Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong> <strong>DARI</strong> <strong>MIRA</strong> W. <strong>KE</strong> <strong>ASMA</strong> <strong>NADIA</strong><br />
EDISI 198 | 14 - 20 SEPTEMBER 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 198 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />
TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTI<strong>KE</strong>L<br />
FOKUS<br />
PERJAMUAN<br />
SETYA-TRUMP<br />
DEMI SIAPA<br />
SEMINGGU SETELAH SETYA NOVANTO<br />
BERTEMU DONALD TRUMP, TRUMP<br />
MENANDATANGANI <strong>KE</strong>RJA SAMA BISNIS<br />
DENGAN HARY TANOE DI LIDO, BOGOR.<br />
NASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n NING SURABAYA <strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong><br />
n MENUNDA PROYEK SERBA-10 RIBU<br />
INTERNASIONAL<br />
n GETOK TULAR JERAT MANGSA<br />
KRIMINAL<br />
n MISTERI JEJAK DI BALKON 1506<br />
EKONOMI<br />
n ADA DI MANA NEGARA ARAB<br />
n NOL SEMPURNA UNTUK MARIAM<br />
n YANG DICACI YANG DICARI<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n PENEBAR MIMPI DI TEPI KALI<br />
INTERVIEW<br />
n ZULKIFLI HASAN: <strong>KE</strong>NAPA <strong>RISMA</strong> HARUS DIBOIKOT?<br />
SELINGAN<br />
n <strong>KE</strong>RETA CEPAT TAK AKAN LEWAT<br />
n BEDA <strong>KE</strong>RETA, BEDA NASIB<br />
n CUMA 2 JAM <strong>KE</strong> SURABAYA<br />
n TAK ADA PELETAKAN BATU PERTAMA<br />
n MEMBUKA TRANS-YOGI DAN NAROGONG<br />
BISNIS<br />
n BEREBUT PENONTON BON JOVI<br />
KOLOM<br />
n MELINDUNGI GAMBUT-MENGATASI <strong>KE</strong>BAKARAN<br />
RUMAH<br />
n RUMAH BERFILOSOFI BAMBANG SUSANTONO<br />
n NOVELIS LEGEN<strong>DARI</strong>S<br />
LENSA<br />
MUSIK<br />
n DARURAT ASAP<br />
n BON JOVI, YOU ROCK!<br />
PEOPLE<br />
PAMERAN<br />
n EROS TJOKRO | INDAH NADA PUSPITA | THOMAS SUAREZ<br />
n ESTETIKA BARU NASKAH KUNO<br />
n KALI INI LEBIH FUN!<br />
GAYA HIDUP<br />
n KATALOG<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n <strong>KE</strong>NANGAN LEWAT FURNITUR VINTAGE<br />
n MENYEPI DI GILI AIR<br />
n LEZATNYA MASAKAN PERANAKAN<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />
Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry<br />
Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim<br />
Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari,<br />
Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja,<br />
Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Ilustrator: Kiagus Auliansyah, Edi<br />
Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
DARURATASAP<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Kebakaran hutan yang meluas hingga menjadi ratusan titik api di sebagian Sumatera menjadi persoalan serius. Presiden Joko Widodo langsung<br />
meninjau lokasi dan meminta kepolisian menindak tegas perusahaan yang melanggar peraturan.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
LENSA<br />
Anggota TNI mengenakan kacamata renang saat memadamkan kebakaran hutan di Kampar, Riau, Rabu (8/9). (Y.T. Haryono/REUTERS)
LENSA<br />
Presiden Jokowi saat meninjau salah satu titik api di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Minggu (6/9). (Bagus Prihantoro/DETIKCOM)
LENSA<br />
Kebakaran hutan di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (10/9). (Beawiharta/REUTERS)
LENSA<br />
Bom air dilepaskan dari helikopter Mi-17 milik TNI ke titik api di Sumatera Selatan, Kamis (10/9). (Beawiharta/REUTERS)
LENSA<br />
Mahasiswa di Riau memasangkan masker dan meletakkan replika kue tar "18 Tahun Asap Riau" dengan latar belakang pesawat Hercules yang<br />
tengah melintas di tengah kabut asap di Tugu Zapin, Pekanbaru, Riau, Senin (7/9). (Rony Muharrman/ANTARA FOTO)
LENSA<br />
Petugas Apron Movement Control Bandara Sultan Thaha, Jambi, mengecek kondisi pesawat Susi Air jenis Cessna 208-B Caravan yang diparkir di<br />
landas pacu yang diselimuti kabut asap di Jambi, Kamis (3/9). (Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO)
NASIONAL<br />
NING SURABAYA<br />
<strong>PENANTANG</strong> <strong>RISMA</strong><br />
“POKO<strong>KE</strong> NOTO SUROBOYO LUWEH APIK,”<br />
BEGITU JANJI LUCY.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Pasangan Rasiyo dan<br />
Lucy Kurniasari (tengah)<br />
didampingi perwakilan<br />
partai pengusung saat<br />
mendaftar ke KPUD<br />
Surabaya, Jawa Timur,<br />
Selasa (8/9).<br />
TRI SP/ANTARA FOTO<br />
MENUMPANG mobil kelinci warnawarni,<br />
Rasiyo dan Lucy Kurniasari<br />
resmi mendaftar sebagai calon<br />
Wali Kota dan Wakil Wali Kota<br />
Surabaya ke Komisi Pemilihan Umum setempat<br />
pada Selasa, 8 September, siang. Pasangan<br />
yang berpakaian putih-putih itu beranjak dari<br />
Gedung Gelora Pancasila dengan dikawal ratusan<br />
pendukungnya.<br />
Sejumlah petinggi partai pengusung,<br />
Demokrat dan Partai Amanat Nasional, tak<br />
ketinggalan mengantar pasangan tersebut.<br />
Bahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan<br />
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno serta<br />
Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan dan Ketua<br />
Badan Pembinaan Organisasi, Keanggotaan,<br />
dan Kaderisasi Partai Demokrat Pramono Edhie<br />
Wibowo.<br />
Kepala Badan Pemenangan Pemilu Demokrat,<br />
Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, sebelumnya<br />
dijadwalkan ikut mengantar. Namun<br />
putra bungsu Ketua Umum Demokrat Susilo<br />
Bambang Yudhoyono itu akhirnya tidak muncul<br />
lantaran ada tugas lain dari partai.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Rasiyo berpasangan<br />
dengan Dhimam Abror,<br />
tapi gagal. Rasiyo akhirnya<br />
berpasangan dengan Lucy<br />
Kurniasari.<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
“Ibas harus menyiapkan hari ulang tahun ke-<br />
14 Partai Demokrat di Jakarta,” kata Pramono,<br />
menjelaskan ketidakhadiran Ibas.<br />
Dengan majunya pasangan Rasiyo-Lucy,<br />
pemilihan kepala daerah di ibu kota Provinsi<br />
Jawa Timur itu berpeluang digelar bersamaan<br />
jadwal pilkada serentak, 9 Desember 2015.<br />
Sebab, sebelumnya, calon lawan pasangan Tri<br />
Rismaharini (Risma)-Wisnu Sakti Buana yang<br />
sudah mendaftar sejak awal selalu berguguran.<br />
Undang-Undang Pemilihan Gubernur, Bupati,<br />
dan Wali Kota mengatur pilkada harus<br />
diikuti sedikitnya dua pasang calon. KPU pun<br />
mengeluarkan Peraturan Nomor 12 Tahun<br />
2015 tentang Pencalonan dalam Pilkada untuk<br />
mengatur perpanjangan waktu pendaftaran<br />
bagi daerah yang pasangan calonnya kurang<br />
dari dua. Jika pasangan calon tetap satu atau<br />
tunggal, pilkada di daerah itu ditunda ke jadwal<br />
pilkada serentak berikutnya, Februari 2017.<br />
Alhasil, pasangan calon petahana (incumbent)<br />
di Surabaya itu pun terancam gagal ikut<br />
pilkada serentak tahun ini. Padahal sempat<br />
muncul Koalisi Majapahit untuk menantang<br />
Risma-Wisnu, yang diusung Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan. Koalisi ini beranggotakan<br />
Partai Demokrat, Gerindra, PAN, Partai<br />
Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera,<br />
dan Golkar. Tapi, sejak dibentuk hingga bubar,<br />
koalisi ini tidak memunculkan nama pasangan.<br />
Di masa perpanjangan waktu, 1-3 Agustus<br />
lalu, muncul pasangan Dhimam Abror Djuraid-<br />
Haries Purwoko, yang diusung Demokrat dan<br />
PAN. Keduanya pun sempat datang ke KPUD<br />
Surabaya untuk mendaftar. Sayang, setelah<br />
menyerahkan sejumlah persyaratan, Haries<br />
menghilang. Ia tak kunjung muncul dan menandatangani<br />
sejumlah dokumen, sehingga<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Pasangan Tri<br />
Rismaharini dan Wisnu<br />
Sakti Buana saat<br />
menjalani tes kesehatan<br />
di Surabaya, Minggu<br />
(26/7).<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
pasangan ini pun batal melawan Risma-Wisnu.<br />
Setelah ditinggal “minggat” pasangannya,<br />
Abror kemudian disandingkan dengan Rasiyo.<br />
Namun kali ini Rasiyo yang jadi calon wali kota,<br />
sementara Abror jadi wakilnya. Pasangan Rasiyo-Abror<br />
mendaftar pada Selasa, 11 Agustus<br />
2015, hanya 30 menit sebelum KPU menutup<br />
pendaftaran yang sudah diperpanjang kedua<br />
kalinya itu.<br />
Tapi pencalonan pasangan itu pun menemui<br />
batu sandungan. Panitia Pengawas Pemilu<br />
Kota Surabaya menemukan masalah pada berkas<br />
dokumen pendaftaran Rasiyo-Abror. Surat<br />
rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat PAN<br />
yang dikirim melalui surat elektronik, yang<br />
kemudian dipindai, dianggap tidak asli.<br />
KPUD Surabaya lalu membuka lagi perpanjangan<br />
waktu pendaftaran untuk ketiga<br />
kalinya, pada 8-10 September, sehingga koalisi<br />
Demokrat-PAN bisa mendaftarkan calon pengganti.<br />
Selain Rasiyo-Lucy, sebenarnya pasangan<br />
Syamsul Arifin-Warsito, yang diusung PKB,<br />
Partai Hanura, dan Golkar, sempat akan mendaftar.<br />
Namun gagal lantaran tidak mendapat<br />
surat rekomendasi dari Golkar kubu Aburizal<br />
Bakrie.<br />
Sebelum terpilih untuk mendampingi Rasiyo,<br />
nama Lucy sebenarnya belum pernah muncul.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Karena calon<br />
(lawan)-nya memang<br />
berat. Kalau ringan,<br />
tentu banyak yang mau<br />
(maju).<br />
Zulkifli Hasan<br />
Justru ada dua nama lain sebagai kandidat. “Hanya<br />
ada nama Esty Martiana Rachmie, mantan<br />
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dan<br />
mantan Rektor Universitas Muhammadiyah<br />
Surabaya saat rapat (koalisi),” ujar Pelaksana<br />
Tugas Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai<br />
Demokrat Surabaya, Hartoyo, Kamis pekan<br />
lalu.<br />
Dua nama itu lalu dibawa ke DPP partai.<br />
Namun yang muncul justru nama Lucy. Belakangan<br />
diketahui, dua nama yang diusulkan<br />
itu enggan maju. “Nama Bu Lucy<br />
muncul dari komunikasi-komunikasi di<br />
pusat. Kami tidak tahu, pusat sudah<br />
menentukan dan final. Saya jajaran<br />
di bawah melaksanakan saja,” tutur<br />
Hartoyo.<br />
Ketua DPC PAN Kota Surabaya,<br />
Surat, juga menyebut nama Lucy<br />
muncul dari instruksi DPP, yang<br />
kemudian dikonsolidasikan ke dewan<br />
pimpinan wilayah hingga pengurus tingkat<br />
bawah. Kendati nama Lucy sempat tidak<br />
diperhitungkan, Surat menilai Rasiyo-Lucy bukan<br />
pasangan “ecek-ecek”. Latar belakang Rasiyo<br />
sebagai birokrat juga mumpuni. Ia adalah<br />
mantan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi<br />
Jawa Timur terlama.<br />
“Tentu sangat memahami birokrasi dan tata<br />
kelola pemerintahan,” ucap Surat.<br />
Sedangkan Lucy dinilai memiliki pengalaman<br />
politik karena pernah menjadi anggota Fraksi<br />
Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat periode<br />
2009-2014. Lucy juga cukup dikenal warga<br />
Kota Pahlawan karena pernah menjadi Ning<br />
Surabaya di ajang pemilihan “Cak dan Ning<br />
Surabaya” pada 1986. Belum lagi peng alaman<br />
bisnisnya sebagai direktur utama sejumlah perusahaan,<br />
seperti PT Kurnia Mandiri Surabaya<br />
dan PT Exatama Surya Cipta Surabaya.<br />
Zulkifli Hasan mengakui, dalam menghadapi<br />
Risma-Wisnu, peluang Rasiyo-Lucy untuk<br />
menang lebih kecil ketimbang calon petahana.<br />
“Karena calon (lawan)-nya memang berat.<br />
Kalau ringan, tentu banyak yang mau (maju),”<br />
katanya. (baca: Interview Zulkifli Hasan)<br />
Adapun Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais<br />
menyebut majunya pasangan tersebut bukan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Pasangan Tri Rismaharini<br />
dan Wisnu Sakti Buana<br />
diantar kader PDI<br />
Perjuangan saat mendaftar<br />
ke KPUD Surabaya.<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
semata mencari kemenangan, melainkan ingin<br />
menyelamatkan proses demokrasi agar pilkada<br />
tidak perlu ditunda. “Menyelamatkan kebutuhan<br />
publik itu lebih utama daripada menangkalah,”<br />
ujar Hanafi saat ditemui di gedung DPR.<br />
Meski begitu, majunya Rasiyo-Lucy diapresiasi<br />
kubu Risma-Wisnu. Juru bicara tim<br />
kampanye Risma-Wisnu, Didik Prasetiyono,<br />
mengatakan, didaftarkannya pasangan Rasiyo-<br />
Lucy, bakal memastikan hak warga Surabaya<br />
bisa memilih pemimpinnya pada 9 Desember<br />
mendatang.<br />
“Rasiyo-Lucy merupakan lawan tanding yang<br />
tangguh untuk Risma-Wisnu, dan PDI Perjuangan<br />
berharap kontestasi di pilkada berlangsung<br />
menarik dan banyak memberi pendidikan politik<br />
kepada pemilih,” tutur Didik melalui siaran<br />
pers, Selasa pekan lalu.<br />
Munculnya pasangan penantang Risma itu<br />
memang memunculkan antusiasme warga<br />
Surabaya untuk memberikan suaranya. Adelina<br />
salah satunya. Ibu satu orang putra itu bertekad<br />
kembali memilih Risma meski ada calon<br />
lain yang menawarkan hal berbeda. “Aku pilih<br />
yang pasti-pasti aja deh,” ucap warga Benowo,<br />
Surabaya Barat, itu.<br />
Perempuan yang disapa Adek ini mengakui<br />
Lucy bakal menarik minat pemilih karena<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Arak-arakan pendukung<br />
pasangan Rasiyo-Lucy<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
kecantikannya. Namun ia tetap akan memilih<br />
yang sudah terbukti kinerjanya. “Risma sudah<br />
terbukti,” katanya.<br />
Saat diwawancarai majalah detik, Jumat, 11<br />
September lalu, Lucy emoh jika disebut hanya<br />
mengandalkan wajah cantiknya untuk menggaet<br />
pemilih. “Nek ayu tok njoboe ae, enggak<br />
ayu (kalau cantik luar saja, tidak cantik) dalam<br />
hatinya, kan enggak bagus. Jadi cantik itu harus<br />
luar-dalam,” ujar dia.<br />
Lucy pun berjanji akan lebih mempercantik<br />
Surabaya jika bisa menang dalam pilkada. Ia<br />
akan menata kota mulai dari kawasan pinggiran.<br />
“Pokoke noto Suroboyo luweh apik (pokoknya<br />
menata Surabaya lebih baik lagi),” begitu<br />
janji Lucy.<br />
Untuk menggaet pemilih, kubunya akan<br />
menganalisis permasalahan dan merumuskan<br />
penyelesaiannya melalui kampanye simpatik.<br />
Dan pilkada Surabaya memang selalu menarik<br />
untuk disimak. n<br />
DEDEN G., ROIS JAJELI (SURABAYA), JAFFRY PRABU, SUDRAJAT | DIM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
ZULKIFLI HASAN:<br />
<strong>KE</strong>NAPA<br />
<strong>RISMA</strong><br />
HARUS<br />
DIBOIKOT?<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
AGAR TRI <strong>RISMA</strong>HARINI TETAP BERPELUANG TERUS MEMIMPIN SURABAYA,<br />
PAN DAN DEMOKRAT MENGAJUKAN RASIYO-LUCY KURNIASARI. APA<br />
KOMPENSASINYA?<br />
SUKSES memimpin Surabaya tak membuat<br />
langkah Tri Rismaharini mencoba melanjutkan<br />
kepemimpinannya berlangsung mulus.<br />
Popularitas dan kinerjanya yang moncer<br />
nyaris tersandung hanya karena ketiadaan<br />
pasangan calon lain sebagai penantang. Menyadari<br />
ada upaya dari pihak-pihak tertentu<br />
untuk memboikot Risma kembali memimpin<br />
Surabaya, Zulkifli Hasan turun tangan langsung.<br />
Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu<br />
mengawal langsung proses pendaftaran duet<br />
Rasiyo-Lucy Kurniasari, yang diusungnya bersama<br />
Partai Demokrat, ke Komisi Pemilihan<br />
Umum Daerah Surabaya sebagai calon Wali<br />
Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya pada<br />
Selasa, 8 September 2015. Komitmen serupa<br />
diperlihatkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat<br />
Hinca Panjaitan, yang turut hadir di<br />
sana.<br />
“Kami tidak mau ini gagal. Kenapa? La,<br />
kalau itu sampai harus ditunda ke 2017, akan<br />
sangat merugikan rakyat Surabaya,” kata Zulkifli<br />
saat berbincang dengan majalah detik,<br />
sehari sebelum ia terbang ke Surabaya, di<br />
ruang kerjanya, lantai 13 gedung Nusantara<br />
III, kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta.<br />
Prestasi dan kinerja Risma selama lima<br />
tahun memimpin Surabaya, kata dia, perlu<br />
diapresiasi dengan memberi kesempatan<br />
melanjutkan kepemimpinannya untuk<br />
lima tahun ke depan. Karena itu, harus ada<br />
pasangan calon lain agar Risma bisa benarbenar<br />
mengikuti pemilihan wali kota secara<br />
demokratis.<br />
Pada bagian lain, Zulkifli kembali menjelaskan<br />
ihwal keputusan PAN menyokong<br />
sepenuhnya pemerintahan Jokowi. Menurut<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Video<br />
dia, sikap itu bukan berarti menjalankan<br />
politik dua kaki atau poligami seperti disebut<br />
para analis politik. Untuk mengetahui lebih<br />
terperinci argumentasinya, simak petikan<br />
perbincangannya berikut ini.<br />
Seberapa serius PAN dan Demokrat<br />
mengikuti pemilihan Wali Kota Surabaya<br />
menantang Risma?<br />
Besok saya akan ke Surabaya untuk mengawal<br />
langsung. Bahwa PAN sangat serius<br />
agar pilkada Surabaya bisa berjalan dengan<br />
baik. Saya akan datang bersama Sekjen PAN,<br />
bawa stempel, kertas dengan kop surat (partai).<br />
Kami tidak mau ini gagal. Kenapa? La,<br />
kalau itu sampai harus ditunda ke 2017, akan<br />
sangat merugikan rakyat Surabaya. Mbok<br />
ya politiknya politik kebangsaan, jangan<br />
pragmatis, jangka pendek. Kan Ibu Risma itu<br />
bagus, berhasil. Politiknya kebangsaan, tidak<br />
memilih kelompok atau golongan tertentu,<br />
siapa saja. Agar Surabaya maju, dibangun.<br />
Kalau bagus dan berprestasi seperti itu, kenapa<br />
harus diboikot?<br />
Seberapa optimistis calon Anda dan<br />
Demokrat bisa mengimbangi Risma?<br />
Ya, tentu tidak mudah, wong Ibu Risma<br />
top banget. Hasil surveinya, 80 persen (unggul),<br />
tapi kita kan harus coba, berusaha. Jadi<br />
peluang kami tidak besar karena lawannya<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Ya, tentu tidak<br />
mudah, wong Ibu<br />
Risma top banget.<br />
Hasil surveinya, 80<br />
persen (unggul), tapi<br />
kita kan harus coba,<br />
berusaha.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
memang berat. Kalau lawannya ringan, tentu<br />
banyak yang mau (maju menjadi penantang).<br />
Jadi kemungkinan menang kami lebih kecil,<br />
kemungkinan kalah lebih besar. Itu keniscayaan<br />
karena lawannya memang bagus.<br />
Kalau pasti kalah, kenapa harus maju?<br />
Kenapa syarat calon independen tidak<br />
dipermudah atau biarkan Risma melawan<br />
kotak kosong?<br />
Nah, penyempurnaan undang-undang semacam<br />
itu nanti, monggo didiskusikan DPR<br />
dengan pemerintah. Tapi sekarang jangan<br />
sampai ada penundaan, apalagi itu terkait<br />
calon yang bagus, berprestasi. (Penundaan)<br />
kan enggak bagus. Kalau calon petahana itu<br />
gagal (prestasinya tidak bagus), ya enggak<br />
apa-apa (pilkada) ditunda. Tapi ini (Ibu Risma)<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Terkait keputusan PAN mendukung<br />
pemerintah, Anda dinilai menerapkan<br />
politik dua kaki karena menyatakan tak<br />
berpisah dengan KMP....<br />
Ah, enggak ada itu politik dua kaki atau<br />
poligami segala, ada-ada saja. Apa yang dijalankan<br />
PAN itu adalah politik jalan tengah,<br />
karena kami menilai kubu-kubuan itu sudah<br />
tidak relevan lagi. Tak ada lagi itu Koalisi Merah<br />
Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat<br />
(KIH). Kelompok-kelompok itu, ah, saya kira…<br />
sudahlah, kita semua harus mengutamakan<br />
kepentingan negara.<br />
Zulkifli Hasan datang untuk<br />
memberikan keterangan<br />
kepada Koalisi Merah Putih.<br />
Pertemuan itu antara lain<br />
dihadiri Ketua Umum Partai<br />
Gerindra Prabowo Subianto<br />
dan Ketua Umum Golkar<br />
Aburizal Bakrie di Jakarta,<br />
Kamis (3/9).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
kan bagus, tapi enggak ada lawan, terus kok<br />
ditunda.<br />
Secara nasional, Anda menargetkan<br />
PAN menguasai berapa daerah?<br />
Kami mengalir saja. Tapi, dari 269 pilkada,<br />
PAN ikut di 240 pilkada. Koalisinya tentu<br />
bermacam-macam, kan di daerah enggak<br />
ada KMP-KIH….<br />
Anda tak khawatir suara PAN akan<br />
anjlok karena sikap yang oleh sebagian<br />
kalangan dinilai mencla-mencle itu?<br />
Sekali lagi saya katakan, bagi PAN itu tidak<br />
(ada) lagi KMP dan KIH, sudahlah. Itu sudah<br />
cukup, tidak tepat lagi. Kalau di Thailand ada<br />
Kaus Kuning, Kaus Merah, sudah… jangan<br />
begitulah, cukup. Bahwa nanti setelah Pemilu<br />
(2019) yang akan datang, bisa cair lagi kan.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Sekarang berhentilah (bikin) gaduh. Kita fokus dulu<br />
bekerja bersama-sama untuk pemulihan ekonomi.<br />
Masak mau meributkan MD3 lagi, nanti rakyat<br />
tambah antipati.<br />
Zulkifli Hasan<br />
FENY SELLY/ANTARA FOTO<br />
Apa sebetulnya momen yang membuat<br />
Anda sampai pada kesimpulan demikian?<br />
Ya, kondisi bangsa sekarang ini. Politik juga<br />
harus dirasakan kehadirannya di tengah-tengah<br />
rakyat. KMP kan selama ini mendukung<br />
terus semua kebijakan (pemerintah).<br />
Ya sudah, kalau mendukung terus, masuk<br />
saja ke pemerintah agar memberi sinyal kuat<br />
kepada publik bahwa pemerintahan ini kuat,<br />
mayoritas. Di parlemen juga didukung. Jadi<br />
kita bertanggung jawab, enggak hitam-putih<br />
kan karena langsung bersama pemerintah.<br />
Dengan itu, saya berharap memberikan sinyal<br />
positif terhadap pelaku pasar, para investor,<br />
negara-negara sahabat, dan segenap rakyat<br />
Indonesia tentunya bahwa pemerintah ini<br />
kuat, mayoritas, jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan.<br />
Ada partai lain yang akan menyusul<br />
mengikuti langkah Anda?<br />
Justru kami berharap semua yang bergabung<br />
di KMP itu bersama-sama menghadapi<br />
situasi seperti sekarang ini. Pilihannya kan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Zulkifli Hasan dan Ketua<br />
Umum Partai Gerindra<br />
Prabowo Subianto tiba di<br />
Menara Epicentrum, Jakarta,<br />
Kamis (3/9).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
pemerintahan ini jatuh atau pemerintahan<br />
stabil. Itu saja! Kalau semua sepakat, kan<br />
katanya KMP juga mendukung pemerintah,<br />
ya ayo, jangan tanggung-tanggung masuk,<br />
brek. PAN enggak mau tanggung-tanggung.<br />
Jadi kami enggak separuh-separuh. Iya, kan?<br />
Jelas. Dan itu koalisi pemerintah sebutannya,<br />
enggak ada lagi sebutan koalisi-koalisi lain.<br />
Dalam pertemuan dengan pimpinan<br />
KMP pada Jumat (4 September 2015), bagaimana<br />
respons mereka atas penjelasan<br />
Anda?<br />
Alhamdulillah... teman-teman menghargai<br />
pendapat, sikap, dan keputusan PAN. Mereka<br />
menghormati, sudah matang, sudah dewasa<br />
tokoh-tokoh kita itu. Apalagi Pak Prabowo,<br />
Pak Aburizal, Pak Anis Matta matang sekali,<br />
sangat negarawan.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
meributkan MD3 (Undang-Undang Nomor<br />
17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan<br />
DPRD) lagi. Saya kira, itu nanti rakyat akan<br />
tambah antipati. Sekarang bagaimana supaya<br />
kehadiran partai politik itu terasa oleh rakyat<br />
di tengah harga-harga yang melambung.<br />
Siapa yang lebih aktif dalam proses<br />
bergabungnya PAN ke pemerintah?<br />
Ya, kami sama-samalah. Kami sama-sama<br />
melihatnya kepentingan NKRI.<br />
Presiden Joko Widodo bersama<br />
Zulkifli Hasan (kedua dari kiri),<br />
Ketua Majelis Pertimbangan<br />
PAN Soetrisno Bachir (kiri),<br />
serta Ketua Umum Partai<br />
Hanura Wiranto memberikan<br />
keterangan pers terkait<br />
bergabungnya PAN dengan<br />
koalisi partai pendukung<br />
pemerintah, Jakarta, Rabu<br />
(2/9).<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
Ada yang mempersoalkan posisi Anda<br />
sebagai Ketua MPR? Kan berkat KMP….<br />
Saya katakan tadi, mereka sangat negarawan,<br />
memahami posisi PAN.<br />
Perubahan peta koalisi ini juga akan<br />
mengarah pada perubahan UU MD3 terkait<br />
reposisi pimpinan DPR/MPR?<br />
Aduh... untuk sekarang ini berhentilah (bikin)<br />
gaduh. Kita fokus dulu bekerja bersamasama<br />
untuk pemulihan ekonomi. Masak mau<br />
Apa peran Pak Wiranto, kok ikut bersama<br />
Anda bertemu dengan Presiden<br />
Jokowi?<br />
Ya, beliau menemani saja.<br />
Tak ada kaitan dengan pergeseran kursi<br />
kabinet dari Hanura?<br />
Jangan suuzon, deh. Urusan menteri, itu<br />
kan Presiden. Kalau PAN suruh bantu, ya siap.<br />
Ada yang menyebut merapatnya PAN<br />
ke pemerintah antara lain untuk melin-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Zulkifli Hasan berjabat tangan<br />
dengan Ketua Umum Pengurus<br />
Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil<br />
Siradj didampingi Sekretaris<br />
Jenderal NU Helmy Faishal saat<br />
kunjungan silaturahmi di gedung<br />
PB NU, Jakarta, beberapa waktu<br />
lalu.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />
dungi Anda dari kasus hukum sewaktu<br />
jadi Menhut?<br />
Ya... kalau fitnah itu mbok jangan keterlaluan.<br />
Apalagi katanya disebut terkait Pertamina<br />
(Foundation). CSR Pertamina (penanaman<br />
100 juta pohon) itu kan kerja sendiri, dana<br />
sendiri, enggak ada urusannya dengan saya<br />
dan Dephut. Ada disebut katanya saya diperiksa<br />
Buwas (Komjen Budi Waseso, saat itu<br />
Kepala Bareskrim) terkait Pertamina menanam<br />
pohon, apa urusannya? Saya tidak kenal<br />
Buwas, enggak pernah diperiksa. Malah saya<br />
termasuk yang tidak setuju dia diganti untuk<br />
saat sekarang ini, ketika sedang emosional.<br />
Kalau mau mengganti, saran saya sih ya<br />
tunggu yang lebih pas, biar tidak terkesan dicopot,<br />
tapi memang benar-benar pergantian<br />
biasa.<br />
Orang yang bilang saya tersangkut hukum<br />
itu, kalau dia sakit hati sama Jokowi, ya jangan<br />
bawa-bawa nama sayalah. Komplain saja<br />
langsung. Saya kan bukan presiden, yang<br />
bisa mengangkat seseorang menjadi menteri<br />
atau tidak. Bisa saja saya adukan orang itu,<br />
tapi ya sudahlah, anggap saja orang sakit.<br />
Bagaimana kondisi riil ekonomi kita<br />
menurut pengamatan Anda?<br />
Berat ya, meski tak seberat 1997-1998.<br />
Saya ke Surabaya mendapat laporan pabrikpabrik<br />
yang sebelumnya memberlakukan<br />
operasi untuk tiga shift, sekarang cuma dua<br />
shift, misalnya. Yang sebelumnya dua shift<br />
tinggal satu shift. Dan yang satu shift sudah<br />
merumahkan sebagian pegawai, buruh, atau<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
pekerjanya. Jadi berat. Ibu-ibu yang biasanya<br />
sering beli baju atau bedak sekarang sudah<br />
enggak lagi karena harganya sudah melambung.<br />
Semua pengusaha, tanya deh, enggak<br />
ada yang enggak mengeluh dengan situasi<br />
dan kondisi sekarang ini. Karena itu, saatnya<br />
kita bersama-sama ikut memikirkan perbaikan<br />
ini.<br />
CSR Pertamina (penanaman 100 juta pohon) itu kan<br />
kerja sendiri, dana sendiri, enggak ada urusannya<br />
dengan saya dan Dephut.<br />
AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO<br />
Kehadiran Direktur Eksekutif IMF kemarin<br />
menjadi sinyal tertentu....<br />
Kondisi kita sekarang ini jauh lebih baik<br />
dari 1998. Kondisi politik pada 1998 itu kan<br />
juga tidak sebaik sekarang, kocar-kacir. Dari<br />
pengalaman itulah, ketika menghadapi situasi<br />
ekonomi yang bergejolak, kondisi politik harus<br />
dikuatkan. Kami masuk ke pemerintah itu<br />
antara lain untuk memberikan sinyal positif,<br />
bahwa pemerintahan ini kuat, kompak. Jadi<br />
jangan coba-coba mengganggu Indonesia. Sinyal<br />
itu penting.<br />
Pak Amien Rais mengajak perlunya Dialog<br />
Nasional, seberapa urgen menurut<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Zulkifli Hasan mengantar<br />
langsung pendaftaran pasangan<br />
calon Wali Kota-Wakil Wali Kota<br />
Surabaya Rasiyo-Lucy Kurniasari<br />
ke KPU Surabaya.<br />
DETIKCOM<br />
Anda?<br />
Saya kira penting, ya, karena ini kan negara<br />
kita. Saya baru terima perwakilan-perwakilan<br />
serikat buruh. Kadang teman-teman buruh<br />
punya persepsi beda, terjadi miskomunikasi.<br />
Misalnya, akan jatuhkan Jokowi karena dianggap<br />
akan memasukkan 10 juta pekerja<br />
asal Tiongkok. Saya sudah tanya Presiden<br />
Jokowi, enggak ada rencana itu. Yang ada<br />
itu MOU (nota kesepahaman) untuk menargetkan<br />
kunjungan wisatawan asal Tiongkok<br />
sebanyak 10 juta orang setiap tahun. Tapi kok<br />
yang berkembang 10 juta tenaga kerja?<br />
Jadi saya bertemu, berdiskusi, berkomunikasi<br />
dengan kelompok-kelompok masyarakat,<br />
seperti kalangan serikat buruh, antara<br />
lain agar tidak ada miskomunikasi. Seberat<br />
apa pun gejolak ekonomi, kalau politik kuat,<br />
kita enggak bisa dipecah-belah. Negara kalau<br />
sudah dipecah-belah, berbahaya sekali. Lihat<br />
Timur Tengah. Karena itu, keutuhan NKRI<br />
harus betul-betul dikawal, apalagi di tengah<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERVIEW<br />
Mantan Ketua Umum PAN<br />
Amien Rais memberikan<br />
pernyataan sikap kepada<br />
wartawan di kediamannya,<br />
Sleman, Yogyakarta Kamis<br />
(3/9).<br />
REGINA SAFRI/ANTARA FOTO<br />
gejolak ekonomi seperti sekarang ini.<br />
Anda akan ikut memprakarsai Dialog<br />
Nasional?<br />
Kami di MPR dalam rangka Hari Konstitusi,<br />
1 Oktober nanti, akan membuat Dialog Nasional<br />
yang akan diikuti oleh seluruh stakeholder.<br />
Kami akan mengupayakan agar para<br />
pemimpin nasional yang senior, mulai Pak<br />
B.J. Habibie, Ibu Megawati, sampai Pak SBY,<br />
menyampaikan gagasan dan pemikiran mereka.<br />
Para pimpinan partai-partai politik pun,<br />
seperti Pak Prabowo, akan turut berbicara.<br />
Juga wartawan-wartawan senior. ■ SUDRAJAT<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
MENUNDA PROYEK SERBA-10 RIBU<br />
“SAYA AKAN PERJELAS LAGI PADA RAPAT BURT. INI YANG MAU DIBANGUN RS ATAU<br />
KLINIK? KALAU KLINIK, ENGGAK 10 RIBU JUGA ATUH.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
KABAR yang ditunggu itu datang<br />
dari Menteri Perencanaan Pembangunan<br />
Nasional/Kepala Bappenas<br />
Sofyan Djalil. Seusai rapat dengan<br />
Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat<br />
pada Rabu, 9 September lalu, Sofyan menyebut<br />
pemerintah tidak mengalokasikan anggaran<br />
untuk membangun kompleks gedung DPR,<br />
setidaknya untuk tahun ini.<br />
“Pemerintah sudah menyatakan tahun ini<br />
anggaran belum disediakan,” kata Sofyan saat<br />
ditemui di gedung parlemen.<br />
Adapun untuk tahun depan, Sofyan menyebut<br />
pemerintah masih akan mengkaji proyek<br />
yang bakal menelan anggaran negara total Rp<br />
2,7 triliun itu. Apalagi sampai saat ini belum ada<br />
pos untuk keperluan tersebut dalam Rancangan<br />
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />
2016. Dengan demikian, hampir dipastikan proyek<br />
usulan Dewan itu tidak akan dilaksanakan<br />
dalam waktu dekat.<br />
Rencana pengembangan kompleks parlemen,<br />
yang disebut terbagi dalam tujuh proyek,<br />
beberapa waktu belakangan menuai polemik.<br />
Menteri Keuangan<br />
Bambang Brodjonegoro<br />
(ketiga dari kiri), Kepala<br />
Bappenas Sofyan Djalil<br />
(kanan), dan Gubernur<br />
BI Agus Martowardojo<br />
(kedua dari kiri)<br />
berbincang dengan Ketua<br />
Badan Anggaran DPR<br />
Ahmadi Noor Supit (ketiga<br />
dari kanan) sebelum<br />
rapat pembahasan RUU<br />
APBN 2016 di gedung<br />
DPR, Selasa (25/8).<br />
AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA<br />
FOTO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Maket kompleks gedung<br />
parlemen<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Meski angin penolakan sudah berembus dari<br />
pemerintah, bahkan dari kalangan Dewan sendiri,<br />
usul membangun berbagai fasilitas baru di<br />
gedung wakil rakyat terus saja digulirkan.<br />
Proyek pembangunan kompleks DPR juga<br />
tertuang dalam Rancangan Rencana Strategis<br />
(Renstra) DPR RI 2015-2019. Renstra dipaparkan<br />
dalam rapat paripurna, Selasa dua pekan lalu.<br />
Namun proyek-proyek itu tak disebut secara<br />
terperinci dalam laporan yang dibacakan Wakil<br />
Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR Dimyati<br />
Natakusumah.<br />
