora Bung Karno,<br />

Jakarta<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />

musik dan olahraga dimasukkan dalam bisnis<br />

karena sesuai dengan profil pengunjung<br />

mereka: remaja dan orang usia produktif.<br />

Neneng tidak bersedia mengungkap hasil<br />

penjualan tiket. Tapi pemain lain, Tiket.com,<br />

mengatakan pertumbuhan bisnis ini mencapai<br />

300 persen setiap tahunnya. Tapi pendiri Tiket.<br />

com, Mikhael Gaery, mengatakan sebagian<br />

besar bisnis mereka adalah tiket perjalanan.<br />

Tiket pentas musik atau olahraga masih<br />

sangat kecil. “Tiket event hanya 10 persen dari<br />

total penjualan kami,” ucapnya.<br />

Mikhael dan enam orang lainnya mendirikan<br />

Tiket.com pada 2011. Modalnya US$ 1 juta (Rp<br />

14 miliar). Modal sebesar itu tersedot untuk<br />

membayar gaji karyawan serta membeli<br />

peralatan teknologi informasi. “Dari sisi gaji<br />

ya yang paling besar,” katanya.<br />

Tiket.com mempertahankan penjualan<br />

tiket event, walaupun gerak bisnisnya sangat<br />

fluktuatif. Alasannya, kata Mikhael, untuk<br />

tambahan saja, di samping berfokus pada<br />

penjualan tiket perjalanan. “Sebagai brand<br />

image juga,” ucapnya. Meski begitu, hasilnya<br />

lumayan juga. Ia mencontohkan konser Bon<br />

Jovi. Tiket.com mendapat kuota beberapa ribu<br />

tiket dari berbagai kelas. Komisi untuknya 10<br />

persen dari harga tiket.<br />

Jika Tiket.com menjadikan tiket pentas<br />

musik atau olahraga sebagai sampingan,<br />

tidak demikian dengan Ibu Dibjo. Mereka<br />

tidak masuk ke bisnis tiket perjalanan meski<br />

pasarnya lebih luas. “Ini perusahaan warisan,<br />

amanahnya seperti itu. Jadi kami menjalankan<br />

sesuai amanah ibu kami,” ucap Joko Kinanto.<br />

n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

NOVELIS<br />

LEGEN<strong>DARI</strong>S<br />

Dokter dan penulis novel menjadi<br />

profesi yang lekat dengan Mira Widjaja.<br />

Di usia 64 tahun, ia masih aktif<br />

melayani pasien di klinik Universitas<br />

Moestopo, juga menulis. September<br />

ini, ia genap 40 tahun berkiprah<br />

di dunia kepenulisan dengan total<br />

karya 82 judul. Lebih dari separuhnya<br />

telah dibuat film dan sinetron, juga<br />

menjadi bahan pelajaran di sekolahsekolah.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

TERUS BERKARYA<br />

DI USIA SENJA<br />

<strong>MIRA</strong> W. ADALAH LEGENDA SASTRA<br />

POPULER INDONESIA. LEBIH<br />

<strong>DARI</strong> 40 JUDUL NOVELNYA TELAH<br />

DIFILMKAN. BEBERAPA DI ANTARANYA<br />

MENJADI BAHAN PELAJARAN DI<br />

SEKOLAH-SEKOLAH MENENGAH.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Dalam acara peluncuran<br />

novel Cinta Sepanjang<br />

Amazon, 2008<br />

DOK. <strong>MIRA</strong> W<br />

SEORANG pastor bernama Handoyo<br />

melanggar janji selibat dengan menikahi<br />

seorang biarawati. Ia lantas<br />

mendidik dan mengarahkan putri<br />

semata wayangnya, Maria, untuk menjadi<br />

biarawati seperti ibunya, yang meninggal saat<br />

melahirkan. Tapi sikap Maria tak sepenuhnya<br />

sejalan dengan kehendak sang ayah. Ia menjalin<br />

tali kasih dengan teman sekolahnya, Guntur.<br />

Demikian garis besar cerita dalam novel<br />

berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji yang<br />

ditulis Mira Widjaja atau Mira W. pada 1984.<br />

Novel ini menjadi satu dari tujuh karya best<br />

seller Mira yang diterbitkan kembali oleh Gramedia<br />

Pustaka Utama pada 13 September lalu<br />

untuk menandai 40 tahun kiprah sang penulis.<br />

Tak cuma merilis ulang, dalam acara yang dipusatkan<br />

di Toko Buku Gramedia Central Park itu<br />

juga turut diterbitkan karya terbaru Mira, Sisi<br />

Gelap Cinta.<br />

Novel Merpati amat digemari kawula muda<br />

pada era 1980 dan kemudian diangkat ke layar<br />

lebar pada 1986 dengan pemain Paramitha Rusady<br />

dan Adi Bing Slamet. Novel ini juga pernah<br />

dibuatkan sinetron lepas yang ditayangkan di<br />

RCTI pada 26 Desember 2013. Di situ penyanyi<br />

Mikha Tambayong dan Morgan Oey menjadi<br />

pemainnya.<br />

“Saya bolak-balik berdiskusi dengan rohaniwan<br />

selama proses penulisan novel itu agar<br />

jangan sampai menyinggung agama tertentu.<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Di klinik Universitas<br />

Moestopo, Jakarta<br />

FOTO: SUDRAJAT /DETIKCOM<br />

Saya berusaha untuk se-obyektif mungkin<br />

dalam menulis,” kata Mira, yang beragama<br />

Protestan, saat ditemui majalah detik di klinik<br />

Universitas Moestopo di kawasan Senayan,<br />

Jakarta, Senin pagi, 7 September lalu.<br />

Total, penulis kelahiran Jakarta, 13 September<br />

1951, itu telah menghasilkan 82 karya, yang<br />

terdiri atas 75 novel serta 7 kumpulan novelet<br />

dan cerpen. Dari jumlah itu, 42 judul di antaranya<br />

telah diangkat ke layar lebar dan sinetron.<br />

Mira mengaku tak punya resep khusus yang<br />

membuat karya-karyanya begitu digemari masyarakat.<br />

“Saya cuma menulis kalau sedang<br />

mood saja, tak pernah mau menerima pesanan,”<br />

ujar novelis yang menggemari karya-karya<br />

Nh. Dini, Romo Y.B. Mangunwijaya, dan Pearl<br />

S. Buck itu.<br />

Latar profesinya sebagai dosen dan dokter<br />

diakui turut membantu perjalanan kariernya<br />

sebagai penulis. Sebab, saat berinteraksi dengan<br />

para mahasiswa maupun pasien, ada cerita-cerita<br />

dari mereka yang menginspirasinya<br />

untuk diangkat menjadi novel. Mira antara lain<br />

menyebut novel Perisai Kasih yang Terkoyak,<br />

yang berkisah tentang temannya yang mengidap<br />

kanker otak, dan Relung-relung Gelap Hati<br />

Sisi, yang bertema tentang lesbian.<br />

lll<br />

Mira belajar menulis sejak masih sekolah<br />

dasar. Tapi yang membuatnya makin percaya<br />

diri untuk menjadi penulis adalah ketika cerita<br />

pendeknya, Benteng Kasih, dimuat di majalah<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Bersama aktris Widyawati<br />

dalam sebuah pertemuan<br />

beberapa waktu lalu.<br />

DOK. WIDYAWATI<br />

Femina pada 1977. Maklum, tak mudah bagi<br />

setiap penulis agar karyanya dimuat di majalah<br />

wanita itu. Pada tahun itu juga Mira menulis<br />

Sepolos Cinta Dini, yang kemudian dimuat<br />

sebagai cerita bersambung di harian Kompas<br />

pada 1978, dan Dr Nona Friska, yang dimuat di<br />

majalah Dewi pada 1977. Nona Friska kemudian<br />

difilmkan menjadi Kemilau Kemuning Senja<br />

pada 1980, dengan Widyawati sebagai pemeran<br />

utamanya.<br />

Popularitasnya yang terus menanjak serta<br />

karyanya yang banyak difilmkan tak membuat<br />

Mira terjebak dalam komersialisasi. Ia amat<br />

menjaga energi dan idealismenya dalam menulis.<br />

Salah satu kiatnya adalah menolak permintaan<br />

para produser film maupun penerbit buku<br />

untuk menulis cerita sesuai tema yang tengah<br />

digandrungi masyarakat. Mira menyatakan hanya<br />

bisa dan mau menulis yang diketahui dan<br />

dirasakannya. “Jadi, kalau sedang jenuh, ya saya<br />

tak bisa dibujuk-bujuk buat nulis. Tapi saya beruntung<br />

Gramedia tak pernah sekali pun mengintervensi,”<br />

ujarnya.<br />

Mira juga tak pernah mau ribet dengan urusan<br />

honor maupun royalti atas novel-novelnya<br />

maupun karya yang diangkat menjadi film.<br />

“Saya tak pernah mau mematok harga, semua<br />

dibicarakan secara kekeluargaan saja,” ujar<br />

penulis seangkatan Maria A. Sardjono dan S.<br />

Mara Gd. itu.<br />

Soal berapa besaran honor yang diterimanya<br />

dari penerbit maupun produser yang memfilmkan<br />

novel-novelnya, dokter lulusan Universitas<br />

Trisakti pada 1979 itu menggeleng. Yang<br />

pasti, dari honornya menulis, Mira mengaku<br />

telah menjejakkan kaki di puluhan negara di<br />

Asia, Eropa, dan Australia.<br />

Bagi Mira, menulis maupun berkarya dalam<br />

kesenian tak sepenuhnya mengandalkan bakat.<br />

Hal utama, kata dia, adalah kesediaan terus<br />

belajar dan mencintai profesi yang ditekuni.<br />

Tanpa kedua hal itu, seberapa baik pun bakat<br />

yang dipunyai seseorang tak akan bisa menghasilkan<br />

karya yang monumental.<br />

Hal lain yang tak banyak diketahui khalayak,<br />

novel-novel karya Mira bukan cuma banyak<br />

yang difilmkan, tapi juga menjadi bahan pengajaran<br />

di sekolah-sekolah menengah. Pada<br />

1980-an, menurut Mira, novel seperti Kuduslah<br />

Cintamu Dokter, Dari Jendela SMP, dan Masih<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Lewat film ini, Widyawati<br />

meraih Piala Citra pada<br />

Festifal Film Indonesia, 1987.<br />

DOK. JEJAKANDROMEDA<br />

Ada Kereta yang Akan Lewat<br />

disahkan oleh Direktorat Jenderal<br />

Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah sebagai bahan<br />

pelajaran.<br />

Toh, Mira tak merasa<br />

jemawa. Dengan rendah<br />

hati, ia menyebut karyakaryanya<br />

belum sebanding<br />

dengan apa yang telah<br />

dihasilkan Nh. Dini karena<br />

isinya dianggap masih<br />

ringan dan menghibur.<br />

“Namun saya juga tidak<br />

mau merusak akhlak pembaca. Selalu ada misi<br />

atau pesan yang ingin disampaikan tanpa bermaksud<br />

menggurui pembaca. Saya tidak ingin<br />

mengarahkan pembaca ke arah yang buruk,”<br />

papar Mira.<br />

Memasuki usia senja, 64 tahun, Mira tak bisa<br />

memastikan kapan dirinya akan berhenti menulis.<br />

Sebagai dokter, ia mungkin akan berhenti<br />

karena terbentur masalah administrasi kepegawaian.<br />

Tapi menulis? “Itu bukan cuma profesi,<br />

tapi hobi saya. Rasanya enggak mungkin saya<br />

berhenti menulis,” ujarnya diiringi senyum.<br />

lll<br />

Menurut Rahmayanti, editor buku-buku fiksi<br />

di Gramedia Pustaka Utama, novel-novel karya<br />

Mira, meski telah berusia puluhan tahun, tetap<br />

ada pembacanya. Indikasinya, ada beberapa<br />

judul novel yang naik cetak hingga belasan kali,<br />

seperti Ketika Cinta Harus Memilih (12 kali) dan<br />

Dari Jendela SMP (13 kali). Salah satu kekuatan<br />

cerita Mira, kata dia, ada pada tema yang selalu<br />

mengangkat persoalan cinta dan perempuan.<br />

Pernyataan Yanti tak berlebihan. Aktris senior<br />

Widyawati memberikan kesaksian lain tentang<br />

hal itu. Istri Sophan So phiaan (almarhum) itu<br />

mengaku baru bersua dan berfoto bersama<br />

Mira sekitar dua pekan lalu. Ketika foto itu diunggah<br />

ke media sosial, banyak sekali tanggapan<br />

yang mengaku sebagai penggemar novelnovel<br />

karya Mira W. “Rata-rata perempuan itu<br />

menyenangi dan mempunyai koleksi novel dia.<br />

Karena ceritanya menonjolkan sisi-sisi kewanitaan.<br />

Wanita yang tegar dan tidak cengeng,”<br />

kata Widyawati, yang pernah memerankan<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