Tujuh proyek pengembangan kawasan DPR<br />
yang dimotori Tim Implementasi Reformasi,<br />
yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah,<br />
itu antara lain terdiri atas pembangunan alunalun<br />
demokrasi, museum dan perpustakaan,<br />
jalan akses, visitor center, pusat kajian, pembangunan<br />
ruang kerja anggota DPR, dan integrasi<br />
tempat tinggal anggota DPR.<br />
Namun, belakangan, seperti tertuang dalam<br />
renstra setebal 61 halaman itu, muncul lagi<br />
satu usulan baru, yakni pembangunan klinik<br />
modern DPR. Tidak tanggung-tanggung, klinik<br />
dirancang mampu menyediakan layanan kesehatan<br />
bagi anggota DPR, pegawai Sekretariat<br />
Jenderal DPR, para tenaga ahli, staf adminis-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Pakerja membersihkan<br />
kolam di sekitar gedung<br />
DPR.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
trasi, serta anggota keluarga mereka, yang<br />
jumlahnya sekitar 10 ribu orang.<br />
Di gedung DPR, sejatinya sudah ada unit<br />
pelayanan kesehatan bagi anggota serta karyawan<br />
setjen. Namun, di tengah penolakan<br />
atas rencana pembangunan kompleks DPR,<br />
justru muncul rencana membangun klinik<br />
modern dengan berbagai fasilitas, seperti instalasi<br />
gawat darurat (IGD), rehabilitasi medis,<br />
radiodiagnostik, laboratorium, instalasi farmasi,<br />
sampai dokter spesialis.<br />
Renstra DPR 2015-2019 juga menjelaskan<br />
alasan pembangunan sejumlah fasilitas lain<br />
yang diusulkan, seperti alun-alun demokrasi,<br />
yang disebut untuk memfasilitasi masyarakat<br />
yang akan menyampaikan aspirasi secara<br />
langsung tanpa menimbulkan dampak negatif,<br />
misalnya kemacetan lalu lintas atau kerusuhan.<br />
Alun-alun demokrasi yang dirancang terbuka<br />
kelak bisa menampung 10 ribu demonstran<br />
dan 100 bus. Alun-alun akan memanfaatkan<br />
lapangan futsal dan basket serta lahan kosong<br />
di kompleks parlemen. Panggung orasi disediakan,<br />
tapi tidak mengganggu kerja anggota<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Sejumlah menteri hadir<br />
dalam rapat dengan<br />
Badan Anggaran DPR<br />
beberapa waktu lalu,<br />
antara lain Menko<br />
Pemberdayaan Manusia<br />
dan Kebudayaan Puan<br />
Maharani serta Menteri<br />
Sosial Khofifah Indar<br />
Parawansa.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
DPR. Saat ini lahan untuk alun-alun itu belum<br />
bisa dipakai karena masih terdapat sekat-sekat,<br />
meski Mei 2015 sudah diresmikan pimpinan<br />
DPR.<br />
Adapun museum disebut dalam renstra<br />
bakal difungsikan sebagai pusat dokumentasi<br />
sejarah DPR. Sementara klinik dirancang<br />
mampu melayani 10 ribu pasien dan alun-alun<br />
demokrasi bisa menampung 10 ribu pengunjuk<br />
rasa, bangunan museum diproyeksikan bisa<br />
menyimpan minimal 10 ribu koleksi naskah,<br />
barang, dan foto.<br />
Seperti halnya klinik, DPR sudah memiliki<br />
museum di Gedung Nusantara. Museum<br />
itu memamerkan berbagai benda saksi bisu<br />
sejarah perjalanan DPR, seperti kursi anggota<br />
Dewan yang pernah dipakai puluhan tahun<br />
lalu, mesin tik kuno, sampai palu sidang.<br />
Presiden Joko Widodo sempat diajak berkeliling<br />
museum tersebut oleh pimpinan DPR<br />
setelah membacakan Nota Keuangan RAPBN<br />
2016 pada 14 Agustus lalu. Jokowi juga dijadwalkan<br />
menandatangani prasasti pencanangan<br />
penataan kawasan parlemen sebagai penanda<br />
dimulainya proyek-proyek “serba-10 ribu” tersebut.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Menteri Perencanaan<br />
Pembangunan Nasional/<br />
Kepala Bappenas Sofyan<br />
Djalil<br />
WAHYU PUTRO/ANTARA FOTO<br />
Namun acara itu urung digelar. Presiden<br />
Jokowi dikabarkan menolaknya karena proyek<br />
itu belum “clear”. Padahal, sehari sebelumnya,<br />
sebuah prasasti warna hitam disiapkan di depan<br />
museum. Tertulis tanggal penandatanganan,<br />
yaitu Jumat, 14 Agustus 2015, dengan nama<br />
Ketua DPR Setya Novanto dan Jokowi yang<br />
akan membubuhkan tanda tangan.<br />
“Ada permintaan dari Pak Jokowi karena, di<br />
mana-mana, beliau ingin bahwa satu proyek<br />
itu tampak ‘clear’ dulu, barulah kita bicarakan<br />
ke mana arahnya,” ujar Fahri Hamzah.<br />
Kepala Biro Humas dan Pemberitaan DPR<br />
Djaka Dwi Winarko mengatakan proyek itu<br />
diusulkan karena dibutuhkan, seperti pembangunan<br />
gedung untuk ruang kerja lantaran Gedung<br />
Nusantara tak lagi bisa menampung 560<br />
anggota DPR, yang masing-masing didampingi<br />
sejumlah tenaga ahli dan staf pribadi.<br />
Alhasil, gedung yang dibangun pada 1997<br />
dan hanya dirancang untuk 800 orang―450<br />
anggota DPR dan staf―itu kini penuh-sesak<br />
ditempati lebih dari 2.400 orang anggota,<br />
tenaga ahli, dan stafnya. “Artinya memang (sudah)<br />
overkapasitas. Mau tidak mau harus ada<br />
penambahan ruang,” tutur Djaka, Selasa pekan<br />
lalu.<br />
Mengenai kebutuhan ruang, bentuk, dan<br />
desain, saat ini masih disayembarakan. Adapun<br />
soal anggaran, akan ditentukan bersama oleh<br />
DPR dan pemerintah. Sementara Sofyan Djalil<br />
menyebut belum ada alokasinya, Djaka menyebut<br />
hal itu masih dalam pembahasan dan<br />
baru diputuskan 22 September mendatang.<br />
“Tentu ada pertimbangan-pertimbangan,<br />
kira-kira berapa angka yang dikeluarkan,” ucapnya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
NASIONAL<br />
Wakil Ketua DPR Fahri<br />
Hamzah<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Wakil Ketua Badan Anggaran Jazilul Fawaid<br />
mengatakan perencanaan pengembangan<br />
gedung DPR yang diusulkan melalui BURT itu<br />
bisa dilaksanakan, tapi bisa juga tidak. Seperti<br />
dari kementerian dan lembaga lain, usulan<br />
dari kalangan internal DPR itu juga akan disinkronisasi<br />
dalam pembahasan anggaran dengan<br />
pemerintah.<br />
“Kita lihat dari sisi anggarannya. Ada enggak<br />
uangnya? Cukup atau tidak ruang fiskalnya?”<br />
kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu.<br />
Sementara itu, anggota BURT DPR, Irma<br />
Suryani, mengakui proyek klinik yang tiba-tiba<br />
muncul dalam renstra belum masuk ke pembahasan<br />
anggaran. Ia beranggapan, jika dirancang<br />
bisa melayani hingga 10 ribu orang, bukan lagi<br />
klinik, melainkan rumah sakit.<br />
“Saya akan perjelas lagi pada rapat BURT. Ini<br />
yang mau dibangun RS atau klinik? Kalau klinik,<br />
enggak (berkapasitas) 10 ribu (orang) juga<br />
atuh,” ujar politikus Partai NasDem ini.<br />
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen<br />
Indonesia, Lucius Karus, menilai hampir semua<br />
rencana proyek pembangunan kawasan DPR<br />
tak bisa dijelaskan urgensinya. Jika dinyatakan<br />
belum ada dalam RAPBN 2016, kalau kenyataannya<br />
tetap muncul, Lucius menuturkan, patut<br />
diduga ada “main mata” antara pemerintah<br />
dan DPR.<br />
Sekalipun ditunda, Lucius menduga, usul<br />
megaproyek bernilai triliunan rupiah itu sangat<br />
mungkin muncul kembali tahun depan. “Sayembara<br />
kan masih berjalan. Usulan ini akan<br />
terus muncul sampai ada dari keinginan DPR<br />
itu terpenuhi,” ucapnya. n JAFFRY PRABU PRAKOSO, INDAH<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MISTERI JEJAK<br />
DI BALKON 1506<br />
PENYEBAB PENGUSAHA INNE SAAD<br />
TERJATUH <strong>DARI</strong> LANTAI 15 APARTEMEN<br />
ESSENCE MASIH MISTERIUS. SULIT<br />
DISIMPULKAN IA BUNUH DIRI.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
PULUHAN karangan bunga dukacita<br />
berjajar rapi di kedua sisi jalan menuju<br />
kediaman Meiyanne Saad Susanto<br />
di Jalan Cipaku V, Kebayoran Baru,<br />
Jakarta Selatan, Jumat, 4 September lalu. Dua<br />
hari setelah kematian wanita berusia 47 tahun<br />
yang masih menyisakan misteri itu, suasana<br />
duka masih kental terasa. Tenda putih untuk<br />
pelayat masih berdiri tegak di depan rumah.<br />
Tak banyak kalimat keluar dari mulut Hari Susanto,<br />
suami Inne Saad—panggilan akrab Meiyanne.<br />
Ia tampak sangat terpukul atas kepergian<br />
istrinya yang mendadak. Inne ditemukan<br />
tewas di pelataran parkir Apartemen Essence,<br />
Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,<br />
Rabu, 2 September, sekitar pukul 22.00<br />
Karangan bunga dukacita di<br />
rumah Inne Saad<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
Jejak kaki tak beraturan di<br />
balkon tempat korban jatuh<br />
MEI AMELIA/DETIKCOM<br />
WIB. Diduga ia terjatuh dari salah satu unit di<br />
lantai 15 apartemen tersebut.<br />
“Saya percayakan kepada kepolisian untuk<br />
mengungkapnya,” kata pria itu, yang wajahnya<br />
tampak lelah.<br />
Namun Hari menyayangkan pemberitaan<br />
soal kematian istrinya yang simpang-siur. Ada<br />
yang menyebut istrinya bunuh diri lantaran terlilit<br />
utang atau praduga lain yang terkesan menyudutkan<br />
Inne. Ia menyebut istrinya memiliki<br />
karakter yang kuat. Apalagi ia berpendidikan<br />
tinggi.<br />
“Dia (lulusan) S-3. Banyak berita itu spekulasi,<br />
saya tidak mau berkomentar. Saya percayakan<br />
kepada polisi,” ujar petinggi sebuah perusahaan<br />
swasta nasional itu.<br />
Hari kini justru merisaukan kedua anaknya<br />
akibat informasi simpang-siur mengenai kematian<br />
ibundanya tersebut. Apalagi saat ini berbagai<br />
informasi mudah diakses melalui gawai<br />
(gadget).<br />
“Kalaupun ada aib istri saya, biarlah saya<br />
tutup rapat karena itu juga tidak akan mengembalikan<br />
istri saya. Biarlah sekarang saya<br />
konsentrasi untuk anak-anak,” ujarnya.<br />
Hingga akhir pekan lalu, penyebab Inne<br />
Saad terjatuh dari lantai 15 apartemen masih<br />
misterius. Apakah ia meloncat, kecelakaan,<br />
atau sengaja didorong oleh seseorang. Sebuah<br />
pesan berantai yang beredar menyebut adanya<br />
dugaan bahwa alumnus Fakultas Ekonomi<br />
MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
Inne Saad<br />
YOUTUBE<br />
Universitas Indonesia itu tewas karena dibunuh<br />
dengan cara dijatuhkan.<br />
Namun polisi, yang dua kali melakukan olah<br />
data di tempat kejadian perkara, sampai saat ini<br />
belum mendapat petunjuk berarti, sekalipun<br />
sudah memeriksa empat saksi. Salah satunya<br />
pemilik unit apartemen nomor 1506 berinisial<br />
NN alias L, yang juga teman perempuan Inne.<br />
Kepada polisi, L sempat menjelaskan soal<br />
jejak kaki tak beraturan di balkon apartemen<br />
miliknya. Ia mengakui salah satu jejak di balkon<br />
berukuran 2 x 1 meter itu adalah jejak kakinya,<br />
yang berupaya menyelamatkan Inne saat hendak<br />
terjun ke bawah.<br />
“L menjelaskan soal jejak kaki tersebut. Ia<br />
mengaku sempat menahan korban (agar tidak)<br />
meloncat dari unit apartemen tersebut,” tutur<br />
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />
Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal.<br />
Namun polisi tidak menerima mentah-mentah<br />
keterangan L. Iqbal menyebut pihaknya<br />
terus mendalami keterangan saksi dan buktibukti<br />
di lokasi. “Keterangan saksi L tetap kami<br />
tampung dan kami dalami. Penyidik memiliki<br />
strategi penyidikan untuk mengungkap secara<br />
utuh,” ucapnya.<br />
Iqbal sempat menyebut ada permasalahan<br />
pribadi antara Inne dan L. Tapi ia tak mengungkap<br />
apa masalah itu karena masih akan<br />
didalami oleh penyidik. Mengenai keberadaan<br />
Inne di apartemen milik L pada malam itu juga<br />
masih ditelusuri. Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />
Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Ajun<br />
Komisaris Besar Audie Latuheru mengatakan,<br />
berdasarkan keterangan pihak keluarga, Inne<br />
pergi ke luar rumah untuk berlatih yoga.<br />
“Mungkin setelah itu (berlatih yoga) mampir<br />
ke apartemen, kami enggak tahu,” katanya.<br />
Audie menjelaskan, saat Inne datang, di<br />
apartemen hanya ada L. Sedangkan saksi IRS<br />
baru datang setelah Inne terjatuh dari balkon.<br />
Kepada penyidik, L mengaku sempat mencegah<br />
Inne melompat dari balkon. Tapi, saat<br />
berupaya mencegah itu, ada telepon berdering<br />
sehingga L masuk untuk menjawab panggilan<br />
telepon tersebut.<br />
Nah, saat itulah, menurut kesaksian L, Inne<br />
melompat dari balkon apartemennya. Ia tewas<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
Menara Apartemen Essence,<br />
Jalan Brawijaya, Jakarta<br />
Selatan<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
bersimbah darah setelah tubuhnya menghantam<br />
kaca atap garasi, mesin penyejuk ruangan,<br />
kemudian jatuh di dekat salah satu mobil di<br />
pelataran parkir apartemen. IRS, yang datang<br />
setelah Inne terjatuh, langsung diajak L melapor<br />
ke polisi.<br />
“Keduanya datang ke kantor Polres Jakarta<br />
Selatan dalam keadaan panik dan shock,” ujar<br />
Audie.<br />
Inne Saad, dalam sebuah video yang diunggah<br />
di situs YouTube sejak November 2011,<br />
dikisahkan sebagai sosok yang sukses. Inne<br />
disebut sejak kecil disayang oleh orang tuanya<br />
karena merupakan satu-satunya anak perempuan<br />
dari tiga bersaudara. Kedua orang tuanya<br />
sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya,<br />
sehingga Inne pun sukses menempuh<br />
pendidikan tinggi.<br />
Dia disebut sebagai lulusan Universitas Indonesia<br />
dan mendapat gelar master of business<br />
administration dari sebuah kampus di Amerika<br />
Serikat. Dia juga pernah menjadi asisten dosen<br />
di UI serta menjadi peneliti di Center for Policy<br />
and Implementation Studies, senior manager<br />
di Bank BNI, dan pejabat di Sekretariat ASEAN<br />
hingga 2003. Setelah itu, ia beralih profesi<br />
menjadi pengusaha di bidang kecantikan.<br />
Kriminolog Universitas Indonesia, Ronny Nitibaskara,<br />
menilai sulit menyimpulkan wanita<br />
itu bunuh diri apabila latar belakangnya tidak<br />
mendukung. Alasan seseorang melakukan bunuh<br />
diri antara lain stres yang tak bisa dikendali<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KRIMINAL<br />
Olah data TKP di unit<br />
apartemen milik L, teman Inne<br />
ADITYA FAJAR/DETIKCOM<br />
kan karena gagal beradaptasi<br />
di lingkungannya, kehilangan<br />
orang yang dicintai, atau perasaan<br />
marah yang tidak bisa<br />
diselesaikan.<br />
“Tapi, kalau kerjaan beres,<br />
keluarga beres (bahagia),<br />
kecil kemungkinan kalau dia<br />
bunuh diri,” tuturnya saat<br />
dihubungi secara terpisah.<br />
Menurut pria yang bergelar<br />
profesor ini, perempuan<br />
yang berniat bunuh diri sebagian<br />
besar juga masih menyisakan<br />
harapan untuk ditolong<br />
dan selamat. Berbeda<br />
dengan kaum pria yang ingin<br />
mengakhiri hidupnya, kebanyakan<br />
tidak mengharapkan<br />
kesempatan untuk bisa hidup lebih lama.<br />
“Istilahnya crying for help, dia (bunuh diri) minum<br />
racun, (tapi) masih menyisakan harapan<br />
diri untuk ditolong orang lain. Itu (kebiasaan)<br />
perempuan menurut penelitian di Amerika<br />
Serikat,” ucap Ronny.<br />
Olah data di TKP kasus kematian Inne Saad<br />
memang sudah digelar dua kali. Pertama pada<br />
Kamis, 3 September, dini hari, atau beberapa<br />
jam setelah Inne terjatuh. Jejak kaki tak beraturan<br />
di balkon unit apartemen 1506 langsung<br />
didalami saat itu.<br />
Saat melakukan olah data di TKP untuk yang<br />
kedua kalinya pada Kamis malam, petugas<br />
kembali mengidentifikasi sidik jari dan beberapa<br />
temuan baru di lokasi. Salah satunya sidik<br />
jari di bagian belakang pintu balkon. Sejumlah<br />
penyidik sempat mengambil gambar di bagian<br />
tersebut.<br />
Kini, sudah lebih dari sepekan setelah kematian<br />
Inne, tapi polisi belum bisa menyimpulkan<br />
apa penyebab sang pengusaha terjun bebas<br />
dari lantai 15. Seperti dituturkan Kepala Subunit<br />
Reserse Mobil Polres Jakarta Selatan Inspektur<br />
Dua Achmad Fajrul Choir di TKP, “Masih terlalu<br />
dini atau awam untuk menyimpulkan yang terjadi<br />
di lokasi.” ■ ADITYA MARDIASTUTI, ADITYA FAJAR | DEDEN G.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
BALADA MELATI DI KOTA TAHU-<br />
BAGIAN II (SELESAI)<br />
GETOK TULAR<br />
JERAT MANGSA<br />
KPAI IKUT MENGAWAL KASUS DUGAAN<br />
PENCABULAN ANAK DI <strong>KE</strong>DIRI. PROSES HUKUM<br />
DIPASTIKAN BERJALAN MESKI TERSANGKA<br />
SEORANG PENGGEDE.<br />
ILUSTRASI: KIAGUS AULIANSHAH & EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
SEJUMLAH anggota Kepolisian<br />
Resor Kediri Kota berjaga di ruang<br />
Kemuning, Rumah Sakit Bhayangkara<br />
Kediri, Jawa Timur, pertengahan<br />
Agustus lalu. Pada saat yang sama, seorang<br />
pria berusia 60 tahun tergolek lemah di pojok<br />
ruang perawatan itu. Kehadiran aparat memang<br />
untuk menjaga sang pasien, yang juga<br />
merupakan tahanan polisi.<br />
Ia adalah SS alias Koko, yang ditetapkan<br />
sebagai tersangka kasus dugaan pencabulan<br />
anak di bawah umur, yang berkasnya sudah<br />
dilimpahkan ke kejaksaan setempat. Sebelum<br />
ditahan, SS ternyata sudah dua kali menjalani<br />
operasi jantung. Ia terpaksa dirawat lantaran<br />
kondisi kesehatannya menurun sejak ditangkap<br />
di Bandara Juanda, Surabaya, ketika hendak<br />
bepergian ke Eropa pada 13 Juli 2015.<br />
Kondisinya yang tak berdaya itu tentu bertolak<br />
belakang dengan kelakuan yang dituduhkan<br />
kepadanya. Ia disangka telah menggagahi<br />
gadis-gadis di bawah umur. Bahkan, dari hasil<br />
investigasi tim Lembaga Bantuan Hukum Universitas<br />
Islam Kadiri (Uniska), diduga ada belasan<br />
anak lain menjadi korban, selain empat yang<br />
dilaporkan ke polisi.<br />
Modus pelaku menjaring korban mirip pola<br />
bisnis sistem multilevel marketing atau pola<br />
"getok tular". Korban yang sudah dicabuli<br />
diduga diminta pelaku mencarikan korban<br />
dari temannya yang lain. Begitu seterusnya.<br />
Pengakuan para korban, saat berkenalan, Koko<br />
mengaku sebagai bujangan asal Pare, Kabupaten<br />
Kediri, dan bekerja di Surabaya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
Rata-rata modus pelaku dalam<br />
menjerat korbannya sama, yaitu<br />
dibawa ke hotel yang sama untuk<br />
dilakukan pencabulan.<br />
Dari hasil investigasi tim LBH Uniska, pelaku<br />
terkadang mengajak satu, dua, atau tiga korban<br />
sekaligus yang berusia 12 hingga 17 tahun.<br />
Kebanyakan masih duduk di bangku sekolah<br />
menengah pertama. Bahkan ada yang masih<br />
berseragam putih-merah dan sebagian lain<br />
sudah putus sekolah.<br />
Korban biasanya dijemput di indekosnya, di<br />
rumah temannya, atau di tempat umum. Seperti<br />
Melati―bukan nama sebenarnya―yang<br />
mengaku dijemput pelaku<br />
di depan Rumah<br />
Sakit Gambiran, Kediri,<br />
pada suatu pagi, Maret<br />
2015.<br />
Melati dikenalkan<br />
kepada pelaku oleh temannya berinisial I, siswi<br />
kelas II sebuah SMP di Dhoho, Kota Kediri.<br />
Keduanya diajak ke sebuah hotel di daerah Kabupaten<br />
Kediri. Sebelum menyerahkan Melati<br />
untuk “dimangsa”, I diduga juga menjadi korban<br />
pencabulan pelaku.<br />
“Rata-rata modus pelaku dalam menjerat<br />
korbannya sama, yaitu dibawa ke hotel yang<br />
sama untuk dilakukan pencabulan,” kata Zaenal<br />
Arifin, kuasa hukum korban dari LBH Uniska.<br />
Nah, rata-rata korban juga mengalami hal<br />
yang sama sebelum dicabuli, yaitu diminta minum<br />
obat berbentuk pil. Seperti Melati, yang<br />
dicekoki pil sebanyak tiga kali, sejak berangkat<br />
dari tempat pertemuan, di tengah perjalanan,<br />
sampai di kamar hotel.<br />
Pil yang diminum berwarna putih atau pink.<br />
Pelaku juga ikut meminum pil itu, yang akan<br />
bereaksi saat mereka tiba di hotel. Menurut<br />
pengakuan korban kepada tim LBH, mereka<br />
mengalami pusing kepala setelah meminum<br />
obat itu. Badan lemas, wajah memerah, serta<br />
tangan dan kaki kram.<br />
Bahkan salah satu korban, AL, pernah pingsan<br />
setelah meminum obat yang tak jelas manfaatnya<br />
itu. Korban juga tidak boleh memuntahkannya.<br />
Kalaupun sampai muntah, pelaku akan<br />
menyuruh korban meminum pil itu kembali.<br />
Jika pelaku membawa dua atau tiga korban<br />
sekaligus, pencabulan diduga dilakukan secara<br />
bergilir di kamar yang sama. Menurut sejumlah<br />
korban, pelaku juga berganti-ganti mobil saat<br />
menjemput mereka. Terkadang memakai mobil<br />
sedan berwarna perak (silver) atau hitam.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
Saat mobil memasuki hotel yang letaknya<br />
agak jauh dari pusat Kota Kediri itu, di pintu<br />
gerbang biasanya korban disuruh menunduk<br />
agar tak terlihat petugas satpam hotel. Mobil<br />
lalu langsung masuk dan parkir di depan pintu<br />
kamar hotel, lalu pelaku baru berjalan ke resepsionis<br />
untuk memesan kamar.<br />
Masih berdasarkan investigasi tim LBH,<br />
yang kemudian bersama sejumlah korban melaporkan<br />
dugaan pidana pencabulan anak itu<br />
ke polisi, setelah menjalankan aksinya, pelaku<br />
memulangkan korban.<br />
Para korban lalu diberi uang yang jumlahnya<br />
bervariasi, mulai Rp 400 ribu. Jumlahnya lebih<br />
besar untuk korban yang sudah beberapa kali<br />
dicabuli. Seperti AL, yang diberi “sangu” Rp<br />
700 ribu setelah dicabuli keempat kalinya.<br />
Namun itu semua baru sebatas dugaan<br />
berdasarkan testimonium belasan korban yang<br />
direkam oleh tim LBH. Adapun polisi sampai<br />
saat ini hanya berpegang pada pengakuan empat<br />
korban gadis di bawah umur yang melapor<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
Klien saya itu<br />
orang sibuk,<br />
enggak mungkin<br />
dia melakukan<br />
seperti yang<br />
dituduhkan.<br />
ke polisi saja. Dua di antaranya didampingi oleh<br />
LBH Uniska.<br />
“Kalau (korban) lainnya kami tidak tahu,<br />
karena kami memeriksa berdasarkan bukti dan<br />
laporan korban,” ujar Kepala Satuan Reserse<br />
Kriminal Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Wisnu<br />
Prasetya beberapa waktu lalu.<br />
Entah mengapa tak semua korban atau<br />
keluarganya mau melaporkan kasus ini ke polisi.<br />
Bisa jadi karena malu atau takut lantaran<br />
pelaku merupakan penggede di Kediri. Ia juga<br />
dikenal di kalangan pengusaha dan pejabat. SS<br />
alias Koko merupakan pemilik perusahaan konstruksi<br />
yang kerap menggarap proyek-proyek<br />
besar di pemerintahan.<br />
Menurut seorang karyawan SS yang enggan<br />
disebut namanya, bosnya itu sangat berdisiplin<br />
dalam bekerja. Ia juga kerap datang ke kantor<br />
pagi hari dan pulang hingga larut malam. Bosnya<br />
tersebut, ujarnya, tak memiliki perilaku<br />
yang aneh-aneh.<br />
“Sehari-hari, kalau enggak ada tugas luar negeri<br />
atau luar kota, ya di kantor sampai malam,”<br />
tutur karyawan itu saat ditemui di kantor milik<br />
SS.<br />
Sementara itu, belum satu pun anggota keluarga<br />
SS yang bisa digali keterangannya. Saat<br />
majalah detik menyambangi kediamannya di<br />
kawasan Balowerti, Kediri, pertengahan bu lan<br />
lalu, tak satu pun yang bisa ditemui di rumah<br />
dua lantai tersebut.<br />
Kasus yang menjerat atlet sepak bola pada<br />
era 1970 itu kini juga menjadi perhatian Komisi<br />
Perlindungan Anak Indonesia. Komisioner KPAI,<br />
Rita Pranawati, mengakui pihaknya melakukan<br />
pendampingan kepada para korban melalui<br />
KPAI daerah. Pendampingan juga dilakukan<br />
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan<br />
dan Anak (P2TP2A) setempat.<br />
“Pak Ketua (KPAI) sempat visit (mengunjungi<br />
korban) dan bertemu kapolres,” ucap Rita saat<br />
dihubungi dua pekan lalu.<br />
Rita pun memastikan proses hukum terhadap<br />
pelaku terus berjalan. Pelaku juga telah<br />
dicegah ke luar negeri, selain telah ditangkap<br />
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.<br />
“Kami juga mengadvokasi dan mengawal<br />
proses hukum yang dilakukan aparat penegak<br />
hukum,” katanya.<br />
Sejak kasus ini bergulir, pelaku terus mem-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
CRIME STORY<br />
bantah sangkaan tersebut. Pengacara SS, M.<br />
Arifin, malah balik menuding ada motif pemerasan<br />
dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat<br />
di balik kasus tersebut. Ia juga menampik<br />
kliennya mengenal para korban.<br />
“Klien saya itu orang sibuk, enggak mungkin<br />
dia melakukan seperti yang dituduhkan,” ujarnya<br />
saat dihubungi pertengahan Agustus lalu.<br />
Sebaliknya, polisi bergeming. Kasus itu tetap<br />
berlanjut dan dilimpahkan ke kejaksaan serta<br />
tinggal menunggu disidangkan. Sang pengusaha<br />
terancam dijerat pasal berlapis dalam<br />
Undang-Undang Perlindungan Anak. Apakah<br />
semua tuduhan itu bakal terbukti, dan korban<br />
memperoleh keadilan? Pengadilanlah yang<br />
akan menjawab. ■<br />
M. RIZAL, ANDHIKA DWI (<strong>KE</strong>DIRI) | DIM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KOLOM<br />
MELINDUNGI GAMBUT–<br />
MENGATASI <strong>KE</strong>BAKARAN<br />
MELINDUNGI GAMBUT KAYA KARBON ADALAH KUNCI UNTUK MENGURANGI <strong>KE</strong>RUGIAN<br />
<strong>KE</strong>BAKARAN HUTAN.<br />
OLEH: LONGGENA GINTING<br />
BIODATA<br />
NAMA:<br />
Longgena Ginting<br />
TANGGAL LAHIR:<br />
26 Juli 1968<br />
PENDIDIKAN:<br />
l Sarjana Kehutanan, Fakultas<br />
BAGI sebagian besar masyarakat di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, atau<br />
sebagian wilayah di Kalimantan, terkurung asap kebakaran hutan selama<br />
berhari-hari, bahkan sering kali hingga berminggu-minggu, menjadi<br />
realitas kehidupan mereka selama 18 tahun terakhir. Ironisnya, kita tidak<br />
pernah berhasil mengatasi masalah kebakaran hutan hingga tuntas ke akar masalahnya.<br />
Kenapa?<br />
Berdasarkan pemantauan titik api (fire hot spot) yang dilakukan Greenpeace<br />
melalui citra satelit pada tahun ini dan tahun lalu, titik-titik api terakumulasi (paling<br />
banyak ditemukan) di kawasan gambut. Hal ini konsisten dengan pemantauan titik<br />
api yang dilakukan 5-10 tahun terakhir ini. Secara nasional, akumulasi titik api ini<br />
juga konsisten terdapat di provinsi-provinsi dengan gambut terluas, seperti Riau,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KOLOM<br />
Kehutanan, Universitas<br />
Mulawarman, Samarinda<br />
l Magister Studi Pembangunan,<br />
Universitas Sumatera<br />
Utara, Medan<br />
PENGALAMAN<br />
PE<strong>KE</strong>RJAAN:<br />
l Desember 2012-sekarang:<br />
Kepala Greenpeace Indonesia<br />
l Februari 2010-November<br />
2012: Konsultan Regional<br />
(Asia) untuk Program Keadilan<br />
Iklim untuk Program<br />
UEM, Wuppertal, Jerman<br />
l Desember 2008-Januari<br />
2010: Koordinator Kegiatan<br />
Kampanye Internasional<br />
di Friends of the Earth<br />
International (FoEI), Amsterdam,<br />
Belanda. FoEI<br />
adalah organisasi federasi<br />
lingkungan hidup akar<br />
Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua. Dengan kata<br />
lain, kebakaran hutan itu sebenarnya merupakan kebakaran (lahan) gambut.<br />
Dalam kondisi alamiah, kebakaran hutan dan lahan gambut hampir mustahil<br />
terjadi, apalagi di kawasan hu tan hujan tropis yang lembap dan basah. Sayang,<br />
kerusakan hutan dan lahan gambut yang demikian parah telah membuat keseimbangan<br />
alamiah tersebut terganggu. Kawasan gambut menjadi kering dan sangat<br />
rentan terhadap kebakaran. Pembuatan kanal-kanal dalam kawasan gambut di area<br />
perkebunan kelapa sawit atau kebun kayu monokultur telah membuat gambut<br />
menjadi kering dan mudah dimakan api saat musim kemarau tiba.<br />
Kebakaran pada kawasan gambut mudah merambat ke bawah permukaan tanah<br />
dan sesekali membesar ke permukaan bila terdapat semak belukar atau bahan<br />
organik kering. Hal ini mengakibatkan pemadaman kebakaran di lahan gambut<br />
menjadi sangat sulit dilakukan. Sementara itu, lahan gambut menyimpan karbon,<br />
salah satu gas rumah kaca terpenting, dalam jumlah yang sangat besar. Bila lahan<br />
gambut terdegradasi dan terbakar, ia akan melepaskan emisi karbon yang telah<br />
tersimpan selama ribuan tahun ke atmosfer dengan cepat serta merusak kemampuan<br />
ekosistem untuk pulih kembali untuk menyerap karbon. Sekali lahan gambut<br />
rusak, ia nyaris tidak dapat dipulihkan kembali.<br />
Melindungi gambut kaya karbon Indonesia adalah kunci untuk mengurangi kerugian<br />
kebakaran hutan, tetapi masih belum ada perlindungan hukum yang cukup<br />
atas seluruh gambut dan hutan. Kanal-kanal yang dibangun perusahaan-perusahaan<br />
kebun sawit dan kebun kayu (hutan tanaman industri/HTI) monokultur skala<br />
besar di kawasan gambut yang bertujuan mengeringkan kawa san gambut untuk<br />
ditanami kelapa sawit atau akasia telah menghancurkan ekosistem gambut kita.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KOLOM<br />
Dampak pengeringan yang dilakukan dengan membangun kanal-kanal drainase<br />
ini berdampak sangat buruk. Lahan gambut yang dikeringkan akan menjadi sangat<br />
mudah terbakar dan, apabila terbakar pada musim kemarau, akan menjadi<br />
kebakaran hutan yang tidak terkendalikan.<br />
Karena itu, perlindungan kawasan gambut secara total adalah upaya kunci dalam<br />
mengatasi akar masalah kebakaran hutan. Hal ini sebenarnya mulai disadari pemerintah,<br />
tapi tampaknya perjalanan untuk mengimplementasikan solusi ini masih<br />
sangat panjang. Pada November tahun lalu, saya turut dalam rombongan Presiden<br />
Jokowi blusukan asap ke Riau. Presiden mengunjungi Desa Tohor dan, bersama<br />
warga desa, secara simbolis Presiden menutup sebuah kanal<br />
di lahan dengan membangun sekat (dam) serta<br />
memberi bantuan finansial untuk<br />
membangun 10 sekat untuk menutup<br />
kanal di desa tersebut. “Kita<br />
tutup kanal ini agar gambut tetap<br />
basah dan tidak mudah terbakar,”<br />
ujar Presiden Jokowi.<br />
Selain acara seremonial<br />
tersebut, pemerintah,<br />
masyarakat, dan beberapa<br />
pihak perlu melakukan<br />
hal-hal seperti<br />
berikut ini untuk mengrumput<br />
terbesar di dunia,<br />
berada di 77 negara di<br />
seluruh dunia<br />
l Oktober 2004-November<br />
2008: Koordinator Kampanye<br />
IFIs (International<br />
Financial Institutions)<br />
di Friends of the Earth<br />
International (FoEI), Amsterdam,<br />
Belanda<br />
l September 2002-Oktober<br />
2004: Anggota Executive<br />
Committee (ExCom) dari<br />
Friends of the Earth International<br />
(FoEI), mewakili<br />
wilayah Asia dan Pasifik<br />
l Juni 2002-Januari 2004:<br />
Direktur Eksekutif Nasional<br />
WALHI<br />
l Juli 1995-Desember 1997:<br />
Koordinator FASUMAD<br />
(Forum Solidaritas untuk<br />
Masyarakat Adat Dayak),<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KOLOM<br />
Samarinda<br />
l Juli 1993-Juni 1995: Direktur<br />
Eksekutif Yayasan PLAS-<br />
MA, Samarinda<br />
l Maret 1991-Juni 1993: Manajer<br />
Program di Yayasan<br />
PL<strong>ASMA</strong>, Samarinda<br />
l Desember 1990-Februari<br />
1991: Staf Informasi dan<br />
Dokumentasi di Yayasan<br />
PL<strong>ASMA</strong>, Samarinda<br />
akhiri bencana asap. Pertama, memastikan segenap pihak, khususnya perusahaan<br />
pemegang konsesi perkebunan dan HTI, bertanggung jawab dan tidak merusak<br />
ekosistem gambut. Sebagai tahap awal, pemerintah memperkuat moratorium yang<br />
sedang berjalan, dengan memasukkan seluruh hu tan primer dan lahan gambut,<br />
salah satunya yang ada dalam konsesi-konsesi perusahaan yang telanjur diberikan.<br />
Kedua, menindak tegas perusahaan atau pihak yang menggunakan api dalam<br />
pembukaan lahan. Ketiga, pemerintah perlu merevisi peraturan pemerintah tentang<br />
perlindungan gambut dan memastikan bahwa seluruh lahan gambut mendapat<br />
perlindungan penuh. Pemerintah harus mulai menerapkan peta tunggal<br />
untuk mengidentifikasi lanskap-lanskap gambut untuk dilindungi dan memastikan<br />
strategi mitigasi dijalankan di kebun yang berada di kawasan gambut.<br />
Kempat, pemerintah harus dapat mendorong perlindungan hutan dan lahan<br />
gambut di dalam konsesi yang berada di kawasan lanskap gambut yang lebih luas.<br />
Beberapa perusahaan saat ini telah mengambil langkah dan tanggung jawab untuk<br />
menghentikan deforestasi dan pembukaan lahan gambut di dalam rantai produksi<br />
mereka. Namun komitmen dan upaya ini menghadapi kendala dari peraturan dan<br />
hukum yang ada. Salah satu contoh adalah peraturan yang membuat perusahaan<br />
kesulitan untuk mempertahankan kawasan hutan di dalam konsesi hak guna usaha<br />
mereka. n<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
BON JOVI,<br />
YOU ROCK!<br />
NYIMAS LAULA/REUTERS<br />
SUARA BON JOVI MASIH STABIL. GEBUKAN DRUM TICO<br />
TORRES MASIH KUAT. DAVID BRYANT JUGA BELUM LELAH<br />
MENCABIK-CABIK TUTS <strong>KE</strong>YBOARD-NYA.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN MUSIK<br />
MATAHARI mulai<br />
beringsut ke barat.<br />
Saat itu pula Stadion<br />
Utama Gelora Bung<br />
Karno, Jakarta, semakin<br />
padat. Euforia<br />
puluhan ribu orang<br />
seakan-akan tak terbendung<br />
lagi.<br />
Meski berdesak-desakan, mata para pengunjung<br />
tetap berbinar. Setelah menunggu sekitar<br />
20 tahun, akhirnya mereka bakal menyaksikan<br />
lagi aksi panggung Bon Jovi.<br />
Band asal New Jersey, Amerika Serikat, itu<br />
hanya dua kali ke Indonesia. Penampilan pertama<br />
mereka yang spektakuler digelar pada 1995.<br />
Dan malam itu, seluruh pengunjung yang<br />
telah membeli tiket bersiap melepas rindu dan<br />
bernostalgia dengan lagu-lagu Bon Jovi yang<br />
melegenda.<br />
Tanpa basa-basi, Bon Jovi langsung mengguncang<br />
dengan That’s the Water Made Me<br />
ADHI WICAKSONO/CNN INDONESIA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
ADHI WICAKSONO/CNN INDONESIA<br />
dilanjutkan Who Says You Can’t Go Home. Dia<br />
baru menyapa penggemar setelah menyanyikan<br />
lagu ketiga, Lost Highway.<br />
“Halo, apa kabar? Senang sekali berada di<br />
Jakarta. Sudah sangat lama,” sapa sang vokalis,<br />
Jon, di depan sekitar 40 ribu orang penggemarnya.<br />
Teriakan gemuruh pun membahana.<br />
Bon Jovi melanjutkan penampilannya ke lagu<br />
Raise Your Hands, You Give Love a Bad Name,<br />
Born to be My Baby, We Don’t Run, dan tentu<br />
saja It’s My Life serta Because We Can.<br />
Kekuatan musikalitas mereka begitu menggelegar<br />
hingga membuat jantung berdetak<br />
lebih cepat. Kegaduhan senantiasa terjadi di<br />
barisan penonton yang sibuk bernyanyi dan<br />
melompat tiada henti.<br />
Tata suara dan lampu luar biasa melengkapi<br />
konser garapan Live Nation Indonesia tersebut.<br />
Seluruh perlengkapan teknis disiapkan<br />
langsung oleh vendor-vendor Indonesia.<br />
Sayang, sound system terasa kurang “nendang”<br />
untuk band sekaliber Bon Jovi. Namun<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
NYIMAS LAULA/REUTERS<br />
hal itu seperti tak menjadi persoalan untuk<br />
para penonton, yang sudah kepalang rindu<br />
pada Bon Jovi.<br />
Gelegar yang tak ada habisnya disusul perasaan<br />
puas. Puluhan ribu penonton yang hafal<br />
bait demi bait lagu seakan rela menjadi paduan<br />
suara Jon Bon Jovi dkk.<br />
Sebut saja lagu Wanted Dead or Alive, I’ll<br />
Sleep When I’m Dead, Keep the Faith, hingga hit<br />
lawas Bad Medicine. Semua orang bernyanyi,<br />
meski kadang terdengar sumbang.<br />
Sebagian penonton malam itu mungkin tak<br />
sempat menonton konser pada 1995. Tak aneh<br />
jika raut-raut kepuasan terlukis di wajah mereka,<br />
meski tanpa gitaris Richie Sambora.<br />
Mereka yang sempat menonton konser Bon<br />
Jovi di Ancol menjadikan malam itu sebagai<br />
ajang reuni. Penonton muda menjadikan malam<br />
itu sebagai kesempatan emas untuk menyaksikan<br />
salah satu band legendaris di muka<br />
bumi.<br />
Meski usia sudah kepala 5, mereka masih<br />
sangat bersemangat. Suara Jon tetap stabil,<br />
gebukan drum Tico Torres juga masih kuat.<br />
David Bryant juga belum terlihat lelah mencabik-cabik<br />
tuts keyboard-nya.<br />
Di tengah keseruan yang meluap-luap, ada<br />
sedikit perasaan antiklimaks. Babak encore,<br />
yang dimulai dengan Runaway, Have a Nice<br />
Day dan Livin’ on a Prayer, diakhiri tanpa lagu<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
NYIMAS LAULA/REUTERS<br />
andalan.<br />
Malam itu Bon Jovi Live Jakarta tak menghadirkan<br />
Bed of Roses, Thank You for Loving Me,<br />
Never Say Goodbye dan tentu saja Always, yang<br />
begitu akrab di telinga. Sayang!<br />
Walaupun begitu, raut wajah puas tidak bisa<br />
dibohongi. Sepanjang jalan keluar dari stadion,<br />
penonton masih saja memperbincangkan penampilan<br />
Bon Jovi selama satu setengah jam<br />
tersebut.<br />
Puluhan lagu dibawakan dari album Self-Titled<br />
(1984) hingga paling baru, Burning Bridges<br />
(2015), kepada Indonesia untuk kedua kalinya.<br />
■ M. IQBAL FAZARULLAH | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
PERJAMUAN<br />
SETYA-TRUMP<br />
DEMI SIAPA<br />
SEMINGGU SETELAH SETYA NOVANTO BERTEMU DONALD<br />
TRUMP, TRUMP MENANDATANGANI <strong>KE</strong>RJA SAMA BISNIS<br />
DENGAN HARY TANOE DI LIDO, BOGOR.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Video<br />
Tap untuk melihat video<br />
pendapat masyarakat<br />
soal pertemuan Setya<br />
Novanto-Donald Trump.<br />
PERJAMUAN di lantai 26 Trump Tower<br />
berlangsung santai. Tuan rumah,<br />
Donald J. Trump, dan putranya, Donal<br />
Trump Jr., bergantian melempar pujian<br />
dengan tamu pentingnya dari Indonesia.<br />
Gurauan pun ikut memeriahkan perjamuan itu.<br />
Tamu penting yang menemui Trump di tower<br />
megah yang berdiri di 725 Fifth Avenue, New<br />
York, Amerika Serikat, pada Kamis, 3 September<br />
2015, itu adalah sejumlah pimpinan DPR. Ada<br />
Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua DPR<br />
dari Fraksi Gerindra Fadli Zon, serta anggota<br />
DPR Tantowi Yahya.<br />
“Kami selama 30 menit bersama anak Donald<br />
Trump. Kami bergurau,” kata Setya, saat ditemui<br />
majalah detik, di Kedutaan Besar Indonesia di<br />
Washington, DC.<br />
Putra Trump, kata Setya, memuji Indonesia<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Gedung Trump Tower di 725<br />
Fifth Avenue, New York<br />
DOK. IPU<br />
sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar<br />
di dunia. Indonesia juga dianggap penting oleh<br />
Trump Jr. karena merupakan negara terbesar di<br />
Asia Tenggara.<br />
Setya juga tidak kalah menyanjung Trump.<br />
Politikus dari Partai Golkar itu sudah tahu<br />
Trump menjalin kongsi bisnis dengan Media<br />
Nusantara Citra (MNC) Group milik Hary Tanoesoedibjo.<br />
“Kami tahu Trump akan berinvestasi di Indonesia,<br />
yang hotel bintang enam dan residence,<br />
juga golf yang ada di Bogor dan Bali. Tentu kita<br />
memberi apresiasi,” kata Setya.<br />
Setya berharap Trump tidak berhenti berinvestasi<br />
di Indonesia. Rombongan Setya<br />
ke Amerika sejatinya dengan agenda utama<br />
menghadiri perhelatan World Conference of<br />
Speakers of Parliament dalam Forum International<br />
Parliamentary Union (IPU). Usai acara<br />
itu, ternyata terselip undangan untuk bertemu<br />
Trump, sebelum rombongan bertolak ke<br />
Washington.<br />
Hary Tanoe menjadi inisiator pertemuan itu.<br />
Ia menelepon Trump mengabarkan bila Ketua<br />
DPR Indonesia ingin bertemu. Tantowi Yahya<br />
mengakui Hary-lah yang menjadi fasilitator<br />
pertemuan dengan Trump.<br />
Trump pun gembira bertemu Setya. Ia menyebut<br />
Setya sebagai orang hebat dan sangat<br />
berpengaruh di Indonesia. Lantas Setya pun<br />
diajak hadir dalam konferensi pers terkait pencalonannya<br />
sebagai kandidat calon presiden<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Sekjen PBB Ban Ki-moon<br />
membuka konferensi IPU yang<br />
diikuti Setya Novanto<br />
DOK. IPU<br />
Amerika Serikat dari Partai Republik.<br />
Setya mendapat tempat istimewa. Ia berdiri<br />
di barisan paling depan di jajaran pendukung<br />
Trump. Setya sempat keluar dari barisan itu.<br />
Namun kemudian, di akhir acara jumpa pers,<br />
setelah turun panggung, pemilik Trump Organization<br />
itu kembali ke panggung untuk memperkenalkan<br />
Setya.<br />
“Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar<br />
biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto,”<br />
kata Trump, sambil membaca sebuah kartu<br />
nama.<br />
“(Dia) salah satu orang yang paling berpengaruh<br />
dan dia ke sini untuk bertemu dengan<br />
saya. Kita akan melakukan hal yang luar biasa<br />
untuk AS, benar, kan?” kata Trump kepada<br />
Setya.<br />
Setya, yang diperkenalkan, tersenyum bangga<br />
dan segera merespons dengan menjawab<br />
“Yes”.<br />
“Apakah warga Indonesia menyukai saya?”<br />
lanjut kandidat capres yang sering mengkritik<br />
keras Barack Obama itu. Setya kembali menjawab,<br />
“Ya, sangat. Terima kasih.” Setya dan<br />
Trump kemudian berjabat tangan.<br />
● ● ●<br />
Hary Tanoe sibuk mondar-mandir ke New<br />
York sejak pertengahan Agustus lalu. Ia tengah<br />
serius memuluskan kerja sama bisnis dengan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto berdiri dalam<br />
barisan pendukung Trump<br />
GETTYIMAGES<br />
Trump. Penjajakan sudah dilakukan sejak setahun<br />
lalu.<br />
Corporate Secretary MNC Group Syafril<br />
Nasution mengaku pihak Trump sudah melakukan<br />
survei beberapa kali untuk menelusuri<br />
perusahaannya. Mereka ingin memastikan<br />
bahwa perusahaannya tidak bermasalah.<br />
“Pernah, setahu saya, ada dua-tiga kali jauh<br />
sebelum HT ke Amerika, tahun lalu. Dia mau<br />
lihat kemari, benar enggak, nih. Dia lihat fakta,<br />
laporan keuangannya. Donald Trump ini bukan<br />
pengusaha kecil, dia punya intelijen,” jelas Syafril.<br />
Hasilnya, pada 19 Agustus 2015, Trump<br />
meneken kerja sama dengan Hary untuk<br />
pembangunan hotel di Bali. Kedua nya menandatangani<br />
proyek pembangunan Trump Hotel<br />
Collection di kawasan Tanah Lot, Bali.<br />
Direktur MNC Land Tbk, Michael Dharmajaya,<br />
mengungkapkan hotel ini akan dibangun di<br />
atas lahan seluas 100 hektare. Pengembangan<br />
resor ini meliputi branded villa, kondominium,<br />
hotel bintang enam, dan international beach<br />
club.<br />
Selain di Bali, kerja sama bisnis Trump dan<br />
Hary juga membidik Bogor. Mereka akan membangun<br />
resor rekreasi terpadu (theme park) di<br />
kawasan Lido di perbatasan Bogor-Sukabumi,<br />
Jawa Barat. Lahan di Lido ini merupakan hasil<br />
akuisisi aset milik Bakrie Group, yang dulunya<br />
dikelola PT Nirwana Parahyangan. MNC Group<br />
melakukan akuisisi pada akhir 2012 lalu. Luas<br />
aset tanah mencapai 3.100 hektare, di antaranya<br />
1.100 hektare di wilayah Bogor dan 2.000<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Penandatanganan dokumen<br />
antara Hary Tanoe dan Trump<br />
di New York<br />
DOK. MNC GROUP<br />
hektare di wilayah Sukabumi.<br />
“Rencana 2017 international golf sudah selesai,<br />
2018 theme park entertainment area, dan hotel<br />
resor Trump juga sudah selesai. Pada 2017 pun<br />
jalan tol juga sudah selesai, diharapkan,” jelasnya.<br />
MNC tidak hanya menyediakan lahan. Mereka<br />
juga tengah terlibat pembangunan jalan<br />
tol Ciawi-Lido sepanjang 54 kilometer sebagai<br />
akses menuju resor mereka di Lido. MNC Group<br />
merupakan pemegang saham terbesar PT<br />
Trans Jabar Tol (TJT), pemegang konsesi proyek<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Kenapa kami bertemu dengan Donald<br />
Trump? Karena, simpel, dia baru<br />
menandatangani kerja sama di Bogor<br />
dan Bali. Kita mesti mengapresiasi.<br />
Setya Novanto<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Proyek tol<br />
ini sudah dicanangkan sejak akhir 2011 lalu.<br />
Namun proyek ini tersendat soal pembebasan<br />
lahan di kawasan Desa Watesjaya, Cigombong,<br />
Kabupaten Bogor. Hingga awal 2015,<br />
lahan milik PT Lido Nirwana yang akan dilintasi<br />
tol itu belum juga dibebaskan. Padahal target<br />
penyelesaian jalan tol ini jatuh pada 2017 kelak.<br />
Kemungkinan masalah semacam inilah yang<br />
meresahkan kerja sama antara MNC Group<br />
dan Trump. Tidak aneh jika Trump, meski sudah<br />
meneken kerja sama untuk<br />
berbisnis dengan Hary di<br />
Bali, ternyata untuk Lido<br />
masih ogah-ogahan.<br />
Hary sendiri pernah<br />
mengakui upaya meraih<br />
kepercayaan Trump tidak<br />
mudah. Pengusaha besar asal AS itu menginginkan<br />
pembangunan proyeknya di Indonesia<br />
tidak mendapat gangguan hukum, termasuk<br />
pembebasan lahan.<br />
Namun, seminggu setelah perjamuan Trump<br />
dengan Setya dan Fadli, akhirnya kerja sama<br />
disepakati. Kerja sama itu diteken pada 10 September<br />
2015.<br />
Bila Setya disebut sebagai orang hebat,<br />
Fadli pun tidak bisa dianggap remeh oleh<br />
Trump. Ia adalah Wakil Ketua DPR. Ia lolos<br />
menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan<br />
(Dapil) Jawa Barat V. Dapil tersebut meliputi<br />
Kabupaten Bogor, termasuk sebagian kawasan<br />
Lido yang masih bermasalah soal pembebasan<br />
lahan itu.<br />
Namun Setya membantah jika tujuan pertemuannya<br />
dengan Trump untuk melicinkan jalan<br />
Hary meraih investor. Ia menyebutkan kesepakatan<br />
antara Hary dan Trump sudah dilakukan<br />
sejak 19 Agustus 2015, yakni kerja sama pembangunan<br />
Trump Hotel Collection.<br />
Kehadirannya sekadar memberikan apresiasi<br />
kepada Trump karena masih mau berinvestasi<br />
di Indonesia. Apalagi kondisi perekonomian<br />
sedang tidak menentu karena nilai tukar dolar<br />
yang melangit.<br />
“Kenapa kami bertemu dengan Donald<br />
Trump? Karena, simpel, dia baru menandatangani<br />
kerja sama di Bogor dan Bali. Kita mesti<br />
mengapresiasi,” akunya dalam tatap muka rombongan<br />
DPR dengan board director Indonesian<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Fadli Zon selfie dengan<br />
pendukung Trump. Tampak<br />
Aziz Syamsudin dan Setya<br />
Novanto di kanan<br />
REUTERS<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
American Business Council (IABC).<br />
Pengakuan Setya ini diunggah oleh pemilik<br />
akun bernama “bruce lee” melalui situs YouTube<br />
pada 5 September 2015. Setya masih melanjutkan<br />
lawatan ke Amerika Serikat setelah IPU dan<br />
pertemuan dengan Trump.<br />
Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Adian<br />
Napitupulu menganggap alasan Setya terlalu<br />
dibuat-buat. Inisiator pertemuan di Trump<br />
Tower itu adalah Hary Tanoe, pengusaha yang<br />
memiliki kepentingan bisnis. Setya justru menunjukkan<br />
diri menjadi beking pengusaha.<br />
“Enggak boleh, dong, bukan tugas DPR begitu,”<br />
tegasnya.<br />
Syafril Nasution meminta agar urusan bisnis<br />
tidak diseret ke politik. Ia mengaku tidak<br />
tahu apakah ada hubungan antara pertemuan<br />
Trump-Setya dan bisnis Hary Tanoe. “Jadi, saya<br />
kira, kalau ditanya apakah itu ada hubungannya,<br />
saya tidak tahu,” kata Corporate Secretary<br />
MNC Group itu. ■<br />
ISFARI HIKMAT, IBAD DURAHMAN, BAHTIAR RIFAI, ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK DETIK 147 - - 20 13 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
JEJAK TRUMP<br />
DI INDONESIA<br />
<strong>KE</strong>TUA DPR Setya Novanto menjawab “Yes, highly,” ketika<br />
ditanya Donald Trump apakah rakyat Indonesia menyukai dia.<br />
Tapi benarkah Trump dikenal dan disukai di Indonesia? Seperti<br />
apa sejarah hubungan konglomerat Amerika Serikat itu dengan<br />
Indonesia?<br />
Berikut ini jejak Trump dan bisnisnya di Indonesia.<br />
1. BISNIS PROPERTI<br />
a. Executive Vice President The Trump<br />
Organization, Donald J. Trump Jr., pada Juni<br />
2011 meninjau proyek properti The St. Moritz<br />
Penthouses & Residences milik Grup Lippo di<br />
Jakarta Barat. Trump Jr. didampingi Lawrence<br />
Glick, Executive Vice President Strategic<br />
Development The Trump Organization.<br />
Sebelum saya ke Indonesia,<br />
saya tak tahu sama sekali<br />
soal tingkat bakat,<br />
antusiasme, dan keputusan<br />
bisnis di sini.<br />
b. Trump Hotel Collection meneken kontrak<br />
pembangunan resor di Bali dengan MNC Group<br />
pada 14 Agustus 2015. Proyek ini akan jadi resor<br />
pertama Trump di Asia. “Bali secara konsisten selalu<br />
terpilih sebagai pulau (wisata) terbaik di dunia dan<br />
salah satu lokasi resor dan hunian terbaik di dunia,”<br />
kata Donald Trump Jr.<br />
c. Trump dan MNC juga mengembangkan<br />
megaproyek di lahan seluas 2.000 hektare<br />
di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Nilai<br />
investasi proyek di lahan seluas 2.000<br />
hektare ini totalnya US$ 2-3 miliar untuk<br />
pembangunan resor, lapangan golf kelas<br />
internasional, dan taman bermain ala<br />
Disneyland. Rencananya, tahap pertama<br />
dengan nilai proyek US$ 400 juta akan<br />
beroperasi dan dikelola oleh Trump pada<br />
2018.<br />
2. MISS UNIVERSE<br />
a. Donald Trump adalah<br />
pemilik kontes kecantikan<br />
Miss Universe sejak 1996.<br />
Kontes Puteri Indonesia<br />
berafiliasi dengan Miss<br />
Universe ini. Mulai<br />
1995, pemenang ajang<br />
Puteri Indonesia menjadi<br />
perwakilan RI di kontes<br />
Miss Universe.<br />
b. Trump menyindir kontes<br />
rivalnya, Miss World, karena<br />
penyelenggaraan di Bali tak akan<br />
menampilkan sesi bikini. Trump<br />
menyatakan itu menguntungkan<br />
dia karena rating Miss<br />
World akan jeblok. Ia juga<br />
mengatakan tak akan pernah<br />
mengadakan kontes di negara<br />
yang “membenci” bikini seperti<br />
Indonesia.<br />
3. HAK CIPTA MEREK TRUMP & DONALD TRUMP<br />
a. Pendaftaran Merek<br />
• Trump mendaftarkan merek Trump dan<br />
Donald Trump di Direktorat Jenderal Hak<br />
Kekayaan Intelektual pada 2010 dan 2012<br />
untuk kelas 43, yakni berbagai<br />
bisnis terkait tempat kuliner,<br />
hotel, dan penginapan.<br />
T M<br />
• Trump pada 2010 juga mendaftarkan merek<br />
Trump untuk kelas 35, yakni untuk jasa<br />
terkait periklanan, konsultan bisnis dan<br />
keuangan, agen tenaga kerja, agensi<br />
model, pertokoan dan pusat belanja,<br />
penerbitan, serta perdagangan ekspor<br />
dan impor.<br />
b. Penolakan Merek<br />
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual<br />
menolak permohonan pendaftaran<br />
merek D TRUMP pada 28 Juni 2013 karena<br />
kemiripan dengan nama Donald Trump.<br />
Donald Trump<br />
D TRUMP<br />
Donald Trump<br />
D TRUMP<br />
Donald Trump<br />
D TRUMP<br />
Donald Trump<br />
D TRUMP<br />
Donald Trump<br />
D TRUMP<br />
c. Gugatan Hukum<br />
• Pengadilan Niaga pada Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Pusat pada 2014<br />
memenangkan gugatan Trump atas<br />
merek TRUMPS yang didaftarkan<br />
oleh pengusaha Indonesia, Robin<br />
Wibowo. Robin mendaftarkan<br />
merek itu untuk kelas 35 dan 43.<br />
Juga untuk barang kelas 25, yakni<br />
dasi dan sarung tangan.<br />
• Robin beralasan “trump” adalah<br />
kata umum dalam bahasa Inggis,<br />
yang berarti kartu andalan dalam<br />
permainan bridge. Namun hakim<br />
membatalkan merek itu karena<br />
melanggar Pasal 6 Ayat 3 huruf a<br />
Undang-Undang Nomor 15 Tahun<br />
2001 tentang Merek, yang melarang<br />
kemiripan antara lain dengan nama<br />
orang terkenal.<br />
4. BUKU<br />
Buku karya Donald Trump diterjemahkan dan diterbitkan<br />
di Indonesia. Buku itu antara lain Think Like a<br />
Champion!, yang terbit pada 2010, dan Why We Want<br />
You to be Rich, yang ditulisnya bersama Robert T. Kiyosaki,<br />
yang terbit pada 2007.<br />
Selain buku ini, ada buku lain tentang Trump yang terbit<br />
di Indonesia, yakni The Trump Way: 33 Rahasia Sukses<br />
Donald Trump dan Belajar Bisnis dari Donald Trump.<br />
OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
<strong>KE</strong> AMERIKA, HADUH…<br />
GILALAH GILA<br />
DIPERKIRAKAN BIAYA YANG DIHABISKAN<br />
ROMBONGAN SETYA NOVANTO <strong>KE</strong><br />
AMERIKA LEBIH <strong>DARI</strong> RP 10 MILIAR.<br />
BAGAIMANA KISAH PRABOWO<br />
URING-URINGAN <strong>KE</strong>PADA FADLI ZON?<br />
MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Prabowo dalam acara<br />
pengukuhan pengurus DPP<br />
Partai Gerindra, 2015.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
PRABOWO Subianto uring-uringan.<br />
Kepada sejawat dekatnya, Ketua<br />
Umum Partai Gerakan Indonesia<br />
Raya itu mengeluhkan wakil ketuanya,<br />
Fadli Zon. Prabowo tidak sreg Fadli tetap<br />
berangkat ke Amerika Serikat untuk melakukan<br />
kunjungan kerja.<br />
Gerindra melarang anggotanya yang duduk<br />
di Dewan Perwakilan Rakyat mengikuti kunjungan<br />
ke luar negeri. Ketentuan itu berlaku<br />
lima tahun belakangan ini. “Pak Prabowo ngomong<br />
ke orang-orang tertentu, ‘Gimana sih<br />
Fadli ini. Dia ngerti enggak sih kekuatan partai<br />
kita.’ Jadi Pak Prabowo agak sambat (mengeluh),<br />
agak nesu. Setengah enggak mengizinkan<br />
Fadli ke AS,” cerita sumber majalah detik di<br />
Gerindra.<br />
Si sumber membeberkan, Fadli Zon minta<br />
izin kepada Prabowo hanya melalui pesan pendek<br />
telepon seluler sehari sebelum berangkat.<br />
Ndilalah, kunjungan kerja yang diikuti Fadli itu<br />
dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan.<br />
“Nah, kan sudah saya bilang (jangan ikut),” kata<br />
Prabowo seperti ditirukan sumber majalah<br />
detik di Gerindra.<br />
Prabowo semakin marah, tapi ia memilih<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Fadli Zon di antara barisan perempuan<br />
pendukung Donald<br />
Trump.<br />
DUNCAN CHARD/BLOOMBERG VIA GETTY<br />
IMAGES<br />
diam. Sejumlah politikus Gerindra menyatakan<br />
partai akan memanggil Fadli untuk memberi<br />
penjelasan.<br />
Namun anggota DPR Fraksi Gerindra, Ahmad<br />
Riza Patria, mengatakan situasi di Gerindra<br />
tidak sedramatis itu. Menurut dia, meskipun<br />
Gerindra melarang anggota DPR ke luar<br />
negeri, pada akhirnya kepergian Fadli bersama<br />
pemimpin DPR ke Amerika bisa sedikit dimaklumi.<br />
Sebab, forumnya adalah sidang parlemen<br />
internasional.<br />
Fadli pun membantah bila dikatakan Prabowo<br />
marah. Juga menyangkal kabar bahwa ia<br />
minta izin hanya melalui SMS kepada Prabowo.<br />
“Izinnya secara langsung, kok,” kata Wakil<br />
Ketua DPR itu kepada majalah detik.<br />
Fadli merupakan salah satu anggota DPR<br />
yang ikut rombongan ke Amerika selama dua<br />
minggu. Agenda utama kunjungan itu adalah<br />
memenuhi undangan acara Forum Ketua<br />
Parlemen Sedunia yang digelar Inter-Parliamentary<br />
Union (IPU) pada 31 Agustus hingga<br />
2 September di gedung Perserikatan Bangsa-<br />
Bangsa, New York.<br />
Fadli mendampingi Ketua DPR Setya Novanto,<br />
yang menyampaikan pidato dalam acara<br />
itu. Selain Fadli, ikut sejumlah anggota komisi,<br />
Badan Urusan Rumah Tangga DPR, dan Badan<br />
Kerja Sama Antarparlemen.<br />
Rombongan anggota DPR berjumlah 12<br />
orang. Selain mereka, ikut diajak pula 15 orang<br />
lainnya, yakni anggota keluarga, tenaga ahli,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Ahmad Riza Patria<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
ajudan, dan pegawai Sekretariat Jenderal DPR.<br />
Anggota Dewan yang mengajak serta istri<br />
antara lain Setya, Ketua Badan Urusan Rumah<br />
Tangga Roem Kono, dan anggota Komisi Pertanian<br />
Robert Joppy Kardinal (Golkar). Sementara<br />
itu, Nurhayati Assegaf (Partai Demokrat)<br />
mengajak putranya.<br />
Setya dalam forum IPU menyampaikan<br />
koreksi kepada PBB bahwa perdamaian dunia<br />
masih menyisakan masalah, masih ada konflik<br />
di berbagai negara. Ia juga mengusulkan agar<br />
IPU melakukan standardisasi demokrasi karena<br />
selama ini ada ketimpangan demokrasi antara<br />
negara maju dan berkembang. “Kami berharap,<br />
dalam IPU itu, betul-betul dicapai standardisasi<br />
(demokrasi),” kata Setya kepada majalah detik.<br />
Setelah acara IPU selesai, hanya lima anggota<br />
DPR yang pulang. Sedangkan Setya, Fadli,<br />
dan beberapa anggota DPR lainnya meneruskan<br />
kunjungan kerja mereka di Amerika hingga<br />
12 September 2015. Mereka mengunjungi dua<br />
negara bagian Amerika Serikat, yakni San Francisco<br />
dan Washington, DC.<br />
Sebelum berangkat ke San Francisco, Setya<br />
dkk menemui bakal calon Presiden Amerika<br />
dari Partai Republik, Donald Trump. Alih-alih<br />
menjalin hubungan baik, akibat pertemuan di<br />
Trump Tower itu, kunjungan pemimpin DPR<br />
malah mendapat sorotan negatif, baik dari<br />
dalam maupun luar negeri. Setya dan Fadli<br />
diadukan ke Mahkamah Kehormatan Dewan<br />
karena diduga melanggar kode etik.<br />
Bukan hanya itu, akhirnya perjalanan dinas<br />
Setya dkk selama dua minggu di Amerika juga<br />
banyak dipersoalkan. Forum Indonesia untuk<br />
Transparansi Anggaran (Fitra) menuntut adanya<br />
transparansi anggaran. Fitra menghitung,<br />
berdasarkan besaran anggaran dinas pejabat<br />
ke luar negeri, kunjungan itu menelan biaya Rp<br />
4,6 miliar. Namun Fitra memperkirakan biaya<br />
yang digunakan mencapai Rp 10 miliar.<br />
Angka Rp 4,6 miliar merupakan asumsi untuk<br />
sembilan anggota DPR. Dalam mata anggaran,<br />
biaya pesawat ke Amerika US$ 14.428 satu<br />
perjalanan per orang, uang harian US$ 527 per<br />
anggota DPR, dan hotel masing-masing US$<br />
1.312,02 per malam.<br />
Sebagai gambaran, selama di Washington,<br />
Setya dan rombongan menginap di hotel bin-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto bersalaman<br />
dengan Donald Trump.<br />
REUTERS<br />
tang lima, Capella, di Georgetown. Dalam situs<br />
pemesanan hotel online, booking.com, Hotel<br />
Capella bertarif Rp 7 juta untuk tipe kamar terendah<br />
(superior king room) hingga Rp 100 juta<br />
untuk presidential suites. “Sepulang (mereka)<br />
dari AS, kami akan menagih akuntabilitas anggaran<br />
itu,” kata Koordinator Bidang Advokasi<br />
Fitra Apung Widadi.<br />
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar,<br />
Tantowi Yahya, menyangkal keras jumlah<br />
yang disebutkan Fitra itu untuk biaya kunjungan<br />
kerja Setya dkk ke Amerika. “Enggak sampai<br />
Rp 4 miliar. Haduh... gilalah gila. Hitungan itu<br />
dari mana?” ujarnya di gedung DPR.<br />
Kepala Bagian Humas DPR Djaka Dwi Winarko<br />
memastikan anggaran negara hanya<br />
dikeluarkan untuk anggota DPR. Biaya anggota<br />
keluarga yang dibawa para anggota DPR tidak<br />
ditanggung. “Yang ditanggung di luar istri-istri<br />
dan anak itu,” katanya kepada majalah detik.<br />
Di antara rombongan itu, terdapat utusan<br />
khusus Presiden, Eddy Pratomo. Keberadaan<br />
Eddy dalam rombongan disebut-sebut untuk<br />
membantu Setya. Eddy merupakan staf ahli<br />
Setya di DPR pada periode yang lalu. Dalam<br />
susunan kegiatan yang didapat majalah detik,<br />
Eddy berperan sebagai penasihat delegasi.<br />
Eddy sempat mengajukan anggaran ke negara,<br />
tapi ditolak. Yang pasti, saat itu ia berangkat<br />
tidak menggunakan anggaran negara. “Pakai<br />
anggaran siapa, saya enggak tahu,” ujar Sekretaris<br />
Kabinet Pramono Anung.<br />
Meski mendapat sorotan tajam di dalam<br />
negeri, Setya melanjutkan acaranya di Amerika.<br />
Di Washington, DC, Setya mengikuti lima<br />
agenda. Mengawali hari, Kamis, 10 September<br />
2015, pagi, mereka berdiskusi dengan bos-bos<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto dan Fadli Zon<br />
mengikuti sebuah pertemuan<br />
di Amerika.<br />
DOK. DPR RI<br />
perusahaan raksasa Amerika, seperti Coca-<br />
Cola, Philip Morris, dan Freeport, dalam forum<br />
US-ASEAN Business Council.<br />
Kemudian rombongan bertemu dengan<br />
Presiden Tempore Senat Amerika Serikat Orrin<br />
Hatch di Capitol. Lanjut, Setyo memenuhi undangan<br />
Presiden US-Indonesia Society (USIN-<br />
DO) David Merrill. Pertemuan di Cosmos Club<br />
itu dihadiri 120 orang, yang terdiri atas tokoh<br />
bisnis, diplomat, dan masyarakat Amerika.<br />
Selesai berdiskusi dengan USINDO, mereka<br />
meluncur ke gedung Kongres Amerika. Rombongan<br />
itu menemui Ketua DPR Amerika John<br />
Boehner. Salah satu yang dibicarakan adalah<br />
proposal pelatihan tenaga perpustakaan untuk<br />
DPR Indonesia. DPR ingin meniru Library of<br />
Congress dan Congressional Research Service.<br />
Dua lembaga ini merupakan think thank DPR<br />
Amerika.<br />
Setya, yang didampingi Wakil Ketua DPR Fadli<br />
Zon, melihat langsung perpustakaan Kongres<br />
Amerika, yang punya 160 juta koleksi, 40 juta<br />
di antaranya judul buku. Pegawainya 3.200<br />
orang. “Library of Congress siap memfasilitasi<br />
staf, pustakawan, untuk magang,” ujar Setya.<br />
Masih ada satu agenda lagi yang diikuti rombongan<br />
itu, yakni peringatan Hari Kemerdekaan<br />
RI ke-70 di kantor Kedutaan Besar Indonesia<br />
untuk Amerika. Hadir pula Wakil Menteri Luar<br />
Negeri Amerika dalam acara tersebut.<br />
Agenda maraton di Washington tersebut<br />
menjadi penutup kunjungan Setya dkk ke<br />
Amerika. Para anggota DPR ini sudah ditunggu<br />
di Tanah Air untuk memberi penjelasan kepada<br />
Mahkamah Kehormatan Dewan. ■ BAHTIAR RIFAI,<br />
ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, SHOHIB MASYKUR | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
KOALISI MENDONG<strong>KE</strong>L<br />
SETYA NOVANTO<br />
KADER PDIP MEMOTORI PENGADUAN SKANDAL JUMPA PERS DONALD TRUMP <strong>KE</strong> MAJELIS <strong>KE</strong>HORMATAN<br />
DEWAN. PELUANG MELENGSERKAN <strong>KE</strong>TUA DAN WAKIL <strong>KE</strong>TUA DPR BAKAL MEMBUKA PERTARUNGAN<br />
BABAK <strong>KE</strong>DUA ANTARA KIH DAN KMP.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Anggota DPR melaporkan<br />
Ketua DPR Setya Novanto<br />
dan Wakil Ketua Fadli Zon ke<br />
Majelis Kehormatan Dewan,<br />
Senin (7/9).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
<strong>KE</strong>MUNCULAN Ketua Dewan<br />
Perwakilan Rakyat Setya Novanto<br />
dalam jumpa pers politik Donald<br />
Trump menjadi obrolan panas di<br />
ruang kerja anggota Fraksi Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko.<br />
Budiman, Adian Napitupulu, Rieke Diah Pitaloka,<br />
dan Charles Honoris awalnya menggelar<br />
rapat di ruangan di lantai delapan Gedung<br />
Nusantara I kompleks DPR, Senayan, Jakarta,<br />
untuk membahas rencana peringatan Hari Tani<br />
oleh PDIP.<br />
Adalah Adian yang mengajak rekan- rekan<br />
separtainya itu membahas “insiden” yang<br />
sejak pagi pada Jumat, 4 September 2015, itu<br />
menimbulkan kehebohan di media massa dan<br />
media sosial. “Ini ada masalah, ayo kita sikapi,<br />
ini sudah ramai,” kata Adian.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
KAMI INGIN INI DITANGANI<br />
SECARA SERIUS.<br />
Anggota DPR Fraksi PKB,<br />
Maman Imanulhaq<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
Keempatnya berencana membawa skandal<br />
itu ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) karena<br />
meyakini ada pelanggaran etika oleh Setya<br />
dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. “Ini jangan<br />
sampai PDIP saja, ini kan persoalan Dewan,”<br />
kata Budiman kepada para koleganya.<br />
Akhirnya disepakati pembagian tugas menggalang<br />
dukungan, terutama dari partai koalisi<br />
pendukung pemerintah. Beberapa kolega<br />
di parlemen pun ditelepon dan dikontak via<br />
WhatsApp.<br />
Budiman mengaku kebagian menggandeng<br />
Maman Imanulhaq dari Fraksi<br />
Partai Kebangkitan Bangsa. Gayung<br />
bersambut, Maman sependapat dengan Budiman.<br />
Setelah minta restu kepada fraksi, Maman<br />
menyatakan siap mendukung pengaduan<br />
ke MKD.<br />
Bagi Maman, jumpa pers Trump punya muatan<br />
politik sehingga tidak etis Setya dan Fadli<br />
berada di sana. Apalagi, kata dia, Trump gemar<br />
melontarkan pernyataan bermuatan rasisme<br />
dan berkomentar negatif tentang Islam.<br />
“Kami ingin ini ditangani secara serius,” kata<br />
Maman kepada majalah detik. “Kami ingin<br />
jadikan ini sebagai momentum untuk menumbuhkan<br />
integritas MKD dan mempertanyakan<br />
integritas pemimpin DPR.”<br />
Setelah dukungan terjalin, Budiman dan<br />