tiga tokoh dari tiga novel karya Mira,<br />

yakni Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi,<br />

Kemilau Kemuning Senja, dan<br />

Arini, Masih Ada Kereta yang Akan<br />

Lewat.<br />

“Karakter perempuan dalam<br />

film yang saya mainkan itu bukan<br />

perempuan yang cengeng. Di Sini<br />

Cinta Pertama Kali Bersemi, karakternya<br />

memang sedikit lemah tapi<br />

tetap berpegang pada prinsipnya.<br />

Sedangkan di Kemilau, karakternya<br />

keras sekali, lalu di Arini juga<br />

keras,” Widyawati menekankan.<br />

Raya Fitria, editor novel-novel<br />

terbitan Gramedia, menyebut<br />

karya Mira sebagai sastra populer.<br />

Sebab, kalaupun isinya tentang percintaan,<br />

tetap ditulis berdasarkan riset yang serius dan<br />

alur cerita yang terjaga. Latar belakang Mira<br />

sebagai dokter, kata Raya, membuatnya pandai<br />

menyisipkan pesan-pesan ilmu pengetahuan<br />

tentang dunia kedokteran ke dalam alur cerita<br />

yang ditulisnya. “Jadi sedikit-banyak pembaca<br />

mendapatkan tambahan pengetahuan,” ujarnya.<br />

Ia juga menyebut alur dalam novel-novel Mira<br />

sangat filmis, sehingga menarik dan memudahkan<br />

sutradara dan penulis skenario untuk<br />

mengangkatnya ke layar lebar. “Itu barangkali<br />

yang membuat karya-karya Ibu Mira banyak<br />

dibuatkan film dan belakangan sinetron,” Raya<br />

menambahkan.<br />

Meski mengaku tak terlalu dekat dengan<br />

karya-karya Mira W., penulis best seller Asma<br />

Nadia menilai kisah-kisah dalam novel karya<br />

Mira “perempuan sekali”, begitu juga dengan<br />

tema-tema yang dibawakan. “Persoalanpersoalannya<br />

sangat menyentuh perasaan<br />

perempuan,” ujarnya. Produktivitas Mira yang<br />

tergolong tinggi dan tetap berkarya di usia<br />

senja, kata Asma, sulit ditandingi penulis lainnya.<br />

“Karyanya akan terus tetap ada di tokotoko<br />

buku. Itu merupakan suatu pencapaian<br />

yang sulit (ditandingi),” kata Asma. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 31 DETIK AGUSTUS 14 - 20 - 6 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

MENYAMPAIKAN<br />

PERSOALAN PEREMPUAN<br />

LEWAT TULISAN<br />

<strong>MIRA</strong> W. BIASA MENAMPILKAN<br />

POTRET PEREMPUAN INDONESIA<br />

YANG MANDIRI, TAPI TETAP<br />

“TUNDUK” PADA NORMA-NORMA<br />

<strong>KE</strong>TIMURAN.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Novel Antologi Rasa segera<br />

diangkat ke layar lebar oleh<br />

Soraya Intercine Films<br />

DOK. IKANATASSA<br />

sore dilanda<br />

ngantuk. Isi cangkir msh<br />

penuh tp buku sdh tamat.<br />

Cerita bgs mmg bkn melek.<br />

Slmt mbak @ikanatas-<br />

“JUM’AT<br />

sa,” begitu kicau Adenita Priambodo, pemilik<br />

akun @adenits, Jumat, 11 September lalu.<br />

Buku bagus yang dimaksud<br />

adalah Critical Eleven, karya<br />

ketujuh dari Ika Na tassa.<br />

Buku setebal 344 halaman<br />

itu bercerita tentang hubungan<br />

Aldebaran Risjad (Ale),<br />

insinyur perminyakan yang<br />

biasa bekerja berbulan-bulan<br />

mencari minyak di tengah samudra,<br />

dan Tanya Laetitia Baskoro,<br />

konsultan manajemen.<br />

Keduanya bertemu dalam penerbangan<br />

menuju Sydney untuk<br />

menonton konser Coldplay. Dari<br />

pertemuan dan perbincangan<br />

singkat saat penerbangan itulah<br />

keduanya jadi sering bersua, dan<br />

kemudian menikah. Hingga pada suatu hari,<br />

sebuah tragedi besar menimpa kehidupan<br />

pernikahan Ale dan Tanya. Membuat pasangan<br />

ini berintrospeksi dan merenungkan sebuah<br />

kehidupan dan cinta.<br />

Sehari-hari, Ika bekerja di sebuah bank dan<br />

punya hobi fotografi. Soal kemampuannya<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

AKU SIH INGIN TANYA LANGSUNG<br />

RAHASIA DIA (<strong>MIRA</strong>) BERKARYA<br />

SEPRODUKTIF ITU APA, SIH.<br />

menulis, itu tak lepas dari sejumlah buku cerita<br />

yang kerap dibacanya sejak belia, seperti<br />

Trio Detektif, Lima Sekawan, dan karya-karya<br />

Sidney Sheldon. Begitu duduk di bangku SMP<br />

pada awal 1990-an, bacaannya bertambah<br />

dengan novel-novel yang biasa dilahap sang<br />

bunda, karya Mira W. “Dia sangat detail. Kalau<br />

cerita tentang tokoh, fotografer karakternya<br />

hidup,” kata Ika saat dihubungi majalah<br />

detik.<br />

Menurut dia, Mira juga bisa menampilkan<br />

potret perempuan Indonesia pada masanya.<br />

Juga menggambarkan perempuan Indonesia<br />

yang sudah mulai mandiri, berkarier di satu<br />

sisi, di sisi lain tetap “tunduk” pada kodratnya<br />

sebagai perempuan Timur yang memiliki norma-norma.<br />

“Potretnya itu realistis sekali, potret<br />

perempuan yang independen. Walaupun<br />

ada sedikit sisi rapuhnya, namun kuat, biasa<br />

melewati persoalan-persoalan yang dihadapi.”<br />

Meski belum seproduktif dan selegendaris<br />

Mira W., karya-karya Ika cukup mendapat<br />

tempat tersendiri di khalayak pembaca. Karya<br />

pertamanya, A Very Yuppy Wedding (Gramedia<br />

Pustaka Utama, 2007), menjadi Editor’s<br />

Choice Majalah Cosmopolitan Indonesia<br />

pada 2008. Pada tahun yang sama, dia juga<br />

dinominasikan sebagai Talented Young Writer<br />

dalam penghargaan Khatulistiwa Literary<br />

Award. Empat tahun sebelumnya, Ika Natassa<br />

menjadi salah satu finalis Fun Fearless Female<br />

Majalah Cosmopolitan Indonesia, dan pada<br />

2010 memperoleh penghargaan Women Icon<br />

dari The Marketeers. Saat ini Antologi Rasa<br />

(Gramedia Pustaka Utama, 2012) sedang diadaptasi<br />

menjadi film layar lebar.<br />

Meski sudah menjadi penulis yang diperhitungkan,<br />

Ika mengaku tetap kagum pada<br />

Mira, yang mampu menghasilkan novel-novel<br />

dengan ide yang berbeda-beda. Tak seperti<br />

penulis lain yang mungkin juga sangat pro-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Laudya Chintya Bella, Fedi<br />

Nuril, dan Raline Shah, yang<br />

bermain dalam film Surga<br />

yang Tak Dirindukan<br />

ANTARA FOTO<br />

duktif, tapi ceritanya cenderung senada. “Aku<br />

sih ingin tanya langsung rahasia dia (Mira)<br />

berkarya seproduktif itu apa, sih,” ujarnya.<br />

Penulis Asma Nadia, yang telah menghasilkan<br />

50 buku dan beberapa di antaranya<br />

telah difilmkan, juga mengakui produktivitas<br />

Mira W. Juga kekuatan tema-tema cerita yang<br />

diangkatnya seputar perempuan. “Tapi bukubuku<br />

detektif, seperti Sherlock Holmes dan<br />

(karya) Sidney Sheldon, lebih mempengaruhi<br />

saya,” ujar Asma. Ia merujuk novel Assalamualaikum<br />

Beijing dan Surga yang Tak Dirindukan<br />

yang, bila dicermati, sebetulnya ada elemen<br />

misterinya.<br />

Selain dua novel itu, Emak Ingin Naik Haji<br />

dan Rumah tanpa Jendela sudah diangkat ke<br />

layar lebar. Tiga lainnya, Jilbab Traveller, Pesantren<br />

Impian, Cinta di Ujung Sajadah, sedang<br />

dalam proses negosiasi dengan produser<br />

untuk difilmkan.<br />

Berkat novel-novelnya yang rata-rata best<br />

seller, Asma telah melanglang buana ke 288<br />

kota di 60 negara. “Writing gives me wings to<br />

see the world. I’ve been to 60 countries, 288<br />

cities, most of them because I write,” cuitnya<br />

pada 5 September.<br />

Sebelum menulis cerita, Asma mengawali<br />

karier sebagai penulis lagu sejak usia<br />

7 tahun. Dalam soundtrack Assalamualaikum<br />

Beijing, setelah lagu Ridho Rhoma terselip<br />

lagu ciptaannya. Begitupun di Surga yang Tak<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

Asma Nadia bersama suami<br />

dan kedua buah hatinya.<br />

FOTO: FACEBOOK <strong>ASMA</strong><strong>NADIA</strong><br />

Dirindukan, ada lagu karyanya yang dipasang<br />

di bagian akhir film. Kemampuan itu mungkin<br />

menurun atau pengaruh dari sang ayah,<br />

Amin Ivo, yang merupakan pencipta lagu. Salah<br />

satu lagu paling terkenal karya sang ayah<br />

adalah Kau Bukan Dirimu, yang dibawakan<br />

Dewi Yull.<br />

Sebelum menulis novel, Asma mulai dengan<br />

cerita pendek. Judulnya Surat buat Asadullah<br />

di Surga, yang kemudian dibuat sinetron oleh<br />

SinemArt dengan judul Aisyah Putri. Bagi dia,<br />

menulis adalah media perjuangan. Ia membantu<br />

membuka wawasan dan memberi inspirasi<br />

bagi orang lain tanpa harus berteriak-teriak<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

di jalanan atau berdemonstrasi. Seperti Mira<br />

W., Asma berusaha menyuarakan persoalanpersoalan<br />

perempuan dalam karya-karyanya.<br />

Di luar kariernya sebagai pengarang, Asma<br />

aktif mendirikan Rumah Baca. Total sudah<br />

berdiri 184 Rumah Baca, yang sebagian besar<br />

ada di pulau-pulau besar, juga ada dua Rumah<br />

Baca di Hong Kong untuk kaum buruh migran.<br />

“Saya, sih, cita-citanya bisa ada di Palestina<br />

atau di Nepal. Juga di daerah yang minim<br />

secara ekonomi,” ujarnya.<br />

Upaya itu tak lepas dari sokongan para<br />

sukarelawan yang luar biasa. Di samping<br />

mendirikan Rumah Baca, mereka mendirikan<br />

les komputer gratis, koperasi Asma Nadia,<br />

Kampung Baca, dan Rumah Yatim. Semua<br />

itu dilakukan untuk membuktikan bahwa hal<br />

yang semula dianggap mustahil sebetulnya<br />

bisa diwujudkan, ditaklukkan. “Kami inginnya<br />

Rumah Baca menjadi sentra belajar dan tidak<br />

terpinggirkan secara teknologi,” ujar istri Isa<br />

Alamsyah, mantan wartawan NHK, itu. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SELINGAN<br />