kawan-kawan menggelar jumpa pers di Bakoel<br />
Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 5<br />
September. Mereka membedah aturan-aturan<br />
yang diduga telah dilanggar oleh Setya dan<br />
rombongannya.<br />
Keesokan harinya, mereka menyusun bahan<br />
video, foto, dan kliping berita untuk bahan<br />
laporan. Sebelumnya, mereka juga mencari<br />
informasi dari Kementerian Luar Negeri, yang<br />
mengurus protokoler aktivitas Setya dan Fadli<br />
di Amerika Serikat.<br />
Informasi dari Kementerian, kata Adian, acara<br />
dengan Trump itu di luar jadwal resmi. “Kemenlu<br />
sudah menyarankan untuk tidak datang,<br />
kok. Mereka sudah menyatakan itu kampanye,”<br />
ujarnya. “Sebagian (anggota rombongan Setya)<br />
yang memiliki kesadaran politik yang lebih baik<br />
dibanding pemimpin kita itu memilih tidak<br />
datang.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Charles Honoris (kiri),<br />
Budiman Sudjatmiko,<br />
Diah Pitaloka, dan Adian<br />
Napitupulu (kanan)dalam<br />
acara jumpa pers di Bakoel<br />
Koffie, Sabtu (5/9). Budiman<br />
menilai Ketua DPR Setya<br />
Novanto melanggar etika<br />
karena menghadiri jumpa pers<br />
politik Donald Trump.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Kelompok Budiman cs memang sengaja<br />
“lembur” pada akhir pekan karena ingin melaporkan<br />
kasus ini ketika masih jadi perhatian<br />
publik. Hasilnya, pada Senin, 7 September,<br />
mereka mendatangi MKD.<br />
Saat itu laporan didukung oleh perwakilan<br />
semua partai Koalisi Indonesia Hebat. Selain<br />
Budiman dan Maman, ada Akbar Faizal dari<br />
Partai Nasional Demokrat dan Inas Nasrullah<br />
Zubir dari Partai Hati Nurani Rakyat. Ditambah<br />
lagi Amir Uskara dari Partai Persatuan Pembangunan.<br />
Ketua Fraksi Hanura Nurdin Tampubolon<br />
menyatakan partainya merasa keberatan jika<br />
benar pertemuan Setya terkait dengan kepentingan<br />
bisnis Hary Tanoesoedibjo. Hary Tanoe,<br />
menurut Tantowi Yahya, adalah orang yang<br />
memfasilitasi pertemuan Setya cs dengan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Adian Napitupulu, Charles<br />
Honoris, dan Akbar Faizal<br />
menunjukkan bukti-bukti yang<br />
dilampirkan saat melaporkan<br />
Setya Novanto dan Fadli Zon<br />
ke Majelis Kehormatan Dewan,<br />
Senin (7/9).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Trump. “Kalau agendanya hanya untuk ketemu<br />
seperti itu, apa manfaatnya buat kita?” ujar<br />
Nurdin.<br />
PPP kubu Romahurmuziy juga menyatakan<br />
Setya dan Fadli melanggar kode etik. Ketua<br />
Dewan Pimpinan Pusat PPP Bidang Luar Negeri<br />
Usman M. Tokan menyatakan keduanya<br />
harus dihadapkan ke MKD.<br />
Bagi Usman, peristiwa di New York itu adalah<br />
puncak dari permasalahan yang membelit<br />
paket pemimpin DPR dari Koalisi Merah Putih.<br />
“Seperti pernyataan-pernyataan (mereka yang<br />
menyebutkan anggota DPR) bloon, sinting, menyindir<br />
buruh, maupun keinginan melanjutkan<br />
tujuh proyek pembangunan DPR,” ujarnya.<br />
Usman mengatakan pihaknya menilai pemimpin<br />
parlemen juga tidak sukses dalam hal<br />
legislasi. Sebelas bulan DPR di bawah Setya,<br />
Dewan hanya mampu menghasilkan empat<br />
undang-undang dari target 37 legislasi.<br />
Setya dan empat wakilnya juga dikritik karena<br />
pemasangan karpet merah khusus pemimpin<br />
DPR dan tamu. Karpet ini diberi pembatas dan<br />
dijaga petugas keamanan.<br />
MKD pun menerima laporan Budiman dkk<br />
hanya sebagai bukti tambahan, dan nantinya<br />
menjadikan mereka saksi. Pasalnya, pada<br />
Senin, 7 September, MKD memutuskan kasus<br />
Setya akan ditelisik tanpa perlu adanya pengaduan.<br />
“Karena telah diberitakan secara luas,<br />
kami putuskan memproses kasus tersebut,”<br />
kata Ketua MKD Surahman Hidayat.<br />
Jika terbukti melanggar etika Dewan, ada tiga<br />
macam sanksi yang bisa dijatuhkan. Bila kasus<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
<strong>KE</strong>BERADAAN KAMI JANGAN<br />
MEMBAWA ATRIBUT KIH DAN<br />
KMP, TAPI MENEGAKKAN ETIKA<br />
DI PARLEMEN.<br />
Anggota MKD<br />
Sarifuddin Sudding<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
itu merupakan pelanggaran ringan, mereka<br />
akan dijatuhi sanksi teguran. Sanksi pelanggaran<br />
sedang adalah pencopotan dari jabatan<br />
pemimpin DPR.<br />
Sedangkan hukuman buat pelanggaran berat<br />
adalah pemecatan sebagai anggota DPR. “Tergantung<br />
keputusan MKD nanti, apakah ringan,<br />
sedang, berat, atau tidak terbukti sama sekali,”<br />
kata anggota Majelis Kehormatan, Sarifuddin<br />
Sudding.<br />
Meski pencopotan dari jabatan pemimpin<br />
DPR dimungkinkan, mayoritas pelapor menyerahkan<br />
bentuk sanksi kepada MKD.<br />
Adian mengatakan motivasinya<br />
bukan menggusur Setya. Meski<br />
demikian, Adian melihat arahnya<br />
mestinya memang lengsernya<br />
sang ketua.<br />
“Saya tidak sudi dipimpin orang<br />
yang membawa institusi besar ini<br />
berdiri di belakang calon presiden negara lain,”<br />
kata Adian. “Ampun… malu saya, ada seorang<br />
calon presiden negara lain pidato dan kita berjejer<br />
di belakangnya, idih….”<br />
Adian menilai Setya melakukan pelanggaran<br />
serius karena menjanjikan kepada Trump akan<br />
membuat hal-hal yang hebat untuk Amerika.<br />
Anggota DPR hanya boleh punya satu loyalitas,<br />
yakni kepada negaranya, Indonesia.<br />
“Setya melakukan loyalitas ganda. Dalam<br />
negara, itu salah. Banyak orang yang menganggap<br />
itu persoalan sepele, kata siapa sepele?<br />
Ini persoalan ideologi, ini persoalan nasionalisme.<br />
Tidak ada yang sepele dengan ideologi dan<br />
nasionalisme.”<br />
Pakar hukum tata negara Refly Harun menilai<br />
alasan membahas investasi dengan Trump<br />
tidak bisa diterima karena DPR tidak mengurusi<br />
pembicaraan bisnis dan bertemu dengan<br />
pengusahanya. Bagi Refly, pemberhentian<br />
Setya dan Fadli dari posisi pemimpin DPR<br />
bukan sesuatu hal yang mustahil.<br />
Sepanjang sejarah, memang belum pernah<br />
ada pemimpin DPR yang dicopot akibat skandal.<br />
Melihat komposisi MKD, Setya dan Fadli<br />
bisa dibilang dalam posisi diuntungkan karena<br />
partai Koalisi Merah Putih memiliki 10 wakil<br />
dari 17 anggota Majelis Kehormatan.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Diskusi publik "Kasus<br />
Trumpgate" di Cikini, Jakarta<br />
Pusat, Jumat (11/9). Pakar<br />
hukum tata negara Refly Harun<br />
(kedua dari kiri) menyatakan<br />
Setya Novanto dan Fadli<br />
Zon bisa dicopot dari posisi<br />
pemimpin DPR karena hadir<br />
dalam jumpa pers politik<br />
Donald Trump.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />
Namun angin politik memang sedikit berubah<br />
sejak Koalisi Merah Putih mengegolkan<br />
paket pimpinan DPR yang diketuai Setya. Kala<br />
itu Koalisi Indonesia Hebat dengan PDIP sebagai<br />
partai pemenang pemilu gagal menjadi<br />
pemimpin di DPR.<br />
Namun saat itu belum ada PPP kubu Romahurmuziy,<br />
yang condong ke partai pendukung<br />
Jokowi-JK. Kini Partai Amanat Nasional juga<br />
menyatakan mendukung pemerintah, meski<br />
tidak keluar dari Koalisi Merah Putih.<br />
Jika terjadi pertarungan di MKD, kedua kubu<br />
akan memperebutkan dua suara anggota dari<br />
PAN, dua dari Demokrat, dan satu dari PPP.<br />
Berbeda dengan PPP kubu Romahurmuziy,<br />
yang sudah menyatakan sikap, PAN memilih<br />
menahan diri hingga pemeriksaan di MKD<br />
berjalan.<br />
“Nanti datang, dengarkan dulu penjelasan<br />
mereka,” kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.<br />
“Orangnya belum datang kok sudah diserang.<br />
Orangnya belum balik kok berprasangka dulu.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto (berdasi ungu)<br />
dalam jumpa pers bakal calon<br />
Presiden Amerika dari Partai<br />
Republik, Donald Trump, di New<br />
York, Kamis (3/9).<br />
SPENCER PLATT/GETTY IMAGES<br />
Seorang sumber di Gerindra menyatakan<br />
Ketua Umum Prabowo Subianto tidak merestui<br />
kepergian Fadli Zon ke Amerika Serikat. Gerindra<br />
memang sebelumnya mengharamkan<br />
kadernya ikut kunjungan ke mancanegara.<br />
Namun Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy<br />
Prabowo membantahnya. Menurut dia, upaya<br />
mengganti Setya dan Fadli tidak akan didukung<br />
Gerindra. “Tidak ada itu. Kami tidak ada sedikit<br />
pun ke arah sana,” ujarnya.<br />
Golkar pun tidak satu suara membela Setya.<br />
Bambang Soesatyo menyatakan rekannya itu<br />
harus sportif menyatakan ada kekeliruan. Bambang<br />
minta maaf atas ulah rekan separtainya<br />
itu.<br />
Sementara itu, Sarifuddin Sudding menegaskan<br />
MKD tidak akan memihak salah satu kubu<br />
koalisi partai. “Keberadaan kami jangan membawa<br />
atribut KIH dan KMP, tapi menegakkan<br />
etika di parlemen,” ucapnya. “Integritas teman<br />
di Mahkamah Kehormatan dipertaruhkan,<br />
jangan membela habis-habisan karena KIH dan<br />
KMP.”<br />
Setya menyatakan siap memberi penjelasan<br />
kepada MKD karena ia menganggap tidak ada<br />
yang salah dengan hadir dalam jumpa pers<br />
Trump. “Tidak ada masalah karena itu tak ada<br />
kaitannya dengan kita mendukung Donald<br />
Trump,” ujarnya saat ditemui majalah detik di<br />
Kedutaan Besar Indonesia di Washington.<br />
Sementara itu, Fadli Zon tidak keberatan<br />
dilaporkan ke MKD. “Silakan saja. Namun perlu<br />
dicatat, jika mereka melaporkan atas dasar<br />
informasi yang salah atau tidak utuh, akan saya<br />
laporkan balik,” kata Fadli. ■ IBAD DUROHMAN, BAHTIAR<br />
RIFAI, SHOHIB MASYKUR, RAY JORDAN | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
SETYA NOVANTO:<br />
KAMI TAK ADA MASALAH<br />
DIMINTAI<br />
TANGGUNG<br />
JAWAB<br />
“MEMANG KAMI DIUNDANG OLEH<br />
TRUMP. NAH, DALAM UNDANGAN<br />
ITU, KAMI MEMANG TAHU<br />
TRUMP AKAN BERINVESTASI DI<br />
INDONESIA.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Ketua DPR Setya Novanto<br />
saat ikut konferensi pers<br />
bakal calon presiden Amerika<br />
dari Partai Republik, Donald<br />
Trump.<br />
LUCAS JACKSON/REUTERS<br />
<strong>KE</strong>TUA Dewan Perwakilan Rakyat<br />
Setya Novanto siap dimintai pertanggungjawaban<br />
oleh Mahkamah<br />
Kehormatan Dewan (MKD) terkait<br />
pertemuannya dengan miliarder yang juga<br />
salah satu kandidat calon Presiden Amerika<br />
Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.<br />
Setya berharap MKD melakukan pemeriksaan<br />
secara profesional.<br />
“Melalui prosedur yang betul dan kami berharap<br />
secara profesional, sehingga bisa dipertanggungjawabkan,”<br />
kata Setya kepada majalah<br />
detik, yang menemuinya di kantor Kedutaan<br />
Besar Indonesia di Washington, Jumat, 11 September<br />
2015.<br />
Bagi Setya, pertemuan dengan Trump, yang<br />
kini menjadi heboh di Tanah Air, bukan sebuah<br />
masalah yang perlu dipersoalkan. “Itu tidak<br />
ada kaitannya dengan kita mendukung Donald<br />
Trump,” kata Setya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto bertemu dengan<br />
Ketua DPR Amerika John<br />
Boehner (kedua dari kanan)<br />
SHOHIB MASYKUR/DETIKCOM<br />
Setya memberi penjelasan panjang-lebar<br />
mengenai kegiatannya di Negeri Abang Sam.<br />
Di Amerika, dia tidak hanya bertemu dengan<br />
Trump, tapi juga banyak pihak lainnya.<br />
Berikut ini wawancara majalah detik dengan<br />
Setya.<br />
Kunjungan rombongan Anda ke Amerika<br />
Serikat dalam rangka apa?<br />
Pertama, kami (melakukan) kunjungan ke<br />
IPU (Inter-Parliamentary Union), di mana saya<br />
pidato menyampaikan koreksi kepada PBB.<br />
Karena, meski disampaikan telah terjadi perdamaian,<br />
ternyata masih ada konflik etnik, konflik<br />
agama, kekerasan. Juga perang di Palestina, Israel,<br />
Yaman, dan Suriah.<br />
Waktu itu kami menyampaikan juga soal<br />
demokrasi di Asia Tenggara. Setelah Amerika,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Indonesia di Asia Tenggara<br />
(merupakan yang) terbesar, juga<br />
Cina, sedangkan Amerika adalah<br />
negara adikuasa, superpower, dan<br />
ini perlu adanya tindak lanjut.<br />
Setya Novanto<br />
MEGA/DETIKCOM<br />
India, (negara demokrasi) itu adalah Indonesia.<br />
Tapi demokrasi kita ini adalah kelanjutan. Kita<br />
tetap ada evaluasi secara sistemik. Karena,<br />
dari para peserta IPU itu, ada (negara) yang<br />
memang demokrasinya sudah maju, ada juga<br />
yang belum maju. Ini harus ada standardisasi<br />
internasional (tentang demokrasi). Ini yang<br />
belum ada, sehingga kami berharap, dalam<br />
IPU itu, betul-betul dicapai standardisasi (demokrasi).<br />
Nah yang kedua, memang kami diundang<br />
oleh Trump. Dalam<br />
undangan itu, kami<br />
tahu Trump akan berinvestasi<br />
di Indonesia,<br />
yang hotel bintang<br />
enam dan residence,<br />
juga golf yang ada di<br />
Bogor dan Bali. Tentu<br />
kita memberi apresiasi.<br />
Nah, kami selama 30 menit bersama anak<br />
Donald Trump. Kami bergurau. Gurauannya itu<br />
dia sangat memuji Indonesia, yang penduduk<br />
muslimnya terbesar, mempunyai arti dalam<br />
kepentingan (hubungan) Indonesia dengan<br />
Amerika ke depan. Karena Indonesia di Asia<br />
Tenggara (merupakan yang) terbesar, juga<br />
Cina, sedangkan Amerika adalah negara adikuasa,<br />
superpower. Ini perlu adanya tindak lanjut<br />
mengingat perkembangan-perkembangan ke<br />
depan. Jadi, menurut saya, itu menarik.<br />
Bagaimana Anda bisa ikut jumpa pers<br />
Donald Trump?<br />
Setelah saya pamit pulang, ternyata ini di<br />
bawah ada konferensi pers. Dan saat saya mau<br />
pulang, rupanya dia (Trump) lihat saya lagi.<br />
(Konferensi pers itu) sudah mau selesai. Kemudian<br />
saya ditarik (oleh Trump, lalu Trump) hanya<br />
mengenalkan. Ini tentu, menurut pendapat<br />
saya, kami mengapresiasi karena Trump bisa<br />
menarik investor-investor yang lain.<br />
Apakah Anda juga bertemu dengan investor<br />
lain?<br />
Ya, saya datang ke diaspora. Bertemu dengan<br />
para pengusaha Indonesia yang ada di sini. Ini<br />
sangat menarik karena banyak kemajuan. Tapi<br />
perlu pihak diaspora dari pengusaha itu (diberi)<br />
suatu kemudahan-kemudahan. Kemudahan<br />
mengenai masalah visa, kemudahan karena dia<br />
sudah investasi di sini, dan mengekspor di sana.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Sejumlah anggota DPR<br />
melaporkan Setya Novanto ke<br />
Majelis Kehormatan Dewan<br />
terkait kehadiran Setya dan<br />
Fadli Zon dalam konferensi<br />
pers Donald Trump di Amerika<br />
Serikat.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Dan para diaspora ini kita harapkan menjadi<br />
tulang punggung untuk bisa menaikkan ekspor<br />
kita. Karena, dalam situasi (perekonomian) dunia<br />
sekarang ini yang sedang turun, kita harus<br />
tingkatkan ekspor. Nah inilah, orang diaspora<br />
ini yang kita harapkan.<br />
Dari sana kami kembali ke Washington,<br />
DC. Di sana kami ketemu dengan pengusahapengusaha<br />
yang ada di sini. Baik dari Freeport<br />
maupun yang lain-lain ingin sekali bahwa<br />
regulasi yang baru, tentu sangat apresiasi pada<br />
Presiden Jokowi, bisa memberikan kemudahan-kemudahan<br />
kepada investor-investor yang<br />
akan ke Indonesia.<br />
Apa lagi kegiatan Anda di Amerika?<br />
Jam 11.30 ini, saya akan diterima oleh senat<br />
(Amerika). Ini kami mengingatkan bahwa<br />
Indonesia menolak ISIS meskipun kita negara<br />
(dengan jumlah penduduk) Islam yang terbesar.<br />
Ini diapresiasi betul-betul oleh senat.<br />
Dan terakhir (diterima) oleh USINDO<br />
(United States-Indonesia Society), (kami) menyampaikan<br />
beberapa hal mengenai masalah<br />
aturan yang ada di DPR. Tentu kami sampaikan<br />
juga, DPR yang modern itu akan memberikan<br />
akses yang mudah, memberikan transparansi,<br />
dan teknologi informasi, sehingga sekarang<br />
ini benar-benar terbuka, tetapi penting untuk<br />
bangsa, kesejahteraan rakyat. USINDO juga<br />
ingin bagaimana (agar) ada peraturan-peraturan<br />
yang memudahkan untuk investasi di<br />
Indonesia.<br />
Terakhir kami bertemu dengan John Boehner<br />
(Ketua Parlemen Amerika). Ini sangat menarik<br />
karena, dalam parlemen Amerika ini, ada perbedaan.<br />
Di Indonesia, (perbedaan terjadi) antara<br />
DPR dan pemerintah, kami (DPR) memiliki<br />
kontrol kepada pemerintah, tetapi hubungan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Demonstrasi menyindir Ketua<br />
DPR Setya Novanto dan Wakil<br />
Ketua DPR Fadli Zon di Tugu<br />
Soekarno-Hatta, kawasan<br />
Bandara Soekarno-Hatta,<br />
Tangerang, Banten, Rabu<br />
(9/9).<br />
LUCKY R./ANTARA FOTO<br />
dengan pemerintah begitu kuat, kita begitu<br />
harmonis untuk menaikkan perekonomian kita.<br />
Sedangkan di Amerika, mereka mengontrol<br />
pemerintah, tetapi kontrolnya itu suatu hal<br />
yang sangat jauh, sehingga ini shutdown karena<br />
memang di dalam (parlemen Amerika) semua<br />
dikuasai Partai Republik (oposisi). Kita harapkan<br />
ini semua bisa berjalan.<br />
Dan kedua, kami meminta adanya kerja samakerja<br />
sama bilateral, juga investasi yang berkaitan<br />
dengan maritim. Kami juga inginkan (kerja sama)<br />
dalam pertahanan, kita bukan hanya menyuplai<br />
atau membeli (alutsista) dari Amerika, tapi juga<br />
tingkatkan bagaimana kerja sama dalam proses<br />
produksi dan pengembangan alutsista.<br />
Bagaimana respons John Boehner ?<br />
Ada hal yang menarik. John Boehner ingin<br />
tahu sekali bagaimana pertumbuhan ekonomi.<br />
Saya sampaikan pertumbuhan ekonomi kita<br />
sekarang bisa sampai 4,7 persen. Tetapi defisit<br />
anggaran sudah kita tentukan 3 persen.<br />
Tidak boleh melebihi 3 persen dan kita bisa 2,5<br />
persen. Ini diperkuat dengan (pembangunan)<br />
infrastruktur. Penguatan infrastruktur ini bisa<br />
menaikkan (perekonomian), dan keamanan<br />
kita jamin agar para turis-turis bisa datang.<br />
Tapi ini juga salah satu yang bisa memperkuat<br />
adanya fundamental ekonomi kita. Ini menarik<br />
sekali karena John sangat memuji Indonesia,<br />
bahwa hubungan ini harus dilanjutkan karena<br />
hubungan ini sangat menarik bagi John.<br />
Apakah Anda juga bertemu dengan kalangan<br />
bisnis?<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
FOKUS<br />
Setya Novanto dan Fadli Zon<br />
di sela-sela pertemuan dengan<br />
USINDO.<br />
SHOHIB MASYKUR/DETIKCOM<br />
Ya, saya ketemu dengan kalangan bisnis.<br />
Apa respons mereka terhadap ekonomi<br />
Indonesia?<br />
Memang yang penting adalah yang berkaitan<br />
dengan kepastian hukum. Kepastian<br />
hukum, juga mengenai jaminan kerja, karena<br />
para pengusaha itu melihat Indonesia sangat<br />
menjanjikan, dengan sumber daya alam yang<br />
sangat tinggi, adanya migas, adanya hal-hal<br />
yang sangat menarik, yaitu investasi-investasi<br />
lain. Namun mereka sangat ingin adanya<br />
kemudahan masalah pajak.<br />
Pertemuan Anda dengan Donald Trump<br />
dilaporkan ke MKD. Bagaimana tanggapan<br />
Anda?<br />
Ya, saya mengapresiasi pihak-pihak yang memasukkan<br />
(pertemuan saya dengan Trump) ke<br />
MKD karena itu merupakan suatu pe nguatan<br />
daripada MKD yang sudah dilakukan selama ini,<br />
dan ini (merupakan) penguatan DPR Indonesia.<br />
Jadi apa pun yang dilakukan, tentu melalui<br />
prosedur yang betul dan kami berharap secara<br />
profesional, sehingga bisa dipertanggungjawabkan.<br />
Apakah Anda siap dimintai pertanggungjawaban?<br />
Ya, itu buat kami tidak ada masalah karena<br />
hal itu tidak ada kaitannya dengan kita mendukung<br />
Donald Trump. Kami tidak ada kaitannya<br />
dengan politik yang ada di Amerika Serikat. ■<br />
SHOHIB MASYKUR (WASHINGTON)<br />
MAJALAH DETIK 14 - - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Penebar<br />
Mimpi<br />
di Tepi<br />
Kali<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
“KALAU ADA YANG NGOMONG,<br />
‘SAYA MAU JADI POLISI, KAK’,<br />
PASTI ANAK-ANAK YANG LAIN AKAN<br />
NGETAWAIN. ‘MANA BISA JADI POLISI,<br />
BAPAK LU CUMA TUKANG OJEK.’”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Sejumlah anak dan orang<br />
tua mandi di Kali Ciliwung<br />
di Depok, Jawa Barat, Sabtu<br />
(13/9). Warga bantaran Kali<br />
Ciliwung memanfaatkan kali<br />
yang sedang surut untuk mandi<br />
guna mengusir hawa panas saat<br />
musim kemarau.<br />
INDRIANTO EKO SUWARSO/ANTARA FOTO<br />
ALIA Noor Anoviar, 24 tahun, mengibaratkan<br />
komunitas Dreamdelion<br />
bak bunga rumput liar dandelion,<br />
ada pula yang menyebutnya bunga<br />
randa tapak. Angin berembus dan bunga-bunga<br />
kecil dandelion beterbangan ke mana-mana.<br />
Ibarat bunga dandelion, Dreamdelion menerbangkan<br />
mimpi-mimpi tentang masa depan<br />
yang lebih baik. Masa depan, seperti kata Ibu<br />
Negara Amerika Serikat Eleanor Roosevelt,<br />
adalah milik mereka yang percaya pada keindahan<br />
mimpi mereka. Bagi sebagian orang,<br />
seperti anak-anak di kampung di bantaran Kali<br />
Ciliwung, tak jauh dari Stasiun Manggarai,<br />
Jakarta, bermimpi pun merupakan sebuah<br />
kemewahan.<br />
Alia pernah bertanya kepada anak-anak itu,<br />
apa mimpi mereka jika sudah besar nanti. “Kalau<br />
anak-anak, umumnya pasti jawab dokter, polisi,<br />
astronaut, dan lain-lain. Kalau mereka, enggak....<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
DOK. PRIBADI<br />
Mereka jawab, ‘Saya mau jadi tukang sapu, mau<br />
jadi tukang sampah,’” kata Alia. Lantaran hidup<br />
miskin, anak-anak itu tak berani punya mimpi<br />
kelewat tinggi. Bagi mereka, hanya anak orang<br />
kaya yang berhak punya mimpi dan cita-cita<br />
setinggi-tingginya. “Kalau ada yang ngomong,<br />
‘Saya mau jadi polisi, Kak’, pasti anak-anak yang<br />
lain akan ngetawain. ‘Mana bisa jadi polisi, bapak<br />
lu cuma tukang ojek.’”<br />
Alia kenal dengan anak-anak Manggarai<br />
lewat tugas penelitian dari kuliahnya di Jurusan<br />
Ekonomi Universitas Indonesia empat<br />
tahun lalu. Tema utama penelitiannya adalah<br />
pembentukan karakter anak-anak di lingkungan<br />
marginal. Tuntas tugas kuliah tak lantas<br />
putus pula hubungan Alia dengan anak-anak<br />
Manggarai. Dia merasa punya “utang” kepada<br />
kampung di pinggir Sungai Ciliwung itu.<br />
Alia mulai mencicil “utang”-nya itu dengan<br />
mendirikan sanggar belajar untuk anak-anak<br />
Manggarai. Dia membayar sendiri dengan<br />
menyisihkan sebagian uang beasiswanya dan<br />
mengajar sendiri anak-anak itu. Alia mendorong<br />
anak-anak itu punya keberanian untuk<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Mereka jawab, ‘Saya<br />
mau jadi tukang<br />
sapu, mau jadi<br />
tukang sampah.’<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
bermimpi, memelihara cita-cita setinggi-tingginya.<br />
“Murid saya waktu itu cuma 15 anak.... Sampai<br />
akhirnya uang habis tidak bisa membiayai<br />
sanggar belajar. Saya memutuskan untuk tutup<br />
karena sudah enggak sanggup karena menjalankan<br />
program juga sendirian. Saya merasa,<br />
‘Aduh, ini mau bantu orang aja kok rasanya<br />
susah banget,’” katanya. Saat Alia hampir<br />
mengibarkan bendera putih, justru muridnya<br />
yang memberi semangat. Mereka mengatakan<br />
menikmati betul belajar bersama Alia. “Enak<br />
belajar sama Kakak,” Alia menirukan salah seorang<br />
muridnya.<br />
Kata-kata muridnya itu seperti jadi cambuk<br />
bagi Alia untuk mengumpulkan uang. Tapi dia<br />
juga tak mau “mengemis” dana untuk mengongkosi<br />
kegiatannya. “Kalau masalahnya cuma<br />
uang, masak sih enggak bisa mengatasi,” kata<br />
Alia. Bermodal uang beasiswa dan hadiah dari<br />
sejumlah lomba, Alia belanja rupa-rupa barang<br />
dari Yogyakarta dan menjualnya lewat Internet.<br />
Dari satu barang, dia bisa dapat untung sekitar<br />
Rp 5.000.<br />
Namun lama-kelamaan dia kelelahan juga<br />
lantaran harus mengambil barang sendiri ke<br />
Yogyakarta. Ia lantas terpikir, mengapa tak<br />
membuat sendiri barang-barang itu. Dengan<br />
semangat tinggi, Alia belajar membuat boneka<br />
flanel dari seorang teman. “Niatnya, saya ingin<br />
mentransfer keterampilan itu kepada ibu-ibu di<br />
Manggarai,” kata Alia.<br />
Walaupun mulainya agak sulit, setiap Sabtu,<br />
Alia dan teman-temannya yang tergabung<br />
dalam komunitas Dreamdelion mengajarkan<br />
rupa-rupa keterampilan membuat pelbagai<br />
barang kepada warga kampung di Manggarai.<br />
Hasil penjualan tas, sepatu, scarf, bando, suvenir<br />
pernikahan, dan sebagainya itulah yang dipakai<br />
untuk mendanai sanggar belajar, perpustakaan,<br />
dan kegiatan-kegiatan lain Dreamdelion.<br />
Selain membantu mendanai kegiatan anakanaknya,<br />
warga Kampung Manggarai juga<br />
mendapat tambahan keterampilan dan penghasilan.<br />
Dari harga satu barang, mereka mendapat<br />
jatah 40 persen. Sisanya untuk membeli<br />
bahan baku dan dana kegiatan Dreamdelion.<br />
Dalam satu bulan, Dreamdelion bisa menjual<br />
barang-barang hasil kreasi warga Kampung<br />
Manggarai hingga puluhan juta rupiah.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
DOK. PRIBADI<br />
Kepada ibu-ibu dan bapak-bapak di Manggarai<br />
yang ikut usaha sosial Dreamdelion, walaupun<br />
tak gampang, Alia selalu menekankan<br />
soal kualitas barang-barang hasil karya mereka.<br />
“Dreamdelion tak mau asal jual barang saja. Karena<br />
apa? Karena, kalau asal jual barang, orang<br />
membeli produk kami hanya lantaran kasihan,”<br />
kata Alia.<br />
Sekarang ada sekitar 30 sukarelawan Dreamdelion.<br />
Di Manggarai, mereka punya sekitar<br />
60 murid. Untuk usaha sosial Dreamdelion,<br />
ada puluhan warga Kampung Manggarai yang<br />
terlibat proses produksi. Mereka membuat<br />
pelbagai kerajinan tangan, juga budi daya lele<br />
dalam tong alias buletong.<br />
“Sekarang hubungan kami dengan warga<br />
Manggarai sudah kayak teman, bukan pemberi<br />
kerja,” kata Alia. Dreamdelion juga mengembangkan<br />
jaringan ke kota-kota lain, seperti<br />
Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Bekerja<br />
sama dengan beberapa desainer, Alia juga<br />
berencana mengembangkan Dreamdelion Fashion<br />
untuk produk busana mereka. ■<br />
MELISA MAILOA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
NAMA:<br />
Alia Noor Anoviar<br />
LAHIR:<br />
Surabaya, 13 Agustus 1991<br />
PENDIDIKAN<br />
● S-1 Ekonomi, Manajemen Sumber Daya<br />
Manusia, Universitas Indonesia<br />
PE<strong>KE</strong>RJAAN<br />
● Trainer & Performance Monitoring Manager<br />
Bank CIMB Niaga Tbk<br />
● Pendiri Yayasan Dreamdelion Indonesia<br />
PENGHARGAAN<br />
● Young Change Maker, Yayasan Ashoka, 2012<br />
● Danamon Social Entrepreneur Awards, Bank<br />
Danamon, 2014<br />
● Kartini Next Generation, Kementerian<br />
Komunikasi dan Informatika, 2015<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015<br />
MAJALAH DETIK DETIK 14 - 19 20 - SEPTEMBER 25 JANUARI 2015
RUMAH<br />
RUMAH BERFILOSOFI<br />
BAMBANG SUSANTONO<br />
BAGI BAMBANG SUSANTONO, RUMAH TAK CUMA HARUS<br />
NYAMAN, TAPI JUGA BISA MENYESUAIKAN <strong>KE</strong>BUTUHAN PARA<br />
PENGHUNINYA.<br />
FOTO-FOTO: RENGGA SANCAYA & RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
SEJAK awal menjadi pegawai negeri<br />
sipil di Kementerian Pekerjaan<br />
Umum, Bambang Susantono bercita-cita<br />
memiliki rumah sendiri. Kecil<br />
sekalipun.<br />
Keinginan itu terwujud pada 1989. Akhirnya<br />
dia mampu membeli sebuah lahan kosong di<br />
Bintaro, Jakarta Selatan. Namun baru pada<br />
1996 sebuah rumah berdiri di lahan itu.<br />
Bambang dan keluarganya sempat menempati<br />
rumah baru itu, tapi tidak lama karena<br />
Bambang harus pindah ke Amerika Serikat<br />
untuk menyelesaikan studi.<br />
Bambang dan keluarganya baru benar-benar<br />
menempati rumah tersebut empat tahun<br />
kemudian, saat Bambang dan keluarganya<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
kembali ke Indonesia.<br />
Sejak dibangun, rumah pria yang pernah<br />
menjadi Wakil Menteri Perhubungan<br />
ini pernah mengalami beberapa kali<br />
renovasi. Renovasi cukup besar terjadi<br />
pada 2005.<br />
Saat itu Bambang membeli rumah<br />
tetangga tepat di sebelah rumahnya<br />
dengan cara mengangsur. Bambang<br />
mengaku sebenarnya tak memiliki cukup<br />
dana.<br />
Ia akhirnya mengajukan permohonan<br />
kredit ke bank. “Sampai sekarang masih<br />
mencicil, baru lunas beberapa tahun<br />
lagi,” ujar salah satu petinggi di Asian<br />
Development Bank ini.<br />
Dengan tambahan rumah itu, luas lahan<br />
milik Bambang bertambah menjadi<br />
460 meter persegi, dengan bangunan<br />
dua lantai seluas 518 meter persegi.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
Cerita selanjutnya adalah menyatukan dua<br />
rumah dengan gaya yang sangat berbeda. Dibantu<br />
seorang kerabat yang kebetulan berlatar<br />
belakang pendidikan arsitektur, pasangan<br />
ini mulai menata rumah.<br />
Meski mengikuti fungsi, Bambang tetap<br />
ingin rumahnya punya filosofi.<br />
“Jembatan” kaca yang berakhir pada undakan<br />
dengan beberapa anak tangga menandai<br />
area transisi rumah lama dengan rumah baru.<br />
Di area ini, Bambang juga menempatkan<br />
musala kecil lengkap dengan tempat wudu.<br />
Juga beberapa lukisan kaligrafi sebagai hiasan<br />
atau pajangan.<br />
“Ini melambangkan perubahan yang terus<br />
meningkat. Dan peningkatan itu dicapai<br />
dengan terus beribadah kepada Tuhan,” ujar<br />
Bambang.<br />
Area transisi ini juga menjadi penghubung<br />
area publik dengan area yang lebih privat.<br />
Rumah baru dijadikan area publik. Tiga kamar<br />
di rumah baru itu dibongkar.<br />
Tapi tempat duduk lesehan yang memanjang<br />
di sisi lainnya dipertahankan. Ia hanya<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
menambahkan sebuah slide projector<br />
dan rak pajangan.<br />
Hasilnya, sebuah ruang tamu<br />
yang cukup besar dengan tempat<br />
duduk lesehan di salah satu sisinya.<br />
“Ruangan ini dipakai kalau sedang<br />
ada acara dan banyak tamu,” ujar<br />
Bambang.<br />
Ruang bawah tangga, yang semula<br />
kosong, dimanfaatkan sebagai kamar<br />
mandi tamu. Namun, dari luar, ruangan<br />
ini sama sekali tak tampak sebagai<br />
peturasan.<br />
Ia terlihat sebagai lemari besar yang<br />
terletak tak jauh dari ruang makan.<br />
Sebab, toilet kecil itu dilapisi kayu yang<br />
motifnya sama persis dengan dinding<br />
tangga.<br />
Untuk berkumpul, pasangan yang<br />
dikaruniai dua putri ini lebih memilih<br />
ruang keluarga di rumah lama. Ruangan<br />
itu ditata dengan gaya minimalis<br />
menyatu dengan perpustakaan kecil<br />
di sudutnya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
RUMAH<br />
Terdapat sofa bundar untuk sekadar merebahkan<br />
tubuh sembari menonton televisi.<br />
Perjalanan ke luar negeri keluarga Bambang<br />
diabadikan dengan suvenir magnet pada dinding.<br />
Sambil bersantai, tak jarang mereka bermain<br />
musik bersama diiringi kecapi atau gitar. “Kalau<br />
kumpul ya di ruangan ini,” ujar Bambang.<br />
Ada kamar anak dan studio musik di lantai<br />
dua rumah lama ini, tempat anak sulung Bambang<br />
berkarya. Maklum, sang anak memang<br />
berkecimpung di dunia seni.<br />
Ada pula rak tinggi yang disulap menjadi<br />
perpustakaan pribadi. Jika sedang melakukan<br />
riset, Bambang kerap membaca buku sembari<br />
lesehan beralas karpet di tengah ruangan.<br />
Bambang dan istri sudah merasa rumah<br />
yang kini mereka tempati adalah istana. Mereka<br />
merasa nyaman dan tak pernah berpikir<br />
untuk pindah.<br />
Bahkan kini, saat lebih banyak menghabiskan<br />
hari-harinya di Manila, Bambang tempat<br />
saja selalu ingin pulang ke rumahnya di Jakarta.<br />
n MELISA MAILOA | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
GAYA HIDUP<br />
<strong>KE</strong>NANGAN LEWAT<br />
Furnitur<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM & KAYYON.CO<br />
Vintage<br />
BARANG-BARANG JADUL SEMAKIN DIBURU, TERMASUK<br />
FURNITUR VINTAGE. KONON, PUNYA DESAIN LEBIH<br />
ERGONOMIS DIBANDING FURNITUR BARU SAAT INI.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
GAYA HIDUP<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
BANYAK orang berpikir, cara mengganti<br />
barang-barang lawas adalah<br />
menyingkirkan dan menggantinya<br />
dengan yang baru. Padahal, dengan<br />
sedikit sentuhan kreatif, barang lawas bisa<br />
disulap menjadi “baru”.<br />
Teknik DIY atau do it yourself sedang menjadi<br />
tren, bahkan gaya hidup, masyarakat<br />
modern. Selain mengasah kreativitas, teknik<br />
ini membantu melestarikan lingkungan.<br />
Salah satu benda daur ulang yang saat ini<br />
digilai adalah furnitur. Di tangan-tangan kreatif,<br />
meja atau kursi bekas bisa disulap menjadi<br />
lebih cantik. Dan tentu saja dihargai lebih<br />
tinggi.<br />
Luthfi Hasan adalah salah satu orang yang<br />
gemar mengutak-atik furnitur lawas. Selain<br />
lebih murah karena tak perlu membeli yang<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
GAYA HIDUP<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
baru, furnitur di rumahnya tampak lebih unik.<br />
Bagi Luthfi, barang-barang vintage bisa membawa kembali<br />
ke suatu masa yang damai, indah, dan bahagia. Lewat barang<br />
vintage, kenangan-kenangan masa kecilnya yang bahagia dan<br />
damai seakan hadir kembali.<br />
“Ya, vintage itu memberi suatu karakter dalam sebuah<br />
interior yang berbeda menurut saya. Memberikan karakter,<br />
personality, dan unik,” ujar pemilik Jakarta Vintage ini di kediamannya,<br />
Villa Cinere Mas, Depok, Jawa Barat.<br />
Penulis buku Happy Vintage ini tidak setuju jika vintage diidentikkan<br />
dengan kekelaman. Sebab, lewat furnitur vintage,<br />
dia justru berhasil menghadirkan sesuatu yang segar, beda,<br />
dan tentu saja kekinian.<br />
Dari sekadar hobi, Luthfi mengembangkannya menjadi bisnis.<br />
Lantaran saat ini jumlah peminat furnitur vintage semakin<br />
besar, dia pun membuka toko di kawasan Dharmawangsa,<br />
Jakarta Selatan.<br />
Pria yang tidak punya latar belakang desain interior ini<br />
mengaku senang dengan tren penggunaan furnitur jadul<br />
yang terus berkembang. “Karena pakai barang tua, berarti<br />
tidak ada sampah,” ujarnya.<br />
Hal senada diungkapkan Yuli Arifianto, seorang interior<br />
designer. Menurut Arif, tren furnitur lawas ini muncul karena<br />
masyarakat mempunyai kerinduan dan keinginan kembali<br />
lagi ke masa kecilnya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
GAYA HIDUP<br />
KAYYON.CO<br />
“Juga jenuh dengan tren minimalis yang<br />
plain (polos) dan itu enggak cuma terjadi di<br />
dunia interior, di bidang yang lain juga. Musik<br />
misalnya, orang sekarang kembali membeli<br />
vinil musik 1990-an,” ujarnya.<br />
Pemilik Kayyon Company (kayyon.co) ini<br />
mengatakan, furnitur dengan model oldies<br />
lebih memiliki karakter dan nilai sejarah sehingga,<br />
saat kita menduduki sofa retro, saat<br />
itu pula akan terkenang memori masa kecil<br />
kita.<br />
Lulusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada<br />
(UGM) ini mengatakan, dari segi desain interior,<br />
daya tarik furnitur vintage terletak pada<br />
standar ergonomis yang bagus, di samping<br />
keindahan detail-detailnya yang klasik.<br />
Menurut dia, saat ini banyak furnitur model<br />
baru terlihat bagus tapi kurang nyaman saat<br />
dipakai. Ini juga menjadi alasan mengapa tren<br />
vintage digilai.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
GAYA HIDUP<br />
Meski usahanya tak berfokus<br />
pada interior vintage,<br />
Arif mengaku pernah beberapa<br />
kali menerima pesanan meja dan kursi<br />
jadul dari sejumlah kafe dan rumah pribadi.<br />
“Pernah dapat orderan sofa pipa dari kafe<br />
di Bandung, pernah juga kursi sedan, dan<br />
barstool (kursi bar) pipa. Kita daur ulang dari<br />
kursi yang sudah tua,” ujar pria yang memulai<br />
usaha sejak 2012 ini.<br />
Untuk memenuhi pesanan-pesanan tersebut,<br />
Arif kerap berburu ke banyak tempat<br />
untuk mencari kursi lawas yang sudah tidak<br />
terpakai atau dibiarkan oleh pemiliknya.<br />
Kursi-kursi itu dia poles menjadi “baru” dan<br />
trendi. “Jadi kadang ada yang rusak kita benerin<br />
dulu, baru kemudian didaur ulang menjadi<br />
seakan baru,” ujarnya.<br />
Saat ini tidak semua orang menikmati desain<br />
bergaya vintage. Namun, karena model<br />
furnitur yang klasik, pria yang membuka usahanya<br />
di Yogyakarta ini yakin tren furnitur<br />
vintage akan bertahan lama. n<br />
ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
KAYYON.CO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
MENYEPI DI<br />
GILI AIR<br />
ADA TIGA GILI DI LOMBOK. GILI<br />
TRAWANGAN, GILI MENO, DAN YANG BARU<br />
SAJA SAYA KUNJUNGI ADALAH GILI AIR.<br />
ADELINE WAHYU<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
SIANG itu akhirnya keinginan saya<br />
terwujud. Sudah lama saya memimpikan<br />
berlibur di Pulau Gili Air,<br />
Lombok. Akhirnya, tak lama lagi,<br />
saya bisa menyaksikan keindahan pulau kecil<br />
itu secara langsung.<br />
Selama ini, saya hanya bisa menyaksikan<br />
Gili Air dari foto-foto di Internet. Juga dari<br />
cerita teman-teman yang pernah ke pulau ini.<br />
Jika dibanding dua gili lainnya, Gili Air me-<br />
ANTARAFOTO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
mang belum begitu populer. Padahal lokasinya<br />
sama sekali tidak jauh dari Gili Trawangan<br />
dan Gili Meno.<br />
Dari Kota Lombok, kami menumpang mobil<br />
menuju Pelabuhan Bangsal di daerah Pasar<br />
Pemenang. Perjalanan selama 1,5 jam tak<br />
terlalu berasa karena mata dimanjakan oleh<br />
panorama Pantai Senggigi.<br />
Dari pelabuhan, barulah kami menyeberang<br />
menuju Gili Air. Moda transportasi yang sering<br />
dipilih traveler seperti saya adalah fast<br />
boat dengan lama perjalanan 15-20 menit.<br />
Tarif boat sekali jalan adalah Rp 10-12 ribu<br />
per penumpang. Jadwal boat hanya dua kali,<br />
yakni pukul 08.00 Wita untuk menuju Gili Air<br />
dan pukul 15.00 Wita untuk rute sebaliknya.<br />
Jika ketinggalan boat, jangan terlalu khawatir.<br />
Ada boat yang bisa disewa perorangan<br />
ADELINE WAHYU<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
ADELINE WAHYU<br />
maupun rombongan. Tentu saja harganya<br />
agak sedikit lebih mahal.<br />
Sebelum mendekati bibir pulau, saya melihat<br />
beberapa kapal lain, beberapa bergerak<br />
menuju pelabuhan, ada juga kapal yang<br />
sedang berhenti menunggu penumpangnya<br />
ber-snorkeling.<br />
Air di sekitar Pulau Gili begitu jernih. Bahkan,<br />
dari atas perahu, saya bisa melihat te rumbu<br />
karang dan ikan-ikan kecil berenang ke sanakemari.<br />
Benar-benar pemandangan langka.<br />
Seorang pegawai hotel menyambut kami<br />
dengan welcome drink. Dan setelah membereskan<br />
urusan check-in dan koper, kami langsung<br />
menghambur ke luar hotel.<br />
Kami tak ingin membuang waktu untuk segera<br />
menikmati pemandangan di Gili Air. Untuk<br />
kegiatan awal, kami memutuskan bersan-<br />
THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
ADELINE WAHYU<br />
DETIKTRAVEL<br />
tai sambil menikmati<br />
birunya laut ditemani<br />
angin sepoi-sepoi.<br />
Beberapa wisatawan<br />
tampak berjemur<br />
di pantai. Rupanya<br />
masih sedikit wisatawan<br />
lokal yang<br />
berlibur ke sini. Sejauh<br />
mata memandang,<br />
saya hanya<br />
bisa melihat bule yang sedang melakukan<br />
tanning alami.<br />
Selain duduk-duduk di pantai, menyewa<br />
sepeda untuk berkeliling pulau terlihat mengasyikkan.<br />
Cukup membayar Rp 80 ribu, kita<br />
bisa menyewa sebuah sepeda sehari penuh.<br />
Beberapa wisatawan lebih suka berkeliling<br />
pulau dengan berjalan kaki. Menurut beberapa<br />
orang yang berbincang dengan saya,<br />
paling hanya butuh 90 menit untuk mengelilingi<br />
pulau dengan luas 170 hektare ini.<br />
Dan setelah puas menjelajahi darat, kurang<br />
afdol jika saya tak mencoba ber-snorkeling di<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
THINKSTOCK THINKSTOCK<br />
perairan Gili Air. Ada beberapa spot favorit, di<br />
antaranya Air Wall, Air Slope, Frogfish Point,<br />
Segaluh, dan Malang Reef.<br />
Di Air Wall, saya menikmati deretan terumbu<br />
karang yang indah. Jangan lewatkan<br />
kehadiran kuda laut dan kura-kura yang sangat<br />
menarik. Mau lebih menantang? Silakan<br />
surfing, tapi tunggu waktu yang tepat.<br />
Untuk yang gemar memancing, sewalah<br />
fast boat. Namun aktivitas ini cukup menguras<br />
kocek lebih dalam karena, untuk menyewa<br />
kapal kayu, harga yang dipatok lumayan<br />
mahal, yakni Rp 600-800 ribu.<br />
Kelebihan lain yang ditawarkan Gili Air adalah<br />
tempatnya yang sepi dan tidak terlalu ramai<br />
oleh pelancong. Tidak hiruk-pikuk seperti<br />
Gili Trawangan. Jadi cocok untuk penyuka<br />
ketenangan.<br />
Saya menghabiskan sore dengan berjalanjalan<br />
di bibir pantai sambil menikmati ombakombak<br />
landai menyapu kaki. Suasana makin<br />
lengkap dengan laut yang biru jernih dan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
WISATA<br />
ADELINE WAHYU<br />
merdunya suara burung camar.<br />
Saat sunset tiba, duduklah di<br />
bibir pantai Gili Air. Sunset di<br />
sini tak kalah dengan sunset di<br />
Pantai Senggigi. Benar-benar<br />
kenikmatan yang tiada duanya.<br />
Dan saya menutup hari itu dengan memanjakan<br />
perut di kafe-kafe di pinggir pantai.<br />
Ditemani deburan ombak dan kerlap-kerlip<br />
lampu dari seberang pulau. Benar-benar menyenangkan.<br />
n ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 14 20 SEPTEMBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
LEZATNYA<br />
MASAKAN PERANAKAN<br />
RESTORAN INI MENGAJAK<br />
PENGUNJUNGNYA MENYUSURI CITA RASA<br />
HIDANGAN PERANAKAN. LEZAT DAN TENTU<br />
SAJA MEMBUAT LIDAH BERGOYANG.<br />
FOTO-FOTO: HASAN/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
JAM menunjukkan waktu<br />
makan siang saat<br />
saya menginjakkan kaki<br />
di Mal Kota Kasablanka.<br />
Jadi, sebelum beraktivitas, saya<br />
memutuskan mengisi perut yang<br />
sudah mulai keroncongan.<br />
Saya memilih menyusuri Food<br />
Society, yang memang gudangnya<br />
makanan. Begitu banyak<br />
pilihan sampai-sampai saya bingung<br />
hendak memilih restoran<br />
yang mana. Semuanya tampak<br />
menggiurkan.<br />
Sorot mata saya berhenti di<br />
sebuah papan nama restoran:<br />
Katjapiring. Sebuah nama baru di<br />
kepala saya. Tanpa pikir panjang,<br />
saya pun langsung memutuskan<br />
menjajalnya.<br />
Di Bandung, restoran ini ternyata<br />
sudah cukup terkenal. Baik<br />
cabang di Bandung maupun di<br />
Jakarta sama-sama menawarkan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
masakan peranakan. Merupakan penggabungan<br />
antara pengaruh Tionghoa dan Melayu.<br />
Dengan hiasan pola batik Mega Mendung<br />
khas Cirebon, penampilan restoran ini cukup<br />
mencolok. Apalagi ditambah cat hijau terang,<br />
yang hampir memenuhi seluruh ruangan.<br />
Beberapa dekorasi dengan aksen peranakan<br />
sengaja dipasang di tengah ruangan. Ada<br />
ukiran jendela bergaya oriental hingga lampion-lampion<br />
di atap restoran. Warnanya hijau,<br />
kuning, dan merah. Semarak.<br />
Saya sengaja memilih kursi kayu hitam di<br />
tengah-tengah restoran karena tak ingin ber-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
lama-lama. Jika ingin lebih santai sambil nyamil<br />
aneka kudapan, ada area sofa untuk empat orang.<br />
Dari daftar menu, saya bisa melihat aneka<br />
menu di restoran ini tidak hanya dipengaruhi<br />
oleh Tionghoa dan Melayu.<br />
Ada juga pengaruh India, misalnya di<br />
menu roti Canai and Beef Curry (Rp<br />
43 ribu) yang saya pesan.<br />
Tampilan menu ini begitu<br />
menggoda lidah. Roti pipih<br />
berwarna kekuningan<br />
disajikan di atas piring<br />
bersama kuah kari. Saya<br />
semula mengira roti<br />
canai ini bakal bertekstur<br />
sedikit renyah<br />
tapi tetap lembut.<br />
Tekstur roti canai<br />
agak renyah, sayangnya<br />
sedikit alot sehingga<br />
agak sulit disobek.<br />
Namun, di luar itu, rasanya<br />
enak. Apalagi saat dicocol<br />
ke dalam kuah kari gurih dan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
disantap bersama kentang dan daging sapi.<br />
Nendang di lidah.<br />
Saya juga memesan Mango Chicken (Rp 62<br />
ribu), yang pas dinikmati bersama nasi hangat.<br />
Disajikan di atas piring berbentuk persegi panjang,<br />
potongan ayam goreng tepung disiram<br />
dengan irisan<br />
mangga<br />
muda segar, cabai, dan bunga kecombrang.<br />
Ditambah saus merah kecokelatan serta<br />
taburan potongan cabai dan bawang merah.<br />
Daging ayamnya terasa garing bagian luarnya<br />
tapi lembut di dalam. Nikmati bersama mangga<br />
muda, cita rasanya menggetarkan lidah.<br />
Tak ketinggalan Nasi Lemak Katjapiring (Rp<br />
48 ribu). Nasi bulat disajikan bersama kulit<br />
pangsit goreng. Tak ketinggalan komponen<br />
pendamping, seperti gulai sapi, teri jengki,<br />
setengah potong telur balado, kacang<br />
goreng, mentimun, dan acar kuning.<br />
Saat dikunyah, semburat gurih<br />
santan dari nasi terasa di lidah.<br />
Rasa gulai sapi ini mirip dengan<br />
kuah kari pada roti canai,<br />
hanya saja lebih berempah.<br />
Teri jengki dan kacang gorengnya<br />
membangkitkan<br />
selera makan. Wajar jadi<br />
favorit.<br />
Tom Yum Soup racikan<br />
Katjapiring (Rp 59.500) memiliki<br />
cita rasa pedas, asam,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
KULINER<br />
sekaligus segar. Isinya udang, potongan ikan,<br />
jamur, dan bakso ikan. Nikmati selagi panas<br />
karena itulah cara paling lezat menyantap sup<br />
ini.<br />
Katjapiring juga terkenal dengan menu-menu<br />
dessert yang variatif dan tentu saja mengundang<br />
selera. Misalnya Es Kacang<br />
ABC dan Es Bengawan Solo.<br />
Masing-masing dihargai Rp 28.500 saja.<br />
Es Kacang ABC merupakan kepanjangan<br />
dari “air batu campur”. Terdiri atas cincau,<br />
azuki beans, jagung manis, lo ngan, kolang<br />
kaling, dan tiga sirop dengan warna yang berbeda-beda.<br />
Penampilannya berwarna-warni,<br />
sungguh menarik.<br />
Sedangkan untuk cita rasa asam menyegarkan,<br />
Es Bengawan Solo jagoannya. Orange<br />
pudding dengan aneka ragam buah segar<br />
disiram dengan selasih. Rasa asam berasal<br />
dari sirop buah markisa di dasar<br />
mangkuk. Aduklah sebelum<br />
disantap.<br />
Saya juga mencoba<br />
minuman bernama Coco<br />
Fantasy (Rp 27 ribu).<br />
Terbuat dari soda, sirop<br />
berwarna merah, selasih,<br />
dan potongan nata de coco.<br />
Tampilannya saja membuat<br />
saya tak sabar untuk mencicipinya.<br />
Puas! n MELISA MAILOA | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
<strong>KE</strong>RETA<br />
CEPAT<br />
TAK AKAN<br />
LEWAT<br />
“KALAU BANGKRUT, URUSAN<br />
SENDIRI.”<br />
HAFIDZ MUBARAK A/ANTARAFOTO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Penumpang Shinkansen<br />
duduk nyaman di kursi.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
JADWAL keberangkatan kereta itu<br />
terpampang di peron Stasiun Shinagawa,<br />
Tokyo. Sekitar 10 menit sekali,<br />
berhenti satu rangkaian kereta dengan<br />
warna-warna cerah mengkilap. Mereka<br />
datang tepat 1 menit 30 detik sebelum jam<br />
keberangkatan yang dipasang di peron. Lokomotif<br />
itu bentuknya berbeda-beda, tapi garis<br />
dasarnya sama: lancip.<br />
Tak henti-henti petugas stasiun memberitahukan<br />
kedatangan kereta api dengan gerakan-gerakan<br />
yang seperti tarian. Lantai peron<br />
stasiun ditandai kotak-kotak yang menunjukkan<br />
di mana antrean untuk tiap gerbong berada.<br />
Begitu kereta Shinkansen yang ditunggu<br />
datang, majalah detik masuk dan merasakan<br />
kereta terkenal ini.<br />
Pemandangan di dalamnya tidak berbeda<br />
jauh dengan kereta kelas Argo di Indonesia.<br />
Tempat duduk sama-sama lega dan nyaman.<br />
Tapi, begitu bergerak, terasa bedanya. Nyaris<br />
tidak ada guncangan dalam kereta Shinkansen.<br />
Air di gelas pun tidak banyak bergerak-gerak<br />
seperti saat di kereta kelas Argo sekalipun. Dan<br />
yang kedua adalah kecepatannya: Kota Nagoya,<br />
yang berjarak hampir 350 kilometer, dilalap<br />
cuma sekitar 1,5 jam. Dengan bus malam, jarak<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Maket kereta cepat Tiongkok<br />
saat dipamerkan di Jakarta.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
kedua kota ini biasa ditempuh sekitar 4,5 jam.<br />
Kereta cepat dan nyaman Shinkansen sempat<br />
direncanakan akan digelar untuk rute Jakarta-Bandung.<br />
Diperkirakan jarak hampir 150<br />
kilometer itu akan ditempuh dalam 37 menit,<br />
ini setidaknya empat kali lipat waktu perjalanan<br />
dengan mobil atau 5-6 kali lebih cepat dari<br />
kereta saat ini.<br />
Tapi mimpi kereta cepat di Jakarta-Bandung<br />
ini tak akan terlaksana. Pemerintah memutuskan<br />
membatalkan rencana kereta cepat dua<br />
kota utama Indonesia ini, yang ditimbangtimbang<br />
sejak dua tahun silam. Pemerintahan<br />
Presiden Joko Widodo tidak mau ada uang<br />
APBN ditanam dalam proyek ini.<br />
Kalaupun ada yang berniat membangun,<br />
silakan. Tapi ja ngan harap pemerintah bersedia<br />
menanamkan modal atau memberi jaminan.<br />
“Pokoknya tidak ada unsur APBN sama sekali,<br />
tidak ada jaminan pemerintah. Kalau bangkrut,<br />
ya urusan sendiri,” tutur Direktur Jenderal<br />
Perkeretaapian Kementerian Perhubungan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan bersama Direktur<br />
Jenderal Perkeretaapian<br />
Kementerian Perhubungan<br />
Hermanto Dwiatmoko<br />
meresmikan Stasiun Palmerah,<br />
Jakarta.<br />
HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />
Hermanto Dwiatmoko.<br />
● ● ●<br />
Jepang sudah dua tahun mengincar proyek<br />
kereta cepat Jakarta-Bandung. Seperti banyak<br />
diberitakan awal tahun lalu, pemerintah Jepang<br />
malah sudah menghibahkan dana US$ 15 juta<br />
(Rp 212 miliar) untuk studi kelayakan kereta cepat<br />
Jakarta-Bandung. Saat itu Jepang menjadi<br />
satu-satunya pilihan untuk menggarap. Alasan<br />
ini masuk akal karena negara ini adalah pelopor<br />
kereta cepat dunia dan, selama 50 tahun<br />
beroperasi, dibilang tidak pernah ada masalah<br />
serius, termasuk kecelakaan.<br />
Jalur kereta itu rencananya terentang dari<br />
Dukuh Atas—yang berada tepat di jantung<br />
Jakarta—sampai ke kawasan Gedebage,<br />
Bandung. Dengan jarak sekitar 133 kilometer,<br />
kereta ini diperkirakan bisa menyingkat perjalanan<br />
dari 2-3 jam menjadi hanya 37 menit saja.<br />
Ditargetkan, kereta bisa beroperasi pada 2020.<br />
Saat itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />
Ignasius Jonan sudah menentang proyek<br />
ini. Alasannya sederhana: dana APBN sebaiknya<br />
digunakan untuk membangun jaringan kereta<br />
api di luar Jawa. Kereta cepat di Jawa bukan<br />
prioritas. Lain cerita jika dana tidak mengambil<br />
dari APBN.<br />
Setelah pemerintahan berganti, Jonan, yang<br />
naik jabatan menjadi Menteri Perhubungan,<br />
kembali mengungkap hal ini. Ia lebih mempri-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Kereta api melintas di<br />
kawasan Padalarang,<br />
Bandung Barat, Jawa Barat,<br />
beberapa waktu lalu.<br />
DARREN WHITESIDE/REUTERS<br />
oritaskan membangun jalur kereta api di luar<br />
Jawa daripada menggelar kereta cepat di Jawa<br />
yang mahal.<br />
Proyek yang bakal didanai Jepang pun seperti<br />
menggantung. Tiongkok pada Maret silam<br />
mengambil kesempatan dan menawarkan proposal<br />
yang mirip: membangun kereta cepat.<br />
Negara itu memang memiliki jaringan kereta<br />
cepat terpanjang di dunia meski teknologinya<br />
pada dasarnya impor, dari Jerman, Prancis,<br />
sampai Jepang sendiri.<br />
Jepang dan Tiongkok pun bersaing mengajukan<br />
proposal kereta cepat. Proposal kedua<br />
negara memang berselisih soal jumlah dana<br />
yang dibutuhkan. Hermanto mengatakan proposal<br />
Japan International Cooperation Agency<br />
(JICA) menyebut biaya Rp 60 triliun, sedangkan<br />
versi Tiongkok sebesar Rp 71 triliun. “Proposal<br />
Tiongkok masuk sekitar Maret atau April 2015,”<br />
kata Hermanto.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Shinkansen "Dr Yellow"<br />
menjalani pemeriksaan<br />
berkala di pabriknya di<br />
Shizuoka, Jepang. Kereta ini<br />
bertugas mengecek kondisi rel<br />
kereta cepat.<br />
ASAHI SHIMBUN/GETTY IMAGES<br />
Utusan dua negara dikirim ke Indonesia agar<br />
menang dalam beauty contest proyek kereta<br />
cepat. Tapi Presiden Joko Widodo pada awal<br />
bulan ini memutuskan lain: kedua proposal<br />
ditolak. Penolakan bukan karena urusan besarnya<br />
biaya ini, melainkan karena ada uang APBN<br />
di dalamnya. Proposal Jepang meminta jaminan<br />
pemerintah, sedangkan proposal Tiongkok<br />
meminta ada dana pemerintah yang ditanam<br />
dalam proyeknya.<br />
Dalam pembiayaan proyek kereta cepat ini,<br />
Tiongkok mengusulkan konsep perusahaan patungan.<br />
Dalam perusahaan itu, porsi 60 persen<br />
Indonesia dan 40 persen Tiongkok. Nah, perusahaan<br />
patungan itu menyediakan 25 persen<br />
modal. Sisa kebutuhan yang 75 persen?<br />
“Untuk 75 persen sisa tambahan modalnya<br />
bisa mengajukan pinjaman ke China Development<br />
Bank,” kata Deputi Menteri Koordinator<br />
Perekonomian Bidang Koordinasi Percepatan<br />
Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Luky<br />
Eko Wuryanto.<br />
Padahal, seperti muncul saat evaluasi di<br />
kantor Menteri Koordinator Perekonomian<br />
Darmin Nasution, diperkirakan proyek ini bakal<br />
membebani APBN untuk membayar cicilan. Di<br />
sisi lain, pemerintah sedang berfokus mengucurkan<br />
dana untuk proyek jalur kereta api di<br />
luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi.<br />
Selain itu, jarak Jakarta-Bandung dipandang<br />
terlalu pendek untuk kereta dengan kecepatan<br />
320-350 kilometer per jam. Hasil rapat tingkat<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Duta Besar Jepang Yasuaki<br />
Tanizaki<br />
DOK. <strong>KE</strong>MENTRIAN MARITIM&SDA<br />
menteri merekomendasikan sebaiknya rute<br />
Jakarta-Bandung ditempuh kereta dengan<br />
kecepatan menengah. Sebab, biayanya hanya<br />
Rp 20-30 triliun, termasuk merentangkan rel<br />
baru. Dengan kecepatan menengah, Bandung<br />
bisa ditempuh dalam 1 jam. Sudah memotong<br />
waktu cukup signifi kan dari kereta saat ini, tapi<br />
hanya berselisih sekitar setengah jam dibanding<br />
kereta cepat.<br />
Penolakan ini membuat Darmin kedatangan<br />
dua tamu penting pada Jumat pertama September.<br />
Pertama, Duta Besar Jepang Yasuaki<br />
Tanizaki datang dan bertemu dengan Darmin.<br />
Selang beberapa waktu, gantian Duta Besar<br />
Tiongkok Xie Feng yang menyambanginya.<br />
Kedua diplomat itu tak bisa menyembunyikan<br />
kekecewaan akibat batalnya proyek kereta<br />
cepat. Seusai pertemuan 1,5 jam, Xie Feng enggan<br />
mengomentari batalnya kereta cepat ini.<br />
“No more comment, thank you,” katanya. Tapi<br />
Tanizaki, yang sebelumnya bertemu, berterus<br />
terang mengungkapkan kekecewaan pemerintah<br />
Jepang, terutama karena sudah mengeluarkan<br />
uang banyak untuk studi kelayakan. “Tapi<br />
ini tentu terserah pemerintah Indonesia,” katanya.<br />
n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
THINKSTOCKPHOTOS<br />
BEDA <strong>KE</strong>RETA, BEDA NASIB<br />
PEMERINTAH ENGGAN MENDANAI <strong>KE</strong>RETA CEPAT, TAPI<br />
MENGUCURKAN DUIT DAN MENGAMBIL ALIH PROYEK LRT<br />
CIBUBUR-DUKUH ATAS.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Peletakan batu pertama<br />
proyek LRT<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
SATU demi satu paku bumi bertulisan<br />
“Adhi Beton” diturunkan dari<br />
empat truk besar di pinggir jalan tol<br />
Jagorawi, persis di depan kantor PT<br />
Jasa Marga di kawasan Taman Mini, Jakarta<br />
Timur. Paku beton itu kemudian dipancangkan<br />
dengan empat mesin ke tanah. Paku-paku itu<br />
ditancapkan untuk fondasi tiang bagi kereta<br />
ringan yang bakal menghubungkan Cibubur<br />
dengan pusat Kota Jakarta, Dukuh Atas.<br />
Pengerjaan proyek kereta itu mulai berjalan<br />
pekan lalu setelah Presiden Joko Widodo<br />
melakukan peletakan batu pertama. Proyek itu<br />
sempat tertunda-tunda beberapa tahun dan<br />
teknologinya juga berubah dari rencana semula<br />
berbentuk monorel menjadi kereta konvensional<br />
tapi lebih ringan alias light rail transit (LRT).<br />
Pengerjaan pun langsung dikebut. Mesin tiang<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Gambaran LRT dan<br />
stasiunnya yang dipajang<br />
di tempat peletakan batu<br />
pertama<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
pancang tak cuma empat biji. “Totalnya ada 10<br />
unit yang dipakai,” kata N. Sianturi, salah satu<br />
pekerja lapangan PT Adhi Karya yang menggarap.<br />
Mesin-mesin pancang itu bekerja karena<br />
nasib proyek LRT ini bisa dibilang berkebalikan<br />
dengan kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara<br />
Presiden menolak kereta ala Shinkansen<br />
melaju ke Bandung dengan alasan tidak mau<br />
duit negara dilibatkan, di LRT malah 180 derajat<br />
berbeda. Sebelumnya pemerintah tak banyak<br />
terlibat, sekarang proyek itu malah benar-benar<br />
diduiti pemerintah.<br />
Alasannya sederhana: untuk memotong tarif<br />
perjalanan. Tanpa suntikan pemerintah, tarif<br />
LRT itu mencapai Rp 37.500 sekali jalan alias<br />
Rp 75 ribu bolak balik. Jika ini terjadi, bisa-bisa<br />
LRT tak akan mengurangi jumlah mobil dari<br />
Cibubur yang setiap hari bergerak ke arah<br />
Jakarta. Padahal mengurangi kemacetan Ibu<br />
Kota menjadi salah satu prioritas.<br />
“Untuk mengurangi tarif itu, pemerintah<br />
membiayai pembangunan prasarana LRT,” ujar<br />
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian<br />
Perhubungan Hermanto Dwiatmoko. Dengan<br />
cara ini, tarif pun bisa ditekan tinggal Rp 10-15<br />
ribu sekali jalan.<br />
Proyek kereta Cibubur-Cawang-Dukuh Atas<br />
dan Bekasi-Cawang-Dukuh Atas digagas pada<br />
era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.<br />
Proyek ini rencananya dibangun dan dioperasikan<br />
konsorsium BUMN dengan motor Adhi<br />
Karya. Presiden sekarang, Joko Widodo, yang<br />
saat itu menjadi Gubernur Jakarta, sudah ikut<br />
membahasnya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Direktur Jenderal<br />
Perkeretaapian Hermanto<br />
Dwiatmoko<br />
DETIKCOM<br />
Sebagian besar monorel<br />
di dunia sudah dikurangi<br />
sebagai angkutan massal<br />
dan diganti LRT karena<br />
tidak efisien dari sisi teknis<br />
maupun biaya.<br />
Setelah pemerintahan berganti, rencana ini<br />
dilanjutkan kembali. Tapi sejumlah perubahan<br />
dilakukan. Pertama, teknologinya tidak lagi<br />
monorel. “Sebagian besar monorel di dunia<br />
sudah dikurangi sebagai angkutan massal dan<br />
diganti LRT karena tidak efisien dari sisi teknis<br />
maupun biaya,” tutur Hermanto.<br />
Yang kedua adalah “kepemilikan” proyek.<br />
Semula, Adhi Karya dan rekan-rekannya itu<br />
akan membangun dan mengoperasikan kereta.<br />
Bisa dibilang tidak ada uang APBN di sana. Tapi<br />
Joko Widodo memutuskan lewat Peraturan<br />
Presiden Nomor 98 Tahun 2015 bahwa proyek<br />
ini menjadi milik pemerintah.<br />
Pemerintah akan membiayai kereta yang bisa<br />
mengurangi kemacetan Jakarta ini. Dana Rp<br />
23,8 triliun disiapkan. Untung saja, lahan yang<br />
digunakan gratis karena memanfaatkan trase<br />
PT Jasa Marga, yang secara teknis lahannya<br />
milik Kementerian Pekerjaan Umum. “Kebetulan<br />
lahan milik Direktorat Jenderal Bina Marga,<br />
lahan milik negara, jadi silakan saja asalkan<br />
jangan mengganggu lalu lintas jalan tol,” kata<br />
Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman.<br />
Sedangkan Adhi Karya, yang semula menjadi<br />
motor konsorsium untuk membangun, “turun<br />
pangkat” hanya menjadi kontraktor untuk<br />
membangun infrastruktur LRT, mulai rel layang,<br />
stasiun, sampai fasilitas operasi.<br />
Pengambilalihan proyek dari konsorsium<br />
yang dimotori Adhi Karya ini juga membawa<br />
konsekuensi lain: operator dan kereta yang<br />
akan digunakan masih akan ditenderkan lagi.<br />
Perusahaan yang lolos sebagai operator mesti<br />
menyediakan gerbong-gerbong kereta dan<br />
merawatnya.<br />
Hermanto mengatakan kriteria calon operator<br />
LRT sedang disusun dan terbuka untuk<br />
swasta maupun BUMN, termasuk apabila Adhi<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Presiden Joko Widodo dan<br />
sejumlah pejabat saat<br />
peletakan batu pertama LRT<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Karya berminat ikut. Yang jelas, pemerintah<br />
ingin kereta yang digunakan juga otomatis,<br />
tanpa masinis. Listrik untuk kereta akan disalurkan<br />
lewat bawah. Rencananya, lelang akan<br />
dibuka akhir tahun ini atau paling lambat awal<br />
tahun depan.<br />
Adhi Karya memang masih bersemangat<br />
menjadi operator. Direktur Utama Adhi Karya,<br />
Kiswodarmawan, mengatakan mereka ingin<br />
ikut dalam lelang karena ingin terlibat menyeluruh<br />
sebagai kontraktor maupun operator.<br />
“Prinsip Adhi Karya karena tanggung jawab<br />
antara lain untuk membuat prasarana, sistem,<br />
dan ticketing, makanya kami ikut lelang,” kata<br />
Kiswodarmawan.<br />
Pemerintah, yang sudah mengambil alih proyek<br />
ini, memasang target kereta bisa beroperasi<br />
sebelum Asian Games dibuka 18 Agustus<br />
2018. Kereta ini akan beroperasi dengan selisih<br />
2-3 menit antara satu rangkaian dan rangkaian<br />
berikutnya. ■<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
CUMA 2 JAM <strong>KE</strong> SURABAYA<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT JAKARTA-SURABAYA SUDAH DIRENCANAKAN. DIBANGUNNYA<br />
NANTI, MENUNGGU DAYA BELI TERCAPAI AGAR BISA BALIK MODAL.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Kereta-kereta cepat CRH<br />
yang dioperasikan Tiongkok<br />
sedang dirawat di stasiun di<br />
Kota Xi'an.<br />
REUTERS<br />
WARGA Spanyol bisa menempuh<br />
perjalanan Madrid-Barcelona<br />
lebih dari 600 kilometer<br />
kurang dari tiga jam dengan<br />
kereta AVE. Penduduk Jepang bisa menikmati<br />
perjalanan lebih dari 800 kilometer dari Tokyo<br />
ke Hiroshima dalam waktu kurang dari empat<br />
jam dengan kereta Shinkansen. Orang Tiongkok<br />
malah bisa menempuh Beijing-Shanghai<br />
sejauh lebih dari 1.300 kilometer kurang dari<br />
empat jam dengan kereta cepat CRH.<br />
Tapi itu di luar negeri. Di Indonesia? Perjalanan<br />
Jakarta-Surabaya, yang jaraknya sekitar<br />
750 kilometer, mesti ditempuh dengan kereta<br />
sekitar 13 jam. Rama Dhany, yang rajin mudik<br />
ke Surabaya dari Jakarta, mesti berangkat dari<br />
Gambir sekitar pukul 17.00 WIB dan baru tiba<br />
di Gubeng, Surabaya, pukul 06.00 WIB hari<br />
berikutnya.<br />
Tak aneh bila ia sekarang lebih suka menumpang<br />
pesawat terbang, yang waktu tempuhnya<br />
hanya sekitar 1 jam. Ditambah perjalanan ke<br />
bandara, tetap saja jauh lebih cepat. “Sekarang<br />
saya lebih banyak memakai pesawat dibanding<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Kereta reguler melintasi<br />
jalan raya tanpa palang<br />
pintu di Semarang.<br />
R. REKOTOMO/ANTARA FOTO<br />
kereta api,” kata Rama.<br />
Pemerintah bukan tidak ingin memangkas<br />
waktu perjalanan kereta api dari Jakarta ke<br />
Surabaya dengan menggelar kereta cepat seperti<br />
di Jepang. Kereta cepat Jakarta-Bandung<br />
memang tidak masuk prioritas, tapi Rencana<br />
Induk Perkeretaapian Nasional memasukkan<br />
rute Jakarta-Surabaya.<br />
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian<br />
Perhubungan Hermanto Dwiatmoko menuturkan,<br />
dengan kereta berkecepatan 300-<br />
350 kilometer per jam, Surabaya bisa dicapai<br />
dari Jakarta selama 2-2,5 jam. “Waktu tempuh<br />
seperti itu kan lumayan juga,” kata Hermanto.<br />
Namun pembahasan tentang kereta cepat<br />
Jakarta-Surabaya ini belum terjadi. Menurut<br />