FOTO: RENGGA SANCAYA (DETIKCOM)<br />

42 82<br />

FILM<br />

D A R I NOVEL<br />

ADA banyak sutradara yang<br />

mengangkat novel-novel<br />

karya Mira W., seperti Wim<br />

Umboh, Sophan Sophiaan,<br />

dan Dedi Setiadi. Mereka seolah berlomba<br />

untuk bisa menjadi yang pertama<br />

memfilmkan novel-novel laris karya Mira.<br />

Kenyataan itu tentu membuat kebanggaan<br />

tersendiri bagi sang novelis. Apalagi<br />

dia kerap dilibatkan untuk menentukan<br />

para pemain maupun lokasi syuting.<br />

“Widyawati dan Roy Marten itu saya<br />

yang usulkan untuk menjadi pemeran Di<br />

Sini Cinta Pertama Kali Bersemi. Sampai<br />

sekarang, saya masih bersahabat dengan<br />

Widya, beberapa hari lalu kami ketemuan<br />

dan makan bersama,” kata Mira.<br />

Selama 40 tahun kariernya sebagai<br />

penulis, Mira W. telah menerbitkan 82<br />

novel dan cerita pendek, termasuk karya<br />

terbarunya, Sisi Gelap Cinta. Dari jumlah<br />

itu, 42 di antaranya telah difilmkan dan<br />

dibuatkan sinetron di televisi. Berikut ini<br />

di antaranya.<br />

1<br />

DI SINI CINTA<br />

PERTAMA KALI<br />

BERSEMI<br />

Sutradara: Wim Umboh, 1980<br />

Pemain: Widyawati dan Roy Marten<br />

MEMPERTEMUKAN Roy Marten dengan Widyawati dalam satu<br />

film. Cinta yang tumbuh dari remaja, dihalangi oleh banyak terjal dan<br />

hambatan membuat mereka terpisah. Widyawati berperan sebagai<br />

perempuan yang mengalami pahit hidup berumah tangga yang tidak didasari<br />

cinta, dan mengalami perceraian. Pengalaman itu membuat ia menjadi seorang<br />

biarawati dan berjumpa lagi dengan cinta lamanya (Roy Marten), tapi<br />

keadaan telah berubah, mengingat kaul seorang biarawati.<br />

<strong>KE</strong>MILAU <strong>KE</strong>MUNING<br />

SENJA (DOKTER NONA<br />

FRISKA)<br />

Sutradara: Hasmanan, 1980<br />

Pemain: Widyawati<br />

WIDYAWATI kembali tampil dalam film dramatis<br />

dari novel Mira W. Kali ini ia berperan sebagai<br />

seorang dokter wanita yang tegar, tangguh, dan<br />

mandiri walau mengalami berbagai terpaan hidup.<br />

2<br />

3<br />

SEANDAINYA AKU<br />

BOLEH MEMILIH<br />

Sutradara: Wahab Abdi, 1984<br />

Pemain: Nena Rosier, Roy Marten, El Manik, Tuti Indra Malaon<br />

CINTA segitiga yang rumit dan diperkeruh oleh intervensi<br />

pihak lain membuat drama ini semakin berbelit. Ketika<br />

perasaan ditutupi oleh sebuah paksaan, film diakhiri<br />

dengan drama pengadilan ketika semua masalah dan konflik<br />

batin tertumpah ruah, ditambah dengan kematian dan keguncangan<br />

jiwa.<br />

4<br />

ROMANTIKA (GALAU<br />

REMAJA DI SMA)<br />

Sutradara: Hengky Solaiman, 1985<br />

Pemain: Meriam Bellina, Paramitha Rusady<br />

ATIEK dan Tia bersaing dalam pelajaran maupun<br />

percintaan. Persaingan ini menimbulkan banyak<br />

hal lucu, sekaligus meresahkan teman-teman<br />

dan guru. Keduanya lalu jadi sahabat kental dan berhasil<br />

menjadi juara kelas dan mewujudkan mimpi menjadi<br />

bintang film ternama.<br />

5<br />

MERPATI TAK PERNAH<br />

INGKAR JANJI<br />

Sutradara: Wim Umboh, 1986<br />

Pemain: Paramitha Rusady dan Adi Bing Slamet<br />

BERLATAR lingkungan gereja Katolik, film ini mengisahkan<br />

gadis bernama Maria, yang oleh ayahnya<br />

didoktrin menjadi biarawati. Sempat memberontak,<br />

tapi setelah mengalami fase-fase alamiah dan sebagai seorang<br />

gadis remaja, Maria pun menemukan jati dirinya dan<br />

memantapkan diri menjadi seorang biarawati.<br />

6<br />

ARINI, MASIH ADA<br />

<strong>KE</strong>RETA YANG AKAN<br />

LEWAT<br />

Sutradara: Sophan Sophiaan, 1987<br />

Pemain: Widyawati dan Rano Karno<br />

Penghargaan: Piala Citra untuk Aktris Utama Terbaik<br />

FILM ini memotret fenomena wanita yang sukses<br />

dalam karier dan harus menikahi lelaki yang berusia<br />

jauh lebih muda. Juga belum mapan dan masih di<br />

bawah kuasa ibunya. Sutradara Sophan Sophiaan menyisipkan<br />

sejumlah kritik sosial yang dibalut dengan halus.<br />

TATKALA MIMPI<br />

BERAKHIR<br />

7<br />

Sutradara: Wim Umboh, 1987<br />

Pemain: Ray Sahetapy dan Meriam Bellina<br />

Prestasi: Nominasi Pemeran Utama Pria dan Wanita Terbaik,<br />

FFI 1988<br />

DRAMA tentang hubungan seorang gadis dan pria<br />

yang dipertemukan di dunia film. Ketidakcocokan yang<br />

semula dialami mereka mempertemukan pada sebuah<br />

cinta sejati. Namun hubungan mereka seakan tak direstui<br />

oleh takdir, setelah sang pria meninggal karena sakit.<br />

PERISAI KASIH<br />

YANG TERKOYAK<br />

Sutradara: Hadi Poernomo, 1986<br />

Pemain: Tuti Indra Malaon, Nena Rosier, dan<br />

Dwi Yan<br />

KISAH dua yatim-piatu yang terpisah dan<br />

sama-sama menjadi penyanyi terkenal.<br />

Keduanya bersaing dan saling mencari,<br />

tapi baru bersua kembali di saat yang tak<br />

terduga.<br />

8<br />

9<br />

CINTA CUMA<br />

SEPENGGAL DUSTA<br />

Sutradara: Edi S.S., 1986<br />

Pemain: Christine Aristha, Firda Razak, Deddy Mizwar, Gusti<br />

Randa, dan Linda Eka<br />

Penghargaan: Film Pilihan FFI 1987<br />

CERITA tentang problem remaja-remaja SMA yang kurang<br />

mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua.<br />

Kehadiran pak guru yang dapat mengendalikan anak-anak<br />

itu memberikan pengaruh yang cukup baik. Klimaks cerita adalah<br />

saat remaja perempuan bernama Sandra meninggal karena<br />

menggugurkan kandungannya akibat berhubungan di luar nikah.<br />

ARINI II<br />

(BIARKAN<br />

<strong>KE</strong>RETA ITU<br />

LEWAT)<br />

10<br />

Sutradara: Wim Umboh, 1988<br />

Pemain: Ida Iasha dan Rano Karno<br />

Prestasi: Nominasi FFI 89 untuk<br />

Pemeran Utama Pria (Rano Karno),<br />

dan Pemeran Pembantu Wanita (Rima<br />

Melati)<br />

Film ini adalah kelanjutan dari Arini 1.<br />

Namun pemeran Widyawati sebagai<br />

Arini digantikan oleh Ida Iasha.<br />

11<br />

SINETRON CINTA<br />

(SEANDAINYA AKU<br />

BOLEH MEMILIH)<br />

Sutradara: Maruli Ara, 1999<br />

Pemain: Desy Ratnasari, Primus Yustisio, dan<br />

Atalarik Syah<br />

Berkisah tentang cinta segitiga antara mahasiswi<br />

kedokteran (Riri) dan dua pria kakak-adik, (Haris/<br />

Primus dan Andi/Atalarik). Soundtrack sinetron<br />

ini, Bahasa Kalbu, mengantarkan Titi Dj. meraih<br />

AMMI Award 1999.<br />

TRUE LOVE (CINTA<br />

SEPANJANG AMAZON)<br />

Sutradara: Dedi Setiadi, 2011<br />

Pemain: Fanny Fabriana dan Mario Lawalata<br />

Aries dan Guntur adalah dua sahabat yang selalu bersama-sama.<br />

Suatu hari, di kampusnya, Aries tersipu-sipu melihat Vania,<br />

mahasiswi pintar yang membiayai hidupnya secara mandiri.<br />

Keduanya menjalin cinta kasih yang rumit karena perbedaan<br />

latar belakang status sosial dan karakter. Karena alasan teknis,<br />

film ini tak jadi mengambil lokasi di Sungai Amazon, Brasil. Tapi<br />

di Raja Ampat, Papua.<br />

SUDRAJAT<br />

12<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

ADA DI MANA<br />

NEGARA ARAB<br />

“DAMASKUS ADALAH KAMPUNG HALAMANKU, TAPI BERLIN SANGAT<br />

BAGUS.... AKU SANGAT BERTERIMA KASIH <strong>KE</strong>PADA JERMAN.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Bocah pengungsi dari<br />

Afganistan memegang<br />

kepala adiknya setelah<br />

tiba di Athena dari<br />

Pulau Lesbos, Yunani,<br />

Kamis (10/11).<br />

MICHALIS KARRAGIANIS/<br />

REUTERS<br />

BAGI warga Inggris, Kota Wakefield<br />

sama sekali bukan gambaran sebuah<br />

“surga”, tapi tidak bagi Arkan Esmail,<br />

33 tahun. Pada 2002, Arkan lari dari<br />

Sulaymaniyah, di wilayah Kurdistan, Irak, meninggalkan<br />

konflik di kampung halamannya.<br />

“Sejujurnya aku sangat takut. Aku masih sangat<br />

muda dan tak tahu apa yang akan terjadi,”<br />

kata Esmail pekan lalu. Bermodal uang dari<br />

ayahnya untuk membayar penyelundup imigran<br />

gelap, dia nekat pergi ke Eropa.<br />

Berhari-hari terombang-ambing di laut, berdesakan<br />

dengan puluhan imigran lain di perahu<br />

karet, Esmail berhasil mendarat dengan selamat<br />

di Italia. Setelah berulang kali mencoba, akhirnya<br />

dia berhasil menembus perbatasan Inggris<br />

dengan menumpang kereta barang. Setahun<br />

kemudian, pengajuan suakanya dikabulkan<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU TAK INGIN PERGI <strong>KE</strong><br />

TEMPAT LAIN. INGGRIS ADALAH<br />

RUMAHKU.”<br />

pemerintah Inggris.<br />

Sudah lebih dari sepuluh tahun dia tinggal<br />

di Wakefield, di bagian utara Inggris. “Aku tak<br />

ingin pergi ke tempat lain. Inggris adalah rumahku.<br />

Aku bahagia di sini,” kata Esmail. Bagi<br />

dia, Wakefield adalah surga kecilnya. Tempat<br />

dia bisa tinggal dan bekerja tanpa rasa takut.<br />

Kini dia hidup dengan gaji sekitar Rp 6 juta per<br />

minggu sebagai juru masak di sebuah rumah<br />

makan Italia. “Kalian<br />

aman di sini. Tak ada<br />

yang bisa menyentuh<br />

kalian.”<br />

Esmail tak hidup<br />

mewah dan sama sekali<br />

bukan orang kaya<br />

di Inggris, tapi jutaan<br />

pengungsi di Suriah,<br />

Irak, dan Afganistan<br />

bermimpi bisa hidup seperti Esmail. “Mereka<br />

tak datang ke sini untuk mencari pekerjaan.<br />

Mereka pergi ke Eropa karena di sini mereka<br />

merasa aman,” kata Esmail.<br />

Ribuan pengungsi dari Suriah, Irak, dan<br />

Afganistan tak peduli hujan badai, tak peduli<br />

gelombang tinggi di laut, tak peduli dipukuli<br />

serta dicaci di Hungaria dan Makedonia, tak<br />

peduli ribuan orang yang mati tenggelam di<br />

laut, hanya bermodal baju yang menempel di<br />

badan, menempuh ribuan kilometer untuk tiba<br />

di Jerman, Swedia, Denmark, atau Inggris.<br />

Di Pulau Lesbos, salah satu lokasi pendaratan<br />

pengungsi dan imigran gelap utama, di<br />

Yunani, kondisinya sudah seperti bekas perang.<br />

Ada puluhan ribu pengungsi dan imigran yang<br />

masih tertahan, dan masih terus berdatangan,<br />

menunggu menyeberang ke daratan Eropa.<br />

Setelah mengarungi Laut Aegea, di mana ada<br />

tempat lowong, entah taman, bangunan telantar,<br />

emper toko, atau stasiun, mereka merebahkan<br />

diri.<br />

Tak ada hotel atau penginapan yang bersedia<br />

menerima mereka. “Sungguh tak nyaman kondisi<br />

tiga hari terakhir.... Tak ada hotel, tak ada<br />

tempat tidur, tak ada kamar mandi, tak ada apa<br />

pun,” kata Hussam Hamzat, pengungsi dari<br />

Damaskus. Pemerintah Yunani mengerahkan<br />

sejumlah kapal untuk mengangkut pengungsi<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Puluhan pengungsi dan<br />

imigran bersukacita<br />

saat hendak mendarat<br />

di Pulau Lesbos, Yunani,<br />

Kamis (10/11).<br />

DIMITRIS MICHALAKIS/REUTERS<br />

dan imigran dari Pulau Lesbos, di antaranya kapal<br />

wisata tua, El Venizelos. “Kami mengangkut<br />

2.500 orang sekali jalan.... Tapi ada 3.000 pengungsi<br />

yang datang setiap hari,” kata Antonis<br />

Pikoulous, agen tiket untul El Venizelos.<br />

Pada Kamis pekan lalu, ribuan pengungsi, sebagian<br />

besar dari Suriah, berjubel di perbatasan<br />

Yunani dengan Makedonia di tengah guyuran<br />

hujan deras. Tak sedikit anak-anak dan orang<br />

tua ikut antre untuk menyeberangi perbatasan.<br />

“Lihat, kami tak lagi punya baju, jaket, dan<br />

makanan.... Kami akan mati jika diguyur hujan<br />

beberapa jam lagi,” ujar seorang laki-laki asal<br />

Damaskus.<br />

Terjepit di antara ribuan orang yang berdesakan,<br />

ada seorang pengungsi dari Suriah<br />

yang tengah hamil. “Tolong, aku sedang hamil,<br />

tolong.... Aku tak mau kehilangan bayiku,” kata<br />

perempuan itu sembari berurai air mata. “Apakah<br />

perbatasan akan dibuka?” dia bertanya kepada<br />

polisi Makedonia di balik kawat berduri.<br />

Di seberang, polisi itu hanya diam membeku.<br />

Hari itu, menurut data dari Kepolisian Yunani,<br />

ada 4.000 pengungsi, sekitar 3.000 orang di<br />

antaranya berasal dari Suriah, yang menunggu<br />

melintasi perbatasan Yunani-Makedonia. Perjalanan<br />

mereka masih sangat jauh. Sebagian<br />

besar tujuan akhir mereka adalah negara-negara<br />

makmur di Eropa, seperti Jerman, Swedia,<br />

Denmark, Austria, atau Inggris. Masih ada ribuan<br />

pengungsi lain dari Timur Tengah maupun<br />

Afrika yang terus berdatangan.<br />

●●●<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Ribuan orang menghadiri<br />

acara "Refugee<br />

Welcome" di Kota<br />

Gothenburg, Swedia,<br />

Rabu (9/9).<br />

REUTERS<br />

Mohammed Dugmush lari dari hujan bom di<br />

Damaskus, ibu kota Suriah, hampir dua tahun<br />

lalu dan tiba di Jerman pada Februari 2014. Tapi<br />

baru dua bulan lalu Dugmush bisa memboyong<br />

istri dan kelima anaknya ke Berlin.<br />

“Di sini, di Berlin, aku tinggal tak jauh dari<br />

masjid.... Jalan ini bernama Sonnenalle, tapi keturunan<br />

Arab di sini menyebutnya Jalan Arab.<br />

Setiap kali aku jalan-jalan dan bertemu orang<br />

yang berbicara Arab, aku selalu tersenyum,”<br />

kata Dugmush pekan lalu. Dia tinggal bersama<br />

istri dan anaknya di satu apartemen tiga kamar<br />

di Distrik Neukolln yang disediakan pemerintah<br />

Jerman. Hampir separuh warga Neukolln merupakan<br />

pendatang. Beberapa orang bahkan<br />

Dugmush kenal sejak masih di Suriah.<br />

Kini Dugmush masih mengikuti kursus bahasa<br />

dan budaya Jerman untuk memudahkannya<br />

beradaptasi dengan rumah barunya. Begitu<br />

kursus tuntas, Dugmush, yang bekerja sebagai<br />

manajer restoran di Damaskus, berniat mencari<br />

pekerjaan sejenis. “Damaskus adalah kampung<br />

halamanku, tapi Berlin sangat bagus.... Aku<br />

sangat berterima kasih kepada Jerman. Vielen<br />

dank, Deutschland!” Dugmush bersyukur.<br />

Di antara semua negara Uni Eropa, Jerman<br />

memang paling ramah dan paling terbuka terhadap<br />

para pengungsi. Pemerintah Jerman menyatakan<br />

siap menampung 800 ribu pengungsi<br />

dan ratusan ribu lagi dalam beberapa tahun<br />

mendatang. “Aku gembira melihat orang-orang<br />

di luar sana melihat Jerman sebagai harapan,”<br />

kata Angela Merkel, Kanselir Jerman.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

LIHAT, KAMI TAK LAGI<br />

PUNYA BAJU, JA<strong>KE</strong>T, DAN<br />

MAKANAN.”<br />

Tapi Kanselir Merkel dan wakilnya, Sigmar<br />

Gabriel, agak mengerutkan keningnya melihat<br />

keengganan negara-negara Uni Eropa lain<br />

untuk ikut menanggung beban pengungsi<br />

dari Timur Tengah. “Yang tak bisa diterima<br />

menurutku adalah anggapan beberapa orang<br />

bahwa masalah ini tak ada urusannya dengan<br />

mereka.... Bakal ada konsekuensinya kendati<br />

kami tak menginginkannya,” kata Kanselir Merkel,<br />

setengah mengancam negara-negara yang<br />

cuci tangan dari urusan<br />

pengungsi.<br />

Selain Jerman, hanya<br />

beberapa negara yang terang-terangan<br />

menyatakan<br />

komitmennya menampung<br />

para pengungsi yang membanjir dari Timur<br />

Tengah. Setelah dikritik kiri-kanan, Perdana<br />

Menteri Inggris David Cameron mengatakan<br />

negaranya siap menerima 20 ribu pengungsi<br />

dalam lima tahun. Presiden Amerika Serikat<br />

Barack Obama, yang ada jauh di belahan bumi<br />

lain, menyatakan Amerika akan menerima 10<br />

ribu pengungsi.<br />

Saat Jerman dan negara-negara Eropa<br />

jumpalitan tiba-tiba kedatangan ratusan ribu<br />

pengungsi dari Suriah, Irak, Afganistan, dan<br />

sejumlah negara lain, negara-negara kaya di<br />

Timur Tengah malah adem-adem saja. Justru<br />

negara yang kemampuan ekonominya paspasan,<br />

seperti Libanon dan Yordania, yang<br />

bersedia membuka perbatasannya untuk lebih<br />

dari sejuta pengungsi.<br />

Sikap negara-negara tajir Arab, seperti Arab<br />

Saudi, Uni Arab Emirat, Qatar, Kuwait, dan<br />

Bahrain, menurut Sara Hashash, dari Amnesty<br />

International, benar-benar memalukan. Tak ada<br />

satu pun dari pemerintah negara kaya itu yang<br />

menyatakan komitmennya untuk membuka<br />

pintu dan menampung satu orang pun pengungsi.<br />

Beberapa negara itu berdalih mereka telah<br />

menyumbang dana tak kecil untuk menangani<br />

korban perang di Suriah. Bukan lagi rahasia pula<br />

bahwa beberapa negara kaya Arab juga menyumbang<br />

uang dan senjata bagi kelompok-kelompok<br />

yang berperang di Suriah. “Pemerintah<br />

Qatar sudah memberikan bantuan US$ 2 miliar<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Polisi Makedonia<br />

berusaha menghadang<br />

ribuan pengungsi yang<br />

berniat menyeberang<br />

perbatasan<br />

Yunani-Makedonia,<br />

Kamis (10/11).<br />

YANNIS BEHRAKIS/REUTERS<br />

untuk rakyat Suriah,” ujar seorang diplomat<br />

Qatar. Tapi, menurut Daniel Gorevan, Direktur<br />

Oxfam di Suriah, kontribusi itu kelewat kecil.<br />

“Negara-negara Teluk terang mampu dan bisa<br />

untuk membantu lebih banyak lagi.”<br />

Gebran Bassil, Menteri Luar Negeri Libanon,<br />

mendesak negara-negara kaya tetangganya<br />

ikut menampung pengungsi, tak sekadar ikut<br />

saweran. “Semua negara Arab punya tanggung<br />

jawab sama untuk ikut menanggung beban,”<br />

kata Bassil.<br />

Sebagai tetangga dan sesama muslim, menurut<br />

Sara Khalid, mahasiswi di Arab Saudi,<br />

negara-negara Teluk mestinya punya tanggung<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Para pengungsi<br />

tengah bersantap di<br />

lokasi penampungan<br />

di Kota Muenchen,<br />

Jerman, Senin (7/9).<br />

MICHAELA REHLE/REUTERS<br />

jawab lebih besar terhadap pengungsi Suriah<br />

dan Irak ketimbang negara Eropa. “Rakyat Arab<br />

Saudi dan Suriah selalu seperti saudara. Di<br />

samping agama Islam memang memerintahkannya,<br />

menolong pengungsi mestinya merupakan<br />

hal alamiah,” ujar Noor Almulla, warga<br />

Saudi. ■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | CNN | AL-JAZEERA | GUARDIAN |<br />

WASHINGTONPOST<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

NOL<br />

SEMPURNA UNTUK<br />

MARIAM<br />

“AKU BELAJAR HAMPIR 15 JAM<br />

SEHARI. BAGAIMANA MUNGKIN<br />

AKU MENDAPAT NILAI NOL?”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

ALARABY<br />

MARIAM Malak sama sekali bukan<br />

anak yang bodoh, bahkan tergolong<br />

sangat pintar. Setahun lalu,<br />

juga dua tahun lalu, saat ujian<br />

kenaikan kelas di Thnawayia Amma Khulafaa—<br />

sekolah setingkat SMA khusus anak perempuan—Mariam,<br />

19 tahun, mendapatkan nilai<br />

tertinggi di sekolahnya.<br />

Walaupun sangat pintar dan sudah menguasai<br />

semua pelajaran dengan baik, menghadapi<br />

ujian nasional tahun ini, Mariam belajar sangat<br />

serius. Dia tak mau main-main lantaran ujian<br />

kali ini akan menentukan apakah dia bisa melanjutkan<br />

kuliah atau tidak.<br />

Lantaran sudah belajar sungguh-sungguh<br />

dan merasa bisa mengerjakan semua soal<br />

tanpa persoalan, Mariam sangat percaya diri<br />

nilai ujiannya tak akan beda jauh dengan nilai<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI SALING JATUH<br />