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/<br />
Kepala Bappenas Sofyan Djalil, kereta cepat Jakarta-Surabaya<br />
masih terlalu dini untuk dibahas<br />
karena belum ada studi kelayakan kereta cepat<br />
untuk jarak jauh.<br />
Selain itu, menurut Sofyan, kereta cepat untuk<br />
rute jarak jauh butuh pembahasan mendalam<br />
dari sisi kelayakan komersial. “Kereta cepat<br />
yang jarak jauh di mana-mana itu agak berat<br />
dari segi komersial. Kita tunggu dulu, deh,” ujar<br />
Sofyan sambil berlalu tanpa menjelaskan detail<br />
perihal persoalan komersial itu.<br />
Pengamat perkeretaapian dari Masyarakat<br />
Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno,<br />
menilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan<br />
sebelum pemerintah memutuskan membangun<br />
kereta cepat Jakarta-Surabaya. Djoko<br />
mengatakan proyek tersebut sebaiknya tidak<br />
memakai uang maupun jaminan negara karena<br />
saat ini pemerintah sedang menggarap proyek<br />
kereta reguler di luar Jawa, seperti Kalimantan,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Penjualan tiket<br />
Shinkansen di Jepang<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Sulawesi, dan Papua.<br />
Selain itu, jika proyek ini terwujud, tentu<br />
akan menarik penumpang pesawat beralih<br />
ke kereta cepat karena stasiunnya berada di<br />
Kota Surabaya. Kondisi ini berbeda jika naik<br />
pesawat, penumpang harus turun di Bandara<br />
Juanda, yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari<br />
Surabaya.<br />
Menimbang adanya peluang menarik penumpang<br />
pesawat, pemerintah pusat harus<br />
berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar<br />
bisa menjamin kondisi lalu lintas transportasi<br />
di Kota Surabaya menuju kota-kota di sekitarnya<br />
tidak macet. “Meski (kereta cepat) tarifnya<br />
sama atau lebih mahal sedikit dari pesawat,<br />
orang akan pilih kereta cepat asalkan transportasi<br />
di dalam kota bagus, tidak macet,” kata<br />
Djoko.<br />
Niat memiliki kereta cepat kelihatannya masih<br />
perlu kajian mendalam. Menurut Hermanto,<br />
berdasarkan kajian Kementerian Perhubungan,<br />
kereta cepat Jakarta-Surabaya diperkirakan<br />
baru bisa beroperasi pada 2030.<br />
Salah satu alasannya, tingkat pertumbuhan<br />
dan pendapatan per kapita penduduk sudah<br />
tinggi dan siap naik kereta dengan tarif komersial<br />
tanpa subsidi seperti kereta cepat. “Jika<br />
nanti terwujud, pembangunannya sekitar 5<br />
tahun dan diperkirakan mulai beroperasi pada<br />
2025,” tutur Hermanto. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
TAK ADA<br />
PELETAKAN<br />
BATU PERTAMA<br />
MESKI LAHAN MASIH MINIM, WASKITA<br />
KARYA SUDAH BERSEMANGAT MENGGELAR<br />
ACARA PELETAKAN BATU PERTAMA.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
Pekerja menyelesaikan<br />
pembangunan jalan tol<br />
Cibitung-Cilincing, Jakarta.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
UMBUL-UMBUL putih sudah dipasang<br />
berderet di samping jalur jalan<br />
tol Jagorawi yang hendak masuk ke<br />
ruas tol arah Cisalak atau Depok.<br />
Tulisan di umbul-umbul itu menyebut “PT Waskita<br />
Karya”, perusahaan yang baru dua bulan<br />
mengambil alih konsesi jalan tol Cimanggis-<br />
Cibitung dari tangan Grup Bakrie. Sejumlah<br />
tenda putih juga didirikan di tanah kemerahan<br />
yang berada di bagian belakang Perumahan<br />
Raffles Hills itu.<br />
Semaraknya tenda dan umbul-umbul tidak<br />
segendang seirama dengan suasana di sana<br />
yang sepi, tidak banyak orang. Padahal lokasi<br />
itu mestinya menjadi tempat Presiden Joko<br />
Widodo menggelar upacara peletakan batu<br />
pertama pembangunan ruas tol Cimanggis-<br />
Cibitung.<br />
“Harusnya kemarin sih peletakan batu pertama<br />
oleh Presiden,” ucap Sekretaris Perusahaan<br />
Waskita Karya, Anton Y. Nugroho, sehari kemudian.<br />
Tidak ada penjelasan mengapa Presiden<br />
tidak melakukan upacara peletakan batu<br />
pertama proyek ruas tol ini.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
Presiden Joko Widodo<br />
saat meninjau<br />
pembangunan jalan tol<br />
Trans-Sumatera.<br />
BAGUS PRIHANTORO/DETIKCOM<br />
Mungkin ini ada hubungannya dengan ucapan<br />
Joko Widodo pada Mei silam bahwa ia enggan<br />
melakukan peletakan batu pertama yang<br />
hanya seremonial. Saat itu ia menginginkan<br />
sebuah proyek dikerjakan dulu baru dilakukan<br />
groundbreaking. “Jalan selesai 2-3 kilometer,<br />
baru saya datang. Pelabuhan juga begitu, alat<br />
berat datang, sudah kerja 1-2 bulan, baru saya<br />
datang,” tuturnya.<br />
Dan jalan tol Cimanggis-Cibitung—yang bakal<br />
terentang dari jalan tol Jagorawi, membelah<br />
Trans-Yogi di kawasan Cibubur yang ramai,<br />
sebelum menyatu dengan jalan tol Jakarta-<br />
Cikampek di dekat gerbang tol Cikarang—memang<br />
belum apa-apa. Pembebasan lahan pun<br />
masih minim. “Pembebasannya baru sedikit,<br />
baru 3 persen,” ucap Anton.<br />
Anton mengatakan Waskita Karya ingin ada<br />
acara peletakan batu pertama untuk menunjukkan<br />
keseriusan menggarap. Peletakan batu<br />
pertama juga bisa mendorong pemerintah<br />
membebaskan lahan. “Mudah-mudahan, dengan<br />
groundbreaking ini, pembebasan lahannya<br />
juga cepat. Masyarakat juga yang terkena<br />
(pembebasan lahan) juga ikut mendukung<br />
pemerintah dengan mau melepas tanahnya,”<br />
ucapnya.<br />
Ruas tol ini awalnya dimiliki Grup Bakrie.<br />
Saat mereka melego sejumlah ruas tol kepada<br />
Grup MNC, jalan tol ini sempat dikabarkan ikut<br />
diambil alih, tapi ternyata tidak. Pemerintah<br />
kemudian meminta Waskita Karya mengambil<br />
alih jalan tol yang bisa membuat ruas Trans-<br />
Yogi dan Jalan Siliwangi di Bekasi berkurang<br />
bebannya itu. “Targetnya, sekitar 2018 sudah<br />
bisa beroperasi,” ucap Anton.<br />
Untuk mengejar target ini, pembebasan lahan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
Kepadatan di salah satu<br />
ruas tol di Jakarta<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
menggunakan peraturan baru, yakni Undang-<br />
Undang Nomor 2 Tahun 2012. “Kalau misalnya<br />
sulit, kami pakai model konsinyasi, karena itu<br />
kan sudah diamanatkan undang-undang,” kata<br />
Anton.<br />
Dalam peraturan baru ini, jika pemilik lahan<br />
tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan<br />
pemerintah, uang akan dititipkan ke pengadilan,<br />
sedangkan lahan langsung diambil. Pemilik<br />
lahan bisa menggugat harganya, tapi lahannya<br />
sudah diambil, sehingga proyek bisa berjalan.<br />
Peraturan baru ini juga meminta pemerintah<br />
yang mengeluarkan uang untuk pembebasan<br />
lahan. Dalam peraturan sebelumnya, pemegang<br />
konsesi menalangi dulu dana untuk<br />
pembebasan lahan. Seperti diungkapkan Kepala<br />
Subdirektorat Bidang Pengadaan Lahan<br />
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan<br />
Rakyat Herry Marzuki, peraturan lama<br />
membuat banyak proyek jalan tol tersendat<br />
karena pembebasannya tidak juga beres. “Nah,<br />
dengan banyaknya (proyek) yang stagnan,<br />
muncullah Undang-Undang Nomor 2 Tahun<br />
2012,” katanya.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
Petugas Badan Pertanahan<br />
Nasional Depok serta Tim<br />
Pembebasan Tanah Ditjen<br />
Bina Marga Kementerian<br />
Pekerjaan Umum dan<br />
Perumahan Rakyat sedang<br />
memverifikasi data warga<br />
Harjamukti, Cimanggis,<br />
Depok, yang lahannya<br />
terkena proyek jalan tol<br />
Cimanggis-Cibitung tahun<br />
lalu.<br />
AUDY ALWI/ANTARA FOTO<br />
Dalam peraturan itu, pemerintah mesti menyediakan<br />
dana pembebasan lahan. Sedangkan<br />
dalam peraturan lama, pemegang konsesi ruas<br />
tol menanggung pembebasan lahan terlebih<br />
dulu sebelum nantinya diganti pemerintah.<br />
Tanpa pembebasan lahan, pengerjaan fisik<br />
sulit dimulai karena bank enggan mengucurkan<br />
kredit terlebih dulu. Kepala Badan Pengelola<br />
Jalan Tol Herry T.Z. juga mengatakan ada klausul<br />
bahwa pekerjaan fisik harus dimulai setelah<br />
tanah selesai dibebaskan 75 persen.<br />
Jika yang dibebaskan masih minim, pemegang<br />
konsesi belum diharuskan memulai<br />
pekerjaan fisik. Selain itu, bank enggan memberikan<br />
pinjaman kepada pemegang konsesi<br />
jalan tol. Malah, jika perusahaan pemegang<br />
konsesi “meragukan”, bank bisa minta persentase<br />
pembebasan lebih banyak lagi baru mau<br />
mengucurkan dana.<br />
Herry Marzuki berharap pembebasan lahan<br />
seluruh ruas tol Cimanggis-Cibitung bakal<br />
selesai akhir tahun depan. Tapi seksi pertama,<br />
sepanjang 3,5 kilometer dari Cimanggis sampai<br />
Trans-Yogi, akan didahulukan. “Sekarang ini,<br />
dalam sisa anggaran tahun ini, mungkin daerah<br />
Tapos atau Depok, itu 3,5 kilometer kami<br />
prioritaskan selesai,” ucapnya.<br />
Jika ruas ini selesai pembebasannya, Waskita<br />
Karya bisa langsung bekerja. Pada saat seksi<br />
I itu digarap, pembebasan lahan seksi-seksi<br />
berikutnya dilanjutkan pemerintah. Dan jika<br />
selesai semua, pada 2018 warga Cibubur dan<br />
sekitarnya mendapat dua hadiah infrastruktur<br />
sekaligus: kereta LRT dan jalan tol baru. n<br />
BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EKONOMI<br />
Membuka<br />
Trans-Yogi dan<br />
Narogong<br />
JALAN tol Cimanggis-Cibitung bakal meringankan beban sejumlah jalan yang saat<br />
ini terlalu padat. Jalan itu adalah Alternatif Cibubur (Trans-Yogi), yang setiap hari<br />
macet oleh kendaraan pribadi, serta jalan di daerah industri Narogong (Siliwangi),<br />
yang setiap hari dipadati truk-truk besar.<br />
Saat ini truk besar di kawasan Narogong mengandalkan jalur dari Gunung Putri di dekat<br />
Bogor atau pintu tol Bekasi Barat. Dengan adanya tol ini, lalu lintas ke kawasan industri Narogong<br />
akan semakin lancar.<br />
Jalur tol ini mengikuti pipa gas Pertamina dan tidak terlalu lurus, agak melengkung di beberapa<br />
tempat, terutama di sekitar perumahan besar, seperti Raffles Hills dan Citra Gran. Masih<br />
belum jelas apakah akan ada rumah-rumah di kawasan-kawasan perumahan elite ini yang<br />
bakal menjadi korban.<br />
Halim<br />
Tol Jakarta-Cikampek<br />
Kampung Rambutan<br />
Cikunir<br />
JORR<br />
Rencana Tol Cimanggis-Cibitung<br />
Cibitung<br />
Jagorawi<br />
Cibubur<br />
1<br />
Cimanggis<br />
2 3<br />
Narogong<br />
Setu<br />
Trans-Yogi<br />
Cileungsi<br />
Perumahan Puri Sriwedari<br />
1<br />
Jagorawi<br />
Perumahan Raffles Hills<br />
Pringgodani<br />
Tumaritis<br />
Cijago<br />
Jalan Tol Cimanggis-Cibitung<br />
Perumahan Raffles Hills<br />
RAFFLES HILLS<br />
Jalur tol memotong Boulevard Raffles Hills. Meski begitu, jalurnya sedikit<br />
berkelok sehingga posisinya dijepit Raffles Hills dan perumahan tetangganya,<br />
Puri Sriwedari.<br />
2<br />
Kali Manggis<br />
Trans-Yogi<br />
Tol Cimanggis-Cibitung<br />
Hotel/Mal Ciputra<br />
Mitra 10<br />
Aversa<br />
Gerbang<br />
Citra Gran<br />
Springlake<br />
CITRA GRAN<br />
Jalur tol memutari sisi barat dan utara perumahan. Selewat Citra Gran,<br />
jalan tol akan menyeberang Trans-Yogi di sekitar jembatan Cikeas. Tidak<br />
jelas bagaimana nasib lahan di sekitar Mal dan Hotel Ciputra yang, berdasarkan<br />
peta dari Badan Pengatur Jalan Tol, bersisian de ngan jalur ini.<br />
3<br />
Boulevard Kota Wisata<br />
Pesona Montreal<br />
Pesona America<br />
Kantor Pemasaran<br />
Pesona Den Haag<br />
Pesona Toronto<br />
Pesona Madrid<br />
Tol Cimanggis-Cibitung<br />
Jalan Narogong<br />
KOTA WISATA<br />
Mengikuti jalur pipa gas, jalan tol ini akan terentang di tengah antara Cluster<br />
Pesona Den Haag dan Pesona Madrid. Menurut peta di situs Badan<br />
Pengatur Jalan Tol, pinggir Cluster Pesona Toronto juga tersenggol jalan ini.<br />
SUMBER: SITUS BADAN PENGATUR JALAN TOL (BPJT) | INFOGRAFIS : ZAKI ALFARABI<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BISNIS<br />
BEREBUT<br />
PENONTON<br />
BON JOVI<br />
BISNIS TI<strong>KE</strong>T PERTUNJUKAN<br />
DAN OLAHRAGA TETAP<br />
BERTAHAN. KOMISI 10<br />
PERSEN <strong>DARI</strong> HARGA TI<strong>KE</strong>T.<br />
TI<strong>KE</strong>T<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BISNIS<br />
Mesin Sevelin di 7-Eleven<br />
BUDI ALIMUDIN/DETIKCOM<br />
TERIKNYA sinar matahari siang itu<br />
tak menyurutkan langkah Fellish<br />
Felicia masuk gerai 7-Eleven di<br />
perempatan Matraman, Jakarta<br />
Timur. Perempuan yang menikmati masa<br />
remaja pada 1990-an itu tidak membeli<br />
makanan atau minuman di lokasi yang<br />
populer untuk nongkrong tersebut. Ia malah<br />
menghampiri sebuah kotak berwarna kuning<br />
pucat setinggi pinggang orang dewasa<br />
bertulisan “Sevelin”, yang terletak di depan<br />
kasir.<br />
Beberapa kali ia memencet layar monitor<br />
mesin komputer langsing itu. Sejurus<br />
kemudian, ia menarik secarik kertas hasil<br />
cetak mesin tersebut. “Beli tiket Bon Jovi sama<br />
beli pulsa,” ucapnya saat dihampiri majalah<br />
detik. Ia memilih membeli tiket di 7-Eleven<br />
karena praktis. “Kalau ticket box yang lain<br />
kadang mesti antre.”<br />
Gerai 7-Eleven memang menjadi salah satu<br />
pemain dalam perang bisnis penjualan tiket<br />
olahraga atau acara hiburan. Pemain lain di<br />
antaranya Tiket.com dan pelopor bisnis tiket,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BISNIS<br />
Ruko tempat penjualan tiket<br />
Ibu DIbjo di Cikini, Jakarta<br />
BUDI ALIMUDIN/DETIKCOM<br />
yakni Ibu Dibjo, yang sudah lebih setengah<br />
abad bergelut di bidang ini.<br />
Ibu Dibjo memulai usaha pada 1963, saat<br />
Sukarno masih berkuasa dan kemudian<br />
budaya Barat—termasuk film dan musik—<br />
dibatasi. Joko Kinanto, Manajer Operasional<br />
Ibu Dibjo Ticket Box, menuturkan saat itu<br />
ayahnya ingin mendirikan sekolah di sekitar<br />
Jakarta Pusat. “Masalahnya, dananya tidak<br />
ada,” ucapnya.<br />
Untuk mengumpulkan dana, mereka<br />
menggelar pemutaran film Hollywood di<br />
Hotel Indonesia, hotel paling elite saat itu.<br />
Acara ini sangat sukses. Buntutnya, banyak<br />
kalangan yang kemudian mengikuti jejaknya,<br />
memutar film Hollywood. Nah, para pengekor<br />
ini banyak yang menitipkan penjualan tiket<br />
kepada mereka.<br />
Usaha penjualan tiket inilah yang akhirnya<br />
malah diseriusi keluarga itu. Saat sang ayah<br />
meninggal, ibu Joko—bernama Ida Kurani<br />
Soedibjo atau Ibu Dibjo—meneruskan<br />
bisnisnya. “Hingga saat ini (bisnis) di tangan<br />
kami setelah ibu kami wafat,” ucapnya.<br />
Segala jenis tiket mereka jual, dari pentas<br />
musik sampai pertandingan sepak bola.<br />
“Zaman dulu, saat Ketua PSSI Bardosono,<br />
sering juga PSSI mendatangkan tim-tim luar<br />
negeri ke Indonesia, itu luar biasa ramainya,”<br />
katanya. Jika ada artis asing datang—sampai<br />
1990-an, hal ini sangat jarang terjadi—antrean<br />
akan mengular di depan kantor mereka di<br />
Cikini Raya, Jakarta Pusat.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BISNIS<br />
Operator Tiket.com di<br />
kantornya<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Tapi sial pernah juga menerpa mereka.<br />
Saat itu grup disko paling top pada 1970-an<br />
dan 1980-an, Boney M, hendak menggelar<br />
pentas di Indonesia. Ibu Dibjo sudah melayani<br />
penjualan tiket grup asal Jerman ini. Seperti<br />
biasa, sebelum pentas, mereka menyetor<br />
dana hasil penjualan tiket kepada panitia.<br />
Malang tak dapat ditolak, pentas batal. Ibu<br />
Dibjo mesti mengganti uang tiket yang telanjur<br />
dibeli penonton dan mesti menalanginya<br />
lebih dulu. Sejak itu, mereka hanya bersedia<br />
menyetor hasil penjualan tiket jika pentas<br />
sudah berlangsung. “Itu jadi pelajaran kami,<br />
penyerahan uang harus H+1 konser,” ucapnya.<br />
Selama sekitar 30 tahun, mereka bisa<br />
dibilang minim pesaing. Pada 1970-an, sempat<br />
muncul beberapa pesaing di daerah Kota,<br />
Jakarta Pusat, tapi sekarang sudah tutup. Baru<br />
pada 1990-an muncul beberapa perusahaan<br />
pesaing, seperti Raja Karcis dan kemudian<br />
perusahaan penjualan tiket online.<br />
Hadirnya pesaing ini mengharuskan<br />
mereka bekerja lebih keras. Mereka mencari<br />
tahu acara-acara yang akan hadir di Jakarta,<br />
bahkan di Asia Tenggara, seperti balapan<br />
Formula 1 di Singapura. “Dari situ kami cari<br />
tahu siapa promotornya dan menawarkan diri<br />
untuk menjualkan tiketnya dengan jaminan<br />
pengalaman kami selama 5 dekade terakhir,”<br />
ucapnya.<br />
Dengan kerja lebih keras, pesaing-pesaing<br />
baru, termasuk 7-Eleven, memang bisa<br />
digencet. Juru bicara 7-Eleven, Neneng Sri<br />
Mulyati, mengatakan penjualan tiket pentas<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BISNIS<br />
Ratusan penggemar band<br />
Metallica antre menukar<br />
tiket konser di Stadion<br />
Utama Gelora Bung Karno,<br />
Jakarta<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />
musik dan olahraga dimasukkan dalam bisnis<br />
karena sesuai dengan profil pengunjung<br />
mereka: remaja dan orang usia produktif.<br />
Neneng tidak bersedia mengungkap hasil<br />
penjualan tiket. Tapi pemain lain, Tiket.com,<br />
mengatakan pertumbuhan bisnis ini mencapai<br />
300 persen setiap tahunnya. Tapi pendiri Tiket.<br />
com, Mikhael Gaery, mengatakan sebagian<br />
besar bisnis mereka adalah tiket perjalanan.<br />
Tiket pentas musik atau olahraga masih<br />
sangat kecil. “Tiket event hanya 10 persen dari<br />
total penjualan kami,” ucapnya.<br />
Mikhael dan enam orang lainnya mendirikan<br />
Tiket.com pada 2011. Modalnya US$ 1 juta (Rp<br />
14 miliar). Modal sebesar itu tersedot untuk<br />
membayar gaji karyawan serta membeli<br />
peralatan teknologi informasi. “Dari sisi gaji<br />
ya yang paling besar,” katanya.<br />
Tiket.com mempertahankan penjualan<br />
tiket event, walaupun gerak bisnisnya sangat<br />
fluktuatif. Alasannya, kata Mikhael, untuk<br />
tambahan saja, di samping berfokus pada<br />
penjualan tiket perjalanan. “Sebagai brand<br />
image juga,” ucapnya. Meski begitu, hasilnya<br />
lumayan juga. Ia mencontohkan konser Bon<br />
Jovi. Tiket.com mendapat kuota beberapa ribu<br />
tiket dari berbagai kelas. Komisi untuknya 10<br />
persen dari harga tiket.<br />
Jika Tiket.com menjadikan tiket pentas<br />
musik atau olahraga sebagai sampingan,<br />
tidak demikian dengan Ibu Dibjo. Mereka<br />
tidak masuk ke bisnis tiket perjalanan meski<br />
pasarnya lebih luas. “Ini perusahaan warisan,<br />
amanahnya seperti itu. Jadi kami menjalankan<br />
sesuai amanah ibu kami,” ucap Joko Kinanto.<br />
n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
NOVELIS<br />
LEGEN<strong>DARI</strong>S<br />
Dokter dan penulis novel menjadi<br />
profesi yang lekat dengan Mira Widjaja.<br />
Di usia 64 tahun, ia masih aktif<br />
melayani pasien di klinik Universitas<br />
Moestopo, juga menulis. September<br />
ini, ia genap 40 tahun berkiprah<br />
di dunia kepenulisan dengan total<br />
karya 82 judul. Lebih dari separuhnya<br />
telah dibuat film dan sinetron, juga<br />
menjadi bahan pelajaran di sekolahsekolah.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
TERUS BERKARYA<br />
DI USIA SENJA<br />
<strong>MIRA</strong> W. ADALAH LEGENDA SASTRA<br />
POPULER INDONESIA. LEBIH<br />
<strong>DARI</strong> 40 JUDUL NOVELNYA TELAH<br />
DIFILMKAN. BEBERAPA DI ANTARANYA<br />
MENJADI BAHAN PELAJARAN DI<br />
SEKOLAH-SEKOLAH MENENGAH.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Dalam acara peluncuran<br />
novel Cinta Sepanjang<br />
Amazon, 2008<br />
DOK. <strong>MIRA</strong> W<br />
SEORANG pastor bernama Handoyo<br />
melanggar janji selibat dengan menikahi<br />
seorang biarawati. Ia lantas<br />
mendidik dan mengarahkan putri<br />
semata wayangnya, Maria, untuk menjadi<br />
biarawati seperti ibunya, yang meninggal saat<br />
melahirkan. Tapi sikap Maria tak sepenuhnya<br />
sejalan dengan kehendak sang ayah. Ia menjalin<br />
tali kasih dengan teman sekolahnya, Guntur.<br />
Demikian garis besar cerita dalam novel<br />
berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji yang<br />
ditulis Mira Widjaja atau Mira W. pada 1984.<br />
Novel ini menjadi satu dari tujuh karya best<br />
seller Mira yang diterbitkan kembali oleh Gramedia<br />
Pustaka Utama pada 13 September lalu<br />
untuk menandai 40 tahun kiprah sang penulis.<br />
Tak cuma merilis ulang, dalam acara yang dipusatkan<br />
di Toko Buku Gramedia Central Park itu<br />
juga turut diterbitkan karya terbaru Mira, Sisi<br />
Gelap Cinta.<br />
Novel Merpati amat digemari kawula muda<br />
pada era 1980 dan kemudian diangkat ke layar<br />
lebar pada 1986 dengan pemain Paramitha Rusady<br />
dan Adi Bing Slamet. Novel ini juga pernah<br />
dibuatkan sinetron lepas yang ditayangkan di<br />
RCTI pada 26 Desember 2013. Di situ penyanyi<br />
Mikha Tambayong dan Morgan Oey menjadi<br />
pemainnya.<br />
“Saya bolak-balik berdiskusi dengan rohaniwan<br />
selama proses penulisan novel itu agar<br />
jangan sampai menyinggung agama tertentu.<br />
MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Di klinik Universitas<br />
Moestopo, Jakarta<br />
FOTO: SUDRAJAT /DETIKCOM<br />
Saya berusaha untuk se-obyektif mungkin<br />
dalam menulis,” kata Mira, yang beragama<br />
Protestan, saat ditemui majalah detik di klinik<br />
Universitas Moestopo di kawasan Senayan,<br />
Jakarta, Senin pagi, 7 September lalu.<br />
Total, penulis kelahiran Jakarta, 13 September<br />
1951, itu telah menghasilkan 82 karya, yang<br />
terdiri atas 75 novel serta 7 kumpulan novelet<br />
dan cerpen. Dari jumlah itu, 42 judul di antaranya<br />
telah diangkat ke layar lebar dan sinetron.<br />
Mira mengaku tak punya resep khusus yang<br />
membuat karya-karyanya begitu digemari masyarakat.<br />
“Saya cuma menulis kalau sedang<br />
mood saja, tak pernah mau menerima pesanan,”<br />
ujar novelis yang menggemari karya-karya<br />
Nh. Dini, Romo Y.B. Mangunwijaya, dan Pearl<br />
S. Buck itu.<br />
Latar profesinya sebagai dosen dan dokter<br />
diakui turut membantu perjalanan kariernya<br />
sebagai penulis. Sebab, saat berinteraksi dengan<br />
para mahasiswa maupun pasien, ada cerita-cerita<br />
dari mereka yang menginspirasinya<br />
untuk diangkat menjadi novel. Mira antara lain<br />
menyebut novel Perisai Kasih yang Terkoyak,<br />
yang berkisah tentang temannya yang mengidap<br />
kanker otak, dan Relung-relung Gelap Hati<br />
Sisi, yang bertema tentang lesbian.<br />
lll<br />
Mira belajar menulis sejak masih sekolah<br />
dasar. Tapi yang membuatnya makin percaya<br />
diri untuk menjadi penulis adalah ketika cerita<br />
pendeknya, Benteng Kasih, dimuat di majalah<br />
MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Bersama aktris Widyawati<br />
dalam sebuah pertemuan<br />
beberapa waktu lalu.<br />
DOK. WIDYAWATI<br />
Femina pada 1977. Maklum, tak mudah bagi<br />
setiap penulis agar karyanya dimuat di majalah<br />
wanita itu. Pada tahun itu juga Mira menulis<br />
Sepolos Cinta Dini, yang kemudian dimuat<br />
sebagai cerita bersambung di harian Kompas<br />
pada 1978, dan Dr Nona Friska, yang dimuat di<br />
majalah Dewi pada 1977. Nona Friska kemudian<br />
difilmkan menjadi Kemilau Kemuning Senja<br />
pada 1980, dengan Widyawati sebagai pemeran<br />
utamanya.<br />
Popularitasnya yang terus menanjak serta<br />
karyanya yang banyak difilmkan tak membuat<br />
Mira terjebak dalam komersialisasi. Ia amat<br />
menjaga energi dan idealismenya dalam menulis.<br />
Salah satu kiatnya adalah menolak permintaan<br />
para produser film maupun penerbit buku<br />
untuk menulis cerita sesuai tema yang tengah<br />
digandrungi masyarakat. Mira menyatakan hanya<br />
bisa dan mau menulis yang diketahui dan<br />
dirasakannya. “Jadi, kalau sedang jenuh, ya saya<br />
tak bisa dibujuk-bujuk buat nulis. Tapi saya beruntung<br />
Gramedia tak pernah sekali pun mengintervensi,”<br />
ujarnya.<br />
Mira juga tak pernah mau ribet dengan urusan<br />
honor maupun royalti atas novel-novelnya<br />
maupun karya yang diangkat menjadi film.<br />
“Saya tak pernah mau mematok harga, semua<br />
dibicarakan secara kekeluargaan saja,” ujar<br />
penulis seangkatan Maria A. Sardjono dan S.<br />
Mara Gd. itu.<br />
Soal berapa besaran honor yang diterimanya<br />
dari penerbit maupun produser yang memfilmkan<br />
novel-novelnya, dokter lulusan Universitas<br />
Trisakti pada 1979 itu menggeleng. Yang<br />
pasti, dari honornya menulis, Mira mengaku<br />
telah menjejakkan kaki di puluhan negara di<br />
Asia, Eropa, dan Australia.<br />
Bagi Mira, menulis maupun berkarya dalam<br />
kesenian tak sepenuhnya mengandalkan bakat.<br />
Hal utama, kata dia, adalah kesediaan terus<br />
belajar dan mencintai profesi yang ditekuni.<br />
Tanpa kedua hal itu, seberapa baik pun bakat<br />
yang dipunyai seseorang tak akan bisa menghasilkan<br />
karya yang monumental.<br />
Hal lain yang tak banyak diketahui khalayak,<br />
novel-novel karya Mira bukan cuma banyak<br />
yang difilmkan, tapi juga menjadi bahan pengajaran<br />
di sekolah-sekolah menengah. Pada<br />
1980-an, menurut Mira, novel seperti Kuduslah<br />
Cintamu Dokter, Dari Jendela SMP, dan Masih<br />
MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Lewat film ini, Widyawati<br />
meraih Piala Citra pada<br />
Festifal Film Indonesia, 1987.<br />
DOK. JEJAKANDROMEDA<br />
Ada Kereta yang Akan Lewat<br />
disahkan oleh Direktorat Jenderal<br />
Pendidikan Dasar dan<br />
Menengah sebagai bahan<br />
pelajaran.<br />
Toh, Mira tak merasa<br />
jemawa. Dengan rendah<br />
hati, ia menyebut karyakaryanya<br />
belum sebanding<br />
dengan apa yang telah<br />
dihasilkan Nh. Dini karena<br />
isinya dianggap masih<br />
ringan dan menghibur.<br />
“Namun saya juga tidak<br />
mau merusak akhlak pembaca. Selalu ada misi<br />
atau pesan yang ingin disampaikan tanpa bermaksud<br />
menggurui pembaca. Saya tidak ingin<br />
mengarahkan pembaca ke arah yang buruk,”<br />
papar Mira.<br />
Memasuki usia senja, 64 tahun, Mira tak bisa<br />
memastikan kapan dirinya akan berhenti menulis.<br />
Sebagai dokter, ia mungkin akan berhenti<br />
karena terbentur masalah administrasi kepegawaian.<br />
Tapi menulis? “Itu bukan cuma profesi,<br />
tapi hobi saya. Rasanya enggak mungkin saya<br />
berhenti menulis,” ujarnya diiringi senyum.<br />
lll<br />
Menurut Rahmayanti, editor buku-buku fiksi<br />
di Gramedia Pustaka Utama, novel-novel karya<br />
Mira, meski telah berusia puluhan tahun, tetap<br />
ada pembacanya. Indikasinya, ada beberapa<br />
judul novel yang naik cetak hingga belasan kali,<br />
seperti Ketika Cinta Harus Memilih (12 kali) dan<br />
Dari Jendela SMP (13 kali). Salah satu kekuatan<br />
cerita Mira, kata dia, ada pada tema yang selalu<br />
mengangkat persoalan cinta dan perempuan.<br />
Pernyataan Yanti tak berlebihan. Aktris senior<br />
Widyawati memberikan kesaksian lain tentang<br />
hal itu. Istri Sophan So phiaan (almarhum) itu<br />
mengaku baru bersua dan berfoto bersama<br />
Mira sekitar dua pekan lalu. Ketika foto itu diunggah<br />
ke media sosial, banyak sekali tanggapan<br />
yang mengaku sebagai penggemar novelnovel<br />
karya Mira W. “Rata-rata perempuan itu<br />
menyenangi dan mempunyai koleksi novel dia.<br />
Karena ceritanya menonjolkan sisi-sisi kewanitaan.<br />
Wanita yang tegar dan tidak cengeng,”<br />
kata Widyawati, yang pernah memerankan<br />
MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
tiga tokoh dari tiga novel karya Mira,<br />
yakni Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi,<br />
Kemilau Kemuning Senja, dan<br />
Arini, Masih Ada Kereta yang Akan<br />
Lewat.<br />
“Karakter perempuan dalam<br />
film yang saya mainkan itu bukan<br />
perempuan yang cengeng. Di Sini<br />
Cinta Pertama Kali Bersemi, karakternya<br />
memang sedikit lemah tapi<br />
tetap berpegang pada prinsipnya.<br />
Sedangkan di Kemilau, karakternya<br />
keras sekali, lalu di Arini juga<br />
keras,” Widyawati menekankan.<br />
Raya Fitria, editor novel-novel<br />
terbitan Gramedia, menyebut<br />
karya Mira sebagai sastra populer.<br />
Sebab, kalaupun isinya tentang percintaan,<br />
tetap ditulis berdasarkan riset yang serius dan<br />
alur cerita yang terjaga. Latar belakang Mira<br />
sebagai dokter, kata Raya, membuatnya pandai<br />
menyisipkan pesan-pesan ilmu pengetahuan<br />
tentang dunia kedokteran ke dalam alur cerita<br />
yang ditulisnya. “Jadi sedikit-banyak pembaca<br />
mendapatkan tambahan pengetahuan,” ujarnya.<br />
Ia juga menyebut alur dalam novel-novel Mira<br />
sangat filmis, sehingga menarik dan memudahkan<br />
sutradara dan penulis skenario untuk<br />
mengangkatnya ke layar lebar. “Itu barangkali<br />
yang membuat karya-karya Ibu Mira banyak<br />
dibuatkan film dan belakangan sinetron,” Raya<br />
menambahkan.<br />
Meski mengaku tak terlalu dekat dengan<br />
karya-karya Mira W., penulis best seller Asma<br />
Nadia menilai kisah-kisah dalam novel karya<br />
Mira “perempuan sekali”, begitu juga dengan<br />
tema-tema yang dibawakan. “Persoalanpersoalannya<br />
sangat menyentuh perasaan<br />
perempuan,” ujarnya. Produktivitas Mira yang<br />
tergolong tinggi dan tetap berkarya di usia<br />
senja, kata Asma, sulit ditandingi penulis lainnya.<br />
“Karyanya akan terus tetap ada di tokotoko<br />
buku. Itu merupakan suatu pencapaian<br />
yang sulit (ditandingi),” kata Asma. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 31 DETIK AGUSTUS 14 - 20 - 6 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
MENYAMPAIKAN<br />
PERSOALAN PEREMPUAN<br />
LEWAT TULISAN<br />
<strong>MIRA</strong> W. BIASA MENAMPILKAN<br />
POTRET PEREMPUAN INDONESIA<br />
YANG MANDIRI, TAPI TETAP<br />
“TUNDUK” PADA NORMA-NORMA<br />
<strong>KE</strong>TIMURAN.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Novel Antologi Rasa segera<br />
diangkat ke layar lebar oleh<br />
Soraya Intercine Films<br />
DOK. IKANATASSA<br />
sore dilanda<br />
ngantuk. Isi cangkir msh<br />
penuh tp buku sdh tamat.<br />
Cerita bgs mmg bkn melek.<br />
Slmt mbak @ikanatas-<br />
“JUM’AT<br />
sa,” begitu kicau Adenita Priambodo, pemilik<br />
akun @adenits, Jumat, 11 September lalu.<br />
Buku bagus yang dimaksud<br />
adalah Critical Eleven, karya<br />
ketujuh dari Ika Na tassa.<br />
Buku setebal 344 halaman<br />
itu bercerita tentang hubungan<br />
Aldebaran Risjad (Ale),<br />
insinyur perminyakan yang<br />
biasa bekerja berbulan-bulan<br />
mencari minyak di tengah samudra,<br />
dan Tanya Laetitia Baskoro,<br />
konsultan manajemen.<br />
Keduanya bertemu dalam penerbangan<br />
menuju Sydney untuk<br />
menonton konser Coldplay. Dari<br />
pertemuan dan perbincangan<br />
singkat saat penerbangan itulah<br />
keduanya jadi sering bersua, dan<br />
kemudian menikah. Hingga pada suatu hari,<br />
sebuah tragedi besar menimpa kehidupan<br />
pernikahan Ale dan Tanya. Membuat pasangan<br />
ini berintrospeksi dan merenungkan sebuah<br />
kehidupan dan cinta.<br />
Sehari-hari, Ika bekerja di sebuah bank dan<br />
punya hobi fotografi. Soal kemampuannya<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
AKU SIH INGIN TANYA LANGSUNG<br />
RAHASIA DIA (<strong>MIRA</strong>) BERKARYA<br />
SEPRODUKTIF ITU APA, SIH.<br />
menulis, itu tak lepas dari sejumlah buku cerita<br />
yang kerap dibacanya sejak belia, seperti<br />
Trio Detektif, Lima Sekawan, dan karya-karya<br />
Sidney Sheldon. Begitu duduk di bangku SMP<br />
pada awal 1990-an, bacaannya bertambah<br />
dengan novel-novel yang biasa dilahap sang<br />
bunda, karya Mira W. “Dia sangat detail. Kalau<br />
cerita tentang tokoh, fotografer karakternya<br />
hidup,” kata Ika saat dihubungi majalah<br />
detik.<br />
Menurut dia, Mira juga bisa menampilkan<br />
potret perempuan Indonesia pada masanya.<br />
Juga menggambarkan perempuan Indonesia<br />
yang sudah mulai mandiri, berkarier di satu<br />
sisi, di sisi lain tetap “tunduk” pada kodratnya<br />
sebagai perempuan Timur yang memiliki norma-norma.<br />
“Potretnya itu realistis sekali, potret<br />
perempuan yang independen. Walaupun<br />