CINTA DAN KAMI MENJADI<br />

PASANGAN SEHATI.”<br />

ujian-ujian sebelumnya. Ketika hasil ujian sudah<br />

dipajang di papan sekolah, dengan yakin<br />

Mariam langsung melihat ke daftar murid yang<br />

memperoleh nilai tertinggi di sekolah.<br />

Dahinya berkerut setelah dia tak menemukan<br />

namanya di daftar itu. Namun Mariam tetap<br />

yakin dia lulus ujian dan bakal bisa melanjutkan<br />

kuliah kedokteran seperti kedua kakaknya.<br />

Hingga akhirnya dia melihat nilai ujiannya.<br />

Mariam terkulai lemas. Pingsan.<br />

“Aku tak bisa mendengar<br />

orang bicara... aku tak bisa<br />

bicara...,” kata Mariam pekan<br />

lalu. “Aku benar-benar terkejut.<br />

Bagaimana hal itu bisa<br />

terjadi?” Bagaimana Mariam<br />

tak hilang kesadaran. Dari<br />

tujuh mata pelajaran, tak<br />

ada satu soal pun yang dia<br />

kerjakan mendapatkan nilai.<br />

Semuanya nol sempurna.<br />

“Aku belajar hampir 15 jam sehari. Bagaimana<br />

mungkin aku mendapat nilai nol?” kata Mariam<br />

tak habis pikir. Keluarganya pun tak percaya<br />

Mariam bisa mendapatkan nilai nol sempurna.<br />

“Mariam selalu merupakan murid yang pintar.<br />

Dia mendapatkan nilai tertinggi di kelas I dan<br />

kelas II,” kata Bishoy Malak, kakaknya. Ketika<br />

diuji oleh sebuah stasiun televisi Mesir, Mariam<br />

juga membuktikan bahwa dia bisa menjawab<br />

semua pertanyaan dengan baik.<br />

Keluarga Mariam sempat punya pikiran buruk<br />

bahwa tujuh nilai nol tersebut bisa terjadi<br />

lantaran gadis dari Kota Minya itu berasal dari<br />

keluarga Kristen Koptik. Tapi dugaan itu pupus<br />

karena ada puluhan anak SMA lain di Mesir<br />

yang bernasib persis seperti Mariam. Mereka<br />

juga mendapatkan nilai nol bulat.<br />

Menurut data dari Kementerian Pendidikan,<br />

ada 40 anak Thnawayia Amma yang mendapatkan<br />

nilai ujian nol. Marwa Mohammed Essa<br />

dari Kota Kafr al-Sheikh juga tak percaya pada<br />

nilai ujian yang dia peroleh. “Kami sudah menghabiskan<br />

uang lumayan banyak untuk menguji<br />

tulisan tangan Marwa di lembar jawaban yang<br />

dinilai. Hasilnya, tulisan di lembar jawaban itu<br />

tak sama dengan tulisan tangan Marwa,” kata<br />

Manar, kakak Marwa.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

DAILYNEWSEGYPT<br />

Keluarga Mariam maupun keluarga Marwa<br />

sama-sama tak terima dua gadis mereka<br />

mendapatkan nilai nol sempurna. Kedua keluarga<br />

itu menggugat Menteri Pendidikan Mesir<br />

Moheb el-Rafie ke pengadilan beberapa pekan<br />

lalu. Puluhan murid SMA menggelar protes di<br />

depan kantor Kementerian Pendidikan untuk<br />

memberi dukungan kepada Mariam. Di jejaring<br />

sosial, sokongan untuk Mariam terus mengalir.<br />

Hasil pemeriksaan sementara oleh kantor<br />

kejaksaan di Kota Asyut menunjukkan bahwa<br />

hasil ujian yang diperiksa merupakan tulisan<br />

tangan Mariam. Tapi keluarga Mariam tak<br />

percaya pada hasil pemeriksaan itu. “Adikku<br />

menulis dengan tangan kiri dan huruf cetak,<br />

sementara ujian yang diperiksa menggunakan<br />

huruf sambung,” kata Bishoy.<br />

Pengacara Mariam menduga pekerjaan Ma-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU TAHU AKU TENGAH<br />

MELAWAN KORUPSI.”<br />

riam ditukar dengan pekerjaan anak lain yang<br />

bisa jadi berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh.<br />

Keluarga Mariam memutuskan akan<br />

terus melawan. “Aku tahu aku tengah melawan<br />

korupsi. Melihat bagaimana hasil ujianku dipalsukan<br />

dan diumumkan membuktikan bahwa<br />

korupsi itu memang ada,” kata Mariam. Dia<br />

mengibaratkan perjuangannya seperti David<br />

melawan Goliath.<br />

Keluarga Mariam meminta pemerintah Mesir<br />

mendatangkan tim ahli independen<br />

dari luar negeri untuk memeriksa tulisan<br />

tangan di lembar jawaban. Gaduh<br />

ujian SMA ini rupanya mengundang<br />

perhatian Perdana Menteri Ibrahim Mahlab.<br />

Perdana Menteri Mahlab berjanji akan meminta<br />

pemeriksaan ulang atas kasus Mariam.<br />

Lancung dalam ujian, dengan pelbagai cara,<br />

bukan hal baru di Mesir. Pemerintah Mesir bulan<br />

lalu sampai merasa perlu menerbitkan peraturan<br />

khusus yang mengatur hukuman bagi<br />

mereka yang membocorkan soal ujian. Mereka<br />

yang terbukti membocorkan ujian, menurut<br />

peraturan itu, bakal dijatuhi hukuman 1 tahun<br />

penjara dan denda hingga sekitar Rp 90 juta.<br />

Ancaman hukuman seperti itu barangkali<br />

memang diperlukan lantaran kebocoran<br />

soal dan jawaban ujian di Mesir sudah jadi<br />

hal yang rutin setiap tahun. Kementerian<br />

Pendidikan Mesir sudah meminta helikopter<br />

dan personel militer untuk mengangkut soalsoal<br />

ujian dari percetakan ke tempat penyimpanan<br />

soal. Kementerian Pendidikan juga<br />

sudah menyebarkan alat untuk mendeteksi<br />

pemakaian ponsel selama ujian berlangsung.<br />

Setiap tahun, ada saja murid atau pengawas<br />

ujian yang terlibat kecurangan ditangkap dan<br />

dipenjara. Tapi yang namanya lancung ujian<br />

terus berlangsung.<br />

Pada musim ujian nasional SMA Juni lalu, jawaban<br />

atas soal-soal ujian mata pelajaran Arab<br />

sudah beredar di Internet hanya beberapa menit<br />

setelah ujian berjalan. Bahkan, untuk mata<br />

pelajaran bahasa Inggris, jawaban soal-soal itu<br />

sudah beredar hanya sekitar 15 menit setelah<br />

lembar soal ujian dibagikan. Jawaban-jawaban<br />

itu dengan gampang diperoleh lewat Facebook,<br />

Instagram, atau Twitter.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

HUFFPOSTMAGHREB<br />

Bagi murid seperti Youssef dan Sally, yang<br />

sudah punya “jam terbang” panjang dalam<br />

urusan menyontek, ada banyak jalan membuat<br />

dan membagikan sontekan. “Kadang kami<br />

tulis di sepatu, kadang kami tulis di kaki,” kata<br />

Youssef. Dalia, 17 tahun, murid kelas II di sebuah<br />

SMA swasta di Mesir, mengatakan sekitar<br />

90 persen temannya ikut curang dalam mengerjakan<br />

ujian. Dia, kendati selalu diingatkan<br />

kedua orang tuanya supaya tak lancung dalam<br />

ujian, juga ikut menyontek. “Sebagian besar<br />

guru yang mengawasi ujian membiarkan kami<br />

menyontek,” kata Dalia.<br />

Orang seperti Rania, teman sekelas Dalia,<br />

mungkin memang tak banyak. Dia menolak ikutikutan<br />

menyontek saat ujian. “Orang-orang hanya<br />

mengambil jalan gampang. Mereka tak mau<br />

capek-capek belajar,” Rania mengkritik temantemannya.<br />

Rania percaya bibit korupsi dimulai<br />

dari hal-hal “kecil” seperti itu. “Mengapa Mesir<br />

sedemikian korup? Karena semua orang berbuat<br />

curang dalam pelbagai hal dalam pekerjaannya.<br />

Entah mereka menerima suap atau mengambil<br />

kredit atas pekerjaan orang lain.” ■<br />

SAPTO PRADITYO | CAIROPOST | GUARDIAN | BBC | AL-MONITOR | AL-AHRAM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

YANG<br />

DICACI<br />

YANG<br />

DICARI<br />

“KALIAN LIHAT, KAMI HANYA<br />

MEMBERIKAN JAWABAN<br />

YANG SUDAH ADA DALAM<br />

AL-QURAN.”<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

GUARDIAN<br />

DI Afganistan, melawan dukun atau<br />

juru ramal bisa berarti maut. Itulah<br />

yang terjadi pada Farkhunda Malikzada,<br />

27 tahun, beberapa bulan lalu.<br />

Hari itu dua hari menjelang Nowruz, tahun<br />

baru Persia, yang juga dirayakan sebagian warga<br />

Afganistan, Farkhunda berpamitan kepada<br />

ibunya, Bibi Hajera, untuk mengajar mengaji.<br />

Sebelum melangkah ke luar rumah, gadis itu<br />

berjanji akan membantu ibunya mempersiapkan<br />

hidangan pesta menyambut Nowruz.<br />

Gadis itu sempat kuliah di jurusan matematika<br />

di satu kampus di Kabul sebelum akhirnya<br />

memilih menekuni hukum Islam. Suatu hari<br />

nanti, Farkhunda berharap bisa menjadi hakim.<br />

“Farkhunda gadis yang berani.... Dia tak takut<br />

mengemukakan pendapatnya,” Bibi mengenang<br />

putrinya.<br />

Pulang dari mengajar mengaji, dalam perjalanan<br />

pulang dia sempat singgah di Masjid<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

GADIS ITU DIKIRIM<br />

OLEH AMERIKA.”<br />

Shah-e Du Shamshira. Di depan kompleks<br />

makam Jenderal Chin Timur Khan—panglima<br />

dari masa Imperium Mughal pada abad ke-<br />

16—yang berada persis di seberang Masjid<br />

Shah, Farkhunda menyaksikan orang-orang<br />

mengerumuni dukun-dukun penjual jimat.<br />

Tanpa takut, gadis itu mencela para dukun<br />

penjual jimat dan pembelinya. Seorang saksi<br />

mata menuturkan, ketimbang menggantungkan<br />

nasib pada jimat, Farkhunda menyuruh mereka<br />

berdoa di masjid di seberang jalan. Entah<br />

bagaimana mulanya,<br />

Farkhunda, yang melihat<br />

praktek syirik di<br />

depan masjid, terlibat<br />

debat sengit dengan<br />

Zain-ul-Din, pengelola<br />

makam Jenderal Chin.<br />

Kritik gadis itu rupanya<br />

membuat para<br />

penjual jimat tersinggung. “Gadis itu dikirim<br />

oleh Amerika,” seorang laki-laki berteriak. Bak<br />

menuang minyak di atas kobaran api, Zain-ul-<br />

Din ikut melempar tudingan palsu, “Gadis ini<br />

telah membakar Al-Quran.” Di tengah kepungan<br />

para laki-laki yang gelap mata, Farkhunda<br />

sia-sia membantah dan membela diri.<br />

Batu, kayu, pukulan, dan tendangan bertubi-tubi<br />

menghajar Farkhunda hingga dia<br />

terkulai tak berdaya. Wajahnya merah oleh<br />

darah. Polisi yang ada di tempat itu tak banyak<br />

berbuat untuk menghentikan pembantaian<br />

Farkhunda. Belum tuntas amarah para<br />

dukun penjual jimat dan massa yang terbakar<br />

oleh kabar burung bahwa gadis itu telah<br />

membakar Kitab Suci, kerumunan yang gelap<br />

mata itu menyeret Farkhunda di belakang<br />

mobil dan membakarnya.<br />

Pembantaian Farkhunda membuat murka<br />

rakyat Afganistan. Ribuan orang, sebagian<br />

besar perempuan, mengantarkan mayat Farkhunda<br />

ke liang lahat. Mereka juga menuntut<br />

keadilan atas kematian Farkhunda. Presiden Afganistan<br />

Ashraf Ghani membentuk tim khusus<br />

untuk menyelidiki kematian Farkhunda.<br />

“Mengapa mereka memperlakukan anakku<br />

seperti ini?” Bibi Hajera hanya bisa merintih<br />

perih. “Mereka bukan manusia.... Mereka se-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

ABC<br />

perti serigala liar.” Pada<br />

Mei lalu, pengadilan<br />

menjatuhkan hukuman<br />

mati kepada empat<br />

pelaku pembunuhan<br />

dan hukuman penjara<br />

16 tahun kepada delapan<br />

pelaku lainnya. Namun majelis hakim<br />

di pengadilan banding mengkorting hukuman<br />

mati itu menjadi 20 tahun penjara.<br />

“Ini bukan pengadilan.... Ini hanya pertunjukan,”<br />

kata Mujibullah Malikzada, saudara laki-laki<br />

Farkhunda. “Apakah hakim-hakim itu punya<br />

ibu, kakak, atau adik perempuan?”<br />

●●●<br />

Mau dicaci atau dibenci, dukun-dukun Afganistan<br />

itu tetap dicari. Pusing mencari jodoh,<br />

frustrasi lantaran kelamaan menganggur, bi-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Pemakaman Farkhunda<br />

Malikzada<br />

ALJAZEERA<br />

ngung dengan arah cuaca, ingin lepas dari<br />

candu narkotik, bahkan suami yang kehilangan<br />

istri, dukun-dukun itu selalu bisa memberi<br />

“solusi”.<br />

Beberapa tahun lalu, dukun jauh sekali dari<br />

pikiran Abdullah Sharifi. Masih muda, tampang<br />

ganteng, gaya luma yan keren, dan isi kantong<br />

cukup tebal, buat apa mengunjungi peramal<br />

nasib. Toko karpet dan batu-batu mulia tempat<br />

dia bekerja di Kabul jadi langganan para pekerja<br />

asing di Kabul. Sharifi bermimpi suatu hari<br />

nanti bisa membeli mobil mewah idamannya:<br />

sedan BMW.<br />

Tapi nasib baiknya mulai menipis setelah<br />

pekerja-pekerja asing di Kabul ditarik pulang.<br />

Tokonya makin sepi pengunjung dan akhirnya,<br />

setahun lalu, pemilik toko terpaksa memecatnya.<br />

Sudah setahun Sharifi luntang-lantung<br />

tanpa pekerjaan. Melihat perang saudara di negaranya<br />

yang tak kunjung berakhir dan perekonomian<br />

yang setengah pingsan, Sharifi tak bisa<br />

membayangkan seperti apa masa depannya.<br />

Walaupun mesti menanggung malu, apa<br />

boleh buat, tak ada jalan lain di pikiran Sharifi<br />

selain pergi ke dukun. Dengan sembunyisembunyi,<br />

dia naik taksi ke kantor Arab Shah,<br />

peramal nasib yang lumayan kondang di Kabul.<br />

Tiba di “kantor” yang muram, tanpa banyak<br />

tanya, Arab memegang kedua pergelangan<br />

tangan dan dahi Sharifi, kemudian sibuk coratcoret<br />

di selembar kertas seolah-olah tengah<br />

menghitung masa depan pemuda itu.<br />

Kesimpulannya sangat melegakan Sharifi.<br />

Kendati masih bakal melewati masa-masa sulit,<br />

menurut sang juru ramal, masa depan pemuda<br />

itu jauh lebih baik ketimbang hari ini. Semua<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

MEREKA BUKAN MANUSIA....<br />

MEREKA SEPERTI SERIGALA<br />

LIAR.”<br />

urusan “meneropong” masa depan itu kelar<br />

kurang dari sepuluh menit. Ongkosnya hanya<br />

setara harga sekaleng minuman bersoda.<br />

“Mendengar suara lain di luar suara dari kepala<br />

kita bahwa semuanya bakal baik-baik saja, itulah<br />

yang aku butuhkan,” kata Sharifi. Pikirannya<br />

terasa enteng.<br />

Kepada banyak orang, Arab Shah, 45 tahun,<br />

sering mengklaim sebagai mantan agen rahasia<br />

di Dinas Intelijen Afganistan. Pengunjungnya—Arab<br />

mengklaim ada sekitar seribu<br />

orang per bulan—tak pernah pusing<br />

untuk membuktikan apakah ceritanya<br />

itu benar atau sekadar bualan kosong.<br />

Sehari-hari, ada seorang asisten<br />

yang membantunya menjawab pesan,<br />

panggilan, dan konsultasi nasib lewat<br />

lima ponsel miliknya: dua Samsung Galaxy,<br />

satu HTC, dan dua gawai Apple. Arab Shah<br />

melayani konsultasi lewat Facebook, Skype,<br />

Viber, juga WhatsApp. Tak seperti peramal nasib<br />

dan dukun penjual jimat lain di Afganistan<br />

yang cenderung menghindari wartawan, Arab<br />

tak keder jadi sorotan. “Aku orang terpelajar,<br />

mereka rata-rata kurang sekolah. Lantaran hal<br />

itulah mereka tak mau bicara dengan media.<br />

Mereka penipu,” kata Arab.<br />

Seperti pekerjaan lain, ada juga juru ramal<br />

kelas kaki lima seperti Nasir Qasemi. “Kantor”-nya<br />

hanya selembar karpet yang dia<br />

hamparkan di pinggir jalan di Kabul. “Yang<br />

penting hasilnya,” kata Fatimah, 42 tahun.<br />

“Hubunganku dengan suami bermasalah....<br />

Dia menuliskan doa di dua lembar kertas dan<br />

minta dimasukkan dalam amplop berwarna<br />

merah dan putih. Sejak saat itu, hubunganku<br />

dengan suami terus membaik.”<br />

Ulama-ulama Afganistan sebenarnya melarang<br />

praktek klenik seperti ini. “Ramal-meramal<br />

nasib dan sejenisnya terlarang dalam<br />

Islam,” kata Mohammad Ihsan Seaqal, imam<br />

Masjid Kabul. Tapi, bagi sebagian rakyat Afganistan,<br />

yang kehilangan harapan, ramalan tak<br />

masuk akal sekalipun mendatangkan setetes<br />

harapan.<br />

“Anak perempuanku sudah 30 tahun, tapi<br />

tak ada yang datang melamar,” kata Zobaida,<br />

51 tahun, putus asa. Kepada Rabbani, peramal<br />

yang biasa mangkal di satu masjid di Kota<br />

Mazar-al-Sharif, dia menggantungkan harap-<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Pemakaman<br />

Farkhunda Malikzada<br />

DAWN<br />

an untuk jodoh putrinya. Setelah mengamati<br />

garis tangan Zobaida, Rabbani sibuk membuka<br />

bukunya, mulai menghitung, mencari<br />

ayat-ayat dalam Al-Quran yang konon sesuai<br />

dengan garis tangan Zobaida dan bisa mendatangkan<br />

jodoh untuk putrinya.<br />

“Kalian lihat, kami hanya memberikan jawaban<br />

yang sudah ada dalam Al-Quran,” kata Shah<br />

Agha, juru ramal dari Kabul. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | CHINAPOST | NYTIMES | ABC | DW<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


EROS TJOKRO<br />

PILIH<br />

RELIGI<br />

INDAH NADA PUSPITA<br />

FASHION<br />

DAN MUSIK<br />

Tap judul untuk<br />

baca artikel<br />

THOMAS SUAREZ<br />

CEO BELIA<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


PEOPLE<br />

PEOPLE<br />

EROS TJOKRO<br />

PILIH RELIGI<br />

BANYAK anak muda memilih<br />

jenis pop atau rock untuk<br />

ka rier musiknya. Tapi Eros<br />

Tjokro memilih menyanyikan<br />

lagu-lagu religi. Sembari berkarier sekalian<br />

bersyukur. Begitu alasannya.<br />

Eros mulai dikenal setelah menjadi<br />

juara ketiga dalam ajang Music Video<br />

Contest. Sebelumnya, lulusan Prasetiya<br />

Mulya Business School ini banyak<br />

membawakan lagu penyanyi lain<br />

(cover) dan mengunggahnya di situs<br />

YouTube.<br />

Debutnya diawali dengan menyanyikan<br />

lagu lawas berjudul Ketika Tangan<br />

dan Kaki Berkata milik Chrisye. “Lagu<br />

ini motivasi karena ada perasaan yang<br />

tidak main-main,” ujar pria kelahiran<br />

Jakarta, 4 Desember 1991, ini.<br />

Eros mengaku telah menapaki perjalanan<br />

panjang sebelum akhirnya bisa<br />

dikenal publik. Meski begitu, pemilik<br />

nama lengkap Eros I.K. Tjokro ini masih<br />

merasa belum jadi apa-apa.<br />

“Saya ibaratnya masih seperti telur,<br />

belum apa-apa,” ujarnya. n<br />

ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO: DETIKFOTO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


PEOPLE<br />

PEOPLE<br />

INDAH NADA PUSPITA<br />

FASHION DAN MUSIK<br />

BERAWAL dari mengerjakan<br />

tugas sekolah, Indah Nada<br />

Puspita akhirnya jatuh cinta<br />

pada blog. Dan kini, perempuan<br />

berhijab ini menjadi salah satu fashion<br />

blogger Indonesia yang berpengaruh di<br />

dunia.<br />

Namun ternyata perempuan yang<br />

akrab disapa Nada ini tak cuma lihai<br />

memadupadankan hijab dengan baju<br />

yang dikenakannya. Dia juga jago menyanyi<br />

dan telah meluncurkan dua<br />

single.<br />

Single pertamanya, Now Me and You,<br />

yang dirilis pada Maret 2015, merupakan<br />

lagu retro-pop dengan sedikit sentuhan<br />

musik vintage. Produsernya Ade Govinda.<br />

Tidak lama berselang, gadis yang<br />

sedang menempuh pendidikan di Universitas<br />

Hannover, Jerman, ini kembali<br />

menelurkan single keduanya, Cinta Harus<br />

Berdua.<br />

Kali ini Nada memadukan jenis pop<br />

dengan fusion jazz dalam lagu Cinta Harus<br />

Berdua. Lagu garapan Ade Govinda<br />

dan Nada ini menceritakan betapa cinta<br />

harus dijaga kedua pihak, bukan hanya<br />

satu pihak.<br />

“Aku berharap, ke depannya, bisa jadi<br />

penyanyi di mana saja, enggak hanya<br />

Indonesia," ujar gadis kelahiran Balikpapan,<br />

Kalimantan Timur, ini. n<br />

ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO: DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


PEOPLE<br />

THOMAS SUAREZ<br />

CEO BELIA<br />

ORANG bilang masa kanakkanak<br />

adalah masa bermain.<br />

Bebas dan tanpa beban<br />

pikiran. Namun, tidak<br />

begitu dengan Thomas Suarez. Bocah<br />

asal California ini bahkan sudah punya<br />

perusahaan.<br />

Anak yang baru berusia 15 tahun ini<br />

telah mengembangkan perusahaan<br />

pembuat aplikasi untuk iOS, Android,<br />

dan Google Glass bernama CarrotCorp,<br />

juga printer 3-dimensi.<br />

Ia mulai tertarik pada pemrograman,<br />

seperti Python, Java, dan C, saat<br />

usianya 10 tahun. Aplikasi pertamanya,<br />

Earth Fortune, merupakan aplikasi<br />

ramalan berdasarkan warna bumi dan<br />

penggunanya.<br />

Game buatannya, Bustin Jieber,<br />

semacam permainan whack-a-mole,<br />

cukup membuat namanya dikenal dan<br />

menjadi pemberitaan di media Amerika<br />

Serikat.<br />

Dengan banyaknya karya dan usianya<br />

yang belia, Thomas pernah dinobatkan<br />

sebagai Youngest App Developers dari<br />

World Record Academy.<br />

Semua itu seakan belum cukup. Kini<br />

Thomas juga berhasil mengembangkan<br />

teknologi mesin cetak 3-D yang bekerja<br />

10 kali lebih cepat dibanding printer<br />

terkenal yang sudah ada.<br />

“Saya ingin terus berinovasi. Masa<br />

kanak-kanak tak cuma diisi dengan<br />

memanjat pohon atau bersepeda saja,<br />

kan?” ujarnya. n ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

WWW.TEDMANHATTANBEACH.COM<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BUKU<br />

TAK MELULU BERGELUT<br />

DENGAN TUMPUKAN<br />

BUKU, CAK NUR JUGA BISA<br />

MEMBONGKAR-PASANG<br />

KOMPOR DI DAPUR<br />

HINGGA BERLUMUR OLI<br />

DEMI MERAWAT SENDIRI<br />

MESIN MOBILNYA.<br />

JUDUL BUKU:<br />

Hidupku Bersama Cak Nur<br />

PENULIS:<br />

Omi Komaria Madjid<br />

PENERBIT:<br />

Nurcholish Madjid Society<br />

TERBITAN:<br />

Agustus 2015<br />

TEBAL:<br />

192 halaman<br />

KOMPOR, DAN SIROSIS<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BUKU<br />