ada sedikit sisi rapuhnya, namun kuat, biasa<br />
melewati persoalan-persoalan yang dihadapi.”<br />
Meski belum seproduktif dan selegendaris<br />
Mira W., karya-karya Ika cukup mendapat<br />
tempat tersendiri di khalayak pembaca. Karya<br />
pertamanya, A Very Yuppy Wedding (Gramedia<br />
Pustaka Utama, 2007), menjadi Editor’s<br />
Choice Majalah Cosmopolitan Indonesia<br />
pada 2008. Pada tahun yang sama, dia juga<br />
dinominasikan sebagai Talented Young Writer<br />
dalam penghargaan Khatulistiwa Literary<br />
Award. Empat tahun sebelumnya, Ika Natassa<br />
menjadi salah satu finalis Fun Fearless Female<br />
Majalah Cosmopolitan Indonesia, dan pada<br />
2010 memperoleh penghargaan Women Icon<br />
dari The Marketeers. Saat ini Antologi Rasa<br />
(Gramedia Pustaka Utama, 2012) sedang diadaptasi<br />
menjadi film layar lebar.<br />
Meski sudah menjadi penulis yang diperhitungkan,<br />
Ika mengaku tetap kagum pada<br />
Mira, yang mampu menghasilkan novel-novel<br />
dengan ide yang berbeda-beda. Tak seperti<br />
penulis lain yang mungkin juga sangat pro-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Laudya Chintya Bella, Fedi<br />
Nuril, dan Raline Shah, yang<br />
bermain dalam film Surga<br />
yang Tak Dirindukan<br />
ANTARA FOTO<br />
duktif, tapi ceritanya cenderung senada. “Aku<br />
sih ingin tanya langsung rahasia dia (Mira)<br />
berkarya seproduktif itu apa, sih,” ujarnya.<br />
Penulis Asma Nadia, yang telah menghasilkan<br />
50 buku dan beberapa di antaranya<br />
telah difilmkan, juga mengakui produktivitas<br />
Mira W. Juga kekuatan tema-tema cerita yang<br />
diangkatnya seputar perempuan. “Tapi bukubuku<br />
detektif, seperti Sherlock Holmes dan<br />
(karya) Sidney Sheldon, lebih mempengaruhi<br />
saya,” ujar Asma. Ia merujuk novel Assalamualaikum<br />
Beijing dan Surga yang Tak Dirindukan<br />
yang, bila dicermati, sebetulnya ada elemen<br />
misterinya.<br />
Selain dua novel itu, Emak Ingin Naik Haji<br />
dan Rumah tanpa Jendela sudah diangkat ke<br />
layar lebar. Tiga lainnya, Jilbab Traveller, Pesantren<br />
Impian, Cinta di Ujung Sajadah, sedang<br />
dalam proses negosiasi dengan produser<br />
untuk difilmkan.<br />
Berkat novel-novelnya yang rata-rata best<br />
seller, Asma telah melanglang buana ke 288<br />
kota di 60 negara. “Writing gives me wings to<br />
see the world. I’ve been to 60 countries, 288<br />
cities, most of them because I write,” cuitnya<br />
pada 5 September.<br />
Sebelum menulis cerita, Asma mengawali<br />
karier sebagai penulis lagu sejak usia<br />
7 tahun. Dalam soundtrack Assalamualaikum<br />
Beijing, setelah lagu Ridho Rhoma terselip<br />
lagu ciptaannya. Begitupun di Surga yang Tak<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
Asma Nadia bersama suami<br />
dan kedua buah hatinya.<br />
FOTO: FACEBOOK <strong>ASMA</strong><strong>NADIA</strong><br />
Dirindukan, ada lagu karyanya yang dipasang<br />
di bagian akhir film. Kemampuan itu mungkin<br />
menurun atau pengaruh dari sang ayah,<br />
Amin Ivo, yang merupakan pencipta lagu. Salah<br />
satu lagu paling terkenal karya sang ayah<br />
adalah Kau Bukan Dirimu, yang dibawakan<br />
Dewi Yull.<br />
Sebelum menulis novel, Asma mulai dengan<br />
cerita pendek. Judulnya Surat buat Asadullah<br />
di Surga, yang kemudian dibuat sinetron oleh<br />
SinemArt dengan judul Aisyah Putri. Bagi dia,<br />
menulis adalah media perjuangan. Ia membantu<br />
membuka wawasan dan memberi inspirasi<br />
bagi orang lain tanpa harus berteriak-teriak<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
di jalanan atau berdemonstrasi. Seperti Mira<br />
W., Asma berusaha menyuarakan persoalanpersoalan<br />
perempuan dalam karya-karyanya.<br />
Di luar kariernya sebagai pengarang, Asma<br />
aktif mendirikan Rumah Baca. Total sudah<br />
berdiri 184 Rumah Baca, yang sebagian besar<br />
ada di pulau-pulau besar, juga ada dua Rumah<br />
Baca di Hong Kong untuk kaum buruh migran.<br />
“Saya, sih, cita-citanya bisa ada di Palestina<br />
atau di Nepal. Juga di daerah yang minim<br />
secara ekonomi,” ujarnya.<br />
Upaya itu tak lepas dari sokongan para<br />
sukarelawan yang luar biasa. Di samping<br />
mendirikan Rumah Baca, mereka mendirikan<br />
les komputer gratis, koperasi Asma Nadia,<br />
Kampung Baca, dan Rumah Yatim. Semua<br />
itu dilakukan untuk membuktikan bahwa hal<br />
yang semula dianggap mustahil sebetulnya<br />
bisa diwujudkan, ditaklukkan. “Kami inginnya<br />
Rumah Baca menjadi sentra belajar dan tidak<br />
terpinggirkan secara teknologi,” ujar istri Isa<br />
Alamsyah, mantan wartawan NHK, itu. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SELINGAN<br />
FOTO: RENGGA SANCAYA (DETIKCOM)<br />
42 82<br />
FILM<br />
D A R I NOVEL<br />
ADA banyak sutradara yang<br />
mengangkat novel-novel<br />
karya Mira W., seperti Wim<br />
Umboh, Sophan Sophiaan,<br />
dan Dedi Setiadi. Mereka seolah berlomba<br />
untuk bisa menjadi yang pertama<br />
memfilmkan novel-novel laris karya Mira.<br />
Kenyataan itu tentu membuat kebanggaan<br />
tersendiri bagi sang novelis. Apalagi<br />
dia kerap dilibatkan untuk menentukan<br />
para pemain maupun lokasi syuting.<br />
“Widyawati dan Roy Marten itu saya<br />
yang usulkan untuk menjadi pemeran Di<br />
Sini Cinta Pertama Kali Bersemi. Sampai<br />
sekarang, saya masih bersahabat dengan<br />
Widya, beberapa hari lalu kami ketemuan<br />
dan makan bersama,” kata Mira.<br />
Selama 40 tahun kariernya sebagai<br />
penulis, Mira W. telah menerbitkan 82<br />
novel dan cerita pendek, termasuk karya<br />
terbarunya, Sisi Gelap Cinta. Dari jumlah<br />
itu, 42 di antaranya telah difilmkan dan<br />
dibuatkan sinetron di televisi. Berikut ini<br />
di antaranya.<br />
1<br />
DI SINI CINTA<br />
PERTAMA KALI<br />
BERSEMI<br />
Sutradara: Wim Umboh, 1980<br />
Pemain: Widyawati dan Roy Marten<br />
MEMPERTEMUKAN Roy Marten dengan Widyawati dalam satu<br />
film. Cinta yang tumbuh dari remaja, dihalangi oleh banyak terjal dan<br />
hambatan membuat mereka terpisah. Widyawati berperan sebagai<br />
perempuan yang mengalami pahit hidup berumah tangga yang tidak didasari<br />
cinta, dan mengalami perceraian. Pengalaman itu membuat ia menjadi seorang<br />
biarawati dan berjumpa lagi dengan cinta lamanya (Roy Marten), tapi<br />
keadaan telah berubah, mengingat kaul seorang biarawati.<br />
<strong>KE</strong>MILAU <strong>KE</strong>MUNING<br />
SENJA (DOKTER NONA<br />
FRISKA)<br />
Sutradara: Hasmanan, 1980<br />
Pemain: Widyawati<br />
WIDYAWATI kembali tampil dalam film dramatis<br />
dari novel Mira W. Kali ini ia berperan sebagai<br />
seorang dokter wanita yang tegar, tangguh, dan<br />
mandiri walau mengalami berbagai terpaan hidup.<br />
2<br />
3<br />
SEANDAINYA AKU<br />
BOLEH MEMILIH<br />
Sutradara: Wahab Abdi, 1984<br />
Pemain: Nena Rosier, Roy Marten, El Manik, Tuti Indra Malaon<br />
CINTA segitiga yang rumit dan diperkeruh oleh intervensi<br />
pihak lain membuat drama ini semakin berbelit. Ketika<br />
perasaan ditutupi oleh sebuah paksaan, film diakhiri<br />
dengan drama pengadilan ketika semua masalah dan konflik<br />
batin tertumpah ruah, ditambah dengan kematian dan keguncangan<br />
jiwa.<br />
4<br />
ROMANTIKA (GALAU<br />
REMAJA DI SMA)<br />
Sutradara: Hengky Solaiman, 1985<br />
Pemain: Meriam Bellina, Paramitha Rusady<br />
ATIEK dan Tia bersaing dalam pelajaran maupun<br />
percintaan. Persaingan ini menimbulkan banyak<br />
hal lucu, sekaligus meresahkan teman-teman<br />
dan guru. Keduanya lalu jadi sahabat kental dan berhasil<br />
menjadi juara kelas dan mewujudkan mimpi menjadi<br />
bintang film ternama.<br />
5<br />
MERPATI TAK PERNAH<br />
INGKAR JANJI<br />
Sutradara: Wim Umboh, 1986<br />
Pemain: Paramitha Rusady dan Adi Bing Slamet<br />
BERLATAR lingkungan gereja Katolik, film ini mengisahkan<br />
gadis bernama Maria, yang oleh ayahnya<br />
didoktrin menjadi biarawati. Sempat memberontak,<br />
tapi setelah mengalami fase-fase alamiah dan sebagai seorang<br />
gadis remaja, Maria pun menemukan jati dirinya dan<br />
memantapkan diri menjadi seorang biarawati.<br />
6<br />
ARINI, MASIH ADA<br />
<strong>KE</strong>RETA YANG AKAN<br />
LEWAT<br />
Sutradara: Sophan Sophiaan, 1987<br />
Pemain: Widyawati dan Rano Karno<br />
Penghargaan: Piala Citra untuk Aktris Utama Terbaik<br />
FILM ini memotret fenomena wanita yang sukses<br />
dalam karier dan harus menikahi lelaki yang berusia<br />
jauh lebih muda. Juga belum mapan dan masih di<br />
bawah kuasa ibunya. Sutradara Sophan Sophiaan menyisipkan<br />
sejumlah kritik sosial yang dibalut dengan halus.<br />
TATKALA MIMPI<br />
BERAKHIR<br />
7<br />
Sutradara: Wim Umboh, 1987<br />
Pemain: Ray Sahetapy dan Meriam Bellina<br />
Prestasi: Nominasi Pemeran Utama Pria dan Wanita Terbaik,<br />
FFI 1988<br />
DRAMA tentang hubungan seorang gadis dan pria<br />
yang dipertemukan di dunia film. Ketidakcocokan yang<br />
semula dialami mereka mempertemukan pada sebuah<br />
cinta sejati. Namun hubungan mereka seakan tak direstui<br />
oleh takdir, setelah sang pria meninggal karena sakit.<br />
PERISAI KASIH<br />
YANG TERKOYAK<br />
Sutradara: Hadi Poernomo, 1986<br />
Pemain: Tuti Indra Malaon, Nena Rosier, dan<br />
Dwi Yan<br />
KISAH dua yatim-piatu yang terpisah dan<br />
sama-sama menjadi penyanyi terkenal.<br />
Keduanya bersaing dan saling mencari,<br />
tapi baru bersua kembali di saat yang tak<br />
terduga.<br />
8<br />
9<br />
CINTA CUMA<br />
SEPENGGAL DUSTA<br />
Sutradara: Edi S.S., 1986<br />
Pemain: Christine Aristha, Firda Razak, Deddy Mizwar, Gusti<br />
Randa, dan Linda Eka<br />
Penghargaan: Film Pilihan FFI 1987<br />
CERITA tentang problem remaja-remaja SMA yang kurang<br />
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua.<br />
Kehadiran pak guru yang dapat mengendalikan anak-anak<br />
itu memberikan pengaruh yang cukup baik. Klimaks cerita adalah<br />
saat remaja perempuan bernama Sandra meninggal karena<br />
menggugurkan kandungannya akibat berhubungan di luar nikah.<br />
ARINI II<br />
(BIARKAN<br />
<strong>KE</strong>RETA ITU<br />
LEWAT)<br />
10<br />
Sutradara: Wim Umboh, 1988<br />
Pemain: Ida Iasha dan Rano Karno<br />
Prestasi: Nominasi FFI 89 untuk<br />
Pemeran Utama Pria (Rano Karno),<br />
dan Pemeran Pembantu Wanita (Rima<br />
Melati)<br />
Film ini adalah kelanjutan dari Arini 1.<br />
Namun pemeran Widyawati sebagai<br />
Arini digantikan oleh Ida Iasha.<br />
11<br />
SINETRON CINTA<br />
(SEANDAINYA AKU<br />
BOLEH MEMILIH)<br />
Sutradara: Maruli Ara, 1999<br />
Pemain: Desy Ratnasari, Primus Yustisio, dan<br />
Atalarik Syah<br />
Berkisah tentang cinta segitiga antara mahasiswi<br />
kedokteran (Riri) dan dua pria kakak-adik, (Haris/<br />
Primus dan Andi/Atalarik). Soundtrack sinetron<br />
ini, Bahasa Kalbu, mengantarkan Titi Dj. meraih<br />
AMMI Award 1999.<br />
TRUE LOVE (CINTA<br />
SEPANJANG AMAZON)<br />
Sutradara: Dedi Setiadi, 2011<br />
Pemain: Fanny Fabriana dan Mario Lawalata<br />
Aries dan Guntur adalah dua sahabat yang selalu bersama-sama.<br />
Suatu hari, di kampusnya, Aries tersipu-sipu melihat Vania,<br />
mahasiswi pintar yang membiayai hidupnya secara mandiri.<br />
Keduanya menjalin cinta kasih yang rumit karena perbedaan<br />
latar belakang status sosial dan karakter. Karena alasan teknis,<br />
film ini tak jadi mengambil lokasi di Sungai Amazon, Brasil. Tapi<br />
di Raja Ampat, Papua.<br />
SUDRAJAT<br />
12<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
ADA DI MANA<br />
NEGARA ARAB<br />
“DAMASKUS ADALAH KAMPUNG HALAMANKU, TAPI BERLIN SANGAT<br />
BAGUS.... AKU SANGAT BERTERIMA KASIH <strong>KE</strong>PADA JERMAN.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Bocah pengungsi dari<br />
Afganistan memegang<br />
kepala adiknya setelah<br />
tiba di Athena dari<br />
Pulau Lesbos, Yunani,<br />
Kamis (10/11).<br />
MICHALIS KARRAGIANIS/<br />
REUTERS<br />
BAGI warga Inggris, Kota Wakefield<br />
sama sekali bukan gambaran sebuah<br />
“surga”, tapi tidak bagi Arkan Esmail,<br />
33 tahun. Pada 2002, Arkan lari dari<br />
Sulaymaniyah, di wilayah Kurdistan, Irak, meninggalkan<br />
konflik di kampung halamannya.<br />
“Sejujurnya aku sangat takut. Aku masih sangat<br />
muda dan tak tahu apa yang akan terjadi,”<br />
kata Esmail pekan lalu. Bermodal uang dari<br />
ayahnya untuk membayar penyelundup imigran<br />
gelap, dia nekat pergi ke Eropa.<br />
Berhari-hari terombang-ambing di laut, berdesakan<br />
dengan puluhan imigran lain di perahu<br />
karet, Esmail berhasil mendarat dengan selamat<br />
di Italia. Setelah berulang kali mencoba, akhirnya<br />
dia berhasil menembus perbatasan Inggris<br />
dengan menumpang kereta barang. Setahun<br />
kemudian, pengajuan suakanya dikabulkan<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU TAK INGIN PERGI <strong>KE</strong><br />
TEMPAT LAIN. INGGRIS ADALAH<br />
RUMAHKU.”<br />
pemerintah Inggris.<br />
Sudah lebih dari sepuluh tahun dia tinggal<br />
di Wakefield, di bagian utara Inggris. “Aku tak<br />
ingin pergi ke tempat lain. Inggris adalah rumahku.<br />
Aku bahagia di sini,” kata Esmail. Bagi<br />
dia, Wakefield adalah surga kecilnya. Tempat<br />
dia bisa tinggal dan bekerja tanpa rasa takut.<br />
Kini dia hidup dengan gaji sekitar Rp 6 juta per<br />
minggu sebagai juru masak di sebuah rumah<br />
makan Italia. “Kalian<br />
aman di sini. Tak ada<br />
yang bisa menyentuh<br />
kalian.”<br />
Esmail tak hidup<br />
mewah dan sama sekali<br />
bukan orang kaya<br />
di Inggris, tapi jutaan<br />
pengungsi di Suriah,<br />
Irak, dan Afganistan<br />
bermimpi bisa hidup seperti Esmail. “Mereka<br />
tak datang ke sini untuk mencari pekerjaan.<br />
Mereka pergi ke Eropa karena di sini mereka<br />
merasa aman,” kata Esmail.<br />
Ribuan pengungsi dari Suriah, Irak, dan<br />
Afganistan tak peduli hujan badai, tak peduli<br />
gelombang tinggi di laut, tak peduli dipukuli<br />
serta dicaci di Hungaria dan Makedonia, tak<br />
peduli ribuan orang yang mati tenggelam di<br />
laut, hanya bermodal baju yang menempel di<br />
badan, menempuh ribuan kilometer untuk tiba<br />
di Jerman, Swedia, Denmark, atau Inggris.<br />
Di Pulau Lesbos, salah satu lokasi pendaratan<br />
pengungsi dan imigran gelap utama, di<br />
Yunani, kondisinya sudah seperti bekas perang.<br />
Ada puluhan ribu pengungsi dan imigran yang<br />
masih tertahan, dan masih terus berdatangan,<br />
menunggu menyeberang ke daratan Eropa.<br />
Setelah mengarungi Laut Aegea, di mana ada<br />
tempat lowong, entah taman, bangunan telantar,<br />
emper toko, atau stasiun, mereka merebahkan<br />
diri.<br />
Tak ada hotel atau penginapan yang bersedia<br />
menerima mereka. “Sungguh tak nyaman kondisi<br />
tiga hari terakhir.... Tak ada hotel, tak ada<br />
tempat tidur, tak ada kamar mandi, tak ada apa<br />
pun,” kata Hussam Hamzat, pengungsi dari<br />
Damaskus. Pemerintah Yunani mengerahkan<br />
sejumlah kapal untuk mengangkut pengungsi<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Puluhan pengungsi dan<br />
imigran bersukacita<br />
saat hendak mendarat<br />
di Pulau Lesbos, Yunani,<br />
Kamis (10/11).<br />
DIMITRIS MICHALAKIS/REUTERS<br />
dan imigran dari Pulau Lesbos, di antaranya kapal<br />
wisata tua, El Venizelos. “Kami mengangkut<br />
2.500 orang sekali jalan.... Tapi ada 3.000 pengungsi<br />
yang datang setiap hari,” kata Antonis<br />
Pikoulous, agen tiket untul El Venizelos.<br />
Pada Kamis pekan lalu, ribuan pengungsi, sebagian<br />
besar dari Suriah, berjubel di perbatasan<br />
Yunani dengan Makedonia di tengah guyuran<br />
hujan deras. Tak sedikit anak-anak dan orang<br />
tua ikut antre untuk menyeberangi perbatasan.<br />
“Lihat, kami tak lagi punya baju, jaket, dan<br />
makanan.... Kami akan mati jika diguyur hujan<br />
beberapa jam lagi,” ujar seorang laki-laki asal<br />
Damaskus.<br />
Terjepit di antara ribuan orang yang berdesakan,<br />
ada seorang pengungsi dari Suriah<br />
yang tengah hamil. “Tolong, aku sedang hamil,<br />
tolong.... Aku tak mau kehilangan bayiku,” kata<br />
perempuan itu sembari berurai air mata. “Apakah<br />
perbatasan akan dibuka?” dia bertanya kepada<br />
polisi Makedonia di balik kawat berduri.<br />
Di seberang, polisi itu hanya diam membeku.<br />
Hari itu, menurut data dari Kepolisian Yunani,<br />
ada 4.000 pengungsi, sekitar 3.000 orang di<br />
antaranya berasal dari Suriah, yang menunggu<br />
melintasi perbatasan Yunani-Makedonia. Perjalanan<br />
mereka masih sangat jauh. Sebagian<br />
besar tujuan akhir mereka adalah negara-negara<br />
makmur di Eropa, seperti Jerman, Swedia,<br />
Denmark, Austria, atau Inggris. Masih ada ribuan<br />
pengungsi lain dari Timur Tengah maupun<br />
Afrika yang terus berdatangan.<br />
●●●<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Ribuan orang menghadiri<br />
acara "Refugee<br />
Welcome" di Kota<br />
Gothenburg, Swedia,<br />
Rabu (9/9).<br />
REUTERS<br />
Mohammed Dugmush lari dari hujan bom di<br />
Damaskus, ibu kota Suriah, hampir dua tahun<br />
lalu dan tiba di Jerman pada Februari 2014. Tapi<br />
baru dua bulan lalu Dugmush bisa memboyong<br />
istri dan kelima anaknya ke Berlin.<br />
“Di sini, di Berlin, aku tinggal tak jauh dari<br />
masjid.... Jalan ini bernama Sonnenalle, tapi keturunan<br />
Arab di sini menyebutnya Jalan Arab.<br />
Setiap kali aku jalan-jalan dan bertemu orang<br />
yang berbicara Arab, aku selalu tersenyum,”<br />
kata Dugmush pekan lalu. Dia tinggal bersama<br />
istri dan anaknya di satu apartemen tiga kamar<br />
di Distrik Neukolln yang disediakan pemerintah<br />
Jerman. Hampir separuh warga Neukolln merupakan<br />
pendatang. Beberapa orang bahkan<br />
Dugmush kenal sejak masih di Suriah.<br />
Kini Dugmush masih mengikuti kursus bahasa<br />
dan budaya Jerman untuk memudahkannya<br />
beradaptasi dengan rumah barunya. Begitu<br />
kursus tuntas, Dugmush, yang bekerja sebagai<br />
manajer restoran di Damaskus, berniat mencari<br />
pekerjaan sejenis. “Damaskus adalah kampung<br />
halamanku, tapi Berlin sangat bagus.... Aku<br />
sangat berterima kasih kepada Jerman. Vielen<br />
dank, Deutschland!” Dugmush bersyukur.<br />
Di antara semua negara Uni Eropa, Jerman<br />
memang paling ramah dan paling terbuka terhadap<br />
para pengungsi. Pemerintah Jerman menyatakan<br />
siap menampung 800 ribu pengungsi<br />
dan ratusan ribu lagi dalam beberapa tahun<br />
mendatang. “Aku gembira melihat orang-orang<br />
di luar sana melihat Jerman sebagai harapan,”<br />
kata Angela Merkel, Kanselir Jerman.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
LIHAT, KAMI TAK LAGI<br />
PUNYA BAJU, JA<strong>KE</strong>T, DAN<br />
MAKANAN.”<br />
Tapi Kanselir Merkel dan wakilnya, Sigmar<br />
Gabriel, agak mengerutkan keningnya melihat<br />
keengganan negara-negara Uni Eropa lain<br />
untuk ikut menanggung beban pengungsi<br />
dari Timur Tengah. “Yang tak bisa diterima<br />
menurutku adalah anggapan beberapa orang<br />
bahwa masalah ini tak ada urusannya dengan<br />
mereka.... Bakal ada konsekuensinya kendati<br />
kami tak menginginkannya,” kata Kanselir Merkel,<br />
setengah mengancam negara-negara yang<br />
cuci tangan dari urusan<br />
pengungsi.<br />
Selain Jerman, hanya<br />
beberapa negara yang terang-terangan<br />
menyatakan<br />
komitmennya menampung<br />
para pengungsi yang membanjir dari Timur<br />
Tengah. Setelah dikritik kiri-kanan, Perdana<br />
Menteri Inggris David Cameron mengatakan<br />
negaranya siap menerima 20 ribu pengungsi<br />
dalam lima tahun. Presiden Amerika Serikat<br />
Barack Obama, yang ada jauh di belahan bumi<br />
lain, menyatakan Amerika akan menerima 10<br />
ribu pengungsi.<br />
Saat Jerman dan negara-negara Eropa<br />
jumpalitan tiba-tiba kedatangan ratusan ribu<br />
pengungsi dari Suriah, Irak, Afganistan, dan<br />
sejumlah negara lain, negara-negara kaya di<br />
Timur Tengah malah adem-adem saja. Justru<br />
negara yang kemampuan ekonominya paspasan,<br />
seperti Libanon dan Yordania, yang<br />
bersedia membuka perbatasannya untuk lebih<br />
dari sejuta pengungsi.<br />
Sikap negara-negara tajir Arab, seperti Arab<br />
Saudi, Uni Arab Emirat, Qatar, Kuwait, dan<br />
Bahrain, menurut Sara Hashash, dari Amnesty<br />
International, benar-benar memalukan. Tak ada<br />
satu pun dari pemerintah negara kaya itu yang<br />
menyatakan komitmennya untuk membuka<br />
pintu dan menampung satu orang pun pengungsi.<br />
Beberapa negara itu berdalih mereka telah<br />
menyumbang dana tak kecil untuk menangani<br />
korban perang di Suriah. Bukan lagi rahasia pula<br />
bahwa beberapa negara kaya Arab juga menyumbang<br />
uang dan senjata bagi kelompok-kelompok<br />
yang berperang di Suriah. “Pemerintah<br />
Qatar sudah memberikan bantuan US$ 2 miliar<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Polisi Makedonia<br />
berusaha menghadang<br />
ribuan pengungsi yang<br />
berniat menyeberang<br />
perbatasan<br />
Yunani-Makedonia,<br />
Kamis (10/11).<br />
YANNIS BEHRAKIS/REUTERS<br />
untuk rakyat Suriah,” ujar seorang diplomat<br />
Qatar. Tapi, menurut Daniel Gorevan, Direktur<br />
Oxfam di Suriah, kontribusi itu kelewat kecil.<br />
“Negara-negara Teluk terang mampu dan bisa<br />
untuk membantu lebih banyak lagi.”<br />
Gebran Bassil, Menteri Luar Negeri Libanon,<br />
mendesak negara-negara kaya tetangganya<br />
ikut menampung pengungsi, tak sekadar ikut<br />
saweran. “Semua negara Arab punya tanggung<br />
jawab sama untuk ikut menanggung beban,”<br />
kata Bassil.<br />
Sebagai tetangga dan sesama muslim, menurut<br />
Sara Khalid, mahasiswi di Arab Saudi,<br />
negara-negara Teluk mestinya punya tanggung<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Para pengungsi<br />
tengah bersantap di<br />
lokasi penampungan<br />
di Kota Muenchen,<br />
Jerman, Senin (7/9).<br />
MICHAELA REHLE/REUTERS<br />
jawab lebih besar terhadap pengungsi Suriah<br />
dan Irak ketimbang negara Eropa. “Rakyat Arab<br />
Saudi dan Suriah selalu seperti saudara. Di<br />
samping agama Islam memang memerintahkannya,<br />
menolong pengungsi mestinya merupakan<br />
hal alamiah,” ujar Noor Almulla, warga<br />
Saudi. ■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | CNN | AL-JAZEERA | GUARDIAN |<br />
WASHINGTONPOST<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
NOL<br />
SEMPURNA UNTUK<br />
MARIAM<br />
“AKU BELAJAR HAMPIR 15 JAM<br />
SEHARI. BAGAIMANA MUNGKIN<br />
AKU MENDAPAT NILAI NOL?”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
ALARABY<br />
MARIAM Malak sama sekali bukan<br />
anak yang bodoh, bahkan tergolong<br />
sangat pintar. Setahun lalu,<br />
juga dua tahun lalu, saat ujian<br />
kenaikan kelas di Thnawayia Amma Khulafaa—<br />
sekolah setingkat SMA khusus anak perempuan—Mariam,<br />
19 tahun, mendapatkan nilai<br />
tertinggi di sekolahnya.<br />
Walaupun sangat pintar dan sudah menguasai<br />
semua pelajaran dengan baik, menghadapi<br />
ujian nasional tahun ini, Mariam belajar sangat<br />
serius. Dia tak mau main-main lantaran ujian<br />
kali ini akan menentukan apakah dia bisa melanjutkan<br />
kuliah atau tidak.<br />
Lantaran sudah belajar sungguh-sungguh<br />
dan merasa bisa mengerjakan semua soal<br />
tanpa persoalan, Mariam sangat percaya diri<br />
nilai ujiannya tak akan beda jauh dengan nilai<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI SALING JATUH<br />
CINTA DAN KAMI MENJADI<br />
PASANGAN SEHATI.”<br />
ujian-ujian sebelumnya. Ketika hasil ujian sudah<br />
dipajang di papan sekolah, dengan yakin<br />
Mariam langsung melihat ke daftar murid yang<br />
memperoleh nilai tertinggi di sekolah.<br />
Dahinya berkerut setelah dia tak menemukan<br />
namanya di daftar itu. Namun Mariam tetap<br />
yakin dia lulus ujian dan bakal bisa melanjutkan<br />
kuliah kedokteran seperti kedua kakaknya.<br />
Hingga akhirnya dia melihat nilai ujiannya.<br />
Mariam terkulai lemas. Pingsan.<br />
“Aku tak bisa mendengar<br />
orang bicara... aku tak bisa<br />
bicara...,” kata Mariam pekan<br />
lalu. “Aku benar-benar terkejut.<br />
Bagaimana hal itu bisa<br />
terjadi?” Bagaimana Mariam<br />
tak hilang kesadaran. Dari<br />
tujuh mata pelajaran, tak<br />
ada satu soal pun yang dia<br />
kerjakan mendapatkan nilai.<br />
Semuanya nol sempurna.<br />
“Aku belajar hampir 15 jam sehari. Bagaimana<br />
mungkin aku mendapat nilai nol?” kata Mariam<br />
tak habis pikir. Keluarganya pun tak percaya<br />
Mariam bisa mendapatkan nilai nol sempurna.<br />
“Mariam selalu merupakan murid yang pintar.<br />
Dia mendapatkan nilai tertinggi di kelas I dan<br />
kelas II,” kata Bishoy Malak, kakaknya. Ketika<br />
diuji oleh sebuah stasiun televisi Mesir, Mariam<br />
juga membuktikan bahwa dia bisa menjawab<br />
semua pertanyaan dengan baik.<br />
Keluarga Mariam sempat punya pikiran buruk<br />
bahwa tujuh nilai nol tersebut bisa terjadi<br />
lantaran gadis dari Kota Minya itu berasal dari<br />
keluarga Kristen Koptik. Tapi dugaan itu pupus<br />
karena ada puluhan anak SMA lain di Mesir<br />
yang bernasib persis seperti Mariam. Mereka<br />
juga mendapatkan nilai nol bulat.<br />
Menurut data dari Kementerian Pendidikan,<br />
ada 40 anak Thnawayia Amma yang mendapatkan<br />
nilai ujian nol. Marwa Mohammed Essa<br />
dari Kota Kafr al-Sheikh juga tak percaya pada<br />
nilai ujian yang dia peroleh. “Kami sudah menghabiskan<br />
uang lumayan banyak untuk menguji<br />
tulisan tangan Marwa di lembar jawaban yang<br />
dinilai. Hasilnya, tulisan di lembar jawaban itu<br />
tak sama dengan tulisan tangan Marwa,” kata<br />
Manar, kakak Marwa.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
DAILYNEWSEGYPT<br />
Keluarga Mariam maupun keluarga Marwa<br />
sama-sama tak terima dua gadis mereka<br />
mendapatkan nilai nol sempurna. Kedua keluarga<br />
itu menggugat Menteri Pendidikan Mesir<br />
Moheb el-Rafie ke pengadilan beberapa pekan<br />
lalu. Puluhan murid SMA menggelar protes di<br />
depan kantor Kementerian Pendidikan untuk<br />
memberi dukungan kepada Mariam. Di jejaring<br />
sosial, sokongan untuk Mariam terus mengalir.<br />
Hasil pemeriksaan sementara oleh kantor<br />
kejaksaan di Kota Asyut menunjukkan bahwa<br />
hasil ujian yang diperiksa merupakan tulisan<br />
tangan Mariam. Tapi keluarga Mariam tak<br />
percaya pada hasil pemeriksaan itu. “Adikku<br />
menulis dengan tangan kiri dan huruf cetak,<br />
sementara ujian yang diperiksa menggunakan<br />
huruf sambung,” kata Bishoy.<br />
Pengacara Mariam menduga pekerjaan Ma-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU TAHU AKU TENGAH<br />
MELAWAN KORUPSI.”<br />
riam ditukar dengan pekerjaan anak lain yang<br />
bisa jadi berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh.<br />
Keluarga Mariam memutuskan akan<br />
terus melawan. “Aku tahu aku tengah melawan<br />
korupsi. Melihat bagaimana hasil ujianku dipalsukan<br />
dan diumumkan membuktikan bahwa<br />
korupsi itu memang ada,” kata Mariam. Dia<br />
mengibaratkan perjuangannya seperti David<br />
melawan Goliath.<br />
Keluarga Mariam meminta pemerintah Mesir<br />
mendatangkan tim ahli independen<br />
dari luar negeri untuk memeriksa tulisan<br />
tangan di lembar jawaban. Gaduh<br />
ujian SMA ini rupanya mengundang<br />
perhatian Perdana Menteri Ibrahim Mahlab.<br />
Perdana Menteri Mahlab berjanji akan meminta<br />
pemeriksaan ulang atas kasus Mariam.<br />
Lancung dalam ujian, dengan pelbagai cara,<br />
bukan hal baru di Mesir. Pemerintah Mesir bulan<br />
lalu sampai merasa perlu menerbitkan peraturan<br />
khusus yang mengatur hukuman bagi<br />
mereka yang membocorkan soal ujian. Mereka<br />
yang terbukti membocorkan ujian, menurut<br />
peraturan itu, bakal dijatuhi hukuman 1 tahun<br />
penjara dan denda hingga sekitar Rp 90 juta.<br />
Ancaman hukuman seperti itu barangkali<br />
memang diperlukan lantaran kebocoran<br />
soal dan jawaban ujian di Mesir sudah jadi<br />
hal yang rutin setiap tahun. Kementerian<br />
Pendidikan Mesir sudah meminta helikopter<br />
dan personel militer untuk mengangkut soalsoal<br />
ujian dari percetakan ke tempat penyimpanan<br />
soal. Kementerian Pendidikan juga<br />
sudah menyebarkan alat untuk mendeteksi<br />
pemakaian ponsel selama ujian berlangsung.<br />
Setiap tahun, ada saja murid atau pengawas<br />
ujian yang terlibat kecurangan ditangkap dan<br />
dipenjara. Tapi yang namanya lancung ujian<br />
terus berlangsung.<br />
Pada musim ujian nasional SMA Juni lalu, jawaban<br />
atas soal-soal ujian mata pelajaran Arab<br />
sudah beredar di Internet hanya beberapa menit<br />
setelah ujian berjalan. Bahkan, untuk mata<br />
pelajaran bahasa Inggris, jawaban soal-soal itu<br />
sudah beredar hanya sekitar 15 menit setelah<br />
lembar soal ujian dibagikan. Jawaban-jawaban<br />
itu dengan gampang diperoleh lewat Facebook,<br />
Instagram, atau Twitter.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
HUFFPOSTMAGHREB<br />
Bagi murid seperti Youssef dan Sally, yang<br />
sudah punya “jam terbang” panjang dalam<br />
urusan menyontek, ada banyak jalan membuat<br />
dan membagikan sontekan. “Kadang kami<br />
tulis di sepatu, kadang kami tulis di kaki,” kata<br />
Youssef. Dalia, 17 tahun, murid kelas II di sebuah<br />
SMA swasta di Mesir, mengatakan sekitar<br />
90 persen temannya ikut curang dalam mengerjakan<br />
ujian. Dia, kendati selalu diingatkan<br />
kedua orang tuanya supaya tak lancung dalam<br />
ujian, juga ikut menyontek. “Sebagian besar<br />
guru yang mengawasi ujian membiarkan kami<br />
menyontek,” kata Dalia.<br />
Orang seperti Rania, teman sekelas Dalia,<br />
mungkin memang tak banyak. Dia menolak ikutikutan<br />
menyontek saat ujian. “Orang-orang hanya<br />
mengambil jalan gampang. Mereka tak mau<br />
capek-capek belajar,” Rania mengkritik temantemannya.<br />
Rania percaya bibit korupsi dimulai<br />
dari hal-hal “kecil” seperti itu. “Mengapa Mesir<br />
sedemikian korup? Karena semua orang berbuat<br />
curang dalam pelbagai hal dalam pekerjaannya.<br />
Entah mereka menerima suap atau mengambil<br />
kredit atas pekerjaan orang lain.” ■<br />
SAPTO PRADITYO | CAIROPOST | GUARDIAN | BBC | AL-MONITOR | AL-AHRAM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
YANG<br />
DICACI<br />
YANG<br />
DICARI<br />
“KALIAN LIHAT, KAMI HANYA<br />
MEMBERIKAN JAWABAN<br />
YANG SUDAH ADA DALAM<br />
AL-QURAN.”<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
GUARDIAN<br />
DI Afganistan, melawan dukun atau<br />
juru ramal bisa berarti maut. Itulah<br />
yang terjadi pada Farkhunda Malikzada,<br />
27 tahun, beberapa bulan lalu.<br />
Hari itu dua hari menjelang Nowruz, tahun<br />
baru Persia, yang juga dirayakan sebagian warga<br />
Afganistan, Farkhunda berpamitan kepada<br />
ibunya, Bibi Hajera, untuk mengajar mengaji.<br />
Sebelum melangkah ke luar rumah, gadis itu<br />
berjanji akan membantu ibunya mempersiapkan<br />
hidangan pesta menyambut Nowruz.<br />
Gadis itu sempat kuliah di jurusan matematika<br />
di satu kampus di Kabul sebelum akhirnya<br />
memilih menekuni hukum Islam. Suatu hari<br />
nanti, Farkhunda berharap bisa menjadi hakim.<br />
“Farkhunda gadis yang berani.... Dia tak takut<br />
mengemukakan pendapatnya,” Bibi mengenang<br />
putrinya.<br />
Pulang dari mengajar mengaji, dalam perjalanan<br />
pulang dia sempat singgah di Masjid<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
GADIS ITU DIKIRIM<br />
OLEH AMERIKA.”<br />
Shah-e Du Shamshira. Di depan kompleks<br />
makam Jenderal Chin Timur Khan—panglima<br />
dari masa Imperium Mughal pada abad ke-<br />
16—yang berada persis di seberang Masjid<br />
Shah, Farkhunda menyaksikan orang-orang<br />
mengerumuni dukun-dukun penjual jimat.<br />
Tanpa takut, gadis itu mencela para dukun<br />
penjual jimat dan pembelinya. Seorang saksi<br />
mata menuturkan, ketimbang menggantungkan<br />
nasib pada jimat, Farkhunda menyuruh mereka<br />
berdoa di masjid di seberang jalan. Entah<br />
bagaimana mulanya,<br />
Farkhunda, yang melihat<br />
praktek syirik di<br />
depan masjid, terlibat<br />
debat sengit dengan<br />
Zain-ul-Din, pengelola<br />
makam Jenderal Chin.<br />