Omi bersama Nadia (putri<br />

sulungnya) dan para sahabat<br />

saat peluncuran buku, Sabtu<br />

(29/8).<br />

DOK. ELZA PELDI TAHER<br />

SEBAGAI cendekiawan muslim terkemuka, jejak pemikiran Nurcholish<br />

Madjid sudah banyak diulas dan dikritik para murid dan sesama cendekiawan<br />

lainnya. Tapi sosok Cak Nur, sapaan populer Nurcholish, sebagai<br />

suami, ayah, dan lelaki biasa, cuma Omi Komaria yang paling punya<br />

otoritas untuk mengungkapkannya.<br />

Bagi kebanyakan orang, penampilan Cak Nur mungkin terkesan sangat serius<br />

dan kaku. Hobinya cuma membaca aneka buku.<br />

Ternyata kesan semacam itu tak sepenuhnya<br />

benar. Menurut Omi, yang mendampingi Cak<br />

Nur sejak 1969, sang begawan asal Jombang itu<br />

merupakan pribadi yang kocak dan romantis. Tak<br />

melulu bergelut dengan tumpukan buku, Cak Nur<br />

juga bisa membongkar-pasang kompor di dapur<br />

hingga berlumur oli demi merawat sendiri mesin<br />

mobilnya.<br />

Ada kesaksian menarik dari Omi tentang Cak Nur<br />

dan kompor. Alkisah, sebelum mereka menikah,<br />

Cak Nur sudah membuat daftar barang-barang<br />

kepentingan rumah tangga, tapi tidak termasuk<br />

kompor di dalamnya. “Kita perlu kompor, ya?” tanya<br />

Cak Nur ketika sang istri yang baru diboyongnya<br />

ke rumah kontrakan di Jakarta membutuhkan<br />

kompor untuk memasak. “Aku tidak tahu di mana<br />

membeli kompor,” Cak Nur menambahkan.<br />

SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BUKU<br />

Kita perlu<br />

kompor, ya. Aku<br />

tidak tahu di<br />

mana membeli<br />

kompor.<br />

Ketika Omi akhirnya mulai belajar memasak, Cak Nur sesekali ikut nimbrung<br />

untuk membantu. Agar minyak goreng panas tak muncrat mengenai kulit tangan<br />

atau wajah saat menggoreng lele, misalnya, Cak Nur punya kiat tersendiri. “Cak<br />

Nur menuju dapur dengan sarung dikerudungkan pada kepala dan memakai kacamata,”<br />

tulis Omi. “Ini yang betul. Dengan begini, kita tidak terkena minyak,” kata<br />

Cak Nur sambil membalik ikan di wajan.<br />

lll<br />

Cak Nur mengembuskan napas terakhir pada 29 Agustus 2005 akibat kanker<br />

hati (sirosis), yang baru diketahui ketika penyakit mematikan itu sudah memasuki<br />

stadium III. Ia sempat menjalani operasi cangkok hati di Tiongkok. Kemudian menjalani<br />

perawatan lanjutan di Singapura dan di Rumah Sakit Pondok Indah. Satu hal<br />

yang patut dijadikan teladan, selama sakitnya itu Cak Nur senantiasa berusaha<br />

tetap beribadah dan bersedekah.<br />

Buku Hidupku Bersama Cak Nur ini diterbitkan pada 29 Agustus lalu, bertepatan<br />

dengan 10 tahun wafatnya Nurcholish Madjid. Meski buku ini lebih banyak bercerita<br />

tentang keseharian Cak Nur, sesungguhnya dari situ juga tergambar bagaimana<br />

peran Omi sebagai istri. Putri seorang pengusaha di Madiun, Jawa Timur, itu rela<br />

tak melanjutkan kuliahnya di fakultas kedokteran setelah menikah dengan Cak<br />

Nur. Omi memainkan peran penting bagi perjuangan Cak Nur sebagai cendekiawan<br />

dan begawan di negeri ini. Meski kondisi ekonomi morat-marit, ia nyaris tak<br />

mengeluh, apalagi menuntut macam-macam lazimnya seorang istri kepada suami.<br />

Kesederhanaan dan kemandiriannya dalam mengelola rumah tangga sehari-hari<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


BUKU<br />

FRANS MENDOER/IPPHOS<br />

Omi bersama Cak Nur<br />

REPRO: GRANDYOS/DETIKCOM<br />

kian teruji manakala Omi harus mendampingi Cak Nur<br />

kuliah di Chicago, Amerika Serikat. Cak Nur bisa tetap<br />

khusyuk melanjutkan studi di tengah beasiswa yang<br />

amat pas-pasan berkat Omi, yang dengan ikhlas mencari<br />

tambahan sebagai baby sitter dan petugas cleaning<br />

service. Kiranya tak berlebihan bila pepatah “Di balik<br />

kesuksesan seorang suami, ada istri yang hebat” layak<br />

disematkan kepada Omi.<br />

Omi menuliskan kesaksiannya dengan bahasa sederhana<br />

dan tak berpretensi sok puitis. Toh, apa yang dituturkannya<br />

tetap terasa menyentuh. Pembaca bisa tersenyum<br />

simpul saat Omi mengisahkan tindak-tanduk Cak<br />

Nur sebagai suami yang humoris, sekaligus romantis.<br />

Juga bisa merinding dan terharu mengetahui betapa<br />

segenap denyut nadi dan napasnya tercurah bagi kehidupan<br />

masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih<br />

baik.<br />

Andai kisah-kisah yang dipaparkan itu dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi<br />

kehidupan Cak Nur beserta keluarga, tentu akan menambah bobot buku ini. Bila<br />

kelak buku ini harus menjalani cetak ulang, ada baiknya pula diberikan sedikit pengantar<br />

kenapa dan untuk apa buku ini diterbitkan. Agar bisa lebih eye catching,<br />

desain sampul pun bisa dibuat lebih atraktif dengan tidak lagi menggunakan warna<br />

gelap dan memilih foto Omi yang lebih ekspresif. n SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

ESTETIKA BARU<br />

Naskah Kuno<br />

EDDY SUSANTO MEMBENTURKAN SENI DENGAN ILMU PENGETAHUAN SECARA INDAH.<br />

BERTUMPU PADA RISET YANG TERPADU DAN TERSTRUKTUR <strong>DARI</strong> ARTEFAK.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN PAMERAN<br />

TRADISI menulis sesungguhnya<br />

lekat dengan orangorang<br />

Jawa. Aksara-bahasa<br />

Jawa yang mengalami perkembangan<br />

dan perubahan<br />

telah membentuk satu<br />

makna bahwa perubahan<br />

itu bertalian erat de ngan perubahan budaya<br />

masyarakat.<br />

Eddy Susanto memberi pemaknaan baru atas<br />

teks melalui pameran tunggal bertajuk “JavaScript”<br />

pada 4-13 September 2015 di Gedung A<br />

Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran<br />

yang dikuratori Asmudjo J. Irianto dan Suwarno<br />

Wisetrotomo ini menampilkan hasil riset Eddy<br />

Susanto selama beberapa tahun ke belakang.<br />

Selain beberapa instalasi, pameran ini didominasi<br />

25 karya lukisan yang terdiri atas 12 karya<br />

Book of Hours dan 13 karya Illumination of Java­<br />

Script.<br />

JavaScript berfokus pada berbagai elemen<br />

kebudayaan lokal yang disandingkan dengan<br />

elemen kebudayaan lain. Manuskrip Arjunawiwaha<br />

(abad ke-11) karya Mpu Kanwa dari<br />

Kerajaan Kediri dipertemukan dengan The Promenade<br />

karya klasik Albrecht Durer (1471-1528).<br />

Kidung Asmarandana (awal abad ke-12) karya<br />

Mpu Dharmaja, juga dari Kerajaan Kediri, dipertemukan<br />

dengan The Conversion of St. Paul<br />

karya Lambrecht Hopfer (abad ke-16). Kitab Baratayudha<br />

(awal abad ke-12) karya Mpu Sedah<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

dan Mpu Panuluh dipertemukan dengan The<br />

Four Horsemen of the Apocalypse (abad ke-15)<br />

karya Albrecht Durer.<br />

Yang istimewa, setiap goresan di visual The<br />

Promenade atau di The Conversion of St. Paul<br />

atau di The Four Horsemen of the Apocalypse<br />

adalah rangkaian aksara Jawa berukuran sangat<br />

kecil, dari ujung ke ujung. Masing-masing berisi<br />

manuskrip sandingannya. Sebagai contoh,<br />

kalimat-kalimat dalam manuskrip Arjunawiwaha<br />

membentuk visual The Promenade, dan<br />

seterusnya.<br />

Java of Durer #2 (500 Years of Melencolia I<br />

Series) bergambar Melencolia I (1514) yang asalnya<br />

karya seniman Renaisans Jerman Albrecht<br />

Durer, oleh Eddy dibuat dari manuskrip Babad<br />

Tanah Jawa (abad ke-18) asal Kerajaan Mataram.<br />

Tak mengherankan jika satu karya berukuran<br />

300 x 200 sentimeter ini saja butuh waktu<br />

enam bulan untuk menyelesaikannya.<br />

Eddy bukan hanya membandingkan kebudayaan<br />

berdasarkan perbedaan lokasi saja (Barat<br />

dan Timur/Jawa), tapi juga berdasarkan dimensi<br />

waktu (masa lalu dan masa kini), pola produksi<br />

(scientific/teknologi dan religius), dan karakter<br />

visual (teks dan pictorial). Dia mendasarkan<br />

karya-karyanya lewat riset di perpustakaanperpustakaan<br />

di Yogyakarta dan Perpustakaan<br />

Nasional di Jakarta.<br />

Bergelut di bidang desain grafis sejak 1994,<br />

sebelum akhirnya masuk ke seni murni pada<br />

2007, membuat cara kerjanya berbeda dibanding<br />

seniman-seniman lain yang memberi<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

porsi lebih pada ide. Seluruh karya alumnus<br />

ISI Yogyakarta ini berangkat dari riset, lantas<br />

dibuat dialog. Inilah yang kemudian dipelihara<br />

dan jadi ide.<br />

Karya Illumination of JavaScript (html ditransliterasi<br />

ke aksara Jawa) menampilkan websitewebsite<br />

yang rating-nya paling tinggi, termasuk<br />

di dalamnya Facebook, Twitter, dan Yahoo. Eddy<br />

mengetengahkan “pun” (permainan kemiripan<br />

kata) antara JavaScript (bahasa pemrograman<br />

komputer) dan aksara Jawa (Javanese text).<br />

Aksara-bahasa Jawa sebagai sebuah sistem<br />

tanda memiliki kaidah dan praktek bertutur<br />

dalam bahasa. Dalam paradigma ini, karya<br />

Illumination of JavaScript menampilkan korelasi<br />

kontemporer atas pelbagai portal website terkenal<br />

di dunia. “Java html punya pola pikir yang<br />

sama dengan JavaScript saat diciptakan,” ujar<br />

Eddy.<br />

Korelasi aksara-bahasa Jawa dan JavaScript<br />

lahir dari analogi pola pikir yang sama. Satu<br />

sisi berkembang dalam dunia nyata dan satu<br />

sisi berkembang dalam dunia maya, tetapi<br />

keduanya (Javanese script dan JavaScript) menyatu<br />

dalam ikatan kata yang sama “Java” dan<br />

“aksara-bahasa”.<br />

Seluruh teks itu “dinaungi” audio dari penggalan<br />

manuskrip Negarakertagama (abad ke-14)<br />

yang dibawakan Bu Yati, sinden dari Tamansari,<br />

Yogyakarta. Negarakertagama yang ditulis<br />

Mpu Prapanca dari Kerajaan Majapahit adalah<br />

catatan harian zaman Hayam Wuruk yang jadi<br />

regalia suci dan hanya boleh dibaca raja-raja.<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Ada cerita menarik tentang Bu Yati. Dia menolak<br />

disewakan studio musik untuk merekam<br />

suaranya guna keperluan pameran ini. Malu,<br />

alasannya. Akhirnya, Eddy meminjamkan ponsel<br />

Samsung seri lama untuk dibawa Bu Yati<br />

pulang. Lewat medium ponsel, sinden kampung<br />

yang namanya tak dikenal ini menembangkan<br />

penggalan Negarakertagama selama 3 menitan.<br />

Sinden disosokkan pula dalam bentuk patung<br />

perempuan mengenakan kemban, bersanggul,<br />

dan bersimpuh di hadapan mikrofon dengan<br />

judul karya Hymns of Dystopia. Sinden ini dilindungi<br />

akar kayu winong yang permukaannya<br />

dipenuhi teks Serat Kalatidha (abad ke-19) karya<br />

Ronggowarsito dari Kasunanan Surakarta yang<br />

berisi tentang bagaimana menyiasati zaman.<br />

Kayu winong, yang kerap digunakan sebagai<br />

medium komunikasi dengan roh halus, dipercaya<br />

sebagai tempat bersemayamnya roh<br />

dan sebagai penolak bala. Hymns of Dystopia<br />

diletakkan tepat di depan pintu, sebagai pelindung<br />

sekaligus pengantar ke karya-karya Eddy<br />

selanjutnya.<br />

Menurut kurator Suwarno Wisetrotomo,<br />

Eddy berhasil menemukan persilangan sekaligus<br />

relasi pengetahuan antara empat arah<br />

mata angin dan kebudayaan Jawa sebagai titik<br />

pusatnya, segaris dengan kosmogoni agama<br />

Hindu, Kiblat Papat Limo Pancer. Manuskripmanuskrip<br />

Jawa dalam bentuk babad, kakawin,<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

SIGID KURNIAWAN/DETIKCOM<br />

kidung, serat, atau suluk, yang diposisikan<br />

sedemikian penting oleh masyarakat Jawa,<br />

jadi sumber pengetahuan dan panduan meniti<br />

kehidupan.<br />

Karya-karya Eddy Susanto memancarkan<br />

watak historisnya dengan kuat, sekaligus<br />

mendorong kesadaran terhadap identitas. Dia<br />

menunjukkan Indonesia punya sejarah panjang<br />

dan kisah sukses yang tertera dalam sejumlah<br />

artefak berbentuk manuskrip dan benda-benda<br />

lain. Pemahaman, pemaknaan, dan pembacaan<br />

yang belum banyak dilakukan mengakibatkan<br />

sumber-sumber historis itu sebelumnya seperti<br />

mengalami pembekuan. ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

KALI INI<br />

LEBIH FUN!<br />

PARA REMAJA INI LOLOS <strong>DARI</strong><br />

SARINGAN TAHAP PERTAMA.<br />

MEREKA DIHADAPKAN PADA<br />

RENCANA JAHAT LEMBAGA<br />

WCKD MENGGUNAKAN TUBUH<br />

MEREKA SEBAGAI PENANGKAL<br />

VIRUS ZOMBIE.<br />

MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: The Scorch Trials<br />

Genre: Action, Sci-Fi, Thriller<br />

Sutradara: Wes Ball<br />

Produksi: 20 th Century Fox<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Pemain: Dylan O’Brien,<br />

Kaya Scodelario, Thomas<br />

Brodie-Sangster<br />

Durasi: 2 jam 9 menit<br />

DUA belas bulan sejak Maze Runner<br />

pertama dirilis pada September 2014,<br />

duo sutradara/penulis pasangan Wes<br />

Ball dan T.S. Nowlin kembali lewat<br />

sekuelnya, Maze Runner: The Scorch Trials, yang<br />

menyajikan tantangan baru.<br />

Setelah berhasil lolos dari labirin maut di bagian<br />

akhir film pertama, para remaja yang sebelumnya<br />

kita kenal sebagai “The Gladers” ditampung<br />

di sebuah fasilitas yang dikelola ilmuwan flamboyan,<br />

Janson (Aidan Gillen). Mereka akhirnya<br />

dapat menikmati mandi air hangat, makan enak,<br />

dan tidur di tempat tidur tingkat.<br />

Namun jangan langsung percaya pada Janson<br />

MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

(mungkin kebetulan juga Gillen kerap memerankan<br />

musang licik). Ada banyak yang dia<br />

sembunyikan. Fasilitas ini ternyata milik WCKD<br />

(World In Catastrophe: Killzone Experiment<br />

Depart ment) juga, lembaga yang membuat<br />

mereka dulu amnesia, tahu-tahu terjaga di<br />

sebuah tempat antah-berantah bersama segerombolan<br />

remaja di film pertama.<br />

Thomas (Dylan O’Brien) dan kawan-kawan,<br />

remaja yang lolos ujian di tahap pertama, sekali<br />

lagi hendak dijadikan WCKD sekumpulan kelinci<br />

percobaan. Remaja di film pertama itu hanya<br />

satu kelompok. WCKD ternyata menciptakan<br />

banyak lagi kelompok, dan kini mengumpulkan<br />

mereka yang lolos ujian di tahap pertama.<br />

WCKD tengah mencari penangkal virus zombie<br />

yang telah menguasai dunia, menggunakan<br />

seluruh bagian dari tubuh mereka.<br />

Thomas dan kawan-kawan kembali harus<br />

mempertaruhkan nyawa, melarikan diri dari<br />

WCKD, melintasi gurun yang dikenal dengan<br />

nama “The Scorch” (Hangus), dan menghadapi<br />

tantangan demi tantangan demi pencarian<br />

sebuah tempat yang aman.<br />

MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

The Scorch Trials<br />

menjawab banyak<br />

pertanyaan yang<br />

tak terjawab di film<br />

pertama.<br />

The Scorch Trials merupakan<br />

adaptasi kedua dari trilogi novel James<br />

Dashner setelah Maze Runner<br />

(2014). Seperti seri pertama, sekuel<br />

ini juga disutradarai Wes Ball dan<br />

dibintangi para jagoan muda yang<br />

sebagian besar sama, yakni Dylan<br />

O’Brien, Kaya Scodelario, Thomas<br />

Brodie-Sangster, dan Ki Hong-lee.<br />

Namun sekuel ini lebih gelap, lebih<br />

suram, lebih seram, lebih dewasa,<br />

secara grafis lebih keras dibanding<br />

film pertama dan, yang penting, lebih fun!<br />

Plotnya tak memberi kita jeda untuk bernapas,<br />

bahkan dalam pergantian eksposisi. Menderap<br />

terus dengan kadar tegang yang terjaga.<br />

Lanskapnya spektakuler, termasuk latar belakang<br />

kota yang tinggal puing-puing. Gambaran<br />

masa depan yang bagai mimpi buruk dengan<br />

masyarakat dystopia, tanpa harapan. Peradaban<br />

yang jauh dari ideal, hidup di atas reruntuhan<br />

peradaban sebelumnya.<br />

Yang layak dipuji, The Scorch Trials menjawab<br />

banyak pertanyaan yang tak terjawab di film<br />

pertama. Film ini juga enak ditonton, walau<br />

materinya seperti gado-gado, campuran Mad<br />

Max, Pacific Rim, dan Running Dead, dengan<br />

ending yang dibiarkan menggantung. Satu<br />

lagi, rasa seperti menonton real video game<br />

memang tak terhindarkan walau film ini bukan<br />

MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

diangkat dari video game. Jangan-jangan nanti<br />

setelah setahun bisa minta untuk log-in lagi,<br />

lalu beli token lagi agar bisa tetap bermain.<br />

Aktor-aktor mudanya bermain bagus. Sementara<br />

itu, aktor dewasa, yang sebagian<br />

besar disosokkan jahat, semua dimainkan oleh<br />

nama-nama yang tanpa cacat di panggung<br />

teater, seperti Patricia Clarkson, Gillen, dan Lili<br />

Taylor. Aidan Gillen sukses sebagai sosok yang<br />

menyebalkan.<br />

The Scorch Trials adalah transisi final menuju<br />

film perang. Tinggal kita harap-harap cemas,<br />

apakah Maze Runner: The Death Cure (2017) nanti<br />

bakal mengurangi kegilaannya? ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015


FILM PEKAN INI<br />

LILY BUNGA<br />

TERAKHIRKU<br />

TURA kecil menyaksikan perampok mendatangi rumahnya<br />

dan memperkosa sang ibu lalu membunuhnya. Rasa<br />

bersalah karena tak bisa menolong ibunya membuat<br />

hidup Tura hanya memiliki satu tujuan, yaitu berdedikasi<br />

terhadap sang ibu dengan memburu para pemerkosa dan<br />

menjadikannya pupuk agar kebun bunga sang ibu bisa tetap terjaga<br />

indah.<br />

JENIS FILM: ROMANCE,<br />

THRILLER | PRODUSER:<br />

NININ MUSA | SUTRADARA:<br />

INDRA BIROWO | PENULIS:<br />

PRIESNANDA DWISATRIA,<br />

ILYA SIGMA | PRODUKSI: 700<br />

PICTURES| DURASI: 83 MENIT<br />

THE TRANSPORTER<br />

REFUELED<br />

VERSI baru dari sosok Frank Martin (Ed Skrein), pria yang sangat ahli<br />

dalam mengendarai mobil. Keahlian ini dimanfaatkan Frank untuk<br />

mencari uang dari jasa “pengiriman barang”. Frank akan melakukan<br />

pengiriman apa pun demi uang.<br />

Anna (Loan Chabanol) dan kedua temannya menggunakan jasa<br />

Frank untuk sebuah pekerjaan. Belakangan, Frank baru menyadari telah dimanfaatkan.<br />

Kini dia harus bisa lolos dan menyelamatkan nyawa sang ayah<br />

yang tengah disandera.<br />

JENIS FILM: ACTION,<br />

CRIME, THRILLER |<br />

PRODUSER: LUC BESSON<br />

| SUTRADARA: CAMILLE<br />

DELAMARRE | PENULIS:<br />

BILL COLLAGE, ADAM<br />

COOPER | PRODUKSI:<br />

VVS FILMS| DURASI: 95<br />

MENIT<br />

EVERLY<br />

EVERLY (Salma Hayek) terjebak dalam sebuah<br />

apartemen dengan keadaan semua orang ingin<br />

membunuhnya. Seorang bos mafia menginginkannya<br />

mati. Satu per satu para pembunuh datang<br />

menyasarnya. Mampukah Everly bertahan dan keluar<br />

dari apartemen dengan selamat?<br />

JENIS FILM: ACTION, THRILLER |<br />

PRODUSER: ROB PARIS, ANDREW<br />

PFEFFER, ADAM RIPP, LU<strong>KE</strong><br />

RIVETT | SUTRADARA: JOE<br />

LYNCH | PENULIS: YALE HANNON<br />

| PRODUKSI: RADIUS-TWC |<br />

DURASI: 90 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


AGENDA<br />

KULIAH<br />

UMUM:<br />

SAYA DAN<br />

SENI LUKIS<br />

INDONESIA<br />

Pembicara: Srihadi Soedarsono<br />

SELASA, 15 SEPTEMBER 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />

Serambi Salihara<br />

STAGE EMPIRE<br />

KRISDAYANTI<br />

17 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />

22.00 WIB<br />

Colosseum Club, Jalan Kunir<br />

Nomor 7, Jakarta Barat<br />

Promotor: Colosseum Club<br />

KINA GRANNIS<br />

ELEMENTS TOUR<br />

LIVE IN JAKARTA<br />

16 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />

20.00 WIB<br />

Skenoo Hall, Gandaria City, Jakarta<br />

Selatan<br />

Promotor: Creon Asia<br />

UNPLUG SERIES<br />

FEAT. TULUS AND<br />

BONITA & THE HUS<br />

BAND<br />

18 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />

20.00 WIB<br />

EFEK RUMAH<br />

KACA “PASAR BISA<br />

DIKONSERKAN”<br />

18 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />

18.00 WIB<br />

Balai Sartika (Bikasoga), Bandung<br />

Promotor: Accellera Entertainment<br />

Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta<br />

Promotor: Garuda Organizer<br />

FESTIVAL OF<br />

THE ANTILLES<br />

19 SEPTEMBER 2015,<br />

PUKUL 17.00 WIB<br />

Erasmus Huis, Jakarta<br />

SABA TRIBUTE<br />

TO NTT (TIMOR<br />

TANAH ASALKU)<br />

SILENT SIREN LIVE IN<br />

JAKARTA<br />

19 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />

18.00 WIB<br />

Upper Room, Jakarta<br />

Promotor: TEC Action Indonesia<br />

Oleh Marthin, Denny, Ivan, dan Carlo Saba<br />

SABTU, 19 SEPTEMBER 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />

Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />

SETAPAK JEJAK DEWATA<br />

Oleh Berto Pah, Mia Ismi, dan VocaGroove<br />

MINGGU, 20 SEPTEMBER 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />

Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />

MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!