Kritik gadis itu rupanya<br />
membuat para<br />
penjual jimat tersinggung. “Gadis itu dikirim<br />
oleh Amerika,” seorang laki-laki berteriak. Bak<br />
menuang minyak di atas kobaran api, Zain-ul-<br />
Din ikut melempar tudingan palsu, “Gadis ini<br />
telah membakar Al-Quran.” Di tengah kepungan<br />
para laki-laki yang gelap mata, Farkhunda<br />
sia-sia membantah dan membela diri.<br />
Batu, kayu, pukulan, dan tendangan bertubi-tubi<br />
menghajar Farkhunda hingga dia<br />
terkulai tak berdaya. Wajahnya merah oleh<br />
darah. Polisi yang ada di tempat itu tak banyak<br />
berbuat untuk menghentikan pembantaian<br />
Farkhunda. Belum tuntas amarah para<br />
dukun penjual jimat dan massa yang terbakar<br />
oleh kabar burung bahwa gadis itu telah<br />
membakar Kitab Suci, kerumunan yang gelap<br />
mata itu menyeret Farkhunda di belakang<br />
mobil dan membakarnya.<br />
Pembantaian Farkhunda membuat murka<br />
rakyat Afganistan. Ribuan orang, sebagian<br />
besar perempuan, mengantarkan mayat Farkhunda<br />
ke liang lahat. Mereka juga menuntut<br />
keadilan atas kematian Farkhunda. Presiden Afganistan<br />
Ashraf Ghani membentuk tim khusus<br />
untuk menyelidiki kematian Farkhunda.<br />
“Mengapa mereka memperlakukan anakku<br />
seperti ini?” Bibi Hajera hanya bisa merintih<br />
perih. “Mereka bukan manusia.... Mereka se-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
ABC<br />
perti serigala liar.” Pada<br />
Mei lalu, pengadilan<br />
menjatuhkan hukuman<br />
mati kepada empat<br />
pelaku pembunuhan<br />
dan hukuman penjara<br />
16 tahun kepada delapan<br />
pelaku lainnya. Namun majelis hakim<br />
di pengadilan banding mengkorting hukuman<br />
mati itu menjadi 20 tahun penjara.<br />
“Ini bukan pengadilan.... Ini hanya pertunjukan,”<br />
kata Mujibullah Malikzada, saudara laki-laki<br />
Farkhunda. “Apakah hakim-hakim itu punya<br />
ibu, kakak, atau adik perempuan?”<br />
●●●<br />
Mau dicaci atau dibenci, dukun-dukun Afganistan<br />
itu tetap dicari. Pusing mencari jodoh,<br />
frustrasi lantaran kelamaan menganggur, bi-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Pemakaman Farkhunda<br />
Malikzada<br />
ALJAZEERA<br />
ngung dengan arah cuaca, ingin lepas dari<br />
candu narkotik, bahkan suami yang kehilangan<br />
istri, dukun-dukun itu selalu bisa memberi<br />
“solusi”.<br />
Beberapa tahun lalu, dukun jauh sekali dari<br />
pikiran Abdullah Sharifi. Masih muda, tampang<br />
ganteng, gaya luma yan keren, dan isi kantong<br />
cukup tebal, buat apa mengunjungi peramal<br />
nasib. Toko karpet dan batu-batu mulia tempat<br />
dia bekerja di Kabul jadi langganan para pekerja<br />
asing di Kabul. Sharifi bermimpi suatu hari<br />
nanti bisa membeli mobil mewah idamannya:<br />
sedan BMW.<br />
Tapi nasib baiknya mulai menipis setelah<br />
pekerja-pekerja asing di Kabul ditarik pulang.<br />
Tokonya makin sepi pengunjung dan akhirnya,<br />
setahun lalu, pemilik toko terpaksa memecatnya.<br />
Sudah setahun Sharifi luntang-lantung<br />
tanpa pekerjaan. Melihat perang saudara di negaranya<br />
yang tak kunjung berakhir dan perekonomian<br />
yang setengah pingsan, Sharifi tak bisa<br />
membayangkan seperti apa masa depannya.<br />
Walaupun mesti menanggung malu, apa<br />
boleh buat, tak ada jalan lain di pikiran Sharifi<br />
selain pergi ke dukun. Dengan sembunyisembunyi,<br />
dia naik taksi ke kantor Arab Shah,<br />
peramal nasib yang lumayan kondang di Kabul.<br />
Tiba di “kantor” yang muram, tanpa banyak<br />
tanya, Arab memegang kedua pergelangan<br />
tangan dan dahi Sharifi, kemudian sibuk coratcoret<br />
di selembar kertas seolah-olah tengah<br />
menghitung masa depan pemuda itu.<br />
Kesimpulannya sangat melegakan Sharifi.<br />
Kendati masih bakal melewati masa-masa sulit,<br />
menurut sang juru ramal, masa depan pemuda<br />
itu jauh lebih baik ketimbang hari ini. Semua<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
MEREKA BUKAN MANUSIA....<br />
MEREKA SEPERTI SERIGALA<br />
LIAR.”<br />
urusan “meneropong” masa depan itu kelar<br />
kurang dari sepuluh menit. Ongkosnya hanya<br />
setara harga sekaleng minuman bersoda.<br />
“Mendengar suara lain di luar suara dari kepala<br />
kita bahwa semuanya bakal baik-baik saja, itulah<br />
yang aku butuhkan,” kata Sharifi. Pikirannya<br />
terasa enteng.<br />
Kepada banyak orang, Arab Shah, 45 tahun,<br />
sering mengklaim sebagai mantan agen rahasia<br />
di Dinas Intelijen Afganistan. Pengunjungnya—Arab<br />
mengklaim ada sekitar seribu<br />
orang per bulan—tak pernah pusing<br />
untuk membuktikan apakah ceritanya<br />
itu benar atau sekadar bualan kosong.<br />
Sehari-hari, ada seorang asisten<br />
yang membantunya menjawab pesan,<br />
panggilan, dan konsultasi nasib lewat<br />
lima ponsel miliknya: dua Samsung Galaxy,<br />
satu HTC, dan dua gawai Apple. Arab Shah<br />
melayani konsultasi lewat Facebook, Skype,<br />
Viber, juga WhatsApp. Tak seperti peramal nasib<br />
dan dukun penjual jimat lain di Afganistan<br />
yang cenderung menghindari wartawan, Arab<br />
tak keder jadi sorotan. “Aku orang terpelajar,<br />
mereka rata-rata kurang sekolah. Lantaran hal<br />
itulah mereka tak mau bicara dengan media.<br />
Mereka penipu,” kata Arab.<br />
Seperti pekerjaan lain, ada juga juru ramal<br />
kelas kaki lima seperti Nasir Qasemi. “Kantor”-nya<br />
hanya selembar karpet yang dia<br />
hamparkan di pinggir jalan di Kabul. “Yang<br />
penting hasilnya,” kata Fatimah, 42 tahun.<br />
“Hubunganku dengan suami bermasalah....<br />
Dia menuliskan doa di dua lembar kertas dan<br />
minta dimasukkan dalam amplop berwarna<br />
merah dan putih. Sejak saat itu, hubunganku<br />
dengan suami terus membaik.”<br />
Ulama-ulama Afganistan sebenarnya melarang<br />
praktek klenik seperti ini. “Ramal-meramal<br />
nasib dan sejenisnya terlarang dalam<br />
Islam,” kata Mohammad Ihsan Seaqal, imam<br />
Masjid Kabul. Tapi, bagi sebagian rakyat Afganistan,<br />
yang kehilangan harapan, ramalan tak<br />
masuk akal sekalipun mendatangkan setetes<br />
harapan.<br />
“Anak perempuanku sudah 30 tahun, tapi<br />
tak ada yang datang melamar,” kata Zobaida,<br />
51 tahun, putus asa. Kepada Rabbani, peramal<br />
yang biasa mangkal di satu masjid di Kota<br />
Mazar-al-Sharif, dia menggantungkan harap-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Pemakaman<br />
Farkhunda Malikzada<br />
DAWN<br />
an untuk jodoh putrinya. Setelah mengamati<br />
garis tangan Zobaida, Rabbani sibuk membuka<br />
bukunya, mulai menghitung, mencari<br />
ayat-ayat dalam Al-Quran yang konon sesuai<br />
dengan garis tangan Zobaida dan bisa mendatangkan<br />
jodoh untuk putrinya.<br />
“Kalian lihat, kami hanya memberikan jawaban<br />
yang sudah ada dalam Al-Quran,” kata Shah<br />
Agha, juru ramal dari Kabul. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | CHINAPOST | NYTIMES | ABC | DW<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
EROS TJOKRO<br />
PILIH<br />
RELIGI<br />
INDAH NADA PUSPITA<br />
FASHION<br />
DAN MUSIK<br />
Tap judul untuk<br />
baca artikel<br />
THOMAS SUAREZ<br />
CEO BELIA<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
PEOPLE<br />
PEOPLE<br />
EROS TJOKRO<br />
PILIH RELIGI<br />
BANYAK anak muda memilih<br />
jenis pop atau rock untuk<br />
ka rier musiknya. Tapi Eros<br />
Tjokro memilih menyanyikan<br />
lagu-lagu religi. Sembari berkarier sekalian<br />
bersyukur. Begitu alasannya.<br />
Eros mulai dikenal setelah menjadi<br />
juara ketiga dalam ajang Music Video<br />
Contest. Sebelumnya, lulusan Prasetiya<br />
Mulya Business School ini banyak<br />
membawakan lagu penyanyi lain<br />
(cover) dan mengunggahnya di situs<br />
YouTube.<br />
Debutnya diawali dengan menyanyikan<br />
lagu lawas berjudul Ketika Tangan<br />
dan Kaki Berkata milik Chrisye. “Lagu<br />
ini motivasi karena ada perasaan yang<br />
tidak main-main,” ujar pria kelahiran<br />
Jakarta, 4 Desember 1991, ini.<br />
Eros mengaku telah menapaki perjalanan<br />
panjang sebelum akhirnya bisa<br />
dikenal publik. Meski begitu, pemilik<br />
nama lengkap Eros I.K. Tjokro ini masih<br />
merasa belum jadi apa-apa.<br />
“Saya ibaratnya masih seperti telur,<br />
belum apa-apa,” ujarnya. n<br />
ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO: DETIKFOTO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
PEOPLE<br />
PEOPLE<br />
INDAH NADA PUSPITA<br />
FASHION DAN MUSIK<br />
BERAWAL dari mengerjakan<br />
tugas sekolah, Indah Nada<br />
Puspita akhirnya jatuh cinta<br />
pada blog. Dan kini, perempuan<br />
berhijab ini menjadi salah satu fashion<br />
blogger Indonesia yang berpengaruh di<br />
dunia.<br />
Namun ternyata perempuan yang<br />
akrab disapa Nada ini tak cuma lihai<br />
memadupadankan hijab dengan baju<br />
yang dikenakannya. Dia juga jago menyanyi<br />
dan telah meluncurkan dua<br />
single.<br />
Single pertamanya, Now Me and You,<br />
yang dirilis pada Maret 2015, merupakan<br />
lagu retro-pop dengan sedikit sentuhan<br />
musik vintage. Produsernya Ade Govinda.<br />
Tidak lama berselang, gadis yang<br />
sedang menempuh pendidikan di Universitas<br />
Hannover, Jerman, ini kembali<br />
menelurkan single keduanya, Cinta Harus<br />
Berdua.<br />
Kali ini Nada memadukan jenis pop<br />
dengan fusion jazz dalam lagu Cinta Harus<br />
Berdua. Lagu garapan Ade Govinda<br />
dan Nada ini menceritakan betapa cinta<br />
harus dijaga kedua pihak, bukan hanya<br />
satu pihak.<br />
“Aku berharap, ke depannya, bisa jadi<br />
penyanyi di mana saja, enggak hanya<br />
Indonesia," ujar gadis kelahiran Balikpapan,<br />
Kalimantan Timur, ini. n<br />
ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO: DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
PEOPLE<br />
THOMAS SUAREZ<br />
CEO BELIA<br />
ORANG bilang masa kanakkanak<br />
adalah masa bermain.<br />
Bebas dan tanpa beban<br />
pikiran. Namun, tidak<br />
begitu dengan Thomas Suarez. Bocah<br />
asal California ini bahkan sudah punya<br />
perusahaan.<br />
Anak yang baru berusia 15 tahun ini<br />
telah mengembangkan perusahaan<br />
pembuat aplikasi untuk iOS, Android,<br />
dan Google Glass bernama CarrotCorp,<br />
juga printer 3-dimensi.<br />
Ia mulai tertarik pada pemrograman,<br />
seperti Python, Java, dan C, saat<br />
usianya 10 tahun. Aplikasi pertamanya,<br />
Earth Fortune, merupakan aplikasi<br />
ramalan berdasarkan warna bumi dan<br />
penggunanya.<br />
Game buatannya, Bustin Jieber,<br />
semacam permainan whack-a-mole,<br />
cukup membuat namanya dikenal dan<br />
menjadi pemberitaan di media Amerika<br />
Serikat.<br />
Dengan banyaknya karya dan usianya<br />
yang belia, Thomas pernah dinobatkan<br />
sebagai Youngest App Developers dari<br />
World Record Academy.<br />
Semua itu seakan belum cukup. Kini<br />
Thomas juga berhasil mengembangkan<br />
teknologi mesin cetak 3-D yang bekerja<br />
10 kali lebih cepat dibanding printer<br />
terkenal yang sudah ada.<br />
“Saya ingin terus berinovasi. Masa<br />
kanak-kanak tak cuma diisi dengan<br />
memanjat pohon atau bersepeda saja,<br />
kan?” ujarnya. n ADELINE WAHYU | <strong>KE</strong>N YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
WWW.TEDMANHATTANBEACH.COM<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BUKU<br />
TAK MELULU BERGELUT<br />
DENGAN TUMPUKAN<br />
BUKU, CAK NUR JUGA BISA<br />
MEMBONGKAR-PASANG<br />
KOMPOR DI DAPUR<br />
HINGGA BERLUMUR OLI<br />
DEMI MERAWAT SENDIRI<br />
MESIN MOBILNYA.<br />
JUDUL BUKU:<br />
Hidupku Bersama Cak Nur<br />
PENULIS:<br />
Omi Komaria Madjid<br />
PENERBIT:<br />
Nurcholish Madjid Society<br />
TERBITAN:<br />
Agustus 2015<br />
TEBAL:<br />
192 halaman<br />
KOMPOR, DAN SIROSIS<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BUKU<br />
Omi bersama Nadia (putri<br />
sulungnya) dan para sahabat<br />
saat peluncuran buku, Sabtu<br />
(29/8).<br />
DOK. ELZA PELDI TAHER<br />
SEBAGAI cendekiawan muslim terkemuka, jejak pemikiran Nurcholish<br />
Madjid sudah banyak diulas dan dikritik para murid dan sesama cendekiawan<br />
lainnya. Tapi sosok Cak Nur, sapaan populer Nurcholish, sebagai<br />
suami, ayah, dan lelaki biasa, cuma Omi Komaria yang paling punya<br />
otoritas untuk mengungkapkannya.<br />
Bagi kebanyakan orang, penampilan Cak Nur mungkin terkesan sangat serius<br />
dan kaku. Hobinya cuma membaca aneka buku.<br />
Ternyata kesan semacam itu tak sepenuhnya<br />
benar. Menurut Omi, yang mendampingi Cak<br />
Nur sejak 1969, sang begawan asal Jombang itu<br />
merupakan pribadi yang kocak dan romantis. Tak<br />
melulu bergelut dengan tumpukan buku, Cak Nur<br />
juga bisa membongkar-pasang kompor di dapur<br />
hingga berlumur oli demi merawat sendiri mesin<br />
mobilnya.<br />
Ada kesaksian menarik dari Omi tentang Cak Nur<br />
dan kompor. Alkisah, sebelum mereka menikah,<br />
Cak Nur sudah membuat daftar barang-barang<br />
kepentingan rumah tangga, tapi tidak termasuk<br />
kompor di dalamnya. “Kita perlu kompor, ya?” tanya<br />
Cak Nur ketika sang istri yang baru diboyongnya<br />
ke rumah kontrakan di Jakarta membutuhkan<br />
kompor untuk memasak. “Aku tidak tahu di mana<br />
membeli kompor,” Cak Nur menambahkan.<br />
SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BUKU<br />
Kita perlu<br />
kompor, ya. Aku<br />
tidak tahu di<br />
mana membeli<br />
kompor.<br />
Ketika Omi akhirnya mulai belajar memasak, Cak Nur sesekali ikut nimbrung<br />
untuk membantu. Agar minyak goreng panas tak muncrat mengenai kulit tangan<br />
atau wajah saat menggoreng lele, misalnya, Cak Nur punya kiat tersendiri. “Cak<br />
Nur menuju dapur dengan sarung dikerudungkan pada kepala dan memakai kacamata,”<br />
tulis Omi. “Ini yang betul. Dengan begini, kita tidak terkena minyak,” kata<br />
Cak Nur sambil membalik ikan di wajan.<br />
lll<br />
Cak Nur mengembuskan napas terakhir pada 29 Agustus 2005 akibat kanker<br />
hati (sirosis), yang baru diketahui ketika penyakit mematikan itu sudah memasuki<br />
stadium III. Ia sempat menjalani operasi cangkok hati di Tiongkok. Kemudian menjalani<br />
perawatan lanjutan di Singapura dan di Rumah Sakit Pondok Indah. Satu hal<br />
yang patut dijadikan teladan, selama sakitnya itu Cak Nur senantiasa berusaha<br />
tetap beribadah dan bersedekah.<br />
Buku Hidupku Bersama Cak Nur ini diterbitkan pada 29 Agustus lalu, bertepatan<br />
dengan 10 tahun wafatnya Nurcholish Madjid. Meski buku ini lebih banyak bercerita<br />
tentang keseharian Cak Nur, sesungguhnya dari situ juga tergambar bagaimana<br />
peran Omi sebagai istri. Putri seorang pengusaha di Madiun, Jawa Timur, itu rela<br />
tak melanjutkan kuliahnya di fakultas kedokteran setelah menikah dengan Cak<br />
Nur. Omi memainkan peran penting bagi perjuangan Cak Nur sebagai cendekiawan<br />
dan begawan di negeri ini. Meski kondisi ekonomi morat-marit, ia nyaris tak<br />
mengeluh, apalagi menuntut macam-macam lazimnya seorang istri kepada suami.<br />
Kesederhanaan dan kemandiriannya dalam mengelola rumah tangga sehari-hari<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
BUKU<br />
FRANS MENDOER/IPPHOS<br />
Omi bersama Cak Nur<br />
REPRO: GRANDYOS/DETIKCOM<br />
kian teruji manakala Omi harus mendampingi Cak Nur<br />
kuliah di Chicago, Amerika Serikat. Cak Nur bisa tetap<br />
khusyuk melanjutkan studi di tengah beasiswa yang<br />
amat pas-pasan berkat Omi, yang dengan ikhlas mencari<br />
tambahan sebagai baby sitter dan petugas cleaning<br />
service. Kiranya tak berlebihan bila pepatah “Di balik<br />
kesuksesan seorang suami, ada istri yang hebat” layak<br />
disematkan kepada Omi.<br />
Omi menuliskan kesaksiannya dengan bahasa sederhana<br />
dan tak berpretensi sok puitis. Toh, apa yang dituturkannya<br />
tetap terasa menyentuh. Pembaca bisa tersenyum<br />
simpul saat Omi mengisahkan tindak-tanduk Cak<br />
Nur sebagai suami yang humoris, sekaligus romantis.<br />
Juga bisa merinding dan terharu mengetahui betapa<br />
segenap denyut nadi dan napasnya tercurah bagi kehidupan<br />
masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih<br />
baik.<br />
Andai kisah-kisah yang dipaparkan itu dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi<br />
kehidupan Cak Nur beserta keluarga, tentu akan menambah bobot buku ini. Bila<br />
kelak buku ini harus menjalani cetak ulang, ada baiknya pula diberikan sedikit pengantar<br />
kenapa dan untuk apa buku ini diterbitkan. Agar bisa lebih eye catching,<br />
desain sampul pun bisa dibuat lebih atraktif dengan tidak lagi menggunakan warna<br />
gelap dan memilih foto Omi yang lebih ekspresif. n SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
ESTETIKA BARU<br />
Naskah Kuno<br />
EDDY SUSANTO MEMBENTURKAN SENI DENGAN ILMU PENGETAHUAN SECARA INDAH.<br />
BERTUMPU PADA RISET YANG TERPADU DAN TERSTRUKTUR <strong>DARI</strong> ARTEFAK.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN PAMERAN<br />
TRADISI menulis sesungguhnya<br />
lekat dengan orangorang<br />
Jawa. Aksara-bahasa<br />
Jawa yang mengalami perkembangan<br />
dan perubahan<br />
telah membentuk satu<br />
makna bahwa perubahan<br />
itu bertalian erat de ngan perubahan budaya<br />
masyarakat.<br />
Eddy Susanto memberi pemaknaan baru atas<br />
teks melalui pameran tunggal bertajuk “JavaScript”<br />
pada 4-13 September 2015 di Gedung A<br />
Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran<br />
yang dikuratori Asmudjo J. Irianto dan Suwarno<br />
Wisetrotomo ini menampilkan hasil riset Eddy<br />
Susanto selama beberapa tahun ke belakang.<br />
Selain beberapa instalasi, pameran ini didominasi<br />
25 karya lukisan yang terdiri atas 12 karya<br />
Book of Hours dan 13 karya Illumination of Java<br />
Script.<br />
JavaScript berfokus pada berbagai elemen<br />
kebudayaan lokal yang disandingkan dengan<br />
elemen kebudayaan lain. Manuskrip Arjunawiwaha<br />
(abad ke-11) karya Mpu Kanwa dari<br />
Kerajaan Kediri dipertemukan dengan The Promenade<br />
karya klasik Albrecht Durer (1471-1528).<br />
Kidung Asmarandana (awal abad ke-12) karya<br />
Mpu Dharmaja, juga dari Kerajaan Kediri, dipertemukan<br />
dengan The Conversion of St. Paul<br />
karya Lambrecht Hopfer (abad ke-16). Kitab Baratayudha<br />
(awal abad ke-12) karya Mpu Sedah<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
dan Mpu Panuluh dipertemukan dengan The<br />
Four Horsemen of the Apocalypse (abad ke-15)<br />
karya Albrecht Durer.<br />
Yang istimewa, setiap goresan di visual The<br />
Promenade atau di The Conversion of St. Paul<br />
atau di The Four Horsemen of the Apocalypse<br />
adalah rangkaian aksara Jawa berukuran sangat<br />
kecil, dari ujung ke ujung. Masing-masing berisi<br />
manuskrip sandingannya. Sebagai contoh,<br />
kalimat-kalimat dalam manuskrip Arjunawiwaha<br />
membentuk visual The Promenade, dan<br />
seterusnya.<br />
Java of Durer #2 (500 Years of Melencolia I<br />
Series) bergambar Melencolia I (1514) yang asalnya<br />
karya seniman Renaisans Jerman Albrecht<br />
Durer, oleh Eddy dibuat dari manuskrip Babad<br />
Tanah Jawa (abad ke-18) asal Kerajaan Mataram.<br />
Tak mengherankan jika satu karya berukuran<br />
300 x 200 sentimeter ini saja butuh waktu<br />
enam bulan untuk menyelesaikannya.<br />
Eddy bukan hanya membandingkan kebudayaan<br />
berdasarkan perbedaan lokasi saja (Barat<br />
dan Timur/Jawa), tapi juga berdasarkan dimensi<br />
waktu (masa lalu dan masa kini), pola produksi<br />
(scientific/teknologi dan religius), dan karakter<br />
visual (teks dan pictorial). Dia mendasarkan<br />
karya-karyanya lewat riset di perpustakaanperpustakaan<br />
di Yogyakarta dan Perpustakaan<br />
Nasional di Jakarta.<br />
Bergelut di bidang desain grafis sejak 1994,<br />
sebelum akhirnya masuk ke seni murni pada<br />
2007, membuat cara kerjanya berbeda dibanding<br />
seniman-seniman lain yang memberi<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
porsi lebih pada ide. Seluruh karya alumnus<br />
ISI Yogyakarta ini berangkat dari riset, lantas<br />
dibuat dialog. Inilah yang kemudian dipelihara<br />
dan jadi ide.<br />
Karya Illumination of JavaScript (html ditransliterasi<br />
ke aksara Jawa) menampilkan websitewebsite<br />
yang rating-nya paling tinggi, termasuk<br />
di dalamnya Facebook, Twitter, dan Yahoo. Eddy<br />
mengetengahkan “pun” (permainan kemiripan<br />
kata) antara JavaScript (bahasa pemrograman<br />
komputer) dan aksara Jawa (Javanese text).<br />
Aksara-bahasa Jawa sebagai sebuah sistem<br />
tanda memiliki kaidah dan praktek bertutur<br />
dalam bahasa. Dalam paradigma ini, karya<br />
Illumination of JavaScript menampilkan korelasi<br />
kontemporer atas pelbagai portal website terkenal<br />
di dunia. “Java html punya pola pikir yang<br />
sama dengan JavaScript saat diciptakan,” ujar<br />
Eddy.<br />
Korelasi aksara-bahasa Jawa dan JavaScript<br />
lahir dari analogi pola pikir yang sama. Satu<br />
sisi berkembang dalam dunia nyata dan satu<br />
sisi berkembang dalam dunia maya, tetapi<br />
keduanya (Javanese script dan JavaScript) menyatu<br />
dalam ikatan kata yang sama “Java” dan<br />
“aksara-bahasa”.<br />
Seluruh teks itu “dinaungi” audio dari penggalan<br />
manuskrip Negarakertagama (abad ke-14)<br />
yang dibawakan Bu Yati, sinden dari Tamansari,<br />
Yogyakarta. Negarakertagama yang ditulis<br />
Mpu Prapanca dari Kerajaan Majapahit adalah<br />
catatan harian zaman Hayam Wuruk yang jadi<br />
regalia suci dan hanya boleh dibaca raja-raja.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Ada cerita menarik tentang Bu Yati. Dia menolak<br />
disewakan studio musik untuk merekam<br />
suaranya guna keperluan pameran ini. Malu,<br />
alasannya. Akhirnya, Eddy meminjamkan ponsel<br />
Samsung seri lama untuk dibawa Bu Yati<br />
pulang. Lewat medium ponsel, sinden kampung<br />
yang namanya tak dikenal ini menembangkan<br />
penggalan Negarakertagama selama 3 menitan.<br />
Sinden disosokkan pula dalam bentuk patung<br />
perempuan mengenakan kemban, bersanggul,<br />
dan bersimpuh di hadapan mikrofon dengan<br />
judul karya Hymns of Dystopia. Sinden ini dilindungi<br />
akar kayu winong yang permukaannya<br />
dipenuhi teks Serat Kalatidha (abad ke-19) karya<br />
Ronggowarsito dari Kasunanan Surakarta yang<br />
berisi tentang bagaimana menyiasati zaman.<br />
Kayu winong, yang kerap digunakan sebagai<br />
medium komunikasi dengan roh halus, dipercaya<br />
sebagai tempat bersemayamnya roh<br />
dan sebagai penolak bala. Hymns of Dystopia<br />
diletakkan tepat di depan pintu, sebagai pelindung<br />
sekaligus pengantar ke karya-karya Eddy<br />
selanjutnya.<br />
Menurut kurator Suwarno Wisetrotomo,<br />
Eddy berhasil menemukan persilangan sekaligus<br />
relasi pengetahuan antara empat arah<br />
mata angin dan kebudayaan Jawa sebagai titik<br />
pusatnya, segaris dengan kosmogoni agama<br />
Hindu, Kiblat Papat Limo Pancer. Manuskripmanuskrip<br />
Jawa dalam bentuk babad, kakawin,<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
SIGID KURNIAWAN/DETIKCOM<br />
kidung, serat, atau suluk, yang diposisikan<br />
sedemikian penting oleh masyarakat Jawa,<br />
jadi sumber pengetahuan dan panduan meniti<br />
kehidupan.<br />
Karya-karya Eddy Susanto memancarkan<br />
watak historisnya dengan kuat, sekaligus<br />
mendorong kesadaran terhadap identitas. Dia<br />
menunjukkan Indonesia punya sejarah panjang<br />
dan kisah sukses yang tertera dalam sejumlah<br />
artefak berbentuk manuskrip dan benda-benda<br />
lain. Pemahaman, pemaknaan, dan pembacaan<br />
yang belum banyak dilakukan mengakibatkan<br />
sumber-sumber historis itu sebelumnya seperti<br />
mengalami pembekuan. ■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
KALI INI<br />
LEBIH FUN!<br />
PARA REMAJA INI LOLOS <strong>DARI</strong><br />
SARINGAN TAHAP PERTAMA.<br />
MEREKA DIHADAPKAN PADA<br />
RENCANA JAHAT LEMBAGA<br />
WCKD MENGGUNAKAN TUBUH<br />
MEREKA SEBAGAI PENANGKAL<br />
VIRUS ZOMBIE.<br />
MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: The Scorch Trials<br />
Genre: Action, Sci-Fi, Thriller<br />
Sutradara: Wes Ball<br />
Produksi: 20 th Century Fox<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Pemain: Dylan O’Brien,<br />
Kaya Scodelario, Thomas<br />
Brodie-Sangster<br />
Durasi: 2 jam 9 menit<br />
DUA belas bulan sejak Maze Runner<br />
pertama dirilis pada September 2014,<br />
duo sutradara/penulis pasangan Wes<br />
Ball dan T.S. Nowlin kembali lewat<br />
sekuelnya, Maze Runner: The Scorch Trials, yang<br />
menyajikan tantangan baru.<br />
Setelah berhasil lolos dari labirin maut di bagian<br />
akhir film pertama, para remaja yang sebelumnya<br />
kita kenal sebagai “The Gladers” ditampung<br />
di sebuah fasilitas yang dikelola ilmuwan flamboyan,<br />
Janson (Aidan Gillen). Mereka akhirnya<br />
dapat menikmati mandi air hangat, makan enak,<br />
dan tidur di tempat tidur tingkat.<br />
Namun jangan langsung percaya pada Janson<br />
MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
(mungkin kebetulan juga Gillen kerap memerankan<br />
musang licik). Ada banyak yang dia<br />
sembunyikan. Fasilitas ini ternyata milik WCKD<br />
(World In Catastrophe: Killzone Experiment<br />
Depart ment) juga, lembaga yang membuat<br />
mereka dulu amnesia, tahu-tahu terjaga di<br />
sebuah tempat antah-berantah bersama segerombolan<br />
remaja di film pertama.<br />
Thomas (Dylan O’Brien) dan kawan-kawan,<br />
remaja yang lolos ujian di tahap pertama, sekali<br />
lagi hendak dijadikan WCKD sekumpulan kelinci<br />
percobaan. Remaja di film pertama itu hanya<br />
satu kelompok. WCKD ternyata menciptakan<br />
banyak lagi kelompok, dan kini mengumpulkan<br />
mereka yang lolos ujian di tahap pertama.<br />
WCKD tengah mencari penangkal virus zombie<br />
yang telah menguasai dunia, menggunakan<br />
seluruh bagian dari tubuh mereka.<br />
Thomas dan kawan-kawan kembali harus<br />
mempertaruhkan nyawa, melarikan diri dari<br />
WCKD, melintasi gurun yang dikenal dengan<br />
nama “The Scorch” (Hangus), dan menghadapi<br />
tantangan demi tantangan demi pencarian<br />
sebuah tempat yang aman.<br />
MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
The Scorch Trials<br />
menjawab banyak<br />
pertanyaan yang<br />
tak terjawab di film<br />
pertama.<br />
The Scorch Trials merupakan<br />
adaptasi kedua dari trilogi novel James<br />
Dashner setelah Maze Runner<br />
(2014). Seperti seri pertama, sekuel<br />
ini juga disutradarai Wes Ball dan<br />
dibintangi para jagoan muda yang<br />
sebagian besar sama, yakni Dylan<br />
O’Brien, Kaya Scodelario, Thomas<br />
Brodie-Sangster, dan Ki Hong-lee.<br />
Namun sekuel ini lebih gelap, lebih<br />
suram, lebih seram, lebih dewasa,<br />
secara grafis lebih keras dibanding<br />
film pertama dan, yang penting, lebih fun!<br />
Plotnya tak memberi kita jeda untuk bernapas,<br />
bahkan dalam pergantian eksposisi. Menderap<br />
terus dengan kadar tegang yang terjaga.<br />
Lanskapnya spektakuler, termasuk latar belakang<br />
kota yang tinggal puing-puing. Gambaran<br />
masa depan yang bagai mimpi buruk dengan<br />
masyarakat dystopia, tanpa harapan. Peradaban<br />
yang jauh dari ideal, hidup di atas reruntuhan<br />
peradaban sebelumnya.<br />
Yang layak dipuji, The Scorch Trials menjawab<br />
banyak pertanyaan yang tak terjawab di film<br />
pertama. Film ini juga enak ditonton, walau<br />
materinya seperti gado-gado, campuran Mad<br />
Max, Pacific Rim, dan Running Dead, dengan<br />
ending yang dibiarkan menggantung. Satu<br />
lagi, rasa seperti menonton real video game<br />
memang tak terhindarkan walau film ini bukan<br />
MAJALAH DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
diangkat dari video game. Jangan-jangan nanti<br />
setelah setahun bisa minta untuk log-in lagi,<br />
lalu beli token lagi agar bisa tetap bermain.<br />
Aktor-aktor mudanya bermain bagus. Sementara<br />
itu, aktor dewasa, yang sebagian<br />
besar disosokkan jahat, semua dimainkan oleh<br />
nama-nama yang tanpa cacat di panggung<br />
teater, seperti Patricia Clarkson, Gillen, dan Lili<br />
Taylor. Aidan Gillen sukses sebagai sosok yang<br />
menyebalkan.<br />
The Scorch Trials adalah transisi final menuju<br />
film perang. Tinggal kita harap-harap cemas,<br />
apakah Maze Runner: The Death Cure (2017) nanti<br />
bakal mengurangi kegilaannya? ■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK DETIK 14 7 - 13 20 SEPTEMBER 2015
FILM PEKAN INI<br />
LILY BUNGA<br />
TERAKHIRKU<br />
TURA kecil menyaksikan perampok mendatangi rumahnya<br />
dan memperkosa sang ibu lalu membunuhnya. Rasa<br />
bersalah karena tak bisa menolong ibunya membuat<br />
hidup Tura hanya memiliki satu tujuan, yaitu berdedikasi<br />
terhadap sang ibu dengan memburu para pemerkosa dan<br />
menjadikannya pupuk agar kebun bunga sang ibu bisa tetap terjaga<br />
indah.<br />
JENIS FILM: ROMANCE,<br />
THRILLER | PRODUSER:<br />
NININ MUSA | SUTRADARA:<br />
INDRA BIROWO | PENULIS:<br />
PRIESNANDA DWISATRIA,<br />
ILYA SIGMA | PRODUKSI: 700<br />
PICTURES| DURASI: 83 MENIT<br />
THE TRANSPORTER<br />
REFUELED<br />
VERSI baru dari sosok Frank Martin (Ed Skrein), pria yang sangat ahli<br />
dalam mengendarai mobil. Keahlian ini dimanfaatkan Frank untuk<br />
mencari uang dari jasa “pengiriman barang”. Frank akan melakukan<br />
pengiriman apa pun demi uang.<br />
Anna (Loan Chabanol) dan kedua temannya menggunakan jasa<br />
Frank untuk sebuah pekerjaan. Belakangan, Frank baru menyadari telah dimanfaatkan.<br />
Kini dia harus bisa lolos dan menyelamatkan nyawa sang ayah<br />
yang tengah disandera.<br />
JENIS FILM: ACTION,<br />
CRIME, THRILLER |<br />
PRODUSER: LUC BESSON<br />
| SUTRADARA: CAMILLE<br />
DELAMARRE | PENULIS:<br />
BILL COLLAGE, ADAM<br />
COOPER | PRODUKSI:<br />
VVS FILMS| DURASI: 95<br />
MENIT<br />
EVERLY<br />
EVERLY (Salma Hayek) terjebak dalam sebuah<br />
apartemen dengan keadaan semua orang ingin<br />
membunuhnya. Seorang bos mafia menginginkannya<br />
mati. Satu per satu para pembunuh datang<br />
menyasarnya. Mampukah Everly bertahan dan keluar<br />
dari apartemen dengan selamat?<br />
JENIS FILM: ACTION, THRILLER |<br />
PRODUSER: ROB PARIS, ANDREW<br />
PFEFFER, ADAM RIPP, LU<strong>KE</strong><br />
RIVETT | SUTRADARA: JOE<br />
LYNCH | PENULIS: YALE HANNON<br />
| PRODUKSI: RADIUS-TWC |<br />
DURASI: 90 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
AGENDA<br />
KULIAH<br />
UMUM:<br />
SAYA DAN<br />
SENI LUKIS<br />
INDONESIA<br />
Pembicara: Srihadi Soedarsono<br />
SELASA, 15 SEPTEMBER 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />
Serambi Salihara<br />
STAGE EMPIRE<br />
KRISDAYANTI<br />
17 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />
22.00 WIB<br />
Colosseum Club, Jalan Kunir<br />
Nomor 7, Jakarta Barat<br />
Promotor: Colosseum Club<br />
KINA GRANNIS<br />
ELEMENTS TOUR<br />
LIVE IN JAKARTA<br />
16 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />
20.00 WIB<br />
Skenoo Hall, Gandaria City, Jakarta<br />
Selatan<br />
Promotor: Creon Asia<br />
UNPLUG SERIES<br />
FEAT. TULUS AND<br />
BONITA & THE HUS<br />
BAND<br />
18 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />
20.00 WIB<br />
EFEK RUMAH<br />
KACA “PASAR BISA<br />
DIKONSERKAN”<br />
18 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />
18.00 WIB<br />
Balai Sartika (Bikasoga), Bandung<br />
Promotor: Accellera Entertainment<br />
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta<br />
Promotor: Garuda Organizer<br />
FESTIVAL OF<br />
THE ANTILLES<br />
19 SEPTEMBER 2015,<br />
PUKUL 17.00 WIB<br />
Erasmus Huis, Jakarta<br />
SABA TRIBUTE<br />
TO NTT (TIMOR<br />
TANAH ASALKU)<br />
SILENT SIREN LIVE IN<br />
JAKARTA<br />
19 SEPTEMBER 2015, PUKUL<br />
18.00 WIB<br />
Upper Room, Jakarta<br />
Promotor: TEC Action Indonesia<br />
Oleh Marthin, Denny, Ivan, dan Carlo Saba<br />
SABTU, 19 SEPTEMBER 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />
Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />
SETAPAK JEJAK DEWATA<br />
Oleh Berto Pah, Mia Ismi, dan VocaGroove<br />
MINGGU, 20 SEPTEMBER 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />
Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik